BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1...

76
9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1. Pengertian Sistem Informasi Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), “an information system can be defined technically as a set of interrelated components that collect (or retrieve), process, store, and distribute information to support decision making and control in an organization.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan dalam mengumpulkan (atau memperoleh), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian di dalam sebuah perusahaan. Menurut O’Brien (2003, p7), “an information system can be any organized combination of people, hardware, software, communication networks, and data resources that collects, transforms, and disseminates information in an organization.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi dapat merupakan kombinasi dari orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan- jaringan komunikasi¸ dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Turban et al. (2003, p15), “an information system collects, processes, stores, analyzes, and disseminates information for a specific purpose. Like any other system, an information system includes inputs (data,

Transcript of BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1...

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Informasi Akuntansi

2.1.1. Pengertian Sistem Informasi

Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), “an information system can be

defined technically as a set of interrelated components that collect (or retrieve),

process, store, and distribute information to support decision making and control

in an organization.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi dapat

didefinisikan sebagai sekumpulan dari komponen-komponen yang saling

berhubungan dalam mengumpulkan (atau memperoleh), memproses,

menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan

keputusan, koordinasi, dan pengendalian di dalam sebuah perusahaan.

Menurut O’Brien (2003, p7), “an information system can be any

organized combination of people, hardware, software, communication networks,

and data resources that collects, transforms, and disseminates information in an

organization.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi dapat

merupakan kombinasi dari orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan-

jaringan komunikasi¸ dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah,

dan menyebarkan informasi di dalam suatu perusahaan.

Sedangkan menurut Turban et al. (2003, p15), “an information system

collects, processes, stores, analyzes, and disseminates information for a specific

purpose. Like any other system, an information system includes inputs (data,

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

10

instructions) and outputs (reports, calculation). It processes the inputs and

produces outputs that are sent to the user or to other system.” Penulis

menterjemahkan bahwa sebuah sistem informasi mengumpulkan, memproses,

menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.

Seperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input berupa data dan

instruksi-instruksi serta output berupa laporan-laporan dan kalkulasi-kalkulasi.

Sistem informasi memproses input dan menghasilkan output yang akan

dikirimkan ke pengguna atau ke sistem-sistem lainnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

adalah sekumpulan komponen yang terdiri dari orang, perangkat keras, piranti

lunak, jaringan komunikasi, dan sumber data yang saling berinteraksi dalam

mengumpulkan, memproses, mengubah, menyebarkan, dan menyimpan

informasi yang dibutuhkan bagi pengambilan keputusan dan pencapaian sasaran

perusahaan.

2.1.2. Pengertian Akuntansi

Menurut Bodnar dan Hopwood, yang diterjemahkan oleh Jusuf dan

Tambunan (2000, h1), akuntansi sebagai suatu sistem informasi,

mengidentifikasikan, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan informasi

ekonomik mengenai suatu badan usaha kepada beragam orang.

Menurut Horngren et al. (2002, p5), ”accounting is the information

system that measures business activities, processes that information into reports,

and communicates the results to decision makers.” Penulis menterjemahkan

bahwa akuntansi merupakan sebuah sistem informasi yang mengukur aktivitas-

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

11

aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan-laporan, dan

mengkomunikasikan hasil-hasil tersebut kepada para pembuat keputusan.

Menurut Wilkinson et al. (2000, p5), yang diterjemahkan oleh penulis,

akuntansi memiliki beberapa sisi. Pertama, akuntansi mencakup pencatatan data

ekonomi (koleksi data), pemeliharaan data yang disimpan (pemeliharaan data),

dan menyajikan informasi kuantitatif dalam istilah-istilah finansial (information

generation). Kedua, akuntansi merupakan “bahasa bisnis” yang mengekspresikan

dan meringkas peristiwa-peristiwa penting pada perusahaan bisnis. Terakhir,

akuntansi dapat dipandang sebagai suatu informasi keuangan yang diperlukan

untuk keseluruhan fungsi dari suatu entitas (seperti perusahaan bisnis). Informasi

keuangan utama tertentu, misalnya, merefleksikan hasil-hasil operasi selama

periode akuntansi serta status dari aset dan modal pada akhir periode akuntansi.

Berbagai jenis pemakai, baik yang berada di dalam entitas dan maupun di luar

entitas, menggunakan informasi ini untuk berbagai macam tujuan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu

sistem informasi yang mengumpulkan dan mencatat data ekonomi dari aktivitas-

aktivitas bisnis perusahaan dan kemudian memprosesnya menjadi sebuah laporan

yang berguna dalam pembuatan keputusan berbagai pihak pemakai, baik dari

dalam atau luar perusahaan.

2.1.3. Pengetian Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Gelinas dan Dull (2005, p14), ”accounting information system

(AIS) is a specialized subsystem of the IS. The purpose of this separate AIS was

to collect, process, and report information related to the financial aspects of

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

12

business events.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi adalah

subsistem spesialisasi dari sistem informasi yang bertujuan mengumpulkan,

memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek-aspek

keuangan dari kegiatan-kegiatan dalam bisnis.

Menurut Jones dan Rama (2006, p5), ”accounting information system is a

subsystem of an MIS that provides accounting and financial information, as well

as other information obtained in the routine processing of accounting

transactions.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi akuntansi

merupakan suatu subsistem dari sistem informasi manajemen (SIM) yang

menyediakan informasi akuntansi dan keuangan sebagaimana informasi lain

yang diperoleh di dalam pemrosesan rutin dari transaksi-transaksi akuntansi.

Sedangkan menurut Wilkinson et al. (2000, p7), “accounting information

system is a unified structure within an entity, such as a business firm, that

employs physical resources and other components to transform economic data

into accounting information, with the purpose of satisfying the information needs

of a variety of users.” Penulis menterjemahkan bahwa sistem informasi akuntansi

adalah sebuah struktur dalam sebuah entitas, seperti perusahaan bisnis, yang

menggunakan sumber daya fisik dan komponen-komponen lainnya untuk

memproses data ekonomi menjadi informasi akuntansi, dengan tujuan untuk

memenuhi kebutuhan informasi dari berbagai user.

Jadi dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

akuntansi adalah sebuah subsistem dari sistem informasi manajemen yang

menggabungkan entitas yang ada di dalam perusahaan dan menggunakan sumber

daya fisik serta komponen-komponen lainnya guna memenuhi kebutuhan

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

13

berbagai user akan informasi, baik informasi akuntansi maupun informasi

lainnya.

2.1.4. Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Jones dan Rama (2006, p6), yang diterjemahkan oleh penulis,

ada lima tujuan dan kegunaan sistem informasi akuntansi, yaitu:

1. Menghasilkan laporan eksternal

Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan

laporan-laporan khusus yang dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan

informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan seperti investor,

kreditur, penagih pajak, dan lainnya. Laporan-laporan tersebut mencakup

laporan keuangan, tax return, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh

pihak-pihak yang terkait.

2. Mendukung aktivitas yang rutin

Manajer menggunakan sistem informasi akuntansi untuk mendukung

aktivitas rutin perusahaan selama siklus operasi perusahaan seperti menerima

pesanan pelanggan, pemenuhan jasa, dan pengiriman barang, menagih

pelanggan, dan menerima pembayaran.

3. Mendukung keputusan

Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan yang

bersifat non-rutin pada semua tingkatan dalam sebuah perusahaan seperti

mengetahui produk yang paling laku dijual dan mengetahui pelanggan mana

yang melakukan pembelian paling banyak. Informasi ini sangat penting

dalam perencanaan produk baru, pembuatan keputusan mengenai produk

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

14

yang akan disimpan sebagai persediaan, dan cara pemasaran produk ke

pelanggan.

4. Perencanaan dan pengawasan

Sebuah sistem informasi juga dibutuhkan dalam aktivitas perencanaan dan

pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar

disimpan menggunakan sistem informasi kemudian laporan dirancang untuk

membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang

sebenarnya.

5. Mengimplementasikan pengendalian internal

Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi

yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kehilangan atau

penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut

dapat berhasil dengan membuat sebuah sistem informasi akuntansi yang

terkomputerisasi seperti penggunaan password untuk membatasi

pengaksesan data dari pihak yang tidak berwenang.

2.1.5. Subsistem dari Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Hall (2001, h12), Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terdiri atas

tiga subsistem utama, antara lain:

1. Sistem Pemrosesan Transaksi (SPT) / Transaction Processing System (TPS)

merupakan pusat dari seluruh fungsi sistem informasi dengan:

a. Mengkonversi peristiwa ekonomi ke transaksi keuangan.

b. Mencatat transaksi keuangan dalam record akuntansi (jurnal dan buku

besar).

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

15

c. Mendistribusikan informasi keuangan yang utama ke personel operasi

untuk mendukung kegiatan operasional harian mereka.

Sistem Pemrosesan Transaksi (SPT) menangani peristiwa-peristiwa bisnis

yang muncul secara berkala. STP terdiri atas 3 (tiga) siklus transaksi, yaitu:

siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus konversi.

2. Sistem Pelaporan Buku Besar / Keuangan (General Ledger / Financial

Reporting System)

Sistem Buku Besar (SBB) dan Sistem Pelaporan Keuangan (SPK) adalah

subsistem yang saling erat terkait. Namun, karena interdependensi

operasional mereka, keduanya dipandang sebagai suatu sistem tunggal yang

integratif – SBB/PK. Besarnya input ke Sistem Buku Besar datang dari siklus

transaksi. Rangkuman aktivitas siklus transaksi ini diproses oleh Sistem

Buku Besar untuk memperbaharui akun-akun kontrol buku besar. Transaksi

lainnya yang tidak terlalu sering, seperti transaksi stok, merger, dan

penyelesaian tuntutan hukum, di mana mungkin siklus pemrosesan formal

tidak terjadi, juga memasuki SBB sebagai sumber alternatif. SPK mengukur

dan melaporkan status sumber daya keuangan dan perubahan dalam sumber

daya-sumber daya tersebut. SPK mengkomunikasikan informasi ini terutama

kepada pemakai eksternal.

3. Sistem Pelaporan Manajemen (Management Reporting System)

Sistem Pelaporan Manajemen (SPM) menyediakan informasi keuangan

internal yang diperlukan untuk mengatur sebuah bisnis. Para manajer

membutuhkan informasi yang berbeda untuk berbagai jenis keputusan yang

harus dilakukan. Laporan yang dihasilkan meliputi anggaran, laporan varians,

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

16

analisis biaya-volume-laba, dan laporan yang menggunakan data biaya lancar

(bukan yang historis).

2.1.6. Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), yang diterjemahkan oleh

penulis, terdapat enam komponen dari sebuah sistem informasi akuntansi, yaitu:

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan berbagai

fungsi.

2. Prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi, baik manual maupun yang

terotomatisasi, yang terlibat dalam pengumpulan, pemrosesan, dan

penyimpanan data mengenai aktivitas-aktivitas organisasi.

3. Data mengenai organisasi dan proses-proses bisnisnya.

4. Perangkat lunak yang digunakan untuk memproses data organisasi.

5. Infrastruktur teknologi informasi, yang mencakup komputer-komputer,

perangkat pendukung, dan perangkat komunikasi jaringan yang digunakan

untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses, serta mentransmisikan data

dan informasi.

6. Pengukuran keamanan dan pengendalian internal yang mengamankan data

dalam sistem informasi akuntansi.

2.1.7. Siklus Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Wilkinson et al. (2000, p45), yang diterjemahkan oleh penulis,

siklus sistem informasi akuntansi yang merupakan siklus transaksi akuntansi

(transaction cycles) terdiri dari:

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

17

1. General Ledger and Financial Reporting Cycle

Merupakan pusat dari siklus lainnya. Siklus ini unik di mana pemrosesan

transaksi individual bukanlah merupakan fungsi keseluruhannya maupun

fungsinya yang paling penting. Selain itu, juga lebih banyak bekerja sama

dengan pemrosesan yang berhubungan dengan akuntansi daripada kejadian

bisnis. Arus masuk utamanya timbul dari output siklus transaksi lainnya.

Sebagai tambahan, siklus ini meliputi transaksi non rutin dan penyesuaian

yang timbul selama atau pada akhir tiap periode akuntansi.

2. Revenue Cycle

Siklus ini meliputi tiga kejadian bisnis atau transaksi kunci, yaitu: permintaan

atas proyek, eksekusi proyek dan pengiriman (penjualan), serta penerimaan

kas.

3. Expenditure Cycle

Siklus ini meliputi dua kejadian bisnis atau transaksi kunci: pembelian dan

pengeluaran kas.

4. Resources-Management Cycle

Siklus ini terdiri dari semua aktivitas yang berhubungan dengan sumber daya

fisik perusahaan. Resources-management cycle ini melibatkan kejadian bisnis

sebagai berikut:

• Memperoleh modal dari berbagai sumber (termasuk pemilik),

menginvestasikan modal, dan membayar modal ke penerimanya.

• Memperoleh, memelihara, dan menyingkirkan fasilitas (aset tetap).

• Memperoleh, menyimpan, dan menjual persediaan (barang dagangan).

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

18

• Memperoleh, memelihara, dan membayar personil (seperti para pegawai,

manager, konsultan dan pihak luar lainnya).

5. Other Transaction Cycles

Siklus ini merupakan siklus-siklus lain selain yang telah dijelaskan di atas,

yang dimodifikasi sesuai dengan jenis perusahaannya. Misalnya, pada

perusahaan manufaktur menambahkan siklus produksi atau konversi

(production / conversion cycle).

2.2. Pembelian

2.2.1. Pengertian Pembelian

Menurut Bodnar dan Hopwood, yang diterjemahkan oleh Jusuf dan

Tambunan (2000, h277), pembelian adalah kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan dengan membeli barang secara tunai atau kredit atau membeli aktiva

produksi untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan atau membeli barang dan

jasa berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

Kemudian, menurut Gelinas dan Dull (2005, p420), yang diterjemahkan

oleh penulis, proses pembelian adalah sebuah struktur interaksi antara orang-

orang, peralatan, metode-metode, dan pengendalian (kontrol) yang didesain

untuk mencapai fungsi-fungsi utama sebagai berikut :

1. Menangani rutinitas pekerjaan yang berulang-ulang dari departemen

pembelian dan departemen penerimaan.

2. Mendukung kebutuhan pengambilan keputusan dari orang-orang yang

mengatur departemen pembelian dan penerimaan.

3. Membantu dalam penyiapan laporan internal dan eksternal.

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

19

Menurut Render dan Heizer (2001, h414), pembelian berarti perolehan

barang atau jasa. Tujuan dari kegiatan pembelian adalah:

1. Membantu identifikasikan produk dan jasa yang dapat diperoleh secara

eksternal.

2. Mengembangkan, mengevaluasi, dan menentukan pemasok, harga dan

pengiriman yang terbaik bagi barang dan jasa tersebut.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

akuntansi pembelian merupakan suatu sistem yang dibangun untuk mendukung

dan mengotomatisasikan kegiatan sehari-hari perusahaan yang berhubungan

dengan pembelian, yang harus disertai dengan adanya pengendalian internal

yang baik sehingga dapat mencegah dan meminimalisasi kemungkinan

terjadinya kecurangan dan kesalahan di dalam aktivitas pembelian perusahaan.

2.2.2. Fungsi – Fungsi yang Terkait

Menurut pendapat Wilkinson et al. (2000, p470), yang diterjemahkan

oleh penulis, fungsi-fungsi yang terkait dalam siklus pengeluaran (expenditure

cycle) adalah:

1. Inventory Management / Logistics

Dalam perusahaan dagang, tujuan dari fungsi ini adalah untuk mengatur

persediaan barang dagang yang diperoleh perusahaan untuk dijual kembali.

Dalam perusahaan pabrik, aktivitas yang termasuk ke dalam inventory

management dapat dikombinasikan dengan aktivitas produksi agar

memperluas fungsi logistik. Selain bertanggung jawab atas perencanaan,

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

20

inventory management juga mencakup pembelian, penerimaan, dan

penyimpanan.

Pembelian secara utama berfokus pada pemilihan supplier yang paling tepat

bagi perusahaan untuk melakukan pemesanan barang dan jasa. Pemilihan

supplier didasarkan pada faktor-faktor seperti harga unit untuk barang atau

jasa, kualitas barang atau jasa yang ditawarkan, syarat dan tanggal

pengiriman yang dijanjikan, dan juga kehandalan dari supplier. Bersama

dengan pengendalian persediaan (yang berada di bawah fungsi akuntansi),

bagian pembelian akan menjamin kuantitas barang yang akan diterima.

Bagian Penerimaan memiliki tanggung jawab untuk hanya menerima barang

yang dipesan, menverifikasi kuantitas dan kondisinya, dan memindahkan

barang ke gudang. Bagian Penyimpanan memiliki tanggung jawab untuk

menjaga barang dari pencurian, kehilangan dan perusakan serta

menyiapkannya dengan tepat waktu ketika terdapat permintaan atas barang

tersebut.

2. Finance / Accounting

Tujuan dari pengaturan keuangan dan akuntansi (financial and accounting

management) berhubungan dengan pembiayaan, data, informasi,

perencanaan, dan pengendalian sumber daya-sumber daya. Dalam

hubungannya dengan siklus pembelian, tujuan ini terbatas kepada

perencanaan dan pengendalian kas perusahaan, mengatur data yang berkaitan

dengan pembelian dan akun supplier, pengendalian persediaan, dan informasi

yang berkaitan dengan kas, pembelian dan supplier.

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

21

2.2.3. Proses Pembelian

Menurut Jones dan Rama (2006, p356), yang diterjemahkan oleh penulis,

proses pembelian setiap jenis perusahaan hampir serupa dan biasanya meliputi

beberapa atau seluruh kegiatan berikut ini :

1. Konsultasi dengan supplier

Sebelum mengadakan pembelian, sebuah perusahaan dapat menghubungi

beberapa supplier untuk mendapatkan pemahaman mengenai ketersediaan

kuantitas dan harga dari barang dan jasa.

2. Memproses permintaan barang

Dokumen permintaan barang atau jasa pertama-tama disiapkan oleh

karyawan dan disetujui oleh supervisor. Permintaan ini kemudian digunakan

oleh departemen pembelian untuk memesan barang.

3. Mengadakan perjanjian dengan supplier untuk pembelian barang atau jasa

dimasa yang akan datang

Perjanjian dengan supplier meliputi pesanan-pesanan pembelian (pesanan

yang sebenarnya dikirim ke supplier) dan kontrak dengan supplier.

4. Penerimaan barang atau jasa dari supplier

Perusahaan harus memastikan bahwa barang yang diterima adalah sesuai

dengan yang dipesan dan berada dalam kondisi yang baik. Pada perusahaan-

perusahaan yang besar, terdapat unit penerimaan yang terpisah yang akan

bertanggung jawab dalam menerima barang. Departemen penerimaan barang

akan menerima barang dan menyampaikannya ke departemen permintaan

barang.

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

22

5. Pengakuan kewajiban atas barang dan jasa yang diterima

Setelah barang-barang diterima, supplier akan mengirimkan sebuah invoice.

Jika tagihan tersebut akurat, departemen hutang akan mencatat invoice

tersebut.

6. Pemilihan invoice yang akan dibayar

Banyak perusahaan memilih invoice untuk pembayaran berdasarkan jadwal

dan seringkali secara mingguan.

7. Penulisan cek

Setelah memilih invoice yang akan dibayar, lalu dilakukan penulisan,

penandatanganan, dan pengiriman cek kepada supplier.

2.2.4. Manajemen Pembelian

Menurut Render dan Heizer (2001, h420), manajemen pembelian

mempertimbangkan berbagai faktor, seperti biaya persediaan dan transportasi,

ketersediaan pasokan, kinerja pengiriman, dan mutu pemasok. Suatu perusahaan

mungkin mempunyai kemampuan di semua bidang manajemen pembelian dan

kemampuan luar biasa di bidang-bidang tertentu. Walaupun begitu, fungsi

operasi yang luar biasa memerlukan adanya hubungan pemasok (vendor) yang

sempurna. Hubungan penjual yang efektif mengharuskan pembelian dilakukan

dengan proses tiga tahap, yaitu:

1. Evaluasi penjual

Tahap pertama, evaluasi penjual, mencakup pencarian penjual potensial, dan

penentuan kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Fase

ini menuntut agar dilakukan evaluasi kriteria. Pilihan pemasok yang

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

23

kompeten merupakan sesuatu yang sangat penting. Bila yang dipilih bukan

pemasok yang baik, semua usaha pembelian lainnya akan menjadi sia-sia.

2. Pengembangan penjual

Pembelian memastikan bahwa penjualnya menghargai kebutuhan akan mutu

dan kebijakan pemerolehan bahan baku. Pengembangan penjual dapat

mencakup semuanya, mulai dari pelatihan sampai ke bantuan rekayasa dan

produksi, sampai ke format untuk transfer informasi elektronik.

3. Negosiasi

Strategi negosiasi terdiri dari tiga jenis klasik yaitu: model harga berdasarkan

biaya (cost-based price model), model harga berdasarkan pasar (market-

based proce model) dan perebutan tender (competitive bidding).

2.2.5. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Pembelian

Menurut Assauri (2008, h228), tanggung jawab bagian pembelian antara

lain adalah:

1. Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar rencana

operasi dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut pada tingkat

harga yang perusahaan pabrik akan mampu bersaing dalam memasarkan

produknya.

2. Bertanggung jawab atas usaha-usaha untuk dapat mengikuti perkembangan

bahan-bahan baru yang dapat menguntungkan dalam proses produksi,

perkembangan dalam desain, harga dan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi produk perusahaan, harga dan desainnya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

24

3. Bertanggung jawab untuk meminimalisasi investasi atau meningkatkan

perputaran (turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan ke

dalam pabrik dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

produksi.

4. Bertanggung jawab atas kegiatan penelitian dengan menyelidiki data dan

perkembangan pasar, perbedaan sumber-sumber penawaran (supply), dan

memeriksa pabrik supplier untuk mengetahui kapasitasnya dan kemampuan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan perusahaan.

5. Sebagai tambahan, kadang-kadang bertanggung jawab atas pemeliharaan

bahan-bahan yang dibeli setelah diterima, yaitu pekerjaan di gudang pabrik

dan bertanggung jawab atas pengawasan persediaan (inventory control).

Menurut Assauri (2008, h228), tugas-tugas yang dilakukan bagian

pembelian dalam memenuhi tanggung jawab antara lain adalah:

1. Melakukan pembelian bahan-bahan secara bersaing atas dasar nilai yang

ditentukan tidak hanya oleh harga yang tepat tetapi juga oleh waktu yang

tepat, jumlah dan mutu / kualitas yang tepat.

2. Membantu melakukan pemilihan bahan-bahan dengan menyelidiki /

substitusi.

3. Untuk memperoleh sumber-sumber pilihan dari suplai dengan melakukan

usaha-usaha pencarian paling sedikit dua sumber dari suplai.

4. Mempengaruhi tingkat persediaan yang terendah (the lowest stock levels).

5. Menjaga hubungan baik dengan supplier yang baik.

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

25

6. Melakukan kerjasama dan koordinasi yang efektif dengan fungsi-fungsi

lainnya dalam perusahaan.

7. Melakukan penelitian tentang keadaan perdagangan dan pasar.

8. Melakukan pembelian seluruh bahan-bahan dan perlengkapan yang

dibutuhkan tepat pada waktunya sehingga tidak mengganggu rencana

produksi dari perusahaan pabrik tersebut.

2.2.6. Dokumen-dokumen yang Terkait pada Pembelian

Menurut Wilkinson et al. (2000, p472), yang diterjemahkan oleh penulis,

dokumen-dokumen yang terkait kepada siklus pengeluaran (expenditure cycle)

adalah :

1. Purchase Requisition (Permintaan Pembelian)

Form yang digunakan dalam proses pembelian untuk mengotorisasi

pemesanan terhadap barang dan jasa.

2. Purchase Order (Pemesanan Pembelian)

Form yang resmi dan dibuat secara rangkap, yang berasal dari permintaan

pembelian.

3. Receiving Order (Penerimaan Pesanan)

Dokumen yang mencatat penerimaan barang.

4. Supplier’s (Vendor’s) Invoice

Dokumen tagihan yang berasal dari supplier yang menyediakan barang atau

jasa.

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

26

5. Disbursement Voucher

Dokumen di dalam sistem voucher yang mengakumulasikan invoice dari

supplier untuk pembayaran.

6. Disbursement Check

Dokumen terakhir dalam siklus pembelian yang menyediakan pembayaran

kepada supplier atas suatu barang atau jasa.

7. Debit Memorandum

Dokumen yang mengotorasi pengembalian atau retur pembelian.

8. New Supplier (Vendor) Form

Form yang digunakan dalam pemilihan supplier baru, menunjukkan data

mengenai harga, tipe barang atau jasa yang disediakan, pengalaman, posisi

kredit dan referensi.

9. Request for Proposal (or Quotation)

Form yang digunakan dalam prosedur penawaran yang bersaing,

menunjukkan barang atau jasa yang diperlukan dan persaingan harga, jangka

waktu pembayaran dan lain sebagainya.

2.2.7. Hubungan Pembelian dengan Fungsi Persediaan

Menurut Assauri (2008, h239), perusahaan dapat melakukan pembelian

atas bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan antara lain untuk memenuhi

beberapa fungsi persediaan sebagai berikut:

1. Batch Stock atau Lot Size Inventory

Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-

bahan / barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

27

dibutuhkan pada saat itu. Dalam hal ini, terjadi pembelian atau pembuatan

yang dilakukan untuk jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluaran

dilakukan dalam jumlah kecil. Jadi, terjadinya persediaan dikarenakan

adanya pengadaan bahan / barang yang dilakukan lebih banyak daripada

yang dibutuhkan.

2. Fluctuation Stock

Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan

mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen

apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau

tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.

Jadi, apabila fluktuasi permintaan sangat besar maka persediaan ini

(fluctuation stock) yang dibutuhkan akan sangat besar juga untuk menjaga

kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3. Anticipation Stock

Yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat di dalam

satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan

yang meningkat. Di samping itu, anticipation stock juga dimaksudkan untuk

menjaga kemungkinan akan sukarnya perolehan bahan-bahan sehingga tidak

mengganggu jalannya proses produksi.

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

28

2.3. Persediaan

2.3.1. Pengertian Persediaan

Menurut Chase et al. (2004, p545), “inventory is the stock of any item or

resources used in the organization.” Penulis menterjemahkan bahwa persediaan

merupakan stok dari item atau sumber daya apapun yang digunakan dalam

sebuah perusahaan.

Menurut Ma’arif (2003, h276), persediaan adalah suatu aktiva yang

meliputi barang-barang perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu

periode usaha yang normal atau barang-barang yang masih dalam proses

produksi ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan

dalam suatu proses produksi.

Menurut Handoko (2000, h333), persediaan adalah suatu istilah umum

yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi

yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi persediaan merupakan

suatu sistem yang dibangun untuk mendukung kegiatan perusahaan sehubungan

dengan pencatatan, pengendalian tingkat persediaan serta penyediaan laporan

yang berhubungan dengan persediaan bahan baku, barang dalam proses dan

barang jadi yang dimiliki perusahaan.

2.3.2. Manfaat Persediaan

Menurut Ma’arif (2003, h277), persediaan yang dilakukan oleh

perusahaan memiliki beberapa kegunaan, antara lain:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang.

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

29

Jika barang yang dipesan terlambat datang sedangkan proses produksi

berjalan terus, maka persediaan akan dikeluarkan dan dipakai untuk

keperluan produksi. Hal ini akan terus berlangsung sampai barang yang

dipesan datang. Untuk pemasok yang nakal dalam arti tidak menepati waktu

pengiriman pesanan barang, maka dapat digunakan taktik ”memperpanjang

masa perkiraan datangnya barang” sehingga persediaan yang dilakukan lebih

besar daripada yang dilakukan terhadap pemasok yang baik.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik.

Jika barang yang dipesan cacat, rusak atau ditolak (reject), maka persediaan

dapat digunakan sambil menunggu barang yang baik dikirimkan. Barang

yang dipesan hendaknya mencapai kualitas yang diinginkan. Jika tidak sesuai

dengan kualitas yang disepakati, maka perusahaan dapat me-reject barang

dengan alasan tidak sesuai dengan spesifikasi yang ada dalam kontrak.

3. Untuk menumpuk barang-barang yang dihasilkan secara musiman.

Ini berlaku bagi produk-produk pertanian. Karena sifatnya musiman, maka

ketika musim panen, persediaan dilakukan dalam jumlah besar. Sedangkan

jika tidak musim, maka persediaan yang besar tadi dikeluarkan.

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan.

Pada akhirnya, persediaan memiliki kegunaan untuk mempertahankan agar

produksi terus berjalan. Jika produksi berhenti, maka stabilitas operasi

perusahaan akan terganggu.

5. Mencapai pengunaan mesin yang optimal.

Persediaan pun diperlukan untuk mencapai penggunaan mesin agar optimal.

Karena jika tidak ada barang, maka mesin akan idle. Dalam kondisi tidak ada

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

30

barang yang masuk, maka persediaan menjadi wajib hukumnya untuk

dikeluarkan.

6. Memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi.

Jaminan ini menjadi penting, disebabkan karena image konsumen terhadap

perusahaan. Jika tidak ada jaminan barang jadi selalu tersedia, maka

konsumen tidak akan pernah loyal dengan barang kita tersebut.

2.3.3. Jenis-Jenis Persediaan

Berdasarkan pendapat Handoko (2000, h334), menurut jenisnya

persediaan dapat dibedakan menjadi :

1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang berwujud

yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts / components),

yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang

diperoleh dari perusahaan lain, di mana secara langsung dapat dirakit menjadi

suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak

merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-

barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi

atau yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses lebih

lanjut menjadi barang jadi.

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

31

5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang

telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau

dikirim kepada pelanggan.

2.3.4. Fungsi Persediaan

Menurut Render dan Heizer (2001, h314), persediaan (inventory) dapat

memilki fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu

perusahaan. Ada enam penggunaan persediaan, yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi

permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan

produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat

membentuk stok selama musim dingin sehingga biaya kekurangan stok dan

kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu

perusahaan berfluktuasi, persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan

untuk ”memasangkan” proses produksinya.

3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah karena pembelian dalam

jumlah besar dapat secara substansial menurunkan biaya produk.

4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca,

kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. ”Stok

pengaman” misalnya, barang di tangan ekstra, dapat mengurangi resiko

kehabisan stok.

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

32

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan ”barang dalam proses” dalam persediaannya. Hal ini karena

perlu waktu memproduksi barang dan karena sepanjang berlangsungnya

proses, terkumpul persediaan-persediaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan memiliki fungsi penting bagi

kelangsungan proses produksi suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dengan

adanya persediaan, perusahaan dapat mengantisipasi adanya kenaikan

permintaan konsumen, bertahan pada saat terjadi inflasi dan peningkatan harga

dari konsumen, serta mendapatkan potongan harga karena membeli dalam

jumlah yang besar sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang akan diterima

perusahaan.

2.3.5. Dokumen-dokumen Persediaan

Menurut Assauri (2008, h283), yang dimaksudkan dengan pencatatan

dalam pengawasan persediaan adalah semua pencatatan atau pembukuan

mengenai penerimaan, persediaan di gudang dan pengeluaran bahan baku dan

bahan-bahan lainnya serta hasil produksi dalam suatu perusahaan. Pencatatan-

pencatatan tersebut diperlukan untuk menjamin bahan-bahan atau barang-barang

yang terdapat dalam persediaan dipergunakan secara efisien dan perusahaan

dapat mengikuti perkembangan persediaannya dengan baik.

