BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal...

26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal Precautions a. Pengertian Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), universal precautions merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for Disease Control and Prevention CDC Atlanta dan the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu menurut Kurniawati dan Nursalam (2007), kewaspadaan Universal (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien lainnya. b. Tujuan Universal Precautions Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa Universal precautions perlu diterapkan dengan tujuan : 1) Mengendalikan infeksi secara konsisten Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien, setiap waktu, untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan melalui darah. 2) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis atau tidak terlihat seperti berisiko Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah 10

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Universal Precautions

a. Pengertian

Menurut WHO dalam Nasronudin (2007), universal precautions

merupakan suatu pedoman yang ditetapkan oleh the Centers for

Disease Control and Prevention CDC Atlanta dan the Occupational

Safety and Health Administration (OSHA), untuk mencegah transmisi

dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan

fasilitas pelayanan kesehatan.

Sementara itu menurut Kurniawati dan Nursalam (2007), kewaspadaan

Universal (KU) atau Universal Precautions (UP) adalah suatu cara

untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien

ke petugas kesehatan dan sebaliknya juga dari pasien ke pasien

lainnya.

b. Tujuan Universal Precautions

Kurniawati dan Nursalam (2007), menyebutkan bahwa Universal

precautions perlu diterapkan dengan tujuan :

1) Mengendalikan infeksi secara konsisten

Universal precautions merupakan upaya pengendalian infeksi yang

harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien,

setiap waktu, untuk mengurangi risiko infeksi yang ditularkan

melalui darah.

2) Memastikan standar adekuat bagi mereka yang tidak didiagnosis

atau tidak terlihat seperti berisiko

Prinsip universal precautions diharapkan akan mendapat

perlindungan maksimal dari infeksi yang ditularkan melalui darah

10

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  11

maupun cairan tubuh yang lain baik infeksi yang telah diagnosis

maupun yang belum diketahui.

3) Mengurangi risiko bagi petugas kesehatan dan pasien

Universal precautions tersebut bertujuan tidak hanya melindungi

petugas dari risiko terpajan oleh infeksi HIV namun juga

melindungi klien yang mempunyai kecenderungan rentan terhadap

segala infeksi yang mungkin terbawa oleh petugas.

4) Asumsi bahwa risiko atau infeksi berbahaya

Universal precautions ini juga sangat diperlukan untuk mencegah

infeksi lain yang bersifat nosokomial terutama untuk infeksi yang

ditularkan melalui darah / cairan tubuh.

c. Macam Universal Precautions

Tindakan pencegahan universal meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Cuci tangan

Cuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah melakukan

tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat

pelindung diri lain. Tindakan ini penting untuk mengurangi

mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran infeksi

dapat dikurangi dan lingkungan kerja terjaga dari infeksi

(Kurniawati & Nursalam, 2007).

Indikator mencuci tangan digunakan dan harus dilakukan untuk

antisipasi terjadinya perpindahan kuman melalui tangan yaitu:

a) Sebelum melakukan tindakan, misalnya saat akan memeriksa

(kontak langsung dengan klien), saat akan memakai sarung

tangan bersih maupun steril, saat akan melakukan injeksi dan

pemasangan infus.

b) Setelah melakukan tindakan, misalnya setelah memeriksa

pasien, setelah memegang alat bekas pakai dan bahan yang

terkontaminasi, setelah menyentuh selaput mukosa.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  12

Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun atau

handsrub yang berbasis alkohol menggunakan 7 langkah (WHO

dalam Prosedur Tetap RSUP Dr. Kariadi Semarang, 2011):

a) Basahi kedua telapak anda dengan air mengalir, lalu beri sabun

ke telapak usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak

tangan

Gambar 2.1 Langkah pertama cuci tangan

b) Gosok masing- masing pungung tangan secara bergantian.

Gambar 2.2 Langkah kedua cuci tangan

c) Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari.

Gambar 2.3 Langkah ketiga cuci tangan

d) Gosokan ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan jari

tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  13

Gambar 2.4 Langkah keempat cuci tangan

e) Gosok dan putar ibu jari secara bergantian

Gambar 2.5 Langkah kelima cuci tangan

f) Gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian

Gambar 2.6 Langkah keenam cuci tangan

g) Menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar

dengan telapak tangan bergantian setelah itu bilas dengan

menggunakan air bersih dan mengalir, lalu keringkan..

Gambar 2.7 Langkah ketujuh cuci tangan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  14

2) Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Alat pelindung diri digunakan untuk melindungi kulit dan selaput

lendir petugas dari resiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh,

sekret, ekskreta kulit yang tidah utuh dan selaput lendir pasien.

Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai untuk setiap tindakan

seperti :

a) Penggunaan Sarung Tangan

Melindungi tangan dari bahan infeksius dan melindungi pasien

dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini merupakan

pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi

dan harus selalu diganti untuk mecegah infeksi silang. Menurut

Tiedjen (2004), ada tiga jenis sarung tangan yaitu:

(1) Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan

infasif atau pembedahan.

(2) Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi

petugas kesehatan sewaktu malakukan pemeriksaan atau

pekerjaan rutin.

(3) Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses

peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan

sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.

Pemakaian sarung tangan steril menurut Prosedur Tetap

Keperawatan RSUP Dr. Kariadi Semarang ( 2011) meliputi :

Gambar 2.8 Sarung Tangan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  15

Pelaksanaan :

(1) Cuci tangan dengan seksama

(2) Buka pembungkus bagian luar kemasan sarung tangan

dengan memisahkan dan melepaskan sisi-sisinya

(3) Pegang bagian dalam kemasan dan letakkan pada

permukaan yang bersih dan datar, buka kemasan, jaga

sarung tangan tetap pada kemasan dalam

(4) Jika sarung tangan kanan dan kiri, kenakan sarung tangan

yang dominan terlebih dahulu

(5) Dengan ibu jari dan telunjuk tangan non dominan, pegang

tepi manset untuk tangan yang dominan, sentuh hanya

permukaan bagian dalam sarung tangan

(6) Pakai sarung tangan dominan, pastikan manset tidak

tertumpuk di pergelangan tangan, ibu jari dan jari-jari

lainnya berada pada tempat yang tepat

(7) Dengan tangan dominan yang bersarung tangan, selipkan

jari di dalam manset sarung tangan kedua

(8) Kenakan sarung tangan kedua pada tangan non dominan

(9) Setelah sarung tangan kedua dikenakan, tautkan kedua

tangan, manset biasanya jatuh ke bawah

(10) Sarung tangan yang sudah dipakai dibuang pada

tempatnya.

b) Penggunaan Gaun pelindung

Gaun bedah, petama kali digunakan untuk melindungi pasien

dari mikroorganisme yang terdapat di abdomen dan lengan dari

staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

c) Penggunaan Celemek (skort)

Jenis bahan dapat berupa bahan tembus cairan dan bahan tidak

tembus cairan. Tujuannya untuk melindungi petugas dari

kemungkinan genangan atau percikan darah maupun cairan

tubuh lain yang dapat mencemari baju seragam.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  16

d) Penggunaan Masker dan kaca mata (google)

Masker dan kaca mata atau pelindung wajah (google),

tujuannya melindungi membran mukosa mata, hidung dan

mulut, digunakan selama melakukan tindakan perawatan pasien

yang memungkinkan terjadi percikan darah atau cairan tubuh

lain.

Langkah-langkah perawat / bidan / POS dalam memakai

masker agar tidak terjadi infeksi nosokomial baik bagi pasien

maupun perawat di ruang rawat inap (Kurniawati & Nursalam,

2007).

Gambar 2.9 Masker

Prosedur :

(1) Memasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian

mengikat tali-talinya

(a) Tali bagian atas diikat ke belakang kepala melewati

bagian atas telinga

(b) Tali bagian bawah diikat ke belakang leher

(2) Menanggalkan masker dengan melepaskan ikatan tali-

talinya, kemudian masker dilipat dengan bagian luar di

dalam

(3) Masker direndam dengan larutan desinfektans

(4) Cuci tangan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  17

e) Sepatu tertutup

Sepatu tertutup, dipakai pada saat memasuki daerah ketat.

