Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 1
Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II
HUSEN
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Lamongan
Abstract:
Thematic learning model is a learning model that students pay attention to SD/MI that frame of mind is still intact, and the understanding of the concept are through the real world and based to the students' lives. In this study the researcher focus to the model of learning interaction and learning styles on learning outcomes. The researcher used experimental study. The study population was all students in second student grade. The sample amounted to 90 students from both MI, it means that the researcher used purposive sampling, where all students are included on certain conditions. The collected data were statistically processed using the techniques of inferential analysis of variance (Anova) two-factor 2 x 2. The results of this study, (1) there are differences in learning outcomes between students who use thematic learning and conventional learning, (2) there are differences in student learning outcomes that have a stylish visual, auditory and kinesthetic, and (3) there is no interaction between learning models and styles learning on learning outcomes. Descriptive Statistics show that the application of thematic learning (mean 80.49) and the conventional learning (mean 77.87). And mean learning outcomes based on visual learning style is 84.81, auditory learning style is 73.48, and kinesthetic learning styles is 75.09. Based on the research findings, it is recommended to the elementary school teachers to apply the thematic instructional strategies in the instruction to improve student learning achievement. The characteristic of thematic strategy can empower student to learn optimally and support the student learning achievement.
Keyword: Thematic Learning Model, Learning Styles and Student Learning Outcomes
Pendahuluan
Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajar-
an untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta
kesesuaian dengan kekhasan, kondisi
dan potensi daerah, satuan pendidikan
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 2
dan peserta didik. Oleh sebab itu
kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang
ada di daerah.
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidik-an (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidik-an, dan silabus. Pendekatan
pembe-lajaran tematik meru-pakan
pendeka-tan dalam pembelajaran
yang diterap-kan di SD/MI kelas
rendah (I, II dan II) sebagaimana yang
tercantum dalam Pedoman
Penyusunan Kurikulum yang
dikeluarkan oleh Badan Nasional
Standar Pendidikan (BNSP) tahun
2006.
Pembelajaran tematik merupakan
suatu konsep pembelajaran yang
efektif untuk SD/MI karena dapat
membantu meningkatkan kecakapan
berfikir siswa, meningkatkan
semangat belajar dan sesuai dengan
perkembangan anak. Kurang
efektifnya pembelajaran dapat
disebabkan oleh strategi pembelajaran
yang dipilih kurang tepat, motivasi
belajar rendah, kurangnya
profesional-isme guru, serta
kurangnya sarana dan prasarana.
Pada model jaring laba-laba
diperhatikan keterkaitan tema dengan
mata pelajaran yang terkait. Kemudian
dari tema itu akan dikem-bangkan
sub-tema yang akan meng-
hubungkan ide-ide dalam sebuah
mata pelajaran, siswa mempunyai
gambaran yang besar dan juga fokus
belajar pada satu aspek.
Lebih lanjut lagi, konsep kunci
dikembangkan dalam waktu lama
untuk penginternalisasian oleh siswa.
Menghubungkan ide-ide dalam mata
pelajaran membolehkan siswa untuk
mereview, mengkonseptualisasi,
mengedit, dan menggabungkan ide-
ide secara perlahan lahan dan dapat
mentransfer manfaat. Dengan
penerapan pendekatan pembelajaran
tematik diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Perkembangan otak anak sangat
dipengaruhi oleh rangsangan dari
orang-orang di sekitarnya, termasuk
guru dan teman-teman di sekolah.
Rangsangan yang tepat akan
meningkatkan jumlah syaraf yang
akan saling menyambung dengan
cepat. Oleh karena itu pendidikan
awal di kelas I, II, dan III, perlu
memperhatikan faktor tersebut agar
syaraf pada otak menyambung secara
maksimal. Menurut Piaget, tokoh
psikologi perkem-bangan dan
sekaligus tokoh konstrukti-visme
menyatakan bahwa anak-anak yang
berusia sekitar 10 tahun baru mampu
berpikir kongrit, belum mampu
berpikir abstrak, sehingga layanan
pendidikan bagi peserta didik di kelas
I, II, dan III harus memper-timbangkan
faktor tersebut sebagai dasar untuk
menguasai kompeten-si dasar di kelas
selanjutnya, yang sudah mengguna-
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
kan berpikir abstrak (Tedjawati, 2005:
5).
Desain kurikulum madrasah
diper-siapkan untuk mewujudkan
insan kamil, menimbulkan akibat
struktur kurikulum yang harus
ditempuh peserta didik sangat padat.
Selain diwajibkan untuk menempuh
sejumlah mata pelajaran sains, peserta
didik madrasah juga wajib menempuh
mata pelajaran agama islam yang
bercabang-cabang jumlahnya. Struktur
kurikulum demikian tentu
mengandung banyak kelemahan,
sebab pembelajaran yang mengacu
pada struktur kurikulum yang pada
menjadi tidak fokus dan hasilnya
kurang maksimal (Depag, 2005).
Gaya belajar mengacu pada cara
belajar yang disukai oleh pebelajar.
Umumnya gaya belajar seseorang
dianggap berasal dari variabel
kepribadian, termasuk susunan
kognitif dan psikologis, latar belakang
sosio-kultural serta pengalaman
pendidikan. Keaneka-ragaman gaya
belajar pebelajar seharusnya diketahui
sejak awal pendidikannya, agar
memudahkan bagi pebelajar untuk
belajar, maupun pembelajar untuk
mengajar dalam proses pembelajaran.
Pebelajar akan dapat belajar dengan
lebih baik apabila ia menyadari gaya
belajarnya. Hal tersebut me-mudahkan
pembelajar dapat mene-rapkan
pembelajaran dengan tepat.
Gaya belajar dalam penelitian
meliputi gaya visual dan auditorial.
Orang dengan gaya belajar visual
belajar melalui apa yang dilihatnya,
dan orang dengan gaya belajar
auditorial belajar melalui apa yang
didengarnya. Meskipun masing-
masing orang umumnya belajar
menggunakan kedua tipe tersebut
pada tahapan tertentu, kebanyakan
orang lebih cenderung pada salah satu
di antara keduanya.