Menurut Assauri (2008, h284) pada dasarnya terdapat lima buah catatan

yang paling penting dalam sistem persediaan :

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

33

1. Permintaan untuk dibeli (Purchase Requisition)

Dokumen ini merupakan permintaan dari sebagian persediaan kepada bagian

pembelian untuk membeli bahan-bahan atau barang-barang yang sesuai

dengan jenis dan jumlah tertentu seperti yang dinyatakan dalam surat

permintaan itu. Permintaan itu diadakan untuk menjamin adanya persediaan

yang cukup dari bahan-bahan / barang-barang tersebut atau mengisi kembali

persediaan bila persediaan bahan-bahan tertentu yang ada akan mendekati

titik yang terendah atau minimum yang telah ditentukan lebih dahulu.

Biasanya daftar atau form ini dibuat rangkap tiga oleh bagian persediaan.

Rangkap aslinya dikirim kepada bagian pembelian untuk memungkinkan

bagian ini memperoleh wewenang untuk membeli bahan-bahan tersebut,

rangkap dua digunakan oleh bagian pembelian untuk menggambarkan

pesanan dan menyelesaikannya, dan rangkap ketiga dipegang oleh bagian

pemesanan (order) sebagai catatan untuk menggambarkan permintaannya

akan bahan-bahan ini.

2. Laporan Penerimaan (Receiving Report)

Dokumen ini penting karena satu copy / rangkap dari laporan ini akan

memberikan informasi bahwa penjaga gudang telah menerima bahan-bahan

yang dipesan ini di pabrik. Apabila bahan-bahan perlu digunakan segera,

maka bahan-bahan itu dapat dengan segera diinspeksi, walaupun ada

ketentuan-ketentuan yang harus diikuti. Pada waktu penerimaan bahan-bahan

di gudang, copy / rangkap laporan penerimaan yang menyertai bahan-bahan

itu terinci dan akan memberikan rincian bahan-bahan tersebut dan jika telah

disetujui (OK) oleh pertugas yang melakukan inspeksi, maka berarti bahan-

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

34

bahan tersebut telah sesuai dengan standar dan spesifikasi yang diperlukan.

Dengan demikian maka petugas / penjaga gudang dapat mengisi kembali

bahan-bahan tersebut untuk menggantikan bahan-bahan yang sama yang

telah dikeluarkan dari persediaan.

3. Daftar Persediaan (Balances of Stores Forms)

Dokumen ini merupakan catatan yang paling penting dalam pengawasan

persediaan. Dokumen / daftar ini merupakan dasar atau titik pangkal dari

pelaksanaan sistem pengawasan persediaan dan memberikan informasi baik

bagi pabrik maupun bagi bagian accounting. Daftar ini seringkali

dipergunakan dengan nama yang berbeda seperti: perpetual inventory card,

stock record card, storage ledger sheet, balance of stores form, stores

balance sheet dan material ledger sheet. Dengan balance of stores card ini

manajemen mungkin dapat mencapai tujuan untuk mempunyai bahan-bahan

yang tepat dan tempat yang tepat, serta investasi yang minimum. Daftar ini

juga membantu pimpinan produksi untuk menentukan delivery schedule yang

dibutuhkan.

Informasi atau bahan-bahan keterangan yang terdapat dalam balance of

stores card berbeda-beda tergantung dari perusahaan pabrik yang

menggunakannya. Akan tetapi data-data yang minimun yang biasanya

terdapat dalam daftar ini adalah :

a. Gambaran atau deskripsi lengkap dari bahan-bahan tersebut.

b. Jumlah dari bahan-bahan yang tersedia di gudang, yang dipesan dan yang

dialokasikan untuk produksi.

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

35

c. Jumlah bahan-bahan yang akan atau harus dibeli bila waktunya telah tiba

untuk mengadakan pemesanan baru.

d. Harga bahan-bahan itu per unit

e. Jumlah yang dipakai selama suatu periode atau jangka waktu tertentu.

f. Nilai dari persediaan yang ada.

4. Daftar Permintaan Bahan (Material Requisition Form)

Formulir yang dibuat oleh petugas gudang untuk dipergunakan oleh bagian

pembelian dalam mengadakan pesanan. Daftar ini juga penting dalam

pengawasan persediaan karena dapat menunjukkan bahan-bahan yang perlu

segera dibeli untuk pengisian kembali persediaan gudang.

5. Perkiraan Pengawasan (Control Accounting)

Material control accounting umumnya untuk menjaga supaya perkiraan

(general ledger) yang dibuat oleh bagian akuntansi tetap merupakan alat

yang penting dalam sistem pengawasan yang efektif. Semua pembelian akan

didebit dan semua pemakaian akan dikredit dalam perkiraan ini sehingga

saldonya harus sama dengan saldo yang terdapat pada perpetual inventory

cards. Tidak sesuainya saldo antara keduanya mengharuskan diadakannya

penyelidikan selanjutnya. Di sini letak pengawasan (control) yang penting

dari material control account karena merupakan “system of check and

balance”. Perbedaan-perbedaan yang terdapat di antara general ledger

control account balance dan perkiraan dari balances on the perpetual

inventory card diteliti atau diperiksa. Pemeriksaan ini harus menemukan

sebab-sebab perbedaan atau ketidaksesuaian ini. Dalam hal ini, sistem

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

36

pengecekan dan neraca (balance) dibutuhkan oleh suatu sistem pengawasan

persediaan yang efektif.

2.3.6. Metode Pencatatan Persediaan

Menurut Assauri (2008, h244), ada dua sistem umum yang dikenal dalam

menentukan jumlah persediaan pada akhir suatu periode, yaitu:

1. Periodic System, yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik

dalam menentukan jumlah persediaan akhir.

2. Perpertual System, atau juga disebut Book Inventories, yaitu dalam hal ini

dibina catatan administrasi persediaan. Setiap mutasi dari persediaan sebagai

akibat dari pembelian ataupun penjualan dicatat dan dilihat dalam Kartu

Administrasi persediaannya. Bila metode ini yang dipakai, maka perhitungan

secara fisik hanya dilakukan paling tidak setahun sekali, yang biasanya

dilakukan untuk keperluan counterchecking antara jumlah persediaan

menurut fisik dengan menurut catatan dalam Kartu Administrasi

Persediaanya.

2.3.7. Metode Penilaian Persediaan

Menurut Assauri (2008, h244), ada beberapa cara yang dapat digunakan

untuk menilai suatu persediaan, di antaranya dengan :

1. Cara First-In, First-Out (FIFO Method)

Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual

dinilai menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk. Dengan

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

37

demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang

akhir masuk.

2. Cara Rata-rata ditimbang (Weight Average Method)

Cara ini didasarkan atas harga rata-rata di mana harga tersebut dipengaruhi

oleh jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya.

3. Cara Last-In, First-Out (LIFO Method)

Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai

menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Sehingga persediaan

yang masih ada atau stock, dinilai berdasarkan harga pembelian barang yang

terdahulu.

2.3.8. Permintaan Dependen dan Independen

Menurut Render dan Heizer (2001, h318), model pengendalian

persediaan mengasumsikan bahwa permintaan untuk suatu barang bersifat

independen atau dependen terhadap permintaan barang lainnya. Misalnya,

permintaan untuk kulkas bersifat independen terhadap permintaan untuk oven

pemanggangan roti. Meskipun demikian, permintaan untuk oven pemanggangan

roti bersifat dependen terhadap kebutuhan produksi dari oven pemanggangan

roti.

Menurut Russell dan Taylor (2003, p457), yang diterjemahkan oleh

penulis, permintaan dependen atas items secara tipikal merupakan bagian-bagian

komponen atau bahan baku yang digunakan dalam proses penghasilan

(producing) produk jadi. Jika perusahaan automobile merencanakan untuk

memproduksi 1000 mobil baru, kemudian memerlukan 5000 roda (wheels) dan

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

38

ban (termasuk spares). Dengan demikian, permintaan akan ban bergantung pada

produksi mobil–permintaan akan item bergantung pada item lainnya. Permintaan

independen atas items merupakan produk jadi atau akhir (finished goods) yang

bukan fungsi dari aktivitas produksi internal atau permintaannya tidak

bergantung pada penjualan produk lain, seperti mobil, retail items, grocery

products, dan office supplies. Permintaan independen bisanya ditentukan oleh

kondisi-kondisi pasar eksternal dan berada di bawah kendali langsung suatu

organisasi.

2.3.9. Metode Pengendalian Persediaan

2.3.9.1. Lead Time

Menurut Carter dan Usry (2004, h295), lead time adalah interval

waktu antara saat pemesanan dilakukan dan saat bahan baku tersedia di

pabrik untuk produksi.

Menurut Render dan Heizer (2001, h320), lead time adalah

waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan.

Sedangkan menurut Assauri (2008, h264), lead time adalah

lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan

sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan

diterima di gudang persediaan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lead time merupakan tenggang

waktu yang dihitung sejak dilakukannya pesanan sampai dengan bahan-

bahan yang dipesan tiba di gudang persediaan.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

39

2.3.9.2. Economic Order Quantity (EOQ)

Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, h315), pengendalian

persediaan bertujuan meminimalkan total biaya persediaan sehingga

suatu keputusan penting yang perlu dibuat merupakan ukuran setiap

kuantitas pesanan pembelian, yaitu Economic Order Quantity (EOQ).

Kuantitas pemesanan pembelian harus menyeimbangkan dua sistem

biaya, yaitu total biaya penyimpanan (carrying costs) dan total biaya

pemesanan (ordering costs). Suatu formula untuk pengkalkulasian EOQ

adalah sebagai berikut:

EOQ = 2 x R x S P x I

Keterangan:

EOQ = Economic Order Quantity (unit)

R = Kebutuhan atau requirements untuk item periode ini (unit)

S = Biaya pembelian per pemesanan

P = Biaya unit

I = Biaya penyimpanan persediaan per periode, diperlihatkan

sebagai suatu persentase dari nilai persediaan periode (%)

Berikut ini, penulis memberikan contoh pembuktian atas

perhitungan EOQ:

Diketahui:

Besar Pesanan (R) = 1600 ton

Biaya Per Pemesanan (Co atau S) = Rp 8.000.000,00

Biaya Unit (P) = Rp 1.600.000,00

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

40

Biaya Penyimpanan Persediaan Per Periode (I) = 10%

Biaya Penyimpanan Per Unit Per Tahun (Cc) = 10% X Rp 1.600.000 =

Rp 160.000,00

EOQ = 2 x 1600 x 8.000.000 10 % x 1.600.000 = 160.000 = 400

Jadi, dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa frekuensi

pemesanan ekonomis per tahun adalah 1600 : 400 = 4 kali.

Berdasarkan data-data di atas, maka penulis melakukan

perhitungan biaya EOQ yang disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Perhitungan Biaya EOQ

Frekuensi 1x 2x 4x 5x 8x 10x 16x Unit (Q) 1600 800 400 320 200 160 100 Average Inventory (Q/2)

800 400 200 160 100 80 50

Carrying Cost (Cc x Q/2) (Rp 000.000)

128 64 32 25.6 16 12.8 8

Ordering Cost(Rp 000.000)

8 16 32 40 64 80 128

Total Cost (Rp 000.000)

136 80 64 65.6 80 92.8 136

(Sumber: Penulis) Dari data pada tabel 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa pada saat frekuensi

pemesanan 4 x dalam setahun, besarnya carrying cost dan ordering cost

adalah sama, yaitu Rp 32.000.000,00. Tabel di atas juga menunjukkan

bahwa total cost atau biaya keseluruhan yang harus dikeluarkan

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

41

perusahaan, yang terendah adalah pada saat frekuensi pemesanan 4 kali

dalam setahun, yaitu sebesar Rp 64.000.000,00.-

Grafik atas perhitungan EOQ pada tabel 2.1 adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Grafik Biaya EOQ Berdasarkan Perhitungan Penulis (Sumber: Penulis)

2.3.9.3. Reorder Point (ROP)

Menurut Sumayang (2003, h211), reorder point adalah posisi

persediaan yang ditentukan sebagai batas untuk melakukan pemesanan

ulang. Reorder point ditetapkan pada tingkat persediaan yang cukup

tinggi untuk mengurangi resiko kemungkinan persediaan habis dan untuk

menghitung kemungkinan ini. Perhitungan reorder point adalah sebagai

berikut:

R = m +St

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

42

Keterangan:

R = Reorder point

m = Jumlah permintaan selama tenggang waktu pemesanan atau expected

demand over the lead time

St = Persediaan penahan atau safety stock atau buffer stock

di mana:

St = z s

z = Faktor yang merupakan deviasi kepercayaan terhadap pelayanan atau

safety stock yang besarnya ditentukan oleh tingkat service level

s = Standar deviasi permintaan selama tenggang waktu pemesanan atau

standar deviation of demand over the lead time

Berikut ini adalah grafik yang menggambarkan reorder point:

Demand Rate

Lead Time

Order Receipt

Order Receipt

Order Placed

Order Placed

Lead Time

Time

Reorder Point, R

0

Order Quantity, Q

Inve

ntor

y Le

vel

Gambar 2.2 Grafik ROP (Sumber: Russel dan Taylor (2003, h465))

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

43

2.3.9.4. Safety Stock

Menurut Assauri (2008, h263), persediaan penyelamat (safety

stock) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau

menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock-out).

Kemungkinan terjadinya stock-out dapat disebabkan karena penggunaan

bahan baku yang lebih besar daripada penggunaan semula, atau

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Akibat

pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah

mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya “stock-out”,

akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya “carrying cost”.

Besarnya pengurangan biaya atau kerugian perusahaan adalah sebesar

perkalian antara jumlah persediaan penyelamat yang diadakan untuk

menghadapi stock-out dengan biaya per unitnya. Sebaliknya pertambahan

biaya terjadi sebesar perkalian antara persentase carrying cost terhadap

harga atau nilai persediaan penyelamat. Oleh karena itu, pengadaan

persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi

kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stock-out, tetapi juga pada

saat itu diusahakan agar carrying cost adalah serendah mungkin.

Berikut ini penulis memberikan contoh perhitungan yang terkait

dengan ROP dan safety stock:

Diketahui:

Tingkat penggunaan = 60 ton per minggu

Waktu tunggu (lead time) normal 1 minggu, tetapi bisa mencapai 3

minggu

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

44

Maka titik pemesanan kembali adalah sebesar 240 ton, yang diperoleh

dari:

Penggunaan normal selama waktu tunggu (1 minggu x 60 ton) = 60 ton

Persediaan pengaman (safety stock) (3 minggu x 60 ton) = 180 ton

Titik pemesanan kembali 240 ton

2.3.10. Biaya yang Timbul dari Persediaan

Menurut Handoko (2000, h336), biaya-biaya yang harus dipertimbangkan

dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah)

persediaan antara lain:

1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs)

Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung

dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin

besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata

persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya

penyimpanan adalah:

a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pemanas atau

pendingin).

b. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas

dana yang diinvestasikan dalam persediaan).

c. Biaya keusangan

d. Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan

e. Biaya asuransi persediaan

f. Biaya pajak persediaan

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

45

g. Biaya pencurian, perusakan, atau perampokan

h. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya

2. Biaya pemesanan (pembelian)

Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan

(order costs atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci

meliputi:

a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi

b. Upah

c. Biaya telepon

d. Pengeluaran surat menyurat

e. Biaya pengepakan dan penimbangan

f. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan

g. Biaya pengiriman ke gudang

h. Biaya hutang lancar; dan sebagainya

Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas)

tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin banyak

komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun,

maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per

periode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap

periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3. Biaya penyiapan (manufacturing)

Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik”

perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk

memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

46

a. Biaya mesin-mesin menganggur

b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

c. Biaya scheduling

d. Biaya ekspedisi, dan sebagainya

Seperti biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode adalah sama

dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per periode.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya

kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya

ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan.

Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:

a. Kehilangan penjualan

b. Kehilangan langganan

c. Biaya pemesanan khusus

d. Biaya ekspedisi

e. Selisih harga

f. Terganggunya operasi

g. Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan

bahwa biaya ini sering merupakan opportunity cost, yang sulit diperkirakan

secara obyektif.

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

47

2.4. Pengendalian Internal

2.4.1. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Hall (2001, h150), pengendalian internal merangkum pada

kebijakan, praktek dan prosedur yang digunakan untuk mencapai 4 tujuan utama,

yaitu :

1. Untuk menjaga aktiva perusahaan.

2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi

akuntansi.

3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan.

4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh manajemen.

Menurut Wilkinson et al. (2000, p234), yang diterjemahkan oleh penulis,

pengendalian internal sebagai sebuah sistem, struktur, atau proses yang

diimplementasikan oleh jajaran direksi perusahaan, manajemen, dan personil

lainnya, yang diharapkan mampu memberikan jaminan tentang pencapaian

tujuan dari kontrol dalam kategori-kategori berikut ini:

1. Efektivitas dan efisiensi operasi-operasi

2. Keandalan laporan keuangan

3. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan yang berlaku

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal

merupakan sebuah suatu proses yang diimplementasikan perusahaan sebagai

suatu cara untuk mengamankan aset perusahaan, menjamin efektivitas dan

efisiensi operasi perusahaan, kehandalan atas laporan keuangan serta kepatuhan

perusahaan terhadap hukum yang berlaku.

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

48

2.4.2. Komponen-komponen Pengendalian Internal

Menurut Jones dan Rama (2006, h105), COSO (Committee of Sponsoring

Organizations) mengidentifikasikan lima komponen dari pengendalian internal,

yaitu:

1. Control Environment

Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk

mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut berhubungan

dengan integritas, nilai etika, filosofi manajemen dan operating style. Hal ini

juga termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab,

mengatur dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan

petunjuk yang diberikan jajaran direksi.

2. Risk Assessment

Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat

menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.

3. Control Activities

Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi

untuk menangani resiko-resiko. Control activities mencakup:

• Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis

terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat

dengan anggaran, standar perhitungan dan data pada periode sebelumnya.

• Segregation duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk

mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi dan

menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

49

• Application controls, berhubungan dengan aplikasi SIA.

• General controls, merupakan pengawasan yang lebih luas yang

berhubungan dengan berbagai aplikasi.

4. Information and Communication

Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis

maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses dan

melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi.

Komunikasi mencakup pemberian pemahaman atas peran dan tanggung

jawab individu.

5. Monitoring

Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan

bahwa pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang

ditetapkan.

2.4.3. Pengendalian Internal atas Pembelian

Menurut Wilkinson et al. (2000, p498), yang diterjemahkan oleh penulis,

tujuan pengendalian internal dalam siklus pengeluaran adalah untuk memastikan

bahwa:

• semua pembelian diotorisasi atas dasar waktu ketika dibutuhkan dan atas

dasar perhitungan economic order quantity.

• semua barang yang diterima diverifikasi untuk menentukan bahwa

kuantitasnya sesuai dengan yang dipesan dan dalam kondisi yang baik.

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

50

• semua jasa diotorisasi sebelum dilakukan dan dimonitor untuk menjamin

bahwa jasa tersebut dilakukan dengan benar.

• semua faktur dari supplier diverifikasi berdasarkan waktu dan dicocokan

dengan barang atau jasa yang diterima.

• semua diskon pembelian yang ada diidentifikasi sehingga potongan tersebut

dapat dimanfaatkan jika secara ekonomi menguntungkan.

• semua retur pembelian diotorisasi dan dicatat secara akurat dan berdasarkan

pengembalian barang yang aktual.

• semua pengeluaran kas dicatat secara lengkap dan akurat.

• semua transaksi pembelian kredit dan pengeluaran kas diposting ke akun

supplier secara tepat dalam buku besar hutang dagang.

• semua catatan akuntansi dan persediaan barang dagang terlindungi.

2.4.4. Pengendalian Internal atas Persediaan

Berdasarkan pendapat Horngren et al. (2002, p365), yang diterjemahkan

oleh penulis, pengendalian internal pada persediaan penting karena persediaan

merupakan aset yang penting bagi perusahaan. Elemen-elemen pengendalian

persediaan yang baik meliputi:

• Penghitungan persediaan secara fisik sedikitnya sekali setiap tahun.

• Penyimpanan persediaan untuk melindunginya dari pencurian, kerusakan,

dan kekurangan.

• Pemberian akses hanya kepada personil yang tidak memiliki akses terhadap

catatan-catatan akuntansi.

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

51

• Tidak mencadangkan (stockpiling) terlalu banyak persediaan; ini

menghindari kemacetan uang dalam item-item yang tidak diperlukan.

2.5. Analisis dan Perancangan Sistem

2.5.1. Pengertian Analisis Sistem

Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf dan

Tambunan (2000, h356), analisis sistem merupakan tanggung jawab untuk

pengembangan rancangan umum aplikasi-aplikasi sistem. Analisis sistem bekerja

sama dengan pemakai untuk mendefinisikan kebutuhan informasi spesifik

mereka. Kebutuhan-kebutuhan tersebut kemudian dikomunikasikan ke fungsi

perancangan sistem. Terdapat empat tahap dalam analisis sistem, yaitu:

• Tahap pertama adalah survei sistem berjalan.

