Post on 05-Feb-2018
KONVERSI ENERGI PAKAN DOMBA EKOR TIPIS YANG DIBERI PAKAN
AMPAS TAHU KERING PADA ARAS YANG BERBEDA
Sugiyono, S. Bulu, H. Cahyanto, M. Arifin, E. Rianto dan A. Purnomoadi
(Fakultas Peternakan UNDARIS Ungaran)
ABSTRACT
This experiment was conducted to evaluate the effect of different level of dry
soybean dregs to sheep on average daily gain (ADG), dry mater intake (DMI), gross
energy intake (GEI), feed coversion and energi males Javanese thin-tail sheep of male
given by dry soybean dregs. Completely randomized design with 3 treatment and 4
replication Javanese thin-tail sheep of male, aged 9-12 months with body wight
200,95 kg Treatment [of] T1= 150 g ( 20% dry soybean dregs from dry mater
consumption at wight early), T2= 300 g ( 40% dry soybean dregs from dry mater
consumption at wight early), T3= 450 g ( 60% dry soybean dregs from dry mater
consumption at wight early) and all treatment given rumput Gajah ad libitum. Data
were analysed with using analysis of variance and orthogonal polynomial, continued by
Duncan multiple test. The increase of soybean dregs in the significantly (P<0,01)
increased the average daily gain (ADG) (41,50; 65,75 and 96,25 g), significantly
(P<0,01) increased dry mater intake (DMI) (702,07; 779,33; 835,29 g/h), significantly
(P<0,01) increased gross energy intake (GEI) (12,682; 14,441 and 15,813 MJ/h). The
other result efficiency of feed coversion not significantly (P>0,05), but the tendency
increased (13, 05; 12,04 and 8,81) and efficiency energy conversion not significantly
(P>0,05) but the tendency increased (0,472; 0,223 and 0,167 MJ/g). It was concluded
that the increase of soybean dregs caused increased ADG, DMI, GEI, efficiency of feed
conversion and energy conversion.
Keyword: Javanese thin-tail sheep, dry soybean dregs, efficiency of freed coversion and
energy conversion.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengevaluasi efek dari tingkat ampas tahu
kering yang berbeda terhadap pertambahan bobot badan harian (PBBH), konsumsi
bahan kering (BK), konsumsi energi, efisiensi BK pakan dan efisiensi energi pakan
pada domba lokal ekor tipis jantan. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap dengan 3 perlakuan dan 4 ulangan. Domba lokal ekor tipis jantan sebanyak 12
ekor berumur 9-12 bulan dengan bobot badan 20±0,95 kg, sedangkan perlakuan pakan
yang diberikan adalah AT150= 150 g (20% ampas tahu kering dari konsumsi bahan
kering pada bobot awal), AT300= 300 g (40% ampas tahu kering dari konsumsi bahan
kering pada bobot awal) AT450= 450 g (60% ampas tahu kering dari konsumsi bahan
kering pada bobot awal) dan semua perlakuan diberikan pakan basal rumput Gajah
secara ad libitum. Data dianalisis dengan analisis kovarians, polynomial orthogonal,
dan dilanjutkan dengan uji Wilayah Ganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan ampas tahu kering sangat nyata (P<0,01) meningkatkan PBBH,
konsumsi BK dan konsumsi energi, sedangkan efisiensi konversi BK pakan dan energi
pakan tidak berbeda nyata (P>0,05). Pertambahan bobot badan harian (PBBH) pada
AT450 sebesar 96,25 g sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar
65,75 g dan AT150 sebesar 41,50 g. Konsumsi BK pada AT450 sebesar 835,286 g/h
sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar 779,333 g/h dan AT150
sebesar 702,070 g/h. Konsumsi energi (GEI) pada perlakuan AT450 sebesar 15,813
MJ/h sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada AT300 sebesar 14,441 MJ/h dan
AT150 sebesar 12,682 MJ/h, sedangkan konsumsi energi pada AT300 sangat nyata
(P<0,01) lebih besar daripada AT150. Efisiensi konversi BK pakan pada AT150;
AT300 dan AT450 sebesar 13,05: 12,04 dan 8,81. Efisiensi konversi energi pakan pada
AT150; AT300 dan AT450 sebesar 0,471 MJ/g; 0,233 MJ/g dan 0,167 MJ/g.
