Analisis Perbandingan Kinerja Sistem Network Attached Storage … · 2018. 7. 3. · Cara ini dapat...

22
Analisis Perbandingan Kinerja Sistem Network Attached Storage (NAS) FreeNAS dan Open Media Vault Berbasis RAID 1 (Studi kasus: SMK Negeri 3 Salatiga) Artikel Ilmiah Peneliti: Agra Dwi Saputra (672010080) Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga April 2015

Transcript of Analisis Perbandingan Kinerja Sistem Network Attached Storage … · 2018. 7. 3. · Cara ini dapat...

  • Analisis Perbandingan Kinerja Sistem Network Attached

    Storage (NAS) FreeNAS dan Open Media Vault Berbasis

    RAID 1

    (Studi kasus: SMK Negeri 3 Salatiga)

    Artikel Ilmiah

    Peneliti:

    Agra Dwi Saputra (672010080)

    Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs

    Program Studi Teknik Informatika

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    Salatiga

    April 2015

  • 1

    Analisis Perbandingan Kinerja Sistem Network Attached

    Storage (NAS) FreeNAS dan Open Media Vault Berbasis

    RAID 1

    (Studi kasus: SMK Negeri 3 Salatiga)

    1)Agra Dwi Saputra, 2)Teguh Indra Bayu

    Fakultas Teknologi Informasi

    Universitas Kristen Satya Wacana

    JL.Diponegoro 52- 60, Salatiga 50711, Indonesia

    Email : 1)[email protected] 2)[email protected]

    Abstract

    SMK Negeri 3 Salatiga is a school that uses information technology facility where the information

    and available data at SMK Negeri 3 Salatiga require a centralized storage media. Network Attached

    Storage (NAS) is a storage solution that can be used to overcome the problems of existing data

    storage management. NAS has several advantages are: faster access to stored data via a local area

    network, scalable, open source, ensure data security with user authentication. The results of this

    research was to compare two NAS operating systems FreeNAS and Open Media Vault with the

    results of FreeNAS is more suitable for storage media in SMK Negeri 3 Salatiga because it is

    superior on parameter test file copy, file classification and file delete.

    Keywords: NAS, scalable, open source, Freenas, Open Media Vault.

    Abstrak

    SMK Negeri 3 Salatiga merupakan sekolah yang menggunakan fasilitas teknologi informasi dimana

    informasi-informasi dan data-data yang ada pada SMK Negeri 3 Salatiga membutuhkan suatu media

    penyimpanan yang terpusat. Network Attached Storage (NAS) merupakan salah satu solusi

    penyimpanan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pengelolaan penyimpanan data yang

    ada. NAS memiliki beberapa keuntungan yaitu: lebih cepat akses ke data yang tersimpan melalui

    local area network, scalable, opensource, menjamin keamanan data dengan adanya autentikasi user.

    Hasil dari penelitian ini adalah membandingkan dua sistem operasi NAS FreeNAS dan Open Media

    Vault dengan hasil FreeNAS lebih cocok sebagai media penyimpanan di SMK Negeri 3 Salatiga

    karena lebih unggul pada parameter pengujian file copy, file classification dan file delete.

    Kata Kunci : NAS, scalable, opensource, Freenas, Open Media Vault.

    1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Satya

    Wacana Salatiga.

    2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

  • 2

    1. Pendahuluan Seiring berkembangnya dunia teknologi informasi, semakin meningkat pula

    kebutuhan instansi maupun perusahaan yang memanfatkan teknologi informasi

    untuk memenuhi, membantu dan menyelesaikan pekerjaan mereka. SMK Negeri 3

    adalah suatu instansi pemerintah yang bergerak dalam bidang pendidikan

    menengah kejuruan. SMK Negeri 3 Salatiga merupakan sekolah yang

    memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dimana informasi-informasi dan data-

    data penting diperlukan untuk kebutuhan pembelajaran dan kepentingan sekolah.

    Setelah melakukan penelitian dengan melakukan wawancara pada salah

    satu guru di SMK Negeri 3 Salatiga yang menangani bagian IT dan Berkas,

    ditemukan masalah mengenai pengelolaan penyimpanan data penting yang

    diperlukan untuk kebutuhan pembelajaran dan kepentingan sekolah kurang

    terorganisir dengan baik. Dengan pengelolaan penyimpanan data yang kurang

    terorganisir dengan baik, maka penyimpanan data menjadi tidak terpusat sehingga

    pengaksesan dan sharing data menjadi terbatas dan tidak efektif.

    Berdasarkan masalah yang ada, maka dalam penelitian ini dilakukan

    analisis perbandingan kinerja sistem Network Attached Storage (NAS) FreeNAS

    dan Open Media Vault (OMV) untuk mengetahui sistem yang mana yang

    mempunyai performa yang lebih baik dan cocok untuk diterapkan di SMK Negeri

    3 Salatiga sebagai media penyimpanan yang scalable, akses yang cepat,

    opensource, menjamin keamanan data dengan adanya autentikasi user dan dapat

    tetap berjalan meskipun mengalami kegagalan pada harddisk utama melalui teknik

    mirroring sehingga dalam pengelolaan penyimpanan data-data penting dapat

    terorganisir dengan baik dan cepat.

    Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang,

    menganalisa dan membandingkan dua sistem operasi NAS untuk dapat

    memberikan rekomendasi dalam memilih sistem operasi Network Attached Storage

    (NAS) sebagai media penyimpanan di SMK Negeri 3 Salatiga. Sedangkan manfaat

    yang didapatkan dari penelitian ini adalah membantu dalam menyelesaikan masalah

    tentang pengelolaan penyimpanan data di SMK Negeri 3 Salatiga.

    2. Tinjauan Pustaka Pada penelitian sebelumnya yang membahas tentang NAS adalah penelitian

    yang berjudul “Desain dan Implementasi Network Attached Storage Menggunakan

    Freenas Pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Selatan” membahas

    tentang perancangan NAS pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

    Selatan sebagai pusat penyimpanan data yang lebih scalable, efisien dan lebih kebal

    terhadap virus jika dibanding dengan sistem yang sebelumnya yang menggunakan

    file server berbasis windows yang apabila terkena virus kemungkinan virus akan

    menyebar keseluruh data dan mengganggu kinerja sistem operasi [1].

    Pada penelitian lainnya yang berjudul “Analisis Perbandingan

    Kinerja Network Attached Storage (NAS) Berbasis RAID (Redudant Array Of

    Independent Disk) Pada openfiler dan Freenas” yang membandingkan kinerja

    openfiler dan freenas berbasis RAID 0 (stripping) dan RAID 1 (mirroring) yang

    diperoleh dari hasil pengukuran quality of service (QoS) menggunakan tools ping

  • 3

    dan pengukuran kecepatan sequential read/write dan random read/write

    menggunakan tools cristal disk [2].

    Perbedaan penelitan terdahulu dengan sekarang yaitu pada implementasi

    sistem NAS dan parameter-parameter yang digunakan untuk pengujian sistem

    NAS. Pada penelitian pertama implementasi sistem NAS menggunakan sistem

    operasi Freenas dan hanya menguji sebatas sistem NAS berjalan atau tidak dengan

    mengakses server NAS dari client, penelitian yang kedua sistem NAS

    diimplementasi menggunakan sistem operasi openfiler dan Freenas dan menguji

    dengan mengukur QoS, sequential read/write dan random read/write, sedangkan

    pada penelitian ini sistem NAS akan diimplementasi dengan menggunakan sistem

    operasi Freenas dan Open Media Vault serta menguji dengan mengukur delay,

    throughput, CPU usage, memory usage, kecepatan file copy, file classification dan

    file delete.

    NAS adalah reduksi dari PC yang difungsikan sebagai fileserver. Fungsi

    utama NAS sebenarnya tidak jauh beda dengan sebuah PC yang difungsikan

    sebagai fileserver. Tetapi dalam hal ini, PC fileserver masih lebih bisa berdaya

    guna, karena masih bisa menjalankan tugas-tugas lain seperti mailserver, database

    server maupun application server. Dan justru karena itu pula PC fileserver menjadi

    lebih kompleks pengelolaannya jika harus melayani fungsi-fungsi lain selain

    sebagai penyimpanan data. NAS dapat berupa sebuah dedicated hardware atau

    dapat pula berupa media penyimpanan yang dibangun dari sebuah komputer. Client

    mengakses NAS melalui RPC (remote-procedurecall) seperti NFS untuk UNIX

    atau CIFS untuk Windows. RPC dibawa melalui TCP atau UDP (User Datagram

    Protocol) dari IP network biasanya dalam local area network (LAN) yang sama

    dengan yang membawa semua lalu lintas data ke client.

    Sementara itu NAS lebih difokuskan fungsinya sebagai gudang data,

    sehingga bahkan semua service yang tersedia hanya untuk mendukung manajemen

    penyimpanan data saja. Tetapi sebenarnya NAS pun masih memanfaatkan sistem

    operasi, dengan beberapa perbedaan umum. PC NAS umumnya hanya berupa PC

    box, tanpa perangkat Input/Output (IO) yang banyak sebagaimana PC dengan

    monitor, keyboard dan mungkin masih ditambah mouse. NAS mengarah pada

    pengurangan atas sumber daya tersebut. (Meta Nurwidyanto, 2009). Contoh

    topologi NAS dapat dilihat pada gambar 1.

    Gambar 1 Topologi sistem NAS

    RAID (Redundant Array of Independent Disk) merupakan salah satu cara

    untuk meningkatkan kinerja dan performansi disk. Metodenya dengan membentuk

    suatu sistem dari beberapa harddisk sehingga terbentuk satu partisi dari beberapa

  • 4

    harddisk. Kegunaan RAID adalah sebagai perlindungan penyimpanan data

    sehingga kehandalan (reliability) data tetap terjaga. RAID merupakan gabungan

    beberapa harddisk fisik ke dalam sebuah unit logika penyimpanan, dengan

    menggunakan perangkat lunak atau perangkat keras khusus. Sejak pertama kali

    diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam beberapa skema, yang disebut dengan

    "RAID Level". Pada awalnya, ada lima buah RAID level yang pertama kali

    dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu, level-level tersebut berevolusi, yakni

    dengan menggabungkan beberapa level yang berbeda dan juga

    mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak menjadi standar

    RAID. Standar level RAID untuk skema penyusunan harddisk ada level 0 -6 dan

    10.