Penting bagi analis untuk memahami sistem berjalan sebelum perubahan atau

modifikasi diusulkan. Juga, penting bagi analis untuk menetapkan hubungan

kerja dengan pemakai, karena kesuksesan sistem baru sangat tergantung pada

penerimaan pemakai.

• Tahap kedua adalah mengidentifikasi kebutuhan informasi pemakai.

Analis harus mempelajari keputusan-keputusan yang dibuat pemakai dalam

konteks kebutuhan informasi mereka. Tahap analisis sistem ini seringkali

yang paling sulit, karena pemakai seringkali tidak yakin pada informasi apa

yang sebenarnya mereka butuhkan sekarang.

• Tahap ketiga adalah mengidentifikasi kebutuhan sistem yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai.

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

52

Kebutuhan informasi pemakai biasanya dispesifikasikan sebagai masukan

dan keluaran-keluaran.

• Tahap keempat adalah penyajian laporan analisis sistem.

Laporan analisis sistem harus mendokumentasikan spesifikasi pemakai untuk

sistem yang diusulkan dan keseluruhan perancangan konseptual dari sistem

yang diusulkan. Laporan analisis sistem akan ditelaah oleh manajemen untuk

menetapkan apakah pekerjaan sistem yang diusulkan merupakan hasil tahap

perancangan sistem dari pengembangan sistem.

2.5.2. Pengertian Perancangan Sistem

Menurut Bodnar dan Hopwood yang diterjemahkan oleh Jusuf dan

Tambunan (2000, h357), perancangan sistem merupakan formulasi spesifikasi

rinci dari sistem yang diusulkan. Terdapat tiga tahap dalam perancangan sistem,

yaitu:

• Tahap pertama adalah evaluasi rancangan alternatif dari sistem yang

diusulkan.

Rancangan-rancangan alternatif harus dilihat satu per satu, diuraikan, dan

dievaluasi dengan menggunakan kriteria manfaat dan biaya.

• Tahap kedua adalah penyajian spesifikasi rancangan rinci.

Perancang harus bekerja mundur (backwards) dari keluaran yang diinginkan

ke masukkan yang dibutuhkan. Format-format laporan, struktur data, dan

langkah-langkah pemrosesan harus diidentifikasikan.

• Tahap ketiga adalah penyajian laporan perancangan sistem

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

53

Laporan perancangan sistem harus mencakup semua hal yang penting untuk

mengimplementasikan sistem yang diusulkan.

2.6. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh penulis, metode

analisis dan perancangan berorientasi objek menggunakan objects dan classes sebagai

konsep utama dan membangun empat prinsip-prinsip umum dalam menganalisa dan

merancang yaitu: pemodelan konteks sistem, penekanan pada pertimbangan-

pertimbangan arsitektural, penggunaan kembali pola-pola yang dapat menggambarkan

ide-ide perancangan yang dibangun dengan baik, dan penyesuaian metode terhadap

setiap situasi pengembangan. (p3)

Analisis dan perancangan berorientasi objek meliputi empat perspektif melalui

empat aktivitas utama yaitu problem domain analysis, application domain analysis,

architectural design, dan component design. (p14)

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

54

Problem Domain Analysis

Architectural Design

Application Domain Analysis

Specifications of Architecture

Model

Specifications of Components

Requirements for Use

Component Design

Gambar 2.3 Aktivitas Utama dan Hasil-hasil dari Analisis dan Perancangan

Berorientasi Objek (Sumber: Mathiassen et al.(2000, p15))

2.6.1. Prinsip-Prinsip Umum Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek

Menurut Mathiassen et al. (2000, p6), yang diterjemahkan oleh penulis,

ada empat prinsip-prinsip umum dalam analisis dan perancangan berorientasi

objek yaitu:

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

55

• Pemodelan konteks (Model the Context)

Sebuah konteks sistem dapat dilihat dari dua perspektif yang saling

melengkapi yaitu problem domain dan application domain. Problem domain

merupakan bagian dari konteks yang dikelola, diawasi, atau dikendalikan

oleh sebuah sistem. Application domain merupakan sebuah organisasi yang

mengelola, mengawasi, atau mengendalikan suatu problem domain.

Kesuksesan dan kegagalan sebuah sistem tergantung dari seberapa baik

application dan problem domain terhubung bersama-sama ke dalam fungsi

keseluruhan.

• Penekanan Arsitektur (Emphasize the Architecture)

Analisis dan perancangan berorientasi objek menekankan arsitektur sistem

sebagai sebuah tantangan utama, menfokuskan kepada kemudahan

pemahaman, fleksibilitas, dan kegunaannya sebagai kualitas perancangan

yang penting. Sebuah arsitektur sistem harus mudah untuk dimengerti karena

ia menyediakan dasar bagi keputusan dan sebagai komunikasi serta alat kerja

pada tugas pengembangan selanjutnya. Arsitektur sistem harus fleksibel

karena pengembangan sistem terjadi pada lingkungan yang bergejolak.

Terakhir, arsitektur sistem harus dapat bermanfaat karena kesuksesan sebuah

sistem tergantung dari bagaimana sistem itu dapat berperan di dalam

organisasi pengguna. Dalam analisis dan perancangan berorientasi objek, ada

tiga komponen arsitektur dasar yaitu: model component, function component,

dan interface component. Model component berisi sebuah model dinamis dari

problem domain sistem. Function component berisi fasilitas-fasilitas bagi

user untuk melakukan update dan menggunakan model component. Interface

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

56

component merangkaikan sistem ke dalam konteksnya dengan dua cara. Cara

pertama, interface mencakup monitor dengan teks dan grafik-grafik,

printouts, dan fasilitas lain yang membuat user dapat mengaktifkan fungsi-

fungsi sistem. Cara kedua, interface terhubung secara langsung dengan

technical system lain seperti radar dan sensor.

• Penggunaan Kembali Pola-Pola (Reuse Patterns)

Cara pokok untuk memastikan kualitas dan efisiensi dalam analisis dan

perancangan adalah dengan menggunakan kembali ide-ide yang telah diuji

dan digunakan dalam situasi-situasi lain. Analisis dan perancangan

berorientasi objek mengilhami penggunaan kembali ini dengan dua cara,

yaitu dengan menggunakan objects dan components dan dengan

menggunakan pola analisis dan perancangan.

• Penyesuaian Metode (Tailor the Method)

Untuk membuat metode-metode lebih mudah untuk digunakan kembali, kita

harus merancang dengan sedemikian rupa sehingga adaptasi, perbaikan, dan

penggantian bagian lebih mudah untuk diimplementasikan. Analisis dan

perancangan berorientasi objek merefleksikan empat perspektif sentral pada

suatu sistem dan konteksnya, yaitu isi informasi dari sistem, bagaimana

sistem akan digunakan, sistem sebagai keseluruhan dan komponen-

komponen dari sistem. Perspektif-perspektif tersebut terhubung dengan

aktivitas-aktivitas utama dari analisis dan perancangan berorientasi objek,

yaitu problem domain analysis, application domain analysis, architectural

design, dan component design, secara berturut-turut.

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

57

2.6.2. Object

Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), yang diterjemahkan oleh penulis,

object merupakan sebuah entitas dengan identity, state, dan behaviour. Object

dalam analisis menjelaskan kejadian-kejadian di luar sistem, seperti orang-orang

dan benda-benda yang biasanya independen. Meskipun kita tidak dapat selalu

memerintah mereka tetapi kita harus mencatat kejadian-kejadian yang mereka

lakukan dan alami. Sedangkan object dalam perancangan menjelaskan kejadian

di dalam sistem yang dapat kita kendalikan.

2.6.3. System Definition

Menurut Mathiasssen et al (2000, p24), yang diterjemahkan oleh penulis,

system definition merupakan suatu definisi singkat atas sebuah sistem yang

terkomputerisasi yang ditunjukkan dalam bahasa natural. Sebuah system

definition menjelaskan sistem di dalam konteks, informasi apa saja yang harus

terkandung di dalamnya, fungsi-fungsi apa saja yang harus disediakan, di mana

sistem tersebut dapat digunakan, dan kondisi-kondisi apa yang akan digunakan

dalam pengembangan sistem tersebut.

2.6.4. Rich Picture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), yang diterjemahkan oleh penulis,

rich picture adalah sebuah gambaran informal yang merepresentasikan

pemahaman ilustrator terhadap sebuah situasi. Dengan membuat rich picture,

kita dapat memperjelas pandangan user yang penting mengenai situasi,

memudahkan dalam diskusi, dan memperoleh gambaran umum dari situasi

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

58

dengan cepat. Tujuan dari pembuatan rich picture bukan antuk membuat

deskripsi yang mendetail dari semua keadaan yang mungkin, tetapi lebih untuk

memperoleh gambaran umum.

2.6.5. FACTOR Criterion

Menurut Mathiassen et al. (2000, p39), yang diterjemahkan oleh penulis,

FACTOR Criterion terdiri atas enam elemen, yaitu:

• Functionality: Fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas dari

application domain.

• Application domain: Bagian-bagian dari organisasi yang mengelola,

mengawasi, atau mengendalikan sebuah problem domain.

• Conditions: Kondisi-kondisi di mana sistem akan dikembangkan dan

digunakan.

• Technology: Teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan

teknologi di mana sistem tersebut akan dijalankan.

• Objects: Objek-objek utama di dalam problem domain.

• Responsibility: Keseluruhan tanggung jawab sistem dalam kaitannya dengan

konteks.

2.6.6. Problem Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000, p45), yang diterjemahkan oleh penulis,

problem domain adalah bagian dari konteks yang dikelola, diawasi, dan

dikendalikan oleh sebuah sistem. Problem domain analysis memfokuskan pada

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

59

sebuah pertanyaan inti mengenai informasi apa yang seharusnya terlibat dalam

sistem. Problem domain analysis dibagi ke dalam tiga aktivitas seperti

ditunjukkan oleh Gambar 2.4. Aktivitas pertama adalah memilih objek-objek,

class-class, dan event-event yang akan menjadi elemen dari model problem

domain. Kemudian, membangun model dengan memfokuskan kepada hubungan-

hubungan struktural di antara class-class dan objek-objek yang telah dipilih.

Terakhir, memfokuskan pada property dinamik dari objek. Pada Tabel 2.2

terdapat ringkasan isi dari aktivitas individual dalam problem domain analysis.

Tabel 2.2 Aktivitas-Aktivitas dalam Problem Domain Analysis

Aktivitas Isi Konsep

Classes Objek-objek dan event-event mana yang merupakan bagian dari problem domain?

Class, objek, dan event

Structure Bagaimana class-class dan objek-objek secara konseptual saling berkaitan?

Generalization, aggregation, association, dan cluster

Behavior Properti dinamik mana yang dimiliki oleh objek-objek?

Event trace, behavioral pattern, dan attribute

(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p48))

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

60

Behavior

Structure

System Definition

Model

Classes

Gambar 2.4 Aktivitas-Aktivitas dalam Pemodelan Problem Domain (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46))

2.6.6.1. Classes

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh

penulis, events merupakan sebuah kejadian seketika yang melibatkan satu

atau lebih objek. (p51). Sementara class adalah sebuah deskripsi dari

sekumpulan objek-objek yang berbagi struktur, behavioral pattern, dan

atribut-atribut. Untuk menjalankan aktivitas class dimulai dengan

mengidentifikasi kandidat-kandidat yang secara potensial relevan untuk

menjadi classes dan events dalam model problem domain. Selanjutnya

kita mengevaluasi kandidat-kandidat tersebut secara sistematis dan

memilih yang benar-benar relevan dengan konteks sistem.(p53). Aktivitas

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

61

class akan menghasilkan sebuah event table seperti yang terlihat pada

Tabel 2.3. Dimensi horizontal pada event table berisikan class-class yang

terpilih, dimensi vertikal berisikan event-event yang terpilih dan tanda

cek mengindikasikan objek-objek dari class yang terlibat dalam event-

event spesifik. (p49)

Tabel 2.3 Contoh Event Table untuk Sistem Hair Salon

Classes Events Customer Assistant Apprentice Appoint-

ment Plan

Reserved Cancelled Treated

Employed Resigned

Graduated Agreed

(Sumber : Mathiassen, et al.(2000, p50))

2.6.6.2. Structure

Menurut Mathiassen et al. (2000, p69), yang diterjemahkan oleh

penulis, aktivitas structure memfokuskan pada hubungan antara classes

dan objects. Hasil dari kegiatan structure ini adalah sebuah class

diagram. Sebuah class diagram menyediakan gambaran yang koheren

mengenai problem domain dengan mendeskripsikan semua hubungan

struktural antara classes dan objek-objek dalam model.

Terdapat dua tipe structure dalam object-oriented , yaitu :

1. Class structure, menggambarkan hubungan konseptual yang statis

antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

62

perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua

macam, yaitu :

a. Generalization Structure, merupakan hubungan antara dua atau

lebih class yang lebih spesial (specialization class) dengan sebuah

class yang lebih umum (general class). Struktur generalisasi

menggambarkan pewarisan, dimana specialized classes mewarisi

properti-properti dan behavioral pattern dari general class.

Contoh dari struktur generalisasi dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Passenger Car

Taxi Private Car

Gambar 2.5 Contoh Generalization Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p73))

b. Cluster, merupakan sekumpulan dari class-class yang saling

berhubungan. Notasi grafik dari cluster adalah sebuah file folder

yang terdiri dari class-class yang saling berhubungan di

dalamnya. Class-class dalam satu cluster biasanya terhubung

melalui struktur generalization atau aggregation. Sedangkan

hubungan antara class dengan cluster yang berbeda biasanya

berupa struktur association. Contoh dari cluster dapat dilihat

pada Gambar 2.6.

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

63

<<cluster>> Cars

<<cluster>> People

Car

Engine Passenger Car

Cylinder Taxi

Owner

Clerk

Gambar 2.6 Contoh Cluster Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75))

2. Object Structure, menggambarkan hubungan dinamis antar objek.

Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa menyebabkan

perubahan pada deskripsinya. Object Structure dibagi menjadi 2

macam, yaitu :

a. Aggregation Structure, merupakan hubungan antara dua atau

lebih objek di mana objek yang superior (keseluruhan) terdiri atas

beberapa objek yang inferior (bagian-bagian). Agregasi

digambarkan sebagai sebuah garis di antara class-class yang

menyeluruh (superior) dan class-class yang berupa bagian, di

mana garis tersebut diberi tanda belah ketupat pada class yang

menyeluruh (superior). Dalam bentuk kalimat, aggregation

structure dieskpresikan dengan formulasi “has a ”, “a-part-of”,

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

64

atau “is-owned-by”. Contoh dari agregasi dapat dilihat pada

Gambar 2.7.

Car

Body Engine Wheel

Cam Shaft Cylinder

1 1

1 1

1 4..*

1 2..*

1 1..*

Gambar 2.7 Contoh Aggregation Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76))

b. Assosiation Structure, menggambarkan hubungan yang memiliki

arti antara beberapa objek, tetapi objek pada assosiation ini tidak

mendefinisikan properti dari sebuah objek. Dalam bentuk kalimat,

association structure diekspresikan dengan formulasi “knows”

atau “associated-with”. Contoh dari asosiasi dapat dilihat pada

Gambar 2.8 (p72).

Car Person 0..* 1..*

Gambar 2.8 Contoh Association Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77))

Page 57: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

65

2.6.6.3.Behavior

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh

penulis, kegiatan behavior bertujuan untuk memodelkan perilaku dinamis

dalam problem-domain. Dalam aktivitas behavior, kita menambah

definisi-definisi class yang ada pada class diagram dengan menambahkan

deskripsi-deskripsi mengenai behavioral pattern dan atribut-atribut dari

setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah behavioral pattern yang

diekspresikan secara grafis dalam statechart diagram. Contoh dari

statechart diagram dapat dilihat pada Gambar 2.9 (p89).

/ account opened

/ account closed (date)

/ account withdrawn (date, amount)

/ account deposite (date, amount)

Open

Gambar 2.9 Contoh Statechart Diagram untuk Class Customer (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p90))

Behavioral pattern memiliki struktur kontrol sebagai berikut :

• Sequence adalah events yang terjadi satu per satu. Notasinya: “+”.

• Selection adalah sebuah event yang terjadi dari suatu set events.

Notasinya: “|”.

Page 58: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

66

• Iteration adalah sebuah event yang terjadi sebanyak nol atau berulang

kali. Notasinya : “*” (p93).

2.6.7 Application Domain Analysis

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh penulis,

application domain dalah sebuah organisasi yang mengatur, mengawasi, atau

mengendalikan problem domain. Tujuan dari application domain analysis adalah

menentukan kebutuhan fungsi sistem. Prinsip dari application domain analysis

adalah bekerja sama dengan user dan menentukan application domain dengan

use cases. (p115)

Aktivitas dari application domain analysis terdiri dari usage, functions,

dan interfaces seperti yang terdapat pada Tabel 2.4 dan Gambar 2.10 (p117)

Tabel 2.4 Aktivitas dalam Application Domain Analysis

Kegiatan Isi Konsep Usage Bagaimana sistem berinteraksi

dengan user dan dengan sistem lain dalam konteks?

Use case dan actor

Functions Bagaimana kemampuan sistem dalam memproses informasi ?

Function

Interfaces Apa kebutuhan atau persyaratan dari interface sistem yang ditargetkan ?

Interface, user interface, dan system interface

(Sumber: Mathiassen et al.(2000, p117))

Page 59: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

67

System Definition

Requirements

Usage

Functions

Interfaces

Gambar 2.10 Application Domain Analysis (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117))

2.6.7.1. Usage

Menurut Mathiassen et al. (2000, p119), yang diterjemahkan oleh

penulis, tujuan dari kegiatan usage adalah untuk menentukan bagaimana

actor-actor berinteraksi di dalam sistem. Actor adalah sebuah abstraksi dari

pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target. Interaksi

antara actor dan sistem dinyatakan dalam use case. Use case adalah sebuah

pola untuk interaksi antara sistem dan actor-actor dalam application

domain. Hubungan antara actors dengan use cases dapat diilustrasikan

dengan actor table atau use case diagram. (p121)

Page 60: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

68

2.6.7.2. Functions

Menurut Mathiassen et al. (2000, p138), function merupakan

sebuah fasilitas yang digunakan untuk membuat model berguna bagi

actors. Tujuan dari aktivitas function adalah untuk menentukan

kemampuan pemrosesan informasi dari sebuah sistem. Prinsip-prinsip yang

digunakan adalah dengan mengidentifikasikan seluruh functions, hanya

menspesifikasikan functions yang kompleks, memeriksa konsistensi dengan

use cases dan model. Terdapat empat tipe dari function, yaitu:

1. Update function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh event dari

problem-domain dan menghasilkan perubahan dalam state dari model

tersebut.

2. Signal function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh perubahan state

dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.

3. Read function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan

informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem

menampilkan bagian yang berhubungan dengan model.

4. Compute function, merupakan fungsi yang diaktifkan oleh kebutuhan

informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang

melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model; hasilnya

adalah sebuah tampilan dari hasil perhitungan tersebut.

Page 61: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

69

2.6.7.3. Interfaces

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh

penulis, interface adalah suatu fasilitas yang membuat suatu model dan

fungsi-fungsi dari sistem tersedia bagi actor. (p151)

Interface terdiri dari dua macam, yaitu:

1. User interface, yang menghubungkan human actor (manusia) dengan

sistem. Terdapat empat jenis pola dialog yang penting dalam menentukan

interface pengguna, yang terdiri dari:

• Pola menu-selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin

dalam interface pengguna.

• Pola fill-in, merupakan pola klasik untuk entry data.

• Pola command-language, di mana user memasukkan dan memulai

format perintah sendiri.

• Pola direct manipulation, di mana user dapat memilih objek dan

melaksanakan function atas objek dan melihat hasil dari interaksi

mereka tersebut dengan segera.

2. Syistem interface, menghubungkan sistem lain (system actor) dengan

sistem lain yang sedang dikembangkan.. Sistem lain tersebut dapat

berupa external device (misalnya sensor, switch, dll) dan sistem komputer

yang kompleks sehingga dibutuhkan suatu protokol komunikasi. System

interface dispesifikasikan sebagai class diagram dari external device dan

sebagai protokol dalam berinteraksi dengan sistem lain. (p154-164)

Page 62: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

70

2.6.8. Architectural Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p173), tujuan dari architectural design

adalah untuk menstrukturkan sebuah sistem yang terkomputerisasi. Prinsip-

prinsip yang digunakan adalah mendefinisikan dan memprioritaskan criteria,

menjembatani criteria dengan technical platform, mengevaluasi perancangan

sejak awal. Hasil yang diperoleh berupa struktur bagi komponen-komponen dan

proses-proses sistem. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam architectural

design diperlihatkan pada Gambar 2.11 dan Tabel 2.5 berikut ini.

