1 ca mamae fix

download 1 ca mamae fix

of 33

description

ca mammae

Transcript of 1 ca mamae fix

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    1/33

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau

    lobulus payudara. Kanker payudara adalah keganasan paling sering pada

    wanita di negara maju dan nomor dua setelah kanker servik di negara

    berkembang juga merupakan 29% dari seluruh kanker yang di diagnosis setiap

    tahun. Secara keseluruhan kanker payudara merupakan penyebab kematian

    nomor dua karena kanker setelah kanker paru.

    Kanker payudara di Indonesia terdapat kecendrungan untuk meningkat

    dari tahun ke tahun seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker

    payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan mortalitas

    yang cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai

    pada wanita. Di Indonesia, berdasarkan Pathological Based Registration

    kanker payudara mempunyai insidens relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia

    mempunyai insidens minimal 20.000 kasus baru pertahun.

    Penyebab kanker payudara ini masih belum diketahui secara pasti. Tetapi

    terdapat beberapa faktor risiko untuk terjadinya kanker payudara, seperti jenis

    kelamin wanita, usia 60-79 tahun, riwayat keluarga menderita kanker

    payudara, usia melahirkan anak pertama lebih dari 30 tahun, riwayat terpapar

    radiasi, perubahan gaya hidup yang tidak baik, pengaruh hormonal, dan lain

    sebagainya.

    Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan karena penyebab

    yang belum diketahui secara pasti dan kurangnya pengetahuan masyarakat

    mengenai penyakit ini, yang mengakibatkan penderita datang dalam keadaan

    stadium lanjut, hal ini juga mungkin disebabkan karena kurangnya informasi

    terutama mengenai sadari (pemeriksaan payudara sendiri), letak geografis,

    pendidikan, serta kurangnya alat diagnosis seperti mammografi.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    2/33

    1.2. Tujuan Penulisan

    Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan

    memahami tentang kanker payudara serta untuk memenuhi persyaratan dalam

    mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu

    Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

    1.3. Manfaat Penulisan

    Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan

    pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara

    umum agar dapat mengetahui dan memahami kanker payudara.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    3/33

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi

    Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau

    lobulus payudara.

    2.2. Epidemiologi

    Jumlah penderita kanker payudara di seluruh dunia terus mengalami

    peningkatan, baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara barat

    maupun pada insiden rendah seperti di banyak daerah di Asia. Di Indonesia

    angka kejadian 36,2 per 100.000 perempuan, Inggris 89,1 per 100.000

    perempuan, Australia 84,8 per 100.000 perempuan, Singapura 59,9 per

    100.000 perempuan, Malaysia 37 per 100.000 perempuan, Myanmar 32,5 per

    100.000 perempuan, Timor Leste 29,6 per 1000.000 perempuan.

    Kanker payudara adalah keganasan yang paling sering pada wanita.

    Walaupun jarang, laki-laki pun bisa terkena kanker payudara. Perbandinganterjadinya kanker payudara pada pria dan wanita, yaitu 1: 100. Insiden kanker

    payudara pada laki-laki di Amerika Serikat adalah 1,09 per 100.000 laki-laki

    sedangkan insiden rate pada wanita adalah 125,10 per 100.000 wanita. Hasil

    penelitian Nourma Yenti L. Gaol di RS Dr. Pirngadi Medan, proporsi kanker

    payudara pada laki-laki adalah 2% dari 148 kasus.

    Karena kanker payudara jauh lebih umum pada wanita, banyak pria

    tidak menyadari bahwa mereka bisa mendapat penyakit ini. Hal ini

    menyebabkan penundaan diagnosis dan akibatnya kanker tidak ditemukan

    sampai berkembang ke tahap selanjutnya. Perjalanan penyakit kanker

    payudara pada pria lebih cepat karena jaringan sekitar payudara tidaklah

    setebal pada wanita sehingga pada tahap dini sudah melekat ke jaringan

    sekitarnya. Pada perabaan jelas terdapat perlekatan. Tindakan terapi dan

    prognosis sama seperti pada wanita.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    4/33

    Angka kejadian kanker payudara terbanyak setelah umur 50 tahun dan

    jarang pada umur sebelum 30 tahun. Pada golongan umur lebih lanjut seolah-

    olah kanker ini jarang dijumpai karena populasi wanita pada golongan umur

    lebih lanjut tersebut menurun.

    2.3. Etiologi dan Faktor Resiko

    Penyebab secara pasti belum diketahui. Namun resiko untuk

    menderita kanker payudara meningkat pada wanita yang mempunyai faktor

    risiko. Yang termasuk faktor risiko kanker payudara adalah :

    a. Jenis kelamin wanitaInsiden kanker payudara pada pria dibanding wanita sekitar 1:100.

    Secara umum 1 dari 9 wanita Amerika akan menderita kanker payudara

    sepanjang hidupnya.

    b. UsiaResiko meningkat dari 1 : 5900 ke 1 : 290 antara dekade ketiga dan

    dekade kedelapan. Wanita usia 60-79 mempunyai kemungkinan menderita

    kanker payudara 1 : 14 dibanding wanita usia kurang dari 39 tahun.

    c. Riwayat keluargaPasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara

    kandung) mempunyai resiko 4-6 kali dibanding wanita yang tidak punya

    faktor resiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor resiko,

    pasien dengan ibu didiagnosis kanker payudara saat usia kurang dari 60

    tahun resiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama

    premenopouse menderita kanker payudara bilateral, mempunyai resiko 9

    kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita

    kanker payudara bilateral mempunyai resiko 4-5,4 kali.

    d. Usia melahirkan anak pertamaJika melahirkan anak pertama dengan usia di atas 30 tahun berisiko 2

    kali lebih besar dibandingkan wanita yang melahirkan usia kurang dari 20

    tahun.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    5/33

    e. Riwayat menderita kanker payudaraMerupakan faktor risiko untuk payudara kontralateral. Risiko ini

    tergantung pada usia saat diagnosis. Risiko ini meningkat pada wanita usia

    muda.

    f. Predisposisi genetikalRisiko ini berjumlah kurang dari 10% kanker payudara. Autosomal

    dominant inheritance terlihat pada Li-Fraumeni syndrome, Muir-Torre

    syndrome, Cowden disease, Peutfz-Jeghers syndrome dan mutasi BRCA-1

    dan BRCA-2. Risiko untuk menderita kanker payudara mendekati 50%

    bila usia kurang dari 50 tahun dan lebih 80% sebelum usia 65 tahun.

    g. Ductal carcinoma in situ (DCIS) dan Lobular carcinome in situ (LCIS).Hal ini merupakan marker untuk terjadinya lesi invasif.

    h. Proliferasi benigna dan hiperplasia atipikalFaktor ini meningkatkan risiko 4 kali. Atipikal dan hiperplasia disertai

    adanya riwayat keluarga risiko meningkat 10 kali. Pada tumor jinak yang

    menunjukkan ekspresi reseptor estrogen dan progesteron resikonya 3,2

    kali (Kahn). Hiperplasia atipikal terlihat pada 10% spesimen biopsi.

    i. RadiasiRadiasi pada usia dibawah 16 tahun mempunyai risiko 100 kali, radiasi

    sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia 20-29 tahun risiko

    6 kali, radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak bermakna. Lebih kurang

    0,1% pasien yang diradiasi akan timbul sarkoma setelah 5 tahun.

    j. Perubahan gaya hidupDiet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi alkohol dan merokok

    dan obesitas pada menopause.

    k. HormonalMenarche dibawah 12 tahun resiko 1,7-3,4 kali. Menopause usia diatas

    55 tahun resiko 1,5 kali. Penggunaan oral kontrasepsi lebih dari 8-10 tahun

    juga meningkatkan resiko.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    6/33

    2.4. Patogenesis

    Proses perubahan sel normal menjadi neoplastik memerlukan suatu

    proses karsinogenesis yang menyebabkan perubahan pada tingkat gen.

    Karsinoma payudara herediter melibatkan perubahan pada gen ER, RAS,

    HER2/neu yang merupakan protoonkogen, mutasi pada gen ini menyebabkan

    sel mempunyai kemampuan menghasilkan sinyal pertumbuhan secara

    autokrin ataupun parakrin. Perubahan pada gen BRCA 1, BRCA 2, ataupun

    p53 yang merupakan tumor suppressor gen, menyebabkan sel lolos dari siklus

    DNA serta gangguan pada proses perbaikan DNA dan apoptosis (Kumar V.,

    Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).

    Terdapat beberapa kemampuan sel yang didapatkan lebih awal pada

    proses neoplastik, seperti kemampuan sel untuk menghindari sinyal

    penghambat pertumbuhan, kemampuan menghindari apoptosis, dan

    kemampuan menghasilkan sinyal pertumbuhan sendiri, yang kemudian secara

    bertahap sel ini mendapat akumulasi kesalahan genetik yang berakhir pada sel

    neoplasma yang invasif (Kumar V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).

    Salah satu tumor suppressor gen yang berperan penting adalah gen

    BRCA1 dan BRCA2, keduanya berperan dalam proses perbaikan DNA yang

    mengalami kerusakan. Kerusakan DNA awalnya akan dideteksi oleh gen

    ATM (Ataxia-Telangiectasia Mutated), ATM kemudian akan memfosforilasi

    BRCA1 sehingga ia akan bermigrasi ke lokasi kerusakan, BRCA2 berperan

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    7/33

    membawa gen RAD51 yang merupakan suatu enzim yang berperan dalam

    proses penyambukan kerusakan pada double stranded DNA (Kumar V.,

    Abbas, A.K., Fausto, N., 2005).

    Hormon steroid terutama estrogen mempunyai efek yang signifikan

    terhadap pertumbuhan, diferensiasi, dan fungsi dari jaringan payudara. Sel

    stroma payudara mempunyai kemampuan modulasi pertumbuhan sel epitelpayudara dengan sekresi faktor pertumbuhan dengan terlebih dahulu

    diinduksi oleh hormon estrogen. Jaringan payudara pada wanita usia tua

    memiliki kandungan lemak lebih tinggi, sehingga konversi estradiol pada

    jaringan perifer menjadi lebih tinggi, hal ini yang menyebabkan usia tua

    menjadi suatu faktor risiko terbentuknya neoplasma. Polimorfisme pada

    reseptor estrogen berperan pada prognostik neoplasma pada payudara.

    Penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang, menarche dini,

    menopause terlambat, tidak mempunyai keturunan, menghasilkan risiko

    karsinoma payudara dengan penjelasan yang sama (Abdulkareem, I.H.,

    2013). Paparan radiasi, makanan, zat kimia, rokok yang merupakan faktor

    lingkungan dapat memicu kerusakaan.

    2.5. Anamnesis

    Sebagian besar pasien yang memiliki kelainan pada payudara datang

    dengan keluhan berupa benjolan dengan atau tanpa rasa nyeri. Nyeri yang

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    8/33

    dirasakan pada satu atau kedua payudara yang lumayan sering terjadi

    (biasanya berhubungan dengan siklus menstruasi) kemungkinan keganasan

    lebih kecil walaupun masih mungkin. Nyeri lokal payudara unilateral

    mengindikasikan suatu kelainan jinak maupun ganas sehingga wajib

    dievaluasi lebih lanjut. Kita juga harus menanyakan apakah ada keluhan lain

    pada pasien, terutama di sekitar payudara yang dapat berupa ulkus, kelainan

    pada kulit seperti kulit tertarik, penebalan kulit, perubahan warna atau berupa

    eksema (Haryono, 2010).

    Selanjutnya ditanyakan apakah ada perubahan pada puting susu

    misalnya tertarik ke dalam, keluar cairan bening bercampur darah, seperti

    susu atau kuning kehijauan dan berbau. Kemudian ditanyakan juga apakah

    terdapat benjolan di daerah aksila dan leher, yang merupakan tanda apakah

    sudah terjadi metastasis pada kelenjar limf regional. Selain itu, juga harus

    ditanyakan keluhan-keluhan yang menandakan sudah terjadi metastasis jauh

    seperti sesak nafas, batuk, nyeri pada tulang belakang (Haryono, 2010).

    Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan timbulnya kelainan

    payudara juga perlu ditanyakan, seperti, usia menarche yang lebih dini (30 tahun,

    jumlah anak, usia menopause yang lebih lambat (>55 tahun), menyusui atau

    tidak (terutama menyusui selama 27-52 minggu), penggunaan obat

    kontrasepsi dan penggunaan hormon pengganti estrogen (terutama bila

    penggunaan >8 tahun), apakah ada riwayat keluarga yang menderita kelainan

    payudara seperti kanker payudara, apakah pernah operasi tumor jinak pada

    payudara atau mendapat terapi radiasi di daerah payudara. Pola hidup pasien

    selama ini juga perlu ditanyakan, seperti apakah pasien merokok, minum

    alkohol, berolahraga, ataupun banyak makan makanan berlemak (Haryono,

    2010).

    2.6. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik payudara terdiri dari inspeksi dan palpasi. Selain

    pada daerah payudara, perlu juga dilakukan pemeriksaan di daerah aksila,

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    9/33

    infra dan supraklavikula. Inspeksi dilakukan pada saat pasien duduk, dengan

    posisi kedua lengan disisi tubuh, mengangkat lengan ke atas, dan kacak

    pinggang. Saat inspeksi, perlu diamati ukuran dan bentuk kedua payudara,

    benjolan ada atau tidak, perubahan warna kulit, tarikan pada kulit, luka/ulkus,

    peau de orange (gambaran seperti kulit jeruk), nodul, puting susu tertarik,

    eksema, keluar cairan dari puting, dan apakah ada benjolan lain pada aksila,

    infaklavikula atau supraklavikula. Cekungan kulit akan terlihat lebih jelas bila

    pasien diminta untuk mengangkat lengannya ke atas (Haryono, 2010).

    Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan bagian volar

    distal jari 2, 3, dan 4 yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada

    setiap kuadran payudara dengan alur melingkar atau zig-zag. Posisi pasien

    dalam keadaan berbaring dengan pundak diganjal bantal kecil dan lengan

    berada di atas kepala. Posisi seperti ini memudahkan pemeriksaan karena

    payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan terlebih dahulu pada payudara

    yang tanpa keluhan. Hal yang harus diamati bila ada benjolan yaitu, lokasi,

    konsistensi, permukaaan, mobilitas, batas, nyeri, dan ukuran. Benjolan yang

    berukuran

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    10/33

    payudara. Posisi pasien dalam keadaan duduk, pemeriksa berdiri di depan

    pasien, misalnya bila ingin memeriksa aksila kanan, lengan kanan pasien

    ditopang dengan lengan kanan pemeriksa, diabduksikan, lalu lakukan palpasi

    pada daerah aksila dengan lembut dan cermat. Lakukan hal yang sama untuk

    memeriksa aksila kiri. Untuk memeriksa daerah infra dan supraklavikula,

    pasien diposisikan dalam keadaan duduk, pemeriksa berdiri dibelakang

    pasien, lalu lakukan palpasi dengan kedua tangan secara bersamaan

    (Haryono, 2010).

    2.7. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk membantu

    diagnosis karsinoma payudara yaitu (Haryono, 2010):

    a. Pemeriksaan LaboratoriumDilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat penyulit

    pada kanker pasien dan juga untuk mengetahui persiapan terapi yang akan

    dilakukan, baik bedah maupun medik. Diantaranya: darah lengkap, urin

    lengkap, faal hati, faal ginjal, kadar gula darah, faal hemostatik, protein

    serum, alkali fosfatase, elektrolit serum, LDH, asam urat, serum

    imunoglobulin, dll.

    Pemeriksaan tumor markerdilakukan untuk melihat apakah ada suatu

    jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau jaringan tubuh.

    Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu

    rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang

    tidak normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor

    marker yang biasanya dilakukan adalah CA 153 dengan mengambil

    sampel darah.

    b. PemeriksaanImaging- Mammografi

    Mammografi adalah pemeriksaan radiologi khusus menggunakan

    sinar-X dosis rendah untuk mendeteksi kelainan pada payudara,

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    11/33

    bahkan sebelum adanya gejala yang terlihat pada payudara seperti

    benjolan yang dapat dirasakan (Timp, 2006).

    Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue untuk melihat tanda primer

    berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata

    ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya perbedaan yang nyata

    ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda

    sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi,

    perubahan posisi papila dan areola. Mammografi ini dapat mendeteksi

    tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk

    diagnosis dini dan skrining.

    (a) (b)Gambar 1. (a) posisi cranio-caudal (b) posisi medio-lateral oblique

    Secara mammografi, kanker payudara dikenali dengan keberadaan lesi

    massa atau biasa disebut massa, atau keberadaan mikrokalsifikasi

    (Timp, 2006).

    Lesi massa.Sebagian besar tumor payudara, baik yang tidak ganas maupun

    berpotensi kanker tampak sebagai massa. Sebuah massa adalah area

    terdapatnya lesi yang tampak dari dua proyeksi foto mammografi yang

    berbeda.

    Mikrokalsifikasi.Ciri lainnya dari kanker adalah keberadaan mikrokalsifikasi.

    Mikrokalsifikasi berbentuk seperti noda berukuran kecil dan terkadang

    berupa titik-titik, terdapat di dalam lobula atau ductal.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    12/33

    (a) (b)

    Gambar 2.(a) citra massa (b) citra mikrokalsifikasi

    Mamografi sebagai skrining telah menunjukkan pengurangan

    mortalitas dari kanker payudara pada wanita berusia sekitar 50-74tahun yaitu 26% (Harris,1997). Dari guideline American Cancer

    Society untuk skrining mamografi dilakukan pertama kali pada usia

    40 tahun, mamografi setiap 1 sampai 2 tahun pada usia antara 40 dan

    49 tahun, dan mamografi pertahun setelahnya (Fink dan Mettlin,

    1995).

    Wanita dengan resiko familial yang tinggi untuk perkembangan

    kanker payudara atau dengan BRCA 1/2 positive, pasien harus

    melakukan momogram rutin dimulai dari 5 tahun usia sebelum

    anggota keluarga terdekat yang terdiagnosa kanker payudara

    (Tripathy, 1999).

    - UltrasonografiSuatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang

    bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan

    pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan

    suatu masa yang padat, yang kemungkinan kanker, dan kista yang

    berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker. Dan juga dapat

    digunakan untuk melihat apakah adanya metastase jauh pada organ

    lain dan juga guide untuk biopsi.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    13/33

    Gambar 3. USG pada payudara, gambaran maligna: lesi hipoechoic

    dengan margin irregular

    - Magnetic Resonance Imaging (MRI)MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi

    gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosis

    mempunyai kanker payudara maka cara lain untuk memeriksa

    payudara dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena

    dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer

    Society (ACS), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker

    payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak

    anggota keluarganya terkena kanker payudara, sebaliknya juga

    mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya

    lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada

    payudara yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau

    mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan

    payudara yang padat.

    Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang terlihat

    pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat

    menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast

    cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsy (Swart

    dkk., 2010).

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    14/33

    - Foto ThoraxUntuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru.

    - BonescanUntuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang.

    Pasien disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan

    berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarak

    antara suntikan dan pelaksanaan bonescankira-kira 3-4 jam. Selama

    itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyaknya. Hasil yang terlihat

    adalah gambar penampang tulang lengkap dari depan dan belakang.

    Tulang yang menunjukkan kelainan akan melihat warnya lebih gelap

    dari tulang normal.

    - Computed Tomography (CT) ScanUntuk melihat secara detail letak tumor. Pasien juga disuntik

    radioactive tracer pada pembuluh vena, tetapi volumenya lebih

    banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah

    disuntik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat

    gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai

    sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari

    tubuh yang di scan 3 dimensi.

    - Positron Emission Tomograpy (PET) ScanUntuk melihat apakah kanker sudah menyebar. Dalam PET scan,

    cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikan pada pasien.

    Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut

    dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada

    PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari

    hasil CTscan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    15/33

    Tabel 1. Pemeriksaan Imaging pada kanker Payudara

    (Swart dkk., 2010)

    Modalitas Indikasi

    Mammografi Sebagai deteksi awal pada kasus yang simptomatis untuk wanita

    berusia lebih dari 35 tahun dan sebagai skrining; pilihan untuk kasus

    mikrokalsifikasi

    Ultrasonografi Sebagai deteksi awal pada kasus lesi yang dapat dipalpasi untuk wanita

    berusia kurang dari 35 tahun

    MRI Scarred breast, implants, lesi multifokal, dan lesi yang borderline

    untuk konservasi payudara; berguna untuk skrining pada wanita yang

    beresiko tinggi

    Scintiography Lesi >1 cm dan axilla assessment;berguna untuk prediksi resistensi obat

    PET Axilla assessment, scarred breast, dan lesi multifokal

    c. Pemeriksaan Patologi Anatomi- Image guided biopsy

    Digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigakan tidak teraba.

    Dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB,

    menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan).

    Stereotactic Core Biopsy (menggunakan X-ray untuk menentukan

    jaringan yang akan diambil) atau Vacuum Assisted Biopsy

    (menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil beberapa macam

    jaringan inti yang luas). Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy

    untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG

    atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara

    yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu

    membuktikan adanya kanker secara sitologi, maka segera diadakan

    operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya

    butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan

    menentukkan stadium (Swart dkk., 2010).

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    16/33

    - Core BiopsyDapat menentukkan jaringan FNAB dapat menentukkan sel dari

    suatu massa yang berada dan ini semua kemudian dapat dianalisa

    secara histologis untuk menentukkan adanya sel kanker.

    - Surgical BiopsyBiopsi dengan cara operasi, mengambil sejumlah besar jaringan.

    Biopsi ini biasa dikenal dengan biopsy incisional (mengambil

    sebagian dari benjolan biasanya pada kasus tumor yang non-operable

    atau tumor-tumor dengan ukuran yang sangat besar >3 cm) atau

    excisional (mengambil seluruh benjolan atau tumor pada kasus yang

    operable atau kasus dengan tumor berukuran kecil < 3 cm) (Harris,

    1997).

    Jaringan yang didapat dari biopsi digunakan untuk melihat:

    Ciri-ciri tumor.Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ (biasanya

    tidak menyebar), Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam

    kelenjar susu), Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel

    sehat) dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau

    pembuluh getah bening. Margin dari tumor juga diamati.

    Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes.Apabila diketahui positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR

    (+)], kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut.

    Biasanya diadakan terapi hormon.

    Tes HER2 neu. (C-erb2).Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada 25% penderita

    kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau negatif), maka

    dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan

    obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    17/33

    Genetic Desription of the Tumor.Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor, untuk memahami lebihdalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah tes untuk

    mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya(Swart dkk., 2010).

    2.9. Klasifikasi Stadium

    Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari

    American Joint Committee on Cancer (AJCC). Dibagi menjadi 4 stadium

    berdasarkan sistem TNM, dengan ukuran tumor (T), status kelenjar getah

    bening (N), Metastasis jauh (M).

    Klasifikasi dan stadium Definisi

    Tumor Primer (T)

    TX Tumor primer tidak bisa di nilai

    T0 Tidak ada bukti tumor primer

    Tis Karsinoma in Situ

    Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ

    Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ

    Tis (Paget) Penyakit Paget di puting susu tanpa

    tumor

    T1 Ukuran diameter terbesar tumor < 2cm

    T1mic Ukuran diameter terbesar mikroinvasi

    5cm

    T4 Tumor dengan ukuran apapun yang

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    18/33

    membesar langsung ke (a) dinding dada

    atau (b) kulitT4a Membesar ke dinding dada, tidak

    termasuk otot pectoralis

    T4b Edema ( Termasuk peau d orange) atau

    ulserasi atau nodul kulit satelit pada

    payudara yang sama

    T4c T4a dan T4b

    T4d Karsinoma Inflamasi

    Regional Lymph node (N)

    NX Regional Lymph node tidak bisa dinilai

    N0 Tidak ada regional lymph node

    metastasis

    N1 Metastasis bisa digerakakan, lymph

    node axila ipsilateral

    N2 Metastasis di ipsilateral axila lymph

    node terfiksasi, atau secara klinis

    tampak ipsilateral internal mammary

    node pada kasus absennya tanda

    metastasis axila lymph node metastasis

    N2a Metastasis di ipsilateral axila lymph

    node terfiksasi satu dengan yang lain

    atau struktur sekitar

    N2b Metastasis hanya pada kasus ipsilateral

    internal mammary node dan pada kasus

    absennya tanda metastasis di axila

    lymph node

    N3 Metastasis di ipsilateral infraklavikula

    lymph node, atau secara klinis tampak

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    19/33

    ipsilateral internal mammary lymph

    node dan dijumpainya axila lymph nodemetastasis atau metastasis di ipsilateral

    supraklavikula lymph node

    N3a Metastasis di ipsilateral Infraklavikula

    lymph node dan axillary lymph node

    N3b Metastasis pada ipsilateral internal

    mammary lymph node dan axila lymph

    node

    N3c Metastasis pada ipsilateral

    supraklavikula lymph node

    Metastasis Jauh (M)

    MX Metastasis jauh tidak bisa dinilai

    M0 Tidak ada metastasis jauh

    M1 Terdapat metastasis jauh

    Pengelompokan Stadium AJCC 2002

    Stadium 0 Tis N0 M0

    Stadium 1 T1 N0 M0

    Stadium II A T0

    T1

    T2

    N1

    N1

    N0

    M0

    M0

    M0

    Stadium II B T2

    T3

    N1

    N0

    M0

    M0

    Stadium III A T0

    T1

    T2

    T3

    N2

    N2

    N2

    N1

    M0

    M0

    M0

    M0

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    20/33

    T3 N2 M0

    Stadium III B T4T4

    T4

    N0N1

    N2

    M0M0

    M0

    Stadium III C Setiap T N3 M0

    Stadium IV Setiap T Setiap N M1

    2.10. Penatalaksanaan

    Pengobatan stadium dini akan memberikan harapan kesembuhan dan

    harapan hidup yang baik. Secara umum, pengobatan pada penderita kanker

    meliputi 2 tujuan, yaitu:

    a. Terapi KuratifTerapi kuratif adalah tujuan utama terapi pada pasien kanker untuk

    menghilangkan kanker tersebut. Dalam pelaksanaannya, terapi pada pasien

    kanker tidak dapat mempertahankan asas primum non nocere karena

    dalam pemberian terapi kuratif, akan diberikan sejumlah zat kemoterapi

    tertentu atau radiasi yang bersifat toksik terhadap bagian tubuh yang lain

    yang tidak terkena kanker. Terapi kuratif dapat berupa bedah radikal,

    kemoterapi, radiasi, imunoterapi atau kombinasi dari keempat modalitas

    tersebut (Harrisons, 2006).

    b. Terapi PaliatifTerapi paliatif diberikan jika tujuan utama terapi kuratif tidak tercapai.

    Tujuan terapi paliatif adalah untuk mengurangi gejala, dan meningkatkan

    kualitas hidup pasien dengan kanker pada pasien yang tidak mungkin

    sembuh. Ketika tujuan terapi adalah sebagai paliatif, maka efek toksisitas

    kemoterapi atau radiasi harus diminimalisir (Harrisons, 2006).

    Terapi pada kanker payudara tergantung dari stadiumnya. Adapun

    jenis-jenis terapinya adalah:

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    21/33

    a. Pembedahan (Swart, 2014)Pada stadium I, II, dan III, dan terapi bersifat kuratif. Semakin dini

    terapi dimulai, semakin tinggi akurasinya. Pengobatan pada stadium I, II,

    dan III adalah operasi primer, sedangkan terapi lain bersifat adjuvant.

    Untuk stadium I dan II, pengobatan adalah radikal mastektomi atau

    radikal mastektomi modifikasi dengan atau tanpa radiasi atau sitostatika

    adjuvant. Terapi radiasi dan sitostatika adjuvant diberikan jika kelenjar

    getah bening aksila mengandung metastasis.

    - Mastektomi RadikalYaitu pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2

    cm di sekitarnya, glandula mammae (seluruh payudara), fasis M.

    Pectoralis Mayor, M. Pectoralis mayor, M. Pectoralis minor disertai

    diseksi aksila. Diseksi aksila adalah pengangkatan semua isi rongga

    aksila kecuali arteri, vena dan saraf yang bermakna. Teknik operasi ini

    dapat pula dimodifikasi menjadi mastektomi radikal modifikasi Madden,

    dimana M.pektoralis mayor tidak diangkat. Operasi ini bersifat kuratif

    dan dilakukan untuk tumor yang berada pada stadium operable yaitu

    stadium I, II, dan III awal. Mastektomi radikal dapat diikuti dengan atau

    tanpa radiasi dan sitostatika adjuvant tergantung dari keadaan KGB

    aksila.

    - Mastektomi sederhanaYaitu pengangkatan puting dan areola, serta kulit diatas tumor dan 2

    cm di sekitarnya, dan glandula mammae. Pada stadium IIIa, operasi

    berupa mastektomi sederhana. Teknik operasi ini hampir sama dengan

    teknik pada operasi mastektomi radikal, namun pada teknik ini tidak

    dilakukan diseksi aksila. Setiap mastektomi sederhana harus diikuti oleh

    radiasi (radioterapi) untuk mengatasi mikrometastasis atau metastasis

    kelenjar getah bening. Kombinasi mastektomi sederhana dengan radiasi

    mempunyai efektivitas yag sama dengan mastektomi radikal.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    22/33

    - Breast Converting Treatment (Swart, 2014)Yaitu pengangkatan tumor dengan batas sayatan bebas

    (tumorektomi, segmentektomi, atau kwadrantektomi) dan diseksi aksila

    diikuti dengan radiasi kuratif. Operasi ini dilakukan untuk tumor stadium

    dini yaitu stadium I dan II dengan ukuran tumor 3 cm; untuk yang lebih

    besar belum dikerjakan dan mempunyai prognosis yang lebih buruk

    daripada terapi radikal.

    b. Kemoterapi (Abdulmuthalib, 2006)Terapi ini bersifat sistemik dan bekerja pada tingkat sel. Terutama

    diberikan pada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tapi

    dapat pula diberikan pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi

    mastektomi, yang bersifat adjuvant.

    Kanker payudara stadium IV, pengobatan yang primer adalah

    bersifat sistemik. Terapi ini berupa kemoterapi dan terapi hormonal.

    Radiasi kadang diperlukan untuk paliatif pada daerah-daerah tulang yang

    mengandung metastasis.

    Pilihan terapi sistemik dipengaruhi pula oleh terapi lokal yang dapat

    dilakukan, keadaan umum pasien, reseptor hormon dan penilaian klinis.

    Karena terapi sistemik bersifat paliatif, maka harus dipikirkan toksisitas

    yang potensial terjadi.

    Kanker payudara dapat berespon terhadap agen kemoterapi, antara

    lain anthrasikin, agen alkilasi, tanxane, dan anti metabolit. Kombinasi dari

    agen tersebut dapat memperbaiki respon namun hanya memiliki efek yang

    sedikit untuk meningkatkan survival rate. Pemilihan kombinasi agen

    kemoterapi tergantung pada kemoterapi adjuvant yang telah diberikan dan

    jenisnya. Jika pasien telah mendapat kemoterapi adjuvant dengan agen

    Cyclophosphamide, Methotrexat, dan 5-fluorouracil (CMF), maka pasien

    ini tidak mendapat agen yang sama dengan yang didapat sebelumnya.

    Untuk pasien dengan kanker payudara dapat diberikan kemoterapi

    intravena (IV). Cara pemberian kemoterapi IV bervariasi, tergantung jenis

    obat.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    23/33

    c. Radioterapi (Abdulmuthalib, 2006)Merupakan terapi utama untuk kanker payudara stadium IIIb

    (locally advanced), dan diikuti oleh modalitas lain yaitu terapi hormonal

    dan kemoterapi. Radiasi terkadang diperlukan untuk paliasi didaerah

    tulang weight bearing yang mengandung metastase atau pada tumor bed

    yang berdarah difus dan berbau yang mengganggu sekitarnya.

    Prinsip dasar radiasi adalah memberikan stress fisik pada sel

    kanker yang berada pada keadaan membelah sehingga terjadi kerusakan

    DNA dan menyebabkan terbentuknya radikal bebas dari air yang dapat

    merusak membran, protein, dan organel sel. Tingkat keparahan radiasi

    tergantung pada oksigen. Sel yang hipoksia akan lebih resisten terhadap

    radiasi dibandingkan dengan sel yang tidak hipoksia. Hal ini terjadi

    karena radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel berasal dari

    oksigen. Oleh karena itu,pemberian oksigen dapat meningkatkan

    sensitivitas radiasi.

    d. Terapi hormonal (Abdulmuthalib, 2006)Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV.

    Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi

    target dari agen terapi kanker. Ketika berikatan dengan ligand, reseptor

    ini mengurangi transkripsi gen dan menginduksi apoptosis.

    Jaringan payudara mengandung reseptor estrogen. Kanker

    payudara primer atau metastasis juga mengandung reseptor tersebut.

    Tumor dengan reseptor estrogen tanpa ada reseptor progesteron memiliki

    respon sebesar 30%, sedangkan jika memiliki reseptor estrogen dan

    progesteron, respon terapi dapat mencapai 70%.

    Pemilihan terapi endokrin atau hormonal berdasarkan toksisitas

    dan ketersediaan. Pada banyak pasien, terapi endokrin inisial berupa

    inhibitor aromatase. Untuk wanita dengan reseptor estrogen yang positif,

    respon terhadap inhibitor aromatase lebih besar dibandingkan dengan

    tamoxifen.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    24/33

    Tamoxifen paling sering digunakan sebagai terapi adjuvant pada

    perempuan dengan kanker payudara yang telah direseksi. Penggunaan

    tamoxifen harus diteruskan selama 5 tahun. Pada pasien dengan kanker

    payudara yang telah metastasis, lebih sering digunakan inhibitor

    aromatase. Namun, bagi pasien yang memburuk setelah mendapat

    inhibitor aromatase, tamoxifen dapat memberikan manfaat. Selain itu,

    tamoxifen juga bermanfaat sebagai kemopreventif kanker payudara.

    Dosis standard tamoxifen adalah 20 mg, dengan pemberian 1 kali

    sehari karena waktu paruh yang panjang. Efek samping yang dapat

    ditimbulkan antara lain hot flushes, kelainan sekresi cairan vagina dan

    toksisitas retina, walaupun tidak mengancam penglihatan. Efek samping

    yang harus diperhatikan adalah bahwa tamoxifen dapat menyebabkan

    penurunan densitas tulang pada wanita premenopause dan kanker

    endometrium.

    Pemberian terapi hormonal dibedakan tiga golongan penderita

    menurut status mensturasi:

    PremenopauseTerapi hormonal yang diberikan berupa ablasi yaitu bilateral

    oopharektomi

    PostmenopauseTerapi hormonal yang diberikan berupa pemberian obat anti

    estrogen

    1-5 tahun menopauseJenis terapi hormonal tergantung dari aktifitas efek estrogen.

    Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, jika efek estrogen

    negatif maka dilakukan pemberian obat-obatan anti estrogen.

    2.11. Komplikasi

    Komplikasi yang berhubungan dengan kanker payudara sering

    disebabkan oleh efek samping daripada tipe pengobatan yang dilakukan dan

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    25/33

    berbeda respon antara pasien yang satu dengan yang lain. Tipe pengobatan

    yang dijalani pasien antara lain (Burkhead, 2010) :

    a. KemoterapiSering mempengaruhi traktus digestivus (mual dan muntah) dan

    menganggu proses pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang

    belakang.

    Pada wanita pre-menopause, komplikasi terseringnya adalah

    kerusakan ovari yang menyebabkan produksi hormon terganggu bahkan

    terhenti sehingga menimbulkan gejala seperti menopause (keringnya vagina,

    osteoporosis), periode mens terganggu dan sulit untuk hamil.

    b. Radiasi terapi dan hormonSering menyebabkan komplikasi berupa peningkatan risiko

    osteoporosis sehingga monitoring densitas mineral tulang menjadi hal yang

    wajib dilakukan.

    c. MastektomiKomplikasi yang sering terjadi cenderung mengarah ke psikologis

    pasien di mana pasien merasa tidak nyaman kehilangan satu atau kedua

    payudara.

    2.12. Prognosis

    Banyak prognosis dan faktor predisposiss untuk kanker payudara yang

    telah diidentifikasi College of American Pathologistsebagai petunjuk dalam

    tatalaksana wanita dengan kanker payudara, antara lain (NICR, 2011) :

    a. Axial lymph node statusb. Ukuran tumorc. Invasi limfati/vaskulard. Usia pasiene. Tingkatan histologik

    f. Subtipe histologik (tubular, musinus atau papiler)g. Respon pada terapi neoadjuvan

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    26/33

    BAB 3

    LAPORAN KASUS

    Identitas Pasien

    Nama : Isdariyah br Panjaitan

    Umur : 44 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Suku : Batak

    Agama : Kristen

    Status : Sudah menikah

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Pendidikan : Tamat SMP

    Alamat : Jl Perintis Kemerdekaan Dusun IV Tanjung Morawa

    Anamnesis Utama

    Keluhan utama : Benjolan pada payudara kanan

    Telaah : Hal ini dialami oleh pasien sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya

    benjolan pada payudara kanan pasien sebesar kelereng dan semakin lama bertambah

    besar. Satu tahun terakhir benjolan sudah sebesar telur ayam. Benjolan teraba keras

    dan terasa nyeri dimana nyeri bersifat hilang timbul, terlokalisisasi, dan berdenyut.

    Perubahan warna kulit dijumpai, keluar cairan dari puting tidak dijumpai, luka pada

    payudara tidak dijumpai, penarikan puting tidak dijumpai, dan benjolan di leher dan

    ketiak dijumpai. Benjolan di ketiak dan leher terasa keras dan nyeri. Saat sedang

    mensturasi pasien tidak mengeluhkan benjolan di payudara terasa lebih nyeri. Riwayat

    penurunan berat badan pasien 6 bulan yang lalu dari 60 kg sekarang 52 kg. Riwayat

    demam tidak dijumpai. Haid pertama pasien pada usia 12 tahun. Pasien sudah menikah

    dengan satu anak dan melahirkan anak pertama pada usia 31 tahun. Riwayat menyusui

    dijumpai selama 3 bulan. Riwayat pemakaian KB suntik 3 bulan. Riwayat trauma

    tidak dijumpai. Riwayat merokok tidak dijumpai. Riwayat minum alkohol tidak

    dijumpai. Riwayat operasi sebelumnya dijumpai (operasi sesar). Riwayat keluarga

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    27/33

    (ibu, kakak, dan anak) yang menderita penyakit keganasan tidak dijumpai. Riwayat

    batuk dan sesak nafas tidak dijumpai. Namun, pasien mengeluhkan nyeri pada perut

    sebelah kanan yang tidak menyebar dan dirasakan terus menerus. Pada bulan

    September tahun 2013 sudah dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan hasil

    invasive duct carsinoma mammae grade I. Pasien kemudian menjalani kemoterapi

    siklus pertama di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada bulan September tahun 2013.

    Namun, pasien tidak datang lagi untuk melanjutkan siklus kedua pada bulan

    berikutnya.

    Riwayat penyakit terdahulu : kanker payudara

    Riwayat penggunaan obat : obat-obat kemoterapi

    Pemeriksaan Umum

    Status presens :

    Karnofsky scale : 70

    VAS : 4

    Tanda Vital :

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 92 x/i

    Suhu : 36,7oC

    Pernafasan : 22 x/i

    Pemeriksaan Fisik

    Mata : Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

    RC(+/+), pupil isokor, diameter 3 mm

    T/H/M : dalam batas normal

    Leher : teraba benjolan KGB di regio supraklavikula kanan,konsistensi

    keras, permukan rata, immobile, berbatas tegas, nyeri (+), ukuran

    2 cm x 2 cm

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    28/33

    Paru : I : simetris fusiformis

    P : SF kanan=kiri, kesan normal

    Pr : sonor kedua lapangan

    A : SP : vesikuler

    ST : ronki (-/-)

    Jantung : S1, S2 normal, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen : I : simetris

    P : soepel, teraba benjolan pada regio hypochondrium kanan,

    konsistensi keras, permukaan kasar, immobile, berbatas

    tidak tegas, nyeri (+)

    Pr : beda pada regio hypochondrium kanan

    A : peristaltik (+) normal

    Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2

    Status lokalisata ( Payudara):Inspeksi:

    Posisi duduk dengan kedua lengan disamping:

    Payudara tampak tidak simetris. Payudara kiri tidak dijumpai kelainan. Tampak

    benjolan pada kuadran medial bawah payudara kanan, sewarna dengan kulit.

    Pemekaran pembuluh darah (-), tarikan pada kulit dan puting (-), peau d orange

    (+), ulkus (-), ekzema (-), warna kemerahan pada kulit (-), fistel (-), sikatriks (+).

    Posisi duduk dengan kedua lengan di atas kepala:

    Benjolan/ tanda-tanda radang di aksila kanan (+)

    Posisi duduk dengan kacak pinggang:

    Benjolan supraklavikula kanan(+)

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    29/33

    Palpasi:

    Payudara kiri : Tidak teraba massa

    Payudara kanan: teraba massa pada kuadran medial bawah, konsistensi keras,

    permukaan berbenjol-benjol, batas tegas, immobile, nyeri (+), diameter terbesar

    8 cm, cairan dari putting (-)

    KGB aksila: teraba pembesaran KGB

    KGB supra klavikula : teraba pembesaran KGB

    KGB infra klavikula: tidak teraba pembesaran KGB

    Berat badan : 52 kg

    Tinggi badan : 142 cm

    Diagnosis Kerja : Kanker Payudara Kanan T4bN3cMx

    Terapi : IVFD RL 20 gtt/i

    Threeway terpasang

    Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam

    Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam

    Rencana : DL, LFT, RFT, KGD, Foto thorax PA, USG liver

    Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 12 April 2014

    Darah Lengkap :

    Hemoglobin : 10,50 gr%

    Eritrosit : 3,40 x 106/mm3

    Hematokrit : 30,3%

    Leukosit : 7.740 /mm3

    Trombosit : 312.000 /mm3

    Neutrofil absolut : 5,24x103/uL

    Kimia Klinik :

    KGD ad random : 82,3 mg/dL

    Ureum : 19,20 mg/dL

    Kreatinin : 1,05 mg/dL

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    30/33

    SGOT : 42 U/L

    SGPT : 11 U/L

    Hasil Pembacaan Foto Thorax Tanggal 12 April 2014

    Kesimpulan :Tidak tampak metastasis paru

    Pemeriksaan USG Liver pada Tanggal 17 April 2014 :

    Kesimpulan :Nodul di liver lobus kanan ukuran 3 cm x 2 cm, gambaran sesuai

    metastasis liver

    Diagnosis Definitif : Kanker Payudara kanan T4bN3cM1 (liver)

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    31/33

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    Sesuai dengan teori, dari anamnesis didapatkan pasien memiliki beberapa

    faktor resiko terjadinya kanker payudara yaitu wanita, usia diatas 40 tahun,

    melahirkan anak pertama pada usia 31 tahun, riwayat penurunan berat badan

    pasien >10% selama 6 bulan ini.

    Pasien merupakan pasien lama RS HAM Medan, datang dengan keluhan

    terdapat benjolan pada payudara kanan pasien sudah dialami sejak 3 tahun yang

    lalu, awalnya berukuran seperti kelereng dan satu tahun terakhir ini berukuran

    seperti telur ayam. Benjolan teraba keras dan terasa nyeri yang bersifat hilang

    timbul, terlokalisasi, dan berdenyut. Perubahan warna kulit dijumpai. Saat

    mensturasi pasien tidak ada mengeluhkan benjolan di payudara terasa lebih nyeri.

    Riwayat demam tidak dijumpai. Riwayat trauma tidak dijumpai. Pada bulan

    september 2013, pasien sudah dilakukan pemeriksaan histopatologi dengan hasil

    invasive duct carcinoma mammae grade 1. Dan pasien dikemoterapi siklus

    pertama di RS HAM Medan. Namun pasien tidak melanjutkan kemoterapi siklus

    kedua pada bulan berikutnya.

    Pasien sekarang datang ke RS HAM dengan keluhan yang sama terdapat

    benjolan pada payudara kanan, dan terdapat benjolan di leher dan ketiak, benjolan

    tersebut terasa keras dan nyeri. Pada inspeksi tampak benjolan pada kuadran

    medial bawah payudara kanan, sewarna dengan kulit. Pemekaran pembuluh darah

    (-), tarikan pada kulit dan puting (-), peau d orange (+), ulkus (-), ekzema (-),

    warna kemerahan pada kulit (-), fistel (-), sikatriks (+). Pada palpasi terababenjolan pada payudara kanan pada kuadran medial bawah payudara kanan

    berkonsistensi keras, permukaan berbenjol-benjol, batas tegas, immobile, nyeri

    (+), diameter terbesar 8 cm, cairan dari putting (-). Pasien juga mengeluhkan

    nyeri pada perut kanan tidak menyebar dan dirasakan terus menerus. Riwayat

    batuk dan sesak nafas tidak dijumpai. Dan pada pemeriksaan fisik teraba benjolan

    KGB di regio supraklavikula kanan ,konsistensi keras, permukan rata, immobile,

    berbatas tegas, nyeri (+), ukuran 2 cm x 2 cm. Pada abdomen saat palpasi

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    32/33

    teraba benjolan pada regio hypochondrium kanan, konsistensi keras, permukaan

    kasar, immobile, berbatas tidak tegas, nyeri (+). Maka disangkakan pasien

    mengalami regional metastasis ke KGB di aksila dan regio supraklavikula dan

    distant metastasis ke Liver. Maka dilakukan pemeriksaan Foto Thorax dan USG

    Liver untuk menilai apakah sudah terdapat metastasis ke Paru dan Liver. Dari

    hasil foto thorax tidak dijumpai kelainan. Dari USG Liver didapatkan Nodul di

    liver lobus kanan ukuran 3 cm x 2 cm, gambaran sesuai metastasis liver.

    Menurut staging AJCC 2002 dengan sistem TNM, pasien distaging

    T4bN3cM1(liver). Dikatakan T4b karena tampilan benjolan pada payudara kanan

    pasien terdapat peau d orange dan tidak ada tarikan pada putting maka ekspansi

    sel kanker hanya kekulit tidak ke dinding dada. Dikatakan N3c karena pasien

    terdapat metastasis pada ipsilateral supraklavikula lymph node. Dikatakan

    M1(Liver) karena dari hasil pemeriksaan USG Liver didapatkan tanda metastasis

    ke liver.

    Pasien didiagnosa dengan kanker payudara kanan T4bN3cM1(Liver),

    pasien sudah masuk stadium IV menurut pengelompokan stadium AJCC 2002.

  • 5/26/2018 1 ca mamae fix

    33/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Kareem, I.H., 2013.A Review on Aetio-Pathogenesis of Breast Cancer.J

    Genet Syndr Gene Ther 2013, 4:5. Available online from:

    http://dx.doi.org/10.4172/2157-7412.1000142.

    Abdul Muthalib., Prinsip Dasar Terapi Sistemik pada Kanker, Dalam : Aru W

    Sudoyo, dkk. Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta:

    2006.

    Burkhead, S. Breast Cancer Complications in Healthline Editorial Team. 2010.

    Northern Ireland Cancer Registry (NICR).Cancer Survival Online

    Statistics. Breast.Accessed September 2011.

    Fink DJ, Mettlin CJ.American Cancer Society Textbook of Clinical Oncology.

    2nd ed. 1995;128-193.

    Harris J, et al. Cancer: Principles & Practice of Oncology.5th ed. 1997;1557-

    1616.

    Harrisons. T. R., Princinciples of Internal Medicine, 16th ed, McGraw-Hill Book

    Co. Inc, New York, 2006.

    Haryono, Samuel J., 2010. Payudara. In: Sjamsuhidajat, R.,Buku Ajar Ilmu Bedah

    Sjamsuhidajat-De Jong Edisi 3. Jakarta: EGC, 471-497.

    Kumar V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis

    of Disease. 7thed. Saunders : Philadelphia.

    Swart. R, et.al., Breast Cancer: Treatment. Diundah dariwww.medscape.com.

    Diakses tanggal: 22 april 2014.

    Timp, Sheila., Analysis of Temporal Mammogram Pairs to Detect and

    Characterise Mass Lesions, Groningen, 2006. Available from:

    www.breastcancer.org[Accessed 22 April 2014].

    Tripathy D, Henderson IC. Current Cancer Therapeutics.3rd ed. 1999;123-129.

    Swart, R., Downey, L., Lang, J., Thompson P. A., Livingston, R. B., and

    Stopeck, A. T., 2010.Breast Cancer. Available from:

    http://emedicine.medscape.com[Accessed 22 April 2014].

    http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.breastcancer.org/http://www.breastcancer.org/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://www.breastcancer.org/http://www.medscape.com/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/http://www.qub.ac.uk/research-centres/nicr/CancerData/OnlineStatistics/