Welcome to EPrint Repository UNTIRTA - AUDIT ...eprints.untirta.ac.id/789/1/FILE 2 (FULL TEXT)...
Transcript of Welcome to EPrint Repository UNTIRTA - AUDIT ...eprints.untirta.ac.id/789/1/FILE 2 (FULL TEXT)...
AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH
HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE
INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh :
EMILIYA JOHARI
NIM.6662120263
KONSENTRASI HUMAS
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2016
i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Plan your work for today and every day, then work
your plan.
–Margareth Thatcher-
It is our choices... that show what we truly are, far
more than our abilities
-J.K Rowling-
Cry. Forgive. Learn. Move on. Let your tears water
the seeds of your future happiness
-Steve Maraboli-
Bersama orang-orang tersayang,beserta
iringan doa, kesulitan akan terlewati dengan
mudah
-E.70-
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk
Bapak.Mama.Luthfi.Fariz.Keluarga.Sahabat.Adam
v
ABSTRAK
Emiliya Johari.NIM.6662120263.Skripsi. Audit Komunikasi Program
Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature- Indonesia.
Pembimbing I : Uliviana Restu H., S.Sos., M.Ikom dan Pembimbing II : Andin
Nesia, S.IK., M.Ikom
Penggunaan energi listrik yang berlebihan merupakan hal yang melatarbelakangi
terbentuknya program kampanye Earth Hour, World Wildlife Fund for Nature
Indonesia. Program yang diteliti,program yang berjalan dalam kurun 2015 hingga
2016 selama satu tahun. Program kampanye ini memiliki tujuan untuk
mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penghematan penggunaan energi
listrik. Namun berdasarkan data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), pada tahun
2013 dan 2014 tidak ada perubahan yang signifikan dari penggunaan energi listrik.
Untuk itu perlu dilakukan proses evaluasi yang disebut audit komunikasi. Audit
komunikasi adalah alat evaluasi untuk program jangka panjang dengan menunjukan
kekuatan dan kelemahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pelaksanaan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan tahap
preparation, konsep kegiatan program sudah sesuai. Sementara tahap
implementations, kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan.
Selanjutnya tahap impact ditemukan, belum sesuai dengan tujuan utama program,
mengajak masyarakat untuk berkomitmen dalam mematikan lampu yang tidak
terpakai selama satu jam. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang
mengangkat isu lingkungan diluar isu penggunaan energi listrik, berada pada satu
payung dengan kampanye Earth Hour. Sehingga program Earth Hour dinilai perlu
adanya perbaikan guna keberhasilan kampanye.
Kata Kunci: Audit Komunikasi, Kampanye Earth Hour, WWF Indonesia.
vi
ABSTRACT
Emiliya Johari.NIM.6662120263.Thesis. Communication Audit Program for
Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia Campaign. Pembimbing
I : Uliviana Restu H., S.Sos., M.Ikom dan Pembimbing II : Andin Nesia, S.IK.,
M.Ikom
Excessive used of electrical energy is one of reason World Wildlife Fund for Nature of Indonesia Organization established Earth Hour campaign program. The program that be inspected is the program that has been run for a year from 2015 until 2016. The campaign program has a purpose for socialize about efficient use of electrical power to dozen people. However based on Perusahaan Gas Negara (PLN)’s data, on 2013 and 2014 there is no significant difference of electrical use. Because of that we need to evaluated the program that called communication audit. The communication audit is evaluation tool for long term program that showing the strength and the weakness of the program. The purpose of thus research is find out about implementation of Earth Hour campaign program WWF Indonesia, that using qualitative method. The method of data collection that researcher use are interview and documentation. The result of this research show that preparation step, program activity concept is appropriated. While the implementation step show the program activity that WWF Indonesia did is still not appropriated with preparation step. The next step is impact, on this step found that there are not appropriate with the program main goals, which is to persuade and commitee people to switch off the lamp that not used for an hour. This is because there are too much activities that raise about environment issues excluding the electrical energy use issue, under the same roof with Earth Hour. Therefore, Earth Hour program needed to be improve to reach the campaign goals.
Keywords : Communication Audit, Earth Hour Campaign, WWF-Indonesia.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan
program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relation atau Humas di
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis
menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik
yang dapat membantu perbaikan penelitian yang berjudul “Audit Komunikasi
Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund For Nature-Indonesia” ini
sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan
ucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan dalam proses
penelitian serta penyusuan skripsi ini kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
viii
5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos, M.Ikom selaku Pembimbing I Skripsi yang
telah dengan sabar membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran
selama proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Andin Nesia S.IK, M.Ikom selaku Pembimbing II Skripsi yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran selama
proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik
penulis yang selalu memberikan nasihat dan semangat selama perkuliahan
di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,
8. Bapak/ Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti mengucapkan terima kasih atas
ilmu yang diberikan selama perkuliahan dan juga atas pelayanan
adminitstrasi yang telah diberikan selama perkuliahan.
9. Kedua Orang Tua, Bapak Janjan Djohari Atobari dan Ibu Sri Kulsum
Mulyati yang mencurahkan kasih sayang, doa, motivasi, kekuatan dan
dukungan yang tidak henti-henti, sehingga terselesaikannya skripsi ini
10. Galih Aji Prasongko selaku Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah
meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara.
11. Chris Rahardian selaku Wakil Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah
meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara dan menuntun
peneliti dalam pengumpulan data penelitian.
ix
12. Robby Hardyansyah, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Tangerang
yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi
mengenai kampanye Earth Hour.
13. Raffiudin Abroch, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang 2013-
2015 yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan
berdiskusi mengenai kampanye Earth Hour.
14. Mahar Suwandaru, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang 2016
yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi
mengenai kampanye Earth Hour.
15. World Wildlife Fund for Nature Indonesia yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam melakukan pengumpulan dan dan juga
mengajak penulis untuk ikut melakukan kegiatan lingkungan.
16. Kedua Adikku, Luthfi Darmawan dan Fariz Ghassan yang selalu
memberikan hiburan ketika penulis merasa jenuh, dan juga selalu
membantu ketika penulis mengalami sedikit kesulitan.
17. Kedua Nenekku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
18. Sepupuku, Pera Febriani, Asri Nursoparisa, Caraka Fajar Jaya, Harleyna
Surya yang memberikan doa, motivasi dan ngajak jalan penulis untuk
menghilangkan kejenuhan dan rasa lelah.
19. Adam Panji Maulana yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan dan
juga selalu menghibur penulis untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa
lelah.
x
20. Keponakan-keponakan Kecilku Kira Arsyea Wiguna,Chiko, Ransi, Siti Nur
Aisyah, Gia, Nazifa, Kirei, Teteh Pipi, Kaka Echa, Gisa, Dita, Vino, Rara
yang selalu menghibur penulis atas tingkah lucunya.
21. Keluarga Besar Cianjur yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang
selalu mendukung penulis.
22. Sahabat terbaik ku Erlin Pratiwiningtyas, Nabila Haidi Sauramani, Isti
Ridloti, Ina Zainatun, Delvi Aprilia Sandi, Wisnu Setyo Nugroho, Akmal
Brilly A, Juhendi, Bayu, Deni Saputra yang selalu mendoakan, mendukung,
menasihati, mendengarkan keluh kesah, mengajak main, mengajak
becandaan penulis, ILU.
23. Sahabat Kecilku Ulfa Kharisma Putri yang selalu menemani dan
mendengarkan keluh kesah, suka duka penulis I Miss You.
24. Temen seperjuanganku Dian Lestari, Ratu Tusilah, Riana Belianti, Dyssa
Rizki Andiani, Raudhatul Jannah yang selalu menemani dan menghibur
penulis selama perkuliahan, Good Luck buat kalian semua.
25. Seluruh teman Ilmu Komunikasi 2012, dan khususnya teman kelas A dan
teman Humas yang telah memberikan warna-warni perkuliahan sehingga
penulis mendapatkan banyak pengalaman berkesan.
26. Keluarga Besar Primagama Cilegon, yang tidak bosan memberikan
tumpangan tempat, Wifi ketika peneliti lelah, berdiskusi dan mendengarkan
keluh kesah penulis.
27. Komunitas Earth Hour Serang, khususnya Ka Rifa, Anggi, Ayu, Ka
Kekeng, Bang Santos, Ka Septian, Rahel, Ka Sitjam, yang telah membantu,
xi
menghibur dan memberikan informasi mengenai Dunia lingkungan ,
sehingga penulis mengetahui keadaan lingkungan.
28. Teman KKM 128 Desa Sayar dan teman magang PT. Indonesia Power
Suralaya dan PT. ASDP Indonesia Ferry (persero), khususnya Sandi
Nugroho yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis,
sampai bertemu kembali .
29. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dengan keterbatasan pustaka, pengetahuan, serta waktu dalam melaksanakan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berusaha sebaik mungkin
untuk menyajikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon
maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, penulis
berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian
ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua,
khusunya bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.
Cilegon, Oktober 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS. ...................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN. ................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN. ................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ...................................................................... iv
ABSTRAK. ............................................................................................................. v
ABSTRACT. ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR. ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI. ....................................................................................................... xii
DAFTAR ISI TABEL. ....................................................................................... xvi
DAFTAR ISI GAMBAR................................................................................... xvii
DAFTAR ISI DIAGRAM. ............................................................................... xviii
DAFTAR ISI LAMPIRAN. ............................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. .............................................................................. 10
1.3 Identifikasi Masalah. ........................................................................... 11
1.4 Batasan Masalah. ................................................................................. 11
1.5 Tujuan Penelitian................................................................................. 12
1.6 Manfaat Penelitian............................................................................... 12
1.6.1 Manfaat Teoritis. ..................................................................... 12
1.6.2 Manfaat Praktis. ....................................................................... 13
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis. ................................................................................. 14
2.1.1 Komunikasi. ............................................................................ 14
2.1.1.1 Komunikasi Efektif..................................................... 16
2.1.1.2 Pesan Komunikasi. ..................................................... 18
2.1.1.3 Komunikasi Persuasi. ................................................. 19
2.1.1.4 Teknik Persuasi........................................................... 22
2.1.2 Public Relations.. ..................................................................... 24
2.1.2.1 Pengertian Public Relations. ....................................... 24
2.1.2.2 Fungsi Public Relations. .............................................. 26
2.1.2.3 Peran Public Relations dalam Organisasi
Non Profit. ................................................................... 28
2.1.3 Kampanye. ............................................................................... 32
2.1.3.1 Konsep Kampanye. ..................................................... 32
2.1.3.2 Perencanaan Kampanye Public Relations. .................. 33
2.1.3.3 Implementasi Kampanye PR. ...................................... 36
2.1.3.4 Jenis Kampanye. .......................................................... 39
2.1.3.5 Faktor Penghambat Kampanye. ................................... 41
2.1.3.6 Kampanye Earth Hour.. .............................................. 42
2.1.4 Audit Komunikasi. .................................................................. 51
2.1.4.1 Pengertian Audit Komunikasi ..................................... 51
2.1.4.2 Tujuan Audit Komunikasi. .......................................... 53
2.1.4.3 Prosedur Audit Komunikasi. ....................................... 56
2.1.4.4 Linking Public Relations Planning with an
Evaluation Model. ..................................................... 58
2.2 Teori Informasi Organisasi. .............................................................. 72
2.2.1 Budaya Organisasi. .................................................................. 76
2.3 Kerangka Berpikir. ............................................................................ 78
2.4 Penelitian Sebelumnya. ..................................................................... 83
xiv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian. .......................................................................... 95
3.2 Paradigma Penelitian. ..................................................................... 97
3.3 Sifat Penelitian................................................................................ 98
3.4 Teknik Penelitian. ........................................................................... 99
3.5 Informan Penelitian. ..................................................................... 101
3.5.1 Subjek Penelitian................................................................. 101
3.5.2 Objek Penelitian. ................................................................. 106
3.5.3 Jenis Data Penelitian. .......................................................... 106
3.6 Analisis Data. ............................................................................... 106
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. ......................................... 108
3.8 Lokasi Penelitian. ......................................................................... 110
3.9 Jadwal Penelitian. ......................................................................... 110
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian. .......................................................... 111
4.1.1 Profil World Wildlife Fund for Nature Indonesia. .............. 111
4.1.1.1 Sejarah World Wildlife Fund for Nature
Indonesia. ................................................................ 112
4.1.1.2 Visi dan Misi World Wildlife Fund for
Nature Indonesia. .................................................... 113
4.1.1.3 Struktur Organisasi World Wildlife Fund
for Nature Indonesia. ............................................ 114
4.1.2 Gambaran Mengenai Program Kampanye Earth
Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ............... 115
4.1.2.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth
Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. 116
4.1.2.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour World
Wildlife Fund for Nature Indonesia. ..................... 117
4.1.2.3 Target Program Kampanye Earth Hour World
Wildlife Fund for Nature Indonesia. ..................... 117
xv
4.2 Hasil Penelitian. .............................................................................. 118
4.2.1 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF
Indonesia pada tahap proses Preparation. .......................... 119
4.2.1.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour
Tahun 2016. ............................................................. 120
4.2.1.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour
Tahun 2016. ............................................................. 123
4.2.1.3 Rancangan Kegiatan Program Kampanye
Earth Hour Tahun 2016. ......................................... 128
4.2.2 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour
WWF Indonesia pada tahap Implementation. ..................... 134
4.2.2.1 Pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour
World Wildlife Fund for Nature Indonesia. .......... 135
4.2.3 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF
Indonesia pada tahap Impact. ............................................. 158
4.3 Pembahasan. ................................................................................... 166
4.3.1 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour
WWF Indonesia pada Proses Preparation. ........................ 172
4.3.2 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour
WWF Indonesia pada Proses Implementation. ................... 179
4.3.3 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour
WWF Indonesia pada Proses Impact. ................................. 182
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan. .................................................................................... 194
5.2 Saran. ............................................................................................. 195
5.2.1 Saran Teoritis.. .................................................................... 196
5.2.2 Saran Praktis. ...................................................................... 196
DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................ 198
LAMPIRAN. ............................................................................................. 201
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Tabel Strategi Kampanye Earth Hour 2016. .................................................. 50
2.2 Tabel Penelitian Sebelumnya. ......................................................................... 87
4.1 Tabel Tujuan Program Kampanye Earth Hour Indonesia. ........................... 126
4.2 Tabel Bentuk Kegiatan Kampanye Earth Hour Indonesia. .......................... 137
4.3 Tabel Jumlah Bentuk Media Kampanye yang di Publikasi. ......................... 152
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Model Evaluasi Linking a Public Relations with an Evaluation Model. ........ 71
2.2 Gambar Bagan Kerangka Berpikir. ................................................................. 82
4.1 Gambar Struktur Organisasi. ......................................................................... 114
4.2 Gambar Video Teaser Earth Hour Indonesia. .............................................. 146
4.3 Gambar Video Highlight Earth Hour Indonesia. .......................................... 147
4.4 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Surabaya .... 148
4.5 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Serang ........ 149
4.6 Gambar Recent Post Artikel yang di Unggah pada Website
Earth Hour Indonesia ..................................................................................... 150
4.7 Gambar Pesan-pesan yang Dikirimkan Pengguna Twitter ............................ 162
4.8 Gambar Karakter Pesan-pesan yang Dikirimkan Pengguna Twitter ............ 163
xviii
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
4.1 Diagram Prsentase Pesan yang Disampaikan di Twitter............................... 154
4.2 Diagram Demografi Jenis Kelamin yang Merespon Pesan Kampanye
Earth Hour 2016. .......................................................................................... 157
4.3 Diagram Demografi yang Merespon Isu Earth Hour 2016
Bulan Maret. ............................................................................................. 157
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian. ......................................................... 202
Lampiran 2 : Surat Pernyataan Kesediaan Informan. ............................. 204
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara. ....................................................... 208
Lampiran 4 : Hasil Wawancara. ............................................................. 212
Lampiran 5 : Lembar Bimbingan Skripsi. .............................................. 249
Lampiran 6 : Lembar Sit In Sidang Skripsi. ........................................... 254
Lampiran 7 : Foto Saat Wawancara. ...................................................... 256
Lampiran 8 : Foto Kegiatan Kampanye Earth Hour 2016. .................... 258
Lampiran 9 : Dokumentasi WWF Indonesia . ........................................ 266
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Peneliti. .................................................... 296
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan di bidang
lingkungan yang menjadi perhatian utama diseluruh dunia. Pemanasan global
adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi
karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang
menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Kenaikan suhu ini merubah iklim,
menyebabkan berubahnya pola cuaca yang dapat menimbulkan peningkatan
curah hujan yang tidak biasa, semakin ganasnya angin dan badai bahkan
terjadinya bencana alam yang memakan banyak korban. Sehingga merugikan
makhluk hidup yang tinggal di bumi1.
Penyebab alamiah yang berkontribusi terhadap fluktuasi iklim, tetapi
praktik industri merupakan penyumbang terbesar di balik pemanasan global.
Tuntutan pertumbuhan populasi telah menyebabkan deforestasi, pembakaran
bahan bakar fosil, dan pertanian yang meluas. Kegiatan ini semua menghasilkan
gas rumah kaca di atmosfer kita - gas seperti karbondioksida, nitrogenoksida
dan metana. Gas rumah kaca menahan panas dari matahari dan tidak
terpantulkan kembali ke angkasa. Hal ini menyebabkan atmosfer bumi
1World Wildlife Fund for Nature –Indonesia .2015. Seputar Iklim & Energi.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/kampanye/powersw
itch/spt_iklim/ ,diakses pada Selasa, 29 Maret 2016, pada pukul 18:49 WIB
2
memanas, yang dikenal sebagai efek rumah kaca. Hanya dalam 200 tahun,
tingkat karbondioksida di atmosfer kita telah meningkat sebesar 30%2.
Pemanasan global ini memiliki dampak yang sangat luas yang tidak hanya
mempengaruhi kehidupan manusia melainkan kehidupan hewan dan juga
tumbuhan. Dampak dari pemanasan global yang diketahui secara umum adalah
terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang
sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan.
Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di
IndRumusaonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang.
Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti
malaria dan demam berdarah di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, banyak elemen masyarakat yang peduli terhadap
permasalahan di atas. Ini di buktikan dengan maraknya persaingan kampanye
yang dilakukan untuk menarik perhatian banyak orang, termasuk lembaga atau
organisasi baik yang berorientasi pada profit maupun yang nonprofit.
Persuasi secara inheren terkandung dalam kampanye. Tindakan kampanye
pada prinsipnya adalah tindakan persuasi, yang mana tindakan persuasi
merupakan tindakan yang sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak, adanya
tindakan mempengaruhi secara sengaja, terjadinya pertukaran pesan persuasive
2 PT. Unilever –Indonesia. 2016. Apa Itu Perubahan Iklim? Bagaimana Cara Kita
Beraksi?.https://brightfuture.unilever.co.id/stories/473087/Apa-itu-perubahan-iklim-bagaimana-
caranya-kita-beraksi-.aspx diakses pada Selasa, 29 Maret 2016, pada pukul 19:00 WIB
3
dan adanya kesukarelaan dalam menerima atau menolak gagasan yang
ditawarkan3. Tindakan tersebut yang tujuannya bersifat mengajak dan
menganjurkan perubahan pada khalayak yang menjadi sasaran. Hal tersebut
sejalan dengan pendapat dari Pfau & Parrot dalam (Venus, 2009) yang
menyatakan “Campaign are inherently persuasive communication activities”4.
Persuasi menurut Bettinghous (Framanik, 2013), komunikasi manusia yang
dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan,
nilai atau sikap mereka.5 Contoh dari kampanye yang mempersuasi
khalayaknya yaitu kampanye “Stop Kekerasan Pada Anak” , UNICEF adalah
salah satu organisasi yang menjalankan kampanye tersebut, pada hari anak
sedunia”.6 Kampanye tersebut tidak hanya dilakukan oleh UNICEF-Indonesia
melainkan organisasi lain seperti ECPAT-Indonesia yang menjalankan
kampanye 25 Tahun Konveksi Hak Anak pada hari Anak Internasional7.
Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang terorganisir yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran
dalam suatu isu yang dikampanyekan untuk merebut perhatian serta
menumbuhkan persepsi yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga
3 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.Bandung. hlm 30 4Ibid., hlm 29 5 Naniek Afrila Framanik.2013. Komunikasi Persuasi.KOCIPTA Publishing.Serang.hlm.52 6 UNICEF-Indonesia. 2015.Artikel Kekerasan Terhadap Anak : Kini Saatnya Bertindak.
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html. Diakses pada hari Senin, 04 April 2016,
pukul 20:11 WIB 7 ECPAT-Indonesia.2015. Publikasi Media Video Konveksi Hak Anak.
http://ecpatindonesia.org/video/kampanye-25-tahun-konvensi-hak-anak/ . Diakses pada hari
Selasa, 04 April 2016., pukul 20:30 WIB
4
atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari
masayarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses
komunikasi dengan waktu tertentu yang berkelanjutan. Istilah kampanye
dikenal sejak 1940-an. Menurut Roger Storey dalam (Ruslan, 2007)8 yaitu :“
Kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi
dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu sebagian besar khalayak
sasaran berkelanjutan dalam periode waktu tertentu”.
Pada organisasi nonprofit, kampanye merupakan sebuah kegiatan organisasi
untuk mengenalkan identitas organisasi tersebut dalam tujuan tertentu.
Organisasi nonprofit dalam menjalankan kegiatan kampanye dirasa lebih
menarik karena tidak mengutamakan keuntungan dalam bentuk materi,
sehingga pada prosesnya membutuhkan perencanaan yang terarah untuk
menentukan komunikasi yang efektif guna terciptanya keberhasilan sebuah
kampanye.
Salah satu organisasi nonprofit yang menjalankan kampanye yang
berhubungan dengan permasalahan pemanasan global yaitu World Wildlife
Fund for Nature (WWF). WWF adalah organisasi konservasi independen
terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia yang
bekerja di lebih dari 100 negara, mendukung sekitar 1.300 proyek konservasi
dan lingkungan. WWF mulai berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian
8 Rosadi Ruslan.2007. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. hlm. 23
5
dari WWF Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk
menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa
sekitar 20 ekor saja. Bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, lambat laun
jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50
ekor pada survey tahun 1980an.
Program kegiatan lainnya yang dilakukan WWF adalah Earth Hour,
merupakan kampanye sosial WWF yang bergerak dibidang penyelamatan
lingkungan melalui gerakan hemat energi. WWF sebagai salah satu inisiator
Earth Hour di Sydney yang kemudian bertahun-tahun berikutnya turut serta
dalam kampanye Earth Hour dengan menyebarkan kampanye ini lebih dari 70
Negara jaringan di seluruh dunia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjalankan kampanye Earth
Hour yang mengajak lapisan masyarakat untuk berhemat energi. WWF-
Indonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja lapangan, tepatnya di 17 provinsi,
mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF bekerja
bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik
luas. Sejak 2006 hingga 2016, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu
supporter di dalam negeri. Dan resmi menjadi lembaga nasional berbadan
hukum Yayasan pada tahun 19989.
9 World Wildlife Fund for Nature Indonesia.2016.Frequently Asked
Questions.http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/. Diakses pada 18 November 2016, pada pukul
09:45 WIB
6
Dari kampanye Earth Hour pada tahun 2008 berhasil membentuk suatu
komunitas yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Komunitas tersebut
bernama “Earth Hour” yang diusung oleh WWF untuk mengimplementasikan
program Earth Hour agar kampanye tersebut menjadi efektif. Program
kampanye Earth Hour yang merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan
masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat
energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak
dipakai selama satu jam. Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu,
komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk
menjadi bagian dari perubahan dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan
langkah awal mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai
komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum
menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah
dilakukan10.
Menurut PLN sebagai perusahaan yang bergerak dibidang kelistrikan
mengatakan dalam press release nya, tidak ada perubahan yang signifikan.
Berdasarkan website milik PLN (www. pln.co.id), pada tahun 2014 Beban
puncak penggunaan lisrik di Indonesia sebanyak 33.321,15 MW, meningkat
8,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Beban puncak sistem interkoneksi
Jawa Bali mencapai 23.900 MW, atau naik 5,90% dari tahun sebelumnya”.”
Penjualan tenaga listrik PLN tahun 2014 sebesar 198.601,77 GWh.
10 Earth Hour Indonesia. 2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada Minggu, 4
Maret 2016, pada pukul 20:35 WIB
7
Dibandingkan dengan tahun 2013 penjualan tenaga listrik naik tersebut sebesar
11.060,75 GWh atau 5,89% terdiri dari penjualan untuk sektor industri sebesar
65.908,67 GWh, sektor rumah tangga sebesar 84.086,46 GWh, sektor komersial
atau usaha sebesar 36.282,42GWh dan sektor publik atau umum sebesar
12.324,21 GWh. Jumlah pelanggan tahun 2014 mencapai 57.493.234
pelanggan. Dibandingkan dengan tahun 2013 angka ini naik sebesar 3.497.026
pelanggan atau 6,48%. Dari jumlah pelanggan seluruhnya, kelompok rumah
tangga merupakan jumlah pelanggan terbesar yaitu 53.309.325 pelanggan atau
92,72 %”11.
Berdasarkan data diatas, pada program kampanye Earth Hour yang telah
memasuki tahun 8, tepat 19 Maret 2016, kegiatan tersebut belum berjalan
efektif, sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan. Sehingga program
tersebut dipertanyakan, apakah kegiatan tersebut, bermaksud untuk
menyadarkan publik terhadap gaya hidup hemat energi atau hanya sekedar
selebrasi sebagai ajang eksistensi komunitas.
Dalam menjalankan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia,
peran Public Relation menjadi penting, untuk merumuskan, perencanaan
program kampanye dimulai dari manajemen penetapan tujuan, target sasaran
kampanye, opini yang terbangun, tujuan yang terukur, kegiatan yang
11PT.PLN(Persero).2014.Buku Statistik PLN 2014.http://www.pln.co.id/wp-
content/uploads/2012/01/Statistik-PLN-2014_for-website-10-Juni-2015.pdf. Diakses pada hari,
Senin 5 Maret 2016, pada pukul 09:57 WIB
8
direncanakan, penerapan program yang telah disetujui hingga evaluasi program
tersebut.
Menurut Anne Gregory (2004:139) mendefinisikan “evaluasi adalah suatu
proses untuk memantau menguji, serta merupakan analisis terhadap hasil akhir
dari suatu kampanye atau program”12. Evaluasi dapat dianggap sebagai
pekerjaan yang sangat membosankan dan sebaiknya dihindari karena evaluasi
mempertaruhkan reputasi, sehingga kebanyakan dari praktisi PR kurang
percaya diri untuk melakukan metode evaluasi.
Kegiatan pengevaluasian yang dilakukan oleh seorang praktisi PR adalah
Audit Komunikasi. Hal ini dapat dilakukan untuk meneliti secara detail proses
sebuah program. Audit yang efektif membutuhkan riset yang mendalam baik
mengenai hal dalam organisasi bersama seluruh staf PR yang bertanggung
jawab atas komunikasi, maupun hal-hal diluar organisasi. Alasan pokok yang
paling penting untuk dilaksanakan sebuah audit yaitu untuk melakukan re-
evaluasi atas pencapaian dari sebuah program. Dengan istilah audit ini,
menunjukan bahwa proses-proses komunikasi dapat diperiksa, dievaluasi, dan
diukur secara cermat.
Audit akan mengidentifikasi publik-publik yang penting bagi kesuksesan
organisasi. Audit komuikasi mempelajari pula sikap khalayak dan menilai
apakah perlu dilakukan suatu tindakan untuk memperjelas, mengkonfirmasi
12Anne Gregory. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Erlangga.
Jakarta. hlm.139
9
atau menyesuaikan sikap tersebut, selain kebutuhan informasi dari publik
utama. dan mengidentifikasi akan kesenjangan komunikasi dan peluang-
peluang yang belum dipergunakan, Selain itu juga mempelajari kebutuhan
informasi di masa mendatang dan metode-metode komunikasi baru yang dapat
digunakan. Audit juga akan menunjukkan sumber daya dan keahlian yang
diperlukan untuk menjalankan program atau kampanye yang sukses, dan
apakah hal-hal tersebut tersedia untuk organisasi.
Bagaimana sebuah organisasi nirlaba mengetahui apakah komunikasi yang
dibangunnya efektif? Apakah kegiatan atau program kampanye yang
dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah disusun?. Sebagai
organisasi, gerak sebuah organisasi nirlaba diarahkan untuk mencapai tujuan
yang telah dirancang. Pengukuran kinerja menjadi penting untuk mengetahui
apakah tujuan yang diharapkan tercapai atau tidak. Oleh karena itu, program-
program kampanye pada sebuah organisasi nirlaba ini penting untuk di audit,
agar kampanye yang dilakukan oleh Organisasi Nirlaba akan menjadi benar-
benar efektif juga bermanfaat bagi publik, sehingga kampanye tersebut akan
menjadi kampanye yang tak sekedar kampanye yang diingat dan dilupakan oleh
publiknya secara cepat, tanpa menghasilkan suatu dampak yang diharapkan.
Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi yang berharga guna
mencegah terjadinya kegagalan komunikasi dalam suatu organisasi. Dengan
demikian, audit komunikasi juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan
gambaran reputasi perusahaan dari perspektif stakeholder (baik internal
10
maupun eksternal) terkait dengan berbagai aktivitas komunikasi yang telah
dilakukan. Selain itu, output audit komunikasi juga dapat dimanfatkan bagi
peningkatan efektifitas komunikasi perusahaan13. Dalam melakukan audit
komunikasi, program kampanye Earth Hour, WWF-Indonesia sebagai
komunikator dapat mengetahui preparation, implementation dan evaluation
yang dihasilkan dari kampanye tersebut . Audit komunikasi dapat memberikan
manfaat sebagai gambaran organisasi WWF-Indonesia dari perspektif
stakeholder, baik internal maupun eksternalnya. Kekurangan-kekurangan yang
berpotensi menjadi suatu masalah pada kegiatan kampanye tersebut, di setiap
fase dapat terlihat. Sehingga, masalah dari kegiatan kampanye dapat diatasi.
Pada penelitian ini peneliti berfokus secermat-cermatnya mencari data dan
informasi langsung dari sumber-sumber utama yang terpercaya dengan
berpedoman pada salah satu teori evaluasi Public Relations yang digunakan
oleh peneliti yaitu Evaluasi Linking a Public Relation with an Evaluation
Model.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka masalahnya, peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut “Bagaimana
13PRider. Sekilas Tahap-Tahap dan Teknik Audit Komunikasi.2015
http://pride.co.id/2015/06/sekilas-tentang-tahap-tahap-dan-teknik-audit-komunikasi/ , diakses
pada Minggu, 27 Maret 2016, pukul 20:11 WIB.
11
Audit Komunikasi pada Program Kampanye “Earth Hour” World Wildlife
Fund for Nature (WWF) Indonesia?”
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penyusun mengidentifikasi
masalahnya dalam penelitian yang diajukan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketercapaian Preparation pada program Kampanye Earth
Hour ?
2. Bagaimana ketercapaiann Implementation dari pelaksanaan program
Kampanye Earth Hour?
3. Bagaimana ketercapaian Impact dari pelaksanaan Program Kampanye
Earth Hour?
1.4 Batasan Masalah
Batasan Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi
pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang lingkup
menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam
penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik. Batasan Masalah
penelitian sangat penting dalam mendekatkan pada pokok permasalahan yang
akan dibahas. Hal ini agar tidak terjadi kerancuan ataupun kesimpangsiuran
dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Ruang lingkup penelitian
dimaksudkan sebagai penegasan mengenai batasan-batasan objek. Ruang
lingkup dalam penelitian ini yaitu Audit Komunikasi pada Program Kampanye
12
Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia selama satu tahun.
Mengingat peneliti merupakan penelitian audit komunikasi dengan
menggunakan model dari Jimm Prichitt dan Bill Shernman yang didalamnya
terdapat empat fase tiga tahap, dalam hal ini, pada fase kedua yang masuk
kedalam tahap preparation, peneliti tidak sampai kepada tahap perencanaan
budget dari program kampanye Earth Hour WWF Indonesia, hanya sebatas dari
penetapan manajemen tujuan hingga penetapan bentuk kegiatan.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari latar belakang penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui ketercapaian preparation pada pelaksanaan program
Kampanye Earth Hour
2. Mengetahui ketercapaian implementation pada pelaksanaan program
Kampanye Earth Hour
3. Mengetahui ketercapaian impact dari pelaksanaan Program Kampanye
Earth Hour.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian dari diadakannya penelitian ini adalah :
1.6.1 Manfaat Teoritis
1. Menjadi salah satu rekomendasi kajian ilmiah mengenai proses
evaluasi dalam ilmu komunikasi, khusunya bidang evaluasi
13
Public Relations, dimana kasus yang diteliti adalah suatu
program kampanye.
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Mahasiswa program
studi humas mengenai metode evaluasi yang digunakan secara
profesional dan internasional.
3. Menambah rekomendasi bagi para akademisi tentang upaya
yang dilakukan oleh suatu organisasi nirlaba untuk peduli
terhadap suatu isu lingkungan, yang juga bermanfaat bagi
organisasi itu sendiri, sesuai dengan tujuan awal organisasi.
1.6.2 Manfaat Praktis
1. Hasil temuan evaluasi ini bisa menjadi masukan untuk mencapai
perbaikan serta peningkatan target yang ingin dicapai WWF-
Indonesia pada program kampanye Earth Hour di tahun- tahun
berikutnya.
2. Evaluasi ini juga diharapkan menjadi masukan dalam
melakukan sebuah inovasi pada perencanaan program
Kampanye Earth Hour, sehingga menjadi lebih baik dari tahun-
tahun sebelumnya.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teoritis
2.1.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. tidak ada
manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Dalam kegiatan komunikasi
seperti kampanye diperlukan sebuah komunikasi agar pesan yang
disampaikan dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Carld I.Hoveland (Abidin : 32) komunikasi adalah proses ketika
seorang individu (komunikator) mentransferkan stimuli (menggunakan
lambang-lambang bahasa ) untuk mengubah tingkah laku (komunikan) yang
lain14. Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi bukan hanya penyampaian
pesan, melainkan juga mengubah tingkah laku orang lain.
Pendapat yang dikemukakan oleh Hoveland, Janis dan Kalley
(Abidin :32) sependapat dengan pendapat sebelumnya “communication is
the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to
modify the behavior of othe individuals”15. Komunikasi adalah proses
14 Yusuf Zainal Abidin.2015.Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan Aplikasi).Pustaka
Setia. Bandung. hlm.32 15 Ibid., hlm.32
15
individu mengirim stimulus dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah
laku orang lain.
Berdasarkan kedua pendapat yang dikemukakan diatas disimpulkan
bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal ataupun non verbal
antara pengirim dan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.
Pengirim pesan dapat disampaikan dari seseorang, kelompok, atau
organisasi. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri indvidu setelah
terkena pesan yang disampaikan.
Ada empat komponen dalam komunikasi, yaitu orang yang
mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui
pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Menurut Yusuf
Zainal Abidin, komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik,
sehingga ditambahkan komponen output. Dengan demikian, komponen
dasar menurut Yusuf Zainal Abidin ada lima yaitu16 :
1. Pengirim pesan : individu atau orang yang mengirimkan pesan.
2. Pesan : informasi yang akan dikirimkan kepada penerima
3. Saluran : jalan yang dilalui pesan dari pengirim dengan
penerima.
4. Penerima Pesan : orang yang menganalisis dan menginterpretasikan
isi pesan yang diterima.
16 Ibid., hlm.35-36
16
5. Output : respons penerima terhadap pesan yang diterimanya.
2.1.1.1 Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan
situasi, waktu, tempat, dan pendengarnya. Permasalahan yang dihadapi
seorang PR adalah kita menempatkan manusia seakan-akan benda yang
mudah dikumpulkan, lalu bisa diberi penjelasan supaya mereka mengetahui
sesuatu. Untuk membantu supaya komunikasi bisa efektif ada beberapa
ketentuan yang memudahkannya. Menurut Sr. Maria Assumpta Rumanti
(2002:107) hal yang memudahkan supaya komunikasi dapat efektif yaitu17
:
1. Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan.
2. Kemampuan menarik perhatian.
3. Kemampuan mempengaruhi pendapat.
4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling mempercayai.
Secara etimologis, efektif sering diartikan sebagai mencapai
sasaran yang diinginkan (producing desired result), berdampak
menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat actual dan nyata
(actual and real). Dengan demikian komunikasi yang efektif dapat
diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver
17 Sr Maria Assumpta Rumanti. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek.
PT.Grasindo. Jakarta.hlm. 107
17
sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator,
kemudian receiver atau komunikan memberikan respons yang positif
sesuai dengan yang diharapkan18.
Menurut Widjaya (Abidin : 32) mengatakan bahwa “
komunikasi dapat diartikan sebagai proses normal penyampaian pesan
dari komunikator ke komunikan melalui saluran atau media yang tepat
sehingga menghasilkan efek yang diharapkan19.
Dari uraian diatas, komunikasi adalah suatu proses yang mana
di dalamnya terdapat seorang (komunikator) memiliki pesan atau
informasi untuk disampaikan, lalu disampaikan kepada orang lain yang
disebut dengan komunikan untuk mengetahui efek dari komunikan
tersebut setelah menerima komunikasi yang efektif diperlukan dalam
sebuah organisasi. Jadi, komunikasi efektif terjadi apabila terdapat
aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan
informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua
pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan komunikan). Dengan
demikian, dengan adanya kemampuan komunikasi yang efektif dari
seorang Public Relations maka sebuah persoalan dapat diamati dan
dianalisis dan juga Public Relations (Komunikator) dapat mengetahui
18 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam.2012. Komunikasi Public Relation.CV.Pustaka Setia.
Bandung. hlm.45 19 Yusuf Zainal Abidin.2015. Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, Aplikasi).Pustaka Setia.
Bandung.hlm.32
18
efek dari komunikan atas kemampuan seorang PR yang dapat
mempengaruhi pendapat.
2.1.1.2 Pesan Komunikasi
Pesan merupakan sekumpulan simbol komunikasi disampaikan
komunikator kepada komunikan. Simbol atau lambang dapat bersifat
verbal atau non verbal. Komunikasi verbal artinya proses penyampaian
pesan dalam bentuk lisan atau tulisan. Sedangkan komunikasi non
verbal merupakan penyampaian pesan melalui bahasa tubuh seperti,
gerak-gerik, isyarat, raut wajah, sentuhan, selain itu warna, gambar,
benda, dan sebagainya. Isi pesan merupakan materi dari pesan. Materi
pesan adalah masalah terkandung dalam pesan tersebut, seperti politik,
ekonomi, olahraga, dan sebagainya, sedangkan dalam bidang
pemasaran dikenal materi berupa produk dan jasa. Dalam kajian
beberapa ahli, isi pesan dikenal empat (4) macam, yaitu20 :
1. Pesan rasional
Pesan yang disusun untuk mempengaruhi akal sehat audien,
sehingga informasi disampaikan perlu disertai fakta dan dan
data yang diterima oleh logika.
2. Pesan emosional
20 Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih.2012.Komunikasi Antar manusia.Pustaka Getak
Tular.Serang.hlm.48-49
19
Pesan disusun untuk mempengaruhi perasaan audien, seperti
rasa senang, gembira, bangga, Sedih, khawatir, cemas, dan
sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih, khawatir,
cemas, dan sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih,
khawatir,dan ketakutan disebut fear appeal.
3. Pesan moral
Pesan disusun untuk menyentuh perasaan moral audien atau
perasaan kemanusiaan dari audien.
4. Pesan kombinasi
Pesan disusun dengan menggabungkan antara rasional
emosional dan moral untuk meningkatkan efektifitas pesan.
2.1.1.3 Komunikasi Persuasi
Istilah persuasi berasal dari bahasa latin, persuasion, yang
berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Persuasi dilakukan secara
rasional dan emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada
diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide
atau konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional menyentuh
aspek afeksi, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan emosional
seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang
dapat digugah 21.
21 Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 184.
20
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa
persuasi merupakan proses komunikasi untuk membujuk, mengajak,
atau merayu target sasaran agar merubah ide atau pandangan audien
dengan melalui dua cara rasional dan emosional. Dalam kegiatan
komunikasi berupa kampanye, komunikasi persuasi diharapkan
seseorang atau sekelompok yang diajak dan dibujuk dapat menimbulkan
perubahan, yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan
secara verbal maupun non verbal22.
Dalam melakukan komunikasi ada beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan persuasi antara lain23 :
kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi,
serta memilih strategi yang tepat. Berdasarkan hal yang dikemukakan
diatas bahwa sebelum komunikator melakukan kegiatan komunikasi
persuasi maka diperlukan persiapan agar persuasi dapat menghasilkan
dampak kepada opini dari target sasaran.
Opini adalah sikap yang dinyatakan dengan kata-kata. Opini
dapat dinyatakan secara aktif dan pasif, bisa secara verbal (lisan) baik
secara terbuka dengan melalui ungkapan yang dapat ditafsirkan dengan
jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau ungkapan secara
tidak halus dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi personal24.
22 Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185. 23 Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185. 24 Naniek Afrilla Framanik.2011.Komunikasi Persuasi.Sayuti.Serang Hlm. 113
21
Dalam melakukan kegiatan komunikasi berupa kampanye, komunikator
dapat melihat respon dari audiens melalui opini-opini yang disampaikan
baik secara langsung ataupun melalui media. Pada kampanye Earth
Hour WWF-Indonesia, tim kampanye Earth Hour dapat melihat
feedback dari target sasaran melalui pesan-pesan yang disampaikan
kepada akun twitter @EHIndonesia.
Adapun faktor-faktor yang dapat membentuk opini tersebut,
menurut D.W. Rajecki (Framanik, 2011) mempunyai tiga komponen
yang dikenal dengan istilah ABCDs of attitude penjelasannya sebagai
berikut25 :
1. Komponen A : Affect (perasaan atau emosi)
Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut
benci, marah, sedih dan kebanggan hingga muak atau bosan terhadap
sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah
melihat dan mendengarkannya.
2. Komponen B : Behaviour (tingkah laku)
Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku
seseorang, misalnya bereaksi untuk memukul, menghancurkan,
menerima, menolak, mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi
merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif
25 Ibid., hlm 114-115
22
untuk melakukan tindakan atau berperilaku atas suatu reaksi yang
sedang dihadapi.
3. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar)
Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk
menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan
dengan pendiriannya. Hal ini berarti bagian ini menghasilkan
pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan
penalarannya.
Dari faktor-faktor pembentukan opini diatas, dapat dijadikan
patokan atau acuan sejauh mana pemahaman kampanye Earth Hour ini
pada target sasaran, hal ini dapat melihat persuasi yang dilakukan oleh
tim kampanye Earth Hour untuk mengajak dan membujuk target sasaran
sudah berada di tahapan mana, sehingga dapat dijadikan evaluasi pada
tahapan implementasi pada audit komunikasi.
2.1.1.4 Teknik Persuasi
Komunikasi persuasi menimbulkan dampak yang lebih tinggi
kadarnya dibandingkan dengan komunikasi informatif, komunikasi
persuasi lebih sulit sebab, jika komunikasi informatif bertujuan hanya
memberi tahu, komunikasi persuasi bertujuan untuk mengubah sikap,
pendapat dan perilaku26. Kegiatan dari kampanye Earth Hour yang
26 Onong Uchjana Effendi.2008.Dinamika Komunikasi.PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.21
23
merupakan kampanye yang ingin menimbulkan dampak perubahan dari
target sasaran agar dapat berkomitmen dan bijak dalam penggunaan
energi, sehingga teknik komunikasi diperlukan dalam berkampanye
agar dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku dari target sasaran .
Agar komunikasi persuasi itu mencapai tujuan dan sasarannya,
maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang
dilakukan berdasarkan komponen proses komunikasi yaitu,
komunikator, pesan, media dan komunikan27. Komunikator tentunya
mempersiapkan pesan yang akan disampaikan kepada target sasarannya.
Komunikator menentukan komunikan yang menjadi target sasaran dari
perencanaan komunikasi persuasi . Apabila komunikan yang akan
dijadikan sasaran sudah jelas, dan media yang diperkirakan memadai
juga telah ditetapkan, maka kini giliran untuk menata pesan28. Pesan
yang akan disampaikan oleh komunikator tentunya memerlukan media
untuk menyampaikan isi pesan tersebut. Bagi seorang komunikator
suatu pesan yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang
perlu dijadikan pemikiran ialah pengelolaan pesan29.
27 Ibid., hlm. 22 28 Ibid., hlm. 22 29 Ibid., hlm. 22
24
2.1.2 Public Relations
2.1.2.1 Pengertian Public Relations
Di era globalisasi dan informasi dewasa ini, tidak perlu
diragukan lagi mengenai pentingnya peran PR bagi dunia bisnis baik
perusahaan profit oriented maupun nonprofit. Menurut definisi dari
IPRA melalui A Model for Public Relations Educations for Professional
Practice, DR. Rex. F. Harlow dalam Gold Paper 4, (1994) yang
menyatakan bahwa definisi kerja PR adalah sebagai berikut.
”PR adalah fungsi manajemen yang mendukung pembinaan,
pemeliharaan jalur bersama organisasi dengan publiknya mengenai
komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan
manajemen dalam permasalahan, membantu memberikan penerangan
dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik, menetapkan dan
menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan
umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan
perubahaan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dalam
mendahului kencenderungan dan menggunakan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”30.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan Public Relations sebagai
penghubung antara organisasi dengan publiknya. Selain itu juga Public
Relations bertindak sebagai pengawas dalam sebuah kegiatan yang
dijalankan oleh organisasinya. Public Relations memiliki fungsi
manajemen membantu memberikan solusi terbaik dan tanggapan jika
organisasi mengalami sebuah permasalahan baik dalam melaksanakan
sebuah kegiatan maupun permasalahan yang datang dari internal.
30 Sr. Maria Assumpta Rumanti.2005. Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktek. PT.
Grasindo. Jakarta. hlm.201
25
Public Relations, tentunya pihak pertama yang mengetahui adanya
permasalahan, hal tersebut menjadikan Public Relation sebagai
pengawas ataupun pemberi tanda peringatan jika terjadi permasalahan,
sebelum pada akhirnya mencapai sebuah krisis.
Praktek Public Relations merupakan konsep yang harus
direncanakan. Sebuah proses yang dipikirkan secara matang dan hati-
hati. Proses tersebut juga memerlukan aktivitas yang dilakukan terus
menerus. Aktivitas inilah suatu usaha untuk menciptakan dan menjaga
proses kesepahaman bersama. Dengan kata lain aktivitas yang
direncanakan oleh praktisi PR melibatkan adanya suatu dialog antara
organisasi dengan publiknya untuk dapat saling mendengarkan dan
memahami. Hasil dari terwujudnya kesepahaman adanya perubahan
atau tindakan yang dilakukan pihak-pihak terkait. Menurut Institute of
Public Relations (IPR) di Inggris mendefinisikan “Praktik Public
Relations adalah usaha yang direncanakan serta dilakukan secara
kontinu untuk menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan
kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publik”31.
Dari uraian diatas, secara tidak langsung dapat dilihat bahwa para
praktisi PR selalu mempertimbangkan dengan seksama bagaimana
suatu program akan dimulai, dan melanjutkannya secara terstruktur
31 Anne Gregory. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relation. Erlangga.
Jakarta. hlm.2
26
sehingga bermanfaat bagi organisasi serta publik. Praktik PR menjadi
penting bagi keberlangsungan kampanye Earth Hour. Sebuah
kampanye yang mengangkat sebuah isu global membutuhkan praktik
PR dalam merencanakan sebuah program yang akan dilaksanakan
dalam kampanye Earth Hour. Agar kampanye Earth Hour ini
bermanfaat bagi organisasi, publik dan juga Negara.
2.1.2.2 Fungsi Public Relations
Fungsi Public Relations adalah harapan publik terhadap apa
yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan
kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Pada tahun 1975,
Foundation for Public Relations Research and Education
mengumpulkan 65 praktisi Public Relations dalam sebuah studi.
Hasilnya diperoleh beberapa poin penting tentang fungsi Public
Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang tugasnya
secara garis besar32 :
1. Membantu memelihara dan menjaga komunikasi, pengertian
penerimaan dan kerjasama antar organisasi dan publiknya.
2. Mencakup manajemen masalah dan isu-isu.
3. Membantu manajemen selalu memberikan informasi pada dan
responsif terhadap opini publik.
32 Rachmat Kriyanton.2008.Public Relations Writing.Prenada Media Grup.Jakarta.hlm22
27
4. Mendefinisikan dan menekankan pada tanggung jawab
manajemen untuk melayani kepentingan publik.
5. Membantu manajemen selalu mengikuti dan memanfaatkan
perubahan
6. Melayani sistem pencegahan awal untuk mengantisipasi trend.
7. Menggunakan riset dan teknik komunikasi yang beretika
sebagai alat-alat pokok.
Dalam bukunya, A Working Definition Rex F. Harlow (Nova,
2011:46)33 membagi fungsi PR menjadi dua, untuk menjelaskan apa
itu PR, mengapa diadakan, dan bagaimana melakukannya, yaitu
sebagai method of communication dan state of being. Sebagai method
of communication, PR merupakan rangkaian sistem kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu pimpinan,
karyawan atau staf. Sebagai state of being, PR adalah perwujudan
kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro,
bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen public relations yang
mempunyai pemimpin.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan fungsi Public
Relations, untuk membantu peneliti dalam mengkaji fungsi Public
Relations yang berada di organisasi WWF-Indonesia, sehingga dapat
diketahui fungsi mana saja yang dijalankan oleh Public Relations. Hal
33 Firsan Nova. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi Perusahaan. PT.
Grasindo. Jakarta. hlm.46
28
tersebut dapat membantu peneliti menemukan pengaruh dari fungsi
seorang PR dalam perkembangan sebuah program yang dijalankan.
Apakah dalam menjalankan fungsi PR sudah sesuai dengan fungsi
yang diuraikan diatas.
2.1.2.3 Peran Public Relations dalam Organisasi Nonprofit
Mengikuti sebuah pola historis, PR sering ditambah,
dikembangkan, dan diangkat statusnya ketika organisasi menghadapi
kekuatan luar, terancam mendapat pengurangan dana, atau menghadapi
ancaman pembubaran, atau didesak untuk berubah atau melakukan
reformasi. Sektor nonprofit menghadapi semua krisis dalam lingkungan
dimana persaingan untuk mendapat sumbangan makin ketat, subsidi
pemerintah makin berkurang dan meningkatnya permintaan layanan.
Dalam kebanyakan agen nonprofit, PR bertujuan untuk34:
Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan
publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik,
partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi
kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan
ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam
organisasi nonprofit 35:
34 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media
Group. Jakarta.hlm.507 35 Ibid., hlm. 509
29
1. Mendefinisikan atau memberi “brand” organisasi, mendapat
penerimaan misinya dan melindungi reputasi.
2. Mengembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang
dilayani organisasi.
3. Menciptakan dan memelihara iklim yang baik untuk
mengumpulkan dana.
4. Mendukung pengembangan dan pemeliharaan kebijakan publik
yang cocok untuk misi organisasi.
5. Memberikan informasi dan motivasi konsituen organisasional
utama (seperti karyawan, sukarelawan dan komisaris) untuk
mengabadikan diri mereka dan bekerja secara produktif dalam
mendukung misi, tujuan, dan sasaran organisasi.
Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan
publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik,
partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi
kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk
mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan
ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam
organisasi nonprofit 36:
36 Ibid., hlm. 509
30
1. Mengintegrasikan PR dengan marketing, dan manajemen
berdasarkan sasaran muncul sebagai bagian penting dari strategi
komunikasi.
2. Pimpinan sektor nonprofit (dewan direksi atau komisaris dan
manajer program) meningkatkan standar dan menekankan
bantuan PR profesional entah itu dengan menyewa staf dan
konsultan luar.
3. Merekrut sukrelawan dan mencari sumbangan adalah peran
standar yang diharapkan oleh staf PR
4. Advertising berbayar telah muncul sebagai titik komunikasi
terkontrol utama bagi organisasi nonprofit, terutama untuk
industri perawatan kesehatan.
5. Kemitraan strategi yang menghubungkan organisasi nonprofit
dengan perusahaan donor dan organisasi media berita telah
muncul memperkuat reputasi organisasi nonprofit dan
memperomosikan layanan mereka.
6. Teknologi, termasuk Website dan e-mail, telah memperluas
selektivitas dan jangkauan komunikasi tetap menimbulkan
persoalan tentang etika, privasi dan legitimasi.
Menurut Cutlip (2006: 509), banyaknya agen dan layanan sosial
yang tidak punya sumber daya finansial atau keahlian yang diperlukan
untuk menjalankan PR yang baik atau upaya pemasaran yang canggih.
Beberapa organisasi nonprofit harus mengandalkan pada praktisi yang
31
belum berpengalaman, direktur eksekutif atau bahkan sukarelwan
yang bukan ahli komunikasi untuk menjalankan program PR
mereka37.
Jadi, peran seorang PR dalam organisasi nonprofit merupakan
peran yang penting dalam keberhasilan sebuah program. Peran PR
dalam organisasi nonprofit lebih beragam, mulai dari pengrekrutan
sukarelawan hingga mencari donatur. Public Relations WWF-
Indonesia, tentunya menjalankan perannya dengan sebagaimana yang
disebutkan diatas. Keterkaitan uraian diatas dengan penelitian peneliti
ini, melihat bagaimana PR WWF-Indonesia dalam menjalankan
peran. Apakah peran PR WWF-Indonesia melakukan peran yang lebih
banyak dari yang disebutkan sebelumnya. Atau bahkan tidak semua
peran PR yang disebutkan diatas dijalankan semuanya. Tergantung
bagaimana sebuah organisasi nonprofit memanfaatkan keberadaan PR
. Hal ini dapat membantu peneliti dalam mengkaji apakah PR WWF-
Indonesia sudah menjalankan peran sesuai dengan uraian diatas dan
apakah sebuah peran PR yang dijalankan dapat membantu
perkembangan sebuah program kegiatan.
37 Ibid., hlm. 509
32
2.1.3 Kampanye
2.1.3.1 Konsep Kampanye
Pada prinsipnya sebuah kampanye merupakan suatu kegiatan
komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok
yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan untuk mengajak,
membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek
dan dampak tertentu. Pengertian secara umum tentang istilah kampanye
yang dikenal sejak 1940-an, “Campaign is generally exemply
persuasion in action (Kampanye secara umum menampilkan sesuatu
kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk)38.
Untuk mendapatkan sebuah feedback dari khalayak yang
menjadi sasaran dari sebuah kampanye, dibutuhkan suatu tindakan yang
terus menerus. Rogers dan Storey (Venus, 2009) mendefinisikan
“kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi terencana
dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak
yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”39.
Menurut Pfau dan Parrot (Ruslan, 2009) definisi kampanye
sebagai berikut40.“A campaign is conciuous, sustained and incremental
process designed to be implemented over a specified audience”. “
Bahwa suatu kampanye secara sadar, menunjang dan meningkatkan
38Rosady Ruslan. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. hlm. 23 39 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm. 7 40Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm. 23.
33
proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu untuk
bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu”.
Merujuk dari definisi diatas, menurut Antara Venus , maka
setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat
hal yaitu : 1) tindakan yang bertujuan untuk menciptakan efek dan
dampak tertentu, 20 jumlah khalayak sasaran yang besar, 3) biasanya
dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan 4) melalui serangkaian
tindakan komunikasi yang terorganisasi.
2.1.3.2 Perencanaan Kampanye Public Relations
Kampanye Public Relations (PR campaigns) dalam arti sempit
bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran
(target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi
atau opini terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi
(corporate activities) agar tercipta suatau kepercayaan dan citra yang
baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan
proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan.
Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye Public Relations
tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan
memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu
melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan
34
terencana untuk mecapai publisitas dan citra positif41. Metode
kampanye Public Relations dilakukan secara berencana, sistematis,
memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu
(repetition and continue)42.
Dalam menjalankan kampanye Earth Hour tentunya organisasi
WWF-Indonesia menginginkan kampanye tersebut mencapai
keberhasilan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melaksanakan
kegiatan program kampanye Public Relations dibutuhkan langkah-
langkah awal, Menurut Rosadi Ruslan (2007:80-81) langkah-langkah
awal yang diperlukan seorang Public Relations sebagai berikut43:
1. Tentukan tujuan yang hendak dicapai
2. Tentukan sasaran kampanye
3. Tentukan ruang lingkup kampanye (lokal, regional atau
nasional);
4. Tentukan jangka waktunya (life of cycle);
5. Tentukan publik sasarannya (pemerintah; swasta;masyarakat;
customer atau konsumen dan lain-lain)
6. Tentukan tema, topik, atau isu kampanye tersebut;
7. Tentukan efek yang akan diinginkan dalam suatu kampanye;
41 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66. 42 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66 43 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.80-81
35
8. Tentukan fasilitas, perlengkapan, atau sarana yang akan
menunjang suatu kampanye;
9. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan professional.
Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui
berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada
audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik yang lazim
dipergunakan dalam kegiatan Public Relations atau periklanan yaitu44
1. Partisipasi (participasing).Teknik yang mengikutsertakan peran
serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau
perhatian yang sama dalam kegiatan kampanye.
2. Assosiasi (association). Menyajikan isi pesan kampanye yang
berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang tengah ramai
dibicarakan.
3. Teknik integratif (integrative).Menyatukan diri (komunikator)
kepada khalayaknya secara komunikatif.
4. Teknik ganjaran ( pay off technique). Untuk mempengaruhi
komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan
sesuatu dengan iming-iming hadiah, dan lain sebagainya dengan
dua kemungkinan : bisa berupa benefit (manfaat), kegunaan,
dan sebagainya dan bisa berupa ancaman, kekhawatiran, dan
suatu yang menakutkan.
44 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.71-74
36
5. Teknik penataan patung es (icing technique). Suatu upaya
dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye
sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca,
dirasakan.
6. Teknik Memperoleh (empaty). Menempatkan diri dalam posisi
komunikan, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi
pihak komunikan.
7. Teknik koersi atau paksaan (Coersion technique). Dalam
komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu
“paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau
kekhawatiran bagi komunikan.
Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai perencanaan
sebuah kampanye untuk membantu mengidentifikasi dan menganalisis
temuan-temuan di lapangan mengenai program Kampanye Earth Hour.
Identifikasi program tersebut membantu peneliti dalam mengkaji audit
komunikasi mulai dari tahapan preparation hingga impact dengan
model Linking A Public Relations with an Evaluation Model.
2.1.3.3 Implementasi Kampanye Public Relations
Implementasi strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan
pilihan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana
strategis. Ini merupakan proses untuk menjalankan strategis dan
37
kebijakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.
Wheelen dan Hunger (Iriantara, 35) menjelaskan, sebelum
mengimplementasikan strategi, para manajer strategis mesti terlebih
dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1) siapa yang
akan menjalankan rencana strategis?, 2) apa yang mesti dilakukan?,
dan 3) Bagaimana orang yang menjalankan rencana strategis itu
melakukan apa yang diperlukan?45. Meski implementasi strategi
merupakan langkah berikut setelah perumusan strategi, namun
dengan diimplementasikannya strategi, tak berarti perumusan
masalah sudah selesai. Strategi yang sudah selesai dirumuskan,
artinya sudah dibuat rencana strategisnya manakala
diimplementasikan mengharuskan adanya peyempurnaan
perumusan strategi. Banyak organisasi yang mampu menyusun
strateginya dengan baik. daya kreatif manajernya telah melahirkan
strategi organisasi yang baik, bahkan tatkala strategi itu dibuat
dalam bentuk pernyataan strategis, banyak pihak yang memuji
sebagai strategi yang inovatif yang diperhitungkan akan mampu
membawa organisasi mencapai objektifnya, mampu bersaing dalam
lingkungan persaingan yang sangat keras, dan organisasi akan
mampu bertahan hidup ditengah himpitan situasi ekonomi yang
berat, namun kenyataannya saat diimplementasikan tidak begitu
45 Yosal Iriantara.2004. Manajemen Strategis Public Relations.Ghalia Indonesia.Jakarta.hlm.35
38
halnya. Strategi yang baik itu menjadi sumber bencana bagi
organisasi saat diimplementasikan, artinya strategi tersebut tidak
memberikan hasil yang memuaskan46.
Dari pernyataan yang diutarakan oleh iriantara didalam bukunya
berjudul “Manajemen Strategi Public Relations”, ada beberapa
penyebab yang membuat perencanaan strategi tidak sesuai dengan
pelaksanaan program. Menurut Eheelen dan Hunger (Iriantara, 36)
mendaftar ada 10 masalah yang paling sering dijumpai organisasi
saat mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan
organisasi. Kesepuluh masalah yang sering muncul, lebih dari
Separuh dari 500 perusahaan disurvei Fortune tahun 1993 saat
mengimplementasikan strategi adalah sebagai berikut47:
1. Implementasi berjalan lebih lambat dari yang direncanakan.
2. Ada masalah besar yang tak terantisipasi.
3. Koordinasi kegiatan yang tidak efektif.
4. Kegiatan yang saling bersaing dan krisis yang mengalihkan
perhatian dan implementasi.
5. Kemampuan karyawan yang terlibat tidak memadai.
6. Pelatihan dan pembelajaran yang tak memadai pada karyawan
level terendah.
46 Ibid., hlm. 36 47 Ibid., hlm.36
39
7. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat dikontrol.
8. Kepemimpinan dan arahan manajer yang tak memadai.
9. Lemahnyaa pendefinisian kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas
implementasi yang pokok.
10. Lemahnya monitoring kegiatan melalui sistem informasi.
Keberhasilan dalam manajemen strategis ditentukan oleh
perumusan dan implementasi strategi yang baik. Bila salah satu
buruk misalnya implementasinya buruk, maka secara keseluruhan
gagal48.
2.1.3.4 Jenis Kampanye
Jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan
motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program
kampanye. Motivasi tersebut pada giliran menentukan kearah mana
kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi
secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye.
Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992) (Venus,
2009) kemudian membagi jenis kampanye kedalam tiga kategori yakni49
:
48 Ibid., hlm 36 49 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm.6
40
1. Product- oriented atau kampanye yang berorientasi pada produk
kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau
corporate campaigns.
2. Candidate- oriented campaigns atau kampanye yang
berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat
untuk meraih kekuasan politik.
3. Ideologically or cause candidate campaigns adalah jenis
kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat
khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu
kampanye jenis ini dalah istilah Kotler disebut sebagai social
change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk
menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan
perilaku publik yang terkait.
Berdasarkan uraian diatas, Kampanye Earth Hour masuk
kedalam jenis Ideologically or cause candidate campaigns. Pada
prinsipnya pemilihan jenis kampanye tersebut, karena kampanye Earth
Hour memiliki tujuan yang mengharapkan perubahan sosial.
Kampanye Earth Hour, merupakan sebuah kampanye yang terlahir dari
permasalahan lingkungan, khususnya karena adanya perubahan iklim.
Sehingga kampanye Earth Hour ini ditujukan sebagai langkah dalam
menangani masalah lingkungan tersebut melalui perubahan sikap dan
perilaku publik untuk berhemat energi dan menggunakan energi secara
bijaksana.
41
2.1.3.5 Faktor Penghambat Kampanye
Dalam melakukan kampanye pasti akan ditemukan hambatan-
hambatan didalamnya, menurut Kotler dan Roberto dalam (Venus,
2009) menurut mereka, ketidakberhasilan pada bagian besar kampanye
dikarenakan50 :
1. Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan
khalayak sasarannya secara tepat. Hasilnya kampanye tersebut
menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan
tidak dapat dikonstruksi sesuai dengan karakteristik khalayak.
2. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak
cukup mampu memotivasi khalayak.
3. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan
semacam petunjuk bagaimana khalayak harus mengambil
tindakan yang diperlukan.
4. Kegagalan pada sebuah program kampanye yang berorientasi
perubahan sosial juga dapat terjadi karena pelaku kampanye
terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya
dengan komunikasi antar pribadi.
5. Akhirnya dengan ringan Kotler dan Roberto menyatakan bahwa
sebuah kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran
50 Ibid., hlm. 131
42
untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga
pelaku kampanye tak bisa berbuat secara total.
Dari uraian diatas,keterkaitan dalam penelitian ini peneliti dapat
melihat hambatan-hamabatan yang terjadi pada program kampanye
“Earth Hour”. Dari identifikasi hambatan-hambatan tersebut dapat
membantu dalam proses audit komunikasi program kampanye “Earth
Hour WWF-Indonesia. Hambatan yang nantinya diketahui dapat
menjadi sebuah evaluasi yang harus diperbaiki oleh organisasi WWF-
Indonesia agar kampanye “Earth Hour” menjadi lebih efektif dan lebih
baik dari yang sebelumnya.
2.1.3.6 Kampanye Earth Hour
Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun
2009. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 di Bandung dan
Semarang, lalu pada tahun 2011 di Surabaya dan tahun-tahun berikutnya
di ikuti oleh kota-kota lainnya. Pada tahun 2016 , ditahun kesepuluh ini
Earth Hour secara global mengajak individu di dunia untuk terlibat
dalam mobilisasi dan aksi dalam ruang digital, Earth Hour ingin
menggunakan kekuatan sosial untuk mengubah individu agar bisa
mendapatkan informasi dan terlibat dalam aksi iklim. Momentum Earth
Hour diharapkan dapat membangun sebuah solidaritas dan komitmen
global melalui aktivasi individu di semua platform digital. Sehingga
pada tahun 2015-2016 Earth Hour secara global mengambil tema
43
“Change climate change and shine a light on climate action” yang
bertujuan untuk menjadikan potensi individu menjadi bagian penting
dari upaya untuk mengubah dan mengurangi perubahan iklim, melalui
sebuah aksi individu untuk menciptakan dampak besar bagi lingkungan
yang lebih baik dimasa depan.
Strategi yang digunakan dalam kampanye Earth Hour 2016 ini,
menggunakan strategi crowdfunding dan crowdsourcing51. Menurut
Barette (2011) mendefinisikan crowdfunding sebagai pendekatan
keuangan kolektif yang memungkinkan individu-individu
mengumpulkan sumberdaya yang dimiliki untuk mendanai suatu proyek
yang diminati52. Maka crowdfunding atau pendanaan oleh khalayak atau
urun daya dapat diartikan sebagai suatu inisiatif pengumpulan dana yang
diajukan oleh individu/tim/organisasi/entitas untuk mewujudkan suatu
proyek. Sedangkan crowdsourcing didefinisikan sebagai suatu aktifitas
atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau institusi yang
mengambil salah satu fungsi pekerjaan atau tugas yang seharusnya
dilakukan oleh karyawannya menjadi disebarluaskan secara terbuka dan
bebas untuk orang banyak atau kerumunan yang terkoneksi dengan
jaringan komputer, dalam hal ini Internet (Howe, 2009)53. Konsep umum
51 Galih Prasongko dan Chris Rahardian.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF
Indonesia, Graha Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016 52 Bina Nusantara Universitas.2012.http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-
00901-AKSI%20Bab2001.pdf . Thesis BAB 2 Kajian Pustaka. Diakses pada tanggal 5 Mei
2016,pukul 19:32 WIB. 53 Ibid., Diakses pada tanggal 5 Mei 2016,pukul 19:32 WIB.
44
crowdsourcing adalah adanya pelibatan yang tidak terbatas dan tanpa
memandang latar belakang pendidikan, kewarganegaraan, agama, amatir atau
professional, bagi setiap orang yang ingin memberikan kontribusinya atau
solusinya atas suatu permasalahan yang dilemparkan oleh individu,
perusahaan atau institusi.
Strategi tersebut dilakukan untuk mengajak publik yang tidak
memiliki waktu luang untuk melakukan aksi kampanye Earth Hour,
dengan mengikuti crowdfunding dan crowsourcing. Untuk program
crowdfunding Earth Hour di mulai dari tahun 2015, ini atas dasar
inisiasi WWF untuk mencoba membantu pendanaan program dari
beberapa kota yang sudah atau akan melaksanakan beberapa program
konservasi sebagai lanjutan "apa yang dilakukan setelah Earth Hour"54.
Untuk tahun 2015 program crowdfunding berjudul "Hijaukan Hutan
Birukan Laut", donator dapat berdonasi melalui kitabisa.com pada
website Earth Hour Indonesia. Program-programnya adalah konservasi
penyu (Padang), Konservasi Penyu (Yogyakarta), Adopsi Coral
(Denpasar), Penanaman Mangrove (Denpasar), Penanaman Mangrove
(Surabaya) dan Penanaman Mangrove (Balikpapan) dan terus berlanjut
sampai tahun 2016.Sedangkan tema untuk program crowdsourcing
adalah Shine a Light on Climate Change salah satunya adalah petisi
“Beli yang Baik”, Donate Social Feed, dan juga bergabung menjadi
54 Galih Prasongko dan Chris Rahardian.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF
Indonesia, Graha Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016
45
campaigner dalam komunitas Earth Hour ataupun membangun
komunitas Earth Hour di daerah yang belum terdapat komunitas
tersebut.
Pada strategi crowfunding adalah dengan konsolidasi dengan
pemerintahan dan juga dengan perusahaan-perusahaan dan instansi-
instansi lainnya, menjadikan sebuah konflik sebagai langkah inisiatif
dalam bentuk video untuk disebarluaskan kepada media, dan
menjadikan WWF-Indonesia sebagai sumber yang memberikan
pengetahuan mengenai konservasi-konservasi sebagai langkah untuk
mengajak target sasaran. Kekuatan pada media sosial menjadi salah satu
media yang digunakan oleh WWF-Indonesia dalam menjalankan
strategi crowsourcing. Campaign Delivery Estimated Timeline yang
digunakan untuk pelaksanaan strategi crowsourcing kampanye Earth
Hour55.
1. Hook Engage individuals with our provocative climate story
(Menarik keterlibatan Individu dengan Cerita Iklim Provokasi)
We want to drive urgency and give a strong reason, a ‘why’, that every individual needs to take climate action today. Through the voices of kids, students, adults, grandparents - we want to tell an emotional story of how and why climate change affects people of all ages, backgrounds and cultures. This video will be launched 4 weeks to EH. Sebuah urgensi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dengan
menceritakan mengenai sebuah permasalahan perubahan iklim yang
55 File Pribadi WWF-Indonesia.2016. Final Presentation Earth Hour 2016.Jakarta.hlm 7-8,12-13
46
dikemas dalam sebuah video yang akan disebarluaskan pada media
sosial yang dimiliki oleh WWF-Indonesia.
2. Amplify and Empower Donate your social power (Memperkuat
dan memberdayakan Donate kekuatan sosial Anda)
Intrigued by our compelling story, motivated viewers can take aviewers can take A Digital Action (i.e. donate their social feed) to exponentially spread the message of change climate change through their social network. We want to empower individuals to inspire their like-minded networks to join them to take climate actions. This ‘donate your feed’ plugin will be launched 4 weeks to EH on earthhour.org and the execution of the feed will be released during Earth Hour.
WWF-Indonesia mengajak khalayak untuk menyebarluaskan mengenai
permasalahan perubahan iklim melalui jejaring sosial yang dimiliki
oleh khalayak. WWF-Indonesia memanfaatkan feed media sosial
khalayak dalam meyebarluaskan pesan kampanye.
3. Amplify and Empower Local Versions (Memperkuat dan
memberdayakan Versi Lokal)
With the hook of the video, local teams can also inspire individuals to take the ‘amplifying’ action best suited to drive their climate outcome in their local market. This could be a Facebook plugin similar to the global team’s, or SMS or messaging services like LINE- essentially the platform that offers individuals the power to mobilise their network to support a cause they believe in.
Pada langkah ini WWF-Indonesia mengaitkan video dengan nilai-nilai
lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, tim dari kampanye Earth
Hour mendorong khalayak dengan menginspirasi individu-individu
melalui video tersebut sehingga dapat memperkuat kampanye pada
versi lokal.
47
4. Exponential Show of Solidarity Change Profile Photo On The
Night Of Earth Hour (Eksponensial Tampilkan Solidaritas Ganti
Foto Profil On The Night Of Earth Hour)
On the night of Earth Hour, we ask people to take a single, simple action of changing their profile photo on Facebook to show their support to change climate change. This will be the digital version of ‘lights out’.
Strategi ini dilakukan oleh WWF-Indonesia dalam kegiatan kampanye
Earh Hour dengan mengajak pengguna media sosial khususnya
Facebook untuk mengubah foto pribadi pada Facebook ketika acara
selebarsi Earth Hour dilaksanakan ketika malam hari, sebagai tindakan
mendukung kampanye tersebut.
Target sasaran pada kampanye Earth Hour ini adalah seluruh
lapisan masyarakat. Kampanye Earth Hour ini atau 60+, mengajak
seluruh lapisan masyarakat untuk mematikan lampu dengan
menggunakan satu jari. Dipilihkan aksi tersebut karena, mematikan
lampu dengan menggunakan satu jari adalah aksi yang mudah dan dapat
dilakukan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa56. Selain target
khalayak sasaran, pada tahun 2009 hingga 2012, kota menjadi target
sasaran Kampanye Earth Hour memiliki target memperbanyak kota-
kota yang mengikuti kampanye Earth Hour. Pada tahun 2013 hingga
2016 mulailah individu yang menjadi target sasaran. Maka dari itu,
56 Galih Prasongko.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF Indonesia, Graha
Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016
48
kampanye Earth Hour memanfaatkan media online untuk mengajak
individual untuk ikut dalam aksi Kampanye Earth Hour57. Pada
perencanaan Kampanye Earth Hour 2015, kota yang menjadi target
sasaran sebanyak 48 kota dengan 70 landmark. Target khalayak yang
dicapai sebanyak 15.000 orang58. Tahun 2016 kota yang menjadi target
80 kota dengan 180 landmark dan target khalayak sebanyak 2.000.000
orang59.
Hasil evaluasi pada kampanye Earth Hour 2015 adalah sulitnya
untuk melakukan aksi serentak pada kampanye Earth Hour di tiap kota,
sedangkan isu yang diangkat merupakan isu regional. Hal tersebut
merupakan kendala dalam menyebarluaskan aksi kampanye Earth
Hour. Pada tahun 2014, Kampanye Earth Hour sudah dimulai
membagikan isu sesuai dengan permasalahan lingkungan di wilayah
masing-masing. Perbaikan dari hasil evaluasi pada tahun 2015
dilaksanakan pada tahun 2016. Kampanye Earth Hour pada tahun 2016,
aksi kampanye disesuaikan dengan isu pada masing-masing wilayah.
Pada wilayah Jawa dan Bali isu yang perlu dikampanyekan adalah
mengenai Energi, pada wilayah Sumatera, Aceh dan Kalimantan isu
yang dikampanyekan adalah mengenai Hutan60.
57 Ibid., 58File pribadi WWF -Indonesia. 2015. Highlight Earth Hour 2015.Jakarta. hlm.1 59 Ibid.,. hlm.1 60 Hasil wawancara dengan Koordinator Earth Hour Indonesia, pada tanggal 03 Mei 2016.
49
Dari uraian diatas, strategi Earth Hour 2016 menjadi sebuah
acuan dalam melakukan sebuah audit untuk memperbaiki kampanye
Earth Hour di tahun-tahun berikutnya . Dengan adanya strategi Earth
Hour 2016 membantu dalam mengevaluasi program kampanye Earth
Hour. Secara keseluruhan strategi program kampanye Earth Hour 2016
menggunakan kekuatan pada komunitas, sosial media, ikon kota dalam
melakukan aksi bersama.
50
2.1 Tabel Strategi Kampanye Earth Hour 2016
Sumber : Hasil Wawancara dengan Koordinator Earth Hour
Indonesia, pada tanggal 03 Mei 2016
51
2.1.4 Audit Komunikasi
2.1.4.1 Pengertian Audit Komunikasi
Istilah audit komunikasi diperkenalkan pertama kali oleh
George Ordiane melalui karya klasiknya, “An Application of
Communications Audit” yang diterbitkan dalam jurnal Personnel
Psychology 7 (1954 :235-243) 61 yang ingin menunjukkan bahwa
proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa, dievaluasi,
dan diukur secara cermat dan sistematik sebagaimana halnya dengan
catatan-catatan keuangan. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai
pelaksanaan dari sistem komunikasi ataupun program komunikasi
khusus dapat diukur, sehingga kualitas dan kinerja para eksekutif,
pejabat dan staff komunikasi dapat diketahui dan bila diperlukan dapat
diperbaiki secara sistematis, sehingga efektivitas maupun efisiensi
komunikasi dapat meningkat.
Para praktisi dan konsultan komunikasi cenderung memberikan
definisi teknis operasional yang singkat dan tegas. Anthoni Booth
(Hardjana:2000) dalam buku The Communication Audit : A guide for
Managers memberi definisi sebagai berikut :
“The Process whereby the communication within an organization are analyse by internal or external consultan with a view to increasing organizational efficiency. (Audit Komunikasi adalah proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi didalam
61 Andre Hardjana. 2000. Audit Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta. hlm. 1
52
organsiasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan meningkatkan efisiensi organisasi62”.
Definisi operasional diatas dengan tegas membatasi ruang
lingkup audit komunikasi. Kegiatan yang di audit terbatas berfokus
pada komunikasi dalam organisasi. Tujuannya untuk menyatakan dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Maka audit juga
bertujuan menemukan segala gangguan komunikasi, menyingkap
kemacetan informasi, kendala komunikasi efektif, dan peluang yang
disia-siakan.
Pengertian Audit humas menurut Andre Hardjana (2000: 162),
Audit Humas adalah “alat evaluasi terbaik untuk program jangka
panjang, dengan menunjukkan kekuatan atau kelemahan yang ada,
audit komunikasi menyikapi berbagai kebutuhan dan menggaris bawahi
validitas untuk meningkatkan kegiatan”63. Pengertian lain mengenai
audit komunikasi menurut Gerald Goldhaber dalam bukunya
Organizational Communication (Hardjana :2000) menjelaskan bahwa
audit komunikasi ialah “pemeriksa diagnosis yang dapat memberikan
informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang
lebih besar”64.
Dengan demikian, setelah mencermati definisi-definisi audit
komunikasi diatas, paling tidak didapatlah dibuat definisi sederhana
62 Ibid., hlm.19 63 Ibid., hlm 162 64 Ibid., hlm 9-10
53
dan tegas tentang audit komunikasi yaitu : “Audit Komunikasi adalah
kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem
komunikasi keorganisasian yang mempunyai tujuan untuk
meningkatkan efektivitas organisasi”65. Dalam melakukan evaluasi,
peneliti menggunakan audit komunikasi untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas program kampanye World Wildlife Fund for Nature –
Indonesia “Earth Hour”, apakah berjalan sesuai dengan tujuan awal
perencanaan program yang dibuat.
2.1.4.2 Tujuan Audit Komunikasi
Pada dasarnya alasan pokok penyelenggaraan audit komunikasi
adalah karena eksekutif ingin mengetahui bagaimana sistem komunikasi
yang sudah ditetapkan bagi organisasinya dilaksanakan untuk
menghadapi situasi tertentu. Tujuan pokok dari audit komunikasi adalah
untuk meningkatkan efektifitas sistem komunikasi organisasi.
Maksudnya adalah eksekutif organisasi ingin mengetahui apakah
dampak kegiatan-kegiatan komunikasi di kalangan anggota organisasi
atau instansi cukup besar dalam upaya pencapaian sasaran dan tujuan
organisasi serta bagaimana cara yang cocok untuk meningkatkan
dampak komunikasi tersebut. Dalam kenyataanya, eksekutif organisasi
sering juga mempunyai alasan dan tujuan khusus untuk melakukan audit
65 Ibid., hlm.13
54
komunikasi sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh
organisasi, baik secara internal maupun eksternal.
Dalam praktek, alasan dan tujuan mengapa audit komunikasi
dilaksanakan oleh organisasi dijabarkan dan dirinci secara teknis dan
praktis. Penjabaran dan rincian tersebut bersifat khas, karena harus
disesuaikan dengan keistimewaan situasi dan kebutuhan yang muncul.
Di antara sejumlah tujuan penting yang banyak dikemukakan oleh para
eksekutif untuk melakukan audit komunikasi menurut laporan ICA
Communication Audit Gerald Goldhaber dan Donald Rogers, 1979
(Hardjana, 2000), adalah untuk memperoleh informasi tentang “muatan
informasi dalam kaitannya dengan topik – topik penting, sumber dan
saluran informasi, kualitas informasi dan kualitas komunikasi”, karena
muatan informasi dalam bentuk kelebihan muatan (overload) atau
kekurangan muatan (underload) merupakan sumber distorsi paling
besar dalam sistem komunikasi.66
Untuk lebih jelasnya Andre Hardjana membagi delapan tujuan
pokok audit komunikasi sebagai berikut67 :
1. Menentukan “lokasi” dimana kelebihan muatan informasi (over-
load) ataupun kekurangan muatan informasi (underload) terjadi.
2. Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan/atau
kepada sumber-sumber informasi.
66 Ibid., hlm.16 67 Ibid.,hlm.16-17
55
3. Mengukur kualitas hubungan – hubungan komunikasi, secara
khusus mengukur sejauh mana kepercayaan antarpribadi (trust),
dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara
keseluruhan dilaksanakan.
4. Mengenali jaringan-jaringan yang aktif-operasional untuk desas-
desus (rumor), pesan-pesan sosial, dan pesan-pesan kedinasan (Job
related).
5. Mengenali sumber-sumber kemacetan (bottlenecks) arus informasi
dan para penyaring informasi (gatekeepers) dengan
memperbandingkan peran-peran komunikasi dalam praktek.
6. Mengenali kategori-kategori dan contoh-contoh tentang
pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa komunikasi yang
tergolong positif ataupun tergolong negatif.
7. Menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkatan
pribadi, kelompok, dan organisasi dalam berkaitannya dengan topik,
sumber, saluran, frekuensi, jangka waktu, dan kualitas interaksi.
8. Memberikan rekomendasi-rekomendasi tentang perubahan atau
perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap, perilaku,
praktek-praktek kebiasaan, dan keterampilan yang didasarkan atas
hasil analisis Audit komunikasi.
Dari uraian diatas, Audit komunikasi merupakan suatu
analisis yang lengkap dari sistem komunikasi organisasi internal dan
eksternal. Dilakukan atas perintah atau kepentingan dari manajemen
56
teratas dan memiliki ruang lingkup dari hanya sebuah divisi kerja
hingga keseluruhan organisasi. Untuk itu cakupan tinggi manapun unit
atau organisasi, dibutuhkan dukungan manajemen agar usaha audit
komunikasi membawa manfaat bagi organisasi.
Jadi, WWF- Indonesia sebagai lembaga nonprofit yang
menjalankan kampanye Earth Hour dapat mengetahui program
kampanye Earth Hour sudah berjalan dengan baik atau belum. WWF –
Indonesia pun mengetahui sumber-sumber kemacetan arus informasi
yang dapat membuat kampanye Earth Hour menjadi tidak efektif.
Sehingga WWF-Indonesia dapat melakukan perbaikan yang perlu
dilakukan dalam kegiatan kampanye dan memberikan rekomendasi-
rekomendasi kepada manajemen teratas.
2.1.4.3 Prosedur Audit Komunikasi
Seperti pada metode-metode penelitian lainnya, metode audit
komunikasi juga memiliki prosedur yang harus dilalui peneliti sehingga
persyaratan ilmiah dapat dipenuhi. Prosedur atau tahapan yang perlu
diuraikan dan dilakukan dalam audit komunikasi.
Berkaitan dengan tahap-tahap penelitian audit komunikasi,
Moore dan Jones (Jamiludin,2004) membaginya menjadi empat tahap68.
1. Menyelidiki apa yang “kita” pikirkan
68 Ritonga, Jamiludin. 2004. Riset Kehumasan. PT.Grasindo Anggota Ikapi. Jakarta. hlm. 121
57
2. Menyelidiki apa yang “mereka” pikirkan
3. Mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang
4. Menganjurkan atau merekomendasikan program komunikasi yang
komprehensif dengan tujuan untuk mengakhiri kesenjangan tersebut.
Dalam hal ini, yang dimaksud apa yang kita pikirkan, berkaitan
dengan sesuatu yang ideal yang ingin dicapai oleh suatu lembaga,
dengan kata lain adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga.
Kedua, menyelidiki apa yang kita pikirkan. Maksudnya “mereka” di
sini adalah semua internal public dan external public dari suatu
perusahaan atau lembaga yang akan diaudit. Ketiga, mengevaluasi
perbedaan antara dua sudut pandang dimaksudkan untuk melihat
keberhasilan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Caranya dengan
membandingkan apa yang perusahaan pikirkan dengan apa yang
“mereka” pikirkan, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau
lembaga dapat dikatakan berhasil.
Dari uraian diatas, berkaitan dengan tata cara pelaksanaan audit.
Prosedur tersebut menjadi sebuah acuan pelaksanaan sebuah audit yang
benar dalam penelitian audit komunikasi pada program kampanye
Earth Hour WWF-Indonesia.
58
2.1.4.4 Linking a Public Relations Planning with an Evaluation
Model
Sejumlah model telah dikembangkan untuk menjelaskan
bagimana proses riset evaluasi yang harus dilakukan dalam suatu
program dalam ranah humas yang diterapkan. Riset evaluasi
merupakan rangkaian proses evaluasi yang meliputi perencanaan
(preparation), implementasi (implementation) dan dampak (impact)
dari sebuah program. Salah satu program yang dapat dievaluasi yaitu
program Kampanye. Terdapat 5 model yang sudah diidentifikasikan
dan dievaluasi oleh Uk academia : Paul Noble dan Tom Waton.
Kelima model itu adalah Model PII, model makro evaluasi PR atau
The Macro Model of PR Evaluation, The PR “effectiveness
Yardstick”, model evaluasi berkesinambungan atau continuing
model of evaluation, dan model terpadu atau The Unified.
Selain kelima model diatas, Jim Pritchitt dan Bill Sherman
mencantumkan model riset dalam gold paper no 11 dimana
digambarkan bahwa proses evaluasi itu menjadi bagian yang sangat
menyatu dengan kegiatan atau program yang akan
dievaluasi69.Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam melakukan
evaluasi pada suatu program Public Relations tidak dapat dilakukan
secara sepotong-sepotong. Evaluasi sudah harus dimulai dari awal
69 Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 10
59
program itu dibentuk, yakni, ketika manajemen baru mulai
menyusun tujuan awal program. Model riset ini memiliki empat
tahap, fase pertama yaitu menentukan tujuan dari suatu kegiatan,
fase kedua yaitu mulai menentukan target audiens, mulai membuat
rangkaian acara, serta mulai membuat perencanaan keuangan. Lalu
di fase ketiga adalah pengaplikasian atau mulai melaksanakan
program yang telah direncanakan tadi. Dan yang terakhir fase
empat yaitu dengan menganalisa hasil yang diperoleh dari
implementasi program. Berikut penjelasan mengenai tahapan
persiapan hingga dampak :
a. Evaluasi Preparation
Pada tahapan ini merupakan tahapan pada awal program,
dimana program mulai direncanakan oleh sebuah organisasi.
Tahapan ini merupakan tahapan awal untuk mempertimbangkan
sebuah program yang akan dijalankan. Evaluasi persiapan
dilakukan untuk menilai kualitas dan kecakupan pengumpulan
informasi dan perencanaan strategi70. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui nilai sehingga kegiatan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Nilai-nilai yang dimaksud pada evaluasi tahap
persiapan dari program mencakup campuran penilaian subjektif
dan objektif terhadap kecukupan riset latar belakang, organisasi
70 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media
Group. Jakarta.hlm.420
60
dan isi materi program, dan pengemasan dan penyajian materi
program71.
Langkah pertama yang dilakukan pada tahapan ini adalah
kecukupan riset latar belakang, langkah ini digunakan untuk
merencanakan sebuah program dengan menilai kecukupan
pengumpulan informasi dan penelitian dalam fase persiapan
dari proses evaluasi. Langkah kedua yang dilakukan pada
tahapan ini , mengkaji organisasi dan ketepatan program serta
strategi dan taktik pesan. Langkah ini menjelaskan tinjauan dari
sisi kritis, dimana apa yang dilakukan dan dikatakan oleh
sebuah organsasi harus bisa menjadi pedoman72. Hal yang perlu
diperhatikan dalam langkah ini yaitu, apakah isi program sesuai
dengan permasalahan,sasaran dan media, apakah
komunikasinya akurat, tepat waktu dan tepat sasaran untuk
publik yang menjadi target, apakah peristiwa, tindakan korektif
dan aktivitas lainnya mendukung usaha program?, apakah staf
dan anggran sudah cukup untuk melaksanakan program
tersebut73. Analisis tersebut dapat memberikan bukti untuk
mengevaluasi seberapa dekat dengan kesesuaian upaya dari
program dengan rencana. Pada langkah ini analisis isi pun
dilakukan oleh seorang Humas, hal ini dapat memberikan bukti
71 Ibid.,hlm.420 72 Ibid., hlm.420 73 Ibid., hlm420
61
untuk mengevaluasi seberapa dekat kesesuaian antara program
dengan apa yang direncanakan sebelumnya. Praktisi
menggunakan hasil analisis seperti isi materi press release,
artikel, ataupun lainnya untuk penempatan media.
Langkah ketiga mengenai kualitas pesan dan elemen
program, langkah terakhir dari evaluasi persiapan. Langkah
dalam evaluasi program ini mempertimbangkan kualitas dari
para praktisi, dengan melihat elemen-elemen dari sebuah
desain, format penelitian, gaya penelitian,, gambar dan lainnya.
Faktor-faktor ini, bersama dengan pemahaman bahwa apa yang
ditulis oleh peneliti dan apa yang dibaca oleh pembsaca, akan
mempengaruhi penerimaan dan dampak isi tulisan cetak74.
Pada tahapan persiapan ini Jim Prichitt dan Bill Sherman
memiliki 10 teknik yang disarankan untuk digunakan dalam
pengevaluasian , teknik tersebut yaitu, Analysis of exiting data,
Benchmark Research, Focus group discuccion, Pilot
questionnaire, Communication audit, Review of case studies,
Readability test, Expert Review, Surveys of publics dan Network
Analysis75.
74 Ibid., hlm421 75 Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 13-14
62
Peneliti menganalisa data dokumen baik itu primer maupun
sekunder dari data-data perusahaan yang berupa rancangan-
rancangan, tujuan, juga latar belakang program sebagai tahap
perencanaan program kampanye “Earth Hour”. Data dokumen
ini didukung oleh data wawancara mengenai tahapan
perencanaan program kampanye “Earth Hour” dari pihak
World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. Peneliti
menggunakan satu dari sepuluh teknik yang disarankan yaitu
teknik analysis of existing data. Teknik ini bertujuan untuk
melihat fakta-fakta yang telah diketahui dan benar. Mereview
semua materi yang memungkinkan untuk diperiksa fakta-fakta
yang telah diketahui pada program tersebut. Materi yang
dievaluasi mencakup :
a. Latar Belakang Program.
b. Tujuan Program .
c. Rancangan Kegiatan Program.
b. Evaluasi Implementation
Tahapan ini merupakan tahapan untuk pengukuran hasil dari
perencanaan. Pada tahapan ini biasanya menghitung jumlah
publikasi yang akan dicetak, news release yang akan
didistribusikan, berita yang ditempatkan media dan pembaca
atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga dalam
hal hubungan media, beberapa konsultan dan departemen
63
membandingkan jumlah rilis distribusi rilis terhadap target yang
telah ditetapkan, jumlah wawancara diatur, dan menyebutkan
hitungan jumlah yang dicapai, untuk mengukur
implementation76.
Tahapan ini memiliki kriteria dan metode untuk
mengevaluasi bagian komunikasi dari penerapan sebuah
program. Tahapan teresebut dimulai dari langkah pertama yaitu
melihat dan mencatat jumlah pesan yang akan didistribusikan.
Langkah ini adalah dokumentasi langsung terhadap berapa
banyak surat, news release, berita, publikasi, pengumuman
publik, dan komunikasi lainnya yang telah dihasilkan dan
didistribusikan77. Dengan kata lain, langkah ini merupakan
rekam jejak atau sebuah dokumentasi semua materi dan
aktivitas yang telah diproduksi dan dihasilkan. Selama program,
dokumentasi tersebut atau data-data mengenai jumlah pesan
yang telah disebarluaskan kepada publik, memberikan catatan
mengenai bukti bahwa program sudah di jalankan atau
diimplementasikan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
76 Ibid., hlm. 17 77 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit,hlm.424
64
Terlepas dari beberapa banyak yang telah di sebarluaskan,
maka langkah selanjutnya adalah jumlah pesan yang
ditempatkan di media. Hal ini akan menetukan terhadap target
sasaran yang akan membaca mengenai isi pesan yang telah
didistribusikan. Penempatan informasi mengenai sebuah
program ini menentukan seberapa banyak target sasaran yang
akan mengetahui isi pesan yang disampaikan oleh organisasi.
Fase ini mengindikasikan efektivitas dalam menempatkan pesan
ke saluran komunikasi yang diharapkan. Menurut Cutlip dan
Broom menyatakan bahwa “ jejak pendapat media menemukan
bahwa materi itu tidak dipakai karena materi itu tidak diterima
oleh orang yang tepat. Bahkan materi tertulis yang paling efektif
sekalipun tidak akan berpengaruh jika tidak dikirmkan ke
publik yang tepat sasaran”78. Hal ini berarti penempatan media
publikasi yang tepat dapat menjangkau target sasaran sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
Langkah selanjutnya adalah menentukan berapa banyak
target sasaran yang menerima pesan, yaitu jumlah orang yang
mungkin Menerima pesan program. dalam langkah ini target
sasaran atau audien di bedakan, yaitu audien penerima
(delivered audien) dengan audien efektif (Effective audience)79.
78 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit,hlm 424,425 79 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit, hlm.425
65
Audien penerima meliputi semua pembaca, pemirsa, pendengar
atau hadirin potensial. Audien efektif adalah mereka yang
merupakan publik sasaran. Langkah ini menjelaskan mengenai
jenis target audien yang akan menerima pesan, namun menurut
Cutlip dan Broom besarnya audien jarang menjadi
pertimbangan utama, isi audien lebih penting bagi evaluasi
program”80. Jadi, pada tahapan evaluasi yang menjadi sebuah
pertimbangan adalah berapa banyak target sasaran yang terkena
informasi bukan seberapa banyak publik yang melihat apa yang
dipublikaskan.
Dalam tahap implementasi peneliti mengevaluasi efektifitas
semua data-data yang menyangkut pada tahap pelaksanaan
program. Pelaksanaan program tersebut dimulai ketika program
sudah mulai dipublikasikan baik secara langsung ataupun tidak
langsung kepada target sasaran khalayak sampai program
tersebut dilaksanakan. Pada tahapan implementasi ini Jim
Prichitt dan Bill Sherman memiliki sebelas teknik yaitu
Statistics on distribution, Media monitoring, Media content
analysis, Audience analysis, Statistical analysis, Response rate,
Coding material, Attitude and Image studies, Communication
80 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit, hlm.426
66
audit, Organisational culture studie dan Analysis of
complaints81.
Pada tahap ini peneliti menggunakan empat teknik yaitu
teknik audience analysis, attitude and image studies,
communication audit dan analysis of complains. Dalam hal ini
keempat teknik tersebut merupakan teknik yang dapat
digunakan kedalam metode kualitatif sesuai dengan metode
penelitiann peneliti. Teknik audience analysis memiliki tujuan
untuk mengukur efek terhadap peserta. Teknik attitude and
image studies bertujuan menemukan sikap dari stakeholder,
dalam hal ini target audience, terhadap organisasi dan program
kampanye. Image studies ini, untuk melihat posisi organisasi
dan program dimata target audience. Teknik selanjutnya adalah
communication audit, tujuannya peneliti ingin melihat
bagaimana program yang dijalankan dapat disebarluaskan pada
target audience. Teknik terakhir adalah analysis of complaints
dimana tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah yang
ada maupun masalah potensial yang dapat terjadi dikemudian
waktu.
81 Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning & evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 17-18
67
c. Mengevaluasi Impact
Evaluasi hasil telah didefinisikan sebagai yang berkaitan
dengan hasil akhir dari upaya Public Relations. Ini harus
berhubungan dengan tujuan yang telah disepakati dengan
manajemen sejak awal. Sebagai Cutlip, Center dan Broom
mendefinisikan "dampak" (hasil) sejauh mana hasil pengukuran
data dijabarkan dalam tujuan untuk setiap kelompok sasaran dan
tujuan program secara keseluruhan yang dicapai82. Pengukuran
dampak mencatat seberapa jauh hasil yang dinyatakan dalam
sasaran untuk masing-masing publik sasaran dan keseluruh dari
tujuan program yang telah dicapai penilaian dampak dibagi
menjadi dua yaitu penilaian dampak menengah dan dampak
sumatif83. Dimana dampak menengah akan memonitor
kemajuan ke arah sasaran dan tujuan saat program masih
diimplementasikan sedangkan dampak sumatif memberikan
bukti kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai tujuan yang
direncanakan.
Kriteria untuk mengevaluasi efek program harus
dinyatakan dengan jelas dalam sasaran yang menjadi pedoman
82Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media
Group. Jakarta.hlm.429 83 Ibid., hlm.429
68
persiapan dan implementasi program. Untuk evaluasi dampak,
kriteria yang dipilih karena dianggap sebagai langkah esensial
untuk mencapai keseluruhan tujuan program, maka penilaian
dampak pertama adalah meneliti apa yang dipelajari orang dari
program. Langkah pertama dengan pengukuran jumlah orang
yang mengetahui isi pesan. Program berusaha
mengkomunikasian informasi untuk menaikkan pengetahuan,
kesadaran, dan pemahaman di lingkungan target sasaran.
Peningkatan pengetahuan seringkali penting untuk
meningkatkan minat atau motivasi, yang akan menghasilkan
sebuah tindakan yang akan dilakukan. Kunci untuk
mengevaluasi apa yang dipelajari orang dari suatu program
(atau sumber yang bersamaan) adalah dengan mengukur,
variabel pengetahuan, kesadaran dan pemahaman84.
Selanjutnya adalah jumlah orang yang mengubah sikapnya,
merupakan sikap mempresentasikan predisposisi yang luas dan
lintas situasional. Sikap sulit berubah dalam waktu singkat.
Sikap berasal dari pengalaman dan penguatan sepanjang hidup
atau sesuai dengan apa yang telah dialami. Sehingga biasanya
banyak waktu dan tenaga untuk mengubahnya. Jumlah orang
yang bertindak sesuai dengan yang diinginkan merupakan
84 Ibid., hlm.430
69
langkah selanjutnya, dimana perubahan perilaku mungkin
mengikuti urutan perubahan pengetahuan dan predisposisi atau
mungkin juga tidak. Cutlip dan Brom berpendapat bahwa
“penilaian atas dampak program pada perilaku menggunakan
survei perilaku, pengamatan langsung terhadap tindakan orang
dan observasi tak langsung melalui penelitian catatan resmi atau
jejak lainnya yang ditinggalkan orang yang berperilaku itu”85.
Seperti yang dikatakan oleh Cutlip dan Broom, outcome/impact
adalah dampak yang diharapkan timbul pada target group yang
merupakan tujuan utama dari keseluruhan program yang telah
dilaksanakan yang mewakili tujuan dari perusahaan. Dampak
tersebut berupa perubahan dari sikap dan perilaku target audiens
ke arah yang seperti yang diharapkan oleh WWF-Indonesia.
Peneliti menggunakan Linking A Public Relations Planning
Model With An Evaluation Model untuk mengevaluasi program
kampanye “Earth Hour” karena :
1. Dalam model Linking a Public Relations with an Evaluation
Model ini, menjelaskan proses evaluasi dari tahap awal
sampai akhir serta menjelaskan teknik teknik apa saja yang
bisa digunakan dalam evaluasi pada tahap Preparation/Input,
85 Ibid., hlm.431
70
Implementation/Ouput dan Impact/Outcome, sehingga
model ini paling sesuai dengan tujuan peneliti.
2. Dalam model ini juga menampilkan kegiatan manajemen
dari awal sampai akhir dalam beberapa tahap, sehingga dapat
dijadikan sebagai acuan secara lengkap dan jelas, bila
dibandingkan dengan model lain yang hanya menampilkan
pada proses evaluasi saja.
3. Linking A Public Relations with an Evaluation Model,
mempermudah peneliti untuk mendapatkan data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian audit komunikasi program
Kampanye “Earth Hour”.
71
Gambar 2.1 Model Evaluasi Linking a Public Relations with an Evaluation
Model
Sumber : Gold and Paper no.11 PR Metrics- Research for Planning &evaluation
of PR & Corporate Communications86.
86 Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 15
72
2.2 Teori Informasi Organisasi
Teori informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu
komunikasi karena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis
bagaimana mengatur atau mengorganisasikan manusia dan memberikan
pemikiran rasional dalam memahami bagaimana manusia berorganisasi.
Menurut teori ini, organisasi bukanlah struktur terdiri atas sejumlah posisi dan
peran, tetapi merupakan kegiatan komunikasi sehingga sebutan yang lebih tepat
sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang menunjuk proses)
daripada organization atau organisasi, karena organisasi adalah suatu yang ingin
dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan.
Karl Weick mengembangkan suatu pendekatan untuk menjelaskan proses
organisasi dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang
diterimanya. Karl Weick berpendapat bahwa, melihat organisasi sebagai suatu
sistem yang menerima berbagai informasi yang membingungkan dan multitafsir
dari lingkungannya berusaha untuk memahaminya87. Dengan demikian,
menurut teori ini, organisasi dalam perkembangannya akan mengalami evolusi
seiring dengan upaya organisasi untuk memahami diri sendiri dan
lingkungannya.
Pendapat dari Karl Weick mengajukan satu istilah kunci, yaitu
ekuivokalitas ( berasal dari kata equivocality) yang berarti ketidakpastian atau
sulit dimengerti (komplikasi, tidak jelas, membingungkan dan multitafsir
87 Morissan.2009.Teori Komunikasi Organisasi.Ghalia Indonesia. Bogor.hlm.32
73
(ambigu) serta sulit diperkirakan. Menurut Weick, semua informasi dari
lingkungan dalam derajat tertentu, adalah tidak pasti, tidak jelas dan
membingungkan, dan kegiatan organisasi dirancang untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut88.
Menurut beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan
organisasi sebagai suatu sistem yang hidup (living system) yang melakukan
proses kegiatan untuk mempertahankan keberadaan dan mejalankan
fungsinya89. Suatu organisasi harus memiliki suatu prosedur untuk mengelola
seluruh informasi yang ingin diterima atau dikirimkan untuk mencapai
tujuannya. Organisasi adalah sistem karena terdiri atas orang-orang atau
kelompok yang saling berhubungan. Mereka saling bergantung satu sama lain
untuk mencapai tujuan mereka.
Fokus dari teori komunikasi organisasi adalah komunikasi informasi, hal
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi.
Sangatlah jarang satu orang atau satu bagian pada perusahaan memiliki seluruh
informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang
dibutuhkan berasal dari berbagai sumber. Namun dengan demikian, tugas
mengelola atau memproses informasi tidaklah sekedar bagaimana memperoleh
informasi, bagian tersulit adalah bagaimana memahami informasi dan
mendistribusikan informasi yang diterima itu dalam organisasi.
88 Ibid.,hlm. 32 89 Ibid., hlm.32
74
Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami
informasi yang membingungkan dan multi-tafsir. Teori ini memfokuskan
perhatiannya pada proses mengorganisasi anggota suatu organisasi untuk
mengelola informasi daripada struktur organisasi90.
Tahapan dalam pengorganisasian disebutkan Weick menjadi 3 bagian
penting:91
1. Tahap pemeranan (enactment), para anggota organisasi menciptakan
ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan sebuah
peristiwa.
2. Tahap seleksi, aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk
menentukan pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.
3. Tahap retensi, memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai
cara organisasi memberikan respons terhadap suatu situasi.
Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi
sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan
dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan
berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”.
Organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan
cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan.
Subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan
90 Ibid., hlm.35 91 Masmuh, Drs. Abdullah. 2013 Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori Dan Praktek. Malang. UMM Press. Hlm. 179
75
di dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari
lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin
mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir
semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam
organisasi terdapat siklus perilaku.
Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling
bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman
tentang pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang
ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan
oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang
digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan,
seleksi, atau penyimpanan). Terdapat beberapa asumsi yang mendasari ini
yaitu92.
1. Organisasi berada dalam suatu lingkungan informasi.
Asumsi pertama menyatakan bahwa organisasi berada dalam satu
lingkungan informasi, ini berarti bahwa bergantung pada informasi untuk
dapat berfungsi secara efektif dan cukup dapat mencapai tujuannya.
2. Informasi yang diterima organisasi berbeda dalam hal tingkat kepastiannya.
Asumsi kedua yang dikemukakan Weick menyatakan bahwa informasi yang
diterima suatu organisasi berbeda-beda dalam hal tingkat kepastiannya.
92 Ibid., hlm. 37
76
Dengan kata lain, suatu informasi dapat memiliki lebih dari satu makna
sehingga dapat menimbulkan multi tafsir.
3. Organisasi berusaha mengurangi ketidakpastian informasi.
Dalam upaya mengurangi ambiguitas informasi, maka asumsi Weick ketiga
mengemukakan bahwa organisasi terlibat dalam proses informasi untuk
mengurangi ketidakpastian informasi.
Dari teori informasi organisasi Karl Weick, dapat peneliti kaitkan dengan
penelitian peneliti kaji adalah bahwa konsep dasar dari teori ini sejalan dengan
tujuan audit komunikasi, yaitu mencari tahu dan menghilangkan ketidakjelasan
dari informasi awal yang nantinya hasil ini akan menentukan apakah tindakan
ini akan kita lakukan kembali atau tidak menggunakannya kembali dan
mekanisme ini dilakukan secara berulang.
2.2.1 Budaya Organisasi
Budaya organisasi merupakan kebiasaan, tradisi, dan tata cara
umum dalam melakukan sesuatu dan sebagian besar berasal dari pendiri
organisasi. Secara tradisional pendiri organisasi memiliki pengaruh yang
besar terhadap buadaya awal organisasi. Mereka memiliki visi tentang akan
menjadi apa organisasi itu nantinya. Mereka juga tidak memiliki kendala
karena kebiasaan atau ideology sebelumnya93. Apabila organisasi dapat
mencapai kesuksesan, maka visi pendiri tersebut selanjutnya dianggap
93 Danang Sunyoto.2012.Manajemen Sumber Daya Manusia.CAPS(Center for Academic
Publishing Service).Yogyakarta.hlm.227
77
sebagai faktor penentu utama keberhasilan organisasi. Pada titik ini seluruh
kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi94.
Menurut Schein, Budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-
asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu
kelompok tertentu dengan maksud agar oganisasi belajar mengatasi atau
menanggulangi masalah-masalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal
dan integrasi yang sudah berjalan cukup baik. Dengan demikian, budaya
organisasi perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang
benar untuk memahami, memikirkan, dan merasakan berkenaan dengan
masalah-masalah tersebut95.
Budaya organisasi yang efektif membantu organisasi mengantisipasi
dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan96. Perubahan organisasi atau
organizational change mengacu pada perubahan yang tidak terencana
maupun perubahan terencana dalam struktur organisasi, teknologi, dan
orang-orang(Greenberg dan Baron,2003). Organisasi berhadapan dengan
banyak kekuatan yang mendorong perlunya perubahan. Kekuatan-kekuatan
untuk melakukan perubahan dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber
internal dan sumber eksternal (Kreitner dan Kinicki,2005)97. Kekuatan
internal, kekuatan ini yang berasal dari dalam organisasi, kekuatan-
kekuatan internal ini untuk melakukan perubahan dapat berasal dari
94 Ibid.,hlm228 95 Edgar H, Schein.1991. Organizational Culture and Leadership.San Fransisco: Oxford Jossey-
Bass Publisher.hlm.22 96 Op.,cit. hlm.229 97 Op.,cit. hlm.230
78
masalah-masalah sumber daya manusia dan perilaku atau keputusan
manajerial. Masalah-masalah sumber daya manusia meliputi kebutuhan
karyawan tidak terpenuhi, ketidakpuasan kerja, absensi dan perputaran
karyawan yang tinggi, rendahnya produktivitas, serta partisipasi atau saran.
Kekuatan eksternal merupakan kekuatan yang berasal dari luar organisasi,
kekuatan eksternal yang memiliki pengaruh untuk melakukan perubahan
meliputi98 :
1. Karakteristik demografi antara lain perubahan tenaga kerja yang lebih
beragam dan adanya kepentingan bisnis untuk mengelola keragaman secara
efektif.
2. Kemajuan teknologi yaitu adanya pengembangan dan penggunaan
teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang mendorong
perubahan pada berbagai organisasi di seluruh Dunia.
3. Perubahan pasar, yaitu muncul perubahan ekonomi global yang
menuntut setiap perusahaan untuk mengubah strategi bisnis mereka.
4. Tekanan sosial dan politik, yaitu tekanan-tekanan yang diciptakan oleh
peristiwa sosial dan politik.
2.3 Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan langkah dan
tahapan yang muncul dalam pikiran sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk
98 Op.,cit. hlm.230-231
79
dapat diteliti dan kemudian dianalisis. Dalam hal ini, peneliti meneliti kegiatan
kampanye untuk di evaluasi. Penjabaran atas konsep dimulai dari World Wildlife
Fund for Nature-Indonesia yang merupakan organisasi nirlaba atau nonprofit yang
banyak menjalankan program kampanye, salah satunya program kampanye Earth
Hour.
Dalam Linking a Public Relations With as Evaluation Model milik Jim
Prichit/Bill Sherman yang menjadi fokus dalam model ini adalah persiapan yang
disebut dengan preparation, implementation dan impact . Tahap Preparation
berisikan, perencanaan dari sebuah program. Didalam tahapan ini terdapat beberapa
fase produksi rencana kegiatan kampanye, yaitu berisikan kualitas dari isi produksi
sebuah rilis, brosur, video dan lainnya, perencanaan pengeluaran biaya untuk
produksi dari sebuah brosur atau media lainnya, perencanaan waktu produksi
kegiatan kampanye, pembentukan tolak ukur untuk tujuan, pemilihan kegiatan dan
pembentukan isi pesan.
Pada tahap implementation, penerapan program yang telah direncanakan,
dan program tersebut telah disebarluaskan kepada target khalayak. Tahap ini
merupakan tahapan dimana tujuan program kampanye terpenuhi. WWF-Indonesia,
pada tahapan ini sudah mendapatkan data-data mengenai khalayak sasaran yang
menjadi target kampanye Earth Hour . Dalam tahapan ini data yang diperoleh
berupa jumlah sasaran khalayak yang terpengaruh dengan isi pesan kampanye
Earth Hour, pengukuran kinerja yang dilakukan dalam kegiatan kampanye, jumlah
pesan yang dikirim melalui media, jumlah pesan yang diterima, jumlah khalayak
yang menanggapi pesan kampanye yang disampaikan.
80
Pada tahapan terakhir yaitu tahapan impact, dimana program yang telah di
jalankan mendapatkan hasil atau efek dari khalayak sehingga dapat dianalisa untuk
keperluan evaluasi kegiatan dari kampanye Earth Hour. Tahapan ini, dimana
keberhasilan program ini dinilai berdasarkan tujuan. Tujuan-tujuan biasanya.
Berikut yang menunjukan hasil pelaksanaan program, tindakan yang diambil oleh
kelompok sasaran, perubahan perilaku dari khalayak sasaran, perubahan sikap dan
pemikiran khalayak sasaran, informasi diperoleh dan diterapkan dan permasalahan
teratasi.
Selain itu, Linking A Public Relations with An Evaluation Model ini dibantu
dengan teori Informasi Organisasi dari Karl Weick. Konsep dasar dari teori ini
sejalan dengan tujuan audit komunikasi, yaitu mencari tahu dan menghilangkan
ketidakjelasan dari informasi awal. Teori informasi organisasi menjelaskan
bagaimana organisasi memahami informasi yang membingungkan dan multi-tafsir.
Teori ini merupakan suatu pendekatan yang peneliti gunakan untuk menjelaskan
proses organisasi dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi
yang diterimanya.
Pada bagian akhir bagan, peneliti mendapatkan hasil audit program
kampanye Earth Hour WWF- Indonesia sesuai dengan Linking a Public Relations
With as Evaluation Model. Dengan demikian, diharapkan peneliti dapat
menemukan hambatan-hambatan yang dapat menganggu keefektifan kegiatan
kampanye Earth Hour. Sehingga audit ini, dapat membantu organisasi WWF-
Indonesia untuk menjalankan program kampanye Earth Hour lebih baik lagi.
81
Dengan demikian peneliti berharap, proses dari pelaksanaan program
kampanye “Earth Hour” ini berjalan dengan baik dan efektif, sehingga hasil dan
temuan dari evaluasi ini bisa berdampak baik bagi World Wildlife Fund for Nature-
Indonesia itu sendiri dalam menjalankan kampanye inisiasi publik di tahun- tahun
berikutnya.
Berdasarkan kajian teoritis, peneliti mencoba menggambarkan alur
penelitian sehingga peneliti dapat menggambarkan sebuah kerangka pemikiran
sebagai berikut :
82
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Sumber : Oleh peneliti berdasarkan Evaluasi Linking a Public Relations With an
Evaluation Model, World Wildlife Fund for Nature Indonesia program Kampanye
Earth Hour.
83
2.4 Penelitian Sebelumnya
Terdapat penelitian lain yang dianggap berkaitan dan relevan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian dengan judul “ Audit Komunikasi
Kampanye Program Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang”, yang dilakukan oleh Gagah Kharisma Purbaya dari
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013
dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat evaluatif. Subjek
penelitian adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Serang. Dengan Jumlah informan
sebanyak 4 orang key informant. Teknik pengumpulan data penelitian yaitu
dengan wawancara, kepustakaan atau literature, foto dan observasi.
Gagah Kharisma Purbaya melihat bahwa Kondisi kesehatan masyarakat
Curug Goong tergolong kurang baik, dengan lingkungan yang tercemar seperti
air. Maka dari itu Desa tersebut menjadi sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang untuk mengatasi dan memicu masyarakat agar dapat hidup lebih sehat,
dengan wc atau toilet dan mencuci tangan dengan sabun,mencuci peralatan
rumah tangan dan lainnya dengan air bersih dan mandi dengan air bersih.
Untuk mengetahui apakah kegiatan komunikasi yang sudah dijalankan
efektif atau berhasil mencapai tujuan dan sasaran organisasi adalah dengan
melakukan audit komunikasi. Dengan melakukan audit komunikasi Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang dapat mengetahui hambatan dan macetnya aliran
informasi dan peluang yang terlewat dapat diketahui sehingga program yang
dijalankan berjalan dengan lancar dan mendaptkan hasil maksimal.
84
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten
Serang belum melakukan audit komunikasi secara khusus terhadap kegiatan
kampanye program stop buang air besar sembarangan di Desa Curug Goong
Kelurahan Padarincang Kabupaten Serang. Dalam hasil yang dicapai Dinas
Kesehatan Kabupaten Serang telah mencapai hasil yang baik sebagaimana
dengan yang telah ditargetkan. Dinas kesehatan kabupaten Serang pun mampu
mengenali kemacetan tersebut sebelum menjadi masalah besar..
Penelitian selanjutnya dengan judul Audit Iklim Komunikasi Organisasi di
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kabupaten
Pekalongan yang dilakukan oleh Woro Widyasari, Universitas Diponegoro.
Penelitian ini dilaksanakan tahun 2013. Penelitian ini dilatar belakangi dengan
Iklim komunikasi yang baik sangat besar pengaruhnya dalam suatu
organisasi,salah satunya berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja
anggota organisasi. Iklim komunikasi sangat penting dibutuhkan guna
meningkatkan kinerja pegawai, apabila hal tersebut belum terjadi secara efektif
maka diperlukan audit iklim komunikasi di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Pekalongan sebagai evaluasi dan memperbaiki iklim
komunikasi yang tercipta di instansi tersebut guna menjadikan Kabupaten
Pekalongan menjadi suatu daerah yang lebih maju.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif
berbeda dari penelitian sebelumnya yang penelitiannya bersifat evaluatif.
Penelitian ini menggunakan Teori sistem; Teori Iklim komunikasi; Teori Gaya
85
Kepemimpinan; Aliran Komunikasi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa
gaya kepemimpinan yang masih otoriter sehingga membuat karyawan belum
semangat untuk bekerja dikarenakan kurangnya motivasi dari pimpinan dan
belum ada penghargaan yang diberikan kepada karyawan berprestasi , iklim
komunikasi yang masih negatif dikarenakan masih sering terjadi kesenjangan
diantara para bawahan yang merasa tidak adil atasan memberikan tugas pokok
dan fungsi selama ini yang diberikan dari atasan , dan atasan yang hanya
memberikan tugas tanpa memberikan penjelasan bagi bawahan. Hal tersebut
menimbulkan iklim di kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Pekalongan
menjadi tidak kondusif dan masih jauh dari kesan nyaman dalam bekerja, serta
Arus komunikasi yang terjadi yaitu ke bawah, budaya birokrasi pemerintah
yang cenderung searah hanya dari pimpinan ke bawahan dan hal itu juga berlaku
di kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Pekalongan , yaitu terbukti dari
semua kebijakan ditetapkan langsung oleh pucuk pimpinan tanpa melibatkan
pendapat dari bawahan.
Penelitian selanjutnya berjudul Audit Komunikasi Program CSR PT PLN
(Persero)”Sahabat PLN Indahnya Kampungku,Tertibnya Listrikku” penelitian
ini dilakukan oleh mahasisiwi bernama Mutia Anggraini Noviagustin,
Universitas Sultan Ageng Tritayasa 2015. Penelitian ini berasumsi bahwa
didalam sebuah kegiatan CSR di sebuah perusahaan BUMN, apakah hanya
sebagai kegiatan mematuhi peraturan Mentri Menteri Negara BUMN :Per-
05/MBU/2007 pasal 1 ayat (6), atau bahkan hanya untuk menghabisi dana
anggaran saja. Maka dari itu diperlukannya sebuah evaluasi atau yang disebut
86
audit komunikasi untuk mengetahui apakah program tersebut sudah sesuai
dengan target dan tujuan? Serta melihat apakah program tersebut efektif? . Oleh
karena itu, maka program-program CSR pada sebuah Badan Usaha Milik
Negara ini penting untuk dievaluasi, agar CSR yang dilakukan oleh perusahaan
akan menjadi benar-benar efektif juga bermanfaat bagi masyarakat tentunya
perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan bersifat evaluatif, sama
halnya dengan metode penelitian yang dilakukan oleh Gagah Kharisma
Purbaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara,
obervasi dan Dokumentasi teori yang digunakan pada penelitian ini adalah
Model Audit Komunikasi Linking a Public Relations Planning Model with an
Evaluation Model.
Hasil dari penelitian ini adalah tahapan Input Program CSR PT. PLN
(Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya
Kampungku, Tertibnya Listrikku” , secara garis besar belum mencapai
ketercapaian, karena adanya perbedaan persepsi antara rancangan data
dokumen awal mengenai program dengan pandangan pelaksana program.
Tahapan Output Program CSR PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku”,
menunjukan bahwa pelaksananan program CSR ini belum tepat sasaran, karena
diadakan di lingkungan yang tingkat pelanggaran listrik sedikit. Karena data
dokumentasi awal menyatakan bahwa kriteria pemilihan lingkungan binaan
87
adalah lingkungan dengan tingkat pelanggaran listrik yang besar untuk dibina
menjadi lebih sedikit kuantitasnya.
Tahapan Outcome Program CSR PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya
dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku”,
menunjukan bahwa tujuan besar dari program ini sudah tercapai sepenuhnya
bahkan banyak kelebihan kelebihan dari program ini tidak diharapkan
sebelumnya, seperti pengetahuan warga mengenai PLN bertambah, aspirasi
warga tentang PLN tersalurkan, dan terajalin hubungan antara warga dengan
pihak PLN.
Tabel 2.2
Perbandingan Penelitian Sebelumnya
Nama
Peneliti
Gagah Kharisma
Purbaya
Woro Widyasari Mutia Anggraini
Noviagustin
Emiliya Johari
Judul
Penelitian
Audit Komunikasi
Kampanye Program
Stop Buang Air Besar
Sembarangan Pada
Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang
Audit Iklim
Komunikasi
Organisasi di Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
Pemerintah Kabupaten
Pekalongan
Audit Komunikasi
Program CSR PT PLN
(Persero)”Sahabat
PLN Indahnya
Kampungku,Tertibnya
Listrikku”
Audit Komunikasi
Program Kampanye
Earth Hour World
Wildlife Fund for
Nature Indonesia
88
Universitas
/ Tahun
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
(2013)
Universitas
Diponegoro (2013)
Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
(2015)
Sultan Ageng
Tirtayasa (2016)
Teori Model Kampanye
Ostegaard
Teori sistem; Teori
Iklim komunikasi;
Teori Gaya
Kepemimpinan; Aliran
Komunikasi .
Model Audit
Komunikasi Linking a
Public Relations
Planning Model with
an Evaluation Model
Model Audit
Komunikasi Linking
a Public Relations
Planning Model
with an Evaluation
Model. Teori
Infromasi
Organisasi (Karl
Weick)
Metode Evaluatif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Evaluatif Kualitatif Deskriptif Kualitatif
Hasil
Penelitian
Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang
sudah cukup baik,
memengaruhi warga
Desa Curug Goong
dengan melakukan
pendekatan secara
Berdasarkan teori
gaya kepemimpinan
di atas maka gaya
kepemimpinan yang
sesuai dengan
kepemimpinan yang
ada di kantor
Tahapan Input
Program CSR PT.
PLN (Persero)
Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang”
Sahabat PLN Indahnya
Kampungku,
-
89
emosional, dan
menyadarkan pola
piker warga Desa
Curug Goong akan
kesehatan lingungan
sekitarnya. Dalam hal
ini tanggapan publik
mengenai program
Stop Buang Air Besar
Sembarangan berjalan
baik. Namun Dinas
Kesehatan Kabupaten
Kesehatan tentu
mengalami berbagai
macam hambatan.
Dalam menangani
hambatan tersebut
Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang
menggunakan teknik-
teknik komunikasi
persuasif lebih
Bappeda Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan yaitu
gaya kepemimpinan
Otoriter.
Prakteknya Otoriter
bila disimpulkan dari
beberapa komentar
dari informan
mengatakan, belum
bersemangat dalam
bekerja dikarenakan
kurangnya motivasi
dari pimpinan
dan belum ada
penghargaan yang
diberikan kepada
karyawan
berprestasi.
Tertibnya Listrikku” ,
secara garis besar
belum mencapai
ketercapaian, karena
adanya perbedaan
persepsi antara
rancangan data
dokumen awal
mengenai program
dengan pandangan
pelaksana program.
Tahapan Output
Program CSR PT.
PLN (Persero)
Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang”
Sahabat PLN Indahnya
Kampungku,
Tertibnya Listrikku”,
menunjukan bahwa
pelaksananan program
90
mendalam. Sehingga
program Kampanye
tersebut mampu
mengubah pola pikir
warga Desa Curug
Goong dalam
menyikapi masalah
yang timbul akibat
buang air besar
sembarangan.
Iklim komunikasi
yang terjalin selama
ini di kantor
Bappeda Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan masih
negatif . Iklim
komunikasi selama
ini masih
negatif dikarenakan
masih sering terjadi
kesenjangan diantara
para bawahan
yang merasa tidak
adil atasan
memberikan tugas
pokok dan fungsi
selama ini
yang diberikan dari
atasan , dan atasan
yang hanya
CSR ini belum tepat
sasaran, karena
diadakan di
lingkungan yang
tingkat pelanggaran
listrik sedikit. Karena
data dokumentasi awal
menyatakan bahwa
kriteria pemilihan
lingkungan binaan
adalah lingkungan
dengan tingkat
pelanggaran listrik
yang besar untuk
dibina menjadi lebih
sedikit kuantitasnya.
Tahapan Outcome
Program CSR PT.
PLN (Persero)
Distribusi Jakarta
Raya dan Tangerang”
91
memberikan tugas
tanpa
memberikan
penjelasan bagi
bawahan. Hal
tersebut
menimbulkan iklim
di
kantor Bappeda
Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan menjadi
tidak kondusif
dan masih jauh dari
kesan nyaman dalam
bekerja.
Arus komunikasi
yang terjadi yaitu ke
bawah, komunikasi
mengalir dari
tingkatan yang lebih
Sahabat PLN Indahnya
Kampungku,
Tertibnya Listrikku”,
menunjukan bahwa
tujuan besar dari
program ini sudah
tercapai sepenuhnya
bahkan banyak
kelebihan kelebihan
dari program ini tidak
diharapkan
sebelumnya, seperti
pengetahuan warga
mengenai PLN
bertambah, aspirasi
warga tentang PLN
tersalurkan, dan
terajalin hubungan
antara warga dengan
pihak PLN.
92
tinggi ke tingkatan
yang lebih rendah ,
pimpinan berperan
penting dalam segala
aktivitas komunikasi
yang terjadi. Hal
tersebut dipengaruhi
oleh budaya
birokrasi pemerintah
yang cenderung
searah hanya
dari pimpinan ke
bawahan dan hal itu
juga berlaku di
kantor Bappeda
Pemerintah
Kabupaten
Pekalongan , yaitu
terbukti dari semua
kebijakan ditetapkan
langsung oleh pucuk
pimpinan tanpa
93
melibatkan pendapat
dari bawahan.
Perbedaan Mengevaluasi sebuah
program kampanye
instansi pemerintahan
Program Stop Buang
Air Besar
Sembarangan Pada
Dinas Kesehatan
Kabupaten Seran
dengan menggunakan
Model Kampnaye
Ostegard
Mengevaluasi iklim
komunikasi pada
Organisasi di Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
Pemerintah Kabupaten
Pekalongan
dengan meggunakan
Teori Teori sistem;
Teori Iklim
komunikasi; Teori
Gaya
Kepemimpinan; Aliran
Komunikasi .
Mengevaluasi sebuah
program CSR
perusahaan BUMN
Program CSR PT PLN
(Persero)”Sahabat
PLN Indahnya
Kampungku,Tertibnya
Listrikku” dengan
menggunakan Model
Audit Komunikasi
Linking a Public
Relations Planning
Model with an
Evaluation Model
Mengevaluasi
program kampanye
Earth Hour dari
organisasi Fund
Raising atau
nonprofit World
Wildlife Fund for
Nature. Dengan
menggunakan model
audit Linking a
Public Relations
Planning Model
with an Evaluation
Model dibantu
dengan Teori
Informasi
Organisasi
Persamaan Meneliti tentang audit
kampanye Program
Stop Buang Air Bsar
Meneliti tentang
audit komunikasi
suatu kinerja iklim
Meneliti tentang audit
program PKBL atau
CSR pada perusahan
Meneliti tentang
audit program
Kampanye Earth
94
sembarangan pada
Dinas Kesehatan
Kabupaten Serang
komunikasi pada
Organisasi di Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)
Pemerintah Kabupaten
Pekalongan
BUMN. Program CSR
PT PLN
(Persero)”Sahabat
PLN Indahnya
Kampungku,Tertibnya
Listrikku”
Hour pada sebuah
organisasi nirlaba
WWF-Indonesia
bertaraf
internasional yang
salah satu berada di
Indonesia
Sumber Skripsi (Perpustakaan
Pusat Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa)
(http://www.ejournal-
s1.undip.ac.id/index.p
hp/interaksi-
online/article/downloa
d/4351/4206) diakes
pada tanggal 15 Maret
2016 pukul 17:55
WIB)
Skripsi (Perpustakaan
FISIP Universitas
Sultan Ageng
Tirtayasa)
95
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif . Peneliti
percaya bahwa “kebenaran” (truth) adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya
melalui penelaahan terhadap orang-orang yang dalam interaksinya dengan situasi
sosial kesejarahan (Danim, 2002). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif,
maka data yang didapat akan lebih lengkap serta lebih mendalam sehingga tujuan
penelitian ini dapat tercapai, dan dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja,
perkembangan suatu keinginan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan,
norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seorang
maupun kelompok orang dalam lingkungan kerjanya99.
Pendekatan kualitatif menurut Neuman yaitu pendekatan yang dapat
menghasilkan data deskriptif, yakni data berupa hasil pemikiran, pembicaraan
orang, serta pengamatan terhadap perilaku orang lain. Menurut Neuman, penyajian
data kualitatif secara visual hanyalah dalam bentuk map, foto, atau diagram yang
menunjukan bagaimana ide-ide yang dipaparkan saling berhubungan dan setiap
penyajian angka hanyalah berupa pelengkap untuk mendukung narasi100.
99 Sugiyono. 2006. Statistika Untik Penelitian. Alfabeta.Bandung, hlm. 181 100 Neuman L.W. 1997. Social Reearch Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Allyn
and Bacon. London. hlm. 35
96
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan konsultatif, memahami isu-isu
rumit suatu proses, memahami isu-isu yang senstitif, untuk keperluan evaluasi,
untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui
kuantitatif101. Seperti yang sudah disebutkan, maka peneliti memilih kualitatif
sebagai pendekatan penelitian, karena penelitian ini meneliti tentang evaluasi
kegiatan.
Alasan lain dari pemilihan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, yaitu
karena pendekatan ini digunakan untuk menggali informasi yang lebih rinci dan
lengkap melalui wawancara yang dilakukan untuk mengungkap hal-hal yang
belum terlihat jika hanya melalui pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, pada
program kampanye “Earth Hour” WWF-Indonesia, peneliti melakukan dengan
wawancara sebagai konfirmasi dan disamakan dengan dokumentasi.
Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti dapat melakukan evaluasi
pada program kampanye Earth Hour berdasarkan elemen-elemen evaluasi
program melalui kata-kata dan bahasa yang diberikan oleh subjek penelitian
mengenai program. Evaluasi dengan metode kualitatif ini dapat mencakup seluruh
aspek evaluasi yang meliputi preparations, implementations, dan impact. Sehingga
pendekatan kualitatif dianggap tepat dalam melakukan penelitian ini.
101 Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.
hlm. 17
97
3.2 Paradigmaa Penelitian
Paradigmaa merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur
(bagian dan hubungan) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang
didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Baker dalam paradigmas:
“The bussines of Discovering of Future” : Mendefinisikan paradigma sebagai
seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu
membangun dan mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceritaakan kepada
andaa bagaimana seharusnya melakukan sesuatu didalam batas-batas agar bisa
berhasil102.
Paradigma dalam penelitian ini adalah post-positivis. Dengan menggunakan
paradigma post-positivis ini, peneliti berusaha mengetahui lebih dalam mengenai
audit komunikasi pada program kampanye Earth Hour WWF Indonesia. dalam
paradigma post-positivis relates yang disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda,
memiliki hubungan yang assosiatif, serta harus dipahami secara ilmiah,
kontekstual, dan holistic103. Realitas yang bersifat ganda memberikan keleluasaan
bagi orang yang ingin menanggapi realitas tersebut dengan interpretasi masing-
masing, sehingga realitas dapat berbeda-beda makna dan keberadaannya sesuai
dengan apa yang dibangun oleh pikiran individu masing-masing.
Paradigma post –positvis juga menganggap bahwa realitas harus dipahami
secara holistic dan kontekstual, artinya bahwa objek penelitian merupakan sesuatu
yang apabila diteliti dan dipahami bagian perbagiannya maka berhubungan dengan
102 Lexy. J Moleong.2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya .Bandung.
hlm.49 103 Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. PT.Bumi Aksara. Jakarta. hlm.6
98
bagian-bagian yang lain dan akan membentuk seatu keutuhan yang tidak dapat
dipisahkan. Selain itu, objek dari suatu realitas juga harus dipahami sesuai dengan
konteksnya.
3.3 Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat evaluatif, yaitu penelitian yang mengkaji keberhasilan
suatu program104. Riset Evaluatif menurut Rosady Ruslan adalah riset untuk
menentukan apakah program humas tersebut memeiliki pengetahuan mengenai
sasaran yang dicapai (goals), dan tujuan (objective) tertentu secara jelas dan
efektif. Pengembangan format riset tersebut dapat ditingkatkan melalui hasil
evaluasi (penilaian) dan diterapkan pada program, yaitu untuk tujuan
memonitoring kemajuan apa yang telah dicapai?, dan termasuk kemungkinan
untuk memodifikasi riset tersebut105.
Pada penelitian ini menggunakan studi evaluatif, maka peneliti menjabarkan
hasil penelitian menggunakan kata-kata bukan angka-angka mengenai, apakah
program Kampanye Earth Hour WWF-Indonesia tahun 2016 mencapai sasaran
dan tujuan konsep program Kampanye atau tidak, dengan dibantu model Linking
a Public Relations with an Evaluation Model yang terdiri dari empat fase yaitu,
manajemen menetapkan tujuan program, fase kedua manajemen sudah mulai
menentukan sasaran, menetapkan anggaran dan membuat susunan acara dan di fase
104 Kriyantono Rahmat 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. PT. Kencana Prenada Media
Group.Jakarta. hlm. 29 105 Rosady Ruslan.2000.Kampanye Public Relations (Kiat dan Strategi).Rajawali Pers.
Jakarta.hlm. 53
99
ini akan menghasilkan apa yang disebut dengan preparationt. Lalu di fase ketiga,
program sudah mulai diimplementasikan dan ditahap ini akan menghasilkan apa
yang disebut dengan implementation dan fase terakhir yaitu evaluasi hasil yang
akan menghasilkan impact.
3.4 Teknik Penelitian
3.4.1 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk menemukan,
menggali, mengumpulkan, mengkategorikan, dan menganalisis data. Peneliti
dapat memperoleh data penelitian dari berbagai sumber. Menurut Kriyantono,
teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari : wawancara
semistruktur (Semistructured interview) dan dokumentasi berupa dokumen dan
foto. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut106 :
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan
informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau
tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam
karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari
informan107.
Wawancara semistruktur (Semistructure Interview) adalah pendekatan
umum wawancara yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan
106 Kriyantono Rahmat, Op.Cit, hlm. 91 107 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Op.Cit, hlm. 130
100
yang akan diajukan, yaitu interviewer membuat garis besar pokok-pokok
pembicaraan108. Hal ini menjadi garis besar pokok wawancara dalam
penelitian audit komunikasi Kampanye Earth Hour oleh WWF- Indonesia.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih detail terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.
2. Dokumentasi
Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi
bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh informasi dari
macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan
dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Dokumen
dapat berupa foto, dokumen resmi,artikel koran, surat, buku dan lainnya.
Dari pengumpulan data dengan dokumen tersebut peneliti membaca dan
memahami tentang audit komunikasi kampanye Earth Hour WWF-
Indonesia. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung
oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada109.
108 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Op.Cit, hlm. 135 109 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABET. Bandung. hlm. 83
101
3.5 Informan Penelitian
3.5.1 Subjek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hasilnya
menekankan pada makna bukan pada generalisasi sampel digunakan untuk
mendapatkan data untuk menjawab masalah penelitian sebagai tujuan
penelitian. Adapun sampel yang digunakan adalah sampel purposive
(pengambilan sampel bertujuan) yang sesuai dengan penelitian. Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang
diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa110. Pertimbangan yang
ditentukan untuk informan penelitian ini adalah orang yang dianggap paling
mengerti tentang Audit Komunikasi dalam Program Kampanye Earth Hour
WWF-Indonesia.
Menurut Meleong, Miles, et al (Elvinaro, 2010) memaparkan ada
dua macam informan, yaitu111.
a. Informan kunci (key informant)
Informan yang dianggap tahu banyak dalam memberi banyak
jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaan atau masalah penelitian
dan yang mendukung penelitian (memberi bantuan paling besar),
kriteria informan-infroman kunci pada penelitian ini, adalah :
110 Ibid.,,hlm. 49 111 Elvinaro Ardianto. 2010. Metode penelitian Untuk Publik Relation Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. hlm.62
102
1. Pegawai WWF- Indonesia.
2. Masuk kedalam Kepegawaian yang merencanakan program
Kampanye Earth Hour.
3. Berkompeten dan memahami mengenai perencanaan program
Kampanye Earth Hour.
4. Informan mempunyai waktu yang memadai untuk memberikan
informasi.
5. Informasi tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
kemasannya sendiri
Untuk Tahap Output, Kriteria yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut :
1. Pegawai WWF-Indonesia
2. Terlibat dalam pelaksanaan program Kampanye Earth Hour.
Sehingga informan kunci (Key informan) yang dipilih dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Galih Aji Prasongko
Pria kelahiran Jakarta, 24 Februari 1982 telah mengabdikan
diri di World Wildlife Fund for Nature Indonesia sejak
januari 2010. Sebelumnya beliau pernah bergabung di
Greenpeace sejak tahun 2007 hingga 2009. Hingga
akhirnya beliau saat ini menjadi Koordinator Earth Hour
Indonesia sampai saat ini di WWF-Indonesia.
103
2. Chris Rahardian
Pria ini lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta.
Beliau mulai bergabung di World Wildlife Fund for Nature-
Indonesia sejak 2012. Pada saat ini beliau menjadi Wakil
dari Koordinator Earth Hour Indonesia, membantu
Koordinator Wart Hour Indonesia.
b. Informasi pendukung
Informan yang dianggap tahu atau memberi bantuan dan dapat
memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian tetapi
tidak lebih dari informan kunci. Kriteria informan pendukung dalam
penelitian ini adalah :
Untuk kriteria informan pendukung yang dibutuhkan adalah
sebagai berikut :
1. Laki-laki atau perempuan
2. Ketua Earth Hour di beberapa kota
3. Turut serta dalam kampanye Earth Hour .
4. Informan mempunyai waktu yang memadai untuk
memberikan informasi.
Sehingga informan pendukung yang dipilih dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
104
1. Robby Hardyansyah
Robby Hardyansyah atau biasa dipanggil Robby
merupakan bagian dari Komunitas Earth Hour Kota
Tangerang. Pria kelahiran Tangerang, 19 Januari 1995 ini,
menjabat sebagai ketua komunitas Earth Hour regional
Tangerang sejak 2015-2016, sebelumnya pernah menjabat
sebagai ketua sosial media Earth Hour Tangerang.
2. Raffiudin Abroch
Raffiudin Abroch atau biasa dipanggil Kekeng merupakan
bagian dari Komunitas Earth Hour Serang. Pria kelahiran
Serang, 27 September 1991 ini telah menjabat sebagai
ketua Earth Hour selama 2 periode dimulai sejak
berdirinya Komunitas Erath Hour Serang 2013.
3. Mahar Suwandaru
Mahar Suwandaru merupakan salah satu mahasiswa di
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten. Pria
ini biasa dipanggil Mahar merupakan ketua Komunitas
Earth Hour Serang. Pria kelahiran Jakarta, 30 Maret 1993
ini, pada saat ini masih menjabat sebagai ketua Komunitas
Earth Hour Serang periode 2015-2016.
105
Pemaparan dari pengertian informan diatas maka informan dipilih tidak
asal-asalan tetapi mempunyai kriteria tertentu, Sanafiah Faisal
(Sugiyono,2008) menyatakan bahwa sampel sebagai informan sebaiknya
memiliki kriteria112:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu, sehingga sesuatu itu
bukan sekedar diketahui tetapi dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung pada kegiatan yang
tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
Untuk itu penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dalam
mencari informan. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel degan
mempertimbangkan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling
tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa113.
Pertimbangan yang ditentukan untuk informan penelitian ini adalah orang yang
dianggap paling mengerti, mengetahui, dan ikut berkecimbung dalam kegiatan
Program Kampanye Earth Hour, World Wildlife Fund for Nature- Indonesia.
112 Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
hlm: 221
113 Sugiyono.2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.hlm.49
106
3.5.2 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah audit komunikasi program
kampanye Earth Hour , WWF Indonesia.
3.5.3 Jenis Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang datanya
diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan sumber disekitar
tempat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis
data yaitu :
1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber yang mengetahui dan berkompeten terhadap bidang
penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperloeh dengan
melakukan wawancara Koordinator Earth Hour Indonesia.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip atau
mengumpulkan keterangan dari sumber informasi lain dengan
tujuan untuk melengkapi data-data primer. Data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari arsip dan dokumentasi terkait
program Kampanye Earth Hour WWF- Indonesia.
3.6 Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
107
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain114.
Analisis data pada penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Jika dalam
penelitian kuantitatif analisis datanya berbentuk statistic, maka dalam penelitian
kualitatif analisis berbentuk kata atau kalimat, gambar dan bukan berbentuk angka.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model
Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (Sugiono, 2009)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu115 :
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya116. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Data-data yang direduksi dalam penelitian ini berupa informasi atau data
mengenai audit komunikasi dalam kampanye Earth Hour WWF-
Indonesia.
114 Ibid.,hlm 89 115 Ibid.,hlm.92 116Ibid.,hlm.92
108
2. Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik, pie chard, pictogram dan sejenisnya117. Dalam penyajian
tersebut, maka data dapat terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami. Menurut Mile dan Huberman
(Sugiono,2009) menyatakan yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif118. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan verifikasi terhadap data-data yang telah
dirangkum dan ditampilkan119. Data-data tersebut dihubungkan antara satu
dengan lainnya sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang telah
ditemukan sejak awal.
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, data yang dapat dinyatakan valid atau berbeda
saat ditemukan dilapangan dan dilaporkan oleh peneliti. Data-data tersebut dapat
117 Ibid.,hlm.95 118 Ibid.,hlm.95 119 Ibid.,hlm.96
109
diukur dengan uji validitas melalui teknik Triangulasi. Triangulasi dalam
pengujian kredibiltas ini diartaikan sebagai pengecekan atau pemeriksaan data
yang berasal dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu120.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber.
Triangulasi dengan sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber121. Triangulasi
sumber yang akan peneliti gunakan yaitu dari hasil wawancara pada informasi
tambahan, yaitu, Ketua dari Komunitas Earth Hour Serang dan Tangerang.
Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu infromasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong hal tersebut dapat dicapai dengan
jalan122 :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatan secara pribadi
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada orang pemerintahan.
120 Ibid.,hlm.125 121 Ibid., hlm.127 122 Lexy.J. Moleong.2001.Metode Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.331
110
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
3.8 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di kantor World Wildlife Fund for Nature Indonesia
yang beralamatkan di Graha Simatupang, Jl. Tahi Bonar Simatupang, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540, Indonesia.
3.9 Jadwal Penelitian
No.
Kegiatan
FE
B MA
R APRIL MEI JUNI AGUSTUS SEPT OKT NOV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pra Riset
2.
Pengajua
n Judul
3. BAB I, II,
III
4. Sidang
Outline
5. BAB IV
6. BABV
7. Acc BAB
IV dan V
8. Sidang
Skripsi
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Profil World Wildlife Fund for Nature Indonesia
WWF adalah singkatan dari “World Wildlife Fund for Nature”.
Nama tersebut merefleksikan komitmen WWF untuk bekerja, tidak hanya
terkait isu kehidupan alam liar--tapi juga pada isu-isu lingkungan lainnya
yang strategis.WWF adalah salah satu lembaga konservasi terbesar dan
sangat berpengalaman di dunia, yang didirikan secara resmi tahun 1961.
Sekretariat pusat WWF, yaitu WWF International, bertempat di Gland,
Swiss.Sebagai organisasi global, WWF memiliki jaringan kerja yang terdiri
dari lebih dari 80 kantor di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Secara
global, WWF didukung oleh lebih dari 5 juta supporter.
WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri
dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di
Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon,
WWF-Indonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja lapangan, tepatnya di
17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff,
WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat
madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia
didukung oleh sekitar 64 ribu supporter di dalam negeri.
112
Pada tahun 1998,WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional
berbadan hukum Yayasan. Dengan demikian WWF Indonesia memiliki
entitas legal, independen, berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia.
Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki struktur
organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana
dan mengembangkan program.
4.1.1.1 Sejarah World Wildlife Fund for Nature Indonesia
Tahun 2012 menandai peringatan 50 tahun kegiatan
konservasi WWF di Indonesia.Sukses yang dicapai selama lima
dekade adalah buah dari sinergi dan dukungan banyak pihak. Kami
akan terus bekerja untuk bumi yang lebih baik. WWF mulai
berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian dari WWF
Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk
menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu
hanya tersisa sekitar 20 individu saja. Bekerjasama dengan
Kementrian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula
satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 individu pada survey
tahun 1980an
Pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi
sebuah entitas legal, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di
Indonesia.Adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al
Rasjid (alm) yang menjadi pendorong berdirinya Yayasan WWF
113
Indonesia, menempatkannya sebagai organisasi nasional dalam
Jaringan Global WWF, yang memiliki Dewan Penyantun sendiri,
independen dan fleksibel dalam penggalangan dana dan
pengembangan program.
4.1.1.2 Visi dan Misi World Wildlife Fund for Nature Indonesia
Visi
Ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dan
dikelola secara berkelanjutan dan merata, untuk
kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang.
Misi
Misi utama WWF Indonesia adalah melestarikan,
merestorasi serta mengelola ekosistem dan keanekaragaman
hayati Indonesia secara berkeadilan, demi keberlanjutan dan
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, yang dicapai melalui
upaya:
● Menerapkan dan mempromosikan praktik-praktik
konservasi terbaik yang berbasis sains, inovasi dan
kearifan tradisional.
● Memfasilitasi pemberdayaan kelompok-kelompok
yang rentan, membangun koalisi dan bermitra dengan
114
masyarakat madani, dan bekerjasama dengan
pemerintah dan sektor swasta.
● Mempromosikan etika pelestarian yang kuat,
kesadaran serta aksi konservasi di kalangan
masyarakat Indonesia.
● Melakukan advokasi dan mempengaruhi kebijakan,
hukum, dan institusi terkait untuk mendorong tata
kelola lingkungan yang lebih baik.
4.1.1.3 Struktur Organisasi World Wildlife Fund for Nature
Indonesia.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
115
4.1.2 Gambaran Mengenai Program Kampanye Earth Hour World
Wildlife Fund for Nature Indonesia.
Menjelang akhir Maret setiap tahun, EARTH HOUR yang
merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan masyarakat dari seluruh
dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara
mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1
jam. Di tahun ke-8 di Indonesia, EARTH HOUR 2016 akan
diselenggarakan pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 20.30 – 21.30 waktu
setempat. Logo EARTH HOUR ’60+’ menunjukkan 60 menit mematikan
lampu di Earth Hour sebagai awal AKSI gaya hidup hemat energi.Tanda
‘+’ menunjukkan komitmen untuk bersama-sama mulai melakukan gaya
hidup hemat energi. Angka “60” artinya 60 menit fokus pada tindakan
positif mengurangi emisi CO2. Tanda “+” artinya kegiatan EARTH HOUR
tidak hanya dilakukan selama 60 menit saja, tapi juga diikuti dengan
perubahan gaya hidup setiap hari. Mulai dari menggunakan transportasi
publik, bersepeda, hemat air, tidak buang sampah sembarangan, memilah
dan daur ulang sampah, hemat kertas, hingga berkebun dan menanam
pohon.
Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu, komunitas,
praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk menjadi
bagian dari perubahan untuk dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan
langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak
terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan
116
momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang
sudah dilakukan.
4.1.2.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour World
Wildlife Fund for Nature Indonesia.
Pada pertengahan sampai dengan akhir bulan Maret, di
beberapa belahan dunia mengalami transisi dari musim semi ke
musim gugur sehingga cuaca tersebut paling kondusif bagi semua
negara yang ingin berpartisipasi di Earth Hour, karena di beberapa
negara tidak perlu menggunakan pendingin atau pemanas ruangan.
78% konsumsi listrik Indonesia terfokus di Jawa – Bali
karena 68% konsumennya berada di pulau tersebut. Bagian
Indonesia yang lain mendapatkan porsi lebih kecil.23% konsumsi
listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan
Tangerang. Distribusinya terbagi menjadi
1. Rumah tangga:33%
2. Bisnis/perkantoran serta gedung komersial: 30%
3. Sektor industri: 30% (kebanyakan di wilayah Tangerang)
4. Gedung pemerintahan: 3%
5. Fasilitas publik dan sektor sosial: 4%
117
4.1.2.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour World Wildlife
Fund for Nature Indonesia.
Tujuan kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu :
1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga,
dan pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai
simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim
2. Mengajak dan mengedukasi masyarakat mengenai
pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap
individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk
mengurangi penggunaan emisi mereka
3. Menjaring partisipasi korporasi untuk
mengomunikasikan Earth Hour baik staf mau pun
jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan
lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam
pengunaan energi.
4. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di
berbagai kota di Indonesia.
juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia
tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.
4.1.2.3 Target Program Kampanye Earth Hour World Wildlife
Fund for Nature Indonesia.
Target utama kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu :
118
1. Untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan
gaya hidup di kota-kota besar di dunia dengan konsumsi
listrik tinggi,
2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi
baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak
minimal pada lingkungan.
3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan
pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan
melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber
energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan
mereka.
4.2 Hasil Penelitian
Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian, yaitu mengenai
Audit Komunikasi Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature
Indonesia. Adapun hasil penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data
melalui wawancara dan dokumentasi berupa data. Peneliti menguraikan hasil
penelitian dengan mengacu pada identifikasi masalah yang peneliti buat yaitu
Perencanaan program Kampanye sebagai proses Preparation kegiatan,
Pelaksanaan Program Kampanye sebagai proses Implementation kegiatan, Hasil
akhir Program Kampanye sebagai proses Impact kegiatan.
119
4.2.1 Ketercapaian “Kampanye Earth Hour” WWF-Indonesia pada
tahap proses Preparation.
Tahap preparation merupakan tahapan awal persiapan sebuah
program, dimana program mulai direncanakan oleh sebuah organisasi.
Menurut Cutlip and Broom dalam bukunya yang berjudul Effective Public
Relations mengatakan bahwa evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai
kualitas dan kecakupan pengumpulan informasi dan perencanaan.
Dengan kata lain, tahapan preparation merupakan langkah awal
untuk memulai atau merancang sebuah kegiatan atau program komunikasi
yang kemudian akan dijadikan sebuah landasan atau acuan untuk
melanjutkan tahap implementasi atau tahap penerapan program komunikasi
tersebut.
Berdasarkan penggunaan Analysis of Existing data yang menjadi
salah satu teknik dalam model Linking a Public Relations Planning Model
With an Evaluation Model, maka evaluasi tahap input ini akan
dikelompokkan berdasarkan bentuk data yang diperoleh yakni data
dokumentasi dan data wawancara, dengan materi pembahasannya yaitu:
a. Latar Belakang Program
b. Tujuan Program
c. Rancangan Kegiatan
120
4.2.1.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour Tahun
2016
Perubahan iklim adalah salah satu tantangan lingkungan
terbesar yang dihadapi oleh seluruh negara, salah satunya
Indonesia. Permasalahan perubahan iklim ini, bukan
permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah saja. Melainkan
individu-individu pun harus mengatasi permasalahan perubahan
iklim tersebut, karena perubahan iklim ini dirasakan oleh seluruh
mahkluk hidup yang berada dibumi.
Diperlukannya aksi sebagai upaya mengatasi perubahan
iklim. Tindakan kecil seperti mematikan lampu dan alat
elektronik yang tidak dipakai, merupakan salah satu tindakan
yang dapat dilakukan oleh semua kalangan. Mulai dari anak kecil
hingga orang dewasa pun dapat melakukan hal tersebut.
Masih banyaknya individu-individu yang belum melakukan
tindakan tersebut, seperti halnya masih banyak individu-individu
yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada
kendaraan umum, selain itu, masih banyaknya individu yang
membiarkan alat elektronik yang tidak terpakai masih menyala.
Dengan fenomena tersebut maka dibutuhkan sebuah kampanye
untuk mengajak individu-individu untuk sadar terhadap
permasalahan lingkungan dengan melakukan aksi atau tindakan
121
kecil, seperti mematikan lampu dan mematikan alat elektronik
yang tidak terpakai.
Berbagai permasalahan yang telah diungkapkan diatas
adalah salah satu dari berbagai macam masalah yang dihadapi
oleh World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia. Masalah-
masalah tersebut dijadikan oleh World Wildlife Fund for Nature
(WWF) Indonesia sebagai latar belakang membuat program.
Sesuai dengan data dokumentasi milik WWF- Indonesia
Program kampanye Earth Hour ini merupakan salah satu
kampanye global WWF, organisasi konservasi yang mengajak
individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh
Dunia khsusnya Indonesia untuk membantu mengatasi perubahan
iklim yang terjadi. Menyatakan kepeduliannya terhadap
perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan
elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30
waktu setempat)123. Langkah yang dilakukan oleh WWF-
Indonesia untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim.
Informan memberikan informasi jawaban yang relevan
dengan data yang dimiliki oleh WWF-Indonesia mengenai latar
program kampanye Earth Hour 2016, yang menyebutkan bahwa
masih diperlukannya kesadaran individu yang masih melakukan
123 Dokumen Pribadi Earth Hour.2016.Frequent Ask Question Earth Hour Indonesia 2016.
Jakarta.
122
tindakan seperti tindakan tidak mematikan lampu dan barang
elektronik yang tidak terpakai.
“…memikirkan sebuah aksi dan kampanye
bagaimana mengajak individu melakukan hal yang dapat
mengurangi perubahan iklim, maka dipilihkan aksi yang
dapat dilakukan oleh semua orang, yaitu aksi mematikan
lampu yang belum banyak orang menyadari bahwa
mematikan lampu yang tidak terpakai dapat membantu
mengurangi perubahan iklim”124.
Informan mengungkapkan dipilihkannya aksi mematikan
lampu, dikarenakan semua individu dapat melakukan aksi
tersebut mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
“untuk dipilihkan aksi tersebut kan karena semua
orang bisa dari anak kecil hingga orang tua. Semua diseluruh
Dunia tidak memiliki keterbatasan untuk mematikan lampu
dengan satu jari, anak kecil bisa matikan lampu, nenek-
nenek, kakek-kakek semua orang bisa melakukan mati
lampu.....”125.
Kampanye Earth Hour WWF-Indonesia memiliki simbol
yang mengarah pada tindakan mematikan lampu yaitu simbol
60+. Sesuai dengan data yang dimiliki oleh WWF-Indonesia
simbol 60 merupakan tanda sebagai tindakan mematikan lampu
selama 1 jam kemudian tanda + bermakna sebagai tindakan lain
yang mendukung kepedulian terhadap lingkungan. Dari simbol
tersebut dapat dilihat yang melatarbelakangi program kampanye
Earth HourWWF-Indonesia.
124 Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209 125 Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209
123
Informan memberikan jawaban yang relevan dan penjelasan
yang lebih dalam mengenai simbol 60+ sebagai latar belakang
dari kampanye Earth Hour.
“ ada perubahan gaya hidup ini ga cukup satu jam, bahwa
kita butuh melakukan lebih dari 60 menit atau 1 jam. 60+
ngajak orang tidak hanya matiin lampu, sebagai aksi lain
mengajak orang menggunakan transportasi umum, menanam
pohon…”126.
Dari data hasil wawancara dengan ketua Earth Hour
Indonesia, bahwa program kampanye Earth Hour Indonesia
memiliki fokus pada pengurangan penggunaan energi. Sesuai
dengan fenomena yang terjadi di masyarakat. Dilihat dari aksi
atau tindakan yang diciptakan oleh WWF-Indonesia dalam
kampanye Earth Hour dengan mematikan lampu dengan
menggunakan satu jari yang dapat dilakukan oleh setiap
kalangan, sebagai upaya untuk pengurangan energi.
4.2.1.2 Tujuan dari Program Kampanye Earth Hour Tahun
2016
Setiap program yang telah direncanakan oleh sebuah
perusahaan, instansi ataupun organisasi nirlaba tentunya memiliki
tujuan yang diharapkan melalui program tersebut. Kecil
126 Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209
124
kemungkinan bahwa setiap program yang direncanakan tidak
memiliki maksud ataupun tujuan yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, organisasi nirlaba World Wildlife Fund for
Nature-Indonesia dalam program kampanye Earth Hour tahun
2016 pun, juga memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam program
tersebut. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan tujuan dari
hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua Earth Hour
Indonesia.
Dari hasil wawancara dengan informan ketua Earth Hour
Indonesia dan wakil ketua Earth Hour mengatakan bahwa tujuan
dari program program kampanye Earth Hour 2016 adalah
pencapaian pada indvidu untuk perubahan gaya hidup yang
ramah lingkungan, selain individu, pertambahan komunitas Earth
Hour di Indonesia bertambah sebagai upaya penyebaran
kampanye Earth Hour di kota-kota di Indonesia.
“Pencapaian kita sih sebenarnya sama individu.
Sama tracker dari sosial media. Berapa komunitas, ikon
target di seluruh Dunia termasuk Indonesia”127.
“perubahan gaya hidup individu sih lebih kearah situ
tujuan kita”128.
Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dari program
kampanye Earth Hour 2016 yaitu target kota yang menjadi ikon
127 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 212 128 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.213
125
Earth Hour bertambah, kemudian dukungan dari pemerintah
yang mendukung aksi dari kampanye Earth Hour di setiap kota
pun bertambah.
“2009-2016 target kita adalah kota, pertambahan
kota dan itu pasti tercapai. Itu kita bilang pencapaian disetiap
tahunnya. Dukungan pemerintah kota bertambah, berapa
komunitas, ikon target yang bergabung di kampanye Earth Hour di Indonesia. Tahun ini 180 ikon, tahun lalu 70 ikon,
ikon itu semacam monas, Borobudur kaya gitu-gitu, nah ikon
itu target-target”129.
Pada data dokumentasi dari WWF-Indonesia pada
dokumentasi Earth Hour 2016 dijelaskan tujuan dari program
kampanye tersebut yaitu mengajak sebanyak-banyaknya individu
maupun pemerintah untuk ikut berkontribusi terhadap perubahan
iklim dengan cara mematikan lampu , selain itu juga Earth Hour
memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat dan mengedukasi
masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa
dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan
untuk mengurangi penggunaan emisi, membangun komitmen
mematikan lampu baik staf maupun jejaring eksternal dan
terbentuknya komunitas hijau di berbagai kota di Indonesia.
Pada setiap poin-poin dari tujuan program kampanye Earth
Hour berdasarkan data dokumentasi lebih fokus kepada
menjaring atau mengajak, serta mengedukasi individu-individu
129 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 212
126
untuk dapat berkomitmen dengan melakukan aksi atau tindakan
mematikan lampu. Sedangkan tujuan yang diungkapkan oleh
informan, tujuan program kampanye Earth Hour lebih berfokus
kepada pertambahan-pertambahan jumlah ikon kota,
pertambahan dukungan pemerintah dan juga pertambahan
komunitas. Sehingga ada sedikit perbedaan fokus tujuan antara
apa yang tertera di data dokumentasi dengan apa yang
diungkapkan oleh informan.
Tabel 4.1
Tujuan Program Kampanye Earth Hour Indonesia
2016, WWF-Indonesia
No. Rancangan Tujuan (Data
Dokumentasi ) Earth Hour
Indonesia 2016.
Pandangan Tujuan
pelaksana Kampanye
Earth Hour Indonesia
1. Menjaring sebanyak-
banyaknya individu, rumah
tangga, dan pemerintahan
untuk ikut mematikan lampu
sebagai simbol kontribusi
mereka terhadap perubahan
iklim.
Pertambahan ikon kota.
Dari tahun sebelumnya
700 ikon menjadi 180
ikon di tahun 2016
127
2. Mengajak dan mengedukasi
masyarakat mengenai
pemanasan global dan apa
yang bisa dilakukan setiap
individu untuk menjadi bagian
dari perubahan untuk
mengurangi penggunaan emisi
mereka
Pertambahan dukungan
dari pemerintah untuk
mendukung Earth Hour
3. Menjaring partisipasi korporasi
untuk mengkomunikasikan
EARTH HOUR, baik staf mau
pun jejaring eksternal untuk
berkomitmen mematikan
lampunya dan melakukan
perubahan kebijakan dalam
penggunaan energi.
Pertambahan komunitas
Earth Hour di berbagai
kota-kota di Indonesia
4. Terbentuknya kegiatan
komunitas hijau masyarakat di
berbagai kota di Indonesia
128
4.2.1.3 Rancangan kegiatan dari Program Kampanye Earth
Hour 2016
Suatu program yang telah dibuat tentunya memiliki
rancangan kegiatan untuk tercapainya suatu tujuan, dan juga
tentunya suatu program tersebut ingin berjalan sesuai dengan
rencana. Agar dapat merealisasikan program tersebut maka
diperlukannya dibuat suatu rancangan kegiatan sebagai acuan apa
saja yang perlu dilakukan saat pelaksanaan program. Dengan
dibuatnya rancangan kegiatan, kemungkinan program yang telah
direncanakan berjalan sesuai dengan harapan.
Program kampanye Earth Hour ini memiliki tema
keseluruhan dari WWF pusat yang berada di Glend, Swiss yaitu
“Climate Change”. Untuk WWF- Indonesia pada program
kampanye Earth Hour Indonesia 2016 memiliki tema “Hijaukan
Hutan dan Birukan Laut”. Dipilihkannnya tema tersebut karena
Indonesia memiliki hutan dan laut yang luas. Tema tersebut
ditentukan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh tim
WWF-Indonesia bersama para komunitas dalam acara Kumpul
Belajar Bareng yang disingkat menjadi Kumbang.
Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut didapat
pernyataan bahwa pemilihan tema sebagai rancangan kegiatan
kampanye Earth Hour 2016 berikut :
129
“Itu dari global, dari Kumbang dilihat, dari hasil
diskusi misalnya kaya hijaukan hutan, karena kita omongin
tentang tema.”.130
Berdasarkan tema tersebut maka dihasilkan kegiatan yang
dilakukan dalam program kampanye Earth Hour, berupa kegiatan
penanaman mangrove, adopsi coral, penanaman pohon di sumber
mata air, dan juga ada berupa petisi “beli yang baik”.
Hasil wawancara dengan informan tersebut didapat bentuk
kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan tema tersebut.
“Ngomongin isu lingkungan di Indonesia itu ada 2
yaitu hutan dan laut. Hutan yang luas dan kita juga punya
laut yang luas juga. Mulai ada program penanaman
mangrove, adopsi coral, penanaman pohon di sumber mata
air” Untuk kegiatan lain ada petisi”beli yang baik”131.
Penemuan yang peneliti temukan bahwa kegiatan yang dari
dilakukan oleh tim kampanye WWF-Indonesia, kurang ada
kesesuaian antara latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai.
Pada latar belakang dinyatakan bahwa permasalahan yang terjadi
adalah penggunaan emisi yang harus dikurangi, sehingga dihasilkan
suatu tindakan mematikan lampu, tujuan yang hendak dicapai adalah
mengajak, mengedukasi, dan menjaring masyarakat untuk
berkomitmen mematikan lampu, namun kegiatan yang dilakukan
130 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.220 131 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.210
130
berupa kegiatan yang mengarah kepada kelestarian lingkungan di
laut dan di hutan.
Setelah penentuan tema oleh tim kampanye Earth Hour dari
WWF-Indonesia berdasarkan latar belakang sebagai langkah
pertama pada tahapan preparation, selanjutnya langkah kedua
menentukan target sasaran, pesan yang akan disampaikan dan juga
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan
hasil temuan peneliti menemukan bahwa yang menjadi target
sasaran dalam program kampanye tersebut adalah seluruh lapisan
masyarakat semua umur seperti yang dijelaskan oleh informan.
“ Tahun 2009 semua orang membicarakan perubahan
iklim lalu memikirkan sebuah aksi dan kampanye yang
bagaimana mengajak individu untuk melakukan hal yang
mengurangi perubahan iklim. Untuk itu dipilihkan aksi
mematikan lampu yang semua orang bisa dari anak kecil
hingga orang tua, jadi targetnya seluruh lapisan
masyarakat”.132
Target yang telah ditetapkan oleh WWF-Indonesia untuk
program kampanye Earth Hour yaitu seluruh lapisan masyarakat .
setelah target sasaran yang ditetapkan, pembentukan pesan berupa
tagline yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia
dengan berdiskusi di acara Kumbang. Dalam kampanye Earth Hour
2016 ini menggunakan tagline “iniaksiku”. Informan mengatakan
bahwa pembentukan tagline ini dapat digunakan dalam berbagai
132 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.209
131
Bahasa sesuai dengan daerah masing-masing, namun maknanya
harus tetap sama.
“masalah tagline, ini aksiku, itu dibahas di Kumbang,
jika di daerah iniaksiku dipakai Bahasa masing-masing
daerah. Tapi masih maknanya sama boleh. Yang masih kita
sepakat yah itu ini aksiku”133.
Dari hasil penemuan peneliti menemukan adanya perubahan
tagline pada kampanye Earth Hour. Sebelumnya tagline
berisikan”ini aksiku, mana aksimu”, yang sekarang berubah menjadi
“ini aksiku”. Perubahan yang dilakukan oleh tim kampanye WWF-
Indonesia berdasarkan pernyataan dari informan bahwa
menggunakan kata aksimu untuk menantang individu , namun
melihat tujuan dari kampanye Earth Hour yang mengajak,
mengedukasi dan menjaring individu untuk berkomitmen dalam
mematikan lampu tidak sejalan dengan tagline.
“ masalah perubahan ini aksiku dibahas dikumbang,
kenapa ini pakai “ini aksiku”, kan padahal dulu ini “ini
aksiku, mana aksimu”, sebenarnya ini menantang individu,
karena kita mengarah pada individu-individu, kaya
istilahnya “ kalau gue udah melakukan ini, lu berani gak
melakukan hal yang sama?”, tapi kan kalau kita langsung
complete begitu Bahasa itu Jelek, kaya kita yang nantangin
orang, makanya kita hilangin, kita lebih kepada komitmen
individu aja deh, jadi kita lebih ke “ini aksiku”.134
Peneliti melihat bahwa tagline yang digunakan dalam
kampanye Earth Hour sudah sesuai dengan tujuan yang telah
133 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.216 134 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.216
132
ditetapkan. Perubahan makna dari tagline tersebut menyamakan apa
yang telah ditetapkan pada tujuan dari kampanye Earth Hour.
Tagline tersebut juga dapat masuk ke dalam seluruh rangkaian
kegiatan kampanye Earth Hour. Pesan dari tagline yang telah
ditetapkan tersebut mampu menjadi landasan atau acuan untuk
mengajak masyarakat, dengan masyarakat mengucapkan tagline
tersebut sudah dapat menjaring masyarakat untuk terlibat dalam aksi
atau tindakan mematikan lampu.
Penyampaian isi pesan tentunya diperlukan untuk
penyebarluasan apa yang dikampanyekan. Dalam hal ini
berdasarkan temuan peneliti yang dilakukan dengan cara wawancara
dengan informan, informan mengatakan bahwa media yang
digunakan tidak hanya menggunakan media sosial saja, namun ada
aksi yang offline atau tanpa menggunakan media sosial :
“Ga cuma media sosial, ada juga aksi offline. Tidak
bisa kalau hanya menggunakan media sosial tanpa ada aksi,
jadi gitu dibalik logikanya karena orang, kemudian rame di
media sosial, ngoceh-ngoceh untuk ngumpulin orang, kalau
kita, kita balik logikanya karena kita melakukan aksi dulu,
kita upload di media sosial untuk mengajak orang melakukan
hal yang sama kaya kita…”135.
Berdasarkan pernyataan informan, dalam kegiatan
kampanye Earth Hour media sosial yang digunakan dalam
berkampanye menggunakan media sosial twitter yang paling aktif
135 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.214
133
digunakan. Media sosial lain yang digunakan dalam kampanye
tersebut yaitu Facebook, Instagram, youtube. Pertimbangan
penggunaan media twitter sebagai media sosial yang digunakan
berkampanye karena twitter sudah memiliki kerja sama dengan
WWF-Indonesia dan juga masih banyak pengguna yang berpotensi
untuk membuka twitter dan juga interest dari pengguna twitter yang
masih ada, sesuai dengan yang disampaikan oleh informan :
“pemilihan media sosial dalam kegiatan kampanye
Earth Hour tahun 2016 ini, kita menggunakan twitter karena
kita sudah kerja sama dengan twitter. Potensi twitter kalo
kata orang sebenarnya range content nya menurun. Tetapi,
interest individunya ada tiap hari, Facebook lebih banyak
kontennya, jadi kalau ada konten kampanye lebih banyak
mungkin foto, video atau artikel yang panjang. Instagram
lebih kepada foto-foto, poster segala macem. Kalau video
kita make youtube karena itu media sosial yang menampung
visual”.136
Informan mengatakan bahwa penggunaan media
sosial twitter digunakan dari pertama kampanye Earth Hour
2009 :
“iya dari pertama kampanye di media sosial.
Dari awal kita media kampanye di media sosial
twitter-Facebook, twitter-Facebook. Baru ke
youtube dan Instagram”.137
Dalam pemilihan media dalam berkampanye,
peneliti melihat bahwa tim kampanye Earth Hour sudah
136 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215 137 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215
134
tepat dalam mempertimbangkan sebuah media kampanye
yang digunakan. Pemilihan media sosial seperti twitter,
Facebook, Instagram dan youtube, tim kampanye Earth
Hour sudah membagi fungsi dari masing-masing media
sosial yang digunakan. Twitter digunakan untuk
mengunggah foto dan isi pesan yang singkat, Facebook
digunakan untuk mengunggah video, foto atau artikel yang
isinya panjang yang tidak dapat diunggah di twitter,
instagram untuk mengunggah foto-foto saja dan juga
youtube digunakan sebagai media mengunggah video. Tim
kampanye Earth Hour sudah membagikan fungsi-fungsi
penggunaan media dengan baik dan juga penggunaaan
media sosial membantu dalam menyebarluaskan segala
kegiatan kampanye yang berupa aksi.
4.2.2 Ketercapaian program “Kampanye Earth Hour” WWF-
Indonesia pada tahap proses Implementation.
Tahap implementasi merupakan tahapan untuk pengukuran hasil
dari perencanaan. Pada tahapan implementation atau bisa disebut dengan
tahapan pelaksanaan, biasanya menghitung jumlah publikasi yang akan di
cetak, foto, video, press release, artikel ataupun lainnya untuk
didistribusikan atau disebarluaskan. Pada tahapan ini menurut Cutlip, Allen
dan Broom, memiliki kriteria dan metode untuk mengevaluasi bagian
komunikasi dari penerapan sebuah program, tahapan tersebut dimulai dari
135
melihat dan mencatat jumlah pesan yang disebarluaskan hingga
menentukan berapa target sasaran yang menerima pesan138.
Evaluasi tahap implementation ini merupakan fase evaluasi semua hal
yang menyangkut tahap pelaksanaan program. Seperti yang tertera dalam
Linking a Public Relations Planning Model with an Evaluation Model, bahwa
dalam mengevaluasi sebuah kegiatan ataupun program PR prosesnya harus
dilakukan secara menyeluruh dan saling berkaitan antara proses evaluasi yang
dilakukan. Dalam tahapan implementation ini, peneliti mengevaluasi data-
data yang menyangkut publikasi yang disebarluaskan kepada target sasaran
hingga pelaksanaan program kampanye Earth Hour.
Sehingga, dalam pengevaluasian pada tahapan ini, merupakan
lanjutan dari tahapan preparation, dimungkinkan tahapan implementation
saling berhubungan dengan tahapan preparation, tahapan dimana menjadi
landasan dibuatnya program kampanye Earth Hour. Maka pada tahap ini
peneliti akan berfokus kepada pesan yang dipublikasikan.
4.2.2.1 Pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour 2016 World
Wildlife Fund For Nature Indonesia.
Program Earth Hour merupakan program kampanye World
Wildlife Fund for Nature Indonesia, yang mulai dilaksanakan pada
tahun 2009 di Indonesia. Program kampanye ini memiliki fokus
138 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations. Prenada
Media Group.Jakarta.hlm.24
136
lokasi di pulau Jawa dan Bali. Sesuai dengan data yang dimiliki oleh
WWF-Indonesia dipilihkan pulau Jawa dan Bali, karena 78%
penggunaan konsumsi listrik Indonesia terfokus pada Jawa-Bali139.
Peneliti, meneliti program kampanye Earth Hour dimulai dari
media publikasi secara menyeluruh hingga pelaksanaan program
Kampanye Earth Hour. Dalam hasil wawancara yang peneliti
lakukan, berikut rangkaian kegiatan program kampanye Earth Hour
:
1. Kumpul Belajar Bareng (Kumbang) kegiatan ini dilaksanakan
pada bulan Januari 2016 dengan diikuti 33 peserta yang
merupakan ketua dari Earth Hour yang berada di kota-kota di
Indonesia. Kegiatan Kumbang tersebut dilaksanakan di Kota
Batu, Malang. Dalam kegiatan tersebut WWF-Indonesia
memberikan materi mengenai Digital Media Engagment, Review
mengenai Highlight Earth Hour 2007-2015, Consumer dan
Production for Forest Sustainable, Crow Funding Earth Hour,
Earth Hour 2016 Plan Strategy, Climate Change on Global
Issue. Selain itu didalam kegiatan tersebut, komunitas Earth
Hour kota berdiskusi membicarakan isu-isu yang terjadi di
masing-masing kota, yang kemudian isu tersebut diangkat
menjadi sebuah kampanye.
139 Earth Hour Indonesia.2016. FAQ. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada tanggal 20
Agustus 2016 pukul 20:39 WIB
137
2. Setelah kegiatan Kumbang, tiap komunitas Earth Hour di kota-
kota membuat aksi kampanye sesuai dengan apa yang telah di
sepakati dalam Kumbang 2016. Berikut matriks kegiatan
kampanye Earth Hour dari beberapa kota di Indonesia :
Tabel 4.2
Bentuk Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour di
Indonesia
No. Komunitas Earth Hour Bentuk Kegiatan
Sumatera
1. Aceh ● Pembersihan desa kumuh
endemik Filariasis
● Pelepasan Tukik
● Bersih Pantai
● Indonesia Bebas Sampah
● Transplantasi Coral
● Seminar Green
Generation
● Roadshow ke Sekolah dan
Universitas
2. Pekanbaru ● Sosialisasi Pengelolaan
Sampah Pada Masyarakat
138
● Follow Up dan Inisiasi 3
Bank Sampah
● Talkshow Radio
● Sosialisasi di Sekolah
● Media Massa
● Hari Peringatan Sampah
Nasional
3. Palembang ● Kunjungan Survei ke
Kampung Iklim
● Kunjungan TPA
● Kunjungan ke Kampung
Hidroponik
● Sosialisasi tentang pilah
sampah 3 kampung
● Community Gathering
● Kunjungan ke Dinas
Kebersihan
4. Padang ● Penggunaan Tumbler di
Pantai Barolasak
● Kampanye Bijak Kertas
● Penanaman Pohon
● Monster Plastik
139
● Radio Talkshow
● Padang bebas sampah
5. Lampung ● Online Challenge,
Mention untuk lingkungan
● Peringatan Hari Peduli
Sampah Nasional
● Lomba Daur Ulang
● Kampanye Tote Bag
6. Medan ● Edukasi Peduli
Lingkungan Untuk Siswa
dan Mahasiswa
● Edukasi Energi
● Edukasi Sampah
● Penanaman Mangrove
7. Jawa Tengah dan DIY
● Evaluasi penggunaan tissue di hotel dan mall yang
dipilih (minimal 1 partner. Pilih yang menjadi role
model industrinya)
● Edukasi & peningkatan kesadaran di kalangan
manajemen & pegawai hotel atau mall terkait
140
● Diskusi bersama himpunan2 mahasiswa2 atau
fakultas mengenai isu pemanfaatan komoditas yang
berasal dari hutan
● Audiensi dengan Pemkot Yogyakarta untuk terlibat
dalam switch off EH, mendorongkan partisipasi
publik dan mendorongkan kebijakan kantong plastik
berbayar mulai 21 Februari 2016"
● Edukasi tentang dampak konsumsi komoditas asal
hutan melalui posting2an di Instagram (prioritas),
Twitter, Facebook
● Podcast reguler dengan format seperti Greentalks
● Google Hangout Talks
● Re buzzing #SoloHematEnergi dalam berbagai format
di medsos Facebook & Twitter"
● Evaluasi penggunaan tissue di hotel dan mall yang
dipilih (minimal 1 partner. Pilih yang menjadi role
model industrinya)
● Evaluasi penggunaan tissue dan kertas oleh
mahasiswa/i di kos2an dan kampu
● Edukasi & peningkatan kesadaran di kalangan
manajemen & pegawai hotel atau mall terkait"
8. Sulawesi
141
● Offline : melakukan kampanye secara berkala dan
berkesinambungan, baik itu di car free day, sekolah-
sekolah, hingga ke kecamatan/kelurahan di wilayah
kota makassar dan palu.
● Online : menyajikan fakta-fakta permasalahan sampah
di sulawesi dan dampaknya terhadap lingkungan dan
isu-isu relevan lainnya seperti pengangkutan sampah,
pengelolaan sampah secara berkelanjutan dan bank
sampah.
● Offline : melakukan kampanye penanaman dan
perawatan mangrove secara konsisten dan
mengeluarkan report terkait perkembangan mangrove
tersebut.
● Online : melakukan edukasi terkait pentingnya
mangrove untuk melindungi pesisir, report sederhana
perkembangan mangrove secara berkala,
mengkampanyekan proyek crowdfunding mangrove.
● Offline : melakukan kampanye terkait pentingnya
mengkonsumsi seafood ramah lingkungan, baik itu di
car free day, restoran/rumah makan seafood, hingga
mengadakan sustainable seafood week dan sustainable
seafood festival
142
● Online : melakukan edukasi terkait pentingnya
mengkonsumsi seafood ramah lingkungan serta
materi-materi relevan lainnya seperti fakta-fakta
kerusakan laut sulawesi, cara membedakan ikan yang
ditangkap menggunakan bahan peledak dll
Sumber : Dokumen Pribadi WWF Indonesia Matrik Regional140
3. Rangkaian kegiatan terakhir adalah aksi serempak yang diadakan
WWF-Indonesia. Aksi serempak kampanye Earth Hour ini
diadakan setiap bulan Maret 2016. Aksi serempak yang
dilakukan WWF-Indonesia pada tahun 2016 ini di Jawa Tengah.
Aksi kampanye serempak ini ditandai dengan matinya lampu dari
pukul 20:30 WIB-21:30 WIB dengan ikon Candi Prambanan dan
Candi Borobudur.
Dari rangkaian kegiatan yang dilakukan diatas, peneliti
melihat bahwa rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh komunitas
Earth Hour kota-kota Indonesia lebih banyak berfokus kepada isu
lingkungan mengenai sampah, penggunaan tissue dan kertas dan
plastik untuk di provinisi Sumatera, Jawa Tengah dan DIY.
Sedangkan untuk provinsi Sulawesi lebih berfokus pada issue yang
terkait dengan biota laut. Peneliti melihat hanya sedikit kegiatan
kampanye yang mengkampanyekan penggunaan hemat energi. Hal
140 Dokumentasi Pribadi WWF-Indonesia. 2016. Matriks Regional. Jakarta. hlm. 1-5
143
ini sesuai dengan pernyataan dalam wawancara yang dilakukan
dengan informan pertama dikatakan :
“ ada kritik, Earth Hour itu jadi banyak isinya, jadi
kemana-mana. Kalo misalnya fokusnya hanya ke energi saja,
karena kalau banyak isinya, jadi kemudian kampanye energi
ini gak keliatan. Kaya gitu-gitu loh itu dari expert-expert kaya dari Martha Tilaar, segala”141.
Pembagian isu kampanye dilakukan oleh tim kampanye
Earth Hour sesuai dengan permasalahan lingkungan yang terjadi di
masing-masing kota. Seperti yang informan sampaikan dalam
wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut :
“ada yang bilang kampanye kita ga kompak.
Akhirnya masing-masing kota kita pecah-pecah lagi, kita
bedah-bedah lagi sesuai dengan potensi. Sampai kemaren
kita fokus bahwa Jawa dan Bali harus lebih fokus tentang
masalah energi. kota-kota lain harus lebih fokus tentang
hutan kaya Kalimantan, ada beberapa kota fokus ke laut”142.
Alasan tim kampanye Earth Hour membagi-bagi isu tersebut
dikarenakan banyak ketidaksesuaian materi kampanye yang
diangkat di setiap kota. Dalam hasil wawancara yang peneiliti
lakukan, informan menjelaskan bahwa.
“ baru tahun 2014, karena daerah-daerah bilang
bahwa susah jika di Kalimantan ngomongin isu energi
listrik. Susah ngajak orang mati lampu, karena disana tiap
hari mati lampu, listrik”143.
141 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.218 142 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.218 143 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal. 218
144
Namun, dari hasil penelitian tersebut peneliti melihat bahwa
pembagian isu-isu sesuai dengan permasalahan kota membuat
kegiatan kampanye Earth Hour menjadi tidak fokus. Kegiatan
kampanye Earth Hour ini merupakan kampanye yang berisikan
tentang penggunaan hemat energi. Sehingga kampanye Earth
Hour mengenai energi tidak terlihat dan membuat target sasaran
yang merupakan seluruh lapisan masyarakat menjadi bingung.
Selama rangkaian kegiatan kampanye tersebut WWF-
Indonesia menggunakan media sosial sebagai media kampanye.
Dalam hal ini tentunya WWF-Indonesia menyebarkan pesan-
pesan kampanye Earth Hour untuk mengajak, menjaring dan
mengedukasi individu. Pada tahapan implementations ini,
peneliti mengikuti tiga langkah Cutlip dan Broom144, langkah
yang pertama, melihat dan mencatat jumlah pesan yang akan
didistribusikan. Langkah kedua, jumlah pesan yang ditempatkan
di media. Langkah ketiga, menentukan berapa banyak target
sasaran yang menerima pesan.
Pada tahapan preparation sebelumnya, tim kampanye Earth
Hour menggunakan media sosial berupa twitter, Facebook,
Instagram dan youtube sebagai media untuk melakukan
kampanye. Sebagai langkah pertama dan kedua yaitu melihat
144 Scott M Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom. 2006. Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm 424,425.
145
dan mencatat jumlah pesan yang didistribusikan ke media,
peneliti melakukan wawancara dengan informan, informan
menyatakan media publikasi berupa video akan dipublikasikan
satu bulan sebelum acara Earth Hour. Setelah acara Earth Hour,
tim kampanye Earth Hour mengunggah video berupa highlight
yang menggambarkan seluruh rangkaian kegiatan kampanye
Earth selama sebulan :
“ hmmm, biasanya kalau kita memulai kampanye, kita
upload video dulu, mulai kampanye 1 bulan sebelum Earth Hour…, pasca Earth Hour kita bikin video highlight yang
menggambarkan seluruh kegiatan sebulan”.145
Peneliti menemukan video Teaser Earth Hour Indonesia,
sebagai video yang diunggah sebelum acara Earth Hour pada
tanggal 19 Maret 2016, video teaser ini di unggah oleh Earth Hour
Indonesia pada tanggal 23 Februari 2016, sesuai dengan yang
dikatakan oleh informan bahwa tim kampanye Earth Hour
Indonesia mengunggah video sebulan sebelum acara Earth Hour
dan sebulan sesudah acara Earth Hour. Video yang diunggah setelah
acara Earth Hour yaitu video Highlight, yang mana video ini
diunggah pada tanggal 08 April 2016 setelah acara Earth Hour.
Namun ada ketidaksesuaian pada video highlight, sebelumnya
dikatakan bahwa didalam video tersebut berisikan kegiatan
kampanye Earth Hour selama satu bulan, namun didalam video
145 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal. 214
146
tersebut berisikan cuplikan dari Marketing Director WWF-
Indonesia dan juga kegiatan mematikan lampu selama satu jam
dalam acara Earth Hour. Pada video teaser justru berisikan
mengenai cuplikan kegiatan kampanye sebelum menjelang acara
Earth Hour 2016 dan juga gambaran dari acara Earth Hour yang
akan berlangsung. Peneliti menemukan temuan bahwa video hanya
diunggah ketika acara Earth Hour akan berlangsung, setelah acara
Earth Hour selesai belum ada lagi video yang diunggah pada akun
youtube Earth Hour Indonesia.
Gambar 4.2 : Video Teaser Earth Hour Indonesia (Sebelum Acara Earth
Hour)
Sumber : Youtube Earth Hour Indonesia.
147
Gambar 4.3 : Video Highlight Earth Hour Indonesia (Setelah acara Earth
Hour)
Sumber : Youtube Earth Hour Indonesia
Selain publikasi berupa video, publikasi berupa foto atau
gambar dilakukan oleh tim Kampanye Earth Hour. Dari pernyataan
informan pada kampanye Earth Hour di tahun 2016 ini, foto yang
diunggah ke sosial media berjumlah 33 foto setiap minggunya, foto-
foto tersebut merupakan kegiatan dari komunitas yang berada di tiap
kota. Informan mengatakan bahwa foto yang diunggah dari kegiatan
komunitas tiap-tiap kota minimal 1 foto. Secara menyeluruh foto
yang sudah diunggah berkisar 500 foto setelah aksi atau kegiatan
dilaksanakan. Foto kegiatan yang diunggah salah satunya adalah
foto kegiatan komunitas Earth Hour di beberapa kota yang sedang
melakukan aksi bebas sampah di bulan februari 2016 yang
148
merupakan, aksi yang dilakukan sebelum acara Earth Hour 2016
pada bulan Maret. Peneliti mengunjungi salah satu media yang
sebelumnya dikatakan paling aktif yaitu twitter Earth Hour
Indonesia (@EHIndonesia), peneliti menemukan kesamaan
kegiatan pada setiap komunitas Earth Hour di berbagai kota
Indonesia, yang mana pada bulan Februari, twitter Earth Hour
Indonesia mengunggah kegiatan aksi bebas sampah dari beberapa
kegiatan komunitas Earth Hour di kota Indonesia.
“sekarang ada 33 kota yang ada komunitas Earth Hour
berarti ada 33 foto yang diupload tiap minggu. Jadi minimal
tiap kota 1 foto diupload,…, jadi itu setelah aksi sekitar 500
fotolah”.146
Gambar 4.4
Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Surabaya
yang dilakukan sebelum Acara Earth Hour 2016 di unggah di twitter
Sumber : Twitter Earth Hour Indonesia (@EHIndonesia)
146 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215
149
Gambar 4.5
Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Serang
yang dilakukan sebelum Acara Earth Hour 2016 di unggah di twitter
Sumber : Twitter Earth Hour Indonesia(@EHIndonesia)
Tidak hanya foto dan video saja yang menjadi bentuk media
publikasi kampanye Earth Hour 2016, artikel pun menjadi bentuk
media publikasi dalam kegiatan kampanye Earth Hour ini, dalam
wawancara dengan ketua Earth Hour dan wakil ketua Earth Hour,
wakil ketua Earth Hour memberikan penyataan bahwa artikel di
unggah setelah 2 hari aksi dan tiap minggunya 1 artikel diunggah.
Dalam temuan ini peneliti menemukan bahwa artikel yang diunggah
pun dapat dibuat oleh para komunitas Earth Hour di berbagai kota :
“Dan juga artikel, artikel singkat, kalian bisa bikin apa
daerah mana, pasca setelah aksi 2 hari lah setelah aksi artikel
150
dapat diunggah, periode 1 minggu 1 artikel yang
diunggah”.147
Gambar 4.6
Recent Post Artikel yang diunggah di Website Earth Hour
Indonesia
Sumber : Website Earth Hour Indonesia (http://earthhour.wwf.or.id/)
Dari keseluruhan bentuk media publikasi yang telah di
unggah di media sosial oleh tim Kampanye Earth Hour, peneliti
melihat bahwa untuk fokus pada media publikasi sudah cukup baik,
melihat banyaknya foto yang diunggah berupa kegiatan dan juga
adanya dengan video beserta artikel. Namun untuk video tim
kampanye Earth Hour Indonesia dalam akun youtube tidak terlalu
aktif, dilihat dari unggahan video yang hanya di unggah pada saat
sebelum acara Earth Hour dan juga sesudah acara Earth Hour.
147 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 215
151
Secara keseluruhan pemanfaatan media sosial untuk menjaring
individu menurut peneliti sudah cukup membuat target sasaran
terkena pesan yang disampaikan melalui foto, video dan juga artikel.
Akan tetapi tidak hanya cukup dengan menggunakan media sosial
saja, karena tidak semua target sasaran memiliki media sosial
tersebut. Dalam wawancara peneliti hanya menemukan sedikit
media yang digunakan oleh tim kampanye dalam berkampanye
offline atau tanpa menggunakan media sosial. Sedangkan informan
mengatakan sebelumnya bahwa kegiatan kampanye Earth Hour
tidak hanya bisa mengandalkan media sosial saja namun aksi atau
kegiatan offline yang tentunya menggunakan media kampanye yang
dicetak, untuk mengajak target sasaran. Informan memberikan
pernyataan bahwa tiap minggu ada aksi serentak dengan misi yang
berbeda dengan menggunakan gambar, flyer, foto-foto yang dicetak
:
“seperti saya bilang, bahwa kita tiap minggu ada aksi
serentak dengan misi yang berbeda-beda dengan gambar,
flyer, dan foto yang dicetak sebagai publikasi”.148
Dari informasi yang didapatkan oleh peneliti melalui
wawancara dan juga hasil pengamatan dari media sosial yang di
miliki oleh Earth Hour Indonesia, peneliti membuat tabel jumlah
148 Lampiran 4. Hasil Wawnacara Key Informant 2. Hal. 217
152
bentuk media kampanye yang disebarluaskan melalui media sosial,
sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jumlah Bentuk Media Kampanye yang dipublikasi
Sumber : Wawancara dan penemuan dari Media sosial Earth Hour
Indonesia.
Pada langkah ketiga, menentukan berapa banyak target sasaran
yang menerima pesan kampanye. Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti dengan informan, informan menyatakan bahwa
tolak ukur untuk melihat target yang terkena pesan dengan melihat
di sosial media yang mereka miliki :
“melihat dari sosial media tolak ukur untuk melihat
target sasaran. Misalnya gini tahun ini kita ukur keyword
sekian, like sekian, interest sekian, not interest sekian,
Jumlah publikasi Foto, Video dan Artikel dalam Kampanye Earth
Hour 2016
Twitter Facebook Instagram Youtube Website
Foto 500
Video 2
Artikel 58
153
komen negatif sekian, komen positif sekian. Kita ukur, kita
hitung, kita koreksi, tetapi kita Tarik kesimpulan”.149
Dengan hal ini apa yang disampaikan oleh informan selaras
dengan data yang peneliti dapatkan. Dalam penelitian ini peneliti
menemukan data mengenai target sasaran yang terkena pesan
melalui salah satu sosial media yaitu twitter. Dari data yang
didapatkan oleh peneliti bahwa, cuitan Earth Hour yang
menggunakan Bahasa inggris sebanyak 130.881 twitt dan yang
menggunakan Bahasa Indonesia sebanyak 54.410 twitt. Jumlah total
kontribusi netizen Indonesia pada Earth Hour 2016 sebanyak
29,36%.
Sifat dari pesan yang disampaikan oleh netizen kepada
twitter Earth Hour Indonesia (@EHIndonesia) selama bulan maret
2016, pesan yang besifat netral sebanyak 82,3%, pesan yang bersifat
negatif sebanyak 8,7% dan pesan yang bersifat positif sebanyak
9,0%. Sedangkan pesan yang disampaikan oleh netizen kepada
twitter Earth Hour Indonesia pada tanggal 19 Maret 2016, pesan
yang bersifat netral sebanyak 7,4%, pesan yang bersifat negatif
sebanyak 15,1 % dan yang bersifat positif 10,2 %150.
Peneliti melihat bahwa target sasaran yang merupakan
pengguna media sosial khususnya twitter, sudah sadar dengan apa
149 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 216 150 Dokumen Pribadi WWF-Indonesia.2016. Earth Hour Media Sosial.Jakarta. Hal.2
154
yang dikampanyekan oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia.
Pada awalnya presntase pesan netral lebih banyak dibandingkan
dengan respon pesan negatif dan positif, namun terjadinya
perubahan ketika acara Earth Hour tanggal 19 Maret 2016. Hal ini
menunjuk target sasaran mengerti dengan apa yang disampaikan
oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia di twitter. Dengan melihat
presentase yang berubah drastis tersebut, dapat terlihat bahwa target
sasaran memiliki ketertarikan dengan apa yang disampaikan oleh tim
kampanye, sehingga mulai timbul ketertarikan dengan memberikan
pesan-pesan yang ditujukan kepada twitter Earth Hour Indonesia.
Diagram 4.1
Presentase Pesan yang disampaikan Target Sasaran pada
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia
155
Peneliti pun mendapatkan data dokumen yang diberikan oleh
informan secara demografi usia dan jenis kelamin dimana pada
periode 01-20 Maret 2016 sebanyak 58% laki-laki yang
memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan dan sisanya
sebesar 42% perempuan yang merespon pesan yang disampaikan
oleh twitter Earth Hour Indonesia. Secara demografi usia sebanyak
57,5% untuk usia 26 tahun-35 tahun, 22,4% untuk usia 18 tahun- 25
tahun, 16,1 % untuk usia diatas 35 tahun dan 3,60% untuk usia
dibawah 18 tahun151. Khusus pada acara Earth Hour pada 19 Maret
2016 terdapat 60,8% usia 26 tahun-35 tahun, 23,4% usia 18 tahun-
25 tahun, usia diatas 35 tahun sebanyak 13,1% dan usia dibawah 18
tahun 2,7%.
Dari temuan tersebut terlihat bahwa pesan yang disampaikan
melalui media sosial khususnya twitter ini lebih dipahami oleh target
yang berusia 26 tahun-35 tahun, dan pada usia kurang dari 18 tahun
terlihat peningkatan pasca acara Earth Hour. Peneliti melihat bahwa
pada usia dibawah 18 tahun lebih respon terhadap acara Earth Hour
dibandingkan dengan isi pesan yang disampaikan. Pesan yang
disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour menurut peneliti
seharusnya sudah dapat dipahami oleh usia 18-25 tahun maupun usia
dibawah 18 tahun. Respon terhadap pesan pun lebih banyak laki-laki
151Dokumen Pribadi WWF-Indonesia.2016. Earth Hour Media Sosial.Jakarta. Hal. 5
156
dibandingkan dengan perempuan, hal ini dapat dimungkinkan bahwa
follower yang mengikuti akun twitter Earth Hour Indonesia lebih
banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan. dikarenakan ada
sosial media lain yang digunakan.
Secara keseluruhan penggunaan media sosial twitter dapat
menuju kepada target sasaran. Namun masih ada keterbatasan target
sasaran. Dengan beberapa faktor seperti tidak semua target sasaran
aktif menggunakan dan memiliki akun twitter membuat,
penyampaian pesan tidak berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan. Dalam hal ini peneliti tidak memperoleh data mengenai
pencapaian target sasaran dalam kampanye Earth Hour secara
offline. Peneliti pun menemukan bahwa, tim kampanye Earth Hour
tidak memiliki data target yang terkena sasaran melalui kampanye
yang dilakukan secara offline, sehingga tim kampanye Earth Hour
Indonesia, menjadikan twitter sebagai tolak ukur untuk melihat
target sasaran yang terkena pesan yang disampaikan.
157
Diagram 4.2
Demografi Jenis Kelamin yang Merespon Isu Earth Hour 2016
Sumber : Data Dokumentasi Earth Hour Indonesia.
Diagram 4.3
Demografi Usia yang Merespon Isu Earth Hour 2016 Bulan Maret
Sumber : Data Dokumentasi Earth Hour Indonesia
158
4.2.3 Ketercapaian program “Kampanye Earth Hour” WWF-
Indonesia pada tahap proses Impact.
Tahapan impact merupakan tahapan dimana hasil tahapan
preparation dan implementation mendapatkan dampak hasil dari proses dan
penerapan dari sebuah kegiatan. Seperti yang dikatakan oleh Cutlip dan
Broom , tahapan impact ini merupakan pengukuran dampak yang mencatat
seberapa jauh hasil dari tujuan program tersebut tercapai. Mengevaluasi
tahap impact dari sebuah program, berarti mengevaluasi tujuan besar dari
program itu sendiri apakah tercapai atau tidak. Khususnya Program
kampanye Earth Hour 2016 WWF-Indonesia, yang memiliki tujuan yang
membutuhkan jangka waktu yang lama untuk dapat tercapainya tujuan yang
telah disepakati.
Untuk mengevaluasi tahapan impact atau dampak yang dihasilkan
dari program kampanye Earth Hour 2016 ini, sesuai dengan model audit
komunikasi Linking a Public Relation Planning Model with an Evaluation
Model menawarkan beberapa teknik yang dapat digunakan salah satunya
teknik wawancara, peneliti memilih komunitas Earth Hour Serang dan
Tangerang sebagai narasumber, untuk dapat mengerti bagaimana penilaian
atas perubahan perilaku dan pengetahuan dari masyarakat setelah
dilaksanakannya program-program kampanye Earth Hour tersebut
dijalankan oleh komunitas Earth Hour.
Sejalan dengan tujuan program kampanye Earth Hour 2016 yang
memiliki tujuan mengajak, mengedukasi dan menjaring individu untuk
159
berkomitmen terhadap penghematan energi dengan cara mematikan lampu
dengan menggunakan satu jari ini dapat terlihat pencapaiannya. Tujuan
tersebut tentunya membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk dapat
melihat dampak yang dihasilkan dari program kampanye Earth Hour tersebut
di masyarakat. Tujuan program ini menyangkut perubahan sikap dan
pengetahuan masayarakat Indonesia ke arah yang diharapkan dari pihak
organisasi yang berfokus pada lingkungan khususnya penghematan energi.
Dalam penelitian pada bagian tahapan impact ini , peneliti melihat
perubahan perilaku dan pengetahuan masyarakat melalui komunitas Earth
Hour Serang dan Tangerang yang terjun langsung dalam berkampanye
mengenai penghematan energi. Program Kampanye Earth Hour ini memiliki
tujuan yang diharapkan dapat dirasakan tidak hanya organisasi melainkan
seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan pihak lainnya seperti PLN.
Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa tujuan Kampanye Earth Hour
2016 untuk mengajak, menjaring dan mengedukasi masyarakat untuk
berkomitmen mematikan lampu selama satu jam dijadikan gaya hidup belum
cukup berhasil, karena masih ada masyarakat yang belum sadar terhadap
bijak dalam penggunaan energi listrik, bahkan masih ada masyarakat belum
memahami mengenai makna dari aksi mematikan lampu tersebut. Sehingga
masih memerlukan edukasi mengenai bijak dalam menggunakan energi
listrik, khususnya maksud dari aksi mematikan lampu yang diciptakan oleh
tim kampanye Earth Hour. Hal ini didukung dengan pernyataan dari
informan pendukung ke-1 yang menyatakan bahwa :
160
“Masyarakat Tangerang mengenai kesadaran lingkungan ini,
khususnya dalam penghematan energi yah, hmmm ini nih yang,
yang gampang-gampang susah di jawab. Sebenarnya ada beberapa
orang-orang, hmmm, sadar dengan penghematan energi dan mereka
kaya care dengan lingkungan kaya yaudahlah gue buang sampah di
tempat sampah sendiri, gitu kan, yaudah sampah ini gue keep
sendiri, yaudah gue matiin lampu nih udah terang juga, atau
simplenya sih yaudah gue cabut casan yang ga dipakai. Yang kedua
ada orang ahh yaudahlah nanti ada yang bersihin, yaudahlah matiin
lampunya nanti aja mager. Jadi kaya menggampangkan orang yang
nantinya bakal ada yang melakukan hal-hal tersebut “.152
Sejalan dengan informan pendukung ke-2 yang menyatakan bahwa
masyarakat serang pun belum begitu sadar terhadap penghematan energi
listrik.
“Masyarakat disini khususnya di Kota Serang memang
belum terlalu paham dan sadar terhadap bijak dalam penggunaan
energi, namun sedikit demi sedikit dari ajakan kecil dan seruan
dari teman ke teman lainnya, kesadaran itu mulai meningkat.”.153
Sama dengan pernayataan dari informan pendukung ke-3 yang
menyatakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi
listrik masih kurang.
“Hmmm, mungkin Earth Hour Serang harus lebih giat lagi
untuk berkampanye tentang bijak dalam penggunaan energi
listrik, soalnya hmmm, belum mencapai harapan. Jadi, mungkin
ada yang sudah, sudah berperilaku bijak dan ramah lingkungan ,
cuman masih ada beberapa yang masih acuh tak acuh dengan
lingkungan , itu tentang lingkungan”.154
Dari hasil wawancara dengan informan, mengenai kesadaran
masyarakat, informan menyatakan bahwa tingkat kesadaran sudah jauh
152 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 1. Hal.238 153 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 2. Hal.233 154 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 3. Hal.243
161
lebih baik dari sebelumnya hanya saja tindakan atau aksi yang dilakukan
masih kurang.
“tingkat kesadaran udah lebih baik, tapi aksinya yang masih
kurang. Orang tau apa yang kemudian mesti dilakukan, akibatnya
apa jika membuang sampah sembarangan tapi kadang masih belum
melakukan apa-apa…”.155
Peneliti melihat antusias masyarakat terhadap kampanye Earth
Hour cukup tinggi. Terlihat dari pesan-pesan yang disampaikan oleh
pengguna media sosial twitter kepada akun Earth Hour Indonesia. Isi pesan
tersebut ada yang mengandung pesan yang bersifat positif dan ada pula yang
negatif. Dari data yang peneliti temukan saat penelitian, ada pengguna sosial
media yang mendukung program kampanye Earth Hour dan ada pula yang
tidak mendukung program kampanye Earth Hour, dengan pernyaataan
bahwa kegiatan tersebut hanya sekedar mematikan lampu yang sebenarnya
mereka sudah merasakan dengan pemadaman listrik yang PLN lakukan,
sehingga mereka merasa bahwa kampanye Earth Hour tidak diperlukan.
Peneliti melihat bahwa dalam program kampanye Earth Hour esensi dari
aksi mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari
belum berjalan maksimal, karena belum semua masyarakat memahami
maksud dari aksi tersebut. Berikut pesan-pesan yang menunjukan antusias
masyarakat terhadap program Kampanye Earth Hour.
155 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.217
162
Gambar 4.7
Pesan-pesan yang Dikrimkan Pengguna Twitter Kepada Akun Earth Hour
Indonesia
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia
163
Gambar 4.8
Karakter Pesan-pesan yang Dikrimkan Pengguna Twitter Kepada Akun
Earth Hour Indonesia
164
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia
Melihat perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat, peneliti melihat
belum semua perubahan perilaku terjadi di masyarakat. Secara garis besar tujuan
dari Kampanye yang mengajak, menjaring, hingga mengedukasi untuk dapat
berkomitmen, belum tercapai. Hal ini dikarenakan, masih ada masyarakat yang
tidak peduli terhadap lingkungannya. Melihat perubahan perilaku yang terjadi di
masyarakat, peneliti melihat belum semua perubahan perilaku terjadi di
masyarakat. Informan ke-1 yang mengatakan :
“Untuk yang mematikan lampu, masyarakat sih paham mengenai hal
tersebut cuma belum diterapin di kehidupan sehari-hari yah masih ada aja
sih yang belum melakukan tidakan mematikan lampu yang tidak terpakai,
masa ada aja yang boros dalam menggunakan energi listrik ini“.156
156 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 1. Hal. 230
165
Informan pendukung ke-3 pun merasakan bahwa masyarakat belum semua
melakukan perubahan perilaku, atau paham mengenai aksi mematikan lampu
tersebut informan pendukung ke-3 mengatakan bahwa :
“Masih ada yang belum memahami maksud dan tujuan
mematikan lampu tersebut. Masih ada yang menyamakannya
dengan pemadaman listrik. Padahal bukan itu maksud dari
mematikan lampu selama satu jam.”.157
Informan pendukung ke-2 pun turut mengatakan bahwa dalam
mengubah perilaku masyarkat untuk peduli terhadap lingkungan masih
menjadi salah satu target yang masih diupayakan.
“Belum semuanya paham mengenai aksi mematikan lampu, namun
ada sebagian masyarakat yang memahami aksi tersebut. namun belum
semua untuk di Serang. Kami masih mengupayakan untuk
menyadarkan.”.158
Secara keseluruhan, Dilihat garis besar tujuan yang ingin dicapai oleh
Kampanye Earth Hour 2016 mengajak, menjaring dan mengedukasi masyarakat
untuk berkomitmen terhadap aksi mematikan lampu selama satu jam sebagai gaya
hidup ramah lingkungan belum tercapai. Masyarakat belum semuanya sadar
terhadap bijak energi listrik, namun ada masyarakat yang sudah mengetahui, apa
yang sudah dikampanyekan oleh Earth Hour mengenai hemat energi. Hanya saja
untuk perubahan perilaku belum terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam bijak penggunaan energi listrik, seperti mematikan lampu yang
tidak terpakai . Disamping itu, masih ada masyarakat yang belum memahami
makna dibalik aksi mematikan lampu selama satu jam tersebut, masih banyak
157 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 3. Hal. 243 158 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 2. Hal. 219
166
masyarakat yang salah paham terhadap aksi tersebut. Sehingga belum terciptanya
sebuah komitmen yang diharapkan oleh program Kampanye Earth Hour 2016.
4.3 Pembahasan
Dalam pembahasan ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian mengenai
bagaimana hasil audit komunikasi program Kampanye Earth Hour 2016 World
Wildlife Fund for Nature Indonesia, dengan mengacu pada rumusan masalah dan
fokus penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada saat ini, dampak dari
kerusakan lingkungan khususnya dalam penggunaan energi listrik mulai dirasakan
di seluruh Negara lainnya, termasuk negara Indonesia, yang pada saat ini
mengalami krisis energi.
Pengolahan energi yang membutuhkan bahan bakar sumber daya yang tidak
dapat diperbarui membuat penggunaan energi haruslah secara bijak. Pemerintah
tentunya berusaha untuk mencari jalan keluar agar sumber daya alam untuk
pengolahan energi tetap ada, sehingga masyarakat tetap bisa merasakan energi yang
dihasilkan tersebut. tidak hanya pemerintah saja yang berupaya dalam
permasalahan ini.
Untuk itu, Organisasi nirlaba WWF-Indonesia pun memiliki upaya melalui
program kampanye Earth Hour, yang mengajak, menjaring, dan mengedukasi
individu untuk berkomitmen hemat energi dengan aksi mematikan lampu selama
satu jam. Kampanye tersebut sudah berjalan di Indonesia sejak tahun 2009.
Program kampanye ini, dibutuhkan suatu usaha yang besar agar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan oleh pihak organisasi. Tentunya disaat program kampanye
tersebut berjalan dalam kurun waktu sekitar 7 tahun, banyak hal-hal yang ditemui
167
oleh pihak WWF- Indonesia sebagai bentuk pelajaran, yang nantinya digunakan
sebagai acuan perbaikan yang lebih baik untuk melanjutkan program-program
kampanye mengenai lingkungan.
Program kampanye Earth Hour 2016 ini, merupakan program kampanye
yang berorientasi pada perubahan sosial, yang mana hal yang melatarbelakangi
program kampanye ini adalah permasalahan mengenai penggunaan energi yang
berlebihan, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Program kampanye Earth Hour
memiliki tujuan terkait dengan perubahan sikap dan perilaku target sasaran, agar
dapat berkomitmen dalam mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan
satu jari sebagai aksi bijak dalam penggunaan energi. sehingga kampanye Earth
Hour ini masuk ke dalam jenis kampanye Ideologically, or cause candidate
campaigns, yang mana jenis kampanye tersebut menurut Charles U. Larson dalam
buku Manajemen Kampanye kampanye jenis ideologically atau cause candidate
campaign ini, jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat
khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial, sehingga kampanye jenis ini
sebagai social change campaigns, yakni yang ditujukan untuk menangani masalah-
masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait159.
Peran Public Relations dalam sebuah organisasi nonprofit tentunya sangat
dibutuhkan. Tentunya peran Public Relations dalam organisasi nonprofit lebih
beragam yaitu mulai memberi brand organisasi agar mendapat penerimaan misinya
dan melindungi reputasinya hingga memberi informasi dan motivasi konstitue
159 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.Bandung. hlm.6
168
organisasional utama untuk mengabdikan diri merka dan bekerja ssecara produktif
dalam mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi160. World Wildlife Fund for
Nature Indonesia merupakan yayasan yang menggunakan dananya sendiri untuk
memberikan bantuan kepada agen nonprofit lainnya untuk kepentingan khususnya
di bidang lingkungan. Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki struktur
organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan
mengembangkan program161. Sumber dana WWF Indonesia berasal dari
crowdsourcing dan crowfunding yang merupakan strategi yang dibuat oleh Public
Relations WWF Indonesia.
Dalam hal ini WWF Indonesia menggunakan Public Relations untuk menarik
para donator untuk mau mendonasikan dana kepada WWF Indonesia. Peran Public
Relations WWF Indonesia, menjadi kemitraan yang strategis yang menghubungkan
organisasi WWF Indonesia dengan perusahaan-perusahaan pendonor dan juga
media berita untuk memperkuat reputasi organisasi nonprofit dan mempromosikan
program yang telah dijalankan oleh organisasi nonprofit tersebut162. Fungsi Public
Relations dalam organisasi WWF Indonesia mewujudkan kegiatan kampanye Earth
Hour dengan membentuk strategi yang menarik para donatur atau pun volunteer
untuk bergabung dalam program kampanye terssebut. Dalam hal ini menurut Rex
F. Harlow fungsi Public Relations dibagi menjadi dua yaitu method of
Communication dan State Being, PR WWF Indonesia menjalankan fungsi sebagai
160 Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006. Effective Public Relations. Prenada
Media Group. Jakarta.hlm 507 161 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 162 Ibid.,hlm.509
169
state of being, yaitu perwujudan kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke
dalam bentuk biro, bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen public
relations yang mempunyai pemimpin163. Posisi Public Relations di WWF Indonesia
berada kedalam divisi Communication and advocacy, yang mana Public Relations
dibawah naungan Directur Communication and Advocacy.
Strategi Public Relations WWF Indonesia membagi dua strategi yaitu dengan
menggunakan kekuatan crowfunding, hal ini merupakan pendekatan yang
dilakukan oleh Public Relations WWF Indonesia untuk menarik para donatur untuk
mendanai suatu proyek yang diminati, bisa dari pihak individu, pemerintah ataupun
perusahaan yang ingin mendukung melalui dana, sedangkan crowsourcing
merupakan kekuatan pada individu-individu tidak ada batasan bagi semua individu
untuk turut terlibat langsung dalam melakukan aksi pada program yang telah dibuat
oleh WWF-Indonesia. Dari strategi yang dibuat oleh PR WWF Indonesia, peran
dari lain PR adalah dengan merekrut sukarelawan, dalam pengrekrutan dibantu oleh
Koordinator Earth Hour Indonesia beserta wakilnya.
Namun pada saat ini Public Relations WWf Indonesia berada pada fungsi,
Public Relations sebagai Method of Communication, yang mana setiap anggota
organisasi WWF Indonesia dituntut untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi
kehumasan, karena pada saat ini tugas public relations dijalankan oleh tim media
sosial, posisi yang kosong membuat tugas public relations di jalankan oleh anggota
organisasi lain yang berada pada bagian media sosial.
163 Firsan Nova. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi Perusahaan. PT.
Grasindo. Jakarta. hlm.46
170
Dalam program kampanye ini, tentunya pihak dari WWF-Indonesia
menginginkan program kampanye Earth Hour dapat menciptakan suatu dampak
hasil dari kegiatan yang telah dijalankan. Dalam hal ini WWF-Indonesia membuat
program kampanye Earth Hour mengajak, menjaring dan mengedukasi target
sasaran untuk bijak dalam penggunaan energi. Pada prinsipnya sebuah kampanye
yang dijalankan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilaksanakan oleh
individu maupun suatu kelompok yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan
mengajak, membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek
atau dampak tertentu164. Organisasi nirlaba WWF- Indonesia sebagai kelompok
yang terlembaga membuat kampanye Earth Hour dengan tujuan mengajak,
menjaring serta mengedukasi target sasaran untuk dapat berkomitmen dalam
mematikan lampu selama satu jam sebagai aksi bijak dalam penggunaan energi,
dampak tersebutlah yang saat ini masih menjadi tujuan dari pelaksaan program
kampanye Earth Hour.
Untuk mendapatkan sebuah feedback dari khalayak yang menjadi sasaran dari
sebuah kampanye, dibutuhkan tindakan terus menerus165. Program kampanye Earth
Hour telah berjalan selama kurang lebih delapan tahun dalam mengkampanyekan
bijak dalam penggunaan energi dengan melakukan aksi mematikan lampu selama
satu jam menggunakan satu jari. Kampanye tersebut telah dilakukan selama delapan
tahun berturut-turut, namun pada kenyataannya apa yang telah dikampanyekan oleh
164 Rosady Ruslan.2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta.hlm. 23 165Ibid.,.hlm. 7
171
WWF-Indonesia secara terus menerus belum terlihat dampak atau feedback dari
target sasaran, masih banyak target sasaran yang belum memahami apa yang
dikampanyekan oleh WWF-Indonesia melalui program kampanye Earth Hour.
Program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia dalam berkampanye
memanfaatkan media sosial dalam menarik minat atau perhatian target sasaran
dengan mengunggah foto-foto kegiatan serta video pada akun sosial media yang
dimiliki oleh WWF-Indonesia. Selain itu isi pesan yang disampaikan tim kampanye
Earth Hour pada media sosial untuk menarik minat dan perhatian target sasaran
dengan mengaitkan peristiwa yang terjadi atau yang tengah ramai dibicarakan ke
dalam isi pesan yang disampaikan dan juga tim kampanye Earth Hour dalam
menyampaikan pesan tersebut disertai dengan gambar-gambar desain maupun foto
ataupun cuplikan video agar pesan kampanye yang disampaikan dapat menarik
perhatian target sasaran. Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye
melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada
audiensinya cukup efektif166.
Menurut Carl. l. Hovland dalam buku Dedy Mulyana yang berjudul Ilmu
Komunikasi Suatu Pengantar mengatakan bahwa “ komunikasi adalah proses yang
memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk
mengubah perilaku orang lain (Komunikan)167. Dari penjelasan komunikasi
menurut Carl. l. Hovland dikatakan berhasil jika komunikator dapat mengubah
perilaku orang lain melalui pesan yang disampaikan. Dalam penyampaian tersebut,
166 Ibid., hlm 71 167 Mulyana Dedi. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.hlm. 62
172
tentunya terdapat hambatan-hambatan yang bisa membuat tujuan dari komunikasi
tidak tercapai. Untuk mengetahui hambatan ataupun hal-hal yang menghalangi
tercapainya tujuan tersebut, maka diperlukannya audit komunikasi, untuk
menentukan lokasi di mana kelebihan muatan ataupun kekurangan muatan terjadi
berkaitan dengan topik-topik, sumber-sumber, dan saluran-saluran komunikasi
tertentu168. Untuk melihat hal-hal yang menghambat dan kelebihan ataupun
kekurangan muatan yang terjadi pada kampanye Earth Hour ini, dibantu dengan
model audit komunikasi Linking a Public Relations Planning Model with an
Evaluation Model, dikatakan bahwa dalam melakukan audit komunikasi atau
evaluasi kehumasan memiliki empat tahap169. Tahap pertama dan kedua disebut
dengan tahapan preparation. Tahapan ketiga disebut dengan implementation dan
tahapan keempat disebut dengan impact.
4.3.1 Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016
WWF-Indonesia pada Proses Preparation.
Program kampanye Earth Hour merupakan kampanye yang dimiliki
oleh salah satu organisasi nirlaba yaitu WWF-Indonesia. Hal yang
melatarbelakangi program ini adalah perubahan iklim yang terjadi sebagai
permasalahan lingkungan yang dialami oleh seluruh negara di Dunia, salah
satunya di Indonesia. Permasalahan tersebut akhirnya membuat tim
168 Andre Hardjana. 2000. Audit Komunikasi. PT.Grasindo.Jakarta.hlm.16-17 169 Jim R. Macnamara. 2002.Gold Paper No.11.PR Metrics-Research for Planning & evaluation of
PR & Corporate Communications.IPRA.Switzerland.hlm.15
173
kampanye Earth Hour memiliki aksi mematikan lampu selama satu jam
dengan menggunakan satu jari.
Pada prinsipnya sebuah kampanye merupakan suatu kegiatan
komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok yang
dilakukan secara terlembaga yang bertujuan untuk mengajak, membujuk
dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek dan dampak
tertentu170. Pada tahapan persiapan ini, tim kampanye Earth Hour memiliki
tujuan yang telah disepakati yaitu mengajak, menjaring, dan mengedukasi
individu, rumah tangga, pemerintah, dan korporasi untuk berkomitmen
mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam penggunaan energi
hingga bertujuan terbentuknya kegiatan komunitas hijau di masyarakat.
Target yang menjadi sasaran pada program kampanye Earth Hour ini adalah
seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada
tema kampanye Earth Hour 2016 ini tema secara global “Change Climate
Change and Shine a Light on Climate Action”, dengan sub tema yang di
ambil di Indonesia “Hijaukan Hutan dan Birukan Laut”.
Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan
kampanye Public Relations dibutuhkan langkah-langkah persiapan.
Langkah-langkah yang sudah dipersiapkan oleh tim kampanye Earth Hour
sesuai dengan langkah-langkah menurut Rosadi Ruslan171 :
1. Tentukan tujuan yang hendak dicapai
170 Rosady Ruslan.2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGRafindo Persada.
Jakarta. hlm.23 171 Ibid., hlm.80-81
174
Pada tahapan ini, setiap program tentunya harus memiliki tujuan yang
hendak dicapai pada suatu program. Dari hasil wawancara dan data yang
dimiliki merumuskan tujuan dari program kampanye Earth Hour. Tujuan
yang hendak dicapai oleh program kampanye Earth Hour ini adalah
menjaring sebanyak banyaknya individu, rumah tangga, dan
pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi
mereka terhadap perubahan iklim, menjaring partisipasi korporasi untuk
mengkomunikasikan Earth Hour, baik staf maupun jejaring eksternal
untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan
kebijakan dalam penggunaan energi, dan terbentuknya komunitas hijau
masyarakat diberbagai kota di Indonesia. Dari tujuan-tujuan yang telah
disepakati, dalam kampanye Earth Hour untuk tujuan pertama belum
bisa dikatakan tercapai tujuannya karena masih banyak individu-individu
yang belum berkomitmen dalam mematikan lampu. Namun untuk tujuan
kedua dan ketiga, sudah tercapai pada saat ini kampanye Earth Hour
sudah banyak didukung oleh korporasi-korporasi dan juga pemerintahan
yang berada di berbagai kota. Pada saat ini, banyak komunitas Earth
Hour yang sudah berada di kota-kota di Indonesia.
2. Tentukan Sasaran Kampanye
Program kampanye Earth Hour ini, memilih target sasarannya seluruh
masyarakat di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan dipilihkan
target sasaran tersebut, karena kampanye yang mereka lakukan,
mematikan lampu dengan menggunakan satu jari dapat dilakukan oleh
175
seluruh kalangan. Sehingga target sasarannya seluruh kalangan
masyarakat mulai dari anak-anaka hingga usia lanjut.
3. Tentukan Ruang Lingkup Kampanye (lokal, regional atau nasional).
Ruang lingkup dari kampanye Earth Hour ini adalah secara nasional.
Kampanye Earth Hour ini awalnya berfokus pada Jawa –Bali karena
penggunaan energi listrik terbanyak terdapat di Jawa –Bali. Namun
dengan berkembangnya komunitas Earth Hour di berbagai kota di
Indonesia sehingga kampanye Earth Hour memperluas kampanye ke
ruang lingkup Nasional.
4. Tentukan Jangka Waktunya ( life of cycle).
Pada program kampanye Earth Hour ini, tidak ada penentuan jangka
waktu yang dilakukan oleh WWF-Indonesia. Program kampanye Earth
Hour ini akan terus berjalan dalam mengkampanyekan isu lingkungan.
Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, kampanye ini sudah
berjalan dari tahun 2009 di Jakarta hingga tahun 2016 pun kampanye
tersebut masih berjalan.
5. Tentukan Publik Sasarannya (pemerintah, swasta, masyarakat,
customer atau konsumen lainnya).
Publik sasaran yang dibidik oleh kampanye Earth Hour ini, adalah
seluruh publik mulai dari pemerintah hingga konsumen. Pada saat ini
menurut data yang peneliti dapatkan kampanye Earth Hour sudah
memiliki dukungan dari 50 pemimpin kota/kabupaten/provinsi. Untuk
pihak swasta pun kampanye Earth Hour ini sudah memiliki relasi yang
176
mendukung gerakan tersebut. Untuk menjaring publik masyarakat,
konsumen dan korporasi pihak WWF-Indonesia, memiliki wadah atau
tempat untuk publiknya ikut berpartisipasi dengan crowfunding dan
crowsourcing.
6. Tentukan Tema, Topik, Isu tersebut.
Dalam penentuan tema, topik dan isu pada program kampanye Earth
Hour dari hasil wawancara peneliti, tim kampanye Earth Hour
melibatkan komunitas Earth Hour di berbagai kota di Indonesia. Dalam
penentuan topik dan isu tim kampanye Earth Hour mengundang ketua-
ketua komunitas Earth Hour di berbagai kota untuk ikut dalam kegiatan
Kumbang (Kumpul Belajar Bareng). Namun untuk tema kampanye
Earth Hour mengikuti Earth Hour secara global, pada tahun 2016 ini
tema untuk kampanye Earth Hour “ Change Climate Change and a
shine a light on climate action”. Menyesuaikan tema dari global dan
isu yang terjadi di Indonesia maka tim kampanye Earth Hour Indonesia
memilih tema “ Hijaukan Hutan, Birukan Laut”. Dalam menentukan
isu, pihak tim kampanye membagi-bagi sesuai dengan isu yang dimiliki
oleh tiap kota. Sehingga peneliti melihat dalam program kampanye
Earth Hour ini terlalu banyak isu yang diangkat, sehingga tujuan yang
telah ditetapkan belum dapat tercapai sesuai dengan harapan. Melihat
pada saat ini masih banyak masyarakat yang belum memahami makna
dari 60+, membuat kampanye Earth Hour ini belum dapat mencapai
tujuan untuk mengajak individu berkomitmen mematikan lampu
177
dengan menggunakan satu jari. Sehingga melihat kampanye Earth
Hour ini kehilangan fokus dalam mencapai tujuan.
7. Tentukan Efek yang diinginkan dalam suatu kampanye
Melihat dari tujuan yang telah ditetapkan dalam kampanye Earth Hour,
tentunya kegiatan ini mengharapkan efek yang diinginkan. Efek yang
diinginkan dari kegiatan ini sesuai dengan tujuan kampanye tersebut
adalah seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, korporasi dapat
berkomitmen mematikan lampu. Selain itu juga dapat bergaya hidup
ramah lingkungan.
8. Tentukan Fasilitas, Perlengkapan atau Sarana yang akan menunjang
suatu kampanye.
Dalam kampanye Earth Hour ini, tim kampanye memiliki fasilitas yang
mendukung kegiatan tersebut. tim kampanye Earth Hour telah
menyiapkan media kampanye secara online dan juga offline. Untuk
secara online tim kampanye Earth Hour memiliki media sosial seperti
twitter, Facebook, youtube dan Instagram. Dari hasil wawancara tim
kampanye Earth Hour telah membagikan fungsi dari masing-masing
media sosial tersebut. Untuk mengunggah foto dan sedikit keterangan
tim kampanye menggunakan twitter, untuk mengunggah artikel, press
release menggunakan Facebook, untuk video menggunakan youtube
dan juga untuk foto-foto kegiatan menggunakan Instagram. Sedangkan
untuk media kampanye offline tim kampanye Earth Hour memiliki
atribut-atribut seperti aksesoris berupa kostum-kostum untuk menarik
178
perhatian masyarakat. Selain itu banyak atribut-atribut lain yang
digunakan.
9. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan profesional.
Dalam kampanye Earth Hour, tim kampanye Earth Hour terdiri dari
Director Communication and Advocacy, Ketua dan wakil ketua Earth
Hour Indonesia, Manager Campaign, Public Relations dan Tim media
sosial. Pembentukan tim tersebut peneliti melihat sesuai dengan
kebutuhan dari kampanye Earth Hour. Untuk Ketua dan wakil Earth
Hour Indonesia berkoordinasi dengan komunitas-komunitas Earth
Hour yang berada diberbagai kota di Indonesia, untuk Director
communication and advocacy, mengurusi bagian-bagian advokasi
dengan pihak eksternal seperti pemerintah, Public Relations, yang
membantu dalam pembuatan press release, artikel dalam setiap
kegiatan, manager campaign yang mengurusi jalannya sebuah
kampanye dan tim media sosial yang mengurusi sosial media dari Earth
Hour. Keseluruhannya adalah tugas-tugas pokok secara garis besarnya.
Peneliti melihat dalam tim kampanye Earth Hour sudah memiliki tim
kerja yang baik untuk menjalankan program kampanye Earth Hour.
Tidak terlalu banyak divisi didalamnya namun dapat memenuhi dam
memadai untuk berjalannya program kampanye Earth Hour.
Dari perencanaan atau persiapan yang dilakukan oleh tim
kampanye Earth Hour sebelum melakukan kampanye sudah
mengandung empat hal yaitu tindakan yang bertujuan untuk
179
menciptakan efek dan dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang
besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan melalui serangkaian
tindakan komunikasi yang terorganisasi172. Sebelum program
kampanye Earth Hour ini dilaksanakan persiapan yang dilakukan oleh
tim kampanye Earth Hour, sudah sesuai.
4.3.2 Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016
WWF-Indonesia pada Proses implementation.
Tahapan impelementation merupakan tahapan untuk pengukuran
dari perencanaan. Proses pelaksanaan atau implementasi untuk melacak
keberhasilan taktik yaitu penempatan media dan langkah lainnya sesuai
dengan taktik pelaksanaan. Pada tahapan ini memiliki kriteria dan metode
untuk mengevaluasi bagian komunikasi dari penerapan sebuah program.
Cutlip, Center dan Broom173 memiliki langkah-langkah dalam
mengevaluasi tahapan pelaksanaan ini, langkah pertama melihat dan
mencatat jumlah pesan yang akan disampaikan, program kampanye Earth
Hour ini memiliki waktu-waktu tertentu dalam mengunggah foto, video
maupun artikel, foto yang diunggah minimal 1 foto dari hasil kegiatan
komunitas Earth Hour kota di Indonesia, jadi minimal ada 33 foto yang di
unggah ke media sosial, untuk video, video direncanakan akan diunggah
172 Antar Venus.2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm.23 173 Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006. Effective Public Relations. Prenada
Media Group. Jakarta.hlm 425-426
180
sebelum dan sesudah aksi serempak pada setiap bulan Maret, dan artikel
yang diunggah pada website satu minggu satu artikel.
Langkah selanjutnya, jumlah pesan yang ditempatkan di media,
Pada program kampanye Earth Hour 2016 ini, lebih dominan menggunakan
media sosial dalam menyampaikan isi pesan, tim kampanye Earth Hour
telah mengunggah lebih dari 500 foto diunggah ke media sosial Facebook,
twitter dan instagram, 2 video, 58 artikel di website, serta pesan yang
disampaikan di media sosial twitter sebanyak 130.881 twitt dengan
menggunakan bahasa inggris, dan 54.410 twitt dengan menggunakan bahasa
Indonesia pada tahun 2016. Langkah terakhir berapa banyak target yang
menerima pesan, target yang menerima pesan sebanyak 29,36% dilihat dari
pengguna twitter. Lebih banyak laki-laki yang merespon pesan yang
disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour melalui twitter dengan usia
antara 26 tahun-35 tahun.
Pada bagian perencanaan program, program kampanye Earth Hour
memiliki perencanaan yang sesuai, apa yang diperlukan dalam menjalankan
program tersebut telah dipersiapkan dengan baik. Namun pada tahap
pelaksanaan program, apa yang direncanakan oleh tim kampanye Earth
Hour, tidak sesuai dengan tahap perencanaan. Banyak organisasi yang
mampu menyusun strateginya dengan baik, daya-daya kreatif manajernya
telah melahirkan strategi organisasi yang sangat baik, namun kenyataannya
saat diimplementasikan tidak begitu halnya, strategi yang baik itu menjadi
181
sumber bencana bagi organisasi saat diimplementasikan, artinya strategi
tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan174.
Dalam pelaksanaan program kampanye Earth Hour ini, program
yang mengangkat isu lingkungan mengenai energi, namun pada
pelaksanaannya banyak sekali kegiatan yang mangangkat isu lingkungan
selain mengenai energi. Hal ini membuat apa yang direncanakan menjadi
tidak sesuai pada saat pelaksanaan program. Faktor-faktor lingkungan
eksternal yang tidak dapat dikontrol175, seperti banyaknya isu lingkungan
yang terjadi di lapangan dan menjadi permasalahan yang harus diatasi
membuat kampanye Earth Hour ini tidak fokus pada perencanaan yang
telah dirancangan. Lemahnya pendefinisian kegiatan-kegiatan dan tugas-
tugas implementasi yang pokok serta lemahnya monitoring kegiatan melalui
sistem176 membuat program kampanye Earth Hour ini berjalan tidak sesuai
dengan perencanaan. Dalam wawancara yang dilakukan dengan informan
pertama, dikatakan bahwa kampanye Earth Hour menjadi banyak isinya,
maksud dari pernyataan tersebut banyaknya isu lingkungan yang berada
dalam satu payung dengan Kampanye Earth Hour. Sehingga membuat
kegiatan dan tugas pokok dari perencanaan menjadi bercabang sehingga
tidak fokus pada isu mengenai energi, serta hal tersebut membuat
174 Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Graha Indonesia. Jakarta.hlm. 36 175 Ibid., hlm .36 176 Ibid., hlm.36
182
monitoring kegiatan menjadi tidak terkontrol karena terlalu banyak kegiatan
yang dijalankan. menjadi tidak telihat.
4.3.3 Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016
WWF-Indonesia pada Proses Impact.
Tahapan akhir atau yang disebut dengan tahapan hasil, merupakan
hasil dari program yang sudah terlaksana. Menurut Cutlip, Center dan
Broom mendefinisikan dampak atau hasil, sejauh mana hasil pengukuran
data dijabarkan, dalam tujuan, untuk setiap kelompok sasaran dan tujuan
program secara keseluruhan yang dicapai177. Dampak tersebut berupa
perubahan dari sikap dan perilaku target sasaran ke arah yang seperti
diharapkan oleh organisasi nirlaba.
Kegiatan dari kampanye Earth Hour¸ merupakan kampanye yang
ingin menimbulkan dampak perubahan dari target sasaran agar dapat
berkomitmen dengan mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam
penggunaan energi, sehingga diperlukan teknik komunikasi persuasi dalam
berkampanye agar dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku dari target
sasaran. Teknik persuasi yang dilakukan dalam kampanye Earth Hour ini,
menggunakan teknik assosiasi yang mana menyajikan isi pesan kampanye
berkaitan dengan suatu peristiwa dan objek yang sedang ramai tengah
177 Scott M Cutlip, Allen H Center, Glen M.Broom.2006 Effective Public Relations. Prenada
Media Group. Jakarta hlm. 429
183
dibicarakan dan penataan patung es, suatu upaya dalam menyampaikan
pesan suatu kampanye sedemikan rupa sehingga enak dilihat didengar dan
dibaca178. Agar kedua teknik komunikasi persuasi itu mencapai tujuan dan
sasarannya maka perlu dilakukannya perencanaan yang matang.
Perencanaan yang dilakukan berdasarkan komponen proses komunikasi
yaitu, komunikator pesan, media, dan komunikan179. Komunikator tentunya
mempersiapkan pesan yang akan disampaikan kepada target sasaran, tim
kampanye Earth Hour sebagai komunikator menyampaikan pesan
kampanye dengan mengaitkan peristiwa yang terjadi terkait isu lingkungan.
Jenis pesan yang dirancang untuk mempersuasi target sasaran masuk ke
dalam jenis pesan rasional yang mana pesan tersebut disusun untuk
mempengaruhi akal sehat audien, sehingga informasi disampaikan perlu
disertai fakta dan data yang diterima oleh logika180, untuk menarik minat
dan perhatian dari target sasaran.
Komunikator menentukan komunikan yang menjadi target sasaran,
pada kampanye Earth Hour yang menjadi target sasaran adalah seluruh
lapisan masyarakat dan pesan kampanye yang telah dibuat disalurkan
melalui media sosial. Dalam menjalankan teknik persuasi, masih adanya
kekurangan pada kampanye Earth Hour sehingga teknik persuasi belum
berjalan maksimal dari hasil analisa wawancara dijelaskan oleh informan
178 Rosady Ruslan.2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.PT. Grafindo Persada.
Jakarta. hlm.71-74 179Onong Uchjana Effendi.2008.Dinamika Komunikasi.PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.22 180 Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih.2012. Komunikasi Antarmanusia.Pustaka Getak
Tular. Serang.hlm 48-49
184
pertama dalam wawancara bahwa informan mengatakan Martha Tilaar
berkomentar mengenai kampanye Earth Hour ini fokusnya menjadi
kemana-mana, sehingga kampanye energi yang menjadi fokus kampanye
Earth Hour181. Pelaksanaan kampanye yang tidak fokus kepada isu energi
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian dalam menetapkan target sasaran.
Tim kampanye Earth Hour membidik target sasaran yang berada di seluruh
Indonesia, sedangkan kampanye Earth Hour ini merupakan isu yang
mengangkat mengenai penggunaan energi, yang pada saat ini penggunaan
energi yang berlebih berada di Pulau Jawa dan Bali, seperti yang dikatakan
dalam F.A.Q Earth Hour kenapa fokus kampanye ini berada di Jawa- Bali,
bahwa 78% konsumsi listrik di Indonesia terfokus pada pulau Jawa dan 68%
berfokus pada pulau Bali182.
Melihat Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki
keanekaragaman Hayati yang berbeda-beda setiap daerahnya, Mengutip
dari buku Biologi Konservasi karya Indrawan M, dkk (2007), penyebab
tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia diantaranya adalah wilayah
Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim stabil, serta
secara geografis, wilayah Indonesia dilintasi oleh dua pusat distribusi biota
(tipe Oriental dan Australia)183. Selain itu juga negara Indonesia merupakan
181 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1 Hal. 217 182 Earth Hour Indonesia.2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada 10 Agustus
2016 pukul 19:42 WIB. 183 Kompas.2014.Keanekaragaman Satwa dan Kelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia.
http://www.kompasiana.com/dicky_wibowo/kesejahteraan-satwa-dan-kelestarian-
keanekaragaman-hayati-indonesia_54f698aba333116a018b5042 . Diakese pad atanggal 23
November 2016, pukul 12:57 WIB. Jakarta.
185
negara kepulauan, tentunya setiap masing-masing daerah memiliki potensi
dan permasalahan yang berbeda-beda. Salah satu nya dalam permasalahan
dibidang lingkungan, seperti daerah-daerah provinsi Sulawesi yang
memiliki potensi di bidang pesisir karena letaknya dekat dengan pesisir,
sehingga permasalahan terfokus pada biota laut, sedangkan untuk di Pulau
Jawa dan Bali lebih berpotensi pada bidang industrial dan pariwisata, yang
banyak menggunakan energi listrik sehingga menyebabkan timbulnya
penggunaan energi yang berlebihan184.
Sehingga ketika kampanye mengenai penggunaan energi ini
diterapkan di luar dari Pulau Jawa dan Bali, terjadi perbedaan pandangan,
karena isu mengenai penggunaan energi lebih tepat dilaksanakan di pulau
Jawa dan Bali. Media yang digunakan dalam menyampaikan pesan lebih
dominan menggunakan media sosial, yang mana media tersebut digunakan
tidak hanya pengguna yang berada dipulau Jawa dan Bali melainkan
jangkauannya seluruh Dunia. Sehingga banyak khalayak yang
menggunakan media sosial mengutarakan berbagai opini kepada akun Earth
Hour Indonesia.
Dari pesan-pesan yang disampaikan melalui media sosial twitter
masih terdapat pesan yang berisikan ketidakpahaman mengenai kampanye
Earth Hour, sehingga masih banyak yang beropini negatif mengenai
program kampanye Earth Hour ini. Opini ini merupakan sikap yang
184 World Wildlife Fund for Nature Indonesia.2016.Matrik Regional. Jakarta.
186
dinyatakan kata-kata yang dinyatakan secara aktif dan pasif, bisa secara
verbal (lisan) baik secara terbuka dengan melalui ungkapan yang dapat
ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui kata pilihan yang halus atau
ungkapan secara tidak halus dan dapat diartikan secara konotatif atau
persepsi personal185. Pesan-pesan yang disampaikan oleh khalayak berupa
ungkapan senang hingga kekesalan atas aksi mematikan lampu selama satu
jam dan ada pula pesan yang memberikan pendapat mengenai pelaksanaan
aksi serempak Earth Hour.
Sehingga dilihat dari faktor-faktor yang membentuk opini yang
diberikan khalayak melalui media sosial twitter kepada @EH Indonesia,
adalah faktor affect dan cognition. Faktor affect merupakan faktor yang
berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, marah, sedih dan
kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu, sebagai akibat
setelah merasakan atau timbul setelah melihat dan mendengarkan dan faktor
cognition, penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta
dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya186.
Secara keseluruhan dampak yang dihasilkan dari kegiatan kampanye
Earth Hour ini, belum sepenuhnya memperlihatkan pengaruh yang
signifikan terhadap perubahan perilaku masyarakat khususnya di pulau
Jawa dan Bali. Kampanye Earth Hour merupakan kampanye yang
dipelopori oleh Leo Burnett dan WWF Internasional, kampanye tersebut
185 Naniek Afrilla Framanik. 2011. Komunikasi Persuasi. Sayuti Serang. hlm. 113 186 Ibid., hal 114-115
187
pertama kali dilaksanakan di Sydney Australia187. Menurut survei daring
Zogby International, 36 juta orang berpartisipasi pada Earth Hour 2008.
Survei ini juga menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat
terhadap perubahan iklim sebesar 4 persen188. Keberhasilan kampanye Earth
Hour di Australia, WWF-Indonesia mengadopsi kampanye Earth Hour
tersebut dan diterapkan Indonesia, untuk menangani permasalahan
penggunaan energi listrik yang berlebihan dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam penggunaan energi secara bijak. Australia yang
merupakan negara maju dan juga bukan negara kepulauan, membuat
kampanye Earth Hour tersebut berhasil diterapkan dinegara tersebut.
Namun ketika kampanye tersebut diterapakan di Indonesia banyak sekali
hal-hal yang tidak mendukung berjalannya kampanye tersebut, karena
daerah-daerah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman Hayati yang
berbeda-beda sehingga permasalahan dibidang lingkungan yang
ditimbulkan tidak hanya pada permasalahan Energi. Indonesia yang
merupakan negara berkembang, dengan jumlah penduduk lebih dari dua
ratus juta jiwa, membuat kampanye tersebut belum sepenuhnya dapat
diterapkan kedalam kebiasaan masyarakat Indonesi, yang memiliki
keanekaragaman suku dan budaya.
187 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 188. Kompas.2014. EARTH HOUR, Satu Aksi Banyak Arti,20.30-21.30 29 Maret
2014http://www.kompasiana.com/brongotsetankoberketangguhanhati.blogspot.com/earth-hour-
satu-aksi-banyak-arti-20-30-21-30-29-maret-2014_54f7fe0ea33311f2608b4867 .Jakarta. Diakses
pada tanggal 23 November 2016, pukul 13:37WIB.
188
Dilihat dari kegiatan kampanye Earth Hour, pada program
kampanye ini, banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada program
kampanye ini seperti, memperingati hari sampah, kampanye bijak kertas,
penanaman mangrove, bersih pantai dan lainnya, membuat target sasaran
tidak memahami betul makna dari Earth Hour dengan aksinya mematikan
lampu selama satu jam. Dari banyaknya pelaksanaan kegiatan membuat
pesan-pesan kampanye yang disampaikan tidak fokus pada penghematan
energi.
Pesan yang disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour kepada
target sasaran merupakan tindakan untuk membujuk, mengajak atau
merayu. Persuasi yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour kepada
target sasaran belum sampai kepada tahap perubahan perilaku. Pada hasil
temuan, target sasaran hanya sebatas kesadaran mengenai bijak dalam
penggunaan energi listrik yang sudah meningkat, serta pengetahuan
mengenai isu seputar energi listrik diketahui oleh target sasaran, namun
pada tingkat perubahan perilaku target sasaran belum ada aksi atau bahkan
sampai tahap berkomitmen dalam mematikan lampu selama satu jam dan
bijak dalam penggunaan energi. Dalam kegiatan komunikasi berupa
kampanye, komunikasi persuasi diharapkan seseorang atau sekelompok
yang diajak dan dibujuk dapat menimbulkan perubahan, yang dilakukan
secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun non
189
verbal189. Secara keseluruhan dampak yang dihasilkan dari program
kampanye Earth Hour ini, belum kepada tahapan perubahan perilaku, dan
baru kepada tahapan peningkatan pengetahuan.
Dalam melakukan kampanye pasti akan ditemukan hambatan-
hambatan didalamnya. Hambatan yang terjadi pada program kampanye
Earth Hour ini, perencanaan yang dibuat tidak sejalan dengan pelaksanaan
yang mana pada tahap perencanaan tujuan dari program ini adalah untuk
mengajak, menjaring, dan mengedukasi individu, rumah tangga, pemerintah
dan korporasi dalam berkomitmen mematikan lampu selama satu jam dan
bijak dalam penggunaan energi dengan fokus di pulau Jawa dan Bali,
sedangkan dalam pelaksanaan banyak sekali kegiatan yang mengangkat isu
lingkungan selain energi berada dalam satu payung dengan Earth Hour, isu
lingkungan tersebut sesuai dengan permasalahan yang berada di masing-
masing kota. Sehingga target yang menjadi sasaran adalah seluruh
masyarakat yang berada di Indonesia. Pada program kampanye Earth Hour
ini, lebih tepat membidik target sasaran seluruh masyarakat yang berada di
pulau Jawa dan Bali. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan kampanye
Earth Hour ini, tidak mencapai target sesuai dengan apa yang diharapkan
pada tujuan program. Penyebab dampak tidak mencapai tujuan yang
diharapkan dikarenakan program kampanye tersebut tidak menetapkan
khalayak sasaran secra tepat190. Kampanye ini, terlalu luas dalam membidik
189 Ibid., hlm 185 190 Antar Venus.2009.Manajemen Kampanye.Simbiosa Rekatama Media.Bandung hlm.131
190
target sasaran. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak
efektif karena pesan-pesan tidak dapat di konstruksi ssesuai dengan
karakteristik khalayak.
Tujuan dari audit adalah menentukan lokasi dimana kelebihan
muatan informasi (overload) ataupun kekurangan muatan informasi191.
Kekurangan muatan informasi yang terjadi pada program kampanye ini,
terdapat pada bagian pelaksanaan kampanye. Pada pelaksanaan kampanye
tim kampanye Earth Hour lebih fokus kepada kegiatan-kegiatan diluar isu
mengenai energi. Sehingga target sasaran pada tahapan dampak masih ada
yang belum memahami makna dari Earth Hour dengan aksi mematikan
lampu selama satu jam. Masih ada yang salah mengartikan dari aksi
tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour dalam
menyampaikan pesan kampanye belum efektif. Komunikasi yang efektif
terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan
komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan
harapaan kedua pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan
komunikan)192. Audit komunkasi dilakukan untuk pemeriksaan diagnosis
yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran
kesehatan organisasi yang lebih besar193, tepatnya pada audit komunikasi
ini pada program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia.
191 Andre Hardjana.2000.Audit Komunikasi.PT. Grasindo. Jakarta.hlm.16-17 192 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam.2012 Komunikasi Public Relation.CV.Pustaka Setia.
Bandung.hlm.45 193 Andre Hardjana.2000.Audit Komunikasi.PT. Grasindo. Jakarta.hlm.9-10
191
Pada program kampanye Earth Hour 2016 masih adanya
kesalahpahaman penafsiran dari aksi yang dilakukan yaitu mematikan
lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari yang terjadi , dapat
dilihat pada hasil temuan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8. Dalam
permasalahan ini, dilihat dari asumsi teori informasi organisasi, organisasi
berusaha mengurangi ketidakpastian informasi194, tim kampanye Earth
Hour bersama-sama berupaya dalam mengurangi ambiguitas informasi,
organisasi pun ikut terlibat dalam proses informasi untuk mengurangi
ketidakpastian informasi. Semua informasi yang diterima dari lingkungan
seperti halnya pada kampanye Earth Hour ini yang menerima pesan-pesan
terkait dengan kegiatan kampanye dari netizen dalam derajat tertentu adalah
tidak pasti, tidak jelas dan membingungkan dan kegiatan organisasi
dirancang untuk mengurangi ketidakpastian tersebut195. Setelah diketahui
kelebihan dan kekurangan muatan dari hasil audit, maka perlu dirancang
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Budaya organisasi WWF Indonesia tidak dapat mengikuti budaya
organisasi WWF yang berada di luar negri. Melihat Indonesia merupakan
negara kepulauan yang melahirkan keanekaragaman suku bangsa dan adat
istiadat disetiap daerahnya, membuat kampanye Earth Hour yang
merupakan program kampanye adopsi dari WWF Australia belum bisa
diterapkan di berbagai wilayah Indonesia. Menurut Schein, Budaya
194 Morrissan.2009. Teori Komunikasi Organisasi.Ghalia Indonesia.Bogor.hlm.37 195 Ibid., hlm. 32
192
organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan,
diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan
maksud agar oganisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-
masalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi yang sudah
berjalan cukup baik. Dengan demikian, budaya organisasi perlu diajarkan
kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami,
memikirkan, dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah
tersebut196. Maka diperlukannya perubahan budaya organisasi WWF
Indonesia yang menyesuaikan karakter dari Negara Indonesia yang
memiliki keanekaragaman suku dan budaya dan juga merupakan negara
kepulauan, agar kampanye Earth Hour ini dapat berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan dari organisasi.
Kampanye Earth Hour dapat dilaksanakan hanya pada wilayah-
wilayah yang memiliki kelebihan dalam penggunaan energi listrik, seperti
yang telah dijelaskan pada F.A.Q dalam website Earth Hour Indonesia,
bahwa kampanye ini berfokus pada pulau Jawa dan Bali197. Namun WWF
Indonesia menjalankan kampanye tersebut di luar pulau Jawa dan Bali yang
penggunaan energi listriknya dengan porsi yang rendah198. Dengan
perubahaan pada budaya Organisasi WWF Indonesia tentu saja kampanye
196 Edgar H, Schein.1991. Organizational Culture and Leadership.San Fransisco: Oxford Jossey-
Bass Publisher.hlm.22 197 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 198 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB
193
Earth Hour ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, karena budaya
organisasi yang efektif membantu organisasi mengantisipasi dan
beradaptasi dengan perubahan lingkungan199.
199 Danang Sunyoto.2012.Manajemen Sumber Daya Manusia.CAPS(Center for Academic
Publishing Service).Yogyakarta.hlm.229
194
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis kualitatif yang telah dilakukan pada World
Wildlife Fund for Nature Indonesia, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Tahap Preparation
Pada tahapan preparation pada program kampanye Earth Hour yang
dijalankan oleh World Wildlife Fund for Nature Indonesia, secara
garis besar sudah mencapai ketercapaian. Segala persiapan yang
dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour sudah dapat memenuhi
kebutuhan dalam melakukan kampanye. Mulai dari hal yang
melatarbelakangi program kampanye tersebut mendukung perlu
dijalankannya aksi berupa kampanye, penetapan tujuan yang jelas
membuat apa yang ingin dicapai dapat difokuskan sampai kepada
rancangan kegiatan yang siap didukung dengan media, seperti media
sosial . Tim kampanye Earth Hour Indonesia sudah merancang baik
perencanaan kegiatan kampanye Earth Hour 2016.
2. Tahap Implementation
Tahapan implementation program kampanye Earth Hour World
Wildlife Fund for Nature Indonesia, menunjukkan pelaksanaan
program kampanye belum berjalan secara maksimal, karena masih
ada target sasaran yang belum memahami kegiatan dari kampanye
195
Earth Hour. Masih banyak yang memiliki pandangan negatif
terhadap kegiatan kampanye Earth Hour. Selain itu juga banyaknya
isu yang diangkat menjadi kegiatan kampanye membuat kampanye
Earth Hour tidak fokus terhadap isu yang melatarbelakangi kegiatan
kampanye Earth Hour.
3. Tahap Impact
Tahapan impact program Kampanye Earth Hour World Wildlife
Fund for Nature Indonesia menunjukan bahwa tujuan besar dari
program kampanye Earth Hour belum semuanya tercapai. Masih
banyak individu yang belum bisa berkomitmen dengan cara
mematikan lampu selama satu jam. Individu yang menjadi target
sasaran program kampanye Earth Hour ini, baru mencapai tahapan
edukasi, dimana masyarakat hanya mengetahui mengenai isu yang
dikampanyekan belum sampai kepada aksi nyata yang dilakukan
pada masing-masing individu. Namun program kampanye Earth
Hour sudah mencapai tujuan dalam membentuk kegiatan komunitas
hijau dan menjaring korporasi dan pemerintah untuk mendukung
program kampanye tersebut.
5.2 Saran
Setelah peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan identifikasi
masalah. Selanjutnya peneliti memiliki beberapa saran yang diharapkan
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi World Wilfdlife Fund For Nature
196
Indonesia dalam meningkatkan program Kampanye Earth Hour berikutnya,
antara lain :
5.2.1 Saran Teoritis
Penelitian mengenai audit komunikasi terhadap suatu kegiatan
menjadi hal terpenting dalam memberikan bahan penilaian terhadap
kegiatan. Apakah kegiatan dari suatu program berhasil atau tidak, dan
dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kinerja sebuah organisasi
atau perusahaan serta memaksimalkan kinerja dalam melaksanakan
sebuah program untuk publiknya. Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan rujukan atau referensi bagi peneliti lain dalam
melakukan penelitian mengenai audit komunikasi selanjutnya.
Khususnya penelitian mengenai audit komunikasi dan program
Kampanye.
5.2.2 Saran Praktis
1. Organisasi Nirlaba berskala internasional seperti World
Wildlife Fund for Nature, harus melaksanakan kegiatan audit
komunikasi yang mengacu pada teori audit komunikasi yang
ada. Dengan dilakukannya audit komunikasi organisasi nirlaba
dapat mengetahui hambatan-hambatan yang harus segera
diatasi, agar hambatan tersebut tidak mempengaruhi dalam
pencapaian tujuan yang diharapkan.
197
2. World Wildlife Fund for Nature Indonesia, dalam pelaksanaan
program kampanye Earth Hour, sebaiknya berkampanye di
wilayah yang penggunaan listriknya berlebihan, seperti Jawa
dan Bali. Terkait dengan isu lain mengenai permasalahan
lingkungan lain, lebih baik tidak berada dalam satu payung
dengan kampanye Earth Hour, sehingga kampanye Earth Hour
memiliki fokus terhadap isu mengenai energi.
3. Dalam pelaksanaan program kampanye, tentunya target sasaran
menjadi daya ukur keberhasilan kampanye. Dalam hal ini World
Wildlife Fund for Nature, baiknya lebih sering memberikan
pemahaman terlebih dahulu mengenai makna dari 60+ kepada
individu, agar tidak terjadi kesalahpahaman individu dalam
memaknai aksi serempak yang dilakukan setiap bulan Maret
tersebut.
198
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin ,Yusuf Zainal.2015.Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan
Aplikasi).Pustaka Setia. Bandung.
Ardianto,Elvinaro. 2010. Metode Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif &
Kualitatif. Simbiosa Rekatama Media. Bandung.
Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi.
PT.Remaja Rosdakarya Office. Bandung.
Cutlip, Scott M, Allen H. Center, Glen Brom. 2006. Effective Public Relations.
Prenada Media Group. Jakarta.
Effendi, Onong Uchjana.2008.Dinamika Komunikasi.PT. Remaja
Rosdakarya.Bandung.
Framanik, Naniek Afrilla. 2013. Komunikasi Persuasi. KOCIPTA Publishing.
Serang.
_____________________. 2011. Komunikasi Persuasi. Sayuti. Serang.
Gregory, Anne. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relation.
Erlangga. Jakarta.
Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta.
Iriantara,Yosal.2004.Manajemen Strategis Public Relations.Graha
Indonesia.Jakarta.
Jamiludin, Ritonga. 2004. Riset Kehumasan. PT. Grasindo Anggota IKAPI.
Jakarta.
Kriyantono, Rahmat. 2008. Public Relations Writing. Prenada Media Grup.
Jakarta
_________________. 2006. Teknik Praktisi Riset Komunikasi. PT. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
L.W, Neuman. 1997. Social Research Methods : Qualitative Quantitative
Aproches. Allyn and Bacon. London.
Macnamara, Jim R. 2002. Gold Paper No.11 PR Metrics-Research for Planning
&Evaluation of PR & Corporate Communication. IPRA. Switzerland.
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. PT.Bumi Aksara. Jakarta
Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia. Bogor.
199
Mulyana, Dedi. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Nova,Firsan. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi
Perusahaan. PT. Grasindo. Jakarta.
Rumanti, Sr Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan
Praktek. PT.Grasindo. Jakarta.
Ruslan, Rosadi. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
____________. 2000. Kampanye Public Relation (Kiat & Strategi). Rajawali
Pers. Jakarta.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
________. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabet. Bandung.
________. 2008. Metode Pemilihan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Sunyoto,Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. CAPS(Center for Academic Publishing Service). Yogyakarta.
Venus, Antar. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.
Bandung.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta.
Sumber Lain :
Website
Bina Nusantara Universitas. 2012 . Thesis BAB 2 Kajian Pustaka.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00901-
AKSI%20Bab2001.pdf .
Earth Hour Indonesia. 2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/
ECPAT-Indonesia.2015. Publikasi Media Video Konveksi Hak Anak.
http://ecpatindonesia.org/video/kampanye-25-tahun-konvensi-hak-anak/ . PT.PLN(Persero).2014.Buku Statistik PLN 2014.http://www.pln.co.id/wp-
content/uploads/2012/01/Statistik-PLN-2014_for-website-10-Juni-2015.pdf. PT. Unilever –Indoneisa. 2016. Apa Itu Perubahan Iklim? Bagaimana
Cara Kita Beraksi?.https://brightfuture.unilever.co.id/stories/473087/Apa-itu-
perubahan-iklimbagaimana-caranya-kita-beraksi-.aspx
200
PRider. Sekilas Tahap-Tahap dan Teknik Audit Komunikasi.2015
http://pride.co.id/2015/06/sekilas-tentang-tahap-tahap-dan-teknik-audit-
komunikasi/ .
UNICEF-Indonesia. 2015.Artikel Kekerasan Terhadap Anak : Kini Saatnya
Bertindak. http://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html
World Wildlife Fund for Nature –Indonesia .2015. Seputar Iklim & Energi.
http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/
kampanye/powerswitch/spt_iklim/
Data File
World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. 2016. Campaign Deck For Sid.
Jakarta.
World Wildlife Fund for Nature –Indonesia 2016. Earth Hour (Media Sosial) 2016.
Jakarta.
World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. 2015. Highlight Earth Hour 2015.
Jakarta.
World Wildlife Fund for Nature –Indonesia 2016. Highlight Earth Hour 2016
201
LAMPIRAN-LAMPIRAN
202
LAMPIRAN 1
SURAT IZIN PENELITIAN
203
204
LAMPIRAN 2
PERNYATAAN KESEDIAAN INFORMAN
205
206
207
208
LAMPIRAN 3
PEDOMAN WAWANCARA
209
PEDOMAN WAWANCARA
Dalam penelitian ini, peneliti telah menyusun beberapa daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan agar wawancara lebih terarah dan
jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Adapaun pedoman wawancara, sebagai berikut :
Bagi Key Informant
Koordinator dan Wakil Earth Hour Indonesia
PERTANYAAN
1. Apa tugas dari Koordinator Earth Hour Indonesia?
2. Apa tujuan dari program kampanye Earth Hour 2016?
3. Program Kampanye Earth Hour itu seperti apa?
4. Bagaimana cara memilih isu untuk diangkat menjadi suatu topik yang akan dikampanyekan
pada program kampanye Earth Hour?
5. Apakah sebelumnya ada peninjauan lokasi yang beerhubungan dengan topik yang
diangkat?
6. Sebelum ditetapkan tujuan tersebut, ada tidak brainstorming yang dibuat?
7. Apa tema Kampanye Earth Hour tahun 2016 ?
8. Apa makna dari tema tersebut?
9. Apa tujuan dari dipilihkannya tema tersebut ?
10. Pesan yang telah dijadikan tema tersebut apakah sudah menyentuh tujuan yang ingin
dicapai?
11. Bagaimana cara menetapkan sebuah tujuan tersebut? Dalam menetapkan sebuah tujuan
apakah komunitas Earth Hour yang berada di kota -kota di Indonesia ikut terlibat?
12. Siapa yang menjadi target sasaran dari kampanye Earth Hour 2016?
13. Apa yang menjadi pertimbangan dipilihnya target sasaran tersebut?
14. Berapa jumlah target sasaran yang ingin dicapai?
210
15. Bagaimana memilih dan merancang kegiatan kampanye Earth Hour 2016 sesuai dengan
target sasaran?
16. Mengapa dipilihkan kegiatan-kegiatan tersebut apa yang menjadi pertimbangan?
17. Di tahun 2016 kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam kampanye Earth Hour?
18. Bagaimana membuat sebuah pesan kampanye yang akan disampaikan kepada target
sasaran?
19. Tiap tahun di bulan maret selalu diadakan sebuah perayaan yah?
20. Apa makna dari perayaan tersebut?
211
PEDOMAN WAWANCARA
Dalam penelitian ini, peneliti telah menyusun beberapa daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai
acuan dalam melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan agar wawancara lebih terarah dan
jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Adapaun pedoman wawancara, sebagai berikut :
Bagi Informan Pendukung
Ketua Earth Hour Serang
Ketua Earth Hour Tangerang
1. Sejak kapan komunitas Earth Hour Serang/Tangerang berdiri?
2. Sampai saat ini Komunitas Earth Hour Serang/Tangerang memiliki berapa anggota?
3. Apa yang menjadi motivasi kalian untuk ikut kedalam komunitas Earth Hour?
4. Kegiatan apa kampanye Earth Hour 2016 (sebelum acara selebrasi 2016) apa saja yang
sudah dilakukan?
5. Darimana pengetahuan mengenai lingkungan kawan-kawan komunitas dapatkan?
6. Bagaimana komunitas Earth Hour mengajak masyarakat untuk peduli terhadap
lingkungan?
7. Media sosial apa yang paling aktif digunakan dalam berkampanye?
8. Biasanya menggunakan media offline kampanye berbentuk apa? Foto, video , tulisan-
tulisan atau lainnya?
9. Tujuan yang ingin dicapai komunitas dalam kampanye Earth Hour 2016?
10. Dari rangkaian kampanye Earth Hour 2016 ini kan ada perayaan atau disebut selebrasi,
apakah selebrasi itu dilakukan ketika target tercapai atau tercapai atau tidak tercapai tetap
dilakukan?
11. Bagaimana komunitas Earth Hour Serang /Tangerang berkoordinasi dengan WWF-
Indonesia?
12. Bagaimana masyarakat memahami aksi mematikan lamu yang tidak terpakai selama satu
jam?
13. Kendala apa yang sering dihadapi dilapangan pada saat melaksanakan kegiatan kampanye?
212
LAMPIRAN 4
HASIL WANWACARA
213
Tanggal/hari :03 Mei 2016
Narasumber : Galih Aji Prasongko
: Chris Rahardian
Lokasi : WWF-Indonesia, Graha Simatupang
Pukul : 13:17 WIB- 14:20 WIB
No. Peneliti Narasumber
1. Program Kampanye Earth
Hour itu apa sih?
Kampanye Earth Hour dimulai dari tahun 2009 di Indonesia.
Apa yang dilakukan di 2016 sama dengan 2009. Kalau diambil
dari tahun 2015 tidak bisa terlihat karena aksi ini
dari tahun 2009. Grafik apa yang dilakukan di tahun 2016
berkaitan dengan di tahun 2009 historis di Indonesia. Punya
program pada tahun 2012 yaitu 60 yang menjadi 60+. Masalah
berbicara perubahan iklim lalu memikirkan sebuah aksi dan
kampanye bagaimana cara mengajak individu untuk
melakukan hal yang dapat mengurangi perubahan iklim. Untuk
itu dipilihkan aksi yang semua orang bisa dari anak kecil
hingga orang tua. Semua diseluruh Dunia tidak memiliki
keterbatasan untuk mematikan lampu dengan satu jari, anak
kecil bisa matikan lampu, nene-nenek, kakek-kakek, semua
orang bisa melakukan matikan lampu. Tidak peduli, warna
kulit, Bahasa. Maka 2007 dimulai di Australia, tahun 2009 baru
di Indonesia, di Jakarta, tahun 2010 di Bandung dan Semarang,
2011 di Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya. Sampai
sekarang banyak kota yang terlibat. 2012 kampanye dengan
60+. Kita berharap ada perubahan gaya hidup, bahwa ini gak
cukup satu jam, bahwa kita butuh melakukan lebih dari 60
menit atau 1 jam. 60+ ngajak orang tidak hanya matiin lampu,
214
sebagai aksi lain mengajak orang untuk menggunakan
transportasi umum, menanam pohon, sampai 2016 pake 60+.
Kita mempunyai main strategi. Pada tahun 2012 ada
Crowdfounding dan Crowdsourcing. Crowdfounding adalah
gerakan yang haruslah tetap terjadi gerakan dia tidak bisa
keluar dari pakemnya gerakan. Tapi kan sebuah gerakan juga
butuh pembiayaan dan butuh dana. Untuk operasional untuk
consolidasi tiap hari memperluas kampanye atau consolidasi
sementara banyak publik yang tidak punya resource tidak
punya waktu untuk ikut terlibat dalam gerakan maka
ditawarkan sebuah program kampanye. Buat sebuah conflict,
inisiatif, komoditas yang kemudian meminta publik untuk
berdonasi dalam artian mereka diperkenankan itu untuk
membantu komoditas. Itu yang pertama untuk masalah
pendanaan.
Yang kedua mengukur berapa banyak orang yang mengikuti
bertpartisipasi maka untuk itu disambungkan antara
Crowdfounding dan Crowdsourcing. Ini ada media-media,
kalau kamu cek di Earth Hour global, kadang-kadang kita tidak
bisa ecara detail ngasih program karena udah di match disitu.
Ada system tracker yang melihat berapa banyak orang yang
ikut terlibat di Earth Hour.
Dan itu bukan dari kita, tapi individu-individu atau perusahaan
dan lainnya yang ingin berpartisipasi. Salah satunya merea
mengisi salah satu system tracker itu. Bisa di cek di website
global Earth Hour. Beberapa negara yang berpartisipasi dari
tahun ke tahun. (Chris)
Akhirnya kalau di Indonesia kita memakai program Hijaukan
Hutan dan Birukan Laus, utnuk menghubungkan antara
Crowdfounding dan Crowdsourcing. Ngomongin isu
lingkungan di Indonesia itu ada 2 yaitu Hutan dan Laut . Hutan
215
yang luas dan kita juga punya laut yang luas juga. Mulai ada
program penanaman mangrove, adopsi coral, penanaman
phono di sumber mata air.
Crowdsourcing itu salah satunya yaitu “beli yang baik”, kita
buat petisi. Beli yang baik nyambung dengan Earth Hour.
Kegiatan 2009 sampai 2016 dan seterusnya. Target kita adalah
kota. Mulai tahun 2009 hingga 2012. 2012 kita memperbanyak
kota-kota. 2012-2016 target individu yang terlibat, maka itu
kita memperbanyak media online. Karena kita ngejar dari kota
ini ke kota ini jauh, kita tidak ada kontak masing-masing
individu. (Chris). Tapi salah satu cara, mereka memiliki media
sosial dalam bentuk apapun itu, salah satu cara agar nyampe
pesan ke mereka.
2. Bagaimana mengenai strategi
Campaign Dilevery Estimated
Timeline yang dibuat oleh
WWF Indonesia Untuk
kampanye Earth Hour?
Kita mulai cara-cara itu sekitar 2010-2016. Udah di mulai
mekanismenya yang berbeda karena ini kan dari global. Di
Indonesia Kita awalnya memprediksi, bukan lebih tepatnya kita
mencoba memprediksi melihat animo masyarakat apa sih yang
di sukai. Awalnya dari facebook, mulai ada twitter mulai up
naik, kita mencoba masuk twitter juga, eh masuk juga. Lalu,
mulai ada hal yang lain-lain. eh entah itu path atau apa mulai
kearah itu. Emang kenyataan di Indonesia emang efektif.
(Chris)
Kamu coba cari aja kalo media sosial search aja tiap tahun pasti
ada symbol sebelum 2012 ada………………. Tersendiri nanti
kirim template yang itu aja kita tiap tahun punya pesan
tersendiri yang kita pake 2014 sampai 2016 itu #ini aksiku,
sebelumnya kita pakai ini aksiku mana aksimu, kemudia
berubah jadi #iniaksiku sejak 2014.
216
3. Campaign Dilevery Estimated
Timeline kan dibuat oleh
global, adakah versi yang
dibuat oleh WWF Indonesia?
Over all sama, Cuma kita rubah, tapi over all sama Cuma
Indonesia diarah ke kultur Indonesia Cuma kearah situ doang.
Campaign Dilevery Estimated Timeline kita ada. (Chris). Jadi
srateginya kan tiap tahunnya pasti merancang strategi.
Pokoknya kan yang gue bilang tadi strategi setiap tahunnya
sama jadi ngikutin dari strategi awal tiap tahunnya awal 2009.
2009-2012 strategi kita pendeketan ke komunitas dan kota,
strateginya seperti itu. Memperbanyak kota. 2013-2016 strategi
kita adalah individu tersebut.
4. Apa tujuan yang ingin
dicapai?
2009-2016 target kita adalah kota, pertambahan kota dan itu
pasti tercapai. Itu kita bilang suatu pencapaian disetiap
tahunnya. Dukungan pemerintah kota bertambah. Coverage
media, kan ada news value di media dan Brand value di media
kita punya tuh itungan tiap tahunnya misalnya tahun ini sekitar
15 Milyar news value tahun ini untuk kegiatan Earth Hour
tahun 2016 . Pencapaian kita sih sebenarnya sama individu.
Sama tracker dari sosial media. Berapa komunitas, icon target
di seluruh Dunia termasuk Indonesia. Tahun ini 180, tahun lalu
70 icon. Icon itu semacam monas, Borobudur kaya gitu-gitu,
nah icon ituu target-traget. Project konservasi dari mulai 2014
sampai 2015 masih punya project konservasi masih berjalan.
Yang terakhir itu kita punya 4 konservasi.
5. Bagaimana sih cara mencapai
peningkatan dari penambahan
Icon dari 70 icon tahun 2015
sampai 180 icon di tahun ini?
Dengan kampanye awareness, bikin kegiatan kampanye KPD,
ke kampus-kampus, ketemu banyak komunitas-komuniyas di
tiap-tiap daerah , lalu melakukan aksi kampanye di setiap kota
terutama menyebar teruskan kampanye Earth Hour ke media ,
ke pemerintah, ke beberapa instansi terkait. Kaya misalnya 70
icon menjadi 180, hasil kerjasama kita dengan pemerintah
daerah. Suatu pencapaian, misalnya Earth Hour di Bandung,
Earth Hour sudah menjadi program pemerintah kota Bandung,
217
mereka juga bikin sebuah perwali ( Peraturan Walikota) untuk
kegiatan energi. Semalem , jadi setiap 1 jam di tiap 2 minggu
ada aksi mematikan lampu dan itu udah peraturan walikota,
kira-kira begitu dan sampai saat ini Earth Hour di beberapa kota
masih menjadi agenda mereka, tapi rata-rata pemerinta
Indonesia sudah tahu tentang Earth Hour, tinggal kita teman-
tteman kota dan kita mendorong bareng-bareng, bagaimana
cara, entah program kampanye Earth Hour apapun itu, menjadi
peraturan pemerintah kota/ daerah.
Perubahan gaya hidup terutama kearah situ sih
sebenarnya (Chris)
6. Sebelum tujuan dibuat ada
tidak prosesnya seperti
brainstromingnya?
Melalui Kumbang, itu skala nasional, itu kita mulai tahun 2012.
Kita mulai bikin Kumbang setiap tahunnya. Semakin banyak
komunitas-komunitas. Bahkan komunitas-komunitas Earth
Hour sudah beraada didaerah-daerah di Indonesia seperti Earth
Hour Serang. Lalu kita kumpulin komunitas Earth Hour untuk
membahwas bareng-bareng.
7. Oh, jadi penetapan tujuan
Earth Hour ini dibahas bareng
dengan komunitas-komunitas
dikumbang.
Terus mempertemukan komunitas Earth Hour bersama WWF
bagi inisiator. Jadi kita ngobrolin banget tahun ini kita mau
ngobrolin soal apa. Kan ada dari global, bagaimana sih kita
bareng-bareng obrolin suatu yang lokal, kan setiap kota
masing-masing di Indonesia punya kultur masing-masing kan.
(Chris)
8. Hal yang didapat dari
Kumbang 2016?
Icon bertambah, project konservasi. Kemudian apa Namanya
aksi serentak, jadwal-jadwal kampanye target pemerintah
daerah. Timeline bareng, kalau kamu mantau hasil Kumbang,
biasanya menjadwalkan kapan kita memulai kampanye
218
misalnya kapan kita bisa melaksanakan aksi serentak.
Kampanye serentak yang dilakukan diseluruh Indonesia
dengan ema yang sama, misalnya sehari kita ngomongin
sampah. Udah tuh sehari kita ngomongin sampah, atau
seminggu kita ngomongin apa. Terus yaitu tadi kita buat press
conference.
9. Apakah target audiens tahun
2015 dan 2016 sesuai dengan
perencanaan target audiens
yang direncanakan?di
targetkan tidak?
Tracknya lewat sosial media. Misalnya twitter aja target
100.000 di tahun 2016 di tahun 2015 70.000. dan biasanya
melebihi sesuai target tahun ini. Target 180 kita dapet 500. Icon
juga target 2015 60 perencanaan ternyata dapet 70 lalu tahun
sekarang Cuma target 100 icon jadi 180 icon.
10. Apakah itu hasil dari langkah
yang mengandalkan media
sosial?
Ga Cuma media sosial, ada juga aksi offline (Chrish).
Tidak bisa kalu hanya media sosial, tanpa ada aksi. Jadi gitu
dibalik logikanya karena orang kemudian rame di media sosial,
ngoceh untuk ngumpulin orang. Kalau kita, kita balik
logikanya karena kita melakukan aksi dulu, kita upload di
media sosial untuk mengajak orang melakukan hal yang sama
kaya kita itu taktik media sosial kita jadi ngebalik logika kita.
11. Kan ada kaya seperti share
video, share foto untuk
kampanye jangka waktunya
tidak ? jangka waktunya
berapa lama?
Hmmmmm, biasanya kalau kita memulai kampanye kita
upload video dulu, mulai kampanye 1 bulan sebelum Earth
Hour. Lalu minggu-minggu terakhir mengajak orang untuk ikut
Earth Hour, pasca Earth Hour kita bikin video highlight yang
menvisualisasi seluruh kegiatan sebulan. Kalau misalnya
gambar-gambar sih tiap minggunnya yang selama 1 bulan.
Karena setiap kota pasti berkegiatan terus. Seperti saya bilang,
bahwa kita tiap minggu ada aksi serentak dengan misi yang
berbeda-beda gambar, flyer, foto itu daripada publikasi. (Chris)
219
12. Tiap minggu berapa foto yang
di upload di media sosial?
Sekarang ada 33 kota yang ada komunitas Earth Hour berarti
ada 33 foto yang di upload tiap minggu. Jadi minimal tiap kota
1 foto diupload. Iya minimal tiap kota satu . Setelah aksi
mereka upload lagi, upload 1 foto kembali, itu ke media sosial
kita. Mereka juga upload di jejaring media mereka sendiri.
(Chris). Jadi itu setelah aksi sekitar 500 fotolah. Dan juga
artikel, artikel singkat, kalian bikin apa di daerah mana, jam
berapa, itu bisa di cek(chris). Pasca setelah aksi, 2 hari lah
setelah aksi. Tiap minggu 1 artikel naik.
13. Apa sih yang menjadi
pertimbangan dipilihkannya
media sosial?
Pemilihan media sosial tahun ini kita menggunakan twitter
karena kita sudah kerja sama dengan twitter. Potensi twitter
kalo kata orang sebenarnya, range contant menurun tapi, apa
interest individunya ada tiap hari dan beberapa tahun ini kan
twitter media yang ukuran trending toipic, nah itu target utama
kita, sebagai media kampanye diskusi. Facebook lebih banyak
kontennya, jadi kalau ada konten kampanye lebih banyak
mungkin foto, video atau artikel yang panjang. Instagram lebih
kepada foto-foto, poster segala macem. Kalau video kita make
youtube karena itu media sosial yang menampung visual.
(Chris)
14. Ini kerjasama dengan twitter
udah dari tahun ini atau
sebelumnya memang sudah
bekerjasama?
Kalau di Indonesia tahun ini, dari sebelumnya tahun-tahun lau
secara internasional udah dari tahun-tahun lalu, tapi di
Indonesia dari tahun ini karena twitterkan kantornya baru ada
di Indonesia tahun ini. Tapi kita udah lama menggunakan
twitter.
15. Jadi sebelumnya udah
memilih twitter untuk media
kampanye di sosial media?
Iya dari pertama kampanye di media sosial. Dari awal kita
media kampanye di media sosial twitter, facebook, twitter,
facebook. Baru ke youtube dan Instagram. (Chris)
220
16.
Lalu untuk bikin bentuk pesan
untuk mengajak masyarakat
itu ada pertimbangannya?
Ada, kalau itu di masing-masing daerah.
17. Lalu proses membuat pesan
kampanye nya bagaimana?
Ya, Ngomongin isu lingkungan di Indonesia, masalah tagline,
#iniaksiku, ittu dibahas di Kumbang, jika di daerah #iniaksiku
dipakai Bahasa masing-masing daerah. Tapi masih maknanya
sama boleh. Yang masih kita sepakai yah itu #iniaksiku.
Masalah perubahan ini aksiku dibahas dikumbang. Kenapa ini
pakai #iniaksiku, kan padahal dulu ini #aksiku#manaaksimu, di
global ada pesan juga,. sebenarnya ini menantang individu,
karena kita mengarah pada individu-individu. “kalau gue udah
melakukan ini, lu berani gak melakukan hal sama?” tapi kan
kalau kita langsung complete Bahasa itu jelek juga, kaya kita
yang menantang orang, makanya itu diilangin kita lebih kepada
komitmen individu nya aja deh. Jadi kita lebih ke #iniaksiku.
Terus kemudian ketika bejalan, banyak hal yang dilakukan oleh
individu, kita ilangin ini aksimu. Komitnya lebih kuat.
Nah itu diskusi bareng Kumbang diskusinya juga lumayan sih.
Karena diskusinya samapi ketingkat mapping di beberapa kota
masing-masing (Chris)
Ini kita memastikan bahwa kita bahasakan di Jakarta, maslaah
tidak dibahaskan di Bandung, di Aceh dan lainnya. Itu
didiskusikan, kalau misalnya masalah di bahasakan di
Denpasar masalah di Jogja masalah kita ga makai itu.
18. Bagaimana caranya tim
kampanye Earth Hour dapet
melihat perubahan perilaku
masyarakat?
Kalau sekarang melihat ukurannya agak lebih susah per
indvidu. Kita hanya bisa mengukur komitmen. Kalau WWF
ada petisi, hanya itu yang bisa kita lihat. Kalau kita menghitung
dari fenomenanya yang kita hitung dari media, kana da
221
publikasi dan lain-lain regulasi yang mengatur. Pas terakhir
kemaren Earth Hour ada 3 provinsi, Jawa timur, Jawa tengah,
Yogya. Di tahun ini akan mengeluarkan apa Namanya
peraturan daerah atau pergub intinya untuk hemat energi dan
air.
19. Lalu yang menjadi tolak ukur
dari tim kampanye sendiri
untuk mengetahui perubahan
perilakunya bagaimana?
Melihat dari sosial media ada, misalnya gini tahun ini kita ukur
keyword sekian , like sekian, interest sekian, not interest sekian,
komen negatif sekian, komen positif sekian. Kita ukur, kita
hitung, kita koreksi, tetapi kita Tarik kesimpulan. Oh misalnya
kampanye Earth Hour masih banyak yang tidak mengerti di
masyarakat berarti harus di tingkatkan lagi, kaya gitu.
20. Perubahan perilaku ini, setiap
tahunnya menjadi lebih baik
atau tidak jika dilihat dari
tolak ukur tersebut?
Hmmm, jadi lebih baik secara kita lihat dari kampanye media
sosial, dari berita sudah lebih baik tingkat kesadaran, sudah
lebih baik, tapi aksinya yang masih kurang, orang tau apa yang
kemudian mesti dilakukan, akibatnya apa jika membuang
sampah sembarangan, atau menggunakan energi listrik yang
berelbihan. Tapi kadang masih belum melakukan apa-apa .
orang tau ada krisis air, tetapi belum sampai aksi.
Ranah masih ranah konsultan. Tapi itu masih PR buat kita.
Yang masih mau kita kejar sebenarnya. Oke ini kesadaran udah
ok tapi aksi belum (Chris)
21. Tujuan yang saat ini belum
tercapai dalam kampanye
apa?
Orang harus masih banyak tau tentang lingkungan belum
tercapai kita. Karena diukur masih di project konservasi, kita
berharap minimal setengahnya. Regulasi pendukungnya sudah
ada, dari pemerintah. Tiap tahun pasti naik followers.
22. Bagaimana tanggapa dari
pengguna media sosial, atas
Tiap WWF-Indonesia share tentang kampanye Earth Hour pasti
ada respon. Banyak, ada yang respon postif, ada respon negatif.
222
apa yang di share oleh tim
kampanye mengenai Earth
Hour?
Tergantung konten kita apa yang di share. Kaya kelapa sawit,
banyak respon-respon. Wah respon nya banyak juga yang
negatif tidak sepakat dengan apa yang kita lakukan. Kalau
anak-anak daerah bilang itu “haters”. Tapi respon dari
masyarakat meningkat. Respon itu ada dua jenis, ada positif
dan negatif. Ada juga respon negatif dan itu kita hitung sebagai
bahan pertimbangan. Tapi respon negatif dibagi dua ada yang
bener-bener haters dan ada kritik yang kritis. Cuma kritis dia
ngasih solusi. Jadi waktu kaya tahun kemaren.
.
23. Sejak kapan kampanye Earth
Hour mulai dibagi-bagi dalam
mengangkat isu?
Baru tahun 2014, karena dari daerah-daerah bilang bahwa
susah jika di Kalimantan ngomongin isu energi listrik susah
ngajak orang mati lampu, karena disana tiap hari mati lampu,
listrik.(Chris)
24. Bukannya kalau dibagi-bagi
menjadi tidak fokus?
Ada yang kritik, Earth Hour itu jadi banyak isinya,
jadi kemana-mana kalo misalnya fokusnya hanya ke energi
saja, karena kalau banyak isinya aja, jadi kemudian kampanye
energi ini gak keliatan. Kaya gitu-gitu loh dan itu dari expert-
expert kaya dari Martha tilaar segala. Kalau kemudian, selama
kritik itu membangun, kita membahas kaya 2016 kemaren kita
evaluasi. Ada yang bilang kampanye kita ga kompak, akhirnya
masing-masing kota kita pecah-pecah lagi. Kita bedah-bedah
lagi. Sesuai dengan potensi. Sampai kemaren kita fokus bahwa
Jawad an Bali harus lebih fokus tentang masalah energi. Di
kota-kota lain harus lebih fokus tentag hutan kaya Kalimantan,
ada beberapa kota fokus ke laut
25. Lalu Public Relations
membantu dalam bidang
: oh iya pasti, ada mba Nenden. Skala nasional nah press
release itu nantinya akan diturunkan ke masing-masing kota-
kota. Mengacu dari yang nasional, jadi nasional press release
223
membuat seperti press release
dan lain-lain?
duluan lalu diikuti kota-kota. Kita coba tiap tahunnya, paling
duluan press conference, kenapa karena kita menyamakan misi
bareng-bareng. Rilis yang dari nasional disebarkan kekota-kota
. jadi silahkan buat baru rilis di kota-kota disesuaikan dengan
masing-masing kota sesuai dengan rilis nasional ( chris)
26. Biasanya setiap tahunnya
melakukan evaluasi tidak?
Untuk apa evaluasi tersebut
digunakan?
iya, untuk memperbaiki kekurangan di kampanye Earth Hour
sebelumnya. Evaluasi Kampanye Earth Hour 2015 yaitu
sulitnya membuat kampanye bareng-bareng padahal isunya
secara regional. Itu kendala yang perlu di perbaiki. Di tahun
2016 adanya kampanye bareng-bareng secara regional. Di
tahun 2015 kita evaluasinya, hmmm karena di tahun ini antara
satu kota masih satu regional belum ada kampanye bareng gitu.
Sumatra kampanye persoalan korek, ini Kalimantan dan Aceh
gak bisa bikin kampanye bareng padahal harusnya bisa. Maka
dilakukan kampanye bareng. Di Jabodetabek ga bisa dilakukan
kampanye bareng, padahal harusnya bisa, diadakan kampanye
bareng. Di Jawa barat gak bisa kampanye bareng, di Jatim ga
bisa melakukan kampanye bareng-bareng, sendiri-sendiri,
padahal isunya adanya isu regional sampai pada akhirnya di
2016 ini kemudian jadi fokus kita. Misalnya di Jawa Barat bikin
kampanye bareng regional, Jawa Barat atau Jabodetabek ada
kampanye regional bareng, di Denpasar, Lombok ada
kampanye regional bareng, yuk kita kampanye laut bareng, yuk
kita kampanye nanem mangrove bareng. Di Kalimantan ,
Sumatra bikin kampanye kebakaran hutan bareng. Jadi
kendalanya pada kampanye bareng isu regional di 2015
masing-masing kota kampnaye.
Untuk merespon isu regional itu, di 2015 kita evaluasi
kampanye masih masing-masing kota. Kalau di Jatim untuk ke
pemerintah daerah udah ada kaya pergub. Pergub yang udah
224
ada kita coba dorong bareng-bareng dan itu membuat
kampanye menjadi lebih mudah . kaya misalnya kita ambil,
ngomongin Jawa Barat , itu otomatis kota-kota di Jawa Barat
ikut isu yang diangkat regional, Depok, Bogor, Bandung, jadi
terkonsolidasi, Cimahi juga gitu. Terkonsolidasi untuk audiens
dengan pihak provinsi seluruh Jawa Barat. Ketika gubernurnya
sudah sepakat, semua jajaran kota-kota mengikuti asmeua.
Jabar begitu, Jatim Begitu, Jateng begitu. Jadi gak capek itu
loh, kaya misalnya di Medan, Padang , Jambi gak tau, biasanya
seperti itu sebelumnya.
Termasuk Kumbang panitianya regional , karena itu hasil
evaluasi ditahun 2015, kenapa kita tidak mencoba panitia dari
regional.
27. Bagaiamana dengan
penetapan tema kampanye
Earth Hour?
Itu dari global, dari Kumbang diliat, dari hasil diskusi misalnya
kaya hijaukan hutan, karena kita omongin tentang tema.
Banyak teman-teman yang punya program di pesisir, mangrove
apa segala macem. Kita fokus bicara tentang birukan laut di
tahun 2016. 2016 banyak program penanaman pohon kaya
foreststation, kita fokus di hijaukan hutan diskusi hasil bacaan
kita, hasil diskusi.
225
Narasumber : Robby (Ketua Earth Hour Tangerang )
Lokasi : Statsiun Tangerang
Waktu : Minggu, 07 Agustus 2016
Pukul : 19:34 WIB- 20 :17 WIB
HASIL WAWANCARA
No. Peneliti Narasumber
1. Sejak kapan Komunitas Earth Hour
Tangerang Berdiri?
Sejak tahun 2012 di gagas oleh seorang mahasiswa dari
UPH bernama Ghina, selain dia aktif di Earth Hour
Tangerang dia juga aktif di KOPHI, KOPHI Pusat.
Sekarang dia ada di London untuk menyelesaikan S2
nya. Yang menggagas adalah Ghina bersama teman-
teman skatepark di tagun 2012, ini mengajak pada duta
wisata yang ada di Tangernag, khusunya Tangerang
Kota, Tangerang Selatan dan Kabupaten. Nah akhirnya
terbentuklah 2012 itu, secara resmi Earth Hour
Tangerang.
2. Terus, sampai saat ini Earth Hour
Tangerang memiliki berapa anggota ?
Sampai saat ini Earth Hour Tangerang memiliki 40
anggota dimana anggota aktifnya ada 25 dan sisanya
ada 15 yang vakum. Karena kesibukan mereka seperti
skripsi, dan kerja juga.
3. Apa sih yang memotivasi kalian untuk
ikut bergabung dengan komunitas
Earth Hour Tangerang?
Motivasinya adalah sebenarnya hmm, kalau misalnya
motavasinya adalah gimana caranya, kita yang masih
muda tapi apa yang kita lakukan di bumi itukan, selalu
berdampak pada lingkungannya yang ada. Itu masu
sampai kaoan kita acuh tak acuh sama lingkungan. Lo
engga peduli sama lingkungan, mau sampai kapan gitu
kan, akhirnya kita punya visi-misi yang sama dan
kebetulan juga kita Mencintai lingkungan bukan dengan
tanda kutip kita harus menanam pohon tidak kaya gitu
juga, tapi setidaknya perlakukan kita itu mencerminkan
perilaku ramah lingkungan. Dari situ sebagai motivasi
226
kita, karena kita anak muda kita yang bisa berperan
penting dalam ligkungan.
4. Selanjutnya, kegiatan apa sih yang
sudah dilakukan Earth Hour Tangerang
di tahun 2016 sebelum selebrasi tahun
2016?
Tahun 2016 itu kita sudah pernah mengadakan EH
Goes To School, itu adalah sebagai rangkaian acara
untuk selebrasi dimana kita memberikan edukasi
tentang sampah lingkungan pengelolahannya itu kepada
skeolah-sekolah yang menurut kita potensial untuk
diberikan edukasi. Udah gitu kemarin udah pernah
memberikan edukasi di SDN Ahmad Yani, SMPN 16
Tangerang, SMAN 2 Kota Tangerang. Itu semua adalah
EH Goes To School itu yang pertama. Yang kedua kita
ad acara Mall Campaign itu supported by Air Asia,
dimana ita memberikan kampanye tentang Reusable
bag, penggunaan reusable bag bahwa plastic itu tidak
ramah lingkungan, kalian bisa menggantinkannya
dengan reusable bag itu. Jadi lebih aman dipakainya,
lebih berguna nantinya itu sih.
5. Siapa target yang menjadi sasaran
dalam kampanye oleh Earth Hour
Tangerang ?
Sebenarnya sih, target sasaran kita adalah masyarakat
yang ada di Tangerang yah, khusunya dan pada
umumnya di Banten ini bersama Earth Hour Serang dan
kita juga tidak membatas-batasi target kita.Kita, semua
kalangan kita terjun, apalagi kita punya fokus tersediri
di anak muda juga sih, dan itu bukan anak muda juga
sih tapi kaya anak0-anak SD, SMP karena mereka
masih dengan jernih menyerap ilmu yang kita berikan.
Ehmm apa yang kita berikan, itu pasti bisa lebih untuk
menangkapnya gitu.
6. Darimana pengetahuan mengenai
lingkungan yang kawan-kawan Earth
Hour Tangerang dapatkan?
Pengetahuan lingkungan yang didapatkan oleh Earth
Hour Tangerang dari para anggota Earth Hour
Tangerang adalah dari sharing para member, apa
Namanya para anggotta ini, mereka yang mempunyai
pengalaman lebih di bidang lingkungan, kita sharing
satu sama lain, itu yang pertam. Yang kedua kita sering
mengadakan edukasi internal. Edukasi internal ini
adalah edukasi yang mengundang pihak luar untuk
memberikan edukasi tentang lingkungan yang belum
kita dapatkan kepada anggota Earth Hour Tangerang
227
sendiri. Kemarin kita baru mengundang Raniatia
Nurlita, nah disitikan dia aktivis lingkungan yang
sangat bagus banget, yang maksudnya kiprah di Dunia
lingkungan sudah tidak diragukan lagi dan jadi kita
menghadirkan dia untuk memberikan edukasi kepada
teman-teman Earth Hour Tangerang.
7. Bagaimana Komunitas Earth Hour
Tangerang mengajak seluruh lapisan
masyarakat untuk peduli terhadap
lingkungan?
Oke, cara mengajak kita dengan memberikan
pengetahuan secara langsung, maksudnya disini kita
adalah kita sedang mengurangi yang Namanya
campaign. Campaign itu kan, campaign bagus tapi
dampaknya tidak terlalu besar, maksudnya hanya
diingat, hanya pada saat itu saja, hanya sata momentum
saja, kalau kita memberikan saat edukasi mungkin
emang prosesnya lama tapi bisa diserap oleh
masyarakat itu, hmm, apa Namanya, cepat tapi waktu
untuk pengingatannya lama juga. Jadi kita lebih
memilih untuk memberikan edukasi sih daripada
campaign.
8. Cara mengedukasinya kaya gimana? Cara mengedukasinya adalah pertama kita kerja sama
dulu dengan sekolah –sekolah yangmau kita tuju, kita
mengedukasi guru-gurunya. Pihak sekolahnya,
bagaimana penting lingkungan. Lingkungan itu penting
banget gak sih buat mereka ? khususnya apalagi buat
sekolah gitu kan. Apalagi dampaknya nanti dan setelah
guru tau kita baru, baru kita memberikan konsep acara
yang kita punya kesekolah tersebut dan akhirnya pasti
sekolah juga akan menyetujui itu yang pertama. Yang
kedua kita memberikan edukasi ke masyarakat dengan
bantuan sosial media, bisanya kita memberikan twit,
kultwit beberapa kultweet, lalu kita mretweet, kultweet
teman-teman Earth Hour Kota lain, lalu kita
memberikan juga tentang hmmm, biasanya kalau
sedang acara kita ada sedikit edukasi yang nantinya
akan dijadikan kuis, biasanya kan orang-orang bakal
terpacu untuk mendengarkan itu sih.
9. Acaranya biasanya acara apa? Acaranya, selain Earth Hour Goes To School, kana da
mall Campaign, biasanya sih kusinya secara langsung
atau via, eh apa Namanya, twitter atau media sosial.
228
10. Oh, jadi acara Mall Campaign itu
gimana?
Jadi sebenarnya Mall Campaign itu kita di support
sama Air Asia, beberaoa ribu, beberapa ratus eh sorry
beberapa ratus hmmm apa Namanya reusable bag dan
kantung plastic mereka ditukarkan dengan reusable bag
kita. misalnya dia punya 4 (empat) kantung plastic, 4
(empat) kantung plastic ini kita taruh, di reusable bag
kita. kalau msialnya cukupnya 1 (ssatu) ya 1 (satu) kita
kasih 1 (satu). Kalau 2 (dua) kita kasih 2 (dua) seduai
dengan bawaan mereka gitu. Dan nanti plastiknya oleh
pihak Air Asia yang nantinya akan dibikin suatu symbol
yang Namanya Green do effect, bahwa kalau plastic
dikumpulin kelamaann, maka ini akan menjadi gini nih,
sampah jadinya gitu.
11. Jadi, media apa yang paling aktif
digunakan ?
Twitter dan Instagram. Untuk youtube setelah kegiatan.
Jadi dokumentasi-dokumentasi setelah kegiatan video-
videonya
12. Line engga pake? Line ada, tapi kurang aktif, soalnya belum ada yang
pegang sih.
13. Biasanya menggunakan media
berbentuk apa dalam kegiatan? Fot,
Video, tulisan-tulisan atau lainnya?
Untuk Instagram kita foto, kalau twitter kalau foto ada
ya kita masukin foto. Kalau engga ada ya, kita
palingcuma pake kultweet.
14. Kalau misalkan upload foto, itu setelah
acara apa sebelum acara?
Tergantunt, kalau untuk foto di Instagram setelah acara
biasanya, jadi setelah acara itu, jedanya H+7 acara
maksimal. Jadi setelah H+7 udah ga bisa untuk upload
foto acara sebelumnya. Karena menurut kirta udah pasti
ga ada yang liat, jarak nya terlalu jauh.
15. Terus, selain upload foto acara itu apa
lagi?
Kita biasanya ada live tweet biasanya. Live tweet pas
acara itu via twitter H+30 biasanya kita rilis video kita
di youtube.
16. Ketika kalian memposting pesan-pesan
kampanye suka ada yang mereply atau
meretweet pesannya tidak?
Biasanya kalau kita posting biasanya di twitternya. Kita
tuh alhamdulillah responyya sangat bagus, mereka
meretweet yang kita tweetkan. Dan kadang0kadang pun
pertanyaan-pertanyaan yang hmmm, reply pun bukan
229
komentar tapi kaya mengarah kesesorang kaya
msialnya, coba deh lo baca ini deh, jadi kaya
memberikan pesan ke orang lain itu sih.
17. Bagaimana menarik perhatian
masyarakat, agar tertarik membaca
pesan yang disampaikan?
Nah, bagaiman caranya, seharusnya adalah via foto,
karena foto itu dimana-dimana pasti selalu membuat
orang kaya catch banget untuk melihat yang pertama.
Yang kedua adalah dengan kata-kata yang bafys, yang
unik. Yang ketiga tentang walaupun kata0katanya unik
tapi harus coba tetap dalam hmmm apa namanya kata-
kata ga terlalu bertele-tele.
18. Kalau menggunakan sosial media kan
rata-rata kan anak muda yang
memnggunakan, gimana dengan target
sasaran yang seperti orang tua dan lain-
lainnya?
Kalau orang tua sebenarnya kita lebih ke anak-anaknya
dulu nih. Misalnya, hmmm di satu sekolah tuh anak
sekolah dasar nya, anaknya sekolah disitu semuakan.
Kita untuk mencapai keorang tua, bukan dari kita
langsung kepada orang tua, tapi kita mendidik anak-
anak mereka, nanti anak-anak mereport kepada orang
tua. Kaya msialnya “mah kemarin aku diajarin ini loh
ssama kaka-kaka Earth Hour,sama kaka Earth Hour
diajarin apa dek?, gimana caranya buang sampah yang
benar, misalkan aku punya botol plastic ini mah, aku
harus buang kemana yah? Emmang kamu mau buang
kemana dek? Aku harus buang ke bagian non organic
mah. Emang kenapa?, biar nantinya tidak tercampur
ama organic kalau yang organic bisa di daur ulang
segala macem”. Jadi kita merangkul orang tua daro
anaknya dulu kaya gitu sih.
19. Dari Rangkaian kampanye ada
perayaan yang tadi dibilang selebrasi
gitu kan, itu perayaan untuk emrayakan
keberhasilan mencapai suatu target
yang tercapai atau tercapai atau tidak
tetap dilaksanakan?
Sebenarnya gini, selebrasi itu adalah malam Puncak
Earth Hour untuk mengkampanyekan aksi nyata untuk
lingkungan, jadi tercapai atau tidak tercapai kita tetap
harus memberikan kampanye kita, karena itu sudah
menjadi targetnya kita gitu kan. Bukan target yang
sebelumnya kita tidak tercapai akhirnya target untuk
selebrasi tidak dijalankan kan juga. Tidak gitu juga,
mungkin ada beberapa kota yang selebrasi tahun ini
mesti maksimal harus bikin besar-besar. Menurut gue,
selebrasi gimana caranya orang itu bisa mengerti
dengan apa yang disampaikan, yang sederhana tapi bisa
230
tertuju pada target sasaran kita. Misalnya kita gausah
bikin acara yang memorialable banget sampai bikin
suatu acara yang megah untuk mematikan satu kota itu
tuh ga perlu, tapi kita perlu yang kita perlu adalah
gimana caranya kita ngerangkul satu kota untuk mati
dengan memory delay yang biasa aja ya yang sekedar
aja karenakan kita juga harus memberikan edukasi
kepada masyarakat. Bahwa apapun yang kita lakukan
atau kampanye apapun yang kita lakukan tidak harus
terlihat meriah gitu kan. Maksudnya yang kita
sampaikan itu sampai kepada mereka. Itu sih yang lagi
di proses dengan Earth Hour Tangerang. Kita
mengurangi memakai terlalu banyak atribut kampanye,
kita mengurangi terlalu banyak memakai atribut,
langsung tertuju kepada masyrakatnya saja simple tapi
masih bisa tertuju kee mereka.
20. Keinginan yang ingin dicapai oleh
Earth Hour Tagerang pada tahun 2016?
Sebenarnya keinginan Earth Hour Tangerang tahun
2016 kita bisa kerja sama, jadi sebenarnya tahun
kemaren setidaknya di satu wilayah Tangerang ini mati
semuanya. Nah itu adalah hmm apa Namanya targetnya
kita, ternyata karena ada permasalahan di dalam juga
akhirnya yang bisa dimatikan bukan seluruh Tangerang
tapi hanya wilayah pasar lama sini saja. Pustm sini habis
itu Al-Azom itu yang bisa mati , jadi itu sih target tahun
2016. Semoga tahun depan kita bisa bekerja sama
dengan PLN, dinas terkait lalu pemerintah terkait untuk
mematikan satu wilayah Tangerang Raya, ya disini
masuknya kabupaten Tangerang, Kota & Tangsel.
21. Oh gitu, emang sebelumnya engga
kerja sama, sama PLN?
Kalau kita sebelumnya kerja sama, sama PLN tapi via
pemerintah. Jadi kita koordinasinya hanya antar kita
dan pemerintah pusat yang untuk selebihnya dinas-
dinas terkait itu yang megang adalah pemerintahan.
22. Bagaimana sih Earth Hour Tangerang
berkoordinasi dengan WWF-
Indonesia?
Jadi gini, Earth Hour kan memang dibawah naungan
WWF kan, iya kan tapi beberapa tahun ini saya sih lebih
ke ketua Earth Hour nya, Earth Hour Kota, Earth Hour
Indonesia, untuk masalah koordinasi bagaimana-
bagaimananya aku, hmm saya lebih ke Earth Hour, apa
231
Namanya sorry Ketua Earth Hour Indonesia. Jadi jarang
untuk korrdinasi ke WWF, mungkin koordinasi via
WWF ke ketua Earth Hour Indonesia dulu, baru bisa ke
WWF karena saya bisa lebih deket ke ketua Earth Hour
Indonesia daripada ke WWF.
23. Biasanya apa saja yang
diomunikasikan kepada ketua Earth
Hour Indonesia?
Kaya masalah tentang campaign, ga pernah ada tapi
biasanya, anggota atau pihak WWF yang kerja sama
dengan kita, kalau misalnya WWF kerja sama,, sama
kita bisanya langsung untuk menghubungi saya atau
teman-teman lain Earth Hour Tangerang, kita ke
mereka itu jarang sih, mungkin sampai ga pernah ada.
24. Itu biasanya memperingati kaya kabut asap di
kepulauan Riau, yaitu biasanya coordinator Earth Hour
Indnesia sama koordinasi beberapa Earth Hour kota
untuk melaksanakan itu. Yang kedua misalnya kita mau
acara apa nih, sebelumnya kita ada acara Goes To
School saya sebagai ketua Earth Hour Tangerang saya
harus report ke ketua Earth Hour Indonesia, karena
saya, hmmm harus memberitahukan mereka, bahwa
Earth Hour Ta Gerang akan ,mengadakan acara itu yang
pertama. Yang kedua untuk Earth Hour Tangerangg di
support oleh Earth Hour Indonesia. Jadi, maksud untuk
di support disni adalah seluruh media Publikasi kita di
repost sama mereka.
25. Biasanya media yang digunakan untuk
berkoordinasi dengan ketua Earth Hour
Indonesia Via apa?
Via Whatsapp
26. Kalau sharing ketemu via face to face? Face to face itu jarang sih, terakhir ituu pas bulan
februasi kemarin sih, lebih kesini-sininya udh ga pernah
lagi, kemaren pas ketemu itu pembahasannya banyak
banget. Jadi mungkin karena baru pertama kalinya
ketemu, jadinya mumpung lagi ketemu yaudah
langsung, apa nih yang belum jelas rob, coba dijelasin
sekarang. Akhirnya hmmmkebetulan pada saat itu ga
ada sih yang ga jelas. Jadi maksudnya ketika dia via
whatsappan, menurut gue iitu udah jelas banget, apa
yang dia mau, dia sarankan, apa yang dia inginkan, apa
232
yag dia berikan itu menurut gue udah ini banget, apa
Namanya udah full banget.
27. Bagaimana anntusias masyarakat,
ketika Komunitas Earth Hour lakukan
Kampanye mengenai lingkungan?
Hmmmm, anstusiasme masyarakat itu sangat bagus ya
sebenanrya. Tapi ya itu lagi, kitanya tuh harus bener-
bener ga bosen-bosen nya untuk apa Namanya untuk
hmmm untuk ingetin mereka. Contohnya plastic kaya
biasanya di pasar waktu bebas sampah 2020 kemarin. “
iya bug a bisa pake plastic loh sekaranh, oh iya tau ko”
tapu dia tetap oake plastic, karena biasaaya, kemaren
msialnya” iya kalau ga pake plastic saya mau pake
apa?”. Gini gini gini gitu jadi yah bener-bener kita yang
harus hmmmm, ga bosen ngasih tau mereeka dan
mereka sebenarnya tau, tapi kaya harus dikasih tau
ulang0ulang sampai mereka jera. Oh yaudahlah kaya,
yaudahlah gue juga udah cape juga kali, kalau misalnya
ketemu dia nanti dikasih tau lagi, di ini lagi, kaya
yaudah akhirnya kaya mereka pindah sendiri.
28. Apakah komunitas Earth Hour melihat
perubahan sikap dan perilaku dari
masyarakat setelah dilakukan kegiatan
kampanye?
Untuk kalau misalkan masyarakat, personali
masyarakat kota Tangerang sendiri kayanya agak susah
yah, jadi kita harus hmmm memberikan survey kepada
mereka, tapi untuk kita berkaca pada anggota Keluarga
kita sendiri, masing-masing member itu adalah bahwa
mereka senang ada beberaoa senang kaya, “eh, nyokap
gue udah ga pake plastic lagi loh setelah gue kasih tau
untuk, hmmm, mah coba deh mah pake reusable bag
akhirnya nyokap gue mau itu pake rusable bag jadi kaya
hmmm, dari orang terdekat nih kita ambil sampelnya
nih, bahwa orang terdekat nih udah mulai nih, udah
mulai istilahnya mulai mau untuk Mencintai lingkungan
untuk peduli dengan lingkungan, itu sih.
29. Selanjutnya, bagaimana dengan
kesadaran masyarakat mengenai
lingkungan, khusunya dalam
pengematan energi listrik
Masyarakat Tangerang mengenai kesadaran
lingkungan ini, khususnya dalam penghematan energi
yah, hmmm ini nih yang, yang gampang-gampang
susah di jawab. Sebenarnya ada beberapa orang-orang,
hmmm, sadar dengan penghematan energi dan mereka
kaya care dengan lingkungan kaya yaudahlah gue
buang sampah di tempat sampah sendiri, gitu kan,
233
yaudah sampah ini gue keep sendiri, yaudah gue matiin
lampu nih udah terang juga, atau simplenya sih yaudah
gue cabut casan yang ga dipakai. Yang kedua ada orang
ahh yaudahlah nanti ada yang bersihin, yaudahlah
matiin lampunya nanti aja mager. Jadi kaya
menggampangkan orang yang nantinya bakal ada yang
bersihin. Padahal yang ngebersihin itu adalah orang lain
juga yang peduli dengan sampah. Maksud gue gini,
misalkan elo kaya gini terus mau samapi kapan? Gitu
kan. Maksudnya, ya lo ibaratnya kaya misalkan hmmm
tukang sapu jalanan, seenggaknya lo kalo lo buang
sampah di tempatnya elo udah meringkan beban
mereka, beban kerja merka. Kalau msialkan ada kan
mereka kerja juga, sekarang gini kalau misalkan, lo
kerja sebagai pengarsipkan, tapi lo terus-terusan
disuruh arsipin barang orang kan, kaya gondok banget
kan sedangkan tukang sapu jalanan adalah
membersihkan sampah yang ga tau sampah itu punya
siapa, kaya msialkan dia harus menyapu hmmm apa
Namanya, daun yang jatuh, daun yang gugur atau segala
macem jadi ya sebenrnaya sebagian masyarakat
Tangerang ada yang peduli dengan lingkungan ada
yang apatis dengan lingkungan dan itu dia PR nya Earth
Hurd an mungkin annti hmmmm, diseluruh kota
menganlami yah. Jangan bosen-bosen ya walaupun
mereka tau, merka harus dikasih tau lagi gitu.
30. Informasi apa saja sih yang diberikan
kawan-kawan komunitas Earth Hour
Tangerang kepada masyarakat saat
berkampanye?
Oke, informasinya adalah hmmm, karena Earth Hour
Tangerang ini di Earth Hour Tangerang ini adalah,
konsenya tentang sampah dan mengelola sampah. Kita
ga bosen-bosen, gimana caranya lo ga nyampah. Kalau
misalnya lo sehari ngasih sampahnya lima. Lo bisa
mengurangi ssampah lo tiap hari gitu sih. Jadi kita lebih
konsen ke sampah. Hemat dalam penggunaan energi
listrik kaya matiin lampu yang tidak terpakai, lo hanya
menggunakan satu jari aja kan simple
31. Terus, misalnya udah nih kawan
kawan Earth Hour Tangerang ngasih
tau seperti itu, selanjutnya lihat tidak
Nah jadi ini, gue ini maksudnya pribadi gue ja, jadi,
beberapa kali gue kasih tau temen gue , kok dia temen
kantor gue slelau beli beberapa merek meinuman botol
234
sih perubahan dari masyarakat? Kaya
tadinya buang sampah sembarangan
sekarang engga, tadinya bawa botol
plastic jadi bawa tumbler? Lalu
masyarakat mulai paham nih mengenai
mematikan lampu satu jam yang tidak
terpakai
dan gue selalu ilang , “kenapa lo, ga ini aja beli botol
minum atau gimana biar bisa dipake, maksudnya biar
ga lo pakai terus botol plastiknya, gak lah ini juga
gampang ko. Lu berapa kali pake, sehari 2 hari lah itu
kan bukan buat isi ulang pake gitu kan, jadinya kalau
misalkan terus-tersuan make jadi penyakit. Yang kedua
lo akan nyampah gitu kan, itu besoknya lagi dia masih
gitu tersu, terus itu dia uudah jera kali yah. Gue kasih
tau, akhirnya dia beli botol minum beberapa, botol
minum merek-merek kafe besar, terus gue bilang “cie
lo udah beli yah”. Iya gue udah cape di apa, di nasehatin
lo mulu, oh yaudah bagus kalau gitu. Untuk yang
mematikan lampu, masyarakat sih paham mengenai hal
tersebut cuma belum diterapin di kehidupan sehari-hari
yah masih ada aja sih yang belum melakukan tidakan
mematikan lampu yang tidak terpakai, masa ada aja
yang boros dalam menggunakan energi listrik ini
32. Kendala apa yang sering dihadapi saat
berkampanye?
Kendalanya adalah hmmmm, cuaca sih . jadi cuuaca
kadang-kadang, ah kayanya enak nih buat kampanye,
udah udah di hari H udah yuk turun-turun. Tiba-tiba
hujan, atau gila yah panas banget, kalau kita keseringan
ditempat sama yaudah kaya angina lalu doang, duma
yah diliat doang gitu aja sih tapi yaudah kita juga oernah
oindah tempat, sekali dua kali oke dii tempat itu juga.
Engga bisa sih keseirngan yaudahlah kendalanya kalau
ga cuaca sih yah masyarakat itu aja.
33. Masyarakat ga mau denger yah? Masyarakat bukan ga mau denger tapi udah keseringan
denger kali yah, yaudah gue udah tau ko jadi dia jalan
terus jalan doang.
34. Kendala yang saat ini belum teratasi
oleh Earth Hour Tangerang?
Kendala saat ini belum teratasi adalah menyadarkan
hmmmm, walaupun mereka sudah tau taoi mereka
belum sadar terhadpa lingkungan. Bagaimana buang
sampah yang bener itu sih. Misalkan lo ni ke statsiun
dalem, lu check itu kana da pemisah sampah ada 2
organik dan non orgaanik lo isi didalemnya di organic,
pasti banyak smapah plastic kaya camuran gitu.
235
35. Sejauh ini Earth Hour Tangerang sudah
dikenal belum oleh masyarakat
Tangerang?
Udah, mereka udah mengenal kita, karena saat selebrasi
disini banyak yang nonton.
236
Narasumber : Rafiudin (Kekeng)
Jabatan : Ketua Earth Hour Serang 2014-2015
Waktu : 19:06 WIB – 19:49 WIB
Lokasi : Pendopo Alun-alun Kota Serang
No. Peneliti Narasumber
1. Sejak kapan komunitas Earth Hour
Serang/Tangerang berdiri?
Sejak tahun 2014 kita sudah mulai berdiri dan menyuarakan
gerakan earth hour.
2. Sampai saat ini Komunitas Earth
Hour Serang/Tangerang memiliki
berapa anggota?
Anggota Earth Hour Serang kurang lebih sekitar 50an
volunteer yg masih aktif
3. Apa yang menjadi motivasi kalian
untuk ikut kedalam komunitas Earth
Hour?
Kita menyadari bahwa aktivitas hidup manusia semakin
lama semakin tidak terkendali, terlebih terhadap lingkungan
sekitarnya, kami mencoba mengajak masyarakat,tidak
terkecuali generasi muda yang mempunyai semangat untuk
melakukan perubahan agar mereka melakukan green life
style dan menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka
ramah lingkungan baik untuk sekarang maupun untuk masa
depan.
4. Kegiatan apa kampanye Earth Hour
2016 (sebelum acara selebrasi 2016)
apa saja yang sudah dilakukan?
Di tahun ini kita masih aktif melakukan sosialisasi tentang
lingkungan, seperti Menanamkan jiwa hidup ramah
lingkungan dan melakukan daur ulang sampah yg kita
lakukan bersama teman-teman KKM Untirta dan UIN, juga
melakukan kegiatan bersama dengan pemerintah regional
seperti yang dilakukan di Jakarta kemaren.
237
5. Darimana pengetahuan mengenai
lingkungan kawan-kawan
komunitas dapatkan?
Selain kita selalu mengangkat issue lingkungan saat kita
berkumpul sesama anggota Earth Hour, kita juga aktif di
sosial media membaca berita mengenai lingkungan dan
selain itu kami juga ada kalanya berkumpul bersama tim
regional yang kami manfaatkan untuk mencari dan berbagi
informasi
6. Bagaimana komunitas Earth Hour
mengajak masyarakat untuk peduli
terhadap lingkungan?
Melalui pendekatan baik secara personal maupun sosialisasi
di lokasi keramaian dan kami memberikan informasi melalui
akun-akun media sosial komunitas kepada masyarakat.
7. Media sosial apa yang paling aktif
digunakan dalam berkampanye?
Melalui pendekatan baik secara personal maupun sosialisasi
di lokasi keramaian dan kami memberikan informasi melalui
akun-akun media sosial komunitas kepada masyarakat.
8. Media sosial apa yang paling aktif
digunakan dalam berkampanye?
Kita menggunakan hampir seluruh media sosial yang sedang
ngetrend saat ini, dan kami aktif menyuarakan di Sosial
media seperti Facebook, twitter, Instagram dan Line.
9. Biasanya menggunakan media
offline kampanye berbentuk apa?
Foto, video , tulisan-tulisan atau
lainnya?
Terkanang kita menggunakan tulisan-tulisan yang berisi
ajakan – ajakan untuk lebih mencintai lingkungan dan kami
biasa menyebut itu MedKam (Media Kampanye).
10. Tujuan yang ingin dicapai
kampanye Earth Hour 2016?
Seperti yang sudah kami bicarakan di awal, kami berharap
masyarakat jauh lebih mencintai lingkungan dan mampu
melakukan gaya hidup hijau (Green Life Style) dan nantinya
lingkungan bersih dan sehat bisa dinikmati oleh kita semua
dan cucu – cucu kita kelak.
11. Dari rangkaian kampanye Earth
Hour 2016 ini kan ada perayaan atau
disebut selebrasi, apakah selebrasi
Selebrasi Earth Hour itu bukanlah Perayaan kemenangan
yang biasa dilakukan kebanyakan orang, tapi Selebrasi Earth
Hour adalah Awal suatu gerakan Earth Hour yang di mulai
238
itu dilakukan ketika target tercapai
atau tercapai atau tidak tercapai
tetap dilakukan?
dari gerakan selebrasi 60menit, yang nantinya diteruskan
setelah selebrasi itu sendiri selesai. Artinya dari selebrasi
Earth Hour semoga kita bisa membiasakan hidup hemat
energi, bijak kertas dan ramah lingkungan.
12. Ketercapaian atau goals dari
kegiatan kampanye Earth Hour
2016 ini, perubahan apa yang
dirayakan?
Yah, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa goals atau
ketercapaian kami adalah ketika masyarakat dapat
membiasakan hidup hemat energi, bijak kertas, dan ramah
lingkungan.
13. Bagaimana komunitas Earth Hour
Serang berkoordinasi dengan
WWF-Indonesia?
Kami setiap Koordinator Kota mempunyai wadah
berkumpul, sharing mengenai issue-issue lingkungan di
Grup WhatsApp, dan dari situ kami berkoordinasi dengan
WWF melalui Informasi yang diberikan Ketua EH
Indonesia atau perwakilannya.
14. Apakah komunitas Earth Hour
melihat perubahan perilaku dan
sikap dari masyarakat, setelah
dilakukan kegiatan kampanye Earth
Hour?
Ya kami melihat, dan kami bersyukur bisa melakukan
perubahan itu walau belum signifikan namun kami yakin
mampu melakukan lebih baik untuk kedepannya.
15. Bagaimana dengan masyarakat
mengenai bijak dalam penggunaan
energi listrik?
Masyarakat disini khususnya di Kota Serang memang belum
terlalu paham dan sadar terhadap bijak dalam penggunaan
energi, namun sedikit demi sedikit dari ajakan kecil dan
seruan dari teman ke teman lainnya, kesadaran itu mulai
meningkat.
16. Dalam aksi mematikan lampu
selama satu jam yang tak terpakai,
apakah masyarakat paham
mengenai hal tersebut
Belum semuanya paham mengenai aksi mematikan lampu,
namun ada sebagian masyarakat yang memahami aksi
tersebut. namun belum semua untuk diserang. Kami masih
mengupayakan untuk menyadarkan itu.
17. Kendala apa yang sering dihadapi
dilapangan pada saat melaksanakan
kegiatan kampanye?
Kami sering terbentur Soal dana, kesibukan anggota dan
juga cuaca.
239
18. Apakah ada kendala yang sampai
saat ini belum teratasi pada saat
kampanye Earth Hour?
Kendala mungkin Cuaca, karena kegiatan kita kebanyakan
di luar ruangan dan kalo cuacanya sedang tidak bersahabat
tentunya kegiatan kami di pending atau di cancel.
240
Narasumber : Mahar Suwandaru (Ketua Earth Hour Serang 2016)
Lokasi : J.Co Statsiun Tangerang
Waktu : Minggu, 07 Agustus 2016
Pukul : 20:06 WIB – 21:00 WIB
No. Peneliti Narasumber
1. Sejak kapan Komunitas Earth Hour
Banten Berdiri?
Earth Hour Serang berdiri sejak tahun 2013. Tiga
tahun yang lalu. Koordinator pertama Kekeng, kedua
masih Kekeng dan ketiga baru saya.
2. Hmm, sampai saat ini komunitas Earth
Hour Serang memiliki berapa
anggota?
Sampai saat ini komunitas kita memiliki sekitar 56
anggota
3. Apa motivasi kalian untuk ikut
bergabung kedalam Earth Hour
Serang?
Motivasi kami, kami ingin lingkungan yang lebih
baik, kami ingin masyarakat berhidup gaya rama
lingkungan atau kita bisa sebut Green Life style
4. Kegiatan apa saja yang sudah
dijalankan oleh Earth Hour Serang di
tahun 2016?
Hmm, kita udah ketiga, Advocacy, Edukasi dan
kampanye. Advocacy kita kerja sama dengan
pemerintah dibidang lingkungan, yang kedua
Edukasi, edukasi kita kesekolah-sekolah atau ke
perpustakaan daerah kita disana jadi pemateri, dan
yang ketiga misalnya kita kampanye tentang hari
bebas sampah 2020 setiap tanggal 21 Februari setiap
tahunnya.
5. Kegiatan advocacy itu kaya gimana? Kegiatan advocacynya kita kerja sama dibidang
lingkungan, misalnya kita punya kegiatan ini,
pemerintah bisa bantu gak? Atau engga kita
241
mendesak pemerintah membuat kebijakan publik
yang rama lingkungan terutama di bidang sampah.
6. Lalu target sasaran yang di capai oleh
Earth Hour Serang?
Target yang ingin dicapai kota Serang yang ramah
lingkungan , yang kedua kota Serang lebih baik lagi
lingkungannya. Kita lihat banyak sampah yang
betebaran disana, terus yang ketiga kita mengajak
masyarakat untuk bergaya ramah lingkungan,
keempat kita ngajak ga cuma masyarakat , kita
ngajak para pelajar seperti SD, SMP, SMA untuk
bergaya hidup ramah lingkungan juga.
7. Oh, berarti target sasarannya seluruh
lapisan masyarakat ya?
Iya , betul
8. Kenapa memilih target sasaran
tersebut?
Karena kalau Cuma kita aja, kalau Cuma pemerintah
aja gak lengkap. Didalam satu kota kan pasti ada
unsur masyarakat, pemerintah dan pelajar, bagaimana
menciptakan suatu kota ramah lingkungan. Itu kita
harus, harus mulai dari masyarakatnya, pelajarnya,
maupun pemerintahannya, kita sama-sama untuk ke
kota Serang yang lebih baik.
9. Darimana pengetahuan lingkungan
yang kawan-kawan Earth Hour Serang
dapatkan?
Yang kita dapatkan kita tiap tahunnya, kana fa
Kumbang, disitu kita belajar bareng, dari seluruh
kota, Earth Hour Kota di Indonesia sama itu, kita
belajar bareng tentang lingkungan juga, sama-sama
semuanya dari Earth Hour Kota, Nasional. Yang
kedua kita juga belajar secara internal juga, yang
ketiga kita belajar dari komunitas lain juga bisa.
242
10. Hmm, bagaimana Komunitas Earth
Hour Serang mengajak masyarakat
untuk peduli lingkungan?
Dengan kampanye, dengan kampanye lingkungan,
kaya misalkan kita di alun-alun melakukan kampanye
Hari bebas Smapah atau ini yang maysarakat apa
seluruh nya?
11. Seluruhnya Oh, kalau buat pelajar kita bisa kunjungi kesekolah-
sekolah nya, biasanya kita teori dulu, workhshop.
Workshop itu mendaur ulang sesuatu barang bekas
menjadi yang berguna.. udah sih hmmm itu aja,
terutatama dibidang edukasi, kampanye untuk
masyarakatt.
12. Lalu media apa saja sih yang paling
aktif digunakan untuk berkampanye?
Media yang digunakan dalam berkampanye secara
offline kita menggunakan kaya statement apa yang
saya hmmmm, msialnya saya mengendarai sepeda
untuk-untuk lingkungan yang lebih baik atau kita
menggunakan ya sesuatu yang ga formal sih,
semuanya kita lakukan secara non formal. Alau untuk
pelajar kita gunai kesekolah-sekolah tadi juga secara
materi, nonton video dan workshop juga gitu.
13. Hmm , media sosialnya yang paling
aktif ddigunakan oleh Earth Hour
Serang apa?
Oh, media online kita paling aktif memakai twitter
Instagram terurtama
14. Kalau media offlinenya apa tuh tadi? Kalau ofline kita menggunakan kertas ke temen kaya
kampanye tentang lingkungan biasanya, kita
membuat spanduk atau banner, terus kita itu
mengkampanyekan itu secara offline jadi kita
mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi ke
acara kita, jadi kita juga ngajak masyarakat ga Cuma
243
kita aja. Itu menjadi media yang paling penting,
media mengajak untuk melakukan sesuatu hal yang
tetap green, green ahhhh, green life style. Nah,
tentang ramah lingkungan itu gaya hidup rama
lingkungan itu.
15. Biasanya kalau misalnya,
menggunakan media kampanye itu
berbentuk apa?
Kalau di online kita biasa pakai video atau pakai
foto-foto, nah tentang foto dan ada tulisannya gitu.
Atau tentang apa yang statis infografis yah nah, iya
kita juga bisa pake itu, buat misalnya, kita infografis
di Serang hmm, sampah sudah berapa, terus kita
penanggulanganya biar bagaimana.
16. Kalau misalnya memposting pesan-
pesan kampanye di media sosial suka
ada yang mereply atau meretweet atau
membalas pesan yang kalian
samapikan ga?
Nah sejauh ini antusias masyarakat ada sih, gak
banyak kan ada.
17. Iya, postingan pesan-pesan kampanye
kalian di sosial media pernah ada ga
yang di respon?
Pernah.
18. Bagaimana menarik target sasasaran
agar tertarik membaca pesan yang di
samapikan?
Kita menggunakan fakta-fakta yang ada di kota kita
sendiri, kita menggunakan kalimat ajakan juga agar
masyarakat juga, masyarakat juga paham apa itu
green life style dan mau ikut melalakukan hidup
ramah lingkungan tersebut.
19. Tadi kan bilang ada kata-kata
mengajak, menarik perhatian
Jadi mengajak berpartisipasi acara kita, hmm
msialkan kita pengen nanem mangrove di pulau,
244
masyarakat, kata-kata mengajak
seperti apa?
dipulau ini, kita mengajak masyarakat sama-sama
untuk menanam mangrove gitu.
20. hmmm Jadi engga Cuma kita aja, kita juga mengajak
masyarakat untuk bisa hidup bergaya, hidup rama
lingkungan kaya gitu jadi lingkungan, ga Cuma di
tentang sampah juga kan. Lingkungan kan kita
lihatnya tentang laut juga, terumbu karang, tentang
banyak hal yang banyak kita lakuin dilingkungan itu.
21. Tadikan, ngomomgin hmm apa
kegiatan nanem mangrove berarti
tahun 2016 ini ada nanem mangrove
juga?
Oh, insyaallah tahun ini kita mau nanem mangrove.
22. Oh berarti masih rencana? Iya,
23. Berarti tadi kalau misalnya mengajak
menanem mangrove, ajakan itu speerti
apa? Kan kegiatannya belum diadain,
kegiatannyakan belum ada, masih
rencana belum terlaksana, gimana
mengajaknya?
Itu kan contoh saya bilang itu, kalau contoh relanya
yang pernah kita lakuin ya hai bebas sampah pada
tanggal 21 Februari, kita mengajak masyarakat ikut
peduli akan sampah. Sampah di Indonesiakan yang
saya temuin fakta itu dilaut Pasifik itu ternayata.
Yang kedua itu, pertama itu dari China dan itu udah
menjadi fakta di Dunia bahwa Indonesia itu emang
penggunaan sampah memang tinggi.
24. Terus dari rangkaian kampanye Earth
Hour 2016, ini kana da perayaan atau
biasa disebut selebrasi setiap bulan
maret, ketika target tidak tercapai
Maksdnya tercapai disini?
245
maupun target tercapai itu tetap
dilaksanain atau tidak?
25. Komunitas Earth Hour Serang kan
pasti punya tujuan yang ingin dicapai
misalkan kaya menghemat
penggunaan daya listrik
Selebrasi itu boleh dilakasanain atau engga, tercapai
atau tidak tercapainya ya tetep kita laksanain kalau
kota kita mampu melaksnakan itu, ya tidak ada
paksaan dari Earth Hour Indonesia, ke Earth Hour
Kota.
26. Kalau boleh tau tujuan yang igin
dicapai oleh Earth Hour Serang itu apa
sih?
Kalau tujuan kita tanpa selebrasi , pengennya
masyarakat udah paham matiin lampu pada jam-jam
antara 20:00- 22:00 itu. Soalnyaa itu paling banyak
kita menggunakan energy listrik. Yang perlu
diketahui juga energy di Indonesia masih
menggunakan fosil. Fosil itu kan tentang bukan
energy baru terbarukam pasti akan habis gitu, jadi
kita menyadarkan itu ke masyarakat.
27. Tadikan bilangnya ketercapaian tujuan
itu ketika mayarakat mulai paham ,
lalu bagaimana Earth Hour melihat
kepahaman masyarakat tersebut?
Hmm, kita tahu kalau dimulai dari diliat dari
lingkungan di sekitar kita, udah banyak belum orang
yang membuang sampah dengan pada tempatnya,
udah banyak belum orang yang memakai tumblr itu
kan buat pengurangan sampah plastic juga. Udah kita
liat diri sendiri juga, hmm kita dimulai dari hal kecil
kaya matiin lampu. Ketika itu engga dipakai itu atau
kita liat lingkungan sekitar kita itu bisa dilihat.
28. Jadi ketercapaian dari kegiatan
kampanye Earth Hour Serang ketika
masyarakat mulai mengetahui bahwa
hm lingkungan itu harus dijaga?
Iya , betul
246
29. Bagaimana komunitas Earth Hour
Serang berkoordinasi atau
berkomunikasi dnegan bagian WWF-
Indoensia?
Kita berkoordinasi misalkan bila ada kegiatan yang
satu jalan sama WWF kita bisa koordinasi dnegan
WWF, misalkan WWF punya Rive five the Rive kita
juga bisa berkoordinasi sama WWF . Jadi kita sama
bisa ngejalanin. Tapi kita punya kegiatan kita sendiri
kita, kita bebas melakukan kegiatan kita sendiri tanpa
adanya WWF. Jadi , WWF kaya melepas kita, Cuma
tetap kalau materi banyak dari mereka.
30. Lalu berkoodinasinya lewat apa?
Lewat, lewat kita sejauh ini lewat group dan email
31. Group apa? Whatsapp
32. Pernah sharing seara tatap muka atau
bertemu langsung?
Pernah saat Kumbang
33. Sharing di luar Kumbang? Belum
34. Terus bagaimana antusias masyarakat
saat komunitas Earth Hour Serang
malakuakn kampanye?
Antusias masyarakat, bisa dilihat bahwa masyarakat
Serang banyak yang akan peduli lingkungan bisa
dilihat ketika selebrasi. Pas ketika acara hari bebas
sampah tahun ehh tanggal 21 Februari. Kemarin
banyak banget yang dating ke alun-alun untuk
mengikuti, untuk ikut berpartisipasi kedalam acara
itu.
35. Hmm, jadi menurut pendapat kamu
antusias masyarakat gimana apakah
biasa saja, atau acuh taak acuh atau
antusianya tinggi?
Kalau saya lihat antusias masyarakat sangat tinggi.
247
36. Apakah komunitas Earth Hour melihat
perubahan sikap atau perilaku
masyarakat setelah dilakukan
kampanye?
Hmm, setelah kita lihat setelah kampanye?
37. Iya Setelah kampanaye ya, masyarakat Seang jadi ngerti
banget tentang lingkungan itu nih. Memang harus
dijaga, kalau bukan yang negjaga lingkungan
sekarang itu masyarakat Serang Siapa Lagi?
38. Sikap nyatanya? Yang liat mungkin dari sekolah-sekolah , mungkin
udah banyak yang hmmm, menyediakan tong
sampah, atau kita lat di, kita liat juga di alun-alun
banyak yang membuang sampah pada tempatnya itu
sepenglihatan saya.
39. Terus bagaimana melihat kesadaran
dari masyarakat itu sendiri dilapangan
ketika berkampanye dalam isu
mengenai energi ?
Hmmm, mungkin Earth hour Serang harus lebih giat
lagi untuk berkampanye tentang bijak dalam
penggunaan energi listrik, soalnya hmmm, belum
mencapai harapan. Jadi, mungkin ada yang sudah,
sudah berprilaku bijak dan ramah lingkungan , cuman
masih ada beberapa yang masih acuh tak acuh
dengan lingkungan , itu tentang lingkungan.
40. Oh gitu, informasi apa sih yang
disampaikan oleh kawan-kawan Earth
Hour Serang dalam berkampanye?
Itu tentang cara kita menanggulangi sampah,
msialnya terus tentang cara kita apa sih Namanya,
kita hmmm kaya kita sosialisai bahwa, energy itu,
memang enrgi kita masih pakai fosil dan harus kita
hemat misalnya, atau kaya membuang sampah pada
tempatnya itu bisa memperindah atau kita bisa tidak
membuat sungai-sungai itu tidak mampet. Tidak
terjadinya banjir, ya kita sosialisasi secara realnya,
248
kalau kita tidak membuang sampah pada tempatnya
kita akan kenapa.
41. Mengenai penggunaan listrik tepatnya
seperti mematikan lampu satu jam dari
20:20-21:30, masyarakat kota Serang
sudah memahamin belum maksudnya?
Masih ada yang belum memahami maksud dan
tujuan mematikan lampu tersebut. Masih ada yang
menyamakannya dengan pemadaman listrik. Padahal
bukan itu maksud dari mematikan lampu selama satu
jam.
42. Lalu tindakan apa yang kalian lakukan
?
Ya, kita mengkampanyekan 60+ secara terus
menerus agar masyarakat memahami maksd tersebut
43. Kendala apa sih yang sering dihadapi
dilapangan saat berkampanye?
Kendalanya itu setiap kendala insyaallah kita jalanin
bersama ko. Jadi iya, jadi kendala kaya misalnya, apa
ya, kalo ngomongin kendala, mungkin anggotanya
aja sih , kendala internal
44. Jadi kendalanya yang sering dihadapi
saat kampanye itu adalah dari
internalnya?
Iya, kalau di Serang.
45. Kalau dimasyarakatnya, kalian pernah
ga kampanye lalu ga didenger ama
masyarakatnya?
Alhamdulillah belum sih.
46. Kendala yang belum teratasi sampai
sekarang?
Hmmmm, apa yah, alhamdulillah udah bisa diatasi
sih.
47. Earth Hour Serang, dimata masyarakat
sudah dikenal?
Alhamdulillah, udah mulai dikenal bahkan, baru saat
ini ada undangan KKM dari UIN.
249
LAMPIRAN 5
LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
250
251
252
253
254
LAMPIRAN 6
LEMBAR SIT IN SIDANG
255
256
LAMPIRAN 7
FOTO WAWANCARA
257
FOTO KETIKA WAWANCARA BERSAMA NARASUMBER
Foto Ketika Wawancara Bersama Koordinator Earth Hour Indonesia, Galih Aji
Prasongko di Kantor WWF Indonesia, Jakarta Selatan
Foto Wawancara Bersama Ketua Komunitas
Earth Hour Serang
Foto Wawancara Bersama Ketua
Komunitas Earth Hour Tangerang
258
LAMPIRAN 8
FOTO KAMPANYE EARTH HOUR 2016
259
FOTO KEGIATAN KAMPANYE KOMUNITAS EARTH HOUR DI
INDONESIA SEBELUM AKSI SEREMPAK
Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour Makassar Tentang Penggunaan Plastik
(01/03/2016)
Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour Serang Tentang Hari Bebas Sampah ()
260
KEGIATAN EARTH HOUR INDONESIA SEBELUM AKSI SEREMPAK
PADA BULAN MARET 2016
WWF Indonesia Berdiskusi bersama PT. Wisata Candi Prambanan Tentang
Penghematan Energi. ()
WWF-Indonesia Mengadakan Talkshow bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X
Mengenai Kelestarian Lingkungan
261
FOTO KEGIATAN AKSI SEREMPAK EARTH HOUR INDONESIA DAN
KOMUNITAS EARTH HOUR DI INDONESIA
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour Indonesia .(19/03/2016)
Icon Candi Prambanan pada Aksi Serempak Kampanye Earth Hour 2016
262
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Solo (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Mataram (19/03/2016)
263
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Makassar (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Surabaya(19/03/2016)
264
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Balikpapan (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour
Bali(19/03/2016)
265
DESAIN GAMBAR KAMPANYE EARTH HOUR WWF INDONESIA
266
LAMPIRAN 9
DOKUMENTASI WWF INDONESIA
267
268
269
270
271
272
273
274
Proposal Draft
Earth Hour 2016 – Indonesia
Sabtu 19 Maret 2016, 20.30 – 21.30
Latar Belakang
“Ini Aksiku
EARTH HOUR adalah salah satu kampanye global WWF, organisasi konservasi terbesar di dunia, yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat), pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Tahun ini EARTH HOUR jatuh pada tanggal 28 Maret 2015.Tujuan utama EARTH HOUR adalah mengajak masyarakat seluas-luasnya sebagai individu, bisnis dan korporasi maupun pemerintah untuk berpartisipasi melakukan aksi kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi kebaikan planet bumi.
TENTANG
EARTH HOUR
Dimulai di Sydney, Australia pada tahun
2007
Bertujuan untuk mengajak publik bertindak menanggulangi penyebab dan dampak perubahan iklim
TAHAP 1
Menyatukan publik melalui aksi simbolik mematikan lampu selama 1 jam
TAHAP 2
Mendorong publik untuk mengubah aksi
1 jam menjadi gaya hidup
TAHAP 3
Menciptakan jejaring komunitas global yang memiliki 1 tujuan untuk kehidupan planet bumi yang lestari
275
Tahun ini EARTH HOUR jatuh pada tanggal 19 Maret 2016. Pada tahun kedelapan pelaksanaan EARTH HOUR, WWF kembali mengajak individu, komunitas, media massa, praktisi bisnis, dan pemerintah untuk turut serta mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak sedang dipakai selama satu jam sebagai simbolisasi aksi peduli kepedulian dan komitmen untuk penurunan laju perubahan iklim. Kami juga mengingatkan bahwa aksi EARTH HOUR tidak bukan sekedar hanya mematikan lampu dilakukan selama 1 jam tapi tetapi harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, dan diikuti juga gaya hidup lebih ramah lingkungan lainnya, seperti mengurangi dan mengolah sampah, hemat kertas dan tisu, dan transportasi publik.
Berawal sejak tahun 2007 di Sydney,Australia. EARTH HOUR berkembang pesat jika dilihat dari jumlah partisipasi negara, kota, dan maupun pendukung individu. Data terakhir tahun 2015, EARTH HOUR mencatat dukungan ratusan juta individu di dari setidaknya 172 negara. Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan di dukung oleh
50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia.
276
Obyektif :
Menjadikan momentum Earth Hour pada 19 Maret 2016 sebagai sebuah aksi untuk
menggerakkan komitmen 2 juta konsumen/individu untuk aksi perubahan gaya hidup
pada Earth Hour 2016.
Target :
1. 2 Juta individu komitmen di digital
2. Project konservasi oleh komunitas pendukung
3. Dukungan, partisipasi langsung serta komitmen untuk program inisiatif yang
berkelanjutan dari pemerintah kota dan korporasi di lebih 32 kota.
277
Strategi Earth Hour Indonesia 2016 :
Implementasi Nasional
1. Melanjutkan dan menggerakkan komitmen 2 juta individu/konsumen melalui aktivasi digital untuk gerakan perubahan gaya hidup.
2. Inisiatif untuk program konservasi lokal yang berkelanjutan, sebagai bagian dari melanjutkan program kota yang berkelanjutan/sustainable cities (kota- kota dan daerah yang dikembangkan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan) di hotel, gedung perkantoran, area publik, pesisir pantai, sungai, hutan dan taman kota yang di inisiasi oleh kota-kota pendukung Earth Hour.
3. Earth Hour seremonial event di kota- kota pendukung Earth Hour 2016 yang diinisiasi oleh komunitas, mitra korporasi dan pemerintah lokal dalam upaya melanjutkan kampanye tentang perubahan gaya hidup dan pemakaian energi yang lebih bijak serta mendorong pemakaian energi alternatif yang berkelanjutan untuk masa depan sebagai bagian dari solusi bagi perubahan iklim.
278
Pesan Kunci :
Melanjutkan pesan kampanye #IniAksiku sebagai bagian dari komitmen aksi untuk
mengurangi dampak perubahan iklim dan mencegah deforestasi melalui pola
konsumsi dan perubahan gaya hidup yang berkelanjutan.
Rangkaian Kegiatan EH 2016
Agenda Kegiatan Waktu
Pre Earth
Hour
Video & Digital Launch di twitter
23 Februari 2016
Obrolan Langsat (diskusi online) 1 Maret 2016
Konferensi Pers Earth Hour 2016 15 Maret 2016
Earth Hour Kegiatan Switch Off 32 Kota 19 Maret 2016
Pasca Earth Kompilasi upload report ( video & foto )
Hour
20 Maret 2016
CATATAN
Tentang WWF- Indonesia
WWF adalah organisasi konservasi global dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta suporter
dan memiliki jaringan di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan di
17 provinsi. Misi WWF-Indonesia: menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis
aktivitas manusia melalui; mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan di kalangan masyarakat
Indonesia; memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses
ekologis pada skala ekoregion; melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang
mendukung konservasi, dan; menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan
sumberdaya alam secara berkelanjutan. www.wwf.or.id
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
279
Kerangka Acuan
Kumpul Belajar Bareng (Kumbang) Earth Hour 2016
LATAR BELAKANG
A. EARTH HOUR sebuah petisi global
EARTH HOUR adalah kampanye global WWF yang mengajak penduduk dunia, mulai dari
individu, komunitas, pelaku bisnis, hingga pemerintah untuk bersama-sama peduli upaya
penurunan emisi karbondioksida yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global hingga
akhirnya berdampak pada perubahan iklim.
Cara menunjukkan kepedulian tersebut adalah dengan melakukan satu aksi mudah dan
murah secara serentak di seluruh dunia, yaitu mematikan lampu dan peralatan elektronik
yang sedang tidak dipergunakan selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu, di minggu ketiga
bulan Maret, jam 20.30 – 21.30 (waktu setempat).
B. EARTH HOUR Indonesia yang Ke-8
Tahun 2016 adalah tonggak pelaksanaan EARTH HOUR di Indonesia yang ke delapan.
Berdasarkan kondisi konsumsi listrik di Indonesia yang masih memperlihatkan pola penggunaan
yang boros, maka WWF-Indonesia berkomitmen untuk tetap mengusung kampanye ini untuk
membangun kesadartahuan sehingga publik Indonesia, terutama di kota-kota besar di Jawa
– Bali, teredukasi dan terus diingatkan berpartisipasi lalu menindaklanjuti EARTH HOUR
dengan perubahan gaya hidup lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
280
Indikator
Nasional
2015 2014 2013 2012 2011 2010 2009
Partisipasi
29
Aksi
Keterlib
Menghi
Kampany
Menjadi
Pertama & Capaian Komuni Kampa atan mpun e online kampanye kali tas EH nye 500 komitm ketiga terbesar diadakan di Kota serenta komuni en dari terbesar di Asia Indonesia
dan k tas di 1 juta di dunia Tenggara *Pertama inisiasi nasiona seluruh Individ setelah **Salah kali 7 l di 37 Indone u Brasil satu diadakan di progra kota sia dalam dan Negara Sidney
m selama switch Amerika G20 yang tahun 2007 konserv 30 hari off sangat **Menjadi asi berpartisi global
pasi sejak tahun
2008 Ikon 70 Ikon 198 Ikon 122 Ikon 61 Ikon 13 Ikon 7 Ikon 5 Ikon
Kota
Pendukung
48 Kota 37 Kota 31 Kota 25 Kota 5 Kota 3 Kota 1 Kota
C. Strategi EARTH HOUR Indonesia 2016
Agar mendapat pemahaman, partisipasi, dan mencapai perubahan gaya hidup dalam jangka panjang melalui kampanye edukasi dengan periode terbatas, WWF-Indonesia membuat strategi sebagai berikut:
Road TO Earth Hour 2016
HOOK ENGAGEMENT AMPLIFY & EMPOWER LIGHT OUT SYMBOL
Climate Action for Raise to Digital Power by Individual
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
281
Kumpul Belajar Bareng Earth Hour (Kumbang)
KUMBANG Earth Hour merupakan momen berbagi, memicu semangat kepemimpinan, &
meningkatkan kapasitas para voluntir aktif (disebut juga Champions) kampanye global Earth
Hour di Indonesia. KUMBANG Earth Hour bertujuan untuk membangun komunitas yang
kuat, strategis, dan cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan hidup di kota masing-masing. Di
setiap tahunnya, perwakilan akademisi, komunitas, media massa, korporasi, pemerintahan
berkumpul dengan para voluntir aktif Earth Hour Indonesia yang berusia 18 –25 tahun dari
berbagai latar belakang untuk saling membangun membuat strategi kampanye secara
nasional.
A. Tujuan Kegiatan
1. Media konsolidasi nasional untuk membuat strategi kampanye dan rencana kerja menuju
dan pasca kampanye Earth Hour sehingga tercapai target pemahaman publik bahwa kampanye
adalah alat yang tidak hanya bertujuan mematikan lampu dalam 1 jam saja
2. Membuat pemetaan kekuatan komunitas Earth Hour Champions terhadap aksi penyelamatan
iklim dan perubahan kebijakan terkait konservasi di kota yang bersangkutan, melalui program
adaptasi dan mitigasi sampai perbaikan kelangsungan hidup sehingga dapat memastikan
terjadi perubahan di bidang-bidang yang menjadi isu utama Earth Hour.
3.Mensinergikan antara target dan strategi utama Earth Hour 2016 secara global dengan
potensi dan inisiatif ditingkatan lokal untuk mendorong terbangunnya gerakan aksi untuk
penyelamatan iklim secara nasional.
4.Memastikan terlaksananya kegiatan kampanye Earth Hour 2016 dalam menitik beratkan pada
pada komitmen untuk melaksanakan aksi perubahan bagi penyelamatan iklim dunia, yang
berfokus pada kampanye nasional dan program inisiatif ditingkatan lokal sebagai upaya menekan
laju dampak perubahan iklim global
B. Target Peserta
1. Panitia Earth Hour Region Jatim
2. Tim WWF Indonesia
3. 1 orang Kordinator/Perwakilan dari 29 Earth Hour kota
4. 2 orang Tim online @EHIndonesia
D. Acara dan Target
Waktu Kegiatan Target Kegiatan
Pre
Workshop
Menyebar undangan ke
kordinator kota yang akan
menjadi delegasi/peserta
KUMBANG EH 2016
Mendapatkan perwakilan yang dapat mewakili gerakan EH di
29 kota dan mampu berperan strategis di tiap kota yang
memiliki inisiatif tinggi dan kompetensi dasar membangun
kampanye untuk EH 2016.
282
Pembuatan dan Draft ini membantu tim dari tiap kota untuk melakukan riset
pengumpulan draft kerangka sederhana dan membuat perencanaan. Penajamannya akan
acuan kegiatan kampanye dilakukan selama workshop berlangsung
Earth Hour 2016 oleh
masing-masing kota Surat konfirmasi dan Dokumen ini akan memberikan kepercayaan diri dan
pernyataan kesepakatan pertanggung jawaban yang lebih tinggi antara tim tiap kota
untuk kepesertaan dan WWF-Indonesia, termasuk kepada sesama anggota tim
KUMBANG EH 2016 dari satu kota dengan kota lainnya dan kepada sesama anggota
masing-masing kota tim di kota sendiri
Selama
Workshop
Perkenalan Karena berasal dari berbagai kota dan latar belakang, tidak
semua undangan sudah saling kenal satu sama lain.
Perkenalan bertujuan untuk membuka pertemanan
Ice Breaking/ Salah satu metode untuk membangun semangat tim dan
Games Pembuka kepercayaan diantara peserta workshop, yaitu: tim inti Earth
Hour di WWF-Indonesia, dan tim kota Sesi 1: Laporan dan evaluasi secara umum beserta semua capaian
Review & Highlight EH (2007- berikut kekurangan selama pelaksanaan Earth Hour .
2015) Sesi 2: Perubahan Iklim merupakan hal utama yang mendorong
Climate Change on Global inisiasi awal kampanye Earth Hour diseluruh dunia. Melalui
Issue kampanye Earth Hour diharapkan terjadi sebuah gerakan
nyata untuk menyelamatkan iklim. Sesi ini akan membahas
issue perubahan iklim secara general, mulai dari tingkatan
global sampai dengan potensi issue ditingkatan nasional Sesi 3 : Salah satu target dalam kampanye Earth Hour adalah
Consumer & Production for terjadinya perubahan gaya hidup, pasca Earth Hour 2015
Forest Sustainable WWF telah menginisiasi sebuah kampanye konsumen. Sesi ini
akan membahas hubungan dan keterkaitan antara issue
hutan dan kampanye perubahan gaya hidup melalui sebuah
kampanye konsumen dan produk yang berkelanjutan
Sesi 4 : Sejak 2011, kampanye online Earth Hour Indonesia berada di
Digital Media Engagement posisi 3 tertinggi setelah Brasil dan AS, tahun ini EH Global
memiliki target untuk menjadikan komitmen aksi dan inisiasi
perubahan melalui kampanye digital. Sesi ini akan membuka
metode dan strategi yang aplikatif untuk bisa mengajak dan
mendorong terjadinya sebuah bentuk aktivasi pada Earth Hour
2016 dengan seluruh potensial lini massa di Indonesia. Sesi 5 : Sesi ini akan menggali segala bentuk persoalan dan solusinya
Clinic Discus for Corporate, serta bagaimana membangun strategi perencanaan terkait
Media & Brand Engagement kerjasama dengan korporasi, media dan memastikan sesuai
dengan guideline yang ada Sesi 6 : Sejak 2015 salah satu target Earth Hour secara global adalah
Crowd Funding Strategy EH mendorong inisiatif project konnservasi diberbagai tempat
2016 dan mengajak publik untuk berpartisipasi didalamnya salah
satunya adalah di Indonesia. Sesi ini akan menjelaskan tentang
program crowd funding yang sudah berjalan dan yang akan
direncanakan di EH 2016 Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
283
Sesi 7 : Sesi ini akan menjabarkan tentang rencana dan strategi serta
EH 2016 Plann Strategy target secara global dan nasional terkait Earth Hour 2016
Sesi Berbagi (informal) Saling belajar kelemahan dan kekuatan masing-masing kota
dari pengalaman kampanye Earth Hour terdahulu dan
memproyeksikan kesempatan dan tantangan di kemudian hari
Preview Update harian dari setiap acara untuk mengingatkan target
kegiatan yang sudah dicapai dan mana yang belum dan perlu
dikejar
Diskusi Per Kota & Panel Mempertajam perencanaan per kota, lengkap dengan struktur kerja, timeline-nya, dan support yang dibutuhkan
Konsolidasi Timeline Menggabungkan perencanaan per kota agar bisa
Kampanye mendapatkan timeline kerja & kampanye secara nasional yang
komprehensif menjelang Earth Hour hingga 6 bulan
setelahnya
Malam Budaya Pertukaran budaya untuk mempererat hubungan antar tim dan
antar individu, sekaligus memberikan penghargaan terhadap
kerja keras yang telah dilakukan masing-masing Earth Hour
Champion dan menyemangati kerja keras di hari mendatang
menjelang Earth Hour hingga 6 bulan berikut
Pasca Meeting tim di masing- Konsolidasi tim dan mempertajam perencanaan menjelang
Workshop masing kota Earth Hour
E. Lokasi & Waktu
1. Lokasi : Kampung Lumbung Boutique Hotel, Batu-Malang, Jawa Timur
http://www.grahabunga.com/
2. Waktu : 27-31 Januari 2016
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
284
F. Jadwal Kerja Pre dan Pasca Workshop
Tanggal Kegiatan Penanggung Jawab
14-18 Desember TOR & Budget
Daftar Peserta
Susunan Acara
Undangan
Galih Aji Prasongko
21-31 Desember Konfirmasi undangan & pengumpulan proposal +
rencana kerja tim kota EH 2016
Sebar undangan
a. Peserta
b. WWF & narasumber
c. Desain materi
kampanye
d. Kebutuhan workshop
Produksi
e. Meeting koordinasi tim workshop
Chris Rahardian + Panitia Jatim
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
285
10 – 15 Januari Proposal + rencana kerja EH Indo 2016 Galih Aji Prasongko
G.Budget Anggaran
Terlampir
H. Kontak
Galih Aji Prasongko, Kordinator Earth Hour WWF Indonesia, email: [email protected], Hp:
085692400192
Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi & Advokasi WWF-Indonesia, email:
[email protected], Hp: +62-811 128 4868,
CATATAN
Tentang WWF- Indonesia
WWF adalah organisasi konservasi global dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta suporter dan
memiliki jaringan di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah ke rja lapangan di 17 provinsi.
Misi WWF-Indonesia: menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia
melalui; mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan di kalangan masyarakat Indonesia; memfasilitasi
upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion;
melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung konservasi, dan; menggalakkan
konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. www.wwf.or.id
20 – 24 Januari Persiapan dan pematangan materi Galih Aji Prasongko + Chris Rahardian
+ Panitia Jatim
28 – 31 Januari Acara Panitia Jatim
1- 5 Februari Evaluasi
Konsolidasi Agenda Gabungan Semua Kota
Galih Aji Prasongko
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
286
Earth Hour Indonesia 2016
Komitmen Untuk Aksi Nyata Perubahan Iklim dari Cagar Budaya Dunia
Borobudur, 19 Maret 2016 – Malam ini, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat, setidaknya 32 kota
di Indonesia berpartisipasi dalam gerakan global untuk perubahan iklim, Earth Hour. Hadir di tahun
kedelapan di Indonesia, Earth Hour mengusung tema global ‘Shine A Light on Climate Action’.
Dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama satu jam, kita diajak
untuk menyalakan aksi nyata mengubah gaya hidup mengurangi emisi gas rumah kaca untuk
kelestarian bumi. di Indonesia akan ditandai dengan partisipasi dua ikon Indonesia yang dikenal
dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Candi Borobudur dan Candi Prambanan, dua situs warisan budaya dunia di Indonesia, tak ketinggalan
menjadi bagian dari Earth Hour tahun 2016. Partisipasi dua ikon Indonesia, di antara lebih dari 70
ikon lainnya di kota yang berpartispasi, menjadi simbol komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi
gas rumah kaca.
“Saya mengingatkan kembali bahwa satu jam malam ini adalah simbol dari awal komitmen kita.
Mari bersama wujudkan perubahan gaya hidup yang niscaya membawa perubahan baik bagi
kelestarian bumi kita,” ujar Dr. Efransjah, CEO WWF Indonesia. Perubahan iklim merupakan
ancaman nyata bagi kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup kita.
“Earth Hour kembali mengingatkan kekuatan setiap dari kita dalam melakukan perubahan, yang
diperlukan untuk mengubah perubahan iklim. Setiap dari kita berkewajiban untuk berkontribusi
dalam perubahan tersebut agar mampu menjamin anak-cucu kita masih bisa menikmati sumber daya
dan kekayaan yang dimiliki bumi kita untuk kesejahteraan mereka.,” lanjut Dr. Efransjah.
Untuk partisipasi kedua ikon cagar budaya Indonesia, khususnya Candi Borobudur yang baru pertama
kalinya menjadi bagian dari Earth Hour, Direktur Pemasaran dan Kerjasama PT Taman Wisata Candi
Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Ricky SP Siahaan mengatakan “Kami menyadari
bahwa warisan budaya dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, pun tak lepas dari dampak
perubahan iklim. Oleh karenanya, Candi Borobudur dan Candi Prambanan menjadi bagian dari
gerakan Earth Hour untuk turut menyiarkan pentingnya perubahan gaya hidup sebagai salah satu cara
memenuhi komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.”.
Sementara itu, Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Chrisnamurti Adiningrum menegaskan
bahwa ancaman pemanasan global menyadarkan kita untuk mengubah gaya hidup dengan hemat
energi. “Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mematikan lampu atau alat elektronik selama1
jam pada 19 Maret 2016 ini. Candi Borobudur berpartisipasi pada acara Earth Hour sebagai
bentukkomitmen tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan”, kata Chrisnamurti
Adiningrum.
Selain kedua ikon yang mendunia tersebut, setidaknya 70 ikon yang didukung 37 komunitas Earth
Hour Indonesia di berbagai kota juga akan menjadi tanda partisipasi Indonesia dalam Earth Hour
tahun ini. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan pada Earth Hour 2016 didukung penuh
oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Balai Konservasi
Borobudur dan Prambanan, serta UNESCO. Perayaan Earth Hour di Candi Borobudur pada hari ini
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
287
dipusatkan di Lapangan Aksobya sejak pukul 19.30 WIB yang diisi beragam kegiatan pentas seni
masyarakat sekitar Borobudur yang tergabung dalam program UNESCO.
Mengenai partisipasi dan kolaborasi ini Mr Shahbaz Khan, Direktur dan Representatif
KantorUNESCO di Jakarta mengatakan, “UNESCO Climate Change Initiative mencakup kegiatan
untuk memantau dampak dari perubahan iklim di situs-situs UNESCO antara lain Situs Warisan Dunia
dan taman biosfer. Earth Hour yang diadakan oleh WWF di dua situs Warisan Dunia UNESCO
dan merupakan ikon Indonesia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, menyampaikan pesan kuat
mengenai pentingnya pelestarian sumber daya alam dan budaya untuk generasi mendatang. Kami
berharap bahwa acara ini akan meningkatkan kesadaran publik untuk lebih memahami, mencegah dan
beradaptasi terhadap perubahan iklim. UNESCO juga menghargai keterlibatan aktif masyarakat
setempat di Borobudur dalam rangkaian kegiatan Earth Hour, termasuk partisipasi aktif mereka
dalam lokakarya mengenai kelestarian lingkungan yang diadakan bersama oleh UNESCO dan WWF
di Galeri Komunitas, Desa Karanganyar, Borobudur.”
Sementara itu secara khusus, Iskandar M. Siregar selaku Kepala Seksi Konservasi dari Balai
Konservasi Borobudur menyampaikan bahwa “Balai Konservasi Borobudur mendukung sepenuhnya
kegiatan Earth Hour di Candi Borobudur. Selain untuk memberikan kesadaran akan pentingnya
pelestarian lingkungan, partisipasi Candi Borobudur dalam Earth Hour juga diharapkan dapat semakin
menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian saujana budaya Borobudur secara lebih
khusus, karena merupakan integritas yang tidak bisa dipisahkan dari Candi Borobudur sebagai Warisan
Dunia yang telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 1991.”
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nenden N. Fathiastuti, Public Relations Manager WWF Indonesia
Email : [email protected], Hp: 0811-190-9148
Pujo Suwarno, Corporate Secretary, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
(Persero)
Email : [email protected], Hp: 08121570566
Catatan untuk Editor:
1. Komunitas Earth Hour Indonesia juga membuka kesempatan partisipasi masyarakat untuk
mendukung 4 kegiatan konservasi hijaukan hutan dengan berdonasi melalui program
crowdfunding komunitas Earth Hour Indonesia di kanal http://earthhour.kitabisa.com.
Tentang WWF-Indonesia
WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
288
Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini
bergiat di 28 wilayah kerja lapangan di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF-
Indonesia bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak
2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter didalam negeri. Kunjungi www.wwf.or.id.
Tentang EARTH HOUR
EARTH HOUR adalah salah salah satu kampanye global WWF yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan
pemerintahan di seluruh dunia untuk turut peduli terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
dengan cara melakukan hal sederhana namun akan memberi dampak luar biasa jika dijadikan gaya hidup: mematikan
lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan
Maret setiap tahunnya. Pertama kali dilakukan tahun 2007 di Sidney, Australia, dan dilakukan mulai tahun 2009 di
Indonesia. Dari hanya di Jakarta, tahun 2015 Earth Hour Indonesia berhasil merambah ke lebih dari 48 kota. Untuk
informasi selengkapnya, http://earthhour.wwf.or.id
Tentang PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
usaha pengelolaan obyek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan & Ratu Boko, yang mempunyai visi menjadi
perusahaan yang unggul dan bersih dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan Cagar Budaya serta Pariwisata
yang selaras dengan Pelestarian Warisan Budaya Bangsa. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai
obyek dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kement erian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Tentang Balai Konservasi Borobudur
Balai Konservasi merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, yang bertanggung jawab terhadap pelestarian Kompleks Candi Borobudur dan kawasannya, sebagai
situs warisan budaya dunia.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
289
SIARAN PERS
Earth Hour Indonesia 2016
Pesan Perubahan Iklim dari Cagar Budaya Dunia
Prambanan, 15 Maret 2016 – Gerakan global untuk perubahan iklim, Earth Hour kembali
mengingatkan pentingnya mengubah gaya hidup demi kelestarian bumi. Earth Hour 2016 yang jatuh
pada Sabtu, 19 Maret, pukul 20.30-21.30 waktu setempat, di Indonesia akan ditandai dengan
partisipasi dua ikon Indonesia yang dikenal dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Dari dua situs warisan budaya dunia ini, Earth Hour Indonesia menyuarakan tema global Earth Hour
tahun ini ‘Shine A Light on Climate Action’. Tema ini mengajak warga dunia untuk menjadikan Earth
Hour sebagai perayaan untuk melakukan aksi dalam menghadapi perubahan iklim. Lewat simbolisasi
mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama 1 jam, kita semua diharapkan
mempunyai komitmen nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Masih segar dalam ingatan kita tentang Paris Agreement yang dicapai dalam Konferensi Perubahan
Iklim PBB di Paris (COP 21 –red) akhir tahun 2015. Earth Hour menjadi pengingat akan upaya yang
diperlukan oleh individu, pemerintah dan korporasi sebagai kontribusi dalam menahan laju perubahan
iklim,” ujar Dr. Efransjah, CEO WWF Indonesia. Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi
kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup kita. “Partisipasi dua ikon
warisan budaya dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, adalah simbol agar kita sadar bahwa
kita bukan hanya diwarisi alam yang begitu kaya dan indah tetapi juga harus mampu untuk mewarisi
planet bumi yang lestari ke anak cucu kita,” imbuh Dr. Efransjah.
Selain kedua ikon yang mendunia tersebut, setidaknya 70 ikon yang didukung 37 komunitas Earth
Hour Indonesia di berbagai kota juga akan menjadi tanda partisipasi Indonesia dalam Earth Hour
tahun ini. Pada Minggu, 13 Maret 2016, komunitas Earth Hour Indonesia di 19 kota telah melakukan
aksi serentak di kawasan Car Free Day (CFD) kota masing-masing untuk menyuarakan kepedulian
terhadap perubahan iklim. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan pada Earth Hour 2016
didukung penuh oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Balai
Konservasi Borobudur dan Prambanan, serta UNESCO. Perayaan Earth Hour di Candi Borobudur
pada tanggal 19 Maret mendatang akan dipusatkan di Lapangan Aksobya sejak pukul 19.30 WIB.
“Kami mendukung gerakan Earth Hour dengan semangat melestarikan warisan budaya dunia dari
dampak perubahan iklim. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan merupakan simbol
penting akan suara dan komitmen Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global,” ujar Edy
Setijono, Direktur Utama PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero).
Earth Hour Indonesia pada tahun ini juga mendapat dukungan dari Twitter Indonesia. Pada saat malam
Earth Hour, pengguna Twitter bisa mengikuti prosesi switch-off di Candi Borobudur lewat tayangan
Periscope.
Komunitas Earth Hour Indonesia juga membuka kesempatan partisipasi masyarakat untuk mendukung
4 kegiatan konservasi hijaukan hutan dengan berdonasi melalui program crowdfunding komunitas
Earth Hour Indonesia di kanal http://earthhour.kitabisa.com.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
290
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nenden N. Fathiastuti, Public Relations Manager WWF Indonesia
Email : [email protected], Hp: 0811-190-9148
Pujo Suwarno, Corporate Secretary, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero)
Email : [email protected], Hp: 08121570566
Tentang WWF-Indonesia
WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF.
Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini
bergiat di 28 wilayah kerja lapangan di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF-
Indonesia bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak
2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter di dalam negeri. Kunjungiwww.wwf.or.id.
Tentang EARTH HOUR
EARTH HOUR adalah salah salah satu kampanye global WWF yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan
pemerintahan di seluruh dunia untuk turut peduli terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia,
dengan cara melakukan hal sederhana namun akan memberi dampak luar biasa jika dijadikan gaya hidup: mematikan
lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan
Maret setiap tahunnya. Pertama kali dilakukan tahun 2007 di Sidney, Australia, dan dilakukan mulai tahun 2009 di
Indonesia. Dari hanya di Jakarta, tahun 2015 Earth Hour Indonesia berhasil merambah ke lebih dari 48 kota. Untuk
informasi selengkapnya, http://earthhour.wwf.or.id
Tentang PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam
usaha pengelolaan obyek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan & Ratu Boko, yang mempunyai visi menjadi
perusahaan yang unggul dan bersih dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan Cagar Budaya serta Pariwisata yang
selaras dengan Pelestarian Warisan Budaya Bangsa. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai
obyek dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kemen terian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
291
FAQ Earth Hour 2016 1. Apa itu Earth Hour ? EARTH HOUR adalah salah satu kampanye global WWF, organisasi konservasi terbesar di dunia, yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat), pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Tujuan utama EARTH HOUR adalah mengajak masyarakat seluas-luasnya sebagai individu, bisnis dan korporasi maupun pemerintah untuk berpartisipasi melakukan aksi kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi kebaikan planet bumi.
Berawal sejak tahun 2007 di Sydney,Australia. EARTH HOUR berkembang pesat jika dilihat
dari jumlah partisipasi negara, kota, dan maupun pendukung individu. Data terakhir tahun 2015,
EARTH HOUR mencatat dukungan ratusan juta individu di dari setidaknya 172 negara. Di
Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye
yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang
berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan
di dukung oleh 50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia.
2. Earth Hour dan perubahan iklim
Perubahan iklim adalah salah satu tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi bumi kita saat ini. Earth Hour bertujuan untuk menginspirasi dan memberdayakan individu, bisnis dan pemerintah di seluruh dunia dalam mendorong perubahan iklim menjadi aksi dan agenda bersama. Dari mempromosikan energi terbarukan, proyek-proyek pendanaan untuk melindungi hutan dan ekosistem serta mendorong pendidikan lingkungan. Melalui Earth Hour banyak tindakan yang bisa kita ambil sebagai individu dan organisasi untuk membantu mengubah perubahan iklim.
3. Earth Hour di Indonesia
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
292
Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan di dukung oleh 50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia.
4. Apa Tema Earth Hour 2016, dan kenapa memilih tema tersebut
Pada tahun 2016 , ditahun kesepuluh ini Earth Hour secara global mengajak individu di dunia
untuk terlibat dalam mobilisasi dan aksi dalam ruang digital, Earth Hour 2016 ingin
menggunakan kekuatan sosial untuk mengubah individu agar bisa mendapatkan informasi dan
terlibat dalam aksi iklim. Momentum Earth Hour diharapkan dapat membangun sebuah
solidaritas dan komitmen global melalui aktivasi individu di semua platform digital. Sehingga
pada tahun 2016 Earth Hour secara global mengambil tema “Change climate change and shine
a light on climate action” yang bertujuan untuk menjadikan potensi individu menjadi bagian
penting dari upaya untuk mengubah dan mengurangi perubahan iklim, melalui sebuah aksi
individu untuk menciptakan dampak besar bagi lingkungan yang lebih baik dimasa depan
5. Apa Peran Indiviu dalam Earth Hour
a. Mendukung Earth Hour untuk terus melakukan aksi yang berkelanjutan dengan mendonasikan account media sosial sebagai bentuk komitmen di www.earthhour.org/donate
b. Mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam Earth Hour dengan mengingatkan untuk mematikan lampu mereka dan semua peralatan listrik yang tidak diperlukan, dimanapun mereka berada selama Earth Hour dan melanjutkannya menjadi gaya hidup sehari-hari.
c. Gunakan jaringan sosial untuk menyebarkan berita tentang Earth Hour. Karena semakin banyak orang yang terlibat, semakin besar dampaknya bagi gerakan ini dan bumi dimasa depan. Serta membantu mempromosikan dan menyebarluaskan seluruh informasi tentang Earth Hour di Facebook, Twitter, Google+, Instagram dll.
d. Mengajak masyarakat untuk melakukan aksi nyata dan melakukan perubahan gaya hidup, seperti :
Bijak dan hemat energi
Mengurangi konsumsi kertas, tissue dan plastik serta menggunakan tas reusable sesering mungkin
Beralih ke transportasi alternatif dan berteknologi ramah lingkungan
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
293
Pilih untuk mengkonsumsi produk lestari yang berasal dari proses yang bertanggung jawab dan berkelanjutan serta tidak merusak lingkungan
Pilih produk dengan kemasan biodegradable dan barang-barang yang dibuat dengan bahan alami dan organik
Senantiasa mendukung program konservasi dan kampanye WWF, serta bergabung dengan komunitas atau masyarakat luas dalam Earth Hour untuk berkomitmen dan menggunakan kekuatan individu untuk dampak nyata bagi masa depan yang berkelanjutan
6. Earth Hour dan kampanye hemat energi
Earth hour tidak mengklaim bahwa kegiatan yang dilakukan selama satu jam adalah upaya utama dan satu-satunya untuk mengurangi pemakaian energi namun lebih kepada aksi simbolis . Oleh karena itu , Earth Hour tidak terlibat dalam pengukuran tingkat energi atau pengurangan karbon . Earth Hour merupakan inisiatif untuk mendorong individu, bisnis dan pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil akuntabilitas jejak ekologi mereka dan terlibat dalam dialog dan pertukaran sumber daya yang menyediakan solusi nyata untuk tantangan lingkungan kita . Partisipasi dalam Earth Hour melambangkan komitmen untuk mengubah gaya hidup sehari-hari. Earth Hour hanya meminta individu untuk mematikan lampu yang tidak penting selama satu jam, bukan lampu atau alat elektronik yang mempengaruhi keselamatan publik serta pemadaman langsung secara terpusat. Earth Hour juga merupakan momen perayaan sehingga sangat penting untuk menikmati nya di lingkungan yang aman . 7. Di kota mana saja di Indonesia yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2016 Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2016 di Indonesia mencapai lebih dari 60 kota : PONTIANAK, PADANG, DENPASAR, BANDUNG, JAKARTA, MAKASSAR, MALANG, PALU, PEKANBARU, BALIKPAPAN, MATARAM, BANJARMASIN, PALEMBANG, SAMARINDA, SERANG, SOLO, KEDIRI, SURABAYA, KOTA BATU, BOGOR, TANGERANG, PALANGKARAYA, CIMAHI, SUBANG, LAMPUNG, SIDOARJO, ACEH, BANJARBARU, BEKASI, DEPOK, MEDAN, JOGJA, BIMA, KUALA TUNGKAL, SEMARANG, PALOPO, CIREBON, MAGELANG, KENDARI, JAYAPURA, BIMA, BELITUNG, PURWAKARTA, KARAWANG, SUKABUMI, SUMEDANG, LHOKSUMAWE, SINGKAWANG, BONTANG, SLEMAN, MANADO, AMBON, BENGKULU, BATAM, KUPANG, GRESIK, CILACAP, KUNINGAN, CIANJUR, TASIKMALAYA 8. Apa saja kegiatan untuk Earth Hour 2016
a. Aksi serentak nasional sosisalisasi Earth Hour 2016 di 19 Kota b. Switch Off Borobudur & Prambanan
Selain melakukan rangkaian kegiatan switch off di 37 kota, pada tahun ini Earth Hour di
Indonesia mendapatkan dukungan dan komitmen penuh dari Candi Borobudur dan
Prambanan. Untuk itu pada tahun ini pusat kegiatan dan aktivitas berlokasi di Prambanan
dan Borobudur sebagai bagian dari Ikon dunia. Pelaksanaan konferensi pers akan
berlokasi di Prambanan pada tanggal 15 Maret dan perayaan switch off pada tanggal 19
Maret akan berlokasi di dua tempat yaitu Candi Prambanan dan Borobudur secara
serentak.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
294
c. Program crowdfunding komunitas Earth Hour melalui kanal
http://earthhour.kitabisa.com, dengan 4 project konservasi di 4 kota sebagai lanjutan dari
program hijaukan hutan
9. Apa pesan dan himbauan WWF untuk Earth Hour 2016
EARTH HOUR bukan sekedar hanya mematikan lampu yang dilakukan selama 1 jam tapi tetapi
harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, dan diikuti juga gaya hidup lebih ramah
lingkungan lainnya, seperti mengurangi dan mengolah sampah, hemat kertas dan tisu,
transportasi publik, serta berkomitmen menjadi bagian dari gerakan konsumen untuk memilih
produk dengan proses ramah lingkungan serta bertanggung jawab bagi masa depan bumi yang
berkelanjutan.
295
296
LAMPIRAN 10
CURRICULUM VITAE
297
CURRICULUM VITAE
Curriculum Vitae (CV)
A. Informasi perorangan
Nama lengkap Emiliya Johari Tempat, tanggal lahir Cianjur,14 November 1993
Kewarganegaraan Indonesia Agama Islam
Alamat rumah BBS II JL. Melati Blok i-1 No. 09 RT/RW 12/06 , Kec : Cilegon, Kel : Bendungan, Cilegon(42417), Banten
Nomor HP/Rumah 0877 -7118 -9693 0254- 396923 E-mail [email protected]/[email protected]
Blog pribadi Emilicious14.wordpress.com Jenis kelamin Perempuan
Golongan darah O Status marital Single
Hobi Fotografi, membuat dan menonton video, membuat DIY, jalan-jalan
B. Pendidikan
Nama institusi dan tahun SDN 1 Cilegon SMPN 2 Cilegon SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
IPK 3.78
C. Skill dan qualifikasi
Bahasa yang dikuasai Bahasa Indonesia, Inggris pasif
Komputer/IT Corel Draw, Corel Video Studio, Ms Word, Power Point, Excel, Publisher, Indesign
D. Beasiswa
Nama dan tahun PPA 2013 G. Pengalaman Organisasi OSIS SMA 2009-2010
Orange UKMF 2012-2013
Earth Hour Serang
H. Pengalaman Internship 1. PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak 2015
2. PT. Indonesia Power Suralaya 2015