207372012 long-case-rawalo-dedi

62
Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Muhabid Alamat lengkap :Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas. Bentuk Keluarga : Nuclear Family Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah N Nama Stat L/ Umur Pend Pekerja Pasi Ket

Transcript of 207372012 long-case-rawalo-dedi

Get Homework/Assignment Done Homeworkping.comHomework Help https://www.homeworkping.com/

Research Paper helphttps://www.homeworkping.com/

Online Tutoringhttps://www.homeworkping.com/

click here for freelancing tutoring sitesBAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Muhabid

Alamat lengkap :Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab.

Banyumas.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No

Nama Status L/P

Umur Pendidikan

Pekerjaan Pasien Klinik

Ket

1.

Muhabid KK L 27 th SMP Petani Pasien asma bronkhial persisten sedang

2.

Daryati Istri P 25 th SMP Pedagang

3.

Fino aldiyansyah

Anak L 2 th

4.

Maharani Anak P 1 th

Sumber : Data Primer, 21 September 2010

Kesimpulan :

Kesimpulan dari demografi keluarga Tn. Muhabid yang berbentuk

keluarga inti (nuclear family) dimana terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.

Tn Muhabid berjenis kelamin laki-laki, umur 27 tahun menderita penyakit

asma bronkhial persisten sedang.

BAB II

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

penderita Asma brokhial persisten sedang, berjenis kelamin laki-laki yang berusia

27 tahun. Kasus serupa masih banyak ditemukan di masyarakat Indonesia.

B. ANAMNESIS

Identitas Penderita

Nama : Tn. Muhabid

Umur : 27 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas.

Status Pernikahan :Menikah

Suku : Jawa

Tanggal periksa : 21 September 2010

Keluhan Utama : Sesak nafas

Keluhan Tambahan : Batuk

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Rawalo pada tanggal 21 September 2010

pukul 09.00 WIB dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas dirasakan seperti

orang yang dadanya terjepit dan dirasakan terutama pada saat udara dingin,

malam hari, dan saat beraktifitas yang berat. Pasien mengaku sudah sering

mengeluhkan sesak nafas sebelumnya (sesak kambuh-kambuhan) Sebelum

berobat, sesak nafas dirasakan hampir setiap hari, mengganggu aktifitas dan

tidur. Serangan sesak nafas pada malam hari dirasakan lebih dari 1 kali

dalam seminggu dalam sebulan terakhir. Jika dinilai dengan tafsiran angka

antara 1-10, sesak nafas pasien dirasa pada angka 7. pasien merasa lebih lega

jika meminum obat asma yang diperoleh dari dokter. Selain sesak nafas

pasien juga mengeluh batuk berdahak. Batuk berdahak dikeluhkan pasien

sudah 2 hari, memberat pada malam hari yang terkadang disertai bunyi ngik-

ngik. Baung air besar dan buang air kecil pasien tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat penderita Jantung : disangkal

- Riwayat penyakit tekanan darah tinggi : disangkal

- Riwayat penyakit TBC : disangkal

- Riwayat mondok di rumah sakit : disangkal

- Riwayat sesak : sejak usia 10 tahun

- Riwayat alergi obat/makanan : alergi telor

- Riwayat operasi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat sakit sesak nafas : diakui (ibu pasien)

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat sakit gula : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Kebiasaan

- Riwayat merokok : mulai berhenti sejak 3 tahun yang lalu

- Riwayat olah raga : diakui jarang

- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang-bincang dengan

keluarga jarang, berekreasi jarang (sebulan belum tentu sekali, hanya

kadang-kadang)

Riwayat Psiko Sosio Ekonomi

Penderita adalah seorang kepala keluarga, tinggal bersama istri dan

kedua anaknya. Kebutuhan sehari-hari dicukupi dengan penghasilan

kurang lebih 500 ribu per bulan sebagai petani, dan ditambah dengan

penghasilan istri dari hasil jualan asongan. Hubungan Tn. M dengan

anggota keluarga yang lain baik (saling mendukung), Tn M peduli dengan

kesehatan anggota keluarga. Dalam kehidupan sosial Tn. M berperan aktif

dalam kegiatan kemasyarakatan seperti karang taruna.

Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-hari biasanya antara 2-3 kali dengan nasi

sepiring, sayur, dan lauk pauk seperti tahu-tempe, kerupuk, dan jarang

dengan daging, kadang makan buah-buahan hasil kebun dan jarang minum

susu. Kesan gizi cukup.

Riwayat Sosial dan Exposure

Community: Pasien bertempat tinggal diderah pemukiman penduduk

pedesaan. Jarak rumah pasien dengan rumah tetangga berjauhan satu

sama lain. Rumah pasien jauh dari jalan raya dan jauh pabrik hanya

dikelilingi perkebunan dan persawahan.

Home: Rumah pasien terbuat dari tembok dengan ukuran 10x6 meter,

dengan lantai sebagian dari semen (ruang tamu dan ruang keluarga)

dan sebagian tanah (dapur). Rumah pasien terdiri atas 4 kamar tidur,

ruang tamu sekaligus sebagai ruang keluarga dan dapur. Penerangan

di dalam rumah cukup, ventilasi kurang.

Hobby: kebanyakan menghabiskan waktu dalam rumah, tidak ada

hobby khusus yang mengarah kepada penyakit pasien.

