Determinan Minat Individu Menggunakan Uang Elektronik ...
Transcript of Determinan Minat Individu Menggunakan Uang Elektronik ...
Determinan Minat Individu Menggunakan Uang Elektronik: Pendekatan
Modifikasi Technology Acceptance Model
Disusun Oleh :
Achmad Syafi’i
Grace Widijoko, SE., MSA., Ak.
Jurusan Akuntansi, FEB, Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang
E-mail: [email protected]
Abstract
The objective of this research is to examine the factors that influence individual
intention using electronic money with modified models of Technology Acceptance
Model (TAM) developed by Davis in 1989. The factors that influence individual
intention using electronic money in this research is the perceived usefulness,
perceived ease of use, and perceived risk. This research used survey method to collect
data. The population in this research is all college students of S1 Accounting FEB
UB active status in the second semester of the academic year 2014/2015 as many as
1,184 people. Respondents of this research were 187 university students majoring
Department of Accounting Faculty of Economics and Business University of
Brawijaya ever used an electronic money. Researchers used convenience sampling
method for sampling and Partial Least Square (PLS) to examine the research data.
The results of this research shows that the construct perceived usefulness, perceived
ease of use, and risk perception significantly influence to individuals intention using
electronic money. The implication of this research can be used by publishers who
provide electronic money products and Bank Indonesia as the central bank prefers to
prioritize factors perceived usefulness, perceived ease of use, and the perception of
risk that people believe an electronic money is fast, secure, and efficient to use.
Keywords: Technology Acceptance Model (TAM), elektronic money, intention,
perceived usefulness, perceived ease of use, perceived risk
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi minat
individu menggunakan uang elektronik dengan memodifikasi model Technology
Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis pada tahun 1989. Faktor-
faktor yang mempengaruhi minat individu untuk menggunakan uang elektronik
dalam penelitian ini adalah persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, dan
persepsi risiko. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk memperoleh data.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi FEB
UB yang berstatus aktif pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 sejumlah 1.184
orang. Responden penelitian ini sebanyak 187 mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang yang pernah menggunakan uang
elektronik. Peneliti menggunakan metode convenience sampling untuk pengambilan
sampel dan Partial Least Square (PLS) untuk menguji data penelitian. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk persepsi manfaat, persepsi kemudahan
penggunaan, dan persepsi risiko berpengaruh signifikan terhadap minat menggunakan
uang elektronik. Implikasi penelitian ini dapat digunakan oleh penerbit yang
menyediakan produk uang elektronik dan Bank Indonesia selaku bank sentral untuk
lebih mengutamakan faktor-faktor yang mempengaruhi minat individu untuk
menggunakan uang elektronik supaya individu percaya bahwa uang elektronik
tersebut cepat, aman, dan efisien untuk digunakan.
Kata Kunci: Technology Acceptance Model (TAM), uang elektronik, minat,
persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi
risiko
PENDAHULUAN
Perkembangan sistem pembayaran saat ini semakin berkembang seiring dengan
perkembangan zaman. Pola hidup masyarakat yang awalnya hanya sederhana kini
menjadi semakin kompleks guna dapat menunjang kebutuhan hidup mereka.
Perubahan tren dan pola hidup masyarakat disertai peningkatan efisiensi pola hidup
menuntut tersedianya sarana telekomunikasi dan transportasi yang demikian cepat
sehingga hambatan jarak dan waktu dapat dikurangi. Perkembangan telekomunikasi
dan transportasi ini juga memberikan pengaruh yang besar terhadap transaksi
keuangan terutama terkait dengan cara antar pihak melakukan pembayaran.
Pembayaran ini memiliki karakteristik melayani banyak orang, frekuensinya sering,
sehingga membutuhkan pelayanan yang cepat.
Dalam perekonomian yang modern lalu lintas pertukaran barang dan jasa sudah
sedemikian cepatnya sehingga memerlukan dukungan tersedianya sistem pembayaran
handal yang memungkinkan pembayaran dilakukan secara lebih cepat, aman, dan
efisien. Pada saat ini, sudah ada alat/instrumen pembayaran dalam bidang
pembayaran elektronis baru yang fitur-fiturnya dianggap paling cocok digunakan
yaitu uang elektronik (electronic money). Uang elektronik ini merupakan inovasi baru
dalam pembayaran elektronis (electronic payment) yang sudah dikenal di Indonesia
sebelumnya antara lain internet banking, phone banking, pembayaran dengan kartu
kredit serta kartu debit/kartu ATM (Rahayu, 2012).
Secara global, perkembangan transaksi ekonomi kini mengarah pada
terbentuknya budaya less cash society atau era sistem pembayaran tanpa uang tunai.
Pembayaran non tunai umumnya dilakukan tidak dengan menggunakan fisik uang
(uang kartal) sebagai alat pembayaran melainkan dengan cara transfer antar bank
ataupun transfer intra bank melalui jaringan internal bank sendiri (Rahmatsyah,
2011). Pembayaran secara non tunai (elektronik) ini menggantikan alat pembayaran
tunai untuk membayar tagihan-tagihan baik bersifat mikro maupun ritel (Silitonga,
2013). Dikutip dari kompas.com, uang elektronik berkembang di Indonesia sejak
tahun 2007 dengan jumlah instrumen sebesar 165.193 unit. Pada tahun itu, volume
harian sebanyak 2.000 transaksi dengan nilai transaksi Rp 19,15 juta per hari. Lalu
berdasarkan data Bank Indonesia pada tahun 2014, uang elektronik telah mencapai
35.738.233 unit. Adapun volume transaksi sebanyak 71.655 transaksi dengan jumlah
nilai transaksi Rp. 771 juta per hari.
Dewasa ini, pemakaian uang kartal memiliki kendala dalam hal efisiensi. Hal itu
bisa terjadi karena biaya pengadaan dan pengelolaan (cash handling) terbilang mahal.
Hal itu belum lagi memperhitungkan ketidak efisien dalam waktu pembayaran yang
relatif memakan waktu cukup lama dan bila melakukan transaksi dalam jumlah besar
juga mengundang risiko seperti pencurian, perampokan dan pemalsuan uang.
