ANALISIS BEBAN PENCEMAR DAN KAPASITAS ASIMILASI …digilib.unila.ac.id/55057/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS BEBAN PENCEMAR DAN KAPASITAS ASIMILASI …digilib.unila.ac.id/55057/3/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS BEBAN PENCEMAR DAN KAPASITAS ASIMILASI
PERAIRAN PULAU PASARAN DI PROVINSI LAMPUNG
SKRIPSI
Oleh
AYU WULANDARI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT
Analysis of Pollutant Load and Assimilation Capacity of Pasaran Island
Waters in Lampung Province
By
Ayu Wulandari
Pasaran Island is the only island in Bandar Lampung. The location of Pasaran
Island is quite close to the Way Belau River estuary so that domestic waste and
industrial waste from the city enter the waters around Pasaran Island through this
river flow. By looking at these conditions, a study was conducted regarding the
status of the waters of Pasaran Island. The purpose of this study was to analyze
the pollutant load, assimilation capacity and water pollution status on Pasaran
Island. This research was carried out in May-July 2017, observations and data
collection were carried out at 5 points around the waters of Pasaran Island. Water
quality parameters measured include temperature, salinity, pH, DO, BOD, COD,
NO3, NH3, PO4, TOM, TSS. The data analysis was done by calculating the
pollution load value using the Mitsch and Goesselink equation, the calculation of
the assimilation capacity value using a linear regression equation and determining
the status of the waters using the STORET method. The results of the analysis of
pollutant load calculations obtained the highest load values derived from COD
parameters both in rivers or river estuaries with a value of 8192, 92 kg/yr and
5994.13 kg /yr. The results of assimilation capacity analysis show that the BOD
parameter values have exceeded the assimilation capacity of Pasaran Island
waters. And the results of the analysis of pollution status showed that the waters
of Pasaran Island were moderately polluted.
Keywords: Pollution Load, Assimilation Capacity, Pasaran Island, Waste,
Water Status
ABSTRAK
Analisis Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi Perairan Pulau Pasaran
di Provinsi Lampung
Oleh
Ayu Wulandari
Pulau Pasaran merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kota
Bandar Lampung. Lokasi Pulau Pasaran cukup dekat dengan muara Sungai Way
Belau sehingga limbah domestik dan limbah industri yang berasal dari pusat kota
masuk ke perairan sekitar Pulau Pasaran melalui aliran sungai ini. Dengan melihat
kondisi tersebut, maka dilakukan kajian terkait status perairan Pulau Pasaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis beban pencemar, kapasitas
asimilasi dan status pencemaran perairan di Pulau Pasaran. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2017, pengamatan dan pengambilan data
dilakukan pada 5 titik yang ada di sekitar perairan Pulau Pasaran. Parameter
kualitas air yang diukur antara lain suhu, salinitas, pH, DO, BOD, COD, NO3,
NH3, PO4, TOM, TSS. Analisis data yang dilakukan yaitu perhitungan nilai beban
pencemaran menggunakan persamaan Mitsch and Goesselink, perhitungan nilai
kapasitas asimilasi menggunakan persamaan regresi linier dan penentuan status
perairan menggunakan metode STORET. Hasil analisis perhitungan beban
pencemar diperoleh nilai beban tertinggi berasal dari parameter COD baik di
sungai atau muara sungai dengan nilai 8192, 92 kg/thn dan 5994.13 kg/thn. Hasil
analisis kapasitas asimilasi menunjukan bahwa nilai parameter BOD telah
melebihi kapasitas asimilasi perairan Pulau Pasaran. Dan hasil analisis status
pencemaran menunjukan perairan Pulau Pasaran tercemar sedang.
Kata kunci: Beban Pencemar, Kapasitas Asimilasi, Limbah, Pulau Pasaran,
Status Perairan
ANALISIS BEBAN PENCEMAR DAN KAPASITAS ASIMILASI
PERAIRAN PULAU PASARAN DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Ayu Wulandari
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada
tanggal 16 September 1994 sebagai anak pertama dari
Bapak Ismail dan Ibu Septinawati. Penulis memiliki 2
adik laki-laki yaitu Bagus Harits Fadillah dan
Muhammad Atthar Fadillah. Penulis menempuh
pendidikan di TK Ar - Rusdah Kota Bandar Lampung
tahun 2000, SDN 2 Palapa Kota Bandar Lampung
tahun 2001-2007, SMPN 25 Bandar Lampung tahun 2007-2010, SMAN 4 Bandar
Lampung tahun 2010-2013. Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi
Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Tes SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam organisasi dan mengikuti berbagai
kegiatan. Penulis menjadi anggota aktif Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan
Universitas Lampung (HIDRILA) bidang Kerohanian periode 2014-2015 dan
penulis menjadi pengurus aktif sebagai Sekretaris bidang Kerohanian periode
2015-2016. Penulis pernah menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Menejemen
Kualitas Air pada TA 2015/2016, Oceanografi pada TA 2015/2016, Ekologi
Perairan pada TA 2016/2017, Teknologi Budidaya Pakan Hidup TA 2016/2017.
Pada bulan Januari-Maret 2016 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
periode I selama 60 hari di Pekon Air Abang, Kecamatan Ulu Belu, Kabupaten
Tanggamus, Lampung. Pada bulan Juli-Agustus 2016 penulis melaksanakan
Praktik Umum (PU) selama 30 hari di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau
(BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah dengan judul kajian “Manajemen Kualitas Air
Pada Budidaya Ikan Bandeng (Chanos Chanos)”. Pada bulan Mei 2017 untuk
mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.), penulis melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis
Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi Perairan Pulau Pasaran di Provinsi
Lampung”.
KARYA TULIS INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK :
Keluarga tercinta yaitu bapak - ibu dan kedua adik lelaki
yang selama ini telah memberi banyak dukungan, doa serta
kasih sayang berlimpah disepanjang hidupku. Mereka adalah
sumber semangatku, kebahagian mereka menjadi alasan
utamaku untuk mewujudkan impian dan meraih kesuksesan.
Aku sangat bersyukur memiliki mereka dalam hidupku,
karena keberadaan mereka merupakan nikmat yang tak
terhingga dari Allah SWT.
Untuk Almamater kebangganku, Universitas Lampung.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
(Q.S Al-Baqarah {2} :286)
"Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan
adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha."
