DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

8
DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK Oleh : Jalaluddin Rumi Prasad (12/339118/PGE/00990)

description

Kondisi morfologi yang khas yang dimiliki oleh teluk, sehingga bagi kehidupan aktifitas manusia teluk sering menjadi sasaran dalam pembangunan infrastruktur fisik. Pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan jembatan pada wilayah teluk akan menjadi counter magnet untuk pertumbuhan fasilitas lainya seperti tempat wisata, perkantoran, pertokoan, pasar, dan pusat perdagangan. Menghadirkan jalan dan jembatan merupakan kebutuhan bagi masyarakat sebagai saran perhubungan yang mengantarkan pada pertumbuhan distribusi sosial, budaya, dan ekonomi. Aktifitas pembangunan dan pengoperasian jalan di kawasan teluk secara langsung menghadirkan bahan pencemar yang akan masuk ke dalam ekosistem perairan melalui berbagai cara dan akan mempengaruhi kehidupan biota air.

Transcript of DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

Page 1: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIRPADA EKOSISTEM TELUK

Oleh :Jalaluddin Rumi Prasad(12/339118/PGE/00990)

Master Program on Planning and Management ofCoastal Area and Watershed (MPPDAS)

FACULTY OF GEOGRAPHY UGM2012

Wilayah Pesisir dan Ekosistem Teluk

Page 2: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Soegiarto, 1976; Dahuri et al, 2001).

Pesisir pantai memiliki jenis batuan yang berselang seling antara batuan resisten dan tidak resisten. Pada batuan yang tidak resisten akan dengan mudah tererosi, sedangkan batuan yang resisten sulit untuk tererosi. Akibatnya, pada batuan yang tidak resisten akan terbentuk teluk yang menjorok ke daratan pada batuan yang resisten terbentuk tanjung yang menjorok ke laut seperti yang tergambarkan pada gambar 1.

Gambar 1, Pembentukan Tanjung dan Teluk(Sumber: http://kurnia-geografi.blogspot.com)

Dari gambar diatas memperlihatkan kondisi teluk sebagai tubuh perairan yang menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya. Teluk sebagai bagian dari wilayah pesisir memiliki ekosisitem yang khas utamanya pada ekosistem air. Kawasan pesisir teluk merupakan habitat bagi berbagai ikan, invertebrata air, burung serta merupakan daerah yang penting untuk mengontrol sedimen dan abrasi. Di beberapa kawasan pesisir teluk tertentu juga merupakan habitat satwa perairan yang endemik, langka dan dilindungi. Keberadaan teluk juga menjadi tempat hidup nyaman bagi ekosistem hutan bakau yang merupakan tempat pemijahan berbagai berbagai jenis ikan, udang, burung dan satwa air lainnya dan juga berfungsi serta sebagai pelindung pantai dari terpaan gelombang dan angin.

Teluk juga berperan sebagai tempat hidup terumbu karang yang sangat penting untuk pertumbuhan sumberdaya perikanan, penghalang terjadinya pengikisan pantai dan keindahannya sangat berguna untuk kegiatan pariwisata.Di tingkat global sangat berguna untuk mengendapkan kalsium yang mengalir dari sungai serta menyerap CO2. Mengundang pertumbuhan padang lamun yang berfungsi mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, sebagai tempat berlindung dan mencari makan serta tempat berkembang biak berbagai jenis biota laut dan tempat kegiatan budidaya laut.

Selain ekosistem flora dan fauna tersebut, secara sosiologis umumnya teluk didiami oleh masyarakat pesisir yaitu kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa transportasi dan lain-lain.

