SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS...

137
SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSY

Transcript of SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS...

Page 1: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

SUBSISTEMBIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSY

Page 2: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

ANALISIS SOSIAL-EKONOMI PEMANFAATAN PUPUKHAYATI PADA USAHATANI PADI SAWAH

(Farm Level Socio Economic Analysis on Bio-Fertilizer Applicationon Rice Farming)

Irawan, E. Pratiwi, dan I. [email protected] [Perhepi 0113039]

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

ABSTRACT

The rate of increase in food production should continue at high level to keep pace with theincreasing need of national food, especially rice. The rate of increase in food production shouldbe faster, if the government intends to use the momentum of high food prices on theinternational market. Research results on agricultural technologies have been available, but theapplication rate at farm level is relatively slow, which’s indicated by high yield gap. On theother hand, most of the lands of paddy fields have decreased its productivity and landconversion occurs everywhere. In order to maintain high productivity while decreasingagrochemicals dependency, the Indonesian Agency of Agricultural Research and Developmenthas collaborated with formulators under the National Innovative Committee frame work toconduct effectiveness trial of several bio-fertilizers (BFs) on farm size of rice, namelyAgrimeth, Biovam, Probio, and Remicr. In addition to technical and agronomic testing of thosebio-fertilizers it was necessary to study socio-economic aspects. This paper presents the resultsof socio economic analysis of the use of bio-fertilizers on rice farming, including farmers’feedback in term of bio-fertilizer application and willingness to pay. The study was conductedon the demonstration plot area in Majalengka, West Java, on dry season in 2013. The resultsshowed that bio-fertilizer products have good prospects for further development as it couldimprove rice productivity and farmer income. However, according to farmers applications ofbio-fertilizers at farm level need to be simplified and integrated with farmer daily farmingactivities.Keywords: bio-fertilizer, farmer income, socio economic____________________________________________________________________

Makalah dipresentasikan pada Konferensi Nasional XVII dan Kongres XVI Perhimpunan EkonomiPertanian Indonesia (Perhepi), IICC-Bogor, 28-29 Agustus 2014.

PENDAHULUAN

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik luas lahan sawah yang saat ini luasnya sekitar 7,8juta hektar cenderung menciut akibat konversi untuk penggunaan non-pertanian (BPS, 2005;BPS, 2008; BPS, 2010). Selama periode tahun 2008 – 2010 laju konversi lahan sawah mencapai100 ribu hektar/tahun dan hanya dapat diimbangi oleh Pemerintah dengan pencetakan lahansawah baru sekitar 40 ribu hektar/tahun. Di sisi lain kebutuhan bahan pangan utama, yakni berasuntuk konsumsi nasional meningkat terus. Laju peningkatan jumlah penduduk dan tingginyakonsumsi beras per kapita menyebabkan tingginya jumlah beras yang harus disediakan olehSektor Pertanian. Di sisi lain fenomena konversi lahan pertanian terjadi dimana-mana,

Page 3: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

sedangkan membuka areal pertanian/sawah baru (ekstensifikasi) di luar P. Jawa semakin sulit.Oleh karena itu perlu ada terobosan baru dalam budidaya pertanian sehingga dapat mengatasikebutuhan pangan yang jumlahnya terus meningkat.

Guna memantapkan ketahanan pangan nasional maka laju peningkatan produksi panganharus cukup tinggi untuk mengimbangi laju peningkatan konsumsi pangan nasional yang terusmeningkat, termasuk beras, kedelai dan sayuran. Bahkan, laju peningkatan produksi pangantersebut harus lebih cepat, apabila pemerintah bermaksud mengekspor pangan untukmemanfaatkan momentum tingginya harga pangan di tingkat internasional.

Kesadaran akan pentingnya pangan sehat dan lingkungan yang bersih mulai memasyarakatsehingga tindakan pengelolaan tanah dan tanaman yang baik dan ramah lingkungan sangatdiperlukan. Tumbuhnya kesadaran masyarakat tersebut mendorong berkembangnya pertanianorganik, dimana penggunaan pupuk hayati merupakan bagian dari sistem produksinya(Simanungkalit, 2000). Pupuk hayati dimaksudkan sebagai mikro-organisme hidup yangditambahkan ke dalam tanah dalam bentuk inokulan atau bentuk lain untuk memfasilitasi ataumenyediakan hara tertentu bagi tanaman. Menurut Saraswati (2000) manfaat penggunaanpupuk hayati adalah : (1) menyediakan sumber hara bagi tanaman, (2) melindungi akar darigangguan hama dan penyakit, (3) menstimulasi sistem perakaran agar berkembang sempurnasehingga memperpanjang usia akar, (4) memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuhpucuk, kuncup bunga, dan stolon, (5) sebagai penawar beberapa logam berat, (6) sebagaimetabolit pengatur tumbuh, dan (7) sebagai bioaktifator.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) bekerja sama denganbeberapa formulator untuk meneliti efektivitas dan efisiensi produk pupuk hayati padakomoditas padi skala usahatani, salah satu lokasinya di Majalengka, Jawa Barat. Makalah inimenyajikan hasil analisis aspek sosial ekonomi pada kegiatan penelitian tersebut.

METODOLOGIBahan penelitian yang digunakan adalah pupuk hayati dan sarana produksi padi. Pupuk

hayati merupakan suatu inovasi teknologi pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan hasiltanaman, baik kuantitas maupun kualitasnya. Produk pupuk hayati yang diteliti adalahAgrimeth, Biovam, Probio dan Remicr. Agrimeth merupakan pupuk hayati yang mengandungmikro-organisme berupa Bradhyzobium japonicum, Azobacter vinelandii, Methylobacterium sp.dan Bacillus cereus. Biovam adalah pupuk hayati berbasis jamur tanah mikorisa yang telahdiseleksi dan mempunyai kemampuan unggul dalam membantu tanaman mendapatkan unsurhara, khususnya phosphat. Jamur mikorisa bermanfaat dalam proses penambatan phosphate,nitrogen dan kalium, serta dapat menghasilkan hormone tumbuh IAA dan senyawa aktif lainnyayang berfungsi memerangi penyakit akar tanaman. Remicr (Rce Enhancer Microbes)merupakan pupuk hayati yang mengandung tiga strain mikroba tanah unggul yang bermanfaatbagi peningkatan pertumbuhan dan hasil padi, melalui penambatan N2 udara (Isolat SR2.D2),pelarutan fosfat tanah dan penghasil fitohormon (isolat SR1.P1), dan pembentukan enzimkhitinase yang efektif dalam menangkal penyakit blast pada tanaman padi (isolat SR7.6).Kemudian Probio merupakan pupuk hayati yang mengandung berbagai mikroba yang dapatmenyuburkan tanah dan bio-pestisida yang berperan dalam mencegah terjadinya serangan hamapenyakit tanaman.

Aplikasi pupuk hayati langsung dilakukan oleh petani dengan bimbingan tenaga teknisiyang dilengkapi dengan petunjuk teknis atau standard operational procedure (SOP). Saranaproduksi padi yang digunakan mencakup benih padi varietas INPARI 19 dan pupuk an-organik

Page 4: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

urea dan pupuk majemuk Phonska. Kemudian sarana produksi padi lainnya seperti pupukorganik (kompos) dan obat-obatan diserahkan kepada kebiasaan petani.

Lokasi penelitian di Desa Kodasari, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka, JawaBarat yang secara geografis terletak pada koordinat : LS 06o39’25” dan BT 108o19’21”.Kegiatan penelitian melibatkan 32 orang petani dari anggota kelompok tani (Poktan) AngsanaLor dengan total luas lahan sawah 7,68 ha. Jumlah petani yang diminta untuk mengaplikasikanpupuk hayati sebanyak 30 orang, terdiri atas 10 orang petani dengan pupuk hayati Remicr, 8orang petani dengan Agrimeth, 7 orang petani dengan Biovam, dan 5 orang petani denganProbio. Faktor penentu jumlah petani yang mengaplikasikan produk pupuk hayati tersebutadalah ketersediaan bahan pupuk hayati yang dapat disiapkan oleh inventor. Para petani yangmengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus dilaksanakan padausahatani padinya, misalnya jumlah, frekuensi dan saat aplikasi pupuk hayati, serta dosis pupukan-organik. Takaran pupuk an-organik berbeda pada setiap pupuk hayati, yakni 75% dosisrekomendasi untuk Biovam, Probio dan Remicr, dan 50% dosis rekomendasi untuk Agrimeth.Dosis rekomendasi pemupukan padi di lokasi penelitian adalah urea 325 kg/ha dan NPKPhonska 250 kg/ha. Kemudian dua orang petani kontrol hanya diminta untuk menanam padivarietas INPARI 19, sedangkan teknik budidayanya diserahkan kepada kebiasaan petani, baikjenis dan jumlah pupuk an-organik maupun penggunaan obat-obatan. Kegiatan penelitiandilakukan pada musim tanam kedua (MT2) atau musim kemarau pertama (MKI) pada periodeMaret-Juni 2013. Kharakteristik petani responden disajikan pada Lampiran 1.

Aspek yang diteliti mencakup tingkat kemudahan atau kesulitan penggunaan produkpupuk hayati menurut petani, kesediaan petani untuk membeli produk pupuk hayati, dankelayakan finansial usahatani. Para petani akan menggunakan suatu inovasi baru apabila secarateknis mudah diaplikasikan, secara finansial menguntungkan dan secara sosial tidakbertentangan dengan norma atau adat-kebiasaannya.

Data primer dikumpulkan melalui pengisian farm record keeping oleh petani danwawancara dengan petani.

Pengolahan dan analisis data secara deskriptif , mencakup:(1). Aspek teknis penggunaan pupuk hayati

Seberapa jauh tingkat kesulitan penggunaan pupuk hayati dianalisis secara kualitatifmelalui penilaian petani, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik. Skalapenilaiannya:

1 2 3 4 5(Sangat sulit ---- sulit ---- sama saja ----- mudah ---- sangat mudah)

(2). Kemauan petani untuk membeli pupuk hayatiKemauan petani untuk membeli pupuk hayati dianalisis melalui pendekatan payment

card (metode langsung CVM: Contingent Valuation Method), yakni seberapa besar petanibersedia membeli/membayar harga pupuk hayati tersebut (WTP maksimum).(3). Kelayakan finansial usahatani dihitung dengan rumus berikut:

KUS = TP-TB .............................................................................(1)TP = Y x P .............................................................................(2)TB + BT + BTT .............................................................................(3)R/C = TP/TB .............................................................................(4)Dimana:KUS =Keuntungan usahatani; TP = Total penerimaan; TB = Total biaya usahatani;

Page 5: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Y = Hasil usahatani; P=Harga jual padi; BT = Biaya tunai; BTT = Biaya tidak tunai (nilaiin-kind);

R/C = Rasio penerimaan terhadap total biayaKriteria kelayakan finansial: KUS > 0; R/C > 1(Catatan: harga pupuk hayati diperoleh dari pendekatan willingness to pay (WTP)).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dan persepsi petani mengenai aplikasi pupuk hayatiKarakteristik petani yang dianalisis adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan,

dan luas lahan sawah yang diusahakannya. Usia petani tergolong produktif berkisar antara 35dan 66 tahun dengan rata-rata 53,8 tahun. Pengalaman bertani padi sangat erat hubungannyadengan usia petani. Kisaran pengalaman petani berusahatani padi sawah 10-51 tahun denganrata-rata 33,5 tahun. Tingkat pendidikan formal petani cukup beragam mulai tamat SR/SDhingga sarjana (S1), yakni 46,9% tamat SD, 25,0% tamat SLTP, 21,9% tamat SLTA dan 6,2%diploma/sarjana. Luas lahan sawah yang dikuasai petani sekitar 1.400 – 5.600 m2/petani denganrata-rata 2.400 m2/petani. Status penguasaan lahan pada umumnya adalah hak milik (75%) dansisanya adalah hak garap atau “maro” (25%).

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh informasi bahwa aplikasi pupuk hayati padaumumnya dapat dimengerti petani dengan tingkat kesulitan aplikasinya relatif beragam antarpetani. Nilai modus (dan standar deviasi) skala penilaian petani mengenai tingkat kesulitanaplikasi pupuk hayati adalah Remicr 4 (0,48), Agrimeth 3 (0,55), Biovam 2 (0,53), dan Probio 2(0,71). Maknanya aplikasi Remicr diakui petani paling mudah, sedangkan aplikasi Probio danBiovam tergolong paling sulit.

Pada masa vegetatif para petani juga memberikan penilaian mengenai pengaruh aplikasipupuk hayati terhadap pertumbuhan tanaman padi. Menurut petani indikator vegetatif padi yangmenonjol sebagai dampak aplikasi pupuk hayati adalah tinggi tanaman dan lebar daun padi yanglebih baik daripada padi biasanya (kontrol), serta warna hijau daun yang merata (Gambar 1).Berdasarkan tinggi tanaman dan warna hijau daun yang merata tersebut petani memperkirakanhasil gabahnya akan lebih banyak daripada kebiasaannya.

AgrimethProbio

Page 6: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

BiovamRemicr

Gambar 1. Kondisi tanaman padi dengan aplikasi pupuk hayati, Majalengka, JawaBarat, 2013 (Sumber foto: Irawan, 2013)

Kemauan petani untuk membeli pupuk hayatiPara petani menyatakan bahwa aplikasi pupuk hayati dapat meningkatkan produktivitas

padi sawah dan apabila harga pupuk hayati tersebut relatif murah atau terjangkau maka aplikasipupuk hayati tersebut akan dapat meningkatkan pendapatannya. Apabila pupuk hayati tersediadi pasar ada 93,3% petani (dari jumlah 30 orang) yang bersedia akan membelinya dengan hargamaksimum sebagai berikut: Agrimeth Rp 22.500/liter, Biovam Rp 10.500/kg dan Bioplus Rp2.500/sachet, Probio Rp 20.400/liter, dan Remicr Rp 12.500/saset. Para petani lainnya (6,7%)belum menyatakan bersedia untuk membeli pupuk hayati tersebut karena belum yakin akanmanfaatnya mengingat percobaan baru dilaksanakan selama satu musim tanam. Para petaniyang belum bersedia membeli pupuk hayati tersebut adalah petani yang mengaplikasikan pupukhayati probio dan agrimeth, masing-masing satu orang.

Berdasarkan harga penawaran dari petani dan dosis serta SOP masing-masing pupukhayati tersebut, maka harga pupuk hayati, sebelum memperhitungkan biaya tenaga kerjaaplikasinya adalah sebagai berikut: Agrimeth sebanyak 6 liter/ha adalah Rp 135.000,-/ha;Remicr sebanyak 6 sachet/ha (1 sachet = 50 gram) adalah Rp 75.000,-/ha, Biovam+Bioplusmasing-masing 20 kg/ha dan 40 sachet/ha adalah Rp 310.000,-/ha, dan Probio sebanyak 15liter/ha adalah Rp 306.000,-/ha. Harga pupuk hayati tersebut relatif masih lebih kecil jikadibandingkan dengan nilai efisiensi penggunaan pupuk an-organik akibat penggunaan pupukhayati. Takaran pupuk an-organik pada aplikasi pupuk hayati sekitar 50-75% dari dosisrekomendasi yang nilainya adalah Rp 285.500/ha untuk Biovam, Remicr, dan Probio dan Rp641.875/ha untuk Agrimeth. Secara fisik penghematan penggunaan pupuk an-organik sebagaidampak aplikasi pupuk hayati sekitar 62,5kg Phonska/ha dan 78,75 kg urea/ha untuk Biovam,Remicr dan Probio, serta 125 kg Phonska/ha dan 196,875 kg urea/ha untuk Agrimeth. Apabilaangka tersebut diekstrapolasi pada skala nasional dengan luas tanam padi sawah sekitar 10-11juta hektar/tahun maka efisiensi penggunaan pupuk an-organik tersebut akan sangat berarti bagikeuangan negara.

Selain itu dari aspek biofisik tanah pemakaian pupuk an-organik yang terus menerusapalagi dengan takaran yang selalu meningkat ditengarai makin kurang efektif dan efisien, sertamengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap kondisi tanah. Mengingat haltersebut, makin disadari pentingnya pemanfaatan pupuk hayati dan bahan organik dalampengelolaan hara tanah (Purwani dan S. Rasti, 2012). Oleh karena itu sistem pengelolaan haraterpadu yang memadukan pemberian pupuk hayati dan pupuk anorganik dalam rangka

Page 7: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

meningkatkan produktivitas tanah dan kelestarian lingkungan perlu digalakkan (Saraswati,2008).

Produktivitas dan analisis finansial usahatani padiPengaruh aplikasi pupuk hayati terhadap peningkatan produktivitas padi cukup beragam

(Gambar 2). Pupuk hayati Probio memberikan hasil padi tertinggi, yakni 5,9% lebih tinggidaripada cara petani (kontrol), sedangkan Agrimeth memberikan hasil padi terendah, yakni5,6% lebih rendah daripada kontrol. Pupuk hayati Biovam dan Remicr memberikan hasil padi0,8% dan 0,6% lebih tinggi daripada kontrol. Fakta tersebut menunjukkan bahwa, kecualiProbio dampak aplikasi pupuk hayati terhadap peningkatan produktivitas padi dapat diabaikandan tidak menarik bagi petani.

Gambar 2. Hasil padi berdasarkan jenis pupuk hayati dan kontrol, Majalengka,Jawa Barat, 2013 (sumber: data primer diolah)

Selain faktor aplikasi pupuk hayati banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkatproduktivitas padi. Faktor-faktor yang dimaksud antara lain adalah status penguasaan lahansawah dan kapasitas/kualitas SDM petani. Pada Gambar 3 dan Gambar 4 disajikan pengaruhstatus penguasaan lahan dan perbedaan kualitas SDM petani terhadap produktivitas padi.Perbedaan produktivitas padi pada status penguasaan lahan hak milik dan hak garap kurang dari1% sehingga dampak tersebut dapat diabaikan. Selanjutnya perbedaan umur (produktif vs non-produktif) terhadap produktivitas padi mencapai 2,7% dan tingkat pendidikan petani (tamat SDvs tamat SLTP/SLTA/Diploma/Sarjana) terhadap produktivitas padi mencapai 9,6%. Faktatersebut menunjukkan perbedaan produktivitas padi pada perlakuan pupuk hayati dapatbersumber dari perbedaan kualitas SDM petaninya, bukan semata-mata karena keunggulanproduk pupuk hayati.

Page 8: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Gambar 3. Produktivitas padi berdasarkan status penguasaan lahan sawah,Desa Kodasari, Ligung, Majalengka, 2013 (sumber: data primerdiolah)

Gambar 4. Produktivitas padi berdasarkan usia dan tingkat pendidikan petani,Desa Kodasari, Ligung, Majalengka, 2013 (Sumber: data primerdiolah)

Peningkatan produktivitas padi akibat aplikasi pupuk hayati relatif kecil, bahkanada yang negatif, tetapi pertimbangan teknis tersebut belum cukup untuk menyatakanbahwa aplikasi pupuk hayati tidak menguntungkan petani. Hasil analisis usahatanimenunjukkan bahwa aplikasi pupuk hayati pada usahatani padi mampu meningkatkankeuntungan petani karena nilai rasio B/C lebih besar daripada cara petani, sekalipunusahatani padi cara petani (kontrol) secara finansial menguntungkan juga (nilai rasioB/C>0). Nilai rasio usahatani padi cara petani (0,93) ternyata paling rendahdibandingkan dengan usahatani padi yang mengggunakan pupuk hayati (Tabel 1). Faktatersebut menunjukkan bahwa sekalipun tingkat produktivitas padi dengan aplikasipupuk hayati tidak jauh berbeda dengan cara petani (tanpa pupuk hayati), tetapi secarafinansial keuntungan usahatani dengan penggunaan pupuk hayati dapat ditingkatkan.Salah satu penyebabnya adalah aplikasi pupuk hayati dapat menekan penggunaan pupukan-organik. Potensi keuntungan finansial tersebut akan meningkat manakala harga

Page 9: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

pupuk an-organik, seperti urea dan NPK Phonska di masa depan akan naik atausubsidinya dicabut. Namun demikian keuntungan finansial aplikasi pupuk hayati akanberkurang atau menurun manakala harga pasar pupuk hayati tersebut jauh lebih tinggidaripada harga penawaran petani, sebagaimana hasil simulasi CVM di atas. Hasilpenelitian ini sejalan dengan hasil uji lapangan penggunaan pupuk NPK majemuk untukpadi sawah, bahwa peningkatan pendapatan usahatani padi, khususnya pada lahansawah yang status hara tanahnya tergolong sedang atau tinggi dapat dilakukan denganpengurangan dosis pupuk an-organik sesuai dengan hasil uji tanah (Balittanah, 2012).

Tabel 1. Analisis usahatani aplikasi pupuk hayati pada usahatani padi, Desa Kodasari, Ligung,Majalengka, 2013

Pupukhayati

HasilGKG

BiayaUsahatani

Penerimaanusahatani

PendapatanUsahatani Rasio B/C

Agrimeth 4.082 7,278 15,046 7,768 1,07Biovam 4.494 8,072 16,479 8,407 1,04Probio 4.774 7,311 17,506 10,195 1,39Remicr 4.258 7,628 15,614 7,986 1,05

Kontrol 4.389 8,331 16,094 7,763 0,93

Catatan: GKG =gabah kering giling dalam kg/ha, Biaya, Penerimaan dan Pendapatandalam Rp juta/ha

KESIMPULAN DAN SARAN1. Kharaktersistik petani yang menjadi responden penelitian tergolong usia produktif

dengan pengalaman bertani padi cukup lama, pendidikan formalnya sebagian besarlulus sekolah lanjutan, luas lahan sawah yang dikuasinya kurang dari 0,25 ha/KK,dan status penguasaan lahan sawah umumnya (75%) adalah hak milik.

2. Aplikasi pupuk hayati secara umum dapat dimengerti oleh petani dengan tingkatkesulitan yang relatif beragam antar petani. Nilai modus skala penilaian petanimengenai tingkat kesulitan aplikasi pupuk hayati adalah Remicr 4, Agrimeth 3,Biovam 2, dan Probio 2. Maknanya aplikasi Remicr diakui petani paling mudah,sedangkan aplikasi Probio dan Biovam tergolong paling sulit.

3. Menurut petani indikator vegetatif padi yang menonjol sebagai dampak aplikasipupuk hayati adalah tinggi tanaman dan lebar daun padi yang lebih baik daripadapadi biasanya (kontrol), serta warna hijau daun yang merata. Variabel tinggitanaman dan warna hijau daun yang merata menurut petani akan berpengaruhpositif terhadap hasil padi.

4. Sebagian besar petani (93,3%) bersedia untuk membeli pupuk hayati, sedangkansisanya (6,7%) belum menyatakan bersedia untuk membelinya karena belum yakinakan manfaat pupuk hayati tersebut dalam meningkatkan produktivitas padi.

5. Berdasarkan harga penawaran petani dan SOP masing-masing pupuk hayati, makaharga pupuk hayati tersebut adalah Agrimeth Rp 135.000,-/ha; Remicr Rp 75.000,-/ha, Biovam+Bioplus Rp 310.000,-/ha, dan Probio Rp 306.000,-/ha. Harga pupukhayati tersebut relatif masih lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai penguranganpenggunaan pupuk an-organik akibat penggunaan pupuk hayati.

6. Kecuali Probio, peningkatan produktivitas padi akibat penggunaan pupuk hayatirelatif kecil, bahkan ada yang negatif, tetapi secara finansial aplikasi pupuk hayati

Page 10: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

pada usahatani padi ternyata layak dan dapat meningkatkan pendapatan petani. Haltersebut karena adanya efisiensi penggunaan pupuk an-organik yang cukup besar.

7. Diperlukan kegiatan sosialisasi penggunaan pupuk hayati kepada petani secaramasif agar lebih banyak lagi petani yang dapat memahami dan mengaplikasikanpupuk hayati secara mandiri. Di sisi lain perlu ditanamkan keyakinan kepadapetani bahwa penggunaan pupuk hayati akan dapat meningkatkan pendapatanusahatani, sekalipun produktivitas padi tidak selalu meningkat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada Konsorsium Penelitian PupukHayati Unggulan Nasional, Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian atas pendanaankegiatan penelitian yang salah satu outputnya disajikan dalam makalah ini. Ucapan terima kasihjuga disampaikan kepada Saudara Iyan Septiana, SP (teknisi BPTP Jawa Barat) yang telahmembantu sebagai teknisi lapangan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKABalittanah. 2012. Uji lapang penggunaan pupu NPK majemuk untuk padi sawah. Laporan

kerjasama penelitian. Balai Penelitian Tanah. Bogor (tidak dipublikasikan).BPS. 2005. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statisik. Jakarta.BPS. 2008. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statisik. Jakarta.BPS. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statisik. Jakarta.Purwani, J. dan S. Rasti. 2012.Teknik aplikasi pupuk hayati untuk efisiensi pemupukan dan

peningkatan produktivitas lahan sawah. Prosiding Seminar Nasional Matematika,Sains, dan Teknologi. 10 September 2012. Hal 1-11.

Saraswati, R. 2008. Teknologi mikrobial fertilizer untuk efisiensi pemupukan dan keberlanjutansistem produksi pertanian. Prosiding Workshop Pengembangan dan PemanfaatanKonsorsia Mikroba pada lahan gambut. Pusat Teknologi Bioindustri. Hal 31-40.

Saraswati, R. 2000. Peranan pupuk hayati dalam peningkatan productivitas pangan. P. 46-54:Suwarno, et al. (Eds.): Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan:Paket dan komponen Teknologi Produksi Padi. Simposium Penelitian TanamanPangan IV, Bogor, 22-24 November 1999. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Simanungkalit, R.D.M. 2000. Apakah pupuk hayati dapat menggantikan pupuk kimia? p. 33-45: Suwarno, et al. (Eds.): Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan:Paket dan komponen Teknologi Produksi Padi. Simposium Penelitian TanamanPangan IV, Bogor, 22-24 November 1999. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Page 11: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Lampiran 1. Kharakteristik responden penelitian, Desa Kodasari, Kecamatan Ligung,Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, 2013

Nourut

Umur(th)

PDK 1) Luassawah(m2)

SPL 2) PB 3) (th) PPH 4)

1 63 SD 2800 Hak milik 47 Remicr2 63 SLTA 1400 Hak garap 48 Remicr3 45 SD 1400 Hak garap 30 Remicr4 52 SD 1400 Hak milik 37 Remicr5 52 SLTP 1400 Hak milik 25 Remicr6 65 SD 2800 Hak milik 40 Remicr7 63 SD 2800 Hak garap 40 Remicr8 42 SLTP 2800 Hak milik 20 Remicr9 69 SLTP 3500 Hak milik 46 Remicr10 41 S1 2100 Hak milik 10 Remicr11 61 SLTP 4000 Hak milik 35 Probio12 62 SD 4200 Hak milik 35 Probio13 60 SD 1400 Hak milik 45 Probio14 52 SLTA 1400 Hak garap 37 Probio15 60 SD 1400 Hak garap 45 Probio16 63 SD 1400 Hak milik 48 Agrimeth17 48 SD 1400 Hak milik 33 Agrimeth18 47 SD 2800 Hak garap 32 Agrimeth19 63 SLTA 1400 Hak milik 48 Agrimeth20 45 SLTP 1400 Hak milik 20 Agrimeth21 40 SLTP 1400 Hak milik 20 Agrimeth22 50 SD 2800 Hak milik 25 Agrimeth23 50 SD 5600 Hak milik 25 Agrimeth24 63 SLTA 2800 Hak garap 46 Biovam25 66 SD/SR 5600 Hak garap 51 Biovam26 48 SLTP 1400 Hak milik 41 Biovam27 35 SLTP 1400 Hak milik 20 Biovam28 56 SLTA 1400 Hak milik 30 Biovam29 46 SLTA 2800 Hak milik 20 Biovam30 65 SD/SR 2800 Hak milik 40 Biovam31 40 SLTP 2800 Hak milik 15 Kontrol32 49 SLTA 2800 Hak milik 20 Kontrol

Catatan: 1) Pendidikan formal, 2) Status Penguasaan Lahan, 3) Pengalaman bertani,4) Produk Pupuk Hayati.

Page 12: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

POTENSI EKONOMI EX-ANTE TANAMAN PADI TRANSGENIK BtTERHADAP PENGGUNAAN INSEKTISIDA DI LAPANGAN UJI TERBATAS

Puspita Deswina

Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPIJl. Raya Bogor Km 46 Cibinong Science Center, 16911

Telpon 021-8754587, Fax. [email protected]

ABSTRAKTeknologi rekayasa genetik telah digunakan dalam pengembangan tanaman pertanianterutama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman. Meskipun dibutuhkanbiaya yang cukup besar dan waktu lebih lama untuk penelitian, beberapa negara majudan berkembang telah memperoleh manfaat nyata dari pengembangan tanamantransgenik. Di dalam Protokol Cartagena tentang keamanan hayati produk rekayasagenetik (PRG), telah disebutkan keharusan melakukan pengkajian risiko (riskassessment) terhadap setiap tanaman PRG sebelum dikomersialisasikan. Keamananhayati tanaman pangan meliputi keamanan pangan dan keamanan lingkungan. Selain ituterdapat pertimbangan sosial ekonomi dalam mekanisme pelepasan tanaman PRG agarmemberikan manfaat yang lebih ekonomis dan efisien terhadap masyarakat dankonsumen. Pengujian keamanan hayati untuk setiap tanaman pertanian PRGmemerlukan biaya yang cukup besar, oleh karena itu strategi kebijakan berdasarkananalisis ex-ante kelayakan ekonomi harus dilakukan, sebagai bagian dari analisis risikodalam pemanfaatan berkelanjutan tanaman Padi Bt PRG. Metode analisis yangdigunakan adalah anggaran partial (partial budget analysis) dan survey lapangan.Berdasarkan hasil analisis anggaran partial terhadap Padi Bt di Indonesia denganaplikasi insektisida 50%, 25% dan 0% dibandingkan dengan aplikasi 100% pada padinon Bt, ternyata masih termasuk kriteria yang layak untuk dikomersialisasikan.Meskipun secara ex ante, angka produksi untuk Padi Bt dan non Bt masih dianggapsama yaitu antara 4 – 4,9 ton/ha. Nilai selisih antara hasil dan manfaat dibandingkandengan biaya (cost) yang dikeluarkan (∆ B/C) lebih besar dari satu (> 1).

Kata kunci: Padi Transgenic Bt, Produk rekayasa Genetik (PRG), Analisis ex ante,Analisis anggaran parsial (partial analysis budgeting)

PENDAHULUAN

Tanaman produk rekayasa genetik (PRG) atau yang lebih dikenal dengantanaman bioteknologi, telah dikomersialisasikan sejak tahun 1996, atau lebih dari limabelas tahun yang lalu. Tanaman ini dikembangkan untuk meningkatkan kualitas danproduktifitas pertanian, dalam mencapai ketahanan pangan nasional. Sektor pertanianmerupakan bagian penting dalam pembangunan nasional, karena sebagian besar matapencaharian masyarakat dari pertanian. Mengingat posisi Indonesia di daerah tropis,bidang pertanian sangat mendukung pengembangan pembangunan untuk meningkatkan

Page 13: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kesejahteraan masyarakat petani. Sektor ini turut memberikan kontribusi keuntunganterhadap perekonomian nasional sebesar lebih kurang 20% (Mitchel et al. 2007).Tanaman padi merupakan tanaman utama di Indonesia, tetapi dengan terjadinyaperubahan iklim global beberapa tahun terakhir sangat mempengaruhi kualitas dankuantitas produksi tanaman pertanian. Diprediksi pada akhir abad ke 21 terjadipenurunan produksi padi dunia sampai 41% (Ceccarelli et al. 2010).

Salah satu alternatif teknologi di bidang pertanian adalah teknologi rekayasagenetik, yang bermanfaat untuk memperbaiki mutu tanaman. Teknologi ini mampumemanfaatkan sumber gen dari individu lain yang sejenis atau berbeda jenis, walaupunindividu tersebut berbeda spesies (Josine et al 2011). Tanaman padi merupakan tanamanpangan utama bagi sebagian besar masyarakat di Asia, tetapi tanaman ini banyakterserang oleh hama dan penyakit. Sampai saat ini belum ditemukan tanaman padi yangtahan terhadap serangan hama, khususnya hama penggerek batang (Scirphopagaincertulas W.). Dengan teknologi rekayasa genetik pada tanaman padi sawah, sifatketahanan tersebut dapat ditambahkan pada tanaman target. Pusat PenelitianBioteknologi, LIPI telah berhasil memperoleh tanaman Padi Bt dari kultivar lokalRojolele yang tahan terhadap serangga penggerek batang padi melalui teknologirekayasa genetik. Diharapkan tanaman ini lebih ramah lingkungan dengan berkurangnyapenggunaan insektisida di lapangan.

Berdasarkan kesepakatan negara-negara dalam Protokol Cartagena tentangKeamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (PRG), maka setiap tanaman PRG harusmelalui pengujian keamanan hayati yang meliputi keamanan pangan, keamanan pakandan keamanan lingkungan. Pengujian harus dilakukan sebelum tanaman dilepas untukdikomersialisasikan. Setelah memperoleh sertifikat keamanan hayati dari lembagapemerintah terkait, maka tanaman ini baru dapat dimanfaatkan dan digunakan olehmasyarakat.

Menurut Qaim (2009) faktor sosial ekonomi yang berdampak langsung terhadapmasyarakat harus dikaji dan dipelajari terutama kemungkinan dampak negatifnyaterhadap keberlanjutan hidup dan kesejahteraan manusia. Tingkat pengetahuanmasyarakat merupakan salah satu persoalan penting dalam pemanfaatan tanaman PRG.Kegiatan sosialisasi dan informasi ilmiah yang mudah diakses dan bersifatberkelanjutan perlu difasilitasi oleh pemerintah, agar manfaat dari teknologi yang relatifbaru di Indonesia dapat dioptimalkan. Terjadinya perbedaan pendapat di antarakelompok yang pro dan kelompok yang kontra terhadap PRG, terus terjadi sementaraupaya pelepasan untuk tujuan komersialisasi juga terus dilakukan karena dampakperubahan iklim global yang terus berlangsung. Kelompok masyarakat yang tidakmenyetujui PRG merasa khawatir akan dampak negatif dari PRG terhadap lingkungandan kesehatan manusia Diperlukan komunikasi dan informasi dari pengembangteknologi dan pihak produsen kepada masyarakat sebagai pengguna (konsumen).

Di dalam Protokol Cartagena Pasal 26, dicantumkan pertimbangan sosialekonomi menjadi aspek perhatian setelah keamanan hayati terpenuhi, karenakepentingan ekonomi masyarakat pengguna PRG perlu diperjuangkan, agarkemandirian pangan dapat diwujudkan melalui PRG produksi nasional. Perhitungansecara ekonomi dan finansial terhadap Padi Bt melalui kajian ex ante, meliputi aspekperencanaan, pendanaan dan rencana produksi untuk memenuhi tuntutan pengembanganbidang pertanian berkelanjutan.

Setiap produk teknologi baru memiliki tingkat risiko yang mungkin terjadisebagai bagian dari pengelolaan dan komunikasi dari risiko itu sendiri. Perlu

Page 14: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

pertimbangan dan pengetahuan dalam mengelola kemungkinan risiko yang muncul.Tujuan dari kajian potensi ekonomi terhadap pemanfaatan Padi Bt tahan serangan hamapenggerek batang ini adalah mengetahui dampak penggunaan insektisida terhadapkelayakan pembiayaan dalam memproduksi Padi Bt di lapangan.

METODA PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai Padi Bt dilakukan di Lapangan Uji Terbatas (LUT)Kabupaten Karawang dan Subang serta Kabupaten Cianjur dan Sukabumi yangmewakili daerah sentra produksi padi di Jawa Barat.

Metode Analisis Data

Analisis ex-ante Kelayakan Finansial Padi Bt PRGAnalisis data untuk mengetahui potensi ekonomi Padi Bt PRG menggunakan data

primer dan wawancara di lapangan. Harga benih padi non-PRG untuk padi sejenis danbiaya produksi padi sejenis non-PRG dibandingkan dengan data ex-ante Padi Bt PRGdiambil dari data harga produsen dan petani di lapangan. Metode analisis datamenggunakan analisis anggaran parsial (Partial Analysis Budgeting) yang dapatdigunakan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya akibat perubahan teknologi yangdigunakan pada usaha pertanian khususnya tanaman Padi Bt dibandingkan dengantanaman padi non Bt.

Analisis dilakukan pada variabel yang mengalami perubahan akibat terjadinyaintroduksi teknologi pada tanaman seperti produktifitas, harga jual benih unggul dankemungkinan penurunan biaya pada tenaga kerja, pemupukan dan terutama penggunaaninsektisida. Secara garis besar Padi Bt PRG sama dengan Padi non-Bt, mulai daripengolahan lahan hingga panen dan pascapanen, kecuali penggunaan insektisida yangterkait dengan sifat yang diintroduksi untuk tahan terhadap hama penggerek batang.Tabel 1 menampilkan simulasi produksi, harga jual benih tanam dan penurunan biayadalam pengolahan usaha pertanian dibuat dengan penekanan pada penguranganpenggunaan insektisida pada level 50%, 25% sampai 0%.

Tabel 1. Instrumen produksi dan biaya usaha Padi Bt dibandingkan dengan Padinon-Bt kultivar Rojolele

Instrumen Padi Bt PRG Padi non-BtProduksi (ton/ha) 4 - 4,9 4 - 4,9Harga per kg (Rp)- Skenario tidak berubah- Premium 50%

20.00030.000

20.00020.000

Biaya-biaya (cost)Tenaga kerja (pemeliharaan) (Rp/ha) 200.000 300.000

1.286.8751.787.000

Pemupukan (Rp/ha) 1.286.875Insektisida (Rp/ha) (50%) 893.500

Page 15: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Insektisida (Rp/ha) (25%) 446.750 1.787.000Insektisida (Rp/ha) (0%) 0 1.787.000

Produksi rata-rata untuk Padi Bt PRG dan padi non-PRG, berkisar antara 4-4,9ton/ha, produktifitas antara kedua jenis padi ini masih sama, karena Padi Bt PRG yangdikembangkan masih terbatas pada jenis padi lokal yang belum termasuk kategoriproduksi tinggi. Tetapi dengan sifat ketahanan yang dimiliki tanaman tersebut,diharapkan lebih memiliki kesempatan untuk berproduksi lebih baik dibandingkandengan jenis tanaman yang sama tetapi tidak memiliki sifat ketahanan terhadapserangan hama, terutama di daearah endemis serangan hama penggerek batang. Hargabenih dibuat dua skenario harga yang sama dan harga premium lebih tinggi 50% untukPadi Bt PRG. Padi Bt PRG yang digunakan adalah kultivar Rojolele, sedangkan sebagaipembanding adalah jenis padi yang sama, dari jenis benih murni kultivar Rojolele nonBt yang ditanam petani di daerah Klaten, Jawa Tengah. Penggunaan pupuk sama antaraPadi Bt dengan padi non Bt dengan harga berkisar Rp 1.286.875,- Perbedaan biayadalam aplikasi insektisida dibuat dengan asumsi tanpa insektisida (0%), menggunakan25% insektisida dan 50% insektisida sebagai aplikasi di lapangan. Perbedaanpenggunaan insektisida di lapangan berdampak pada pengurangan biaya untuk upahtenaga kerja. Metode analisis pembiayaan parsial adalah metode yang paling sederhanadalam menentukan kelayakan terhadap adopsi teknologi baru di bidang pertanian,dengan cara menentukan hasil atau manfaat dibandingkan dengan biaya yang harusdikeluarkan (∆ B/C) (benefit per cost).

Pengetahuan Petani terhadap tanaman Padi Bt PRG

Untuk melengkapi informasi aspek sosial ekonomi terkait rencana pelepasan dankomersialisasi Padi Bt, dilakukan wawancara dengan petani menggunakan perangkatkuisioner yang dibuat dan disusun secara khusus untuk mengetahui pendapat danpengetahuan petani tentang Padi Bt. Kuisioner disusun dengan pertanyaan-pertanyaanyang mudah dipahami dan dimengerti petani sehubungan dengan tingkat pengetahuanmereka tentang tanaman PRG.

Pengambilan contoh/responden dilakukan secara purposive random samplingdari masing-masing wilayah penelitian sebanyak 30 orang petani yang dianggapmewakili. Brockett & Levine (1984) menyampaikan beberapa pertimbangan daripopulasi yang tersebar menurut wilayah geografis secara alami pada kelompok wilayahadministratif, dan tidak merupakan bagian unit observasi yang sulit dan membutuhkanbiaya mahal untuk memperoleh data sesuai dengan target informasi. Di setiap wilayahKabupaten dipilih satu desa yang dipilih secara acak untuk menghindari kesamaanpersepsi dan pendapat terkait Padi Bt PRG.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelayakan Pembiayaan Padi Bt PRG vs Padi non-PRGAnalisis yang tepat untuk mengetahui dampak perubahan teknologi pada

tanaman PRG adalah analisis anggaran parsial (partial budget analysis) yang lebihsederhana dan tidak memerlukan ketersediaan data usaha tani keseluruhan khususnyauntuk usaha pertanian tanaman padi. Sedangkan analisis ekonomi digunakan untuk

Page 16: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

memperhitungkan nilai kembalian dan keuntungan, tetapi belum dapat diprediksi,karena produk belum tersedia di pasaran. Selain itu persyaratan khusus untuk tanamanPRG harus menlalui pengujian keamanan hayati sebelum dilepas kepada masyarakat.Menurut Soekartawi (1995) analisis kelayakan usaha dapat dilakukan dengan membuatevaluasi dari akibat-akibat yang disebabkan oleh terjadinya perubahan dalam prosesteknologi, sedangkan perhitungan ekonomi digunakan jika ingin mengetahui hasil totaldari produksi dan nilai ekonomi secara keseluruhan. Usaha pertanian denganpenanaman padi di sawah membutuhkan biaya pengelolaan meliputi biaya tenaga kerjadan pembelian pupuk serta obat-obatan yang cukup besar untuk mengatasi seranganhama dan penyakit. Data-data primer yang diperoleh baik melalui wawancara dankuisioner secara ex ante diolah dan dianalisis untuk mengetahui apakah Padi Bt PRGlayak atau tidak layak untuk dikomersialisasikan secara berkelanjutan.

Hasil analisis disajikan dalam bentuk data primer pada Tabel 2 dan Tabel 3,dengan membuat asumsi-asumsi perubahan terhadap benih Padi Bt PRG dibandingkandengan benih Padi non-Bt termasuk efisiensi dari komponen biaya jika produk ini sudahtersedia ditingkat petani.

Tabel 2. Analisis kelayakan finansial Padi Bt PRG vs Padi non-Bt kultivarRojolele dengan asumsi harga benih premium (50%)

Instrumen Padi Bt PRG Padi non-Bt Ratio B/CElemen pendapatanProduksi (ton/ha) 4 - 4,9 4 - 4,9 -Harga per kg (Rp) 30.000 20.000 -Biaya-biaya (cost)Tenaga kerja 100.000 200.000 -Pemupukan 1.286.875 1.286.875 -Insektisida (50%) 893.500 1.787.000 1,50*

Insektisida (25%) 446.750 1.787.000 1,51*

Insektisida (0%) 0 1.787.000 1,52*

Tabel 3. Analisis kelayakan finansial Padi Bt PRG vs Padi non-Bt kultivarRojolele dengan asumsi harga benih tidak berubah

Instrumen Padi Bt PRG Padi non-Bt Ratio B/CElemen pendapatanProduksi (ton/ha) 4 - 4,9 4 - 4,9 -Harga per kg (Rp) 20.000 20.000 -Biaya-biaya (cost)Tenaga kerja 100.000 200.000 -Pemupukan 1.286.875 1.286.875 -Insektisida (50%) 893.500 1.787.000 1,01*

Insektisida (25%) 446.750 1.787.000 1,02*

Insektisida (0%) 0 1.787.000 1,02*

Analisis anggaran parsial disusun berdasarkan asumsi ex-ante, bahwa padikultivar Rojolele non-PRG sama dengan Padi Bt PRG, kecuali perubahan yang terjadiakibat introduksi sifat gen Bt yang ditambahkan, sehingga penggunaan insektisida dapat

Page 17: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

dikurangi pada level 50%, 25% dan tanpa penggunaan insektisida sama sekali (0%).Aplikasi insektisida 50% dan 25% diharapkan untuk mengatasi serangan hama nontarget seperti hama wereng, walang sangit dan lain-lain. Sifat yang ditambahkan padatanaman Padi Bt bersifat spesifik dan efektif hanya terhadap hama penggerek batangtetapi tidak bersifat toksik terhadap serangga lain (non target) (Tu et al. 2000).

Dari hasil analisis parsial yang telah dilakukan, menggunakan asumsi harga jualbenih tanam premium dan biasa, diketahui bahwa ratio benefit dan cost (∆ B/C) yangdiperoleh adalah 1,50 untuk aplikasi insektisida 50%, 1,51 untuk aplikasi insektisida25% dan 1,52 untuk aplikasi insektisida 0% (Tabel 2). Hasil ini diperoleh untuk hargajual benih tanam Padi Bt PRG premium yaitu Rp 30.000. Untuk benih tanam Padi nonBt dari kultivar Rojolele sebesar Rp 20.000, seperti yang disajikan pada Tabel 3, hasilratio benefit dan cost untuk kedua jenis tanaman pangan ini adalah 1,01 untuk aplikasiinsektisida 50%, 1,02 untuk aplikasi insektisida 25% dan 0%.

Berdasarkan analisis nilai ratio yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah non-Bt dan Padi Bt kultivar Rojolele dapat dikategorikan layak untukdiusahakan, dan direkomendasikan kepada petani, jika Padi Bt tersebut sudah tersedia dipasaran. Dalam usaha tani padisawah, pembelian insektisida termasuk salah satupengeluaran dengan pembiayaan yang cukup besar, dengan penggunaan insektisidayang tinggi diharapkan dapat menekan penurunan produksi tanaman padi pada sistimpertanian secara konvensional. Tetapi metode ini tidak ramah lingkungan, karena residupestisida tersebut akan mencemari lingkungan. Sedangkan penanaman Padi Btdiharapkan dapat mengurangi serangan hama dan penggunaan insektisida, sehinggaakan mempengaruhi kehilangan hasil yang terjadi di lapangan (Qaim 2009). Di Chinauntuk biaya (cost) produksi tanaman padi dibutuhkan biaya sekitar 40 – 60 % dari totalproduksi, sedangkan di USA dan Kanada hanya memerlukan sekitar 6 – 10%, jikamenanam Padi Bt (Huang et al. 2005).

Biaya produksi tanaman pertanian di negara berkembang lebih mahal biladibandingkan dengan negara maju seperti USA. Biaya paling besar terutama berasaldari pengeluaran untuk pembelian pestisida. Pada uji coba tanaman Padi Bt di USAdiketahui bahwa penggunaan pestisida per ha hanya menghabiskan sekitar 2,0 kgdibandingkan dengan Padi non Bt yang memerlukan 21,2 kg/ha (Rozelle et al. 2000).Efektivitas Padi Bt hanya dapat diaplikasikan pada daerah yang endemis terserang hamatertentu yang sesuai dengan jenis atau sifat gen yang ditambahkan pada tanaman PadiBt, sehingga perlu diterapkan pengelolaan risiko (risk managemen) dalam adopsitanaman Padi Bt tersebut di lapangan (Qaim 2009). Teknologi transgene pada tanamanpadi merupakan tantangan dan menjadi kekuatan untuk menciptakan tanaman PRGyang memiliki sifat-sifat dan produksi lebih baik serta memiliki toleransi ketahananterhadap stress (Kathuria et al. 2007). Diharapkan dengan dilepasnya Padi Bt tahanserangan hama penggerek batang, akan mengurangi penggunaan pestisida khususnyainsektisida pada tanaman padi di Indonesia.

Pengetahuan petani terhadap keberadaan Padi Bt

Untuk mengetahui dan memprediksi tingkat pengetahuan petani terhadap PadiBt PRG telah dilakukan survei dalam bentuk kuisioner yang dibagikan pada kelompoktani yang mewakili empat (4) wilayah kabupaten sentra produksi padi di Propinsi JawaBarat sebagai responden. Sebelum kelompok petani memberikan jawaban dalam

Page 18: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kuisioner yang telah disiapkan, dilakukan pengarahan dan penjelasan secara sederhanakepada mereka tentang Padi Bt dan perbedaannya dengan Padi non Bt. Penjelasan jugamenggunakan alat peraga yang memudahkan petani memahami tentang Padi Bt danpertanyaan-pertanyaan disusun secara sederhana.

Berdasarkan informasi karakteristik petani padi sawah di wilayah penelitiansebagai sumber informasi, disajikan pada Gambar 1. Dari grafik yang disajikan dapatdiketahui bahwa rata-rata usia petani penanam padi sawah di wilayah penelitian JawaBarat berkisar antara 41 – 58 tahun. Umumnya petani di tiga lokasi Karawang, Subangdan Sukabumi telah berusia antara 41 – 58 tahun, kecuali di wilayah Cianjur, yangsebagian besar (sekitar 41%) berada di kisaran usia 23 – 40 tahun. Tetapi jumlah petaniyang berusia 59 -76 tahun juga lebih banyak (sekitar 24%) bila dibandingkan denganusia yang sama pada tiga wilayah penelitian yang lain. Ternyata usia 41 -58 tahun diwilayah Jawa Barat masih merupakan usia produktif untuk bekerja di sawah, dimanajumlah mereka lebih dari 50% untuk wilayah penelitian Karawang, Subang danSukabumi. Pola sebaran usia petani di daerah penelitian, yang sebagian besar berada diangka 41 – 58 tahun, dapat menggambarkan pengelolaan bidang pertanian di wilayahtersebut. Umumnya generasi muda yang lebih produktif di usia 23 - 40 tahun tidakbekerja sebagai petani, karena mereka lebih menyukai bidang pekerjaan lain sepertiindustri dan perdagangan yang lebih banyak tersedia di kota-kota besar. kecuali bagiyang tidak memiliki pilihan lain sehingga harus tinggal dan bekerja di lahan pertanian.Pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan daya dukung lingkungan dapatmempengaruhi kualitas penduduk dan lingkungan, sehingga diperlukan peningkatannilai tambah sumber daya melalui teknologi, salah satunya adalah peningkatanteknologi di bidang pertanian seperti tanaman PRG (Kementan 2013)

Gambar 1: Rata-rata umur responden petani sawah di empat lokasi wilayahpenelitian propinsi Jawa Barat

Analisis terhadap pengetahuan (knowledge) dan penerimaan (acceptance)masyarakat merupakan kajian yang berhubungan dengan aspek sosial ekonomimasyarakat. Kajian ini bermanfaat untuk mengetahui manfaat sebenarnya dari Padi Bt

0

10

20

30

40

50

60

70

Cianjur Karawang Subang Sukabumi

Pers

enta

se R

espo

nden

Umur Responden 23-40 th

41-58 th

59-76 th

Page 19: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

dalam menentukan arah kebijakan dan prioritas dalam pengembangan berkelanjutantanaman PRG (Bahagiawati et al. 2008).

Berdasarkan hasil survei terhadap pengetahuan petani pada Padi Bt yang akandilepas, disajikan pada Gambar 2. Sebagian besar responden petani tidak mengetahuitentang Padi Bt sebagai salah satu produk tanaman pertanian hasil bioteknologi,, bahkandi daerah Sukabumi, hampir semua petani tidak mengetahui tentang Padi Bt, hanya didaerah Cianjur dan Subang terdapat sekitar 10% petani yang mengetahui danmemperoleh informasi mengenai Padi Bt. Informasi mereka peroleh melalui mediaelektronik seperti televisi dan radio. Diperlukan lebih banyak lagi informasi baikmelalui forum pertemuan langsung, media cetak dan media elektronik lainnyasehubungan dengan pengembangan Padi Bt ini kedepannya. Kegiatan sosialisasi kepadamasyarakat harus dijadikan agenda rutin dan terus menerus sehingga lebih banyakmasyarakat yang memahami dan menerima produk ini secara lebih bijaksana.Penerimaan public (public acceptance) dapat dijadikan landasan dalam menyusun arahkebijakan pengelolaan PRG (Qaim 2009).

Gambar 2. Pengetahuan petani terhadap Padi Bt PRG di wilayahpenelitian Jawa Barat

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwahasil kelayakan finansial dengan metode analisis anggaran parsial (partial budgetanalysis) pada Padi Bt dengan aplikasi insektisida 50%, 25% dan tanpa insektisida,diperoleh hasil ratio B/C diatas angka 1, yang berarti bahwa Padi Bt termasuk kategorilayak untuk diusahakan atau dikomersialisasikan. Pada harga jual benih premium Rp30,000 untuk Padi Bt dibandingkan dengan harga jual benih normal sebesar Rp 20,000juga diperoleh nilai ratio B/C diatas angka 1.

0

20

40

60

80

100

Cianjur Karawang Subang Sukabumi

Pers

enta

se R

espo

nden

Pengetahuan tentang Padi Bt PRG

Tidak tahu

Tahu

Page 20: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Berdasarkan hasil survey dengan kriteria umur responden dan pengetahuantentang Padi Bt, diketahui bahwa rata-rata usia responden petani sebagian besar antara41 – 58 tahun, kecuali untuk daerah Cianjur, usia rata-rata tertinggi adalah 23 – 40tahun. Dari hasil survey yang dilakukan terhadap pengetahuan petani tentang Padi Btmasih sangat rendah, bahkan petani dari wilayah Sukabumi, rata-rata tidak mengetahuimengenai Padi Bt karena sangat terbatasnya sumber informasi yang dapat merekaperoleh.

Umumnya penerimaan petani terhadap rencana pelepasan Padi Bt PRG sangatbaik dengan harapan dapat meningkatkan produksi dengan mengurangi biaya produksi.

SARAN-SARAN

Kajian sosial ekonomi perlu dilakukan dalam melengkapi keamanan hayatiPRG, seperti yang dicantumkan dalam Protokol Cartagena, karena diperlukan dalammenyusun peraturan dan arah kebijakan pelepasan PRG berkelanjutan. Sangatdiperlukan kegiatan-kegiatan seperti sosialisasi melalui informasi dan komunikasi yangbersifat ilmiah dan mudah diperoleh dan dipahami masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahagiawati A, EM Lokollo, Supriyati, Sutrisno. 2008. The cost of research anddevelopment for producing a transgenic crop and its biosafety regulationcompliance in Indonesia. Asian Biotechnol and Dev Review 11 (1): 79-117.

2. Brockett P, Levine P. 1984. Statistics and probability and their applications.Saunders college publishing. Philadelphia. USA.

3. Ceccarelli S, Grando S, Maatougui M, Michael M, Slash M. 2010. Plant breedingand climate changes. Journal of Agricultural Science, Cambridge 148, 627-637.

4. Huang J, Hu R, Rozelle S, Pray C. 2005. Insect resistant GM rice in farmer’sfield:Assessng productivity and health effects in China. Science . 688-690

5. Josine TL, Ji J, Wang G, Guan CF (2011) Advances in genetic engineering forplants abiotic stress control. African Journal of Biotechnology 10 (28): 5402-5413.

6. Kathuria H, Giri J, Tyagi H, Tyagi AK. 2007. Advances in transgenic ricebiotechnology. Plant Sciences 26 (2): 65-103.

7. Kementerian Pertanian. 2013. Konsep strategi induk pembangunan pertanian2013-2045. Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan. Solusi pembangunan Indonesiamasa depan. Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. 2-26

8. Mitchell B, Setiawan B, Rahmi DH. 2007. Pengelolaan Sumberdaya danLingkungan. Gadjah Mada University Press. IKAPI. Yogyakarta.

Page 21: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

9. Qaim M. 2009. The economics of genetically modified crops. The annual reviewof resource economics. 1: 665-693. http://www.annualreviews.org/doi/pdf/ [5Nopember 2011].

10. Rozelle S, Huang J, Hu R. 2000. Genetically modified rice in China: Effects onfarmers-in China and California. Giannini Foundation of Agricultural Economics.

11. Soekartawi.1995. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta

12. Tu J, Zhang G, Datta K, Xu C, He Y, Zhang Q, Khush G S, Datta S K. 2000. Fieldperformance of transgenic elite commercial hybrid rice expressing Bacillusthuringiensis δ- endotoxin. Nature Biotechnol 18: 1101–1104.

Page 22: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Penerapan Pertanian Sehat Sebagai Usaha Peningkatan Produksi PadiPetani Kecil1

Ahsin Aligori2

Abstraksi

Permasalahan yang dihadapi petani kecil di Indonesia khususnya di jawadihadapkan pada keterbatasan sumberdaya sebagai inputan. Dengan penerapanmodel pertanian sehat diharapkan petani bisa meningkatkan produktifitas padi.Dengan pendekatan statistik deskriptif terhadap penilaian variabel praktikpertanian sehat terkait proses agronomi dan manajemen kelompok pertanian,sebelum dan masih berlangsungnya penerapan model pertanian sehat mulaipada tahun 2002 sampai tahun 2013 di Kecamatan Cigombong KabupatenBogor. Manajemen satu atap dan penerapan agronomi terhadap lahan menjadifaktor utama kesuksesan penerapan pertanian sehat. Pengalokasian biayaberdasarkan perbedaan letak lahan, dan kepemilikan lahan sering menjadi faktorpenghambat dalam proses. Adopsi pertanian sehat diperlukan waktu selama 10tahun berjalan. Perbedaan hasil produksi yang meningkat 2½ kali hasil produksiawal. Penurunan pemakaian jumlah pupuk urea 56% dari pemakaian awalmencapai rata-rata 143 kg/ha, penurunan TSP 55% dari rata-rata 70 kg/ha.Penurunan pestisida mencapai 0.7 kg/ha. Sedangkan penggunaan pupukkandang dan organik naik 92% dari pemakaian awal 186 kg/ha menjadi 2.200kg/ha. Dengan meningkatnya praktik-praktik pertanian terbaik bisa menurunkanketergantungan petani terhadap sarana produksi berbahan dasar kimia, mampumenghasilkan padi sehat, rendah kandungan pestisida dan bisa meningkatkanproduksi.

Kata kunci : produksi, pertanian sehat

I. Pendahuluan

Beras adalah sumber bahan pangan utama masyarakat Indonesia. Berasyang dihasilkan dari budidaya tanaman padi, juga merupakan sumber matapencaharian sebagai besar masyarakat petani di pedesaan Indonesia khususnya diJawa Barat. Permasalahan yang dihadapi petani kecil dihadapkan padaketerbatasan sumberdaya lahan sebagai inputan. Kepemilikan lahan dibawah 0.5hektar dan terpisah-pisah, ketergantungan pupuk kimia, permintaan terhadap obatinsektisida-herbisida (Sucipto, 2011). Dampaknya padi menjadi produk panganyang mengandung residu kimia. Berdasarkan penelitian Balitbio 1995, ditemukanhampir di seluruh daerah Jawa Barat memiliki tingkat residu kimia insektisidatinggi melebihi batas nilai standar maksimum.

1 Kelompok penyuluhan, komunikasi dan transfer teknologi2 Graduated Agribusiness Science IPB dan researcher di Dompet Dhuafa Filantropi

Page 23: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 1. Residu insektisida pada beras di daerah Jawa BaratLOKASI (Kab/Kec) Residu Insektisida (ug/g)

klorpirifos

Lindan Endosulfan

BPMC

Karbofuran

Kerawang/Rengasdengklok 0,06 * 0,24* 0,03 * - -Subang/Ciasem 0,12 * 0,25 * - 0,13 * -Indramayu/Sukra 0,31 * 0,65 * 0,06 - 0,16 *Tasikmalaya/Cihideung 0,20 * 0,13 * - 0,78 * 0,25 *Kuningan/Cidahu 0,31 * 0,65 * 0,03 0,53 * 0,38 *Ciamis/Cikoneng 0,06 * - - - 0,25 *Bandung/Rancaekek 0,29 * 0,34 * - - -Cianjur/Ciranjang - 0,13 * - 0,19 * -Sukabumi/Cibadak 0,02 * 0,23 * 0,03 0,03 -Lebak/Cipanas 0,41 * 0,27 * - 0,09 -Garut/Cilawu 0,21 * 0,45 * 0,06 0,49 * 0,22 *Pandeglang/Cadas Sari 0,36 * 0,24 * 0,02 0,07 -Batas Maksimum Residu(ug/g)

0,01 0,05 0,20 0,10 0,10

Sumber : Balitbio-Bogor (1995)Keterangan : (*) di atas batas maksimum residu (BMR)

Berdasarkan hasil empiris tersebut maka dilakukan pilot proyek penerapanmodel pertanian sehat yaitu penerapan model pertanian padi semi organik dalamkerangka program pemberdayaan (community development) petani di awali dikecematan Cigombong Kabupaten Bogor pada tahun 2002 secara bertahap denganmelibatkan 100 petani.

Makalah ini bertujuan untuk melihat capaian penerapan pertanian sehatterhadap kelompok tani dari tahun 2002 sampai 2013.

II. Literature Review dan Metodologi2.1. Pengembangan masyarakat dan pendekatan pembelajaran pertanian

Pengembangan masyarakat (community development atau CD) berkembangseiring dengan tuntutan perbaikan terhadap pembangunan masyarakat. Dalampengembangan komunitas petani dikembangkan pendekatan metode participatoryrurual appraisal (PRA) yang dikembangkan oleh Chambers (1990) banyakdigunakan sebagai metode pembelajaran dengan masyarakat dalam peneningkatanadopsi teknik pertanian System Rice Intensification (SRI) (Uphoff, 2005).

2.2.Penerapan model pertanian berkelanjutanKebutuhan akan pangan yang aman dan berkualitas menuntut pertanian

yang berkelanjutan dengan mengkombinasikan dengan peningkatan penyadarankualitas lingkungan (Wageningen UR Centre for Development Innovation,2011). Penurunan dan kehilangan hasil tanaman disebabkan penggunaan pestisidasebagai faktor penting dalam keamanan pangan (Van Huis and Meerman, 1997),dan satu dari faktor capaian system pertanian berkelanjutan yaitu penguranganpenggunaan input kimia dalam pertanian. Manajemen pestisida terintegrasi atauintegrated pest management (IPM) sebagai salah hal yang ditetapkan dalam isu

Page 24: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

pertanian berkelanjutan (Conway, 1996). Dalam kasus pembelajaran penangananhama, dikembangkan management integrasi pestisida atau integrated pestmanagement (IPM) yang dikembangkan oleh Heincrichs, et al (2005).

Banyak metode penerapan pertanian organik yang dipakai di Indonesia,diantaranya adalah pertanian PTT dan SRI yang mengukur pada perlakuanagronomi dalam proses pemakaian dosis pupuk, seleksi benih, pemakaianvarietas, persemaian, penanaman, penanganan hama dan penyakit, penggunaandosis insekstisida serta herbisida, penerapan kimia nabati, pengelolaan gulma,pengairan, dan tahap pemanenan. Dalam metode pendekatannya PTTmenggunakan PRA sedangkan SRI pengembangan metode pemahaman ekologitanah. Dalam pendekatan desiminasi PTT menggunakan kelompok tani, demplotpertanian (demfarm), sedangkan SRI memakai metode yang sama dengandemplot, kelompok kecil petani dan invidu. Dalam penerapan sistemkelembagaan, PTT mengembangkan SIPT, KUAT dan KUM, sedangkan SRImenerapkan pendekatan pengembangan pemberdayaan rekayasa kelembagaanpetani.

2.3.Metode analisisMetode kajian makalah ini memakai statistik deskriptif yang berhubungan

dengan aspek agronomi, manajerial tata kelola kelompok dan penerapan SOP(standard operational procedure) yang dilakukan sesuai dengan standar praktikterbaik pertanian sehat pada 50 petani.

III. Hasil dan Diskusi

3.1.Pengelolaan Kelembagaan Kelompok TaniPenerapan manajemen kelembagaan kelompok petani yang bergabung di

bawah kelembagaan gabungan kelompok tani Lisung Kiwari, Saung Kuring, saatini menerapkan prinsip-prisnip manajemen perusahaan. Tahap awal pembentukankelompok bergerak menseleksi calon anggota yang akan menjadi anggota tetap.Pada tahun 2013 jumlah anggota paguyuban sudah mencapai 215 orang dari awaltahun penyelenggaran sejumlah 100 orang dengan rata-rata luas lahan garapan peranggota 0.63 hektar menyebar lintas 2 desa.

Kelembagaan gabungan atau paguyuban kelompok tani memiliki fungsiutama sebagai wadah bisnis kolektif yang dibagi menjadi unit bagian kerja sesuaidengan siklus produksi tani dan berdasarkan SOP yang diperlukan, 1) unit kerjapersiapan pengolahan lahan, dimana pengurus mengawasi kondisi siklus tanimasing-masing lahan anggota, dimana ada 6 SOP yang harus dipahami dandijalankan oleh unit ini. 2) unit kerja pemupukan dan pengendalian hama terpaduyang harus memahami 4 SOP terkait dengan pembuatan pestisida nabati dan dapatdiaplikasikan sesuai dengan gajala serangan hama, dan 3) unit kerja pemanenandan pasca panen (proses pengeringan, penggilingan, dan pengepakan (packaging).4) unit kerja pemasaran yaitu tim yang bekerja untuk memasarkan beras keberbagai kanal pasar berdasarkan permintaan, dan bekerja mempromosikanproduk beras.

Table 2. Pembagian Unit Kerja, Keberhasilan dan KendalaNo Unit kerja Kepatuhan SOP Keberhasilan Kendala

Page 25: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

No Unit kerja Kepatuhan SOP Keberhasilan Kendala

1

Persiapanpengolahanlahan,penanamandanpemeliharaan

1. PemahamanSOP (standardoperationalprocedure)pembajakan

2. Pemahaman SOPpembuatankakalen/kamalir/parit dan pengairan

3. Pemahaman SOPpengadaan bibitpadi, Persemaian,perlakuan benih

4. Pemahaman SOPtata cara tanamdan jarak tanam(legowo)

5. Pemahaman SOPpenyiangan,

6. Pemahaman SOPpemupukan dasardan susulan

7. Pemahaman SOPpembuatankompos OFERlimbah ternak

8. Pembuatan pupukorganik

PenerapanSOP diawalidaripengamatanperilaku awalpetani dalampelaksanaanpengolahanlahan,penanamandanpemliharaanyangdikombinasikan denganpengembangan kapasitasmelaluitraining,diskusibersama,terjunlangsungpraktikdilapangandan evaluasihasilpekerjaan

Area lahancukup luas yangharus diawasi,dan kondisinyaterpisah-pisah(terpetak)berdasarkankepemilikanlahan anggota.Hal ini menjadiusaha besar bagitim kelompoktani unitpengolahanlahan danlainnya dalammendistribusikan benih, pupukkimia, organic,pesitisidainsekstisidabaik kimiaataupun organikPesnab

20% anggotayang sangatmenggampangkan danmemodifikasiSOP. Terutamapada SOP yangdikatakanmereka ringandan tidak perluketelitian.

2

Pemupukandanpengendalianhama terpadu

1. Pemahaman SOPpembuatanPESNAB(pestisida nabati)dan insekstisidanabati dariberbagai bahanbaku

2. Pemahaman SOPpemakaian bio-insektisida VIR

Penggunaanbahanmentahpestisidainsekstisidadan herbisidabisadigunakandisekitarlingkungan

100% petanimasih tidak bisamembuatpestisida yangmembutuhkankecermatan,sehingga hal inimasih dibuatoleh paguyubankelompokseperti VIRyang dihasilkan

Page 26: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

No Unit kerja Kepatuhan SOP Keberhasilan Kendaladari ulat

10% petanimasihmenerapkandosis pesitisidakimia berlebih

3

Pemanen danpasca panen(prosespengeringangabah,penggilingan,packagingberas)

1. Pemahaman SOPGHP (pengolahanhasil pertanian)

2. SOP Pengemasan

Beras dengannama komersilBERAS SAE(Sehat Amandan Enak) sudahbisa

Terkadangwaktu panendilakukan lebihawal untukmengurangikerugian jikaterjaditerjangkit hama

Prosespengeringanmasih menjadikendala jikaterjadi cuacahujan

Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolah

3.2.Capaian Praktik AgronomiPraktik agronomi merupakan aspek utama dalam pertanian. Dari 8 SOP

argonomi yang diterapkan oleh anggota kelompok dalam penggunaan inputproduksi terhadap luas lahan sekitar 50 hektar, dapat dilihat keberhasilan terhadapaspek produksi padi. Produktifitas padi sebelum penerapan mencapai 4,2 ton/ha,dibandingkan setelah dilakukan penerapan metode pertanian sehat selama 10tahun rata-rata produktifitas meningkat mencapai 60%. Anggota tani bisamendapatkan panen padi mencapai 8,5 ton/ha. Tingkat perbandingan perubahanproduktifitas sebelum dan sesudah penerapan metode akan berbeda-bedatergantung dari kondisi tanah, lahan dan irigasi yang ada di masing-masinganggota. Produktifitas paling tinggi sebelum penerapan MPS ada yang mencapai 6ton/ha dan terendah 4 ton/ha yang dihitung ketika produksi padi tidak terseranghama dan faktor lain yang tidak bisa dikendalikan oleh petani. Jika dibandingkandengan metode SRI yang digunakan dalam jangka 5 tahun, perubahan bisamencapai 50% dari sebelum adopsi mencapai 6,9 ton/ha (Styger, et al. 2010).

Dari inputan pupuk, perbandingan penggunaan urea menurun 56% atauberkurang 81 kg/ha penggunaannya pada tahun 2013. Grafik 1 dibawah dapatterlihat perbedaan penggunaan pupuk urea dari 50 petani yang masih memilkilahan yang tetap dari awal adopsi program sampai sekarang. Penggunaan padasebelum adopsi mencapai 143,98 kg/ha turun menjadi 62,99 kg/ha. Ureadigunakan petani rata-rata 2 kali tiap fase budidaya padi yang bertujuanmeningkatkan hara untuk membantu pertumbuhan vegetatif. Perkembangansampai sekarang penggunaan urea hanya digunakan pada tahap pemupukansusulan ke-2 ketika padi berumur 45-50 hari.

Page 27: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolah

Pupuk TSP hampir sama dengan penggunaan urea yang menurun sekitar55% dari 69,90 kg/ha menjadi 31,15 kg/ha (Grafik 2). Sesuai dengan standardalam MPS dimana petani disarankan menggunakan pupuk anorganik denganmenurunkan dosis setengah (0,5) dari jumlah yang sebelum MPS terapkan. TPSsebagai pupuk untuk peningkatan vegetatif padi diberikan pada pemupukansusulan ke-1 setelah pemberian pupuk dasar saat pembajakan lahan.

Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolah

Page 28: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 3. Perbedaan Produksi dan Penggunaan Input Produksi Sebelum-Sesudah Penerapan

SebelumTahun 2002

Sesudah (masihberjalan) Tahun2013

Persentaseperubahanpenggunaan (%)

Produksi(ton/ha)

4.2 9,5 60*

Urea (kg/ha) 143,98 62,99 56*NPK (kg/ha) 78,01 50,23 36*TSP (kg/ha) 69,90 31,15 55*KCL (kg/ha) 2,87 2,87 tetapKandang-organik (kg/ha)

186,21 2.209,42 92**

ZPT (ml/tnm) 0,12 0,12 tetapPestisida dll(kg/ha)

1,4 0,7 50*

Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolahKeterangan : (*) turun (**) naik

Penggunaan NPK terakhir rata-rata menurun menjadi 50,23 kg/ha atau 36%dari penggunaan awal rata-rata 78,01 kg/ha. Pupuk jenis NPK masih perludigunakan walaupun penggunaannya turun yang dibutuhkan untuk pertumbuhanvegetatif. Setidaknya unsur Nitrogen dapat dikurangi dalam penggunaannya yangselama 50 tahun terakhir kebutuhan pupuk Nitrogen terus meningkat hampir 20kali lipat (Glass, 2003).

Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolah

Sebagai substitusi dari pupuk kimia, penggunaan pupuk organik denganbahan mentah dari kotoran kandang atau dengan bahan mentah organik laindengan cara fermentasi meningkat 92% dari awal 186,21 kg/ha menjadi 2.209

Page 29: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kg/ha (2 ton/ha). Bisa dilihat pada Grafik 3 diatas dimana dari 50 petani sudahmenggunakan pupuk kandang lebih besar pada tahun 2013 dibanding pada awaladopsi MPS. Jumlah ini masih jauh dari standar dimana sebaiknya pertanian yangbenar-benar organik penggunaan pupuk organik atau dengan metode SRI (systemrice intensification) minimal 10 ton/ha (Styger, et al. 2010). Pupuk organik yangdigunakan ada pupuk kandang atau kompos sebagai pupuk dasar. Penggunaanpupuk kandang 2-5 ton/ha atau kompos 1-3 ton/ha (0,1-0,5 kg/m2).

Penurunan penggunaan pupuk urea, TSP dan NPK sebagai substitusi daripupuk organik baik kandang, pupuk cair organik ataupun kompos. Pupuk organikbuatan petani yang memiliki nama komersil OFER (organic fertilizer) memilikistandar komposisi unsur hara Nitrogen, Posfat, dan lainnya (tabel 4).Permasalahan yang dihadapai petani sekarang dalam membuat pupuk organikyaitu jadi sulitnya mendapatkan bahan baku pupuk organik, atau pupuk kandangyang umumnya didapatkan disekitar lingkungan petani sendiri. Permasalahan lainNPK bisa dibeli tetapi banyak produk yang tidak selalu sama dengan komposisiyang diharapkan.

Tabel 4. Komposisi Kandungan Unsur Hara OFERNo Jenis unsur Persentase (%)

Komposisi1 N-total 4.162 P2O5 1.493 K2O 2.524 CaO 1.825 MgO 0.306 C-org 48.2

C/N rasio 11.59Sumber : Laporan Akhir Pertanian Sehat 2013 (tidak dipublikasikan) dan datadiolah

Untuk penggunaan pestisida insektisida dan obat penanggulangan hamalainnya menurun 50% dari awal 1,4 kg/ha menjadi 0,7 kg/ha. Penanggulanganhama padi diatasi sejak dini diantaranya melalui cara biologis yaitu pemililahanvarietas padi yang tahan HPT-OPT, penggunaan agensi hayati, cacing Nematoda,jamur Beauveria, dan pelestarian musuh alami. Sedangkan penanggulangandengan menggunakan kimia sebetulnya disarankan kepada petani untuk tidakdigunakan, tetapi hal petani masih sulit dan masih diberikan toleransi penggunaandengan standard minimum. Beberapa varietas yang disarankan MPS dan seringdipakai bergantian oleh petani, Bondoyudo, Ciherang, Towuti, Situ Bagendit, danKalimas yang termasuk pada varietas pulen. Sintanur, Situ Patenggang, Gilirang,Ciapus, Batang Gadis, Pandan Wangi, dan Pandan Putri yang termasuk padavarietas aromatik.

Petani disarankan penuh membuat dan menggunakan pestisida- insekstisidanabati untuk penanggulangan hama sesuai dengan SOP. Petani bisamenggunakan Mimba (Azadirachta indica) merupakan famili Meliaceae sudahlama dijadikan pestisida untuk mengendalikan hama yang dibuat menjadi cair.Biji dan daun nimba pun bisa digunakan petani sebagai metabolit skunder yangaktif sebagai pestisida.

Page 30: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

ZPT (zat pertumbuhan tanaman) dan pupuk KCL tidak mengalamiperubahan jumlah penggunaan. Petani menggunakan rata-rata KCL 2,87 kg/hadan ZPT 0,12 ml/tnmn setiap siklus. Untuk pupuk KCL Petani masihberketergantungan terhadap jenis ini, dan belum ada alternatif yang bisa dibuatdari bahan lokal. Pentingnya KCL ini dapat memperbaiki kondisi tanaman danbuah.

IV. Simpulan dan Saran

Metode pertanian sehat sudah bisa membuktikan akan berkurangnya petaniterhadap inputan sarana pertanian terutama pupuk kimia. Pemberian toleransistandar terhadap petani menjadi pembelajaran adopsi metode pertanian kepadapetani secara lebih bebas dan loyal terhadap pertanian berkelanjutan. Disisi lainpetani masih sangat ketergantungan terhadap pupuk utama yang belum adasubstitusinya seperti KCL serta ZPT. Semakin sulit dan makin terbatasnya bahanbaku pembuatan pupuk organik akhir-akhir ini sebagai substitusi dari pupuk kimiaterutama urea, bisa mengalihkan kembali petani kepada pupuk kimia sehinggapermintaan meningkat kembali. Bermacam-macam bahan baku yang dipakaiuntuk pembuatan pupuk organik masih diperdebatkan kandungan unsur haranya.

Sebagai saran konstruktif bagi petani adalah peningkatan daya inovasisubstitusi pupuk organik dengan berbagai bahan baku lokal lain, yang dikawalterus oleh pihak terkait terutama lembaga riset pengembangan teknologi pertanianberkelanjutan, perguruan tinggi serta lembaga non pemerintah yang terusmengawal proses pengembangan pertanian.

Daftar Pustaka

Conway KE. 1996. An overview of the Influence of Sustainable AgriculturalSystems on Plant Diseases. Crop Prot., 15(3): 223-228.

Glass. 2003. Nitrogen use efficiency of crop plants: Physiological constraintsupon nitrogen absorption. Critical Reviews in Plant Sciences 22(5) 453-470.

Styger, E. M A, Attaher. 2010. System of Rice Intensification (SRI) versusFarmer Practice- A Comparative Evaluation in The Timbuktu Region of Mali.Second Africa Rice Congres-Innvation and Partnerships to Realize Africa’s RicePotential.

Sucipto. 2011. Krisis dan Jaminan Pangan Bagi Rakyat. Makalah Ilmiah Populer60 Tahun Pendirian Kampus IPB Baranangsiang. Studium Generale dan SeminarMahasiswa Refleksi-Pangan Rakyat : Soal Hidup atau Mati 60 Tahun Kemudian

Heinrich, EA. Norton, W. Gregory, C. Luther, Erwin. 2005. GlobalizingIntegrated Pest Management- A Participatory Research Process. BlackwellPublishing

Page 31: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Uphoff. 2005. The Development of The System of Rice Intesification in JGonsalves et al (eds), Participatory and Development for Sustainable Agricultureand Rural Development Vol 3, 119-125, International Potato Center–UPWARDand Internatinal Development Research Center. Otawa

Van Huis A, F Meerman. 1997. Can we make IPM work for resourcepoorfarmers in sub-Saharan Africa? Inter. J. Pest Manage., 43(4): 313-320.

Wageningen UR. 2011. Centre for Development Innovation. (2011).Integrated Pest Management (IPM) and food safety. Retrieved April28, from www.cdi.wur.nl/UK

Page 32: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Kelompok Jurnal: Q1 (Ag Econ)Integrated Farming System: Environmental Friendly for Food Production

TechnologyI Wayan Budiasa1)*, I Gusti Agung Ayu Ambarawati1), I Made Mega2), I Ketut

Mangku Budiasa3)

1) Agribisnis Study Program, Faculty of Agriculture, Udayana University2) Agroecotechnology Study Program, Faculty of Agriculture, Udayana University

3) Animal Husbandry Study Program, Faculty of Animal Husbandry, UdayanaUniversity

Corresponding authors: [email protected]

ABSTRACT

Bali Province Government has developed 371 integrated farming systems(Simantri) since 2009. It is expected to wide spread gradually over to 1,000 in 2018.The objective of this study is to evaluate the optimal solution model for food productiontechnology of integrated farming system to support sustainable agriculture in Bali.Primary data was collected under a survey method on 23 farmers of the Simantri 096 inGianyar Regency and secondary data from appropriate sources were used to specifyparameters of the model. Linear programming approach was used to analyzeconstrained optimization problem of the model by using BLPX88 package program.The result shows that Simantri 096 (7.72 ha) which integrates food (paddy) crop andbeef cattle, was optimally operated by farmer. It is indicated by optimal solution of themodel which conforms to observed behavior. The maximum gross margin generatedfrom the optimal model was Rp362,369,100 per annum. This implies the Simantri ispotentially sustainable since it can fulfil sustainability criteria: economically viable,environmentally sound, socially acceptable, technically and culturally appropriate.

Key words: integrated farming system, optima solution, sustainable agriculture

Page 33: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Sistem Pertanian Terintegrasi: Teknologi Produksi Pangan Ramah LingkunganI Wayan Budiasa1)*, I Gusti Agung Ayu Ambarawati1), I Made Mega2), I Ketut

Mangku Budiasa3)

1) Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Udayana2) Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana

3) Prodi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas UdayanaCorresponding authors: [email protected]

ABSTRAK

Pemerintah Provinsi Bali telah mengembangkan sistem pertanian terintegrasi(Simantri) sejak tahun 2009. Simantri tersebut secara bertahap disebarkan di seluruhBali mencapai 1.000 Simantri tahun 2018. Tujuan penelitian ini adalah untukmengevaluasi model penyelesaian optimal teknologi produksi pangan sistem pertanianterintegrasi untuk mendukung pertanian berkelanjutan di Bali. Data primer melaluimetode survai terhadap 23 petani sampel pada Simantri 096 di Kabupaten Gianyar dandata sekunder dari berbagai sumber yang sepadan telah digunakan untuk menspesifikasiparameter-parameter dalam model. Pendekatan programasi linier digunakan untukmenganalisis masalah optimasi berkendala pada model tersebut dengan bantuan paketprogram BLPX88. Simantri 096 (7,72 ha) yang mengintegrasikan tanaman padi sawahdan sapi bali, telah dioperasikan secara optimal oleh petani. Hal ini diindikasikan olehpenyelesaian optimal pada model tersebut sesuai dengan hasil pengamatan lapangan.Gross margin maksimal yang dihasilkan dari model optimal tersebut sebesarRp362.369.100 per tahun. Simantri ini secara potensial dapat berkelanjutan, karenadapat memenuhi kriteria, yaitu secara ekonomi menguntungkan, ramah lingkungan,dapat diterima oleh masyarakat, dan menggunakan teknologi tepat guna serta sesuaidengan budaya setempat.

Key words: sistem usahatani terintegrasi, penyelesaian optimal, pertanianberkelanjutan

Page 34: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

1. PENDAHULUANKondisi pertanian Indonesia saat ini, yaitu jumlah petani sekitar 45 persen dari

tenaga kerja; rata-rata lahan 0,34 ha dengan tekanan laju alih fungsi lahan produktif187.789 ha per tahun; 50-60% pendapatannya dibelanjakan untuk pangan; 77% petanimaksimum tamat SD; dan petani memiliki ketergantungan terhadap benih, teknologi,modal, perdagangan internasional, dan kelemahan akses terhadap sumberdaya(Sopandie & Munandar 2008). Di samping kondisi internal tersebut, kecenderunganglobalisasi seperti liberalisasi perdagangan, climate change, dan adanya komitmennegara-negara anggota PBB dalam mewujudkan Millennium Development Goals jugamempengaruhi arah perkembangan pertanian Indonesia.

Mencermati kondisi internal dan perkembangan global tersebut, Indonesiamenetapkan visi pertanian menuju 2025 yaitu “terwujudnya sistem pertanian industrialberkelanjutan yang berdaya saing dan mampu menjamin ketahanan pangan dankesejahteraan petani” yang diupayakan melalui Revitalisasi Pertanian, Perikanan danKehutanan (RPPK) 2000-2025 (Ibrahim 2008).

Intensifikasi pengelolaan sistem usahatani dapat mengarah pada trade-off antaramanfaat ekonomi dalam jangka pendek dan degradasi lingkungan khususnya degradasikesuburan tanah dalam jangka panjang (Budiasa 2011). Erosi tanah yang semakinmeluas dan kritis mengurangi kualitas tanah, kemudian secara cepat mengurangiproduktivitas lahan atau dapat mengakibatkan lahan yang bersangkutan tidak cocok lagiuntuk pertanian (Saragih 1989; Lal, Eckert, Fausey, & Edwards 1990). Fenomenatersebut menjadi ancaman bagi produksi pertanian (pangan) dalam jangka panjang.Artinya, sebagai akibat degradasi lingkungan yang meningkat, pertanian menjadi tidakdapat berkelanjutan (Sugino & Hutagaol 2004).

Bagaimana pun, keberlanjutan pertanian sangat tergantung pada dua faktor penting,yaitu Good Agriculture Practices (GAPs) atau Best Management Practices (BMPs)dalam pertanian, dan adanya intervensi melalui kebijakan atau keberpihakan Pemerintahpada sektor pertanian (Sugino 2003). Sejak tahun 2009 kebijakan Pemerintah DaerahProvinsi Bali di bidang bertanian adalah mengembangkan sistem pertanian terintegrasi(Simantri). Viaux (2007) mengemukakan bahwa sistem pertanian terintegrasi denganinput luar rendah merupakan salah satu model dan peluang untuk pengembangan sistempertanian berkelanjutan. Hingga tahun 2013 ini sudah dikembangkan 371 Simantri pada371 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Bali, baik di lahan sawah maupun dilahan kering.

Berdasarkan uraian di atas, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1)Mengevaluasi tingkat optimal pemanfaatan sumberdaya pertanian dalam pengembanganteknologi produksi pangan melalui Simantri berbasis lahan sawah; (2) Menganalisispotensi keberlanjutan Simantri berbasis lahan sawah berdasarkan kriteria keberlanjutansistem pertanian.

2. METODE PENELITIANPenelitian ini dilakukan pada Simantri 096 yang dikelola oleh Gapoktan Tumang

Sejahtera di Desa Saba Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar Provinsi Bali,dengan pertimbangan Simantri tersebut memiliki limbah tanaman pangan (jerami padi)yang dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi bali dan pupuk kompos kotoran ternak,biourine, dan mikroorganisme local (MOL) untuk produksi tanaman pangan tersebut.Sampel penelitian adalah 23 petani dari 31 anggota Simantri 096 yang mengerjakanusahatani padi dan memelihara sapi bali. Penilaian kesesuaian lahan dan kesuburan

Page 35: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

tanah didasarkan atas pengamatan lapang dan hasil analisis laboratorium tanah. Hasilanalisis kemudian dicocokkan dengan parameter khusus dari kebutuhan hara tanaman(Sys, Ranst, Debaveye & Beernaert 1993) dan kriteria kesesuaian lahan untukkomoditas pertanian (Djaenudin, Marwan, Subagyo, Mulyani, & Suharta 2000;Puslittanak 1993). Selanjutnya, pendugaan tingkat erosi tanah menggunakan theUniversal Soil Loss Equation (USLE) yang dikemukakan oleh Utomo (1987).Akhirnya, hasil pendugaan erosi tanah dibandingkan dengan nilai erosi yangdiperbolehkan (Edp) sebagai dasar penyusunan rekomendasi kebijakan manajemenlahan di wilayah Simantri 096.

Data primer diperoleh dari sampel petani melalui survai usahatani dan datasekunder dari berbagai sumber digunakan untuk menspesifikasi parameter yangdibutuhkan dalam programasi linier. Data dianalisis menggunakan pendekatan linearprogramming (LP) dengan bantuan software BLPX88 (Eastern Software Product Inc1984). Dasar pertimbangannya adalah petani dengan modal yang terbatas seringdihadapkan dengan fungsi produksi linier (Hartono [Antara 2001]). Pendekatan LPmerupakan sebuah teknik matematik formal yang menyeleksi kombinasi dan tingkataktivitas, dari semua aktivitas yang layak, untuk mencapai fungsi tujuan tanpamengabaikan ketersediaan sumberdaya dan kendala lainnya yang dispesifikasi (Barlow,Jayasuriya, Cordova, Yambo, Bantilan, Maranan & Roxas 1977; Gonzales 1983).Secara matematis, masalah programasi linier umumnya dinyatakan sebagai berikut(Cohen & Cyert 1976):

Miximize: j

n

jj xcz

1

………….................................................................................. (1)

subject to: ij

n

jij bxa

1

; i = 1, 2, ... m …………………………….................... (2)

0jx ; j = 1, 2, …, n ...……………….................................................................... (3)Selanjutnya, spesifikasi model dalam penelitian ini dengan melakukan modifikasi

pada model di atas:

llnnjj xcxcxcxczMax ......: 11

subject to:lahanxaxaxa ndnjdjd ......11

sapixaxaxa nsnjsjs ......11

kjtenagaxaxaxa njljl ln11 ......

dimana z pada persamaan (1) adalah fungsi tujuan; xj’s adalah aktivitas atau variabelkeputusan; cj’s adalah kontribusi dari aktivitas jth terhadap nilai fungsi tujuan; aj’sadalah unit sumberdaya ke-i yang digunakan atau unit output ke-i yang diproduksi perunit aktivitas jth; dan bi’s adalah tingkat sumberdaya yang tersedia atau kebutuhanminimal untuk setiap kendala. Persamaan (2) dan (3) masing-masing adalah set kendaladan kondisi non-negatif yang harus dipenuhi dalam proses optimasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Karakteristik Petani Sampel

Karakteristik petani sampel pada Simnatri 096 meliputi umur, tingkat pendidikan,penguasaan lahan sawah, pekerjaan utama, jumlah tanggungan keluarga, danketersediaan tenaga kerja dalam keluarga. Rata-rata umur petani adalah 54,17 tahun

Page 36: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

dengan kisaran 43 - 71 tahun dan tingkat pendidikan 6,96 tahun. Total kendala lahansawah adalah 7,72 ha terdiri atas lahan milik sendiri 1,8 ha dan menyakap 5,82 haditambah dengan 1.000 m2 luas lahan untuk kandang koloni. Sebagian besar petanisampel berprofesi utama sebagai petani, dan hanya dua orang PNS serta seorangpegawai swasta. Jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4,61 orang, dan jumlah tenagakerja tersedia untuk melaksanakan aktivitas Simantri sebanyak 900 HOK per bulandengan asumsi terdapat 22 hari kerja efektif per bulan dengan tingkat upah pertanian dilokasi Simantri sebesar Rp50.000 untuk tenaga kerja pria dan Rp40.000 untuk pekerjaperempuan. Secara terinci karakteristik petani dapat dilihat Tabel 1.

3.2 Gross Margin UsahataniPola tanam yang diterapkan petani pada Simantri 062 adalah padi–padi–palawija.

Usahatani padi MT-1 diselenggarakan mulai bulan November 2012 hingga Februari2013, sedangkan usahatani padi MT-2 diselenggarakan mulai bulan Maret-Juni 2013,dan usahatani padi MT-3 mulai bulan Juli hingga Oktober 2013. Usaha ternak sapi balidilakukan sepanjang tahun oleh petani peserta Simantri 062. Secara rinci pola tanamtersebut disajikan pada Tabel 2.

Gross margin usahatani diperoleh dengan mengurangkan biaya variabel dari totalpenerimaan usahatani. Biaya variabel usahatani padi meliputi pengeluaran untukpembelian benih padi, pupuk (organik dan anorganik), pestisida, pengolahan lahanmenggunakan traktor, dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Penerimaan usahatani padidiperoleh dari perkalian antara jumlah produksi dengan harga Rp4100/kg GKP.Selanjutnya, berdasarkan hasil analisis pendapatan kotor usahatani diperoleh grossmargin sebesar Rp13.955.787/ha, Rp12.251.719/ha, Rp10.772.716/ha, danRp3.509.347.83/ekor berturut-turut untuk usahatani padi MT-1, padi MT-2, padi MT-3,dan usaha ternak sapi bali Tahun 2013.

