Yoga Teguh Guntara - Fkik

download Yoga Teguh Guntara - Fkik

of 143

Transcript of Yoga Teguh Guntara - Fkik

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    1/143

    PENGALAMAN KEPALA PERAWAT RUANGAN DALAM

    PENERAPAN GAYA KEPEMIMPINAN ISLAM DI RUMAH SAKIT

    SYARIF HIDAYATULLAH

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    OLEH :

    YOGA TEGUH GUNTARA

    NIM: 1110104000024

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H/ 2014 M

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    2/143

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    3/143

    iii

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

    NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM

    Undergraduate Thesis, July 2014

    Yoga Teguh Guntara, ID Number: 1110104000024

    Experience Room Head Nurse in Implementing Islamic Leadership Style

    A Study at Syarif Hidayatullah Hospital

    Xviii + 83 pages + 1 draft + 1 Table + 7 appendixes

    ABSTRACT

    Islamic leadership style is model of leadership style applied by the ProphetMuhammad SAW. Islamic leadership style is applied, namely Syura (deliberation), ‘Adl bilqisth (justice, with equality), dan Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along withthe values of Islam in the Islamic leadership style.

    This research aims to gain an overview of the meaning of meaning Head Nurseexperience in the application of Islamic leadership style. This research is a qualitative onewith descriptive phenomenology design through in-depth interviews. Participants wereoccupied as Head Nurse at the Hospital room Syarif Hidayatullah, set directly (purposive)with the principle of suitability (appropriateness) and sufficiency (adequacy). Retrieval of

    data and research conducted during the month of June 2014. Data collected in the form ofrecording in-depth interviews and analysis with Collazi method.

    This research identified four themes Syura (deliberation); ‘Adl bil qisth (justice, withequality); Hurriyyah al-kalam (freedom of expression) and along with the values of Islam inthe Islamic leadership style. The results of this research can provide a picture of the roomHead Nurse experience in the application of Islamic leadership style at Syarif HidayatullahHospital already skilled leadership during the process, but the application is still notmaximized. Required further research on in-depth exploration of how to get morecomprehensive results from room Head Nurse experience in the application of Islamicleadership style, as well as subsequent researchers can choose a wider scope and complex soget more complete data.

    Keywords: Experience, Islamic Leadership Style, Room Head Nurse

    Reference: 59 (1990-2014)

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    4/143

    iv

    FAKULTAS KEDKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    Skripsi, Juli 2014

    Yoga Teguh Guntara, NIM: 1110104000024

    Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan Islam diRumah Sakit Syarif Hidayatullah

    Xviii + 83 halaman + 1 bagan + 1 Tabel + 7 lampiran

    ABSTRAK

    Gaya kepemimpinan Islam merupakan model gaya kepemimpinan yang diterapkan

    oleh Nabi Muhammad SAW. Gaya kepemimpinan Islam yang diterapkan yaitu Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan disertai dengan nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinanIslam.

    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dari arti pengalamanKepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Penelitian inimerupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancaramendalam. Partisipan meliputi yang menjabati sebagai Kepala Perawat Ruangan di RumahSakit Syarif Hidayatullah ditetapkan secara langsung ( purposive ) dengan prinsip kesesuaian(appropriateness ) dan kecukupan ( adequancy ). Pengambilan data dan penelitian dilakukanselama bulan Juni 2014. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalamdan analisis dengan metode Collazi.

    Penelitian ini mengidentifikasi empat tema yaitu Syura (Permusyawaratan); Adl bilqisth (Keadilan, disertai kesetaraan); Hurriah al-kalam (Kebebasan berekspresi); dan Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam. Hasil penelitian ini dapat memberikangambaran kepada Kepala Perawat Ruangan mengenai pengalaman Kepala Perawat Ruangandalam penerapan gaya kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah sudah

    terterapkan selama proses kepemimpinannya, akan tetapi dalam penerapannya masih belummaksimal. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam mengenaicara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam

    penerapan gaya kepemimpinan Islam, serta peneliti selanjutnya dapat memilih ruang lingkupyang lebih luas dan kompleks sehingga mendapatkan data yang lebih lengkap.

    Kata Kunci: Pengalaman, Gaya Kepemimpinan Islam, Kepala Perawat Ruangan

    Daftar Bacaan: 59 (1990-2014)

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    5/143

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    6/143

    M

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    7/143

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    8/143

    viii

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Yoga Teguh Guntara

    Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 07 April 1992

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Desa Lundang, Jorong Panampuang Kecamatan Ampek Angkek,Kab. Agam, Sumatra Barat

    No Hp : 0857-1453-6223

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    1. SD Negeri 11 Bonjol Alam (1998-2004)2. MTs Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2004-2007)3. MA Swasta Pon-Pes Diniyyah Pasia (2007-2010)4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2010-2014)

    Pengalaman Organisasi:

    1. Anggota Organisasi Pondok Pesantren Modern Diniyyah (OPPMD) (2007-2008)2. Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKIK (2012-2013)3. Anggota Senat Mahasiswa (SEMA) Universitas, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah (2013-2014)

    Pengalaman Seminar dan Training :

    1. Seminar Nursing as partner Society and delivering Public health 2011

    2. Seminar Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu ProfesiKeperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global 2012

    3. Workshop Keperawatan “ Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan DiagnosticReasoning” 2012

    4. Training Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) 20135. National Leadership Training “World No Tobacco” 2013 6. Kegiatan Advokasi Pelatihan Kader Anti Narkoba Di Perguruan Tinggi melalui

    Mahasiswa FISIP DKI Jakarta oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) 2014

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    9/143

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    10/143

    x

    KATA PENGANTAR

    ه ت ك ب ا و ة ح ر ن و ي م ع س ل

    Puji dan syukur kehadirat Al-Qowy, Dzat yang selalu memberikan rahmat,

    hidayah, dan kekuatan kepada penulis, karena hanya dengan izin-Nya penyusunan

    skripsi yang berjudul “Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan

    Gaya Kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidyatullah ” dapat

    diselesaikan. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Khotamul Anbiya’

    wal Mursalin Muhammad Ibnu Abdilah SAW.

    Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

    keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini,

    banyak hal yang telah penulis peroleh terutama dalam menambah pengetahuan

    penulis yang berhubungan dengan aplikasi mata kuliah.

    Penulis Juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    memberi bantuan, dorongan, dan do’a serta kerjasama. Penulis menyadari tidak

    akan mampu membalas jasa- jasa tersebut, hanya lantuanan do’a semoga Ar-

    Rahman memberikan balasan dengan khoirul-jaza yang dapat mengantarkan ke

    pintu ridho dan Surga-Nya. Terkhusus kepada:

    1. Bapak Prof. Dr, Komarudin Hidayat selaku Rektor Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Prof. Dr. dr, MK. Tadjudin, Sp. And. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    11/143

    xi

    3. Bapak Ns.Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi

    Ilmu Keperawatan dan Ibu Eni Nuraini Agustini, S.Kep, M.Sc selaku

    Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep. dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku

    dosen pembimbing skripsi yang meluangkan waktu dan dengan sabar

    memberikan arahan, saran, dan perbaikan serta motivasi kepada penulis

    selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

    5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc, Bapak Jamaludin, S. Kp, M. Kep.

    dan Ibu Maftuhah, M. Kep., PhD selaku Dosen Penguji Skripsi, terima

    kasih sebesar-besarnya atas saran dan masukan yang membangun demi

    kesempurnaan skripsi ini.

    6. Seluruh staf Dosen pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

    Ilmunya dan banyak kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Kepada Orang tua tercinta, Ibunda Delli Yanti dan Ayahanda tercinta

    Yurdial Yannu, yang senantiasa memberikan dukungan dan doanya dalam

    menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

    8.

    Kepada Direktur dan Seluruh staf Rumah Sakit Syarif Hidayatullah yangtelah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

    melakukan penelitian di RS Syarif Hidayatullah

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    12/143

    xii

    9. Kepada seluruh Keluarga PSIK, Kakak-Kakak, Adik-Adik, khususnya

    teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan

    2010, yang telah membantu, memotivasi untuk sama-sama berjuang dalam

    mencapai cita-cita.

    10. Kepada teman-teman SEFTer yang berhati LOGOS senantiasa membantu,

    mendukung dan memberikan Doa serta CS3-nya dalam proses pembuatan

    skripsi ini Siti Maryam M, Hilma Azmi, Andry Septian S, Laras Ayunda

    Pratama, Rustiana, Adelina Vidya, Awalia Bella Rizky P, Siti Nina

    Inayah, Nurnafidah, dan Agnes Virgianti L.

    Mudah-mudahan segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

    kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhirnya penulis

    berharap mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

    penulis khususnya.

    ه ت ك ب ا و ة ح ر ن و ي م ع س ل و

    Ciputat, 10 Juli 2014

    Yoga Teguh Guntara

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    13/143

    xiii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Halaman Judul.............................................................................................. i

    Lembar Pernyataan....................................................................................... ii

    Abstrak......................................................................................................... iii

    Lembar Persetujuan...................................................................................... v

    Lembar Pengesahan...................................................................................... vi

    Daftar Riwayat Hidup.................................................................................. viii

    Persembahan................................................................................................. ix

    Kata Pengantar.............................................................................................. x

    Daftar Isi....................................................................................................... xiii

    Daftar Bagan................................................................................................. xvii

    Daftar Tabel.................................................................................................. xviii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah........................................................................ 5

    C. Pertanyaan Penelitian................................................................... 6

    D. Tujuan.......................................................................................... 6

    E. Manfaat Penelitian....................................................................... 6

    1. Bagi Rumah Sakit....................................................................

    2.Bagi Kepala Ruangan...............................................................

    6

    6

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    14/143

    xiv

    3.Bagi Perkembangan Institusi Keperawatan..............................

    4.Bagi Peneliti..............................................................................

    6

    6

    F. Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengalaman.................................................................................. 8

    B. Kepemimpinan............................................................................. 8

    1.Pengertian Kepemimpinan........................................................

    2.Teori-Teori Kepemimpinan......................................................

    3.Gaya Kepemimpinan.................................................................

    8

    10

    12

    C. Kepala Perawat Ruangan............................................................. 15

    D. Kepemimpinan Islam................................................................... 17

    1 Pengertian Kepemimpinan Islam..............................................

    2.Rasulullah Muhammad SAW...................................................

    3.Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah)..................................

    4.Karakter Pemimpin Islam.........................................................

    17

    19

    22

    32

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

    A. Kerangka Konsep......................................................................... 41

    B. Definisi Istilah.............................................................................. 42

    BAB IV METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian.................................................................. 43

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 44

    C. Pengumpulan Data....................................................................... 44

    D. Informan Penelitian...................................................................... 47

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    15/143

    xv

    E. Tehnik Pengumpulan Data........................................................... 48

    F. Validasi Data................................................................................ 49

    G. Tehnik Analisis Data.................................................................... 52

    H. Etika Penelitian............................................................................ 53

    BAB V HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian......................................... 55

    B. Hasil Penelitian............................................................................ 55

    1.Karakteristik Partisipan.............................................................

    2.Hasil Analisis Tematik..............................................................

    55

    56

    Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................

    Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan).................

    Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)..................

    Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam.....

    56

    58

    60

    62

    BAB VI PEMBAHASAN

    A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi..................................... 71

    Tema 1. Syura (permusyawaratan)............................................

    Tema 2. Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan)...............

    Tema 3. Hurriah al-kalam (kebebasan berekspresi)..................

    Tema 4. Nilai-nilai Islam dalam gaya kepemimpinan Islam....

    71

    74

    76

    78

    B. Keterbatasan Penelitian................................................................ 81

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    16/143

    xvi

    BAB VII PENUTUP

    A. Kesimpulan................................................................................... 82

    B. Saran............................................................................................. 83

    1.Institusi Keperawatan................................................................

    2.Peneliti Selanjutnya...................................................................

    3.Pelayanan Keperawatan............................................................

    83

    83

    83

    Daftar Pustaka

    Lampiran

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    17/143

    xvii

    DAFTAR BAGAN

    Nomor Bagan Judul Bagan Hal

    3.1 Konsep pikir 41

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    18/143

    xviii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Tabel Judul Tabel Hal

    5.1 Matriks Analisis Tematik 65

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    19/143

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

    kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

    pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

    Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

    orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

    tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

    diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

    Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memberikan pengaruh yang

    konstruktif untuk melakukan suatu usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah

    direncanakan. Maka, pemimpin itu harus mahir melaksanakan kepemimpinannya, jika

    dia ingin sukses dalam melakukan tugas-tugasnya (Kartono, 2011 dalam Warouw.,

    dkk, 2013). Kepemimpinan dalam keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Perawat

    Ruangan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf

    keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan

    melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien

    (Putri, 2011).

    Kepala Perawat Ruangan merupakan seorang tenaga perawatan profesional

    yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

    pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang 2013).

    Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi

    kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2001).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    20/143

    2

    Pimpinan keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan,

    mendesak dan membujuk stafnya untuk melakukan sesuatu pada kapan klien dan

    rekan kerja memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka

    tetapi pada apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan

    keperawatan (Putri, 2011).

    Kepemimpinan diikuti oleh gaya kepemimpinan. Gaya Kepemimpinan erat

    hubungannya dengan kematangan dalam bidang pekerjaan maupun dalam bidang

    psikologis, maka dalam memimpin seseorang akan mempunyai gaya yang berbeda-

    beda dengan seorang pemimpin lainnya. Selain itu, gaya kepemimpinan seseorang

    bukanlah semata-mata bergantung pada watak seorang pemimpin saja, tetapi ada

    kecendrungan dari seseorang pemimpin untuk menggunakan gaya kepemimpinan

    yang berbeda dalam menghadapi bawahan yang beraneka ragam tingkat

    kedewasaannya (Moeljono, 2008).

    Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan antara

    individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi kehidupan

    ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi, memerintah.

    Tapi lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka mempunyai intuisi

    pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin sukses menjadi pemimpin,

    maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership Rasulullah Muhammad SAW

    ( shallallâhu 'alaihi wa sallam). Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi,

    membawahi, meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada

    manusia maupun kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang

    dibimbing oleh wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah

    melahirkan keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    21/143

    3

    Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam) memberi teladan

    melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu selangkah di depan untuk diikuti yang

    lain beliau melakukannya tanpa menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan

    keberanian tetap rendah hati. Dalam prosesnya beliau, dipandang sebagai manusia

    yang memilki integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

    membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

    Beliau, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam: Syura (permusyawaratan),

    ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan

    berekspresi). Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima

    ajaran yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-

    syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

    Fa’iliyyah al -qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau perilaku

    etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan spiritual.

    Karateristik yang ada pada pribadi Nabi Muhammad SAW, melambangkan jenis

    kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin. Keagungan kepemipinan Nabi

    Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang berpengaruh,

    baik itu negarawan, raja, komandan dan militer, maupun pemipin politik (Noor, 2011).

    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

    yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

    (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al -Ahzab [33] :21).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    22/143

    4

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saipul (2009) didapatkan bahwa

    kecendrungan gaya kepemimpinan situasional yang diterapakan di Rumah Sakit Islam

    Banyuwangi. Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

    berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit Kelas A

    di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam literatur yaitu

    model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional, visioner dan servant

    leadership mendukung terbentuknya rancangan model kepemimpinan keperawatan

    Indonesia yang dapat merupakan alternatif model kepemimpinan untuk diterapkan

    kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

    Hasil penelitian penilaian empiris prinsip-prinsip kepemimpinan Islam oleh

    Ahmad dan Ogunsola OK (2011) pada fungsi kepemimpinan seperti yang diadopsi

    oleh administrator akademik dalam International Islamic University, Malaysia

    didapatkan bahwa, administrator akademik dijiwai dengan prinsip-prinsip

    kepemimpinan Islam. Penelitian juga menunjukkan bahwa, pendekatan

    kepemimpinan lebih disukai digunakan dalam hubungannya dengan transaksional

    alternatif dan gaya transformasional, sedangkan sumber pengetahuan dari Quran dan

    Sunnah diberi prioritas tertinggi sebagai sumber pengembangan prinsip-prinsip

    kepemimpinan.

    Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit

    Syarif Hidayatullah, bahwa Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan Rumah

    Sakit yang bernuansa Islami sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Dalam bidang

    keperawatan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah, terdapat 5 orang Kepala Perawat

    Ruangan sebagai pemimpin dalam keperawatan dan 2 orang Supervisi Kepala

    Perawat Ruangan.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    23/143

    5

    Berdasarkan dari ulasan diatas, dikarenakan masih belum banyaknya riset atau

    penelitian mengenai penerapan atau aplikasi gaya kepemimpinan Islam oleh kepala

    perawat ruangan di Rumah Sakit. Maka, peneliti tertarik ingin meneliti tentang

    “Pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam Penerapan Gaya Kepemimpinan

    Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah”

    B. Rumusan Masalah

    Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan

    bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan

    dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai

    tujuan bersama secara efektif dan efisien (Putri, 2011). Kepala Perawat Ruangan

    bertanggung jawab untuk memimpin dan mengorganisasi kegiatan pelayanan dan

    asuhan keperawatan (Swanburg, 2000 dalam Simanullang 2013).

    Gaya kepemimpinan Islam yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW

    dan nilai-nilai islam yang ditanamkan oleh beliau dapat dijadikan sebagai inspirasi

    bagi para pemimpin termasuk pemimpin dalam keperawatan. Sehingga, dengan model

    gaya kepemimpinan Rasulullah yaitu: Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth

    (keadilan, disertai kesetaraan), dan Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) dan

    nilai- nilai Islam yang ditanamkan oleh beliau dalam gaya kepemimpinannya dapat

    memotivasi dan mempengaruhi lingkungan dan orang lain dan untuk mencapai tujuan

    yang diinginkan oleh suatu kelompok atau organisasi (Noor, 2011).

    Peneliti ingin meneliti, pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam

    penerapan gaya kepemimpinan Islam yang mengandung nilai-nilai Islam seperti yang

    diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam), di Rumah

    Sakit Syarif Hidayatullah.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    24/143

    6

    C. Pertanyaan Penelitian

    Bagaimana pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

    kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah ?

    D. Tujuan Penelitian

    Mengetahui pengalaman Kepala Perawat Ruangan dalam penerapan gaya

    kepemimpinan Islam di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

    E. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Rumah Sakit

    Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan di Rumah

    Sakit.

    2. Bagi Kepala Perawat Ruangan

    Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

    mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam yang dapat diterapkan oleh

    Kepala Perawat Ruangan terhadap stafnya di Rumah Sakit.

    3. Bagi perkembangan Institusi keperawatan

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

    pengetahuan dalam bidang keperawatan, khususnya Manajemen Dalam

    Keperawatan mengenai penerapan gaya kepemimpinan Islam.

    4. Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumen akademik yang berguna

    untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    25/143

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    26/143

    8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengalaman

    Pengalaman merupakan proses melakukan, melihat dan memiliki hal-hal yang

    terjadi, keterampilan atau pengetahuan yang didapatkan melalui sesuatu dan lamanya

    waktu yang telah dihabiskan melakukan sesuatu pada diri seseorang (www.merriam-

    webster.com ).

    B. Kepemimpinan

    1. Pengertian Kepemimpinan

    Pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan

    kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas

    pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2009 dalam

    Warouw., dkk, 2013). Pemimpin memiliki kemampuan memberi inspirasi kepada

    orang lain untuk berkerjasama sebagai suatu kelompok, agar dapat mencapai suatu

    tujuan. Pemimpin mempengaruhi lingkungan dan orang lain untuk tujuan yang

    diinginkan (Suarli & Bahtiar, 2010).

    Kepemimpinan merupakan suatu proses mengenai pengarahan dan usaha

    untuk mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok

    (Umar, 2000). Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi

    kelompok demi tercapainya tujuan organisasi (Khoir, 2011). Kepemimpinan

    merupakan seni untuk membuat orang lain mengikuti kehendak kita dan

    meyakinkan orang lain. Atau dengan kata lain, kepemimpinan adalah proses untuk

    mempengaruhi (Manz dan Charles, dalam Dwiwibawa dan Riyanto 2008).

    http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/http://www.merriam-webster.com/

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    27/143

    9

    Kepemimpinan memegang peranan sangat penting dalam manajemen

    organisasi. Kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan-

    keterbatasan tertentu pada diri manusia. Kepemimpinan didefinisikan ke dalam

    ciri-ciri individual, kebiasaan, cara mempengaruhi orang lain, interaksi,

    kedudukan dalam organisasi dan persepsi mengenai pengaruh yang sah.

    Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk

    mencapai tujuan yang antusias (David, 1985 dalam Baihaqi 2010).

    Menurut Ariani (2003) menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan

    proses pemberian pengaruh yang tidak memaksa. Pemimpin mempunyai pengikut

    yang secara sukarela melaksanakan tugas-tugasnya dengan keahlian dan

    intelektualnya sebagai sumber kekuasaan. Kekuasaan tersebut digunakan untuk

    memelihara fleksibilitas dan memperkenalkan perubahan.

    Menurut Wahjosumidjo (1987, dalam Tim Pengembang Ilmu Pedidikan

    FIP-UPI 2007) menjelaskan bahwa butir-butir pengertian dari berbagai

    kepemimpinan pada hakikatnya memberikan makna:

    a. Kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang

    berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian ( personality ), kemampuan

    ( Ability ), dan kesanggupan ( capability ).

    b. Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan ( activity ) pemimpin yang tidak

    dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya dan perilaku pemimpin

    itu sendiri.

    c. Kepemipinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara

    pemimpin, pengikut dan situasi.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    28/143

    10

    Kepemimpinan adalah tentang kekuasaan. Kekuasaan adalah kapasitas

    untuk mempengaruhi, membujuk, dan mengilhami orang lain (Harari, 2005).

    Kepemimpinan dalam keperawatan (kepala ruangan) merupakan penerapan

    pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada staf keperawatan untuk

    menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan

    tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Pimpinan

    keperawatan harus mampu memimpin, meminta, meyakinkan, dan mendesak dan

    membujuk stafnya untuk melakukan tetapi pada kapan klien dan rekan kerja

    memerlukan bantuan mereka, tidak berdasarkan atas kesukaan mereka tetapi pada

    apa yang seharusnya dilakukan demi tercapainya tujuan asuhan keperawatan

    (Putri, 2011).

    Hasil penelitian disertasi yang dilakukan oleh Yuswanto (2013) yang

    berjudul Pengembangan Model Kepemimpinan Keperawatan di Rumah Sakit

    Kelas A di Indonesia, menunjukkan bahwa dari 5 model kepemimpinan dalam

    literatur yaitu model kepemimpinan efektif, tranformasional, transaksional,

    visioner dan servant leadership mendukung terbentuknya rancangan model

    kepemimpinan keperawatan Indonesia yang dapat merupakan alternatif model

    kepemimpinan untuk diterapkan kepala ruang di rumah sakit kelas A di Indonesia.

    2. Teori-teori Kepemimpinan

    Nursalam (2011) menjelaskan berbagai teori-teori kepemimpinan sebagai

    berikut:

    a. Teori Bakat ( Trait Theory )

    Teori bakat menentukan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin

    dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    29/143

    11

    tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut

    juga sebagai Great Man Theory .

    b. Teori Perilaku

    Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan

    bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku seseorang

    dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya.

    Oleh karena itu, kepribadian seseorang cenderung sangat bervariasi dan

    berbeda-beda akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.

    c. Teori Kontigensi dan Situasional

    Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang

    melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasi antara faktor bawaan, perilaku,

    dan situasi.

    d. Teori Kontemporer

    Teori ini menekankan pada keempat komponen penting dalam suatu

    pengelolaan, yaitu manajer/pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan, serta

    lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen seorang

    pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk mencapai

    tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung oleh

    motivasi, interaksi, dan teori transfomasi.

    e. Teori Interaktif

    Menurut Schein (1970, dalam Nursalam 2011) menekankan bahwa staf atau

    pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu berinteraksi

    dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis. Sistem tersebut dianggap

    suatu sistem yang terbuka jika terjadi adanya perubahan energi dengan

    lingkungan asumsi teori ini sebagai berikut:

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    30/143

    12

    1) Manusia memiliki karakteristik yang sangat kompleks. Mereka

    mempunyai motivasi yang bervariasi dalam melakukan suatu pekerjaan.

    2) Motivasi seseorang tidak tetap, tetapi berkembang sesuai perubahan waktu

    3) Tujuan bisa berbeda pada situasi yang berbeda pula

    4) Penampilan seseorang dan produktivitas dipengaruhi oleh tugas yang

    harus diselesaikan, kemampuan seseorang, pengalaman, dan motivasi.

    5) Tidak ada strategi yang paling efektif bagi pemimpin dalam setiap situasi.

    3. Gaya Kepemimpinan

    Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana

    seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi, dan

    mengendalikan bawahannya dengan cara-cara tertentu, sehingga bawahan dapat

    menyelesaikan tugas pekerjaannya secara efektif dan efisien (Purwanto, 2006).

    Gaya kepemimpinan diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan

    dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap, dan

    perilaku organisasinya (Nawawi, 2003 dalam Setiawan 2010). Menurut Rivai

    (2002, dalam Lingga 2011) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang

    mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu:

    a. Gaya Kepemimpinan Otoriter

    Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.

    Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang harus

    dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang

    diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini menggunakan metode

    pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan

    strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    31/143

    13

    Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

    kepemimpinan otoriter:

    1) Wewenang mutlak berada pada pimpinan

    2) Keputusan dan kebijakan selalu dibuat oleh pimpinan

    3) Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

    4) Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

    bawahan dilakukan secara ketat

    5) Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

    6) Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,

    pertimbangan atau pendapat

    7) Tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif

    8) Lebih banyak kritik dari pada pujian

    9) Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat

    10) Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

    11) Cendrung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman

    12) Kasar dalam bersikap

    13) Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan

    b. Gaya Kepemimpinan Demokratis

    Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang

    pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang

    kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara atasan dengan

    bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cendrung bermoral

    tinggi, dapat berkerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat

    mengerahkan diri sendiri.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    32/143

    14

    Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

    kepemimpinan demokratis:

    1) Wewenang pimpinan tidak mutlak

    2) Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

    3) Keputusan dibuat besama antara pimpinan dan bawahan

    4) Komunikasi berlangsung timbal balik

    5) Pengawasan dilakuakan secara wajar

    6) Prakarsa dapat datang dari bawahan

    7) Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan

    pertimbangan

    8) Tugas-tugas yang kepada bawahan lebih bersifat permintaan daripada

    instruktif

    9) Pujian dan kritik seimbang

    10) Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas

    masing- masing

    11) Pemimpin meminta kesetian bawahan dengan wajar

    12) Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

    13) Terdapat suasana saling percaya, saling menghormati, dan saling

    menghargai

    14) Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung bersama-sama

    c. Gaya Kepemimpinan Bebas ( Laisses Faire )

    Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan, struktur

    organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan

    adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika diminta

    bawahan.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    33/143

    15

    Lippits dan White dalam Nursalam (2011) menggambarkan ciri-ciri

    kepemimpinan Bebas ( Laisses Faire ):

    1) Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

    2) Pimpinan hanya lebih banyak dibuat oleh bawahan

    3) Kebijakan kebanyakan dibuat oleh bawahan

    4) Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

    5) Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan

    6) Prakarsa selalu berasal dari bawahan

    7) Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan

    8) Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok

    9) Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok

    10) Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perorangan.

    C. Kepala Perawat Ruangan

    Kepala Perawat Ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional

    yang diberi tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan

    pelayanan keperawatan di satu ruang rawat (Depkes, 1994 dalam Simanullang

    2013). Kepala Perawat Ruangan bertanggung jawab untuk memimpin dan

    mengorganisasi kegiatan pelayanan dan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000

    dalam Simanullang 2013), meliputi :

    1. Struktur Organisasi

    Struktur Organiasi terdiri dari: struktur, bentuk, dan bagan. Berdasarkan

    keputusan Direktur rumah sakit dapat ditetapkan struktur organisasi untuk

    menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik vertikal

    maupun horizontal.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    34/143

    16

    2. Pengelompokan Kegiatan

    Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus

    diselesaikan untuk mencapai tujuan. Pengelompokan kegiatan dilakukan untuk

    memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan

    keterampilan yang mereka miliki serta sesuaikan dengan kebutuhan klien.

    Metoda penugasan tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi

    klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode keperawatan primer,

    dan metode moduler.

    3. Koordinasi Kegiatan

    Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan kerjasama

    yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk menciptakan suasana

    kerja yang kondusif. Selain itu, perlu adanya pendelegasian tugas kepada ketua

    tim atau perawat pelaksana dalam asuhan keperawatan.

    4. Evaluasi Kegiatan

    Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk menilai apakah

    pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala Ruang berkewajiban untuk

    memberi arahan yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk itu

    diperlukan uraian tugas dengan jelas untuk masing-masing staf dan standar

    penampilan kerja.

    5. Kelompok Kerja

    Kegiatan diperlukan kerjasama antar staf dan kebersamaan dalam kelompok,

    hal ini untuk meningkatkan motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam

    kelompok untuk meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan

    dan asuhan keperawatan.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    35/143

    17

    Menurut Marquis dan Huston (2010, dalam Simanullang 2013), kepala

    ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan perawat, sosialisasi

    perawat, dan mengadakan pelatihan untuk perawat. Kepala Ruangan haruslah

    menunjukkan bahwa ia memilki kemampuan bekerja harmonis, bersikap objektif

    dalam menghadapi persoalan dalam pelayanan keperawatan melalui pengamatan,

    dan objektif juga dalam menghadapi tingkah laku stafnya. Kepala Ruangan harus

    peka akan kodrat manusia yang punya kelebihan dan kekurangan, memerlukan

    bantuan orang lain dan mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadi dan sosial

    (Mininjaya, 2004 dalam Simanullang 2013).

    D. Kepemimpinan Islam

    1. Pengertian Kepemimpinan Islam

    Kepemimpinan di dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta

    merupakan salah satu subsistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek

    kehidupan secara prinsipal. Islam mengatur niat, amal, tujuan sekaligus sumber

    kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku dan tujuan

    hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai

    keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilakasanakan melalui prinsip

    kepemimpinan, yaitu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh rasa

    tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi

    yang dipimpin (Feisal, 1995 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI

    2007).

    Menurut Shihab dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007)

    menjelaskan bahwa Islam menyebutkan kepemimpinan dengan beberapa istilah

    nama, diantaranya imamah (imam) , imarah (pengatur) , dan wilayah (wali) , yang

    semuanya itu pada hakikatnya adalah amanah (tanggung jawab).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    36/143

    18

    Menurut Celik (2002) kepemimpinan dalam Islam didasarkan pada

    kepercayaan dan menekankan ketulusan, integritas dan kasih sayang. Hal ini dianggap

    sebagai kontrak psikologis antara pemimpin dan pengikutnya menjamin bahwa ia akan

    mencobanya terbaik untuk membimbing mereka, untuk melindungi mereka, dan

    memperlakukan mereka dengan adil. Kepemimpinan dalam Islam berakar dalam

    keyakinan dan patuh kepada Sang Pencipta (Allah SWT). Ini berpusat pada melayani

    Sang Pencipta. Ini berarti bahwa seorang pemimpin muslim bertindak sesuai dengan

    perintah dari Sang Pencipta dan Rasul-Nya , dan harus mengembangkan karakter moral

    Islam.

    Kepemimpinan dalam Islam erat kaitannya dengan model kepemimpinan

    yang diterapkan oleh Rasulullah. Rasulullah Muhammad SAW ( shallallâhu

    'alaihi wa sallam) memberi teladan melalui kepemimpinan dengan contoh, selalu

    selangkah di depan untuk diikuti yang lain beliau melakukannya tanpa

    menunjukkan arogansi, tetapi menunjukkan keberanian tetap rendah hati. Dalam

    prosesnya Nabi Muhammad SAW, dipandang sebagai manusia yang memilki

    integritas tinggi, bersemangat menuntaskan misi dan penuh kasih dalam

    membantu pengikutnya menuju jalan yang benar (Noor, 2011).

    Kepemimpinan dalam Islam merupakan hal pokok bagi kepribadian islami

    dan sudah banyak diberi contoh oleh Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi

    wa sallam), yang telah menjadikan dirinya sebagai Da’iyah (seseorang yang

    melakukan dakwah) untuk menjadi seorang pemimpin, baik secara de jure

    maupun de facto , dalam membimbing orang lain menuju jalan yang lurus

    ( Ihdinasshiratal mustaqim ) (Noor, 2011).

    Suatu kepemimpinan dalam Islam, haruslah mempunyai kekuatan iman

    atau keyakinan untuk mencapai tujuan, keuletan, dan ketabahan untuk dapat

    mencapai berbagai target yang telah dicanangkan melalui beberapa individu yang

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    37/143

    19

    berpegang teguh pada ajaran agama mereka dan memahami tugas dan

    tanggungjawab yang diamananahkan kepada mereka (Fathi, 2009).

    2. Rasulullah Muhammad SAW

    Nabi Muhammad SAW ( shallallâhu 'alaihi wa sallam) adalah manusia

    fenomenal dalam sepanjang sejarah kehidupan dan peradaban manusia. Ia adalah

    manusia biasa, namun memiliki keistimewaan-keistimewaan yang langsung

    diberikan Allah kepadanya (Gulen, 2002).

    “Muhammad itu sekali -kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,

    tetapi ia adalah utusan (rasul) Allah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah

    Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS Al -ahzab [33]: 40).

    Nabi Muhammad lahir 12 Rabi’ul Awwal tahun 570 M, putra Abdullah,

    saudagar miskin dari keluarga terhormat dalam suku Quraisy yang berkuasa. Nabi

    Muhammad menjadi yatim piatu ketika berumur 6 tahun, kemudian dibesarkan

    oleh kakeknya, Abdul Muthalib, lalu pamannya, Abu Thalib. Pada umur 24 tahun

    beliau berkerja untuk seorang janda kaya, Khadijah dan kemudian mereka

    menikah. Mereka dikaruniai 6 orang anak, tetapi dua putra mereka meninggal

    ketika kecil. Menerima wahyu pertama kali di Gua Hira, melalui perantara

    malaikat jibril. Allah mengutus Rasulullah untuk membimbing manusia menuju

    kebenaran dan membersihkan mereka dari dosa-dosa. Orang-orang yang

    dicerahkan oleh Rasulullah menemukan jalan menuju Kehadiran Ilahi dan

    mendapat derajat kemanusiaan tertinggi (Adair, 2010).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    38/143

    20

    Rasulullah dikenal sebagai orang yang benar dan jujur bahkan sebelum

    Islam datang. Penduduk Mekkah, bahkan kaum kafir sekalipun, menyebutnya Al-

    amin (yang dapat dipercaya) (Gulen, 2002). Beliau dalam semua sisi

    kehidupannya adalah teladan yang agung dan utama bagi manusia sebab

    kesempurnaan dalam segala sesuatu. Inilah sisi yang akan kita paparkan dalam

    pasal ini untuk menjelaskan pada kita bahwa tidak ada kesempurnaan bagi

    manusia seperti apapun hebatnya dalam segala keadaan kecuali dengan mengikuti

    contoh Rasullah. Ini adalah bukti bahawa ia adalah utusan-Nya (Hawwa, 2007).

    Menurut Hawwa (2007), Setiap Rasul Allah wajib memiliki empat sifat

    asasi berikut ini, sehingga pantas untuk mengemban Risalah Ilahi :

    a. Ash-Shidqul Muthlaq atau kejujuran secara mutlak yang tidak rusak dalam

    segala kondisi. Sekiranya setiap perkataannya diuji, pastilah sesuai dengan

    kenyataan, baik ketika ia berjanji, serius, bercanda, memberi kabar, maupun

    ketika bernubuat.

    b. Al-Iltizamul Kamil atau komitmen dan sifat amanah yang sempurna dengan

    apa yang ia serukan, sebagai wakil Allah. Tugas sebagai Rasul adalah

    menyampaikan kepada manusia risalah yang dibebankan oleh Allah kepada

    mereka

    c. At-Tablighul Kamil atau penyampaian kandungan risalah secara sempurna dan

    kontinu, disertai rasa tidak peduli pada kebencian, siksaan, kejahatan, tipu

    daya, konspirasi, atau sikap kasar manusia yang menghadapi dakwahnya. Juga,

    istiqamah dalam mengerjakan perintah Allah dan tidak menyeleweng dari-

    Nya.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    39/143

    21

    d. Al-Aqlul Azhim atau intelegensi yang cemerlang. Manusia tidak tunduk dan

    mengikuti orang lain kecuali jika orang tersebut lebih cerdas darinya, agar

    mereka merasa tenang bahwa ia tidak membawa mereka pada jalan yang salah.

    Tanpa intelegensia yang cemerlang, pengemban risalah juga tidak akan

    mampu meyakinkan orang lain akan kebenaran yang ia bawa. Oleh karena itu,

    seorang rasul seharusnya adalah seorang yang paling cerdik, paling cerdas,

    paling bijak, dan paling sempurna pengetahuannya dibandingkan manusia lain,

    sehingga keberadaan dirinya sendiri bisa menjadi bukti kebenaran risalah yang

    ia sampaikan.

    Menurut Alwi (2009) Nabi Muhammad SAW selalu tersenyum dan ketika

    menyendiri beliau selalu bertafakur. Lebih sering melihat kebawah. Tidak pernah

    memotong pembicaraan lawan bicaranya dan memperlakukan orang lain sebagai

    yang paling mulia dalam padangannya. Dalam kehidupan ditengah kaumnya, Nabi

    Muhammad SAW selalu baik hati, riang, dan sopan terhadap semua orang. Rasul

    selalu lebih dahulu memberikan salam. Rasulullah tidak suka menjadi pemimpin

    yang pasif, tidak mau hanya tinggal duduk saja lalu orang melayaninya. Bagi

    beliau kehadirannya untuk melayani, bukan untuk dilayani.

    Menurut Al-Aqqad dalam Alwi (2009), sejarah hidup nabi itu sendiri

    terdapat suri teladan yang baik. Makna uswatun hasanah ini tidak terbatas dalam

    beberapa segi, melainkan dalam segala kehidupan Rasulullah. Seorang pemimpin

    dapat mengambil pelajaran dari kepemimpinan Rasulullah.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    40/143

    22

    “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri tauladan

    yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

    (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS Al -Ahzab[33] :21).

    3. Gaya Kepemimpinan Islam (Rasulullah Muhammad SAW)

    Islam merupakan agama dan sistem kehidupan yang menghubungkan

    antara individu yang menghubungkan antara individu dengan berbagai dimensi

    kehidupan ini. Pemimpin dalam Islam tidak sekedar mengarahkan, membawahi,

    memerintah. Tapi beliau lebih kepada teladan dan tanggung jawab. Hanya mereka

    mempunyai intuisi pemimpin yang bisa melakukannya. Siapa pun yang ingin

    sukses menjadi pemimpin, maka sebaiknya ia banyak belajar dari gaya leadership

    Rasulullah. Bagi beliau, pemimpin itu tidak saja mendireksi, membawahi,

    meluruskan tapi lebih dari itu adalah amanah besar, baik kepada manusia maupun

    kepada Allah. Power kepemimpinan beliau leadership yang dibimbing oleh

    wahyu dan bersinergi dengan kepekaan dan kecerdasan telah melahirkan

    keputusan-keputusan yang terarah, terukur dan tepat sasaran (Fathi, 2009).

    Nabi Muhammad SAW, menerapkan tiga gaya kepemimpinan Islam:

    Syura (permusyawaratan), ‘Adl bil qisth (keadilan, disertai kesetaraan), dan

    Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi) (Noor, 2011). Berikut penjelasan dari

    setiapnya:

    a. Syura (permusyawaratan)

    Syura merupakan model dasar pengambilan keputusan, dan dalam melakukan

    hal ini Al-quran menyerukan kepada para pemimpin muslim agar

    bermusyawarah dengan mereka yang berpengaruh atau yang lebih memiliki

    pengetahuan dan lebih paham tentang persoalan yang sedang dihadapi Syura

    adalah sebuah metode yang menerapkan musyawarah diantara para pemimpin

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    41/143

    23

    dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting terutama jika masalahnya

    bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak (Noor, 2011).

    Gaya kepemimpinan ini tampak jelas dari perintah Al-quran dalam sebuah

    surah membahas perintah ini. Nabi Muhammad SAW sendiri diperintah dalam

    Al-quran untuk bermusyawarah dengan shahabah (sahabat) beliau mengenai

    urusan kenegaraan dan dalam pelaksanaan berbagai urusan umat pada

    umumnya. Dalam hal ini, beliau menunjukkan keterbukaan dan keagungan

    dalam berurusan dengan berbagai umat dan keyakinan dibawah yuridikasi

    beliau. Perlu kiranya disampaikan bahwa Allah SWT ( Subhanahu wata'ala )

    mewajibkan syura kepada semua hamba-Nya karena Dia telah menyejajarkan

    dengan kewajiban beribadah melalui shalat, zakat, dan amal shaleh (Noor,

    2011).

    “Dan (bagi) orang -orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan

    mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputusakan) dengan musyawarah

    antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang kami berikan

    kepada mereka” (QS As -Syura [42]: 38).

    Menurut Asy-syawi dalam Mohammad (2008), Syura bukanlah demokrasi,

    amal ma’ruf nahu munkar pertama kali harus diterapkan dengan tujuan

    mencegah kemungkaran yang timbul dari perbuatan penguasa atau dari mereka

    yang berkerja untuk kepentingannya. Sebagai pedoman, syura menjadi

    kewajiban jika seorang pemimpin memahami ruang lingkup operasi syura

    (Noor, 2011) :

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    42/143

    24

    1) Semua fungsi administratif dan eksekutif harus menjadi hak prerogatif

    pemimpin dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang bertanggung

    jawab akan memastikan bahwa ia telah memberikan pertimbangan bijak

    atas semua faktor yang relavan sebelum mengambil keputusan.

    2) Masalah-masalah penting yang membutuhkan keputusan mendesak harus

    dipikirkan oleh pemimpin, tetapi disajikan kepada tim untuk

    dipertimbangkan dalam pertemuan tatap muka langsung atau melalui

    teleconference dan video conference , seperti pada zaman sekarang.

    Hasilnya harusalah berbentuk keputusan atau solusi yang disepakati.

    3) Semua halaqah atau anggota tim harus bebas menyetujui, menolak, atau

    mengubah usulan pemimpin tanpa merasa terkekang, selama niatnya adalah

    untuk memberi manfaat. Ketidakcocokan atau perbedaan apapun tidak

    boleh ditumpahkan atau dibawa ke luar ruang rapat.

    4) Berbagai kebijakan, keputusan sinergis, dan rencana jangka panjang harus

    dirumuskan melalui musyawarah, yang akan memperkuat integritas

    pemimpin di mata para pengikutnya.

    Tanpa adanya keimanan bahwa syura merupakan mekanisme baru (inovatif)

    yang menjauhkan manusia dari perilaku hewani, maka bentuk perdamaian atau

    seruan apaun akan sia-sia saja, kita harus meyakini bahwa syura bukanlah

    kekayaan ide yang bersifat temporal dalam kehidupan orang mukmin, tetapi ia

    adalah way of life yang dibuat untuk dirinya, dan ia akan berupaya untuk

    merealisasikannya baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain

    (Syahrur, 2003).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    43/143

    25

    Menurut Qumaihah (1990) bahwa musyawarah merupakan pertemuan antara

    pemimpin dan bawahan, menurut tema permasalahan, dapat dibagi pada dua

    macam:

    1). Musyawarah khusus, yaitu musyawarah yang berkenaan dengan masalah-

    masalah pribadi. Sebagai contoh, ketika Nabi meminta pedapat sebagian

    sahabat tentang masalah Aisyah setelah tersebarnya berita bohong.

    2). Musyawarah umum, yaitu musyawarah tentang permasalahan umat atau

    orang banyak.

    Musyawarah merupakan prinsip dasar dalam kehidupan kaum muslimin yang

    harus diterapkan dalam perilaku mereka, dalam berbagai kegiatan kolektif dan

    administratif organisasi. Islam mengharuskan pemimpin tersebut mengambil

    keputusan sesuai dengan hasil musyawarah para anggota (Fathi, 2009).

    Menurut Qumaihah (1990) dalam bermusyawarah akan terjadi tukar menukar

    pemikiran. Pemikiran orang banyak tentu akan lebih baik dengan pemikiran

    seorang. Paling berbahaya kalau suatu masalah hanya diserahkan kepada satu

    orang saja.

    Menurut Fathi (2009), Kepemimpinan dalam Islam bukanlah pemberian

    kekuasaan yang memungkinkan seorang pemimpin mengembil keputusan

    sorang diri dalam berbagai ketetapan dan tidak menyerahkannya kepada para

    bawahannya atau orang-orang kepercayaannya yang ahli dalam bidang

    masing-masing, akan tetapi Islam telah mengharuskan kaum muslimin untuk

    bermusyawarah. tujuan dari nilai musyawarah merupakan kekuatan bagi umat

    Islam dan memperkokoh hubungan mereka, mampu menopang kebersamaan

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    44/143

    26

    pemikiran dalam kerja kolektif dan saling memahami, serta memperkuat

    hubungan persaudaraan.

    Menurut Asy-syawi (1997) tujuan syura itu sendiri yakni melahirkan

    ketetapan jamaah, agar mencegah pemimpin jangan sampai mengeluarkan

    ketetapan-ketetapan penting untuk jamaah secara sendirian. Melindungi

    kebebasan berjamaah dalam haknya menentukan nasib dan memelihara

    wewenangnya dalam mengatur urusan-urusannya, baik dikerjakan sendiri

    maupun dengan perantara orang-orang-orang yag dipilih untuk itu, serta

    memelihara haknya dalam membatasi wewenang para pemimpin dengan apa

    yang lazim untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka. Musyawarah

    merupakan watak substanasial kehidupan Islam dan berbagai indikator

    istimewa yang dipilih sebagai teladan bagi umat lain. Musyawarah merupakan

    sifat yang harus dimiliki dari sekian sifat keteladanan (Quthb, 2008).

    b. ‘Adl Bil Qisth (keadilan, disertai kesetaraan)

    ‘Adl merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Pemimpin muslim harus

    berurusan dengan berbagai macam orang, tetapi terutama dengan umatnya,

    dengan rasa keadilan dan keterbukaan tak peduli apa suku, keyakinan,

    kebangsaaan, atau keimanannya. Al-quran memerintahkan kepada kaum

    muslim agar bersikap adil dan tidak pandang bulu, bahkan kepada mereka

    yang menantang (Noor, 2011).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    45/143

    27

    “Wahai orang -orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

    penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri

    atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa itu) kaya ataupun

    miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatanya. Maka janganlah kamu

    mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Jika kamu

    memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan, menjadi saksi, maka sesungguhnya

    Allah adalah Maha teliti segala apa yang kamu kerjakan” (QS An-N isa’ [4]:

    135).

    Keadilan bermakna meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau meletakkan

    sesuatu pada tempat yang tepat, atau menempatkanya dalam perspektif yang

    benar. Keadilan juga berarti melakukan sesuatu tanpa melebihi batas seberapa

    besar maupun kecilnya. Dalam konteks Islam, hal ini pada puncaknya

    mengimplikasikan bahwa Allah SWT, melakukan segala sesuatunya dengan

    benar. Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tak

    pernah diragukan lagi. Beliau bertindak penengah pihak-pihak yang bertikai

    sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan. Dalam penerapan kesetaraan,

    Nabi Muhammad SAW, selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama

    kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul (Noor,

    2011).

    Menurut Al Badri (2001), Suatu keadilan yang menjamin hak-hak keadilan

    manusia sebagai mahluk yang mulia, mewujudkan kesejahteraan dan

    ketenangan jiwa yang lengang dan hakiki, serta kabahagiaan hidup dan

    terpelihara urusan mereka. Menurut Muthahhari (2009) mengatakan bahwa

    keadilan merupakan persamaan dan penafian terhadap deskriminasi dalam

    bentuk apa pun, memandang semua individu secara sama rata, tanpa

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    46/143

    28

    melakukan perbedaan dan pengutamaan. Seorang pemimpin tidak

    diperkenankan untuk membela dan fanatik terhadap seseorang tertentu dan

    membenci yang lain: ia harus mempunyai hubungan yang sama atau sederajat

    dengan semua orang, yaitu hubungan yang dilandasi dengan objektifitas dan

    keadilan (Fathi, 2009).

    Keadilan berarti kesamaan dalam distribusi pendapatan dan kekayaan, tapi

    juga kesamaan dalam hak-hak dan kesempatan, serta kesamaan dalam dasar-

    dasar bagi penghormatan diri (Rasuanto, 2005). Menurut Muthahhari (2009),

    pemeliharaan hak-hak individu dan pemberian hak kepada setiap objek yang

    layak menerimanya. Menurut Koehn (2000), keadilan dipikirkan sebagai

    mempertahankan atau memulihkan keseimbangan atau proporsional. Orang-

    orang mempunyai hak dalam hubungan satu sama lain untuk kedudukan

    tertentu yang relatif sama.

    c. Hurriyyah Al-kalam (kebebasan berekspresi)

    Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk

    menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang

    memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Muhammad

    SAW, cakap dalam hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan

    beliau. Bahkan sesi halaqah , Nabi mendengarkan pandangan orang lain

    dengan sungguh-sungguh, dengan tubuh dicondongkan ke arah orang itu,

    sebelum berkomentar, memberi nasihat, dan mengambil keputusan (Noor,

    2011).

    Kebebasan berekspresi amat erat kaitannya dengan praktik syura , yang

    memungkinkan adanya padangan yang setuju dan menentang. Begitulah

    praktik syura , memberi kebebasan berekspresi tapi harus sejalan dengan etika

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    47/143

    29

    dalam perbedaan pendapat ( ‘adab a l-ikhtilaf ) sehingga bisa memunculkan

    solusi terbaik, memberi gambaran kepada pemimpin tentang bagaimana cara

    menangani perselisihan semacam itu. Di dalamnya terkandung hak asasi

    individu, sepanjang hak tersebut tidak melanggar hak orang lain (Noor, 2011).

    Kebebasan manusia dalam mengekspresikan pendapatnya tidak diukur dengan

    ukuran bahwa pendapatnya itu dapat menunjukkannya pada kebenaran, akan

    tetapi dikukr dengan adanya kebebasan orang lain dalam mengekspresikan

    pendapatnya. Karena asas kehidupan Islam adalah kebebasan dan kebolehan,

    maka manusia dapat mengeskpresikan pendapatnya. Inilah yang kami katakan

    sebagai kebebasan mengekspresikan pendapat yang merupakan satu-satunya

    jalan kehidupan yang mampu mengungkap konflik-konflik intern dan

    pengaruh interaksi timbal balik internal maupun eksternal (Syahrur, 2003).

    Kebebasan berekspresi bisa menjadi pendorong hal yang positif atau

    katakanlah bisa dijadikan ukuran bagi kemajuan kelompok. Kalau kelompok

    ingin maju atau ingin cepat maju, maka kebebasan berekspresi harus dibuka

    lebih lebar. Kebebasan itu bukan hanya dalam bentuk jaminan-jaminan

    hukum terhadap kebebasan berekspresi itu sendiri, tapi institusi yang mereka

    miliki untuk mendukung kebebasan itu (Basyaib, 2006). Menurut Syahrur

    (2003) kebebasan berekspresi merupakan kehendak sadar manusia untuk

    memilih antara menafikan dan menetaokan sebuah eksistensi dalam kehidupan,

    kebebasan seseorang harus diwujudkan berupa pilihan antara “ya” dan “tidak”.

    Menurut Asifudin (2004), mengaktualisasi diri, mempunyai need for

    achievement tinggi, yang layak diasumsikan sebagai sesuatu yang dapat

    memainkan peranan penting bagi terbentuknya manusia unggulan berkenaan

    dengan kerja. Hak anggota untuk memperoleh kebebasan berekspresi dan

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    48/143

    30

    kewajiban pemimpin untuk terbuka menerima kritik atau pendapat anggotanya

    (Chapra, 2006).

    Ketiga gaya kepemimpinan terapan ini berjalan seiring dengan lima ajaran

    yang menegaskan aspek-aspek sistem nilai Islam penting, yaitu: Al-akmal asy-

    syakhshi atau integritas pribadi, Tawiyah al-shilah atau perbaikan hubungan,

    Fa’iliyyah al -qiyadiyyah atau daya kepemimpinan, Makarim al-akhlaq atau

    perilaku etis, dan Tahzib al-akhlaq atau peningkatan moral melalui pengetahuan

    spiritual (Noor, 2011). Dengan penjelasannya masing-masing sebagai berikut:

    1) Al-akmal asy-syakhshi (integritas pribadi)

    Integritas ( akhlaq ) merupakan tonggak yang memproyeksikan sisi spiritual

    kepemimpinan. Integritas merupakan sebuah prinsip berbasis nilai diletakkan

    pada karakter dan keyakinan dan bukannya pada teknik dan teknologi.

    Integritas pada dasarnya tercermin pada kemampuan sang pemimpin

    memenuhi janji dan menjaga kepercayaan dan Islam menekankan hal ini.

    Perjanjian dengan Allah, umat, dan setiap orang yang berinteraksi di dalam

    masyarakat manusia plural. Integritas memiliki kekuatan batin besar sebagai

    sumbernya. Integritas bergantung pada kemampuan pemimpin dalam

    membimbing, mengarahkan, dan memengaruhi orang berdasarkan prinsip

    moral dan nilai etis. Sifat seperti itu, yang dilengkapi dengan keshalehan, sifat

    bisa dipercaya dan wawasan ke depan, secara bersama-sama membentuk orang

    dan cita-cita.

    Integritas pribadi merupakan pribadi sebagai suatu keseluruhan yang utuh

    tidak terbagi atau juga bukan pribadi yang sebagian saja (Riyanto, 2006).

    Menurut Adair dalam Kartakusumah (2006), Integritas menunjukkan

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    49/143

    31

    seseorang yang secara utuh berpegang pada kode etik, norma artistik atau

    nilai-nilai tertentu, terutama terhadap nilai kebenaran.

    2) Tawiyah al-shilah (perbaikan hubungan)

    Nabi Muhammad SAW, membagi waktu sehari menjadi tiga dimensi: satu

    dimensi untuk Allah SWT ( Subhanahu wata'ala ), satu dimensi untuk keluarga,

    dan satu dimensi untuk diri sendiri. Waktu untuk diri sendiri dibagi lagi

    dengan waktu untuk umat. Namun, ketiga dimensi tersebut dilakukan demi

    Allah. Beliau tidak melakukan sesuatu untuk diri sendiri sebelum menimbang

    kebutuhan umat. Beliau cenderung memilih orang-orang berguna dan

    memberikan perhatian lebih kepada mereka yang unggul dalam Din (agama).

    Beliau selalu memerhatikan kesejahteraan mereka. Umat manusia diminta

    untuk berinteraksi dan meningkatkan hubungan dalam skala global.

    3) Fa’iliyyah al -qiyadiyyah (daya kepemimpinan)

    Daya berarti memberikan hasil yang dikehendaki. Daya mengisyaratkan

    adanya kekuatan atau kemampuan menghasilkan efek yang diinginkan. Ketika

    mendorong untuk berpindah dari kegelapan hidup menuju cahaya, tidak cukup

    bagi seorang pemimpin hanya menyampaikan pidato-pidato penggugah

    semangat. Nabi Muhammad SAW tahu bahwa para pengikutnya akan tergerak

    oleh perbuatan dan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata. Para pemimpin

    besar tahu bahwa mereka akan ditiru. Oleh karena itu, memimpin melalui

    teladan berarti bagaiamana pemimpin sejati menciptakan visi, aspirasi, dan

    nilai-nilai yang tahan lama. Mereka memberikan bukti objektif komitmen

    pribadi. Tujuan dari sebuah kepemimpinan itu sendiri usaha untuk mencapai

    tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada baik yang

    memimpin maupun yang dipimpin secara bersama-sama, dinamis dan

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    50/143

    32

    harmonis. Daya yang ada atau timbul dari seseorang yang ikut membentuk

    watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan tersebut (Al-banjari, 2008).

    4) Makarim al-akhlaq (perilaku etis)

    Etika adalah seperangkat prinsip moral dalam kaitannya dengan apa yang

    benar dan salah. Etika mencerminkan karakter individu, kelompok negara

    bangsa. Etika mencakup: karakter individu dan aturan-aturan sosial yang

    mengatur perilaku manusia. Etika mengimplikasikan kepatuhan pada standar

    moral. Dalam situasi organisasi modern, etika merujuk pada ketaatan terhadap

    aturan profesional. Etika Islam melampaui dunia materi ke dalam wilayah

    moral dan spiritual demi mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Etika Islam

    merupakan pemahaman akan benar dan salah untuk dipraktikkan, bukan

    sebagai pengetahuan semata. Etika merupakan padanan Akhlak dalam Islam.

    5) Tahzib al-akhlaq (peningkatan moral)

    Kekuatan inspirasi yang mungkin berasal dari wahyu atau pengetahuan tidak

    mengenal batas. Sumber Ilahiah peningkatan atau pengangkatan semangat,

    yang menghasilkan peningkatan besar dalam hal standar perilaku sosial politik.

    Pengetahuan spiritual diiperoleh dari kitabullah dan diterjemahkan dalam

    praktik melalui sunnah nabi . Pemimpin maupun pengikut membutuhkan

    pedoman moral untuk menghasilkan perubahan dan kemajuan.

    4. Karakter Pemimpin Islam

    Karakater dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap

    sebagai ciri atau karaktersitik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang

    bersumber dan bentukan-bentukan yang diterima lingkungan (Koesoema, 2007).

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    51/143

    33

    Menurut (Fathi, 2009) seorang pemimpin sebagai individu yang menjadi

    bagian dari mereka haruslah mempunyai keyakinan atau keimanan yang sama

    dengan kelompok yang dipimpinnya, dan mengharuskan dirinya untuk mengikuti

    kehendak rakyatnya. Agar semua ini dapat terwujud dengan baik, maka seorang

    pemimpin Islam yang baik haruslah mempunyai beberapa karakter dasar yang

    menghiasi dirinya. Karakter-karakter tersebut antara lain:

    a. Beriman

    Enam perkara yang merupakan rukun iman ini, merupakan pokok-pokok yang

    menjadi tujuan diutusnya pemimpin pertama Rasulullah. Keimanan seorang

    pemimpin tidak dapat dikatakan sempurna kecuali keimanannya itu telah

    menyampaikan orang tersebut untuk meyakini keenam masalah pokok tersebut.

    Dalam sebuah hadist yang mengisahkan tentang malaikat Jibril, ketika

    menghadap kepada Rasulullah dalam wujud seorang badui yang bertanya

    kepada beliau tentang Islam, Iman, dan Al-ikhsan atau kebaikan, maka beliau

    menjawab tentang Iman, “Hendaknya kamu beriman kepada Allah, para

    malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaknya

    kamu beriman dengan qadha’ dan qadar Allah, yang baik dan buruk”. Keenam

    tersebut adalah:

    1) Beriman kepada Allah

    2) Beriman kepada para palaikat

    3) Beriman kepada Nabi dan Rasul

    4) Beriman kepada kitab-kitab Allah

    5) Beriman terhadap hari akhir

    6) Beriman kepada Qadha’ dan Qadar Allah

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    52/143

    34

    b. Ikhlas

    Ikhlas pada hakekatnya merupakan kekuatan Iman dan pergulatan jiwa yang

    mendorong pelakunya sebagai pemimpin untuk menjauhkan dirinya dari

    mementingkan diri sendiri dan menghindarkannya dari tujuan-tujuan pribadi

    atau golongan, dan amal perbuatan yang dilakukannya dan cintanya hanyalah

    untuk Allah SWT semata. Ia tidak mengharapkan balasan apa pun dibalik amal

    perbuatannya tersebut kecuali dari Allah SWT semata.

    Apabila seorang pemimpin selalu berusaha bersungguh-sungguh untuk

    mengalahkan godaan-godaan setan, membungkam jiwa yang selalu membujuk

    manusia untuk melakukan kejahatan, maka keikhlasan tersebut akan menjadi

    etika dan kebiasaannya dalam bekerja, dan bahkan semua perbuatan yang

    dilakukannya akan keluar dari dirinya secara ikhlas dan hanya mengharap

    ridha Allah SWT.

    Dari Abu Umamah dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau bersabda,

    “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal seseorang kecuali yang dilakukan

    dengan ikhlas dan hanya akan mencari ridha- Nya”.

    c. Yakin dan Tawakal

    Seorang pemimpin hendaknya tidak memandang tawakal kepada Allah SWT

    dalam segala tingkah laku dan perbuatanya sebatas kewajiban etis belaka,

    melainkan harus menganggapnya sebagai kewajiban agama dan

    menjadikannya sebagai bagian dari akidah Islam. Sebagaimana firman Allah:

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    53/143

    35

    “Berkatalah dua orang diantara orang -orang yang takut (kepada Allah) yang

    Allah telah memberi nikmat atas ked uaya: “Serbulah mereka dengan me lalui

    pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan

    menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu

    benar-be nar orang yang beriman” (QS Al -Ma’idah [5] : 23)

    Bertawakal secara mutlak merupakan bagian dari keyakinan seorang

    pemimpin yang beriman kepada Allah SWT ( Subhanahu wata'ala ). Ketika

    seorang pemimpin mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan bertawakal

    kepada-Nya, dan menyerahkan diri sepenuhnya di hadapan-Nya, maka hal ini

    tidak bisa dipahami bahwa tawakal hanyalah kata yang diucapkan mulut, yang

    tidak dicerna oleh hati dan tidak dimengerti oleh akal. Atau dengan kata lain

    keluar dari hukum sebab akibat, meninggalkan usaha, dan puas dengan segala

    keridhaan-Nya dibawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan puas dengan

    segala keridhaan-Nya di bawah baju tawakkal kepada Allah SWT dan ridha

    terhadap ketentuan yang telah ditetapkan-Nya .

    d. Berilmu Pengetahuan dan Mau Belajar

    Ilmu pengetahuan bagi seorang pemimpin, mau belajar, dan mengajarkan

    pengetahuannya kepada orang-orang kepercayaannya merupakan dasar-dasar

    kesuksesan seorang pemimpin dalam mewujudkan tugasnya yang telah

    ditentukan dan yang dituntut dirinya. Tugas ini akan dapat dilaksanakannya

    dengan baik dan dibantu oleh orang-orang kepercayaannya secara bersama-

    sama.

    Pada prinsipnya, seorang pemimpin bertanggung jawab untuk belajar, melatih

    dan mengembangkan kemampuan diri terlebih dahulu, kemudian mentransfer

    pengetahuan dan keterampilannya tersebut kepada bawahannya dan para

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    54/143

    36

    pengikutnya. Bukti dari pernyataan ini adalah usaha para Nabi dan Rasul, serta

    para pengikut mereka untuk selalu memuliakan ilmu, belajar, dan

    mengajarkannya kepada orang lain.

    “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntu ng) ataukah orang yang

    beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut

    kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah,

    “Adakah sama orang -orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

    mengetahui?” (QS Az -Zumar [39]: 9).

    e. At-tarbiyyah atau Berpendidikan atau Berjiwa Pendidik

    Pendidikan, seorang pemimpin akan menjadi orang yang adil, dapat dipercaya,

    dan bertanggung jawab. Seorang pemimpin haruslah dapat mengantarkan para

    pengikutnya mempunyai kepribadian yang benar dalam akidah dan ibadahnya,

    sehat badannya, kuat tubuhnya, luas pemikirannya, teratur dalam mencapai

    tujuan, selalu menjaga waktunya dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan

    bertumpu pada beberapa prinsip, yang diantaranya adalah:

    1) Membangkitkan hati dan menghidupkan jiwa, serta memantapkan poros-

    poros penopang akidah.

    2) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh

    dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.

    3) Menancapkan prinsip-prinsip yang positif, memberikan kontribusi, jauh

    dari hal-hal yang negatif dan pemborosan.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    55/143

    37

    4) Berusaha terus menerus, memberikan kontribusi yang berkesinambungan,

    dan selalu rela berkorban.

    f. Al-Hilm (murah hati atau santun)

    Bermurah hati atau santun merupakan akhlak yang paling mulia yang harus

    menjadi perhiasan seorang pemimpin. Karena murah hati merupakan

    keutamaan bagi orang-orang yang berakal. Karena di dalamnya terdapat jiwa

    yang selamat, tubuh yang sehat, dan mendatangkan banyak pujian. Imbalan

    pertama yang akan diperoleh seorang pemimpin yang bermurah hati adalah

    bahwasanya orang-orang akan mendukunganya, mengikutinya, dan setia

    terhadapnya.

    g. Berkelakuan Baik

    Seorang pemimpin merupakan contoh dan teladan. Seseorang yang akan

    memegang tumpuk kepemimpinan haruslah sadar dengan kenyataan ini dan

    hendaknya kebaikan akhlak ini dijadikan sebagai dasar utama bagi

    pengembangan sifatnya yang lain. Apabila seorang pemimpin baik akhlaknya,

    maka banyak pengikut dan pendukungnya, serta sedikit musuh dan

    penentangnya. Akhlak yang baik merupakan salah satu poros penopang

    kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan yang bijak menurut

    Islam. Allah SWT berfirman:

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    56/143

    38

    “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kajahatan itu) dengan

    cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang diantaramu dan antara dia ada

    permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS

    Fushshilat [41]: 34).

    h. Memiliki Kasih Sayang dan Keramahan

    Ar-rahmah adalah keramahan dan kasih sayang. Seorang pemimpin haruslah

    mempunyai sifat kasih sayang. Kasih sayang hendaklah menjadi bagian dari

    akhlaknya. Seorang pemimpin yang selalu berbuat baik, beramal shaleh, dan

    jauh dari kejahatan akan selalu memiliki kebersihan hati dan kesucian jiwa.

    Barang siapa yang mempunyai karakter seperti ini, maka hatinya akan selalu

    memancarkan kelembutan dan kasih sayang.

    Kasih sayang mempunyai pengaruh yang besar bagi ketokohan seorang

    pemimpin. Kebengisan, acuh tak acuh, kasar, dan tidak berbelas-kasihan

    dalam perilaku seorang pemimpin, akan mengakibatkan keruntuhan kelompok

    yang dipimpinnya dan tim kerjanya dengan cepat serta para bawahannya pun

    akan menentangnya dan merongrong kekuasanya.

    i. Berkeadilan

    Pemimpin harus melihat keadilan sebagai salah satu kewajiban dan keharusan,

    sebab semua orang mempunyai kedudukan yang sama dihadapannya, sehingga

    keadilan haruslah ditegakkan kepada mereka dalam satu derajat dan tingkatan,

    mulai dari rakyat jelata hingga para pembesar di antara mereka. Dalam hal ini,

    tidak ada tempat untuk memperlakukan seseorang secara istimewa dan

    berbeda dengan orang lain. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam firman

    Allah melalui ucapan Rasulullah :

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    57/143

    39

    “Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai

    mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka

    dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan

    aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal

    kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan

    kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya- lah kembali (kita)”

    (QS Asy-Syura [42]: 15).

    Seorang pemimpin tidak diperkanankan untuk membela dan fanatik terhadap

    seseorang atau satu golongan tertentu dan membenci yang lain, ia harus

    mempunyai hubungan yang sama atau sederajat dengan semua orang yang

    dilandasi dengan objektifitas dan keadilan.

    j. Bersabar dan Mampu Menahan Penderitaan

    Sabar merupakan salah satu akhlak dalam diri seseorang, yang dapat mecegah

    orang tersebut untuk melakukan perbuatan yang tidak baik dan tidak terpuji.

    Sabar merupakan salah satu kekuatan jiwa yang dapat memperbaiki dirinya

    dan menopang urusannya. Seorang pemimpin dituntut untuk bisa bersabar

    dalam mewujudkan berbagai tujuan dan target-target tertentu, dan mampu

    berkerja dalam berbagai situasi dan kondisi, rintangan, dan berbagai, ancaman

    yang bertubi-tubi yang mengalangi perjalannnya dalam mewujudkan tujuan-

    tujuan dan target-target tersebut. Dalam menghadapi berbagai situasi, kondisi,

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    58/143

    40

    rintangan, dan ancaman ini tentulah membutuhkan kesabaran. Sebagai mana

    disebutkan dalam firman Allah SWT:

    “Hai orang -orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

    penolongmu, sesunguhnya Allah beserta orang-orang yang s abar” (QS Al -

    Baqarah [2]: 153)

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    59/143

    41

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

    A. Kerangka Konsep

    Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, Kepala Perawat Ruangan

    merupakan pemimpin bagi staf keperawatan lainya di rumah sakit. Sehingga, setiap

    pemimpin menerapkan gaya kepemimpinannya masing-masing terhadap staf

    bawahannya yang dipimpinnya. Rasulullah merupakan contoh tauladan yang baik dan

    sosok pemimpin yang ideal bagi umat manusia, Rasulullah menerapkan tiga gaya

    kepemimpinan Islam dan nilai-nilai Islam penting yang dapat di terapkan oleh para

    pemimpin terhadap bawahanya. Dibawah ini dijelaskan mengenai kerangka pikir yang

    akan dilakukan peneliti di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.

    Bagan 3.1: Konsep Pikir

    Pengalaman Kepala Perawat

    Ruangan dalam penerapan

    gaya kepemimpinan Islam

    (Muhammad SAW)

    Syura (permusyawaratan)

    Hurriyyah al-kalam (kebebasan berekspresi)

    ‘Adl bil qisth (keadilan,

    disertai kesetaraan)

    Nilai- nilai Islam

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    60/143

    42

    B. Definisi Istilah

    1. Pengalaman: Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani,

    dirasai, ditanggung).

    2. Kepala perawat ruangan: seorang tenaga perawatan professional yang diberi

    tanggung jawab dan wewenang memimpin dalam mengelola kegiatan pelayanan

    keperawatan di satu ruang rawat.

    3. Kepemimpinan: kemampuan mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian

    tujuan.

    4. Gaya kepemimpinan: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat

    seorang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat.

    5. Gaya kepemimpinan Islam: suatu pendekatan yang digunakan untuk suksesnya

    kepemimpinan sesuai dengan apa yang telah diterapkan dan dicontohkan oleh

    Nabi Muhammad SAW dengan berlandaskan nilai-nilai Islam.

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    61/143

    43

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan Penelitian

    Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan

    fenomenologi. Metode pendekatan fenomenologi merupakan proses pembelajaran

    serta untuk pembuatan makna dari pengalaman melalui dialog intensif dengan orang-

    orang yang memiliki pengalaman terhadap sesuatu.

    Tujuannya peneliti adalah untuk memahami arti dari pengalaman yang dialami

    oleh informan. Arti ditempuh melalui proses wawancara sederhana dan membutuhkan

    kehadiran bijaksana dari partisipan. Pertanyaan yang memandu penelitian

    fenomenologi bertanya tentang beberapa pengalaman dari seseorang. Itu memandu

    peneliti untuk bertanya kepada informan tentang beberapa pengalaman masa lalu atau

    sekarang (Wood, 2006).

    Penelitian kualitatif didefinisikan sebagai penelitian yang memanfaatkan

    wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan

    perilaku individu atau kelompok bersamaan dengan kondisi yang relevan (Kuswarno,

    2009; Moleong, 2010). Pada penelitian ini menggunakan desain fenomenologi

    deskriptif dimana peneliti ingin mengeksplorasi, menganalisis, dan mendeksripsikan

    fenomena secara khusus. Peneliti mengidentifikasi tiga langkah untuk menelaah

    fenomena yaitu : intuiting, analyzing, dan describing (Streubert & Carpenter, 2003).

    Intuiting merupakan langkah awal peneliti untuk memulai berinteraksi dan

    memahami fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2003). Peneliti menggali

    fenomena yang ingin diketahui dari informan mengenai pengalaman Kepala Perawat

    Ruangan dalam penerapan gaya kepemimpinan Islam. Pada tahap ini peneliti

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    62/143

    44

    menghindari kritik, evaluasi atau opini tentang hal-hal yang disampaikan oleh

    partisipan dan menekankan pada fenomena yang diteliti, sehingga mendapat

    gambaran yang sebenarnya dari responden. Pada langkah ini, peneliti berperan

    sebagai instrument dalam proses pengumpulan data.

    Langkah kedua adalah analyzing , pada tahap ini peneliti mengidentifikasi arti

    dari fenomena yang telah digali dan mengeksplorasi hubungan serta keterkaitan antara

    data dengan fenomena yang ada (Streubert & Carpenter, 2003). Data yang penting

    dianalisis secara seksama dengan mengutip pernyataan yang signifikan,

    mengkategorikan dan menggali instisari dari data, sehingga peneliti memperoleh

    pemahaman terhadap fenomena yang diteliti.

    Langkah ketiga adalah phenomenology describing . Peneliti

    mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen kritikal yang

    didasarkan pada pengklafikasian dan pengelompokan fenomena. Pada tahap ini,

    peneliti mendapat pemahaman yang mendalam tentang fenomena gaya kepemimpinan

    Islam, sehingga ditemukan makna dari pengalaman Kepala Ruangan dalam penerapan

    gaya kepemimpinan Islam.

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah karena

    Berdasarkan hasil studi pendahuluan, Rumah Sakit Syarif Hidayatullah merupakan

    Rumah Sakit yang mengedepankan nilai-nilai Islam pada visi dan misinya. Penelitian

    ini dilakasanakan pada bulan Juni 2014.

    C. Pengumpulan Data

    Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

  • 8/16/2019 Yoga Teguh Guntara - Fkik

    63/143

    45

    1. Wawancara

    Pedoman wawancara mendalam berbentuk pertanyaan dengan alat

    pencatat dan tape recorder . Wawancara merupakan percakapan dengan maksud

    tertentu antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang

    memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).

    Wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu 30-45 menit dan

    pewawancara perlu melakukan kontrak waktu serta tempat dengan partisipan

    supaya dapat memperoleh jawaban yang valid dan akurat. Peneliti dalam

    melakukan