SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

101
Hal. i J-STP VOL. 2 NO. 2 2017 Volume 2, No. 2 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Juni 2017 2541 - 4488 (online) Publikasi tiga bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta yang didukung oleh Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Association for Tourism Research and Education on Indonesia (ATREI). SUSUNAN REDAKTUR PENANGGUNGJAWAB Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat EDITOR AHLI Prof. Dr. Ir. I.GdePitana, M.Sc Prof. Dr. KoharSulistyadi, MSIE Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. AzrilAzahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. TonnyHendratono L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI) Prof. Phillippe Violer Dr.Sylvine PickelChevalier L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI) Devi RozaKrisnandhiKausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI) Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University Dr. YohanesSulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Univeritas Udayana PENYUNTING PELAKSANA Dr. Asep Parantika Kadek Wiweka Ketua Wakil Ketua Anggota Dr. Leylia Khairani Budi Setiawan Wakil Ketua Penyunting Anggota Darmawan Damanik Nenny Wahyuni Anggota Anggota Kusmayadi Murhadi Anggota Anggota Derinta Entas Maryetti Anggota Anggota SEKRETARIAT DAN PEMASARAN Canda Fitriona FX Setiyo Wibowo Sekretaris Distribusi Ramon Hurdawaty Baskoro Harwindito Manajemen Naskah Manajemen Naskah Bambang Widodo Heru Suheryadi IT Versi Online Manajemen Naskah Aang Sunarto Mulyati IT Versi Online Keuangan DITERBITKAN OLEH: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat SekolahTinggiPariwisataSahid Jakarta ALAMAT REDAKTUR Jl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang Selatan Tel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152 e-mail: [email protected] website: http://journal.stpsahid.ac.id

Transcript of SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Page 1: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Hal. i J-STP VOL. 2 NO. 2 2017

Volume 2, No. 2 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Juni 2017 2541 - 4488 (online)

Publikasi tiga bulanan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

yang didukung oleh Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI),

Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari),

Association for Tourism Research and Education on Indonesia (ATREI).

SUSUNAN REDAKTUR

PENANGGUNGJAWAB

Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Ka. Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

EDITOR AHLI

Prof. Dr. Ir. I.GdePitana, M.Sc Prof. Dr. KoharSulistyadi, MSIE

Founder Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. AzrilAzahari, Ph.D Dr. Nugroho, B Sukamdani, MBA, BET

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia Universitas Sahid Jakarta Prof. Marie Cristine Bonneau Dr. TonnyHendratono

L’ Universite d’Angers Perancis Universitas Bunda Mulia (ICPI) Prof. Phillippe Violer Dr.Sylvine PickelChevalier

L’ Universite d’Angers Perancis L’ Universite d’ Anger France (ATREI) Devi RozaKrisnandhiKausar, PhD Hera Oktadiana, Ph.D, CHE

Universitas Pancasila (ICPI) Universitas Bina Nusantara (ICPI) Prof. Dr. Kholil, M.Kom Jacob Ganef Pah, MS

Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Prof. Dr. Ir. Giyatmi, M.Si Nana Trianasari, Ph.D

Universitas Sahid Jakarta Ganesha University of Education I. Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA Munawaroh, SE, MM

Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (ICPI) Swiss German University Dr. YohanesSulistyadi Prof. Dr. I. Nyoman Darma Putra, M.Litt

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Univeritas Udayana

PENYUNTING PELAKSANA

Dr. Asep Parantika Kadek Wiweka Ketua Wakil Ketua Anggota

Dr. Leylia Khairani Budi Setiawan Wakil Ketua Penyunting Anggota Darmawan Damanik Nenny Wahyuni Anggota Anggota Kusmayadi Murhadi Anggota Anggota

Derinta Entas Maryetti Anggota Anggota

SEKRETARIAT DAN PEMASARAN Canda Fitriona FX Setiyo Wibowo Sekretaris Distribusi Ramon Hurdawaty Baskoro Harwindito Manajemen Naskah Manajemen Naskah Bambang Widodo Heru Suheryadi IT Versi Online Manajemen Naskah Aang Sunarto Mulyati IT Versi Online Keuangan

DITERBITKAN OLEH: Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

SekolahTinggiPariwisataSahid Jakarta ALAMAT REDAKTUR Jl. Kemiri Raya No. 22, Pamulang Tangerang Selatan

Tel: 021 7402329, 740 2339 Fax: 021 7428152

e-mail: [email protected]

website: http://journal.stpsahid.ac.id

Page 2: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Hal. ii J-STP VOL. 2 NO. 2 2017

Volume 2, No. 2 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Juni 2017 2541 - 4488 (online)

DARI REDAKTUR

Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP) merupakan nama baru dari Jurnal Sains Kepariwisataan dan

Pengetahuan Umum yang mulai terbit Pebruari 2002. Perubahan nama ini didasarkan atas

perkembangan ilmu pariwisata di Indonesia yang sudah diakui sebagai ilmu mandiri sejak tahun 2008.

J-STP hadir sebagai wahana studi inovatif yang berkontribusi terhadap pemahaman teoritis dan praktis

bagi para akademisi dan mahasiswa serta peminat pariwisata termasuk hsopitaliti didalamnya. Secara

khusus J-STP bertujuan untuk berkontribusi terhadap penyebaran pengetahuan melalui publikasi

artikel studi literatur, hasil penelitian dan praktik baik penggunaan metodologi dalam penyelesaian

masalah. Selain itu jurnal ini diharapkan mampu berperan penting dalam pariwisata ASEAN dan

Internasional.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan J-STP,

kritik dan saran kami harapkan dari pembaca demi perbaikan jurnal kami untuk kedepannya.

Jakarta, Juni 2017

Ir. Kusmayadi, MM

Page 3: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Volume 2, No. 2 ISSN: 2541 - 447X (cetak) Juni 2017 2541 - 4488 (online)

iii |J-STP I VOL. 2 No. 2 2017

DAFTAR ISI

i Susunan Redaktur ii Dari Redaktur iii Daftar Isi

103 Penerapan Sapta Pesona Di Pantai Arta Indah Kecamatan Sungai Limau

Kabupaten Padang Pariaman Ira Meirina, Pasaribu dan Dania Fitri ( Universitas Negeri Padang)

111 Strategi Pemasaran Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta Dalam

Meningkatkan Jumlah Mahasiswa Baru Heru Suheryadi (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta)

129 Analisa Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pengunjung Di

Monumen Nasional Jakarta Nicko Gana Saputra (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta)

146 Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Hotel

Aryaduta Lippo Village Karawaci Ramon Hurdawaty dan Dimas Widianto (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta)

155 Uji Coba Pemanfaatan Limbah Biji Pepaya Sebagai Teh

Suci Sandi Wachyuni dan Riya Setiawan (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta)

173 Pelatihan Wirausaha Masyarakat Kampung Cilengkong Kecamatan

Pamijahan-Bogor Untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Dalam Mengoptimalisasikan Potensi Panen Singkong

Yulianti dan Dewi Ayu Kusumaningrum (Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta)

183 Pentingnya Standar Acara Even Dalam Pencitraan Budaya Indonesia

Farmawaty Malik (Kementerian Pariwisata)

Page 4: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 1,p.103-110

@STPS 2017, All Rights Reserved

103 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

PENERAPAN SAPTA PESONA DI PANTAI ARTA INDAH KECAMATAN SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Implementation of “Sapta Pesona” at Arta Indah Beach of Sungai Limau

District Padang Pariaman

Ira Meirina, Pasaribu, Dania Fitri

Jurusan Pariwisata, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, Universitas Negeri Padang

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari pengamatan peneliti sewaktu melakukan survey dan observasi

di Objek Wisata Pantai Arta Indah. Peneliti menemukan masalah diantaranya yaitu

adanya pungutan liar yang dilakukan warga setempat, belum tersedianya life guard di

lokasi Pantai Arta indah, belum tersedianya peralatan keselamatan seperti kapal,

pelampung, dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan

sapta pesona di Pantai Arta Indah Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang

Pariaman yang meliputi 6 indikator yaitu: keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan,

keramah-tamahan, dan kenangan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mixed methode). Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi dan

kuesioner (angket) yang melibatkan informan dan responden di dalamnya, yaitu: Kepala

Seksi Pengembangan Sarana Dan Prasarana Pariwisata Kabupaten Padang Pariaman (1

orang), Pengelola objek wisata (3 orang), serta pengunjung objek wisata (100 orang)

dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil penelitian

ditemukan beberapa hal yang berkaitan dengan penerapan sapta pesona di Objek

Wisata Pantai Arta Indah yaitu: (1) Keamanan di Objek Wisata Pantai Arta Indah

seperti: belum tersedianya petugas keamanan intern (SATPAM), penempatan petugas

keamanan dilakukan secara tidak mencolok, fasilitas toilet umum dan sebagian tempat

duduk gazebo tidak dapat digunakan dengan aman, belum tersedia life guard (petugas

keselamatan), (2) Ketertiban di Objek Wisata Pantai Arta Indah seperti: tempat parkir

tidak luas jika kendaraan wisatawan ramai dapat menyebabkan parkir tidak tertib, petugas

dan pengelola belum memberikan informasi dan segala aturan bagi wisatawan,

penempatan papan iklan luar ruangan belum tertata dengan rapi, (3) Kebersihan di

Objek Wisata Pantai Arta Indah seperti: penampilan petugas dan pengelola yang bersih,

kawasan objek wisata belum terjaga kebersihannya dengan baik, tidak tersedia tempat

sampah,belum terjaganya kebersihan fasilitas toilet umum dan gazebo, (4) Keindahan di

Objek Wisata Pantai Arta Indah seperti: pemandangan alam yang indah dan warung

pedagang sudah tertata dengan baik, (5) Keramah-tamahan di Objek Wisata Pantai Arta

Indah seperti: tidak semua petugas, pengelola, dan pedagang melayani wisatawan dengan

ramah, (6) Kenangan di Objek Wisata Pantai Arta Indah seperti: adanya satu atraksi

budaya khas Pariaman yaitu tari persembahan di tampilkan sekali dalam setahun (hari

raya idul fitri), belum tersedianya toko souvenir, dan tempat khusus berfoto. Hal ini

dapat dilihat bahwa penerapan sapta pesona di Pantai Pantai Arta Indah perlu

ditingkatkan, dengan cara menciptakan kondisi atau suasana yang menunjang perwujudan

sapta pesona seperti keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, keramah-tamahan,

dan kenangan.

Page 5: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 1,p.103-110

@STPS 2017, All Rights Reserved

104 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Kata Kunci: Penerapan, Sapta Pesona

ABSTRACT

This research started from observation of researcher while doing survey and observation

at Arta Indah Beach Tourism Object. The researchers found problems such as illegal

levies by local residents, the unavailability of life guards at Arta Indah Beach locations,

the unavailability of safety equipment such as ships, buoys, and oxygen. This study aims

to describe the implementation of Pesona in Arta Indah Beach, Sungai Limau District,

Padang Pariaman Regency which covers 6 indicators, namely: security, orderliness,

cleanliness, beauty, hospitality, and memories. This research is a descriptive research with

qualitative and quantitative approach (mixed method). Data collecting technique is done

by using interview, observation, documentation and questionnaire method which involves

informant and respondent in it, namely: Section Head of Infrastructure Development

and Tourism of Padang Pariaman Regency (1 person), Tourism Management (3 persons)

as well as visitors attractions (100 people) by using technique Purposive Sampling. Based

on the results of research found some things related to the application of charm sapta in

Arta Indah Beach Attraction namely: (1) Security at Arta Indah Beach Tourism Object

such as: unavailability of internal security officer (SATPAM), placement of security

officer done inconspicuously, public toilets and some seats gazebo can not be used safely,

not yet available life guard (safety officer). (2) Order in Tourism Arta Indah Beach such

as: parking area is not wide if crowded tourist vehicle can cause the parking is not orderly,

officer and manager have not give information and all rules for tourists, placement of

outdoor billboard not yet arranged neatly, (3) Cleanliness at Arta Indah Beach Attraction

such as: the appearance of officers and managers are clean, the cleanliness of area

attractions are not well maintained, no available trash, not cleanliness of public toilet

facilities and gazebo, (4) The beauty in the Arta Indah Beach Attraction such as: beautiful

natural scenery and traders stalls are well arranged, (5) Hospitality at Arta Indah Beach

Attraction like: not all officers, managers, and merchants serve tourists with friendly , (6)

Memories at Arta Indah Beach Attraction such as: the existence of a unique cultural

attraction of Pariaman that is offering dance performances once a year (Idul Fitri

celebration), unavailability of souvenir shop, and special place to take pictures. It can be

seen that the implementation of Sapta Pesona in Arta Indah Beach needs to be

improved, by creating conditions or atmosphere that support the embodiment of charm

sapta such as security, orderliness, cleanliness, beauty, hospitality, and memories.

Key words : Indigenous Village Tamkesi, Local Wisdom, Culture and Tradition

Riwayat Artikel :

1. Diajukan: 01 Mei 2017

2. Direvisi: 16 Mei 2017

3. Diterima: 29 Mei 2017

P e n d a h u l u a n

Sumatera Barat merupakan salah satu

provinsi di Indonesia yang memiliki ciri khas

budaya yang unik jika dibandingkan dengan

provinsi lainnya; seperti festival tabuik,

Page 6: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

105 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

festival randang, dan seni bertenun. Di

samping objek wisata budaya, kuliner, dan

ada objek wisata alam seperti laut, pantai,

danau, gunung, dan ngarai. Perkembangan

industri pariwisata Sumatera Barat sudah

cukup baik hal ini dapat dilihat pada data

jumlah kunjugan wisatawan ke Provinsi

Sumatera Barat di bawah ini: Tabel 1. Wisman yang Berkunjung ke Sumatera

Barat Menurut Kebangsaan

Sumber : Data Badan Pusat Statistik SUMBAR 2016

Di lihat dari tabel di atas dapat

dikatakan jumlah kunjungan wisatawan ke

Provinsi Sumatera Barat cenderung

meningkat. Dewasa ini, Pemerintah Daerah

Sumatera Barat berupaya membangun dan

mengembangkan objek wisata daerah. Hal

ini dapat dilihat dari banyaknya

pembangunan sarana penunjang suatu objek

pariwisata daerah tersebut seperti

akomodasi/penginapan, biro perjalanan, dan

objek wisata itu sendiri agar terciptanya

kenyamanan dan kepuasan para wisatawan

yang melakukan kegiatan pariwisata.

Salah satu Kabupaten di Sumatera Barat

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan

wisatawan adalah Kabupaten Padang

Pariaman. Kabupaten Padang Pariaman

tercatat memilki luas wilayah sekitar

1.328,79 Km2, dengan panjang garis pantai

42,11 Km. Luas daratan daerah ini setara

dengan 31,5 % (persen) dari luas daratan

wilayah Provinsi Sumatera Barat (BPS

Kabupaten Padang Pariaman, 2010).

Berdasarkan garis pantai yang cukup luas,

Kabupaten Padang Pariaman terkenal

dengan objek wisata pantai diantaranya;

Pantai Kata, Pantai Gandoriah, Pantai

Cermin, Pantai Manggung, dan Pantai Arta

Indah. Pantai Arta Indah adalah salah satu

pantai yang memiliki keunikan dan daya

tarik tersendiri bagi wisatawan.

Pantai Arta Indah terletak di Desa

Sungai Paku Kecamatan Sungai Limau,

sekitar 16 km dari ibu Kota Kabupaten

Padang Pariaman. Pantai Arta Indah

diresmikan dan dikembangkan sebagai objek

wisata pada tanggal 16 September 1986 oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Padang

Pariaman tetapi pengelolaan Objek Wisata

Pantai Arta Indah diserahkan kepada

masyarakat atau pemilik lahan di sekitar

kawasan Pantai. Pantai ini diberi nama

Pantai Arta Indah yang berarti pohon aru

yang tebal serta indah.

Pantai ini memiliki berbagai macam

fasilitas penunjang seperti, toilet, panggung,

dan gazebo. Untuk memasuki objek wisata

Pantai Arta Indah wisatawan harus membeli

tiket masuk terlebih dahulu kecuali anak-

anak di bawah umur 10 tahun. Pada hari

biasa harga tiket sebesar Rp.2.500,-/orang

dan pada hari raya idul fitri harga tiket naik

menjadi Rp.5.000,-/orang.

Pantai Arta Indah merupakan pantai

yang memiliki udara sejuk karena di

sepanjang tepian pantai ada tanaman pohon

penyejuk yaitu pohon aru dan pohon kelapa.

Di lokasi Pantai wisatawan dapat bersantai

dan makan di gazebo sambil menyaksikan

matahari terbenam atau sunset. Selain itu,

wisatawan dapat menyalurkan hobi

berselancar karena Pantai Arta Indah

memiliki ombak yang tinggi. Keunggulan

lain yang dimiliki oleh pantai ini adalah air

laut yang jernih dan bersih, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh wisatawan untuk

berenang di tepi pantai.

Pantai ini tidak hanya menawarkan

pemandangan alam saja, tetapi setiap tahun

dalam waktu tertentu yaitu hari libur tahun

baru dan hari raya idul fitri diselenggarakan

beberapa acara atau event. Pada saat hari

libur tahun baru diselenggarakan event pasar

malam. Pada saat event pasar malam

wisatawan dapat menikmati berbagai macam

Page 7: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

106 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

wahana permainan seperti komedi ombak,

tong setan, bianglala, perahu colombos,

komedi putar, rumah hantu, dan kincir

angin yang didatangkan langsung dari

Jakarta.

Selanjutnya, pada hari raya idul fitri

diselenggarakan event pesta pantai. Acara

atau event pesta pantai memiliki

keistimewaan tersendiri yaitu diadakannya

acara live music (penampilan orgen tunggal)

serta aneka permainan seperti kereta api

mini, odong-odong, lempar gelang, dan

dremolen (ayunan putar). Pesta pantai

berlangsung selama seminggu bahkan jika

pengunjung ramai pesta pantai diperpanjang

sampai sepuluh hari.

Berikut ini data jumlah kunjungan

wisatawan Objek Wisata Pantai Arta Indah,

dapat dilihat pada tabel 2 yaitu:

Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan

Pantai Arta Indah Lima Tahun Terakhir.

Jumlah Kunjungan Wisatawan

No Tahun Asal Wisatawan

Domestik 1. 2011 850,000

2. 2012 690,320

3. 2013 600,100

4. 2014 650,289

5. 2015 840,000

Sumber: Pengelola Pantai Arta Indah (Pemilik Lahan) 2016

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat

jumlah kunjungan wisatawan turun naik atau

tidak stabil. Melihat ketidakstabilan jumlah

kunjungan wisatawan maka Peneliti

melakukan pra penelitian pada tanggal 5

Februari 2016 melalui observasi dan

mewawancarai 5 orang wisatawan untuk

melihat keadaan Objek Wisata Pantai Arta

Indah.

Menurut 5 orang wisatawan yang

peneliti wawancarai, 80% wisatawan

mengatakan bahwa kawasan Pantai Arta

Indah kurang aman. Hal ini terbukti dari

ada beberapa masalah keamanan antara lain;

adanya pungutan liar yang dilakukan warga

setempat padahal sebelumnya di gerbang

masuk objek wisata pengunjung sudah

membeli tiket, belum tersedianya life guard

mengawasi keamanan wisatawan yang

berenang di Pantai Arta Indah kecuali hari

tertentu yaitu hari raya idul fitri, padahal

diperlukan adanya life guard pantai untuk

keamanan pengunjung yang berenang dan

belum tersedianya peralatan keselamatan

seperti pelampung, oksigen, serta belum

tersedianya kapal yang berfungsi untuk

menyelamatkan wisatawan yang berenang

jauh dari tepi pantai atau pengunjung yang

tenggelam di Pantai. Selain itu, di pantai ini

belum disediakan peta jalur evakuasi

tsunami sehingga wisatawan merasa takut jika

terjadi bencana tsunami dan kesulitan

menemukan jalur aman disekitar lokasi

pantai tetapi di sana hanya terdapat

pemberitahuan tanda-tanda bahaya bencana

tsunami.

Selanjutnya, berdasarkan hasil

wawancara peneliti pada hari yang sama

kepada 5 wisatawan, 100% wisatawan

mengeluh mengenai ketertiban. Hal ini

dapat dilihat dari segi tata letak warung

pedagang yang tidak teratur dan memakai

sebagian jalan untuk pejalan kaki sebagai

tempat untuk berjualan khususnya pada saat

acara tertentu seperti acara pesta pantai,

sehingga mengakibatkan sempitnya jalan

yang harus dilalui pengunjung. Selain itu,

adanya masalah mengenai ketertiban parkir

kendaraan. Hal ini disebabkan karena

pengelola hanya memanfaatkan halaman

rumah warga sebagai tempat parkir tanpa

adanya area khusus tempat parkir.

Menurut 5 wisatawan yang peneliti

wawancarai pada hari yang sama, 100%

wisatawan mengatakan bahwa kawasan

Pantai Arta Indah kurang bersih. Hal ini

terbukti dari ditemukannya beberapa

masalah kebersihan antara lain; belum

tersedianya tempat pembuangan sampah di

lokasi pantai sehingga terdapat sampah yang

berserakan, hal ini mengakibatkan objek

wisata terlihat kotor.

Selain itu, kurang terjaganya kebersihan

toilet dan tempat mandi. Hal ini dilihat dari

Page 8: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

107 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

keadaan toilet yang tidak terawat dengan

baik, bak penampungan air yang terbuka

serta dinding toilet yang berlumut

mengakibatkan wisatawan tidak nyaman

menggunakan toilet tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti

pada hari yang sama terhadap 5 orang

wisatawan, 80% wisatawan mengatakan

bahwa kawasan Pantai Arta Indah kurang

indah. Hal ini dapat dilihat dari kondisi

lingkungan pantai yaitu terdapat

pemandangan yang tidak indah karena

adanya kondisi bangunan toilet yang tidak

layak namun toilet tersebut masih

digunakan.

Menurut 5 wisatawan yang peneliti

wawancarai pada tanggal 5 Februari 2015,

80% wisatawan mengatakan bahwa

pedagang, petugas tiket dan petugas

kebersihan yang ada di Pantai Arta Indah

tidak ramah. Hal ini dibuktikan dengan

adanya pedagang makanan yang tidak ramah

dan terkesan memaksa wisatawan membeli

dagangannya padahal wisatawan berhak

memilih tempat makan yang disukainya.

Selain itu, adanya petugas tiket yang bersikap

kasar pada saat memberikan tiket, dan

petugas kebersihan toilet yang berkata tidak

sopan pada saat meminta uang kebersihan

ke pada wisatawan sehingga menimbulkan

keluhan dari wisatawan.

Selanjutnya, 5 orang wisatawan yang

peneliti wawancarai pada hari yang sama,

100% wisatawan mengatakan bahwa di

Pantai Arta Indah belum adanya kenangan.

Hal ini dilihat dari beberapa keluhan

wisatawan antara lain; di sekitar Objek

Wisata Pantai Arta Indah belum tersedia

toko souvenir khas Pariaman untuk oleh-

oleh atau buah tangan bagi wisatawan. Selain

itu belum tersedianya tempat khusus untuk

menyalurkan hobi fotografi wisatawan,

sehingga wisatawan hanya dapat berfoto

biasa tanpa menampilkan keunikan atau ciri

khas Objek wisata itu sendiri.

Pentingnya penelitian ini Peneliti angkat

untuk melihat bagaimana penilaian dari

wisatawan yang berkunjung ke Objek Wisata

Pantai Arta Indah. Karena jika dilihat dari

jumlah wisatawan yang berkunjung masih

ramai, sementara pada saat pra penelitian

masih ditemukan beberapa masalah

mengenai sapta pesona. Oleh sebab itu

Peneliti memiliki pemikiran untuk melihat

bagaimana Penerapan Sapta Pesona Objek

Wisata Pantai Arta Indah.

M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n

Jenis penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan data kuantitatif dan

kualitatif. Data yang diperoleh akan

dianalisis dan diinterpretasikan sesuai

dengan tujuan dan pertanyaan penelitian

yang telah dikemukakan.

Penelitian ini menggunakan 1 variable

bebas saja yaitu sapta pesona yang meliputi

6 indikator yaitu: keamanan, ketertiban,

kebersihan, keindahan, keramah-tamahan,

dan kenangan. Keenam indikator tersebut

digunakan untuk mengukur, apakah sapta

pesona sudah diterapkan sebagaimana

mestinya atau belum diterapkan di Pantai

Arta Indah.

Populasi dari penelitian ini adalah: (1)

Data Kualitatif: Seluruh Stakeholder terkait,

dan (2) Data Kuantitatif: Pengunjung Pantai

Arta Indah sebanyak 840.000 orang

pengunjung. Data kualitatif diperoleh

dengan teknik snowball sampling,

sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui

teknik purposive sampling sehingga

diperoleh 100 orang responden. Data Primer

yaitu data yang dikumpulkan atau didapat

langsung dari wisatawan baik dengan

wawancara, observasi, dokumentasi, dan

menyebar angket menggunakan skala

gutman. Data primer pada penelitian

berkaitan dengan penerapan sapta pesona di

Pantai Arta Indah Kecamatan Sungai Limau

Kabupaten Padang Pariaman. Data

Sekunder yaitu data yang didapatkan tidak

langsung dari objek penelitian dengan

memanfaatkan data yang sudah ada seperti

laporan yang sudah ada dari pemerintah

atau pengelola objek wisata Pantai Arta

Indah. Data sekunder pada penelitian ini

Page 9: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

108 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

berupa gambaran umum objek wisata dan

data jumlah kunjungan wisatawan ke Objek

wisata Pantai Arta Indah Kecamatan Sungai

Limau Kabupaten Padang Pariaman.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

I n d i k a t o r K e a m a n a n

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi, petugas keamanan belum tersedia

pada hari-hari biasa, namun pada musim

liburan sudah disiagakan petugas keamanan

dari pihak kepolisian. Hal ini didukung oleh

pernyataan 89% responden yang menyatakan

petugas keamanan tidak tersedia.

Dilanjutkan dengan subindikator

Penempatan petugas keamanan yang tidak

mencolok, hasil wawancara dan observasi

menunjukkan bahwa keberadaan petugas

keamanan secara tidak mencolok di gerbang

masuk objek wisata Objek Wisata Pantai

Arta Indah tetapi tidak di dalam pos

keamanan. Hal ini juga didukung oleh

pernyataan 52% responden yang setuju

dengan pendapat bahwa keberadaan petugas

keamanan secara tidak mencolok di gerbang

masuk objek wisata Objek Wisata Pantai

Arta Indah tetapi tidak di dalam pos

keamanan. Kemudian, keamanan fasilitas

toilet umum dinyatakan tidak layak oleh

narasumber wawancara dan hasil obsevasi

peneliti juga menemukan bahwa fasilitas

toilet umum tidak aman untuk digunakan.

Temuan ini juga didukung oleh pernyataan

76% responden yang menyatakan bahwa

fasilitas toilet umum tidak aman untuk

digunakan. Keamanan tempat duduk

Gazebo dinyatakan oleh narasumber dan

dilihat dari hasil observasi, didapati bahwa

tidak semua gazebo tidak aman untuk

diduduki oleh pengunjung. Hal ini didukung

oleh pernyataan 52% responden yang

menyatakan bahwa tempat duduk gazebo,

aman untuk diduduki oleh pengunjung.

Ketidaktersediaan lifeguard di Pantai Arta

Indah juga dikemukakan oleh narasumber

dan hasil observasi peneliti juga menujukkan

hal yang sama. Temuan ini juga dinyatakan

oleh responden sebanyak 89%.

I n d i k a t o r K e t e r t i b a n

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi tentang tersedianya lahan parkir

yang tertib, ditemukan bahwa lahan parkir

yang ada kurang tertib. Hal ini juga didukung

oleh pernyataan yang sama dari 48%

responden, namun 52 % responden

menyatakan bahwa lahan parkir sudah tertib.

Selanjutnya tentang petugas dan pengelola

memberikan informasi yang jelas, ditemukan

dari hasil wawancara dan observasi, bahwa

belum terlaksana penyampaian informasi

yang jelas. Temuan ini juga didukung oleh

pernyataan 46% responden, namun 54%

menyatakan bahwa informasi sudah

disampaikan dengan jelas. Kemudian

tentang penempatan iklan luar ruangan,

ditemukan dari hasil wawancara dan

observasi bahwa penempatan iklan luar

ruangan belum teratur, dan hal ini juga

didukung oleh pernyataan responden

sebanyak 54% yang menyatakan hal yang

sama.

I n d i k a t o r K e b e r s i h a n

Berdasarkan hasil wawancara dan

observasi tentang penampilan petugas dan

pengelola objek wisata, ditemukan bahwa

penampilan petugas dan pengelola objek

wisata kurang bersih dan perlu ditingkatkan

lagi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan

49% responden yang menyatakan hal yang

sama. Selanjutnya, tentang kebersihan

kawasan disekitar pantai Arta Indah, hasil

observasi dan wawancara menemukan

bahwa objek wisata Pantai Arta Indah masih

kurang bersih. Temuan ini juga didukung

oleh pernyataan 68% responden yang

menyatakan hal yang sama. Kemudian

tentang ketersediaan tempat sampah, hasil

observasi dan wawancara menemukan

bahwa tidak tersedia tempat sampah, dan

didukung oleh pernyataan 87% responden.

Dari hasil wawancara dan observasi,

Page 10: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

109 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

ditemukan bahwa kebersihan fasilitas toilet

umum juga belum layak karena jarang

dibersihkan, dan pernyataan ini juga

didukung oleh pernyataan 84% responden

yang juga menyatakan hal yang sama.

Terakhir tentang kebersihan Gazebo,

ditemukan dari hasil wawancara dan

observasi bahwa kebersihan gazebo perlu

ditingkatkan lagi agar wisatawan merasa

nyaman. Hasil ini juga didukung oleh

pernyataan 65% responden yang menyatakan

bahwa gazebo belum bersih.

I n d i k a t o r K e i n d a h a n

Dari hasil wawancara dan observasi,

ditemukan bahwa penataan warung

pedagang belum begitu rapih dan perlu

ditingkatkan. Temuan ini juga diperkuat

oleh pernyataan 47% responden yang

menyatakan bahwa memang warung

pedagang di Pantai Arta Indah belum tertata

dengan rapih. Hasil wawancara dan

observasi tentang keindahan pemandangan

Pantai Arta Indah, ditemukan bahwa

sebenarnya Pantai Arta Indah memiliki

keindahan namun keindahan tersebut

berkurang karena banyaknya sampah yang

berserakan disekitar pantai. Pernyataan ini

diperkuat oleh pernyataan 79% responden

yang menyatakan bahwa pantai Arta indah

memiliki keindahan.

I n d i k a t o r K e r a m a h t a m a h a n

Hasil wawancara dan observasi tentang

keramahan petugas dan pengelola dalam

melayani wisatawan sudah cukup baik. Hasil

ini diperkuat oleh pernyataan 73%

responden yang menyatakan hal yang sama.

Selanjutnya tentang petugas dan pengelola

menyambut wisatawan dengan senyuman,

ditemukan dari hasil wawancara dan

observasi bahwa pengelola dan petugas

sudah menyambut wisatawan dengan

sennyuman. Temuan ini didukung pula oleh

pernyataan 65% responden yang menyatakan

hal yang sama dengan hasil observasi dan

wawancara. Kemudian mengenai sikap baik

petugas dan pengelola dalam memberikan

bantuan, hasil observasi dan wawancara

menujukkan bahwa petugas dan pengelola

sudah memberikan bantuan dengan baik

kepada pengunjung. Temuan ini diperkuat

dengan pernyataan 60% responden yang

menngungkapkan hal yang sama. Terakhir

tentang keramahan pelayanan pedagang,

didapati dari hasil wawancara dan observasi

bahwa masih terdapat pedagang yang tidak

ramah dalam melayani wisatawan. Namun

hasil angket responden kontradiktif dengan

hasil tersebut. Sebanyak 63% responden

menyatakan bahwa pedagang sudah

melayani dengan ramah.

I n d i k a t o r K e n a n g a n

Dari hasil wawancara dan observasi

ditemukan bahwa tidak ada atraksi budaya

khas Pariaman yang ditampilkan di Pantai

Arta Indah. Temuan ini diperkuat oleh

pernyataan 96% responden yang menyatakan

hal yang sama dengan temuan wawancara

dan observasi tersebut. Selanjutnya

ketersediaan toko souvenir, hasil wawancara

dan observasi ditemukan bahwa toko

souvenir yang menjual produk khas

Pariaman belum ada di Pantai Arta Indah.

Temuan ini diperkuat oleh pernyataan 98%

responden yang juga menyatakan bahwa

tidak tersedia toko souvenir yang menjual

produk khas Pariaman. Kemudian, hasil

wawancara dan observasi juga menemukan

bahwa belum tersedia tempat khusus berfoto

sebagai kenangan berkunjung ke Pantai Arta

Indah, dan temuan ini juga didukung oleh

pernyataan 92% responden yang

mengungkapkan bahwa belum tersedia

tempat khusus berfoto di Pantai Arta Indah.

K e s i m p u l a n

Dari Keenam indikator Sapta Pesona

yang terdiri dari : keamanan, ketertiban,

kebersihan, keindahan, keramah-tamahan,

dan kenangan, baru indikator keramahan

Page 11: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

110 J-STP Vol. 2 No. 2 | Juni 2017

saja yang sudah diterapkan di objek wisata

Pantai Arta Indah, sedangkan lima indikator

lainnya masih belum diterapkan

sebagaimana mestinya bahkan belum

dilaksanakan sama sekali.

D A F T A R P U S T A K A

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang

Pariaman. 2010. Dalam Angka

Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2010.

Dalam Angka

Bakaruddin. (2008). Perkembangan Dan

Permasalahan Kepariwisataan. Padang:

UNP Press Padang.

Buku Panduan Penyuluhan Sapta Pesona &

Sadar Wisata. 2004. Padang: Dinas

Pariwisata, Seni & Budaya Provinsi

Sumatera Barat.

Buku Pedoman Kelompok Sadar Wisata.

2012. Jakarta: Direktur Jenderal

Pengembangan Destinasi Pariwisata

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif.

Damanik, Janianton dan Helmut F. Weber.

2006. Perencanaan Ekowisata.

Yogyakarta: CV Andi Offset.

Marpaung, Happy dan Herman Bahar.

2002. Pengantar Pariwisata. Bandung:

Alfabeta.

Muljadi, A.J. 2009. Kepariwisataan dan

perjalanan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

persada.

Ridwan. 2012. Perencanaan dan

Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT.

Sofmedia.

Sammeng, Andi Mappi. 2001. Cakrawala

Pariwisata. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana. 1991. Metode Statistika. Bandung:

PT. Tarsito Bandung.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:

Alafabeta.

________. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:

Alafabeta.

Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar

Pariwisata. Yogyakarta: CV. Andi

Offset.

Syaukani. 2002. Pesona Pariwisata

Indonesia. Jakarta: Nuansa Madani.

Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009.

Kepariwisataan. Jakarta: Sinar Grafika.

Usman, Nurdin. 2004. Konteks

Implementasi Berbasis Kurikulum.

Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Wahab. 1990. Dalam

http://eprints.uny.ac.id/9331/bab%202.

08208241006. Pdf. Diakses pada

pukul 13.22. Tanggal 26 januari 2016.

