“tolerance is the conession of liberty to those who ...digilib.uinsby.ac.id/3511/5/Bab 2.pdf ·...
-
Upload
duongthuan -
Category
Documents
-
view
212 -
download
0
Transcript of “tolerance is the conession of liberty to those who ...digilib.uinsby.ac.id/3511/5/Bab 2.pdf ·...
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Sikap Toleran
W.J.S Poerwadarminto menyatakan Toleransi adalah sikap atau sifat
yang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat,
pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda dengan
pendirian sendiri.1
Perez Zarogin menyatakan bahwa toleransi berasal dari kata
tolerance, suatu kata atau istilah yang mempunyai kesamaan dengan
tolerance (Prancis), toleranz (Jerman), dan tolleranza (Italia). Tolerance
berarti “to bear or endure” serta bermakna “to nourish, sustain and preserve”.
Raphael, sebagaimana dikutip oleh Zarogin mendefinisikan bahwa “tolerance
is the practice of deliberately allowing or permitting a thing of which one
disaproves. One can meaningfully speak of role taking, i.e. of allowing or
permitting, only if one is in a position disallow.” Hendry Kamen menyatakan
“tolerance is the conession of liberty to those who dissent in religion and can
be seen as part as the process in history which has led to a gradual
development of the principle of human freedom”. Sementara Hans
R.Guggisberg memberikan konsepsi toleransi keagamaan dengan istilah
1 Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,1986), 1084.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
religious freedom, liberty of consciousness and belief and freedom of
worship.2
Menurut Zuhairi Misrawi, paradigma toleransi sejatinya tidak
menyentuh kelompok agama saja. Paradigma toleransi diharapkan dapat
memotret kelompok minoritas dalam arti yang lebih luas, apalagi di tengah
intensitas arus globalisasi.3
Menurut Said Hamid Hasan dalam Zubaedi, mengemukakan bahwa
toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.4
Menurut Nurla Isna, toleransi adalah kemampuan seseorang dalam
menerima perbedaan dari orang lain. Seseorang baru bisa bersikap toleran jika
dia sudah merasakan dan memahami makna keterikatan, regulasi diri
(mengontrol diri), afiliasi (kerjasama), dan kesadaran. Ketika dia sudah
mampu menjaga hubungan yang sehat dan dekat, merasa berada dalam
sebuah kelompok, serta merasa nyaman di dalamnya, juga mampu menilai
sebuah situasi, melihat kekuatan, kebutuhan, dan keterikatan dengan orang
lain, maka lebih mudah baginya menerapkan sikap-sikap toleransi ini.5
Rainer Forst, Toleration and Democracy dalam Zuhairi Misrawi
menyebutkan ada dua cara pandang tentang toleransi, yaitu konsepsi yang
dilandasi pada otoritas negara (permission conception) dan konsepsi yang
2 Perez Zarogin, How The Idea Of Religious Tolerantion Came To The West (Princeton:
Princeton University Press, 2003), 6. 3 Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, Dan Oase Perdamaian
(Jakarta: Kompas, 2010), xxxiv. 4 Zubaedi,. Desain Pendidikan Karakter., 74. Lihat juga Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an., xi.
5 Isna, Mencetak Karakter Anak Sejak Janin., 67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
dilandasi pada kultur dan kehendak untuk membangun pengertian dan
penghormatan terhadap yang lain (respect conception). Dalam hal ini Forst
lebih memilih konsepsi yang kedua, yaitu toleransi dalam konteks demokrasi
harus mampu membangun saling pengertian dan saling menghargai ditengah
keragaman suku, agama, ras, dan bahasa.6
Umar Hasyim mendefinisikan toleransi sebagai sikap membiarkan
atau berlapang dada dan kesabaran hati. Disamping itu, toleransi adalah
pemberian kebebasan kepada semua manusia atau warga masyarakat untuk
menjalankan keyakinan dan mengatur hidup serta menentukan nasib masing-
masing selama tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat
asas ketertiban dan perdamaian dalam masyarakat. Sementara itu, terdapat
beberapa segi toleransi yaitu mencakup: mengakui hak setiap orang,
menghormati keyakinan orang lain, agree in disagreement (setuju dalam
perbedaan), saling mengerti, kesadaran, dan kejujuran dan jiwa falsafah
pancasila.7 Menurut Sudibjo, toleransi beragama adalah sikap bersedia
menerima keanekaragaman dan kebebasan agama yang dianut dan
kepercayaan yang dihayati oleh pihak lain.8
Toleransi merupakan bentuk refleksi dari sikap hormat. Meskipun
toleransi dapat berbaur menjadi sebuah relativisme netral untuk menghindari
berbagai prasangka yang menyangkut etika. Toleransi pada akhirnya adalah
6 Misrawi, Pandangan Muslim Moderat: Toleransi, Terorisme, Dan Oase Perdamaian., 3-4.
7 Umar Hasyim, Toleransi Dan Kemerdekaan Beragama Dalam Islam Se(Surabaya: Bina Ilmu,
1991), 8. 8 Sudibjo, Toleransi Beragama Ensiklopedi Nasional Indonesia (Jakarta: PT.Cipta Adi Pustaka,
1991), 384.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
tanda dari salah satu arti kehidupan yang beradab. Toleransi merupakan
sebuah sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang
memiliki pemikiran, ras, dan keyakinan berbeda-beda. Toleransi adalah
sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai bentuk perbedaan.9
Al-Qur’an telah menegaskan pentingnya toleransi dalam kehidupan
sosial. Pentingnya nilai toleransi tidak hanya dalam konteks internal Islam,
tetapi juga dalam konteks kebangsaan, dan kemanusiaan. Bahkan, Al-Qur’an
senantiasa mengajak kita untuk membangun saling pengertian di atas basis
kemanusiaan.
Dalam Al-Qur’an juga terdapat beberapa ayat yang mengandung sikap
toleransi yang dapat kita pelajari dan amalkan dalam kehidupan. Ayat-ayat
tersebut sebagai berikut:
1. Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
9 Thomas Lickona, Educating For Character: How Ourespect And Responsibility, Terj. Juma
Abdu Wamaungo (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), 74-75.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri10
dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman11
dan Barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.12
Pada Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 11ayat tersebut dapat
penulis ambil kesimpulan bahwa: 1) Larangan suatu kaum memperolok-
olokkan kaum yang lain. 2) Larangan mencela diri sendiri. 3) Larangan
memberikan nama/gelar yang buruk kepada orang lain.
2. Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam ayat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa Allah swt
telah menciptakan manusia dengan segala perbedaannya seperti laki-laki
dan perempuan, berbada bangsa, berbeda suku, ini semua ditujukan agar
manusia dapat saling mengenal dan bersikap toleransi, saling
menyayangi, menghormati. Dan orang yang paling mulia disisi Allah swt
10
Jangan mencela dirimu sendiri Maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karana orang-
orang mukmin seperti satu tubuh. 11
Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan
kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: Hai fasik, Hai kafir dan
sebagainya. 12
Mushaf Al-Azhar Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: Hilal,tt), 516.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
adalah orang yang paling bertaqwa bukan berdasarkan pada satu atau
beberapa jenis golongan saja tetapi semua manusia yang bertaqwa adalah
orang yang paling mulia.
3. Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 1-6
Artinya: 1) Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, 2) aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. 3) dan kamu bukan penyembah
Tuhan yang aku sembah. 4) dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah, 5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. 6) untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku."13
Pada Al-Qur’an Surat Al-Kafirun ayat 1-6 dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa: 1) Kebebasan dalam menganut agama dan
mengamalkan ajarannya. 2) Tidak boleh memaksakan agama kepada orang
lain. 3) Menghormati orang lain yang sedang melaksanakan ibadah. 4)
Anjuran untuk bertoleransi dengan saling menghargai penganut agama
lain.
4. Al-Qur’an surat Yunus ayat 40-41
13
Ibid., 603.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Artinya: Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al
Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman
kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat
kerusakan (40). Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah:
"Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri
terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa
yang kamu kerjakan" (41).14
Pada Al-Qur’an Surat Yunus ayat 40-41 dapat penulis ambil
kesimpulan bahwa: 1) Menghormati orang lain yang sedang melaksanakan
ibadah. 2) Tidak melakukan kerusakan di muka bumi. 3) Kebebasan dalam
melakukan pekerjaan. 4)Memperkuat iman dan memperbanyak ibadah
kepada Allah.
Sikap toleransi dalam pendidikan karakter yakni suatu sikap,
kepribadian siswa yang menghormati dan menghargai segala perbedaan
baik itu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun budaya
orang lain yang berbeda dengan dirinya. Sikap tersebut merupakan nilai
yang terdapat dalam pendidikan karakter yang diharapkan dapat
membentuk moral, kepribadian siswa sehingga menjadi pribadi yang
toleran.
Dari tinjauan tentang sikap toleran diatas dapat penulis bentuk
bahwa konsep sikap toleransi menurut para ahli adalah sebagai berikut:
14
Ibid., 213.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Tabel 2.1
Konsep Sikap Toleran Menurut Para Ahli
No Nilai Karakter Menurut Pakar
1 Saling pengertian,
menghargai dan
menghormati perbedaan
(Menghormati orang lain)
- Said Hamid Hasan
- Umar Hasyim
- Poerwodarminto
- Rainer Forst
- Sudibjo
2 Senang bekerjasama dengan
orang lain (Senang
bekerjasama)
- Suyanto
- Nurla Isna
3 Senang membantu orang lain
(Senang membantu)
- Said Hamid Hasan
4 Senang berteman dengan
orang lain (Senang berteman)
- Said Hamid Hasan
5 Kesetaraan dalam perbedaan
(Bersikap adil)
- Thomas Lickona
6 Hidup nyaman dan rukun
(Hidup nyaman dan rukun)
- Nurla Isna
7 Kebebasan menjalankan
keyakinan (Tidak
memaksakan agama)
- Umar Hasyim
- Sudibjo
Dalam tujuh indikator sikap toleran menurut tokoh pendidikan
diatas juga termasuk dalam indikator sikap toleran dalam Islam yang
terdapat pada ayat Al-Qur’an. Indikator tersebut antara lain pada Q.S Al-
Hujurat ayat 11 dan ayat 13, sesuai dengan indikator 1 yakni Saling
pengertian, menghargai dan menghormati perbedaan (Menghormati orang
lain). Pada Q.S Yunus ayat 40-41, sesuai dengan indikator 7 yakni
Kebebasan menjalankan keyakinan (Tidak memaksakan agama).
Sedangkan pada Q.S Al-Kafirun ayat 1-6, sesuai dengan indikator 7 yakni
Kebebasan menjalankan keyakinan (Tidak memaksakan agama).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
B. Tinjauan Tentang Buku Teks
1. Pengertian Buku Teks
Buku teks terdiri atas dua kata: buku dan teks. Dalam Desi Anwar
buku adalah beberapa helai kertas yang terjilid berisi tulisan untuk dibaca
atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi.15
Sedangkan teks adalah
sesuatu yang tertulis untuk dasar memberi pelajaran atau berpidato dsb.16
Menurut Andi Prastowo buku teks adalah buku yang berisi ilmu
pengetahuan yang diturunkan dari kompetensi dasar yang tertuang dalam
kurikulum, dimana buku tersebut digunakan oleh peserta didik untuk
belajar.17
Dalam Altbach “Textbooks are a central part of any educational
system. They help to define the curriculum and can either significantly
help or hinder the teach”.18 Berdasarkan pendapat tersebut, diketahui
bahwa buku teks merupakan sebuah bagian utama dari beberapa sistem
pendidikan yang membantu untuk memaparkan hal yang terdapat dalam
kurikulum dan dapat menjadi bantuan yang jelas bagi pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2
tahun 2008 mengenai buku teks sekolah pada pasal 1 dijelaskan bahwa,
buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan pendidikan
15
DesyAnwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amelia, 2003), 90. 16
Ibid., 527. 17
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Yogyakarta: Diva Press,
2011), 163. 18
Altbach, P.G. Textbooks In American Society: Politics, Policy, and Pedagogy (Buffalo: Sunny
Press, 1991), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang memuat materi
pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketaqwaan, akhlaq
mulia dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis,peningkatan
kemampuan kinetis,dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar
nasional pendidikan. Perubahan kategorisasi buku teks dilakukan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008. Buku
digolongkan dalam empat kelompok yakni: buku teks pelajaran, buku
panduan guru, buku pengayaan, dan buku refrensi. 19
Taringan menyebutkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran
dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku standar, yang disusun
oleh para pakar dalam bidang itu untuk maksud-maksud dan tujuan
instruksional, yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang sesuatu program
pengajaran.20
Pengertian buku teks menurut Bacon dalam Taringan adalah buku
yang dirancang untuk penggunaan di kelas, disusun dengan cermat serta
dipersiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang tersebut, dan
diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.
Buckingham mengatakan bahwa buku teks adalah sarana belajar yang
biasa digunakan di sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi untuk
19
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 2008 Tentang Buku Teks Sekolah. 20
H.G. Taringan, Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia (Bandung: Angkasa, 1986), 13.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
menunjang suatu program pengajaran dalam pengertian modern dan yang
umum dipahami.21
Menurut Wiratno dalam Suyatinah jenis-jenis buku teks yang
digunakan untuk proses pembelajaran adalah: buku teks utama, yakni
yang berisi pelajaran suatu bidang tertentu yang digunakan sebagai pokok
bagi murid atau guru. Dan buku teks pelengkap, yakni yang sifatnya
membantu, memperkaya, atau merupakan tambahan dari buku teks utama
baik yang dipakai murid maupun guru. 22
Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa buku teks
merupakan sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis oleh pakar
dalam bidang masing-masing berisi materi pelajaran dalam bidang
tertentu dan telah memenuhi indikator sesuai dengan kurikulum atau
standar yang telah ditentukan sebelumnya sebagai pegangan pendidik
serta alat bantu siswa dalam memahami materi belajar dalam
pembelajaran yang diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang
serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
2. Manfaat Buku Teks
Adanya buku teks dalam upaya pengembangan pembelajaran di
sekolah sangatlah membantu guru. Menurut Nasution dalam Andi
Prastowo, buku teks mempunyai manfaat sebagai berikut:23
21
Ibid., 11. 22
Suyatinah, Analisis Buku Teks Bahasa Indonesia (Yogyakarta: FIP UNY, 2001), 9. 23
Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar., 169.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
a. Sebagai bahan refrensi atau bahan rujukan oleh siswa.
b. Sebagai bahan evaluasi
c. Sebagai alat bantu guru dalam melaksanakan kurikulum
d. Sebagai salah satu penentu metode atau teknik pengajaran yang akan
digunakan guru.
Menurut Greene dan Petty dalam Taringan manfaat peranan buku
teks itu adalah:24
1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern
mengenai pengajaran, serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam
bahan pengajaran yang disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca
dan bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. Selain
itu, buku teks juga berfungsi sebagai dasar bagi program-program
kegiatan yang disarankan untuk memperoleh keterampilan-
keterampilan ekspresional di bawah kondisi yang menyerupai
kehidupan sebenarnya.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai
keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah
pokok dalam komunikasi.
4) Metode dan sarana penyajian bahan dalam buku teks harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Misalnya, harus menarik, menantang,
24
Taringan, Telaah Buku Teks., 17.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
merangsang, dan bervariasi sehingga siswa benar-benar termotivasi
untuk mempelajari buku teks tersebut.
5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan
juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
6) Di samping sebagai sumber bahan, buku teks juga berperan sebagai
sumber atau alat evaluasi dan pengajaran remidial yang serasi dan
tepat guna.
Krisanjaya menyebutkan fungsi buku teks bagi guru adalah
sebagai pedoman untuk mengidentifikasi apa yang harus diajarkan atau
dipelajari oleh siswa, mengetahui urutan penyajian bahan ajar,
mengetahui teknik dan metode pengajarannya, memperoleh bahan ajar
secara mudah, dan menggunakannya sebagai alat pembelajaran siswa di
dalam atau di luar sekolah. Fungsi buku teks bagi siswa adalah sebagai
sarana kepastian tentang apa yang dipelajari, alat kontrol untuk
mengetahui seberapa banyak dan seberapa jauh ia menguasai materi
pelajaran, sebagai alat belajar (di luar kelas buku teks berfungsi sebagai
guru) untuk dapat menemukan petunjuk, teori, konsep, dan bahan-bahan
latihan atau evaluasi.25
Menurut B.P.Sitepu dalam bukunya penulisan buku teks pelajaran.
Buku teks dipergunakan siswa sebagai acuan dalam:26
mempersiapkan
diri secara individu atau kelompok sebelum kegiatan belajar di kelas,
berinteraksi dalam proses pembelajaran di kelas, mengerjakan tugas-tugas
25
Krisanjaya, Teori Belajar Bahasa (Jakarta: Universitas Terbuka, 1997), 85-86. 26
B.P. Sitepu, Penulisan Buku Teks Pelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), 21.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
yang diberikan guru, dan mempersiapkan diri untuk tes atau ujian
formatif dan sumatif. Sedangkan bagi guru, buku teks dipergunakan
sebagai acuan dalam: membuat desain pembelajaran, mempersiapkan
sumber-sumber belajar lain, mengembangkan bahan belajar yang
kontekstual, memberikan tugas, dan menyusun bahan evaluasi.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa keberadaan buku teks sangat
fungsional baik bagi kelancaran pengelolaan kelas, bagi guru maupun
siswa. Akan tetapi pada waktu memberikan pembelajaran kepada siswa,
guru dapat mempertimbangkan pula apa yang tersaji dalam buku teks.
Namun demikian, guru tetap memiliki kebebasan dalam memilih,
mengembangkan, dan menyajikan materi pembelajaran.
3. Karakteristik Buku Teks
Greene dan Petty dalam Taringan merumuskan bahwa untuk
melihat kualitas buku teks harus memenuhi karakteristik buku teks yang
baik yaitu: 27
a. Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa
mempergunakannya,
b. Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa
yang memakainya,
c. Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa
yang memanfaatkannya,
27
Taringan, Telaah Buku Teks., 20.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
d. Buku teks itu seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik
sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya,
e. Buku teks itu isinya haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-
pelajaran lainnya; lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan
rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh
dan terpadu,
f. Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-
aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya,
g. Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-
konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat
membingungkan para siswa yang memakainya,
h. Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau “point of
view” yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut
pandangan para pemakainya yang setia,
i. Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada
nilainiai anak dan orang dewasa,
j. Buku teks itu haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi
para siswa pemakainya.
Berdasarkan paparan tersebut, kualitas buku teks dapat dilihat
berdasarkan aspek isi/ materi, penyajian, grafika, serta aspek kebahasaan.
Materi dalam buku teks buku teks itu isinya haruslah sesui dengan tujuan
pembelajaran yang berdasar pada kurikulum, lebih baik lagi jika materi
tersebut terintegrasi dengan pelajaran lain namun tetap menghargai hal-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
hal yang tidak bertentangan seperti agama. Materi buku teks diharapkan
dapat membuat siswa giat mempelajari kembali meskipun di luar proses
belajar mengajar. Selain aspek materi, cara menyajikan materi dalam
suatu buku teks diharapkan sistematis dan dapat membuat siswa lebih
memahami pengetahuan yang sesuai dengan umur siswa. Aspek penyajian
materi berhubungan erat dengan aspek grafika. Materi dalam buku teks
hendaknya diimbangi dengan ilustrasi yang menarik dan sesuai dengan
materi sehingga membantu siswa dalam memahami dan berimajinasi
tentang suatu pokok bahasan. Aspek kebahasaan tidak kalah penting,
dalam menyajikan materi hendaknya menggunakan bahasa yang mudah
dipahami namun jika memungkinkan, penggunaan kata-kata dalam
penyajian materi tidak monoton dan dikembangkan sesuai jenjang atau
tingkatan sekolah siswa.
4. Karakteristik Buku Teks Kurikulum 2013\
Karakteristik buku teks kurikulum 2013 ini menggunakan
kurikulum tematik. Pengertian tematik dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai berkenaan dengan tema. Atau tema adalah
pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.28
Dalam pemendikbud No. 57 Tahun 2014 pasal 11 ayat 2
menyebutkan bahwa pembelajaran tematik terpadu merupakan muatan
28
Tim Penyusun Pusat bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama,2008), 1429.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
pembelajaran dalam mata pelajaran SD/MI yang diorganisasikan dalam
tema-tema.29
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan
tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.30
Ini senada dengan
pendapat Ibnu Hajar bahwa pembelajaran tematik (pendekatan tematik)
adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
(mengintegrasikan dan memadukan) beberapa mata pelajaran sehingga
melahirkan pengalaman yang sangat berharga bagi para peserta didik.31
Andi Prastowo mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai
sebagai pola pembelajaran yang mengintegrasikan pengetahuan
keterampilan, kreativitas, nilai, dan sikap pembelajaran dengan
menggunakan tema.32
Dengan menggunakan istilah yang tidak jauh berbeda, Mamat
memaknai pembelajaran tematik sebagai pembelajaran yang
mengintegrasikan materi dari beberapa mata pelajaran dalam satu topik
pembicaraan yang disebut tema. Pembelajaran tematik merupakan proses
pembelajaran yang penuh makna dan berwawasan multikurikulum, yaitu
pembelajaran yang berwawasan penguasaan dua hal pokok terdiri dari
penguasaan bahan (materi) ajar yang lebih bermakna bagi kehidupan
29
Pemendikbud No.57 Tahun 2014 Tentang kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SD/MI., 5. 30
Masnur Muslich. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah dan Pegawai Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 164.
31 Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI., 7.
32Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik.,126.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
siswa serta pengembangan kemampuan berpikir matang dan bersikap
dewasa agar dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.33
Jadi, dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi
dari beberapa mata pelajaran baik pengetahuan, keterampilan, kreatifitas,
nilai dan sikap kedalam satu topik yang disebut sebagai tema. Sehingga
melahirkan pengalaman yang sangat berharga dan berkesan bagi
pengembangan kemampuan berfikir matang dan bersikap dewasa agar
dapat mandiri dalam memecahkan masalah kehidupan.
Kurikulum tematik memiliki banyak manfaat yang dapat
dirasakan oleh guru dan para peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar. Pembelajaran yang mengacu pada tema, guru, dan peserta didik
akan mendapat beberapa keuntungan. Menurut Lara Fridani dan Ape
Lestari dalam Ibnu Hajar, manfaat/keuntungan yang akan diperoleh yaitu
sebagai berikut:34
a. Kegiatan pembelajaran antara guru dan peserta didik lebih fokus pada
proses daripada produk.
b. Memberi kesempatan yang luas bagi para peserta didik untuk belajar
secara kontekstual.
c. Dapat mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian para
peserta didik.
33
Mamat, Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Tematik., 5. 34
Hajar, Panduan Lengkap Kurikulum Tematik Untuk SD/MI., 23-35.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
d. Mendorong para peserta didik untuk melakukan penyelidikan
(penelitian) sendiri, baik dikelas maupun di luar kelas.
e. Mendorong para peserta didik untuk mampu menemukan sendiri
mengenai konsep-konsep pengetahuan.
f. Membiasakan para peserta didik untuk melihat masalah dari berbagai
segi.
g. Para peserta didik akan sangat mudah memfokuskan perhatian pada
tema tertentu yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang
dipelajari.
h. Para peserta didik dengan mudah mempelajari dan mengembangkan
sebuah tema yang sama dalam berbagai materi pelajaran.
i. Para peserta didik juga dapat meningkatkan berbagai kompetensi
dasar antar berbagai materi pelajaran dalam satu tema yang sama.
j. Para peserta didik mendapatkan pemahaman dari materi pelajaran
secara lebih mendalam, kongkret, dan nyata.
k. Para peserta didik dapat mengembangkan kompetensi dasar dengan
lebih baik karena dengan kurikulum tematik, mereka akan selalu
mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata yang diperoleh
di lapangan.
l. Para peserta didik dapat merasakan secara langsung materi pelajaran
yang dipelajari karena kegiatan pembelajaran langsung mengacu pada
tema yang jelas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
m. Para peserta didik akan lebih antusias dalam kegiatan belajar dan
mengajar di sekolah karena mereka dapat merasakan secara langsung
dengan pengalaman nyata tentang materi pelajaran yang dipelajari.
n. Dari segi efektivitas, guru dapat menghemat waktu belajar karena
materi pelajaran yang diberikan kepada peserta didik secara tematik
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan. Sedangkan, sisa waktu yang tersedia bisa digunakan
sebagai waktu kegiatan remidial, pemantapan, ataupun pengayaan.
o. Menyenangkan karena kegiatan pembelajaran bertolak dari minat dan
kebutuhan para peserta didik.
p. Hasil belajar yang diperoleh para peserta didik akan bertahan lebih
lama dalam memori mereka akan lebih berkesan dan bermakna.
q. Kegiatan belajar dapat melahirkan keterampilan sosial, seperti
bekerjasama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
r. Proses pembelajaran akan memberikan pengalaman yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan para peserta didik.
s. Dengan adanya pemaduan antar materi pelajaran maka penguasaan
konsep ilmu yang diajarkan kepada peserta didik semakin kuat dan
berkembang.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa manfaat kurikulum tematik
sangat fungsional baik bagi para pendidik maupun para peserta didik
dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat memberikan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
pengalaman yang bermakna, penguasaan materi, dan mengembangkan
sikap sosial yang berguna dalam kehidupannya.
Kurikulum tematik memiliki beberapa landasan sebagai penopang
penerapannya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Secara garis
besar, landasan tersebut terbagi dalam tiga hal, yaitu: 35
a. Landasan filosofis
Landasan filosofis dalam penerapan kurikulum tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran yaitu: pertama, aliran filsafat
progresivisme dalam kurikulum tematik adalah segala proses kegiatan
belajar mengajar antara guru dan peserta didik harus menekankan
pada pengembangan kreativitas, pemberian jumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), serta memperhatikan pengalaman para peserta
didik. Aliran ini menekankan pada fungsi kecerdasan para peserta
didik.
Kedua, aliran konstruktivisme dalam penerapan kurikulum
tematik adalah berupaya melihat pengalaman peserta didik secara
langsung (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Para
peserta didik mengkonstruksi pengetahuan melalui interaksi dengan
objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka.
Ketiga, aliran humanisme dalam penerapan kurikulum tematik
adalah aliran yang berusaha melihat para peserta didik dari segi
keunikan, karakteristik, potensi, serta motivasi mereka.
35
Ibid., 26-30.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
b. Landasan psikologis
landasan psikologis dalam penerapan kurikulum tematik
sangat berkaitan dengan psikologi peserta didik dan psikologi belajar.
Psikologi perkembangan diperlukan oleh para peserta didik dalam
menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan oleg
guru kepada para peserta didiknya di sekolah. Tujuannya agar tingkat
keluasan dan kedalaman materi pelajaran sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Sementara itu, psikologi belajar
memberikan kontribusi dalam hal cara menyampaikan isi atau materi
pembelajaran tematik kepada peserta didik dan bagaimana cara
mempelajarinya agar mampu memahami materi dengan sempurna.
c. Landasan yuridis.
Landasan yuridis dalam kurikulum tematik berkaitan dengan
legalitas formal yang menjadi tumpuan penerapan kurikulum tematik
SD/MI. Legalitas formal tersebut terdiri atas berbagai ketentuan atau
perundang-undangan yang sifatnya mengikat dan memaksa, serta
mendukung penerapan kurikulum tematik di tingkat pendidikan dasar
SD/MI.
Berebapa landasan yuridis pernerapan kurikulum tematik
adalah sebagai berikut: pertama, Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang perlindungan anak. Pasal 9 dalam undang-undang ini
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Kedua, Undang-
Undang Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab V pasal
1-b dinyatakan bahwa setiap peserta didik pada satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat,
minat, dan kemampuannya.
Setiap guru dituntut mengenal beberapa karakteristik kurikulum
tematik. Diantara beberapa kurikulum tematik adalah sebagai berikut:36
a. Berpusat pada peserta didik
Dalam menyelenggarakan pembelajaran berdasarkan
kurikulum tematik, guru harus menempatkan peserta didiknya sebagai
pusat dari semua aktivitas pembelajaran. Sehingga, para peserta didik
mampu memperkaya pengalaman belajar mereka. Disini guru hanya
berperan sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, apabila guru
menemukan kesalahan dari yang dilakukan oleh para peserta didik,
maka disinilah guru perlu meluruskan dan menjelaskan hal yang
sebenarnya.
b. Memberikan pengalaman langsung
Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru harus memberikan
pengalaman langsung kepada peserta didiknya (direct experiences).
Adapun yang dimaksud dengan pengalaman langsung dalam
kurikulum tematik adalah para peserta didik dituntut mengalami dan
mendalami materi secara langsung dengan diri mereka masing-
36
Ibid., 43-56. Lihat juga Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta:
Kencana, 2011), 163-164.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
masing. Artinya, mereka dihadapkan pada pembelajaran kongkret,
bukan hanya memahaminya melalui keterangan guru atau dari buku-
buku pelajan. Dengan demikian, proses pembelajaran akan menjadi
lebih bermakna.
c. Tidak terjadi pemisahan materi pelajaran secara jelas
Ketika seorang guru mengadakan pembelajaran tematik atau
kegiatan belajar dan mengajar berbasis kurikulum tematik, maka guru
tidak memisahkan antar pelajaran secara jelas.Salah satu karakteristik
pembelajaran berbasis kurikulum tematik adalah ketidakjelasan
pemisahan antar mata pelajaran, namun bukan berarti menghilangkan
esensi mata pelajaran dan mengaburkan tujuan pembelajaran.
d. Menyajikan konsep dari berbagai materi pelajaran
Dalam pembelajaran tematik guru harus menyajikan konsep-
konsep dari berbagai materi pelajaran. Tujuannya adalah agar
pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak parsial
(sepotong-sepotong).
Dengan demikian siswa mampu memahami semua materi
pelajaran dan konsep yang diajarkan secara utuh. Pemahaman
terhadap konsep secara utuh tersebut akan sangat berguna bagi
perkembangan kepribadian, kedewasaan, serta pendidikan dan
pengetahuan peserta didik. Bahkan, lebih penting lagi, pemahaman
terhadap semua konsep secara utuh tersebut akan menjadi modal
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
penting bagi mereka untuk memecahkan problematika kehidupan
yang mereka hadapi.
e. Bersifat fleksibel
Karakteristik pembelajaran kurikulum tematik bersifat
fleksibel ini dimaksudkan guru tidak boleh kaku ketika mengadakan
kegiatan belajar dan mengajar. Proses belajar harus luwes (fleksibel).
Pembelajaran tidak hanya menyampaikan materi pelajarannya saja
akan tetapi guru harus mengaitkan mata pelajaran yang diajarkan
dengan mata pelajaran lainnya. Bahkan jika perlu dapat mengaitkan
dengan lingkungan peserta didik, baik dari sisi kehidupan keluarga,
masyarakat, pertemanan, pekerjaan orang tua, lingkungan sekolah,
dan semua lingkungan tempat peserta didik.
f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik
Penerapan kurikulum tematik dalam kegiatan belajar dan
mengajar juga dapat dilihat dari karakteristik lain seperti adanya hasil
belajar yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
Dengan kata lain, sesuatu yang diperoleh para peserta didik dari
kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat berguna bagi mereka,
sangat dubutuhkan, sangat digemari, serta sangat mempengaruhi
perkembangan intelektual dan kehidupan mereka. Disini guru harus
menyesuaikan kegiatan pembelajaran, materi pembelajaran,
mengembangkan lingkungan belajar sesuai minat dan kebutuhan
peserta didik. Sehingga, guru dapat memberi kesempatan seluas-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
luasnya kepada para peserta didik untuk dapat memaksimalkan dan
mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan
kebutuhan mereka.
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain
Guru menyelenggarakan pembelajaran pada kurikulum tematik
harus menggunakan prinsip belajar sambil bermain agar pembelajaran
yang dilakukan dapat menyenangkan bagi para peserta didik. Guru
dapat mengadakan pembelajaran sambil bermain dengan beragam cara
contohnya: bermain tebak-tebakan kata, bermain peran, diskusi,
bermain menyusun huruf yang berserakan, dan lain sebagainya.
Belajar sambil bermain bertujuan untuk membangkitkan semangat
belajar dan membuat peserta didik senang dalam semua kegiatan
pembelajaran. Konsep bermain sambil belajar harus dikondisikan
dalam suasana belajar aktif dan kreatif ini ditujukan untuk menunjang
perkembangan intelegensi para peserta didik secara cepat dan tepat.
h. Mengembangkan komunikasi peserta didik
Pembelajaran tematik juga menekankan adanya kemampuan
interaksi antara satu individu dengan individu lain. Kemampuan
interaksi ini juga sebagai indikator keaktifan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran, sekaligus sebagai karakteristik dari
pembelajaran berbasis kurikulum tematik. Dalam hal ini guru harus
mampu mengembangkan komunikasi para peserta didiknya.
Diantaranya adalah memberikesempatan peserta didik untuk
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
menjelaskan, berargumentasi, mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, menyampaikan sanggahan, kritik, dan berdiskusi.
i. Mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik
Metakognisi merupakan bentuk kemampuan untuk melihat diri
sendiri. Sehingga, sesuatu yang ia lakukan dapat terkontrol secara
optimal. Penekana kemampuan metakognisi dalam kurikulum tematik
adalah dalam rangka mendorong para peserta didik agar bisa
mengembangkan kemampuannya secara optimal dalam kegiatan
pembelajaran. Sebab dalam setiap langkah pembelajaran akan muncul
berbagai pertanyaan seperti: apa yang saya pelajari?, Mengapa saya
belajar ini?, Bagaimana saya bisa menyelesaikan tugas pembelajaran
ini?, dan lain sebagainya.
j. Lebih menekankan proses daripada hasil
Karakteristik lebih menekankan pada proses dari pada hasil
belajar ini dilakukan ketika guru mengadakan kegiatan belajar dan
mengajar guru harus benar-benar mendorong para peserta didiknya
agar terlibat langsung dan aktif secara penuh dalam seluruh rangkaian
pembelajaran, serta berupaya mendapatkan pemahaman secara
mandiri dengan bantuan guru sebagai fasilitator dari materi pelajaran
yang dipelajari.
Jadi, dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
menerapkan model tematik terpadu, seharusnya para pendidik memenuhi
semua karakteristik diatas dan melaksanakannya dengan cara yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
kreatif, komunikatif, bersahabat dan menyenangkan sehingga
pembelajaran yang diberikan oleh para pendidik dapat lebih bermakna
karena sesuai dengan kebutuhan serta perkembangan peserta didik.
C. Sikap Toleran Dalam Buku Teks Tematik Kurikulum 2013
Dalam Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di paparkan bahwa
Kompetensi Inti Kelas 1 SD/MI dalam buku kurikulum 2013 tematik adalah
sebagai berikut:37
1. Kompetensi Inti 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya.
2. Kompetensi Inti 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru.
37
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan, Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar SD/MI., 11.