ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · x abstract extract of passion fruit (passiflora edulis) cream is as...

21
ix ABSTRAK KRIM EKSTRAK BIJI MARKISA (Passiflora edulis) SAMA EFEKTIFNYA DENGAN KRIM HIDROKUINON 4% MENGHAMBAT PENINGKATAN JUMLAH MELANIN PADA KULIT MARMUT (Cavia Porcelus) JANTAN YANG DIPAPAR SINAR UVB Kulit adalah target utama dari pengaruh lingkungan, terutama oleh sinar UV. Akibat dari paparan kronis sinar UV dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat antara lain timbulnya kerutan dan hiperpigmentasi atau peningkatan jumlah melanin. Proses pembentukan melanin memerlukan enzim tirosinase. Markisa (Passiflora edulis) adalah tumbuhan yang secara tradisional digunakan untuk mencerahkan kulit dan dapat memberikan hasil yang memuaskan karena mengandung flavonoid dan senyawa fenol yang menghambat aktivitas enzim tirosinase dan antioksidan alamiah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa krim ekstrak markisa (Passiflora edulis) dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan randomized posttest only control group design yang menggunakan 30 ekor marmut (Cavia porcellus) jantan, berwarna coklat, dewasa (berumur 6-8 bulan), berat badan 250-300 gram yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor marmut. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol negatif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan bahan dasar krim (P0), kelompok kedua adalah kelompok kontrol positif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim hidrokuinon 4% (P1), dan yang terakhir adalah kelompok perlakuan yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim ekstrak markisa 75% (P2). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan menggunakan analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data, dan uji komparabilitas. Hasil penelitian rerata jumlah melanin pada kelompok kontrol negatif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan bahan dasar krim (P0) adalah 17,52±4,72%, pada kelompok kontrol positif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim hidrokuinon 4% (P1) adalah 1,25±0,45%, sedangkan pada kelompok perlakuan yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim ekstrak markisa 75% (P2) adalah 1,79±0,78%. Uji lanjutan dengan menggunakan Least Significance Difference (LSD) test menunjukkan bahwa kelompok P0 memiliki jumlah melanin yang paling tinggi dan berbeda sangat nyata dengan kelompok lainnya (p<0,01), kelompok yang diberikan hidrokuinon 4% memiliki jumlah melanin yang paling rendah dan tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok perlakuan krim ekstrak markisa 75% (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa krim ekstrak markisa (Passiflora edulis) 75% dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB dengan efektifitas yang sama dengan krim hidrokuinon 4%. Kata Kunci: Markisa, melanin, UVB, marmut

Transcript of ABSTRAK - sinta.unud.ac.id · x abstract extract of passion fruit (passiflora edulis) cream is as...

ix

ABSTRAK

KRIM EKSTRAK BIJI MARKISA (Passiflora edulis) SAMA EFEKTIFNYA DENGAN KRIM HIDROKUINON 4% MENGHAMBAT PENINGKATAN JUMLAH MELANIN PADA KULIT MARMUT (Cavia Porcelus) JANTAN

YANG DIPAPAR SINAR UVB

Kulit adalah target utama dari pengaruh lingkungan, terutama oleh sinar UV. Akibat dari paparan kronis sinar UV dapat menyebabkan kelainan-kelainan kulit yang sering dikeluhkan oleh masyarakat antara lain timbulnya kerutan dan hiperpigmentasi atau peningkatan jumlah melanin. Proses pembentukan melanin memerlukan enzim tirosinase. Markisa (Passiflora edulis) adalah tumbuhan yang secara tradisional digunakan untuk mencerahkan kulit dan dapat memberikan hasil yang memuaskan karena mengandung flavonoid dan senyawa fenol yang menghambat aktivitas enzim tirosinase dan antioksidan alamiah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa krim ekstrak markisa (Passiflora edulis) dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan randomized posttest only control group design yang menggunakan 30 ekor marmut (Cavia porcellus) jantan, berwarna coklat, dewasa (berumur 6-8 bulan), berat badan 250-300 gram yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing berjumlah 10 ekor marmut. Kelompok pertama adalah kelompok kontrol negatif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan bahan dasar krim (P0), kelompok kedua adalah kelompok kontrol positif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim hidrokuinon 4% (P1), dan yang terakhir adalah kelompok perlakuan yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim ekstrak markisa 75% (P2). Hasil penelitian ini kemudian dianalisis dan disajikan menggunakan analisis deskriptif, normalitas data, homogenitas data, dan uji komparabilitas.