Sepatu ini dapat berupa sepatu tertutup biasa sebatas mata kaki

dan sepatu booth tertutup yang biasa dipakai pada operasi yang

memungkinkan terjadinya genangan percikan darah atau cairan

tubuh pasien, misalnya pada operasi sectio caesarea atau

laparatomy.

3) Pengelolaan dan pembuangan alat benda tajam secara hati-hati.

Alat benda tajam sekali pakai (disposable) dipisahkan dalam

wadah khusus untuk insenerasi. Bila tidak ada insenerator,

dilakukan dekontaminasi dengan larutan chlorine 0,5% kemudian

dimasukkan dalam wadah plastik yang tahan tusukan misalnya

kaleng untuk dikubur dan kapurisasi.

4) Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan cara melakukan

dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi. Dekontaminasi dan

desinfeksi dilakukan di ruang perawatan dengan menggunakan

cairan desinfektan chlorine 0,5%, glutaraldehyde 2%, presept atau

desinfektan oleh bagian sterilisasi dengan mesin autoclave.

5) Pengelolaan linen yang tercemar dengan benar. Linen yang basah

dan tecemar oleh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, harus

dikelola secara hati-hati dengan mencegah pemaparan kulit dan

membran mukosa serta kontaminasi pakaian.

2. Perilaku

a. Pengertian perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Sunaryo, 2004). Menurut Notoatmodjo (2003), merumuskan

bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  18

organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-

O-R” atau Stimulus – Organisme – Respons.

b. Respon Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons perilaku seseorang terhadap suatu stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (covert). Respons atau suatu reaksi

terhadap suatu stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/ kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas

oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat orang lain.

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), menganalisis perilaku manusia tersebut

dalam perilaku manusia pada tingkat kesehatan. Sedangkan kesehatan

seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu

faktor perilaku dan faktor diluar perilaku, selanjutnya perilaku

kesehatan dipengaruhi oleh:

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup: pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, dan persepsi.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  19

2) Faktor-faktor pendukung (enabling faktor)

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa

sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu

perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor

pendukung (enabling faktor) mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana atau fasilitas, sumber daya / dana, keterampilan dan

keterjangkauan. Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya

mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku,

sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat

terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau

berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan

memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang

akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku. Hal yang

paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku perawat adalah

motivasi, sikap dan perilaku masyarakat, sikap dan perilaku

petugas kesehatan dan fasilitas dan peralatan yang memadai.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi universal precautions

Faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Notoatmodjo (2003) adalah

pengetahuan, sikap dan motivasi :

a. Pengetahuan

1) Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari

tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behavior).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  20

Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng,

sebelum orang mengadopsi perilaku baru tersebut terjadi proses

yang berurutan yakni :

a) Awareness (kesadaran) : yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

b) Interest : yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c) Evaluation : menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi

d) Trial : orang telah mulai mencoba perilaku baru

e) Adoption : subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

2) Domain kognitif pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Application)

Sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  21

d) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu subyek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthetis)

Sintesis yaitu menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

kemampuan untuk menyusun formula baru. Formulasi-

formulasi yang telah ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilian ini

dibutuhkan suatu kriteria yang ditentukan atau menggunakan

kriteria yang ada.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Sukmadinata (2003), faktor–faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor

– faktor sebagai berikut :

a) Faktor internal

(1) Jasmani

Faktor jasmani di antaranya adalah keadaan indera

seseorang.

(2) Rohani

Faktor rohani di antaranya adalah kesehatan psikis,

intelektual, psikomotor serta kondisi efektif dan kognitif

individu.

b) Faktor eksternal

(1) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam

memberi respon yang datang dari luar. Orang yang

berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  22

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berfikir

sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka

peroleh dari gagasan tersebut.