    RAID level 1 ini merupakan disk mirroring, menduplikat setiap disk. Cara

    ini dapat meningkatkan kinerja disk, tetapi jumlah disk yang dibutuhkan menjadi

    dua kali lipat, sehingga biayanya menjadi mahal. Pada level 1 (disk duplexing dan

    disk mirroring) data pada suatu partisi harddisk disalin ke sebuah partisi di harddisk

    yang lain sehingga bila salah satu rusak , masih tersedia salinannya di partisi mirror.

    3. Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPDIOO

    yang dikembangkan oleh CISCO dalam desain sistem jaringan. Gambaran secara

    umum di paparkan pada tiap-tiap proses yang terjadi pada metode PPDIOO. Segala

    kebutuhuan hardware dan software yang mendukung penelitian ini telah tercantum

    di dalam metode PPDIOO. Fase-fase yang ada dalam metode PPDIOO adalah

    prepare, plan, design, implement, operate dan optimize. Gambar 2 menjelaskan

    gambaran umum tentang metode PPDIOO [3].

    Gambar 2. Metodologi PPDIOO [3]

    Prepare adalah tahap pertama yang dimulai dari penelitian dengan

    melakukan wawancara dan mengumpulkan data-data di SMK Negeri 3 Salatiga, hal

    ini dilakukan untuk mengetahui topologi yang digunakan dan mengetahui kendala

    apa saja yang dihadapi disana. Pengumpulan data ini juga bertujuan agar

    perancangan terhadap suatu server NAS menjadi lebih terarah. Langkah

  • 5

    selanjutnya adalah Plan, pada tahapan ini dilakukan analisis kebutuhan yang

    dijadikan sebagai parameter sebelum merancang sebuah sistem jaringan network

    attached storage sebagai media penyimpanan dan shared storage dengan tujuan

    supaya data-data dapat terorganisir dengan baik. Yang dilakukan pada tahap ini

    adalah analisis kebutuhan hardware dan software yang akan digunakan dalam

    perancangan sistem, mendesain topologi sesuai dengan kebutuhan penelitian serta

    implementasi server NAS berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Dalam penelitian

    ini menggunakan beberapa pengkat keras dan perangkat lunak untuk

    membandingkan server NAS. Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan

    dalam penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1.

    Tabel 1. Perangkat Keras yang Dipakai

    Hardware Spesifikasi

    Server NAS

    Processor Intel Pentium Dual CPU E2200

    @2,20 GHz

    RAM 4 GB

    1 Fast Ethernet

    1 FDD TOSHIBA 8 GB

    Perangkat Lain

    2 HDD SATA 1 TB

    Switch Fast Ethernet 8 Port

    2 Kabel UTP Tipe Straight

    Tabel 1 adalah daftar perangkat keras yang digunakan, pertama adalah PC

    server NAS yang berfungsi sebagai pusat penyimpanan data, semua data-data akan

    disimpan dalam server NAS ini, yang kedua adalah switch yang berfungsi sebagai

    penghubung pada jaringan yang menghubungkan PC client ke server NAS dengan

    menggunakan kabel UTP straight.

    Tabel 2. Perangkat Lunak yang Dipakai

    Software Spesifikasi

    OS PC Server NAS FreeNAS-9.2.1.7-RELEASE-x64

    openmediavault_1.9_amd64

    Remote Access Putty

    Aplikasi Pengujian Ping

    Iperf-2.0.5.3-win32

    DiskBoss v5.3.12

    Tabel 2 adalah daftar kebutuhan perangkat lunak yang dibutuhkan, pertama

    adalah OS PC server NAS yang berfungsi untuk menjalankan service-service

    berkaitan dengan pengelolaan penyimpanan dan shared storage, yang kedua adalah

    putty yang digunkan untuk meremote server NAS, ketiga Ping, Iperf & DiskBoss

    yang digunakan untuk melakukan pengujian sistem yang meliputi delay,

    throughput, penggunaan cpu dan memory, kecepatan transfer, klasifikasi dan delete

    data.

  • 6

    Pada tahap design terdapat penggambaran tentang desain topologi detil

    secara logis dari perancangan infrastruktur yang sesuai dengan mekanisme sistem

    NAS. Gambar 3 menunjukan desain topologi logikal SMK Negeri 3 Salatiga.

    Gambar 3. Topologi Logikal SMK Negeri 3 Salatiga

    Gambar 3 menunjukan desain topologi dimana terdapat satu server sebagai

    NAS yang terhubung ke jaringan lokal yang digunakan untuk berbagi dan bertukar

    data melalui jaringan tanpa harus secara fisik mengirim file dengan menggunakan

    floppy disk atau perangkat penyimpanan eksternal lainnya. Dengan adanya topologi

    tersebut dimaksudkan bisa menggambarkan keadaan jaringan sebenarnya, dimana

    hanya bagian (iii) yang akan dibahas dalam penelitian ini. Blok alur kerja server

    NAS yang berjalan digambarkan dalam gambar 4.