Hasil penelitian rerata jumlah melanin pada kelompok kontrol negatif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan bahan dasar krim (P0) adalah 17,52±4,72%, pada kelompok kontrol positif yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim hidrokuinon 4% (P1) adalah 1,25±0,45%, sedangkan pada kelompok perlakuan yang diberikan penyinaran ultraviolet B dan krim ekstrak markisa 75% (P2) adalah 1,79±0,78%. Uji lanjutan dengan menggunakan Least Significance Difference (LSD) test menunjukkan bahwa kelompok P0 memiliki jumlah melanin yang paling tinggi dan berbeda sangat nyata dengan kelompok lainnya (p<0,01), kelompok yang diberikan hidrokuinon 4% memiliki jumlah melanin yang paling rendah dan tidak ada perbedaan bermakna dengan kelompok perlakuan krim ekstrak markisa 75% (p>0,05).

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa krim ekstrak markisa (Passiflora edulis) 75% dapat mencegah peningkatan jumlah melanin kulit marmut (Cavia porcellus) yang dipapar sinar UVB dengan efektifitas yang sama dengan krim hidrokuinon 4%.

Kata Kunci: Markisa, melanin, UVB, marmut

x

ABSTRACT

EXTRACT OF PASSION FRUIT (Passiflora edulis) CREAM IS AS EFFECTIVE AS HIDROQUINON CREAM 4% IN PREVENT THE INCREASE OF SKIN MELANIN IN UVB-EXPOSED GUINEA PIG

(CAVIA PORCELLUS)

Skin is the target of environmental impact, especially by ultraviolet rays. As a result of chronic exposure to UV rays can cause skin disorders such as wrinkles and hyperpigmentation caused by an increase in the amount of melanin. The formation of melanin physiologically requires the enzyme called tyrosinase. Passion fruit (Passiflora edulis) is a plant traditionally used to brighten the skin and can give satisfactory results because it has a natural tyrosinase and antioxidant activity. The purpose of this study was to prove that the cream of Passion fruit (Passiflora edulis) extract can prevent an increase of skin melanin in UVB-exposed guinea pig (Cavia porcellus).

This study was an experimental research using a completely randomized posttest only control group design with 30 male guinea pig (Cavia porcellus), brown, adult (6-8 months old), body weight of 250-300 grams as a subject. The guinea pig were divided into 3 (three) group each 10 guinea pigs, as follow: a) a negative control group were given exposure to ultraviolet B and a cream base (P0), the positive control group were given exposure to ultraviolet B and cream hydroquinone 4% (P1), and treatment group were given exposure to ultraviolet B and the 75% cream of Passion fruit (Passiflora edulis) extract. The results were then analyzed and presented using descriptive analysis, normality test, homogeneity test, and test of comparability.

The results showed the average amount of melanin in the group P0 was 17,52±4,72%, whereas in the group treated with hydroquinone 4% (P1) was 1,25±0,45%, and the group treated with 75% cream of Passion fruit (Passiflora edulis) extract (P2) was 1,79±0,78% (p <0.001). Further tests using Least Significance Difference (LSD) showed that the P0 group has the highest amount of melanin compare to the other groups (p <0.01) and the P1 group treated with hydroquinone 4% had the lowest amount of melanin but not different with the treatment group of 75% cream of Passion fruit (Passiflora edulis) extract (p >0.05).

