biologi.fst.unair.ac.idbiologi.fst.unair.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/... · Web viewGuyton...

12
PENGARUH PEMBERIAN ARAK BALI TERHADAP BERAT BADAN, MORFOLOGI DAN STRUKTUR SEL HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) Inne Ninda Resita, Dr. Alfiah Hayati., Drs. M. Saikhu Akhmad H., M.Kes Prodi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Email: [email protected] ABSTRACT The aims of study was knowing the effects of arak Bali to weight, morphology, and liver cells structure of white rat (Rattus norvegicus L.). Thirty two three months old white rats (Rattus norvegicus L.), were divided into four groups treatments, which were a control groups with water treatment, and three treatments groups, which given 0,1 mL 40% arak Bali, 0,5 mL 40% arak Bali, and 0,1 mL 40% sintetic alcohol for 45 days. The measurement of weight were done each week (Week 1 – 6). The observations of morphological changes were done in week 6, followed by taking liver organ and creating histological preparations for observation of swelling and necrosis liver cells percentation. The average of weight and damaged cells were statistically tested. The result of this study showed that arak Bali and sintetic alchohol affect darker colour changed in liver of the treatment groups and also red spot and lesions on the texture of the liver. The weight of the white rats were also affected by arak Bali and sintetic alcohol. The enhancement of 40% arak Bali volume from 0,1mL to 0,5mL causing increase of swelling liver cells from 7,28% to 11,9%, and also increase of necrosis from 3,31% to 5,41%. 0,1 mL 40% sintetic alcohol also causing swelling liver cells (11,48%) and necrosis (5,56%). The conclusion of this study were arak Bali affect to weight, morphology, and liver cells structure of white rat (Rattus norvegicus L. Keywords : arak Bali, liver cells structure, morphology, sintetic alcohol, weight. I. PENDAHULUAN Di Indonesia terdapat banyak jenis minuman khas beralkohol yang masih dilestarikan hingga saat ini seperti halnya di Bali. Salah satu minuman khas tradisonal Bali yang masih ada adalah arak Bali. Saat ini jenis minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh masyarakat di Bali berbeda-beda (Panjaitan, 2003). Arak Bali ada yang terbuat dari hasil fermentasi buah nira (aren) ataupun air beras ketan (Lempang, 2006). Minuman arak ini dibedakan menjadi beberapa tingkatan kelas. Untuk kelas I memiliki kadar alkohol antara 35% - 40%, kelas II memiliki kadar alkohol 30%, sedangkan untuk kelas III memiliki kadar alkohol 25% (Lempang, 2006). Minuman beralkohol yang mempunyai kadar alkohol melebihi 55% dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian

Transcript of biologi.fst.unair.ac.idbiologi.fst.unair.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/... · Web viewGuyton...

PENGARUH PEMBERIAN ARAK BALI TERHADAP BERAT BADAN, MORFOLOGI DAN STRUKTUR SEL HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)

Inne Ninda Resita, Dr. Alfiah Hayati., Drs. M. Saikhu Akhmad H., M.KesProdi S-1 Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Airlangga, SurabayaEmail: [email protected]

ABSTRACT

The aims of study was knowing the effects of arak Bali to weight, morphology, and liver cells structure of white rat (Rattus norvegicus L.). Thirty two three months old white rats (Rattus norvegicus L.), were divided into four groups treatments, which were a control groups with water treatment, and three treatments groups, which given 0,1 mL 40% arak Bali, 0,5 mL 40% arak Bali, and 0,1 mL 40% sintetic alcohol for 45 days. The measurement of weight were done each week (Week 1 – 6). The observations of morphological changes were done in week 6, followed by taking liver organ and creating histological preparations for observation of swelling and necrosis liver cells percentation. The average of weight and damaged cells were statistically tested. The result of this study showed that arak Bali and sintetic alchohol affect darker colour changed in liver of the treatment groups and also red spot and lesions on the texture of the liver. The weight of the white rats were also affected by arak Bali and sintetic alcohol. The enhancement of 40% arak Bali volume from 0,1mL to 0,5mL causing increase of swelling liver cells from 7,28% to 11,9%, and also increase of necrosis from 3,31% to 5,41%. 0,1 mL 40% sintetic alcohol also causing swelling liver cells (11,48%) and necrosis (5,56%). The conclusion of this study were arak Bali affect to weight, morphology, and liver cells structure of white rat (Rattus norvegicus L.

Keywords : arak Bali, liver cells structure, morphology, sintetic alcohol, weight.

I. PENDAHULUAN

Di Indonesia terdapat banyak jenis minuman khas beralkohol yang masih dilestarikan hingga saat ini

seperti halnya di Bali. Salah satu minuman khas tradisonal Bali yang masih ada adalah arak Bali. Saat ini jenis

minuman beralkohol yang dikonsumsi oleh masyarakat di Bali berbeda-beda (Panjaitan, 2003). Arak Bali ada

yang terbuat dari hasil fermentasi buah nira (aren) ataupun air beras ketan (Lempang, 2006). Minuman arak ini

dibedakan menjadi beberapa tingkatan kelas. Untuk kelas I memiliki kadar alkohol antara 35% - 40%, kelas II

memiliki kadar alkohol 30%, sedangkan untuk kelas III memiliki kadar alkohol 25% (Lempang, 2006). Minuman

beralkohol yang mempunyai kadar alkohol melebihi 55% dapat menyebabkan keracunan bahkan kematian

(Widyarini, 2010). Hal ini merupakan salah satu kasus penyalahgunaan minuman beralkohol yang terjadi di

masyarakat (Wardjowinoto, 1998). Apabila seseorang telah menjadi pecandu alkohol maka akan timbul berbagai

penyakit terutama yang berhubungan dengan organ dalam (Almatsier, 2006).

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh (Sodikin, 2011). Keterbuakaannya memetabolisme semua

zat, memungkinan terjadinya kerusakan organ hati sangat besar akibat adanya pengaruh toksik dari senyawa-

senyawa asing (Sherlock dan Dooley, 2002). Banyak mengkonsumsi alkohol dapat memperberat kerja hati (Ray

dan Ksir, 1999). Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan jumlah

kematian sel lebih cepat daripada jumlah pembaharuan sel dan merusak kemampuan hati untuk regenerasi sel-sel

baru, sehingga akan menimbulkan kerusakan hati yang disebut alcoholic liver disease (Dreisbach, 1971; Lieber,

1992).

Guyton (1984) menyatakan bahwa pakan dan air minum merupakan faktor ekstrinsik yang dapat

mempengaruhi berat badan. Hati memiliki keterkaitan dengan berat badan karena hati memetabolisme zat

makanan yang nantinya digunakan untuk aktivitas ataupun disimpan sebagai cadangan. Zat makanan yang

disimpan sebagai cadangan yang akan mempengaruhi berat badan dari suatu individu.

Berdasarkan hal di atas, maka perlu diteliti dampak negatif minuman beralkohol (arak Bali). Dan juga perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian arak Bali terhadap berat badan, morfologi hati, dan

kerusakan sel hati terhadap hewan uji yaitu tikus (Rattus norvegicus L.).

II. METODE PENELITIAN

II.1 Alat Dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah timbangan digital, alat graticule,

mikroskop cahaya merk Olympus, mikrotom, staining jar dan lain sebagainya. Penelitian menggunakan

tikus (Rattus norvegicus L) sebagai hewan coba yang diberikan arak Bali dengan kadar alkohol 40%

sebagai perlakuan dan alcohol sintetis sebagai pembanding dari arak Bali dengan kadar alkohol 40%.

Bahan kimia yang digunakan adalah kloroform, akuades, NaCl 0,9%, pewarna Eosin dan Hematoksilin.

Pada tahap pembuatan sediaan hati tikus putih bahan yang digunakan adalah alkohol bertingkat yaitu etanol

(70%, 80%, 96%, dan absolut), xylol, paraffin, entellan, dan Meyer’s albumin, pakan tikus, buffer formalin,

kertas, kapas, label, dan timbangan digital.

II.2 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pendekatan post test only control group

design. Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari empat

kelompok dimana satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan. Pengelompokan dilakukan secara

randomisasi. Kadar alkohol dalam arak bali yang digunakan dalam penelitian ini telah di uji di

Laboratorium Kimia Analitik Universitas Udayana Bali. Hasil uji menunjukkan kadar alkohol dalam arak

Bali sebesar 38,9 %, walaupun di dalam kemasan botol tertulis kadar alkohol ± 40%.

Rancangan penelitian ini terdiri dari satu kelompok perlakuan yaitu perlakuan kontrol yang

diberikan air mineral tanpa arak Bali 40% dan tiga kelompok perlakuan berturut-turut yaitu kelompok

perlakuan satu yang diberikan arak Bali 40% sebanyak 0,1 mL/hari, kelompok perlakuan dua berisi yang

diberikan arak Bali 40% sebanyak 0,5 mL/hari, dan kelompok perlakuan tiga yang diberikan alkohol 40%

sebanyak 0,1 mL/hari.

II.3 Pemeliharaan dan Perlakuan Hewan Coba

Tikus ditempatkan di bak plastik yang luasnya disesuaikan dengan jumlah tikus dan bagian atas

ditutup dengan kawat. Dasar kandang dilapisi dengan serbuk kayu. Cahaya, suhu dan kelembaban ruangan

dibiarkan pada kisaran alamiah. Makanan (pellet ayam) dan minuman (air PDAM) disuplai setiap hari.

Sebelum perlakuan pertama dimulai tikus diaklimasi terlebih dahulu selama 7 hari. Setelah aklimasi,

selanjutnya diberikan perlakuan selama 45 hari dengan memberikan arak Bali secara peroral. Terdapat

empat perlakuan, satu sebagai control dan tiga diantaranya yaitu Perlakuan 1 (diberi arak Bali 40% 0,1

mL), Perlakuan 2 (diberi arak Bali 40% 0,5 mL), dan Perlakuan 3 (diberi alcohol 40% 0,1 mL) diberikan

secara peroral pada tikus selama 45 hari, dimulai pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.

II.4 Pengukuran Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)

Pengukuran berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.) dilakukan dengan menggunakan

timbangan digital. Pengukuran ini dilakukan dari Minggu ke-1 sampai Minggu ke-6. Kemudian

penghitungan dari tiap replikasi dirata-rata. Nilai rata-rata yang didapat kemudian dilakukan analisis secara

statistik.

II.5 Pengambilan Organ Hati dan Pengamatan Morfologi Hati

Koleksi organ hati yaitu dengan cara mengambil organ hati, kemudian mencucinya pada air garam

fisiologis. Hati yang sudah dibersihkan selanjutnya dilakukan pengamatan berkaitan dengan morfologinya.

Pengamatan secara morfologi terhadap organ hati tikus putih ini dilihat dari kondisi warna dan juga tekstur

dari organ hati tersebut. Setelah dilakukan pengamatan secara morfologi terhadap organ hati, kemudian hati

disimpan dalam botol yang berisi bufferedformalin.

II.6 Pembuatan Sediaan

Organ hati diambil pada akhir perlakuan setelah dilakukannya pembedahan, kemudian difiksasi

menggunakan buffer formalin. Pembuatan sediaan hati dilakukan dengan metode paraffin dengan

pewarnaan Eosin dan Hematoksilin.

II.7 Pemeriksaan Kerusakan Sel-Sel Hati

Pengamatan kerusakan sel-sel hati pada masing-masing kelompok dilakukan menggunakan

mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Penghitungan jumlah kerusakan pada sel-sel hati yang meliputi

pembengkakan sel, nekrosis. Dilakukan dengan bantuan alat graticule yang dipasang pada lensa okuler

mikroskop cahaya. Kemudian penghitungan dari tiap replikasi dirata-rata.

Hasil pengukuran berat badan didapat dengan mengukur berat badan tikus menggunakan timbangan

digital. Sedangkan gambaran kerusakan sel-sel hati diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran

400x dan menggunakan bantuan alat gratikuler untuk menghitung jumlah kerusakan pada tiap lapang

pandang. Tiap replikasi diamati dalam 4 lapang pandang. Kemudian penghitungan dari tiap replikasi dirata-

rata. Nilai rata-rata yang didapat kemudian dilakukan analisis secara statistik.

III. HASIL DAN PEMBAHASANIII.1 Pengukuran Berat Badan Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)

Hasil pengukuran berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.) yang telah diberikan perlakuan minuman beralkohol selama 45 hari ditunjukan pada table. Berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.) pada masing-masing kelompok perlakuan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Rerata Pertambahan Berat Badan (g) Rattus norvegicus L.

Kelompok Perlakuan

Rerata Pertambahan Berat Badan (g) pada Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 Rerata± SD

K 2,2 1,3 1,8 2,2 2,5 2,4 2,07±0,44c

P1 1 -2,5 -2 -1,7 -2 -1,3 -1,41±1,24b

P2 -3 -2,9 -3,8 -2,7 -4 -2,8 -3,2±0,50a

P3 -4,1 -2,8 -2,9 -3,1 -3,5 -3,4 -3,3±0,43a

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda menunjukkan ada beda signifikan. K : Kontrol; P1 : Diberi arak Bali 40% 0,1mL; P2 : Diberi arak Bali 40% 0,5mL; P3 : Diberi alkohol sintesis 40% 0,1 mL.

III.2 Pengamatan Morfologi Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)Hasil pengamatan terhadap gambaran morfologi hati tikus putih (Rattus norvegicus L.) yang telah

diberikan perlakuan minuman beralkohol selama 45 hari ditunjukan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Morfologi hati tikus putih (Rattus norvegicus L.). A: kelompok kontrol, B: kelompok perlakuan arak Bali 40% 0,1mL, C: kelompok perlakuan arak Bali 40% 0,5mL, D: kelompok perlakuan alkohol 40% 0,5mL, b’,c’ dan d’ : Lesi. Hati normal (kelompok perlakuan kontrol) terlihat berwarna merah dan licin. Hati abnormal terlihat berwarna merah gelap (kelompok perlakuan 1 dan 3), berwarna merah pucat (kelompok perlakuan 2), licin dan berbintik merah

Tabel 3.1 Morfologi Hati dengan Pemberian Variasi Volume Arak Bali dan Alkohol Sintesis pada Rattus norvegicus L.

Bb’

Dd’

A

C c’

Keterangan : K :

Kontrol; P1 : Diberi arak Bali 40% 0,1mL; P2 : Diberi arak Bali 40% 0,5mL; P3 : Diberi alkohol sintesis 40% 0,1 mL.

III.3Pengamatan Sediaan

Hati Tikus Putih (Rattus norvegicus L.)

Kelompok Perlakuan Replikasi Kondisi Organ Hati

Warna TeksturK K11 Merah hati Licin

K12 Merah hati LicinK13 Merah hati LicinK14 Merah hati LicinK15 Merah hati LicinK16 Merah hati Licin

P1 P11 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP1 2 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP1 3 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP1 4 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP1 5 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP1 6 Merah Gelap Licin, Bintik Merah

P2 P2 1 Merah Pucat Licin, Bintik MerahP2 2 Merah Pucat Licin, Bintik MerahP2 3 Merah Pucat Licin, Bintik MerahP2 4 Merah Pucat Licin, Bintik MerahP2 5 Merah Pucat Licin, Bintik MerahP2 6 Merah Pucat Licin, Bintik Merah

P3 P3 1 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP3 2 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP3 3 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP3 4 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP3 5 Merah Gelap Licin, Bintik MerahP3 6 Merah Gelap Licin, Bintik Merah

h

pb n

vs

pb

n

h

vs

pb

h

n

pb

h

n

Gambar 3.2 Struktur sel hepatosit kelompok perlakuan arak Bali 40% 0,5mL Pewarnaan Hematoxylin-Eosin. Perbesaran 400x. Ket. h: hepatosit normal, n: nekrosis, pb : pembengkakan sel

Pada pengukuran pertambahan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.) menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan kontrol dengan kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL secara statistik berbeda signifikan. Pada kelompok kontrol terjadi peningkatan berat badan sedangkan pada kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL mengalami penurunan berat badan. Hal tersebut diduga pemberian air mineral tidak terlalu berpengaruh terhadap berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.) dikarenakan air mineral bukan merupakan zat oksidan yang dapat merusak sel hepatosit. Sebaliknya pada kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL yang diberi arak Bali memberikan pengaruh terhadap penurunan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.). Guyton (1984) menyatakan bahwa pakan dan air minum merupakan faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi berat badan. Hati memiliki keterkaitan dengan berat badan karena hati memetabolisme zat makanan yang nantinya digunakan untuk aktivitas ataupun disimpan sebagai cadangan makanan. Zat makanan yang disimpan sebagai cadangan makanan akan mempengaruhi berat badan dari suatu individu. Ketika individu tersebut mengalami penurunan konsumsi pakan, maka akan berdampak pada penurunan berat badan. Terjadinya penurunan berat badan ini diperkuat dari pernyataan Ginus (2010) yang menyatakan bahwa pengkonsumsi alkohol cenderung mengalami malnutrisi, karena asupan nutrient yang kurang. Dan menurut Humayrah (2009) bahwa allkohol merupakan sumber kalori yang signifikan dan meminumnya akan meningkatkan konsumi pakan. Namun kalori dalam bentuk minuman akan memberikan efek kenyang. Secara jangka panjang peminum minuman beralkohol yang rutin memiliki kompensasi pada pemenuhan energi dari alkohol saja sehingga terjadi penurunan nafsu makan.

Selain berpengaruh terhadap konsumsi pakan, pemberian minuman beralkohol juga berpengaruh terhadap konsumsi air minum. Bedanya jika konsumsi pakan mengalami penurunan, konsumsi air minum justru mengalami peningkatan. Diperkuat dari pernyataan Darmono (2008) Metabolisme alkohol di dalam hepar menyebabkan terjadinya peningkatan sintesis trigliserida sebagai akibat terlalu banyaknya NADH yang dihasilkan dari proses metabolisme alkohol oleh hati. Peningkatan sintesis trigliserida dalam hati akan mempengaruhi hipotalamus dalam mengatur asupan pakan. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh selain mempengaruhi hipothalamus juga menyebabkan dehidrasi sel (hypovolemia), dehidrasi sel disebabkan karena sifat dari alkohol yang mampu menyerap air, hal inilah yang menyebabkan adanya peningkatan konsumsi air minum.

Warna hati pada kelompok kontrol (K) berwarna merah, dan pada kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL ditemukan adanya perubahan warna dan permukaan berbintik. Pada kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL nampak berwarna merah pucat (Gambar 4.2), sedangkan pada kelompok kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL berwarna merah gelap (Gambar 4.2). Untuk tekstur pada kelompok kontrol terasa licin, sama halnya pada kelompok perlakuan juga terasa licin, bedanya dalam kelompok perlakuan 1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL tampak bintik-bintik merah hingga kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok kontrol yang diberikan air mineral tidak berpengaruh terhadap morfologi hati dikarenakan air mineral bukan merupakan zat oksidan sehingga kondisi hati pada kelompok kontrol dapat dikatakan normal, lain halnya pada kelompok perlakuan yang diberikan minuman beralkohol terdapat pengaruh terhadap morfologi hati yang berarti kondisi hatinya abnormal. Diperkuat dengan pernyataan Robins & Kumar (1992), hati yang normal memiliki permukaan rata dan halus serta berwarna merah kecoklatan, sedangkan hati yang abnormal memiliki permukaan seperti berupa jaringan ikat, kista maupun bintik-bintik dan mengalami perubahan warna. Ditambah lagi menurut Chandrasoma (2005) hati normal memiliki struktur kenyal dengan permukaan yang licin.

Alkohol dapat menghambat pembentukan trombosit dan mempengaruhi fungsinya dalam mekanisme perlindungan darah untuk menghentikan pendarahan. Menurut Guyton (2006) sumsum tulang membentuk lebih banyak trombosit sebagai respon terhadap perdarahan. Akibat dari konsumsi alkohol secara langsung memperpanjang waktu terjadinya pendarahan sehingga akan tampak warna hati dari merah hati menjadi merah gelap.

Kelompok perlakuan kontrol memperlihatkan gambaran histologi hati dengan sel hepatosit normal. Persentase sel hepatosit normal pada kelompok ini lebih banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan

1 arak Bali 40% 0,1mL, kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL (Lampiran 2). Hal ini disebabkan karena kelompok perlakuan kontrol hanya diberikan air mineral yang bukan merupakan zat oksidan yang dapat merusak hati. Pada kelompok perlakuan 1 yang diberikan arak Bali 40% sebanyak 0,1mL menunjukkan adanya penurunan jumlah sel hepatosit normal dan kenaikan jumlah pembengkakan sel hepatosit serta nekrosis. Selain itu, penurunan jumlah sel hepatosit normal dan kenaikan jumlah pembengkakan sel hepatosit serta nekrosis juga terlihat pada kelompok perlakuan 2 arak Bali 40% 0,5mL maupun kelompok perlakuan 3 alkohol 40% 0,1mL. Hal ini disebabkan karena alkohol dan arak Bali sama-sama dapat menyebabkan kerusakan sel hepatosit. . Menurut Widyarini (2010) pembengkakan sel dapat terjadi dikarenakan sel-sel hati tidak dapat mengeliminasi air yang masuk ke dalam sel sehingga tertimbun di dalam sel, sehingga sel mengalami pembengkakan dengan sitoplasma yang tampak keruh dan terdapat granula-granula di dalamnya.

Menurut Suyanti (2008) jika sel hepatosit yang mengalami pembengkakan terus terkena rangsangan zat toksik seperti etanol maka sel hepatosit dapat berlanjut mengalami nekrosis.

Nekrosis dapat terjadi karena adanya toksin/kurangnya oksigen secara akut di dalam sel. Nekrosis dapat dilihat dengan berkurangnya jumlah inti pada sel atau hilangnya inti sama sekali, dan pengeruhan pada sitoplasma (Thomas,1998; Damjanov,2000).

IV. KESIMPULAN DAN SARANIV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa :1. Pemberian arak Bali berpengaruh terhadap penurunan berat badan tikus putih (Rattus norvegicus L.).2. Pemberian arak Bali mempengaruhi perubahan warna dan tekstur morfologi hati tikus putih

(Rattus norvegicus L.)3. Pemberian arak Bali meningkatkan persentase sel hepatosit yang mengalami pembengkakan dan

nekrosis pada hati tikus putih (Rattus norvegicus L.)IV.2 Saran

Penelitian lanjutan perlu dilakukan mengenai pengaruh minuman beralkohol dengan jenis atau dosis yang berbeda. Dan dapat memberikan informasi untuk masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Bali mengenai pengaruh mengkonsumsi minuman beralkohol terhadap berat badan bagi pengkonsumsi, kondisi organ hati bagi pengkonsumsi, serta kerusakan sel-sel hati bagi pengkonsumsi, sehingga dapat mengurangi konsumsi arak Bali secara berlebih dengan dosis 40%.

DAFTAR PUSTAKAAlmatsier, S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia. Hlm 128-131Chandrasoma P., Clive R. T. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi II. Jakarta: EGC, pp: 629-30.Damjanov,I.(2000), Buku Teks dan Atlas Berwarna Histologi, alih bahasa Brahmn V, Pendit, Widya Medika,

Jakarta. Darmono. 2000. Toksisitas Alkohol. http://www.geocities.com. 08.01.2012Dreisbach RH. 1971. Handbook of Poisoning: Diagnosis Treatment. 7th. Large Medical Publication. CaliforniaGinus, P. 2010. Pengaruh alkohol terhadap sistem saraf pusat. Available at : http://www.jurnalmedika.com/edisi-

tahun-2010/edisi-no-02-vol-xxxvi-2010/154-artikel-konsep/155-pengaruh-alkohol-terhadap-sistem-saraf-pusat. Opened : 1 Juni 2016

Guyton and Hall, 1996. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Buku Kedokteran EGC. JakartaHumayrah. 2009. Faktor Gaya Hidup Dalam Hubungannya Dengan Gizi Orang DewasaLempang, M. 2006. Rendemen dan Kandungan Nutrisi NataPinnata Yang Diolah dari Nira Aren. Jurnal Penelitian

Hasil Hutan Vol.24 No.2 Tahun 2006, hal.133-144. PusatPenelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Bogor.Lieber CS. 1992. Medical dan Nutritional Complication of Alcoholism Mechamisme and Management. Plenum

Medical Book Co. New York and LondonRobbins, S. L., Cotran, R. S., dan Kumar, V. 2007. Jejas, Adaptasi, dan Kematian Sel. Dalam: Buku Ajar Patologi I,

vol 1. EGC. Jakarta. 9, Hlm 26-27.Sherlock,S. and Dooley,J.,2002,Disease of the Liver and Billiary System 11¬th, Blacwell Publishing, London.Sodikin, 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobiller. Jakarta: Salemba

Medika.

Suyanti, L. 2008. Gambaran Histopatologi Hati dan Ginjal Tikus Pada Pemberian Fraksi Asam Amino Non-Protein Lamtoro Merah (Acacia villosa) Pada Uji Toksisitas Akut. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institur Pertanian Bogor. Bogor.

Thomas,C.,(1998), Histologi Buku Teks dan Atlas untuk Pelajaran Patologi Umum dan Khusus, edisi 10, alih bahasa H.Tonang. L,Widjaya dan I.Libertus, editor Dr.Petrus Adrianto, Kedokteran EGC, Jakarta.

Wardjowinoto, S. 1998. Interaksi Farmakokinetik Alkohol Dengan Obat – Obatan (Pharmacokinetic Interactions Of Alcohol With Other Drugs). Folia Medica Indonesiana. Vol. XXXIV April – Juni.

Widyarini, M. K. 2010. Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa) Dosis Bertingkat Selama 30 Hari terhadap Gambaran Histologis Hepar Tikus Wistar. Artikel Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro.