Bab 2 FIX fdm
-
Upload
stefanus-sugianto -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
description
Transcript of Bab 2 FIX fdm
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
BAB 2WATER TO WATER HEAT EXCHANGER APPARATUS
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Mekanisme Perpindahan Panas
Energi panas dapat ditransfer dari satu sistem ke sistem yang lain, sebagai hasil
dari perbedaan temperatur. Sedangkan analisis termodinamika hanya mengangkat hasil
dari perpindahan panas sebagai sistem yang mengalami proses dari satu keadaan
setimbang yang lain. Jadi ilmu yang berhubungan dengan penentuan tingkat
perpindahan energi adalah perindahan panas. Adapun transfer energi panas selalu
terjadi dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah, dan perpindahan
panas berhenti ketika dua medium mencapai suhu yang sama.
Proses perpindahan panas dapat berpindah dengan tiga cara, yaitu kondusi,
konveksi dan radiasi. Semua cara dari perpindahan panas memerlukan adanya
perbedaan suhu, dan semua cara berasal dari medium suhu yang lebih tinggi ke suhu
yang lebih rendah. Di bawah ini kita memberikan gambaran singkat dari setiap cara.
3.1.2 Konduksi
konduksi adalah proses perpindahan energi dari partikel yang lebih energik dari
suatu zat dengan yang kurang energik yang berdekatan sebagai akibat dari interaksi
antara partikel. Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair dan gas. Pada gas dan cair,
konduksi ini disebabkan oleh tabrakan dan pembauran dari gerakan molekul selama
gerakan acak mereka. Pada benda padat, gerakan ini disebabkan akibat kombinasi
getaran dari molekul di dalam kisi dan berpindahnya energi yang disebabkan oleh
elektron bebas. Laju konduksi panas melalui media tergantung pada dari medium,
ketebalan, dan bahan dari medium, serta beda suhu di geometri medium terdebut.
Pada penjelasan berikut, dapat dilihat proses perpindahan panas melalui dinding
yang tebalnya Δx=L dan luasnya A, seperti pada gambar berikut :
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20151
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Gambar 2.1 :Perpindahan panas konduksi melalui dindingSumber : Heat Transfer, Cengel. 2003:21
Perbedaan temperatur pada dinding adalah ΔT=T2-T1. Percobaan dapat
menghasilkan laju dari perpindahan panas Q melalui dinding dua kali lipat ketika
perbedaan suhu di seluruh dinding atau area A normal terhadap arah perpindahan panas
dua kali lipat, tapi dibelah dua ketika ketebalan dinding L dua kali lipat. Dengan
demikian kita menyimpulkan bahwa laju konduksi panas melalui lapisan dinding
sebanding dengan perbedaan suhu di seluruh lapisan dan area perpindahan panas,
namun berbanding terbalik dengan ketebalan lapisan, sehingga dapat dirumuskan
dengan:
Atau ,
Dimana konstanta k adalah konduktivitas termal material, yang merupakan
ukuran kemampuan suatu material untuk menghantarkan panas. Jika Δx =0, persamaan
diatas tereduksi menjadi bentuk differensial.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20152
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Dengan:
= Laju perpindahan panas konduksi (Watt)
k = Konduktivitas termal (Watt/m0C)
A = Luas penampang pada sisi normal arah perpindahan panas (m2)
Δx = Tebal material (m)
T1-T2 = Beda temperatur pada penampang (0C)
(-) = Tanda negatif didalam rumus memastikan bahwa perpindahan panas dalam
arah x positif adalah jumlah yang positif
2.1.3 Konveksi
Konveksi adalah proses perpindahan energi dengan kerja gabungan dari suatu
permukaan yang suhunya di atas suhu fluida dan sekitarnya berlangsung dalam
beberapa tahap. Pertama energi panas akan mengalir dengan cara konduksi dari
permukaan ke partikel fluida yang berbatasan. Energi yang berpindah dengan cara
demikian akan menaikkan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida ini. Kemudian
partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang bersuhu rendah didalam
fluida di mana mereka akan bercampur dan memindahkan sebagian energinya kepada,
partikel-partikel fluida lainnya. Dalam hal ini alirannya adalah aliran fluida maupun
energi. Energi sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel fluida dan diangkut
sebagai akibat gerakan massa partikel-partikel tersebut.Mekanisme ini untuk operasinya
tidak tergantung hanya pada beda suhu dan oleh karena itu tidak secara tepat memenuhi
definisi perpindahan panas. Tetapi hasil bersihnya adalah angkutan energi, dan karena
terjadinya dalam arah gradien suhu, maka juga digolongkan dalam suatu cara
perpindahan panas dan ditunjuk dengan sebutan aliran panas dengan cara konveksi.
