Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

8
Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 70 Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu) Penguatan Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Desa Cepi Safrul Alam 1 1 Widyaiswara Ahli Utama pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Banten (Diterima 11 November 2019; Direvisi 21 November 2019; Disetujui 30 November 2019; Diterbitkan 26 Desember 2019) Abstract: This paper talks about strengthening the role of the Village Consultative Body, where its role according to the Village Law is no longer as a village apparatus but as a legislator. Its role is very important in overseeing the running of the village government. Every policy made by the Village Head must obtain approval and study from the BPD so that the results of its development can truly match the aspirations of the community. Basic education for BPD administrators must be a priority in recruiting candidates for BPD management or members so that their performance when they occupy a position is in accordance with the expectations of the community. As a legislator, the BPD must have competence in drafting laws and regulations so that it can carry out reviews and provide important notes if there are odd clauses. Quality village financial reports are where the BPD is able to review the reports and provide important notes for improvement so that the RAPBdes submitted to the Regency immediately gets approval from the Regent without having to be returned again. Keywords: Financial reports, Village Financial Management Principles, BPD ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Author: Cepi Safrul Alam, E-mail: , Tel. +62-0811-125-438. Pendahuluan Kualitas laporan keuangan desa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia penyusunnya dan kualitas data keuangan yang dimiliki desa (Setyawan, 2018, hal. 6). Keduanya bersinergi satu sama lain saling melengkapi. Laporan keuangan desa yang berkualitas akan menentukan kecepatan desa dalam pengajuan anggaran dana desa berikutnya ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten masing-masing. Terlambatnya desa mendapatkan pencairan dana desa seringkali disebabkan oleh keterlambatan desa dalam penyusun laporan keuangan dan juga sebagai dampak tidak berkualitasnya laporan yang disusun.

Transcript of Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Page 1: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77

70

Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang tidak perlu)

Penguatan Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) dalam

Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Desa

Cepi Safrul Alam1

1 Widyaiswara Ahli Utama pada Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Banten

(Diterima 11 November 2019; Direvisi 21 November 2019; Disetujui 30

November 2019; Diterbitkan 26 Desember 2019)

Abstract: This paper talks about strengthening the role of the Village Consultative Body,

where its role according to the Village Law is no longer as a village apparatus but as a

legislator. Its role is very important in overseeing the running of the village government. Every

policy made by the Village Head must obtain approval and study from the BPD so that the

results of its development can truly match the aspirations of the community. Basic education

for BPD administrators must be a priority in recruiting candidates for BPD management or

members so that their performance when they occupy a position is in accordance with the

expectations of the community. As a legislator, the BPD must have competence in drafting

laws and regulations so that it can carry out reviews and provide important notes if there are

odd clauses. Quality village financial reports are where the BPD is able to review the reports

and provide important notes for improvement so that the RAPBdes submitted to the Regency

immediately gets approval from the Regent without having to be returned again.

Keywords: Financial reports, Village Financial Management Principles, BPD

▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬

Author: Cepi Safrul Alam, E-mail: , Tel. +62-0811-125-438.

Pendahuluan

Kualitas laporan keuangan desa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia

penyusunnya dan kualitas data keuangan yang dimiliki desa (Setyawan, 2018, hal. 6).

Keduanya bersinergi satu sama lain saling melengkapi. Laporan keuangan desa yang

berkualitas akan menentukan kecepatan desa dalam pengajuan anggaran dana desa

berikutnya ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten masing-masing.

Terlambatnya desa mendapatkan pencairan dana desa seringkali disebabkan oleh

keterlambatan desa dalam penyusun laporan keuangan dan juga sebagai dampak tidak

berkualitasnya laporan yang disusun.

Page 2: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

71

Tahap dalam pembuatan laporan keuangan desa adalah sebagai berikut:

Membuat rencana berdasarkan visi misi yang dituangkan dalam penyusunan anggaran.

1. Anggaran yang dibuat terdiri dari akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Setelah

anggaran disahkan maka perlu dilaksanakan.

2. Dalam pelaksanaan anggaran timbul transaksi. Transaksi tersebut harus dilakukan

pencatatan lengkap berupa pembuatan buku kas umum, buku kas pembantu, buku

bank, buku pajak, buku inventaris dengan disertai pengumpulan bukti-bukti transaksi.

3. Untuk memperoleh informasi posisi keuangan, kemudian berdasarkan transaksi yang

terjadi dapat dihasilkan sebuah neraca. Neraca ini fungsinya untuk mengetahui

kekayaan/posisi keuangan desa.

4. Selain menghasilkan neraca bentuk pertanggungjawaban pemakaian anggaran

dibuatlah laporan realisasi anggaran desa.

