Post on 06-Feb-2018
1
ANALISIS PRODUKSI USAHATANI JAMBU AIR DI KABUPATEN DEMAK
(Studi Kasus Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak)
Annisa Indriana
Drs.H. Wiratno, M.Ec
Abstract
The agriculture is the biggest sector in the field of economic in Indonesia, so that is
big contribution to grow up the nasional economic. Agriculture is the one of the key to solve
the problem of the poverty. One of the sub sectors that have contribution to Gross Domestic
Regional Product in Central Java is plantation sub sector, which among plantations are
water guava. The largest production centres of water guava in Central Java is Demak
Regency, ironically, that the production, the farming area (total of the trees), and the average
production that tends to fluctuate every year. This study aims to analyze the level of influence
of factors production to total production of water guava in the District of Bonang, Regency of
Demak.
Data used in this study are primary and secondary data. Sampling was taken by
simple random sampling method. Respondents in this research is water guava farmer in the
District of Bonang consist of 100 people. Data analysis methods used in this study is multiple
regression analysis by using Cobb-Douglass function for analyzing research data.
Mathematic model by Cobb-Douglass function used the Ordinary Least Square (OLS).
Based on the data processing shows that the variables that significantly affect the
water guava production are amount of fertilizer, pesticide, and distance between of the trees.
while manpower variable has not significant influence to the water guava production.
Keywords : Production, water guava’s farming
2
PENDAHULUAN
Sektor pertanian di Indonesia merupakan penyangga perekonomian sehingga sektor
ini mampu memberikan kontribusi besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Hasil-
hasil pertanian di Indonesia mampu dijadikan komoditas unggul dalam persaingan global.
Menurut Dibyo Prabowo (1995) sektor pertanian mempunyai peran sebagai penyumbang
terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sumbangan terhadap penyerapan tenaga
kerja dan juga sumbangan terhadap ekspor. Sektor pertanian berkontribusi dalam
menanggulangi kemiskinan, karena sebagian besar penduduk miskin di Indonesia berada di
daerah pedesaan dan menggantungkan hidupnya di sektor pertanian.
Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan sangat penting dalam
perekonomian. Peranan pertanian antara lain :
a. Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin
ketahanan pangan.
b. Menyediakan bahan baku bagi industri, sebagai pasar potensial bagi produk-produk
yang dihasilkan oleh industri.
c. Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan
sektor lain.
d. Sebagai sumber perolehan devisa (Kuznets dalam Harianto, 2007).
Sektor pertanian khususnya perkebunan berada pada urutan ketiga diantara sektor
pertanian lain dan mempengaruhi pendapatan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun
dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian perkebunan terhadap PDRB cenderung
fluktuatif. Kabupaten Demak mengandalkan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar
terhadap PDRB. Kabupaten Demak merupakan daerah yang sesuai untuk pengembangan
jambu air dibandingkan dengan daerah-daerah lain.
Dari sisi produksi jambu air di Jawa Tengah, mulai periode tahun 2005 sampai 2009
cenderung fluktuatif. Hal tersebut disebabkan oleh luas panen (jumlah pohon) yang tidak
stabil. Tanah pertanian yang semakin lama semakin berkurang dan pengelolaan yang kurang
tepat secara positif akan mengurangi produksi jambu air baik secara regional ataupun secara
nasional, perawatan yang kurang baik sangat berdampak pada menurunnya tingkat produksi
jambu air.
Kabupaten Demak memiliki urutan pertama dalam menghasilkan produk jambu air dan
produktivitas jambu air tergolong tinggi dibandingkan kabupaten/kota lainya. Dilihat dari
produktivitas Kabupaten Demak memiliki urutan kelima yaitu setelah Kabupaten Kudus,
Pekalongan, Rembang dan Jepara. Dari data kantor Badan Pusat Statistik Jawa Tengah,
3
produksi jambu air di Kabupaten Demak pada tahun 2009 mencapai 55.127 kwintal dengan
luas lahan mencapai 55.901 pohon dan produktivitas 98,62 kg/pohon.
Kabupaten Demak merupakan sentra produksi utama jambu air di provinsi Jawa
Tengah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jambu air yang
meliputi tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon.
Sehingga penggunaan faktor-faktor produksi tersebut sangat menentukan keberhasilan petani
dalam mengelola usahatani jambu air. Namun, hasil produksi jambu air yang dihasilkan serta
produktivitas petani di daerah penelitian dikatakan masih sangat rendah. Oleh karena itu,
penelitan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani jambu
air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak.
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumber daya) menjadi satu atau
lebih output (produk). Salvatore (1997) mendefinisikan produksi sebagai hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input atau
dengan kata lain mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan
output. Sedangkan definisi fungsi produksi yaitu menunjukkan jumlah maksimum komoditi
yang dapat diproduksi per unit waktu setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan
teknik produksi terbaik yang tersedia
Fungsi produksi dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut (Miller &
Meiner, 2000):
Q = f (K, L)
Dimana Q adalah tingkat output per unit periode, K adalah persediaan modal per unit periode,
dan L adalah arus jasa dari tenaga kerja per unit periode.
Dalam kaitanya dengan penelitian ini dapat ditunjukkan melalui fungsi produksi
sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, . . . , xi, . . . , Xn)
Berdasarkan persamaan maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus
hubungan Xi, . . . Xn dapat diketahui (Soekartawi, 1994). Sesuai dengan teori produksi,
fungsi produksi dalam penelitian ini adalah produksi fisik yang dihasilkan oleh petani jambu
air sebagai Y, sedangkan X adalah faktor produksi yang dapat berupa tenaga kerja, pupuk,
insektisida, dan jarak antar pohon.
Menurut Ari Sudirman (2004), faktor-faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam antara lain :
1. Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)
4
Faktor produksi tetap yaitu faktor produksi dimana jumlah yang digunakan dalam proses
produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan pasar menghendaki perubahan jumlah
output.
2. Faktor Produksi Variabel (Variable Input)
Faktor produksi variabel yaitu faktor produksi dimana jumlah input dapat berubah
dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Contoh faktor
produksi variabel dalam industri adalah bahan baku dan tenaga kerja.
Karakteristik dari fungsi produksi adalah sebagai berikut :
a) Produksi mengikuti pendapatan pada skala yang konstan (Constant Return to Scale),
artinya apabila input digandakan maka output akan berlipat dua kali.
b) Produksi marjinal, dari masing-masing input atau faktor produksi bersifat positif tetapi
menurun dengan ditambahkannya satu faktor produksi pada faktor lainnya yang tetap
atau dengan kata lain tunduk pada hukum hasil yang menurun (The Law of Diminishing
Return) (Dernberg, 1992).
Menurut Miller & Meiners (2000), definisi formal dari The Law of Diminishing
Return:
“Bila semua input konstan, maka penambahan jumlah unit input secara bertahap sampai batas
tertentu akan menurunkan tingkat (presentase) kenaikan/pertambahan produk; atau dengan
kalimat lain, mulai batas tertentu itu produk fisik marjinal akan semakin berkurang”
Hukum ini berlaku apabila:
1. Hanya ada satu input variabel (bisa diubah-ubah, atau ditambah/dikurangi) sedangkan
seluruh input lainya konstan/tetap.
2. Proses produksi tetap, artinya tidak ada perubahan teknologi.
3. Koefisien-koefisien produksi bersifat variabel, artinya tidak melibatkan fungsi
proporsi baku (misalnya, satu unit tenaga kerja harus disertai dengan dua unit modal.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Fungsi Produksi Cobb-Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua
atau lebih variabel, di mana variabel yang satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan
(Y) dan yang lain disebut dengan variabel independen, yang menjelaskan (X) (Soekartawi,
2003). Secara sistematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = bo . . . . . . . . . . . .
Fungsi Cobb-Douglas merupakan fungsi non-linier, sehingga untuk membuat fungsi
tersebut menjadi linier maka fungsi Cobb-Douglas dapat dinyatakan pada persamaan :
5
Ln Y = Ln bo + + + . . . . . + e
Pada persamaan nilai b1, b2, b3,…bn adalah tetap walaupun variabel yang terlibat
telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2, b3,…bn pada fungsi Cobb-Douglass
menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan jumlah elastisitas adalah merupakan return to
scale.
Untuk menghasilkan produksi jambu air dibutuhkan faktor-faktor produksi (input)
seperti tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon.
Tenaga kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.
Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian (Mubyarto, 1989).
Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada tanaman
dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan tanaman untuk
menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk organik dapat dibedakan
menjadi beberapa macam antara lain pupuk kandang, kompos, humus, pupuk hijau, dll.
Dengan menggunakan pupuk kandang, maka kualitas tanah sebagai media tanam jambu air
akan memberikan zat-zat yang dibutuhkan oleh pohon jambu air untuk menghasilkan buah
yang lebih baik. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani berupa kotoran binatang
(kambing, sapi, kerbau), kulit gabah (brambot), daun-daun yang busuk, dll.
Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat pabrik dan terbuat dari bahan anorganik yang
dibentuk melalui proses. Kandungan unsur hara pupuk anorganik bisa bervariasi dan
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemakaian pupuk anorganik harus benar-benar
sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Insektisida digunakan untuk membasmi hama penyakit yang disebabkan oleh
serangan hama serangga pada tanaman, apabila serangga tidak segera diatasi maka akan
menyebabkan tanaman menjadi tidak dapat berproduksi secara maksimal. Insektisida adalah
salah satu dari jenis pestisida (pembunuh hama) selain jenis fungisida, rodentisida, herbisida,
nematisida, virusida, acorisida, mitiusida, lamprisida dan lain-lain.
Menurut Mawazin dan Hendi Suhaendi (2007) usaha untuk meningkatkan
produktivitas tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: jarak tanam, intensitas
cahaya, dan jenis tanaman. Penanaman jenis unggul dengan jarak tanam yang tepat dan
sesuai dengan lingkungannya sangat menentukan keberhasilan penanaman. Pengaturan jarak
tanam berpengaruh terhadap besarnya intensitas cahaya dan ketersediaan unsur hara yang
dibutuhkan bagi tanaman.
6
Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
1. Jumlah Produksi (Y) adalah jumlah produksi jambu air yang dihasilkan dalam masa
produksi yaitu jumlah keseluruhan jambu air yang dihasilkan petani dalam satu kali
masa panen (selama 4 bulan dihitung dalam satuan kg).
2. Jumlah Tenaga Kerja (X1) adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani jambu air yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK) yaitu jumlah
hari kerja yang digunakan selama masa produksi jambu air sampai masa panen
(selama 4 bulan).
3. Jumlah Pupuk Kandang (X2) adalah pupuk alami yang dibuat dari kotoran hewan
yang diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan
dihitung dalam satuan kg).
4. Jumlah Pupuk buatan (X3) adalah penyubur tanah yang terbuat dari bahan kimia yang
diberikan selama masa produksi jambu air sampai masa panen (selama 4 bulan
dihitung dalam satuan kg).
5. Jumlah Insektisida (X4) adalah jumlah insektisida yang digunakan pada lahan dan
pohon jambu air yang di hitung selama masa produksi sampai masa panen (selama 4
bulan dihitung dalam satuan liter).
6. Jarak Antar Pohon (X5) adalah jarak pohon jambu air dari pohon satu ke pohon
lainya atau dengan kata lain jarak yang diterapkan oleh responden/petani (diukur
dalam satuan meter).
Populasi merupakan jumlah dari anggota (sampel) secara keseluruhan, sedangkan
sampel adalah sebagaian dari anggota populasi yang terpilih sebagai objek pengamatan
Tenaga Kerja (X1)
Insektisida (X4)
Pupuk kandang (X2)
Jarak antar Pohon
(X5)
Produksi jambu air
(Y)
Pupuk buatan (X3)
7
(Soekartawi, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk bermata pencaharian
sebagai petani jambu air di Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak yang
berjumlah 210 petani.
Tabel 1. 5 Desa Penghasil Jambu Air Terbesar di Kabupaten Demak
No. Desa Luas panen
(pohon)
Produktivitas
(kg/pohon)
Produksi
(kwintal)
1. Bethokan 17.761 99,98 17.758
2. Singorejo 8.664 99,77 8.644
3. Tempuran 8.274 95,84 7.930
4. Kalicilik 7.281 98,65 7.183
5. Wonosari 5.701 91,45 5.214
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Demak
Tabel diatas menunjukkan 5 desa yang merupakan penghasil jambu air terbanyak di
Kabupaten Demak. Pengambilan sampel dipilih 1 desa yang memiliki produktivitas paling
rendah yaitu Desa Wonosari. Pemilihan jumlah responden (sample) ditetapkan secara quote
sampling. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 orang petani jambu
air yang dipilih secara acak sederhana (simple random sampling) dari daftar nama petani di 5
kelompok tani di Desa tersebut (tiap kelompok tani masing-masing diambil 20 orang yang
memiliki jumlah pohon paling sedikit 15 pohon).
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer merupakan data
yang diperoleh melalui wawancara dan survey lapangan terhadap para petani jambu air di
Desa Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari sumber lain yang sudah ada sebelumnya dan sudah diolah antara lain laporan
penelitian, jurnal-jurnal, karya tulis, buku-buku maupun data yang diperoleh dari sumber
instansi terkait.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara.
Metode wawancara dilakukan dengan maksud agar memperoleh keterangan untuk tujuan
penelititan dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden yaitu petani
jambu air dengan menggunakan alat wawancara berupa kuesioner.
Metode Analisis
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda dalam
bentuk logaritma dengan fungsi produksi Cobb-Douglas. Model matematis fungsi produksi
Cobb-Douglas dengan metode Ordinary Least Squuare ( OLS ). Fungsi produksi Cobb-
Douglas merupakan bentuk persamaan regresi non-linier yang dapat ditulis sebagai berikut :
8
Y = b0
Untuk mempermudah perhitungan, dari fungsi tersebut kemudian diubah dalam
bentuk logaritma linier, untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap
produksi jambu air dapat ditulis dalam persamaan berikut :
LnY = Lnb0 + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + e
Keterangan :
Y = jumlah produksi jambu air dalam satu kali masa panen (Kg)
X1 = jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali produksi (Hari
Orang Kerja/HOK).
X2 = jumlah seluruh pupuk kandang yang digunakan dalam satu kali produksi
(kg)
X3 = jumlah seluruh pupuk buatan yang digunakan dalam satu kali produksi (kg)
X4 = jumlah seluruh insektisida yang digunakan dalam satu kali produksi (ml)
X5 = jarak antara satu pohon ke pohon lain (meter)
b0 = konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = koefisien regresi
e = faktor kesalahan (variabel gangguan)
Deteksi Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2003) persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat
dioperasikan secara statistik jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas
multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan agar
mendapatkan model persamaan regresi yang baik dan benar-benar mampu memberikan estimasi
yang handal dan tidak bias sesuai kaidah BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pengujian
asumsi klasik ini dilakukan dengan bantuan software e-views.
1. Deteksi Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi di mana ada hubungan linier
baik yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
2. Deteksi Heteroskedastisitas
Dalam regresi linear berganda salah satu yang harus dipenuhi agar taksiran parameter
dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linear, Unbiased, and Estimator) adalah var (ui)
= σ² mempunyai variasi yang sama. Pada kasus-kasus tertentu terjadi variasi ui tidak konstan
atau variabel berubah-ubah. Tujuan deteksi heteroskedastisitas yaitu dapat dideteksi apakah
9
kesalahan pengganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu
observasi ke observasi.
3. Deteksi Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota-anggota serangkaian observasi yang
diurutkan berdasarkan waktu dan ruang (Gujarati, 2003). Deteksi autokolerasi bertujuan
apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Pengujian Hipotesis
Menurut Mudrajat Kuncoro (2001), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya. Secara statistik, dapat diukur dari R², uji t
dan uji F. Suatu perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Ho diterima.
1. Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Gujarati (2003) koefisien determinasi (R²) adalah mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variance variabel dependen, diformulasikan dalam
persamaan :
Persamaan tersebut menunjukkan proporsi total jumlah kuadrat (TSS) yang
diterangkan oleh variabel independen dalam model. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel independen lain yang belum atau tidak dimasukkan di dalam model.
2. Pengujian secara serentak (Uji F)
Pengujian secara serentak (Uji F) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Mudrajad Kuncoro, 2001).
Hipotesis :
Ho : b1, b2, b3,b4,b5 = 0
Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak
antar pohon secara bersama-sama/simultan bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap produksi jambu air.
Ha : b1, b2, b3,b4,b5 ≠ 0
10
Artinya : Semua variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak
antar pohon secara bersama-sama/simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
produksi jambu air.
3. Uji Individual (Uji t)
Uji t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0)
yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (ßi) sama dengan nol.
Hipotesis nol yang digunakan:
H0 : b1, b2, b3,b4,b5 ≤ 0
Artinya : Tiap variabel tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak
antar pohon masing-masing bukan merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap
produksi jambu air.
Adapun hipotesis alternatifnya adalah:
H1 : b1, b2, b3,b4,b5 ≥ 0
Artinya : Tiap variabel kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar
pohon masing-masing merupakan variabel penjelas yang signifikan terhadap produksi jambu
air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Letak geografis Kabupaten Demak berada di Provinsi Jawa Tengah bagian Utara
dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang yang merupakan
pusat pemerintahan dan perekonomian di Jawa Tengah, sehingga sangat potensial sebagai
daerah penyangga roda perekonomian Jawa Tengah dan berada pada lalu lintas yang cukup
ramai yaitu jalur Pantai Utara Jawa. Kabupaten Demak terletak pada koordinat 60 43' 26" -
70 09' 43" Lintang Selatan dan 110° 27' S8" - 110
0 48' 47" Bujur Timur.
Kecamatan Bonang merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten
Demak. Secara geografis Kecamatan Demak memiliki luas wilayah 5.970,90 ha dengan
ketinggian wilayah kurang dari 500 meter dari permukaan air laut.
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan Indonesia, tersebar ke Malaysia dan
pulau-pulau di Pasifik. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-
buahan yang potensial.
Gambaran Umum Responden
1. Responden berdasarkan Umur
11
Dalam penelitian ini informasi mengenai umur adalah informasi yang cukup penting.
Hal ini dikarenakan perbedaan umum pada setiap responden akan mempengaruhi
pengetahuan dan sikap dalam melakukan tindakan.
Tabel 2. Kategori Umur Responden
No. Umur Jumlah
1.
2.
3.
4.
20 – 29 tahun
30 – 39 tahun
40 – 49 tahun
> 50 tahun
14
46
35
5
Total 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa umur responden rata-rata adalah pada
interval antara 30 – 39 tahun sebanyak 46 orang (46%) dan antara 40 - 49 tahun sebanyak 35
orang (35%).
2. Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani
Informasi mengenai pengalaman bertani dalam penelitian ini merupakan salah satu
hal yang penting juga karena akan mempengaruhi pengalaman para petani dalam mengelola
jambu air.
Tabel 3. Pengalaman Bertani Responden
No Pengalaman Bertani (tahun) Frekuensi
1. 0 – 5 12
2. 6 – 10 37
3. 11 – 15 28
4. 16 – 20 16
5. 21 – 25 7
Total 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Pengalaman dalam mengelola jambu air merupakan modal awal bagi petani. Pada
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengalaman usaha pertanian rata-rata adalah pada interval
antara 6 - 10 tahun sebanyak 37 orang (37%) dan antara 11 – 15 tahun sebanyak 28 orang
(28%). Dapat dikatakan pengalaman petani dalam mengelola jambu air tergolong baru.
3. Responden Berdasarkan Pendidikan
Pengetahuan dapat dipengaruhi tingkat pendidikan formal sehingga akan berpengaruh
juga terhadap pola pikir dan penguasaan teknologi para petani. Pada Tabel 4.3 menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan terakhir responden rata-rata adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sebanyak 59 orang (37%) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 22 orang (22%).
12
Dapat dikatakan bahwa petani jambu air di Kabupaten Demak sebagian besar masih
berpendidikan Sekolah Dasar.
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah 9
2 SD/ Sederajat 59
3 SMP/ Sederajat 22
4 SMA/ Sederajat 10
Total 100
Sumber : data primer yang diolah, 2011
4. Responden Berdasarkan Jumlah Pohon Jambu Air
Dalam penelitian ini informasi mengenai jumlah pohon adalah informasi yang cukup
penting.
Tabel 5. Jumlah Pohon Jambu Air Responden
No. Jumlah Pohon
Jambu Air
Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
16 – 25
26 – 35
36 – 45
46 – 55
56 – 65
66 – 75
76 - 85
8
24
27
13
12
11
5
Total 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah pohon jambu air rata-rata adalah pada
interval antara 36 - 45 pohon sebanyak 27 orang (27%) dan antara 26 – 35 pohon sebanyak
24 orang (24%). Jumlah pohon yang paling sedikit pada interval antara 16 – 25 pohon
sebanyak 8 orang (8%) dan antara 76 – 85 sebanyak 5 orang (5%).
5. Responden Berdasarkan Luas Perkebunan Jambu Air
Tabel 6. Luas Perkebunan Jambu Air
No. Luas Kebun (m²) Frekuensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
400 – 600
600 – 800
800 – 1000
1000 – 1200
1200 – 1400
1400 - 1600
14
27
38
10
8
3
Total 100
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
13
Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa luas kebun jambu air rata-rata adalah pada interval
antara 800 - 1000 m² sebanyak 38 orang (38%) dan antara 600 – 800 m² sebanyak 27 orang
(27%). Luas kebun yang paling sedikit pada interval antara 1400 – 1600 m² sebanyak 3 orang
(3%) dan antara 1200 - 1400 sebanyak 8 orang (8%).
Statistik Deskriptif
Tabel 7. Statistik Deskriptif
N Maximum Minimum Mean
Produksi (Y) 100 1400,00 200,00 641.500
HOK (X1) 100 65,00 15,00 37,570
Pupuk kandang (X2) 100 700,00 75,00 318,250
Pupuk buatan (X3) 100 70,00 10,00 31,940
Insektisida (X4) 100 13,00 0,50 5,095
Jarak antar pohon (X5) 100 8,00 4,0 6,465
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
Penjelasan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
1. Produksi
Produksi jambu air dari masing-masing petani diukur berdasarkan volume hasil
panen rata-rata yang diperoleh dari lahan yang dimiliki petani jambu air yang berhasil
dipanen. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata produksi jambu air
yang diperoleh dalam satu kali panen dari 100 petani adalah sebanyak 641,50 kg. Produksi
terendah adalah sebesar 200 kg dan produksi terbesar mencapai 1400 kg. Jumlah produksi
jambu air yang terbanyak yang diperoleh petani adalah pada hasil produksi 501 hingga 800
kg per panen yaitu yang diperoleh oleh 48 orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang
paling sedikit adalah yang memperoleh panen jambu air sebanyak 1101 hingga 1400 kg yaitu
sebanyak 4 orang petani atau 4,00%.
2. Tenaga Kerja (Hari Orang Kerja)
HOK yang digunakan adalah jumlah hari Hari Orang Kerja (HOK) yang diperlukan
dalam satu masa produksi. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah HOK rata-rata pada
setiap petani sebesar 37,57 (HOK). Hal ini berarti bahwa pemilik lahan jambu air di Demak
rata-rata mempekerjakan orang selama 37,57 hari kerja. Jumlah HOK paling sedikit adalah
sebanyak 15 HOK dan paling banyak adalah 65 HOK. Jumlah hari kerja yang terbanyak yang
digunakan oleh petani adalah sebanyak 28 hingga 60 HOK yaitu pada 43 orang petani atau
43% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan hari kerja
sebanyak 53 hingga 65 HOK yaitu pada sebanyak 9 petani atau 9% sampel.
3. Pupuk Kandang
14
Pupuk kandang merupakan pupuk alam yang dibuat dari kotroran hewan. Pupuk
kandang yang biasa dipakai adalah dari kotoran kambing dan sapi. Berdasarkan data yang
diperoleh rata-rata jumlah pupuk kandang yang digunakan oleh petani untuk memproduksi
jambu air dalam satu masa panen adalah sebanyak 318,25 kg dengan jumlah yang paling
kecil sebanyak 75 kg dan yang paling banyak mencapai 700 kg. Jumlah pupuk kandang yang
terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 232 hingga 387 kg yaitu sebanyak 48
orang petani atau 48% sampel. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang menggunakan
pupuk kandang sebanyak 544 hingga 700 kg yaitu sebanyak 3 orang petani atau 3%.
4. Pupuk Buatan
Pupuk buatan adalah merupakan pupuk yang dibuat dari bahan-bahan kimia. Pupuk
buatan yang biasa dipakai adalah jenis pupuk Urea. Penggunaan pupuk buatan diperlukan
untuk mempercepat pertumbuhan buah jambu air. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata
jumlah pupuk buatan yang digunakan oleh petani sebanyak 31,94 kg dengan jumlah yang
paling kecil sebanyak 10 kg dan yang paling banyak mencapai 70 kg. Jumlah pupuk buatan
yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah sebanyak 26 hingga 40 kg yaitu sebanyak
48 orang petani atau sebesar 48%. Sedangkan yang paling sedikit adalah sebanyak 63 hingga
70 kg yaitu masing-masing sebanyak 3 orang petani atau 3%.
5. Insektisida
Insektisida yang digunakan oleh petani umumnya adalah insektisida cair sehingga
penyajian diukur berdasarkan satuan liter. Berdasarkan data yang diperoleh rata-rata jumlah
insektisida yang digunakan oleh petani jambu air adalah sebanyak 5,095 liter dalam sekali
panen. Penggunaan insektisida terkecil adalah sebanyak 0,5 liter dan terbanyak adalah
sebanyak 13 liter. Jumlah insektisida yang terbanyak yang digunakan oleh petani adalah
sebanyak 3,626 hingga 6,75 liter untuk satu kali masa panen yaitu sebanyak 60 orang petani
atau sebesar 60%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang memiliki penggunaan
insektisida sebanyak 9,876 liter hingga 13,0 liter yaitu sebanyak 6 orang petani atau sebesar
6%.
6. Jarak Antar Pohon
Jarak antar pohon menentukan tingkat kesuburan tanaman karena terkait dengan
pemenuhan kebutuhan unsur-unsur yang dapat diperoleh dari tanah. Berdasarkan data yang
diperoleh jarak tanam antar pohon yang dilakukan cukup bervariasi dimana rata-rata jarak
tanam adalah sepanjang 6,465 meter dengan jarak terpendek adalah sepanjang 4 meter dan
jarak terpanjang mencapai 8 meter. Jarak tanam terbanyak yang diterapkan oleh petani jambu
air adalah pada jarak 7 – 8 meter agar pertumbuhan akar dan batang pohon menjadi lebih
15
bagus. Pada jarak 6 – 7 meter yaitu sebanyak 33 orang atau 33%. Sedangkan yang paling
sedikit adalah pada jarak tanam 4 – 5 meter yaitu sebanyak 20 orang atau 20%.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis data dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
menggunakan model regresi linier berganda, dimana dalam analisis regresi tersebut akan
menguji pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan bantuan program Eviews 6 berdasarkan data-data yang diperoleh dari
100 sampel. Namun, untuk memastikan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh
merupkan model yang fit (cocok), maka sebelumnya akan diuji terlebih dahulu syarat
penggunaan regresi linier berupa asumsi-asumsi klasik.
Pengujiian Asumsi Klasik
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika
memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan adalah deteksi normalitas,
deteksi multikolinieritas, deteksi autokorelasi dan deteksi heteroskedastisitas.
1. Deteksi Normalitas
Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Gambar 4.7 Pengujian Normalitas
Sumber : Hasil Output Eviews
Berdasarkan Gambar 4.7 diatas dapat dijelaskan bahwa uji Jarque-Bera menunjukkan
nilai probabilitas sebesar 0,60 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel residual regresi penelitian ini terdistribusi secara normal, hal ini karena nilai
Jarque-Bera lebih besar dibanding nilai signifikansi.
0
2
4
6
8
10
12
14
-0.25 0.00 0.25
Series: ResidualsSample 1 100Observations 100
Mean 1.47e-15Median -0.001975Maximum 0.433194Minimum -0.438625Std. Dev. 0.151111Skewness 0.062515Kurtosis 3.478860
Jarque-Bera 1.020579Probability 0.600322
16
2. Deteksi Multikolinieritas
Tabel 8. Deteksi Multikolinieritas
Model R² Keterangan
Y = f(X1,X2,X3,X4,X5) 0.831
X1 = f(X2,X3,X4,X5) 0.600 < 0.831
X2 = f(X1,X3,X4,X5) 0.821 < 0.831
X3 = f(X1,X2,X4,X5) 0.748 < 0.831
X4 = f(X1,X2,X3,X5) 0.789 < 0.831
X5 = f(X1,X2,X3,X4) 0.764 < 0.831
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Multikolinearitas berarti berhubungan dengan situasi dimana ada hubungan linier baik
yang pasti atau mendekati pasti diantara variabel X (Gujarati, 2003). Pada Tabel 4.5 hasil
pengujian diperoleh bahwa variabel X memiliki nilai R² yang lebih kecil dari variabel Y ( <
0.831 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas dalam
regresi.
3. Deteksi Heteroskedastisitas
Model regresi dikatakan baik, apabila tidak terjadi heteroskedastisitas
(homoskedastisitas). Deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser.
Hasil pengujian heteroskedastisitas sebagaimana pada lampiran, menunjukkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 9. Deteksi Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 0,513032 Prob. F(5,94) 0,7658
Obs*R-squared 2,656403 Prob. Chi-square (5) 0,7528
Scaled explained SS 2,875953 Prob. Chi-square (5) 0,7191
Sumber : Hasil Output Eviews
Berdasarkan Tabel hasil uji Glejser diperoleh bahwa pada persamaan dapat
disimpulkan bebas dari heterokedastisitas. Hal ini ditunjukkan dari besarnya probability
pengujian Obs*R-squared sebesar 0,7528 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
4. Deteksi Autokorelasi
Deteksi autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara variabel penganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada
periode t- (sebelumnya). Berdasarkan Tabel dapat diketahui bahwa nilai Probabilitas Chi-
Square pada uji LM sebesar 0,2929 > α. Dimana α = 5% atau 0,05. Berdasarkan pengujian
17
Langrange Multiplier diketahui bahwa kedua persamaan tersebut bebas dari autokorelasi.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada lampiran C.
Tabel 10. Deteksi Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.158281 Prob. F(2,92) 0.3186
Obs*R-squared 2.456157 Prob. Chi-Square(2) 0.2929
Sumber : Hasil Output Regresi Eviews
Hasil dan Pembahasan Model Regresi
Setelah dilakukan pengujian penyimpangan asumsi klasik yang menunjukkan bahwa
tidak terdapat gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hal ini
menunjukkan juga bahwa model analisis regresi fungsi produksi Cobb-Douglas yang dipakai
relevan untuk diteliti. Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Regresi
Dependent Variable: Y
Method : Least Square
Sample : 100
Variable Coefficient Std.Error t-statistic Prob.
C 2.836.983 0.405383 6.998.284 0.0000
HOK (X1) 0.047397 0.081253 0.583324 0.5611
Pupuk kandang (X2) 0.207383 0.093218 2.224.704 0.0285
Pupuk buatan (X3) 0.286485 0.092813 3.086.678 0.0027
Insektisida (X4) 0.108605 0.054359 1.997.915 0.0486
Jarak antar pohon (X5) 0.579844 0.181467 3.195.307 0.0019
R-squared 0.831 F-statistic 92.661
Adjusted R-squared 0.822 Prob(F-statistic) 0.000
Sumber : Hasil Output Eviews yang diolah
Dari hasil analisis regresi pada Tabel 4.8 terlihat bahwa hasil regresi dengan R² adalah
sebesar 0,831. Hasil regresi tersebut atas menunjukkan bahwa angka koefisien regresi
elastisitas produksi untuk HOK, pupuk kandang, pupuk buatan dan insektisida menunjukkan
elastisitas yang positif yaitu dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :
LnY = 2,836 + 0,047 Ln.X1 + 0,207 Ln.X2 + 0,286 Ln.X3 + 0,108 Ln.X4
+ 0,580 Ln.X5
Pengujian Hipotesis
18
Setelah proses pengujian penyimpangan asumsi klasik terhadap model yang diajukan
dinyatakan bebas atau lolos pengujian, maka proses berikutnya dilanjutkan dengan justifikasi
statistik antara lain adalah Uji F, Uji t, dan koefisien determinasi (R²).
1. Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R2
pada model regresi.
Berdasarkan Nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,831. Hal ini menunjukkan bahwa
seluruh faktor produksi (X) yang digunakan yaitu variabel tenaga kerja, pupuk kandang,
pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon secara simultan berpengaruh terhadap tingkat
produksi (Y) yang dicapai. Besarnya pengaruh (kontribusi) seluruh faktor produksi (X)
terhadap nilai produksi (Y) yaitu sebesar 0,831 atau 83 %, sisanya sebesar 17 % dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak diteliti.
2. Uji Secara Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (secara bersama-sama)
terhadap variabel dependen, secara statistik. Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dengan
melihat nilai F-hitung dan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df =
100, diperoleh nilai F tabel sebesar 2,32. Menurut Tabel 4.9 diperoleh nilai F hitung lebih
besar dari F tabel yaitu 92,661 > 2,32. Tingkat signifikansi juga menunjukkan 0,000 yang
lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) yaitu 5 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen secara serentak mempengaruhi jumlah produksi secara signifikan.
3. Pengujian secara Parsial (Uji t)
Pengujian koefisien regresi parsial atau uji t digunakan untuk menguji apakah
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dengan mengetahui apakah
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Hasil pengujian
hipotesis penelitian dinyatakan dapat diterima atau dikatakan ditolak dengan cara
membandingkan nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel. Dengan melihat t-hitung
dan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%) dan df = 100, hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 12
Tabel 12. Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)
Variabel Independen t-hitung t-tabel Kesimpulan
HOK (X1) 0,583 1,985 Tidak signifikan
Pupuk kandang (X2) 2,224 1,985 Signifikan
Pupuk buatan (X3) 3,086 1,985 Signifikan
Insektisida (X4) 1,997 1,985 Signifikan
Jarak antar pohon (X5) 3,195 1,985 Signifikan
Sumber: Data Primer, Diolah
19
Berdasarkan Tabel 12 diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki koefisien
regresi dengan arah positif. Hal ini berarti bahwa peningkatan faktor produksi tenaga kerja,
pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida dan jarak antar pohon dapat berpotensi
meningkatkan produksi jambu air.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Pengaruh Variabel Tenaga Kerja
Hipotesis :
Ho : Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Ha : Diduga variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel tenaga kerja mempunyai nilai
t-hitung lebih kecil daripada t-tabel yaitu < t-tabel (0,583 < 1,985). Sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,561
lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. Dengan demikian, tenaga kerja memiliki
pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi jambu air.
Faktor tenaga kerja / HOK dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap produksi jambu air. Dapat disimpulkan bahwa penambahan jumlah tenaga kerja
yang digunakan dalam suatu proses produksi usaha jambu air tidak secara langsung
meningkatkan produksinya. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart
penggunaan tenaga kerja untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150 pohon
adalah sebanyak 200 HOK(Hari Orang Kerja)
b. Pengaruh Variabel Pupuk Kandang
Hipotesis :
Ho : Diduga variabel pupuk kandang tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Ha : Diduga variabel pupuk kandang berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk kandang mempunyai
nilai t-hitung > t-tabel (2,224 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk
kandang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel
diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05. Dengan demikian, pupuk kandang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
20
terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai
koefisien regresi variabel pupuk kandang sebesar 0,207 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan 1 persen pupuk kandang akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,207
persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk kandang
memiliki arah positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart
penggunaan pupuk kandang untuk setiap Ha dengan jumlah pohon kurang lebih 150
pohon adalah sebanyak 20 ton.
c. Pengaruh Variabel Pupuk Buatan
Hipotesis :
Ho : Diduga variabel pupuk buatan tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Ha : Diduga variabel pupuk buatan berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi
jambu air.
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel pupuk buatan mempunyai nilai
t-hitung > t-tabel (3.086 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pupuk
buatan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh
nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
Dengan demikian, pupuk buatan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien
regresi varibel pupuk buatan sebesar 0,286 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1
persen pupuk buatan akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,286 persen dengan
catatan faktor-faktor lain tidak berubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk buatan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap produksi jambu air. Nilai Koefisien regresi variabel pupuk buatan
memiliki arah positif. Maka dapat disimpulkan peningkatan pupuk buatan yang
digunakan akan meningkatkan produksi jambu air.
d. Pengaruh Variabel Insektisida
Hipotesis :
Ho : Diduga variabel insektisida tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Ha : Diduga variabel insektisida berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi
jambu air.
21
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel insektisida mempunyai nilai t-
hitung > t-tabel (1,997 > 1,985). Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel insektisida
berpengaruh signifikan secara terhadap produksi jambu air. Pada Tabel diperoleh nilai
signifikansi (probabilitas) sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Dengan
demikian, insektisida memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi
jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai koefisien regresi
variabel insektisida sebesar 0,108 menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen
insektisida akan meningkatkan jumlah produksi sebesar 0,108 persen dengan catatan
faktor-faktor lain tidak berubah.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa insektisida merupakan faktor yang
berpengaruh signifikan terhadap produksi jambu air dengan arah positif. Sehingga
penggunaan insektisida yang lebih banyak akan meningkatkan produksi jambu air.
Penggunaan insektisida yang sesuai dengan dosis anjuran akan mampu meningkatkan
produktifitasnya, anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart penggunaan
insektisida untuk setiap Ha dengan jumlah pohon 150 pohon adalah sebanyak 7 liter. Hal
tersebut dikarenakan pohon jambu air memiliki hama tanaman dari jenis serangga (ulat).
Selain itu, insektisida juga berfungsi sebagai penumbuh buah dan daun.
e. Pengaruh Variabel Jarak Antar Pohon
Hipotesis :
Ho : Diduga variabel jarak antar pohon tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Ha : Diduga variabel jarak antar pohon berpengaruh signifikan terhadap jumlah
produksi jambu air.
Tabel menunjukkan bahwa hasil pengujian variabel jarak antar pohon mempunyai
nilai t-hitung > t-tabel (3,195 > 1,985) sehingga dapat dikatakan bahwa variabel jarak
antar pohon berpengaruh secara signifikan terhadap produksi jambu air. Pada Tabel
diperoleh nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi
0,05. Dengan demikian, jarak antar pohon memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap produksi jambu air. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai
koefisien regresi variabel jarak antar pohon sebesar 0,580 menunjukkan bahwa setiap
peningkatan 1 persen jarak antar pohon akan meningkatkan jumlah produksi sebesar
0,580 persen dengan catatan faktor-faktor lain tidak berubah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam pohon jambu air dalam
penelitian ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi jambu air dengan
22
arah hubungan positif. Anjuran dari dinas pertanian Kabupaten Demak standart jarak
antar pohon yang ditetapkan yaitu 8 x 8. Hasil ini menjelaskan bahwa jarak antar pohon
yang lebih panjang akan meningkatkan produksi jambu air.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi jambu air dalam usahatani
jambu air di Kabupaten Demak. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor produksi tenaga
kerja, pupuk kandang, pupuk buatan, insektisida, dan jarak antar pohon terhadap jumlah
produksi jambu air dengan analisis linier berganda pada usahatani jambu air di Desa
Wonosari Kecamatan Bonang Kabupaten Demak menggunakan fungsi produksi Cobb-
Douglas.
Dari hasil analisis data dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Tenaga Kerja tidak memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,561 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk kandang memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
3. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel pupuk buatan memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,003 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
4. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel insektisida memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,049 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
5. Berdasarkan hasil analisis regresi Variabel Jarak antar Pohon memiliki pengaruh positif
yang signifikan terhadap produksi jambu air di Kabupaten Demak dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan tenaga kerja diharap dikelola setepat mungkin agar tidak boros biaya tenaga
kerja, dikarenakan jumlah tenaga tidak berpengaruh pada produksi yang dihasilkan.
Diharapkan para petani dapat bertindak secara efektif dalam menggunakan pupuk
kandang, pupuk buatan, dan insektisida agar hasil produksi jambu air maksimal. Serta
23
jarak antar pohon harap diperhatikan menurut ukuran standar (jarak) yang ditetapkan,
karena jarak yang tidak sesuai dengan ukuran standar minimum akan mempengaruhi
pertumbuhan pohon sehingga mempengaruhi jumlah produksi jambu air.
2. Dalam menjalankan usaha tani ini harga jambu air sering naik turun, terutama ketika
panen raya harga jambu air akan jatuh. Pemerintah Daerah Kabupaten Demak diharap
menerapkan kebijakan untuk melakukan penanaman of season (pembuahan diluar musim)
dikarenakan cuaca tidak terlalu mempengaruhi produksi jambu air. Tujuanya adalah agar
pohon jambu air tidak bersamaan berbuah, sehingga harga tidak jatuh seperti saat panen
raya.
3. Sebaiknya sering diadakan penyuluhan-penyuluhan baik yang diadakan oleh Petugas
Penyuluh Lapangan Kecamatan maupun dinas pertanian Kabupaten Demak sehingga
dapat menambah pengetahuan maupun informasi yang lebih banyak bagi petani untuk
mengelola usaha tani jambu air. Pemerintah diharapkan memberikan bantuan berupa
modal, pupuk, insektisida, bibit jambu air kepada para petani.
24
DAFTAR PUSTAKA
Amelia Zulianti Siregar. 2008. Insektida Perlukah?. Departemen HPT Fakultas Pertanian
USU.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2007 - 2010. Kabupaten Demak Dalam
Angka, Semarang.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2005 - 2009. Jawa Tengah Dalam Angka,
Semarang.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah. 2004 – 2008. Jawa Tengah Dalam
Angka, Semarang.
BAPPENAS. 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta.
Beattie, Bruce R dan C Robert Taylor. 1994. Ekonomi Produksi. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Dernberg, Thomas F. 1992. Konsep Teori dan Kebijakan Makroekonomi. penerjemah
Karyaman Muchtar. Erlangga, Jakarta.
T Gilarso. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Kanisius, Yogyakarta.
Imam Ghozali. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit
Undip, Semarang.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Harianto. 2007. “Peran Pertanian dalam Ekonomi Pedesaan”. Paper disajikan pada Seminar
Nasional oleh Pusat Analisi Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor, 4
Desember 2007.
Mawazin dan Hendi Suhaendi. 2007. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
Diameter (Effect of Plant Spacing on the Diameter Growth of Shorea parvifolia
Dyer). Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.
Mudrajat Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi.
UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Lincolin Arsyad dan Adiningsih S. 2003. Ekonomi Pembangunan, Edisi Ketiga. STIE YKPN,
Yogyakarta.
Miller, Roger Leroy & Roger E. Meiners. 2000. Teori Mikro Ekonomi Intermediate. PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Moh. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Nicholson, Walter. 1998. Mikroekonomi Intermediate. Binarupa Aksara, Jakarta.
Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield. 1995. Microeconomics. Prentice Hall
International, Inc.
Sadono Sukirno. 2000. Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Salvatore, Dominic. 1997. Teori Ekonomi Mikro. Erlangga, Jakarta.
Soedarsono. 1998. Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES, Jakarta.
25
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb
Douglas. CV Rajawali, Jakarta.
Suparmi. 1986. Ekonomi Pertanian. Karunika Jakarta Universitas Terbuka, Jakarta.
Tribowo. 2010. Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Produksi Belimbing (Studi
Kasus di Desa Bethokan Kecamatan Demak Kabupaten Demak). Skripsi, Universitas
Diponegoro. Semarang.