uji diagnostik.docx

download uji diagnostik.docx

of 23

Transcript of uji diagnostik.docx

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Pada masa lalu diagnosis penyakit ditegakkan semata-mata dengan pemeriksaan

    klinis, yang banyak menyebabkan kesalahn diagnosis. Kemudian berkembang pelbagai

     pemeriksaan penunjang atau uji diagnostic, mulai dari pemeriksaan laboratorium sederhana

    sampai pemeriksaan pencitraan yang canggih. Tidak dapat dipungkiri bahwa kita

    memerlukan pelbagai jenis uji diagnostic untuk menegakkan diagnostik pada sebagian besar 

    kasus.

    Memilih pemeriksaan diagnostic yang tepat tidak selalu mudah. Uji diagnostik dapat

    dilakukan secara bertahap (serial atau sekaligus beberapa uji diagnostik (paralel. Pada uji

    diagnostic serial, pemeriksaan dilakukan secara bertahap! perlu atau tidaknya pemeriksaan

    selanjutnya ditentukan oleh hasil uji sebelumnya. Misalnya, untuk diagnosis tuberculosis

     paru, "oto toraks baru perlu dikerjakan bila hasil uji tuberculin positi". Pada uji pararel,

     beberapa pemeriksaan dilakukan sekaligus! hal ini biasa dilakukan pada kasus yang

    memerlukan diagnosis cepat. #ontohnya, pada pasien dengan kesadaran menurun, perlu

    dilakukan segera pemeriksaan terhadap gula darah, ureum, serta "unduskopi.

    $ikenal pula pembagian uji diagnostic berdasar pada kegunaannya misalnya untuk 

    skrining, memastikan diagnosis atau menyingkirkan diagnosis, memantau perjalanan

     penyakit, menentukan prpgnosis dan lain-lain. Perbedaan kegunaan tersebut menyebabkan

     perbedaan karakteristik uji diagnostic yang dipakai.

    Uji diagnostic yang ideal jarang sekali ditemukan, yaitu uji yang memberikan hasil

     positi" pada semua subyek yang sakit dan memberikan hasil negati%e pada subyek yang

    sehat. &amper pada semua uji diagnostic terdapat kemungkinan untuk diperoleh hasil uji

     positi" pada subyek yang sehat (posti" semu,  false positive, dan hasil negati%e pada subyek 

    yang sakit (negati%e semu, false negative.

    'nterpretasi hasil uji diagnostic dipengaruhi pula oleh berbagai hal, terutama

     pre%alens penyakit dan derajat penyakit pada waktu uji diagnostic dilakukan. $alam makalah

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    2/23

    ini diuraikan man"aat, prinsip dasar, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan

    suatu uji diagnostic, serta interpretasi hasil uji diagnostik. $ikemukakan pula satu contoh uji

    diagnostic sederhana.

    1.2 RUMUSAN MASALAH. Menjelakan tentang Tujuan uji diagnostik.

    ). Menjelaskan tentang Prinsip dasar uji diagnostik.

    *. Menjelaskan tentang +truktur uji diagnostik.. Menjelaskan tentang +kala pengukuran %ariable.

    . Menjelaskan tentang aku emas.

    /. Menjelaskan tentang 0nalis dalam uji diagnostic.1. Menjelaskan tentang +ensiti%itas dan +pesi"isitas.

    2. Menjelaskan tentang Titik potong (#ut 3"" Point.

    4. Menjelaskan tentang 5ecei%er 3perator #ur%e (53#.6. Menjelaskan tentang Pre%alens, post test probability, pretest 7 post test odds.

    . Menjelaskan tentang 8ilai duga (Predicti%e %alues.). Menjelaskan tentang 5asio Kemungkinan (9ikelihood ratio.

    *. Menjelaskan tentang 9angkah-langkah penelitian uji diagnostic.

    1.3 TUJUAN

    $iharapkan mahasiwa:mahasiswi  Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

     Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar Mataram mampu menjelaskan serta mampu

    mengerti tentang Tujuan uji diagnostic, Prinsip dasar uji diagnostic, +truktur uji diagnostic,

    +kala pengukuran %ariable, aku emas, 0nalis dalam uji diagnostic, +ensiti%itas dan

    +pesi"isitas, Titik potong (#ut 3"" Point, 5ecei%er 3perator #ur%e (53#, Pre%alens, post

    test probability, pretest 7 post test odds, 8ilai duga (Predicti%e %alues, 5asio Kemungkinan

    (9ikelihood ratio, 9angkah-langkah penelitian uji diagnostic agar mempermudah

    mahasiswa:mahasiswi dalam mengikuti perkuliahan selanjutnya pada blok epidemiologi

    (metodologi penelitian klinis.

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 TUJUAN UJI DIAGNOSTIK 

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    3/23

    Telah disebutkan bahwa sedikit sekali uji diagnostic yang ideal, artinya uji yang

    memberikan hasil positi" pada 66; pasien yang sakit dan memberikan hasil negati" 

     pada pasien yang tidak sakit. Pengembangan uji diagnostic dapat mempunyai beberapa

    tujuan, termasuk<

    . Untuk menegakkan diagn!i! penyakit atau menyingkirkan suatu penyakit. Untuk 

    keperluan ini, uji diagnostic haruslah sensiti" (kemungkinan negati%e semu kecil,

    sehingga bila didapatkan hasil normal (hasil uji negati%e dapat digunakan untuk 

    menyingkirkan adanya suatu penyakit. 'a juga harus spesi"ik (kemungkinan hasil

     positi" semu kecil, sehingga apabila hasilnya abnormal dapat digunakan untuk 

    menentukan adanya penyakit. Mneomoni (=jembatan keledai> dalam bahasa inggris

    yang sering digunakan adalah SnNO"# (ith Sensitive test! Negative result rules Out 

    the disease" dan S$PIn (ith Spesific test! Positive result rules In the disease".

    ). Untuk keperluan !k%inning. +krinning dlakukan untuk mencari penyakit oada subyek 

    yang asimtomatik, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan agar diagnosis dini

    dapat ditegakkan. Uji diagnostic untuk skrinning harus mempunyai sensiti%itas yang

    sangat tinggi meskipun spesi"isitasnya sedikit rendah. Penyakit yang perlu dilakukan

    skrinning memiliki syarat-syarat sebagai berikut!

    • Pre%alens penyakit harus tinggi, meski kata ?tinggi@ ini relati%e.

    • Penyakit tersebut menunjukkan morbiditas dan: atau mortalitas yang

     bermakna apabila tidak diobati.

    • &arus ada terapi e"ekti" yang dapat mengubah perjalanan penyakit.