Untuk mengetahui kualitas laporan keuangan maka harus ada standar yang menjadi

rujukan. Bahwa untuk menyusun standar akuntansi desa, satu satunya standar setter yang

dibentuk berdasar amar UU Keuangan Negara memang Komite Standar Akuntanasi

Pemerintahan (KSAP). KSAP yang mesti menyusun Standar Akuntansi Pelaporan Keuangan

Desa. Perlu sekali standar keuangan desa. Kemudian dasar hukumnya yaitu harus Peraturan

Pemerintah (Sumarna, 2016).

Standar ideal adalah standar yang dibuat agar diterima (general accepted) desa se-

Indonesia dengan segala heterogenitasnya. Dalam UU Desa, pendidikan minimal perangkat

desa SMA sedangkan kepala desa yaitu SMP. Jadi standar dibuat sesederhana mungkin,

artinya standar SMP. Yang paling penting bahwa penyusunan laporan keuangan bukan

paksaan tetapi sukarela, bukan pada rule based tetapi principle based dan voluntary based.

Standar Pelaporan Keuangan Desa harus dibuat se-low level mungkin, diterima semua pihak

tanpa bantuan konsultan atau pakar (Sumarna, 2016).

Apa saja yang menjadi objek laporan keuangan desa. Menurut (Sujarweni, 2015) yang

objek laporan keuangan desa, yaitu:

1. Anggaran pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) APBDes adalah rencana keuangan tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintahan desa yang dibahas dan disepakati antara pemerintahan desa dan badan

Page 3: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

72

permusyawarahan desa, serta ditetapkan oleh peraturan desa. Anggaran dibuat sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. 2. Buku Kas Umum Buku kas umum digunakan untuk mencatat berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas, baik secara tunai maupun kredit, digunakan juga untuk mencatat mutasiperbankan atau kesalahan dalam pembukuan. Buku kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen transaksi. 3. Buku Kas Harian Pembantu Buku kas harian pembantu adalah buku yang digunakan untuk mencatat transaksi pengeluaran dan pemasukan yang berhubungan dengan kas saja. 4. Buku Bank Buku bank digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan uang bank. 5. Buku Pajak Buku pajak digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pajak. 6. Buku Inventaris Desa Buku inventaris digunakan untuk membantu buku kas umum, dalam mencatat barang-barang yang dimiliki oleh desa. 7. Buku Persediaan Buku persediaan adalah buku yang mencatat aliran persediaan bahan-bahan yang habis pakai yang masuk dan digunakan untuk desa yang berasal baik dari pembelian dan pemberian. 8. Buku Modal Buku modal/ekuitas dana adalah buku yang digunakan untuk mencatat dana-dana dan hibah yang mengalir ke desa. 9. Buku Piutang Buku piutang adalah buku yang digunakan untuk mencatat piutang desa. Piutang adalah harta desa yang timbul karenanya terjadinya transaksi penjualan/sewa menyewa yang pembayarannya dilakukan secara kredit oleh perorangan/badan usaha. 10.Buku Hutang/Kewajiban Buku hutang/kewajiban adalah buku yang digunakan untut mencatat hutang atau kewajiban desa. 11.Neraca Neraca adalah catatan yang menyajikan posisi keuangan desa dalam satu periode tertentu. Neraca menggambarkan posisi keuangan desa mengenai aktiva, kewajiban, dan modal dana pada satu periode. Pos-pos dalam neraca terbentuk dari transaksi-transaksi yang terjadi di desa. 12.Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Desa Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan SPAP menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Ke dua belas objek laporan keuangan desa di atas harus dibuat dengan baik dan benar.

Baik dalam artian, sesuai dengan standar KSAP dan benar artinya sesuai dengan asas-asas

Page 4: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

73

dalam pengelolaan keuangan desa, yaitu transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan

disiplin anggaran.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam sistem pemerintahan desa sekarang ini

menempati posisi yang sangat penting. Fungsi BPD adalah membahas dan menyepakati

Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Dari tiga tugas ini sudah

jelas BPD adalah lembaga yang memiliki kekuatan dalam dalam menyepakati peraturan desa

yang bakal menjadi pedoman pelaksanaan pembangunan desa (Bulelengkab.go.id, 2019).

Mengingat pentingnya posisi BPD dalam mengawasi jalannya pemerintahan desa

maka penguatan BPD harus menjadi prioritas dalam tatakelola pemerintahan desa. Hal yang

harus menjadi perhatian adalah pertama rekrutmen pengurus BPD harus dimulai dengan baik

dan benar. Yaitu, dilakukan penjaringan secara terbuka dengan berbasis pada kebutuhan

audit keuangan. Dengan demikian, latar belakang pendidikan pengurus BPD harus ada yang

berbasis akuntansi agar memahami tata cara pengelolaan keuangan. Anggota BPD juga harus

memiliki kemampuan legal drafting, sehingga saat Kepala Desa mengajukan RAPBDes, tidak

asal sahkan tetapi didalami terlebih dahulu. BPD juga harus mampu menyerap aspirasi warga

masyarakat yang ingin turut serta aktif dalam pembangunan desanya.

