ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten...

25
1 ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI KABUPATEN DEMAK (Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak) Annisa Indriana Drs.H. Wiratno, M.Ec Abstract The agriculture is the biggest sector in the field of economic in Indonesia, so that is big contribution to grow up the nasional economic. Agriculture is the one of the key to solve the problem of the poverty. One of the sub sectors that have contribution to Gross Domestic Regional Product in Central Java is plantation sub sector, which among plantations are water guava. The largest production centres of water guava in Central Java is Demak Regency, ironically, that the production, the farming area (total of the trees), and the average production that tends to fluctuate every year. This study aims to analyze the level of influence of factors production to total production of water guava in the District of Bonang, Regency of Demak. Data used in this study are primary and secondary data. Sampling was taken by simple random sampling method. Respondents in this research is water guava farmer in the District of Bonang consist of 100 people. Data analysis methods used in this study is multiple regression analysis by using Cobb-Douglass function for analyzing research data. Mathematic model by Cobb-Douglass function used the Ordinary Least Square (OLS). Based on the data processing shows that the variables that significantly affect the water guava production are amount of fertilizer, pesticide, and distance between of the trees. while manpower variable has not significant influence to the water guava production. Keywords : Production, water guava’s farming

Transcript of ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten...

Page 1: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

1

ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI KABUPATEN DEMAK

(Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak)

Annisa Indriana

Drs.H. Wiratno, M.Ec

Abstract

The agriculture is the biggest sector in the field of economic in Indonesia, so that is

big contribution to grow up the nasional economic. Agriculture is the one of the key to solve

the problem of the poverty. One of the sub sectors that have contribution to Gross Domestic

Regional Product in Central Java is plantation sub sector, which among plantations are

water guava. The largest production centres of water guava in Central Java is Demak

Regency, ironically, that the production, the farming area (total of the trees), and the average

production that tends to fluctuate every year. This study aims to analyze the level of influence

of factors production to total production of water guava in the District of Bonang, Regency of

Demak.

Data used in this study are primary and secondary data. Sampling was taken by

simple random sampling method. Respondents in this research is water guava farmer in the

District of Bonang consist of 100 people. Data analysis methods used in this study is multiple

regression analysis by using Cobb-Douglass function for analyzing research data.

Mathematic model by Cobb-Douglass function used the Ordinary Least Square (OLS).

Based on the data processing shows that the variables that significantly affect the

water guava production are amount of fertilizer, pesticide, and distance between of the trees.

while manpower variable has not significant influence to the water guava production.

Keywords : Production, water guava’s farming

Page 2: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

2

PENDAHULUAN

Sektor pertanian di Indonesia merupakan penyangga perekonomian sehingga sektor

ini mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Hasil-

hasil pertanian di Indonesia mampu dijadikan komoditas unggul dalam persaingan global.

Menurut Dibyo Prabowo (1995) sektor pertanian mempunyai peran sebagai penyumbang

terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sumbangan terhadap penyerapan tenaga

kerja dan juga sumbangan terhadap ekspor. Sektor pertanian berkontribusi dalam

menanggulangi kemiskinan, karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di

daerah pedesaan dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam

perekonomian. Peranan pertanian antara lain :

a. Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin

ketahanan pangan.

b. Menyediakan bahan baku bagi industri, sebagai pasar potensial bagi produk-produk

yang dihasilkan oleh industri.

c. Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan

sektor lain.

d. Sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets dalam Harianto, 2007).

Sektor pertanian khususnya perkebunan berada pada urutan ketiga diantara sektor

pertanian lain dan mempengaruhi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun

dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian perkebunan terhadap PDRB cenderung

fluktuatif. Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar

terhadap PDRB. Kabupaten Demak merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan

jambu air dibandingkan dengan daerah-daerah lain.

Dari sisi produksi jambu air di Jawa Tengah, mulai periode tahun 2005 sampai 2009

cenderung fluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh luas panen (jumlah pohon) yang tidak

stabil. Tanah pertanian yang semakin lama semakin berkurang dan pengelolaan yang kurang

tepat secara positif akan mengurangi produksi jambu air baik secara regional ataupun secara

nasional, perawatan yang kurang baik sangat berdampak pada menurunnya tingkat produksi

jambu air.

Kabupaten Demak memiliki urutan pertama dalam menghasilkan produk jambu air dan

produktivitas jambu air tergolong tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainya. Dilihat dari

produktivitas Kabupaten Demak memiliki urutan kelima yaitu setelah Kabupaten Kudus,

Pekalongan, Rembang dan Jepara. Dari data kantor Badan Pusat Statistik Jawa Tengah,

Page 3: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

3

produksi jambu air di Kabupaten Demak pada tahun 2009 mencapai 55.127 kwintal dengan

luas lahan mencapai 55.901 pohon dan produktivitas 98,62 kg/pohon.

Kabupaten Demak merupakan sentra produksi utama jambu air di provinsi Jawa

Tengah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jambu air yang

meliputi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon.

Sehingga penggunaan faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan keberhasilan petani

dalam mengelola usahatani jambu air. Namun, hasil produksi jambu air yang dihasilkan serta

produktivitas petani di daerah penelitian dikatakan masih sangat rendah. Oleh karena itu,

penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani jambu

air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau

lebih output (produk). Salvatore (1997) mendefinisikan produksi sebagai hasil akhir dari

proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input atau

dengan kata lain mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan

output. Sedangkan definisi fungsi produksi yaitu menunjukkan jumlah maksimum komoditi

yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan

teknik produksi terbaik yang tersedia

Fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut (Miller &

Meiner, 2000):

Q = f (K, L)

Dimana Q adalah tingkat output per unit periode, K adalah persediaan modal per unit periode,

dan L adalah arus jasa dari tenaga kerja per unit periode.

Dalam kaitanya dengan penelitian ini dapat ditunjukkan melalui fungsi produksi

sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3, . . . , xi, . . . , Xn)

Berdasarkan persamaan maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus

hubungan Xi, . . . Xn dapat diketahui (Soekartawi, 1994). Sesuai dengan teori produksi,

fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi fisik yang dihasilkan oleh petani jambu

air sebagai Y, sedangkan X adalah faktor produksi yang dapat berupa tenaga kerja, pupuk,

insektisida, dan jarak antar pohon.

Menurut Ari Sudirman (2004), faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam antara lain :

1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)

Page 4: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

4

Faktor produksi tetap yaitu faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam proses

produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah

output.

2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input)

Faktor produksi variabel yaitu faktor produksi dimana jumlah input dapat berubah

dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh faktor

produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja.

Karakteristik dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :

a) Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return to Scale),

artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua kali.

b) Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat positif tetapi

menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada faktor lainnya yang tetap

atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil yang menurun (The Law of Diminishing

Return) (Dernberg, 1992).

Menurut Miller & Meiners (2000), definisi formal dari The Law of Diminishing

Return:

“Bila semua input konstan, maka penambahan jumlah unit input secara bertahap sampai batas

tertentu akan menurunkan tingkat (presentase) kenaikan/pertambahan produk; atau dengan

kalimat lain, mulai batas tertentu itu produk fisik marjinal akan semakin berkurang”

Hukum ini berlaku apabila:

1. Hanya ada satu input variabel (bisa diubah-ubah, atau ditambah/dikurangi) sedangkan

seluruh input lainya konstan/tetap.

2. Proses produksi tetap, artinya tidak ada perubahan teknologi.

3. Koefisien-koefisien produksi bersifat variabel, artinya tidak melibatkan fungsi

proporsi baku (misalnya, satu unit tenaga kerja harus disertai dengan dua unit modal.

Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua

atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan

(Y) dan yang lain disebut dengan variabel independen, yang menjelaskan (X) (Soekartawi,

2003). Secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = bo . . . . . . . . . . . .

Fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi non-linier, sehingga untuk membuat fungsi

tersebut menjadi linier maka fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan pada persamaan :

Page 5: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

5

Ln Y = Ln bo + + + . . . . . + e

Pada persamaan nilai b1, b2, b3,…bn adalah tetap walaupun variabel yang terlibat

telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2, b3,…bn pada fungsi Cobb-Douglass

menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to

scale.

Untuk menghasilkan produksi jambu air dibutuhkan faktor-faktor produksi (input)

seperti tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon.

Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari

pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor

pertanian (Mubyarto, 1989).

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman

dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk

menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk organik dapat dibedakan

menjadi beberapa macam antara lain pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dll.

Dengan menggunakan pupuk kandang, maka kualitas tanah sebagai media tanam jambu air

akan memberikan zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon jambu air untuk menghasilkan buah

yang lebih baik. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani berupa kotoran binatang

(kambing, sapi, kerbau), kulit gabah (brambot), daun-daun yang busuk, dll.

Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat pabrik dan terbuat dari bahan anorganik yang

dibentuk melalui proses. Kandungan unsur hara pupuk anorganik bisa bervariasi dan

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemakaian pupuk anorganik harus benar-benar

sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Insektisida digunakan untuk membasmi hama penyakit yang disebabkan oleh

serangan hama serangga pada tanaman, apabila serangga tidak segera diatasi maka akan

menyebabkan tanaman menjadi tidak dapat berproduksi secara maksimal. Insektisida adalah

salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama) selain jenis fungisida, rodentisida, herbisida,

nematisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-lain.

Menurut Mawazin dan Hendi Suhaendi (2007) usaha untuk meningkatkan

produktivitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jarak tanam, intensitas

cahaya, dan jenis tanaman. Penanaman jenis unggul dengan jarak tanam yang tepat dan

sesuai dengan lingkungannya sangat menentukan keberhasilan penanaman. Pengaturan jarak

tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang

dibutuhkan bagi tanaman.

Page 6: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

6

Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

METODE PENELITIAN

Definisi Operasional Variabel

1. Jumlah Produksi (Y) adalah jumlah produksi jambu air yang dihasilkan dalam masa

produksi yaitu jumlah keseluruhan jambu air yang dihasilkan petani dalam satu kali

masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg).

2. Jumlah Tenaga Kerja (X1) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani jambu air yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK) yaitu jumlah

hari kerja yang digunakan selama masa produksi jambu air sampai masa panen

(selama 4 bulan).

3. Jumlah Pupuk Kandang (X2) adalah pupuk alami yang dibuat dari kotoran hewan

yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan

dihitung dalam satuan kg).