Pada penjelasan berikut, perpindahan panas yang disertai dengan perpindahan
partikelnya.Proses konveksi ini pada umumnya terjadi pada fluida (cair dan gas).
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20153
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Gambar 2.2: Perpindahan panas secara konveksiSumber: Anonymous 14,2011
Laju perpindahan panas dengan cara konveksi antara suatu permukaan dan suatu
fluida dapat dihitung dengan hubungan :
Di mana :
q = Laju perpindahan panas dengan cara konveksi, (Watt)
As = Luas perpindahan panas, (m2)
Ts = Temperarur permukaan benda padat, (0K)
T∞ = Temperatur fluida mengalir, (0K)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi, (W/m2 0K)
Perpindahan panas konveksi diklasifikasikan dalam konveksi bebas (free
convection) dan konveksi paksa (forced convection) menurut cara menggerakkan
alirannya. Konveksi alami adalah perpindahan panas yang disebabkan oleh beda suhu
dan beda rapat saja dan tidak ada tenaga dari luar yang mendorongnya. Jadi Konveksi
alamiah dapat terjadi karena ada arus yang mengalir akibat gaya apung, sedangkan gaya
apung terjadi karena ada perbedaan densitas fluida tanpa pengaruh gaya dari luar
sistem. Perbedaan densitas fluida terjadi karena adanya gradien suhu pada fluida.
Konveksi paksa adalah perpindahan panas aliran gas atau cairan yang disebabkan
adanya tenaga dari luar. Konveksi paksa dapat pula terjadi karena arus fluida yang
terjadi digerakkan oleh suatu peralatan mekanik (contoh : pompa dan pengaduk), jadi
arus fluida tidak hanya tergantung pada perbedaan densitas. Contoh perpindahan panas
secara konveksi paksa adalah pelat panas dihembus udara dengan kipas atau blower.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20154
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Secara umum aliran fluida dapat diklasifikasikan sebagai aliran eksternal dan
aliran internal. Aliran eksternal terjadi saat fluida mengenai suatu permukaan benda.
Contohnya adalah aliran fluida melintasi plat atau melintang pipa. Aliran internal
adalah aliran fluida yang dibatasi oleh permukaan zat padat, misalnya aliran dalam pipa
atau saluran. Perbedaan antara aliran eksternal dan aliran internal pada suatu pipa atau
saluran ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Aliran eksternal udara dan aliran internal air pada suatu pipa Sumber: Heat Transfer, Cengel. 2003:21
2.1.4 Radiasi
Radiasi adalah energi yang dipancarkan oleh materi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik sebagai akibat dari perubahan konfigurasi elektronik dari atom atau
molekul.
Gambar 2.4: Perpindahan panas secara radiasiSumber: Anonymous 15,2012
Tingkat maksimum radiasi yang dapat dipancarkan permukaan pada suhu Ts
mutlak diberikan oleh hukum Stefaan-Boltzmann yaitu :
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20155
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Rumus diatas didapat dari karena stefaan-Boltzmann menemukan bahwa daya
total per satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam
panas (intensitas total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya.
Sehingga dapat dirumuskan:
I total = σ . T4 ....................................................... (1)
I = Intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi
T = Suhu mutlak benda (K)
σ = Tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4.
Untuk Permukaan ideal yang memancarkan radiasi pada tingkat maksimum ini
disebut benda hitam, dan radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam disebut Radiasi
benda hitam. Radiasi yang dipancarkan oleh semua permukaan nyata lebih kecil dari
radiasi yang dipancarkan oleh benda hitam pada suhu yang sama, hanya diberi
tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 atau diantara 0 ≤ ε ≤ 1
sehingga:
I total = ε .σ.T4 ...................................................... (2)
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (2) dapat ditulis
sebagai:
P/As = ε. σ. T4 ...................................................(3)
Atau
P = ε σ As Ts4
Dengan :
P = Daya radiasi (W)
As = Luas permukaan benda (m2)
ε = Koefisien emisivitas
Ts = Temperatur mutlak (K)
Jadi rumus akhirnya :
Q radiasi = ε σ As Ts
4
2.1.5 Konduktivitas Termal
Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu material untuk menghantarkan
panas.Persamaan untuk laju perpindahan panas konduksi dalam kondisi stabil juga
dapat dilihat sebagai persamaan penentu bagi konduktivitas termal. Sehingga dapat
dirumuskan dengan :
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20156
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Dimana :
k = Konduktivitas termal (W/m0C)
α = Diffusifitas termal (m3/s)
Cp = Kapasitas panas spesifik pada tekanan konstan (J/kg0C)
ρ = Massa jenis (kg/m3)
Konduktivitas termal material adalah ukuran kemampuan bahan untuk
menghantarkan panas. Harga tertinggi untuk konduktivitas termal menunjukkan bahwa
material adalah konduktor panas yang baik, dan harga terendah untuk konduktivitas
termal menunjukan bahwa material adalah bukan pengahantar panas yang baik atau
disebut isolator. Konduktivitas termal beberapa bahan umum pada suhu kamar
diberikan dalam table di bawah ini.
Table 2.1 Konduktivitas Termal (K) Berbagai Zat
Sumber : Heat Transfer , J.P Homan
Suhu adalah ukuran energi kinetik dari partikel seperti molekul atau atom dari
suatu zat. Pada cairan dan gas, energi kinetik dari partikel terjadi karena gerak translasi
acak mereka serta gerakan getaran dan rotasi mereka. Ketika dua molekul yang
memiliki energi kinetik yang berbeda berbenturan, bagian dari energi kinetik dari
molekul lebih bertenaga ditransfer ke molekul kurang bertenaga, sama seperti ketika
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20157
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
dua bola elastis dari massa yang sama dengan kecepatan yang berbeda berbenturan,
bagian dari energi kinetik dengan bola kecepatan tinggi ditransfer ke bola yang
kecepatanya lebih lambat. Makin tinggi suhu maka semakin cepat molekul bergerak dan
semakin tinggi jumlah molekul tabrakan akan semakin baik perpindahan panasnya.
2.1.6 Difusivitas Termal
Cp sering dijumpai dalam analisis perpindahan panas, disebut kapasitas panas
material. Baik dari Cp panas spesifik dan kapasitas panas ρCp mewakili kemampuan
penyimpanan panas dari suatu material. Tapi Cp mengungkapkan itu per satuan massa
sedangkan ρCp mengungkapkan itu per satuan volume, dapat melihat dari satuan
mereka masing-masing. Sifat bahan lain yang muncul dalam analisis konduksi panas
transien adalah difusivitas termal, yang mewakili bagaimana cepat panas berdifusi
melalui materi dan dirumuskan dengan:
k = Konduktivitas termal (W/(m·K))
ρ = Densitas (kg/m³)
Cp = Panas jenis (J/(kg·K))
ΡCp =dapat disebut sebagai kapasitas panas volumetrik (J/(m³·K))
Harap diingat bahwa Konduktivitas termal (k) merupakan seberapa baik suatu
bahan menghantarkan panas, dan kapasitas panas ρCp mewakili berapa banyak
menyimpan sebuah energi bahan per satuan volume. Oleh karena itu, difusivitas termal
dari material dapat dipandang sebagai rasio panas yang dilakukan melalui bentuk
material panas yang tersimpan per satuan volume. Bahan yang memiliki konduktivitas
panas yang tinggi atau kapasitas panas yang rendah jelas akan memiliki difusivitas
termal besar. Semakin besar difusivitas termal, semakin cepat penyebaran panas ke
medium. Nilai diffusivitas termal yang kecil berarti panas yang sebagian besar diserap
oleh material.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20158
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.1.7 Resistensi Termal
Resistansi termal merupakan salah satu properti panas dan memiliki definisi
ukuran perbedaan temperatur dari material yang tahan terhadap aliran panas. Resistansi
termal sendiri berbanding terbalik dengan Konduktivitas termal, sehingga dapat
dirumuskan dengan :
R =
Dimana :
R = Tahanan atau resistensi termal (m2K)/W)
L = Ketebalan bahan (m)
K = Konduktivitas termal (W/(m·K)
Resistansi termal memiliki satuan yaitu (m2K)/W. Aliran panas dapat
dimodelkan dengan analogi rangkaian listrik di mana aliran panas diwakili oleh arus,
suhu diwakili oleh tegangan, sumber panas yang diwakili oleh sumber arus konstan,
resistensi termal mutlak diwakili oleh resistor dan kapasitansi termal dengan kapasitor.