Pada dasarnya diketahui bahwa
anak belajar sesuai dengan gaya
belajarnya, dan bertemu dengan
lingkungan belajar yang tidak sesuai
dengan gaya belajarnya, maka siswa
akan menolak lingkungan belajar itu
(Kolb, 1986 dalam Robotham, 1999
dalam Nurlaela, 2010).
Bahwa target ketuntasan hasil
belajar pada kelas rendah adalah
membaca, menulis dan berhitung
(Calistung), dengan model pem-
belajaran tematik dan memper-
timbangkan gaya belajar siswa (visual,
auditorial dan kinestetik) sebagai cara
berfikirnya, maka diharapkan pem-
belajaran berjalan efektif dan terca-
painya Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM).
Sudjana (1991) mengatakan
bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-
hasil belajar yang dicapai oleh siswa
dengan kreteria tertentu. Hal tersebut
meng-isyaratkan bahwa objek yang
dinilai adalah hasil belajar siswa.
Menurut Norman E. Gronlund (dalam
Purwanto 1994:3) Evaluasi adalah
suatu proses yang sistimatis untuk
menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauh mana tujuan – tujuan
pengajaran telah tercapai oleh siswa.
Tujuan pendidikan harus senantiasa
mengacu pada tiga jenis ranah atau
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 4
kawasan yang melekat pada diri siswa.
yaitu : 1) Ranah proses berpikir
(kognitif); 2) nilai atau sikap (afektif);
dan 3) Ranah Ketrampilan
(psikomotor) S. Bloom (Dalam Respati
2007). Menurut Gagne (1985) hasil
belajar meliputi hal seperti: 1)
informasi verbal; 2) keterampil-an
intelektual; 3) strategi kognitif; 4)
sikap; dan 5) keterampilan motorik.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut
maka dapat dikatakan memiliki suatu
kesamaan.
Masalah pokok yang hendak
diungkapkan dalam penelitian ini
adalah seberapa besar Pengaruh
Model Pembelajaran Tematik dan
Gaya Belajar terhadap hasil belajar
kelas II di MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan.
Secara khusus rumusan masalah
yang penulis tetapkan adalah sebagai
berikut; 1) Apakah ada perbedaan
hasil belajar Calistung kelas II MI
Sunan Drajat Lamongan dan MI Pem-
bangunan Sidomukti Lamongan
yang menggunakan model pembela-
jaran tematik dengan menggunakan
model konvensional?, 2) Apakah ada
perbedaan hasil belajar Calistung
antara siswa kelas II MI. Sunan Drajat
Lamongan dan MI Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang memiliki
gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial dan yang memiliki gaya
belajar kinestetik?, dan 3) Apakah ada
interaksi antara model pembelajaran
tematik dan penggunaan model
konven-sional dengan gaya belajar
terhadap hasil belajar siswa kelas II di
MI. Sunan Drajat Lamongan dan MI
Pembangunan Sidomukti Lamong-
an?.
Dari rumusan masalah di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah 1)
Mengetahui apakah ada perbedaan
hasil belajar siswa kelas II MI. Sunan
Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang mengguna-kan model
pembelajaran tematik dengan
menggunakan model konven-sional,
2) Mengetahui apakah ada perbedaan
hasil belajar antara siswa kelas II MI
Sunan Drajat Lamongan dan MI
Pembangunan Sidomukti Lamo-
ngan yang memiliki gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial dan
yang memiliki gaya belajar kinestetik,
3) Mengetahui apakah ada interaksi
antara penggunaan model
pembelajaran tematik dan penggunaan
model konvensional dengan gaya
belajar terhadap hasil belajar siswa
kelas II MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan.
Hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi guru dan praktisi
pendidikan yaitu; 1) Dapat
memberikan informasi praktis bagi
pendidik tentang model pembelajaran
tematik sebagai pendekatan dalam
pembelajaran yang secara aturan
sudah diberlakukan namun dalam
praktek-nya masih banyak SD/MI di
Kabupaten Lamongan belum merea-
lisasikannya, 2) Sebagai salah satu
kajian teoritis, bahwa model
pembelajaran tematik memiliki banyak
kelebihan dan kemudahan bagi guru
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
untuk pencapaian dan hasil belajar
siswa di kelas rendah (I, II dan III), dan
3) Sebagai salah satu upaya
mendukung dan memperkuat hasil
penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran tematik dan model
pembelajaran konvensional dalam
usaha untuk meningkatkan hasil
belajar siswa SD/MI di Lamongan.
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengadakan
manipu-lasi terhadap objek penelitian
serta adanya kontrol. Kontrol ini dapat
saja berupa manipulasi fisik, seperti
penguna-an cara dan alat, ataupun
kontrol dengan cara mengadakan
seleksi terhadap materi maupun
terhadap objek penelitian. Penelitian
eksperimen merupakan peneli-tian
yang bertujuan untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta
berapa besar hubungan sebab akibat
tersebut dengan cara memberikan
perlakuan-perlakuan (treatment)
tertentu pada beberapa kelompok
eksperimen dan menyediakan kontrol
untuk perbanding-an (Nasir, 1988:75).
Kelompok yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya kelompok akibat atau
kelompok yang dapat dimanipulasi
oleh peneliti dinamakan variable bebas
(independent variable). Sedangkan
kelompok yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya
kelompok bebas, disebut dengan
variable terikat (dependent varable)
(Sugiyono, 2009:39).
Dalam penelitian ini digunakan
desain eksperimen semu (Quasi
Experintental Design), karena desain ini
mempunyai kelompok kontrol, tetapi
tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variable-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen (Sugiyono, 2009:77).
Dalam penelitian ini, rancangan
yang dipergunakan adalah desain
faktorial 2x2 (Tuckman, 1999).
Beberapa keuntungan penggunaan
desain faktorial ini antara lain: (1)
peneliti dapat memanipulasi dan
mengendalikan dua varaibel atau lebih
secara bersamaan, (2) analisis faktorial
lebih tajam presisinya jika
dibandingkan dengan analisis satu
arah, (3) terbukanya kemungkinan
peneliti untuk melakukan kajian-kajian
akibat interaktif dari variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Dibawah ini rancangan analisis;
Model
Pembelajaran
(X)
Gaya Belajar
(A)
Tematik
(X1)
Konven-
sional
(X2)
Gaya Belajar
Visual (A3) Y1 Y2
Gaya Belajar
Auditory (A4) Y3 Y4
Gaya Belajar
Kinestetik
(A5)
Y5 Y6
Populasi adalah sekumpulan
elemen yang memiliki satu ciri minat
atau lebih (Arikunto, 1983: 90).
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas II MI. Sunan Drajat
Lamongan yang terdiri dari 2 kelas
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 6
dan siswa kelas II MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang terdiri dari
2 kelas.
Sampel merupakan sebagian atau
bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian
yang berhasil diperoleh dari sampel
dapat digeneralisasikan pada populasi.
Penarik-an sampel diperlukan jika
populasi yang diambil berjumlah
besar, dan peneliti memiliki
keterbatasan untuk menjangkau
seluruh populasi maka peneliti perlu
menentukan jumlah sampel dan teknik
sampling yang digunakan. Dalam
penelitian ini, peneliti mengguna-kan
Judgement sampling (dikenal juga
dengan purposive sampling) adalah
teknik penarikan sampel yang
dilakukan berdasarkan karakteristik
yang ditetap-kan terhadap elemen
populasi target yang disesuaikan
dengan tujuan atau masalah
penelitian. Dalam perumusan
kriterianya, subjektivitas dan pengala-
man peneliti sangat berperan.
Penentuan kriteria ini dimungkinkan
karena peneliti mempunyai
pertimbangan-pertimbangan tertentu
didalam pengambilan sampel-nya.
Purposive Sampling merupakan salah
satu tehnik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian.
Secara bahasa berarti sama dengan
sengaja. Jadi kalau sederhananya
Purpo-sive Sampling berarti tehnik
pengambilan sampling secara sengaja.
Maksudnya, peneliti menentukan
sendiri sampel yang diambil karena
ada pertimbangan tertentu. Jadi,
sampel diambil tidak secara acak,
tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti.
Adapun dalam penelitian ini yang
ditetapkan sebagai sampel dari jumlah
populasi di atas adalah 90 siswa terdiri
dari 48 MI Sunan Drajat Lamongan
dan 42 MI Pembangunan Sidomukti
Lamongan.
Teknik Pengumpulan Data dan
Instrumen Penelitian adalah angket
(gaya belajar siswa) dan tes (hasil
belajar siswa).
Pengujian Hipotesis
a. Pengujian hipotesis I
Pengujian hipotesis I adalah untuk
mengetahui apakah ada perbedaan
hasil belajar kelas II MI Sunan Drajat
Lamongan dan MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang
mengguna-kan model pembelajar-an
tematik dengan menggunakan model
konvensional. Hipotesis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Tidak ada perbedaan hasil
belajar kelas II MI Sunan Drajat
Lamongan dan MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang
mengguna-kan model pembelajaran
tematik dengan meng-gunakan model
konvensional.
Terdapat perbedaan hasil
belajar kelas II MI Sunan Drajat
Lamongan dan MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang
mengguna-kan model pembelajaran
tematik dengan meng-gunakan model
konvensional.
Tabel 1. Hasil Pengujian Hasil Belajar dengan
Model Tematik dan Model Konvensional
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
Tabel 2. Hasil Pengujian Hasil Belajar dengan
Model Tematik dan Model Konvensional
Dari hasil pada table Independent
Samples Test menunjukkan bahwa
nilai Sig. (0.016) < α = 5%. Maka,
terdapat perbedaan hasil belajar kelas
II MI Sunan Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang meng-gunakan model
pembelajaran tematik dengan
menggunakan model konven-sional.
Pada model pembelajaran tematik
memiliki nilai hasil belajar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional. Rata-rata
hasil belajar dengan menggunakan
model pembelajaran tematik adalah
80,49 sedangkan rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional adalah
77,87 ( Dapat dilihat pada tabel Group
Statistics ).
b. Pengujian hipotesis II
Pengujian hipotesis II adalah
untuk mengetahui apakah ada
perbedaan hasil belajar antara siswa
kelas II MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan yang memiliki gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial dan
yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Tidak ada perbedaan hasil
belajar antara siswa kelas II MI. Sunan
Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang memiliki gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial dan yang
memiliki gaya belajar kinestetik.
Ada perbedaan hasil belajar
antara siswa kelas II MI. Sunan Drajat
Lamongan dan MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan yang memiliki
gaya belajar visual, gaya belajar
auditorial dan yang memiliki gaya
belajar kinestetik.
Tabel 3. Hasil Pengujian Diskriptif Hasil
Belajar Siswa
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Between
Groups 2528.613 2 1264.307
111.
045 .000
Within
Groups 990.542 87 11.386
Total 3519.156 89
Tabel 3. ANOVA hasil belajar siswa dengan gaya belajar siswa
Dari hasil pada table ANOVA
menunjukkan bahwa nilai Sig. (0.000)
< α = 5%. Maka, terdapat perbedaan
hasil belajar antara siswa kelas II MI.
Sunan Drajat Lamongan dan MI
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang memiliki gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial dan yang
memiliki gaya belajar kinestetik. Hasil
Model Pembelajaran
N Rata-rata
Simpangan Baku
Hasil
belaja
r
Temati
k 45
80.488
9 6.34473
Konven
sional 45
77.866
7 6.01740
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 8
belajar dalam hal ini dilihat dari hasil
belajar siswa.
Pada gaya belajar visual memiliki
nilai hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gaya belajar
auditory dan gaya belajar kinestetik.
Rata-rata hasil belajar dengan
mengguna-kan gaya belajar visual
adalah 84,81, rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan gaya belajar
auditory adalah 73,48, sedangkan rata-
rata hasil belajar dengan
menggunakan gaya belajar kinestetik
adalah 75,09 (Dapat dilihat pada tabel
Descriptives).
c. Pengujian hipotesis III
Pengujian hipotesis III adalah
untuk menguji apakah ada interaksi
antara model pembelajaran tematik
dan peng-gunaan model konvensional
dengan gaya belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas II di MI. Sunan
Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
= Tidak ada interaksi antara
model pembelajaran tematik dan
peng-gunaan model konvensional
dengan gaya belajar terhadap hasil
belajar siswa kelas II di MI. Sunan
Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
Ada interaksi antara model
pembelajaran tematik dan penggunaan
model konvensional dengan gaya
belajar terhadap hasil belajar siswa
kelas II di MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan.
