Uji Sensitifitas +lab widal.docx

8
Uji Sensitifitas Deskripsi: Uji sensitifitas mendeteksi jenis dan jumlah antibiotika atau kemoterapetik yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Seringkali, tes kultur dan tes sensitifi tas dikerjakan bersamaan. Uji sensitifi tas juga diperlukan bila akan mengubah terapi. Implikasi klinik • Istilah sensitif menunjukkan bahwa bakteri yang diuji memberikan respon terhadap antimikroba. • Intermediate adalah resisten sebagian; sensitif sedang berarti bahwa bakteri yang diuji tidak dihambat secara keseluruhan oleh obat pada konsentrasi terapi. • Resisten menunjukkan mikroba tidak dihambat oleh antibiotika • Beberapa mikroba bekerja sebagai bakterisid (membunuh mikroba); sebagian lain bekerja sebagai bakteriostatika yang berarti menghambat pertumbuhan mikroba tetapi tidak membunuh • Contoh antimikroba Bersifat bakterisid Bersifat bakteriostatik Aminoglikosida Sefalosporin’ Metronidazol Penisilin Kuinolon Rifampisin Vankomisin Kloramfenikol Sulfonamid Eritromisin Tetrasiklinembunuh. • Contoh antimikroba Bersifat bakterisid Bersifat bakteriostatik Aminoglikosida Sefalosporin’ Metronidazol Penisilin Kuinolon Rifampisin Vankomisin Kloramfenikol Sulfonamid Eritromisin Tetrasiklin Munculnya strain penisilin resisten Neisseria gonorrhoeae, metisillinresisten Staphilococcus aureus (MRSA), amikasin resisten Pseudomonas sp atau vankomisin resisten Enterococcus sp (VRE). • Pasien yang hasil penapisan menunjukkan positif MRSA atau VRE sebaiknya diisolasi.

description

Uji Sensitifitas +lab widal.docx

Transcript of Uji Sensitifitas +lab widal.docx

Page 1: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

Uji SensitifitasDeskripsiUji sensitifitas mendeteksi jenis dan jumlah antibiotika atau kemoterapetik yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri Seringkali tes kultur dan tes sensitifi tas dikerjakan bersamaan Uji sensitifi tas juga diperlukan bila akan mengubah terapiImplikasi klinikbull Istilah sensitif menunjukkan bahwa bakteri yang diuji memberikan respon terhadap antimikrobabull Intermediate adalah resisten sebagian sensitif sedang berarti bahwa bakteri yang diuji tidak dihambat secara keseluruhan oleh obat pada konsentrasi terapibull Resisten menunjukkan mikroba tidak dihambat oleh antibiotikabull Beberapa mikroba bekerja sebagai bakterisid (membunuh mikroba) sebagian lain bekerja sebagai bakteriostatika yang berarti menghambat pertumbuhan mikroba tetapi tidak membunuhbull Contoh antimikrobaBersifat bakterisid Bersifat bakteriostatik1048696 Aminoglikosida1048696 Sefalosporinrsquo1048696 Metronidazol1048696 Penisilin1048696 Kuinolon1048696 Rifampisin1048696 Vankomisin1048696 Kloramfenikol1048696 Sulfonamid1048696 Eritromisin1048696 Tetrasiklinembunuhbull Contoh antimikrobaBersifat bakterisid Bersifat bakteriostatik1048696 Aminoglikosida1048696 Sefalosporinrsquo1048696 Metronidazol1048696 Penisilin1048696 Kuinolon1048696 Rifampisin1048696 Vankomisin1048696 Kloramfenikol1048696 Sulfonamid1048696 Eritromisin1048696 Tetrasiklin

Munculnya strain penisilin resisten Neisseria gonorrhoeae metisillinresisten Staphilococcus aureus (MRSA) amikasin resisten Pseudomonas sp atau vankomisin resisten Enterococcus sp (VRE)bull Pasien yang hasil penapisan menunjukkan positif MRSA atau VRE sebaiknya diisolasi

Tes Widal (Felix Widal)Diagnosis demam tifoid tergantung pada isolasi Salmonella typhi dari darah sumsum tulang daerah terinfeksi lainnya atau lesi Deteksi antibodi dari kultur darah masih menjadi pilihan utama dari diagnosisDeskripsiTes ini mengukur tingkat antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan H Tingkat antibodi diukur menggunakan pengenceran serum ganda Biasanya antibodi O

akan muncul pada hari ke 6-10 dan antibodi H pada hari ke 10-12 setelah onset penyakit Tes ini dilakukan pada serum akut (kontak pertama dengan pasien)Sensitivitas dan spesifi sitas tes ini tidak tinggi (sedang) Tes ini memberikan hasil negatif pada 30 kasus yang mungkin disebabkan oleh penggunaan antibiotik sebelumnya Hasil positif palsu dapat terjadi akibat reaksi silang epitop dengan enterobakteriase Hasil positif palsu juga dapat terjadi pada penyakit seperti malaria tifus bakteremia yang disebabkan oleh mikroba lain dan sirosisOleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan tingkat antibodi pada populasi normal untuk menentukan ambang titer antibodi yang dianggap bermaknaDemam tifoid terdiagnosa bila hasil titer antibodi antara serum kovalesen empat kali lipat dibandingkan serum akut misalnya titer antibodi 180 pada fase akut menjadi 1320 pada fase kovalesen (recovery)Walaupun ada keterbatasan tes ini berguna karena murah dibandingkan dengan tes diagnosis baru Tes ini tidak perlu dilakukan bila telah dilakukan pemeriksaan kultur bakteri S typhiTes diagnostik terbaruTes diagnostik terbaru adalah IDL Tubex dari Swedia Typidot dari Malaysia dan dipstik tes yang dikembangkan di BelandaPrinsip IDL tubex mendeteksi IgM O9 dan hasil didapat setelah beberapa menit Tes Tubex berdasarkan studi awal menunjukkan sensitifi tas dan spesifi sitas yang lebih baik dibandingkan tes WidalTypidot mendeteksi antibodi Ig M dan Ig G terhadap antigen S typhi 50 Kd dan hasilnya didapatkan sekitar 3 jam Sedangkan Typidot M mendeteksi IgM saja Typidot merupakan gold standar yang memiliki sensitifi tas dan spesifi sitas mendekati 100 Studi evaluasi menunjukkan Typidot M lebih baik dibandingkan metode kulturDipstik tes mendeteksi ikatan antara IgM S typhi terhadap lipopolisakarida (LPS) S typhi Dipstik tes adalah tes alternatif yang cepat dan mudah untuk mendiagnosis demam tifoid terutama di daerah yang tidak mempunyai fasilitas untuk kultur Hasil tes dapat diperoleh dalam 1 hari

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi urinalis kimia klinik

imunoreologi mikrobiologi dan biologi molekular Pemeriksaan ini ditujukan untuk

membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis)

menetapkan prognosis memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta

timbulnya penyulit

1 Hematologi

bull Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus

atau perforasi

bull Hitung leukosit sering rendah (leukopenia) tetapi dapat pula normal atau tinggi

bull Hitung jenis leukosit sering neutropenia dengan limfositosis relatif

bull LED ( Laju Endap Darah ) Meningkat

bull Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia)

2 Urinalis

bull Protein bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

bull Leukosit dan eritrosit normal bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit

3 Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai

hepatitis Akut

4 Imunorologi

bull Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)

terhadap antigen kuman Samonella typhi paratyphi (reagen) Uji ini merupakan test

kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana

penyakit ini endemis seperti di Indonesia Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat

segera diketahui Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi Karena itu antibodi

jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif

palsu atau negatif palsu Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara

lain pernah mendapatkan vaksinasi reaksi silang dengan spesies lain

(Enterobacteriaceae sp) reaksi anamnestik (pernah sakit) dan adanya faktor

rheumatoid (RF) Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita

sudah mendapatkan terapi antibiotika waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu

sakit keadaan umum pasien yang buruk dan adanya penyakit imunologik lain

Diagnosis Demam Tifoid Paratifoid dinyatakan bila atiter O = 1160 bahkan mungkin

sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini

endemis di Indonesia Titer O meningkat setelah akhir minggu Melihat hal-hal di atas

maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa

hari kurang tepat Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan

oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya

bull Elisa Salmonella typhi paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru yang dianggap lebih sensitif

dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid Paratifoid Sebagai

tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui Diagnosis Demam

Typhoid Paratyphoid dinyatakan 1 bila lgM positif menandakan infeksi akut 2 jika lgG

positif menandakan pernah kontak pernah terinfeksi reinfeksi daerah endemik

5 Mikrobiologi

bull Kultur (Gall culture Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid

paratyphoid Interpretasi hasil jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam

Tifoid Paratifoid Sebalikanya jika hasil negati belum tentu bukan Demam Tifoid

Paratifoid karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL) darah tidak segera

dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga

kuman terperangkap di dalam bekuan) saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1

sakit sudah mendapatkan terapi antibiotika dan sudah mendapat vaksinasi

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu

untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari bila belum ada pertumbuhan

koloni ditunggu sampai 7 hari) Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit

adalah darah kemudian untuk stadium lanjut carrier digunakan urin dan tinja

6 Biologi molekular

bull PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan Pada cara ini

di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe

yang spesifik Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah

sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula Spesimen yang

digunakan dapat berupa darah urin cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi

Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TESTLABORATORIUMa) 1SOLASI MIKROORGANISMESampai saat ini untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu Pada pasien yang belum diobati kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60 kasus terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit Kultur dari sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi mencapai 90 Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang 56Untuk mendapatkan hasil yang baik faktor terpenting yang memengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah Pada pasien dewasa dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah sedangkan pada pasien anak hanya dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak

b) PEMERIKSAAN SEROLOGI1 Uji Widal2 Uji Tubex3 Uji Thypidot4 IgM dipstick1Uji WidalUntuk tujuan pemeriksaan serologi dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan Pemeriksaan dapat langsung dilakukan atau ditunda selama 1 minggu tanpa mengubah titer antibodi Pemeriksaan serologi untuk menunjukkan infeksi demam tifoid yang tertua adalah uji Felix-Widal atau yang lebih dikenal dengan uji Widal Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan antinotgen H Secara umum antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik (lihat pembahasan berikut) Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30 kasus Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh 156Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi adalah kesamaan

antigen O dan H yang dimiliki S typhi dengan salmonella lain bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis Pada daerah endemis populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah Karena itu penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda Jika cut off dapat dilakukan dengan baik pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi gt 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex Typhidot Dipstick namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal 156Widodo D dkk melakukan studi cross sectional pada 300 responden sehat di 5 kecamatan di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Sebagian besar responden memberikan hasil seropositif pada pemeriksaan serologi Widal S typhi O (557) H (78) S paratyphi A H (643) B O (71) dan B H (78) Terdapat 13 responden sehat dengan titer S typhi O gt 1160 77 responden dengan titer H gt 1320 Tidak ada responden yang memiliki titer S parathypi A O dan C O gt 1 160 Hanya sebagian kecil responden sehat yang memiliki titer S parathypi B O gt 1160 (134) A H gt 1320 (533) B H gt 1320 (267) S paratyphi C H gt 1320 (066) Karena itu berdasarkan penejitian ini disimpulkan bahwa cut off terbaik uji Widal satu kali untuk diagnosis demam tifoid dan uji Widal Sparatyphi di Jakarta adalah gt 1160 untuk titer O dan gt 1320 untuk titer H82 Uji Tubex Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit) Untuk meningkatkan spesivisitas pemeriksaan ini menggunakan antinotgen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S typhi Infeksi oleh S paratyphi akan memberikan hasil negatif 19Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan Antinotgen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus pada bayi dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T Karena sifat-sifat ini respon terhadap antinotgen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau 19Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen meliputi191 Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST
Page 2: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

akan muncul pada hari ke 6-10 dan antibodi H pada hari ke 10-12 setelah onset penyakit Tes ini dilakukan pada serum akut (kontak pertama dengan pasien)Sensitivitas dan spesifi sitas tes ini tidak tinggi (sedang) Tes ini memberikan hasil negatif pada 30 kasus yang mungkin disebabkan oleh penggunaan antibiotik sebelumnya Hasil positif palsu dapat terjadi akibat reaksi silang epitop dengan enterobakteriase Hasil positif palsu juga dapat terjadi pada penyakit seperti malaria tifus bakteremia yang disebabkan oleh mikroba lain dan sirosisOleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan tingkat antibodi pada populasi normal untuk menentukan ambang titer antibodi yang dianggap bermaknaDemam tifoid terdiagnosa bila hasil titer antibodi antara serum kovalesen empat kali lipat dibandingkan serum akut misalnya titer antibodi 180 pada fase akut menjadi 1320 pada fase kovalesen (recovery)Walaupun ada keterbatasan tes ini berguna karena murah dibandingkan dengan tes diagnosis baru Tes ini tidak perlu dilakukan bila telah dilakukan pemeriksaan kultur bakteri S typhiTes diagnostik terbaruTes diagnostik terbaru adalah IDL Tubex dari Swedia Typidot dari Malaysia dan dipstik tes yang dikembangkan di BelandaPrinsip IDL tubex mendeteksi IgM O9 dan hasil didapat setelah beberapa menit Tes Tubex berdasarkan studi awal menunjukkan sensitifi tas dan spesifi sitas yang lebih baik dibandingkan tes WidalTypidot mendeteksi antibodi Ig M dan Ig G terhadap antigen S typhi 50 Kd dan hasilnya didapatkan sekitar 3 jam Sedangkan Typidot M mendeteksi IgM saja Typidot merupakan gold standar yang memiliki sensitifi tas dan spesifi sitas mendekati 100 Studi evaluasi menunjukkan Typidot M lebih baik dibandingkan metode kulturDipstik tes mendeteksi ikatan antara IgM S typhi terhadap lipopolisakarida (LPS) S typhi Dipstik tes adalah tes alternatif yang cepat dan mudah untuk mendiagnosis demam tifoid terutama di daerah yang tidak mempunyai fasilitas untuk kultur Hasil tes dapat diperoleh dalam 1 hari

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi urinalis kimia klinik

imunoreologi mikrobiologi dan biologi molekular Pemeriksaan ini ditujukan untuk

membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis)

menetapkan prognosis memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta

timbulnya penyulit

1 Hematologi

bull Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus

atau perforasi

bull Hitung leukosit sering rendah (leukopenia) tetapi dapat pula normal atau tinggi

bull Hitung jenis leukosit sering neutropenia dengan limfositosis relatif

bull LED ( Laju Endap Darah ) Meningkat

bull Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia)

2 Urinalis

bull Protein bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

bull Leukosit dan eritrosit normal bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit

3 Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai

hepatitis Akut

4 Imunorologi

bull Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)

terhadap antigen kuman Samonella typhi paratyphi (reagen) Uji ini merupakan test

kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana

penyakit ini endemis seperti di Indonesia Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat

segera diketahui Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi Karena itu antibodi

jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif

palsu atau negatif palsu Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara

lain pernah mendapatkan vaksinasi reaksi silang dengan spesies lain

(Enterobacteriaceae sp) reaksi anamnestik (pernah sakit) dan adanya faktor

rheumatoid (RF) Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita

sudah mendapatkan terapi antibiotika waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu

sakit keadaan umum pasien yang buruk dan adanya penyakit imunologik lain

Diagnosis Demam Tifoid Paratifoid dinyatakan bila atiter O = 1160 bahkan mungkin

sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini

endemis di Indonesia Titer O meningkat setelah akhir minggu Melihat hal-hal di atas

maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa

hari kurang tepat Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan

oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya

bull Elisa Salmonella typhi paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru yang dianggap lebih sensitif

dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid Paratifoid Sebagai

tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui Diagnosis Demam

Typhoid Paratyphoid dinyatakan 1 bila lgM positif menandakan infeksi akut 2 jika lgG

positif menandakan pernah kontak pernah terinfeksi reinfeksi daerah endemik

5 Mikrobiologi

bull Kultur (Gall culture Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid

paratyphoid Interpretasi hasil jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam

Tifoid Paratifoid Sebalikanya jika hasil negati belum tentu bukan Demam Tifoid

Paratifoid karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL) darah tidak segera

dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga

kuman terperangkap di dalam bekuan) saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1

sakit sudah mendapatkan terapi antibiotika dan sudah mendapat vaksinasi

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu

untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari bila belum ada pertumbuhan

koloni ditunggu sampai 7 hari) Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit

adalah darah kemudian untuk stadium lanjut carrier digunakan urin dan tinja

6 Biologi molekular

bull PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan Pada cara ini

di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe

yang spesifik Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah

sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula Spesimen yang

digunakan dapat berupa darah urin cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi

Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TESTLABORATORIUMa) 1SOLASI MIKROORGANISMESampai saat ini untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu Pada pasien yang belum diobati kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60 kasus terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit Kultur dari sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi mencapai 90 Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang 56Untuk mendapatkan hasil yang baik faktor terpenting yang memengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah Pada pasien dewasa dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah sedangkan pada pasien anak hanya dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak

b) PEMERIKSAAN SEROLOGI1 Uji Widal2 Uji Tubex3 Uji Thypidot4 IgM dipstick1Uji WidalUntuk tujuan pemeriksaan serologi dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan Pemeriksaan dapat langsung dilakukan atau ditunda selama 1 minggu tanpa mengubah titer antibodi Pemeriksaan serologi untuk menunjukkan infeksi demam tifoid yang tertua adalah uji Felix-Widal atau yang lebih dikenal dengan uji Widal Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan antinotgen H Secara umum antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik (lihat pembahasan berikut) Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30 kasus Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh 156Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi adalah kesamaan

antigen O dan H yang dimiliki S typhi dengan salmonella lain bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis Pada daerah endemis populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah Karena itu penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda Jika cut off dapat dilakukan dengan baik pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi gt 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex Typhidot Dipstick namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal 156Widodo D dkk melakukan studi cross sectional pada 300 responden sehat di 5 kecamatan di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Sebagian besar responden memberikan hasil seropositif pada pemeriksaan serologi Widal S typhi O (557) H (78) S paratyphi A H (643) B O (71) dan B H (78) Terdapat 13 responden sehat dengan titer S typhi O gt 1160 77 responden dengan titer H gt 1320 Tidak ada responden yang memiliki titer S parathypi A O dan C O gt 1 160 Hanya sebagian kecil responden sehat yang memiliki titer S parathypi B O gt 1160 (134) A H gt 1320 (533) B H gt 1320 (267) S paratyphi C H gt 1320 (066) Karena itu berdasarkan penejitian ini disimpulkan bahwa cut off terbaik uji Widal satu kali untuk diagnosis demam tifoid dan uji Widal Sparatyphi di Jakarta adalah gt 1160 untuk titer O dan gt 1320 untuk titer H82 Uji Tubex Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit) Untuk meningkatkan spesivisitas pemeriksaan ini menggunakan antinotgen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S typhi Infeksi oleh S paratyphi akan memberikan hasil negatif 19Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan Antinotgen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus pada bayi dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T Karena sifat-sifat ini respon terhadap antinotgen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau 19Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen meliputi191 Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST
Page 3: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

Enzim hati (SGOT SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai

hepatitis Akut

4 Imunorologi

bull Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah)

terhadap antigen kuman Samonella typhi paratyphi (reagen) Uji ini merupakan test

kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana

penyakit ini endemis seperti di Indonesia Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat

segera diketahui Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi Karena itu antibodi

jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif

palsu atau negatif palsu Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor antara

lain pernah mendapatkan vaksinasi reaksi silang dengan spesies lain

(Enterobacteriaceae sp) reaksi anamnestik (pernah sakit) dan adanya faktor

rheumatoid (RF) Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita

sudah mendapatkan terapi antibiotika waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu

sakit keadaan umum pasien yang buruk dan adanya penyakit imunologik lain

Diagnosis Demam Tifoid Paratifoid dinyatakan bila atiter O = 1160 bahkan mungkin

sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini

endemis di Indonesia Titer O meningkat setelah akhir minggu Melihat hal-hal di atas

maka permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam beberapa

hari kurang tepat Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan

oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya

bull Elisa Salmonella typhi paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru yang dianggap lebih sensitif

dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid Paratifoid Sebagai

tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui Diagnosis Demam

Typhoid Paratyphoid dinyatakan 1 bila lgM positif menandakan infeksi akut 2 jika lgG

positif menandakan pernah kontak pernah terinfeksi reinfeksi daerah endemik

5 Mikrobiologi

bull Kultur (Gall culture Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid

paratyphoid Interpretasi hasil jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam

Tifoid Paratifoid Sebalikanya jika hasil negati belum tentu bukan Demam Tifoid

Paratifoid karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL) darah tidak segera

dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga

kuman terperangkap di dalam bekuan) saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1

sakit sudah mendapatkan terapi antibiotika dan sudah mendapat vaksinasi

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu

untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari bila belum ada pertumbuhan

koloni ditunggu sampai 7 hari) Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit

adalah darah kemudian untuk stadium lanjut carrier digunakan urin dan tinja

6 Biologi molekular

bull PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan Pada cara ini

di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe

yang spesifik Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah

sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula Spesimen yang

digunakan dapat berupa darah urin cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi

Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TESTLABORATORIUMa) 1SOLASI MIKROORGANISMESampai saat ini untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu Pada pasien yang belum diobati kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60 kasus terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit Kultur dari sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi mencapai 90 Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang 56Untuk mendapatkan hasil yang baik faktor terpenting yang memengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah Pada pasien dewasa dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah sedangkan pada pasien anak hanya dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak

b) PEMERIKSAAN SEROLOGI1 Uji Widal2 Uji Tubex3 Uji Thypidot4 IgM dipstick1Uji WidalUntuk tujuan pemeriksaan serologi dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan Pemeriksaan dapat langsung dilakukan atau ditunda selama 1 minggu tanpa mengubah titer antibodi Pemeriksaan serologi untuk menunjukkan infeksi demam tifoid yang tertua adalah uji Felix-Widal atau yang lebih dikenal dengan uji Widal Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan antinotgen H Secara umum antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik (lihat pembahasan berikut) Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30 kasus Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh 156Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi adalah kesamaan

antigen O dan H yang dimiliki S typhi dengan salmonella lain bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis Pada daerah endemis populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah Karena itu penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda Jika cut off dapat dilakukan dengan baik pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi gt 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex Typhidot Dipstick namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal 156Widodo D dkk melakukan studi cross sectional pada 300 responden sehat di 5 kecamatan di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Sebagian besar responden memberikan hasil seropositif pada pemeriksaan serologi Widal S typhi O (557) H (78) S paratyphi A H (643) B O (71) dan B H (78) Terdapat 13 responden sehat dengan titer S typhi O gt 1160 77 responden dengan titer H gt 1320 Tidak ada responden yang memiliki titer S parathypi A O dan C O gt 1 160 Hanya sebagian kecil responden sehat yang memiliki titer S parathypi B O gt 1160 (134) A H gt 1320 (533) B H gt 1320 (267) S paratyphi C H gt 1320 (066) Karena itu berdasarkan penejitian ini disimpulkan bahwa cut off terbaik uji Widal satu kali untuk diagnosis demam tifoid dan uji Widal Sparatyphi di Jakarta adalah gt 1160 untuk titer O dan gt 1320 untuk titer H82 Uji Tubex Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit) Untuk meningkatkan spesivisitas pemeriksaan ini menggunakan antinotgen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S typhi Infeksi oleh S paratyphi akan memberikan hasil negatif 19Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan Antinotgen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus pada bayi dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T Karena sifat-sifat ini respon terhadap antinotgen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau 19Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen meliputi191 Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST
Page 4: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu

untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari bila belum ada pertumbuhan

koloni ditunggu sampai 7 hari) Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit

adalah darah kemudian untuk stadium lanjut carrier digunakan urin dan tinja

6 Biologi molekular

bull PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan Pada cara ini

di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe

yang spesifik Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah

sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula Spesimen yang

digunakan dapat berupa darah urin cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi

Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TESTLABORATORIUMa) 1SOLASI MIKROORGANISMESampai saat ini untuk menegakkan diagnosis definitif demam tifoid tetap dibutuhkan isolasi organisme dari spesimen darah atau sumsum tulang penderita Hal ini dikarenakan kasus karier tifoid dapat memberikan hasil positif palsu Pada pasien yang belum diobati kultur darah menunjukkan hasil positif pada 40-60 kasus terutama jika kultur dilakukan pada awal perjalanan penyakit Kultur dari sediaan sumsum tulang menunjukkan hasil positif yang lebih tinggi mencapai 90 Pemberian antibiotika sebelum pengambilan spesimen tidak mempengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur sumsum tulang 56Untuk mendapatkan hasil yang baik faktor terpenting yang memengaruhi sensitivitas pemeriksaan kultur darah adalah jumlah spesimen darah Pada pasien dewasa dibutuhkan sejumlah 10-15 ml darah sedangkan pada pasien anak hanya dibutuhkan 2-4 ml darah karena derajat bakteremia yang lebih tinggi pada pasien anak

b) PEMERIKSAAN SEROLOGI1 Uji Widal2 Uji Tubex3 Uji Thypidot4 IgM dipstick1Uji WidalUntuk tujuan pemeriksaan serologi dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan Pemeriksaan dapat langsung dilakukan atau ditunda selama 1 minggu tanpa mengubah titer antibodi Pemeriksaan serologi untuk menunjukkan infeksi demam tifoid yang tertua adalah uji Felix-Widal atau yang lebih dikenal dengan uji Widal Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan antinotgen H Secara umum antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik (lihat pembahasan berikut) Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30 kasus Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh 156Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi adalah kesamaan

antigen O dan H yang dimiliki S typhi dengan salmonella lain bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis Pada daerah endemis populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah Karena itu penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda Jika cut off dapat dilakukan dengan baik pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi gt 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex Typhidot Dipstick namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal 156Widodo D dkk melakukan studi cross sectional pada 300 responden sehat di 5 kecamatan di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Sebagian besar responden memberikan hasil seropositif pada pemeriksaan serologi Widal S typhi O (557) H (78) S paratyphi A H (643) B O (71) dan B H (78) Terdapat 13 responden sehat dengan titer S typhi O gt 1160 77 responden dengan titer H gt 1320 Tidak ada responden yang memiliki titer S parathypi A O dan C O gt 1 160 Hanya sebagian kecil responden sehat yang memiliki titer S parathypi B O gt 1160 (134) A H gt 1320 (533) B H gt 1320 (267) S paratyphi C H gt 1320 (066) Karena itu berdasarkan penejitian ini disimpulkan bahwa cut off terbaik uji Widal satu kali untuk diagnosis demam tifoid dan uji Widal Sparatyphi di Jakarta adalah gt 1160 untuk titer O dan gt 1320 untuk titer H82 Uji Tubex Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit) Untuk meningkatkan spesivisitas pemeriksaan ini menggunakan antinotgen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S typhi Infeksi oleh S paratyphi akan memberikan hasil negatif 19Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan Antinotgen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus pada bayi dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T Karena sifat-sifat ini respon terhadap antinotgen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau 19Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen meliputi191 Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST
Page 5: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

antigen O dan H yang dimiliki S typhi dengan salmonella lain bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis Pada daerah endemis populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah Karena itu penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda Jika cut off dapat dilakukan dengan baik pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi gt 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex Typhidot Dipstick namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal 156Widodo D dkk melakukan studi cross sectional pada 300 responden sehat di 5 kecamatan di wilayah DKI Jakarta tahun 2006 Sebagian besar responden memberikan hasil seropositif pada pemeriksaan serologi Widal S typhi O (557) H (78) S paratyphi A H (643) B O (71) dan B H (78) Terdapat 13 responden sehat dengan titer S typhi O gt 1160 77 responden dengan titer H gt 1320 Tidak ada responden yang memiliki titer S parathypi A O dan C O gt 1 160 Hanya sebagian kecil responden sehat yang memiliki titer S parathypi B O gt 1160 (134) A H gt 1320 (533) B H gt 1320 (267) S paratyphi C H gt 1320 (066) Karena itu berdasarkan penejitian ini disimpulkan bahwa cut off terbaik uji Widal satu kali untuk diagnosis demam tifoid dan uji Widal Sparatyphi di Jakarta adalah gt 1160 untuk titer O dan gt 1320 untuk titer H82 Uji Tubex Pemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit) Untuk meningkatkan spesivisitas pemeriksaan ini menggunakan antinotgen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S typhi Infeksi oleh S paratyphi akan memberikan hasil negatif 19Secara imunologi antigen O9 bersifat imunodominan Antinotgen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus pada bayi dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T Karena sifat-sifat ini respon terhadap antinotgen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti-O9 dapat dilakukan lebih dini yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau 19Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen meliputi191 Tabung berbentuk V yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST
Page 6: Uji Sensitifitas +lab widal.docx

2 Reagen A yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S typhi O93 Reagen B yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamarDi dalam tabung satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan Berdasarkan warna inilah ditentukan skor yang interpretasinya dapat dilihat pada label 1Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9 reagen B akan bereaksi dengan reagen A Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak) komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B Sebagai akibatnya terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis Sebaliknya bila serum mengandung antibodi terhadap O9 antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan

Tabel 1 Interpretasi hasil uji Tubex9Skor Interpretasilt2 Negatif3 Borderline 4-5 Positif gt6 Positif

Berbagai penelitian (House dkk 2001 Olsen dkk 2004 dan Kawano dkk 2007) menunjukkan uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang baik (berturut-turut 75-80 dan 75-90)1910

  • Pemeriksaan LAB DEMAM TIFOID TUBEX TEST