    Gambar 4. Blok alur kerja NAS

  • 7

    Gambar 4 menunjukkan bagaimana cara kerja dari sistem NAS. NAS akan

    melakukan mounting pertama kali terhadap harddisk yang terpasang yang akan

    digunakan sebagai media penyimpanan. NAS lalu membuat suatu sharing direktori

    yang ditujukan pada mounting storage yang telah dilakukan sebelumnya. Dan tipe

    sharing yang digunakan adalah CIFS (Common Internet File System) karena NAS

    akan diakses oleh client dengan sistem operasi berbasis Windows. Tentu saja

    direktori tersebut dibatasi dengan hak akses untuk keamanan. Hak akses ini bisa

    ditujukan pada alamat IP tertentu atau pada alamat network tertentu. Selanjutnya

    yaitu dengan mengaktifkan servis yang digunakan untuk melakukan sharing, yaitu

    mengaktifkan servis CIFS pada NAS. Selanjutnya sharing direktori tersebut

    digunakan oleh client sebagai direktori penyimpanan dengan melakukan mounting.

    Mounting yaitu menterjemahkan sharing direktori yang hanya bisa diakses secara

    langsung melalui jaringan menjadi direktori virtual yang seolah olah berada pada

    client itu sendiri. Selanjutnya mounting point dari client digunakan sebagai tempat

    untuk menyimpan informasi dan data-data penting.

    Pada implement merupakan tahap dimana akan diimplementasikan semua

    yang telah direncanakan dan disesain pada tahap sebelumnya. Tahap ini merupakan

    tahap yang menentukan berhasil atau gagalnya sistem jaringan yang dibuat.

    Langkah yang dilakukan pertama adalah instalasi sistem operasi NAS yaitu

    FreeNAS, Open Media Vault dan software yang dibutuhkan untuk menunjang

    proses konfigurasi pada server NAS sesuai dengan konsep dalam penelitian yang

    telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Langkah selanjutnya adalah konfigurasi

    pada sistem NAS sehingga dapat digunakan untuk melakukan pertukaran data

    dengan client. Langkah-langkah konfigurasi yang disederhanakan dalam bentuk

    tabel untuk memudahkan dalam membaca disertai dengan pembahasan pada tiap-

    tiap hasil yang ditampilkan dalam bentuk gambar. Langkah-langkah proses instalasi

    dan konfigurasi untuk server NAS dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3 Konfigurasi pada server NAS

    Langkah-langkah Konfigurasi

    Install server NAS Install FreeNAS

    Install Open Media Vault

    ip address eth0

    RAID

    Sharing

    192.168.3.3/24

    RAID 1 (mirroring)

    CIFS

    Install ssh

    Install Iperf

    Remote server

    Monitoring Throughput Server

    Tabel 3 adalah konfigurasi yang disederhanakan dalam bentuk tabel untuk

    memudahkan dalam membacanya, langkah awal adalah instalasi Freenas dan Open

    Media Vault yang akan digunakan sebagai sistem operasi server NAS, dilanjutkan

    dengan konfigurasi pada ip address eth0 dengan alamat ip 192.168.3.3/24.

    Selanjutnya mounting 2 harddisk yang terpasang dan konfigurasi menjadi RAID 1

    atau mirroring untuk menanggulangi apabila terjadi kerusakan pada harddisk utama

    sehingga data-data tidak hilang dan sistem masih dapat berjalan, dilanjutkan dengan

  • 8

    konfigurasi untuk menjalankan servis CIFS yang nantinya akan digunakan untuk

    keperluan berbagi berkas dengan client berbasis sistem operasi Windows. Langkah

    sekanjutnya install ssh yang digunakan sebagai remote server dan Iperf yang

    digunakan untuk memonitoring throughput yang dihasilkan oleh server NAS.

    Di tahap operate dilakukan uji coba sistem yang dijalankan secara realtime

    serta dilakukan dengan melakukan uji coba penggunaan server NAS untuk berbagi

    berkas. Pada fase ini juga dilakukan monitoring untuk memastikan sistem yang

    telah dibangun berjalan dengan baik secara keseluruhan. Terutama dengan

    melakukan pengecekan terhadap servis yang berjalan untuk sehingga dapat berbagi

    berkas oleh client dalam jaringan SMK Negeri 3 Salatiga. Dalam hal ini hanya

    dilakukan monitoring dan analisis pada beberapa parameter saja antara lain delay,

    throughput, CPU usage, memory usage, kecepatan file copy, file classification dan

    file delete.

    Tahap optimize adalah tahap terakhir dimana setelah melakukan analisis

    maka akan diperbarui sistem yang dibangun, hal ini bertujuan untuk mencapai

    peningkatan kinerja sistem yang optimal yang dapat menyelesaikan masalah.

    Dalam metode PPDIOO, tahap optimize dapat meminta ulang desain sistem jika

    terlalu banyak kesalahan atau kekurangan yang menyebabkan penurunan kinerja

    yang tidak diharapkan.

    4. Hasil dan Pembahasan Pada bagian ini membahas hasil dari pengujian sistem berdasarkan

    perancangan pengujian sistem yang telah dibuat sebelumnya yaitu pada bab ketiga.

    Pengujian yang dilakukan dibagi menjadi dua, yaitu pengujian jaringan yang

    meliputi delay dan throughput untuk menunjukkan kondisi jaringan yang relatif

    sama antara penerapan pengujian dua sistem operasi NAS. Pengujian yang kedua

    adalah pengujian sistem operasi NAS yang meliputi pengujian CPU usage, memory

    usage, file copy, file classification dan file delete. Pada pengujian sistem operasi

    NAS menggunakan software diskboss dan digunakan tiga file dengan kategori tipe

    file yang berbeda dan paling banyak digunakan di SMK Negeri 3 Salatiga yaitu

    kategori tipe file document, video dan kompresi. Berdasarkan kategori tipe file yang

    paling banyak digunakan di SMK Negeri 3 Salatiga diambil file terbesar

    berdasarkan kategorinya yaitu file “RPP KTSP PKN Kls X smt 2-b harti.rtf” untuk

    kategori tipe file document, file “Cara Membongkar, Membersihkan, dan Merakit

    Karburator Sepeda Motor Karisma 125D.mp4” untuk kategori tipe file video dan

    file “Windows 8 Pro EN-US x86.ISO” untuk kategori tipe file kompresi. Masing-

    masing pengujian dilakukan sebanyak tiga puluh kali pengujian yang akan diambil

    nilai rata-ratanya.

    Pengujian delay dilakukan untuk mengetahui waktu tempuh dalam

    transmisi paket ICMP yang dikirim dari IP di PC client menuju IP di PC server

    dalam jaringan. Pengujian dilakukan dengan tools PING dengan mengirim sepuluh

    paket ICMP dengan masing-masing paket sebesar 32 byte, 5.000 byte dan 10.000

    byte. Hasil pengujian delay dapat dilihat pada Gambar 5.

  • 9

    Gambar 5. Grafik Perbandingan Delay

    Gambar 5(a) menunjukkan delay yang sama pada jaringan di kedua sistem

    operasi NAS dengan hasil 0 ms untuk besar paket 32 byte, 1 ms untuk besar paket

    5000 byte dan 2 ms untuk besar paket 10000 byte dengan 1 client. Gambar 5(b)

    menunjukan hasil pengujian delay yang dilakukan dengan jumlah client 15 dengan

    hasil 0 ms, 2 ms, 3 ms unutk besar paket 32 byte, 5000 byte dan 10000 byte.

    Sehingga dapat dilakukan kesimpulan bahwa kedua jaringan yang terbentuk

    memiliki tingkat delay yang sama disetiap ukuran paket yang dikirimkan. ICMP

    yang kecil menunjukan sedikitnya waktu rata-rata pengiriman trafik data dari PC

    sumber ke PC tujuan, semakin kecil delay maka akan semakin cepat data dikirim.

    Pengujian throughput dilakukan dengan menggunakan aplikasi iperf untuk

    mengetahui kecepatan transfer aktual antara PC client dan PC server dengan

    memberikan beban transfer file sebesar 10MB, 100MB dan 500MB. Pada pengujian

    throughput ini PC NAS berlaku sebagai server yang siap ‘mendengerkan’ paket

    pada port default yaitu 5001 untuk kemudian dilakukan pengujian dari PC client.

    Hasil pengujian throughput dapat dilihat pada Gambar 6.

    Gambar 6. Grafik Perbandingan Throughput

    Gambar 6(a) menunjukkan hasil throughput yang dicapai pada kedua sistem

    operasi NAS dengan menggunakan infrastruktur fast ethernet dengan kabel UTP

    kategori 5 (100mbps) dengan 1 client. Nilai yang dihasilkan oleh FreeNAS dengan

  • 10

    beban transfer file 10 MB adalah 90,20 Mbps, 89,97 Mbps untuk beban 100 MB,

    89,75 Mbps untuk beban 500 MB, sedangkan untuk OMV menghasilkan nilai 90,27

    Mbps untuk beban 10 MB, 90,49 Mbps untuk beban 100 MB dan 90,43 Mbps untuk

    beban 500 MB. Gambar6(b) menunjukan hasil pengujian throughput dengan

    jumlah client 15 dengan nilai untuk FreeNAS 6,61 Mbps, 6,45 Mbps dan 6,71 Mbps

    untuk beban 10 MB, 100 MB dan 500 MB, sedangkan untuk OMV adalah 6,58

    Mbps, 6,64 Mbps dan 6,62 Mbps untuk beban 10 MB, 100 MB dan 500 MB. Hasil

    yang didapat menunjukan bahwa kecepatan transfer aktual yang relatif sama antara

    FreeNAS dan Open Media Vault dalam kondisi beban transfer file sebesar 10MB,

    100MB maupun 500MB.

    Pengujian pada CPU usage dan memory usage dilakukan dengan cara

    melakukan aktifitas copy file dari keseluruhan file yang berjumlah tiga file dengan

    ukuran total file 2,75GB, copy file dilakukan dari PC client ke PC server dan

    dipantau CPU usage dan memory usage melalui web interface NAS atas aktifitas

    copy file tersebut, hasil pengujian CPU usage dapat dilihat pada Gambar 7

    sedangkan hasil dari pengujian memory usage dapat dilihat pada Gambar 8.

    Gambar 7. Grafik Perbandingan CPU Usage

    Gambar 8. Grafik Perbandingan Memory Usage

    Hasil pengujian CPU usage dan memory usage seperti yang ditunjukkan

    dalam Gambar 7 dan Gambar 8 dengan melakukan aktifitas copy file dari client ke

  • 11

    kedua server menunjukan persentase CPU usage pada server FreeNAS adalah

    sebesar 16,14% dan pada server OMV sebesar 7,43% dengan jumlah client 1 yang

    ditunjukkan pada Gambar 7(a), untuk jumlah client 15 nilai yang didapat adalah

    34,05% untuk FreeNAS dan 27,48% untuk OMV seperti yang ditunjukkan pada

    Gambar 7(b). Untuk penggunaan memory pada server FreeNAS adalah sebesar

    183,86MB dan pada server OMV sebesar 165,88MB dengan 1 client seperti pada

    Gambar 8(a). Pada jumlah client 15 penggunan memory pada server FreeNAS

    sebesar 366,72MB dan 351,48MB pada server OMV yang ditunjukkan pada

    Gambar 8(b). Hal ini menunjukan bahwa FreeNAS membutuhkan resource CPU

    dan memory yang lebih besar dibandingkan dengan OMV dalam melakukan

    aktifitas yang sama, yaitu dalam melakukan copy file.

    Uji performa file copy dilakukan dengan melakukan copy file berdasarkan

    masing-masing kategori file dari PC client ke PC server dan dari PC server ke PC

    client untuk didapat hasil kecepatan copy file pada server NAS. Satuan yang

    digunakan dalam pengujian ini adalah megabytes per second dan dilakukan

    sebanyak tiga puluh kali pengujian. Perbandingan performa file copy dari PC client

    ke PC server antara FreeNAS dan OMV ditunjukan pada Gambar 9 dan performa

    file copy dari PC server ke PC client dapat dilihat pada Gambar 10.

    Gambar 9. Grafik Perbandingan File Copy Client ke Server

    Gambar 9(a) menunjukkan hasil pengujian file copy dari client ke server

    dengan 1 client yang menghasilkan nilai pada server FreeNAS 9,52 Mbps untuk

    tipe file dokumen, 10,60 Mbps untuk tipe file video, 10,68 Mbps untuk tipe file

    kompresi dan pada server OMV menghasilkan nilai 7,32 Mbps untuk file dokumen,

    7,82 Mbps untuk tipe file video dan 7,90 Mbps untuk tipe file kompresi. Sedangkan

    hasil pengujian dengan jumlah client sebanyak 15 client menghasilkan nilai 5,40

    Mbps untuk tipe file dokumen, 6,65 Mbps untuk tipe file video, 6,82 Mbps untuk

    tipe file kompresi pada server FreeNAS, untuk server OMV menghasilkan nilai

    5,12 Mbps, 5,30 Mbps, 5,39 Mbps untuk tipe file dokumen, video dan kompresi

    seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9(b). Untuk hasil pengujian file copy dari

    server ke client dengan 1 client menghasilkan nilai 9,01 Mbps untuk tipe file

    dokumen, 10,50 Mbps untuk tipe file video dan 10,52 untuk tipe file kompresi pada

    server FreeNAS dan pada server OMV menghasilkan nilai 4,87 Mbps, 7,87 Mbps,

    7,90 Mbps untuk tipe file dokumen, video dan kompresi seperti yang ditunjukkan

    pada Gambar 10(a). Untuk pengujian dengan jumlah client sebanyak 15 client dapat

  • 12

    dilihat pada Gambar 10(b) dengan nilai pada server FreeNAS 5,21 Mbps, 6,61

    Mbps, 6,68 Mbps dan pada server OMV 5,05 Mbps, 5,24 Mbps, 5,32 Mbps untuk

    masing-masing tipe file dokumen, video dan kompresi.

    Gambar 10. Grafik Perbandingan File Copy Server ke Client

    Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukan kecepatan file copy dari PC client ke

    PC server maupun PC server ke PC client FreeNAS yang lebih tinggi dibandingkan

    OMV, yang digambarkan pada grafik dengan kecepatan file copy FreeNAS yang

    berada cukup jauh diatas OMV dari file dokumen, video dan kompresi yang

    diujikan. Dapat disimpulkan bahwa pada pengujian dengan menggunakan file yang

    sama FreeNAS lebih unggul dibandingkan dengan OMV.

    Pengujian file classification dilakukan dengan menggunakan aplikasi

    diskboss untuk mengukur kemampuan sistem NAS terhadap kecepatan

    penggolongan file berdasarkan kategori file. Pengujian dilakukan dengan

    menempatkan tiga file pengujian dengan ekstensi yang berbeda pada network drive

    PC server dan kemudian dilakukan pengklasifikasian melalui aplikasi diskboss

    untuk mendapatkan besaran kecepatan kemampuan klasifikasi dengan satuan file

    per second. Hasil pengujian file classification ditunjukkan pada Gambar 11.

    Gambar 11. Grafik Perbandingan File Classification

    Perbandingan performa file classification antara FreeNAS dan OMV seperti

    pada Gambar 11 menunjukkan bahwa kemampuan dalam pengklasifikasian file

    berdasarkan ekstensi, ukuran dan lokasi file yang relatif sama dengan kisaran

  • 13

    kecepatan sebesar 27 file per second untuk jumlah client 1 seperti yang ditunjukkan

    pada Gambar 11(a) dan 25 file per second untuk jumlah client sebanyak 15 client

    seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11(b).

    Uji performa file delete dilakukan dengan menggunakan aplikasi diskboss

    untuk mengukur kemampuan sistem NAS terhadap kecepatan penghapusan file

    berdasarkan masing-masing kategori dan besar file. Pengujian dilakukan dengan

    menempatkan file satu per satu berdasar kategori file pada network drive server

    NAS dan kemudian dilakukan penghapusan melalui aplikasi diskboss untuk

    mendapatkan besaran kecepatan penghapusan file pada network drive dengan

    satuan file per second. Hasil pengujian file delete ditunjukkan pada Gambar 12.