Menyadari akan risiko memakai uang kartal, Bank Indonesia berinisiatif dan
mendorong untuk membangun masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran
tunai ke nontunai (Less Cash Society).
Alat pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke
alat pembayaran nontunai (non cash). Alat pembayaran tunai dengan memakai uang
kartal (uang kertas dan logam) masih merupakan primadona bagi masyarakat
khususnya untuk transaksi bernilai kecil. Dalam masyarakat modern seperti sekarang
ini, pemakaian alat pembayaran tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih
kecil dibanding uang giral. Dengan melihat masih minimnya transaksi nontunai
tersebut, Bank Indonesia berinisiatif untuk merubah perilaku sistem pembayaran
tunai menjadi nontunai berupa uang elektronik atau e-money. Sistem pembayaran
elektronis baru yang lebih praktis ini memberikan kemudahan dan kecepatan dalam
melakukan transaksi-transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai.
Uang elektronik diatur dalam PBI Nomor 16/8/PBI/2014 tentang perubahan atas
PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (Electronic Money). Menurut
Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 16/8/PBI/2014-Uang Elektronik
(Elektronic Money) pasal 1 poin 3 yang dimaksud dengan uang elektronik adalah alat
pembayaran yang memenuhi unsur-unsur : diterbitkan atas dasar nilai uang yang
disetor terlebih dahulu kepada penerbit; nilai uang disimpan secara elektronik dalam
suatu media server atau chip; digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang
yang bukan merupakan penerbit uang elektronik tersebut; dan nilai uang elektronik
yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud
dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
Penggunaan uang elektronik sebagai alternatif alat pembayaran non tunai di
beberapa negara menunjukkan adanya potensi yang cukup besar untuk mengurangi
tingkat pertumbuhan penggunaan uang tunai, khususnya untuk pembayaran-
pembayaran yang bersifat mikro sampai dengan ritel. Beberapa tempat untuk hajat
orang banyak seperti stasiun, bandara, tol, tempat pembelanjaan, dan parkir di
wilayah Jakarta sebagai ibukota pun sekarang sudah mulai memakai sistem
pembayaran nontunai. Pembayaran ini memiliki karakteristik melayani banyak orang,
frekuensinya sering, sehingga membutuhkan pelayanan cepat. Di Indonesia, terdapat
beberapa perusahaan yang mengeluarkan produk uang elektronik diantaranya Bank
Central Asia dengan produknya Flazz, Bank Mandiri melalui Indomaret Card, Gaz
Card, e-Toll, dan Mandiri E-Cash, Bank Mega dengan Mega Cash dan Mega
Virtual, Bank Negara Indonesia mengeluarkan TapCash dan Kartuku, Bank Rakyat
Indonesia mengeluarkan BRIZZI, Bank CIMB Niaga mengeluarkan Rekening Ponsel,
PT. Bank National Nobu mengeluarkan Nobu E-money, Bank Permata mengeluarkan
BBM Money, Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta mengeluarkan Jak Card, PT.
Indosat mengeluarkan Dompetku, PT. Skye Sab Indonesia dengan produk Skye Card,
PT Telekomunikasi Indonesia mengeluarkan Flexy Card dan i-Vas Card, PT.
Telkomunikasi Seluler mengeluarkan produk T-Cash, PT. XL Axiata mengeluarkan
XL Tunai, PT. Nusa Satu Inti Artha mengeluarkan produk DokuWallet, PT. Artajasa
Pembayaran Elektronis mengeluarkan produk MYNT, PT. Finnet Indonesia dengan
produknya FinChannel, PT Smartfren Telecom dengan produknya uangku , PT.
Mvcommerce Indonesia dengan produknya PonselPay , dan PT. Witami Tunai
Mandiri. (Bank Indonesia, 2014)
Salah satu teori perilaku yang menjelaskan tentang model pendekatan
penerimaan teknologi adalah Technology Acceptance Model (TAM). TAM ini
dikemukakan oleh Davis et al. (1989), setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi
pengguna dalam menggunakan suatu teknologi baru yaitu manfaat atau perceived
usefulness (dimana pengguna yakin bahwa dengan menggunakan sistem ini akan
meningkatkan kinerjanya), kemudahan penggunaan atau perceived ease of use
(pengguna yakin bahwa menggunakan sistem ini akan membuat pengguna mudah
dalam penggunaannya) dan niat menggunakan teknologi atau intention to use yang
merupakan suatu keinginan (niat) seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu.
Alasan penggunaan teori TAM dalam penelitian ini adalah karena kesederhanaan dan
kemampuan menjelaskan hubungan sebab akibat. Tujuan dari TAM adalah untuk
menyediakan penjelasan secara umum mengenai faktor determinan minat seseorang
untuk menggunakan teknologi bentuk uang elektronik dan TAM diharapkan mampu
menjelaskan perilaku pengguna akhir (end user).
Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian tersebut, maka peneliti
merumuskan masalah yang sejalan dengan tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Apakah pengaruh persepsi manfaat terhadap minat pengguna dalam menggunakan
uang elektronik?, 2) Apakah pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap
minat pengguna dalam menggunakan uang elektronik?, 3) Apakah pengaruh persepsi
risiko terhadap minat pengguna dalam menggunakan uang elektronik?.
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Sistem Pembayaran
Pembayaran terjadi setiap hari, melibatkan jutaan transaksi ekonomi yang
beraneka ragam, seperti pembelian barang-barang atau jasa-jasa, penjualan barang-
barang serta untuk pembayaran utang, melibatkan miliaran rupiah dengan berbagai
alat pembayaran seperti pembayaran tunai dengan uang kartal, cek, giro, wesel, dan
lain-lain. Proses pembayaran memang mudah dan sederhana, tetapi bisa juga
kompleks dan sulit tergantung dari kompleks tidaknya transaksi ekonomi yang
terjadi. Pembayaran menurut Hasibuan (2002) adalah berpindahnya hak pemilikan
atas sejumlah uang dari pembayar kepada penerimanya, baik langsung maupun
melalui media jasa-jasa perbankan. Dapat dikatakan pembayaran adalah perpindahan
hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang secara bersamaan terjadi
perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.Dalam hal ini pembayaran
bukanlah sebagai suatu proses yang berdiri sendiri, yang terjadi secara spontan tanpa
ada kaitannya dengan transaksi lain, sebab setiap pembayaran merupakan realisasi
dari suatu transaksi ekonomi. Pembayaran dapat dilakukan secara tradisional dan
sederhana yang tidak memerlukan jasa bank, atau suatu proses yang cukup rumit,
dimana lembaga perbankan mempunyai peran yang sangat penting dan memerlukan
jasa-jasa perantara karena tanpa jasa perantara tidak dapat terlaksana dengan aman,
cepat, dan efisien.