It can be concluded that that the cream of Passion fruit (Passiflora edulis) extract can prevent an increase of skin melanin in UVB-exposed guinea pig (Cavia porcellus) and the effectiveness is similar to those of 4% hydroquinone cream.

Keywords: Passion fruit, melanin, UVB, guinea pigs

xi

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ................................................................................ ..... ii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. ..... iv

PENETAPAN PENGUJI ............................................................................ v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT....................................... ..... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................. ..... x

ABSTRACT ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 8

1.4 Manfaat penelitian .............................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................... 10

2.1 Penuaan .............................................................................. 10

2.1.1 Penyebab penuaan .................................................... 10

2.1.2 Gejala klinis penuaan ............................................... 15

2.1.3 Penuaan kulit ............................................................ 17

2.2 Sinar Ultraviolet ................................................................ 18

xii

2.2.1 Efek akut sinar ultraviolet ........................................ 19

2.2.2 Efek kronik sinar ultraviolet ...................................... 21

2.3 Kulit .................................................................................... 23

2.3.1 Lapisan Epidermis .................................................... 24

2.3.2 Lapisan Dermis ........................................................ 27

2.3.3 lapisan Subkutis ....................................................... 27

2.4 Melanin .............................................................................. 28

2.4.1 Sintesis melanin ....................................................... 29

2.4.2 Faktor yang mempengaruhi melanogenesis ............. 31

2.5 Hormon yang memicu produksi melanin ........................... 35

2.6 Inflamasi memicu produksi melanin .................................. 37

2.7 Kelainan Pigmentasi Kulit ................................................. 37

2.7.1 Lentigo ..................................................................... 37

2.7.2 Freckles .................................................................... 37

2.7.3 Melasma ................................................................... 38

2.7.4 Melanoma, Meligna ................................................. 38

2.7.5 Hiperpigmentasi Paska Inflamasi ............................. 39

2.7.6 Okronosis ................................................................. 39

2.8 Faktor yang Menghambat Melanogenesis ......................... 39

2.8.1 Penghambat enzim tirosinase ................................... 40

2.8.2 Penghambat transfer melanosom ............................. 41

2.8.3 Antioksidan .............................................................. 42

2.9 Markisa (Passiflora edulis) ................................................ 43

2.9.1 Morfologi Tanaman markisa .................................... 43

2.9.2 Kandungan Markisa ................................................. 44

xiii

2.9.3 Zat aktif pada Biji Markisa ...................................... 45

2.10 Hidroquinon ........................................................................ 49

2.11 Krim .................................................................................... 53

2.12 Marmut (Cavia porcelus) ................................................... 54

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS .......... 56

3.1 Kerangka Berpikir .............................................................. 56

3.2 Konsep Penelitian ............................................................... 58

3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................ 59

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................... 60

4.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 60

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 61

4.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 61

4.3.1 Sampel penelitian ..................................................... 61

4.3.2 Penentuan sampel ..................................................... 61

4.3.3 Besar sampel ............................................................ 61

4.3.4 Teknik pengambilan sampel .................................... 62

4.4 Variabel Penelitian ............................................................. 62

4.5 Definisi operasional variabel .............................................. 62

4.6 Alat dan Bahan ................................................................... 64

4.7 Prosedur Kerja dan Alur Penelitian .................................... 66

4.7.1. Perlakuan Hewan Uji....... ......................................... 66

4.7.2. Pengamatan Hasil....... .............................................. 69

4.7.3 Pembuatan Ekstrak Biji markisa..... ......................... 70

4.7.4 Pembuatan Krim Ekstrak Biji Markisa ................... 70

4.7.5 Alur Penelitian ........................................................... 72

xiv

4.8 Analisis Data...... ................................................................. 73

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................ 74

5.1 Gambaran Histopatologis Kulit Marmut Setelah

Perlakuan ............................................................................ 74

