ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
-
Upload
abi-syarwan-wimardana -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
1/34
yy
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
2/34
Sustainable Development | ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur pertama-tama dan sudah sepatutnya kami ucapkan atas kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan ridho-Nya lah. Tugas matakuliah pembangunan berkelanjutan yang mengambil judul “ULEDS [Urban Low
Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City” ini
dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah
pembangunan berkelanjutan ,yaitu
1. Ibu Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. & Ibu Dian Rahmawati, ST., MT.
Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah.
2. Seluruh pihak yang telah membantu.
Tak lupa juga kami sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan kontribusi dalam terselesaikannya makalah ini yang tidah dapatkami sebutkan satu persatu. Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya. Demikian beberapa kata yang penyusun tulis
untuk mengantar para pembaca menjelajahi makalah ini. Kami sebagai penyusun
hanyalah manusia biasa yang tentu tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran sangat
kami butuhkan demi tercipta yang lebih baik. Jika terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini, kami sebagai penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Surabaya, 23 Desember 2015
Tim Penyusun
http://pwk.its.ac.id/civitas-akademika/dosen/rulli-pratiwi-setiawan-st-m-schttp://pwk.its.ac.id/civitas-akademika/dosen/dian-rahmawati-st-mthttp://pwk.its.ac.id/civitas-akademika/dosen/dian-rahmawati-st-mthttp://pwk.its.ac.id/civitas-akademika/dosen/rulli-pratiwi-setiawan-st-m-sc
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
3/34
Sustainable Development | iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Sasaran ........................................................................................... 3
1.4 Sistematika Pembahasan .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 5
2.1 Pemanasan Global (Global Warming) .................................................................... 5
2.2 Perubahan Iklim (Climate Change) ........................................................................ 6
BAB III METODE PENULISAN......................................................................................... 10
3.1 Tahapan Penulisan ................................................................................................ 103.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 10
3.3 Metode Pembahasan ....................................................................................... 10
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................... 11
4.1 Pengertian ULEDS ................................................................................................. 11
4.2 Model Cities of ULEDS ........................................................................................... 13
4.2.1 Model Cities [Study Case : Kota Balikpapan] ................................................ 13
4.2.2Model Cities [Study Case : Kota Bogor] ......................................................... 19
4.3 Strategi Capaian Implementasi ULEDS ................................................................ 24
4.3.1 Implementasi ULEDS pada Model Cities [Study Case : Kota Balikpapan]
24
4.3.2 Implementasi ULEDS pada Model Cities [Study Case : Kota Bogor] .... 25
BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 27
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 27
5.2 Lesson Learned ..................................................................................................... 28
5.2.1 Lesson Learned dari Implementasi ULEDS di Kota Balikpapan .................. 28
5.2.2 Lesson learned yang Didapatkan dari Implementasi ULEDS di Kota Bogor
.................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 29
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
4/34
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
5/34
Sustainable Development | 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global yang ditimbulkan oleh efek rumah kaca merupakanfenomena yang hangat dibicarakan belakangan ini. Upaya minimasi emisi gas rumah
kaca menjadi salah satu upaya yang mendapat perhatian besar dalam pengelolaan
lingkungan. Efek rumah kaca akan menyebabkan energi dari sinar matahari tidak
dapat terpantul keluar bumi. Pada keadaan normal, energi matahari yang diadsorbsi
bumi akan dipantulkan kembali dalam bentuk infra merah oleh awan dan permukaan
bumi. Namun karena adanya gas rumah kaca, sebagian besar infra merah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas-gas rumah kaca untuk dikembalikan
ke permukaan bumi. Oleh karena itu, akan terjadi peningkatan suhu di permukaan
bumi yang menyebabkan pemanasan global (Rukaesih, 2004). Beberapa penelitian di
dunia mengenai perubahan iklim akhir-akhir ini menunjukkan bahwa aktivitasmanusia memberikan kontribusi terhadap kenaikan temperatur di muka bumi
selama setengah abad terakhir (Clement, et al., 2010). Emisi GRK berasal dari
kegiatan manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar fosil
(seperti minyak bumi, gas bumi, batu bara, dan gas alam). Pembakaran bahan bakar
fosil sebagai sumber energi untuk listrik, transportasi, dan industri akan
menghasilkan karbondioksida dan gas rumah kaca yang dibuang ke udara. Proses ini
meningkatkan efek rumah kaca. Emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
fosil menyumbang 2/3 dari total emisi yang dikeluarkan ke udara. Sedangkan, 1/3
lainnya dihasilkan kegiatan manusia dari sektor kehutanan, pertanian, dan sampah.
Industri 14%
Transport
14%
Listrik 24%
Bangunan
8%
Energi lain
5%
Kehutanan18%
Pertanian
14%
Sampah 3%
Gambar 1 Kegiatan Manusia Penyumbang Efek
Rumah Kaca
Sumber : www.google.co.id
http://www.google.co.id/http://www.google.co.id/
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
6/34
Sustainable Development | 2
Pada tahun 2000 buangan total di atmosfer mencapai 42 miliar ton (gigaton)
setara karbondioksida. Satu liter bensin mengeluarkan buangan 2,4 kg setara CO 2.
Jadi, pada tahun 2000 dapat dikatakan dunia membakar 17,5 miliar liter bensin yang
setara dengan 437,5 mobil berkapasitas 40 liter. Jika dibandingkan dengan jarak
tempuh, jumlah bensin yang sudah dibakar dapat digunakan untuk perjalanan mobil
sepanjang 157,5 miliar kilometer per tahun atau 431,5 juta kilometer setiap harinya
(Stern, 2006 dalam Sekretariat Kolaborasi Bali Climate Change, 2007).
Menurut IPCC (2006), gas-gas utama yang dikategorikan sebagai Gas Rumah
Kaca dan mempunyai potensi menyebabkan pemanasan global adalah CO2 dan CH4.
Meskipun CO2 dan CH4 secara alami terdapat di atmosfer, namun era industrialiasi
sejak tahun 1750 sampai tahun 2005 gas-gas tersebut mengalami peningkatan
jumlah yang pesat dan secara global. Gas CO2 mempunyai persentase sebesar 50%
dalam total Gas Rumah Kaca sementara CH4 memiliki persentase sebesar 20%
(Rukaesih.2004). Pembakaran bahan bakar minyak merupakan sumber utama emisi
gas rumah kaca, diikuti kemudian oleh penggunaan biomassa dari kayu bakar dan
limbah pertanian, kemudian gas bumi (Soedomo, 1999). Dari pembakaran bahan
bakar tersebut, sektor transportasi menempati urutan kedua setelah sektor listrik
dan panas dalam memberikan kontribusi terhadap emisi Gas Rumah Kaca dengan
persentase sebesar 20% (Koch, 2000). Efek dari keberadaan gas rumah kaca kini
telah dapat dirasakan yaitu peningkatan temperatur di bumi. Peningkatan
temperatur ini menyebabkan efek lanjutan seperti mencairnya es di kutub, kenaikan
muka air laut, menggangu pertanian dan secara tidak langsung akhirnya berdampak
pada ekonomi suatu negara (Darwin, 2004).
Penelitian inventori emisi terkait pernah dilakukan di kota Bandung pada
tahun 2008. Perhitungan emisi dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu VKT (VehicleKilometer Travelled) dan konsumsi bahan bakar. Hasil studi tersebut menunjukkan
emisi CO2 dan CH4 di Bandung mengalami peningkatan sebesar 26,8% dan 42,5% di
tahun 2004 sampai 2006. Jenis kendaraan yang memberi kontribusi paling besar
terhadap emisi CO2 di Bandung adalah angkutan berat, kendaraan penumpang, dan
sepeda motor. Sementara itu untuk emisi CH4 kontribusi paling besar berasal dari
sepeda motor dan kendaraan penumpang (Lestari dan Adolf, 2008). Upaya minimasi
emisi gas rumah kaca perlu didukung oleh semua pihak. Dua hal paling penting yang
memegang peranan dalam upaya minimasi tersebut adalah kesadaran dan peraturan.
Kesadaran harus dimulai dari dari pihak-pihak yang memberi kontribusi terhadap
emisi gas rumah kaca. Selanjutnya, peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dandiaplikasikan dengan tegas juga dibutuhkan dalam mendukung upaya minimasi
tersebut. Dengan demikian dapat diciptakan kesinergisan dalam pelaksanaaan
minimasi emisi gas rumah kaca (Ikkatai, 2008).
Salah satu upaya untuk meminimalisir emisi di perkotaan adalah melalui
strategi pembangunan perkotaan yang rendah emisi, yaitu ULEDS. URBAN LEDS
(Urban Low Emission Development Strategies) adalah sebuah strategi pembangunan
perkotaan rendah emisi yang didefinisikan sebagai suatu cara untuk mentransisikan
kota menjadi rendah emisi, ekonomi perkotaan yang hijau dan inklusif, melalui
integrasi ke dalam rencana pembangunan kota dan proses. Urban-LEDS Project
merupakan proyek pembangunan perkotaan rendah emisi, yang didanai oleh Komisi
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
7/34
Sustainable Development | 3
Eropa, dan dilaksanakan oleh UN-Habitat dan ICLEI. Dalam makalah ini, akan dibahas
lebih detail mengenai ULEDS dan implementasinya di 2 kota percontohan di
Indonesia, yaitu Kota Balikpapan dan Kota Bogor.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga dapat dirumuskan rumusan
masalah dari makalah ini adalah, “Bagaimana implementasi Urban Low Emission
Development Strategies di Kota Bogor dan Balikpapan?”
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengeksplorasi capaian
implementasi Urban Low Emission Development Strategies di Kota Bogor dan Kota
Balikpapan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sasaran yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1)
Mendeskripsikan pengertian ULEDS
2) Mengidentifikasi model cities of ULEDS in Indonesia (Bogor dan
Balikpapan)
3) Mengidentifikasi capaian implementasi ULEDS di Kota Bogor dan
Balikpapan
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
8/34
Sustainable Development | 4
1.4 Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan untuk menjelaskan pokok-pokok pikiran
yang ada pada tiap-tiap bab makalah ini, antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, serta sistematika
pelaporan dalam konsep pembangunan berkelanjutan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II berisi tinjauan terhadap teori konsep dalam pembangunan berkelanjutan serta
teori mengenai perubahan iklim dan emisi GRK
BAB III METODE PENULISAN
Bab III berisi metode penulisan baik dari tahapan penulisan, metode pengumpulan
data, dan metode pembahasan.
BAB IV PEMBAHASAN
Bab IV berisi pembahasan mengenai deskripsi URBAN LEDS dalam pengurangan
emisi GRK, implementasi ULEDS pada kota-kota di Indonesia.
BAB V KESIMPULAN
Bab V berisi kesimpulan dan lesson learned dari konsep pembangunan berkelanjutan
dan URBAN LEDS
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
9/34
Sustainable Development | 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan Global adalah proses kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi. Ada
petunjuk hal itu terjadi akibat peningkatan jumlah emisi (buangan) Gas Rumah Kaca
(GRK) di udara. Panel antar pemerintah mengenai perubahan iklim atau
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan bahwa suhu rata-rata
permukaan bumi meningkat sekitar 0,6°C pada abad ke-20 dibandingkan suhu pada
tahun 1750, saat awal proses industrialisasi. Angka 0,6°C nampaknya merupakan
perubahan yang kecil. Namun perubahan kecil itu mulai menimbulkan dampak yang
merugikan bagi kehidupan kita.
Gambar 2 IPCC Global Report & Indicators
Sumber : www.wwf.org.uk
Pemanasan Global terjadi karena peningkatan jumlah Gas Rumah Kaca (GRK) di
lapisan udara dekat permukaan bumi (atmosfer). Gas tersebut memperangkap panas
dari matahari sehingga menyebabkan suhu bumi semakin panas dan akhirnya lebih
panas daripada suhu normal.
Gas Rumah Kaca (GRK) adalah gas di udara di atas lapisan permukaan bumi
(atmosfer) yang memungkinkan sebagian panas dari matahari ditahan di atas
permukaan bumi. Secara alami gas-gas rumah kaca ini juga memancarkan kembali
panas matahari agar tidak semuanya diserap bumi tetapi juga agar sebagian diserap
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj1hfCOxPjJAhWDUI4KHebTCe8QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.wwf.org.uk%2Fwwf_articles.cfm%3Funewsid%3D6807&psig=AFQjCNH1E1qNP2xDBtiEP1Lxkt8Dw3IWsQ&ust=1451185153650283https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj1hfCOxPjJAhWDUI4KHebTCe8QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.wwf.org.uk%2Fwwf_articles.cfm%3Funewsid%3D6807&psig=AFQjCNH1E1qNP2xDBtiEP1Lxkt8Dw3IWsQ&ust=1451185153650283
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
10/34
Sustainable Development | 6
bumi. Dengan demikian gas rumah kaca membuat suhu di bumi pada titik yang layak
huni bagi makhluk hidup. GRK secara alami juga menjaga agar iklim menjadi stabil.
Namun meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca akan menyebabkan
pemanasan global. GRK terdiri dari beberapa unsur, diantaranya :
1.
Karbon dioksida (CO2), dihasilkan terutama dari pembakaran bahan
bakar fosil (seperti minyak bumi, gas bumi dan batubara) untuk mendapatkan
energi, selain kebakaran hutan dan lahan.
2. Nitroksida (N2O), dihasilkan dari penggunaan pupuk kimia pada
pertanian.
3. Metana (CH4) dihasilkan dari pembusukan sampah yang tidak dikelola
dengan baik, sawah tergenang, ternak dan gas daerah rawa.
2.2 Perubahan Iklim (Climate Change)
Perubahan Iklim adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu
tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Ini bisa terjadi karena efek alami.
Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia.
Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap
kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam
tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan.
Pemanasan global pada dasarnya adalah peningkatan suhu rata-rata udara di
permukaan bumi. Di sisi lain, iklim sangat dipengaruhi oleh berbagai parameter iklim
seperti kecepatan dan arah angin yang sangat dipengaruhi oleh tekanan udara dan
suhu udara, selain kelembaban udara dan curah hujan yang dipengaruhi oleh radiasi
matahari. Dengan terjadinya pemanasan global, berbagai parameter iklim akan
terganggu sehingga secara jangka panjang iklim akan mengalami perubahan yangbersifat permanen.
Perubahan iklim menimbulkan perubahan pada pola musim sehingga menjadi
sulit diprakirakan. Pada beberapa bagian dunia hal ini meningkatkan intensitas curah
hujan yang berpotensi memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Sedangkan
belahan bumi yang lain bisa mengalami musim kering yang berkepanjangan, karena
kenaikan suhu dan turunnya kelembaban.
Menurut perusahaan asuransi Swiss Re, 90% dari bencana terkait iklim terjadi
di Asia. Pola cuaca akan menjadi ekstrim – kemungkinan cuaca panas sekali,
gelombang panas, dan hujan lebat akan lebih sering terjadi. Selain itu, badai siklon
tropis kemungkinan lebih intensif, disertai angin kencang dan hujan deras.Selanjutnya perubahan iklim akan berdampak pada kehidupan kita seperti :
1. Ketahanan Pangan Terancam – Produksi pertanian tanaman pangan dan
perikanan akan berkurang akibat banjir, kekeringan, pemanasan dan tekanan air,
kenaikan air laut, serta angin yang kuat. Perubahan iklim juga akan mempengaruhi
jadwal panen dan jangka waktu penanaman. Peningkatan suhu 10C diperkirakan
menurunkan panen padi sebanyak 10%.
2. Dampak Lingkungan – Banyak jenis makhluk hidup akan terancam punah akibat
perubahan iklim dan gangguan pada kesinambungan wilayah ekosistem
(fragmentasi ekosistem). Terumbu karang akan kehilangan warna akibat cuaca
panas, menjadi rusak atau bahkan mati karena suhu tinggi. Para peneliti
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
11/34
Sustainable Development | 7
memperkirakan bahwa 15%-37% dari seluruh spesies dapat menjadi punah di
enam wilayah bumi pada 2050. Keenam wilayah yang dipelajari mewakili 20%
muka bumi.
3. Resiko Kesehatan – Cuaca yang ekstrim akan mempercepat penyebaran penyakit
baru dan bisa memunculkan penyakit lama. Badan Kesehatan PBB memperkirakan
bahwa peningkatan suhu dan curah hujan akibat perubahan iklim sudah
menyebabkan kematian 150.000 jiwa setiap tahun. Penyakit seperti malaria,
diare, dan demam berdarah diperkirakan akan meningkat di negara tropis seperti
Indonesia.
4. Air – Ketersediaan air berkurang 10%-30% di beberapa kawasan terutama di
daerah tropik kering. Kelangkaaan air akan menimpa jutaan orang di Asia Pasifik
akibat musim kemarau berkepanjangan dan intrusi air laut ke daratan.
5. Ekonomi – Kehilangan lahan produktif akibat kenaikan permukaan laut dan
kekeringan, bencana, dan risiko kesehatan mempunyai dampak pada ekonomi. Sir
Nicolas Stern, penasehat perdana menteri Inggris mengatakan bahwa dalam 10
atau 20 tahun mendatang perubahan iklim akan berdampak besar terhadap
ekonomi. Stern mengatakan bahwa dunia harus berupaya mengurangi emisi dan
membantu negara-negara miskin untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim
demi kelangsungan pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan bahwa dibutuhkan
investasi sebesar 1% dari total pendapatan dunia untuk mencegah hilangnya 5%-
20% pendapatan di masa mendatang akibat dampak perubahan iklim.
6. Dampak sosial, budaya dan politik. Bencana terkait perubahan iklim akan
meningkatkan jumlah pengungsi di dalam suatu negara maupun antar negara.
Proses mengungsi ini membuat orang menjadi miskin dan tercerabut dari akar
sosial dan budaya mereka, terutama hubungan dengan tanah leluhur dan kearifanbudaya mereka. Di sisi lain, krisis pangan, air dan sumberdaya, serta peningkatan
jumlah pengungsi akan menimbulkan konflik horizontal sehingga bisa memicu
konflik politik di dalam negara maupun antar negara.
Seluruh dunia akan merasakan dampak perubahan iklim. Tetapi negara dan
masyarakat miskin lah yang paling rawan terkena dampaknya. Dampak perubahan
iklim tidak terbagi secara adil. Negara kepulauan kecil dan negara berkembang lain
yang merupakan penyumbang terkecil pada emisi GRK, justru yang akan mengalami
dampak paling besar dan paling tidak siap menghadapi perubahan iklim. Sebagai
contoh, negara-negara pulau kecil di Pasifik hanya menyumbankgan 0,06% dari totalemisi seluruh dunia, tetapi akan menjadi korban paling pertama akibat naiknya
permukaan air laut. Demikian pula, masyarakat pesisir yang paling miskin yang akan
menjadi korban terlebih dahulu. Diperkirakan 200 juta orang akan menjadi
pengungsi akibat bencana iklim pada 2050, sebagian besar di antaranya adalah
masyarakat miskin di pesisir dan kelompok petani di negara sedang berkembang.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menghadapi risiko
kehilangan banyak pulau-pulau kecilnya dan penciutan kawasan pesisir akibat
kenaikan permukaan air laut. Wilayah Indonesia akan berkurang dan akan ada
pengungsi dalam negeri. Dampak kenaikan muka air laut akan mengurangi lahan
pertanian dan perikanan yang pada akhirnya akan menurunkan potensi pendapatan
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
12/34
Sustainable Development | 8
rata-rata masyarakat petani dan nelayan. Kerusakan pesisir dan bencana yang terkait
dengan hal itu akan mengurangi pendapatan negara dan masyarakat dari sektor
pariwisata. Sementara itu, negara harus menaikkan anggaran untuk menanggulangi
bencana yang meningkat, mengelola dampak kesehatan, dan menyediakan sarana
bagi pengungsi yang meningkat akibat bencana. Industri di kawasan pesisir juga
kemungkinan besar akan menghadapi dampak ekonomi akibat permukaan air laut
naik. Kesemuanya ini akan meningkatkan beban anggaran pembangunan nasional
dan daerah.
Gambar 3 World Climate Change Prediction
Sumber : www.treehugger.com
Dampak-dampak di atas tersebut seringkali dikatakan sebagai ”dampak
perkiraan”, tetapi perubahan pola cuaca, intensitas hujan dan musim kering, serta
peningkatan bencana sudah mulai dirasakan saat sekarang. Jika peningkatan suhu
rata-rata bumi tidak dibatasi pada 20C maka dampaknya akan sulit dikelola oleh
manusia maupun alam.
PUSAT Berita PBB pada 9 November 2015, melalui Organisasi Meteorologi Dunia
(WMO) mengumumkan bahwa jumlah gas rumah kaca di atmosfer mencapai rekor
tertinggi baru pada tahun 2014. WMO menegaskan, gas rumah kaca Atmospheric
terus naik tanpa henti yang memicu perubahan iklim dan akan membuat planet ini
lebih berbahaya dan tidak ramah untuk generasi mendatang.
Setiap tahun dilaporkan rekor baru dalam konsentrasi gas rumah kaca. WMO
Greenhouse Gas Bulletin, dirilis menjelang konferensi iklim PBB bulan Desember 2015
di Paris, mengatakan bahwa antara tahun 1990 dan 2014, ada 36 persen peningkatan
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiu1ca4xfjJAhWLS44KHQirDX4QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.treehugger.com%2Fclimate-change%2Fipcc-report-scientists-95-certain.html&bvm=bv.110151844,d.c2E&psig=AFQjCNGK5ccqxza9KymlVSCvs1TpoykpwA&ust=1451185296143511https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiu1ca4xfjJAhWLS44KHQirDX4QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.treehugger.com%2Fclimate-change%2Fipcc-report-scientists-95-certain.html&bvm=bv.110151844,d.c2E&psig=AFQjCNGK5ccqxza9KymlVSCvs1TpoykpwA&ust=1451185296143511
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
13/34
Sustainable Development | 9
radiasi yang memaksa efek pemanasan pada iklim kita, karena gas rumah kaca
berumur panjang seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan nitrous oksida
(N2O) dari kegiatan industri, pertanian dan domestik.
Program tersebut juga menyoroti interaksi dan amplifikasi akibat antara
meningkatnya kadar CO2 dan uap air, yang itu sendiri merupakan gas rumah kaca
utama, meskipun singkat. Udara hangat memegang lebih banyak uap air dan
peningkatan suhu permukaan yang disebabkan oleh CO2 akan menyebabkan
kenaikan kadar uap air global, lebih lanjut menambah efek rumah kaca ditingkatkan.
WMO mencatat bahwa kenaikan lebih lanjut dalam konsentrasi CO2 akan
menyebabkan peningkatan yang cukup tinggi pada energi panas dan pemanasan dari
uap air.
Sementara itu, penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi CO2 di atmosfer – gas
rumah kaca yang paling penting berumur panjang – mencapai 397,7 bagian per juta
(ppm) pada tahun 2014. Pada konsentrasi CO2 belahan bumi Utara menyeberangi
tingkat 400 ppm simbolis yang signifikan pada tahun 2014 di musim semi, ketika CO2
adalah yang paling berlimpah. Pada musim semi 2015, konsentrasi rata-rata global
CO2 menyeberangi penghalang 400 ppm (www.un.org).
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
14/34
Sustainable Development | 10
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Tahapan Penulisan
Penyusunan makalah ini memiliki tahapan-tahapan dalam prosespenulisannya. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tahap Identifikasi Topik
Tahapan ini merupakan awal identifikasi topik yang akan dibahas lebih lanjut
dalam sub bab-sub bab selanjutnya.
b. Tahap Perumusan Tujuan dan Sasaran
Tahapan selanjutnya setelah identifikasi topik adalah perumusan tujuan
penulisan makalah dan sasaran-sasarannya.
c. Tahap Pengumpulan Landasan Teori
Tahap ini secara makro memiliki tujuan mencari beberapa teori, data atau
informasi, yang memiliki relevansi dengan topik yang dipilih dalam makalahini.
d. Tahap Pembahasan
Tahap pembahasan meliputi penjelasan mengenai topik yang diangkat yang
disertai dengan studi kasus di beberapa kota di Indonesia.
e. Tahap Kesimpulan dan Rekomendasi
Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan keseluruhan isi penulisan menjadi
satu pemahaman yang utuh dan bersifat komprehensif. Berdasarkan
kesimpulan yang diambil dari keseluruhan isi penulisan akan ditemukan
poin-poin penting di dalam studi kasus yang dipilih.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini
menggunakan metode yaitu, studi literatur, penggalian informasi yang bersumber
dari jurnal, internet, media cetak dan media elektronik.
3.3 Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
a. Metode Eksplorasi, dalam metode ini akan dijelaskan mengenai definisi
ULEDS, beserta Negara-negara yang mengimplementasikan strategi tersebut .
b.
Metode Deskriptif Komparatif, metode ini digunakan untuk membandingkan2 kota di Indonesia yang mengimplementasikan ULEDS
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
15/34
Sustainable Development | 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengertian ULEDS
URBAN LEDS (Urban Low Emission Development Strategies) adalah sebuahstrategi pembangunan perkotaan rendah emisi yang didefinisikan sebagai suatu cara
untuk mentransisikan kota menjadi rendah emisi, ekonomi perkotaan yang hijau dan
inklusif, melalui integrasi ke dalam rencana pembangunan kota dan proses. Urban-
LEDS Project merupakan proyek pembangunan perkotaan rendah emisi, yang didanai
oleh Komisi Eropa, dan dilaksanakan oleh UN-Habitat dan ICLEI. Proyek
pembangunan tersebut memiliki tujuan untuk meningkatkan transisi pembangunan
kota yang rendah emisi di dalam 4 negara ekonomi berkembang.
Proyek ULEDS sedang dilaksanakan di Brazil, India, Indonesia dan Afrika
Selatan. Selain itu, sejumlah kota-kota Eropa juga akan terlibat dalam proyek ini
untuk memungkinkan kerjasama di Eropa Utara-Selatan. Berikut ini negara-negarayang tergolong tempat diimplementasikannya proyek ULEDS.
Gambar 4 Model Cities, Satellite Cities, dan European Cities ULEDS Project
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=61
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
16/34
Sustainable Development | 12
Gambar 5 Model Cities of ULEDS
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=61
Gambar 6 Satellite Cities of ULEDS
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=61
Gambar 7 European Cities of ULEDS
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=61
Untuk menyeleksi kota-kota tersebut, terdapat beberapa kriteria yang
difokuskan dalam penilaian untuk proyek ULEDS ini, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan
b.
Kerjasama regional
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
17/34
Sustainable Development | 13
c. Konteks politik dan kelembagaan
d. Komitmen untuk mengurangi jumlah karbon
e. Sinergi ataupun kerja sama dengan proyek-proyek lain yang sudah ada dan
sikap inisiatif yang dilakukan
Proyek ULEDS yang dilaksanakan di Indonesia diselenggarakan oleh ICLEI
Indonesia melalui kerja sama dengan UN-Habitat. Setelah melalui tahap seleksi,
akhirnya terpilih 2 model kota untuk implementasi ULEDS, yaitu Kota Bogor dan
Balikpapan. Selain itu, juga terdapat 4 kota satelit lainnya, seperti Kabupaten Bogor,
Tangerang Selatan, Bontang, dan Tarakan.
4.2 Model Cities of ULEDS
4.2.1 Model Cities [Study Case : Kota Balikpapan]
Gambar 8. Kota Balikpapan Sebagai Kota Percontohan ULEDS
Sumber : www.google.co.id
Kota Balikpapan secara astronomis terletak di antara 1,0o LS - 1,5 o LS dan
116,5 o BT - 117,0o BT dengan luas sekitar 50.330,57 ha atau sekitar 503,3 km2 dan
luas pengelolaan laut mencapai 160.10 km2 dengan batas wilayah sebagai berikut
:
Batas Utara : Kabupaten Kutai Kartanegara
Batas Selatan : Selat Makassar
Batas Barat : Kabupaten Penajam Paser Utara
Batas Timur : Selat Makassar
http://www.google.co.id/http://www.google.co.id/
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
18/34
Sustainable Development | 14
Gambar 9 Peta Administrasi Kota Balikpapan
Sumber: balikpapan.go.id
Gambar 10 Gambaran Umum Kota Balikpapan Sebagai Model Cities
Sumber: http://urbanleds.iclei.org
Kota Balikpapan merupakan kota pelabuhan yang terletak di pantai timur
Provinsi Kalimantan Timur. Kota tersebut berdiri sejak awal abad ke-20. Kota
Balikpapan dan daerah sekitarnya merupakan daerah yang kaya akan sumber
daya alam dan terkenal mendunia akan hasil kayunya, hasil tambang, dan produksi
ekspor minyak. Terdapat 2 pelabuhan dan bandar udara sebagai transportasi
utama di kota tersebut (urbanleds.iclei.org). Sebagai kota pelabuhan dengan
aktivitas tingkat tinggi, Balikpapan berfungsi sebagai pelabuhan industri
ekstraktif Indonesia. Dua pelabuhan yaitu Semayang dan Kariangau yang
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
19/34
Sustainable Development | 15
berfungsi sebagai pelabuhan feri melayani beberapa perusahaan multinasional
yang beroperasi di Kalimantan Timur.
Selain itu, sebagai kota minyak Balikpapan mempunyai 2 unit kilang
minyak mentah yang menghasilkan nafta, kerosin, bensin, solar, dan residu serta
1 unit vakum tinggi yang menghasilkan 100 ton minyak parafin distilat.
Berdasarkan fakta-fakta yang mengemukakan potensi Kota Balikpapan tersebut,
LED atau pengembangan kota rendah emisi di Kota Balikpapan berfokus pada
pengolahan limbah industri kimia, pengelolaan limbah, transportasi, dan
green building. Adapun target yang ingin dicapai dari adanya strategi
pengurangan emisi di Kota Balikpapan adalah sebagai berikut:
1. Pengurangan emisi dari sektor-sektor industri, maupun industri yang berbasis
energi
2. Kemajuan dalam pengolahan limbah menjadi energi
3. Retrofit government official building
Adapun VISI MISI Kota Balikpapan seperti yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Balikpapan Tahun 2005-2025 (Perda No. 1
Tahun 2013) adalah sebagai berikut :
VISI : “Terwujudnya Balikpapan sebagai Kota 5 Dimensi: Jasa, Industri,
Perdagangan, Pariwisata, Pendidikan & Budaya dalam Bingkai
Madinatul Iman“
MISI :
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing;
2. Menyediakan infrastruktur kota yang memadai;
3.
Mewujudkan kota layak huni yang berwawasan lingkungan;4. Mengembangkan ekonomi kerakyatan yang kreatif;
5. Mewujudkan penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik
Menurut kebijakan lingkungan Kota Balikpapan menjelaskan berdasarkan
visi, prioritas dan komitmen dari Lingkungan Hidup Kota Balikpapan dalam
pelaksanaan perlindungan dan manajemen lingkungan terdapat beberapa fokusan
yaitu, sebagai berikut :
1. Pengelolaan kualitas air
2. Pengelolaan kualitas udara
3. Pengelolaan limbah padat dan limbah berbahaya
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
20/34
Sustainable Development | 16
Berikut beberapa fakta lain terkait Kota Balikpapan yang berguna untuk
mendukung ULEDS di Kota Balikpapan.
Fakta Mengenai Pelayanan Listrik, Air, Sistem Sanitasi, dan
Transportasi Umum
Gambar 11 Sekilas Tentang Pelayanan Prasarana di Kota Balikpapan
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=187
Fakta Mengenai Penggunaan Energi di Kota Balikpapan
Gambar 12 Penggunaan Energi di Kota BalikpapanSumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=187
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
21/34
Sustainable Development | 17
Persentase Emisi Gas Rumah Kaca Kota Balikpapan [GHG Emissions
Reporting]
Gambar 13 Persentase Emisi Gas Rumah Kaca di Kota Balikpapan
Sumber : Dokumen Report ULEDS Kota Balikpapan, 2014
Total keselurahan emisi gas rumah kaca yang telah dihasilkan
berdasarkan sumber emisi adalah sebanyak 1,480,438 TCO2e Selama tahun
2014.
Faktor utama Kota Balikpapan menjadi Kota percontohan (Model
City)
Faktor utama yang menjadikan Kota Balikapapan sebagai kota
percontohan yaitu karena dalam beberapa kurun waktu terakhir Kota
Balikpapan memiliki inisiatif lingkungan dan pengendalian proyek serta
ketersediaan informasi mengenai iklim kota secara komprehensif. Faktor-
faktor lainnya adalah sebagai berikut :
1. Kota Balikpapan merupakan kota pelabuhan di pantai timur Pulau
Kalimantan, dan kota terbesar kedua di Kalimantan Timur.
2. Kota Balikpapan memiliki posisi yang baik untuk bertindak sebagai
panutan bagi kota-kota lainnya di Kalimantan.
3. Adanya kepemimpinan yang kuat dari Walikota dan kepala-kepala
departemen, yang harus memberikan kontinuitas selama periode
pemilihan walikota tahun ini.
4. Terdapat pelabuhan yang berpengaruh secara signifikan, bandara, kilang
minyak dan industri.
Kotoran Hewan, 6%
Air Limbah, 2%
Pabrik atau Industri,
1%
Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor,
90%
Limbah Padat, 1%
Persentase Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Sumber Gas
Kotoran Hewan Air Limbah
Pabrik atau Industri Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Limbah Padat
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
22/34
Sustainable Development | 18
Kota Balikpapan memiliki visi Kota rendah karbon
Menjadikan Kota Balikpapan sebagai kota layak huni dan berwawasan
lingkungan, merupakan langkah awal untuk mendukung strategi
pengurangan emisi di Kota Balikpapan. Berikut ini merupakan fakta-fakta
yang mendukung visi tersebut, antara lain:
1. Nilai konsumsi akhir energi di masyarakat: 1.321.557 GJ (Tahun 2011)
2. Besaran emisi gas rumah kaca dari masyarakat: 1.480.438 tCO2e (Tahun
2013 dalam cakupan 1 emisi)
3. Kegiatan ekonomi utama pembangunan kota berupa perdagangan dan
jasa.
Komitmen Kota Balikpapan
Pada saat ini, Kota Balikpapan sedang dalam proses menganalisis data
untuk mengatur komitmen secara spesifik berdasarkan informasi faktual dari
inventarisasi data mengenai Gas Rumah Kaca (GRK).
Tantangan Kota Balikpapan dalam Implementasi
Dalam mengimplementasikan visi di atas, adapun tantangan yang
harus dihadapi ole Kota Balikpapan adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya efisiensi energi, dampak lingkungan yang disebabkan oleh
industri ekstraksi, kurangnya terkait MRT perkotaan.
2. Pertumbuhan penduduk Kota Balikpapan yang cepat.
3. Tumbuhnya Industri kotor yang berdampak pada lingkungan sekitar.
Prioritas Utama Dalam Pembangunan Kota yang Rendah Emisi di
Kota Balikpapan
1. Pengelolaan limbah industri kimia, pengelolaan limbah, transportasi,
dan green building
2. Pengurangan emisi dari industri utama dan transportasi.
3. Menjadi kota teladan terkemuka di infrastruktur hijau dan kualitas
hidup yang tinggi bagi warga kota balikpapan dan para pelaku bisnis.
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
23/34
Sustainable Development | 19
4.2.2 Model Cities [Study Case : Kota Bogor]
Gambar 14 Kota Bogor Sebagai Kota Percontohan ULEDSSumber : www.google.co.id
Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’ 48’ BT dan 6’ 26’ LS,
kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta
lokasinya sangat dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang strategis
bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional
untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata.
Luas wilayah di Kota Bogor sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan
68 kelurahan. Batas-batas administrative Kota Bogor adalah sebagai berikut:
Batas Utara : Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec. Sukaraja KabupatenBogor
Batas Timur : Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi, Kabupaten Bogor
Batas Barat : Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas, Kabupaten Bogor
Batas Selatan : Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin, Kabupaten Bogor
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
24/34
Sustainable Development | 20
Gambar 15 Peta Administrasi Kota Bogor
Sumber : kotabogor.go.id
Gambar 16 Gambaran Umum Kota Bogor Sebagai Model Cities
Sumber: http://urbanleds.iclei.org
Kota Bogor berperan sebagai pusat ekonomi, ilmiah, budaya dan wisata
penting di luar ibu kota Indonesia. Pada awal abad ke-19 , kota sementara waktu
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
25/34
Sustainable Development | 21
era penjajahan belanda menjabat sebagai pusat administrasi di bawah Hindia
Belanda. Sehingga sekarang menciptakan kembali Kota Bogor sebagai pariwisata
dan pusat budaya dengan kekayaan warisan sejarah Indonesia seperti istana
presiden dan salah satu taman botani terbesar dan tertua di dunia yang terletak di
Kebun Raya Bogor. Selama berabad-abad, Bogor telah dijuluki "Kota Hujan"
karena sering terjadi hujan walaupun pada musim kemarau. Berikut fakta-fakta
lain terkait pelayanan prasarana di Kota Bogor.
Gambar 17 Fakta Terkait Pelayanan Prasarana di Kota Bogor
Sumber: http://urbanleds.iclei.org/index.php?id=188
Adapun VISI MISI Kota Bogor untuk jangka waktu tahun 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
VISI : “Menjadikan Bogor sebagai kota yang nyaman, beriman, dan
transparan”
MISI :
1. Menjadikan Bogor kota yang cerdas dan berwawasan teknologi informasi
dan komunikasi
2. Menjadikan Bogor kota yang sehat dan makmur
3. Menjadikan Bogor kota yang berwawasan lingkungan
4. Menjadikan Bogor sebagai kota jasa yang berorientasi pada
kepariwisataan dan ekonomi kreatif
5. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan transparan
6.
Mengokohkan peran moral agama dan kemanusiaan untuk mewujudkan
masyarakat madani.
Berdasarkan visi misi yang telah dirumuskan tersebut, mewujudkan Kota
Bogor sebagai kota yang berwawasan lingkungan merupakan misi yang
mengakomodir adanya penerapan ULEDS di Kota Bogor.
Gambaran umum dari Kota Bogor yang telah dijelaskan menjadikannya
sebagai salah satu Model Cities dalam penerapan ULEDS di Indonesia. Berikut
penjelasan Kota Bogor dalam indeks ULEDS :
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
26/34
Sustainable Development | 22
Persentase Emisi Gas Rumah Kaca Kota Bogor [GHG Emissions
Reporting]
Gambar 18 Persentase Emisi Gas Rumah Kaca di Kota Bogor
Sumber : Dokumen Report ULEDS Kota Bogor, 2014
Faktor utama Kota Bogor menjadi Kota percontohan
Faktor utama yang menjadikan Kota Bogor sebagai kota percontohan adalah,sebagai berikut :
1) Memiliki inisiatif dalam bidang lingkungan dan mitigasi proyek,
ketersediaan informasi iklim kota Bogor yang komprehensif.
2) Posisi Kota Bogor di dekat Jakarta sehingga menjadi pusat ekonomi
pendukung, ilmiah, budaya dan wisata yang penting dan cukup
berpengaruh.
3) Memiliki emisi yang tinggi dan merupakan daerah yang berperan
penting terhadap keseimbangan lingkungan di Kota Jakarta karena
merupakan water catchment area.
4)
Memiliki track record yang cukup bagus dalam penerapan kegiatandalam bidang lingkungan, keberlanjutan dan inisiasi kegiatan
pengurangan emisi, melalui program dari ICLEI yang sebelumnya
bertujuan untuk perlindungan iklim.
5) Memiliki pengalaman dalam hal kerjasama dengan lembaga
internasional.
6) Memiliki posisi yang strategis sebagai percontohan bagi kota-kota
lainnya.
7) Kepemimpinan yang kuat dari Walikota dan kepala SPKD Kota Bogor
yang selalu memberikan kontinuitas program mengenai lingkungan
selama periode kepemerintahan.
Air Limbah, 2% Limbah Padat, 4%
Kotoran Hewan, 4%
Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor,
89%
Limbah Pembakaran
Sampah, 1%
Persentase Emisi Gas Rumah Kaca Menurut Sumber Gas
Air Limbah Limbah Padat
Kotoran Hewan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Limbah Pembakaran Sampah
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
27/34
Sustainable Development | 23
Kota Bogor memiliki visi Kota rendah karbon
Mewujudkan kota bersih dan ramah lingkungan berdasarkan pada
pengembangan ekonomi hijau dengan penekanan pada layanan yang
mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang ada. Dengan capaian
sebagai berikut :
1) Konsumsi akhir energi di masyarakat : 5550235 GJ (Tahun 2014 )
2) Emisi gas rumah kaca dari masyarakat : 4.970.635 tCO2 (Tahun 2013)
*Cakupan 1 emisi
3) Kegiatan ekonomi utama : Perdagangan , Pariwisata , Jasa dan Industri.
4) Sektor utama prioritas bagi pembangunan kota rendah emisi :
Transportasi , Energi efisiensi , pengelolaan limbah (Daur ulang
dan Limbah untuk pengembangan energi).
Komitmen Kota Bogor
Pada saat ini pemerintah daerah Kota Bogor sedang dalam proses
menganalisis data untuk membuat komitmen secara spesifik berdasarkan
informasi faktual dari persediaan rancangan GRK. Dengan penetapan target
energi terbarukan untuk operasi pemerintah serta pengurangan emisi karbon
sebesar 33 % pada tahun 2014.
Tantangan Kota Bogor dalam Implementasi ULEDS
Adapun tantangan yang dihadapi Kota Bogor dalam mengimplementasikan
ULEDS adalah sebagai berikut:
1)
Kurangnya efisiensi energi, pertumbuhan penduduk yang cepat,timbulnya fenomena urban sprawl dan terjadinya alih fungsi lahan.
2) Mempertahankan image kota bogor sebagai kawasan pariwisata dan
resort (penginapan) yang berlokasi pada daerah pegunungan.
3) Perlunya kerjasama antar kota yang berada di sekitar Kota Bogor untuk
merevegetasi daerah-daerah tangkapan air yang cukup berharga.
Prioritas Utama ULEDS di Kota Bogor
Prioritas utama ULEDS di Kota Bogor terbagi dalam bidang transportasi,
efisiensi energi, pengolahan limbah untuk dijadikan energi, pengolahan
limbah menggunakan 3R. Dari fokusan-fokusan tersebut terbagi menjadi
beberapa langkah strategis sebagai berikut :1. Melanjutkan inisiasi armada bus hijau menggunakan biodiesel dari
minyak goreng bekas.
2. Peningkatan pengelolaan limbah padat.
3. Pengelolaan air dan peningkatan kualitas air serta pengembangan energi
melalui sumber daya air.
4. Penciptaan ruang terbuka hijau yang bertujuan sebagai penyerapan
karbon kota.
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
28/34
Sustainable Development | 24
4.3 Strategi Capaian Implementasi ULEDS
4.3.1 Implementasi ULEDS pada Model Cities [Study Case : Kota
Balikpapan]
Kegiatan maupun program-program berdasarkan LEDS (Low Emission
Development Strategy) yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Balikpapan
dalam mendukung strategi pembangunan kota yang rendah emisi adalah,
sebagai berikut (urbanleds.iclei.org) :
1. Inventarisasi Gas Rumah Kaca dan Mengidentifikasi Aktivitas
yang Mendukung LEDS di Kota Balikpapan
Kota Balikpapan telah mengidentifikasi gas rumah kaca yang ada
di kotanya. Hasilnya menunjukkan bahwa kontributor emisi tertinggi
adalah sektor transportasi. Di samping itu, terdapat potensi besar
dalam penyerapan karbon yaitu dari adanya hutan kota dan ruang
terbuka hijau. Pemerintah Daerah sedang menggabungkan prinsip-
prinsip LEDS dan telah mengidentifikasi kegiatan-kegiatan untuk
mendukung LEDS, seperti membangun kembali jalan-jalan di daerah
pesisir dan menyesuaikan dengan prinsip-prinsep LEDS,
menggalakkan CSR bagi sektor-sektor swasta yang beroperasi di Kota
Balikpapan, dan pengelolaan limbah yang baik.
2. Pengurangan Karbon
Melalui perlindungan dan perluasan kawasan hutan lindung di
Kota Balikpapan menghasilkan potensi yang signifikan untuk
penyerapan karbon dari hutan kota dan ruang terbuka hijau. Selain
itu, Kota Balikpapan juga mendukung pentingnya agroforestry,
mengadakan pendidikan lingkungan dan kehutanan di dua sekolah
yaitu Sekolah Hutan-lindung dan Sekolah Mangrove.
3. Efisiensi Energi untuk Penerangan
Efisiensi energi untuk penerangan merupakan fokusan utama
dalam LEDS di Kota Balikpapan, baik penggunaan energi penerangan
jalan yang efisien atau di tingkat fasilitas melalui kegiatan penerangan
yang ramah lingkungan.
4. Pengelolaan Limbah Karbon
Adanya sebuah fasilitas pengelolaan limbah pada TPA yang
mengolah limbah menjadi energi akan membantu pengelolaan
sampah di Kota Balikpapan yang dapat menghasilkan sumber energi
yang berharga dan ramah lingkungan.
5. Corporate Social Responsibility (CSR)
Di Kota Balikpapan telah diadakan forum Corporate Social
Responsibility (CSR) yang berisi kelompok perusahaan di Kota
Balikpapan yang telah berkomitmen untuk mendedikasikan bagian
dari anggaran mereka untuk mendukung isu-isu sosial dan
lingkungan di kota dan dikoordinasikan langsung oleh Pemerintah
Balikpapan.
6. Pemenang dari Ajang WWF Earth Hour City Challenge We Love
Cities 2015
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
29/34
Sustainable Development | 25
Kota Balikpapan telah mendapat penghargaan dalam WWF Earth
Hour City Challenge, dengan sebutan penghargaan "Most Lovable
Sustainable City 2015" karena telah berprestasi melibatkan
masyarakat dengan jumlah banyak dalam kampanye WeLoveCities
2015 melalui media sosial EHCC.
4.3.2 Implementasi ULEDS pada Model Cities [Study Case : Kota Bogor]
Kegiatan maupun program-program berdasarkan LEDS (Low Emission
Development Strategy) yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bogor dalam
mendukung strategi pembangunan kota yang rendah emisi adalah, sebagai
berikut (urbanleds.iclei.org) :
1. Dewan Kota Bogor Menyetujui Anggaran Sebesar 12 Juta USD
Untuk Transportasi Berkelanjutan
Pada tahun 2014 , dewan kota mengalokasikan sekitar 12 juta
USD (Rp 147,067 Milyar) untuk meningkatkan transportasi rendah
emisi yang berkelanjutan di kota. Adanya pengalokasian dana ini akan
mendukung revitalisasi sistem Bus Rapid Transit (BRT) "The
Transpakuan" yang melayani 14 kilometer (km) wilayah kota . Bis
tersebut akan beralih menggunakan gas, sebagai pilihan bahan bakar
yang rendah emisi. Tujuan lain adanya anggaran tersebut adalah untuk
mengalihkan microbus yang berjumlah sangat banyak di Kota Bogor
agar beralih menggunakan bahan bakar gas (direncanakan untuk 1000
microbuses) atau listrik (50 microbuses). Untuk mengimplementasikan
hal tersebut, pemerintah Kota Bogor akan meyediakan converter kit
atau perangkat untuk mendukung konversi bahan bakar premium ke
gas serta listrik. Tindakan ini tidak hanya akan membantu kota
mengurangi emisi dalam jumlah besar, tetapi juga menyebabkan
kualitas udara yang lebih baik dan mendukung tujuan pemerintah
nasional mencapai target pengurangan emisi.
2. Penyelesaian RPJMD
Pemerintah Daerah Kota Bogor melalui kerja sama dengan
beberapa stakeholder telah me-review RPJMD di Kota Bogor dan
mengintegrasikan dengan strategi pembangunan kota rendah emisi
(LEDS). Berikut ini strategi-strategi dalam RPJMD yang mendukung
LEDS di Kota Bogor adalah sebagai berikut:
a. Memperkenalkan sistem transportasi rendah emisi
terintegrasi yang memprioritaskan pejalan kaki dan
pengendara sepeda.
b. Membangun skema pengelolaan sampah kota dan fasilitas
pendukungnya.
c. Pengembangan standar bangunan hijau untuk mempercepat
penggunaan teknologi pembangunan rendah emisi , bahan dan
strategi desain.
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
30/34
Sustainable Development | 26
d. Meningkatkan perencanaan tata ruang dan proyek-proyek
pembangunan perkotaan untuk mengurangi kerentanan
terhadap risiko terkait iklim.
e. Meningkatkan aksesibilitas dan fasilitas pekotaam yang ramah
pengguna untuk meningkatkan kualitas hidup secara
keseluruhan.
3. Kota Bogor Baik Bagi Pejalan Kaki
Pemerintah Kota Bogor telah memutuskan untuk membangun 22,5 km
jalur pejalan kaki hingga 2020. Jalur ini dilengkapi dengan fasilitas ubin,
jalur sepeda, dan daerah hijau yang seluruhnya terintegrasi dengan
stasiun transportasi umum dan tempat-tempat umum. Sebuah taman
dengan area parkir juga direncanakan oleh pemerintah Kota Bogor.
4. Konsep Bangunan Hijau
Kota Bogor mengadopsi konsep green building untuk bangunan yang
akan dibangun dari 2015 dan seterusnya. Pemerintah setempat telah
mengalokasikan dana dalam anggaran tahunan untuk membangun
Gedung Perwakilan yang mengadopsi prinsi efisiensi energi. Selain itu ,
sejumlah bangunan bersejarah di Kota Bogor juga sedang direncanakan
proses pengelolaannya.
5. Program Pengelolaan Limbah
Pemerintah daerah berencana mengembangkan "Program Pengolahan
Limbah Menjadi Energi" yang berfokus pada mengubah limbah dari
residu kompos menjadi energi.
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
31/34
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
32/34
Sustainable Development | 28
rendah emisi di Kota Bogor meliputi sektor transportasi, efisiensi energi,
pengolahan limbah untuk dijadikan energi, dan pengolahan limbah
menggunakan 3R.
Untuk mendukung strategi pembangunan kota rendah emisi, adapun
program-program LEDS (Low Emission Development Strategy) yang dilaksanakan
oleh pemerintah Kota Balikpapan adalah sebagai berikut : 1). Inventarisasi gas rumah
kaca dan mengindentifikasi aktivitas yang mendukung LEDS di Kota Balikpapan, 2).
Pengurangan karbon, 3). Efisiensi energi untuk penerangan, 4). Pengelolaan limbah
karbon, 5). Program Corporate Social Responsibility (CSR), dan 6). Mengikuti WWF
Earth Hour. Sementara itu, program-program LEDS (Low Emission Development
Strategy) yang dilaksanakan oleh pemerintah Kota Bogor yaitu 1). Program untuk
transportasi berkelanjutan, 2). RPJMD yang terintegrasi dengan program LEDS, 3).
Program bangunan hijau, 4). Program kota ramah bagi pejalan kaki, dan 5). Program
pengelolaan limbah. Untuk keberlanjutan program-program tersebut diperlukan
adanya kerja sama dari berbagai pihak dan peran serta masyarakat agar tujuan
bersama dapat dicapai secara bersama-sama.
5.2 Lesson Learned
5.2.1 Lesson Learned dari Implementasi ULEDS di Kota Balikpapan
a. Kegiatan masyarakat dan program pendidikan berbasis konservasi
hutan.
Dalam rangka melestarikan kawasan hutan, di Kota Balikpapan
dikembangkan beberapa sekolah berbasis lingkungan dengan tambahan
kurikulum khusus yang dapat menjadi percontohan di kota lainnya. Hal
tersebut sangat penting karena jika sejak usia dini di bangku pendidikan anak-anak telah dibiasakan untuk cinta lingkungan, maka akan lebih mudah
membangun sebuah kota yang berwawasan lingkungan.
b. Forum CSR untuk keberlanjutan.
Sebagai penggerak untuk berbagai industri skala besar, Kota Balikpapan
mengajak perusahaan lokal dalam forum CSR agar menuntut mereka untuk
memberikan sumbangsi kepada masyarakat dalam bentuk program-program
sosial dan lingkungan yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Hal
tersebut merupakan salah satu hal yang sangat penting mengingat Kota
Balikpapan merupakan kota yang sangat diminati para investor karena potensi
sumber daya yang dimilikinya.
5.2.2 Lesson learned yang Didapatkan dari Implementasi ULEDS di Kota
Bogor
a. Perlunya kerangka rencana spasial untuk 5 tahun ke depan terkait
keberlanjutan Kota Bogor
b. Perlunya komitmen yang tertuang dalam RPJM
c. Mempercepat strategi pembangunan kota yang rendah emisi melalui kerja
sama dengan pihak-pihak lain
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
33/34
Sustainable Development | 29
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen URBAN LEDS Project. 2014. Promoting Low Emission Urban Development
Strategies in Emerging Economics.
Dokumen Urban-LEDS Project. 2015. Interim Evaluation Synthesis Report.
ICLEI. 2013. Balikpapan Municipality: Introducing for International Networking.
ICLEI. 2013. Bogor Municipality: Regional Development and Planning Agency.
ICLEI dan UN HABITAT. 2013. Indonesian Cities Embark on Urban Low Emissions
Development Strategy (LEDS). Media Release.
ICLEI dan UN HABITAT. 2013. Urban-LEDS Project: Kota Balikpapan, Indonesia City
Development and Experiences.
ICLEI dan UN HABITAT. Urban-LEDS Model City of Balikpapan. www.urban-leds.org.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2015, pukul 20.00 WIB.
ICLEI dan UN HABITAT. Urban-LEDS Model City of Bogor. www.urban-leds.org.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2015, pukul 20.55 WIB.
Winarno, Oetomo Tri dan Soerawidjaja, Tatang H. 1999. Pengurangan Emisi Gas
Rumah Kaca Sektor Energi di Indonesia Ulasan Hasil-Hasil Studi ASIAN Least-
Cost Greenhouse Gas Abatement Strategy Project. Pusat Penelitian Energi-ITB.
Nur, Rizka P R dan Purnomo, Herry. 2015. Model Simulasi Emisi dan Penyerapan CO 2
di Kota Bogor. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol. 20 (1): Hal. 47-52.
balikpapan.go.id. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015, pada pukul 18.30 WIB.
kotabogor.go.id. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015, pada pukul 20.30 WIB.
www.wwf.org.uk Diakses pada tanggal 26 Desember 2015, pada pukul 08.15 WIB
en.openei.org Diakses pada tanggal 26 Desember 2015, pada pukul 08.45 WIB
https://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj1hfCOxPjJAhWDUI4KHebTCe8QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.wwf.org.uk%2Fwwf_articles.cfm%3Funewsid%3D6807&psig=AFQjCNH1E1qNP2xDBtiEP1Lxkt8Dw3IWsQ&ust=1451185153650283http://en.openei.org/wiki/LEDSGP/benefitshttp://en.openei.org/wiki/LEDSGP/benefitshttps://www.google.co.id/url?sa=i&rct=j&q=&esrc=s&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwj1hfCOxPjJAhWDUI4KHebTCe8QjB0IBg&url=http%3A%2F%2Fwww.wwf.org.uk%2Fwwf_articles.cfm%3Funewsid%3D6807&psig=AFQjCNH1E1qNP2xDBtiEP1Lxkt8Dw3IWsQ&ust=1451185153650283
-
8/18/2019 ULEDS [Urban Low Emission Development Strategi] Models Cities : Bogor City And Balikpapan City
34/34