BRI CASE Complete
-
Upload
james-hammond -
Category
Documents
-
view
213 -
download
0
description
Transcript of BRI CASE Complete
MANAGING ORGANIZATIONAL CHANGEPT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO):
THE TRANSFORMATION
Oleh :
Ardila Azuhary 041214353014
Tommy Adi Prabowo 041214353025
Rita Rachmawati P. 041214353015
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013
PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO)THE TRANSFORMATION
I.I. OVERVIEW OVERVIEW
Latar Belakang Perusahaan
Bank Rakyat Indonesia didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 oleh Aria
Wiraatmadja sebagai lembaga keuangan yang pertama kali memberikan pinjaman
kepada penduduk Indonesia, khususnya industri kecil. BRI menjadi bank milik
pemerintah yang pertama berdasarkan PP No. 1/1946 dengan fokus usaha
memberikan fasilitas pinjaman kepada kelompok usaha kecil.
Sejarah Perkembangan BRI
Perkembangan BRI yang sejalan dengan perkembangan deregulasi dunia
perbankan di Indonesia, adalah sebagai berikut :
→ Sebelum Deregulasi (1966 – 1983)
Kerangka besar kebijakan ekonomi pemerintah Republik Indonesia pada masa ini
difokuskan pada pertanian dan pembanguan daerah pedesaan sehingga fungsi
BRI pun disesuaikan untuk mendukung perbaikan ekonomi dan pembangunan
dalam bidang keuangan dan perbankan nasional sebagaimana tercantum dalam
UU No. 21/1968. BRI mendistribusikan pinjaman bersubsidi yang disebut
sebagai Bimas (Bimbingan Masal) dengan sumber pendanaan berasal dari
pinjaman likuiditas Bank Indonesia dan fungsi utamanya adalah untuk
memberikan pendanaan untuk produksi pertanian, mulai dari pembenihan,
pemupukan dan pemberantasan hama. Meskipun program Bimas sukses
memberikan kontribusi besar pada program pemenuhan pangan nasional, namun
dalam sektor keuangan terjadi peningkatan jumlah pinjaman bermasalah (Non
Performing Loan/NPL) dari penyaluran Bimas sebesar 5% pada tahun 1973
menjadi 35% pada tahun 1983.
→ Era Deregulasi (1983 – 1997)
Page 1
Akibat dari penurunan harga minyak, Pemerintah Republik Indonesia
menerbitkan Paket Deregulasi Perbankan pada bulan Juni 1983 (Pakjun 1983)
untuk mendukung ekspor non migas dan meningkatkan sumber pendanaan
pemerintah untuk membiayai program subsidi. Pakjun 1983 berakibat pada
peningkatan persaingan di antara perbankan swasta dan milik pemerintah, karena
bank dituntut untuk berorientasi pasar . Perbankan swasta tumbuh pesat karena
Pakjun 1983 mengijinkan untuk mengatur suku bunga pinjaman berdasarkan
pasar. Kesempatan ini dimanfaatkan perbankan swasta untuk meraih customer
sebanyak-banyaknya secara agresif dengan menwarkan tingkat suku bunga yang
bersaing, pendirian kantor cabang, dan berbagai pelayanan lainnya. Akibatnya
perbankan swasta tumbuh 78,5% sedangkan bank milik pemerintah hanya sebesar
35,8%.
→ Implikasi Deregulasi Terhadap BRI
Deregulasi berdampak sangat signifikan terhadap kinerja BRI utamanya terhadap
pangsa pasar, tingkat pertumbuhan kredit serta jumlah tabungan. Oleh karena itu,
BRI memutuskan untuk tidak hanya berkonsentrasi pada penyaluran kredit dalam
rangka pembiayaan program-program pemerintah, dan mulai menyalurkan kredit
untuk sektor riil.
→ Keputusan Strategis BRI Pasca Deregulasi
Untuk tetap bertahan dalam persaingan yang semakin ketat, BRI memutuskan
mengubah strategi bisnisnya menjadi lebih komersial namun tetap
mempertahankan fungsinya sebagai lembaga keuangan yang mendukung
kegiatan perekonomian di daerah pedesaan. BRI menghentikan Bimas dan
menggantinya dengan Kupedes (Kredit Umum Pedesaan) yang memberikan
banyak manfaat bagi nasabahnya yang sebagian besar adalah petani, misalnya
jaminan keamanan, lokasi yang nyaman serta suku bunga tetap (1,5% per bulan).