Pengertian sistem pembayaran menurut UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia pasal 1 angka 6 yaitu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga
dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sistem
pembayaran menurut Bank Indonesia (2006) adalah suatu sistem yang mencakup
pengaturan, kesepakatan, kontrak/perjanjian, fasilitas operasional, mekanisme teknis,
standar dan prosedur yang membentuk suatu kerangka yang digunakan untuk
penyampaian, pengesahan dan penerimaan instruksi pembayaran serta pemenuhan
kewajiban pembayaran melalui pertukaran suatu nilai ekonomis antar pihak-pihak
dengan menggunakan instrumen pembayaran. Dari pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa sistem pembayaran adalah tata cara atau prosedur yang saling
berkaitan dalam pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain yang
terjadi karena adanya transaksi ekonomi. Adapun tata cara atau prosedur yang
digunakan dalam pemindahan dana ini bermacam-macam dari cara-cara yang paling
sederhana sampai dengan sistem pemindahan nilai uang secara elektronik.
Uang Elektronik
Uang elektronik atau e-money didefinisikan berdasarkan publikasi yang
diterbitkan oleh Bank for International Settlement (BIS) adalah suatu produk stored-
value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang disimpan dalam suatu media elektronis
yang dimiliki seseorang. Uang elektronik diatur dalam PBI Nomor 16/8/PBI/2014
tentang perubahan atas PBI Nomor 11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik
(Electronic Money). Menurut Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.
16/8/PBI/2014-Uang Elektronik (Elektronic Money) pasal 1 poin 3 yang dimaksud
dengan uang elektronik adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur:
diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit; nilai
uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip; digunakan
sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang
elektronik tersebut; dan nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan
merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur
mengenai perbankan. Uang elektronik muncul sebagai jawaban atas kebutuhan
terhadap instrumen pembayaran mikro yang diharapkan mampu melakukan proses
pembayaran secara cepat dengan biaya yang relatif murah karena pada umumnya
nilai uang yang disimpan instrumen ini ditempatkan pada suatu tempat tertentu yang
mampu diakses secara off-line, aman dan murah (Bank Indonesia, 2006).
Model Teori Perilaku Penggunaan Uang Elektronik
Penelitian ini mendeskripsikan tentang berbagai faktor yang mempengaruhi
minat individu dalam keputusannya menggunakan uang elektronik. Berbagai faktor
yang dimaksud antara lain persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, dan
persepsi risiko. Ketiga persepsi ini diteliti untuk mendapatkan bukti empiris tentang
hubungan atau pengaruhnya terhadap minat menggunakan uang elektronik. Penelitian
yang dilakukan peneliti mendasarkan pada beberapa variabel dari teori sistem
informasi keperilakuan yaitu Technology Acceptance Model (TAM) yang telah
dimodifikasi. Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali diperkenalkan oleh
Davis (1989), TAM diadaptasi dari TRA yang berasumsi bahwa perilaku merupakan
konsekuensi langsung dari niat perilaku. Menurut teori TAM, niat perilaku
dipengaruhi oleh sikap pengguna terhadap produk yang kemudian dipengaruhi oleh
manfaat yang dirasakan dari produk tersebut dan hal tersebut dianggap sebagai
kemudahan dalam penggunaan (Davis, 1989). Manfaat yang dirasakan mengacu pada
tingkat penggunaan produk spesifik yang akan meningkatkan kemampuan pengguna
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan persepsi kemudahan dalam
penggunaan mengacu pada sejauh mana sistem tersebut bebas dari usaha (Davis,
1989). Penelitian juga telah menunjukkan bahwa persepsi manfaat dan persepsi
kemudahan penggunaan merupakan faktor penting bagi diterimanya produk uang
elektronik (e-money) (Rahmatsyah, 2011; Rahayu, 2012; Sari, 2012; Miliani, 2013).
Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual dalam penelitian ini merupakan hasil replikasi dan
modifikasi antara penelitian terdahulu mengenai minat individu menggunakan uang
elektronik. Pada penelitian ini, peneliti menguji tentang pengaruh persepsi manfaat,
persepsi kemudahan penggunaan, dan persepsi risiko terhadap minat menggunakan
Uang Elektronik. Peneliti melakukan penelitian untuk mencari bukti empiris tentang
keterkaitan antara ketiga persepsi tersebut terhadap minat menggunakan Uang
Elektronik. Dan peneliti mempertahankan ketiga variabel tersebut karena dirasa
ketiga variabel tersebut mempunyai hubungan yang signifikan dengan minat
pengguna uang elektronik di Indonesia. Adapun model penelitian seperti gambar 1
dibawah ini.
Gambar 1
Model Penelitian
Perumusan dan Pengemabangan Hipotesis
1. Konsep minat menggunakan uang elektronik
Minat menggunakan (Intention to Use) didefinisikan sebagai tingkat
seberapa kuat keinginan atau dorongan seseorang untuk melakukan perilaku
tertentu (Davis et al, 1989). Minat menggunakan uang elektronik didefinisikan
Persepsi Manfaat
(Perceived Usefulness)
Persepsi Kemudahan
Penggunaan
(Perceived Ease of Use)
Persepsi Risiko
(Perceived Risk)
Minat Menggunakan Uang
Elektronik
(Intention to Use E-Money)
sebagai tingkat keinginan atau niat individu untuk menggunakan layanan uang
elektronik sebagai alat transaksi pembayaran (Rahmatsyah, 2011). Davis (1989)
mengemukakan bahwa adanya manfaat yang dirasakan oleh pemakai teknologi
informasi akan meningkatkan minat mereka untuk menggunakan teknologi
informasi. Sedangkan, Miliani (2013) menyatakan bahwa keyakinan seseorang
akan kegunaan uang elektronik akan meningkatkan minat mereka dan pada
akhirnya individu tersebut akan menggunakan uang elektronik dalam aktivitas
transaksi pembayarannya.