Pendekatan Ekologis

Page 3: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

Dari penggambaran diatas mengenai wilayah pesisir dan ekosistem teluk, pada wilayah pesisir di kawasan teluk yang memerlukan perhatian khusus adalah biota perairan. Umumnya biota air tidak dikelompokkan berdasarkan taksonomi melainkan berdasarkan atas ekologi, dimana Secara garis besar, berdasarkan atas relung ekologi dalam posisinya dalam rantai makanan dan aliran energinya, maka biota air dapat dikelompokkan ke dalam kelompok autotorof (produser), phagotrof (macrokonsumer) dan saprotrof (mikrokonsumer atau dekomposer). Berdasarkan atas cara hidup atau life form-nya, biota air dikelompokkan sebagai kelompok benthos, periphyton, plankton, nekton dan neuston. Berdasarkan atas subhabitatnya, biota air dapat dikelompokkan biota air yang hidup di littoral zone, limnetik zone dan profundal zone.

Dalam studi dampak lingkungan, biota perairan umumnya dikaji adalah Plankton, Benthos dan Nekton. a. Plankton

Menurut Suin (1999) plankton adalah organisme yang terapung atau melayang-layang di dalam air yang pergerakannya relatif pasif. Berdasarkan ukurannya plankton dibagi atas: a. Ultra nanoplankton yang ukurannya < 2 UM; b. Nanoplankton yang ukurannya berkisar antara 2-20 UM; . Mikroplanton berukuran 20-200 UM; d. Mesoplanton berukuran 200-2000 UM; dan c. Megaplanton yang ukurannya di atas 2000 UM.Penyebaran plankton di dalam air tidak sama pada kedalaman yang berbeda. Tidak samanya penyebaran plankton dalam badan air (tawar, payau atau laut) disebabkan adanya perbedaan suhu, kadar oksigen, intensitas cahaya, dan faktor-faktor abiotik lainnya di kedalaman air yang yang berbeda. Kepadatan plankton pada suatu badan air sering bervariasi antar lokasi. Pada lokasi bagian pinggir suatu badan air kepadatan planktonnya biasanya lebih padat dibandingkan dengan bagian tengah.Pada biota perairan plankton memegang peranan penting sebagai sumber makanan untuk kehidupan ikan pemakan plankton dan organisme sejenisnya. Kelimpahan plankton di suatu perairan menentukan tingkat produktivitas perairan tersebut. Namun demikian keberadaan plankton pada perairan yang mengalir kurang begitu penting dalam rantai makanan dibandingkan dengan peranan benthos.

b. BenthosBenthos adalah biota air yang hidup di dasar perairan yang merupakan sumber makanan bagi ikan. Karena peranannya yang penting itulah maka pendugaan produksi ikan dapat didekati dari kelimpahan benthosnya. Keberadaan benthos secara kuantitatif ditentukan oleh faktor-faktor lingkungannya seperti heterogenitas, tipe habitat dan distribusi organisme, kedalaman sedimen (substrat), tahap daur hidup organisme (beberapa serangga bersayap hanya berada di air pada tahap awal yaitu berupa larva), variasi arus air, variasi debit dll.

c. NektonNekton adalah istilah untuk hewan yang dapat berenang dan bergerak bebas di dalam air. Nekton kebanyakan berupa hewan-hewan besar terutama hewan vertebrata, biasanya didominasi oleh jenis-jenis ikan. Jenis avertebrata yang masuk dalam nekton adalah molusca, crustacea dan cepalopoda.Secara ekonomi jenis-jenis nekton seperti ikan, kepiting, udang dan kerang memegang peran penting untuk kehidupan masyarakat. Dalam ekosistem perairan kehidupan nekton sangat dipengaruhi oleh keberadaan plankton dan benthos yang merupakan sumber makanan utamanya.

Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Dampaknya

Page 4: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

Pembangunan adalah suatu upaya perubahan yang berlandaskan pada suatu pilihan pandangan tertentu yang tidak bebas dari pengalaman (sejarah), realitas keadaan yang sedang dihadapi, serta kepentingan pihak-pihak yang membuat keputusan pembangunan. Pembangunan memiliki makna yang ganda. Yang pertama adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi yang difokuskan pada masalah kuantitatif dari produksi dan penggunaan sumber daya. Yang kedua adalah pembangunan yang lebih berorientasi pada perubahan dan pendistribusian barang – barang dan peningkatan hubungan sosial. Makna yang kedua lebih berorientasi pada pembangunan sosial yang terfokus pada pendistribusian perubahan dalam struktur dari masyarakat yang diukur dari berkurangnya diskriminasi dan eksploitasi serta meningkatnya kesempatan yang sama dan distribusi yang seimbang dari keuntungan pembangunan pada keseluruhan komponen masyarakat (Sudharto P. Hadi, 2000).

Pada dasarnya pembangunan jalan adalah proses pembukaan ruangan lalu lintas yang mengatasi pelbagai rintangan geografi. Proses ini melibatkan pengalihan land form dan land cover, pembangunan jembatan dan terowongan, bahkan juga pengalihan tumbuh-tumbuhan. Pelbagai jenis mesin pembangun jalan akan digunakan untuk proses ini. Land form harus diuji untuk melihat kemampuannya untuk menampung beban kendaraan. Berikutnya, jika perlu, tanah yang lembut akan diganti dengan tanah yang lebih keras. Lapisan tanah ini akan menjadi lapisan dasar. Seterusnya di atas lapisan dasar ini akan dilapisi dengan satu lapisan lagi yang disebut lapisan permukaan. Biasanya lapisan permukaan dibuat dengan aspal ataupun semen.

Ada beberapa aktifitas dari pembangunan jalan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, diantaranya adalah:

Jenis Kegiatan Potensi Dampak Lingkungan1. Persiapan Pekerjaan Konstruksi Pengadaan tanah/lahan

Kegiatan pengadaan tanah berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkena pembebasan tanah, antara lain hilangnya aset, hilangnya mata pencaharian, terganggunya kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat, terjadinya keresahan masyarakat dan dapat mengganggu kamtibmas.

Mobilisasi tenaga kerjakecemburuan sosial dan keresahan masyarakat. Di samping itu juga berpotensi terjadinya penyebaran penyakit menular antara lain HIV/AIDS, hepatitis, penyakit genitalis terhadap masyarakat setempat akibat interaksi sosial.

Mobilisasi peralatan beratkerusakan jalan dan terganggunya lalu lintas.

Pembangunan jalan masuk/aksespencemaran udara (sebaran debu), meningkatnya kebisingan dan terganggunya lalu lintas.

Pembangunan Basecampberubahnya penggunaan lahan, pencemaran udara (sebaran debu) dan meningkatnya kebisingan.

2. Pelaksanaan Konstruksi Pembersihan lahanhilangnya vegetasi, rusak dan atau terganggunya utilitas umum, pencemaran udara, meningkatnya kebisingan dan pencemaran kualitas air permukaan. Dampak lanjut dari terganggunya atau rusaknya utilitas umum adalah terganggunya kegiatan sosial ekonomi masyarakat pengguna utilitas umum.

Pekerjaan tanahpencemaran udara (debu), meningkatnya kebisingan, pencemaran air permukaan dan air tanah, terganggunya stabilitas lereng (longsor dan erosi), perubahan bentang alam dan terganggunya situs atau cagar budaya.

Pekerjaan drainaseterganggunya pola aliran permukaan alami, pencemaran kualitas air permukaan dan gangguan lalu lintas.

Pekerjaan badan jalanpencemaran udara (debu), meningkatnya kebisingan dan terganggunya lalu lintas.

Pekerjaan jembatanmeningkatnya kebisingan, meningkatnya getaran, terganggunya lalu-lintas dan

Page 5: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

pencemaran kualitas air permukaan. Penghijauan dan pertamanan

mencegah dan mengurangi longsor dan erosi, mengurangi kebisingan, mengurangi pencemaran udara, meningkatkan estetika lingkungan dan kenyamanan para pemakai jalan.

Pemasangan perlengkapan jalanterganggunya lalulintas dan kecelakaan lalu lintas.

Pembuangan Material Sisa Pembersihan Lahan dan Sisa Pekerjaan Konstruksi menimbulkan genangan air dan menurunnya estetika lingkungan serta terganggunya kenyamanan masyarakat.