Architectural Specification

Analysis Document

Component Architectur

Criteria

Process Architecture

Gambar 2.11 Aktivitas-aktivitas dalam Architectural Design (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176))

Tabel 2.5 Aktivitas dalam Architectural Design

Aktivitas Isi Konsep Criteria Apa kondisi dan kriteria untuk

desain ? Criterion

Components Bagaimana sistem dibentuk menjadi komponen – komponen ?

Component architecture dan component

Processes Bagaimana proses sistem didistribusikan dan dikordinasikan ?

Process architecture dan process

(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176))

Page 63: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

71

2.6.8.1. Criteria

Menurut Mathiassen et al. (2000, p177), yang diterjemahkan oleh

penulis, tujuan dari criteria adalah untuk mempersiapkan prioritas dari

sebuah perancangan. Aktivitas ini bertujuan untuk membuat perancangan

(design). Hasil dari aktivitas ini adalah sekumpulan criteria yang

diprioritaskan. Suatu perancangan yang baik harus memperhatikan criteria-

criteria yang dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Kriteria-Kriteria Umum bagi Kualitas Software

Criteria Pengukuran dari Usable Kemampuan sistem untuk beradaptasi dengan

konteks organisasi, berhubungan dengan pekerjaan, dan teknis.

Secure Tindakan pencegahan dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas.

Efficient Eksploitasi ekonomis dari fasilitas-fasilitas technical platform.

Correct Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan. Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan dalam

pengeksekusian atau pelaksanaan fungsi. Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki

kerusakan-kerusakan sistem. Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk

dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan. Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan

pemahaman terhadap sistem. Reusable Kemungkinan atau potensi untuk menggunakan

bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan. Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke technical

platform yang lain. Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang

lain. (Sumber: Mathiassen et al. (2000, h178))

Page 64: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

72

2.6.8.2. Component Architecture

Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), yang diterjemahkan oleh

penulis, component architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri

dari komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen merupakan

kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu kesatuan dan

memiliki tanggung jawab yang jelas. Prinsip-prinsip yang digunakan adalah

mengurangi kompleksitas melalui pemisahan perhatian (concerns),

merefleksikan struktur konteks yang stabil, menggunakan kembali

komponen-komponen yang sudah ada. Hasil dari aktivitas ini berupa sebuah

class diagram dengan spesifikasi-spesifikasi dari komponen-komponen yang

kompleks. Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi

lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan perancangan,

menggambarkan stabilitas dari konteks sistem, dan mengubah tugas

perancangan menjadi beberapa tugas yang tidak terlalu kompleks.

Terdapat beberapa pola umum yang dapat digunakan untuk

merancang suatu component architecture, yaitu:

1. The Layered Architecture Pattern

Arsitektur ini terdiri dari beberapa component yang dirancang sebagai

layers dan merupakan bentuk yang paling umum dalam software.

Rancangan dari setiap component menggambarkan tanggung jawabnya

masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah.

Interface bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia untuk

layer di bawahnya. Pola ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.12.

Page 65: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

73

<<component>> Layeri+1

<<component>> Layeri-1

<<component>> Layeri

Upwards Interface

Downwards Interface Gambar 2.12 Layered Architecture Pattern

(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p193))

2. The Generic Architecture Pattern

Pola ini digunakan untuk memperinci sistem dasar yang terdiri dari

interface, function, dan model components. Model component yang

mengandung model dari sistem object, dapat berupa layer yang paling

bawah, diikuti dengan layer system function, dan yang paling atas

merupakan component interface. Layer interface dapat dibagi menjadi

dua bagian, yaitu user interface dan system interface. Pola ini

diilustrasikan seperti pada Gambar 2.13.

Page 66: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

74

<<component>> Interface

<<component>> User Interface

<<component>> System Interface

<<component>> Technical Platform

<<component>> UIS

<<component>> DBS

<<component>> NS

<<component>> Function

<<component>> Model

<<component>> Technical Platform

Gambar 2.13 Generic Architecture Pattern (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p196))

3. The Client-Server Architecture Pattern

Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi

sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis.

Komponen dari client-server architecture ini adalah sebuah server dan

beberapa clients. Server memiliki sekumpulan operasi yang tersedia bagi

client. Server bertanggung jawab untuk menyediakan hal-hal yang umum

bagi client-nya, seperti database atau sumber daya lain yang bisa

Page 67: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

75

digunakan bersama. Server menyediakan operasi bagi client melalui suatu

jaringan. Client bertanggung jawab untuk menyediakan interface lokal

bagi para user. Pola ini diilustrasikan seperti pada Gambar 2.14 berikut

ini.

<<component>> Client1

<<component>> Client2

<<component>> Clientn

<<component>> Server

Gambar 2.14 Client-Server Architecture Pattern (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p197))

Ada beberapa jenis distribusi dalam client server architecture, seperti

yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.7 Bentuk-Bentuk Distribusi pada Client-Server Architecture

Client Server Architecture U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data

(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p200))

Page 68: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

76

2.6.8.3. Process Architecture

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh penulis,

process architecture adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-

proses yang saling tergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah

sistem dibutuhkan processor. Sedangkan external device adalah processor khusus

yang tidak dapat menjalankan program. Process architecture harus dapat

memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan

menggunakan processor yang telah tersedia. (p209)

Objek-objek yang terlibat dalam sistem berorientasi objek yang berjalan

dapat dibagi menjadi dua, yaitu active object yang telah ditugaskan sebuah proses

dan aktif selama sistem dijalankan; dan program component yang pasif selama

eksekusi sistem, kecuali pada saat dipanggil sebagai bagian dari eksekusi proses

sampai eksekusi proses tersebut selesai dijalankan. (p211-213)

Prinsip-prinsip yang digunakan adalah fokus pada arsitektur tanpa adanya

kemacetan (bottlenecks), mendistribusikan components pada processors, dan

mengkoordinasikan sharing sumber daya dengan active objects. Hasil dari

aktivitas ini adalah deployment diagram yang menunjukkan processors dengan

program components (sebuah modul fisik dari kode program) dan active objects

yang ditugaskan.

Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture :

1. The Centralized Pattern

Pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menangani

user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada

server, dan client hanya berperan seperti terminal.

Page 69: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

77

: Client

User

Interface

System

Interface

: Server

User Interface

System Interface

Function

Model

More Clients

Gambar 2.15 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern

(Sumber: Mathiassen et al. (2000, p216))

Page 70: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

78

2. The Distributed Pattern

Pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Pada pola ini, semua

didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan

update model di antara clients.

: Server

More Clients

User Interface

Function

Model

System Interface

System Interface

: Client

Gambar 2.16 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217))

Page 71: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

79

3. The Decentralized Pattern

Pola ini merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini, client

memiliki datanya sendiri sehingga hanya data yang bersifat umum terdapat

pada server. (p218)

Page 72: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

80

More Clients

: Client

User

Interface

System

Interface

Function

Model (Local)

: Server

User

Interface

System

Interface

Function

Model

(Common)

Gambar 2.17 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p219))

Page 73: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

81

2.6.9. Component Design

Menurut Mathiassen et al. (2000, p231), yang diterjemahkan oleh penulis,

component design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam

sebuah kerangka arsitektural. Kegiatan component design bermula dari spesifikasi

arsitektural dan kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah

spesifikasi dari komponen yang saling berhubungan. Aktivitas-aktivitas dalam

component design ditunjukkan pada Gambar 2.18

Component Specification

Architectural Specifications

Design of Components

Design of Component Connections

Gambar 2.18 Component Design (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232))

2.6.9.1 Model Component

Menurut Mathiassen et al. (2000, p235), yang diterjemahkan oleh penulis,

model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasi model

problem domain. Tujuan dari komponen model adalah untuk mengirimkan data

sekarang dan data historis ke function, interface dan terutama kepada pengguna

dan sistem yang lain. Konsep utama dalam desain model component adalah

struktur.

Page 74: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

82

Hasil dari kegiatan model component adalah revisi dari class diagram dari

kegiatan analisis. Kegiatan revisi biasanya terdiri dari kegiatan menambahkan

kelas, attribute, dan struktur baru yang mewakili event.

Revisi class dapat terjadi pada:

1. Generalization, jika terdapat dua class dengan atribut yang sama, maka dapat

dibentuk class baru (revised class).

2. Association, jika terdapat hubungan many-to-many.

3. Embedded Iterations, yang merupakan embedded di dalam state chart

diagram. Misalnya, jika sebuah class terdapat state chart diagram yang

mempunyai tiga iterated events maka dapat dibentuk tiga class di dalam

perancangan model. (p243-246)

2.6.9.2 Function Component

Menurut Mathiassen et al. (2000), yang diterjemahkan oleh penulis,

function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan

kebutuhan fungsional. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan

akses bagi user interface dan komponen sistem lainnya ke model. Function

component adalah penghubung antara model dan usage. Hasil dari kegiatan ini

adalah class diagram dengan operations dan spesifikasi dari operations yang

kompleks. (p252)

Subaktivitas dalam function design adalah:

1. Merancang function sebagai operation, yaitu mengidentifikasi tipe utama dari

functions tersebut. Ada empat tipe functions , yaitu update, read, compute, dan

signal. (p253)

Page 75: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

83

2. Menelusuri pola yang dapat membantu dalam implementasi function sebagai

operation. Terdapat empat pola yaitu:

a. Model Class Placement

Pola ini menempatkan operation dalam model component class dan

berguna ketika sebuah operation mengakses hanya sebuah single object

atau struktur aggregation yang sederhana. Pola ini juga dapat digunakan

ketika beberapa object terlibat, namun hanya jika tanggung jawab

operation tersebut dapat dengan jelas ditempatkan pada salah satu dari

model class.

b. Function Class Placement

Pola ini digunakan ketika tanggung jawab operation tidak dapat dengan

jelas ditempatkan dalam model class. Sebaliknya satu atau lebih functional-

component class dapat digambarkan dengan menempatkan operation yang

merealisasikan function.

c. Strategy

Pola ini digunakan untuk mendefinisikan sekumpulan operations yang

umum terenkapsulasi dan dapat dipertukarkan.

d. Active Function

Active signal function dapat direalisasikan sebagai operation yang secara

permanen aktif dan berkala memberikan sinyal kepada interface. Active

function ditempatkan sebagai active object dan performance-nya

tergantung dari state pada model component. (p260-263)

Page 76: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Informasi Akuntansi 2.1.1 ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-1-00008-AKSI Bab 2.pdfSeperti sistem lainnya, sebuah sistem informasi mencakup input

84

3. Spesifikasikan operasi yang kompleks.

Terdapat tiga cara untuk melakukannya, yaitu operation specification,

sequence diagram, dan statechart diagram. (p265)