Occupational: Pasien hanya sebagai kepala rumah tangga dengan

pekerjaan sebagai petani sedangkan istri pasien sebagai pedagang

asongan di pasar.

Personal: Pasien makan 2-3 kali sehari dengan mengkonsumsi nasi

dengan sayur, tempe, tahu dan kadang-kadang dengan buah, jarang

dengan daging.

Drug: Pasien sudah sekitar 1 tahunan rutin mengkonsumsi obat untuk

mengatasi keluhan sesaknya. Pasien tidak menggunakan obat-obatan

terlarang.

Anamnesis Sistem

a.Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

b.Kepala: sakit kepala (-), pusing (+), rambut kepala tidak rontok, berwarna

putih, luka pada kepala (-).

c.Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-),

katarak (-)

d.Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)

g.Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

h.Pernafasan : sesak nafas (+), batuk berdahak (+), mengi (+), batuk

darah (-)

i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)

j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(-), nyeri perut (-)

k.Genitourinaria : BAK lancar, 4-6 kali/hari warna dan jumlah normal

l. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

m. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

n.Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, status gizi kesan cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

Tanda Vital

Nadi : 120/100x/menit, reguler, isi cukup

Pernafasan : 24 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 59 kg

TB : 168 cm

BMI = 20,9 BB/(TB dalam meter)2 = 59 /(168)2= 20,9

→ kesan normoweight

Status Gizi Gizi kesan cukup

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

4. Kepala

Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi

nodula (-).

5. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

6. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-).

7. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (-), tremor (-)

8. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal.

9. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

10. Leher

trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe

(-)

11. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas :SIC II LSD

batas kanan bawah :SIC IV LSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan = kiri

P : fremitus raba kanan = kiri

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing

(+/+)

Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan = kiri

P : fremitus raba kanan = kiri

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+) seluruh lapang paru, wheezing

(+/+)

12. Abdomen

I :dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

P :supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P :timpani seluruh lapang perut

A :peristaltik (+) normal

13. Sistem Collumna Vertebralis

I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P :nyeri tekan (-)

14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

- - - -- - - -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan provokasi

Pemeriksaan spirometri

Foto toraks

E. RESUME

Tn. M usia 27 tahun, pekerjaan petani menderita sesak nafas sejak usia 10

tahun, kambuh-kambuhan, yang disertai batuk berdahak. Pasien mengaku

memiliki alergi makanan terhadap telor. Ibu pasien memiliki keluhan sesak

nafas. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sesak, pada pemeriksaan thorak

didapatkan ronkhi basah kasar di seluruh lapang paru dan bunyi wheezzeng

pada auskultasi.

F. DIAGNOSIS HOLISTIK

Tuan M berasal dari keluarga menengah kebawah, sebagai kepala

keluarga menderita asma bronkhial persisten sedang.

1. Aspek Personal

- Pasien mengeluh sesak nafas sejak usia 10 tahun, disertai batuk sejak 2

hari.

- Tn. M alergi terhadap makanan berupa telur

- Harapan berobat adalah untuk sembuh ( Idea)

- Perhatian dari keluarga sangat dibutuhkan guna kesembuhan penyakit

Tn.M, untuk itu diperlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antar

anggota keluarga demi kesembuhan pasien (Concern)

- Yang diharapkan Tn.M sebagai pasien dan keluarganya adalah

kesembuhan, mendapatkan obat yang efisien untuk terapi penyakit asma

(Expectacy)

- Tidak menutup kemungkinan Tn.M memendam kekhawatiran tentang

penyakitnya karena belum sembuh-sembuh juga dan sering kambuh-

kambuhan (Anxiety)

2. Aspek klinis

Diagnosa kerja: asma bronkhial persisten sedang dengan differential

diagnosa: kor pulmonum cronik

Gejala klinis yang muncul : sesak nafas, batuk berdahak, alergi terhadap

telur

3. Faktor risiko internal individu

- Pendidikan keluarga Tn.M tergolong rendah karena hanya tamatan SMP

sehingga pengetahuan tentang kesehatan pun kurang.

- Perilaku individu : Kebiasaan Tn.M merokok lama, akan tetapi sejak 3

tahun terakhir sudah berhenti. mengkonsumsi makanan yang asin, makan

makanan yang menimbulkan alergi dan melakukan pekerjaan berat sebagai

penyebab sesak nafas, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya

asma. Ketidak patuhan untuk berobat sebelum obat habis.

4. Faktor risiko eksternal individu

Pasien tinggal di lingkungan penduduk dengan kepadatan penduduk

sedang, jauh dari jalan raya, dan jauh dari pabrik dan TPA. Rumah pasien

terbuat dari tembok dengan lantai campuran, ventilasi dan pencahayaan

rumah pasien kurang. Untuk faktor pelayanan kesehatan : berobat ke

puskesmas menggunakan askin.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Pasien mempunyai aspek skala penilaian 2 yaitu masih mampu

melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan) sehingga

Ny.S masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di dalam maupun

di luar rumah.