(BJ Habibie)
“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau
hidup selamanya”
(Mahatma Gandhi)
"Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh
orang-orang yang mempersiapkan dirinya sejak hari ini."
(Malcolm X)
“Hasil tidak akan mengkhianati proses. Jika usaha yang dilakukan
maksimal dan doa yang diucapkan tulus disertai keyakinan.
Percayalah Allah SWT pasti memberi yang terbaik karena Dia tau apa
yang kita butuhkan, bukan hanya sekedar apa yang kita inginkan.”
(Ayu Wulandari)
SANWACANA
Alhamdulillahirabbil’alamin atas limpahan Rahmat dan Karunia ALLAH SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Beban Pencemar dan
Kapasitas Asimilasi Perairan Pulau Pasaran di Provinsi Lampung”.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini berkat dukungan dari semua pihak, untuk
itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
(1) Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
(2) Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan
Universitas Lampung.
(3) Bapak Limin Santoso, S.Pi., M. Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan.
(4) Ibu Berta Putri, S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing I yang selalu
memberikan arahan, motivasi dan ilmu terbaik.
(5) Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si., selaku dosen pembimbing II dan dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat, ilmu serta banyak
pengalaman.
(6) Ibu Henni Wijayanti M., S.Pi., M.Si., selaku dosen penguji yang telah
memberikan arahan dan ilmu yang bermanfaat.
(7) Tim Pulau Pasaran (Skripsi Do or Die) yaitu Kurnopriawan Hidayat dan
Muhammad Rifki Nur Huda yang telah bersedia berbagi banyak hal serta
berjuang bersama dari awal persiapan penelitian hingga bertiga mendapat
gelar Sarjana Perikanan (S.Pi).
(8) Pak Warli, saudara Imawan Abdul Qohar dan saudari Kory Dita Iswari yang
telah memberikan banyak bantuan kepada penulis selama penelitian hingga
penulisan skripsi selesai.
(9) Para sahabat seperjuangan yaitu Yeni, Rufaida, Ayu Nov, Dewi, Arlin,
Siwi, Juliana, Ida, Rio, Anrifal, Wahyu, Akbar, Ricky dan kawan-kawan
BDPi 2013 lainnya.
(10) Abang-abang, Mba-mba, dan Adik-adik Jurusan Perikanan dan Kelautan
angkatan 2010, 2011, 2012, 2014, dan 2015 yang telah berbagi pengalaman
bersama dan semua pihak yang telah memberikan dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2018
Ayu Wulandari
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .......................................................................................................... i
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………...... 1
B. Tujuan Penelitian……...……………………………………………………... 3
C. ManfaatPenelitian………………………………............................................. 3
D. Kerangka Pikir Penelitian………………………............................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………………….......... 6
B. Metode yang Digunakan………………………………………………........... 7
1. Storet…………………………………………………………………......... 7
2. Regresi Linier…………………………………………………………........ 7
C. Parameter Kualitas Perairan……………...………………………………….. 8
1. Suhu…………………………………………………………….................. 8
2. Salinitas..……………………………………………………...................... 8
3. pH (Derajat Keasaman).………………………………………................... 8
4. DO (Dissolved Oxygen)………………...…………………........................ 9
5. BOD (Biochemical Oxygen Demand)……………....................................... 9
6. COD (Chemical Oxygen Demand)…………………………………........... 10
7. NO3 (Nitrat)………………………………………………………….......... 10
ii
8. NH3 (Amoniak)…………………………………………………..…........... 11
9. PO4 (Fosfat) ……………………….……………………………................. 11
10. TOM (Total Organic Matter) ………..………………………..…............. 11
11. TSS (Total Suspended Solid)……..……………………...…….................. 12
D. Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi………………................................. 12
E. Pencemaran Perairan……………………………………………...................... 13
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………...….. 15
B. Alat dan Bahan Penelitian……………………………………………........... 16
C. Prosedur Penelitian…………………………………………………….......... 16
1. Pengumpulan Data…………………………………………………........... 16
2. Pengukuran Kualitas Air………………………………………….............. 17
D. Analisis Data……..……………………………………………….................. 17
1. Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi………………………............... 18
2. Penentuan Status Perairan………………………………………................ 19
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengukuran Kualitas Perairan…………………………………...….... 23
B. Hasil Pengukuran Beban Pencemar Perairan………………………......…... 33
C. Hasil Analisis Kapasitas Asimilasi………………..…………………...….... 35
D. Hasil Perhitungan Metode STORET………………………………….......... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………...……...... 44
B. Saran………………………………………………………………….…....... 44
iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….............. 45
LAMPIRAN…………………………………………………………………......... 48
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Titik Koordinat Stasiun Penelitian..................... ................................................. 16
2. Parameter Kualitas Perairan………………………............................................. 17
3. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Metode STORET………………………….. 20
4. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut………………………………………..... 21
5. Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu Perairan..................... 21
6. Hasil Perhitungan Beban Pencemar dari Sungai Way Belau……………........... 34
7. Hasil Perhitungan Beban Pencemar dari Muara Sungai Way Belau……........... 34
8. Hasil Perhitungan Nilai Kapasitas Asimilasi dan Fungsi Hubungan Antara
Parameter Pencemar dengan Beban Pencemar di perairan sekitar Pulau Pasaran 35
9. Hasil Perhitungan Metode STORET…………………….…………………........ 43
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian………………………………………... 5
2. Peta Lokasi dan Stasiun Penelitian…………………………………………....... 15
3. Grafik Hasil Pengukuran Suhu Perairan…………………………………........... 24
4. Grafik Hasil Pengukuran Salinitas Perairan……………………………............. 25
5. Grafik Hasil Pengukuran pH Perairan……………………………...................... 26
6. Grafik Hasil Pengukuran DO, BOD dan COD Perairan......…………………..... 27
7. Grafik Hasil Pengukuran Amoniak (NH3) dan Nitrat (NO3) Perairan…..…....... 29
8. Grafik Hasil Pengukuran Fospat (PO4) Perairan……………………….……..... 31
9. Grafik Hasil Pengukuran TOM dan TSS Perairan……………………………... 32
10. Grafik Regresi antara Beban Pencemar BOD di Muara Sungai dengan
konsentrasi BOD di perairan Pulau Pasaran…………………………………... 37
11. Grafik Regresi antara Beban Pencemar COD di Muara Sungai dengan
konsentrasi COD di perairan Pulau Pasaran………………………………...... 38
12. Grafik Regresi antara Beban Pencemar Nitrat di Muara Sungai dengan
konsentrasi Nitrat di perairan Pulau Pasaran………………………….............. 39
13. Grafik Regresi antara Beban Pencemar Amoniak di Muara Sungai dengan
konsentrasi Amoniak di perairan Pulau Pasaran………………………............ 40
14. Grafik Regresi antara Beban Pencemar Fospat di Muara Sungai dengan
konsentrasi Fospat di perairan Pulau Pasaran………………………………..... 41
15. Grafik Regresi antara Beban Pencemar TOM di Muara Sungai dengan
konsentrasi TOM di perairan Pulau Pasaran………………………………….. 42
16. Grafik Regresi antara Beban Pencemar TSS di Muara Sungai dengan
konsentrasi TSS di perairan Pulau Pasaran…………………………........….... 43
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Bandar Lampung secara geografis terletak pada 5° 20’ sampai dengan 5°
30’ lintang selatan dan 105°
28’ sampai dengan 105°
37’ bujur timur.