Kesimpulan dar hasil penelitian adalah peningkatan pemberian ampas tahu kering
sampai dengan 450 g akan meningkatan PBBH, konsumsi BK pakan dann konsumsi
energi pakan secara linier (P<0,05), sedangkan efisiensi konversi BK pakan dan energi
pakan terjadi kenderungan peningkatan.
Kata kunci: Ampas tahu kering, Domba lokal ekor tipis, PBBH, konsumsi BK pakan,
konsumsi energi pakan efisiensi BK dan energi pakan.
PENDAHULUAN
Domba lokal ekor tipis mempunyai keunggulan dan kelemahan. Keunggulannya
antara lain: disukai petani di pedesaan karena lebih tahan terhadap pakan yang kurang
berkualitas, lebih tahan terhadap penyakit dan dagingnya disukai masyarakat. Khusus
di Jawa Tengah domba lokal dapat menyumbangkan produksinya dalam bentuk karkas
sebesar 13.670.000 kg dan daging sebesar 5.018.093 kg dalam memenuhi kebutuhan
protein hewani (Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah, 2002). Kelemahan
peternakan domba lokal ekor tipis yang ada di masyarakat petani pedesaan adalah,
domba dipelihara secara tradisional yang ditandai dengan jumlah pemelihaaran yang
sedikit, pemberian pakan kurang berkualitas dan pengendalian terhadap penyakit yang
masih terbatas.
Pakan merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak
Kondisi pakan (kualitas dan kuantitas) yang tidak mencukupi kebutuhan, dapat
menyebabkan produktivitas ternak rendah, antara lain ditunjukkan dengan pertambahan
bobot badan domba.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi guna mendukung
produktivitas ternak domba diantaranya dapat dilakukan melalui perbaikan manajemen
pemberian pakan. Pakan ternak yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat, karena
kedua bahan pakan dapat menghasilkan zat pakan dan energi yang lebih baik daripada
diberikan hijauan saja. Pakan yang berkualitas dalam jumlah yang cukup penting untuk
kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi ternak.
Ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan oleh industri pengolahan kedelai
menjadi tahu dengan kandungan zat pakan yang lengkap dan protein kasar sebesar
18,87% sehingga ampas tahu bisa digunakan sebagai bahan pakan ternak khususnya
ruminansia. Ampas tahu yang akan diberikan sebagai pakan ternak sebaiknya dijemur
dan digiling terlebih dahulu untuk mendapatkan daya simpan yang lebih lama dan lebih
mudah dalam penyajian pakannya (Masturi et al., 1992).
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan domba ekor tipis jantan sebanyak 12 ekor, rata-rata
bobot badan awal 20±0,95 kg, berumur 9-12 bulan (gigi seri sudah tumbuh semua dan
belum ada yang poel).
Pakan yang diberikan terdiri dari hijauan rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
yang dicacah dengan ukuran 3-5 cm dan konsentrat berupa ampas tahu kering.
Kandungan nutrisi rumput gajah adalah BK 21%; PK 6,55%; LK 1,84%; SK 35,38%;
BETN 35,33%; Ca 0,59%; P 0,43%; abu 12,71% dan 4178,3 kal/g. Ampas tahu yang
diberikan dalam bentuk kering diperoleh dari pengeringan sinar matahari dan
kandungan bahan keringnya sebesar 79%. Kandungan nutrisi ampas tahu kering adalah
Bk 74%; PK 19,45%; LK 6,55%; SK 21,65%; BETN 42,77%; Ca 0,88%; P 0,60%; abu
4,80% dan 4924,5 kal/g.
Peralatan yang digunakan antara lain: timbangan ternak, timbangan duduk,
kandang digesti, oven dan Methane analyzer. Timbangan ternak yang digunankan
adalah merk “Protinal” kapasitas 300 kg dengan kepekaan 0,1 kg digunakan untuk
menimbang bobot badan ternak. Timbangan duduk merk “Five Goats” kapasitas 5 kg
dengan kepekaan 0,01 kg digunakan untuk menimbang konsentrat dan rumput Gajah.
Kandang digesti merupakan kandang individu yang dilengkapi dengan tempat
penampung feses yang terbuat dari kawat ram dengan ukuran 0,5 cm2 dan penampung
urin yang terbuat dari seng. Kandang digesti digunakan untuk menampung feses dan
urin selama periode koleksi. Oven “Memmert” buatan Jerman digunakan untuk
mengeringkan rumput Gajah, ampas tahu, feses dan urin.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancanagn Acak Lengkap (RAL)
dengan 3 perlakuan (T) dan 4 ulangan (r) berarti ada12 unit percobaan (n). Pengacakan
pertama dilakukan terhadap 12 materi domba ke dalam kandang individu perlakuan,
pengacakan kedua dilakukan terhadap perlakuan 12 materi ternak domba. Pengacakan
dilakukan secara undian.
Perlakuan pakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
T1= Ampas tahu kering 150 g (20% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal)
T2= Ampas tahu kering 300 g (40% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal)
T3= Ampas tahu kering 450 g (60% dari konsumsi bahan kering pada bobot awal)
Semua perlakuan diberikan pakan basal rumput Gajah secara ad libitum.
Data Yang diamati adalah: Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi
BK pakan, energi pakan (GEI), BK Total tercerna, Energi Tercerna/DE, Konversi BK
Pakan dan Konversi energi pakan.
PBBH diperoleh dengan perhitungan bobot badan akhir domba (kg) dikurangi
bobot awal domba (kg) dibagi dengan jumlah hari (lama penelitian). Konsumsi pakan
diperoleh dari pengurangan jumlah pakan yang disajikan dengan sisa pakan setiap hari,
meliputi konsumsi bahan kering (BK) dan energi. Konsumsi BK (g) diperoleh dari
jumlah pakan yang dikonsumsi dikali dengan persen (%) BK pakan berdasarkan analisis
laboratorium. BK Total tercerna (g) diperoleh dari konsumsi BK Total selama 12
minggu perlakuan dikali dengan kecernaan BK. Energi Tercerna/DE (MJ/h) diperoleh
dari GEI dikurangi dengan energi yang keluar melalui feses (FE). Konversi BK Pakan
adalah banyaknya pakan (BK) yang digunakan untuk menghasilkan satu satuan
produksi. Konversi Energi Pakan (MJ/g) adalah banyaknya energi yang
dikonsumsi/GEI (MJ) yang digunakan untuk menghasilkan 1 g PBBH.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian ditabulasi diuji normalitas
dengan menggunakan program komputer Minitab release 11. Selanjutnya dianalisis
ragam, uji Wilayah Ganda Duncan dan Polynomial Orthogonal dengan menggunakan
program SAS versi 6.12 (Mattjik dan Sumertajaya, 2000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Bahan Kering (BK)
Konsumsi bahan kering (BK) total domba ekor tipis jantan yang diberi pakan
ampas tahu kering tercantum pada Tabel 1 dengan perhitungan. Berdasarkan analisis
statistik diketahui bahwa rata-rata konsumsi BK total domba ekor tipis yang diberi
pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan. Konsumsi BK
Total meningkat sesuai dengan peningkatan level ampas tahu kering dalam pakan dan
BK tercerna.
Tabel 1. Rata-rata Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), Konsumsi Bahan
Kering (BK) Total, BK Rumput Gajah, BK Ampas Tahu Kering, BK
Total Tercerna, dan Konversi BK Pakan serta Konversi Energi Pakan.
Perlakuan
Parameter AT150 AT300 AT450 P
PBBH (g/h) 41,50A 65,75A 96,25B 0,0052
Konsumsi BK Total (g/h) 702,070A 779,333 A 835,286B 0,0088
Konsumsi BK Rumput Gajah (g/h) 570,790A 517,246 AB 447,189B 0,0108
Konsumsi BK Ampas Tahu (g/h) 131,100 262,087 388,097
BK Total Tercerna (g/h) 430,320A 504,618AB 594,974B 0,0120
GEI Total (MJ/h) 12,682A 14,441B 15,813C 0,0014
GEI Rumput Gajah (MJ/h) 7,817A 9,041AB 9,980B 0,0108
GEI Ampas Tahu (MJ/h) 2,700 5,383 8,064
DE (MJ/h) 8,088A 9,742B 11,627C 0,0025
Konversi BK Pakan 13,05A 12,04A 8,81A 0,1650
Konversi Energi Pakan (MJ/g) 0,472A 0,223A 0,167 0,2429
Keterangan: Superkrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan
yang nyata (A,B,C; P<0,01), (a,b,c; P<0,05).
Konsumsi BK pada domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering
sebanyak 450 g sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada domba ekor tipis dengan
pemberian ampas tahu 300 g dan 150 g. Konsumsi BK total pada domba ekor tipis
yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 150 g tidak berbeda nyata (P>0,05)
dengan 300 g. Peningkatan konsumsi BK total ini sejalan dengan peningkatan
pemberian ampas tahu kering dan penurunan konsumsi BK rumput Gajah yaitu
570,790 g/h pada perlakuan AT150; 517,246 g/h pada perlakuan AT300 dan 447,189
g/h pada perlakuan AT450. Konsumsi BK total per bobot badan domba meningkat
dengan peningkatan ampas tahu yaitu dari 3,19% pada perlakuan AT150 menjadi
3,21% pada perlakuan AT300 dan 3,35% pada perlakuan AT450. Peningkatan
konsumsi BK total ini diduga disebabkan oleh meningkatnya palatabilitas pakan
(Manurung, 1996).
Peningkatan konsumsi BK total ini diikuti dengan peningkatan BK tercerna.
Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 150 g memberikan BK
tercerna sebesar 428,12 g/h; 300 g sebesar 504,62 g/h dan 450 g sebesar 594,97 g/h.
Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa BK tercerna domba yang diberi pakan
ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar perlakuan.
Konsumsi Energi (Gross Energy Intake;GEI)
Analisis statistik menunjukkan rata-rata energi terkonsumsi (GEI) domba ekor
tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata (P<0,01) antar
perlakuan. Gross Energy Intake pada domba ekor tipis jantan yang diberi ampas tahu
kering sebanyak 450 g sebesar 15,813 MJ/h sangat nyata (P<0,01) lebih besar daripada
300 g sebesar 14,441 MJ/h dan 150 g sebesar 12,682 MJ/h. Peningkatan GEI total ini
disebabkan oleh meningkatnya GEI dari ampas tahu kering yaitu 2,7 MJ/h (setara
dengan 21,29% GEI total) pada perlakuan AT150; 5,383 MJ/h (setara dengan 37,28%
GEI total) pada perlakuan AT300 dan 8,06 MJ/h (setara dengan 50,99% GEI total) pada
perlakuan AT450. Semakin tinggi tingkat kandungan energi pakan, maka semakin
tinggi pula ketersediaan energi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup
pokok danpertumbuhan ( Mathius et al ., 1996).
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)
Data PBBH yang dihasilkan dari domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas
tahu kering disajikan dalam Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa rata-rata
PBBH domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering berbeda sangat nyata
(P<0,01) antar perlakuan. Domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering
sebanyak 450 g sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan 300 g dan 150
g. Domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering sebanyak 300 g tidak
berbeda nyata (P>0,05) dengan 150 g. Peningkatan PBBH tersebut disebabkan oleh
peningkatan konsumsi BK total, BK ampas tahu kering dan BK total tercerna.
Pertambahan bobot badan per hari antara lain dipengaruhi oleh konsumsi bahan kering
total (Ranjhan, 1980). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian
Adiwinarti et al. (2001) yang melaporkan bahwa domba ekor tipis yang diberi pakan
tambahan ampas kedelai mengkonsumsi BK 686,16 g/h; 1130,81 g/h dan 1370,33 g/h
diikuti dengan peningkatan PBBH sebesar 58,00 g/h; 89,72 g/h dan 95,14 g/h.
Hasil uji Polynomial Orthogonal ditunjukkan bahwa pemberian ampas tahu
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap PBBH pada tingkat linier. Hal ini dapat
diartikan bahwa pemberian ampas tahu lebih dari 450 g dapat meningkatkan PBBH
domba sebanding dengan tingkat pemberian ampas tahu.
Efisiensi BK pakan
Rata-rata efisiensi BK pakan domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu
kering dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa efisiensi BK
pakan domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering tidak berbeda nyata
(P>0,05) antar perlakuan. Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering 150 g
mempunyai konversi BK pakan sebesar 13,05; 300 g sebesar 12,04 dan 450 g sebesar
8,8. Ada kecenderungan terjadi penurunan konversi BK pakan atau terjadi peningkatan
efisiensi BK pakan pada peningkatan pemberian ampas tahu kering. Efisiensi pakan
antara lain dipengaruhi oleh bobot badan ternak dan komposisi pakan yang dikonsumsi
(Forbes, 1995). Selanjutnya dinyatakan oleh Haryanto et al. (1995) yang disitasi oleh
Martawidjaja et al. (1999) bahwa konversi pakan yang tinggi diakibatkan oleh
kecernaan pakan yang rendah. Domba perlakuan AT150; AT300 dan AT450 kecernaan
BK total dan konversi pakan sebesar 60,98% dan 13,05; 64,75% dan 12,04; 71,23% dan
8,81. Selanjutnya BK yang tercerna akan dimanfaatkan untuk metabolisme tubuh,
sedangkan BK yang tidak teretensi akan dibuang melalui feses dan urin.
Efisiensi Energi Pakan
Rata-rata efisiensi energi pakan domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu
kering dapat dilihat pada Tabel 1. Analisis statistik menunjukkan bahwa efisiensi energi
pakan domba ekor tipis jantan yang diberi pakan ampas tahu kering tidak berbeda nyata
(P>0,05) antar perlakuan. Domba ekor tipis yang diberi pakan ampas tahu kering 150 g
mempunyai konversi energi pakan sebesar 0,472 MJ/g; 300 g sebesar 0,224 MJ/g dan
450 g sebesar 0,167 MJ/g. Ada kecenderungan terjadi penurunan konversi energi
pakan atau terjadi peningkatan efisiensi energi pakan pada peningkatan pemberian
ampas tahu kering.
KESIMPULAN DAN SARAN
Peningkatan pemberian ampas tahu kering sampai dengan 450 g (60% konsumsi
BK dari bobot awal) dengan pakan basal rumput gajah akan meningkatkan efisiensi BK
dan energi pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwinarti, R, C.M.S. Lestari dan E. Purbowati. 2001. Performans domba yang
diberi pakan tambahan limbah tempe pada aras yang berbeda. Jurnal Produksi
Ternak. Edisi Khusus. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto. Pebruari 2001: 94-102.
Bondi, A. A. 1987. Animal Nutrition. John Wiley dan Sons, Chichester.
Cole, H.H dan Garrett. 1980. Animal Agriculture (The Biology, Husbandry, and Use of
Domestic Animals). W.H. Freeman and Company. San Francisco.
Devendra, C. dan G.B. McLeroy. 1990. Goat and Sheep Production in the Tropics.
Longman Singapore Publisher Pte. Ltd, Singapore.
Direktorat Bina Produksi Peternakan dan Fakultas Peternakan IPB. 1986. Potensi dan
Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Proyek Pembinaan Peternakan Pusat,
Jakarta.
Edey, T.N. 1983. Tropical Sheep and Goat Production. 2-nd ed. Australian Universites
International Development Program (AUIDP). Canberra.
Forbes. J.M. 1995. Volutary Food Intake and Diet selection in Farm Animal. CAB
International, Wallingford.
Gatenby, R.M. 1986. Sheep Production in the Tropics and Subtropics. Longman,
London.
Manurung, T. 1996. Penggunaan hijauan leguminose pakan sebagai sumber protein
ransum sapi potong. J.Ilmu Ternak dan Vet. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. 1 (3): 143-148.
Martawidjaja, M, B. Setiadi, S.S. Sitorus. 1999. Pengaruh tingkat protein-energi
ransum terhadap kinerja produksi kambing kacang muda. Jurnal Ilmu Ternak dan
Veteriner. 4.(3). 167-172.
Mathius, I., M. Martawidjaja, A. Wilson dan T. Manurung.1996. Studi strategi
kebutuhan energi-protein untuk domba lokal: I. Fase pertumbuhan. Jurnal Ilmu
Ternak dan Veteriner. 2.(2): 84-91.
Mattjik, A.A. dan Sumertajaya 2000. Perancangan Percobaan dengan Analisis Aplikasi
SAS dan Minitab. Jilid I edisi 1. IPB Press, Bogor.
Patino, C.P, M.J. Ulyat, C.W. Holmes, T.N. Barry dan K.R. Lassey. 2000. Some rumen
digestion characacteristics and methane emmision in sheep. Proc. Of the 15th
symposium on energy metabolism in animal. Snekkersten 103: 63-66.
Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Statistik Peternakan Propinsi Jawa Tengah. 2002. Dinas Peternakan Propinsi Jawa
Tengah, Semarang.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S.
Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-6. University of
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Wahyuni, S. 2003. Karakteristik Nutrisi Ampas Tahu yang Dikeringkan Sebagai Pakan
Domba. (Tesis) Magister Ilmu Ternak. Universitas Diponegoro, Semarang.