3.3 Analisis OptimasiAnalisis optimasi pada Simantri 096 dimulai dengan merumuskan model aktivitas

(Tabel 3), model kendala (Tabel 4), menentukan koefisien teknis input dan output darisetiap hektar aktivitas produksi tanaman dan setiap ekor induk sapi bali berdasarkanhasil survai usahatani, dan akhirnya memasukkannya kedalam model LP Simantri 096sebagaimana disajikan pada Tabel 5.

Pada Tabel 4 diketahui nilai kendala (right hand side) sebesar 7,72 ha untuk totalluas lahan sawah pada Simantri 096, yang digunakan untuk usahatani padi MT-1maksimal seluas 7,62 ha, padi MT-2 maksimal seluas 7,62 ha, padi MT-3 maksimalseluas 7,62 ha dan maksimum kendala jumlah induk sapi bali sebanyak 20 ekor. Sisalahan sawah seluas 1000 m2 digunakan untuk penempatan kandang koloni dan tempatpengelolaan limbah ternak sapi bali seperti produksi biourine dan biogas serta pupukkompos.

Selanjutnya, jumlah stok tenaga kerja dalam keluarga yang tersedia untuk aktivitasSimantri 096 sebanyak 900 HOK/bulan berdasarkan asumsi dan proyeksi sebagaimanadiuraikan pada karakteristik petani sampel Simantri 096. Demikian pula, kendala jumlahmaksimal tenaga kerja yang disewa didasarkan atas realitas penggunaan tenaga kerjaluar keluarga pada bulan-bulan tertentu (November, Desember 2012; Februari, Maret,April, Juni, Juli, Agustus, dan Oktober 2013).

Pada Tabel 5 dirumuskan 13 aktivitas Simantri 096, terdiri atas empat aktivitasproduksi usahatani dan ternak serta sembilan aktivitas menyewa tenaga kerja luar

Page 37: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

keluarga. Dalam baris, dimodelkan sebanyak 26 kendala, yang terdiri atas luas totallahan maksimal, luas lahan maksimal untuk setiap komoditas yang diusahakan, jumlahmaksimal induk sapi yang dipelihara, tenaga kerja yang tersedia dalam keluarga, sertamaksimal jumlah tenaga kerja yang di sewa pada bulan-bulan tertentu. Model LP padaTabel 5 tersebut dimasuklan kedalam software BLPX88 sebagai alat bantu penyesaianmasalah LP dengan metode simplex, dengan hasil analisis tertuang pada Tabel 6.

Berdasarkan hasil analisis primal problem solution (Tabel 6), semua aktivitasproduksi tanaman padi MT-1, padi MT-2, padi MT-3, dan produksi sapi dinyatakanbasis (menguntungkan) sehingga layak untuk diteruskan oleh petani, sedangkanaktivitas menyewa tenaga kerja ternyata tidak basis karena dari kendala tenaga kerjayang tersedia dalam keluarga tidak habis terserap dalam kegiatan Simantri 096 (nonbinding). Selanjutnya, pada hasil dual problem solution, ternyata kendala luas lahanbaik luas lahan sawah total, maupun luas maksimum lahan per komoditas habisdigunakan (binding). Bardasarkan hasil penyelesaian optimal model LP Simantri 096(Lampiran 1) dapat memberikan gross margin maksimal sebesar Rp362.369.100 pertahun.

4. SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa Simantri 096

berbasis lahan sawah telah terselenggara secara optimal berdasarkan kendala luas lahansawah, jumlah tenaga kerja tersedia dalam keluarga, jumlah induk sapi bali, danteknologi Simantri yang tersedia. Dari penyelesaian optimal tersebut, ternyata semuaaktivitas produksi tanaman dan ternak sapi bali pada masing-masing Simantri dalamkeadaan basis, dengan pendapatan maksimal sebesar Rp362.369.100/th. Semua sistempertanian terintegrasi yang dianalisis berpotensi untuk berlanjut karena memenuhikriteria: (a) secara ekonomis menguntungkan dilihat dari nilai gross margin maksimal;(b) ramah lingkungan dengan mulainya penambahan/aplikasi bahan organik dari limbahternak kedalam lahan usahatani sehingga mampu meningkatkan kesesuaian lahan,kesuburan tanah, dan mengurangi tingkat erosi tanah usahatani serta adanyapemanfaatan limbah usahatani seperti jerami padi untuk pakan ternak sapi; (c) paketteknologi Simantri dapat diterima oleh masyarakat terutama oleh kelompoktanipelaksana Simantri tersebut; dan paket teknologi Simantri tersebut sesungguhnyamudah diterapkan oleh petani dan sesuai dengan budaya setempat.

Dari hasil penelitian dan pembahasan serta simpulan di atas maka dapatdisarankan/direkomendasikan bahwa kelompok pelaksana program Simantri dapatmeneruskan semua aktivitas produksi tanaman dan ternak mengingat semuanya dalamkondisi basis, kecuali aktivitas menyewa tenaga kerja luar keluarga adalah tidak basiskarena stok tenaga kerja dalam keluarga sesungguhnya cukup tersedia.

DAFTAR PUSTAKAAntara, M 2001, Perilaku petani dalam pengalokasian suberdaya untuk mencapai

pendapatan maksimum di Kabupaten Tabanan: analisis programasi linier.Disertasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Barlow, C, Jayasuriya, S, Cordova, V, Yambo, L, Bantilan, C, Maranan, C & Roxas, N1977, ‘On measuring the economic benefits of new technologies to small ricefarmers’. IRRI paper, pp.1-49.

Budiasa, I Wayan 2011, Pertanian berkelanjutan: teori dan pemodelan. UdayanaUniversity Press, Denpasar.

Page 38: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Cohen, KJ & Cyert, RM 1976, Theory of the firm: resource allocation in a marketeconomy. Prentice-Hall of India Private Limited (2nd ), New Delhi.

Djaenudin D, Marwan, H, Subagyo, H, Mulyani, A, & Suharta, N 2000, Kriteriakesesuaian lahan untuk komoditas pertanian. Balitbang Pertanian. Deptan.Bogor.

Eastern Software Product Inc 1984, BLP88 user’s guide, linear programming withbounded variables for the IBM PC, Alexandria, Virginia.

Gonzales, CM 1983, ‘Simplified and linear programming in evaluating croppingpatterns’. IRRI paper, pp.176-187.

Ibrahim, H 2008, ‘Revitalisasi pertanian, ketahanan pangan, dan penyediaan SDMpertanian yang handal’. Paper dipresentasikan pada Lokakarya Nasional FKPT-PI Ke-8 Tahun 2008, Jambi

Lal, R, Eckert, DJ, Fausey, NR & Edwards, WM 1990, ‘Conservation tillage insustainable agriculture’. Sustainable Agricultural System, eds Edwards, CA, Lal,R, Madden, P, Miller, RH & House, G. Soil and Water Conservation Society,pp.203-225.

Saragih, B 1989, ‘Farm modeling to increase farmers’ income in the Citanduywatershed, Indonesia’. Farm Management Notes for Asia and the Far EastMaliwan Mansion, Phra Atit Road: FAO (12).

Sopandie, D & Munandar, A 2008, ‘Pengembangan perguruan tinggi pertanian diIndonesia menuju 2030’. Paper Lokakarya Nasional FKPT-PI Ke-8 Tahun2008. Jambi.

Sugino, T 2003, ‘Identification of pulling factors for enhancing the sustainabledevelopment of diverse agriculture in selected Asian Countries’. Palawija NewsThe CGPRT Centre Newsletter. Bogor.

Sugino, T & Hutagaol, P 2004, ‘Policy framework for poverty reduction by realizingsustainable diversified agriculture through the development of secondary crops’.Palawija News, The UNESCAR-CAPSA Newsletter. Bogor.

Sys, C, Ranst, EV, Debaveye, J & Beernaert, F 1993, ‘Land evaluation’. AgriculturalPublications No 7, Belgium.

Puslittanak, 1993, Petunjuk teknik evaluasi lahan. Puslittanak bekerjasama denganProyek pembangunan Pertanian Nasional, Balitbang Pertanian, DepartemenPertanian. Jakarta

Utomo, WH 1987, Erosi dan konservasi tanah. Universitas Brawijaya, MalangViaux, P 2007, ‘Integrated farming systems: a form of low input farming’, Low input

farming systems: an opportunity to develop sustainable agriculture, eds Biala,K, Terres, J-M, Pointereau, P, & Paracchini, ML, Proceedings of the JRCSummer University

Page 39: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 1. Karakteristik petani sampel pada Simantri 096

No NamaUmur(th)

Tingkatpendidikan(th)

Penguasaanlahan sawah(ha)

PekerjaanUtama KK

Jumlahtanggungan(org)

TKKtersedia(HOK)Milik Sakap

1 Made Astawa 43 12 Peg. swasta 3 1,82 Nym Ruman Wijana 48 6 Petani 6 1,83 Made Lingga 65 6 0.50 Petani 4 1,84 Nyoman Tangsi 56 6 0.40 Petani 2 1,85 Wayan Rungih 67 6 0.43 Petani 8 1,86 Made Robin 59 6 0.25 Petani 8 1,87 Nyoman Loting 61 6 0.35 Petani 5 1,88 Nyoman Jana 48 6 Petani 7 1,89 Wayan Suka 47 6 0.30 Petani 2 1,810 Made Sugiarta 55 6 0.50 Petani 8 1,811 Wayan Regug 71 6 0.22 Petani 5 1,812 Ketut Mulya 55 6 0.50 Petani 8 1,813 Wayan Murna 54 6 0.50 Petani 2 1,814 Wayan Murta 66 6 0.45 Petani 5 1,815 Wayan Kisman 55 6 0.27 Petani 4 1,816 Nyoman Sadia 58 6 Petani 3 1,817 Putu Sinarbawa 47 6 1.20 Petani 3 1,818 Wayan Sukra 43 6 Petani 6 1,819 Nyoman Wirjana 48 6 0.60 Petani 4 1,820 Made Suardana 45 12 0.25 PNS 5 1,821 Kadek Sastrawan 57 16 PNS 2 1,822 Made Adnyana 43 6 0.50 Petani 5 1,823 Wayan Mekar 55 6 0.40 Petani 1 1,8Total 1246 160 1.8 5.82 106 41,4Rata-rata 54.17 6.96 0.08 0.25 4.61 1.8

Page 40: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 2. Pola produksi Simantri 096

Usahatani

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 121. Padi MT-1

2. Padi MT-2

3. Padi MT-3

4. Peternakan sapi bali

Tabel 3. Model aktivitas Simantri 096No Kode Deskripsi Satuan1 PP1 Produksi padi 1 Ha2 PP2 Produksi padi 2 ha3 PP3 Produksi jagung 3 ha4 PS Produksi sapi ekor5 STK11 Sewa tenaga kerta bulan November HOK6 STK12 Sewa tenaga kerta bulan Desember HOK7 STK02 Sewa tenaga kerta bulan Februari HOK8 STK03 Sewa tenaga kerta bulan Maret HOK9 STK04 Sewa tenaga kerta bulan April HOK10 STK06 Sewa tenaga kerja bulan Juni HOK11 STK07 Sewa tenaga kerja bulan Juli HOK12 STK08 Sewa tenaga kerja bulan Agustus HOK13 STK10 Sewa tenaga kerja bulan Oktober HOK

Page 41: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 4. Model kendala Simantri 096No Kode kolom Deskripsi Hub Level Unit

1 LAHAN Maksimum lahan tersedia ≤ 7,72 Ha2 MLP1 Maksimun lahan padi 1 ≤ 7,62 Ha3 MLP2 Maksimum lahan padi 2 ≤ 7,62 Ha4 MLP3 Maksimum lahan padi 3 ≤ 7,62 Ha5 MISAPI maksimun induk sapi ≤ 20 Ekor6 TKT01 Tenaga kerja tersedia 01 ≤ 900 HOK7 TKT02 Tenaga kerja tersedia 02 ≤ 900 HOK8 TKT03 Tenaga kerja tersedia 03 ≤ 900 HOK9 TKT04 Tenaga kerja tersedia 04 ≤ 900 HOK10 TKT05 Tenaga kerja tersedia 05 ≤ 900 HOK11 TKT06 Tenaga kerja tersedia 06 ≤ 900 HOK12 TKT07 Tenaga kerja tersedia 07 ≤ 900 HOK13 TKT08 Tenaga kerja tersedia 08 ≤ 900 HOK14 TKT09 Tenaga kerja tersedia 09 ≤ 900 HOK15 TKT10 Tenaga kerja tersedia 10 ≤ 900 HOK16 TKT11 Tenaga kerja tersedia 11 ≤ 900 HOK17 TKT12 Tenaga kerja tersedia 12 ≤ 900 HOK18 MTKS11 Maksimum tenaga kerja sewa 11 ≤ 213 HOK19 MTKS12 Maksimum tenaga kerja sewa 12 ≤ 229 HOK20 MTKS02 Maksimum tenaga kerja sewa 02 ≤ 395 HOK21 MTKS03 Maksimum tenaga kerja sewa 03 ≤ 213 HOK22 MTKS04 Maksimum tenaga kerja sewa 04 ≤ 229 HOK23 MTKS06 Maksimum tenaga kerja sewa 06 ≤ 358 HOK24 MTKS07 Maksimum tenaga kerja sewa 07 ≤ 213 HOK25 MTKS08 Maksimum tenaga kerja sewa 08 ≤ 229 HOK26 MTKS10 Maksimum tenaga kerja sewa 10 ≤ 326 HOK

Page 42: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 5. Model programasi linier Simantri 096

No

Item Unit

AKTIVITAS

REL

RHSX1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13

PP1

PP2

PP3

PSAPI

STK11

STK12

STK02

STK03

STK04

STK06

STK07

STK08

STK10

KE

ND

AL

A

R1 EGMRp00

013956

12252

10773 3509,3 -50 -50 -50 -50 -50 -50 -50 -50 -50

R2LAHAN Ha 1 0,005 ≤ 7,72

R3 MLP1 Ha 1 ≤ 7,62

R4 MLP2 Ha 1 ≤ 7,62

R5 MLP3 Ha 1 ≤ 7,62

R6 MISAPI

Ekor 1 ≤ 20

R7 TKT01 HOK 2 5,63 ≤ 900

R8 TKT02 HOK 51,84 5,63 -1 ≤ 900

R9 TKT03 HOK 38 5,63 -1 ≤ 900

R10 TKT04 HOK 32 5,63 -1 ≤ 900

R11 TKT05 HOK 2 5,63 ≤ 900

R12 TKT06 HOK 46,98 5,63 -1 ≤ 900

R13 TKT07 HOK 38 5,63 -1 ≤ 900

R14 TKT08 HOK 32 5,63 -1 ≤ 900

R15 TKT09 HOK 2 5,63 ≤ 900

R16 TKT10 HOK 42,75 5,63 -1 ≤ 900

R17 TKT11 HOK 38 5,63 -1 ≤ 900

R18 TKT12 HOK 32 5,63 -1 ≤ 900

R19MTKS11 HOK 1 ≤ 213

R20 MTKS12

HOK 1 ≤ 229

R21 MTKS02

HOK 1 ≤ 395

R22MTKS03 HOK 1 ≤ 213

R23MTKS04

HOK 1 ≤ 229

R24 MTKS06

HOK 1 ≤ 358

R25MTKS07 HOK 1 ≤ 213

R26MTKS08

HOK 1 ≤ 229

R27 MTKS10

HOK 1 ≤ 326

Page 43: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 6. Hasil Analisis Optimasi Simantri 096

C:WBAS096 SOLUTION IS OPTIMAL DATE 10-27-2013 TIME 22:54:03MAXIMUM ENTERS: BASIS X: 4 VARIABLES: 13PIVOTS: 5 LEAVES: BASIS S: 22 SLACKS: 26LAST INV: 0 DELTA 0 EGM 362369 CONSTRAINTS: 26

C:WBAS096 SOLUTION IS MAXIMUM EGM 362369.1 DATE 10-27-2013PRIMAL PROBLEM SOLUTION TIME 22:54:19

VARIABLE STATUS VALUE LOWER UPPER EGM VALUE NETPP1 BASIS 7.605 NONE NONE 13956 13956 0PP2 BASIS 7.62 NONE NONE 12262 12262 0PP3 BASIS 7.62 NONE NONE 10773 10773 0PSAPI BASIS 23 NONE NONE 3509 3509 0STK11 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK12 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK02 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK03 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK04 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK06 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK07 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK08 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50STK10 NONBASIS 0 NONE NONE -50 0 -50

C:WBAS096 SOLUTION IS MAXIMUM EGM 362369.1 DATE 10-27-2013DUAL PROBLEM SOLUTION TIME 22:54:19

ROW ID STATUS DUAL VALUE RHS VALUE USAGE SLACKLAHAN BINDING 13956 7.72 7.72 0MLP1 NONBINDING 0 7.62 7.605 .015MLP2 BINDING 12262 7.62 7.62 0MLP3 BINDING 10773 7.62 7.62 0MISAPI BINDING 3439.22 23 23 0TKT01 NONBINDING 0 900 144.7 755.3TKT02 NONBINDING 0 900 523.7332 376.2668TKT03 NONBINDING 0 900 419.05 480.95TKT04 NONBINDING 0 900 373.33 526.67TKT05 NONBINDING 0 900 144.73 755.27TKT06 NONBINDING 0 900 487.4776 412.5224TKT07 NONBINDING 0 900 419.05 480.95TKT08 NONBINDING 0 900 373.33 526.67TKT09 NONBINDING 0 900 144.73 755.27TKT10 NONBINDING 0 900 455.3212 444.6788TKT11 NONBINDING 0 900 418.48 481.52TKT12 NONBINDING 0 900 372.85 527.15MTKS11 NONBINDING 0 213 0 213MTKS12 NONBINDING 0 229 0 229MTKS02 NONBINDING 0 395 0 395MTKS03 NONBINDING 0 213 0 213MTKS04 NONBINDING 0 229 0 229MTKS06 NONBINDING 0 258 0 258MTKS07 NONBINDING 0 213 0 213MTKS08 NONBINDING 0 229 0 229MTKS10 NONBINDING 0 326 0 326

C:WBAS096 SOLUTION IS MAXIMUM EGM 362369.1 DATE 10-27-2013OBJECTIVE ROW RANGES TIME 22:54:20

VARIABLE STATUS VALUE EGM /UNIT MINIMUM MAXIMUMPP1 BASIS 7.605 13956 0 701800PP2 BASIS 7.62 12262 0 NONEPP3 BASIS 7.62 10773 0 NONEPSAPI BASIS 23 3509 69.78 NONESTK11 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK12 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK02 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK03 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK04 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK06 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK07 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK08 NONBASIS 0 -50 NONE 0STK10 NONBASIS 0 -50 NONE 0

Page 44: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

C:WBAS096 SOLUTION IS MAXIMUM EGM 362369.1 DATE 10-27-2013RIGHT HAND SIDE RANGES TIME 22:54:20

ROW ID STATUS DUAL VALUE RHS VALUE MINIMUM MAXIMUMLAHAN BINDING 13956 7.72 .1149998 7.735MLP1 NONBINDING 0 7.62 7.605 NONEMLP2 BINDING 12262 7.62 -.0000001 16.40081MLP3 BINDING 10773 7.62 -.0000001 18.01941MISAPI BINDING 3439.22 23 20 93.05787TKT01 NONBINDING 0 900 144.7 NONETKT02 NONBINDING 0 900 523.7332 NONETKT03 NONBINDING 0 900 419.05 NONETKT04 NONBINDING 0 900 373.33 NONETKT05 NONBINDING 0 900 144.73 NONETKT06 NONBINDING 0 900 487.4776 NONETKT07 NONBINDING 0 900 419.05 NONETKT08 NONBINDING 0 900 373.33 NONETKT09 NONBINDING 0 900 144.73 NONETKT10 NONBINDING 0 900 455.3212 NONETKT11 NONBINDING 0 900 418.48 NONETKT12 NONBINDING 0 900 372.85 NONEMTKS11 NONBINDING 0 213 0 NONEMTKS12 NONBINDING 0 229 0 NONEMTKS02 NONBINDING 0 395 0 NONEMTKS03 NONBINDING 0 213 0 NONEMTKS04 NONBINDING 0 229 0 NONEMTKS06 NONBINDING 0 258 0 NONEMTKS07 NONBINDING 0 213 0 NONEMTKS08 NONBINDING 0 229 0 NONEMTKS10 NONBINDING 0 326 0 NONE

Page 45: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

ANALISIS KOMPARASI PENDAPATAN USAHATANI KARET RAKYATMENGGUNAKAN BAHAN PEMBEKU DEORUB DAN NON DEORUB DI

KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA KABUPATEN MUARO JAMBIThe Comparation Analysis of Smallholder Rubber Income Farming Using Deorub

and Non Deorub in Jambi Luar Kota District, Muaro Jambi Regency

Muammar1), Edison2) dan Zakky

Fathoni2)

1) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi2) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

E-mail: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk melihat besarnya perbedaan pendapatan usahatani

karet rakyat yang diterima petani yang menggunakan bahan pembeku deorub dan petaniyang tidak menggunakan bahan pembeku deorub. Pemilihan lokasi penelitian denganpertimbangan petani di Kecamatan Jambi Luar Kota telah menggunakan teknologibahan pembeku asap cair (Deorub). Sampel dalam penelitian ini adalah petani karetyang menggunakan bahan pembeku deorub dan non deorub di Kecamatan Jambi LuarKota. Penelitian dilakukan dari tanggal 28 November 2013 sampai tanggal 28 Desember2013 dengan menggunakan metode simple random sampling. Daerah penelitian yaituDesa Muhajirin dan Kelurahan Pijoan dengan pertimbangan di desa ini terdapat petaniyang menggunakan bahan pembeku deorub dan non deorub. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa adanya perbedaan pendapatan yang diterima petani yangmenggunakan deorub dan non deorub. Pendapatan yang diterima petani yangmenggunakan deorub lebih besar yaitu Rp. 29.639.673,40 /ha/tahun dibandingkandengan pendapatan yang diterima petani yang tidak menggunakan deorub yaituRp. 25.736.628,26 /ha/tahun. Perhitungan uji beda dua rata-rata diketahui bahwa thitung (3,745) lebih besar dari pada t tabel (1,986) yang berarti bahwa pendapatan yangditerima petani yang menggunakan bahan pembeku deorub berbeda nyata denganpendapatan yang diterima petani yang tidak menggunakan bahan pembeku deorub.Kata Kunci : Petani Karet, Deorub dan Komparasi Pendapatan.

AbstractThis research aims to look at the magnitude of the comparation of smallholder

rubber income farming using deorub and non deorub. Selection of research locationwith consideration of the farmers in the district of Jambi Luar Kota has been using thetechnology of materials with freeze liquid smoke (Deorub). Sample in this research isthe rubber farmers using deorub freeze and non deorub in District Jambi Luar Kota.Research was conducted from November 28, 2013 to December 28, 2013 by usingsimple random sampling method. Locations of research were the Village Muhajirin andPijoan Emigrants by considerating in this village has farmers who use the materialdeorub and non Deorub freezer. The results showed that the existence of differences ofincome received by farmers who use Deorub and non Deorub. Income received byfarmers using Deorub was about Rp. 29.639.673,40 / ha / year compared to the incomereceived by farmers who don’t use Deorub was about Rp. 25.736.628,26 / ha / year.Two different test calculation was known that t-test (3.745) is greater than t-table(1.986) which means that the income received by farmers who use the deorub freezesignificantly different from the income received by farmers who do not use deorubfreezer.Key Word : Smallholder Rubber Farmer, Deorub and Income Comparation.

Page 46: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENDAHULUAN

Provinsi Jambi merupakan penghasil karet utama nasional disamping provinsilainnya. Hampir setiap kabupaten di Provinsi Jambi menanam karet, terutamaKabupaten Batanghari, Muaro Jambi, Bungo, Tebo, Merangin, dan Sarolangun.Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu kabupaten penghasil karet denganpersentase luas area tanaman menghasilkan (TM) terbesar yaitu sebesar 59,45%, selainKabupaten Batanghari yaitu 67,48%. (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2012). SetiapKecamatan di Kabupaten Muaro Jambi mengusahakan tanaman karet. Kecamatan JambiLuar Kota merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi yangmengusahakan tanaman perkebunan karet dengan jumlah petani terbanyak kedua yaitusebesar 18,51% dari jumlah petani karet di Kabupaten Muaro Jambi, sedangkan yangterbanyak yaitu Kecamatan Sekernan sebesar 30,89%.

Banyaknya jumlah petani di Kecamatan Jambi Luar Kota tidak didukung denganluas area tanaman menghasilkan yaitu hanya 33,85% dari total luas tanaman perkebunankaret di Kecamatan Jambi Luar Kota. Sehingga jumlah produksi di Kecamatan JambiLuar Kota cukup rendah dibandingan kecamatan lainnya yaitu 2,360 ton. Rendahnyatingkat produksi petani membuat pendapatan petani rendah sehingga perlu diadakanusaha untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Salah satu upayapemerintah untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yaitu dengan PencananganGerakan Nasional Bokar Bersih. Pencanangan Gerakan Nasional Bokar Bersihmerupakan salah satu upaya untuk meningkatkan harga bokar. Selama ini petani karet diProvinsi Jambi biasanya menggunakan asam semut, cuka, pupuk dan lain-lain sebagaipembeku. Asam semut merupakan salah satu pembeku karet yang direkomemdasikanoleh pemerintah, akan tetapi sebagian besar petani masih memperlakukan bokarnyadengan merendam bokar didalam kolam yang kotor selama 7 hari sampai 1 bulan dankurang menjaga kebersihan bokarnya seperti adanya tatal, kayu, pasir dan lain-lain, halini dimaksudkan untuk meningkatkan berat bokar. Akan tetapi hal tersebut berdampakpada penurunan harga bokar dan pengurangan berat bokar (basi).

Teknologi pembekuan lateks merupakan teknologi yang dibutuhkan petani karetdalam rangka peningkatan kualitas bahan olah karet rakyat (bokar). Salah satu teknologipembekuan lateks yang direkomendasikan oleh pemerintah dan masih jarang digunakanpetani yaitu deorub (asap cair). Pembekuan lateks dengan asap cair (Deorub)mempunyai beberapa keunggulan yaitu dapat mempercepat pembekuan lateks, tidakmenimbulkan bau busuk, daya simpan lebih lama, elastisitas tinggi dan dapatmeningkatkan kadar karet kering (Solichin dalam Asni dan Novalinda, 2011).Kecamatan Jambi Luar Kota merupakan salah satu kecamatan yang petaninyamenggunakan teknologi pembeku deorub (asap cair). Petani karet di Kecamatan JambiLuar Kota yang menggunakan deorub (asap cair) tidak memperlakukan bokarnyadengan merendam dikolam dan tetap menjaga kebersihan bokar. Menurut ujilaboratorium bokar yang dihasilkan dengan menggunakan bahan pembeku deorub diKecamatan Jambi Luar Kota memiliki kadar karet kering (KKK) ± 60% dan memilikitingkat elastisitas yang tinggi. Menurut hasil penelitian Asni dkk (2009b),memperlihatkan bahwa kadar karet kering meningkat paling tinggi dengan penggunaanbahan pembeku deorub dibandingkan pembeku lainnya (cuka parah dan pupuk P) dankadar karet kering juga meningkat dengan semakin lamanya penyimpanan.

Pendapatan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi petani untukmengadopsi teknologi baru. Perbedaan penerimaan dan biaya usahatani karet yang

Page 47: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

diterima antara petani yang perlakuan bokarnya menggunakan deorub dan non deorubmengakibatkan terjadinya perbedaan pendapatan yang diperoleh petani. Menurut Arpian(2010), petani karet masih banyak yang belum mau menggunakan bahan pembeku karetdeorub karena pedagang masih banyak yang membeli karet berdasarkan bobot basahbukan berdasarkan kadar karet kering (KKK). Selain itu, penjualan bokar yangdibekukan dengan deorub dalam skala kecil akan tercampur dengan bokar kotorsehingga nilai jualnya pun akan jatuh. Dari dua pengalaman tersebut, justru bisaberakibat ketidakpercayaan petani terhadap perbaikan mutu dimana berat bokar yangmenggunakan deorub (asap cair) akan lebih ringan diakibatkan sifat deorub yang tidakbisa menyimpan air. Sebagian besar petani menginginkan berat bokar yang tinggi tanpamempedulikan mutu bokar.

Penelitian ini berusaha menjawab masalah di atas dengan tujuan : Mengetahuigambaran kegiatan usahatani karet rakyat, pendapatan usahatani karet, serta melihattingkat perbedaan pendapatan usahtani karet rakyat yang perlakuan bokarnyamenggunakan deorub dengan usahatani karet rakyat yang perlakuan bokarnya tidakmenggunakan deorub di Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten MuaroJambi, dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Jambi Luar Kota ini terdapat petaniyang menggunakan deorub dan non deorub dalam proses pembekuan bokar. PenentuanDesa Muhajirin dan Kelurahan Pijoan sebagai sampel karena petani di Kecamtan JambiLuar Kota yang menggunakan teknologi deorub (asap cair) terdapat di dua desa ini.Jumlah petani sampel ditentukan dengan menggunakan kaidah Slovin dalam Nazir(2005) sebanyak 94 orang dan penentuan sampel dilakukan secara acak (random).

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 November 2013 sampai tanggal 28Desember 2013. Ruang lingkup penelitian difokuskan pada masalah perbedaanperlakuan terhadap bokar yang menyebabkan terjadinya perbedaan harga, jumlahproduksi dan biaya yang digunakan dalam usahatani karet yang menggunakan deorubdan non deorub, sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan yang diperoleh petani.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah sesuai dengan variabelpenelitian. Pengumpulannya dilakukan dengan pengisian kuesioner dari petaniresponden. Selain itu juga dilakukan pengumpulan data melalui penulusuran internet,khususnya data dari Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten.

Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian diolah secara tabulasi, kemudiandianalisis secara kuantitatif dalam bentuk tabel-tabel. Untuk menghitung jumlahpenerimaan yang diperoleh petani adalah dengan cara mengalikan jumlah komoditidengan harga jual.

Dimana :

TR = P.Q

TR = Total penerimaan pada usahatani karetP = Harga satuan produksi yang dihasilkanQ = Jumlah produksi yang dihasilkan

Sedangkan total biaya secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

TC = FC + VC

TC = Total biaya usahatani

Page 48: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

FC = Biaya tetap (fixed cost)VC = Biaya variable (Variabel cost)

Untuk menghitung pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani dilokasipenelitian yaitu penerimaan dikurangi dengan total biaya. Selisih dari nilai produksi(penerimaan) dengan biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut dikatakan sebagaipendapatan usaha tani. Secara matematis dapat ditulis :

Pd = TR - TC

Dimana :Pd = Pendapatan UsahataniTR = Total PenerimaanTC = Total Biaya

Pengujian hipotesis untuk menilai rata-rata antara pendapatan petani yang prosespembekuan bokarnya menggunakan deorub dan pendapatan petani yang prosespembekuan bokarnya menggunakan bahan pembeku lainnya berbeda nyata atau tidak,maka analisis perbandingan pendapatan usahatani menggunakan rumus sebagai berikut:

Perbedaan pendapatan antara petani yang menggunakan deorub dan non deorub:

Dimana :p1 = Rata-rata tingkat pendapatan petani karet yang dalam proses pembekuan bokar

menggunakan deorubp2 = Rata-rata tingkat pendapatan petani karet yang dalam proses pembekuan bokar

tidak menggunakan deorubn1 = Jumlah petani karet yang dalam proses pembekuan bokar menggunakan deorubn = Jumlah petani karet yang dalam proses pembekuan bokar tidak menggunakan

deorub= Varian pendapatan petani karet menggunakan deorub= Varian pendapatan petani karet tidak menggunakan deorub

Dimana, kaidah pengambilan keputusan adalah :1. Jika (thit ≤ ttab (α ; db = terima Ho2. Jika (thit> ttab (α ; db = tolak Ho

Page 49: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Ho ;p1= p2, Artinya : tidak ada perbedaaan antara tingkat pendapatan petani yang dalamproses pembekuan bokarnya menggunakan deorub dan petani yangtidak menggunakan deorub.

H1 ;p1≠ p2, Artinya : terdapat perbedaaan antara tingkat pendapatan petani yang dalamproses pembekuan bokarnya menggunakan deorub dan petani yangtidak menggunakan deorub.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Usahatani Karet Rakyat

Usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan danmengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modalsehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya (Suratiyah, 2011). Dari hasilpenelitian, kegiatan usahatani yang dilakukan di daerah terlihat bahwa bibit karet yangdigunakan untuk kebun karet petani sebagian besar menggunakan bibit sapuan / bibityang diambil dari anakan karet yang tumbuh di sekitar kebun karet petani atau adasebagian yang menyemaikan benih karet yang jatuh dari pohon karet yang ada di kebunpetani. Penebangan lahan untuk dijadikan kebun karet sebagian besar petanimenggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan ada juga yang menggunakan tenagakerja luar keluarga. Kegiatan penanaman petani meliputi kegiatan pengajiran,pembuatan lobang untuk tanaman dan penanaman bibit karet. Jarak tanam perkebunankaret didaerah penelitian bervariasi yaitu 3x6, 4x5, dan 4x6, sedangkan jarak tanamyang direkomendasikan yaitu 3x6 m (Direktoral Jendral Perkebunan, 2009).

Kegiatan pembersihan kebun karet yang dilakukan petani yaitu denganmembersihkan lahan dari semak-semak terutama disekitar pohon karet yang akandisadap dan ada juga petani yang menggunakan obat-obatan seperti gramasol untukmembunuh gulma di sekitar tanaman dengan dosis 4,6 liter / ha / tahun (63,83%responden) untuk petani yang menggunakan deorub dan 5,6 liter / ha / tahun (68,08%responden). Penggunaan herbisida harus bijaksana. Artinya, harus sesuai dengan dosisdan frekuensi yang tertera di kemasan, jangan sampai kelebihan dosis karena bisamembunuh tanaman penutup tanah dan terjadi pemborosan biaya (Tim Penulis PS,2011). Pembersihan kebun karet yang dilakukan petani yaitu antara 1-3 kali setahundengan lama pengerjaan sekitar 3-4 hari/ha dengan menggunakan 2 tenaga kerja.Kegiatan pembersihan kebun karet sebagian besar petani menggunakan tenaga kerjadalam keluarga dan ada yang mengupah secara borongan (tenaga kerja luar keluarga)dengan biaya Rp. 800.000,- /Ha.

Pemupukan dalam budidaya karet dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidakberproduksi lagi. Tanaman karet tanpa pemupukan akan mengakibatkan produksi tidakakan maksimal. Frekuensi pemupukan tanaman karet sebelum masa produksi dilakukansekali dalam setahun, pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kalidalam setahun, yaitu pada pergantian musim (Tim Penulis PS, 2011). Di daerahpenelitian, kegiatan pemupukan yang dilakukan petani yaitu antara 1 – 2 kali setahun.Waktu yang dibutuhkan petani untuk melakukan kegiatan pemupukan ini yaitu sekitar1 – 2 hari / Ha dengan menggunakan 2 tenaga kerja. Pemupukan dilakukan oleh 42responden (89,36%) petani yang menggunakan deorub, dan 33 responden (70,21%)petani yang tidak menggunakan deorub.

Petani melakukan kegiatan penyadapan karet dimulai dari tanaman karet berusia 5– 7 tahun. Kegiatan penyadapan dilakukan petani responden rata-rata dalam seminggu

Page 50: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

yaitu 3 – 5 hari dengan penyadapan pada setengah lingkaran batang karet. Petani karetmenyadap pohon karet dimulai dari jam 06.00 sampai jam 10.00, seharusnyapenyadapan dimulai dari jam 05.00 sampai jam 06.00 pagi, sedangkan pengumpulanlateksnya dilakukan antara pukul 08.00 – 10.00 pagi (Damanik dkk, 2010). Semakinpagi semakin baik, karena lateks lebih banyak keluar dari batang karet.

Lateks yang disadap oleh petani ditampung dengan menggunakan mangkok dariplastik dan ada juga yang menggunakan batok kelapa. Agar lateks dapat tertampung kedalam mangkok penampungan dibantu dengan sudu aliran lateks, dimana jarakmangkok dengan sudu aliran yaitu 30 cm – 50 cm. Seharusnya jarak yang ideal adalah15 cm – 30 cm antara sudu dengan mangkok. Jarak sudu dengan mangkok yang cukupjauh dapat mengakibatkan tetesan lateks kadang – kadang tidak masuk kedalammangkok atau mengalir dibatang dan membeku. Setelah selesai melakukan penyadapan,petani memberikan beberapa cairan pembeku (deorub/non deorub) disetiap mangkok.Pemberian cairan pembeku ini tidak semua petani yang melakukannya tiap hari, adayang melakukannya 2 hari sekali. Lateks –lateks yang terkumpul dalam mangkokdibiarkan membeku dalam mangkok (lump). Bokar yang membeku di dalam mangkokdimasukkan ke dalam karung, setelah itu disiram dengan lateks cair sehingga menutupilateks beku dalam mangkok. Petani yang menggunakan deorub tetap menjagakebersihan bokar selama proses pembekuan. Bokar yang dihasilkan petani yangmenggunakan deorub terbebas dari tatal, kayu, tanah dan bahan asing lainnya.Sedangkan petani yang tidak menggunakan deorub dalam proses pembekuan bokar,petani mencampurkan bokarnya dengan tatal dari kulit karet, tanah, air dan lain-lainsehingga harga bokar menjadi rendah.

Petani yang menggunakan deorub melakukan pengumpulan bokar 2 hari sebelumpenjualan bokar, sedangkan petani yang menggunakan non deorub ada yang 2 harisebelum pengumpulan bokar dan ada juga yang melakukan pengumpulan bokar padahari penjualan. Pengumpulan bokar yang dilakukan petani 2 hari sebelum penjualanbertujuan agar kadar karet kering bokar lebih tinggi sehingga harga jual bokar ikuttinggi. Selama penyimpanan bokar, petani yang menggunakan deorub menyimpanbokar di dalam gudang atau daerah yang kering dan bersih. Sedangkan petani yang tidakmenggunakan deorub ada yang menyimpan bokar di tempat yang kering dan bersihsehingga kebersihan bokar tetap terjaga dan ada juga yang menyimpan bokarnya denganmerendam bokar didalam kolam selama 2-7 hari. Hal ini akan memacu perkembanganbakteri perusak antioksidan alami dalam bokar, sehingga nilai plastisitas awal (Po) danindek ketahanan plastisitas (PRI) menjadi rendah (Asni dkk, 2009b). P0 dan PRImerupakan komponen mutu dari bokar, dimana semakin tinggi nilai P0 dan PRIsemakin tinggi kualitas bokar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan petani yangmerendam bokar di kolam dapat menurunkan mutu bokar, sehingga harga bokarmenjadi rendah.

Produksi Usahatani Karet

Menurut Mubyarto (1991), besarnya produksi akan menentukan besarnyakesempatan ekonomi yang diterima petani. Apabila tingkat produksi yang diperolehpetani tinggi, maka arus kesempatan ekonomi yang akan diperoleh cukup besar dansebaliknya. Tingkat produksi yang tinggi akan memberikan penerimaan yang tinggijuga. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata produksi yang diperoleh petani respondenyang menggunakan cairan pembeku deorub sebanyak 5.018,55 kg/tahun dan petaniyang tidak mengunakan cairan pembeku deorub sebanyak 3.321,69 kg/tahun. Rata-rata

Page 51: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

produksi petani responden per hektar yaitu 2.753,51 kg/ha/tahun dengan rata-rata luassadapan 1,85 ha/petani untuk petani yang menggunakan deorub dan 2.762,40kg/ha/tahun dengan rata-rata luas sadapan 1,25 ha/petani untuk petani yang tidakmenggunakan deorub.

Distribusi produksi yang terbanyak untuk petani yang menggunakan deorub antara2.645,52 – 2.886,02 kg/ha/tahun yaitu sebanyak 16 responden atau 34,04% dan petaniyang tidak menggunakan deorub yaitu antara 2.298,40 – 2.526,64 kg/ha/tahun (27,66%)dan antara 2.526,65 – 2.754,89 kg/ha/tahun (27,66%). Produksi bokar petani respondentertinggi yaitu 3.896,1 kg/ha/tahun untuk petani yang tidak menggunakan deorub dan3.848 kg/ha/tahun untuk petani yang menggunakan deorub. Produksi bokar petaniresponden terendah yaitu 2298,40 kg/ha/tahun untuk petani yang tidak menggunakandeorub dan 2.164,5 kg/ha/tahun untuk petani yang menggunakan deorub. Bokar yangdiproduksi petani responden tergolong rendah, hal ini karena tanaman karet petanisebagian besar merupakan tanaman tua yang berusia diatas 20 tahun.

Produksi bokar yang dihasilkan petani menggunakan deorub lebih rendahdibandingkan petani yang tidak menggunakan deorub. Hal ini karena bokar yangdihasilkan petani menggunakan deorub rata-rata memiliki kadar karet kering lebihtinggi dari pada petani tidak menggunakan bahan pembeku deorub. Tingginya tingkatkadar karet kering bokar ini karena bahan pembeku deorub yang digunakan danlamanya pemupulan sebelum dijual petani. Pembekuan lateks dengan asap cair(Deorub) mempunyai beberapa keunggulan yaitu dapat mempercepat pembekuan lateks,tidak menimbulkan bau busuk, daya simpan lebih lama, elastisitas tinggi dan dapatmeningkatkan kadar karet kering (Solichin dalam Asni dkk, 2010).

Penerimaan Usahatani Karet Rakyat

Penerimaan usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah seluruhpenerimaan yang berasal dari usahatani karet yang dinilai dengan uang. Menurut Shinta(2011) penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh denganharga jualnya, sehingga penerimaan petani karet yaitu jumlah bokar yang dihasilkanpetani (Kg) dikali dengan harga bokar yang diterima petani (Rp/Kg). Berdasarkan hasilpenelitian, rata-rata penerimaan petani responden yang menggunakan deorub yaituRp. 67.507.641,45 /tahun dan rata-rata penerimaan petani per hektar sebanyakRp. 37.044.826,86 /tahun. Sedangkan Rata-rata penerimaan petani responden yang tidakmenggunakan deorub yaitu Rp. 40.194.634,64 /tahun dan rata-rata penerimaan petaniper hektar sebanyak Rp. 33.014.079,91 /ha/tahun.

Penerimaan usahatani karet per luas lahan per tahun untuk petani yangmenggunakan deorub sebagian besar berada diantara Rp. 32.220.257,76 –Rp. 35.487.037,98 (31,91%) sedangkan distribusi rata-rata penerimaan / luas lahanuntuk petani yang tidak menggunakan deorub sebagian besar berada diantaraRp. 30.240.597,92 – Rp. 32.995.788,76 (25,53%). Penerimaan / luas lahan tertinggipetani responden yang menggunakan deorub yaitu Rp. 51.820.939,04 /Ha/tahun,sedangkan penerimaan terendah yaitu Rp. 28.953.477,54 /ha/tahun. Penerimaan / luaslahan tertinggi petani responden yang tidak menggunakan deorub yaituRp. 44.016.552,16 /Ha/tahun, sedangkan penerimaan terendahnya yaitu Rp.24.730.216,22 /ha/tahun.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan usahatani karet yaitu hargabokar. Harga bokar yang diterima petani merupakan harga bersih yang telah dikurangidengan biaya penjualan yang telah disepakati bersama oleh anggota kelompok tani.

Page 52: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Biaya penjualan yang menggunakan deorub dihitung per kg bokar yang terdiri daribiaya transportasi penjualan yaitu Rp. 600.000 dibagi dengan jumlah bokar keseluruhan,dan biaya sumbangan Rp. 200 yang terdiri dari lumbung dusun (Rp. 50), honorpengurus (Rp. 80), tukang timbang dan muat (Rp. 40), pemeriksa kualitas (Rp. 10) dansocial (Rp. 20). Sedangkan biaya penjualan petani yang tidak menggunakan deorubhanya sumbangan Rp. 200. Hal ini karena kelompok tani menjual bokarnya kepada tokeyang datang langsung ke kelompok tani tersebut. Sehingga harga yang diterima petaniyang menggunakan deorub rata-rata sebesar Rp. 12.674,47, sedangkan harga yangditerima petani yang tidak menggunakan deorub sebesar Rp. 11.272,34

Harga bokar yang diterima petani menggunakan deorub lebih tinggi dari petaniyang tidak menggunakan deorub, sehingga penerimaan petani yang menggunakandeorub lebih tinggi dari penerimaan petani yang tidak menggunakan deorub. Rata-ratapenerimaan usahatani karet petani responden yang menggunakan deorub per hektar12,21% lebih tinggi dari rata-rata penerimaan usahatani karet petani yang tidakmenggunakan deorub.

Biaya Sarana Produksi Usahatani Karet

Biaya produksi merupakan nilai dari berbagai input dalam bentuk benda dan jasayang digunakan selama berlangsung proses produksi. Hernanto (1996) menyatakanbahwa korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi ini yang semula fisik,kemudian diberi nilai rupiah dan itulah yang kemudian diberi istilah biaya. Ada tigamacam biaya sarana produksi yang digunakan petani responden yaitu bahan pembeku(koagulan), obat-obatan dan pupuk.