    Gambar 12. Grafik Perbandingan File Delete

    Gambar 12(a) menunjukkan sistem operasi FreeNAS dan OMV memiliki

    kemampuan dalam kecepatan operasi delete file yang relatif sama pada kategori tipe

    file dokumen yang diujikan dengan kisaran kecepatan sebesar 8 file per second.

    Rata-rata pengukuran delete file yang didapatkan dengan file video adalah 8,83 file

    per second untuk FreeNAS dan 5,07 file per second untuk OMV, sedangkan pada

    file kompresi didapat hasil 8,83 file per second untuk FreeNAS dan 1,00 file per

    second untuk OMV dengan jumlah client 1. Gambar 12(b) menunjukkan untuk

    hasil pengujian file delete dengan 15 client hasil yang didapat untuk tipe file

    dokumen pada FreeNAS adalah 8,20 file per second dan pada OMV adalah 8,00

    file per second. Untuk tipe file video adalah 8,00 file per second untuk FreeNAS

    dan 7,20 file per second untuk OMV, sedangkan untuk tipe file kompresi

    menghasilkan nilai 8,60 file per second untuk server FreeNAS dan 1,00 file per

    second untuk OMV, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa performa FreeNAS lebih

    unggul daripada OMV dalam kecepatan file delete.

    Pada Tabel 4 dapat dilihat hasil keseluruhan dari perbandingan pengujian

    sistem NAS antara FreeNAS dan OMV pada SMK Negeri 3 Salatiga yang

    menunjukan bahwa kondisi jaringan yang relatif sama ketika pengujian dua sistem

    operasi NAS terlihat dari hasil pengujian delay dan throughput menghasilkan nilai

    yang relatif sama. Dari penggunaan resource OMV lebih unggul dikarenakan lebih

    sedikit dalam menggunakan resource dibandingkan FreeNAS, untuk kecepatan

    dalam pengelolaan file FreeNAS lebih unggul dibandingkan dengan OMV

    dikarenakan dalam beberapa parameter yang diujikan FreeNAS menghasilkan nilai

    yang lebih tinggi.

  • 14

    Tabel 4 Perbandingan Statistik Pengujian Sistem NAS

    Dari Tabel 4 didapatkan nilai delay yang sama pada FreeNAS maupun

    OMV dengan nilai 0 ms, 1 ms, 2 ms untuk jumlah client 1 dan 0 ms, 2 ms, 3 ms

    untuk jumlah client 15 dengan besar paket 32 byte, 5000 byte dan 10000 byte. Pada

    pengukuran throughput dengan beban transfer 10 MB menghasilkan nilai 90,20

    Mbps untuk FreeNAS dan 90,27 Mbps untuk OMV, pada beban transfer 100 MB

    menghasilkan nilai 89,87 Mbps untuk FreeNAS dan 90,49 Mbps untuk OMV,

    sedangkan untuk beban transfer 500 MB menghasilkan nilai 89,75 Mbps untuk

    FreeNAS dan 90,43 untuk OMV dengan jumlah client 1. Pada pengukuran

    throughput dengan jumlah client 15 dengan beban transfer 10 MB menghasilkan

    nilai 6,61 Mbps untuk FreeNAS dan 6,58 Mbps untuk OMV, pada beban transfer

    100 MB menghasilkan nilai 6,45 Mbps untuk FreeNAS dan 6,64 Mbps untuk OMV,

    sedangkan untuk beban transfer 500 MB menghasilkan nilai 6,71 Mbps untuk

    FreeNAS dan 6,62 Mbps untuk OMV. Pada penggunaan CPU dan memory hasil

    yang didapatkan adalah 16,14 % untuk CPU usage dan 183,86 MB untuk memory

    usage pada FreeNAS, untuk CPU usage pada OMV adalah 7,43 % dan 165,88 MB

    untuk memory usage dengan jumlah client 1 dan untuk penggunaan CPU dan

    memory dengan jumlah client 15 hasil yang didapatkan adalah 34,05 % untuk CPU

    usage dan 366,72 MB untuk memory usage pada FreeNAS, untuk CPU usage pada

    OMV adalah 27,48 % dan 351,48 MB untuk memory usage. Untuk hasil copy client

    ke server FreeNAS menghasilkan nilai 9,52 MBps untuk file document, 10,60

    MBps untuk file video, 10,68 MBps untuk file kompresi dengan 1 client dan 5,40

    MBps untuk file document, 6,65 MBps untuk file video, 6,82 MBps untuk file

  • 15

    kompresi dengan 15 client, sedangkan pada OMV menghasilkan nilai 7,32 MBps

    untuk file document, 7,82 MBps untuk file video dan 7,90 MBps untuk file kompresi

    dengan 1 client, untuk jumlah client 15 OMV menghasilkan nilai 5,12 MBps untuk

    file document, 5,30 MBps untuk file video dan 5,39 MBps untuk file kompresi.

    Untuk copy server ke client dengan 1 client FreeNAS menghasilkan nilai 9,01

    MBps, 10,50 MBps, 10,52 MBps untuk file document, video dan kompresi,

    sedangkan pada OMV menghasilkan nilai 4,87 MBps, 7,87 MBps, 7,90 MBps

    untuk file document, video dan kompresi. Untuk copy server ke client dengan 15

    client FreeNAS menghasilkan nilai 5,21 MBps, 6,61 MBps, 6,68 MBps untuk file

    document, video dan kompresi, sedangkan pada OMV menghasilkan nilai 5,05

    MBps, 5,24 MBps, 5,32 MBps untuk file document, video dan kompresi. Pada file

    clasification hasil yang didapatkan pada FreeNAS adalah 27,63 file/second untuk 1

    client dan 25,60 file/second untuk 15 client, sedangkan pada OMV hasil yang

    didapat adalah 27,70 file/second untuk 1 client dan 25,40 file/second untuk 15

    client. Hasil yang didapatkan dari file delete pada FreeNAS dengan client 1 adalah

    8,93 file/second untuk file dokumen, 8,83 file/second untuk file video, 8,83

    file/second untuk file kompresi, sedangkan pada OMV dengan client 1 adalah 8,73

    file/second untuk file dokumen, 5,07 file/second untuk file video dan 1,00

    file/second untuk file kompresi. Untuk hasil yang didapatkan dari file delete dengan

    jumlah client 15 pada FreeNAS adalah 8,20 file/second untuk file dokumen, 8,20

    file/second untuk file video dan 8,60 file/second untuk file kompresi, sedangkan

    pada OMV adalah 8,00 file/second untuk file dokumen, 7,20 file/second untuk file

    video dan 1,00 file/second untuk file kompresi. Hasil dari kecepatan file copy, file

    classification dan file delete FreeNAS lebih tinggi dibandingkan dengan OMV

    karena performa sistem operasi OMV yang berbasis Debian Linux kurang

    memaksimalkan penggunaan resource yang ada dan juga penggunaan software

    RAID yang berbeda dengan filesystem yang digunakan yaitu JBOD untuk software

    RAID dan XFS untuk filesystem, sedangkan pada FreeNAS penggunaan software

    RAID sudah menjadi satu dengan filesystem yaitu ZFS, adapun algoritma yang

    digunakan oleh ZFS juga mempengaruhi performa kecepatan FreeNAS yaitu

    algoritma ARC yang bisa memprediksi data yang akan dibaca sedangkan XFS

    menggunakan algoritma B+ tree.

    5. Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kedua sistem

    operasi NAS tersebut layak untuk diterapkan di SMK Negeri 3 Salatiga, akan tetapi

    FreeNAS adalah sistem operasi NAS yang lebih cocok untuk diterapkan di SMK

    Negeri 3 Salatiga sebagai solusi penyimpanan yang dapat digunakan untuk

    mengatasi masalah pengelolaan penyimpanan data yang ada sehingga dalam

    pengelolaan penyimpanan data-data penting dapat teroganisir dengan baik dan

    cepat. FreeNAS lebih baik dari Open Media Vault jika diterapkan pada server yang

    memiliki aktifitas manajemen file dengan kebutuhan kecepatan tinggi seperti server

    file storage yang dibutuhkan di SMK Negeri 3 Salatiga karena lebih unggul dalam

    parameter yang diujikan meliputi file copy, file classification dan file delete.

    Sebagai saran untuk pengembangan penelitian, diharapkan untuk

    kedepannya tidak hanya menguji servis CIFS saja tetapi servis-servis yang lainnya

  • 16

    seperti NFS, AFP, Rsync dan iSCI. Penelitian kedepannya juga bisa melakukan

    perbandingan dengan menggunakan servis-servis yang ada untuk mengetahui mana

    yang lebih baik.

    6. Daftar Pustaka

    [1] Marhandi, ND. Desain Dan Implementasi Network Attached Storage Menggunakan Freenas Pada Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera

    Selatan. Palembang: STMIK PalComTech.

    [2] UIKA, Nurhadianto. 2013. Analisis Perbandingan Kinerja Network Attached Storage (NAS) Berbasis RAID (Redudant Array Of Independent

    Disk) Pada openfiler dan Freenas. Jurnal KREATIF. Volume 1, No. 1.

    [3] Cisco, 2005, Creating Business Value and Operational Exellence with the Cisco Systems Lifecycle Services Approach, Cisco Systems White Paper 1 –

    10.

    [4] Nurwidyanto, Meta. 2009. Gudang Data Opensource: FreeNAS atau Openfiler?

    http://meta.wacana.net/archives/51-Gudang-Data-Opensource-

    FreeNASatau-Openfiler.html. Diakses tanggal 15 April 2015.

    [5] Wirantya, FX. Tofan. 2014. Perancangan Infrastruktur Virtualisasi Menggunakan Arsitektur Storage Area Network (SAN) (Studi Kasus :

    Laboratorium Komputer FTI UKSW). Salatiga : Universitas Kristen Satya

    Wacana.

    [6] CodeFX. 2001. CIFS Explained. San Diego. [7] Rianto, Anjik, Sukmaaji. 2008. Jaringan Komputer. Yogyakarta : ANDI

    Offset

    [8] Bayu, Andi. 2006. Sistem Penyimpanan data Network Attached Storage (NAS). Yogyakarta : ANDI Offset

    [9] Speedywiki. Storage Server http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Storage_Server.

    Diakses tanggal 15 April 2015.