Untuk produk tabungan BRI mengeluarkan Simpedes (Simpanan Pedesaan),
sedangkan untuk usaha kecil, BRI menyalurkan Kredit Usaha Tani, Kredit Usaha
Kecil, dll. Setara dengan Grameen Bank di Bangladesh, jumlah kredit bermasalah
di BRI sangat kecil kurang dari 3%. Produk-produk BRI tersebut di atas
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kinerja BRI, sehingga BRI
terkenal sebagai bank komersial khusus untuk usaha mikro, kecil dan menengah.
Page 2
Krisis Ekonomi Indonesia Tahun 1997
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 merupakan imbas
dari krisis ekonomi di Asia yang diawali dengan menurunnya nilai tukar terhadap US
dollar di beberapa negara misalnya Thailand, Korea Selatan dan malaysia pada
pertengahan tahun 1997. Media Australia menyebutnya sebagai Krisis ekonomi Asia
atau Krisis Keuangan Asia.
Dampak krisis tersebut berbeda-beda bagi tiap negara atau wilayah, yang
mana para pengamat menyampaikan pendapat bahwa perlu waktu 1 atau 2 tahun
untuk memulihkan kondisi perekonomian atau keluar dari krisis. Namun untuk
Indonesia para pengamat agak sedikit pesimis mengingat lemahnya kebijakan politis
negara yaitu tidak adanya kebijakan yang responsif terhadap krisis tersebut.
Dampaknya bagi perbankan lebih cepat dan sangat membahayakan. Pada
bulan Nopember 1998 Pemerintah Republik Indonesia melikuidasi 16 bank swasta
nasional, yang menyebabkan semakin menurunnya tingkat kepercayaan pada
perbankan nasional. Nilai tukar mengalami penurunan dan devaluasi ± 75% yang
diikuti pula dengan penurunan Indeks Harga saham.
Pada tahun 1999 meskipun kondisi mulai membaik, namun sektor perbankan
masih kolaps. Tingginya suku bunga dan pembayaran pinjaman membuat perbankan
swasta nasional mengalami kesulitan likuiditas. Di sisi lain para nasabah banyak
menarik rekening dan meindahkannya pada bank pemerintah.
Kinerja BRI Pada Tahun 1999
→ Kinerja Keuangan
Kinerja BRI selama krisis jauh lebih baik dibandingkan dengan perbankan yang
lain karena usaha kecil relatif tidak terkena dampak krisis ekonomi. Namun
demikian BRI mengalami kerugian total Rp. 1,7 T dan Rasio kecukupan Modal
(Capital aduquacy Ratio/CAR) negatif lebih dari 25%. Hal ini sebagai akibat dari
nilai rupiah yang terdepresiasi, tingginya suku bunga sehingga banyak terjadi
kredit macet. BRI mengalami kerugian Rp. 26,5 T pada tahun 1998 dan Rp. 1,67
T pada tahun 1999. Menurut aturan BI, maka BRI perlu direkapitalisasi dan
Page 3
masuk dalam program yang bertujuan untuk mendukung keberlangsungan hidup
dan kesinambungan pembangunan ekonomi Indonesia.
→ Budaya Perusahaan
Sebagai bank milik pemerintah, BRI cenderung birokratis dan rentang
kendali yang panjang. Jumlah pegawai cukup besar mencapai 40.000
orang.
Sistem komunikasi satu arah, dengan sistem kompensasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan bank milik pemerintah lainnya.
Pada tahun 1998, BRI menerapkan budaya perusahaan secara informal
yang ditulis sebagai dasar bagi setiap orang untuk berfikir, bertindak, dan
berperilakku di mana pun berada, meliputi Integritas, Profesionalisme,
Kepuasan Pelanggan, kepemimpinan, dan penghargaan pegawai.