2. Hipotesis pengaruh persepsi manfaat terhadap minat menggunakan uang
elektronik
Persepsi manfaat (Perceived usefulness) didefinisikan sebagai tingkat
dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat
meningkatkan kinerja pekerjaannya (Jogiyanto, 2007:114). Hal ini juga didukung
oleh Davis (1989) yang menyebutkan bahwa persepsi manfaat merupakan tingkat
keyakinan seseorang bahwa bila menggunakan suatu teknologi maka akan
meningkatkan kinerja pekerjaan dalam dirinya. Semakin meningkat keefektifan
suatu media semakin meningkat pula tingkat persepsi manfaatnya. Wibowo
(2008) menjelaskan bahwa dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi
meliputi manfaat dan efektivitas. Dimensi manfaat yaitu menjadikan pekerjaan
lebih mudah, bermanfaat, dan menambah produktivitas. Sedangkan dimensi
efektivitas, meliputi mempertinggi efektivitas, dan mengembangkan kinerja
pekerjaan. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa seseorang
akan memanfaatkan suatu teknologi apabila teknologi tersebut bermanfaat bagi
dirinya serta dapat meningkatkan kinerjanya sehingga dapat menambah
produktivitas.
Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa persepsi manfaat
berpengaruh positif terhadap minat menggunakan uang elektronik, diantaranya
yaitu Rahmatsyah (2011), Rahayu (2012), Sari (2012), Candraditya (2013),
Miliani (2013), dan Halim (2014). Dengan kata lain, Persepsi manfaat
berpengaruh besar terhadap minat, karena dianggap paling mampu menjelaskan
manfaat dari layanan uang elektronik ini. Individu berpendapat bahwa manfaat
yang diperoleh dari penggunaan uang elektronik dapat memberikan kemudahan
dan kecepatan dalam melakukan transaksi pembayaran. Berdasarkan uraian
tersebut, maka peneliti merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut :
H1 : Persepsi manfaat berpengaruh terhadap minat menggunakan
uang elektronik.
3. Hipotesis pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap minat
menggunakan uang elektronik
Persepsi kemudahan penggunaan (Perceived Ease of Use) didefinisikan
sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi
akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2007:115). Hal ini juga didukung oleh Davis
(1989) yang menyatakan bahwa persepsi kemudahan penggunaan sebagai tingkat
dimana seseorang meyakini bahwa penggunaan teknologi informasi merupakan
hal yang mudah dan tidak memerlukan usaha keras dari pemakainya. Persepsi
individu berkaitan dengan kemudahan penggunaan (perceived ease of use)
merupakan tingkat dimana individu percaya bahwa menggunakan sistem tertentu
akan bebas dari kesalahan.
Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa persepsi
kemudahan penggunaan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan uang
elektronik, diantaranya yaitu Rahmatsyah (2011), Rahayu (2012), Sari (2012),
dan Halim (2014). Hasil ini sesuai dengan manfaat yang diberikan layanan uang
elektronik kepada para konsumen selaku pengguna uang elektronik yaitu berupa
penggunaan uang elektronik yang sangat mudah digunakan, mudah dipahami,
praktis, dan fleksibel. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan
hipotesis alternatif sebagai berikut :
H2 : Persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap minat
menggunakan uang elektronik.
4. Hipotesis pengaruh persepsi kemudahan penggunaan terhadap minat
menggunakan uang elektronik
Persepsi risiko dipandang sebagai ketidakpastian yang dihubungkan dengan
hasil dari suatu keputusan (Sitkin dan Pablo, 1992). Risiko adalah suatu keadaan
ketidakpastian yang dipertimbangkan individu untuk memutuskan atau tidak
menggunakan uang elektronik. Menurut Sjoberg et al. (2004), persepsi risiko
merupakan penaksiran subyektif mengenai kemungkinan akan timbulnya suatu
kecelakaan dan bagaimana kekhawatiran akan konsekuensi yang ditimbulkan.
Persepsi risiko mencangkup evaluasi kemungkinan atas konsekuensi dari akibat
yang negatif. Persepsi risiko mengarah pada kepercayaan keyakinan mengenai
kemungkinan keuntungan ataupun kerugian diluar pertimbangan bahwa meliputi
hubungan dengan kepercayaan secara khusus. Dalam penelitian ini indikator
risiko dilihat dari tindakan yang dilakukan oleh bank untuk memperkecil risiko
dari penggunaan uang elektronik, diharapkan tindakan yang dilakukan oleh bank
untuk memperkecil risiko akan berdampak positif pada minat konsumen selaku
pengguna fasilitas uang elektronik yang ditawarkan.
Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa persepsi risiko
berpengaruh positif terhadap minat menggunakan sistem informasi dan teknologi
serta uang elektronik, diantaranya yaitu Jarvenpa et al., (2000), Miliani (2013),
Sari (2012). Namun terdapat penelitian dengan hasil bahwa persepsi risiko
berpengaruh negatif terhadap minat menggunakan sistem informasi dan
teknologi yaitu Gurung (2006). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
merumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut :
H3 : Persepsi risiko berpengaruh terhadap minat menggunakan uang
elektronik.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme (Sugiyono, 2008:8), digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada
umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode
survei. Metode survei adalah jenis penelitian yang mengumpulkan informasi tentang
karakteristik, kecenderungan terhadap tindakan, pendapat dari sekelompok responden
yang representatif yang dianggap sebagai populasi (Sugiyono, 2008:6).
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:80). populasi
pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang yang berstatus aktif pada
semester genap tahun ajaran 2014/2015. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah
1.184 orang yang peneliti dapatkan dari bertanya langsung kepada pihak Akademik
dan Recording Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya Malang. Dipilihnya seluruh mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis sebagai populasi penelitian ini didasarkan pada alasan bahwa mahasiswa
dianggap paling berperan dalam penggunaan sistem pembayaran elektronis yang baru
yaitu uang elektronik dalam transaksi pembayaran. Pemilihan lokasi di Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya didasarkan pada
lokasi yang berdekatan dengan lingkungan peneliti, keterbatasan waktu, serta biaya
yang menjadi bahan pertimbangan tersendiri bagi peneliti.
Menurut Sugiyono (2008:81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dari populasi pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling, dengan tingkat
kesalahan sebesar 5% dari daftar pengambilan sampel yang dianggap representatif.
Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin.
Dari penghitungan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini menghasilkan jumlah sampel sebanyak 299 mahasiswa.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang dapat diperoleh dari sumber asli atau tangan pertama dan
diolah oleh perorangan (tidak melalui media perantara) (Sugiyono, 2008). Data
primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui jawaban-jawaban responden secara
langsung yang diperoleh dari menyebarkan kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner
dibagikan kepada para responden dengan cara di share melalui media sosial
facebook, twitter, dan line dan peneliti juga menemui satu persatu responden untuk
mengisi kuesioner tersebut. Kuesioner yang digunakan adalah bentuk kuesioner
tertutup dimana pertanyaan dan jawabannya telah disediakan oleh peneliti, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang tersedia.
Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel penelitian merupakan dasar dari penelitian ini diadakan dan hasilnya
akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan penelitian ini
(Sugiyono, 2008). Variabel-variabel dalam penelitian ini juga mempunyai masing-
masing indikator dalam pengukurannya dan dituangkan kedalam daftar pertanyaan.
Indikator tidak berarti menjelaskan secara keseluruhan namun hanya memberikan
sedikit petunjuk kepada variabel tersebut. Dalam penelitian ini terdapat empat (4)
variabel penelitian yang diambil dari Miliani (2013) dan Rahmatsyah (2011), yaitu:
Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan Penggunaan, Persepsi Risiko, dan Minat
Penggunaan. Indikator-indikator atas keempat variabel tersebut dalam penelitian ini
didasarkan pada konsep Rahmatsyah (2011) dan Miliani (2013).
Pengukuran keseluruhan indikator konstruk dalam penelitian ini menggunakan
skala likert tujuh poin mulai dari sangat tidak setuju (STS) sampai dengan sangat
setuju (SS). Setelah peneliti membuat daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner,
terlebih dahulu menguji kepada non sampel yaitu mahasiswa Jurusan Manajemen dan
Ilmu Ekonomi. Tujuan dari pengujian non sampel ini adalah untuk menguji tingkat
pemahaman responden dalam memahami pertanyaan-pertanyaan yang disediakan.
Hasil dari pre test kuesioner ditemukan bahwa uji validitas dan uji reliabilitas
terpenuhi. Setelah melihat hasil tersebut peneliti siap untuk menyebarkan kuesioner
kepada sampel.
Uji Model Pengukuran dan Model Struktural
Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat
analisis data yaitu Partial Least Square (PLS) yang merupakan statistika multivariate
yang membandingkan antara variabel dependen berganda dan variabel independen
berganda (Jogiyanto, 2009). Penelitian ini menggunakan pengujian model
pengukuran pada konstruk reflektif jenjang First Order Construct (FOC). First Order
Construct (FOC) merupakan hubungan teoritikal antara variabel laten dengan
parameter yang diestimasi atau indikatornya. Untuk menganalisis penelitian ini
digunakan beberapa pengujian hipotesis dengan PLS yaitu: 1) Evaluasi outer model
(Model Pengukuran) untuk menilai validitas dan reliabilitas model. Melalui proses
iterasi algoritma, parameter model pengukuran tersebut diperoleh (Jogiyanto, 2009).
Uji validitas konstruk dalam penelitian ini terdiri dari validitas konvergen dan
validitas diskriminan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu cronbach‟s alpha dan composite reliability. 2)
Evaluasi inner model (Model Struktural) untuk memprediksi hubungan kausalitas
antarvariabel laten. Melalui proses bootstrapping, parameter uji T-statistic diperoleh
untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas. Model struktural penelitian ini
dievaluasi dengan menggunakan R2 dan menggunakan nilai koefisien path atau t-
values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk dalam model struktural. Untuk
pengujian hipotesis pada alpha 5 persen, jika nilai koefisien path yang ditunjukkan
oleh nilai statistik T (T-statistic) ≥ 1,64 maka hipotesis alternatif dinyatakan diterima
(Jogiyanto dan Abdillah, 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Responden yang digunakan pada penelitian adalah mahasiswa jurusan akuntansi
universitas Brawijaya yang pernah menggunakan layanan uang elektronik (e-money),
baik membeli barang atau jasa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode survey, melalui penyebaran kuesioner kepada mahasiswa jurusan akuntansi
universitas Brawijaya. Peneliti memilih secara acak dan pengumpulan data dilakukan
selama satu minggu dengan menyebarkan kuesioner secara langsung dan melalui
perantara. Jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 299 kuesioner. Tabel 1
menunjukkan rincian hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti.