Tabel Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: hasil_belajar
Source
Type
III Sum
of
Square
s
df
Mean
Squar
e
F Sig.
Model 566805.
938(a) 6
94467.
656
8495.
457 .000
model_pem
belajaran 42.118 1 42.118 3.788 .055
gaya_belajar 2383.45
3 2
1191.7
27
107.1
72 .000
model_pem
belajaran *
gaya_belajar
3.710 2 1.855 .167 .847
Error 934.062 84 11.120
Total 567740.
000 90
R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .998)
Tabel 4. Interaksi Model Pembelajaran dengan
Hasil Belajar
Dari hasil output di atas,
menunjukkan bahwa tidak adanya
interaksi antara model pembelajaran
dengan gaya belajar, hal ini dapat
ditunjukkan dengan nilai signifikansi (
p. value = 0,847 ) > nilai alpha 5%
sehingga gagal tolak artinya tidak
ada interaksi antara model
pembelajaran tematik dan penggunaan
model konvensional dengan gaya
belajar terhadap hasil belajar siswa
kelas II di MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan.
Model Pembelajaran Tematik
dan Konvensional terhadap
Hasil Belajar
Dari hasil pada table Independent
Samples Test menunjukkan bahwa nilai
Sig. (0.016) < α = 5%. Maka, terdapat
perbedaan hasil belajar Calistung kelas
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
II MI Sunan Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang menggunakan model
pembelajaran tematik dengan
menggunakan model konvensional.
Pada model pembelajaran tematik
memiliki nilai hasil belajar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan model
pembelajaran konvensional. Rata-rata
hasil belajar dengan menggunakan
model pembelajaran tematik adalah
80,49 sedangkan rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan model
pembalajaran konvensional adalah
77,87 (Dapat dilihat pada tabel Group
Statistics).
Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran tematik secara signifikan
berpengaruh tinggi terhadap
pencapaian hasil belajar dibandingkan
dengan model konvensional.
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas.
Dengan kata lain, model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau pola
yang dapat kita gunakan untuk
mendesain pola-pola mengajar secara
tatap muka di dalam kelas dan untuk
menentukan material/perangkat
pembelajaran ter-masuk di dalamnya
buku-buku, media (film-film), tipe-
tipe, program-program media
komputer, dan kurikulum (sebagai
kursus untuk belajar). Hal ini sejalan
dengan pendapat Joyce (1992) “Earch
model guides us as we design instruction
to helf students achieve various objectis”.
Artinya, setiap model mengarahkan
kita dalam merancang pembelajaran
untuk membantu peserta didik
mencapai tujuan pembelajaran. Sejalan
dengan Joyce, Joyce dan Weil (1992:1)
menyatakan “Models of teaching are
really models of learning. As we help
student acquire information, ideas, skills,
value, ways of thinking and means of
expessing themselves, we are also teaching
them how to learn”. Artinya, model
pembelajaran merupakan model
belajar. Dengan model tersebut guru
dapat membantu siswa men-dapatkan
atau memperoleh informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide diri sendiri.
Selain itu, model belajar juga
mengajar-kan bagaimana mereka
belajar.
Model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, termasuk di
dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran
(kompetensi pembelajaran), dan
pengelolaan kelas (Kardi dan Nur
2000: 8). Hal ini sejalan dengan
pendapat Arend (1997) “The term
teaching model refers to a particular
aproach to instruction that includes its
goals, sintax, enviroment, and
management system”. Artinya, model
pembelajaran mengarah pada suatu
pendekatan pembelajaran tertentu,
termasuk tujuannya, langkah-
langkahnya (syntax), lingkungannya,
dan sistem pengelolaannya. Arend
(1997) memilih istilah model
pembelajaran didasarkan pada dua
alasan penting. Pertama, istilah model
memiliki makna yang lebih luas
daripada pendekatan, strategi, metode,
dan teknik. Kedua, model dapat
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 10
berfungsi sebagai sarana komunikasi
yang penting, apakah yang
dibicarakan tentang mengajar di kelas,
atau praktik mengawasi anak-anak.
Atas dasar pendapat di atas, model
pembe-lajaran dapat didefinisikan
sebagai berikut. Model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang
menggambar-kan prosedur sistematik
(teratur) dalam pengorganisasian
kegiatan (pengalaman) belajar untuk
mencapai tujuan belajar (kompetensi
belajar). Dengan kata lain, model
pembelajaran adalah rancangan
kegiatan belajar agar pelaksanaan
KBM dapat berjalan dengan baik,
menarik, mudah dipahami, dan sesuai
dengan urutan yang logis.
Sedangkan, fungsi model
pembelajar-an adalah sebagai
pedoman perancangan dan
pelaksanaan pembe-lajaran. Karena
itu, pemilihan model sangat
dipengaruhi oleh sifat dari materi yang
akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi)
yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta tingkat kemampuan
peserta didik.
Sesuai dengan dugaan peneliti,
bahwa model tematik lebih efektif
untuk pembelajaran di SD/MI kelas
rendah terutama untuk tingkat
keberhasilan membaca, menulis dan
berhitung. Pembelajaran tematik
memungkinkan siswa untuk belajar
dengan cara yang paling alami
(Shoemaker, 1989). Ini disebabkan
karena minat siswa diakomodasi, dan
ketrampilan guru mengajar dalam
konteks yang bermakna, dan lebih
fleksibel.
Penggunaan tema dalam
pembelajar-an bermanfaat untuk siswa
karena membuat hubungan-hubungan
untuk mentransfer dan mengkonstruk
pengeta-huan yang siswa pelajari dan
mene-rapkannya dalam cara yang
bermakna. Manfaat lainnya adalah
melibatkan siswa secara aktif,
mengedepankan keteram-pilan proses,
memadukan belajar dalam cara yang
holistik.
Tercapainya hasil belajar (mem-
baca, menulis dan berhitung merupa-
kan fokus utama pembelajaran di kelas
II) memer-lukan guru yang kreatif baik
dalam menyiapkan kegiatan/
pengalaman bela-jar yang bermanfaat
bagi anak, juga dalam memilih
kompetensi dari berbagai mata
pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna,
menarik, menyenangkan dan utuh. Di
kelas tematik sebagaimana yang terjadi
di MI Islamiyah Kedungmegarih
Kembangbahu, proses
pembelajarannya dilakukan oleh guru
kelas dan sering dilakukan oleh 2
(dua) guru, dimana satu guru berperan
sebagai penyaji materi dan yang
satunya sebagai pendamping siswa
sehingga perhatian ke siswa cukup
terpenuhi. Disisi lain cara mengajar
gurunya juga menggunakan berbagai
metode seperti diskusi, bermain peran,
demonstrasi, tanya jawab, dan curah
pendapat.
Implikasi terhadap sarana belajar,
prasarana belajar, sumber belajar dan
media belajar, yaitu: (1) Pembelajaran
tematik pada hakekatnya menekankan
pada anak baik secara individual
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
maupun kelompok untuk aktif
mencari, menggali dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip secara
holistik dan otentik. Oleh karena itu,
dalam pelaksanaannya memerlukan
berbagai sarana belajar dan prasarana
belajar; (2) Pembelajaran ini perlu
memanfaatkan berbagai sumber
belajar baik yang sifatnya didisain
secara khusus untuk keperluan
pelaksanaan pembelajaran (by design),
maupun sumber belajar yang tersedia
di lingkungan yang dapat
dimanfaatkan (by utilization); (3)
Pembe-lajaran ini juga perlu
mengoptimalkan peng-gunaan media
pembelajaran yang bervariasi sehingga
akan membantu peserta didik dalam
memahami konsep-konsep abstrak; (4)
Penerapan pembe-lajaran tematik di
sekolah dasar masih dapat
menggunakan buku ajar yang sudah
ada saat ini untuk masing-masing
mata pelajaran dan dimungkinkan
pula untuk menggunakan buku
suplemen khusus yang memuat bahan
ajar yang terintegrasi.
Sebaran nilai hasil akhir
pembelajar-an rerata 80,49 merupakan
bukti bahwa siswa mencapai maksimal
dalam penguasaan materi, meskipun
ada satu siswa yang memperoleh nilai
69,00.
Sementara model konvensional di
MI Pembangunan Sidomukti Lamong-
an dalam prosesnya masih monoton,
yakni guru menjadi pusat informasi,
mata pelajaran diajarkan oleh banyak
guru bukan guru kelas (akhirnya
sering ganti guru, setidaknya di kelas
II ada 5 guru), muatan materi masih
terlalu luas yaitu penghabisan materi
yang tersaji dalam buku bacaan dan
belum fokus pada penguasan
Calistung, penge-lolaan kelas-nya juga
sering model klasikal, dan metode
yang dipakai masih standar belum
mencerminkan belajar aktif. Meskipun
demikian, hasil akhir pembelajaran
sudah memenuhi Ketuntasan Kreteria
Minimum (KKM), dan hanya ada 4
(empat) yang dibawah KKM, serta
rerata capaianya adalah 77,89.
Dengan demikian, dapat disimpul-
kan bahwa dalam pemilihan model
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
1) sifat dari materi yang akan
diajarkan, 2) tujuan akan dicapai
dalam pengajaran, 3) tingkat
kemampuan peserta didik, 4) jam
pelajaran (waktu pelajaran), 5)
lingkung-an belajar, dan 6) fasilitas
penunjang yang tersedia. Kualitas
model pembelajaran dapat dilihat dari
dua aspek, yaitu proses dan produk.
Aspek proses mengacu apakah
pembelajaran mampu mencipta-kan
situasi belajar yang menyenangkan
(joyful learning) serta mendorong siswa
untuk aktif belajar dan berpikir kreatif.
Aspek produk mengacu apakah
pembelajaran mampu mencapai tujuan
(kompetensi), yaitu meningkatkan ke-
mampuan siswa sesuai dengan standar
kemampuan atau kompetensi yang
ditentukan. Dalam hal ini sebelum
melihat hasilnya, terlebih dahulu
aspek proses sudah dapat dipastikan
ber-langsung baik. Karena itu, setiap
model memerlukan sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar
yang berbeda. Setiap model
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 12
memberikan peran yang berbeda
kepada siswa, pada ruang fisik, dan
pada sistem sosial kelas. Sifat materi
dari sistem saraf (penerimaan/ proses
ber-pikir) banyak konsep dan
informasi-informasi dari teks buku
bacaan materi ajar siswa, di samping
banyak kegiatan pengamatan gambar-
gambar. Tujuan yang akan dicapai
meliputi aspek kog-nitif (produk dan
proses) dari kegiatan pemahaman
bacaan dan lembar kegiatan siswa
(Trianto 2007: 5-6).
1. Gaya Belajar (Visual, Auditory dan
Kinestetik) dengan Hasil Belajar
Pada bahasan ini mencari
perbedaan hasil belajar antara siswa
kelas II MI. Sunan Drajat Lamongan
dan MI. Pembangunan Sidomukti
Lamongan yang memiliki gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial dan
yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Dari hasil pada table ANOVA
menunjukkan bahwa nilai Sig. (0.000)
< α = 5%. Maka, terdapat perbedaan
hasil belajar antara siswa kelas II MI.
Sunan Drajat Lamongan dan MI.
Pembangunan Sidomukti Lamongan
yang memiliki gaya belajar visual,
gaya belajar auditorial dan yang
memiliki gaya belajar kinestetik.
Pada gaya belajar visual memiliki
nilai hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan gaya belajar
auditory dan gaya belajar kinestetik.
Rata-rata hasil belajar dengan
menggunakan gaya belajar visual
adalah 84,81, rata-rata hasil belajar
dengan menggunakan gaya belajar
auditory adalah 73,48, sedangkan rata-
rata hasil belajar dengan
menggunakan gaya belajar kinestetik
adalah 75,09 (Dapat dilihat pada tabel
Descriptives).
Berdasarkan pengujian hipotesis,
diketahui bahwa siswa dengan gaya
belajar visual hasil belajarnya lebih
tinggi, ini menggambarkan bahwa
siswa lebih mampu menguasai materi
pembelajaran.
Karakter anak visual menurut
Bradway dan Hill (2003) adalah ia
sangat bersandar pada penglihatan
ketika menyerap informasi. Secara
alami, anak visual tertarik pada
pemandangan-pemandangan yang
akrap, dan meng-ingatkan tanda-tanda
visual seperti gerak, warna, bentuk,
dan ukuran. Kebanyakan anak visual
memiliki koordinasi tangan-mata yang
sangat baik. Anak visual juga unggul
dalam semua aktivitas motorik halus,
yakni aktivitas-aktivitas yang
memerlukan mata dan otot-otot kecil,
seperti yang terdapat pada jari-jari.
Anak visual senang membaca, dan
tulisannya rapi serta tetap berada pada
garis. Relevan dengan pendapat De
Porter dan Hernacki (2003) serta Rose
dan Nicholl (2003) yang
mendeskripsikan ciri anak visual
secara lebih rinci, antara lain: rapi dan
teratur, teliti terhadap detail, pengeja
yang baik dan dapat melihat kata-kata
yang sebenarnya dalam pikiran
mereka, mengingat apa yang dilihat
daripada yang didengar, mengingat
dengan asosiasi visual, biasanya tidak
terganggu oleh keributan, pembaca
cepat dan tekun, lebih suka membaca
daripada dibacakan, dan membutuh-
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
kan pandangan dan tujuan yang
menyeluruh serta bersikap waspada
sebelum secara mental merasa pasti
tentang suatu masalah.
Sebaliknya, anak auditory lebih
mengutamakan suara dan kata atas
informasi yang diberikan dibanding-
kan pandangan maupun sentuhan
(Bradway dan Hill, 2003). Pada
umumnya, anak auditorial sangat
verbal, oleh sebab itu seringkali
diperingatkan karena sering berbicara
selama kelas berlangsung. Anak
auditory lebih suka dibacakan,
suaranya cenderung keras, umumnya
tulisannya kurang rapi atau merasa
kesulitan untuk menulis dan mudah
terganggu oleh keributan, serta
mempunyai masalah-masalah dengan
pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan
visualisasi.
Gaya belajar kinestetik adalah
gaya belajar yang menggunakan syarat
atau sentuhan dan gerak tubuh dalam
menerima dan memasukkan informasi
ke dalam otak. Siswa dengan
kecenderung-an gaya belajar kinestetik
suka bergerak terus, menyentuh,
membutuhkan ruang gerak dan
berbicara, menggunakan bahasa
tubuh, dan sangat handal dalam
kegiatan fisik seperti olahraga, menari,
dan berakting, serta belajar dengan
sangat baik apabila menyentuh,
bergerak, dan memproses
pengetahuan melalui sensitivitas
tubuh. Siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik suka belajar melalui
gerakan dan interaksi kelompok,
paling baik menghafal informasi
dengan mengasosiasikan gerakan
dengan setiap fakta. Siswa ini
menyukai proyek terapan. Banyak di
antara siswa kinestetik menjauhkan
diri dari bangku, mereka labih
menyukai duduk di lantai dan
menyebar-kan semua pekerjaan
mereka di se-kelilingnya (DePorter,
2005: 168).
Berdasarkan karakteristik tersebut,
bisa dipahami kalau dalam kajian ini,
hasil belajar anak visual cenderung
lebih baik daripada anak auditory dan
kinestetik. Ini tidak berarti gaya belajar
visual lebih baik daripada auditory
dan kinestetik. Dalam konteks ini,
bahan pembelajaran yang dirancang
dalam bentuk buku siswa adalah lebih
menguntungkan bagi anak visual,
karena dia mempunyai keunggulan
dalam membaca dan mencermati ini
buku, apalagi dilengkapi dengan
media gambar, yang juga memerlukan
kemampuan visual untuk menyerap
dan mengingatnya. Kemudian pem-
belajaran yang berbasis tema dengan
menampilkan peta konsep, juga
merupakan bantuan berarti bagi anak
visual untuk mengingatnya. Peta
konsep atau peta pembelajaran
merupakan cara dinamik untuk
menangkap butir-butir pokok
informasi yang signifikan. Peta konsep
memungkinkan anak mencatat banyak
sekali informasi dalam satu halaman
dan memperlihatkan hubungan antar
berbagai konsep dan ide.
Bagi anak auditory, bahan pem-
belajaran yang digunakan dalam
kajian ini akan lebih lebih
menguntungkan bila dilengkapi
dengan media seperti radio/ tape, atau
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 14
media pandang-dengar, karena hal ini
akan membantunya untuk lebih cepat
memahami dan mengingat materi
pembelajaran.
Bagi anak kinestetik, proses
pembe-lajaran harusnya sering
dilibatkan atau diakomadasi setiap
keinginannya, ada-nya interaksi
kelompok dan media yang dipakai
adalah benda asli atau yang mendekati
asli (tiruan) dan penggunaan isyarat
tubuh.
2. Interaksi Model Pembelajaran dan
Gaya Belajar terhadap Hasil
Belajar
Berdasarkan pengujian hipotesis,
menunjukkan bahwa tidak adanya
inte-raksi antara model pembelajaran
dengan gaya belajar, hal ini dapat
ditunjukkan dengan nilai signifikansi
(p. value = 0,847) > nilai alpha 5%
sehingga gagal tolak artinya tidak
ada interaksi antara model
pembelajaran tematik dan peng-
gunaan model konvensional dengan
gaya belajar terhadap hasil belajar
siswa kelas II di MI. Sunan Drajat
Lamongan dan MI. Pembangunan
Sidomukti Lamongan.
Model diartikan sebagai ”a
mental picture that helps us understand
something we cannot see or experience
directly” (Mergel, 1998). Dengan
demikian model pembelajaran
adalah gambaran mental yang dapat
membantu guru dan pengembang
pendidikan untuk mema-hami suatu
praktik pembelajaran yang tidak
dapat dilihat atau dialami secara
langsung. Joyce dan Weil (1992)
menyebut model pembelajaran (atau
model pengajaran) sebagai strategi
yang digunakan guru untuk
membantu siswa memperoleh
informasi, ide-ide, ketrampilan, nilai,
dan cara berfikir, serta belajar
bagaimana belajar.
Terdapat banyak model pembe-
lajaran yang dirancang untuk
membawakan aktivitas pembelajaran
tertentu dan membantu siswa men-
jadi pebelajar yang lebih efektif.
Pendidik seharusnya dapat meng-
identifikasi model-model tersebut
untuk kemudian memilih dan
menguasainya, agar dapat
mengemb-angkan dan
meningkatkan kemam-puannya
sendiri secara lebih efektif. Namun
untuk menjadi kompeten dalam
menggunakan strategi ter-sebut
secara nyaman dan efektif,
membutuhkan banyak belajar dan
praktik (Joyce & Weil, 1992).
Penguasaan materi saja tidaklah
cukup bagi guru untuk bisa mem-
bawakan pembelajaran dengan baik.
Kemampuan melaksanakan pem-
belajaran dengan efektif juga
merupa-kan faktor yang sangat
penting. Seringkali ditemukan di
lapangan, guru menguasai materi
suatu subjek dengan baik, tetapi
tidak mampu melak-sanakan
kegiatan pembelajar-an dengan baik.
Padahal kualitas pembelajaran
tersebut merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi hasil
belajar.
Model pembelajaran tematik
memberikan pengaruh positif ter-
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
hadap pencapaian hasil belajar
dibandingkan dengan model
konven-sional, hal ini dikarenakan
model tematik lebih meningkatkan
kualitas proses pembelajaran siswa
yang ber-implikasi pada mening-
katnya hasil belajar.
Perbedaan gaya belajar yang
begitu beragam terkadang membuat
guru kesulitan mengakomodir setiap
gaya belajar siswanya secara per-
orangan, dengan demikian guru
dianjurkan mendesain pembelajaran
yang dapat mengorganisir kegiatan
pembelajaran yang berbeda-beda
diwaktu yang berbeda dengan gaya
belajar yang berbeda. Gaya belajar
merupakan variabel penting yang
mempengaruhi pilihan-pilihan siswa
dalam bidang akademik, kelanjutan
perkembangan akademik. Gaya
belajar juga mempe-ngaruhi bagai-
mana siswa belajar serta bagaimana
siswa dan guru berinteraksi di dalam
kelas. Jumlah pengetahuan siswa
yang diperoleh melalui berbagai
metode pengajaran yang berbeda
banyak dipengaruhi gaya belajar
siswa yang bersangkutan. Stein, et.al
(1968, 1971).
Dryden & Jeannette (2002: 343)
menyatakan langkah terpenting yang
diperlukan untuk mengubah sistem
sekolah, khususnya tingkat SD/MI,
adalah menemukan gaya belajar dan
bakat setiap siswa dan kemudian
melayaninya. Jalan terbaik untuk
menemukan gaya belajar siswa adalah
bertanya, mendengarkan suara siswa
dengan melakukan diskusi sederhana
tentang gaya belajar dan minat, ini
merupakan cara termudah yang dapat
dilakukan untuk menghancurkan
tembok antara guru dan siswa.
Dengan mengenali gaya belajar akan
dapat menentukan cara belajar yang
lebih efektif, tahu memanfaatkan
kemam-puan belajar secara maksimal,
sehingga hasil belajar dapat optimal.
Tidak ada cara belajar efektif yang
sama untuk semua orang.
Keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan untuk mengembangkan
cara memproses informasi yang paling
efektif sesuai dengan gaya belajar.
Keunggulan sebuah model pem-
belajaran dalam mengakomodasi
perbedaan gaya belajar siswa lebih
terkait dengan keunggulan model
tersebut dalam menumbuhkan
lingkungan yang memungkinkan
ter-jadinya belajar aktif (active
learning). Belajar aktif merupakan
sebuah kesatuan sumber kumpulan
strategi-strategi pembelajaran yang
kompre-hensif (Silberman, 1996).
Belajar aktif meliputi berbagai cara
untuk membuat peserta didik aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas
yang membangun kerja kelompok,
dan dalam waktu singkat membuat
mereka berfikir tentang mata
pelajaran.
Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa siswa dalam kelas tidak mem-
perhatikan sekitar 40% dari waktu
yang tersedia (Polio, 1984). Siswa
mencapai 70% pada sepuluh menit
pertama, dan hanya bertahan 20%
pada sepuluh menit terakhir
(McKeachie, 1986). Johnson, Johnson
dan Smith (1991) menunjukkan
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 16
beberapa problem di kelas secara
terus menerus, antara lain perhatian
siswa berkurang bersamaan dengan
berlalunya waktu, dan hal ini terjadi
pada siswa yang hanya mengandal-
kan pendengaran.
Jadi penggunaan model pem-
belajaran yang benar sesuai dengan
kondisi dan atau karakteristik siswa
dan kondisi lingkungan belajar serta
cara mengajar guru menjadikan
tercapainya hasil belajar dengan
maksimal sesuai target pem-belajaran
yang telah ditentukan. Guru dalam
mengajar yang mampu mengako-
modasi gaya belajar siswa juga mampu
mengantarkan siswa mencapai ketun-
tasan belajar.
Tidak adanya interaksi antara
model pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasil belajar, dalam
penelitian ini memiliki banyak faktor
penyebab, diantaranya; 1)
Dimungkinkan populasi dan sampel
terlalu kecil sehingga sebaran tes dan
angket terbatas yang berdampak pula
pada hasil, 2) Dimungkinkan karena
guru dan siswa tahu, bahwa mereka
diperlakukan sebagai obyek penelitian
sehingga berusaha maksimal dalam
proses pembelajaran maupun men-
jawab tes dan angketnya agar nilai
akhir menjadi baik, 3) Waktu pelak-
sanaan penelitian yang sangat singkat,
sehingga proses penerapan model
pembelajaran dan gaya belajar
akhirnya kurang maksimal pada siswa
dan guru, 4) Obyek penelitian kurang
luas, karena dalam penelitian ini
hanya terdapat 2 (dua) sekolah. Jika
penelitian melibatkan banyak sekolah,
dipastikan hasil berbeda terutama
dalam hal adanya interaksi antara
model pembelajaran dan gaya belajar
terhadap hasil belajar.
Pembentukan kemampuan siswa
di sekolah dipengaruhi oleh proses
belajar yang ditempuhnya. Proses
belajar akan terbentuk berdasarkan
pandangan dan pemahaman guru
tentang karakteristik siswa dan juga
hakikat pembelajaran. Untuk
mencipta-kan proses belajar yang
efektif, hal yang harus dipahami guru
adalah fungsi dan peranannya dalam
kegiatan belajar mengajar, yaitu
sebagai pembimbing, fasilitator, nara
sumber, atau pemberi informasi.
Proses belajar yang terjadi tergantung
pada pandangan guru terhadap makna
belajar yang akan mempengaruhi
aktivitas siswa-siswanya. Dengan
demikian, proses belajar perlu
disesuaikan dengan tingkat perkem-
bangan siswa. Untuk mendukung hal
tersebut, diperlukan pemahaman para
guru mengenai karakteristik siswa dan
proses pembelajarannya, khususnya di
SD kelas rendah.
Pembelajaran di kelas rendah
dilaksanakan berdasarkan rencana
pelajaran yang telah dikembangkan
oleh guru. Proses pembelajaran harus
di-rancang guru sehingga kemampuan
siswa, bahan ajar, proses belajar, dan
sistem penilaian sesuai dengan
tahapan perkembangan siswa. Hal lain
yang harus dipahami, yaitu proses
belajar harus dikembangkan secara
interaktif. Dalam hal ini, guru
memegang peranan penting dalam
menciptakan stimulus respon agar
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa Kelas II
siswa menyadari kejadian di sekitar
lingkungannya. Siswa kelas rendah
masih banyak membutuhkan
perhatian karena fokus konsentrasinya
masih kurang, perhatian terhadap
kecepatan dan aktivitas belajar juga
masih kurang. Hal ini memerlukan
kegigihan guru dalam menciptakan
proses belajar yang lebih menarik dan
efektif.
Dalam penelitian ini, ternyata
model pembelajaran yang diterapkan
dengan bagus oleh guru berdampak
positif pada hasil belajar siswa, ini
terlihat dari hasil nilai tes siswa.
Sebaran angka yang di dapat siswa
sangat varian dan rerata diatas KKM.
Penerapan model tematik membukti-
kan lebih efektif dalam proses
pembelajaran, namun model konvensi-
onal juga tidak kalah. Hal ini dikarena-
kan guru mampu mengakomodasi
karakteristik siswa dalam proses pem-
belajaran, melibatkan siswa secara
aktif menjadi pembelajaran berjalan
efektif. Terakomodasinya gaya belajar
siswa menjadikan hasil belajar menjadi
maksimal, meskipun tidak ada
interaksi antara model pembelajaran
dan gaya belajar siswa terhadap hasil
belajar.
Kesimpulan
Hasil analisis data ini merupakan
kesimpulan-kesimpulan uji hipotesis
melalui serangkaian analisis data. Sesuai
dengan hipotesis-hipotesis yang
diajukan, yakni sebagai berikut;
1. Hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran tematik lebih tinggi
daripada siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
2. Hasil belajar siswa yang bergaya
visual lebih tinggi dari pada siswa
yang bergaya belajar auditory dan
kinestetik.
3. Tidak ada interaksi antara model
pembelajaran tematik dan model
konvensional dengan gaya belajar
siswa terhadap hasil belajar siswa.
Namun bila dikaitkan dengan
kesimpulan nomor 1, maka
pembelajar-an tematik lebih
akomodatif terhadap kemampuan
siswa yang memiliki gaya belajar
visual.
Daftar Pustaka
Asrori, Mohammad. 2007. Psikologi
Perkembangan. Bandung: CV
Wacana Prima
Hamalik Oemar. 2010. Psikologi Belajar
dan Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo
Hamzah B. Uno. 2008. Orientasi Baru
Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hurlock Elizabeth B..1980. Psikologi
Perkembangan (suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan) judul asli:
Development Psycology (A Life-
Span Approach, Fith Edition).
Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
Jeanne Ellis Ormrod. 2008. Edisi
Keenam Psikologi Pendidikan
Husen – Pengaruh Model Pembelajaran Tematik dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II
Jurnal Reforma Vol. VI No. 02, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNISLA | 18
Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang (Sixth edition
Educational Psycology
Developing Learners). Jakarta:
Erlangga
Nurlaela. Lutfiyah 2010. Model
Pembelajaran, Gaya Belajar,
Kemampuan Membaca dan
Hasil Belajar (Kajian Empirik
pada latar Sekolah Dasar).
Unesa University press
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori
Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Erlangga
Robert J. Sternberg. 2008. Psikologi
Kognitif (Cogvitive Psycology,
Fourth edition). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Romayasari. 2010. Panduan
Pembelajaran Tematik di Kelas
II Sekolah Dasar. Bandung:
Sudjana Nana. 1996. Dasar-Dasar
Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Dan R &
D. Bandung: Alfaneta, CV
Suharsimi Arikunto. 1997. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Bina
Aksara.
Trianto. 2009. Mengembangkan Model
Pembelajaran Tematik. Jakarta:
PT. Prestasi Pustakaraya
_________. 2007. Pedoman Penilaian
Hasil Belajar di Sekolah Dasar.
Jakarta. Departemen
Pendidikan Nasional
Direktorat Jenderal
Mandikdasmen Direktorat
Pembinaan TK dan SD
_________. 2007. Pedoman Penyusunan
KTSP di SD. Jakarta.
Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jenderal
Mandikdasmen Direktorat
Pembinaan TK dan SD –
BNSP
________.2012. Bahan Ajar Pendidikan
Dan Latihan Profesi Guru
Sertifikasi Guru/Pengawas
Dalam Jabatan Kuota 2012.
Surabaya. Lembaga
Pendidikan Tenaga
Kependidikan Fakultas
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel
Top Related