Page 12: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

111 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

STRATEGI PEMASARAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA SAHID JAKARTA DALAM MENINGKATKAN JUMLAH MAHASISWA BARU

Marketing Strategy of Sahid Institute of Tourism Jakarta To Increase

The Number of Student

Heru Suheryadi

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Berdasarkan kebutuhan industri yang semakin tinggi dan persaingan antar lembaga pendidikan

tinggi pariwisata yang semakin kompetitif. Sedangkan fakta dan data yang ada selama sepuluh

tahun terakhir menunjukan jumlah mahasiswa baru STP Sahid yang fluktuatif meskipun sudah

menjalankan strategi pemasarannya dengan semaksimal mungkin, seperti promosi dan

kerjasama dengan pihak terkait. Oleh karena itu STP Sahid perlu mengadakan langkah

antisipasi melalui berbagai strategi yang tepat untuk dapat mendongkrak perolehan jumlah

mahasiswa barunya disamping untuk memenangkan persaingan diantara para kompetitor, salah

satunya dengan analisa menggunakan matriks SWOT.Dengan analisis matriks SWOT dan

dilanjutkan dengan perhitungan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk

penentuan skala prioritas pelaksanaan strategi pemasaran yang didukung kuesioner dalam

penentuan faktor kunci analisis SWOT terhadap 166 responden dari unsur mahasiswa, orang

tua mahasiswa, alumni, karyawan, dan pihak industri. sedangkan penentuan alternatif strategi

terpilih dan prioritas pelaksanaannya melalui Focus Group Discussion (FGD) terhadap 5

(Lima) orang unsur pimpinan dan direktur marketing di lingkungan STP Sahid Jakarta. Hasil

dari penyebaran kuesioner dan FGD tersebut didapatkan 25 (Dua Puluh Lima) elemen faktor

kunci, 12 elemen alternatif strategi, dan 5 (lima) elemen alternatif strategi terpilih dengan urutan

priotas utama setelah dihitung melalui QSPM adalah sebagai berikut: (1) Menjalin kerjasama

dengan stakeholder dalam bentuk berupa hibah atau beasiswa sebesar 7,28, (2) Pengembangan

produk sesuai minat pasar sebesar 7,24, (3) Memperbaiki dan menambahkan fasilitas serta

memaksimalkan pemeliharaan untuk menciptakan harga yang kompetitif sebesar 6,92, (4)

Pengembangan kurikulum berbasis KKNI dalam menghadapi MEA sebesar 6,24, (5)

Memanfaatkan mahasiswa reguler untuk kembali ke SMK/SMA tempat asalnya untuk dapat

mensosialisasikan tentang STP Sahid sebesar skor 6,08. Dari hasil tersebut diharapkan dapat

benar – benar dipertimbangkan untuk dilaksanakan pada strategi pemasaran kedepannya

sehingga diharapkan pula akan terjadi perubahan yang signifikan dalam perolehan jumlah

mahasiswa barunya.

Katakunci : Strategi pemasaran, SWOT, QSPM

.

Page 13: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

112 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

ABSTRACT

Sahid Institute of Tourism (STP Sahid) Jakarta is an education institution which take a strategic

part in preparing the new young generation with high emotional intelligence, and qualified in

skills. For than, STP Sahid undertake their maximum on educate their students to suite the

necessity of the industries in the future as well as develop to be a high branded institue and be a

strong competitior among others. However, based on the last ten years data, the amount of new

students of STP Sahid were fluctuating againts its maximum marketing strategy, such as

promotion and cooperating with other parties. Therefore STP Sahid has to take an anticipating

step through a variety of appropriate strategies to increase the amount of new students, and to

win againts other competitor using SWOT analysis. With SWOT analysis, followed by

Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) calculation to determine priority scale of

marketing strategies supported by questionnaire form towards 166 respondents to determine the

key factor of SWOT Analysis. The respondents include student‘s, student‘s parents, alumnus,

employees, and the industries. While the five leaders of STP Sahid and it‘s marketing director

used to determine the selective alternative strategies and strategies priorities through Focus

Group Discussion (FGD). The results of the questionnaires and FGD shows 25 (twenty five)key

factors elements, 12 alternatives strategies elements, and five (5) selected strategic alternatives

using QSPM by order as : (1) 7,28 answered Building Relation and Cooperation with

stakeholders in the form of grant or scholarship (2)7,24 developing of products based on market

desire (3) 6,92 repairing and adding facilities as well as maximizing the maintenance of it in

order to create a competitive price (4)6,24 Developing KKNI curriculum for facing MEA

(5)6,08 Demanding reguler student to socialize STP Sahid back to their SMK / SMA. These

results expected to be put into consideration on the next market strategy in order to create

positif significant change in obtaining new students.

Keywords: marketing strategy, SWOT, QSPM

Riwayat Artikel :

Diajukan: 03 Mei 2017

Direvisi: 16 Mei 2017

Diterima: 30 Mei 2017

P E N D A H U L U A N

Pariwisata merupakan salah satu sektor

yang sangat diandalkan dalam

pertumbuhan perekonomian didunia, tidak

salah jika negara-negara di dunia sangat

bersaing dalam mengembangkan industri

pariwisata mereka demi meningkatkan

perekonomian negaranya masing-masing,

yaitu dengan mengembangkan dan

mempromosikan potensi-potensi wisata

yang dianggap bisa mendatangkan

keuntungan, mereka juga dapat

mempromosikan unsur-unsur budaya yang

dimiliki yang tidak ada di negara lain.

UNWTO Memprediksikan bahwa

pada tahun 2030 pariwisata akan menjadi

industri terbesar di dunia yang merupakan

generator penggerak pertumbuhan

ekonomi dan kesempatan kerja. Menurut

UNWTO pada tahun 2030. Akan ada

lebih 1,8 Milyar kunjungan wisatawan

internasional di dunia dengan pengeluaran

sebanyak US$ 2,5 triliun. Sebagai sektor

pariwisata akan berkembang 3,5%

pertahunnya kunjungan internasional

diprediksi akan meningkat 5,3% pertahun

dan pengeluaran pariwisata internasional

7.6%.

Dengan memperhatikan kinerja sektor

pariwisata tersebut, maka Indonesia yang

memiliki jumlah tenaga kerja melimpah,

mempunyai peluang besar dalam mengisi

tenaga kerja bidang pariwisata. Namun di

sisi lain, Indonesia belum melakukan

upaya-upaya maksimum untuk

memanfaatkan peluang tersebut, yang dapat

Page 14: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

113 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

dilihat dari (1) Belum adanya upaya yang

sistematis dan strategis untuk menyediakan

tenaga kerja terampil dengan kualifikasi dan

kompetensi yang memadai. (2) Belum

adanya strategi secara nasional untuk

mengimplementasikan standar-standar

kompetensi kerja baik dari sisi penyedia

maupun pengguna tenaga kerja pariwisata.

(3) Belum adanya sistem distribusi dan

informasi nasional yang mempertemukan

antara permintaan dan penawaran tenaga

kerja bidang pariwisata (demand and supply

side). (4) Belum adanya sistem monitoring

penggunaan tenaga kerja bidang pariwisata,

sehingga sulit memperoleh informasi

tentang utilisasi sumber daya tenaga kerja

bidang pariwisata. (Kusmayadi, 2010,

hlm.2).

Mengembangkan pengelolaan

pendidikan, tidak hanya mencari

keuntungan dengan merekrut mahasiswa

sebanyak mungkin, tetapi juga

mempedulikan kualitas lulusan dan

kebutuhan pasar tenaga kerja. Belakangan

ini lembaga pendidikan pariwisata memiliki

jumlah peminat yang tergolong banyak.

Sebagai konsekuensi dari tuntutan

pasar global, maka institusi pendidikan

kepariwisataan dituntut tidak hanya

menghasilkan keterampilan akademis yang

secara tradisional dihasilkan dari mata

kuliah pada program studi dan gelar yang

dicapai, melainkan harus berbasis pada

capabilities dan lebih eksplisit berusaha

mengembangkan apa yang disebut sebagai

‗key‘, core‘, ‗transferable‘ and/or ‗generic‘

skills yang dibutuhkan oleh berbagai bidang

dan tingkat pekerjaan (Godwin, C, 2006,

hlm.94). Untuk menjadi lembaga yang

berbasis pada capabilities, lembaga

pendidikan harus mampu menggali rantai

nilai, yang dapat dilakukan dengan cara: (1)

berorientasi pada stakeholders, sehingga

lembaga akan mengetahui keterampilan,

pengetahuan dan teknologi yang akan

memberikan keunggulan pada poin tertentu

dari rantai nilai dan (2) lembaga pendidikan

harus belajar bagaimana menampilkan

rangkaian proses pendidikan menjadi

lingkaran umpan balik yang dimulai dan

diakhiri oleh kebutuhan pelanggan dan

stakeholders lainnya (Godwin, C, 2006,

hlm.97).

Lembaga pendidikan seperti STP

Sahid, diharapkan para mahasiswa, orang

tua murid dan masyarakat luas lebih

mengetahui hakekat dan keunggulan

lembaga pendidikan sehingga dapat

meningkatkan minat siswa terhadap STP

Sahid. Bagaimanapun baiknya lembaga

pendidikan dalam mengembangkan

lembaganya, jika tidak dipasarkan dengan

baik terhadap konsumen, maka

pengembangan yang terjadi hanya diketahui

oleh anggota sekolah saja tanpa diketahui

oleh pihak luar sekolah.

R U M U S A N M A S A L A H

Berdasarkan permasalahan STP

Sahid dalam penentuan strategi, maka

penulis merumuskan masalah :

1. Bagaimana strategi pemasaran yang

telah dan akan dilakukan oleh STP

Sahid Jakarta ?

2. Bagaimana strategi pemasaran bagi

STP Sahid Jakarta dengan kondisi

pasar dan kompetitor saat ini ?

T I N J A U A N P U S T A K A

P e m a s a r a n

Pemasaran menurut Kotler (2000:

9):―Adalah suatu proses sosial yang

didalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas

Page 15: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

114 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

mempertukarkan produk yang bernilai

dengan pihak lain ―.

P e m a s a r a n J a s a P e n d i d i k a n

Menurut Arika (2013) dalam Nugroho

(2015:22-23), pemasaran dalam dunia

pendidikan kegiatannya lebih ditekankan

pada hubungan sekolah dengan kliennya

sedangkan pemasaran dalam bidang

komersial dan industri menekankan pada

kegiatan mengelola pertukaran sesuatu

antara produsen dan konsumen.

Kotler dan Fox (1995) mengatakan

bahwa tujuan utama pemasaran jasa

pendidikan adalah untuk memenuhi misi

sekolah dengan tingkat keberhasilan besar,

meningkatkan kepuasan pelanggan jasa

pendidikan, meningkatkan ketertarikan

terhadap sumber daya pendidikan, dan

meningkatkan efisiensi pada pemasaran jasa

pendidikan.

L i n g k u n g a n I n t e r n a l P e m a s a r a n P e n d i d i k a n

Menurut Kotler dan Amstrong (2006)

bauran pemasaran adalah kumpulan alat

pemasaran taktis terkendali yang dipadukan

perusahaan untuk menghasilkan respon

yang diinginkan pasar, Variabel bauran

pemasaran meliputi empat unsur yang

disebut 4P, yaitu product (produk), price

(harga), place (tempat) dan promotion

(promosi). Bauran pemasaran dalam empat

P tidak komprehensif untuk industri

pariwisata dan perhotelan. Perbedaan

utama adalah elemen intangible dari

perilaku manusia, dimana kualitas dan

kontrol sangat penting. Pendapat inilah

yang mendasari bahwa bauran pemasaran

jasa terdiri dari 4P bauran pemasaran

tradisional dan tambahan 3P sehingga

menjadi 7P, yaitu : product (produk), price

(harga), place (tempat), promotion

(promosi), people (orang), physical

evidence (bukti fisik) dan process (proses).

P r o d u c t ( p r o d u k )

Hurriyati (2009) menyatakan bahwa

dalam jasa pendidikan tinggi, produk atau

jasa yang ditawarkan kepada mahasiswa

adalah reputasi atau mutu pendidikan yang

baik, prospek yang cerah bagi mahasiswa

setelah lulus dari perguruan tinggi, dan

pilihan konsentrasi yang bervariasi sesuai

dengan bakat dan minat, serta reputasi dan

prospek perguruan tinggi seperti

menghasilkan lulusan yang memiliki

kompetensi baik untuk bisa diterima

didunia kerja dengan mudah. Menurut

Alma dan Ratih (2008:156) untuk

merencanakan penawaran produk, pemasar

perlu memahami tingkatan produk, yaitu

sebagai berikut.

1. Core benefit adalah produk utama

yang ditawarkan dari lembaga

pendidikan, yaitu pendidikan itu

sendiri.

2. Basic product adalah produk dasar

yang dapat berupa pengetahuan

dan ketrampilan yang memiliki ciri

khas.

3. Expected product adalah produk

harapan yang berupa kurikulum,

silabus, dan tenaga pendidik.

4. Augmented product adalah produk

pelengkap yang dapat berupa

tenaga pengajar yang mampu

berbahasa Inggris baik lisan

maupun tulisan dengan baik, tenaga

pengajar yang mampu

mengoperasikan komputer dan

mahir berinternet.

5. Potensial product adalah produk

potensial yang dihasilkan dari

lembaga pendidikan tersebut, hal

ini dapat berupa pengakuan lulusan

lembaga pendidikan tersebut dari

dunia kerja.

Page 16: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

115 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Alma (2003), di samping produk

bidang akademi, dapat ditambahkan

produk non akademis seperti kegiatan

berolahraga, kesenian, keagamaan, dan

kursus atau pelatihan untuk menambah

kualitas pendidikan.

P r i c e ( h a r g a )

Menurut Minarti (2011) harga dalam

konteks jasa pendidikan merupakan

seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

mahasiswa untuk mendapatkan jasa

pendidikan yang ditawarkan oleh suatu

perguruan tinggi. Hurriyati (2009)

menyatakan bahwa untuk produk industri

jasa, harga merupakan seluruh biaya yang

dikeluarkan oleh mahasiswa untuk

mendapatkan jasa pendidikan yang

ditawarkan oleh suatu perguruan tinggi.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

penetapan harga di perguruan tinggi antara

lain adalah SPP, biaya pembangunan, biaya

laboratorium, pemberian beasiswa,

prosedur pembayaran dan syarat cicilan.

P l a c e ( l o k a s i )

Alma (2009) juga mengatakan bahwa

lokasi letak lembaga yang mudah dicapai

kendaraan umum, cukup berperan sebagai

pertimbangan calon mahasiswa atau

konsumen untuk memasuki lembaga

tersebut. Hurriyati (2009) menambahkan

bahwa penentuan lokasi suatu perguruan

tinggi akan mempengaruhi preferensi calon

pelanggan dalam menentukan pilihan.

Perguruan tinggi perlu mempertimbangkan

lingkungan dimana lokasi itu berada (dekat

pusat kota atau perumahan, kondisi lahan

parkir, lingkungan belajar yang kondusif)

dan transportasi (kemudahan sarana

transportasi serta akses ke perguruan

tinggi).

Ditambahkan pula oleh Irianto dan

Prihati (2009) bahwa keamanan tempat

atau lokasi juga harus mempertimbangkan

faktor-faktor seperti akses (kemudahan

mencapai lokasi), vasibilitas (lembaga

tersebut dapat terlihat dengan jelas

keberadaan miliknya), lalu lintas, tempat

parkir, ekspansi (ketersediaan lahan untuk

kemungkinan perluasan usaha), dan

persaingan (dengan memperhitungkan

lokasi pesaing).

P r o m o t i o n ( p r o m o s i )

Keller dan Amstrong (2006)

mengemukakan bahwa promosi adalah cara

perusahaan untuk melakukan komunikasi

pemasaran. Muhaimin dkk (2009)

mengatakan bahwa ada beberapa teknik

promosi yang dapat dilakukan oleh

perguruan tinggi diantaranya adalah (1)

publikasi di surat kabar, (2) iklan di radio,

(3) memasang spanduk, (4) brosur, (5)

bulletin, (6) televisi, (7) publikasi di radio,

(8) publikasi di media cetak (9)

mengundang masyarakat (10) mengundang

pelajar (11) penggunaan logo, (12)

mengundang pejabat, (13) kunjungan ke

sekolah dan (14) word of mouth.

P e r s o n ( o r a n g )

Minarti (2011) mengatakan bahwa

orang dalam konteks pendidikan adalah

orang-orang yang terlibat dalam proses

penyampaian jasa perguruan tinggi.

Menurut Yazid (2001) orang adalah

semua orang yang memainkan peran

selama berlangsungnya proses dan

konsumsi jasa berlangsung, diantaranya

dosen, pustakawan, laboran, tenaga

administrasi, serta tenaga struktural lainnya.

Jadi orang adalah staf perguruan tinggi yang

terdiri dari staf pengajar dan staf

administrasi yang dimiliki oleh lembaga

pendidikan yang memainkan perananannya

selama berlangsungnya proses dan

komunikasi jasa.

Page 17: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

116 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

P r o c e s s ( p r o s e s )

Lupiyoadi (2001) menyatakan bahwa

proses merupakan gabungan semua

aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur,

jadwal pekerjaan, aktivitas dan hal-hal rutin,

dimana suatu jasa dihasilkan dan

disampaikan kepada konsumen. Proses itu

sendiri dibedakan dalam dua cara, yaitu (1)

complexity, hal ini berhubungan dengan

langkah dan tahap dalam proses, (2)

divergence, hal ini berhubungan dengan

adanya perubahan dalam langkah tahap

proses.

Proses-proses dimana jasa diciptakan

dan disampakan kepada pelanggan

merupakan faktor utama di dalam bauran

pemasaran jasa, karena para pelanggan

sering kali akan mempersepsikan sistem

penyampaian jasa sebagai bagian dari jasa

itu sendiri.

P h y s i c a l E v i d e n c e ( b u k t i f i s i k )

Alma (2003) menyatakan untuk

sebuah lembaga pendidikan yang

merupakan Physical Evidence adalah

gedung atau bangunan dan segala sarana

dan prasarana yang terdapat didalamnya.

Termasuk pula bentuk-bentuk desain

interior dan eksterior dari gedung-gedung

yang terdapat di dalam lembaga tersebut.

Ditambahkan Hurriyati (2009), dalam

proses penyampaian jasa pendidikan

kepada mahasiswa, yang harus diperhatikan

oleh perguruan tinggi adalah gaya

bangunannya (kesesuaian antara segi

estetika dan fungsionalnya sebagai lembaga

pendidikan) serta fasilitas penunjang

(kelengkapan sarana pendidikan,

peribadahan, olahraga, dan keamanan).

L i n g k u n g a n E k s t e r n a l P e m a s a r a n P e n d i d i k a n

Menurut Kotler (2009) menyebutkan

faktor eksternal pemasaran terdiri dari

competition, politic, legislation dan

regulation, economic environment,

technology, societal and cultural dan natural

environment.

1. Competition

Kotler (2009) menyatakan competition

atau persaingan adalah proses dinamis

dalam sebuah organisasi yang bersaing

dalam menerapkan strategi pemasaran.

Dalam pemasaran organisasi pendidikan,

persaingan terjadi dalam menarik minat

mahasiswa antara universitas yang

membuka jurusan atau fakultas yang sama.

Artati (2006) juga menambahkan

lembaga kursus juga menarik minat

konsumennya karena menawarkan lama

pendidikan yang lebih singkat dengan harga

yang lebih murah, sehingga hal ini juga

menjadi persaingan antara lembaga

pendidikan tinggi dan lembaga kursus,

terutama yang membuka jurusan yang

sama.

2. Politic, legislation dan regulation

Kotler (2009) mengatakan bahwa

pemasaran organisasi ditentukan oleh

kebijakan, regulasi, dan aturan dari

pemerintah terhadap perkembangan

organisasi tersebut. Dalam pemasaran jasa

pendidikan Akbar (2014) mengatakan

kebijakan otonom oleh pemerintah

memberikan kendali penuh kepada pihak

kampus sehingga menjadi lebih mandiri.

3. Economic environment

Kotler (2009) mengatakan pergerakan

ekonomi pada suatu negara mempengaruhi

pemasaran suatu organisasi.

Selain itu Nanda (2013)

mengindikasikan tumbuhnya industri

Page 18: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

117 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

pariwisata meningkatkan kerjasama dengan

lembaga pendidikan pariwisata yang saling

menguntungkan, bagi industri sebagai

pemasok tenaga kerja pariwisata yang ahli

dan bagi lembaga sebagai bantuan

sumbangan dana seperti beasiswa, sponsor

promosi dan tempat kegiatan praktek

mahasiswa.

4. Technology

Kotler (2009) mengatakan teknologi

merupakan aspek penting dalam

pemasaran terutama untuk

mengkomunikasikan produk dari sebuah

organisasi. Suyasa (2014) menyatakan

globalisasi teknologi berperan dominan

dalam pemasaran organisasi dengan

menyebarluaskan informasi lebih cepat dan

efisien, selain itu teknologi juga

memberikan kemudahan dalam

operasional organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi.

5. Social dan cultural

Kotler (2009) menyatakan dalam

lingkungan sosial dan budaya ada dua hal

yang harus diperhatikan, yaitu organisasi

harus memperhatikan reaksi seseorang

terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran

berdasarkan kaidah-kaidah sosial dan

budaya dan memperhatikan perubahan-

perubahan seseorang akibat perubahan

sosial dan budaya.

6. Natural environment

Menurut Kotler (2009) natural

environment terdiri atas sumber-sumber

daya alam yang dibutuhkan oleh para

pemasar atau dipengaruhi oleh kegiatan-

kegiatan pemasaran. Berdasarkan

penjabaran tersebut, dapat disimpulkan

bahwa lingkungan eksternal adalah unsur-

unsur yang tidak bisa dikelola oleh

organisasi, dimana unsur-unsur tersebut

berbeda sesuai kondisi pada organisasi

masing-masing.

A n a l i s i s S W O T

Menurut Jogiyanto (2005: 46) , Analisis

SWOT (Strengths, Weaknesses,

Oportunity, Threats) disebut juga analisis

KEKEPAN (Kekuatan-kekuatan,

Kelemahan-kelemahan, Peluang-peluang,

Ancaman-ancaman). Digunakan untuk

menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-

kelemahan dan sumber daya yang dimiliki

perusahaan kesempatan eksternal dan

tantangan yang dihadapi

Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM)

Menurut David (2006) dalam bukunya

Strategic Management, menyatakan bahwa

―QSPM adalah teknik dalam literatur yang

didesain untuk menentukan daya tarik

relatif dari alternatif tindakan yang layak ‖.

M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n

Penelitian yang digunakan adalah

penelitian lapangan (field research),

dimana penulis menggunakan pendekatan

yang dikenal dengan “multi-method”

(Jonker and Pennink, 2010:92; Indrawan

dan Haniawati,2014:76). Dimana

pendekatan tersebut mengkombinasikan

antara kualitatif dan kuantitatif yang

disajikan secara deskriptif.

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan Sekolah Tinggi Pariwisata

Sahid sebagai objek Penelitian

Pada penelitian ini jumlah populasi

sebesar 313 orang, Rumus yang

digunakan untuk menentukan sampel yaitu

menggunakan rumus Slovin dalam Husein

Umar (2007:78) dan didaptkan hasil

sebanyak 76 Mahasiswa.

Page 19: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

118 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan adalah,

sebagai berikut.

O b s e r v a s i

Dalam observasi kali ini, peneliti

menggunakan teknik observasi tak

berstruktur. Menurut Sugiyono (2011:228)

observasi tak berstruktur adalah ―observasi

yang tidak dipersiapkan secara sistematis

tentang apa yang akan di observasi‖. Oleh

karena itu peneliti dapat melakukan

pengamatan dengan bebas serta

mendokumentasikan kegiatan observasi.

W a w a n c a r a

Peneliti melakukan wawancara secara

langsung dengan tim marketing STP Sahid

Jakarta, dan pimpinan STP Sahid Jakarta

untuk mendapatkan informasi mengenai

data-data penunjang penelitian, seperti data

kunjungan sekolah, pameran yang diikuti

oleh STP Sahid, sales call, strategi

marketing, dan penentuan strategi alternatif

K u e s i o n e r

Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013:142).

Peneliti membagikan kuesioner kepada 76

responden, yakni mahasiswa STP Sahid

tahun pertama (mahasiswa baru tahun

akademik 2016/2017) yang masih aktif

kuliah. Dan pertanyaan-pertanyaan tersebut

bersifat tertutup. Pertanyaan tertutup yaitu

pertanyaan yang digunakan untuk

mendapatkan data dari responden dalam

objek penelitian dengan alternatif-alternatif

jawaban yang disediakan oleh peneliti.

Dalam penelitian ini pula, peneliti

menggunakan skala likert, Skala likert

digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dengan skala likert, maka variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator

variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat

berupa pernyataan atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrumen yang

menggunakan Skala Likert mempunyai

gradasi dari sangat positif sampai dengan

sangat negatif pada tingkat kepentingan,

yang dapat berupa kata-kata antara lain

(Sugiyono, 2007) :

Sangat Baik/sangat setuju Skor4

Baik/setuju Skor 3

Cukup/cukup setuju Skor 2

Tidak Baik/tidak setuju Skor 1

Penelitian ini mengunakan sejumlah

statement dengan skala 4 yang

menunjukkan sangat setuju atau tidak

terhadap statement tersebut.

S t u d i L i t e r a t u r

Studi literatur adalah pengumpulan

informasi yang berhubungan dengan teori-

teori yang ada kaitannya dengan masalah,

variabel yang diteliti, dan informasi lain

yang berkaitan dengan objek dan tempat

penelitian yang sumbernya seperti buku

pemasaran, brosur, internet, majalah,

jurnal, dan karya ilmiah berupa tesis.

M e t o d e A n a l i s a D a t a

Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan tekhnik Triangulasi, yang

diartikan sebagai teknik pengumpulan data

yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data dengan

triangulasi. (qtd. in Sugiyono, 2011:241).

Page 20: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

119 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Dalam hal triangulasi, Susan Stainback

(1988) menyatakan bahwa ―the aim is not

to determine the truth about some social

phenomenon, rather the purpose of

triangulationis to increase one‘s

understanding of what ever is being

investigated‖. Tujuan dari triangulasi bukan

untuk mencari kebenerana tentang

beberapa fenomena, tetapi lebih pada

peningkatan pemahaman peneliti terhadap

apa yang telah ditemukan. Pada penelitian

ini peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data dengan menggabungkan

3 (tiga) teknik pengumpulan data

(wawancara, kuesioner dan dokumentasi)

A n a l i s i s S W O T

Merujuk Rangkuti, 2002, analisis

SWOT adalah suatu cara untuk

mengidentifikasi berbagai faktor secara

sistematis dalam rangka merumuskan

strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan

dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats).

Analisis SWOT mempertimbangkan dan

membandingkan antara faktor eksternal,

berupa peluang dan ancaman dengan faktor

internal, berupa kekuatan dan kelemahan,

sehingga hasil analisisnya dapat diambil

suatu keputusan strategi pemasaran yang

tepat bagi STP Sahid Jakarta.

Gambar 3.2

MATRIKS SWOT

IFAS

EFAS

1. STRENGTHS

(S)

Tentukan

Faktor-Faktor

Kekuatan

Internal

2. WEAKNESS

ES (W)

Tentukan

Faktor-Faktor

Kelemahan

Internal

3. OPPORTU4. STRATEGI 5. STRATEGI

NITIES

(O)

Tentukan

Faktor-

Faktor

Peluang

Eksternal

(SO)

Ciptakan

Strategi yang

mengunakan

kekuatan

untuk

memanfaatkan

peluang

(WO)

Ciptakan

Strategi yang

meminimalka

n kelemahan

untuk

memanfaatka

n peluang

6. THREATS

(T)

Tentukan

Faktor-

Faktor

Ancaman

Eksternal

STRATEGI

(ST)

Ciptakan

Strategi yang

menggunakan

kekuatan

untuk

mengatasi

ancaman

7. STRATEGI

(WT)

Ciptakan

Strategi yang

meminimalk

an

kelemahan

dan

menghindari

ancaman

Sumber: Diadaptasi dari Rangkuti, 2002

Keterangan:

1. Strategi SO (Strengths Opportunities)

Strategi SO adalah strategi yang dibuat

berdasarkan jalan pikiran objek, yaitu

dengan memanfaatkan seluruh kekuatan

untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

2. Strategi ST (Strengths Threats)

Strategi ST adalah strategi yang

menggunakan kekuatan yang dimiliki objek

untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weaknesses

Opportunities)

Strategi WO adalah strategi yang

diterapkan berdasarkan pemanfaatan

peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weaknesses Threats)

Strategi WT adalah strategi yang

didasarkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan

kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.

Page 21: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

120 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

A n a l i s i s Q u a n t i t a t i v e S t r a t e g i c P l a n n i n g M a t r i x ( Q S P M )

Analisis QSPM untuk menetapkan

ketertarikan relative (relative attractiveness)

dari strategi-strategi yang bervariasi yang

telah dipilih dan menentukan strategi mana

yang dianggap paling baik untuk

diimplementasikan. Untuk mengetahui

strategi yang paling baik dapat dilihat dari

hasil analisis QSPM yang mendapat TAS

(Total Score Attractiveness) yang tertinggi

dari beberapa alternative strategi yang

dianggap paling baik untuk

diimplementasikan (Umar, 2002)

Cara membuat table QSPM adalah sebagai

berikut:

1. Membuat daftar kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman di sebelah kiri

QSPM. Informasi ini diambil dari

matriks IFAS dan EFAS.

2. Memberi bobot (weight) pada masing-

masing faktor internal dan eksternal.

Bobot (weight) ini sama dengan yang

ada pada matriks IFAS dan EFAS.

3. Meneliti matriks-matriks yang

diidentifikasikan strategi alternatif yang

dapat direkomendasikan dari hasil

matriks SWOT.

4. Menetapkan AS (Attractive Score),

yaitu nilai yang menunjukkan

ketertarikan alternative untuk masing-

msaing strategi yang dipilih. AS

ditetapkan dengan cara meneliti faktor

internal dan eksternal, dan bagaimana

peran dari tiap faktor dalam proses

pemilihan strategi yang sedang dibuat.

Batasan nilai AS adalah 1 = sangat

tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju,

4 = sangat setuju.

5. Menghitung TAS yang didapat dari

perkalian bobot (weight) dengan AS

pada masing-masing baris. TAS

menunjukkan relative attractives dari

masing-masing alternative strategi.

6. Menjumlahkan semua TAS pada

masing-masing kolom QSPM. Dari

beberapa nilai TAS yang didapat, nilai

TAS dari strategi alternatif tertinggilah

yang menunjukkan bahwa strategi

alternatif itu yang menjadi pilihan

utama. Nilai TAS terkecil

menunjukkan bahwa strategi alternatif

ini menjadi pilihan terakhir.

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid (STP

Sahid) memiliki tiga buah kampus, yaitu:

1. Kampus Taman Puring, Berlokasi di

Jl.Gandaria III No.3, Taman Puring

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

2. Kampus Utama (Pondok Cabe),

Berlokasi di Jl. Kemiri No.22

Pondok Cabe Pamulang Kabupaten

Tangerang Propinsi Banten. Berjarak

± 500 meter dari Jalan Raya Bogor –

Ciputat dan ± 1000 meter dari Jalan

Raya Pamulang - Lebak Bulus yang

dapat dicapai dengan menggunakan

angkutan umum dari terminal Lebak

bulus ± 30 menit, dari Ciputat ± 20

menit dan dari Bogor ± 45 menit.

3. Kampus Sudirman, Berlokasi di Sahid

Sudirman Residence Lantai 5, Jl. Jend.

Sudirman No.86 Jakarta Pusat

K u r i k u l u m

Kurikulum STP Sahid disusun

berdasarkan kebutuhan industri dan setiap

dua tahun sekali dilakukan peninjauan

ulang agar selalu relevan dengan kebutuhan

pasar dengan jumlah SKS disesuaikan

dengan Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional No. 232/U/2000 tentang

Pedoman Penyususnan Kurikulum

Pendidikan Tinggi dan Pedoman Hasil

Belajar Mahasiswa. Dan STP Sahid

memiliki 6 Program Studi yang terdiri dari :

1. Diploma IV Perhotelan

Page 22: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

121 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

2. Diploma IV Usaha Perjalanan

Wisata

3. Diploma III Perhotelan

4. Diploma III Usaha Perjalanan

Wisata

5. Diploma I Perhotelan

6. Diploma I Usaha Perjalanan Wisata

Jumlah dosen di STP Sahid sangat

memperhatikan rasio dengan jumlah

mahasiswanya, karena data tersebut selalu

dipantau oleh Koordinator Perguruan

Tinggi Swasta wilayah 3 (Kopertis Wilayah

3) sehingga akan menjaminan kualitas

mahasiswa yang dihasilkan. Adapun data

dosen/instruktur Sekolah Tinggi Pariwisata

Sahid adalah sebagai berikut :

Tabel

Jumlah

Dosen/Instruktur Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Sumber: Forlap Dikti 2017

A n a l i s i s S W O T

8. Gambar

Alternatif Strategi SO, ST, WO, WT

No Pendidikan

Gelar Akademik

Total Guru

Besar

Lektor

Kepala Lektor Asisten

Tenaga

Pengajar

1 S-3/Sp 2 0 1 1 0 1 3

2 S-2/Sp 1 0 4 6 9 22 41

3 S-1/D-4 0 0 0 2 8 10

Total 0 5 7 11 31 54

Page 23: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

122 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

IFAS

EFAS

KEKUATAN (S)

Prosedur perkuliahan dan

ujian

Penyampaian materi dosen

Prosedur administratif

Pelayanan STP Sahid

Lokasi STP Sahid

KELEMAHAN (W)

Value for money atau

kesesuaian antara biaya yang

dikeluarkan dengan produk

dan fasilitas

Kesesuaian antara fasilitas

dan promosi

Biaya perkuliahan di STP

Sahid

Fasilitas STP Sahid

Media promosi STP Sahid

tidak memadai

Tenaga pengajar

PELUANG (O)

Daya saing STP Sahid

kesempatan kerja

Akreditasi STP Sahid

Nama besar sahid group

Adanya MEA atau Masyarakat

Ekonomi Asean

Lingkungan internal (keluarga)

Adanya komitmen dan dukungan

yang tinggi dari Pemerintah

terhadap sektor Pariwisata.

Peluang kerja yang cukup besar di

sektor pariwisata baik di dalam dan

luar negeri.

Strategi (SO)

Pengembangan kurikulum

berbasis KKNI dalam

menghadapi MEA

Bekerjsama dengan

industri untuk mengadakan

pelatihan dan

pengembangan dosen

Pengembangan produk

sesuai minat pasar

Strategi (WO)

Memanfaatkan mahasiswa

darmasiswa untuk masuk ke

SMK/SMA dengan cara

pertukaran budaya

Memanfaatkan mahasiswa

reguler untuk kembali ke

SMK/SMA tempat asalnya

untuk dapat

mensosialisasikan tentang

STP Sahid

Memperbaiki dan

menambahkan fasilitas serta

memaksimalkan

pemeliharaan untuk

menciptakan harga yang

kompetitf

Meningkatkan media

promosi

ANCAMAN (T)

Tekhnologi dalam belajar mengajar

Lingkungan eksternal sekitar

rumah

penggunaan tekhnologi dalam

promosi

Kondisi lingkungan eksternal

Tumbuhnya perguruan tinggi

Pariwisata yang tak terkendali, baik

perguruan tinggi negeri maupun

swasta.

Persaingan SDM yang cukup ketat

pada skala global.

Strategi (ST)

Meningkatkan kualitas

pengajaran berbasis IT

(Online. On campus, On

work place)

Menciptakan one stop

solution untuk masalah

yang dihadapi mahasiswa

yang berbasis IT

Terlibat dalam event –

event (Lomba Nasional

/internasional)

Strategi (WT)

Menjalin kerjasama dengan

pemerintah daerah / sekolah

/ perusahaan dalam bentuk

berupa hibah atau beasiswa

Meningkatkan kualitas

pendidik dengan

memanfaatkan universitas

yang bekerjasama (Seminar,

pertukaran, pelatihan)

Sumber : Olahan Peneliti, 2017

Page 24: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

123 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

A l t e r n a t i f S t r a t e g i T e r p i l i h

Berdasarkan pendekatan alternatif

strategi pada sub bab sebelumnya, masih

diperlukan satu tahap lagi untuk

menentukan alternatif strategi yang akan

dilaksanakan terlebih dahulu oleh

manajemen STP Sahid. Pada tahapan ini,

peran pimpinan termasuk kepala bagian

dan direktur marketing di STP Sahid ikut

berperan dalam menentukan pilihan

alternatif strategi yang harus dilaksanakan

terlebih dahulu dari keseluruhan alternatif

strategi yang telah dirumuskan sebelumnya.