Diagram menunjukkan rangkaian termal setara untuk perangkat semikonduktor dengan
heat sink.
2.1.8 Heat Exchanger
Heat exchanger adalah perangkat yang memfasilitasi pertukaran panas antara
dua cairan pada temperatur yang berbeda serta menjaga mereka dari campuran satu
sama lain. Misalnya dalam radiator mobil panas dipindahkan dari air panas yang
mengalir melalui tabung radiator ke udara mengalir melalui pelat tipis berjarak dekat
dinding luar yang melekat pada tabung . Perpindahan panas pada Heat exchanger
biasanya melibatkan konveksi di setiap cairan dan konduksi melalui dinding yang
memisahkan dua cairan . Dalam analisis penukar panas akan lebih mudah untuk bekerja
dengan koefisien perpindahan panas keseluruhan U yang menyumbang kontribusi dari
semua efek transfer panas ini . Laju perpindahan panas antara dua cairan pada lokasi di
penukar panas tergantung pada besarnya perbedaan suhu di lokasi yang bervariasi
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/20159
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
sepanjang penukar panas . Jenis paling sederhana dari penukar panas terdiri dari dua
pipa konsentris yang berbeda diameter seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.5 yang
disebut double pipa panas exchanger.
Gambar 2.5 Aliran sistem heat exchanger double pipaSumber: Heat Transfer, Cengel. 2003:21
Salah satu cairan dalam penukar panas double pipa mengalir melalui pipa yang
lebih kecil sementara cairan lainnya mengalir melalui ruang annular antara dua pipa .
Dua jenis pengaturan aliran yang mungkin dalam double pipa penukar panas yaitu
dalam aliran parallel, baik cairan panas dan dingin memasuki panas penukar pada akhir
yang sama dan bergerak ke arah yang sama. Dalam aliran counter di sisi lain cairan
panas dan dingin memasuki penukar panas di seberang berakhir dan aliran dalam arah
yang berlawanan. Tipe lain dari penukar panas yang dirancang khusus untuk
mewujudkan besar luas permukaan perpindahan panas persatuan volume, adalah
penukar panas kompak. panas Compact exchanger memungkinkan kita untuk mencapai
kecepatan transfer panas tinggi antara dua cairan dalam volume kecil dan mereka
biasanya digunakan dalam aplikasi dengan keterbatasan yang ketat pada berat dan
volume penukar panas.
Sebuah penukar panas biasanya melibatkan dua cairan mengalir dipisahkan oleh
dinding yang padat. Panas pertama ditransfer dari fluida panas ke dinding oleh
konveksi, melalui dinding dengan konduksi, dan dari dinding ke fluida dingin lagi
dengan konveksi. Jaringan tahan panas yang terkait dengan proses perpindahan panas
ini melibatkan dua konveksi dan konduksi satu resistensi.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201510
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Gambar 2.6 Perpindahan panas pada double pipaSumber: Heat Transfer, Cengel. 2003:21
Variabel i dan o mewakili permukaan dalam dan luar dari tabung bagian dalam.