Upaya-upaya penguatan peran BPD ini harus didukung semua pihak agar dana desa

dapat dikelola secara baik dan benar. Untuk penguatan fungsi pengawasan keuangan,

pengurus BPD wajib mendapat pelatihan akuntansi atau pengelolaan keuangan. Sedangkan

untuk menguatkan perannya sebagai legislator, BPD dikirim untuk mengikuti pelatihan legal

drafting.

Sebelum Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa diundangkan, Badan

Permusyaratan Desa (BPD) merupakan suatu lembaga yang berkedudukan sebagai

unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota Badan Permusyartan Desa (BPD)

adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang

ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota Badan Permusyaratan Desa

(BPD) terdiri dari ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan

tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota Badan Permusyaratan Desa

(BPD)adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali

masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan

dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas)

Page 5: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

74

orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan

keuangan desa. Peresmian anggota Badan Permusyaratan Desa (BPD) ditetapkan

dengan keputusan Bupati/Walikota dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Pimpinan

BPD yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua, dan 1 (satu)

orang sekretaris (Masuara, 2014).

Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memposisikan kembali BPD

sebagai lembaga legislatif desa, menggeser posisi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa menjadi lembaga desa. Sebagai lembaga

desa, fungsi dan kedudukan BPD semakin jelas, yaitu lembaga legislatif desa. Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai fungsi membahas dan menyepakati Rancangan

Peraturan Desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

desa dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa (pasal 55 UU Desa) (Susanti, 2018).

Peran BPD selalu terkait dengan fungsi, tugas dan kewenangan yang dimilikinya.

Fungsi BPD membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa,

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa, dan melakukan pengawasan kinerja

Kepala Desa (Susanti, et al, 2018).

Menurut Fauzan (2010), peranan Badan Permusyawaratan Desa dalam Proses dan

Penyusunan Peraturan Desa masih lemah karena dipengaruhi faktor Rendahnya SDM anggota

BPD dibidang hukum, kurangnya bimbingan teknis dari pemerintah daerah dalam bidang

legislasi, budaya hukum masyarakat rendah, dan adanya kepentingan politik (Fauzan, 2010).

(Kushandajani, 2008) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan dilakukan melalui

proses musyawarah antara BPD, kepala Desa, dan masyarakat. Proses itu dilakukan setiap

tahun dan dilaksanakan dibalai desa melalui musyawarah pembangunan desa (Musbangdes).

Analisa

Salah satu solusi adalah penguatan peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) adalah badan yang didirikan di desa sebagai ‘mitra’ kepala

desa, sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa. BPD mempunyai fungsi pengawasan

dan fungsi legislasi. Peraturan Desa (Perdes), misalnya, baru bisa berlaku jika dibahas bersama

antara kepala desa dan BPD. BPD juga mengawasi pelaksanaan pemerintahan desa

(HukumOnline.com, 2016).

Page 6: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

75

Pengawasan BPD terhadap pelayanan dan penggunaan anggaran dapat ditingkatkan.

Kendala penguatan BPD karena belum ada payung hukum yang jelas mengatur pengawasan

BPD, sehingga ketika ada masalah hanya dapat dibicarakan melalui musyawarah bersama

dengan kepala desa dan tokoh masyarakat. Perlu adanya penguatan pengawasan BPD dalam

menilai kinerja melalui pembinaan secara intensif yang dilakukan oleh instansi pemerintah

yang berhubungan dengan pemerintahan desa. Penguatan dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan, workshop, dan bimbingan teknis menurut Baranta (2009).

Berbagai pendapat dikemukakan para narasumber perdesaan. Dari pendapat-

pendapat itu nantinya dapat dijadikan resolusi, atau alternatif pemecahan masalah dalam

menguatkan peran BPD. Penguatan peran ini dilakukan agar tata kelola pemerintahan desa

berjalan baik dan benar mulai dari tahap perencanaan pembangunan, pengelolaan keuangan,

pengelolaan badan usaha milik desa, dan urusan lainnya. BPD adalah pengawas jalannya

pemerintah desa. Jika peran ini diabaikan maka tidak ada wasit dalam menengahi atau

meluruskan hal-hal yang kurang tepat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendaliannya. menyatakan bahwa pengawasan dapat meningkatkan kinerja organisasi

BPD. BPD dapat memberikan penilaian atas kinerja organisasi dan membantu untuk

mengkoreksi masalah-masalah yang ada dalam kinerja organisasi, sekaligus mencegah

terjadinya kerugian/pemborosan yang tidak diinginkan (Napir, 2014).

Ucapan terimakasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Kepala Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Daerah Provinsi Banten yang telah memberikan rekomendasi terhadap karya

tulis ini sehingga dapat dimuat di media sebagai bentuk pengembangan profesi

kewidyaiswaraan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada reviewer dan redaktur

Jurnal Lingkar Widyaiswara yang telah sudi membaca, mereview dan mengedit karya tulis

yang penulis susun.

Daftar Pustaka

Baranta, A. (2009). Dasar- dasar Pengawasan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Bulelengkab.go.id. (2019, Oktober 21). TUGAS DAN FUNGSI BPD(BADAN PENGAWAS DESA).

Diambil kembali dari https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/tugas-dan-fungsi-

bpdbadan-pengawas-desa: https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/tugas-dan-

fungsi-bpdbadan-pengawas-desa-45

Fauzan, A. (2010). Implementasi peraturan pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang desa

Terkait dengan peran badan permusyawaratan desa Dalam penyusunan dan

penetapan Peraturan Desa Di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes. The Journal

Politic, 316-318.

Page 7: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

76

HukumOnline.com. (2016, Agustus 15). Pattiro Bahas Penguatan Peran BPD. Diambil

kembali dari https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b1925f1ccf6/pattiro-

bahas-penguatan-peran-bpd/:

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt57b1925f1ccf6/pattiro-bahas-

penguatan-peran-bpd/

Kushandajani. (2008). Otonomi Desa Berbasis Modal Sosial Dalam Perspektif Socio Legal.

jakarta: PT. Golbal Media.

Masuara, R. (2014). PELAKSANAAN FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA ( Suatu Studi Di Desa

Bolangitang Satu Kecamatan Bolangitang Barat Kabupaten Bolaang Mongondow

Utara). Politico: Jurnal Ilmu Politik, 1-8.

Napir, S. (2014). Analisis Penguatan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa

Karyamukti Kabupaten Gorontalo. Gorontalo, Journal of Government & Politics

Studies, 40-50.

Setyawan, S. A. (2018). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN

KEUANGAN DENGAN IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SEBAGAI

VARIABEL MEDIASI. Surakarta: PROGRAM STUDI AKUNTANSI , FAKULTAS EKONOMI

DAN BISNIS, UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Sujarweni, W. (2015). Akuntansi desa : tata keuangan kelola desa . Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

Sumarna, A. (2016, November 7). Standar Pelaporan Keuangan Desa. Diambil kembali dari

https://www.keuangandesa.info/2016/07/standar-pelaporan-keuangan-desa.html:

https://www.keuangandesa.info/2016/07/standar-pelaporan-keuangan-desa.html

Susanti, M. H. (2018). PENGUATAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

DALAM MENDUKUNG SINERGITAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018. INTEGRALISTIK No.2/Th. XXIX/2018, 208-218.

Page 8: Desember 2019, Gagasan & Inovasi / Ulasan (delete yang ...

Jurnal Lingkar Widyaiswara (www.juliwi.com) Edisi 06 No. 04, Oktober – Desember 2019, p. 70-77 ISSN: 2355-4118

77

Abstrak: Tulisan ini berbicara tentang penguatan peran Badan Permusyawaratan Desa,

dimana perannya menurut Undang Undang Desa bukan lagi sebagai perangkat desa

melainkan legislator. Perannya sangat penting dalam mengawasi jalannya pemerintah desa.

Setiap kebijakan yang dibuat Kepala Desa wajib mendapat persetujuan dan kajian dari BPD

supaya hasil pembangunannya dapat betul-betul sesuai dengan aspirasi masyarakat. Dasar

pendidikan pengurus BPD harus menjadi prioritas dalam menjaring calon pengurus atau

anggota BPD sehingga kinerjanya ketika sudah menduduki jabatan sesuai dengan harapan

masyarakat. Sebagai legislator, BPD harus memiliki kompetensi dalam penyusunan peraturan

perundangan sehingga pihaknya dapat melakukan review dan memberikan catatan penting

jika terdapat klausul yang janggal. Laporan keuangan desa yang berkualitas berada bagaimana

BPD mampu melakukan review terhadap laporan dan memberikan catatan penting untuk

perbaikan agar RAPBdes yang diajukan ke Kabupaten langsung mendapat persetujuan Bupati

tanpa harus dikembalikan lagi.

Kata kunci: Laporan keuangan, Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa, BPD