wind rose
-
Upload
izzy-stardlin -
Category
Documents
-
view
83 -
download
8
Transcript of wind rose
1. Arah AnginARAH N – S = S – N
0 – 3 knot = 0,24
4 – 6 knot = 1,14 + 0,57 + 1,28 + 1,00 + 1,28 + 0,71 + 0,71 + 0,57
7 – 10 knot = 1,85 + 1,71 + 1,00 + 1,14 + 1,00 + 1,28 + 1,57 + 1,85
11 – 16 knot = 2,70 + 1,71 + 2,14 + 2,14 1,57 + 1,85 + 1,85 + 1,99
17 – 21 knot = 3,27 + 2,56 + 2,56 + 2,42 + 2,42 + 3,13 + 3,13 + 2,99
> 22 knot = 4,27 + 4,98(23/24) + 4,27(1/8) + 5,27(23/24) + 5,98 +
6,40(23/24) + 5,84(1/8) + 5,69(23/24)
= 95,21%
ARAH NE – SW = SW – NE
315 0 45 0
N0 0
NW NE
90 0E
135 0SE
180 0
S
SW225 0
270 0
W
315 0 45 0
N0 0
NW NE
90 0E
135 0SE
180 0
S
SW225 0
270 0
W
0 – 3 knot = 0,24
4 – 6 knot = 1,14 + 0,57 + 1,28 + 1,00 + 1,28 + 0,71 + 0,71 + 0,57
7 – 10 knot = 1,85 + 1,71 + 1,00 + 1,14 + 1,00 + 1,28 + 1,57 + 1,85
11 – 16 knot = 2,70 + 1,71 + 2,14 + 2,14 1,57 + 1,85 + 1,85 + 1,99
17 – 21 knot = 3,27 + 2,56 + 2,56 + 2,42 + 2,42 + 3,13 + 3,13 + 2,99
> 22 knot = 4,27(23/24) + 4,98 + 4,27(23/24) + 5,27(1/8) + 5,98(23/24)
+
6,40 + 5,84(23/24) + 5,69(1/8)
= 93,15%
ARAH W – E = E – W
315 0 45 0
N0 0
NW NE
90 0E
135 0SE
180 0
S
SW225 0
270 0
W
0 – 3 knot = 0,24
4 – 6 knot = 1,14 + 0,57 + 1,28 + 1,00 + 1,28 + 0,71 + 0,71 + 0,57
7 – 10 knot = 1,85 + 1,71 + 1,00 + 1,14 + 1,00 + 1,28 + 1,57 + 1,85
11 – 16 knot = 2,70 + 1,71 + 2,14 + 2,14 1,57 + 1,85 + 1,85 + 1,99
17 – 21 knot = 3,27 + 2,56 + 2,56 + 2,42 + 2,42 + 3,13 + 3,13 + 2,99
> 22 knot = 4,27(1/8) + 4,98(23/24) + 4,27 + 5,27(23/24) + 5,98(1/8)
+
6,40(23/24) + 5,84 + 5,69(23/24)
= 93,04%
ARAH NW – SE = SE – NW
315 0 45 0
N0 0
NW NE
90 0E
135 0SE
180 0
S
SW225 0
270 0
W
0 – 3 knot = 0,24
4 – 6 knot = 1,14 + 0,57 + 1,28 + 1,00 + 1,28 + 0,71 + 0,71 + 0,57
7 – 10 knot = 1,85 + 1,71 + 1,00 + 1,14 + 1,00 + 1,28 + 1,57 + 1,85
11 – 16 knot = 2,70 + 1,71 + 2,14 + 2,14 1,57 + 1,85 + 1,85 + 1,99
17 – 21 knot = 3,27 + 2,56 + 2,56 + 2,42 + 2,42 + 3,13 + 3,13 + 2,99
> 22 knot = 4,27(23/24) + 4,98(1/8) + 4,27(23/24) + 5,27 + 5,98(23/24)
+
6,40(1/8) + 5,84(23/24) + 5,69
= 95,91%
Table 4.1 Hasil peninjauan arah angin
Arah Angin Persentase Angin Rangking
NW – SE 95,11 % 1N – S 95,21 % 2
NE – SW 93,41 % 3W – E 93,04 % 4
Syarat : arah angin dominan merupakan arah perencanaan runway
dimana angin ≥ 95%. Dari hasil peninjauan/ pengujian
diperoleh persentase angin ≥ 95% maka syarat terpenuhi,
yaitu pada arah NW – SE sebesar 95,91%.
2. Menentukan Panjang Landasan Pacu (Runway)
Data kebutuhan panjang landasan pesawat yang dilayani:
a. A-319 = 1950 m
b. MD-320-200= 5630 m
c. MD-90-30 = 6800 m
d. B-757-200 = 5800 m
(Lihat Tabel Karakteristik Pesawat Terbang)
Untuk penentuan panjang landasan rencana, diambil panjang
landasan pacu pesawat MD-90-30 = 6800 m (landasan pacu
terpanjang).
- Perhitungan Faktor Koreksi terhadap Panjang Landasan Pacu
Diketahui data:
- Temperatur = 31 0C
- Elevasi = 90 m
- Slope = 1,7 %
a. Koreksi terhadap ketinggian Altitude (elevasi permukaan).
Menurut ICAO : panjang landasan pacu akan bertambah besar 7% pada setiap kenaikan 300 m (1000 ft) yang dihitung dari ketinggian muka air laut, ditentukan dengan rumus:
Fc = 1 + 0,07 . h/300
Sehingga, Fc = 1 + 0,07 . 90/300
= 1,021
b. Faktor koreksi terhadap suhu (temperatur).
Pada temperatur yang lebih tinggi dibutuhkan panjang landasan pacu
yang lebih panjang. Temperatur yang tinggi menyebabkan density
udara (kerapatan udara) yang menyebabkan daya dorong pesawat
rendah. Standar temperatur dipilih di atas muka air laut = 15 0C atau
59 0F.
Menurut ICAO : panjang landasan harus dikoreksi terhadap
suhu sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1 0C atau
0,56% untuk setiap kenaikan 1 0F. Sedangkan untuk
kenaikan 1000 m dari muka air laut rata-rata
temperatur turun 6,5 0C atau setiap kenaikan 1000 ft
temperatur turun sebesar 3,566 0F, dengan dasar ini
diperoleh koreksi terhadap suhu.
Ditentukan dengan rumus:
Ft = 1 + 0,01 (T – (15 – 0,0065 h)) satuan metrik.
Ft = 1 + 0,0056 (T – (59 – 0,0036 h)) satuan
imperial.
Sehingga:
Ft = 1 + 0,01 (31 – (15 – 0,0065 .90))
= 1,166
c. Faktor koreksi terhadap kemiringan landasan (runway gradient).
Kemiringan ke atas membutuhkan landasan yang lebih panjang dibanding dengan landasan yang datar atau menurun. Koreksi kemiringan landasan 1% pada setiap kemiringan 1% berlaku untuk kondisi lepas landas, sehingga faktor koreksi untuk kemiringan adalah:
Fs = 1 + 0,1 . S
Dimana :
S = kemiringan atau slope
= 1.7 %
Fs = 1 + 0,1 . (1.7)
= 1,002
d. Faktor Koreksi terhadap angin permukaan
Tabel Perkiraan Pengaruh Angin terhadap panjang runway
Kekuatan Angin
Persentase Penambahan/Pengurangan Landasan tanpa angin
+ 5 – 3
+ 10 – 5
- 5 +7
Sehingga faktor koreksi terhadap angin permukaan adalah = 100% - 5% = 95% = 0,95
Sehingga faktor koreksi total :
F total = Fc . Ft . Fs . Faktor koreksi terhadap angin permukaan
Jadi, panjang landasan pacu setelah koreksi adalah:
L = L0 . (Fc . Ft . Fs) . Faktor Koreksi terhadap angin permukaan
= 6800 x (1,021 x 1,166 x 1,17) x 0.95
= 8997,31 m ~ 8998 m (panjang landasan pacu rencana)
ICAO membuat klasifikasi pada bandar udara menurut panjang
landasannya, panjang runway tersebut menurut ketinggian, kondisi
cuaca standar = 15 0C dan 59 0F (panjang landasan yang telah
dikoreksi).
Tanda/Kode
Panjang dasar
landasan
(Runway), m
A
B
C
D
E
7000
5000 – 7000
3000 – 5000
2500 – 3000
2000 – 2500
(sumber : pengetahuan umum dan persyaratan lapangan terbang, Ismail
Zally, ST,MM, hal 26)
3. Menentukan Lebar Landasan Pacu
Kode Elemen 1 Kode Elemen 2
Kode
AngkaARFL (m)
Kode
Huruf
Wingspan
(m)
Outer Main
Gear Wheel
Span
1 < 800 A < 15 < 4,5
2 800-1200 B 15-24 4,5-6
3 1200-1800 C 24-36 6-9
4 >1800 D 36-52 9-14
E 52-60 9-14
(sumber : pengetahuan umum dan persyaratan lapangan terbang, Ismail
Zally, ST,MM, hal 26)
Data perencanaan lebar landasan pacu
Jenis
pesawat
Panjang landasan pacu
(m)
Lebar sayap
(m)
A-319 1950 34,10
MD-90-30 6800 32,644
A-320-200 5630 33,842
B-757-200 5800 37,826
Nilai ARFL yang telah terkoreksi adalah 8997,931 m > 1800 m,
sedangkan lebar sayap (wingspan) terbesar 37,826 m. Dari tabel
Aerodrome Reference Code disimpulkan bandara memiliki kode angka
4 dan huruf D
Pada tabel 9.5 standar-standar ukuran landasan pacu halaman 292
(Robert Herojeff) dengan kode angka 4 diperoleh lebar landasan pacu
150 kaki (45m) sedangkan bahu landsan pacu 50 kaki (16m)
4. Menentukan Tebal Perkerasan
Penentuan tebal perkerasan landasan pacu dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain:
a. Berat kotor pesawat (MSTOW = Maximum Structural Take Off Weight).
b. Konfigurasi roda pendaratan utama yang terdiri dari:
- Single wheel gear.
- Dual wheel gear.
- Dual tandem wheel gear.
c. CBR (California Bearing Ratio) tanah dasar landasan.
d. CBR pondasi bawah landasan pacu.
e. Data Pesawat yang Dilayani.
A-319 = 75500 kg (Dual Wheel)
MD-90-30 = 156000 lb = 156000 x 0,45359231
= 70760,4003 kg (Dual Wheel)
A-320-200 = 158730 lb = 158730 x 0,45359231
= 71998,7073 kg (Dual Wheel)
B-757-200 = 220000 lb = 220000 x 0,45359231
= 99790,3081 kg (Dual Tandem)
5. Menghitung Annual Forecasting Departure (AFD)
Diketahui bahwa kapasitas lapangan terbang adalah 6 buah/jam.
Maka pembagian dalam 1 jam adalah:
a. A-319 = 1 pesawat/jam.
b. MD-90-30 = 1 pesawat/jam.
c. A-320-200 = 1 pesawat/jam.
d. B-757-200 = 3 Pesawat/jam.
Dalam 1 hari diambil rata-rata lapangan terbang beroperasi 15
jam/hari dengan kapasitas 6 buah pesawat/jam. Jadi, dalam 1 tahun
(365 hari) pesawat akan take off di lapangan terbang sebanyak:
a. A-319 = (1) (24) (365)
= 5475 pesawat
b. MD-90-30 = (1) (24) (365)
= 5475 pesawat
c. A-320-200 = (1) (20) (365)
= 5475 pesawat
d. B-757200 = (3) (24) (365)
= 16425 pesawat
6. Menghitung Equivalent Annual Departure (EAD) R1
Dalam menghitung R2 jumlah take off dikalikan dengan faktor
konversi dari tiap roda pesawat rencana yaitu yang mengakibatkan
perkerasan paling tebal adalah “DC – 10 – 10 ” dengan konfigurasi
roda pendaratan utamanya “Dual Tandem Gear”, maka:
Tabel Faktor Konversi roda Pendaratan
Konversi dari Ke Faktor Pengali
Single wheel Dual wheel 0.8
Single wheel Dual Tandem 0.5
Dual wheel Dual Tandem 0.6
Doubel Dual Tandem Dual Tandem 1.00
Dual Tandem Single wheel 2.00
Dual Tandem Dual wheel 1.70
Dual wheel Single wheel 1.30
Doubel Dual Tandem Dual wheel 1.70
Sumber : Heru Basuki .1986 Faktor Konversi. Tabel 6-6. Hal. 295. Ir. Heru Basuki)
a. R2 (A-319 ) = (1,0) (5475) = 5475
b. R2 (MD-90-30) = (1,0) (5475) = 5475
c. R2 (A-320-200) = (1.0) (5475) = 5475
d. R2 (B-757-200 ) = (1,7) (16425) = 27922,5
Kemudian dihitung W1.
Yaitu wheel load pesawat rencana, dengan menganggap 95% ditumpu
oleh roda pendaratan utama. Untuk pesawat rencana B-757-200
W1 (B-757-200 ) = MSTOW x 0,95 x (1/roda pendaratan utama)
= (99790,3081) (0,95) ( ¼ )
= 23700,1982
- Wheel load masing-masing pesawat (W2) adalah:
W2 (A-319 ) = MSTOW x 0,95 x (1/roda pendaratan utama)
= (75500) (0,95) ( ¼ )
= 17931,25
W2 (MD-90-30 ) = MSTOW x 0,95 x (1/roda pendaratan utama)
= (70760,4003) (0,95) ( ¼ )
= 16805,595
W2 (A-320-200 ) = MSTOW x 0,95 x (1/roda pendaratan utama)
= (71998,7073) (0,95) ( ¼ )
= 17099,693
Kemudian menghitung Equivalent Annual Departure terhadap
pesawat renana (R1).
Digunakan rumus:
Log R1 = Log R2
(Persamaan hal. 294. Ir. Heru Basuki)
Dimana:
R1 = Equivalent Annual Departure pesawat rencana.
R2 = Annual Departure pesawat-pesawat campuran (dinyatakan
dalam roda pendaratan).
W1 = beban roda pesawat rencana.
W2 = beban roda dari pesawat yang dinyatakan.
- R1 (L 1011)
Log R1 = Log 5475
R1 = 1785,338471
- R1 (DC – 9 – 50 )
Log R1 = Log 5475
R1 = 1406,051222
- R1 (A - 300)
Log R1 = Log 5475
R1 = 1497,706429
- R1 (DC – 10 – 10 )
Log R1 = Log 16425
R1 = 16425
Tipe Pesawat
Forecat Annual Departure (R2)
Tipe RodaMSTOW
(kg)
Equivalent Annual
Departure (R1)
A-319 5475 Dual Wheel 75500 1785,338471
MD-90-30 5475 Dual Wheel 70760,4003 1406,051222
A-320-200 5475 Dual Wheel 71998,7073 1497,706429
B-757-200 27922,5 Dual Tandem 99790,3081 16425
Jumlah = 21114,09612
7. Menghitung Tebal Perkerasan
Diketahui:
- Pesawat rencana = B-757-200
- MSTOW = 99790,3081 kg
= 220000 lb (1 lb = 0,4536 kg)
- CBR tanah dasar = 23 %
- CBR sub base = 1,7 %
Data-data di atas lalu diplotkan pada gambar 6.16, yaitu kurva
rencana perkerasan flexible untuk daerah kritis dan non kritis.
Pesawat B-757-200 (dual wheel gear).
(Buku Merancang dan Merencana Lapangan Terbang. Hal. 306. Ir.
Heru Basuki), dari hasil plot diperoleh:
a.Tebal perkerasan total = 13,5 inchi
= 34,29 cm
b.Tebal lapisan surface
Untuk daerah kritis = 5 inchi = 12,7 cm
Untuk daerah non kritis = 4 inchi = 10,16 cm
c. Kontrol tebal minimum base
Dari grafik 6-24 Ir. Heru Basuki (hal 314) dengan tebal lapisan 13,5
inch dengan CBR 23%, maka diperoleh tebal minimum course yaitu
: 0 inch (tidak diperlukan).
d.Jadi, lapis perkerasan terdiri dari:
Untuk daerah kritis
= 13,5 inch – 5 inch – 0 inch
= 8,5 inch
Jadi lapisan perkerasan untuk daerah kritis :
- Lapisan surface= 5 inch
- Lapisan subbase = 8,5 inch
Untuk daerah non-kritis
= 13,5 inch – 4 inch – 0 inch
= 9,5 inch
Jadi lapisan perkerasan untuk daerah kritis :
- Lapisan surface= 4 inch
- Lapisan subbase = 9,5 inch
Perhatikan gambar berikut:
8. Merencanakan Apron (Tempat Parkir Pesawat)
Apron ialah suatu areal parkir pesawat untuk memuat dan
menurunkan barang dan penumpang pesawat. Perencanaan apron
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Karakteristik pesawat yang terdiri dari:
- Panjang pesawat.
- Lebar sayap pesawat
b. Jari-jari putar pesawat.
c. Jarak keamanan antar pesawat.
d. Volume penerbangan.
e. Kapasitas rencana lapangan terbang.
f. Marking pada apron
Tipe parkir pesawat berhubungan dengan cara bagaimana pesawat
ditempatkan berkenaan dengan gedung terminal dan cara maneuver
pesawat memasuki dan kelua dari pintu peghubung. Tipe parkir
pesawat merupkan hal yang penting dalam mempengaruhi ukuran
parkir pesawat, tipe parkir pesawat terbang yang dapat digunakan,
yaitu:
Tipe Noise In
Pesawat diparkir tegak lurus gedung terminal, hidung pesawat
menghadap terminal.
Angied Noise In
Pesawat diparkir menyudut dan hidung pesawat menghadap
kegadung terminal.
Pararel
Konfigurasi parkir dengan badan pesawat/sayap pesawat
menghadap gedung terminal dengan sudt 90o
Angied Noise Out
Konfigurasi parker sama dengan tipe Angied Noise In tetapi
hidung pesawat membelakangi gedung terminal
Macam-macam tipe parkir tersebut dapat dilihat seperti yang
tercantum pada gambar Berikut: :
NOISE IN ANGIED NOISE IN
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
PARAREL ANGIED
NOISE OUT
Gambar 23. Macam – macam tipe parker pesawatSumber :Robert horonjeff & Francis .S Mckelvey.hal 509
Diketahui, rencana pesawat tiba/berangkat per jam adalah sebagai
berikut:
a. A-319, volume = 1 buah pesawat
b. MD-90-30, volume = 1 buah pesawat
c. A-320-200, volume = 1 buah pesawat
d. B-757-200, volume = 3 buah pesawat
Menentukan gate position untuk tiap jenis pesawat digunakan rumus:
G =
Dimana:
G = jumlah gate position.
V = jumlah tiap jenis pesawat.
TERMINAL
T = waktu diambil (per 60 menit)
= faktor keamanan (0,6 – 0,8 T) diambil 0,8 T
a. A-319 = (1) (1/0,8) = 1,25
b. MD-90-30 = (1) (1/0,8) = 1,25
c. A-320-200 = (1) (1/0,8) = 1,25
d. B-757-200 = (3) (1/0,8) = 3,75
Jumlah = 7,5 buah = 8 buah gate position
Kontrol gate position, dimana:
c = 6 (jumlah pesawat)
T = 1 jam
= 0,80 T
= 0,80
Sehingga
G =
= 7,5 buah = 8 buah ………………………………………………….
OK !!!
Menentukan Ukuran Gate Potition
Dalam hal ini c = volume pesawat berangkat/tiba tiap jam. Ukuran
gate position tergantung dari jenis pesawat dan tipe parkir pesawat yang
digunakan, yaitu sebesar 2 x Turning Rasius + Clearance.
- Turning Radius (R) dihitung sebagai berikut:
R = ½ (wing span + wheel track + forward roll)
Ukuran gate position = 2 .R + Clearance
Clearance diambil 30 ft = 9,144 m
- Menghitung Ukuran Gate Position
Tabel Wing Tip Clearance yang disarankan oleh ICAO
Code
LetterAir Craft Wing Span Forward roll
A Up to but including 15 m (49 ft) 3,0 m (10 ft)
B 15 m (49 ft) up to but not including 24 m (79 3,0 m (10 ft)
ft)
C 24 m (79 ft) up to but not including 36 m (118
ft)
4,5 m (15 ft)
D 36 m (118 ft) up to but not including 52 m
(171 ft)
7,5 m (25 ft)
E 52 m (171 ft) up to but not including 60 m
(197 ft)
7,5 m (25 ft)
1. Jenis pesawat A-319
Dengan data-data sebagai berikut :
- Wing span = 34,10 m
- Wheel track = 24,11 feet = 24,11 x 0,3048 = 7,349 m
- Forward roll = 15 feet = 15 x 0,3048 = 4,572 m
R = ½ (34,10 + 7,349 + 4,572)
= 23,0105 m
Gate position = 2 . R + Clearance
= 2 (23,0105) + 9,144
= 55,165 m
2. Jenis pesawat MD-90-30
Dengan data-data sebagai berikut :
- Wing span = 107,1 feet = 107,1 x 0,3048 = 32,6411 m
- Wheel track = 16,08 feet = 16,08 x 0,3048 = 4,9012 m
- Forward roll = 15 feet = 15 x 0,3048 = 4,572 m
R = ½ (32,6411 + 4,9012 + 4,572)
= 21,0587 m
Gate position = 2 . R + Clearance
= 2 (21,0587) + 9,144
= 51,2614 m
3. Jenis pesawat A-320-200
Dengan data-data sebagai berikut :
- Wing span = 111,03 feet = 111,03 x 0,3048 = 33,8419 m
- Wheel track = 24,11 feet = 24,11 x 0,3048 = 7,3487 m
- Forward roll = 15 feet = 15 x 0,3048 = 4,572 m
R = ½ (33,8419 + 7,3487 + 4,572)
= 22,8813 m
Gate position = 2 . R + Clearance
= 2 (22,8813) + 9,144
= 54,9066 m
4. Jenis pesawat B-757-200
Dengan data-data sebagai berikut :
- Wing span = 124,1 feet = 124,1 x 0,3048 = 37,8257 m
- Wheel track = 24 feet = 24 x 0,3048 = 7,3152 m
- Forward roll = 25 feet = 25 x 0,3048 = 7,5 m
R = ½ (37,8257 + 7,3152 + 7,5)
= 26,3205 m
Gate position = 2 . R + Clearance
= 2 (26,3205) + 9,144
= 61,785 m
Kesimpulan:
Tipe
pesawat
Wing
span (m)
Wheel
track (m)
Forward
roll (m)
R
(m)
Gate
position
(m)
A-319
MD-90-30
A-320-200
B-757-200
34,10
32,6411
33,8419
37,8257
7,3487
4,9012
7,3487
7,3152
4,572
4,572
4,572
7,5
23,0105
21,0587
22,8813
26,3205
55,165
51,2614
54,9066
61,785
Catatan: untuk perencanaan diambil gate position yang paling besar
Menentukan Lebar Apron
Dihitung dengan mengambil gate position yang paling besar
ditambah wing span yang terpanjang. Dari jenis pesawat yang akan
dilayani oleh lapangan ditambah clearance.
Maka, lebar apron lapangan terbang utama rencana:
- Ukuran gate position = 61,785 m
- Wing span maksimal = 37,825 m
- Clearance (6 x) = 27,452 m +
Jumlah = 127,043 m = 128 m
Menentukan Panjang Apron
Panjang apron diperoleh dengan menjumlahkan seluruh gate position dari
ujung apron, maka panjang apron adalah :
- A-319 = 3 x 55,165= 165,495
- MD-90-30 = 3 x 51,2614 = 153,7842
- A-320-200 = 3 x 54,9066= 164,7194
- B-757-200 = 3 x 61,785 = 185,335 +
= 669,354 m = 670 m
Menghitung Luas Apron
Sehingga, luas apron = (670 m) (128 m)
= 85760 m2
9. Perencanaan Rigid Pavement (Perkerasan Kaku) Untuk Apron
Rigid pavement (perkerasan kaku) terdiri dari slab-slab
beton yang digelar di atas tanah granular atau sub base course yang
telah dipadatkan, ditunjang oleh lapisan tanah asli dipadatkan yang
disebut dengan sub grade. Pada kondisi tertentu kadang-kadang sub
base tidak diperlukan.
Rigid pavement biasanya dipilih untuk ujung landasan.
Pertemuan antara landasan pacu dengan taxiway, apron, dan daerah-
daerah lain yang dipakai untuk parkir pesawat atau daerah-daerah
yang mendapat pengaruh panas blass jet dan limpasan minyak.
Dalam merencanakan tebal slab beton digunakan metode PCA
(Portland Cement Asphalt) yang didasarkan pada faktor keamanan.
a) Menentukan MR (Modulus of Rapture)/Kuat Rangkak Beton
Dari pengalaman di lapangan dapat diketahui bahwa MR = 600 psi
– 700 psi. Berumur 28 hari menghasilkan perkerasan dengan biaya
paling ekonomis. Hasil tes 90 hari untuk MR dapat diambil 110%
dari hasil tes 28 hari, jadi untuk menentukan tebal perkerasan
rigid, nilai MR dapat diambil sebesar:
f’c = 30 MPa 4350 psi
Dimana : 1 MPa = 1MN/m2 = 144,928 psi
Sehingga:
MR = k . untuk nilai k = 10 (konstanta)
= 10
= 695,55 psi
Untuk MR 90 = 110% x MR28
= 110% (695,55)
= 725,5 psi
b) Faktor Keamanan (FK)
Angka keamanan untuk daerah perkerasan rigid/kritis (apron hill)
adalah perbandingan antara MR90 dengan working stress.
Tabel angka keamanan yang dianjurkan (Buku. Ir. Heru Basuki. Hal. 363)
Daerah perkerasanAngka
keamanan- Kritis = apron, taxiway, ujung landasan s/d 30 m,
lantai hanggar 1,7 – 2,0
- Non kritis = bagian tengah landasan, taxiway 1,4 – 1,7
Angka keamanan untuk daerah apron berdasarkan tabel di atas
antara 1,7 – 2,0. Dalam perencanaan ini angka keamanan diambil
sebesar 1,7.
c) Menentukan Working Stress (WS).
Berdasarkan persamaan :
FK = dimana WS =
Jadi, WS =
= 426,76 psi 427 psi
d) Menentukan Harga K (Modulus of Sub Grade Reaction)
Harga K sub grade ditentukan di lapangan dengan Test
Planning Booring, dimana harga pendekatan dari nilai K
berbagai jenis dapat dilihat pada tabel 6.11. hal 341, Ir.
Heru Basuki.
Bahan subgrade
Harga K
MN/m3
Psi
Sangat jelek
Baik
Sangat baik
< 40
55 – 68
> 82
< 150
200 – 250
> 300
Dalam hal ini, bahan subgrade dengan CBR 23% termasuk dalam
kategori sangat baik dengan nilai K > 300 psi. Bahan dari agregat
batu pecah dengan gradasi merata (homogen).
e) Tipe pesawat rencana : B-757-200
MSTOW : 220000 lb
WS : 426,76 Psi
K : 300 Psi
Dengan memasukkan jumlah MSTOW, WS dan nilai K ke dalam
gambar 6.43. (kurva evaluasi perkerasan rigid dual wheel gear, hal.
366 Buku Ir. Heru Basuki) diperoleh tebal perkerasan minimum :
Tebal slab beton = 10 inch = 25,4 cm
f) Perhitungan Jumlah Tulangan.
Perbandingan panjang dan lebar slab beton paling baik berkisar 1
s/d 1,25. Ada 2 macam construction joint, yaitu arah memanjang
dan melintang.
Tabel jarak joint yang didasarkan (tabel 6.14. Hal. 389. Ir Heru Basuki)
Tebal slab beton MelintangMemanjang
< 9 inch (25 cm )
9 – 12 inch (25 – 31
cm)
> 12 inch (31 cm)
15 ft (4,6
m)
20 ft (6,1
m)
25 ft (7,6
m)
12,5 ft (3,8 m)
20 ft (6,1 m)
25 ft (7,6 m)
g) Perhitungan Penulangan Arah Memanjang = Arah Melintang.
Diketahui data-data sebagai berikut:
Tebal slab beton = 25,4 cm
Jarak joint = 6,1 m (20 ft)
Lebar slab beton = 1,000 m (ditinjau per meter)
Tegangan tarik baja (Fy) = 230 MPa
(Digunakan persamaan hal. 401. Ir. Heru Basuki)
As =
Dimana:
As = luas penampang melintang besi untuk setiap ft atau meter
lebar atau panjang slab beton dalam inch atau cm2.
L = lebar slab (ft atau meter).
H = tebal slab (inch atau mm)
Fy = tegangan tarik baja (Psi atau MN/m2).
Dalam perencanaan ini, digunakan persamaan 2 untuk metrik unit.
As =
= 95,066 mm2 /m lebar
As min = 0,0014 x 254 x 1000
= 355,6 mm2 /m pias
Check:
As min > As min
355,6 mm2 /m > 95,066 mm2 /m ……OK!!!
Jadi digunakan diameter 12 mm – 200 mm sebanyak 5 buah tiap
meter.
h) Dowel (Besi Pemindah Beban).
Dowel ini dipasang pada joint tulangan yang berfungsi sebagai besi
pemindah beban, apabila beban melintasi sambungan, dowel ini
digunakan untuk mengatasi penurunan vertikal relatif pada slab
beton ujung.
Dalam menentukan jarak dowel digunakan tabel 6.15. Hal. 392. Ir
Heru Basuki.
Tebal slab beton Diameter Panjang Jarak
6 – 7 inch (15 – 18 cm)
8 – 12 inch (21 – 31 cm)
13 – 16 inch (33 – 41 cm)
17 – 20 inch (43 – 51 cm)
21 – 24 inch (54 – 61 cm)
¾ inch (20 mm)
1 inch (25 mm)
1 ¼ inch (30
mm)
1 ½ inch (40
mm)
2 inch (50 mm)
18 inch (46 cm)
19 inch (46 cm)
20 inch (51 cm)
20 inch (51 cm)
24 inch (61 cm)
12 inch (31
cm)
12 inch (31
cm)
15 inch (38
cm)
18 inch (46
cm)
18 inch (46
cm)
maka
Tebal slab beton = 10 inch
= 254 mm
Diameter = 1 inch (25,4 mm)
Panjang = 19 inch (46 cm)
J a r a k = 12 inch (31 cm)
i) Joint.
Sambungan atau joint dibuat agar beton dapat menyusut dan
mengembang tanpa halangan, sehingga dapat mengurangi
tegangan bengkok akibat gesekan, perubahan tekanan, perubahan
suhu dan kelembaban serta untuk melengkapi konstruksi.
Jenis joint:
1. Expansion joint.
Berfungsi untuuk memberikan ruangan pengembangan beton
dan biasanya digunakan pada slab beton yang berpotongan.
Menyudut satu sama lain. Tidak digunakan dalam perencanaan
ini karena slab sukup tebal.
2. Constrcuction joint.
Yaitu permukaan beton yang sengaja diperlemah agar bisa
terjadi penyusutan beton, tegangan susut bisa diperkecil dan
jika retak, maka akan terjadi pada daerah yang telah
dipersiapkan itu.
Tipe-tipe joint ini:
- Conctruction joint memanjang tipe G dan H.
- Conctruction joint melintang tipe F dan H.
3. Construction joint.
Terdiri dari 2 macam, yaitu:
- Conctruction joint memanjang.
Joint model ini terdapat pada setiap jalur pengecoran, yang
dibuat dengan tepi terkunci adalah diberi tulangan dowel
sebagai pemindah beban. Joint ini bertipe C, D dan E.
- Conctruction joint melintang.
Seperti halnya point A, dalam perencanaan ini digunakan
tipe C untuk sambungan melintang. Dowel dipasang pada
joint, dan berfungsi sebagai:
- Pemindah beban melintang sambungan.
- Mengatasi penurunan vertikal relatif pada slab beton
ujung.
10. Merencanakan Taxiway
a. Desain Geometrik Taxiway
Hal ini meliputi perencanaan lebar, lebar bahu, standard
kemiringan dan jarak pandang.
Standar lebar taxiway
(Sumber : Tabel 4-9.Heru Basuki .1986)
Standar Kemiringan & Jarak Pandang
Persyaratn ICAO yang mengatur kemiringan dan jarak
pandang (slaight distance) adalah sebagai berikut :
(Sumber : Tabel 4-9.Heru Basuki .1986)
b. Desain Taxiway
Exit taxiway adalah untuk menekan sekecil mungkin waktu
penggunaan landasan oleh pesawat yang sedang mendarat. Exit
taxiway dapat dibuat dengan bersudut 90˚ terhadap landasan atau
menyudut, biasanya bersudut 30˚.
Exit taxiway yang bersudut 30˚ memiliki kecepatan tinggi
atau cepat keluar. Penentuan exit taxiway tergantung pada
pesawat, kecepatan waktu desain, tingkat pergerakan, kecepatan
keluar.
c. Menentukan Jarak Exit Taxiway
Jarak taxiway = jarak touch down + D dan Threshold
D =
Dimana:
D = jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway
dan taxiway.
S1 = kecepatan touch down (m/s).
S2 = kecepatan awal ketika meninggalkan landasan (m/s).
a = perlambatan (m/s2).
- Perlambatan diambil 1,5 m/s2 dan jarak harus ditambah
3% per 300 m (1000 ft) setiap kenaikan dari muka air laut
dan 1% setiap kenaikan 5,6 0C (10 0F) dari temperatur
15 0C – 50 0C.
- Kecepatan touch down diambil dari tabel 4.11. Hal. 208-
209 (Ir. Heru Basuki).
Berdasarkan kecepatan touchown, maka pesawat dibedakan
menjadi 3 group :
Desig
n
Group
Kecepatan
Touch Down
(Km/Jam)
Jenis Pesawat Jarak Touch
Down (m)
I < 167 km/jam Bristol Freighter 170, DC-3, 300 m
(90 knots) DC-4, F-27(1000 ft
II
(169 – 222
km/jam)
(90 – 120
knots)
Bristol Britania, DC-6, F-28,
MK-100, Viscount 800
450 m
(1500 ft)
III> 224 km/jam
( > 121 knots)
B-707, B-727, B-737, B-747,
Air Bus, DC-8, DC-9, DC-10,
L-1011, Trident
450 m
(1500 ft)
Dengan mengambil perlambatan 1,5 m/s² dan jarak ditambah 3% per 300
m (1000 feet) setiap kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan
5,6˚C atau 110˚F dari temperature 15˚C - 59˚F
d. Jarak exit taxiway dari threshold
a. Jenis pesawat termasuk dalam Design Group III
b. Kecepatan touch down = 224 km/jam = 62,22 m/dt
c. Jarak touch down = 450 m
d. Perlambatan = 1,5 m/dt2
e. Kecepatan awal ketika meninggalkan landasan:
- Bersudut 900 = 32 km/jam= 8,89 m/dt
- Bersudut 300 = 93 km/jam= 25,83 m/dt
f. Temperatur= 31 0C
g. Elevasi = 90 m
Dengan data-data di atas, kemudian dapat dihitung masing-masing
jarak exit taxiway ke threshold.
- Untuk exit taxiway yang bersudut 900.
D =
= 1264,10 m
Jarak taxiway ke threshold = 450 m + 1264,10 m
= 1714,10 m
= 1715 m
Pertambahan panjang karena elevasi dan temperatur:
- Elevasi = jarak exit taxiway (1 + 0,03 (h/300)
= 1714,10 (1 + 0,03 (90/300))
= 1730,435 m 1731 m
- Suhu = jarak elevasi
= 1731
= 1780,457 m 1781 m
- Untuk exit taxiway yang bersudut 300.
Rumus yang digunakan :
D =
Sehingga:
D =
= 1068,05 m 1069 m
Jarak taxiway ke threshold = 1069 m + 450 m
= 1519 m
Pertambahan panjang karena elevasi dan temperatur:
- Elevasi = jarak exit taxiway (1 + 0,03 (h/300)
= 1519 m (1 + 0,03 (90/300))
= 1532,671 m 1533 m
- Suhu = jarak elevasi
= 1533
= 1576,8 m 1557 m
Kesimpulan:
Jarak exit taxiway dari threshold adalah:
- Exit taxiway bersudut 900 = 1781 m.
- Exit taxiway bersudut 300 = 1557 m.
Perbedaan letak dari kedua jenis exit taxiway ini tidak terlalu jauh, atas
pertimbangan faktor keamanan dan biaya, maka direncanakan satu jenis
exit taxiway yaitu exit taxiway menyiku (900).
11. Marking (Tanda-tanda Visual)
Tanda-tanda garis dan nomor dibuat pada perkerasan landasan
dan taxiway agar pilot mendapat alat bantu dalam mengemudikan
pesawatnya mendarat ke landasan serta menuju apron melalui
taxiway. Marking ini hanya berguna pada siang hari saja, sedangkan
malam hari fungsi marking digantikan dengan sistem perlampuan.
Warna yang dipakai biasanya putih pada landasan yang
mempunyai perkerasan aspal, sedangkan warna kuning untuk
taxiway dan apron. Pada dasarnya warnanya harus mencolok
terhadap sekitarnya. Jadi, kalau landasan berwarna putih (landasan
beton) harus diberi warna lain untuk markingnya.
Kedua organisasi penerbangan telah membuat standar marking. FAA
dalam Advisory Circular 150/6340 1E kita pakai edisi tanggal 11-4-
1980.
ICAO dalam Annox 14 Chapter 5, 6. 7 dipakai edisi kedelapan
Maret 1983. Ada 4 macam tipe marking:
a.Marking landasan.
b.Marking taxiway.
c. Marking untuk area yang dibatasi.
d.Marking untuk objek tetap.
ICAO membagi marking landasan menjadi tiga:
1. Landasan approach presisi.
2. Landasan approach non presisi.
3. Landasan non instrument.
Yang ketiga menurut FAA adalah basic runway, memang antara
keduanya (FAA dan ICAO) mengatur marking sama, hanya istilah yang
kadang berbeda. Landasan non presisi dioperasikan di bawah kondisi VFR
(Visual Flight Rule). Landasan approach non presisi, adalah landasan yang
dibantu dengan peralatan VOR (Veri High Frequency Omny Radio Range)
bagi pesawat yang mendarat ke landasan dengan VOR sebagai pedoman.
Landasan instrument presisi adalah landasan yang dilengkapi dengan ILS
(Instrument Landing System).
Macam-macam marking sebagai alat bantu navigasi pendaratan
adalah sebagai berikut:
a. Nomor landasan (runway designation marking).
Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal landasan
itu, terdiri dari dua angka. Pada landasan sejajar harus dilengkapi
dengan huruf L (Left), R (Right), atau C (Central).
Dua angka tadi merupakan angka persepuluhan terdekat dari utara
magnetis dipandang dari arah approach, ketika pesawat akan
mendarat.
b. Marking sumbu (runway centre line marking).
Ditempatkan sepanjang sumbu landasan berawal dan berakhir
pada nomor landasan, kecuali pada landasan yang bersilangan,
landasan yang lebih dominan, sumbunya terus, yang kurang
dominan sumbunya diputus. Merupakan garis putus-putus, panjang
garis dan panjang pemutusan sama. Panjang strip bersama gapnya
tidak boleh kurang dari 50 m, tidak boleh lebih dari 75 m. Panjang
strip = panjang gap atau 30 m mana yang terbesar, lebar strip
antara 0,30 m sampai 0,90 m tergantung kelas landasan.
c. Marking threshold.
Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung
landasan membujur landasan, panjang paling kurang 30 m, lebar
1,8 m.
Banyaknya strip tergantung lebar landasan.
Lebar
Landasan
Banyaknya
Strip
18 m
23 m
30 m
45 m
4
6
8
12
60 m 16
d. Marking untuk jarak-jarak tetap (fixed distance marking).
Berbentuk empat persegi panjang, berwarna menyolok. Biasanya
oranye. Ukurannya panjang 45 m – 60 m, lebar 6 m – 10 m terletak
simetris kanan kiri sumbu landasan. Marking ini yang terujung
berjarak 300 m dari threshold.
e. Marking touchdown zone.
Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bisa juga
dipasang pada landasan non presisi atau landasan non instrumen,
yang lebar landasannya lebih dari 23 m.
Terdiri dari pasangan-pasangan berbentuk segiempat di kana kiri
sumbu landasan lebar 3 m dan panjang 22,5 m untuk strip-strip
tunggal. Untuk strip ganda ukuran 22,5 x 1,8 dengan jarak 1,5 m.
Jarak satu sama lain 150 m diawali dari threshold, banyaknya
pasangan tergantung panjang landasan.
Panjang
Landasan
Banyaknya
Pasangan
< 90 m
900 – 1200 m
1200 – 1500 m
1500 – 2100 m
> 2100 m
1
2
3
4
6
f. Marking tepi landasan (runway side stripe marking).
Merupakan garis lurus di tepi landasan, memanjang sepanjang
landasan dengan lebar strip 0,9 m. Bagi landasan yang lebarnya
lebih dari 30 m atau lebar strip 0,45 m bagi landasan kurang dari
30 m. Berfungsi sebagai batas landasan terutama apabila warna
landasan hampir sama dengan warna shouldernya.
12. Perencanaan Bangunan Pelengkap
a) Hanggar
Yaitu tempat reparasi pesawat yang terlindung. Hanggar
direncanakan untuk menampung 4 buah pesawat :
a. A-319 dengan gate potiton = 55,165 m
b. MD-90-30 dengan gate potition = 51,2614 m
c. A-320-200 dengan gate potition = 54,9066 m
d. B-757-200 dengan gate potition = 61,785 m
- panjang hanggar (P).
P = (GP. A-319) + (GP. MD-9030) + (GP. A-320-200) + (GP. B757-
200)
P = 55,165 + 51,2614 + 54,9066 + 61,785
= 223,118 m 223 m
- Lebar hanggar (b).
b = (GP. Terbesar ) + 2. clearance
= 61,785 + (2 x 9,144)
= 80,073 m 81 m
b) Control Tower
Ditempatkan pada lokasi yang strategis yang berfungsi mengatur
lalu lintas dan berada didekat apron.
c) Fasilitas Air dan Listrik
Fasilitas air dan listrik dalam perencanaan ini berada di sebelah
kanan apron.
d) Fasilitas Drainase
Salah satu bangunan pelengkap yang penting dalam bandar udara.
Drainase berfungsi untuk mengalirkan air sehingga kondisi
lapangan terbang tetap terjaga dari gangguan air, khususnya
landasan pacu (runway).
e) Terminal Building
Diperhitungkan berdasarkan jumlah penumpang pesawat pada
saat sibuk (6 buah/jam). Kepadatan penumpang
pesawat rata-rata pada setiap kali penerbangan diambil 85%,
dengan data penumpang sebagai berikut:
a. A-319 = 156 orang
b. MD-90-30 = 172 orang
c. A-320-200 = 179 orang
d. B-757-200 = 239 orang
Dengan demikian, pay load per jam adalah:
a. A-319 = (0,85) (1) (156) = 132,6 orang/barang
b. MD-90-30 = (0,85) (1) (172) = 146,2 orang/barang
c. A-320-200 = (0,85) (1) (179) = 148,75 orang/barang
d. B-757-200 = (0,85) (3) (239) = 609,45 orang/barang
+
Total = 1036,97 orang/barang
1037 orang/barang
Tabel : Typical Terminal Building Spare Requipments
Facility
Space Required in 1000
ft2 or 1000 m2 per
Typical Peak Hour
Ticket lobby 1,0
Baggage claim 1,0
Passanger loading and
assembly
2,0
Visitor waiting rooms 1,5
Imigration 1,0
Custom 3,0
Ammunities (including eating
facilities)2,0
Airline operation 5,0
Total gross area (domestic) 25,0
Total gross area
(international)
30,0
Untuk merencanakan luas ruangan yang dibutuhkan, maka
harga-harga di atas dikalikan dengan jumlah penumpang, dengan
memperhitungkan faktor-faktor keamanan, kelancaran, dan lain-
lain. Dengan demikian, diperoleh masing-masing ruangan fasilitas
bangunan pelengkap sebagai berikut:
Tabel luasan ruangan untuk tiap-tiap fasilitas
Fasilitas TerminalLuas Ruangan yang
Dibutuhkan (m2)
Ticket lobby (1,0) (1037) = 1037
Pengambilan barang (1,0) (1037) = 1037
Ruang tunggu penumpang (2,0) (1037) = 2074
Ruang tunggu pengunjung (1,5) (1037) = 1555,5
Imigrasi (1,0) (1037) = 1037
Bea dan cukai (3,0) (1037) = 3111
Ammunities (2,0) (1037) = 2074
Airline operation (5,0) (1037) = 5185
Dimestic area (25,0) (1037) = 25925
International area (30,0) (1037) = 31110
Total = 74145,5
f) Fuel Depot
Direncanakan disebelah kanan apron.
g) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Direncanakan disebelah kanan apron dan diusahakan tidak terlalu
jauh dari bangunan-bangunan yang rawa kebakaran.
h) Tempat Parkir
Tempat parkir pada bandar udara untuk :
- Penumpang pesawat.
Jumlah penumpang yang tiba dan berangkat dalam 1 jam
adalah 1037 orang/barang. Dengan asumsi bahwa sebagian
(½) dari jumlah penumpang menggunakan mobil pribadi ke
bandar udara. Maka, jumlah penumpang yang menggunakan
kendaraan pribadi adalah:
½ (1037) = 518,5 kendaraan
- Pengunjung atau pengantar yang datang bersama-sama
dengan pesawat. Diasumsikan jumlah kendaraan (1/8) dari
jumlah penumpang.
1/8 (1037) = 259,25 kendaraan
- Penumpang yang datang hanya untuk melihat-lihat 25
kendaraan.
- Karyawan-karyawan bandar udara direncanakan 100
kendaraan.
- Mobil-mobil sewaan diperkirakan 100 kendaraan.
- Orang-orang yang melaksanakan bisnis di bandar udara
diperkirakan 50 kendaraan.
Dengan demikian, total kendaraan
= 518,5 + 259,25 + 25 + 100 + 100 + 50
= 1052,75 kendaraan 1053 kendaraan
Adapun luas dari tempat parkir yang direncanakan
tergantung pada tipe parkir. Dalam hal ini digunakan tipe parkir
300. Tipe parkir dengan sudut 300 untuk sebuah kendaraan
diperkirakan membutuhkan tempat parkir seluas:
- Panjang = 5,20 m
- Lebar = 5,0 m
- Luasnya = (5,2 m) (5,0 m)
= 26 m2 (untuk 1 kendaraan)
- Lebar jalur = 3,50 m
(Tipe Parkir. Ir. Heru Basuki. Hal. 122)
Jumlah mobil tiap jalur = , L = panjang jalur, dipakai 260 m
= = 50 kendaraan
Jumlah baris parkir =
= = 21,06 22 baris
Masing-masing kendaraan saling berhadapan, sehingga :
- Jumlah jalur lalu lintas= = 11 jalur
- Lebar area parkir = (3 x 22) + (3,5 x 11)
= 104,5 m 105 m
- Luas parkir = 260 x 105 = 27170 m²
13. Perlampuan
Kebutuhan visual penerbangan dan sistim perlampuan yang
digunakan yaitu :
1. Perlampuan ambang landasan
Di suatu bandar udara, ambang landasan dapat diketahui dengan
adanya suatu barisan lampu berwara hijau yang lengkap dan
memotong keseluruhan lebar landasan, dan pada bandar udar
yang kecil dipasang dengan empat lampu di setiap sisi ambang
landasan. Lampu diambang landasan berwarna hijau tetapi dalam
arah berlawanan berwarna merah untuk menandakan akhir
landasan.
2. Perlampuan landasan pacu
Lampu landasan pacu berwarna putih kecuali untuk lampu yang
terletak pada daerah 200 kaki terakhitu dari landasan pacu,
instrumensasi lampu yang menghadap penerbangan berwarna
kuning untuk menunjukkan daerah waspada (caution zone).
3. Lampu garis tengah landasan pacu dan daerah persentuhan
Lampu daerah persentuhan berwarna putih dan menerus 3000 kaki
dari 60 kaki di kanan kiri garis tengah landasan. Lampu garis
tengah terletak 2 kaki dari garis tengah landasan untuk
menghindari supaya cat dan roda depan pesawat tidak melintasi
lampu-lampu terseut. Lampu tersebut berwarna putih kecuali untuk
bagian landasan terakhir sepanjang 3000 kaki yang menghadap
peerbangan, lampu-lampu tersebut merupakan sistim warna.
Lampu pada 1000 kaki terakhir berwarna merah, dan 2000 kaki
berikutnya putih dan berselang-seling.
4. Perlampuan landasan hubung
Landasan sisi landasan hubung berwarna biru dan lampu garis
tengah landasan hubung berwarna hijau.
5. Perlampuan garis tengah
Apabila landasan hubung memotong landasan pacu dan pesawat
harus melintasi landasan pacu, dipasang beberapa lampu berwarna
kuning berjarak 5 kaki satu sama lainnya memotong landasan
pacu.
6. Perlampuan approach
Sistim perlampuan ini memberikan informasi dan kemirigan yang
diinginkan. Intensitas cahayanya bias diatur sehingga memberikan
informasi sampai mencapai mata pilot dalam keadaan cuaca jelek
maupun cuaca baik dimalam hari tanpa menyilaukan mata pilot.
Konfigurasi perlampuan approach yang memenuhi kebutuhan
pendaratan ada 2 yaitu :
- Konfigurasi sistim “Calvert” banyak dipakai di Eropa
- Konfigurasi sistim “A” diapakai di Amerika untuk penerbangan
sipil dan militer sebagai standar Nasional.
Keduanya mempunyai panjang yang sama yaitu : 3000 feet (900
m). perbedaan yang utama adalah pada jumlah lampu yang
berbanjar melitang sumbu landasan.
Pada sistim Calvert ada 6 banjar lampu dan lebar banjar berbeda-
beda dengan tiap banjar 500 feet, sedangkan pada sistim “A”
hanya ada satu banjar lampu melintangnya sumbu landasan yaitu
sejauh 1000 feet.
7. Perlampuan threshold
Pada lapangan terbang besar threshold bias dikenali sebagai garis
perlampuan menerus berwarna hijau, melintang landasan dari tepi
ke tepi lampu threshold dipandang dari pesawat yang akan
mendarat berwarna hijau tetapi sebaliknya berwarna merah
sebagai akhir ujung landasan.
8. Visual approach slope indicator
Ada beberapa macam konfigurasi ini, tergantung kepada rentn
visual yang diijinkan, tipe pesawat dan apakah landasan akan
dipakai untuk melayani pesawat berbadan lebar.
Tabel konfigurasi Visual Approach Slope Indicator (VASI)
Type Skema rentang
VFR
Keterangan
VASI-16
VASI-12
VASI-6
VASI-4
VASI-2
5
5
4
4
3
Semua pesawat yang termasuk
berbadan lebar
Semua pesawat, kecuali pesawat
berbadan lebar
Semua peswat, termasuk pesawat
berbadan lebar ; turbo jet
Semua pesawat, kecuali berbadan
lebar. Standar FAA
Semua pesawat propeler
(Sumber : Ir. Heru Basuki hal.258)
Setiap group lampu yang melintang arah landasan disebut bar
tanpa mengindahkan apakah barisan lampu hanya pada satu sisi
landasan ataupun kedua sisi landasan. Setiap bar terdiri dari satu,
dua, atau 3 unit lampu yang disebut “box”. Bar yang terdekat
dengan threshold disebut “Down Wind Bar”. Sedangkan bar yang
terjauh dengan threshold disebut “Up Wind Bar”, apabila pesawat
terbang pada glide path yang semestinya, down wind bar tampak
putih sedangkan up wind bar tampak merah, bila terlalu tinggi
keduanya tampak putih.
Visual approach slope indicator system menurut ICAO dan FAA ada
beberapa macam, antara lain :
- Vasis
- 3 Bar Vasis
- T Vasis