BRI juga menerapkan prinsip kehati-hatian bank yang diwujudkan dalam
hal-hal sebagai berikut :
(1)Mengintensifkan kesadaran risiko dan program budaya yang sesuai
bagi seluruh pegawai pada seluruh unit kerja;
(2)Mengintensifkan perbaikan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja;
(3)Menjelaskan dan memonitor setiap perbaikan yang dibuat perusahaan
dalam rencana tindakan yang terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Rudjito, Direktur Utama Baru Tahun 2000
Pada tanggal 17 dan 18 Juli 2000, BRI merombak seluruh anggota Dewan
Direksi dan Dewan Komisaris dan menggantinya dengan yang baru. Rudjito terpilih
sebagai Direktur Utama yang baru untuk 5 tahun ke depan yang sebelumnya adalah
Direktur Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI). Dari 6 enam anggota
Direksi, dua diantaranya berasal dari luar BRI. Tim managemen BRI yang baru ini
berkewajiban untuk mengelola krisis di BRI dan dalam waktu yang bersamaan
pemerintah republik Indonesia juga menambah modal (rekapitalisasi) BRI Rp 29,1 T.
→ Kepemimpinan Rudjito
Page 4
Pada tanggal 28 Juli 2000 Dewan Direksi dan Komisaris yang baru
menandatangani Kontrak Manajemen dengan pemerintah republik Indonesia sebagai
pemegang saham dan harus mengimplementasikan beberapa kewajiban, sebagai
berikut :
Restrukturisasi sistem dan organisasi bank, mengembangkan dan
mengimplementasikan sistem IT yang baru, maksimisasi profit dan persiapan
privatisasi akhir 2003.
Manajemen baru harus menyerahkan Rencana Bisnis 2000 – 2003 yang lengkap
sebagai lampiran kontrak dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 3 bulan.
→ Transformasi (restrukturisasi)
Tim manajemen baru menetapkan visi dan misi, sebagai berikut :
Visi :
“To become a leading commercial bank that always prioritiez customer
satisfaction.”
Misi :
Untuk mewujudkan visi, BRI menetapkan 3 misi :
1) Menciptakan praktek perbankan yang baik dengan prioritas utama adalah
pelayanan usaha mikro, kecil, dan menengah (SMEs) dalam rangka
pendukung tingkat ekonomi masyarakat;
2) Memberikan pelayanan prima bagi nasabah melalui jaringan yang luas yang
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, dengan tetap
mengutamakan praktek-praktek pengelolaan perusahaan yang baik;
3) Menciptakan manfaat dan nilai yang optimal bagi pemangku kepentingan.
→ Strategi Bisnis
Berdasarkan visi dan misi sebagaimana tersebut di atas, BRI menyusun strategi
bisnis yang oleh Rudjito disingkatnya pernyataan strategis sebagai berikut
“memperbaiki dan meningkatkan sinergi bisnis yang fokus pada usaha mikro, kecil,
dan menengah dengan memanfaatkan jaringan yang luas, didukung oleh sistem
teknologi informasi terbaru, dijalankan oleh sumber daya manusia yang profesional
dan melaksanakan praktek manajemen risiko yang baik serta pengelolaan
perusahaan yang baik.”
Beberapa hal yang dilakukan d alam strategi bisnis tersebut :
Page 5
BRI menyusun target untuk penciptaan nilai perusahaan untuk kurun waktu 3
tahun sampai dengan 2003, yang akan dicapai dengan menerapkan electronic
system on line bagi seluruh 325 cabang dan 100 unit BRI,
Privatisasi pada akhir tahun 2003, menjadi perusahaan terbaik diantara perusahaan
perbankan dan membuka perbankan syariah.
Berdasarkan prinsip- prinsip Undang-Undang No. 10 tahun 1998, BRI
menyusun Unit Bisnis Syariah pada pertengahan 2002, yang pada akhir
desember 2005 tumbuh menjadi 25 cabang dan 18 sub cabang.
→ Pengembangan Produk dan Pelayanan Serta Pemasaran
BRI berupaya untuk membangun image dan mengambil keuntungan kompetitif
dari bank-bank yang lain melalui berbagai upaya untuk memberikan kualitas
pelayanan yang tinggi, diantaranya:
BRI mengeluarkan berbagai macam produk semacam kartu debit dan kartu kredit.
Pada tahun 2001 BRI juga menjadi anggota dari ATM bersama, pada tahun 2004
memperluas ATM Bersama dengan BCA yang disebut LINK.
BRI menjalin kerja sama dengan mastercard dan menerbitkan BritAma Primecard,
sedangkan dalam pelayanan BRI mengembangkan phone banking system.