Pengambilan Material Bangunan dari QuarryPotensi dampak lingkungan akibat pengambilan material di sungai adalah degradasi dasar sungai, pencemaran kualitas air sungai dan terganggunya biota air serta longsor tebing sungai. Bila pengambilan material dari bukit atau gunung maka potensi dampaknya adalah perubahan bentang lahan, erosi dan longsor. Sedangkan bila pengambilan material di daratan maka dapat menimbulkan dampak perubahan bentang alam, terbentuknya lubang-lubang besar, longsor dan genangan air.

Pengangkutan Material Bangunanterganggunya lalu-lintas, pencemaran udara (debu), meningkatnya kebisingan dan terganggunya kenyamanan masyarakat.

Pengoperasian Base Camppencemaran udara, meningkatnya kebisingan, pencemaran air, pencemaran tanah dan menurunnya estetika.

3. Pengoperasian dan Pemeliharaan Pengoperasian Jalanmenimbulkan peningkatan pencemaran kualitas udara (debu, partikel, CO2, SO2, NO2, CO, HC) dan meningkatnya kebisingan serta meningkatnya getaran akibat kendaraan bermotor. Dampak lain adalah terhadap mobilitas penduduk, perubahan penggunaan lahan dan kegiatan informal di sekitar RUMIJA menimbulkan pengurangan atau gangguan kapasitas jalan (side friction) yang berpotensi mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas.

Pemeliharaan Jalanterjadinya gangguan lalu-lintas, kecelakaan lalu lintas dan berkurangnya kenyamanan pengguna jalan.

referensi: Dirjen Bina Marga, 2009

Kondisi morfologi yang khas yang dimiliki oleh teluk, sehingga bagi kehidupan aktifitas manusia teluk sering menjadi sasaran dalam pembangunan infrastruktur fisik. Pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, jalan dan jembatan pada wilayah teluk akan menjadi counter magnet untuk pertumbuhan fasilitas lainya seperti tempat wisata, perkantoran, pertokoan, pasar, dan pusat perdagangan. Menghadirkan jalan dan jembatan merupakan kebutuhan bagi masyarakat sebagai saran perhubungan yang mengantarkan pada pertumbuhan distribusi sosial, budaya, dan ekonomi.

Aktifitas pembangunan dan pengoperasian jalan di kawasan teluk secara langsung menghadirkan bahan pencemar yang akan masuk ke dalam ekosistem perairan melalui berbagai cara dan akan mempengaruhi kehidupan biota air. Apabila jumlah pencemar yang masuk ke dalam ekosistem perairan cukup banyak dan menyebabkan perairan tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya akan menyebabkan berbagai jenis biota perairan akan mati atau menghilang bermigrasi ke tempat lain. Kemungkinan lain yang terjadi adalah zat pencemar tersebut dapat membunuh spesies tertentu tetapi tidak untuk spesies yang lain bahkan dapat mendukung untuk meningkatkan pertumbuhan spesies tersebut. Jadi bila terjadi pencemaran air pada tingkat tertentu akan menyebabkan terjadinya pergeseran jumlah spesies dari jumlah spesies yang banyak dengan jumlah populasi tiap spesies sedikit menjadi jumlah spesies sedikit tetapi jumlah populasi tiap spesies banyak.

Referensi:

Page 6: DAMPAK PEMBANGUNAN JALAN DI LINGKUNGAN PESISIR PADA EKOSISTEM TELUK

http://kurnia-geografi.blogspot.com/2010/08/bentang-alam-akibat-pengikisan-dan.html, diakses 18 oktober 2012Dahuri R.et.al. 2001 Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara teratur. Kakarta: PT.

Pradnya Paramitra.Soegiarto, A. 1976. Pedoman Umum Pengelolaan Wilayah Pesisir. Jakarta: Lembaga Oseanologi

Nasional.Sudharto P. Hadi. 1995. Aspek Sosial Amdal. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Dardak, A. Hermanto. 2009. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga: Pedoman Pelaksanaan

Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, Jakarta.Suin, NM. 1999. Metode Ekologi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta .