Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

25
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam bahasa Inggris kata religion memiliki arti : The word Religion comes from the Latin word religio which consists of two words, viz., re (back) and ligare (to bring or bind). That which binds the soul back to God is religion. Religion shows the way for the attainment of God-realisation. Religion satisfies the deep inward craving in man who is not always content with leading merely an animal existence and wants spiritual consolation, solace and peace. Man cannot live by bread alone. A time comes in the life of many of us when mere worldly prosperity does not satisfy us and we hanker after something more. In the case of many more, trials and tribulations of life turn their attention to spiritual solace (Sivananda, 1999 : 1). Kata Agama diambil dari bahasa Latin religio yang terdiri dari dua kata yaitu re (kembali) dan ligare (membawa atau mengikat). Yang mengikat jiwa kembali kepada Tuhan adalah Agama. Agama menunjukkan jalan untuk mencapai kesadaran-Tuhan. Agama memuaskan keresahan manusia yang dalam yang tidak selalu puas dengan hanya

description

unfinished document

Transcript of Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

Page 1: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam bahasa Inggris kata religion memiliki arti :

The word Religion comes from the Latin word religio which consists of two words, viz., re (back) and ligare (to bring or bind). That which binds the soul back to God is religion. Religion shows the way for the attainment of God-realisation.

Religion satisfies the deep inward craving in man who is not always content with leading merely an animal existence and wants spiritual consolation, solace and peace. Man cannot live by bread alone. A time comes in the life of many of us when mere worldly prosperity does not satisfy us and we hanker after something more. In the case of many more, trials and tribulations of life turn their attention to spiritual solace (Sivananda, 1999 : 1).

Kata Agama diambil dari bahasa Latin religio yang terdiri dari dua kata yaitu re (kembali) dan ligare (membawa atau mengikat). Yang mengikat jiwa kembali kepada Tuhan adalah Agama. Agama menunjukkan jalan untuk mencapai kesadaran-Tuhan.

Agama memuaskan keresahan manusia yang dalam yang tidak selalu puas dengan hanya selalu mengikuti keberadaan kebinatangan dan menginginkan kepenuhan spiritual, solace, dan perdamaian. Manusia tidak dapat hidup dengan makanan saja. Ada saatnya dalam kehidupan kita kesejahteraan duniawi saja tidak lagi memuaskan dan kita menginginkan sesuatu yang lain. Dalam banyak kasus, mencoba mengejar dan mengalihkan perhatian mereka pada solace spiritual (terjemahan oleh penulis).

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “Agama” adalah kosa kata

Bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari Bahasa Sansekerta yang secara

etimologis juga terdiri dari dua suku kata.

Page 2: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

A artinya tidak dan gam berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi,

dalam pengertian selalu ada, jadi langgeng (Punyatmadja, 1970 dalam Jelantik

Oka, 2009 : 1)

Agama Hindu adalah agama yang unik karena memiliki spektrum

kepercayaan dan praktek keagamaan yang sangat luas sehingga terkadang

kepercayaan dan praktek-praktek itu tampak berbeda atau bertentangan satu

dengan lainnya, tapi masih tetap mengaku Hindu.

Hindu theology is mainly the study and doctrine of the worship and adoration of six forms of the Godhead as Ganesa, Devi (Durga, Lakshmi, Sarasvati), Siva, Vishnu, Surya and Skanda. These aspects of divine worship are known as Shanmatas, or the sixfold religious practice of the Hindus (Sivananda, 1999 : 83).

Teologi Hindu terutama adalah kajian dan doktrin penyembahan dan pemujaan dari enam bentuk Dewa tertinggi seperti Ganesa, Devi (Durga, Laksmi, dan Saraswati), Siwa, Wisnu, Surya, dan Skanda. Pemujaan terhadap aspek-aspek tertinggi ini dikenal dengan istilah shanmata, atau enam praktek keagamaan umat Hindu (terjemahan oleh penulis).

Pada Zaman Kuno terutama Zaman Purana, agama Hindu berkembang

menjadi 5 mahzab besar, yaitu: Saiva, Vaisnava, Sakta, Ganapatya, dan Saurya.

Kelima mahzab Zaman Purana itu dibawa oleh penyebar agama Hindu India ke

Indonesia dan khususnya di Bali berkembang lagi menjadi sub-sub sekte yang

lebih kecil (Widnya, 2009 : 21). Seperti kemudian kita ketahui, sekte-sekte itu

kemudian berevolusi menjadi agama Hindu Bali seperti yang kita ketahui

sekarang.

Page 3: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

Para ahli mensinyalir perkembangan agama Hindu di Bali tidak lepas dari

konflik antar para penganut-penganutnya, dan mereka menyatakan peran Mpu

Kuturan dalam menetralisir konflik-konflik tersebut dengan cara mereduksi

perbedaan-perbedaan antar sekte yang ada dengan mengemukakan dasar filsafat

yang sama yang mendasari semua aliran tersebut.

Dewasa ini kehidupan keberagamaan di Indonesia secara umum dan

keberagamaan Hindu di Indonesia secara khusus diwarnai dengan fenomena

timbulnya aliran-aliran atau sekte-sekte yang memisahkan keberadaannya dengan

“agama induk” dengan kepercayaan dan praktek ritual yang berbeda.

Dalam istilah Hindu aliran-aliran ini disebut dengan sampradaya yang

sebenarnya secara harafiah memiliki arti garis perguruan. Visi dan misi sebuah

sampradaya tentunya sangat bermacam-macam tergantung dari dasar filsafat

keagamaannya (tattwa-nya). Inilah yang kemudian sering menimbulkan gejolak

dalam masyarakat dan terkadang mengarah kepada konflik yang anarkis.

Sebuah pendapat menyatakan:

If religion can be dangerous and if it may then come with “Handle with Care” labels, people who care for their own security, who want to lessen tensions and inspire concord, have to equip themselves by learning something about the scriptures and stories of their own and other faiths. And if they simply want to take delight in human varieties and imaginings, they will find plenty to please them in lively and reliable accounts of faiths (Robinson, 2004 : vii).

Jika Agama bisa menjadi sesuatu yang berbahaya dan jika agama datang dengan label “ Handle with Care”, orang yang peduli dengan keamanannya sendiri, yang ingin mengurangi ketegangan dan menginspirasi kedamaian, harus melengkapi

Page 4: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

dirinya dengan cara mempelajari sastra dan cerita dari kepercayaannya sendiri maupun kepercayaan orang lain. Dan jika mereka ingin bisa kesenangan dari bermacam-macamnya pemikiran dan jenis manusia, mereka akan menemukan banyak hal yang memuaskan mereka dalam kepercayaan yang hidup dan dapat diandalkan (terjemahan oleh penulis).

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas, dapat ditarik beberapa permasalahan :

1. Bagaimana pandangan siswa Hindu Bali di Mataram dan Lombok Barat

terhadap keberagaman kepercayaan dan praktek ritual dalam agama

Hindu?

2. Bagaimana persepsi diri pengikut Sampradaya (sebab, pandangan

terhadap agama asal, visi tentang perkembangan Sampradaya)?

3. Apa harapan siswa Hindu Bali terhadap Pemerintah/PHDI tentang

eksistensi Sampradaya?

4. Apa harapan Sampradaya terhadap masyarakat Hindu Bali dan terhadap

Pemerintah/PHDI?

Page 5: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

BAB II

Ruang Lingkup, Signifikansi, Kerangka Teori

2.1 Ruang Lingkup

Penelitian ini terbatas pada penelitian terhadap persepsi umat Hindu Bali

di Kotamadya Mataram dan Kabupaten Lombok Barat terhadap keberadaan

Sampradaya yang berkembang dan mencari pengikut dalam komunitas mereka.

Kepercayaan dan praktek ritual mereka yang berbeda menimbulkan kesan

bahwa Sampradaya melakukan konversi terhadap umat Hindu Bali. Para pengikut

sampradaya juga kemudian biasanya berhenti melaksanakan praktek agama

seperti yang umum dilakukan oleh komunitas Hindu Bali sehingga menimbulkan

keresahan dalam masyarakat.

2.2 Signifikansi

Masalah ini sangat penting untuk dikaji karena di satu sisi Hindu sebagai

agama yang memiliki toleransi yang sangat tinggi harus berhadapan dengan

kenyataan timbulnya keresahan dalam masyarakat karena semakin merebaknya

sampradaya-sampradaya di lingkungan mereka.

Pada suatu titik, dimana sampradaya biasanya cenderung bersikap

eksklusif terhadap “orang luar” atau out-group-nya, keberadaan mereka memiliki

potensi konflik internal maupun eksternal yang besar. Di sisi lain kebebasan untuk

memeluk agama dan kepercayaan serta beribadah menurut agama dan

kepercayaannya itu harus tetap dihormati karena merupakan hak azasi individu.

Page 6: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan masyarakat umat

Hindu Bali di Lombok terhadap keberadaan sampradaya agar kemudian kita

dapat menyimpulkan langkah-langkah yang berguna untuk mencegah timbulnya

konflik intern maupun dengan penganut agama lain yang mungkin akan

menimbulkan persepsi general tentang umat Hindu terhadap praktek-praktek

sampradaya. Untuk dapat menjangkau substansi yang paling mendasar, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan psikologis dan budaya.

2.3 Kerangka Teori

2.3.1 Teori Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi

tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh : Jalaludin

Rahmat (2003:51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah

pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh

dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu

dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama.

Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar

dan pengetahuan. Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaluddin

Rahmat (2003:52) faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu

faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional adalah faktor yang

berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa

yang kita sebut sebagai faktor personal. Faktor struktural adalah faktor yang

Page 7: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

semata-mata berasal dari sifat stimulus fisik terhadap obyek-obyek saraf yang

ditimbulkan pada saraf individu. Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada

manusia dalam mengamati suatu obyek psikologi yang berupa kejadian, ide atau

situasi tertentu. Berdasarkan nilai dan norma yang dimiliki individu akan terjadi

keyakinan terhadap obyek, selanjutnya komponen afeksi memberikan evaluasi

(senang atau tidak senang) dan komponen konasi menentukan kesiapan berupa

tindakan terhadap obyek dan tindakan.

Sedangkan Jalaluddin Rahmat (2003:15) mengemukakan pendapatnya

bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. Desideranto dalam psikologi komunikasi (Jalaluddin Rahmat, 2003:16)

persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi

oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.

Bimo Walgito (2002:54) berpendapat bahwa persepsi adalah

pengorganisasian, penginterprestasian terhadap stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan

aktifitas integrated dalam diri individu.

Menurut Desideranto (Jalaluddin Rahmat, 2003 : 16) persepsi adalah

penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman

hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.Dengan demikian dapat dikatakan

juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu.

Muhyadi (1991:233) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses

stimulus dari lingkungannya dan kemudian mengorganisasikan serta menafsirkan

Page 8: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

atau suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan

kesan atau ungkapan indranya agar memilih makna dalam konteks lingkungannya.

Sarwono (1993:238) mengartikan persepsi merupakan proses yang

digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan pendapatnya sendiri

dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya

dengan pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain.

Jadi, persepsi seseorang akan menentukan sikapnya terhadap sesuatu

obyek fisik maupun ide. Sikap ini menentukan bagaimana pengaruh obyek yang

bersangkutan terhadap individu tersebut. Bila persepsi individu terhadap suatu

obyek bersifat positif maka ia cenderung bisa menerima obyek tersebut,

sedangkan bila individu memiliki persepsi yang bersifat negatif maka ia akan

menolak obyek tersebut.

2.3.2 Teori Budaya

Geertz, dalam Abdullah (2006:1) menyatakan bahwa kebudayaan itu

“merupakan system mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk

simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan

mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan.”

Dengan memposisikan budaya sebagai system symbol ini, Abdullah

menyimpulkan perubahan atau pergeseran kebudayaan karena pengaruh ruang dan

kekuasaan terhadap lingkungan kebudayaan tersebut :

Pertama, tentang batas-batas dari ruang budaya yang mempengaruhi pembentukan symbol dan makna yang ditansmisikan secara historis tersebut. Berbagai bentuk ekspresi kebudayaan dalam konteks ini berada dalam suatu wilayah kebudayaan yang batas-batasnya mengalami suatu pergeseran yang

Page 9: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

dinamis. Kedua, batas-batas dari kebudayaan tersebut menentukan konstruksi makna dipengaruhi oleh hubungan kekuasaan yang melibatkan sejumlah aktor. Makna dalam hal ini dibangun bahkan diubah dalam suatu ruang dengan serangkaian pilihan nilai dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing actor atau agen dengan tingkat kekuasaan yang berbeda. Ketiga, pola hubungan kekuasaan ini kemudian mengejawantah dalam identitas kelompok dan kelembagaan, yang menjadikannya realitas obyektif dan menentukan cara pandang antarkelompok. Keempat, identitas yang terbentuk melalui serangkaian symbol selain diterima juga menjadi objek pembicaraan, perdebatan, dan gugatan yang menegaskan perubahan yang mendasar dalam batas-batas kebudayaan (Abdullah, 2006 : 2).

Dengan berbagai simbol manusia berpartisipasi dalam kehidupan ” Yang

Suci” dan melalui kontak ini, mereka mendapatkan ketentraman dan keselamatan

(Hadi, 2006 : 28). Tindakan aktivitas dan kreativitas manusia sehingga

menimbulkan perubahan, perbedaan dan variasi dalam proses budaya,

memungkinkan adanya beberapa penyimpangan (deviation) yang lain.

Page 10: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

BAB III

METODOLOGI

3.1 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diperoleh dari hasil observasi lapangan dan dengan

melakukan wawancara-wawancara dari berbagai sumber baik dari pihak

masyarakat Hindu Bali umum maupun dengan pengikut Sampradaya. Penelitian

ini tidak mengkhususkan pada bentuk sampradaya tertentu karena tujuan

penelitian bukanlah untuk meneliti sampradaya secara spesifik, namun lebih

kepada eksistensi mereka dan tanggapan masyarakat terhadap eksistensi

sampradaya-sampradaya tersebut.

3.2 Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah masyarakat Hindu Bali di Mataram dan Lombok

Barat secara umum dan juga para penekun spiritual maupun para pengikut

sampradaya yang berasal dari orang yang beragama Hindu Bali. Penelitian tidak

diarahkan untuk menggali data dari penekun spiritual dan pengikut sampradaya

yang bukan berasal dari umat Hindu Bali.

3.3 Data yang dihimpun

Data yang dihimpun adalah semua data yang berasal dari observasi dan

wawancara yang berisi pendapat-pendapat dari narasumber yang berkaitan

dengan permasalahan timbulnya sampradaya, tanggapan mereka terhadap hal itu,

Page 11: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

dan kaitannya dengan kebebasan seseorang untuk memeluk agama dan

kepercayaan serta beribadah menurut keyakinannya.

3.4 Teknik Analisa Data

Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain (Moleong, 2008 : 248)

Analisis data kualitatif berkaitan dengan :

Reduksi data : memilah-milah data yang tidak beraturan

menjadi potongan-potongan yang lebih teratur dengan

mengoding, menyusunnya menjadi kategori (memoing),

dan merangkumnya menjadi pola dan susunan sederhana.

Interpretasi : mendapatkan makna dan pemahaman terhadap

kata-kata dan tindakan para partisipan riset, dengan

memunculkan konsep dan teori (atau teori berdasar

generalisasi) yang menjelaskan temuan (Daymon &

Holloway, 2008 : 365).

Penelitian ini menerapkan proses analisa data yang umum dalam sebuah

penelitian kualitatif yang umumnya adalah analisis data secara induktif. Sebelum

Page 12: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

melakukan analisa, terlebih dahulu data disusun, di-coding dan dikategorosasi

sesuai kata kunci-kata kunci dalam penelitian.

Jadwal Penelitian

NOBULAN

KEGIATANAGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER

1 Observasi Awal

2 Seminar Proposal

3 Pengumpulan Data

4 Analisa data

5 Seminar Hasil

Page 13: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

6 Perbaikan dan Penjilidan

Page 14: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Prof. Dr. Irwan, 2006, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Daymon, Christine, & Immy Holloway, 2008, Riset Kualitatif dalam Public

Relation & Marketing Communications, Bentang, Yogyakarta

Hadi, Y. Sumandiyo, 2006, Seni dalam Ritual Agama, Pustaka, Yogyakarta

Moleong, Lexy J., 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung

Muhyadi, 1991, Organisasi Teori Struktur dan Proses, Debdikbud, Jakarta

Jalaluddin Rahmat, 2003. Psikologi Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung

Jelantik Oka, Ida Pedanda Gde Nyoman, 2009, Sanatana Hindu Dharma, Widya

Dharma, Denpasar

Robinson, James B., 2004, Religions of the World : Hinduism, Chelsea House

Publishers, Chelsea

Sarwono, 1993, Teori-teori Psikologi Sosial, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

Sivananda, Sri Swami, 1999, All About Hinduism,World Wide Web (WWW)

Edition: 1999 WWW site:http://www.rsl.ukans.edu/~pkanagar/divine/

Walgito , Bimo, 2002, Psikologi Sosial, Andi Offset, Yogyakarta

Sumber penulisan lainnya :

Widnya, I Ketut, 2009, Gelombang Ketiga Hinduisasi di Indonesia, Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Bidang Sejarah Agama

Page 15: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

Hindu Pada Fakultas Brahmawidya Institut Hindu Dharma Negeri

Denpasar, 21 Agustus 2009

Page 16: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

SISTEMATIKA PENULISAN

JUDUL :

Persepsi Umat Hindu Bali di Mataram tentang Sampradaya

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

1.3.2. Tujuan Khusus

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1.4.2. Manfaat Praktis

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Paradigma Penelitian

1.5.2. Lokasi Penelitian

1.5.3. Teknik pengumpulan data

1.5.4. Jenis sumber data

1.5.5. Penafsiran dan interpretasi masalah

BAB II SETTING WILAYAH

2.1. Kondisi Geografis

2.2. Mata Pencaharian Penduduk

Page 17: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

2.3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan

2.4. Kesehatan

2.5. Infrastruktur Kota

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

3.1. Kajian Pustaka

3.2. Konsep

3.2.1. Persepsi

3.2.2. Sampradaya

3.2.3. Umat Hindu

3.3. Teori

3.3.1. Teori Persepsi

3.3.2. Teori Interaksionisme Simbolik

3.3.3. Teori Modal Sosial

3.4. Model Penelitian

BAB IV SAMPRADAYA DAN GAIRAH UMAT HINDU DALAM

BERAGAMA

4.1. Kebebasan Beragama dalam Perspektif Ajaran Hindu

4.2. Sampradaya dalam Agama Hindu

4.3. Kebangkitan Spiritualitas Masyarakat

Page 18: Analisis Nilai Pendidikan Toleransi Beragama

4.4. Beragama ditengah Tuntutan Kerja dan Kewajiban

Agama

BAB V SAMPRADAYA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT

5.2. Pandangan Masyarakat Umum Tentang Sampradaya

5.3. Perlakuan Masyarakat Terhadap Pengikut Sampradaya

5.4. Persepsi Diri Pengikut Sampradaya

BAB VI HARAPAN TERHADAP PERAN PEMERINTAH/PHDI

6.1. Harapan Masyarakat Hindu Bali

6.2. Harapan Pengikut Sampradaya

BAB VII PENUTUP

7.1. Simpulan

7.2. Saran-Saran