→ Pengembangan IT
Implementasi IT dilaksanakan secara gradual namun tetap mengikuti arah yang
telah ditetapkan untuk mencapai tujuan IT yaitu transaksi on-line dan real time
untuk seluruh cabang dan 300 unit BRI.
→ Pengembangan Sumber Daya Manusia
Perbaikan sumber daya manusia dilaksanakan melalui :
F okus pengembangan pribadi pegawai (dalam hal rekruitmen, kompetensi
dan kompetisi)
Dalam rangka pengembangan pribadi, BRI membentuk The Competency
Based Assessment Center untuk mengidentifikasi dan menyiapkan kader
eksekutif BRI.
R eward berdasarkan kinerja.
Page 6
BRI menjalankan Job Grading System dengan pemberian penghargaan pada
pegawai berdasarkan tanggung jawab dan kontribusinya terhadap pencapaian
tujuan perusahaan (Merit System).
→ Restrukturisasi Operasional
Restrukturisasi mencakup reestrukturisasi internal, yang terbagi dalam 2 langkah
implementasi sebagai berikut :
1) Operational Restructuring Program yang mencakup 6 aspek;
2) Penandatangan kontrak manajemen yang kedua dengan pemerintah terkait
rencana jangka panjang perusahaan.
→ Restrukturisasi Keuangan
Restrukturisasi keuangan mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Memindahkan saldo NPL pada IBRA;
2) Rekapitalisasi;
3) Penjadwalan ulang obligasi pemerintah.
→ Implementasi Strategi Baru
Sebagai Presiden Direktur BRI yang baru, Rudjito menerapkan budaya baru
untuk mensosialisasikan dan merestrukturisasi program yang diformulasikan
dalam rencana perusahaan. Beberapa pendekatan pada budaya baru tersebut, sbb:
Komunikasi yang interaktif antara pegawai dan manajemen
Membangun pola pikir positif, dan membangun teamwork yang solid.
BOD memutuskan untuk meningkatkan gaji pegawai 20% - 30% untuk
meningkatkan motivasi pegawai.
Kinerja BRI Pasca Restrukturisasi
→ Setelah rekapitalisasi pada tahun 2000 dan restrukturisasi dalam tiga tahun
berikutnya, BRI merubah kerugian menjadi keuntungan, yaitu:
Inisiatif IPO pada tahun 2003 mendapat respon positif di pasar seperti yang
ditunjukkan oleh saham BRI yang mengalami kelebihan permintaan 15,4 kali.
Pada tahun 2004 BRI mendapat penghargaan dari The Finance Asia sebagai
"The Best Newly Listed Company 2003".
Page 7
BRI juga memperoleh pangsa pasar yang mengindikasikan meningkatnya
kegiatan perbankan konsumer.
→ Industri Perbankan
Bank-bank akan bersaing lebih dalam perbankan konsumen, terutama dalam dua
produk: tabungan dan KPR. Kompetisi ini muncul tidak hanya nasional, tetapi
internasional bahwa bank lokal akan bersaing dengan bank asing. Sejak kompetisi
perbankan akan menjadi lebih dan lebih intens pada tahun 2005, fenomena aliansi
strategis akan muncul lebih banyak dari tahun sebelumnya.
→ New CEO- Sofyan Basir
Setelah lima tahun mengambil tanggung jawabnya di BRI, pada pertengahan
tahun 2005, Rudjito mengambil pensiun. Pada tanggal 17 Mei 2005, CEO yang baru,
Sofyan Basir (SB) terpilih untuk posisi itu. Ia telah menjadi Direktur Utama Bank
Bukopin (2000-2005), sebuah bank yang difokuskan pada usaha kecil dan menengah,
dan telah memiliki banyak pengalaman, kira-kira selama 7 tahun, dalam menjadi
manajer bank di seluruh cabang di Indonesia, seperti di Surabaya, Aceh,
Ujungpandang, dll.