Jumlah alternatif strategi tersebut adalah 12

alternatif strategi

Tabel 4.15

Alternatif Strategi

No Alternatif Strategi

1 Pengembangan kurikulum berbasis KKNI dalam menghadapi MEA

2 Bekerjsama dengan industri untuk mengadakan pelatihan dan pengembangan dosen

3 Pengembangan produk sesuai minat pasar

4 Meningkatkan kualitas pengajaran berbasis IT (Online. On campus, On work place)

5 Menciptakan one stop solution untuk masalah yang dihadapi mahasiswa yang berbasis

IT

6 Terlibat dalam event – event (Lomba Nasional /internasional)

7 Memanfaatkan mahasiswa darmasiswa untuk masuk ke SMK/SMA dengan cara

pertukaran budaya

8 Memanfaatkan mahasiswa reguler untuk kembali ke SMK/SMA tempat asalnya untuk

dapat mensosialisasikan tentang STP Sahid

9 Memperbaiki dan menambahkan fasilitas serta memaksimalkan pemeliharaan untuk

menciptakan harga yang kompetitf

10 Meningkatkan media promosi

11 Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah / sekolah / perusahaan dalam bentuk

berupa hibah atau beasiswa

12 Meningkatkan kualitas pendidik dengan memanfaatkan universitas yang bekerjasama

(Seminar, pertukaran, pelatihan)

Sumber : Data Olahan Hasil Kuesioner, Februari 2017

Selanjutnya peneliti mendistribusikan

kembali kuesioner kepada 4 (Empat) orang

pimpinan, dan 1 kepala bagian untuk

memilih 5 (lima) alternatif strategi terpilih

yang merupakan jumlah alternatif strategi

terpilih yang cukup, karena minimum yang

harus dijalankan oleh perusahaan seperti

yang disampakan oleh David (2006) adalah

2 (dua) alternatif strategi terpilih. Dan hasil

dari kuesioner tesebut adalah seperti

terlihat dalam tabel

Dari hasil tersebut didapat 5 (Lima)

alternatif strategi terpilih, dan didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel

5 (lima) Alternatif Strategi Terpilih

Page 25: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

124 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

No Alternatif Strategi Terpilih

1 Memperbaiki dan menambahkan fasilitas serta memaksimalkan

pemeliharaan untuk menciptakan harga yang kompetitf

2 Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah / sekolah /

perusahaan dalam bentuk berupa hibah atau beasiswa

3 Pengembangan kurikulum berbasis KKNI dalam menghadapi MEA

4 Pengembangan produk sesuai minat pasar

5 Memanfaatkan mahasiswa reguler untuk kembali ke SMK/SMA

tempat asalnya untuk dapat mensosialisasikan tentang STP Sahid

Sumber: Data Olahan Hasil Kuesioner, Februari 2017

P e r h i t u n g a n Q u a n t i t a t i v e S t r a t e g y P l a n n i n g M a t r i x ( Q S P M ) U n t u k P r i o r i t a s P e l a k s a n a a n A l t e r n a t i f S t r a t e g i T e r p i l i h

Secara konsep, QSPM menentukan

daya tarik relatif dari berbagai strategi

berdasarkan seberapa jauh faktor

keberhasilan kunci internal dan eksternal

dimanfaatkan atau diperbaiki. Daya tarik

relatif dari masing – masing strategi dalam

satu set alternatif dihitung dengan

menentukan pengaruh kumulatif dari

masing – masing faktor keberhasilan kunci

eksternal dan internal, tetapi hanya strategi

dalam set yang sama dapat dievaluasi satu

sama lainnya.

Tabel 4.17

Page 26: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

125 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Perhitungan Alternatif Strategi Terpilih dengan QSPM

QS

No. Faktor Kunci Bobot AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Peluang

1 Daya saing STP Sahid 0.08 3 0.24 4 0.32 4 0.32 4 0.32 4 0.32

2 Kesempatan kerja 0.08 4 0.32 3 0.24 3 0.24 3 0.24 3 0.24

3 Akreditasi STP Sahid 0.12 4 0.48 4 0.48 4 0.48 4 0.48 4 0.48

4 Nama besar sahid group 0.08 4 0.32 3 0.24 2 0.16 4 0.32 2 0.16

5Adanya MEA atau Masyarakat Ekonomi

Asean 0.04 3 0.12 3 0.12 4 0.16 4 0.16 2 0.08

6 Lingkungan internal (keluarga) 0.04 3 0.12 3 0.12 2 0.08 3 0.12 3 0.12

7

Adanya komitmen dan dukungan yang

tinggi dari Pemerintah terhadap sektor

Pariwisata. 0.08 4 0.32 4 0.32 2 0.16 4 0.32 4 0.32

8

Peluang kerja yang cukup besar di sektor

pariwisata baik di dalam dan luar negeri.

0.08 4 0.32 4 0.32 3 0.24 3 0.24 4 0.32

Ancaman

1 Tekhnologi dalam belajar mengajar 0.08 3 0.24 3 0.24 4 0.32 4 0.32 3 0.24

2 Lingkungan eksternal sekitar rumah 0.04 2 0.08 3 0.12 3 0.12 3 0.12 1 0.04

3 Penggunaan tekhnologi dalam promosi 0.08 4 0.32 4 0.32 3 0.24 4 0.32 2 0.16

4 Kondisi lingkungan eksternal 0.04 3 0.12 4 0.16 2 0.08 4 0.16 2 0.08

5

Tumbuhnya perguruan tinggi Pariwisata

yang tak terkendali, baik perguruan

tinggi negeri maupun swasta. 0.08 2 0.16 4 0.32 4 0.32 4 0.32 1 0.08

6

Persaingan SDM yang cukup ketat pada

skala global. 0.08 3 0.24 4 0.32 3 0.24 4 0.32 3 0.24

Total Bobot 1.00

Kekuatan

1 Prosedur perkuliahan dan ujian 0.08 4 0.32 4 0.32 3 0.24 3 0.24 3 0.24

2 Penyampaian materi dosen 0.08 4 0.32 3 0.24 4 0.32 3 0.24 1 0.08

3 Prosedur administratif 0.08 4 0.32 3 0.24 2 0.16 3 0.24 4 0.32

4 Pelayanan STP Sahid 0.12 4 0.48 4 0.48 2 0.24 4 0.48 4 0.48

5 Lokasi STP Sahid 0.08 2 0.16 4 0.32 2 0.16 4 0.32 3 0.24

Kelemahan

1

Value for money atau kesesuaian antara

biaya yang dikeluarkan dengan produk

dan fasilitas 0.08 3 0.24 4 0.32 3 0.24 4 0.32 4 0.32

2 Kesesuaian antara fasilitas dan promosi 0.08 3 0.24 4 0.32 3 0.24 4 0.32 3 0.24

3 Biaya perkuliahan di STP Sahid 0.08 3 0.24 3 0.24 4 0.32 3 0.24 3 0.24

4 Fasilitas STP Sahid 0.12 4 0.48 4 0.48 3 0.36 4 0.48 3 0.36

5

Media promosi STP Sahid tidak

memadai 0.08 3 0.24 4 0.32 4 0.32 3 0.24 4 0.32

6 Tenaga pengajar 0.12 4 0.48 3 0.36 4 0.48 3 0.36 3 0.36

Total Bobot 1.00

6.92 7.28 6.24 7.24 6.08Total Nilai Daya Tarik (STAS)

Alternatif Strategi Terpilih

Memperbaiki

dan

menambahkan

fasilitas serta

memaksimalkan

pemeliharaan

untuk

menciptakan

harga yang

kompetitf

Menjalin

kerjasama

dengan

pemerintah

daerah / sekolah

/ perusahaan

dalam bentuk

berupa hibah

atau beasiswa

Pengembangan

kurikulum

berbasis KKNI

dalam

menghadapi

MEA

Pengembangan

produk sesuai

minat pasar

Memanfaatkan

mahasiswa

reguler untuk

kembali ke

SMK/SMA

tempat asalnya

untuk dapat

mensosialisasika

n tentang STP

Sahid

Sumber : Olahan Data Peneliti, 2017

Berdasarkan perhitungan QSPM

untuk 5 (lima) alternatif strategi terpilih agar

didapatkan prioritas utama dalam

pelaksanaan masing – masing alternatif

strategi tersebut. Dan setelah melalui proses

yang cukup panjang dalam penentuan

prioritas utama dari alternatif strategi

tersebut yang dilakukan melalui kuesioner

dan FGD oleh 5 (Lima) responden kepada

level pimpinan, dan Direktur Marekting

unit di lingkungan Sekolah Tinggi

Pariwisata Sahid Jakarta. Maka didapatkan

hasil akhir dari perhitungan tersebut untuk

menentukan skala prioritas alternatif

strategi yang harus dilaksanakan STP Sahid

Jakarta yang pertama, kedua dan

seterusnya. Data – data tersebut adalah:

Tabel 4.18

Urutan Skala Prioritas Alternatif Strategi Terpilih Berdasarkan Perhitungan QSPM

Page 27: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

126 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

No.

Urut

Skala

Prioritas

Alternatif Strategi Terpilih Jml

Skor

QSPM

1 Menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah / sekolah /

perusahaan dalam bentuk berupa hibah atau beasiswa

7,28

2 Pengembangan produk sesuai minat pasar 7,24

3

Memperbaiki dan menambahkan fasilitas serta

memaksimalkan pemeliharaan untuk menciptakan harga

yang kompetitf

6,92

4 Pengembangan kurikulum berbasis KKNI dalam

menghadapi MEA

6,24

5 Memanfaatkan mahasiswa reguler untuk kembali ke

SMK/SMA tempat asalnya untuk dapat mensosialisasikan

tentang STP Sahid

6,08

Sumber: Data Olahan Hasil FGD, Maret 2017

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Berdasarkan penjelasan materi pada

bab lima diatas yang didukung oleh teori –

teori yang relevan dan data – data yang valid

melalui kuesioner terhadap 166 responden,

selain itu untuk mendapatkan hasil yang

akurat dalam penentuan pemilihan

alternatif strategi, juga melibatkan 5 (Lima)

orang unsur pimpinan, dan Direktur

Marketing STP Sahid melalui Focus Group

Discussion (FGD). Dan hasil tersebut dapat

disimpulkan:

1. Strategi pemasaran yang telah dilakukan

oleh tim marketing STP Sahid terdiri

dari, Cross Culture Darmasiswa sebesar

11%, Kunjungan Sekolah 25%, Event

Meet and Greet dan Seminar

Pendidikan 3%, Pameran Interfood

JIExpo 18%, Sales Call 11%, kirim fax

11%, Sms Blast peserta pameran 18%

2. 5 (lima) alternatif strategi terpilih yang

selanjutnya di hitung melalui

Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM) untuk menentukan skala

prioritas pelaksanaan strategis bisnis

STP Sahid dalam rangka mendongkrak

perolehan jumlah mahasiswa dari tahun

ke tahun. Finalnya didapatkan data

seperti tersebut dibawah ini dengan

urutan paling atas dan seterusnya

merupakan urutan yang paling pertama

dilakukan STP Sahid

a. Menjalin kerjasama dengan

pemerintah daerah / sekolah /

perusahaan dalam bentuk berupa

hibah atau beasiswa dengan jumlah

skor 7,28

b. Pengembangan produk sesuai minat

pasar dengan jumlah skor 7,24

c. Memperbaiki dan menambahkan

fasilitas serta memaksimalkan

pemeliharaan untuk menciptakan

harga yang kompetitif dengan

jumlah skor 6,92

d. Pengembangan kurikulum berbasis

KKNI dalam menghadapi MEA

dengan jumlah skor 6,24

e. Memanfaatkan mahasiswa reguler

untuk kembali ke SMK/SMA

tempat asalnya untuk dapat

mensosialisasikan tentang STP

Sahid dengan jumlah skor 6,08

Page 28: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

127 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

S a r a n

Setelah melakukan pengamatan

langsung dan mengacu pada hasil penelitian

serta pembahasan yang telah dilakukan,

maka ada beberapa saran yang diharapkan

kan menjadi masukan yang bermanfaat bagi

STP Sahid:

1. Bagian marketing perlu dilibatkan

dalam penentuan menentukan strategi

harga (Price Strategy) hal ini

dikarenakan elemen harga merupakan

nyawa utama dalam menjalankan roda

organisasi, oleh karena itu diharapakan

Pihak STP Sahid dapat mengelola

keuangannya sesuai dengan strategi

yang akan dilaksanakan sehingga

konsumen dapat merasakan kesesuaian

harga dengan uang yang dikeluarkan

(value for money)

2. STP Sahid harus menjalin kembali dan

memperluas kerjasama yang telah

terjalin dan sempat terputus dengan

jaringan Ikatan Alumni STP Sahid

SMK – SMK dan pemerintah daerah,

yang sekaligus melakukan

pengembangan produk sesuai dengan

kerjasama tersebut agar dapat

meningkatkan jumlah mahasiswa baru

dan pendapatan STP Sahid

D A F T A R P U S T A K A

Alma, B. (2000)Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan ke

empat. Bandung : Alfabet.

_______. (2004). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Cetakan ke

tujuh. Bandung : Alfabet.

Anwar, Dedik Fatul. (2014). Thesis Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Dalam Meningkatkan Peminat Layanan Pendidikan Di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Ekosuslio, Madyo. (1984). Dasar – Dasar

Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta.

Fandy Tjiptono, (2014). Pemasaran Jasa Prinsip Penerapan Penelitian, Andi,

Yogyakarta.

Fred, R. David. (2004). Manajemen Strategis Konsep, Indeks, Jakarta.

Indrawan, Rully dan Yaniawati, Poppy.

(2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Campuran untuk Manajemen Pembangunan dan Pendidikan, Refika Aditama,

Bandung.

James P Spillane, Brian J Reiser, Todd

Reimer. (2002). Policy Implementation And Cognition: Reframing And Refocusing

Implementation Research, Sage

Publications, Educational research

from academia.edu.

Jonker, Jan and Pennink, Bartjan. (2010).

The Essence of Research Methodology, AConcise Guide for Master and PhD Student in Management Science, Springer-

Verlag, Berlin, Heidelberg, Germany.

Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo,

Jakarta.

Page 29: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.111-128

@STPS 2017, All Rights Reserved

128 J-STP Vol.2 No. 2 | Juni 2017

Kotler dan Amstrong. (2004). Prinsip-prinsip Marketing, Edisi Ketujuh,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nasution, S. (2011). Sejarah Pendidikan Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta.

Nugroho, Margaretha Andini. (2015).

Strategi Pemasaran Program Studi

Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Universitas Jember, Tesis

Program Pasca Sarjana Universitasa

Udayana, Bali.

Prastowo, Andi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Ar-Ruzz

Media, Yogyakarta.

Ritchie, B, W, P Burns, and C Palmer. (2004). Tourism Research Methods, CABI Publishing, United Kingdom.

Setiawan, Budi. (2008). Strategi Bisnis

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta.

Sugiyono. (2013) Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

Alfabeta, Bandung.

Syaifuddin Azwar. (2011). Metode Penelitian, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Swastha, B, (2002). Azas-azas marketing,

Edisi III. Cetakan kelima, Liberty,

Yogyakarta.

Winarni, Esti. (2014). Thesis Pemasaran Stratejik Jasa Pendidikan Sebagai Upaya Meningkatkan Kepuasan Siswa Di Min Tempel Yogyakarta.

W e b s i t e :

Editor: Naryo COPYRIGHT © ANTARA

2015 Indonesia Kekurangam SDM

Andal Di Bidang Pariwisata ,Senin, 8

Juni 2015 21:02 WIB, Pewarta: Feru

Lantara

http://datapokok.ditpsmk.net/

http://forlap.dikti.go.id/welcome

https://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum

Rabu, 9 Maret 2016 — 13:05 WIB Poskota

news, Kemenpar Bangun Anak Muda

Kreatif dengan WIN Way

Senin, 4 April 2016 - 14:09 wib Pentingnya

Peran Mahasiswa untuk Kembangkan

Pariwisata Indonesia, Okezone (amr)

Sistem Informasi Manajemen Perguruan

Tinggi STP Sahid

Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional Tahun 2003,

www.Tripod.com diunduh: Ahad, 29

September 2013. Lihat Wikipedia:

id.wikipedia.org diunduh kamis, 28

april 2016.

www.kangsaviking.wordpress.com diunduh

kamis, 28 april 2016.

D o c u m e n t

Buku Pedoman STP Sahid, Tahun 2016

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 (Bab

I Pasal 1 ayat 19)

Page 30: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

129 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

ANALISA ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP)

PENGUNJUNG DI MONUMEN NASIONAL JAKARTA

Analysis Ability To Pay (ATP) And Willingness To Pay (WTP) of Visitors In National

Monument Jakarta

Nicko Gana Saputra1), Asep Parantika2)

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Monumen Nasional Jakarta yang lebih dikenal dengan nama Tugu Monas merupakan salah satu

dari monument peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat

Indonesia melawan penajajah Belanda. Jumlah kunjungan sebanyak 274.286 wisatawan pada tahun

2016 atau naik 13,4% dari tahun 2015. Namun seiring berkembangnya objek wisata di Jakarta,

menyebabkan semakin banyak alternatif pilihan berwisata, sehingga Monumen Nasional Jakarta

harus memperbanyak jumlah pengunjung dengan kondisi fasilitas dan kualitas pelayanan yang masih

kurang baik. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan keamanan di lingkungan objek wisata,

maka Monumen Nasional Jakarta perlu menetapkan harga tiket masuk dengan mengetahui

kemampuan membayar (Ability To Pay) dan kemauan membayar (Willingness To Pay) pengunjung

demi pelayanan jasa dan keamanan yang diberikan. Metode pengumpulan data dengan melakukan

observasi dan penyebaran kuesioner kepada pengunjung lokal. Pengukuran Ability To Pay

menggunakan metode household budget dan Willingness To Pay menggunakan metode state

preference. Hasil penelitian yaitu estimasi nilai rata – rata ATP sebesar Rp. 73.750 dan nilai rata –

rata WTP sebesar Rp. 17.620, dengan 85% responden bersedia membayar lebih untuk peningkatan

keamanan.

Kata kunci : Monumen Peringatan, Kemampuan Membayar, Kemauan Membayar

ABSTRACT

Monumen Nasional Jakarta known as Monas is one of the memorial monument was honor in

memory of the resistance and Indonesian people’s struggle against Dutch colonialists. In 2016 the

number of visits was 274.286 travelers, up 13,4% from previous year 2015. With a growing new

attraction in Jakarta, more alternative attraction was influence the traveler, it so Monumen Nasional

Jakarta should increase the number of visitors to the condition of minimum facilities and low quality

of service. To improve its quality of service and security, Monumen Nasional Jakarta have to assign

the entrance ticket relating to Ability To Pay and Willingness To Pay of visitors. Survey to the local

visitors is conducted as the research method for this study. The writer employs household budget

method to measure ATP and state preference method to measure WTP. The research finds that

Page 31: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

130 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

estimate of average value for ATP is IDR. 73.750 and estimate of average value for WTP is IDR.

17.620, in which 85% respondents are willing to pay more for security improvement.

Key words : Memorial Monument, Ability To Pay, Willingness To Pay

Riwayat Artikel:

Diajukan 16 Februari 2017

Direvisi 06 April 2017

Diterima 12 Mei 2017

P E N D A H U L U A N

Indonesia sebagai negara agraris

memiliki kekayaan alam yang dapat

dimanfaatkan oleh berbagai sektor,

diantaranya adalah sektor

pariwisata.Pariwisata merupakan salah satu

sektor yang menjadi tumpuan bagi

pemerintah untuk meningkatkan kondisi

perekonomian negara.Timbulnya kegiatan

berwisatasebagai bagian terpenting dari

kebutuhan masyarakat negara maju dan

masyarakat perkotaan pada negara

berkembang seperti Indonesia juga

disebabkan oleh rutinitas pekerjaan dan

kehidupan yang cenderung monoton.

Seiring dengan perkembangan dalam era

globalisasi dan peningkatan taraf serta gaya

hidup masyarakat, mengakibatkan

munculnya fenomena bergesernya kebutuhan

masyarakat dari pemenuhan kebutuhan

primer ke pemenuhan kebutuhan sekunder

dan tersier. Saat ini, masyarakat sebagai

konsumen membutuhkan produk yang dapat

memenuhi kebutuhan mereka akan hiburan

dan kesenangan. Peningkatan kebutuhan

konsumen akan jasa wisata berakibat pada

semakin meningkatnya jumlah kunjungan

wisatawan.

Salah satu daerah tujuan wisata yang

menjadi andalan pariwisata Indonesia adalah

DKI Jakarta.DKI Jakarta merupakan salah

satu provinsi dengan sektor pariwisata yang

berkembang.Mulai dari wisata bahari, wisata

pendidikan, wisata sejarah, wisata budaya,

wisata belanja sampai wisata

kuliner.Perkembangan pariwisata DKI

Jakarta ini ditunjang dengan keberadaan

fasilitas, infrastruktur, dan aksesibilitas yang

mudah menuju Jakarta, sehingga

menyebabkan peningkatan jumlah kunjungan

wisatawan yang dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Jumlah KunjunganWisatawan Ke

Provinsi DKI Jakarta

Tahun 2010-2016

Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi DKI

Jakarta, 2017

Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota

Negara Republik Indonesia dan kota

metropolitan harus mampu tampil terdepan

dan mandiri dalam mengemban kualitas

kesejahteraan seluruh warga kotanya melalui

kegiatan kepariwisataan. Oleh karena itu

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

menetapkan Peraturan Daerah Nomor 10

Tahun 2004 tentang Kepariwisataan yang

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Wisatawan Nusantara

Page 32: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

131 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

ditujukan untuk mengembangkan pariwisata

yang sistemik, multi-sektoral, multi-disiplin,

dinamis dan terintegrasi dengan

pembangunan Jakarta secara keseluruhan.

Penetapan Perda ini dapat menjadi acuan

dalam mewujudkan Provinsi DKI Jakarta

menjadi destinasipariwisata yang memiliki

keunikan dan daya saing yang baik dalam

tataran nasional, regional maupun global,

sehingga sektor kepariwisataan dapat

memberi kontribusi dalam meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah, memperluas dan

melakukan pemerataan kesempatan

usahadan lapangan pekerjaan serta

mendorong laju pertumbuhan pembangunan

Provinsi DKI Jakarta.

Pada tahun 2015, DKI Jakarta tercatat

memiliki 440 usaha di bidang akomodasi,

2.913 usaha perjalanan wisata (travel), 5.704

usaha penyediaan pelayanan makanan dan

minuman, 1.802 usaha hiburan dan rekreasi,

serta 765 usaha jasa konvensi dan impresariat

bidang pariwisata. DKI Jakarta juga memiliki

65 objek wisata yang tersebar di 5 wilayah

kotamadya. Objek wisata yang dimiliki DKI

Jakarta tersebut diantaranya pantai, museum,

istana, balai seni, gedung kesenian, bangunan

bersejarah, planetarium, monumen nasional,

rumah ibadah, kebun binatang, wisata air,

wisata budaya, bumi perkemahan, dan

lainnya. DKI Jakarta juga memiliki 8 objek

wisata unggulan, dengan jumlah pengunjung

yang terus meningkat setiap

tahunnya.Kedelapan objek wisata tersebut

beserta jumlah kunjungan wisatawan dapat

dilihat pada tabel 1.2berikut :

Tabel 1.2Jumlah Kunjungan Wisatawan ke

Objek Wisata Unggulan Menurut Lokasi,

Tahun 2011-2016

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Provinsi DKI Jakarta, 2017

Tabel 1.2 di atas, menunjukkan bahwa

Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini

Indonesia Indah, Taman Margasatwa

Ragunan, dan Monumen Nasional adalah

Empat objek wisata yang paling unggul di

Jakarta. Keempat objek wisata ini memiliki

keunikan yang berbeda, salah satunya adalah

Monumen Nasional Jakarta

(MNJ).Monumen Nasional Jakarta atau yang

lebil dikenal dengan nama Tugu

Monasmenjadi ”icon” Jakarta karena

merupakan salah satu dari monumen

peringatan yang didirikan untuk mengenang

perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia

melawan penjajah Belanda. Selain bentuknya

yang unik, monumen ini juga terletak di

pusat kota Jakarta. Monas selalu ramai

dikunjungi wisatawan terutama pada hari

libur untuk melihat keindahan kota Jakarta

dari puncak Monas yang dilapisi emas.

Objek wisata MNJ jugamerupakan wisata

edukasi mengenai sejarah perjuangan bangsa

dalam mempertahankan

kemerdekaan.Monumen Nasional Jakarta

adalah monumen peringatan setinggi 132

meter (433 kaki) yang didirikan untuk

mengenang perlawanan dan perjuangan

rakyat Indonesia untuk merebut

kemerdekaan dari pemerintahan kolonial

Hindia Belanda. Pembangunan monumen

ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kunjungan wisatawan ke objek wisata

Ancol

TMII

Ragunan

MNJ

Lainnya

Page 33: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

132 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

bawah perintah Presiden Soekarno, dan

dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli

1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang

dilapisi lembaran emas yang melambangkan

semangat perjuangan yang menyala – nyala.

Monumen Nasional Jakarta Terletak tepat

ditengah Lapangan Merdeka, Jakarta Pusat.

Monumen dan Museum ini dibuka setiap

hari mulai pukul 08.00 – 15.00 Waktu

Indonesia Barat.Namun jumlah kunjungan

wisatawan yang berkunjung ke MNJ

cenderung mengalami penurunan, Tabel 1.2

menunjukkan bahwa MNJ hanya mendapat

kunjungan wisatawan dibawah 3juta bahkan

tidak pernah mencapai 3juta

pengunjung.Sangat disayangkan bahwa MNJ

yang menjadi icon Jakarta dibanding Taman

Impian Jaya Ancol namun belum mendapat

perhatian dan kesadaran lebih dari wisatawan

untuk mengunjunginya.

Pada hari Senin pekan terakhir setiap

bulannya ditutup untuk umum.Pengunjung

tempat ini cenderung tidak stabil karena

memiliki perbedaan yang jauh pada periode

tertentu.Berdasarkan data jumlah pengunjung

Tahun 2016 pada Tabel 1.3, pengunjung

MNJ lebih banyak pada saat peak season di

bulan Agustus dan Desember.

Tabel 1.3 Jumlah Pengunjung

Monumen Nasional Tahun 2016

Sumber :BLUD Monumen Nasional Jakarta,

2016

Seiring dengan berkembangnya objek

wisata yang ada di Jakarta, menyebabkan

semakin banyak alternatif pilihan untuk

berwisata, maka akan semakin banyak pula

peluang wisatawan untuk berpindah dari satu

objek wisata ke objek wisata lain. Tantangan

bagi MNJ saat ini adalah mempertahankan

dan memperbanyak jumlah pengunjung

dengan kenaikan yang signifikan tiap

tahunnya.Dalam menarik wisatawan, objek

wisata harus senantiasa melihat kualitas guna

meningkatkan pendapatandari kunjungan

wisatawan ke objek wisata tersebut.Kualitas

pelayanandan harga yang bersaing di

MNJdiharapkandapat meningkatkan

kepuasan pengunjung. Karena dengan

kepuasan yang tinggi, maka jumlah

pengunjung akan cenderung bertambah

dikarenakan ada minat untuk datang

kembali.

Kondisi saat ini di MNJ, kurang

terpeliharanya objek wisata, terlihat banyak

sampah dan fasilitas pendukung yang kurang

terawat.Toilet umum yang tersedia, banyak

yang tidak berfungsi dengan baik.Selain itu,

ketiadaan brosur yang dilengkapi dengan

denah amat dirasakan pengunjung yang baru

pernah datang ke MNJ.Seharusnya MNJ

menyediakan brosur lengkap dengan denah

atau tata letak lokasi dan brosur diberikan

pada saat pengunjung membeli karcis masuk.

Monumen Nasional Jakarta memiliki

harga tiket masuk yang relatif murah, yaitu

hanya Rp. 20.000 untuk dewasa dan Rp.

10.000 untuk anak-anak.Dalam usaha untuk

menambah pendapatan demi menutupi biaya

operasional serta peningkatan kualitas, harga

tiket masuk objek wisata maupun tiket atraksi

lainnya merupakan sumber yang

signifikan.Harga tiket yang optimal akan

sangat membantu MNJ dalam

mengembangkan objek wisatanya menjadi

lebih baik, dan mampu meningkatkan

kualitasnya.Dalam menetapkan harga tiket

0

100000

200000

300000

Jumlah Pengunjung MNJ 2016

Jumlah Pengunjung Lokal MNJ

Page 34: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

133 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

perlu dibandingkan dengan kemampuan dan

kemauan pengunjung untuk membayar

sejumlah uang demi pelayanan jasa yang

diberikan. Karena besarnya Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) mempengaruhi tingkat konsumtif

pengunjung.

R U M U S A N M A S A L A H

Berdasarkan gambaran latar belakang

dan identifikasi permasalahan di atas, maka

dalam penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Berapa besar nilai Ability To Pay

(ATP) dan Willingness To Pay (WTP)

pengunjung Monumen Nasional

Jakarta?

2. Bagaimana ATP dan WTP

pengunjung Monumen Nasional

Jakarta terhadap harga tiket?

3. Berapa persen (%) pengunjung

bersedia mengeluarkan biaya lebih

untuk peningkatan keamanan di

Monumen Nasional Jakarta?

T I N J A U A N P U S T A K A

P a r i w i s a t a

Spillane (2002:21), pariwisata adalah

perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain,

bersifat sementara, dilakukan perorangan

maupun kelompok, sebagai suatu usaha

mencari keseimbangan atau keserasian dan

kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam

dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Swarbrooke and Horner (2007:4)

menjelaskan bahwa, “Tourism as a short-

term movement of people to places some

distance away from their normal place of

residence to indulge in pleasurable activities.”

Menurut Marpaung (2002:13), pariwisata

adalah perpindahan sementara

yangdilakukan manusia dengan tujuan keluar

dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluardari

tempat kediaman. Aktivitas dilakukan selama

mereka tinggal di tempat yangdituju dan

fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan

mereka.

Damanik dan Weber (2006:1),

pariwisata dalam arti luas adalah suatu

kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaaan rutin atau

mencari suasana yang lain. Sebagai suatu

aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian

terpenting dari kebutuhan dasar masyarakat

negara maju dan sebagian kecil masyarakat

negara berkembang.Pariwisata semakin

berkembang sejalan dengan perubahan-

perubahan sosial, budaya, ekonomi, dan

teknologi.

Berdasarkan penjelasan yang dikutip

dari para ahli tentang pariwisata, penulis

menyimpulkan bahwa pariwisata adalah

kegiatan atau aktifitas perjalanan yang

dilakukan oleh perorangan atau kelompok

dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan

tujuan liburan atau rekreasi.

Perkembangan pariwisata merupakan

suatu dampak yang diakibatkan oleh rutinitas

pekerjaan dan pola hidup yang cenderung

monoton.Sehingga pariwisata menjadi suatu

solusi untuk membebaskan masyarakat dari

masalah tersebut.Pariwisata juga merupakan

suatu fenomena pergerakan manusia, barang,

dan jasa yang sangat kompleks.Hal ini juga

terkait erat dengan organisasi, hubungan

kelembagaan dan individu, kebutuhan

layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan

sebagainya.

Berdasarkan undang-undang No. 10

tahun 2009 tentang kepariwisataan Bab 1

Page 35: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

134 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

Pasal 1, disebutkan bahwa pariwisata adalah

berbagai macam kegiatan wisata dan

didukung berbagai fasilitas serta layanan yang

disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Ada beberapa pengertian dasar tentang

kepariwisataan yang terdapat didalam

undang-undang ini antara lain :

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan

yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan

mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan

pribadi, atau mempelajari keunikan

daya tarik wisata yang dikunjungi

dalam jangka waktu sementara.

2. Usaha Pariwisata adalah usaha yang

menyediakan barang dan/atau jasa

bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dan penyelenggaraan

pariwisata.

3. Daya Tarik Wisata adalah segala

sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan, dan nilai yang berupa

keanekaragaman kekayaan alam,

budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan.

H a r g a

Menurut Alma (2007:169), harga adalah

nilai suatu barang yang dinyatakan dengan

uang. Sedangkan menurut Kotler (2002:107),

mengemukakan bahwa harga adalah jumlah

uang yang ditetapkan oleh produk untuk

dibayar oleh konsumen atau pelanggan guna

menutupi biaya produksi, distribusi dan

penjualan pokok termasuk pengembalian

yang menandai atas usaha dan resikonya.

Menurut Tjiptono (2007:151), harga

merupakan komponen yang berpengaruh

langsung terhadap laba perusahaan. Menurut

Husein (2003), harga adalah sejumlah nilai

yang ditukarkan konsumen dengan manfaat

dari memiliki atau menggunakan produk

barang atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh

pembeli dan penjual melalui tawar–menawar

atau ditetapkan oleh penjual untuk suatu

harga yang sama terhadap seorang pembeli.

Menurut Swarbrooke dan Horner

(2007:182), Pricing is often used as a competitive advantage tool in tourism in a number of ways to try and influence consumers in their purchasing patterns.

Menurut Lupiyoadi dan Hamdani

(2006:99), bila suatu produk mengharuskan

konsumen mengeluarkan biaya yang lebih

besar dibanding manfaat yang diterima, maka

yang terjadi adalah bahwa produk tersebut

memiliki nilai negatif. Konsumen mungkin

akan menganggap sebagai nilai yang buruk

kemudian akan mengurangi konsumsi

terhadap produk tersebut. Bila manfaat yang

diterima lebih besar, maka yang akan terjadi

adalah produk tersebut memiliki nilai positif.

Menurut Petrovic (2007:192), The price in tourism economy is an extremely important element which determines consumer preferences and represents the means for competition on the tourism market.

Menurut Schiffman & Kanuk

(2000:51), persepsi adalah suatu proses dari

seseorang individu dalam menyeleksi,

mengorganisasikan, dan menterjemahkan

stimulus-stimulus atau informasi yang datang

menjadi suatu gambaran yang menyeluruh.

Dengan demikian penilaian terhadap harga

suatu produk wisata dikatakan mahal, murah

atau biasa saja dari setiap individu yang

dilatarbelakangi oleh lingkungan kehidupan

dan kondisi individu.Dalam kenyataannya

pengunjung dalam menilai harga produk

wisata, sangat tergantung bukan hanya dari

nilai nominal secara absolut tetapi melalui

persepsi mereka pada harga. Menurut

Page 36: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

135 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

Rangkuti (2006:32), harga yang rendah

menimbulkan persepsi produk tidak

berkualitas, sebaliknya harga yang tinggi

menimbulkan persepsi produk tersebut

berkualitas.

Harga dalam bidang wisata tidak selalu

harga yang lebih tinggi akan mempengaruhi

jumlah permintaan, karena ada pengunjung

yang mempertimbangkan aspek lain selain

harga. Oleh karena itu, pengelola wisata

harus mengetahui karakteristik pengunjung

dan selanjutnya pemasar produk wisata

berupaya menyajikan wisata yang sesuai

karakteristik pengunjung.Berdasarkan

pendapat Hermawan (2002:22), bahwa

indikator dari harga dapat dinyatakan dalam

penilaian konsumen terhadap besarnya

pengorbanan finansial yang diberikan dalam

kaitannya dengan spesifikasi yang berupa

kualitas produk.Oleh karena itu dalam

penelitian ini harga diukur dengan

menggunakan indikator yaitu keterjangkauan

harga tiket, kekompetitifan harga tiket, dan

kesesuaian harga tiket.

W i s a t a w a n / P e n g u n j u n g

Dalam Undang-Undang RI No.10

Tahun 2009, disebutkan Wisatawan adalah

orang yang melakukan wisata. Menurut Yoeti

(1996:143-145), wisatawan diklasifikasikan

sebagai berikut:

1) Wisatawan asing (foreign tourist), adalah orang asing yang melakukan

perjalanan wisata, yang datang

memasuki suatu negara lain yang

bukan merupakan negara dimana

iabiasanya tinggal.

2) Wisatawan domestik asing (domestic foreign tourist), adalah orang asing

yang berdiam atau bertempat tinggal

pada suatu negara, yang melakukan

perjalanan wisata di wilayah negara

dimana ia tinggal. 3) Wisatawan domestik (domestic

tourist), adalah wisatawan dalam

negeri, yaitu warga negara yang

melakukan perjalanan wisata dalam

batas wilayah negaranya tanpa

melewati batas negaranya.

4) Wisatawan pribumi (indigeneous foreign tourist), adalah warga negara

suatu negara tertentu, yang karena

tugas atau jabatannya di luar negeri,

pulang ke negara asalnya dan

melakukan perjalanan wisata di

wilayah negaranya sendiri.

5) Wisatawan transit (transit tourist), adalah wisatawan yang sedang

melakukan perjalanan wisata ke suatu

negara tertentu, yang menumpang

kapal udara atau kapal laut ataupun

kereta api, yang terpaksa mampir atau

singgah pada suatu

bandara/pelabuhan/stasiun bukan

atas kemauannya sendiri.

6) Wisatawan bisnis (business tourist), adalah orang yang melakukan

perjalanan yang mengadakan

perjalanan untuk tujuan lain bukan

wisata, tetapi perjalanan wisata akan

dilakukannya setelah tujuan utamanya

selesai. Smith (1997:124-125), mengelompokkan

wisatawan atas dasar pengaruh sosial dan

ekonomi yang ditimbulkan terhadap

masyarakat lokal, daerah tujuan wisata,

norma-norma yang berlaku menjadi tujuh

kategori, sebagai berikut:

1) Explorer-type tourist, wistawan yang

bertujuan untuk menemukan sesuatu

yang terkait dengan ilmu

pengetahuan. Jumlah wisatawan yang

tergolong dalam tipe ini sangat sedikit

dan mereka melakukan kontak yang

intensif dengan masyarakat setempat.

Page 37: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

136 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

2) Elite tourist, kelompok wisatawan

kaya yang banyak melakukan kegiatan

berbelanja. Mereka biasanya

menggunakan jasa biro perjalanan

dan ditemani oleh seorang pemandu.

Wisatawan jenis ini mempunyai lama

tinggal yang relatif singkat.

3) Off –beat tourist, wisatawan petualang

yang bertujuan untuk mencari

tempat-tempat yang sepi dan jauh dari

pusat keramaian, misalnya mengikuti

acara hunting safari.

4) Unsual tourist, wisatawan yang

melakukan perjalanan sehari (one day package tour) untuk mengunjungi

tempat-tempat yang primitif dan

mengamati budaya-budaya yang

masih asli.

5) Incipient mass tourist, wisatawan yang

melakukan perjalanan dalam

kelompok (group) kecil dengan

menggunakan bus-bus wisata dan

menginap pada hotel-hotel

berbintang, Mereka sering melakukan

keluhan (complaint) apabila

pelayanan yang diberikan kurang

memuaskan.

6) Mass tourist, wisatawan yang

tergolong dalam tipe ini melakukan

perjalanan wisata secara kontiyu

sepanjang tahun. Mereka tergolong

orang kelas menengah dan biasanya

menginap pada hotel kecil. Jumlah

wisatawan jenis ini sangat banyak

dengan tinggal di daerah tujuan wisata

beberapa minggu.

7) Charter tourist, Kelompok wisatawan

ini menginginkan kawasan yang maju

dan kosmopolitan dengan berbagai

fasilitas yang lengkap sesuai dengan

kebutuhannya. Biasanya mereka

menggunakan hari liburnya pada

akhir pekan untuk menikmati

keyamanan dan keindahan

lingkungan.

M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N

L o k a s i d a n W a k t u P e n e l i t i a n

Penelitian dilakukan di Monumen

Nasional Jakarta yang berlokasi di Kota

Jakarta Pusat.Waktu Penelitian dilaksanakan

selama 5 bulan, dimulai 27 Agustus 2016

hingga 27 Januari 2017

M e t o d e P e n e l i t i a n

Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode Survey State Preference.Survei dilakukan dengan

cara menyebarkan kuesioner yang berfungsi

untuk mengumpulkan data dari pengunjung

berupa kemampuan membayar dan

keinginan membayar. Perancangan kuesioner

dibagi menjadi empat bagian yaitu

karakteristik responden, ATP, WTP dan

harapan responden.

1. Kuesioner Karakterisktik Pengunjung

Kuesioner ini dirancang untuk

mengetahui karakteristik dari

responden pengunjung Monumen

Nasional Jakarta, dengan

menanyakan umur, jenis kelamin,

jumlah kunjungan, frekuensi

kunjungan, alat transportasi yang

paling sering digunakan, alternatif alat

transportasi yang biasa dipilih, waktu

tempuh menuju Monumen nasional,

posisi tempat tinggal/asal, maksud

perjalanan, jumlah keluarga yang

Page 38: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

137 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

ditanggung dan biaya satu kali

perjalanan ke Monumen Nasional.

2. Kuesioner Ability To Pay (ATP)

ATP adalah kemampuan membayar

dari masyarakat atas imbalan

terhadap barang atau jasa yang

dinikmati berdasarkan pendapatan

yang dianggap ideal. Faktor – faktor

yang digunakan untuk menentukan

ATP adalah total pendapatan

responden, alokasi pendapatan untuk

berwisata, dan alokasi biaya ke

Monumen Nasional.

3. Kuesioner Willingness To Pay (WTP)

WTP dapat didefinisikan sebagai

besaran rata – rata rupiah yang

bersedia dikeluarkan oleh

pengunjung sebagai pembayaran

objek wisata yang

dinikmatinya.Pendekatan yang

digunakan dalam analisis WTP

didasarkan atas harga tiket Monumen

Nasional Jakarta yang

diharapkan.Variabel – variabel yang

digunakan untuk menentukan WTP

terhadap pelayanan Monumen

Nasional Jakarta adalah harga tiket

yang diharapkan, prioritas pelayanan

yang diharapkan, dan kemauan

membayar lebih untuk peningkatan

keamanan.

4. Kuesioner Harapan Responden

Kuesioner ini dirancang untuk

mengetahui penilaian pengunjung

terhadap pelayanan yang

diharapkan.Kuesioner ini digunakan

untuk pemilihan prioritas kualitas

pelayanan.

U n i t A n a l i s i s

Unit analisis dalam penelitian ini adalah

individu yaitu wisatawan domestik yang

berkunjung ke Monumen Nasional Jakarta,

sedang Unit observasi dalam penelitian ini

adalah Monumen Nasional Jakarta.

V a r i a b e l P e n e l i t i a n

Penentuan variabel penelitian pada

Ability To Pay (ATP) yaitu penghasilan

keluarga per bulan, alokasi biaya berwisata,

intensitas berwisata, dan jumlah anggota

keluarga. Sedangkan variabel penelitian

untuk Willingness To Pay (WTP) yaitu

terdiri dari produk yang ditawarkan, kualitas

dan kuantitas pelayanan yang disediakan,

utilitas atau maksud pengunjung terhadap

objek wisata dan penghasilan pengunjung

perbulan. Variabel – variabel ini selanjutnya

akan digunakan untuk membentuk

kuesioner.

S a m p e l

MNJ mempunyai populasi bervariasi,

berbeda karakter dan bersifat heterogen,

maka sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 100 responden

dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel

tersebut dapat mewakili populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah purposive sampling

methode. Syarat-syarat yang ditentukan untuk

responden adalah sebagai berikut :

1) Orang yang sedang berkunjung ke

MNJ dan pernah berkunjung

minimal 1 kali sebelumnya. Hal ini

didasarkan atas asumsi bahwa

Page 39: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

138 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

pengunjung yang sedang berkunjung

dapat memberikan jawaban atas

penilaian secara langsung.

2) Berusia minimal 17 tahun. Hal ini

didasarkan bahwa responden sudah

mandiri dan mampu dalam

memberikan jawaban karena

dianggap telah dewasa.

3) Responden bukan karyawan dari

MNJ

D a t a P r i m e r

Dalam penelitian ini, data primer

didapat dari hasil wawancara dan juga hasil

pengisian kuesioner oleh pengunjung

Monumen Nasional Jakarta.Data yang harus

diisi oleh pengunjung MNJ berupa

karakteristik pengunjung, kemampuan

membayar, keinginan membayar, dan

harapan pengunjung. Kuesioner terlebih

dahulu di disain sedemikian rupa, sehingga

data dapat dikumpulkan dan diolah serta

dianalisis.

D a t a S e k u n d e r

Data internal dalam penelitian adalah

data yang berasal dari MNJ, seperti data

jumlah pengunjung, profil MNJ, data jumlah

pegawai. Sedangkan data eksternal dapat

berupa data yang dipublikasikan secara

umum seperti buku, majalah, internet, koran

dan lain-lain.

M e t o d e A n a l i s i s D a t a

Analisis masalah berdasarkan hasil –

hasil yang didapat dari pengolahan data yang

terdiri dari analisis karakteristik responden,

analisis ATP, analisis WTP. Pengolahan data

ATP dan WTP akan diolah dengan

menggunakan alat bantu Excel dan alat bantu

Statistical Package for Social Science (SPSS)

untuk perhitungan validitas dan reliabilitas,

digunakan SPSS untuk membantu proses

pengolahan data yang berasal dari kuesioner.

1. Analisis Karakteristik Responden

Data karakteristik responden diperoleh

dari kuesioner kemudian dianalisis dan

ditampilkan dalam bentuk tabel, kurva,

dan diagram karakteristik responden.

2. Analisis ATP

Data ATP responden diperoleh dari

kuesioner kemudian dimasukan ke

dalam tabel. Data tersebut dianalisis dan

ditampilkan dalam bentuk diagram ATP

responden. Nilai besaran ATP

responden dihitung dengan

menggunakan rumus ATP pada bab II.

3. Analisis WTP

Data WTP responden yang diperoleh

dari kuesioner kemudian dimasukan

kedalam tabel. Data tersebut dianalisis

dan ditampilkan dalam bentuk diagram

WTP responden. Nilai besaran WTP

responden dihitung dengan

menggunakan rumus WTP pada bab II.

4. Analsis Data Harapan Responden

Data harapan responden yang diperoleh

dari kuesioner dimasukan kedalam

tabel.Data tersebut dianalisis dan

menghasilkan tingkatan prioritas atribut

kualitas jasa harapan responden.

Page 40: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

139 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

S e j a r a h M o n u m e n N a s i o n a l J a k a r t a

Monumen Nasional atau yang populer

disingkat dengan Monas atau Tugu

Monas adalah monumen peringatan setinggi

132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk

mengenang perlawanan dan perjuangan

rakyat Indonesia dalammerebut kemerdekanda

ri pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Pembangunan monumen ini dimulai pada

tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah

presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum

pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini

dimahkotai lidah api yang dilapisi

lembaran emas yang melambangkan

semangat perjuangan yang menyala-nyala.

Monumen Nasional terletak tepat di tengah

Lapangan Medan Merdeka, Jakarta

Pusat.Monumen dan museum ini dibuka

setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00

WIB.Pada hari Senin pekan terakhir setiap

bulannya ditutup untuk umum.

Pembangunan MNJ terdiri atas tiga

tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 -

1964/1965 dengan dimulainya secara resmi

pembangunan pada tanggal 17

Agustus 1961 oleh Presiden Soekarno secara

seremonial menancapkan pasak beton

pertama. Total 284 pasak beton digunakan

sebagai fondasi bangunan. Sebanyak 360

pasak bumi ditanamkan untuk fondasi

museum sejarah nasional. Keseluruhan

pemancangan fondasi rampung pada

bulan Maret 1962.Dinding museum di dasar

bangunan selesai pada bulan Oktober.

Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan

akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.

Pembangunan tahap kedua berlangsung

pada kurun 1966 hingga 1968 akibat

terjadinya Gerakan 30 September sehingga

tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir

berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan

menambahkan diorama pada museum

sejarah. Meskipun pembangunan telah

rampung, masalah masih saja terjadi, antara

lain kebocoran air yang menggenangi

museum. Monumen secara resmi dibuka

untuk umum dan diresmikan pada tanggal 12

Juli 1975 oleh Presiden Soeharto. Lokasi

pembangunan monumen ini dikenal dengan

nama Medan Merdeka. Lapangan Monas

mengalami lima kali penggantian nama

yaitu Lapangan Gambir, Lapangan

Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas,

dan Taman Monas. Di sekeliling tugu

terdapat taman, dua buah kolam dan

beberapa lapangan terbuka tempat

berolahraga. Pada hari-hari libur Medan

Merdeka dipenuhi pengunjung yang

berekreasi menikmati pemandangan Tugu

Monas dan melakukan berbagai aktivitas

dalam taman.

V i s i d a n M i s i M o n u m e n N a s i o n a l J a k a r t a

Visi Monumen Nasional Jakarta adalah

terwujudnya tata pemerintahan yang baik

sebagai jasa dan pusat pemerintahan dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan dan

kenyamanan. Misi yang dijalankan adalah

mengoptimalkan kapasitas kelembagaan

masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan dan pelayanan publik.

M a n f a a t B a g i P e n g u n j u n g

1. Menghayati sejarah perjuangan bangsa

Indonesia, melalui sajian visual dari

adegan diorama diruang Monumen

Nasional.

2. Memelihara kelestarian taman Medan

Merdeka dan jalur MNJ yang berfungsi

Page 41: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

140 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

sebagai unsur penunjang terhadap

keagugan MNJ

3. Meningkatkan penanganan kebersihan

dan keasrian taman Medan Merdeka

sebagai paru – paru Ibu Kota Jakarta

4. Pemanfaatan taman sebagai tempat

rekreasi, kegiatan senam kesegaran

jasmani, kesenian, kebudayaan, dan

kegiatan nasional.

P e n g e l o l a a n d a n S t r u k t u r O r g a n i s a s i

Berdasarkan Peraturan Mentri

Pendidikan dan Kebudayaan nomor 48

tahun 2012, tentang organisasi dan tata kerja

Museum Nasional, pengelolaan wisata MNJ

dibawah kewenangan Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan, DKI Jakarta. Unit pengelola

MNJ dipimpin oleh seorang Kepala Museum

dimana pengangkatannya ditunjuk langsung

oleh Gubernur. Kepala Museum MNJ

membawahi enam bidang, yaitu: Bagian Tata

Usaha, Bidang Pengkajian dan

Pengumpulan, Bidang Perawatan dan

Pengawetan, Bidang Penyajian dan Publikasi,

Bidang Kemitraan dan Promosi, Bidang

Registrasi dan Dokumentasi. Kepala

Museum MNJ dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya berada dibawah naungan dan

bertanggungjawab kepada Kepala Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan.

A n a l i s i s A b i l i t y T o P a y ( A T P )

Dalam analisis ATP pengnjung

Monumen Nasional Jakarta, besarnya nilai

ATP dibuat berdasarkan pendapatan

responden, alokasi pendapatan terhadap

kegiatan wisata, alokasi biaya perjalanan ke

MNJ, dan frekuensi ke MNJ. Pendapatan

responden paling banyak yaitu 17% antara

Rp. 5.000.000 – Rp. 5.999.000, kemudian

16% antara Rp.4.000.000 – Rp. 4.999.000

dan 11% dengan pendapatan Rp.7.000.000 –

Rp. 7.999.000. Rata – rata pendapatan

responden adalah sebesar Rp. 6.026.000.

Hasil lebih lengkap dapat dilihat pada

gambar 4.14

Gambar 4.14 Diagram Pendapatan

Responden

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

ATP minimum responden sebesar

Rp.1.184 dan maksimum sebesar

Rp.416.667. Range ATP responden yang

terbesar yaitu 21% pada Rp.10.000 –

Rp.19.999, kemudian 20% pada Rp.1.000 –

Rp.9.999, dan 15% pada Rp.100.000 –

Rp.199.999. Jika harga tiket Monumen

Nasional Jakarta ditetapkan antara Rp.10.000

– Rp.19.999 maka kemampuan membayar

responden adalah sebesar 79%. Hasil lebih

lengkap dapat dilihat pada gambar 4.15

Gambar 4.15. Diagram ATP Responden

0%20%40%60%80%

100%

Diagram Pendapatan Responden

Pendapatan Persentase Kumulatif

Page 42: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

141 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

A n a l i s i s W i l l i n g n e s s T o P a y ( W T P )

Analisis WTP adalah rata – rata harga /

tarif yang diharapkan, prioritas pelayanan

yang diharapkan, dan kemauan membayar

lebih untuk peningkatan keamanan.Harga /

tarif minimum responden sebesar Rp.5.000

dan harga/tarif maksimum sebesar

Rp.20.000. Harga/ tarif yang diharapkan

responden paling banyak pada range

Rp.20.000 sebesar 46%, kemudian

Rp.10.000 sebesar 27%, dan Rp.15.000

sebesar 18%. Hasil dari harga/tarif yang

diharapkan dapat diliat pada gambar

4.16.Rata- rata harga/tarif yang diharapkan

responden adalah sebesar Rp.15.050.

Gambar 4.16. Diagram Prioritas Pelayanan

Pilihan Responden

Sumber : Data yang diolah Th.2017

Gambar 4.17 Diagram Harga/Tarif yang

diharapkan Responden

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

Harga/Tarif yang diharapkan responden

merupakan WTP awal sebelum adanya

tambahan yang dikeluarkan responden untuk

peningkatan keamanan.Jika harga/tarif MNJ

ditetapkan antara Rp.10.000 – Rp.14.999

85%

90%

95%

100%

ATP Responden

ATP Responden Persentase Kumulatif

82%

84%

86%

88%

90%

92%

94%

96%

98%

100%

< Rp.9000 Rp. 10.000-Rp.14.999

Rp. 15.000-Rp.19.999

Rp. 20.000-Rp.29.999

Tarif MNJ menurut Responden

Tarif MNJ Persentase Kumulatif

Kebersihan &

Kenyamanan

Lingkungan 49%

Kelayakan &

Kelengkapan Fasilitas

19%

Kelengkapan Sarana Informasi

18%

Kemudahan

Menyampaikan Saran

14%

Prioritas Pelayanan Pilihan Responden

Page 43: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

142 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

maka kemauan membayar responden adalah

sebesar 79%. Dan jika harga/tarif MNJ

ditetapkan Rp. 15.000 – Rp.19.999 maka

kemauan membayar responden menjadi

59%.

Kemudian hasil dari kuesioner WTP

yang kedua yaitu prioritas pelayanan yang

diharapkan oleh responden dalam memilih

MNJ sebagai tujuan wisata. Hasil yang

diperoleh dalam penelitian ini, reponden

memperioritaskan pelayanan di MNJ adalah

49% memilih kebersihan dan kenyamanan

lingkungan, 19% kelayakan dan kelengkapan

fasilitas, 18% kelengkapan sarana informasi,

dan 14% kemudahan menyampaikan saran.

Dalam rangka meningkatkan keamanan,

85% responden bersedia membayar lebih

dari harga/tarif yang berlaku dan sisanya 15%

tidak bersedia membayar lebih untuk

peningkatan program keamanan.

Gambar 4.18 Diagram Responden yang

bersedia membayar lebih untuk peningkatan

keamanan

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

Besarnya nilai kemauan membayar lebih

dari responden untuk peningkatan keamanan

yaitu minimum Rp. 0 dan maksimum sebesar

Rp. 10.000. Besarnya nilai kemauan

membayar lebih dari responden untuk

peningkatan keamanan paling banyak pada

range Rp.1.000 – Rp.2.999 sebesar 45%,

kemudian range Rp.3.000 – Rp.4.999 dan

Rp.5.000 – Rp.5.999 sama – sama sebesar

18%, dan range diatas Rp.6000 – Rp.10.000

sebesar 4%. Rata- rata besarnya nilai

kemauan untuk membayar lebih dari

responden untuk peningkatan keamanan

adalah sebesar Rp.2.570. Besarnya nilai

kemauan membayar lebih dari responden

untuk peningkatan keamanan merupakan

nilai WTP.

Gambar 4.19 Diagram WTP Responden

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

Berdasarkan gambar 4.19 diketahui

bahwa range Harga/Tarif yang realistis bagi

responden untuk harga tiket masuk MNJ

adalah sekitar Rp.20.000 – Rp.29.999.

Semakin tinggi harga/tarif yang akan

diberlakukan, maka semakin rendah

kemauan responden membayar lebih untuk

peningkatan program keamanan MNJ.

Dengan adanya kemauan membayar lebih

dari responden untuk peningkatan keamanan

maka nilai WTP responden menjadi naik

dengan nilai WTP minimum sebesar <

85%

15%

Responden yang bersedia membayar lebih

untuk peningkatan keamanan

Ya

Tidak

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

< Rp.9000 Rp. 10.000-Rp.14.999

Rp. 15.000-Rp.19.999

Rp. 20.000-Rp.29.999

WTP Responden

Tarif MNJ

Biaya yang ditambahkan untuk program keamanan

Page 44: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

143 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

Rp.9.000 dan maksimum menjadi

Rp.29.999.

Analisa dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh ATP dan WTP

terhadap harga/tarif yang ditetapkan.Dari

gambar 4.20 dapat dilihat bahwa semakin

tinggi harga/tarif yang ditetapkan maka

semakin rendah persentase ATP dan WTP

responden.Persentase WTP responden lebih

cepat menurun daripada ATP responden.

Pada saat harga/tarif yang ditetapkan diatas

Rp.30.000, maka persentase WTP

responden menjadi 8% atau dengan kata lain

kemauan responden membayar lebih untuk

peningkatan keamanan MNJ berkurang.

Namun presentase ATP masih sebesar 41%,

artinya bahwa masih ada 41% responden

mempunyai kemampuan membayar

terhadap harga/tarif MNJ.

Gambar 4.20 Diagram ATP dan WTP

terhadap Harga/Tarif MNJ

Sumber : Data yang diolah Th. 2017

Jika harga/tarif yang ditetapkan sebesar

Rp.20.000 – Rp.29.999 maka ATP

responden 52% dan WTP responden 10%.

Ini berarti bahwa presentase pengunjung

MNJ yang akan mengunjungi MNJ jika

berdasarkan presentase terkecil dari ATP

dan WTP sebesar 10%.

Jika harga/tarif yang ditetapkan

sebesar Rp.15.000 – Rp.19.999 maka ATP

responden 67% dan WTP responden 59%.

Ini berarti bahwa presentase pengunjung

MNJ yang akan mengunjungi MNJ jika

berdasarkan presentase terkecil dari ATP

dan WTP sebesar 59%.

Jika harga/tarif yang ditetapkan

sebesar Rp.10.000 – Rp.14.999 maka ATP

responden 87% dan WTP responden 79%.

Ini berarti bahwa presentase pengunjung

MNJ yang akan mengunjungi MNJ jika

berdasarkan presentase terkecil dari ATP

dan WTP sebesar 79%.

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Berdasarkan analisis hasil penelitian

pada Bab IV, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Estimasi nilai Ability To Pay (ATP)

pengunjung Monumen Nasional

Jakarta adalah rata – rata Rp. 73.750

dengan median Rp. 27.619 dan

Willingness To Pay (WTP)

pengunjung Monumen Nasional

Jakarta adalah rata – rata Rp.17.620

dengan median Rp. 20.000.

2. Skenario penetapan harga/tarif

Monumen Nasional Jakarta

berdasarkan nilai ATP dan WTP :

a) Jika ditetapkan harga/ tarif pada

tiket Monumen Nasional Jakarta

sebesar Rp.20.000 s/d 29.999,

maka kemampuan membayar

pengunjung MNJ sebesar 52%

mempengaruhi kemauan untuk

membayar lebih untuk peningkatan

keamanan MNJ sebesar 10%.

0%20%

40%

60%80%

100%120%

ATP dan WTP Terhadap Tarif

WTP Responden ATP Responden

Page 45: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

144 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

b) Jika ditetapkan harga/ tarif pada

tiket Monumen Nasional Jakarta

sebesar Rp.15.000 s/d 19.999,

maka kemampuan membayar

pengunjung MNJ sebesar 67%

mempengaruhi kemauan untuk

membayar lebih untuk peningkatan

keamanan MNJ sebesar 59%.

c) Jika ditetapkan harga/ tarif pada

tiket Monumen Nasional Jakarta

sebesar Rp.10.000 s/d 14.999,

maka kemampuan membayar

pengunjung MNJ sebesar 87%

mempengaruhi kemauan untuk

membayar lebih untuk peningkatan

keamanan MNJ sebesar 79%.

3. Persentase responden bersedia

membayar lebih dari harga/tarif tiket

untuk peningkatan keamanan sebesar

85%

4. Prioritas dimensi kualitas pelayanan

yang diharapkan oleh responden

yaitu kebersihan dan kenyamanan

lingkungan Monumen Nasional

Jakarta, kondisi kelayakan dan

kelengkapan fasilitas pendukung,

kelengkapan sarana informasi dan

brosur.

S A R A N

Berdasarkan hasil penelitian dan

kesimpulan di atas, maka peneliti

merekomendasikan untuk manajemen

Monumen Nasional Jakarta sebagai berikut :

1. Kualitas pelayanan merupakan tingkat

keunggulan yang diharapkan dapat

memenuhi harapan pengunjung. Untuk

dapat meningkatkan kepuasan

pengunjung maka pihak manajemen

MNJ harus lebih meningkatkan kualitas

pelayanan. Untuk dapat meningkatkan

kualitas pelayanan, maka pihak

manajemen harus dapat

memperhatikan hal-hal sebagai berikut

:

a) Perlu adanya peningkatan fasilitas

MNJ, seperti ditambahnya musholla,

diperbanyak jumlah tempat sampah

dan tempat berteduh.

b) Perlu adanya peningkatan dari segi

kemanan MNJ, seperti perlu

penambahan pos satpam di beberapa

titik tertentu, dan disetiap titik lokasi

disediakan petugas penjaga, serta

menambah armada patroli. Kemanan

MNJ harus lebih diperketat terutama

saat hari libur atau hari besar lainnya

dimana jumlah pengunjuk melonjak.

Selain itu, menurut responden

keberadaan pedagang asongan harus

ditertibkan, karena mengganggu

rekreasi mereka.

c) MNJ juga perlu memperbaiki papan

penunjuk lokasi yang kurang jelas

terlihat dan harus diperbaharui agar

meminimalisasi pengunjung tersesat.

Selain itu, diharapkan juga terdapat

peta wisata atau denah objek wisata di

MNJ yang diberikan kepada

pengunjung.

d) Dari segi pelayanan petugas MNJ

perlu diperbanyak lagi. Kesadaran,

ketanggapan,pemahaman serta

perhatian khusus dari para petugas

terhadap masalah ataukeluhan dari

para pengunjung juga menjadi faktor

penting yang perludiperhatikan dalam

usaha meningkatkan kepuasan

pengunjung.

2. MNJharus melakukan penelitian secara

bertahap dan mendalam mengenai

kondisi pendapatan mereka. Jika

dibandingkan dengan meusem sejarah

lainnya yang berada di DKI Jakarta, MNJ

perlu merancang sebuah harga tiket yang

Page 46: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.1, No. 1,p.129-145

@STPS 2017, All Rights Reserved

145 J-STP Vol.2 No.2 | Juni 2017

sesuai dengan biaya operasionalnya.

Fungsinya adalah untuk membantu

mereka dalam mencapai

keuntungan.Untuk meningkatkan jumlah

pendapatannya, MNJ perlu menaikkan

harga, menurunkan biaya operasional

atau dengan melakukan kerjasama

sponsorship.

D A F T A R P U S T A K A

Badan Pusat Statistik (BPS Pusat). (2016)

:Statistik Jumlah Wisatawan

Mancanegara dan Wisatawan

Nusantara 2011-2016 dan Pengeluaran

Wisatawan, Jakarta : BPS Pusat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI

Jakarta. (2016) :Jakarta Dalam Angka,

Jakarta : BPS.

BLUD Monumen Nasional. (2016) :Data

Pengunjung dan Realisasi Pendapatan,

Jakarta : MNJ.

Briggs, Susan. (2009) :Marketing for The

Tourism and Leisure, Sydney,

Australia.

Cooper, et al. (1998) :Tourism Principles

and Practice, 2nd ed, New York :

Prentice Hall.

Cronin, J.J. & Taylor S.A.(1994) :

SERVPERF Versus SERVQUAL:

Reconciling Performance-Based and

Perception-Minus-Expectations

Measurement of Service Quality,

Journal of Marketing. 58 (January),

hal.125-131.

Damanik, J dan Weber, H. (2006)

:Perencanaan Ekowisata dari Teori ke

Aplikasi, Yogyakarta :Andi.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

DKI Jakarta. (2016) :Data

Kepariwisataan, Jakarta : BPS.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi

DKI Jakarta. (2016) :Data Kunjungan

Obyek Wisata di Jakarta, Jakarta :

BPS.

Ismayanti. (2010) :Pengantar Pariwisata,

Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Muljadi. (2009): Kepariwisataan dan

Perjalanan, Jakarta : Raja Grafindo

Persada

Sekaran, Uma. (2006) :Metodologi Penelitian

Untuk Bisnis, Jakarta : Salemba Empat.

Spillane, J. (2002) :Ekonomi Pariwisata

Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta :

Kanisus.

Sugiyono, (2012) :Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D,cetakan

16 Bandung : Alfabeta.

Wahab, S. (1992) :Manajemen

Kepariwisataan, Jakarta : PT Pradnya

Paramita.

Warpani, Suwardjoko, P. (2007) :Pariwisata

dalam Tata Ruang Wilayah, Bandung :

ITB

Yoeti, Oka A. (1990) : Pengantar Ilmu

Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Page 47: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

146 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

PENGARUH EXPERIENTAL MARKETING TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN DI HOTEL ARYADUTA LIPPO VILLAGE KARAWACI

Effect of Experiental Marketing Towards Customer Loyalty In Aryaduta Hotel

Lippo Village Karawaci

Ramon Hurdawaty, Dimas Widianto

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Saat ini dalam persaingan bisnis perhotelan semakin ketat. Hotel Aryaduta Lippo Village, yang

telah dibangun sejak tahun 1994 diharuskan melakukan upaya untuk menjaga pelanggan. Salah

satu strategi yang bisa mereka lakukan adalah memberikan pengalaman berkesan saat menginap

atau menggunakan produk Hotel Aryaduta Lippo Village. Karena itu Hotel Aryaduta Lippo

Village bisa menggunakan salah satu strategi pemasaran yang disebut experiental marketing

untuk menjaga loyalitas pelanggan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

experience marketing terhadap loyalitas pelanggan Aryaduta Lippo Village Hotel. Peneliti

menggunakan kuesioner dengan seratus sampel responden tamu Aryaduta Lippo Village Hotel

Karawaci. Kemudian hasil kuesioner dari data analisis metode kuantitatif meliputi uji validitas

dan reliabilitas, uji asumsi klasik, regresi linier sederhana, uji analisis korelasi Spearman,

koefisien determinasi pengujian dan pengujian hipotesis via uji t. Data yang telah memenuhi uji

validitas, reliabilitas dan asumsi klasik diolah untuk menghasilkan persamaan regresi sebagai

berikut: Y = 1.114 + 0,185X. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji t, t (13.188)> t

tabel (1.985) adalah hipotesis yang terbukti secara signifikan variabel bebas variabel terikat

experiential marketing mempengaruhi loyalitas pelanggan. Angka Koefisien Determinasi

menunjukkan bahwa 66,4% experiential marketing mempengaruhi loyalitas pelanggan

sedangkan sisanya 33,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan di Hotel Aryaduta Lippo Village Karawaci,

experiential marketing berpengaruh terhadap peningkatan loyalitas pelanggan di Hotel Aryaduta

Lippo Karawaci.

Kata kunci : Experience marketing, loyalitas pelanggan

ABSTRACT

Nowadays in the hospitality business competition has becomes increasingly tight. Hotel

Aryaduta Lippo Village, which has built since 1994 are required to make efforts to maintain the

customers. One of strategy that can they do is give a memorable experience while staying or

using product of Hotel Aryaduta Lippo Village. Therefore Hotel Aryaduta Lippo Village can

use one of marketing strategy called experiental marketing to maintain the loyalty of the

customers. This research aims was to know influence of experiental marketing on customer

loyalty of Aryaduta Lippo Village Hotel. Researcher using a questionnaire with one hundred

sample of respondents guest Aryaduta Lippo Village Hotel Karawaci. Then the results of

questionnaires from quantitative method analysis data included the test of validity and reliability,

the classic assumption test, simple linear regression, Spearman correlation coefficient analysis

test, test determination coefficient and hypothesis testing via t test. The data that have met the

test of validity, reliability and classical assumption is processed to produce a regression equation

as follows: Y = 1.114 + 0,185X. Based on the results of testing hypotheses by t test, t (13.188) > t

table (1.985) is the hypothesis proved to be significantly independent variable dependent

variable experiential marketing affect customer loyalty. Coefficient Determination figures show

that 66.4% experiential marketing affect customer loyalty while the remaining 33.6% are

influenced by other factors not examined in this study. Thus, the results of this study indicate at

Page 48: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

147 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Hotel Aryaduta Lippo Village Karawaci, experiential marketing has the effect to increase

customer loyalty at Hotel Aryaduta Lippo Karawaci.

Keywords: Experiental Marketing, Customer Loyalty

Riwayat Artikel :

Diajukan: 08 Mei 2017

Direvisi: 17 Mei 2017

Diterima: 29 Mei 2017

P E N D A H U L U A N

Indonesia merupakan Negara yang

memiliki ribuan pulau dengan kekayaan

alam serta keanekaragaman budaya yang

membuat Indonesia menjadi salah satu

daerah tujuan wisata dunia. Pariwisata

Indonesia sendiri merupakan salah satu

sektor yang cukup menguntungkan, selain

menambah devisa Negara juga dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di

daerah sekitar objek wisata tersebut.

Berkembang pesatnya industri

pariwisata baik dalam jumlah maupun dalam

kualitas pelayanan mengakibatkan timbulnya

persaingan yang ketat dalam menarik

pelanggan untuk menginap maupun untuk

memanfaatkan fasilitas yang tersedia di

hotel.

Menghadapi persaingan ini maka

setiap pengelola hotel maupun perusahaan

yang bergerak di bidang jasa, dituntut untuk

mampu memberikan ide-ide kreatif yang

dapat menarik bagi pelanggan, sehingga apa

yang diinginkan pelanggan dapat dipenuhi

dengan baik sehingga dapat memenangkan

persaingan.

Menurut Stanton (2001:7), Pemasaran

adalah suatu sistem keseluruhan dari

kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan

untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan

barang atau jasa yang memuaskan

kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial.

Oleh karena itu pengelola bisnis

perhotelan seharusnya tidak saja melakukan

kegiatan berpromosi, namun mampu

merealisasikan produk sesuai dengan apa

yang dilihat pelanggan dalam promosi

tersebut. Sehingga produk dapat tertanam

dalam benak pelanggan dengan cara

menyentuk sisi emosional para pelanggan.

Konsep pemasaran yang digunakan

untuk mempengaruhi sisi emosional dari

pelanggan itu sendiri adalah melalui konsep

experiental marketing. Menurut Bernd H.

Schmitt (2000:22) experiental marketing

adalah kemampuan dari produk dalam

menawarkan emosi hingga menyentuh hati

dan perasaan pelanggan. Experiental

marketing dapat berguna untuk

membedakan produk mereka dari produk

pesaing, menciptakan identitas produk,

meningkatkan inovasi serta menciptakan

pelanggan yang loyal akan produk tersebut.

Loyalitas pelanggan pada sebuah

produk akan mendatangkan keuntungan

sendiri terhadap pendapatan perusahaan.

Menurut Tjiptono (2000:110) loyalitas

pelanggan adalah komitmen pelanggan

terhadap suatu merek, toko atau pemasok

berdasarkan sifat yang sangat positif dalam

pembelian jangka panjang.

Saat ini di kota Tangerang banyak

didirikan hotel-hotel yang membuat

persaingan bisnis hotel di kota Tangerang

akan semakin ketat, sehingga membuat

pelanggan memiliki banyak pilihan untuk

menginap ataupun menyewa gedung untuk

dijadikan tempat rapat dan pesta.

Setiap hotel akan saling berpacu untuk

mendapatkan banyak pelanggan dengan cara

meningkatkan pelayanan, begitu pula yang

dilakukan Hotel Aryaduta

Lippo Village untuk menghadapi

pesaingnya seperti Hotel Atria Gading

Serpong, Hotel Mercure Alam Sutra,

Hotel Novotel Cikokol.

Page 49: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

148 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Setiap hotel dituntut untuk memiliki

kepekaan untuk mampu memenuhi apa

yang diinginkan oleh pelanggan yang

datang. Hal yang membuat keunggulan

Hotel Aryaduta Lippo Village adalah

mereka berdiri terlebih dahulu sejak

tahun 1994 sebelum para pesaingnya,

sehingga memiliki pelanggan yang loyal

untuk terus menggunakan produk dari

hotel Aryaduta Lippo Village merupakan

salah satu cara agar mampu bertahan

menghadapi banyaknya pesaing baru di

kota Tangerang.

E x p e r i e n t a l M a r k e t i n g

Konsep experiental marketing pertama

kali diperkenalkan oleh Pine & Gilmore

dalam karyanya Experience Economy

(1997) menyatakan bahwa experiental

marketing dikatakan terjadi ketika sebuah

perusahaan sengaja menggunakan jasa

sebagai sebuah panggung dan barang sebagai

alat peraganya, sedikit banyak melibatkan

pelanggan dalam menciptakan suatu hasil

yang mengesankan, yaitu pengalaman positif

bagi pelanggan dengan barang dan jasa yang

dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

Experiental Marketing tidak hanya

sekedar menawarkan feature & benefit dari

suatu produk untuk menenangkan hati

pelanggan, tetapi juga harus dapat

memberikan sensasi dan pengalaman yang

baik yang kemudian akan menjadi basis dan

dasar bagi loyalitas pelanggan. Menurut

Kartajaya (2004:163) :

“Experiental Marketing adalah suatu konsep pemasaran yang bertujuan untuk membentuk pelanggan yang loyal dengan cara menyentuh emosi pelanggan dengan menciptakan pengalaman-pengalaman positif dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap produk dan jasa”.

F a k t o r E x p e r i e n t a l M a r k e t i n g

Salah satu inti utama dari

experiential maketing adalah penciptaan

berbagai jenis pengalaman yang berbeda

bagi pelanggan.Tipe-tipe pengalaman ini

dapat disebut dengan SEMs (Strategic Experiential Modules). Strategic experiential models (SEMs) merupakan bentuk dasar dari experiential marketing.

Pengalaman dapat dibagi menjadi

beberapa tipe yang masing-masing tidak

dapat dipisahkan struktur dan prosesnya.

5 bentuk dasar dari kerangka experiential

marketing yaitu :

P a n c a i n d e r a ( S e n s e )

Menurut Rini (2009:16) “Sense adalah aspek-aspek yang berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap oleh kelima indera manusia,meliputi pandangan (sight),suara (sound),bau (smell), rasa (taste) dan sentuhan (touch)”.

Sense marketing merupakan salah satu

cara bagi pelanggan untuk

mendiferensiasikan suatu produk, untuk

memotivasi pelanggan dan meningkatkan

nilai produk atau jasa dalam benak

pelanggan. Menurut Rini (2009:16)

berpendapat bahwa indera manusia dapat

digunakan selama fase pengalaman (pra

pembelian, pembelian dan sesudah

pembelian) dalam mengkonsumsi sebuah

produk atau jasa. Hotel biasanya

menerapkan unsur sense dengan menarik

perhatian pelanggan melalui hal-hal yang

mencolok, dinamis, dan meninggalkan

kesan yang kuat.

Ada tiga tujuan strategi dalam

memotivasi sense marketing menurut

Schmitt (2000:109), yaitu :

1) Panca Indera sebagai pembeda produk

Page 50: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

149 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Panca Indera dapat digunakan

sebagai pembeda produk karena

pelanggan dapat melihat perbedaan

produk melalui sebuah desain,

komunikasi dan tempat dijualnya

produk sehingga dapat

memunculkan ingatan tersendiri bagi

pelanggan akan ciri-ciri produk

tersebut.

2) Panca Indera sebagai motivasi untuk

membeli produk Panca Indera dapat digunakan untuk memotivasi pelanggan

membeli produk karena melalui

peristiwa atau pengalaman yang telah

dilewati oleh panca indera akan

membuat pelanggan termotivasi

untuk membeli sebuah produk.

3) Panca Indera sebagai Nilai Tambah

Panca indera dapat digunakan untuk

meningkatkan nilai tambah kepada

pelanggan untuk menilai suatu

produk. Perusahaan harus

mengetahui tipe sense yang menjadi

keinginan pelanggan dan dapat

memberinya dampaknya dari

rangsangan indera tersebut.

Bernd H Schmitt (2000:99)

mengungkapkan bahwa tujuan dari sense

marketing adalah memberikan kesan keindahan, kesenangan, kecantikan dan

kepuasan melalui stimulasi sensori. Sense

marketing dapat digunakan oleh sebuah hotel untuk mendiferensiasikan produk atau

jasanya, memotivasi pelanggan untuk

membeli produk tersebut serta memberikan

nilai.

Sense marketing dapat dilakukan melalui model S-P-C (Stimuly, Processes, Consequence). Stimuly yaitu bagaimana panca indera dirangsang sehingga dapat

menggambarkan atau mengingatkan

produk serta menjadikannya sesuatu yang

berarti. Lalu processes berkaitan dengan

bagaimana kelima indera dirangsang.

Tahap terakhir adalah consequences yaitu dampak atau perasaan yang timbul

dari adanya proses yang telah dilalui

seperti perasaan senang dan

kegembiraan.

P e r a s a a n ( F e e l )

Setelah lima indera (sense) dirangsang

dengan baik, selanjutnya adalah bagaimana

membuat pelanggan agar merasa feel good

terhadap produk sehingga dapat

menimbulkan pikiran dan opini yang positif.

Menurut Schmitt (2000:118) Feel marketing

menarik perasaan dan emosi pelanggan,

dengan tujuan menciptakan pengalaman

afektif dari suasana hati positif terkait dengan

merek, sampai emosi yang kuat dari

kegembiraan dan kebanggaan.

Menurut Rini (2009:16) :

“Iklan yang bersifat feel good biasanya digunakan untuk membuat

hubungan dengan pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan”.

Ketika pelanggan merasa senang

terhadap produk yang ditawarkan, maka

pelanggan akan menyukai produk dari hotel

tersebut, namun sebaliknya jika pelanggan

tidak senang dengan produk yang

ditawarkan makan akan meninggalkan

produk dan hotel tersebut.agar pelanggan

mendapatkan feel yang kuat terhadap suatu

produk pihak hotel harus melibatkan

perasaan dan emosi dalam menjual

produknya. Pihak hotel harus benar-benar

memberikan pengalaman baik yang tak

terlupakan sehingga berdampak positif

terhadap loyalitas pelanggan.

Menurut Kartajaya (2006:228)

dalam mengelola perasaan pelanggan ada

dua hal yang harus diperhatikan, yaitu mood dan emotion. Keduanya termasuk dalam

strategi pemasaran menggunakan

pengalaman yang afektif, lalu menurut

Schmitt (2000:122) Affective experience adalah tingkat pengalaman yang merupakan

perasaan yang bervariasi dalam intensitas,

mulai dari perasaan yang positif atau

Page 51: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

150 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

pernyataan mood yang negatif sampai emosi

yang kuat sehingga perlu dipahami dan

diperhatikan secara berikut :

1) Suasana hati (moods)

Moods merupakan affective yang

tidak spesifik. Suasana hati dapat

dibangkitkan dengan cara

memberikan stimulus yang spesifik.

Suasana hati seringkali mempunyai

dampak yang kuat terhadap apa yang

diingat pelanggan.

2) Emosi (emotion)

Emosi ini lebih kuat dibandingkan

suasana hati dan merupakan

pernyataan afektif dari stimulus yang

spesifik, misalnya marah, irihati dan

cinta. Emosi-emosi tersebut selalu

disebabkan oleh

sesuatuatauseseorang (orang,

peristiwa, perusahaan, produk, atau

komunikasi).

Berdasarkan pengertian diatas dapat

disimpulkan bahwa feel marketing

merupakan upaya dari perusahaan untuk

mengikat emosi dari pelanggan melalui

produk yang dijual untuk membentuk suasana hati dan emosi yang menyenangkan

bagi pelanggan.

P i k i r a n ( T h i n k )

Menurut Schmitt (2000:138) faktor

think merupakan tipe pengalaman yang

mengajak pelanggan untuk menciptakan

kesadaran (cognitive), pengalaman untuk

memecahkan masalah sehingga berpikir

kreatif.

Menurut Rini (2009:17) :

“melalui aspek think perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara memberikan problem solving experiences dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi secara kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk”.

Pelanggan yang berpikir kreatif akan

suatu produk akan menghasilkan suatu

ketertarikan terhadap produk dan

menunjukkan bahwa iklan yang dilakukan oleh perusahaan berhasil karena

memperoleh perhatian dari pelanggannya

Tujuan dari think adalah untuk

mempengaruhi pelanggan agar terlibat

dalam pemikiran yang kreatif yang

berdampak pada evaluasi ulang terhadap

perusahaan, produk dan jasanya.

T i n d a k a n ( A c t )

Act bertujuan untuk memengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi

pelanggan.menurut ( Schmitt 2000:154)

Pemasaran melalui faktor ini bertujuan

untuk menciptakan pengalaman fisik,

gaya hidup pelanggan dalam

hubungannya kepada pelanggan lain

dalam melakukan interaksi.

Act bertujuan untuk memengaruhi perilaku, gaya hidup dan interaksi

pelanggan.menurut ( Schmitt 2000:154)

Pemasaran melalui faktor ini bertujuan

untuk menciptakan pengalaman fisik,

gaya hidup pelanggan dalam

hubungannya kepada pelanggan lain

dalam melakukan interaksi.

Menurut kartajaya (2004:164) act adalah

salah satu cara untuk membentuk persepsi

pelanggan terhadap produk dan jasa yang

terkait. Act mempengaruhi tindakan

pelanggan karena opini pelanggan lain. Hal

ini dapat memberikan hal positif terhadap

loyalitas pelanggan mengingat produk atau

jasa sesuai dengan gaya hidupnya.

H u b u n g a n ( R e l a t e )

Faktor terakhir dari experiental marketing adalah relate yang merupakan kombinasi dari empat faktor sebelumnya

serta menitik beratkan pada penciptaan

persepsi positif dimata pelanggan (Schmitt

2000:171). Relate menghubungkan

pelanggan secara individu dengan komunitas

atau budaya. Faktor ini dapat memberikan

pengaruh yang positif dan negatif terhadap

loyalitas pelanggan.

Page 52: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

151 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Ketika relate mampu membuat

pelanggan disukai oleh lingkungan atau

komunitasnya maka akan berdampak

akan kembalinya pelanggan untuk tetap

menggunakan produk namun sebaliknya

jika produk tidak disukai di

komunitasnya, pelanggan akan berhenti

menggunakan produk. Menurut Schmitt

(2000:68) relate menghubungkan

pelanggan dengan sistem sosial yang lebih

luas (subkultur, negara) yang membangun

brand yang kuat dan komunitas brand.

Kelima faktor tersebut disampaikan

kepada pelanggan melalui experience provider yang terdiri dari :

1) Komunikasi

Dalam hal ini komunikasi dapat

berbentuk seperti iklan, brosur dan

public relation. 2) Identitas verbal maupun visual

Identitas perusahaan melalui sebuah

nama dan logo perusahaan.

a) Tampilan produk

Desain produk dan bentuk

kemasan

b) Co-Branding

Kerjasama perusahaan dalam

berbagai bentuk seperti event marketing, sponsoship, partnership dan product placement.

c) Tempat penjualan

Desain gedung perusahaan

baik interior maupun

eksterior

d) Website dan media elektronik Media informasi secara

online sehingga pelanggan tidak harus selalu walk-in untuk mendapatkan

informasi e) People

Orang-orang yang terkait

dalam perusahaan tersebut sepertitenagapenjual produk, perwakilan

perusahaan dan penyedia

layanan dari perusahaan

tersebut.

Secara keseluruhan, perusahaan yang

,menerapkan experiental marketing harus

dapat menyampaikan kelima faktor

experiental melalui experience provider yang telah disebutkan. Hal ini dapat

menciptakan loyalitas pada pelanggan

karena suatu produk tidak dilihat dari

diferensiasi produk tersebut namun

diferensiasi dalam emosi yang didapat

setelah menggunakan produk.

M a n f a a t E x p e r i e n t a l M a r k e t i n g

Experiental marketing dapat dimanfaatkan secara efektif dalam situasi

tertentu dan menjadi strategi yang tepat dalam mempertahankan pelanggan.

Menurut Schmitt (2000:34) ada beberapa

manfaat dari experiental marketing antara

lain :

a. Membangun kembali sebuah produk

yang sedang mengalami penurunan. b. Untuk menjadi diferensiasi produk

dengan pesaing.

c. Membangun citra dan identitas bagi

perusahaan. d. Untuk mempromosikan inovasi. e. Untuk mendorong percobaan,

pembelian dan loyalitas pelanggan.

Menurut Schmitt dalam Rogers (2008:133)

dalam bisnis hotel yang menjual hanya satu

produk yaitu kamar, maka keuntungan yang

akan diperoleh sedikit. Jika menjual

berbagai produk seperti kamar dan makan

atau minum di hotel tersebut dikemas

secara menarik maka keuntungan yang akan

diperoleh akan meningkat. Jika produk

hotel tersebut telah dikemas secara menarik

dan ditambahkan nilai didalamnya berupa

servis dan pelayanan yang baik maka

keuntungan yang didapat menjadi lebih

meningkat.

Pada akhirnya jika suatu hotel dapat

memasarkan sebuah produknya dengan

menggunakan konsep experiental marketing dengan baik keuntungan yang

Page 53: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

152 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

diperoleh menjadi lebih besar

dibandingkan dengan menjual sebuah

produk dengan sekedar kemasan atau

pelayananannya saja.

L o y a l i t a s p e l a n g g a n

Seperti yang telah diketahui

bahwa tujuan untuk membuka sebuah

bisnis adalah untuk mendapatkan

keuntungan dari produk yang dibeli oleh

para pelanggan. Pelanggan yang puas

dengan pengalaman yang telah didapat

dari hasil penggunaan produk atau jasa

yang diberikan akan mencoba mengulang

kembali mendapatkan pengalaman

tersebut dengan cara membeli produk

atau jasa yang dijual. Menurut Kotler

(2005:18) loyalitas pelanggan adalah suatu

pembelian ulang yang dilakukan oleh

seorang pelanggan karena komitmen

pada suatu merek atau perusahaan.

K a r a k t e r i s t i k l o y a l i t a s p e l a n g g a n

Menurut Griffin (2005:31) ada 4

karakteristik pelanggan yang loyal yaitu : a. Melakukan pembelian berulang secara

teratur. Pelanggan yang telah melakukan

pembelian suatu produk sebanyak dua

kali atau lebih. b. Membeli antar lini produk dan jasa.

Pelanggan membeli semua barang dan

jasa yang ditawarkan. Pelanggan percaya

kepada perusahaan karena produk yang

mereka jual disukai. c. Merekomendasikan kepada orang lain.

Pelanggan akan merekomendasikan

produk tersebut kepada rekan dan

keluarga agar menggunakan produk atau

jasa seperti yang ia lakukan.

d. Menunjukkan kekebalan terhadap

produk lain.

M a n f a a t l o y a l i t a s p e l a n g g a n

Menurut Griffin (2005:11) semakin

lama loyalitas pelanggan terhadap suatu

produk akan meningkatkan laba yang

diperoleh perusahaan. Loyalitas dapat

memberikan manfaat untuk perusahaan

yaitu :

1. Mengurangi biaya pemasaran, karena

biaya mempertahankan pelanggan

lebih murah dibandingkan mencari

pelanggan baru. 2. Menurunkan biaya transaksi karena

tidak perlu lagi mengeluarkan biaya

untuk membuat negosiasi kontrak

dan pembuatan akun baru. 3. Menurunkan biaya turnover

pelanggan karena tingk.at kehilangan

pelanggan yang rendah. 4. Menaikkan penjualan yang akan

memperbesar pangsa pasar

perusahaan. e. Pemberitaan produk dari mulut ke

mulut menjadi lebih positif, dengan

asumsi bahwa pelanggan yang loyal

merasa puas f. Biaya kegagalan,seperti mengganti

produk yang rusak.

A n a l i s i s D a t a

Dari hasil kuesioner yang diberikan ke

responden harus melewati beberapa

pengujian dahulu sebelum dapat

digunakan sebagai bahan acuan penelitian

dengan uji validitas, reliabilitas dan

asumsi klasik Analisis regresi linier

sederhana digunakan untuk mengetahui

pengaruh dari peningkatan atau

penurunan variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Koefisien Determinasi digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh dari

variabel bebas terhadap variabel terikat.

Page 54: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

153 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

Model

Unstandardiz

ed

Stan

dar t

Si

g.

Coefficients dized

Coeff

ic

ients

B

Std

. Beta

Err

or

(Constant)

1.11

4

1.12

0 .9

95

.3

22

1 Experienta

l .185 .014 .800

13

.1 .0

00

marketing 88

Dependent Variable: Loyalitas tamu Hotel Aryaduta Karawaci

Hasil pengujian regresi linier

sederhana menunjukkan variabel

experiental marketing mempunyai pengaruh positif terhadap loyalitas

pelanggan di Hotel Aryaduta Lippo

Village yang berarti semakin baik

penerapan experiental marketing akan

meningkatkan loyalitas pelanggan dengan

persamaan regresi sebagai berikut : Y =

1,114 + 0,185X.

Hasil koefisien korelasi spearman menunjukkan pengaruh experiental marketing terhadap loyalitas pelanggan adalah 0.815 yang berarti mempunyai

keeratan hubungan yang kuat antara

experiental marketing dengan loyalitas pelanggan.

Hasil Uji Koefisien Determinasi

yang diperoleh sebesar 0,664 yang berarti

bahwa 66,4% variabel experiental marketing mempengaruhi Loyalitas pelanggan, sedangkan sisanya dipengaruhi

variabel lain seperti kondisi kesehatan

pelanggan.

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Dalam penelitian tentang “Pengaruh

Experiental Marketing Terhadap Loyalitas

Pelanggan Hotel Aryaduta Lippo Village”

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara variabel Pengaruh experiental marketing (X) terhadap Loyalitas tamu

(Y) di Hotel Aryaduta Lippo Village

terbukti dari hasil koefisien korelasi

sebesar 0.815 Berdasarkan nilai

interval koefisien korelasi dan kekuatan

hubungan pada interval koefisien 0,80

– 1,000 memiliki tingkat hubungan

yang Sangat Kuat. Artinya semakin baik

experiental marketing yang diberikan

maka akan semakin meningkat loyalitas

pelanggan yang didapat

2. Berdasarkan hasil uji koefisien

determinasi adalah 66,4%. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengaruh variabel

experiental marketing terhadap

loyalitas pelanggan sebesar 66,4%

sedangkan sisanya 33,6% ditentukan

oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan ke dalam penelitian ini

S a r a n

Berdasarkan hasil kuisioner yang

memberikan responden kebebasan untuk

menilai Hotel Aryaduta Lippo Village, maka

saran- saran yang dapat diberikan sebagai

berikut : 1. Hotel Aryaduta Lippo Village perlu

meningkatkan kesejukan kamar di hotel

dapat dengan cara melakukan perawatan

pendingin ruangan yang digunakan. Hal

ini bertujuan untuk meningkat nilai sub

variabel sense dari experiental marketing, sehingga diharapkan dapat memberikan

kenyaman pada tamu.

2. Hotel Aryaduta Lippo Village perlu

meningkatkan kebersihan kamar di

Page 55: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2 No. 2,p.146-154

@STPS 2017, All Rights Reserved

154 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

hotel dapat dengan cara meningkat

ketelitian staff 3. Housekeeping dalam membersihkan

ruangan yang digunakan. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan

kenyamanan tamu saat menginap.

4. Hotel Aryaduta Lippo Village perlu

meningkatkan kreatifitas dan inovasi

baru agar promo yang ditawarkan

menarik. Hal ini bertujuan untuk

meningkatkan experiental marketing kepada tamu yang datang ke Hotel

Aryaduta Lippo Village.

D A F T A R P U S T A K A

Schmitt, Bernd H. (2000), Experiental

Marketing. New York: Simon &

Schuster Inc.

Griffin, Jill. (2005), Customer

loyalty. Jakarta: PT Gelora Aksara.

Kartajaya, Hermawan. (2004), Seri 9

Elemen Marketing. Bandung: PT

Mizan Pustaka.

Kartajaya, Hermawan. (2006), Marketing

in Venus. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama

Kusmayadi, Ir. MM. (2004),

Statistika Pariwisata Deskriptif,

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rini, Endang Sulistya. 2009. Menciptakan

Pengalaman Konsumen Dengan

Experiental Marketing.

http://repository.usu.ac.id/handle/1234

567 89/21120. Diunduh pada 14 Mei

2015.

Sugiyono, Prof. Dr. (2004),

metode Penelitian Kombinasi

(Mixed Method): Bandung, Alfabeta.

Sugiyono, Prof. Dr. (2011), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D:

Bandung, Alfabeta.

Tjiptono, Fandy. (2008), Pemasaran jasa: Prinsip, Penerapan dan Penelitian: Jakarta, Andi Publisher.

Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa.

Edisi Pertama. Bayu Media Publishing :

Malang.

Wahyono, Teguh. (2010), Analisis regresi dengan SPSS 17,Jakarta: PT Elex Media.

Page 56: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

155 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

UJI COBA PEMANFAATAN LIMBAH BIJI PEPAYA SEBAGAI TEH

Trial Test of Utilization of Papay Seeds Waste as Tea

Suci Sandi Wachyuni1), Riyan Setiawan2)

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Inovasi didefinisikan secara sederhana sebagai ide, perangkat, atau metode baru.

Namun, inovasi sering juga dipandang sebagai penerapan solusi yang lebih baik yang

memenuhi persyaratan baru, kebutuhan yang tidak diartikulasikan, atau kebutuhan

pasar yang ada. Hal ini dilakukan melalui produk, proses, layanan, teknologi, atau

model bisnis yang lebih efektif, tersedia untuk pasar, pemerintah dan masyarakat.

Istilah inovasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang orisinal dan lebih efektif dan,

sebagai konsekuensinya, baru, yang masuk ke pasar atau masyarakat. Hal ini terkait

dengan, tapi tidak sama dengan, penemuan. Limbah adalah zat yang dibuang setelah

penggunaan primer, atau tidak ada gunanya, cacat dan tidak berguna. Istilah ini sering

bersifat subjektif karena apa yang terbuang sia-sia tidak perlu disia-siakan dengan yang

lain dan terkadang tidak akurat secara obyektif. Manfaat biji pepaya, dengan tingkat

enzim pencernaan, sifat antibakteri, anti-parasit dan hati regeneratif yang kuat. Salah

satu kegunaan benih pepaya adalah mencegah atau bahkan mengobati keracunan

makanan. Benih pepaya diyakini memiliki efek antibakteri dan antiinflamasi yang kuat

pada sistem pencernaan kita. Studi telah menunjukkan ekstrak yang dibuat dari

mereka efektif untuk membunuh bakteri E. coli, Salmonella, Staph dan bakteri

berbahaya lainnya. Kafein adalah stimulan sistem saraf pusat. Untuk sementara bisa

membuat Anda merasa lebih awas dan energik, tapi bisa juga membuat Anda gugup.

Penarikan atau overdosis dapat menyebabkan berbagai masalah. Untuk analisis data

uji kualitas hedonik dan hedonik, penulis menggunakan metode analisis ANOVA

dengan Duncan. Setelah mengetahui hasil analisis data, sampel terbaik akan berlanjut

menguji kafein.

Kata kunci : inovasi limbah, biji pepaya, kafein

ABSTRACT

Innovation is defined simply as a new idea, device, or method. However, innovation is

often also viewed as the application of better solutions that meet new requirements,

unarticulated needs, or existing market needs. This is accomplished through more-

Page 57: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

156 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

effective products, processes, services, technologies, or business models that are

readily available to markets, governments and society. The term innovation can be

defined as something original and more effective and, as a consequence, new, that

breaks into the market or society. It is related to, but not the same as, invention.

Waste is any substance which is discarded after primary use, or it is worthless,

defective and of no use.The term is often subjective because what is waste to one need

not necessarily be waste to another and sometimes objectively inaccurate. The benefits

of papaya seeds, with their high levels of digestive enzymes, antibacterial, anti-parasitic

and liver regenerating properties are powerful Another one of the uses of papaya

seeds could be to prevent or possibly even treat food poisoning. The seeds of papaya

are believed to have a strong antibacterial and anti-inflammatory effect on our digestive

systems. Studies have shown an extract made from them is effective at killing E coli,

Salmonella, Staph and other dangerous bacterial infections. Caffeine is a central

nervous system stimulant. It can temporarily make you feel more awake and energetic,

but it can also give you the jitters. Withdrawal or overdose can cause a range of

problems. For data analysis of hedonic and hedonic quality test, the authors use the

analysis method ANOVA with Duncan. After know the result of analysis data, the best

sample will continue to test caffeine.

Kata Kunci : Innovation, Waste, Papaya Seeds, Caffeine

Riwayat Artikel :

Diajukan: 05 Juni 2017

Direvisi: 14 Juni 2017

Diterima: 20 Juni 2017

P E N D A H U L U A N

Minuman dengan bahan dasar

sederhana mulai terus dikembangkan

sehingga menjadi lebih menarik dengan

tujuan untuk menggugah selera dan

memanjakan penikmatnya. Limbah

dapat dihasilkan dari aktifitas rumah

tangga maupun industri yang apabila

tidak ditanggulangi dapat mudah

membusuk seperti sisa pengolahan

makanan serta sayuran. kehadiran

limbah rumah tangga , dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan

terutama bagi kesehatan manusia

padahal apabila di proses dan di

kreasikan dengan benar dapat bernilai

ekonomis.

Menurut Kalie, M.B (2000)

Pepaya merupakan tanaman yang

berasal dari Amerika tropis. Pusat

penyebaran tanaman diduga berada di

daerah Meksiko bagian selatan dan

Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar

bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman

ini turut menyebar ke berbagai benua

dan Negara, termasuk ke benua Afrika

dan Asia serta negara India. Dari India,

tanaman ini menyebar ke berbagai

Negara tropis lainnya, termasuk

Indonesia dan pulau-pulau di Lautan

Pasifik di abad ke 17

(www.repository.usu.ac.id).

Menurut Superkunam (2010)

disamping gizinya yang tinggi, pepaya

juga diartikan sebagai berikut : Buah

yang memiliki kandungan tinggi

antioksidan ini termasuk vitamin C,

Page 58: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

157 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

flavonoid, folat, vitamin A, mineral,

magnesium, vitamin E, kalium, serat

dan vitamin B. Antioksidan memerangi

radikal bebas dalam tubuh dan menjaga

kesehatan sistem kardiovaskular dan

memberikan perlindungan terhadap

kanker usus besar. Namun di

Indonesia pemanfaatan buah ini kurang

maksimal. Dalam kehidupan rumah

tangga buah pepaya hanya diambil

bagian dagingnya saja.

(www.repository.usu.ac.id). Tanaman

pepaya (Carica papaya L.) merupakan

salah satu sumber protein nabati. Buah

pepaya dan daunnya dimanfaatkan

sebagai bahan makanan dan obat-

obatan, sedangkan bijinya dibuang

tetapi kadang-kadang digunakan untuk

keperluan pembibitan.

Menurut Katno (2009), Biji pepaya

mengandung bahan aktif yang diduga

dapat dimanfaatkan sebagai obat

antifertilitas, obat yang mampu

menurunkan kemampuan spermatozoa

untuk membuahi sel telur.

(www.repository.usu.ac.id).

R U M U S A N M A S A L A H

Berdasarkan latar belakang,

maka diketahui permasalahan antara

lain :

1. Bagaimana proses pembuatan

teh dari biji pepaya ?

2. Apakah manfaat dari teh biji

pepaya ?

3. Bagaimana sampel terbaik dari

segi tingkat kesukaan dan

kualitas ?

4. Bagaiamana hasil uji kandungan

kaein dalam teh biji pepaya ?

M E T O D O L O G I , B A H A N D A N A L A T P E N E L I T I A N

Bahan yang digunakan untuk

penelitian ini adalah pepaya yang

ditanam oleh petani pepaya yang

beralamat di daerah Cibinong - Bogor.

Bahan yang dipakai dalam percobaan

ini adalah biji pepaya Bangkok yang

didapatkan dari pasar tradisional di

kota Depok.

Tabel 1.1. Bahan pemasakan

Pembuatan teh biji pepaya

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Peralatan dapur untuk membuat

teh dari biji pepaya ini adalah

timbangan dengan merk kenmaster,

stainless bowl, spatula, loyang, oven

dengan merk Maspion,

strainer/saringan, frying pan.

Tabel 1.2 Alat pemasakan Pembuatan

teh biji pepaya

No Nama Alat Jumlah

1 Timbangan digital 1 buah

No Nama Bahan Merek

1 Biji buah papaya -

Page 59: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

158 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

2 Bowl 4 buah

3 Loyang 4 buah

4

5

Oven

Strainer 1 buah

1 buah

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

W a k t u d a n T e m p a t P e n e l i t i a n

Tempat pelaksanakan uji coba

pemanfaatan limbah biji pepaya di

Jalan H. Dimun Raya Rt 02/11 no 71

Sukamaju-Cilodong Depok. Uji

sensoris dilakukan di lingkungan

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Jakarta

kampus 2 Pondok cabe, di JL. Kemiri

No. 22 Pondok Cabe Pamulang. Uji

kandungan gizi dilakukan untuk

mengetahui kadar gizi dari segi produk

yang dibuat dalam uji coba penelitian

teh biji pepaya. Uji kandungan gizi

dilakukan di Lab. PT Saraswanti Indo

Genetech Jalan Rasamala no. 20

Taman Yasmin, Bogor, Jawa Barat.

Untuk penelitian ini peneliti

melakukan penelitian dimulai dari

bulan Maret sampai Juli 2016. Untuk

uji sensoris dilakukan pada tanggal 13

Juni 2016 dan untuk uji kandungan gizi

dilakukan pada tanggal 17 Juni 2016.

P r o s e d u r P e n e l i t i a n

Pada pembuatan teh biji pepaya

harus memperhatikan kualitas dari

bahan yang digunakan dan proses yang

hiegienis,serta memperhatikan proses

pemasakan biji tersebut.

Tabel 1.3 Skala pemasakan pembuatan

teh biji pepaya

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Proses pembuatan teh biji pepaya

dimulai dengan seleksi bahan dan

menyiapkan bahan-bahan dan

peralatan. Kemudian bersihkan biji

pepaya lalu panggang dengan oven

Panggang dengan oven biji pepaya yang

sudah ditiriskan dengan suhu 1600

celcius selama 30 menit, 1800 celcius

selama 30 menit, 2000 celcius selama

30 menit. Untuk lebih lanjut dapat

dilihat pada gambar 3.1.

A n a l i s a O r g a n o l e p t i k

Analisis organoleptik dilakukan

dengan menggunakan 30 orang panelis

dengan dua tipe pengujian, yaitu uji

kesukaan (Hedonic Test) dan uji

kualitas (Mutu Hedonic Test).

Tabel 1.4 Skala Pengukuran Uji Kesukaan/

Uji Hedonik

Nilai Tingkat Kesukaan

1 Sangat Tidak Suka

2

3

Tidak Suka

Agak Tidak Suka

4 Agak Suka

5 Suka

6 Sangat Suka

No Bahan E1

1600

E2

1800

E3

2000

1 Biji

Pepaya

100 gr 100 gr 100gr

Page 60: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

159 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Tabel 1.5 Skala Pengukuran Uji

Kualitas/ Uji Mutu Hedonik

No. Warna Aroma Rasa

1. Sangat

cokelat

Sangat

Harum

Sangat tidak

Sepat

2. Cokelat Harum Tidak Sepat

3. Agak

cokelat

Agak

Harum

Agak Tidak

Sepat

4.

5.

Agak

Tidak

Cokelat

Tidak

Cokelat

Agak

Tidak

Harum

Tidak

Harum

Agak Sepat

Sepat

6. Sangat

Tidak

Cokelat

Sangat

Tidak

Harum

Sangat Sepat

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Uji kesukaan dengan metode uji

hedonik dilakukan untuk lebih

mengetahui tingkat penerimaan

kesukaan panelis terhadap keseluruhan

sifat produk teh yang menggunakan biji

pepaya, sedangkan dilaksanakan uji

kualitas dengan metode uji mutu

hedonik untuk mengetahui penilaian

panelis terhadap perbedaan sifat

produk pada tiap dengan hasil yang

diuji. Untuk melihat skala pengukuran

dari uji kesukaan dapat dilihat pada

tabel 1.4 dan skala pengukuran uji

pembedaan dapat dilihat pada tabel

1.5.

A n a l i s i s O n e - w a y A n o v a

Metode analisis data dengan

menggunakan Analisis Varian

Klasifikasi Tunggal, yang berfungsi

mengetahui perbedaan kualitas butter

cookies subtitusi tepung garut yang

berbeda ditinjau dari aspek warna,

aroma, rasa, dan tekstur. (Arikunto,

2013) menjelaskan bahwa metode

ANOVA ini digunakan untuk

mengetahui apakah hipotesis yang

diajukan diterima atau ditolak, maka Fo

hasil perhitungan harus dikonsultasikan

dengan nilai F tabel. Apabila diperoleh

harga dari F hitung (Fo) > F tabel (F1)

pada taraf signifikan 5% maka hipotesis

nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja

(Ha) diterima dan jika F hitung (Fo) ≤ F

tabel (F1) maka Ho diterima dan Ha

ditolak. Apabila F hitung (Fo) > F tabel

(F1) maka dapat dikatan bahwa

diantara sampel terdapat perbedaan

yang nyata dan sebaliknya.

Menurut teori lama, jika harga F

hitung tidak signifikan, maka

perhitungan anova hanya berhenti

sampai sekian. Tetapi apabila harga F

hitung yang diperoleh sangat signifikan,

maka pekerjaan yang hilang perlu

dilanjutkan dengan pengujian lain.

Pengujian ini dimaksudkan untuk

melihat perbedaan mean antar

kelompok. Akan tetapi menurut teori

baru, harga F hitung signifikan maupun

tidak, tetap dilanjutkan dengan

pengujian perbedaan mean. (Arikunto,

2013: 368).

Berdasarkan teori diatas, maka

dalam penelitian ini apabila harga F

hitung pada setiap indikator (warna,

aroma, rasa, dan tekstur) signifikan

maupun tidak, maka akan tetap

dilanjutkan pengujian lanjutan dengan

uji Duncan, hal ini bertujuan agar data

yang diperoleh dapat dijelaskan lebih

terperinci dan akurat.

Page 61: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

160 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Peneliti akan menggunakan

bantuan program SPSS 20 dalam

perhitungan analisis ANOVA, program

SPSS (Statistical Product and Service

Solution) ini pertama kali

diperkenalkan oleh Norman H. Nie, C.

Hadlay dan Dale Bent pada tahun

1960-an yang berfungsi untuk

membuat, mengolah data statistik,

memecahkan suatu permasalahan riset,

dan bisnis dalam bidang statistik atau

menejemen data disuatu penelitian.

(Wahana komputer, 2015: 2)

H A S I L D A N P E M B A H A S A N

P e n e l i t i a n P e n d a h u l u a n

Tujuan dari penelitian

pendahuluan ada untuk mempelajari

bagaimana cara pembuatan teh dari biji

pepaya dengan cara-cara yang benar

serta mencari suhu yang tepat dalam

pemasakan teh biji pepaya agar dapat

menghasilkan formulasi yang tepat

untuk pengujian. Dalam melakukan

penelitan awal, peneliti

membandingkan sampel kontrol (teh)

dengan menggunakan sampel teh celup

untuk mengetahui seberapa besar

perbedaan yang ada.

Setelah mendapatkan hasil yang

terbaik dari beberapa sampel yang telah

diujikan, maka peneliti akan

melakukan uji labolatorium dengan

menggunakan uji proxsimat untuk

mengetahui setiap kadar gizi yang

terkandung pada sampel tersebut.

Dari hasil penelitian yang didapat

adalah dengan menentukan besarnya

suhu pemasakan dalam pembuatan teh

biji pepaya. Dalam proses penelitian

ini, peneliti mendapatkan kesimpulan

suhu dalam pemasakan teh dengan

suhu 1000,1500 dan 2000 serta dibantu

penyangraian selama 10 menit. Namun

hasil yang didapatkan tidak memenuhu

mutu teh dari segi aroma, rasa dan

warna.

P e n e l i t i a n U t a m a

Penelitian utama yang dilakukan

pada kali ini akan merubah proses dan

suhu pemasakan dikarenakan kurang

sempurnanya penelitian pendahuluan

yang telah dilakukan, Oleh karena itu

peneliti melakukan penelitian kembali

dengan penggantian rentang suhu dan

tanpa proses penyangraian yaitu dengan

suhu 1600, 1800 dan 2000 Dari

penelitian tersebut peneliti

mendapatkan kesimpulan suhu dalam

pemasakan teh dengan suhu 1600,

1800 dan 2000.Setelah mendapatkan

hasil yang terbaik dari beberapa sampel

yang telah diujikan, maka peneliti akan

melakukan uji laboratorium gizi untuk

mengetahui besaran setiap kandungan

kafein yang terdapat pada sampel

tersebut, dalam penelitian kali ini

peneliti melakukan uji laboratorium

untuk mengetahui kadar kafein dalam

teh biji pepaya.

H a s i l U j i H e d o n i k

Uji kesukaan atau uji hedonik

menggunakan 30 panelis terlatih

dengan penilaian hedonik. Uji

kesukaan untuk menguji tingkat

parameter dari segi warna, aroma dan

Page 62: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

161 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

rasa yang ada pada teh. Analisa yang

digunakan dalam uji kesukaan ini

adalah ANOVA (Analysis of Variance)

dengan menggunakan One Way karena

pengujian dilakukan dengan

menggunakan masing-masing

indokator.Dan berikut ini adalah tabel

4.1 dari nilai rata-rata uji kesukaan.

Tabel 1.6 Nilai rata-rata uji hedonik teh

dengan suhu berbeda

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Warna

1 3,27 3,40 4,10

2 3,77 4,23 4,17

3 3,50 4,30 4,73

4 3.43 3,53 3,63

5 4,87 4,13 4,07

Rata-rata 3,85 3,92 4,14

Aroma

1 3,10 3,53 3,97

2 4,00 3,93 3,23

3 4,30 4,10 4,33

4 4,13 4,17 3,80

5 4,27 4,23 4,37

Rata-rata 3,96 3,99 3,94

Rasa

1 3,27 3,97 3,77

2 3,57 3,73 3,23

3 4,10 3,87 4,17

4 3,97 3,77 3,83

5 4,47 4,13 4,27

Rata-rata 3,88 3,89 3,85

Sumber: Data Olahan Juni, 2016

W a r n a

Warna merupakan hasil

pengamatan seseorang dari indera

penglihatan terhadap suatu objek atau

benda. Berikut merupakan hasil nilai

rata-rata warna terhadap teh dengan

perbedaan suhu pemasakan dapat

dilihat pada tabel 4.2 dan gambar grafik

4.1 sebagai berikut:

Tabel 1.7 Nilai rata-rata parameter

warna dengan suhu berbeda

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Warna

1 3,27 3,40 4,10

2 3,77 4,23 4,17

3 3,50 4,30 4,73

4 3.43 3,53 3,63

5 4,87 4,13 4,07

Rata-rata 3,85 3,92 4,14

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Gambar 1.1 Grafik rata-rata hasil uji

hedonik warna terhadap teh dari biji

pepaya

3,60

3,80

4,00

4,20

160 180 200

3,85 3,924,14

Warna

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 1.1 menunjukkan

nilai rata-rata kesukaan terhadap warna

dengan perbandingan suhu dengan nilai

tertinggi terdapat pada sampel 200

derajat celcius, lalu setelahnya dengan

sampel 180 derajat celcius, dan yang

terakhir pada sampel 160 derajat

celcius. Berikut merupakan hasil dari

statistik Anova uji kesukaan warna pada

tabel 1.8.

Page 63: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

162 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Tabel 1.8 Hasil Statistik anova uji

hedonik warna

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Warna

Source

Type

III Sum

of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,350a

2 ,175 ,707 ,512

Intercept 233,090 1 233,090 941,412 ,000

Suhu ,350 2 ,175 ,707 ,512

Error 2,971 12 ,248

Total 236,412 15

Corrected

Total

3,321 14

R Squared = ,105 (Adjusted R Squared = -,044)

Alpha :0.05 = .512 Ftabel : 3.74 = .707

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1 ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.8 hasil statistik Anova uji

kesukaan warna menyatakan bahwa nilai

signifikansi>0.05, atau nilai Fhitung< Ftabel,

maka H0 diterima dan H1 ditolak.Dapat

diartikan tingkat kesukaan warna tidak

berbeda nyata pada teh biji pepaya dengan

konsentrasi yang berbeda.

Tabel 1.9 Hasil statistik duncan uji hedonik

warna

Duncan Duncan

Sampel Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

160,00 3,76 A 160,00 3,76 a

180,00 3,91 A 180,00 3,91 a

200,00 4,14 A 200,00 4,14 a

Sig. ,283 Sig. ,283

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean

Square(Error) = ,248.

The error term is Mean

Square(Error) = ,248.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

b. Alpha = 0,05. b. Alpha = ,01.

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat

perbedaan nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.9 hasil uji duncan

nilai warna dengan Alpha 0.05 dan 0.01

pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

1600,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata warna.

A r o m a

Aroma adalah salah satu indikator

utama dari manusia yang memberikan

rangsangan bau sehingga dapat tercium

oleh manusia.Dari aroma tersebut

dapat memberikan persepsi dari

produk yang kita hirup apaah sedap

atau tidaknya suatu produk

tersebut.Selain itu aroma juga dapat

memberikan efek bagi manusia apakah

dapat diterima atau tidaknya dengan

melalui indera penciuman. Berikut

merupakan hasil rata-rata aroma teh

dari biji pepaya dengan perbedaan suhu

pemasakan dapat dilihat pada tabel

1.10 dan gambar grafik 1.2 sebagai

berikut:

Tabel 1.10 Nilai rata-rata parameter

aroma dengan suhu berbeda

Page 64: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

163 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Gambar 1.2 Grafik rata-rata hasil uji

hedonik aroma terhadap teh dari biji

pepaya

3,90

3,95

4,00

160 180 200

3,963,99

3,94

Aroma

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 1.2 menunjukkan

nilai rata-rata kesukaan terhadap

Aroma dengan perbandingan suhu

dengan nilai tertinggi terdapat pada

sampel 180 derajat celcius, lalu

setelahnya dengan sampel 160 derajat

celcius, dan yang terakhir pada sampel

200 derajat celcius.

Berikut merupakan hasil dari

statistik Anova uji hedonik warna pada

tabel 1.11

Dari Tabel 1.11 hasil statistik

anova uji hedonik aroma menyatakan

bahwa nilai signifikansi>0.05, atau nilai

Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak.Dapat diartikan tingkat

kesukaan rasa tidak berbeda nyata pada

teh biji pepaya dengan konsentrasi yang

berbeda.

Tabel 1.11 Hasil statistik anova uji

hedonik aroma

Dependent Variable: Aroma

Source

Type III

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,007a

2 ,003 ,019 ,981

Inrcept 235,699 1 235,699 1309,029 ,000

Suhu ,007 2 ,003 ,019 ,981

Error 2,161 12 ,180

Total 237,867 15

Corrected

Total

2,168 14

R Squared = ,003 (Adjusted R Squared = -,163)

Alpha :0.05 = 981 Ftabel : 3.74 = .019

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1 ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Tabel 1.11 Hasil statistik anova uji duncan nilai

aroma

abel 1.12 Hasil atatistik duncan uji

hedonik aroma

Duncan Duncan

Sampel Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

200 3,94 A 200 3,94 a

160 3,96 A 160 3,96 a

180 3,99 A 180 3,99 a

Sig. ,857 Sig. ,857

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Aroma

1 3,10 3,53 3,97

2 4,00 3,93 3,23

3 4,30 4,10 4,33

4 4,13 4,17 3,80

5 4,27 4,23 4,37

Rata-rata 3,96 3,99 3,94

Page 65: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

164 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat

perbedaan nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.12 hasil uji duncan

nilai aroma dengan Alpha 0.05 dan

0.01 pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

1600,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata Aroma.

R a s a

Rasa merupakan hasil stimulasi

dari indera pengecap yaitu lidah

manusia. Kesukaan rasa terhadap

produk tertentu juga sangat berkaitan

dengan aroma dan tampilan suatu

produk sehingga dapat menimbulkan

cita rasa suka atau tidak sukanya

seseorang terhadap suatu produk

tersebut.Rasa didefenisikan sebagai

kecapan yang diterima oleh lidah

melalui suatu produk ke dalam

mulut.Dengan begitu lidah manusia

dapat mengecap jenis rasa berbeda dan

dapat memberikan persepsi terhadap

rasa produk tersebut. Berikut

merupakan hasil rata-rata rasa teh dari

biji pepaya dapat dilihat pada Tabel

1.13 dan Gambar grafik 1.3 sebagai

berikut:

Tabel 1.13 Nilai rata-rata parameter

aroma dengan suhu berbeda

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Rasa

1 3,27 3,97 3,77

2 3,57 3,73 3,23

3 4,10 3,87 4,17

4 3,97 3,77 3,83

5 4,47 4,13 4,27

Rata-rata 3,88 3,89 3,85

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Gambar 4.3 Grafik rata-rata hasil uji

hedonik rasa terhadap teh dari biji

pepaya

3,80

3,85

3,90

160 180 200

3,88 3,893,85

Rasa

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 1.3 menunjukkan

nilai rata-rata hedonik terhadap rasa

dengan perbandingan suhu dengan nilai

tertinggi terdapat pada sampel 180

derajat celcius, lalu setelahnya dengan

sampel 160 derajat celcius, dan yang

terakhir pada sampel 200 derajat

celcius.Berikut merupakan hasil dari

statistik anova uji kesukaan rasa pada

tabel 1.14.

Tabel 4.9 Hasil statistik anova uji

hedonik rasa

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Rasa

Source

Type

III Sum

of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,004a

2 ,002 ,015 ,986

Intercept 225,196 1 225,196 1640,809 ,000

Suhu ,004 2 ,002 ,015 ,986

Error 1,647 12 ,137

Total 226,847 15

Corrected

Total

1,651 14

Page 66: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

165 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

R Squared = ,002 (Adjusted R Squared = -,164)

Alpha :0.05 = .986 Ftabel : 3.74 = .015

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1

ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1

diterima Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.14 hasil statistik

anova uji hedonik rasa menyatakan

bahwa nilai signifikansi>0.05, atau nilai

Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak. Dapat diartikan tingkat

kesukaan rasa tidak berbeda nyata pada

teh biji pepaya dengan konsentrasi yang

berbeda.

Tabel 1.15 Hasil statistik duncan uji

hedonik rasa

Sampel Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

200 3,85 a 200 3,85 a

160 3,87 a 160 3,87 a

180 3,89 a 180 3,89 a

Sig. ,874 Sig. ,874

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean

Square(Error) = ,137.

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean

Square(Error) = ,137.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

b. Alpha = 0,05. b. Alpha = ,01.

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat

perbedaan nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.15 hasil uji duncan

nilai rasa dengan Alpha 0.05 dan 0.01

pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

1500,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata rasa.

U j i M u t u H e d o n i k

Uji Mutu Hedonik/ kualitas

dilakukan untuk menentukan

perbedaan kualitas dari setiap sampel

yang diujikan.Uji Mutu Hedonik/

kualitas ini dilakukan oleh 30 panelis

terlatih.Analisa yang digunakan dalam

uji kesukaan ini adalah ANOVA

(Analysis of Variance) dengan

menggunakan One Way karena

pengujian dilakukan dengan

menggunakan masing-masing

indikator.Berikut ini adalah Tabel 4.16

nilai rata-rata uji mutu hedonik.

Pada Gambar 1.4 menunjukkan

nilai rata-rata uji mutu hedonik

terhadap warna dengan perbandingan

suhu dengan nilai tertinggi terdapat

pada sampel 180 derajat celcius, lalu

setelahnya dengan sampel 200 derajat

celcius, dan yang terakhir pada sampel

160 derajat celcius.

Berikut merupakan hasil dari

statistik hnova uji mutu hedonik warna

pada Tabel 1.18

Tabel 4.16 Nilai rata-rata uji mutu

hedonik teh dengan suhu berbeda

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Warna

1 3,13 3,83 3,87

2 3,67 4,13 3,83

3 3,70 3,60 3,60

4 3,57 3,80 3,97

5 4,20 4,17 4,17

Page 67: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

166 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Rata-rata 3,65 3,91 3,89

Aroma 1 3,67 4,03 4,03

2 3,87 3,67 3,67

3 4,13 4,00 4,03

4 3,83 3,87 3,63

5 4,20 3,93 3,5

Rata-rata 3,94 3,90 3,77

Rasa

1 3,50 3,57 3,77

2 4,00 4,03 3,93

3 4,37 4,30 4,20

4 4,53 4,70 4,40

5 4,47 4,40 3,53

Rata-rata 4,17 4,20 3,97

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

W a r n a

Berikut merupakan hasil nilai rata-

rata warna terhadap teh dengan biji

pepaya dapat dilihat pada tabel 1.17

dan gambar grafik 1,4.

Tabel 1.17 Nilai rata-rata parameter

warna dengan suhu berbeda

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Warna

1 3,13 3,83 3,87

2 3,67 4,13 3,83

3 3,70 3,60 3,60

4 3,57 3,80 3,97

5 4,20 4,17 4,17

Rata-rata 3,65 3,91 3,89

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Gambar 1.4 Grafik rata-rata hasil uji

mutu hedonik warna terhadap teh dari

biji pepaya

3,40

3,60

3,80

4,00

160 180 200

3,653,91 3,89

Warna

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 1.4 menunjukkan

nilai rata-rata uji mutu hedonik

terhadap warna dengan perbandingan

suhu dengan nilai tertinggi terdapat

pada sampel 180 derajat celcius, lalu

setelahnya dengan sampel 200 derajat

celcius, dan yang terakhir pada sampel

160 derajat celcius.

Berikut merupakan hasil dari

statistik hnova uji mutu hedonik warna

pada tabel 1.18

Tabel 1.18 Hasil statistik anova uji

mutu hedonik warna

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Warna

Source

Type

III Sum

of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,198a

2 ,099 1,203 ,334

Intercept 218,428 1 218,428 2659,646 ,000

Suhu ,198 2 ,099 1,203 ,334

Error ,986 12 ,082

Total 219,611 15

Corrected

Total

1,183 14

Sampel Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

160 3,65 A 160 3,65 A

200 3,88 A 200 3,88 A

180 3,90 A 180 3,90 A

Sig. ,210 Sig. ,210

Page 68: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

167 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

R Squared = ,167 (Adjusted R Squared = ,028)

Alpha :0.05 = ,334 Ftabel : 3.74 =

1,203

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1

ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.18 hasil statistik

Anova uji hedonik warna menyatakan

bahwa nilai signifikansi <0.05, atau nilai

Fhitung> Ftabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak.Dapat diartikan tingkat

kesukaan warna tidak berbeda nyata

pada teh biji pepaya dengan konsentrasi

yang berbeda.

Tabel 1.19 Hasil statistik duncan uji

mutu hedonik warna

Samp

el

Nil

ai

Subs

et Samp

el

Nil

ai

Subs

et

0.05 0.01

160 3,6

5

A 160 3,6

5

A

200 3,8

8

A 200 3,8

8

A

180 3,9

0

A 180 3,9

0

A

Sig. ,210 Sig. ,210

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat

perbedaan nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.19 hasil uji duncan

nilai warna dengan Alpha 0.05 dan 0.01

Pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

1500,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata warna.

A r o m a

Berikut merupakan hasil rata-rata

kualitas aroma teh dari biji pepaya

dapat dilihat pada tabel 1.20 dan

gambar grafik 1.5 sebagai berikut:

Tabel 1.20 Nilai Rata-rata parameter

aroma dengan suhu berbeda

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Gambar 1.5 Grafik rata-rata hasil uji

mutu hedonik aroma terhadap teh dari

biji pepaya

3,603,703,803,904,00

160 180 200

3,94 3,903,77

Aroma

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 4.5 menunjukkan

nilai rata-rata kualitas terhadap aroma

dengan perbandingan suhu dengan nilai

tertinggi terdapat pada sampel 160

derajat celcius, lalu setelahnya dengan

sampel 180 derajat celcius, dan yang

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Aroma

1 3,67 4,03 4,03

2 3,87 3,67 3,67

3 4,13 4,00 4,03

4 3,83 3,87 3,63

5 4,20 3,93 3,5

Rata-rata 3,94 3,90 3,77

Page 69: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

168 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

terakhir pada sampel 200 derajat

celcius.

Berikut merupakan hasil dari

statistik anova uji mutu hedonik warna

pada tabel 1.21:

Tabel 1.22 Hasil statistik anova uji

mutu hedonik aroma

R Squared = ,131 (Adjusted R Squared = -,014)

Alpha :0.05 = ,432 Ftabel : 3.74 = .901

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1

ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1

diterima

Sumber: Data olahan Juni, 2016

Dari Tabel 1.22 hasil statistik

anova uji mutu hedonik aroma

menyatakan bahwa nilai

signifikansi>0.05, atau nilai Fhitung<

Ftabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak.Dapat diartikan tingkat

kesukaan rasa tidak berbeda nyata pada

teh biji pepaya dengan konsentrasi yang

berbeda.

Tabel 1.23 Hasil statistik duncan uji

mutu hedonik aroma

Aroma Aroma

Suhu Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

200 3,77 A 200 3,77 A

180 3,90 A 180 3,90 A

160 3,94 A 160 3,94 A

Sig. ,245 Sig. ,245

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed

means.

The error term is Mean

Square(Error) = ,043.

Means for groups in

homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean

Square(Error) = ,043.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

a. Uses Harmonic Mean

Sample Size = 5,000.

b. Alpha = 0,05. b. Alpha = ,01.

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat perbedaan

nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.23 hasil uji duncan

nilai aroma dengan alpha 0.05 dan 0.01

pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

1600,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata aroma.

R a s a

Berikut merupakan hasil rata-rata

rasa teh dari biji pepaya dapat dilihat

pada tabel 1.24 dan gambar grafik 1.6

sebagai berikut:

Tabel 1.24 Nilai rata-rata parameter

rasa dengan suhu berbeda

Dependent Variable: Aroma

Source

Type

III Sum

of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,077a

2 ,039 ,901 ,432

Intercept 224,731 1 224,731 5258,093 ,000

Suhu ,077 2 ,039 ,901 ,432

Error ,513 12 ,043

Total 225,321 15

Corrected

Total

,590 14

Page 70: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

169 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Parameter Ulangan Suhu

160 180 200

Rasa

1 3,50 3,57 3,77

2 4,00 4,03 3,93

3 4,37 4,30 4,20

4 4,53 4,70 4,40

5 4,47 4,40 3,53

Rata-rata 4,17 4,20 3,97

Gambar 1.6 Grafik rata-rata hasil uji

mutu hedonik rasa terhadap teh dari

biji pepaya

3,80

4,00

4,20

160 180 200

4,17 4,20

3,97

Rasa

Series1

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Pada gambar 1.6 menunjukkan

nilai rata-rata kualitas terhadap rasa

dengan perbandingan suhu dengan nilai

tertinggi terdapat pada sampel 180

derajat celcius, lalu setelahnya dengan

sampel 160 derajat celcius, dan yang

terakhir pada sampel 200 derajat

celcius.

Tabel 1.25 Hasil statistik anova uji mtu

hedonik rasa

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Rasa

Source

Type

III Sum

of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

Corrected

Model

,164a

2 ,082 ,510 ,613

Intercept 253,793 1 253,793 1573,063 ,000

Suhu ,164 2 ,082 ,510 ,613

Error 1,936 12 ,161

Total 255,893 15

Corrected

Total

2,101 14

R Squared = ,078 (Adjusted R Squared = -,075)

Alpha :0.05 = .613 Ftabel : 3.74 = .510

Sig > 0.05, maka H0 diterima, H1 ditolak

Sig < 0.05, maka H0 ditolak, H1 diterima

Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, H1

ditolak

Fhitung >Ftabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Sumber: Data Olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.25 hasil statistik

anova uji hedonik rasa menyatakan

bahwa nilai signifikansi>0.05, atau nilai

Fhitung< Ftabel, maka H0 diterima dan

H1 ditolak.Dapat diartikan tingkat

kesukaan rasa tidak berbeda nyata pada

teh biji pepaya dengan konsentrasi yang

berbeda.

Tabel 1.26 Hasil statistik duncan

uji mutu hedonik rasa

Suhu Nilai

Subset

Sampel Nilai

Subset

0.05 0.01

200 3,96 a 200 3,96 A

160 3,17 a 160 3,17 A

180 3,20 a 180 3,20 A

Sig. ,398 Sig. ,398

Sig < 0.05 dan < 0.01 = berbeda nyata

Sig > 0.05 dan > 0.01 = tidak terdapat

perbedaan nyata

Sig berada diantara 0.05 dan 0.01 = berbeda

Sumber: Data olahan Juni, 2016.

Dari Tabel 1.26 hasil uji duncan

nilai rasa dengan alpha 0.05 dan 0.01

pada sampel teh biji pepaya

menyatakan bahwa sampel suhu

Page 71: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

170 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

1600,1800 dan 2000 tidak terdapat

perbedaan nyata rasa.

H a s i l U j i L a b o r a t o r i u m

Uji penunjang yang dilakukan yaitu

uji kafein yang dilakukan di Saraswanti

Indo Genetech Bogor. Sampel yang

diujikan yaitu sampel dengan formulasi

terbaik yaitu teh biji pepaya dengan

suhu pemasakan 200 derajat celcius

yang didapat dari nilai rata rata tertinggi

yaitu: Tabel 4.21 Nilai hasil terbaik uji

Hedonik / uji kesukaan teh dengan

proses pemasakan berbeda:

Tabel 4.21 Nilai hasil terbaik uji

hedonik / uji kesukaan teh dengan

proses pemasakan berbeda.

Sumber: Data olahan Juni, 2016

Jumlah sampel yang diberikan

untuk uji komposisi kafein sebesar

100gr. Estimasi waktu untuk proses

pengujian uji komposisi kafein kurang

lebih selama 14 hari. Berikut

merupakan Tabel 4.22 hasil dari uji

komposisi kafein

Tabel 4.22 Hasil uji komposisi

kafein sampel teh terbaik

Sumber: Data olahan Juni, 2016

Dari data tersebut dapat

disimpulkan bahwa teh biji pepaya

tidak mengandung kafein sampai

dengan skala penelitian 4.77. sehingga

aman dikonsumsi dalam jumlah banyak

dan bisa menggantikan teh atau kopi.

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

K e s i m p u l a n

Setelah peneliti melakukan

penelitian dan menganalisis data dalam

uji coba pembuatan Teh dari biji

pepaya, maka peneliti menarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam uji coba pembuatan teh

dari biji pepaya proses yang

dilakukan pertama kali adalah

mencuci biji pepaya hingga bersih

lalu dilakukan pemanggangan

dengan oven selama 30 menit

dengan suhu 200 derajat celcius,

setelah itu didinginkan di suhu

ruang dan di blender sehingga

menjadi bubuk teh lalu di lakukan

pengemasan dengan kantong teh.

2. Berikut adalah manfaat dari teh biji

pepaya :

Paramenter

Suhu Pemasakan

(Derajat Celcius)

160 180 200

Warna 3,85 3,92 4,14

Aroma 3,96 3,99 3,94

Rasa 3,88 3,89 3,85

Total Rata-rata 3,90 3,93 3,98

N

o

Parameter Unit Result Limit of

Detection

Method

1 Kafein Unit Not

Detected

4.77 18-5-

22/MU/S

MM-

SIG,HP

LC

Page 72: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

171 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

a. Biji pepaya mengandung

senyawa yang mempunyai

aktivitas antibakteri yang

menghambat pertumbuhan

bakteri Gram positif dan

Gram negatif. Biji pepaya

juga mempunyai efek

antibakteri yang dapat

bermanfaat untuk

menyembuhkan penyakit

kulit kronis, contohnya

ektima.

b. Saponin yang ada dalam biji

pepaya, bermanfaat untuk

menurunkan aktifitas

kolesterol serum seperti aksi

resin, yaitu dengan

mengurangi sirkulasi

enterohepatik asam empedu.

Melalui penghambatan

reaksi oksidasi kolesterol

LDL ini maka dapat

menurunkan kadar

kolesterol darah. Dengan

kandungan-kandungan

tersebut, biji pepaya

mempunyai efek

hipolipidemia dan anti

oksidan dalam darah.

c. Secara tradisional biji pepaya

dapat dimanfaatkan sebagai

obat cacing gelang, gangguan

pencernaan, diare, penyakit

kulit, kontrasepsi pria, bahan

baku obat masuk angin dan

sebagai sumber untuk

mendapatkan minyak

dengan kandungan asam-

asam lemak tertentu.

3. Dalam penelitian ini, dapat

diketahui bahwa sampel dengan

suhu 2000

adalah hasil sampel

terbaik dengan tingkat

keterpilihan tertinggi dan

terbanyak dalam segi tingkat

kesukaan dan tingkat kualitas.

4. Hasil dari uji kandungan kafein

yang ada dalam teh biji pepaya

adalah kafein tidak terdeteksi

dalam teh biji pepaya.

D A F T A R P U S T A K A

Anonim. (2016). Terlalu sering minum

teh. [Online]. Available.

www.konsultasisyariah.com/1697

0-terlalu-sering-minum-teh.html.

2016a

.. Manfaat pepaya. [Online].

Available.

www.id.wikipedia.org/wiki/Pepay

a#Manfaat_pepaya. 2016b

. Tea production. [Online].

Available. www.food-

info.net/id/products/tea/producti

on.htm. 2016c

. Pepaya. [Online]. Available.

www.fatsecret.co.id/kalori-

gizi/umum/pepaya. 2016d

Badan Pusat Statistik. (2016). Produksi

pepaya. [Online]. Available.

www.bps.go.id.

Page 73: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.155-172

@STPS 2017, All Rights Reserved

172 J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Dantes, Nyoman. (2012). Metode

Penelitian. Yogyakarta: C.V.

Andi Offset

Fitria, R.(2010) Pengaruh ekstrak biji

pepaya terhadap

spermagtogenesis dan tebal epitel

tubulus seminiferus testis mencit.

Skripsi, Fakultas sains dan

Teknologi, Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim,

Malang.

Martiasih, M. (2014).Aktivitas

antibakteri ekstrak biji pepaya

terhadap Escherichia coli dan

Streptococcus pyogenes Fakultas

Teknobiologi, universitas

Atmajaya, Yogyakarta.

Meirinda, N. (2013).Pengaruh

pemberian jus biji pepaya

terhadap kadar kolesterol total

tikus sprague dawley

dislipidemia.Skripsi. Fakultas

kedokteran. Universitas

Diponogoro, Semarang.

Pangesti, T, dkk. (2013). Sweet papaya

seed candy antibacterial

escherichia coli candy with

papaya seed. Fkultas MIPA,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Puspita, D. (2015). Efektifitas metode

pembelajaran proyek mata

pelajaran dasar teknologi

menjahit siswa smk tata

busana.Skirpsi. Fakultas teknik.

Universitas Negeri Semarang.

Wahana Komputer. (2015). Belajar

Cepat Analisis Statistik Peramatik

dan Non Peramatik dengan

SIPSS. Yogyakarta: C.V Andi

Offset.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif. Bandung:

C.V Alfabeta.

Universitas Sumatra Utara. (2016).

Pepaya. [Online]. Available.

www.repository.usu.ac.id/bitstrea

m/123456789/31609/4/Chapter%

20II.pdf. 2010a

www.repository.usu.ac.id/bitstream/123

456789/32228/4/Chapter%20II.p

df. 2010b

.www.repository.usu.ac.id/bitstream/12

3456789/37929/4/Chapter%20II.

pdf. 2010c

.www.repository.usu.ac.id/bitstream/12

3456789/30074/4/Chapter%20II.

pdf. 2010d

Yamit, Zulian. (2010). Menejemen

kualitas Produk dan Jasa.

Yogyakarta: Ekonisia.

Page 74: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

173

PELATIHAN WIRAUSAHA MASYARAKAT KAMPUNG CILENGKONG KECAMATAN PAMIJAHAN-BOGOR UNTUK MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) DALAM MENGOPTIMALISASIKAN POTENSI PANEN SINGKONG

Entrepreneurship Training For Society of Kampung Cilengkong Pamijahan

District Bogor To Face ASEAN Economic Society

In Optimizing The Harvest of Singkong

Yulianti 1), Dewi Ayu Kusumaningrum, 2)

Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid

Jakarta, Indonesia

ABSTRAK

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa menjadi lahan pemasaran yang baik bagi para petani

dengan pembekalan keahlian yang matang dan terencana. Karena dengan keilmuan dan

keterampilan yang selalu up to date tentunya dapat menciptakan produk yang kompetitif namun

tetap memperhatikan nilai budaya lokal dan menggunakan bahan baku lokal. Sehingga memiliki

keunikan tersendiri yang tidak dimiliki negara lain. Salah satunya dengan melestarikan kembali

makanan tradisional yang diolah dengan cara yang kreatif. Bahan pangan lokal seperti singkong

yang dapat tumbuh dengan mudah, cepat dan efisien. Selama ini diolah menjadi beberapa jenis

kue tradisional, padahal jika dilihat dari sifat kimia fisik bahan, singkong dapat diolah menjadi

bahan mentah pengganti terigu. Berdasarkan informasi yang didapatkan, bahwa penghasil utama

desa ini adalah singkong. Selama ini hasil panen yang didapatkan warga desa umumnya adalah

dijual langsung ke pasar tanpa adanya olahan lain dengan harga yang murah. Hal ini yang

menjadi dasar pemilihan topik pelatihan dalam pengabdian masyarakat ini yaitu produk olahan

hasil panen Singkong. Pelaksanaan pelatihan pengolahan makanan, pengemasan produk dan

cara menjual produk dengan tema “Singkong Membangun Cilengkong” dilaksanakan di Majelis

Ta’lim Cilengkong, Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penyelenggaraan selama 1 hari

yaitu pada hari Kamis tanggal 13 April 2017. Peserta Pelatihan yaitu ibu-ibu PKK, ibu-ibu DKM

(Dewan Kemakmuran Masjid), ibu-ibu rumah tangga. Peserta yang hadir sebanyak 50 orang.

Pelaksanaan ; Survey lokasi, Pengajuan Proposal, Persiapan coaching, Pelaksanaan Kegiatan

Pelatihan dengan metode pelatihan pemberian materi. Kemudian dilanjutkan dengan praktek

langsung dalam pengolahan produk singkong dalam bentuk coaching. Sehingga peserta dapat

mengasah keterampilannya secara langsung. Pada Pelatihan ini dikemukakan Kemasan plastik

yang cocok digunakan, penambahan label kemasan dengan logo merk menarik, informasi

komposisi bahan, tanggal pembuatan dan kadaluarsa, cara penyimpanan, tempat produksi dan

nomor kontak. Dalam hal ini warga desa di ajarkan bagaimana cara menjual produk hasil kreasi

mereka dengan cara manual maupun online.

Kata kunci: Pemberdayaan perempuan, kue tradisional non terigu, usaha mikro kecil menengah

Page 75: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

174

ABSTRACT

The ASEAN Economic Community (MEA) can be a good marketing area for farmers with

well-planned training and planned expertise. Due to the knowledge and skills that are always up

to date certainly can create a competitive product but still pay attention to the value of local

culture and using local raw materials. So it has its own uniqueness that is not owned by other

countries. One of them is by preserving traditional food that is processed in a creative way.

Local food ingredients such as cassava that can grow easily, quickly and efficiently. During this

processed into several types of traditional cakes, but when viewed from the physical chemical

properties of the material, cassava can be processed into raw material substitute wheat. Based on

the information obtained, that the main producer of this village is cassava. So far, the harvest

obtained by the villagers is generally sold directly to the market without any other process at a

cheap price. This is the basis for the selection of training topics in this community service is

processed products cassava harvest. Implementation of food processing training, product

packaging and how to sell products with the theme "Cassava Build Cilengkong" was held in the

Assembly Ta'lim Cilengkong, Pamijahan, Bogor regency, West Java. Operation for 1 day on

Thursday, April 13, 2017. Training participants are PKK mothers, DKM mothers (Council of

Mosque Prosperity), housewives. Attendees were 50 people. Implementation; Site Survey,

Proposal Submission, Coaching Preparation, Implementation of Training Activities with training

method of giving materials. Then proceed with the practice directly in the processing of cassava

products in the form of coaching. So that participants can hone their skills directly. In this

Training are proposed Plastic packaging suitable for use, the addition of packaging labels with

attractive brand logo, material composition information, manufacturing date and expiration,

storage method, production place and contact number. In this case the villagers are taught how

to sell their products of creation by manual or online.

Keywords: Empowerment of women, non-flour traditional cakes, micro small medium enterprises

Riwayat Artikel :

Diajukan: 05 Juni 2017

Direvisi: 13 Juni 2017

Diterima: 20 Juni 2017

P E N D A H U L U A N

Persaingan tenaga pencari kerja di

akhir tahun 2015 atau dikenal dengan

perdagang bebas Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA) menjadi sebuah dilema

dan boomerang bagi warga Indonesia, ada

hal positif yang dapat ambil bilamana telah

berbekal pengetahuan yang luas serta

keahlian bagi tiap individu. Dimana

keahlian tersebut menjadi bekal untuk

menghadapi ketatnya persaingan dengan

tenaga asing. Bagi masyarakat perkotaan

mungkin mudah dan cepat tanggap dalam

menghadapi daya saing dengan tenaga asing

yang masuk ke Indonesia. Namun tidak

berlaku bagi masyarakat yang berada di

pedesaan. Maka tidak jarang banyak petani

yang mengeluh dengan hasil penjualan

panennya yang selalu menurun

dikarenakan ketidak-siapan mereka untuk

berkompetisi dengan hasil panen Import.

Masyarakat Ekonomi Asean ini,

sebenarnya bisa menjadi lahan pemasaran

yang baik bagi para petani dengan

pembekalan keahlian yang matang dan

terencana. Karena dengan keilmuan dan

keterampilan yang selalu up to date

tentunya dapat menciptakan produk yang

kompetitif namun tetap memperhatikan

nilai budaya lokal dan menggunakan bahan

baku lokal. Sehingga memiliki keunikan

tersendiri yang tidak dimiliki negara

Page 76: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

175 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

lain.Salah satunya dengan melestarikan

kembali makanan tradisional yang diolah

dengan cara yang kreatif tanpa

menghilangkan nilai budaya (kearifan lokal)

dan penggunaan bahan lokal.

Pengembangan usaha khusus produk

kue tradisional masih memiliki kendala

kurang pengetahuan pengolahan kreatif

dengan bahan pangan lokal yang tersedia.

Selama ini pembuatan kue tradisional

sebagian besar terpaku pada bahan baku

pangan terigu yang pada kenyataannya

adalah sumber import terbesar Indonesia.

Bahan pangan lokal seperti singkong yang

dapat tumbuh dengan mudah, cepat dan

efisien selama ini diolah menjadi beberapa

jenis kue tradisional, padahal jika dilihat

dari sifat kimia fisik bahan, singkong dapat

diolah menjadi beragam kue tradisional

pengganti terigu. Hasil pengolahan kue

tradisional dapat di jadikan usaha kecil

rumah tangga yang dapat menjadi peluang

dan lapangan kerja serta dapat

meningkatkan pendapatan keluarga serta

kesejahteraan masyarakat setempat.

Perempuan atau wanita memiliki

potensi untuk melakukan berbagai kegiatan

produktif yang menghasilkan dan dapat

membantu ekonomi keluarga. Dewasa ini

keikut sertaan wanita dalam mencapai

tujuan pembangunan sangat diharapkan.

Perempuan menjadi sasaran dalam

pengabdian masyarakat ini karena selain

ingin memberdayakan perempuan di

daerah ini, alasan lain karena peran mereka

dalam keluarga sangat penting dalam

pengaturan ekonomi keluarga. Melalui

program usaha kecil rumah tangga

diharapkan terbentuk wilayah kelompok

usaha yang dapat memanfaatkan potensi

sumber daya dan kearifan lokal.Dengan

demikian masyarakat dapat belajar dan

berlatih menguasai ketrampilan yang dapat

dimanfaatkan untuk bekerja atau

menciptakan lapangan kerja sesuai dengan

sumberdaya yang ada di wilayahnya

,sehingga taraf hidup masyarakat semakin

meningkat.

Berdasarkan informasi yang

didapatkan langsung dari Tokoh

Masyarakat dan Ketua DKM, bahwa

penghasil utama desa ini adalah singkong.

Selama ini hasil panen yang didapatkan

warga desa umumnya adalah dijual

langsung ke pasar tanpa adanya olahan lain.

Namun sudah hampir 2 tahun ini mereka

tidak lagi memanen Singkong dikarenakan

murahnya harga jual Singkong dihargai

dipasaran, dengan harga Rp.200,-(dua ratus

rupiah)/kilo. Hal ini yang menjadi dasar

pemilihan topik pelatihan dalam

pengabdian masyarakat ini yaitu produk

olahan hasil panen Singkong guna

meningkatkan taraf perekonomian dan

mensiasati terhadap jatuhnya harga

pertanian di pasar. Disamping adanya

pelatihan, diharapkan dapat terciptanya

home industry baru di desa tersebut yang

mana aktifitas didalamnya dapat melibatkan

semua usia, terutama para pemuda-pemudi

untuk menciptakan lapangan kerja baru di

desa tersebut. Pelatihan yang akan

diberikan kepada perempuan didesa ini

adalah dengan mengajarkan pembuatan

kue bolu singkong dan tepung singkong.

Dimana kue bolu ini selain mudah dibuat,

mempunyai cita rasa yang unik dan

mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi.

Selain itu diberikan pula pelatihan kemasan

yang baik serta bagaimana penjualan yang

tepat sasaran kepada konsumen.

Pengabdian masyarakat ini merupakan

bagian dari pengabdian dari Lembaga

pendidikan dalam hal mewujudkan Tri

Darma Perguruan Tinggi di Sekolah Tinggi

Pariwisata Sahid Jakarta, dalam membantu

Pemerintah memberikan bidang keilmuan

yang dimiliki kepada masyarakat di daerah

tertinggal dengan melakukan pelatihan yang

berorientasi wirausaha.

Page 77: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

176 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

R U M U S A N M A S A L A H

1. Bagaimana membekali

keterampilan mengolah makanan

bagi warga Cilengkong dengan

memanfaatkan hasil panen

Singkong di desa tersebut?

2. Apa bentuk kemasan yang menarik

dan unik untuk olahan kue bolu

tersebut yang mudah di dapatkan?

3. Bagaimana cara warga memasarkan

produk olahan tersebut?

T I N J A U A N P U S T A K A

S i n g k o n g ( C a s s a v a )

Singkong termasuk tanaman tropis

yang berasal dari Amerika Selatan. Masuk

ke Indonesia pada abad ke 18. Penyebaran

tanaman singkong ke seluruh Indonesia

dilakukan pada tahun 1914-1918. Saat itu

Indonesia dilanda krisis kekurangan

pangan, dan singkong dijadikan sebagai

alternative pengganti makanan pokok. Pada

tahun 1968, Indonesia menjadi negara

penghasil ubi kayu terbesar ke 5 di dunia.

Singkong dengan nama lain ketela

pohon atau ubi kayu memiliki nama local

di daerah-daerah seperti kaspe (jawa

tengah), telo puhung (jawa timur), dalam

bahasa Latin disebut Manihot utilissima.

Tinggi pohon bias mencapai 5 m, daun

berbentuk menjadi dengan diameter antara

5-9cm, tak jarang dari satu pohon singkong

dihasilkan 5-10 umbi. Warna umbi

singkong ada dua; putih tulang atau

putihbersih dan kuning. Singkong adalam

tanaman perdu yang dapat hidup di tanah

yang relative tidak subur, tidak memerlukan

banyak pupuk atau pestisida, mudah

tumbuh, cepat panen, serta produksi cukup

besar per hektar.

Kandungan nutrisi dalam 100 gram

singkong mempunyai energi sebesar 160

Kcal, Karbohidrat 38,06 gram, Protein 1,36

gram, lemak 0,28 gram dan serat 1,8 gram.

Disamping itu pula singkong mempunyai

banyak sekali vitamin dan mineral yang

terkandung di dalamnya. Protein yang

terkandung dalam singkong terutama

dibuat tepung singkong menurut hasil dari

penelitian USDA menyatakan rendah

lemak namun tinggi protein dibandingkan

dengan sumber makanan lain seperti ubi,

kentang, pisang dan lainnya.

Singkong tanaman serba guna mulai

dari akar, batang, daun sampai umbinya

sangat berguna. Harga singkong sangat

murah dan terjangkau. Oleh karena itu,

masih banyak di antara masyarakat melihat

singkong dengan “setengah hati”. Padahal

kenyataannya masih banyak sebagian besar

masyarakat dari kalangan bawah yang

tersebar di seuruh Indonesia masih

mengkonsumsi singkong sebagai makanan

utama. Namun, pengolahan singkong

masih terbatas. Semisal sebatas digoreng,

direbus, dikukus misal dibuat makanan

tradisional kolak atau timus, tanpa olahan

variatif.

Selain alasan nutrisi yang cukup tinggi,

penggunaan singkong dalam pangan olahan

menjadi pilihan bijaksana karena dari aspek

social budaya, singkong sumber pangan

yang dikenal suku asli Indonesia seperti

suku Jawa Tengah yang biasa

mengkonsumsi tiwul, di pulau Bangka

Belitung mengenalmakan aruk (beras

singkong). Penggunaan singkong dalam

pangan olahan membantu dalam

mempertahankan kearifan lokal dalam

ketahanan pangan Indonesia.

P r o d u k O l a h a n S i n g k o n g

Page 78: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

177 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

T e p u n g s i n g k o n g

Proses pembuatan tepung ubi kayu

dapat dilakukan dengan beberapa cara,

salah satunya yaitu melalui proses

pengupasan, perendaman, pemarutan,

pengepresan, kemudian di keringkan

sehingga menjadi tepung ubi kayu. Menurut

Amin (2006), proses pembuatan tepung ubi

kayu secara tradisional diawali dengan

pengupasan dan pencucian sampai

penggilingan, pengeringan dan pengayakan.

Pengolahan ubi kayu dengan cara

tradisional dalam proses pembuatan

tepung, lebih praktis dan hemat biaya untuk

penyajian tepung ubi kayu. Dengan cara

baru, proses pembuatan tepung ubi kayu

dilakukan melalui tahap pengeringan

dengan alat pengering (kabinet), proses

pengeringan lebih cepat dan mengurangi

tingkat kerusakan pada tepung yang

dihasilkan (Adegunwa et al., 2011).

Pengolahan singkong menjadi tepung

singkong sangat mudah dilakukan oleh

petani pemilik singkong atau bahkan oleh

ibu rumah tangga. Pembuatan tepung

singkong tidak membutuhkan peralatan

yang rumit karena dapat dibuat dengan

peralatan sederhana dan murah serta

mudah dijumpai dilingkungan rumah

tangga. Pengolahan singkong menjadi

tepung singkong ini akan meningkatkan

harga jual dan nilai tambah serta

meningkatkan umur simpan.

K u e B o l u S i n g k o n g

Bolu kukus adalah kue yang terbuat

dari tepung terigu, gula pasir, telur ayam,

air, dan emulsifier dicampur sampai

mengembang kemudian diselesaikan

dengan cara dikukus. Pemanfaatan

singkong sebagai bahan dasar bolu kukus

merupakan suatu alternative menambah

gizi yang baik. Karakteristik bolu kukus

singkong yang baik adalah bolu kukus yang

mempunyai warna menarik, aroma harum

khas bolu kukus singkong, tekstur lembut

empuk dan rasa yang manis gurih. Menurut

penelitian Milvi (2011) dalam Hartandria

(2014), dalam percobaan pemanfaatan

singkong sebagai bahan dasar pembuatan

bolu kukus ini sampel yang menggunakan

100% singkong menghasilkan karakteristik

bolu kukus singkong yang baik dengan

aroma harum dan rasa yang manis. Dalam

penelitian ini menggunakan dua tepung

yang berbeda dan jumlah yang sama yaitu

tepung singkong dan tepung terigu (200 g),

agar menghasilkan bolu kukus yang

berbeda. Disarankan, bolu kukus singkong

hasil percobaan perlu dilakukan variasi

bahan dasar seperti dalam percobaan yang

peneliti lakukan yaitu dengan penambahan

tepung terigu sebagai bahan dasar.

K e m a s a n

Kemasan adalah suatu wadah atau

tempat yang digunakan untuk mengemas

suatu produk yang dilengkapi dengan label

atau keterangan termasuk beberapa

manfaat dari isi kemasan. Fungsi Kemasan,

yaitu ;

a) Sebagai wadah atau tempat.

b) Sebagai pelindung

c) Penunjang penyimpanan dan

transport

d) Alat persaingan pemasaran.

Kemasan plastik banyak digunakan

dalam industri pengemasan. Kelebihan

plastik dari bahan – bahan kemasan

lainnya, antara lain; harganya relatif lebih

murah, dapat dibentuk berbagai rupa,

warna dan bentuk relatif lebih disukai

konsumen, mengurangi biaya transportasi.

Namun plastik mempunyai kelemahan

yaitu umumnya tidak tahan terhadap

temperatur tinggi.

Page 79: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

178 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

P e n j u a l a n

Sejalan dengan berkembangnya

internet, muncul pemahaman baru

mengenai paradigma pemasaran berupa

konsep pemasaran modern berorientasi

pasar/konsumen atau revolusi pemasaran

berupa electronic marketplace (Arnott dan

Bridgewater, 2002:86; Bakos, 1999:1613;

Chaffey et. al., 2000; Eid dan Trueman,

2002:54). Dalam konteks bisnis, internet

membawa dampak transformasional yang

menciptakan paradigma baru dalam bisnis,

berupa digital marketing (Chandra, 2001).

Jika dulu dikenal model interaksi bisnis

tradisional yang bersifat face to face, maka

kini model interaksi itu telah berkembang

ke arah interaksi modern berbasis

elektronik atau e-commerce yang faceless,

yakni Business to Business (B2B), Business

to Customer (B2C), dan Customer to

Customer (C2C) dengan target akhir

melayani segment of one (Arnott dan

Bridgewater, 2002:86; Mulyanto, 2001:41).

Kemajuan teknologi telah memudahkan

orang untuk mengekspresikan diri dan

mendapatkan berita dengan cepat melalui

platform media sosial. Setiap harinya,

sebagian besar dari kita menggunakan

beberapa media sosial sekaligus. Entah itu

untuk komunikasi pribadi, promosi diri,

atau kegiatan marketing. Media sosial bagi

kebanyakan merk dapat membantu

mendapatkan bisnis. Tetapi jauh lebih

penting lagi, media sosial dapat

menciptakan brand awareness. Media

Sosial (social media) merupakan sebuah

media online, dengan para penggunanya

bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi,

dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring

sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog,

jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk

media sosial yang paling umum digunakan

oleh masyarakat di seluruh dunia. Sebagai

contoh, situs jejaring sosial yang paling

banyak digunakan adalah Facebook,

Twitter, Path, Google+, Linkedln,

MySpace.

T U J U A N D A N M A N F A A T

T u j u a n

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam

pelatihan ini adalah;

1) Meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan warga Desa Cilengkong

dalam mengolah produk kue bolu dan

tepung Singkong, dimana tepung

Singkong dapat bertahan hingga 1(satu)

tahun. Dan kue bolu dapat bertahan

hingga 3 hari bila dalam tempat

pendingin.

2) Mewujudkan tempat home industry

dimana warga dapat melatih

keterampilannya dan meningkatkan

perekonomiannya sebagai pemasukan

tambahan bagi keluarganya

Tujuan Khusus kegiatan ini bagi team

dosen Pengabdian Masyarakat untuk

memenuhi kewajiban Tri Darma

Perguruan Tinggi. Publikasi ilmiah pada

jurnal Sains Kepariwisataan dan

Pengetahuan Umum, P3M STP Sahid.

M a n f a a t

Manfaat yang diharapkan dari

pengabdian masyarakat ini adalah:

1) Masyarakat dan pemuda-i di kampung

Cilengkong dapat mengaplikasikan

keterampilan mengolah produk,

mengemas produk dan memasarkan

produk secara optimal terhadap hasil

singkong.

Page 80: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

179 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

2) Masyarakat dan pemuda-i disana bisa

mendapatkan pengetahuan baru yang

berkenaan dengan singkong serta

mengembangkan kemampuannya

tersebut guna meningkatkan taraf hidup

mereka.

3) Meningkatkan pendapatan keluarga

4) Memperkenalkan STP Sahid kepada

masyarakat dengan adanya penelitian

ini.

H A S I L Y A N G D I C A P A I

P e l a t i h a n

T e m p a t d a n W a k t u

Pelaksanaan pelatihan pengolahan

makanan, pengemasan produk dan cara

menjual produk dengan tema “Singkong

Membangun Cilengkong” dilaksanakan di

Majelis Ta’lim Cilengkong, Pamijahan,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Penyelenggaraan selama yaitu pada hari

Kamis tanggal 13 April 2017.

P e s e r t a

Peserta Pelatihan yaitu ibu-ibu PKK,

ibu-ibu DKM (Dewan Kemakmuran

Masjid), ibu-ibu rumah tangga. Peserta yang

hadir sebanyak 50 orang.

P e l a k s a n a a n

S u r v e y L o k a s i

Survey lokasi dilakukan pada bulan

Februari dengan tujuan wilayah Kota Bogor

karena disamping untuk menghemat biaya,

juga untuk mempermudah proses surat

menyurat dan lainnya. Tokoh masyarakat

dan pemerintah setempat banyak

membantu dalam perencanaan dan

perijinan kegiatan.

P e n g a j u a n P r o p o s a l

Proposal diajukan kepada pihak Desa

Cilengkong dan STP Sahid. Dimana

proposal ke Desa Cilengkong sebagai surat

ijin memasuki dan menggunakan wilayah

tersebut untuk melaksanakan Abdimas.

Sementara itu proposal untuk STP Sahid

sebagai surat jalan dan pengajuan dana

untuk dapat melaksanakan kegiatan

tersebut dan membawa naungan STP Sahid

untuk ke masyarakat Desa Cilengkong.

P e r s i a p a n

Persiapan coaching Produk dimulai

dari mensosialisasikan kegiatan ke rumah

warga di Desa Cilengkong, sasaran

utamanya adalah para ibu rumah tangga.

Dan mendata berapa banyak warga yang

akan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.

Kemudian kami juga mensurvey lokasi

kegiatan yang berada di di dalam Majelis

Ta’lim, dan memprediksikan keperluan

yang dibutuhkan untuk digunakan pada

hari-H.. Media perlengkapan seperti yang

telah diungkapkan di atas juga perlu kami

bawa agar tidak terjadi kekurangan pada

saatnya.

Page 81: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

180 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

P e l a k s a n a a n K e g i a t a n

Kegiatan pada hari Kamis, 13 April

2017 pukul 09.00-17.30 WIB dengan

metode pelatihan pemberian materi

pengetahuan dasar mengenai bahan-bahan

makanan, bahan pengemasan dan metode

penjualan. Kemudian dilanjutkan dengan

praktek langsung dalam pengolahan

produk singkong dalam bentuk coaching.

Sehingga peserta dapat mengasah

keterampilannya secara langsung. Adapun

tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai

berikut;

1) Absensi berdasarkan nama yang telah

diberikan

2) Pembukaan

3) Coaching Produk Olahan Singkong;

Tepung Singkong dan Kue Bolu

Singkong

4) Packaging

5) Marketing

6) Sesi tanya-jawab

7) Penutupan

8) Pemberian Plakat dan Sertifikat

9) Foto Bersama

Alat dan Bahan :

1) Fotocopy Resep Masakan

2) Perlengkapan dan peralatan memasak

3) Contoh kemasan plastik wrapping

dan gelas beserta tutupnya

4) Stiker Produk

5) Laptop dan proyektor

Materi Coaching Produk Olahan

Singkong;

a. Tepung Singkong

Bahan : Singkong 4 kg

Cara membuat :

Kupas singkong dari kulitnya.

Bersihkan singkong menggunakan air

bersih dan pastikan lendir yang berada

diantara kulit dan daging umbi juga

bersih. Pembersihan bisa dilakukan

dengan cara menyikat permukaan umbi

singkong.

Potong-potong singkong setipis mungkin,

ini dimaksudkan untuk mempercepat

proses pengeringan nantinya.

Rendam singkong dalam air bersih

selama minimal 2 hari 2 malam, proses

ini akanmenghasilkan endapan tepung

tapioka. Pisahkan tepung dan keringkan

untuk keperluanberikutnya.

Selama proses perendaman, air harus

diganti maksimal 24 jam sekali atau lebih

bagus 12 jam sekali, jika tidak hasil

tepung akan menyisakan bau seperti bau

singkong yang busuk terendam.

Angkat singkong dari rendaman dan

jemur hingga benar-benar kering dengan

kadar air kurang lebih 10%, cirinya

singkong mulai lapuk/rapuh.

Saatnya proses penggilingan, jika tidak

ada alat giling kita juga bisa

menumbuknya menggunakan lumpang

hanya saja prosesnya lebih lama.

Ayak singkong hasil tumbukan dengan

ayakan tepung, Sisa ayakan dapat

ditumbuk kembali sampai benar-benar

halus.

Satukan tepung hasil ayakan dengan

tepung tapioka yang diperoleh dari hasil

perendaman dan jemur kembali sampai

benar-benar kering.

Tepung Singkong sudah siap digunakan,

jika tidak digunakan secara langsung

simpan pada wadah/plastik yang tertutup

rapat.

b.Kue Bolu Singkong

Bahan : Telur 4 buah, Gula 250 gr, SP

1sdt, Margarin 150 gr, Singkong 400 gr,

Kelapa 200gr, pewarna buatan/alami

Cara Membuat :

Siapkan bahan-bahan dan peralatan yang

di butuhkan

Kupas singkong dan parut hingga halus,,

peras, sisihkan

Page 82: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

181 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

Siapkan bowl besar dan masukan gula

pasir, emulsifier atau pengembang, dan

telur.Kocok menggunakan mixer hingga

adonan mengental

Masukkan tepung, kelapa parut sedikit

demi sedikit menggunakan spatula

Masukkan bahan dasar singkong yang

sudah diparut tadi menggunakan spatula

Masukkan mentega (sudah dingin) yang

sudah di lelehkan sedikit demi sedikit

menggunakan sepatula

Pisahkan adonan hingga tiga bagian dan

beri pewarna pada setiap adonan yang

berbeda

Masukkan adonan warna pertama

kedalam Loyang setelah Loyang diolesi

minyak atau mentega

Kukus adonan selama 10 menit

(menyesuaikan) hingga adonan

mengembang masukan adonan warna

kedua dan begitu selanjutnya hingga

ketiga.

Angkat bolu dari kukusan dan keluarkan

dari Loyang.

Beri hiasan pada bolu dengan keju parut

atau buah atau kelapa parut

Setelah dingin bolu kukus singkong siap

dihidangkan atau di kemas.

M a t e r i K e m a s a n

Pada Pelatihan ini dikemukakan

Kemasan plastik yang cocok digunakan

untuk produk bolu singkong. Kelebihan

plastik dari bahan – bahan kemasan

lainnya, antara lain; harganya relatif lebih

murah, dapat dibentuk berbagai rupa,

warna dan bentuk relatif lebih disukai

konsumen, mengurangi biaya transportasi.

Namun plastik mempunyai kelemahan

yaitu umumnya tidak tahan terhadap

temperatur tinggi. Penambahan label

kemasan dengan logo merk menarik,

informasi komposisi bahan, tanggal

pembuatan dan kadaluarsa, cara

penyimpanan, tempat produksi dan nomor

kontak.

M a t e r i P e n j u a l a n

Dalam hal ini warga desa di ajarkan

bagaimana cara menjual produk hasil kreasi

mereka dengan cara manual maupun

online. Dimana penjualan manual yang

dimaksud adalah :

1) Warga menjual langsung hasil

produksinya ke pembeli dengan

menawarkan di tempat yang ramai

seperti di pasar, di tempat wisata yang

terdekat, berjualan di area yang ramai

seperti persimpangan dengan

menggunakan sepeda motor, sepeda

ataupun stand booth dan tempat

lainnya dimana penjual dapat

berinteraksi langsung kepada pembeli

2) Menitipkan hasil produksinya ke sentra

penjualan makanan, mini market yang

tersebar di seluruh Indonesia, ke

restoran, koperasi, kantin sekolah dan

kantor

Penjualan yang beberapa tahun

belakangan ini meningkat tajam adalah

melalui online dengan kategori sebagai

berikut;

1) Media sosial seperti Facebook,

Instagram, BBM dimana hasil produksi

yang akan dijual di foto semenarik rupa

agar mempunyai daya Tarik tersendiri,

kemudian di share ke media sosial

disertai harga dan alamat lokasi

penjualan

2) Membuat share location business pada

aplikasi google business, dimana bila

ada reseler lain dari luar kota ataupun

luar negeri yang akan berbisnis produk

hasil olahan desa tersebut maka mereka

dengan mudah dapat mencarinya

3) Bilamana hasil produksi singkong

berkembang lebih banyak lagi

inovasinya maka dapat membuat

Page 83: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol.2, No. 2,p.173-182

@STPS 2017, All Rights Reserved

182 | J-STP Vol.2 No.2| Juni 2017

website ataupun blog untuk kemudahan

penjualan dan bertransaksi

E v a l u a s i

Evaluasi dengan pihak Lembaga

Pengabdian Masyarakat STP Sahid dengan

tujuan menginformasikan kendala yang

dihadapi ketika berada di lapangan,

bagaimana bersosialisasi dengan warga yang

berlatar belakang pendidikan rendah

namun sangat kritis saat bertanya,

bagaimana berbicara dengan mereka

dengan latar belakang kebudayaan berbeda

di setiap daerah, keberlanjutan kegiatan

untuk ke depannya baik untuk STP Sahid

maupun untuk desa tersebut.

K E S I M P U L A N D A N S A R A N

Dalam pelatihan dapat dilihat peserta

kurang memiliki pengetahuan tentang

variasi pengolahan pangan berbahan

singkong. Terlihat peserta termotivasi ingin

membuat produk pangan dan mewujudkan

menjadi usaha.

Saran : Perlu dilakukan pelatihan

berkala dan bagaimana pemasaran produk

bisa berkelanjutan dan memberi nilai

tambah pada ekonomi keluarga. Pelatihan

mengenai perijinan dan administrasi terkait

peraturan pemerintah. Pengembangan

kerjasama dengan perusahaan lain (supplier

tepung , gula , lemak , pihak koperasi).

D A F T A R P U S T A K A

Adegunwa MO, Sanni LO, and Maziya-

Dixon B. 2011. Effects of

fermentation length and varieties on

the pasting properties of sour cassava

starch. African Journal of

Biotechnology 10(42): 8428-8433

Afriani Iyan, 2009. Metode Penelitian Kualitatif.

Amin H. 2006. Improvement of quality

and self life of kasoami, a traditional

cassava based food from South East

Sulawesi. Forum Pascasarjana

29(4):301-319

Djuwardi, Anton. 2009. Cassava : Solusi

Pemberagaman Kemandirian Pangan

(Manfaat Peluang Bisnis Prospek).

Jakarta : Gramedia Widiasarana

Indonesia edition, in Indonesian

Hartandria, Fitria. 2014. Uji Kadar Protein

Pada Pembuatan Bolu Kukus Dari

Tepung Singkong (Manihot

Esculenta Crantz) Dan Penambahan

Ekstrak Buah Naga Merah

(Hylocereus Polyrhizus) Dengan

Konsentrasi Yang Berbeda. Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Ismiatun. 2007. Kudapan Berbahan

Singkong. Jakarta : Penerbit Tiara

Aksa.

Kaihatu, Dr.Thomas S.,MM. 2014.

Manajemen Pengemasan. Yogyakarta

: CV Andi Offset

Setiawati, Ira., Agus Alwi Mashuri. 2014.

Peran Media Sosial Sebagai Upaya

Pemasaran Bisnis Online (Studi

Deskriptif Kualitatif). Jurnal STMIK

HIMSYA.

www.ejournal.himsya.ac.id/index.php

/HIMSYATECH/article/download/6

9/64. Diakses 05 Juni 2017

Suprapti, Ir.M.Lies. 2005. Tepung Tapioka

: Pembuatan dan Pemanfaatannya.

Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Sutejo, Bertha Silvia. 2006. Internet

Marketing : Konsep dan Persoalan

Baru Dunia Pemasaran. Jurnal

Manajemen Volume 6 Nomor 1

November 2006.

Page 84: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 183 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

PENTINGNYA STANDAR ACARA EVEN DALAM PENCITRAAN BUDAYA

INDONESIA

The Importance of Event Standards in Indonesian Cultural Imaging

Farmawaty Malik 1)

Kementerian Pariwisata Indonesia

ABSTRAK

Saat ini perkembangan event organisasi di Indonesia maju dengan pesat, seperti event untuk acara musik atau penyanyi nasional maupun internasional, dan meluas ke event pameran; event pagelaran kesenian (musik, teater dan tarian);event seminar; event pendidikan;event promosi (promosi produk baru);event pernikahan; event perayaan hari jadi(anniversary);event wisuda;event olahraga; event kesehatan;dan lain-lain. Dilihat dari trendnya pertemuan event mice Indonesia terkait ICCA menduduki peringkat ke 67 dengan tingkat pertumbuhan selama 10 tahun terakhir adalah sebesar 10,57 %. ICCA (International Congress and Convention Association Report,2010). Peluang penyelenggaraan event untuk meningkatkan jumlah pengunjung merupakan peluang terbesar setiap tahunnya dibandingkan dengan wisatawan lainnya. Peluang ini dapat juga memperkenalkan kebudayaan asli/lokal secara berkesinambungan kepada masyarakat Indonesia. Contohnya budaya Jakarta untuk masyarakat Jakarta.Dirasakan akhir-akhir ini setiap acara event yang diselenggarakan hampir tidak ada unsur-unsur budaya lokal. Pada hal pengunjung terbesar pada event ini didominasi oleh kaum muda, wanita dan para pengguna jejaring sosial(cybermania).Karenanya diperlukan sebuah standarisasi acara event-event di

Indonesia menggunakan budaya asli/lokal yang dimasukkan ke dalam paket event tersebut. Tulisan ini menggunakan deskripsi analisis yang diidentifikasi kedalam 7 kesempatan dalam

penyelegaraan acara juga dilihat seberapa besar peserta event memahami unsur budaya lokal asli yang dimasukkan dalam setiap event yang ada di Indonesia baik event nasional juga even internasional.Selanjutnya diharapkan ada sebuah rekomendasi dan standar agar setiap penyelenggaraan event mengambil unsur budaya lokal yang diperkenalkan. Artinya membangun pencitraan melalui masyarakatnya sendiri jauh lebih penting, yang kelak akan dirasakan oleh generasi muda bahkan wisman yang akan berkunjung ke Indonesia. Kata kunci Pencitraan budaya indonesia dan event

Page 85: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 184 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

Abstract Currently, the development of event organization in Indonesia is thrive, such as event of music, and events of national and international singers, and event to extend the exhibition; for example events (in musics, in theater and in show-dancing); event in seminar; educational

events; promotion event (to promotion new product); wedding event; anniversary event (anniversary); graduation event; sporting events; health events, and others. Judging from the trend meetings mice Indonesia in ICCA ranks 67 with a large rate of growth over the last 10

years amounted to 10.57%. ICCA (International Congress and Convention Association Report, 2010). Organizing events is to increase the number of visitors is the biggest opportunity each year compared to other travelers. This opportunity can also introduce indigenous culture / local Indonesian community on an on going basics. Examples Jakarta culture to society Jakarta.Lately every event organized seems no elements of local culture. Mostly in event can get the biggest number of visitors these are dominated by young people, women and the users of social networking (cybermania). Therefore required an standart of event, how keep even organizations in Jakarta has been using the original culture / local is included in the event package. This writing uses the description that is identified 7 step into analysis and also see how big the event participants understand the original local cultural elements included in every event in Indonesia, both national event internasional. Afterthat we also expected there was a recommendation and standart of event that any organization of events taking elements of introducing the local culture. It means building an image through the local people is more important, than will be touch by young generations even the tourists who will visit Indonesia

next.

Keywords Imaging Indonesian culture and events

Riwayat Artikel :

Diajukan: 05 Juni 2017

Direvisi: 12 Juni 2017

Diterima: 22 Juni 2017

Page 86: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 185 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

PENDAHULUAN

Pencitraan bangsa menjadi adalah sebuah

upaya yang terus menerus membangun

identitas dan integritas bangsa. Menguatkan

citra kepariwisataan Indonesia merupakan

bagian yang terpenting dalam memberikan

kesan positih yang mempunyai identitas

bangsa yang kuat. Dengan pencitraan yang

baik dan berkesan akan memberikan

dorongan/motivasi wisatawan akan datang

dan datang kembali sehingga dapat

meningkatkan jumlah devisa dan jumlah

wisatawan yang datang. Hal ini kita bisa

pelajari dari negara Jepang dan Korea Selatan

yang 3(tiga)tahun terakhir ini telah

mempengaruhi kaum muda belia Indonesia

dengan gaya bernyanyi disebut seperti

AKB48-JKT48 dan musik K-pop yang juga

mempengaruhi pertumbuhan boyband di

Indonesia (referensi dari berbagai media).

Hal ini bukan berarti bahwa pengaruh ini

memperburuk identitas bangsa tapi lebih

ujian terhadap loyalitas bangsa kita. Hal ini

menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kami

selaku penulis. haruskah kita berdiam diri

mendengar dan menyaksikan perubahan

demi perubahan. Karenanya loyalitas atau

rasa memiliki itu harus ada di sekitar

mereka. Siapakah mereka yang menerima

perubahan? Mereka adalah kaum muda:

wanita:para pengguna jejaring sosial. Jika

diamati lebih jauh jumlah penduduk

Indonesia yang terbanyak jumlahnya ke dua

setelah negara China. Mayoritas penduduk

atau hampir 40% adalah kaum muda.

Berdasarkan hasil juri Markplus 2012 lalu

dalam acara penobatan marketer of the year

2012, salah satunya Dino Patijalal sebagai

duta besar AS dengan konsep diasporanya.

Dino sebagai duta besar USA mengajak

warga USA tertarik membuat kesenian dan

kerajinan yang akhir bisa merubah pencitraan

tentang Indonesia di Amerika. Dahlan Iskan

juga dipilih sebagai marketing of the year

2010; Sebelumnya juga Sapta Nirwandar

dari kemenbudpar sebagai marketing

champion 2009; begitu pula dengan Jokowi

sebagai marketing of the year 2010.Kecintaan

terhadap Jakarta diungkapkan langsung

dengan datang ke kampung-kampung di

Jakarta. Jokowi sebagai marketer punya

semangat membangun Jakarta yang kuat dan

akhirnya sebagian mampu mengubah

pandangan/citra kaum muda Jakarta terhadap

Jokowi tentunya seluruh Indonesia.

Kenyataannya banyak kaum muda Indonesia

terinspirasi dengan gaya Betawi Jokowi yang

unik. Padahal Jokowi berasal dari walikota

Solo yang sukses. Pepatah asli Indonesia

menyebutkan” Dimana bumi dipijak disana

langit dijunjung” Artinya setelah Jokowi

menjadi gubernur DKI Jakarta beliau benar-

benar mencintai dan turun melihat langsung

masyarakatnya, yang dikenal dengan Gaya

blusukan. Artinya komunikasi melalui

budaya yang mudah dan sederhana bisa

menjadi sebuah citra dan keunikan yang

kuat. Sedangkan dalam kode ethik pariwisata

dunia tahun 2004 Santiago Chili; salah satu

isinya bahwa wisatawan juga harus

menjunjung tinggi budaya yang

dikunjunginya” Demikian pula hak wisatawan

juga diatur dalam UU no 10/tahun 2009

pasal 25 tentang kewajiban wisatawan”

menjaga dan menghormati agama, adat

istiadat dan budaya serta nilai-nilai yang ada

pada masyarakat setempat”

Peluang untuk mempromosikan budaya asli

Indonesia semakin menguat setelah melihat

pertumbuhan usaha pariwisata dibidang

MICE khususnya event MICE yang makin

sering diadakan di Jakarta. Jakarta

merupakan kota yang mempunyai peringkat

ke 113 pada tahun 2010 lalu dalam

mengadakan tingkat pertemuan dunia(ICCA

report 2010). Dapat diperkirakan berapa

besar jika pengujung kaum muda: wanita;dan

Page 87: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 186 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

Netizen(para jejaring sosialita) sering

mengikuti mengikuti meeting; incentive

travel:conference/congress/convention yang

berunsur budaya yang kuat maka diharapkan

berpeluang terjadi perubahan pencitraan

budaya itu akan dapat terjadi dan dirasakan

oleh seluruh bangsa Indonesia.

Potensi pertumbuhan event mice dapat

dijadikan sarana paling efektif untuk

berpromosi dan membangun citra budaya.

Diperkirakan setiap pertemuan mice

umumnya dihadiri oleh kurang lebih 100

peserta. Para peserta mice umumnya

dihadiri oleh orang-orang penting seperti

para pemimpin perusahaan dan para

menteri menjadi delegasinya. Seperti

penyelenggaraan event APEC 2013 dimana

Indonesia menjadi ketua yang diperkirakan

akan dikunjungi oleh 15 000 wisatawan

mancanegara pada sidang Apec di Bali nanti.

Kegiatan Apec ini juga diliput oleh berbagai

media lokal bahkan nasional dan

internasional (Deny W. Kurnia, Direktorat

Kerja Sama APEC dan Organisasi

Internasional Lainnya; Lokakarya Forum

Komunikasi Kelitbangan FKK), Bekasi, 25

Maret 2013).

Berdasarkan daftar kalender APEC di atas

maka terbukti Length of stay delegasi di

Indonesia lebih lama daripada jenis wisata

lainnya. Diperkirakan lebih 50% peserta

mice internasional menghabiskan waktunya

ke destinasi lain, sementara delegasi mice

domestik tinggal lebih lama di destinasi yang

memberikan dampak pemasukan daerah

lebih besar lagi.

Kebijakan pemerintah dalam mendukung

industri mice, telah menetapkan 14 kota

utama ;10 kota utama tersebut adalah

Medan, Padang/ Bukit Tinggi, Batam,

Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,

Bali, Makasar dan Manado. Sedangkan tiga

kota potensial adalah Palembang, Solo,

Lombok dan Balikpapan. Pengembangan

industri mice tidak hanya terbatas pada kota-

kota tersebut melainkan semua kota di

Indonesia.(Direktorat Promosi Kovensi

Insentif Event Minat Khusus)

Berdasarkan pengamatan penulis di Jakarta

sendiri banyak sekali event-event yang

diselenggarakan oleh event organisasi yang

besar dan kecil/ bahkan penyelenggaraan

event. Misalnya saja event

penyelenggaraan musik di gedung

convention Sentul yang dihadiri

anak usia belia. Dan sejumlah

700.000 anak indonesia yang usia

sekolah dasar mereka menghadiri

acara Justin Bieber. Bahkan

mereka mengerti bagaimana

memesan tiket dan siapa

penyelenggara event Justin Bieber.

Pengetahuan ini mereka ketahui

karena sosialisasi dimedia cetak dan

elektronik begitu sering dan cepat.

Lagu pembukaannya acarapun dari

jingle-jingle negara lain, tidak ada

28

Nama Pertemuan Waktu Tempat

APEC Symposium and Informal Senior Officials’ Meeting (ISOM) 6 - 7 Desember 2012 Jakarta

SOM 1 and related meetings 25 Januari – 7 Februari 2013 Jakarta

SOM 2 and related meetings 6 – 19 April 2013 Surabaya

Ministers Responsible for Trade (MRT) 20 – 21 April 2013 Surabaya

SOM 3 and related meetings 22 Juni – 6 Juli 2013 Medan

Forestry Ministerial Meeting * 14 – 16 Agustus 2013 Peru

Special Tourism Ministerial Meeting (TMM) September 2013 Bali

Transportation Ministerial Meeting (TPTMM) * 4 – 6 September 2013 Tokyo

High Level Policy Dialogue on Women and the Economy 7 September 2013 Bali

Small and Medium Enterprises Ministerial Meeting (SMEMM) 7 September 2013 Bali

Joint Ministerial Level Meeting on Women and SME 7 September 2013 Bali

Finance Ministers’ Meeting (FMM) 20 September 2013 Bali

Concluding Senior Officials’ Meeting (CSOM) 1-2 Oktober 2013 Bali

APEC Ministerial Meeting (AMM) 4-5 Oktober 2013 Bali

Foreign Ministers Meeting/High Level Policy Dialogue Oktober 2013 Bali

APEC CEO Summit 6-7 Oktober 2013 Bali

ABAC Dialogue with Leaders 7 Oktober 2013 Bali

APEC Economic Leaders’ Meeting (AELM) 7-8 Oktober 2013 Bali

Tabel 1 :National Calendar

APEC Indonesia 2013

Page 88: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 187 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

satupun unsur budaya kita terlihat di

dalamnya.

Media elektronik yang sering kita lihat dan

dengar juga berasal bukan dari budaya asli

Indonesia. Hampir semua anak di Indonesia

mengerti film kartun Tom & Jerry, atau

Nickolodeon dan lainnya. Ketika saya

melihat event-event yang mereka buat

hampir tidak ada unsur budayanya.

Sedangkan budaya adalah sebuah proses

prilaku, pemikiran/ide, hasil karya dan

merupakan prilaku yang sering

diulangi/terbiasa. Kebiasaan ini menjadi

sesuatu yang melekat dalam diri setiap insan

Indonesia. Karenanya untuk memperkuat

pencitraan budaya dibutuhkan suatu

pembiasaan yang berkepribadian Indonesia.

Untuk dapat dikenal dan dipahami

keperibadian tersebut serta digunakan setiap

hari dirasakan tradisi-tradisi Indonesia

disetiap kegiatan dan aktivitas bangsa, maka

perlu event organisasi yang kreatif

memahami unsur budaya tersebut ingin

disajikan seperti apa. Untuk itu perlu diteliti

sejauh mana peran event organisasi(event

organizer) dalam

mempromosikan(pencitraan)budaya lokal.

Peluang atau celah pencitraan unsur budaya

tersebut dapat dilakukan dalam sebuah

perencanaan dalam manajemen event,

minimal menyangkut berbagai bidang

berikut ini modifikasi dari berbagai

referensi:

1. Gedung/lay out ruangan

2. Publikasi

3. Pembukaan acara

3. Busana panitia dan peserta

4. Makanan dan penyajiannya

5. Pameran

6. Acara Penutupan

Semua tahapan yang berkaitan dengan event-

event Mice diatas merupakan wadah yang

dapat digunakan sebagai momen-momen

penguatan budaya dan mempromosi

akhirnya berpeluang pencitraan Indonesia.

Visi dan misi bangsa.

Kalimat awal pada visi kebudayaan dan

pariwisata nasional dijelaskan,”Terwujudnya

jati diri bangsa, persatuan dan kesatuan

bangsa dalam rangka multikultural,

kesejahteraan rakyat dan persahabatan antar

bangsa”. Terwujudnya jati diri bangsa,

menjadi visi utama bangsa untuk semua

golongan, semua bidang, hal ini merupakan

makna yang dalam untuk jati diri Indonesia

yang berkelanjutan. Jati diri Indonesia harus

dijaga keasliannya dan kejernihan jiwanya,

untuk melestarikan tetap memperkuat diri

dengan pencerahan budaya Indonesia.

Definisi kebudayaan menurut

Koentjaraningrat yang diikutip oleh Budiono

K, mengatakan bahwa, “menurut

antropologi, kebudayaan adalah seluruh

sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta

karya yang dihasilkan manusia dalam

kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan

miliknya dengan belajar”. Beberapa

pengertian kebudayaan berbeda dengan

pengertian di atas, yaitu:

1. Kebudayaan adalah cara berfikir dan

cara merasa yang menyatakan diri

dalam seluruh segi kehidupan

sekelompok manusia yang

membentuk kesatuan sosial

(masyarakat) dalam suatu ruang dan

waktu.

2. Kebudayaan sebagai keseluruhan

yang mencakup pengetahuan

kepercayaan seni, moral, hukum,

adat serta kemampuan serta

kebiasaan lainnya yang diperoleh

manusia sebagai anggota masyarakat.

3. Kebudayaan merupakan hasil karya,

rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu

masyaraakat yang menghasilkan

Page 89: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 188 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

tekhnologi dan kebudayaan

kebendaan yang terabadikan pada

keperluan masyarakat. Rasa yang

meliputi jiwa manusia yaitu

kebijaksanaan yang sangat tinggi di

mana aturan kemasyarakatan

terwujud oleh kaidah-kaidah dan

nilai-nilai sehingga denga rasa itu,

manusia mengerti tempatnya sendiri,

bisa menilai diri dari segala

keadaannya.

Meeting merupakan terminologi yang

generik, yang kadang dipakai sebagai

substitusi untuk menyebut event MICE

secara umum. Tapi ”Meeting” biasanya

merujuk kepada kegiatan pertemuan yang

lebih kecil jumlah dan skalanya

dibandingkan dengan Conference, Congress,

Convention. Meeting biasa sebagai ”Sebuah

pertemuan oleh minimal dua orang untuk

waktu minimal 15 menit, di suatu tempat

khusingus atau dengan pembayaran tempat

minimal untuk setengah hari pertemuan”.

(Faisal S.ST.Par,MM.Par,Naskah akademik

: Kajian penerapan dan kebijakan destinasi

pariwisata pada bidang mice, tahun 2010).

Hasil wawancara dan kesepakatan kami

dengan sekjen INCCA kalau Jenis-jenis

meeting yang ada di MICE dapat disebut

Event ;

Corporate Meeting

Association Meeting

Government & Intergovernmental

Meeting

Incentive Meeting & Travel

Insentive merupakan pemberian

penghargaan berupa perjalananan wisata ke

suatu destinasi sebagai bagian dari upaya

peningkatan kapasitas maupun kapabilitas

SDM perusahaan.

Dalam konteks mice, penggunaan istilah

insentive muncul karena kecenderungan

yang terjadi bahwa seseorang yang

menghadiri sebuah event pertemuan baik itu

dalam konteks internasional, regional,

nasional maupun dalam jenis association

meetings maupun corporate meetings,

adalah orang-orang yang mendapat

penghargaan khusus atau merupakan salah

satu bentuk pemberian insentif dari associate

maupun corporate.

Conference merupakan istilah yang lebih

sering digunakan di negara-negara Amerika,

sedangkan “Congress” merupakan istilah

yang sama yang lebih banyak digunakan di

Eropa. Baik “Conference” maupun

“Congress” diselenggarakan dengan durasi

sedikitnya satu hari hingga beberapa hari dan

jumlah peserta lebih dari 50 orang, namun

tidak selalu dalam frekuensi rutin.

Conference, peserta umumnya berasal dari

berbagai profesi, sedangkan “Congress”

umumnya diikuti satu jenis

profesi.Pembiayaan untuk mengikuti

“Conference” dan Congress ini bisa dibiayai

sendiri atau pihak kedua. Convention

umumnya diadakan dengan waktu yang

sudah ditetapkan secara reguler (misalnya

tahunan, dua tahunan, tiga tahunan), dengan

jumlah peserta lebih dari 5000 orang.

Terminologi “Convention” digunakan secara

luas di berbagai negara seperti Amerika,

Australia dan Asia.

ICCA memberikan kriteria International

Association Meeting sebagai berikut:

1. Dihadiri oleh peserta sedikitnya 50

partisipan

2. Diorganisir dalam sebuah pertemuan yang

bergilir(regular) (tidak termasuk pertemuan

yang diadakan hanya sekali waktu)

3. Bergilir sedikitnya tiga negara yang

berbeda

Page 90: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 189 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

Sedangkan UIA (Union of International

Association) membuat definisi International

Meeting sebagai berikut:

1. Jumlah minimum partisipan 300 orang

2. Jumlah minimum partisipan asing (luar

negeri) 40 persen

3. Jumlah minimum negara/kebangsaan 5

negara

4. Lama minimum (durasi) penyelenggaraan

meeting 3 hari

Exhibition : secara sederhana Pameran

adalah sebuah kegiatan pertemuan dimana

ditampilkan produk dan jasa, dengan

mengundang para pembeli dan atau dalam

rangka peningkatan citra produk atau jasa

yang ditampilkan. Dalam perspektif

penyelenggara konferensi atau konvensi

digelarnya pameran dalam merupakan salah

satu pendukung kesuksesan sebuah

konferensi dan konvensi tersebut. Namun

tidak semua konferensi atau konvensi

disertai pameran. Sebaliknya, dalam sebuah

pameran juga digelar kegiatan konferensi,

namun tidak semua pameran menggelar

konferensi.

Garis-garis besar event berdasar hasil

wawancara penulis dengan Executive

Direktor Liek Diworoputro, MSc, CMMC

dari INCCA/Indonesian Congress And

Convention Association memberikan

pemahaman tentang event organisasi terkait

seluruh aktivitas MICE. Hanya saja

penyebutan untuk Professional Congress

Organisation/PCO sedangkan untuk PEO

berlaku untuk pameran atau Professional

Exhibition Organisation/PEO. Dalam

sebuah usaha MICE bisa saja ke duanya juga

dilakukan oleh pengusaha tersebut,

seringkali juga secara umum disebut EO

(Event Organisasi) karenanya dalam istilah di

media sering disebut EO.

Diakui olek Pak Liek kalau event asing tidak

bisa begitu saja tampil di Indonesia , dia

harus kerjasama denga EO di dalam negeri.

Seperti Reed bekerjasama dengan

PanoramaConvex. Misalnya Sony Subono

yang mendatang Bruno Mars ke Indonesia

juga bekerja sama dengan EO yang

mempunyai izin dan sertifikasi. Menurutnya

permasalahan terjadi bukan karena EO tapi

banyak sekali EO di Indonesia yang tak

berizin dam sertifikasi. Kendala

menampilkan budaya lokal dalam event

MICE selama ini adalah tidak adanya

anggaran untuk tampilan budaya; tampilan

atraksi budaya dianggap mahal dan kurang

manfaatnya/benefit bagi EO. Kita akan

mengadakan congress bupati dan wali kota

yang jumlahnya 12.000 orang, sudah

kesulitan cari venuenya.Selain PCO; PEO:

Insentif travel: Seminar atau acara diskusi

pax diatas 50 orang maka akan disebut

Event, setiap acara yang berlangsungnya

sehingga pengelola dari semuanya Event

Organisasi lebih kepada pengelolaan. EO di

Jakarta beragam bidangnya ada EO

penyeleggaran olahraga seperti Sepak bola

bahkan EO pemakamanpun ada ungkap,

pak Liek Diworoputro.

Ada pula yang disebut DMO( destination

Marketting Organisation) misalnya UBM

dan di Indonesia hanya ada 1 DMO yaitu

Bali Pacific World. Di Jakarta cukup banyak

assosiasi MICE misalnya SIPCO; ASPEK:

ASPERAPI dan sebagainya.

Lokasi penelitian ada di lokasi wilayah DKI

Jakarta. Dalam kegiatan ini akan dilihat

penyelenggaran even-even yang dikelola di

daerah DKI Jakarta misalnya even yang

diselenggarakan oleh kementerian pertanian

di JCC, event kesehatan atau event yang

diselenggarakan oleh partai. Apakah dalam

acaranya menggunakan unsur ada budaya

asli dalam pengemasannya misalnya dalam

pembukaan acara menabuh gamelan, atau

Page 91: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 190 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

angklung, sasando dan lain sebagainya. Atau

ada panggung khusus area budaya, atau ada

pengenalan makanan asli langka misalnya.

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan

selama 3 bulan, dimulai sejak bulan

April;Mei sampai dengan Juni 2013.

Kegiatan ini direncanakan dapat diselesaikan

dalam waktu 3 bulan (tiga) dengan

penjabaran waktu secara garis besar sebagai

berikut : penelitian akan dilakukan ke

lapangan pada bulan Mei 2013. Lama

penelitian lapangan kurang lebih 7 sampai

dengan 10 hari dengan waktu bersamaan

atau berbeda melihat kondisi di lapangan.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun

pendekatan kualitatif dilakukan dengan cara

lebih banyak mengumpulkan informasi

tentang segala bentuk acara-acara(event) yang

diselenggarakan oleh EO dan kementerian

lain di luar parekraf.

Menggunakan cara pengumpulan data yang

sederhana.

1). Sumber informasi adalah berupa data

primer hasil pengamatan langsung dan

penggunaan metode purposive sampling

melalui wawancara dan melihat acara

langsung event mice dan penyelenggara mice

terhadap beberapa individu (informan

kunci), sedangkan data penunjang atau data

sekunder yang digunakan

adalah buku-buku dan dokumen lainnya

yang sejenis.

2). Ruang lingkup sampel dalam penelitian

ini adalah :

Pihak pengelola event ( Event

Organiser);

Penyeleggaraan event yang

berlangsung. Produk-produk event.

Peserta event.

Karena penelitian ini bersifat deskriptif maka

hasil pengumpulan data merupakan

gambaran kondisi Peranan organisasi event

dalam memperkenalkan mempromosikan

budaya Indonesia.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah

pedoman wawancara sebagai pedoman

pengumpulan data yang kemudian

diolah/dinarasikan menjadi gambaran

Peranan organisasi event dalam

memperkenalkan budaya Indonesia.

Pedoman wawancara ini dibuat ke dalam

daftar pertanyaan terbuka atau tidak

terstruktur (daftar pertanyaan terlampir).

Secara garis besar penjabaran ”Pentingnya

standar acara even dalam pencitraan

budaya” dengan cara mengidentifikasi

beberapa hal yang sangat penting dalam

pelaksanaan acara tersebut antara lain : 1.

mengidentifikasi penentuan lokasi 2.

mengidentifikasi publikasi sebuah event yang

sedang diselenggarakan 3. mengidentifikasi

acara pembukaan sebuah event yang sedang

diselenggarakan 4.mengidentifikasi busana

peserta dan panitia event. 5. mengidentifikasi

makanan dan penyajian sebuah event yang

sedang diselenggarakan 6. mengidentifikasi

pamerannya apakah ada upaya

penyelenggara menampilkan unsur budaya

lokalnya. 7 mengidentifikasi acara

penutupan sebuah even yang sedang

diselenggarakan dengan tarian tradisional

atau pantun-pantun atau lainnya yang berisi

budaya Indonesia. Metode penelitian

Deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dan kwantitatif dari berbagai

sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil lapangan yang kami

kumpulkan,

Page 92: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 191 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

Tabel 3. Jumlah Even Organiser MICE

NO KOTA JUMLAH

2013

2016

1 JAKARTA 178 224* *Data ini hanya untuk

enterteinment dan organizer

2 SURABAYA 41 14*

3 MAKASAR 38 23*

4 DENPASAR /BALI 14 9*

5 PEKAN BARU 13

6 SEMARANG 8

7 BANDUNG /JABAR 7 39*

8 BOGOR 9

9 SERANG BANTEN 6 11*

10 BATAM 6 11 MEDAN 3 1* 12 PADANG 1 13 SAMARINDA 2 14 ACEH 1 10* 15 RIAU 12* 16 RIAU KEPULAUAN 3* 17 LOMBOK 18 JOGYAKARTA 1*

Total 327 531

Jumlah keseluruhan untuk : enterteinment,

organizer, Freigh fowarder, Venue owner,

Supplier dan stand contractor.

ASPERAPI & INCCA 2013 & 2016

Dan dari beberapa EO maka didapat hasil

penyelenggaraan acara/event dengan cara

mengidentifikasi even-even yang telah

dilaksanakan :

1: penentuan lokasi/venue

2. bentuk publikasi

3.acara pembukaan

4. menentukan busana

5.menentukan makanan

6. menentukan pameran kerajinan lokal

7. menentukan penutupan acara.

Jawaban : EO = Even Organicer. Tidak= T;

Ya =Y

Pernyataan -pernyataan kami ukur

berdasarkan pernyataan responden, dan

hasil pernyataan responden Tidak=99 %,

pernyataan antara Tidak dan Ya= 25% dan

pernyataan Ya=99%.

Tabel 3: Kondisi Pernyataan EO dalam

pelaksanaan acaranya terhadap citra budaya. NO 1 2 3 4 5 6 7

EO

1

T T

Y

T

Y

T

Y

T T T

Y

EO

2

Y T

Y

Y Y Y T Y

EO

3

T T

Y

Y Y T

Y

T T

Y

EO

4

T T Y T T T T

EO

5

T T T

Y

T T T T

EO

6

T T Y T

Y

T T T

EO

7

T

Y

Y T

Y

Y Y Y Y

EO

8

T

Y

T

Y

T

Y

T T T T

Berdasarkan hasil survey, yang kami

tanyakan langsung kepada pihak

penyelenggara acara/event memang

EO/Event Organisation atau PEO yang

sudah go public mempunyai kesadaran lebih

tinggi dibanding EO yang baru muncul.

Justru dari PCO yang besar adanya

guidelines kesepakatan acara/itinerary yang

dibuat sangatlah jelas, kalau tidak muncul

maka perwakilan Negara yang menjadi Host

akan mempertanyakan kita “cultural

nightnya di hari apa” beberapa dari EO

yang kami temui memang belum pernah

mendapatkan pembekalan dari instansi

terkait dan bagi yang sudah memiliki bekal

dari latar belakang pendidikan mice berbasis

Page 93: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 192 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

budaya, justru mereka sering kali didikte

oleh pasar. Satu dilemma yang cukup sulit

untuk menentukan atau membimbing

mereka ke pada identitas lokal content.

Namun diakui oleh semua EO mereka juga

khawatir kalau tidak dipaksakan untuk kenal

maka mereka tidak pernah tahu tentang

kebudayaan lokal. Karenanya penting

memasukan kriteria ini lebih fokus lagi

kedalam semua penyelenggaraan event di

seluruh Indonesia agar mengggali event yang

mempunyai nilai-nilai identitas lokal.

Sehingga apa-apa yang diungkapkan sebagai

estimasi degradasi budaya dapat diproteksi

lebih dini, serta, dapat dialihkan didorong

menjadi sebuah peluang yang justru

mengembangkan unsur-unsur lokal.

Dari hasil pengamatan lapangan :

A. Penentuan lokasi/venue

Ditemukan pada kebanyakan/ secara umum

pada EO yang ada di Jakarta dan beberapa

di daerah lain, mereka menentukan lokasi

atau venue berdasarkan kapasitas saja hasil

yang telah ditentukan dari 10 responden 2

gagal dihubungi menyatakan 5 menyatakan

tidak menggunakan venue bernuansa

budaya.Sedangkan 2 responden menyatakan

TY/tidak dan ya atau kadang-kadang

tergantung tema/tematik, menggunakan

berbagai venue bernuansa lokal. 2

Responden ini merupakan perusahaan PCO

yang juga terkait pariwisata Satu-satunya

yang menjawab Ya selalu adalah EO sering

dalam jasa Insentif Travel bagi perusahaan

asing yang ada di Indonesia, bekerjasama

dengan kongres internasional yang ada.

Yang satunya lagi bergerak dalam jasa EO

bagi perusahaan asing yang ada di Indonesia.

B. Penentuan bentuk publikasi

Publikasi yang digunakan adalah yang

sifatnya umum 50 % dari 4 responden

artinya tidak menggunakan nuansa budaya

didalamnya. Sedangkan 3 responden

menggunakan publikasi bernuansa lokal ada

yang membuat publikasi latar belakang batik,

atau dengan gunungan atau dengan wiro

sableng; Festival kreatif computer; wayang

dalam festival games anak misalnya. Satu

responden yang selalu tidak pernah tidak

menggunakan publikasi bernilai budaya.

C. Penentuan acara pembukaan

Atraksi yang sering ditampilkan secara

umum sudah menggunakan tarian daerah

yang dijawab oleh 4 responden dengan

jawaban Tidak dan Ya, artinya kadang-

kadang mereka menampilkan pembukaan

dengan tarian daerah kadang-kadang tidak

sesuai tema event yang ditampilkan. Serta 4

responden lainnya selalu membuat

pembukaan event dengan atraksi dari daerah

asal.

D. Penentukan busana

Busana yang digunakan panitia atau peserta

umumnya bukan busana daerah tapi dengan

bahan batik atau tenunan lainnya. 2 dari

responden menjawab tidak mengikuti

busana lokal. Sedangkan 3 responden

lainnya mengakui selalu mengikuti busana

daerah lokal, responden ini berasal dari

EO insentif travel, menurut mereka

mengenakan busana daerah merupakan

bagian dari kesenangan wisatawan. Sisanya 3

responden lainnya tidak selalu mengikuti

busana daerah lokal.

E. Penentukan makanan

5 responden menyatakan menyajikan

makanan minuman sesuai venue saja, jadi

tidak terlalu banyak perubahan menunya

sehigga kesulitan untuk selalu mengikuti

makanan daerah lokal. 1 responden

mengakui kadang-kadang Tidak dan Ya

menyajikan makanan daerah.Sedangkan 2

responden lain selalu berusaha untuk

Page 94: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 193 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

mencari keunikan dari makanann daerah

lokal( responden ini menentukan langsung

makanan daerah yang sebelumnya sudah di

survey, EO ini juga bergerak di bidang

kepariwisataan).

F. Penentukan pameran kerajinan lokal

Pameran kerajinan daerah lokal di lokasi

penyelenggaraan event sangat jarang

ditampilkan oleh responden. Menurut

mereka sulit menghubunginya, dan masalah

budget juga terbatas, kecuali ada bantuan

dari dinas pariwisata atau ukm dan

perindustrian. Sedangkan satu responden

yang masih tetap menampilkan pameran

lokal misalnya bagaimana membuat jamu,

atau kain batik atau tenun dan sebagainya

Responden ini berasal dari EO insentif

travel.

G. Penentukan penutupan acara.

4 responden tidak menampilkan atraksi

penutup karena pengunjung juga semakin

sedikit, akhirnya mereka lebih sering

menutupnya dengan MC saja. Sedangkan 2

responden lainnya

mengakui kadang-kadang ada dan 2

responden lainnya selalu menampilkan

atraksi penutup alasannya inilah yang disebut

sebagai atraksi yang sangat menentukan dan

memberikan kenang2an kepada wisatawan

mice.

Tabel 4 : Kegiatan event MICE 2012 No Kegiatan Tampilan

Budaya

Komu-

nitas

Venue

1 PRJ Lengkap di

lokasi

khusus

JIEX

Anak

muda

JIEX

2 JAZZ TO

CAMPUS

Tidak ada Anak

muda

UI

3 KSN EXPO 2012 Pembukaan

dan

pameran

Anak

muda

JCC

4 IBF Pameran Anak

muda

Istora

Senayan

5 EMBRACE THE

FUTURE

EMBARACE

THE NATURE

Budaya

Jepang

Anak

muda

UI

6 ART MUSEUM Pantomin

:teater

musikal

Anak

muda

Gedung

biasa

7 LKBI Bel dan

lagu

Inonesia

Anak

muda

UI

8 ATOM DAYS Angklung Anak

muda

Batan

Serpong

9 INACRAFT Tarian dan

Pameran

Anak

muda

JCC

10 GELAR

MUSEUM

Beragam

budaya

Anak

muda

JCC

11 BIMBINGAN

TEKNIS

KEPEGAWAIA

N

Tidak ada Pegawai

muda

Kantor

Imigra-si

12 GARUDA

Internasional

Islamic EXpo

Pameran

dan tarian

pembukaan

Orang

tua dan

anak

muda

JCC

KESIMPULAN

1.Menentukan lokasi/venue.

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

gedung-gedung atau hotel bernuansa budaya

lokal dan sejarah dimana acara

diselenggarakan, gunanya untuk melatih dan

mengingatkan masyarakat dan wisatawan

nusantara serta wisatawan mancanegara.

Seperti lokasi dibawah ini misalnya.

Page 95: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 194 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

2. Menentukan Publikasi acaranya.

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

publikasi yang bernilai budaya dimana

acara diselenggarakan, gunanya untuk

melatih dan mengingatkan masyarakat dan

wisatawan nusantara serta wisatawan

mancanegara. Seperti lokasi dibawah ini

Publikasi dengan latarbelakang Batik.

3.Menentukan pembukaan even.

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

pembukaan bernilai budaya lokal ada tarian

atau musik daerah dimana acara

diselenggarakan, gunanya untuk melatih dan

mengingatkan masyarakat dan wisatawan

nusantara serta wisatawan mancanegara.

Seperti angklung dibawah ini,

4. Menentukan makanan dan minuman

event

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

makanan dan minuman berasal dari kuliner

lokal atau ada makanan yang punya cerita

berkaitan dengan acara berlangsung acara

diselenggarakan, gunanya untuk melatih dan

mengingatkan masyarakat dan wisatawan

nusantara serta wisatawan mancanegara.

Seperti contoh nasi tumpeng dibawah ini:

Page 96: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 195 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

5. Menentukan busana dari panitian dan

peserta event

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

busana-busana budaya lokal tidak

menyulitkan panitia dan peserta tetap diajak

untuk dihimbau dengan senang hati.

Gunanya untuk melatih dan mengingatkan

masyarakat dan wisatawan nusantara serta

wisatawan mancanegara. Seperti busana di

daerah Bali dibawah ini,

6. Menentukan pameran mini dalam event

Perlu dan penting selalu berorientasi ada

pameran keunikan daerah yang dapat dipilih

oleh EO terkait bidang penyelenggaraan

misalnya pameran tekstiel terkenal dunia,

maka EO dapat membuat sebuah pameran

mini yang dibuat oleh dinaspar atau

perindustrian setempat. Misalnya cara

pembuat songket/atau tenunan lain.Bila hal

ini terus menerus dilakukan paling tidak

melatih kita dan mengingatkan masyarakat

dan wisatawan nusantara serta wisatawan

mancanegara. Seperti hasil tenunan desa

Tenganan di Bali ; tenunan Sillungkang di

Solok Selatan dibawah ini,

7. Menentukan penutupan event

Perlu dan penting selalu berorientasi kepada

penutupan bernilai budaya lokal ada tarian

atau pantun yang membuat orang tertawa

dan menghibur, bisa berkaitan dengan

daerah dimana acara diselenggarakan. Hal

ini juga untuk melatih dan mengingatkan

kita akan budaya termasuk masyarakat dan

wisatawan nusantara serta wisatawan

mancanegara. Contohnya tarian saman

sebagai atraksi penutupan seperti dibawah

ini,

Page 97: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Jurnal Sains Terapan Pariwisata

Vol 2. No. 2, p.183-196

@STP 2017,All Rights Reserved

Hal. 196 | J-STP I VOL 2 NO. 2 2017

DAFTAR PUSTAKA

Pitana I gde, Surya Diarta I ketut, Pengantar

Ilmu Pariwisata, Andi Jogyakarta 2009.

Kode Ethic Pariwisata Dunia, Emil Salim

Jakarta, 27 September 2004

Immutable Laws of branding, Alries dan

Laura Ries Hermawan K, Gramedia 2000

Deny W. Kurnia, Direktorat Kerja Sama

APEC dan Organisasi Internasional Lainnya;

Lokakarya Forum Komunikasi Kelitbangan

FKK, Bekasi, 25 Maret 2013..

ICCA Report 2010

Faisal S.ST.Par,MM.Par,Naskah akademik :

Kajian penerapan dan kebijakan destinasi

pariwisata pada bidang mice, tahun 2010)

Warta Ekspor /DJPEN/MJL/002/07/2011

Edisi Juli

http://www.kaskus.co.id/thread/51b1a9e91bc

b176b1700000b/event-organizer-di-

indonesia-yang-pertama-kali-go-

public?goto=newpost

Page 98: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Pedoman Penulisan Jurnal Sains Terapan Pariwisata (J-STP)

1. Naskah a. Naskah yang dikirim belum pernah di publikasikan di media lain. Hal ini di

buktikan dengan surat pernyataan di atas meterai bahwa naskah tersebut belum pernah di publikkasikan di media lain.

b. Naskah di ketik mengunakan program Microsoft Words dengan mengunakan huruf Times New Roman,ukuran Font 12,di atas kertas A4 berjarak satu spasi dengan panjang 13 - 20 halaman (termasuk gambar atau grafik atau tabel).

c. Naskah di tulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris.Sistematika penulis mencakup: nama penulis serta abstrak disertai kata kunci,pendahuluan,metodologi,hasil dan pembahasan,simpulan dan daftar rujukan.

d. Nama penulis di cantumkan tanpa gelar akademik,di sertai nama dan alamat lembaga asal,dan di tempatkan di bawah judul naskah.

e. Naskah di serahkan dalam bentuk print out (hard copy)1 eksemplar dan cakram padat (CD) dapat di kirim melalui pos ke alamat : Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Tlp. (021) 7402329, Fax (021) 7428152, atau di kirimkan melalui pos elektronik (e-mail) sabagai lampiran (attachment) ke alamat:[email protected]

2. Judul

Judul tidak boleh lebih dari 12 kata dan di ketik dengan huruf kapital di tengah-tengah dengan huruf kapital ukuran 14.Judul naskah dapat meliputi tema: a. Kepariwisataan b. Perhotelan c. Hospitaliti d. Gastronomi e. Manajemen Pariwisata (Tourism Management) f. Ekonomi dan pariwisata berbasis masyarakat g. Tema lain yang memiliki hubungan dangan pariwisata

3. Abstrak

Naskah abstrak dibuat dalam bahasa yaitu bahasa indonesia dan bahasa inggris.Panjang masing-masing abstrak 200 kata dan minimal berisi judul artikel, tujuan, metode dan hasil penilitia.

4. Kata Kunci (Key Word) Kata kunci maksimum terdiri dari 6 kata atau gabungan kata dan cara pengurutannya dari spesifik ke yang umum.

Page 99: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

5. Pendahuluan Pendahuluan berisi tentang latar belakang,konteks penelitian,hasil kajian pustaka dan tujuan penelitian.

6. Metodologi Metodologi berisikan mengenai paparan mengenai rancangan penelitian,sumber data,teknik pengumpulan data,serta analisis data yang di lakukan oleh penulis.

7. Hasil dan pembahasan Hasil penelitian berisikan tentang paparan hasil analisis berkaitan dangan tujuan penelitian.pembahasan juga meliputi pemaknaan hasil dan perbandingan dengan teori dan /atau hasil penelitian sejenis maupun dengan penelitian sebelumnya.

8. Simpulan Bagian simpulan berisikan temuan hasil penelitian berupa jawaban atas pertanyaan penelitian maupun intisari hasil pembahasan.Simpulan di sajikan dalam bentuk paragraf.

9. Pengutipan Pengutipan atau perujukan mengunakan teknik rujukan berkurung (Nama akhir,tahun: halaman).Contoh: (Wiweka,2010:6)

10. Daftar Rujukan Daftar rujukan memuat sumber-sumber yang di rujuk.Jurnal ini mengikuti APA (American Psychological Association) format dengan contoh sebagai berikut: Buku oleh satu penulis Ismayati. (2010). Pengantar Pariwisata.Jakarta: Grasindo. Buku oleh dua penulis: Beck, C. A. J., & Sales, B. D. (2001).Family mediation: Fact, myths,and

future prospects. Washington DC: American Psychology Association. Lebih dari satu buku dengan penulis yang sama pada tahun yang sama: Roy, A. (1998a). Chaos Theory. New york: Macmillan Publishing Enterprises. Roy, A (1998b). Classic Chaos. San Francisco, CA:Jossey Bamar. Buku yang telah diedit: Mitchell, T. R.& Larson, J. R. (Eds.). (1987). People in organizations: An intoduction to organizational behavior. New York: McGraw-Hill.

Page 100: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Buku tidak di sertai nama penulis dan editor: Merriam-Webster’s collegiate dictionary (10 ed. ). (1993). Springfield,

MA: Meriam-Webster. Buku yang di revisi: Beck, C. A. J., Sales, B. D. (2001). Family mediation: Fact, myths, and future

prospects (Rev. Ed.). Washington, DC: American Psychology Association. Dokumen Resmi Pusat pembinaan dan pengembangan bahasa. (1978).Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta:Depdikbud. Skripsi, Tesis,Disertai dan laporan Penelitian Agitari, E. (2011). Pengembangan Kawasan Terpadu Dalam Pemberdayaan

Masyarakat di Perkebunan Bukit Tinggul. Skripsi tidak di terbitkan. Bandung: STIEPAR Yapari-Aktripa Bandung.

Jurnal satu penulis: Bryan, H. (1977). Leisure value system and recretion specialization: The

Case of trout fisherman. Journal of leisure Researech, 9,174-87. Jurnal dua penulis: Klimoski, R., & Palmer, S. (1993). The ADA and the hiring process in

organizations. Consulting Psychology Journal: Practic and Research, 45,10-36.

Majalah dan koran: Kandel, E. R., & Squire, L. R (2000, November 10). Neurosee : Breaking down scientific barriers to the study of brain and mind. Science,290,1113-1120. Ensiklopedia atau kamus: Sadie,S. (Ed.) (1980).The new Grove dictionary of music and musicians (6 ed. , Vols. 1 − 20).London: Macmillan. Media audio visual: Scorsese, M. (Prosedure), & Lonergan, K. (Writer/Director). (2001). You Can count on me [Motion pikture]. United States: Paramount Pictures. Rekaman suara: Costa, P. T., Jr. (Seaker).(1988). Personality, continuity, and changes of

adult life (Cassette Recording No.207-433-88A-B).Washington, DC: Smerican Psycological Association.

Page 101: SUSUNAN REDAKTUR - jstp.polteksahid.ac.id

Internet World Trade Organization.Diakses tanggal 7 mei 2011.Dari http://www. Unwto.org./facts/eng/htm