PENATALAKSANAAN

1. Patient Centered

a. Medika mentosa

Terapi farmakologis :

1. Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1 sehari

2. GG 10mg @3x1 sehari

3. CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari

b. Non Medika mentosa

1. Istirahat cukup

2. Menghindari makanan yang mengandung bahan telur

3. Menghindari obat maupun makanan yang bisa memacu serangan alergi

seperti :

a) Makanan : Meliputi ikan (terutama ikan laut), udang (ebi),

kepiting dan kulit ayam. Sebagai sumber protein pengganti,

dianjurkan untuk mengkonsumsi susu kedelai. Susu kedelai

mengandung protein yang tidak menimbulkan alergi.

b) Obat-obatan tertentu. Biasanya dari golongan pereda nyeri

(aspirin, antalgin) dan antibiotik (amoksisillin, kotrimoksazol).

c) Cuaca. Terutama yang terlalu dingin atau panas. Untuk itu, bila

cuaca dingin, usahakan aktivitas dilakukan di dalam ruangan.

Gunakan masker/penutup hidung untuk mengurangi suhu dingin.

d) Debu dan polusi. Bersihkan rumah dari debu secara rutin,

terutama kamar tidur dan tempat tidur. Batasi pemakaian karpet di

dalam rumah.

e) Stres : Hindari keadaan yang dapat membuat stres secara

emosional, karena urtikaria juga dapat dipicu oleh faktor

psikologis pasien.

4. Mengurangi aktifitas yang berat

5. Olah raga ringan yang rutin ( olah raga maksimal 10 menit dengan

melakukan jalan santai)

c. Dukungan Psikologis

Suport psikologis biasanya perlu diberikan oleh keluarga pasien. Hal ini

berkaitan dengan penyakit asma yang tidak bisa disembuhkan secara total

namun angka serangannya bisa diminimalisir dengan melakukan hidup sehat

di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pasien seharusnya mengerti dan

mampu menghindari alergen-alergen penyebab asma bronkhial.

d. Penentraman Hati

Menentramkan hati sangat diperlukan untuk mendukung pengobatan

pasien. Penyakit asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan

secara total, namun dapat dihindari angka kejadiannya dengan

menghindari penyebab asma seperti udara dingin, daerah yang lembab,

dan kecapaian. Keluarga harus mendukung dengan sepenuh hati dalam

pengobatan pasien.

d. Penjelasan mengenai penyakit asma bronkhial

Keluarga harus dapat menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit asmanya

tidak dapat disembuhkan secara total, tetapi dapat dihindari kejadian sesak

nafas dengan menghindari kecapaian, hidup sehat, dan menghindari

alergen-alergen asma.

e. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

f. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perubahan pola hidup sehat, makan makanan yang

bergizi, istirahat yang cukup, dan tidak boleh merokok, ventilasi udara

kamar dan ruangan minimal 10%, pembukaan jendela tiap pagi hari,

membersihkan rumah setiap hari, membersihkan ventiasi, menutup

jendela dan ventilasi saat malam hari (udara dingin), penggunaan alat

masak yang tidak menyebabkan kepulan asap, dan tidak putus asa

menjalani terapi asma.

2. Pengobatan Fokus Family

a. Karena Tn. M memiliki keluhan sesak nafas maka sebaiknya jendela dan

ventilasi selalu dibuka, terutama pada pagi dan siang hari.

b. Menghindari makanan yang bisa memacu serangan alergi seperti ikan,

telur.

c. Karena Tn. M memiliki riwayat alergi, maka sebaiknya anak-anak Tn. M

sejak dini bisa mengetahui hal-hal apa saja yang bisa memicu serangan

alergi maupun penyakit asma.

d. Lantai rumah juga harus sering dibersihkan.

3. Pengobatan focus Community

Menjaga kebersihan lingkungan rumah, membuang sampah di tempat

pembuangan yang sudah disediakan, menghindari pembakaran sampah.

MASTER PROBLEM LISTProblemNumber

Approx.Date ofOnset

DateProblemRecorded

Active Problems Inactive/ResolvedProblems

DateResolved

1 21-9-2010 Tn. M periksa ke Puskesmas karena sesak nafas dan batuk didiagnosis asma bronkhial persisten sedang.

-

-

-

-

CATATAN KEMAJUANHARITANGGAL

Subjective Objective Assessment Plan

21-09-2010 Sesak nafas, batuk

KU sedang, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital:

Asma Bronkhial persisten sedang

Terapi medikamentosa berupa)Salbutamol 2 -4 mg @ 3-4x1

sehari

23-09-2010

29-09-2010

Sesak nafas dan batuk berkurang

Masih sering sesak malam hari,

TD : 120/80N : 80x/menitRR: 24 x/ menitS : 36,6 o CKU: sedang, compos mentis, gizi kesan cukupTanda vital:TD: 120/80

N : 80x/menit RR: 20 x/ menitS : 36 o CKU: sedang, compos mentis, gizi kesan cukupTanda vital:TD: 120/80

N : 80x/menit RR: 20 x/ menitS : 36 o C

Asma Bronkhial persisten sedang

Asma Bronkhial persisten sedang

GG 10mg @3x1 sehari .

CTM 12,5 mg @ 3x1 sehari

Memberikan pengetahuan tentang penyebab asma

Memberikan pengetahuan tentang penyebab asma

FLOW CHART

PROBLEMS

Tanggal 21/09 23/09 29/09Berat Badan 59 59 59Tekanan Darah 120/80 120/80 120/80

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita (Tn. M 27tahun), istri (Ny.D, 25

tahun), dan kedua anaknya yang masing-masing berumur 2 tahun, dan 1

tahun. Penderita tinggal serumah dengan suami dan kedua anaknya

tersebut. Kedua anaknya semuanya masih balita. Penderita datang ke

Puskesmas ditemani saudaranya.

2. Fungsi Psikologis

Tn. M sangat dekat dengan istri dan kedua anaknya. Tn. M lebih

banyak menghabiskan waktu di luar rumah.

3. Fungsi Sosial

Dengan lingkungan sekitar Tn. M senang bersosialisasi.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan penderita, yang tiap

bulannya berpenghasilan kira-kira Rp.500.000,- dan hasil ini tidak tetap,

karena penderia yang hanya seorang petani dan istri pasien seorang ibu rumah

tangga dengan usaha sampingan pedagang asongan. Biaya pengobatan pasien

gratis di puskesmas.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R

SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.

A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota

keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis

keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =

baik.

ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita membaginya dengan

keluarga dan mendapatkan dukungan dari seluruh anggota keluarganya.

Pasien dekat dengan istrinya. Penyakit yang diderita pasien ini sangat

mengganggu aktivitasnya sehari-hari karena sesak nafas menyebabkan pasien

tidak bisa beraktivitas .

PARTNERSHIP

Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa

singkat. Setiap ada permasalahan kadang didiskusikan bersama dengan anggota

keluarga lainnya komunikasi dengan anggota dan anggota keluarga lainnya berjalan

dengan baik.

GROWTH

Pasien merasa bersyukur masih dapat memenuhi kebutuhan rumah

tangganya dan keluarga mendukung pasien jika ingin sembuh.

AFFECTION

Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan istri dan kedua

anaknya berjalan dengan lancar. Pasien juga sangat menyayangi keluarganya, begitu

pula sebaliknya.

RESOLVE

Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga

maupun dari saudara-saudara. Kebersamaan cukup.

A.P.G.A.R Tn. M Terhadap Keluarga Hampir

selalu

Kadang-kadang

Hampir tidak

pernahA Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6

Tn. M merupakan kepala rumah tangga dan seorang penderita disini.

A.P.G.A.R Ny. D Terhadap Keluarga Hampir

selalu

Kadang-kadang

Hampir tidak

pernahA Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7

Ny. D adalah seorang istri yang bekerja sebagai pedagang asongan.

Penghasilan perbulan tidak tetap.

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (6+7)/2=6,5

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah

13, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 6,5. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam

keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Tn. M dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

SUMBER PATOLOGI KETSocial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga

dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif.

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

-

Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid dekat rumah.

-

Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup

+

Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai.Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.

+

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu ASKIN untuk berobat.

-

Keterangan :

Social (+) artinya Interaksi sosial antar anggota keluarga juga dengan

saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif

Economic (+) artinya Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk

kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai.

Ny. Daryati Tn. Muhabid

Tn. M

Ny. D

FM

S.Tn.S Ny.Sa

Ny.M

T

Ma

57

Su Sur15

.

Education (+) artinya keluara Tn. M masih memiliki pengetahuan yang

kurang, khususnya mengenai asma.

Kesimpulan :

Dalam keluarga Tn. M fungsi patologis yang positif adalah fungsi sosial,

ekonomi, edukasi.

D. GENOGRAM

Alamat lengkap : Rt 02/Rw 07, Sidamulih, Kec.Rawalo, Kab. Banyumas.

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn. M

keterangan :

= laki-laki

= perempuan

= asma

= tinggal dalam 1 rumah Error: Reference source not found

.

Kesimpulan :

Tn. M merupakan penderita yang memiliki asma. Dari keluarganya ibu

penderita memiliki riwayat sesak nafas. Dari anggota keluarga Tn. M maupun

Ny. D tidak ada yang memiliki riwayat asma.

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny.S

Sumber : Data Primer,21 september 2010

Keterangan : hubungan baik

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. M baik-baik saja dan

harmonis. Antar keluarga saling dukung mendukung apalagi dengan Tn. M

yang sedang sakit.

Tn. M, 27 tahun

Ny. D, 25 tahun

F, 2 tahun

M, 1 tahun

BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Tn. M adalah seorang kepala rumah tangga yang mempunyai dua orang

anak. Tn. M memiliki penyakit asma. Dalam pola makan Pasien makan 2-3

kali sehari dengan mengkonsumsi nasi dengan sayur, tempe, tahu dan kadang-

kadang dengan buah, jarang dengan daging. Tn. M juga jarang berolahraga.

Penderita kurang mengetahui efek dan akibat dari penyakit yang dideritanya.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan yang

utama yaitu dari pekerjaan pasien yang sebagai petani dan istrinya sebagai

pedagang asongan.

Rumah yang dihuni keluarga kurang dikatakan sebagai rumah sehat,

karen pencahayaan rumah cukup, ventilasi kurang terbuka, mempunyai

kamar mandi dan WC, pembuangan sampah pada tempat sampah lingkungan

setempat.

Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Keluarga Tn. M

Pengetahuan :Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita

Lingkungan: rumah cukup bersih, pencahayaan dalam rumah cukup, ventilasi kurang

Tindakan Dibawa ke Puskesmas setelah pasien mengeluh sesak nafas

Pelayanan Kesehatan:Jika sakit berobat ke puskesmas

Keturunan:Dari keluarga ibu penderita memiliki riwayat sesak nafas

Sikap:Keluarga cukup memperhatikan penyakit penderita

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10x6 m2 yang berjauhan

dengan rumah tetangganya dan menghadap ke selatan. Memiliki pekarangan

rumah dan pagar pembatas. Rumah ini terdiri dari 4 kamar tidur, 1 ruang tamu

sekaligus sebagai ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, dapur

dan kamar mandi. Depan rumah terdapat rumah tetangga. Lantai rumah

sebagian menggunakan ubin dan sebagian tanah (dapur). Atap rumah

memakai genteng, dan bagian dalam sudah menggunakan langit-langit.

Jendela rumah ditutup dengan kaca dan sebagian Pasien mempunyai sumur

pribadi, penggunaan air menggunakan air sumur.

2. Denah Rumah

Rumah pasien berukuran 10X6 meter yang terdiri dari 4 ruangan. Tiap

ruangan ukuran kamarnya ada yang 3X4 m dan ada yang 3x3m. Rumah pasien

menghadap kearah selatan.

Kamar mandi Dapur

WC

Kamar Tidur Ruang tamu, TV dan Ruang makanAnak

Kamar Tidur

Kamar TidurTn. M & Ny. D

Ruang Tamu

BAB V

teras

B

DAFTAR MASALAH

A. Masalah medis :

1. Tn. M sering sesak nafas

2. Tn. M mempunyai riwayat alergi (alergi terhadap makanan telur)

B. Masalah non medis :

1. Keluarga Tn. M dan keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan

alergi.

2. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan kurang.

3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma

4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang

5. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah (agak kurang).

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Tn. M, 27 tahun dengan asma

1. Keluarga Tn. M kurang mengerti akan bahaya asma dan serta komplikasinya

2. Dalam satu rumah hanya Tn. M yang menderita asma,

5. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat

D. MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)

No.

Daftar Masalah I T R JumlahIxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan terutama tentang asma

4 5 4 3 4 3 4 11.520

2. Keluarga Tn. M kurang mengerti akan bahaya asma dan komplikasinya

4 4 4 4 3 3 3 6.912

3. Dalam satu rumah hanya Tn. M yang menderita asma

4 3 3 3 4 3 4 5.184

4. Kondisi ekonomi keluarga cukup memenuhi kebutuhan

3 4 3 4 3 3 3 3.888

5. Kondisi lingkungan dan rumah yang kurang sehat

3 4 3 3 3 3 3 2.916

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

3. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan kurang

4. Kondisi ekonomi keluarga kurang memenuhi kebutuhan

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

E. PRIORITAS MASALAH

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga

Tn. M adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan keluarga Tn. M tentang kesehatan terutama asma

2. Keluarga kurang pengetahuan tentang bahaya asma dan komplikasinya.

3. Tn. M adalah salah satu dari keluarganya yang menderita asma

4. Kondisi lingkungan sekitar rumah Tn. M jarang, namun rumah Tn. M

cukup sehat.

5. Kondisi ekonomi keluarga adalah agak kurang.

6. Fungsi fisiologis keluarga Tn. M adalah sedang.

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah belum tahunya tentang pengetahuan

keluarga pasien mengenai penyakit asma. Orang tua dan keluarga pasien belum

mengerti tentang gejala, tanda, dan penanganan penyakit asma dan

komplikasinya. Hal ini di karenakan terbatasnya pengetahuan mengenai asma

dan kesadaran akan kesahatannya masih rendah.

RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Anggota keluarga yang terlibat

Hasil kegiatan Catatan untuk pembinaan selanjutnya

21-09-2010

1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien (perkenalan identitas)

2. Kontrak dengan pasien untuk pertemuan akan datang

Pasien Pasien menepati janji

23-09-2010

1. Mengkaji pengetahuan pasien tentang penyakit asma

2. Menanyakan penyebab sesak nafas (saat serangan asma)

3. Memberikan penjelasan tentang : Pengertian asma Penyebab asma Tanda dan

gejala Akibat asma Cara

pencegahan serangan asma

4. Menganjurkan pasien untuk periksa ke Puskesmas atau dokter bila penyakit

Pasien, anak-anaknya, dan istri

Pasien dan keluarga melakukan sesuai dengan yang di anjurkan

berlanjut

29-09-2010

1. Membuka ventilasi rumah yang seharusnya terbuka

2.Menyarankan kepada anggota keluarga untuk rajin membuka jendela setiap pagi hari.

3. Menyarankan untuk membersihkan kamar tidur dari debu dan kapas-kapas kasur yang beterbangan.

4.Menyarankan pasien untuk menggunakan kompor gas saat memasak

5.Menyarankan pasien untuk tidak makan makanan dan obat yang dapat menyebabkan alergi dan sesak nafas

6.Menyarankan pasien untuk mengurangi beban pikiran dan lebih santai dalam menghadapi suatu masalah

Pasien, anak-anak dan istri

Pengetahuan keluarga pasien mengenai penyakit asma bertambah

BAB VII

TINJAUAN PUSTAKA

A. ASMA BRONKHIAL

Penyakit asma bronkhial adalah penyakit saluran nafas bagian bawah yang

ditandai oleh hiperaktivitas cabang trakhea dan bronkhus terhadap berbagai

macam rangsangan, sehingga timbul penyempitan jalan nafas yang luas dan

bersifat reversibel, dan membaik secara spontan maupun dengan pengobatan.