→ Tantangan Masa Depan
Dalam Corporate Plan-nya, manajemen BRI menetapkan tujuan tahunan perusahaan
sebagai berikut :
2003 : Melakukan IPO terbaik dan paling sukses
2004 : Menjadi bank paling dikagumi
2005 : Menjadi perusahaan yang paling dikagumi
2006 : Menjadi bank komersial terbesar mikro, kecil, dan menengah
2007: Menjadi bank terbaik di Indonesia
II.II. PROBLEM IDENTIFICATIONPROBLEM IDENTIFICATION
Kasus ini adalah tentang transformasi bisnis Bank Rakyat Indonesia (BRI),
lembaga keuangan mikro-bank terbesar di Indonesia, dari krisis ekonomi pada tahun
1997 sampai krisis pada tahun 2005. Setelah krisis ekonomi melanda Indonesia pada
tahun 1998, Bank BRI menderita kerugian triliunan rupiah.
Page 8
Kepemimpinan Rudjito. Rudjito, Direktur Utama BRI, menghadapi tantangan dalam
menetapkan strategi perusahaan untuk menyelamatkan perusahaan dari krisis.
Hasilnya adalah bahwa BRI memiliki perputaran yang spektakuler pada tahun 2004.
Kepemimpinan Sofyan Basir. Tantangan dimulai sekali lagi ketika Rudjito pensiun
pada pertengahan 2005 dan Sofyan Basyir, Direktur Utama BRI yang baru terpilih,
harus merumuskan strategi berikutnya.
Kasus ini meliputi isu-isu seperti transformasi perusahaan, perumusan strategi,
dan restrukturisasi perbankan. Isu isu tersebut sangat sesuai bagi strategi perusahaan /
bisnis dalam rangkaian manajemen perubahan. Yang menjadi permasalahan dalam
kasus ini adalah bagaimana merumuskan atau menyusun strategi untuk melanjutkan
manajemen perubahan yang sudah diberlakukan oleh pendahulunya.
III.III. DISCUSSIONDISCUSSION
Manajemen Perubahan oleh Rudjito
Strategi yang dilakukan Rudjito dalam rangka restrukturisasi perusahaan dan
menjadikannya sebagai perusahaan pasca krisis menguntungkan:
Rudjito memperkenalkan konsep lain SBU disebut Unit Bisnis bersinergi,
menyiratkan bahwa :
Semua Unit Bisnis itu harus bekerja sama bersama-sama, sejak
pelaksanaan SBU asli tidak tampil baik karena kurangnya dukungan
teknologi.
Konsep ini memberikan kewenangan penuh kepada para kepala kantor
cabang dan regional untuk menciptakan bisnis di wilayah mereka
sendiri.
Dengan inisiatif ini, karyawan harus bersaing dengan bank lain dan
juga cabang-cabang lainnya sementara tinggal di dalam sinergi
perusahaan.
Rudjito menerapkan beberapa pendekatan budaya baru, dikembangkan dan
disimulasikan melalui :
Komunikasi interaktif seluruh karyawan dan tingkat manajemen
Page 9
Membangun pikiran positif untuk semua orang
Membangun kerja sama tim yang solid.
Dengan menerapkan budaya manajemen baru, perusahaan berusaha
untuk membangun citra perusahaan yang baru dengan merumuskan
konsep-konsep baru pemasaran, 6Ps.
IV.IV. LITERATURE REVIEWLITERATURE REVIEW
Linking Vission and Change
Visi :
Visi sering dikaitkan dengan mengapa perubahan pada organisasi berhasil
dicapai. Sebaliknya, kurangnya visi sering dikaitkan dengan penurunan
organisasi.
Peran visi dalam memproduksi perubahan organisasi ini terkait dengan salah
satu gambar memiliki mengelola perubahan Visi umumnya dianggap sebagai
panduan bagi organisasi dalam mengidentifikasi kesesuaian perubahan
tertentu yang diusulkan
Muatan dari Visi yang Bermakna :
Isi dari visi yang bermakna telah memicu perdebatan. Beberapa pertimbangan telah
diberikan kepada atribut, gaya, dan bagaimana dibedakan dari misi dan nilai-nilai
organisasi. Berikut adalah beberapa contoh :
– Atribut-atribut dari visi :
(1) cognitive component – berfokus pada pencapaian konsumen
(2) affective component – memotivasi & meningkatkan komitmen atas perubahan.
– 3 komponen dari visi adalah:
(1) Mengapa perubahan dibutuhkan
(2) Tujuan atau maksud dari perubahan
(3) Tindakan akan perubahan yang akan dilakukan
Page 10
–– Hubungan visi dengan misi dan tujuan
Visi seringkali menjadi membingungkan terkait dengan istilah-istilah lain
seperti pernyataan misi, tujuan dan nilai-nilai
Bahwa visi biasanya melukiskan gambaran masa depan dan inspirasi,
pernyataan misi lebih purposive dan berperan dalam menguraikan apa yang
perlu dilakukan.