1. Biaya Bahan Pembeku (Koagulan)Bahan pembeku (Koagulan) yang digunakan oleh petani di daerah penelitian yaitu

asap cair (deorub) dan non deorub (asam semut dan asam cuka). Bahan pembeku deorubmemiliki harga yang cukup mahal yaitu Rp. 15.000,00/liter dengan rata-ratapenggunaan oleh petani responden yaitu 24,77 liter/tahun. Petani yang tidakmenggunakan deorub sebagian besar menggunakan asam cuka, hal ini karena mudahdidapat. Harga untuk asam semut (cap gentong) yaitu Rp. 10.000,00/liter, asam cuka(cuka 61) yaitu Rp. 9.000,00/liter dengan rata-rata penggunaan 12,36 liter/tahun.Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa biaya bahan pembeku per luas lahan pertahun petani responden yang menggunakan deorub terbanyak yaitu antaraRp. 148.500,00 – Rp. 207.001,00 dengan rata-rata biayanya Rp. 371.489,36 /tahun danrata-rata biaya per hektarnya yaitu Rp. 216.559,39 /ha/tahun. Sedangkan biaya bahanpembeku / luas lahan per tahun petani yang tidak menggunakan deorub terbanyak yaituantara Rp. 25.714,29 – Rp. 64.897,96 sehingga rata-rata biaya bahan pembeku yaituRp. 116.893,62 /tahun dan rata-rata biaya per hektarnya yaitu Rp. 99.680,10 /ha/tahun.

Petani yang menggunakan bahan pembeku deorub memberikan biaya yang lebihtinggi dari pada petani yang tidak menggunakan deorub, akan tetapi memiliki mutubokar yang lebih baik dari bokar petani non deorub. Hal ini terlihat dari tingginya rata-rata kadar karet kering petani yang menggunakan deorub sebesar 57,34% dibandingkanrata-rata kadar karet kering petani yang tidak menggunakan deorub sebesar 50,97%.Menurut hasil penelitian Asni dkk (2009b), memperlihatkan bahwa kadar karet keringmeningkat paling tinggi dengan penggunaan bahan pembeku deorub dibandingkanpembeku lainnya (cuka parah dan pupuk P) dan kadar karet kering juga meningkatdengan semakin lamanya penyimpanan. Kadar karet kering merupakan salah satu faktor

Page 53: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

penentu harga bokar. Semakin tinggi tingkat kadar karet kering bokar, maka akansemakin tinggi harga bokar yang diterima petani.

2. Biaya Obat-ObatanPenyemprotan obat-obatan (pestisida) tidak dilakukan oleh semua petani

responden, sebagian petani hanya melakukan penebasan tanpa diikuti denganpenyemprotan. Petani responden deorub yang menggunakan obat-obatan sebanyak63,83%, sedangkan petani responden non deorub yang menggunakan obat-obatansebanyak 68,08%. Berdasarkan penelitian, biaya obat-obatan / luas lahan petaniresponden yang menggunakan deorub terbanyak yaitu antara Rp. 00,00 – Rp. 71.357,15dengan rata-rata biaya per tahun (30 responden) Rp. 544.766,67 /tahun dan rata-ratabiaya per hektarnya Rp. 295.269,07 /ha/tahun. Sedangkan petani yang tidakmenggunakan deorub antar Rp. 257.936,53 – Rp. 386.904,78 dengan rata-rata biaya pertahun (32 responden) Rp. 423.781,25 /tahun dan biaya rata-rata per hektarnyaRp. 356.292,79 /ha/tahun.

3. Biaya PupukMenurut Damanik dkk (2010), pupuk yang biasa dipakai pada tanaman karet adalah

pupuk tunggal, sedangkan pupuk majemuk jarang digunakan. Pupuk yang digunakanpetani di daerah penelitian ini adalah pupuk urea, TSP, KCL, NPK dan pupuk lain(pupuk phoska). Jenis-jenis pupuk ini tidak secara keseluruhan digunakan oleh petaniresponden, tapi ada beberapa petani yang tidak menggunakan pupuk. Petani respondendeorub yang menggunakan pupuk sebanyak 89,36%, sedangkan petani responden nondeorub yang menggunakan pupuk sebanyak 70,21%. Berdasarkan penelitian, biaya yangdikeluarkan petani responden untuk pupuk terbanyak yaitu antara Rp. 0,00 –Rp. 870.000,00 untuk petani yang menggunakan deorub dan antara Rp. 0,00 –Rp. 788.571,43 untuk petani yang tidak menggunakan deorub. Rata-rata biaya pupukpetani responden yang menggunakan deorub (42 responden) per tahun yaituRp. 3.818.595,24 /tahun dan rata-rata biaya per hektarnya Rp. 1.968.148,85 /ha/tahun,sedangkan petani responden yang tidak menggunakan deorub (33 responden) per tahunyaitu Rp. 2.425.987,88 /tahun dan biaya rata-rata per hektarnya Rp. 1.671.446,37/ha/tahun. Pupuk digunakan petani dengan tujuan untuk meningkatkan hasil produksi.Pemupukan dilakukan petani antara 1 – 2 kali setahun. Pupuk yang digunakan petanirata-rata pupuk urea yaitu 72,34% untuk petani yang menggunakan deorub dan 57.45%untuk petani yang tidak menggunakan deorub.

Biaya Penyusutan Alat-alat Tahan Lama

Jenis alat-alat pertanian yang digunakan petani responden di daerah penelitianadalah pisau sadap, mangkok, parang, mesin rumput, ember, alat penyemprot. Petaniresponden tidak semua yang menggunakan parang, mesin rumput dan alat penyemprot.Sebagian petani menggunakan parang dan sebagian menggunakan mesin rumput.Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa biaya penyusutan / luas lahan terbanyakpetani responden yang menggunakan deorub yaitu antara Rp. 149.037,15 –Rp. 210.407,62 (34,04%). Sedangkan biaya penyusutan per luas terbanyak petaniresponden yang tidak menggunakan deorub yaitu antara Rp. 229.935,07 –Rp. 288.735,93 (27,65%). Biaya penyusutan alat-alat yang dikeluarkan petaniresponden deorub rata-rata per tahunnya yaitu Rp. 403.412,77 /tahun dan rata-rata perhektarnya Rp. 232.233,67 /ha/tahun. Sedangkan petani responden non deorub rata-rata

Page 54: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

per tahunnya yaitu Rp. 320.822,05 /tahun dan rata-rata per hektarnyaRp. 270.753,14 /ha/tahun.

Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam penelitian ini sebagian besar merupakan tenaga kerja dalamkeluarga. Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh petani dalam penelitian ini yaitupenyadapan dan pemeliharaan yang meliputi penebasan, penyemprotan, danpemupukan. Berdasarkan penelitian, biaya tenaga kerja / luas lahan terbanyak petaniresponden yang menggunakan deorub yaitu antara Rp. 4.141.421,44 – Rp. 4.913.757,15(31,92%), sedangkan biaya tenaga kerja / luas lahan terbanyak petani responden yangtidak menggunakan deorub terbanyak yaitu antara Rp. 4.684.523,81 – Rp. 5.435.119,04(34,05%). Biaya tenaga kerja / luas lahan petani yang menggunakan deorub terbesar pertahunnya yaitu Rp. 8.003.100,00 /ha/tahun dan biaya terkecil yaitu Rp. 2.596.750,00/ha/tahun. Sedangkan biaya tenaga kerja / luas lahan petani yang tidak menggunakandeorub terbesar per tahunnya yaitu Rp. 8.437.500,00 /ha/tahun dan biaya terkecil yaituRp. 3.183.333,33 /ha/tahun.

Rata-rata biaya tenaga kerja petani yang menggunakan deorub per tahunnya yaituRp. 8.945.724,72 /tahun dan rata-rata biaya tenaga kerja / luas lahannya yaituRp. 5.007.914,37 /ha/tahun. Sedangkan rata-rata biaya tenaga kerja petani yang tidakmenggunakan deorub per tahunnya yaitu Rp. 6.409.475,18 /tahun dan rata-rata biayatenaga kerja / luas lahannya yaitu Rp. 5.493.539,83 /ha/tahun. Rata-rata biaya tenagakerja petani yang menggunakan deorub lebih tinggi dari pada rata-rata biaya tenagakerja petani yang tidak menggunakan deorub. Hal ini karena luas lahan petani yangmenggunakan deorub lebih luas dari luas lahan petani yang tidak menggunakan deorub,akan tetapi rata-rata biaya tenaga kerja per hektar petani yang menggunakan deorublebih rendah dari pada rata-rata biaya tenaga kerja per hektar petani yang tidakmenggunakan deorub.

Total Biaya Usahatani Karet Rakyat

Total biaya usahatani adalah penjumlahan keseluruhan pengeluaran usahatanidalam satu tahun. Menurut Hernanto (1996) biaya yang dikeluarkan dalam prosesproduksi dapat diklarifikasikan menjadi 2 kategori yaitu biaya tetap (fixed cost) danbiaya variabel (variabel cost). Biaya usahatani karet yaitu biaya tetap (biaya penyusutanalat-alat tahan lama), dan biaya variabel (sarana produksi, dan biaya tenaga kerja yangdiperhitungkan). Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa distribusi petaniresponden yang menggunakan deorub berdasarkan total biaya / luas lahan usahatanikaret per tahun terbanyak yaitu antara Rp. 5.638.448,86 – Rp. 6.427.507,71 sedangkanpetani yang tidak menggunakan deorub yaitu antara Rp. 6.031.704,77 –Rp. 7.226.350,48. Total biaya / luas lahan terbesar petani yang menggunakan deorubyaitu Rp. 10.372.802,00 /ha/tahun dan untuk petani yang tidak menggunakan deorubyaitu Rp. 12.004.933,33 /ha/tahun. Sedangkan total biaya / luas lahan terkecil petaniyang menggunakan deorub yaitu Rp. 4.849.390,00 /ha/tahun dan untuk petani yangtidak menggunakan deorub yaitu Rp. 3.642.413,33 /ha/tahun.

Rata-rata total biaya petani responden deorub per tahunnya yaituRp. 13.483.094,93 /tahun dan rata-rata total biaya per hektar per tahunnya yaituRp. 7.405.153,46 /ha/tahun. Rata-rata total biaya petani responden non deorub lebihrendah dari petani yang menggunakan deorub yaitu Rp. 8.838.044,36 /tahun dan rata-rata total biaya per hektar per tahunnya yaitu Rp. 7.277.451,65 /ha/tahun. Hal ini karena

Page 55: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

luas lahan sadapan petani responden deorub lebih luas dibandingkan petani respondennon deorub. Jika dilihat berdasarkan rata-rata total biaya per hektarnya, biaya untukusahatani petani responden deorub per hektarnya lebih besar dari total biaya yangdikeluarkan petani responden non deorub. Hal ini karena biaya sarana produksi petaniyang menggunakan deorub 42,88% lebih besar dari biaya sarana produksi petani yangtidak menggunakan deorub. Sedangkan biaya tenaga kerja petani yang menggunakandeorub 8,84% lebih rendah dari biaya tenaga kerja petani yang tidak menggunakandeorub.

Pendapatan Usahatani Karet Rakyat

Keberhasilan dari usahatani dapat dilihat dari pendapatan usahatani yangdiperoleh. Menurut Mubyarto (1991) pendapatan merupakan hasil pengurangan antarahasil penjualan dengan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari masa tanam sampaiproduk tersebut berada ditangan konsumen akhir. Pendapatan diartikan sebagai selisihantara besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diperolehpetani responden adalah jumlah produksi bokar dikalikan dengan harga jual bokar yangkemudian dikurangi dengan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam prosesproduksi. Berdasarkan hasil penelitian, pendapatan usahatani karet petani respondenyang menggunakan deorub tertinggi yaitu Rp. 158.680.212,00 /tahun dan pendapatanterendah yaitu Rp. 12.039.580,80 /tahun sedangkan pendapatan usahatani karet petaniresponden yang tidak menggunakan deorub tertinggi yaitu Rp. 122.277.098,40 /tahundan pendapatan terendah yaitu Rp. 9.687.629,73 /tahun. Distribusi petani respondenyang menggunakan deorub berdasarkan pendapatan / luas lahan usahatani karet pertahun terbanyak yaitu antara Rp. 28.805.641,42 – Rp. 32.049.748,12 (29,78%) danuntuk petani responden yang tidak menggunakan deorub yaitu antara Rp. 22.275.989,42– Rp. 25.418.576,63 (23,41%). Pendapatan / luas lahan petani responden yangmenggunakan deorub tertinggi yaitu Rp. 41.782.068,21 /ha/tahun dan yang terendahnyayaitu Rp. 19.073.321,29 /ha/tahun. Sedangkan pendapatan per luas lahan petaniresponden yang tidak menggunakan deorub tertinggi yaitu Rp. 37.988.925,49 /ha/tahundan yang terendahnya yaitu Rp. 15.990.814,98 /ha/tahun.

Rata-rata pendapatan petani responden deorub per tahunnya yaituRp. 54,024.546,52 /tahun dan rata-rata pendapatan per hektar per tahunnya yaituRp. 29.639.673,40 /ha/tahun. Rata-rata pendapatan petani responden yangmenggunakan deorub ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan petani yangtidak menggunakan deorub yaitu Rp. 31.356.590,28 /tahun dan rata-rata pendapatan perhektar per tahunnya yaitu Rp. 25.736.628,26 /ha/tahun.

Usahatani Karet merupakan mata pencaharian utama sebagian besar petani karetdi daerah penelitian, sehingga pendapatan usahatani karet merupakan pendapatan rumahtangga petani karet tersebut. Rata-rata pendapatan usahatani karet (rumah tangga) perhari adalah Rp. 148.012,46 untuk petani yang menggunakan deorub dan Rp. 85.908,47.Rata-rata jumlah anggota rumah tangga petani responden adalah empat baik yangmenggunakan deorub maupun non deorub, maka jumlah pendapatan perkapitaresponden adalah Rp. 37.003,12 untuk petani yang menggunakan deorub danRp. 21.477,12. Bank dunia menggunakan ukuran garis kemiskinan absolute yaituUS $ 2 perkapita per hari (BPS,2008). Jika nilai tukar rupiah rata-rata adalah dikisaransebelas ribu rupiah setiap satu dolar, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatanperkapita responden di daerah penelitian untuk petani yang menggunakan deorub berada

Page 56: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

di atas garis kemiskinan dan petani yang tidak menggunakan deorub berada di bawahgaris kemiskinan yang telah ditetapkan Bank Dunia.

Rata-rata pendapatan petani yang menggunakan deorub per hektarnya 15,11%lebih tinggi dari rata-rata pendapatan petani yang tidak menggunakan deorub. Hal inikarena penerimaan usahatani karet petani responden yang menggunakan deorub lebihtinggi dari pada penerimaan usahatani karet petani responden yang tidak menggunakandeorub, meskipun total biaya usahatani karet petani responden deorub lebih besar daritotal biaya usahatani karet petani responden non deorub.

Analisis Uji Beda Rata-rata (t-test) Usahatani Karet Antara Petani yangMenggunakan Deorub dan Petani yang Menggunakan Non Deorub

Analisis uji beda dua rata-rata (t-test) adalah membandingkan nilai rata-ratabeserta selang kepercayaan tertentu dari dua populasi. Dalam penelitian ini digunakanuji t-test pada tingkat kepercayaan 95% (t-tabel 0,05%) untuk mengetahui ada atau tidakadanya perbedaan (kesamaan) antara pendapatan usahatani karet dari petani yangmenggunakan deorub dan pendapatan petani yang tidak menggunakan deorub. Darihasil output pengolahan data tersebut maka diperoleh nilai simpangan baku untukpendapatan usahatani karet petani yang menggunakan deorub dan simpangan bakuuntuk pendapatan usahatani karet petani yang tidak menggunakan deorub, nilai t hitungdan taraf signifikannya.

Sebelum dilakukan analisis dengan uji t, terlebih dulu melakukan uji kesamaanvarian (homogenitas) dengan F test (Levene,s Test), artinya jika varian sama maka uji tmenggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varianberbeda menggunakan Equal Variance Not Assumed (diasumsikan varian berbeda).Berdasarkan lampiran 27, nilai F test yaitu 0,328 dengan nilai signifikan F hitung(0,568) > F tabel (0,05), maka Ho diterima. Hasil uji F test menunjukkan bahwa varianrata-rata pendapatan usahatani karet petani yang menggunakan deorub dan petani yangtidak menggunakan deorub adalah sama, sehingga uji t yang digunakan yaitu uji t EqualVariance Assumed (diasumsikan varian sama).

Berdasarkan hasil olahan data didapat nilai t hitung (Equal Variance Assumed)adalah 3,745. Pada tingkat kepercayaan 95% (α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)) denganderajat kebebasan (df) n-2 atau 94-2 = 92, maka diperoleh nilai t tabel sebesar 1,986.Nilai t hitung > t tabel (3,745 > 1,986) dan P value (0,000 < 0,05) maka Ho ditolak,artinya bahwa ada perbedaan rata-rata pendapatan petani yang menggunakan deorubdan rata-rata petani yang tidak menggunakan non deorub. Nilai t hitung positif yangberarti rata-rata pendapatan usahatani karet petani yang menggunakan deorub lebihtinggi dari petani yang menggunakan non deorub. Perbedaan rata-rata (mean diference)sebesar 0.39E7 (2.96E7 – 2.57E7), dan perbedaan berkisar antara 1.833.139,96 sampai5.972.955,27.

Berdasarkan hasil uji beda 2 rata-rata pada beberapa faktor pembentuk pendapatanmenghasilkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada variabel produksi, biaya pestisidadan biaya pupuk urea petani yang menggunakan deorub dan petani yang tidakmenggunakan deorub. Hal ini karena nilai t-hit uji beda dua rata-rata variabel produksi(-0,124), biaya pestisida (-1,361) dan biaya pupuk urea (0,566) lebih rendah dari t-tabel(1,986). Sedangkan pada variabel harga output, biaya tenaga kerja, dan biaya koagulanterdapat perbedaan antara petani yang menggunakan deorub dan petani yang tidakmenggunakan deorub. Perbedaan ini terlihat dari nilai t-hit uji beda dua rata-ratavariabel harga output (8,556), biaya tenaga kerja (-2,006), dan biaya koagulan(6,717)

Page 57: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

lebih tinggi dari t-tabel (1,986). Menurut ketua kelompok tani Sejahtera, berdasarkan ujilaboratorium bokar yang dihasilkan dengan menggunakan deorub secara visual lebihtipis dibandingkan bokar yang menggunakan bahan pembeku lain, akan tetapi saatbokar dibelah, bokar yang menggunakan bahan pembeku deorub lebih padat danbokarnya elastis dibandingkan bokar yang tidak menggunakan bahan pembeku deorub.Hal ini menunjukkan walaupun secara visual bokar yang menggunakan deorub lebihtipis akan tetapi isi dalamnya padat sehingga berat bokarnya akan sama dengan bokaryang lebih tebal akan tetapi berongga di dalamnya

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap komparasi pendapatan usahatani karetrakyat yang menggunakan deorub dan non deorub di Kecamatan Jambi Luar Kota dapatdisimpulkan bahwa secara umum, kegiatan usahatani karet yang dilakukan petani didaerah penelitian telah dilakukannya pembersihan lahan dan pemupukan terhadapperkebunan karetnya. Selain itu, petani yang menggunakan deorub telah memperhatikankebersihan dan mutu bokar, sedangkan petani yang tidak menggunakan deorub kurangmemperhatikan kebersihan dan mutu bokarnya. Rata-rata pendapatan usahatani karetpetani yang menggunakan deorub di daerah penelitian yaitu Rp. 54.024.546,52 /tahundengan rata-rata luas sadapan sebesar 1,85 ha (Rp. 29.639.673,40 /ha/tahun). Sedangkanrata-rata pendapatan petani yang tidak menggunakan deorub yaituRp. 31.356.590,28 /tahun dengan rata-rata luas sadapan 1,25 ha (Rp. 25,736,628.26/ha/tahun). Pendapatan usahatani dari petani yang menggunakan deorub lebih besardengan level yang signifikan dibandingkan dengan pendapatan usahatani petani yangtidak menggunakan deorub. Hal ini karena penerimaan petani yang menggunakandeorub lebih besar dibandingkan penerimaan petani non deorub, meskipun biaya yangdikeluarkan petani non deorub lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan petani nondeorub.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Dekandan Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang telahmemfasilitasi pelaksanaan penelitian ini. Selain itu ucapan terimakasih juga diucapkanuntuk Camat Jambi Luar Kota, Lurah Pijoan, dan Kepala Desa Muhajirin yangmemfasilitasi pelaksanaan penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arpian R. 2010. Bantuan Asap Cair Deorub K dari Dinas Perkebunan Provinsi SumselTahun 2009. Koperasi Kopasma. Palembang. Tersedia pada:http://koperasikopasma.blogspot.com/2010/01/bantuan-asap-cair-deorub-k-dari-dinas.html. (diakses 10 Januari 2013)

Asni N, Yanti L, dan Novalinda D. 2009b. Peningkatan Kualitas Bokar MelaluiPenggunaan Bahan Pembeku Asap Cair Deorub Pada Perkebunan Karet Rakyatdi Provinsi Jambi. Tersedia pada : http://digilib.litbang.deptan.go.id/~jambi/getiptan.php?src=makalah/ kbokar.pdf&format=application/pdf. (diakses 19 Juni2013)

Page 58: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Asni N. dan Novalinda D. 2011. Teknologi Pembekuan Lateks berkualitas denganAsap Cair (Deorub) Untuk Pemberdayaan Petani Karet di Kabupaten TanjungJabung Barat Provinsi Jambi. BPTP Jambi. Tersedia pada:http://digilib.litbang.deptan.go.id/~jambi/getiptan.php?src=makalah/deorub.pdf&format=application/pdf.(diakses 19 Juni 2013)

Badan Pusat Statistik. 2008. Analisis dam Penghitungan Tingkat Kemiskinan2008.BPS. Jakarta.

Damanik Damanik, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat PenelitianDan Perkembangan Perkebunan. Bogor.

Dinas Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan Tahun 2012. Dinas PerkebunanProvinsi Jambi. Jambi.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2009. Teknis Budidaya Tanaman Karet. Tersediapada : http://disbunkalbar.go.id/web/jdownloads/Pedoman%20Umum/pedoman_umum_karet_2009.pdf (diakses 8 Juni 2014)

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.Mubyarto, 1991. Pengantar Ekanomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian.LP3ES, Jakarta.Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press. Malang.Suratiyah2011. Ilmu ushatani. Penebar Swadaya. Jakarta.Tim Penulis PS. 2011. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 59: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN AYAM BROILERDENGAN OPEN HOUSE SYSTEM DAN CLOSED HOUSE SYSTEM PADA CV

PERDANA PUTRA CHICKEN BOGOR

Riswanti, Naritha Ayudya 1 dan Tintin Sarianti 2

1 dan 2) Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen [email protected]

ABSTRAK

Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang menjadi pilihanmasyarakat Indonesia. Peningkatan konsumsi protein hewani menyebabkan permintaanayam broiler meningkat. Saat ini konsumsi ayam broiler masyarakat Indonesia adalahsekitar 7 kilogram/ kapita/ tahun, demikian halnya bagi industri hilir berbahan dasardaging ayam pun menunjukkan perkembangan positif yang ditunjukkan olehmeningkatnya jumlah industri pengolahan ayam dan fast food dengan produk utamaolahan ayam dengan pertumbuhan 15 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluangpengembangan industri on-farm ayam pedaging masih sangat besar, seperti yang akandilaksanakan oleh CV Perdana Putra Chicken yang terletak di Kecamatan LeuwiliangKabupaten Bogor melalui pengembangan teknologi sistem perkandangan tertutup(closed house system) dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi serta kualitasayam broiler. Pengembangan closed house system membutuhkan biaya investasi yangsangat besar, meskipun memiliki kelebihan dalam hal efisiensi lahan apabiladibandingkan dengan sistem perkandangan terbuka (open house system), dengandemikian perlu dilakukan perbandingan tingkat kelayakan usaha diantara kedua sistemperkandangan dalam budidaya ayam broiler baik dilihat dari aspek non finansialmaupun aspek finansial. Tujuan lainnya dari kegiatan penelitian ini adalah untukmenganalisis perubahan maksimum dari berbagai komponen manfaat dan biayapembesaran ayam broiler yang masih menghasilkan tingkat kelayakan finansial dalambatas minimum. Analisis data menggunakan metode deskriptif untuk menjabarkanaspek-aspek non finansial meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial danlingkungan dalam kegiatan usaha pembesaran ayam broiler, sedangkan untuk analisiskelayakan finansial usaha digunakan kriteria investasi yaitu Net Present Value, InternalRate of Return, Net B/C dan Discounted Payback Period. Hasil analisis diperolehbahwa kelayakan non finansial untuk usaha pembesaran ayam broiler dengan closedhouse system pada CV Perdana Putra Chicken lebih layak jika dibandingkan denganopen house system. Demikian juga halnya dengan hasil perhitungan kriteria investasimenunjukkan bahwa pada berbagai kriteria tersebut tingkat kelayakan closed housesystem lebih tinggi. Berdasarkan analisis switching value diperoleh hasil bahwa tingkatkepekaan terhadap mortalitas ayam broiler dan kenaikan harga pakan pada close housesystem lebih rendah dibandingkan dengan open house system. Dengan demikian bahwaupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi melalui pengembangan teknologiperkandaan merupakan hal yang tepat dilakukan oleh CV Perdana Putra Chicken.

Keyword : Closed House System, Kelayakan Aspek Non Finansial, KelayakanFinansial, Kriteria Investasi

Page 60: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsumsi berbagai makanan yang mengandung gizi seimbang mulaidisosialisasikan oleh pemerintah untuk lebih meningkatkan kualitas masyarakatterutama dalam bahan makanan protein hewani. Hal ini mengakibatkan adanyapertumbuhan konsumsi produk peternakan seperti yang tertera pada Lampiran 1 (BadanPusat Statistik 2013). Laju pertumbuhan terbesar terdapat pada komoditi sapi dan ayamras sebagai konsumsi daging segar masyarakat. Harga kedua daging tersebut berkisarRp 30 000 – Rp 40 000 untuk daging ayam ras dan Rp 89 000 – Rp 95 000 untukdaging sapi pada periode 2013 hingga 2014 (BPS 2013). Perbedaan harga daging sapidan ayam yang cukup besar menyebabkan sebagian masyarakat lebih memilihmengkonsumsi daging ayam.

Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang menjadi pilihan masyarakatIndonesia. Peningkatan konsumsi protein hewani menyebabkan permintaan ayambroiler meningkat. Saat ini konsumsi ayam broiler masyarakat Indonesia adalah sekitar7 kilogram/ kapita/ tahun, demikian halnya bagi industri hilir berbahan dasar dagingayam pun menunjukkan perkembangan positif yang ditunjukkan oleh meningkatnyajumlah industri pengolahan ayam dan fast food dengan produk utama olahan ayamdengan pertumbuhan 15 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa peluangpengembangan industri on-farm ayam pedaging masih sangat besar. Peningkatanproduksi ayam dapat dilakukan dengan berbagai pengembangan teknologi, salahsatunya teknologi perkandangan.

Kandang merupakan salah satu penentu keberhasilan beternak ayam broiler.Pertumbuhan optimal ayam broiler berada pada temperatur suhu 19o - 21o C, sedangkansuhu di Indonesia dapat mencapai 33-35 oC pada musim kemarau (Rasyaf, 2001).Kesalahan dalam konstruksi kandang dapat berakibat fatal yang berujung pada kerugianbagi peternak akibat adanya masalah suhu tersebut. Berdasarkan tipe dinding (ventilasi)dapat dibedakan menjadi kandang terbuka (open house) dan kandang tertutup (closedhouse). Kandang sistem terbuka merupakan kandang yang dindingnya terbuka biasanyaterbuat dari kayu atau bambu. Sedangkan tipe tertutup, dindingnya tertutup danbiasanya terbuat dari bahan permanen dengan penggunaan teknologi tinggi. Sehinggakandang tertutup lebih mempunyai ventilasi yang baik dalam mengurangi kelembabanudara. Tingginya kelembaban udara dikombinasi dengan tingginya suhu udara diIndonesia akan bersifat “sangat destruktif” terhadap performa broiler, karena dapatmenurunkan sistem pertahanan tubuh dan berat badan ayam.

Perumusan Masalah

Faktor utama untuk menghasilkan ayam yang sehat adalah sanitasi dan tata laksanapemeliharaan yang benar. Salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang peternakanyaitu CV Perdana Putra Chicken (PPC) berlokasi di Kecamatan Leuwiliang KabupatenBogor, merupakan perusahaan yang sudah berdiri cukup lama dalam bidangpembesaran ayam broiler. Adanya masalah cuaca, iklim, dan lokasi kandang yangberada di daerah dengan kelembapan tinggi serta tidak dapat diprediksi membuat PPCmelakukan budidaya dengan menggunakan tambahan teknologi terutama padakonstruksi kandang.

Page 61: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Seiring dengan pemanasan global yang terjadi, peternak, awalnya membangunkandang dengan konstruksi tingkat (double dek), untuk menghasilkan lebih banyakpopulasi, pada kandang open house sekarang merubah konstruksinya menjadi singledek. Selain masalah tersebut juga karena semakin sulitnya pemeliharaan denganpenggunaan kandang tingkat pada open house. Sedangkan penggunaan kandang closedhouse, inovasi dari kandang open house pengaturan udara sudah dapat diatur walaupundibuat dengan konstruksi double dek.

Investasi dan biaya yang dikeluarkan berbeda-beda dari masing-masing kandang.Perlu adanya perhitungan dan perbandingan berdasarkan hasil investasi, biaya yangdikeluarkan, dan penerimaan yang didapat pada kedua jenis kandang tersebut.Disamping hal-hal yang berhubungan dengan finansial, aspek lainnya seperti pasar,teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan perlu dipertimbangkan dalamkeputusan bisnis, serta adanya perubahan-perubahan dalam penentuan harga output danharga input dapat mempengaruhi kondisi usaha, sehingga kajian kelayakan keduakandang dapat memberikan informasi dan menjadikan evaluasi hasil atau efektivitaskandang tersebut. Berdasarkan hal di atas, maka beberapa masalah yang dirumuskandalam penelitian ini adalah :1. Bagaimana kelayakan usaha peternakan ayam broiler CV Perdana Putra Chicken

pada tipe kandang closed house system dan kandang open house system dikaji dariaspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial dan lingkungan?

2. Bagaimana perbandingan kelayakan finansial dari pembuatan kandang closed housesystem dibandingkan dengan open house system yang diterapkan di kandang CVPerdana Putra Chicken?

3. Berapa besar batas nilai perubahan maksimum yang dapat ditoleransi peternakanCV PPC?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuanpenelitian adalah :1. Menganalisis kelayakan usaha peternakan ayam broiler di CV Perdana Putra Chicken

saat ini, dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, hokum, sosial dan lingkungan.2. Menganalisis kelayakan finansial ternak ayam broiler antara kandang open house

system dan closed house system3. Mengetahui nilai maksimum perubahan harga input dan harga output pada kandang

CV Perdana Putra Chicken.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Operasional

Keadaan Indonesia yang memiliki dua musim sering menimbulkan banyaknya uapair dan lembab. Terjadinya perbedaan tersebut mengakibatkan banyak perusahaan yangmulai menggunakan teknologi-teknologi untuk meningkatkan produksi ayam broilerdan mengurangi risiko dalam budidaya akibat adanya permasalahan itu. Salah satuupaya mengatasi permasalahan tersebut CV PPC sebagai usaha yang bergerak dibidangpembesaran ayam broiler budidaya yang dijalankan sudah menggunakan teknologi pada

Page 62: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kandangnya. Dengan teknologi pengaturan temperatur dalam kandang, akanmemberikan kenyamanan bagi ayam.

Pengembangan usaha menggunakan teknologi memerlukan biaya investasi yanglebih besar dibandingkan dengan penggunaan kandang yang sederhana. Di samping itu,budidaya ini lebih rumit karena perlu adanya sumber daya yang handal dan adanyalingkungan yang baru karena tidak mungkin usaha tersebut berdampak padalingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangan model budidaya ini, diperlukanadanya analisis kelayakan usaha.

Kelayakan usaha ini termasuk didalamnya kelayakan secara finansial dan nonfinansial agar usaha tersebut dapat dikatakan secara layak dari semua kelayakan usaha.aspek finansial, kelayakan diuji melalui empat kriteria, yaitu NPV, IRR, Net B/C sertapayback periode. Dalam aspek non finansial dianalisis menggunakan aspek pasar danpemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial danlingkungan.

Berdasarkan kesimpulan kedua aspek, aspek finansial maupun aspek non finansialmaka dapat disimpulkan kelayakan usaha ayam broiler dengan kedua jenis kandangmana yang lebih layak. Gambaran mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihatpada Lampiran 2.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor salah satukandang milik CV Perdana Putra Chicken. Pemilihan dilakukan secara sengaja(purposive) karena adanya alasan penggunaan teknologi baru yang diterapkan dalamsatu suatu perusahaan dan letak kandang yang berdekatan. Waktu penelitiandilaksanakan dua bulan yaitu pada bulan Maret-April 2014.

Jenis dan Sumber DataPenelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan melalui hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapang dan menggunakandaftar pertanyaan kepada perusahaan dan anak kandang. Data sekunder menggunakanliteratur dari buka, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan literatur dari pihak yangterlibat, diantaranya, BPS, Dinas Pertanian, Dinas perternakan dan PerikananKabupaten Bogor dan sumber lain yang relevan. Data yang digunakan adalah investasiyang dikeluarkan waktu awal dan biaya yang dikeluarkan tiap periode.

Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung,

wawancara terstruktur, dan observasi. Dalam pengumpulan data primer, data yangdiperoleh dari wawancara pemilik peternakan ayam broiler dan pekerja disini pihakyang terlibat dari CV Perdana Putra Chicken sebagai pemilik kedua jenis kandang.Lokasi wawancara kantor PPC di Pagelaran dan kandang PPC di Leuwiliang.Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur dan penelusuranpustaka.

Page 63: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Metode Analisis DataData yang diperoleh dalam penelitian ini diolah secara kualitatif dan kuantitatif.

Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptif dan analisis kelayakan finansial.Metode deskriptif untuk aspek non finansial digunakan untuk mengetahui keadaansekitar budidaya yang dilihat dari pasar, hukum, manajemen, teknis, lingkungan dansosial. Analisis kuantitatif dilakukan dalam aspek finansial untuk menganalisis biayadan manfaat kombinasi usaha yang dijalankan melalui kriteria kelayakan investasi.Dalam analisis finansial terdapat beberapa kriteria finansial yang digunakan untukpeternakan kandang Geledug PPC yaitu NPV, IRR, Net B/C, payback period, danswitching value. Olahan menggunakan bantuan Microsoft excel dan kalkulator.

Asumsi DasarBeberapa asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Umur usaha adalah 10 tahun yang ditetapkan berdasarkan umur ekonomis kandangclosed house.

2. Sumber modal adalah modal sendiri, tidak terdapat modal pinjaman dengan tingkatdiskonto deposito dari bank BCA (7.5 persen) sebagai bank operasionalperusahaan.

3. Pajak Usaha yang digunakan berdasarkan Undang Undang Perpajakan No 46Tahun 2013.

4. Penentuan periode dalam satu tahun terdiri atas enam periode produksi.5. Tingkat mortalitas yang terjadi sebesar 4 persen untuk kandang closed house dan 8

persen untuk kandang open house, serta sebanyak 300 ekor untuk setiap periodediberikan pada warga sekitar.

6. FCR kandang open house sebesar 1.61 dan FCR kandang closed house sebesar1.67.

7. Perusahan tidak menanggung segala bentuk biaya transportasi.8. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha terdiri atas biaya investasi dan biaya

operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya reinvestasidikeluarkan untuk peralatan yang suda habis masa ekonomisnya. Biaya operasionalterdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.

9. Ayam broiler dipanen rata-rata saat berumur 31 hari dengan asumsi bobot rata-rata1.74 kg per ekor pada kandang terbuka dan 1.81 kg per ekor untuk kandangtertutup.

10. Harga jual, DOC, pakan, di asumsikan sama setiap tahun dan harga yangditentukan pada tahun 2013 sebagai awal berdirinya kandang.

11. Penyusutan adalah penurunan nilai faktor produksi tetap akibat penggunaanmenggunakan metode garis lurus dimana investasi dikurangi nilai sisa dibagi umurbisnis.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA

Analisis Aspek Non FinansialAspek Pasar dan Pemasaran1. Permintaan dan Penawaran

Permintaan akan daging pada CV Perdana Putra Chicken paling besar berasal daripasar tradisional setempat di daerah sekitar Leuwiliang, Ciampea, dan Dramaga,

Page 64: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kemudian dari pedagang di luar Bogor namun masih sekitar Jabodetabek. Pembeli tetapmerupakan pedagang internal dari PPC yang telah lama bekerja sama. Permintaan daripara pembeli internal PPC setiap bulannya sangat tinggi namun pemenuhan permintaanbelum dapat terpenuhi 100 persen. Penawaran pihak PPC masih sangat kurang bagipermintaan dari pedagang. Akibat adanya permintaan yang tinggi tersebut maka pihakPPC melakukan inovasi agar populasi dan dapat mencukupi pesanan yang diinginkanpembeli. Salah satu yang dilakukan dengan pembangunan kandang dengan modelclosed house dimana kapasitas kandang lebih banyak dari kandang open house. Selainitu penggunaan closed house dapat menjadikan bobot ayam menjadi cepet besardaripada kandang open house.

2. Pemasaran OutputOutput yang dihasilkan dalam kandang ini adalah ayam sebagai produk utama dan

pupuk sebagai produk sampingan. Pengangkutan hasil panen setelah sekitar 28 - 29 harikandang sudah bisa dibuka untuk pembeli hingga kandang kosong semua terjual.Saluran penjualan produk sampingan yaitu pupuk langsung ke konsumen ataupengumpul yang mengambil ke kandang setiap periode. Penjualan produk utama berupaayam hidup dilakukan melalui pesanan ke perusahaan dahulu kemudian pedagang-pedagang atau broker di pasar seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Saluran pemasaran ayam broiler CV Perdana Putra Chicken

Saat ini banyak usaha pembesaran ayam ras pedaging bermunculan, hal tersebutmenyebabkan persaingan semakin tinggi. Market share yaitu persentase penjualamperusahaan terhadap penjualan industri yang diserap oleh PPC di Kabupaten Bogorhanya mencapai 0.94 persen. Hal tersebut menjadi sebuah kesempatan dan peluangbesar dalam meningkatkan kembali jumlah yang produksi ayam broiler CV PPC.

Aspek Teknis1. Lokasi PeternakanPeternakan yang dimiliki CV PPC terletak dilokasi yang strategis. Lokasi peternakanberada di dusun Karacak terletak tidak jauh dari jalan desa sekitar satu kilometer dankurang lebih 6 kilometer dari jalan utama Leuwiliang. Beberapa pertimbangan dalammenentukan lokasi sebagai berikut :a. Ketersediaan bahan bakuSarana produksi berasal dari pasokan masing-masing tempat produksi atau perusahaanpenyuplai. Bahan baku langsung di antar dari pihak produsen ke kandang, sebelumnyaada kesepakatan antar perusahaan PPC dengan perusahaan produsen tentang kebutuhanbahan baku yaitu kualitas dan kuantitas dari pesanan. Masing-masing kandang

ayam kandangGeledug

90 persen

Pedagang di pasar

Perdana PutraChicken

10 persen

Rumah PemotonganHewan (RPA)

Page 65: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

mempunyai tempat penyimpanan sendiri atau gudang penyimpanan didekat kandang.Sehingga setiap ada sarana produksi yang masuk langsung disimpan di gudang. Pasokanbahan baku peternakan yang dibutuhkan tersedia dengan kualitas dan kuantitas yangtelah disepakati dengan perusahaan produsen.b. Letak pasar yang ditujuTujuan pemasaran ayam broiler PPC untuk mencukupi pasar tradisional yang ada diJasinga, Leuwiliang, dan Ciampea. Letak pasar tersebut jaraknya cukup dekat denganletak kandang-kandang milik PPC sehingga mempermudah dalam pengangkutan kepasar.c. Tenaga listrik dan airLetak kandang Geledug telah memenuhi syarat letak kandang yang cukup jauh daripermukiman penduduk sehingga ayam dapat tenang dan tidak stress akibat lalu lalangorang serta kebisingan. Selain itu daerah yang dipilih lebih rendah atau berada diwilayah lembah, ketersediaan matahari mencukupi serta letak kandang yang dekatdengan sungai dan sumber mata air membuat ketersediaan air bagi ayam dapat terustercukupi. Penggunaan listrik kandang Geledug diambil dari pemasangan listrik dengankekuatan tinggi, pada saat keadaan listrik mati kandang sudah memiliki diesel untukmencukupi kebutuhan listrik.d. Fasilitas transportasiTransportasi pengangkutan berasal dari pihak pembeli, pihak kandang maupunperusahaan tidak menyediakan transportasi pengangkutan. Sarana dan prasarana menujutempat kandang di dusun Karacak dapat menunjang aktivitas usaha, seperti jalan yangmemadai untuk truk atau mobil dalam pengangkutan DOC, pakan, obat, maupun saatmengangkut hasil produksi.

2. Penggunaan model kandang dan teknologi

Kandang closed houseKandang closed house atau sistem tertutup secara konstruksi dibedakan menjadi duayakni sistem tunnel dan evaporative cooling system (ECS). Perbedaan antara keduasistem tersebut, sistem ECS mengandalkan aliran angin dan proses evaporasi denganbantuan angin dari cooling pad, cocok digunakan pada daerah panas dengan suhu udaradiatas 350C. Sedangkan letaknya yang berada pada dataran tinggi dan kecepatan angincukup tinggi, penggunaan konstruksi kandang menggunakan sistem tunnel. Karenakerja dari tunnel adalah mengandalkan angin untuk mengeluarkan gas sisa, panas, uapair, dan penyediaan oksigen bagi kebutuhan ayam.Pemeliharaan ayam broiler dengan model kandang closed house dirancang agar lebihmudah mengatur ventilasi kandang secara baik. Keadaan lingkungan yang memilikikelembapan tinggi dan kecepatan angin yang besar penggunaan Tunnel VentilatationSystem dipakai sebagai inovasi kandang closed house pada peternakan milik PPC.Model sistem kandang Tunnel Ventilatation System dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 66: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Gambar 2. Kerja Tunnel Ventilation System pada kandang tertutup

Kecepatan angin masuk dari inlet dari udara bebas sekitar, angin yang masuk tersebutkemudian diatur dengan penggunaan kipas (fan). Kipas berfungsi untuk menyedot udarayang masuk agar tidak terlalu banyak angin di kandang. Pengaturan sistem ini telahdapat dilakukan dengan otomatis pengaturan waktu dengan begitu peternak tidak begituterlalu susah mengawasi. Semua peralatan yang digunakan pada model kandang ini jugasudah menggunakan teknologi. sedangkan closed house telah menggunakan heateruntuk alat pemanas.

Kandang open housePenggunaan model open house membutuhkan banyak tenaga dan ketepatan

manusia untuk memutuskan memberi tambahan pemanas atau tidak. Karena ayambroiler sangat rentan apalagi dengan suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas.Sehingga perlu adanya perlakuan khusus bagi ayam yang ada dipelihara pada kandangopen house agar sekam dapat tetap kering dan suhu ayam tetap terjaga seperti suhuruang sekitar 27o C.

Gambar 3 Kerja ventilasi pada kandang terbukaSistem ventilasi yang ada pada kandang terbuka terlihat pada Gambar 3 bahwa

sirkulasi terjadi dari arah mana saja. Kecepatan angin maupun kelembapan daerahtersebut tidak dapat dikontrol dengan baik sehingga perlu tambahan pemanas dan kipas.Pemanas maupun kipas digunakan sebagai penyeimbang suhu bagi ayam broiler agarselalu nyaman dalam kandang. Sirkulasi seperti pada kandang terbuka mengakibatkanbanyaknya penyakit yang masuk dari udara maupun dalam kandang tersebut.

Gambar 4 Kandang Open House (kiri) dan kandang closed house (kanan)

inlet

fanfa

Page 67: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Menurut Rasyaf (1995) yang membahas tentang pengelolaan usaha ayam broilerdengan kandang terbuka, tingkat kematian ayam broiler di daerah berkembang adalahsebesar 4 persen per masa produksi. Selain itu, kepadatan kandang peternakan ayambroiler di Indonesia adalah 10 ekor/m2 dengan berat dewasa sekitar 1.4-1.6 kg per meterpersegi. Sedangkan pada kandang terbuka berdasarkan wawancara sekarang ini, permeter persegi kandang kepadatan mencapai 8 ekor sedangkan pada kandang tertutupkepadatannya mencapai 17 ekor/m2 akibat adanya berat yang dihasilkan dapat mencapai2 kg lebih. Nilai FCR, bobot, jumlah pakan, umur, dan IP merupakan hasil rata-ratayang diperoleh PPC dalam satu tahun. Masa produksi sekitar 5 minggu, dan 3 minggudigunakan untuk pembersihan serta masa kosong kandang. Sehingga jarak waktu yangdibutuhkan untuk chick in kembali sekitar 2 bulan.

