Sword Art Online Jilid 7 Mother's Rosario Bahasa Indonesia
description
Transcript of Sword Art Online Jilid 7 Mother's Rosario Bahasa Indonesia
Sword Art Online Jilid 7 Mother’s Roasrio
KONTEN
Illustrasi Novel
Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Catatan Penerjemah dan Referensi
Catatan Pengarang
Prolog
―—Asuna, pernakah kau mendengar tentang <<Zekken>>?‖
Mendengar suara Lizbet, Asuna menghentikan ketikannya dan melihat ke atas.
―Tanda nomor urut pemain? Kau ingin membuat perlombaan olahraga ya?‖[1]
―Bu-bukan.‖ Lizbet menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Ia menegak sedikit
air dari cangkir yang beruap di meja lalu melanjutkan perkataannya.
―Zekken itu dari kanji, bukan katakana. Ditulis dengan kanji zetsu(絶) dari zettai
(pasti) (絶対) ken(剣) dari pedang, Pedang Absolut."
―Pedang... Absoulut. Apakah itu sebuah equipment langka atau semacamnya?‖
―Bukan, bukan. Itu adalah nama seseorang. Nama julukan, atau bisa juga disebut
alias. Tidak ada yang tahu nama asli orang tersebut. Dan dia sangat kuat. Kami
tidak tahu siapa yang memulai memanggilnya dengan nama itu, tetapi akhirnya
orang ini dikenal dengan nama Pedang Absolut, pedang absolut yang tak dapat
hancur, pedang tanpa tanding. Sepertinya itu arti julukannya.‖
Sangat kuat. Hal itu begitu menarik perhatian Asuna ketika ia mendengarnya.
Asuna sangat percaya diri dengan kemampuan berpedangnya. Sebagai pemain
Alfheim Online, dia memilih ras Undine yang berfokus pada sihir suportif dan
penyembuh, tetapi karakternya yang berdarah panas kadang-kadang keluar dalam
pertempuran dan dia tidak segan-segan menghunuskan rapier-nya dan maju
menyerang kumpulan musuh. Karena itulah dia mendapatkan julukan yang tidak
begitu elegan, ―Berserk Healer‖, penyembuh gila.
Dirinya secara aktif mengikuti turnamen bulanan dan telah terbiasa dengan
pertarungan tiga dimensi di ALO. Kemampuannya bahkan seimbang dengan
pemain kuat lainnya seperti Jendral Salamander Eugene, dan Lord of Sylph,
Sakuya. Adalah sesuatu yang tidak mungkin baginya untuk tidak memerdulikan
kemunculan pemain baru yang kuat.
Setelah selesai menyimpan file laporan biologinya yang telah selesai, Asuna
menutup keyboard virtualnya, mengambil cangkir di sampingnya dan
mengetuknya dengan jari untuk memenuhinya dengan teh panas. Ia tenggelam
dalam kursi kayu yang tumbuh begitu saja dari lantai papan dan mengambil posisi
yang membuatnya bisa mendengar dengan serius.
―Pedang Absolut ya. Hem. Bagaimana rupa orang tersebut?‖
―Biarkan aku berpikir sebentar.....‖
Bab 1
Lantai 22 Aincrad baru seluruhnya tertutupi oleh salju.
Saat ini awal Januari di dunia luar, meskipun musim dingin, suhu di Tokyo hampir
tidak pernah turun di bawah nol karena pemanasan global beberapa tahun terakhir
ini.
Namun, tak peduli hal itu baik atau tidak itu untuk menunjukkan etos kerja
perusahaan, Alfheim terus bergerak di bawah suhu dingin yang ekstrim. Suhu di
area utara Pohon Dunia sering turun sampai 10, 20 derajat di bawah nol. Jika kamu
tidak mempersiapkan peralatan penahan dingin atau mantel, kamu bahkan tidak
akan ingin terbang. Saat ini, Aincrad berada di atas wilayah Gnome, di ujung utara
dunia. Suhu di setiap lantai begitu dingin hingga kamu bisa melihat kristal es
seharian.
Tapi meskipun suhu begitu dingin hingga sungai akan membeku seutuhnya, suhu
dingin tidak bisa masuk ke dalam rumah, yang terlindungi oleh dinding kayu tebal
dan perapian.
8 bulan yang lalu―Pada Mei 2025, Alfheim online mengalami update terbesar
sampai sekarang―"Kastil Terapung Aincrad".
ALO awalnya dioperasikan dari sistem duplikasi permainan kematian «Sword Art
Online». Oleh karena itu, servernya memiliki salinan lengkap dari Aincrad, tahap
di mana SAO ditetapkan. Di masa lalu, ALO dijalankan oleh «Recto Progress».
Namun, ketika sebuah perusahaan baru membeli software dan hardwarenya,
mereka bukan hanya tidak menghapus Aincrad dan data karakter mantan pemain
SAO, tetapi mereka juga berani mengusulkan agar semua itu ada di dalam ALO.
Tentu saja, mereka juga berusaha melawan penurunan playerbase karena
eksperimen manusia yang dilakukan oleh Recto Progress dengan menggunakan
upgrade berdampak. Tapi itu pasti bukan satu-satunya alasan. Para pencipta dari
perusahaan baru adalah semua pemain veteran MMO yang sudah bermain sejak 2D
dan tidak tahan akan penghapusan kastil terapung yang sangat rumit untuk
dirancang tersebut―Itulah yang Asuna dengar dari Agil yang memiliki hubungan
dengan seseorang dari perusahaan.
Dengan kebangkitan Aincrad, Asuna menetapkan tujuan kecil di hatinya dan mulai
bermain sebagai penyembuh Undine dan pengguna Rapier. Tujuannya jelas: Untuk
menyimpan cukup Col, tidak, Yurudo, mencapai lantai 22 sebelum orang lain, dan
membeli rumah kayu kecil jauh di dalam hutan konifer[2]
. Di waktu yang lalu di
kastil terapung yang lain, selama 2 minggu pendek di tempat yang tepat itu, ia
membentuk sebuah keluarga dan melewati hari yang manis, bahagia, dan damai.
Update Mei lalu membuka 10 lantai pertama. September membuka lantai 11
hingga 20. Kemudian, pada malam Natal―24 Desember malam, pintu menuju
lantai 21 dibuka. Asuna, dengan Kirito, Klein, Agil, Lisbeth, Silica dan Lyfa,
membentuk sebuah kelompok beranggota 7 orang, dan bergegas naik ke lantai
berikutnya segera setelah panggilan merayakan pembukaan berakhir.
Lantai 22 adalah lantai yang jarang penduduknya dan tidak memiliki apapun
kecuali hutan, dan ada banyak tempat tinggal di jalan utama desa, sehingga ada
kemungkinan tidak akan ada pesaing yang mengincar rumah yang sama. Meski
begitu, mereka bergegas seperti badai yang melalui padang gurun lantai 21 dan
menantang Bos yang muncul di akhir dungeon. Klein kemudian membuktikan
bahwa Asuna, meski telah menghabiskan setengah dari poin kemampuannya pada
dukungan, lebih mengesankan saat ia berjuang di depan kelompok 50 pria daripada
ketika ia adalah wakil pemimpin dari «Knights of Blood».
Setelah menendang bos lantai 21 yang ia kalahkan seorng diri, ia bergegas ke
rumah kayu dan mengklik tombol OK untuk mengkonfirmasi transaksi, Asuna
hanya bisa menangis dalam kebahagiaan. ―Malam itu, setelah pesta berakhir dan
semua teman-teman mereka pergi, sambil minum bersulang dengan Kirito dan Yui,
yang telah kembali dari bentuk gadisnya, dia menangis lagi. Insiden ini
dirahasiakan dari teman-teman mereka.
Asuna sendiri tidak benar-benar yakin mengapa ia begitu bersikeras menuju tempat
ini. Bersama dengan cowok yang benar-benar ia cintai untuk pertama kalinya,
meskipun itu di dunia virtual, tapi setelah melewati kesulitan, ini adalah tempat di
mana mereka akhirnya menetap dan menghabiskan sejenak kebahagiaan.
Kedengarannya sederhana, tapi Asuna merasa tidak hanya seperti itu.
Rumah itu mungkin, bagi Asuna yang sering tidak bisa menemukan tempat untuk
kembali di dunia nyata, adalah tempat di mana dia bisa merasa berada di «rumah».
Sebuah tempat yang kecil dan hangat di mana sepasang burung bisa
mengistirahatkan sayap mereka, meringkuk dan tidur. Sebuah tempat bagi jiwanya
untuk kembali.
Lebih penting lagi, setelah semua kerja keras, rumah kayu itu telah menjadi tempat
di mana sahabat mereka bisa berkumpul bersama. Mereka jarang menerima tamu.
Asuna mengabdikan diri sepenuhnya untuk mendesain interior rumah kecil itu,
menarik semua orang dari permukaan. Bukan hanya sahabatnya dari SAO, teman
baru dari ALO juga sering berkunjung untuk memakan masakan buatan tangan
Asuna. ―Sesekali, karena timing yang buruk, mereka makan dengan penuh
ketegangan saat raja Sylph Sakuya dan Jenderal Salamander Eugene datang.
Hari ini―Tanggal 6 Januari 2026, beberapa wajah familiar telah berkumpul di
sekeliling meja yang «tumbuh dari rumah».
Di sebelah kanan Asuna penjinak hewan Silica, yang memiliki telinga segitiga
unik Cait Siths. Dia sedang menatap PR matematikanya pada monitor hologram
dan mengeluh. Demikian pula, di sebelah kirinya, penyihir swordswoman Sylph
Lyfa sedang cemberut pada esai bahasa Inggrisnya.
Di seberangnya, pandai besi Leprechaun Lisbeth duduk dengan kaki disilang dan
meminum raspberry liqueur sambil tenggelam dalam novel yang dijual di dalam
game.
Di dunia nyata saat ini baru jam 4pm, tapi waktu di Alfheim berbeda. Di luar,
langit hampir sepenuhnya hitam yang menangkap pantulan cahaya dari salju yang
jatuh. Jelas bahwa di luar itu dingin walaupun kamu tidak bisa mendengar suara
angin, tapi perapian di dalam rumah menyala. Selain itu, aroma hangat datang dari
panci besar, di mana sup sedang mendidih.
Seperti teman-temannya, Asuna menempatkan tangannya pada keyboard virtual,
melihat situs dalam jendela browser yang melayang di sekelilingnya, dan
menyelesaikan laporannya.
Meskipun ibunya tidak menyetujui ia melakukan hal-hal yang bisa dilakukan di
dunia nyata di dunia VR, bekerja di sini lebih efisien dalam jangka panjang. Mata
dan tangannya tidak akan lelah dan sejumlah situs informatif yang tidak muat ke
dalam layar UXGA kamarnya, saat ini melayang di tempat yang mudah dilihat.
Asuna pernah berbicara pada ibunya dan membiarkannya mencoba menggunakan
program FullDive yang dikhususkan untuk mengedit teks, tapi dia log off hanya
dalam beberapa menit mengatakan bahwa dia pusing dan mengabaikan hal itu
sejak saat itu.
Memang ada orang-orang yang mengalami pusing di dunia virtual, namun Asuna
yang «hidup» di dunia virtual selama 2 tahun tidak bisa dengan mudah
membayangkan bagaimana rasanya hal itu. Jari-jarinya bergerak cepat tanpa
sedikitpun kesalahan dan esainya secara bertahap sampai ke bagian kesimpulan―
Pada saat itu, tiba-tiba sesuatu bersandar di bahu kanannya.
Asuna menengok dan melihat kepala dengan rambut pendek hitam Silica bersandar
di bahunya, telinga segitiganya berkedut saat ia tidur dengan ekspresi senang di
wajahnya.
Asuna hanya bisa tertawa, dan dengan pelan mengusap telinga Silica dengan
tangan kirinya.
"Hei, Silica. Akan jadi masalah kalau kamu tidak bisa tidur malam ini karena kamu
tidur sekarang."
"Mm ... Nya ..."
"Hanya ada 3 hari tersisa dari Liburan Musim Dingin. Kamu harus bekerja keras
pada tugasmu."
Akhirnya dia dengan pelan menjewer telinga Silica dan dia bangun, terkejut. Dia
mengerjap beberapa kali dengan ekspresi bingung, menggelengkan kepalanya dan
menatap wajah Asuna.
"U. .. uu ... capeknya."
Gumam Silica, yang membuka mulut bergigi putih kecilnya putih dan menguap.
Semua pemain Cait Sith yang Asuna tahu mengantuk ketika mereka berada di
rumah ini, membuatnya bertanya-tanya apakah itu karena karakteristik ras.
Asuna melihat monitor hologram di depan Silica dan berkata.
"Bukankah halaman ini hampir selesai. Mengapa tidak terus dikerjakan dan
menyelesaikannya?"
"Fu ... Fuah ..."
"Bukankah ruangan ini terlalu hangat? Haruskah kita menurunkan suhunya
sedikit?"
Mendengar itu, Lisbeth tersenyum dan menjawab.
"Tidak, bukan itu, aku pikir ini karena itu."
"Itu ...?"
Asuna menoleh ke belakang, melihat Lyfa menunjuk sesuatu di dinding Timur
sebelah perapian.
"Ah ... Jadi itu ..."
Melihat ke sana, Asuna mengangguk penuh pengertian.
Di depan perapian merah yang menyala, ada kursi goyang besar yang diukir dari
kayu.
Duduk dengan tenang di atas kursi, seorang «Spriggan» dengan kulit hitam
bercahaya dan rambut hitam pendek tertidur. Rambut yang acak-acakan
sebelumnya sekarang terjatuh turun, tapi wajah tajam dan sedikit nakalnya sama
seperti sebelumnya. Tak perlu dikatakan, itu adalah Kirito.
Di atas perutnya, naga kecil berbulu biru terang, nyaman tertidur dengan tubuh
meringkuk dan kepalanya terkubur di dalam ekor berbulunya. Naga itu, «Pina»,
adalah partner Silica selama SAO.
Seorang pixie yang bahkan lebih kecil dengan wajah polos tertidur menggunakan
bulu lembut Pina sebagai tempat tidur. Gadis dengan rambut panjang, lurus,
mengkilap, hitam dan mengenakan gaun berwarna pink adalah «Pixie Navigasi»
Kirito, yang juga 'putri' Asuna dan Kirito, sang AI «Yui», yang dibuat dari server
lama SAO.
Ditumpuk seperti kue tiga lapis, Kirito, Pina, dan Yui dengan bahagia tidur di kursi
goyang, memancarkan semacam efek hipnotis ajaib. Bahkan Asuna merasa
mengantuk setelah melihat itu hanya beberapa detik.
Kirito benar-benar bisa tidur cukup banyak. Ini hampir seperti dia mendapatkan
kembali waktu yang ia habiskan selama SAO ketika ia mengorbankan tidurnya
untuk membersihkan dungeon. Di rumah ini, saat mata Asuna meninggalkannya, ia
duduk di kursi goyang favoritnya dan segera tertidur.
Selain itu, Asuna tidak tahu hal apapun yang lebih menghipnotis selain wajah
Kirito saat ia sedang tertidur di kursi.
Kembali selama di SAO, apakah itu di rumah kayu atau di lantai dua toko Agil,
setiap kali Kirito menggoyangkan kursi, Asuna hampir selalu duduk di sana dan
tidur bersama dengannya. Yang bisa dikatakan, Asuna secara pribadi telah
berpengalaman dan dapat memahami mengapa Silica dan Lyfa tergoda untuk tidur.
Anehnya, Pina, yang pergerakannya didasarkan pada algoritma sederhana, akan
terbang dari bahu Silica, meringkuk dan tidur di atas Kirito setiap kali ia datang ke
Kirito yang tertidur.
Hal ini telah menimbulkan semacam keraguan apakah Kirito yang tertidur
memancarkan semacam «Parameter Mengantuk». Bahkan, Asuna, yang menulis
esai dengan kecepatan penuh beberapa saat yang lalu, secara sadar mulai melesu ...
"Hei Asuna-san, jangan tertidur juga! Ah, Liz-san juga!"
Diguncang oleh Silica, Asuna mengangkat kepalanya.
Pada saat yang sama, Lisbeth, yang berada di sisi lain meja, dengan gemetar
terbangun, mengedip dan tersenyum dengan malu. Dia menyapu rambut logam
merah mudanya, yang unik untuk leprechaun, dan dengan enggan menjelaskan.
"Mengapa aku merasa mengantuk ketika aku melihat itu ... Mungkinkah sihir ilusi
Spriggans ini terlalu ampuh?"
"Haha, bagaimana mungkin. Aku akan menyeduh teh untuk mengusir kantuk.
Meskipun aku mengatakan itu, aku benar-benar merasa malas."
Asuna berdiri dan mengambil 4 cangkir dari lemari di belakangnya. Itu adalah mug
ajaib yang bisa «menuangkan 99 jenis teh dengan sekali tekan» yang mereka
dapatkan dari quest baru-baru ini.
Menempatkan cangkir dan pie buah di atas meja, mereka berempat, termasuk
Silica yang berjuang melepaskan diri dari rasa kantuknya, segera meminum cairan
hangat dan harum tersebut.
"Omong-omong."
Pada saat itu, Lisbeth memikirkan sesuatu dan berkata.
"―Asuna, apakah kamu pernah mendengar tentang «Pedang Absolut»?"
"Ada rumor sejak sekitar awal tahun ... Dimulai sekitar seminggu yang lalu ..."
Mengatakan itu, Lisbeth mengangguk pada Asuna seakan mengkonfirmasi sesuatu.
"Benar, kalau Asuna jelas tidak tahu. Kamu sudah berada di Kyoto sejak akhir
tahun."
"Benarkah, jangan membuatku berpikir tentang hal yang kubenci di sini."
Melihat Asuna cemberut, Lisbeth tertawa terbahak-bahak.
"Sayangnya, memang tidak mudah berasal dari keluarga terhormat."
"Ini benar-benar tidak mudah. Kamu harus duduk dan menyapa orang memakai
kimono sepanjang hari, dan walaupun kamu ingin "Full Dive" di malam hari,
tempatnya masih tidak terhubung ke wireless LAN sampai hari ini. Meskipun aku
membawa AmuSphereku, akhirnya hanya sia-sia saja."
Dia mendesah panjang dan menghabiskan teh.
Sejak akhir tahun lalu, Asuna setengah dipaksa untuk pergi dengan keluarganya ke
rumah kepala keluarga Yuuki, dengan kata lain rumah tua ayahnya. Dia juga harus
menyampaikan rasa terima kasih kepada kerabatnya yang khawatir selama dua
tahun dia 'di rumah sakit', jadi dia tidak bisa bilang bahwa dia membencinya.
Ketika dia masih kecil, Asuna menganggap menghabiskan awal tahun dengan
keluarga utama adalah alami, dan merasa senang karena dia bisa bertemu sepupu
yang usianya sama dengannya.
Tapi, mungkin sekitar waktu ia mulai memasuki SMP, Asuna secara bertahap
mulai merasa dibatasi oleh adat ini.
Keluarga utama Yuuki, tanpa melebih-lebihkan, telah mengelola bank sebagai
bisnis keluarga di Kyoto sejak 200 tahun yang lalu, dengan gigih bertahan dari
reformasi dan perang, dan generasi saat ini telah membuka cabang di Kansai.
Ayahnya Yuuki Shouzou mampu mengembangkan «RECTO», sebuah perusahaan
manufaktur elektronik umum, dalam satu generasi berkat bantuan keuangan
keluarga utama. Melihat silsilah keluarga, presiden dan birokrat dari keluarganya
ada dimana-mana.
Seolah alami, sepupu dan saudara Asuna juga «siswa terbaik» di «sekolah yang
baik». Ketika semua anak duduk berdampingan saat jamuan makan, orang tua
mereka berbicara tentang topik bagaimana anak-anak mereka menerima pujian
dalam kompetisi tertentu atau seberapa tinggi peringkat mereka dalam ujian
nasional. Sesaat tampil bagus di permukaan, mereka hanya bertengkar tanpa akhir
dalam kenyataan. Asuna secara bertahap menyadari rasa dengki di lingkungan
sekitarnya, terlihat seperti tujuan menyelenggarakan fungsi itu setiap tahun adalah
untuk memeringkat semua anak.
Pada bulan November 2022, selama musim dingin tahun ketiga SMP, Asuna
terjebak di SAO, sampai Januari 2025, ketika ia dibebaskan oleh Kirito. Itu
sebabnya ini adalah ucapan tahun baru pertamanya dalam 4 tahun terakhir. Di
rumah kepala keluarga bergaya Kyoto, Asuna mengenakan kimono berlengan
panjang dan berulang kali disambut oleh banyak kerabatnya dimulai dari kakek-
neneknya. Pada akhirnya, dia merasa seperti telah menjadi NPC resepsi.
Meski begitu, bertemu dengan sepupu setelah tidak melihat mereka untuk waktu
yang lama seharusnya menjadi acara yang menyenangkan, meskipun mereka
senang bahwa Asuna telah kembali seolah-olah itu adalah masalah mereka sendiri,
Asuna melihat sesuatu yang dia benci di mata mereka.
Semua sepupunya mengasihani Asuna. Mereka merasa simpatik, sedih karena
Asuna keluar secara prematur dari kompetisi yang telah berlangsung sejak mereka
lahir. Bukan berarti bahwa ia berpikir terlalu banyak. Asuna bisa dengan mudah
mengethuinya, setelah membaca ekspresi orang sejak ia masih muda.
Tentu saja, Asuna saat ini memiliki kepribadian yang sama sekali berbeda dari
waktu itu. Di dunia itu, ada seorang cowok yang entah kenapa dapat merubah diri
Asuna. Oleh karena itu, rasa kasihan dari sepupu, paman dan bibinya hanya sedikit
melukai hati Asuna. Di atas semua itu, dia adalah seorang «swordswoman»,
seseorang yang berjuang menggunakan kekuatannya sendiri. Keyakinan itu selalu
mendukung hati Asuna, dan tidak berubah mekipun dunia itu telah hilang.
Tapi sepupunya, yang menganggap VRMMO itu racun, tidak bisa memahami nilai
itu. Hal yang sama terjadi pada ibunya yang selalu terlihat sedikit sedih ketika ia
bersama keluarga utama.
Obsesi untuk pergi ke universitas yang bagus dan menemukan pekerjaan yang
bagus sudah tidak ada lagi. Asuna benar-benar menyukai sekolahnya saat ini, dan
dalam setahun dia perlahan-lahan bisa menemukan apa yang ingin dia lakukan.
Tentu saja, membentuk sebuah keluarga dengan seorang cowok yang sedikit lebih
muda darinya di dunia nyata adalah tujuan terakhirnya.
―Asuna memikirkan itu di satu sisi, dan terus menjawab pertanyaan berbagai
kerabatnya dengan senyum di sisi lain. Hal yang paling menyebalkan adalah saat ia
sendirian di sebuah ruangan dengan sepupu yang dua tahun lebih tua darinya pada
malam terakhir di Kyoto.
Sebagai seorang pria yang tugas satu-satunya adalah membantu bank keluarga
utama, ia berbicara dengan penuh semangat tentang bagaimana profesionalnya dia,
bagaimana ia telah memutuskan posisi yang akan ia masuki dalam bisnis dan
bagaimana akan terkenalnya dia. Awalnya Asuna hanya memasang senyum
kagum, tapi secara mencurigakan semua orang pergi dan meninggalkan mereka
berdua saja, menyebabkannya bertanya-tanya apakah orang dewasa punya niat
meragukan dirinya ...
"Hei Asuna, apa kamu mendengar?"
Ditendang oleh Lisbeth di bawah meja, Asuna kembali ke dirinya sendiri.
"Ah, maaf. Aku teringat sesuatu yang kubenci."
"Apa itu? Pertemuan untuk menikah di Kyoto?"
"..."
"... Mengapa kamu diam saja ... Mungkinkah ..."
"Tidak, tidak. Bukan apa-apa!"
Asuna cepat menggelengkan kepalanya, mengetuk sisi mugnya yang sekarang
kosong dan meneguk teh ungu yang aneh. Dia mendongak dan dengan paksa
mengalihkan pembicaraan.
"Sangat kuat ... Lalu apakah orang itu PK?"
"Um, Pedang Absolut itu pemain PvP. Sedikit ke utara dari jalan utama lantai 24,
bukankah ada turis yang menarik pulau dengan pohon besar? Di bawah pohon itu
pada jam 3pm setiap hari, Pedang Absolut melawan setiap pemain yang
menginginkan sebuah tantangan."
"Oh ~ Jadi Pedang Absolut tipe orang yang telah berpartisipasi dalam kompetisi?"
"Tidak, tampaknya wajahnya benar-benar baru. Namun tingkat skill Pedang
Absolut tampaknya agak tinggi, jadi ada kemungkinan bahwa Pedang Absolut
ditransfer melalui permainan lain. Pada awalnya, pemberitahuan diletakkan pada
perekrutan tantangan «MMO Tomorrow». Sekitar 30 orang berpikir bahwa itu
hanyalah pemula yang terlalu percaya diri dan akan segera kalah, tapi ... "
"Sebaliknya mereka semua dikalahkan?"
"Semuanya, dengan indah. Pedang Absolute pasti cukup kuat, dikatakan bahwa
tidak ada seorangpun yang mampu mengurangi lebih dari 30% darah Pedang
Absolut."
"Sedikit sulit dipercaya."
Silica, yang memakan pie buah sampai saat itu, tiba-tiba menyela.
"Butuh waktu sekitar setengah tahun sebelum aku benar-benar bisa bertarung di
udara. Tetapi meskipun orang itu baru saja ditransfer baru-baru ini, ia bisa terbang
dengan baik!"
«Transfer» adalah sistem tranfer karakter untuk VRMMO seperti ALO yang
menggunakan «The Seed» sebagai platform. Itu bisa mempertahankan «kekuatan»
pemain secara umum, namun semua uang dan barang akan hilang dan skill tertentu
akan didistribusikan ulang.
"Apa Silica juga melawan Pedang Absolut sebelumnya?"
Menanggapi pertanyaan Asuna, Silica segera melebarkan matanya dan
menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana mungkin? Aku yakin bahwa tidak mungkin bagiku melawannya hanya
dengan melihat duel Pedang Absolut. Ah, tapi Liz-san dan Lyfa-san tetap melawan
Pedang Absolut. Mereka cukup berani mengambil tantangan."
"Diam."
"Apa pun bisa jadi pengalaman yang bagus, tahu."
Tersenyum sambil mendengarkan cemberutan Lisbeth dan Lyfa, Asuna sedikit
terkejut.
Lisbeth, yang rasnya cenderung bukan untuk bertarung dan memprioritaskan
penempaan keluar dari pertanyaan, tapi tidak banyak pemain yang bisa
mengalahkan Lyfa, yang bisa dianggap sebagai pemain top sylph, dalam
pertarungan udara. Selain itu, Pedang Absolute baru saja ditransfer, hal semacam
itu belum pernah terdengar.
"Kedengarannya seperti hal yang nyata. Hmm, aku sedikit tertarik."
"Haha, aku tahu Asuna akan mengatakan itu. Meskipun ada raja dan jenderal
berperingkat tinggi dalam kompetisi bulanan seperti Sakuya dan Eugene, sulit bagi
orang-orang di posisi mereka untuk berpartisipasi dalam pertarungan jalanan."
"Tapi kalau orang merasa Pedang Absolut itu begitu kuat, akankah ada penantang?
Ini berbeda dari kompetisi besar, jadi bukankah ada penalti pengalaman besar dan
kuat jika kamu kalah dalam pertarungan jalanan?"
"Tidak juga. Semua orang secara antusias berpartisipasi dalam pertaruhan ini."
Silica sekali lagi menyela.
"Eh? Apa ada barang langka super kuat yang dipertaruhkan?"
"Bukan item. Pedang Absolut sebenarnya mempertaruhkan satu «Original Sword
Skill». Salah satu yang merupakan super kuat, level finishing gerakan."
Asuna merasa ingin menyalin kebiasaan Kirito dalam mengangkat bahu dan
bersiul, tapi dia menahannya.
"Jadi itu merupakan OSS. Tipe apa? Berapa banyak hitsnya?"
"Biarkan aku berpikir, sepertinya itu digunakan oleh pedang satu tangan pada
umumnya. Itu adalah combo kejutan 11-hit."
"Wow ~!"
Kali ini dia benar-benar refleks menjerit.
Sistem kunci dalam SAO yang saat ini tidak ada adalah 'Skill Pedang'.
Ada penetapan 'skill' untuk senjata yang tak terhitung jumlahnya, ada banyak
kategori skill mulai dari serangan single-hit hingga serangan secara terus menerus.
Perbedaan dari serangan normal adalah saat kamu membentuk posisi awal,
tubuhmu secara otomatis akan bergerak pada kecepatan sistem tertinggi sampai
skill itu selesai. Cahaya dan efek suara indah yang menyertai hit membiarkan
pengguna menikmati kesenangan menjadi seorang prajurit super.
Dalam Alfheim, dalam update skala besar yang meliputi implementasi Aincrad,
perusahaan baru membuat keputusan berani untuk kembali menerapkan skill
pedang seperti saat itu.
Karena itulah, di ALO baru, ada sebuah revolusi besar yang dimulai dari dasar
dalam sistem pertempuran. Ini jelas menyebabkan kegemparan besar dari beberapa
pemain, namun pembangkang cukup banyak menjadi budak sensasi segera setelah
mereka merasakan skill pedang.
Sebelum itu, di ALO, efek cantik dimonopoli oleh sihir, yang juga memiliki jarak
superior dan akurasi, jadi tidak banyak orang yang memilih untuk mengkhususkan
diri dalam jarak dekat. Karena itulah dapat dikatakan bahwa kemunculan skill
pedang membuat ALO menjadi seimbang. Meskipun sudah setengah tahun sejak
pembaruan, sistem pertempuran baru dengan «Mobilitas Aerial» + «Skill Pedang»
tetap menjadi topik yang banyak didiskusikan.
Skill pedang ini dipinjamkan dari pendahulu mereka yang tidak cukup memuaskan
para penyelenggara yang berani.
Jadi mereka mengembangkan dan memasukkan elemen baru, sistem «Original
Sword Skill».
Seperti namanya yang tersirat, itu adalah 'skill pedang pribadi'. Itu bukanlah skill
pedang yang biasanya telah ditetapkan pergerakannya dari awal, itu adalah skill
pedang yang bisa pemain buat sendiri.
Ketika fitur ini diumumkan, untuk mendapatkan gerakan finishing cantik mereka
sendiri, banyak pemain bergegas ke jalan-jalan dan padang gurun dan
mengacungkan berbagai senjata. ―Dan mereka semua merasakan kekecewaan
yang mendalam.
Mendaftarkan OSS (Original Sword Skill) sangatlah mudah.
Pertama kamu membuka menu, pindah ke panel OSS, masukkan mode perekam
skill pedang dan tekan Start. Setelah itu kamu hanya tinggal mengayunkan
senjatamu seperti yang kamu inginkan dan tekan Finish. Itu saja.
Namun, ada persyaratan keras bagi sistem untuk menyetujui «gerakan finishing
yang kamu pikirkan».
Tebasan dan tusukan single hit hampir semuanya sudah terdaftar sebagai skill
pedang. Oleh karena itu jika kamu ingin membuat sebuah OSS, itu haruslah
combo. Namun, sebagai serangkaian gerakan, tidak boleh ada sedikitpun
kekurangan dalam setiap aspek seperti pusat gravitasi dan lintasan. Selain itu,
kecepatannya harus hampir secepat skill pedang penuh.
Dikatakan, "Kamu harus mengeksekusi sebuah combo yang seharusnya tidak
mungkin tanpa dukungan sistem, tanpa bantuan sistem." Suatu persyaratan keras
yang dapat dianggap bertentangan.
Hanya ada satu cara untuk mengatasi hambatan itu, dan itu adalah berlatih
berulangkali hingga tak terhitung jumlanya. Sampai sarafmu benar-benar
mengingat setiap serangkaian gerakan.
Hampir semua pemain tidak tahan dengan tipe tugas membosankan itu dan dengan
mudah menyerah akan impian mereka memiliki 'gerakan finishing pribadi'.
Namun, sebagian dari pekerja keras berhasil membuat dan mendaftarkan OSS
mereka, menerima suatu kehormatan yang setara dengan gaya pedang utama di
abad pertengahan. Sebenarnya, beberapa pemain mulai membentuk guild bernama
[00ryuu] dan beberapa dojo bahkan mulai dibuka di kota.
Apa yang membuat itu terjadi adalah karena fitur 'Skill Pedang Warisan' dalam
sistem OSS. Pencipta asli dari OSS bisa memberikan 'Panduan Skill' mereka pada
pemain lain.
Selain PvP, OSS juga memiliki dampak yang signifikan di PvE. Itulah mengapa
setiap orang menginginkannya. Menurut tren, warisan skill mengambil harga yang
besar. Panduan Skill untuk «gerakan finishing» yang lebih dari 5 hits saat ini
adalah hal yang paling mahal di ALO. Sudah menjadi rahasia umum bahwa OSS
terkuat sampai saat ini adalah 8-hit «Volcanic Blazer» yang disusun oleh Jenderal
Salamander Eugene, yang belum diberikan kepada siapapun karena ia tidak
kekurangan uang. Asuna sendiri berhasil menciptakan satu 5-hit setelah beberapa
bulan bekerja keras, tapi itu telah melemahkan kekuatannya, dan ia tidak berpikir
untuk membuat yang baru lagi.
"Pedang Absolute" muncul dalam situasi seperti itu, sang swordmaster misterius
dengan combo 11-hitnya yang luar biasa.
"Nah, kalau itu yang terjadi maka bisa dimengerti akan ada banyak yang
menantangnya. Apa setiap orang secara pribadi menyaksikan skill pedang itu?"
Tiga dari mereka segera menggelengkan kepala mereka sebagai respon dari
pertanyaan Asuna. Mewakili mereka, Lisbeth menanggapi.
"Hmm, tampaknya seperti hal itu ditampilkan di hari pertama pertarungan jalanan,
namun hal itu belum digunakan dalam pertarungan yang sebenarnya ...
Sebenarnya, tak seorangpun mampu memaksa Pedang Absolut untuk
menggunakan OSS itu."
"Bahkan Lyfa tidak bisa?"
Sebagai tanggapan, bahu Lyfa menurun dan dia menggeleng.
"Meskipun HP kami sekitar 60% sat itu ... Pada akhirnya aku dikalahkan oleh skill
normal."
"Oh ... ―Omong-omong, hal penting ini belum ditanyakan. Apa ras Pedang
Absolut? Apa senjatanya?"
"Oh, Pedang Absolut adalah seorang Imp. Senjata yang digunakan adalah pedang
satu tangan, tapi hampir setipis Rapier Asuna-san―Secara keseluruhan, Pedang
Absolut sangatlah cepat. Serangan normalnya hampir secepat skill pedang ...
begitu cepat hingga mataku hampir tidak bisa mengikuti gerakan Pedang Absolut.
Itu pertama kalinya aku menemui hal seperti itu, aku benar-benar terkejut. "
"Tipe kecepatan, eh? Jika Lyfa bahkan tidak dapat mengikuti gerakan Pedang
Absolute, maka aku mungkin tidak memiliki kesempatan juga ... ―Ah."
Pada titik ini, Asuna teringat sesuatu yang penting.
"Berbicara tentang kecepatan, ada pemain lain yang terasa seperti seorang cheater
sedang tidur di sana. Bagaimana dengan Kirito-kun? Tampaknya dia akan tertarik
pada hal semacam ini."
Pada hal ini, Lisbeth, Silica dan Lyfa melirik satu sama lain dan tiba-tiba tertawa
terbahak-bahak.
"―Ap, Apa itu?"
Melihat Asuna terkejut, Lyfa tertawa dan mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
"Hahaha. ―Kakakku telah melawan Pedang Absolut. Selain itu, dia juga kalah."
"Bagaimana ..."
Kalah. Kirito itu.
Asuna membeku, termangu selama beberapa detik.
Dalam hati Asuna, Kirito sebagai seorang pendekar pedang telah identik dengan
kata «benar-benar kuat». Baik di SAO maupun ALO, dari orang-orang yang Asuna
tahu, satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Kirito dalam duel adalah
pemimpin Knights of Blood, Heathcliff, dan itu hanya karena perlindungan sistem
sebagai Game Master.
Meskipun ia tidak menyebutkannya pada Lisbeth dan yang lain, Asuna sendiri
pernah benar-benar serius melawan Kirito saat di SAO.
Itu sebelum mereka saling mengerti satu sama lain, kembali ketika Asuna
memimpin garis depan sebagai sub-leader KoB.
Ketika mereka sedang mendiskusikan metode untuk mengalahkan bos kuat dari
lantai tertentu, ada pertentangan antara guild yang dipimpin oleh KoB yang
memprioritaskan kecepatan dan beberapa pemain solo yang dipimpin oleh Kirito.
Kedua belah pihak tidak bisa menemukan kompromi, sehingga pada akhirnya
mereka memutuskan untuk membiarkan perwakilan dari kedua belah pihak untuk
berduel.
Pada saat itu, Asuna sudah tertarik pada Kirito, tapi dia juga ingin membersihkan
pikiran itu. Pada waktu itu ia percaya bahwa menempatkan emosi pribadi sebelum
membersihkan permainan tidak bisa ditoleransi.
Asuna merasa bahwa duel itu adalah kesempatan yang bagus untuk mengalahkan
kelemahan di dalam hatinya. Mengalahkan Kirito, secara efisien mengalahkan bos
dan sekali lagi kembali ke dirinya yang dingin.
Namun Asuna tidak mengetahui tentang kekuatan tersembunyi Kirito di balik
wajahnya yang tidak bisa diandalkan itu.
Duel itu benar-benar panas. Saat pedang mereka beradu, semua pikiran tidak
penting di kepala Asuna tertiup pergi, hanya kesenangan melawan lawan yang
hebat yang mengisi tubuhnya. Dia merasa seolah-olah secara langsung bertarung
dengan impuls sarafnya, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Itu
berlangsung sekitar 10 menit, namun Asuna tidak memikirkan lamanya waktu.
Kemudian Asuna kalah. Kirito melakukan tipuan yang terlalu realistis―alasannya
ia pahami kemudian―«menarik pedang kedua dari belakang punggungnya dan
menyerang», Asuna secara refleks memblokir dan dengan indah tertebas karena
dirinya terbuka.
Pada akhirnya, setelah mengalami pertarungan itu, Asuna tidak bisa menyerah
terhadap perasaannya, dan pada saat yang sama, kesan mendalam pada pedang
Kirito berbekas di hati Asuna.
―Pendekar pedang terkuat. Sampai hari ini, bahkan setelah «Pendekar Pedang
Hitam» dari SAO telah menghilang, keyakinan itu tidaklah goyah.
Itulah sebabnya Asuna merasa gelisah ketika mendengar Kirito kalah oleh 'Pedang
Absolut'.
Asuna mengalihkan tatapannya dari Lyfa ke Lisbeth dan dengan gemetar bertanya.
"Kirito-kun, dia ... Apa kamu serius?"
"Yah ~ Ya ..."
Lisbeth mengerutkan kening dan mengangkat bahu.
"Walaupun kamu bertanya padaku, untuk tingkat pertarungan itu, seseorang
sepertiku tidak bisa menentukan apakah mereka serius ... Tapi Kirito bukanlah
pengguna dua pedang lagi, jadi dalam aspek itu ia tidak mengeluarkan semua
kemampuannya. Selain itu , itu ..."
Lisbeth berhenti, matanya mencerminkan cahaya dari perapian, dan melihat Kirito
yang tertidur. Mulutnya menampilkan senyum konstan.
"Inilah yang aku pikirkan. Mungkin, dalam permainan normal, Kirito tidak akan
bertarung dengan serius lagi. Di sisi lain, Kirito hanya akan bertarung dengan
serius ketika permainan bukanlah permainan lagi, ketika dunia virtual menjadi
nyata ... Karena itulah lebih baik jika situasi yang memaksanya untuk bertarung
dengan serius tidak muncul. Dari awal, dia adalah tipe orang yang dengan mudah
terjebak dalam hal-hal yang merepotkan."
"..."
Asuna juga melihat wajah pendekar pedang berambut hitam yang tertidur untuk
sementara waktu, dan mengangguk pada Lisbeth.
"Ah ... Itu benar."
Di kedua sisi, Lyfa dan Silica perlahan mengangguk dengan berbagai emosi.
Orang yang memecah keheningan adalah adik Kirito di dunia nyata, Lyfa.
"―Namun, ini hanyalah kesanku ... Tapi kupikir kakakku serius. Setidaknya, aku
merasa seperti dia tidak melawannya dengan mudah. Apalagi ....."
"... Apa?"
"Meskipun aku tidak yakin, tapi tak lama sebelum duel berkahir, ketika pedang
mereka beradu bersama, kakakku tampaknya mengatakan sesuatu pada Pedang
Absolut ... Segera setelah itu, jarak antara keduanya melebar dan kakakku tidak
mampu menghindari serangan Pedang Absolut dan kalah ... "
"Hmm ... Jadi apa yang dia katakan?"
"Masalahnya, walaupun aku memintanya dia tidak akan memberitahuku. Namun,
rasanya seperti ... ada sesuatu."
"Benarkah? Maka mungkin tidak akan berhasil walaupun aku menanyainya."
Asuna menatap tangannya dan bergumam.
"... Semua yang tersisa adalah bertanya langsung pada Pedang Absolut, kalau
begitu."
Mendengar ini, Lisbeth mengangkat alisnya.
"Jadi kamu benar-benar ingin bertarung?"
"Meskipun aku tidak merasa aku akan menang. Aku memiliki perasaan bahwa
orang yang disebut Pedang Absolut ini datang ke ALO untuk tujuan tertentu. Aku
akan berbicara tentang sesuatu padanya daripada pertarungan jalanan."
"Ah, aku juga berpikir begitu. Namun, untuk mengetahuinya, kamu harus berada di
tingkat yang sama seperti Kirito. Bagaimana dengan karaktermu? Kamu akan
memilih yang mana?"
Asuna berpikir sedikit tentang pertanyaan Lisbeth itu. Selain pengguna rapier
Undine «Asuna» yang ditransfer dari SAO, dia juga membuat akun baru dan
melatih karakter baru dari awal: «Erika» sang Sylph. Alasan dia menciptakan
karakter baru sangatlah sederhana: Kadang-kadang ia ingin mengubah
penampilannya juga.
Erika mengkhususkan diri dalam pertarungan jarak dekat dan sebagian besar poin
kemampuannya dikhususkan untuk skill belati, jadi itu lebih cocok untuk duel
dibandingkan Asuna yang setengahnya penyembuh. Namun, Asuna mengangkat
bahu dan segera menjawab.
"Aku akan pergi dengan yang satu ini, yang lebih sering kugunakan. Karena lawan
adalah tipe kecepatan, kemenangan mungkin akan diputuskan dalam sekejap bukan
oleh DPS. Apa semuanya ikut?"
Melihat sekeliling, Lisbeth, Silica dan Lyfa mengangguk pada waktu yang sama.
Silica dengan senang melambaikan ekornya dan berkata.
"Tentu saja! Tidak mungkin aku akan melewatkan pertandingan ini."
"Aku sungguh tidak tahu apakah ini bisa disebut pertandingan atau tidak ... Nah,
kalau begitu telah diputuskan. Pedang Absolut muncul di pulau pada lantai 24
sekitar jam 3pm, benar? Kalau begitu kita bertemu di sini pada pukul 2:30."
Menepuk tangannya, Asuna memanggil menu dan melihat waktu di dunia nyata.
"Tidak bagus, sudah pukul 6, aku hampir terlambat untuk makan malam."
"Kalau begitu mari kita berpisah di sini untuk hari ini."
Lyfa menyimpan jendela di depannya dan cepat berkemas. Setelah mengucapkan
selamat tinggal pada 3 orang, swordswoman Sylph diam-diam mendekati kursi
goyang, memegang sandaran kursi dan tiba-tiba mengguncangnya dengan liar.
"Kakak, bangun. Saatnya untuk pergi!"
Tersenyum pada adegan ini, Asuna tiba-tiba teringat sesuatu dan menghadap
Lisbeth.
"Hei, Liz."
"Ada apa?"
"Baru saja, kamu menyebutkan bahwa Pedang Absolut ditransfer ... Karena Pedang
Absolut begitu kuat, apakah mungkin dia ... seseorang dari SAO?"
Menanggapi pertanyaan berbisiknya, Lisbeth mengangguk dengan ekspresi serius
di wajahnya.
"Aku menduga hal itu. Tapi ketika aku menanyai Kirito apa yang dia pikirkan
setelah bertarung dengan Pedang Absolut ...."
"Apa yang Kirito-kun katakan ...?"
"Dia mengatakan bahwa tidak mungkin Pedang Absolut adalah pemain SAO.
Alasannya karena ...."
"..."
"Dia mengatakan bahwa jika Pedang Absolut ada di dunia itu, «Dual Blades» akan
diberikan kepada orang itu bukan dirinya."
Bab 2
Beep, beep.
Dengan suara elektronik singkat seperti itu AmuSphere mati.
Perlahan Asuna membuka matanya. Bahkan sebelum matanya terfokus pada
langit-langit di kamarnya yang gelap, Asuna sudah merasa kedinginan, udara
lembab menempel di kulitnya.
Meskipun ia mengatur pengatur suhu ruangan (air conditioner) pada mode
penghangat ringan, sepertinya dia lupa untuk mematikan timernya dan alhasil
menjadi mati selama FullDive. Temperatur di kamar seluar 10 tatami tersebut
hampir sama dengan suhu di luar. Mendengar suara pelan, dia berputar menuju
jendela besar dan menyadari begitu banyak embun air pada kacanya yang gelap.
Sambil menggigil Asuna bangkit perlahan dari tempat tidur. Ia memanjangkan
jarinya menuju kontrol pada control panel yang tertanam dan menekan sensor
sentuhnya. Hanya dengan gerakan tersebut, disertai dengan suara mesin yang
pelan, gorden tertutup, udara panas bertiup dari pengatur suhu ruangan dan lampu
LED di langit-langit memancarkan cahaya oranye muda.
Satu paket teknologi interior yang dikembangkan oleh RECTO telah ter-install di
kamar Asuna. Kamarnya telah direnovasi selama ia berada di rumah sakit, namun
dengan alasan tertentu Asuna tidak menyukai sistem nyaman tersebut. Segala
sesuatu di kamarnya dikontrol oleh jendela menu dalam hal ini seperti di dunia
virtual, namun untuk alasan tertentu rasanya sedikit ‗dingin‘ begitu hadir di dunia
nyata. Ia merasa seperti selalu di batas pandangan anorganik dari sensor yang ter-
install di sepanjang dinding dan lantai.
Boleh jadi alasan dia merasa seperti itu karena dia sering mengunjungi Kirito,
dalam hal ini rumah Kirigaya Kazuto. Kehangatan rumah tradisional Jepang
berbeda dengan suasana ‗dingin‘ yang ia miliki. Hal yang sama juga ia alami di
rumah kakek-nenek dari pihak ibunya. Ketika ia bermain di sana saat musim
panas, dia selalu duduk pada beranda yang bermandikan sinar matahari dan
mengayunkan kakinya sembari menikmati es serut buatan neneknya. Namun,telah
lama kakek dan nenek dari pihaknya ibunya meninggal dan rumah tersebut telah
dirubuhkan beberapa waktu yang lalu--.
Menghela nafas perlahan, Asuna mengenakan selopnya dan bangkit berdiri. Tiba-
tiba ia merasa sedikit pusing, jadi dia melihat ke arah bawah sebentar, sadar betul
akan berat yang menahannya di dunia nyata.
Tentu saja, perasaan berat tersebut terstimulasi di dalam dunia fantasi. Namun di
dunia itu, jiwa dan raga Asuna dapat membumbung tinggi ke langit hanya dengan
hentakan pelan di lantai. Berat di dunia nyata tidak hanya secara fisik, berat itu
juga mengandung begitu banyak aspek yang tidak bisa disingkirkan sekeras
apapun kamu mencoba. Meskipun ingin berbaring di tempat tidur, waktu makan
malam sudah dekat. Bila dia terlambat semenit saja, ibunya akan memiliki hal lain
yang akan dikeluhkannya.
Sembari berjalan dengan susah payah menuju lemari, pintunya terbuka tanpa
menunggunya menggerakkan tangan. Melepaskan sweaternya yang nyaman,
dengan malas ia melemparnya ke atas tempat tidurnya. Dia menggantinya dengan
rok bersih berwarna hitam-ceri dan duduk di dekat meja rias. Kaca tiga sisi terbuka
dengan otomatis diikuti dengan lampu yang menyala di atasnya.
Bahkan di rumahnya, ibu Asuna tidak mengijinkannya tampil dengan dandanan
selebor. Asuna mengambil sisir dan dengan cepat merapikan rambutnya yang
berantakan selama FullDive.
Tiba-tiba Asuna teringat pemandangan yang ia lihat ketika berada di rumah
Kirigaya di Kawagoe. Lyfa/Suguha mengatakan bahwa ia dan Kirito bertanggung
jawab untuk menyiapkan makan malam pada hari itu. Kazuto dengan mata
mengantuk dipaksa turun ke lantai bawah oleh Suguha. Berdua mereka berdiri
bersebelahan, Suguha memotong sayuran sementara Kirito memanggang ikan. Ibu
mereka kembali pada saat itu, dan menikmati bir sambil menonton TV. Dengan
bersemangat mereka berbincang-bincang sambil menyiapkan santapan dan ketika
makan malam telah siap, mereka bertiga mengatakan ―Mari makan‖ bersamaan.
Menghela napas panjang sambil gemetar, Asuna menahan air matanya, meletakkan
sisir dan bangkit berdiri.
Lampu di belakangnya mati tanpa menunggu ia menutup pintu sambil ia berjalan
keluar kamarnya menuju koridor yang gelap.
Pelayan Sada Akiyo baru membuka pintu depan ketika Asuna berjalan menuruni
tangga semi-sirkular dan mencapai lantai pertama. Dia telah menyiapkan makan
malam dan bersiap untuk pulang.
Asuna menghadap wanita pendek 40 tahun tersebut dan menyapanya.
―Anda telah bekerja keras, Sada-san. Aku berterimakasih atas pekerjaan anda
setiap hari. Aku minta maaf aku menunggu sampai sekarang untuk
mengatakannya.
Pada hal ini, Akiyo menggelengkan kepalanya dengan mata melebar sambil
menganggap hal tersebut tidak ada dan dengan segera manyapa kembali.
―Ti, Tidak apa-apa, nona. Inilah pekerjaan saya‖
Selama beberapa tahun, Asuna telah menyadari bahwa hal ini akan sia-sia namun
ia tetap mengatakannya. Dia mendatanginya dan dengan pelan bertanya.
―Apa ibu dan kakak sudah kembali?‖
― Sepertinya Kouichirou-sama tidak akan pulang sampai nanti. Nyonya besar
sudah ada di ruang makan.‖
―... Jadi begitu, terimakasih. Aku minta maaf telah mengganggu anda.‖
Asuna menggangguk padanya, dan Akiyo membungkuk sekali lagi sebelum ia
membuka pintu dan bergegas pulang ke rumah.
Asuna ingat bahwa Akiyo memiliki 2 anak di sekolah menengah pertama dan
sekolah dasar. Meskipun ia tinggal di Setagaya, dia akan sampai di rumah pukul
7:30 setelah berbelanja bahan makanan. Masa-masa yang sulit untuk anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan. Sekali waktu Asuna mengatakan pada ibunya
untuk mengijinkan Akiyo meninggalkan makan malam yang telah selesai di sini,
namun ibunya hanya mengabaikannya.
Mendengar suara metalik dari tiga pintu yang terkunci. Asuna berputar dan
menyeberang aula masuk untuk menuju ruang makan.
Bersamaan ketika dia mendorong untuk membuka pintu tebal dari pohon ek, suara
pelan namun tegas mencapai gendang telinga Asuna.
―Kamu terlambat.‖
Melihat jam di dinding, waktu tepat menunjukkan pukul 6:30. Baru saja Asuna
hendak mengatakan hal tersebut, suara ibunya kembali terdengar.
― Tolong datang di meja makan lima menit lebih cepat.‖
―... Maaf‖
Bergumam perlahan, Asuna melangkah di atas karpet, mendekati meja dan duduk
pada kursi dengan sandaran yang tinggi dengan mata sedih.
Di tengah-tengah ruang makan seluas 20 tatami terdapat meja panjang dikelilingi
delapan kursi. Kursi kedua dari pojok timurlaut adalah kursi Asuna. Kakaknya
Kouichirou duduk di sebelah kirinya dan ayahnya duduk di ujung timur, namun
saat ini kedua kursi tersebut kosong.
Ibu Asuna Yuuki Kyouko duduk berada diagonal dari sisi kirinya, membaca buku
ekonomi sembari menikmati sherry favoritnya di salah satu tangannya.
Dia cukup tinggi untuk seorang wanita. Meskipun kurus, tampilannya yang begitu
tegap menghapus itu semua. Rambutnya dicat dengan warna coklat pirang tertata
di sisinya dengan potongan rapi sepanjang rahangnya.
Meskipun wajahnya cukup tampan, hidung dan garis rahang, begitu juga dengan
kerutan dalam dekat mulutnya menghasilkan kesan yang sangat dingin. Mungkin
kesan tersebut yang ingin ia ciptakan. Dengan kata-kata yang tajam dan sikap
politik yang sengit, dia mengalahkan pesaing-pesaingnya dan meraih gelar
profesor di usianya yang ke 49 tahun lalu.
Sembari Asuna duduk, Kyouko menutup buku bersampul tebal, meletakkan serbet
di lututnya dan mengambil pisau dan garpu sebelum akhirnya melihat Asuna.
Asuna melihat ke bawah, bergumam ―Selamat Makan‖, dan mengambil sendok.
Untuk sementara, hanya suara alat-alat makan yang terdengar di ruang makan.
Menunya adalah salad sayuran dengan blue cheese, scafata di fave, ikan goreng
dengan saus herb, roti gandum... hal seperti itu. Makanan sehari-hari ditentukan
oleh kalkulasi nutrisi dari Kyouko, namun tentu saja bukan dia yang memasaknya.
Sambil menikmati makan, Asuna berpikir sejak kapan makan dengan hanya
mereka berdua menjadi penuh ketegangan.
Tidak, mungkin sudah seperti itu sejak lama. Ia ingat ketika betul-betul dimarahi
saat ia menumpahkan supnya atau tidak memakan sayurannya. Itu terjadi di masa
lalu, Asuna tidak pernah tahu bahwa makan dapat begitu menyenangkan.
Sambil makan dengan kaku, pikirannya melayang menuju rumahnya di dunia lain.
Tiba-tiba suara Kyouko menariknya kembali ke dunia nyata.
―... Apa kamu menggunakan mesin itu lagi?‖
Asuna memandang sekilas ibunya, dan mengangguk.
―... Iya. Karena yang lain setuju untuk bertemu dan mengerjakan tugas bersama.‖
―Hal-hal seperti tugas, kamu tidak akan belajar apapun kalau tidak
mengerjakannya sendiri.‖
Kyouko tidak akan mengerti meskipun ia mengatakan bahwa ia mengerjakannya
sendiri. Asuna menundukkan kepalanya dan mengganti topik pembicaraan.
―Tempat tinggal mereka cukup jauh. Di sana, kami bisa bertemu kapan saja.‖
―Menggunakan mesin seperti itu tidak bisa disebut pertemuan. Dari awal, tugas
adalah sesuatu yang harusnya kamu kerjakan sendiri. Kamu cuma bermain kalau
mengerjakannya dengan teman-teman.‖
Menyentuh gelas sherry-nya, Kyouko berbicara lebih cepat.
―Dengar baik-baik, kamu tidak punya waktu untuk bermain. Karena kamu sudah
dua tahun tertinggal dari anak-anak yang lain, harusnya kamu berusaha lebih keras
untuk menebus dua tahun itu.‖
―... Aku belajar dengan baik. Bukannya kartu laporan semester kedua sudah di-
print dan kuletakkan di meja ibu?‖
―Aku sudah melihatnya, tapi hasil evaluasi dari sekolah seperti itu tidak bisa
dijadikan bahan pertimbangan.‖
―Sekolah... seperti itu?‖
―Dengar baik-baik Asuna. Di semester ketiga, kamu akan diajari guru pribadi di
luar sekolah. Bukan yang populer akhir-akhir ini dengan internet, mereka akan
datang ke rumah ini.‖
―Tunggu... Tunggu sebentar, kenapa tiba-tiba ibu...‖
―Coba lihat ini.‖
Protes Asuna dihentikan Kyouko tanpa memberikan celah untuk alasan dan ia
mengambil PC Tablet dari atas meja. Asuna mengerutkan dahi ketika ia melihat
layar dari PC Tablet yang diberikan ibunya.
―... Apa ini... Contoh untuk... tes untuk murid pindahan?‖
―Itu test untuk perpindahan murid tahun ketiga di sekolah yang dikelola salah satu
teman ibu, itu satu-satunya kesempatan yang ibu dapat setelah membujuknya
dengan berbagai cara. Itu tidak seperti sekolahmu yang dikumpulkan bersama-
sama, itu benar-benar sekolah. Disana menggunakan sistem kredit, jadi kamu
hanya butuh setengah tahun untuk memenuhi syarat kelulusan. Dengan begitu,
kamu bisa melanjutkan ke Universitas di bulan September.‖
Asuna menatap Kyouko dengan tercengang, meletakkan PC Tablet di atas meja
dan mengangkat tangan kirinya untuk menghentikan ibunya yang semakin lama
semakin bersemangat.
―Tunggu, tunggu sebentar. Aku benar-benar merasa terganggu ibu memutuskan ini
sepihak. Aku benar-benar menyukai sekolahku sekarang. Banyak guru-guru yang
bagus di sana, aku bisa belajar dengan benar bila aku di sana. Tidak perlu harus
pindah.‖
Mendengar kata-kata itu, Kyouko menghela dengan tegas, menutup matanya,
memiringkan gelasnya yang berlingkar emas dan berdiri tegak. Tindakan ini adalah
tindakan khas Kyouko, dan merupakan teknik berbicara yang biasa dia gunakan
untuk membiarkan musuh-musuhnya mengetahui keunggulannya. Bahkan banyak
pria gemetar ketika dia melakukan tindakan ini di sofa ruang guru. Hingga
suaminya Shouzou berusaha menghindari pandangan Kyouko ketika di rumah.
―... Ibu sudah menyelidiki dengan seksama.‖
Kyouko berbicara dengan nada dikdatis.
―Tempat yang kamu datangi sekarang bahkan tidak bisa disebut sekolah.
Kurikulumnya berantakan dan standar pelajarannya sangat rendah. Guru-gurunya
dikumpulkan bersama, tidak mungkin mereka punya sejarah mengajar yang layak.
Daripada fasilitas akademik, tempat itu lebih tepat disebut rumah sakit gila.‖
―Itu... Pernyataan seperti itu...‖
―Mereka membuatnya terlihat bagus dan menyebutnya fasilitas untuk mendidik
murid-murid yang tertinggal karena peristiwa itu, tapi kenyataanya, sekolah itu
hanya tempat untuk mengawasi semua anak-anak yang mungkin akan
menimbulkan masalah di masa depan. Fasilitas seperti itu penting untuk mereka
yang telah membunuh satu sama lain di dunia gila itu, tapi kamu tidak perlu
kesana.‖
―...‖
Asuna bahkan tidak mampu merespon perkataan yang sangat sepihak ini.
Sekolah yang ia ikuti sejak musim semi terakhir berada di Nishitokyo, dan sekolah
tersebut dibangun dengan benar-benar tergesa-gesa dalam waktu dua bulan
semenjak pengumuman proyek tersebut. Tujuannya adalah untuk membimbing
anak-anak yang pendidikannya tertinggal selama 2 tahun akibat terjebak dalam
game kematian «Sword Art Online». Semua pemain SAO yang berusia dibawah 18
tahun memiliki izin masuk bebas, dan bila lulus kamu dapat mendaftar ujian masuk
universitas. Perlakuan terlalu baik tersebut menerima kecaman untuk sementara.
Akan tetapi, Asuna sendiri mengerti ketika ia mengikuti sekolah tersebut bahwa
hal tersebut bukanlah keuntungan sederhana semata. Semua murid-murid
diwajibkan mengikuti konsultasi satu kali dalam seminggu, dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang secara jelas merupakan tes untuk perilaku anti-sosial.
Berdasarkan jawabanmu, kemungkinan kamu dapat dikirim kembali ke rumah
sakit untuk didiagnosa bahkan diminta untuk meminum obat. Jadi pernyataan
Kyouko bahwa tempat tersebut adalah «Rumah Sakit Jiwa» tidaklah tanpa alasan.
Meskipun begitu, Asuna menyukai sekolah itu. Tidak peduli apa yang pemerintah
dan kementrian pikirkan, guru-gurunya adalah mereka yang secara sukarela dan
tanpa pamrih menghadapi murid-muridnya. Tidak perlu untuk murid-murid dengan
sengaja menyembunyikan masa lalu mereka, dan lebih penting lagi dia dapat
berkumpul bersama teman-teman dekatnya. Dengan Lisbeth, Silica, beberapa
rekan-rekannya di baris depan, dan tentu saja –- Kirito.
Asuna menggenggam erat garpunya dan menggigit bibirnya, dan berusaha
melawan gejolak dalam hatinya untuk menceritakan kepada ibunya segalanya dari
awal hingga akhir.
Dia melawan gejolak untuk memberitahu ibunya: ―Aku adalah salah satu dari
orang-orang «yang telah membunuh satu sama lain» seperti yang ibunya sebutkan.
Aku telah hidup dengan membunuh dengan pedangku setiap hari, dan aku tidak
merasa sedikitpun penyesalan dari hari-hari itu.‖
Kyouko melanjutkan pembicaraannya, tidak menyadari perjuangan di hati Asuna.
―Apabila kamu mengikuti tempat seperti itu, kamu tidak akan bisa melanjutkan ke
universitas dengan baik. Pikirkan baik-baik, kamu sudah berumur delapan belas
tahun. Tetapi, dimana kamu saat ini, kamu tidak tahu kapan kamu akan bisa
melanjutkan ke universitas. Kamu harus pergi ke pusat pemeriksaan untuk
pemeriksaan minggu depan. Apa kamu tidak khawatir sama sekali?‖
―Hal seperti melanjutkan ke universitas... Tidak ada masalah kan kalau masuk
beberapa tahun berikutnya. Lagi pula, melanjutkan ke universitas bukan hanya
satu-satunya jalan hidup...‖
―Tidak.‖
Kyouko menolak dengan dingin kata-kata Asuna.
―Kamu punya kemampuan. Kamu tahu bagaimana sulitnya yang harus ibu lalui
untuk menarik keluar kemampuan itu. Tapi kamu sia-siakan dua tahun di game
aneh itu... Ibu tidak akan mengatakan ini kalau kamu hanya anak biasa. Akan
tetapi, kamu tidak seperti itu. Tidak menggunakan bakatmu sepenuhnya dan
membiarkannya membusuk adalah sebuah dosa. Kamu punya kualifikasi dan
kemampuan untuk pergi ke universitas sempurna dan mendapatkan pendidikan
kelas atas. Maka kamu harus melakukannya. Kamu bisa tetap di universitas dan
terus belajar atau menggunakan kemampuanmu untuk pemerintahan atau swasta,
ibumu ini tidak akan ikut campur sampai situ. Akan tetapi, ibu tidak akan
mengijinkanmu untuk menyerahkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
lebih tinggi.‖
―Aku tidak punya hal seperti bakat alami.‖
Akhirnya Asuna dapat menyela selama pidato panjang Kyouko.
―Jalan hidup seseorang harus ditentukan dirinya sendiri, iya kan? Di masa lalu, aku
juga berpikir melanjutkan ke universitas yang bagus dan mendapatkan pekerjaan
yang baik adalah segalanya dalam hidup. Tetapi, aku sudah berubah. Meskipun
aku tidak bisa menjawabnya sekarang, aku yakin aku akan menemukan sesuatu
yang ingin aku lakukan. Aku ingin tetap di sekolah yang sekarang untuk tahun
berikutnya dan mencari tahu apa yang aku inginkan.‖
―Itu hanya membatasi pilihanmu. Tidak peduli berapa tahun kamu di tempat
seperti itu, tidak akan ada jalan yang bisa kamu pilih. Akan berbeda kalau kamu
pindah sekolah. Universitas di atasnya juga terkenal, jadi kalau kamu dapat hasil
yang baik disana, kamu bisa pindah ke universitas tempat ibu. Dengar baik-baik,
Asuna. Ibu tidak ingin kamu berjalan di jalan yang salah. Ibu ingin kamu punya
karir yang bisa kamu banggakan ke siapapun.‖
―Karirku... Jadi, bagaimana dengan orang yang dikenalkan kepadaku bulan Januari
kemarin? ...Meskipun aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan, orang itu bicara
seperti dia sudah jadi tunanganku. Bukannya ibu yang membatasi hidupku?‖
Asuna tidak mampu lagi meredam getaran di suaranya. Meskipun dia mengerahkan
semua kekuatannya di tatapannya. Kyouko dengan tenang meminum dari gelasnya.
―Pernikahan adalah bagian dari karirmu. Apabila kamu tidak menikahi seseorang
yang bebas secara materiil, kamu akan menyesalinya di beberapa tahun kemudian.
Hal-hal yang kamu katakan ingin lakukan menjadi mustahil. Pada aspek tersebut,
Yuuya sangatlah sempurna. Akhir-akhir ini, bank lokal yang dijalankan oleh
keluarga kita lebih meyakinkan daripada bank besar dengan persaingan konstan
antar golongan. Ibu juga sangat menyukai Yuuya. Bukankah dia anak yang terus-
terang?‖
―... Sepertinya ibu tidak belajar sama sekali. Yang memulai insiden yang
menyebabkanku dan banyak orang lain menderita dan membuat RECTO berada
pada krisis finansial, bukannya dia Sugou Nobuyuki yang dipilih ibu?‖
―Diam kamu.‖
Roman muka Kyouko berubah, dan dia mengibaskan tangan kirinya seperti hendak
mengusir serangga yang mengganggunya.
―Aku tidak ingin dengar lagi tentang orang itu... Awalnya, yang sangat
menyayangi dan ingin mengadopsinya menjadi putranya adalah ayahmu. Dari
awal, dia memang tidak pernah ahli dalam menilai orang lain. Tidak jadi masalah,
meskipun Yuuya tidak begitu mengesankan, dengan begitu kita bisa tenang
menerimanya.‖
Memang betul, ayah Asuna, Shozou tidak pernah memperhatikan orang-orang
yang berada di sekitarnya. Dia mengabdikan seluruh tenaganya untuk menjalankan
perusahaan, bahkan setelah dia menyerahkan jabatannya sebagai CEO, dia tetap
mengabaikan keluarganya demi mengatur kerjasama dengan penanam modal asing.
Shozou sendiri mengatakan ia sangat menggagumi cita-cita, kemampuan Sugou
untuk mengembangkan dan memanage, dan semuanya terjadi karena
ketidakmampuannya bahwa dia tidak menyadari kepribadian sebenarnya dari
Sugou.
Akan tetapi, Asuna mengerti salah satu alasan Sugou Nobuyuki menjadi makin
agresif sejak sekolah menengah pertamanya dikarenakan desakan kuat dari orang-
orang disekitarnya. Terlebih, sebagian kecil dari desakan itu pasti berasal dari kata-
kata Kyouko.
Asuna menelan kembali keluhannya dan dengan kaku berkata.
―Bagaimanapun juga, aku sama sekali tidak mau berhubungan dengan orang itu.
Aku akan memilih sendiri pasangan hidupku.‖
―Tidak apa-apa, selama dia cocok denganmu, siapapun yang terkenal tidak
masalah. Tetapi, aku katakan ini lebih dulu, anak seperti itu – murid dari fasilitas
seperti itu tidak termasuk.‖
―...‖
Dari kalimat itu, dia merasakan Kyouko dengan pasti menunjuk orang tersebut,
sekali lagi Asuna tercengang.
―... Apa mungkin.. Ibu menyelidikinya? Tentang dia...‖
Dia bergumam dengan suara gemetar, namun Kyouko tidak menyangkal atau
mengangkuinya, malahan dia hanya mengganti topik pembicaraan.
―Kamu harus mengerti, ibu dan ayahmu menginginkan kebahagiaan untukmu.
Kami sudah mengharapkan itu semenjak kamu di taman kanak-kanak. Meskipun
kamu mengalami sedikit kemunduran, kamu pasti bisa pulih. Selama kamu bekerja
keras dengan serius. Kamu bisa mengumpulkan karir yang brillian.‖ Itu bukan
masalahku, itu masalahmu, Asuna menggerutu pada dirinya sendiri.
Asuna dan kakaknya Kouichirou adalah aspek dari «karir brillian» Kyouko.
Kouichirou masuk pada universitas kelas satu dan mendapatkan hasil sukses di
RECTO. Seharusnya Asuna mengikutinya, namun ia terjebak dalam hal yang tidak
dapat dielakkan seperti insiden SAO, dilanjutkan dengan kejatuhan image
perusahaan RECTO karena kasus Sugou, menyebabkan Kyouko seperti memiliki
cela dalam hidupnya.
Asuna kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perdebatan, meletakkan peralatan
makannya pada piring yang masih setengah tersisa dan berdiri.
―... Tentang berpindah, akan aku pikirkan lagi.‖
Dia hanya mengatakannya untuk saat ini, namun Kyouko dengan datar membalas:
―Batas waktunya minggu depan. Isi informasi yang dibutuhkan dan print tiga
lembar kopi pada meja belajar sebelum waktu itu.‖
Asuna memandang ke bawah, berputar dan berjalan menuju pintu. Awalnya dia
hanya ingin kembali ke kamarnya, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya,
dia berputar menghadap Kyouko dan berkata.
―Ibu.‖
―...Ada apa?‖
―Apa ibu masih merasa malu tentang orangtua ibu yang telah meninggal, menyesal
karena ibu berasal dari keluarga petani dan bukan dari keluarga terkenal yang
mempunyai sejarah?‖
Mata Kyouko melebar karena terkejut untuk sesaat, diikuti dengan kerutan dalam
di dekat alis dan mulutnya.
―... Asuna! Kesini kamu!‖
Meskipun ia masih dapat mendengar suara tajam itu, Asuna menutup pintu dan
menghalangi kata-kata tersebut. Dengan segera ia menaiki tangga seperti ingin
melarikan diri dan membuka pintu menuju kamarnya.
Asuna merasakan kegelisahan yang tak tertahankan, dia berjalan lurus menuju
kontrol panel kamarnya dan menonaktifkan AI gabungan. Hanya seperti itu, dia
melompat ke atas tempat tidurnya, dan membenamkan wajahnya di kasur yang
besar, tidak memperdulikan kerutan pada blus mahalnya.
Dia tidak ingin menangis. Sebagai seorang swordswoman, dia telah memutuskan
untuk tidak meneteskan air mata kesengsaraan ataupun kesedihan. Akan tetapi,
kebulatan tekadnya tak mampu membendung ketidakbahagiaan yang terus
berkembang tanpa batas di dalam hatinya.
Swordswoman macam apa kamu, ejekan sebagian dari hatinya. Kamu mampu
sedikit menebaskan pedang di dalam game, kekuatan apa yang kamu miliki di
dunia nyata? Asuna menggigit bibirnya dan bertanya pada dirinya sendiri.
Bertemu dengan anak laki-laki itu di dunia tersebut, seharusnya dia sudah berubah.
Seharusnya dia sudah berhenti mengikuti secara buta nilai-nilai yang diberikan
orang lain dan bertempur untuk hal yang ia percayai.
Akan tetapi, dilihat dari luar, apa bedanya dia dengan sebelum datang ke dunia itu?
Dia masih bersikap seperti boneka dan menunjukkan senyum palsu di hadapan
saudara-saudaranya, dia tidak mampu menolak jalan yang dipaksakan orangtuanya.
Bila ia mampu percaya pada dirinya sendiri di dunia virtual, lalu kenapa dia harus
kembali ke dunia nyata?
―Kirito... Kirito.‖
Tanpa sadar, dia mulai memanggil nama itu berulang kali.
Kirito – Kirigaya Kazuto, mampu tetap mempertahankan tekad kuat yang ia dapat
di SAO bahkan setelah kembali ke dunia nyata selama lebih dari setahun.
Seharusnya dia juga menghadapi tekanan yang begitu kuat, namun dia tidak pernah
menunjukkan hal itu di wajahnya.
Di masa lalu, ketika ia menanyakan Kirito apa yang ia ingin capai di masa depan,
dengan malu-malu Kirito tersenyum dan menjawab dia ingin menjadi seorang
produser daripada hanya sebagai seorang pemain. Terlebih lagi, bukan sesuatu
seperti software untuk game, dia ingin mengganti teknologi FullDive saat ini yang
begitu constraint-ridden dan memproduksi tampilan yang lebih akrab antara mesin-
manusia. Untuk mencapainya, ia telah mengunjungi forum-forum luar negeri,
belajar dengan aktif dan bertukar pendapat.
Asuna merasa Kirito akan berusaha menggapai tujuan itu tanpa keraguan. Bila
memungkinkan, dia ingin berada di sisinya dan bersama mengejar mimpi yang
sama. Secara teliti dia mencari tahu apa yang harus dia pelajari dan berharap
mereka dapat melanjutkan di sekolah yang sama pada tahun berikutnya. Akan
tetapi, sepertinya jalan itu telah terputus. Pada akhirnya dia tidak dapat
menahannya, perasaan lemah menyerang Asuna.
―Kirito-kun...‖
Dia berharap dapat langsung bertemu dengannya. Meski bukan di dunia nyata, dia
ingin sendiri bersamanya di rumah itu, menangis mengungkapkan seluruh isi
hatinya dan menceritakan segalanya. Namun, dia tidak bisa. Pemikiran bahwa yang
Kirito cintai bukanlah Yuuki Asuna yang lemah, melainkan salah seorang pejuang
terkuat Asuna «The Flash», menjadi belenggu berat dan menghantui dirinya.
『Asuna... sangatlah kuat... Jauh lebih kuat dariku...』
Dia teringat kata-kata yang Kirito bisikkan di dunia itu. Asuna mungkin akan
menarik dirinya dari hati Kirito bila dia menunjukkan kelemahan.
Hal itu terlalu menyeramkan. Asuna berbaring, dan tanpa sadar tertidur sebentar.
Dia melihat dirinya dengan sarung pedang berhiaskan perak tergantung di
pinggangnya, bergandengan dengan Kirito, berjalan di suatu tempat dengan sinar
matahari menembus pepohonan. Akan tetapi, Asuna yang lain terkunci di tempat
yang gelap, hanya mampu memandang dengan diam kebahagiaan mereka berdua.
Di dalam mimpi manis namun menyedihkan tersebut, Asuna sangat berharap dia
kembali ke dunia tersebut.
Bab 3
Lantai 24 Aincrad adalah lantai yg berada di atas air tawar dan sebagian besar
tertutupi air. Tempatnya mirip dengan kota danau yang saat ini belum dibuka
«Salemburg» di lantai ke-61 di mana Asuna pernah tinggal.
Blok utamanya bernama «Panareze». Itu dirancang sebagai sebuah pulau buatan
manusia di tengah danau besar, pulau-pulau yang tak terhitung banyaknya
terhubung melalui jembatan gantung yang membentang ke segala arah.
Asuna menatap Panareze dari seberang danau, dan menempatkan kepalanya di
bahu Kirito.
Keduanya saat ini duduk di pantai selatan pulau sedikit utara dari blok utama.
Pohon besar di belakang mereka mulai tumbuh, gelombang kecil membasuh kaki
mereka. Angin hangat bertiup di atas danau meskipun masih musim dingin, dan
rumput di sekitar mereka bergoyang.
"Hei, apa kamu masih ingat? Pertama kali kamu pergi ke rumahku?" Dia
mengangkat wajahnya dan bertanya, Kirito menjawab dengan senyum tipis.
"Aku bukannya membual, tapi aku yakin aku memiliki ingatan yang buruk―"
"Eh―"
"―Namun, aku masih ingat waktu itu dengan jelas."
"...Benarkah?"
"Tentu saja. Pada saat itu, aku mendapat bahan makanan super langka, dan Asuna
membuat sup dari itu. Ah ... dagingnya begitu lezat ... Bahkan sampai sekarang,
aku masih sering memikirkan hal itu."
"Ya ampun! Satu-satunya hal yang kamu ingat adalah makanan!"
Asuna cemberut dan memukul dada Kirito, tapi masih ada sedikit senyum dalam
suaranya.
"... Yah, aku juga sering memikirkan hal itu."
"Apa, kamu tidak punya hak untuk mengeluh tentang orang lain ... Hei, sup itu, apa
mungkin untuk membuatnya di dunia nyata?"
"Uh ~ huh ... Pada dasarnya itu mirip dengan ayam, mungkin jika aku membuat
sausnya ... Namun, mungkin lebih baik untuk tetap menyimpannya dalam ingatan
kita. Sebuah makanan yang tidak pernah bisa kamu rasakan lagi, bukankah itu
bagus?"
"Mmn, ya, itu benar."
Melihat Kirito mengangguk sedikit menyesal, Asuna sekali lagi tersenyum. Kirito
juga tersenyum, dan berbicara seolah-olah dia tiba-tiba teringat sesuatu:
"Ah, benar ... Hey."
"Ada apa?"
"Kita tanpa sadar menabung sedikit Yurudo, ketika update lantai ke-60
diperkenalkan, kenapa kita tidak membeli sebuah rumah di Salemburg? Rumah
Asuna berada di sana di masa lalu."
"Tentang itu ~"
Asuna memikirkan usulan Kirito untuk sementara waktu, dan menggelengkan
kepalanya.
"Yah, tidak. Aku sungguh tidak memiliki kenangan yang bagus di tempat itu.
Gunakan uang itu untuk membantu Agil membuka toko di Algade."
"Membantu menghidupkan kembali toko tidak bermoral itu ... Tingkat bunganya
akan menjadi sepuluh persen setiap sepuluh hari ..."
"Wah, kamu berpikir terlalu jauh."
Mereka dapat berbicara selamanya tentang kenangan yang mereka alami dari
Aincrad. Saat mereka tersenyum dan berbicara, Asuna menyadari peningkatan
jumlah pemain yang terbang dari Panareze ke pulau ini. Semua orang terbang di
atas mereka berdua, menuju pohon besar di tengah pulau.
"Ah, sudah hampir waktunya. Aku harus pergi."
Saat mengatakan itu, Asuna tetap enggan untuk berpisah dengan kehangatan yang
menyelimuti dirinya. Pada saat itu, Kirito berkata dengan ekspresi serius di
wajahnya.
"Asuna. Jika kamu akan bertarung dengan Pedang Absolut ...."
"Eh ...?"
"Eh ... Yah, tidak, orang itu ... sangat kuat, benar-benar sangat kuat."
Mendengar gagapan dalam nada Kirito, Asuna memiringkan kepalanya.
"Aku sudah banyak mendengar tentang kekuatan Pedang Absolut dari Lisbeth dan
yang lainnya. Selain itu, Kirito bahkan dikalahkan. Dari awal, aku tidak pernah
merasa aku akan menang. Aku hanya ingin melihat pedang itu ... Selain itu, aku
benar-benar tidak bisa percaya bahwa Kirito-kun benar-benar kalah."
"Saat ini ada banyak orang yang lebih kuat dariku. Nah, bahkan di antara mereka,
Pedang Absolut itu istimewa."
"Omong-omong, Lyfa bilang kamu mengatakan sesuatu selama pertarungan. Apa
itu?"
"Ah, tentang itu, itu sesuatu yang sedikit kukhawatirkan ..."
"Apa itu?"
"Ini dan itu ..."
Asuna dengan tajam melihat beberapa jenis kecemasan dalam wajah Kirito. Asuna
semakin bingung, dan berkedip.
Tidak peduli seberapa kuat pemain yang disebut Pedang Absolut itu, ini bukanlah
SAO lagi. Walaupun kamu tidak menyerah tepat waktu dan kehilangan semua
HPmu, kamu dapat dihidupkan kembali di tempat selama seseorang melemparkan
mantra menghidupkan kembali. Walaupun kamu kehilangan experience karena
hukuman mati, kamu hanya harus berburu selama beberapa jam untuk
mendapatkannya kembali.
Namun, Kirito diam-diam mengatakan sesuatu yang tidak pernah Asuna sangka.
"Aku bertanya pada orang itu-Kamu benar-benar penduduk dunia ini, bukan?
Tanggapannya adalah senyum diam dan dengan kasar menyerang dengan skill
cepat. Kecepatan itu ... melewati batas ..."
"... Maksudnya, pemain dengan kecanduan super?"
Asuna memiringkan kepalanya dan bertanya, dalam menanggapi pertanyaannya,
Kirito buru-buru menggeleng.
"Tidak, aku tidak mengacu pada dunia VRMMO tertentu, aku sedang berbicara
tentang seluruh «Server The Seed»... Tidak, itu juga salah. Harus kukatakan, itu
adalah produk dari lingkungan yang diciptakan oleh full diving .. Itulah apa yang
kurasakan. "
"Apa ... artinya ...?"
"―Lebih baik untuk tidak membuat kesan pertama begitu awal. Aku ingin kamu
merasakan sisanya sendiri. Kupikir kamu akan mengerti jika kamu melawannya."
Saat Asuna berkedip sementara Kirito menepuk kepalanya, suara orang yang
mendarat terus terdengar dari pohon di belakang mereka. Kemudian, mereka
mendengar suara keras.
"Mataku baru saja berpaling sedikit darimu dan kamu sudah berlari ke tempat
semacam ini!"
Mendengar suara langkah kaki di rumput, Asuna buru-buru bangun.
Lisbeth berjalan dengan gaun apron dari balik pohon, berdiri dengan tangan di
pinggang, menatap Asuna dan berkata.
"Aku minta maaf karena mengganggumu saat kamu sedang sibuk, tapi ini sudah
hampir waktunya."
"A, aku tahu."
Mengangkat dirinya dengan sayap di punggungnya, Asuna segera berdiri dan
mengkonfirmasi peralatannya. Sebuah jaket bergelombang dengan benang biru
keperakan dan rok dari jenis yang sama. Sepatu boot dan sarung tangan yang
terbuat dari kulit naga air. Menggantung dari sabuk pedang di pinggangnya adalah
Rapier dengan gagang kristal. Setiap bagian dari mereka adalah barang dari kelas
tertinggi yang saat ini dapat diperoleh. Dengan begitu dia tidak akan menyalahkan
peralatan jika ia kalah.
Selesai memeriksa hal-hal seperti jenis aksesori sihir yang ia lengkapi, ia melihat
jam.
Masih ada sedikit waktu sebelum jam 3pm di dunia nyata. Asuna melirik Kirito
yang berdiri di sampingnya, berbalik, menatap Lisbeth, Silica dan Lyfa di
belakangnya, serta Yui yang berada di kepalanya dan berkata.
"―Kalau begitu, ayo kita pergi."
Mereka terbang rendah berturut-turut, menuju pusat pulau yang tidak bernama.
Sebuah bukit besar terlihat saat mereka bergerak melewati pohon-pohon yang
meluas di kejauhan. Cabang-cabang menjalar ke setiap arah dari puncak pohon
besar, dan sekelompok besar pemain sudah berkumpul melingkar di atas dasarnya.
Sorak-sorai bergemuruh datang seperti tsunami.
Saat mereka melihat ruang di antara penonton dan mendarat, pemain jatuh dari atas
disertai suara teriakan. Dia dengan brutal jatuh kepala lebih dulu ke dasar pohon,
menerbangkan awan debu besar.
Pendekar pedang yang tampaknya Salamander bergelimpangan di tanah untuk
sementara waktu sebelum akhirnya menggelengkan kepala dan menyentak.
Dengan ekspresi yang masih menunjukkan dampak dari musim gugur, ia
mengangkat kedua tangannya dan berteriak.
"Aku sudah kalah! Aku menyerah! Aku mengundurkan diri!"
Pada saat yang sama, suara yang menandakan akhir dari duel terdengar dan suara
tepuk tangan dan sorak-sorai menjadi lebih keras.
Menakjubkan, ini sudah kemenangan yang ke-67 berturut-turut, bisakah seseorang
menghentikan orang itu, panggilan seperti itu yang tak terhitung jumlahnya
tercampur dengan pujian dan mules yang terjalin. Mendengar itu, Asuna
menyipitkan mata dan mendongak seolah-olah untuk mengkonfirmasi pemenang.
Dalam sinar matahari yang mucul diantara cabang-cabang pohon besar, siluet
pemain datang spiral ke bawah.
Pedang Absolut lebih kecil dari yang ia bayangkan. Karena namanya, Asuna
membayangkan dia adalah pria besar dengan otot menonjol, tapi Pedang Absolut
terlihat langsing. Rinciannya secara bertahap dapat terlihat saat Pedang Absolut
perlahan-lahan mendekati lampu latar.
Warna kulitnya seputih susu dengan sedikit warna ungu, karakteristik yang unik
untuk Imp. Rambut panjangnya berkilau dan berwarna hitam keunguan indah.
Armor obsidian yang menutupi dadanya mengeluarkan sedikit tonjolan, blus dan
rok bergelombang di bawahnya berwarna violet langau. Pada pinggangnya
tergantung tipis, sarung pedang hitam.
Di depan tatapan tercengang Asuna, swordswoman tak terkalahkan «Pedang
Absolut» dengan cepat berputar sebelum mendarat ringan di puncak. Kemudian dia
mengangkat sudut roknya, meletakkan tangan kanannya di depan dada dan
membungkuk seperti seorang aktris. Pada saat yang sama, kaum pria di sekeliling
sekali lagi bersiul dan bersorak.
Pedang Absolute mengangguk sedikit dan berdiri, wajahnya berseri-seri dan
dengan polos membuat tanda V. Dia jelas lebih pendek dari Asuna. Pada wajah
kecilnya ada pipi dengan lesung pipit, hidung yang sedikit mancung dan besar,
matanya berkedip memancarkan radiasi seperi permata.
Asuna masih belum pulih dari keterkejutannya, dan menyikut perut Lisbeth dengan
sikunya.
"... Hei, Liz."
"Ada apa?"
"Pedang Absolute―adalah seorang gadis?!"
"Uh huh, bukankah aku telah menyebutkannya?"
"Tidak kamu belum! ... Ah, mungkinkah ..."
Kali ini dia melirik wajah Kirito yang berdiri di sisi yang lain.
"Alasan Kirito kalah ..."
"Tidak, bukan karena hal itu."
Kirito menggelengkan kepalanya dan berbicara dengan serius.
"Aku kalah bukan karena dia seorang gadis. Aku telah bertarung dengan sangat
serius. Beneran ... Setidaknya sampai setengahnya."
"Siapa yang tahu?"
Asuna dengan angkuh berpaling darinya.
Selama waktu ini Salamander itu berdiri, tersenyum meskipun ia kalah dan
menjabat tangan Pedang Absolut sebelum berbalik dan kembali ke sudut diantara
para penonton. Gadis yang mengenakan bando merah pada rambut hitamnya
melemparkan mantra tingkat penyembuhan terendah pada dirinya dan melihat
sekeliling.
"Lalu, penantang berikutnya, apa ada?"
Suaranya juga tinggi, suara yang memikat dari seorang gadis muda. Nadanya cerah
dan polos, membuatnya sulit untuk bergaul dengan seorang prajurit
berpengalaman.
ALO tidak mendukung perubahan jenis kelamin, jadi pemain itu pasti perempuan,
tetapi tubuh virtual yang dibuat secara acak tidak mencerminkan usia atau fisik
seseorang. Meski begitu, realisasi dari sifat «Pedang Absolut» membuat orang
percaya itu adalah usia dan penampilannya yang nyata.
'Kenapa kamu tidak pergi', 'Tidak, aku akan terbunuh dalam hitungan detik',
percakapan seperti itu terus datang di sekitarnya, tapi tidak ada yang mendaftar.
Kali ini giliran Lisbeth yang menyenggol perut Asuna dengan sikunya.
"Hei, majulah."
"Tidak .. Tunggu, aku harus menetukan kecepatan pergerakannya dahulu ..."
"Kamu hanya bisa melakukan hal semacam itu dalam putaran melawan anak kecil.
Sekarang, cepatlah maju!"
"Wah."
Thump, punggungnya didorong, dan Asuna jatuh beberapa langkah ke depan. Dia
buru-buru menyebar sayapnya untuk menghentikan dirinya terjatuh, berdiri tegak
dan menemukan dirinya berdiri berhadapan dengan gadis yang memiliki alias
Pedang Absolut.
"Nona, ingin mencoba?"
Dengan gemetar tersenyum, Asuna tidak bisa melakukan apa pun selain,
"Tentang itu ... Nah, karena itulah aku datang."
Menanggapi diam-diam seperti itu. Sebelum dia bertarung dengan Pedang Absolut
yang ia bayangkan seorang pria besar dan ganas, ia membayangkan akan ada
pertarungan kata-kata, tapi terlalu banyak hal yang telah dikacaukan oleh
langkahnya.
Namun, sorakan di sekitarnya mendidih. Banyak orang tahu bahwa Asuna sering
menang dalam turnamen bulanan, dan suara-suara yang memanggil namanya dapat
terdengar.
"OK!"
Gadis itu menyentakkan jarinya dan memberi isyarat pada Asuna.
Bernapas dalam-dalam, Asuna membangun pikirannya dan berjalan menuju
tengah-tengah dinding manusia. Setelah suara-suara di sekitarnya secara bertahap
berhenti, ia terlebih dahulu mengkonfirmasi kondisi pertarungan.
"Tentang itu, bisakah kamu menjelaskan aturannya?"
"Tentu saja. Kamu dapat menggunakan sihir dan item yang kamu inginkan.
Namun, aku (boku) hanya akan menggunakan ini."
Gadis yang benar-benar cocok dengan kata ganti orang «boku»[3]
mengetuk gagang
pedang dengan tangan kirinya selagi menanggapi. Kepercayaan diri naifnya nyaris
memprovokasi keinginan Asuna untuk bertarung.
... Dalam hal ini, aku tidak akan menggunakan cara-cara pengekangan seperti
serangan magic jarak jauh. Sebuah pertarungan langsung antara swordswomen
adalah apa yang aku harapkan, bisik Asuna di dalam hatinya dan meletakkan
tangan kanannya di gagang Rapiernya, pada waktu itu.
Pedang Absolut dengan keras mengatakan sesuatu yang bahkan terdengar lebih
santai.
"Ah, benar. Nona, pertarungan di tanah atau udara, mana yang kamu suka?"
Awalnya berpikir bahwa jelas akan menjadi pertarungan udara, Asuna terkejut dan
berhenti menghunus Rapiernya.
"... Yang manapun tidak apa-apa?"
Pedang Absolut tersenyum dan mengangguk. Asuna hanya bisa bertanya-tanya
apakah itu semacam taktik. Namun, tidak ada tanda-tanda kejahatan dalam senyum
gadis Imp itu. Yang berarti bahwa, dia hanya percaya bahwa dia bisa menang tidak
peduli apa pun jenis pertarungannya.
Kalau sudah seperti ini, aku akan melawannya dengan serius. Berpikir ini, Asuna
menanggapi.
"Kalau begitu, pertarungan di tanah."
"Ok. Melompat tidak apa-apa, tapi kamu tidak boleh menggunakan sayapmu!"
Pedang Absolut langsung setuju, dan melipat kembali karakter sayap gelap di
punggungnya. Warna sayap yang berbentuk seperti kelelawar itu segera memudar
dan hampir tidak terlihat. Pada saat yang sama, Asuna juga menggunakan perintah
untuk menghapus sayapnya: dua bahu tajamnya mengetat sepenuhnya dan tetap di
sana selama dua detik. Suara gemerincing datang dari belakangnya, dan dia
mengerti bahwa sayapnya telah menghilang.
Asuna cukup banyak menguasai «Voluntary Flight» tanpa joystick di hari pertama
ia terhubung ke ALO sebagai pemain normal, dan sekarang teknik udaranya tidak
lebih buruk dari veteran yang bermain sejak sebelum Aincrad muncul.
Meski begitu, seperti yang diharapkan, gerakan-gerakan yang dikeluarkan
tubuhnya selama 2 tahun pertempuran di SAO tidak melemah sama sekali.
Sebenarnya, bertarung di atas tanah itu sulit. Menggerakkan jari-jari kakinya, dia
merasakan kerasnya tanah yang berasal dari bawah sepatu botnya.
Selanjutnya, Asuna mengkonfirmasi «Multicolor Pointer» dari gadis yang dikenal
sebagai Pedang Absolut ini.
Jendela kecil secara otomatis muncul di dekat orang yang perhatiannya terfokus
padamu. Selain menampilkan nama target, HP, MP dan ikon kecil untuk buff dan
debuff, warna jendela juga menunjukkan hubunganmu dengan target. Kondisi
seperti ras yang sama, ras netral, ras musuh, teman, guild, kelompok dan
sebagainya akan mengubah warna tersebut, yang membuatnya disebut multicolor
pointer.
Namun, karena ini adalah pertemuan pertama Asuna dengan gadis itu, maka
jendelanya tidak akan menunjukkan namanya, sehingga tidak ada apapun di atas
bar HPnya. Sebagai perbandingan, di sisi kirinya adalah ikon kecil. Itu dikenal
sebagai «Emblem Guild». Seperti namanya, itu berarti bahwa orang tersebut
memiliki guild. Lambangnya bisa dengan bebas diedit, lambang gadis itu adalah
salah satu lambang yang sangat lucu dengan hati merah muda dan dua sayap putih
menyebar dari sisinya. Asuna sendiri bukan bagian dari guild apapun, jadi tidak
ada lambang apapun pada pointernya. Beberapa kali, dia dan teman-temannya
ingin membentuk sebuah guild, tapi untuk beberapa alasan akhirnya selalu tetap
seperti itu.
Gadis itu juga mungkin melihat pointer Asuna, gadis yang sedikit jauh dari Asuna
itu sekali lagi menatap langsung ke arahnya dengan mata cantik dan ungunya. Dia
tersenyum, menggerakkan tangan kanannya dan dengan terampil memanipulasi
jendela sistem yang muncul. Setelah itu, permintaan untuk duel muncul dalam
pandangan Asuna disertai dengan efek suara yang mengaduk hatinya. Baris atas
katanya menyebutkan―
【Yuuki menantang Anda.】
ユウキ, dibaca Yuuki, mungkin nama karakter gadis itu. Imut namun belum
mengesankan, nama yang benar-benar cocok untuknya.
Seperti SAO, ada 3 mode yang dapat dipilih di bagian bawah jendela. Mulai dari
atas, ada «Mode Serangan Pertama», «Mode Setengah Kalah» dan «Mode Kalah
Total». Dalam Aincrad sebelumnya, semua duel pada dasarnya dilakukan dalam
mode serangan pertama. Jelas kehilangan semua HPmu keluar dari pertanyaan,
walaupun mode setengah kalah, mungkin untuk mengurangi HP seseorang ke zona
bahaya jika serangan penyelesaiannya adalah serangan kritikal.
Tapi sekarang, pilihan yang jelas adalah mode kekalahan total.
Merasakan perubahan waktu di sudut otaknya, Asuna mengklik OK. Nama
【Yuuki】 muncul di multicolor pointer gadis itu. Pada saat yang sama, pointer
yang dia lihat pasti menampilkan nama【Asuna】.
Jendela meminta duel otomatis menghilang, menggantikannya adalah timer
sepuluh detik. Asuna dan gadis itu―«Pedang Absolut» Yuuki menghunuskan
pedang mereka pada saat yang sama, *ka-chink*, dua suara yang jelas dan
tumpang tindih berdentang.
Senjata Pedang Absolute itu tipis, satu tangan, pedang bermata dua yang lurus.
Tembus pandang dengan rona hitam obsidian seperti warna armornya. Dilihat dari
cahaya dan rinciannya, tingkat senjata itu kurang lebih sama dengan Rapier Asuna.
Bisa dikatakan, itu mungkin tidak memiliki efek tambahan unik yang langka, yang
biasanya ada pada senjata legendaris.
Yuuki menempatkan pedangnya di depannya di atas pinggangnya, dan secara
alami merendahkan tubuhnya. Sebaliknya, Asuna menempatkan tangan kanannya
di sisi tubuhnya, Rapiernya digenggam hampir tegak lurus. Pada saat yang sama,
sorak-sorai di sekitarnya menyusut seperti gelombang pasang.
Saat dia mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan nafas, counter pada
timer mencapai angka nol.
Secara instan kata【DUEL】muncul, Asuna menginjak tanah dengan semua
kekuatannya. Menutup jarak sekitar tujuh meter dalam sekejap, dia memutar
tubuhnya ke arah kanan.
"Ha!"
Bersamaan dengan teriakan singkat itu, tangan kanan Asuna melesat ke depan
seperti anak panah. Tusukan itu diisi dengan torsi dan inersia yang diluncurkan dua
kali sedikit ke kiri dari pusat tubuh Pedang Absolut, dan tusukan lainnya dengan
cerdik diarahkan ke kanan setelah beberapa saat. Itu adalah skill biasa daripada
sebuah skill pedang, meskipun tidak secepat skill pedang, arahnya lebih tepat. Jika
dia menghindar ke kanan untuk menghindari dua tusukan pertama, dia tidak bisa
menghindari yang selanjutnya.
Seperti yang dipirkan Asuna, tubuh Yuuki bergerak sedikit ke kanan untuk
menghindari dua serangan pertama. Saat gerakannya berhenti, dia memasuki zona
serangan dari serangan ketiga―
Namun, saat ujung Rapier hendak mengenai armor dadanya, tangan kanan Yuuki
bergerak tidak jelas. Pada saat yang sama, bunga api muncul ke sisi kanan Rapier
Asuna, dan lintasan tusukan bergeser sedikit.
Pedang Absolut dengan akurat menghindari Rapiernya yang didorong pada
kecepatan ultra-tinggi, saat otaknya memahami itu, ujung Rapiernya menyerempet
armor Pedang Absolute dan memukul udara.
Memikirkan sebuah serangan balik, kulit di leher Asuna mati rasa.
Namun, jika ia menarik Rapiernya sekarang, postur tubuhnya akan menjadi kaku.
Mengikuti skill inersianya, dia mengeraskan hatinya dan berputar ke kiri.
Pada saat yang sama, cahaya hitam yang mengarah ke lehernya muncul di
penglihatannya.
"―!!"
Tremor mengisi tubuh Asuna saat ia menghadapi kecepatan kilat mengerikan ini.
Dia mengertakkan gigi dan memutar tubuhnya sampai batas, kekuatan yang
diberikan oleh kaki kanannya nyaris menggores permukaan tanah.
Gesekan rumput yang tumbuh padat di kakinya sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan batu atau tanah kosong. Penilaian ini mengkhianati Asuna dan kaki
kanannya terpeleset. Seketika, tubuhnya miring tiba-tiba.
Namun, untungnya, pedang dari Pedang Absolut hanya menyerempet dada Asuna.
*Clang!* Dampaknya lewat di dekat telinganya. Jika rambut memiliki tempat yang
bisa diserang, rambut panjang, biru muda Asuna mungkin tinggal setengah panjang
aslinya. Dari sudut matanya, dia melihat energi yang dilepaskan ke udara
menyebar keluar.
Asuna memulihkan keseimbangannya, menginjak tanah dengan sepatu bootnya
dan melompat ke kanan. Dia melompat dengan kaki kirinya sekali lagi dan
berhenti cukup jauh.
Meskipun Asuna membungkuk rendah dalam persiapan untuk serangan yang
mengejarnya, Pedang Absolut mempertahankan senyum yang sama, berhenti
bergerak dan sekali lagi mengangkat pedang ke pinggangnya. Asuna menenangkan
detak jantungnya dan tersenyum kembali―tapi di dalam, dia tertutupi keringat
dingin.
Lintasan tusukan yang datang ke arahnya hanyalah satu titik. Pada dasarnya, kamu
hanya bisa menghindarinya dengan menggunakan gerak kaki, tapi Pedang Absolut
secara akurat membelokkan Rapier Asuna.
Daripada kecepatan serangan baliknya, Asuna lebih tercengang pada kecepatan
reaksinya yang menakjubkan. Meskipun ia terus mendengar tentang seberapa
kuatnya dia, lawan yang tak ia sangka memiliki wajah imut itu membuatnya
lengah. Dia pernah menduga alasan Kirito kalah adalah karena kelalaian atau
kebijaksanaannya saat melawan seorang gadis, tapi itu benar-benar tidak layak.
Dia bahkan tidak pernah berhasil memblokir tusukan kekuatan penuh Asuna.
Asuna sekali lagi menarik napas dalam-dalam dan menahan napas. Dia memang
lawan yang mengerikan, tapi menyerah hanya dalam satu putaran akan menjadi aib
baginya.
Tanpa diduga, suara bergema di telinganya.
―Pedang apa. Hal semacam itu, itu hanyalah permainan ...
Asuna mengatupkan gigi dan membuang suara di dalam benaknya. Dunia ini sudah
menjadi dunia nyata, pertarungan di tempat ini adalah pertarungan yang
sebenarnya. Dia harus memperlakukannya seperti itu.
Seolah menyemangati dirinya, Asuna mengguncangkan Rapiernya,
mengangkatnya ke bahu kanannya dan menghadapi lawannya.
Jika skill normal tidak bekerja, maka ia harus siap mengambil risiko menggunakan
skill pedang dari sekarang. Namun, skill pedang memiliki waktu pemulihan yang
ditetapkan, jika semua serangannya dihindari, dia pasti akan menerima serangan
balik yang fatal. Dia harus memikirkan cara untuk menghancurkan postur
lawannya dan membuat situasi di mana ia pasti akan mengenainya. Asuna
mengepalkan tangan kirinya.
Dia sekali lagi menginjak tanah dan melompat, saat ini pikirannya benar-benar
jelas. Sesuatu yang jarang ia rasakan selama bertarung di dunia ALO, sarafnya
yang terasa terbakar saat pikirannya dipercepat, menutupi tubuhnya.
Kali ini, Pedang Absolut juga melompat maju. Senyum di sudut mulutnya telah
hilang dan cahaya bersinar di mata kristalnya.
Pedang obsidian datang secara diagonal dari kanan atas, Asuna mendorongnya ke
samping dari kiri. Dampak getaran datang dari tangan kanannya bersama dengan
percikan dan suara logam. Menggunakan pemblokiran pedang, Pedang Absolut
dengan cepat mengayunkan senjatanya lagi seolah-olah dia tidak merasakan berat
senjatanya, dia menyerang lagi dan lagi. Kecepatannya sangat cepat hingga
mustahil untuk bereaksi saat kamu melihat serangannya. Memfokuskan seluruh
penglihatannya pada lawannya, Asuna memprediksi arah serangan berikutnya dari
gerakannya dan memblok atau menghindarinya. Kadang-kadang pedang mereka
akan menyeberang dan saling menyerempet, menyebabkan kedua HP mereka turun
sedikit, tapi tidak ada satupun serangan bersih yang kena.
Cepat mengayunkan pedangnya, Asuna tiba-tiba merasa gelisah.
Memang, kecepatan serangan dan reaksi Pedang Absolut Yuuki cukup
mengerikan. Dilihat dari kecepatannya saja, ia bahkan di atas Kirito. Meski begitu,
alasan Asuna mampu bertahan sampai sekarang bukan hanya karena besarnya
jumlah pengalaman tempur yang dia dapatkan di SAO, tapi juga karena serangan
lawannya itu terlalu langsung. Dari awal sampai akhir, dia tidak menggunakan
satupun tipuan, yang bisa mengganggu irama pertarungan dalam sekejap.
Asuna merasakan itu, mungkin, Yuuki tidak memiliki banyak pengalaman
bertarung. Jika itu yang terjadi, walaupun hanya sesaat, dia memiliki kesempatan
untuk menang jika dia mengejutkannya.
Memasuki kesenjangan diantara combo tiga-hit yang datang dari kanan atas, kiri
atas dan sisi kirinya, Asuna tanpa ampun memasuki dada Pedang Absolute.
Keduanya hampir terjebak bersama-sama. Dengan begitu, tak satu pun dari mereka
bisa menghindari serangan dengan menggunakan gerakan kaki.
Asuna membungkuk, Rapier di tangan kanannya mengarah langsung ke tengah
tubuh lawannya, dan dengan kuat mendorong ke depan―
Pedang Absolut merespon, dan memblokir Rapier dari bawah ke atas―
Saat itu, Asuna tiba-tiba menarik kembali tangan kanannya, dan pada saat yang
sama, mengepalkan tinju kirinya dan memukul sisi kanan Pedang Absolut. Ini
adalah skill «Tinju» yang ia pelajari ketika ia mengunjungi lapangan pelatihan
ibukota Gnome yang jauh. Meskipun tidak ada kekuatan karena ia tidak
melengkapinya dengan senjata tipe bantingan yang dibutuhkan, itu menyebabkan
sentakan yang mustahil dilakukan tanpa menggunakan skill.
Dong, dampak datang dari kepalan kirinya, mata Pedang Absolut melebar kaget.
Ini adalah kesempatan pertama dan terakhirnya. Asuna tidak ragu-ragu dan
mengaktifkan keterampilan empat hit pedang «Quadruple Pain».
Rapier Asuna bersinar merah terang dan pada saat yang sama tangan kanannya,
yang dikendalikan oleh sistem, merobek udara seperti petir.
Asuna yakin bahwa serangan itu akan mengenai lawannya. Postur lawan sudah
hancur dan mustahil untuk menghindarinya dalam jarak seperti ini.
Namun. Membiarkan sistem mempercepat tangan kanannya, Asuna menatap wajah
Pedang Absolut, dan tremor sekali lagi mengisi tubuhnya. Meskipun mata Pedang
Absolut terbuka lebar, tidak ada tanda-tanda kepanikan di matanya yang ungu.
Matanya terfokus pada ujung Rapier.
Dia bisa melihat tusukannya―?
Begitu pikiran ini terlintas dalam benak Asuna, tangan kanan Pedang Absolut
berkelebat keluar.
Seperti pedang yang ditempatkan pada roda yang berputar, suara goresan keras
terdengar empat kali. Empat-hit combo Asuna secara akurat ditangkis dari atas,
bawah, kiri dan kanan, tidak ada satupun serangan yang mengenainya. Asuna
hanya bisa melihat tinta tipis seperti afterimage yang tersisa pada pedang Pedang
Absolut.
Serangan terakhirnya ditangkis, Asuna membeku dalam posisi lengan kanannya
membentang keluar untuk beberapa puluh detik―waktu pemulihan tidak berguna
ini mengambil pergerakan Asuna. Pedang absolut tidak melepaskan kesempatan
ini.
Dengan dentang, dia menarik kembali pedang obsidiannya, pedangnya bersinar
ungu.
Sebuah skill pedang serangan balik!
"Aaah!"
Untuk pertama kalinya dalam pertandingan, Yuuki mengeluarkan seruan keras.
Kemudian, ia menusuk ke depan dengan kecepatan yang sudah sangat sulit untuk
dihindari walaupun Asuna tidak dalam pemulihan skillnya, dan mengenai bahu kiri
Asuna. Miring langsung ke bagian bawah kanan, ia dieksekusi oleh combo lima hit
tanpa jeda. Semuanya dengan indah mengenainya dan HP bar Asuna dengan cepat
menurun dan menjadi kuning. Dia tidak ingat skill pedang satu tangan seperti itu,
berarti itu adalah «Original Sword Skill». Dia benar-benar menyusun lima-hit
combo secepat itu―
Saat Asuna kebingungan dan memikir itu, cahaya pedang Yuuki tidak memudar
dan dia mengangkatnya ke kiri atas tubuhnya.
Itu tidak berakhir dalam lima hits. Itu masih berlanjut. Akhirnya terbebas dari
waktu pemulihan skillnya, Asuna menarik dirinya bersama-sama dan sekali lagi
gemetar.
Andaikan Yuuki menusuknya lima kali lagi, tidak ada keraguan bahwa HPnya
akan turun ke nol. Namun, mustahil untuk menghindarinya.
Daripada sia-sia mencoba untuk berlari dan tertusuk di punggung, akan lebih baik
untuk berjudi pada kesempatan kecil. Asuna menempatkan semua energi ke tangan
kanannya dan sekali lagi mengaktifkan skill pedang. Satu-satunya lima-hit OSS
yang berhasil ia buat, yang ia beri nama «Starry Tear».
Cahaya merah dan biru saling bertautan. Bergerak dari bahu kanan Asuna ke kiri
bawahnya, ujung pedang Yuuki yang berpotongan dengan hits sebelumnya dan
membuat silang.
Namun, Rapier Asuna akhirnya memukul Pedang Absolut. Menggambar puncak
dari sebuah bintang kecil, skill dorongan lima hit menembus armor hitam.
Mereka selesai bertukar lima hits, dan ada keheningan sesaat yang tercipta. Tak
satu pun dari mereka yang terjatuh.
HP bar Pedang Absolut berkurang lebih dari setengah, dan berubah menjadi
kuning. Sedangkan HP bar Asuna memasuki zona merah, dan hanya ada sedikit
yang tersisa. Pada tempat pertama, Asuna, yang data karakternya warisan dari
SAO, memiliki HP lebih tinggi daripada pemain ALO. Combo sepuluh hit yang
menakjubkan itu benar-benar hampir berhasil menghabiskannya, kekuatan OSS
Pedang Absolut benar-benar mengerikan, namun ...
Tidak. Pedang panjang Yuuki masih memancarkan cahaya violet, skill pedangnya
belum berakhir.
Sekali lagi menarik kembali pedangnya, ia mengarahkannya secara langsung ke
tengah tubuh Asuna, persimpangan silang itu membentuk efek.
Inikah yang dirumorkan, OSS ajaib yang Pedang Absolut judikan dalam duel?
Asuna menghela napas.
Kekuatan dan kecepatan yang melebihi akal sehat, apalagi, keindahannya lebih
besar daripada itu semua. Aku tidak menyesal kalah oleh skill pedang semacam
ini. Menyatakan hal ini dalam hatinya, Asuna menunggu serangan final.
Serangan kesebelas turun tanpa ampun―tapi tiba-tiba berhenti tepat sebelum
menembus Asuna. Gangguan paksa pada sistem dukungan memancarkan cahaya
cerah dan dampaknya dilepaskan ke udara di sekitarnya, menyebabkan rumput di
sekitarnya scara radial terjatuh.
"―?!"
Di depan mata tercengang Asuna, Pedang Absolut meletakkan senjatanya, dan
untuk beberapa alasan, dengan cepat berjalan ke arahnya. Dia menepuk bahu
Asuna dengan tangan kirinya, tersenyum cemerlang. Membuka bibirnya, dia
dengan penuh semangat berbicara:
"Ya, itu hebat! Aku telah memutuskannya padamu!"
"Ap ... Eh ...?"
Asuna sudah benar-benar kalah, dan hanya bisa mengeluarkan suara bingung.
"Bagaimana, itu ... Apa yang terjadi dengan serangan terakhir dari duel ...?"
"Aku sudah puas dengan pertempuran sebanyak ini. Apa kamu ingin
melanjutkannya sampai akhir?"
Mendengarnya mengatakan itu sambil tersenyum, Asuna hanya bisa menggeleng.
Tidak peduli apa, jika Pedang Absolut tidak menghentikan serangan terakhirnya,
HP Asuna sudah pasti telah berkurang menjadi nol.
Gadis yang benar-benar cocok dengan kata ganti orang «boku» itu dengan riang
menganggukkan kepalanya dan terus berbicara.
"Aku selalu, selalu mencari orang yang kuat. Kali ini aku akhirnya menemukan
satu! Hei, Nona, apa kamu memiliki sesuatu yang harus dilakukan setelah ini?"
"Yah ... uh. Tidak ..."
"Kalau begitu, pergilah denganku untuk sementara waktu!"
Pedang Absolut Yuuki menyarungkan kembali pedang ke sarungnya di pinggang
dengan suara denting dan dengan penuh semangat merentangkan lengan kanannya.
Asuna juga menyarungkan pedangnya sejenak dan dengan gelisah menggenggam
tangannya.
Pada saat yang sama, Yuuki melebarkan punggungnya dan mengaktifkan perintah
yang menyebarkan sayapnya. Sayap tembus pandang berbentuk kelelawar muncul,
mengangkat tubuhnya sedikit.
"Ah, benar."
Asuna buru-buru merentangkan bahu tajamnya, sayap tumbuh dan dia menendang
tanah. Yuuki tersenyum sekali lagi, menggenggam tangan Asuna, berbalik dan
mempercepat ke atas seperti roket.
"Hei, Asuna, kemana kamu akan pergi?!"
Melihat ke arah suara yang tajam, Asuna melihat Lisbeth dengan ekspresi
setengah-kaget, setengah-bingung di wajahnya, berteriak dengan tangan di
mulutnya. Lyfa, Silica dan juga Yui yang duduk di kepala Kirito semua
menampakkan wajah bodoh, namun Spriggan berpakaian hitam itu hanya
tersenyum tenang, seolah-olah dia sudah memperkirakan perkembangan ini untuk
beberapa tingkat.
Terdorong oleh ekspresinya, Asuna tersenyum dan menarik napas dalam-dalam.
"Nah, tentang itu ... Aku akan menghubungimu nanti!"
Setelah dia meneriakan itu pada Lisbeth, di depannya, sayap Yuuki mengeluarkan
cahaya ungu dan dia langsung memasuki kecepatan dengan ledakan tajam. Dengan
tangan kanannya ditarik, Asuna dengan panik mengepakkan sayap di
punggungnya, mengikuti punggung swordswoman muda misterius itu.
Pedang Absolut terbang langsung ke arah selatan di atas danau lantai 24, melewati
sebuah lubang perbatasan Aincrad dan bergerak ke angkasa luar tanpa ragu-ragu.
"Uwah!"
Pada saat yang sama, awan tebal memukul wajah Asuna. Mereka terus bergerak
maju dalam ruang putih murni itu selama beberapa detik sebelum tiba-tiba
menembus lapisan awan, langit biru membentang luas di depan mereka.
Di sudut kanan bawah matanya, dia bisa melihat kerucut hijau membentang di
mana mereka menembus lapisan awan. Itu adalah puncak pohon dunia yang
menjulang di tengah Alfheim. Melihat langsung ke bawah, samar-samar dia bisa
melihat permukaan biru. Dilihat dari bentuk melingkar yang keluar dari garis
pantai, sepertinya Aincrad terbang di atas «Teluk Crescent» di wilayah Undine.
Saat Asuna bertanya-tanya kemana mereka akan pergi, Pedang Absolut yang
terbang di depannya tiba-tiba berbelok 90 derajat dan mulai terbang ke atas.
Memutar tubuhnya, Aincrad muncul di depan matanya, tubuh melengkung raksasa
yang menjulang tinggi itu terlihat seperti tebing. Melewati seratus meter tinggi
lantai satu demi satu, Pedang Absolut terus terbang tinggi.
―Meskipun kamu mengatakan itu, kamu hanya dapat bebas masuk dan keluar dari
perbatasan Aincrad untuk lantai yang sudah diselesaikan. Batas luar lantai yang
belum diakses adalah zona yang tidak dapat diakses. Asuna sedikit khawatir dan
ingin menanyainya untuk mengkonfirmasi, namun tepat ketika ia menarik napas
dalam-dalam dan bersiap-siap untuk berteriak, sudut terbang mereka sekali lagi
berbelok 90 derajat.
Sepertinya tujuan Pedang Absolut adalah lantai 27. Jika Asuna ingat dengan benar,
itu adalah garis depan saat ini. Melalui celah diantara dinding berlumut, mereka
terbang ke dalam dengan cepat. Seketika, lingkungan disekitarnya menggelap.
Lantai 27 Aincrad adalah kota kegelapan abadi. Tempat terbukanya sangat sedikit
dan sinar matahari bahkan tidak bersinar seharian. Banyak stalaktit yang tidak rata
menjuntai dari langit-langit di dalamnya, dan di atas mereka, ada permata
prismatik besar di sana-sini, memancarkan cahaya biru kabur. Dalam hal kesan, ini
mirip dengan tanah dari wilayah Gnome di utara Alfheim.
Gadis Imp ini, yang penglihatan malam harinya hampir sama baiknya dengan
Spriggan, menarik tangan Asuna dan terbang diantara stalaktit. Dari waktu ke
waktu, sekelompok «Gargoyles» muncul ke hadapan mereka, tapi Yuuki yang
tidak tertarik untuk bertarung, dengan lihai menghindari berbagai kelompok
pemandu dan terus terbang.
Setelah terbang ke dalam jurang yang muncul dan meluncur perlahan-lahan selama
satu menit atau lebih, sebuah kota kecil mulai terlihat di bagian bawah lembah
yang melingkar lebar. Ini adalah kota blok lantai 27, bernama «Ronbaru».
Gang dan tangga secara rumit saling silang-menyilang di kota ini yang terlihat
seolah-olah diukir dari blok batu, cahaya oranye bersinar di atasnya. Seperti api
unggun yang terbakar pada malam dingin, itu memiliki efek yang menenangkan.
Jejak ungu dan biru muda membentang keluar dari Yuuki dan Asuna dalam
kegelapan saat mereka terbang dan perlahan-lahan mendarat di plaza melingkar di
pusat kota.
BGM tenang yang menandakan bahwa mereka telah memasuki kota masuk ke
dalam telinganya, dan sedikit aroma daging panggang menggelitik
hidungnya―saat Asuna berpikir tentang itu, ia mendarat di lantai batu dengan
suara derai dari kakinya.
Asuna menahan napas dan melihat sekeliling. Ronbaru adalah kota elf malam,
sesuai dengan pengaturan itu, tidak ada satupun bangunan besar. Sebuah bengkel
kecil, toko dan penginapan yang terbuat dari batu cyan erat terhubung bersama-
sama. Di bawah cahaya oranye, pandangan ini memiliki keindahan seperti fantasi
dan kehidupan festival malam.
Kembali selama SAO, bahkan ketika mereka sedang menyelesaikan lantai, orang-
orang hanya berkumpul di kota ini untuk sementara waktu karena tidak ada
fasilitas yang penting. Asuna juga ingat hanya tinggal di kota ini selama beberapa
hari. Tapi sekarang, karena ini adalah garis depan, banyak pemain dengan bangga
berjalan di sekitar, suara gesekan terdengar dari armor mereka. Semua orang
tampaknya memiliki sedikit emosi dan membawa suasana berat seorang pejuang.
Melihat itu, perasaan kerinduan dan kepahitan bercampur di dalam hati Asuna.
Demi mendapatkan rumah kayu, Asuna terus berdiri di garis depan sampai mereka
mencapai lantai 22, tapi ia hampir tidak pernah berpartisipasi dalam pertarungan
bos lagi setelah itu. Dia merasa bahwa kegembiraan «memasuki kota baru» harus
ia buang untuk menikmati petualangannya di Aincrad baru. Selain itu,
kenangannya akan garis depan tidak semuanya menyenangkan.
Setelah menutup mata dan dengan ringan menggelengkan kepala untuk membuang
sentimennya, Asuna menatap Pedang Absolut yang berdiri di sampingnya.
"... Hei, kenapa kamu membawaku ke sini? Apa ada sesuatu di kota ini?"
Dalam menanggapi pertanyaan ini, Pedang Absolut tersenyum dan sekali lagi
menarik tangan Asuna.
"Sebelum itu, izinkan aku memperkenalkan temanku dahulu! Lewat sini!"
"Ah, tunggu ..."
Mengikuti punggung dari Pedang Absolut yang tiba-tiba mulai berlari, Asuna
memasuki salah satu gang sempit yang memanjang secara radial dari plaza.
Mendaki dan menuruni tangga kecil, melewati jembatan dan pergi melalui
terowongan, mereka tiba di depan apa yang terlihat seperti sebuah hotel. Mengetuk
disamping tanda berbentuk pot yang terbuat dari besi cor dengan tulisan
«PENGINAPAN» di atasnya, mereka masuk melalui pintu. Mereka melewati
seorang NPC berjenggot yang tidur siang dan melangkah jauh ke dalam pub dan
restoran. Pada saat ini―
"Selamat datang kembali, Yuuki! Apa kamu menemukan satu?!"
Suara seorang anak laki-laki riuh terdengar oleh keduanya.
Lima orang duduk di meja bundar di tengah kedai. Tidak ada orang lain selain
mereka. Pedang Absolut berjalan di depan mereka, dengan cepat berbalik dan
menghadap Asuna, dengan bahagia membentangkan tangan kanannya,
menegakkan dada dan berkata:
"―Mari kuperkenalkan padamu. Ini adalah guildku, teman-temanku dari
«Sleeping Knights»."
Dia berbalik sekali lagi, dan kali ini memberi isyarat pada Asuna.
"Dan ini―..."
Kata-katanya tiba-tiba berhenti di sana. Yuuki menyusut kembali, memutar
matanya dan dengan imut menjulurkan lidahnya.
"... Maaf, aku masih belum menanyakan namamu."
Kelima pemain tiba-tiba jatuh ke kursi mereka dengan berisik. Melihat hal ini,
Asuna tidak bisa menahan tawa dan setelah membungkukkan badan, dia
menyebutkan namanya.
"Senang bertemu kalian. Namaku Asuna."
Dan kemudian, paling kiri dari Asuna, seorang cowok Salamander pendek berdiri
dengan semangat yang cukup besar. Mengayunkan rambut oranye yang diikat
dalam sebuah jalinan di bagian belakang kepalanya, dia berbicara dengan suara
penuh semangat.
"Aku Jun! Hai Asuna-san!"
Di sebelahnya adalah orang Gnome besar. Mata berseri-seri di bawah rambut
bergelombang berwarna pasirnya membuatnya tampak ramah. Dia menarik perut
besarnya, membungkuk, dan mengatakan namanya dengan nada santai.
"Ah, tentang itu, namaku Thatch. Tolong perlakukan aku dengan baik."
Selanjutnya yang berdiri adalah pemuda Leprechaun kurus. Rambut rapi berwarna
kuning dan kacamata bulat berbingkai besi memberinya kesan mahasiswa. Dia
melebarkan mata kecilnya, membungkuk dan tersipu sambil memperkenalkan
dirinya dengan cara yang bingung.
"A, aku, itu, itu, namaku Taruken. Mohon beri aku saran ... Aduh!"
Teriakan di akhir kalimat itu karena pemain perempuan yang duduk di sebelah
kirinya menendang keras di tulang keringnya dengan sepatu bot.
"Cukup, Taru, berhentilah seperti itu! Kamu selalu seperti ini di depan gadis!"
Mengatakan ini dengan nada mengesankan dan gelisah, ia bangkit dari kursinya
dengan berisik. Dia melebarkan matanya dan tersenyum pada Asuna, menggaruk
rambut hitamnya yang memanjang keluar seperti matahari dan menyebutkan
namanya.
"Aku Nori. Senang bertemu denganmu, Asuna-san."
Dilihat dari kulit hitam dan sayap abu-abunya, sepertinya dia adalah seorang
Spriggan, namun alis tebal, bibir dan fisiknya yang besar tidak terasa seperti
Spriggan sama sekali.
Dan kemudian, yang terakhir adalah pemain Undine wanita seperti Asuna.
Rambutnya yang panjang dan biru muda yang hampir terlihat berwarna putih
murni menjuntai turun dari bahunya. Mata biru tenang di bawah bulu mata
murungnya bersinar dengan cahaya. Hidung panjang, bibir berkilau dan tubuhnya
yang sungguh ramping benar-benar memberi kesan dari seorang penyembuh
terbaik, Undine.
Wanita itu berdiri luwes, dan dengan tenang memperkenalkan dirinya.
"Senang bertemu denanmu. Aku Shiune. Terima kasih telah datang ke sini."
"Dan kemudian―"
Akhirnya, Pedang Absolut melompat ke kanan, berdiri bersama kelimanya dan
berkata saat mata besarnya bersinar:
"Aku, yang juga pemimpin guild, Yuuki! Asuna-san ..."
Dia melangkah maju dan mengepalkan tangan Asuna,
"Mari kita bekerja keras bersama-sama!"
"Bekerja keras untuk ... melakukan apa?"
Asuna tersenyum kembali dan bertanya, Yuuki agak terkejut dan sekali lagi
menjulurkan lidahnya.
"Eh, aku belum memberitahumu!"
Clatter[4]
! Melihat kelimanya sekali lagi jatuh ke kursi mereka, Asuna tidak bisa
menahan diri lagi. Dia tertawa terbahak-bahak, dan segera, Yuuki dan yang lain
juga tertawa riang.
Ketika dia akhirnya berhenti tertawa, Asuna sekali lagi memandang anggota
«Sleeping Knights»―Dan kemudian, dia merasakan sedikit dingin di belakang
punggungnya.
Mereka semua sangat kuat. Asuna bisa menentukan ini dari setiap gerakan mereka.
Keenam orang ini sepenuhnya hidup di dunia VR. Jika mereka mengeluarkan
senjata mereka, mereka semua mungkin sekuat Pedang Absolut.
Asuna, dan mungkin juga Kirito, Liz dan yang lain, benar-benar bodoh tidak
mengetahui keberadaan kelompok sekuat ini. Jika mereka juga ditransfer dari
dunia yang berbeda seperti Pedang Absolut, maka mereka pasti sebuah kelompok
yang terkenal di dunia asal VR mereka.
Apa alasan mereka pindah ke ALO, membuang karakter mereka dan semua
barang-barang mereka ... Selagi Asuna bertanya-tanya tentang hal ini, Pedang
Absolut―Yuuki, yang akhirnya berhenti tertawa, menggaruk kepalanya yang
dihiasi oleh bando merah dan malu-malu mengatakan.
"Maaf, Asuna-san. Aku membawamu ke sini tanpa memberitahumu. Aku sangat
senang saat aku akhirnya menemukan seseorang yang hampir sekuat diriku, dan
baru saja ... Itu, Aku ingin meminta bantuan darimu sekali lagi. Aku. .. Tolong
bantu kami!"
"Membantu ... kamu?"
Memiringkan kepalanya dan mengulangi kata ini, Asuna memikirkan berbagai
kemungkinan dalam sekejap.
Mungkin ini tidak hanya untuk membantu mengumpulkan uang, barang ataupun
poin skill. Guild ini sudah berada di level yang tinggi, hanya menambahkan Asuna
tidak akan banyak membuat perbedaan.
Demikian pula, sulit untuk percaya bahwa mereka menginginkan sesuatu seperti
barang langka atau tempat tinggal tertentu. Ini berbeda dari SAO dimana informasi
sendiri diperdagangkan dengan harga tinggi, tumpukan informasi mengenai ALO
secara bebas dipublikasikan di situs eksternal. Jika kamu mengacu kepada hal itu
dan menggunakannya, barang apapun hampir dapat diperoleh.
Akan sia-sia saja jika «Kekuatan» yang sedang Pedang Absolut cari bukanlah nilai
numerik semata, karena itu juga termasuk pengetahuan bagaimana bertarung.
Sebab hal ini lebih dibutuhkan untuk bertarung melawan pemain bukannya
monster. Selain itu, karena dia bahkan memperkenalkan guildnya, ini pastilah
pertempuran berskala besar daripada duel satu lawan satu seperti yang telah
Pedang Absolut lakukan sampai sekarang―Sederhananya, ini adalah pertempuran
tanpa aturan melawan guild lain.
Mengingat ini, Asuna dengan ringan menggigit bibirnya dan berkata dengan
cemas.
"Tentang itu ... Jika kamu memerlukan bantuan untuk konflik melawan guild lain,
aku minta maaf ..."
Dalam pertempuran melawan pemain dimana aturan dalam kompetisi dan aturan
sistem duel dihapus, rasa dari penyimpangan akan selalu tetap ada. Tentu saja,
pemain yang tidak akan maju sesaat setelah konflik terjadi adalah minoritas, tapi
kemungkinan itu akan membawa masalah di masa depan bagi teman-temannya dan
Asuna sendiri tidak dapat mengesampingkannya.
Jadi walaupun Asuna bertemu dengan orang yang bertindak tidak masuk akal
sambil berburu, dia tidak akan mengangkat pedangnya melawan mereka.
Untuk menjelaskan hal ini seringkas mungkin, Asuna sekali lagi membuka
mulutnya. Namun, mata Pedang Absolut melebar sesaat sebelum dia langsung
menggelengkan kepalanya.
"Tidak, bukan hal itu, kami tidak melakukan sesuatu seperti bertarung melawan
orang lain. Tentang itu ... itu, kami ... mungkin kamu akan tertawa ..."
Menurunkan kepalanya, Pedang Absolut dengan malu-malu mengerutkan bibirnya,
menatap Asuna dan mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
"... Tentang itu, kami ingin mengalahkan bos lantai ini."
"Jadi begitu ... Hah?!"
Suara Asuna berseru, ini benar-benar di luar ekspektasinya. Dia awalnya mengira
bahwa dia akan mendengar tujuan yang bahkan lebih buruk daripada konflik antar
guild, tapi mengalahkan bos lantai ini, merupakan tujuan yang sangat normal dan
biasa. Para pemain yang saat ini tinggal di garis depan tanpa diragukan lagi
memiliki tujuan yang sama.
"Bos ...? Bos di bagian terdalam dari dungeon ...? Bukan Mob yang respawns pada
waktu tertentu?"
"Ah, ya. Satu-satunya yang hanya bisa dikalahkan sekali."
"Aku mengerti ... Jadi ... bos, huh ~"
Asuna diam-diam melirik wajah dari lima anggota guild lainnya, mereka semua
berkedip dan menunggu tanggapannya.
Dengan kata lain, mereka ingin bergabung dengan guild yang dibentuk secara
khusus untuk mengalahkan bos lantai, sebuah «guild pembersih». Mereka baru saja
ditransfer dan tidak memiliki koneksi apapun, jadi mereka meminta bantuannya
untuk memperkenalkan mereka kepada kelompok veteran―Apa itu masalahnya?
"Tentang itu ... Nah, Ze ... Tidak, Yuuki, karena kamu begitu kuat ..."
Perkembangan ini sedikit di luar ekspektasinya, Asuna memejamkan mata,
mengubah cara berpikirnya dan mempertimbangkan kemungkinan sebenarnya.
Diantara para pemain yang saat ini berada di garis depan Aincrad, sekitar 80% dari
mereka berasal dari ALO dan 20% berasal dari SAO. Saat ini kelompok dari ALO
dan SAO telah membuat perdamaian, dan guil pembersih benar-benar tercampur.
Namun, kembali ketika ALO pertama kali diupgrade, hubungan mereka sangatlah
kaku. Itu karena di satu sisi ALO adalah game pertama yang menggunakan
AmuSphere, sementara di sisi lain SAO adalah VRMMO nyata pertama, baik
«Peri» dan «Pendekar Pedang» memiliki ego yang kuat. Seperti Asuna sendiri.
Pada saat ini, kelompok yang tiba-tiba masuk dari permainan lain tanpa diundang
dan mengatakan 'Mari kita bergabung' tidak dapat bergabung dengan mudah dalam
kelompok penyerang―Namun, kekuatan «Pedang Absolut» Yuuki itu berada di
atas. Jika lima lainnya berada pada tingkat yang sama dan mereka menunjukkan
itu, maka ada kemungkinan.
"Memang ... pemetaan lantai ini sudah mendekati ruangan bos, aku tidak tahu
apakah itu akan bekerja jika kamu tiba-tiba meminta untuk bergabung melawan
bos. Tapi walaupun mustahil untuk bergabung saat ini, jika kamu bergabung pada
awal lantai berikutnya, dengan kekuatanmu, kamu mungkin dapat bergabung
dengan kelompok penyerang ruangan bos ... Jumlah maksimum dalam kelompok
penyerang adalah 49 orang, jadi aku tidak tahu apakah kalian semua dapat
bergabung ... "
Ketika Asuna berbicara sambil berpikir dan mencapai titik ini―
Yuuki sekali lagi menyusut kembali malu-malu, dan mengatakan sesuatu di luar
imajinasi Asuna.
"Tentang itu. Ini sedikit berbeda dari apa yang kamu katakan. Kami tidak ingin
bergabung dengan kelompok besar ... Kami ingin menang hanya dengan enam dari
kami dan Asuna-san."
"... Eh, apa?!"
Suara paling keras yang telah dia buat sejak dia dibawa ke penginapan keluar dari
mulut Asuna.
Alasannya sangat sederhana.
Dibandingkan dengan yang asli di SAO, mob yang menjaga rute ke tingkat
berikutnya dalam Aincrad baru dikotori dengan power-up. Tentu saja, perubahan
substansial dalam sistem tidak dapat dengan mudah dibandingkan, tetapi dengan
kehati-hatian, para bos di masa lalu dapat dikalahkan tanpa korban satupun, saat
bos baru menyerang pemain seperti biji dandelion menggunakan serangan dan skill
yang sangat kuat. Kekuatan mereka nyaris irasional.
Tentu saja, strategi yang digunakan harus berubah juga. Mengumpulkan jumlah
orang maksimum dalam serangan dan mempersiapkan penyembuh dengan
ekspektasi akan ada banyak kematian adalah strategi yang solid. Daripada satu
orang yang mengorbankan hidupnya untuk menangani 10 kerusakan, lebih baik
fokus menempatkan 10 orang untuk terus menangani 11 kerusakan. Penyerangan
terakhir yang Asuna ikuti adalah lantai ke-21, meskipun tingkatnya rendah dan
mereka telah membentuk 7 kelompok dengan 7 orang, ada saat-saat tak terhitung
di mana mereka menghadapi bahaya yang dapat menghancurkan mereka.
Tentu saja, kekuatan bos meningkat semakin tinggi lantai mereka. Akhir dari 20
lantai yang dibuka pada Natal lalu secara bertahap dapat dilihat, dia mendengar
bahwa lantai 26 akhirnya diselesaikan dengan mengumpulkan beberapa guild elit
besar.
Dengan kata lain, tidak peduli seberapa kuat Yuuki dan yang lain, walaupun Asuna
bergabung juga, mengalahkan bos dengan 7 orang dapat dikatakan mustahil.
Asuna memilih kata-katanya, dan secara singkat menjelaskan hal ini.
"... Jadi ... dengan 7 orang, kupikir itu agak mustahil ..."
Setelah ia selesai mengatakan ini, Yuuki dan yang lain melirik satu sama lain dan
untuk beberapa alasan, mereka semua tertawa malu-malu. Yuuki berbicara sebagai
wakil mereka.
"Ya, itu benar-benar tidak mungkin. Sebenarnya, kami juga menantang bos lantai
25 dan 26."
"Eh?! Hanya ... Hanya dengan 6 orang?!"
"Ya. Kami berusaha cukup keras ... tapi ramuan MP dan HP kami tidak bisa
mengembalikan MP dan HP kami. Saat kami sedang mengumpulkan uang, bos
dikalahkan oleh kelompok besar."
"Ah ... begitukah ... Kamu sungguh serius."
Asuna sekali lagi melihat dekat wajah mereka.
Ini jelas dapat dianggap sebagai tantangan yang bodoh, tapi dia menyukai
semangat mereka. Pemain yang terbiasa bermain dapat membedakan apa yang
mungkin dan apa yang tidak, dan mustahil menyerah pada hal-hal apapun dengan
segera. Tantangan yang diajukan oleh para anggota «Sleeping Knights»
mencerminkan sesuatu yang sangat segar―dan sedikit nostalgia di mata Asuna.
"Tapi ... Kenapa? Kenapa kalian tidak mau pergi dengan guild lain dan harus
mengalahkan bos sendiri?"
Tentu saja, kamu dapat memperoleh jumlah uang secara abnormal, peralatan dan
barang-barang langka dengan mengalahkan bos hanya dengan satu guild saja. Dia
merasa bahwa insentif semacam ini tidak sesuai dengan keenamnya.
"Tentang ... Tentang itu."
Yuuki melebarkan mata berwarna permatanya, dan menggerakkan mulutnya
seakan mengatakan sesuatu. Namun, dia tidak mengatakan apapun. Seolah-olah
ada sesuatu yang menyesakkannya, ia membuka dan menutup mulutnya beberapa
kali, seperti dia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat.
Pada saat ini, Undine tinggi disebelah Yuuki bernama Shiune berbicara untuk
membantunya.
"Tentang itu, biarkan aku yang menjelaskannya. Sebelum itu, silakan duduk."
7 orang termasuk Asuna duduk mengelilingi meja, dan NPC membawakan
minuman yang mereka pesan. Shiune dengan lembut menyilangkan jari-jarinya di
atas meja, dan mulai berbicara dengan suara tenang.
"Mungkin Asuna-san sudah menyadari, tapi kami tidak bertemu di dunia ini. Kami
bertemu di sebuah komunitas online di luar game .... dan dengan segera bergaul
dan menjadi teman. Hal ini sudah berlangsung ... sekitar dua tahun."
Bulu mata Shiune jatuh seakan mengenang, dan berhenti berbicara sejenak.
"Kami benar-benar sahabat yang terbaik. Bersama-sama, kami pergi ke banyak
dunia berbeda, dan mengalami berbagai petualangan. Namun, masalahnya, kami
hanya dapat melakukan perjalanan bersama-sama sampai musim semi ini. Setiap
orang ... sibuk karena berbagai alasan. Jadi kami memutuskan sebelum kami
berpisah, kami akan membuat kenangan yang tidak akan pernah kami lupakan.
Dalam dunia VRMMO yang tak terhitung, kami akan menemukan dunia yang
paling menyenangkan, paling indah, paling menarik dan bekerja sama untuk
menyelesaikan sesuatu di sana. Jadi kami terus ditransfer ke berbagai tempat, dan
ini adalah dunia yang kami temukan."
Shiune memandang sekeliling pada wajah temannya. Jun, Thatch, Taruken, Nori
dan Yuuki, wajah kelimanya berkilauan, dan mereka mengangguk. Shiune juga
tersenyum lembut, dan terus berbicara.
"Dunia ini―Alfheim, rumah dari elf, serta kota terapung Aincrad, sungguh
fantastis. Semua dari kami tidak akan pernah melupakan saat-saat ketika kami
menghabiskan waktu terbang di kota-kota yang indah, hutan, dataran, pohon
dunia―dan juga di sekitar kota ini. Ada satu hal lagi yang ingin kami lakukan ...
kami ingin meninggalkan jejak kaki kami di dunia ini."
Shiune bersedih, mata sedikit tertutupnya bersinar dengan cahaya yang serius.
"Jika kami mengalahkan bos, kami dapat meninggalkan nama kami di atas
«Swordsmen's Stele» di Kastil Besi Hitam di dalam «Kota Awal» di lantai 1."
"Ah ..."
Mata Asuna melebar sejenak, dan mengangguk. Dia hampir lupa tentang hal ini,
tetapi nama-nama pemain yang telah mengalahkan bos akan disimpan di dalam
Kastil Besi Hitam. Asuna sendiri memiliki namanya tertulis pada kolom lantai 21.
"Tentang itu ... Meskipun hanya untuk kepuasan diri, kami ingin nama kami terukir
di sana tidak peduli apa. Namun, ada satu masalah. Jika satu kelompok
mengalahkan bos, nama semua anggota akan disimpan, namun jika ada beberapa
kelompok, hanya nama pemimpin yang akan tertulis."
"Ah ... Begitukah. Ya, itu pasti seperti itu."
Asuna menanggapi sambil berpikir tentang interior dari Kastil Besi Hitam.
«Swordsmen's Stele» adalah objek 3D dalam dunia virtual, jadi ukurannya
terbatas. Mereka harus mencapai lantai 100 di akhir, tidak ada cukup ruang untuk
mencatat nama semua anggota penyerang untuk semua lantai. Paling-paling, hanya
7 nama pemain terukir untuk setiap lantai. Jadi, seperti kata Shiune, nama semua
anggota di sini dapat terukir pada prasasti jika satu kelompok mengalahkan bos,
sementara pada kelompok penyerang hanya pemimpin kelompok yang akan
disimpan.
Shiune berhenti sejenak seolah menunggu Asuna untuk memahami, kemudian
dengan ringan mengangguk dan terus berbicara:
"Dengan kata lain, jika kami ingin meninggalkan semua nama dari anggota
«Sleeping Knights», kami hanya dapat menantangnya dengan satu kelompok.
Kami berusaha sangat keras di lantai 25 dan 26, tetapi tidak peduli apa, kami selalu
gagal oleh seluas jari ini[5]
... Kemudian, setelah berdiskusi bersama-sama, kami
memutuskan. Batas atas kelompok adalah 7 orang, masih ada satu ruang kosong.
Meskipun lancang, kami memutuskan untuk mencari seseorang yang berada pada
tingkat yang sama atau lebih kuat dari Yuuki, yang merupakan terkuat di antara
kami, dan meminta orang tersebut untuk bergabung dengan kelompok kami."
"Jadi begitu ... Karena itulah ini semua terjadi."
Asuna mengambil napas dalam-dalam, dan tatapannya jatuh pada taplak meja
putih.
Meninggalkan nama mereka pada "Swordsmen's Stele". Keinginan ini bisa
dimengerti.
Tidak hanya VRMMO, tetapi hal-hal seperti game online memerlukan waktu yang
banyak dari pemain, banyak orang yang berhenti di musim semi karena alasan
seperti masuk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi atau pekerjaan. Tak pelak,
banyak guild yang telah ada selama bertahun-tahun tidak dapat melakukan apapun
kecuali membubarkan guildnya. Berkeinginan untuk menggoreskan kenangan pada
monumen yang akan terus ada selama dunia ini berlangsung adalah hal yang wajar.
Jangankan orang lain, Asuna sendiri tidak tahu berapa lama dia bisa terus bermain
ALO. Jika ibunya melakukan pendekatan yang lebih kuat, dia mungkin akan
dilarang menggunakan AmuSphere. Ingin menghabiskan setiap menit dan detik
pada sesuatu yang bermakna karena sisa waktu yang terbatas, pemikiran miliknya
ini sama seperti mereka.
"... Bagaimana? Apa kamu setuju? Tidak banyak waktu yang telah berlalu karena
kami baru saja ditransfer, jadi kami mungkin tidak mampu menyiapkan hadiah
yang cukup sebagai ucapan terima kasih ..."
Asuna mengulurkan tangannya dan menghentikan Shiune dari pengoperasian
jendela perdagangan yang mengisyaratkan jumlah.
"Ah, tidak, karena sejumlah tempat membutuhkan pendanaan sebanyak gunung,
uang itu lebih baik kamu simpan. Aku bisa mengambil apapun yang bos jatuhkan
sebagai hadiah ...."
"Jadi, kamu setuju?"
Wajah Shiune dan kelimanya bersinar. Melihat ekspresi mereka bergiliran, Asuna
menyerah memikirkan bagaimana hal ini bisa berakhir seperti ini. Awalnya, ia
hanya sedikit tertarik pada rumor dari swordmaster misterius «Pedang Absolut».
Kemudian dia dibawa dari tempat kompetisi ke garis depan, diperkenalkan kepada
sahabat Yuuki dan bahkan diundang untuk menantang bos lantai dengan dirinya.
Semua ini terjadi dalam waktu kurang dari satu jam. Orang yang menarik Asuna ke
dalam perkembangan seperti jet ini, «Pedang Absolut» Yuuki, melebarkan mata
berwarna permata berkilauanya sebanyak mungkin dan menunggu respon dari
Asuna. Kamu bisa bilang bahwa dia orang yang tidak sabaran, dan kamu juga bisa
bilang bahwa dia orang yang pantang menyerah, tapi pertemuan aneh semacam ini
juga salah satu kesenangan yang diberikan oleh VRMMO. Yang paling penting
adalah―jauh di dalam hatinya, salah satu firasat kabur tertentu telah tumbuh. Dia
pasti bisa menjadi teman baik dari pendekar pedang misterius ini.
"Tentang itu ... Tunggu sebentar."
Itu karena ia tidak bisa berurusan dengan hal semacam itu secara santai. Asuna
sekali lagi mengambil napas dalam-dalam, menetapkan tatapannya pada gelas di
atas meja dan menenangkan pikirannya yang sedikit kacau. Dia membuang
keraguan dan shocknya ke samping, dan memfokuskan pikirannya pada tujuan
baik Yuuki dan yang lainnya sejenak.
Beberapa waktu yang lalu, sebagai sub-leader dari guild yang tidak lagi ada, Asuna
merencanakan serangan melawan banyak bos.
Dia tidak ingat berapa jam yang dia habiskan untuk berdiskusi dengan guild lain
dan pemain solo, berdebat satu sama lain, dan bahkan bersujud dan memohon
pertolongan ketika tidak cukup banyak orang. Dia bekerja sangat keras karena di
dunia itu, ada satu persyaratan yang harus dijaga. Tidak boleh ada satupun
kematian.
Tapi sekarang, semuanya telah berubah. Hanya ada satu kewajiban dan hak yang
pemain miliki di rumah elf ini, dan itu adalah untuk menikmatinya. Bisakah kamu
menikmati permainan jika kamu mengatakan pada dirimu sendiri bahwa kamu
hanya tinggal mundur jika kamu tidak memiliki kesempatan untuk menang? Yuuki
dan yang lainnya telah menantang bos dari lantai 25 dan 26 hanya dengan 6 orang,
dan sepertinya mereka melakukannya cukup baik.
Daripada memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika kamu gagal, pergilah
tanpa memikirkan apapun terlebih dahulu. Dia tidak bermain dengan cara gegabah
untuk waktu yang lama. Walaupun mereka dikalahkan, satu-satunya hal yang
hilang dari mereka adalah sedikit pengalaman.
"... Jika kita akan melakukannya, mari kita lakukan. Kali ini, kesampingkan hal-hal
seperti tingkat keberhasilan."
Asuna mengangkat wajahnya, dan tersenyum nakal. Pada saat yang sama, senyum
mekar di wajah menggemaskan Yuuki. Dalam sorak-sorai yang luar biasa dari lima
temannya, dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan meraih tangan kanan Asuna
dari meja.
"Terima kasih, Asuna-san! Bahkan di awal, ketika kita saling bertarung dengan
pedang, aku tahu kamu akan mengatakan ini!"
"Panggil aku Asuna."
Asuna tersenyum dan menjawab, Yuuki tersenyum dan berkata.
"Maka kamu juga harus memanggilku Yuuki!"
Setelah berjabat tangan dengan lima orang yang buru-buru mengulurkan tangan
mereka dan bersulang dengan bir buah yang baru mereka pesan, Asuna menanyai
Yuuki pertanyaan tiba-tiba yang datang ke pikirannya.
"Omong-omong, Yuuki-sa ... Yuuki, kamu mencari orang yang kuat melalui duel,
kan?"
"Ah, ya."
"Kalau begitu, seharusnya ada banyak orang yang lebih kuat sebelumku.
Khususnya, seorang Spriggan berpakaian hitam yang menggunakan pedang satu
tangan, apa kamu masih mengingatnya? Aku merasa bahwa orang itu mungkin
akan lebih berguna daripada aku ... "
"Ah―..."
Yuuki teringat Kirito karena itu. Dia terus mengangguk, dan memegang lengannya
dengan ekspresi yang rumit untuk beberapa alasan.
"Aku ingat. Orang itu juga benar-benar kuat!"
"Lalu ... Mengapa kamu tidak meminta bantuannya?"
"Ya ..."
Yuuki terdiam secara tidak biasa, dan senyum misterius melintas di wajahnya.
"Seperti yang kupikirkan, orang itu tidak akan mau melakukannya."
"Kenapa ... Kenapa begitu?"
"Dia menyadari rahasia kami."
Yuuki dan Shiune tidak terlihat ingin mengatakan apa-apa lagi tentang hal ini, dan
tidak ada cara untuk mengetahuinya lebih lanjut. Mungkin «Rahasia» ini
berhubungan dengan kekuatan luar biasa Pedang Absolut Yuuki, Asuna
memikirkan hal ini, tapi dia tidak bisa melihat apa yang Kirito sadari sama sekali.
Saat dia memiringkan kepalanya dan berpikir, Leprechaun Taruken berbicara
seolah-olah untuk mengubah topik.
"Lalu ... spesifik dari serangan, bagaimana ... bagaimana kita akan mengaturnya?"
"Ah ... Biarkan aku berpikir ..."
Asuna mengguyur pertanyaan itu di dalam mulutnya dengan bir buah, dan
mengangkat jari telunjuknya.
"Pertama-tama, hal yang paling penting adalah memahami serangan bos. Hindari
ketika kamu harus menghindar, blok ketika kamu harus memblok dan serang
dengan semua kekuatanmu ketika kamu harus menyerang, dengan cara itu kita
mungkin memiliki kesempatan untuk menang. Masalahnya adalah, bagaimana kita
akan mendapatkan informasi tentang hal ini ... Ini mungkin akan sia-sia walaupun
kita bertanya pada guild besar yang mengkhususkan diri dalam berburu bos.
Kupikir kita harus menantangnya sekali dengan pemikiran bahwa kita akan
dikalahkan."
"Ya, kami baik-baik saja dengan itu! Hanya saja ... Lantai sebelumnya, dan juga
satu lantai sebelumnya, dikalahkan oleh guild lain segera setelah kami dikalahkan."
Yuuki menampakkan ekspresi sedih, dan anak laki-laki Salamander Jun diseberang
meja mengerutkan kening dan melanjutkan.
"Itu sudah berakhir ketika kami sampai di sana lagi tiga jam kemudian. Mungkin
aku hanya terlalu khawatir .... tapi aku terus mendapatkan perasaan bahwa mereka
sedang menunggu kami gagal ..."
"Benarkah ..."
Asuna menempatkan tangannya di samping mulutnya dan berpikir. Baru-baru ini ia
mendengar desas-desus tentang perselisihan antar kelompok penyerang. Mereka
terutama guild besar terlalu ditaati, tetapi akankah kelompok seperti itu
memperhatikan sebuah guild dengan hanya 6 orang? Namun, informasi ini tidak
dapat diabaikan.
"Benar, untuk saat ini, kita harus membuat persiapan untuk menantang bos segera
setelah kita dikalahkan. Kapan semua orang memiliki waktu?"
"Ah, maaf. Taruken dan aku tidak bebas di malam hari. Bagaimana kalau besok
pukul satu siang?"
Spriggan tinggi Nora menggaruk rambutnya yang hitam dan meminta maaf.
"Ya, aku tidak masalah dengan hal itu. Kalau begitu, mari bertemu di penginapan
ini besok jam satu?"
OK, aku mengerti, semua orang menanggapi dengan berbagai cara. Menghadapi
anggukkan «Sleeping Knights», Asuna sekali lagi tersenyum, dan dengan keras
mengatakan.
"―Mari kita coba yang terbaik!"
Asuna mengelus kepala Yuuki selagi Yuuki terus berbicara tentang betapa
bersyukurnya dia. Dia dengan enggan meninggalkan penginapan, dan kembali ke
tempat Lisbeth dan yang lainnya berada. Mereka mungkin akan terkejut oleh hasil
tak terduga ini, jantung Asuna berdebar saat ia berjalan cepat menuju gerbang
teleport di plaza Ronbaru.
Mengandalkan memori yang tak dapat ia percayai saat ia melewati gang, plaza
meriah akhirnya muncul di depan matanya, pada saat ini.
Beep, seolah-olah tombol power ditekan, dunia gelap. Semua indranya
menghilang, Asuna tertinggal ke dalam kegelapan total.
Bab 4
Seakan-akan jatuh ke dalam sebuah lubang tanpa dasar, ia telah diserbu oleh
sensasi yang menyatakan bahwa ia sedang jatuh dengan sangat cepat.
Dunia secara tiba-tiba berputar 90 derajat dan ia tiba-tiba merasakan sebuah
tekanan pada punggungnya. Segera setelah itu, kelima indera dia tersambung
kembali dengan sebuah tabrakan, menyebabkan seluruh badan Asuna sulit
bergerak.
Kelopak mata dia menyentak dua kali sambil dengan susah payah membuka mata
dia yang buram dengan air mata, dan ia melihat langit-langit kamarnya.
Akhirnya, ia merasakan perasaan empuk tempat tidurnya yang datang dari
belakang punggungnya. Secara berulang bernafas dengan rendah dua kali,
kekacauan di dalam sistem saraf dia secara perlahan-lahan menghilang.
Apa yang telah terjadi? Apakah ada sebuah kegagalan daya sementara, atau apakah
AmuSphere nya rusak -- Ia memikirkan hal ini, dan akhirnya mengambil nafas
yang dalam, ia mengangkat dirinya dengan tangannya dan langsung membuka
mulutnya dengan tercengang.
Ibu dia berdiri di pinggir tempat tidurnya dengan ekspresi yang buruk, tangan
kanan dia sedang memegang sebuah kabel berwarna abu-abu muda. Ini adalah
kabel listrik yang seharusnya tersambung pada colokan listrik dari AmuSphere
yang dipakai Asuna pada kepalanya. Alasan ia secara aneh terputus adalah karena
Kyouko mencabut sumber listrik mesinnya. Memahami hal ini, Asuna tidak
menahan suaranya yang kebingungan.
"Apa... Apa yang kamu lakukan, ibu!"
Namun, Kyouko cemberut dengan dalam dan dengan diam melihat ke tembok
utara. Asuna mengikuti arah pandang dia dan sadar akan jarum-jarum yang
terpasang pada jam, saat itu sedang sekitar jam 6.30 lewat lima menit.
Asuna tidak bisa melakukan apa-apa selain menggigit bibirnya, dan Kyouko
akhirnya membuka mulutnya.
"Ibu sudah pernah mengatakan hal ini saat kamu telat untuk makan malam sebulan
yang lalu. Lain kali kamu memainkan game ini sampai kamu telat, saya akan
mencabut sumber listriknya."
Menghadapi nada yang sangat dingin yang nampaknya memamerkan
kemenangannya, Asuna hampir secara refleks berteriak balik. Namun, ia
menurunkan kepala dan dengan mati-matian menelan impuls untuk melakukan hal
itu, dan berkata dengan suara yang kecil dan sedikit bergemetar.
"... Melupakan waktu adalah kesalahan saya. Namun, ibu tidak perlu sampai
mencabut sumber listriknya. Kalau ibu menggoncangkan badan aku dan berteriak
di telinga aku, aku akan menerima sebuah alarm di sana..."
"Saat saya melakukan ini di waktu yang lalu, bukankah itu membutuhkan lima
menit lagi sebelum kamu membuka matamu?"
"Itu... untuk berpindah tempat, mengatakan sampai jumpa, beberapa hal-hal seperti
itu..."
"Sampai jumpa apa? Kamu menaruh perpisahan di dalam game yang tidak dapat
dimengerti itu lebih daripada janji yang sungguhan? Apakah kamu tidak merasa
kasihan pada pelayan jika makanan yang dia persiapkan dengan susah payah
menjadi dingin?"
-- Orang lain itu asli meskipun jika dia ada di dalam game, lebih lagi, bukankah ibu
orang yang menelpon sebelum pergi ke universitas dan benar-benar membuang
makanan -- banyak bantahan-bantahan yang mirip berkilas di dalam pikirannya.
Namun, Asuna sekali lagi menurunkan kepala dan dengan dalam mengeluarkan
nafasnya yang gemetaran. Yang telah keluar dari mulutnya hanya sebuah kalimat
pendek.
"... Maaf. Aku akan lebih menaruh perhatian lain kali."
"Tidak akan ada lain kali lagi. Bukankah saya pernah bilang ke kamu, lain kali
kamu lalai karena benda itu. Saya akan menyitanya. Selain itu..."
Kyouko mengkerutkan bibirnya sedikit, dan melirik pada AmuSphere yang masih
ada pada kepala Asuna.
"Ibu benar-benar tidak mengerti kamu. Bukankah kamu telah menghabiskan dua
tahun yang berharga karena mesin aneh itu? Tidakkah kamu merasa jijik hanya
dengan melihatnya?"
"Benda ini... berbeda dari Nerve Gear."
Menggumamkan hal ini, ia melepaskan dua cincin logam dari kepalanya.
Mempelajari dari kejadian SAO, AmuSphere telah diisi sampai penuh dengan
perlindungan, tetapi ia dengan segera merasa bahwa tidak ada gunanya untuk
menjelaskan hal itu. Lebih lagi, meskipun jika perangkat kerasnya berbeda, benar
bahwa Asuna pernah jatuh pada keadaan vegetatif untuk dua tahun karena sebuah
VRMMO. Pada saat itu, Kyouko juga sangat khawatir dan pernah sekali siap untuk
kematian Asuna. Dia telah harus mengerti, mengerti kenapa ibunya membenci
mesin itu.
Asuna tetap terdiam, Kyouko mengeluarkan hela nafas yang besar dan berputar
menghadap ke pintu.
"Mari makan. Ganti bajumu dan segera turun ke bawah."
"... Aku tidak akan makan hari ini."
Meskipun ia merasa kasihan pada pelayan, Akiyo, yang menyiapkan makan
malam, ia benar-benar tidak ingin makan berhadapan muka dengan ibunya.
"Lakukan apa yang kamu mau."
Dengan ringan menggelengkan kepalanya, Kyouko berjalan keluar dari kamar.
Saat pintu terkunci dengan suara klik, Asuna merentangkan tangannya menuju
panel kontrol dan mengubah modenya ke ventilasi terus-menerus dalam sebuah
usaha untuk mengusir sisa bau harum dari parfum ibunya yang kuat, tetapi bau itu
tetap tertinggal dan mengganggu untuk waktu yang lama.
Kesenangan dari bertemu dengan «Zekken» Yuuki, kawan-kawan dia yang sangat
menarik dan firasat akan adanya sebuah petualangan baru, hilang seperti sebuah
bola salju yang terkena sinar matahari. Asuna berdiri, membuka lemarinya,
mengeluarkan sepasang jeans yang pudar dengan sebuah lubang di sekitar lutut dan
memasukkan kakinya ke dalam. Ia memakai sebuah hoodie kapas yang cukup
tebal, dan memakai sebuah mantel putih terusan di atas itu. Pakaian-pakaian ini
merupakan salah satu dari sedikit baju yang tidak dipilih oleh ibunya.
Dengan cepat merapikan rambutnya, ia mengambil tas kecil dan handphonenya
dan dengan cepat berjalan keluar dari kamarnya. Saat ia sedang berjalan turun di
tangga, mengenakan sepatunya di serambi dan akan membuka pintu yang berat,
sebuah suara yang tajam datang dari panel set di tembok di samping dia.
『Asuna! Kamu mau pergi ke mana jam segini?!』
Namun, Asuna tidak menjawab, ia memutar gagang pintu sebelum ibunya bisa
mengunci pintunya dari jauh. Segera saat ia membuka pintu, palang besi keluar
dari kedua sisi, tetapi Asuna berhasil meloncat keluar duluan. Udara malam yang
lembab dan sedingin es, langsung memukul wajahnya.
Dengan segera menyeberangi jalan, ia keluar halaman dari pintu di samping pagar
utama dan akhirnya mengeluarkan nafas yang besar. Udara yang ia keluarkan
menjadi putih dan mengambang di depan matanya sebelum perlahan-lahan menipis
dan menghilang. Ia menarik ke atas retsleting mantelnya, menaruh tangannya di
kantong dan bergegas menuju stasiun Miyanosaka dari Tokyo Setagaya Line.
Ia tidak melarikan diri dari rumah, meskipun ia lari keluar seperti mengeluarkan
amarahnya pada ibunya, Asuna memahami bahwa dia sedang bersikap kekanak-
kanakan dan melawan. Kegelisahan ini terus meningkatkankan ketidakberdayaan
yang ia rasakan dalam hatinya. Tiba di sebuah area perumahan dengan rumah-
rumah yang luas dan berdekatan, Asuna berhenti di depan sebuah taman anak-anak
kecil yang berdiri sendiri. Duduk di sebuah pipa metal berbentuk U terbalik di
tempat masuk, ia mengeluarkan handphonenya dari kantong. Ia menggerakkan
jarinya di atas layar, dan membuka halaman Kirito -- Kazuto dari buku teleponnya.
Asuna menaruh jarinya pada tombol telepon, tetapi menutup matanya dan
menurunkan kepalanya pada akhirnya.
Ia mau menelepon Kazuto dan mengatakan kepadanya: Bawa sebuah helm extra
dan datang jemput aku dengan motormu. Duduk di bangku belakang motor yang
kecil, berisik, tetapi cepat, dengan erat memegang pinggang Kazuto, dan mengebut
lurus ke depan menuju ke mana saja di jalan-jalan tol tahun baru yang kosong. Jika
seperti itu, kegalauan di pikirannya pasti akan segera menghilang, seperti saat ia
terbang dengan kecepatan penuh di Alfheim.
Namun, jika ia melihat Kazuto sekarang, ia pasti tidak akan bisa menahan
emosinya dan akan menangis sambil mengatakan semuanya pada dia. Tentang
bagaimana ia harus pindah sekolah. Tentang bagaimana ia mungkin tidak akan bisa
masuk ke dalam ALO lagi. Kenyataan dingin yang telah mendorong Asuna pada
arah yang telah diatur sejak ia masih kecil, dan diri dia sendiri yang tidak bisa
melakukan apa-apa untuk melawan hal itu -- dengan kata lain, ia akan mengatakan
kepada dia semua hal tentang kelemahannya yang ia telah sembunyikan sampai
sekarang.
Asuna melepaskan jarinya dari tombol handphonenya, dan dengan diam memencet
tombol tidur. Setelah memegangnya dengan erat sekali, ia mengembalikannya ke
dalam kantong.
Ia mau menjadi kuat. Sebuah kemauan yang kuat yang tidak akan ragu-ragu pada
saat kapanpun. Kekuatan untuk tidak bergantung pada pembesar-pembesar dia dan
maju menuju ke arah yang ia telah harapkan.
Tapi pada saat yang sama, sebuah suara menyatakan bahwa ia mau menjadi lemah.
Ia mau untuk bisa untuk tidak menutupi dirinya sendiri, dan menjadi seseorang
yang lemah yang bisa menangis saat ia mau menangis. Seseorang yang lemah yang
bisa meminta orang lain untuk memeluk dia, melindungi dia, dan menolong dia.
Kepingan-kepingan salju mulai turun. Mereka jatuh pada muka dia, dan segera
meleleh dan mengalir ke bawah. Asuna mengangkat wajahnya, dan dengan diam
memandang titik-titik putih kecil yang jatuh tersebar di malam yang pucat.
Bab 5
"Jadi, Yuuki, Jun dan Thatch jarak dekat, Taruken dan Nori jarak menengah dan
Shiune dukungan."
Asuna mengistirahatkan dagu di tangannya, dan memandang Sleeping Knights.
Mereka mengenakan armor ringan biasa ketika mereka memperkenalkan diri
kemarin, tapi sekarang mereka semua telah menggantinya dengan peralatan tingkat
langka.
Seperti kemarin, «Zekken» Yuuki mengenakan armor setengah hitam dan
dilengkapi dengan Longsword tipis. Salamander Jun memakai pelat tembaga
merah penuh yang tidak cocok dengan perawakannya yang pendek, dan pedang
besar hampir setinggi dirinya tergantung di punggungnya.
Gnome besar Thatch juga dilengkapi dengan armor plat tebal dan membawa pintu
besar seperti perisai. Senjatanya adalah palu berat dengan tonjolan di sekitarnya.
Taruken, Leprechaun dengan kacamata, mengenakan armor tembaga kuning terang
pada tubuh rapuhnya, senjatanya adalah tombak panjang yang menakutkan. Berdiri
disebelahnya seperti adik, Spriggan Nora, dilengkapi dengan armor non logam
yang nyaman dan batang besi panjang yang hampir menyentuh langit-langit.
Satu-satunya yang terlihat seperti caster, Undine Shiune mengenakan jubah gaya
pendeta berwana putih dan biru laut, topi yang membusung seperti kue, dan
membawa tongkat perak tipis di tangan kanannya. Secara keseluruhan, ini adalah
sebuah kelompok yang seimbang, tetapi jika sesuatu harus dikatakan, ini sedikit
lemah di bagian dukungan.
"Kalau begitu, mungkin akan lebih baik jika aku bergabung dengan barisan
belakang."
Asuna memutuskan untuk mengubah senjatanya ke tongkat pendek yang
mengeluarkan sihir. Saat ia berbicara, ia menanggalkan Rapiernya bersama dengan
sabuk pedang pada pinggangnya, sementara Yuuki menyusut kembali meminta
maaf.
"Maaf, Asuna. Kamu harus tinggal di belakang meskipun kamu pengguna Rapier
yang baik."
"Tidak, aku tidak bisa menyerang. Lagipula, Jun dan Thatch pasti akan terluka,
jadi kalian berdua lebih baik bersiaplah."
Dia tersenyum nakal, dan memandang ke dua armor berat itu. Salamander dan
Gnome yang memiliki perbedaan fisik yang besar melirik satu sama lain, dan
memukul dada mereka pada waktu yang sama.
"Ye-yeah, serahkan pada kami!"
Mendengar kata-kata bersemangat tinggi yang diucapkan Jun dengan terbata,
mereka semua tertawa riang.
8 Januari 2026. Rabu.
Ini adalah hari terakhir liburan musim dingin. Asuna setuju untuk pergi ke
penginapan di blok utama lantai 27 «Ronbaru» pukul 1 siang dan menemui
Sleeping Knights lagi. Tentu, tujuan mereka adalah menantang bos di bagian
terdalam dungeon bersama-sama.
Asuna mengerti bahwa mereka memiliki harapan besar padanya untuk memberikan
strategi yang membuat mereka bisa menggunakan bakat mereka masing-masing
bukan hanya kemampuan pertempuran statistik mereka semata. Yuuki dan yang
lainnya mungkin sama atau lebih baik dari Asuna dalam hal kekuatan murni.
Namun, Asuna memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik dari
mereka.
Saat ini, ia pertama kali harus mengkonfirmasi rincian tentang stats dan peralatan
semua orang, dan memutuskan formasi dasar.
Memutuskan bergabung dengan barisan belakang, Asuna membuka jendela
barangnya, melepas Rapiernya, meletakkannya di dalam dan menukarnya dengan
tongkat. Tampilan tongkat ini seperti cabang, dan bahkan ada daun di ujungnya.
Meskipun terlihat agak buruk sekilas, sebenarnya, itu adalah cabang yang diambil
dari bagian paling atas Pohon Dunia. Untuk mendapatkannya, seseorang harus
melepaskan diri dari serangan ganas naga penjaga raksasa.
"Kalau begitu,"
Asuna berkata saat ia mengetuk lantai dengan tongkatnya.
"Ayo kita lihat ruangan Boss!"
Mereka keluar dari penginapan Ronbaru bersama-sama dan berjalan ke malam
abadi.
Seperti yang diharapkan dari Sleeping Knights, semua dari mereka mampu terbang
secara bebas, dan Asuna sekali lagi mengagumi kelancaran gerakan mereka.
Mereka sama sekali tidak terlihat seperti orang yang baru saja ditransfer ke ALO.
Daripada sekadar terbiasa dengan VRMMO, ia harus mengatakan bahwa mereka
sangatlah mahir bahkan sampai ke akarnya, teknologi Full Dive. Memang benar
hanya ada sejumlah kecil pemain yang bisa seperti itu, namun meskipun
pengalaman gamingnya luas, secara pribadi dia hanya tahu sangat sedikit orang
seperti itu.
Jenis peristiwa apa yang menyebabkan pembentukan guild ini, membawa 6 orang
bersama-sama untuk menyukai hal ini. Berpikir tentang hal itu, hari ini adalah 8
Januari, dan orang-orang pada umumnya mulai pergi ke sekolah atau bekerja.
Sekolah Asuna tidak memiliki jadwal pelajaran jadi semester ketiga dimulai besok,
tapi biasanya, agak sulit untuk mengumpulkan semua 6 anggota guild pada hari
seperti ini.
Memasukkan kekuatan luar biasa mereka ke dalam pertimbangan, masuk akal
untuk sampai pada kesimpulan bahwa mereka adalah kelompok yang sangat
terobsesi menghabiskan semua yang mereka miliki dalam permainan. Namun,
Asuna merasa bahwa itu bukanlah masalahnya. Di wajah para Sleeping Knights,
dia tidak melihat rasa depresiasi intens yang biasanya guild tidak bisa hapus.
Semua dari mereka menikmati permainan ini dengan sangat alami.
Asuna memikirkan tentang jenis orang seperti apa mereka dalam kehidupan nyata
yang tidak pernah dia pedulikan di masa lalu. Yuuki, yang terbang di depan,
berteriak bersemangat seperti biasa, sementara Asuna sedang berpikir.
"Aku bisa melihatnya, dungeon!"
Melihat lebih teliti, dibalik baris tak terputus dari pegunungan, sebuah menara
besar dapat terlihat. Menara silinder yang memanjang dari atas tanah ke bagian
bawah dari lantai berikutnya. Banyak kristal prisma heksagonal seukuran rumah-
rumah kecil membentang dari dasar menara, samar-samar menerangi menara
dengan warna biru berpendar. Di bagian bawah menara, pintu masuk ke dungeon
terbuka tiba-tiba, mengarah ke dalam kegelapan.
Mereka berhenti dan menunggu sejenak, memeriksa siluet monster atau kelompok
lain di sekitar pintu masuk.
Tentu saja, dia sudah memberitahu Lisbeth dan yang lain tentang «Penyerangan
Bos Tiba-tiba» hari ini. Mereka semua terkejut ketika mereka mendengar tentang
permintaan tak terduga «Zekken», tetapi mereka juga menawarkan diri untuk
segera membantu. Asuna sangat senang, tetapi tujuan utama mereka adalah untuk
membuat memori final bersama-sama. Karena itu yang terjadi, lebih baik untuk
tidak membangkitkan hal-hal terlalu banyak. Teman-temannya segera mengerti
pertimbangannya dan mengisi persediaannya sampai batas dengan ramuan yang
mereka miliki sebelum melihatnya pergi.
Kirito, menunjukkan ekspresi yang mendalam sejak awal kejadian, tampaknya ia
tenggelam dalam pemikiran sesaat, tapi tetap mendukungnya dengan senyum dan
membantu membujuk Yui untuk tidak mengikutinya. Dalam arti tertentu, Asuna
yang membantu guild lain bisa dianggap sebagai pengkhianat, namun teman-
temannya masih menyemangatinya. Di dalam hatinya, Asuna sekali lagi
mengucapkan terima kasih kepada teman-temannya, dan perlahan-lahan turun
menuju dungeon.
Setelah mendarat di tanah abu-abu, enam dari mereka mengikutinya dan menatap
menara raksasa. Puluhan kali tidak akan cukup untuk menutupi total jumlah ia
melihat menara yang membentang ke arah lantai atas ini jika dihitung dari era
mantan SAO, namun bentuk yang tak dapat disangkal megah ini tidak pernah gagal
untuk menguasainya dirinya dengan cara yang berbeda ketika memandangnya dari
atas langit.
"... Maka, seperti yang telah kita bahas, mari kita mencoba sebaik mungkin untuk
menghindari pertarungan dengan mobs normal dan menengah."
Saat Asuna berbicara, wajah Yuuki dan yang lainnya menegang saat mereka
mengangguk dalam diam. Mereka mengulurkan tangan mereka ke pinggang atau
ke belakang punggung mereka, dan menghunuskan senjata mereka dengan suara
denting.
Undine Shiune, yang terampil dalam sihir, mengangkat tongkat peraknya dan
melemparkan beberapa buff (paket/skill pendukung) berturut-turut. Tubuh tujuh
orang diselimuti cahaya, dan beberapa ikon status menyala di sebelah kanan bawah
bar HP mereka. Setelah itu, Spriggan Nora membaca mantra, memberikan
semuanya pandangan malam. Asuna juga belajar beberapa buff, tetapi tingkat skill
Shiune lebih tinggi, jadi dia menyerahkan itu padanya.
Setelah persiapan selesai, mereka sekali lagi melirik satu sama lain dan
mengangguk. Mereka memasuki dungeon, dimulai dengan Yuuki di depan.
Tak lama setelah melewati pintu masuk, gua alami memberi jalan terowongan
buatan manusia yang berubin batu tulis. Suhu sekitarnya juga terasa menurun,
udara dingin, lembab menyapu kulit Asuna. Mereka bekerja keras membuat ini
sama seperti pada SAO lama, tetapi interior dari dungeon terlalu besar dan level
monsternya tidak dapat dibandingkan dengan mereka yang ada di luar. Selain itu,
seperti dungeon pada permukaan Alfheim, kamu tidak bisa terbang di dalamnya.
Meskipun mereka sudah membeli data peta dari pusat informasi, masih akan
membutuhkan waktu setidaknya tiga jam sampai mereka mencapai ruang bos.
―Ini adalah apa yang dia perkirakan, namun.
Baru saja berjalan satu jam lebih, pintu raksasa muncul di depan matanya di ujung
koridor, Asuna sekali lagi tidak bisa berkata-kata pada kekuatan mereka. Masing-
masing dari mereka memiliki tingkat yang baik dalam kemampuan bertempur, tapi
apa yang lebih luar biasa adalah kerja sama mereka. Bahkan tanpa satu katapun,
hanya dengan mengangkat satu tangan atau satu gerakan dari tubuh kecil Yuuki,
mereka akan berhenti ketika mereka harus berhenti, dan menyerang apabila mereka
harus menyerang. Pada dasarnya, Asuna hanya harus mengikuti di belakang
kelompok. Mereka hanya bertemu dengan tiga mob, dan di bawah arahan Asuna,
mereka dengan mudah mengalahkan mereka dengan membunuh pemimpinnya
dalam sekejap dan melemparkan sisa mob dalam kebingungan.
Kaget, Asuna berbisik pada Shiune saat mereka berjalan melalui koridor menuju
ruangan Boss.
"Apa aku... benar-benar dibutuhkan? Rasanya seperti hampir tidak ada yang tersisa
bagiku untuk membantumu."
Shiune melebarkan matanya dan menggeleng keras.
"Tidak, itu tidak mungkin. Karena arahan Asuna-san, kami tidak sekalipun masuk
ke dalam perangkap dan tidak begitu banyak melakukan pertempuran. Kami
melawan musuh yang kami temui secara langsung sebelumnya, dan kami
menghabiskan cukup banyak waktu untuk sampai ke ruangan Boss. "
"... Bagus deh ... ―Hei, Yuuki, berhenti."
Mendengar suara Asuna yang sedikit keras, tiga barisan depan segera berhenti
berjalan.
Mereka telah melewati lebih dari setengah koridor menuju ruangan Boss, dan
detail dari dekorasi mengerikan di pintu batu dapat terlihat. Pada kedua sisi koridor
berdiri pilar secara berurut, tetapi tidak ada monster yang bisa dilihat dari
bayangan pilar.
Melihat Yuuki dan Jun yang berbalik kaget, Asuna menaruh jari telunjuk ke
bibirnya saat ia menatap ruang diantara pilar terakhir ke kiri.
Satu-satunya sumber penerangan di koridor berasal dari api biru pada obor di
bagian atas pilar. Bahkan dengan sihir pandangan malam Nora, masih sulit untuk
melihat gerakan kecil dalam bayangan goyah di dinding batu. Namun, secara
intuitif, Asuna merasa bahwa di dalam jarak pandangnya ada sesuatu yang salah.
Asuna mengisyaratkan mereka untuk bergerak mundur dan mengangkat tongkat di
tangan kanannya. Dia dengan cepat membuat mantra agak panjang, tangan kirinya
diangkat ke dada dengan telapak tangannya menghadap ke atas.
Saat Asuna selesai menyebutkan mantra, lima ikan biru transparan dengan sayap
seperti sirip muncul di telapak tangannya. Dia mengangkat mereka ke wajahnya,
dan dengan lembut meniup mereka ke arah targetnya.
Segera, ikan bergerak satu per satu, berenang melalui udara dalam garis lurus. Ini
adalah perintah yang digunakan untuk melawan mantra bersembunyi, "Pencari".
Lima ikan menyebar secara radial, dan di antara mereka, dua memasuki tempat
yang Asuna kunci.
Cahaya biru menyebar dengan ledakan. Para pencari tewas, dan di dalam tempat
itu muncul membran hijau yang dengan cepat mencair dan menghilang.
"Ah!"
Yuuki berteriak kaget. Tiga pemain tiba-tiba muncul berlawanan dengan pilar, di
mana tidak ada apapun beberapa waktu yang lalu.
Asuna dengan cepat melihat. Dua Imp, satu Sylph, semuanya bersenjata ringan dan
dilengkapi dengan belati. Meskipun demikian, kelas senjata mereka agak tinggi.
Dia tidak akrab dengan mereka, tapi ia mengenali lambang guild yang ditampilkan
di samping pointer. Seekor kuda di samping perisai. Ini adalah lambang dari guild
besar terkenal yang terus membersihkan dungeon setelah lantai 23.
Di dungeon, tidak pantas untuk bersembunyi ketika jelas tidak ada monster di
sekitar. Umumnya hal ini bermaksud untuk melakukan PKing. Asuna mengangkat
tongkatnya sekali lagi dalam rangka untuk menahan serangan menengah, dan di
sisinya, Yuuki dan anggota kelompok juga menyiapkan senjata mereka.
Namun, bertentangan dengan dugaan mereka, salah satu dari tiga orang itu buru-
buru mengangkat tangan dan berteriak.
"Berhenti, berhenti! Kami tidak ingin bertarung!"
Asuna merasakan bahwa rasa kekhawatirannya tidak dibutuhkan, menurunkan
penjagaan dan berteriak kembali.
"Kalau begitu, tolong sarungkan pedang kalian!"
Ketiganya melirik satu sama lain, dan segera memasukkan berbagai belati mereka
kembali ke sarungnya. Asuna berpaling sedikit ke arah Shiune dan berbisik.
"Jika mereka berniat untuk menarik senjata mereka lagi, segera keluarkan «Aqua
Bind»."
"Aku mengerti. Uwa, ini pertama kalinya aku PvPing di ALO. Aku benar-benar
gugup."
Daripada gugup, mata Shiune dan yang lain bersinar dalam kegembiraan. Dengan
senyum samar pahit, Asuna berbalik ke arah mereka, perlahan-lahan berjalan
mendekat beberapa langkah dan berkata.
"Jika kalian bukan PKing .... Apa tujuan kalian bersembunyi?"
Setelah melirik satu sama lain sekali lagi, Imp yang muncul untuk menjadi
pemimpin menjawab.
"Kami sedang menunggu untuk pertemuan. Akan merepotkan jika kami diserang
oleh mob sebelum rekan kami tiba, jadi kami bersembunyi."
"............"
Meskipun terdengar masuk akal, dia tidak bisa mengusir perasaan bahwa ada
sesuatu yang aneh. Mantra bersembunyi mengkonsumsi mana pada tingkat yang
signifikan saat digunakan, ramuan mahal harus digunakan setiap beberapa detik.
Apalagi, jika mereka berhasil sampai ke bagian terdalam dungeon, mereka tidak
perlu menghindari pertempuran dengan monster.
Namun, dia tidak bisa menemukan cacat besar dalam kata-kata mereka. Meskipun
anggota Sleeping Knight bisa membunuh mereka dan menghapus masalah
potensial, masuk ke sengketa dengan guild besar akan mendatangkan berbagai
masalah di masa depan.
Asuna menelan keraguannya, dan mengangguk sedikit.
"Mengerti. ―Kami di sini untuk menantang Bos. Jika sisi kalian belum siap,
bisakah kami pergi dan menantang duluan?"
"Ah, tentu saja."
Awalnya dia mengira bahwa mereka akan mencoba untuk menghalangi mereka
menantang Boss, tapi tanpa diduga, Imp kurus itu langsung menjawab. Ia
melambaikan tangan ke arah dua rekannya dan ketiganya mundur kembali ke
samping pintu.
"Kami akan menunggu di sini untuk teman kami. Nah, semoga berhasil, dan
selamat tinggal."
Imp itu tersenyum dan memberi isyarat ke arah teman Sylphnya. Sylph itu
mengangguk sekali, mengangkat tangannya dan mulai membaca mantra seperti
orang yang sedang latihan.
Segera, pusaran hijau berputar di kaki pelafal mantra, membungkus mereka
bertiga. Ketika pusaran hijau memudar dan menghilang, tak ada yang bisa lagi
dilihat di sana.
"............"
Asuna melihat sekali lagi ke arah pemain yang bersembunyi, tetapi segera
mengangkat bahu dan berbalik untuk bertemu Yuuki. Meskipun percakapan tadi
tegang, gadis dengan alias Zekken itu tidak terlihat takut sedikitpun, mata besar
ungunya berkilau saat ia memandang ke arah Asuna dengan kepala dimiringkan.
"... Pokoknya, seperti yang direncanakan, mari kita pergi dan melihat ke dalam .."
Dengan ucapan itu, Yuuki tersenyum gembira dan mengangguk.
"Ya, akhirnya kita pergi! Mari lakukan yang terbaik, Asuna!"
"Jangan mengatakan hal-hal seperti 'melihat ke dalam', mari kita menyerang dan
meledakan dia pergi."
Membalas apa yang Jun katakan dengan agak bersemangat, Asuna hanya bisa
tersenyum dan berkata.
"Ya, tentu saja itu adalah hasil yang ideal, tapi kamu tidak perlu menggunakan
barang-barang mahal untuk pemulihan. Tidak akan apa-apa selama kamu mencoba
yang terbaik untuk menggunakan jangkauan penyembuhanku dan Shiune,
mengerti?"
"Ya, guru!"
Asuna memukul dahi Jun saat ia dengan bercanda menjawab, dan berbalik untuk
melihat lima orang lainnya secara bergantian sambil terus berbicara.
"Walaupun kalian mati, jangan langsung respawn di kota. Diam dan perhatikan
pola serangan Bos. Jika kita dikalahkan, kita akan kembali ke Ronbaru bersama-
sama. ―Dan formasi kita: Jun dan Thatch fokus menyerang di barisan paling
depan, terkadang gunakanlah provokasi untuk menghasilkan kebencian dari bos.
Taruken dan Nori akan menyerang dari kedua sisi. Yuuki akan menyerang secara
bebas dan serang rusuk Boss jika mungkin. Akhirnya, Shiune dan aku akan
memberikan dukungan dari belakang. "
"Mengerti."
Sebagai perwakilan mereka, Thatch menjawab dengan suara berat.
Setelah Shiune dengan cepat memperbaharui semua buff mereka, dua barisan
terdepan bergerak maju. Thatch mengangkat perisai menara di tangan kirinya,
memanggul palu di tangan kanan, berdiri berdampingan dengan Jun di depan pintu
raksasa dan berbalik dan melirik Asuna.
Asuna mengangguk sebagai jawaban, dan Jun yang memikul greatsword
meletakkan tangan kosong kirinya ke pintu, membungkukkan bahunya dan
mendorong.
Dua pintu hitam batu yang dipoles berderit berlawanan sesaat, dan gemuruh
menggelegar terdengar melalui seluruh koridor saat pintu perlahan-lahan terbuka
ke dua sisi. Di dalamnya adalah kegelapan total―
Sesaat ketika dia memikirkan itu, tepat di samping pintu, dua obor menyala dengan
api putih pucat diikuti dengan dua lagi di bagian kiri dan kanan. Dengan sedikit
terlambat, api tak terhitung menyala membentuk lingkaran. Pertunjukan cahaya ini
bersifat universal untuk semua lantai, mulai dari saat obor pertama menyala dan
berjalan sampai Bos muncul dapat dianggap sebagai waktu persiapan untuk
menyerang.
Ruangan Bos berbentuk lingkaran total. Lantainya berubin batu hitam poles dan
cukup terbuka. Pada dinding terdalam adalah pintu yang menyembunyikan tangga
yang mengarah ke lantai berikutnya.
"―Ayo!"
Segera setelah Asuna berteriak, Jun dan Thatch masuk ke dalam ruangan. Sisa lima
lainnya juga mengikuti dan mengambil gerakan segera.
Tepat ketika semua orang tiba di posisi yang telah ditentukan dan menyiapkan
senjata―poligon besar kasar melonjak keluar dari tengah ruangan. Kubus hitam
seperti poligon berbenturan dan berkombinasi untuk membentuk siluet humanoid
raksasa, bentuk tidak rata terbentuk di tebing saat jumlah informasi terus
meningkat.
Akhirnya, fragmen yang tak terhitung banyaknya tersebar di udara dan Bos
terwujud.
Sebuah raksasa hitam dengan tinggi lebih dari empat meter. Pada otot yang
memenuhi tubuhnya tumbuh dua kepala dan empat lengan, dan di setiap tangannya
terdapat senjata mengerikan yang terlihat tumpul.
Raksasa itu melangkah maju, dan ruangan segera berguncang seolah-olah ada
gempa bumi. Dibandingkan dengan tubuh bawahnya, tubuh bagian atasnya
sangatlah besar, meskipun seluruh tubuhnya condong ke depan, kepalanya masih
sangatlah jauh dari Asuna dan yang lainnya.
Monster itu menatap penyusup dengan rasa jijik yang keluar dari sudut empat mata
menyala merahnya dan mengeluarkan raungan brutal. Lengan atasnya memegang
dua pemukul seperti palu yang tinggi, dan kedua lengan bawahnya mengayunkan
rantai besar yang cukup kuat untuk menghancurkan sebuah kapal pesiar di atas
lantai―
Bab 6
"Aaaaaaaaaah, kita kalah, kita kalah!"
Nora, yang terakhir kembali, memukul punggung Taruken saat ia berteriak dengan
riang.
Mereka berada di kubah besar berbentuk bangunan di seberang alun-alun kota
Ronbaru, ketujuhnya berpindah ke Save Crystal di lantai yang sedikit turun di
tengah ruangan. Tentu saja, ini berarti bahwa mereka dikalahkan oleh serangan
ganas dari bos hitam raksasa lantai 27 itu.
"Ugh―meskipun kita berusaha sangat keras ..."
Saat bahu Yuuki merosot dengan cemas, Asuna tiba-tiba merenggut kerahnya.
"Fue?"
Asuna menyeret Yuuki yang terkejut dan berlari ke salah satu sudut ruangan.
"Semuanya cepat datang ke sini!"
Jun dan yang lainnya, yang awalnya berencana kembali ke penginapan untuk
beristirahat dan merenungkan pertarungan sebelumnya, berlari dengan mulut
terbuka.
Tidak ada orang lain di sekitar «Titik Respawn», tetapi untuk jaga-jaga, Asuna
mengumpulkan semua orang di tempat di mana mereka tidak bisa terdengar dari
luar dan berkata:
"Kita tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Apa kalian ingat tiga orang di depan
ruang Boss?"
"Ya, aku ingat."
Shiune mengangguk.
"Mereka adalah pengintai yang dikirim oleh guild yang mengkhususkan diri dalam
berburu Bos, tujuan mereka adalah untuk memantau pemain di luar aliansi yang
menantang bos. Kalian pasti telah dilihat oleh mereka sebelum kalian memasuki
ruangan Bos di lantai sebelumnya dan juga lantai yang sebelumnya lagi."
"Eh ... Kami bahkan tidak menyadarinya ..."
"Aku takut bahwa tujuan mereka bukanlah untuk menghentikan kalian menantang
Boss, tapi untuk mengumpulkan informasi. Mungkin ini sedikit kasar, tapi mereka
menggunakan sebuah guild kecil seperti Sleeping Knight sebagai pion korban
untuk mengetahui pola serangan Bos dan kelemahannya. Dengan cara ini, mereka
tidak perlu kehilangan pengalaman karena hukuman mati dan juga dapat
menyimpan sedikit biaya ramuan."
Pada titik ini, Taruken ynag berkacamata mengangkat tangan kanannya dan
bertanya:
"Ta-tapi, pintu segera tertutup di belakang kita setelah kita memasuki ruangan
Boss. Mereka, mereka bahkan tidak bisa melihat pertarungan kita, jadi bagaimana
mereka mengumpulkan informasi?"
"Itu karena kecerobohanku ... Tepat sebelum pertempuran berakhir, aku melihat
kadal kecil abu-abu menggeliat di sekitar kaki Jun. Itu Sihir Hitam
«Megintip»―Sebuah mantra yang memanggil familiar yang dapat ditempelkan ke
pemain yang ditunjuk, yang memungkinkan pembaca mantra untuk melihat sudut
pandang pemain yang ditunjuk. Sesaat itu dilemparkan, sebuah ikon yang
menunjukkan debuff akan muncul selama sekitar satu detik .... "
"Eh, itu buruk, aku tidak menyadarinya sama sekali."
Mendengar penjelasan Asuna, ekspresi penyesalan menutupi wajah Jun. Semua
orang menepuk punggungnya dengan lembut.
"Jangan katakan itu, seharusnya aku memperingatkan kalian di awal. Itu pasti telah
menempel ketika Shiune sedang memperbarui buff tepat sebelum kita memasuki
ruangan. Ada begitu banyak ikon yang muncul pada waktu itu, jadi wajar kalau
kamu tidak menyadari ada satu tambahan."
"... Omong-omong, mungkinkah ..."
Mata Yuuki melebar saat ia mengepalkan tangan di depan dadanya dan berteriak:
"Bos di lantai 25 dan 26 yang dikalahkan segera setelah kami kalah itu bukan
hanya suatu kebetulan!"
Meskipun Yuuki cukup terkejut, tidak ada tanda-tanda kemarahan atau kebencian
dalam suaranya. Merasa hormat pada Yuuki sekali lagi, Asuna mengangguk dan
menjawab:
"Kamu mungkin benar. Serangan terus-menerus darimu terekspos bahkan di
tempat bos sebelumnya, itulah sebabnya mereka mampu melakukannya dalam satu
gerakan."
"Itu, itu berarti ..."
Shiune mengerutkan kening dan berbisik:
"Kali ini kami sekali lagi dijadikan pion korban ...?"
"Bagaimana ini bisa terjadi ..."
Tepat ketika bahu kelimanya hendak terkulai mengikuti napas Nora, Asuna
memukul armor Yuuki.
"Tidak, kita masih memiliki kesempatan!"
"Eh...? Asuna, apa maksudmu...?
"Saat ini sekitar pukul 2:30pm, aliansi besar sekalipun akan memiliki waktu yang
sulit untuk mengumpulkan puluhan orang, mungkin akan memakan waktu
setidaknya sekitar satu jam. Kita akan mengambil tindakan sekarang―Dengar, kita
akan menyelesaikan diskusi kita dalam lima menit, dan kemudian bergegas
kembali ke ruangan Boss dalam waktu tiga puluh menit! "
"Eeeh―?"
Bahkan kelompok ini, yang terdiri dari pemain top, tidak bisa tidak berteriak
karena terkejut akan ucapan ini. Melihat sekelilingnya, senyum muncul di wajah
Asuna―senyum bangga yang sangat mirip dengan seseorang tertentu.
"Kita bisa melakukannya. Dan―Kita pasti bisa mengalahkan Bos hanya dengan
beberapa dari kita."
"Su-Sungguh?"
Yuuki membungkuk begitu jauh ke depan hingga hidungnya nyaris mengenai
Asuna, dan Asuna melihatnya dan mengangguk.
"Yang harus kita lakukan adalah dengan tenang menyerang titik lemahnya. Ini
adalah strategiku. Boss lantai ini berjenis raksasa. Meskipun lengan banyaknya
agak sulit ditangani, masih jauh lebih mudah untuk ditangani daripada salah satu
yang tidak memiliki bagian depan atau belakang yang nyata. Pola serangannya
adalah mengayunkan turun palunya, menyapu dengan rantai baja dan menyerang
dengan menurunkan kepalanya. Dia akan mulai menggunakan serangan napas
beracun jarak menengah ketika darahnya tinggal setengah, dan setelah turun ke
merah dia akan menggunakan skill pedang 8 hit dengan memanfaatkan empat
senjata ... "
Asuna menempatkan tampilan gambar hologram di tanah, beralih ke layar input
dan dengan cepat menarik gambar pola serangan Boss. Dia kemudian mencatat
cara untuk bertahan melawan serangan ini.
"... Oleh karena itu Jun dan Thatch dapat mengabaikan serangan dari rantai baja
dan memusatkan perhatian pada palu. Berikutnya adalah titik lemah―Jika palu
menyentuh tanah, akan memakan waktu sekitar 0,7 detik untuk pemulihan. Nora
dan Taruken harus mengambil keuntungan dari pembukaan ini untuk
menggunakan skill yang kuat. Juga, akan ada banyak bukaan di belakangnya.
Yuuki dapat tetap berada di belakang punggungnya dan menggunakan serangan
tipe skill pedang. Tapi tetap berhati-hatilah, rantainya juga akan menyapu daerah di
belakang punggungnya. Cara untuk bertahan terhadap serangan napas beracun .... "
Sejak saat ia bekerja sebagai sub-leader dari Knights of the Blood, ini pertama
kalinya dia berbicara begitu banyak dalam pertemuan strategi. Saat ia memikirkan
itu pada dirinya sendiri, Asuna dengan cepat terus menjelaskan strategi kepada
mereka, dan keenamnya mengangguk saat mereka mendengarkannya dengan
serius.
Asuna merasa bahwa dia hampir seperti seorang guru sekolah, dan segera
menyelesaikan pertemuan strategi dalam waktu empat menit. Dia kemudian
membuka persediaannya untuk mengeluarkan sejumlah besar ramuan yang dia beli
menggunakan anggaran mereka dan hadiah yang dia terima dari Lisbeth dan
teman-temannya yang lain.
Semua jenis botol kaca terus-menerus muncul di tanah dengan suara klak. Asuna
membagi ramuan penyembuh berdasarkan jumlah luka yang mereka terima dalam
pertempuran tadi, dan menempatkan ramuan mana pada dirinya dan ke tas Shiune.
Dengan itu, semua persiapan mereka telah diselesaikan.
Asuna menegakkan punggungnya, matanya melihat seluruh wajah setiap orang
sekali lagi, tersenyum dan mengangguk.
"Kuulangi sekali lagi, jika itu kalian ... Tidak, jika itu kita, kita pasti bisa
mengalahkan Bos. Aku, yang pernah berjuang di sini pada masa lalu, dapat
menjamin kalian hal ini."
Senyum polos brilian biasa Yuuki segera menyebar di seluruh wajahnya, dan dia
dengan percaya diri mengatakan:
"Perasaanku memang benar, ini hebat karena kita mampu mendapatkan Asuna
untuk membantu kita. Walaupun kita gagal, perasaanku ini tidak akan pernah
berubah. Terima kasih―Asuna"
Lima lainnya mengangguk serempak. Shiune, yang tampaknya menjadi sub-leader,
menambahkan dengan suaranya yang jelas dan lembut:
"Aku benar-benar bersyukur. Aku sekali lagi memastikan bahwa keputusan Yuuki
untuk membawamu ke sini adalah benar, kamu adalah orang yang sudah lama
kami tunggu-tunggu."
Asuna dengan putus asa mencoba untuk menekan perasaan yang mengalir di dalam
dirinya, mengangkat jari dan mengedipkan matanya―
"... Kata-kata seperti ini seharusnya diucapkan setelah kita selesai. Sekarang ...
sekali lagi, mari kita coba yang terbaik!"
***
Sekali lagi terbang dari jalanan Ronbaru, ketujuhnya pergi ke dungeon dengan
kecepatan tinggi. Mereka terbang melalui rute terpendek, dan terlihat oleh mobs di
luar. Namun, geng terus menggunakan ilusi Nori dan berhasil melewati mobs saat
mereka terbang.
Mereka menghabiskan waktu hanya 5 menit untuk mencapai menara, dan
kemudian terbang ke pintu masuk tanpa ragu-ragu. Mereka mengambil jalan
terpendek ke lantai paling atas. Meskipun mereka tidak bisa menembus mob rakasa
dalam dungeon yang sempit, Pedang Absolute Yuuki mengaktifkan
kemampuannya saat ini dan dengan seketika mengalahkan pemimpin musuh.
Saat timer menunjukan lewat 28 menit, koridor menuju ruangan bos akhirnya
muncul di depan mereka. Jalanan panjang dan sempit ini melengkung sedikit ke
kiri, dan jalan berbentuk spiral mengarah ke tengah menara.
"Syukurlah. Masih ada 2 menit!!"
Jun berteriak gembira dan berlari melewati Yuuki.
"Hei, tunggu!"
Yuuki mengangkat tangan kanannya dan mengejar.
Masalahnya, kita harus mampu mengganggu aliansi guild. Berpikir tentang hal ini,
Asuna mulai berlari ke depan dengan putus asa juga. Sekelompok orang terus
berjalan dalam lingkaran dan sampai ke koridor, tiba di depan gerbang menuju
ruangan bos―
"...!!"
Namun, adegan di depan pintu gerbang membuat Asuna menelan ludah. Jun dan
Yuuki, yang berlari di depan, menggunakan sepatu mereka untuk menggesek tanah
dan berhenti dengan cepat.
"A ... Apa yang terjadi ...!?"
Nori dengan kosong bergumam di samping Asuna.
Pada 30m terakhir menuju ruangan bos, sekitar 20 pemain menghalangi jalan
menuju ruangan bos.
Orang-orang itu berasal dari berbagai macam suku, namun satu-satunya titik sama
di antara mereka adalah masing-masing dari mereka memiliki lambang serikat
disamping kursor, seperti trio yang bersembunyi di pintu.
―Kami tidak berhasil!? Mereka tanpa terduga mengumpulkan begitu banyak
orang dalam waktu yang singkat ... Asuna meratap jauh di lubuk hatinya, tetapi
menemukan bahwa ada sesuatu yang salah. Masih terlalu sedikit orang untuk
menaklukkan bos. 20 orang, 3 kelompok. Tidak akan cukup untuk membuat 7
kelompok, 49 pemain sekaligus.
Para anggota yang ambil bagian dalam penaklukan ini mungkin belum datang.
Sungguh berani memilih titik berkumpul di bagian terdalam dungeon, dan bisa
dikatakan bahwa orang-orang ini agak tidak sabaran.
Asuna berjalan di samping Yuuki, yang bergumam dengan suara gugup, dan
berbisik ke telinganya yang tertutupi oleh rambut ungu tua,
"Jangan khawatir. Sepertinya kita masih memiliki kesempatan untuk
menantangnya."
"Benarkah ...?"
Yuuki akhirnya menghela napas lega saat ini. Asuna dengan ringan menepuk
bahunya dan dengan cepat berjalan menuju kelompok. Semua tatapan kelompok
lain terfokus pada Asuna dan teman-temannya, namun mereka tidak menunjukkan
keterkejutan atau ketegangan. Bahkan bisa dikatakan bahwa orang-orang ini
menantikan pertunjukan yang akan dimulai.
Asuna mengabaikan ekspresi mereka dan berdiri langsung di depan kerumunan,
berkata kepada pemain Gnome laki-laki yang tampak seperti dia mengenakan
armor yang paling mahal.
"Maaf, kami ingin menantang bos. Bisakah kalian membuka jalan?"
Namun, Gnome itu melipat tangan tebalnya, seolah-olah mencoba mengatakan
sesuatu yang Asuna tidak harapkan,
"Maaf, tempat ini ditutup."
"Ditutup ... Apa maksudmu?"
Asuna, yang tidak bisa mengatakan apa-apa untuk sementara waktu, akhirnya
mengeluarkan pertanyaan ini. Gnome mengejangkan alisnya secara berlebihan, dan
kemudian berkata dengan nada tenang yang langka,
"Guild kami akan menantang bos. Kami masih dalam persiapan. Tunggu saja di
sini sebentar."
"Untuk beberapa saat ... berapa lama?"
"Nah, sekitar satu jam."
Pada titik ini, Asuna akhirnya mengerti niatan mereka. Mereka hanyalah kelompok
pengintai yang ditugaskan di depan ruangan bos, mengumpulkan informasi.
Setelah kelompok lain yang mungkin bisa mengalahkan bos muncul, mereka akan
mencoba untuk membuat barikade fisik melalui jumlah.
Baru-baru ini, Asuna mendengar bahwa beberapa guild tingkat tinggi menciptakan
masalah dengan menduduki tempat berburu, tapi tanpa ia duga, mereka akan
melakukan pendudukan dengan berani seperti ini. Bukankah ini sama saja seperti
the Army yang memerintah dengan kejam di Aincrad lama?
Asuna mencoba yang terbaik untuk menekan kemarahannya dan akhirnya berkata
dengan nada tenang,
"Kami tidak bisa menunggu selama itu. Ini berbeda jika kamu ingin menantangnya,
tapi jika tidak, tolong biarkan kami masuk"
"Kamu agak benar juga ..."
Namun Gnome itu tanpa malu-malu melanjutkan,
"Tapi kami datang duluan. Kamu harus mengantri."
"Kalau begitu kamu harus bersiap-siap sebelum datang ke sini. Kami harus
menunggu selama satu jam meskipun kami dapat menyerang kapanpun. Itu tidak
adil."
"Itulah sebabnya walaupun kamu mengomel, aku tidak bisa membantu. Ini adalah
perintah atasan. Jika kamu memiliki perbedaan pendapat, pergilah ke markas guild
untuk bernegosiasi. Kantor pusat kami berada di kota Pohon Dunia."
"AKAN MEMAKAN WAKTU SATU JAM KE SANA!!"
Tidak bisa menahan dirinya lagi, Asuna akhirnya berteriak. Dia kemudian
menggigit bibirnya dan menarik napas panjang untuk menenangkan diri.
Tidak peduli bagaimana mereka bernegosiasi, tampaknya kelompok lain tidak
berniat untuk minggir. Apa yang harus mereka lakukan?
Mereka tidak tahu apakah mereka bisa mencapai kesepakatan dengan memberikan
item yang dijatuhkan bos dan Yield. Mungkin tidak, saat daya tarik untuk
mengalahkan bos bukan hanya barang yang dijatuhkan, tetapi juga besarnya
kenaikan poin pengalaman dan hadiah nyata meninggalkan nama mereka pada
Monumen Swordsmen. Orang-orang ini mungkin tidak akan menerima kondisi
tersebut.
Jika ini adalah VRMMO lain, mereka bisa komplain kepada GM tentang tindakan
yang menentang etika net-game. Namun, argumen pemain di ALO idealnya harus
diselesaikan diantara para pemain. GM pada dasarnya hanya menangani kesalahan
sistem.
Gnome melirik tajam pada Asuna, yang kehabisan akal, dan berpikir bahwa
negosiasi telah selesai dan bersiap-siap untuk kembali ke sekutunya.
Pada saat ini, Yuuki, yang berdiri di belakang Asuna, berteriak,
"Oi, kamu ..."
«Pedang Absolut» menggunakan suara enerjik untuk meminta Gnome itu berhenti
dan berbalik,
"Maksudmu kamu tidak berniat membiarkan kami lewat tidak peduli bagaimana
kami meminta, benar?"
"―Sejujurnya, itulah yang terjadi."
Setelah mendengar kata-kata langsung Yuuki, Gnome itu hanya bisa berkedip.
Namun, ia segera kembali ke sikap arogannya dan mengangguk. Yuuki hanya
tersenyum dan berkata,
"Begitukah? Mau bagaimana lagi kalau begitu. Kami hanya bisa menggunakan
kekerasan."
"A ... apa!?"
"Ehh!?"
Gnome dan Asuna mengeluarkan teriakan kaget pada waktu yang sama.
ALO benar-benar sebuah permainan yang memiliki poin menjual 'mampu
menyerang pemain tanpa syarat di daerah netral'. Semua pemain akan memaksa
menggunakan senjata mereka untuk melampiaskan ketidakpuasan mereka, dan
kode ini jelas ada dalam instruksi permainan.
Namun, selain menjadi aturan yang sebenarnya, masih ada beberapa tabu
tersembunyi untuk menyerang pemain. Pemain harus memperhatikan jika mereka
melawan sebuah guild besar. Itu karena walaupun mereka menang, guild yang
bersangkutan dapat mengirimkan serangan besar-besaran untuk membalaskan
dendam, dan terkadang bahkan membawa kebencian mereka kepada komunitas
internet di luar permainan. Saat ini, tidak banyak pemain yang menantang guild
besar selain mereka yang sudah bertujuan untuk PK di awal.
"Yu ... Yuuki, itu ..."
Mulut Asuna terbuka lebar, namun dia tidak bisa membiarkan suaranya keluar
karena dia tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini. Namun, Yuuki hanya
tersenyum dan menepuk bahunya dan berkata,
"Asuna, beberapa hal harus diselesaikan melalui cara yang keras agar kelompok
lain dapat memahami. Misalnya, sekarang, kita harus menunjukkan kepada mereka
betapa seriusnya kita."
"Ya, kamu benar."
Di belakang mereka, Jun mengangguk setuju. Asuna berbalik dan menemukan 5
anggota lainnya memegang senjata mereka seolah-olah itu adalah normal.
"Semuanya ..."
"Orang-orang yang menyegel tempat ini harus bersiap untuk mempertahankan
tempat ini sampai orang terakhir."
Yuuki memalingkan matanya lagi untuk melihat Gnome, memiringkan kepalanya
dan berkata kepadanya,
"Bukankah itu benar?"
"Ah ... erm, kami ..."
Gadis mungil Imp ini segera menarik Longsword di pinggangnya tepat di depan
pria yang belum pulih dari shocknya tersebut, dan mengarahkannya ke langit.
Senyum di bibirnya lenyap, dan matanya menunjukkan kilatan tegas―
"Sekarang, keluarkan senjatamu."
Gnome yang termakan oleh provokasi Yuuki mengeluarkan kapak perang besar di
pinggangnya dan dengan mudah membuat postur untuk menyerang.
Saat berikutnya, gadis mungil Imp itu menyerbu melalui seluruh koridor seperti
angin puyuh.
"NUAA ...!!"
Setelah akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi, Gnome menusuk hidungnya
dan meraung, menggerakkan kapak besar di tangannya. Namun, gerakannya benar-
benar terlalu lambat. Obsidian Longsword Yuuki meninggalkan jejak gelap
sebelum mengayun naik dari bawah dan menusuk langsung ke pusat dada orang
itu.
"GUU!!"
Yuuki menggunakan serangan ini untuk membuat Gnome, yang jauh lebih berotot
dibandingkan dirinya, kehilangan keseimbangan. Dia kemudian menambahkannya
dengan serangan lurus. Longsword mengeluarkan suara berat, menebas bahu
Gnome, dan menyebabkan bar HPnya menurun drastis.
"NUOOOHHH!!"
Orang itu akhirnya mengeluarkan raungan marah dan mengangkat kapak
perangnya saat ia bersiap-siap untuk mengayunkannya turun menuju Yuuki.
Pemain ini benar-benar pemain yang merupakan kapten tim dari guild yang
terkenal karena serangannya sangat cepat. Namun, «Pedang Absolut» Yuuki hanya
terus mengayunkan pedang tanpa terburu-buru.
*Ding!* Sebuah suara logam tajam terdengar, dan lintasan kapak dibelokkan
sedikit, melewati rambut merah Yuuki beberapa sentimeter di atas kepala.
Biasanya, senjata hanya dapat menggunakan skill «menangkis» ketika menghadapi
senjata berat yang sama. Namun, Longsword tipis Yuuki yang terlihat tidak
berbeda dari Rapier membelokkan kapak perang yang besar. Hal ini karena
kecepatan kilat ayunannya. Mustahil untuk bisa menjadi begitu tangkas kecuali
avatar pemain, saraf dan AmuSphere yang menghubungkan mereka menjadi satu.
Berapa banyak pengalaman yang harus dia dapatkan hanya untuk mencapai tingkat
itu? Asuna terlihat benar-benar kagum saat dia melihat Yuuki bertarung di
depannya. Pada saat ini, pedang Yuuki itu mulai mengeluarkan cahaya biru. Dia
mengaktifkan skill pedang.
Kaki prajurit Gnome itu tidak stabil saat ia menangkis sebuah serangan
berkekuatan penuh, tusukan, tebasan horizontal, tebasan bawah dan sebuah
pukulan; empat serangan yang semua meledak saat mereka mengarah pada
wajahnya. Ujung pedang berwarna biru muda mengelilingi tubuh Gnome dan
mengeluarkan cahaya yang intens. Ini adalah 4 hit lurus berturut-turut «Vertical
Square»
"GUAA ...!!"
Dengan teriakan, tubuh Gnome terlempar beberapa meter jauhnya dan mendarat di
tanah. Bar HPnya langsung jatuh ke zona merah. Dia pasti menyadari ini saat
matanya melirik sudut kanan atas yang terlihat menonjol keluar dari sendinya.
Saat matanya kembali ke Yuuki, ekspresi di wajahnya berganti dari shock menjadi
kemarahan.
"I ... Itu tidak bisa diterima, menyerang seperti itu tiba-tiba ...!"
Saat pemimpin mulai berteriak kembali secara acak, sekitar 20 orang dari
sekutunya akhirnya berhasil pulih dan masuk ke mode pertempuran. Para pemain
yang bertanggung jawab menyerang di garis depan menyebar dan menarik senjata
mereka.
Asuna secara naluriah menarik tongkat Pohon Dunianya dan mengulangi apa yang
dikatakan Yuuki di dalam pikirannya.
―Asuna, beberapa hal harus diselesaikan melalui cara yang keras agar kelompok
lain dapat memahami.
Ini jelas bukan sesuatu yang dapat gadis itu pikirkan secara acak pada saat terakhir,
tapi ini adalah keyakinan gadis misterius yang disebut Yuuki itu miliki. Itu karena
dia selalu mengikuti contoh ini. Dia akan menantang lawan yang tak terhitung
jumlahnya di jalan-jalan dalam duel dan menggunakan ini untuk berinteraksi
dengan mereka.
... Aku mengerti ... kamu ada benarnya juga ...
Saat Asuna bergumam tanpa kata, wajahnya tanpa sadar tersenyum. Jika dia terus
mundur karena takut bertarung melawan orang lain atau balas dendam, maka
makna bermain VRMMO akan hilang. Pedang di pinggangnya itu bukanlah hiasan
belaka, dan itu jelas bukanlah beban yang berat.
Asuna mengambil langkah maju dengan tekad dan tiba di samping Yuuki. Jun dan
Shiune sedang berdiri di samping Asuna, dan Thatch, Nori dan Taruken berdiri di
samping Yuuki.
Mungkin musuh yang berjumlah lebih dari kelompok beranggota 7 orang ini, tiga
melawan satu, terlihat menyadari sesuatu saat mereka hanya bisa bergerak mundur.
Lalu, apa yang memecah suasana tegang ini―
Bukanlah musuh di depan, namun banyaknya jejak kaki yang datang ke sini.
Prajurit Gnome menoleh ke belakang Asuna dan teman-temannya dan
menunjukkan senyum kemenangan.
"...!"
Asuna tersentak dan berpikir Mengapa pada saat yang tidak tepat seperti ini? dan
memutar kepalanya ke sekitar. Sejumlah jubah berwarna kemudian muncul di
depan mereka. Sebagian besar lambang guild yang ditampilkan adalah
«Sagitarius», namun beberapa dari mereka berlambang «Perisai dan Kuda».
Dengan kata lain, orang-orang yang datang adalah bagian lain dari aliansi yang
sedang Gnome tunggu, dan pasti ada sekitar 30 orang dari mereka.
Walaupun Yuuki sekuat itu, sulit untuk menang ketika dikelilingi oleh musuh yang
7 kali lipat jumlahnya dari mereka pada sisi depan dan belakang. Mantra dan panah
yang dapat ditembakkan dari belakang cukup untuk menghabiskan HP mereka
tanpa bisa melakukan apa-apa.
―Semua karena aku ragu-ragu ...
Asuna merasa menyesal saat ia menggigit bibirnya dengan keras. Jika dia
mengikuti keyakinan Yuuki dari awal, mereka setidaknya bisa menembus 20 orang
di depan dan memasuki ruangan bos.
Sama seperti Asuna yang hendak membuka mulutnya dan meminta maaf, Yuuki,
yang berada di sebelah kirinya, menepuk tangannya. Emosi Gadis Imp itu
menyelimuti kulitnya di dunia virtual.
―Maaf, Asuna. Ketidaksabaranku malah menyeretmu. Tapi aku tidak menyesal
melakukan hal ini. Sejak kita bertemu, aku belum pernah melihatmu menunjukkan
senyum indah seperti itu.
Asuna memegang tangan Yuuki dan menjawab bisikan yang tampaknya muncul di
dalam benaknya ini.
―Seharusnya aku yang meminta maaf karena tidak bisa banyak membantu. Kita
mungkin tidak bisa melakukannya pada level ini, tapi kita pasti bisa mengalahkan
bos di level berikutnya.
Shiune dan yang lain tampaknya merasakan interaksi mereka berdua karena
mereka semua mengangguk, membentuk lingkaran dan menghadapi musuh di
kedua sisi. 30 orang yang bergegas datang di depan dan belakang mereka
tampaknya telah memahami situasi saat ini saat orang-orang itu menarik senjata
mereka.
Saat ini, mereka hanya bisa berjuang sampai akhir. Asuna membuat keputusan dan
mengangkat tongkat pendeknya sambil mengucapkan mantra serangan. Melihat
tindakannya, Cakar prajurit Cait Sith mengeluarkan sifat karnivoranya dan
berteriak,
"TETAP BERJUANG SAMPAI AKHIR ..."
―Tapi sesaat ketika ia hendak menyatakan kemenangan.
Sesuatu yang jauh melampaui pikiran Asuna dan semua pemain terjadi.
"Itu ... Itu adalah ...?"
Orang yang pertama kali menyadari anomali adalah Nori, yang memiliki
kemampuan penglihatan malam. Sedetik kemudian, Asuna menyaksikan fenomena
juga.
Pada saat ini, pasukan musuh sudah 20m di depan mereka, namun, di belakang
mereka, pada dinding yang melengkung secara bertahap dari koridor, ada semacam
... atau lebih tepatnya, orang tertentu yang sedang berlari ke sini. Itu benar-benar
sangat cepat, hanya bayangan hitamnya yang bisa dilihat.
Itu adalah «Wall Run» yang semua elf ringan bisa gunakan. Satu-satunya yang bisa
menggunakannya adalah Sylph, Undine, Cait Sith, Imp dan Spriggan. Biasanya,
10m adalah batasnya, tapi bayangan di depan mereka berlari sekitar 30m. Gerakan
yang sangat sulit ini hanya dapat dilakukan melalui kecepatan berlari yang
berlebihan.
Saat ia menyadari hal ini, atau lebih tepatnya, saat dia melihat sosok samar itu,
Asuna tahu siapa penyusup itu.
Sosok yang berlari dengan sangat cepat, berlari di dinding, melewati bala bantuan,
dan dengan mudah mendarat di tanah. Kecepatannya melambat sambil
mengeluarkan bunga api besar yang disebabkan oleh percikan api pada telapak
sepatunya yang bergesekan dengan tanah. Ia tiba diantara pasukan utama dan
teman-teman Asuna dan berhenti sambil menghadap kelompok Asuna.
Orang itu mengenakan celana kulit ketat hitam dan jubah panjang hitam, memiliki
rambut hitam pendek yang jatuh ke samping, dan memiliki pedang satu tangan
yang sedikit besar di punggungnya.
Juga, sarung pedang kulit hitam yang memiliki lambang putih murni wyvern di
atasnya. Itu adalah merek dagang dari «Toko Senjata Lisbeth» yang dibuka di
jalanan kota pohon dunia. Pedangnya ditempa dari logam langka dari Jötunheimr,
itu adalah masterpiece dari seorang teman dekat Asuna.
Tangan kanan pendekar pedang berpakaian hitam dengan cepat meraih pedang biru
muda dari punggungnya, dan kemudian *Clang!* menusukkannya ke lantai batu di
sampingnya. 30 orang penjelajah veteran berhenti seperti mereka terkejut akan
kehadirannya.
Kemudian, kata-kata tamu tak diundang ini dengan keras mengatakan kembali apa
yang Gnome tadi katakan pada Asuna.
"Maaf, tempat ini ditutup."
Suara yang agak jelas meskipun tidak ada perasaan pernyataan di dalamnya ini,
menyebabkan kelompok 30 orang yang baru saja muncul, 20 orang di belakang
Asuna, dan Sleeping Knights benar-benar terdiam.
Orang pertama yang menanggapi sikap menantang itu adalah Salamander kurus
yang berdiri di depan bala bantuan. Dia mengguncang rambut merah gelapnya dan
memberikan tampilan tidak percaya dan berkata,
"Oi oi, «Blackie». Bahkan kamu tidak akan bisa menghentikan begitu banyak
orang di sini, kan?"
Pendekar pedang yang memiliki banyak nama panggilan karena pakaian hitamnya
ini mengangkat bahu dan menjawab,
"Benarkah? Kenapa tidak kita coba?"
Sikap bermuka tebal ini menyebabkan Salamander, yang tampaknya pemimpin
dari aliansi guild, tersenyum kecut dan mengangkat tangan kanannya.
"Itu benar. Kalau begitu, cobalah ... penyihir, panggang dia."
*BACHK!* Setelah dia mengatakan itu, orang itu menjentikkan jarinya, dan
kelompok belakang segera meneriakkan kata-kata mantra mereka dengan cepat.
Apakah itu adalah respon atau suara, orang bisa mengatakan bahwa mereka
sangatlah terlatih. Asuna ingin mengucapkan mantra penyembuhan, namun 20
pasukan yang dekat di belakangnya tidak akan mengizinkannya untuk melakukan
hal tersebut.
Pada saat ini, Spriggan itu memiringkan kepalanya sedikit.
Sejak keduanya saling kenal, dan walaupun avatar mereka berbeda, Asuna telah
melihat senyum percaya diri itu pada pipi kirinya tak terhitung banyaknya. Saat
berikutnya, cahaya mantra tertembak dari belakang dinding manusia dan segera
menutupi bayangan hitam yang tersenyum itu.
«Pendekar Pedang Hitam» Kirito melihat tujuh serangan mantra tingkat tinggi
yang mengarah padanya dan tidak bereaksi sama sekali. Tidak, sudah terlambat
baginya untuk bereaksi. Semua mantra itu berjenis «Single Homing», dan tidak ada
cara untuk menghindari serangan-serangan itu dengan bergerak di dalam koridor
yang lebarnya 5m di mana ia tidak akan bisa terbang.
Kirito menarik Longsword dan mengistirahatkannya di bahu kanannya. Pada saat
ini, pedang mengeluarkan efek cahaya merah gelap. Itu adalah skill pedang―
Saat berikutnya, segala macam warna cahaya, meledak dan ekspresi terkejut dari
50 orang lebih memenuhi seluruh ruang sempit ini.
Kirito menggunakan skill 7 hit berturut-turut «Deadly Sins» untuk menghancurkan
semua mantra serangan yang datang ... atau lebih tepatnya, 'mengiris' mereka.
"Ti ... Tidak mungkin ..."
Bahkan «Pedang Absolut» Yuuki hanya bisa bergumam tak percaya. Asuna bisa
memahami perasaannya, tetapi jika ia sendiri terkejut dengan level berlebihan,
tindakan sembrono dan radikal ini, dia tidak akan bisa menjadi teman player
VRMMO yang dipanggil Kirito ini.
Ini adalah skill Kirito sendiri yang dibuat di luar sistem, yang disebut «Spell
Blast».
Kemampuan khusus Kirito di Aincrad lama adalah menggunakan skill pedang
untuk menyerang titik lemah dari senjata musuh daripada menyerang musuh, Skill
di luar sistem yang disebut «Arm Blast». Meskipun skill luar biasa itu sendiri
memerlukan refleks super dan skill sasaran yang sangat rumit, itu sulit untuk
mengiris mantra di ALO.
Saat serangan mantra itu sendiri tidak sesolid benda-benda fisik, dan mereka
terlihat seperti efek massa cahaya, 'hit designation' hanya dapat dibuat ketika
mengenai pusat mantra. Juga, pusat mantra tidak bisa diserang dengan serangan
biasa, tetapi dengan skill pedang yang mengenai titiknya pada kecepatan tinggi. Itu
karena sifat padat senjata normal tidak bisa meniadakan sihir. Sebaliknya, skill
pedang memiliki beberapa bentuk yang merusak elemen seperti bumi, air, api,
angin, cahaya dan kegelapan. Namun, itu sudah melampaui kategori gila untuk
mencoba menangkap pusat mantra dengan menggunakan ayunan pedang yang
tidak bisa dikendalikan karena bantuan sistem, dan hampir mustahil untuk
melakukannya.
Bahkan, Lyfa, Klein dan Asuna sendiri pernah mencoba untuk mempelajari skill
«Spell Blast» ini dengan Kirito, dan harus menyerah setelah 3 hari. Bahkan Kirito
sendiri mencatat bahwa ia mendapatkan pengalaman ini dari 'Menggunakan
pedang untuk mengiris peluru' di dunia lain yang disebut «Gun Gale Online»
ketika ia ditransfer sana. Mendengar Kirito mengatakan 'Tidak akan pernah ada
mantra yang kecepatannya lebih tinggi dari peluru senapan' dengan wajah lurus,
bahkan Asuna, yang sudah pada tingkat tidak akan terkejut oleh hal apapun, hanya
bisa berdiri dalam shock.
Karena alasan ini, orang bisa mengatakan bahwa Kirito kemungkinan besar, tidak,
pasti satu-satunya orang yang hanya bisa menggunakan skill «Spell Blast» di
Alfheim. Dan diam-diam ia melatih skill ini sendiri, dan tidak pernah
menggunakannya dalam duel atau kelompok berburu, jadi sekarang pasti menjadi
pertama kalinya sebuah guild besar melihat hal ini.
"... Apa-apaan ..."
Salamander berambut panjang mengeluarkan gumaman, dan dari belakang, mereka
bisa mendengar suara-suara 'Dia mengiris sihir!' 'Itu bukan kebetulan, kan?, 'Itulah
mengapa kukatakan...' dan segala macam suara lainnya.
Namun, kelompok lain yang adalah sebuah guild yang mengkhususkan diri dalam
mengalahkan bos bereaksi. Di bawah perintah Salamander itu, para pejuang garis
depan menarik senjata mereka, mengeluarkan tombak dan panah, dan dukungan
mulai mengucapkan mantra lagi. Kali ini, itu tidak terlihat menjadi tipe «single
homing», tetapi juga terlihat memasukkan tipe «multi-homing» dan tipe «Area
ballistic».
Kirito berbalik lagi, mengangguk cepat pada Asuna, dan menunjukkan 3 jari
dengan tangan kirinya.
Tentu saja, ini bukan tanda kemenangan untuk mengubah situasi, tapi satu hal
dengan makna 'aku akan membantumu menahan mereka selama 3 menit'. Tentu
saja, dia tidak berpikir bahwa dia bisa mengalahkan 30 orang musuh dengan
sendirian.
Pada saat ini, Asuna akhirnya mengerti alasan mengapa Kirito muncul di sini.
Begitu dia mendengar Asuna mengatakan bahwa dia ingin membantu Sleeping
Knights menaklukkan tingkat ini, dia tahu bahwa mereka akan dihalangi oleh guild
besar. Kirito kemungkinan besar bersembunyi di area pintu masuk dungeon, dan
menyadari gerakan aliansi guild itu. Setelah ia melihat Asuna dan teman-temannya
tidak bisa melawan jumlah orang sebanyak itu, dia berniat mengorbankan dirinya
untuk mengulur waktu saat dia tertangkap.
3 menit. 180 detik. Ini hanyalah kedipan mata di dalam rumah hutan, tapi akan
menjadi waktu yang lama di dalam pertarungan melawan pemain. Asuna bukannya
meragukan kemampuan Kirito, tapi bisakah dia benar-benar bertahan selama 3
menit melawan begitu banyak orang? Bijaksanakah mengirim seseorang untuk
mengawal Kirito dari kelompok 7 orang ini ...?
Tepat ketika Asuna ragu-ragu tentang hal ini, dua hal mengganggu pikirannya.
Pertama, Kirito menaruh tangan kirinya di belakang punggungnya dan menyambar
gagang pedang kedua yang ia wujudkan, dan menariknya dengan suara yang jelas.
Itu Longsword emas yang terlihat glamor. Itu tidak dibuat oleh seorang
swordsmith, namun senjata legendaris yang tersegel di bagian terdalam dari air
bawah tanah Jötunheimr, «Pedang Suci Excalibur». Dalam rangka untuk
mendapatkan pedang ini, kelompoknya menggunakan teman Lyfa, dewa jahat tipe
penerbang «Tonkii» untuk mencapai batas kelompok dan menantang ke dalam
Jötunheimr. Mereka hampir dimusnahkan total dalam pertempuran bos. Namun,
bagian punggung Kirito saat ia kembali menggunakan dua pedang menjadikannya
begitu kuat, Asuna merasa bahwa kerja keras saat itu tidak sia-sia.
Tekanan yang dikeluarkan oleh Longsword emas membuat bagian dukungan
mundur perlahan-lahan. Seolah mengambil keuntungan saat musuh sedang goyah,
gemuruh tiba-tiba bergema langsung dari bagian belakang kelompok.
"UWOOOAAAAAAHHH!! AKU DI SINI JUGA, MESKIPUN KAMU TIDAK
BISA MELIHATKU!!!"
Suara agak kasar dan serak itu tidak diragukan lagi berasal dari pengguna katana
Klein. Asuna hanya bisa berjinjit untuk melihat ke belakang, dan nyaris tidak bisa
melihat rambut merah mengalir lurusnya yang diikat dengan bandana. Tampaknya
Kirito bukan satu-satunya yang datang untuk memeriksa dungeon. Tapi mengapa
ia muncul setelah beberapa saat?
"TERLALU LAMBAT. APA SIH YANG KAMU LAKUKAN!?"
Di sisi dinding manusia, Kirito berteriak, dan di ujung, Klein kembali berteriak,
"MAAF, AKU TERSESAT!!"
Asuna hampir saja terjatuh, tapi ia menyeimbangkan dirinya, dan melihat sosok
kecil yang melambai di atas bahu Kirito. Itu adalah pixie navigasi Yui, yang juga
'anak' mereka. Senyum manisnya menunjukkan sinar kehangatan ke dalam hati
Asuna.
―Terima kasih Yui-chan, terima kasih, Klein.
―Aku sangat mencintaimu, Kirito-kun.
Setelah menggumamkan ini jauh di dalam hatinya, Asuna segera berbisik kepada
Yuuki di sampingnya.
"Kita pasti baik-baik saja jika kita menyerahkan hal ini pada mereka. Fokus saja
untuk menembus 20 orang di depan kita dan menuju ruangan bos."
"Oke, aku mengerti." Yuuki mengedip beberapa kali, dan kemudian menjawab
dengan suara yang jelas.
Dia berbalik, terlihat seperti ia akan mengaktifkan skill pedangnya dan
mengangkat pedang di atas kepalanya. Jun dan Shiune di sebelah kanannya dan
Thatch, Nori dan Taruken di sebelah kirinya melihat efek cahaya ungu dan masuk
ke posisi pertempuran.
20 anggota kelompok yang tidak memahami situasi sama sekali dan prajurit
Gnome yang merupakan pemimpin melihat gerakan teman-teman Asuna dan
bersiap-siap untuk bertarung kembali.
Saat suara sihir dan skill pedang yang beradu bergema di belakang, Asuna
berteriak,
"... MAJU!"
Dengan Yuuki memimpin, ketujuhnya masuk ke formasi wedge dan bergegas
keluar. Gnome dan pengikutnya meraung dan menyerang.
Saat kedua belah pihak bentrok, *GAGAANN!!* suara dampak meledak, dan
beberapa efek cahaya muncul pada saat yang sama. Battle royale kacau dimulai,
dan setiap sudut koridor dipenuhi dengan suara pedang yang beradu satu sama lain.
Asuna sendiri merasakan skill Yuuki ketika duel melawannya, dan pada saat ini,
dia bisa mengatakan bahwa anggota lainnya sebanding dengannya. Bahkan ketika
melawan pemain, yang bukan monster biasa, mereka mampu mengayunkan senjata
mereka dan bertarung.
Dengan menggunakan bobot pedang dua tangan Jun dan gada berat Thatch mereka
bisa menghancurkan musuh dari depan. Tombak panjang Taruken dan tongkat
Nori akan menyerang selama terjadi pembukaan. Yuuki sendiri menggunakan
kemampuan menghindarnya yang luar biasa untuk dengan mudah menghindari
beberapa pedang yang lewat ke dekat dirinya dan bergegas mencengkram musuh,
menggunakan tebasan miring untuk menyerang.
Ketika menghadapi musuh yang jumlahnya lebih dari mereka, para anggota
Sleeping Knights bisa dikatakan berjuang dengan gagah berani. Namun, kelompok
musuh tidak akan hancur begitu saja―itu karena penyihir di belakang terus
mengeluarkan mantra penyembuhan.
Dalam pertempuran besar ini, akan ada beberapa luka yang tak terduga. Selain
Yuuki, HP anggota lain mulai menurun. Asuna dan Shiune mulai mengeluarkan
mantra penyembuhan mereka.
Pada saat ini, 2 bayangan dari musuh bergegas datang ke atas mereka. Mereka
adalah pemain tipe assassin dengan belati tajam dan mengenakan armor kulit yang
ringan.
Asuna menyadari bahwa itu adalah Sylph yang bersembunyi di depan ruangan bos
beberapa menit yang lalu, dan secara naluriah merubah mantranya. Dia
menggunakan kecepatan membaca khususnya untuk menyelesaikan mantra dalam
2 detik. Kedua Sylph memiliki cahaya aliran air yang muncul di kaki mereka, dan
kaki mereka yang terikat menyebabkan mereka terjatuh.
Menggunakan pembukaan ini, Asuna berbisik kepada Shiune, yang selesai
membaca mantra penyembuhan.
"Bisakah kamu mengurus penyembuhan sendiri?"
Undine yang sedikit lebih tinggi dari Asuna itu segera menganggukkan kepalanya.
"Ya, aku harus bisa melakukannya."
"Aku akan mengurus penyembuh musuh kalau begitu."
Sudah beberapa menit sejak pertempuran dimulai, dan suara dari belakang mulai
menjadi lebih dan lebih intens lagi. Ini pasti hasil dari Kirito dan Klein yang
menyerang ke dalam kelompok musuh untuk mencegah serangan sihir. Namun,
mereka tidak memiliki satupun penyembuh, dan tidak bisa menyembuhkan segala
macam luka tak terduga. Kirito mengatakan bahwa ia bisa bertahan selama 3
menit, tapi akan lebih baik jika mereka bisa menembus musuh dalam waktu 2
menit untuk membayar pengorbanan mereka. Akan lebih baik untuk mengakhiri
pertempuran ini dengan cepat.
Asuna dengan cepat memanggil jendela, menaruh tongkat ke dalam persediaan
barangnya dan beralih ke Rapier yang lebih suka ia gunakan. Saat itu, cahaya perak
muncul di pinggangnya, mewujudkan sabuk pedang yang dirajut dari benang
mithril, dan sarungnya yang terbuat dari bahan yang sama.
*SHCHANK!* Pedang panjang, tipis ditarik keluar. Pertama, ia berlari ke 2 Sylph
yang tertahan oleh mantra penahan «Aqua Bind», dan tanpa ampun menyerang
titik vital yang menyebabkan bar HP mereka segera menghilang.
Dia mengintip melalui sisa-sisa avatar yang hancur di depannya dan memandang
ke mana dia akan melanjutkan pertempuran. Tampaknya setiap sudut koridor
dipenuhi dengan pemain yang dengan sinting mengayunkan pedang di tangan
mereka, tetapi jika ia harus meletakkannya, sisi kanan adalah bagian dengan orang
yang lebih sedikit.
Asuna mengambil napas dalam-dalam, menyesuaikan napasnya, dan dengan kuat
menendang tanah. Dia meletakkan Rapier di tangan kanan pada pinggangnya dan
berlari. Begitu dia mencapai kecepatan tertentu, dia berteriak pada Yuuki, yang
bertarung dengan punggung menghadap Asuna,
"YUUKI! MENGHINDAR!!"
"He ...!?―AA!?"
Yuuki memiringkan kepalanya sedikit, melihat Asuna yang bergegas maju, dan
buru-buru menghindar. Asuna mengarahkan pedangnya pada pemimpin Gnome,
yang tetap berdiri dengan mengeluarkan kapaknya, dan mendorong serangan
pedang dengan cara yang lurus tepat saat ia masuk ke postur membungkuk ke
depan.
*BAA!!* Pedang mengeluarkan beberapa kilatan putih, dan beberapa cahaya
mengelilingi Asuna. Asuna segera merasakan sensasi melayang, dan dia
mengeluarkan ekor panjang seperti komet sebelum bergegas ke depan dengan
kecepatan luar biasa.
"UWAAAHHH!"
Gnome itu akhirnya mampu menggerakkan kapak dua tangannya dan siap untuk
menggunakannya sebagai perisai. Namun, Asuna lebih cepat, dan ujung depan
Rapier menyentuh tubuhnya.
Gnome tampak seperti rakasa yang kehilangan kendali saat ia terlempar ke udara.
Dia memiliki HP yang mendekati nol berkat serangan Yuuki, dan meledak dalam
cahaya kuning dan tubuhnya menyebar saat di udara.
Setelah berubah menjadi komet putih, Asuna tidak melambat bahkan setelah
berurusan dengan satu orang saat ia bergegas menjadi penyembuh. 3-4 Orang yang
menghalanginya dan pemimpin mereka tertiup ke samping. Beberapa terbang ke
udara, dan beberapa terduduk di tanah. Dia menggunakan skill pedang tusukan
jarak jauh terkuat untuk rapier, «Flashing Penetrator». Butuh banyak berlari untuk
menggunakan skill ini, jadi hampir tidak ada yang menggunakan ini dalam duel 1 v
1. Namun, itu sangat efektif ketika menerobos orang.
Asuna segera menembus dinding besi armor dan perisai sebelum meluncur ke
depan sekitar beberapa meter. Saat ini, ia akhirnya mendarat di tanah dungeon. Dia
menggunakan tumit sepatu botnya sebagai rem, menciptakan banyak bunga api
dalam proses, dan berlutut di tanah dengan satu kaki sebelum mengangkat
kepalanya. Keempat pembaca mantra, yang mengenakan jubah dan jubah panjang,
hanya bisa melihat ke bawah dengan kosong pada Asuna.
―Tampaknya julukan tak terkenal «Penyembuh Gila» menjadi lebih dikenal
sekarang.
Asuna berpikir saat dia dengan kuat menyeret Rapier di belakang tangan kanannya.
Yang paling penting dalam pertempuran kelompok bukanlah kemampuan anggota
yang bertaurng di garis depan, tapi status kelompok yang mendukung mereka dari
belakang, Asuna benar-benar menghancurkan penyembuh lawan, dan garis depan
hancur oleh Yuuki, yang telah dibantu oleh Shiune dan yang lainnya.
Total waktu yang diambil adalah 2 menit dan 8 detik.
Menengok ke belakang, dia segera melihat bahwa Kirito dan Klein masih
bertarung dengan sungguh-sungguh melawan bala bantuan. Musuh telah
kehilangan banyak anggota, tetapi dua HP bar mereka berada di dekat wilayah
merah seperti yang ditunjukkan oleh warna kursor.
Jauh di dalam hatinya, Asuna sekali lagi mengucapkan terima kasih pada mereka
berdua dan Yui, yang berada di bahu Kirito yang berperan sebagai radar taktik.
Dia segera berbalik dan berteriak pada semua anggota Sleeping Knights, yang
berhasil bertahan hidup,
"BAIKLAH, SAATNYA PERTUNJUKAN UTAMA! AYO KITA KALAHKAN
BOS!!"
Keenamnya segera berteriak baiklah dan menendang tanah untuk berlari menuju
gerbang hitam yang mengarah ke ruangan bos dengan Asuna.
Seperti tantangan pertama mereka, Jun meletakkan tangan kirinya di gerbang.
Gerbang mengeluarkan suara berat dan membuka kedua pintu, mengeluarkan 2
baris api putih kebiruan.
Waktu yang dibutuhkan api untuk membentuk lingkaran akan menjadi waktu
dimana gerbang tetap terbuka bagi mereka yang masih berada di luar, tapi tidak
perlu untuk menunggu. Ketujuhnya segera terbang masuk. Asuna adalah orang
terakhir yang menyerbu masuk, dan segera berbalik menekan tombol batu yang
ada di dinding kanan. Ini adalah tombol untuk membatalkan satu menit waktu
tunggu.
Pintu mengeluarkan ledakan keras, dan perlahan-lahan menutup, dan pertempuran
intens di baliknya mencapai momen kritis.
Pendekar pedang berpakaian hitam yang HP barnya menjadi merah terang
mengangkat tangan kanannya. Dia kemudian mengangkat dua jari, kali ini benar-
benar menunjukkan tanda V pada Asuna.
Setelah gerbang ruangan bos menutup sepenuhnya, mereka tidak akan bisa
mendengar suara dari koridor. Tak seorang pun akan dapat membuka gerbang ini
kecuali pertarungan di dalamnya berakhir.
Dalam keheningan total, api akan terus meningkat setiap dua detik. Saat ini, api
mengisi setengah ruangan. Dengan kata lain, ada sekitar 50 detik sebelum bos
muncul.
"Semuanya, cepatlah dan gunakan ramuan untuk memulihkan HP dan MP. Kita
akan melanjutkan penaklukan sesuai dengan rencana dalam pertemuan itu. Pola
serangan awalnya sederhana. Hindari saja dengan tenang."
Setelah mendengar kata-kata Asuna, keenamnya mengangguk sedikit dan mulai
mengambil botol merah atau biru.
Asuna menyadari bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang ingin dikatakan
setelah meminum ramuan mereka, dan menunjukkan tatapan bingung. Yuuki
kemudian melangkah maju untuk mewakili mereka dan berbicara,
"Asuna ... mereka berdua datang untuk membantu kita dan ..."
"... Ya."
Asuna tersenyum dan mengangguk. Saat ini, HP Kirito dan Klein pasti telah habis
dan menjadi «Remain Lights» kecil. Tidak, walaupun mereka tetap di sana, tak
seorang pun akan menghidupkan mereka, jadi mereka pasti kembali ke titik
respawn.
Memikirkan itu Yuuki dan yang lain pasti merasa khawatir tentang dua orang yang
menjadi korban itu, Asuna terus menatap semuanya dan berkata dengan suara yang
jelas,
"Mari kita kalahkan bos untuk membayar perjuangan mereka."
"Tapi ... kami selalu mengandalkanmu dan teman-temanmu ..."
Yuuki menggigit bibirnya, dan rambut yang memiliki bando merah di atasnya
terkulai turun. Namun, Asuna hanya menepuk bahu Yuuki. Masih ada 10 detik
sampai bos muncul. Undine itu menggunakan momen ini untuk mengatakan
sesuatu yang penting.
"Kamu mengajariku sesuatu yang penting juga, Yuuki. Bukankah kamu
mengatakan bahwa «Beberapa hal harus diselesaikan melalui cara keras agar
kelompok lain dapat memahami»?"
Mata Yuuki melebar, tapi Shiune dan lima lainnya segera mengerti apa yang coba
Asuna katakan. Saat para peri tersenyum dan mengangguk, api terakhir menembak
langit di belakang mereka.
"Sekarang, ini adalah yang terakhir kalinya! Guild tadi pasti akan mencoba untuk
mengelompok kembali saat kita sedang bertarung dan berkumpul di koridor. Kita
harus bekerja keras dan perlihatkan pada mereka tanda kemenangan ketika pintu
terbuka!"
Sebagai sub-leader dari «Knights of the Blood», dia juga akan menyemangati
semua orang sebelum melawan bos. Namun, kata-kata yang Asuna katakan saat itu
hanya akan menyebabkan sekutunya menjadi tegang. Kata-kata itu akan membuat
mereka mencengkeram pedang mereka dengan keras, namun tidak meresonansi
hati mereka. Itu karena Asuna hanya memikirkan cara yang efektif untuk
memerintah orang lain, dan tidak pernah menunjukkan perasaan mereka yang
sebenarnya.
…Yuuki, setelah pertempuran ini berakhir, beritahu aku lebih banyak tentang
dirimu, seperti apa perjalananmu pergi ke seluruh dunia dan petualangan apa
yang kamu miliki.
Dengan perasaan seperti itu, Asuna dengan kuat meraih pelindung bahu Yuuki dan
melangkah mundur. Saat ini, ia menyimpan Rapiernya lagi dan mengangkat
tongkat Pohon Dunia tinggi-tinggi.
Di depan mereka, teriakan dalam terdengar seiring dengan munculnya bentuk batu
seperti poligon. Bos hendak muncul. Raksasa bersenjata empat melompat keluar
saat blok seperti humanoid tertiup ke samping.
"Baiklah ... mari kita menantangnya lagi!"
Mendengar suara heroik Yuuki, semuanya meningkatkan semangat yang sama
dengan auman raksasa hitam.
Bab 7
Asuna menggunakan jempolnya untuk membuka tutup dari botol kecil dan
meminum cairan biru yang ada di dalamnya. Lalu dia mengecek jumlah dari mana
potions .[6]
Potion yang terisi di sakunya telah digunakan selama 40 menit di waktu
pertempuran yang panjang, dan padanya hanya tersisa tiga. Shiune, orang yang
berperan menjadi penyembuh bersamanya, seharusnya memiliki jumlah yang sama
dengan Asuna.
Beberapa orang yang menyerang secara frontal terlihat kelelahan. Mereka mencoba
sekuat tenaga untuk menghindari serangan monster hitam yang memiliki pola,
namun mereka tidak dapat menghindari dari serangan racun yang memiliki
jangkauan luas dan serangan semua arah dengan dua rantai yang diayun. Ketika
serangan ini muncul, Asuna dan Shiune hanya bisa merapalkan sihir tingkat tinggi
untuk penyembuhan, jadi mana potion terus digunakan seperti air mengalir.
Meski begitu, tongkat Nori, tombak Taruken dan pedang Yuuki yang berhasil
mengenainya,itu hanya seperti memukul dinding besi yang tidak dapat
memberikan damage besar sebanyak apapun mereka menyerang. Terkadang bos
itu menaruh keempat tangannya untuk mempertahankan dirinya, dan ketika dia
melakukan itu, itu dapat memantulkan apapun seperti metal, dan perasaan yang
sia-sia terus meningkat.
Asuna menelan kegelisahannya yang telah naik di tenggorokannya dengan
meminum potion, dan dengan semangat berkata,
"Semuanya, kita dapat melakukannya ! Hanya tinggal sedikit lagi!"
—Meski begitu, 5 menit yang lalu, dia juga mengatakan hal yang sama. Karena
tidak terlihat batang HP di monster bos yang ada di lantai New Aincrad, jadi
mereka hanya dapat memperkirakan jumlah HP melalui pergerakan. Monster besar
itu menjadi lambat dan pergerakannya yang dapat dilihat pertama kali yang dapat
dikatakan menjadi mengamuk. Mereka memastikan bahwa dia tidak memiliki
darah yang cukup banyak, tapi tentu saja ini hanya pemikiran yang optimis.
Di suatu pertarungan yang panjang dimana terlihat tidak akan berakhir, pemain
pembantu biasanya menggunakan sihir, tapi pemain terdepan menahan serangan
musuh yang dapat menurunkan semangat dan kosentrasi. Di bos yang normal,
mereka seharusnya bertukar dengan pemain depan sekitar 5 menit. Dari sini, orang
dapat memberitahu bagaimana Sleeping Knights kesulitan.
Tetapi, pada akhirnya mereka kelelahan. Setelah mendengar panggilan Asuna,
hanya Yuuki yang masih memiliki kekuatan untuk menjawabnya. Gadis Imp kecil
itu tidak menunjukkan kelelahan bahkan setelah pertarungan yang tidak dapat
dihitung menitnya dan dia melanjutkan dan menggunakan kakinya untuk
menghindar dari palu raksasa dan rantai sebelum dia menggunakan pedang di
tangan kanannya untuk memberikan damage.
Sebelumnya, Asuna berpikir kekuatan Yuuki berasal dari refleks yang tidak masuk
akal, tapi sekarang dia sedikit mengerti dengan ini. Kosentrasi yang kuat dan terus
mengayun pedang mungkin sebanding dengan Kirito.
Di saat itu, Asuna mengingat kejadiaan yang dialaminya saat dia melihat jauh di
ingatannya dari adegan di masa lalu.
Di lantai 74 tepat di ruangan bos di Old Aincrad, Kirito pernah bertarung dengan
bos monster tipe humanoid monster. Dia menggunakan tangkisan dan kecepatan
kakinya untuk menghindari serangan yang menakutkan di bawah situasi yang
gawat, dan kedua pedangnya terus menebas yang memiliki kecepatan seperti
senapan mesin, menggunakan sword skill pada kelemahan bos, di panggul—
"Ah.."
Dengan ide yang tiba-tiba muncul, Asuna tidak dapat membantu tetapi memanggil.
Mantra dari sihir itu gagal dan BOON! Asap hitam muncul di sekitarnya.
Asuna dengan cepat meringis ketika dia terluka, tapi Shiune, orang yang ada di
belakangnya menyelesaikan mantranya di saat terakhir. Tecchi dan kelompoknya
yang dikelilingi oleh nafas beracun di depan HPnya telah kembali ke zona aman.
Asuna yang menaikkan tangan sebagai permintaan maaf ke Shiune, orang yang
melirik padanya, lalu dia berkata,
"Shiune, aku memiliki ide. Dapatkah kau bertahan selama 30 detik dengan dirimu
sendiri?"
"Un, baiklah. Aku masih memiliki mana yang cukup."
Asuna menaikkan tangannya kepada Shiune lagi, dia mengangguk, lalu dia
menaikkan tongkat di tangan kanannya. Dia mengambil nafas yang dalam, dan
memulai merapal sihir yang baru secepat yang dia bisa.
Saat mantra itu selesai, pecahan es yang berkilauan muncul di depan Asuna, dan
mereka dengan cepat berubah menjadi empat pilar es. Ketika pisau es itu selesai ,
lingkaran biru muncul di matanya. Ini adalah sihir pelacak penyerang.
Dengan hati-hati Asuna menggerakkan tangan kirinya dan perlahan membidik dari
tenggorokan dari monster berkepala dua itu. Monster itu terus maju, dan palu di
kedua tangan atasnya telah siap untuk mengayun—
"Eii!"
Asuna menggerakkan tongkat di tangan kanannya. 4 pilar itu terbang di udara
dengan meninggalkan jejak biru, membuat itu terkena di leher bagian bawah dari
monster itu.
"GUUOOOOOHHHHHH!!!"
Monster itu mengeluarkan suara teriakkan yang terdengar seperti kesakitan dan
serngan palu itu berhenti. Keempat tangan itu disilangkan di depan tubuhnya
seperti menahan. Dia terus menahan dalam posisi bertahan selama lima detik
sebelum mengangkat tangannya dan menghantam lantai dengan palunya.
Lantainya bergetar dengan keras dan mengeluarkan suara, dan Asuna telah siap
untuk mencegah dirinya jatuh sambil membisikkan,
"Seperti yang aku duga…"
Melihat itu Shiune, memikirkan itu di kepalanya dengan ragu, namun Asuan
dengan cepat menjelaskan,
"Pertama kali aku berpikir posisi bertahan itu hanya keluar sesekali, tapi bukan
seperti itu. Lehernya adalah kelemahannya. Kita tidak punya kekuatan untuk
mencari kelemahannya, jadi aku benar-benar melupakan hal ini…"
"Jadi kita dapat mengalahkannya jika menyerang tempat itu, kan?"
"Kupikir begitu…itu akan lebih efisien, tapi tempat itu terlalu tinggi…"
Monster itu sekitar 4m, bahkan tombak Taruken harus lebih panjang lagi agar
sampai ke lehernya. Itu tidak dapat diserang secara langsung. Mereka dapat
terbang dan menyerang jika itu ada di field,[7]
namun mereka tidak dapat
melakukannya di dugeon. [8]
"Sepertinya kita hanya bisa siap bila diserang balik dan menggunakan sword skill
untuk menyerang."
Asuna menganggukkan kepalanya untuk setuju dengan Shiune. Mereka hanya bisa
menggunakan sword skill yang bersifat dorongan jika mereka ingin meningkatkan
waktu mereka di udara di area yang tak bisa terbang, atau melompat dan
melakukan combo sword skill. Tentu saja, setelah sword skill selesai, maka ada
sedikit lag[9]
, dan mereka akan jatuh dan tanpa pertahanan. Musuh akan
menggunakan waktu itu untuk membalas serangan. Meskipun mereka dapat
menggunakan sihir pembangkit pada orang yang mati, itu tidak akan bekerja
selamanya. Juga, sihir pembangkit terkesan lama, dan dapat memperlambat darah
untuk sembuh, dan mungkin menyebabkan semua anggota pingsan.
Tetapi —Yuuki langsung berkata tanpa keraguan, ayo kita coba. Asuna berpikir
sambil dan melihat wajah Shiune. Pada akhirnya, penampilan lembut dari seorang
Undine yang kuat mengangguk menandakan setuju dengan rencana Asuna.
"Aku akan memberitahu rencana pertarungan pada mereka. Tolong bertahan dan
sembuhkan mereka."
"Serahkan saja itu padaku!"
Hanya tersisa sedikit potion yang dia punya, Asuna mengambil dua botol potion,
dan menyerahkannya pada Shiune, lalu dengan cepat bergerak maju. Dia langsung
berlari sejauh 15m, mendekati monster itu, dan ayunan dari rantai itu datang dari
sampingnya. Dia meringis dan berusaha untuk menghindarinya, tapi ujung rantai
itu menyerempet di bahunya, dan dengan cepat HPnya menurun.
Tetapi, Asuna tidak memikirkan itu. Di saat dia dibelakang Yuuki, dia berkata,
"Yuuki!"
Yuuki, orang yang mengayun pedangnya, melihat ke belakang dan dengan mata
yang lebar,
"Asuna, kenapa kau ada disini?"
"Dengarkan aku. Monster ini memiliki kelemahan. Kita dapat memberikan damage
jika kita menargetkan bagian tengah di lehernya."
"Kelemahan?"
Yuuki melihat ke depan kembali, dan memandang leher dari monster itu, tepat di
atas. Di saat itu tiba-tiba sebuah palu yang besar jatuh dari atas, dan dengan cepat,
dan dengan cepat keduanya merunduk. Lalu Yuuki melompat untuk menghindari
getaran tanah dan berkata,
"Itu terlalu tinggi…Aku tidak dapat mencapainya meskipun aku melompat!"
"Apakah di sekitar sini ada suatu benda yang dapat dijadikan sebagai pijakan?"
Asuna tersenyum dan melihat Tecchi yang tidak jauh, yang sedang menaikkan
perisainya seperti papan dan melindungi Nori dari ayunan rantai. Yuuki yang
sepertinya mengerti pemikiran Asuna dan tersenyum.
Keduanya langsung maju dan telah sampai sekitar 3m di belakang Tecchi. Yuuki
meanruh tangan kirinya ke mulutnya dan membiarkan suara keras keluar dari
tubuhnya.
"Tecchi! MENUNDUKLAH SETELAH SERANGAN PALU YANG
BERIKUTNYA!!"
Gnome yang tinggi dan besar itu menyipitkan matanya, kemudian dia
mengangguk.
Monster hitam itu mengayun rantainya, dan kemudian memiringkan tubuhnya
yang besar seperti batu raksasa sebelum menarik nafas yang panjang. Dia berhenti
sebentar sambil membuka kedua mulutnya. KOHAAA!! Dia mengeluarkan nafas
beracun, dan mengelilingi semua tempat dengan bau sulfur. Semua orang yang
berdiri didepannya memiliki HP yang terus berkurang.
Tetapi, ketika serangan nafas itu berakhir, sebuah cahaya biru muncul dan
menyembuhkan darah semua orang di waktu yang tepat. Monster itu menaikkan
palunya dengan kedua tangannya.
Yuuki telah merunduk dan telah siap untuk maju. Dengan cepat Asuna yang ada
dibelakangnya berkata.
"Itu adalah kesempatan terakhir! Lakukan yang terbaik, Yuuki!"
Yuuki terus melihat ke belakang langsung menjawab,
"Serahkan saja itu padaku, Nee-chan!!"
Nee…chan?
Saat Asuna terdiam karena mendengar kata yang tidak dapat dia bayangkan, gadis
itu dengan cepat melompat.
Monster itu terlihat ingin mengiris melewati tanah dengan menghantam dua palu
itu di tanah keras. Suara dari gema menembus ruangan, dan Tecchi dengan cepat
menunduk untuk bertahan melawan shockwave[10]
Lalu Yuuki melompat, menggunakan kaki kirinya dengan tumpuan bahu Tecchi ,
dan kaki kananya melangkah ke helm yang tebal dan berat—
"URRIIIYAAAAA!!"
Dengan meringis, Yuuki sepertinya ingin menggerakkan sayap yang tidak ada saat
dia melompat. Dia mendekati dada monster itu dan dengan cepat menarik pedang
di tangan kanannya dengan keras .
"YAAA!!"
Yuuki berteriak lagi dan menyerang di sendi bagian lehernya. Lalu muncul efek
biru-keunguan yang meledak, menyebabkan ruangan itu dipenuhi oleh cahaya.
Meskipun di area itu adalah dimana mereka tidak dapat terbang, pemain hanya
cukup terus menggunakan sword skill di udara agar dapat bertahan sebelum skill
itu berakhir. Sekarang, Yuuki tepat di depan bos monster, menggerakkan tangan
kanannya dengan kecepatan seperti cahaya, mengeluarkan 5 serangan dari atas ke
bawah, lalu membuat lima serangan lainnya di garis memotong. Meskipun
serangan dari pedang tajam mengenai kelemahannya, empat tangan itu terus
bertahan dan mengeluarkan suara seperti erangan.
Serangan yang cepat pada monster itu membuat bentuk X. Yuuki memiringkan
tubuhnya ke kanan dan menaruh tangan kirinya ke pedang yang dia pegang di
tangan kanan.
Suatu cahaya yang menyilaukan keluar dari pedangnya membuat Asuna
menyipitkan matanya . Pada saat itu pedang Yuuki terlihat seperti berlian. Sebuah
sinar dari pedang itu sepertinya mengeluarkan suara seperti bel dan menyerang
titik di tengah bentuk X, pada saat dimana itu tersambung, dan lalu itu menusuk
tepat di tubuh monster itu.
Lalu, kulit hitam dari monster itu mulai membentuk beberapa retakan, dengan
pedang masih menusuk di tengah tubuh monster itu. Retakan itu sepertinya tidak
dapat mengambil tekanan dari dalam dan terus menjadi tipis. Retakan itu meluas
hingga tubuh dan anggota tubuh monster itu.
Dengan suara seperti pohon yang jatuh, tubuh monster itu terbelah menjadi dua
dan dua kepala itu terpisah. Mayat monster setinggi 4m seperti patung kaca
kemudian meledak menjadi serpihan fragment yang tak terhitung jumlahnya dan
berbagai ukuran. Cahaya putih yang muncul dar dalam tubuh mulai menutup
dengan cepat, dan kepala Asuna mulai pusing. Efek dari suara yang keras dan
suara frekuensi tinggi bercampur melalui kubah itu, akhirnya menjadi panjang dan
seperti suara metal sebelum menghilang.
Api biru yang misterius yang menyala tiba-tiba terguncang dan perlahan berubah
menjadi orange. Ruangan bos itu dipenuhi oleh cahaya, perlahan mengejar jumlah
sisa niat jahat yang menjauh.
GACHANG. Sebuah suara keras. Pintu yang ada di dalam yang menghubungkan
dengan ruangan berikutnya telah terbuka.
"……Haha…kita…kita berhasil…"
Asuna tertawa dengan suara pelan saat dia terjatuh ke tanah. Saat dia melihat ke
atas, dia melihat Yuuki, orang yang terdiam setelah mengalahkan bos.
Imp kecil itu terdiam untuk beberapa detik, lalu dia menyeringai . Tetapi, itu
berganti menjadi senyumanan yang telah dia perlihatkan sebelumnya — tidak, itu
bahkan senyuman yang paling indah.
Yuuki menyarungkan pedangnya dan dengan cepat berlari ke Asuna. Dia langsung
melompat dengan kedua tangan terbuka lebar dan langsung melompat ke arah
Asuna.
"GUAA!?"
Asuna meringis dan terjatuh dengan Yuuki ke tanah. Mata keduanya saling melihat
satu sama lain di jarak yang dekat, dan segera berteriak,
"AHAHAHA…KITA BERHASIL, KITA MENANG, ASUNA!"
"UN, YEAH! AHHH—…SUNGGUH MELELAHKAN—!!"
Meski Yuuki duduk padanya, Asuna masih meluruskan kakinya dan berbaring di
tanah. Lima orang lainnya yang ada di sekitarnya juga kelelahan dan terjatuh,
memberikan senyum kemenangan dan mulai ceria.
Pada saat itu, Asuna menyadari suara keras dan segera mencari sumber suara itu.
Pintu masuk adalah yang muncul dipikirannya telah terbuka, dan sejumlah player
berkumpul di sini.
Orang yang masuk tanpa menunggu pintunya terbuka dengan sempurna dan
membuat suara keras berasal dari guild yang besar yang menghalangi koridor.
Orang-orang ini menyadari ruangan bos telah dipenuhi oleh cahaya orange, dan
menahan gerakan mereka saat mereka memperlambat langkah mereka sebelum
berhenti untuk melihat keadaan.
Salamander berambut hitam berdiri di depan party yang berjumlah sekitar 50
orang. Pada saat itu, matanya melihat Asuna. Terlihat di wajah pemimpin itu
kagum, mengerti dan menyesal, lalu Asuna yang melihat mereka dengan hati
senang.
"Hehe…"
Asuna, orang yang terbaring di lantai, tertawa, dan menunjukan senyum
kemenangan kepada Yuuki dan kelima orang lainnya.
Anggota dari guild yang besar berkata sesuatu seperti ancaman sebelum pergi,
Asuna dan Sleeping Knights membuka pintu yang ada di ruangan itu. Mereka
menaiki tangga yang berbentuk spiral dan keluar dari ruangan berbentuk kubah.
Mereka telah sampai di lantai 28 dimana tidak ada orang yang mengunjunginya
sebelumnya. Mereka segera berlari ke arah toko terdekat, pada saat Yuuki
mengaktifkan gerbang transfer di central plaza, boss conquest quest [11]
telah
selesai. Ketujuh orang itu segera menggunakan gerbang yang terlihat cahaya biru
untuk kembali ke jalan Ronbaru, membentuk lingkaran di ujung plaza, dan saling
memegang tangan masing-masing.
"Semuanya telah bekerja keras! Semua telah berakhir!"
Asuna tersenyum saat berkata seperti itu, tapi dihatinya dia merasa kesepian. Dia
hanyalah seorang tentara bayaran, setelah kontrak ini berakhir yang berarti mereka
akan berpisah.
Tidak. Masih banyak waktu untuk berteman dengan mereka — saat Asuna berpikir
seperti itu, tiba-tiba Shiune menyentuh bahunya. Dengan wajah yang manis tapi
dengan ekspresi serius yang berbeda dari biasanya.
"Tidak, Asuna-san. Ini belum berakhir."
"…Eh?"
"Masih ada satu hal yang perlu dilakukan."
Saat melihat ekspresinya, Asuna langsung berpikir peristiwa di «Monument of
Swordsmen» di Kastil Besi Hitam. Berbicara itu, tujuan anggota Sleeping Knights
bukanlah mengalahkan bos, tapi menulis nama anggota di monument sebagai bukti
bahwa guild itu ada. Berbicara itu, ini terlalu awal untuk senang—
Tetapi, apa yang dikatakan Shiune jauh dari yang Asuna pikirkan.
"—Ayo adakan pesta untuk merayakannya."
Lutut Asuna menjadi lemas dan hampir jatuh. Dia menaikkan tangan untuk protes,
lalu menaruhnya kembali di pinggangnya sambil berkata,
"Un, okay! Ayo adakan yang besar!"
Setelah berkata seperti itu, wajah Jun menunjukkan senyuman ,
"Kita masih memiliki banyak uang! Tempat mana yang akan kita pilih? Bolehkah
kita menyewa restoran mewah di suatu kota?"
"Ahh…"
Asuna langsung memiliki suatu pemikiran. Lalu dia memegang jarinya dan melihat
sekitarnya. Meskipun dia hanya mengenal mereka selama dua hari, dia seharusnya
dapat bersama mereka seperti teman lama. Asuna sangat percaya itu dan dia
berkata,
"Hmmm…kalau begitu…kalian mau datang ke rumahku? Tapi itu cukup kecil."
Mendengar permintaan Asuna, Yuuki langsung tersenyum.
Tetapi, untuk suatu alasan— senyumannya langsung menghilang seperti salju
meleleh. Yuuki menggigit bibirnya dan melihat ke bawah.
"Yu…Yuuki, ada apa?"
Meskipun dia sangat bingung, Asuna masih bertanya dengan antusias tanpa
memalingkan padangannya. Pada saat itu, Shiune akan berkata sebelum Yuuki
berkata dan dia melanjutkan,
"…Sebenarnya…Aku minta maaf, Asuna-san. Tolong jangan salah paham…kami
hanya…"
Tetapi, sebelum Shiune selesai, Yuuki yang menundukkan kepala, tiba-tiba
tersentak dan memegang tangan kanan Shiune.
Dia menggigit bibirnya, dan menunjukkan mata lebarnya saat dia diam melihat
Shiune. Meskipun Yuuki hendak mengatakan sesuatu saat dia menggerakkan
bibrnya dua kali, pada akhirnya dia tidak membiarkan suaranya keluar.
Tetapi, Shinue sepertinya mengerti apa yang ingin Yuuki katakan. Bibirnya
menunjukkan senyuman yang sulit dimengerti. Dia menaruh tangan kananya di
kepala Yuuki, lalu berkata kepada Asuna.
"Terima kasih, Asuna. Kami senang menerima untuk datang ke rumahmu."
Asuna hanya dapat merasakan masalah saat dia tidak mengerti apa yang terjadi
sekarang. Tetapi, Nori sepertinya ingin menghilangkan atmosfir suram saat dia
berkata dengan suara seperti terus terang.
"Jika seperti itu, kita harus menyiapkan wine! Ayo beli satu gentong penuh l!"
"Tidak ada sake kentang yang kau sukai, Nori."
Taruken langsung memotong di saat itu juga dan memberikan suatu komentar di
belakang.
"Berhenti mengatakan yang tidak masuk akal. Sejak kapan aku menyukai sake
kentang? Aku sangat menyukai sake Awamori.
"Apa kau tidak seperti orang tua."
Jun yang menyebabkan semua orang tertawa. Asuna juga mengikutinya, dan lalu
melihat kea rah Yuuki. Meskipun Yuuki menunjukkan senyuman, sebuah perasaan
keengganan di pemikirannya seperti tidak hilang sepenuhnya.
Kelompok itu pergi ke toko di tengah Ronbaru, membeli banyak makanan dan
sebelum pindah ke lantai 22.
Kebanyakan mereka membeli di plaza yang ada di area kota, Melihat ke bawah ada
hutan yang tertutupi oleh salju saat mereka bergerak ke selatan. Mereka terbang di
atas danau membeku, dan dapat melihat hamparan tanah dan sebuah rumah disana.
"Di, disana?"
Yuuki sangat senang sampai membuat Asuna mengangguk.
"Yeah..ah!"
Sebelum Asuna menyelesaikan perkataannya, Yuuki membuka tangannya dan
dengan cepat mendarat di halaman depan rumah tersebut, mendarat dengan suara
'BFUU' dan membuat banyak salju terlempar. Sejumlah burung yang sedang
bertengger sampai terkejut.
"…Benarkah."
Asuna dan Shiune saling berpandangan sebelum tersenyum dan membuka sayap
mereka karena siap untuk mendarat. Asuna meluncur untuk sebentar sebelum
mendarat di halaman, dan dengan cepat ditarik oleh Yuuki yang tidak dapat
menunggu.
Asuna ingin memperkenalkan teman-temannya jika mereka ada, tapi tidak ada
seorangpun di dalam Kirito dan Klein, yang membantu untuk menghentikan guild
besar, belum kembali dari save point, jadi itu tidak dapat dipungkiri. Namun,
bahkan Lisbeth dan Silica tidak ada di sekitar. Apa semua orang memperkirakan
ini dan segera pergi untuk 7 orang agar mereka berpesta?
"Heh. Fuu-n, jadi ini rumah Asuna ?"
Yuuki dengan senang menyentuh meja yang menempel dengan lantai, pemanasnya
berwarna merah dan pedang serta item lainnya digantung di dinding. Semuanya
berkumpul di meja, mengambil makanan yang mereka beli dari inventory mereka.
Lalu, makanan, minuman dan snack tertimbun seperti gunung.
Mereka mengikuti saran Nori dan membeli wine. Mereka mencabut sumbatnya dan
menuang cairan berwarna emas ke gelas yang sudah diatur. Dengan itu, persiapan
pesta mereka telah lengkap. Jun menarik Yuuki, orang yang sedang melihat Asuna
dengan pernuh perhatian saat dia membuka koleksi bumbunya, kembali ke ruang
tamu, dan 7 dari mereka segera duduk di depan meja.
Yuuki, orang yang memimpin pesta, tersenyum senang dan berkata,
"Untuk merayakan kemenangan kita saat melawan bos…cheers!" Cheers! Sorak
semua orang. Setelah itu, terdengar suara gelas yang saling dibenturkan satu sama
lain yang dapat didengar saat semua orang meminum wine itu dan memulai pesta
mereka.
Jun dan Tecchi membicarakan tentang bagaimana merek mengalahkan bos. Nori
dan Taruken sangat bersemangat berbicara tentang semua wine di ALO, dan Asuna
yang ada di samping mereka, mendengar Yuuki dan Shiune berbicara tentang
VRMMO yang pernah dimainkan sebelumnya.
"Dan yang paling buruk dari semua adalah suatu game dinamakan «Insect Site» di
Amerika!"
Yuuki menggunakan kedua tangannya untuk memeluk tubuhnya saat wajahnya
tegang.
"Ahh…tentang itu."
Shinue juga mengangguk kepalanya tidak karuan.
"Heh…itu game jenis apa?"
"Serangga! Mereka semua adalah serangga! Tidak apa-apa bila semua monsternya
serangga, tapi semua player juga adalah serangga. Aku menjadi semut yang
berjalan dengan dua kaki, jadi tidak apa-apa, tapi Shiune…"
"Tidak, jangan bilang!"
"Dia menjadi ulat dengan tanduk. Dia dapat mengeluarkan benang dari
belakangnya…"
Yuuki akhirnya tidak dapat menahan tawanya pada saat itu. Setelah melihat Shiune
cemberut, Asuna mulai tertawa juga.
"Itu bagus kita dapat berkelana di dunia bersama dengan semuanya."
"Bagaimana denganmu Asuna? Sepertinya kau bermainVRMMO untuk waktu
yang lama ."
"Aku? Errm, jangan beritahu siapapun. Sebenarnya aku menghabiskan banyak
waktu untuk bermain agar mendapat uang yang cukup untuk membeli rumah
ini…"
"Aku mengerti. "
Yuuki mengangkat kepalanya, dan membuka lagil matanya dengan lebar dan
melihat ruang tamu.
"Tapi rumah ini sangat nyaman. Aku yakin ada kenangan indah di sini…"
"Yeah. Aku merasa aman di sini."
Shiune mengangguk juga.
Tetapi, tiba-tiba bibirnya terbuka.
"Ap, apa ada yang salah padamu, Shiune?"
"Sial, aku lupa hal itu! Berbicara tentang uang…kita bilang kepada Asuna akan
menyerahkan semua item yang dijatuhkan bos bila kita memintanya untuk ikut
mengalahkan bos. Apa yang harus kita lakukan? Kita membeli banyak barang…"
"Wah, aku lupa hal itu!"
Keduanya kelihatan menyesal di saat mereka menurunkan bahu mereka. Melihat
itu, Asuna tersenyum dan memegang tangan mereka sebelum berkata,
"Tidak apa-apa kok. Aku cukup mengambil sedikit saja. Aku pikir—itu lebih
baik…"
Setelah berkata seperti itu, dia menutup mulutnya dan menghela nafas.
"Tidak mengambil apapun kok. Tetapi, aku punya sesuatu yang ingin kuminta dari
kalian."
"Eh…?"
"Sebenarnya…meskipun tugasku sudah selesai… tapi aku masih ingin berbicara
dengan Yuuki sedikit lagi. Aku masih punya banyak pertanyaan yang ingin
kutanyakan padamu."
Yuuki, Aku harap kau bisa mengajariku—bagaimana cara bisa sekuat dirimu.
Asuna berpikir di dalam hatinya dan melanjutkannya,
"Dapatkah kau membiarkanku mengikuti guild Sleeping Knights?"
Asuna tidak pernah mengikuti guild manapun sejak bermain sebagai player di
ALO. Guild yang besar pernah mengundangnya beberapa kali sebelumnya, dan
Kirito dan Lisbeth mengatakan akan membuat guild yang kecil, namun belum
pernah tercapai.
Alasannya adalah sebagian besar karena Asuna masih diselimuti perasaan «takut»
tentang guild. Di masa lalu dia adalah wakil ketua dari guild yang dikatakan
sebagai guild terkuat selama satu tahun. Pada saat itu, dia menuntut disiplin yang
tinggi dan keras terhadap anggotanya, dan dia selalu bertindak sebagai contoh dan
tidak pernah menunjukkan senyumnya di depan mereka. Di masa lalu anggotanya
membuatnya takut, dan tidak pernah menjaganya. Asuna takut bila dia mengikuti
guild di ALO, maka kejadian itu akan terulang kembali.
Tetapi, Asuna dapat berbaur diantara anggota Sleeping Knights secara langsung,
dan dapat memberikan instruksi tanpa keraguan. Itu mungkin karena sikap baik
dari Yuuki dan lainnya sehingga membuat Asuna melupakan pemikiran itu di
dalam hatinya. Bersama mereka membuat perasaan yang seperti dinding itu
menjadi ringan, dan dia dapat menjadi kuat. Asuna mungkin tidak menyadarinya,
tapi Kirito, Lisbeth, Klein dan semuanya yang menyadari hal itu dan membantu
aksinya. Jadi, ketika Asuna menyatakan bahwa dia ingin mengikuti penyelesaian
lantai dari guild lain, mereka sedikit tidak senang, namun mereka memberikan
Asuna dorongan.
Mendengar permintaan Asuna, Yuuki tidak langsung menjawab saat dia menggigit
bibirnya dengan keras. Matanya menunjukkan kegelisahan lagi.
Shiune dan 4 orang lainnya menjadi diam dan melihat Yuuki dan Asuna. Ditengah
suasana diam ini, Yuuki langsung melihat Asuna. Akhirnya , suara yang
dikeluarkannya bergetar dan berbeda dari biasanya.
"Sebenarnya…Asuna. Kami…Sleeping Knights mungkin akan…dibubarkan di
musim semi ini. Setelah itu, tidak akan seperti sekarang yang semua orang ada
disini."
"Un, Aku tahu. Jadi tidak masalah sampai musim semi. Aku ingin berteman
dengan Yuuki…dan semuanya. Itu tidak masalah sampai sebelum musim semi,
kan…?"
Asuna segera membungkuk dan melihat mata Yuuki yang berwarna ungu. Tetapi,
Yuuki sebenarnya menjauhi pandangan Asuna untuk pertama kalinya. Kemudian
dia menggelengkan kepalanya dan berkata,
"Maaf…Aku minta maaf, Asuna. Aku benar-benar minta…maaf…"
Yuuki melanjutkan berbicara, dan itu terdengar menyakitkan. Asuna tidak ingin
dia melanjutkannya.
"Aku mengerti…tidak apa-apa kok. Aku yang seharusnya minta maaf karena
membuat ini sulit bagimu, Yuuki."
"Sebenarnya…Asuna-san, kami…kami…"
Di sampingnya, sepertinya Shiune ingin membantu Yuuki untuk melanjutkan, tapi
dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia bilang. Asuna melihat sekitarnya dan
terlihat ekspresi menyakitkan dari semua orang, dan menepuk tangannya untuk
mencoba mengganti suasana saat dia berkata dengan suara bersemangat,
"Maaf karena membuat masalah karena menyinggung hal itu. Ayo pergi ke sana
untuk mengganti suasana!"
"Ke sana…?"
Setelah mendengfar Asuna berkata seperti itu, Shiune merasa bersalah, dan Yuuki
menundukkan kepalanya dengan sedih. Pada saat itu, Asuna menepuk kedua bahu
mereka.
"Kau melupakan sesuatu yang paling penting! «Monument of Swordsmen» di
Kastil Besi Hitam harus diperbarui.!"
"Ah, benar!"
Jun berteriak saat dia berdiri.
"Ayo, ayo! Ayo pergi untuk berfoto!"
"Bisakah kita pergi?"
Asuna mengundangnya lagi, Yuuki akhirnya tersenyum.
Setelah menarik Yuuki, yang masih terlihat sedih, Asuna melihat central plaza di
«Kota awal ». Sebenarnya, dia sudah lama tidak pergi kesini.
"Ini benar-benar luas…semuanya, semuanya, ke sini!"
Dengan punggung mereka menghadap bangunan besar, mereka dengan cepat
bergerak melewati taman, dan bangunan «Kastil Besi Hitam» muncul di depan
semua orang. Ini adalah tempat paling terkenal di Aincrad, banyak pemain lama
dan baru muncul di sini.
Setelah melewati gerbang yang besar dan tinggi, mereka memasuki bangunan itu,
dan sensasi dingin segera masuk ke kulit semua orang. Kaki pemain yang
melangkah di lantai besi, membuat gema yang aneh di langit-langit.
Asuna, Yuuki dan lainnya melangkah saat mereka memasuki ruangan utama.
Mereka masuk melalui dua pintu, dan di depan pintu itu ada ruangan yang sangat
luas dan dikelilingi oleh suatu atmosfir. Di tengah, ada sebuah monument yang
besar dan panjang.
"Apakah itu?"
Jun dan Nori berlari melewati Asuna dan Yuuki saat mereka berlari. Beberapa
detik kemudian, mereka sampai di «Monument of Swordsmen». Asuna langsung
mengangkat kepalanya dan melihat tulisan paling terakhir.
"Ada…ada di sini."
Yuuki langsung berguman, dan memegang tangan Asuna dengan kekuatan yang
lebih besar. Pada saat itu Asuna menyadari di tengah monument besar itu, tertulis
dengan kata [Orang yang menyelesaikan lantai 27], nama mereka tertulis dengan
bahasa Inggris.
"Ada di sini…nama kita …"
Yuuki langsung berguman. Melihat matanya mengeluarkan air mata. Asuna juga
mulai merasa terharu.
"Oi kita akan mengambil foto sekarang!"
Suara Jun dapat di dengar dari belakang. Asuna memegang bahu Yuuki dan
berbalik arah.
"Ayo, tersenyum, Yuuki."
Yuuki akhirnya tersenyum saat Asuna mengatakan hal itu. 6 orang itu langsung
berbaris di depan monument, dan Jun segera mengoperasikan «Kristal pengambil
gambar ». Dia menentukan waktunya, dan melepaskannya, lalu kristal itu
melayang di udara, menunjukkan waktu yang sudah di atur.
Jun segera bersiap di antara Yuuki dan Tecchi. Saat mereka semua tersenyum,
Kristal itu mengeluarkan bunyi 'passh' di saat bersinar.
"Okay!"
Jun mengembalikan kristal itu. Asuna dan Yuuki melihat ke arah belakang di
«Monument of Swordsmen» lagi.
"Kita berhasil, Yuuki."
Asuna melepaskan Yuuki dan menepuknya di kepala. Yuuki mengangguk perlahan
dan melihat nama 7 orang itu beberapa saat sebelum pergi.
"Un…a, aku berhasil, Nee-chan."
"Fufufu."
Setelah mendengar hal itu, Asuna tidak dapat menahan tawanya.
"Yuuki, kau mengatakan hal itu lagi."
"Eh…?"
Yuuki hanya dapat melihat wajah Asuna saat dia tidak mengerti kenapa Asuna
tertawa.
"Kau juga memanggilku Nee-chan di ruangan bos. Tentu saja aku
senang…――!?"
Meskipun begitu, Asuna menarik kata yang terakhir sebelum mengatakannya.
Itu karena Yuuki telah memiliki mata yang lebar saat dia menggunakan tangannya
untuk menutup mulutnya. Mata ungu itu menjadi transparan, dan akhirnya
membasahi wajah putihnya.
"Yuu…Yuuki…?"
Asuna tersentak dan mengulurkan tangannya, ingin memegang tangan gadis Imp
itu. Tetapi Yuuki mundur sebanyak dua langkah, tiga langkah. Dia membuka
mulutnya dan mengatakan sesuatu dengan suara serak.
"Asuna…ak, aku…"
Yuuki langsung menundukkan kepalanya dan menyeka air matanya sebelum
menggerakkan tangan kirinya. Dengan jari yang bergetar, dia menekan menu
window di depannya, dan tubuhnya langsung dikelilingi oleh cahaya putih—―
Mulai hari itu, sang swordsman yang tak terkalahkan Yuuki «Absolute Sword»
menghilang dari Aincrad.
Bab 8
Asuna mengalihkan pandangannya ke kertas yang ada di tangannya dan memeriksa
bahwa nama yang ditulis tangan itu ternyata sama dengan nama yang tertera secara
horizontal pada sebuah tembok bangunan besar.
Kota Yokohama, prefektur Kanagawa. Bangunan itu terletak di sebuah tempat
yang dikelilingi perbukitan yang hijau. Area itu tidak terlihat seperti wilayah
metropolitan dengan gedung-gedung yang relatif pendek, desain bangunan
bersayap dua, dan suasana sunyi dari perbukitan yang menglilingi. Namun,
perjalanan Asuna hanya memakan waku kurang dari 30 menit dari rumahnya di
Setagaya dan menelusur Jalur Ekspres Timur.
Bangunan itu baru, dimandikan oleh cahaya matahari musim dingin yang rendah.
Temboknya berwarna coklat. Tempat ini benar-benar persis seperti tempat Aku
tidur untuk waktu yang lama, pikir Asuna, sambil ia menyimpan kembali catatanya
ke dalam kantungnya.
"Apakah kamu disini, Yuuki…?"
Dia berbisik. Dia ingin bertemu dengannya, tapi ia merasa bahwa, pada sisi yang
lain, adalah yang terbaik apabila gadis itu tidak tinggal di sini.
Setelah berkeliling semetara, Asuna menarik kerah mantelnya yang menempel erat
pada seragamnya, dan bergegas menuju pintu utama.
Sudah 3 hari sejak hilangnya «Absolute Sword[12]
» Yuuki dari Aincrad.
Di momen terakhir, Dia mengeluarkan air mata di depan Monumen Pendekar
Pedang, dan bahkan sampai sekarang, bayangan itu masih tergambar di mata
Asuna. Ia tak bisa melupakan seperti itu. Bagaimanapun caranya , dia ingin
bertemu lagi dengannya, untuk berbincang lagi dengannya. Namun, semua pesan
yang ia kirim dibalas dengan «penerima tidak log in», dan tak ada tanda pesan-
pesan tersebut dibaca.
Anggota Sleeping Knights mungkin mengetahui dimana keberadaan Yuuki, pikir
Asuna. Namun, dua hari yang lalu, di Hotel Lombard dimana biasanya mereka
berkumpul, Hanya Shiune yang ada disana. Dia menurunkan bulu matanya yang
terkulai dan menggelengkan kepalanya.
"Kami juga tak bisa menghubungi Yuuki. Tidak hanya ALO. Nampaknya dia tak
pernah FullDived lagi. Dan kami tidak mengetahui apapun tentang Yuuki di dunia
nyata. Dan…"
Shiune terdiam sejenak pada saat ini, dan menatap Asuna dengan tatapan khawatir.
"Asuna-san. Aku rasa, Yuuki tidak ingin bertemu dengan mu lagi. Ini bukan
tentang yang lain, tetapi ini demimu."
Asuna sangat terhenyak sampai ia tak bisa mengatakan apapun. Setelah berberapa-
detik, ia akhirnya berhasil mengeluarkan sebuah suara,
"Ke…kenapa? Tidak…Kurasa, Yuuki, Shiune, kalian, kalian tak perlu
memutuskan hubungan pertemanan denganku. Jika aku telah menyusahkan kamu,
Aku tak akan mencari tahu tentang hal ini lebih jauh. Tetapi…Aku tak bisa
menerima jika ini karena aku."
"Apa tentang menyusahkan kami…"
Shiune, yang telah menjaga perasaan tenangnya, memberi ekspresi terluka yang
langka sambil ia menggeleng kepalanya dengan keras,
"Kami sangat senang bertemu denganmu. Di dalam dunia ini, kami dapat membuat
sebuah kenangan yang sangat indah karenamu, Asuna-san. Membantu melawan
boss, dan bahkan berkata bahwa kamu ingin bergabung dengan Guild. Kami tak
bisa mengekspresikan terima kasih kami yang secukupnya bagaimanapun caranya.
Tetapi…sebenarnya, tolong, lupakan saja tentang kita."
Shiune terdiam sejenak saat ini, dan menggerakkan tangan kirinya untuk
menggunakan jendela menu. Sebuah jendela transaksi muncul dihadapan Asuna.
"Ini terlalu dini dari yang aku perkirakan, tapi aku ingin membubarkan Sleeping
Knights disini. Hadiah untukmu ada semuanya disini, Asuna-san, drop-item dari
boss dan perlengkapan kami"
"Tidak…tidak perlu. Aku tak bisa menerima ini."
Asuna menghilangkan jendela tersebut seperti ia sedang menggetarkannya, dan
lalu berjalan menuju Shiune.
"Apakah kita benar-benar akan mengucapkan selamat tinggal disini? Aku…Aku
senang, bersama dengan Yuuki, Shiune, semuanya. Kukira kita masih bisa menjadi
teman walaupun jika guild dibubarkan. Tapi, apakah hanya aku disini yang berfikir
seperti ini…?"
Di masa lalu, Asuna tidak akan pernah berkata seperti itu. Namun, setelah
melewati banyak hari-hari bersama Yuuki dan lainya, Asuna merasa bahwa dia
telah berubah sedikit. Karena hal ini sehingga Asuna tak mau mengucapkan
selamat tinggal ke semuanya.
Namun, Shiune menurunkan kepalanya, dan hanya menggelengnya.
"Maaf…maaf, tapi ini untuk yang terbaik. Lebih baik kita berpisah disini…maaf,
Asuna-san."
Lalu, Shiune menekan tombol di jendelanya seperti ia ingin lari menjauh, dan
logout.
Tidak hanya Yuuki. Shiune, Jun, Nori dan lainya tidak pernah log in lagi ke dalam
ALO setelah itu.
Sepertinya Asuna sendiri mungkin keliru dengan berpikir bahwa interaksi yang
hanya beberapa hari mampu menjadikan mereka teman. Namun, Sleeping Knights
meninggalkan kesan yang dalam dan tak terlupakan di dalam dia. Dia sama sekali
tidak dapat terpikir untuk melupakan semuanya. Semester ke-3 telah dimulai,
tetapi walaupun ia dapat bertemu dengan Kazuto, Rika, dan Keiko di dunia nyata,
hati Asuna terasa sangat berat. Saat berfikir tentang itu, di dalam mata dan telinga
Asuna, senyuman Yuuki akan terbayang di depannya. Nee-chan, begitulah Yuuki
memanggil Asuna. Menyadari hal ini, ia menangis. Bagaimanapun caranya, Asuna
ingin mengetahui alasan itu.
Dan kemarin, saat istirahat makan siang, Asuna menerima pesan dari Kazuto yang
berisi, [Aku menunggumu di lantai atap].
Di atas atap semen polos yang di mana angin dingin berhembus, Kazuto bersandar
pada sebuah pipa tebal yang digunakan untuk sirkulasi udara, menunggu Asuna.
Sudah lebih dari setahun sejak mereka keluar dari SAO, tapi Kazuto di dunia nyata
nampaknya tak bertambah berat sedikitpun. Adik perempuannya, Suguha, akan
mengatakan kepadanya untuk makan lebih banyak, jadi ia tak perlu mencemaskan
tentang nutrisinya. Mungkin kalori yang ia dapatkan sudah terbakar habis dengan
kegiatan jogging dan gym, atau mungkin pertempuran yang intens di dunia virtual
akan memakan habis kalori dari dunia nyata.
Kancing blazernya terbuka, tangannya diletakan di kantungnya, dan jambangnya
yang agak panjang tertiup oleh angin. Pakaian dan tinggi badannya berubah, tetapi
Kazuto masih terlihat sama, seperti sewaktu ia masih di Aincrad yang lama. Asuna
terlihat seperti ia tertarik ketika ia berjalan menuju Kazuto, dan menyandarkan
dahinya ke pundak Kazuto yang sedang menatap ke atas.
Asuna ingin mengungkapkan semua perasaan di hatinya dalam sekali jalan, tetapi
ia tidak bisa mengungkapkan dalam kata-kata. Asuna menutup matanya, menahan
perasaan sedihnya yang berkumpul di tenggorokannya, dan merasakan kelembutan
tangan Kazuto yang menepuk pundaknya. Disaat yang sama, sebuah suara
terdengar di telinga Asuna,
"Apa kamu sangat ingin bertemu dengan «Absolute Sword» itu bagaimanapun
caranya?"
Kata-kata ini mungkin mewakili semua harapan Asuna. Ya, hanya sekali. Itu
karena Asuna percaya bahwa Yuuki berharap untuk hal ini juga.
"Mereka mengatakan kepadamu lebih baik untuk tidak bertemu lagi kan?
Walaupun seperti ini?"
Asuna menceritakan semuanya kepada Kazuto, tentang pertempuran melawan bos
level 27, perpisahan yang tak terduga setelahnya, dan ucapan Shiune saat mereka
terakhir kali bertemu. Pertanyaan ini mungkin ditanyakan setelah ia membuat
sebuah kesimpulan dari kata-kata itu. Saat ini, Asuna mengangguk lagi dengan
keras.
"Un, walau begitu, Aku ingin. Aku ingin bertemu kembali dengannya untuk
berbincang dengan dia lagi. Aku harus."
"Begitukah?"
Dengan jawaban sederhana, Kazuto menaruh tangannya di pundak Asuna dan
mendorongnya sedikit, menarik keluar selembar kertas dari kantung blazernya.
"Mungkin kamu bisa bertemu dengannya jika kamu pergi kesini."
"Eh…?"
"Ini hanya kemungkinan…tapi, Kurasa «Absolute Sword» ada disana."
"Bagaimana… Bagaimana kamu bisa mengetahui ini, Kirito-kun…?"
Asuna bertanya saat ia menerima secarik kertas itu yang telah dilipat dua kali.
Kazuto memandang langit, dan berbisik, "Itu karena di situlah satu-satunya tempat
tes uji coba «MediCuboid».‖
"Medi…Cuboid?"
Saat ia mengulangi istilah yang tak dapat dimengerti ini yang tak pernah ia dengar
sebelumnya, Asuna membuka kertas itu. Tertulis dengan huruf kecil yang
merupakan nama [Rumah Sakit Umum Yokohama Utara] dan alamatnya.
Asuna pergi melalui dua lapis pintu otomatis yang dilap dengan bersih, berjalan
melalui pintu masuk lobi yang terang, dan aroma dari sebuah bau disinfektan yang
ia ingat melayang di sekitar.
Di sana terdapat ibu-ibu yang membawa anaknya dan orang-orang tua yang duduk
dikursi roda lewat. Asuna pergi melewati ruangan yang sepi dan menuju meja
resepsionis.
Asuna mengisi nama dan alamatnya di formulir yang terletak pada biliknya, dan
berhenti pada saat ia akan mengisi nama dari siapa yang akan ia jenguk. Asuna
hanya mengetahui nama Yuuki, dan ia tak tahu apakah itu adalah nama aslinya
atau tidak. Dari apa yang ia dengar dari Kazuto, walaupun jika Yuuki berada di
sini, sulit untuk mengatakan jika ia bisa memeriksa atau bahkan bertemu
dengannya. Tetapi Asuna tak bisa hanya menyerah di sini setelah datang sepanjang
jalan kesini. Asuna memutuskan untuk mengambil formulirnya dan
menyerahkanya melalui biliknya.
Di sisi lain dari kounter itu, suster yang memakai seragam putih itu melihat Asuna
mendekat, dan mengangkat mukanya.
"Apakah anda akan menjenguk seseorang?"
Asuna hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil menghadapi senyuman dan
pertanyaan ini. Asuna menyerahkan formulir permintaan itu yang setengah kosong
dan mengatakan
"Errm…aku ingin bertemu dengannya, tapi aku tidak mengetahui namanya ."
"Ya?"
Ketika suster itu menaikkan alisnya dalam keadaan kaget, Asuna dengan putus asa
memilih kata-kata.
"Kupikir itu seorang gadis berumur sekitar 15 tahun. Namanya mungkin «Yuuki»,
kalau aku tidak salah."
"Banyak pasien disini. Ini sulit untuk saya mengetahuinya jika anda hanya
memberitahu itu."
"Errm… Aku mencari orang yang sedang menguji coba «MediCuboid»."
"Untuk kerahasian pasien…"
Pada saat ini, seorang suster senior mengangkat wajahnya dan melihat ke Asuna.
Lalu, ia melihat pada suster yang sedang berbicara kepada Asuna, nampaknya
membisikan sesuatu.
Suster itu sebelum berkedip tentang hal itu dan menatap lagi pada Asuna. Ia
menggunakan suara yang berbeda, suara yang halus.
"Permisi, boleh saya tahu siapa nama anda?"
"Ah, Aku Yuuki, Asuna."
Asuna menjawab dan memberikan formulirnya. Suster itu menerimanya, melihat
padanya, dan lalu memberikannya kepada rekan kerjanya di dalam.
"Boleh saya cek identitas anda?"
"Ok, baiklah."
Asuna langsung mengambil dompetnya keluar dari dalam blazer dia dan menarik
kartu identitasnya untuk diperlihatkan kepada suster tersebut. Suster itu dengan
hati-hati membandingkan wajah pada foto dengan wajah Asuna, menganggukkan
kepalanya, memberitahu Asuna untuk menunggu sebentar, dan mengambil telefon
di samping dia.
Ia menggunakan jaringan internal untuk menghubungi seseorang, membisikan 2,3
kata, dan kembali ke Asuna.
"Mohon untuk menemui Dokter Kurahashi di departemen medis kedua. Ambil lift
di sisi depan untuk ke lantai empat, belok kanan, dan tunjukkan ini ke meja
resepsionis."
Asuna menerima kartu pelajarnya dan sebuah kartu perak dari nampan yang
diberikan, dan menunduk.
Setelah menunggu sekitar 10 menit di bangku lobi tamu lantai 4, Asuna
memperhatikan seseorang dengan jubah putih datang menghampiri dengan cepat.
"Yaa, permisi, maafkan saya, maaf telah membuat kamu menunggu."
Seorang dokter laki-laki yang pendek dan sedikit gemuk meminta maaf dengan
cara yang aneh dan menganggukkan kepalanya. Ia mungkin masih berumur 30-an,
dahi mengkilapnya disisir dengan cara 3-7, dan dia memakai sebuah kacamata
tebal.
Asuna segera berdiri dan membungkuk hormat,
"Tidak, tidak apa-apa. Aku datang secara tiba-tiba. Baiklah, tidak apa-apa untukku
menunggu."
"Tidak tidak, Aku tidak dalam tugas di siang hari, jadi ini waktu yang tepat. Lalu,
Yuuki Asuna-san, kan?"
Sambil tersenyum ketika ia mempersempit matanya yang sedikit terkulai, dokter
itu memiringkan kepalanya sedikit.
"Ya, Saya Yuuki."
"Namaku Kurahashi, dokter utama yang merawat Konno-san. Aku tak menduga
anda datang kesini untuk menjenguk dia."
"Konno…san?"
"Ehh, nama lengkapnya Konno Yuuki, ditulis sebagai 'Kapas', dan Musim. Aku
menmanggilnya Yuuki-kun…ia telah menceritakan semuanya tentang anda,
Asuna-san. Ah, maaf, kesalahanku. Aku tak sengaja mengatakan hal ini karena
Yuuki-kun."
"Tak masalah, panggil saja aku Asuna."
Asuna tersenyum sambil ia menjawab, dan Dokter Kurahashi membalas
senyumnya dengan malu-malu sebelum menunjuk tangan kanannya pada lift.
"Kita tak bisa berbicara dengan lancar disini. Mari kita ke ruangan tamu di lantai
atas."
Asuna dibawa menuju sebuah ruangan lebar di dalam ruang tamu dan duduk
berlawanan dengan dokter. Melalui jendela kaca besar, mereka bisa melihat
halaman rumah sakit yang luas dan hijau. Di sana terdapat sedikit sekali orang, dan
hanya suara gemerisik dari pengatur udara yang bisa didengar.
Asuna berfikir keraguan apa yang harus dia tanyakan. Namun, Dokter Kurahashi
memecah kesunyian lebih dahulu.
"Asuna-san, anda bertemu Yuuki-kun di dalam dunia Virtual Reality, bukan?
Apakah dia memberitahumu tentang rumah sakit ini?"
"Ah, tidak…bukan dia…"
"Oh, kalau begitu menakjubkan kamu dapat menemukan tempat ini. Well, Yuuki-
kun pernah mengatakan bahwa akan ada seorang perempuan bernama Yuuki
Asuna yang mungkin datang, dan ingin menyambutmu di area resepsionis. Aku
sangat terkejut dan menanyakan dia apakah dia menceritakan tentang rumah sakit
ini kepada kamu, namun ia mengatakan tidak. Jadi aku mengatakan bahwa dia
tidak mungkin dapat mengetahui tentang tempat macam ini. Namun, Aku benar-
benar mendapat sebuah panggilan dari resepsionis, dan aku sangat terkejut."
"Well…Yuuki-san, apakah ia menyebutkan aku ke dokter…?"
Asuna bertanya, dan dokter itu menganggukkan kepalanya dengan keras 2, 3 kali.
"Tentu saja. Selama akhir-akhir ini, dia akan selalu memberitahu aku tentang
Asuna-san ketika kita berbincang bersama. Namun, Yuuki-kun akan mulai
menangis setelah ia bercerita tentang kamu. Dia biasanya bukan seorang gadis
yang akan memperlihatkan kelemahan dirinya sendiri."
"Eh…ta, tapi kenapa…"
"Dia bilang ia ingin berteman denganmu lebih baik, tetapi tak bisa melakukannya.
Dia ingin bertemu denganmu, tetapi mungkin tidak bisa melakukannya.
Bukannya…Aku tak bisa mengerti perasaan itu…"
Disaat ini, Dokter Kurahashi mengeluarkan ekspresi sedih yang langka. Asuna
mengambil nafas yang dalam dan memutuskan untuk bertanya,
"Yuuki-san itu, dan teman-temannya semua mengatakan hal ini ketika mereka
mengucapkan sampai jumpa di dunia VR. Mengapa? Mengapa kita «tak bisa
bertemu lagi»?"
Ketakutan yang dimulai disaat Asuna melihat nama dari rumah sakit terus meluas,
dan mencoba sekuat mungkin untuk menghilangkan kegelisahannya ini dengan
menyandarkan tubuhnya ke depan. Dokter Kurahashi terhenyak tak bisa
mengeluarkan kata-kata untuk berberapa saat, mengalihkan pandangannya menuju
tangannya yang terlipat bersama diatas meja, dan lalu dengan tenang menjawab,
"Kalau begitu, mari saya mulai menjelaskan hal-hal dari «Medicuboid». Asuna-
san, kamu seorang pengguna AmuSphere juga, benar?"
"Eh…ehhh, yeah."
Dokter muda itu menganggukkan kepalanya, mengangkat wajahnya, dan
mengatakan sesuatu yang benar-benar tak diduga,
"Ini mungkin aneh untuk mengatakan kata-kata seperti ini kepada kamu, namun
aku merasa bahwa adalah suatu penyesalan ketika teknologi FullDive pertamanya
digunakan untuk media hiburan."
"Eh…?"
"Penelitian dari teknologi itu seharusnya dibiayai oleh pemerintah untuk
pengobatan. Karena hal itu, keadaan sekarang bisa dilanjutkan untuk 1, tidak, 2
tahun."
Asuna merasa aneh tentang perubahan arah perbincangan yang tak terduga, dan
dokter itu menaikkan satu jari.
"Mohon berfikir tentang ini. Suasana yang dibawa oleh AmuSphere akan menjadi
fungsi yang efektif di dalam bidang medis. Sebagai contoh,mesin itu bisa menjadi
suatu berkah untuk orang yang buta ataupun tuli. Orang-orang yang mengalami
disfungsi otak sayangnya dikecualikan, tapi walaupun jika bola mata ataupun
syaraf penglihatan tidak normal, gambaran itu bisa dimasukan secara langsung ke
otak jika AmuSphere digunakan. Situasinya sama dengan pendengaran. Bahkan
mereka yang belum mengetahui tentang cahaya ataupun suara ketika mereka
tumbuh bisa menggunakan mesin itu untuk berinteraksi dengan pemandangan yang
nyata."
Asuna hanya bisa menganggukkan kepalanyasaat Dokter Kurahashi mengatakan
hal itu dengan antusias. Berbagai penggunaan AmuSphere di bidang itu bukanlah
hal baru. Suatu hari, headgear itu bisa menjadi lebih kecil, dan dengan spesialis
kombinasi lensa, mereka yang buta dapat hidup seperti orang yang melihat dengan
normal.
"Juga, apa yang berguna bukanlah hanya fakta bahwa itu bisa mengirimkan sinyal,
tetapi AmuSphere itu mempunyai fungsi untuk membatalkan rangsangan."
Dokter itu menggunakan jarinya untuk menekan lehernya.
"Sinyal elektromagnetik yang dikirim ke sini akan mematikan otot sementara.
Dalam arti lain, hal itu akan memiliki efek yang mirip seperti kelumpuhan total.
Sebagai contoh, anestetik. Bahkan jika digunakan, ada risiko yang kecil tetapi
sangat jarang. Jika kita menggunakan AmuSphere dalam operasi, kita bisa
menghindari penggunaan anestetik. Itulah yang aku pikirkan."
Asuna sudah tertarik dengan apa yang dikatakan dokter. Dia mengaggukkan
kepalanya, tapi tiba-tiba ia menyadari sesuatu. Meskipun itu rasanya seperti pamer
di depan seorang ahli, dia masih membisikkan keraguannya.
"…Tapi, itu tidak bisa bekerja, benar? Kemampuan interferensi AmuSphere hanya
bisa membatasi indra ke minimum untuk memperkecil rasa sakit ketika pisau
bedah dimasukkan ke dalam tubuh. Kupikir AmuSphere, ataupun mesin generasi
pertama—Nerve Gear tak bisa melakukan itu…bahkan jika medulla dihalangi,
syaraf-syaraf di dalam masih tetap aktif, jadi syaraf spinal[13]
masih aktif,
benar…?"
"Ya…itu benar."
Dokter Kurahashi awalnya membesarkan matanya karena kaget, dan langsung
mengangguk berberapa kali, sehingga sepertinya Asuna telah tepat mengenai
sasaran.
"Ini sama seperti yang kamu bilang. Impuls sinyal elektromagnetik AmuSphere
lebih lemah, CPU-nya hemat tenaga, dimana akan menyebabkan beberapa masalah
dengan kecepatan proses karena itu tidak cukup kuat. Ini mungkin untuk dive asli
ke dalam dunia VR, tetapi spesifikasinya akan menjadi tidak efisien ketika sampai
ke pencocokan lensa di dunia nyata, ke dalam apa yang disebut «Alternate
Reality[14]
». Dengan demikian, alat FullDive medis pertama di dunia yang
dikembangkan pada tingkat negara dengan nama — «MediCuboid»."
"MediCu…boid."
Istilah ini kemungkinan besar menggabungkan istilah Medical dan Cuboid[15]
.
Asuna mencerna istilah ini di mulutnya, dan dokter itu tersenyum sebelum
menjelaskan,
"Itu hanya nama populernya. Hal yang terpenting itu adalah memperkuat tenaga
output dari AmuSphere, meningkatkan ketebalan dari partikel-partikel beberapa
kali lipat, meningkatkan proses output dan terintegrasi dengan kasur, dari kepala
menuju susunan syaraf spinal. Alat itu terlihat seperti kotak putih… Jika ini bisa
digunakan, dengan banyaknya peralatan di rumah sakit, maka akan ada perubahan
besar dalam pengobatan. Kebanyakan operasi tidak akan memerlukan anestetik
lagi, dan adalah mungkin untuk berbicara dengan pasien didalam keadaan
«Locked-in[16]
state»."
"Locked-in…?"
"Ini adalah sebuah kondisi yang diketahui sebagai Locked-in Syndrome, kondisi
dimana walaupun proses pemikiran otak tetap normal, badannya lumpuh pada
kontrolnya terhadap bagian-bagian tubuh, dan pasien tidak dapat mengekspresikan
pikirannya. Jika kita menggunakan MediCuboid, kita bisa tesambung secara
langsung ke dalam otak, dan walaupun jika badannya tidak bergerak, mungkin
untuk kembali ke lingkungan masyarakat melalui dunia VR."
"I see…dalam arti lain, dibandingkan dengan AmuSphere yang hanya digunakan
untuk bermain game VR, ini benar-benar sebuah mesin mimpi dalam artian
sebenarnya, bukan?"
Asuna secara tidak sengaja mengangguk. Namun, Dokter Kurahashi, yang terlihat
seperti ia sedang menceritakan mimpi, segera menutup bibirnya, seperti telah
ditarik kembali ke realita. Ekspresinya menggelap sedikit, dan ia lalu melepas
kacamatanya, menutup matanya, dan menghembus nafas panjang.
Lalu, ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum dalam cara yang agak sedih.
"Ehh, itu memang adalah sebuah mesin mimpi. Namun…sebuah mesin juga
mempunyai batasan-batasannya sendiri. Keadaan yang paling diantisipasi dalam
penggunaan MediCuboid…adalah «Terminal Care[17]
»."
"Terminal care…"
Asuna mengulang istilah inggris yang belum pernah ia dengar itu seperti sebuah
burung beo, dan dokter itu menjelaskan dengan diam, "Dalam kanji…kata itu
ditulis sebagai 'Perawatan Sekarat[18]
'."
Kata-kata tertuang pada Asuna seperti air dingin. Dia melebarkan matanya dan tak
bisa berkata apa-apa. Dokter Kurahashi memakai kacamatanya dan menunjukkan
sebuah pandangan nyaman, mengatakan,
"Kamu mungkin merasa bahwa akan lebih baik berhenti disini jika kita
mempertimbangkan hal-hal kemudian. Tak akan ada orang yang akan
menyalahkanmu walaupun jika kamu memilih keputusan itu. Walau itu Yuuki-kun
atau teman-temannya, mereka semua berfikir tentangmu."
Namun, Asuna tidak pernah ragu. Tak peduli kejujuran apapun yang akan
diceritakan kepadanya, dia ingin menghadapinya secara tatap muka, dan ia percaya
bahwa ia harus melakukan itu. Asuna mengangkat wajahnya dan berbicara dengan
jelas,
"Tidak…mohon lanjutkan. Tolong. Aku datang kesini untuk ini."
"Begitukah?"
Dokter Kurahashi tersenyum lagi, dan menganggukkan kepalanya,
"Yuuki-kun pernah mengatakan jika Asuna-san mau, aku akan menjelaskan semua
kepadanya. Ruang rawat Yuuki-kun berada di tingkat tertinggi ruangan pusat. Itu
akan menjadi cukup jauh, jadi mari kita berbincang sambil menuju ke sana."
Dokter itu berjalan keluar dari ruang tamu menuju lift. Asuna mengikuti dia dari
belakang, dan pikirannya berlanjut memikirkan istilah yang sama.
Terminal. Arti dari istilah ini tidak bisa lebih jelas lagi. Namun, dia terus menolak
dirinya sendiri. Hal itu tidak bisa seperti itu. Meskipun jika dia harus menyatakan
hal itu, Dokter Kurahashi tak perlu menggunakan istilah langsung seperti itu.
Fakta polos satu-satunya adalah kebenaran yang akan ditunjukan nantinya. Asuna
harus menerima itu secara langsung. Itu karena Yuuki percaya bahwa Asuna bisa
melakukan ini dan memperbolehkan Asuna untuk melihat realitanya.
Disana terdapat tiga lift berbaris di lobi gedung utama, dan di yang paling kiri
terdapat tanda «Staff Only[19]
» di pintunya. Dokter itu menggunakan kartu yang
tergantung di lehernya dan menggesekkannya ke panel di sampingnya, dan sebuah
suara beep yang tenang terdengar sambil pintu kanan bergeser.
Keduanya memasuki kotak putih, dan lift mulai naik dengan suara dan gerakan
yang tak bisa dideteksi.
"Pernahkah kamu mendengar istilah «Window Period[20]
»?"
Dokter Kurahashi tiba-tiba bertanya, dan Asuna mulai mencari di dalam ingatanya.
"Aku ingat…kelas kesehatan pernah mengajarkan itu sebelumnya. Ini ada
hubungannya dengan infeksi…virus, kan?"
"Ya. Sebagai contoh, jika seseorang diduga terinfeksi oleh suatu virus, maka akan
dilakukan tes darah. Metode-metode tes tersebut yaitu sebagai berikut. «Antigen
test» merupakan tes antibodi terhadap virus di darah, dan yang lebih sensitif «NAT
check»[21]
yang menggunakan DNA[22]
dan RNA[23]
dari virus sebagai bagian dari
investigasi. Namun, bahkan ketika menggunakan pengecekan NAT, Ini tak
mungkin untuk mendeteksi virus setelah infeksi selama 10 hari atau lebih. Periode
ini disebut «Window Period»."
Dokter itu berhenti sekarang. Dan, ketika perasaan deakselerasi sedikit terasa,
pintu lift terbuka bersamaan dengan bunyi bel. Tingkat teratas, tingkat 12 terlihat
terlarang untuk orang asing dikarenakan terdapat sebuah gerbang besar di depan
mereka ketika keluar dari lift. Dokter itu kembali meletakan kartunya di sensor
sebelah pintu, dan sebuah suara elektronik yang lembut berbunyi. Jeruji besi semua
terbuka, dengan dokter Kurahashi melambaikan tangannya untuk memanggil dia,
Asuna bergegas menuju melewati pintu. Tak seperti tingkat-tingkat dibawahnya,
tingkat ini kelihatanya tak memiliki jendela. Panel putih halus membentang
kedepan, dan terdapat pertigaan didepannya, ke kiri dan ke kanan.
Dokter Kurahashi, yang berjalan di depan Asuna lagi, mengarah ke kiri. Jalan
anorgnaik yang penuh dengan kehangatan dan cahaya putih terus memanjang ke
depan. Mereka melewati berberapa suster, dan keramaian dari luar tak bisa
didengar sama sekali.
"—Karena «Window Period» itu, sesuatu pasti telah terjadi."
Tanpa sadar, dokter itu berkata lagi dengan suara yang tenang,
"Itu merupakan kontaminasi dari darah yang didonasikan. Tentu saja,
kemungkinannya adalah kecil. Kemungkinanya hanya 1 per 100,000 untuk
kontaminasi melalui transfusi darah. Namun, tidak mungkin di ilmu pengetahuan
modern untuk menurunkan nilai tersebut menjadi nol."
Dia menghembuskan nafas.. Asuna bahkan merasakan sebuah kemarahan yang
samar dan keputusasaan dari dia.
"Yuuki-kun lahir pada Mei 2011. Akibat distosia[24]
, Sebuah operasi
sesar[25]
dilakukan sesuai dengan kebutuhan tersebut. Pada saat itu…kami tak bisa
mengkonfirmasi itu, namun sebuah kesalahan menyebabkan pendarahan dalam
jumlah yang banyak, jadi transfusi darah darurat dilaksanakan. Darah yang
digunakan, sayangnya, terkontaminasi."
"…!"
Asuna tak bisa mengatakan sepatah katapun. Dokter Kurahashi memandang dia
sekilas, dan segera melihat ke bawah sebelum melanjutkan, "Sampai sekarang, kita
tidak mengerti bagaimana hal itu terjadi. Namun, ada kemungkinan bahwa
sepertinya Yuuki terinfeksi sejak dia lahir. Ayahnya terinfeksi dalam bulan itu.
Infeksi virus itu telah dikonfirmasi selama September, dengan pengecekan darah
lanjutan yang dilakukan setelah transfusi darah. Pada saat itu…satu keluarga itu
sudah…"
Dokter itu menghela nafas dengan berat dan berhenti.
Di sana ada sebuah pintu geser di sisi kanan jalur, dan sebuah panel baja terletak
disebelah nya. di panel itu tertulis kata-kata [Ruangan Desain Mesin Model
Pertama] tertulis padanya.
Dokter itu mengambil kartunya dan menggeseknya dipanel. Suara elektronik
berbunyi, dan dengan sekejap, pintu terbuka. Merasa bahwa hatinya sedang terikat
dengan ketat dan menyakitkan, Asuna mengikuti Dokter Kurashi melalui pintu. Di
dalam, itu ada sebuah ruangan yang panjang dan sempit secara anehnya.
Tembok yang menghadap mereka mempunyai pintu yang mirip dengan salah satu
yang mereka baru saja lalui, dan ada panel kontrol di bagian kanan yang memiliki
banyak alat. Tembok di bagian kiri mempunyai jendela kaca yang besar, tapi
kacanya diwarnai hitam, jadi itu mustahil untuk melihat ke dalam.
"Di depan kami adalah sebuah ruangan steril dengan pengontrol udara. Mohon
memaklumi bahwa kita tidak boleh masuk." Sesuai apa yang ia katakan, Dokter
Kurahashi berjalan ke arah jendela hitam dan mengoperasikan panel di bawahnya.
Dengan sedikit gemuruh di sekitar, warna jendela berubah menjadi lebih terang,
dan menjadi transparan, memperlihatkan isinya.
Itu sebuah ruangan kecil. Tidak, itu sebenarnya cukup besar. Sepintas, itu terlihat
seperti ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam mesin-mesin. Ada yang tinggi
dan pendek, berbentuk persegi sederhana bercampur dengan bentuk yang rumit.
Karena itu, memerlukan banyak waktu untuk Asuna menyadari bahwa ada kasur di
tengah ruangan.
Asuna memaksa wajahnya melihat ke arah kaca dan melihat kasur itu.
Ada sebuah tubuh kecil yang terlihat setengah tertidur di kasur. Selimut putih
menutupinya sampai dadanya, dan dia dapat melihat bahu kurus telanjang yang
terlihat sangat menyedihkan. Pada tenggorokan dan bahunya terdapat berbagai
jenis pipa terhubung padanya, yang tersambung ke mesin terdekat.
Itu mustahil untuk melihat wajah pemilik kasur itu secara langsung karena ditutupi
benda berbentuk kubus warna putih, terintegrasi ke kasur, yang hampir menelan
seluruh kepalanya. Apa yang dapat dilihatnya adalah bibir kecil yang hampir
transparan dan dagu yang tajam. Sebuah layar di pasang di samping benda kubus
ke arah mereka, dan indikator-indikator dalam segala macam warna berdenyut di
dalamnya. Di atasnya, terdapat kata [MediCuboid] yang terlihat, tergambar sebagai
sebuah logo polos.
"…Yuuki…?"
Asuna menggunakan suaranya yang bergetar untuk bergumam. Dia akhirnya
disana, dengan Yuuki di dalam dunia nyata. Tetapi, beberapa meter terakhir
ternyata di terhalang oleh kaca tebal yang tidak mungkin dapat dilalui apapun
caranya.
Dengan punggung nya menghadap dokter, Asuna berbicara,
"Dokter…sebenarnya apa penyakit Yuuki…?"
Jawabannya adalah singkat tapi juga berat,
"«Acquired Immunity Deficiency Syndrome»…AIDS[26]
."
Bab 9
Saat Asuna melihat rumah sakit besar ini, dia memiliki firasat bahwa Yuuki
menderita beberapa penyakit serius. Meskipun demikian, setelah dia mendengar
nama penyakitnya dari dokter dengan jelas, dia tetap merasa tidak mampu untuk
bernapas. Melalui kaca, Asuna memandang Yuuki yang berbaring di tempat tidur,
dan tubuhnya membeku.
Dia bertanya-tanya apa itu benar. Yuuki, yang lebih kuat dari siapapun, lebih
energik daripada siapapun ketika melakukan semua hal, benar-benar terbaring di
tengah beberapa mesin. Entah itu karena alasan atau emosi, Asuna menolak
menerima kenyataan ini.
―Aku benar-benar idiot. Tidak tahu apapun dan tidak mencoba untuk
memahaminya. Saat gadis itu menjerit karena hal ini di dalam hatinya, air mata
yang Yuuki keluarkan sebelum ia menghilang berarti ...
"Tapi AIDS tidak semenakutkan seperti yang dipikirkan oleh masyarakat saat ini."
Melihat Asuna, yang terpaku di tempat, Dokter Kurahashi berkata dengan suara
kuat.
"Bahkan ketika mereka terinfeksi dengan HIV, jika mereka dapat diobati lebih
dini, mungkin untuk menahan virus AIDS selama sekitar 10, 20 tahun. Melalui
pengobatan dan manajemen kesehatan menyeluruh, saat ini mungkin untuk hidup
seperti sebelum mereka terinfeksi."
Kii. Sedikit suara terdengar. Dokter Konsultasi itu duduk di kursi di depan konsol.
Dia kemudian berkata,
"... Namun, merupakan fakta yang tak terbantahkan bahwa kemungkinan bayi
mampu bertahan hidup selama 5 tahun setelah menderita HIV jauh lebih rendah
daripada orang dewasa. Ibu Yuuki-kun pernah berkeinginan untuk menyerah
ketika dia mengetahui bahwa semua keluarganya terinfeksi. Namun, ibunya adalah
seorang Kristen sejak kecil, dan melalui agama dan bantuan dari ayahnya, ia
menerobos krisis dari awal, dan kemudian memilih untuk terus melawan penyakit
tersebut."
"Terus ... melawan ..."
"Ya. Dari saat Yuuki lahir, dia dipaksa melawan virus untuk terus bertahan hidup.
Begitu ia melewati saat yang paling kritis, Yuuki kecil mampu tumbuh dengan
aman dan bahkan memasuki sekolah dasar. Untuk anak kecil―sulit untuk
memasukkan obat dalam jumlah besar secara teratur. Selain itu, Nucleoside
Reverse Transcriptase Inhibitors[27]
adalah obat dengan efek samping yang kuat.
Namun, Yuuki-kun tetap percaya bahwa suatu hari dia pasti akan sembuh dan terus
bekerja keras. Dia sangat pekerja keras, dan itu trerlihat dari nilainya yang tertinggi
sepanjang tahun di sekolah. Dia memiliki banyak teman, dan saya pernah melihat
banyak gambar dirinya waktu itu. Dia terus memiliki senyum yang mempesona ...
"
Asuna mendengar jeda dokter dan mendesah untuk sementara waktu,
"―Sekolah tidak tahu bahwa Yuuki-kun adalah pembawa HIV. Sebenarnya, hal
ini telah diduga. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh sekolah atau
perusahaan seharusnya tidak mencakup pemeriksaan HIV dalam darah. Namun ...
sesaat ketika dia masuk ke kelas 4, untuk beberapa alasan, sekelompok orang tua
siswa yang berusia sama seperti Yuuki-kun menemukan bahwa Yuuki-kun adalah
pembawa. Rumor segera menyebar .... Hukum menetapkan bahwa mereka tidak
boleh mendiskriminasi pembawa hanya karena mereka terinfeksi HIV. Namun, hal
yang menyedihkan adalah tidak semua orang memiliki tingkat kebaikan hati yang
sama ... pada awalnya, ada orang-orang yang memprotes dirinya datang ke sekolah
untuk belajar, atau ejekan seperti panggilan dan surat dan sebagainya. Orangtuanya
mencoba yang terbaik, tetapi pada akhirnya, mereka harus pindah, dan Yuuki-kun
terpaksa pindah ke sekolah lain."
"..."
Asuna tidak bisa lagi bereaksi. Dia hanya bisa meluruskan punggungnya dan
mendengarkan kata-kata dokter.
"Dan meskipun Yuuki-kun bekerja keras untuk pergi ke sekolah baru setiap hari ...
hal-hal mengerikan ... pada saat ini, dimulai. Indikator mulai menunjukkan
melemahnya sistem imun, sel-sel getah bening CD4[28]
mulai menurun drastis.
Dengan kata lain ... virus AIDS sudah mulai muncul. Saya selalu merasa bahwa
kata-kata kejam dari orang tua dan guru di sekolah lamanya adalah alasan mengapa
dia jatuh sakit."
Dokter muda itu berusaha untuk terus menjaga ketenangan suaranya, tapi suara
napas agak cepatnya mengungkapkan emosinya yang asli.
"―Saat Sistem Imun melemah, ia mudah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang
biasanya bisa ia tahan. Situasi ini disebut 'Infeksi oportunistik'[29]
. Yuuki-kun
terinfeksi oleh sesuatu yang disebut Pneumocystis Pneumonia[30]
dan berakhir
dengan dirawat di sini, dan itu terjadi sekitar 3,5 tahun yang lalu. Yuuki-kun terus
berpikir positif. Dia akan selalu memiliki senyum di wajahnya setiap hari, berkata
'Saya tidak akan pernah kalah melawan penyakit'. Dia tidak pernah menggerutu
bahkan selama pemeriksaan yang menyakitkan. Namun ... "
Setelah berhenti di sini, sepertinya dokter mulai bergerak.
"Entah itu rumah sakit atau pasien, ada banyak bakteri dan virus di sana. Saat virus
AIDS aktif, kami hanya bisa terus mengobati gejala yang datang dengan 'Infeksi
Oportunistik'. Setelah pneumonia, Yuuki-kun terinfeksi candida throat[31]
―Pada
saat ini, masyarakat diguncang dengan insiden Nerve Gear, dan terjadi keributan
besar. Pada saat itu, bahkan ada diskusi untuk menutup Teknologi FullDive
sepenuhnya. Namun, negara dan beberapa perusahaan telah menyelesaikan
penelitian mereka terhadap Nerve Gear dalam perawatan medis ... eksperimen
pertama Medicuboid selesai pada saat itu. Juga, mereka memindahkan mesin itu ke
rumah sakit ini untuk memulai uji klinis. Tapi meskipun percobaan, mesin yang
asli adalah Nerve Gear yang menakutkan itu, dan tak seorang pun tahu apa yang
akan terjadi pada otak jika kami meningkatkan output kepadatan dari denyut
elektrik dalam jangka panjang. Jadi dalam keadaan ini, benar-benar sulit untuk
menemukan relawan yang bersedia membantu percobaan. Setelah saya mengetahui
hal ini ... saya mengusulkan sesuatu pada Yuuki-kun dan keluarganya ... "
Asuna terus menunggu dokter untuk meneruskan sambil menatap Yuuki di tempat
tidur dan obyek berbentuk kubus putih yang terlihat menelan kepalanya.
Pusat kepalanya mati rasa karena kedinginan, tapi kesadaran Asuna yang bingung
dengan kosong berpikir untuk mencegah dirinya menghadapi kenyataan ini.
Dari bentuk perkembangan awalnya, Medicuboid mungkin bukan kelanjutan dari
AmuSphere, namun kepanjangan dari Nerve Gear. Asuna biasa menggunakan
AmuSphere, tapi dia bisa membayangkan perasaan murni dunia virtual yang dibuat
dari Nerve Gear. AmuSphere adalah mesin yang memiliki tiga, empat kali jumlah
tindakan keselamatan yang ditambahkan sejak insiden SAO, tetapi dalam hal
kualitas dunia virtual yang diciptakan benar-benar tidak bisa dibandingkan dengan
generasi pertamanya.
Medicuboid telah dipasangkan banyak sekali komponen yang dapat menghasilkan
impuls bila dibandingkan dengan Nerve Gear, dan benar-benar bisa
menghilangkan perasaan tubuh, dan bahkan memiliki CPU yang memiliki
kecepatan proses yang jauh lebih unggul dari AmuSphere―dengan kata lain,
kemampuan luar biasa yang Yuuki tunjukkan dalam Alfheim dikarenakan
spesifikasi luar biasa mesin ini?
Asuna memiliki ide ini untuk sesaat, tapi ia segera menolaknya. Skill pedang
menakjubkan Yuuki telah melampaui tingkat spesifikasi mesin yang bisa
ditampilkan. Dalam hal bakat bertempur, kemampuan Yuuki sudah cukup untuk
menyamai Kirito, dan bahkan mungkin mengalahkannya.
Sejauh yang Asuna ketahui, alasan mengapa Kirito menjadi begitu kuat adalah
karena ia menghabiskan lebih banyak waktu berjuang di garis depan dibandingkan
siapapun selama dua tahun mereka dipenjara di SAO. Jika itu yang terjadi, telah
berapa lama Yuuki berada di dunia yang diciptakan oleh Medicuboid―
"Seperti yang bisa anda lihat di sini, Medicuboid adalah mesin yang sensitif."
Dokter Kurahashi, yang diam untuk sementara waktu, mulai berbicara lagi,
"Seperti yang bisa Anda lihat, mesin percobaan Medicuboid adalah salah satu
mesin yang membutuhkan banyak perawatan teliti. Dengan kata lain, harus
ditempatkan di mana udara bebas dari debu, bakteri dan virus. Setelah pasien
bersedia memasuki ruang steril, secara drastis hal itu dapat mengurangi risiko
infeksi. Karena itulah saya menyarankan Yuuki-kun dan keluarganya untuk
menerima percobaan ini."
"..."
"Namun, sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya apakah ini adalah hal yang
terbaik untuk Yuuki-kun. Ketika mengobati AIDS, «QOL[32]
»―Kualitas Hidup
adalah suatu hal yang benar-benar penting. Dokter harus mempertimbangkan
tentang bagaimana meningkatkan dan memaksimalkan gaya hidup pasien saat
menjalani pengobatan. Dari pengertian itu, relawan yang menerima eksperimen ini
kualitas hidupnya tidak akan bisa dianggap baik. Dia tidak bisa meninggalkan
ruang steril, dan tidak bisa berinteraksi dengan siapapun. Proposal saya benar-
benar mengganggu Yuuki-kun dan orang tuanya. Namun, mungkin karena
harapannya pada dunia virtual yang tidak diketahui, membuat Yuuki-kun
memutuskan hal ini ... dia setuju untuk ambil bagian dalam percobaan ini dan
memasuki ruangan ini. Setelah itu, Yuuki-kun tetap terus menggunakan
Medicuboid ini sepanjang waktu."
"Sepanjang waktu ... maksud anda ...?"
"Sama seperti yang baru saja saya katakan. Yuuki-kun hampir tidak pernah
kembali ke dunia nyata. Atau lebih tepatnya, dia tidak bisa. Selama perawatan
rumah sakit, kami akan menggunakan morfin untuk meringankan rasa sakit pasien.
Untuk Yuuki-kun, kami menggunakan fungsi penghapus rasa dari Medicuboid
untuk menggantikan morfin ... dia telah berpergian ke segala macam dunia virtual,
selain beberapa jam sehari di mana data dikumpulkan. Tentu saja, saya berbicara
dengannya di dunia itu."
"Dengan kata lain ... dia menyelam selama 24 jam sehari ...? Sudah berapa lama
...?"
"Sekitar tiga tahun."
Mendengar jawaban sederhana dokter, Asuna segera tidak bisa mengatakan
apapun.
Sebelum hari ini, Asuna berpikir bahwa di antara semua pengguna AmuSphere di
seluruh dunia, orang-orang dengan pengalaman menyelam yang paling banyak
pastilah pemain SAO lama, termasuk dirinya. Tapi sekarang dia tahu bahwa dia
salah. Gadis kurus yang berbaring di depannya ini adalah traveler virtual paling
murni di dunia. Ini adalah alasan mengapa Yuuki menjadi begitu kuat.
―Kamu sudah dari dulu menjadi penduduk dunia ini? Kirito pernah menanyakan
ini pada Yuuki. Dia pasti telah merasakan bahwa Yuuki mirip dengannya dalam
beberapa aspek selama pertarungan singkat mereka.
Asuna menyadari bahwa sebentuk keyakinan mulai menyebar di dalam dirinya.
Rasanya seperti dia sedang berdiri di depan seorang pendekar pedang yang jauh
melampaui dirinya, menawarkan pedang yang dicintainya pada pendekar ini. Dia
memiliki perasaan seperti itu saat menutup matanya, dan kemudian menunduk.
Setelah hening sejenak, Asuna kembali menatap Dokter Kurahashi,
"Terima kasih untuk membiarkan saya melihat Yuuki―dia pasti baik-baik saja jika
ia terus tetap di sini, kan? Dia bisa terus melanjutkan perjalanan melalui dunia itu,
kan ...?"
Namun, dokter tidak menjawab pertanyaan Asuna secara langsung. Dia duduk di
kursi di depan panel kontrol, meletakkan tangan di atas lututnya, dan kemudian
menatap Asuna dengan ekspresi kuat.
"―Walaupun dia berada di ruang steril, mustahil untuk menghilangkan bakteri dan
virus yang ada di dalam tubuhnya. Dengan melemahnya sistem imun, mereka akan
terus bertambah banyak. Saat ini, Yuuki-kun terinfeksi oleh Cytomegalovirus[33]
dan Non- tuberculous Mycobacteria[34]
, dan dia hampir kehilangan semua
penglihatannya. Encephalitis[35]
yang disebabkan oleh HIV yang memburuk, dan
saya pikir dia mungkin tidak akan mampu menggerakkan tubuhnya sendiri."
"..."
"Dia terinfeksi HIV selama 15 tahun ... AIDSnya telah muncul selama 3,5 tahun.
Saat ini, kondisi Yuuki-kun dalam keadaan terminal state. Dia dengan jelas tahu
tentang hal ini. Saya kira Anda pasti tahu alasan Yuuki-kun menghilang
sebelumnya tepat di depan mata Anda."
"Bagaimana bisa ... bagaimana bisa ..."
Asuna melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya sedikit. Namun, dia
tidak bisa mengabaikan apa yang baru saja dia dengar dengan telinganya.
Yuuki selalu ragu-ragu apakah dia harus bersama dengan Asuna. Alasan dia
melakukannya karena dia benar-benar peduli pada Asuna. Dia melakukan hal ini
untuk mencegah Asuna merasakan sakit pada hari ketika ia harus pergi. Tidak,
bukan hanya dia. Karena itulah Shiune dan anggota Sleeping Knights lainnya
bersikap seperti kelompok yang misterius karena menyadari kebenaran ini.
Namun, Asuna tidak pernah menyadarinya, dan tidak pernah mencoba untuk
berpikir tentang hal itu. Dia hanya terus menyakiti Yuuki. Mengingat air mata
Yuuki yang jatuh sebelum dia log out dari Kastil Besi Hitam, Asuna merasakan
sakit di dalam hatinya.
Pada saat ini, Asuna memikirkan sesuatu, dan ia segera menatap dokter.
"Lalu ... Dokter, apa Yuuki memiliki kakak perempuan ...?"
Pada pertanyaan ini, dokter segera mengerutkan dahi seolah-olah ia terkejut oleh
pernyataan tiba-tiba ini, dan ragu-ragu untuk sementara waktu, sebelum perlahan-
lahan menganggukkan kepalanya.
"―Ini bukan tentang Yuuki-kun sendiri, jadi saya tidak menyebutkannya ... ya, dia
memiliki kakak perempuan kembar. Operasi cesar di awal itulah yang
menyebabkan tragedi ini."
Dokter tampaknya mencari melalui kenangan saat dia berkata,
"Nama kakaknya adalah Aiko, dan dia juga tinggal di rumah sakit ini. Kedua
saudara kembar itu tidaklah begitu mirip ... kakaknya akan selalu tersenyum di
masa lalu, diam-diam melindungi Yuuki-kun yang energik dan lincah. Oh ya ...
penampilannya agak menyerupai Anda ... "
Mengapa masa lalu? Asuna bergumam jauh di dalam hatinya dan menatap dokter.
Dan dokter tampaknya mendengar suara di dalam hatinya saat ia menambahkan,
"Orang tua Yuuki-kun ... meninggal 2 tahun yang lalu, dan kakaknya meninggal
setahun yang lalu."
Apa yang dia pikirkan adalah dia harus memahami arti dari kehilangan sesuatu
yang penting.
Di dunia itu, Asuna melihat banyak contoh orang yang mati, dan dia sendiri
beringsut di tepi kematian. Karena itu, ia merasa bahwa ia memahami makna dari
hidup dan mati. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengubah fakta yang terjadi di
depannya ini walaupun dia berjuang.
Dia mengenal Yuuki hanya selama beberapa hari, tapi setelah mengetahui masa
lalunya dan situasi saat ini, Asuna masih belum bisa menerima kenyataan seberat
ini, dan hanya bisa menyandarkan tubuhnya pada kaca tebal di depannya. Arti dari
istilah 'realitas' dan sesuatu yang penting tampaknya menjadi korosi dan kabur,
bahkan menghilang sepenuhnya di akhir. Asuna menunduk dan meletakkan
dahinya pada permukaan sedingin es.
Aku telah berjuang keras, jadi apa salahnya menjadi ngotot untuk sedikit
kebahagiaan? Asuna selalu memiliki pemikiran ini, karena itulah ia takut berubah,
tidak berani berdebat dengan orang lain, dan hanya bisa menemukan segala macam
alasan untuk kepengecutan dan sifat diamnya.
Namun, Yuuki telah berjuang sejak dia lahir. Dia terus bergulat melawan realitas
kejam yang mencoba untuk mengambil semua hal darinya. Bahkan setelah
mengetahui kematian yang mendekatinya, dia masih mampu menunjukkan senyum
yang mempesona.
Asuna memejamkan matanya keras dan berteriak pada Yuuki, yang sedang dalam
perjalanan di dunia jauh tertentu, dari dalam hatinya.
―Biarkan aku melihatmu lagi. Sekali saja.
Kali ini, setelah mereka bertemu, keduanya harus terus berbicara untuk waktu yang
lama. Yuuki pernah berkata bahwa beberapa hal harus diselesaikan melalui cara
keras agar kelompok lain dapat mengerti. Jika dia tidak bisa menghilangkan sisi
lemah dan semua masalahnya untuk berbicara dengan Yuuki, tidak perlu bagi
keduanya untuk berbicara.
Asuna akhirnya merasakan cairan hangat yang keluar dari matanya. Dia
meletakkan tangan kanannya pada kaca dan memberikan kekuatan pada jari-
jarinya, tampak seperti dia sedang mencari jenis sentuhan tertentu pada permukaan
yang licin itu.
Pada saat ini, suara lembut datang dari suatu tempat.
[Jangan menangis, Asuna.]
Asuna cepat mengangkat kepalanya, terkejut. Dia mengusap air di bulu matanya
dan membuka matanya, menatap Yuuki yang sedang berbaring di tempat tidur.
Sosok mungil itu tidak berbeda dari sebelumnya, masih terbaring di sana. Mesin
yang menutupi wajah Yuuki tidak berubah sama sekali. Namun, Asuna melihat
cahaya biru yang berkedip pada panel monitor yang berlawanan dengan kaca.
Kata-kata di belakang layar berbeda dari sebelumnya, menampilkan kata-kata
[pengguna berbicara].
"Yuuki ...?"
Asuna bergumam, dan kemudian berbicara dengan suara gemetar yang tidak jelas,
"Yuuki? Apa kamu di sana?"
Asuna segera mendengar respon. Tampaknya suara itu datang dari mikrofon
terpasang yang di dinding,
[Un. Itu melalui kamera, tapi aku bisa melihatmu, Asuna. Hebat ... kamu terlihat
seperti kamu yang ada di dalam game. Terima kasih ... untuk datang menemuiku.]
"... Yuuki ... aku ... aku ..."
Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak tahu apa yang harus ia katakan.
Kecemasan yang tidak dapat dijelaskan ini membuat dada Asuna merasa tidak
nyaman.
Tapi sebelum ia berbicara, suara datang dari atas kepalanya lagi.
[Dokter, tolong biarkan Asuna menggunakan ruangan sebelah.]
"Eh ..."
Asuna bingung dan melihat sekeliling untuk melihat Dokter Kurahashi yang
terlihat serius saat ia tampaknya memikirkan sesuatu. Namun, ia segera
menunjukkan senyum stabil yang menjelaskan semuanya, dan menganggukkan
kepala sebelum berkata,
"Baiklah―ada kursi yang saya gunakan untuk FullDive untuk berbicara dan
sebuah AmuSphere. Pintunya dapat dikunci dari dalam, tapi tolong cobalah untuk
tidak melebihi 20 menit. Adapun prosedurnya, saya tidak akan menjelaskannya."
"A ... Aku mengerti."
Asuna buru-buru mengangguk, dan kemudian kembali menatap gadis yang sedang
berbaring dengan Medicuboid. Suara Yuuki menggema lagi.
[Aplikasi untuk ALO terpasang di dalamnya. Setelah kamu log in, kita akan
bertemu di tempat pertama kita bertemu.]
"Un ... aku mengerti. Tunggu sebentar, aku akan segera ke sana."
Asuna berbicara dengan suara kuat, membungkuk pada Dokter Kurahashi di
belakangnya, dan berbalik. Dia mengambil beberapa langkah ke pintu yang jauh di
dalam ruang observasi dan mengangkat tangannya pada pemindai. Pintu meluncur
ke samping, dan Asuna segera melesat masuk
Apa yang ada di balik pintu adalah sebuah ruangan dengan ukuran setengah ruang
observasi. Ada dua kursi tidur kulit hitam di dalam, dan headrest di kedua sisinya
memiliki helm familiar berbentuk cincin.
Asuna buru-buru mengunci pintu, menaruh tasnya di lantai dan berbaring di kursi
terdekat. Dia menggunakan tombol pada pegangan untuk menyesuaikan sudut
berbaring di punggungnya, dan kemudian mengangkat AmuSphere sebelum
menaruhnya di kepalanya. Dia mengambil napas dalam-dalam, menekan saklar,
dan ada cahaya putih di depannya. Kesadaran Asuna meninggalkan dunia nyata.
Setelah bangun sebagai pengguna Rapier dari ras peri air, Asuna secara harfiah
terbang keluar dari kamar tidur di rumah hutan bahkan sebelum indranya terbiasa
dengan dunia VR.
Dia mengepakkan sayapnya di udara untuk meluncur, dan segera terbang keluar
dari jendela tanpa menyentuh lantai. Saat ini, sekitar fajar di Alfheim, dan hutan
lebat tertutupi kabut putih. Dia berputar di udara dan segera bangkit dengan cepat,
menerobos kabut putih sambil naik keluar dari hutan. Asuna meletakkan tangannya
dekat dengan dirinya dan terus bergegas melewati pusat tingkat.
Membutuhkan waktu kurang dari 3 menit untuk mencapai langit di atas jalan
utama. Kemudian, Asuna terbang langsung ke pusat plaza dan mendarat di depan
gerbang transfer. Saat pemain yang tak terhitung jumlahnya menatapnya dengan
mata lebar, dia berbalik dan menarik perhentian darurat. Dia kemudian melompat
ke portal saat dia berhenti.
"Transfer! Panareze!"
Saat dia meneriakkan itu, cahaya putih kebiruan segera mengalir turun seperti air
terjun, menekan Asuna naik.
Transfer segera berakhir. Begitu dia keluar dari gerbang transfer, itu adalah pusat
plaza utama Panareze pada tingkat 24. Asuna dengan kuat menendang lantai batu
di sebelah kanannya dan melompat ke angkasa. Kali ini, ia terbang ke arah utara
pulau dari ibukota. Gadis itu terbang dengan kecepatan penuh hingga
meninggalkan afterimages pada air yang bergetar.
Dalam waktu singkat, ia melihat satu sosok di pohon besar. Rasanya seperti
duelnya di dasar pohon melawan «Pedang Absolut» Yuuki telah lewat dalam
waktu yang lama. Pulau yang penuh sesak saat itu bisa dikatakan benar-benar sepi
saat ini.
Asuna melambat saat dia pergi ke sekitar pohon dan bersiap-siap mendarat. Karena
lapisan tebal kabut di bawahnya, dia tidak bisa melihat tanah.
Begitu dia melangkah ke rumput yang tertutupi dengan embun, dia mulai melihat
lingkungan sekelilingnya. Mungkin cahaya hari ini tidak cukup karena dia hanya
bisa melihat beberapa meter di depannya. Merasa cemas, Asuna hanya bisa
bergerak di sekitar hutan dengan cepat.
Setelah setengah jalan dan tiba di sisi timur pohon ... cahaya akhirnya datang dari
luar, menyapu kabut pagi dengan segera. Asuna akhirnya menemukan orang yang
dia cari melalui celah diantara tirai putih.
Punggung Yuuki yang sedang menghadap Asuna, dan rambut berwarna ungu
gelapnya dan gaun ungu kebiruan itu bergoyang. Pada saat ini, Asuna hanya bisa
menahan napas dan melihat hal ini. Gadis elf gelap itu tiba-tiba berbalik dan
menatap Asuna dengan mata berwarna permatanya. Bibir berwarna terangnya
menunjukkan senyum lemah, seperti salju.
"―Untuk beberapa alasan, aku hanya punya perasaan bahwa Asuna akan mencoba
untuk menemukanku di dunia nyata. Aku tidak mengatakan apa-apa, dan itu tidak
akan mungkin terjadi."
Setelah menggumamkan kata-kata seperti, Yuuki tersenyum lagi,
"Tapi kamu tetap datang, Asuna. Jarang firasatku menjadi kenyataan, tapi aku
benar-benar bahagia ..."
Mereka tidak bertemu hanya beberapa hari saja, tapi rasanya postur berdiri Yuuki
seperti memiliki perasaan sedikit transparan. Hal ini membuat Asuna merasakan
sesak di dadanya, karena dia terlihat takut, bertanya-tanya apakah gadis di
depannya ini hanyalah ilusi, saat ia perlahan-lahan berjalan ke depan, langkah demi
langkah.
Jari-jari Asuna yang terulur akhirnya menyentuh Yuuki pada bahu kirinya. Dia
segera tak bisa menahan dorongan untuk memeriksa suhu tubuh Yuuki saat ia
dalam diam memeluknya dengan kedua tangan.
Yuuki tidak terlihat panik sama sekali, saat ia bersandar di bahu Asuna seperti
rumput yang bergoyang karena angin. Dia masih memakai armornya, tapi tubuh
Yuuki tetap memberikan kehangatan yang cukup untuk menggerakkan hati
seseorang. Tingkat kehangatan ini lebih dari nilai-nilai yang impuls elektrik bisa
tentukan. Asuna menghela napas dan memejamkan mata.
"... Ketika Nee-chan memelukku, dia memiliki wangi ini juga. Wangi dari matahari
...."
Yuuki, yang beristirahat pada tubuh Asuna, bergumam.
Pada saat ini, Asuna akhirnya mengeluarkan kata-kata pertamanya melalui bibir
yang gemetar.
"Aiko ... san? Kakakmu bermain VRMMO juga?"
"Un. Rumah sakit mengijinkan orang untuk menggunakan AmuSphere di kamar
biasa. Nee-chan adalah pemimpin pertama dari Sleeping Knights. Dia lebih kuat
dariku ..."
Asuna merasakan bahwa dahi Yuuki bersandar keras pada bahunya, dan
mengangkat tangan kanannya untuk membelai rambut halus dari elf gelap ini.
Yuuki membeku untuk sementara waktu, tapi segera merileks, dan kemudian
melanjutkan,
"Pada awalnya, ada 9 anggota Sleeping Knights, tapi termasuk Nee-chan, 3 orang
telah menghilang ... jadi aku membicarakannya dengan Shiune dan yang lain,
bahwa kami akan membubarkan guild saat orang berikutnya menghilang. Sebelum
itu, kami ingin menciptakan kenangan indah bersama-sama ... membicarakan
tentang sebuah petualangan yang kami harap dapat membuat Nee-chan bangga ... "
"..."
"Tempat pertama kali kami bertemu adalah sebuah jaringan medis yang disebut
«Serene Garden», sebuah rumah sakit virtual. Walaupun penyakit kami semua
berbeda, dalam arti luas, kami semua berada dalam situasi yang sama. Kami bisa
berbicara satu sama lain dalam dunia VR, bermain game, dan menikmati hidup
kami sepenuhnya sampai akhir ... inilah maksud di balik operasi ini."
Setelah mendengar kata-kata Dokter Kurahashi saat dia memasuki rumah sakit,
jantung Asuna telah agak merasa bahwa Sleeping Knights, termasuk Yuuki, bisa
menjadi begitu kuat, energik dan tenang karena mereka semua berada dalam
perahu yang sama.
Meskipun dia telah memiliki pikiran seperti itu, kata-kata Yuuki terus membebani
pikiran Asuna. Senyum ceria Shiune, Jun, Tecchi, Nori, Taruken terlintas di
benaknya.
"Maaf karena tidak mengatakan yang sebenarnya padamu, Asuna. Alasan Sleeping
Knight hendak bubar pada musim semi bukan karena semua orang mulai sibuk dan
tidak ingin bermain game, tetapi karena dua dari kami sudah dinyatakan tidak
dapat bertahan hidup sampai akhir Maret. Jadi ... jadi, itu sebabnya kami berharap
untuk menciptakan kenangan terakhir kami di dunia yang indah. Kami ingin
meninggalkan bukti bahwa kami pernah ada di Memorial itu."
Suara Yuuki mulai bergetar lagi. Namun, Asuna hanya bisa mengerahkan sedikit
kekuatan ke lengannya yang memeluk Yuuki.
"Namun, serangan kami tidak berhasil ... semua orang mendiskusikannya dan
memutuskan untuk meminta seseorang untuk membantu kami. Sebenarnya,
sebagian dari kami benar-benar keberatan untuk itu. Saat orang itu mengetahui
masalah kami, kami akan menjadi pengganggu baginya, dan akan ada kenangan
buruk yang tertinggal. Pada akhirnya, ini benar-benar terjadi ... maaf ... Aku benar-
benar minta maaf Asuna. Jika mungkin ... mohon lupakanlah kami ... "
"Bagaimana aku bisa melakukannya?"
Setelah menjawab sederhana, Asuna membawa wajahnya pada Yuuki.
"Aku tidak pernah merasa terganggu, dan aku tidak pernah berpikir bahwa itu
adalah kenangan buruk. Bisa bertemu dengan kalian, bisa membantu kalian
mengalahkan bos, aku sangat senang. Bahkan sampai sekarang... aku ingin
bergabung dengan Sleeping Knight!"
"... Ahh ..."
Yuuki bernapas dan tubuhnya tersentak sejenak.
"Aku ... benar-benar bahagia bisa datang ke dunia ini untuk bertemu dengan Asuna
... kata-kata darimu itu sudah cukup. Aku bahagia sekarang ... Aku tidak menyesal
..."
"..."
Asuna meletakkan kedua tangannya di bahu Yuuki dan perlahan-lahan
menggerakkan tubuhnya menjauh sambil menatap mata berwarna permata terang
itu.
"Kamu masih memiliki banyak hal yang belum dilakukan, bukan ...? Ada banyak
tempat di Alfheim yang belum pernah kamu lihat ... termasuk dunia VR lain, dunia
ini bisa dikatakan tidak terbatas. Itu sebabnya kamu tidak boleh bilang bahwa
kamu sudah puas ... "
Asuna dengan putus asa berbicara kepada Yuuki, tapi dia hanya menunjukkan
ekspresi tertekan saat dia melihat ke tempat lain, dan kemudian tersenyum,
"Selama tiga tahun ini ... kami sudah melalui segala macam petualangan di segala
macam dunia. Aku berharap bahwa halaman terakhir dalam hidupku akan menjadi
kenangan yang dibuat bersama dengan Asuna."
"Tapi ... kamu memiliki banyak hal yang belum kamu selesaikan dan tempat-
tempat yang ingin kamu tuju, kan ..."
Dia merasa bahwa jika dia setuju dengan apa yang dikatakan Yuuki, gadis di
depannya ini akan menghilang di balik kabut pagi. Karena itu, Asuna dengan panik
mencoba meyakinkannya. Pada saat ini, Yuuki memutar matanya yang melihat
kejauhan kembali ke Asuna, dan menunjukkan senyum nakal yang dia tunjukkan
beberapa kali dalam serangan mereka melawan bos.
"Ya ... jika mungkin, aku ingin melihat sekolah."
"Se ... sekolah?"
"Aku kadang-kadang akan pergi ke sekolah di dunia khayalan, tapi aku selalu
merasa bahwa itu terlalu damai, indah dan formal. Aku ingin kembali ke sekolah
nyata dimana aku terbiasa belajar di dalamnya."
Dia berkedip, dan tersenyum, sebelum mengernyit kembali secara malu.
"Maaf, aku tahu ini tidak mungkin. Aku berterima kasih atas pemikiranmu, Asuna,
tapi aku benar-benar sudah puas ..."
"―Mungkin kamu benar-benar bisa pergi."
"Eh ...?"
Yuuki terus berkedip dan menatap Asuna dengan serius. Asuna terus memanggil
beberapa kenangan dalam pikirannya dan berbicara lagi,
"Mungkin kamu benar-benar bisa pergi ke sekolah ..."
Bab 10
Keesokan harinya, 12 Januari 12:50pm, di ujung utara lantai ketiga dari kompleks
sekolah kedua.
Di ruang komputer dimana suara buzz tanda istirahat siang bisa terdengar sedikit,
Asuna menegakkan punggungnya dan duduk di atas kursi.
Di bahu kanan seragam jenis blazernya, ada mesin berbentuk kubah berdiameter
sekitar 7cm yang tergantung bersama pengikatnya.
Dasarnya dibuat dengan memotong aluminium, dan kubahnya terbuat dari acrylic
transparan. Orang bisa melihat ke bagian dalam lensa. Ada dua kabel yang
terpasang ke stop kontak di bawahnya. Salah satunya dipasang pada ponsel di saku
blazer Asuna, sementara yang lain dipasang pada komputer di atas meja di
dekatnya.
Kazuto dan dua siswa lainnya, yang mengikuti kursus mechatronic bersamanya,
berbicara satu sama lain di depan komputer, mengobrol seolah-olah mereka sedang
merapal mantra.
"Sudah kukatakan padamu bahwa giroskop ini terlalu sensitif. Jika kamu ingin
memprioritaskan kemampuan visualnya, kamu harus menyesuaikan parameter ini
dan ini."
"Tapi bukankah akan ada lag jika ada gerakan tiba-tiba?"
"Kita hanya bisa menunggu program pengoptimalan pembelajaran mulai berefek
kalau begitu, Kazu."
"Apa kamu belum selesai juga, Kirito-kun? Istirahat makan siang sudah hampir
berakhir!"
Asuna, yang dipaksa untuk mempertahankan posisi itu selama 30 menit,
mengeluarkan suara cemas. Kazuto mengeluarkan sebuah 'un' dan mengangkat
kepalanya.
"Pengaturan awal sudah OK untuk saat ini. Erm, Yuuki-san, bisakah kamu
mendengarku?"
Kazuto tidak berbicara pada Asuna, tetapi pada perangkat berbentuk kubah. Dalam
mikrofon pada mesin, suara enerjik milik «Pedang Absolut» Yuuki datang.
[Haii, aku mendengarmu dengan keras dan jelas!]
"Oke, aku akan menyesuaikan pengaturan awal di sekitar visual untuk melihat
apakah itu baik-baik saja. Ketika visual sudah cukup jelas, bersuaralah."
[Ya, aku mengerti.]
Perangkat berbentuk kubah di bahu Asuna, umumnya disebut «Double-sided
Visual and Hearing message Probe»[36]
, yang merupakan tema yang kelas Kazuto
mulai eksperimenkan dan tingkatkan di dunia ini.
Sederhananya, perangkat ini dapat terhubung melalui AmuSphere dan Jaringan,
menciptakan link visual dan audio langsung antara orang-orang di dunia virtual ke
dunia nyata. Itu menggunakan lensa dan mikrofon dari probe untuk mengumpulkan
data, melewati handphone Asuna ke jaringan, dan kemudian ke Medicuboid di
Rumah Sakit Umum Yokohama Utara dan akhirnya ke Yuuki, yang menyelam ke
dalam dunia virtual khusus. Lensa bisa berputar dengan bebas di dalam kubah agar
Yuuki dapat melihat gambar apa pun yang ingin dia lihat. Saat ini, Yuuki pasti
mendapat perasaan bahwa dia berukuran 1/10 dari ukuran tubuhnya sendiri dan
duduk di atas bahu Asuna.
Saat Asuna mendengar gerutuan Kazuto mengenai penelitian ini, dia langsung
berpikir bahwa perangkat ini bisa digunakan ketika dia mendengar bahwa Yuuki
ingin pergi ke sekolah.
Uiin. Perangkat berdering di bahu kanan saat lensa telah disesuaikan. Yuuki
kemudian berkata 'Aku melihatnya' saat itu berhenti.
"Baiklah. Itu yang harus dilakukan untuk saat ini. Asuna, kami menambahkan unit
stabilizer, tapi cobalah untuk tidak melakukan sesuatu yang terlalu mendadak.
Jangan membuat suara yang terlalu keras juga. Dia bisa mendengarnya jika
volumenya terdengar."
"Oke, aku mengerti ~."
Asuna merentangkan punggungnya saat ia menjawab Kazuto, yang mengomel
tentang hal-hal yang harus dia ingat sebelum berdiri. Dia melihat Kazuto
memasang kabel yang terhubung ke PC dan segera berbisik pada probe di bahu,
"Maaf, Yuuki. Aku ingin membawamu ke sekeliling sekolah, tapi istirahat makan
siang sudah berakhir."
Suara Yuuki segera datang dari mikrofon mini.
[Tidak apa-apa. Aku lebih tertarik mendengarkan pelajaranmu!]
"Oke, mari kita sapa guru untuk periode berikutnya."
Setelah melambaikan tangan pada Kazuto dan dua temannya yang berhasil
menyelesaikan semua pengaturannya dalam waktu singkat dan menunjukkan
tampilan lelah, Asuna berjalan keluar dari laboratorium komputer.
Dia melewati koridor, menuruni tangga, dan melewati jembatan link sekolah
diantara kompleks. Yuuki akan mulai bersemangat setiap kali dia melihat apapun,
tapi dia langsung terdiam begitu mereka tiba di depan pintu bertanda 'Ruang Guru'.
"... Ada yang salah?"
[Mm ... yah, aku tidak terlalu suka datang ke ruang guru di masa lalu ...]
"Fufufu, jangan khawatir. Para guru di sekolah ini tidak seperti itu."
Asuna tersenyum dan berbisik sebelum membuka pintu dengan cepat.
"Permisi!"
[Pe, permisi!]
Dua suara, satu keras dan satu pelan terdengar di dalam ruangan pada waktu yang
sama. Asuna lalu cepat-cepat berjalan melewati seluruh baris meja.
Periode kelima adalah Bahasa Nasional, dan guru yang mengambil periode ini
adalah seorang guru yang pernah menjadi kepala departemen di sekolah
independen. Dia pensiun, dan setelah itu, secara sukarela datang ke fasilitas
pendidikan yang tiba-tiba dibangun ini. Dia hampir berusia 70 tahun, tetapi
berhasil mengoperasikan perangkat jaringan di seluruh sekolah ini, dan Asuna
menyukai sifatnya yang bijaksana.
Karena dia mengetahu sifat guru ini, Asuna merasa bahwa dia mungkin tidak akan
keberatan mendengarkan Yuuki, tapi masih tetap gugup menjelaskan seluruh
situasi. Guru dengan rambut dan janggut putih itu mengambil cangkir teh besar di
tangannya saat ia mendengarkan penjelasan Asuna. Setelah dia selesai, guru
mengangguk dan berkata,
"Un, tidak apa-apa. Oh ya, siapa namamu?"
[Ah, saya ... Yuuki-Konno Yuuki.]
Setelah mendengar jawaban langsung dari dalam probe, guru itu kurang lebih
terlihat kaget, tapi dia langsung tersenyum dan berkata,
"Konno-san, jika kamu mau, silahkan datang ke kelas. Kita akan memulai pada
«Torokko» oleh Akutagawa. Ini hanya akan menarik jika kamu mempelajarinya
sampai akhir."
[Ya ... ya, terima kasih banyak!]
Setelah Yuuki dan Asuna selesai mengucapkan terima kasih kepada guru, bel
persiapan untuk kelas berdering, dan Asuna buru-buru membungkuk dan
menundukkan kepalanya untuk pergi. Setelah mereka meninggalkan ruang guru,
keduanya menghela napas pada saat yang sama.
Setelah saling memandang dan tersenyum, Asuna dengan cepat kembali ke kelas.
Setelah dia kembali ke tempat duduknya, para siswa di sekitarnya segera bertanya
padanya perangkat misterius apa di bahunya itu. Asuna menjelaskan bahwa Yuuki
dirawat di rumah sakit, dan saat Yuuki benar-benar berbicara, semua orang
langsung mengerti. Mereka mulai memperkenalkan diri. Setelah ini berakhir, bel
berdering untuk kelas, dan sesosok guru muncul di pintu.
Saat ketua kelas memanggil untuk memberi salam―lensa probe mulai bergerak
naik dan turun―guru yang tiba di podium mengelus jenggot di dagunya dan
memulai pelajaran seperti biasa.
"Eh―dan sekarang, kita akan mulai dari halaman 98 dari buku teks, «Torokko»
oleh Akutagawa Ryunosuke. Ini adalah sebuah karya yang dibuat ketika
Akutagawa berusia 30 tahun―"
Ketika guru menjelaskan, Asuna mengeluarkan komputer tipe tablet tipisnya, dan
kemudian meletakkannya di depan Yuuki sehingga ia bisa melihatnya. Namun,
kalimat yang guru katakan selanjutnya hampir menyebabkannya menjatuhkan PC
dari tangannya.
"―Kalau begitu, silahkan seorang siswa membaca ini dari paragraf pertama.
Konno Yuuki-san, bisakan kamu membaca bagian ini?"
"Ha?"
[Y, ya?]
Asuna dan Yuuki mengeluarkan suara kaget, dan langsung ada keributan di dalam
kelas.
"Apa ada masalah?"
Sebelum Asuna bisa menjawab pertanyaan guru, Yuuki sudah menjawab dengan
keras,
[Ok, saya mengerti!]
Tampaknya speaker di dalam probe memiliki perangkat yang menaikkan volume,
saat suara Yuuki dengan jelas mengisi setiap sudut di dalam kelas. Asuna buru-
buru berdiri, mengangkat tablet PC ke lensa, memiringkan kepala ke kanan, dan
berbisik,
"Yuuki ... kamu, kamu bisa membacanya?"
[Tentu saja. Aku suka membaca buku!]
Yuuki berhenti untuk sementara waktu setelah menjawab, dan kemudian mulai
membaca isi buku teks dengan suara enerjik.
[... Susunan sederhana peletakan kata kerja antara Odawara dan Atami adalah ...]
Asuna, yang memegang komputer, menutup matanya saat ia memfokuskan Yuuki
yang membaca kalimat dalam irama.
Layar di dalam hati Asuna dengan jelas menampilkan Yuuki, mengenakan seragam
yang sama dengan miliknya, berdiri tepat di sampingnya. Asuna yakin bahwa suatu
hari, mimpi ini akan menjadi nyata. Perawatan medis akan meningkat setiap tahun.
Dalam waktu dekat, mereka pasti akan mampu menemukan obat untuk
menghilangkan HIV sepenuhnya, dan Yuuki dapat kembali ke dunia nyata. Pada
saat itu, dia harus memegang tangan aslinya dan memperkenalkan sekolah dan
tetangga dekat rumahnya padanya. Setelah sekolah, mereka harus pergi ke sebuah
restoran makanan cepat saji yang jauh, makan hamburger dan mengobrol.
Asuna diam-diam menyeka air matanya agar Yuuki tidak dapat melihatnya. Yuuki
terus membaca bagian klasik ini dari abad sebelumnya, dan guru tidak pernah
menyuruhnya berhenti. Sore sekolah menjadi tenang secara abnormal, dan rasanya
seperti seluruh sekolah sedang mendengarkannya.
Yuuki kemudian melanjutkan mengikuti pelajaran sampai akhir periode keenam,
dan Asuna memperkenalkannya pada lingkungan sekolah seperti yang ia janjikan.
Tanpa diduga, beberapa teman sekelasnya mengikutinya, dan semua orang
mencoba berbicara pada Yuuki.
Di akhir, akhirnya keduanya sendirian, dan saat Asuna duduk di bangku di
halaman, langit menjadi oranye.
[Asuna ... terima kasih banyak untuk hari ini. Aku senang ... Aku pasti tidak akan
melupakan hari ini.]
Yuuki tiba-tiba berkata dengan nada serius, dan Asuna secara naluriah menjawab
dengan suara ceria,
"Apa yang kamu katakan? Bukankah para guru mengatakan bahwa kamu bisa
datang setiap hari? Bahasa Jepang pada periode ketiga besok. Kamu tidak boleh
terlambat! Omong-omong ... yah, apa kamu memiliki tempat lain yang ingin kamu
lihat? Dimanapun tidak apa-apa, yang penting selain kantor kepala sekolah."
Yuuki tertawa, dan kemudian terdiam. Setelah beberapa saat, dia dengan takut
berkata,
[Yah ... Aku punya tempat yang ingin kutuju ...]
"Dimana?"
[Apa suatu tempat di luar sekolah tidak apa-apa?]
"Eh ..."
Asuna hanya bisa terdiam. Dia merenung sejenak, tetapi memutuskan bahwa
baterai probenya masih akan bertahan, dan Yuuki pasti dapat melihatnya asalkan
terminal genggam tetap terhubung ke internet.
"Un, tidak apa-apa. Tidak akan apa-apa jika antena genggam dapat mencapainya."
[Sungguh? Ini ... sedikit jauh ... Aku ingin kamu membawaku ke Hodogaya di
Yokohama, sebuah tempat yang disebut Tsukimidai.]
Dari sekolah, Asuna dan Yuuki menaiki kereta dari wilayah Tokyo Barat dan pergi
ke Hodogaya, Yokohama.
Mereka tidak dapat saling berbisik di kereta, tapi begitu mereka sampai ke jalan,
Asuna mengabaikan tatapan di sekitarnya dan terus berbicara dengan probe dua
arah di bahunya. Yuuki tidak pernah menyangka bahwa jalanan akan berubah
begitu banyak selama 3 tahun ia dirawat di rumah sakit, jadi Asuna akan menjadi
tumpuan untuk menjelaskan padanya setiap kali ada sesuatu yang membuatnya
tertarik.
Saat mereka terus berjalan dan berhenti, jam besar di tengah stasiun kereta api
menunjukkan waktu 5:30pm ketika mereka sampai di tempat tujuan mereka,
Stasiun Hoshikawa.
Mereka menatap langit yang berubah dari warna merah gelap ke ungu gelap, dan
Asuna mengambil napas dalam-dalam. Mungkin karena ada banyak hutan di
dekatnya, dia merasa bahwa udara dingin di sini terasa berbeda dari Tokyo.
"Jalan ini benar-benar indah, Yuuki. Langitnya terlihat luas."
Yuuki berkata dengan nada energik tanpa rasa malu,
[Un ... maaf, Asuna. Permintaan keras kepalaku membuatmu bisa pulang begitu
terlambat ... apa tidak apa-apa, Asuna?]
"Tidak apa-apa. Sudah biasa bagiku untuk pulang terlambat!"
Dia mengatakan itu secara naluriah, namun pada kenyataannya, Asuna harus
berada di rumah sebelum makan malam dimulai, hampir sepanjang waktu. Itu
karena ibunya tidak akan senang jika dia tidak melakukannya. Namun, dia merasa
bahwa tidak akan masalah walaupun dia pulang dan benar-benar dimarahi. Selama
Yuuki berharap padanya, dan baterai probenya cukup, dia tidak peduli seberapa
jauh dia akan pergi.
"Aku akan mengirim pesan."
Asuna berkata dengan nada riang, dan kemudian mengeluarkan ponsel. Dia
mengirimkan pesan ke komputer di rumah saat sedang terhubung pada probe,
mengatakan bahwa dia akan pulang terlambat. Ibunya akan mengirim pesan
padanya untuk tidak mengabaikan jam malam dan kadang-kadang bahkan secara
pribadi meneleponnya, tetapi jika ponsel terhubung ke internet, panggilan mungkin
akan dikirim ke pesan suara.
"Semua baik-baik saja sekarang. Lalu, kemana kamu ingin pergi, Yuuki?"
[Erm ... belok kiri dari depan stasiun, dan kemudian belok ke kanan di lampu lalu
lintas kedua ...]
"Nn, mengerti."
Asuna mengangguk, dan kemudian mulai berjalan maju. Dengan Yuuki yang
memimpinnya, dia pergi melalui jalan perbelanjaan kecil di depan stasiun.
Yuuki akan mengatakan beberapa kata seolah dia sedang mengenang ketika
mereka berjalan melalui toko roti, toko ikan, kantor pos atau di depan kuil. Segera,
mereka tiba di daerah perumahan. Yuuki mendesah saat dia melihat sebuah rumah
dengan rumah anjing besar dan pohon kamper yang besar.
Karena itu, walaupun Yuuki tidak mengatakannya, Asuna mengerti bahwa jalan ini
adalah satu tempat dimana dia pernah tinggal. Dan tepat di depan mereka berdua
adalah―
[... Setelah belok ke kanan, tolong berhenti di depan sebuah rumah putih ...]
Asuna menyadarinya. Suara Yuuki telah gemetar ketika dia mengatakan itu. Dia
melewati taman dengan deretan pohon poplar, berbelok ke kanan, dan segera
melihat sebuah bungalow berubin putih di sisi kiri.
Setelah berjalan beberapa langkah ke depan, Asuna berhenti di depan gerbang
perunggu.
[...]
Di bahunya, Yuuki menghela napas untuk waktu yang lama. Asuna dengan sengaja
mengulurkan jari tangan kirinya, meletakkannya di bawah probe aluminium, dan
berbisik padanya,
"Itu ... rumah Yuuki, kan?"
[Un ... Aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan dapat melihat rumah ini lagi ...]
Rumah dengan dinding putih dan atap hijau itu jelas terlihat lebih kecil daripada
rumah di sekitarnya, tapi itu memiliki taman yang luas. Meja di atas rumput
memiliki bangku kayu putih, dan ada kebun bunga besar yang dikelilingi oleh batu
bata merah jauh di dalam kebun.
Namun, sekarang, warna meja telah memudar karena erosi angin, dan apa yang
tersisa dari kebun bunga hanyalah tanah hitam dan rumput layu yang kering.
Jendela di kedua sisi rumah menunjukkan warna oranye hangat dan nyaman dari
sebuah harmoni keluarga, tetapi jendela di rumah putih itu tertupi bekas hujan.
Tampaknya tidak ada seorangpun yang tinggal di rumah.
Namun, hal ini telah ia duga. Orang tua dan dua anak perempuan yang pernah
tinggal bersama di rumah ini, hanya satu yang tersisa. Saat ini, yang terakhir
berada di ruang kedap udara, berbaring di tempat tidur dikelilingi oleh mesin, dan
tidak dapat meninggalkan tempat itu.
Rumah menjadi ungu gelap di bawah sinar terakhir matahari. Asuna dan Yuuki
hanya menatapnya seperti itu. Setelah beberapa saat, Yuuki berbisik,
[Terima kasih Asuna. Terima kasih telah membawaku ke suatu tempat yang jauh
seperti ini ... ]
"Apa kamu ingin melihat ke dalam?"
Akan jadi buruk jika orang yang lewat melihat hal ini, tapi Asuna masih
menanyakan hal ini. Yuuki hanya mengguncang lensa ke kiri dan kanan.
[Tidak, ini sudah cukup. Di sini ... kita harus kembali sekarang, atau jika tidak
kamu akan sangat terlambat, Asuna.]
"Ini masih awal ... kita masih bisa tetap tinggal sampai nanti."
Asuna secara naluriah menjawab ini dan berputar untuk melihat ke belakang. Apa
yang berlawanan dari jalan panjang dan sempit ini adalah sebuah taman, dan di
luar taman, ada dinding pohon dengan batu sebagai dasarnya.
Asuna berjalan menelusuri jalan dan duduk di dinding batu yang setinggi lutut.
Bagian depan probe bisa menangkap gambar dari rumah kecil yang tertidur. Di
sini, mata Yuuki seharusnya bisa melihat seluruh rumah dan halaman.
Keduanya tetap terdiam untuk sementara waktu, dan Yuuki akhirnya berkata
dengan tenang,
[Kami hanya tinggal di sini kurang dari satu tahun ... tapi saat itu, setiap hari, aku
mengingat semuanya. Kami tinggal di sebuah apartemen sebelumnya, jadi aku
merasa senang karena kami memiliki sebuah taman di sini. Mama takut kalau kami
akan terinfeksi dengan komplikasi, namun nee-chan dan aku sering berlarian di
sekitar kebun. Kami memanggang daging di depan bangku itu, dan sering
membuat rak buku dengan Ayah. Kami benar-benar bahagia saat itu ... ]
"Itu hebat. Aku tidak pernah melakukan hal-hal semacam itu sebelumnya."
Rumah Asuna memiliki apa yang bisa dikatakan sebagai taman yang terlalu luas,
tapi ia tidak ingat bermain di sana dengan orangtuanya atau kakaknya. Dia selalu
saja sendirian bermain rumah-rumahan atau menggambar. Karena itu, kenangan
keluarga yang Yuuki bicarakan bergema kuat di dalam hatinya.
[Kalau begitu, kita akan mengadakan pesta daging panggang di rumahmu di lantai
22 lain waktu.]
"Un! ... Kalau begitu, ini adalah janji. Aku akan mengundang teman-temanku dan
Shiune dan yang lainnya juga ...."
[Wa, aku harus membuat banyak daging kalau begitu. Jun dan Thatch benar-benar
tukang makan.]
"Benarkah? Mereka tidak terlihat seperti itu!"
Keduanya tertawa, dan kemudian, mereka memandang rumah Yuuki lagi.
[Sekarang ... kerabatku sedang mendebatkan rumah ini.]
Yuuki bergumam sambil terdengar sedikit kesepian.
"Apa maksudmu dengan berdebat ...?"
[Seperti apakah mereka harus merobohkannya dan membuatnya menjadi toko atau
mengubahnya menjadi tanah kosong dan menjualnya, atau menyewakannya secara
langsung ... setiap orang memiliki saran mereka sendiri. Sebelum itu, kakak
perempuan papa bahkan menyelam untuk bertemu denganku. Dia tahu bahwa aku
sakit, dan menghindariku di dunia nyata ... sebelum datang ke sini ... dan
mengatakan padaku untuk menulis surat wasiat ... ]
"..."
Mendengar itu, Asuna hanya bisa terkesiap.
[Ah, maaf. Aku seharusnya tidak menggerutukan hal-hal seperti itu padamu secara
acak.]
"Ti ... tidak apa-apa―katakan saja, biarkan semuanya keluar sampai kamu merasa
nyaman."
Asuna akhirnya berhasil mengeluarkan suara tenang. Mendengar itu, Yuuki
menggunakan probe untuk mengangguk.
[Aku akan melanjutkannya kalau begitu. Pada akhirnya ... aku mengatakan
padanya hal ini. Dalam dunia nyata, aku tidak bisa memegang pena atau cap, jadi
bagaimana aku bisa menulis surat wasiat? Pada akhirnya, bibi terkesima dan
terdiam.]
Fufufu, Yuuki tertawa pada saat ini. Asuna membalas dengan tersenyum.
[Dan kemudian, aku memintanya untuk menjaga rumah ini saat itu. Adapun biaya
pemeliharaan, warisan Papa pasti cukup untuk menutupinya selama sekitar 10
tahun. Tapi ... Kupikir itu tidak akan cukup. Kukira kemungkinan besar rumah ini
akan dirobohkan. Jadi, aku ingin melihat rumah ini sebelum hal itu terjadi ... ]
Yuuki mungkin menggunakan lensa untuk memperbesar beberapa bagian rumah
saat telinga kanan Asuna bisa mendengar perangkat kontrol servo mengeluarkan
sedikit suara. Mendengar suara mengenang Yuuki, Asuna, yang memiliki banyak
perasaan campur aduk, akhirnya mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Kalau begitu ... lakukanlah."
[Eh ...?]
"Kamu berumur 15, kan, Yuuki? Setelah kamu berumur 16, menikahlah dengan
seseorang yang kamu sukai. Orang itu dapat terus melindungi rumah ini untukmu
...."
Setelah dia mengatakan itu, Asuna menyadari bahwa dia telah mengatakan sesuatu
yang salah. Jika Yuuki benar-benar menyukai seseorang, orang itu bisa jadi salah
satu laki-laki diantara anggota Sleeping Knights. Dan mereka juga melawan
penyakit yang sulit disembuhkan, dan seseorang bahkan telah diberitahu bahwa ia
hanya memiliki beberapa bulan lagi untuk hidup. Dalam hal ini, walaupun Yuuki
menikah, situasi tidak akan berubah banyak, dan bahkan akan menjadi lebih rumit.
Selain itu, orang tersebut harus mempertimbangkan situasi dan perasaan pihak
lainnya ketika datang ke pernikahan ...
Tapi setelah beberapa saat terdiam, ahahahahaha, Yuuki mulai tertawa.
[Ahahaha, A, Asuna, kamu sungguh hebat! Jadi begitu. Aku tidak pernah
memikirkan hal itu. U ~ n, itu mungkin ide yang bagus. Jika itu surat nikah, aku
mungkin akan mencoba menulisnya―tapi aku tidak memiliki satupun partner~]
Asuna meringis dan bertanya pada Yuuki yang masih tertawa,
"Be, begitukah ...? Kulihat kamu dan Jun memiliki hubungan yang cukup baik."
[Ah, tidak, tidak. Dia masih anak-anak! Oh ya ... erm ... ]
Yuuki tiba-tiba berbicara dengan nada nakal,
[Asuna ... maukah kamu menikah denganku?]
"Eh ..."
[Ah, tapi kamu harus bergabung dengan keluargaku kalau itu terjadi, Asuna, atau
kalau tidak aku akan menjadi Yuuki Yuuki.]
Fufufu, saat Yuuki tertawa, Asuna hanya bisa memutar kosong mata putihhya.
Setiap tahun, media akan menyiarkan bahwa Jepang siap untuk menerima
pernikahan homoseksual secara sah, seperti di Amerika, tapi tidak ada biaya
perkenalan―setelah mendengar itu, Asuna segera bimbang, dan Yuuki tertawa
bahagia lagi,
[Maaf maaf, aku hanya bercanda. Kamu memiliki seseorang yang kamu sukai,
kan? Orang yang membantu menyesuaikan lensa untukku, benar ... ]
"Eh ... itu ... un, yah ..."
[Kamu harus berhati-hati~]
"Heh ...?"
[Pria itu tampaknya juga hidup di dunia yang berbeda dari realitas, dalam arti yang
berbeda dariku.]
"..."
Asuna ingin berpikir hati-hati tentang apa yang dimaksud Yuuki, tapi otak
bingungnya tidak bisa tenang tidak peduli apa. Dia mengusap wajahnya yang
menjadi merah, dan Yuuki menggunakan lensa untuk melihat sisi wajah temannya
sebelum berkata dengan suara mantap,
[Terima kasih banyak, Asuna. Aku sudah senang bisa melihat rumah ini lagi.
Walaupun rumah ini menghilang di masa depan, kenanganku akan tetap di sini.
Papa, Mama, nee-chan, kenangan indah kami bersama, akan selalu berada di sini ...
]
Asuna tahu bahwa maksud Yuuki 'di sini' bukanlah tanah yang berada di rumah,
tapi di hatinya sendiri.
Rumah lembut dan damai ini akhirnya meninggalkan kesan yang mendalam di hati
Asuna. Dia kemudian mengangguk keras, dan Yuuki melanjutkan,
[... Jika nee-chan dan aku menangis karena kami tidak bisa menahan rasa sakit
karena pengobatan, Mama akan berbicara tentang Tuhan Yesus kepada kami. Dia
mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak akan memberikan kami rasa sakit yang
tidak bisa kami tahan. Aku kemudian akan berdoa dengan Mama dan nee-chan.
Tapi saat itu, aku agak marah, karena aku tidak ingin mendengar tentang Alkitab,
tapi kata-kata Mama ... ]
Dalam waktu singkat, langit telah berubah menjadi biru gelap total, dan bahkan
ada beberapa bintang merah terang yang mulai berkelip.
[Tapi saat aku melihat rumah ini lagi, aku mengerti. Mama benar-benar berbicara
padaku sepanjang waktu. Dia tidak mengatakan itu dengan kata-katanya ... tapi
hatinya. Dia terus berdoa untukku, membuatku terus berjuang sampai akhir ...
akhirnya aku mengerti sekarang.]
Mata Asuna sepertinya melihat ibu dan dua anak perempuan berlutut di dekat
jendela di rumah putih, melihat ke langit dan berdoa. Dia terlihat seperti dipandu
oleh suara tenang Yuuki, dan mengucapkan kata-kata yang tertahan di dalam
dirinya.
"Aku sudah ... aku ... tidak bisa mendengar suara ibuku. Bahkan ketika kami saling
berhadapan, aku tidak bisa mendengar suara hatinya. Dia bahkan tidak pernah
memahami kata-kataku. Yuuki, kamu berkata bahwa kita kadang-kadang harus
menggunakan cara keras agar pihak lain dapat memahami niat kita, kan? Apa yang
harus kulakukan untuk menjadi sepertimu, Yuuki ...? Apa yang harus kulakukan
untuk menjadi kuat sepertimu ...?"
Untuk Yuuki, yang orang tuanya telah meninggal, kata-kata ini mungkin telah
membuka luka-lukanya. Biasanya, Asuna hanya berpikir tentang hal ini dan tidak
akan mampu untuk mengucapkannya. Tetapi pada saat ini, apa yang datang dari
Yuuki melalui probe di bahunya adalah ketabahan dan kelembutan yang
melelehkan dinding mental Asuna sepenuhnya.
Yuuki menjawab pertanyaan Asuna dengan jawaban yang mengganggu,
[Aku ... tidak kuat di sini, tahu?]
"Itu tidak benar. Kamu tidak takut akan bagaimana orang lain melihat dan
menghidar dari dirimu. Kamu selalu ... selalu begitu alami."
[Un ... tapi, ketika aku berada di dunia nyata, aku sering merasa bahwa aku tidak
bersikap seperti diriku sendiri. Aku tahu Papa dan Mama menyesal karena telah
melahirkan nee-chan dan aku dalam keadaan seperti ini ... jadi aku merasa bahwa
aku harus memberi mereka tampilan energik dan berpura-pura bahwa aku tidak
terganggu apakah aku sakit atau tidak. Mungkin karena hal ini aku hanya bisa
menjadi diriku sendiri begitu aku memasuki Medicuboid. Mungkin, aku secara
alami seorang anak yang membenci segala sesuatu di sekitarku, berteriak dan
menjerit-jerit sepanjang hari.]
"... Yuuki ..."
[Tapi kemudian, aku berpikir. Tidak apa-apa walalupun itu hanyalah akting ...
walaupun aku berpura-pura terlihat kuat, itu tidak apa-apa. Jika aku bisa
meningkatkan waktu agar senyum itu tetap ada di wajahku, itu sudah cukup. Kamu
tahu bahwa aku tidak punya banyak waktu ... jadi aku merasa bahwa ketika
berinteraksi dengan orang lain, bukankah akan membuang-buang waktu jika aku
mencoba menebak perasaan orang sepanjang waktu? Aku mungkin juga
memberikan sisi yang paling realistis dari diriku. Aku tidak peduli walau aku bisa
saja dibenci, itu tidak masalah. Selain itu, aku berhasil menghadirkan diriku di hati
orang tersebut.]
"... Itu benar ... karena sikapmu itulah, Yuuki, kita menjadi teman baik dalam
beberapa hari ..."
[Tidak, itu bukan karena aku. Itu karena walaupun aku mencoba melarikan diri,
kamu akan terus bertahan dan mengejarku, Asuna. ―Kemarin, ketika aku
melihatmu di ruang observasi, ketika aku mendengar suaramu, aku mengerti
niatanmu sepenuhnya. Saat aku mengetahui bahwa orang ini masih bersedia
menemuiku bahkan setelah mengetahui aku sakit ... Aku sungguh ... sungguh
sangat bahagia hingga aku menangis.]
Yuuki tersedak sedikit, dan dia melanjutkan,
[Jadi ... cobalah gunakan perasaan itu untuk berbicara dengan ibumu. Kupikir jika
kehendak itu ada, dia pasti akan mengerti bagaimana perasaanmu. Tidak apa-apa.
Kamu jauh lebih kuat dariku, Asuna. Sungguh. Kadang-kadang, kedua belah pihak
hanya dapat memahami perasaan masing-masing setelah mengabaikan semua hal
... karena itulah kamu datang kepadaku, Asuna, dan menunjukkan dirimu yang asli,
hingga aku merasa 'jika itu orang ini, aku pasti bisa menyerahkan hal ini padamu'.]
"...Terima kasih. Terima kasih banyak, Yuuki."
Setelah memeras kata-kata ini keluar, Asuna mengangkat kepalanya untuk
menyembunyikan air mata di matanya. Dia juga menemukan bahwa langit di kota
ini tidak benar-benar gelap, masih ada beberapa bintang yang berkelip dengan
keras seakan mereka mencoba untuk tidak kalah dengan cahaya buatan.
Saat mereka kembali ke stasiun, alarm baterai probe tiba-tiba berdering. Asuna dan
Yuuki setuju untuk datang pada pelajaran besok, dan Asuna memotong daya ke
ponsel.
Akan lewat jam 9pm saat Asuna menaiki kereta untuk kembali ke rumahnya di
Setagaya.
Gadis itu mendengar suara pintu terbuka saat suara gema keras melewati udara
sedingin es dari ruang koridor, dan menghela napas dalam-dalam. Bahu kanannya
masih merasakan berat Yuuki yang duduk di sana. Asuna dengan ringan
menggunakan tangan kirinya untuk meraih tempat hangat yang dia tinggalkan,
melepas sepatunya dan berjalan cepat ke kamarnya.
Dia berganti pakaian dengan pakaian dalam ruangan dan segera datang ke koridor.
Tujuannya adalah ruangan kakak laki-lakinya, Kouichirou, yang juga berada di
lantai 2. Asuna merasa bahwa Kouichirou, yang hampir tidak pernah di rumah,
seperti ayahnya, mungkin belum pulang, tapi ia mengetuk pintu, dan seperti yang
dia duga, tidak ada respon dari dalam. Dia kemudian membuka pintu sendiri, mirip
ketika hari pertama server SAO mulai beroperasi, dan berjalan masuk.
Tidak ada perabotan di dalamnya. Di tengah ruang kosong, ada meja kantor agak
besar yang ditempatkan di sana. Hal yang Asuna ingin temukan berada di sisi kiri
meja. Itu adalah AmuSphere yang Kouichirou gunakan untuk mengatur pertemuan
di dunia virtual.
AmuSphere Kouichirou bisa dikatakan jauh lebih baru daripada adiknya. Asuna
meraih tutup kepala dan kembali ke kamarnya. Dia kemudian menginstal kartu
memori ALO Aincrad ke dalam slot kartu di sisi mesin, meletakkannya di tempat
tidur, menyesuaikan AmuSphere Kouichirou sampai pas untuknya, dan
memakainya.
Begitu dia menyalakan daya, mesin memulai urutan hubungan. Dia kemudian
dibawa ke dalam ruang log in ALO. Namun, setelah menyelam ke dalam kerajaan
elf, Asuna tidak menggunakan akun utamanya, tetapi akun lain yang sesekali dia
akan digunakan ketika mencoba untuk bertindak menjadi orang lain.
Dia muncul di ruang tamu rumah hutan pada lantai 22. Namun, tubuhnya bukanlah
Undine familiar bernama «Asuna», tapi karakter Sylph lain bernama «Erika». Dia
memeriksa pakaiannya, menempatkan dua belati di pinggangnya ke dada, dan
memanggil menu untuk menekan tombol perintah log-out sementara.
Setelah beberapa detik menyelam, Asuna segera menemukan dirinya kembali ke
kamarnya dalam kenyataan. Dia melepas AmuSphere, tetapi indikator penghubung
biru tetap berkedip pada mesin. Ini menunjukkan bahwa koneksi ke dunia VR
berada pada kondisi menggantung. Dia bisa melewatkan proses log-in dan kembali
ke permainan dengan mengenakan tutup kepala dan menyalakan dayanya.
Asuna memegang AmuSphere kakaknya di tangannya dan segera berdiri. Karena
router bertenaga tinggi dan jaringan nirkabel yang luas, dia tetap bisa terhubung
tidak peduli di bagian rumah mana dia berada.
Dia membuka pintu dan tiba di koridor. Kali ini, dia melangkah agak berat untuk
berjalan menuruni tangga.
Dia melihat ruang tamu dan ruang makan, menemukan meja sudah dirapikan, dan
tidak bisa menemukan ibunya di manapun. Asuna terus berjalan, dan melihat
sedikit cahaya dari bawah pintu di akhir ruangan. Itu ruang kerja ibunya.
Dia berhenti di depan pintu, lalu mengangkat tangan kanannya saat ia bersiap-siap
untuk mengetuk, tapi tidak bisa mengambil langkah berikutnya.
Sejak kapan datang ke ruangan ibuku menjadi hal yang menakutkan? Asuna
menggigit bibirnya sambil berpikir. Namun, alasan mengapa bisa menjadi seperti
ini sebagian besar adalah karena Asuna sendiri. Karena dia tidak menyampaikan
pikirannya dengan serius, ibunya tidak bisa memahami perasaan sebenarnya.
Yuukilah yang membuatnya menyadari hal ini.
Gadis itu merasakan tangan kecil mendorong bahu kanannya. Pada saat yang sama,
sebuah suara terdengar,
―Tidak apa-apa. Kamu dapat melakukannya, Asuna ...
Asuna menganggukkan kepalanya, dengan kuat mengambil napas dalam-dalam,
dan kemudian mengetuk pintu keras-keras.
Dengan cepat, sedikit suara 'silakan masuk' datang dari balik pintu. Asuna
memutar gagang pintu, memutar tubuhnya ke samping ke dalam ruangan, dan
meraih pegangan pintu.
Kyouko menghadap meja jati tebal saat ia terus mengetik pada keyboard tablet PC
meja. Dia terus mengetik keyboard dengan keras untuk sementara waktu, dan
kemudian dengan kuat menekan tombol enter lebih keras sebelum bersandar
kembali ke kursinya. Sang ibu mendorong kacamata dan menatap mata putrinya,
tampaknya menyimpan sebuah ketidaksabaran yang tak terlihat.
"... Kenapa kamu pulang begitu terlambat?"
Kyouko berkata, Asuna segera menunduk untuk meminta maaf,
"Maaf."
"Aku sudah makan malam. Jika kamu lapar, cari sesuatu untuk dimakan di dalam
lemari es. Aplikasi pindah sekolah yang kusampaikan padamu sebelumnya hanya
berlaku sampai besok. Kamu harus menyelesaikannya besok pagi."
Setelah Kyouko selesai mengatakan itu, tangannya kembali ke keyboard, dan
Asuna menyampaikan kata-kata yang ingin ia katakan kepada ibunya terlebih
dahulu.
"Ibu, tentang ini ... Aku ingin berbicara padamu."
"Katakan di sini kalau begitu."
"Aku tidak bisa menjelaskannya di sini."
"Lalu di mana?"
Asuna tidak menjawab saat dia berjalan ke kyouko. Dia kemudian mengeluarkan
tangan kirinya untuk menunjukkan sesuatu yang ia pegang di
belakangnya―AmuSphere yang dalam mode menggantung.
"Dunia VR ... sebentar saja. Kuharap kamu bisa pergi bersamaku ke suatu tempat."
Kyouko melirik cincin perak sejenak, dan tampak melihat sesuatu yang dia benci
saat dia mengerutkan keningnya. Kemudian, dia terlihat seperti dia lebih baik tidak
mengatakan apapun saat dia melambaikan tangan kanannya.
"Aku tidak ingin memakai hal seperti itu. Jika kita tidak bisa berbicara secara tatap
muka, aku tidak akan mendengarkan."
"Tolonglah bu. Tolong lihat hal ini, hanya 5 menit ..."
Biasanya, Asuna akan meminta maaf dan meninggalkan ruangan. Namun, ia terus
mengambil langkah maju dan mendekati kyouko, sebelum berkata,
"Tolong, kamu harus datang ke sini bersamaku jadi aku bisa mengungkapkan
pikiran dan perasaanku saat ini. Sekali saja ... Aku ingin Ibu melihat duniaku."
"..."
Kyouko mengerutkan dahi lebih keras saat ia hanya menutup mulutnya dan
menatap Asuna. Beberapa detik kemudian, dia mendesah keras.
"―Hanya 5 menit. Juga, tidak peduli apa yang kamu katakan, Ibu tidak akan
mengijinkanmu untuk tetap di sekolah itu. Setelah kamu selesai, kamu harus
mengisi formulir aplikasi."
"Oke ..."
Asuna mengangguk dan menyerahkan AmuSphere di tangannya. Kyouko
mengerutkan kening dan memberikan wajah seperti dia tidak mau menyentuh hal
seperti itu, tetapi ia tetap menerima perangkat dan menaruhnya di atas kepalanya
dengan gerakan kaku.
"Bagaimana aku mengoperasikan hal ini?"
Asuna dengan cepat menyesuaikan sabuk, dan kemudian berkata,
"Setelah kamu mengaktifkan daya, secara otomatis itu akan terhubung. Tolong
tunggu aku ketika kamu sudah masuk."
Kyouko menganggukkan kepalanya sedikit dan bersandar ke kursi. Asuna
kemudian menekan tombol power di sisi kanan AmuSphere. Lampu indikator
sambungan terus berkedip secara tidak teratur, dan tubuh kyouko segera
kehilangan kekuatannya.
Asuna buru-buru lari keluar dari ruang kerja, berlari melewati koridor dan tangga
dan kembali ke kamarnya. Dia melompat ke tempat tidur dan segera mengenakan
AmuSphere yang biasa ia digunakan.
Setelah menekan tombol power, tembakan berbentuk cahaya muncul di depan
Asuna, dan kesadarannya meninggalkan dunia nyata.
Asuna muncul di ruang tamu familiar berwarna putih kayu dalam karakter Undine
utamanya, dan segera mencari «Erika». Dia segera melihatnya. Rambut pendek
berwarna rumput cerah Sylph sedang duduk di depan cermin berukuran seluruh
tubuh di samping bufet dan melihat dirinya sendiri.
Asuna berjalan mendekat, dan Erika/Kyouko berbalik ke belakang sedikit,
mengerutkan kening dengan cara yang sama persis seperti dia di dunia nyata.
"Aneh untuk melihat wajah yang berbeda dari wajahku sendiri. Dan ..."
Dia menggunakan jari kakinya untuk berjinjit ke atas dan bawah.
"Tubuhku terasa sangat ringan."
"Tentu saja. Berat badan karakter ini hanya sekitar 40kg. Pasti banyak berbeda dari
berat badanmu di dunia nyata, Ibu."
Asuna tersenyum saat dia mengatakan itu, dan kyouko merengut tidak senang lagi,
"Kasarnya. Aku tidak seberat itu―omong-omong ... wajahmu di sini benar-benar
terlihat seperti yang ada di dunia nyata."
"Un ... yeah."
"Namun, tubuhmu yang asli tampaknya lebih gemuk sedikit."
"Kamu yang kasar, Ibu. Aku benar-benar sama seperti aku di dunia nyata."
Saat keduanya berbicara, Asuna berpikir. Kapan terakhir kali dia bisa berbicara
dengan kyouko seperti ini? Dia ingin membuat percakapan ini terus berlangsung,
tapi kyouko melipat tangan di depan dadanya, menunjukkan sikap seperti tidak ada
pembicaraan apapun yang dapat menghiburnya.
"Tidak ada waktu. Apa yang kamu ingin tunjukkan padaku?"
"...Kesini"
Asuna mendesah ringan saat ia melintasi ruang tamu dan membuka ruangan kecil
yang biasanya digunakan sebagai gudang. Dia menunggu kyouko menggerakkan
kaki imajinernya, dan membawanya ke jendela jauh di dalam ruangan.
Di ruang tamu yang menghadap ke selatan, orang bisa melihat lukisan―seperti
pemandangan luas yang tertutupi dengan rumput, jalan kecil, bukit dan sebuah
danau kecil di belakangnya. Namun, ada sebuah taman kecil yang dipenuhi gulma
dan sebuah sungai kecil di utara jendela di mana gudang itu berada. Ada juga hutan
konifera yang berada di dekatnya. Juga, di musim ini, semuanya terkubur di dalam
salju, karena hanya ada warna seragam yang dapat terlihat.
Tapi ini adalah apa yang ingin Asuna perlihatkan pada kyouko.
Asuna membuka jendela, memandang hutan dan berkata,
"Bagaimana? Bukankah kamu merasa familiar?"
Kyouko mengerutkan dahinya lagi, menggelengkan kepalanya sedikit dan berkata,
"Seperti apa? Ini hanya sebuah hutan konifera biasa―"
Apa yang ingin dia katakan selanjutnya tampaknya menghilang. Mulut kyouko
dibiarkan setengah terbuka saat dia terlihat seperti melihat pemandangan yang
jauh. Pada saat ini, diam-diam Asuna berbisik ke sisi wajahnya,
"Kamu ingat ... rumah Ojii-chan dan Obaa-chan, kan?"
Kakek-nenek Asuna, orang tua kyouko, adalah petani di perbukitan Perfektur
Miyagi. Rumah mereka terletak di sebuah desa yang melewati perbukitan, dan
semua tanahnya berbentuk petak sawah yang terukir dari lereng bukit. Mereka
tidak memiliki mesin untuk membantu pertanian. Produksi utama mereka adalah
beras, tetapi jumlahnya hanya cukup untuk menghidupi keluarga selama setahun.
Dalam keadaan seperti itu, mereka masih mampu menyediakan pendidikan tinggi
bagi Kyouko karena bukit konifer peninggalan nenek moyangnya. Rumah kayu tua
mereka dibangun di kaki bukit. Setiap kali seseorang duduk di tepi koridor di
dalam rumah, taman kecil dan sungai dapat dilihat bersama dengan bukit konifera.
Tapi dibandingkan dengan rumah utama Yuuki di Kyoto, Asuna lebih suka pergi
ke rumah kakek-neneknya di Miyagi sejak dia masih kecil. Selama liburan musim
panas atau musim dingin, dia akan memohon pada orang dewasa untuk
membawanya ke sini, dan kemudian dia akan tidur dengan kakek-neneknya dan
mendengarkan mereka berbicara tentang banyak cerita rakyat. Selama musim
panas, dia akan duduk di koridor dan makan es serut, dan selama pertengahan
musim dingin, dia akan mengeringkan batang kesemek dengan neneknya. Ada
banyak kenangan di sana, tapi Asuna paling mengingat sebuah kejadian dengan
sangat jelas; dia bersembunyi di bawah kotatsu tua di tengah musim dingin,
memakan jeruk dan menatap hutan konifer di luar jendela.
Kakek-neneknya tidak mengerti apa bagusnya hutan tersebut, namun Asuna hanya
akan terlihat seperti jiwanya tersedot saat ia terus melihat cabang hitam yang
tertutupi salju putih. Dia akan terlihat seperti tikus kecil yang bersembunyi di
sebuah lubang di bawah tumpukan salju, menunggu musim semi tiba, dikelilingi
oleh perasaan yang tak dapat dijelaskan karena sedikit rasa takut dan hangat saat ia
terus menatap ke dalam hutan konifer itu.
Kakek-neneknya meninggal ketika Asuna berada di tahun kedua. Sawah dan bukit
dijual, dan karena rumahnya tidak ditinggali oleh siapapun akhirnya dirobohkan.
Karena itu, Asuna membeli rumah kayu di lantai 22 Aincrad yang sangat berbeda
dari rumah di bukit Miyagi, baik itu secara fisik ataupun secara virtual. Setelah
melihat hutan konifera yang tertupi dalam tumpukan besar salju dari jendela utara,
ia merasa begitu rindu hingga ia ingin menangis.
Asuna tahu bahwa kyouko tidak merindukan hidup sebagai petani miskin sama
sekali. Namun, dia ingin membiarkan kyouko melihat pemandangan ini dari
jendela. Dia ingin membiarkan ibunya melihat pemandangan yang bisa dia lihat
setiap hari ini dan tidak bisa ia lupakan.
Tanpa disadari, perjanjian 5 menit telah berlalu, tapi kyouko terus melihat hutan
konifera dalam diam. Asuna pergi ke sampingnya dan dengan perlahan berbicara,
"Apa kamu ingat Festival Obon di tahun pertama SMPku? Ayah, Ibu, dan Nii-san
semua pergi ke Kyoto, dan aku satu-satunya yang bersikeras pergi ke Miyagi. Lalu
aku benar-benar pergi ke sana sendiri."
"... Aku ingat."
"Saat itu, aku meminta maaf kepada Ojii-chan dan Obaa-chan bahwa kamu tidak
bisa ke sana, Ibu, bahwa kamu benar-benar menyesal."
"Pada saat itu ... keluarga Yuuki memiliki masalah penting yang harus kita hadiri
tidak peduli apa ..."
"Tidak, aku tidak menyalahkanmu, Bu. Itu karena ... ketika aku meminta maaf,
Ojii-chan dan Obaa-chan segera mengeluarkan album foto tebal. Aku benar-benar
terkejut ketika aku melihat isinya. ―Semuanya tentang dirimu, Bu, baik itu awal
tesismu, atau dokumen yang kamu kirimkan ke segala macam majalah, atau
laporan wawancaramu, mereka semua mengarsipkannya dengan rapi. Bahkan
dokumen yang diterbitkan di internet dicetak dan dimasukkan. Tapi keduanya tidak
dapat menggunakan komputer ... "
"..."
"Lalu, Ojii-chan menunjukkan padaku isi album foto dan mengatakan bahwa kamu
adalah harta yang paling penting baginya, Bu. Dia bahkan mengatakan bahwa dia
benar-benar senang kamu meninggalkan kota untuk belajar di perguruan tinggi,
menjadi sarjana dan menulis segala macam tesis yang diterbitkan di majalah dan
bahkan semakin lebih luar biasa. Kamu begitu sibuk dengan tesis dan penelitianmu
hingga kamu tidak bisa pulang selama festival Obon, dan itu sudah bisa diduga,
namun mereka tidak pernah menunjukkan sedkitpun rasa ketidaksenangan ..."
Kyouko hanya menatap hutan saat ia diam-diam mengamati Asuna. Sisi wajahnya
tidak menunjukkan emosi apapun, tapi Asuna masih terus menggerakkan
mulutnya,
"Setelah itu, Ojii-chan bahkan menambahkan hal ini. Ia berkata―Ibu mungkin
akan lelah suatu hari nanti dan perlu istirahat atau mungkin memeriksa ke sini.
Mereka akan melindungi rumah ini untuk saat itu .... Ketika Ibu membutuhkan
bantuan, mereka masih bisa mengatakan 'kamu bisa datang ke sini'. Mereka akan
terus melindungi rumah dan bukit itu."
Asuna berbicara saat pikirannya mengingat bahwa rumah kakek ibunya sudah
tidak ada lagi. Dia kemudian membandingkannya dengan rumah putih yang dia
lihat beberapa jam yang lalu. Keduanya adalah rumah spiritual. Walaupun hilang
secara fisik, itu akan terus ada di dalam hati beberapa orang untuk selamanya.
Untuk Asuna, 'Rumah Hutan' di dunia virtual ini adalah tempat seperti itu.
Rumah ini akan hilang suatu hari nanti, tetapi dalam arti tertentu, ini tidak akan
benar-benar hilang. Itu karena―rumah ini bukan hanya sebuah bangunan dengan
suatu bentuk―tapi sesuatu yang menjaga jiwa, emosi dan cara hidup, seperti
kakek-neneknya.
"―Di masa lalu, aku tidak bisa mengerti apa yang Ojii-chan katakan, tetapi baru-
baru ini, aku akhirnya bisa memahaminya. Ini bukan hanya tentang bekerja keras
sepanjang hidupku ... menggunakan kebahagiaan seseorang sebagai kebahagiaanku
sendiri juga cara menjalani kehidupan."
Pikiran Asuna langsung teringat wajah Kirito, Lisbeth dan teman-temannya,
Yuuki, Shiune dan teman-temannya yang lain.
"... Aku ingin memilih cara hidup di mana orang-orang di sekitarku bisa tersenyum
dan hidup. Aku ingin hidup di mana aku bisa menyemangati orang-orang ketika
mereka merasa lelah. Karena itu―aku ingin belajar lebih banyak pengetahuan dan
hal lain dalam sekolah yang kucintai itu."
Asuna terus merenungkan kata-katanya, dan akhirnya mengucapkan kata-kata ini
keluar.
Namun, kyouko tetap menutup mulutnya sambil terus melihat hutan di depannya.
Matanya yang hijau gelap menunjukkan cahaya kosong, dan sulit untuk membaca
pikiran batinnya.
Ruang kecil diselimuti keheningan selama beberapa menit. Di bawah tanah
bersalju dari pohon besar, dua binatang kecil yang tampak seperti kelinci
melompat dengan gembira. Tatapan Asuna segera tertarik dengan itu, tapi begitu
dia menoleh ke belakang untuk melihat wajah kyouko, ia segera menahan napas.
Air mata bergulir dari wajah kyouko yang sebening kristal dan terus menetes ke
lantai. Bibirnya bergetar, tapi suaranya sangatlah kecil hingga mustahil untuk
mendengar apa yang ia katakan.
Setelah beberapa saat, kyouko mendapati dirinya menangis dan dengan panik
menggunakan tangannya untuk menyeka air matanya.
"Tunggu ... apa ini. Aku, aku tidak ingin menangis ...."
"...Ibu, mustahil untuk menyembunyikan air matamu di dunia ini. Tidak ada
satupun yang bisa berhenti menangis ketika mereka merasa ingin menangis."
"Itu benar-benar menyebalkan."
Setelah mengeluarkan kata-kata seperti itu, kyouko terus menggosok matanya, dan
terlihat seperti menyerah saat ia menggunakan kedua tangannya untuk menutupi
wajahnya sendiri. Setelah beberapa saat, sebuah suara sedikit terisak bisa terdengar
jauh dari dalam tenggorokannya. Asuna ragu-ragu beberapa kali sebelum akhirnya
meletakkan tangannya di bahu ringan kyouko yang gemetar.
***
Keesokan harinya.
Duduk di depan meja saat sarapan, kyouko kembali ke bagaimana dia sebelumnya.
Dia melihat berita pada monitor tablet. Asuna mengatakan selamat pagi padanya,
dan keduanya terdiam. Asuna secara mental siap jika ibunya menyuruhnya untuk
menyerahkan aplikasi transfer. Namun, kyouko hanya memandang Asuna dengan
ekspresi yang sedikit tegas dari biasanya, dan tiba-tiba berkata,
"Apa kamu siap secara mental untuk mendukung seseorang hingga akhir
hidupmu?"
Asuna buru-buru menganggukkan kepalanya.
"U ... un."
"―Namun, kamu harus membuat dirimu cukup kuat untuk mendukung orang lain.
Itulah mengapa kamu harus menyelesaikan pendidikan universitasmu. Kamu harus
mendapatkan nilai yang lebih baik di semester ketiga ini sehingga kamu bisa
menjadi yang terbaik."
"... Ibu ... transfer itu ..."
"Bukankah sudah kukatakan? Aku akan memutuskannya sesuai dengan nilaimu.
Lakukan yang terbaik."
Setelah kyouko mengatakan itu, dia berdiri dan bergegas meninggalkan ruang
makan. Asuna mendengar suara pintu ditutup dengan keras, dan kemudian
menundukkan kepalanya sedikit, sebelum berbisik 'Terima kasih, ibu'.
Asuna memakai seragamnya, mengambil tasnya, dan meninggalkan rumah, dengan
menjaga sikap serius dan ramahnya. Namun, begitu dia melangkah keluar dari
pintu, ia mulai berlari dengan kecepatan penuh di jalan seolah itu adalah lapisan es
tipis, dan wajahnya berseri-seri secara alami.
Dia benar-benar ingin segera memberitahu Kazuto bahwa ia bisa terus belajar di
sekolah yang sama sepertinya. Dia juga ingin segera memberitahu Yuuki bahwa ia
telah memperbaiki hubungan dengan ibunya.
Asuna berjalan melewati kerumunan menuju stasiun, dan tidak bisa menahan
dirinya untuk tidak tersenyum sama sekali.
3 hari kemudian, Asuna menindaklanjuti janji yang dia dibuat dengan Yuuki dan
melakukan barbeque besar di depan rumah hutan.
Orang-orang yang ikut ambil bagian adalah teman-temannya sendiri, Kirito,
Lisbeth, Klein, Lyfa, Silica, Yuuki, Shiune dan anggota Sleeping Knights. Juga,
bahkan para pemimpin suku, Sakuya, Alicia, Eugene dan pembantu mereka
datang. Mereka bahkan membentuk kelompok berburu kecil untuk mengisi
kelompok besar yang beranggota lebih dari 30 orang.
Sebelum memanggang, Asuna memperkenalkan anggota Sleeping Knights pada
semua orang. Dia menyembunyikan fakta bahwa mereka setengah tertidur, tetapi
dengan kesepakatan Yuuki dan yang lain, dia mengatakan kepada mereka bahwa
mereka adalah pasukan elit yang berpetualan ke beberapa VRMMO dan kenangan
apa yang mereka harap bisa tinggalkan di ALO sebelum mereka membubarkan
diri.
Desas-desus bahwa guild misterius yang hanya beranggota 7 orang mengalahkan
bos pada lantai 27 dan bahwa «Pedang Absolut» berhasil mengalahkan lebih dari
60 orang dalam duel, tampaknya meluas di dalam Alfheim, sehingga Sakuya,
Eugene dan teman-temannya segera berusaha untuk mengundang mereka
bergabung ke sisi mereka. Yuuki tersenyum saat ia menolak mereka, tetapi jika
Sleeping Knights benar-benar ingin menjadi tentara bayaran dari suku tertentu,
keseimbangan kekuasaan antara 9 klan akan sangat berubah, dan akan
mempengaruhi grand quest edisi kedua yang sedang berlangsung.
Setelah bersulang dengan keras dan gaduh, pesta yang menyerbu masuk seperti
angin dimulai. Asuna dan Yuuki mulai makan dan minum karena mereka terus
berbicara. Bahkan ada diskusi untuk mengalahkan bos lantai 28. Semua orang
kemudian menggunakan antusiasme ini untuk menlakukan tur ke dungeon lantai
28, dan seperti itu, sekelompok besar orang masuk ke daerah tertinggi dari
Dungeon ke 28 untuk mengalahkan bos rakasa tipe krustasea, tapi setelah itu, itu
hanyalah basa-basi dan gossip belaka.
Sayangnya, hanya Yuuki dan Kirito, pemimpin kelompok, dan beberapa nama saja
yang terukir pada Monumen Swordsmen. Namun, semua orang setuju untuk
membiarkan Sleeping Knights menantang tingkat 29, dan kemudian mereka bubar.
Selain petualangannya di Alfheim, Yuuki akan menggunakan probe dua arah di
dunia nyata setiap hari untuk mengikuti pelajaran Asuna. Mereka bahkan
mengunjungi rumah Kirigaya di Kawagoe, dan mereka pergi ke kafe Agil di
Okachimachi.
Pada awalnya, Yuuki merasa sangat waspada ketika ia menghadapi Kazuto yang
terlalu sensitif. Namun, keduanya adalah pengguna pedang satu tangan, dan setelah
mereka berbicara satu sama lain, Yuuki langsung membuka hatinya dan mulai
berbicara dengan penuh semangat dengan Kazuto tentang skill pedang di ALO dan
pengembangan probe di dunia nyata. Cara mereka berdua terus berbicara satu sama
lain bahkan kadang-kadang membuat Asuna merasa cemburu. Para anggota lain
dari Sleeping Knights juga berteman dengan Lisbeth dan Lyfa, dan mulai
merencanakan segala macam kegiatan yang menarik.
Saat itu bulan Februari.
Seperti yang dijanjikan, Asuna dan Sleeping Knights mengalahkan bos di tingkat
29 sebagai satu kelompok, dan semua orang di Alfheim mengetahui nama mereka.
Di tengah bulan, ada sebuah turnamen duel persatuan. Kirito, yang berada di blok
timur, dan Yuuki, yang berada di blok barat, terus mencatatkan kemenangan dan
mencapai final, di mana saluran siaran internet «MMO Streaming» yang
menunjukkan siaran televisi langsung, membawa seluruh suasana dalam kegiatan
secara maksimal.
Saat banyak pemain menahan napas mereka, Yuuki dan Kazuto menggunakan skill
pedang tingkat tinggi, termasuk OSS mereka sendiri, hingga menunjukkan
pertempuran yang abnormal dan intens. Pertempuran ini berlangsung lebih dari 10
menit, dan akhirnya, Yuuki menggunakan skill brilian seperti dewa untuk
mengalahkan Kirito dalam serangan lurus 11 hit, dan penonton segera meraung
dan bersorak dengan cara di mana itu bisa mengguncangkan seluruh dunia virtual.
Setelah mengalahkan Kirito, yang membuat banyak legenda―meskipun ia tidak
menggunakan skill dua pedangnya―«Pedang Absolut» Yuuki dinobatkan sebagai
juara dari turnamen ke 4, dan namanya menyebar ke seluruh permainan dari ALO,
menjadi orang terkenal di seluruh pengguna «The Seed» Nexus.
Segera, saat ini bulan Maret.
Asuna, yang telah memenuhi janji yang dia buat dengan ibunya melalui ujian
akhir, sat ini sedang melakukan liburan 3 hari 2 malam ke Kyoto berasama probe
di bahunya, Rika (Liz), Keiko (Silica), Suguha (Lyfa) dan Yui di ponselnya. Pada
titik ini, informasi yang dikumpulkan oleh probe dapat dibagi ke beberapa
pengguna. Sehingga selain Yuuki. Shiune, Jun dan sisanya bisa bergabung bersama
mereka dalam liburan. Penjelasana Asuna untuk masing-masing obyek wisata
bahkan menjadi lebih energik.
Mereka menggunakan kamar luas keluarga Yuuki di malam hari untuk akomodasi
mereka, dan anggaran mereka berhasil diselamatkan hingga memungkinkan
mereka untuk berangkat ke restoran Kyoto untuk berpesta. Namun, rasa makanan
tidak dapat melewati probe menuju orang yang memakainya, jadi Yuuki dan yang
lainnya terus mengeluh bahwa Asuna dan teman-temannya terlalu licik. Asuna
hanya bisa berjanji kepada mereka bahwa ia akan membuat makanan dengan rasa
yang sama di dunia VR, dan Asuna sendiri akhirnya bekerja keras di dapur VR
selama beberapa hari.
Semuanya berlalu seperti mimpi. Asuna dan Yuuki melakukan perjalanan panjang
bersama-sama baik di dunia virtual dan dunia nyata. Mereka memiliki banyak
tempat yang ingin mereka tuju, dan Asuna percaya bahwa mereka akan terus
memiliki banyak waktu.
Pada hari tertentu yang tidak terlalu jauh dari bulan April, angin dingin yang
datang dari laut Okhotsk menyebabkan Kanto mengalami hujan salju berat yang
jarang terjadi di musim ini.
Salju tebal yang terlihat menutupi total kehadiran musim semi mulai mencair di
bawah cahaya matahari yang lemah.
Saat ini, ponsel Asuna menerima kabar dari Dokter Kurahashi, yang menyatakan
bahwa kondisi Yuuki memburuk.
Bab 11
Asuna menatap pesan singkat pada layar kecil ponselnya dan mengulangi kata-kata
yang sama di dalam hatinya.
Bagaimana mungkin!?
Bagaimana mungkin? Yuuki telah secara aktif mengikuti segala macam kegiatan,
dan Dokter Kurahashi bahkan mengatakan bahwa tumor di dalam kepalanya telah
menghilang. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi kasus dimana orang-
orang mampu menahan hambatan dari virus setelah terinfeksi oleh HIV selama
lebih dari 20 tahun. Yuuki baru berumur 15 tahun ... hidupnya baru saja dimulai!
Kondisinya memburuk, tapi sampai sekarang, dia memiliki beberapa infeksi
oportunistik yang menyebabkannya jatuh sakit, jadi Yuuki pasti akan mampu
untuk bertahan.
Tapi Asuna sendiri memiliki firasat lain. Ini adalah pertama kalinya dokter
mengirim pesan padanya secara langsung. Dengan kata lain, ini pasti
peringatan―saat itu telah tiba. Setiap malam, ia takut akan datangnya saat itu, tapi
selalu mencoba yang terbaik untuk membuang pemikiran itu. Dan sekarang,
waktunya telah tiba.
Gadis itu memiliki dua pikiran yang saling bertentangan saat dirinya masih
tertegun di tempat selama beberapa detik sebelum berkedip keras dan bersiap-siap
mengirim pesan baru. Dia mengirim pesan dengan isi yang sama untuk Kirito,
Lisbeth dan teman-temannya dan juga Shiune dan yang lainnya. Setelah itu, Asuna
buru-buru menanggalkan pakaian dalam ruangannya, dan karena dia tidak ingin
membuang-buang waktu untuk memilih pakaian, dia langsung mengenakan
seragam sekolahnya. Dia memakai sepatu dan berlari keluar dari rumah. Cahaya
lembut sore hari tercermin pada salju putih yang tersisa di jalan saat memasuki
mata Asuna.
Ini hari Minggu pada minggu terakhir bulan Maret, 2pm. Para pejalan kaki di
jalan-jalan tampak terlihat tidak sabar dan tidak bisa menunggu musim semi untuk
datang saat mereka berjalan dengan sikap riang. Asuna melewati mereka dan
bergegas menuju stasiun.
Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berhasil memeriksa di mana kereta akan
berangkat atau bahkan di mana dia harus naik. Begitu sadar, Asuna menemukan
dirinya berlari ke loket stasiun. Jauh di dalam kepalanya, terasa seperti ada
migrain, saat pikiran gelisahnya terus muncul dan menghilang.
Gadis itu menggertakkan giginya dan meringis, "Yuuki, bertahanlah". Dan berlari
ke dalam taksi yang tiba di tempat tunggu.
Tampaknya counter rawat inap telah diberitahu. Setelah Asuna membuka bibir
tegangnya untuk memberitahu tujuannya, perawat segera menyerahkan kartu pass
dan menyuruhnya untuk bergegas ke lantai tertinggi dari bangunan bangsal pusat.
Asuna tidak sabar menunggu nomor yang menunjukkan lantai meningkat, dan
ketika pintu terbuka, ia langsung bergegas keluar. Dia dengan kikuk menggunakan
akses pass pada pemindai pintu keselamatan, dan meskipun ia tahu bahwa ia telah
melanggar aturan, ia terus berlari. Dia berlari melewati lorong monoton putih.
Setelah dia berbelok di akhir, pintu ke ruang steril di mana Yuuki berbaring tidur
memasuki matanya.
―Tapi saat ini, Asuna hanya bisa menatap lebar TKP.
Ada dua pintu yang berbaris satu sama lain, dan ini pasti pintu masuk ke ruang
observasi. Jauh di dalamnya ada kata-kata besar peraturan ruang steril. Asuna
berlari melewati pintu tebal itu sebelumnya, dan sekarang, pintu itu benar-benar
terbuka. Saat ia melihat kejadian di dalam, salah satu tenaga medis dalam pakaian
bedah sedang berjalan cepat.
Orang itu melihat Asuna dan mengangguk padanya, bahkan berbisik 'Tolong cepat
ke dalam'. Setelah mendengar suara itu, Asuna dengan gemetar mengambil
beberapa langkah maju, namun berhenti tepat di depan pintu.
Bagian dalam sebuah ruangan putih segera memasuki pandangannya.
Banyak peralatan yang sebelumnya terpasang didalamnya dipindahkan ke dinding
kiri. Dua perawat dan dokter mengelilingi tempat tidur gel di tengah ruangan,
mengawasi sosok mungil di sana. Ketiganya mengenakan pakaian putih biasa.
Melihat hal ini, Asuna langsung menyadari―tidak ada lagi yang bisa dilakukan.
Mereka hanya bisa menunggu di samping tempat tidur untuk 'saat itu' yang sudah
ditakdirkan.
Dokter Kurahashi mengangkat kepalanya, melihat bahwa Asuna telah ada di sini,
dan segera mengulurkan tangan kirinya karena ia ingin dia datang. Asuna dengan
susah payah menggerakkan kaki tak bernyawanya dan memasuki ruangan.
Hanya beberapa meter saja ke tempat tidur gel, namun ia merasa itu sangatlah jauh.
Asuna sedang mendekati kenyataan pahit ini, dan akhirnya tiba di samping tempat
tidur gel.
Gadis kurus sedang terbaring di tempat tidur, dan selimut putih menutupi seluruh
tubuhnya hingga ke bawah lehernya. Dada lemahnya sedikit dinaikkan. ECG di
pojok kanan atas menunjukkan sedikit gelombang hijau.
Medicuboid mengaburkan kepala gadis ini ketika ia melihatnya sebelumnya, tapi
casing persegi panjangnya saat ini terpisah menjadi dua bagian. Bagian atas yang
terpisah di antara garis telinganya dialihkan 90 derajat ke belakang. Di dalamnya
rasa depresi terlihat pada kepala manusia dan wajah gadis ini, yang tidur dengan
mata terpejam, dan di set seperti itu di dalamnya.
Ini adalah pertama kalinya Asuna melihat tubuh Yuuki di dunia nyata. Gadis kurus
yang begitu kesakitan ini membuat hati Asuna merasa sakit, kulit pucatnya hampir
terlihat tembus pandang. Wajahnya memiliki kecantikan yang misterius di
dalamnya, dan bahkan Asuna merasa bahwa seperti inilah tampilan pixie jika
mereka benar-benar ada.
Setelah menatap Yuuki untuk sementara waktu, Dokter Kurahashi, yang berdiri di
sampingnya, berbisik,
"Baguslah ... anda datang tepat pada waktunya."
Tidak bisa menerima kata-kata bahwa dia bisa datang tepat waktu, Asuna menatap
dokter, tetapi mata rasional di belakang lensa itu kembali menatap Asuna dengan
sungguh-sungguh. Dokter berkata lagi,
"40 menit yang lalu, jantungnya berhenti sekali. Kami memberikannya obat dan
kejutan defibrilasi, dan jantungnya berdenyut kembali, tapi waktu selanjutnya ..."
Asuna menahan napas dan mengeluarkan suara di antara giginya yang mengertak
erat. Namun, dia tidak bisa mengatakan kalimat dengan lengkap,
"Kenapa ... kenapa itu ... Yuuki, dia masih ..."
Dokter menganggukkan kepalanya lagi, dan kemudian mengguncangnya sedikit.
"―Sebenarnya, ketika Anda berada di sini pada bulan Januari, ia sudah dalam
keadaan di mana hal seperti itu bisa saja terjadi. Sifat konsumtif HIV
menyebabkannya mengalami demam tinggi dan lymphoma pada sistem saraf pusat
utamanya memburuk, dan Yuuki sudah dalam bahaya. Namun, kami semua merasa
kagum karena ia mampu berjuang keras selama 3 bulan ini. Dia terus-menerus
menang bahkan dalam pertarungan melawan rasa putus asanya. Dia benar-benar
melakukan yang terbaik ... tidak―jika saya benar-benar harus menyebutkan hal itu
.. . "
Pada saat ini, suara dokter mengeluarkan beberapa getaran.
"Untuk Yuuki, 15 tahun hidupnya adalah pertarungan panjang. Selain HIV .... Dia
telah berjuang keras melawan kenyataan yang dingin dan keras. Pengujian
Medicuboid pasti memberikannya banyak rasa sakit. Tapi ... Yuuki tetap bertahan.
Tanpa bantuannya, Medicuboid kemungkinan hanya dapat digunakan selama satu
tahun atau lebih. Jadi sekarang―memang yang terbaik untuk membiarkannya
beristirahat ..."
Setelah mendengar kata-kata dokter, Asuna diam-diam berkata pada Yuuki jauh di
dalam hatinya,
Yuuki―bagaimana bisa kamu kalah? Kamu adalah «Pedang Absolut» ... pendekar
pedang tak terkalahkan yang bisa menebas semuanya. Kamu pasti mampu
mengalahkan penyakit dan nasibmu―
Pada saat ini.
Kepala Yuuki bergerak sedikit. Kelopak mata tipisnya bergerak sedikit sebelum
naik sedikit lebih tinggi. Mata di bawah kelopak mata yang seharusnya menjadi
abu-abu karena telah kehilangan sinarnya menunjukkan sinar terang saat menatap
Asuna.
Bibir yang berwarna sama dengan kulitnya berkedut sedikit, dan tangan kanan
kecil yang berada di bawah selimut mulai gemetar saat perlahan-lahan bergerak
menuju Asuna.
Dokter berkata dengan suara sadar,
"Asuna-san ... tolong pegang tangannya."
Bahkan sebelum ia selesai berbicara, Asuna segera mengulurkan tangannya dan
menutupi tangan kanan Yuuki yang setipis batubara. Tangan kanan dinginnya
tampak memohon sesuatu saat menggenggam jari-jari Asuna dengan erat.
Segera, Asuna tampak mendapatkan pencerahan atau sesuatu saat dia mengerti apa
yang Yuuki ingin katakan.
Dia memegang tangan Yuuki erat-erat dan mengangkat kepalanya untuk bertanya
pada dokter,
"Dokter ... bisakah kita menggunakan Medicuboid sekarang?"
"Eh―itu bisa dilakukan setelah kami menghidupkan powernya ... tapi ... Yuuki
seharusnya berharap untuk berada di luar mesin ini ..."
"Tidak, Yuuki ingin kembali ke dunia itu sekali lagi. Saya bisa memahami
perasaannya. Tolong ... biarkan dia menggunakan Medicuboid lagi!"
Dokter menatap wajah Asuna selama beberapa detik sebelum akhirnya menyetujui
permintaannya. Dia memberikan beberapa instruksi kepada perawat di
sampingnya, dan kemudian memegang pegangan di sisi Medicuboid sebelum
menutupi setengah bagian atas kepala Yuuki.
"Akan memakan waktu sekitar 1 menit untuk mengaktifkannya ... bagaimana
dengan Anda?"
"Saya akan menggunakan AmuSphere di sebelah!"
Asuna berkata dan mengenggam keras tangan Yuuki sebelum meletakkannya
kembali ke samping gadis lemah itu. Tunggu aku, aku akan segera ke
sana―setelah menggumamkan itu, dia bangkit dan pergi.
Asuna berlari keluar dari ruang steril dan tiba di ruang pemantauan di sampingnya.
Dia membuka pintu dan melompat ke salah satu kursi dari dua kursi yang ada, dan
menempatkan AmuSphere yang berada di sandaran kepala ke kepalanya. Dia
menyalakan power dan menunggu urutan peluncuran untuk memulai, tapi hatinya
sudah ada di sisi lain.
Setelah terbangun di rumah hutan, Asuna melompat keluar dari jendela di samping
ruangan seperti yang dia lakukan ketika dia log in dari rumah sakit sebelumnya,
dan terbang ke jalan utama. Saat dia terbang, dia membuka jendelanya dan segera
mengirim pesan untuk Lisbeth, Shiune dan sisanya, yang dia beritahu untuk login
sebelumnya untuk jaga-jaga.
Setelah bergegas melewati pintu gerbang transfer, Asuna ditransfer ke Panareze
tanpa ragu-ragu. Saat ia tiba di kota di atas danau, ia terbang ke sebuah pulau yang
jauh di dalam danau. Tentu saja, tujuan akhirnya adalah pohon besar di mana
mereka pertama kali bertemu.
Pada titik ini, sudah malam di Aincrad. Matahari terbenam yang bersinar di atas
danau terlihat berwarna emas. Asuna tampak seperti dibimbing oleh cahaya ini saat
ia terbang di langit pulau sebelum mendarat di padang rumput yang lembut.
Dia tidak perlu memandang pohon di sekitar. Yuuki berdiri di mana mereka berdua
bertarung untuk pertama kalinya. Apa yang terjadi di hari itu tampak terasa telah
lama berlalu. Rambut panjang ungu gelap yang memiliki beberapa perasaan dingin
itu bergoyang di udara, dan gadis imp itu perlahan-lahan terlihat kembali.
Yuuki segera tersenyum saat ia melihat Asuna mendekat, dan Asuna tersenyum
kembali padanya.
"―Terima kasih, Asuna. Aku melupakan sesuatu yang penting. Aku memiliki
sesuatu yang harus kukembalikan, jadi tidak peduli apa, aku harus menemuimu di
sini."
Suaranya terdengar ceria seperti sebelumnya, dan orang bisa mendengar sedikit
getaran di dalam suaranya. Asuna merasa bahwa Yuuki telah menggunakan semua
kekuatannya untuk mencoba berbicara.
Namun, Asuna bertanya kembali dengan nada ceria sambil berjalan ke arah Yuuki,
"Apa yang ingin kamu berikan padaku?"
"E-rm ... Aku akan membuatnya sekarang. Tolong tunggu."
Yuuki tersenyum dan memanggil jendela sebelum mengoperasikannya seperti
biasa. Setelah menghilangkan jendela, dia menggunakan tangan kanannya dan
menarik pedang di pinggangnya dengan keras.
Pedang obsidian Yuuki mengeluarkan cahaya api-seperti cahaya merah di bawah
matahari terbenam. Dia menggerakkan pedang ini ke depan dan menunjuk batang
pohon besar di depannya, menjaga posisi ini dengan tenang, seolah-olah dia sedang
memfokuskan kekuatannya sampai habis ke ujung pedang.
Sisi wajah Yuuki terdistorsi dalam rasa sakit. Bagian atas tubuhnya terhuyung
sedikit, tapi kaki yang terbuka itu tetap berusaha keras untuk menopang tubuhnya.
Asuna benar-benar ingin mengatakan padanya untuk tidak memaksakan diri, tetapi
memutuskan untuk menggigit bibirnya dan menunggu. Tiba-tiba, hembusan angin
bertiup melewati padang rumput. Saat angin berhenti, Yuuki tiba-tiba bergerak.
"YAAA!"
Tangan kanan gadis itu berayun dengan teriakan yang mengejutkan. Ujung pedang
meninggalkan 5 tanda tusukan pada kecepatan yang mata telanjang tidak bisa ikuti
dari kanan atas ke kiri bawah batang pohon. Dia menghunuskan pedangnya
kembali, dan meninggalkan 5 tanda dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah.
Untuk setiap tusukan yang dibuat oleh skill terjangan, batang pohon akan
mengeluarkan suara keras yang berlebihan, dan pohon-pohon yang menjulang
tinggi terus bergoyang. Jika pohon-pohon itu sesuatu yang bisa dihancurkan,
mereka sudah akan terbelah setengah.
Setelah meluncurkan 10 serangan dari skill terjangan, Yuuki menggunakan
kekuatan di seluruh tubuhnya untuk menarik pedang kembali dan menyerang titik
persimpangan. Cahaya ungu kebiruan yang menyilaukan meledak di sekitar, dan
rumput di samping kaki mereka membungkuk ke belakang, tampak seperti mereka
diledakkan.
Bahkan ketika badai gila itu berhenti, Yuuki, yang menikam pedang ke dalam
batang pohon, tetap berdiri di posisi aslinya.
Tiba-tiba, puncak kecil muncul di tengah ujung pedang. Itu berputar dan
menyebar, dan juga, sebuah perkamen persegi muncul dari permukaan cabang.
Setelah puncak yang mengeluarkan cahaya biru dipindahkan ke perkamen,
perkamen tergulung dari bawah.
Yuuki menjaga pedangnya, dan gulungan yang selesai melayang di udara. Dia
secara bertahap menjangkaunya dengan tangan kirinya dan meraihnya.
Pedang di tangan kanan gadis itu terjatuh di padang rumput, membiarkan keluar
suara 'Ka-yan'. Tubuh Yuuki bergoyang sedikit dan mundur ke belakang. Asuna
buru-buru berlari ke arahnya untuk membantunya. Keduanya terduduk begitu saja,
dan Asuna menggunakan kedua lengannya untuk memeluk tubuh kecil Yuuki.
Yuuki memejamkan matanya, menyebabkan Asuna terkejut. Tapi kelopak mata itu
perlahan-lahan segera terbuka. Yuuki mengeluarkan senyum tenang, dan kemudian
tampak menggerutu,
"Aneh ... Aku tidak pernah merasa sakit atau sedih, tapi aku hanya merasa lemah
..."
Asuna tersenyum kembali dan berkata,
"Tidak apa-apa. Kamu hanya lelah. Istirahat sajalah sebentar. Kamu akan pulih
dengan segera."
"Un ... Asuna ... ambilah ini ... ini adalah ... OSSku ..."
Suara ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tergagap dan gemetar di waktu
yang sama. Salah satu organ yang telah Yuuki tinggalkan, otak, dimana kesadaran
dikumpulkan, terasa akan berhenti. Membuat Asuna merasa gusar, tapi dia tetap
menahan emosinya saat ia tersenyum dan berkata,
"Apa kamu benar-benar akan memberikannya padaku ...?"
"Aku harap ... kamu mau menerima ini ... Asuna ... sini ... buka jendelamu ..."
"... Un."
Asuna melambaikan tangan kirinya untuk memanggil jendela dan membuka menu
pengaturan OSS. Yuuki mengangkat tangan gemetarnya dan menempatkan
gulungan kecil yang dia pegang tepat ke permukaan jendela. Saat gulungan
menghilang dengan cahaya, Yuuki mendesah puas dan menaruh tangan kirinya ke
bawah. Dia tersenyum lembut dan tampak mendesah saat ia bergumam,
"Nama ... skill itu ... adalah «Mother's Rosario» ... Kuharap ... itu bisa membantuku
... melindungi Asuna ..."
Mendengar kata-kata ini, air mata Asuna akhirnya jatuh di dada Yuuki, tapi dia
tetap tersenyum dan berkata dengan suara yang jelas,
"Terima kasih, Yuuki―Aku berjanji padamu, jika aku harus meninggalkan dunia
ini suatu hari nanti, aku pasti akan memberikan skill pedang ini pada orang lain.
Pedangmu ... akan hidup selamanya."
"Un ... terima kasih ..."
Yuuki menganggukkan kepalanya. Mata permatanya mengeluarkan sesuatu yang
bersinar.
Pada saat ini, ada beberapa suara gaduh, atau lebih tepatnya, suara terbang yang
terdengar mendekati mereka. Ada suara sepatu yang mendarat di atas rumput di
sekitar Asuna dan Yuuki. Ketika mereka mendongak, 5 orang, Jun, Thatch,
Taruken, Nori dan Shiune datang dengan berlari.
Mereka membentuk setengah lingkaran di sekitar Yuuki dan berlutut. Yuuki
melihat setiap wajah mereka dan menunjukkan tampilan yang bermasalah.
"Ada apa dengan semua orang ... bukankah kita sudah melakukan, perpisahan
sebelumnya ... Kubilang pada kalian, janji, untuk tidak memberikanku salam
perpisahan untuk terakhir kalinya ... bukankah aku..."
"Kami di sini bukan untuk mengirimmu pergi. Kami di sini untuk menghiburmu.
Jika pemimpin kami dihancurkan di dunia berikutnya karena kami tidak ada, kami
akan benar-benar susah!"
Jun tersenyum saat dia berbicara. Tangannya yang tertutupi oleh sarung tembaga
kemerahan meraih tangan kanan Yuuki, dan melanjutkan,
"Jangan berlari terlalu jauh aku jadi tidak bisa menemukanmu. Aku pasti akan
segera menemukanmu."
"Apa ... yang kamu katakan ... itu terlalu mendadak ... aku akan marah ... tahu ..."
Membuat suara 'chi chi' dengan lidahnya, Nori dengan riang berkata,
"Itu tidak akan terjadi. Jika kami tidak ada, kamu tidak dapat melakukan apapun,
pemimpin. Tunggu saja di sana ... tunggulah kami ..."
Wajah nori tiba-tiba bergetar, dan air mata mulai mengalir keluar dari mata hitam
besarnya. Kemudian, ia membuat 2, 3 rintihan dari dalam tenggorokannya yang
tidak bisa ia tahan.
"Itu tidak akan terjadi ... Nori ... kamu berjanji untuk tidak menangis, kan ..."
Tersenyum dan mengganggu ini, wajah Shiune memperlihatkan dua baris air mata
yang jelas. Thatch dan Taruken tidak berniat menyembunyikan air mata mereka
saat mereka memegang tangan Yuuki.
Yuuki menatap wajah keempatnya lagi, dan kemudian tersenyum dan dengan
menangis berkata kepada mereka,
"Ya ampun, kalian ... Aku akan menunggu di sana ... untuk kalian ... nikmatilah
waktu kalian dan kemarilah ... tidak apa-apa ..."
Para 6 anggota Sleeping Knights menangkupkan tangan mereka bersama-sama dan
tampak melakukan sumpah reuni sebelum menganggukkan kepala mereka dengan
keras. Setelah Shiune dan teman-temannya berdiri, beberapa kepakkan sayap lain
terdengar mendekat.
Orang-orang yang muncul adalah Kirito, Yui, Lisbeth, Lyfa dan Silica. Semuanya
mendarat dan segera bergabung dengan barisan di sekitar Yuuki, dan kemudian
meraih tangan Yuuki yang mengeras.
Asuna sedang memeluk Yuuki saat dia melihat semuanya dengan mata berkaca-
kaca. Tiba-tiba, ia menyadari sesuatu. Setelah Kirito dan yang lain datang, masih
ada sedikit suara sayap yang beterbangan, dan bukan hanya satu. Sayap segala
macam suku bertumpuk satu sama lain, membentuk gema besar seperti organ.
Asuna, Yuuki, Shiune, Lisbeth dan teman-temannya menatap langit.
Mereka melihat pita besar yang datang dari arah Panareze.
Beberapa pemain terbang dalam garis lurus. Posisi paling depan adalah pemimpin
para Sylph, Sakuya, yang mantelnya berkibar karena angin. Di sampingnya adalah
para sylph yang mengenakan kemeja hijau dengan corak yang berbeda. Melihat
jumlahnya, tampaknya semua sylph itu login dalam waktu yang sama.
Tidak―bukan hanya jalan utama. Bahkan di semua arah, banyak pita yang datang
menuju pulau. Pita merah milik salamander, dan kuning pasti mewakili Cait Siths.
Juga, ada Imp, Gnome, Undine ... dan semua organisasi pemain terkemuka dari
segala macam suku datang ke pohon besar. Ada sekitar 500 ... tidak, lebih dari
1000 orang.
Yuuki terlihat mebelalakkan matanya dalam pelukan Asuna dan menjerit karena
takjub.
"Uwahh ... itu menakjubkan ... banyak sekali elf ..."
Asuna tersenyum dan berkata padanya,
"Maaf, kamu benci memobilisasi begitu banyak orang, Yuuki ... tapi aku meminta
Lisbeth untuk memanggil mereka semua."
"Mengapa aku ... itu konyol ... tapi, mengapa ada begitu banyak orang ... rasanya
seperti ... Aku sedang bermimpi ..."
Yuuki bergumam sambil terengah-engah, dan pendekar pedang yang tiba di langit
di atas pulau mengeluarkan suara seperti air terjun saat mereka turun. Sakuya,
Alicia dan para pemimpin lain dari organisasi berkumpul di luar saat mereka
mengelilingi Asuna dan teman-temannya, dan kemudian berlutut satu kaki dan
menundukkan kepala mereka. Ini bukanlah sebuah pulau yang benar-benar besar,
dan segera setelah itu, pulau ini terisi oleh pemain.
Asuna menatap mata Yuuki dan mencoba untuk mengekspresikan emosi di dalam
hatinya dalam kata-kata.
"Ka ... karena ..."
Air matanya terjatuh lagi.
"Yuuki ... kamu satu-satunya pendekar pedang terkuat di dunia ini ... dan tidak ada
pendekar pedang yang akan muncul di dunia ini seperti dirimu. Aku benar-benar
tidak bisa membiarkanmu pergi sendiri seperti itu ... semua orang, semua orang
berdoa untukmu ... berharap bahwa perjalanan barumu akan sempurna seperti saat
ini ..."
"... Sangat bahagia ... Aku sangat ... bahagia ..."
Yuuki mengangkat lehernya dan melihat pendekar pedang di sekelilingnya
sebelum menyandarkan kepalanya di lengan Asuna.
Yuuki menutup matanya, dan dada kurusnya mengembang dan bernapas beberapa
kali. Dia menggunakan mata ungu itu untuk melihat Asuna sekali lagi. Dia
kemudian sulit bernapas, tampak meremas seluruh kekuatan terakhirnya, dan
meneruskan dengan suara terganggu,
"Aku selalu ... selalu berpikir, bahwa aku, yang harus menghadapi kematian sejak
aku lahir ... apa arti hidup di dunia ini ... Aku tidak dapat membuat apapun di dunia
ini, dan aku tidak bisa membantu orang lain ... aku hanya bisa menyia-nyiakan obat
yang tak terhitung jumlahnya dan juga mesin itu ... hanya bisa membawa masalah
bagi orang lain ... Aku juga terganggu, terluka ... jika aku harus menghilang pada
akhirnya ... biarkanlah saja aku menghilang ... Aku memikirkan itu beberapa kali ...
Aku hanya merasa ... mengapa aku harus dilahirkan di dunia ini ... "
Kekuatan yang tersisa dari kehidupan menghilang pergi dari Yuuki. Tubuh mungil
dalam pelukan Asuna seperti berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih ringan dan
transparan. Suara Yuuki semakin menjadi lebih lemah dan lebih lemah lagi,
seolah-olah itu akan berhenti dengan segera. Namun, tidak ada bahasa apapun yang
bisa menandai hal itu jauh di dalam jiwa Asuna.
"Tapi ... tapi ... aku merasa bahwa akhirnya aku mendapatkan jawaban ... bahkan ...
jika itu tidak berarti ... jika aku bisa hidup ... itu sudah cukup ... karena ... pada saat
terakhir ... Aku benar-benar bisa merasakan makna ... makna akan ... begitu banyak
orang ... yang mengelilingi diriku ... dan aku berbaring di dalam ... lengan yang
paling aku sayangi ... saat aku menunggu di terminal perjalanan ... "
Kata-kata Yuuki berhenti dengan napas yang sederhana dan singkat. Matanya
tampak melihat Asuna dan keluar menuju suatu tempat yang jauh. Apakah dia
melihat dunia lain yang nyata―pulau asli elf di mana jiwa para pahlawan tinggal?
Asuna tidak bisa menahan air matanya yang jatuh. Air mata yang menetes terus
terjatuh ke dada Yuuki, hancur menjadi partikel cahaya dan menyebar. Namun,
mulutnya tersenyum secara alami. Asuna menganggukkan kepalanya keras dan
mengucapkan kata-kata terakhir pada Yuuki,
"Aku ... aku pasti akan menemuimu lagi. Bahkan jika itu di tempat lain, dunia lain,
aku akan menemuimu lagi ... pada saat itu, kamu harus memberitahuku ... apa yang
kamu temukan di sana ..."
Mata ungu Yuuki dengan segera membalas tatapan Asuna. Jauh di dalam matanya,
ada sinar dari energi dan keberanian tak berujung yang Asuna lihat ketika ia
bertemu Yuuki untuk pertama kalinya. Sinar itu segera membentuk dua tetes air
mata yang mengalir keluar ke wajah pucat Yuuki, dan akhirnya hancur dan
memudar menjadi cahaya.
Dia menggerakkan bibirnya sedikit dan membuat sebuah senyuman. Pada saat ini,
sebuah suara memasuki kesadaran Asuna secara langsung.
Aku mencoba yang terbaik untuk hidup ... Di sini, aku benar-benar hidup ...
Seperti kepingan salju terakhir yang jatuh di atas lapangan salju putih murni, sang
«Pedang Absolut» Yuuki menutup matanya.
Bab 12
Sentuhan sedikit di bahu kanan seragamnya menyebabkan Asuna untuk berpaling,
itu adalah kelopak sakura di atasnya.
Gadis itu menggunakan jari tangan kirinya untuk menyentuhnya. Itu adalah
kelopak berbentuk oval tanpa noda di atasnya, tampak seolah-olah itu ingin
menunjukkan sesuatu karena terus bergerak. Akhirnya melayang dengan angin dan
menghilang di antara bintik-bintik putih yang menari di udara. Menempatkan
tangannya kembali ke lututnya, Asuna menatap langit musim semi yang agak
kabur lagi.
Sekarang adalah hari Sabtu pertama bulan April, jam 3 pm.
Sudah seminggu sejak Yuuki meninggal, dan pemakamannya baru saja berakhir.
Lokasi pemakaman adalah sebuah gereja Kristen yang dikelilingi oleh pohon-
pohon sakura di wilayah perbukitan Hodogaya, Kabupaten Yokohama, dan
kelopak yang mulai jatuh tampak seperti mereka mengantar Yuuki pergi, namun,
pemakaman itu sendiri adalah jauh dari kata ' khusyuk '. Termasuk bibi, yang
berkabung itu, hanya ada empat kerabat yang menghadiri pemakaman. Namun, ada
lebih dari 100 pemuda yang mengaku menjadi teman Yuuki. Tentu saja, orang-
orang di usia remaja dan dua puluhan semua pemain ALO. Para kerabat yang
menerima tkamu tangan di meja mungkin berpikir bahwa Yuuki tidak memiliki
banyak teman karena ia telah dirawat di rumah sakit selama lebih dari 3 tahun, dan
tampaknya benar-benar terkejut dengan jumlah yang hadir.
Setelah pemakaman berakhir, semua orang di halaman depan besar di depan gereja
membahas insiden «Absolute Sword», namun Asuna tidak bisa bersama-sama
dengan orang-orang untuk beberapa alasan, dan dia diam-diam pergi untuk
mencari bangku di belakang bayang-bayang gereja saat ia menatap langit
sendirian.
Yuuki telah meninggalkan dunia ini―dengan Yuuki yang menyapa dengan
bahunya yang menyelidik, Yuuki yang tersenyum saat melihat Asuna memasak di
rumah hutan, pergi ke tempat yang jauh dan tidak akan pernah kembali. Sampai
sekarang, Asuna tidak bisa menerima kenyataan ini. Gadis ini tidak menangis lagi,
tapi apakah itu di tengah-tengah kerumunan berisik, di sudut kafe, atau di angin
Alfheim, hatinya berlari setiap kali dia pikir dia mendengar suara Yuuki itu.
Selama beberapa hari terakhir, Asuna telah berpikir tentang apa arti
sebenarnya«kehidupan».
Semua bentuk kehidupan adalah instrumen transfer gen yang ada untuk
meningkatkan peluang kelangsungan keturunan mereka sendiri di masa depan.
Puluhan tahun lalu, pepatah ini tampaknya telah menyebabkan keributan. Jika
dipandang hanya melalui titik ini, bahkan orang-orang yang menderita HIV di
sedemikian usia, kurangnya sistem kekebalan tubuh atau sesuatu yang serupa
hanya akan dianggap sebagai bentuk kehidupan belaka. Namun, virus ini akan
terus berkembang biak dan menggandakan dirinya sendiri sampai mengambil
nyawa Yuuki inangnya, menyebabkan kematiannya.
Jika salah satu berpikir dengan cara lain, manusia telah melakukan hal yang sama
selama ribuan tahun. mereka mengambil nyawa orang lain untuk keuntungan
mereka sendiri, mereka mengorbankan negara-negara lain untuk memastikan
keamanan negara mereka sendiri. Bahkan ketika dia menatap langit, dia bisa
melihat pembentukan jet tempur terbang dari pangkalan Atsugi ke tempat yang
tidak diketahui, membiarkan keluar contrail[37]
putih di sisi lain pemandangan
musim semi. Akankah suatu hari manusia menghancurkan dunia mereka seperti
virus ini? Atau mereka akan dikalahkan oleh beberapa organisme dengan
kecerdasan yang lebih tinggi dan harus dibuang ...?
Kata-kata terakhir Yuuki masih bergema di telinga Asuna itu. Dia berkata bahwa
dia tidak bisa membuat apa pun di dunia ini, dan tidak bisa memberikan bantuan
kepada orang lain―Yuuki sendiri tidak meninggalkan gen di belakang saat ia
meninggalkan dunia ini.
Namun, pikiran batin Asuna yang bergerak saat ia menyentuh simpul kupu-kupu
pada seragamnya. Yuuki tidak menggunakan sentuhan sesaat untuk meninggalkan
tkamu yang tidak bisa terhapus jauh di dalam hatinya. Jiwa «Absolute Sword» dan
bantalan heroik yang menantang kesulitan besar ini terus hidup dalam hati Asuna
itu. Para pemuda yang hadir berjumlah lebih dari 100, dan mereka memiliki
pikiran yang sama seperti Asuna. Bahkan saat kenangan memudar dengan waktu,
bahkan saat kenangan mengkristal, akan ada sesuatu dalam hati semua orang.
Dalam hal ini, hidup itu bukan hanya transfer informasi melalui 4 basis [38]
. Ini
adalah instrumen yang bisa menampung kenangan, pikiran dan jiwa yang tidak
memiliki tubuh fisik. Di masa depan yang jauh, jika manusia benar-benar bisa
membuat jiwa media yang lengkap melalui meme[39]
atau keadaan tak pasti di
mana otak meniru virus, kehidupan kemanusiaan yang tidak lengkap ini kemudian
dapat menggunakannya untuk mencegah kepunahan mereka sendiri―
Hingga hari itu tiba, aku harus menggunakan cara yang aku bisa untuk
mentransfer jiwa Yuuki. Ketika aku punya anak, aku akan terus menjelaskan
kejadian ini kepada mereka, aku akan membiarkan mereka tahu bahwa dalam
kesenjangan antara realitas dan dunia maya, seorang gadis mungil ajaib seperti
layaknya bersinar.
Asuna bergumam pada dirinya sendiri jauh di dalam hatinya, dan kemudian diam-
diam membuka mata yang dia tidak tahu telah dia tutup.
Dia melihat sosok datang dari sudut bangunan di depan teras, dan buru-buru
menggunakan jari-jarinya untuk mengusap air mata di matanya.
Itu seorang wanita. Asuna merasa bahwa dia bertemu sebelumnya di suatu tempat,
tetapi tidak memiliki kesan apapun pada wajah itu sama sekali. Tubuh wanita itu
sedikit tinggi, dan dia tampak mengenakan baju one-piece hitam sederhana dengan
selendang menutupi bahunya. Dia memiliki rambut sebahu berwarna hitam, dan
kalung perak di depan dadanya yang merupakan ornamen satu-satunya yang ada
dirinya. Dia tampak seperti dia berada di usia dua puluhan.
Wanita itu menuju ke Asuna dan akhirnya berhenti sedikit di depannya sebelum
membungkuk. Asuna buru-buru bangkit, dan sekali ia mengangkat kepalanya, kulit
wanita yang tampak transparan memasuki matanya. Kulit putih pucat
mengingatkan Asuna pada dirinya ketika dia terbangun dari tidur panjangnya.
Melihat dari dekat, orang bisa mengatakan bahwa leher wanita yang terlihat dari
selendang itu seramping pergelangan tangannya, itu tampak seperti akan pecah
dengan satu sentuhan.
Pihak lain menatap wajah Asuna tanpa berkata-kata untuk sementara waktu, dan
kemudian, mata yang berbentuk indah itu saat ini menunjukkan ekspresi lembut
seperti bibirnya yang menunjukkan sedikit senyum.
"Apakah kamu Asuna-san? Kamu tampak seperti yang ada di dunia maya. Aku
mengenali kamu pada pandangan pertama."
Mendengar kata-kata tenang dan bijak, Asuna segera menebak siapa wanita di
depannya itu.
"Ah ... kamu, Shiune-san ...?"
"Ehh, itu benar. Nama asliku adalah An Shi En. Senang bertemu denganmu ... dan
lama tidak bertemu."
"Se, senang bertemu denganmu untuk pertama kalinya! Aku Yuuki Asuna. Kita
belum bertemu selama seminggu."
Setelah ucapan agak canggung, mereka berdua mulai tertawa. Asuna menggunakan
tangan kirinya untuk menunjukkan untuk Shi En duduk di bangku, dan dia duduk
di sampingnya.
Pada saat ini, Asuna melihat sesuatu. Semua anggota Sleeping Knight itu mungkin
pasien yang terserang penyakit dan butuh perawatan di rumah sakit. Apakah itu
benar-benar baik-baik saja baginya untuk keluar sendiri seperti itu ...?
Shi En tampak memperhatikan keprihatinan Asuna saat ia mengangguk kepalanya
sedikit sebelum berkata,
"Jangan khawatir. Aku akhirnya mendapat izin untuk pergi keluar selama April.
Adikku datang bersama denganku juga, tapi aku ingin dia menungguku di luar."
"... Kemudian ... tubuhmu sudah ...?"
"Ya ... aku punya lymphoblastic leukemia[40]
akut ... dengan kata lain, leukemia
dalam tubuhku menghilang ... Aku sudah tiga tahun yang lalu, dan aku pergi ke
remisi setelah menjalani kemoterapi ... Tapi aku jatuh sakit lagi tahun lalu ...
setelah kambuh, dokter menunjukkan bahwa satu-satunya pengobatan yang efektif
adalah transplantasi sumsum tulang. Tapi sel darah putih komposisi anggota
keluargaku tidak cocok denganku ... dan bank tulang tidak memiliki donor yang
cocok bagi aku. Aku sudah siap secara mental dan memutuskan untuk
memanfaatkan sisa waktuku ... "
Shi En berhenti untuk sementara waktu dan melihat bunga-bunga sakura di atas.
Angin pusaran kecil melecut beberapa kelopak bunga dan membuat mereka menari
seperti kepingan salju.
"Setelah penyakitku kambuh, aku tidak bisa menjalani transplantasi sumsum
tulang, dan diberikan segala macam obat-obatan dan kemoterapi penyelamatan
untuk meringankan rasa sakit. Tetapi karena terlalu sering menggunakan obat baru
dan tes, efek sampingnya yang benar-benar serius ... itu benar-benar begitu kuat
bahwa aku telah memikirkan menyerah beberapa kali. Aku mengatakan kepada
dokter berkali-kali sebelum itu jika ada harapan, biarkan aku pergi melalui
kemoterapi sehingga aku bisa pergi melalui saat-saat terakhirku ... "
Asuna tiba-tiba melihat bahwa rambut Shi En yang bergoyang dengan bunga
sakura sebenarnya wig.
"Tapi ... setiap kali aku bertemu Yuuki, aku hanya punya pikiran agar tidak
menyerah dengan mudah. Yuuki telah berjuang dengan rasa sakit yang sama
selama 15 tahun, dan bagaimana aku bisa, seseorang yang lebih tua dari dia,
menyerah setelah hanya tiga tahun pengobatan? Aku terus mengatakan pada diriku
sendiri ini―namun, jumlah obat turun perlahan-lahan sejak Februari tahun ini ...
dan dokter mengatakan kepadaku bahwa kondisiku membaik. Namun, aku hanya
merasa dalam hatiku saat itu akhirnya datang. Mereka mengubah pengobatanku
dari jenis salvaging chemotherapy ke pengobatan lebih umum. Aku benar-benar
takut ... dan belum merasa nyaman. Aku tahu tentang kondisi Yuuki, jadi aku
merasa ... jika itu Yuuki dengan aku, tidak peduli bahkan jika aku pergi ke dunia
lain. Tidak peduli di mana aku pergi, dia akan melindungiku ... itu lucu, bukan?
Yuuki lebih muda dari aku, namun aku mengandalkannya begitu banyak ... "
"Tidak ... Aku bisa mengerti."
Asuna menjawab sederhana dan mengangguk kepalanya. Shi En kemudian
tersenyum dan mengangguk saat ia melanjutkan,
"―Pada akhirnya ... seminggu yang lalu, hari berikutnya setelah aku mengucapkan
selamat tinggal kepada Yuuki, dokter datang ke kamarku ... dan mengatakan
bahwa aku telah pulih sepenuhnya ... leukemia telah benar-benar hilang, dan aku
bisa pulang. Aku bertanya-tanya apa omong kosong yang dia ucapkan, apakah ia
hanya membiarkan aku kembali untuk bertemu keluargaku dan mengatakan
selamat tinggal? Aku bertanya-tanya tentang itu ... dan di tengah-tengah
kebingungan, aku benar-benar pulang dua hari kemudian. Kemarin, aku bahkan
merasa bahwa aku dapat disembuhkan. Aku mendengar bahwa obat uji tertentu
benar-benar efektif ... "
Shi En berhenti untuk sementara waktu lagi, dan senyumnya itu dipelintir dengan
ekspresi yang agak berkaca-kaca.
"Tapi, aku hanya merasa bahwa sesuatu tidak terasa benar. Kali ini diberikan
kepadaku ketika aku merasa bahwa itu sudah lama hilang, dan hanya untuk
menggangguku. Dan ... dan Yuuki, ini adalah ... "
Suara Shi En gemetar sedikit, dan ketika Asuna melihat air mata kecil yang
muncul di sudut-sudut matanya, dia tidak bisa menahan perasaan sedih juga.
"Yuuki sedang menunggu, namun aku satu-satunya yang menunggu. Apakah ini
benar-benar sudah ... Aku sudah berjanji Yuuki, Ran-san, Clovis dan Merida ...
kita akan selalu bersama-sama ... tapi aku ... tapi aku ... "
Shi En tidak bisa bicara lebih jauh saat ia menunduk dan bahunya terus gemetar.
Ran-san seharusnya pemimpin serikat pertama, yang berarti kakak perempuan
Yuuki. Dua lainnya seharusnya anggota Sleeping Knight yang sudah meninggal.
Para anggota Sleeping Knight mungkin telah mengalami kehidupan yang paling
dahsyat dan menyakitkan di dunia ini, dan ujian yang dialami mungkin lebih dapat
diandalkan daripada menjadi keluarga atau kekasih dalam arti tertentu. Asuna
merasa bahwa dia tidak punya hak untuk mengatakan apa-apa, tapi ia tidak bisa
membantu tetapi melakukannya.
Dia meraih tangan kirinya keluar dan diam-diam memegang tangan kanan Shi En
yang ditempatkan di bangku cadangan. Jari Shi En tipis, tapi Asuna benar-benar
merasakan rasa hangat dari tangannya.
"Shi En-san. Aku baru-baru ini ... memikirkan ... hidup harus menjadi sesuatu yang
dapat menyimpan dan menyampaikan pikiran seseorang. Untuk waktu yang lama,
aku sudah takut mengungkapkan pikiranku kepada orang lain, dan aku tidak berani
melihat ke dalam pikiran orang lain. Tapi Yuuki mengatakan kepadaku bahwa
tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku ingin menyampaikan kekuatan yang aku
pelajari ini dari Yuuki kepada lebih banyak orang. Aku berharap bahwa sementara
aku masih hidup, aku bisa menyampaikan pikiran Yuuki untuk tempat yang lebih
jauh, dan kemudian ... ketika aku bertemu Yuuki lagi, aku berharap bahwa aku bisa
menyampaikan lebih banyak pemikiran lagi. "
Itu sedikit tersela, tapi Asuna masih mencoba terbaik untuk mengucapkan kata-
kata tersebut. Dia merasa bahwa dia tidak mengungkapkan lebih dari setengah
emosinya, tapi Shi En, yang menunduk, perlahan-lahan mengangguk kepalanya
sedalam dia meletakkan tangannya yang lain di tangan kiri Asuna itu.
Shi En mengangkat wajahnya, dan meskipun mata hitam yang indah ternoda
dengan air mata, ia tersenyum.
"Terima kasih ... Asuna-san."
Setelah menggumamkan itu, Shi En mengangkat lengannya untuk memeluk Asuna,
dan Asuna memeluk erat tubuhnya yang kurus. Shi En kemudian berbisik di
samping mata Asuna,
"Kami semua berterima kasih kepadamu, Asuna-san. Sejak kakak Yuuki, Ran-san
meninggal, Yuuki sudah berusaha yang terbaik untuk mendorong dan mendukung
kami di tempat kakaknya, dan kami berakhir terlalu mengandalkan dirinya ...
apakah rasa sakit atau kesulitan, Yuuki akan meminjamkan kekuatannya untuk
mendukung kami . Kamu mungkin merasa bahwa tidak ada gunanya mengatakan
ini sekarang ... aku benar-benar khawatir tentang Yuuki. Aku bertanya-tanya siapa
yang akan menjadi pilar untuk mendukung Yuuki. Dia selalu tersenyum dan tidak
pernah menunjukkan tanda-tanda kejengkelan ... tapi aku khawatir bahwa suatu
hari, yang bertubuh mungil itu akan menanggung terlalu banyak dan hancur ... saat
itu―Kamu muncul. Yuuki tampak benar-benar senang ketika dia denganmu,
Asuna-san. Dia tampak begitu alami, seperti burung yang akhirnya tahu bagaimana
untuk terbang. Dia sepertinya bisa terbang begitu tinggi ke langit ... sampai kita
tidak bisa mencapainya ... dan kemudian meninggalkan kami ... "
Setelah mengatakan hal ini, Shi En berhenti sejenak, dan layar dalam hati Asuna
memperlihatkan sekilas Yuuki menjadi burung dan terbang tinggi di dunia lainnya.
Shi En memindah tubuhnya ke samping dan tersenyum dalam cara yang agak
malu-malu. Dia menggunakan jari-jarinya untuk menghapus air matanya, dan
mengambil napas dalam-dalam sebelum berkata dengan suara yang jelas:
"Sebenarnya―, itu bukan hanya aku. Jun ... juga menderita kanker yang sulit untuk
diobati, tetapi baru-baru ini, obat yang diberikan mulai bekerja dengan sangat baik,
dan aku mendengar bahwa tumornya mengecil. Ini seperti yang Yuuki beritahukan
pada kami berdua bahwa itu terlalu dini bagi kami. Sepertinya itu akan menjadi
waktu yang lama sebelum Sleeping Knight akhirnya bersama-sama."
"... Ya. Lain kali, Kamu harus menempatkan aku sebagai anggota resmi. "
Asuna dan Shi En saling berpandangan satu sama lain, fufu, dan mulai tertawa.
Mereka mengangkat kepala mereka dan menatap langit berwarna sakura. Angin
bertiup dari belakang, menggoyang rambut mereka. Asuna membayangkan Yuuki
memeluk keduanya di bahu dan terbang saat mengepakkan sayapnyanya, dan
kemudian diam-diam menutup matanya lagi.
Beberapa menit berlalu begitu saja. Dua pasang langkah kaki baru yang mendekati
mereka memecah keheningan ini. Mereka membalik wajah mereka ke belakang,
dan melihat anak laki-laki mengenakan seragam yang sama dengan
Asuna―Kirigaya Kazuto, dan Dokter Kurahashi berpakaian hitam, sedang
berjalan.
Asuna dan Shi En bangkit dan menyapa dua orang yang mendekati mereka.
Mereka berdua menganggukkan kepala mereka. Kazuto kemudian berkata kepada
Asuna,
"Jadi kamu di sini. Apakah aku mengganggu kalian berdua?"
"Tidak. Tapi ... eh? Kirito-kun, kamu tahu Dokter Kurahashi?"
"Uun ... baru-baru ini. Karena message probe baru-baru ini, kami telah
menggunakan email untuk menghubungi satu sama lain."
Dokter Kurahashi kemudian menyela,
"Ya. Kamera itu benar-benar menarik, jadi aku berdiskusi dengan dia mengenai
apakah itu cocok untuk digunakan dalam Teknologi FullDive."
"Begitu ya. Lalu ... itu berarti ... "
Asuna tiba-tiba teringat sesuatu, dan bertanya pada dokter,
"Bagaimana pengujian dengan Medicuboid tersebut? Apakah seseorang mewarisi
layar itu ...?"
Mendengar itu, dokter segera tersenyum dan menganggukkan kepalanya keras,
mengatakan,
"Ah, itu bukan apa-apa. Kami punya data yang memadai untuk pengujian. Kami
melanjutkan negosiasi dengan produsen untuk produk praktis. Mungkin An-san
dan sisanya dapat menggunakan Medicuboid segera ... "
Bagian terakhir dari kata-kata ini ditujukan pada Shi En, tapi setelah berbicara
sampai di sini, dokter matanya melebar dan buru-buru berkata,
"Ahh, aku benar-benar menyesal. Aku harus mengatakan ini sejak awal―selamat
atas kesembuhan Anda, An-san. Aku kira Yuuki ... harus lebih bahagia ... "
Shi En erat menggenggam tangan dokter diulurkan dan mengangguk kepalanya
keras. Lalu, ia memegang tangan Kazuto, yang ia berteman dalam permainan.
"Terima kasih. Aku mungkin tidak perlu menggunakan Medicuboid sekarang ...
tapi aku senang ... tentang pemikiran bahwa aku dapat meninggalkan data
memoriku untuk membantu banyak orang berjuang dengan penyakitnya. "
Setelah Shi En mengatakan itu, dokter terus mengangguk.
"Ya. Sebagai tester pertama mesin itu, nama Yuuki akan hidup selamanya―aku
benar-benar ingin penghargaan ini dihadiahkan kepadanya dan penyedia eksternal
yang datang dengan desain awal ... "
"Aku kira Yuuki tidak ingin hadiah. Dia mungkin mengatakan bahwa hadiah tidak
bisa dimakan."
Kata Shi En menyebabkan semua orang tertawa. Saat tawa mereda, Asuna
menyadari beberapa bagian dari kata-kata Dokter Kurahashi, dan mengulanginya,
"Lalu ... dokter, yang Anda katakan penyedia eksternal dari desain awal ...?
Bukankah Medicuboid dirancang oleh produsen perangkat medis?"
"Ahh ... erm, tentang itu."
Dokter tampaknya menggali memorinya sendiri saat ia menyipitkan matanya.
"Tentu saja, perangkat ini diproduksi oleh produsen perangkat, namun inti yang
disebut perangkat, desain dasar dari komponen sinyal high-density diberikan
secara gratis oleh pihak eksternal. Aku ingat seorang perempuan ... mungkin
seorang peneliti di sebuah universitas asing. Tapi dia orang Jepang ... erm, dia
disebut ... "
Dokter Kurahashi kemudian mengatakan nama. Asuna belum pernah mendengar
nama itu sebelumnya, dan Shi En harusnya juga sama, tapi ekspresi Kazuto
membuat Asuna terkesiap.
Kazuto tampaknya telah mendengar sesuatu yang luar biasa sebab ekspresinya
menjadi benar-benar hampa. Bibir pucatnya bergetar beberapa kali.
"A ... ada apa denganmu, Kirito-kun?"
Asuna memanggil secara panik, tapi Kazuto hanya diam. Setelah beberapa saat,
bibirnya mengeluarkan suara serak.
"Aku ... Aku tahu orang itu."
"Eh ...?"
"Dan aku bertemu dia sebelum ..."
Kazuto segera menatap mata Asuna itu. Iris hitamnya tampak seperti mereka pergi
melalui ruang dan waktu, ia tampak seolah-olah sedang menatap dunia tertentu
lainnya.
"Ketika Heathcliff dive ... orang yang merawatnya. Keduanya meneliti teknologi
FullDive di lab yang sama di universitas ... dengan kata lain, penyedia nyata untuk
desain dasar Medicuboid adalah ... "
"..."
Pada saat ini, Asuna tidak bisa bicara.
Apakah ini berarti―Medicuboid dan «The Seed Nexus» keduanya lahir dari benih
yang orang itu tumbuhkan?
Shi En dan Dokter Kurahashi memiringkan kepala mereka kebingungan, tapi
Kazuto tidak bisa menjawab pertanyaan mereka. Dia hanya bisa terlihat bingung
saat ia menatap kelopak sakura yang terus melayang matanya.
Tiba-tiba, Asuna merasakan semburan waktu mengalir.
Dunia yang disebut «kenyataan» ini dasarnya salah satu dari banyak kebenaran.
Selain itu, ada juga tektonik besar yang membentuk bumi seperti mengumpulkan
banyak bunga kelopak.
Dan sekarang, kekuatan besar yang menutupi dunia dan terus bergerak maju
perlahan-lahan menunjukkan bentuknya.
Asuna menggunakan lengannya untuk memeluk tubuhnya erat. Pada saat ini,
embusan angin yang kuat bertiup, menyebabkan kelopak bunga yang mengambang
di dekatnya terbawa ke langit jauh.
{SELESAI}
Catatan Penerjemah dan Referensi
1. Zekken (ゼッケン) dalam katakana : stiker nomor urut peserta yang biasa
digunakan dalam lomba atletik
2. Hutan yang bentuk pohonnya seperti jarum.
3. "僕 (boku)", kata ganti aku yang Yuuki gunakan, biasanya dipakai oleh laki-
laki. Perempuan jarang yang make kata ganti ini.
4. Suara kursi yang diduduki secara tiba-tiba
5. Maksud dari seluas jari di sini adalah mereka selalu saja dikalahkan ketika
tinggal sedikit lagi mereka bisa mengalahkan bos. Seperti luasnya jari yang
hanya sedikit.
6. Suatu cairan penyembuh mana
7. Tanah kosong
8. Suatu bangunan berisi monster
9. Lag adalah suatu gangguan dimana gerakan menjadi lambat atau terhenti di
suatu game online biasanya karena pengaruh koneksi
10. http://en.wikipedia.org/wiki/Shockwave
11. Misi mengalahkan bos
12. Pedang Absolut
13. Spinal Cord, syaraf spinal merupakan syaraf yang berada di sumsum tulang
belakang, berfungsi sebagai pusat gerak refleks (tidak sadar). Contoh: lutut
digetok, kaki akan reflek menendang
14. Alternative Reality, Realitas Maya, Realitas Alternatif
15. Medis dan Kubus
16. Locked-in Syndrome adalah kondisi di mana seorang pasien yang sadar dan
terjaga tidak dapat bergerak atau berkomunikasi secara verbal karena hampir
semua otot mengalami kelumpuhan kecuali mata.
17. Terminal illness, simpelnya, perawatan untuk orang yang mendekati ajal.
18. End of Life Care Kondisi di mana pasien berada dalam keadaan hampir
mati/sekarat.
19. Hanya Staff
20. Window Period, pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi terntentu
21. Nucleic-acid test
22. DNA molekul pengkodean instruksi genetik yang digunakan dalam
pengembangan dan fungsi dari semua organisme hidup dan banyak virus.
23. RNA keluarga molekul biologis besar yang melakukan peran penting ganda
pada coding, decoding, regulasi, dan ekspresi gen.
24. Dystosia, Distosia, kelainan saat persalinan
25. Bedah Sesar adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan dimana
irisan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk megeluarkan bayi.
26. AIDS penyakit yang membuat sistem kekebalan tubuh melemah akibat
adanya virus HIV.
27. Reverse Transcriptase Inhibitors, obat untuk HIV/AIDS
28. CD4 Glycoprotein yang ditemukan di sistem imun tubuh, merupakan bagian
dari leukosit (sel darah putih)
29. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang normal, tetapi dapat menyerang orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang buruk.
30. Radang Paru-paru, dimana alveolus yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran udara terisi oleh suatu cairan. Hati-hati bagi yang senang
merokok
31. Oral Candidiasis, agak menjijikan salah satu jenis genus jamur yang berasal
dari ragi, bisa tumbuh disekitar saluran pernafasan maupun pencernaan,
menyebabkan bau mulut.
32. Quality of Life — Kualitas Hidup
33. Sitomegalovirus, Cytomegalovirus, yang dapat menyebabkan cacar air
34. NTM, Mycobacteia, adalah Mycobacteri yang tidak menyebabkan
turbekolosis. Mycobacteria sendiri adalah virus yang menyebabkan
berberapa penyakit pada mamalia.
35. Radang otak akut.
36. Visual Dua Sisi dan Pemeriksa Suara Pesan.
37. Awan buatan yang diciptakan oleh pesawat terbang, yang disebabkan baik
oleh kondensasi karena penurunan tekanan udara di atas permukaan akup
atau uap air di mesin knalpot
38. Mengacu pada basis DNA: A, G, C, dan T
39. Unit budaya (ide atau nilai atau pola perilaku) yang ditularkan dari satu
orang ke orang lain dengan cara-cara non-genetik (sebagai oleh imitasi)
40. ALL - Acute Lymphobastic Leukemiaadalah kanker leukosit (sel darah
putih) yang dikarakterisasi oleh kelebihan Lymphoblas (yang mematangkan
leukosit)
Catatan Pengarang
Saya adalah Kawahara Reki. Terima kasih sudah membaca «Sword Art Online
volume 7—Mother's Rosario». (Akan ada banyak yang disebutkan berkaitan
dengan isi buku ini. Harap perhatikan!)
Kira-kira sudah 10 tahun lalu ketika saya mulai menulis novel ringan dengan
serius. Saya tahu seorang pengarang profesional dan berteman dengannya, dan
saya mendiskusikan tulisan saya dengannya sering kali.
Bahkan sekarang, saya masih sangat bersyukur untuk saran-sarannya yang sangat
diperlukan, dan dari semuanya itu, yang paling berkesan untuk saya adalah 'bahkan
kalaupun itu adalah sebuah novel, ketika menulis mengenai kemalangan seseorang,
kamu harus memperhatikan dengan baik mengapa kamu menulisnya'.
Saya sebenarnya punya sebuah kelemahan dalam 'memfokuskan perkembangan
cerita dan membiarkan kemungkinannya terjadi di kehidupan nyata' Saya tidak
bisa memperbaikinya (atau bisa dikatakan saya mengambil kesempatan mengenai
hal itu...) ngomong-ngomong, saya biasanya memberi karakter kemalangan untuk
menunjukkan keaslian dan motif mereka. Misalnya, saya tidak pernah
menyebutkan detail tentang asal-usul bagaimana Kirito kehilangan orang tua
kandungnya dalam sebuah kecelakaan sama sekali. Dengan kata lain, saya
menciptakan alasan mengapa Kirito jauh dari orang lain dan mengabaikan 2
karakter, orang tua Kirito, yang terlibat dalam kecelakaan dan secara langsung
terbunuh karenanya. (Pemain utama perempuan di kompilasi cerita pendek di
volume 2 «Red-nosed Reindeer» juga seperti ini).
Tentu saja, saya tahu kalau saya punya kebiasaan buruk ketika menulis, sehingga
saya seakan merasa terbebani ketika memperhalus cerita volume ke-7 untuk
dipublikasikan. Meskipun ada tema dari «teknologi dan pengobatan VR», apakah
pemain utama di volume ini, Yuuki, harus mati? Mungkinkah ada akhir yang lain?
Apakah aku hanya menulis ahir seperti ini untuk menggusarkan emosi pembaca?
Tetapi, saat saya terbebani, saya menemukan bahwa saya hanya dapat menulis
cerita seperti itu. Ini mungkin terdengar seperti alasan, tetapi kebiasaan buruk saya
adalah 'meremehkan kemalangan karakter'. Meskipun demikian, yang bisa saya
lakukan adalah mencoba dan memahami secara mendalam pemikiran karakter
dalam penulisan saya yang memiliki kemalangan (termasuk pemain antagonis).
Tentu saja, kalau pembaca dapat memikirkan efek macam apa yang bisa dibawa
Yuuki 15 tahun ke Asuna dan lainnya, saya akan sangat bersyukur.
Untuk editor Miki-san, yang agak terganggu karena saya mengacaukan
perkembangan penulisan setelah Tahun Baru, abec-san yang menggambar karakter
ilustrasi besar di volume ini, dan tentu saja, kepada semua pembaca, saya harap
kita bisa berjalan terus di 2011! Terima kasih untuk dukungannya!
27 Januari 2011 Kawahara Reki