Berdasarkan kondisi ini, Kota Bandar Lampung menjadi pintu gerbang utama
pulau Sumatera tepatnya ± 165 km sebelah barat laut Jakarta dan memiliki
peran sangat penting selain dalam kedudukannya sebagai ibu kota Provinsi
Lampung juga merupakan pusat pendidikan, kebudayaan dan perekonomian
bagi masyarakat. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km²
dengan kepadatan penduduk yang tinggi yaitu 8.142 jiwa/km² (Badan Pusat
Statitik Provinsi Lampung, 2016). Wilayah Kota Bandar Lampung terbagi ke
dalam 13 Kecamatan, ada beberapa Kecamatan yang terletak di kawasan
pesisir seperti Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung Barat.
Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung Barat merupakan kawasan
pesisir di Kota Bandar Lampung yang memiliki potensi tinggi sebagai wilayah
yang produktif, hal tersebut terbukti dengan jumlah penduduk yang tinggi dan
beragam aktivitas yang dilakukan masyarakat untuk memanfaatkan ruang
disetiap sisi kedua wilayah tersebut. Selain permukiman padat penduduk di
Kecamatan Panjang ada pelabuhan yang dijadikan lokasi bongkar-muat barang,
kawasan wisata pantai, lokasi industri dan pabrik-pabrik besar milik beberapa
perusahaan. Sementara di Kecamatan Teluk Betung Barat terdapat kawasan
tempat pelelangan ikan, dermaga-dermaga kecil, kawasan pengolahan ikan,
kegiatan industri rumahan dan kawasan wisata pantai.
2
Di Kecamatan Teluk Betung Barat ada sebuah pulau yang merupakan satu-
satunya pulau yang berada di kawasan geografis Kota Bandar Lampung yaitu
Pulau Pasaran. Pulau Pasaran awalnya hanya memiliki luas 3,5 hektar namun
seiring berkembangnya pertumbuhan penduduk dan berbagai kebutuhan lain,
luas wilayah pulau tersebut bertambah menjadi 12 hektar. Pulau ini dihuni oleh
269 kepala keluarga dengan jumlah keseluruhan penduduk sebanyak 1123 jiwa
(Profil Kelurahan Kota Karang, 2016). Tingginya jumlah penduduk
menunjukan pula padatnya permukiman dan beragam aktivitas yang dilakukan
di kawasan ini. Meskipun kegiatan industri di Pulau Pasaran tidak sebanyak di
Kecamatan Panjang, potensi terjadinya pencemaran disekitar perairan pulau ini
cukup tinggi karena ada aliran sungai Way Belau yang membawa limbah
domestik dan bermuara di dekat Pulau Pasaran. Adanya aktivitas pengolahan
ikan teri, kegiatan budidaya ikan maupun kerang, serta aktivitas kapal warga
setempat yang berkerja sebagai nelayan juga dapat menjadi sumber pencemar
bagi perairan sekitar.
Berbagai kegiatan penduduk yang tinggal di kawasan pesisir seperti interaksi
sosial, kegiatan ekonomi, dan industri menjadi penyebab utama meningkatnya
jumlah limbah yang ada di sekitar perairan Pulau Pasaran. Limbah rumah
tangga, limbah industri dan limbah dari kegiatan lain yang ada di wilayah
pesisir Kota Bandar Lampung juga dapat menjadi sumber pencemar perairan.
Tingginya masukan bahan organik akibat berbagai aktivitas masyarakat
terutama di kawasan pesisir berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran.
Jika pencemaran terjadi maka kualitas perairan akan menurun, sumber daya
alam yang ada di kawasan perairan akan berkurang dan penduduk yang tinggal
di wilayah pesisir akan mengalami kerugian terutama penduduk yang memiliki
usaha budidaya ikan dan kerang di perairan tersebut.
Analisis beban pencemar dan kapasitas asimilasi dilakukan untuk mengetahui
kondisi suatu perairan tercemar atau tidak. Suatu perairan dikatakan tercemar
apabila nilai beban pencemar lebih besar dari nilai kapasitas asimilasi.
3
Kapasitas asimilasi adalah kemampuan suatu perairan dalam menerima beban
pencemar tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang
ditetapkan sesuai peruntukkannya yaitu untuk kehidupan biota laut sesuai
standar baku mutu kualitas air laut.
B. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis status
pencemaran, beban pencemar dan kapasitas asimilasi perairan di Pulau
Pasaran.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam upaya pengelolaan
kawasan perairan Pulau Pasaran.
2. Sebagai bahan informasi untuk masyarakat dalam pemanfaatan wilayah
perairan Pulau Pasaran.
D. Kerangka Pikir Penelitian
Sumber bahan pencemar yang masuk ke perairan, pada umumnya berasal dari
kegiatan manusia di berbagai sektor seperti rumah tangga, industri dan
kegiatan budidaya. Proses produksi yang dilaksanakan akan menghasilkan
limbah sebagai buangan sisa yang seharusnya dapat di daur ulang kembali atau
diolah agar tidak berbahaya terhadap lingkungan. Pembuangan limbah sisa
proses produksi tersebut merupakan sumber bahan pencemar seperti TSS,
TOM, BOD, COD, NO3, NH3, dan PO4. Sumber bahan pencemar limbah
tersebut dapat menurunkan pH dan oksigen terlarut yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas perairan yang pada jangka panjang akan berpengaruh
terhadap kehidupan biota perairan (Sutisna, 2007).