4. Jumlah Pupuk buatan (X3) adalah penyubur tanah yang terbuat dari bahan kimia yang

diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan

dihitung dalam satuan kg).

5. Jumlah Insektisida (X4) adalah jumlah insektisida yang digunakan pada lahan dan

pohon jambu air yang di hitung selama masa produksi sampai masa panen (selama 4

bulan dihitung dalam satuan liter).

6. Jarak Antar Pohon (X5) adalah jarak pohon jambu air dari pohon satu ke pohon

lainya atau dengan kata lain jarak yang diterapkan oleh responden/petani (diukur

dalam satuan meter).

Populasi merupakan jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan, sedangkan

sampel adalah sebagaian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan

Tenaga Kerja (X1)

Insektisida (X4)

Pupuk kandang (X2)

Jarak antar Pohon

(X5)

Produksi jambu air

(Y)

Pupuk buatan (X3)

Page 7: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

7

(Soekartawi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk bermata pencaharian

sebagai petani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang

berjumlah 210 petani.

Tabel 1. 5 Desa Penghasil Jambu Air Terbesar di Kabupaten Demak

No. Desa Luas panen

(pohon)

Produktivitas

(kg/pohon)

Produksi

(kwintal)

1. Bethokan 17.761 99,98 17.758

2. Singorejo 8.664 99,77 8.644

3. Tempuran 8.274 95,84 7.930

4. Kalicilik 7.281 98,65 7.183

5. Wonosari 5.701 91,45 5.214

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Demak

Tabel diatas menunjukkan 5 desa yang merupakan penghasil jambu air terbanyak di

Kabupaten Demak. Pengambilan sampel dipilih 1 desa yang memiliki produktivitas paling

rendah yaitu Desa Wonosari. Pemilihan jumlah responden (sample) ditetapkan secara quote

sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 orang petani jambu

air yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) dari daftar nama petani di 5

kelompok tani di Desa tersebut (tiap kelompok tani masing-masing diambil 20 orang yang

memiliki jumlah pohon paling sedikit 15 pohon).

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data

yang diperoleh melalui wawancara dan survey lapangan terhadap para petani jambu air di

Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Data sekunder yaitu data yang

diperoleh dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya dan sudah diolah antara lain laporan

penelitian, jurnal-jurnal, karya tulis, buku-buku maupun data yang diperoleh dari sumber

instansi terkait.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara.

Metode wawancara dilakukan dengan maksud agar memperoleh keterangan untuk tujuan

penelititan dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden yaitu petani

jambu air dengan menggunakan alat wawancara berupa kuesioner.

Metode Analisis

Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dalam

bentuk logaritma dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model matematis fungsi produksi

Cobb-Douglas dengan metode Ordinary Least Squuare ( OLS ). Fungsi produksi Cobb-

Douglas merupakan bentuk persamaan regresi non-linier yang dapat ditulis sebagai berikut :

Page 8: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

8

Y = b0

Untuk mempermudah perhitungan, dari fungsi tersebut kemudian diubah dalam

bentuk logaritma linier, untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap

produksi jambu air dapat ditulis dalam persamaan berikut :

LnY = Lnb0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e

Keterangan :

Y = jumlah produksi jambu air dalam satu kali masa panen (Kg)

X1 = jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali produksi (Hari

Orang Kerja/HOK).

X2 = jumlah seluruh pupuk kandang yang digunakan dalam satu kali produksi

(kg)

X3 = jumlah seluruh pupuk buatan yang digunakan dalam satu kali produksi (kg)

X4 = jumlah seluruh insektisida yang digunakan dalam satu kali produksi (ml)

X5 = jarak antara satu pohon ke pohon lain (meter)

b0 = konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi

e = faktor kesalahan (variabel gangguan)

Deteksi Asumsi Klasik

Menurut Gujarati (2003) persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat

dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan agar

mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi

yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian

asumsi klasik ini dilakukan dengan bantuan software e-views.

1. Deteksi Multikolinearitas

Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi di mana ada hubungan linier

baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

2. Deteksi Heteroskedastisitas

Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter

dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator) adalah var (ui)

= σ² mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus tertentu terjadi variasi ui tidak konstan

atau variabel berubah-ubah. Tujuan deteksi heteroskedastisitas yaitu dapat dideteksi apakah

Page 9: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

9

kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu

observasi ke observasi.

3. Deteksi Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian observasi yang

diurutkan berdasarkan waktu dan ruang (Gujarati, 2003). Deteksi autokolerasi bertujuan

apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Pengujian Hipotesis

Menurut Mudrajat Kuncoro (2001), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir

nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, dapat diukur dari R², uji t

dan uji F. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji

statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak

signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.

1. Koefisien Determinasi (R²)

Menurut Gujarati (2003) koefisien determinasi (R²) adalah mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variance variabel dependen, diformulasikan dalam

persamaan :

Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS) yang

diterangkan oleh variabel independen dalam model. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh

variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di dalam model.

2. Pengujian secara serentak (Uji F)

Pengujian secara serentak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001).

Hipotesis :

Ho : b1, b2, b3,b4,b5 = 0

Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak

antar pohon secara bersama-sama/simultan bukan merupakan penjelas yang signifikan

terhadap produksi jambu air.