(2) Paparan Media Massa

Melalui berbagai media cetak maupun elektronik, berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga

seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV,

radio, majalah, pamphlet, dll) akan memperoleh informasi

media ini, berarti paparan media massa mempunyai tingkat

pengetahuan yang dimiliki seseorang.

(3) Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi lebih baik

mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status

ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder.

(4) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal bisa

diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

perkembangannya, misal sering mengikuti kegiatan yang

mendidik, misalnya seminar. Organisasi dapat memperluas

jangkuan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan

tersebut informasi tentang satu hal dapat diperoleh.

4) Alat Ukur Pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010), pengukuran pengetahuan dapat

dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang ingin diukur dari obyek penelitian atau

responden. Data yang bersifat kualitatif digambarkan dengan kata-

kata, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berwujud angka-

angka, hasil hasil perhitungan atau pengukuran, dapat diproses

dengan cara dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  23

diharapkan dan diperoleh persentase, setelah dipersentasikan lalu

ditafsirkan ke dalam kalimat yang bersifat kualitatif sebagai

berikut:

a) Pengetahuan baik (76-100%)

b) Pengetahuan cukup (55-75%)

c) Pengetahuan kurang (< 55%)

b. Sikap

1) Pengertian

Menurut Azwar (2009) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau

reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek

tersebut. Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi

terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan

bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

respons.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

2) Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah:

a) Menerima (receiving) : Diartikan bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b) Merespon (responding) : Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  24

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti

bahwa orang menerima ide tersebut

c) Menghargai (valuing) : Mengajak orang lain untuk

mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible) : Bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

merupakan sikap yang paling tinggi.

3) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap

tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya.

Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

menurut Azwar (2009) adalah :

a) Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau

seseorang yang berarti khusus bagi kita.

c) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai norma longgar bagi

pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai

sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

heteroseksual.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  25

d) Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll mempunyai

pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan

orang.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu.

f) Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan

dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu

bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

4) Pengukuran Sikap

Menurut Azwar (2009), salah satu aspek yang sangat penting guna

memahami sikap dan perilaku manusia adalah masalah

pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap.

Sesungguhnya sikap dapat dipahami lebih daripada sekedar

favorabel atau seberapa tidak favorabelnya perasaan seseorang,

lebih daridapa sekedar positif atau seberapa negatifnya. Sikap

dapat diungkap dan dipahami dari dimensinya yang lain. Beberapa

karakteristik (dimensi) sikap yaitu :

a) Arah

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah

kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah

mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak

memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.

Orangg yang setuju, mendukung atau memihak terhadap suatu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  26

objek sikap berarti memiliki sikap yang arahnya positif

sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung

dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.

b) Intensitas

Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan

sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya

mungkin tidak berbeda. Dua orang yang sama tidak sukanya

terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah

negatif belum tentu memiliki sikap negatif yang sama

intensitasnya. Orang pertama mungkin tidak setuju tapi orang

kedua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap yang

positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai

dari aspek agak setuju sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

c) Keluasan

Sikap juga memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau

ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai

hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat

pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap program

keluarga berencana secara menyeluruh, yaitu pada semua aspek

dan kegiatan keluarga berencana sedangkan orang lain

mungkin mempunyai sikap positif yang lebih terbatas (sempit)

dengan hanya setuju pada aspek-aspek tertentu saja kegiatan

program keluarga berencana tersebut.

d) Konsistensi

Sikap juga konsistensi, maksudnya adalah kesesuaian antara

pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya

terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap

diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu. Untuk dapat

konsisten, sikap harus berubah, yang labil, tidak dapat bertahan

lama dikatakan sebagai sikap yang inkonsisten. Konsistensi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  27

juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam

bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya

pada setiap diri individu dan setiap objek sikap. Sikap yang

tidak konsisten, yang tidak menunjukkan kesesuaian antara

pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang mudah berubah-

ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak

banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku

individu yang bersangkutan. Harus dibedakan antara pengertian

sikap yang tidak konsisten dan pengertian sikap yang tidak

memihak. Sikap yang tidak memihak atau netral tetap disebut

sikap juga walaupun arahnya tidak positif dan tidak negatif.

