STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGAN …digilib.unila.ac.id/61583/3/3. SKRIPSI FULL...
Transcript of STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGAN …digilib.unila.ac.id/61583/3/3. SKRIPSI FULL...
-
STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGANTEKNOLOGI BIOFILTER KOMBINASI ANAEROBIK-AEROBIK
(Skripsi)
Oleh
Naomi Natalia
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
-
ABSTRACT
RESEARCH OF WASTEWATER TREATMENT ON TOFU INDUSTRYWITH ANAEROBIC-AEROBIC COMBINATION BIOFILTER
TECHNOLOGY
By
NAOMI NATALIA
The aims of this research is compare the measured parameters of tofu wastewater
with tofu wastewater quality standards according to tofu wastewater quality
standards Lampung Regional Regulation Number 11 of 2012 and LH PERMEN
No 5 th 2014, determine the basic design of a simple tofu waste management
system and determine the design of WWTP (Wastewater Treatment Plant), and
calculating energy potential, reducing greenhouse gas emissions produced, and
utilizing wastewater as liquid fertilizer. This study uses survey methods and data
obtained in the form of primary data and secondary data presented in the table.
The result of wastewater with quality pH pH; TSS; BOD; and COD respectively
are 4.3; 8440 mg/l; 4400 mg/l; and 10360 mg/l. Based on the tofu industry
wastewater quality standards set by the government, a Wastewater Treatment
Plant (IPAL) planning is needed to develop wastewater treatment technology that
-
Naomi Natalia
is simple, low cost, easy to operate and has high process efficiency from the
principles of microbial growth inherent in biofilter. The processing technology
used is a combination of anaerobic-aerobic biofilter because tofu wastewater can
decompose biologically. The result of wastewater treatments by WWTP planned
and estimated of pH ; TSS ; BOD and COD respectively are 7.5; 6.014 mg/l;
31.35 mg/l; and 73.82 mg/l with biogas potential of 69.62 m3 / ton of soybeans,
energy potential of 2436.7 MJ, electricity production of 236.9 kWh, and reduction
potential of Greenhouse Gases (GHG) of 1044.3 kg CO2e / ton of soybeans.
Keywords: Biofilter anaerobic – aerobic, effluent standard, tofu factorywastewater , WWTP.
-
ABSTRAK
STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGANTEKNOLOGI BIOFILTER KOMBINASI ANAEROBIK-AEROBIK
Oleh
NAOMI NATALIA
Tujuan penelitian ini adalah membandingkan parameter air limbah tahu yang
diukur dengan baku mutu air limbah tahu menurut baku mutu air limbah tahu
Peraturan Daerah Lampung Nomor 11 Tahun 2012 dan Peraturan Kementrian
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014, menentukan rancangan dasar sistem
pengelolaan limbah tahu yang sederhana, dan menentukan desain IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah), dan menghitung potensi energi, penurunan emisi gas
rumah kaca yang dihasilkan, dan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk cair.
Penelitian ini menggunakan metode survei dan data yang diperoleh berupa data
primer dan data sekunder yang disajikan dalam tabel. Hasil penelitian
menunjukkan kualitas air limbah tahu yaitupH; TSS; BOD; dan COD berturut-
turut sebesar 4.3; 8440 mg/l; 4400 mg/l; dan 10360 mg/l. Berdasarkan baku mutu
air limbah industri tahu yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka dibutuhkan
suatu perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk
-
Naomi Natalia
mengembangkan teknologi pengolahan air limbah yang sederhana, biaya rendah,
pengoperasian yang mudah dan memiliki efesiensi proses yang tinggi dari prinsip-
prinsip pertumbuhan mikroba yang melekat pada media biofilter. IPAL dapat
menggunakan kombinasi biofilter anaerobik-aerobik karena air limbah tahu dapat
terurai secara biologis. Hasil pengolahan air limbah oleh IPAL yang
direncanakan pH ; TSS ; BOD ; dan COD berturut-turut sebesar 7.5; 6.014 mg/l;
31.35 mg/l; dan 73.82 mg/l dengan potensi biogas sebesar 69.62 m3/ton kedelai,
potensi energi sebesar 2436.7 MJ, produksi listrik sebesar 155.7 kWh, dan potensi
reduksi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 1044.3 kg CO2e/ton kedelai.
Kata kunci: Air limbah industri tahu, baku mutu air limbah industri tahu, biofilteranaerobik-aerobik, IPAL.
-
STUDI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TAHU DENGANTEKNOLOGI BIOFILTER KOMBINASI ANAEROBIK-AEROBIK
Oleh
Naomi Natalia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil PertanianFakultas Pertanian Universitas Lampung
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG2020
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir pada tanggal 16 Desember 1997 di kota Jakarta dan merupakan anak
kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Siagian dan Ibu Ardine
Sitompul. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Bumi Sari Natar
(2003 – 2009), pendidikan menengah pertama di SMP Negri 1 Natar (2009 –
2012), dan pendidikan menengah di SMA Negri 1 Natar (2012 – 2015). Penulis
melanjutkan studi sarjana di Jurusan Teknologi Hasil Perrtanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan
Tinggi (SNMPTN) pada tahun 2015.
Pada bulan Juli – Agustus 2018, penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) dan
menyeselesaikan laporan PU yang berjudul “Mempelajari Teknologi Pascapanen
Pisang Cavendish” di PT. Great Giant Foods, Terbanggi Besar, Lampung Tengah.
Pada bulan Januari – Februari 2019, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Bandar Kasih, Kecamatan Negri Agung, Kabupaten Way Kanan.
Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung dalam Himpunan Mahasiswa
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian.
-
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, anugerah, dan hikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Skripsi dengan judul “Studi Pengolahan Air Limbah Industri Tahu”
Dengan Teknologi Kombinasi Biofilter Anaerobik-Aerobik” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknologi Pertanian di Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa. M.Si.,selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Prof. Dr. Eng. Ir. Udin Hasanudin, M.T selaku pembimbing pertama skripsi
yang telah memberikan ilmu, bimbingan, pengarahan, waktu,dan motivasi
dalam pelaksanaan perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi.
4. Dr. Erdi Suroso. S.T.P.,M.T.A selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dan kritik dalam penyusunan
skripsi.
5. Ir. Harun Al Rasyid, M.T, selaku penguji yang telah memberikan saran dan
kritik yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
-
6. Bapak dan Ibu dosen pengajar, staff administrasi dan laboratorium di Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, FakultasPertanian, Universitas Lampung.
7. Keluarga tercinta (Bapa,Mama, kedua Abang, dan kedua Kakak) yang telah
memberikan dukungan, motivasi, sertadoa yang sangatluarbiasa.
8. Rekan-rekan Sepelayanan (Laura, Siska, Olin, Iman,Yoel, Marcel, Grace,
Theo, Chaca, Nova, Tabita, Radi, Deinal, Siska, Yoel T, Andan, Jonathan,
Yosua, Paulus, Raindy dan Arto Cool Wanita) yang tidak kenal lelah
memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Pemusik yang selalu memberikan semangat kepada penulis
dalam pelaksanaan kuliah maupun penyelesaian skripsi.
10. Teman – teman seperjuangan (Sawsan, Imel, Merry, Ayas, Eka, Bella,
Silfiana, April, Hotmaria, Chinanta, Nova, dan Naufal) serta teman – teman
angkatan 2015 yang telahmemberikanilmu, semangat, motivasi, pengalaman,
dankebersamaan.
Penulis sangat menyadari skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar
dapat memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca.
Bandar Lampung,
Naomi Natalia
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu ............................................................................................... 9
2.2 Air Limbah .................................................................................... 14
2.3 Limbah Industri Tahu .................................................................... 14
2.4 Karakteristik Air Limbah ............................................................. 17
2.4.1 TSS (Total Suspended Solids)............................................... 18
2.4.2 pH.......................................................................................... 18
2.4.3 Nitogen-Total ........................................................................ 18
2.4.4 BOD (Biochemical Oxygen Demand)................................... 19
2.4.5 COD (Chemical Oxygen Demand) ....................................... 20
2.5 Pengolahan Air Limbah Industri Tahu .......................................... 22
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 25
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 25
-
3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 25
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 26
3.4.1 Pengukuran pH .................................................................... 29
3.4.2 Pembuatan Larutan Pengencer .............................................. 29
3.4.3 Pengukuran TSS ................................................................... 30
3.4.4 Pengukuran BOD ................................................................. 31
3.4.5 Pengukuran COD .................................................................. 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Air Limbah Tahu ..................................................... 33
4.2 Parameter Pengolahan Limbah ...................................................... 36
4.2.1 pH ...................................................................................... 36
4.2.2 TSS .................................................................................... 37
4.2.3 BOD ................................................................................... 39
4.2.4 COD ................................................................................... 42
4.3 Teknologi Pengolahan IPAL dengan Biofilter
Kombinasi Anaerobik-Aerobik ..................................................... 44
4.3.1 Penyaringan ....................................................................... 54
4.3.2 Bak Ekualisasi ................................................................... 54
4.3.4 Pompa Air Limbah ............................................................ 54
4.3.5 Kolam Anaerobik .............................................................. 55
4.3.6 Kolam Aerobik .................................................................. 55
4.3.7 Bak Pengendapan Akhir .................................................... 56
4.4 Pemanfaatan Biogas Pada Pengolahan
Air Limbah Industri Tahu ............................................................ 77
4.4.1 Jumlah Biogas Yang Dihasilkan ........................................ 77
4.4.2 Perbandingan Biogas Dengan Bahan Bakar Lain .............. 81
-
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar Mutu Tahu Menurut SNI 01-3142-1998 ................................... 13
2. Tingkat Pencemaran Berdasarkan BOD ................................................. 20
3. Tingkat Pencemaran Berdasarkan COD ................................................. 21
4. Baku Mutu Air Limbah Tahu ................................................................. 34
5. Analisis pH ............................................................................................. 37
6. Analisis Nilai TSS ................................................................................. 38
7. Analisis Nilai BOD................................................................................. 40
8. Analisis Nilai COD ................................................................................. 42
9. Air Limbah Tahu Yang Dihasilkan......................................................... 57
10. Hasil Pengolahan IPAL .......................................................................... 74
11. Perbandingan Kualitas Air ...................................................................... 75
12. Dimensi IPAL Biofilter .......................................................................... 76
13. Koefesien Limbah dan Jumlah Air Limbah ............................................ 77
14. Potensi Biogas dan Potensi Energi ......................................................... 79
15. Perbandingan Nilai Kalor Biogas dengan Bahan Bakar Lain ................. 81
16. Perbandingan Harga Biogas dengan Bahan Bakar Lain ......................... 83
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran Studi Pengolahan Air Limbah Tahu ..................... 5
2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu.................................................... 10
3. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian ..................................................... 28
4. Diagram Alir Pengukuran pH ................................................................. 29
5. Diagram Pembuatan Larutan Pengencer............................................... 28
6. Diagram Alir Pengukuran TSS ............................................................... 30
7. Diagram Alir Pengukuran BOD ............................................................. 31
8. Diagram Alir Pengukuran COD ............................................................. 32
9. Bagan Keseimbangan Proses Pembuatan Tahu ...................................... 35
10. Pengukuran DO (Demand Oxygen) ........................................................ 40
11. Desain Pengolahan Air Limbah Pabrik Tahu ......................................... 52
12. IPAL Skala Individu ............................................................................... 52
13. Sketsa Rancangan IPAL Air Limbah Tahu............................................. 53
14. Kuisioner Penelitian................................................................................ 85
15. Tempat Proses Produksi Tahu ................................................................ 88
16. Kedelai Sebelum Digiling....................................................................... 88
17. Mesin Penggiling kedelai........................................................................ 88
-
18. Pengaduk Bubur Kedelai ........................................................................ 88
19. Proses Pencetakan Tahu.......................................................................... 88
20. Proses Penggorengan Tahu..................................................................... 88
21. Air Limbah Tahu ................................................................................... 89
22. Proses Pengambilan Sampel ................................................................... 89
23. Sampel Yang Akan Dianalisis ................................................................ 89
24. Mikroba Seed dan Larutan Pengencer .................................................... 89
25. Proses Aeras............................................................................................ 89
26. Proses Pembuatan Larutan Pengencer .................................................... 89
27. Proses Pengukuran pH ............................................................................ 90
28. Sampel di Inkubasi.................................................................................. 90
29. Pengukuran BOD Setelah Inkubasi ........................................................ 90
30. High Range Untuk Mengukur COD ....................................................... 90
31. Sampel dipanaskan di DRB .................................................................... 90
32. Hasil Sampel Setelah Dipanaskan di DRB ............................................. 91
33. Pengukuran COD dengan Spektrofotometri ........................................... 91
34. Persiapan Pengukuran TSS ..................................................................... 91
35. Penyaringan Sampel Air Limbah Tahu................................................... 91
36. Penimbangan dan Hasil TSS................................................................... 91
-
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tahu menjadi salah satu dari komoditas usaha kecil menengah berbahan baku
kedelai (Glycine sp) yang banyak dijumpai mulai dari perkotaan sampai di
pedesaan. Hal ini dikarenakan proses produksi tahu yang cukup sederhana,
ditambah lagi pemerintah juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk
membuka dan mengembangkan usaha produksi tahu skala kecil dan menengah.
Banyaknya industri tahu yang berkembang memberi dampak positif, yaitu mampu
mencukupi permintaan pasar yang terus meningkat dari waktu ke waktu, namun
akan memberikan dampak pencemaran lingkungan apabila limbah sisa produksi
tidak diolah dengan baik (Herlambang, 2002).
Proses pembuatan tahu menghasilkan limbah yang masih mengandung protein,
bahan organik dan padatan terlarut yang tinggi, dengan pH yang rendah. Limbah
tahu ini juga akan menimbulkan aroma yang kurang sedap sehingga mengganggu
estetika dan kehidupan ekosistem sekitarnya (Sani, 2006). Proses produksi tahu
menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan limbah cair. Pada
umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sedangkan limbah
-
2
cair dibuang langsung ke lingkungan. Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan
oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan
tahu yang disebut air dadih (whey). Air limbah tersebut sering dibuang secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, sehingga akan mencemari lingkungan
sekitar. Sumber limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian
peralatan proses, pencucian lantai, dan pemasakan serta larutan bekas rendaman
kedelai, cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai
(Abdullah, 2014).
Produksi kedelai di Indonesia tahun 2015 sebesar 998,87 ribu ton per tahun., dan
konsumsi kedelai rata-rata serbesar 7,62 kg/kapita/tahun (Departemen Pertanian,
2004). Jumlah air limbah yang dihasilkan dari industri tahu mencapai lebih
kurang 2 m3 untuk setiap pengolahan 1 kuintal kedelai (Herlambang, 2002).
Dengan demikian beban pencemaran dari industri tahu cukup besar dan perlu
penanganan lebih lanjut sehingga tidak melebihi baku mutunya. Parameter-
parameter air buangan yang menonjol dari limbah tahu, yaitu suhu, pH, TSS
(Total Suspended Solids), COD (Chemical Oygen Demand) dan BOD (Biology
Oxygen Demand) (Sriharti, 2004). Nilai BOD (Biology Oxygen Demand) dan
COD (Chemical Oygen Demand) bermanfaat untuk mengetahui apakah air limbah
tersebut mengalami biodegradasi atau tidak. Parameter BOD dan COD secara
umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat pencemaran air buangan.
Mengingat industri tahu merupakan industri dengan skala kecil, maka
membutuhkan instalasi pengolahan limbah dengan perangkat sederhana,
biaya operasional murah, dan memiliki nilai ekonomis serta ramah
-
3
lingkungan. Pengolahan limbah tahu harus dikelola dengan baik dan
dipelihara secara rutin. Berbagai teknologi pengolahan limbah yang sudah
ada, maka akan dilakukan kajian untuk mengetahui teknologi pengolahan
limbah tahu yang efektif dan efisien beserta kelebihan dan kekurangannya,
dan dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan. Indonesia memiliki
potensi kekayaan alam yang sangat melimpah untuk menghasilkan sumber
energi alternatif. Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi
alternatif yang terbaharukan dan ramah lingkungan menjadi pilihan. Salah
satu energi terbaharukan yang sedang dikembangkan adalah biogas.
Keberadaan biogas memiliki peluang yang besar dalam pengembangannya.
Energi biogas dapat diperoleh dari limbah rumah tangga; kotoran cair dari
peternakan ayam, sapi, babi; sampah organik dari pasar; industri makanan dan
sebagainya. Selain potensi yang besar, pemanfaatan energi biogas dengan
digester biogas memiliki keuntungan, yaitu mengurangi efek rumah kaca,
mengurangi bau tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan
panas dan daya (mekanisme atau energi listrik), serta hasil samping berupa
pupuk cair dan padat. Pemanfaatan limbah dengan cara ini secara ekonomi
akan sangat kompetitif seiring naiknya harga bahan bakar minyak dan pupuk
organik.
Setelah mengetahui proses pembuatan tahu, air limbah hasil produksi harus diolah
sebelum dibuang ke lingkungan. Alternatif pengolahan air limbah tahu adalah
dengan menghitung beban pencemaran, dengan menghitung laju alir dan
konsentrasi limbah cair tersebut, serta menentukan rancangan dasar sistem
pengelolaan limbah tahu untuk mengetahui jenis pengelolaan limbah yang akan
-
4
dilakukan berdasarkan karakteristik limbah untuk menurunkan kadar BOD dan
COD yang telah melebihi baku mutu agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Oleh karena itu, dengan mengetahui rancangan dasar sistem pengelolaan air
limbah tahu, dan merancang IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) secara
bersamaan oleh industri-industri tahu yang ada, serta memanfaatkan air limbah
tahu menjadi biogas,diharapkan dapat mencegah pencemaran lingkungan.
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah;
1. Membandingkan parameter air limbah tahu yang diukur dengan baku mutu air
limbah tahu menurut baku mutu air limbah tahu Peraturan Daerah Lampung
Nomor 11 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2014
2. Menentukan rancangan dasar sistem pengelolaan limbah tahu yang sederhana,
dan menentukan desain IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
3. Menghitung potensi energi,penurunan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan,
dan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk cair
-
5
1.3 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Studi Pengolahan Air Limbah Tahu
Kedelai IndustriTahu
Produksi Tahu Limbah
Cair PadatAir Limbah yangdihasilkan mencapai45 L /kg bahanbakukedelai per hari(Nuraida, 2008).
Sistempengolahan airlimbah belumdilakukan denganbaik
Karakteristik LimbahCair (BOD, COD,TSS, pH, dan Suhu)
Nitrogen,Fosfor
BOD 4150 mg/l,COD 8410mg/l,TSS 17,70 mg/L,pH 4.3
Baku Mutu IndustriTahu BOD 150mg/L, COD 300mg/L, TSS 200mg/L, pH 6-9, Suhu38oC (Permen LH 5Tahun 2014).
Perlu teknologipengelolaan limbahcair yang sesuai
Karakterisitik industri tahu :tidak memiliki kemampuanekonomi yang kuat dan tidakmemiliki teknologi yangmemadai.
Membandingkanparameter air limbahtahu yang diukurdengan baku mutu airlimbah tahu menurutbaku mutu air limbahtahu PERDA Lampungdan SNI
Menentukan rancangandasar sistem pengolahanlimbah tahu yangsederhana secarakommunal danmenghasilkan manfaatekonomi bagi industritahu.
Menghitungpotensi energi,dan penurunanemisi gas rumahkaca yangdihasilkan
-
6
Kedelai digunakan bahan baku utama dalam pembuatan tahu. Industri tahu telah
berkontribusi signifikan dalam penyediaan pangan bergizi, penyerapan tenaga
kerja, dan pengembangan ekonomi daerah. Keberadaan industri tahu walaupun
dalam skala kecil atau skala rumah tangga, sudah sangat banyak ditemui dalam
satu wilayah, seperti pada sentra produksi tahu terbesar di Bandar Lampung
terletak di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame dengan jumlah 166
industri. Sehingga industri tahu juga berpotensi mencemari lingkungan, karena
menghasilkan limbah hasil proses produksi yang berupalimbah padat dan limbah
cair. Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu berpotensi merusak
lingkungan, karena tingginya kandungan bahan organik yang terdapat pada air
limbah tahu (Matilda, 2016).
Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus kedelai, akibat dari
besarnya pemakaian air pada proses pembuatan tahu, maka limbah yang
dihasilkan juga cukup besar (Herlambang 2001). Menurut BPPT (2014), untuk
membuat tahu sebanyak 80 kg, maka akan menghasilkan limbah padat dan cair
sebanyak 2610 kg. Sedangkan untuk air limbah yang dihasilkan dari proses
produksi mencapai 25 L hingga 45 L /kg bahan baku kedelai (Nuraida, 2008).
Bila air limbah tahu langsung dibuang ke sungai akan menyebabkan pencemaran
lingkungan, merusak habitat biota serta mengurangi estetika. Air limbah tersebut
justru akan bermanfaat jika diolah sebagai bahan baku pembuatan biogas, karena
air limbah tahu mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi sehingga
menjadikan limbah tersebut potensial sebagai bahan baku atau substrat dalam
pembuatan biogas (Hidayat, 2012). Kandungan terbesar dalam biogas adalah gas
metana (CH4). Gas metana yang merupakan komponen utama biogas merupakan
-
7
bahan bakar yang berguna karena mempunyai nilai kalor cukup tinggi, yaitu
sekitar 8900 kkal/m3. Menurut (Sunaryo, 2014) nilai kalor yang cukup tinggi
dapat dipergunakan untuk keperluan penerangan, memasak, menggerakkan mesin
dan sebagainya. Kesetaraan biogas dengan sumber energi lain, yaitu 1 m3 biogas
setara dengan elpiji 0.46 Kg; 0.62 L minyak tanah; 0.52 L minyak solar; 0.80 L
minyak bensin, 1.50 m3 gas kota; dan 3.50 Kg kayu bakar. Oleh sebab itu,
industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah yang bertujuan untuk
mengurangi resiko beban pencemaran yang ada (Subekti, 2011).
Jika ditinjau dari baku mutu air limbah, maka industri tahu memerlukan
pengolahan lebih lanjut, karena karakteristik industri tahu dalam industri kecil
atau skala rumah tangga yaitu tidak dilengkapi dengan unit pengelolaan air
limbah, teknologi yang sederhana, dan sumber daya manusia kurang memadai.
Apabila limbah langsung dibuang ke lingkungan secara terus-menerus tanpa
adanya pengolahan, maka dapat menimbulkan efek negatif kepada lingkungan,
seperti tercemarnya perairan maupun udara disekitar industri tahu tersebut, karena
air limbah tahu tersebut sangat berbau dan mengandung bahan pencemar yang
tinggi. Bahan organik merupakan kontaminan utama dalam limbah industri
tahu, karena bahan ini dapat terdegradasi di lingkungan baik secara aerobik
maupun anaerobik. Pada kondisi anaerobik degradasi bahan-bahan organik
dapat menghasilkan bahan-bahan toksik dan menimbulkan bau busuk
(Herlambang, 2002).
Karakteristik limbah cair dapat dilihat dari pH, TSS, COD dan BOD.
Karakteristik limbah cair tersebut memiliki baku mutu yang harus dipenuhi oleh
-
8
setiap industri. Baku mutu air limbah tahu yang direkomendasikan berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 tahun 2014
mencakup 4 parameter yaitu: pH (6-9), TSS (200 mg/L), COD (300 mg/L), dan
BOD (150 mg/L). Sedangkan baku mutu air limbah tahu yang direkomendasikan
berdasarkan Peraturan Daerah Lampung Nomor 11 tahun 2012 mencakup 4
parameter yaitu: pH (6-9), TSS (50 mg/L), COD (200 mg/L), dan BOD (75
mg/L). Pada umunya limbah cair tahu memilikipH 4.9, TSS 1198 mg/L, COD
8640 mg/l, dan BOD 6586 mg/l (Kaswinarni,2007). Apabila karakteristik air
limbah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan, maka akan terjadi pencemaran
lingkungan, sehingga diperlukan pengolahan secara lanjut untuk menurunkan
beban pencemaran, agar diketahui pengolahan air limbah tahu yang sesuai dengan
karakteristik limbah tersebut. Setelah itu, menghitung beban pencemaran yang
terdapat dalam pembuangan limbah tahu di Kelurahan Gunung Sulah untuk
menentukan rancangan dasar sistem pengolahan limbah tahu sederhana, yang
dirancang secara kommunal atau bersamaan untuk mengefesiensi biaya, dan
menghasilkan manfaat tambahan bagi industri itu sendiri dengan melakukan
pemilihan teknologi yang sesuai untuk menghitung biogas yang dihasilkan
sebagai bentuk pemanfaatan energi, lalu menghitung potensi menghitung potensi
penurunan emisi gas rumah kaca. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya
menurunkan pencemaran lingkungan akibat air limbah yang tidak mengalami
pengelolaan lebih lanjut.
-
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang populer. Selain rasanya
enak, harganya murah dan nilai gizinya pun tinggi. Hasil studi menunjukkan
bahwa tahu kaya protein bermutu tinggi, tinggi sifat komplementasi proteinnya,
ideal untuk makanan diet, rendah kandungan lemak jenuh dan bebas kolesterol,
kaya mineral dan vitamin, makanan alami yang sehat dan bebas dari senyawa
kimia yang beracun(Koeswara,1995). Proses tahu di Indonesia masih sebatas
industri kecil dan menengah, namun walaupun hanya sebatas industri kecil,
keberadaan industri tahu sudah banyak didirikan. Sentra produksi tahu terbesar di
Bandar Lampung terletak di Kelurahan Gunung Sulah Kecamatan Sukarame
dengan jumlah 166 industri.
Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2006 dapat
diketahui proses produksi tahu secara rinci dapat dilihat pada diagram alir
proses produksi tahu dibawah ini.
-
10
`
Gambar 2. Diagram Alir Proses Pembuatan Tahu
Pencucian
Perendaman
KedelaiRendaman
KedelaiBersih
Ditiriskan, digilingkan, dan ditambah air
Bubur Kedelai
Dimasak
Disaring
Susu Kedelai
Ditiriskan, digiling, dan ditambah larutanpengendap sedikit demi sedikit sambil diaduk
pelan-pelan
Campuran padatan tahu dan cairan
Pembuangan Cairan
Pencetakan
Tahu
Air
Ampas Tahu
Air untuk Pencucian Air Limbah
Air LimbahAir untuk Pencucian
-
11
Produksi pengolahan tahu di Indonesia masih sangat bervariasi dan belum ada
standar yang dapat digunakan secara nasional. Menurut Suprapti (2005), tahu
dibuat dari kacang kedelai dan dilakukan proses penggumpalan. Kualitas tahu
sangat bervariasi karena perbedaan bahan penggumpalan dan perbedaan proses
pembuatan. Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan
menggumpal bila bereaksi dengan asam. Penggumpalan protein oleh asam cuka
akan berlangsung secara cepat dan serentak diseluruh bagian cairan sari kedelai,
sehingga sebagian besar air yang semula tercampur dalam sari kedelai akan
terperangkap didalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan tekanan, semakin banyak air yang dapat
dikeluarkan dari gumpalan protein, gumpalan protein itulah yang disebut sebagai
“tahu”. Standar kualitas tahu menurut Suprapti (2005), sebagai berikut:
1. Air
Meskipun merupakan komponen terbesar dalam produk tahu, yaitu
meliputi (80% - 85%), namun air tidak ditetapkan sebagai karakteristik
dalam penentuan kualitas tahu.
2. Protein
Komponen utama yang menentukan kualitas produk tahu adalah
kandungan proteinnya. Dalam standar mutu tahu, ditetapkan kadar
minimal protein dalam tahu adalah sebesar 9% dari berat tahu.
3. Abu
Abu dalam tahu merupakan unsur mineral yang terkandung dalam
-
12
kedelai. Apabila kadar abu tahu terlalu tinggi, berarti telah tercemar oleh
kotoran, misalnya tanah, pasir yang mungkin disebabkan oleh cara
penggunaan batu tahu yang kurang benar. Garam (NaCl) termasuk
dalam kelompok abu, namun keberadaan garam dalam produk tahu
merupakan hal disengaja dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
daya tahan, dan cita rasa. Selain garam kadar abu yang
diperbolehkan ada dalam tahu adalah 1% dari berat tahu.
4. Serat Kasar
Serat kasar dalam produk tahu berasal dari ampas kedelai dan kunyit
(pewarna). Adapun kadar maksimal serat yang di perbolehkan adalah
0,1% dari berat tahu.
5. Logam Berbahaya
Logam berbahaya (As, Pb, Mg, Zn) yang terkandung dalam tahu antar
lain dapat berasal dari air yang tidak memenuhi syarat standar air
minimum, serta peralatan yang digunakan, terutama alat penggilingan.
6. Zat Pewarna
Zat pewarna yang harus digunakan untuk pembuatan tahu adalah
pewarna alami (kunyit) dan pewarna yang diproduksi khusus untuk
makanan.
7. Bau dan Rasa
Adanya penyimpangan bau dan rasa menandakan telah terjadi kerusakan
(basi atau busuk) atau pencemaran oleh bahan lain.
-
13
8. Lendir dan Jamur
Keberadaan lendir dan jamur menandakan adanya kerusakan atau
kebusukann.
9. Bahan Pengawet
Untuk memperpanjang masa simpan, maka tahu dapat dicampur bahan
pengawet yang diizinkan berdasarkan SK Menteri Kesehatan, antara lain:
a. Natrium benzoat dengan dosis0,1%
b. Nipagin dengan dosis maksimal 0,08%,dan
10. Bakteri E.Coli
Bakteri ini dapat berada dalam produk tahu bila mana dalam proses
pembuatannya digunakan air yang tidak memenuhi standar air minum.
Departemen perindustrian telah mengeluarkan standar mutu tahu yaitu SNI
Nomer. 01-3142-1998. Standar ini meliputi beberapa parameter yang
mempengaruhi mutu tahu, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Mutu Tahu menurut SNI Nomer. 01-3142-1998
No Jenis Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan :
a. baub. rasac. warnad. penampakan
Normal NormalPutih normal atau kuning normalNormal tidak berlendir dan tidak berjamur
2. Abu % b/b Maksimal 1,03. Protein (N x 6,25) % b/b Minimal 9,04. Lemak % b/b Minimal 0,55. Serat kasar % b/b Maksimal 0,16. Bahantambahan
Pangan% b/b Sesuai SNI 01-0222-M dan peraturan Ment.
Kes No.722/Ment. Kes/per/IX/19887. Cemaran arsen mg/kg Maksimal 1,08. Cemaran mikroba
- E.coli- Salmonella
APM/g/25g
Maksimal 6 Negatif/25gram
Sumber : Departemen Perindustrian (1998).
-
14
2.2 Air Limbah
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah limbah yang di buang tanpa
pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau
kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat bersal dari rumah tangga
(domestic) maupun industri (Mulia, 2005). Air limbah industri umumnya terjadi
sebagain akibat adanya pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air
umumnya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
a) Sebagai air pendingin,untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses
industri.
b) Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku
c) Sebagai air proses, misalnya pada umpan boiler pada pabrik minuman, dan
sebagainya.
d) Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalalasi
Zat-zat yang terkandung dalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai
dengan pemakaiannya di masing-masing industri. Oleh sebab itu dampak yang
di akibatkan juga sangat bervariasi tergantung pada zat-zat yang terkandung di
dalamnya.
2.3 Limbah Industri Tahu
Limbah merupakan zat sisa atau bahan yang dihasilkan dari proses pembuatan
produk dari suatu industri yang kurang memiliki nilai guna. Limbah merupakan
zat sisa atau bahan yang dihasilkan dari proses pembuatan produk dari suatu
industri yang kurang memiliki nilai guna. Limbah industri tahu adalah limbah
-
15
yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu maupun pada saat pencucian
kedelai. Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat dan cair. Limbah padat
pabrik pengolahan tahu berupa kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah,
kulit kedelai, dan benda padat lain yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan
bubur kedelai yang disebut dengan ampas tahu.
Air limbah pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman, pencucian
kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan pengepresan
atau pencetakan tahu. Kandungan limbah padat tahu yaitu protein (23,35%),
lemak (5,54%), karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%), dan air
(10,53%) (Bapedal, 1994). Komposisi air limbah tahu sebagian besar terdiri dari
air (99,9%) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid)
dan tidak terlarut (suspended solid) sebesar0,1%. Partikel-partikel padat dari zat
organik (± 70%) dan zat anorganik (± 30%).Zat-zat organik terdiri dari protein
(± 65%), karbohidrat (± 25%),lemak (± 25%) (Djabu, 1991).
.Baku mutu air air limbah tahu yang direkomendasikan berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 tahun 2014 mencakup 4
parameter yaitu: BOD (150 mg/L), COD (300 mg/L), TSS (200 mg/L), dan pH (6-
9). Pada umunya air limbah tahu memiliki memilikiBOD 6586 mg/l, COD 8640
mg/l, TSS 1198 mg/L, pH 4.9, Suhu 48oC (Kaswinarni,2007). Air limbah tahu dengan
karakteristik mengandung bahan organik tinggi dan kadar cemaran yang cukup,
jika langsung dibuang ke badan air maka akan menurunkan daya dukung
lingkungan. Oleh sebab itu, industri tahu memerlukan suatu pengolahan limbah
yang bertujuan untuk mengurangi resiko beban pencemaran yang ada, karena
-
16
apabila 1 ton tahu yang diproduksi dapat menghasilkan limbah sebanyak 3000 –
5000 (Subekti, 2011).
Sebagian besar air limbah yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah
cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut dengan air dadih.
Cairan ini mengandung kadar protein yang tinggi dan dapat segera terurai.
Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu
sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari lingkungan (Kaswinarni,
2007). Air limbah merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari
lingkungan. Limbah ini terjadi karena adanya sisa air tahu yang tidak
menggumpal, potongan tahu yang hancur karena proses penggumpalan yang tidak
sempurna serta cairan keruh kekuningan yang dapat menimbulkan bau tidak sedap
bila dibiarkan (Nohong, 2010).
Air limbah yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut,
akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akanmenghasilkan zat
beracun. Bila dibiarkan dalam airlimbah akan berubah warnanya menjadi coklat
kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini akan mengakibatkan sakit
pernapasan. Pemanfaatan limbah padat atau yang sering kita sebut ampas tahu
dapat diolah kembali menjadi tempe gembus, sebagai pakan ternak, seperti ayam,
bebek, sapi, kambing dan sebagainya. Limbah industri tahu yang berupa cair juga
dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan biogas.
Biogas adalah gas pembusukan bahan organik oleh bakteri dalam kondisi anaerob.
Air limbah industri tahu ini mempunyai kandungan bahan-bahan organik sehingga
sangat memungkinkan untuk bahan sumber energi gas Biogas. Biogas sangat
-
17
bermanfaat bagi alat kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan sehari-hari,
misalnya sebagai bahan bakar kompor (untuk memasak), lampu, penghangat
ruangan/gasolec, suplai bahan bakar mesin diesel, untuk pengelasan (memotong
besi) (Suyitno, 2010). Sedangkan manfaat bagi lingkungan adalah dengan proses
fermentasi oleh bakteri anaerob, tingkat pengurangan pencemaran lingkungan
dengan parameter BOD dan COD akan berkurang sampai dengan 98% dan air
limbah telah memenuhi standar baku mutu pemerintah sehingga layak di buang ke
sungai. Biogas secara tidak langsung juga bermanfaat dalam penghematan energi
yang berasal dari alam, khususnya sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (minyak bumi) sehingga sumber daya alam tersebut akan lebih
hemat dalam penggunaannya dalam jangka waktu yang lebih lama lagi (Prasetyo,
2008).
2.4 Karakteristik Air Limbah
Secara umum karakteristik air buangan dapat digolongkan atas sifat fisika,
kimia, dan biologi. Akan tetapi, air buangan industri biasanya hanya terdiri dari
karakteristik fisika dan kimia. Menurut (Kaswinarni, 2007) parameter yang
digunakan untuk menunjukkan karakter air buangan industri tahu adalah sebagai
berikut:
1. Parameter fisika, seperti kekeruhan, suhu, zat padat, bau danlain-lain.
2. Parameterkimia,dibedakan atas kimia organik dan kimia anorganik.
Kandungan organik (BOD, COD), oksigen terlarut (DO), minyak atau
lemak, nitrogen total, dan lain-lain. Sedangkan kimia anorganik
meliputi: pH, Pb, Ca, Fe, Cu, Na, sulfur, danlain-lain.
-
18
Beberapa karakteristik air limbah industri tahu yang penting antara lain:
2.4.1 TSS (Total Suspended Solids)
TSS merupakan bahan-bahan yang melayang dan tidak larut dalam
air.Padatan tersuspensi sangat berhubungan erat dengan tingkat
kekeruhan air.Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang
ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan
dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan
disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut. Semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut,
maka air semakin keruh (Effendi, 2003).
Adapun rumus menghitung nilai TSS yaitu;
2.4.2 Derajat Keasaman (pH)
Air limbah indutri tahu sifatnya cenderung asam, pada keadaan asam
ini akan terlepas zat-zat yang mudah untuk menguap. Hal ini
mengakibatkan air limbah industri tahu mengeluarkan bau busuk
akibat adanya penambahan asam pada saat produksi.Baku mutu yang
ditetapkan untuk parameter pH yaitu sebesar 6-9.
2.4.3 Nitrogen-Total (N-Total)
Nitrogen Total merupakan campuran senyawa kompleks antara lain
asam-asam amino, gula amino, dan protein (polimer asam amino).
TSS (mg/L) = Berat B – Berat A X 1000
Volume Larutan
-
19
Ammonia (NH3) merupakan senyawa alkali yang berupa gas tidak
berwarna dan dapat larut dalam air. Pada kadar dibawah 1 ppm dapat
terdeteksi bau yang sangat menyengat. Kadar (NH3) yang tinggi
dalam air selalu menunjukkan adanya pencemaran. Ammonia bebas
(NH3) yang tidak terionisasi bersifat toksik terhadap organisme
akuatik. Toksisitas ammonia terhadap organisme akuatik akan
meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu
(Effendi, 2003).
Senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam air limbah tahu
akan terurai oleh mikroorganisme menjadi karbondioksida (CO2), air
serta ammonium, selanjutnya ammonium akan dirubah menjadi nitrat.
Proses perubahan ammonia menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat
disebut proses nitrifikasi. Untuk menghilangkan ammonia dalam air
limbah sangat penting, karena ammonia bersifat racun bagi biota
akuatik (Herlambang, 2002).
2.4.4 BOD (Biochemical OxygenDemand)
BOD menjadi parameter untuk menilai jumlah zat organik yang
terlarut serta menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh
aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan zat organik secara
biologis di dalam air limbah. Air limbah industri tahu mengandung
bahan-bahan organik terlarut yang tinggi, nilai BOD yang tinggi
menunjukkan terdapat banyak senyawa organik dalam limbah,
sehingga banyak oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk
-
20
menguraikan senyawa organik. Nilai BOD yang rendah menunjukkan
terjadinya penguraian limbah organik oleh mikroorganisme (Zulkifli,
2001). Baku mutu air limbah industri atau usaha untuk parameter
BOD adalah maksimum 50 mg/l. Adapun tingkat pencemaran
berdasarkan nilai BOD dapat disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD
Nilai BOD (mg/L) Tingkat Pencemaran
750 Sangat Berat
Sumber :Keputusan Menteri Negara Lingkungan HidupNo.3/MENLH/1/1998
Adapun rumus cara mengukur nilai BOD yaitu;
2.4.5 COD (Chemical Oxygen Demand)
Menggambarkan jumlah total oksigen yang di perlukan untuk
mengoksidasi bahan organik secara kimiawi,baik yang dapat
didekomposisi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar di
dekomposisi secara biologis (nonbiodegradable). Jika kandungan
senyawa organik maupun anorganik cukup besar, maka oksigen
terlarut di dalam air dapat mencapai nol, sehingga tumbuhan air, ikan-
ikan, hewan air lainnya yang membutuhkan oksigen tidak
BOD (mg/L) = (D0-D5) – (B0-B5) (1-P)
P
-
21
memungkinkan hidup (Wardana, 2004). Nilai COD akan selalu lebih
besar daripada BOD karena kebanyakan senyawa lebih mudah
teroksidasi secara kimia daripada secara biologi. Baku mutu air
limbah industri atau usaha untuk parameter COD adalah maksimum
100mg/l. Pengukuran COD membutuhkan waktu yang jauh lebih
cepat, yakni dapat dilakukan selama 3 jam, sedangkan pengukuran
BOD paling tidak memerlukan waktu 5 hari. Jika nilai antara BOD
dan COD sudah diketahui, kondisi air limbah dapat diketahui
(Kaswinarni,2007). Adapun tingkat pencemaran berdasarkan nilai
COD dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tingkat Pencemaran Berdasarkan Nilai COD
Nilai COD (mg/L) Tingkat Pencemaran1500 Sangat BeratSumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.3/MENLH/1/1998
Air Limbah pabrik industri merupakan limbah agroindustri yang mengandung
bahan organik dan nutrien tinggi. Menurut (Nurhasan,1991) karakteristik air
limbah tahu antara lain:
a. Temperatur air limbah tahu biasanya tinggi (60–80°C), karena proses
pembuatan tahu butuh suhu tunggi pada saat penggumpalan dan
penyaringan.
b. Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya
suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi mengalami
penguraian hayati maupun kimia sehingga berubah warna. Proses ini
-
22
merugikan karena air buangan berubah menjadi warna hitam dan busuk
yang memberi nilai estetika kurang baik.
c. Bau air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein
oleh mikroba alam sehingga timbul bau busuk dari gas H2S.
d. Kekeruhan pada limbah disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi
dan terlarut dalam air limbah pabrik tahu.
e. pH rendah, air limbah tahu mengandung asam cuka sisa proses
penggumpalan tahu sehingga air limbah tahu bersifat asam. Pada
kondisi asam ini terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas.
f. COD dan BOD tinggi. Pencemaran air limbah organik pada suatu
perairan diukur dengan uji COD dan BOD. Angka COD biasanya lebih
besar 2-3 kali angka BOD. Nilai COD menunjukkan banyaknya
oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi oleh zat-zat organik
yang terkandung dalam air limbah. Nilai COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh bahan - bahan organik yang secara alamiah dapat
dioksidasikan melalui proses biologis, dan mengakibatkan
berkurangnya oksigen terlarut dalam air. Air limbah dari tahu yang
paling berbahaya apabila dibuang secara langsung ke lingkungan .
2.5 Pengolahan Air Limbah Industri Tahu
Berbagai upaya untuk mengolah air limbah industri tahu telah dicoba dan
dikembangkan. Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan
tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara
fisika, kimia maupun biologis.
-
23
1. Fisik
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran khususnya
padatan tersuspensi atau koloid dari air limbah. Dalam pengolahan air limbah
industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain adalah
filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan) menggunakan
media penyaring terutama untuk menjernihkan dan memisahkan partikel-
partikel kasar dan padatan tersuspensi dari air limbah. Padatan tersuspensi
yang lolos dari penyaringan selanjutnya disisihkan dalam unit sedimentasi
dengan menambahkan koagulan sehinggga terbentuk flok. Proses ini
termasuk proses kimia. Dalam sedimentasi, flok-flok padatan dipisahkan dari
aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
2. Kimia
Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-senyawa polutan
dalam air limbah dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi kimia
lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan air limbah
industri tahu diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam
proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung
menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam air limbah melalui sifat adsorpsi
koloid tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid
bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya Van der Waals menarik ion-ion
bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan
stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh (stern) yang
bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan
membentuk lapisan kedua (lapisan difusi). Kedua lapisan tersebut bersama-
-
24
sama menyelimuti partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil.
Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil cenderung tidak mau bergabung
satu sama lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih besar, sehingga tidak
dapat dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi (Davis,1998).
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit, aluminium, kapur,
dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi
adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan, sehingga membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
3. Biologi
Proses ini sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan
zat-zat inhibitor terutama zat-zat beracun. Mikroorganisme yang digunakan
untuk pengolahan limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa. Sedangkan
tumbuhan air yang mungkin dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic
weeds). Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan anaerobik,
anaerobik-biogas, aerobik, kombinasi anaerobik dan aerobik (Salmin. 2005).
-
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kelurahan Gunung Sulah kecamatan Way Halim,
dan dilakukan uji kualitas air limbah di Laboratorium Pengolahan Limbah
Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada bulan Maret sampai Juni 2019.
3.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan yaitu erlenmayer, buret, beaker glass, labu ukur, pH
meter, tabung BOD, DO meter, spektrofotometer, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet ukur, timbangan digital, cawan porselen, oven, desikator, tabung
sentrifuge, kertas label, dan peralatan keselamatan laboratorium. Bahan-bahan
yang digunakan adalah air limbah industri tahu, K2CrO7, H2SO4, Ag2SO4, buffer
fosfat, CaCl3, MgSO4, FeCl3, dan bibit mikroba seed, dan kuisioner.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan mengenai potensi
air limbah tahu sebaagai biogas untuk menurunkan beban pencemaran,
menurunkan gas emisi rumah kaca dan menambah manfaat ekonomi bagi industri
-
26
tahu tersebut. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui data primer dan
data sekunder berupa kajian literatur dan observasi. Studi literatur didapat dari
berbagai sumber jurnal, buku, dan dokumentasi. Selain studi literatur peneliti
juga langsung kelapangan melakukan observasi dan wawancara. Fokus penelitian
ini adalah mengenai potensi limbah cair ahu sebagai biogas untuk menurunkan
beban pencemaran, menurunkan gas emisi rumah kaca dan menambah manfaat
ekonomi bagi industri tahu.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dan pengolahan
data. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengetahui data produksi air
limbah per hari dan data debit air limbah hasil produksi. Pengambilan data
kualitas air limbah dilakukan sebanyak lima (5) kali yaitu pada bulan Maret
hingga Juni 2019 saat jam puncak produksi dengan mengasumsikan semua proses
produksi sedang berlangsung yaitu pada pukul 07.00 – 12.00 WIB sehingga
sampel telah mewakili kondisi sebenarnya. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini dilakukan dengan cara :
Teknik observasi
Teknik observasi digunakan untuk mengetahui tentang gambaran umum kondisi
fisik industri tahu di Bandar Lampung yang berkaitan dengan pengelolaan limbah
yang dilakukan oleh industri tahu dengan datang langsung ke lokasi.
-
27
Teknik wawancara
Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh informasi awal
mengenai profil industri tahu, antara lain nama pemilik industri tahu, proses
pembuatan tahu, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi tahu perhari. Wawancara
dilakukan teknik wawancara langsung dengan para pemilik industri tahu yang ada
di Bandar Lampung.
Teknik Angket (kuisioner)
Teknik angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai profil industri
tahu, proses produksi tahu, bahan baku yang digunakan, tenaga kerja yang terlibat
dan cara pengelolaan limbah hasil industri tahu. Teknik ini dilakukan dengan cara
mendatangi pemilik industri tahu di Bandar Lampung secara langsung dan
memberikan angket berisi daftar pertanyaan untuk dijawab.
Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan
sampel, proses produksi tahu, pengelolaan limbah cair tahu, serta hal-hal lain yang
bersangkutan dengan penelitian ini.
Teknik analisis data
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan mengenai potensi
limbah cair tahu sebagai biogas, pupuk cair, untuk menurunkan beban
pencemaran, menurunkan gas emisi rumah kaca dan menambah manfaat ekonomi
bagi industri tahu tersebut. Data yang diperoleh dapat dikaji melalui studi literatur
yang diperoleh dari berbagai jurnal. Pengolahan data dilakukan dengan cara
melakukan perhitungan prediksi beban pencemaran air limbah yang dihasilkan
-
28
oleh industri tahu. Membandingkan data kualitas air limbah (nilai parameter
BOD, COD, TSS, dan pH) dengan standar baku mutu air limbah sesuai dengan
Peraturan Daerah Lampung Nomor 11 Tahun 2012 dan Peraturan Kementrian
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014. Selanjutnya apabila data kualitas air
limbah melebihi standar baku mutu maka dilakukan pengelolaan air limbah tahu
menjadi potensi energi melalui pembentukan biogas, potensi pupuk cair, dan
menghitung penurunan gas emisi rumah kaca sesuai dengan karakteristik limbah
cair tahu. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dan disajikan pada Gambar
3.
Gambar 3. Diagram alir pelaksaanaan penelitian
Air limbahindustri tahu
Hasil proses produksi
Analisis pH, TSS, BOD dan COD
Sesuaikan dengan baku mutu industri tahu
Menentukan karakteristik limbah
Menentukan Teknologi pengolahan air limbah tahu
Menentukan desain IPAL
Menghitung potensi gas metana, biogas, potensi energi danpenurunan gas emisi rumah kaca.
-
29
Analisis pengukuran pH, BOD (Biology Oxygen Demand), COD (Chemical
Oygen Demand), dan TSS (Total Suspended Solid) dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Pengukuran pH
Gambar 4. Diagram alir pengukuran pH
b. Pembuatan Larutan Pengencer
Gambar 5. Diagram alir pembuatan larutan pengencer
Sampel air limbah tahusebanyak 10 ml
Masukkan kedalam gelas ukur
Masukkan pH meter kedalam gelas ukur
Mengukur pH sampel
Dicatat pH sampel
1 L aquades
Masukkan ke dalam erlenmayer 1000 ml
Tambahkan Buffer Fosfat, FeCl3, CaCl2. MgSO4 (masing-masing1 ml)
Dihomogenkan
Hasil
Larutan Pengencer
-
30
c. Pengukuran TSS (Total Suspended Solids)
Gambar 6. Diagram alir pengukuran TSS
Kertas saring whattman
Masukkan ke dalam oven lalu dipanaskan T= 1050C t = 600C
Masukkan ke dalam desikator t = 10 menit
Timbang kertas saring hingga berat nya konstan
Sampel sebanyak 20 ml
Homogenkan
Saring sampel dengan kertas saring dan corong
Ambil endapan, masukkan ke dalam cawan
Masukkan cawan ke dalam oven T = 1050C t = 600C
Dinginkan di desikator t = 10 menit
Timbang kertas saring hingga berat konstan Berat B
Berat A
-
31
d. Pengukuran BOD (Biology Oxygen Demand)
Gambar 7. Diagram alir pengukuran BOD
Sampel 100 ml yang telah diukurpH nya
Masukkan ke dalam labu ukur 1000 ml
Tambahkan larutan pengencer
Homogenkan
Ukur DO (Demand Oxygen)
Masukkan ke dalam tabung BOD (Biology Oxygen Demand)
Inkubasi selama 5 hari
Ukur (Biology Oxygen Demand) dengan DOmeter
Hasil
-
32
d. Pengukuran COD (Chemical Oxygen Demand)
Gambar 8. Diagram alir pengukuran COD
Sampel air limbah tahu 100 ml
Siapkan tabung reaksi yang berisi larutan asam sulfat sebanyak 3,5 ml
Tambahkan reagen (high range) sebanyak 1,5 mlkedalam tabung reaksi yang berisi asam sulfat
Sampel air limbah tahu sebanyak 0,2 ml
Homogenkan
Panaskan di DRB T = 1050C t = 2 jam
Diamkan hingga suhu 900C
Diangkat dari DRB hingga suhu turun
Ukur COD dengan spektrofotometri
Hasil
-
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan penelitian ini yaitu;
1. Berdasarkan parameter kualitas air limbah industri tahu di kelurahan Gunung
Sulah kecamatan Way Halim, tidak memenuhi baku mutu yang telah
ditetapkan menurut Peraturan Daerah Lampung No 11 th 2012 dan PERMEN
LH No 5 th 2014 untuk pH, TSS, BOD, dan COD berturut-turut yaitu 4.3 ;
8440 mg/l ; 4400 mg/l ; 10360 mg/l
2. Ditinjau dari lokasi bahwa pabrik tahu (Home Industry) untuk proses
pengolahan air limbah menggunakan teknologi proses biofilter kombinasi
aerob dan anaerob dengan hasil pengolahan kualitas air limbah tahu yang
meliputi pH, TSS, BOD dan COD berturut-turut 7.5 ; 6.014 mg/l ; 31.35 mg/l ;
dan 73.82 mg/l sehingga dapat dikatakam memenuhi baku mutu air limbah
industri tahu setelah mengalami proses pengolahan.
3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, air limbah industri tahu di
kelurahan Gunung Sulah Way Halim, kecamatan Way Halim menghasilkan
potensi biogas sebesar 69.62 m3/ton kedelai, potensi energi sebesar 2436.7MJ,
produksi listrik sebesar 236.9 dan potensi reduksi Gas Rumah Kaca (GRK)
sebesar 1044.3 kg CO2e/ton kedelai.
V. KESIMPULAN
-
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2014. Sumber Limbah Cair Industri Pembuatan Tahu.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31003/7/Cover.pdf, diakses14 Oktober 2018).
Adack, J. 2013. Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap LingkunganHidup. Lex Administratum Vol. I Juli-September No. 3
Anggraini, 2013. Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakanSystem Batch. Jurnal No. 1 dan 2
Arvin. E. dan Harremoes. P. 1990. Concepts And Models For Biofilm ReactorPerformance. pp 177-192 dalam Technical Advances in Biofilm Reaktors.Water Science and Technology. Bernard. J. (editor). Vol. 22. Number 1 / 21990. Printed In Great Britain.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-3142-1998. Standar mutu tahu. BSN.Jakarta
BPPT. 2014. Penurunan Kandungan BOD, COD, dan TSS. (http://jtk.bppt.ac.id/index.php/djtk/article/viewFile/12/54/44/96/95, diakses 14 Oktober2018).
Davis, M. L. and D. A. Cornwell. 1998. Introduction to EnvironmentalEngineering 3 rd Edition. Mc.Graw Hill. Singapore
Djabu, U. 1991. Pedoman Bidang Studi Pembuangan Tinja dan Air Limbah padaSanitasi Lingkungan. Jakarta: Depkes RI Pusat Pendidikan TenagaKesehatan.
Effendi. 2003. Senyawa Organik pada Limbah Cair Tahu. Tesis. ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro: Semarang.
Hasanudin, U. 2007. Biogas Production from agro-industries wastewater.Workshop on “Commercialization of Renewable Energy Recovery fromAgroindustry Wastewater”, February 1st 2007, University of Lampung.
Hidayat, S. 2012. Pengelolaan Limbah Tahu Jakarta: IT. Gramedia.
-
Herlambang, A. 2002. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Industri. TIEMLBPPT
Herlambang, A. 2005. Penghilangan Bau Secara Biologi Dengan BiofilterSintetik. JAI. Vol.1, No. 1. Kelompok Teknologi Pengolaan Air Bersih DanLimbah Cair, Pusat Pengkajian Dan Penerapan Teknologi Lingkungan,BPPT.
Institute for Global Environmental Strategis (IGES), 2014. Yogyakarta
Jenie, B.S.L. 1995. Utilization of Tofu and Tapioca Solid Wastes and Rise Brandto Produce Red Pigments by Monascus Pupureus in Tofu Liquid WasteMedium, Journal Indonesian Food and Nutrision Progress, Vol. 2 no.2, hal24 – 29. Nurhasan dan B. Pramudyanto. 1999 Pengolahan Air BuanganIndustri Tahu. Yayasan Bina Lestari dan Walhi. Semarang.
Kaswinarni. 2007. Jenis-jenis Limbah Industri Tahu. Jakarta: Jurnal Lingkungan13:4.
Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No.3/MENLH/1/1998. Baku MutuLimbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014 Tentang Baku MutuAir Limbah. Jakarta: Sekertariat Lingkungan Hidup.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995 tentang BakuMutu Limbah Cair Industri.
Koswara, S. 1995. Nilai gizi, pengawetan dan pengolahan tahu. Jakarta : 1.
Mahida, U.N. 2003. Pencemaran Air dan Pemanfaatan limbah Industri. Jakarta:Rajawali.
Matilda, Filomena, Danang Biyatmoko, Akhmad Rizali, Abdullah. 2016.Peningkatan kualitas efluen air limbah industri tahu pada sistem lumpuraktif dengan variasi laju alir menggunakan arang aktif kayu ulin(Eusideroxylon zwageri). Enviro scienteae 12 (3) : 207-215.
Mulia. Ricki M.2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta :Graha Ilmu.
Murbandono, L. 2001. Membuat Kompos. Penebar Swadaya, Depok.
Metcalf, dan Eddy. 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. FourthEdition. Interantional edition. New York : McGraw-Hill.
Metcalf, dan Eddy. 2008. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. FourthEdition. Interantional edition. New York : McGraw-Hill
-
Nakamura, I and N.V. Parin. 2006. Snake Mackerels and Cutlassfishes of TheWorld. FAO Species Catalogue No. 125 Vol. 15. FAO. Rome.
Nathanson, J. A. 1997. Basic Environmental Technology 2nd ed. Prentica Hall,Ohio.
Nurhasan, dan Pramudyanto. B.B (1991) Penangangan Air Limbah Tahu.Yayasan Bina Karya Lestari, Jakarta, http://www.menlh.go.id/usaha-keildiakses tanggal 16 Oktober 2018.
Nurhasan. 1999. Penanganan Air Limbah Tahu Dan Tempe. Sinar Harapan :Jakarta
Nohong. 2010. Limbah Cair Tahu. Semarang: Yayasan Bina Karya Lestari.
Peraturan Gubernur Lampung No 7 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air LimbahBagi Usaha dan/atau Kegiatan di Provinsi Lampung.
Said Idaman. N dan Wahyono Dwi Heru. 1999 Teknologi Pengolahan Air LimbahTahu Tempe dengan Proses Biofilter Anaerob-aerob Jurnal : BPPT
Said Idaman. N dan Wahyono Dwi Heru. 2005 Teknologi Pengolahan Air LimbahTahu Tempe dengan Proses Biofilter Anaerob-aerob. Jurnal BahasaIndonesia, Vol 1, No. 1. Jakarta
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Peraiaran.Oseana. Volume XXX, No 3: 21-26.
Sani, E. Y. 2006. Pengolahan Air Limbah Tahu Menggunakan Reaktor AnaerobBersekat dan Aerob. Tesis. Program Magister Ilmu Lingkungan ProgramPascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang
Siregar, SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Kanisius
Sugiharto. 2007. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta : UniversitasIndonesia Press.
Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta:ANDI.
Subekti, Sri. 2011. Pengolahan Limbah Cair Tahu Menjadi Biogas Sebagai BahanBakar Alternatif. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik UNPAND,Semarang
Suprapti, M. L. 2005. Pembuatan Tahu. Kanisius: Yogyakarta.
-
Suyitno, M. Nizam, dan Dharmanto. 2010. Teknologi Biogas. Pembuatan,Operasional dan Pemanfaatan. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Sriharti, Takiyah S. 2004. Teknologi Penanganan Limbah Cair Tahu. SeminarNasional Rekayasa Kimia Dan Proses. UPT Balai Pengembangan TeknologiTepat Guna – LIPI
Tchobanoglous, G., Hilary theisen, Samuel, A. Vigil, 2003. Intregated SolidWaste Management”. MC – Graw Hill International Editions – CivilEngineering Series. New York – United States.
Wardana, 2004. Karakteristik Limbah Cair Tahu BOD (Biochemical OxygenDemand). Tugas Akhir dan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan.Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Widyaningsih, V. 2011. Pengolahan Limbah Cair Kantin Yogma Fisip UI.Skripsi. Jarakta: Program Studi Teknik Lingkungan UI.
Wenas, R.I.F, Sunaryo, dan Styasmi, S. 2002. Comperative Study onCharacteristics of Tannery, "Kerupuk Kulit", "Tahu-Tempe" and TapiocaWaste Water and the Altemative of Treatment. Environmental Technology.Ad. Manag. Seminar, Bandung, January 9-10, 2003 p. Pos 5-1 - pos 5-8.
Zulkifli dan Ami. 2001. Nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand). Tugas Akhirdan Perencanaan Jurusan Teknik Lingkungan. Yogyakarta: UniversitasIslam Indonesia.
1. cover depan.pdf (p.1)2. A ABSTRACT INGGRIS YANG BENER.pdf (p.2-3)2. B ABSTRAK indo skripsi yg bener.pdf (p.4-5)3. cover dalem.pdf (p.6)4. lembar pengesahan.pdf (p.7-8)5. PERNYATAAN-KEASLIAN-HASIL-KARYA.pdf (p.9)6. RIWAYAT HIDUP naomi.pdf (p.10)7. SANWACANA.pdf (p.11-12)8. DAFTAR ISI nao.pdf (p.13-15)9. DAFTAR TABEL.pdf (p.16-17)10. DAFTAR GAMBAR fix.pdf (p.18-19)bab 1 (halaman fix) spasi oke.pdf (p.20-27)bab 2 fix.pdf (p.28-44)bab 3.pdf (p.61-68)bab 5. kesimpulan air limbah tahu.pdf (p.121)dapus bab 1-4.pdf (p.122-125)