    • Pengobatan dini memberikan hasil yang lebih baik ketimbang pengobatan

     pada kasus yang lanjut.

    #ontoh skrinning yang baik adalah uji tuberculin pada anak. Keempat syarat

    tersebut terpenuhi, karena pre%alens tuerkulosis di 'ndonesia tinggi, apabila tidak 

    diobati akan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna, terdapat

     pengobatan yang e"ekti", dan pengobatan dini akan memberikan hasil yang jauh lebih

     baik. $i banyak 8egara, skrinning ini juga dilaksanankan terhadap beberapa in#orn

    error of meta#olism seperti "enilketonuria (PKU atau hipotiroidisme pada bayi baru

    lahir, meskipun insidens kelainan-kelainan tersebut, dipandang dengan kacamata kita

    saat ini, tidak terlalu tinggi.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    4/23

    #ontoh skrinning yang tidak layak adalah "oto thoraks untuk mendeteksi

    kanker paru! karena meskipun misalnya prosedur tersebut sensiti%e, namun bila

    kanker paru sudah terdeteksi dengan "oto rontgen, tidak atau belum tersedia cara

     pengobatan ?dini@ yang member tingkat kesembuhan yang lebih baik (dengan

     perkataan lain, pada keadaan ini diagnosis dini tidak mengubah prognosis.

    *. Untuk $eng&a#an $a!ien. $alam pengobatan pasien, uji diagnostic sering dilakukan

     berulang-ulang untuk<

    • Memantau perjalan penyakit atau hasil terapi

    • Mengidenti"ikasi komplikasi

    • Mengetahui kadar terapi suatu obat

    • Menetapkan prognosis

    • Mengkon"irmasi suatu hasil pemeriksaan yang tak terduga

    Untuk kepentingan tersebut, reprodusibilitas suatu uji diagnostic sangat

     penting, artinya apabila suatu uji diagnostic sangat penting, artinya apabila suatu uji

    dilakukan terhadap subyek yang sama pada waktu yang sama, maka uji diagnostik 

    tersebut harus member hasil yang sama pula.

    . Untuk !#"di e$idemi'gi. Uji diagnostic seringkali dilaksanakan salam studi

    epidemiologi. +uatu uji diagnostic yang memberikan hasil yang positi" (ada penyakit

    atau negati%e (tidak ada penyakit sering dipakai dalam sur%ai untuk menentukan

     pre%alens suatu penyakit. $alam studi kohort, uji diagnostic dapat merupakan alat

    untuk menentuan terjadinya e"ek atau penyekit tertentu, sehingga dapat dihitung

    incidence rate-nya, kedua hal tersebut seringkali mempunyai nilai yang penting dalam

    kesehatan masyarakat, untuk penentuan kebijakan kesehatan, misalnya apakah

    diperlukan inter%ensi tertentu untuk mencegah atau menanggulangi suatu penyakit

    yang banyak terdapat dalam masyarakat. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2.2 PRINSIP DASAR UJI DIAGNOSTIK 

    Uji diagnostic baru  harus memberi  man"aat yang lebih dibandingkan uji yang

    sudah ada, termasuk <

    . 8ilai diagnostiknya tidak jauh berbeda dengan nilai uji diagnostik standar 

      (baku emas.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    5/23

    ). Memberi kenyamanan yang lebih baik bagi pasien.

    *. 9ebih mudah atau lebih sederhana, atau lebih cepat dan murah.

    . $apat mendiagnosis pada "ase yang lebih dini (asimtomatik.

    ila uji diagnostic batu tidak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan uji

    diagnostic yang ada, maka tidak ada gunanya dilakukan penelitian baru. 

    2.3 STRUKTUR UJI DIAGNOSTIK 

    Uji diagnostik mempunyai %ariable predictor, yaitu hasil uji diagnostik dan

    %ariable hasil akhir atau out$ome  yaitu sakit atau tidaknya seorang pasien, yang

    ditentukan oleh pemeriksaan dengan baku emas.

    &0+'9 UA'

    PB8C0K'T

    C0 T'$0K AUM90&

    C0 P P+ PDP+

    T'$0K 8+ 8 8D8+

    AUM90& PD8+ P+D8 PDP+D8D8+

    Eambar . +kema memperlihatkan struktur dasar hasil uji diagnostik yang

    menunjukkan tabulasi hasil uji diagnostik dan terdapatnya penyakit (yang dinyatakan

    oleh hasil baku emas. P F Positi" benar (true positif , artinya hasil uji menyatakan

    terdapat penyakit, dan kenyataannya memang terdapat penyakit! P+ F Positi" semu ( false

     positif , hasil uji menunjukkan terdapat penyakit, padahal sebenarnya subyek tidak sakit!

     8+ F 8egati" semu ( false negative, hasil uji menunjukkan tidak terdapatnya penyakit,

     padahal sebenarnya subyek menderita penyakit! 8 F 8egati" benar (true negative, hasil

    uji menunjukkan tidak terdapat penyakit dan memang subyek tidak menderita penyakit.

    (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    Terlihat bahwa suatu uji diagnostik selalu berbentuk table ) G )! artinya, baik hasil

    uji yang diteliti maupun baku emas yang digunakan harus dapat memisahkan subyek 

    menjadi sakit atau tidak sakit (abnormal atau normal. $engan kata lain hasil uji

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    6/23

    diagnostik harus bersi"at nominal dikotom. 0pabila hasil uji merupakan %ariabel berskala

    numerik, maka harus dibuat titik potong ($ut-off point  untuk menentukan apakah hasil

    tersebut normal atau abnormal. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2.( SKALA PENGUKURAN )ARIABEL

    &asil pemeriksaan atau pengukuran dapat dinyatakan dalam berbagai skala<

    . Ska'a dik#m, yaitu skala nominal yang mempunyai ) nilai, misalnya hasil positi" -

    negati"! dalam klinik ini diknal sebagai penilaian kualitati".

    ). Ska'a %dina'< misalnya hasil pemeriksaan protein dalam urin DDD, DD, D dan H 

    (semi kualitati" .

    *. Ska'a n"me%ik , misalnya kadar gula darah )6 mg:dl (kuantitati".

    Karena uji diagnostik selalu berbentuk tabel ) G ), maka pelbagai skala tersebut

    (skala ordinal atau skala numerik perlu diubah ke dalam skala nominal dikotom, yaitu

    normal H abnormal, atau positi"- negati", dengan cara menggunakan titik potong ($ut-off 

     point  tertentu. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2.* BAKU EMAS

    Bak" ema! +G'd S#anda%d,  merupakan standar untuk pembuktian ada atau

    tidaknya penyakit pada pasien, dan merupakan sarana diagnostik terbaik yang ada

    (meskipun bukan yang termurah atau termudah. aku emas yang ideal selalu

    memberikan nilai positi" pada semua subyek dengan penyakit, dan memberikan hasil

    negati" pada semua subyek tanpa penyakit. $alam praktek, hanya sedikit baku emas yang

    ideal, sehingga tidak jarang kita memakai uji diagnostik terbaik yang ada, sebagai baku

    emas.

    Kata ?terbaik@ disini berarti uji diagnostik yang mempunyai sensiti%itas dan

    spesi"itas tertinggi. aku emas dapat berupa uji diagnostik lain, biopsi, operasi,

     pemantauan jangka panjang terhadap pasien, kombinasi karakteristik klinis dan

     pemeriksaan penunjang, atau baku lain yang dianggap benar. $alam kaitan dengan baku

    emas, apabila kita ingin menguji suatu uji diagnostik baru, maka diperlukan beberapa

    syarat umum sebagai berikut

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    7/23

    . aku emas yang dipakai sebagai pembanding tidak boleh mengandung unsur atau

    komponen yang diuji, misalnya kita tidak boleh menguji nilai apgar * komponen

    dengan nilai apgar komponen (yang selama ini digunakan sebagai baku emas.

    aku emas tidak boleh mempunyai sensiti%itas dan: atau spesi"isitas yang lebih

    rendah daripada uji diagnostik yang diteliti. +ebagai contoh, kita tidak boleh menguji

    sensiti%itas dan spesi"isitas %magneti$ resonan$e imaging&  M5' yang baru kita peroleh

    untuk menegakkan diagnosis kelainan intrakranial pada bayi dengan U+E sebagai baku

    emas, hanya oleh karena selama ini U+E dipergunakan untuk menegakkan diagnosis

    kelainan intrakranial. 0pabila ini dilakukan, maka muncul hasil yang ?aneh@, misalnya

    sensiti%itas spesi"isitas M5' untuk menemukan tumor intraserebral adalah rendah.

    $engan kata lain, harus ada in"ormasi a priori  bahwa baku emas yang digunakan

    memiliki sensiti%itas dan spesi"isitas yang lebih baik atau paling tidak sama dengan alat

    diagnostik yang akan diuji. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2.- ANALISIS DALAM UJI DIAGNOSTIK 

    Uji diagnostic esensinya merupakan !#"di cross sectional  ana'i#ik ! ia mempunyai

    struktur yang mirip dengan penelitian obser%asi lain, misalnya studi kasus kontrol atau

    kohort. Pe%&edaanna ia'a/ $ada $ene'i#ian &!e%0a!i #e%!e&"# ki#a menen#"kan

    e#i'gi !edangkan $ada "i diagn!#ik ki#a menen#"kan &agaimana !"a#" "i da$a#

    memi!a/kan an#a%a !"&ek ang !aki# dan ang #idak !aki#. &asil uji diagnostic

    dinyatakan dalam tabel ) G ), karena dapat saja dilakukan uji hipotesis misalnya uji G ).

     8amun, adanya hubungan bermakna antara hasil uji diagnostic dengan penyakit,

    misalnya dengan uji G) saja tidak cukup, hingga diperlukan pertimbangan lain untuk inter 

     pretasi hasil uji diagnostik.

    #ontoh <

    +uatu uji diagnostik terhadap 66 pasien lim"oma malignum yang dibuktikan

    dengan biopsi, / menunjukkan hasil positi"! sedangkan uji diagnostik yang sama

    terhadap 66 pasien dengan pembesaran kelenjar non lim"oma, hanya * yang

    menunjukkan hasil uji positi". ila dilakukan uji hipotesis dengan uji G), terdapat

    hubungan yang sangat bermakna (p I666. antara hasil uji positi" dengan terdapatnya

    lim"oma malignum.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    8/23

    KB0$008 +BB8058C0

    &0+'9 UA'

    9'MJ3M0 838 9'MJ3M0 AUM90&

    9'MJ3M0 / *6 4

     838 9'MJ3M0 * 16 6AUM90& 66 66 )66

    Eambar ). Tabel ) G ) memperlihatkan hasil pemeriksaan dengan uji diagnostik yang

    diteliti dan dengan baku emas. Uji kai kuadrat menunjukkan hubungan yang amat

     bermakna (p I666..

     8amun sebenarnya analisi stastistik yang sangat bermakna itu tidak banyak 

    memberi in"ormasi. Aumlah pasien yang menderita lim"oma namun memberi hasil negati" 

     pada uji (negati" semu sangat besar yakni * pasien sehingga tetap diperlukan biopsi!

    sebaliknya terdapat sebanyak *6 subyek yang tidak sakit namun menunjukkan hasil

     positi" (positi" semu, sehingga ada resiko mereka akan diobati sebagai lim"oma

    malignum, padahal mereka tidak sakit. Aadi hasil uji hipotesis yang sangat bermakna (p

    I6,66 tidak memberi in"ormasi apapun tentang kualitas suatu uji diagnostik. Karenanya

    diperlukan cara interpretasi lain terhadap hasil pengamatan dalam uji diagnostik tersebut

    yang dapat memberi in"ormasi kepada para klinikus dalam penegakkan diagnosis suatu

     penyakit atau kondisi klinis tertentu. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2. SENSITI)ITAS DAN SPESI4ISITAS

    +eperti telah disebutkan, penilaian suatu uji diagnostik memberi kemungkinan hal

     positi" benar, positi" semu, negati" semu dan negati" benar. $alam penyajian hasil uji

    diagnostik, keempat kemungkinan tersebut disusun dalam tabel ) G ). bila hasil positi" 

     benar disebut !e' a, hasil positi" semu adalah !e' &, hasil negati%e semu adalah !e' 5, dan

    hasil negati%e benar adalah !e' d, maka hasil pengamatan dapat disusun dalam tabel ) G )

    seperti yang terlihat pada gambar *. dari tabel ) G ) tersebut dapat diperoleh beberapa

    nilai statistic yang memperlihatkan berapa akurat suatu uji diagnostik dibandingkan

    dengan baku emas yang dipakai.

    aku Bmas

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    9/23

    &0+'9 UA'

    Positi" 8egati" Aumlah

    Positi" 0 b aDb

     8egati" # d cDd

    Aumlah 0Dc bDd aDbDcDd

    Eambar *. Tabel ) G ) memperlihatkan hasil uji diagnostik, yakni hasil yang

    diperoleh dengan uji yang diteliti dan dengan hasil pada pemeriksaan dengan baku emas.

    +el a menunjukkan jumlah subyek dengan hasil positi" benar! sel b F jumlah subyek 

    dengan hasil positi" semu! sel c F subyek dengan hasil negati" semu, sel d F subyek 

    dengan hasil negati" benar, dari tabel ini dapat dihitung<

    +ensiti"itas F a < (aDc+pesiti"itas F d < (bDd

     8ilai prediksi positi" F a < (aDb

     8ilai prediksi negati" F d < (cDd

    ila uji diagnosis telah dilakukan, maka dari hasil uji tersebut harus dapat dijawab

    dua pertanyaaan <

    . ila subyek benar-benar sakit, berapa besarkah kemungkinan bahwa hasil uji

    diagnostik akan positi" atau abnormal jawaban atas pertanyaan ini adalah

    !en!i#i0i#a!, yang memperlihatkan kemampuan alat diagnostik untuk mendeteksi

     penyakit. +ensiti%itas adalah proporsi subyek yang sakit dengan hasil uji diagnostik 

     positi" (positi" benar dibanding seluruh subyek yang sakit (positi" benar D negati" 

    semu atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik positi" bila dilakukan pada

    sekelompok subyek yang sakit. Pada tabel ) G ), sensiti%itas F a < (aDc. 9ihat gambar 

    *.

    ). ila subyek tidak sakit , berapa besarkah kemungkinan bahwa hasil uji akan negati"

     jawaban pertanyaan ini adalah !$e!i6i!i#a!, yang menunjuk kemampuan alat

    diagnostik untuk menentukan bahwa subyek tidak sakit. +pesi"isitas merupakan

     proporsi subyek sehat yang memberikan hasil uji diagnostik negati" (negati" benar

    dibandingkan dengan seluruh subyek yang tidak sakit (negati" benar D positi" semu

    atau kemungkinan bahwa hasil uji diagnostik akan negati" bila dilakukan pada

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    10/23

    sekelompok subyek yang sehat. $alam tabel ) G ), spesi"isitas F d < (bDd. 9ihatlah

    skema pada gambar *.

    Pada contoh lim"oma malignum yang dikemukakan diatas, sensiti%itas uji

    diagnostik tersebut adalah /:(/D* F /;, atau hanya /; diantara subyek penderita

    lim"oma dapat dideteksi dengan uji diagnostik tersebut. +pesi"isitas uji diagnostik 

    tersebut adalah 16:(16D*6 F 16;, menunjukkan bahwa lim"oma malignum dapat

    disingkirkan pada 16; pasien pembesaran kelenjar nonlim"oma. +ensiti"itas dan

    spesiti"itas tersebut tidak memadai sehingga uji diagnostik tersebut bukanlah uji yang

     baik.

    +ensiti%itas dan spesiti"itas disebut sebagai uji diagnostik yang stabil, karena

    nilai-nilainya tidak berubah pada proporsi subyek sehat dan sakit yang berbeda atau pada

     pre%alens rendah dan tinggi. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael, )66.

    2.7 TITIK POTONG +8"# O66 Pin#,

    Ti#ik $#ng  atau cutoff point  adalah nilai batas antara normal dan abnormal,

    atau nilai batas hasil uji positi" dan hasil uji negati". ila pengukuran %ariabel prediktor 

    (hasil uji maupun %ariabel e"ek ( hasil baku emas dilakukan dalam skala dikotom yaitu

     positi" dan negati", maka tidak diperlukan titik potong. ila skala hasil pemeriksaan

     berbentuk ordinal misalnya D, DD, DDD, maka dapat ditentukan tiik potongnya , misalnya

    sampai DD dianggap normal, dan DDD adalah abnormal. demikian pula bila hasil

     pemeriksaan berskala numerik, harus ditetapkan terlebih dahulu titik potongnya.

    9angkah untuk mengubah %ariabel berskala ordinal atau numerik menjadi %ariabel

    nominal dikotom ini dengan mudah dapat dilakukan dan tidak menyalahi prinsip-prinsip

     pengukuran. $alam menentukan titik potong ini harus dilakukan tawar menawar, karena

     peningkatan sensiti"itas akan menyebabkan penurunan spesiti"itas dan sebaliknya.

    #ontoh<

    Misalnya kita melakukan uji dignostik untuk menentukan apakah seseorang

    mengalami gagal ginjal atakah tidak, dengan cara melakukan pemeriksaan kadar ureum

    darah. 0lternati" titik potong kadar ureum adalah 6 mg:dl atau /6 mg:dl. ila digunakan

    titik potong 6 mg:dl, maka sensiti%itas uji diagnostic akan lebih tinggi (lebih sedikit

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    11/23

    diperoleh hasil negati%e semu karena lebih banyak pasien yang didiagnosis sebagai gagal

    ginjal, sedangkan spesi"isitas akan rendah (banyak positi" semu, karena tidak semua

    subyek dengan nilai ureu 6 mg:dl sebenarnya mengalami gagal ginjal. ila titik potong

    yang diambil adalah /6 mg:dl, maka sensiti%itasnya lebih rendah (lebih banyak hasil

    negati%e semu karena sebagian pasien gagal ginjal dengan nilai ureum belum mencapai

    nilai /6 akan luput dari diagnosis, sedangkan spesi"isitasnya lebih tinggi karena subyek 

    memang benar sakit bila kadar ureum /6 mg:dl.

    $alam tawar menawar ini, peneliti harus memperhatikan kepentingan uji

    diagnostik tersebut, apakah uji tersebut lebih dimaksud untuk menegakkan diagnosis

     penyakit ataukah untuk menyingkirkan penyakit. #aranya adalah dengan memperhatikan

    nilai positi" semu dan negati" semu. ila kita ingin menghidari positi" semu, misalnya

    untuk menentukan apakah pasien perlu operasi berbahaya, maka spesi"isitas harus tinggi,

    meskipun sensiti%itasnya menurun. 8amun bila hasil negati" semu harus dihindari, misal

     pada skrining hipotiroid, titik potong direndahkan agar sensiti%itas uji menjadi tinggi

    sekalipun spesi"isitasnya menjadi tidak terlelu tinggi. (+astroasmoro, +, 7 +o"yan 'smael,

    )66.

    2.9 RE8EI)ER OPERATOR 8UR)E +RO8,

    RO8  merupakan suatu cara untuk menentukan titik potong dalam suatu uji

    diagnostic 53# merupakan suatu gar"ik yang menggambarkan tawar menawar antara

    sensiti%itas dan spesi"isitas. +ensiti%itas digambarkan pada ordinat C sedangkan (-

    spesi"iisitas digambarkan pada absis L. Makin tinggi sensiti%itas makin rendah

    spes"isitas dan sebaliknya. Era"ik ini dapat dibuat secara manual, yakni dengan

    menghitung sensiti%itas dan spesi"isitas dengan menggunakan titik potong yang di ubah

    dari yang terendah sampai yang tertinggi. Era"ik juga dapat dibuat dengan program

    computer tertentu.

    ial titik potok diambil pada titik 0, kita akan memperoleh nilai spesi"isitas yang

    sangat tinggi yaitu -6 F , tetapi dengan sensiti%itas yang rendah yakni 6,). Pada

    ekstrim lainnya, misalnya pada titik $ sensiti%itas yang diperoleh sangat tinggi yaitu

    atau 66 ; tetapi spesi"isitasnya hanya -6,/ F 6,. Titik dan # ialah nilai yang

    moderat. Pemilihan titik potong tersebut bergantung kepada tujuan uji diagnostik 

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    12/23

    dilakukan. 0pabila perlu sensiti%itas yang tinggi, geserlah titik potong ke arah # atau $,

    sedangkan bila diperlukan spesi"isitas yang tinggi geserlah titik potong ke arah atau 0.

    Earis diagonal terdiri atas titik dengan nilai sensiti%itas F H spesi"isitas. Makin

    dekat kur%a 53# ke garis diagonal, makin buruk hasilnya. Titik potong yang terbaik 

    adalah titik terjauh di sebelah kiri H atas garis diagonal.

    Eambar . 'e$eiver perator )urve, memperlihatkan tawar menawar antara sensiti%itas

    dan spesi"isitas suatu uji diagnostik. Upaya untuk meningkatkan sensiti%itas akan

    menyebabkan menurunnya nilai spesi"isitas, dan sebaliknya. Upaya meningkatkan

    spesi"isitas menyebabkan menurunnya nilai sensiti%itas.

    2.1: PRE)ALENS POST TEST PROBABILIT; PRETEST < POST TEST ODDS

    Pre%alens adalah proporsi kasus yang sakit dalam suatu populasi pada suatu saat

    atau kurun waktu. 8ilai uji diagnostik tidak hanya tergantung kepada sensiti%itas dan

    spes"isitasnya saja, tetapi juga pada pre%alens penyakit dalam suatu populasi yang akan

    diteliti. 0pabila per%alensinya rendah, kecil kemungkinan seseorang dengan hasil uji

    diagnostic positi" memang menderita penyakit tersebut, atau berarti nilai positi" 

    semuanya sangat tinggi. Pada pre%alens rendah, suatu uji yang spesi"ik lebih penting

    dibandingkan uji yang sensiti%e, sebaliknya suatu penyakit yang mempunyai pre%alens

    yang tinggi memerlukan suatu uji yang sensiti%e.

    #ontoh +uatu uji diagnostic untuk mencari kasus sindrom ne"rotik di populasi anak 

    +MP memerlukan suatu uji yang spesi"ik karena pre%alens sindrom ne"rotik sangat

    rendah. +ebaliknya suatu uji diagnostic untuk mendeteksi adanya ketulian pada suatu

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    13/23

     populasi pasien meningitis tuberkulosa yang mendapat pengobatan streptomisin

    memerlukan uji yang sensiti%e karena pre%alensinya sangat tinggi.

    Pada seorang subyek, pre%alens penyakit disebut sebagai $%i% $%&a&i'i# atau

    P%e=#e!# $%&a&i'i# yang menunjukkan besarnya kemungkinan seseorang menderita

     penyakit berdasarkan ciri demogra"is dan klinis. Prior probability diperkirakan sebelum

    dilakukan uji diagnostik, misalnya prior probability diperkirakan sebelum dilakukan uji

    diagnostik. Misalnya prior probability sindrom ne"rotik pada seorang anak sekolah (ciri

    demogra"is yang sehat (ciri klinis hanya ; sebaliknya prior probability seorang

    mengalami hiperkolestrolemia pada orang tua (ciri demogra"is yang gemuk (ciri klinis

    adalah 26;.

    +tatistik lain yang dapat diperoleh adalah  pretest odds, yakni besarnya

    kemungkinan seseorang sakit dibanding kemungkinan ia tidak sakit sebelum dilakukan

    uji (ingat bahwa odds F probability: (-probability. Pada tabel ) G ) pretest odds adalah

    F (aDc: (bDd. $alam analisis hasil uji diagnostik pretest odds ini penting, karena pretest

    odds bila dikalikan dengan rasio kemungkinan (likelihood ratio akan memberikan post 

    test odds.

    2.11 NILAI DUGA +PREDI8TI)E )ALUES,

    +etelah hasil uji diagnostik diketahui normal atau abnormal,maka tugas seorang

    klinikus adalah menetukan ada tidaknya penyakit.untuk menetukan ada tidaknya suatu

     penyakit, pertanyaan harus dijawab!

    . ila hasil uji diagnostik positi", berapa besarkah kemungkinan subyek tersebut

    menderita penyakit

    ). ila hasil uji diagnostik negati%e, berapa besarkah kemungkinan bahwa subyek tidak 

    menderita penyakit

    Kedua pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan menggunakan statistik lain dari

    uji diagnostik, yang disebut sebagai nilai duga (predicti%e %alue suatu uji diagnostik.

     8ilai duga ini terdiri atas dua jenis, yakni ni'ai d"ga $!i#i6  dan ni'ai d"ga nega#i6 .

     8ilai duga uji diagnostik yang positi" (NDD, atau NDP disebut pula sebagai

    $%edi5#i0e 0a'"e 6 $!i#i0e #e!# +P)>,  atau $!i#i0e $%edi5#i0e 0a'"e +PP),  adalah

     probabilitas seorang menderita penyakit bila uji diagnostiknya positi". $alam table )G)

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    14/23

    maka 8$P adalah perbandingan antara subyek dengan hasil uji positi" benar dengan

     positi" benar plus positi" semu atau NDP ? a @ +a > &,.

     8ilai duga suatu uji diagnostik yang negati%e +ND=NDN, disebut pula $%edi5#i0e

    0a'"e 6 nega#i0e #e!# +P)=, atau nega#i0e $%edi5a#i0e 0a'"e +NP), adalah probabilitas

    seseorang tidak menderita penyakit bila hasil ujinya negati%e. $alam table )G) maka

    NDN ? d @ +5 > d,. 8ilai duga ini disebut juga sebagai posterior pro#a#ilit* oleh karena

    ditetapkan setelah hasil uji diagnostik diketahui. 8ilai ini sangat ber"luktasi, tergantung

     pada pre%alens penyakit, sehingga disebut sebagai bagian yang tidak stabil dari uji

    diagnostik (vide infra"+

    Karena melibatkan in"ormasi mengenai uji dan populasi yang diuji, maka nilai

     prediksi merupakan ukuran man"aat klinis secara keseluruhan. $alam keadaan sehari-

    hari, terdapat perbedaan antara pre%alens di masyarakat dan dirumah sakit. 9agipula di

     puskesmas biasanya subyek mengalami penyakit lebih ringan dibandingkan di rumah

    sakit rujukan. 9ebih sulit lagi, biasanya penelitian uji diagnostik dilakukan terhadap

     jumlah yang sama antara subyek yang sakit dan yang sehat atau pre%alens sebesar 6;,

    yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan keadaan sebenarnya, walaupun dirumah

    sakit rujukan. Pada contoh berikut terlihat "luktuasi nilai duga (positi" maupun negati"

     pada pre%alens penyakit yang berlainan! yang mengharuskan kita sehati-hati dalam

    menerapkan hasil penelitian uji diagnostik dalam praktik sehari-hari.

    #ontoh<+uatu uji diagnostik yang mempunyai sensiti%itas 46; dan spesi"isitas 26;

    diterapkan pada ) populasi, yakni pada 66 subyek dengan pre%alens penyakit 6;

    (Eambar dan 66 subyek dengan pre%alens penyakit )6; (Eambar /. Pada kedua

    keadaan tersebut nyatalah, bahwa uji diagnostik yang sama, bila dilakukan pada pouplasi

    dengan pre%alens penyakit yang berbeda, memberi nilai prediksi yang berbeda pula.

    $engan pre%alens penyakit yang sebesar (6; nilai predileksi positi"nya 26; dan nilai

     prediksi negati"nya 24; sedangkan dengan pre%alens penyakit yang rendah ()6; nilai

     prediksi positi"nya turun (1; dan nilai prediksi negati"nya meningkat (41;.

    Aadi dengan sensiti%itas dan spesi"isitas yang tetap, kita harus berhati-hati dalam

    mena"sirkan uji diagnostik pada populasi yang berbeda. Misalnya, pemeriksaan U+E

    untuk menentukan keganasan tiroid berbeda maknanya bila dilakukan di Poliklinik 

    Tumor 5+ rujukan dengan bila dilakukan di Puskesmas. +ebaliknya suatu uji diagnostik 

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    15/23

    yang dilakukan dalam masyarakat, misalnya untuk menetapkan indeks tuberkulin, akan

     berbeda maknanya bila diterapkan di klinik tuberkulosis.

    Eambar .

    +ensiti%itas,

    spesi%isitas, dan

    nilai duga suatu uji

    diagnostik pada poulasi dengan pre%alens penyakit (persentase subyek yang menderita penyakit,

    atau baku emas positi" terhadap seluruh subyek sebesar 6; (6:66.

    +ensiti%itas F :6F46; 8$D F :F2);

    +pesi"isitas F 6:6F26; 8$- F 6:F24;

      aku emas

    Positi" 8egati" Aumlah

    &asil uji Positi" 2 / *

     8egati" ) / //

    )6 /6 66

    Eambar /. +ensiti%itas, spesi"isitas, serta nilai duga suatu uji diagnostik pada

     populasi dengan pre%alens penyakit (persentase subyek yang menderita penyakit atau

     baku emas positi", terhadap seluruh subyek sebesar )6; ()6:66.

    +ensiti%itas F 2:)6 F 46; 8$D F2:* F *;

    +pesi"isitas F /:26 F 26; 8$- F/:// F 41;

    2.12 RASIO KEMUNGKINAN +LIKELIHOOD RATIO,

    +tatistik lain yang diperoleh dari uji diagnostic adalah rasio kemungkinan (5K

    atau likelihood ratio (95, yang menyatakan besarnya kemungkinan subyek yang sakit

    akan mendapat suatu hasil uji diagnostik tertentu dibagi kemungkinan subyek tidak sakit

    akan mendapat hasil uji yang sama. Aadi 5K positi" adalah perbandingan antara proporsi

    subyek yang sakit yang memberi hasil uji positi" dengan proporsi subyek yang sehat yang

    member hasil uji positi". $alam tabel ) G ) maka<

    RK $!i#i6 ? a+a>5, @ &+&>d, ? !en!i#i0i#a! @ +1=!$e!i6i!i#a!,

    aku emas

    Positi" 8egati" Aumlah

    &asil uji Positi" 6

     8egati" 6

     jumlah 6 6 66

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    16/23

    +edangkan 5K negati%e adalah perbandingan antara proporsi subyek yang sakit

    yang memberi hasil uji negati%e dengan subyek sehat yang memberi hasil uji negati%e.

    $alam table ) G ) maka <

    RK nega#i0e ? 5+a>5, @ d+&>d, ? +1=!en!i#i0i#a!, @ !$e!i6i!i#a!

     8ilai 5K ber%ariasi antara 6 sampai tidak terhingga. &asil uji diagnostic yang

     positi" kuat memberikan nilai 5K yang jauh lebih besar dari , hasil uji yang negati" kuat

    akan memberikan nilai 5K mendekati 6, sedang hasil uji yang sedang memberikan 5K di

    sekitar nilai . 8ilai 5K (positi" yang dianggap penting adalah 6 atau lebih. ila hasil

     positi" bermacam-macam, seperti yang ditemukan pada skala ordinal atau kontinu, maka

    nilai 5K akan ber%ariasi tergantung hasil positi" tersebut.

    $engan mengetahui pretest probability (kemungkinan adanya penyakit sebelum

    dilakukan uji, atau pre%alens dan rasio kemungkinan uji diagnostic, dapat diketahui post-

    test probability (kemungkinan adanya penyakit setelah uji diagnostic. &al tersebut dapat

    dilakukan dengan melakukan perhitungan manual atau lebih praktis dengan

    menggunakan nomogram.

    2.13 LANGKAH=LANGKAH PENELITIAN UJI DIAGNOSTIK 

    $alam melaksanakan uji diagnostik langkah-langkah berikut perlu dilakasanakan<

    . memastikan mengapa diperlukan uji diagnostik baru

    ). menetapkan tujuan utama uji diagnostik yang diteliti

    *. memilih subyek penelitian

    . menetapkan baku emas

    . melaksanakan pengukuran

    /. melakukan analisis

    1, Mene#"kan menga$a di$e%'"kan "i diagn!#ik &a%"

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    17/23

    $alam hal ini harus diidenti"ikasi apakah misalnya uji yang saat ini tersedia

     bersi"at in%asi", terlalu mahal, terlalu sulit, atau memerlukan keahlian khusus, dan

    apakah alat diagnostik yang baru dapat mengatasi kekurangan tersebut.

    2, Mene#a$kan #""an "#ama "i diagn!#ik

    Tentukan apakah uji diganostik akan digunakan untuk skrining, diagnosa atau

    untuk mneyingkirkan penyakit. Uji untuk skrining memerlukan sensiti%itas yang

    tinggi! bila skrining memberi hasil yang positi", maka perlu dikom"irmasi dengan uji

     pemeriksaan lainnya. Uji diagnostik untuk kom"irmasi diagnosis juga memerlukan

    nilai sensiti%itas yang tinggi dengan spesi"isitas cukup, sedangkan untuk 

    menyingkirkan penyakit, diperlukan suatu uji diagnostik dengan spesi"isitas yang

    tinggi.

    3, Mene#a$kan !"&ek $ene'i#ian

    +ubyek yang direkrut untuk keperrluan penelitan uji diagnostik sangat

    ditentukan oleh tujuan uji diagnostik tersebut. Peserta dapat direkrut dari relawan

    (skrinning, pasien yang berobat untuk penyakit lain (case "inding, atau pasien yang

    datang dengan keluhan tertentu (diagnosis. Aelaskan tempat uji diagnostik ini

    dilakukan, apakah dilakukan di masyarakat, puskesmas, atau rumah sakit rujukan.

    +ubyek harus terdiri atas orang sehat, mereka yang sakit ringan, dan sakit berat. esar 

    sampel perlu ditentukan berdasarkan inter%al kepercayaan (biasanya 'K 4;. &arus

    tersedia subyek yang cukup.

    (, Mene#a$kan &ak" ema!

    aku emas merupakan suatu hal yang mutlak dalam setiap penelitian uji

    diagnostik. Telah disebutkan bahwa baku emas merupakan uji dignostik terbaik yang

    tersedia. Kadang suatu uji diganostik secara teoritis ideal dipakai sebagai baku emas,

    namun kenyataannya tidak baik dipakai oleh karena memberikan hasil yang salah.

    Misalnya diagnosis pasti tuberkulosis paru seharusnya adalah biakan M. tuberkulosis

     positi"! namun dalam praktik sedikit sekali biakan M. tuberkulosis yang memberi hasil

     positi", baik pada dewasa, dan lebih-lebih pada anak. 3leh karena biakan kuman

    tuberkulosis banyak memberikan nilai negati" semu, maka ia tidak dapat digunakan

    sebagai baku emas.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    18/23

    $i sisi lain seringkali baku emas yang tidak memadai tidak tersedia, sehingga

    harus disepakati cara tertentu untuk dipakai sebagai baku emas, misalnya pengamatan

     jangka panjang, respon terhadap therapi, dan lain-lain. Perlu diingatkan kembali

     bahwa baku emas tidak boleh mangandung %ariabel prediktor yang diuji, dan

    sebaliknya %ariabel predikator juga bukan merupakan komponen baku emas.

    *, Me'ak!anakan $eng"k"%an

    Pengukuran terhadap %ariabel predikator (alat diagnostik yang diuji maupun

    %ariabel e"ek (baku emas harus dilakukan dengan cara standar, dan harus diusahakan

     pengukuran dilakukan secara tersamar (masked, blinded), yakni pemeriksa %ariabel

     prediktor (uji tidak boleh mengetahui hasil pemeriksaan %ariabel e"ek (baku emas,

    dan sebaliknya. Karena itu seyogyanya ada ) peneliti atau lebih, satu untuk 

    menetukan hasil uji positi" atau negati", dan lainnya menentukan apakah baku emas

     positi" atau negati". $apat saja peneliti hanya satu orang, tetapi harus didesain

    sedemikian sehingga ia tidak mengetahui hasil alat diagnostik yang diuji pada saat ia

    melakukan pengukuran dengan baku emas, dan sebaliknya. Kriteria positi" atau

    negati" baik untuk uji yang diteliti maupun untuk baku emas harus telah dide"iniskan

    dengan jelas. Pada setiap subyek yang diteliti harus dikerjakan dua cara pemeriksaan,

    yang masing-masing telah distandardisasi. 0papun hasil baku emas, uji terhadap alat

    harus dilakukan dan sebaliknya, dengan cara yang distandardisasi tersebut.

    -, Me'ak"kan ana'i!i!

    9aporkanlah sensiti%itas, spesi"isitas, nilai duga positi" atau negati", serta

    likelihood ratio-nya, masing-masing dengan inter%al kepercayaan yang dipilih.

    0pabila hasil uji diagnostik berskala ordinal atau kontinu, harus disertakan 53#.

    2.1( 8ONTOH UJI DIAGNOSTIK 

    +eorang peneliti ingin menguji kegunaan U+E untuk mendeteksi keganasan

     pembesaran tiroid soliter (tunggal. 9angkah yang diperlukan adalah<

    . menentukan mengapa diperlukan uji diagnostik baru. $alam hal ini peneliti

    misalnya berpendapat bahwa satu prosedur yang non- in%asi" diperlukan untuk 

    diagnosis dini keganasan tiroid.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    19/23

    ). menentukan maksud utama  uji diagnostik. $alam hal ini tujuan utama uji

    diagnostik baru adalah untuk menegakkan diagnosis.

    *. menetapkan subyek. +ubyek dipilih dari pasien dengan pembesaran soliter kelenjar 

    tiroid yang mengunjungi klinik tumor, dengan menetapkan besar sampel agar studi

    yang dilakukan mempunyai tingkat kepercayaan tertentu. esar sampel

    diperkirakan dengan prediksi sensiti%itas atau spesi"isitas, penyimpangan yang

    masih dapat diterima, dan inter%al kepercayaan yang dipilih. $engan rumus untuk 

     proporsi tunggal, dihitung jumlah subyek untuk sensiti%itas (bila yang diutamakan

    adalah sensiti%itas, atau spesi"isitas (bila yang diutamakan spesi"isitas uji

    diagnostik. Aumlah subyek total yang diperlukan mengikuti hasil perhitungan

    tersebut, dengan memperhitungkan pre%alens penyakit di klinik tersebut.

    $alam uji diagnostik U+E untuk tumor tiroid, misalnya dari pustaka diketahui

    sensiti%itas uji diagnostik adalah 1; (P F 6,1. ila dapat diterima penyimpangan

    (d untuk sebesar 6;, dan inter%al kepercayaan 4; (N F 6,6! O N F ,4/, maka

    dengan rumus untuk proporsi tunggal.

    n=Z ∝  PQ❑2

    d2

    n=1,96

    2 x0,75  x 0,25

    0,12

      =72

    0rtinya diperlukan 1) pasien dengan hasil ganas pada biopsi. $engan

    memperkirakan proporsi keganasan pada kasus tumor di klinik tersebut, (misalnya

    6;,jumlah seluruh subyek yang diperlukan adalah 66:6 G 1) F 26 pasien

    dengan tumor soliter tiroid.. menetapkan baku emas. aku emas yang dipergunakan adalah hasil pemeriksaan

     patologi anatomik terhadap biopsi kelenjar tiroid. aku emas ini dipilih karena

    memang merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk kelainan yang diteliti, dan

    selama ini dipakai sebagai alat diagnostik untuk maksud tersebut.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    20/23

    .  elaksanakan pengukuran, peneliti melakukan pemeriksaan U+E terhadap semua

    subyek, menetukan apakah tumor tersebut bersi"at ganas, kemudian membuat

     biopsi. Pemeriksaan sediaan P0 dilakukan oleh seorang ahli patologi-anatomik yang

    tidak tahu hasil pemeriksaan U+E. &asil pemeriksaan dinyatakan sebagai ganas

    atau jinak.

    /.  elakukan analisis, setelah pengumpulan data dilakukan tabulasi hasil uji

    diagnostik (U+E dan pemeriksaan baku emas (P0 untuk tiap pasien sebagai

     berikut (untuk nama sel dalam tabel )G) lihatlah tabel *, perlu diingatkan bahwa

    sel a berisi jumlah subyek yang pada pemeriksaan U+E memberi hasil uji positi" 

    (ganas dan hasil P0 positi", sel b berisi jumlah subyek dengan hasil U+E positi" 

    tetapi P0 negati" (jinak, sel c berisi jumlah subyek dengan hasil U+E negati" tetapi

    P0 positi" dan sel d berisi jumlah subyek dengan hasil U+E negati" dan P0 positi".

    &asil tersebut di susun dalam tabel ) G ) seperti tampak pada gambar 2, sehingga

    dapat dengan mudah dihitung sensiti%itas, spesi"isitas, serta nilai prediksi positi" 

    atau negati", masing-masing dengan inter%al kepercayaannya adalah < sensiti%itas

    U+E untuk mendeteksi keganasan tiroid adalah 1/,; dan kita percaya bahwa 4;

    nilai sensiti%itas pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut, terletak di antara

    /, sampai 2,;. &al serupa juga berlaku untuk nilai spesi"isitas dan nilai

     prediksinya. 8ilai rasio kemungkinan juga dapat dihitung.

    Gam&a% . HASIL PEMERIKSAAN TUMOR KELENJAR TIROID DENGAN

    USG DAN DENGAN PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMIK 

    Pasien no. &asi U+E &asil P0 Tempatkan dalam sel

    Eanas Eanas a

    ) Ainak Ainak d

    * Ainak Eanas c

    Eanas Ainak b Eanas Eanas a

    / Ainak Ainak d

    1 Ainak Ainak d

    2 Eanas Ainak b

    dst

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    21/23

    Gam&a% 7. Ha!i' Peme%ik!aan USG dan Pa#'gi Ana#mi $ada 13( Ka!"

    Pem&e!a%an Ke'ena% Ti%id.

    U+E

    Patologi 0natomi

    Positi" 8egati" AumlahPositi" ) //

     8egati" 1 /2

    Aumlah 1 /* *

    +ensiti%itas F :1 F 1/,; ('K4; < /, sampai 2,

    +pesi"isitas F :/* F 2,; ('K4; < /4, sampai 24,2

     8PD F :// F 2,2; ('K4; < 16, sampai 46,)

     8P- F :/2 F 1,6; ('K4; < /*,6 samapi 2,1

    Pre%alens F 1:*

    5K D F 1/,:(-2, F ,

    5K - F (-1/,:2, F 6,1

     

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    22/23

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN.

    = Uji diagnostik merupakan tekhnik untuk menilai keakuratan modalitas diagnostic barudibandingkan dengan modalitas diagnosis standar, yang disebut sebagai baku emas.

    = Uji diagnostik baru harus menjanjikan keuntungan, misalnya lebih murah, lebih mudah,

    kurang in%asi%e dan sebagainya disbanding dengan baku emas, meskipun sensiti%itas

    dan spesi"isitasnya (sedikit lebih rendah.

    = $alam uji diagnostic diperlukan beberapa persyaratan antara lain hasil harus dalam

    skala nominal dikotom, komponen yang di uji tidak boleh merupakan komponen baku

    emas.

    = &asil yang diperoleh dari uji diagnostic adalah sensiti%itas, spesi"isitas, nilai prediksi

     positi" dan negati%e, serta rasio kemungkinan positi" dan negati%e. Untuk setiap statistic

    tersebut seyogyanya disertakan inter%al kepercayaannya.

    = Pada sensiti%itas dan spesi"isitas yang sama, nilai prediksi positi" dan negati%e sangat

    dipengaruhi oleh pre%alens kelainan yang diteliti.

    = Perlu ditetapkan maksud penggunaan uji diagnostic. Untuk skrinning diperlukan uji

    diagnostic dengan sensiti%itas yang tinggi. 0pabila tujuannya untuk menyingkirkan

    kelainan, diperlukan uji diagnostik dengan spesi"isitas yang tinggi, untuk 

    menghidnarkan pengobatan atau tindakan terhadap subyek yang tidak sakit.

    3.2 SARAN.

    = &endaknya alat yang dgunakan untuk uji diagnostik mempunyai presentase sensiti"itas

    dan spesi"isitas yang tinggi agar layak digunakan sebagai diagnostic.

    = Uji diagnostic baru  harus memberi  man"aat yang lebih dibandingkan uji yang sudah

    ada.

    = $alam menentukan cut-o"" point harus dilakukan secara hati-hati karena akan

     berpengaruh terhadap sensiti%itas dan spesi"isitas suatu uji diagnostik.

  • 8/9/2019 uji diagnostik.docx

    23/23

    DA4TAR PUSTAKA

    M8.ustan. )66). Pengantar epidemiologi. Aakarta< 5ineka #ipta.

    +astroasmoro, + 7 +o"yan 'smael. )66.  Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Klinis+

    Aakarta< +agung +eto.

    Timmreck, Thomas #. )66. ,pidemiologi Suatu Pengantar+ Aakarta< BE#.