8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 1/12
NEUROPATI DIABETIK
Pendahuluan
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan
pada diabetes melitus. Resiko yang dihadapi pasien diabetes melitus dengan neuropati
diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi
jari/kaki.
A. Diabetes Melitus (DM)
Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya.
Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus (ADA 2009)
I. Diabetes Melitus Tipe 1
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut)
A. Melalui proses imunologik
B.
IdiopatikC. Karakteristik :
* Mudah terjadi ketoasidosis
* Pengobatan harus dengan insulin
* Onset akut
* Biasanya kurus
* Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
* Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
* Didapatkan antibodi sel islet
* 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
* 30-50 % kembar identik terkena
II. Diabetes Melitus Tipe 2
(bervariasi mulai yang pedominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relative sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin)
Karakteristik :
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 2/12
* Sukar terjadi ketoasidosis
* Pengobatan tidak harus dengan insulin
* Onset lambat
* Gemuk atau tidak gemuk
* Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
* Tidak berhubungan dengan HLA
* Tidak ada antibodi sel islet
* 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
* ± 100% kembar identik terkena
Manifestasi Klinis
Keluhan umum pada pasien diabetes melitus atau DM seperti poliuria, polidipsia,
polifagia pada DM lanjut usia pada umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering
mengganggu pasien ialah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada
pembuluh darah dan saraf. Pada DM lanjut usia, terdapat perubahan patofisiologi
akibat proses menjadi tua sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa
gejala sampai dengan komplikasi yang lebih lanjut.
Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah adanya keluhan
yang mengenai beberapa organ tubuh, antara lain :
Gangguan penglihatan : katarak
Kelainan kulit : gatal dan bisul-bisul
Kesemutan, rasa baal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital ataupun daerah lipatan
kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya jamur.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka lama yang tidak mau sembuh.
Luka ini dapat timbul akibat hal sepele seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti
dan sebagainya. Rasa baal dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati juga
merupakan keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah.
Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien datang berobat ke dokter ialah
keluhan mata kabur yang disebabkan oleh katarak ataupun gangguan-gangguan
refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa akibat hiperglikemia.
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 3/12
Tanda-tanda dan gejala klinik diabetes melitus pada lanjut usia:
Penurunan berat badan yang drastis dan katarak yang sering terjadi pada gejala
awal.
Infeksi bakteri dan jamur pada kulit (pruritus vulva untuk wanita) dan infeksitraktus urinarius sulit untuk disembuhkan.
Disfungsi neurologi, termasuk parestesi, hipestesi, kelemahan otot dan rasa
sakit, mononeuropati, disfungsi otomatis dari traktus gastrointestinal (diare),
sistem kardiovaskular (hipotensi ortostatik), sistem reproduksi (impoten), dan
inkontinensia stress.
Makroangiopati yang meliputi sistem kardiovaskular (iskemi, angina, dan
infark miokard), perdarahan intra serebral (TIA dan stroke), atau perdarahan
darah tepi (tungkai diabetes dan gangren).
Mikroangiopati meliputi mata (penyakit makula, hemoragik, eksudat), ginjal
(proteinuria, glomerulopati, uremia).
Komplikasi
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan
menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Oleh
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 4/12
karena itu, sangatlah penting bagi para pasien untuk memantau kadar glukosa
darahnya secara rutin.
Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis
diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua
keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL,
pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena
angka kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk
penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana
terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang
tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal
yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum
obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik
insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau
menyuntik insulin.
Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar,
rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai
koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang
mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak
sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan
pemantauan selanjutnya.
Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah
yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh
darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:
- Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan jantung mendadak
- Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
- Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 5/12
Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai
pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan
nefropati diabetikum. Untuk lebih jelasnya baca pada artikel gagal ginjal.
Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan
perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama
pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada
kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus
kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien
mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa
sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang
mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan
kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.
B. Neuropati Diabetik (ND)
Definisi
Neuropati diabetik menggambarkan kerusakan saraf yang disebabkan oleh
peningkatan gula darah yang ditemukan pada penderita diabetes.
Epidemiologi
Diteliti pasien dan populasi neuropati diabetik dengan prevalensi 12-50%. Pada suatu
penelitian besar, neuropati simtomatis ditemukan pada 28,5% dari 6500 pasien
diabetes melitus.
Angka kejadian dan derajat keparahan ND juga bervariasi sesuai dengan usia, lama
menderita DM, kendali glikemik, juga fluktuasi kadar glukosa darah sejak diketahui
DM.
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 6/12
Patogenesis
1. Faktor Metabolik
Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia yang
berkepanjangan. Hiperglikemia persisten menyebabkan aktivasi jalur poliol
meningkat, yaitu terjadi aktivasi enzim aldose-reduktase, yang merubah
glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dimetabolisme oleh sorbitol
dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan fruktosa dalam sel
saraf merusak sel saraf akibatnya menyebabkan keadaan hipertonik
intraseluler sehingga mengakibatkan edema saraf.
2. Kelainan Vaskuler
Hiperglikemia juga mempunyai hubungan dengan kerusakan mikrovaskular.
Mekanisme kelainan mikrovaskuler tersebut dapat melalui penebalan
membrana basalis; trombosis pada arteriol intraneura; peningkatan agregasi
trombosit dan berkurangnya deformitas eritrosit; berkurangnya aliran darah
saraf dan peningkatan resistensi vaskular; stasis aksonal, pembengkakan dan
demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut.
3. Mekanisme Imun
Mekanisme patogeniknya ditemukan adanya antineural antibodies pada serum
sebagian penyandang DM. Autoantibodi yang beredar ini secara langsung
dapat merusak struktur saraf motorik dan sensorik yang bisa dideteksi dengan
imunoflorensens indirek dan juga adanya penumpukan antibodi dan
komplemen pada berbagai komponen saraf suralis.
4. Peran Nerve Growth Factor (NGF)
NGF diperlukan untuk mempercepat dan mempertahankan pertumbuhan saraf.
Pada penyandang diabetes, kadar NGF serum cenderung turun dan
berhubungan dengan derajat neuropati. NGF juga berperan dalam regulasi gen
Substance P dan Calcitonin-Gen-Regulated peptide (CGRP). Peptide ini
mempunyai efek terhadap vasodilatasi, motilisasi intestinal dan nosiseptif,
yang kesemuanya itu mengalami gangguan pada neuropati diabetik.
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 7/12
Klasifikasi Neuropati Diabetik :
Menurut perjalanan penyakitnya, neuropati diabetik dibagi menjadi :
Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat perubahan
biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik sehingga masih
reversibel.
Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan
struktural serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversibel.
Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini ireversibel. Kerusakan serabut
saraf pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan
proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal
paling banyak ditemukan, seperti polineuropati simetris distal.
Menurut jenis serabut saraf yang terkena lesi :
Neuropati Difus
Polineuropati sensori-motor simetris distal
Neuropati otonom : Neuropati sudomotor, neuropati otonom kardiovaskuler,
neuropati gastrointestinal, neuropati genitourinaria
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 8/12
Neuropati lower limb motor simetris proksimal (amiotropi)
Neuropati Fokal
Neuropati kranial
Radikulopati/pleksopati
Entrapment neuropathy
Menurut anatomi serabut saraf perifer dibagi atas 3 sistem :
1. Sistem Motorik
2. Sistem sensorik
3. Sistem otonom
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Neuropati Diabetik bergantung dari jenis serabut saraf yang
mengalami lesi. Mengingat jenis serabut saraf yang terkena lesi bisa yang kecil atau
besar, lokasi proksimal atau distal, fokal atau difus, motorik atau sensorik atau
autonom, maka manifestasi klinisnya menjadi bervariasi, diantaranya :
Kesemutan
Kebas
Tebal
Mati rasa
Rasa terbakar
Seperti ditusuk, disobek, ataupun ditikam
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 9/12
Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh :
Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma
Macam, besar dan lamanya trauma
Peranan jaringan lunak kaki
Penegakan Diagnosis
Diagnosis neuropati perifer diabetik dalam praktek sehari-hari, sangat bergantung
pada ketelitian pengambilan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan jawaban
tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup untuk mengeluarkan kemungkinan
adanya neuropati.
Evaluasi yang perlu dilakukan, diantaranya :
1. Refleks motorik
2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa
getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filamen mono Semmes-
Weinstein)
3. Fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi suhu
4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat
dikerjakan elektromiografi.
Uji untuk diabetic autonomic neuropathy (DAN), diantaranya :
1. Uji komponen parasimpatis dilakukan dengan :
- Tes respon denyut jantung terhadap maneuver Valsava
- Variasi denyut jantung (interval RR) selama nafas dalam (denyut jantung
maksimum-minimum)
2. Uji komponen simpatis dilakukan dengan :
- Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)
- Respons tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastolik)
Skrining Neuropati Diabetik
Guideline untuk skrining tahunan neuropati diabetik yang diusulkan oleh
European association for the study of diabetes
Riwayat Umur, diabetes, faktor fisik, gaya hidup, sosial,
gejala, penyebab lain yang mungkin.
Pemeriksaan kedua
kaki
Keadaan kulit, keringat, infeksi, ulserasi,
kalus/blister, deformitas, atrofi otot, arkus, palpitasi,
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 10/12
nadi, pergerakan sendi, gaya berjalan, sepatu yang
dipakai.
Pemeriksaan
vascular
Denyut arteri pada kaki
Lain-lain Fungsi tiroid, vitamin B12, ureum, kreatinin
untuk menyingkirkan penyebab lain.
Tatalaksana
Terapi Nonmedikamentosa
1. Edukasi
Edukasi pasien sangat penting dalam tatalaksana neuropati diabetik. Target
pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak awal, dan hindari memberi
pengahrapan yang berebihan.
2. Perawatan Umum (kaki)
Jaga kebersihan kaki, hindari trauma kaki seperti sepatu yang sempit. Cegah
trauma berulang pada neuropati kompresi.
3. Senam Kaki Diabetes
Senam kaki diabetes bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan
memperkuat otot – otot kecil kaki dan mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki.
Latihan senam kaki dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, dan tidur
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 11/12
dengan cara menggerakkan kaki dan sendi – sendi kaki. Misalnya berdiri dengan
kedua tumit diangkat, mengangkat kaki dan menurunkan kaki
4. Pengendalian Glukosa Darah
Terapi medikamentosa
Dengan menggunakan obat-obat :
1. Golongan aldolase reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbunan
sorbitol dan fruktosa
2. Penghambat ACE
3. Neutropin
- Nerve growth factor
- Brain-derived neurotrophic factor
4. Alpha Lipoic Acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal
hidroksil, superoksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation
Pedoman tatalaksana neuropati diabetik dengan nyeri, diantaranya :
1. NSAID (ibuprofen dan sulindac)
2. Antidepresan trisiklik (amitriptilin, imipramin, nortriptilin, paroxetine)
3. Antikonvulsan (gabapentin, karbamazepin)
4. Antiarimia (mexilletin)
5. Topikal : capsaicin, fluphenazine, transcutaneous electrical nerve stimulation
Pencegahan
Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit
secara umum mencakup :
- pengendalian kadar gula darah,
- status gizi,
- tekanan darah,
- kadar kolesterol, dan
- pola hidup sehat.
Kesimpulan
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus dengan
prevalensi dan manifestasi klinis amat bervariasi. Dari 4 faktor (metabolik, vaskular,
imun, dan NGF) yang berperan pada mekanisme patogenik neuropati diabetik,
hiperglikemia yang berkepanjangan sebagai komponen faktor metabolik merupakan
dasar utama patogenesis neuropati diabetik.
8/13/2019 Penyuluhan Diabetik Foot
http://slidepdf.com/reader/full/penyuluhan-diabetik-foot 12/12
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan neuropati diabetik pada pasien
diabetes melitus, yang penting adalah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah
dan perawatan kaki sebaik-baiknya. Usaha mengatasi keluhan nyeri pada dasarnya
bersifat simtomatis, dilakukan dengan memberikan obat yang bekerja sesuai
mekanisme yang mendasari keluhan nyeri tersebut. Pendekatan nonfarmakologis
termasuk edukasi sangat diperlukan, mengingat perbaikan total sulit bisa dicapai.
Daftar Pustaka
W.Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, K Simadibrata Marcellus, Setiati
Siti. 2007 Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5, Jilid III.Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.Hal : 1947-1951
http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=detil_berita&kd_berita=20
http://diabetesmelitus.org/komplikasi-diabetes-melitus/
Top Related