Tabel 1
Sampel dan Tingkat Pengembalian
Jumlah kuesioner disebar
Jumlah kuesioner yang tidak kembali
Kuesioner yang kembali
Kuesioner yang digugurkan
Kuesioner yang digunakan
299
6
293
106
187
Tingkat pengembalian (respon rate)
Tingkat pengembalian yang digunakan (usable respon rate)
98%
64%
Sumber : Data Primer (diolah)
Peneliti juga telah mendata mengenai karakteristik 187 responden dalam
penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Data Responden
Karakteristik Frekuensi Prosentase
(%)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
70
117
37,43
62,57
Total 187 100%
Semester Semester 2
Semester 4
Semester 6
Semester 8
Semester 10
Semester 12
53
36
30
62
3
3
28,34
19,25
16,04
33,16
1,60
1,60
Total 187 100%
Pengalaman
Penggunaan Uang
Elektronik
< 1 tahun
1-3 Tahun
> 3 tahun
68
83
36
36,36
44,39
19,25
Total 187 100%
Produk Uang
Elektronik yang
digunakan dalam
bertransaksi
Flazz BCA
BRIZZI
Indomaret Card
T-Cash
XL-Tunai
Dompetku
Lainnya
41
143
26
3
3
1
37
16,14
56,30
10,24
1,18
1,18
0,39
14,57
Total 254 100%
Intensitas
Pemakaian Uang
Elektronik
Setiap hari
Seminggu sekali
Seminggu > 2 kali
Sebulan sekali
Sebulan > 2 kali
Tidak menentu
12
14
23
7
12
119
6,42
7,49
12,30
3,74
6,42
63,64
Total 187 100%
Sumber : Data Primer (diolah)
Dalam penelitian ini peneliti melakukan evaluasi model hingga 3 kali sampai
didapatkan hasil evaluasi model yang dapat digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Evaluasi model dilakukan dengan melakukan 3 tahapan pengujian model
pengukuran yaitu pengujian validitas konstruk konvergen (faktor loading > 0,7;
AVE > 0,5; communality > 0,5), pengujian validitas konstruk diskriminan (akar
AVE > korelasi variabel laten; cross loading > 0,7) dan pengujian reliabilitas
(cronbach‟s alpha > 0,6; composite reliability > 0,7). Pengujian ini keseluruhan
dilakukan dengan menggunakan Partial Least Squares (PLS) versi 2.0 M3. Hasil
evaluasi terakhir dari ketiga tahapan pengujian model pengukuran tersebut dapat
dilihat pada tabel 3 hingga tabel 5.
Tabel 3
Tabel Algoritma
AVE Composite
Reliability
R Square Cronbachs
Alpha
Communality Redundancy
IT 0,846896 0,956726 0,588613 0,939474 0,846896 0,297786
PEOU 0,650753 0,881657 0,821606 0,650753
PR 0,619697 0,866029 0,794178 0,619697
PU 0,548038 0,828478 0,724105 0,548038
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 4
Tabel Outer Loading
IT PEOU PR PU
IT1 0,921230
IT2 0,933340
IT3 0,947146
IT4 0,877902
PEOU1 0,821844
PEOU2 0,807720
PEOU3 0,817611
PEOU4 0,778900
PR1 0,726661
PR2 0,832987
PR3 0,873763
PR4 0,702439
PU1 0,727339
PU2 0,702041
PU3 0,819728
PU4 0,705916
Sumber : Data Primer (diolah)
Tabel 5
Tabel Cross Loading
IT PEOU PR PU
IT1 0,921230 0,624845 -0,445453 0,654005
IT2 0,933340 0,654369 -0,428283 0,655559
IT3 0,947146 0,620409 -0,500446 0,630891
IT4 0,877902 0,530625 -0,509986 0,570128
PEOU1 0,611441 0,821844 -0,250405 0,673768
PEOU2 0,490632 0,807720 -0,195656 0,545936
PEOU3 0,511060 0,817611 -0,232350 0,567810
PEOU4 0,506110 0,778900 -0,234611 0,515106
PR1 -0,316488 -0,108353 0,726661 -0,158076
PR2 -0,464992 -0,224497 0,832987 -0,484080
PR3 -0,451766 -0,267770 0,873763 -0,378944
PR4 -0,348243 -0,280721 0,702439 -0,282129
PU1 0,450904 0,591116 -0,231954 0,727339
PU2 0,500511 0,335809 -0,526139 0,702041
PU3 0,591401 0,722292 -0,237318 0,819728
PU4 0,463555 0,455249 -0,297677 0,705916
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan : IT = Intention (Minat), PEOU = Perceived Ease of Use (Persepsi
Kemudahan Penggunaan), PR = Perceived Risk (Persepsi Risiko), PU : Perceived
Usefulness (Persepsi Manfaat).
Setelah pengujian validitas konstruk dan pengujian reliabilitas dilakukan dan
didapatkan data yang valid dan reliabel maka peneliti melanjutkan pada pengujian
terhadap hipotesis. Berdasarkan pengolahan data menggunakan PLS Bootstrapping
didapatkan hasil uji hipotesis (Hipotesis satu ekor diterima bila T-statistic ≥ 1,64)
seperti yang terlihat pada tabel 6 ini
Tabel 6
Tabel Total Efek Original
Sample
(O)
Sample
Mean
(M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
Hasil Uji
Hipotesis
PEOU -> IT 0,368700 0,381518 0,103264 0,103264 3,570445 Diterima
PR -> IT -0,276788 -0,275718 0,084813 0,084813 3,263500 Diterima
PU -> IT 0,297742 0,287543 0,112405 0,112405 2,648828 Diterima
Sumber : Data Primer (diolah)
Keterangan : IT = Intention (Minat), PEOU = Perceived Ease of Use (Persepsi
Kemudahan Penggunaan), PR = Perceived Risk (Persepsi Risiko), PU : Perceived
Usefulness (Persepsi Manfaat).
H1: Persepsi Manfaat terhadap Minat Menggunakan Uang Elektronik
Berdasarkan hasil analisis model penelitian dengan menggunakan Smart PLS
menunjukkan bahwa persepsi manfaat berpengaruh secara signifikan terhadap
minat menggunakan uang elektronik. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmatsyah (2011), Rahayu (2012), Sari (2012), Candraditya (2013),
Miliani (2013), dan Halim (2014).
Persepsi manfaat berpengaruh besar terhadap minat, karena dianggap paling
mampu menjelaskan manfaat dari suatu sistem atau teknologi yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Miliani (2013) di dua kota yaitu Jakarta dan Bandung,
Indonesia dengan responden berjumlah 143 orang, mendapatkan hasil bahwa persepsi
manfaat berpengaruh signifikan terhadap minat penggunaan E-Money. Miliani (2013)
menggunakan pendekatan model Technology Acceptance Model (TAM). Hasil ini
sesuai dengan manfaat yang diberikan layanan uang elektronik kepada para
konsumen seperti proses penyelesaian pembayaran lebih cepat, rasa aman dalam
bertransaksi, pembayaran yang lebih efisien dibandingkan uang tunai, dan
memperoleh keuntungan berbentuk diskon dan promosi.
Berbagai manfaat yang diberikan layanan uang elektronik akan mempengaruhi
minat individu untuk menggunakan uang elektronik dalam transaksi pembayarannya.
Masyarakat perlahan mulai mencoba bertransaksi dalam hal jual beli barang dan jasa
dengan uang elektronik ini, kelebihan uang elektronik dibandingkan dengan uang
tunai diantaranya memberikan kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi-
transaksi pembayaran tanpa perlu membawa uang tunai, nilai transaksi sesuai dan
akurat, dan dapat dipakai untuk transaksi massal yang nilainya kecil namun
frekuensinya tinggi.
H2: Persepsi Kemudahan Penggunaan terhadap Minat Menggunakan Uang
Elektronik
Berdasarkan hasil analisis model penelitian dengan menggunakan Smart PLS
menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan berpengaruh secara
signifikan terhadap minat menggunakan uang elektronik. Hasil ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatsyah (2011), Rahayu (2012), Sari
(2012), dan Halim (2014).
Rahmatsyah (2011) menyatakan penggunaan uang elektronik sebagai pengganti
uang kartal sebagai alat pembayaran dalam berbelanja mudah untuk digunakan dan
juga mudah untuk mempelajari bagaimana menggunakannya. Sehingga membuat
konsumen memilih untuk mengadopsi layanan uang elektronik dibandingkan dengan
transaksi dengan uang tunai.
Penelitian yang dilakukan Halim (2014) terkait dengan persepsi kemudahan
penggunaan terhadap minat menggunakan uang elektronik memberikan bukti bahwa
persepsi kemudahan penggunaan memiliki pengaruh signifikan terhadap minat
penggunaan uang elektronik. Menggunakan uang elektronik dalam transaksi
pembayaran dapat lebih efisien untuk diri sendiri dan sebagai alat bantu. Hasil ini
sesuai dengan manfaat yang diberikan layanan uang elektronik kepada para
konsumen seperti penggunaan uang elektronik yang sangat mudah digunakan, mudah
dipahami, praktis, dan fleksibel.
H3: Persepsi Risiko terhadap Minat Menggunakan Uang Elektronik
Berdasarkan hasil analisis model penelitian dengan menggunakan Smart PLS
menunjukkan bahwa persepsi risiko berpengaruh secara signifikan terhadap
minat menggunakan uang elektronik. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jarvenpa et al. (2000), Miliani (2013), dan Sari (2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Miliani (2013) tentang adopsi perilaku pengguna
e-money dengan menggunakan TAM. Responden berjumlah 143 yang berasal dari
dua kota yaitu Jakarta dan Bandung. Hasil uji penelitian menunjukkan bahwa
persepsi risiko berpengaruh positif terhadap minat penggunaan E-Money. Hal ini
menunjukkan bahwa rasa ketidakpastian yang dialami oleh pengguna uang elektronik
berpengaruh saat memutuskan untuk melakukan transaksi pembayaran menggunakan
e-money.
Hasil penelitian sebelumnya (Sari, 2012) dalam konteks e-money, persepsi risiko
dipandang sebagai ketidakpastian dihubungkan dengan hasil dari suatu keputusan.
Persepsi risiko menunjukkan hasil yang signifikan, sehingga rasa ketidakpastian yang
dialami oleh pengguna uang elektronik berpengaruh saat memutuskan untuk
melakukan transaksi pembayaran menggunakan e-money.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dan yang peneliti lakukan, persepsi
risiko dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan uang elektronik masih
tinggi dan membuat konsumen berpikir dua kali sebelum akhirnya yakin dan percaya
dalam menggunakan layanan tersebut.
KESIMPULAN DAN KETERBATASAN
Hasil penelitian terhadap determinan minat individu untuk menggunakan uang
elektronik sebagai alat pembayaran menunjukkan bahwa minat menggunakan uang
elektronik dipengaruhi secara signifikan oleh variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Konstruk
persepsi manfaat berpengaruh terhadap minat menggunakan uang elektronik. Persepsi
manfaat berpengaruh besar terhadap minat, karena dianggap paling mampu
menjelaskan manfaat dari layanan uang elektronik ini. Individu berpendapat bahwa
manfaat yang diperoleh dari penggunaan uang elektronik dapat memberikan
kemudahan dan kecepatan dalam melakukan transaksi pembayaran tanpa perlu
membawa uang tunai, nilai transaksi sesuai dan akurat, dan dapat dipakai untuk
transaksi massal yang nilainya kecil namun frekuensinya tinggi. 2) Konstruk persepsi
kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap minat menggunakan uang elektronik.
Hasil ini sesuai dengan manfaat yang diberikan layanan uang elektronik kepada para
konsumen selaku pengguna uang elektronik yaitu berupa penggunaan uang elektronik
yang sangat mudah digunakan, mudah dipahami, praktis, dan fleksibel. 3) Konstruk
persepsi risiko berpengaruh terhadap minat menggunakan uang elektronik. Hal ini
menunjukkan bahwa rasa ketidakpastian yang dialami oleh pengguna uang elektronik
berpengaruh saat memutuskan untuk melakukan transaksi pembayaran menggunakan
uang elektronik. Risiko dalam transaksi pembayaran dengan menggunakan uang
elektronik masih tinggi dan membuat konsumen berpikir dua kali sebelum akhirnya
yakin dan percaya dalam menggunakan layanan tersebut. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa minat individu menggunakan uang elektronik ditentukan oleh
faktor persepsi manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, dan persepsi risiko.
Semakin tinggi persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan maka semakin
tinggi minat individu menggunakan uang elektronik. Sebaliknya semakin tinggi
persepsi risiko maka semakin rendah minat individu menggunakan uang elektronik.