–– Hubungan Visi ke Strategi Pasar :
Telah dikemukakan bahwa memiliki visi yang menentukan pasar seperti ini akan
membantu mengidentifikasi bagaimana perusahaan akan tumbuh dan bersaing.
Strategies For Communicating Changes
Cara perubahan dikomunikasikan penting untuk keberhasilan program
perubahan. Dapatkah Anda berkomunikasi terlalu banyak, tergantung pada perubahan
dan citra manajer perubahan tingkat dan luasnya komunikasi dapat bervariasi. Word
out atau buy in, Ini membedakan antara, apakah fokus proses komunikasi pada
penyediaan informasi atau pada partisipasi dalam proses perolehan hasil.
Disinilah peran CEO dalam komunikasi sangat dibutuhkan. Banyak yang
percaya bahwa CEO harus menjadi komunikator prinsip perubahan sementara yang
lain menemukan manajer tingkat yang lebih rendah lebih dipercaya oleh staf dan
karena itu dalam posisi yang lebih baik untuk berkomunikasi perubahan.
Skills for Communicating Change
Communication Skill
• Keterampilan ini bertujuan untuk melibatkan orang dan komitmen untuk
mendorong proses perubahan
• Tidak mungkin mengatasi beberapa isu perubahan melalui komunikasi -
kadang-kadang perbedaan antara hasil yang diharapkan dan tekanan internal
dan eksternal dapat terlalu dalam.
Imagery of Common language
Penggunaan metafora mempengaruhi image akan perubahan. Image akan perubahan
ini meliputi:
Page 11
Machine
Didasarkan pada pandangan"memperbaiki dan memelihara"
Developmental
Didasarkan pada pandangan"membangun dan mengembangkan"
Transisi
Didasarkan pada pandangan "pergerakan/perpindahan dan merelokasi"
Transformational
Didasarkan pada pandangan "membebaskan dan menciptakan kembali"
Penggunaan kata-kata dan kalimat yang disalahartikan atau telah berevolusi dari
makna aslinya dapat merugikan proses perubahan.
Communicating Change with the Outside World
Komunikasi terhadap stakeholder eksternal sama pentingnya dengan
komunikasi internal (kepada staf/bawahan). Ini akan berpengaruh pada share
performance pada organisasi. Sebagai tuntutan, stock market performance secara
potensial merupakan ancaman selama manajemen transformasional terjadi karena
adanya ketidakpastian yang terkait dengan hasil yang dicapai.
V.V. PROBLEM ANALYSIS BASED ON LITERATURE PROBLEM ANALYSIS BASED ON LITERATURE
REVIEWREVIEW
Image Rudjito for Managing Change
Image Rudjito dalam memanajemen perubahan adalah director. Berikut ini
alasan mengapa Rudjito berperan sebagai director :
(1) Berperan sebagai kontrol dan perubahan sebagai hasil dicapai
(2) Fokus pada perubahan atas organisasi strategis dan terencana. Hasil perubahan
secara tak disengaja dapat dicapai melalui serangkaian langkah-langkah yang
direncanakan. Ada kepastian bahwa hal itu dapat dicapai
(3) Memastikan bahwa orang-orang mengerti apa yang akan terjadi dan apa yang
dituntut dari mereka. Strategi komunikasi perlu memastikan bahwa tidak ada
kelebihan pesan atau distorsi pesan
Page 12
(4) Menyampaikan secara jelas, pesan yang tidak ambigu tentang kebutuhan akan
perubahan
Linking Vission and Change
Seperti yang dijelaskan pada tinjauan teori, yakni cognitive(fokus pada
konsumen) dan affevtice (memotivasi seseorang atas komitmen terhadap
perubahan)
Pada pernyataan visi Rudjito, terkandung 3 komponen dari visi yakni:
Mengapa perubahan dibutuhkan
Tujuan atau maksud dari perubahan
Tindakan akan perubahan yang akan dilakukan
Visi yang dinyatakan oleh Rudjito tersebut berhubungan dengan Strategi
Pasar, hal ini akan membantu mengidentifikasi bagaimana perusahaan akan
tumbuh dan bersaing.