5.2 Analisis Deskriptif .............................................................. 77

5.3 Uji Normalitas Data ............................................................ 77

5.4 Uji Homogenitas Data ........................................................ 77

5.5 Uji Komparabilitas ............................................................. 78

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................... 81

6.1 Subyek Penelitian ............................................................... 81

6.2 Distribusi dan Homogenitas Data Hasil Penelitian ............ 81

6.3 Pengaruh Pemberian Krim Ekstrak biji markisa

(Passiflora edulis) terhadap Jumlah Melanin Kulit ........... 82

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 87

7.1 Simpulan ............................................................................. 87

7.2 Saran ................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 88

LAMPIRAN ........................................................................................... 89

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

5.1 Hasil Analisis Deskriptif Data Jumlah Melanin ................................ 77

5.2 Hasil Uji Normalitas Data Antar Kelompok ..................................... 77

5.3 Hasil Uji Homogenitas Data Antar Kelompok .................................. 78

5.4 Rerata Jumlah Melanin antar Kelompok ........................................... 78

5.5 Analisis LSD Perbandingan jumlah Melanin antar Kelompok ......... 79

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Proses terjadinya sunburn, kerusakan DNA oleh radiasi UV ............ 24

2.2 Struktur Epidermis ............................................................................. 26

2.3 Distribusi melanin pada epidermis .................................................... 28

2.4 Sel melanosit dan transfer melanosom ............................................... 29

2.5 Jalur sinyal Keratinosit dan melanosit pada Melanogenesis………… 32 2.6 Mekanisme hiperpigmentasi oleh radiasi UV.................................... 33

2.7 Mekanisme hiperpigmentasi estrogen ............................................... 36

2.8 Buahn markisa ungu .......................................................................... 43

2.9 Dua kelompok besar Polifenol........................................................... 47

2.10 Struktur Kimia Piceatannol ............................................................... 52

3.1 Bagan Konsep Penelitian ................................................................... 58

4.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 60

4.2 Alur Penelitian ................................................................................... 72

5.1 Melanin Kulit Marmut Dengan Pewarnaan Masson-Fontana ........... 76

5.2 Perbandingan Rerata Jumlah Melanin antar Kelompok....................... 80

xvii

DAFTAR SINGKATAN

AAM : Anti Aging Medicine (AAM)

ACTH : hormone adrenokortikotropik

ALA : Alpha Lipoic Acid

AP-1 : activator protein 1

ASI : Air SusuIbu

BBI : Bowman-Birk inhibitor

bFGF : basic fibroblast growth factor

CPDs : cyclobutyl pyrimidine dimers

cGMP : cyclic guanosine monophosphate

DNA : Deoksi Ribo Nukleotida

DHEA : DehydroEpiAndrostenedion

DPPH : Difenil-1-pikrilhidrazil

ET-1 : endotelin-1

ER ά : estrogen receptor ά

ER β : estrogen receptor β

DEJ : delayed epidermal junction

DCT : Dopachrometautomerase

DOPA : 3,4dihidroksifenilalanin

GM-CSF : granulocyte-macrophage colony-stimulating factor

GSH : glutathione

GAEAC : Garlic acid equivalent antioxidant capacity

xviii

GAE : Garlic acid equivalent

HQ : Hidrokuinon

HGF : Hormone growth factor

IC 50 : Inhibition Concentration

IC 50% : Inhibition concentration terhadapradikalbebas

LIF : leukemia inhibitory factor

LT : leukotrien

MED : Minimal Erythema Doses

MAPK : mitogen activated protein kinase

MITF : microphthalmia-associated transcription factor

MSH : melanocyte stimulating hormone

MC-1R : Melanocortin-1 Receptor

NGF : nerve growth hormone

NO : nitric oxide

NSAID : anti inflammatory drugs

POMC : propriomelanocortin

PKC : Protein kinase c

PGE-2 : prostaglandin E2

PAR-2 : protein activated receptor 2

PIH : post inflammatory hyperpigmentation

PG : prostaglandin

P : Populasi

R : Random

xix

ROS : Reactive Oxygen Species

RNA : ribonucleic acid

S : Sampel

STI : soybean trypsin inhibitor

SOD : Superoxide dismutase

TAE : Tannic acid equivalent

TXB : tromboksan

TCA : Trichloro Acetic Acid

TEWL : transepidermal water loss

TRY : tirosinase

TRYP-1 : Thyrosinase Related Pritein 1

TRP-1 : Tyrosinase Related Protein-1

TRP-2 : Tyrosinase Related Protein-2

TRY : Tyrosinase

UVA : Ultra Violet A

UVB : Ultra Violet B

UVC : Ultra Violet C

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Ethical Clearance ............................................................................... 96

2 Hasil analisis Kualitatif Fitokimia Esktrak Biji Markisa ................... 97

3 Hasil analisis Kuantitatif Fitokimia Esktrak Biji Markisa ................. 98

4 Analisis Statistik (SPSS) ................................................................... 99

5 Dokumentasi Penelitian .................................................................... 101

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembahasan tentang proses menua semakin sering muncul seiring dengan

semakin bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Proses

penuaan sangat dipengaruhi oleh interaksi antara faktor intrinsik dan lingkungan.

Penuaan biasanya ditandai dengan penurunan kemampuan dan kekuatan baik fisik

maupun psikis seperti penampilan wajah berupa flek atau noda hitam, kusam,

kerut, kering, kulit kendur, tipis, tumor jinak berangsur-angsur terlihat dengan

bertambahnya usia. Hal ini terjadi oleh karena adanya perubahan pada tingkat

seluler, organ, maupun sistem tubuh pada proses penuaan.

Penuaan dianggap suatu penyakit yang dapat dicegah, diperlambat,

dihindari dan diobati sehingga dapat kembali kekeadaan semula. Jadi manusia

tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala

keluhan. Berdasarkan konsep tersebut manusia dapat hidup dengan kualitas yang

prima walaupun usia terus bertambah (Pangkahila, 2007). Banyak teori telah

dikemukakan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Semua teori ini dapat

dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori Wear and Tear dan teori Program. Teori

Wear and Tear meliputi teori kerusakan DNA, glikosilasi, dan radikal bebas.

Teori program meliputi terbatasnya replikasi sel, proses imun dan teori neuro

endokrin (Pangkahila, 2007).

1

2

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang menjadi tua di

antaranya adalah faktor radikal bebas, hormon yang berkurang, genetik, gaya

hidup tidak sehat, polusi lingkungan dan stress (Pangkahila, 2007). Faktor

lingkungan yang sangat berperan terhadap proses penuaan tersebut adalah radiasi

sinar ultra violet. Pajanan sinar ultra violet yang terjadi secara terus-menerus

dapat menimbulkan suatu keadaan kerusakan pada struktur dan fungsi kulit

sehingga mempercepat penuaan pada kulit (penuaan dini kulit) atau disebut juga

dengan photoaging (Fisher et al., 2002; Rabe et al., 2006).

Salah satu tanda penuaan yang mengganggu penampilan ialah timbulnya

perubahan warna kulit diwajah berupa bercak coklat atau hitam yang disebut

melasma. Melasma ini dapat memberikan dampak yang tidak menyenangkan baik

dalam penampilan (fisik), emosional maupun sosial terutama di kalangan wanita

(Soepardiman, 2009).

Perubahan pigmen lebih banyak dikeluhkan pada wanita dengan

Fitzpatrick Phototype III-VI (Halder et al., 2003). Karakteristik melasma

merupakan hiperpigmentasi simetris yang berwarna coklat muda sampai coklat

tua (Kauvar, 2012). Walaupun pembentukan melanin pada dasarnya merupakan

salah satu mekanisme tubuh untuk melindungi jaringan kulit dibawahnya agar

tidak rusak oleh paparan sinar UV, tapi melasma mempunyai efek yang signifikan

terhadap kualitas hidup yang mengidapnya (Khultanan, 2005). Wanita yang

menderita melasma menyatakan bahwa kelainan ini mempengaruhi penampilan,

kehidupan sosial, kesejahteraan, emosional, dan aktivitas rekreasi mereka

(Pawaskar et al., 2007).

3

Penelitian pada pasien yang menderita melasma dihubungkan dengan

kualitas hidup pernah dilakukan pada tahun 2014 di RS Abdul Moeloek, Lampung

dengan hasil bahwa melasma memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup

pasien dimana semakin besar derajat keparahan melasma, maka semakin besar

efek terhadap kualitas hidupnya (Hadiyati et al., 2014).

Pigmen melanin diproduksi oleh melanosom yang dihasilkan oleh

melanosit, proses ini disebut dengan melanogenesis. Melanosit dapat dirangsang

oleh faktor intrinsik seperti endokrin (hormonal), imun, inflamasi, dan sistem

saraf pusat, serta juga faktor ekstrinsik seperti radiasi UV, obat, polusi, dan asap

rokok (Ichihashi et al., 2009).

Dampak psikis dari perubahan warna kulit muka berupa bercak hitam atau

coklat diwajah ini akan menurunkan rasa kepercayaan dan harga dirinya, serta

menimbulkan keragu-raguan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain,

yang akan memberi pengaruh pada bidang pekerjaan, sehingga mengakibatkan

produktivitas kerja menurun. Banyak cara telah dilakukan untuk mengobati

melasma ini, tetapi belum ada satu carapun yang memuaskan yang dapat

mengobati melasma. Saat ini telah banyak produsen obat-obatan serta kosmetik

berlomba-lomba membuat berbagai macam produknya, namun belum ada juga

yang berhasil sepenuhnya untuk mengatasi melasma. Berkembangnya kebutuhan

masyarakat terutama kaum wanita akan penampilan diri sekaligus estetika, ini

membawa arus global pada kemajuan industri peralatan yang berhubungan dengan

kesehatan kulit dan kecantikan, obat-obatan topikal maupun sistemik serta bahan-

bahan kosmedik (Wirohadidjoyo, 2009).

4

Penanggulangan melasma meliputi pengetahuan tentang latar belakang dan

penyebab kelainan tersebut, menilai dasar kulit dan menentukan jenis bahan

pemutih atau agen depigmentasi, pemilihan tabir surya, tindakan-tindakan lain

sebagai alternatif, serta perawatan kulit paska pengobatan (Wirohadidjoyo, 2009).

Pengobatan melasma dapat secara tunggal atau kombinasi, dapat diberikan pula

secara oral, topikal ataupun tindakan medis tertentu. Pengobatan secara topikal

dapat dengan memberikan tabir surya, golongan tyrosinase inhibitor seperti

hidrokuinon, retinoid, atau kombinasi keduanya (Jutley et al., 2014) atau

kombinasi hidrokuinon dengan asam askorbat (Steiner et al., 2009).

Sampai dengan saat ini hidrokuinon masih merupakan Gold Standard

untuk terapi melasma, sebagai competitive tyrosinase inhibitory (Baumann and

Alleman, 2009) dengan mekanisme kerja menghambat kerja enzim tirosinase,

merusak sel melanosit secara langsung, mempercepat degradasi melanosom, dan

menghambat sintesis enzim melanogenesis (Bruce, 2013) sehingga hidrokuinon

dapat mencegah terbentuknya melanin yang baru, dan penghambatannya bersifat

reversible (Chandra et al., 2011), tetapi hidrokuinon mempunyai efek samping

toksik terhadap sel melanosit (sitotoksik) (Baumann and Alleman, 2009).

Hidrokuinon menghambat konversi DOPA (dihidroksi phenil alanin)

menjadi DOPAquinone dalam proses melanogenesis sehingga menghambat kerja

enzim tirosinase (Robert, 2009). Konsentrasi hidrokuinon bervariasi mulai dari

2% sampai 5% dimana konsentrasi yang lebih tinggi biasanya lebih iritatif dan

memiliki risiko yang lebih besar terhadap fototoksisitas (Hexsel et al., 2007).

5

Aplikasi topikal hidrokuinon 2% sampai 4% adalah pengobatan yang di setujui,

hidrokuinon 4% merupakan baku emas untuk pengobatan melasma (Victor et

al.,2004). Pemakaian hidrokuinon 2%, tanpa penambahan substansi lainnya hanya

bermanfaat sebagai terapi pemeliharaan yang direkomendasikan oleh US Food

and Drug Administration and European of Cosmetics Products.

Efek samping akut pemakaian hidrokuinon diantaranya dermatitis kontak

iritan dan alergi, hiperpigmentasi post inflamsi dan perubahan warna kuku.

Okronosis eksogen, reticulated repple-like sooty pigmentation yang permanen

pada wajah, biasanya pipi dahi daerah periorbital adalah efek samping kronis yang

utama. Resolusi biasanya terjadi perlahan setelah penghentian obat. Hidrokuinon

dapat menimbulkan depigmentasi permanen apabila lesi diobati dengan kosentrasi

yang tinggi dan dalam jangka waktu lama (Perez et al., 2000).

Tindakan medis dapat dilakukan dengan chemical peeling menggunakan

glycolic acid, tricloroacetic acid (TCA), microdermabration atau intensive pulsed

light (IPL) bahkan laser (Steiner et al., 2009), sedangkan secara oral dapat juga

diberikan vitamin (Pandel et al., 2013) dan antioksidan (Baumann, 2005;

Ramirez, 2013). Antioksidan alami umumnya banyak terdapat pada buah –

buahan dan sayuran dimana banyak mengandung vitamin A, C, E, η 3 fatty acids,

nonvitamin tertentu yang terdapat dalam tanaman yang berguna dapat mencegah

kerusakan kulit karena penuaan, sinar matahari ataupun kanker. Banyak penelitian

menemukan bahwa antioksidan dapat meningkatkan produksi kolagen, mencegah

kerusakan kulit karena UVA dan UVB, mengoreksi masalah pigmentasi pada

kulit, serta memperbaiki situasi radang pada kulit (Pandel et al., 2013).

6

Antioksidan dalam bentuk topikal yang dioleskan pada permukaan kulit

dapat mengurangi efek ROS dalam menimbulkan kerusakan kulit akibat paparan

sinar UV (Pinnel, 2003). Akhir – akhir ini penggunaan antioksidan semakin

meningkat, baik secara oral maupun topikal untuk mencegah dan megobati

penuaan kulit. Banyak produk perawatan kulit menggunakan bahan alami yang

mengandung antioksidan, baik yang terdapat dalam buah, daun, bunga, akar, dan

bagian-bagian lain dari tanaman (Baumann, 2008; Stalling dan Lupo, 2009).

Beberapa zat yang mempunyai efek dan fisiologi sebagai antioksidan adalah

vitamin C, vitamin E, selenium, zinc, silymarin, soy isoflavones, and tea

polyphenols, serta yang mempunyai efek lain sebagai anti karsinogenik (Pinnel,

2003).

Salah satu antioksidan kuat yang mulai banyak diteliti adalah piceatannol,

(3,3′,4,5′-trans-trihydroxystilbene), analog hidroksilasi resveratrol yang alami,

penelitiannya masih sedikit dibanding resveratrol tetapi menunjukkan aktivitas

biologis yang luas. Piceatannol ditemukan di berbagai tanaman, salah satunya

adalah markisa (Passiflora edulis). Piceatannol menekan aktivasi beberapa faktor

transkripsi, termasuk NF-kB, yang mempunyai peran sentral sebagai regulator

transkripsi dalam respon terhadap stres sel yang disebabkan oleh radikal bebas,

radiasi ultraviolet, sitokin, atau antigen mikroba. Sifat farmakologi piceatannol,

terutama antioksidan, antitumor dan aktivitas anti-inflamasi, menunjukkan bahwa

piceatannol merupakan bahan farmakologis berpotensi (Uchida et al., 2013).