Untuk heat exchanger double pipa kita memiliki Ai = πDiL dan A0 = πD0L dan tahanan
panas tabung dalam situasi ini adalah
Dimana :
Rwall = Resistansi dinding (m2K)/W)
k = Konduktivitas termal dari material dinding (W/(m·K)
L = Panjang tabung (m)
DO = Diameter luar (m )
Di = Diameter dalam (m )
Kemudian tahan panas keseluruhan menjadi :
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201511
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Dimana :
R = Resistansi (m2K)/W)
Rtot = Resistansi total (m2K)/W)
Rwall = Resistansi dinding (m2K)/W)
Ro = Resistansi permukaan luar (m2K)/W)
Ai = Luas permukaan dalam dinding (m2)
Ao = Luas permukaan luar dinding (m2)
hi = Koefesien perpindahan panas konveksi dalam (W/m2 0K)
ho = Koefesien perpindahan panas konveksi luar(W/m2 0K)
Dengan kata lain, Ai dan A0 adalah luas permukaan dinding yang memisahkan
dan dibasahi oleh cairan dalam dan cairan luar, masing-masing.
2.1.9 Counter Flow Heat Exchanger
Variasi suhu cairan panas dan dingin dalam heat exchanger counter flow
diberikan pada Gambar 2.5. Perhatikan bahwa cairan panas dan dingin masukkan pada
ujung-ujung pipa, dan suhu keluar dingin cairan pada keadaan ini dapat melebihi suhu
keluar panas cairan. Dalam kasus ini ,cairan dingin akan dipanaskan sampai suhu inlet
dari fluida panas . Namun, suhu outlet fluida dingin tidak pernah bisa melebihi inlet
suhu dari fluida panas karena ini akan menjadi pelanggaran hukum kedua dari
termodinamika. Hubungan di atas untuk log berarti perbedaan suhu dikembangkan
menggunakan penukar panas aliran parallel, tetapi kita dapat menunjukkan dengan
mengulangi analisis atas untuk counter flow penukar panas yang juga berlaku untuk
counter flow penukar panas.
Untuk inlet dan outlet suhu yang ditentukan, log rata-rata suhu perbedaan bagi
penukar panas counter flow selalu lebih besar dari itu untuk paralel flow. Artinya, ΔT
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201512
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
counter flow lebih besar dari pada ΔT parallel flow dan dengan demikian lebih kecil
luas permukaan yang dibutuhkan untuk mencapai laju perpindahan panas tertentu dalam
counter-flow .
Gambar 2.7 Aliran (a) Parallel flow, (b) Counter flow, dan grafik temperatur in, out.Sumber: Heat Transfer, Cengel. 2003:21
2.2 Tujuan Pengujian
1. Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana.
2. Mengetahui perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger.
3. Mengetahui pengukuran koefesien perpindahan panas berdasarkan kuantitas
aliran fluida.
4. Mengetahui efisiensi heat exchanger.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201513
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.3 Spesifikasi Alat
Gambar 2.8 Heat exchanger benchSumber: Laboratorium Fenomena Dasar Mesin
Hot water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 200 liter/jam
Termometer pada inlet dan outlet : 0 – 1000c
Electrically immersion heater : 5 kW dan 3 Kw
Cold water source
Head tank with square weir
Flow rate meter (rotameter) : 500 liter/jam
Termometer pada inlet dan outlet : 0 – 1000c
Heat exchanger
Double tubes water to water heat exchanger : Diameter 1’ x panjang 1000 mm
Katup pengatur aliran : Katup 3 arah
Controller unit
Hot water temperature control unit
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201514
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.4 Cara Pengambilan Data
Air panas mengalir melalui tabung dan air dingin melalui jacket. Eksperimen
aliran parallel dan counter flow dilakukan dengan merubah arah aliran air dingin
dengan memutar katub 3 arah (A) dan (B). Dengan mengatur debit aliran panas dan air
dingin aliran laminar dan turbulen dapat diatur. Table berikut menunjukkan kombinasi
eksperimen:
Tabel 2.2 Kombinasi Eksperimen
Hot water Cold water Hot water Cold water
Parallel
Flow
A LAMINAR LAMINAR counter
flow
E LAMINAR LAMINAR
B TURBULENT LAMINAR F TURBULENT LAMINAR
C LAMINAR TURBULENT G LAMINAR TURBULENT
D TURBULENT TURBULENT H TURBULENT TURBULENT
1. Set temperature
Atur temperatur air panas pada head tank dengan TEMP.SET pada
control unit. Tunggu hingga pembacaan thermometer air panas mencapai stabil.
2. Set aliran laminar atau tubulen
Dengan mengatur katup no (3) dan (19) aturlah debit air panas dan air
dingin sesuai dengan tabel berikut :
Tabel 2.3 Set aliran laminar atau tubulen
LAMINAR TURBULENT
FLOW RATE METER
(HOT WATER)
< 30 l/h >100 l/h
FLOW RATE METER
(COLD WATER)
< 50 l/h >500 l/h
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201515
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
3. Pengukuran
Ukurlah nilai T1, T2, t1, t2, W dan w serta tulis data dalam lembar
pengambilan data yang telah disediakan
4. Perhitungan
a) Hitung nilai ∆tm dengan persamaan (4) dan (5)
b) Hitung nilai (T1+T2)/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematik vh
pada table properti air.
c) Hitung nilai qw dan Qw dengan persamaan (1)
d) Hitung nilai (T1+T2)/2 kemudian tentukan nilai viskositas kinematik v1
pada tabel properti air.
e) Hitung nilai Rew dengan persamaan (8) dan Rew dengan persamaan (9)
f) Hitung nilai efisiensi dengan persamaan (7)
g) Hitung persamaan U dengan persamaan (6)
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201516
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.5 Hasil Pengujian
2.5.1 Data Hasil Pengujian
Tabel 2.4 Data 1
INLET OUTLET INLET OUTLETT1 (oC) T2(oC) W(kg/h) t1(oC) t2(oC) w (kg/h) (T1+T2)/2 (oC) Vh (m2/s) (t1+t2/2 (oC) Vi(m2/s)
A 65.6 45.1 20 26.2 32.8 100 55.35 0.000000427 29.5 0.00000074B 67.8 65.2 150 26.4 38.8 100 66.5 3.475E-07 32.6 6.6815E-07C 63.7 38.5 20 27.2 28.9 500 51.1 4.584E-07 28.05 8.1415E-07D 69 59.8 150 27.3 31.5 500 64.4 3.612E-07 29.4 0.000000783E 66 43 20 25.9 33.5 100 54.5 4.243E-07 29.7 5.6805E-07F 70 63.9 150 26 40.3 100 66.95 3.475E-07 33.15 6.753E-07G 63 38.1 20 26.6 28.2 500 50.55 4.615E-07 27.4 8.3445E-07H 70 59 150 26.6 30.7 500 64.5 3.933E-07 28.65 7.9685E-07
LOW TEMP. WATER (COLD WATER)HIGH TEMP. WATER (HOT WATER)MEASUREMENTS
FLOW R. WATER
LOW TEMP. WATER (COLD WATER)HIGH TEMP. WATER (HOT WATER)THERMOMETER THERMOMETER
COUNTE
R
KINEMATIC VISCOSITY OH WATERINSTRU. (EQUATION)
Symbols (Unit)
PARALLE
L
TABLE
FLOW R. METER
Tabel 2.5 Data 2
T1-t1 T2-t2
T1-t2 T2-t1
∆t1 (oC) ∆tm (oC) REw - Rew -A 39.4 12.3 23.27845608 410 974.2388759 660 1024.864865 52.03 535 430.55B 41.4 26.4 33.3394922 390 8978.417266 1240 1135.074459 6.28 815 457.95C 36.5 9.6 20.14152737 504 907.504363 850 4657.618375 69.04 677 629.68D 41.7 28.3 34.56821629 1380 8637.873754 2100 4842.911877 22.06 1740 942.96E 32.5 17.1 23.98150151 460 980.4383691 760 1335.093742 57.36 610 476.51F 29.7 37.9 33.63356537 915 8978.417266 1430 1123.056419 13.86 1172.5 653.07G 34.8 11.5 21.04273809 498 901.4084507 800 4544.310624 68.41 649 577.78H 39.3 32.4 35.7390559 1650 7932.875667 2050 4758.737529 25.35 1850 969.73
LOW TEMP. FLUID (COLD WATER)
q (kcal/h)
PARALLEL FLOW
COUNTER FLOW ∆tm (oC)
HIGH TEMP. FLUID (HOT WATER)
2 13
qw (kcal/h)REYNOLD'S NO PARALLEL FLOW
1 12
Qw (kcal/h)REYNOLD'S NO.
CALCULATION (Cp, cp ≈ 1 kcal / kg deg)COEFFICIENT OF EVERALL HEAT TRANS
6 9
COUNTER FLOW
U (kcal/m2.h.deg)
LOGARITHMIC-MEAN-TEMP. DIFFERENCE
8
PARALLEL
COUNTER
EFFICIENCY OF HEAT EXCHANGER
10 11
PARALLEL FLOW COUNTER FLOW𝜂h (%)
INSTRU. (EQUATION)
SYMBOLS (UNIT)
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201517
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.5.2 Contoh Perhitungan
a. Menghitung T1 + T2/ 2 (°C)
(69 + 59.8)/ 2 = 64.4
b. Menghitung nilai viskositas kinematik vh pada tabel properti air
c. Menghitung t1 + t2/ 2 (°C)
(65.6 + 63.9)/ 2 = 33.15
d. Menghitung nilai viskositas kinematik v1 pada tabel properti air
e. Menghitung ∆t1 (°C)
Parallel
∆t1= T1-t1 = 65.6- 26.2 = 39.4
Counter
∆t1= T1-t2 = 66- 33.5 = 32.5
f. Menghitung ∆t2 (°C)
Parallel
∆t1= T2-t2 = 45.1- 32.8 = 12.3
Counter
∆t1= T2-t1 = 43- 25.9 =17.1
g. Menghitung ∆tm (°C)
Parallel
∆tm =
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201518
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
=
= 23.278
Counter
∆tm =
=
=23.98
h. Menghitung QW (kcal/h)
W.Cp.(T1-T2)
=20.1.(65.6-45.1) = 410
i. Menghitung qw (kcal/h)
w.Cp.(t2-t1)
=100.1.(26.2-32.8) = 660
j. Menghitung REw
REw = 0.0000208.(W/vh)
= 0.0000208.(20/0.000000427)
= 974.2288
k. Menghitung Rew
Rew = 0.000007584.(w/v1)
= 0.000007584.(100/0.00000074)
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201519
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
= 1024.86
l. Menghitung ηh (%)
ηh =
=
= 0.5203
= 52.03%
m. Menghitung q (kcal/h)
q =
=
=535
n. Menghitung U (kcal/m2.h.deg)
U =
=
=430.55
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201520
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201521
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.5.3 Grafik dan Pembahasan
2.5.3.1 Grafik hubungan koefesien perpindahan panas terhadap regime aliran pada variasi arah aliran.
Gambar 2.9 Grafik koefisien perpindahan panas terhadap regime aliran
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201521
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Grafik hubungan koefesien perpindahan panas terhadap regime aliran pada
variasi arah aliran. Perpindahan panas yang terjadi dikarenakan adanya perbedaan
temperatur antara aliran fluida panas dan fluida dingin. Maka untuk menentukan laju
perpindahan panas yang terjadi perlu ditentukan harga koefisien perpindahan panas
menyeluruh (U). Pada grafik tersebut terdapat variasi menurut regime alirannya yaitu
parallel disimbolkan (A,B,C,D) dan counter disimbolkan (E,F,G,H). pada aliran parallel
maupun counter memiliki bilangan reynold (Re) yang digunakan untuk menentukan
regime aliran apakah laminer atau turbulen.
Pada grafik menunjukkan aliran parallel saat kondisi A regime alirannya
laminer-laminer mempunyai nilai koefesien perpindahan panas sebesar 430.5475. Saat
di kondisi B regime alirannya turbulen-laminer mempunyai nilai koefesien perpindahan
panas sebesar 457.9521039. Saat kondisi C regime alirannya laminer-turbulen
mempunyai nilai koefesien perpindahan panas sebesar 629.678089. saat kondisi D
regime alirannya turbulen-turbulen mempunyai nilai koefesien perpindahan panas
sebesar 942.9609503. Sedangkan pada aliran counter saat kondisi E regime alirannya
laminer-laminer mempunyai nilai koefesien perpindahan panas sebesar 476.5131546.
Saat kondisi F regime alirannya turbulen-laminer memiliki nilai koefesien perpindahan
panas sebesar 653.0724664. Saat kondisi G regime alirannya laminer-turbulen memiliki
nilai koefesien perpindahan panas sebesar 577.7818267. Saat kondisi H regime
alirannya turbulen-turbulen mempunyai nilai koefesien perpindahan panas sebesar
969.7283294
Dapat di lihat dari perbandingan aliran turbulen dan laminar bahwa koefisien
perpindahan panas lebih besar saat aliran turbulen di bandingkan saat aliranya
laminar.Lalu dalam grafik berikut ini terjadi penyimpangan dapat kita lihat dari sampel
H dan D dengan nilai masing masing H=969.7283294 dan D=942.9609503 di mana
seharusnya koefisien parallel flow lebih tinggi di bandingkan counter flow hal ini
mungkin di sebabkan aliran counter low yang membuat aliran panas bertemu dengan
aliran yang dingin yang masih belum terkena perpindahan panas dan sebaliknya aliran
dingin juga bertemu dengan aliran panas yang masih belum mengalami perpindahan
panas sehingga membuat perbedaan suhu rata ratanya menjadi kecil karena rumus
koefisiensinya adalah:
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201522
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201523
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
2.5.3.2 Grafik hubungan efisiensi heat exchanger terhadap regime aliran pada variasi arah aliran.
Gambar 2.10 Grafik hubungan efesiensi heat exchanger
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201524
WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH
Grafik hubungan efesiensi heat exchanger terhadap regime aliran pada variasi
arah aliran. Efisiensi Heat Exchanger adalah sebuah istilah yang menyatakan seberapa
banyak panas yang dapat ditransfer. Pada grafik tersebut terdapat variasi menurut
regime alirannya yaitu parallel disimbolkan (A,B,C,D) dan counter disimbolkan
(E,F,G,H). pada aliran parallel maupun counter memiliki bilangan reynold (Re) yang
digunakan untuk menentukan regime aliran apakah laminar atau turbulen.
Pada grafik menunjukkan aliran parallel saat kondisi A regime alirannya
laminar-laminer dan nilai efisiensi 52%. Saat di kondisi B regime alirannya turbulen-
laminer dan nilai efisiensi 6%. saat kondisi C regime alirannya laminar-turbulen dan
nilai efisiensi 69%. saat kondisi D regime alirannya turbulen-turbulen dan nilai efisiensi
22%. sedangkan pada aliran counter saat kondisi E regime alirannya laminer-laminer
dan nilai efisiensi 57%. saat kondisi F regime alirannya turbulen-laminer dan nilai
efisiensi 13.8%. pada kondisi G regime alirannya laminar-turbulen dan nilai efisiensi
68.4%. pada kodisi H regime alirannya turbulen-turbulen dan nilai efisiensi 25.3%.
Dari grafik bisa kita lihat bahwa aliran counter mempunyai efisiensi yang lebih
baik di bandingkan parallel.Kemudian aliran laminar mempunyai efisiensi yang lebih di
banding parallel karena kecepatan aliran yang lebih lambat dari turbulen membuat
perpindahan panas yang terjadi lebih lama sehingga menghasilkan efisiensi yang lebih
besar bila di bandingkan dengan aliran turbulen. Namun terjadi penyimpangan pada
sampel C dan G yaitu di mana aliran C yang seharusnya parallel mempunyai efisiensi
yang lebih besar dari counter hal ini bisa di sebabkan perbedaan suhu dari sample C dan
G dimana karena dasarnya terletak pada perbedaan temperatur yang dimiliki T1-t1 dan
T2-t2 pada aliran paralllel dan T1-t2 dan T2-t1 pada aliran counter.
LABORATORIUM FENOMENA DASAR MESIN 2014/201525