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengaruh dan manfaat tentang minat
menggunakan uang elektronik. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang
dapat mempengaruhi minat menggunakan uang elektronik adalah persepsi manfaat
(perceived usefulness), persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use), dan
persepsi risiko (perceived risk).
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penerbit yang menyediakan
produk uang elektronik untuk lebih mengutamakan faktor persepsi manfaat, persepsi
kemudahan penggunaan, dan persepsi risiko, sehingga mendapat kepercayaan dari
individu untuk menimbulkan minat menggunakan uang elektronik. Khususnya
persepsi risiko harus di minimalisir sebaik mungkin mengingat bahwa uang adalah
suatu hal yang vital bagi kehidupan masyarakat. Penelitian ini juga dapat digunakan
untuk Bank Indonesia selaku bank sentral untuk meningkatkan kualitas uang
elektronik supaya individu percaya bahwa uang elektronik tersebut cepat, aman, dan
efisien untuk digunakan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu terdapat
banyak kuesioner yang tidak dapat digunakan sebesar 36 % dari seluruh kuesioner
yang kembali. Jumlah ini sangat signifikan apabila dibandingkan dengan tingkat
pengembalian (respon rate) yang tinggi yaitu sebesar 98 %. Hal ini disebabkan oleh
responden yang tidak pernah menggunakan uang elektronik, pengisian data yang
tidak lengkap, dan terdapat bias dapat dilihat dari responden mengisi pertanyaan
positif dan negatif dalam skala yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, I., Fishbein, M. 1980. Understanding Attitudes and Predicting. Social
Behavior.
Anonim. 2011. Transaksi Cukup dengan Satu Kartu.
http://internasional.kompas.com, diakses pada tanggal 23 Maret 2015.
Bank Indonesia. 2014. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 16/8/PBI/2014 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/12/PBI/2009 Tentang
Uang Elektronik (Elecronic Money).
Bank Indonesia. 2006. Working Paper: Upaya Meningkatkan Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai Melalui Pengembangan E-Money. Desember.
Bank Indonesia. 2014. Statistik Sistem Pembayaran. Desember.
Bank for International Settlements. 1996. Implications for Central Banks of the
Development of Electronic Money. Basle. October, page 1.
Candraditya, H. 2013. Analisis Penggunaan Uang Elektronik. Skripsi. Semarang:
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Davis, F.D. 1989. Perceived usefulness, perceived ease of use, and user acceptance
of information technology. MIS Quarterly, Volume 13, Nomor 3; 318-339.
Davis, F.D., Bagozzi, R. P., dan Warshaw, P.R. 1989. „User Acceptance of Computer
Technology: A Comparison of Two Theoritical Models‟. Management Science,
Volume 35, Nomor 8; 982-1003
Gurung, Anil. 2006. Empirical Investigation of the Relationship of Privacy, Security,
and Trust with Behavioral Intention to transact in E-Commerce. The University
of Texas at Arlingon.
Halim, F. 2014. The Intention to Use E-Money Transaction: The Moderating Effect of
Security in Conceptual Framework. American-Eurasian Journal of Sustainable
Agriculture. ISSN: 1995-0748.
Hasibun, Melayu S. P. 2002. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Bumi Aksara.
Hidayati S, Ida N, Agus F, Aulia F & Isnu Y.D. 2006. Kajian Operasional E-Money.
Bank Indonesia. Oktober.
Igbaria, M., N. Zinatelli, P. Cragg and A.L.M Cavaye. 1997. “Personal Computing
Acceptable Factors in Small Firms: A Structural Equation Model”. MIS
Quarterly. September. 279-299.
Jarvenpaa, Sirkka L., Noam Tractinsky., and Michael Vitale. 2000. Consumer trust in
an Internet Store. Information Technology and Management; 2000; 1, 1-2;
ABI/INFORM Global pg. 45.
Jogiyanto, H. M. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta : Andi Offset
Jogiyanto. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Jogiyanto, H.M. dan Abdillah W. 2009. Konsep dan Aplikasi PLS (Partial Least
Square) untuk Penelitian Empiris. Yogyakarta: BPFE.
Miliani, Lani. 2013. Adoption Behavior of E-Money Usage. Journal Information
Management and Business Review. Vol.5, No 7, pp. 369-378.
Pavlou, Fred. 2001. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User
Acceptance of Information Technology”. MIS Quarterly. September.
Rahayu, Rossy. 2012. Pengaruh Manfaat, Kemudahan Penggunaan dan Niat
Menggunakan terhadap Penggunaan Aktual Kartu Flazz BCA: Survey pada
Pengguna Kartu Flazz di Minimarket Wilayah Padasuka Bandung. Skripsi.
Bandung: Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pendidikan Indonesia.
Rahmatsyah, Deni. 2011. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Penggunaan Produk Baru (Studi Kasus: Uang Elektronik Flazz BCA). Tesis.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen Universitas
Indonesia.
Sari, Tia Permata. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Mahasiswa terhadap Penggunaan Electronic Money di Yogyakarta. Skripsi.
Yogyakarta: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business : A Skill Building Approach.
Jakarta: Salemba Empat.
Sevilla, Consuelo G. et. al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company. Quezon
City.
Silitonga, Tritoguna. 2013. Analisis Permintaan Uang Elektronik (E-Money)
Terhadap Velocity of Money (Perputaran Uang) di Indonesia. Skripsi. Medan:
Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Sitkin, S. B., and Pablo, A. L. 1992. Reconceptualizing the determinants of risk
behacior. Academy of Management Review, 17(1), 9-38.
Sjoberg Lennart, Bjorg-Elin Moen, Torbjorn Rundmo. 2004. Explaining risk
perception. An evaluation of the psychometric paradigm in risk perception
research. Rotunde publikasjoner Rotunde no.84.
Soerfianto, Hariyani Iswi, dan Cita Yustisia Serfiani. 2012. Untung dengan Kartu
Kredit, Kartu ATM-Debit, dan Uang Elektronik. Jakarta: Visimedia
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Maharsi, S., dan Mulyadi, Y. 2007. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Minat
Nasabah Menggunakan Internet Banking dengan Menggunakan Kerangka