Buah markisa (Passiflora edulis) termasuk dalam genus Passiflora dan

keluarga Passifloraceae yang terbesar. Penelitian di Jepang membuktikan adanya

7

piceatannol yang merupakan salah satu antioksidan kuat dalam ekstrak biji

markisa dalam jumlah besar. Terapi awal menggunakan ekstrak biji markisa pada

sel keratinosit manusia (in vitro) menekan pembentukan ROS dan menjadi media

transfer keratinosit yang teradiasi UV-B ke dalam fibroblas yang tidak teradiasi

sehingga menurunkan aktivitas MMP-1. Mekanisme penghambatan piceatannol

terhadap ROS dengan cara inhibisi JAK/STAT 1 pathway (Uchida et al., 2013).

Berdasarkan uji fitokimia biji markisa mengandung vitamin C, karotenoid

0,058%, flavonoid 1,000%, alkaloid 0,700%. Biji yang dikeringanginkan

dilaporkan mengandung kadar air 5,4 %, lemak 23,8%, serat kasar 53,7%, protein

11,1%, ekstrak N-bebas 5,1 %, abu total 1,84%, abu tidak larut dalam HCL0,35%,

kalsium 80 mg, zat besi 18 mg, fosfor 640mg/100 g. Minyak biji mengandung

asam lemak jenuh 8,9%, dan asam lemak tidak jenuh 84,09%. Asam lemak

mengandung palmitat 6,7%, stearat 1,76%, arachidat 0,34%, oleat 19,0%,

linoleat 59,9%, dan linolenat 5,4% (Karsinah et al., 2007).

Walaupun kini telah banyak bahan topikal sebagai anti penuaan kulit

namun banyak hal yang belum diketahui secara pasti mengenai mekanisme kerja

bahan tersebut dan efek yang ditimbulkan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu

penelitian tentang kemampuan krim ekstrak biji markisa yang mengandung

antioksidan alami untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat pajanan sinar

ultra violet B, diharapkan nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam

kehidupan sehari-harinya.

Pemilihan sediaan krim disebabkan karena krim merupakan sediaan yang

stabilitasnya baik, tidak lengket, relatif mudah terserap kulit dan praktis untuk

diaplikasikan pada lapisan kulit. Penelitian tentang penggunaan ekstrak biji

8

markisa secara topikal, khususnya untuk mengatasi photoaging masih belum

banyak dipublikasikan. Sehingga perlu penelitian penggunaan ekstrak biji markisa

yang mengandung piceatannol ini lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apakah pemberian krim ekstrak biji markisa (Passiflora edulis) topikal

dapat mencegah peningkatan melanin pada marmut jantan (Cavia Porcelus)

yang dipapar sinar UVB?

2. Apakah pemberian krim ekstrak biji markisa (Passiflora edulis) topikal

sama efektifnya dengan krim hidrokuinon 4% dalam menghambat

peningkatan jumlah melanin kulit marmot jantan (Cavia Porcelus) yang

dipapar sinar UVB?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk membuktikan pemberian ekstrak biji markisa (Passiflora edulis)

topikal dapat mencegah terjadinya photoaging pada kulit yang dipapar oleh sinar

ultraviolet B (UVB).

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan pemberian krim ekstrak biji markisa (Passiflora edulis)

topikal dapat mencegah peningkatan melanin pada marmut jantan (Cavia

porcelus) yang dipapar sinar UVB.

9

2. Untuk membuktikan pemberian krim ekstrak biji markisa (Passiflora edulis)

topikal sama efektifnya dengan krim hidrokuinon 4% dalam menghambat

peningkatan jumlah melanin kulit marmot jantan (Cavia porcelus) yang

dipapar sinar UVB.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Ilmiah

Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang

potensi ekstrak biji markisa (Passiflora edulis) topikal dalam mencegah

peningkatan melanin pada Marmut yang dipapar oleh sinar UVB.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa

ekstrak biji markisa (Passiflora Edulis) topikal dapat digunakan untuk mencegah

terjadinya melasma/hiperpigmentasi pada kulit.