Strategies For Communicating ChangesDalam kasus ini, perubahan di komunikasikan dengan word out, yakni Rudjito
memberikan informasi tentang perubahan. Manajemen mengetahui apa yang dapat
membuat perubahan berhasil dan harus memberitahukan ini kepada orang orang
tentang apa yang terjadi. Rudjito mengatakan pernyataan strategisnya untuk
memberitahukan tentang visi misi dan strategi yang akan dia terapkan.
Beberapa hal yang dilakukan Rudjito :
Komunikasi yang interaktif antara pegawai dan manajemen
Membangun pola pikir positif, dan membangun teamwork yang solid.
BOD memutuskan untuk meningkatkan gaji pegawai 20% - 30% untuk
meningkatkan motivasi pegawai.
Skills for Communicating Change
Penggunaan metafora mempengaruhi image akan perubahan, hal ini meliputi:
Developmental : Berdasarkan pandangan"Membangun dan Mengembangkan"
Contoh dalam kasus:
• Pengembangan Produk, Pelayananm dan Pemasaran
• Pengembangan IT
• Pengembangan SDM
Page 13
Transisi : Berdasarkan pandangan "Pergerakan/Perpindahan dan Merelokasi"
Contoh dalam kasus :
• Restrukturisasi Operasional
• Restrukturisasi Keuangan
Communicating Change with the Outside World
Rudjito juga melakukan komunikasi terhadap stakeholder eksternal, karena hal itu
sama pentingnya dengan komunikasi internal (kepada staf/bawahan) dan akan
berpengaruh pada share performance pada organisasi. Hal ini dikomunikasikan oleh
BRI melalui misi yang hendak dicapai Rudjito, yaitu
1) Memberikan pelayanan prima bagi nasabah melalui jaringan yang luas
yang didukung oleh sumber daya manusia yang profesional, dengan tetap
mengutamakan praktek-praktek pengelolaan perusahaan yang baik;
2) Menciptakan manfaat dan nilai yang optimal bagi pemangku kepentingan.
VI.VI. QUESTION FOR DISCUSSIONQUESTION FOR DISCUSSION
Kepemimpinan Sofyan Basir
Sofyan Basri memiliki tanggung jawab untuk mengambil alih tugas dalam
manajemen dan harus menghadapi tantangan untuk mempertahankan kinerja BRI
selama pendahulunya. Sebagai CEO baru, ia tahu bahwa keputusan akan
mempengaruhi masa depan BRI.
Question
1.Sementara kompetisi di antara bank-bank menjadi lebih intens, ia bertanya-
tanya apa jenis strategi yang harus diterapkan?
2.Haruskah BRI masih fokus pada bisnis MSEM atau memperluas ke yang lain,
seperti perbankan konsumen?
3. Jika demikian, apa yang harus dia lakukan untuk menyelaraskan tujuan
perusahaan dengan sumber daya perusahaan (sumber daya manusia, TI, operasi,
dan pemasaran) sejak BRI telah membangun citra yang kuat di bidang
perbankan mikro?
Page 14
Discussion
1. Strategi Perubahan oleh Sofyan Basir
Pencapaian tersebut membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Menyatukan
visi dan strategi mengembangkan BRI di kalangan karyawan pun sulit karena awalnya
karyawan BRI underestimated akan kemampuan Sofyan dalam memimpin.
Strategi Sofyan Basir
Tetap konsisten melanjutkan strategi Rudjito, yakni memfokuskan bisnisnya pada
pengembangan UMKM, karena dengan demikian akan mempunyai posisi yang sangat
tepat dalam situasi perekonomian global dan peluang pengembangan bisnis domestik.
Untuk tetap mempertahankan strategi pendahulunya, maka hal yang sebaiknya
dilakukan Sofyan Basir:
Melakukan pendekatan secara personal maupun informal untuk meyakinkan
karyawan dan direksi lain agar bersama mengembangkan BRI.
Mengubah budaya organisasi ke arah yang lebih baik.
2. BRI masih fokus pada bisnis MSEM atau memperluas ke yang lain , seperti
perbankan konsumen ?
BRI masih fokus pada bisnis MSEM/UMKM
Dengan fokus terhadap pengembangan pasar domestik, BRI akan relatif
terlindungi dari dampak fluktuasi perekonomian global karena eksposur
BRI terhadap aktiva dan liabilitas valuta asing (valas) sangat kecil.
