repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web...

211
SKRIPSI PENGARUH FAKTOR KOMPETENSI, INDEPEDENSI DAN SIKAP PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DALAM MENINGKATKAN KINERJA INSPEKTORAT (Studi Empiris Pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan) ARIF YUSRI A311 08 885 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

Transcript of repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web...

Page 1: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

SKRIPSIPENGARUH FAKTOR KOMPETENSI, INDEPEDENSI DAN

SIKAP PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DALAM MENINGKATKAN

KINERJA INSPEKTORAT (Studi Empiris Pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)

ARIF YUSRI

A311 08 885

JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS HASANUDINMAKASSAR

2013

Page 2: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

SKRIPSIPENGARUH FAKTOR KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN

SIKAP PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DALAM MENINGKATKAN

KINERJA INSPEKTORAT (Study Empiris pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)

Disusun dan diajukan oleh

ARIF YUSRI

A31108885

Telah di periksa dan disetujui untuk di seminarkan

Makassar, April 2013

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asri Usman, M.Si Ak Drs. Abdul Rahman,Ak

NIP :196510181994121001 NIP :196601101992031001

Ketua jurusan akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. H.Abdul Hamid Habbe, S.E., M.Si

NIP : 196305151992031003

Page 3: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Arif Yusri

NIM : A311 08 885

Jurusan/Program studi : Akuntansi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar benarnya bahwa skripsi yang

berjudul “ Pengaruh Faktor Kompetensi, Independensi Dan Sikap Profesional

Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Inspektorat

(Studi empiris pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)” adalah benar karya

ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini

tidak terdapat karya ilmiah yang pernah di ajukan oleh orang lain kecuali yang

secara tertulis di kutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat di

buktikan terdapat unsur unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut dan di proses sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku ( UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70 ).

Makassar,

Yang membuat pernyataan,

Arif Yusri

Page 4: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan Pecinta pemilik segala Cinta yang senantiasa

memberikan Cinta dan kasih sayang kepada yang di Cintainya. Yang Awal dari

segala yang Awal dan Yang Akhir dari segala Yang Akhir. Dialah Tuhan Esa, Allah

SWT. Salam dan Shalawat kepada Rasulullah Muhammad dan Keluarganya serta

para sahabat-sahabatnya. penulis Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ Pengaruh Faktor Kompetensi, Independensi Dan Sikap

Profesional Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Meningkatkan Kinerja

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Empris pada Inspektorat Provinsi

Sulawaesi Selatan )”, yang disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin.

penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik

tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak, maka dari itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut

membantu penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. DR. Idrus A. Paturusi, Sp.B, Sp.BO, Rektor Universitas Hasanuddin.

2. Prof. DR. Muhammad Ali, SE, MS, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Hasanuddin.

3. DR. Darwis Said, SE, MSA, Ak. Pembantu Dekan bidang Akademik Fakultas

Ekonomi Universitas Hasanuddin.

4. Drs. Hamid Habbe selaku ketua jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Univer-

sitas Hasanuddin

Page 5: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

5. Drs. Syahrir, SE, M.Si, Ak. Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Hasanuddin.

6. Dra. Andi Kusumawati, M.Si, Ak. Selaku penasehat Akademik Penulis se-

lama menimbah ilmu pada fakultas ekonomi Universitas Hasanuddin.

7. Drs. Asri Usman, M.Si Ak selaku pembimbing 1 yang setia menuntun penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Drs. Abdul Rahman, Ak selaku pembimbing II yang selalu menasehati

penulis untuk tetap berada dijalan-NYA

9. Seluruh staf pengajar Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Hasanuddin, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti

selama penulis mengikuti perkuliahan.

10. Ayahanda, ibunda, kakanda dan Adinda yang tidak pernah berhenti mem-

berikan dukungan pada penulis, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih tidak terhingga karena berkat do’a dan restu mereka, penulis da-

pat myelesaikan pendidikan ini.

11. Kanda-kanda senior yang telah memberikan masukan dan saran serta kri-

tikan untuk kesempurnaan skripsi ini.

12. Teristimewa kepada teman-teman angkatan keluarga besar 08STACKLE

Habib sebagai ketua angkatan, Randy sahabat pertamaku sejak pertama kali

menginjakkan kaki di FE-UH, Mursyid ketua IMA terbaik sepanjang masa,

Adyatma selaku pembimbing III, Oe ibu angkatan yang selalu memberikan

motifasipada penulis dalam menyeleasikan skripsi.serta semua anak

08stackle yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu,

Page 6: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

13. Buat Ma’ce-Ma’ce: Mama AJI+bapak, K’Lela dan stafya, keluarga besar

P.Asri, mama Rohani, Mama mala, dll terima kasih dan maaf sekiranya ada

kesalahan yang lahir dari kebodohan dan ego.

14. Kawan-kawan di IMA, IMMAJ, HIMAJIE, SEMA FE-UH, IMAI dan KPM-PM

POLMAN Semoga bisa konsisten untuk menjaga tradisi intelektual dan

independensi organisasi

Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari atas

segala kekurangan dan keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini dengan harapan, semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dalam bidang kajian yang peneiliti

tulis dan guna pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.

Makassar, April 2013

Penulis

Page 7: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

A B S T R A K

“Pengaruh faktor kompetensi, independesi dan sikap professional auditor terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat

( study empiris pada inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan )”

Arif YusriAsri Usman

Abdul Rahman

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh antara faktor kompetensi, independesi, dan sikap profesional auditor inspektorat secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Pengawasan inspektorat berdasarkan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dan dilakukan secara berjenjang dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi sampai dengan tingkat Pusat.

Variabel independen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Kompetensi, Independensi pemeriksa dan sikap professional aparatur Inspektorat, sedangkan untuk variabel dependen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kualitas audit dalam meningkatkan inerja inspektorat. Data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuesioner secara langsung kepada aparatur inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Metode analisis yang akan penulis gunakan untuk menguji hipotesisi adalah regresi linier berganda, analisis ini didasarkan pada data dari 42 responden yang penelitiannya melalui kuesioner

Hasil penelitian ini menunjukkan kompetensi, independensi dan sikap professional secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dan dapat meningkatkan kinerja inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Serta secara parsial bahwa variabel kompetansi (X1), independensi (X2), dan sikap professional (X3), berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Dari hasil koefisien regresi dapat diketahui bahwa variabel kompetansi (X1), independensi (X2), sikap professional (X3), memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit yang dapat menunjang peningkatan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Kompetensi, independesi, sikap professional, kualitas audit dan kinerja inspektorat

ABSTRACT

Page 8: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

factor Effect competence, independence and professional attitude for audit quality to increase work achievement Of inspectorat ( empiric

study from inspectorat of south Sulawesi )”

Arif YusriAsri Usman

Abdul Rahman

In this research, the writer would like to know the positive and significant effect among competence, independence and professional attitude partially and simultaneously to inspectorat work achievemnt South Sulawesi. This inspectorat controll is based on regional government implementation and conducted structurally from regency/city level, province to centre level.

The writer will conduct independent variable, it is competence, independence and professional attitude for dependent variable is inspectorat work achievement the data in this research is primer data taken from questioner implementation directly to inspectorat apparaturs of south Sulawesi. Analysis method that is used to examine hypotesis is double regression linear. This analysis is based on 50 respondents through questioner

This research show simultan way are competence, independent and professional attitude influence significantly to inspektorat work achievement of shout Sulawesi and parcial way competence variable (X1), independent (X2), professional attitude (X3), influence positive and significantly to inspektorat work achievement of shout Sulawesi. From this koefisient regresion we can know are competence variable (X1), independent (X2) and professional attitude (X3), have influence positive and significantly to to inspektorat work achievement of shout Sulawesi.

Key words: Competence, Independece, Professional attitude and Inspectorat work achievement

Researcher

Arif Yusri

DAFTAR ISI

Page 9: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………. i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………….. ii

PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………….………………… iii

PRAKATA ………….…………………………………………………………............. Iv

ABSTRAK …………….………………………………………………….……………. v

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. vi

BAB I : PENDAHULUAN

9

1.1 Latar Belakang ………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………......... 10

1.3 Tujuan penelitian ..……………………………………………. 10

1.4 Manfaat Penelitian……………………..……………………….. 10

1.4.1 Manfaat Teoritis …………………………………………… 10

1.4.2 Manfaat Praktisi ,,,,,,,,,..………………………………….. 11

1.5 Sistematika Penulisan …………………………………………. 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori ……………………………………………….. 13

2.2 Pengertian Kualitas audit ……………………………………… 16

2.2.1 Kualitas Audit Sektor Swasta ……………………………. 19

2.2.2 Kualitas Audit Sektor Publik …………………………….. 20

2.3 Pengertian Kinerja …………………………………………….. 22

2.4 Pengukura Kinerja ……………………………………………. 25

2.4.1 Manfaat Pengukuran Kinerja ….,,,……………………… 27

Page 10: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2.4.2 Metode Pengukuran Kinerja ….……………….………... 29

2.5 Pengawasan ………………………………………………… 31

2.5.1 Pengertian pengawasan .………………………… 31

2.5.2 Jenis jenis pengawasan …………………………… 33

2.5.3 Tujuan Pengawasan … ……………………………… 34

2.6 Inspektorat …………………………………………………… 35

2.6.1 Dasar Hukum ………………………………………... 36

2.6.2 Pengawasan Inspektorat .………………………………. 37

2.6.3 Teknik dan Obyek pengawasan Inspektorat ………… 38

2.7 Fakto-faktor yang mempengaruhi kualiat audit dalam

meningkatkan kinerja nspektorat………………..………… 39

2.7.1 Kompetensi Aparatur Inspektorat …………………… 39

2.7.2 Independensi Pemeriksa …………………………… 48

2.7.3 Sikap Professional …….…………………………… 50

2.8 Penelitian Terdahulu ……………..………………………… 52

2.9 Kerangka Pikir ……………………………………………… 54

2.10 Hipotesis Penelitian …………………………………………… 55

BAB III : METODA PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian …………………………………………… 57

3.2 Populasi dan sampe ………………………………………… 58

3.2.1 populasi ……………………………………………………. 58

3.2.2 sampel ……………………………………………………. 58

3.3 Jenis dan Sumber Data ………………………………………. 58

3.4 Motoda Pengumpulan Data ………………………………… 59

Page 11: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

3.5 Defenisi oprasional dan variable penelitian…..…………… 60

3.5.1 Variabel Tergantung ………………………………….. 60

3.5.2 Variabel Bebas …………………………………………. 62

3.6 Metoda Pengolahan Data ………………………………… 64

3.6.1 Model analisis Data ………………………………… 64

3.6.2 Teknik analisis data …………………………………… 65

3.6.3 Uji kualitas Data …,,,,,,,,,,,…………………………… 66

3.6.3.1 Uji Validitas ……………………………………….. 66

3.6.3.2 Uji Reliabilitas …………………………………….. 67

3.6.4 Uji Asumsi Klasik ……………………………………. 67

3.6.4.1 Uji Normalitas …………………………………… 67

3.6.4.2 Uji Multikoliniaritas ……………………………...… 68

3.6.4.3 Uji Heteroskedastisitas …………………………… 68

3.6.5 Uji Hipotesis …………………………………………….... 69

BAB IV ; HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..…………………………………. 73

4.1.1 Deskripsi Lokasi ………………………………………….. 73

4.1.2 Profil Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan ………….. 73

4.1.2.1 Struktur Organisasi ………………………………. 73

4.1.2.2 Fungsi Organisasi ……………………………….. 75

4.2 Hasil Penelitian ………………………………………………….. 76

4.2.1 Karakt eristic Distribusi Responden ………………………. 76

4.2.2 Deskripsi Variabel Penelitian ……………………………… 76

Page 12: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2.3 Uji Kualitas Data ……………………………………………. 84

4.2.3.1 Uji Valimditas ………………………………………… 84

4.2.3.2 Uji Realibilitas ………………………………………… 86

4.2.4 Uji Asumsi Klasik ………………………………………….. 87

4.2.4.1 Uji Normalitas Data ………………………………… 87

4.2.4.2 Uji Multikolinearitas ………………………………… 88

4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas ……………………………... 88

4.2.5 Pengujian Hipotesis ……………………………………… 89

4.2.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama Dengan Uji T ..…… 90

4.2.5.2 Pengujian Hipotesis Kedua dengan uji T ...……… 91

4.2.5.3 Pengujian Hipotesis Ketiga Dengan Uji T ………… 92

4.2.5.4 Pengujian Hipotesis Keempat Dengan Uji F …….. 93

4.2.6 Hasil Persamaan Regresi ………………………………… 94

4.2.7 Analisis koefisien determinasi (R2) .. .................................. 96

4.2.8 Pembahasan Uji Hipotesis ...……………………………… 97

4.2.8.1 Pengaruh kompetensi Terhadap Kualitas Audit Dalam

Meningkatkan Kinerja Inspektoat……………… 100

4.2.8.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Dalam Meningkatkan Kinerja Inspektoat……… 100

4.2.8.3 Pengaruh Sikap Profesional Terhadap Kualitas Audit

Dalam Meningkatkan Kinerja Inspektoat……… 101

4.2.8.4 Pengaruh Keseluruhan variable Terhadap Kualitas

Audit Dalam Menigkatkan Kinerja Inspektoat…… 102

Page 13: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB V ; PENUTUP

5.1 Kesimpulan .…….…………………………………………….… 103

5.2 Saran …………….………………………………………………… 106

5.3 Keterbatasan Penelitian …………………………………......... 107

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………. 108

LAMPIRAN …………………………………………………………………………… 112

Page 14: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka menigkatkan efisien dan efektivitas pelaksanaan

pemerintahan daerah, maka partisipasi semua pihak sangat dibutuhkan bagi

masyarakat terlebih dari aparat yang akan melaksanakan pemerintahan.

Penyelenggaran pemerintahan yang efektif adalah merupakan kebutuhan yang

sangat medesak khususnya pada masa reformasi sekarang ini. Arah pendekatannya

yaitu difokuskan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan sebagai

upaya penyampaian kebijakaan pemerintah pusat dan sekaligus sebagai pelaksana

program pemerintahan.

Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya good

governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar, Hal ini

ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat, akan menunjang terciptanya

aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa, tertib dan teratur dalam

menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tuntutan dari masyarakat itu timbul karena ada sebabnya, yaitu adanya praktek-

praktek yang tidak terpuji yang dilakukan oleh aparat pemerintah. Penyimpangan-

penyimpangan yang terjadi dikalangan aparat pemerintah, salah satunya

disebabkan oleh kurang efektifnya pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh

badan yang ada dalam tubuh pemerintah daerah itu sendiri.

Page 15: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Sesuai Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan

semua urusan pemerintahan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,

pengendalian, hingga evaluasi. Sebagai konsekuensi dari kewenangan otonomi

yang luas, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk meningkatkan pelayanan

dan kesejahteraan masyarakat secara adil, merata, dan berkesinambungan.

Kewajiban tersebut bisa terpenuhi apabila mampu mengelola potensi daerahnya,

yaitu potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan potensi sumber daya

keuangan secara optimal.

Pelaksanaan reformasi diberbagai bidang mengharuskan pemerintah

menanggapi tuntutan masyarakat, yaitu pelaksanaan otonomi daerah secara luas,

nyata dan bertanggungjwab, terutama dibidang keuangan. Peran sebagai pengontrol

dan penjaga kepentingan publik terkait dengan bidang keuangan adalah auditor.

Dalam melaksanakan peran audit auditor bertanggung jawab untuk merencanakan

dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan yang memdai apakah laporan

keuangan bebas dari salah saji yang material.dengan didukung oleh kompetensi dan

teknik teknik audit serta kompetensi lain, yang diperoleh melalui jenjang pendidikan

formal maupun informal serta pengalaman dalam praktik audit, maka auditor harus

mampu mengumpulkan serta mengevaluasi bukti bukti yang digunakan untuk

mendukung jusgment yang di berikan.

Pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka peningkatan

pendayagunaan Aparatur Negara dalam pelaksanaan tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang bersih

Page 16: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

dan berwibawa. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2008

tentang “Kebijakan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Tahun 2009”, pasal 1 yaitu :

“Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Salah satu unit yang melakukan audit/pemeriksaan terhadap pemerintah

daerah adalah inspektorat daerah. Menurut ( Falah, 2005, dalam Nur Fitri, 2010:15 )

inspektorat daerah mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan

umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga

dalam tugasnya inspektorat sama dengan auditor internal. Audit internal adalah audit

yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan bagian dari organisasi yang

diawasi (Mardiasmo,2002).

Inspektorat provinsi, adalah lembaga yang berbentuk badan, merupakan unsur

penunjang pemerintah provinsi, dibidang pengawasan yang dipimpin oleh seorang

Kepala Inspektorat yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur.

Peranan dari Inspektorat Provinsi di dorong untuk membantu Gubernur menyajikan

laporan keuangan yang akuntabel dan dapat diterima umum

Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur

dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007. Dalam pasal

tersebut dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan

pemerintahan, Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai

berikut :

1. Perencanaan program pengawasan,

2. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan;

Page 17: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

.Berkaitan dengan peran dan fungsi tersebut, Inspektorat Provinsi Sulawesi

Selatan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan

Tahun 2008, mempunyai tugas pokok membantu Gubernur dalam

menyelenggarakan Pemerintah Provinsi dibidang pengawasan. Tugas pokok

tersebut adalah untuk: pertama, merumuskan kebijaksanaan teknis dibidang

pengawasan; kedua, menyusun rencana dan program dibidang pengawasan; ketiga,

melaksanakan pengendalian teknis operasional pengawasan; dan keempat,

melaksanakan koordinasi pengawasan dan tindak lanjut hasil pengawasan.

Sementara itu, untuk melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Provinsi

Sulawesi Selatan mempunyai kewenangan sebagai berikut: (1) Pelaksanaan

pemeriksaan terhadap tugas Pemerintah Daerah yang meliputi bidang pemerintahan

dan pembangunan, ekonomi, keuangan dan aset, serta bidang khusus; (2)

Pengujian dan penilaian atas kebenaran laporan berkala atau sewaktu-waktu dari

setiap unit/satuan kerja; (3) Pembinaan tenaga fungsional pengawasan di

lingkungan Inspektorat Provinsi; dan (4) Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan

pelaksanaan tugas Inspektorat Provinsi.

Struktur organisasi Inspektorat Provinsi terdiri dari Inspektur, Sekretariat,

Inspektur Pembantu Wilayah dan kelompok jabatan fungsional. demikian,

pelaksanaan tugas dan wewenang pemeriksaan dilakukan oleh seluruh pegawai

pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan

good government. Namun demikian, praktiknya sering jauh dari yang diharapkan.

Nur Fitri ( 2010:15 ) menjelaskan bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam audit

Page 18: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang

memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat

maupun daerah dan hal tersebut dialami oleh organisasi publik karena output yang

dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain,

ukuran kualitas audit pemerinthan masih menjadi perdebatan.

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan agar dapat diketahui sejauhmana

tingkat pencapaian hasil kinerja ataupun tingkat kegagalan yang dialami sehingga

dengan kondisi yang diketahui kita dapat melakukan perbaikan-perbaikan pada

masa mendatang. Ada bebarapa cara yang dapat digunakan dalam mengukur

kinerja antara lain :

1. mengukur dari aspek hasil

2. mengukur dari aspek proses

3. mengukur dari aspek sosial.

Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan /

program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, visi organisasi

( Indra Bastian 2006;274 dalam Nur Fitri, 2010:17 ). Kinerja merupakan kondisi

yang harus diketahui dan diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu sehingga

dapat diperoleh informasi tentang tingkat pencapaian hasil suatu instansi

dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi serta mengetahui dampak

positif dan negatif suatu kebijakan operasional yang diambil. Dengan adanya

informasi mengenai kinerja suatu instansi, akan dapat diambil tindakan yang

diperlukan seperti koreksi atas kebijakan, meluruskan kegiatan-kegiatan utama dan

tugas pokok instansi sebagai bahan untuk perencanaan serta untuk menentukan

tingkat keberhasilan (persentasi pencapaian misi) instansi.

Page 19: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi

dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan,

dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar

auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor

tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman & Barlev (1974);

Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan

kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah

auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan

teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit

perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.

Ukuran perusahaan audit menurut Deis & Giroux (1992) diukur dari jumlah

klien dan prosentase dari audit fees dalam usaha mempertahankan kliennya untuk

tidak berpindah pada perusahaan audit yang lain.

Beberapa penelitian di Amerika dan Australia (dalam nasrullah djamil

2009;12) menyebutkan bahwa adanya hubungan antara kualitas audit dengan

ukuran perusahaan audit. Hubungan tersebut terjadi dalam kaitannya dengan

reputasi perusahaan audit tersebut. Diantaranya sebagai berikut :

Page 20: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

1. DeAngelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung

berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran

perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah

dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit

yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena

perusahaan audit yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi

akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami

kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.

2. Libby (1979) melaporkan bukti bahwa bank loan officers menganggap bahwa

adanya perbedaan dalam reputasi dari accounting firms, dia membedakan

antara the big eight group dan non the big eight.

3. Shockley (1981) mengindikasikan bahwa persepsi dari independen auditor

secara signifikan berbeda antara perusahaan audit yang besar dan kecil.

4. Lennox (1999), menyatakan bahwa perusahaan audit yang besar lebih mampu

menangkap signal akan penyelewengan keuangan yang terjadi dan

mengungkapkannya dalam pendapat audit mereka.

5. Dye (1993) Auditor yang mempunyai kekayaan atau asset yang lebih besar

mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat

dibandingkan dengan auditor dengan kekayaan yang lebih sedikit. Auditor

yang memiliki kekayaan lebih besar (deeper pockets) adalah audit size firms

yang besar.

Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang di perlukan untuk

menyelesaikan tugas yang di bebankan kepada individu ( IAI,2001). Adapun

Page 21: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Indikator dari Kompetensi atau kemampuan yang di miliki oleh aparatur inspektorat

dapat diperoleh melalui (1) tingkat pendidikan, (2) kedisiplinan, (3) penglaman

bekerja (4) pendidikan dan pelatihan (5) kompetensi teknis atau pengetahuan dasar

tentang pengawasan lembaga pemerintahan. Dengan menggunakan pelayanan ini

pada siapapun mereka yang mempunyai pengetahuan penting, kemampuan dan

pengalaman dalam melakukan pelayanan pemeriksaan internal yang sesuai dengan

standar internasional untuk praktek professional dari pemeriksa internal serta terus

menerus memperbaiki keahlian mereka dan keefektifan dan kualitas dari pelayanan

mereka ( The IIA Board Of Directors, 17 juni 2000 dalam Agus Mulyono 2009:11).

Selain kompetensi, seorang auditor juga harus memiliki independensi dalam

melakukan audit agar dapat memberikan pendapat atau kesimpulan yang apa

adanya tanpa ada pengaruh dari pihak yang berkepentingan (BPKP, 1998).

Pernyataan standar umum kedua SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan

dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas

dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi

yang dapat mempengaruhi independensinya”. Dengan pernyataan standar umum

kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk

dapat mempertahankan independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat,

simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang

dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.

Sementara itu, sikap profesional juga penting dalam kualitas audit untuk

meningkatkan kinerja aparat pengawasan. Menurut Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran

Page 22: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

kualitas audit atas laporan keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib

menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang

dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun

2007. Pernyataan standar umum pertama SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif

harus memiliki sikap profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas

pemeriksaan”. Dengan Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi

pemeriksa bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan

dilaksanakan oleh para pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan,

keahlian, dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut.

Oleh karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen,

pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk

membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki

kompetensi yang memadai. Indikator yang dapat di gunakan dalam mengukur sikap

professional aparatur Inspektorat yaitu (1) kemahiran dan keahlian di bidangnya dan

(2). Kemampuan bersosialisasi

Dari hal-hal yang telah penulis kemukakan di atas mendorong dan

memotifasi penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas audit

dalam meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan yang perlu di

dukung dengan faktor-faktor yang memadai oleh sebab itu penulis memilih judul

penelitian “Pengaruh Faktor Kompetensi, Independensi Dan Sikap Profesional

Auditor Terhadap Kualitas Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Inspektorat

(Studi Empiris pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan)”.

Page 23: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, maka

penulis membuat rumusan masalah yang di gunakan dalam penelitian yang di

lakukan yaitu sebagai berikut :

1. Apakah faktor Kompetensi, Independesi pemeriksa; dan Sikap Profesional au-

ditor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kualitas audit

dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan?

2. Apakah faktor Kompetensi, Indpendensi dan Sikap Profesional auditor secara

simultan bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas

audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut di atas, maka

penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh antara faktor

Kompetensi aparatur Inspektorat, Independensi aparatur inspektorat dan Sikap

Profesional aparatur inspektorat secara parsial atau simultan terhadap kualitas

audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

1.4 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis

Manfaat penelitian yang dibuat oleh penulis ini adalah sebagai berikut

1. Bagi Penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

faktor faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit demi menunjang

peningkatan kinerja Inspektorat serta untuk mengembangkan dan men-

Page 24: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

erapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh peneliti dari bangku kuliah

dengan yang ada di dalam dunia kerja.

2. Dapat memberi tambahan informasi bagi para pembaca yang ingin lebih

menambah wacana pengetahuan khususnya dibidang perilaku akun-

tansi.

3. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemiki-

ran dan bahan kajian dalam penelitian.

1.5.2 Manfaat praktis

Bagi lembaga-lembaga yang terkait

1. Bagi Inspektorat Provinsi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran tentang faktor, Kompetensi apartur inspektorat,

Independensi pemeriksa dan Sikap professional yang dibutuhkan dalam

memperbaiki kualitas audit untuk menunjang peningkatkan kinerja In-

spektorat Provinsi Sulawesi Selatan di masa yang akan datang.

2. Bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, penelitian ini diharapkan da-

pat berguna sebagai bahan masukan dalam memahami fungsi, peran,

tanggungjawab dan tugas inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan demi

meningkatnya kualitas audit yang dapat menunjang kinerja inspektorat

Provinsi Sulawesi selatan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang di gunakan dalam penyusunan skripsi ini

dibagi dalalm 5 (Lima) bab dengan gambaran sebagai berikut :

Page 25: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB I : Pendahuluan merupakan bab yang membahas latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sstematika

penulisan yang menjelaskan kondisi umum permasalahan

yang diangkat dalam penelitian serta alasan utama tema

penelitian yang dibahas.

BAB II : Landasan teori merupakan bab yang membahas tentang teori-

teori yang relevan dan mendasari di dalam penelitian yang

akan di lakukan oleh penulis.

BAB III : Metode penelitian merupakan bab yang berisi penjelasan

tentang lokasi penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan

sumber data, metode pengolahan data dan defenisi oprasional

BAB IV : Hasil penelitian merupakan bab yang berisi tentang

penjelasan mengenai deskriptif penelitian, hasil uji asumsi

klasik, uji kualitas data, uji hipotesis penelitian dan gambaran

mengenai hasil uji regresi dalam hipotesis penelitian.

BAB V : Penutup merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan dari

hasil penelitian, saran untuk peneliti selanjutnya serta

keterbatasan penelitian.

Page 26: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Auditing adalah proses pengumpulan atas pengevaluasian bahan bukti tetang

informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan oleh

seorang yang kompeten dan independen serta professional untuk dapat

menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria

yang ditetapkan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004, Pemeriksaan

adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara

independen, obyektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan untuk

dinilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai

pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara.

Auditor adalah seseorang yang memiliki keahlian dalam menghimpun dan

menafsirkan bukti pemeriksaan ( Arens, 2004 dalam Darlisman Dalmy, 2009:31 ),

dapat dibedakan menjadi

1. Auditor Internal, yaitu auditor yang bekerja pada suatu perusahaan untuk

melakukan audit bagi kepentingan manajemen

2. Auditor Eksternal yaitu auditor yang memberikan jasa profesinalnya

kepada pihak ekstern diluar perusahaan.

3. Auditor Pemerintahan, yaitu auditor yang bekerja bagi kepentingan pemer-

intah, yatu melaksanakan fungsi sebagai aparat pengawasan Intern Pe-

merintah Daerah.

Page 27: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang

dilakukan auditor internal, tapi juga sebagai operasi control yang berbeda-beda

dalam organisasi untuk menentukan apakah informasi keuangan opearasi telah

akurat dan dapat diandalkan, resiko yang dihadapi, aturan sudah diikuti dan kriteria

yang memuaskan serta sumber daya digunakan secara efisien dan ekonomis sesuai

tujuan organisasi. Pada dasarnya pemeriksa intern diarahkan untuk membantu

seluruh anggota pimpinan, agar mereka dapat melaksanakan kewajiban-

kewajibannya dalam mencapai tujuan organisasi secara hemat, efisien dan efektif.

Bantuan tersebu disampaikan kepada para anggota pimpinan dengan berbagai

analisis, penilaian, kesimpulan dan konsultasi yang dilakukan. Kegiatan kegiatan

pemeriksa itern adalah sebagai berikut ( akmal 2007, dalam Darlisman Dalmy,

2009:33 )

1. Menilai ketepatan dan kecukupan pengendalian manajemen.

2. Mengidentifikasi dan megukur resiko.

3. Menentukan tingkat ketaatan terhadap kebijakan rencana, prosedur,

peraturan dan perundang-undangan.

4. Memastika pertanggungjwaban dan perlindungan terhadap aktiva

5. Menentukan tingkat keandalan data/informasi

6. Menilai apakah penggunaan sumber daya alam sudah ekonomis dan

efisien serta apakah tujuan organisasi sudah tercapai.

7. Mencegah dan mendeteksi kecurangan

8. Memberikan jasa.

Prinsip – prisip pemeritahan yang bersih atau Good Governance yang

merupakan tiga pilar utama dan menjadi elemen dasar dan saling berkaitan ( Joko

Page 28: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Widodo,2001:122) dalam bukunya Good Governance telaah dari dimensi

Akuntanbilitas Dan Kontrol Birokrasi, ketiga elemen dasar tersebut adalah

partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Partisipasi adalah membuka pintu seluas-

lasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan dapat berperan serta

berpartisipasi secara aktif, transparansi adalah jalannya pemeritahan harus

diselenggarakan secara transparan dan pelaksananya aharus dapat

dipetanggungjawabkan, sedangkan akuntabilitas dalam bahasa akuntansi

merupakan kemampuan meberikan pertanggungjawaban yang merupakan dasar

dari laporan keuangan ( Wilopo,2001dalam Darlisman Dalmy, 2009:38)

Menurut Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan,

pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara dan standar audit

pemerintahan (SAP). Jenis-jenis pemeriksaan adalah Pemeriksaan keuangan,

Pemeriksaaan kinerja dan Pemeriksaan dengan tujuan tertentu/ penugasan tertentu.

Kinerja adalah kesedian seseorang atau sekelompok orang untuk melakukan suatu

kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggungjawabnya dengan hasil

yang seperti di harapkan. Jika di kaitkan dengan perfornance sebagai kata benda (

Noun ) dimana salah satu entrynya adalah hasil kinerja yang dicapai oleh seseorang

atau sekelompok orang dalm suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan

tanggungjawab masing masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara

legal, tidak melanggar hokum, dan tidak bertentangna dengan moral dan etika.

Kinerja yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan

penyedian jasa oleh organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingkat ekonomis,

efektif dan efisien. Berdasarkan pengertian diatas penulis menarik kesimpulan

bahwa kinerja merupakan kualiatas dan kuantitas dari suatu hasi kerja ( output )

Page 29: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

individu aupun kelompok dalam suatu aktifitas tertentu yang diakibatkan oleh

kemampuan alami dan kemampuan yang di peroleh dari proses serta keinginan

untuk berprestasi lebih baik.

2.2 Pengertian Kualitas Audit

De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi auditor

tersebut. Beberapa penelitian seperti De Angelo (1981); Goldman & Barlev (1974);

Nichols & Price (1976) umumnya mengasumsikan bahwa auditor dengan

kemampuannya akan dapat menemukan suatu pelanggaran dan kuncinya adalah

auditor tersebut harus independen. Tetapi tanpa informasi tentang kemampuan

teknik (seperti pengalaman audit, pendidikan, profesionalisme, dan struktur audit

perusahaan), kapabilitas dan independensi akan sulit dipisahkan.

Dalam Nataline (2007) disebutkan ada sembilan elemen pengendalian

kualitas yang harus diterapkan oleh kantor akuntan dalam mengadopsi kebijakan

dan prosedur pengendalian kualitas untuk memberikan jaminan yang memadai agar

sesuai dengan standar profesional di dalam melakukan audit, jasa akuntansi, dan

jasa review. Sembilan elemen pengendalian tersebut adalah sebagai berikut.

1)   Independensi

Seluruh auditor harus independen terhadap klien ketika melaksanakan tugas.

Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah dengan mengkomunikasikan aturan

mengenai independensi kepada staf.

2)   Penugasan personel untuk melaksanakan perjanjian

Page 30: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Personel harus memilik pelatihan teknis dan profesionalisme yang

dibutuhkan dalam penugasan. Prosedur dan kebijakan yang digunakan yaitu dengan

mengangkat personel yang tepat dalam penugasan untuk melaksanakan perjanjian

serta memberi kesempatan partner memberikan persetujuan penugasan.

3)   Konsultasi

Jika diperlukan personel yang dapat mempunyai asisten dari orang yang

mempunyai keahlian, judgement, dan otoritas yang tepat. Prosedur dan kebijakan

yang diterapkan adalah mengangkat individu sesuai dengan keahliannya.

4)   Supervisi

Pekerjaan pada semua tingkat harus disupervisi untuk meyakinkan telah

sesuai dengan standar kualitas. Prosedur dan kebijakan yang digunakan adalah

menetapkan prosedur-prosedur untuk me-review kertas kerja dan laporan serta

menyediakan supervisi pekerjaan yang sedang dilaksanakan.

5)   Pengangkatan

Karyawan baru harus memiliki karakter yang tepat untuk melaksanakan

tugas secara lengkap. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah selalu

menerapkan suatu program pengangkatan pegawai untuk mendapatkan karyawan

pada level yang akan ditempati.

6)   Pengembangan profesi

Personel harus memiliki pengetahuan yang dibutuhkan untuk memenuhi

tanggung jawab yang disepakati. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah

menyediakan progam peningkatan keahlian spesialisasi serta memberikan informasi

kepada personel tentang aturan profesional yang baru.

7)   Promosi

Page 31: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Personel harus memenuhi kualifikasi untuk memenuhi tanggung jawab yang

akan mereka terima di masa depan. Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah

menetapkan kualifikasi yang dibutuhkan untuk setiap tingkat pertanggungjawaban

dalam kantor akuntan serta secara periodik membuat evaluasi terhadap personel.

8)   Penerimaan dan kelangsungan kerjasama dengan klien

Kantor akuntan publik harus meminimalkan penerimaan penugasan

sehubungan dengan klien yang memiliki manajemen dengan integritas yang kurang.

Prosedur dan kebijakan yang diterapkan adalah menetapkan kriteria dalam

mengevaluasi klien baru serta me-review prosedur dalam kelangsungan kerja sama

dengan klien.

9)   Inspeksi

Kantor akuntan harus menentukan prosedur-prosedur yang berhubungan

dengan elemen-elemen yang lain yang akan diterapkan secara efektif. Prosedur dan

kebijakan yang diterapkan adalah mendefinisikan luas dan isi program inspeksi serta

menyediakan laporan hasil inspeksi untuk tingkat yang tepat.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan

auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar

pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

sebagai probabilitas (kemungkinan) dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Deis dan Giroux (1992) menjelaskan adapun kemampuan untuk menemukan salah

saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi

auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut

tergantung pada independensinya.

Page 32: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Dari pengertian tentang kualitas audit tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada saat

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi

dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan,

dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar

auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

2.2.1 Kualitas Audit sector swasta ( private sector )

Seperti yang telah diungkapkan bahwa kualitas audit adalah probabilitas

seorang auditor, dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan yang

terjadi dalam sistem akuntansi klien. Probabilitas penemuan penyelewengan

tergantung pada kemampuan teknikal auditor, seperti pengalaman auditor,

pendidikan, profesionalisme dan struktur audit perusahaan. Sedangkan probabilitas

auditor tersebut melaporkan penyelewengan tersebut tergantung pada

independensi auditor.

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) audit yang

dilaksanakan auditor tersebut dapat berkualitas jika memenuhi ketentuan atau

standar auditing. Standar auditing mencakup mutu profesional (profesional qualities)

auditor independen, pertimbangan (judgment) yang digunakan dalam pelaksanaan

audit dan penyusunan laporan auditor.

1. Standar Umum: auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang

memadai, independepensi dalam sikap mental dan kemahiran profesional

dengan cermat dan seksama

Page 33: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2. Standar pelaksanaan pekerjaan lapangan: perencanaan dan supervisi audit,

pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern, dan bukti audit

yang cukup dan kompeten.

3. Standar pelaporan: pernyataan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum, pernyataan mengenai ketidakkonsistensian

penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum, pengungkapan informatif

dalam laporan keuangan, dan pernyataan pendapat atas laporan keuangan

secara keseluruhan.

2.2.2. Kualitas Audit Sektor Publik ( Public Sector )

Secara teknik audit sektor publik adalah sama saja dengan audit pada sektor

swasta. Mungkin yang membedakan adalah pada pengaruh politik negara yang

bersangkutan dan kebijaksanaan pemerintahan. Tuntutan dilaksanakannya audit

pada sektor publik ini, adalah dalam rangka pemberian pelayanan publik secara

ekonomis, efisien dan efektif. Dan sebagai konsekuensi logis dari adanya

pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam menggunakan dana, baik yang

berasal dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah itu sendiri.

Agar pelaksanaan pengelolaan dana masyarakat yang diamanatkan tersebut

transparan dengan memperhatikan value for money, yaitu menjamin dikelolanya

uang rakyat tersebut secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan

berorientasi pada kepentingan publik, maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit)

oleh auditor yang independen.

Pelaksanaan audit ini juga bertujuan untuk menjamin dilakukannya

pertanggung jawaban publik oleh pemerintah, baik pemerintah daerah maupun

pemerintah pusat. Pengertian audit menurut Malan (1984) adalah suatu proses

Page 34: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

mengenai asersi atas tindakan dan kejadian ekonomi, kesesuaian dengan standar

yang telah ditetapkan dan kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak

pemakai.

GAO standard (Malan, 1984) menyatakan bahwa Governmental audit dibagi

dalam 3 elemen dasar yaitu:

1. Financial and compliance yang bertujuan untuk menentukan apakah operasi

keuangan dijalankan dengan baik, apakah pelaporan keuangan dari suatu audit

entity disajikan secara wajar dan apakah entity tersebut telah mentaati hukum

dan peraturan yang ada.

2. Economy dan efficiency, untuk menentukan apakah entity tersebut telah

mengelola sumber-sumber (personnel, property, space and so forth) secara

ekonomis, efisien dan efektif termasuk sistem informasi manajemen, prosedur

administrasi atau struktur organisasi yang cukup.

3. Program results, menentukan apakah hasil yang diinginkan atau keuntungan

telah dicapai pada kos yang rendah.

Ketiga hal tersebut dijalankan auditor dalam melakukan pemeriksaan untuk

mencapai kualitas audit yang baik. Dan berdasarkan beberapa pendapat dapat

dianggap bahwa kualitas audit yang baik itu adalah pelaksanaan audit yang

mendasarkan pada pelaksanaan Value For Money (VFM) audit yang dilakukan

secara independen, keahlian yang memadai, judgment dan pengalaman.

VFM audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan ekspresi pelaksanaan

lembaga sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen dasar yaitu ekonomi,

efisiensi dan efektivitas.

Page 35: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada

harga yang termurah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan

input value

Efisiensi: tercapainya output yang maksimum dengan input tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan

standar kinerja yang telah ditetapkan

Efektivitas: menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan

target yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan

perbandingan outcome dengan output (target/result).

2.3 Pengertian Kinerja

kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan keputusan lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 239/IX/6/8/2003, kinerja merupakan

gambaran mengenai sejauh mana keberhasilan / kegagalan pelaksanaan tugas

pokok dan fungsi suatu entitas. Kinerja instansi pemerintahan adalah gambaran

mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah yang

meneidentifikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-

kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang telah di tetapkan ( LAN,2003 )

Istilah kinerja sering diidentikkan dengan istilah prestasi. Istilah kinerja atau

prestasi merupakan pengalih bahasa dari kata Inggris yaitu ‘performance’. Menurut

(nelson 1997) Kinerja atau performance merupakan perilaku dari suatu organisasi

yang secara langsung berhubungan dengan aktifitas hasil kerja, pencapaian tugas

Page 36: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

dimana istilah tugas berasal dari pemikiran aktifitas yang dibutuhkan oleh

pekerja.Bebrapa defenisi kinerja menurut para ahli sebagai berikut

menurut Bambang Kusriyanto dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005:

9) “kinerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja

per satuan waktu (lazimnya per jam).” Sedangkan menurut Faustino Cardosa

Gomes dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9) “ Definisi kinerja sebagai

ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas sering dihubungkan dengan

produktivitas.” Serta ,menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) sendiri

bahwa kinerja adalah

“kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035474-defenisi-kinerja-menurut-para-ahli/#ixzz2BcOSwOB5

Gibson (1997:6) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari pekerjaan yang

terkait dengan tujuan organisasi seperti kualitas, efisien dan kriteria efektifitas kerja

lainnya. sedangkan Menurut Minner (1988:56) kinerja didefinisikan sebagai tingkat

kebutuhan seorang individu sebagai pengharapan atas pekerjaan yang

dilakukannya. Setiap harapan dari tiap individu dinilai berdasarkan peran. Jika peran

yang dimainkan seseorang individu tidak diketahui dengan jelas atau nampak

samar, maka setiap individu tidak akan mengetahui secara persis apa yang

diharapkannya. Kinerja juga merupakan hasil yang telah dicapai seseorang, yang

berhubungan dengan tugas dan peran yang dilakukannya, (Robins, 2001:1d dalam

Page 37: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Nur Fitri 2010:29,), mengaanggap bahwa kinerja merupakan suatu hasil yang harus

dicapai oleh pekerja dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku

untuk suatu pekerjaan tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa kinerja organisasi

mensyaratkan strategi, lingkungan, teknologi, dan budaya organisasi bersatu.

Kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan

motivasi.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penilaian prestasi kerja (kinerja) adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis

untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu,

juga untuk menentukan pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggapan yang

lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan

dalam hal promosi jabatan dan penentuan imbalan. Serta kinerja sebagai hasil kerja

yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu

tersebut dalam suatu organisasi pada suatu periode tertentu, yang dihubungkan

dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari organisasi dimana individu

tersebut bekerja.

Tujuan dari penilaian prestasi kerja (kinerja) adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja organisasi dari SDM organisasi. Secara spesifik, tujuan dari

evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Agus Sunyoto dalam A.A. Anwar Prabu

Mangkunegara, (2005: 10) adalah:

1. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan

kinerja.

Page 38: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2. Mencatat dan mengakui hasil kerja seseorang karyawan, sehingga

mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-

kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

3. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan

dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karir atau

terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

4. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan,

sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan

potensinya.

5. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian

menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.

Secara umum kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi

dalam periode tertentu. Untuk menilai keberhasilan organisasi sektor publik maka

perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja sektor publik tersebut. Pengukuran

kinerja berfungsi sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan

dan juga menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah atau menyimpang

dari tujuan yang ditetapkan.

2.4 Pengukuran Kinerja

Beberapa Definisi pengukuran kinerja berdasarkan pendapat para ahli yaitu

sebagai berikut Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara 2005:9, kinerja diartikan

sebagai ”Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

Page 39: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

diberikan kepadanya.” Sedangkan menurut Nawawi. H. Hadari ”pengukuran kinerja

adalah hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik yang bersifat fisik/mental

maupun non fisik/non mental.” Sementara itu menurut Bernaden dan Russel,

sebagaimana dikutip oleh Gomes, Faustino Cardoso (2000: 22) Kinerja diartikan

sebagai ”Cacatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau

kegiatan karyawan selama suatu periode waktu tertentu.”. D Stout (1993) dalam

bukunya Performance Measurement Guide (Indra Bastian, 2006 dalam Nur Fitri,

2010:26 ), juga menyatakan bahwa “Pengukuran atau penilaian kinerja merupakan

proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah

pencapaian misi (mission accomplishment) melalui hasil-hasil yang ditampilkan

berupa produk, jasa, ataupun suatu proses”. James B. Whittaker (1993), dalam

Government Performance and Result Act, A Mandate for Strategic Planning and

Performance Measurement dalam (Indra Bastian, 2006 dalam Nur Fitri, 2010:26)

juga mendefenisikan penguuran kinerja yaitu “Pengukuran/penilaian kinerja adalah

suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan

akuntabilitas”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa setiap kegiatan

organisasi harus diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan visi dan misi

organisasi. Suatu produk dan jasa akan kehilangan nilai apabila kontribusi produk

dan jasa tersebut tidak dikaitkan dengan pencapaian visi dan misi organisasi.

Page 40: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2.4.1 Manfaat pengukuran kinerja

Robinson (2002 dalam Nur Fitri 2010:39), mengemukakan beberapa alasan

sehingga pengukuran kinerja sektor publik sangat penting sebagai strategi untuk

memperkuat daya kompetisi sektor publik.

1. Sebagai fasilitas pembelajaran untuk perbaikan layanan. Tidak dapat

dipungkiri hasil pengukuran kinerja sektor publik menjadi data awal

bagi perbaikan layanan.

2. Sebagai pembelajaran memperbaiki praktek manajemen. Data pen-

gukuran kinerja sektor publik menyediakan kesempatan bagi para

manajer sector publik untuk mempelajari implikasi atas aktivitas yang

mereka rekomendasikan. Pengukuran secara potensial memperbaiki

kualitas manajemen, yang akhirnya memperbaiki kinerja penyediaan

layanan.

3. Sebagai alat pelaporan akuntabilitas dan transparansi. Data penguku-

ran kinerja sektor publik membantu para manajemen memerhatikan

pembelanjaan dana publik beserta prestasi yang tercapai. Dengan se-

makin meningkatnya tekanan atas akuntabilitas dan keterbukaan pe-

merintah, data kinerja keuangan sektor publik menjadi esensial.

4. Sebagai alat ungkap sesuai dengan hukum yang berlaku. Dalam hal

ini laporan kinerja akan menjadi bagaian dari pertanggung jawaban

hukum pemerintah kepada parlemen atau auditor negara. Disinilah

pentingnya adanya tuntutan hukum agar laporan kinerja menjadi

bagian dari akuntabilitas sektor publik.

Page 41: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Sedangkan manfaat pengukuran kinerja, menurut Sedarmayanti (2009)

mengemukakan bahwa sebagai berikut.

1. Meningkatkan prestasi kerja. Dengan adanya penilaian, baik pimpinan

maupun karyawan memperoleh umpan balik dan mereka dapat memperbaiki

pekerjaan/prestasinya.

2. Memberikan kesempatan kerja yang adil. Penilaian akurat dapat menjamin

karyawan memperoleh kesempatan menempati posisi pekerjaan sesuai

kemampuannya.

3. Kebutuhan pelatihan dan pengembangan. Melalui penilaian kinerja,

terdeteksi karyawan yang kemampuannya rendah sehingga memungkinkan

adanya program pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

4. Penyesuaian kompensasi. Melalui penilaian, pimpinan dapat mengambil

keputusan dalam menentukan perbaikan pemberian kompensasi, dan

sebagainya.

5. Keputusan promosi dan demosi Hasil penilaian kinerja dapat digunakan

sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mempromosikan atau

mendemosikan karyawan.

6. Mendiagnosis kesalahan desain pekerjaan. Kinerja yang buruk mungkin

merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian kinerja

dapat membantu mendiagnosis kesalahan tersebut.

7. Menilai proses rekrutmen dan seleksi. Kinerja karyawan baru yang rendah

dapat mencerminkan adanya penyimpangan proses rekruitmen dan seleksi.

Berdasarkan penjelasan diatas, pengukuran kinerja sektor publik dapat

dinyatakan dalam dua fungsi utama yang saling terkait yaitu pembelajaran untuk

Page 42: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

meningkatkan efesiensi dan efektivitas layanan serta pendorong akuntabilitas dan

transparansi sebagai bagian dari tuntutan hukum.

2.4.2 Metode pengukuran kinerja

Aspek penting dari suatu sistem pengukuran kinerja adalah standar yang

jelas. Sasaran utama dari adanya standar tersebut ialah teridentifikasinya

unsurunsur kritikal suatu pekerjaan. Standar itulah yang merupakan tolok ukur

seseorang melaksanakan pekerjaannya. Standar yang telah ditetapkan tersebut

harus mempunyai nilai komparatif yang dalam penerapannya harus dapat berfungsi

sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan

lain yang melakukan pekerjaan sejenis.

Metode penilaian prestasi kinerja pada umumnya dikelompokkan menjadi 3

macam, yakni: (1) Result-based performance evaluation, (2) Behavior-based

performance evaluation, (3) Judgment-based performance evaluation, sebagai

berikut, (Robbins, 2003).

1. Penilaian performance berdasarkan hasil (Result-based performance

evaluation). Tipe kriteria performansi ini merumuskan performansi pekerjaan

berdasarkan pencapaian tujuan organisasi, atau mengukur hasil-hasil akhir

(end results). Sasaran performansi bisa ditetapkan oleh manajemen atau

oleh kelompok kerja, tetapi jika menginginkan agar para pekerja

meningkatkan produktivitas mereka, maka penetapan sasaran secara

partisipatif, dengan melibatkan para pekerja, akan jauh berdampak positif

terhadap peningkatan produktivitas organisasi. Praktek penetapan tujuan

secara partisipatif, yang biasanya dikenal dengan istilah Management By

Page 43: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Objective (MBO), dianggap sebagai sarana motivasi yang sangat strategis

karena para pekerja langsung terlibat dalam keputusan-keputusan perihal

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Para pekerja akan cenderung

menerima tujuan-tujuan itu sebagai tujuan mereka sendiri, dan merasa lebih

bertanggung jawab untuk dan selama pelaksanaan pencapaian tujuan-tujuan

itu.

2. Penilaian performansi berdasarkan perilaku (Behavior Based Performance

Evaluation). Tipe kriteria performansi ini mengukur sarana (means)

pencapaian sasaran (goals) dan bukannya hasil akhir (end result). Dalam

praktek, kebanyakan pekerjaan tidak memungkinkan diberlakukannya

ukuranukuran performansi yang berdasarkan pada obyektivitas, karena

melibatkan aspek-aspek kualitatif. Jenis kriteria ini biasanya dikenal dengan

BARS (behaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang

terkait dengan berbagai dimensi performansi. BARS menganggap bahwa

para pekerja bisa memberikan uraian yang tepat mengenai perilaku atau

perfomansi yang efektif dan yang tidak efektif. Standar-standar dimunculkan

dari diskusidiskusi kelompok mengenai kejadian-kejadian kritis di tempat

kerja. Sesudah serangkaian session diskusi, skala dibangun bagi setiap

dimensi pekerjaan. Jika tercapai tingkat persetujuan yang tinggi diantara para

penilai maka BARS diharapkan mampu mengukur secara tepat mengenai

apa yang akan diukur. BARS merupakan instrumen yang paling bagus untuk

pelatihan dan produksi dari berbagai departemen. Sifatnya kolaboratif

memakan waktu yang banyak dan biasa pada jenis pekerjaan tertentu,

Page 44: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

adalah job specific, tidak dapat dipindahkan dari satu organisasi ke

organisasi lain.

3. Penilaian performansi berdasarkan judgement (Judgement-Based

Performance Evaluation) Tipe kriteria performansi yang menilai dan/atau

mengevaluasi perfomansi kerja pekerja berdasarkan deskripsi perilaku yang

spesifik, quantity of work, quality of work, job knowledge, cooperation,

initiative, dependability, personal qualities dan yang sejenis lainnya.

Dimensidimensi ini biasanya menjadi perhatian dari tipe yang satu ini. (1)

Quantity of work, jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu

yang ditentukan; (2) Quality of work, kualitas kerja yang dicapai berdasarkan

syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya; (3) Job knowledge, luasnya

pengetahuan mengenai pekerjaan dan ketrampilannya; (4) Cooperation,

kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesame anggota

organisasi). (5) Initiative, semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru

dan dalam memperbesar tanggung jawabnya; (6) Personal qualities,

menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan dan integritas

pribadi.

2.5 Pengawasan

2.5.1 Pengertian pengawasan

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pengawasan

antara lain (Winardi 2000, dalam Nur Fitri 2010:30) mendefenisikan pengawasan

"Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam

upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan".

Page 45: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Sedangkan menurut Basu Swasta (1996, hal. 216) "Pengawasan merupakan

fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti

yang diinginkan". menurut Sujamto (1986;19) dalam bukunya yang berjudul

“Beberapa Pengertian dibidang Pengawasan”,mengatakan bahwa “Pengawasan

adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui atau menilai kenyataan yang

sebenarnya tentang pelaksanaan tugas atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang

semestinya atau tidak”.

Definisi lain menurut ( Revrisond Baswir, 1999: 118 ) dalam bukunya

“Akuntansi Pemerintahan Indonesia”, mengemukakan bahwa ”Pengawasan adalah

suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan suatu pekerjaan

atau kegiatan itu dilakukan sesuai dengan rencana, aturan-aturan dan tujuan yang

telah ditetapkan”. selanjutnya menurut Komaruddin (1994:104) " pengawasan

adalah “Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana

aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan

rencana yang berarti".

Lebih lanjut menurut Kadarman (2001:159) Pengawasan adalah:

“suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan.” http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035474-defenisi-pengawasan-menurut-para-ahli/#ixzz2BcOSwOB5 )

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa penekanan dari pengawasan lebih pada upaya untuk mengenali

penyimpangan atau hambatan didalam pelaksanaan kegiatan tersebut Serta

Page 46: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pengawasan adalah suatu kegiatan perencanaan untuk mengawasi atau merancang

karyawan yang bekerja disebuah perusahaan yang telah menetapkan kinerja aktual

dengan standar yang telah ditentukan oleh manajer didalam kegiatan dan

menetapkan suatu hasil yang diinginkan.

Bila ternyata kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan

diharapkan agar dapat segera dideteksi atau diambil tindakan koreksi sehingga

pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan diharapkan masih dapat mencapai

tujuannya secara maksimal.

2.5.2 Jenis-jenis pengawasan

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 dijelaskan definisi

empat jenis pengawasan yaitu Pengawasan Melekat, Pengawasan Fungsional,

Pengawasan Legislatif, Pengawasan Masyarakat.

dapun pengertian setiap jenis pengawasan tersebut menurut PP Nomor 20

Tahun 2001 adalah :

1. Pengawasan Melekat adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai

pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap

bawahannya secara preventif dan represif agar pelaksanaan tugas bawahan

tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern

Pemerintahan yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum

Page 47: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pemerintah dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengawasan Legislatif adalah pengawasan yang dilakukan oleh Lembaga

Perwakilan Rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan tugas-tugas

umum pemerintah dan pembangunan.

4. Pengawasan Masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh warga

masyarakat yang disampaikan secara lisan atau tulisan kepada aparatur

pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pikiran, saran,

gagasan atau keluhan/pengaduan yang bersifat membangun yang

dissampaikan baik secara langsung maupun melalui media.

2.5.3 Tujuan pengawasan

Secara umum tujuan pengawasan adalah menjamin agar pemerintah daerah

berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku guna menciptakan aparatur pemerintah yang bersih, bebas korupsi,

kolusi dan nepotisme, sedangkan secara khusus yaitu :

1. Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

2. Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yang berlaku.

3. Menilai apakah kegiatan dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan

efektif.

4. Mendeteksi adanya kecurangan.

Terciptanya kondisi yang mendukung kelancaran dan ketepatan pelaksanaan

tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan, kebijaksanaan, rencana dan

Page 48: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

perundang-undangan yang berlaku dilakukan dengan baik oleh aparat intern

maupun ekstern pemerintah adalah tujuan pengawasan fungsional menurut Instruksi

Presiden No. 1 Tahun 1989.

Tujuan pengawasan pada dasarnya adalah untuk mengamati apa yang

sungguh-sungguh terjadi serta membandingkannya dengan apa yang seharusnya

terjadi. Bila ternyata kemudian ditemukan adanya penyimpangan atau hambatan,

maka penyimpangan atau hambatan itu diharapkan dapat segera dikenali, agar

dapat segera diambil tindakan koreksi. Melalui tindakan koreksi ini, maka

pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan diharapkan masih dapat mencapai

tujuaannya secara maksimal.

2.6 Inspektorat

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Provinsi Sulawesi selatan, Inspektorat adalah sebagai Sentral Administrasi

Pelaksanaan Pemerintah Daerah yang melaksanakan Koordinasi Penyusunan

Kebijakan Pemerintah, Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat, serta

memberikan Pelayanan Administrasi kepada Perangkat Daerah serta Peraturan

Gubernur Nomor 40 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan, dimana Inspektorat merupakan unsur pendukung tugas

Gubernur dibidang pengawasan, dan dipimpin oleh Inspektur yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah

Page 49: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Pada Pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang – Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dimana

Organisasi Inspektorat harus mempunyai kompetensi untuk mampu menjadi

pengawas Perangkat Daerah dalam melaksanakan pembangunan dan pelayanan

pemerintah di Provinsi Sulawesi Selatan dapat berjalan dengan baik dan lancar

sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang – undangan yang berlaku.

2.6.1 Dasar Hukum

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP ) pada Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan didasarkan atas :

1. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

3. Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah.

4. Surat Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara Nomor :

B/63/M.PAN/1/2006 tanggal 18 Januari 2006 perihal Penyusunan dan

Penyampaian Laporan Akuntabilats Kinerja Instansi pemerintah Tahun 2005

dan Penetapan Kinerja Tahun 2006.

5. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 50: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2.6.2 Pengawasan inspektorat

Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan lembaga

pengawasan keuangan internal dilingkungan pemerintah daerah provinsi maupun

Kabupaten/Kota. Tugas pokok Inspektorat adalah membantu Kepala Daerah

(Gubernur/Bupati/Walikota) melaksanakan pengawasan umum terhadap

pelaksanaan urusan pemerintahan umum, agraria, keuangan, perlengkapan dan

kekayaan daerah, perekonomian, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kesatuan

bangsa, dan perlindungan masyarakat dilingkungan pemerintah daerah.

Berikut adalah tugas yang dilakukan oleh pengawas dan auditor eksternal

pemerintah menurut ( Indra Bastian, 2007:35 dalam Nur Firi, 2010:33 ) yaitu :

PENGAWAS AUDTOR EKSTERNAL

Melakukan tinjauan terhadap sistem pengendalian intern dan sistem akuntansi pemda (melihat kelemahan dan menganalisis penyebabnya).

Memeriksa dan menyempur-nakan Laporan Keuangan Daerah yang disusun oleh bagian keuangan pemda.

Membantu kepala daerah dalam menentukan kewa-jaran laporan keuangan yang disusunnya.

Memberikan opini/pendapat ten-tang kewajaran Laporan Keuan-gan Daerah sebagai dasar pengambilan keputusan BPK dalam LPJ kepala daerah.

2.6.3 Teknik dan obyek pemeriksaan inspketorat

Page 51: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Menurut ( Indra Bastian, 2007:35 dalam Nur Fitri, 2010:33 ) tujuan

pemeriksaan internal adalah mencari dan membuktikan kebenaran serta kesesuaian

antara pemakaian dan perkembangan dari kegiatan masing-masing unit kerja.

Wewenang inspektorat dalam melakukan pemeriksaan yang dilakukan pada tingkat

daerah yang menyangkut tentang pengawasan dan pemeriksaan terhadap

keuangan dan aset daerah, yaitu :

1. Pelaksanaan APBD.

2. Penerimaan pendapatan daerah dan Badan Usaha Daerah.

3. Pengadaan barang/jasa serta pemeliharaan/penghapusan barang/jasa.

4. Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidangnya.

5. Penelitian dan penilaian laporan pajak-pajak pribadi.

6. Penyelesaian ganti rugi.

7. Inventarisasi dan penilaian kekayaan pejabat dilingkungan pemda.

Untuk melakukan pemeriksaan, auditor internal pemerintah baik dari pemerintah

pusat yaitu BPKP maupun pemerintah daerah, yaitu inspektorat, harus

memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemeriksaan, yaitu :

kesesuaian antara sifat dan kebutuhan kegiatan, kemungkinan adanya umpan balik,

efisiensi dan efektivitas, nilai hasil yang ekonomis (output), fleksibel, kesesuaian

dengan pola organisasi, menjamin tindakan korektif, pengawasan diri sendiri,

pengawasan secara pribadi dari pimpinan, dan faktor manusia. ( Indra Bastian,

2007:240 dalam Nur Fitri 2010:36 )

Inspektorat dalam proses pemeriksaannya ke satuan-satuan kerja diawali

dengan mendata semua kegiatan yang ada pada satuan kerja tersebut, apabila ada

Page 52: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

temuan maka pihak inspektorat wajib mengangkat temuan tersebut kemudian

membuat laporan yang diserahkan kembali ke satuan kerja tersebut untuk

ditanggapi. Apabila masih terdapat kekurangan atas tanggapan dari satuan kerja

tersebut, pihak Inspektorat dapat memberikan tenggang waktu untuk

melengkapinya, dan apabila memang tidak dapat dipenuhi oleh unit kerja tersebut,

pihak Inspektorat berhak memanggil pimpinan unit kerja untuk memberikan

penjelasan dan selanjutnya akan dibahas pada tingkat pemerintahan daerah

(Gubernur) sebagai pucuk pimpinan.

2.7 Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja Inspektorat

Ada beberapa Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit aparatur

inspektorat dalam meningkatkan kinerja Inspektorat yaitu antara lain :

2.7.1 Kompetensi Aparatur Inspektorat

Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada individu ( IAI,2001). Kompetensi atau

kemampuan yang dimiliki oleh aparatur inspektorat dapat diperoleh dari

menggunakan pelayanan ini pada siapapun mereka yang mempunyai pengetahuan

penting, kemampuan dan pengalaman dalam melakukan pelayanan pemeriksaan

internal yang sesuai dengan standar internasional untuk praktek professional dari

pemeriksa internal serta terus menerus memperbaiki keahlian mereka dan

keefektifan dan kualitas dari pelayanan mereka ( The IIA Board Of Directors, 17 juni

2000, dalam Agus Mulyono 2009:41 ).

Page 53: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Adapun indikator yang penulis gunakan dalam menilai kompetensi yang dimiliki

oleh aparatur Inspektorat antara lain (1) tingkat pendidikan, (2) kedisiplinan, (3)

pengalaman bekerja serta (4) pendidikan dan pelatihan. Berikut penjabaran dari

indicator-indikator yang di gunakan untuk menilai kompetensi aparatur inspektorat :

1. Tingkat pendidikan

Pendidikan pada dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan

sumber daya manusia sebelum memasuki pasar kerja. Dengan pengetahuan

yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu diharapkan dapat

memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan. Pendidikan

mempunyai fungsi sebagai penggerak sekaligus pemacu terhadap

kemampuan sumber daya manusia dalam meningkatkan prestasi kerjanya,

dan nilai kompetensi seorang pekerja dapat dipupuk melalui program

pendidikan, pengembangan dan pelatihan ( Irianto, 2001:75).

Menurut Iriato (2001) bahwa nilai-nilai kompetensi dapat dipupuk

melalui program pendidikan, pengembangan dan pelatihan yang berorientasi

pada tuntutan kerja aktual dengan menekankan pada pengembangan skill,

knowledge dan ability yang secara signifikan akan dapat memberi standar

dalam sistem dan proses kerja yang diterapkan. Menurut Instruksi Presiden

No. 15 Tahun 1974, pendidikan adalah segala usaha untuk membina

kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, jasmani

dan rohaniah, yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar

sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat

adil dan makmur berdasarkan pancasila.

Page 54: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Pendidikan ditujukan untuk memperbaiki kinerja pegawai dalam

melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Menurut Tillaar

(1997:151) bahwa pendidikan mempunyai peranan dan fungsi untuk

mendidik seorang warga negara agar memiliki dasar-dasar karakteristik

seorang tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama oleh masyarakat modern,

sedangkan pelatihan mempunyai karakteristik yang diinginkan oleh lapangan

kerja. Pendidikan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk

dapat mengerjakan sesuatu lebih cepat dan tepat, sedangkan latihan

membentuk dan meningkatkan keterampilan kerja. Dengan demikian

semakin tinggi tingkat pendidikan dan latihan seseorang semakin besar

tingkat kinerja yang dicapai. Dengan demikian pendidikan berkaitan dengan

mempersiapkan calon tenaga kerja yang diperlukan oleh suatu instansi atau

organisasi dengan menekankan pada kemampuan kognitif, afektif, dan

psychomotor.

Menurut Hasibuan (1987:137 dalam Nur Fitri 2010:37) bahwa fungsi

pendidikan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan meliputi dua dimensi

penting yaitu Dimensi kuantitatif yang meliputi fungsi pendidikan dalam

memasok tenaga kerja yang tersedia dan dimensi kualitatif yang menyangkut

fungsi penghasil tenaga terdidik dan terlatih yang akan menjadi sumber

penggerak pembangunan. Fungsi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu

sistem pemasok tenaga kerja yang terdidik, terlatih dan dipercaya dapat

meningkatkan kinerja.

2. Kedisiplinan

Page 55: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Disiplin kerja sangat penting bagi pegawai yang bersangkutan

maupun bagi organisasi karena disiplin kerja akan mempengaruhi

produktivitas kerja pegawai. Oleh karena itu, pegawai merupakan motor

penggerak utama dalam organisasi. Disiplin kerja yang baik mencerminkan

besarnya rasa tanggung jawab sesorang terhadap tugas-tugas yang

diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan (2005) menyatakan bahwa “Disiplin

adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan menurut

Sutrisno (2009) menyatakan “Disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap

hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan dan ketepatan

perusahaan”.

Kemudian, menurut Fathoni (2006) menyatakan bahwa “Disiplin

adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan menurut

Heidjrachman dan Husnan (2002) menyatakan bahwa “Disiplin adalah setiap

perorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap

perintah dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan

seandainya tidak ada perintah”. Disiplin adalah tindakan manajemen untuk

memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini adalah

pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan

pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada

kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang

lebih baik (Werther dan Davis, 2003).

Page 56: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin

kerja adalah suatu keadaan tertib dimana keadaan seseorang atau

sekelompok orang yang tergabung dalam sebuah organisasi tersebut

berkehendak mematuhi dan menjalankan peraturan-peraturan orgaisasi baik

yang tertulis maupun tidak tertulis dengan dilandasi kesadaran dan

keinsyafan akan tercapainya suatu kondisi antara keinginan dan kenyataan

dan diharapkan agar para pegawai memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam

bekerja sehingga produktivitasnya meningkat.

Secara khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :

1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang

berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah

manajemen dengan baik

2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta

mampu memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu

yang berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan

yang diberikan kepadanya,

3. Pegawai dapat menggunakan, dan memelihara sarana dan prasarana,

barang dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya,

4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-

norma yang berlaku pada organisasi,

5. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 57: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Berdasarkan tujuan disiplin kerja maka disiplin kerja pegawai harus

ditegakkan dalam suatu organisasi. Tanpa dukungan organisasi pegawai

yang baik, sulit bagi organisasi untuk mewujudkan tujuannya. Jadi,

kedisiplinan adalah kunci keberhasilan suatu perusahaan/organisasi untuk

mencapai tujuannya.

3. Pengalaman bekerja

Menurut ( Loehoer, 2002:2) pengalaman merupakan akumulasi

gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi

secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan

penginderaan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002),

pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani, dirasai,

ditanggung dan sebagainya. Selain itu, pengalaman merupakan suatu proses

pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik

dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu

proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih

tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari

perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. (Knoers &

Haditono, 1999).

Dian Indri Purnamasari (2005) memberikan kesimpulan bahwa

seorang karyawan yang memiliki pengalaman bekerja yang tinggi akan

memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: (1) mendeteksi

kesalahan; (2) memahami kesalahan; dan (3) mencari penyebab munculnya

kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.

Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu akan mempengaruhi

Page 58: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pelaksanaan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman, memiliki cara

berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated dibandingkan

seseorang yang belum berpengalaman (Taylor dan Tood, 1995).

(http://rac.uii.ac.id.pdf di akses pada tanggal 18 Oktober 2012)

Kualitas sumber daya manusia juga ditentukan oleh masa kerja,

karena dengan masa kerja yang lebih lama, baik eksekutif maupun legislatif

tentunya telah berpengalaman dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah-masalah pemerintahan khususnya dalam penyusunan anggaran

dan laporan keuangan. Dalam literatur psikologi dan auditing menunjukkan

bahwa efek dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang

berpengalaman karena struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang

berpengalaman menyebabkan mereka mengabaikan informasi yang tidak

relevan (Sandra, 1999 dalam Yudhi dan Meifida, 2006). Dengan kata lain,

kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seseorang akan

menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh

Abdolmohammadi dan Wright (1987 dalam Yudhi dan Meifida, 2006) yang

menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat

kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih

berpengalaman.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan

yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi

seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas

pengalaman kerja seseorang, semakin terampil melakukan pekerjaan dan

Page 59: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan (Abriyani Puspaningsih, 2004).

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas

kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang

sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan

tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,

pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan

peningkatan kinerja (Payama J. Simanjutak, 2005).

Pengetahuan auditor tentang audit akan semakin berkembang

dengan bertambahnya pengalaman bekerja. Pengalaman kerja akan

meningkat seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas kerja.

Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam Putri Noviyani (2002:483) jika

seorang auditor berpengalaman, maka (1) auditor menjadi sadar terhadap

lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki salah pengertian yang lebih

sedikit tentang kekeliruan, (3) auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan

yang tidak lazim, dan (4) hal-hal yang terkait dengan penyebab kekeliruan

departemen tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan

pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.

Selain itu, untuk membuat audit judgement, pengalaman merupakan

komponen keahlian audit yang penting dan merupakan faktor yang sangat

vital dan mempengaruhi suatu judgement yang kompleks (Jurnal Bisnis dan

Ekonomi Vol 9 2002:6). Pengalaman merupakan salah satu elemen penting

dalam tugas audit, sehingga tidak mengherankan apabila cara memandang

dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan

Page 60: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan

berbeda, demikian halnya dalam mengambil keputusan dalam tugasnya.

4. Pendidikan dan Pelatihan

Pelatihan menurut Gary Dessler (1997:263) dikutip dari http://jurnal-

sdm.blogspot.com: 2012 (di akses pada tanggal 18 Oktober 2012). “Pelatihan

adalah proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang,

keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan

mereka”.

Menurut Moekijat (1991:55) dikutip dari http://jurnal-

sdm.blogspot.com: 2012 (di akses pada tanggal 18 Oktober 2012). Tujuan

umum dari pelatihan adalah :

a. Untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan

dengan lebih cepat dan lebih efektif.

b. Untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat disele-

saikan secara rasional.

c. Untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kerja sama dengan

teman-teman pegawai dan pimpinan.

Boner dan Walker (1994), mengatakan bahwa peningkatan

pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya

dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional. Auditor harus

menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan

seperti seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang keterampilan

lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan yang diberikan oleh

Page 61: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

auditor senior kepada auditor pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah

satu bentuk pelatihan karena kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor,

melalui program pelatihan dan praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor

yang mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan

perubahan situasi yang akan ia temui, struktur pengetahuan auditor yang

berkenaan dengan kekeliruan mungkin akan berkembang dengan adanya

program pelatihan auditor untuk menambah pengalaman auditor.

(http://rac.uii.ac.id.pdf di akses pada tanggal 18 Oktober 2012)

2.7.2 Independensi pemeriksa

Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang

diperiksanya. Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan

pekerjaannya secara bebas dan obyektif. Kemandirian para auditor internal dapat

memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat

diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya.

Menurut ( Boynton dalam Rohman, 2007), fungsi auditor internal adalah

melaksanakan fungsi pemeriksaan internal yang merupakan suatu fungsi penilaian

yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan

organisasi yang dilakukan. Selain itu, auditor internal diharapkan pula dapat lebih

memberikan sumbangan bagi perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam rangka

peningkatan kinerja organisasi. Dengan demikian, auditor internal pemerintah

daerah memegang peranan yang sangat penting dalam proses terciptanya

akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

Seorang auditor juga harus memiliki independensi dalam melakukan audit

agar dapat memberiksan pendapat atau kesimpulan yang apa adanya tanpa ada

Page 62: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pengaruh dari pihak berkepentingan (BPKP,1998). Pernyataan standar umum kedua

SPKN adalah : “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,

organisasi pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan

penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat

mempengaruhi independensinya”.

Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para

pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan independensinya

sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi

dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan dipandang tidak

memihak oleh pihak manapun. SPKN merinci tiga macam ganguan terhadap

independensi :

1. Gangguan pribadi

Adalah gangguan independensi yang berasal dari diri pemeriksa yang

bersangkutan. Gangguan ini dapat dipengaruhi karena hubungan

keluarga, pengalaman pekerjaan, dan kepentingan tertentu antara

pemeriksa dengan entitas yang diperiksa (Par 19 PSP 01).

2. Gangguan ekstern

Adalah gangguan independensi yang dialami oleh pemeriksa dan atau

organisasi pemeriksa yang berasal dari ekstern organisasi pemeriksa

(Par 23 PSP 01).

3. Gangguan organisasi

Page 63: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Adalah gangguan independensi yang dipengaruhi oleh kedudukan,

fungsi dan struktur organisasi pemeriksa (Par 25-25 PSP 01).

Independensi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh pemeriksa.

Independensi sangat menentukan kredibilitas pemeriksa dan laporan hasil

pemeriksaan yang dihasilkan oleh pemeriksa tersebut. Pemeriksa memang harus

memiliki kemampuan dan keahlian sesuai dengan bidang yang dibutuhkan untuk

memeriksa, tetapi apabila pemeriksa tersebut tidak independen, maka seberapa

hebatnya laporan hasil pemeriksaan yang dihasilkan, pada akhirnya pengguna

laporan tetap akan meragukan kredibilitas laporan tersebut (SPKN, 2008:18).

2.7.3 Sikap Profesional

Menurut Arifin Lubis (2009), Sikap Profesional adalah kemampuan dan

keahlian spesifik pada bidang-bidang tertentu yang telah dipilih seseorang. Sikap

professional tidak cukup hanya “mampu mengerjakan” tetapi juga memiliki

kemampuan “memecahkan masalah” (trouble shooting) dibidangnya. Hal ini

memungkinkan auditor dengan cepat dan cekatan mengembangkan dan

memperagakan pengetahuan kerja yang baru dan berbeda dalam kaitannya dengan

persoalan, orang-orang dan situasi kerja.

Sementara itu, dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara nomor PER/05/M.PAN/03/2008, pengukuran kualitas audit atas laporan

keuangan, khususnya yang dilakukan oleh APIP, wajib menggunakan Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang tertuang dalam Peraturan Badan

Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2007. Pernyataan

standar umum pertama SPKN adalah: “Pemeriksa secara kolektif harus memiliki

sikap profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”. Dengan

Page 64: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Pernyataan Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung

jawab untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para

pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman

yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu, organisasi

pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen, pengangkatan, pengembangan

berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa untuk membantu organisasi pemeriksa

dalam mempertahankan pemeriksa yang memiliki kompetensi yang memadai.

indikator yang dapat di gunakan untuk mengukur sikap professional aparatur

Inspektorat ( pemeriksa ) yaitu (1) Kemahiran dan keahlian di bidangnya dan (2).

Kemampuan Berkomunikasi

1. Kemahiran dan keahlian

Pemeriksa juga dituntut untuk mampu menggunakan kemahiran

profesionalnya secara cermat dan seksama (due professional care). Hal ini

sangat penting karena pada dasarnya tugas pemeriksa adalah menilai

pekerjaan orang lain. Hasil penilaian pemeriksa tersebut kemudian akan

digunakan oleh pihak lain. Untuk itu, agar mampu memberikan penilaian

yang akurat maka pemeriksa harus bekerja secara cermat dan seksama

(SPKN, 2008:20)

Kecermatan dan keseksamaan pemeriksa dalam melaksanakan

pemeriksaan mencakup prinsip-prinsip pelayanan publik, penentuan jenis,

metode dan lingkup pemeriksaan, penerapan sikap skeptisme profesional

(professional skeptism), sikap pemeriksa terhadap kejujuran pihak yang

diperiksa, dan penerapan standar pemeriksaan (Par 28-32 PSP 01).

1. Kemampuan Bersosialisasi ( Relationship )

Page 65: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Dalam pemerintahan khususny dibidang pengawasan dan

pemeriksaan, Kemampuan dalam membangun hubungan (bersosialisasi)

dengan orang lain sangat menentukan keberhasilan kinerja. Tidak heran

sejumlah studi ilmiah menyimpulkan 85% kunci sukses ditentukan bukan dari

keahlian/keterampilan teknis melainkan kemahiran dalam menjalin hubungan

baik dengan orang lain. Bila ingin menjadi seorang yang profesional dalam

bekerja, apapun tujuan dan bidang yang pilih, sudah menjadi tuntutan untuk

daparbunt menjalin hubugan yang baik dengan orang banyak dari berbagai

kalangan. Karena masyarakat mungkin masih bisa menerima orang yang

tidak punya keahlian khusus tapi mereka sulit menerima orang yang tidak

bisa berhubungan baik dengan orang lain. Seberapa jauh dan dalamnya

suatu hubungan dapat terjalin ditentukan oleh komunikasi. Seorang yang

profesional harus mampu mengkomunikasikan suatu hal dengan jelas dan

tepat pada sasaran.

2.8 Penelitian terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian

yang telah dilakukan antara lain, yaitu :

Alim (2007) penelitiannya berjudul pengaruh kompetensi dan independensi

terhadap kualitas auditor dengan etika auditor sebagai variabel moderasi. Penelitian

ini berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas auditor. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak

berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Penelitian ini juga menemukan

bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor.

Page 66: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Nur Fitri (2010) dalama penelitiannya yang berjudul Analisi Faktor faktor yang

mempengaruhi kinerja inspektorat kabupaten Polewali Mandar ( studi empiris pada

inspektorat kabupaten polewali mandar ) adapun hasil penelitian tersebut tingkat

pendidikan idependesi dan kecakapan professional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja inspektorat polewali mandar sedangkan kecukupan waktu

berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kinerja inspektorat polewali

mandar, penelitian ini juga membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan

terhadap kinerja inspektorat kabupaten Polewali Mandar.

Selain itu, Rizal Iskandar Batubara (2008) dalam penelitiannya tentang

analisis pengaruh latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan

berkelanjutan, dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil pemeriksaan

(studi empiris pada Bawasko Medan). Adapun hasil penelitian tersebut adalah

sebagai berikut :

1. Latar belakang pendidikan, kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan,

dan independensi pemeriksa secara simultan berpengaruh terhadap kualitas

hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.

2. Secara parsial hanya latar belakang pendidikan yang tidak berpengaruh se-

cara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.

Sedangkan Meier dan Fuglister (1992) melakukan penelitian tentang How to

improve audit quality perception of auditors and client, dalam penelitiannya tersebut

mengungkapkan bahwa pengalaman dalam melakukan audit mempunyai dampak

yang signifikan terhadap kualitas auditor. Hasil wawancara yang dilakukan Meier

Page 67: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

dan Fuglister (1992) terhadap auditor dan klien menunjukkan bahwa klien dan

auditor setuju bahwa pelatihan dan supervisi akan meningkatkan kualitas auditor.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Samekto, Agus dalam (Ventura Vol 4

2001:77) dikemukakan jika waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor

dalam melaksanakan tugas tersebut dengan tergesa-gesa sesuai dengan

kemampuannya atau mengerjakam hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila

batasan waktu terlalu longgar, maka fokus perhatian auditor akan berkurang pada

pekerjaannya sehingga akan cenderung gagal mendeteksi bukti audit.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh agus mulyono mengenai

fakor-faktor kompetensi serta pengaruhnya terhadap kinerja aparatur ispektorat

kabupaten deli serdang mengatakan bahwa latar belakag pendidikan pemeriksa,

kompetensi teknis, pelatihan sertifikasi jabatan serta pendidikan dan peltihan secara

simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja aparatu inspektorat

kabupaten deli serdang serta secara parcial masing-masing berpengaruh signifikan

terhadap kinerja inspektorat kabupaten deli serdang tetapi yang mempunyai

pengaruh paling besar adalah kompetensi teknik.

2.9 Kerangka pikir

Berdasarkan beberapa teori dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

terdahulu, maka dapat diungkapkan suatu kerangka berpikir yang berfungsi sebagai

penuntun, alur pikir dan sekaligus sebagai dasar dalam penelitian yang secara

diagram sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kompetensi Aaratur Inspektorat

Page 68: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Variabel Independen Variabel Dependen

2.10 Hipotesis Penenlitian

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan diatas dan hasil hasil penelitian

sebelumnya maka dapat di simpulkan hipotesis penelitian yang digununakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Independensi secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinrja inspektorat provinsi Sulawesi

selatan

2. Sikap Profesional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinrja inspektorat provinsi Sulawesi

selatan

3. Kompetensi secara parsial berpegaruh namun tidak signifika terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi

selatan.

Independensi pemeriksa

Sikap Profesional

Kualitas Audit dalam meningkatkan Kinerja

Inspektorat

Page 69: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4. Secara simultan kompetensi, Independensi dan sikap professional

berpengaruh positif terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan obyek penelitian

Page 70: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Penelitian mengenai pengaruh faktor Kompetensi, Independensi, Sikap

Profesional aparatur Inspektorat terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan ini dilaksanakan dilingkungan Pemerintah

Daerah Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mengetahui bagaimana faktor kompetensi,

independensi pemeriksa dan sikap professional terhadap kualitas audit dapat

meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan, maka dalam penelitian

ini unit analisisnya adalah organisasi Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini

dikarenakan peran Aparatur Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya berhubungan dengan semua Satuan Kerja

Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu dengan

melaksanakan pengawasan atau pemeriksaan regular terhadap Dinas, Badan dan

Kantor dilingkungan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan program

kerja pemeriksaan tahunan (PKPT) yang telah disahkan Gubernur. Keberhasilan

kinerja pegawai sangat mempengaruhi kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan

yang sekaligus cerminan keberhasilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan secara

keseluruhan.

3.2 Populasi dan sampel

3.2.1 Populasi

Menurut ( Sugiyono,1997:57 ), definisi populasi yaitu “Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek dan subyek yang menjadi kuantitas dan

Page 71: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor Inspektorat Provinsi

Sulawesi Selatan.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Untuk sampel penelitian, penulis mengambil sampel total limah puluh orang, untuk

aparatur Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode

sampel secara acak sederhana (simple random sampling) yaitu teknik pengambilan

sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan

strata yang ada dalam populasi itu. Jenis sampel dalam penelitian ini adalah

probabilitas yaitu sampel yang memberikan peluang atau kesempatan yang sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel.

3.3 Jenis dan sumber data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah :

1. Data primer adalah data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini

dan diperoleh secara langsung tanpa melalui perantara dari sumber asli/

utama untuk menjawab pertanyaan penelitian, yang kemudian dikem-

bangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis di dalam mengambil kes-

impulan. Misalnya: kuesioner dengan pihak instansi yang berkaitan yaitu

aparatur Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan

2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dengan sumber lain dengan

pendekatan studi kepustakaan melalui literatur-literatur, buku-buku, catatan

Page 72: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

dan laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)

yang dipublikasikan maupun data instansi/badan yang berhubungan den-

gan obyek penelitian. Misalnya: gambaran umum Inspektorat Prvinsi Su-

lawesi Selatan

3.4 Metode pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data dilakukan melalui cara :

1. Penelitian lapangan (field research)

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner (questionnaire) yaitu teknik

pengumpulan data dengan mengajukan daftar pertanyaan yang diisi oleh

pejabat yang bersangkutan dan penulis membuat pertanyaan yang mengacu

pada indikator masing-masing variabel. Kuesioner dikirimkan secara langsung

ke instansi yang menjadi obyek penelitian. Jumlah kuesioner yang disediakan

peneliti sebanyak lima puluh eksemplar, untuk aparatur Inspektorat Provinsi

Sulawesi Selatan.

Adapun bagian bagian dalam kuisioner yang di ajukan penulis yitu sebagai

berikut :

a. Bagian pertama terdiri dari data kuesioner berisi tentang data umum dan

identitas responden.

b. Bagian kedua, berkaitan dengan variabel-variabel yang tercakup ke

dalam komponen kinerja Inspektorat, pada bagian ini terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan yang mewakili masing-masing variabel

independen, yaitu Kompetensi aparatur inspektorat, Independensi

pemeriksa dan Sikap Profesional aparatur inspektorat

Page 73: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

c. Bagian ketiga dari kuesioner berisi pertanyaan pertnyaan yang

berhubungan dengan kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Penelitian kepustakaan (library research)

Dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yaitu sumber informasi

dari para ahli maupun penulis yang kompeten dalam membahas masalah yang

diteliti dengan mengumpulkan bahan-bahan teoritis agar diperoleh suatu

pengertian yang mendalam dan menunjang proses pembahasan terhadap

data faktual. Teknik yang digunakan adalah membaca textbook, menelusuri

website/situs yang menyediakan informasi yang berhubungan dengan

penelitian ini, maupun literatur lain yang sekiranya dapat menunjang data

primer dan penelitian yang dilakukan penulis.

3.5 Defenisi Oprasional variabel penelitian

3.5.1 Variabel Tergantung ( Dependent variable )

Variabel Tergantung atau Dependent Variable (Y) yang di gunakan

dalam penelitian ini yaitu Kualitas Audit dalam meningkatkan Kinerja

Inspektorat sebagai variabel yang keberadaannya merupakan sesuatu yang

dipengaruhi atau dihasilkan oleh variabel independent.

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab

masing-masing. Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan

diinformasikan kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui sejauh mana

Page 74: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

tingkat pencapaian suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban

suatu organisasi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tingkat kualitas audit

sebagai salah satu alat yang dapat digunakan dalam mengukur peningkatan

kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan dimana auditor pada

saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang

terjadi dalam sistem akuntans dan melaporkannya dalam laporan keuangan

auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman

pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Ada beberapa Indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

kinerja inspektorat yaitu sebagai berikut

1. aparat inspektorat memahami dan menguasai tugas pokoknya;

2. program kerja pemeriksaan tahunan (PKPKT) setiap tahunnya tercapai;

3. laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang dijalankan telah sesuai dengan aturan-

aturan yang ada;

4. ekspose hasil pemeriksaan dilaksanakan tepat waktu;

5. hasil pengawasan senantiasa di follow-up;

6. aparat inspektorat mengerti visi, misi, dan tujuan organisasi;

7. aparat inspektorat melaksanakan tugas pemeriksaan dengan baik;

8. kerja sama antar pegawai dalam menjalankan tugas sangat baik;

9. anggota tim yang tidak melaksanakan tugas diberi sanksi oleh ketua tim;

10. aparat inspektorat dapat bekerja sama secara profesional dengan instansi

terkait.

Page 75: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

3.5.2 Variabel Bebas ( Independent variabel)

Variabel Bebas atau Independent Variable (X) yaitu suatu variabel

yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain, sebaliknya variabel

ini akan mempengaruhi variabel lainnya. Variabel independent atau variable

bebas yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu :

a. Kompetensi Aparatur Inspekotrat (X1)

Kompetensi aparatur inspektorat adalah kemampuan yang di miliki oleh

apartur inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, dalam peelitian ini ada

beberapa indikator yang digunakan untuk megukur kompetesi apartur

inspektorat yaitu dilihat dari (1) tingkat pendidikan, dimana standar tingkat

pendidikan untuk aparatur inspektorat adalah strata satu (S1). (2)

kedisiplinan, kedisiplinan sangat dibutuhkan oleh seorang pengawas

khususnya dalam pengwasan pemerintahan karena dengan tingkat

kedisiplinan pengawas yang tinggi akan meningkatkan kualitas pemeriksaan

dan dapat menunjang peningkatan kierja organisasi. Kompetensi juga dapat

di ukur melalui (3) pengalaman kerja semakin lama aparatur inspektorat

bekerja maka kemampuan yang di miliki semakin luas serta (4) pendidikan

dan pelatihan dimana kompetensi aparatur inspektorat akan semakin baik

ketika staf aparatur inspektorat sering mengikuti pendidikan dan pelatihan.

b. Independensi Pemeriksa (X2)

Page 76: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Independensi pemeriksa yaitu pemeriksa bebas dari intervensi dan

mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi; memiliki sikap netrl dan tidak

bias; dapat menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,

melaksanakan dan melaporkan hasil audit serta tdak mempunyai hubungan

dekat dengan auditee. Ada beberapa Indikator yang di gunakan dalam

penelitian ini untuk mengukur independensi pemeriksa/pengawas inspektorat

provinsi Sulawesi selatan yaitu (1) gangguan pribadi atau hal yang timbul

dari pribadi pemeriksa yang dapat mengganggu independensi pemeriksa, (2)

ganguan ekstern atau hal yang timbul diluar pribadi pemriksa dan instansi

yang dapat mempengaruhi independensi pemeriksa dan (3) ganguan

organisasi atau masalah yang terjadi dalam Inspektorat Provinsi Sulawesi

Selatan yang dapat mempengaruhi independnsi pemeriksa. sehingga

kualitas hasil pemeriksaan juga independen dan lebih baik.

c. Sikap Profesional (X3)

Dalam mengukur Sikap profesional aparatur Inspektorat dapat

menggunakan dua indikator yaitu dari 1) kemahiran dan keahlian

dibidangnya dan 2) kemampuan bersosialisasi aparat Inspektorat Provinsi

Sulawesi Selatan. Pemeriksa yang ditugaskan untuk melaksanakan

pemeriksaan keuangan secara kolektif harus memiliki keahlian yang

dibutuhkan serta memiliki sertifikasi keahlian yang diterima umum, semakin

baik sikap seorang pemeriksa pada bidang pemeriksaan maka kualitas hasil

pemeriksaan akan semakin baik. Selain itu kemampuan bersosialisasi juga

harus dimiliki oleh aparat Inspektorat Provinsi, sebagai seorang pemeriksa

Page 77: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

bersosialisasi adalah hal yang sangat penting, semakin baik seorang

pemeriksa bersosialisasi dengan obyek yang diperiksa maka tingkat

kebenaran dan keandalan informasi yang akan didapatkan periksa semakin

kuat.

3.6 Metode Pengolahan Data

3.6.1 Model analisis data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

regresi linear berganda (Multiple Regression Analysis). Analisis ini dimaksudkan

untuk mengungkapkan pengaruh antara variabel dependen dengan variabel

independen, serta keterkaitan antara variable independent yang satu dengan

variable independent yang lainnya sehingga dapat ditarik kesimpulan yang

mengarah pada tujuan penelitian.

Menurut ( Sugiyono, 2009: 23 ) analisis regresi adalah :

“Analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan suatu variabel yaitu variabel tak bebas/dependent variable, pada satu atau lebih variabel yang lain, yaitu variabel bebas/independent variable, dengan maksud menduga dan atau meramalkan nilai rata-rata hitung (mean) atau rata-rata populasi dari variabel tak bebas, dipandang dari segi nilai yang diketahui atau tetap (dalam pengambilan sampel berulang) dari variabel bebas.”

Persamaan regresi linear berganda menurut Sugiyono (2009:92 ) dalam bukunya

Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif sebagai berikut :

Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ε

Dimana:

Y = skor kinerja Inspektorat

a = konstanta atau intercep

Page 78: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

X1 = Kompetensi Aparatur Inspektorat

X2 = Independensi Pemeriksa

X3 = Sikap Professional

B1 . . . . . . B3 = koefisien regresi yang akan dihitung

ε = faktor kesalahan

berdasarkan persamaan regresi linear diatas penulis mnganalisa sesuai dengan

hipotesis yang penulis gunakan yaitu :

pengujian hipotesis secara parcial untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variable independent terhadap variable dependent

1. Y1 = a + B1 X1 + ε

2. Y2 = a + B2 X2 + ε

3. Y3 = a + B3 X3 + ε

Pengujian hipotesis secara simultan untuk mengetahui pengaruh keseluruhan

variable independent terhadap variable dependent.

4. Y4 = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + ε

3.6.2 Teknik analisis data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan model

regresi. Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis

regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi ke dalam sebuah model

yang dimasukkan ke dalam serangkaian data. Penelitian diuji dengan beberapa uji

Page 79: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

statistik yang terdiri dari uji kualitas data, pengujian asumsi klasik, statistik deskriptif

dan uji statistik untuk pengujian hipotesis.

3.6.3 Uji kualitas data

Untuk menguji kualitas data dalam hal ini, data memiliki kedudukan yang

sangat penting karena merupakan penggambaran variabel yang diteliti akan

berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, oleh karena itu benar tidaknya data

sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Dilain pihak, benar tidaknya

data, bergantung pada baik tidaknya instrumen data, kuesioner sebagai instrumen

yang baik harus memenuhi persyaratan valid dan reliabel.

Ketepatan pengujian dan pengukuran suatu kuesioner sangat bergantung

pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Data penelitian tidak

akan berguna jika instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data penelitian tidak

memiliki reliabilitas (tingkat keandalan) dan validitas (tingkat kesahihan) yang tinggi.

Pengujian dan pengukuran tersebut masing-masing akan menunjukkan konsistensi

dan akurasi data yang dikumpulkan.

3.6.3.1 Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa nyata suatu penguj atau

instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran valid jika mengukur

tujuannya nyata atau benar.

Uji validitas isi adalah suatu alat yang mengukur sejauh mana kuesioner atau

alat ukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai kerangka konsep.

Uji validitas dihitung dengan menggunakan korelasi person dan setelah dilakukan

Page 80: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pengukuran dengan SPSS akan dilihat tingkat signifikan atas semua pertanyaan.

Pengujian validitas instrumen dengan bantuan perangkat lunak SPSS, nilai validitas

dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Suatu instrumen

dinyatakan valid apabila koefisien korelasi r hitung lebih besar dibandingkan

koefisien korelasi r table pada taraf signifikasi 1% atau 5%.

3.6.3.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas satu skor dari suatu

instrumen pengukur. Uji reliabilitas hanya dilakukan pada pertanyaan yang dianggap

sah. Uji reliabilitas pengukuran dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

cronbach`s alpha dengan bantuan software SPSS. Koefisien cronbach`s alpha yang

lebih dari nilai r table disebut reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika alpha

lebih besar dari 0,60. Hal ini menunjukkan keandalan instrumen. Selain itu,

cronbach`s alpha yang semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi

konsistensi internal reliabilitasnya.

3.6.4 Uji Asumsi Klasik

3.6.4.1 Normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependent,

independent, atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal, atau tidak.

Jika datanya ternyata tidak berdistribusi normal, analisis nonparametrik dapat

digunakan. Jika data berdistribusi normal, analisis parametrik termasuk model-

model regresi dapat digunakan.

Page 81: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui

dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data

menyebar di sekitar diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi

memenuhi asumsi normalitas.

3.6.4.2 Uji multikoliniaritas

Pada bagian ini dilakukan uji untuk mengetahui kuat hubungan di antara

variabel-variabel penyebab (independent). Jika terjadi hubungan yang kuat, maka

perlu upaya untuk menguranginya hingga menjadi lemah. Jika tidak berhasil, salah

satu variabel independen tersebut harus dikeluarkan dari penelitian karena dianggap

tumpang tindih/mirip dengan salah satu variabel bebas lainnya. Ketentuan untuk

mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas yaitu :

Jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10, dan nilai

Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinieritas VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 0 maka Tolerance = 1/10 atau 0,1.

Semakin tinggi VIF maka semakin rendah Tolerance.

3.6.4.3 Uji heteroskedastisitas

Pada bagian ini dilakukan uji untuk mengetahui apakah regresi linear yang

berhasil ditetapkan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Jadi, yang diharapkan

adalah terjadinya homoskedastisitas. Untuk melihat adanya heteroskedastisitas

maka dilakukan dengan pola tertentu dari titik-titik data pada scatter graft, cara

memprediksinya adalah :

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0.

Page 82: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

3.6.5 Uji hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang diajukan dilakukan dengan melihat rata-rata nilai

variabel yang dipakai. Untuk menguji hipotesis mengenai pengaruh factor

kompetensi, independensi dan sikap professional aparatur ispektorat terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat Provisi Sulawesi Selatan

digunakan dua bentuk pengujian hipotesis yaitu secara simultan dengan uji F( untuk

melihat pengaruh kompetensi, independensi dan sikap profesional secara bersama-

sama terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat ), dan secara

parsial dengan uji t ( untuk melihat pengaruh masing masing variable terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat )

2.6.5.1 Statistik uji t

Menurut Muhammad Firdaus (2004:87 ), statistik uji t digunakan untuk menguji

secara sendiri-sendiri hubngan antara variabel bebas (variabel x) dan variabel

terikat (variabel y).

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah

sebagai berikut :

Page 83: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Ho : B = 0, Kompetensi aparatur inspektorat , independensi pemeriksa dan

Sikap profesional tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja

inspektorat.

Ha : B ≠ 0, Kompetensi aparatur inspektorat , independensi pemeriksa dan

Sikap profesional berpengaruh secara parsial terhadap kinerja inspektorat.

Untuk mencari t table dengan df = N-2, taraf nyata 5 % dapat dilihat dengan

menggunakan table statistik. Nilai t table dapat dilihat dengan menggunakan

table t. Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak

b. Jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima keputusan

statistik hitung dan statistik tabel dapat juga dilakukan

berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan :

c. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

d. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho

diterima.

2.6.5.2 Statistik uji F

Menurut Muhammad Firdaus (2004:88), statistik uji F digunakan

untuk mengetahui pengaruh sekelompok variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel tidak bebas dengan analisis varian. Adapun langkah-

langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah sebagai berikut:

Page 84: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Ho : B = 0, Kompetensi aparatur inspektorat , independensi pemeriksa dan

Sikap profesional tidak berpengaruh secara simultan terhadap kinerja

inspektorat.

Ha : B ≠ 0, Kompetensi aparatur inspektorat, Independensi pemeriksa dan

Sikap professional pengaruh secara simultan terhadap kinerja inspektorat.

Pada table ANOVA didapat uji F yang menguji semua sub variabel bebas yang

akan mempengaruhi persamaan regresi. Dengan menggunakan derajat

keyakinan 95 % atau taraf nyata 5 % serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk

mencari nilai F tabel. Nilai F tabel dapat dilihat dengan menggunakan F tabel.

Dasar pengambilan keputusan adalah :

a. Jika F hitung > F tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak

b. Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima

keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga dilakukan

berdasarkan probabilitas, dengan dasar pengambilan keputusan.

c. Jika probabilitas > tingkat signifikan, maka Ha diterima dan Ho

ditolak.

d. Jika probabilitas < tingkat signifikan, maka Ha ditolak dan Ho

diterima.

Dari penjelasan diatas Pengujian hiipotesis yang sebelumnya telah

ditentukan oleh peneliti dengan melakukan uji hipotesis berdasarkan uji T dan uji f .

adapun hipotesis penelitiannya yaitu sebagai berikut :

Page 85: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

a. variable kompetensi secara parcial mempengaruhi kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

b. variable Independensi auditor secara parcial mempengaruhi kualitas audit

dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

c. variable Sikap Profesional secara parcial mempengaruhi kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

d. Keseluruhan variable dependent yaitu kompetensi, independensi dan sikap

profesional secara simultan mempengaruhi kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi selatan.

Page 86: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Deskripsi Lokasi

Lokasi penelitian ini dilakukan dilingkungan kantor Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan, inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan ini beralamat

diJalan Pettarani No. 12 Makassar Sulawesi Selatan

4.1.2 Profil Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan

4.1.2.1 Struktur Organisasi

Susunan  struktur Organisasi  Inspektorat  Provinsi Sulawesi Selatan

terdiri dari :

Inspektur, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan bidang

pengawasan berdasarkan  asas desentralisasi dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Sekretaris, mempunyai tugas menyiapkan bahan koordinasi pengawasan

dan memberikan pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua

unsur dilingkungan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dan

kabupaten/kota. Sekretaris membawahi :

1. Sub Bagian Perencanaan , yang bertugas menyiapkan bahan penyusunan

dan pengendalian rencana/program kerja pengawasan, menghimpun dan

Page 87: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

menyiapkan rancangan perundang-undangan, dokumentasi, dan pengolahan

data pengawasan.

2. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan , mempunyai tugas menyiapkan bahan

penyusunan, menghimpun, mengelola, menilai dan menyimpan laporan hasil

pengawasan aparat pengawas fungsional, dan melakukan administrasi

pengaduan masyarakat serta menyusun laporan kegiatan pengawasan.

3. Sub Bagian Administrasi Umum , mempunyai tugas melakukan urusan

kepegawaian, keuangan, dan penatausahaan surat menyurat dan urusan

rumah tangga.

Inspektur Pembantu, mempunyai tugas melaksanakan pengawasan

terhadap urusan pemerintahaan daerah dan kasus pengaduan. Inspektur

pembantu wilayah membawahi wilayah kerja pembinaan dan pengawasan

pada instansi/satuan kerja lingkungan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan

dan Kabupaten/Kota.

Masing-masing Inspektur Wilayah membawahi :

1. Seksi Pengwas Pemerintah bidang Pembangunan;

2. Seksi Pengawas Pemerintah bidang Pemerintahan;

3. Seksi Pengawas Pemerintah bidang Kemasyarakatan.

Seksi Pengawas (Pembangunan, Pemerintahan, dan

Kemasyarakatan) mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap

urusan pemerintahaan daerah dan kasus pengaduan sesuai dengan bidang

tugasnya, dengan uraian tugas sebagai berikut :

Page 88: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

1. Pengusulan program pengawasan diwilayah kerja sesuai bidang tugasnya;

2. Pengoordinasian pelaksanaan pengawasan sesuai bidang tugasnya;

3. Pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahaan daerah

sesuai bidang tugasnya; dan

4. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan

sesuai bidangnya.

Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok jabatan fungsional terdiri atas

Pejabat Fungsional Auditor dan jabatan fungsional lainnya yang mempunyai

tugas melakukan kegiatan sesuai dengan bidang tenaga fungsional masing-

masing serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4.1.2.2 Fungsi Organisasi

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Inspektorat provinsi

mempunyai fungsi :

1. Menyusun perencanaan program pengawasan;

2. Melakukan perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan;

3. Melaksanakan pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas

pengawasan; dan

4. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan

bidang tugas dan fungsinya.

Page 89: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Karakteristik Distribusi Responden

Deskripsi responden adalah gambaran dari seluruh populasi yang digunakan

sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini adalah aparat

dilingkungan Inspektorat Provinsi Sulawsi Selatan. Dalam penelitian ini peneliti

menyebarkan kuesioner sebanyak 50 eksemplar kepada aparat dilingkungan

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Seluruh kuesioner yang disebarkan sebanyak

50 eksemplar, kembali 42 dan yang tidak kembali sebanyak 8 eksemplar.

Tabel 4.1 Pengumpulan Data

Keterangan Jumlah Persentasi (%)Kuisioner yang dikirim berjumlah 50 eksemplarKuisioner yang tidak kembaliKuisioner yang kembaliKuisioner yang dapat digunakan dalam penelitian

50-8

42

42

100-

1486

86

4.2.2 Deskripsi variabel penelitian

Deskripsi variabel penelitian untuk menunjukkan tanggapan responden

mengenai pengaruh Faktor Kompetensi , Independensi dan Sikap Profesional

aparatur Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Berikut dijelaskan

tanggapan responden dari variabel dependen dan independen.

1). Variabel Kompetensi ( X 1 )

Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas yang di bebankan kepada individu ( IAI,2001). Kompetensi

Page 90: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

atau kemampuan yang dimiliki oleh aparatur inspektorat dapat diperoleh dari

menggunakan pelayanan ini pada siapapun mereka yang mempunyai pengetahuan

penting, kemampuan dan pengalaman dalam melakukan pelayanan pemeriksaan

internal yang sesuai dengan standar internasional untuk praktek professional dari

pemeriksa internal serta terus menerus memperbaiki keahlian mereka dan

keefektifan dan kualitas dari pelayanan mereka ( The IIA Board Of Directors, 17 juni

2000, dalam Agus Mulyono 2009:41 ).

Adapun indikator yang penulis gunakan dalam menilai kompetensi yang dimiliki

oleh aparatur Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan antara lain (1) tingkat

pendidikan, (2) kedisiplinan, (3) pengalaman bekerja serta (4) pendidikan dan

pelatihan. Berikut tanggapan responden terhadap variable kompetensi :

Tabel 4.2

Tanggapan responden terhadap kompetensi

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Ragu ragu

Setuju Sangat setuju

ITEM 1 2 3 4 5 TOTALF 0 5 1 23 13 42

X 1.1 % 0 11,905 2,381 54,763 30,951 100%F 0 3 3 27 9 42

X 1.2 % 0 7,143 7,143 64,287 21,427 100%F 0 0 2 28 12 42

X 1.3 % 0 0 4,762 66,668 28,57 100%F 1 0 2 22 17 42

X 1.4 % 2,381 0 4,762 52,382 40,475 100%F 1 0 4 27 10 42

X 1.5 % 2,381 0 9,524 64,287 23,81 100%F 0 0 4 28 10 42

X 1.6 % 0 0 9,524 66,668 23,81 100%

Page 91: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

F 0 1 4 26 11 42X 1.7 % 0 2,381 9,524 61,904 26,191 100%

F 0 0 7 26 9 42X 1.8 % 0 0 16.667 61,904 21,427 100%

F 0 0 5 21 16 42X 1.9 % 0 0 11,905 50,001 38.094 100%

F 0 1 4 24 13 42X 1.10 % 0 2,381 9,524 57,142 30,951 100%

F 0 1 4 26 11 42X 1.11 % 0 2,381 9,524 61,904 26,191 100%

Sumber : Data primer setelah diolah,2013

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa 42 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka dapat dijelaskan bahwa kuisioner

yang ditanggapi responden dengan penilaian paling banyak pada kategori setuju

dan sangat setuju serta paling sedikit pada kategori tidak setuju dan sangat tidak

setuju.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa sesuai indikator yang digunakan

dalam menilai kompetensi aparatur inspektorat ternyata paling banyak responden

memberikan penilaian kategori setuju dan paling sedikit responden memberikan

penilaian pada kategori tidak setuju. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

pada umumnya responden setuju bila kompetensi dengan indikator (1) tingkat

pendidikan, (2) kedisiplinan, (3) pengalaman bekerja serta (4) pendidikan dan

pelatihan dapat meningkatkan kualitas audit serta menunjang peningkatan kinerja

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 92: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Independensi pemeriksa ( X.2 )

Independensi pemeriksa yaitu pemeriksa bebas dari gangguan pribadi,

ekstern, dan organisasi sehingga kualitas audit juga independen dan lebih baik.

Indikator independensi yaitu bebas dari intervensi dan mendapat dukungan dari

pimpinan tertinggi; memiliki sikap netral dan tidak bias; dapat menghindari konflik

kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan hasil audit; dan

tidak mempunyai hubungan dekat dengan auditee. Berikut tanggapan responden

terhadap independensi pemeriksa.

Adapun indicator variabel yang penulis gunakan dalam menilai variable

Independensi aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan antara lain (1) pribadi,

(2) eksternal, dan (3) Organisasi. Berikut penjabaran indikator variable Independensi

Tabel 4.3

Tanggapan responden terhadap variable Independesi auditor

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Ragu ragu

Setuju Sangat setuju

ITEM 1 2 3 4 5 TOTALF 0 0 5 25 12 42

X 2.1 % 0 0 11,905 59,523 28,572 100%F 0 0 5 19 18 42

X 2.2 % 0 0 11,905 45,237 42,858 100%F 0 0 5 24 13 42

X 2.3 % 0 0 11,905 57,142 30,953 100%F 0 1 4 31 6 42

X 2.4 % 0 2,381 9,524 73,809 14,286 100%F 0 0 10 21 11 42

X 2.5 % 0 0 23,81 50,001 26,189 100%F 0 0 3 26 13 42

X 2.6 % 0 0 7,143 61,904 30,953 100%F 0 1 6 22 13 42

Page 93: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

X 2.7 % 0 2,381 14,286 52,38 30,953 100%Sumber : Data primer setelah diolah,2013

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa 42 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka dapat dijelaskan bahwa tanggapan

responden dengan penilaian paling banyak pada kategori setuju dan sangat setuju

serta paling sedikit responden memilih pada kategori tidak setuju sebanyak

Dari pernyataan diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa sesuai

indikator yang penulis gunakan ternyata paling banyak responden memberikan

penilaian pada kategori setuju dan paling sedikit responden memberikan penilaian

pada kategori tidak setuju dan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada

umumnya responden setuju bila independensi pemeriksa dengan indicator yang

penulis gunakan yaitu gangguan pribadi, gangguan eksternal dan gangguan

organisasi dapat meningkatkan kualitas audit juga dapat menunjang peningkatan

kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.

Sikap Profesional (X 3)

Sikap profesional dilihat dari kemahiran, keahlian dan kemampuan aparat

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Pemeriksa yang ditugaskan untuk

melaksanakan pemeriksaan keuangan secara kolektif harus memiliki keahlian yang

dibutuhkan serta memiliki sertifikasi keahlian yang diterima umum, semakin cakap

seorang pemeriksa pada bidang pemeriksaan maka kualitas audit akan semakin

baik sehingga dapat menunjukkan kinerja yang baik pula. Sikap professional akan

diukur dengan menggunakan indicator variable yaitu 1). Kemahiran dan keahlian

dibidang akuntansi dan auditing, keahlian dan kemahiran dibidang administrasi

Page 94: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

pemeintahan dan hokum. Serta 2). Kemampuan bersosialisasi atau memiliki

keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain. Berikut penjabara indikator

yang peneliti gunakan dala menilai Sikap professional

Tabel 4.4

Tanggapan responden terhadapvariabel sikap profesional

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Ragu ragu

Setuju Sangat setuju

ITEM 1 2 3 4 5 TOTALF 0 1 5 20 16 42

X 3.1 % 0 2,381 11,905 47,62 38,094 100F 0 2 6 20 14 42

X 3.2 % 0 4,762 14,286 47,62 33,332 100F 0 1 5 20 16 42

X 3.3 % 0 2,381 11,905 47,62 38,094 100F 0 1 2 22 17 42

X 3.4 % 0 2,381 4,762 52,38 40,477 100Sumber : Data primer setelah diolah,2013

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa 42 responden yang diteliti dalam

variable sikap profesional sejalan dengan variable kompetensi dan independensi

auditor bahwa Berdasarkan kuisioner yang ditanggapi responden dengan penilaian

paling banyak pada kategori setuju total responden dan paling sedikit pada kategori

tidak setuju dan sangat tidak setuju dari total responden.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa sesuai indikator yang

digunakan dalam profesional ini pernyataan paling banyak responden memberikan

penilaian kategori setuju dan paling sedikit responden memberikan penilaian pada

kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju. Dengan demikian, dapat disimpulkan

bahwa pada umumnya responden setuju bila variable sikap profesional dengan

indikator sikap profesional diukur dengan menggunakan indikator 1). Kemahiran dan

Page 95: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

keahlian di bidang akuntansi dan auditing, keahlian dan kemahiran di bidang

administrasi pemeintahan dan hokum. Serta 2). Kemampuan bersosialisasi atau

memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain juga dapat

meningkatkan kualitas audit serta menunjang peningkatan kinerja Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan.

Kualitas audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat (Y)

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun

2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Provinsi Sulawesi selatan, Inspektorat adalah sebagai Sentral Administrasi

Pelaksanaan Pemerintah Daerah yang melaksanakan Koordinasi Penyusunan

Kebijakan Pemerintah, Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat, serta

memberikan Pelayanan Administrasi kepada Perangkat Daerah serta Peraturan

Gubernur Nomor 40 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan, dimana Inspektorat merupakan unsur pendukung tugas

Gubernur dibidang pengawasan, dan dipimpin oleh Inspektur yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah oleh

karna itu kualitas audit aparatur inspektorat sangat menujang peningkatan kinerja

inspektorat serta terciptanya good governance berikut hasil tanggapan responden

terhadap kinerja inspektorat provinsi Sulawesi Selatan;

Tabel 4.5

Tanggapan responden terhadap kinerja inspektorat

S.tidak setuju

Tidak setuju

Ragu ragu

Setuju Sangat setu

ITEM 1 2 3 4 5 TOTAL

Page 96: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

F 0 1 4 24 13 42Y.1 % 0 2,381 9,524 57,142 30,953 100

F 0 0 2 29 11 42Y.2 % 0 0 4,762 69,047 26,191 100

F 0 0 4 27 11 42Y.3 % 0 0 9,524 64,285 26,191 100

F 0 0 5 25 12 42Y.4 % 0 0 11,905 59,523 28,572 100

F 1 1 2 32 6 42Y.5 % 2,381 2,381 4,762 76,19 14,286 100

F 0 1 4 25 12 42Y.6 % 0 2,381 9,524 59,523 28,572 100

F 0 0 3 31 8 42Y.7 % 0 0 7.143 73.809 19,048 100

F 0 0 1 31 10 42Y.8 % 0 0 2,381 73,809 23,81 100

F 0 1 4 29 8 42Y.9 % 0 2,381 9,524 69,047 19,048 100

F 0 0 2 26 14 422Y.10 % 0 0 4,762 61,904 33,334 100

F 0 1 1 29 11 42Y.11 % 0 2,381 2,381 69,047 26,191 100

F 0 0 2 31 9 42Y.12 % 0 0 4,762 73,809 21,429 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa 42 responden yang diteliti memberikan

jawaban yang bervariasi dan jika dicermati maka dapat dijelaskan berdasarkan

kuisioner yang ditanggapi responden dengan penilaian paling banyak pada kategori

setuju dan sangat setuju dari total responden dan penilaian paling sedikit pada

kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju dari total responden.

Dari pernyataan diatas menunjukkan bahwa sesuai indikator yang digunakan

ternyata paling banyak responden memberikan penilaian kategori setuju dan paling

sedikit responden memberikan penilaian pada kategori sangat tidak setuju. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden setuju bila kualitas

audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat diukur dengan menggunakan indikator

Page 97: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

: aparat inspektorat memahami dan menguasai tugas pokoknya; program kerja

pemeriksaan tahunan (PKPKT) setiap tahunnya tercapai; laporan hasil pemeriksaan

(LHP) yang dijalankan telah sesuai dengan aturan-aturan yang ada; ekspose hasil

pemeriksaan dilaksanakan tepat waktu; hasil pengawasan senantiasa di follow-up;

aparat inspektorat mengerti visi, misi, dan tujuan organisasi; aparat inspektorat

mengetahui jumlah PKPT setiap tahun; aparat inspektorat melaksanakan tugas

pemeriksaan dengan baik; aparat inspektorat hadir tiap waktu ke instansi terkait

ketika melakukan pemeriksaan; kerja sama antar pegawai dalam menjalankan tugas

sangat baik; anggota tim yang tidak melaksanakan tugas diberi sanksi oleh ketua

tim; aparat inspektorat dapat bekerja sama secara profesional dengan instansi

terkait.

4.2.3 Uji kualitas data

Sebelum melakukan pengujian data dan pengujian hipotesis, terlebih

dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data yang

diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian ini

secara umum diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan (kuesioner) serta

data yang diperoleh dari responden.

4.2.3.1 Uji validitas

Pengujian validitas instrumen dengan bantuan SPSS 20 for windows, nilai

validitas dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika angka

korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada angka kritik (r hitung > r tabel) maka

instrumen tersebut dikatakan valid. Angka kritik pada penelitian ini N-2 = 42-2 = 40

dengan taraf signifikan 5% maka angka kritik untuk uji validitas pada penelitian

Page 98: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

adalah 0,254. Berdasarkan pengujian validitas instrumen, nilai corrected item-total

correlation bernilai positif dan diatas nilai r tabel 0,254 yang artinya semua

pertanyaan dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas variabel kualitas audit dalam

meningkatkan Kinerja Inspektorat (Y), Kompetensi (X1), Independensi (X2), Sikap

Profesional (X3), adalah sebagai berikut

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Penelitian

Instrumen Variabel Butir Instrumen

r hitung R tabel Ket

Y 1 0,609 0,254 ValidY 2 0,660 0,254 ValidY 3 0,575 0,254 ValidY 4 0,518 0,254 Valid

Kualita audit dalam Y 5 0,498 0,254 Validmeningkatkan kinerja Y 6 0,752 0,254 Valid

Inspektorat (Y) Y 7 0,586 0,254 ValidY 8 0,485 0,254 ValidY 9 0,634 0,254 Valid

Y 10 0,452 0,254 ValidY 11 0,548 0,254 ValidY 12 0,629 0,254 ValidX 1.1 0,384 0,254 ValidX 1.2 0,270 0,254 ValidX 1.3 0,305 0,254 ValidX 1.4 0,639 0,254 Valid

Kompetensi aparatur X 1.5 0,490 0,254 ValidInspektorat (X1) X 1.6 0,378 0,254 Valid

X 1.7 0,566 0,254 ValidX 1.8 0,608 0,254 ValidX 1.9 0,535 0,254 Valid

X 1.10 0,407 0,254 ValidX 1.11 0,458 0,254 ValidX 2.1 0,728 0,254 ValidX 2.2 0,783 0,254 Valid

Independensi aparatur X 2.3 0,611 0,254 ValidInspektorat (X2) X 2.4 0,387 0,254 Valid

Page 99: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

X 2.5 0,624 0,254 ValidX 2.6 0,570 0,254 ValidX 2.7 0,592 0,254 ValidX 3.1 0,814 0,254 Valid

Sikap Profesional X 3.2 0,857 0,254 Valid(X3) X 3.3 0,889 0,254 Valid

X 3.4 0,865 0,254 ValidSumber : data primer setelah di olah 2013

4.2.3.2 Uji reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban

responden atas seluruh butir pertanyaan atau pertanyaan yang digunakan. Teknik

statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut adalah cronbach`s alpha dengan

bantuan SPSS for windows. Koefisien cronbach`s alpha yang lebih dari nilai r table

disebut reliabel. Ada juga yang berpendapat reliabel jika alpha lebih besar dari 0,60.

Hal ini menunjukkan keandalan instrumen. Selain itu, cronbach`s alpha yang

semakin mendekati 1 menunjukkan semakin tinggi konsistensi internal

reliabilitasnya.

Tabel 4.7 Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach Alpha (α)

Kriteria Kesimpulan

X1 0,682 0,60 ReliabelX2 0,754 0,60 ReliabelX3 0,883 0,60 ReliabelY 0,844 0,60 ReliabelSumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Dari tabel 4.7 diatas, dapat dilihat hasil uji realiabilitas untuk seluruh

pertanyaan pada variable sebesar 0,682 X1, 0,754 X2, 0,883 X3 dan 0,844 Y ini

menunjukkan bahwa cronbach’s alpha lebih besar dari kriteria yaitu 0,60 maka dapat

dinyatakan instrumen tersebut reliabel.

Page 100: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2.4 Uji asumsi klasik

Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan

pengujian asumsi klasik, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya

asumsi-asumsi dalam model regresi berganda dan untuk menginterpretasikan data

agar lebih relevan dalam menganalisis. Dalam melakukan penelitian ini peneliti

hanya menggunakan 3 alat uji sebab data yang peneliti gunakan merupakan data

primer dalam bentuk kuisioner dan tidak berhubungan dengan model data yang

memakai rentang waktu. Pengujian asumsi klasik ini meliputi :

4.2.4.1 Uji normalitas data

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi antara

variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal

atau tidak yang dapat dilihat dari rasio skewness dan rasio kurtosis, jika kedua rasio

ini berada di antara -2 hingga +2 maka data dalam keadaan normal hasil uji

normalitas dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.8 Hasil uji Normalitas

Descriptive Statistics

42 -7,62488 5,42874 ,0000000 2,834101 -,646 ,365 ,248 ,71742

Unstandardized ResidualValid N (listwise)

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. ErrorN Minimum Maximum Mean Std.

DeviationSkewness Kurtosis

Bersarkan table 4.8 diatas rasio skewness yaitu 0,646/0,365 dan rasio

kurtosis yaitu 0,248/0,717. Karena kedua rasio berada diantara -2 hingga +2 maka

dapat disimpulkan bahwa variable dependen dan variable independen berdistribusi

normal.

Page 101: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2.4.2 Uji multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana variabel independen saling

berkorelasi satu dengan lainnya. Persamaan regresi berganda yang baik adalah

persamaan yang bebas dari adanya multikolinearitas antara variabel independen.

Alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur ada tidaknya variabel yang

berkorelasi, maka digunakan alat uji atau deteksi Variance Inflation Factor (VIF).

Dimana nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1.

Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

9,936 6,409 1,550 ,129,429 ,156 ,366 2,746 ,009 ,630 1,588,392 ,188 ,258 2,085 ,044 ,735 1,360,531 ,251 ,300 2,115 ,041 ,556 1,798

(Constant)x1x2x3

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: ya.

Sumber : Data primer setelah diolah,2013

Pada output bagian ini, terlihat bahwa dari masing-masing variabel

independen dengan nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari

0,1. Sehingga dapat disimpulkan dalam model regresi ini bahwa uji multikolinearitas

terpenuhi.

4.2.4.3 Uji heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan

Page 102: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, dan jika varian berbeda disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat

tabel dibawah ini :

Tabel 4.10 Hasil uji heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 9.936 6.409 1.550 .129x1 .429 .156 .366 2.746 .009x2 .392 .188 .258 2.085 .044x3 .531 .251 .300 2.115 .041

a. Dependent Variable: ySumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, diperoleh hasil bahwa nilai sig. x1 (0,009), x2

(0,044), x3 (0,041), lebih kecil dari α (0,05) artinya variabel-variabel tersebut

mengalami heterokedastisitas.

4.2.5 Pengujian hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian bahwa 1). Apakah variabel kompetensi

secara parcial berpengaruh terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat; 2). Apakah variabel independensi auditor secara parcial berpengaruh

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat; 3). Apakah

vaeriabel sikap profesional secara parcial berpengaruh terhadap kualitas audit

dalam meningkatkan kinerja inspektorat dan 4) keseluruhan variabel secara simultan

berpengaruh terhadp kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat dengan

uji F dan uji parsial dengan uji t.

Page 103: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama dengan Uji t

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, pembahasan akan dilanjutkan

dengan pengujian hipotesis, dengan memperhatikan nilai t hitung dari hasil regresi

tersebut untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen dengan tingkat kepercayaan 95% atau α 5%. Dengan syarat

apabila nilai variabel independen signifikan terhadap variabel dependen maka

terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen,

sehingga apabila tidak signifikan maka tidak terdapat pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel variabel dependen.

Pada penelitian ini uji t digunakan untuk menguji apakah hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini diterima atau tidak dengan mengetahui apakah variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Adapun metode dalam penentuan t tabel menggunakan ketentuan tingkat

signifikan 5% dengan df=n-k-1 (pada penelitian ini df=42-4-1=37), sehingga didapat

nilai t tabel sebesar 2,022691 berikut table pengujian hipotesis pertama yaitu

pengaruh variable kompetensi secara parcial terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat :

Tabel 4.11 Uji hipotesis pertama dengan Uji t

Variable t Hitung t table Sig. KeputusanKompetensi 2,746 2,022691 0,009 Hipotesis

terbuktiSumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Dari tabel 4.11 di atas, diketahui nilai t hitung dari variabel kompetensi

sebesar 2,746 Dari nilai tersebut yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel

Page 104: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

sehingga dapat diketahui pengaruh dari masing-masing variabel independen

terhadap variabel dependen.

Nilai t hitung variabel kompetensi 2,746 dengan nilai signifikansi 0,009

sedangkan t tabel menunjukkan 2,022691 sehingga dapat disimpulkan bahwa t tabel

< t hitung yang artinya secara parsial variable kompetensi berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat.

4.2.5.2 Pengujian Hipotesis Kedua dengan Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel independensi secara parsial terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat dengan tingkat kepercayaan

95% atau α 5%. Apabila signifikan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat maka terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen, dan apabila tidak signifikan maka tidak terdapat pengaruh antara

variabel independen terhadap variabel variabel dependen. berikut table uji hipotesis

kedua yaitu pengaruh variable independensi terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat

Tabel 4.12 Uji hipotesis keduaVariable t Hitung t table Sig. Keputusan

Independensi 2,085 2,022691 0,044 Hipotesis terbukti

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Dari tabel 4.12 diatas, diketahui nilai t hitung dari variabel independensi, dari

nilai tersebut yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga dapat

diketahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen.

Page 105: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Nilai t hitung variabel independensi 2,085 dengan nilai signifikansi 0,044

sedangkan t tabel menunjukkan 2,022691 sehingga dapat disimpulkan bahwa t tabel

< t hitung yang artinya variabel independensi secara parsial berpengaruhi signifikan

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat.

4.2.5.3 Pengujian Hipotesis Ketiga dengan Uji t

Untuk mengetahui pengaruh variabel sikap profesional secara parsial

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat dengan tingkat

kepercayaan 95% atau α 5%. Apabila signifikan terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat maka terdapat pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen, dan apabila tidak signifikan maka tidak

terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel variabel dependen.

berikut table uji hipotesis ketiga yaitu pengaruh variable sikap profesional terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat :

Tabel 4.13 Uji hipotesis ketiga dengan uji t

Variable t Hitung t table Sig. KeputusanSikap Profesional 2,115 2,022691 0,041 Hipotesis

terbuktiSumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Dari tabel 4.13 diatas, diketahui nilai t hitung dari variabel sikap profesional,

dari nilai tersebut yang kemudian dibandingkan dengan nilai t tabel sehingga dapat

diketahui pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen.

Nilai t hitung variabel sikap profesional 2,115 dengan nilai signifikansi 0,041

sedangkan t tabel menunjukkan 2,022691 sehingga dapat disimpulkan bahwa t tabel

Page 106: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

< t hitung yang artinya sikap profesional secara parsial juga berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat.

4.2.5.4 Pengujian hipotesis keempat dengan uji F

Pengujian hipotesis keempat ini yaitu untuk mencari pengaruh variabel

independen secara simultan terhadap variabel dependen dianalisis dengan

menggunakan uji F, yaitu dengan memperhatikan signifikansi nilai F pada output

perhitungan dengan tingkat alpha 5%. Jika nilai signifikansi uji F lebih kecil dari 5%

maka terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel

dependen. Hasil pengujian uji F pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.18 di

bawah ini :

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis Keempat dengan Uji F

Model Sum of Squares

Df Mean Square F Sig.

1Regression 443.826 3 147.942 17.071 .000b

Residual 329.317 38 8.666Total 773.143 41

a. Dependent Variable: yb. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

Pada hasil uji regresi dalam penelitian ini, diketahui nilai uji F sebesar

17,071 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang disyaratkan

sebesar 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel

independen dalam penelitian ini secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat (Y). Hal tersebut

berarti jika kompetensi aparatur inspektorat (X1), independensi pemeriksa (X2), dan

Page 107: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

sikap profesional (X3) secara bersama-sama mengalami kenaikan maka akan

berdampak pada peningkatan kualitas audit dan menunjang kinerja inspektorat yang

lebih baik (Y), sebalikanya jika kompetensi aparatur inspektorat (X1), independensi

pemeriksa (X2), dan sikap profesional (X3) secara bersama-sama mengalami

penurunan maka akan berdampak pada kualitas audit dan menyebabkan penurun

kinerja inspektorat (Y)

4.2.6 Hasil persamaan regresi

Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi maka

digunakan persamaan. Persamaan atau model tersebut berisi konstanta dan

koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah

dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi yang telah dirumuskan kemudian dengan

bantuan program SPSS for windows dilakukan pengolahan data sehingga didapat

persamaan akhir bedasarkan hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut :

Persamaan regresi untuk variable kompetensi secara parcial berpengaruh

terhadap kualitas audit yang dapat menunjang peningkatan kinerja

inspekorat.

Y1 = a + B1 X1 + ε

Y1 = 9,936 + 0,429 X1 + ε

Persamaan regresi untuk variable independensi secara parcial berpengaruh

terhadap kualitas audit yang dapat meningkatkan kinerja inspekorat.

Y2 = a + B2 X2 + ε

Y2 = 9,936 + 0,329 X1 + ε

Page 108: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Persamaan regresi untuk variable sikap profesional secara parcial

berpengaruh terhadap kualitas audit yang dapat menunjang peningkatan

kinerja inspekorat.

Y3 = a + B3 X3 + ε

Y3 = 9,936 + 0,531 X1 + ε

Persamaan regresi untuk variable kompetensi, independensi dan sikap

profesional secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dapat

menunjang peningkatan kinerja inspekorat.

Y4 = a + B1 X1 + B2 X2 + B3 X3 + ε

Y4 = 9,936 + 0,429 X1 + 0,392 X2 + 0,531 X3 + ε

Secara statistik keempat persamaan regresi diatas dapat dinyatakan sebagai

berikut:

a. Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum sebesar 9,936 dapat

diartikan jika variabel bebas dalam model diasumsikan sama dengan nol,

maka tingkat atau besarnya kinerja inspektorat akan sebesar 9,936 persen.

b. Nilai besaran koefisien regresi B1 sebesar 0,429 pada penelitian ini dapat di-

artikan bahwa variabel kompetensi (X1) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat (Y). Hal ini

menunjukkan bahwa ketika kompetensi mengalami peningkatan sebesar

satu satuan, sementara variabel independen lainnya bersifat tetap, maka

kualitas audit inspektorat juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,429

persen sehingga mendukung peningkatan kinerja audit.

c. Nilai besaran koefisien regresi B2 sebesar 0,392 pada penelitian ini dapat di-

artikan bahwa variabel independensi auditor (X2) berpengaruh positif dan sig-

Page 109: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

nifikan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat (Y).

Hal ini menunjukkan bahwa ketika independensi aparatur inspektoratdalam

hal ini auditor mengalami peningkatan sebesar satu satuan, sementara vari-

abel independen lainnya bersifat tetap, maka kualitas audit aparatur inspek-

torat juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,392 persen dan men-

dorong kinerja inspektorat jadi lebih baik.

d. Nilai besaran koefisien regresi B3 sebesar 0,531 pada penelitian ini dapat di-

artikan bahwa variabel Sikap professional (X3) berpengaruh positif dan sig-

nifikan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat (Y).

Hal ini menunjukkan bahwa ketika sikap profesional aparatur inspektorat

mengalami peningkatan sebesar satu satuan, sementara variabel indepen-

den lainnya bersifat tetap, maka kualitas audit aparatur inspektorat juga akan

mengalami peningkatan sebesar 0,531 persen dan juga akan meningkatkan

kinerja inspektorat.

4.2.7 Analisis koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi dapat menjelaskan variabel dependen apabila (R2) >

50%. Dalam penelitian ini koefisien determinasi (R2) sebesar 0,874 (87,4%).

Sehingga dapat dikatakan bahwa kusalitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat (Y) mampu dijelaskan oleh kompetensi aparatur inspektorat (X1),

independensi auditor (X2), dan sikap profesional (X3) sebesar 84% sedangkan

selebihnya sebesar 12,6% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Demikian juga

jika dilihat dari nilai adjusted R2 yang bernilai 0,840 (84%) yang artinya nilai R2 yang

disesuaikan terhadap variabel bebas yang ada. Berarti 84% variabel bebas dapat

Page 110: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

menjelaskan variabel terikatnya sedangkan sisanya 16% dijelaskan oleh sebab-

sebab yang lain.

Hasil analisis koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut ini :

Tabel 4.15 Hasil analisis koefisien determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .758a .874 .840 2.94385

a. Predictors: (Constant), x3, x2, x1

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

4.2.8 Pembahasan hasil uji Hipotesis

Pada pengujian hipotesis berdasarkan hasil perhitungan dapat dikatakan

bahwa kompetensi aparatur inspektorat (X1), independensi pemeriksa (X2), dan

sikap profesional (X3) berpengaruh signifikan secara parsial maupun secara

simultan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat (Y). Dari

hasil ini dapat dilihat bahwa semakin baik/tinggi kompetensi aparatur inspektorat,

independensi pemeriksa dan sikap professional tentunya akan menghasilkan

kualitas audit yang baik pula serta memberikan kontribusi yang baik terhadap

peningkatan kinerja inspektorat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Nur Fitri (2010)

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengruhi kinerja inspektorat

kabupaten polewali mandar. Adapun hasil penelitiannya bahwa Secara parsial

tingkat pendidikan (X1), independensi pemeriksa (X2), pelatihan (X3), kecakapan

profesional (X4), pengalaman bekerja (X5), dan kecukupan waktu (X6) masing-

Page 111: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat, tetapi yang memiliki

pengaruh terbesar terhadap kinerja inspektorat adalah pelatihan. serta secara

simultan keseluruan variable berpengaruh terhadap kinerja inspektorat Kabupaten

Polewali Mandar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rizal Iskandar Batubara (2008)

melakukan penelitian tentang analisis pengaruh latar belakang pendidikan,

kecakapan profesional, pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa

terhadap kualitas hasil pemeriksaan (studi empiris pada Bawasko Medan). Adapun

hasil penelitiannya bahwa latar belakang pendidikan, kecakapan profesional,

pendidikan berkelanjutan, dan independensi pemeriksa secara simultan

berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan.

Sedangkan, secara parsial hanya latar belakang pendidikan yang tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan pada Bawasko Medan, hal ini

berbeda dengan hasil yang peneliti dapatkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh

signifikan terhadap kinerja inspektorat. Berpengaruh signifikannya dengan kinerja

disebabkan karena tugas-tugas inspektorat merupakan bidang keahlian khusus dan

sebagian besar pendidikan yang dimiliki pegawai inspektorat Kabupaten Polewali

Mandar adalah S1 dan S2.

Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh agus

mulyono mengenai fakor-faktor kompetensi serta pengaruhnya terhadap kinerja

aparatur ispektorat kabupaten deli serdang mengatakan bahwa latar belakag

pendidikan pemeriksa, kompetensi teknis, pelatihan sertifikasi1abatan serta

pendidikan dan peltihan secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Page 112: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

kinerja aparatu inspektorat kabupaten deli serdang serta secara parcial masing-

masing berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat kabupaten deli serdang

tetapi yang mempunyai pengaruh paling besar adalah kompetensi teknik.

Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Alia (2001) yang berjudul

persepsi auditor terhadap kualitas auditor dimana hasilnya menunjukkan bahwa

pengalaman tidak berpengaruh terhadap keahlian auditor, sehingga pengalaman

tidak berpengaruh pula terhadap kinerja inspektorat. Perbedaan tersebut disebabkan

karena penelitian yang dilakukan Alia pada perusahaan swasta sedangkan peneliti

melakukan penelitian pada instansi pemerintah.

Sementara itu, penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Samekto, Agus dalam (Ventura Vol 4 2001:77) dikemukakan jika

waktu aktual yang diberikan tidak cukup, maka auditor dalam melaksanakan tugas

tersebut dengan tergesa-gesa sesuai dengan kemampuannya atau mengerjakam

hanya sebagian tugasnya. Sebaliknya bila batasan waktu terlalu longgar, maka

fokus perhatian auditor akan berkurang pada pekerjaannya sehingga akan

cenderung gagal mendeteksi bukti audit yang signifikan.

Sedangkan dalam penelitian saya menyatakan : Secara parsial kompetensi

(X1), independensi (X2), dan sikap profesional (X3), masing-masing berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit inspektorat, hal ini akan mendukung peningkatan

kinerja inspektorat provinsi Sulawesi Selatan serta secara simultan keseluruhan

variable berpengaruh signifikan terhadap kinerja inspektorat provinsi Sulawesi

Selatan Y. Berikut penjabaran hasi penelitian dari masing masing hipotesis

Page 113: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

4.2.8.1 Pengaruh Kompetensi terhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat

Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh kompetensi terhadap

kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat adalah positif dan signifikan.

Positif terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,429 dan signifikan yang dilihat dari

perhitungan uji t untuk hipotesis pertama diperoleh t hitung (2,746) > t tabel

(2,022691).

Pengaruh positif menunjukkan bahwa kompetensi aparatur inspektorat

sejalan dengan kualitas audit inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, jika kompetensi

aparatur inspektorat baik atau tinggi akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit

inspektorat yang berkualitas baik atau tinggi pula sehingga dapat meningkatkan

kinerja inspektorat, demikian sebaliknya jika kompetensi aparatur inspektorat rendah

maka kualitas audit inspektorat pun akan rendah dan kinerja inspektorat akan

menurun.Berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa kompetensi aparatur

inspektorat memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas

audit sehingga dapat meningkatkan kinerja inspektorat.

4.2.8.2 Pengaruh Independensi terhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat

Pada hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh independensi aparatur

inspektorat provinsi Sulawesi Selatan terhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat adalah positif dan signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi

sebesar 0,392 dan signifikan yang dilihat dari perhitungan uji t untuk hipotesis kedua

diperoleh t hitung (2,085) > t tabel (2,022691).

Page 114: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh independensi aparatur

inspektorat sejalan dengan kualitas audit inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, jika

independensi aparatur inspektorat baik atau tinggi akan berpengaruh positif

terhadap kualitas audit dan dapat meningkatkan kinerja inspektorat yang berkualitas

baik atau tinggi atau biasa disebut dengan integritas yang baik, demikian sebaliknya

jika independensi aparatur inspektorat rendah maka kualitas audit inspektorat pun

akan rendah dan dapat mengakibatkan kinerja inspektorat menurun. Berpengaruh

signifikan menunjukkan bahwa independensi aparatur inspektorat juga memiliki

peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas audit demi menunjang

peningkata kinerja inspektorat.

4.2.8.3 Pengaruh Sikap Profesional terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh sikap profesional

aparatur inspektorat terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat

adalah positif dan signifikan. Positif terlihat dari koefisien regresi sebesar 0,531 dan

tingkat signifikan yang dilihat dari perhitungan uji t untuk hipotesis ketiga diperoleh t

hitung (2,115) < t tabel (2,022691).

Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengaruh sikap profesional aparatur

inspektorat sejalan dengan kualitas audit inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, jika

sikap profesional aparatur inspektorat baik atau tinggi akan berpengaruh positif

terhadap kualitas audit inspektorat sehingga membuat kinerja inspektorat meningkat,

demikian sebaliknya jika independensi aparatur inspektorat rendah maka kualitas

audit inspektorat pun akan rendah dan kinerja inspektorat akan menurun.

Page 115: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa independensi aparatur inspektorat juga

memiliki peranan yang sangat penting meningkatkan kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat.

4.2.8.4 Pengaruh Keseluruhan variable terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja Inspektorat

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil uji regresi, diketahui nilai

uji F sebesar 17,071 dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi yang

disyaratkan sebesar 0,05. Karna nilai signifikansi uji F lebih kecil dari 5% maka

terdapat pengaruh antara semua variabel independen terhadap variabel dependen.

keseluruhan variabel independen dalam penelitian ini yaitu kompetensi,

independensi dan sikap profesioal secara bersama-sama (simultan) berpengaruh

terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja Inspektorat (Y). Hal tersebut

berarti jika kompetensi aparatur inspektorat (X1), independensi pemeriksa (X2), dan

sikap profesional (X3) secara bersama-sama mengalami kenaikan maka akan

berdampak pada peningkatan kualitas audit inspektorat (Y) sehingga menghasilkan

kinerja inspektorat yang baik, sebalikanya jika kompetensi aparatur inspektorat (X1),

independensi pemeriksa (X2), dan sikap profesional (X3) secara bersama-sama

mengalami penurunan maka akan berdampak pada kualitas audit dan dapat

menurunkan kinerja kineinspektorat (Y)

Page 116: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara faktor

Kompetensi aparatur Inspektorat, Independensi aparatur inspektorat dan Sikap

Profesional aparatur inspektorat secara parsial terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat serta pengaruh komepetensi, independensi

dan sikap profesional secara simultan terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. dengan

melakukan studi empiris pada kantor inspektorat provinsi Sulawesi Selatan .

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu auditor Inspektorat provinsi

Suawesi Selatan

Berdasarkan hasil analisis data penulis mendapatkan beberapa

kesimpulan berdasarkan hipotesis yang peulis ajukan, yaitu sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama untuk mengetahui pengaruh factor komepetensi

secara parcial terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat.

Kompetensi aparatur inspektorat provinsi Sulawesi Selatan secara

parcial berpengaruh posiif dan signifikan terhadap kualitas audit dan dapat

meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi Selatan Pengaruh positif

menunjukkan bahwa kompetensi aparatur inspektorat sejalan dengan

kualitas audit untuk menunjang peningkatan kinerja inspektorat provinsi

Sulawesi Selatan, jika kompetensi aparatur inspektorat baik atau tinggi akan

Page 117: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

berpengaruh positif terhadap kualitas audit dan dapat meningkatkan kinerja

inspektorat yang berkualitas baik pula, demikian sebaliknya jika

kompetensiaparatur inspektorat rendah maka kualitas audit inspektorat pun

akan rendahserta dapat menurunkan kinerja inspektorat. Berpengaruh

signifikan menunjukkan bahwa kompetensi aparatur inspektorat memiliki

peranan yang sangat pentingterhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat.

2. Hipotesis kedua untuk mengetahui pengaruh factor independensi

secara parcial terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat

Independensi aparatur Inspektorat provinsi Sulawesi Selatan secara

parcial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit dalam

meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi Selatan, Pengaruh positif

menunjukkan bahwa pengaruh independensi aparatur inspektorat sejalan

dengan kualitas audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi

Sulawesi Selatan, jika independensi aparatur inspektorat baik atau tinggi

akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit sehingga dapat

meningkatkan kinerja inspektorat yang berkualitas baik pula atau biasa

disebut dengan integritas yang baik, demikian sebaliknya jika independensi

aparatur inspektorat rendah maka kualitas audit inspektorat pun akan rendah

dan mengakibatkan penurunan kinerja inspektorat. Berpengaruh signifikan

menunjukkan bahwa independensi aparatur inspektorat juga memiliki

Page 118: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

peranan yang sangat pentig terhadap kualitas audit dalam meningkatkan

kinerja inspektorat.

3. Hipotesis ketiga untuk mengetahui pengaruh faktor sikap profesional

secara parcial terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

inspektorat

Sikap profesional aparatur inspektorat provinsi Sulawesi Selatan

secara parcial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit

dalam meningkatkan kinerja inspektorat provinsi Sulawesi Selatan Pengaruh

positif menunjukkan bahwa pengaruh sikap profesional aparatur inspektorat

sejalan dengan kualitas audit dalam peningkatan kinerja inspektorat provinsi

Sulawesi Selatan, jika sikap profesional aparatur inspektorat baik atau tinggi

akan berpengaruh positif terhadap kualitas audit inspektorat yang

berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan kinerja inspektorat, demikian

sebaliknya jika independensi aparatur inspektorat rendah maka kualitas audit

inspektorat pun akan rendah dan dapat menurunkan kinerja inspektorat.

Berpengaruh signifikan menunjukkan bahwa independensi aparatur

inspektorat juga memiliki peranan yang sangat penting terhadap kualitas

audit dalam meningkatkan kinerja inspektorat.

4. Hipotesis keempat untuk mengetahui factor kompetensi, independensi

dan sikap profesional secara simultan bersama-sama terhadap kualitas

audit dalam meningkatkan kinerja ispektorat

Page 119: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Kompetensi , Independensi dan Sikap Profesional aparatur

inspektorat provinsi Sulawesi Selatan secara simultan bersama-sama

berpengaru positif terhadap kualitas audit dalam meningkatkan kinerja

Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan jika kompetensi aparatur inspektorat

(X1), independensi pemeriksa (X2), dan sikap profesional (X3) secara

bersama-sama mengalami kenaikan maka akan berdampak pada

peningkatan kualitas audit inspektorat (Y), serta dapat meningkatkan kinerja

inspektorat, begitupun sebalikanya jika kompetensi aparatur inspektorat (X1),

independensi pemeriksa (X2), dan sikap profesional (X3) secara bersama-

sama mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan

kualitas audit inspektorat (Y) dan dapat mengakibatkan penurunan kinerja

inspektorat.

5.2 Saran

Penelitian ini masih membutuhkan beberapa perbaikan untuk dilakukan pada

penelitian selanjutnya terkait dengan objek kajian yang sejenis dengan penelitian ini

di masa mendatang, diantaranya dengan menambah beberapa variabel lain yang

dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang penyebab adanya variasi

jawaban sebagian kecil responden yang penulis peroleh jawaban kuisionernya.

Sampel responden juga sebaiknya lebih diperluas untuk mendapatkan

keterwakilan yang lebih besar atas populasi penelitian yang diteliti. Perluasan ini

dapat berupa cakupan geografis responden maupun perluasan jangkauan

responden berupa stakeholder-stakeholder yang berkepentingan terhadap penelitian

yang sejenis dengan objek kajian penulis.

Page 120: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menghadapi beberapa

keterbatasan penelitian. Pengetahuan teknis yang terbatas merupakan faktor yang

paling dominan dalam keterbatasan penelitian ini yang menyebabkan beberapa

kekurangan mendasar dalam penelitian ini. Kekurangan-kekurangan itu antara lain

alat analisis yang terbatas, penggunaan bahasa yang tidak ilmiah dan beberapa

kekurangan lainnya.

Penelitian ini juga kurang memperhitungkan karakteristik individu yang

menjadi responden penelitian penulis. Hal ini kemudian menyebabkan

ketidakmampuan penulis dalam menganalisis penyebab jawaban yang bervariasi

dari responden untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Setelah melalui beberapa

proses dan membandingkan beberapa literatur, karakteristik individu ternyata

memegang peranan penting dalam membangun kinerja inspektorat provinsi

Sulawesi Selatan demi mewujudkan good governance.

Penelitian ini menurut penulis kurang mewakili keseluruhan aparatur

inspektorat provinsi Sulawesi Selatan yang menjadi objek kajian dari penelitian ini.

Hal ini terjadi dikarenakan waktu penelitian yang terbatas sehingga tidak

memungkinkan bagi penulis.

Page 121: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

DAFTAR PUSTAKA

Agus Mulyono 2009. Analisis fakor-faktor kompetensi aparatur inspektorat dan

pengaruhnya terhadap kinerja inspektorat kabupaten deli serdang tesis

fakultas ekonomi unsiversitas Sumatra utara

Bastian, Indra. 2006. Akuntasi Sektor Publik : suatu pengantar. Jakarta: Erlangga

___________, 2007 . Audit Sektor Publik. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat

Boynton, William C. 2003. Modern Auditing. William C. Boynton, Raymond N.

Johnson, Walter G. Kell; alih bahasa, Paul A. Rajoe, Gina Gania, Lehan Seiyo

Busdi; editor, Yati Sumiharti. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Darlisman Dalmy, 2009. Pengaruh SDM, Komitmen, motivasi terhadap kinerja

auditor dan reward sebagai variabee moderating pada inspektorat provinsi

jambi tesis fakultas ekonomi universitas Sumatra utara

Firdaus, Muhammad. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta:

Bumi Aksara

Fitri, Nur 2010 analisis factor-faktor yang mempengaruhi kinerja inspektorat polewali

mandar skripsi fakultas ekonomi universitas Hasanuddin Makassar

Halim, Abdul.2007. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3

Jakarta : Salemba Empat

Harun.2009. Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.

Jakarta : Salemba Empat

Ikhsan, Arfan dan Ghozali,Imam. 2006. Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan

Manajemen. Medan : PT. Madju Medan Cipta

Joko Widodo,2001.Good Governance telaah dari dimensi Akuntanbilitas Dan Kontrol

Birokrasi,

Page 122: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Unit Penerbit dan

Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YPKN

Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Andi

Nazir, Moh. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor

PER/05/M.PAN/03/2008, tentang pengukuran kualitas audit

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2007

tentang Standar Pemeriksaan Keuangan

Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 5 Tahun 2008 tentang

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang fungsi inspektorat

provinsi, kabupaten/kota

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2008 tentang Kebijakan

Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun 2009

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang jenis jenis

pengawasan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah

Prabu Mangkunegara, A.A. Anwar 2005. Peran dan fungsi inspektorat kabupaten

gorontalo dan pengaruhnya terhadap kinerja

Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Yogyakarta: Andi

Page 123: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Sedarmayanti, 2003.

Sugyono. 2004. Statistik Non Parametrik. Bandung: Alfabeta

Ulum, Ihyaul. 2009. Audit Sektor Publik suatu pengantar. Jakarta: Bumi Aksara

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang (UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pusat dan Daerah

Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang pemeriksaan

Undang-Undang Nomor 2 tahun 1998 tentang sistem pendidikan nasional

Situs-situs yang digunakan antara lain:

http://bpkp.go.id

http://www.bpkp.go.id/index.php?idpage=3369&idunit=28

http://dhoniwidianto.blogspot.com/2009/03/sekilas-tentang-aparat-pengawasan.html

di akses pada tanggal 6 november 2012

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2035474-defenisi-kinerja

menurut-para-ahli/#ixzz2BcOSwOB5 di akses pada tanggal 6 november 2012

http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/analisis-regresi-dan-korelasi-materi.html di

akses pada tanggal 8 november 2012

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/uji-asumsi-klasik-regresi-berganda.html di

akses pada tanggal 8 november 2012

http://akuntansi.usu.ac.id/index.php/photo-gallery/category/29/item/2163/jurnal-

akuntansi-25.html di akses pada tanggal 18 Oktober 2012

http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/979/bab2.pdf?sequence=2

Page 124: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008052302331901312288.pdf

http://eprints.undip.ac.id/7792/1/Dwi_Cahyadi.pdf

http://www.scribd.com/doc/26707428/Pengaruh-Batasan-Waktu-Audit-pengetahuan

di akses pada tanggal 8 november 2012

Page 125: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan
Page 126: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

LAMPIRAN

Page 127: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

A. KUISIONER

UNTUK APARAT INSPEKTORAT PROVINSI SULAWESI SELATAN

No Responden : ……… (diisi oleh peneliti)

I. Identitas Responden

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

Pendidikan Terakhir : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Jabatan/Golongan : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Mohon dijawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan menyilang (X) salah satu diantara nomor 1 sampai 5 dengan petunjuk sebagai berikut :

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Ragu Ragu (RR)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

PERTANYAAN STS TS RR S SS1 2 3 4 5

Page 128: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

KOMPETENSI (X1)

Tingkat Pendidikan

1. Aparat pemeriksa/pengawas yang ditu-gaskan oleh Inspektorat provinsi Su-lawesi Selatan untuk memeriksa harus memiliki pendidikan formal minimal Strata Satu (S-1).

2. Tingkat kualitas aparat pemeriksa/pen-gawas di lingkungan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan sudah sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan organ-isasi.

Kedisiplinan

3. Sebagai aparat pengawas / pemeriksa inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan pengawasan / pe-meriksaan harus memiliki tujuan dan kemampuan yang jelas.

4. Sebagai aparat pengawas / pemerikasa provinsi sulawesi selatan, Absensi ke-hadiran sangat penting dalam pene-gakan disiplin kerja

5. Aparat pengawas / pemeriksa inspek-torat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan pengawasan / pemeriksaan harus memiliki target waktu yang jelas

Pengalaman Bekerja

6. Aparat pengawas / pemeriksa Inspek-torat Provinsi Sulawesi Selatan yang ber- pengalaman seharusnya memiliki cara berpikir yang lebih terperinci dan lengkap

Page 129: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

7. Ketika muncul hambatan-hambatan dalam menjalankan tugas pengawasan / pemeriksaan aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan sesegera mungkin mencari jalan keluarnya.

8. Dalam menjalankan tugas pemeriksaan, aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas baru.

Pendidikan dan Pelatihan

9. Sebagai upaya untuk memenuhi tuntu-tan perubahan yang terjadi, maka pen-ingkatan pengetahuan dan keterampilan aparat pengawas / pemeriksa Inspek-torat Provinsi Sulawesi Selatan dalam memeriksa sangat mutlak diperlukan.

10. Aparat pengawas / pemeriksa yang ditu-gaskan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengawasi SKPD X memiliki pelatihan teknis fungsional yang memadai.

11. Aparat pengawas / pemeriksa yang ditu-gaskan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan untuk mengawasi SKPD X mengikuti pelatihan yang memadai dibidang auditing, akuntansi sektor pub-lik, dan keuangan daerah

INDEPENDENSI PEMERIKSA (X2)

Pribadi

1. Dalam melakukan pengawasan / pe-meriksaaan, aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan menghindari konflik

Page 130: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan mel- aporkan hasil audit.

2. Dalam melakukan pengawasan/pe-meriksaan aparat Inspektoarat Provinsi Sulawesi Selatan memiliki sifat integri-tas dan nilai etika.

Eksternal

3. Dalam melakukan pengawasan/pe-meriksaaan aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan tidak mempunyai hubungan yang dekat dengan auditee seperti hubungan sosial, kekeluargaan, atau hubungan lainnya.

4. Dalam melakukan pengawasan/pe-meriksaan aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan memiliki hubungan baik dengan lingkungan pekerjaan

Organisasi

5. Dalam melakukan pengawasan/pe-meriksaan, aparat pengawas Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan bebas dari in-tervensi

6. Dalam melakukan pengawasan/ pe-meriksaan, aparat pengawas Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mendapat dukungan dari pimpinan tertinggi.

7. Dalam melakukan pengawasan/pe-meriksaan aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan tu-gas selalu berada di jalur kepemimpinan yang kondusif.

Page 131: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

SIKAP PROFESIONAL (X3)

Kemahiran dan Keahlian

1. Aparat pengawas/pemeriksa yang ditu-gaskan oleh Inspektorat Provinsi Su-lawesi Selatan memiliki sertifikasi keahlian sesuai di bidangnya dan diter-ima umum.

2. Aparat pemeriksa yang ditugaskan oleh Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melakukan pemeriksaan keuan-gan telah memiliki keahlian dibidang akuntansi dan auditing.

3. Aparat pengawas/pemeriksa yang ditu-gaskan oleh Inspektorat Provinsi Su-lawesi Selatan, memiliki keahlian di bidang administrasi pemerintahan dan hukum.

Kemampuan bersosialisasi

4. Aparat pengawas/pemeriksa yang ditu-gaskan oleh Inspektorat Provinsi Su-lawesi Selatan, memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi secara efek-tif dengan auditi.

KINERJA INSPEKTORAT (Y)

1. Dalam melakukan pengawasan/ pe-meriksaaan, aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan memahami dan men-guasai tugas pokoknya.

Page 132: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

2. Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) yang dilakukan oleh Inspek-torat Provinsi Sulawesi Selatan setiap tahun tercapai.

3. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) su-dah disusun oleh Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

4. Pelaksanaan ekspose hasil pemeriksaan oleh Inspektorat Provinsi Sulawesi Se-latan dilaksanakan tepat waktu.

5. Hasil pengawasan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan senantiasa di follow-up kepala SKPD X untuk dijadikan se-bagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

6. Aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mengerti visi, misi, dan tujuan organisasi.

7. Aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mengetahui jumlah target PKPT setiap tahun.

8. Aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan telah melaksanakan tugas pe-meriksaan dengan baik.

9. Aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan tugas pen-gawasan / pemeriksaan selalu hadir tepat waktu ke instansi yang terkait.

10. Kerja sama antara aparat Inspektorat Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan tugas pengawasan/ pemeriksaan sangat baik.

11. Anggota tim yang tidak melaksanakan tugas pengawasan/pemeriksaan akan

Page 133: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

diberi sanksi oleh ketua tim/kepala kan-tor.

12. Aparat Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam menjalankan tugas pen-gawasan/ pemeriksaan dapat bekerja sama secara profesional dengan instansi terkait.

Keterangan : X1 Variabel Independen ( Kompetensi )

X2 Variabel Independen ( Independensi )

X3 Variabel Independen ( Sikap Profesional )

Y Variabel Dependent ( Kinerja Inspektorat )

Wassalam…,

B. Hasil data kuisioner

Hasil kuisioner variable Kompetensi X1

RESPONDENPERTANYAAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 x1' x11 4 5 5 4 4 3 2 3 4 4 4 42 422 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 443 3 2 3 3 4 4 3 3 3 2 2 32 324 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 43 43

Page 134: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 49 496 4 4 5 5 5 4 5 4 5 5 5 51 517 4 5 4 1 1 4 4 4 5 5 5 42 428 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 49 499 5 5 5 5 4 3 4 4 5 4 4 48 48

10 5 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 47 4711 4 5 5 5 4 4 5 5 4 3 4 48 4812 5 5 5 5 4 4 4 3 3 4 4 46 4613 5 4 5 4 5 4 3 3 3 4 5 45 4514 5 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 43 4315 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 45 4516 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 48 4817 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 47 4718 4 4 4 4 4 5 4 4 5 3 4 45 4519 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 3 47 4720 4 4 4 5 3 5 5 4 5 5 4 48 4821 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 4222 2 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5023 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 4224 5 2 4 4 4 5 5 4 4 4 3 44 4425 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 45 4526 4 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 48 4827 5 3 4 5 4 4 5 4 5 5 5 49 4928 2 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 40 4029 4 4 4 4 3 3 4 5 5 5 5 46 4630 2 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 44 4431 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 41 4132 4 3 5 4 3 4 4 3 3 3 3 39 3933 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 46 4634 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 46 4635 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 48 4836 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 49 4937 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 52 5238 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 45 4539 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 47 4740 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 51 5141 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 45 4542 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 4 46 46

Hasil kuisioner variable Independensi X2

Page 135: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

PERTANYAANRESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 x2' x2

1 3 3 3 3 3 3 3 21 212 3 3 3 4 4 5 2 24 243 3 3 4 4 4 3 3 24 244 4 4 4 4 3 4 4 27 275 4 5 4 4 3 4 4 28 286 4 5 5 3 4 4 5 30 307 5 5 5 4 4 5 4 32 328 4 5 5 4 5 5 5 33 319 5 5 5 4 3 5 5 32 324 4 4 4 3 3 4 5 27 27

11 4 4 4 4 3 4 5 28 2812 4 5 5 4 4 5 5 32 3213 5 5 5 5 3 5 3 31 3114 4 5 5 4 4 4 4 30 3015 3 3 4 4 3 4 3 24 2416 5 4 4 4 4 5 4 30 3017 4 5 4 5 4 5 4 31 3118 3 3 4 4 3 4 3 24 2419 4 5 4 3 4 4 4 28 2820 5 4 3 2 5 5 5 29 2921 4 4 4 4 4 4 4 28 2822 5 5 4 4 5 4 5 32 3223 5 5 4 4 5 4 5 32 3224 4 4 4 4 4 4 4 28 2825 4 4 3 4 4 4 3 26 2626 5 5 4 4 5 5 4 32 3227 4 4 3 4 3 4 4 26 2628 4 4 4 4 4 4 4 28 2829 4 4 4 4 4 4 4 28 2830 4 5 5 5 5 5 4 33 3331 4 4 5 5 5 4 4 31 3132 4 4 4 4 4 3 4 27 2733 4 4 4 4 4 4 4 28 2834 4 5 4 4 5 4 4 30 3035 4 4 4 4 4 4 4 28 3036 4 4 5 5 4 5 4 31 3137 5 5 4 4 5 4 5 32 3238 5 5 4 4 5 4 5 32 3239 4 4 5 4 4 4 4 29 2940 5 5 5 4 4 4 5 32 3241 4 4 5 4 4 4 5 30 30

Page 136: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

42 5 4 4 5 5 5 4 32 32

Hasil kuisioner variable Sikap Profesional X3

PERTANYAAN

RESPONDEN 1 2 3 4 x3' x3

1 3 2 4 3 12 122 4 4 4 4 16 163 2 3 3 4 12 124 5 4 4 4 17 175 5 5 5 5 20 206 5 5 5 5 20 207 5 4 4 4 17 178 5 5 5 5 20 209 4 5 5 4 18 18

10 4 5 5 4 18 1811 4 5 4 5 18 1812 4 5 5 5 19 1913 4 4 3 4 15 1514 4 3 3 4 14 1415 5 4 4 4 17 1716 4 4 4 4 16 1617 4 4 4 4 16 1618 3 4 4 4 15 1519 4 5 5 5 19 1920 4 4 4 4 16 1621 4 4 4 4 16 1622 5 5 5 5 20 2023 4 4 4 4 16 1624 4 3 4 4 15 1525 4 4 4 4 16 1626 4 4 4 5 17 1727 3 3 3 2 11 1128 3 4 4 4 15 1529 4 3 4 4 15 1530 5 4 4 5 18 1831 3 3 3 3 12 1232 4 4 4 4 16 1633 5 4 4 5 18 1834 5 4 5 5 19 1935 4 4 4 4 16 16

Page 137: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

36 5 4 5 5 19 1937 5 5 5 5 20 2038 4 5 5 4 18 1839 5 5 5 5 20 2040 5 5 5 5 20 2041 5 5 5 5 20 2042 5 4 5 5 19 19

Hasil kuisioner variable Kinerja ( Y )NARASUMBE

RPERTANYAAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 y' y1 2 3 3 3 3 4 3 4 4 5 5 4 43 432 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 483 3 3 4 5 1 2 3 3 3 4 2 3 36 364 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 485 5 4 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 56 566 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 58 587 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 45 458 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 4 54 549 3 4 3 5 4 3 4 5 3 4 3 4 45 45

10 3 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 5 47 4711 5 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 4 48 4812 5 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 4 50 5013 3 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 51 5114 4 5 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 53 5315 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4816 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 46 4617 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 52 5218 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 41 4119 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 4 55 5520 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 54 5421 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4822 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 56 5623 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 51 5124 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4825 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4826 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 52 5227 4 4 4 3 5 3 4 4 3 4 5 4 47 4728 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 48

Page 138: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4830 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 55 5531 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47 4732 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4833 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 51 5134 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 52 5235 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 53 5336 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 52 5237 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 56 5638 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4839 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 53 5340 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 51 5141 5 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 53 5342 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 51 51

C. UJI KUALITAS DATA

Uji Validitas

Corre

latio

ns

1,00

0,3

84*

,270

,305

*,6

39**

,490

**,3

78*

,566

**,6

08**

,535

**,4

07**

,458

**.

,012

,084

,050

,000

,001

,014

,000

,000

,000

,007

,002

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,384

*1,

000

,141

,331

*,3

68*

,217

-,060

-,073

-,095

-,135

,079

,186

,012

.,3

72,0

32,0

17,1

67,7

06,6

45,5

50,3

94,6

19,2

3942

4242

4242

4242

4242

4242

42,2

70,1

411,

000

,316

*,1

93,0

19-,1

96-,1

32,2

59,1

02-,0

06,3

72*

,084

,372

.,0

41,2

22,9

06,2

15,4

06,0

97,5

22,9

72,0

1542

4242

4242

4242

4242

4242

42,3

05*

,331

*,3

16*

1,00

0,0

91,1

62-,1

50,0

71,0

16-,0

22-,0

46,0

75,0

50,0

32,0

41.

,568

,304

,342

,653

,921

,890

,774

,637

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,639

**,3

68*

,193

,091

1,00

0,2

95,1

57,3

38*

,204

,186

,137

,125

,000

,017

,222

,568

.,0

58,3

20,0

29,1

96,2

39,3

88,4

3242

4242

4242

4242

4242

4242

42,4

90**

,217

,019

,162

,295

1,00

0,4

24**

,045

,059

,134

,071

,100

,001

,167

,906

,304

,058

.,0

05,7

75,7

12,3

96,6

55,5

3142

4242

4242

4242

4242

4242

42,3

78*

-,060

-,196

-,150

,157

,424

**1,

000

,430

**,2

52,3

29*

-,003

-,122

,014

,706

,215

,342

,320

,005

.,0

05,1

07,0

33,9

87,4

4042

4242

4242

4242

4242

4242

42,5

66**

-,073

-,132

,071

,338

*,0

45,4

30**

1,00

0,5

48**

,435

**,2

68,0

92,0

00,6

45,4

06,6

53,0

29,7

75,0

05.

,000

,004

,087

,564

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,608

**-,0

95,2

59,0

16,2

04,0

59,2

52,5

48**

1,00

0,4

65**

,229

,374

*,0

00,5

50,0

97,9

21,1

96,7

12,1

07,0

00.

,002

,145

,015

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,535

**-,1

35,1

02-,0

22,1

86,1

34,3

29*

,435

**,4

65**

1,00

0,5

01**

,303

,000

,394

,522

,890

,239

,396

,033

,004

,002

.,0

01,0

5142

4242

4242

4242

4242

4242

42,4

07**

,079

-,006

-,046

,137

,071

-,003

,268

,229

,501

**1,

000

,479

**,0

07,6

19,9

72,7

74,3

88,6

55,9

87,0

87,1

45,0

01.

,001

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,458

**,1

86,3

72*

,075

,125

,100

-,122

,092

,374

*,3

03,4

79**

1,00

0,0

02,2

39,0

15,6

37,4

32,5

31,4

40,5

64,0

15,0

51,0

01.

4242

4242

4242

4242

4242

4242

Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N

tot_

x1

x1_1

x1_2

x1_3

x1_4

x1_5

x1_6

x1_7

x1_8

x1_9

x1_1

0

x1_1

1

Spea

rman

's rh

oto

t_x1

x1_1

x1_2

x1_3

x1_4

x1_5

x1_6

x1_7

x1_8

x1_9

x1_1

0x1

_11

Corre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

5 le

vel (

2-ta

iled)

.*.

Corre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

1 le

vel (

2-ta

iled)

.**

.

Page 139: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Corre

latio

ns

1,00

0,7

28**

,783

**,6

11**

,387

*,6

24**

,570

**,5

92**

.,0

00,0

00,0

00,0

11,0

00,0

00,0

0042

4242

4242

4242

42,7

28**

1,00

0,6

16**

,199

,121

,428

**,4

18**

,545

**,0

00.

,000

,207

,445

,005

,006

,000

4242

4242

4242

4242

,783

**,6

16**

1,00

0,4

71**

,105

,374

*,3

40*

,533

**,0

00,0

00.

,002

,510

,015

,028

,000

4242

4242

4242

4242

,611

**,1

99,4

71**

1,00

0,3

58*

,089

,285

,320

*,0

00,2

07,0

02.

,020

,574

,068

,039

4242

4242

4242

4242

,387

*,1

21,1

05,3

58*

1,00

0,1

86,3

84*

-,241

,011

,445

,510

,020

.,2

38,0

12,1

2542

4242

4242

4242

42,6

24**

,428

**,3

74*

,089

,186

1,00

0,2

22,3

25*

,000

,005

,015

,574

,238

.,1

59,0

3642

4242

4242

4242

42,5

70**

,418

**,3

40*

,285

,384

*,2

221,

000

,110

,000

,006

,028

,068

,012

,159

.,4

8942

4242

4242

4242

42,5

92**

,545

**,5

33**

,320

*-,2

41,3

25*

,110

1,00

0,0

00,0

00,0

00,0

39,1

25,0

36,4

89.

4242

4242

4242

4242

Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

latio

n Co

effic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N

tot_

x2

x2_1

x2_2

x2_3

x2_4

x2_5

x2_6

x2_7

Spea

rman

's rh

oto

t_x2

x2_1

x2_2

x2_3

x2_4

x2_5

x2_6

x2_7

Corre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

1 le

vel (

2-ta

iled)

.**

. Corre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

5 le

vel (

2-ta

iled)

.*.

Page 140: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Corre

latio

ns

1,00

0,8

14**

,857

**,8

89**

,865

**.

,000

,000

,000

,000

4242

4242

42,8

14**

1,00

0,4

94**

,595

**,7

10**

,000

.,0

01,0

00,0

0042

4242

4242

,857

**,4

94**

1,00

0,8

04**

,653

**,0

00,0

01.

,000

,000

4242

4242

42,8

89**

,595

**,8

04**

1,00

0,6

86**

,000

,000

,000

.,0

0042

4242

4242

,865

**,7

10**

,653

**,6

86**

1,00

0,0

00,0

00,0

00,0

00.

4242

4242

42

Corre

lation

Coe

fficien

tSi

g. (2

-taile

d)N Co

rrelat

ion C

oeffic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

lation

Coe

fficien

tSi

g. (2

-taile

d)N Co

rrelat

ion C

oeffic

ient

Sig.

(2-ta

iled)

N Corre

lation

Coe

fficien

tSi

g. (2

-taile

d)N

tot_

x3

x3_1

x3_2

x3_3

x3_4

Spea

rman

's rh

oto

t_x3

x3_1

x3_2

x3_3

x3_4

Corre

lation

is s

ignific

ant a

t the

0.0

1 lev

el (2

-taile

d).

**.

Page 141: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Corr

elat

ions

1,00

0,6

09**

,660

**,5

75**

,518

**,4

98**

,752

**,5

86**

,485

**,6

34**

,452

**,5

48**

,629

**.

,000

,000

,000

,000

,001

,000

,000

,001

,000

,003

,000

,000

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,6

09**

1,00

0,4

39**

,435

**,1

92,2

68,3

87*

,367

*,2

58,2

97,0

14,3

56*

,175

,000

.,0

04,0

04,2

23,0

87,0

11,0

17,0

99,0

56,9

32,0

21,2

6942

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,660

**,4

39**

1,00

0,4

41**

,345

*,4

08**

,418

**,2

18,1

65,4

49**

,225

,183

,379

*,0

00,0

04.

,004

,025

,007

,006

,166

,298

,003

,152

,245

,013

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,5

75**

,435

**,4

41**

1,00

0,3

11*

,308

*,2

94,2

51-,0

50,1

06,0

89,3

62*

,151

,000

,004

,004

.,0

45,0

47,0

59,1

09,7

52,5

03,5

73,0

18,3

4042

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,518

**,1

92,3

45*

,311

*1,

000

,105

,295

,219

,228

,094

,271

-,020

,314

*,0

00,2

23,0

25,0

45.

,510

,058

,163

,147

,554

,082

,902

,043

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,4

98**

,268

,408

**,3

08*

,105

1,00

0,2

13,3

33*

,257

,248

,104

,410

**,4

36**

,001

,087

,007

,047

,510

.,1

75,0

31,1

01,1

13,5

14,0

07,0

0442

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,752

**,3

87*

,418

**,2

94,2

95,2

131,

000

,562

**,5

69**

,644

**,2

96,3

69*

,379

*,0

00,0

11,0

06,0

59,0

58,1

75.

,000

,000

,000

,057

,016

,013

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,5

86**

,367

*,2

18,2

51,2

19,3

33*

,562

**1,

000

,386

*,2

91,1

08,3

32*

,377

*,0

00,0

17,1

66,1

09,1

63,0

31,0

00.

,012

,061

,495

,032

,014

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,4

85**

,258

,165

-,050

,228

,257

,569

**,3

86*

1,00

0,2

03,1

56,3

07*

,306

*,0

01,0

99,2

98,7

52,1

47,1

01,0

00,0

12.

,197

,322

,048

,049

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,6

34**

,297

,449

**,1

06,0

94,2

48,6

44**

,291

,203

1,00

0,4

84**

,306

*,4

70**

,000

,056

,003

,503

,554

,113

,000

,061

,197

.,0

01,0

48,0

0242

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,452

**,0

14,2

25,0

89,2

71,1

04,2

96,1

08,1

56,4

84**

1,00

0,3

54*

,432

**,0

03,9

32,1

52,5

73,0

82,5

14,0

57,4

95,3

22,0

01.

,021

,004

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42,5

48**

,356

*,1

83,3

62*

-,020

,410

**,3

69*

,332

*,3

07*

,306

*,3

54*

1,00

0,3

82*

,000

,021

,245

,018

,902

,007

,016

,032

,048

,048

,021

.,0

1242

4242

4242

4242

4242

4242

4242

,629

**,1

75,3

79*

,151

,314

*,4

36**

,379

*,3

77*

,306

*,4

70**

,432

**,3

82*

1,00

0,0

00,2

69,0

13,3

40,0

43,0

04,0

13,0

14,0

49,0

02,0

04,0

12.

4242

4242

4242

4242

4242

4242

42

Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N C

orre

latio

n C

oeffi

cien

tS

ig. (

2-ta

iled)

N Cor

rela

tion

Coe

ffici

ent

Sig

. (2-

taile

d)N

tot_

y

y_1

y_2

y_3

y_4

y_5

y_6

y_7

y_8

y_9

y_10

y_11

y_12

Spe

arm

an's

rho

tot_

yy_

1y_

2y_

3y_

4y_

5y_

6y_

7y_

8y_

9y_

10y_

11y_

12

Cor

rela

tion

is s

igni

fican

t at t

he 0

.01

leve

l (2-

taile

d).

**. C

orre

latio

n is

sig

nific

ant a

t the

0.0

5 le

vel (

2-ta

iled)

.*.

Page 142: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Uji Reabilitas

Variabel Cronbach Alpha (α) Kriteria KesimpulanX1 0,682 0,60 ReliabelX2 0,754 0,60 ReliabelX3 0,883 0,60 ReliabelY 0,844 0,60 Reliabel

Page 143: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

D. UJI ASUMSI KLASIK

Uji Normalitas

Descriptive Statistics

42 -7,62488 5,42874 ,0000000 2,834101 -,646 ,365 ,248 ,71742

Unstandardized ResidualValid N (listwise)

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. ErrorN Minimum Maximum Mean Std.

DeviationSkewness Kurtosis

Page 144: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Uji Multikolinieritas

roksid

Coefficientsa

9,936 6,409 1,550 ,129,429 ,156 ,366 2,746 ,009 ,630 1,588,392 ,188 ,258 2,085 ,044 ,735 1,360,531 ,251 ,300 2,115 ,041 ,556 1,798

(Constant)x1x2x3

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: ya.

Uji Heteroksiditas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 9.936 6.409 1.550 .129

x1 .429 .156 .366 2.746 .009

x2 .392 .188 .258 2.085 .044

x3 .531 .251 .300 2.115 .041

a. Dependent Variable: y

.E. UJI ANALISIS DESKRIPTIF

Regression

Notes

Output Created 21-APR-2013 13:02:23

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Page 145: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File43

Missing Value Handling

Definition of MissingUser-defined missing values

are treated as missing.

Cases Used

Statistics are based on cases

with no missing values for any

variable used.

Syntax

REGRESSION

/MISSING LISTWISE

/STATISTICS COEFF OUTS

R ANOVA

/CRITERIA=PIN(.05)

POUT(.10)

/NOORIGIN

/DEPENDENT y

/METHOD=ENTER x1 x2 x3.

Resources

Processor Time 00:00:00.06

Elapsed Time 00:00:00.08

Memory Required 1948 bytes

Additional Memory Required

for Residual Plots0 bytes

Variables Entered/Removedb

x3, x2, x1a . EnterModel1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: yb.

Page 146: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Model Summaryb

,758a ,574 ,540 2,944Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), x3, x2, x1a.

Dependent Variable: yb.

ANOVAb

443,826 3 147,942 17,071 ,000a

329,317 38 8,666773,143 41

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x3, x2, x1a.

Dependent Variable: yb.

Coefficientsa

9,936 6,409 1,550 ,129,429 ,156 ,366 2,746 ,009,392 ,188 ,258 2,085 ,044,531 ,251 ,300 2,115 ,041

(Constant)x1x2x3

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: ya.

Residuals Statisticsa

39,44 55,40 49,86 3,290 42-7,625 5,429 ,000 2,834 42-3,166 1,686 ,000 1,000 42-2,590 1,844 ,000 ,963 42

Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: ya.

Page 147: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

ANOVAb

443,826 3 147,942 17,071 ,000a

329,317 38 8,666773,143 41

RegressionResidualTotal

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), x3, x2, x1a.

Dependent Variable: yb.

Coefficientsa

9,936 6,409 1,550 ,129,429 ,156 ,366 2,746 ,009 ,630 1,588,392 ,188 ,258 2,085 ,044 ,735 1,360,531 ,251 ,300 2,115 ,041 ,556 1,798

(Constant)x1x2x3

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics

Dependent Variable: ya.

Collinearity Diagnosticsa

3,981 1,000 ,00 ,00 ,00 ,00,011 19,178 ,12 ,01 ,02 ,70,005 27,559 ,08 ,17 ,90 ,01,003 39,806 ,80 ,82 ,08 ,29

Dimension1234

Model1

EigenvalueCondition

Index (Constant) x1 x2 x3Variance Proportions

Dependent Variable: ya.

Residuals Statisticsa

39,44 55,40 49,86 3,290 42-7,625 5,429 ,000 2,834 42-3,166 1,686 ,000 1,000 42-2,590 1,844 ,000 ,963 42

Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: ya.

Reliability

Page 148: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated orused in the analysis.

Case Processing Summary

42 100,00 ,0

42 100,0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,682 11

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

41,52 11,963 ,155 ,70241,52 12,012 ,262 ,67241,29 12,551 ,265 ,67041,29 11,038 ,413 ,64441,52 11,963 ,250 ,67441,43 12,690 ,187 ,68141,45 11,571 ,382 ,65141,52 11,377 ,475 ,63841,31 11,341 ,442 ,64141,40 11,369 ,407 ,64741,45 11,229 ,464 ,637

x1_1x1_2x1_3x1_4x1_5x1_6x1_7x1_8x1_9x1_10x1_11

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Reliability

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated orused in the analysis.

Page 149: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Case Processing Summary

42 100,00 ,0

42 100,0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,754 7

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

24,88 6,010 ,670 ,68224,74 5,613 ,732 ,66124,86 6,516 ,469 ,72525,05 7,559 ,167 ,78125,02 6,463 ,402 ,74124,81 6,841 ,419 ,73524,93 6,166 ,470 ,726

x2_1x2_2x2_3x2_4x2_5x2_6x2_7

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Reliability

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated orused in the analysis.

Case Processing Summary

42 100,00 ,0

42 100,0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Page 150: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Reliability Statistics

,883 4

Cronbach'sAlpha N of Items

Item-Total Statistics

12,71 3,526 ,685 ,87512,79 3,392 ,745 ,85112,67 3,593 ,787 ,83612,62 3,559 ,778 ,839

x3_1x3_2x3_3x3_4

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted

Reliability

Warnings

The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated orused in the analysis.

Case Processing Summary

42 100,00 ,0

42 100,0

ValidExcludeda

Total

CasesN %

Listwise deletion based on allvariables in the procedure.

a.

Reliability Statistics

,844 12

Cronbach'sAlpha N of Items

Page 151: repository.unhas.ac.idrepository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6612... · Web viewbehaviorally anchored rating scales) dibuat dari critical incidents yang terkait dengan

Item-Total Statistics

45,69 15,634 ,498 ,83445,64 16,040 ,612 ,82645,69 16,609 ,404 ,84045,69 16,951 ,297 ,84845,88 15,229 ,558 ,82945,71 14,599 ,726 ,81445,74 16,247 ,580 ,82845,64 16,869 ,457 ,83645,81 15,865 ,525 ,83145,57 16,983 ,344 ,84345,69 15,634 ,577 ,82745,67 16,179 ,596 ,827

y_1y_2y_3y_4y_5y_6y_7y_8y_9y_10y_11y_12

Scale Mean ifItem Deleted

ScaleVariance if

Item Deleted

CorrectedItem-TotalCorrelation

Cronbach'sAlpha if Item

Deleted