Serangan asma dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang mengancam.

Penyempitan yang berlangsung beberapa hari atau minggu, walaupun telah

mendapat terapi yang biasa dipakai, dikenal sebagai “status asmatikus”(Barmawi,

1996). Status asmatikus adalah asma dengan intensitas serangan yang tinggi dan

tidak memberikan reaksi dengan obat-obatan yang konvensional dan merupakan

salah satu kegawatan dalam kasus asma bronkhiale.

Berdasarkan tingkat kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi

tiga tingkatan :

1. Asma Bronkhial : bronkhospasme yang sifatnya reversibel dengan latar

belakang alergi.

2. Status Asmatikus : asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang

konvensional.

3. Asthmatic Emergency : asma yang dapat menyebabkan kematian.

Sampai sekarang belum ada kesepakatan tentang definisi asma bronkial

yang dapat diterima oleh semua ahli. Alasan-alasannya antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Diantara para penderita, penyakit asma baik dalam berat maupun perjalanan

penyakitnya berbeda-beda.

2. Berbagai hal dapat mencetuskan serangan asma.

3. Histopatologi terutama pada keadaan yang ringan tidak banyak diketahui.

4. Sebab penyakit belum diketahui.

Penyakit asma bronkial jarang menimbulkan kematian. Didalam beberapa

penelitian didapatkan bahwa angka mortalitas tidak banyak membantu

menjelaskan patogenesis penyakit ini. Studi insidensi juga hanya memberikan

keterangan tentang frekuensi episode akut yang terjadi dalam kondisi tertentu saja,

oleh karena itu penelitian epidemiologi asma lebih banyak diarahkan pada

penentuan prevalensi.

1. Definisi

Suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus

terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas

yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun

sebagai hasil pengobatan.

Bila ditelaah lebih lanjut definisi tadi dapat diuraikan menjadi :

1. Ada peningkatan respon trakea dan bronkus. Hal ini berarti bahwa jalan nafas

penderta asma mempunyai respon yang lebih hebat terhadap berbagai

rangsangan dibanding dengan orang normal.

2. Serangan asma jarang sekali hanya dicetuskan oleh satu macam rangsangan,

tetapi oleh berbagai rangsangan.

3. Kelainan tersebar luas pada kedua paru.

4. Derajat serangan asma dapat berubah-ubah, misalnya obstruksi lebih berat

pada malam hari dibanding dengan siang hari.

2. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat

hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan

maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :

1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop.

2. Batuk produktif, sering pada malam hari.

3. Sesak nafas dada seperti tertekan.

Gejalanya bersifat proksimal, yaitu membaik pada siang hari dan

memburuk pada malam hari (Mansjoer, 1999)

Klasifikasi derajat asma

Derajat asma Gejala Gejala malam Fungsi paru

Intermitten mingguan

- Gejala < 1x/minggu- Tanpa gejala di luar

serangan- Serangan singkat- Fungsi paru

asimtomatik dan normal luar serangan

2 kali seminggu

VEPI atau APE 80%

Persisten ringan mingguan

- Gejala > 1x/minggu tapi < 1x/hari

- Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur

> 2 kali seminggu VEPI atau APE

80% normal

Persisten sedang harian

- Gejala harian- Menggunakan obat

setiap hari- Serangan

mengganggu aktivitas dan tidur

- Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari

> 2 sekali seminggu VEPI atau APE >

60% tetapi 80% normal

Persisten berat kontinu - Gejala terus-menerus

- Aktivitas fisik terbatas- Sering serangan

sering

VEPI atau APE < 80% normal

3. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium2. Spirometri3. Tes provokasi bronkial4. Pemeriksaan tes kulit5. Pemeriksaan kadar IgE total dan spesifik dalam serum6. Pemeriksaan radiologi7. Analisis gas darah8. Pemeriksaan eosinofil dalam darah dan pemeriksaan sputum.

4. Diagnosis Diagnosis asma berdasarkan :

1. Anamnesis : riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat alergi, serta gejala klinis.

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan laboratorium : darah (terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik),

sputum (eosinofil, spiral curshman, kristal charcot-leyden) (Karnen, 1996)

4. Tes fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter untuk menentukan

adanya obstruksi jalan nafas.

5. Komplikasi Asma

1. Pneumothoraks

2. Pneumomediastinum dan emfisema subkutis

3. Atelektasis

4. Aspergilosis bronkopulmonar alergik

5. Gagal nafas

6. Bronkitis

7. Fraktur iga.

6. Penatalaksanaan :

Tujuan terapi asma yaitu :

1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma

2. Mencegah kekambuhan

3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya

4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan

exercise

5. Menghindari efek samping obat asma

6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang irreversibel.

Obat-obatan anti asma :

1. Bronkodilator

a. Agonis 2

Obat ini mempunyai efek bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan

fenetrol memiliki lama kerja 4-6 jam, sedang agonis 2 long action

bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol, dan

lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi memberikan efek bronkodilatasi

yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis

oral dan pemberiannya lokal.

b. Metilxantin

Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan

konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan

dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka

panjang.

c. Antikolinergik

Golongan ini menurunkan tonus vagus intrinsik dari saluran nafas.

2. Anti inflamasi

Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi

dan profilaksis.

a. Kortikosteroid

b. Natrium kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non

steroid.

Terapi awal, yaitu :

1. Oksigen 4-6 liter/menit

2. Agonis 2 (salbutomol 5 mg atau feterenol 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)

inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20 menit sampai 1

jam. Pemberian agonis 2 dapat secara subkutan atau iv dengan dosis

salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dekstrosa 5%

dan diberikan perlahan.

3. Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12

jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah dosis.

4. Kortikosteroid hidrokarbon 100-200 mg iv jika tidak ada respon segera atau

pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

Respon terhadap terapi awal baik, jika didapatkan keadaan berikut :1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan.2. Pemeriksaan fisik normla

3. Arus puncak ekspirasi (APE) > 70%4. Jika respon tidak ada atau tidak baik terhadap terapi awal maka pasien

sebaiknya dirawat di Rumah Sakit.

Pengobatan Asma jangka panjang berdasarkan berat penyakit (Mansjoer, 1999)

Derajat asma Obat pengontrol Obat pelegaAsma intermitten

Tidak perlu - Bronkodilator aksi singkat yaitu inhalasi agonis 2

- Intensitas pengobatan tergantung berat eksaserbasi

- Inhalasi agonis 2 atau kromolin dipakai sebelum aktivitas atau pajanan alergen.

Asma persisten ringan

- Inhalasi kortikosteroid 200-500 g/kromolin/nedokromil/atau teofilin lepas lambat.

- Bila perlu ditingkatkan sampai 800 g atau ditambahkan bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam dapat diberikan agonis 2 aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat.

- Inhalasi agonis 2 aksi singkat bila perlu dan melebihi 3-4 x sehari

Asma persisten sedang

- Inhalasi kortikosteroid 800-2000 g.

- Bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam, berupa agonis 2

aksi lama inhalasi atau oral teofilin lepas lambat.

- Inhalasi agonis 2 aksi singkat bila perlu dan tidak melebihi 3-4 x sehari

Asma persisten berat

- Inhalasi kortikosteroid 800-2000 g atau lebih.

- Bronkodilator aksi lama, berupa agonis 2 inhalasi atau oral teofilin lepas lambat.

- Kortikosteroid oral jangka panjang

-

Penyakit asma merupakan suatu penyakit yang tidak dapat di sembuhkan

secara total, untuk itu perlu pencegahan bagi mereka yang mempunyai riwayat

penyakit asma. Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:

1. Kasur dan tempat tidur dan bantal kapuk sebaiknya diganti busa kemudian

dimasukkan dalam kantong vinil dengan risleting atau dibungkus kantong

plastik dan direkat dengan selotip seperti membungkus kado.

2. Sprei, selimut, sarung bantal dan guling lebih sering dicuci minimal sekali

seminggu dengan air panas (55-60 derajat C).

3. Lantai dibersihkan dengan lap basah satu kali setiap hari.

2. Tirai gorden dicuci setiap dua minggu.

3. Lemari, rak dan laci dibersihkan dengan lap basah serta paling banyak

hanya boleh 3 buah buku yang diletakkan di dalamnya.

4. Ganti karpet dengan linoleum atau lantai kayu. Kalau tidak, bisa juga

secara teratur dihisap dengan filter high efficiency particulate air (HEPA)

dan kantung debu dua rangkap.

5. Buku, majalah dan mainan jangan ada di kamar tidur. Jika memang harus

ada, maka masing-masing hanya boleh 3 buah. Lebih sedikit barang-

barang tersebut di kamar tidur, itu lebih baik.

6. Boneka dan mainan yang terbuat dari kain sebaiknya dicuci dengan air

panas setiap minggu.

7. Hindari asap dari obat nyamuk bakar dan asap dapur.

8. Gunakan kipas angin di dapur dan kamar mandi untuk mengusir asap

dapur dan bau yang tajam.

9. Binatang peliaraan yang berbulu sebaiknya tidak ada di rumah penderita

asma. Atau paling tidak binatang tersebut tidak berada di kamar tidur dan

ruang utama.

10. Mandikan binatang peliaraan dua kali seminggu.

11. Pakaian paling lama jangan lebih dari 2 minggu di dalam lemari, setelah

itu harus dicuci kembali atau dipindah ke kamar lain. Bila tidak

memungkinkan maka dibungkus kantong plastik dan direkat selotip seperti

membungkus kado.

12. Air conditioner (AC) jangan terlalu dingin dan filternya dibersihkan sekali

seminggu.

13. Gunakan filter udara HEPA terutama di kamar tidur dan ruang utama.

14. Bersihkan lingkungan yang disukai kecoa seperti tempat lembab, sisa

makanan, sampah terbuka dan tempat lainnya.

15. Gunakan pembasmi kecoa.

16. Perbaiki semua kebocoran atau sumber air yang berpotensi menimbulkan

jamur, seperti dinding kamar mandi, bak mandi, keran lain dan tempat

lainnya.

Mari perhatikan kesehatan lingkungan hidup kita, demi terjaganya kualitas

hidup penderita asma. (anonym, 2007).

Selain beberapa hal diatas, ada usaha-usaha pencegahan yang dapat

dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain :

1. Menjaga kesehatan

2. Menjaga kebersihan lingkungan

3. Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma

4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma

Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan.

Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat anti penyakit asma

untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas

dari gejala penyakit asma.

1. Menjaga kesehatan. Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak

terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan

kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah

untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.

Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yang

bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan

olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila

dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung

atau ginjal yang berat. Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada

di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya

bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan

sukar dikeluarkan. Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita

yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat

yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan

dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.

2. Menjaga kebersihan lingkungan. Lingkungan dimana penderita hidup

sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma.

Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya

tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari. Saluran pembuangan

air harus lancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat

perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-

barang untuk menghindari debu rumah. Hewan peliharaan, asap rokok,

semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan

penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian

apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan

serangan penyakit asmanya.

3. Menghindari Faktor Pencetus. Alergen yang tersering menimbulkan

penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu

rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu

mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak

diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.

Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma.

Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang

terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai

atau penuh sesak. Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan,

penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan

umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan

latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah

serangan penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi

asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan

udara kotor lainnya harus dihindari. Perhatikan obat-obatan yang

diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung

(beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna

(tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan

penyakit asma.

4. Menggunakan obat-obat anti penyakit asma Pada serangan penyakit

asma yang ringan apalagi frekuensinya jarang, penderita boleh memakai

obat bronkodilator, baik bentuk tablet, kapsul maupun sirup. Tetapi bila

ingin agar gejala penyakit asmanya cepat hilang, jelas aerosol lebih baik.

Pada serangan yang lebih berat, bila masih mungkin dapat menambah

dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan dua atau tiga macam obat.

Misalnya mula-mula dengan aerosol atau tablet/sirup simpatomimetik

(menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi dengan teofilin dan kalau

tidak juga menghilang baru ditambahkan kortikosteroid.

Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali dapat dicoba

obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah serangan

penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan penyakit

asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan

steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

(sundaru, 2007)

BAB VIIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Diagnosis Holistik :

1. Aspek Personal yaitu Pasien mengeluh sesak nafas. Pasien mengeluh sesak

nafas sejak usia 10 tahun sering kambuh-kambuhan, dan Tn. M alergi

terhadap makanan yalni telur.

2. Aspek klinis adalah asma bronkhial persisten sedang.

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu adalah dari faktor aktivitas

berlebihan, jarang berolahraga menjadi faktor risiko terjadinya asma.

Ketidak patuhan untuk tidak memakan makanan telur kadang tidak

diperhatikan sehingga menyebabkan reaksi alergi.

4. Aspek Faktor Risiko Eksternal Individu adalah dilihat dari faktor

pendidikan keluarga, ekonomi, lingkungan dan pelayanan kesehatan.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial adalah dalam skala 2 yaitu masih

mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit (tidak ada kesulitan)

sehingga Tn. M masih mampu melakukan aktivitas secara mandiri di

dalam maupun di luar rumah.

B. SARAN

Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus :

1. Menerima penyakitnya dengan lapang dada dan berusaha menyembuhkan

tanpa putus asa.

2. Menjelaskan bahwa penyakit asma tidak dapat di sembuhkan, tetapi dapat

dicegah kejadianya dengan pola hidup sehat dan istirahat cukup.

3. Menjauhkan pasien dari asap rokok, asap, udara kotor, dan udara dingin.

4. Kedekatan antara pasien dengan keluarga sangat dibutuhkan disini guna

kesembuhan pasien.

5. Untuk anak-anak Tn. M sebaiknya sejak sekarang berhati-hati juga dalam

memilih makanan, karena tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu

keluahan yang dialami Tn. M dialami anak-anaknya.

6. Menjauhi faktor risiko yang bisa memicu penyakit pasien seperti aktivitas

berlebihan dan makanan yang asin dan ikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym, available www.google.co.id pencegahan asma. Yayasan asma

Indonesia.di akses 28 Agustus 2009.

2. Baratawidjaja K. Imunologi Dasar. Indonesia: Balai Penerbitan Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.46-48

3. Barmawi, H., Status Asmatikus, Standar Pelayanan Medis RSUP. Dr.

Sardjito, Buku I, Komite Medis RSUP. Dr. Sardjito dan FK UGM,

Yogyakarta, 1996, 100-103.

4. Karnen B, Asma Bronkial dalam Soeparman, dkk, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid

II, edisi 3, FKUI, Jakarta, 1996, Hal 21-39.

5. Mansjoer, A, dkk, Asma Bronkial dalam Kapital Selekta Kedokteran, Jilid I,

Edisi 3, FKUI, Jakarta, 1999, hal 476-480.

6. Sundaru, heru. 2007. available www. Google.co.id cara pencegahan asma. Di

akses 28 September 2010

7. Sutoyo S. Faktor Resiko. 2007. Available from : http://

blake.prohosting.com/betawi/pencegahan.htm. Diakses Agustus 15, 2009.

8. Sylvia A. Price. Hipertensi.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta : EGC,1995 :534

9. Tabrani, Rab, H., Kegawatan Asma Bronkhial, Prinsip Gawat Paru, edisi II,

Jakarta, 1996, 163-165.

10. W.M. Lorraine, Penyakit Pernafasan Obstruktif, dalam A.P Sylvia, dkk,

Patofisiologi, Jilid II, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995, hal 689-691.