Ha : b1, b2, b3,b4,b5 ≠ 0

Page 10: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

10

Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak

antar pohon secara bersama-sama/simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap

produksi jambu air.

3. Uji Individual (Uji t)

Uji t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0)

yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (ßi) sama dengan nol.

Hipotesis nol yang digunakan:

H0 : b1, b2, b3,b4,b5 ≤ 0

Artinya : Tiap variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak

antar pohon masing-masing bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap

produksi jambu air.

Adapun hipotesis alternatifnya adalah:

H1 : b1, b2, b3,b4,b5 ≥ 0

Artinya : Tiap variabel kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar

pohon masing-masing merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu

air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum

Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara

dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan

pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat potensial sebagai

daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup

ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak terletak pada koordinat 60 43' 26" -

70 09' 43" Lintang Selatan dan 110° 27' S8" - 110

0 48' 47" Bujur Timur.

Kecamatan Bonang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten

Demak. Secara geografis Kecamatan Demak memiliki luas wilayah 5.970,90 ha dengan

ketinggian wilayah kurang dari 500 meter dari permukaan air laut.

Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan

pulau-pulau di Pasifik. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-

buahan yang potensial.

Gambaran Umum Responden

1. Responden berdasarkan Umur

Page 11: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

11

Dalam penelitian ini informasi mengenai umur adalah informasi yang cukup penting.

Hal ini dikarenakan perbedaan umum pada setiap responden akan mempengaruhi

pengetahuan dan sikap dalam melakukan tindakan.

Tabel 2. Kategori Umur Responden

No. Umur Jumlah

1.

2.

3.

4.

20 – 29 tahun

30 – 39 tahun

40 – 49 tahun

> 50 tahun

14

46

35

5

Total 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah pada

interval antara 30 – 39 tahun sebanyak 46 orang (46%) dan antara 40 - 49 tahun sebanyak 35

orang (35%).

2. Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani

Informasi mengenai pengalaman bertani dalam penelitian ini merupakan salah satu

hal yang penting juga karena akan mempengaruhi pengalaman para petani dalam mengelola

jambu air.

Tabel 3. Pengalaman Bertani Responden

No Pengalaman Bertani (tahun) Frekuensi

1. 0 – 5 12

2. 6 – 10 37

3. 11 – 15 28

4. 16 – 20 16

5. 21 – 25 7

Total 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Pengalaman dalam mengelola jambu air merupakan modal awal bagi petani. Pada

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengalaman usaha pertanian rata-rata adalah pada interval

antara 6 - 10 tahun sebanyak 37 orang (37%) dan antara 11 – 15 tahun sebanyak 28 orang

(28%). Dapat dikatakan pengalaman petani dalam mengelola jambu air tergolong baru.

3. Responden Berdasarkan Pendidikan

Pengetahuan dapat dipengaruhi tingkat pendidikan formal sehingga akan berpengaruh

juga terhadap pola pikir dan penguasaan teknologi para petani. Pada Tabel 4.3 menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan terakhir responden rata-rata adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD)

sebanyak 59 orang (37%) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 22 orang (22%).

Page 12: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

12

Dapat dikatakan bahwa petani jambu air di Kabupaten Demak sebagian besar masih

berpendidikan Sekolah Dasar.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

No Pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 9

2 SD/ Sederajat 59

3 SMP/ Sederajat 22

4 SMA/ Sederajat 10

Total 100

Sumber : data primer yang diolah, 2011

4. Responden Berdasarkan Jumlah Pohon Jambu Air

Dalam penelitian ini informasi mengenai jumlah pohon adalah informasi yang cukup

penting.

Tabel 5. Jumlah Pohon Jambu Air Responden

No. Jumlah Pohon

Jambu Air

Frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

16 – 25

26 – 35

36 – 45

46 – 55

56 – 65

66 – 75

76 - 85

8

24

27

13

12

11

5

Total 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah pohon jambu air rata-rata adalah pada

interval antara 36 - 45 pohon sebanyak 27 orang (27%) dan antara 26 – 35 pohon sebanyak

24 orang (24%). Jumlah pohon yang paling sedikit pada interval antara 16 – 25 pohon

sebanyak 8 orang (8%) dan antara 76 – 85 sebanyak 5 orang (5%).

5. Responden Berdasarkan Luas Perkebunan Jambu Air

Tabel 6. Luas Perkebunan Jambu Air

No. Luas Kebun (m²) Frekuensi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

400 – 600

600 – 800

800 – 1000

1000 – 1200

1200 – 1400

1400 - 1600

14

27

38

10

8

3

Total 100

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Page 13: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

13

Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kebun jambu air rata-rata adalah pada interval

antara 800 - 1000 m² sebanyak 38 orang (38%) dan antara 600 – 800 m² sebanyak 27 orang

(27%). Luas kebun yang paling sedikit pada interval antara 1400 – 1600 m² sebanyak 3 orang

(3%) dan antara 1200 - 1400 sebanyak 8 orang (8%).

Statistik Deskriptif

Tabel 7. Statistik Deskriptif

N Maximum Minimum Mean

Produksi (Y) 100 1400,00 200,00 641.500

HOK (X1) 100 65,00 15,00 37,570

Pupuk kandang (X2) 100 700,00 75,00 318,250

Pupuk buatan (X3) 100 70,00 10,00 31,940

Insektisida (X4) 100 13,00 0,50 5,095

Jarak antar pohon (X5) 100 8,00 4,0 6,465

Sumber : Data primer yang diolah, 2011

Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :

1. Produksi

Produksi jambu air dari masing-masing petani diukur berdasarkan volume hasil

panen rata-rata yang diperoleh dari lahan yang dimiliki petani jambu air yang berhasil

dipanen. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata produksi jambu air

yang diperoleh dalam satu kali panen dari 100 petani adalah sebanyak 641,50 kg. Produksi

terendah adalah sebesar 200 kg dan produksi terbesar mencapai 1400 kg. Jumlah produksi

jambu air yang terbanyak yang diperoleh petani adalah pada hasil produksi 501 hingga 800

kg per panen yaitu yang diperoleh oleh 48 orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang

paling sedikit adalah yang memperoleh panen jambu air sebanyak 1101 hingga 1400 kg yaitu

sebanyak 4 orang petani atau 4,00%.

2. Tenaga Kerja (Hari Orang Kerja)

HOK yang digunakan adalah jumlah hari Hari Orang Kerja (HOK) yang diperlukan

dalam satu masa produksi. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah HOK rata-rata pada

setiap petani sebesar 37,57 (HOK). Hal ini berarti bahwa pemilik lahan jambu air di Demak

rata-rata mempekerjakan orang selama 37,57 hari kerja. Jumlah HOK paling sedikit adalah

sebanyak 15 HOK dan paling banyak adalah 65 HOK. Jumlah hari kerja yang terbanyak yang

digunakan oleh petani adalah sebanyak 28 hingga 60 HOK yaitu pada 43 orang petani atau

43% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan hari kerja

sebanyak 53 hingga 65 HOK yaitu pada sebanyak 9 petani atau 9% sampel.

3. Pupuk Kandang

Page 14: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

14

Pupuk kandang merupakan pupuk alam yang dibuat dari kotroran hewan. Pupuk

kandang yang biasa dipakai adalah dari kotoran kambing dan sapi. Berdasarkan data yang

diperoleh rata-rata jumlah pupuk kandang yang digunakan oleh petani untuk memproduksi

jambu air dalam satu masa panen adalah sebanyak 318,25 kg dengan jumlah yang paling

kecil sebanyak 75 kg dan yang paling banyak mencapai 700 kg. Jumlah pupuk kandang yang

terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 232 hingga 387 kg yaitu sebanyak 48

orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang menggunakan

pupuk kandang sebanyak 544 hingga 700 kg yaitu sebanyak 3 orang petani atau 3%.

4. Pupuk Buatan

Pupuk buatan adalah merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Pupuk

buatan yang biasa dipakai adalah jenis pupuk Urea. Penggunaan pupuk buatan diperlukan

untuk mempercepat pertumbuhan buah jambu air. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata

jumlah pupuk buatan yang digunakan oleh petani sebanyak 31,94 kg dengan jumlah yang

paling kecil sebanyak 10 kg dan yang paling banyak mencapai 70 kg. Jumlah pupuk buatan

yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 26 hingga 40 kg yaitu sebanyak

48 orang petani atau sebesar 48%. Sedangkan yang paling sedikit adalah sebanyak 63 hingga

70 kg yaitu masing-masing sebanyak 3 orang petani atau 3%.

5. Insektisida

Insektisida yang digunakan oleh petani umumnya adalah insektisida cair sehingga

penyajian diukur berdasarkan satuan liter. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah

insektisida yang digunakan oleh petani jambu air adalah sebanyak 5,095 liter dalam sekali

panen. Penggunaan insektisida terkecil adalah sebanyak 0,5 liter dan terbanyak adalah

sebanyak 13 liter. Jumlah insektisida yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah

sebanyak 3,626 hingga 6,75 liter untuk satu kali masa panen yaitu sebanyak 60 orang petani

atau sebesar 60%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan

insektisida sebanyak 9,876 liter hingga 13,0 liter yaitu sebanyak 6 orang petani atau sebesar

6%.

6. Jarak Antar Pohon

Jarak antar pohon menentukan tingkat kesuburan tanaman karena terkait dengan

pemenuhan kebutuhan unsur-unsur yang dapat diperoleh dari tanah. Berdasarkan data yang

diperoleh jarak tanam antar pohon yang dilakukan cukup bervariasi dimana rata-rata jarak

tanam adalah sepanjang 6,465 meter dengan jarak terpendek adalah sepanjang 4 meter dan

jarak terpanjang mencapai 8 meter. Jarak tanam terbanyak yang diterapkan oleh petani jambu

air adalah pada jarak 7 – 8 meter agar pertumbuhan akar dan batang pohon menjadi lebih

Page 15: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

15

bagus. Pada jarak 6 – 7 meter yaitu sebanyak 33 orang atau 33%. Sedangkan yang paling

sedikit adalah pada jarak tanam 4 – 5 meter yaitu sebanyak 20 orang atau 20%.

Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan

menggunakan model regresi linier berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut akan

menguji pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan bantuan program Eviews 6 berdasarkan data-data yang diperoleh dari

100 sampel. Namun, untuk memastikan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh

merupkan model yang fit (cocok), maka sebelumnya akan diuji terlebih dahulu syarat

penggunaan regresi linier berupa asumsi-asumsi klasik.