Dengan fokus yang konsisten, BRI mempunyai keunggulan kompetitif
dalam mengembangkan bisnisnya di sektor UMKM, terutama segmen
mikro. Dan, dari fokus UMKM tersebut BRI dapat meraih laba.
BRI dapat memperluas ke sector lain, seperti consumer banking
Page 15
Persaingan di segmen ini semakin ketat, oleh karena itu mau tidak mau BRI
harus memasuki sector consumer banking, hal ini dapat dilakukan dengan:
Inovasi produk-produknya
Contoh :
KPA, KPR, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kartu
Kredit.
3. Hal- hal yang dapat dilakukan Sofyan Basir untuk menyelaraskan tujuan
perusahaan dengan sumber daya perusahaan (sumber daya manusia, TI, operasi,
dan pemasaran) sejak BRI telah membangun citra yang kuat di bidang
perbankan mikro?
Inovasi produk dan jasa sehingga bila ditinggalkan nanti ibaratnya fondasi
yang dicanangkan masih membutuhkan sentuhan yang bersangkutan.
Pengembangan jaringan unit kerja
Pengembangan electronic channel
Pengembangan fitur produk simpanan.
Pengembangan sistem layanan.
Mengembangkan sistem untuk mengantisipasi kejahatan-kejahatan
perbankan, khususnya di dalam layanan prioritas, antara lain:
Meningkatkan system monitoring
Pembagian tugas dan wewenang yang jelas antara PBM (priority
banking manager), PBO (priority banking officer), dan PBA (priority
banking assistant),
Bekerja sama dengan serikat pekerja untuk mendukung beliau karena mereka
merasa makin bangga bekerja di BRI. Apalagi, Kementerian BUMN tentu
sangat memperhitungkan kinerja dari pemimpin sehingga keberhasilan BRI di
bawah Sofyan Basir dianggap masih perlu dipertahankan,”
Hasil yang Dicapai Di bawah Kepemimpinan Sofyan Basir
Banyak keraguan akan kepemimpinan Sofyan Basir. Apakah SB mampu
melanjutkan kepemimpinan Rudjito dengan baik. Menanggapi keraguan sebagian
orang berkaitan dengan kemampuan Sofyan memimpin BRI, dia mengaku dirinya
Page 16
adalah murid Rudjito, sehingga dia bisa meneruskan kerja keras dan budaya kerja
yang telah diterapkan gurunya itu.
Keberhasilan Sofyan Basir
Ternyata benar, waktu pun mulai membuktikan kemampuan Sofyan Basir
sebagai “kapten” baru di BRI. Dia mampu membawa BRI berjalan dengan stabil,
bahkan mengalami peningkatan, keberhasilan BRI dalam hal ini dapat dilihat dari :
A. Kinerja BRI pada kuartal pertama 2006.
a) BRI mencatatkan laba setelah taksiran pajak sebesar Rp1,17 triliun
atau meningkat 1,52% dibandingkan dengan perolehan laba
sebesar Rp1,153 triliun pada periode yang sama 2005.
b) Peningkatan laba ini merupakan hasil bisnis inti BRI yang terus
menunjukkan kinerja positif di tengah tekanan yang kuat pada
sektor riil hingga triwulan pertama 2006.
B. Sementara, kinerja BRI pada triwulan pertama 2010 untuk laba setelah
taksiran pajak sebesar Rp2,15 triliun atau tumbuh 25,14% dari
perolehan laba pada periode yang sama 2009 sebesar Rp1,719 triliun.
C. Sofyan Basir mendapatkan penghargaan sebagai “Top Banker 2011″
dari Majalah Investor dalam acara Penganugerahan Tokoh Finansial
Indonesia 2011.
Berkat pencapaian tersebut, BRI berhasil mempertahankan predikat sebagai
bank dengan perolehan laba tertinggi di Indonesia sejak 2005. Kondisi yang ada
menunjukkan bahwa BRI terus mengalami peningkatan. Itu juga membuktikan, di
bawah asuhan Sofyan Basir—yang tetap fokus menggarap kegiatan bisnis intinya
yaitu UMKM—BRI mampu meningkatkan kinerja dan pendapatannya.
Page 17