Tabel 1. Performa masing-masing Kandang rata-rata produksi Maret-Desember 2013Kandang terbuka Kandang tertutup

Populasi (ekor) 18 000 18 000Jumlah pakan (kg) 47 830 49 480Jumlah mati (ekor) 1 440 720Tingkat mortalitas (%) 8 4Umur rata-rata (hari) 31 32Pakan per ekor (kg) 2.91 2.92Bobot rata-rata (kg) 1.74 1.81FCR 1.67 1.61Indeks Prestasi (IP) 307 335Kepadatan 11 13Sumber : Data CV Perdana Putra Chicken (data diolah)

3. Sarana dan PrasaranaLokasi peternakan ayam broiler kandang Geledug memiliki beberapa sarana penunjangseperti bangunan kandang, gudang pakan, gudang peralatan, mess karyawan, tendon air,dan berbagai peralatan operasional lainnya.a. Bangunan kandang

Kandang yang didirikan menggunakan campuran bahan bambu dan kayu denganatap menggunakan genting dan campuran asbes. Bahan tersebut digunakan untukmenjaga suhu kandang tetap sejuk apalagi saat siang hari. Disekeliling kandang diberiterpal untuk menahan angin di malam hari serta mengatur sirkulasi udara. Bangunan adayang dibuat panggung dan portal. Kandang jenis panggung digunakan pada kandangyang letak tanah miring.b. Gudang pakan

Gudang pakan pada setiap masing-masing kandang mempunyai tempatpenyimpanan sendiri yang dekat dengan kandang. Tujuannya untuk mempermudahdalam pemberian pakan sehari-hari. Namun dalam pembelian pakan atau sapronak lainprodusen memberikan sekaligus dalam jumlah banyak. Maka adanya gudang sebagaipenampung semua diperlukan untuk menjaga agar lebih awet dan terjaga kualitasnya.c. Mess karyawanTempat tingga karyawan atau anak kandang dibangun di dekat kandang ayam. Haltersebut untuk memudahkan dalam mengontrol ayam setiap harinya. Apalagi ketikaadanya DOC masuk, masa-masa pemeliharaan DOC yang masih rentan, pemeliharaan

Page 68: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

setiap harinya tambahan pakan atau lainnya, dan menjaga pada saat sebelum panen yangsering terjadinya kemalingan.d. Tendon air

Tendon air digunakan untuk mencukupi kebutuhan air bagi ayam selama prosespembesaran. Setiap masing-masing kandang mempunyai tendon air sendiri yangterhubung ada sumur bor sebagai sumber mata air. Perawatan tendon maupun selangdilakukan setiap selesai panen.e. Sarana lain

Selain sarana dan prasarana di atas, masih ada sarana lain sebagai penunjangpemeliharaan ayam broiler. Penggunaan peralatan lain yang penggunaannya untukkedua kandang adalah penggunaan termometer dan timbangan. Termometer digunakanuntuk mengontrol suhu di kandang agar tetap seimbang dan sebagai penentu dalampenambahan pemanas atau kipas bagi ayam broiler.

Peralatan penghangat utama pada ayam broiler kandang terbuka adalah denganmenggunakan gasolec. Namun penggunaan gasolec jangkauan panasnya terlalu sempithanya sekitar 4 m sehingga ayam tidak menerima panas yang merata. Perlu adanyatambahan panas jika terjadi suhu atau keadaan yang terlalu dingin. Penggunaancerobong batu bara dinilai cukup ekonomis dibandingkan dengan penambahan gasolec,karena biaya gas elpiji yang akan besar.

Kipas merupakan salah satu peralatan yang ada pada kandang open house. Alat inidigunakan sebagai penambah kesejukan dalam kandang saat keadaan sekitar panas. Inibiasanya diperlukan ayam yang berada pada umur sekitar 2 minggu hingga panenkarena ayam pada umur tersebut memerlukan udara yang dingin.

Tempat pakan yang digunakan pada kandang open house menggunakan 2 ukurantempat pakan yaitu ukuran 5 kg dan 10 kg. Tempat pakan tersebut disesuaikan denganumur pada ayam. Tempat minum yang digunakan oleh kandang open house telahmenggunakan sistem otomatis dengan penggunaan penyedot langsung yang akanlangsung keluar pada selang dan tabung minum. Tempat minum otomatis telahdigunakan dari penggunaan tempat minum yang sederhana yang penggunaannya tidakefisien.

Penggunaan kandang tunnel ventilation perlu adanya penggunaan bantuan heaterdan fan. Kedua peralatan tersebut untuk kandang dalam pengaturan suhu yang sesuaidengan suhu ayam tersebut. Kedua peralatan tersebut dikontrol menggunakan temprondan alat pengatur kipas, sehingga peternak dapat dengan mudah mengatur suhu yangdiperlukan kemudian kipas dan fan akan berjalan sesuai dengan pengaturan tersebut.

Gambar 5. Heater dan fanTempat pakan yang digunakan pada kandang tertutup sama dengan tempat pakan

yang digunakan pada kandang tertutup. Tempat pakan tersebut cukup efisien dan sudahmerupakan tempat pakan yang dimodifikasi dari tempat pakan sebelumnya. Ketepatanperalatan pada kandang tertutup dapat dilihat pada tempat minum yang digunakan.

Page 69: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Gambar 6. Tempat pakan dan tempat minum pada close house4. Luasan Produksi

Peternakan ayam PPC kandang Geledug merupakan peternakan pembesaran ayamdengan hasil output ayam broiler dan pupuk kandang. Daya tampung pemeliharaanmaksimal yang mampu dipelihara kandang Geledug adalah 60 000 ekor ayam.Kapasitas tersebut dibagi menjadi 10 kandang yang terdiri dari dua kandang closedhouse dan delapan open house. Tenaga kerja yang dimiliki ada 13 orang yaitu satukepala kandang, satu kebersihan, satu keamanan, dan 10 anak kandang. KandangGeledug memiliki luasan tanah untuk kandang dan keperluan bangunan lainnya seluas 2hektar.

Aspek Manajemen dan HukumPemeliharaan kandang sepenuhnya dilakukan kepala kandang yang membawahi 10

orang anak kandang. Setiap aktivitas teknis peternakan, kepala kandang perlumembahasnya dengan anak kandang. Tiap-tiap wilayah mempunyai koordinatorwilayah (korwil) masing-masing yang mengawasi keadaan kandang dan menjaditechnical service. Korwil akan melaporkan apabila ada masalah operasional kepadakepala produksi yang kemudian baru laporan ke perusahaan. Tahap-tahap tersebut harusdiikuti sehingga tidak semua masalah yang ada di lapang tidak langsung ke perusahaan.Pengaturan organisasi PPC sudah cukup baik karena tidak semua masalah masuklangsung ke perusahaan namun lewat koordinator wilayah dahulu.

Aspek Sosial dan LingkunganPendirian kandang peternakan ayam broiler mempunyai dampak positif dan negatif

bagi masyarakat. Pada masa pembesaran hingga panen, ayam menghasilkan kotoranyang menjadi sumber bau dan lalat. Bau dan lalat merupakan dampak negatif yangditimbulkan oleh usaha pembesaran ayam broiler dan dirasakan oleh masyarakat. Selaindampak negatif, peternakan ayam broiler PPC mempunyai dampak positif. Dampakpositif yang dirasakan masyarakat adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakatdengan adanya tambahan lapangan kerja akibat adanya pendirian kandang. Namun adasyarat lingkungan yang ditetapkan oleh PPC yaitu mempekerjakan masyarakat dengansyarat yang ditentukan pihak perusahaan seperti yang telah dijabarkan dalam aspekmanajemen.

Analisis Aspek FinansialArus Manfaat (Inflow)

Sumber penghasilan yang diterima oleh perusahaan pembesaran ayam adalah daripenjualan ayam dan penjualan pupuk kandang hasil dari campuran sekam dan kotoran.Selain keduanya, perusahaan juga mendapat tambahan penghasilan dari nilai sisa dariperalatan yang digunakan yang tidak habis pada umur ekonomisnya. Manfaat yangdiperoleh setiap tahun bagi pemilik melakukan kegiatan pembesaran enam kali dalam

Page 70: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

satu tahun. Penetapan enam kali produksi dihitung berdasarkan waktu panen terakhirsetiap musim dan pembersihan kandang. Panen hingga masa kosong kandang sekitardua bulan sehingga pembesaran dalam satu tahun dilakukan enam kali.

Hasil kedua kandang memiliki kebutuhan yang berbeda dengan populasi yangditeliti sama jumlah 18 000 ekor. Pakan per ekor hampir sama karena kebutuhan ayamdi kandang tertutup maupun terbuka hasil rata-ratanya sama. FCR atau rasio konversipakan merupakan pembagian jumlah pakan yang dikonsumsi (kg) dengan berat badangyang dihasilkan (kg) atau jumlah pakan untuk menghasilkan berat 1 kg ayam. Rata-rataberat yang dihasilkan penetaapannya tergantung oleh permintaan pembeli dengan berattertentu. Sedangkan untuk tingkat kematian yang terjadi akan berpengaruh pada outputyang dihasilkan oleh kandang. Hasil indeks prestasi menunjukkan pengelolaan yangterjadi di kandang. Semakin tinggi nilai IP maka pengelolaan pada peternakan semakinbaik. Perbedaan yang mendasar adalah jumlah kematian yang terjadi per periode dimanatingkat kematian ayam lebih banyak pada kandang open house. Hasil performa tersebutmempengaruhi manfaat dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Arus Biaya (Outflow)Komponen biaya Kandang Geledug mencakup biaya investasi (bangunan dan

instalasi air juga peralatan) dan biaya reinvestasi serta biaya operasional kandang yaitubiaya tetap dan biaya variabel.1) Biaya Investasi

Biaya investasi pada peternakan di kandang Geledug dikeluarkan saat usaha akandijalankan. Biaya ini adalah biaya pengadaan bangunan dan instalasi air dan pengadaanperalatan. Investasi bangunan dan instalasi antara sistem kandang open dan closedhouse adalah sama, perbedaannya hanya pada luasan lahan dan kandang yangdigunakan. Kandang dengan sistem terbuka menggunakan bangunan kandang seluas 1678 m2 sedangkan kandang dengan sistem tertutup hanya memerlukan bangunankandang menghabiskan 760 m2. Harga kandang berbeda tiap m2 karena adanyaperbedaan penanganan pada pembuatannya. Pada sistem kandang tertutup bentukkandang dibuat tingkat untuk efisiensi dari penggunaan alat. Pemakaian lahan dihitungdari luas bangunan kandang yang dikalikan dua. Perusahaan menerapkan jarak antarkandang satu dengan yang lain adalah satu kandang, hal tersebut dilakukan untukmemberikan ruang sirkulasi udara bagi ayam.

Komponen gudang, mess karyawan, instalasi air, dan diesel merupakan komponenbarang dengan penggunaan bersama karena penggunaannya digunakan oleh semuapopulasi yang ada di Geledug yaitu sebanyak 60 000 ekor. Sehingga perhitungannyajumlah populasi yang diteliti (18 000 ekor) dibagi dengan jumlah seluruh populasi (60000 ekor) dikali 100 persen yaitu sebesar 0.30 atau 30 persen dari harga barang.

Pada investasi peralatan pada kedua sistem kandang terjadi perbedaan. Kandangclosed house menggunakan peralatan yang sudah menggunakan teknologi sedangkankandang open house masih menggunakan peralatan yang standar namun sudah ada yangmenggunakan teknologi untuk meminimalkan biaya.

Tempat pakan yang digunakan pada kedua sistem kandang sama karena keduanyatelah menggunakan tempat pakan masa DOC dan pembesaran dengan tempat pakanyang sesuai. Penggunaan tempat pakan masa DOC (satu sampai tujuh hari) satu tempatpakan dapat digunakan untuk 40 ekor ayam sedangkan tempat pakan masa pembesaran(umur lebih dari satu minggu) satu tempat pakan hanya bisa digunakan untuk 30 ayamsaja. Tempat minum penggunaanya dapat digunakan oleh 55 ekor ayam. Pada sistem

Page 71: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

kandang open close untuk menjaga kestabilan suhu ayam saat masa DOC masihmenggunakan gasolec dan cerobong batu bara sedangkan untuk menjaga kestabilanayam masa sudah agak besar dengan pengaturan tirai terpal. Pada sistem kandangclosed house telah menggunakan watering sebagai alat minum ayam yang bentuknyaotomatis dan ventilation serta sistem tunnel untuk pengaturan suhu ayam yang dapatdiatur sesuai dengan kondisi suhu saat pemeliharaan. Harga yang tercantum merupakanharga barang, barang atau peralatan bersama diperhitungkan dengan sistem pemakaianbersama yaitu dengan dikalikan 0.30, sesuai proporsi pada perhitungan barangpemakaian bersama.

2) Biaya VariabelBiaya variabel merupakan salah satu biaya operasional yang dikeluarkan pada

setiap periode. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan setiap periodeterdiri dari DOC, pakan, obat dan vitamin, upah tenaga kerja, gas, kapur, detergent, air,bensin, sekam, insektisida, Koran, gula merah, dan vaksin. Biaya variabel dikeluarkandari tahun pertama usaha berjalan di umur proyek. Namun pada masa istirahat biaya initidak dikeluarkan. Nilai biaya variabel yang dikeluarkan tergantung dari jumlah ayambroiler yang dipelihara. Pihak PPC mempunyai prediksi-prediksi untuk menjalankanusaha. Ketika harga DOC naik dan diprediksikan harga jual akan turun makapemeliharaan dapat di tunda atau diperkecil jumlahnya. Semakin besar ayam yangdipelihara maka akan semakin besar biaya yang dikeluarkan. Biaya variabel dalampembesaran ayam broiler dengan penggunaan kandang open house dan closed househampir sama komponen yang dikeluarkan.

Biaya pakan merupakan komponen yang biayanya besar dalam satu periode.Sekitar 70 persen hingga 75 persen dari total pengeluaran biaya variabel. Pakanmerupakan komponen yang terpenting bagi pembesaran ayam broiler. Konsumsi pakanayam pada kedua kandang tidak banyak perbedaan yang cukup besar. Hal tersebutdikarenakan dengan penggunaan kandang tertutup, kondisi ayam lebih nyaman sehinggamenyebabkan ayam lebih banyak makan. Selain adanya alasan tingkat kematian ayamyang lebih tinggi pada kandang terbuka. Komponen kedua yang mempengaruhibesarnya biaya variabel adalah pembelian DOC yang biayanya mencapai 18 persen dariseluruh biaya variabel.

Upah tenaga kerja yang digunakan dalam kandang open house dan closed houseberbeda Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan dalam populasi yang dipeliharanya.Pada kandang closed house jumlah ayam yang dipelihara dalam satu kandangjumlahnya hampir dua kali lipat dari jumlah ayam yang dipelihara pada kandang openhouse. Maka tingkat kesulitan dalam jumlah ayam yang mempengaruhi upah tenagakerja tersebut.

Pengeluaran obat dan vitamin setiap periode adalah Rp283 per ekor. Tambahan airgula diberikan untuk ayam yang masih masa DOC hingga tiga hari yang bertujuanuntuk meminimalkan adanya gangguan penyakit. Harga DOC yang digunakan adalahRp4 000 per ekor dengan biaya pakan per kg sebesar Rp5 900. Tabung gas rata-ratapenggunaannya per kandang 4 buah. Jumlah sekam yang digunakan pada kandang opendan closed hampir sama sekitar 740 karung dengan harga Rp5 000. Sekam padidiperlukan ayam untuk tempat pijakan, pada kandang closed house sekam digunakansepanjang masa pembesaran pada kandang open house sekam hanya akan digunakansampai umur dua minggu. Koran digunakan saat anak ayam masih dalam umur 1 hingga7 hari untuk lebih menjaga kestabilan suhu tubuh ayam. Vaksin yang dikeluarkan untuk

Page 72: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

setiap ekor ayam adalah Rp3. Ngepok pakan dan ngepok panen adalah upah pekerjayang menurunkan pakan dan panen ayam.

3) Biaya TetapKomponen dari biaya tetap ada empat pada setiap periode produksi. Biaya tersebut

terdiri dari biaya listrik, kemanan, pajak bumi dan bangunan, dan biaya perawatan(kandang dan peralatan). Komponen yang selalu dikeluarkan setiap periode adalahbiaya keamanan. Biaya keamanan dikeluarkan untuk menjaga keamanan kandang padasaat pemeliharaan dan juga keamanan kampung saat adanya kendaraan operasionalpengangkut sapronak mengantar ke kandang.

Pemakaian listrik pada kandang closed house lebih sedikit daripada kandang openhouse karena adanya penggunaan peralatan berteknologi menggunakan listrik banyak.Namun kekuatan listrik untuk lima kandang lebih besar daripada satu kandang tertutup.Biaya listrik untuk kandang closed house mencapai Rp2 500 000. Sedangkan biayalistrik pada kandang open house mencapai dua kali lipat dari biaya listrik kandangclosed house.

Biaya perawatan terdiri dua jenis perawatan yaitu perawatan peralatan danperawatan kandang. Perawatan closed house biaya perawatan kandang lebih besarkarena bahan bangunan yang dipakai lebih bagus ketimbang bahan yang dipakai untukmembangun kandang open house. Biaya perawatan peralatan kedua kandang samasebab peralatan ayam yang digunakan kebanyakan sama sehingga biaya perawatannyajuga sama.

Analisis Laba RugiLaporan laba rugi menunjukkan kinerja usaha PPC dalam perkembangan sesuai

umur bisnis. Analisis ini termasuk penerimaan aktivitas utama dan tambahan, juga biayaoperasional ditambah biaya penyusutan dan pajak usaha sesuai dengan UU no 46 tahun2013 dengan ketetapan pengenaan pajak tergantung perolehan penerimaan kotor pertahun. Usaha ternak ayam broiler dilakukan langsung terhitung dari tahun pertamadengan pembangunan kandang dilakukan menghabiskan tiga periode produksi akibatperlunya waktu pembangunan.

Laba bersih setelah diberikan pajak usaha tahun pertama kandang open housemencapai Rp73 608 241, pada tahun kedua sampai akhir tahun umur bisnis tahun kesepuluh laba bersihnya mencapai Rp203 689 516. Sedangkan laba bersih kandangclosed house Rp170 106 977 pada tahun pertama, untuk tahun ke dua hingga tahun kesepuluh Rp390 396 152. Sejak awal berdiri kandang sudah menghasilkan keuntunganyang positif.

Analisis Kriteria InvestasiBerdasarkan hasil laporan laba rugi dan arus kas (cashflow) menunjukkan bahwa

usaha pembesaran ayam broiler milik PPC dengan penggunaan dua jenis kandang layakdiusahakan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil perhitungan NPV, IRR, net B/C danpayback period. Semua hasil menunjukkan kriteria bahwa usaha layak. NPV bernilailebih dari nol, IRR lebih dari discount rate, Net B/C lebih dari satu serta payback periodkurang dari umur bisnis.

Hasil kriteria kandang terbuka menunjukkan nilai NPV Rp 1 060 344 359, artinyamanfaat yang diperoleh PPC selama umur bisnis menghasilkan nilai Rp 1 060 344 359.IRR sebesar 30 persen, artinya pengembalian terhadap investasi sebesar 30 persen, Net

Page 73: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

B/C 2 artinya setiap kerugian 1 satuan maka akan menghasilkan manfaat sebesar 2 sertaPP pada tahun ke 4 bulan 8 hari ke 16 artinya tingkat pengembalian modal usaha kurangdari 10 tahun.

Sedangkan perhitungan pada kandang tertutup menghasilkan nilai NPV Rp 2 114152 589, artinya manfaat yang diterima selama bisnis sebesar Rp 2 114 152 589, IRR 55persen artinya besar pengembalian terhadap investasi sebesar 55 persen, Net B/C 3.8yaitu adanya kerugian 1 satuan maka mendapat manfaat bersih 3.8 serta PPmenunjukkan umur 3 tahun 9 bulan 22 hari yang nilainya kurang dari umur bisnisselama 10 tahun.

Analisis Switching ValueAnalisis ini dilakukan untuk mengetahui maksimal perubahan dari suatu perubahan.

Perubahan tersebut dari komponen inflow dan outflow yang masih dapat dibolehkanuntuk berjalan usaha tersebut. Penelitian ini nilai peubah yang dilakukan adalahterhadap kenaikan harga pakan dan kenaikan harga DOC sebagai komponen di outflowdan penurunan produksi juga penurunan harga jual sebagai komponen di inflow.

Hasil analisis yang telah dihitung, menghasilkan nilai switching value keduakandang menunjukkan bahwa kandang open house dan closed house sangat pekaterhadap perubahan dari komponen inflow. Perubahan atas penurunan produksi danharga ayam sama karena antara keduanya saling berkaitan.

Pada tingkat penurunan produksi ayam sebesar 1 901 ekor yang mati atau penjualanayam menjadi Rp 14 208 kandang closed house akan mengalami perubahan yangmenyebabkan hasil keseluruhan menjadi pada batas maksimum layak kandang tersebutapabila dijalankan. Sedangkan pada kandang terbuka sebesar 992 ekor tambahan ayammati atau penurunan harga jual yang mencapai Rp 976 akan mengalami ketidaklayakan.

Begitu pula ketika adanya kenaikan harga pakan, kandang open house akandinyatakan tidak layak pada tingkat 9.79 persen, yang lebih rendah dari kandang closedhouse yang dapat mencapai 18.86 persen perubahannya sehingga usaha dinyatakantidak layak.

Perubahan lain yang dianalisis adalah kenaikan harga DOC yang merupakankomponen utama dalam usaha pembesaran ayam broiler. Hasil switching valueperubahan pada kandang terbuka dapat mencapai batas 38..36% dan kandang tertutuppada batas 76.48%.

Implikasi Manajerial terhadap Analisis Switching ValueImplikasi majerial merupakan bagaimana melihat arah ke depan mengenai rencana

kerja, kebijakan maupun perumusan perbuatan yang dilakukan untuk meningkatkanproduktifitas.

Perhitungan switching value menunjukkan bahwa kedua jenis kandang berdampaksignifikan terhadap perubahan penurunan komponen inflow. Maka pihak perusahaanperlu waspada akan perubahan yang dapat terjadi. Implikasi manajerial perusahaandengan adanya hasil switching value tersebut yang harus diperhatikan adalah :1. Kepala kandang harus mengawasi dan mengajari anak kandang agar teliti dan

mengerti dalam pemeliharaan ayam broiler terutama dengan tambahan peralatanbaru.

Page 74: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

2. Pihak perusahaan sesama di bidang peternakan, melalui asosiasi ayam broiler dapatmembantu dalam mengontrol harga agar harga jual ayam tidak mengalamipenurunan yang signifikan dalam upaya pencegahan.

3. Sebaiknya perusahaan mempunyai langkah atau keputusan yang tepat dilakukanagar pelaksanaannya tepat jika terjadi perubahan.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanSimpulan yang dapat dari penelitian di CV Perdana Putra Chicken mengenai

analisis kelayakan usaha adalah :1. Hasil analisis kelayakan non finansial, usaha pembesaran ayam broiler kandang

Geledug CV Perdana Putra Chicken layak dijalankan. Pada analisis aspek pasarayam broiler yang dijalankan memiliki potensi pasar dan permintaan yang masihtinggi. Berdasarkan aspek teknis, PPC memiliki letak lokasi yang sesuai dandukungan sarana prasarana yang memadai. Hasil aspek manajemen dan hukum, PPCtelah memiliki ijin usaha dari pemerintah maupun masyarakat sekitar kandang sertamanajemen usaha yang baik dari pihak kantor. Terakhir berdasarkan aspek sosialdan lingkungan, PPC memberikan dampak yang positif lebih banyak daripadadampak negatif pembangunan kandang ayam broiler.

2. Menurut analisis kelayakan usaha aspek finansial, usaha ternak ayam broilermenggunakan kandang sistem open house maupun kandang close house. Keduasistem kandang mempunyai nilai NPV yang positif, IRR lebih besar dari discountfactor, Net B/C lebih besar dari satu dan juga pengembalian yang kurang dari umurbisnis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha dengan kedua kandnag layak. Titikmaksimum usaha dapat berjalan dengan layak menurut perhitungan switching value,closed house system dan open house system masih dapat ditoleransi pada tingkatyang cukup baik dan kenaikan maupun penurunan komponen inflow dan outflowsampai sekarang belum pernah terjadi.

SaranSaran yang dapat diberikan bagi perusahaan maupun penelitian selanjutnya adalah

sebagai berikut:1. Kebijakan atas harga sapronak dari pemasok sebaiknya dapat dikontrol. Hal tersebut

dapat dari asosiasi peternakan untuk ikut dalam menentukan harga sapronak maupunharga jual ayam ke pasar.

2. Sebaiknya perusahaan meningkatkan jumlah produksi dengan adanya tambahanteknologi pada sistem perkandangan dengan penggunaan sistem ventilasi modeltunnel untuk mencukupi permintaan pasar.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Konsumsi produk peternakan per kapita.www.bps.go.id [16 Desember 2013]

________________________. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 46Maret 2014. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik.

Page 75: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Direktorat Jendral Peternakan. 2013. Statistik Peternakan di Jawa Barat. Jakarta (ID) :Kementrian Pertanian Indonesia

Rasyaf, Muhammad. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Jakarta(ID) : PT Gramedia Pustaka Utama

________________. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID) : Penebar swadaya

Page 76: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

0

Lampiran 1 Pertumbuhan konsumsi produk peternakan per kapita per tahun periode2009-2012 (Kg/kapita/tahun)

No KomoditiTahun Laju

Pertumbuhan(persen)

2009 2010 2011 2012

Daging segar 4,224 4,849 5,110 4,693 121. Sapi 0,313 0,365 0,417 0,365 6,132. Kerbau 0,000 0,000 0,000 0,000 03. Kambing 0,000 0,000 0,052 0,000 04. Babi 0,209 0,209 0,261 0,209 1,675. Ayam ras 3,076 3,546 3,650 3,494 4,636. Ayam kampong 0,521 0,626 0,626 0,521 1,137. Unggas lainnya 0,052 0,052 0,052 0,052 0Sumber : Badan Pusat Statistik (Susenas 2009-2012)

Lampiran 2 Diagram Kerangka Pemikiran Operasional

Masukan kepada CV PPC dalam pengembangan ayam broiler dalam penggunaanteknologi

Analisis Kelayakan non Finansial

Aspek pasar dan pemasaran Asapek teknis Aspek manajemen dan hukum Aspek sosial dan lingkungan

Analisis Kelayakan finansial

NPV Net B/C IRR Payback Period Switching Value

Analisis kelayakan usaha peternakan

Pemenuhan protein bagimasyarakat yang murah

Permintaan yang tinggi

Produksi menurun Adanya teknologi yang

membuat tinggi produksi

Usaha Peternakan ayam broiler CV PerdanaPutra Mandiri

Kandang sederhana (openhouse system)

Kandang teknologi (closedhouse system)

Page 77: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

ANALYSIS OF BROILER POULTRY FARMINGAT DIFFERENT FARM’S TYPES IN BOGOR DISTRIC, WEST JAVA1

Ujang Sehabudin2

ABSTRACTIn Indonesia, livestock farmers are faced several problems such as limited access forfinancing and marketing. Therefore, they are highly dependent on outsiders’ parties tosupport their production inputs and products marketing. Related to these aspects, themarket structure of poultry production inputs is oligopoly and the market structure ofpoultry production is oligopsony. This condition cause the farmers don’t havebargaining power in setting up the price. Thus, the partnership is an effort to resolvethis problem. This research was aimed to analyse : (1) cost structure, unit cost, andfarm’s income at different farm’s types, (2) factors influencing the broiler poultryproduction, and (3) efficiency of the broiler poultry production. The result showedthat feeding cost was the biggest component of production cost for all farm’s types.Cost unit for independent farmers were lower than others farm’s types. On the otherhand, independent farmer’s income were also higger than others farm’s types. Feed,labor, mortality, cage density, and heater were significant effecting on broilerproduction. There were significant differences of the broiler poultry productionbetween independent farmer and other farmers, but there was no difference betweenthe farming scales.

Keyword: broiler poultry farming, cost structure, unit cost, income, efficiency

INTRODUCTIONPoultry broiler farming industry showed the highest growth compared to other

livestock farming. The rapid growth of the farming was supporting by the broilerfarming characteristics itself, such as the relatively fast of production process, onlyneed small land, cultivation technology and market has been available, and the priceof chicken products was cheaper than other livestock products. Besides, the industrialstructure of poultry broiler farming is the most comprehensive compared to otherlivestock industries, both upstream and downstream industries.

Poultry broiler farming industries, both in the upstream and downstream, weregenerally managed by large and multinational companies, while the on-farm activitieswere managed by smallholder’ farmers. Almost all of the poultry production inputs,such as DOC, feed, equipment, medicines and vitamins were obtained from theexternal parties, except labor and the cage. This make the farmers were verydependent on the external parties. In addition, the farmers were also very dependenton poultry shop and traders.

1Part of writter’ thesis research in Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian,Graduate School IPB

2Lecturer in Departement of Resource and Environmental Economics, Facultyof Economic and Management IPB

Page 78: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Those conditions cause the the farmers has low bargaining power for settingup the inputs and products price. Beside the production risk, the farmers were alsofaced the risk of inputs and products price. The input market structure of poultrybroiler farming was an oligopoly market, thus the price was setting up by the inputsindustries.

In order to solve the problems, the government issued a partnership policybetween corporate farms (the nucleus) and the smallholders farmers as plasma. Thenucleus party is obliged to supply the inputs of production and also to buy plasmaproducts, while the Plasma obliged to cattle farming by providing cage, labor, andoperational costs of several inputs which was not supplied by the nucleus.

Based on survey to the farmers in Bogor District (Kecamatan Gunung Sindurand Pamijahan), there are three types of broiler poultry farming, namely: (1)Independent patterns, (2) PIR (Plasma), (3) the semi PIR (Semi Plasma). Based onthose conditions, thus, the objectives of study were:(1) To analyse cost structure, unit cost, and broiler poultry farming based on the

types and farm scale.(2) To analyse factors influencing broiler poultry farming based on the types and

farm scale.

METHODOLOGYLocation of the Study

Bogor District was purposively selected`as the location of study with theconsideration that Bogor District has the highest broiler poultry population in WestJava. The specific area (Kecamatan) choosen for the study were Kecamatan GunungSindur and Pamijahan. Each of the locations has 9.65 percent and 9.50 percent of thetotal population of broiler in Bogor District (Department of Animal Husbandry andFishery, Bogor Distric, 2010).

Types of DataThe study used secondary and primary data. Secondary data obtained through

desk study based on institutions/agencies publications such as West Java ProvincialAnimal Husbandry, Bogor District Animal Husbandry and Fishery, and other relevantliteratures. Primary data were obtained from the smallholders’ livestock farmersrespondent, both independent (mandiri) farmers and partnership farmers (Semi Plasmaand Plasma).

Sampling ProceduresSampling for partnership farmers (Plasma and Semi Plasma) was choosen

based on the sampling frame, i.e. list of broiler poultry farmers noted by Departmentof Animal Husbandry and Fishery, Bogor Distric, 2010. Due to there is no samplingframe for independent broiler poultry farmers, then the sampling was choosen usingsnowball technique based on the information from Head of branch office of animalhusbandry and fishery in both location of study. Sampling for independent farmersand plasma partnership farmers was grouped into two (2) farming scale, i.e. scale 1for population < 5000 broiler/period of production, and scale 2 for population ≥ 5000broiler/period of production). Sampling for Semi Plasma farmers was choosen onlyfor scale 1. Tabel 1 showed the number of sampling broiler poultry farmers.

Page 79: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 1 Number of sampling farmers in the location of study (person)

No.

KecamatanIndependent farmer

Partnership farmerPlasma Semi Plasma

Scale1

Scale1 Total Scale1

Scale2

Scale1 Total

1GunungSindur 52 8 60 36 10 24 70

2 Pamijahan 20 10 30 23 17 - 40Total 72 18 90 59 27 24 110

Model and Analysis Data

Structure of cost, unit cost, and incomeStructure of cost, unit cost, and income were analyzed using quantitative and

qualitative descriptive analysis, such as mean, percentage, and minimum andmaximum value which were showed in tables. Furthermore, structure of cost, unitcost, and income were alaso divided into cash and total (cash/non-cash) cost. Unit costrefers to production cost per unit of output produced or also known as average cost.The formula was:

nAC = C/Y = ( ∑ Ci ) / Y

i=1

where: AC = average cost = unit cost (Rp/kg)Ci = production cost -i (Rp)Y = production total of broiler poultry (kg of live weight)

Income (Π) refers to the difference between revenue (R) and cost (C).

Π = R – Cn

= p.Y – ( ∑ Ci )i=1

where: p = price of broiler poultry at farmers level (Rp/kg of live weight)

Factors Influencing the Production of Broiler PoultryThe analysis used a single equation of production model with OLS estimation

method. Produstion function used in this study was Cobb-Douglas productionfunctions which consist of two (2) equations:

(1) Based on types of farming (U = 1= partnership, 0= independent) :

Ln Y = α + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + β6 Ln X6

+ β7 U….……………………………………………………………………...(1)

hypothesis : α1, α2, α3, α5, α6 > 0; α4 < 0; β7 > 0

Page 80: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

(2) Based on farming scales (S= 1= ≥5000, 0= <5000):

Ln Y = α + β1 Ln X1 + β2 Ln X2 + β3 Ln X3 + β4 Ln X4 + β5 Ln X5 + β6 Ln X6

+ β8 S…………………………………………………………………………(2)

hypothesis : α1, α2, α3, α5, α6 > 0; α4 < 0; β8 > 0

where:X1= feed (kg), X2=vaccine ND (ml), X3=labor (HKP), X4=mortality (%),X5= cage density (broilers/m2), and X6=heater, equals to LPG (kg)U = dummy variable of farming types (U=1= partnership, 0= independent)S = dummy variable of farming scale (S=1= ≥ 5000 broiler, 0 = <5000 broiler)

RESULTS AND DISCUSSIONCharacteristic of Broiler Poultry Farming

The characteristic of broiler poultry farming in both locations of study wereshowed in Table 2 (Kecamatan Pamijahan) and Table 3 (Kecamatan Gunung Sindur).The characteristic of broiler poultry farming in Kecamatan Pamijahan were: (1) Theaverage population of broiler poultry reared by plasma farmers is greater thanindependent farmers, for both farm scale 1 and farm scale 2, due to the cage size ofplasma farming was wider than independent farmers, (2) The cage form was stiltscage, while the cage direction of independent farmers was North-South (N-S) andWest-East (W-E) for plasma farmers.

Table 2 Characteristics of broiler poultry farming in Kecamatan Pamijahan

No. Characteristics

Independentfarmers Plasma farmers

Scale1

Scale 2 Scale 1 Scale 2

1Number of population(broilers)-Minimum 1.000 5.000 2.000 5.500-Maximum 4.000 16.500 4.500 28.000-Average 2.478 7.700 3.317 13.147

2 Capacity of cage (broilers) 2.700 7.850 3.500 13.1473 Wide of cage (m2) 252 619 314 1.4254. Cage forms (%)

-Litter 0 0 0 0-Stilts 100 100 100 100

5 Cage direction (%)-North-South (N-S) 75 41 9 41-West-East (W-E) 25 20 91 59

6 Harvest weight (Kg/broiler) 1,40 1,30 1,20 1,30

7Total of production(Kg/farmer) 2.388 13.052 5.189 20.978

Page 81: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

The characteristic of broiler poultry farming in Kecamatan Gunung Sindurwere: (1) There were no significantly differences of the average population of broilerpoultry reared by both of farming types at scale 1, but at the scale 2, the averagepopulation of broiler poultry reared by Semi Plasma was higher than Independentfarmers, (2) The capacity of cages in all of farming types were still not fully utilized,except for Plasma scale 2, (3) Almost all of the cage form were litter, except forPlasma scale 2. The direction of cage were N-S for independent and plasma farmersscale 2, beside for the other farmers the direction of cage were W-E, (3) The highestmortality was Semi Plasma farmers, and the lowest was Plasma farmers scale 2, (4)The broiler were commonly harvested at young age (“smaller” broiler), except forindependent farmers scale 2 and plasma farmers scale 2, (5) The FCR meets thestandar, except for Semi Plasma farmers.

Table 3 Characteristics of broiler poultry farming in Kecamatan Gunung Sindur

No. Characteristics

Independentfarmers

Partnership farmers

PlasmaSemi

PlasmaScale

1Scale 2 Scale 1 Scale 2 Scale 1

1 Number of population (broilers)-Minimum 700 5.000 1.000 5.000 1.000-Maximum 4.500 6.000 3.700 6.300 3.700-Average 1.982 5.375 1.767 5.614 1.800

2 Capacity of cage (broilers) 2.132 5.375 1.956 5.643 1.9633 Wide of cage (m2) 158 404 149 434 1334 Cage forms (%)

-Litter 68,18 50,00 55,56 42,86 70,83-Stilts 31,81 50,00 44,44 57,14 16,67

5 Cage direction (%)-North-South (N-S) 36,36 62,50 22,22 57,14 41,67-West-East (W-E) 63,34 37,50 77,78 42,86 58,33

6 Mortality (%) 10,00 4,45 6,31 3,79 11,467 FCR 1,70 1,34 1,67 1,32 1,828 Harvest weight (Kg/broiler) 1,06 1,36 0,93 1,29 0,98

9Total of production(Kg/farmer) 1.980 6.859 1.534 7.003 1.625

Structure of Cost, Unit Cost, and IncomeStructure of Cost and Unit Cost

Structure of Cost of broiler poultry farming in Kecamatan Pamijahan andGunung Sindur showed in Table 4 (Kecamatan Pamijahan) and Table 5 (KecamatanGunung Sindur). Feed cost was the biggest cost of the total production cost, followedby DOC. In the Kecamatan Pamijahan, feed cost of plasma farmers was higher thanindependent farmers; on the other hand, in the Kecamatan Gunung Sindur feed cost ofsemi plasma farmers was the highest, as revealed by the results of the study Fapet IPB(2004), Adepoju (2008), Begum (2005b), Adewunmi (2008), Abda and Amin (2010,2011), Maisukawa and Jabo (2011), Kalla et al. (2007), Sudhakar et al. (2010),Sarfraz et al. (2008), Ologbon and Ambali (2001), dan Oladebo and Ojo (2012). Unit

Page 82: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

cost of independent broiler poultry farming was the lowest compared to the otherfarmers in both location.

Table 4 Structure of cost and unit cost of broiler poultry farming based on farmingtypes in Kecamatan Pamijahan

Cost itemIndependent farmers Plasma farmers

(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)A. Cash cost

1. Maintenance of cages 22 0,19 14,5 0.122. DOC 4 664 40.58 5 471 42.853. Feed 6 021 52.26 6 598 52.164. Vaccine 218 1.89 217 1.725. Husk 83 0.72 61 0.486. Electricity 14 0.12 10 0.087. Fuel 196 1.71 195 1.548. Non-family labor 135 1.17 35 0.28

Total cash cost 11 353 98.64 12 548 99.22B. Non-cash cost

1. Cage depretiation 145 1.25 89 0.702. Tools depretiation 13 0.11 11 0.08

Total non-cash cost 158 1.36 100 0.78C. Total cost 11 511 100.00 12 647 100.00

Table 5 Structure of cost and unit cost of broiler poultry farming based on farmingtypes in Kecamatan Gunung Sindur

Cost itemIndependent

farmersPartnership farmers

Plasma Semi Plasma(Rp/kg) (%) (Rp/kg) (%) (Rp/kg) (%)

A. Cash cot1. a. Maintenance of cages 11 0,08 17 0.12 19 0.122. DOC 4 447 32.12 4 399 31.35 4 274 27.243. Feed 7 851 56.70 7 792 55.53 9 344 59.554. Vaccine 167 1.21 286 2.04 251 1.605. Husk 182 1.31 272 1.94 253 1.616. Limestone 17 0.12 26 0.19 26 0.177. Electricity 21 0.15 30 0.21 32 0.208. Fuel 271 1.96 262 1.87 372 2.379. Rent cage 195 1.41 49 0.35 87 0.5510. Non-family labor 78 0.56 136 0.97 26 0.17

Total cash cost 13 240 95.62 13 269 94.57 14 684 93.58

B. Non cash cost1. Cage depretation 71 0.51 215 1.53 216 1.382. Tools depretiation 70 0.51 141 1.00 125 0.803. Family labor 465 3.36 406 2.89 667 4.25

Total of non cash cost 606 4.38 762 5.43 1 008 6.42C. Total cost 13 846 100.00 14 031 100.00 15 692 100.00

Page 83: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Structure of broiler poultry farming cost based on farming scale in KecamatanGunung Sindur and Pamijahan was presented in Appendix 1 and 2. Based on scale offarming, feed cost was also the largest component of the production cost. In addition,the unit cost of broiler poultry farming scale 2 was lower than scale 1, which meansthat the larger the scale, the lower the unit cost. This shows the validity of theeconomics of scale concept of broiler poultry farming, as revealed by the results of thestudy IPB Faculty of Animal Husbandry (2004) and Sehabudin (2002). Feed costwas the largest cost of broiler poultry farming, both of scale 1 or 2 of farming type. Itshowed that the the larger farming scale, the lower the unit cost. This was inaccordance with the concept of economics of scale as revealed by Debertin (1986),Doll and Orazem (1984), Coelli et al, (1998) Taylor (2010), Cramer and Jensen( 1985), Ogundari and Ojo (2006), Binger and Hoffman (1998).

Income of broiler poultry farmingThe income of broiler poultry farming based on the farming types in the

location of study were presented in Table 6 and 7. At Kecamatan Pamijahan, theindependent farmers’ income was larger than Plasma farmers, for both of cash costsand total cost. RC ratio of independent farmer was higher than Plasma farmer, bothfor cash costs and total costs. This is due to the technical performance as FCR andmortality of independent farmer was better than Plasma farmer.

Table 6 Income of broiler poultry farming based on types of farming at KecamatanPamijahan

Items Independent farmer Plasma farmer

Revenue (Rp/kg)) 14 653 15 456Cash cost (Rp/kg) 11 353 12 548Total cost (Rp/kg) 11 511 12 647Income of cash cost (Rp/kg) 3 300 2 908Income of total cost (Rp/kg) 3 142 2 809R/C ratio of cash cost 1.29 1.23R/C ratio of total cost 1.27 1.22

In the Kecamatan Gunung Sindur, independent farmers’ income was larger thanplasma farmers, for both cash costs and total cost. The RC ratio of independent broilerpoultry farmer was higher than other farmers, for both cash costs and total costs. Thisis due to the technical performance of FCR and mortality of independent farmer wasbetter than other farmers.

Table 7 Income of broiler poultry farming based on types of farming at KecamatanGunung Sindur

ItemsIndependent

farmerPartnership farmer

Plasma Semi PlasmaRevenue (Rp/kg)) 15 873 15 456 15 712Real cost (Rp/kg) 13 240 13 269 14 684Total cost (Rp/kg) 13 846 14 031 15 692Income for real cost (Rp/kg) 2 633 2 187 1 028Income for total cost (Rp/kg) 2 027 1 425 20R/C Ratio for real cost 1.20 1.16 1.07R/C Ratio for total cost 1.15 1.10 1.00

Page 84: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

The income of broiler poultry farmers based on farming scale at the location ofstudy were presented in Table 8 and 9. In the Kecamatan Pamijahan, the income ofthe independent broiler poultry farmer both scale 1 and scale 2 was higher thanPlasma farmers. Likewise for the Kecamatan Gunung Sindur, the income of theindependent farmers for both scale 1 and scale 2 was higher than other farmers. Inaddition, it also shows that the larger the scale of farming the higher the income,either for independent or Plasma farmers.

Table 8 Income of broiler poultry farming based on scale and types of farming atKecamatan Pamijahan

ItemIndependent farmer Plasma farmer

Scale 1 Scale 2 Scale 1 Scale 2Revenue (Rp/kg) 14 655 14 650 15 083 14 629Cash cost (Rp/kg) 11 524 11 182 12 855 12 223Total cost (Rp/kg) 11 752 11 270 12 994 12 283Income of cash cost (Rp/kg) 3 131 3 468 2 228 2 406Income of total cost (Rp/kg) 2 903 3 380 2 089 2 346R/C Ratio of cash cost 1.27 1.31 1.23 1.20R/C Ratio of total cost 1.25 1.29 1.16 1.19

Table 9 Income of broiler poultry farming based on scale and types of farming atKecamatan Gunung Sindur

ItemIndependent

farmer

Partnership farmer

PlasmaSemi

PlasmaScale 1 Scale 2 Scale 1 Scale 2 Scale 1

Revenue (Rp/kg) 15 900 15 800 15 500 15 400 15 712Cash cost (Rp/kg) 13 546 12 403 13 922 12 425 14 684Total cost (Rp/kg) 14 317 12 552 15 015 12 759 15 692Income of cash cost (Rp/kg) 2 354 3 397 1 578 2 975 1 028Income of total cost (Rp/kg) 1 583 3 248 485 2 641 20R/C Ratio of cash cost 1.17 1.27 1.11 1.24 1.07R/C Ratio of total cost 1.11 1.26 1.03 1.20 1.00

The differences income test results showed that there was a significantdifference between the independent and Plasma farmers, for both cash costs and totalcost (Table 10, 11). This showed that the income of independent broiler poultryfarmers were higher than other farmers.Table 10 The differences income test results of broiler poultry farmer based on

farming types at Kecamatan Pamijahan

Income MeanStd.

DeviationStd. Error Sig.

Cash for independentfarmers

3 300.03 1 110.64 202.770.086b

Cash for Plasma farmer 2 296.09 864.16 136.64Total for independent

farmers3 119.19 1 149.64 209.89

0.039c

Total for Plasma farmer 2 190.64 854.24 135.07

Page 85: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

asignificant at α = 0,05bsignificant at α = 0,05csignificant at α = 0,10

Table 11 The differences income test results of broiler poultry farmer based onfarming types at Kecamatan Gunung Sindur

Income MeanStd.

DeviationStd. Error Sig.

Cash for independent farmers 2 631.74 2 865.52 523.17

0.08bCash for plasma farmers 2 188.54 1 748.50 437.12Cash for semi plasmafarmers

1 028.80 2 669.70 544.97

Total for independentfarmers

2 026.32 2 972.74 542.74

0.03cTotal for plasma farmers 1 427.35 2 016.02 504.00Total for semi plasmafarmers

20.41 2 805.80 572.73

bsignificant at α = 0,05csignificant at α = 0,10

Factors Influencing the Broiler Poultry ProductionBased on the production function parameters estimation of broiler poultry

farming based on farming types in Table 12. It showed that the feed, labor, mortality,cage density, and heater were significantly affecting broiler production. There weresignificant differences of production between the plasma and other farming; broilerpoultry production of Plasma was higher than other farmers, about 0.15 kg perproduction period.

Table 12 The estimation of production function parameters based on farming typesParameter Coef SE Coef T PVIF

Constant 0,62170 0,24230 2,57 0,011Ln X1 (feed) 0,58433a 0,03692 15,83 0,000 8,237Ln X2 (Vaccine) 0,02008 0,03151 0,64 0,525 5,361Ln X3 (HKP) 0,33402a 0,04555 7,33 0,000 1,406Ln X4 (Mortality) -0,16149a 0,02652 -6,09 0,000 1,277Ln X5 (Cage density) 0,15804a 0,05750 2,75 0,007 1,198Ln X6 (heater) 0,19622a 0,03375 5,81 0,000 7,489U1 (dummy of farming type) 0,14999a 0,05467 2,74 0,007 3,455U2 (dummy of farming type) 0,07304 0,05316 1,37 0,171 3,299R-Sq = 96,2% R-Sq(adj) = 96,0%

Durbin-Watson statistic = 1,84346a significant at α =0,01

Derived from the estimation of broiler poultry production function parametersbased on farming types in Table 13. It showed that the feed, labor, mortality, heater,

Page 86: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

and cage density were significantly affecting the broiler poultry production. There wasno significant difference of production between small scale and large-scale farmers.

Tabel 13 Estimation results of producton function parameter based on farming scaleParameter Coef SECoef T PVIFConstant 0,77670 0,30370 2,56 0,011Ln X1 (Feed) 0,58487a 0,04100 14,26 0,000 9,035Ln X2 (Vaccine) 0,01111 0,03341 0,33 0,740 4,973Ln X3 (HKP) 0,32712a 0,05511 5,94 0,000 1,713Ln X4 (Mortality -0,14732a 0,02987 -4,93 0,000 1,145Ln X5 (cage density) 0,14714b 0,06347 2,32 0,022 1,165Ln X6 (Heater) 0,19744a 0,03583 5,51 0,000 7,454S (dummy of farming scale) 0,05583 0,05809 0,96 0,338 2,481R-Sq = 96,0% R-Sq(adj) = 95,9%

Durbin-Watson statistic = 1,82377a significant at α =0,01b significant at α =0,05

CONCLUSIONThe feed cost was the largest cost of the structure cost of broiler poultry

farming for each farming types and scale. Unit cost of independent broiler poultryfarming was lower than other farmers; the greater the scale, the lower the unit cost.

The income of independent broiler poultry farming was higher than the otherfarmers; the large the scale, the higher the income of broiler poultry farming.

Feed, labor, mortality, cage density, and heater were significant effecting onbroiler production. There were significant differences of the broiler poultry productionbetween independent farmer and other farmers, but there was no difference betweenthe farming scales.

BIBILIOGRAPHYAbda A E, Amin MH. 2011. Measuring profitability and viability of poultry meat

production in Khartoum State, Sudan. Australian Journal of Basic and AppliedSciences [Internet].[diunduh 2013 Juli 4]; 5(7): 937-941. Tersedia pada:http://www.pjlss.edu.pk/sites/default/files/4-9.pdf.

Abda AE, Amin MH. 2010. Economics of egg poultry production in Khartoum Statewith emphasis on the open-system-Sudan. African Journal of AgriculturalResearch [Internet].[diunduh 2013 Juli 4]; 5(18): 2491-2496. Tersedia pada:http://www.pjlss.edu.pk/sites/default/files/4-9.pdf.

Adepujo AA. 2008. Technical efficiency of egg production in Osun State.International Journal of Agricultural Economics and Rural Development[Internet].[diunduh 2013 Juli 3]; 1(1): 07-14. Tersedia pada: http://www.ijaerd.lautechaee-edu.com.

Page 87: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Adewunmi OI. 2008. Economics of poultry production in Egba Division of OgunState. Agricultural Journal [Internet].[diunduh 2013 Juli 6]; 3(1): 10-13.Tersedia pada: http://www.ijaerd.lautechaee-edu.com.

Begum IA. 2005b. An Assessment of vertically integrated contract poultry farming: acase study in Bangladesh. International Journal of Poultry Science[Internet].[diunduh 2013 Juli 3]; 4(3): 167-176. Tersedia pada:www.pjbs.org/ijps/ fin332.pdf.

Binger BR, Hoffman E. 1998.Microeconomics with Calculus. New York (US):HerperCollins Publisher.

Coelli, T, Rao DSP, Battese GE. 1998. An Introduction to Efficiency andProductivity Analysis. Massachusetts (US): A Kluwer Academic Publishers.

Cramer GL, Jensen CW. 1985.Agricultural Economics & Agribusiness. 3th ed. NewYork (US): John Wiley & Sons.

Debertin DL. 1986. Agricultural Production Economics. New York (US):Macmillan Publishing Company.

Doll JP, Orazem F. 1984. Production Economics. New York (US): John Wiley &Sons.

[Fapet] Fakultas Peternakan IPB. 2004. Analisis Dampak Kriris Ekonomi terhadapPemulihan Usaha Peternakan Unggas di Wilayah Kabupaten Bogor.LaporanPoultry Recovery Project : Impact Study, kerjasama ACDI/VOCA denganFakultas Peternakan IPB. Bogor (ID): Fapet IPB.

Kalla DJU, Barrier U, Haruna U, Abubakar M, Hamidu BM, and Murtala N. 2007.Economic analysis of broiler production at Mianggo Plateau State, Nigeria.Paper prepared for presentation at the Farm Management Association of NigriaConference, Ayetoro, Nigeria, September 4-6, 2007 [Internet]. [diunduh 2013Juli 6] Tersedia pada:http://www.ajbmr.com/articlepdf/Poultry__Australian_Journali1n8a13.pdf.

Maikasuwa MA, Jabo MSM. 2011. Profitability of backyard poultry farming inSokoto Metropolis, Sokoto State, North-West, Nigeria. Nigerian Journal ofBasic and Apllied Science [Internet].[diunduh 2013 Juli 5]; 19(1): 111-115.Tersedia pada: http://www. ajol.info/index.php/njbas/index.

Oladeebo JO, Ojo SO. 2012. Economic appraisal of performance of small andmedium scale poultry egg production in Ogun State, Nigeria. InternationalJournal of Agricultural Economics & Rural Development [Internet].[diunduh2013 Juni 30]; 5(1): 42-44. Tersedia pada: http://www.Ijaerd.lautechaee-edu.com.

Page 88: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Ologbon, OAC, Ambali OI. 2011. Poultry enterprise combination among small-scalefarmers in Ogun State, Nigeria: a technical efficiency approach. Journal ofAgriculture and Veterinary Sciences [Internet].[diunduh 2013 Juli 3]; 4: 7-15.Tersedia pada: www.cenresinpub.org.

Sarfraz A, Tahir ZC, Ikram A. 2008.Economic analysis of poultry (broiler) productionin Mirpur, Azad Jammu Kashmir. Pakistan Journal Life Social Science[Internet]. [diunduh 2013 Juli 3]; 6(1): 4-9. Tersedia pada:http://www.pjlss.edu.pk/sites/default/files/4-9.pdf.

Sehabudin U.2002. Dampak Krisis Ekonomi terhadap Kinerja Usahaternak AyamRas di Wilayah Kabupaten Bogor [Laporan Penelitian]. Penelitian DosenMuda Ditjen Dikti, Kemendiknas-LPPM IPB. Bogor (ID): Institut PertanianBogor.

Sudhakar D, Pawan KS, Huma S. 2010. Investment and income pattern in poultryproduction: a case study of Baramula District of Jammu and Kashmir.Research Journal of Agricultural Sciences [Internet].[diunduh 2013 Juli 8];1(3): 262-265. Tersedia pada: http://www.pjlss.edu.pk/sites/default/files/4-9.pdf

Taylor CR, Domina DA. 2010. Restoring economic health to contract poultryproduction. Report prepared for the joint US Departement of Justice and USDepartement of Agriculture/GIPSA Public Workshop on Competition Issuesin the Poultry Industry, May 21, 2010, Normal, AL [Internet]. [diunduh 2013Juli 15]. Tersedia pada: http://www.pjlss.edu.pk/sites/default/files/4-9.pdf

Page 89: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

0

Appendix 1 Cost structure of poultry broiler farming at different types and unit scale at Kec. Pamijahan

Cost component

Independent farmers Plasma farmers

< 5000 ≥ 5000 < 5000 ≥ 5000(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)

A. Cash costFixed cost:- cage maintenance 19 0,16 25 0,22 11 0,08 18 0,15Sub Total 19 0,16 25 0,22 11 0,08 1 0,01Variable cost- Bibit DOC 4.425 37,65 4.903 43,50 5.469 42,09 5.364 43,67- Feed 6.392 54,39 5.650 50,13 6.816 52,45 6.380 51,94- OVK 248 2,11 187 1,66 226 1,74 209 1,70- Husk 95 0,81 71 0,63 65 0,50 57 0,47- Electricity 20 0,17 9 0,08 14 0,11 6 0,05- Fuel 200 1,70 193 1,71 204 1,57 185 1,51- Non-family labor 126 1,07 144 1,28 50 0,38 21 0,17Sub Total 11.505 97,90 11.157 99,00 12.844 98,85 12.222 99,50Total of cash cost 11.524 98,06 11.182 99,22 12.855 98,93 12.223 99,51B. Non cash costFixed cost- depretiation of cage 211 1,79 79 0,70 126 0,97 52 0,42- depretiation of tools 17 0,14 9 0,08 13 0,10 8 0,07Total of non cash cost 228 1,94 88 0,78 139 1,07 60 0,49Total Cost 11.752 100,00 11.270 100,00 12.994 100,00 12.283 100,00

Page 90: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Appendix 2. Cost structure of poultry broiler farming at different types and unit scale at Kec. Gunung Sindur

CostPeternak Mandiri

Peternak KemitraanPlasma Semi Plasma

< 5.000 ≥ 5.000 < 5.000 ≥ 5.000 < 5.000(Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%) (Rp/Kg) (%)

A. Cash cost

Fix cost- Cage maintenance 14 0,10 1 0,01 24 0,16 8 0,06 19 0,12Sub Total 14 0,10 1 0,01 24 0,16 8 0,06 19 0,12Variable cost- Bibit DOC 4.338 30,30 4.747 37,82 4.245 28,27 4.598 36,04 4.274 27,24- Feed 8.276 57,81 6.682 53,23 8.523 56,76 6.851 53,70 9.344 59,55- OVK 180 1,26 134 1,07 334 2,22 225 1,76 251 1,60- Husk 194 1,36 149 1,19 299 1,99 236 1,85 253 1,61- Limestone 18 0,13 14 0,11 35 0,23 14 0,11 26 0,17- Electricity 26 0,18 10 0,08 43 0,29 12 0,09 32 0,20- Fuel 302 2,10 188 1,50 325 2,16 181 1,42 372 2,37- Rent cage 183 1,28 229 1,82 51 0,34 45 0,35 87 0,55- Non-family labor 16 0,11 249 1,98 43 0,29 255 2,00 26 0,17Sub Total 13.532 94,52 12.402 98,80 13.898 92,56 12.417 97,32 14.665 93,46Total of cash cost 13.546 94,61 12.403 98,81 13.922 92,72 12.425 97,38 14.684 93,58

B. Non-cash costFixed cost- Cage depretiation 83 0,58 36 0,29 229 1,53 196 1,54 216 1,38- Tools depretiation 83 0,58 32 0,25 165 1,10 110 0,86 125 0,80- Family labor 605 4,23 81 0,65 699 4,66 28 0,22 667 4,25Total non-cash cost 771 5,39 149 1,19 1.093 7,28 334 2,62 1.008 6,42Total Cost 14.317 100,00 12.552 100,00 15.015 100,00 12.759 100,00 15.692 100,00

Page 91: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MELALUI PEMANFAATANLIMBAH PERTANIAN

(STUDI KASUS : PENGEMBANGAN BIOCHAR DI DISTRIKMALIND-

KABUPATEN MERAUKE)

Oleh:Maria Maghdalena Diana Widiastuti, S.Si., M.Si

Disampaikan untuk Seminar Nasional PerhimpunanSosial Ekonomi Pertanian (PERHEPI) Bogor, 28-29

Agustus 2014

UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKEJl. Kamizaun Mopah Lama Merauke-

Papua2 0 1 4

Page 92: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

ABSTRAK

MARIA MAGHDALENA DIANA WIDIASTUTI. Peningkatan Pendapatan PetaniMelalui Pemanfaatan Limbah Pertanian (Studi Kasus : Pengembangan Biochar DiDistrik Malind-Kabupaten Merauke)

Biochar merupakan arang aktif yang terbuat dari limbah organic seperti seperti sekampadi, tempurung kelapa, gergaji kayu, batang jagung, kulit kakao, ranting kayu dansejenisnya. Biochar ini dapat dimanfaatkan menjadi pembenah tanah dan briket sebagaialternative pengganti minyak tanah. Merauke merupakan sentra produksi padi di Papua,sekaligus juga menjadi sentra limbah pertanian seperti sekam dan damen. Produksisekam padi di Distrik Malind dalam satu kali musim panen sebesar 1,87 ton. Limbahsebesar ini baru dimanfaatkan sebesar 10 persennya untuk pembuatan batubata, sisanyadibuang percuma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tambahanpendapatan petani dalam upaya mengolah limbah sekam padi menjadi biochar danbriket. Metode yang digunakan adalah uji kelayakan usaha, dengan menghitung nilaiNPV dan BCR. Usaha dikatakan layak jika nilai NPV positif dan BCR > 1. NPV untukbiochar dari sekam padi menunjukkan nilai positif dengan besarnya keuntungan petanisebesar 76 juta/tahun, sedangkan nilai BCR-nya 1,23. Begitupula dengan briketmenunjukkan nilai positif dengan keuntungan usaha sebesar 154 juta/tahun dan nilaiBCR 1,20.

Kata Kunci : biochar, briket, analisis kelayakan usaha

Page 93: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Survey pendapatan rumah tangga pertanian (BPS, 2013) menyatakan bahwapendapatan petani dari usaha disektor pertanian yang terdiri dari enam sub sektor: padi,palawija, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan; berkisar antara Rp 1,82 -3,57 juta per tahunnya. Pendapatan petani ini masih jauh dibawah standar pendapatantenaga kerja di sektor industry. Menurut Sumarno&Kartasasmita (2010), pendapatandari usaha tani padi dinilai cukup layak bagi penghidupan keluarga petani apabilapetani memiliki lahan sawah dua hektar atau minimal satu hektar. Sayangnya. hasilsensus pertanian (BPS, 2003) menunjukkan rata-rata kepemilikan lahan sawah petani diIndonesia hanya 0,5 ha, jadi wajarlah jika pendapatan yang diterima oleh petani masihjauh dibawah standar tenaga kerja di sektor industry. Sumarno&Kartasasmita (2010)lebih lanjut meneliti pendapatan usaha tani dari luasan lahan satu hektar yang diterimapetani setiap bulannya rata-rata Rp. 2,7 Juta. Bila petani padi memiliki sawah 5 hektar,maka pendapatan per bulan mencapai Rp.13,7 juta. Bandingkan dengan kepemilikanlahan petani di Thailand, yang rata-rata memiliki lahan minimal 5 hektar, petani diMalaysia 4 hektar, bahkan di Australia luas minimum yang dimiliki oleh petanimencapai 100 hektar. Kondisi inilah yang menyebabkan rumah tangga petani sebagaipenyumbang angka kemiskinan terbesar di Indonesia.

Bagaimana kondisi petani padi di Kabupaten Merauke? Sebagian besar petanipadi di Kabupaten Merauke merupakan petani transmigran dari pulau Jawa. MeraukeDalam Angka (2011) mencatat bahwa luas lahan padi dan palawija di KabupatenMerauke sebanyak 27.887,2 hektar dengan rumah tangga petani sebanyak 48.670 kk,maka rata-rata kepemilikan lahan per rumah tangga petani sebanyak 0,57 hektar.Rendahnya kepemilikan lahan ini disebabkan perpencaran dan fragmentasi lahan.Adanya sistem warisan dan klaim penduduk asli menjadi permasalahan yang belumdapat diselesaikan hingga saat ini.

Begitu rendahnya tingkat pendapatan rumah tangga petani di Indonesia menjadiperhatian pemerintah, lembaga swadaya baik nasional maupun internasional. Berbagaiprogram telah digalakkan oleh pemerintah seperti program pembukaan lahan pertanianbaru, intensifikasi dan mekanisasi pertanian. Namun semua itu belum dapatmeningkatkan pendapatan petani. Salah satu upaya kecil yang saat ini tengahdilaksanakan oleh lembaga penelitian dan lembaga internasional dalam menjawabtantangan rendahnya pendapatan petani dengan mengedepankan pertanianberkelanjutan, yaitu pemanfaatan biochar untuk aplikasi di bidang pertanian dan energyalternative pengganti minyak tanah. Goenadi&Santi (2010) mengatakan bahwabeberapa negara telah menetapkan suatu kebijakan untuk mengembangkan biochardalam skala industri guna meningkatkan simpanan karbon di dalam tanah. Jikadikaitkan dengan kepedulian terhadap pemanasan global yang disebabkan oleh emisiCO2 dan sumber gas rumah kaca lainnya, maka pemanfaatan biochar sebagai bahanamelioran tanah memiliki prospek yang cukup baik. Dengan kata lain, teknologipemanfaatan (pengolahan) biochar merupakan salah satu solusi cepat untukmengurangi pengaruh pemanasan global yang berasal dari lahan pertanian dan jugamerupakan salah satu alternatif untuk mengelola limbah pertanian dan perkebunan.

Sebenarnya apakah biochar itu? Biochar merupakan materi padat yang terbentukdari karbonisasi biomassa, biasa disebut “arang aktif”. Biomassa yang dapat digunakan

Page 94: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

untuk membuat biochar dapat berasal dari beberapa limbah pertanian seperti sekampadi, jerami, tempurung kelapa, kayu gergajian, ranting pohon, potongan kayu, tongkoljagung, ampas sagu dan lain sejenisnya. Bentuk, warna dan proses pembuatannya miripdengan arang kayu yang sering kita jumpai di pasaran. Teknologi biochar bukanlahmerupakan teknologi baru, tetapi teknologi lama yang diperkenalkan kembali karenafungsinya yang sangat penting di bidang pertanian dan pengembangan energy alternatif.

Gani (2009) menyebutkan keuntungan biochar di bidang pertanian sebagaibahan ameliorant atau pembenah tanah. Fungsinya bukan sebagai pupuk, namun dapatdigunakan sebagai pendamping pupuk untuk meningkatkan efesiensi pupuk bagitanaman. Biasanya bahan pembenah tanah yang sering digunakan oleh petani adalahbahan organic, namun karena cepatnya proses dekomposisi, dan biasanya mengalamimineralisasi menjadi CO2, bahan organic harus ditambahkan setiap musim tanam untuktetap dapat mempertahankan produktivitas tanah. Biochar atau arang hayati dapatmengatasi keterbatasan tersebut dan menyediakan opsi bagi pengelolaan tanah. Manfaatbiochar sebagai pembenah tanah terletak pada dua sifat utamanya, yaitu mempunyaiafinitas tinggi terhadap hara dan persisten dalam tanah. Sifat persistensi dalam tanahkarena biochar mengandung karbon (C) yang tinggi, lebih dari 50 persen dan tidakmengalami pelapukan lanjut sehingga stabil sampai puluhan tahun di dalam tanah.Afinitas biochar terletak pada permukaan yang luas dan mengandung banyak porisehingga memiliki densitas yang tinggi. Sifat fisik demikian memungkinkan biocharmemiliki kemampuan mengikat air dan pupuk yang cukup tinggi. Biochar juga dapatmeningkatkan kandungan nitrogen di dalam tanah karena memiliki KTK (KapasitasTukar Kation) yang tinggi.

Hasil penelitian Siringoringo&Siregar (2011), menunjukkan bahwa aplikasidosis biochar cukup nyata menaikkan laju pertumbuhan awal tanaman M. montanaBlume. Sementara efek positif aplikasi bahan arang terhadap sifat kesuburan kimiatanah tampak dalam hal naiknya pH, Ca2+, Mg2+, K+, KTK, KB, K2O, P2O5 danturunnya kadar H+-dd dan Al3+-dd. Aplikasi arang dapat memperbaiki kualitaskesuburan tanah yang signifikan pada tipe tanah Latosol yang bertekstur liat. PenelitianRostaliana dkk. (2012) terhadap lahan tebang dan bakar di Bengkulu ternyata jugamemberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan kualitas tanah. Penelitian UNDP(2012) di Nusa Tenggara Timur pada tanaman jagung dengan penambahan biochardapat meningkatkan jumlah panen dua kali lipat dibandingkan kebun jagung tanpapenambahan biochar. Arang biochar ini juga dapat membantu mempertahankantanaman jika terjadi hujan deras dengan menahan air di tanah liat.

Dalam bidang pengembangan energy alternative, biochar dibuat melalui prosespembakaran secara lambat, dimana panas akan menghasilkan energi yang kemudiandapat digunakan sebagai biofuel. Biochar yang telah berbentuk arang dapat pula diolahmenjadi briket seperti layaknya briket yang terbuat dari batu bara. Briket biochar inidapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak ataupun kayu bakar. UNDP(2013) menyatakan bahwa keuntungan briket biochar ini antara lain tidak berasap, tidakberjelaga dan tidak ada api, hanya bara yang digunakan, sehingga dapat meningkatkankualitas hidup masyarakat.

Distrik Malind di Kabupaten Merauke merupakan salah satu distrik sentraproduksi padi. Luas lahan padi sawah Distrik Malind ini mencapai 3.640 ha denganproduksi padi 15.178,28 ton. Pada setiap musim tanam akan dihasilkan limbah berupasekam sebesar 4.715 ton atau sebanyak 1,87 ton per rumah tangga petani. Limbah inibelum dimanfaatkan secara optimal, baru 10 persennya digunakan sebagai bahan baku

Page 95: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

pembuatan batubata. Kualitas briket dari sekam padi memang tidak sebagus briket batubara atau biomassa lain seperti kayu atau tempurung. Menurut Sahupala (2012), briketdari sekam padi memiliki kadar moisture/air yang tinggi, dibandingkan dengan standarbriket impor. Kadar moisture/air ini berkaitan dengan penyalaan awal bahan bakar,namun volatile matter yang berhubungan dengan stabilisasi nyala dan percepatanpembakaran arang lebih tinggi dibandingkan standar briket impor. Jadi walaupunmemiliki beberapa kelemahan, namun tetap dapat dikembangkan dan menjadialternative pengganti minyak tanah sehingga tingkat ketergantungan masyarakatterhadap minyak tanah dapat dikurangi. Pemanfaatan biochar di lahan pertanian punmasih awam diketahui oleh petani di Distrik Malind. Hal ini bisa menjadi pangsa pasarbagi pengembangan biochar, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani baik darisegi analisis usaha taninya maupun pendapatan sampungan petani dari sektor non-pertanian.

Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha arang aktif biochar dari limbah organic sekam padi2. Menganalisis kelayakan usaha briket biochar dari arang sekam keuntungan

ekonomi pemakaian briket biochar

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kampung Padang Raharja, Distrik Malind, KabupatenMerauke. Pengumpulan data, pengolahan dan penulisan dilaksanakan pada bulanNovember sampai dengan Desember 2013. Data yang digunakan dalam penelitian initerdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh langsungdari responden terpilih melalui wawancara secara mendalam dengan pertanyaan-pertanyaan terstruktur berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh melalui studiliterature dari berbagai sumber berupa buku, jurnal, website dan laporan kegiatan.

Sumber data yang dibutuhkan untuk melihat tambahan pendapatan petani dariusaha pembuatan biochar dan briket dengan menggunakan pendekatan analisiskelayakan usaha. Analisis kelayakan usaha merupakan suatu studi untuk menentukanapakah suatu usaha tertentu layak untuk dijalankan dan mendatangkan profit yangfeasible untuk kelangsungan usaha pada skala waktu tertentu. Analisis kelayakan usahapada prinsipnya menggunakan metode yang sama dengan analisis usaha tani. Bedanya,analisis kelayakan usaha merupakan estimasi dari besaarnya benefit dan cost. Hal initerjadi karena usaha tersebut belum sepenuhnya dijalankan dan baru tahap perencanaandan skala percobaan, sehingga semua nilai merupakan nilai pendekatan (estimasi). Dataprimer diperoleh dengan wawancara langsung dengan petani yang sebelumnya telahmengikuti pelatihan dan mengaplikasikan pembuatan arang dan menggunakannyadalam bidang pertanian dan briket biochar. Komponen data yang dicari adalah sebagaiberikut :

1. Benefit : Estimasi hasil produksi dikalikan dengan asumsi harga komoditi yangakan dilempar ke pasar

2. Cost : input atau biaya-biaya yang digunakan untuk membuat usaha arang

Page 96: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

biochar dan briket biochar. Biaya meliputi biaya variable, dan biaya tetap. Biayatetap merupakan asset yang harus diupayakan untuk memulai usaha biochar,misalnya sewa tempat, bangunan, dan alat produksi. Biaya variable terdiri daribiaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi komoditi, terdiri dari bahanbaku, tenaga kerja, marketing, dan lainnya.

Harga input berdasarkan harga pasar yang berlaku di desa target penelitian. Hargakomoditi merupakan asumsi harga yang dibangun berdasarkan unsure-unsur biaya yangsudah dikeluarkan untuk memproduksi komoditi tersebut per satuan unit. Komponen netbenefit dan cost menggunakan faktor koreksi discount rate berdasarkan suku bungabank yang berlaku. Komponen penyusutan terhadap peralatan tidak diperhitungkandalam penelitian ini, karena komponen asset yang digunakan relative kecildibandingkan total bahan baku dan variable cost lainnya.

Data-data yang telah diperoleh, dihitung dengan menggunakan metode costbenefit ratio, NPV dan IRR. Untuk mengukur nilai suatu usaha dengan menggunakanNPV, berlaku kriteria sebagai berikut:

NPV > 0 Usaha layakNPV = 0 Benefit cukup untuk menutupi cost dan investasi

selama umur tehnis-ekonomis usahaNPV < 0 Usaha tidak layak

NPV = 0 dan Positif, berarti usaha diprioritaskan karena mampu memberikan benefityang lebih besar dibandingkan cost yang dikeluarkan. NPV menghitung nilai sekarangdari aliran kas yaitu sebagai selisih antara Present Value (PV) manfaat dan present value(PV) biaya, dengan rumusan sebagai berikut :

Dimana :Bt : Manfaat yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada

time series (tahun ke-t), satuan Rupiah (Rp)Ct : Biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha pada time

series (tahun ke-t), tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggapseabgai modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi dan lainsebagainya), satuan Rupiah (Rp)

i : Tingkat suku bunga yang relevan (%)t : Periode waktu (tahun)

Rumus tersebut diatas jika disederhanakan menjadi :

Selain menggunakan NPV, analisis kelayakan usaha juga bisa menggunakan analisisBenefit-Cost Ratio (BCR) baik gross maupun net. Gross BCR diperoleh dengan caramembagi jumlah hasil diskonto pendapatan dengan jumlah hasil diskonto biaya. Hal ini

Page 97: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

merupakan tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiahbiaya yang digunakan. Dalam penghitungan gross BCR diharuskan memenuhi kaidahberikut :

BCR > 1 maka usaha layak dilaksanakanBCR = 1 dari segi aspek finansial dan ekonomis, maka usaha/bisnis tidak

perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan, tetapi dari segi sosial,usaha/bisnis dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan.

BCR < 1 Usaha tidak layak dilaksanakanNet BCR merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPVnegatif. Net BCR ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit yang diperolehdari cost yang dikeluarkan. Usaha/bisnis dapat layak diterima, jika net BCR dan NPVmemenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut :

Net BCR > 1 berarti NPV > 0, artinya usaha layak diterimaNet BCR < 1 berarti NPV < 0, artinya usaha tidak layak diterimaNet BCR = 1 berarti NPV = 0, artinya usaha tidak untung dan tidak rugi(marjinal), sehingga keputusannya penilaian usaha/bisnis tergantung padapemegang keputusan. Gross BCR dan Net BCR tertuang dalam rumusan sepertidibawah ini :

Metode ketiga yang umum dilakukan dalam menganalisis kelayakan usahaadalah menghitung nilai BEP (Break Event Point). BEP merupakan konsep yangdigunakan untuk menganalisis jumlah minimum produk yang harus dihasilkan atauterjual agar usaha tidak mengalami kerugian. BEP atau dalam bahasa Indonesia lebihdikenal dengan keadaan pulang pokok terjadi apabila keuntungan (Revenue) samadengan biaya (cost), R = C; yang berarti usaha tidak memperoleh keuntungan tetapitidak pula menderita kerugian. Untuk menghitung nilai BEP yaitu dengan membagitotal cost dan harga produk.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Cara Pembuatan Arang Aktif dan Briket Biochar

Cara pembuatan arang dan briket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakanmetode sederhana dengan menggunakan peralatan yang terdapat di kampung. Alat pembakaranyang digunakan dibuat sendiri oleh petani dengan memanfaatkan drum bekas, sisa kawatram/pipa besi. Prinsip utama pembakaran yang dilakukan adalah pembakaran tanpaoksigen/sedikit oksigen sehingga bahan organic yang dibakar tidak menjadi abu. Pembakaranbiochar dari bahan baku sekam dengan menggunakan drum, sesuai dengan tahapan berikut ini:

Page 98: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

- Siapkan sebuah drum dengan penutupnya. Lubangi penutupnya sebesar diameter pipabesi/kawat ram

- Tempatkan pipa besi/kawat ram di tengah-tengah drum lalu isi drum dengan tempurungkelapa

- Setelah setengah bagian drum terisi dengan tempurung, bakar terlebih dahulu denganmemasukkan api kedalam pipa besi. Hal ini dilakukan supaya bagian bawah tempurungdapat terbakar dengan merata.

- Lalu penuhi sisa isi drum dengan tempurung sampai penuh. Setelah 80% tempurungterbakar tutup drum dengan penutup yang sudah dilubangi tadi. Fungsi pipa besi/kawatram tersebut adalah untuk ventilasi, memberikan ruang supaya api membakartempurung namun tidak sampai menjadi abu, karena ada udara dari luar.

- Pembakaran dengan menggunakan drum ini memakan waktu kurang lebih 8 jam.

Sebenarnya telah terdapat alat pembakaran yang dibuat oleh peneliti dari IPB untuk membuatarang lebih cepat dari proses sederhana diatas, namun belum diproduksi dalam skala industrydan hanya dibuat untuk kepentingan penelitian. Drum modifikasi buatan IPB ini sangat praktiskarena ditambahkan cerobong asap dan ventilasi di sekeliling drum sehingga pembakaran dapatberlangsung sempurna. Selain itu dibawah drum dilengkapi dengan pintu untuk mengambilhasil arang yang sudah jadi. Pembakaran dengan alat ini hanya memakan waktu 2 jam. Untukusaha skala besar penggunaan alat pembakaran modern sangat disarankan untuk meningkatkanefesiensi produksi.

Cara kedua yang biasa dilakukan oleh petani menggunakan metode terbuka, denganhanya menggunakan kawat ram/pipa besi yang telah dilubangi. Lebih sederhana dari segiperalatan namun tidak bisa ditinggalkan dalam jangka waktu lama seperti pada metode tertutupmenggunakan drum. Sekam harus sering dibolak balik untuk mencegah sekam menjadi abu.Langkah-langkah pembuatan biochar dengan system terbuka adalah sebagai berikut : tempatkankawat ram/pipa besi ditengah gundukan sekam, lalu bakar dari bawah melalui lubang kawatram/pipa besi. Bolak balik gundukan dengan menggunakan cangkul supaya pembakaran terjadisecara merata. Setelah arang terbentuk yang dibuktikan dengan penampilan gundukan yangmenghitam, harus dilakukan penyiraman dengan air supaya pembakaran tidak berlangsung terusyang dapat berpotensi menjadi abu. Metode ini yang sering digunakan oleh petani untukpembuatan biochar untuk aplikasi di lahan pertanian.

Briket biochar merupakan aplikasi penggunaan arang biochar selain untuk lahanpertanian. Pembuatan briket biochar relative mudah, dengan alat-alat yang sederhana. Bahanyang dibutuhkan untuk membuat briket biochar adalah arang biochar dari semua jenis bahanbaku dapat digunakan, tepung kanji sebagai perekat dan alat pencetak yang dapat dibuat daripipa paralon atau bamboo serta alat press, bisa menggunakan kayu atau dapat dibuat dari besi.Cara pembuatan briket biochar adalah sebagai berikut : (1) Arang yang sudah kering ditumbukhingga menjadi butiran yang lebih kecil, untuk arang dari sekam tidak perlu dilakukanpenumbukan, (2) Campurkan arang halus dengan perekat dan cetak, (3) Press atau tekan-tekanhasil cetakan supaya padat dan (4) Jemur/keringkan dibawah sinar matahari selama 2 harisampai benar-benar kering.

2. Analisis Kelayakan Usaha Arang Biochar

Berdasarkan cara pembuatan biochar diatas, dapat diidentifikasi biaya-biaya yangdibutuhkan untuk membuka usaha pembuatan arang dan briket biochar. Komponen biaya yangtermasuk biaya tetap adalah drum, kawat ram, selang air, alat press, alat sealted (packaging),sekop, dan loyang; sedangkan biaya variable adalah bahan baku, air, plastic/karung untukpackaging, listrik, tenaga kerja, dan pematik.

Page 99: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Berdasarkan hasil analisis financial biochar dari bahan sekam seperti pada tabel diatas,diperoleh total cost sebesar Rp. 63 juta dengan total benefit sebesar Rp. 79 juta. Laba bersihpenjualan biochar pada tahun pertama sebesar 53 persen. Nilai total cost dan benefit tersebutterkoreksi dengan nilai discount rate sebesar 10 persen. Sehingga diperoleh nilai present valuecost sebesar Rp. 58 juta dan present value benefit sebesar Rp. 72 juta. Nilai present valuebenefit diperoleh dari estimasi produksi minimum harian arang dan estimasi penjualan biocharberdasarkan nilai cost untuk memproduksi biochar. Harga estimasi penjualan biochar sebesarRp. 2500/Kg diperoleh dari jumlah tenaga kerja sebanyak satu orang dan biaya produksi untuksetiap Kg arang sebesar Rp. 1.988,00.

Tabel 1 Analisis Financial Arang Biochar dari Sekam

ItemTahun

1 2 3

Jumlah Produksi (kg) 31.700 63.400 95.100

Benefit

1. Penjualan biochar sekam 79.250.000 158.500.000 237.750.000

2. Salvage value

Total Benefit 79.250.000 158.500.000 237.750.000

Discount Rate (10%) 0,9091 0,8264 0,7513

Present Value Benefit 72.045.455 130.991.736 178.625.094

Cost

1. Sewa Tempat 1.500.000 1.500.000 1.500.000

2. Alat (kawat ram, sekop, selang air, sealted) 415.000 415.000 415.000

3. Bahan sekam dan pematik 30.115.000 60.230.000 90.435.000

4. Air 3.962.500 7.925.000 11.887.500

5. Packaging 3.487.000 6.974.000 10.461.000

6. Listrik 951.000 1.902.000 2.853.000

6. Tenaga kerja 23.870.000 47.740.000 71.610.000

7. Marketing - - -

Total Cost 64.300.500 126.686.000 189.161.500

Discount Rate (10%) 0,9091 0,8264 0,7513

Present Value Cost 58.455.000 104.699.174 142.119.835

Net Benefit = total benefit - total cost 14.949.500 31.814.000 48.588.500Present Value Net Benefit =PV benefit - PV cost 13.590.455 26.292.562 36.505.259Net Benefit Kumulatif 13.590.455 39.883.017 76.388.276

Net Present Value (NPV) 76.388.276

Net B/C Ratio 1,2325

Break Event Point (BEP) 25.720

Uji kelayakan usaha dapat dilihat pada hasil NPVnya. Nilai NPV diperoleh daripenjumlahan net benefit yang terkoreksi dengan discount rate sebesar 10 persen. Hasilpenjumlahan net benefit selama tiga tahun perencanaan usaha yang terkoreksi discount rateyaitu Rp.76 juta. NPV bernilai positif menunjukkan bahwa usaha biochar dengan bahan baku

Page 100: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

sekam LAYAK untuk dikembangkan lebih lanjut. Uji kelayakan berikutnya adalah denganmenghitung nilai BCR (Benefit Cost Rasio), BCR diperoleh dengan membagi present valuebenefit dengan present value cost. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai BCR diatas satu. Hasilanalisis financial arang sekam dengan satu orang tenaga kerja yang mampu memproduksi 100kg arang/hari dengan harga jual arang sekam Rp.2000/kg menghasilkan nilai BCR yaitu 1,2325.Nilai tersebut menyatakan bahwa analisis usaha ini LAYAK untuk dijalankan. Nilai BEPsebesar 25.720 Kg yang berarti bahwa produksi minimal yang harus dihasilkan per tahun adalah25.720 Kg atau 81 Kg/hari untuk mendapatkan balance cost dan benefit.

Berdasarkan nilai net NPV dan BCR maka secara financial, usaha ini layak untukdilakukan. Namun ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memulai usaha ini, yaitupreferensi petani yang berkaitan dengan pangsa pasar arang sekam. Secara ekonomi, pemakaiantambahan arang dalam input produksi akan meningkatkan cost usaha tani. Jika belum dilakukananalisis usaha tani, maka sulit untuk memasarkan produk ini. Oleh karena peningkatan costtanpa ada pembanding dengan hasil produksi yang diperoleh antara petani yang menggunakanarang dan yang tidak menggunakan arang, maka pangsa pasar tidak akan tercipta. Oleh karenaitu perlu adanya strategi marketing penjualan arang sekam untuk penggunaan lain, sepertitanaman sayur-sayuran, tanaman holtikultura yang ditanam di pekarangan, tanaman bunga danlain sebagainya. Analisis usaha tani dengan input tambahan arang sekam dan pupuk organicakan menjadi topic penelitian lanjutan sebagai salah satu strategy marketing.

3. Analisis Kelayakan Usaha Briket Biochar

Salah satu produk sampingan dari pembuatan arang biochar ini adalah briket sebagaialternative pengganti bahan bakar minyak tanah. Dari satu Kg arang akan diperoleh 11 kepingbriket yang dapat menggantikan minyak tanah setara dengan 1 liter minyak tanah. Pasokanbahan bakar minyak yang ada di Merauke sangat tergantung supplai dari luar Papua. Pasokanini dibawa melalui transportasi laut yang sangat rentan terhambat karena faktor cuaca. Adanyabriket pengganti minyak tanah ini setidaknya mampu menjadi alternative jika suatu saat jalurdistribusi peredaran minyak tanah terhambat. Hampir sebagian besar masyarakat asli pun masihmenggunakan tungku untuk memasak, mereka dapat beralih menggunakan briket biochar yangaman bagi kesehatan dan berbiaya murah. Dapat dikatakan murah karena hasil analisis financialmenunjukkan ongkos produksi untuk pembuatan arang ini lebih murah dibandingkan hargaeceran minyak tanah di pasaran Merauke.

Harga satu buah briket berdasarkan analisis financial pada Tabel Analisis FinansialBriket Berbahan Baku Sekam yaitu sebesar Rp. 500,00 per keping briket. Secara finansial, halini sangat menguntungkan jika dibandingkan dengan harga minyak tanah sebesar Rp.5000/liter,karena 1 keping briket berbahan baku sekam ini setara dengan 0,25 liter minyak tanah. Artinyapenggunaan 1 liter minyak tanah setara dengan 4 briket biochar berbahan baku sekam yangbernilai Rp.2000,00. Secara ekonomi, masih ada keuntungan lain jika menggunakan briketbiochar yaitu berkurangnya biaya kesehatan berkaitan penggunaan tungku tradisonial yangberpotensi menyebabkan penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan akut). Data Merauke DalamAngka (2011), Kabupaten Merauke menunjukkan bahwa penyakit ISPA merupakan penyakittertinggi di Kabupaten Merauke. Hal ini karena briket biochar tidak menimbulkan asap yangdapat berkontribusi menyebabkan penyakit ISPA.

Hasil analisis finansial usaha briket biochar dari bahan sekam menunjukkan bahwausaha ini LAYAK karena nilai NPV bernilai positif dan Net BCR menunjukkan nilai diatassatu. Estimasi benefit yang digunakan dalam analisis ini adalah harga yang ditawarkan sebesar500 rupiah dengan kapasitas produksi per-hari mencapai 1100 keping briket, denganmenggunakan satu orang tenaga kerja. Minimal produksi yang harus dihasilkan untuk mencapaititik impas sebesar 289.490 keping per tahun atau 913 keping/hari.

Dalam analisis financial briket berbahan baku sekam, berbeda dengan analisis financialproduk arang biochar dalam hal biaya marketing. Biaya marketing pada analisis financial briket

Page 101: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

biochar diperhitungkan karena produk ini termasuk produk baru di pasaran, sehinggamembutuhkan strategi marketing untuk penjualannya terutama pada awal-awal usahaberlangsung. Tantangan terbesar dalam membuka usaha ini adalah menciptakan demand.Masyarakat terbiasa menggunakan minyak tanah karena harga minyak tanah di Papua masihdisubsidi, sehingga harganya sangat murah dibandingkan harga minyak tanah di pulau Jawa.Peluang penjualan briket terbuka untuk masyarakat pribumi yang mayoritas masihmenggunakan tungku untuk memasak, namun kendala daya beli masyarakat yang rendahmenjadi permasalahan lain. Oleh karena itu strategy marketing yang mengedepankan kesehatanbisa menjadi entry point dalam menciptakan demand.

Tabel 2 Analisis Financial Briket Biochar dari Bahan Baku Sekam

ItemTahun ke-

1 2 3

Jumlah Produksi (kg) 348.700 697.400 1.046.100

Benefit

1. Penjualan briket 174.350.000 348.700.000 523.050.000

2. Salvage value

Total Benefit 174.350.000 348.700.000 523.050.000

Discount Rate (10%) 0,9091 0,8264 0,7513

Present Value Benefit 158.500.000 288.181.818 392.975.207

Cost

1. Sewa Tempat 1.500.000 1.500.000 1.500.000

2. Alat (cetakan pipa, alat press, loyang) 500.000 500.000 500.000

3. Bahan (sekam, tepung kanjil) 103.025.000 206.050.000 309.075.000

4. Packaging 12.680.000 25.360.000 38.040.000

5. Tenaga Kerja 23.870.000 47.740.000 71.610.000

6. Marketing 3.170.000 6.340.000 19.020.000

Total Cost 144.745.000 287.490.000 439.745.000

Discount Rate (10%) 0,9091 0,8264 0,7513

Present Value Cost 131.586.364 237.595.041 330.386.927

Net Benefit = total benefit - total cost 29.605.000 61.210.000 83.305.000

Present Value Net Benefit = PV benefit - PV cost 26.913.636 50.586.777 62.588.279

Net Benefit Kumulatif 26.913.636 77.500.413 140.088.693

Net Present Value (NPV) 154.097.562

Net B/C Ratio 1,20

BEP (Break Event Point) 289.240

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa pengembangan biochar dalam aplikasipertanian dan energy alternative layak untuk dikembangkan menjadi usaha skala kecil ataumenengah, dengan memberikan tambahan pendapatan petani sebesar Rp. 154 juta per-tahun.Kelayakan usaha tersebut ditunjukkan oleh nilai NPV positif dan BCR > 1; nilai NPV untuk

Page 102: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

biochar dari sekam 76 juta, dan nilai BCR-nya 1,23; sedangkan NPV untuk briket dari sekamsebesar 154 juta dengan nilai BCR-nya 1,20.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka disarankan untuk melakukan penelitian lanjutanterkait pangsa pasar dan strategi marketing yang tepat untuk pemasaran arang biochar.Mengingat karakteristik masyarakat yang harus melihat bukti terlebih dahulu, sebaiknyadilakukan percobaan skala luas untuk pemakaian biochar dengan jenis komoditi yang umumditanam oleh petani yaitu padi.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2003. Survey Pendapatan Rumah Tangga Petani. BPS: Jakarta.Badan Pusat Statistik. 2013. Survey Pendapatan Rumah Tangga Petani. BPS: Jakarta.Badan Pusat Statistik. 2012. Merauke Dalam Angka. BPS Kabupaten Merauke:

Merauke

Gani, Aniscan. 2009. Biochar Penyelamat Lingkungan. Warta Penelitian danPengembangan Pertanian. Vol.31 No.6. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi:Sukamandi-Subang.

Nasution, Nita & Maria M.D. Widiastuti. 2013. Analisis Kelayakan Usaha Biochardan Briket Berbahan Baku Sekam dan Tempurung Kelapa di Distrik Malind-Merauke. [Laporan Penelitian]. Universitas Musamus: Merauke.

Rostaliana P., Priyono P., Edhi T. 2012. Pemanfaatan Biochar Untuk PerbaikanKualitas Tanah dengan Indicator Jagung Hibrida dan Padi Gogo pada SistemLahan Tebang dan Bakar. [Jurnal] Naturalis: 1(3).

Sahupala, P& Daniel Parenden. 2013. Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif.[Laporan Penelitian]. Universitas Musamus: Merauke.

Santi, L. Prima& Goenadi, Didiek H. 2010. Pemanfaatan bio-char sebagai pembawamikroba untuk pemantap agregat tanah ultisol dari Taman Bogo – Lampung.[Jurnal] Menara Perkebunan: 78(2): 52-60.

Siringoringo, H. H. & C. A. Siregar. 2011. Pengaruh Aplikasi Arang TerhadapPertumbuhan Awal Michelia Montana Blume Dan Perubahan Sifat KesuburanTanah Pada Tipe Tanah Latosol. [Jurnal] Penelitian Hutan dan KonservasiAlam. 8(1) : 65-85.

United Nation Development Program. 2012. Resullt Sheet : Application of biochartechnology in Indonesia: Sequestering carbon in the soil, improving crop yieldand providing alternative clean energy. BIOCHAR Project Indonesia. Jakarta

Page 103: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

INTRODUKSI POLA TANAM JURING GANDADAN PENDAPATAN USAHATANI TEBU

DOUBLE ROW INTRODUCTIONAND FARMER INCOME OF SUGARCANE FARMING

Rachmat Hendayana1, Tri Sudaryono2, dan Q. Dadang Erwanto2

1Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJl Tentara Pelajar, No 10 Bogor 16114, Jawa Barat, Indonesia

2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa TimurJl. Karangloso KM.4 Malang 65152, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRACTDouble row technology is one of innovation breakthrough of IAARD to increase

sugarcane yielding, support national sugar production, at once to increase the sugarcanefarmers' income. In double row pattern, farmers can do intercropping with onion so thatimprovement of sugarcane farm income. The assessment aims to analyze the value-addedof sugarcane double row farming with onion intercrop. This activities executed at Tlanakan,Pamekasan District in Madura, East Java Province, in the last 2013. Double row technologyuses DCC (distance from center to center) 185 cm, and Rubaru onion varieties intercrop.Data collected through participatory rural appraisal and focus group discussion involve 30sugarcane farmers. Data analysis uses “losses and gains” approach, reflected in themarginal benefit cost ratio (MBCR). Assuming revenue of sugarcane ceteris paribusbecause was not harvest yet, so the sugarcane value added calculated only from the resultsof onion intercropping. Introductions double row with onion intercropping requires anadditional cost about Rp 29.9 million per hectare, and produce revenues of Rp 41.04million. Value-added income earned approximately Rp 11.19 million/hectare, or resultingin a value of 1.37 MBCR. These value-added relatively small. Researcher guarding andextension worker guidance to sugarcane double row implementation are needed to be moreintensive.Keywords : Sugarcane, Double row, Value added

ABSTRAKTeknologi juring ganda merupakan salah satu terobosan inovasi Badan Litbang

Pertanian untuk meningkatkan produktivitas tebu rakyat dalam upaya mendukung produksigula nasional, sekaligus meningkatkan pendapatan petani tebu. Pada pola tanam juringganda, petani dapat melakukan tumpangsari dengan bawang merah, sehingga diprediksiakan meningkatkan pendapatan usahatani tebu. Pengkajian bertujuan menganalisis nilaitambah usahatani tebu juring ganda dengan tumpangsari bawang merah. Kegiatanberlangsung di Desa Tlanakan Kecamatan/Kabupaten Pamekasan Madura Provinsi JawaTimur pada akhir 2013. Teknologi juring ganda menggunakan PKP (jarak dari pucuk kepucuk) 185 cm, dengan tumpang sari bawang merah varietas Rubaru. Pengumpulan datadilakukan melalui Pemahaman Pedesaan secara Partisipatif dan Diskusi KelompokTerfokus melibatkan 30 petani tebu. Analisis data menggunakan pendekatan “losses andgains” yang direfleksikan dalam marginal benefit cost ratio (MBCR). Dengan asumsipendapatan dari tebu dianggap ceteris paribus karena belum panen, nilai tambah usahatanitebu dihitung dari hasil tumpangsari bawang merah. Introduksi juring ganda dengan

Page 104: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

tumpangsari bawang merah membutuhkan tambahan biaya sekitar Rp 29,9 juta per hektar,dan setelah panen petani menerima Rp 41,04 juta. Nilai tambah pendapatan diperolehsekitar Rp 11,19 juta/hektar, atau menghasilkan nilai MBCR 1,37. Nilai MBCR seperti itu,relatif kecil. Pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan oleh penyuluh terhadappelaksanaan introduksi juring ganda perlu lebih diintensifkan.Kata Kunci: Tebu, Juring Ganda, Nilai Tambah

Page 105: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENDAHULUANTeknologi “juring ganda” (JG) adalah salah satu terobosan inovasi Badan Litbang

Pertanian pada usahtani tebu. Inisiasinya dimulai awal tahun 2013 di Kebun PercobaanMuktiharjo, Jawa Tengah. Pengenalan inovasi tersebut bertujuan meningkatkan pendapatanpetani tebu rakyat, dan sekaligus memberikan dukungan terhadap kebijakan pemerintahmendorong peningkatan produktivitas tebu guna memenuhi kebutuhan gula nasional.

Kebutuhan gula nasional pada tahun 2014 diprediksi mencapai 5,7 juta ton untukmemenuhi konsumsi langsung (rumah tangga) dan industri, masing-masing sekitar 2,5 jutaton dan 3,2 juta ton (Nasir, G., 2013). Sementara itu, produksi gula nasional pada tahun2012 relatif masih rendah yakni sekitar 2,6 juta ton (BPS, 2014). Rendahnya produksi gulanasional tersebut disebabkan banyak faktor. Perluasan areal lahan yang lambat, optimalisasipenggunaan bibit unggul serta manajemen pergulaan, merupakan faktor-faktor yangditengarai Barani, (2013) menjadi penyebabnya. Disamping karena faktor-faktor tersebut,Dirjen Perkebunan (2013) menambahkan faktor lemahnya daya saing, bergesernyapengembangan tebu dari lahan sawah ke lahan tegalan/marginal, lokasinya jauh dari pabrikgula (PG), adanya konversi lahan pertanian ke non pertanian, dan inefisiensi PG jugamemberikan andil.

Faktor yang tak kurang pentingnya adalah produktivitas yang masih relatif rendah.Penurunan produktivitas merupakan konsekuensi logis merosotnya kualitas teknis budidayayang merefleksikan merosotnya minat petani, sebagai reaksi rasional terhadap rendahnyapendapatan riel dan nilai tukar (term of trade) secara konsisten selama satu dekade terakhir(Dirjenbun, 2010). Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memenuhikebutuhan gula nasional dan sekaligus meningkatkan pendapatan riel petani tebu adalahmelalui peningkatan produktivitas. Peluang untuk meningkatkan produktivitas tebu masihterbuka, karena capaian rata-rata produktivitas tebu nasional saat ini baru 72 ton/hektardengan rendemen 7,69 persen, padahal potensinya 120 ton/hektar dengan rendemen gula diatas 9 persen (Balitbangtan, 2013).

Mulai tahun 2012 Dirjen Perkebunan melaksanakan program peningkatan produksi,produktivitas dan mutu hasil tebu melalui bongkar ratoon, penataan varietas tanaman tebudan pemberdayaan serta penguatan kelembagaan petani tebu. Untuk mendukungpencapaian target tersebut, Balitbangtan menyelenggarakan Percepatan PenerapanTeknologi Tebu Terpadu (P2T3), yang salah satu inovasinya adalah teknologi juring ganda(JG).

Teknologi JG ini tidak beda jauh dengan pola tanam konvensional, kecuali dalam halpengaturan jarak tanam. Pada teknologi JG, ada jarak tanam yang dibuat lebih lebar diantara barisan tebu. Istilah JG pada pola tanam tebu menggunakan jarak tanam berselang,dengan jarak pucuk ke pucuk (PKP) 185 cm. Sedangkan juring tunggal (JT) jarak tanamnya110 x 50 cm.

Hasil pertanaman di Kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, Jawa Tengah denganmenggunakan teknologi JG mampu meningkatkan produktivitas tebu hingga 30-60 persen.Keunggulan teknologi sistem tanam juring ganda yaitu mampu meningkatkan populasitanaman tebu dengan cara mengatur jarak tanam tebu dengan pola beberapa barisan agarsirkulasi udara dan pemanfaatan sinar matahari oleh tanaman tebu lebih optimal (Anonim,2013a). Teknologi budidaya tebu yang dilakukan meliputi: (a) bongkar ratoon, dengankomponen inovasi penggunaan varietas unggul, bongkar tanaman keprasan (Ratoon Cane)

Page 106: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

lebih dari 6 kali dan penyediaan teknologi budidaya; (b) Rawat ratoon dengan komponenteknologi pedot oyot, penggunaan pupuk organik, kletek, dan pengairan (Puslitbangbun,2012).

Cara budidaya yang dilakukan di Kabupaten Pamekasan umumnya dengan sistemtanam monokultur. Oleh karenanya dengan memanfaatkan budidaya juring gandadiharapkan dapat meningkatkan produktivitas tebu di wilayah tersebut.

Disamping itu, jumlah populasi tanaman per hektar pada JG relatif lebih tinggi 2500batang dibandingkan pola tanam juring tunggal karena jarak tanam dalam baris lebihpendek. Populasi tanaman tebu pada juring tunggal 20.000 batang, sedangkan pada juringganda 22.500 batang per hektar. Kelebihan lainnya, petani dapat memanfaatkan juringanyang lebar dengan tumpangsari yang dapat dipanen ketika tebu masih berumur 3 – 4 bulan:kacang tanah, kedelai, bawang merah, dan jagung. Tanaman tumpang sari tersebut tidakmempengaruhi tanaman tebu (Ernawanto, 2014; Soejono, 2013).

Pertanyaannya, seberapa besar peningkatan pendapatan petani tebu pada pola tanamJG?, dan berapakah nilai tambah yang diterima petani yang menerapkan pola tanam tebudengan JG? Berdasarkan permasalahan tersebut, pengkajian bertujuan menganalisisstruktur pembiayaan dan pendapatan usahatani tebu pola tanam JG dan menganalisis nilaitambah usahatani tebu juring ganda dengan tumpangsari bawang merah. Hasil pengkajianini akan memperkuat dugaan efektifitas penerapan pola tanam juring ganda pada usahatanitebu sehingga dapat dipertimbangkan sebagai bahan kebijakan pengembangan tebu kedepan.

METODE PENELITIANKegiatan usahatani tebu pola tanam JG dilaksanakan pada luasan 2 hektar, di Desa

Tlanakan Kecamatan/Kabupaten Pamekasan Madura Provinsi Jawa Timur pada November2013. Kabupaten Pamekasan akan menjadi salah satu pusat penanaman tebu untuk di lahankering iklim kering, di masa depan.

Rancangan kegiatan penerapan teknologi JG dilakukan sebagai berikut:(a) Pola tanam tebu menggunakan ukuran PKP 185 cm, dengan rancangan seperti

disajikan dalam Gambar 1.

(b) Varietas tebu yang ditanam adalah Kidang Kencono, yang dikenal toleran terhadapkekeringan karena batangnya memiliki lapisan lilin.

(c) Penanaman tebu dilakukan dengan cara mengubur bibit tanaman dalam lubang tanamsepanjang juring.

Gambar 1: Pola Tanam Juring Ganda

Page 107: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

(d) Seminggu setelah tebu tertanam, di antara barisan tanaman tebu yang lebar (135 cm),ditanam bawang merah.

(e) Perlakuan usahatani terhadap tebu dan bawang merah dilakukan normatif mulaipemeliharaan sampai panen sesuai persyaratan tumbuh agronomis.Pengumpulan data fokus pada aspek finansial dilakukan melalui Pemahaman

Pedesaan secara Partisipatif dan Diskusi Kelompok Terfokus melibatkan 30 petani tebu.Analisis data untuk mengungkap struktur pembiayaan dan pendapatan usahatani tebu sertanilai tambah dilakukan melalui analisis anggaran parsial dilanjutkan dengan menggunakanpendekatan “losses and gains” yang direfleksikan dalam marginal benefit cost ratio(MBCR) (FAO, 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Tanam Juring Ganda dengan Tumpangsari Bawang MerahIntroduksi pola tanam juring ganda (JG) pada usahatani tebu merupakan rangkaian

dalam mendukung pengembangan tebu di Madura. Pengembangan tebu di Madura menurutsejarahnya di awali PG Candi di bawah PTPN X pada tahun 2009/2010. Areal tanamnyaseluas 14,5 hektar di Kecamatan Jrengik, Omben dan Ketabang Kabupaten Sampang.Tanaman tebu tersebut kemudian meluas mencapai 236 hektar pada tahun 2011/2012danpada tahun 2012/2013 mencapai 986 hektar (Ernawanto, at.al.,2013).

Hasil evaluasi lahan oleh P3GI bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Provinsi JawaTimur (2011), menunjukkan bahwa Madura berpotensi untuk pengembangan tebu dengantingkat kesesuaian lahan S2. Potensi produktivitasnya 600 – 850 kuintal per hektar seluas68.066 ha, dengan rincian seluas 34.528 ha di kabupaten Sampang dan 16.265 hektar diPamekasan. Sedangkan yang termasuk klas kesesuaian S3 sekitar 4.250 hektar diPamekasan dan 8.081 ha di Sampang. Sejalan dengan pengembangan areal tebu tersebut,dibangun juga jalan produksi, inventarisasi lahan kering yang adaptif tebu, dan juga inisiatifpenguatan kelembagaan berupa Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR).

Pengembangan tebu tersebut dilakukan dengan pola konvensional’ yakni menerapkan“single row” dengan jarak tanam 115 x 50 x 50 cm, sehingga dalam satu hektar terdapatsekitar 20 ribu batang. Pola tanam JG baru dimulai dari Desa Tlanakan, pada akhir tahun2013. Jika dalam pola konvensional hanya ada tanaman tebu, dalam pola JG petani bisamenanam tumpang sari dengan tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah dan bawangmerah. Bahasan berikut fokus pada tumpang sari bawang merah.

Pada dasarnya teknologi usahatani tebu yang dilakukan dengan menerapkan JGmaupun single row tidak berbeda dalam kegiatan agronomisnya. Teknologi yangditerapkan juga sama kecuali jarak tanamnya. Teknologi yang ditetapkan dalam usahatanitebu meliputi: Penanaman, penyulaman, pemupukan, pengolahan tanah, penyiangan,pembumbunan, pengguludan, klentek, pemeliharaan saluran dan panen. Uraian berikutmenyajikan struktur pembiayaan dan pendapatan usahatani tebu.

Varietas tebu yang diusahakan petani adalah varietas Kidang Kencana, yang dirilistahun 2008 dengan nama asal PA 198. Sesuai namanya, varietas ini pertamakaliberkembang di Dusun Kencana Kecamatan Jatitujuh Majalengka Jawa Barat. Potensi hasiltebu mencapai 992 kuintal per hektar, tahan penggerek batang dan blendok. Rendemennyabisa mencapai 9,51 persen (P3GI, 2014).

Page 108: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Bawang merah yang ditumpangsarikan, adalah varietas Rubaru, varietas unggul lokalSumenep dari Desa Basokah Kecamatan Rubaru. Bawang ini memiliki umur panen 60 – 65hari. Produksi umbi mencapai 14 – 17 ton per hektar umbi kering dengan susut bobot umbi10 – 15 persen. Keunggulan varietas bawang Rubaru ini antara lain toleran fusarium sp,rasa bawang enak gurih, serta memiliki aroma kuat sangat digemari masyarakat luas(Harisandi, 2013).

Struktur Pembiayaan dan Pendapatan Usahatani TebuSecara terinci struktur pembiayaan dan pendapatan usahatani tebu di Madura daam

luasan satu hektar, disajikan dalam Tabel 1. Proporsi pembiayaan paling tinggi dalamusahatani tebu adalah untuk pembelian bibit tanaman (bagal), kemudian diikuti pengeluaranuntuk sewa lahan dan pembayaran biaya panen serta pengangkutan.

Terhadap penerimaan usahatani, proporsi pengeluaran untuk pembiayaan usahatanihampir mencapai 75 persen dari toral penerimaan. Artinya petani tebu hanya menikmatipendapatan sekitar 25 persen dari total penerimaan kotor. Jika ditinjau nilai R/C yang 1,4artinya tingkat keuntungan usahatani tebu ini kelayakannya relatif rendah. Di tempat lain,usahatani tebu di lahan kering seperti di Pamekasan ini bisa mencapai nilai RC 1,99 sepertiyang ditunjukkan oleh Nuryanti (2011) di Jawa Tengah.

Waktu yang diperoleh untuk memperoleh pendapatan tebu kisarannya antara 11 – 12bulan. Oleh karena itu jika petani tebu tidak memiliki usaha tambahan, tidak memilikidukungan ketahanan pangan.

Tabel 1. Struktur Pembiayaan dan pendapatan usahatani tebu dalam satu hektar, diMadura, 2013.

Uraian Volune HargaSatuan(Rp)

Nilai (Rp) Proporsi Terhadap (%)

TotalBiaya

TotalPenerimaanBiaya saprodi :

Bibit (bagal) 22500 750 16.875.000 47,61 34,09

Penyulaman (bagal) 225 750 168.750 0,48 0,34

NPK Phonska (kg) 400 2.300 920.000 2,60 1,86

ZA (kg) 600 1.400 840.000 2,37 1,70

Urea (kg) 200 1.700 340.000 0,96 0,69

Petroganik (kg) 5000 500 2.500.000 7,05 5,05

Herbisida (lt) 0,00 0,00

Amexone 5 70.000 350.000 0,99 0,71

Starmin 5 75.000 375.000 1,06 0,76

Biaya Tenaga kerja:

Pengolahan tanah danpembuatan juring (HOK)

40 50.000 2.000.000 5,64 4,04

Pemupukan (HOK) 12 50.000 600.000 1,69 1,21

Penyiangan danPembumbunan (HOK)

30 50.000 1.500.000 4,23 3,03

Gulud (HOK) 25 50.000 1.250.000 3,53 2,53

Pemeliharaan Saluran (HOK) 16 50.000 800.000 2,26 1,62

Klentek (HOK) 60 50.000 3.000.000 8,46 6,06

Pemanenan (ku) 900 7.000 6.300.000 17,77 12,73

Page 109: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Angkutan (ku) 900 5.000 4.500.000 12,70 9,09

Sewa Lahan 1 MT 10.000.000 28,21 20,20

Total Biaya 35.443.750 100 71,60

Produksi (ku) 900 0,18

Nilai Produksi 49.500.000 100

Pendapatan 14.056.250

R/C 1,40

Salah satu introduksi teknologi yang diharapkan memberikan nilai tambah padapetani tebu dengan pola tanam juring ganda adalah melakukan tumpang sari. Banyak jenistanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan tebu, antara lain: jagung, kacang tanah,kedelai, dan bawang merah. Namun dari hasil wawancara dengan petani, di antara tanamanpalawija yang dapat ditumpangsarikan itu tidak semuanya cocok dalam arti menghasilkanproduksii optimal. Tanaman jagung, misalnya tidak cocok di tumpangsarikan dengan tebukarena dalam pertumbuhannya bersaing dengan tebu.

Dalam bahasan ini yang dianalisis adalah tanaman tumpangsari bawang merah.Sebagai gambaran struktur pembiayaan tumpang sari (bawang merah), disajikan dalamTabel 2. Untuk satu hektar pertanaman bawang merah pada pola tanam juring ganda, petaniperlu menyiapkan biaya tambahan sebesar Rp 34 juta.

Dari biaya sebanyak itu proporsi paling tinggi adalah untuk pembelian bibit,kemudian biaya pengolahan tanah dan sewa lahan. Secara keseluruhan proporsi biayausahatani bawang merah di antara tanaman tebu ini mencapai lebih dari 80 persen dari totalpenerimaan. Artinya keuntungan dari usahatani tebu di dalam juringan ini kurang dari 20persen.

Tabel 2. Struktur Pembiayaan dan pendapatan usahatani bawang merah dalamjuringan Tebu, di Madura, 2013.

Uraian Volune HargaSatuan(Rp)

Nilai (Rp) Proporsi Terhadap (%)

TotalBiaya

TotalPenerimaanBiaya saprodi :

- Bibit bawang merah (kg) 330 35.000 11.550.000 34,12 28,14

Pupuk (kg):

ZA 100 1.400 140.000 0,41 0,34

Urea 25 1.600 40.000 0,12 0,10

NPK Phonska 200 2.300 460.000 1,36 1,12

Obat-Obatan : - - -

Curacron (lt) 8 185.000 1.480.000 4,37 3,61

Tracer (lt) 3 800.000 2.400.000 7,09 5,85

Vondozeb (kg) 8 75.000 600.000 1,77 1,46

Perekat (lt) 8 45.000 360.000 1,06 0,88

Beaya Tenaga kerja (HOK):

Meratakan danmenggemburkan guludan

90 45.000 4.050.000 11,96 9,87

Tanam 30 45.000 1.350.000 3,99 3,29

Pembumbunan & Penyiangan 25 45.000 1.125.000 3,32 2,74

PHT 45 45.000 2.025.000 5,98 4,93

Page 110: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Pemanenan 45 45.000 2.025.000 5,98 4,93

Penalian bawang merah 30 45.000 1.350.000 3,99 3,29

Pengeringan bawang merah 20 45.000 900.000 2,66 2,19

Biaya lain-Lain - -

Sewa Lahan 1 MT 4.000.000 11,82 9,75

Total Biaya 33.855.000 100 82,49

Produksi (kg/ha) 2565 16.000 41.040.000 100

Pendapatan 7.185.000

R/C 1,21

Dari nilai R/C yang 1,21 menunjukkan bahwa usahatani bawang merah di antaratanaman tebu ini kurang menguntungkan. Meskipun dikaktakan tidak rugi karena nilainyalebih besar dari satu, akan tetapi tingkat keuntungan yang diperoleh relatif kecil.Keterampilan petani mengelola tanama tebu dan sekaligus harus memelihara bawang merahmungkin menjadi dalah satu faktor rendahnya usahatani bawang merah tersebut.Analisis Nilai Tambah

Untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh petani tebu yang mengusahakan polatanam JG, dilakukan “analisis losses and gains”. Langkah awal sebelum analisis tersebutdilakukan analisis perubahan atau tambahan biaya yang diperlukan untuk juring gandadengan tumpang sari bawang merah. Hasilnya ditampilkan dalam Tabel 3.

Secara parsial tambahan biaya yang diperlukan untuk melakukan juring ganda dengantumpang sari bawang merah berkisar antara 12 persen hingga hampir 87 persen denganrata-rata hampir mencapai 50 persen. Dalam hal ini tambahan biaya paling tinggi adalahuntuk penanggulangan serangan hama penyakit pada bawang merah, dan terendah untukpupuk.

Tabel 3. Tambahan Pembiayaan Usahatani Tebu Pola Tanam Juring Ganda denganTumpangsari Bawang Merah

Uraian TunggalJuring Ganda

+Tumpangsari

TambahanBiaya

Perubahan(%)

Bibit (Rp) 17.043.750 28.593.750 11.550.000 40.39Pupuk(Rp) 4.600.000 5.240.000 640.000 12.21Pestisida(Rp) 725.000 5.565.000 4.840.000 86.97Biaya Tenagakerja(Rp)

19.950.000 32.775.000 12.825.000 39.13

Sewa Lahan (Rp) 10.000.000 14.000.000 4.000.000 28.57Total Biaya(Rp) 35.443.750 69.298.750 33.855.000 48.85

Dengan analisis “losses and gains” seperti disajikan pada Tabel 4, usahatani tebujuring ganda dengan tumpang sari bawang merah menghasilkan MBCR 1,37. Artinyasetiap tambahan biaya RP 1000 untuk melakukan juring ganda dengan tumpangsari bawangmerah akan menghasilkan tambahan pendapatan sekitar Rp 1370.

Page 111: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 4. Analisis Losses and Gains Usahatani Tebu Pola Tanam Juring Gandadengan Tumpangsari Bawang Merah

Kerugian Rp Keuntungan RpBiaya tambahanBenih/Bibit 11.550.000 Penghasilan tambahan 41.040.000Pupuk 640.000Pestisida 4.840.000Tenaga kerja 12.825.000Jumlah 29.855.000 Jumlah 41.040.000Tambahan Keuntungan (Rp) : (41.040.000 – 29.855.000) = 11.185.000Marginal B/C : (41.040.000 : 29.855.000) = 1,37

Dari nilai MBCR tersebut, meskipun terkesan menguntungkan tetapi nilai tambahyang diperolehnya relatif masih kecil. Apalagi kalau mempertimbangkan faktor risiko ataurisk premium dalam usahatani yang biasanya mencapai 80 persen, maka perolehan nilaiMBCR tersebut belum memadai sebagai suatu usaha. Nilai MBCR yang diperlukanminimal di angka 1,8 agar hasil usahatani itu mampu menutup risiko.

KESIMPULAN Usahatani tebu pola tanam juring ganda dengan tumpang sari bawang merah di

Kabupaten Pamekasan Madura belum menunjukkan hasil yang optimal. Meskipuntampilan R/C > 1, tetapi masih di bawah kapasitas potensi produksinya sehinggamasih berpeluang untuk ditingkatkan.

Nilai tambah dari tumpang sari bawang merah yang ditanam diantara barisan tebumasih relatif rendah. Nilai MBCR yang diperoleh masih dibawah kapasitaspotensinya, meskipun nilainya sudah lebih besar dari satu.

Untuk meningkatkan kinerja pola tanam tebu juring ganda dengan intervensi tumpangsari bawang merah, diperlukan penguatan dalam pengawalan dan pendampinganteknologi oleh peneliti dan penyuluh.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2013. Tanam Perdana Tebu Sistem Juring Ganda di Madura.

http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1603/Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi Bulanan Perkebunan Besar, Indonesia.

http://www.bps.go.id/aboutus. php? search=1 . Diunduh 18 Januari 2014.Badan Litbang Pertanian. 2013. Pedoman Umum Percepatan Penerapan Teknologi Tebu

Terpadu.Barani, A.M., 2013. Produksi Gula Nasional Terus Menurun.

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis. Diunduh 19 Januari 2014.Dirjenbun. 2012. Harapan terwujudnya swasembada gula. Dirjenbun. Kementerian

Pertanian.Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Tebu.

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Semusim. KementerianPertanian.

Page 112: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Ernawanto, Q.D., Suyamto, Tri Sudaryono, Agus Suryadi, Syaiful Husni, Sugiono,Noeriwan B.S, Era Parwati. 2013, Pengembangan Teknologi Usahatani Tebu SpesifikLokasi di Madura. Laporan Hasil Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi PertanianJawa Timur . Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi Pertanian.Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian

FAO. 2003. Financial Analysis and Assessment of Technologies. Special Programme forFood Security (SPFS). Handbook on Monitoring and Evaluation. Food andAgriculture Organization of The United Nations (FAO). Rome.

Harisandi, H. 2013. Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP). Dinas Pertanian TanamanPangan Kabupaten Sumenep.

Nasir, G., 2013. Kebutuhan Gula Nasional mencapai 5, 7 juta ton tahun 2014.http://ditjenbun.deptan.go.id/berita- 2014. html. Diunduh, 19 Januari 2014.

Nuryanti, Y. 2011. Usahatani Teu pada Lahan Sawah dan Tegaan di Yogyakarta dan JawaTengah. http://referensiagribisnis.files.wordpress.com/2011/12/usahatani-tebu-pada-lahan-sawah-dan-tegalan-di-yogyakarta-dan-jawa-tengah/pdf

P3GI. 2014. Deskripsi Tebu Varietas Kidang Kencana. http://sugarresearch.org/wp-content/uploads/2009/04/kidang-kencana.pdf. Pusat Penelitian Perkebunan GulaIndonesia. Jalan Pahlawan No 25 Pasuruan 67126

Puslitbangbun. 2012. Pedoman teknis percepatan penerapan teknologi tebu terpadu(P2T3). Badan Litbang Pertanian,Kementrian Pertanian

Soejono, A.T. 2004. Kajian Jarak Antarbaris Tebu dan Jenis Tanaman Palawija DalamPertanaman Tumpangsari. Ilmu Pertanian Volume: 11, Issue: 1, Pages: 32-41

Page 113: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Improving Economic Results of Probolinggo Mango Commoditywith Sharia Value Added

Judi Suharsono1 ([email protected])Sulis Dyah Candra2 ([email protected])

1) Accounting Lecturer at Economic Faculty of Universitas Panca Marga Probolinggo2) Agrotechnology Lecturer at Agriculture Faculty of Universitas Panca Marga Probolinggo

Abstract

This study aims to provide an overview and can be used by the Probolinggo societyespecially farmers in improving the standard of living, especially in the economic sectorthrough the famous quality mango fruit as one of the superior agricultural commodities inProbolinggo. Utilization skills of this mango commodity processing can be increased byadding value while it would also take longer span of time to get benefit of the commodity.This study also aims to reflect the values of Islamic sharia in the calculation of value addedso that managers would know exactly to whom the funds channeled, and this aspect candeliberate aspects of justice to all parties involved, namely:1. Direct stakeholders which consists of: Shareholders, managers, employees, creditors,

suppliers, governments; and2. Indirect Stakeholders, which consists of: mustahik community (zakat, donation, and

shadaqoh recipients) and the surrounding society.

The research method used is a case study is to explore in detail directly on the commoditygroup of farmers who cultivate mango. While the main focus on the case of financialcalculations in the processing of mango commodity.

The analytical method used is to determine the amount of: Fixed Costs, Variable, ProductCost, Break Even Point (BEP), Pay Back Period (PBP), and Sharia Value Added report.

The results obtained demonstrate that economic income would have increased over 250%,as well as processed commodity products can last more than 6 months. Most importantly,the use of labor in the processing stage increased thus would reduce unemploymenteventually.

Key Word: Sharia Value Added, Agricultural Economic, Agribusiness, ProbolinggoMango.

Journal group on JEL Classification: Q13 (Agricultural Markets and Marketing,Agribusiness).

Page 114: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Meningkatkan Hasil Ekonomi Komoditas Mangga ProbolinggoMelalui Value Added Syariah

Judi Suharsono1 ([email protected])Sulis Dyah Candra2 ([email protected])

1) Dosen Fakultas Ekonomi – Akuntansi Universitas Panca Marga Probolinggo2) Dosen Fakultas Pertanian – Agroteknologi Universitas Panca Marga Probolinggo

Abstrak

Penelitian ini bertujuan memberi gambaran serta dapat dipergunakan untuk masyarakatProbolinggo dalam meningkatkan taraf hidup khususnya di bidang ekonomi melaluimangga yang terkenal sebagai komoditas pertanian yang unggul di Probolinggo,Pemanfaatan ketrampilan mengolah komoditas mangga inilah yang dapat meningkatan nilaitambah serta waktu yang cukup panjang dalam menikmati hasil komoditas tersebut.Disamping itu penelitian ini bertujuan untuk merefleksikan nilai-nilai syariah Islam dalamperhitungan nilai tambah sehingga pengelola mengetahui kepada siapa dana tersalurkan,dan aspek ini dapat memenuhi aspek keadilan pada semua pihak, yaitu antara lain:1. Pihak terkait langsung (Direct stakeholders) terdiri dari: Pemegang Saham, Manajemen,

Karyawan, Kreditur, Pemasok, Pemerintah, serta2. Pihak tidak langsung (Indirect Stakeholders), yang terdiri dari:masyarakat mustahik

(penerima zakat, infak, dan shadaqoh) dan lingkungan alam.

Metode penelitian yang dipergunakan adalah study kasus yaitu menggali secara detaillangsung pada kelompok tani yang mengolah komoditas mangga. Sedangkan fokus utamapada kasus perhitungan keuangan dalam pengolahan komoditas mangga.

Metode analisis yang digunakan adalah menetapkan besarnya: biaya tetap, variable, hargapokok produk, Break Even Point (BEP), Pay Back Periode (PBP), Laporan value addedsyariah.

Hasil yang diperoleh secara ekonomis menunjukkan pendapatan akan mengalamipeningkatan diatas 250%, serta hasil olahan komoditas bisa bertahan di atas 6 bulan. Yangterpenting, pemanfaatan tenaga kerja mengalami peningkatan sehingga dapat mengurangipengangguran.

Kata kunci: Value Added Syariah, Ekonomi Pertanian, Agribisnis, Mangga Probolinggo.

Kelompok jurnal JEL Classification: Q13 (Agricultural Markets and Marketing,Agribusiness).

Page 115: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

PENDAHULUANProbolinggo adalah salah satu kota di wilayah propinsi Jawa Timur dimana letakProbolinggo berada pada posisi 7° 43° 41° sampai dengan 7° 49° 04° Lintang Selatan dan113° 10° sampai dengan 113° 15° Bujur Timur dengan luas wilayahnya mencapai 56.667km2. Disamping itu Kota Probolinggo merupakan daerah transit yang menghubungkankota-kota (sebelah timur Kota) : Banyuwangi, Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang,dengan kota-kota (sebelah barat Kota) : Pasuruan, Malang, Surabaya. Secara umum,kondisi dan struktur tanah Kota Probolinggo cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman.Kota Probolinggo dikenal sebagai wilayah sabuk hijau yang bermakna kentalnya religimasyarakat yang berbasis organisasi keagaman yaitu Nadathul Ulama (NU), hal itu terbuktidengan banyaknya pondok pesantren yang jumlahnya hingga ratusan menyebar di berbagaisudut Kota dan Kabupaten Probolinggo. Dengan kondisi ini Kota Probolinggo sudahterbiasa dirasakan adanya nuansa spiritual yang kental di semua aspek dan aktivitaskehidupan masyarakatnya.Selain komoditas bawang merah, ada pula produk tanaman buah tropis yang cukup terkenaldan jumlahnya sangat berlimpah jika musimnya tiba, yaitu buah Mangga dan Anggur,dimana dengan dua buah tropis tersebut Kota Probolinggo memiliki julukan sebagai kotaBayu Angga yang artinya kota yang terkenal dengan hebusan Bayu atau angin khas yaituAngin Gending pada bulan tertentu, sedangkan Angga diartikan sebagai buah anggur danmangga. Dari istilah tersebut dapat kita ketahui betapa tanaman buah mangga dan anggurberperan sangat penting bagi penduduk Probolinggo.Tanaman mangga di Probolinggo dibudidayakan secara khusus di kebun, selain itu hampirsetiap rumah penduduk di Kota dan Kabupaten Probolinggo juga memiliki tanamantersebut dari berbagai jenis varietas; sehingga bisa dibayangkan pada saat musim manggatiba, hampir pada saat yang bersamaan semua pohon mangga berbuah hingga hasilnya punakan sangat berlimpah.

Gambar 1Peta Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Mangga di Probolinggo

Sumber: Bappeda Probolinggo, 2013Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa kondisi lahan di Probolinggo sangat menunjangbudidaya komoditas mangga. Sekitar 20% (indikator hijau) daerah di bagian tengah dansebelah Barat memiliki kesesuaian agronomis yang sangat baik; sementara selain daerahdataran tinggi dan payau, kesesuaian budidaya mangga cukup baik (indikator kuning).

Page 116: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Buah tropis memiliki keterbatasan waktu untuk dikonsumsi langsung yaitu rata rataberkisar 3 minggu setelah dipetik, dan jika tidak segera dikonsumsi maka akan akanmembusuk. Panen mangga di Probolinggo rata-rata menghasilkan 5.000 ton per tahun (BPS2012). Dari hasil panen tersebut tidak semuanya dapat dikonsumsi langsung bahkan untukbeberapa pedagang yang tidak berhasil menjual mangganya dipastikan menderita kerugiankarena busuknya buah mangga, dan untuk menghindari kerugian yang lebih buruk makaharga mangga saat panen raya akan mengalami penurunan, dimana nilai terendah biasanyamencapai kisaran Rp. 3.000,- (Tiga Ribu Rupiah) per kilogram.Pada kondisi seperti ini lah dibutuhkan pemikiran yang maju dengan memanfaatkan celahkreativitas untuk mengolah buah mangga yang sudah menjadi komoditas unggulan daerahProbolinggo, sehingga memiliki nilai yang lebih serta kemanfaatan yang kisarannya lebihpanjang bagi semua pihak. Pengolahan buah mangga terutama dapat meningkatkan addedvalue/ nilai tambah dibandingkan dengan bentuk segarnya, dimana secara signifikan akanberpengaruh pada peningkatan pendapatan. Selain itu manfaat lainnya adalah: peningkatanumur penyimpanan produk sehingga meminimalisir kerugian akibat kerusakan; adanyapenguatan bargaining position / posisi tawar-menawar karena bentuk produk mangga inilebih awet dan memungkinkan stok dalam jumlah yang lebih besar baik untuk pemasaran didalam maupun luar negeri.

Dari gambaran diatas, penelitian ini membahas prospek peningkatan pendapatan petaniyang berasal dari buah mangga dengan mengadakan pengolahan lebih lanjut agar hargabuah mangga tetap stabil serta lebih tahan lama, sehingga petani memperoleh tambahansecara ekonomis; disamping itu juga penelitian ini meninjau dari sisi syariah dalampenetapan nilai tambah (added value). Hal ini juga dikaitkan dengan kondisi daerah Kotadan Kabupaten Probolinggo yang memiliki ratusan pondok pesantren di segala penjurunyadan kental dengan nuansa keagamaan di semua sisi kehidupan masyarakatnya.

Tujuan penelitian ini memberi gambaran serta dapat dipergunakan untuk masyarakatProbolinggo dalam meningkatkan taraf hidup khususnya di bidang ekonomi melalui buahmangga. Disamping itu juga memunculkan kreativitas ketrampilan mengolah komoditasmangga yang dapat meningkatan nilai tambah serta waktu yang cukup panjang dalammenikmati hasil komoditas tersebut. penelitian ini juga bertujuan untuk merefleksikan nilai-nilai syariah Islam dalam perhitungan nilai tambah sehingga pengelola mengetahui kepadasiapa dana tersalurkan, dan aspek ini dapat memenuhi aspek keadilan pada semua pihak,yaitu:1. Pihak terkait langsung (Direct stakeholders) terdiri dari: Pemegang Saham, Manajemen,Karyawan, Kreditur, Pemasok, Pemerintah, serta2.Pihak tidak langsung (Indirect Stakeholders), yang terdiri dari: masyarakat mustahik(penerima zakat, infak, dan shadaqoh) dan lingkungan alam/ sekitarnya.

Lingkup penelitian serta batasan dalam penelitian ini adalah petani mangga di daerahProbolinggo yang melakukan pembuatan dodol dari buah mangga. Perhitungan besertaharga yang tertera adalah harga pada saat dilakukan pengolahan dodol mangga, sehinggaapabila terjadi selisih hasil merupakan pergerakan harga pada saat terjadi pergerakan hargabahan yang tercantum di penelitian ini.

Page 117: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

NILAI TAMBAH SYARIAH dan METODE PERHITUNGAN.Seperti yang diketahui secara umum untuk mengukur keberhasilan suatu usahadipergunakan laporan rugi laba, tetapi dengan semakin berkembangnya pemikiranakuntansi syariah seperti yang disampaikan Harahap (1997), Adnan (1999), Triyuwono(2000), Baydoun dan Willet (2000) memandang bahwa konsep kepemilikan (Equity) yangsesuai dengan akuntansi syariah adalah teory Enterprise yaitu memandang badan usahamemiliki peran langsung dalam masyarakat luas. Oleh karena itu dalam sebuah badan usaha,manajemen dipandang sebagai penjaga (guardian) yang bertanggungjawab terhadap para pihakterkait dari badan usaha (stakeholder), maka pengukuran untuk perkembangan usahadilakukan dengan nilai tambah.Akuntansi syariah secara uum menurut peneliti disarikan dari surah Al-Baqarah (2; 282 –283) dengan tujuan (1) membantu manusia (stakeholder) dalam ber-mu’amalah dalammenjaga hak Allah serta hak manusia. (2) manusia dapat mengambil manfaat yaitumenjadikan sebagai pedoman untuk ketenangan serta tidak khawatir atas hak nya dalambingkai ketakwaan terhadap Allah SWT. (3) penggunaan alat-alat untuk salingmengingatkan pada kebaikan yaitu catatan yang lengkap tentang transaksi usaha sehinggatidak merugikan satu sama lain. Dengan tujuan inilah maka konsep yang dibangun untukber-mu’amalah dalam Islam hendaknya tidak menjadi kesukaran dan kesempitan bagisemua ummat karena Allah telah menjanjikan kemudahan dalam ber-mu’amalah sepertidalam Surah Al-Baqarah: 185 dan Al Hajj: 78.Lebih jauh Triyuwono (2007) yang telah membidani hadirnya Syariah Enterprise Theory(SET) memberikan konsekuensi akuntansi syariah tidak lagi menggunakan konsep incomeadalah laba melainkan nilai tambah. Mulawarman (2011, 82) mendukung SET mengatakanbahwa konsep nilai tambah tidak hanya difokuskan pada ekuitas modal tetapi mengarahpada kepentingan yang lebih luas yaitu pendistribusian pada seluruh stakeholder, sehinggakonsep laba yang selama ini hanya bersifat egois dan stockholders oriented, denganhadirnya SET maka pengukuran keberhasilan usaha berdampak pada seluruh pemangkukepentingan.SET seperti diungkap Triyuwono (2006) dikembangkan dari “metafora zakat” yang padadasarnya memiliki karakter keseimbangan yang mengandung nilai egoistic –altruistic,material – spiritual dan individu – jamaah. Metafora Zakat menggambarkan bahwa hartayang dimiliki seseorang tidaklah mutlak menjadi miliknya, tetapi didalamnya masih adabagian orang lain yang harus didistribusikan. Allah memberikan kepada manusia suatuamanah hak penugasan distribusi kekayaan sebagai manifestasi ketundukan serta kreativitasdi alam semesta. Kepemilikan murni atas harta yang dimiliki pada hakikatnya tidakdiperbolehkan, karena semua adalah milik Allah. Manusia diberikan harta (spiritualsubstantive) dan diwajibkan untuk menafkahkan sesuai jalan-Nya (Materialitas Syariah)dengan harapan mendapat ketenangan dan pahala (Mentalitas), seperti yang dijabarkandalam QS. Al- Hadiid ayat 7 :

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafahkanlah sebagiandari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menafkahkan sebagian dari hartanyamemperoleh pahala yang besar.”

Page 118: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Mulawarman (2006, 292-303) menjelaskan bahwa pertambahan nilai (zaka) material(finansial, lingkungan, sosial) yang telah disucikan (tazkiyah) mulai dari pebentukan, hasilsampai distribusi (zaka) semuanya harus halal dan tidak mengandung riba (spiritual) sertakebaikan bagi semua (thoyib) yang mengarah pada suasana batin.Sehingga SET memiliki konsekuensi kepedulian pada stakeholder yang luas yaitu Allah,Manusia dan Alam. Allah sebagai stakeholder tertinggi agar dengan akuntansi syariahdiharapkan tetap dapat membangkitkan nilai kesadaran ketuhanan bagi penggunanya.Pemahaman ini merupakan bentuk ketunduk-patuhan serta kreativitas manusia yang tidakmemiliki daya apa pun selain kekuatan-Nya. Manusia dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1)Pihak terkait langsung (Direct stakeholders) terdiri dari: Pemegang Saham, Manajer,Karyawan, Kreditur, Pemasok, Pemerintah, serta 2) Pihak tidak langsung (IndirectStakeholders), yang terdiri dari: masyarakat mustahik (penerima zakat, infak, danshadaqoh) dan penjaga lingkungan alam/ sekitar. Alam adalah pihak yang memberikankontribusi yang cukup besar bagi kelangsungan hidup perusahaan tetapi jarang sekalimemperoleh perlakuan baik. Alam tidak membutuhkan distribusi kesejahteraan melaluiuang sebagaimana keinginan manusia, tetapi melalui perawatan serta mengindaripencemaran serta perusakan tanpa adanya usaha peremajaan. Hal ini akan berkaitanlangsung dengan firman dari stakeholder tertinggi dalam Al-Quran (2 :11 - 12).

Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yangmengadakan perbaikan". Dan… Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.”

Triyuwono (2007) menjelaskan bahwa bisnis syariah harus memiliki Etika syariah yaituwajib hukumnya dilakukan dengan cara halal dan baik; secara konkrit bentuk nilai tambahsyariah seperti gambaran di bawah ini :

Gambar 2NILAI TAMBAH SYARIAH

Nilai TambahEkonomi, MentalSpiritual

Diperoleh SecaraHalal

DidistribusikanSecara Halal

Diproses Secara HalalSumber: Triyuwono 2007

Dari konsep diatas ada pembeda pokok seperti Wurgler (2000), Staden (2002) menganggapnilai tambah adalah materi secara umum, tetapi dalam konteks nilai tambah syariah, nilaitambah ekonomi (materi) hanya salah satu bagian kecil dari nilai tambah syariah. Denganmemahami SET secara utuh, akan didapatkan bentuk dan warna akuntansi syariahsangatlah berbeda dengan akuntansi modern yang hanya berpihak dan perlindungan penuhpada pemilik modal sedangkan pihak di luar pemilik modal hanya sebagai obyek penderita

Page 119: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

tanpa kesejahteraan. Sedangkan Saputro (2010) memberikan gambaran untuk memperjelaskonsep nilai tambah dengan konsep income sebagai berikut :

Tabel 1KONSEP NILAI TAMBAH SYARIAH DAN INCOME

INDIKATOR KONSEP NILAI TAMBAHSYARIAH

KONSEP INCOME

PENANGGUNGRESIKO

Semua Stakeholder Pemilik Modal/ PemilikUsaha

MAKNA INCOME

Nilai Tambah diperoleh dari selisihlebih harga jual keluaran dengancost masukan yang terdiri dari

bahan baku dan jasa yangdibutuhkan

Sisa Pendapatandikurangi Beban serta

distribusi hakstakeholder

THE BOTTOM LINE Nilai Tambah Syariah Laba / Rugi

HAK ATAS INCOMEUntuk seluruh stakeholder Hanya untuk Pemilik

Modal atau pemegangresiko

Sumber : Saputro 2010.Nilai tambah syariah secara kuantitatif seperti diutarakan oleh Mulawarman (2006, 295)adalah nilai tambah yang mengalai penyucian harta (tazkiyah) dengan pegurangan zakatsecara langsung terhadap nilai tambah kotor dari perhitungan yang dilakukan. Dengandikeluarannya zakat atas nilai tambah kotor ini maka kepemilikan harta menjadi lebih sucitentunya dengan cara yang halal dan baik. Untuk lebih jelasnya ditabelkan di bawah ini :

Tabel 2NILAI TAMBAH PETANI MANGGA PENGOLAH DODOL

PENCIPTAAN NILAI TAMBAH TotalOUTPUT Penjualan Dodol Mangga XXXX

Biaya Variabel Produksi (xxx)Biaya Fixed Produksi (xxx)

Total Nilai Tambah Kotor XXXXTazkiyah yaitu Zakat (2.5 %) *) dari Total penjualan dodol Manggadiberikan pada 8 asnaf

(xxx)

Nilai Tambah Halal dan Thoyib setelah Zakat diserahkan XXXXXDistribusi Nilai Tambah Syariah :

Internal Tambahan Bonus Pekerja (5%) (xxx)Owner 25% dibagikan pada pemilik Usaha (xxx)

External 1% Pajak Pemerintah (xxx)2,5% Tanggung Jawab Lingkungan (xxx)Hutang (kewajiban kepada pihak lain) (xxx)

Nilai Tambah Syariah Halal dan Thoyib setelah Distribusi Nilai Tambah XXXXXSumber : Mulawarman (2006), Olahan Penulis (2014)*) Zakat yang dibayarkan disesuaikan dengan nisab nya. Nisab untuk zakat penghasilanadalah sebesar 2,5% setelah dikurangi pembayaran hutang.

Page 120: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Prosentase yang lain adalah asumsi yang dilakukan penulis dengan melihat kondisi usahapetani mangga. Prosentase ini bisa berubah tergantung kebijakan serta kesepakatan pihakpetani atau pengusaha dodol mangga.

Analisa selanjutnya Break Even Point, yaitu penentuan nilai pulang pokok yang padaintinya berapa total penghasilan sama dengan total Biaya. Formula umum yangdipergunakan adalah :1. BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)2. BEP Rupiah = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)Keterangana) BEP Unit / Rupiah = BEP dalam unit (Q) dan BEP dalam Rupiah (P)b) Margin Kontribusi per unit = harga jual per unit -biaya variable per unitUntuk memperkuat bahwa pembuatan dodol ini cukup menjanjikan dimasa yang akandating penulis manmbahkan analisa Payback Periode yaitu analisa jangka waktu yang harusdijalani untuk pengembalian barang barang modal yang telah diinvestasikan. Jika nilaipengembalian relative pendek, maka pembuatan dodol mangga ini cukup menjanjikanuntuk dilakukan. Formula umum adalah :

oceed

InvestasiNilaiPeriodPayback

Pr

Untuk besarnya proceed penulis menggunakan nilai dari Value Added yang telah di-tazkiyah melalui zakat dan setelah dilakukan distribusi atas value added tersebut, sehinggaproceed yang ada di petani adalah harta yang telah dikurangi semua kewajiban secarasyariah.

PERHITUNGAN NILAI TAMBAH SYARIAH, PBP dan BEP.Kreativitas pengolahan untuk buah mangga tidak memerlukan dana yang besar,kebersamaan dan kerja kelompok petani bisa dilakukan untuk 2 sampai 3 orang dalammemproduksi dodol mangga. Perhitungan akan ditarik dalam hitungan per bulan untuklebih dapat dihitung dari semua sisi baik tenaga kerja dan pemerintah yaitu berkenaandengan pajak. Langkah perhitungan dilakukan sebagai berikut :

a. Menetapkan besarnya Investasi Awal yang relatif murah yaitu pembelian set alatberupa kompor gas, tabung dan alat memasak dodol total senilai Rp. 3.600.000,-(tiga juga enam ratus ribu rupiah) jika dilakukan berkelompok 3 orang maka cukupdengan Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) per petani dan ini tidaklahmemberatkan. Dengan kerjasama seperti ini akan meniadakan riba dalamkegiatannya, dan diperkirakan pemakaian alat tersebut untuk 2 tahun, sehingga nilaipenyusutan alat Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah).Investasi awal ini diupayakan seminim mungkin, tetapi jika petani menginginkanmenambah kapasitas produksinya bias dilakukan dengan menambah set alat alatyang ada. Penambahan produksi hendaknya dilakukan dengan memperhitungkantingkat serapan pasar yang ada.

Page 121: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

b. Menetapkan Biaya Variabel, yaitu biaya langsung dalam proses produksi dodolmangga. Biaya variabel ini akan bertambah secara berbanding lurus denganproduksi yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3BIAYA VARIABEL PEMBUATAN DODOL MANGGA

BAHANKEBUTUHANPER ADONAN HARGA (Rp)

BIAYAVARIABEL

(Rp)Mangga 1,5 Kg 4.000,- / Kg 6.000,-Tepung Ketan 0,1 Kg 12.000,- / Kg 1.200,-Gula 0,75 Kg 11.000,- / Kg 10.000,-Tepung Beras 0.05 kg 9.000,- / Kg 450,-Mentega 0,15 Kg 30.000,- / Kg 4.500,-Perasa Mangga 1/3 Botol 12.000,- / botol 4.000,-Gas + Pembungkus - - 2.000,-Total - - 28.150,-

Sumber : Olahan penulis (2014)

Perlu diketahui dalam pebuatan dodol mangga tiap 4 adonan resep dimasak jadisatu, sehingga dalam sehari dapat membuat 12 adonan dalam 3 x masak. Dodoldikemas dalam bungkusan kecil per 10 gram. Satu adonan resep dapat dibungkusdalam 212 biji dodol mangga. Jadi jika sehari memasak 12 adonan resep makamenghasilkan 12 x 212 = 2.544 biji dodol mangga siap jual/ konsumsi.

c. Menentukan Fixed Cost, yaitu biaya tetap yang harus dikeluarkan walaupun tidakmelakukan produksi dodol mangga terdiri dari :

1) Biaya Penyusutan per bulan 1.800.000,- / 12 = Rp 150.000,-2) Biaya listrik per bulan = Rp 175.000,-3) Biaya pegawai per bulan = Rp 1.500.000,-Total biaya Fixed per bulan = Rp 1.825.000,-

Perhitungan Value Added Syariah mulai dari menetapkan besarnya penjualan denganperincian jika setiap hari petani dapat mengolah mangganya sebesar 12 resep danmenghasilkan 2.544 biji dodol mangga siap konsumsi, maka dalam 1 (satu) bulan denganasusmsi minggu libur maka jumlah rata rata hari kerja adalah 25 hari. Jadi 1 bulan totalproduksi nya 25 x 2.544 = 63.600 biji dodol mangga.

Harga jual ditetapkan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu) untuk 12 biji dodol mangga. Jadiharga jual per unit untuk 1 bungkus dodol adalah :

212 / 12 X 10.000 = 176.666,7= 176.666,7 / 212= 833,3

Page 122: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Maka penjualan 1 bulan = 10.000 X (63.600 / 12) = Rp. 53.000.000,-.Biaya Variabel dari tabel sebesar Rp. 28.150 untuk 1 resep maka total biaya variabel untuk1 bulan = 25 X (28.150 X 12) = Rp. 8.445.000,-.Sedangkan biaya variabel per unit dodol adalah = 28.150 / 212

= 132,8

Untuk besarnya Value Added Syariah seperti tabel berikut :

Tabel 4PERHITUNGAN NILAI TAMBAH SYARIAH

PENCIPTAAN NILAI TAMBAH TOTAL (Rp)OUTPUT Penjualan Dodol Mangga 53.000.000,-

Biaya Variabel Produksi 8.445.000,-Biaya Fixed Produksi 1.825.000,-

Total Nilai Tambah Kotor 42.730.000,-Tazkiyah yaitu Zakat (2.5 %) *) dari Total penjualan dodolMangga diberikan pada 8 asnaf

1.325.000,-

Nilai Tambah Halal dan Thoyib setelah Zakat diserahkan 41.405.000,-Distribusi Nilai Tambah Syariah :

Internal Tambahan Bonus Pekerja (5%) 2.070.250,-Owner 25% dibagikan pada pemilik Usaha 10.351.250,-

External 1% Pajak Pemerintah 530.000,-2,5% Tanggung Jawab Lingkungan 1.035.125,-Hutang (kewajiban pada pihak lain) 0

Nilai Tambah Syariah Halal dan Thoyib setelah Distribusi NilaiTambah

27.948.375

Sumber : Olahan Penulis (2014).

Tabel 4 di atas dapat dijelaskan distribusi nilai tambah syariah untuk internal yaitutambahan bonus pekerja bisa dilakukan dengan cara pemberian tambahan langsung atauberupa program peningkatan ketrampilan dan kenyamanan pegawai, misalnya diikutkanprogram pemerintah BPJS dan Asuransi pensiun, Tunjangan Hari Raya, Tunjangankeluarga sekolah, Pelatihan, rekreasi, sehingga karyawan merasa dari sisi batin amandengan cara-cara yang baik (thoyib).Untuk owner mendapat bagian 25% bisa dilakukan untuk bagian gaji pemilik, bisa jugaditabung untuk kemandirian masa depannya.Pemerintah memungut pajak sesuai peraturan pajak final bahwa pengusaha denganpenghasilan kurang dari 4,8 Milyard rupiah setahun dikenakan pajak final 1 % daripendapatan kotornya.Sedangkan untuk tanggung jawab lingkungan adalah dana yang dipersiapkan untukmembantu kegiatan lingkungan sekitar perusahaan, misalnya membantu dana keamananlingkungan, dana reboisasi, atau bisa jadi dana tersebut dikelola petani misalnya ditabunguntuk kegiatan bersama sunatan massal atau kegiatan lain yang menambah kemaslahatanbagi lingkungan.

Page 123: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Seperti telah yang diungkap di atas, prosentase tersebut kecuali zakat bisa disesuaikandengan kondisi usaha petani.

Titik Pulang Pokok atau Break Even Point dihitung sebagai berikut :BEP Unit = (Biaya Tetap) / (Harga per unit – Biaya Variable per Unit)

= 1.825.000 / (176.666.7 / 212) - (28.150 /212)= 1.825.000 / (833,3 – 132,8)= 2.605 unit dodol mangga.

BEP Rupiah = (Biaya Tetap) / (Kontribusi Margin per unit / Harga per Unit)= 1.825.000 / (833,3 – 132,8) / 833,3= 1.825.000 / (700.5 / 833,3)= Rp. 2.170.990.

Sedangkan untuk perhitungan besarnya Payback Period dengan jumlah proceed yang lebihbesar dari Investasi Awal bisa dikatakan bahwa jika petani melakukan investasi untukpembelian alat-alat secara kredit, maka dalam waktu 1 (satu) bulan kredit tersebut bisadilunasi. Atau bisa dikatakan usaha pengolahan dodol mangga ini sangatlah liquid.

= 3.600.00 / 27.948.375= 0,128

Angka 0,128 artinya bahwa investasi dapat dilunasi dalam jangka waktu 0,128 tahun atau 1bulan.

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASANKESIMPULANBerdasar pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa petani dalam melaksanakan kegiatanusahataninya dapat melakukan pengukuran keberhasilan dengan basis syariah, yangdidalamnya tercantum azas distribusi pendapatan yang memang seharusnya dilakukanuntuk kemaslahatan bersama. Setiap perolehan pendapatan hendaknya melalui Etika danwajib halal baik dalam perolehan, produksi maupun pendistribusian.Value added syariah memandang bahwa harta yang diterima oleh petani bukan mutlakmenjadi miliknya, petani diberikan kesempatan untuk men-tazkiyah atau mensucikanhartanya dengan zakat. Seperti yang diungkap Afzalurrahan (1997) bahwa zakat akanmensucikan hati dan jiwa pemberi zaat serta dapat mengikis sifat jahat dan kikir dari orangmampu dan sebagai gantinya mendorong pemberi zakat untuk mengeluarkan barang atauharta yang baik serta menjadikan orang rendah hati dan bertaqwa.Hasil Value Added Syariah menunjukkan bahwa tidak semua harta setelah dikurangi zakatmilik petani, tetapi ada lagi distribusi yang harus dilakukan, baik untuk internal, lingkunganmaupun pihak lain yang membutuhkan, seperti pemerintah yang berkaitan dengan pajak.Dengan distribusi berdasar keikhlasan menjadikan nilai Value Added Syariah merupakanharta yang dihasilkan secara baik dan halal. Petani yang sabar dengan modal yang cukupkecil dapat menghasilkan nilai penjualan Rp. 53.000.000,- dan tazkiyah dengan zakat yangdilakukan sebesar Rp. 1.325.000,- untuk dibagikan pada 8 asnaf yang berhak, dan yangmenarik dari hasil harta yang sudah bersih itu masih ada lagi bagian yang harusdidistribusikan baik untuk pihak internal yaitu bagian untuk karyawan dengan tujuankesejahteraan, kenyamanan karyawan Rp. 2.070.000,-. Pemilik juga memiliki bagian 25%

Page 124: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

atau sebesar Rp. 10.351.250 yang bisa dipergunakan untuk gaji pemilik atau tabungan.Pihak peerintah juga dapat menarik pajak sebesar Rp. 530.000,-. Sedangkan untuklingkungan disepakati Rp. 1.035.125 yang dapat diserahkan langsung kepada kegiatanlingkungan atau dikelola petani untuk kegiatan sosial. Value Added Syariah setelahdistribusi itulah yang merupakan value added yang sebenarnya sebesar Rp. 27.948.375 nilaiinilah yang membedakan Value Added Syariah dengan laporan income konvensional ataulaporan value added ekonomi yang selama ini dipelajari.Pihak pemerintah, khususnya pemerintah daerah hendaknya memperluas pembinaan dankesempatan usaha di bidang pengolahan komoditas pertanian dengan membantumembentuk sentra-sentra produk pertanian lokal unggulan dan mempermudah jalurdistribusi hasil produk petani pada toko-toko atau pusat kerajinan lokal serta meningkatkankesempatan untuk expose hasil olahan khas daerah melalui pameran di dalam maupun luarnegeri.

IMPLIKASIPenelitian ini memberi implikasi pada para petani mangga, bahwa hendaknya tidak semuamangga hasil panen langsung dijual dalam kondisi segar, karena jika panen sedangmembanjir, bisa dipastikan tidak semua buah mangga bisa diserap pasar, sehinggaakibatnya banyak buah yang membusuk. Dengan kreativitas dan usaha yang lebih akandiperoleh olahan buah mangga yang dapat bertahan sampai 6 bulan untuk menikmatinya.Petani mangga dapat merekrut tenaga kerja yang membutuhkan lapangan pekerjaan ataudapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat membantu mengatasi masalahpengangguran.Dari perhitungan Value Added Syariah jelas usaha ini sangat menguntungkan dan lebihmenentramkan karena harta yang diperoleh telah di-tazkiyah dengan zakat.Petani akan merasa lebih tentram dan berada di jalan yang benar dalam naungan AllahSWT karena keseluruhan usahanya dilakukan dengan cara-cara yang baik dan halal sertaharta yang diperoleh telah bersih dari yang bukan haknya.Dengan perhitungan Value Added Syariah juga menjadikan petani lebih memilikipeningkatan kualitas spiritual, karena diharapkan terpenuhinya tujuan syariah yaitukesejahteraan (Maslahah) bagi manusia, sosial dan alam dengan adanya distribusikesejahteraan yang halal, thoyib dan eliminasi riba.Petani menjadi terbiasa dengan mengurangkan perolehan hartanya dengan 2,5% untukzakat dan dilakukan secara baik dan ikhlas, karena pada saat menerima pendapatan, petanimerasa lebih tentram dan nyaman jika telah melakukan penyisihan 2,5% tersebut.

KETERBATASANSebagaimana kajian akuntansi syariah masih memerlukan penggalian lebih dalam dan lebihluas, untuk penggunaan Value Added Syariah yang nantinya dapat sebagai penggantiLaporan Rugi Laba, karena value added syariah tidak hanya memandang harta dari ranahfisik tetapi lebih luas lagi yaitu secara psikis terdapat peningkatan rasa syukur dan taqwakepada Allah SWT.Peneliti masih merasa penelitin ini memiliki lingkup yang sangat kecil yaitu petani manggadi Probolinggo, sehingga belum bisa dikatakan sempurna dan belum dapat digeneralisir,

Page 125: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

dan masih membutuhkan banyak pemikiran dari sisi ekonomi, pertanian maupun spiritualuntuk dapat menyempurnakannya.Sebagai akhir, jika hasil ini membawa kebaikan maka semata-mata hanya karena AllahSWT telah memberi kesempatan untuk mempelajari dan memperdalam ilmu milik-Nya,tetapi jika penelitian ini belum membawa berkah, maka hal itu dikarenakan nakalnyalompatan pikiran untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik; dan biarkan bagian dosa jadimilik kami, karena kami yakin, segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak ada yangkebetulan seperti yang terungkap dalam QS. Al An’am 59 :

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yangmengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratandan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Diamengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi,dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalamkitab yang nyata (Lauh Mahfudz)"

.

Page 126: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M. Akhyar. 2005. Akuntansi Syariah : Arah, Prospek dan Tantangannya, UII Press.Yogyakarta.

Afzalurrahman. 1997. Muhammad Sebagai Pedagang. Yayasan Swarna Bhumi. Jakarta

Badan Pusat Statistik, 2013. Probolinggo Dalam Angka 2013, Biro Pusat Statistik,Probolinggo.

Baydoun, N dan R. Willet. 1999. Islamic Accounting Theory” In Papers from The AAANZAnnual Converence.

Harahap, Sofyan. Syafri. 2001. Menuju Perumusan Akuntansi Syariah. Pustaka Quantum.Jakarta.

Mulawarman, Aji Dedi. 2006. Menyibak Akuntansi Syariah.. Bani Hasyim Press. Malang.

Mulawarman, Aji Dedi. 2011. Akuntansi Syariah Teori, Konsep dan Laporan Keuangan.Krasi Wacana. Yogyakarta.

Naim. Mochtar. 2001. Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al-Quran yang Berkaitan denganEkonomi. Hasanah. Jakarta.

Saputro, Andik S Dwi. 2010. The Bottom Line. Prosiding Simposium Nasional AkuntansiXIII. Purwokerto 2010.

Staden, Chris. 2002. Revisiting The Value Added Statement : Social Responsibility orSocial manipulation?. Massey University. New Zealand.www.accountancy.massey.ac.nz diakses pada 10 Juli 2014.

Triyuwono, Iwan. 2000. Organisasi dan Akuntansi Syariah, LKIS, Yogyakarta.

Triyuwono, Iwan. 2006,. Perspektif, Metodologi, dan Teori Akuntansi Syariah.. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Triyuwono, Iwan. 2007, Mengangkat Sing Liyan Untuk Formulasi Nilai Tambah Syariah.Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. 26 -28 Juli 2007.

Wurgler, Jeffrey. 2000. Financial Maret And The Allocation Of Capital. Journal ofFinancial Economics. 58: 187 – 214.

Page 127: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN (KRPL): SEBAGAI MODELTEKNOLOGI MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

Maesti Mardiharini

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi PertanianJln. Tentara Pelajar No.10, Bogor-16114

Alamat email: [email protected] dan [email protected]

ABSTRAK

Hampir 50% penduduk Indonesia hidup di perkotaan, dan diproyeksikan tahun 2025sekitar 168,17 juta orang (57,7%) akan tinggal di perkotaan, dan semuanya memerlukanbahan pangan sehat. Saat ini, sekitar 6,6 ribu ton/hari bahan pangan didatangkan dari luarkota. Masalah utama yang dihadapi ke depan adalah ketersediaan dan akses terhadap bahanpangan semakin terbatas, serta semakin besar tekanan pada sumber produksi pangan karenaluas lahan semakin terbatas dan jumlah masyarakat kota terus meningkat. Salah satu solusiyang ditawarkan Kementerian Pertanian adalah optimalisasi lahan pekarangan untukketahanan/kemandirian pangan keluarga, sekaligus sebagai upaya diversifikasi dankonservasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan meningkatkan pendapatan keluarga,melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Tujuan kajian adalahmenganalisa seberapa besar gerakan yang telah diimplementasikan Tahun 2011 diIndonesia ini menjawab masalah di atas. Kajian dilaksanakan berdasarkan data sekunderdan primer dari seluruh Indonesia pada tahun 2012 dan 2013. Hasil kajian menunjukkanbahwa KRPL secara cepat diadopsi oleh masyarakat dan stakeholders (Pemerintah Daerah,LSM, 7 organisasi perempuan, TNI-AD, instansi pendidikan, dsb). Cepatnya KRPLdiadopsi terutama karena sifat inovasi teknologi hemat lahan, murah, mudah danbermanfaat bagi peningkatan gizi keluarga. Pengembangan KRPL juga mampu menghematpengeluaran keluarga antara Rp 120.000 s/d Rp 750.000/KK/bulan. Skor Pola PanganHarapan (PPH) rata-rata meningkat dari 63,8 menjadi 72,5. Pengembangan ke depandihadapkan pada masalah agar KRPL tetap lestari. Identifikasi titik ungkit keberhasilanperlu diantisipasi sejak awal agar inovasi ini menjawab permasalahan pangan ke depan.

Keywords : Optimalisasi Pekarangan, Model Teknologi, Pertanian PerkotaanJEL Classifications

:Q16 R&D • Agricultural Technology • Biofuels • Agricultural

Extension Services

1. PENDAHULUAN

Perkembangan sektor industri, perdagangan dan jasa di Indonesia khususnya diwilayah perkotaan terus meningkat. Dampak dari perkembangan tersebut yang sangatberpengaruh terhadap sektor pertanian adalah percepatan alih fungsi lahan pertanian, darilahan produktif menjadi lahan industri, pemukiman dan perdagangan. Setiap tahun,

Page 128: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

diperkirakan 80 ribu hektar areal pertanian hilang, berubah fungsi ke sektor lain atau setara220 hektar setiap harinya (Pikiran Rakyat, 25 Desember 2013).

Di sisi lain, sekitar 50% penduduk Indonesia hidup di perkotaan dan diproyeksikantahun 2025 sekitar 168,17 juta orang (57,7%) akan tinggal di perkotaan, dan semuanyamemerlukan bahan pangan sehat. Masalah lain yang dihadapi penduduk di wilayahperkotaan adalah ketersediaan dan akses terhadap bahan pangan semakin terbatas, sertasemakin besar tekanan pada sumber produksi pangan karena jumlah masyarakat (miskin)kota juga semakin meningkat.

Untuk itu, solusi yang bisa ditawarkan adalah optimasi pemanfaatan lahanpekarangan atau ruang terbuka dan pemanfaatan limbah perkotaan, menjadi sangat penting.Presiden Republik Indonesia dalam pidato Konferensi Dewan Ketahanan Pangan, Jakartatanggal 24 Mei 2010, menyatakan bahwa: “Kita mulai gerakan percepatanpenganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal”. Untuk itu, ketahananpangan adalah masalah dan tanggung jawab kita bersama, mulai dari pengambil kebijakandi tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa, RW/RT, sampai ketingkat rumahtangga.

Ajakan Presiden kepada masyarakat terkait ketahanan pangan tersebut juga diulangsaat pencanangan Gerakan Nasional Penanganan Anomali Iklim Petani Indonesia, diSidoarjo - Jawa Timur tanggal 14 Januari 2011, melalui pernyataan: “Ketahanan pangankeluarga juga dapat ditingkatkan melalui rumah hijau atau mungkin tepatnya rumahpekarangan pangan”. Pernyataan Presiden RI tersebut cukup beralasan, mengingat potensilahan pekarangan di Indonesia + 10,3 juta ha atau 14% dari total luas lahan pertanian.

Selama ini, program pemanfaatan pekarangan telah banyak diluncurkan, baik dilingkup Kementerian Pertanian, maupun instansi terkait lainnya. Namun demikian, seringterhenti, putus, dan tidak berlanjut. Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa program-program tersebut kurang terencana dengan baik, terutama terkait dengan aspekkelembagaan, sumber benih/bibit, pasar, penanganan pascapanen, dan sebagainya.

Kementerian Pertanian merancang ulang konsep pemanfaatan pekarangan dalamupaya peningkatan ketahanan pangan masyarakat, baik untuk masyarakat di perdesaanmaupun perkotaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) diberimandat menyusun konsep tersebut, dan mulai tahun 2011 diperkenalkan Model KawasanRumah Pangan Lestari (m-KRPL). Dibandingkan dengan konsep pemanfaatan pekaranganterdahulu adalah adanya konsep “Kawasan” dan “Lestari”, serta komoditas pangan yangdiusahakan rumahtangga untuk memenuhi ketahanan dan kemandirian pangan keluarga.

Makalah ini bertujuan menjelaskan pentingnya pengembangan pertanian perkotaan,dan menganalisis peran KRPL dalam mendukung pengembangan pertanian perkotaan.Kajian dilakukan pada Tahun 2013, berdasarkan pengumpulan data sekunder dan primerdari seluruh provinsi di Indonesia melalui pendekatan survei. Analisis data dilakukansecara deskriptif serta pemberian bobot dan nilai/skor.

II. KONSEP PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN

Saat ini, dengan semakin terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap bahan pangankhususnya di perkotaan, mengharuskan sekitar 6,6 ribu ton/hari bahan pangan didatangkan

Page 129: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

dari luar kota. Pemecahan masalah terkait penyediaan pangan tersebut yang dapatditawarkan adalah pengembangan pertanian perkotaan.

Menurut definisi, pertanian perkotaan (pertanian urban) adalah praktek budidaya,pemrosesan, dan disribusi bahan pangan di atau sekitar kota (Bailkey and Nasr, 2000).Pertanian urban juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, danhortikultura. Dalam arti luas, pertanian urban mendeskripsikan seluruh sistem produksipangan yang terjadi di perkotaan.

Organisasi pangan dunia atau FAO mendefinisikan pertanian urban (FAO, 1996 danSmit et.al,1996) sebagai:

“Sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk danbahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian konsumen didalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan danmendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragamtanaman dan hewan ternak”.

Salah satu solusi dalam pengembangan pertanian perkotaan tersebut, dan menjadisangat penting untuk dipertimbangkan, optimasi pemanfaatan lahan pekarangan atau ruangterbuka dan pemanfaatan limbah rumahtangga di perkotaan. Solusi tersebut diharapkandapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga, sekaligus dapat menambah atau sebagaisumber pendapatan rumahtangga, atau membuka lapangan kerja. Dampak yang lebih luaslagi dapat digarap sebagai agrowidyawisata, dan Baumgartner dan Belevi (2007)menambahkan bahwa dampaknya adalah pengentasan kemiskinan, peningkatan kesehatanmasyarakat, dan pengendalian lingkungan.

Pertanian perkotaan dapat diimplementasikan selain mengoptimalkan lahanpekarangan, juga melalui penataan berbasis lahan sempit dan ketersediaan sarana (mediatanam, pupuk, air, dan lainnya) yang terbatas juga. Dengan berbagai keterbatasan tersebut,maka cara mensiasatinya antara lain melalui:

a. Efisien dalam penggunaan lahan: budidaya tanaman melalui media pot dengandigantung maupun bertingkat (vertikultur), budidaya di atas atap (rooftop farming),dan sebagainya

b. Budidaya tanaman dan ternak bernilai ekonomi tinggi, seperti: Cabe, Selada,Bawang daun, Caysim, tanaman obat keluarga, ikan lele atau bawal, ternak kelincidan sebagainya.

c. Pengolahan limbah rumah tangga (sisa makanan dan sayuran) menjadi kompos yangdapat digunakan untuk media tanam.

d. Tetap memperhatikan estetika, dengan menata tinggi-rendahnya tanaman, warna,keamanan dan kegunaan, dan sebagainya.

III. OPTIMALISASI PEKARANGAN MELALUI KRPL

A. Konsep Kawasan Rumah Pangan LestariKawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), merupakan konsep rumah pangan yang

dibangun dalam suatu kawasan (dusun, desa, kecamatan dst) dengan prinsip pemanfaatanpekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga,

Page 130: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraanmelalui partisipasi masyarakat (Badan Litbang Pertanian, 2011).

Tujuan pengembangan KRPL selain untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizisecara lestari, juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakatdalam pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran,tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil, pengolahanlimbah rumah tangga menjadi kompos, meningkatkan diversifikasi pangan dan konservasisumberdaya pangan lokal untuk masa depan. Selain itu, melalui KRPL diharapkanrumahtangga juga mampu mengembangkan kegiatan ekonomi produktif sehingga mampumeningkatkan kesejahteraannya dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehatsecara

Kegiatan pengembangan KRPL, meliputi:a. Penataan pekarangan

Penataan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnyamelalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai denganpemilihan komoditas

b. Pemilihan komoditasDalam pemilihan komoditas, hal yang perlu diperhatikan adalah:

Mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga sertakemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan

Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, sertabuah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak)

Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternakc. Pengelompokan lahan pekarangan

Dalam mengelompokkan lahan pekarang, dibedakan: pekarangan perkotaan danperdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yangakan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak,dan ikan.

d. Pengembangan kawasanPengembangan kawasan diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang

menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup,jalan desa, dan fasilitas umum (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, sertamengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan dapat menentukankomoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi denganKebun Bibit Desa (KBD)

B. Implementasi KRPL dan Analisis KeberlanjutannyaModel KRPL pertama kali dibangun pada bulan Februari 2011 di Dusun Jelok, Desa

Kayen, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Karena keberhasilannya dalam membangunketahanan pangan keluarga, maka setahun kemudian tanggal 14 Januari 2012, PresidenRepublik Indonesia meluncurkan (Grand Launching) KRPL, dan menyatakan bahwaRumah Pangan Lestari perlu dikembangkan ke seluruh wilayah di Indonesia. Sejakdiinisiasi Tahun 2011 sampai dengan Oktober 2013, implementasi model KRPL telah

Page 131: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

mencapai 1.456 unit (44 unit dibangun TA.2011, 379 unit TA.2012 dan 1033 unit TA2013), tersebar di seluruh kabupaten/kota di 33 provinsi di Indonesia.

Model KRPL tersebut kemudian direplikasi oleh berbagai instansi, terutama BadanKetahanan Pangan (BKP) yaitu sekitar 5000 unit (KRPL) pada Tahun 2013, dan akanditambah 5000 unit lagi pada hingga akhir tahun 2014. Instansi terkait dan berbagailembaga/organisasi (perempuan, pendidikan, sosial, dsb) juga sangat antusias dalammengembangkan atau mereplikasi KRPL. Hingga akhir 2013 ini, diperkirakan lebih dari6500 unit KRPL telah terbangun, atau telah melibatkan lebih dari 200.000 rumahtangga(Rumah Pangan Lestari/RPL).

Dari hasil kajian dan evaluasi implementasi KRPL di 18 provinsi di Indonesiadengan menggunakan beberapa indikator, menunjukkan bahwa perkembangan jumlah jeniskomoditas yang diusahakan rumahtangga terus meningkat, dari 8 – 10 jenis yangdiperkenalkan pada awal implementasi telah dikembangkan rata-rata menjadi 15 - 18 jeniskomoditas. Jenis komoditas yang dikembangkan masih didominasi oleh jenis sayuran yangsehari-hari dapat dikonsumdi rumahtangga (Tabel 1). Demikian juga skor Pola PanganHarapan (PPH), yang mengindikasikan peningkatan diversifikasi pangan, di Jawa Timurmeningkat dari 69,8 meningkat menjadi 76,5 (meningkat sekitar 6,7 poin), sedangkan rata-rata di 18 provinsi meningkat sekitar 5,7 point.

Indikator ekonomi yang dapat dihitung dari keberhasilan KRPL ini adalah besarnyapenghematan anggaran/pengeluaran belanja untuk konsumsi rumahtangga. Dengan adanyaKRPL, rata-rata rumahtangga dapat menghemat anggaran berkisar antara Rp 120.000,- - Rp825.000,-/bulan/rumahtangga. Bahkan dijumpai kasus di Kalimantan Selatan, rumahtangga(RPL) dapat menghasilkan hingga 2 juta rupiah/bulan dari pekarangannya. KRPL sangatdirasakan manfaatnya, terutama di wilayah-wilayah yang sebelumnya sangat sulitmendapatkan (akses) sayuran segar, seperti kasus di Maluku Utara (Kabupaten Tidore),Papua Barat (Kabupaten Raja Ampat), dan sebagainya.

Salah satu indikator keberhasilan KRPL lainnya adalah mudahnya program ataukegiatan tersebut berintegrasi dengan kegiatan-kegiatan lainnya yang telah ada atau eksis dimasyarakat maupun program pemerintah daerah. KRPL dengan cepat telah diintegrasikandengan kegiatan Posyandu, Optimalisasi Pekarangan, Kebun Sekolah, “Back to Nature”,“Go Green”, “Go Organic”, Pasar Tani/Pasar Desa, Desa Mandiri Pangan, dan sebagainya.

Tabel 1. Analisis keberhasilan KRPL di 18 provinsi di Indonesia. Tahun 2013

Indikator keberhasilan Hasil

Perkembangan jumlah jenis produksiyang dihasilkan (jenis komoditas danvolume, satu periode dlm kawasan)

8 -10 jenis 15 -18 jenis

Peningkatan skor Pola PanganHarapan (PPH)

69,8 76,5 (meningkat 6,7 point) Farmrecord konsumsi harian RT.. S.dar.pdf(18 provinsi PPH meningkat 5,7 point)

Penghematan anggaran belanja untukkonsumsi rumahtanga

Rp 120.000 – Rp 825.000,-/bulan/RT

Page 132: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Integrasi kegiatan dengan programpemberdayaan masyarakat lainnya

- Posyandu (perbaikan pangan & gizi)- Optimalisasi pekarangan (P2KP & GPOP)- Kebun Sekolah (FSG)- “Back to nature”, “Go green”, “Go

Organik”- “Pasar Tani/Pasar Desa”- Desa mandiri energi- Desa mandiri pangan- PAUD- Dll.

Berbagai program pemerintah terutama terkait dengan pemberdayaan masyarakattelah banyak diluncurkan, namun masalah utama yang dihadapi adalah bagaimana menjagaagar program tersebut dapat berlanjut (lestari). Kajian terhadap keberlanjutan kegiatanKRPL ini dilakukan di 1143 lokasi di 33 provinsi, dengan metoda skoring dan memberikanbobot pada 3 aspek (36 variabel), yaitu:

a. Perbenihan : 10 variabel (bobot 30%)b. Pengelolaan kawasan : 15 variabel (bobot 40%)c. Kelembagaan : 11 variabel (bobot 30%)

Hasil pengelompokkan (clustering), menunjukkan bahwa klaster 1 (hijau) sebesar13 %, klaster 2 (kuning) sebesar 82 % dan klaster 3 (merah) sebesar 5 % (Gambar 1). Darihasil verifikasi lapang di 6 provinsi (dipilih secara sengaja/purposive) yaitu di ProvinsiSumatra Barat, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, danKalimantan Selatan, menunjukkan karakteristik masing-masing klaster tersebut (Tabel 2)

Gambar 1. Hasil penilaian keberlanjutan KRPL di 33 provinsi, Tahun 2013

Klaster I13%

Klaster II82%

Kaster III5%

Hasil mapping KRPL 2011 -2013(n = 1143 lokasi, 33 provinsi)

Page 133: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Dari analisis karakteristik faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutanKRPL tersebut dapat disimpulkan setidaknya ada 7 aspek yang sangat berperan yaitu:

1. Ketesediaan dan keterjangkauan infrastruktur2. Ketersediaan benih3. Partisipasi aktif masyarakat4. Peran tokoh masyarakat (local champion)5. Pemilihan komoditas dan rotasi tanaman6. Dukungan pemerintah daerah7. Pasar dan kelembagaan lainnya

Tabel 2. Karakteristik setiap peringkat KRPL berdasarkan penilaian keberlanjutan, Tahun2013

Peringkat Kondisi eksisting

Rendah(merah)

- Motivator lokal tidak ada- Kelembagaan lemah dan tidak berjalan baik- KBD tidak berjalan baik atau tidak ada- Sumberdaya pendukung (terutama media tanam, air, saprotan) terbatas- Jumlah RPL kurang dari 20 unit, tidak dalam kawasan- Tidak ada penyuluh, mantri tani /peran lembaga penyuluhan/

pendamping

Sedang(kuning)

- Motivator ada, tapi kurang aktif- Kelembagaan ada, tapi kurang berperan, sebagian KBD belum mandiri- Belum mengakomodasi keragaman jenis tanaman/ternak (terutama

sumberdaya genetik lokal)- Sumberdaya (terutama media tanam, air, saprotan) terbatas- Jumlah RPL antara 20 -60- Sebagian RPL menerapkan integrasi tanaman-ternak-ikan- Ada penyuluh/mantri tani/peran lembaga penyuluhan/pendamping tapi

belum optimal

Tinggi(hijau)

- Motivator lokal aktif dan kreatif- Kelembagaan sedang menuju kuat, KBD sebagian mandiri- Sumberdaya (media tanam, air, saprotan) tersedia dan mudah diperoleh- Telah mengakomodasi keragaman jenis tanaman/ternak (terutama

sumberdaya genetik lokal)- Jumlah RPL antara 60-100 unit atau lebih- Sebagian RPL telah melakukan integrasi tanaman-ternak-ikan dengan

cukup baik- Sebagian sudah memanfaatkan fasilitas umum untuk mKRPL- Hasil produksi dikonsumsi sendiri dan dijual dengan ada nilai tambah

(petik-olah-jual)- Peran penyuluh/mantri tani/lembaga penyuluhan /pendamping, tetapi

belum optimal

Page 134: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

IV. MODEL KRPL MENDUKUNG PENGEMBANGAN PERTANIANPERKOTAAN

Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis implementasi KRPL, menunjukkan bahwaoptimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep KRPL sangat sesuai dalammendukung pengembangan pertanian perkotaan ke depan. Namun demikian beberapatantangan yang harus dihadapi antara lain:

Aspek Perbenihan:- Pengelolaan Kebun Bibit Desa (KBD)- Status lahan yang digunakan untuk pengembangan KBD- Teknis penganggaran (bangunan KBD, pengadaan media tanam dan benih/bibit)

Aspek Pengelolaan Kawasan- Curahan waktu anggota RPL- Motivator (local champion)- Kelembagaan pasar kemitraan

Tantangan tersebut dapat diatasi dengan beberapa dukungan, yang dapatdiwujudkan antara lain melalui:

- Dukungan konsep model pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari yanglebih operasional dan partisipatif

- Dukungan benih/bibit sumber- Dukungan jejaring (network) unit-unit pengembangan rumah pangan- Dukungan bahan dan materi penyuluhan

Tahapan implementasi KRPL dalam mendukung pengembangan pertanianperkotaan tentunya diawali dengan penentuan Kelompok Sasaran, dengan syarat bahwa:kelompok sasaran adalah rumahtangga dalam satu Rukun Warga (RW) atau Dusun ataukampung, dilakukan melalui pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan kelompok sasaran,tokoh masyarakat, dan perangkat desa, dan kelompok ditumbuhkan dari, oleh, dan untukkepentingan anggota kelompok. Setelah kelompok sasaran ditentukan, maka tahapanimplementasi kemudian adalah: sosialisasi dan pelatihan, penumbuhan kebun bibitdesa/KBD) serta distribusi bibit kepada kelompok sasaran.

Sementara itu, dalam pengembangan ke depan tentunya diperlukan pendekatan danstrategi agar KRPL maupun pertanitan perkotaan tetap eksis dan lestari mencapai sasaranyang diharapkan. Pendekatan dan strategi tersebut dapat diuraiakan dalam Tabel 3 berikut.

Page 135: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Tabel 3. Pendekatan dan strategi pengembangan pertanian perkotaan ke depan

V. KESIMPULAN1. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan, melalui implementasi model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (KRPL), merupakan bentuk dukungan pengembanganPertanian perkotaan. Melalui KRPL, dapat dihasilkan pangan sehat/organik, danmemperpendek distribusi pangan karena diusahakan oleh rumahtangga (RPL), tanpamelalui rantai tataniaga yang panjang.

2. Pengembangan KRPL dapat dianggap sebagai pintu masuk bagi diseminasi inovasilebih lanjut, dan sebagai pembelajaran keberhasilan/kecepatan diseminasi inovasi(terkait dengan sifat inovasinya mudah diterapkan, sumberdaya pendukung tersediadi sekitar RT, hasilnya langsung dirasakan, sinergi pihak terkait).

3. Keberlanjutan KRPL dipengaruhi oleh 7 aspek utama yaitu: Ketesediaan danketerjangkauan infrastruktur, Ketersediaan benih, Partisipasi aktif masyarakat,Peran tokoh masyarakat (local champion), Pemilihan komoditas dan rotasi tanaman,Dukungan pemerintah daerah, Pasar dan kelembagaan lainnya.

4. Pengembangan dan kelestarian KRPL ke depan juga sangat tergantung dari perandan kerja sama pemangku kepentingan (stakeholders).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2002. Pedoman Umum Pemanfaatan Pekarangan.http://kambing.ui.ac.id/bebas/v12/artikel/pangan/DEPTAN/New Folder/II/PedumPengembangan Pekarangan.doc.

Ariani, M dan T. B. Purwantini. 2007. Analisis Konsusmsi Pangan Rumah tangga PascaKrisis di Propinsi Jawa Barat. Jurnal Soca No. 3 Tahun XIV April 2007.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah PanganLestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

No. Pendekatan Strategi1. Teknis Pengembangan teknologi pembibitan, teknologi

pengairan (hemat air) terutama saat musimkemarau, dan teknologi pengolahan produkuntuk meningkatkan nilai tambah

2. Non Teknis Penguatan kelembagaan KBD, Peningkatanpengetahuan dan ketrampilan dalampembibitan dan pengolahan produk, sertapeningkatan intensitas pendampingan olehpenyuluh lapang atau petugas dinas untukmenjaga komitmen dan motivasi

3. Agribisnis Pengembangan produk olahan pangan hasilpekarangan yang memiliki nilai tambah dan dayasaing

Page 136: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Bailkey, M., and J. Nasr. 2000. From Brownfields to Greenfields: Producing Food in NorthAmerican Cities. Community Food Security News. Fall 1999/Winter 2000:6

Baumgartner, N, and H. Belevi. 2007. A Systematic Overview of Urban Agriculture inDeveloping Countries AWAG – Swiss Federal Institute for Environmental Science& Technology. SANDEC – Dept. of Water & Sanitation in Developing Countries.

BPTP Jatim. 2011. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Makalahdipresentasikan di Workshop Penyuluhan Ketahanan Pangan. Badan KetahananPangan Provinsi Jawa Timur-Sidoarjo, 3-4 Oktober 2011.

DKP, 2006. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-2009. Dewan Ketahanan Pangan.Jakarta.

Erwidodo, 1994. Analisis Aspek Keuntungan Penggunaan Pupuk di Sektor Pertanian.Makalah disampaikan pada Pelatihan Uji Tanah di safari Garden, Cisarua Bogor,Tanggal 9 – 11 Nopember 1994.

FAO. 1996. Rome Declaration on World Food Security and World Food Summit Plan ofAction. World Food Summit 13-17 November 1996. Rome.

Hardinsyah dan D. Martianto. 1992. Gizi terapan. Departemen Pendidikan danKebudayaan, Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi. PAU Pangan dan Gizi, IPB.Bogor.

Hendayana, Rachmat. 2011. Tips & Trik Praktis Menganalisis Data untuk Karya Ilmiah.Hand out Seminar di Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian, Bogor, Tanggal 22 Maret 2011.

Kementerian Pertanian. 2011. Panduan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.Martianto, D dan M. Ariani. 2004. Analisis Perubahan Konsumsi dan Pola Konsumsi

Pangan Masyarakat dalam Dekade Terakhir. Prosiding WNPG VIII. Jakarta, 17-19Mei. LIPI. Jakarta.

Novitasari, E. 2011. Studi Budidaya Tanaman Pangan Di Pekarangan Sebagai SumberKetahanan Pangan Keluarga (studi Kasus Di Desa Ampel Gading KecamatanTirtoyudo Kabupaten Malang). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.

Rusastra, I. W., Supriyati, W. K. Sejati, dan Saptana. 2008. Model PemberdayaanMasyarakat Miskin Pedesaan: Analisis Program Ketahanan Pangan dan Desa MandiriPangan. Kerjasama PenelitianBadan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian danCentre for Alleviation of Poverty through Secondary Crops’ Development in Asiaand the Pacific (UNESCAP CAPSA).

Sayogya. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan Di Kota. Gajah MadaPress. Yogyakarta.

Smit, J., A. Ratta, and J. Nasr. (1996). Urban Agriculture: Food, Jobs, and SustainableCities. United Nations Development Programme (UNDP), New York, NY.

Sumaryanto. 2009. Diversifikasi sebagai Salah Satu Pilar Ketahanan Pangan. Makalahdisajikan dalam Seminar Memperingati Hari Pangan Sedunia yang diselenggarakandi Jakarta pada Tanggal 1 Oktober 2009.

Suryana, 2010. Konsumsi Beras RI di Atas Rata-rata Dunia.http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=124248

Page 137: SUBSISTEM BIOTECHNOLOGY AND ITS CONTROVERSYperhepi.org/wp-content/uploads/2014/08/G.-Biotechnology-and-its... · mengaplikasikan pupuk hayati tersebut terikat oleh SOP yang harus

Yusuf A., B. 2011. Konsep Pekarangan. http://www.infogue.com/viewstory/2011/07/26/-konsep_pekarangan/?url=http://euisnovitasari.blogspot.com/2011/07/konsep-pekarangan.html (7/10/2011).

Zakaria, F. R., 2006. Ketahanan Pangan Sebagai Wujud Hak Asasi Manusia AtasKecukupan Pangan. Revitalisasi Pertanian dan Dialog Peradapan. Penerbit BukuKompas. Jakarta.