Pengujiian Asumsi Klasik

Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika

memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah deteksi normalitas,

deteksi multikolinieritas, deteksi autokorelasi dan deteksi heteroskedastisitas.

1. Deteksi Normalitas

Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi

yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

Gambar 4.7 Pengujian Normalitas

Sumber : Hasil Output Eviews

Berdasarkan Gambar 4.7 diatas dapat dijelaskan bahwa uji Jarque-Bera menunjukkan

nilai probabilitas sebesar 0,60 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel residual regresi penelitian ini terdistribusi secara normal, hal ini karena nilai

Jarque-Bera lebih besar dibanding nilai signifikansi.

0

2

4

6

8

10

12

14

-0.25 0.00 0.25

Series: ResidualsSample 1 100Observations 100

Mean 1.47e-15Median -0.001975Maximum 0.433194Minimum -0.438625Std. Dev. 0.151111Skewness 0.062515Kurtosis 3.478860

Jarque-Bera 1.020579Probability 0.600322

Page 16: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

16

2. Deteksi Multikolinieritas

Tabel 8. Deteksi Multikolinieritas

Model R² Keterangan

Y = f(X1,X2,X3,X4,X5) 0.831

X1 = f(X2,X3,X4,X5) 0.600 < 0.831

X2 = f(X1,X3,X4,X5) 0.821 < 0.831

X3 = f(X1,X2,X4,X5) 0.748 < 0.831

X4 = f(X1,X2,X3,X5) 0.789 < 0.831

X5 = f(X1,X2,X3,X4) 0.764 < 0.831

Sumber : Hasil Output Regresi Eviews

Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi dimana ada hubungan linier baik

yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Pada Tabel 4.5 hasil

pengujian diperoleh bahwa variabel X memiliki nilai R² yang lebih kecil dari variabel Y ( <

0.831 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas dalam

regresi.

3. Deteksi Heteroskedastisitas

Model regresi dikatakan baik, apabila tidak terjadi heteroskedastisitas

(homoskedastisitas). Deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser.

Hasil pengujian heteroskedastisitas sebagaimana pada lampiran, menunjukkan hasil sebagai

berikut.

Tabel 9. Deteksi Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Glejser

F-statistic 0,513032 Prob. F(5,94) 0,7658

Obs*R-squared 2,656403 Prob. Chi-square (5) 0,7528

Scaled explained SS 2,875953 Prob. Chi-square (5) 0,7191

Sumber : Hasil Output Eviews

Berdasarkan Tabel hasil uji Glejser diperoleh bahwa pada persamaan dapat

disimpulkan bebas dari heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari besarnya probability

pengujian Obs*R-squared sebesar 0,7528 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.

4. Deteksi Autokorelasi

Deteksi autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara variabel penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada

periode t- (sebelumnya). Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa nilai Probabilitas Chi-

Square pada uji LM sebesar 0,2929 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian

Page 17: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

17

Langrange Multiplier diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi.

Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran C.

Tabel 10. Deteksi Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 1.158281 Prob. F(2,92) 0.3186

Obs*R-squared 2.456157 Prob. Chi-Square(2) 0.2929

Sumber : Hasil Output Regresi Eviews

Hasil dan Pembahasan Model Regresi

Setelah dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik yang menunjukkan bahwa

tidak terdapat gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hal ini

menunjukkan juga bahwa model analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai

relevan untuk diteliti. Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Regresi

Dependent Variable: Y

Method : Least Square

Sample : 100

Variable Coefficient Std.Error t-statistic Prob.

C 2.836.983 0.405383 6.998.284 0.0000

HOK (X1) 0.047397 0.081253 0.583324 0.5611

Pupuk kandang (X2) 0.207383 0.093218 2.224.704 0.0285

Pupuk buatan (X3) 0.286485 0.092813 3.086.678 0.0027

Insektisida (X4) 0.108605 0.054359 1.997.915 0.0486

Jarak antar pohon (X5) 0.579844 0.181467 3.195.307 0.0019

R-squared 0.831 F-statistic 92.661

Adjusted R-squared 0.822 Prob(F-statistic) 0.000

Sumber : Hasil Output Eviews yang diolah

Dari hasil analisis regresi pada Tabel 4.8 terlihat bahwa hasil regresi dengan R² adalah

sebesar 0,831. Hasil regresi tersebut atas menunjukkan bahwa angka koefisien regresi

elastisitas produksi untuk HOK, pupuk kandang, pupuk buatan dan insektisida menunjukkan

elastisitas yang positif yaitu dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :

LnY = 2,836 + 0,047 Ln.X1 + 0,207 Ln.X2 + 0,286 Ln.X3 + 0,108 Ln.X4

+ 0,580 Ln.X5

Pengujian Hipotesis

Page 18: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

18

Setelah proses pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model yang diajukan

dinyatakan bebas atau lolos pengujian, maka proses berikutnya dilanjutkan dengan justifikasi

statistik antara lain adalah Uji F, Uji t, dan koefisien determinasi (R²).

1. Koefisien Determinasi (R2)

Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R2

pada model regresi.

Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,831. Hal ini menunjukkan bahwa

seluruh faktor produksi (X) yang digunakan yaitu variabel tenaga kerja, pupuk kandang,

pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon secara simultan berpengaruh terhadap tingkat

produksi (Y) yang dicapai. Besarnya pengaruh (kontribusi) seluruh faktor produksi (X)

terhadap nilai produksi (Y) yaitu sebesar 0,831 atau 83 %, sisanya sebesar 17 % dipengaruhi

oleh faktor lain yang tidak diteliti.

2. Uji Secara Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara bersama-sama)

terhadap variabel dependen, secara statistik. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dengan

melihat nilai F-hitung dan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df =

100, diperoleh nilai F tabel sebesar 2,32. Menurut Tabel 4.9 diperoleh nilai F hitung lebih

besar dari F tabel yaitu 92,661 > 2,32. Tingkat signifikansi juga menunjukkan 0,000 yang

lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) yaitu 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

independen secara serentak mempengaruhi jumlah produksi secara signifikan.

3. Pengujian secara Parsial (Uji t)

Pengujian koefisien regresi parsial atau uji t digunakan untuk menguji apakah

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dengan mengetahui apakah

variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Hasil pengujian

hipotesis penelitian dinyatakan dapat diterima atau dikatakan ditolak dengan cara

membandingkan nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel. Dengan melihat t-hitung

dan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df = 100, hasil pengujian

dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 12. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)

Variabel Independen t-hitung t-tabel Kesimpulan

HOK (X1) 0,583 1,985 Tidak signifikan

Pupuk kandang (X2) 2,224 1,985 Signifikan

Pupuk buatan (X3) 3,086 1,985 Signifikan

Insektisida (X4) 1,997 1,985 Signifikan

Jarak antar pohon (X5) 3,195 1,985 Signifikan

Sumber: Data Primer, Diolah

Page 19: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

19

Berdasarkan Tabel 12 diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki koefisien

regresi dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan faktor produksi tenaga kerja,

pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon dapat berpotensi

meningkatkan produksi jambu air.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Pengaruh Variabel Tenaga Kerja

Hipotesis :

Ho : Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Ha : Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel tenaga kerja mempunyai nilai

t-hitung lebih kecil daripada t-tabel yaitu < t-tabel (0,583 < 1,985). Sehingga dapat

dikatakan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,561

lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, tenaga kerja memiliki

pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi jambu air.

Faktor tenaga kerja / HOK dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan

terhadap produksi jambu air. Dapat disimpulkan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja

yang digunakan dalam suatu proses produksi usaha jambu air tidak secara langsung

meningkatkan produksinya. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart

penggunaan tenaga kerja untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150 pohon

adalah sebanyak 200 HOK(Hari Orang Kerja)

b. Pengaruh Variabel Pupuk Kandang

Hipotesis :

Ho : Diduga variabel pupuk kandang tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Ha : Diduga variabel pupuk kandang berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk kandang mempunyai

nilai t-hitung > t-tabel (2,224 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk

kandang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel

diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi

0,05. Dengan demikian, pupuk kandang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

Page 20: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

20

terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai

koefisien regresi variabel pupuk kandang sebesar 0,207 menunjukkan bahwa setiap

peningkatan 1 persen pupuk kandang akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,207

persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk kandang

memiliki arah positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart

penggunaan pupuk kandang untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150

pohon adalah sebanyak 20 ton.

c. Pengaruh Variabel Pupuk Buatan

Hipotesis :

Ho : Diduga variabel pupuk buatan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Ha : Diduga variabel pupuk buatan berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi

jambu air.

Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk buatan mempunyai nilai

t-hitung > t-tabel (3.086 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk

buatan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh

nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

Dengan demikian, pupuk buatan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien

regresi varibel pupuk buatan sebesar 0,286 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1

persen pupuk buatan akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,286 persen dengan

catatan faktor-faktor lain tidak berubah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk buatan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk buatan

memiliki arah positif. Maka dapat disimpulkan peningkatan pupuk buatan yang

digunakan akan meningkatkan produksi jambu air.

d. Pengaruh Variabel Insektisida

Hipotesis :

Ho : Diduga variabel insektisida tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Ha : Diduga variabel insektisida berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi

jambu air.

Page 21: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

21

Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel insektisida mempunyai nilai t-

hitung > t-tabel (1,997 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel insektisida

berpengaruh signifikan secara terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai

signifikansi (probabilitas) sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan

demikian, insektisida memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi

jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi

variabel insektisida sebesar 0,108 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen

insektisida akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,108 persen dengan catatan

faktor-faktor lain tidak berubah.

Hasil penelitian mendapatkan bahwa insektisida merupakan faktor yang

berpengaruh signifikan terhadap produksi jambu air dengan arah positif. Sehingga

penggunaan insektisida yang lebih banyak akan meningkatkan produksi jambu air.

Penggunaan insektisida yang sesuai dengan dosis anjuran akan mampu meningkatkan

produktifitasnya, anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart penggunaan

insektisida untuk setiap Ha dengan jumlah pohon 150 pohon adalah sebanyak 7 liter. Hal

tersebut dikarenakan pohon jambu air memiliki hama tanaman dari jenis serangga (ulat).

Selain itu, insektisida juga berfungsi sebagai penumbuh buah dan daun.

e. Pengaruh Variabel Jarak Antar Pohon

Hipotesis :

Ho : Diduga variabel jarak antar pohon tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Ha : Diduga variabel jarak antar pohon berpengaruh signifikan terhadap jumlah

produksi jambu air.

Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel jarak antar pohon mempunyai

nilai t-hitung > t-tabel (3,195 > 1,985) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel jarak

antar pohon berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel

diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi

0,05. Dengan demikian, jarak antar pohon memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai

koefisien regresi variabel jarak antar pohon sebesar 0,580 menunjukkan bahwa setiap

peningkatan 1 persen jarak antar pohon akan meningkatkan jumlah produksi sebesar

0,580 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam pohon jambu air dalam

penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jambu air dengan

Page 22: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

22

arah hubungan positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart jarak

antar pohon yang ditetapkan yaitu 8 x 8. Hasil ini menjelaskan bahwa jarak antar pohon

yang lebih panjang akan meningkatkan produksi jambu air.

PENUTUP

Kesimpulan

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani

jambu air di Kabupaten Demak. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor produksi tenaga

kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon terhadap jumlah

produksi jambu air dengan analisis linier berganda pada usahatani jambu air di Desa

Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak menggunakan fungsi produksi Cobb-

Douglas.

Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh positif

yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,561 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.

2. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk kandang memiliki pengaruh positif

yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

3. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk buatan memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

4. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel insektisida memiliki pengaruh positif yang

signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

5. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Jarak antar Pohon memiliki pengaruh positif

yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.

Saran

Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Penggunaan tenaga kerja diharap dikelola setepat mungkin agar tidak boros biaya tenaga

kerja, dikarenakan jumlah tenaga tidak berpengaruh pada produksi yang dihasilkan.

Diharapkan para petani dapat bertindak secara efektif dalam menggunakan pupuk

kandang, pupuk buatan, dan insektisida agar hasil produksi jambu air maksimal. Serta

Page 23: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

23

jarak antar pohon harap diperhatikan menurut ukuran standar (jarak) yang ditetapkan,

karena jarak yang tidak sesuai dengan ukuran standar minimum akan mempengaruhi

pertumbuhan pohon sehingga mempengaruhi jumlah produksi jambu air.

2. Dalam menjalankan usaha tani ini harga jambu air sering naik turun, terutama ketika

panen raya harga jambu air akan jatuh. Pemerintah Daerah Kabupaten Demak diharap

menerapkan kebijakan untuk melakukan penanaman of season (pembuahan diluar musim)

dikarenakan cuaca tidak terlalu mempengaruhi produksi jambu air. Tujuanya adalah agar

pohon jambu air tidak bersamaan berbuah, sehingga harga tidak jatuh seperti saat panen

raya.

3. Sebaiknya sering diadakan penyuluhan-penyuluhan baik yang diadakan oleh Petugas

Penyuluh Lapangan Kecamatan maupun dinas pertanian Kabupaten Demak sehingga

dapat menambah pengetahuan maupun informasi yang lebih banyak bagi petani untuk

mengelola usaha tani jambu air. Pemerintah diharapkan memberikan bantuan berupa

modal, pupuk, insektisida, bibit jambu air kepada para petani.

Page 24: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

24

DAFTAR PUSTAKA

Amelia Zulianti Siregar. 2008. Insektida Perlukah?. Departemen HPT Fakultas Pertanian

USU.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2007 - 2010. Kabupaten Demak Dalam

Angka, Semarang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2005 - 2009. Jawa Tengah Dalam Angka,

Semarang.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2004 – 2008. Jawa Tengah Dalam

Angka, Semarang.

BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta.

Beattie, Bruce R dan C Robert Taylor. 1994. Ekonomi Produksi. Gajah Mada University

Press, Yogyakarta.

Dernberg, Thomas F. 1992. Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi. penerjemah

Karyaman Muchtar. Erlangga, Jakarta.

T Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius, Yogyakarta.

Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit

Undip, Semarang.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.

Harianto. 2007. “Peran Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan”. Paper disajikan pada Seminar

Nasional oleh Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor, 4

Desember 2007.

Mawazin dan Hendi Suhaendi. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan

Diameter (Effect of Plant Spacing on the Diameter Growth of Shorea parvifolia

Dyer). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.

Mudrajat Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi.

UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Lincolin Arsyad dan Adiningsih S. 2003. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. STIE YKPN,

Yogyakarta.

Miller, Roger Leroy & Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikro Ekonomi Intermediate. PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Nicholson, Walter. 1998. Mikroekonomi Intermediate. Binarupa Aksara, Jakarta.

Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield. 1995. Microeconomics. Prentice Hall

International, Inc.

Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Salvatore, Dominic. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta.

Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.

Page 25: ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI …eprints.undip.ac.id/32947/1/jurnal_.pdf · Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar ... dari daftar nama

25

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb

Douglas. CV Rajawali, Jakarta.

Suparmi. 1986. Ekonomi Pertanian. Karunika Jakarta Universitas Terbuka, Jakarta.

Tribowo. 2010. Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi Belimbing (Studi

Kasus di Desa Bethokan Kecamatan Demak Kabupaten Demak). Skripsi, Universitas

Diponegoro. Semarang.