4
Masuknya limbah ke suatu perairan dapat mempengaruhi kualitas air dan akan
mempengaruhi kapasitas asimilasi perairan. Kapasitas asimilasi adalah
kemampuan suatu perairan dalam menerima beban pencemar tanpa
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai
peruntukkannya yaitu untuk kehidupan biota laut sesuai standar baku mutu
kualitas air laut. Suatu perairan dikatakan tercemar apabila beban pencemar
lebih besar dari kapasitas asimilasinya yang ditandai dengan tingginya
konsentrasi bahan pencemar dibandingkan dengan konsentrasi ambang batas
baku mutu yang berlaku (Baheram, 2014). Dalam studi ini nilai kapasitas
asimilasi diasumsikan merupakan fungsi dari kualitas air dan beban limbah.
Selanjutnya nilai kapaitas asimilasi dianalisis dengan melihat seberapa besar
peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya.
5
Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian
Perairan Pulau Pasaran
1. Limbah Rumah Tangga
2. Limbah Industri
3. Limbah Kegiatan Perikanan
Beban Pencemar
Metode Mitsch and Goesselink
Kapasitas Asimilasi
Perairan Pulau
Pasaran
Metode Regresi
Linier
Status Pencemaran
Perairan Pulau
Pasaran
Metode Storet
Kualitas Perairan
Pulau Pasaran
1. Suhu
2. pH
3. Salinitas
4. DO
5. BOD
6. COD
7. Nitrat
8. Amoniak
9. Fosfat
10. TOM
11. TSS
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pulau Pasaran adalah satu-satunya pulau yang ada di Kecamatan Teluk Betung
Barat, Kota Bandar Lampung. Awalnya Pulau Pasaran hanya memiliki luas 3,5
hektar namun seiring berkembangnya pertumbuhan penduduk dan berbagai
kebutuhan lain, luas wilayah pulau tersebut bertambah menjadi 12 hektar.
Pulau Pasaran dihuni oleh 269 kepala keluarga dengan jumlah keseluruhan
penduduk sebanyak 1123 jiwa (Profil Kelurahan Kota Karang, 2016). Secara
administratif pulau Pasaran dibatasi oleh laut karena letaknya berada di tengah
laut. Secara keseluruhan lahan di Pulau Pasaran digunakan untuk berbagai
bentuk penggunaan lahan 60% lahan digunakan untuk tempat penjemuran ikan
asin sedang sisanya 40% digunakan untuk pemukiman, bangunan umum, jalan,
dan lapangan.
Pulau Pasaran berada dilokasi yang startegis, sehingga memiliki potensi yang
sumber daya alam yang berlimpah. Potensi perikanan yang ada di daerah
Pulau Pasaran dimanfaatkan oleh penduduk setempat yang sebagian besar
memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, pengolah teri, pembudidaya ikan
dan kerang. Perairan Pulau Pasaran memiliki keanekaragaman organisme
yang cukup tinggi, seperti ikan, cumi, kepiting, dan jenis kekerangan. Salah
satu jenis kerang yang potensial adalah kerang hijau yang sejak tahun 2012
mulai dibudidayakan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
sepempat (Noor, 2014). Selain itu, budidaya beberapa jenis ikan juga telah
dilakukan di perairan Pulau Pasaran seperti ikan samba dan ikan kakap.
Budidaya ikan dan kerang yang dilakukan oleh masyarakat pulau pasaran
masih menggunakan karamba jaring apung dengan cara yg sederhana, benih
ikan yang digunakan untuk budidaya juga diperoleh dari alam. Oleh sebab
7
itu, kehidupan masyakat Pulau Pasaran masih sangat bergantung pada sumber
daya alam yang ada di perairan sekitar.
B. Metode Analisis Data
1. Storet
Storet adalah metode umum yang digunakan untuk mengetahui status mutu
air, dengan metode ini dapat diketahui parameter apa yang memenuhi atau
melampaui baku mutu air. Pada prinsipnya metode storet membandingkan
antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan
peruntukannya guna menentukan status air (KepMen LH No.51 tahun
2004). Status mutu air dapat mengindikasikan keadaan air dalam kondisi
tercemar atau bebas dari pencemaran dalam waktu tertentu dengan
membandingkan dengan baku mtu yang ditetapkan. Mutu air adalah suatu
kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Regresi Linier
Regresi linier adalah metode statistika yang digunakan untuk membentuk
model hubungan antara variabel terikat (dependen Y) dengan satu atau
lebih variabel bebas (independen X). Apabila jumlah variabel bebas hanya
ada satu disebut sebagai regresi linier sederhana, sedangkan apabila
terdapat lebih dari 1 variabel bebas disebut sebagai regresi linier berganda.
Data untuk variabel independen X pada regresi linier bisa merupakan data
pengamatan yang tidak ditetapkan sebelumnya oleh peneliti (obsevational
data) maupun data yang telah ditetapkan (dikontrol) oleh peneliti
sebelumnya (experimental atau fixed data). Perbedaannya adalah bahwa
dengan menggunakan fixed data, informasi yang diperoleh lebih kuat
8
dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel X dan variabel
Y (Kurniawan, 2008).
C. Parameter Kualitas Perairan
1. Suhu
Suhu berperan penting dalam mengendalikan kondisi ekosistem perairan.
Suhu sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota air,
suhu pada badan air dipengaruhi oleh musim, sirkulasi udara, aliran dan
kedalaman air. Peningkatan suhu dapat menyebabkan penurunan kelarutan
gas-gas dalam air, seperti O2, CO2, N2, CH4. Selain itu peningkatan suhu
juga mengakibatkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organik oleh
mikroba. Kenaikan suhu perairan juga menurunkan kelarutan oksigen dalam
air, menaikkan daya racun suatu polutan terhadap organisme perairan
(Effendi, 2003).
2. Salinitas
Menurut Nontji (1987) dalam Sutisna (2007) mendefinisikan salinitas
sebagai jumlah berat semua garam dalam satuan gram yang terlarut dalam 1
liter air, secara umum salinitas dinyatakan dalam satuan per mil atau gram
per liter. Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai. Nilai salinitas
perairan tawar berkisar dari 0,5-30 ppt, dan perairan laut 30-40 ppt. Salinitas
air berpengaruh terhadap tekanan osmotik air, semakin tinggi salinitas maka
tekanan osmotik akan menjadi semakin besar (Widiadmoko, 2013).
3. pH (Derajat Keasaman)
Nilai pH suatu perairan mencirikan keseimbangan antara asam dan basa
dalam air yang merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
9
Kandungan karbonat, hidroksida dan bikarbonat meningkatkan kebasaan air,
sementara itu kandungan mineral bebas dan asam karbonat menaikkan
kemasaman air. Nilai pH dapat mempengaruhi jenis dan susunan zat dalam
lingkungan perairan dan ketersediaan unsur hara serta tingkat toksisitas
beberapa senyawa kimia dalam air (Sami, 2012). Semakin tinggi konsentrasi
ion H+ maka semakin rendah konsentrasi ion OH
- dan pH < 7, perairan
bersifat asam. Hal sebaliknya jika konsentrasi ion OH- tinggi dan pH > 7,
maka perairan bersifat basa. Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil
respirasi, maka pH air akan turun. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH
relatif lebih stabil dengan kisaran antara 7,7 - 8,4 (Effendi, 2003).
4. DO (Dissolved Oxygen)
DO (Dissolved Oxygen) adalah total jumlah oksigen yang terlarut didalam
air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan utama bagi ekosistem perairan,
konsentrasi oksigen terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada
suhu dan salinitas (Effendi, 2003). Oksigen terlarut merupakan salah satu
elemen penting dalam kehidupan laut. Sebaran kandungan oksigen terlarut
di laut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu interaksi antara permukaan laut
dengan atmosfer, kegiatan biologi yang dapat mempengaruhi konsentrasi
O2, CO2, arus dan proses percampuran air (Sutisna, 2007). Sumber oksigen
terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan
aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton.
5. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Nilai BOD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri
untuk penguraian bahan organik saat kondisi aerobik. Nilai BOD tidak
menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya
mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik. Nilai BOD yang besar menunjukkan aktivitas
10
mikroorganisme yang semakin tinggi dalam menguraikan bahan organik.
Nilai BOD yang tinggi menunjukkan penurunan kualitas perairan (Rafni,
2004).
6. COD (Chemical Oxygen Demand)
Nilai COD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan, seperti kalium dikhromat K2Cr2O7 untuk mengoksidasi bahan
organik yang terdapat dalam air. Nilai COD dapat dijadikan sebagai ukuran
tingkat pencemaran di perairan oleh bahan organik yang secara alamiah
dapat dioksidsasi dengan proses mikrobiologi dan akan menyebabkan
berkurangnya konsentrasi oksigen di perairan (Sami, 2012).
7. NO3 (Nitrat)
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami. Konsentrasi nitrat
yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
organisme perairan jika didukung dengan ketersedian nutrien. Nitrifikasi
merupakan proses oksidasi amoniak menjadi nitrit dan nitrat. Nitrifikasi
adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada
kondisi aerob. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri
nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh
nitrobacter (Mezuan, 2007). Konsentrasi nitratnitrogen yang lebih dari 0,2
mg/liter dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan, dan
selanjutnya memacu pertumbuhan algae serta tumbuhan air secara pesat
(blooming). Beberapa sumber nitrogen dalam air antara lain hancuran bahan
organik, limbah domestik, limbah industri, limbah peternakan, dan pupuk
(Effendi, 2003).
11
8. NH3 (Amoniak)
Secara alami senyawa amoniak di perairan berasal dari hasil metabolisme
hewan dan hasil proses dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Jika
konsentrasi amoniak di perairan terdapat dalam jumlah tinggi lebih besar
dari 1,1 mg/liter pada suhu 25°C dan pH 7,5 dapat diduga adanya
pencemaran (Sembel, 2012). Sumber amoniak di perairan adalah hasil
pemecahan nitrogen organik seperti protein dan urea, nitrogen anorganik
yang terdapat dalam tanah dan air, serta yang berasal dari dekomposisi
bahan organik seperti tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati yang
dilakukan oleh mikroba (Effendi, 2003).
9. PO4 (Fosfat)
Fosfat merupakan senyawa yang mengandung ion unsur fosfor. Fosfor
dalam air ada yang berupa bahan padat maupun terlarut. Fosfor padat berupa
suspensi garam-garam yang tidak larut, dalam bahan biologik, atau
teradsorpsi dalam bahan padat. fosfor adalah komponen yang sangat penting
dalam permasalahan air. Sumber-sumber fosfor adalah pencemaran industri,
hanyutan dari pupuk, limbah domestik, hancuran bahan organik, dan
mineral-mineral fosfat (Santoso, 2006). Konsentarasi fosfat pada perairan
alami berkisar antara 0,005-0,02 mg/liter P-PO4. Pada umumnya konsentrasi
fosfat total pada perairan alami tidak melebihi 1 mg/liter (Verawati, 2016).
10. TOM (Total Organic Matter)
TOM (Total Organic Matter) merupakan total bahan organik yang terdapat
dalam perairan. Bahan organik adalah makanan yang diperlukan
zooplankton, dalam perairan bahan organik dapat dibedakan menjadi bahan
organik terlarut, bahan organik tersuspensi dan bahan organik terpartikulat.
Bahan organik yang dapat dimanfaatkan secara langsung adalah bahan
organik yang terlarut dengan air (Ridwan dan Nobelia, 2009). Semakin
12
banyak bahan organik yang didukung faktor-faktor lain maka akan dapat
menambah total bakteri untuk dapat mengoksidasi bahan organik. Selama
ada bahan organik, maka selama itulah dekomposisi akan berlangsung
(Purnomo dkk, 2013).
11. TSS (Total Suspended Solid)
Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri
dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya. Sama halnya dengan padatan terendap,
padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air
sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis (Sutisna,
2007).
D. Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi Perairan
Beban pencemar adalah istilah yang dikaitkan dengan jumlah total bahan
pencemar yang masuk ke dalam lingkungan baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya pada areal tertentu dalam kurun waktu tertentu. Besarnya beban
pencemar yang masuk ke perairan tergantung aktivitas manusia di sekitar
daerah aliran sungai yang masuk perairan tersebut. Besarnya beban pencemar
perairan sangat dipengaruhi pula oleh keadaan pasang surut air laut. Pada saat
pasang umumnya beban masukan limbah sangat kecil karena aliran sungai
akan tertahan oleh peningkatan massa air laut, sedangkan pada saat surut
berlaku sebaliknya (Rafni, 2004).
13
Kapasitas asimilasi perairan adalah kemampuan perairan dalam memulihkan
diri akibat masuknya limbah tanpa menyebabkan penurunan kualitas
lingkungan yang ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya (Sutisna, 2007).
Kemampuan asimilasi sangat dipengaruhi oleh adanya proses pengenceran
maupun perombakan bahan pencemar yang masuk ke perairan. Apabila
beban pencemar yang masuk lebih besar dibandingkan kapasitas beban suatu
perairan menunjukkan kapasitas asimilasi berada dalam kondisi telah
terlampaui. Kapasitas beban pencemar merupakan kemampuan suatu perairan
dalam menerima beban pencemar yang masuk. Kapasitas beban pencemar
biasa disebut juga dengan kapasitas beban perairan yang merupakan fungsi
dari konsentrasi bahan pencemar dan volume perairan (Indrasti, 2006).
E. Pencemaran Perairan
Pencemaran perairan didefinisikan sebagai dampak negatif dari masuknya zat
pencemar kedalam suatu perairan sehingga berpengaruh terhadap kualitas
perairan, kehidupan biota di perairan, sumberdaya, ekosistem perairan dan
kesehatan manusia yang hidup di sekitar perairan tersebut. Bahan pencemar
atau zat pencemar menurut sumbernya terbagi menjadi dua yaitu yang berasal
dari alam dan kegiatan manusia. Pencemaran yang yang diakibatkan oleh
kegiatan manusia diantaranya adalah pemanfaatan sumberdaya alam pada
proses pertambangan, perindustrian, pertanian dan perikanan (Sutisna, 2007).
Pencemaran perairan di wilayah pesisir telah menjadi isu utama yang dihadapi
oleh pemerintah dan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Sumber
pencemaran yang utama berasal dari limbah industri dan domestik yang
mengalir melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut di sepanjang pantai
Kota Bandar Lampung. Selain itu, sampah-sampah domestik diperkirakan juga
berasal dari wilayah lain yang dibawa oleh arus laut. Data Status Lingkungan
Hidup Daerah Provinsi Lampung (2007) menyatakan kualitas air di perairan
Teluk Lampung yang merupakan bagian dari wilayah pesisir Kota Bandar
14
Lampung telah mengalami pencemaran. Pencemaran yang terjadi tidak terlepas
dari aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pesisir, seperti
kegiatan rumah tangga, kegiatan perikanan, dan kegiatan usaha lainnya yang
banyak dilakukan masyarakat pesisir.
Wilayah pesisir merupakan salah satu wilayah padat penduduk yang berpotensi
terjadi pencermaran karena ada banyak aktivitas yang dilakukan dikawasan ini.
Aktivitas-aktivitas yang ada wilayah pesisir Kota Bandar Lampung adalah
aktivitas industri, kepelabuhan, pemukiman dan pariwisata. Aktivitas
kepelabuhan yang ada di Kota Bandar Lampung adalah Pelabuhan Panjang
dengan limbah yang dibuang berupa air limbah, tumpahan minyak dari
kapalkapal, peletakan jangkar dan bersih-bersih kapal yang dapat merusak
lingkungan perairan (Verawati, 2016). Di sekitar Pelabuhan Panjang ada
beberapa industri seperti industri batu bara, industri kimia dan lainnya yang
berpotensi menimbulkan pencemaran di wilayah pesisir Kota Bandar
Lampung.
15
III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2017 di perairan
sekitar Desa Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar
Lampung. Ada 5 titik sampling yang ditentukan berdasarkan potensi sumber
pencemar dan bahan pencemar yang masuk ke perairan tersebut. Penentuan
lokasi sampling dalam penelitian ini dilakukan dengan mengunakan alat bantu
berupa GPS. Adapun uji kualitas air dilakukan di laboratorium kualitas air
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL), Lampung dan
laboratorium analisis Politeknik Negeri Lampung (POLINELA).
Gambar 2. Peta Lokasi dan Stasiun Penelitian
16
Tabel 1. Titik Koordinat Stasiun Penelitian
Titik Sampling Stasiun Penelitian Titik Koordinat
1 Aliran sungai Way Belau S 5°27’10.866”
E 105°15’27.795”
2 Muara sungai Way Belau S 5°27’35.234”
E 105°15’56.294”
3 Perairan di dermaga lama
Pulau Pasaran
S 5°27’35.639”
E 105°15’44.070”
4 Perairan yang menghadap
arah Kecamatan Panjang
S 5°28’00.000”
E 105°16’03.729”
5 Perairan yang menghadap
arah TPI
S 5°28’03.603”
E 105°15’43.035”
B. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pelaksanan penelitian ini antara
lain botol sampel 500 ml, termometer, DO meter, pH meter, refraktometer,
sperktrofotometer, cuvet, alat titrasi, erlenmeyer, box sterofom, kertas label,
alat tulis, GPS, kamera, dan kapal (perahu sebagai alat transportasi ketika
mengambil sampel di peraian sekitar Pulau Pasaran).
C. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data yang dikumpulkan ada 2 jenis data yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung
seperti suhu, pH, DO, salinitas dan debit air sungai yang diukur secara
langsung di perairan sekitar Pulau Pasaran. Serta BOD, COD, amoniakk,
nitrat, fosfat, TSS dan TOM yang uji di laboratorium kualitas air Balai
Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan laboratorium
17
analisis Politeknik Negeri Lampung (POLINELA) Sedangkan data sekunder
adalah buku, dan artikel ilmiah yang berhubungan dengan basahan dalam
penelitian ini.
2. Pengukuran Kualitas Perairan
Pengukuran kualitas perairan dilakukan secara berkala yaitu 3 kali selama 3
bulan di 5 titik lokasi sampling yang telah ditentukan. Sampel air diambil
langsung dari lokasi penelitian yang telah ditentukan dengan menggunakan
botol sampel, sampel air yang diambil sebanyak 500 ml. Berikut adalah cara
mengukur dan menguji parameter-parameter kualitas air yang diamati dalam
penelitian ini:
Tabel 2. Parameter Kualitas Perairan
No. Parameter Satuan Alat/Metode Analisis Keterangan
1. Suhu ⁰C Termometer Pengukuran langsung
2. Salinitas ppt Refraktometer Pengukuran langsung
3. pH mg/l pH meter Pengukuran langsung
4. DO mg/l DO meter Pengukuran langsung
5. BOD mg/l Titrimetrik Laboratorium
6. COD mg/l Titrimetrik Laboratorium
7. Amoniak
(NH3) mg/l Spektofotometer Laboratorium
8. Nitrat (NO3) mg/l Spektofotometer Laboratorium
9. Fosfat (PO4) mg/l Spektofotometer Laboratorium
10. TOM ppm Titrimetrik Laboratorium
11. TSS ppm Gravimetrik Laboratorium
D. Analisis Data
Data dianalisis dengan metode deskriptif terhadap parameter-parameter yang
diamati. Adapun parameter yang dideskripsikan adalah parameter kualitas
perairan berupa suhu, salinitas, pH, DO, BOD, COD, NO3, NH3, PO4, TOM,
TSS, beban pencemaran, kapasitas asimilasi dan status perairan.
18
1. Beban Pencemar dan Kapasitas Asimilasi
Analisis beban pencemaran dilakukan dengan perhitungan secara langsung
dari kualitas air sungai Way Belau yang bermuara di perairan Pulau Pasaran.
Cara penghitungan beban pencemaran ini didasarkan atas pengukuran
langsung debit sungai dan konsentrasi limbah di sungai yang menuju
perairan Pulau Pasaran, berdasarkan persamaan (Mitsch and Goesselink,
1993 dalam Marganof, 2007) :
BP = Q x Ci …………………………….............................................. (1)
Keterangan :
BP = Beban pencemar yang berasal dari suatu sumber (ton/bulan)
Q = Debit sungai yang masuk perairan Pulau Pasaran (m3/detik)
Ci = Konsentrasi parameter ke-i(mg/l)
Nilai kapasitas asimilasi didapatkan dengan cara membuat grafik hubungan
antara konsentrasi masing-masing parameter limbah di perairan dengan total
beban limbah pencemaran parameter tersebut di muara sungai dan
selanjutnya dianalisa dengan cara memotongkannya dengan garis baku mutu
air yang diperuntukkan bagi biota dan budidaya. Pola hubungan antara
konsentrasi limbah dengan beban pencemaran direferensikan terhadap
standar baku mutu. Nilai kapasitas asimilasi didapat dari titik perpotongan
antara garis hubungan beban pencemar dengan konsentrasi polutan dengan
nilai baku mutu untuk parameter yang diuji.
Nilai kapasitas asimilasi selanjutnya dianalisis dengan melihat seberapa
besar peran masing-masing parameter terhadap beban pencemarannya.
Dengan asumsi dasar yakni:
1) Nilai kapasitas asimilasi hanya berlaku di wilayah pesisir pada
batas yang telah ditetapkan dalam penelitian.
19
2) Nilai hasil pengamatan baik di perairan pesisir maupun di
muara sungai diasumsikan telah mencerminkan dinamika yang
ada di perairan tersebut.
3) Perhitungan beban pencemaran dilakukan baik berasal dari land
based, pencemaran dari kegiatan di perairan sekitar pulau
maupun dari lautnya sendiri.
Data yang diamati merupakan data pencemaran yang mempengaruhi
kualitas air muara sungai dan perairan. Hubungan yang ingin dilihat adalah
nilai parameter tersebut yang ada di perairan dan analisis yang digunakan
adalah regresi linear.
Y = a + bx ............................................................................................. (2)
Keterangan :
Y = nilai konsentrasi pencemar di perairan
x = nilai parameter beban pencemar dari perairan
a = interseps (nilai tengah)
b = koefisien regresi untuk parameter di perairan
Peubah (x) merupakan nilai beban pencemar dari parameter tertentu dan (Y)
merupakan nilai konsentrasi pencemar tersebut. Nilai-nilai tersebut
dianggap mewakili seluruh nilai parameter yang ada di perairan Pulau
Pasaran.
2. Penentuan Status Perairan
Status mutu perairan adalah tingkat kondisi mutu perairan yang
menunjukkan kondisi tercemar atau kondisi baik pada suatu sumber air
dalam waktu tertentu dengan membandingkan dengan baku mutu air yang
ditetapkan (KepMen LH No.115 tahun 2004). Penentuan status suatu
perairan dapat menggunakan metode STORET.
20
Metode STORET merupakan salah satu metode untuk menentukan status
mutu air yang umum digunakan, karena penghitungan dengan metoda ini
sangat mudah dilakukan, penentuan status mutu air menggunakan sistem
nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dan dengan
metode ini, dapat diketahui parameter-parameter yang telah memenuhi atau
melampaui baku mutu air. Klasifikasi mutu air dengan metode STORET
berdasarkan ”US-EPA” dapat dilihat pada berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Mutu Air Berdasarkan Metode STORET
Kelas Kriteria Skor Status
A Baik Sekali 0 Memenuhi Baku Mutu
B Baik -1 s/d -10 Tercemar Ringan
C Sedang -11 s/d -30 Tercemar Sedang
D Buruk ≥ -30 Tercemar Berat
Sumber : KepMen LH No.115 tahun 2004
Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas
air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna
menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air dengan
menggunakan metode STORET dilakukan dengan langkahlangkah sebagai
berikut :
1) Berdasarkan data hasil pengukuran untuk setiap parameter maka
dibuatkan tabulasi nilai kadar mimimum, maksimum dan rerata,
kemudian dibandingkan dengan nilai baku mutu.
2) Hasil pengukuran memenuhi baku mutu jika sesuai peruntukkannya
(hasil pengukuran < baku mutu), diberi skor 0.
3) Hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu jika sesuai
peruntukkannya, diberi nilai sesuai dengan Tabel 3.
4) Jumlah negatif dari jumlah skor yang diperoleh dipergunakan untuk
menentukan status air/perairan sesuai dengan kriteria sistem nilai dari
“US-EPA (Environmental Protection Agency)”.
21
Tabel 4. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut
Parameter Satuan Baku Mutu
Fisika
Suhu °C 28 - 32
TSS ppm < 80.00
Kimia
pH 6.50 - 8.50
Salinitas ppt 33 - 34
DO mg/l > 5.00
BOD mg/l < 20.00
COD mg/l < 80.00
NH3 mg/l < 0.30
NO3 mg/l < 0.08
PO4 mg/l < 0.015
TOM ppm < 50 Sumber : KepMen LH No.115 tahun 2004
Tabel 5. Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu
Perairan
Jumlah Parameter Nilai Parameter
Fisika Kimia Biologi
< 10
Maksimum -1 -2 -3
Minimum -1 -2 -3
Rata-Rata -3 -6 -9
≥ 10
Maksimum -2 -4 -6
Minimum -2 -4 -6
Rata-Rata -6 -12 -18
Sumber : KepMen LH No.115 tahun 2004
43
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perairan
di sekitar Pulau Pasaran memiliki status perairan tercemar sedang. Nilai beban
pencemar parameter BOD telah melebihi kapasitas asimilasi perairan,
sedangkan nilai beban pencemar parameter amoniak COD, nitrat, fosfat TOM
dan TSS tidak melebihi kapasitas asimilasi perairan.
B. Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan terkait kajian ini dengan waktu
pengamatan yang lebih lama, agar dapat melihat akumulasi beban pencemar
dan hasil analisis kapasitas asimilasi secara periodik (1 tahun).
44
DAFTAR PUSTAKA
Apriliza, Kika. 2012. Analisa Genetic Gain Anakan Ikan Nila Kunti F5 Hasil
Pembesaran I (D90-150). Journal Of Aquaculture Management and
Technology. 1 (1): 132-146.
Baheram. 2014. Strategi Pengelolaan Sungai Berdasarkan Daya Tampung Beban
Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi (Studi kasusu Sungai Cibanten
Provinsi Banten). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
[BPS] Badan Pusat Statitik. Provinsi Lampung 2016.(Data Jumlah Penduduk
Pulau Pasaran)
Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Fisesa, E, D., I. Setyobudiandi dan M. Krisanti. 2014. Kondisi Perairan Dan
Struktur Komunitas Makrozoobentos Di Sungai Belumai Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara. Depik. 3 (1): 1-9.
Gazali, Widiatmono, Rahadi, dan R, Wirosoedarmo. 2013. Evaluasi Dampak
Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas Terhadap Kualitas Air Sungai
Klinter Kabupaten Nganjuk. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan
Biosistem 1 (2): 1-8.
Indrasti, N. S. 2006. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi serta
Penyusunan Strategi Pengelolaan Perairan Teluk Kendari. ENVIRO.8 (2): 1-
6.
Irianto dan Triweko. 2011. Eutrofikasi Waduk dan Danau, Permasalah dan
Upaya Pengendalian Litbang sumber Daya Air dan Pekerjaan Umum.
Bandung.
Kelurahan Kota Karang. 2016. Profil Kota Karang. Bandar lampung.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Alut.
Kurniawan, D. 2008. Regresi Linier. http://ineddeni.wordpress.com (diakses pada
tanggal 17 Juni 2017 pukul 13.25 wib)
46
Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau
Sumatra Barat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mezuan. 2007. Kajian Kapasitas Asimilasi Perairan Marina Teluk Jakarta Tesis.
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Noor, N. M. 2014. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna
viridis) di Pulau Pasaran, Bandar Lampung. Aquasains. 239-246.
Nugraha, W. D. 2008. Identifikasi Kelas Air dan Penentuan Daya Tampung
Beban Cemaran BOD Sungai dengan Model Qual2E (Studi Kasus Sungai
Serayu, Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi. 5 (2): 31-41.
Purnomo, P. W. 2013. Hubungan Antara Total Bakteri Dengan Bahan Organik,
NO3 dan H2S Pada Lokasi Sekitar Enceng Gondok dan Perairan Terbuka
di Rawa Pening. Journal Of Management.Of Aquatic Resources. 2(3):
85-92.
Rafni, R. 2004. Kapasitas Asimilasi Beban Pencemar Di Perairan Teluk Jobokuto
Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Richard, M., Sipriana S.T., dan Yoppy M. 2013. Analisis kualitas fisika kimia air
di areal budidaya ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
Penelitian Perikanan. 1 (2): 29-37
Ridwan, M dan J. Nobelia, I. 2009. Pengaruh Kekeruhan, pH, Alkalinitas dan Zat
Organik Terhadap Dosis Koagulan Pada Pengolahan Air Minum (Studi
Kasus: IPAM Ciparay PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung.
Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Risamasu, F dan Prayitno, H. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan
Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurnal
Penelitian Oseanografi – LIPI. 16 (3): 7-14.
Sami, M. 2012. Penyisihan COD, TSS, dan pH dalam Limbah Cair Dosemstik
dengan Metode Fixed-Bed Column Up Flow. Jurnal Reaksi (Journal od
Science and Technology). 10 (21): 1-11.
Samawi, M.F. 2007. Desain Sistem Pengendalian Pencemaran Perairan Pantai
Kota (Studi Kasus Perairan Pantai Kota Makassar). Disertasi. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
47
Santoso, A. D. 2006. Kualitas Nutrien Perairan Teluk Hurun Lampung. Badan
Pengkajian Dan Penerapan Teknologi. Jurnal Teknik Lingkungan. 1 (2):
140-144.
Sembel, L. 2012. Analisis Beban Pencemar dan Kapasitas Asimiliasi di Estuari
Sungai Belau Teluk Lampung. Maspari Journal. 4 (20): 178-183.
Siahaan, R. 2011. Kualitas Air Sungai Cisadane Jawa Barat Banten. Jurnal
Ilmiah Sains. 11 (2): 268 - 273.
Standar Nasional Indonesia. 2004. Cara uji padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid, TSS) secara gravimetri. SNI 06-6989.3-2004. Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 2005. Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer
secara asam askorbat. SNI 06-6989.31-2005. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 2011. Cara uji nitrat dengan spektrofotometer UV-
visibel secara reduksi kadmium. SNI 6989.79:2011. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Sutisna. 2007. Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Kawasan
Perairan Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Verawati. 2016. Analisis Kualitas Air di Teluk Lampung. Tesis. Program
Pascasarjana Magister Teknik Sipil. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Widiadmoko, W. 2013. Pemantauan Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia di
Perairan Teluk Hurun Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung. Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung.
Wulandari, A. 2016. Manajemen Kualitas Air Pada Budidaya Ikan Bandeng
(Chanos chanos) Di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)
Jepara Jawa Tengah. Laporan Praktik Umum. Jurusan Perikanan dan
Kelautan. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.