Orang dapat saja bersikap netral secara konsisten.

e) Spontanitas

Karakteristik sikap yang terakhir adalah spontanitas, yaittu

menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan

sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas

yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka tanpa harus

melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar

individu mengemukakannya. Hal ini tampak dari pengamatan

terhadap indikator sikap atau perilaku sewaktu individu

berkesempatan untuk mengemukakan sikapnya. Dalam

berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab

dengan ”setuju” atau ”tidak setuju”, spontanitas sikap ini pada

umumnya tidak dapat terlihat.

5) Pembagian sikap

Pembagian sikap menurut Azwar (2009) antara lain :

a) Sikap mendukung

b) Sikap tidak mendukung

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  28

c. Motivasi

1) Pengertian Motivasi

Motivasi mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin

“movere”, yang berarti mendorong atau menggerakkan. Motivasi

inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktifitas

dalam pencapaian tujuan. Karena itu motivasi diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong

untuk berbuat atau merupakan driving force. Motif sebagai

pendorong pada umumnya tidak berdiri sendiri, tetapi saling kait

mengait dengan faktor-faktor lain, hal-hal yang dapat

mempengaruhi motif disebut motivasi. Kalau orang ingin

mengetahui mengapa orang berbuat atau berperilaku ke arah

sesuatu seperti yang dikerjakan, maka orang tersebut akan terkait

dengan motivasi atau perilaku yang termotivasi (motivated

behavior) (Sunaryo, 2004).

Menurut Walgito (2004) motivasi merupakan keadaan dalam diri

individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa motivasi mempunyai

3 aspek, yaitu :

a) Keadaan terdorong dalam diri organisme (a driving state) :

yaitu kesiapan bergerak karena kebutuhan

b) Perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan ini

c) Goal atau tujuan yang dituju oleh perilaku tersebut

2) Teori-teori motif

Mengenai motif ini ada beberapa teori yang diajukan yang

memberi gambaran tentang seberapa jauh peranan dari stimulus

internal dan eksternal. Teori-teori tersebut adalah (Walgito, 2004) :

a) Teori insting (instinct theory) : Perilaku itu sebabkan karena

insting, dan mengajukan suatu daftar insting. Insting

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  29

merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan, dan

insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.

b) Teori dorongan (drive theory) : Teori ini bertitik tolak pada

pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-

dorongan atau drive tertentu. Dorongan-dorongan ini berkaitan

dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong

organisme berperilaku.

c) Teori insentif (insentive theory) : Teori ini bertitik tolak pada

pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena

adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme

berbuat atau berperilaku. Insentif atau juga disebut sebagai

reinforcement ada yang positif dan ada yang negatif.

d) Teori atribusi : Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab

perilaku orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi

internal (misal motif, sikap) ataukah keadaan eksternal. Pada

dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi internal, tetapi

juga dapat atribusi eksternal.

e) Teori kognitif : Apabila seseorang harus memilih perilaku

mana yang mesti dilakukan, maka pada umumnya yang

bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan

membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang

bersangkutan.

3) Jenis-jenis motif

Jenis-jenis motif menurut Walgito (2004) adalah:

a) Motif fisiologis : dorongan atau motif fisiologis pada umumnya

berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan,

dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk

mendapatkan udara segar.

b) Motif sosial : motif sosial merupakan motif yang kompleks,

dan merupakan sumber dari banyak perilaku atau perbuatan

manusia.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  30

c) Teori kebutuhan dari Murray : Selain teori kebutuhan atau teori

motif yang dikemukakan oleh McClellland, dikenal pula teori

kebutuhan yang dikemukakan oleh Murray atau disebut teori

motif.

d) Motif eksplorasi, kompetensi dan self-aktualisasi : mengadakan

eksplorasi terhadap lingkungan; motif untuk menguasai

tantangan yang ada dalam lingkungan dan menanganinya

dengan secara efektif (competency, or effectance motivation);

dan motif untuk aktualisasi diri (self actualization) yang

berkaitan sampai seberapa jauh seseorang dapat bertindak atau

berbuat untuk mengaktualisasikan dirinya.

4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Menurut Widyatun (2002) ada dua faktor yang berpengaruh

terhadap motivasi yaitu:

a) Faktor internal

Motivasi yang berasal dari dalam diri manusia, biasanya timbul

dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga

manusia menjadi puas.

Faktor internal meliputi:

(1) Faktor fisik

Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

kondisi fisik misalnya status kesehatan.

(2) Faktor proses mental

Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu

saja, tetapi ada kebutuhan yang mendasari munculnya

motivasi tersebut. Ibu dengan fungsi mental yang normal

akan memandang dirinya secara positif, seperti halnya ada

kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam

hidup yang harus dihadapi.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  31

(3) Faktor hareditas

Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe

kepribadian yang secara herediter dibawa sejak lahir. Ada

tipe kepribadian tertentu yang mudah termotivasi atau

sebaliknya. Orang yang mudah sekali tergerak perasaanya,

setiap kejadian menimbulkan reaksi perasaan padanya.

(4) Faktor kematangan usia

Kematangan usia seseorang akan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan dan proses berfikir dalam

melakukan sesuatu.

(5) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang juga mempengaruhi

motivasi individu, yang mana makin tinggi pengetahuan

seseorang maka makin tinggi motivasi sesorang untuk

melakukan universal precautions.

b) Faktor eksternal

Motivasi yang berasal dari luar diri individu yang merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal

meliputi:

(1) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar

individu baik secara fisik, biologis maupun sosial.

(2) Dukungan sosial

Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun

nonverbal, saran, bantuan yang nyata dan tingkah laku yang

diberikan masyarakat dengan subyek didalam lingkungan

sosialnya.

(3) Fasilitas (sarana dan prasarana)

Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang seperti

Puskesmas, Posyandu, klinik, bidan desa yang mudah

terjangkau oleh masyarakat, serta tersedianya alat-alat data

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  32

menunjang keberhasilan perawat untuk melakukan

universal precautions.

(4) Media

Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau

info kesehatan. Adanya media ini memudahkan ibu menjadi

lebih tahu tentang informasi-informasi kesehatan yang pada

akhirnya dapat menjadi motivasi perawat untuk melakukan

universal precautions.

5) Pembagian Motivasi

Menurut Walgito (2004), ada 3 pembagian motivasi, yaitu :

a) Motivasi tinggi jika skor 76%-100%

b) Motivasi cukup jika skor 55%-75%

c) Motivasi rendah jika skor < 55%

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  33

B. Kerangka Teori

Bagan 2.10 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2003)

Perilaku Universal precautions pada perawat

Faktor predisposisi (predisposing factor) 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Nilai 4. Kepercayaan 5. Persepsi

Faktor pendukung (enabling factor) 1. Ketersediaan sarana 2. Sumber daya / dana 3. Keterampilan 4. Keterjangkauan

Faktor pendorong (reinforcing factor) 1. Motivasi 2. Sikap dan perilaku masyarakat 3. Sikap dan perilaku petugas

kesehatan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  34

C. Kerangka Konsep

Bagan 2.11 Kerangka Konsep

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati

(Sugiyono, 2007).

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel Independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan

motivasi.

2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah perilaku universal precautions pada perawat

pelaksana di RSUP Dr. Kariadi Semarang.

E. Hipotesis

Menurut Notoatmodjo (2005), hipotesis penelitian adalah jawaban sementara

penelitian, patokan duga atau sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan

dalam penelitian tersebut.

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Perilaku universal precautions

Sikap

Motivasi

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Universal …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-gunawannim... · Prinsip-prinsip cuci tangan yang efektif dengan sabun

  35

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku universal precautions

pada perawat pelaksana di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi

Semarang.

2. Ada hubungan antara sikap dengan perilaku universal precautions pada

perawat pelaksana di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang.

3. Ada hubungan antara motivasi dengan perilaku universal precautions pada

perawat pelaksana di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang.