STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI SAWAH …
Transcript of STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI SAWAH …
i
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI SAWAH DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
THE DEVELOPMENT STRATEGY OF THE CULTURAL CENTER OF WET PADDY IN EAST HALMAHERA REGENCY
ABDUL HALIM DJEN KIPU
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
ii
STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA PERTANIAN PADI
SAWAH DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
Tesis
Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Disusun dan diajukan oleh
ABDUL HALIM DJEN KIPU
Kepada
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ABDUL HALIM DJEN KIPU
Nomor Mahasiswa :P0200215001
Program Studi : Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari
terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil
karya orang lain. Saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 25 November 2017
Yang menyatakan
ABDUL HALIM DJEN KIPU
iv
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala
berkat dan rahmat-Nya sehingga tesis yang berjudul “Strategi
Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah Di Kabupaten Halmahera
Timur”, sebagai syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Program Pascasarjana Universitas
Hassanuddin.
Gagasan yang mendasari pemilihan topik ini yaitu timbul dari hasil
pengamatan penulis terhadap aspek pengembangan sentral pertanian padi
sawah di Kabupaten Halmahera Timur yang terbatas keberadaannya,
sedangkan antarstakeholders yang berkepentingan terhadap pengembangan
sentra tersebut berbeda konsep pengembangannya.Penulis bermaksud
meyumbangkan beberapa konsep untuk memperbaiki kondisi sentra pertanian
padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
Penulis menyadari banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan
tesis ini, akan tetapi atas bantuan berbagai pihak penyusunan tesis ini dapat
terselesaikan. Dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Ir.
Ahmad Munir, M.Eng selaku Ketua Program Studi Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah sekaligus sebagai Ketua Komisi Penasehat dan Dr.
Ir. Ria Wikantari, M.Arch, sebagai Anggota Komisi Penasehat atas bantuan
v
dan bimbingan yang telah diberikan sejak peyusunan proposal penelitian
sampai dengan penulisan tesis ini selesai. Terimah kasi pula penulis
sampaikan kepada yang terhormat Dr.Ir.Roland A. Barkey, Dr.Ir. Mahyuddin,
M.Si, dan Dr. Ir. Muh. Hatta Jamil, SP., M.Si atas masukan dan saran yang
telah diberikan untuk penyusunan tesis ini.Ucapan terima kasih juga penulis
sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur yang telah
memberikan tugas belajar kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan.Selain
itu juga penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman PPW
angkatan 2015, yang telah memberikan andil dalam penyusunan tesis ini.
Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan terima kasih kepada isteri
tercinta Nursin Hi Ma‟bud, SE, dan seluruh keluarga besar yang
telahmemberidoa, dukungan dan semangat kepada penulis selama 2 tahun
menempuh studi di kota Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang
membangun dari berbagai pihak, dan kirannya tesis ini dapat bermanfaat bagi
yang membaca.
Makassar, 25 November 2017
Penulis
ABDUL HALIM DJEN KIPU
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………….. ii
PRAKATA ………………………….. iv
ABSTRAK ………………………….. vi
ABSTRACT ………………………….. vii
DAFTAR ISI ………………………….. viii
DAFTAR TABEL ………………………….. xii
DAFTAR GAMBAR ………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………….. xiv
BAB I PENDAHULUAN ………………………….. 1
A Latar Belakang ………………………….. 1
B Rumusan Masalah …………………………. 2
C Tujuan Penelitian …………………………. 3
D Manfaat Penelitian …………………………. 3
E Lingkup Penelitian …………………………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .…………………………. 5
A Pengembangan Wilayah ……………………….…. 5
ix
B Pengembangan Sentra Pertanian ………………………….. 6
C Pengembangan Lahan Pertanian …………………………. 8
D Aspek Prasarana dan Sarana
Produksi
………………………….. 10
E Aspek Sumberdaya Manusia …………………………. 12
F Aspek Kelembagaan …………………………. 13
G Sistem Informasi Geografis (SIG) …………………………. 16
H Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process)
…………………………. 18
I Exspert Choice ………………………….. 21
J Penelitian Terdahulu …………………………. 22
K Kerangka Konseptual …………………………. 23
BAB III METODE PENELITIAN …………………………. 25
A Jenis Penelitian …………………………. 25
B Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………. 25
C Populasi dan Sampel …………………………. 27
D Jenis dan Sumber Data …………………………. 28
E Teknik Pengumpulan Data …………………………. 28
F Teknik Analisis Data …………………………. 30
G Defenisi Operasional …………………………. 36
x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………. 37
A Lokasi Lahan Padi Sawah
Tersedia
…………………………. 37
1 Identifikasi Lahan Padi Sawah
Tersedia
…………………….……. 37
2 Identifikasi Penggunaan Lahan
Padi Sawah
………………………..… 39
3 Identifikasi Lahan Sesuai Padi
Sawah Belum Dikembangkan.
………………………….. 41
4 Identifikasi Lokasi Lahan
Sesuai Padi Sawah Tersedia.
………………………….. 43
B Usulan Strategi dan Aksi
Pengembangan Sentra Pertanian
Padi Sawah
………….………………. 46
1 Perhitungan Faktor
Pembobotan Hirarki untuk
Semua Strategi
…………………………. 46
2 Evaluasi untuk Strategi
Penyediaan Prasarana dan
Sarana Produksi
…………………………. 48
3 Evaluasi untuk Stratergi
Penguatan Sumberdaya
Manusia Petani
…………………………. 50
4 Evaluasi untuk Strategi
Penguatan Kelembagaan
Petani
…………………………. 52
xi
5 Prioritas Global …………………………. 54
C Arahan pengembangan sentra
pertanian padi sawah di
Kabupaten Halmahera Timur
………………………… 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………….…. 60
A Kesimpulan ………………………….. 60
B Saran …………………………. 61
DAFTAR PUSTAKA ………………………….. 62
xii
DAFTAR TABEL
Nomor halaman
1 Skala dasar rangking Analysis Hierarchy
Process (AHP)
……………….. 21
2 Lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah
tersedia
………………. 44
3 Kebutuhan lahan padi sawah oleh rumah
tangga petani per desa
………………. 45
4 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk
Semua Strategi
………………. 47
5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi
Penyediaan Prasarana dan Sarana
Produksi
………………. 49
6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi
Penguatan Sumberdaya Manusia
Petani
………………. 51
7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi
Penguatan Kelembagaan Petani
………………. 53
8 Rangking prioritas keseluruhan aksi ………………. 56
19 Alternatif keputusan ………………. 58
10 Arahan strategi aksi per desa sebagai
sentra sentra pertanian padi sawah
di Kabupaten Halmahera Timur
………………. 59
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1 Kerangka konseptual …………… 25
2 Peta lokasi penelitian sentra pertanian padi
sawah
…………… 27
3 Alur analisis SIG …………… 32
4 Susunan level hirarki Analysis Hierarchy
Process
…………… 33
5 Peta lahan sesuai padi sawah tersedia …………… 39
6 Peta penggunaan lahan sesuai padi sawah …………… 41
7 Peta lahan padi sawah tersedia belum
digunakan
…………… 42
8 Peta lokasi dan luas lahan sesuai padi
sawah tersedia
…………… 43
9 Hasil perhitungan program Expert Choice
11 untuk Semua Strategi
…………… 48
10 Hasil perhitungan dengan program Expert
Choice 11 untuk strategi Penyediaan
Prasarana dan Sarana Produksi
…………… 50
11 Hasil perhitungan dengan program Expert
Choice 11 untuk strategi penguatan
sumberdaya manusia petani
…………… 52
12 Hasil perhitungan dengan program Expert
Choice 11 untuk kriteria Penguatan
kelembagaan petani
…………… 54
13 Hasil perhitungan dengan program Expert
Choice 11 untuk Total Rangking Aksi
…………… 55
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor halaman
1 Peta Rencana Wilayah Pengembangan
Kabupaten Halmahera Timur
……………….. 67
2 Nama dan Jabatan Responden ……………….. 68
3 Peta-peta yang dipakai analisis lokasi
lahan padi sawah
……………….. 69
4 Data Statistik 2017 ……………….. 72
5 Kuisioner AHP ……………….. 74
6 Jenis, Sumber, dan Metode Analisis
Data
……………….. 83
7 Hitungan AHP dengan Expert Choice 11 ……………….. 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pendekatan pengembangan kawasan dirancang untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan mendorong keberlanjutan
kawasan komoditas unggulan.Sentra pertanian diartikan sebagai bagian dari
kawasan yang memiliki ciri tertentu di mana di dalamnya terdapat kegiatan
produksi suatu jenis produk pertanian unggulan.Disamping itu, sentra
merupakan area yang lebih khusus untuk suatu komoditas dalam kegiatan
ekonomi yang telah membudaya yang ditunjang oleh prasarana dan sarana
produksi untuk berkembangnya produk tersebut.(Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 50 Tahun 2012).
Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara, pembagian
wilayah pengembangan dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten
(RTRWK) satu diantaranya adalah wilayah pengembangan Cemara Jaya
meliputi Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur meliputi 11 desa
dengan komoditi yang diusahakan adalah padi sawah sehingga disebut sentra
pertanian padi sawah Cemara Jaya sebagai upaya pengembangan wilayah,
fungsi utama adalah melayani kegiatan usaha tani komoditi padi sawah skala
kabuapten.Pengembangan wilayah yang dimaksud adalah peningkatan
kualitas wilayah dengan mempertimbangkan kelangkaan sumberdaya dan
resiko ekologi.(Litma, 2011 dalam Saragih, 2015).
Upaya melayani kegiatan usaha tani tentulah tidak mudah, karena
berdasarkan data (statistik, 2017) luas lahan padi sawah yang dikembangkan
di sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya adalah 3.404 hektar, jumlah
petani 2.938 orang. Luas lahan tersedia yang telah dikembangkan, jika
dibandingkan dengan jumlah petani sebanyak 2.938rumah tangga petani,
2
maka kepemilikan lahan petani rata-rata hanya 1,2 ha, arinya belum
memenuhi standar kepemilikan luas lahan padi sawah 2 hektar per petani
atau kepala keluarga (KK), artinya masih membutuhkan kurang lebih 2.472
hektar. Luas lahan yang terairi air irigasi teknis hanya seluas 1.661ha, artinya
masih sekitar 1.743 ha lahan padi sawah yang penggunaan airnya tidak
efektif. Petani dalam penggunaan prasarana dan sarana produksi pengolahan
hasil hanya 45,5%, artinya masih 55,5% yang membutuhkan ketersediannya.
Mengindikasikan pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara
Jaya masih dihadapkan pada beberapa permasalahan mendasar yang
memerlukan penanganan secara cermat dan cepat.Permasalahan yang
cenderung dihadapi oleh petani dan pemerintah adalah aspek pengembangan
sentra pertanian padi sawah.Menurut (Tohir, 1983) peningkatan intensitas
kawasan pertanian atau sentra pertanian sejajar dengan peningkatan
produksi.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, maka perlu penelitian
tentang pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera
Timur.
B. Rumusan Masalah
Pada tahun 2012 oleh pemerintah daerah melalui perencanaan
pembangunan daerahnya menetapkan kedua kecamatan tersebut sebagai
sentra pertanian padi sawah dengan tujuan mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh petani padi sawah dan pemerintah daerah dalam hal
pengembangannya.
Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah, petani berharap
aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah dapat terpenuhi, desakan
tersebut didasari oleh ketersediaan aspek pengembangan sentra pertanian
padi sawah masih jauh dari harapan, sementara petani dan pemerintah
daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra
3
pertanian padi sawah bervariasi. Permasalahan sebagaimana penjelasan
tersebut, sampai saat ini belum adanya arahan pengembangan sentra
pertanian padi sawah yang jelas, terlihat pada data statistik yang disajika pada
pendahuluan diatas.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirumuskan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk
pengembangan sentra pertanian padi sawah?
2. Bagaimana prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian
padi padi sawah?
3. Bagaimana menyusun arahan pengembangan sentra pertanian padi padi
sawah di Kabupaten Halmahera Timur?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan
sentra pertanian padi sawah.
2. Mengusulkanprioritas strategidan aksi pengembangan sentra pertanian
padi sawah.
3. Menyusun arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di
Kabupaten Halmahera Timur.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan arahan pengembangan
sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur yang didasarkan
pada lokasi lahan padi sawah tersedia dan preferensi responden terhadap
prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah untuk
pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi
sawah.Diharapkan bermanfaat sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten
4
Halmahera Timur dan petani padi sawah di sentra pertanian padi sawah
padakhususnya untuk menyusun program perencanaan yang tepat
lokasi,tepat strategi,dan tepat aksi untuk pengembangan sentra pertanian padi
sawah.
E. Lingkup Penelitian.
Agar lebih fokus dan terarah, maka pelaksanaan penelitian ini lebih di
tekankan pada:
KecamatanWasile dan Wasile Timur terdiri dari 11 desa yang memiliki
lahan pertanian padi sawah aktual atau merupakan kecamatan asal
kelompok tani padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur, didasarkan
pada arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten
Halmahera Timur sebagai sentra pertanian padi sawah.
Aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah meliputi
ketersediaan lahan padi sawah yang masih dapat dikembangkan dan
meliputi aspek pengembangan lainnya menurut responden petani padi
sawah dan pemerintah daerah yang berkompeten dalam
pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera
Timur
Pemenuhan kebutuhan aspek pengembangan sentra pertanian padi
sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan Wilayah
Hadjisaroso, dalam prihating (1999), pengembangan wilayah adalah
suatu tindakan merencanakan, melaksanakan, dan mengembangkan atau
membangun wilayah atau kawasan didasarkan pertimbangan kondisi dan
potensi fisik, ekonomi dan social budaya pada wilayah bersangkutan dengan
tujuan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat.
Sanusi (2005) mengemukakan pembangunan wilayah adalah
pembangunan sektoral pada suatu wialyah dengan tujuan tidak hanya
memacu dan menumbuhkan wilayah tersebut, tetapi juga wilayah disekitarnya
ditinjau dari social ekonomi.
Pengembangan wilayah harus member manfaat ganda yaitu
mendorong usaha pemerataan pembangunan dan dapat meningkatkan
optimalisasi penggunaan sumberdaya (resource) tersebar diwilayah dalam
rangka pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan dalam
mewujudkan stabilitas wialyah.Dengan demikian pengembangan wilayah
(regional development) merupakan bagian dari satu pembangunan secara
keseluruhan, baik menyangkut aspek pembangunan fisik, politik, ekonomi,
social maupun budaya.Pengembangan wilayah tidak dapat dipisahkan dari
ruang (spatial) dan sumberdaya yang terkandung di dalamnya, termasuk
manusia sebagai mahluk hidup dengan berbagai aktivitasnya.
Stanley dalam Koswara (1999), mengemukakan bahwa kata wilayah
berkaitan dengan pembangunan atau pengembangan wilayah, setidak-
tidaknya mempunyai dua makna, yaitu wilayah objektif dan wialayah subjektif.
Wilayah objektif adalah wilayah yang habis dibagi ke wilayahpengembangan,
dan wilayah subjektif adalah perwilayahan untuk mengenal masalah suatu
6
wiayah dan terdiri dari dua jenis yaitu pertama wilayah homogen; wilayah yang
mempunyai karakteristik yang sama secara fisik dan social ekonomi; kedua
wilayah fungsional yaitu wilayah yang didasarkan atas adanya hubungan
fungsional antar unsur-unsur tertentu yang terdapat dalam wilayah tersebut.
Pembangunan wilayah merupakan proses pengaturan sumberdaya
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mengisyaratkan
bahwa kepentingan masyarakat merupakan inti dari penyelenggaraan
pembangunan daerah. Karena itu masyarakat harus terlibat dalam kegiatan
pembangunan yang menuntut tersedia kepentingannya yang seluas-luasnya.
Soegijoko dkk, (1997) berpendapat bahwa, pengembangan wilayah
pedesaan sebagai upaya pemerataan pembangunan, mempertimbangkan
kegiatan sektoral secara terpadu, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi desa secara efektif dan efisien serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.Dengan demikian tujuan pengembangan wilayah
berarti kondisi wilayah menjadi lebih baik di segala sektor, termasuk sektor
pertanian.
B. Pengebangan Sentra Pertanian
Solahuddin, (2009) Pembangunan pertanian diartikan sebagai
rangkaian berbagai upaya untukmengembangkan kapasitas masyarakat
pertanian, khususnya memberdayakanpetani, peternak dan nelayan agar
mampu melaksanakan kegiatan ekonomiproduktif secara mandiri dan
selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri.
Pembangunan sektor pertanian dan wilayah perdesaansekarang
dianggap sangat penting,karena memilikipengaruh bagi pembangunan
nasional baik itu jangka panjang maupun jangkamenengah.Dampak negatif
lambatnya pembangunan sektor pertanian berupaterjadinya kesenjangan
yang semakin melebar antar wilayah dan antar kelompoktingkat
pendapatan.Kesenjangan antar wilayah menciptakan
7
ketidakstabilan(instabillity) yang rentan terhadap setiap goncangan yang
menimbulkan gejolakekonomi sosial yang dapat terjadi secara berulang ulang.
(Anwar dan Rustiadi,1999)
Permentan No. 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan
kawasanpertanian yang merupakan pengembangan dari Permentan No. 41
Tahun 2009tentang kriteria teknis kawasan peruntukan pertanian menyatakan
bahwa poladasar pengembangan kawasan pertanian dikelompokkan menjadi
dua pola, yaitupola pengembangan kawasan yang sudah ada dan pola
pengembangan kawasanbaru. Pola pengembangan kawasan yang sudah ada
ditujukan bagi kawasanpertanian yang sudah ada dan berkembang, untuk
memperluas skala produksi,serta melengkapi/memperkuat simpul-simpul
agribisnis yang belum berfungsioptimal.Luasan kawasan dapat bertambah
sesuai dengan daya dukung.Kawasanyang telah mandiri diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi daerahsekitarnya (trickle down effect).Pola
pengembangan kawasan baru ditujukanuntuk kawasan komoditas unggulan
pada wilayah baru/potensial yang belumdikembangkan.Ada dua pendekatan
pengembangan kawasan yang digunakanuntuk kawasan baru, yaitu dengan
memperluas skala dan mengadakan kegiatanyang belum terlaksana dan/atau
dengan membangun kawasan baru di kawasanpotensial secara bertahap
hingga mencapai skala minimum kawasan.
Penentuan kawasan baru dapat didasarkan pada komoditas yang
potensialdan ketersediaan lahan yang sesuai untuk mendukung
pengembangan komoditastersebut (commodity driven).Ada kalanya lokasi
potensial sudah ada, namunbelum terdapat komoditas yang layak untuk
dikembangkan.Dalampengembangan kawasan pertanian harus ditentukan
terlebih dahulu komoditasyang tepat berdasarkan potensi pasar dan wilayah.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman
pengembanga kawasan pertanian menjelaskan bahwa sentra pertanian
8
merupakan bagian dari kawasan yang memiliki ciri tertentu di mana di
dalamnya terdapat kegiatan produksi suatu jenis produk pertanian unggulan.
Suatu wilayah dapat dikembangkan menjadi suatu sentra pertanian
harus dapat memenuhi persyaratan yaitu: (1) Memiliki sumberdaya lahan
dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan komoditi pertanian,
yang dapat dipasarkan atau telah mempunyai pasar (selanjutnya disebut
komoditi unggulan), (2) Memiliki prasarana dan infrastruktur yang memadai
untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha, seperti misalnya: jalan,
sarana irigasi/pengairan, sumber air baku, pasar, terminal, jaringan
telekomunikasi, fasilitas perbankan, pusat informasi pengembangan
agribisnis, sarana produksi pengolahan hasil, dan fasilitas umum serta fasilitas
sosial lainnya, (3) Memiliki sumberdaya manusia, dan (4) kelembagaan.
C. Pengembangan Lahan Pertanian
Menurut Sitorus (2004), sumberdaya lahan (land recources) adalah
lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
bendayang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan
lahan.Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang atau
tempat.Sumberdayalahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting
untuk kelangsunganhidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan
manusia.Penggunaansumberdaya lahan khususnya untuk kegiatan pertanian
pada umumnya ditentukanoleh kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
Sumberdaya lahan akan menurun kontribusinya terhadap
penyediaanpangan akibat terjadinya tekanan jumlah penduduk yang
memperkecilkepemilikan lahan per-kapita dan kompetisi penggunaan lahan.
Sesuai denganteori Thomas Malthus (Neo-Malthusian) diacu dalam Baliwati
(2008) bahwapenduduk cenderung bertambah menurut deret ukur dan
berlipat ganda setiap 30-40 tahun (kecuali jika terjadi kelaparan). Di sisi lain,
pertambahan hasil yangsemakin berkurang dari faktor produksi lahan yang
9
jumlahnya tetap memerlukanpersediaan pangan yang meningkat menurut
deret hitung, sehingga membutuhkandaya dukung sumberdaya alam dan
lingkungan yang selaras.
Lahan sawah memiliki fungsi strategis, karena merupakan penyedia
bahanpangan pokok bagi penduduk Indonesia. Pertambahan jumlah
penduduk danmeningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai sektor
membuat konversilahan sawah cenderung mengalami peningkatan, di lain
pihak pencetakan lahan sawah baru (ekstensifikasi) mengalami perlambatan
(Sudaryanto 2003; Irawan2004; Agus et al. 2006).
Lantarsih et al. (2011) menyatakan bahwa masalah berasdi Indonesia
tidak terlepas dari aspek distribusi akibat adanya kesenjanganproduksi antar
daerah dan antar waktu.Oleh karena itu, kemampuan daerah
untukmemproduksi lahan sawahnya sendiri merupakan aspek penting
dalammenciptakan kemandirian pangan.
Untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberapa usaha
yangperlu dilaksanakan secara stimultan antara lain: pengendalian konversi
lahanpertanian, mencetak lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem
pertaniandengan menerapkan tekonologi yang dapat meningkatkan
produktivitas dansekaligus mempertahankan kualitas lingkungan (Agus dan
Mulyani 2006).Walaupun secara teoritis ketahanan pangan mengandung
aspek yang sangat luas,termasuk kemampuang mengadakan bahan pangan
yang baik bersumber daridalam maupun dari luar negeri, namun dalam
berbagai kebijakan pembangunanpertanian, usaha pencapaian ketahanan
pangan sebagian besar difokuskan padapeningkatan kemandirian pangan
terutama beras (Agus et al. 2006).
Wahyunto (2009) menyatakan bahwa untuk mempertahankan
ketahananpangan dan pengembangan bio-energi nasional diperlukan strategi
dan kebijakanpemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan yang
komprehensif. Strategitersebut adalah: 1) mengoptimalkan pemanfaatan
10
sumberdaya lahan eksisting agarlebih produktif dan lestari, baik secara
kuantitas (luasan) maupun kualitas(kesuburan/produktivitas), antara lain
melalui intensifikasi dan peningkatan intensitas tanam, pengembangan inovasi
teknologi,perbaikan sistem pengelolaan DAS dan konservasi tanah dan air
sertapengendalian konversi lahan, 2) perluasan areal pertanian atau sawah
baru atauekstensifikasi dengan beberapa upaya, seperti ekstensifikasi
denganmemanfaatkan lahan potensial, pemanfaatan lahan basah untuk
tanaman panganberbasis padi, pengembangan varietas unggul yang adaptif
pada lahan sub-optimaldan cekaman perubahan iklim.
Menurut Rustiadi dan Reti (2008),tersedianya sumberdaya lahan
pertanian pangan yang berkelanjutan merupakansyarat untuk ketahanan
pangan nasional. Ketersedian lahan pertanian panganberkaitan erat dengan
beberapa hal, yaitu: 1) potensi sumberdaya lahan pertanianpangan, 2)
produktivitas lahan, 3) fragmentasi lahan pertanian, 4) skala
luasanpenguasaan lahan pertanian, 5) sistem irigasi, 6) land rent lahan
pertanian, 7)konversi lahan, 8) pendapatan petani, 9) kapasitas sumberdaya
manusia pertanianserta 10) kebijakan di bidang pertanian.
D. Aspek Prasarana dan Sarana Produksi
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam
mencapai tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang utama terselenggaranya suatu proses (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Tantangan pembangunanpertanian kedepan dari aspekprasarana dan
sarana pertanian antara lain bagaimanamemperbaiki dan membangun
infrastruktur lahan dan air;membuka akses pembiayaan pertanian dengan
suku bunga rendahyang terjangkau bagi petani kecil; bagaimana
membudayakanpetani menggunakan pupuk kimiawi dan organik
secaraberimbang untuk memperbaiki dan meningkatkan kesuburuantanah;
11
bagaimana mengupayakan adaptasi terhadap perubahaniklim dan pelestarian
lingkungan hidup; mengupayakan dukunganalat mesin pertanian
untukmeningkatkanproduksi,nilai tambah
serta menekan susuthasil pertanian yang pada gilirannya dapatmeningkatkan
kesejahteraan petani.
Djakfar.Z.R., (1990). Sarana produksi yang baik biasanya digunakan
baik dalam proses awal pembukaan lahan, budidaya pertaian seperti
pemupukan, pemeliharaan tanaman dan lain-lain sampai dengan proses
pemanenan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari sarana
produksi dalam bidang pertanian adalah untuk meningkatkan produktivitas
kerja petani dan merubah hasil yang sederhana menjadi lebih baik. Sarana
produksi pertanian terdiri dari bahan yang meliputi, benih, pupuk, pestisida,
zat pengatur tumbuh, obat-obatan, dan peralatan lain yang digunakan untuk
melaksanakan produksi pertanian. Sarana-sarana tersebut harus sudah
dipersiapkan sebelum memulai kegiatan sarana budidaya tanaman
Mugnisiah, (1995).Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana
produksi adalah sistem yang mencakup kegiatan perencanaan, pengelolaan
dan pengadaan sarana produksi, teknologi dan sumber daya pertanian. Arah
dari subsistem ini agar input atau sarana produksi tersedia tepat waktu, tepat
jumlah, tepat jenis, tepat kualitas dan sesuai dengan daya beli petani.
Sedangkan subsistem usahatani mencakup kegiatan pembinaan dan
pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer
pertanian, seperti perencanaan, pemilihan lokasi usaha, jenis komoditas,
teknologi dan pola usahatani.Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri
merupakan suatu perubahan nilai guna komoditas pertanian.Subsistem ini
merupakan kegiatan agroindustry.
Moenir (1992:119) mengemukakan bahwa sarana adalah segala
jenisperalatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat
utama atau pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka
12
kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian
yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan
prasarana adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu
proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu
maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan
yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan
prasarana padadasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut :
1. Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat
menghemat waktu;
2. Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa;
3. Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin.
4. Lebih memudahkan atau sederhana dalam gerak para pengguna atau
pelaku.
5. Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.
6. Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang
berkepentingan.
7. Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakannya.
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang
keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik,
karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang
dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana.
E. Aspek Sumberdaya Manusia
Menurut Hasibuan (2003) Sumber Daya Manusia adalah kemampuan
terpadu dari dayapikir dan daya fisik yang dimiliki individu.Pelaku dan sifatnya
dilakukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya
dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasannya.Sumber Daya
13
Manusia atau man power di singkat SDM merupakan yang dimiliki setiap
manusia.SDM terdiri dari daya fikir dan daya fisik setiap manusia.Tegasnya
kemampuan setiap manusia ditentukan oleh daya fikir dan daya fisiknya.SDM
atau manusia menjadi unsur utama dalam setiap aktivitas yang
dilakukan.Peralatan yang handal atau canggih tanpa peran aktif SDM, tidak
berarti apa-apa.Daya pikir adalah kecerdasan yang dibawa lahir (modal dasar)
sedangkan kecakapan diperoleh dari usaha (belajar dan pelatihan).
Menurut Abdurrahmat Fathoni(2006; 8) Sumber Daya Manusia
merupakan modal dan kekayaan yang terpenting dari setiap kegiatan
manusia. Manusia sebagai unsur terpenting mutlak dianalisis dan
dikembangkan dengan cara tersebut. Waktu, tenaga dan kemampuanya
benar-benar dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan organisasi,
maupun bagi kepentingan individu.
Menurut Nawawi (2001) ada tiga pengertian sumber dayamanusia
yaitu: (1) Sumber daya manusia adalah manusia yang bekerjadilingkungan
suatu organisasi (disebut juga personil,tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
(2) Sumber daya manusia adalah potensi manusiawi sebagaipenggerak
organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. (3) Sumber daya manusia
adalah potensi yang merupakan asset dan berfungsi sebagai modal (non
material/non finansial) didalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan
menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non-fisik dalam mewujudkan
eksistensi organisasi.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber
daya manusia adalah suatu proses mendayagunakan manusia sebagai
tenaga kerja secara manusiawi, agar potensifisik dan psikis yang dimilikinya
berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi (lembaga).
F. Aspek Kelembagaan
14
Kelembagaan adalah keseluruhan pola-pola ideal, organisasi, dan
aktivitas yang berpusat di sekeliling kebutuhan dasar seperti kehidupan
keluarga, negara, agama dan mendapatkan makanan, pakaian, dan
kenikmatan serta tempat perlindungan.Suatu lembaga dibentuk selalu
bertujuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia sehingga lembaga
mempunyai fungsi.Selain itu, lembaga merupakan konsep yang berpadu
dengan struktur, artinya tidak saja melibatkan pola aktivitas yang lahir dari
segi sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, tetapi juga polaorganisasi
untuk melaksanakannya (Roucek dan Warren, 1984).
Kelembagaan petani yang dimaksud di sini adalah lembaga petani
yang berada pada kawasan lokalitas (local institution), yang berupa organisasi
keanggotaan (membership organization) atau kerjasama (cooperatives) yaitu
petani-petani yang tergabung dalam kelompok kerjasama (Uphoff,
1986).Kelembagaan ini meliputi pengertian yang luas, yaitu selain mencakup
pengertian organisasi petani, juga „aturan main‟ (role of the game) atau aturan
perilaku yang menentukan pola-pola tindakan dan hubungan sosial, termasuk
juga kesatuan sosial-kesatuan sosial yang merupakan wujud kongkrit dari
lembaga itu.
Kelembagaan petani dibentuk pada dasarnya mempunyai beberapa
peran, yaitu: (a) tugas dalam organisasi (interorganizational task) untuk
memediasi masyarakat dan negara, (b) tugas sumberdaya (resource tasks)
mencakup mobilisasi sumberdaya lokal (tenaga kerja, modal, material,
informasi) dan pengelolaannya dalam pencapaian tujuan masyarakat, (c)
tugas pelayanan (service tasks) mungkin mencakup permintaan pelayanan
yang menggambarkan tujuan pembangunan atau koordinasi permintaan
masyarakat lokal, dan (d) tugas antar organisasi (extra-organizational task)
memerlukan adanya permintaan lokal terhadap birokrasi atau organisasi luar
masyarakat terhadap campur tangan oleh agen-agen luar (Esman dan Uphoff
dalam Garkovich, 1989).
15
Dalam pengelolaan faktor-faktor produksi, proses produksi, sampai
dengan pengolahan hasil diperlukan kelembagaan petani. Kegiatan usaha
pertanian akan berhasil jika petani mempunyai kapasitas yang memadai.
Untuk dapat mencapai produktivitas dan efisiensi yang optimal petani harus
menjalankan usaha bersama secara kolektif.Kegiatan bersama (group action
atauco-operation) oleh para petani diyakini oleh Mosher (1991) sebagai faktor
pelancar pembangunan pertanian.Aktivitas bersama sangat diperlukan
apabila dengan kebersamaan tersebut akan lebih efektif dalam mencapai
tujuan yang diinginkan bersama.
Pengembangan kelembagaan diarahkan pada upaya peningkatan
kapasitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan anggota. Artinya, secara
sosial-ekonomis lembaga tersebut: (a) mempunyai kemampuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya; (b) sejauhmana
inovatif(mengadakan pembaharuan) dipandang oleh lingkungannya sebagai
memiliki nilaiintrinsik, yang dapat diukur secara operasional dengan indeks-
indeks seperti tingkat otonominya dan pengaruhnya terhadap lain-lain
lembaga; dan (c) sejauh mana suatu pola inovatif dalam organisasi baru itu
menjadi normatif bagi lain-lain kesatuan sosial dalam sistem sosial yang lebih
besar (Jiri Nehnevajsa dalam Eaton,1986)
Secara ringkas, kapasitas kelembagaan petani, menurut Anantanyu
(2009), dapat tercapai dengan melihat empat indikator, yaitu:
1. Tujuan kelembagaan kelompok petani tercapai, artinya: adanya
kejelasan tujuan, adanya kesesuaian tujuan dengan kebutuhan
anggota, dan tingkat pemenuhan kebutuhan anggota oleh
kelembagaan tinggi.
2. Fungsi dan peran kelembagaan berjalan, meliputi: adanya kemampuan
memperoleh, mengatur, memelihara, dan mengerahkan informasi,
tenaga kerja, modal, dan material, serta kemampuan mengelola konflik.
16
3. Adanya keinovatifan kelembagaan, meliputi: adanya peran
kepemimpinan dalam kelembagaan, fungsi kepemimpinan dalam
kelembagaan berjalan, adanya nilai-nilai yang mendasari kerjasama,
adanya pembagian peran anggota, adanya pola kewenangan dalam
kelembagaan, adanya komitmen anggota terhadapkelembagaan,
tersedia sumber-sumber pendanaan, tersedia fasilitas-fasilitas fisik,
kualitas sumberdaya anggota memadai, dan adanya teknologi yang
sesuai.
4. Keberlanjutan kelembagaan, meliputi: sentimen anggota baik,
kesadaran anggota tinggi, kekompakan anggota terjadi, kepercayaan
anggota besar, tersedia bantuan luar, pola komunikasi antar anggota
dua arah, dan adanya kerjasama dengan pihak lain.
G. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menurut Bernhardsen, 2002 (dalam Andriana, 2012) SIG sebagai
sistem komputer yang digunakan untuk memanipulasi data geografi. Sistem
ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer
yang berfungsi untuk akusisi dan verifikasi data, penyimpanan data,
perubahan dan pembaharuan data, manajemen dan pertukaran data,
manipulasi data, pemanggilan dan presentasi data serta analisa
data.Kemampuan sumber daya manusia memformulasikan persoalan dan
menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG.
SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data di
satu titik tertentu di bumi, menggabungkan dan akhirnya memetakan hasilnya.
Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data
yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat
17
menjawab beberapa pertanyaan seperti lokasi, kondisi, trend, pola dan
pemodelan.
Secara umum terdapat dua jenis fungsi analisis dalam SIG yaitu:
1. Fungsi analisis atribut (non spasial) antara lain terdiri atas operasi-
operasi dasar sistem pengelolaan basis data beserta perluasannya
2. Fungsi analisis spasial yang mencakup:
a. Buffering. Buffering merupakan fungsi yang terdapat dalam SIG
yang menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon
dengan jarak tertentu dari data spasial yang menjadi
masukannya.Analisis ini digunakan untuk menentukan kawasan
penyangga dari suatu wilayah, garis/koridor.
b. Overlay. Overlay merupakan fungsi dalam SIG yang menghasilkan
layer data spasial baru yang merupakan hasil kombinasi dari
minimal dua layer yang menjadi masukannya, dilakukan dengan
menggabungkan dua peta atau lebih dalam satu wilayah yang
sama.
c. Network. Analisis spasial yang terkait dengan suatu sistem jaringan
(network analysis) yakni pergerakan atau perpindahan suatu
sumber daya (resource) dari suatu lokasi ke lokasi lain melalui
unsur-unsur buatan manusia yang membentuk jaringan yang saling
terhubung satu dengan yang lainnya (seperti halnya sungai, jalan,
pipa,kabel dan lain jenisnya).
d. Find Distance. Analisis spasial ini berkenaan dengan hubungan
atau kedekatan suatu unsur spasial dengan unsur-unsur spasial
lainnya. Fungsi analisis ini akan menerima masukan sebuah layer
vektor yang berisi unsur-unsur spasial tipe titik, garis atau poligon
untuk menghasilkan sebuah layer raster yang piksel-pikselnya berisi
nilai-nilai jarak dari semua unsur spasial yang terdapat di dalam
layer masukan.
18
e. Clustering. Clustering merupakan proses klasifikasi yang digunakan
untuk mengelompokkan piksel-piksel citra berdasarkan aspek-aspek
statistik semata. Analisis ini juga ditujukan untuk mengelompokkan
objek-objek berdasarkan karakteristik yang dimilikinya, sehingga
objek yang paling dekat kesamaannya dengan objek lain akan
berada dalam kluster yang sama.
f. Interpolasi. Interpolasi merupakan prosedur untuk menduga nilai
yang tidak diketahui dengan menggunakan nilai-nilai yang diketahui
yang terletak disekitarnya.Titik – titik disekitarnya mungkin tersusun
secara teratur maupun tidak teratur.Kualitas hasil interpolasi
tergantung dari keakuratan dan penyebaran dari titik yang diketahui
dan fungsi matematika yang dipakai untuk menduga model
sehingga dihasilkan nilai-nilai yang masuk akal.Penghitungan
matematis dalam Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan untuk
mendapatkan peta hasil yang sesuai dengan kriteria yang
diinginkan dalam bentuk keruangan.
H. Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)
Metode Analytical Hierarchy Process dikembangkan oleh Dr. Thomas
L. Saaty pada tahun 1970–an ketika di Warston school. Metode AHP
merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam sistem
pengambilan keputusan dengan memperhatikan faktor – faktor persepsi,
preferensi, pengalaman dan intuisi.Analytical Hierarchy Process
menggabungkan penilaian – penilaian dan nilai – nilai pribadi ke dalam satu
cara yang logis. Analytical Hierarchy Process merupakan suatu model
pendukung keputusan yang menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hierarki.Analytical Hierarchy Process
19
sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan
metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut:
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.
Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dalam metode Analytical
Hierarchy Process (Suryadi dan Ramdhani, 1998) pada dasarnya adalah
sebagai berikut:
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif - alternatif pilihan yang
ingin di rangking.
3. Membentuk matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat diatas. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan
menilai tingkat-tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di
dalam matrik yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsisten maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai
eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang
diperoleh dengan menggunakan matlab maupun dengan manual.
6. Mengulangi langkah, 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.
20
7. Menghitung eigen vector dari setiap matrik perbandingan berpasangan.
Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk
mensintetis pilihan dalam penentuan prioritas elemen pada tingkat
hierarki terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hierarki, jika tidak memenuhi dengan CR < 0,100
makapenilaian harus diulangi kembali.
Prinsip dasar kerja sebagai berikut:
1. Penyusunan Hierarki. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan
menjadi kriteria penunjang pengembangan sentra pertanian padi sawah
cemara jaya, dan setiap kriteria kemudian diuraikan menjadi beberapa
alternatif untuk selanjutnya menjadi struktur hirarki.
2. Penilaian alternatif. Alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Dalam menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari elemen keputusan,
penilaian pendapat (judgement) dilakukan dengan menggunakan fungsi
berpikir dan dikombinasi dengan intuisi, perasaan, penginderaan dan
pengetahuan yang dibandingkan dengan peraturan perundangan
sebagai rujukannya. Penilaian pendapat ini dilakukan dengan
perbandingan berpasangan yaitu membandingkan setiap kriteria
dengan kriteria lainnya pada setiap tingkatan kepentingan kriteria
dalam pendapat yang bersifat kualitatif. Menurut Saaty (1980), untuk
berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari
skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
21
Tabel 1. Skala dasar rangking Analysis Hierarchy Process (AHP)
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain
7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan
sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan
bobot prioritas.Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks
atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
3. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan
diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Jika
penilaian tidak konsisten, maka proses harus diulang untuk
memperoleh nilai yang lebih tepat.
I. Exspert Choice.
Program aplikasi (software) expert choice versi 11.5dapat
menggabungkan hasil perbandingan dengan jumlah lebih dari partisipan yaitu
dengan menggabungkan fitur averageuntuk merata-rata hasil penilaian
berpasangan individu menjadi sebuah nilai. Metoda yang digunakan untuk
mendapatkan nilai rata-rata tersebut yaitu dengan metoda perhitungan rata-
rata geometrik.
22
Langkah terakhir yang dilakukan dalam pengoperasian software ini
adalah melakukan analisa sensitifitas yang tersedia dalam icon Sensitivity
Analysis.Iconyang tersedia ini digunakan untuk mengecek sejauh mana
pengaruh perubahan nilai kepentingan suatu kriteria terhadap peringkat
alternati-alternatif yang tersedia. Dalam analisa sensitifitas tersedia grafik
yang menggambarkan sensitifitas alternatif dengan memperhatikan kriteria di
bawah goalatau tujuan hirarki, yaitu Performance Sensitivity( grafik batang
arah horizontal), Gradient Sensitivity (untuk mengecek sensitifitas), Two
Dimensional PerformancePlot Sensitivity (menunjukkan performa alternatif
dengan pertimbangan dua kriteria ) dan Differences Sensitivity. Pada akhirnya
dengan expert choice versi 11.5 for windowsmemudahkan pengambilan
keputusan karena dilengkapi dengan icon yang memudahkan melakukan
eksekusi keputusan secara cepat dengan nilai kepraktisan yang tinggi.
Aplikasi Expert Choicesangat bagus digunakan untuk menganalisa
permasalahan dalam pengambilan keputusan dengan alternatif yang banyak
dan hirarki yang besar atau hirarki yang mempunyai banyak level, karena
tidak perlu menghitung bobot secara manual, hingga tingkat kesalahan dalam
perhitungan bobotnya sangat kecil, namun tergantung ketelitian kita dalam
menginputkan data dari preferensi responden. http://e-
journal.uajy.ac.id/8942/4/3MTS02179.pdf.
J. Penelitian Terdahulu.
Untuk memperkaya kajian dalam tulisan ini, peneliti sedikit
memaparkan beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan yang
berkenaan dengan Kajian pengembangan sentra pertanian padi sawah
berkaitan dengan pengembangan wilayah, antara lain:
1. Oelviani (2013), melakukan penelitian “Penerapan Metode Analytic
Hierarchy Process(AHP) Untuk merumuskan Strategi Penguatan
Kinerja Sistem Agribisnis Cabai Merah di Kabupaten Temanggung”
23
dalam penelitian ini merumuskan strategi penguatan kinerja agribisnis
cabai merah di Kabupaten Temanggung.
2. Rika I.K.A Mantiri (2015), analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi padi sawah di kecamatan dumoga. Tujuan penelitian
melakukan kajian tentang Faktor-fakktor yang mempengaruhi Produksi
Padi Sawah. Mencari solusi terhadap permasalahan yang menjadi
temuan, terhadap faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi
padi sawah dan pembangunan perekonomian.
3. Azza Auliyatul Faizah (2013), Arahan Pengembangan Kawasan
Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Sampang. Menganalisis
faktor-faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan tanaman
pangan.
4. Yustian (2014), arahan dan strategi pengembangan lahan sawah di
wilayah pesisir provinsi kalimantan barat. Menganalisis kebijakan dan
strategi tipologi wilayah.
5. Adi Setiyanto (2012), Kajian pengembangan komoditas strategis
berbasis kawasan. Merumuskan alternatif model pengembangan
komoditas strategis berbasis kawasan termasuk sistem
pendampingannya.
K. Kerangka Konseptual.
Pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten
Halmaahera Timur terkendala oleh keterbatasan akan kebutuhan aspek
pengembangan sentra pertanian padi sawah meliputi aspek lahan, dan aspek
pengembangan lainnya. Harapannya adalah kebutuhan akan aspek
pengembangan sentra pertanian padi sawah dapat terpenuhi, sementara
petani dan pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan aspek
pengembangan sentra pertanian padi sawah bervariasi. Permasalahan
24
sebagaimana penjelasan tersebut, sampai saat ini belum adanya arahan
pengembangan sentra pertanian padi sawah yang jelas berdasarkan lokasi
dan luas lahan tersedia per wilayah desa, prioritas strategi dan aksi per
wilayah desa dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah, maka
dilakukan penelitian sebagai upaya memecahkan permasalahan tersebut
dengan tahapan sebagai berikut:
Mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia untuk
pengembangan sentra pertanian padi sawah berdasarkan lahan padi sawah
tersedia, penggunaan lahan padi sawah, dan wilayah administarasi di sentra
pertanian padi sawah melalui analisis spasial metode Sistem Informasi
Geografis (SIG).
Tahap kedua penelitian ini adalah mengusulkanprioritas strategi dan
aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah berdasarkan pendapat
responden yangbersandar padaUndang-Undang Nomor 19 tahun 2013
Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang pedoman pengembangan kawasan
pertanian, dan budaya petani padi sawah melaluiAnalytic Hierarchy Process
(AHP) dengan program Expert Choice 11.
Selanjutnya arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di
Kabupaten Halmahera Timur melalui sintesis antara hasil identifikasi lokasi
lahan padi sawah tersedia dengan usulan prioritas strategi dan aksi
berdasarkan kebutuhan petani padi sawah.Bagan alir penelitian disajikan
pada Gambar 1.
25
Gambar 1.Kerangka konseptual.
Keterbatasaan aspek pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya
Petani dan pemerintah bervariasi dalam pengembangan sentra
Strategi pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya
Implementasi: - UU No 19 Thn
2013 - Permentan No
50 Thn 2012
- Budaya Petani
Aspek lahan Aspek penunjang
SIG AHP
Prioritas strategi dan aksi
Lokasi lahan padi sawah tersedia
Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabuupaten Halmahera Timur
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang
mendeskripsikan, menggambarkan hubungan antara fenomena yang diteliti
dengan sistematis, faktual dan akurat. Menurut Arikunto (2002), bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menjelaskan, menganalisis atau
menggambarkan variabel-variabel (kondisi, keadaan atau situasi) baik masa
lalu maupun sekarang sedang terjadi.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian secara administrasi berada di 2 kecamatan yaitu
Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur. Kecamatan Wasile terletak
pada 1°1‟5” - 1°12‟55” lintang utara dan 128°3‟40” - 128°27‟20” bujur timur
sedangkan Kecamatan Wasile Timur terletak pada 1°7‟0” - 1°18‟50” lintang
utara dan 128°9‟35” – 128‟27‟20” bujur timur. Kedua kecamatan tersebut
saling berbatasan dengan posisi letak sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Wasile Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Wasile Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wasile
Selatan, dan sebelah barat berbatasan dengan Teluk Kao. Kedua kecamatan
tersebut terdiri dari 15 desa dengan luas daratan 80.235 hektar atau 12,33%
dari total luas wilayah daratan Kabupaten Halmahera Timur yaitu 650.619
hektar. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.
27
Dasar penetapan lokasi penelitian karena merupakan kawasan
strategis kabupaten didalamnya terdapat sentra pertanian tanaman pangan
dengan komodi yang dikembangkan adalah padi sawah sehingga disebut
sentra pertanian padi sawah sebagaimana arahan Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Timur (Lampiran 1).Penelitian
dilakukan selama 6 bulan dari bulan April sampai September 2017.
28
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup
yang akan di teliti yaitu petani padi sawah yang berada di sentra pertanian
padi sawah sebanyak 2.938 rumah tangga petani tergabung kedalam 124
Kelompok Tani (Poktan), dari jumlah Poktan tersebut tergabung kedalam 11
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan 5 instansi pemerintah daerah yang
terkait pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera
Timur.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang akandiwawancarai,
keberadaannya mampu mewakili populasi yang sebenarnya. Metode yang
dipakai pemilihan sampel adalah purposive sampling dari populasi responden
yang memiliki pengetahuan dan kompetensi terhadap pengembangan sentra
pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur yaitu ketua-ketua
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 11 orang, ketua-
ketuaGabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dianggap lebih memahami
persoalan ketimbang ketua-ketua Poktan atau anggota Poktan. Sampel dari
instansi pemerintah daerah dipilih juga secara purposif sampling berdasarkan
keterkaitan tugas pokok dan fungsi dalam pengembangan sentra pertanian
padi sawah, terdiri dari 5 pimpinan instansi pemerintah daerah yaituKepala
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pertanian, Kepala
Dinas Ketahanan Pangan, Kepala Dinas Bina Marga, dan Kepala Dinas Cipta
Karya Kabupaten Halmahera Timur, sehingga total 16 responden sebagai
sampel. Nama dan jabatan responden (Lampiran 2).
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004),
pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling didasarkan atas ciri-
ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-
ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel
29
yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan
berdasarkan tujuan penelitian.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.Sumber data
primer meliputi informasi dari ketua-ketua Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) padi sawah dan pimpinan-pimpinan instansi pemerintah yang
berkaitan dengan pengembangan sentra pertanian padi sawah, dan cek
lapangan terhadap lokasi penelitian oleh peneliti.Data sekunder adalah data
yang diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya yaitu informasi dari
dokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah dan peraturan
perundangan yang diperoleh dari instansi pemerintah daerah yang terkait
pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder untuk mengidentifikasi lokasi lahan padi sawah tersedia
untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui penelusuran
hardcopypeta perwilayahan komoditi pertanian di wilayah Kabupaten
Halmahera Timur dengan atributnya tahun 2006, hardcopy peta tutupan lahan
di wilayah Provinsi Maluku Utara dengan atributnya tahun 2012 di dapat dari
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Maluku Utara, dan
Hardcopypeta wilayah administrasi khususnya Kecamatan Wasile dan
Kecamatan Wasile Timur dengan atributnya tahun 2016 bersumber dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Halmahera Timur. Hardcopy peta yang dipakai dalam analisis (Lampiran 3).
30
Data sekunder untuk usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan
sentra pertanian padi sawah melalui penelusuran strategi dan aksi yang
termuat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan
dan Pemberdayaan Petani dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun
2012 tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian.
Data sekunder untuk pembanding analisis lokasi lahan padi sawah
tersedia dan usulan startegi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi
sawah melalui penelusuran data statistik yang bersumber dari 5 instansi
pemerintah daerah terkait dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Halmahera Timur (Lampiran 4).
2. Data Primer
Data primer untuk usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan
sentra pertanian padi sawah melalui wawancara awal kepada responden
untuk penetapan startegi dan aksi yang sesuai untuk pengembangan sentra
pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur merujuk pada Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan
Petani dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang
pedoman pengembangan kawasan pertanian. Hal ini dikarenakan strategi dan
aksi yang diterapkan dalam peraturan perundangan tersebut tidak semuanya
dapat diterapkan dan sesuai dengan budaya petani di Kabupaten Halmahera
Timur, sebagaimana menurut Akbar (2014) strategi yang tercantum dalam
peraturan perundangan diimplementasikan pada kawasan pertanian dilakukan
wawancara awal terhadap stakeholders yang berkepentingan pada kawasan
tersebut hal ini karena strategi yang diterapkan tidak semuanya dapat
dilakukan dan sesuai dengan kondisi serta budaya setempat. Pemangku
kepentingan (stakeholder) secara signifikan sangat berpengaruh dalam
menunjang kelancaran program pembangunan pertanian, karena stakeholder
31
yang akan terkena dampak (positif maupun negatif) dan keberlangsungan
program kegiatan tersebut. Iqbal (2007).
Selanjutnya wawancara dan pengisian kuesioner (Lampiran 5) oleh
responden yang memuat matriks perbandingan berpasangan antar strategi
dan antar aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah sebagaimana
wawancara awal.Kuesioner disebarkan ke responden berbarengan dengan
wawancara dengan dua cara. Bagi responden dari instansi pemerintah
daerahyaitu kuisioner diserahkan oleh peneliti dan selanjutnya diwawancarai
secara langsung kepada pimpinan instansi pemerintah daerahberdasarkan
pertanyaan-pertanyaan kuisioner dan bertempat di kantornya masing-
masing.Untuk responden dari Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yaitu
kuisioner di serahkan langsung oleh peneliti sekaligus melakukan wawancara
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kuesioner dan pelaksanaannya
bertempat di lokasi lahan padi sawah milik masing-masing Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan).
F. Teknik Analisis Data
1. Mengidentifikasi Lokasi Lahan Padi Sawah Tersedia Untuk
Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah.
Lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra
pertanian padi sawah menggunakan analisis spasial dengan metode Sistim
Informasi Geografis (SIG) terdiri atas tahapan: (1) Digitasi hardcopy peta
perwilayahan komoditi pertanian untuk identifikasi danpembuatan peta lahan
padi sawah tersedia, (2) Digitasi hardcopy peta tutupan lahan untuk
identifikasi dan pembuatan peta penggunaan lahan padi sawah, (3) Overlay
peta lahan padi sawah tersedia dan peta penggunaan lahan padi sawah untuk
identifikasi dan pembuatan peta lahan padi sawah tersedia belum
dikembangkan, (4) Overlay peta lahan padi sawah tersedia belum
dikembangkan dengan peta administrasi kecamatan untuk identifikasi dan
32
pembuatan peta lokasi lahan padi sawah tersedia belum dikembangkan.
Bagan alir analisis Sistem Informasi Geografis(SIG) disajikan pada Gambar 3.
Digitasi Digitasi
Gambar 3. Alur analisis SIG
Menurut Khomsin (2004) digitasi merupakan proses pembentukan data
yang berasal dari data raster menjadi data vektor. Dalam sistem informasi
geografis dan pemetaan digital,data vektor banyak digunakan sebagai dasar
analisis dan berbagai proses.Digitasi pada Arcview dilakukan pada dokumen
view dan disimpan di dalam sebuah shapefile (file .shp). Oleh karena itu,
proses digitasi didahului dengan pembuatan sebuah shapefile kosong. Peta
hasil digitasi selanjutnya dapat digunakan dalam proses overlay.
Overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang lain
beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. dilakukan minimal dengan
Hardcopy Peta tupan lahan
Lokasi lahan padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah
Overlay
Lahan sesuai padi sawahtersedia
Hardcopy peta perwilayahan
komoditi pertanian
Wilayah administrasi Kec.Wasile dan Kec.
Wasile Timur
Lahan sesuai padi sawah tersedia belum digunakan
Overlay
Penggunaan lahan padi sawah
33
2 jenis peta yang berbeda secara teknis dikatakan harus ada polygon yang
terbentuk dari 2 jenis peta yang dioverlaykan. Jika dilihat data atributnya,
maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya (Prahasta, Eddy. 2006).
2. Mengusulkan Prioritas Strategi dan Aksi Pengembangan Sentra
Pertanian Padi Sawah.
Usulan prioritas strategi dan aksi untuk pengembangan sentra
pertanian padi sawah berdasarkan pendapat responden menggunakan
analisis hierarki proses (AHP) dengan program Exspert Choice 11.Prioritas
strategi dan aksi yang dimaksud sebagaimana tersaji pada Gambar 4.
Gambar 4.Susunan level hirarki Analysis Hierarchy Process
Hirarki III Aksi
Hirarki II Strategi
Hirarki I Tujuan
Penyediaan prasarana dan
sarana produksi
Usulan prioritas
Penguatan sumberdaya
manusia petani
Penguatan kelembagaan
petani
Penyediaan jaringan irigasi
Penyediaan Benih, pupuk,
pestisida
Penyediaan alat mesin pertanian
Penyediaan pelatihan budidaya
Penyediaan pelatihan
penanganan pasca panen
Penyediaan pelatihan
pengelolaan dan pemasaran hasil
Penyediaan modal usaha
Penyediaan bimbingan teknis
Penyediaan fasilitas akses pasar
34
Peneliti menggunakan teknik Analysis Hierarchy Process (AHP).
Menurut Marimin (2008), prinsip kerja Analysis Hierarchy Process adalah
penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik
dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki.
Analysis Hierarchy Process dengan program Exspert Choice 11
menghasilkan usulan prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra
pertanian padi sawah secara terstruktur, strategis, dan dinamik di Kabupaten
Halmahera Timur. Tahapan analisis sebagai berikut:
1. Langkah I (Pembuatan dan penyimpanan file)
Klik ikon Expert Choicepada desktop, atau pilih Start, All
Progams,Expert Choice11,dan pilih ikon Expert Choice 11. Selanjutnya akan
muncul window atau screenselamat datang “Welcome to Expert Choice”.
Pada window ini, klik create new model, directlaluklik OK. Kemudian
akan muncul window penyimpanan. Tuliskan deskripsi singkat dari model
tersebut “Usulan Prioritas”kemudian klik Open.
Setelah itu akan muncul window Goal Description. Pada window ini
sisihkan secara singkat deskripsi tujuan atau goal yang ingin dicapai, bisa
denganmenggunakan deskripsi yang sama dengan nama file yang
telahdisimpan sebelumnya.
Setelah mengisi deskripsi selanjutnya klik OK, lalu akan muncul window
ruang kerja dengan sebuah Nodeyang merupakan hirarki level utama atau
goal yang ingin dicapai.
2. Langkah II (penyusunan hirarki)
Pada hirarki II kriteria yang digunakan dimasukkan sebagai anak atau
turunan hirarki I dengan Klik Kanan pada Node hirarki I, kemudian pilih Insert
Child of Current Node.
Selanjutnya memasukkan alternatif-alternatif pemilihan.Unutk
memasukkan alternatif Klik icon Add Alternatif. Selanjutnya akan muncul
35
window alternative name, lalu isi dengan namanya. Ulangi proses pada nomor
2 dan 3 hingga semua alternatif dimasukkan. Goal dan kriteria dapat dilihat
dalam panel Treeview disebelah kiri, dan alternatif dapat dilihat dalam panel
Alternative di sebelah kanan.
3. Langkah III (pembobotan kriteria)
Sebagaimana prosedur yang dilakukan pada analisis manual, tahap
pembobotan pertama dilakukan pada hierarki II terhadap hierarki I. Artinya
memberikan bobot terhaap masing-masing kriteria untuk mengetahui kriteria
mana yang paling diunggulkan. Arahkan pada goal node untuk melakukan
pembobotan pada kriteria dan alternatif.Pertama, lakukan pembobotan pada
setiap kriteria.Selanjutnya, pembobotan dilakukan pada setiap alternatif
dengan dibandingkan pada setiap kriteria.
Langkah-langkah sebagai berikut:
1) Arahkan pada Goal Node dan klik.
2) Pilih Assessment, Pairwise dari menu, kemudian pilih :
Pairwise Verbal Comparisons untuk setiap kriteria.Untuk kembali ke
layar utama setiap waktu klik ikon Model View.
Jika angka pembobotan berwarna merah menandakan kriteria diatas
lebih penting dari kriteria disamping.Jika angka pembobotan berwarna hitam
menandakan sebaliknya (kriteria disamping lebih penting dari kriteria diatas).
Sehingga, kita bisa mendapatkan seperti:
1) Jaringan irigasi 2x (between moderate and equal) lebih penting dari
Alat mesin pertanian atau yang lainnya.
2) Alat mesin pertanian 2x (between moderate and equal) lebih penting
dari benih, pupuk dan pertisida dan seterusnya
Setelah selesai melakukan pembobotan untuk semua sel yang
berwarna putih, klik ikon Calculate untuk mendapatkan prioritas dari kriteria
36
tersebut.Jika tidak sengaja kembali ke layar utama, klik pada tab untuk
kembali ke layar Verbal Comparation klik Calculate.
4. Langkah IV (pembobotan alternatif untuk setiap kriteria)
Gerakan kursor mouse ke kriteria dan lakukan pembobotan ke setiap alternatif
berdasarkan kriteria tersebut dengan cara yang sama pada saat melakukan
pembobotan kriteria. Note: Pembobotan alternatif ini adalah alternatif mana
yang “lebih disuka” berdasarkan setiap kriteria yang ada.
5. Langkah V (synthesizing untuk mendapatkan hasil)
Setelah pembobotan untuk semua alternatif selesai dilakukan, kembali kepada
Model View dan pilih ikon Synthesis dari menu utama untuk mendapatkan
hasil perhitungan alternatif mana yang dipilih.
6. Langkah VI (Sensitivity Analysis)
Sensitivity Analysis dilakukan untuk mengetahui variasi dari prioritas
kriteria untuk mengamati sejauh mana efeknya terhadap prioritas
alternatif.Sensitivity Analysis dilakukan dengan Sensitivity-Graphs command
yang ada dalam menu utama.Dengan ini kita bisa mengubah prioritas dari
setiap kriteria (dengan klik dan geser kriteria bar) untuk melihat sensitivitas
terhadap prioritas alternatif.
1) Pilih Sensitivity-Graphs lalu Dynamic Sensitivity dari menu utama,
klik dan tahan untuk menggeser kriteria bar maju/mundur sehingga
dapat melihat perubahan prioritas dari setiap alternatif.
2) Pilih Sensitivity-Graphs lalu Open Four Graphs untuk melihat semua
grafik (Peformance, Dynamic, Gradient, Head to Head Sensitivity) di
tampilkan bersamaan.
3. Menyusun Arahan Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah di
Kabupaten Halmahera Timur.
37
Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten
Halmahera Timur melalui sintesis antara lokasi lahan padi sawah tersedia
danusulan prioritas strategi dan aksi berdasarkan, kebutuhan petani padi
sawah per wilayah desa.Metode sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang
melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk
menyusun suatu pandangan atau konsep (Kattsoff 2004 dalam Akbar
2014).Jenis, sumber, dan metode analisis data tersaji pada (Lampiran 6).
G. Defenisi Operasional
Untuk menghindari pengertian yang berbeda serta memudahkan
pengumpulan dan analisis data yang dibutuhkan maka istilah yang digunakan
dalam penelitian ini perlu diberi batasan sebagai berikut :
1. Pengembangan sentra pertanian padi sawah adalah usaha peningkatkan
kualitas lokasi dan komoditas melalui ketersediaan aspek pendukung
sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan petani dan wilayah
disekitarnya.
2. Sentra pertanian adalah lokasi terpusat pengembangan komoditas
tertentu yang ditunjang lahan, prasarana dan sarana, sumberdaya
manusia, dan kelembagaan.
3. Padi sawah adalah komoditas penghasil beras, dibudidaya pada lahan
yang tanahnya digarap dan diairi air irigasi,memiliki permukaan rata,
dibatasi pematang.
4. Prasarana dan sarana produksi adalah fasilitas yang dibutuhkan di sentra
pertanian untuk kegiatan usaha tani.
5. Sumberdaya manusia petani adalah individu atau kelompok produktif di
sentra pertanian sebagai penggerak usaha tani.
6. Kelembagaan petani adalah kelompok atau unit organisasi yang ditumbuh
kembangkan dari, oleh dan untuk petani agar meningkat usaha taninya.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
H. Lokasi Lahan Padi Sawah Tersedia Untuk Pengembangan Sentra
Pertanian Padi Sawah.
1. Identifikasi Lahan Sesuai Padi Sawah Tersedia.
Identifikasi lahan sesuai padi sawah tersedia melalui hardcopy peta
perwilayahan komoditi pertanian berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE) skala
1:100.000 Kabupaten Halmahera Timur.Penyusunan ZAE mengacu pada
konsep system pakar (expert system). Konsep ini mengacu pada kesesuaian
antara karakteristik lahan, Iklim dan persyaratan tumbuh tanaman (Amien
1997), komponen utama dalam penempatan ZAE adalah kondisi biofisik lahan
(kelerengan, kedalaman tanah, dan elevasi), iklim (curah hujan, kelembapan,
dan suhu), dan persyaratan tumbuh tanaman, agar tanaman dapat tumbuh
dan berproduksi dengan optimum. Untuk tumbuh dan berproduksi tinggi
dengan kualitas hasil yang baik, maka tanaman harus dibudidayakan pada
lingkungan yang sesuai (Amien 1994; Amien et al.1994; Subagio et al 1995;
Djaenudin 2001).Pemilihan tanaman yang sesuai untuk diusahakan pada
suatu kawasan ditentukan berdasarkan lereng, tekstur, tingkat kemasan, dan
suhu (Amien 1997).Komponen utama penyusunan ZAE adalah faktor biofisik
(tanah, dan iklim, fisiografi dan bentuk wilayah, vegetasi dan penggunaan
lahan) serta faktor ekonomi.Faktor sosial ekononmi yang perlu
dipertimbangkan dalam memasyarakatkan paket teknologi spesifik lokasi
adalah potensi tenaga kerja, beban lingkungan, komoditas pertanian unggulan
dan prasarana (Bermanakusuma, 1998).
Digitasi hardcopy peta perwilayahan komoditi pertanian Kabupaten
Halmahera Timur difokuskan pada perwilayahan komoditi padi sawah di lokasi
39
penelitian dengan menggunakan analisis spasial metode Sistim Informasi
Geografis (SIG) diperoleh luaslahan sesuai komoditi padi sawah 7325 hektar,
peta tersaji pada Gambar 5.
Gambar 5. Peta lahan sesuai padi sawah tersedia
Lahan sesuai komoditi padi sawah tersedia bersifat terpusat dengan
hamparan yang cukup luas, jika disesuaikan dengan arahan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan
Pertanian bahwa standar luasan sentra pertanian tanaman pangan komoditi
padi luas lahan agregat adalah 5000 hektar, maka sentra pertanian padi
sawah di Kabupaten Halmahera Timur arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten (RTRW) dinyatakan tepat untuk dikembangkan.
40
2. Identifikasi Penggunaan Pahan Padi Sawah.
Identifikasi penggunaan lahan padi sawa melalui hardcopy peta tutupan
lahan hasil pemantauan sumberdayahutan yang dilakukanolehKementerian
LHK dalamhaliniDirektoratInventarisasidanPemantauanSumberDayaHutan
(Dit.IPSDH) adalahpemantauantutupanlahanProvinsi Maluku Utara tahun
2012.Penutupan lahandihasilkandarikegiatanpenafsiran data citrasatelitsecara
manual (digitasi on-screen).Penutupan lahanmerupakangaris yang
menggambarkanbataspenampakan area tutupan di ataspermukaanbumi yang
terdiridaribentangalamdanataubentangbuatan (UU No.4, 2011).Penutupan
lahandapat pula berartitutupanbiofisikpadapermukaanbumi yang
dapatdiamatidanmerupakanhasilpengaturan, aktivitas, danperlakuanmanusia
yang
dilakukanpadajenispenutuplahantertentuuntukmelakukankegiatanproduksi,
perubahan, ataupunperawatanpada areal tersebut (SNI 7645, 2010).Data
penutupan lahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan antara lain:
o Analisa dinamika perkembangan hutan (degradasi, deforestasi dan
reforestasi).
o Perhitungan cadangan dan emisi karbon.
o Perencanaan dan pengembangan suatu daerah atau areal (tata
ruang wilayah).
o Pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja pemegang izin usaha
(konsesi) pada kawasan hutan hutan (pemantauan areal
penebangan, realisasi tanam dan pembukaan tambang).
o Pemantauan areal Kawasan Konservasi dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan dari perambahan, pembalakan liar dan kebakaran lahan dan
hutan.
Digitasi hardcopy peta tutupan lahan Kabupaten Halmahera Timur
difokuskan pada penggunaan komoditi padi sawah di lokasi penelitian dengan
41
menggunakan analisis spasial metode Sistim Informasi Geografis (SIG)
diperoleh penggunaanlahan komoditi padi sawah seluas 3628 hektar, peta
tersaji pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta penggunaan lahan sesuai padi sawah
Lahan padi sawah yang telah digunakan bersifat terpusat dengan
hamparan yang cukup luas, jika dibandingkan dengan ketersediaan petani
padi sawah berada di sentra tersebut sebagaimana data statistik 2017 yaitu
total berjumlah 2938 rumah tangga petani (Lampiran 4), maka rata-rata
penggunaan lahan padi sawah oleh masing-masing rumah tangga petani padi
sawah hanya berkisar 1,2 hektar, dengan demikian penggunaan lahan padi
sawah dinyatakan masih terbatas sebagaimana arahan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
bahwa penggunaan lahan minimal 2 hektar per rumah tangga petani.
42
3. Identifikasi Lahan Sesuai Padi Sawah Belum Dikembangkan.
Identifikasi lahan sesuai komoditi padi sawah belum dikembangkan
melalui overlay kedua peta hasil analisis diatas menggunakan analisis spasial
metode Sistim Informasi Geografi (SIG) diperoleh lahan sesuai padi sawah
tersedia belum dikembangkan seluas 3697 hektar, peta tersaji pada Gambar
7.
Gambar 7. Peta lahan padi sawah tersedia belum digunakan
Lahan sesuai padi sawah tersedia belum digunakan bersifat menyebar
di sentra pertanian tersebut dan luasannya masih cukup luas terlihat bahwa
lahan sesuai padi sawah yang telah digunakan dengan lahan sesuai padi
sawah belum digunakan hamper sama luasannya. Jika luasan lahan sesuai
padi sawah belum digunakan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
43
rumah tangga petani padi sawah sebagaimana arahan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
bahwa penggunaan lahan minimal 2 hektar per rumah tangga petani, maka
dinyatakan kebutuhannya dapat terpenuhi.
4. Identifikasi Lokasi Lahan Sesuai Padi Sawah Tersedia.
Analisis spasial metode Sistem Informasi Geografis (SIG) yang
digunakan melalui overlay peta lahan sesuai padi sawah tersedia belum
digunakan dengan peta wilayah administrasi desa sebagai sentra pertanian
padi sawah diperoleh lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah di masing-
masing desa tersedia untuk dikembangkan, tersaji pada Gambar 8 dan Tabel
2.
Gambar 8. Peta lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah tersedia
44
Tabel 2.Lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah tersedia
Desa Lahan padi
sawah
tersedia (ha)
Penggunaan
lahan padi sawah
(ha)
Lahan padi sawah
belum
digunakan(ha)
Ake Daga 143 79 64
Batu Raja 973 343 630
Bumi Restu 609 453 156
Cemara Jaya 817 457 360
Daka Ino 779 660 119
Dodaga 126 15 111
Gula Papo 12 3 9
Mekar Sari 565 449 116
Rawa Mangun 377 264 113
Sido Mulyo 477 140 337
Subaim 1298 6 1292
Tobo Ino 237 184 53
Tutuling Jaya 482 385 97
Way Suba 90 28 62
Woka Jaya 342 164 178
Total 7325 3628 3697
Luasan lahan padi sawah tersedia di masing-masing desa untuk
pengembangan sentra pertanian padi sawah yang diperoleh, jika dibandingkan
dengan ketersediaan rumah tangga petani padi sawah di masing-masing desa
sebagaimana data statistik 2017 (Lampiran 4), maka pemenuhan kebutuhan
akan luas lahan padi sawah 2 hektar per rumah tangga petani padi sawah
45
sebagaimana arahan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 Tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan Petanikondisinya tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3.Kebutuhan lahan padi sawah oleh rumah tangga petani per desa
Desa Rumah
tangga
petani
Lahan padi
sawah belum
digunakan(ha)
Kebutuhan luas
lahan padi sawah
tersedia (ha)
Kondisi luas
lahan per
desa(ha)
Ake Daga 229 64 379 -315
Batu Raja 229 630 115 +515
Bumi Restu 356 156 259 -103
Cemara Jaya 234 360 11 +349
Daka Ino 344 119 28 +91
Dodaga - 111 - -
Gula Papo - 9 - -
Mekar Sari 309 116 169 -3
Rawa Mangun 291 113 318 -205
Sido Mulyo 253 337 366 -29
Subaim - 1292 - -
Tobo Ino 216 53 248 -195
Tutuling Jaya 240 97 95 +2
Way Suba - 62 - -
Woka Jaya 237 178 310 -132
Total 2938 3697 2298
Berdasarkan data, dinyatakan 4 desa luas lahan padi sawah tersedia
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani padi sawah, 7 desa luas
46
lahan padi sawah tersedia namun tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah
tangga petani padi sawah, dan 4 desa tersedia lahan padi sawah namun tidak
tersedia rumah tangga petani padi sawah.
Pengembangan sentra pertanian padi sawah melalui penyediaan lahan
sesuai padi sawah bagi kebutuhan petani padi sawah pertimbangan
pengembangannya pada desa dengan luas lahan padi sawah sesuai masih
tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani padi sawah
adalah Desa Batu Raja, Desa Cemara Jaya, Desa Daka Ino, dan Desa
Tutuling Jaya. Menurut Djaenuddin dkk (2003), Kecocokan antara sifat fisik
lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan komoditas
yang akan dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan
tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut, hal ini mempunyai
pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu
dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input)
yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang
diharapkan, dan pertimbangan dapat memenuhi standar kebutuhan
penguasaan lahan sawa oleh rumah tangga petani padi sawah yaitu 2 hektar
per kepala keluarga sebagaimana arahan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
Desa dengan luas lahan padi sawah masih tersedia namun kondisinya
tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani padi sawah. Artinya
untuk memenuhi kebutuhannnya, membutuhkan lahan yang tidak sesuai lagi
dengan syarat tumbuh komoditi padi sawah dan jika diupayakan
kesesuaiannya maka membutuhkan biaya yang cukup tinggi, sementara
merujuk pada arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kabupaten Halmahera Timur 2016-2021 target capaian perluasan
lahan padi sawah 250 hektar dengan tahapan perluasan per tahun 50 hektar.
47
I. Usulan Strategi dan Aksi Pengembangan Sentra Pertanian Padi
Sawah
1. Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Strategi
Analisis Hierarki Proses (AHP) program Expert Choice 11yang
digunakanuntuk analisis pendapat gabungan dari 16 responden menunjukkan
bahwa usulan strategipenyediaan prasarana dan sarana produksi 5 kali lebih
penting dari penguatan sumberdaya manusia petani, 7 kali lebih penting dari
penguatan kelembagaan petani. Strategipenguatan sumberdaya manusia
petani 3 kali lebih penting dari penguatan kelembagaan petani.Maka matrik
perbandingan hasil pendapat di atas tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Strategi
Penyediaan
prasarana dan
sarana produksi
Penguatan
sumberdaya
manuisa petani
Penguatan
kelembagaan
petani
Penyediaan
prasarana dan
sarana produksi
1 5 7
Penguatan
sumberdaya manuisa
petani
1/5 1 3
Penguatan
kelembagaan petani
1/7 1/3 1
Perhitungan dengan bantuan program Expert Choice 11 diperoleh hasil
tersaji pada Gambar 9.
48
Gambar 9. Hasil perhitungan program Expert Choice 11 untuk SemuaStrategi
Strategipenyediaan prasarana dan sarana produksi merupakan usulan
strategi urutan pertama dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah
49
dengan nilai bobot 0,731 atau 73,1%, usulanstrategiurutan kedua penguatan
sumberdaya manuisa petani dengan nilai bobot 0,188 atau 18,8%, dan usulan
strategi urutan ketigapenguatan kelembagaan petani dengan nilai bobot 0,081
atau 8,1%, dengan nilai Inconsistency = 0,06 (6%) yang lebih kecil dari 10%,
sehingga persyaratan perhitungan dipenuhi.
2. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Strategi Penyediaan Prasarana
dan Sarana Produksi
Hasil analisis pendapat gabungan dari 16 responden menunjukkan
bahwa aksi ketersediaan jaringan irigasi 5 kali lebih penting dari ketersediaan
benih, pupuk pestisida, dan 4 kali lebih penting dari ketersediaan alat mesin
pertanian. Aksiketersediaan benih, pupuk pestisida 1/3 kali lebih penting dari
ketersediaan alat mesin pertanian.Matrik perbandingan hasil pendapat di atas
tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penyediaan Prasarana dan Sarana Produksi
Jaringan
Irigasi
Benih, pupuk,
pestisida
Alat mesin
pertanian
Jaringan Irigasi 1 5 4
Benih, pupuk,
pestisida
1/5 1 1/3
Alat mesin pertanian 1/4 3 1
Perhitungan dengan bantuan program Expert Choice 11 diperoleh hasil
tersaji pada Gambar 10.
50
Gambar 10. Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk strategi Penyediaan Prasarana dan Sarana Produksi
Aksi penyediaan jaringan irigasi usulan prioritas pertama nilai bobot
0,674 atau 67,4%, aksipenyediaan alat mesin pertanian usulan prioritas kedua
51
nilai bobot 0,226 atau 22,6%, danaksipenyediaan benih, pupuk, pestisida
usulan prioritas ketiga dengan nilai bobot 0,101 atau 10,1%, dengan nilai
Inconsistency = 0,08 (8%)yang lebih kecil dari 10%, sehingga persyaratan
perhitungan dipenuhi.
3. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Stratergi Penguatan Sumberdaya Manusia Petani
Hasil analisis pendapat gabungan dari 16 responden menunjukkan
bahwa aksi penyediaanpelatihan budidaya 1/3 kali lebih penting dari pelatihan
pengolahan pasca panen, dan 1/5 kali lebih penting dari pelatihan pengelolaan
dan pemasaran.Aksi penyediaanpelatihan penanganan pasca panen 1/3 kali
lebih penting dari pelatihan pengelolaan dan pemasaran.Maka matrik
perbandingan hasil pendapat di atas tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penguatan Sumberdaya Manusia Petani
Pelatihan
budidaya
Pelatihan
penanganan pasca
panen
Pelatihan
pengelolaan dan
pemasaran
Pelatihan budidaya 1 1/3 1/5
Pelatihan
penanganan pasca
panen
3 1 1/3
Pelatihan
pengelolaan dan
pemasaran
5 3 1
Perhitungan dengan bantuan program Expert Choice 11 diperoleh hasil
tersaji pada Gambar 11
52
Gambar 11. Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untu strategi penguatan sumberdaya manusia petani
Aksipenyediaan pelatihan pengelolaan dan pemasaranusulan prioritas
pertama nilai bobot 0,637 atau 63,7%, pelatihan penanganan pasca panen
53
usulan prioritas kedua nilai bobot 0,258 atau 25,8%, dan penyediaan pelatihan
budidaya usulan prioritas ketiganilai bobot 0,105 atau 10,5%, dengan nilai
Inconsistency = 0,04 (4%) yang lebih kecil dari 10%, sehingga persyaratan
perhitungan dipenuhi.
4. Perhitungan Faktor Evaluasi untuk Strategi Penguatan Kelembagaan Petani
Hasil analisis pendapat gabungan dari 16 responden menunjukkan
bahwa aksi penyediaan modal usaha 7 kali lebih penting dari penyediaan
bimbingan teknis, dan 5 kali lebih penting dari penyediaan fasilitas akses
pasar. Aksipenyediaan bimbingan teknis 1/3 kali lebih penting dari penyediaan
fasilitas akses pasar.Maka matrik perbandingan hasil pendapat di atas tersaji
pada Tabel 7.
Tabel 7. Matriks Faktor Evaluasi untuk Strategi Penguatan Kelembagaan Petani
Bantuan
Modal
Usaha
Bantuan
bimbingan
teknis
Bantuan fasilitas
akses pasar
Bantuan Modal Usaha 1 7 5
Bantuan bimbingan
teknis
1/7 1 1/3
Bantuan fasilitas akses
pasar
1/5 3 1
Perhitungan dengan bantuan program Expert Choice 11 diperoleh hasil
tersaji pada Gambar 12
54
Gambar 12. Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk kriteria
Penguatan kelembagaan petani
Aksipenyediaan modal usahausulan prioritas pertama nilai bobot 0,731
atau 73,1%, penyediaan fasilitas akses pasar usulan prioritas keduanilai bobot
0,188 atau 18,8% danpenyediaan bimbingan teknis usulan prioritas ketiganilai
bobot 0,081 atau 8,1%, dengan nilai Inconsistency = 0,06 (6%) yang lebih
kecil dari 10%, sehingga persyaratan perhitungan dipenuhi.
55
5. Hasil Perhitungan Total Rangking Prioritas Global
Hasil perhitungan total rangking prioritas aksi secara keseluruhan
diperoleh tersaji pada Gambar 13 dan Tabel 7.
Gambar 13. Hasil perhitungan dengan program Expert Choice 11 untuk Total Rangking Aksi
56
Tabel 8. Rangking prioritas keseluruhan aksi
Nilai bobot Prioritas Aksi
0,490 atau 49% 1 Penyediaan jaringan irigasi
0,164 atau 16,4% 2 penyediaan alat mesin pertanian
0,126 atau 12,6% 3 penyediaan pelatihan pengelolaan dan
pemasaran hasil
0,073 atau 7,3% 4 penyediaan benih, pupuk, pestisida
0,054 atau 5,4% 5 penyediaan modal usaha
0,051 atau 5,1% 6 penyediaan pelatihan penanganan
pasca panen
0,021 atau 2,1% 7 penyediaan pelatihan budidaya
0,014 atau 1,4% 8 penyediaan fasilitas akses pasar
0,006 atau 0,6% 9 penyediaan bimbingan teknis
Prioritas strategi dan aksi yang didapatkan dari analisis usulan
responden untuk pengembangan sentra pertanian padi sawah, jika
dibandingkan dengan ciri-ciri suatu kawasan atau sentra pertanian yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian, sentra pertanian padi sawah di
Kabupaten Halmahera Timur saat ini kategori kelas sentra belum berkembang.
Belum berkembangnya sentra menjadi cukup berkembang melalui tahapan
penyedian prasarana dan sarana produksi, aspek hulu, on farm, teknologi
budidaya, dan penyuluhan. Tahapan tersebut merupakan arahan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengembangan
Kawasan Pertanian dan sesuai dengan tahapan hasil analisis prioritas usulan
strategi dan aksi menurut responden.
57
Jiika hasil usulan prioritas strategi dan aksi menurut responden
disesuaikan dengan starategi dan aksi yang termuat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Halmahera
Timur Tahun 2016-2021, maka terlihat usulan yang berbeda, artinya tidak
mempertimbangkan kebutuhan petani. Menurut Akbar (2014), apa yang
direncanakan oleh pemerintah untuk pengembangan pertanian padi dikatakan
tepat strategi dantepat sasaran maka usulan perencanaan yang
mempertimbangkan apa yang diinginkan oleh petani.
J. Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah Cemara Jaya
disusun dengan cara mensintesiskan hasil olahan dari dua tujuan penelitian
sebelumnya. Metode sintesis adalah kegiatan berpikir logis yang melakukan
penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu
pandangan atau konsep (Kattsoff 2004 dalam Akbar 2014).
Pertimbangan yang digunakan adalah (1) Lokasi yangdikembangkan
merupakan lokasilahansesuai padi sawah tersedia dan dapat memenuhi
kebutuhan penguasaan lahan oleh rumah tangga petani padi sawah, (2)
Strategi dan aksi berdasarkan luasan penggunaan lahan padi sawah per desa
dengan pertimbangan penggunaan lahan sesuai padi sawah terluas.
Pertama, Arahan Lokasi yangdikembangkan merupakan
lokasilahansesuai padi sawah tersedia dan dapat memenuhi kebutuhan
penguasaan lahan oleh rumah tangga petani padi sawah.
Berdasarkan hasil analisis spasial dengan metode Sistim Informasi
Geografis (SIG) yang diperoleh dibuat alternatif keputusan lokasi lahan padi
sawah tersedia dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani padi sawah,
terjadi pada Tabel 10.
58
Tabel 10. Alternatif keputusan
Desa Lahan belum digunakan
(ha)
Kebutuhan lahan
(ha)
Prioritas
Batu Raja 630 115 1
Cemara Jaya 360 11 4
Daka Ino 119 28 3
Tutuling Jaya 97 95 2
Total 1206 249 4
Dengan keputusan prioritas tersebut, jika di sesuaikan dengan rencana
program perluasan lahan sawah yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Halmahera Timur 2016-2021
seluas 250 hektar, maka kebutuhan luas lahan padi sawah oleh rumah tangga
petani dapat terpenuhi. Jika pemanfaatan luas lahan arahan pengembangan
sentra pertanian padi sawah mampu terwujud, maka artinya telah memperluas
kegiatan usaha tani untuk meningkatkan penghasilan petani padi
sawah.Menurut Sayogyo (2001) bahwa semakin luas usaha tani, makin besar
persentase produksi pada akhirnya penghasilan petani.
Kedua, Arahan Strategi dan aksi berdasarkan luasan penggunaan
lahan padi sawah per desa dengan pertimbangan penggunaan lahan sesuai
padi sawah terluas.
Berdasarkan hasil analisis spasial metode Sistim Informasi Geografis
(SIG) terhadap lokasi dan luas lahan sesuai padi sawah tersedia dan hasil
Analisis Hierarki Proses (AHP) dengan program Expert Choice 11 terhadap
usulan prioritas strategi dan aksi untuk arahan pengembangan sentra
pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur sebagaimana tersaji
pada Tabel 11.
59
Tabel 11.Arahan strategi aksi per desa sebagai sentra sentra pertanian padi sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
Prioritas Deskripsi
1 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Daka Ino dengan penggunaan lahan seluas 660 hektar
2 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Cemara Jaya dengan penggunaan lahan seluas 457 hektar
3 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Bumi Restu dengan penggunaan lahan seluas 453 hektar
4 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Mekar Sari dengan penggunaan lahan seluas 449 hektar
5 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Tutuling Jaya dengan penggunaan lahan seluas 385hektar
6 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Batu Raja dengan penggunaan lahan seluas 343 hektar
7 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Rawa Mangun dengan penggunaan lahan seluas 264 hektar
8 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Tobo Ino dengan penggunaan lahan seluas 184hektar
9 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Woka Jaya dengan penggunaan lahan seluas 164hektar
10 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa
Sido Mulyo dengan penggunaan lahan seluas 140 hektar
11 Strategi aksi prioritas diberikan kepada lahan berlokasi di Desa Ake
Daga dengan penggunaan lahan seluas 79 hektar
60
Dengan arahan prioritas strategi aksi diberikan kepada desa dengan
pertimbangan luas penggunaan lahan oleh rumah tangga petani karena luas
lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh petani jika ditunjang
dengan ketersediaan prasarana dan sarana produksi, sumberdaya manusia
petani, dan kelembagaan petani. Menurut Mubyarto (1995) lahan merupakan
faktor produksi, luas lahan menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh
petani jika ditunjang dengan ketersediaan prasarana dan sarana produksi,
sumberdaya manusia petani, dan kelembagaan petani. Jika luas lahan
meningkat penggunaannya faktor penunjang juga meningkat, maka hasil
petani akan meningkat, demikian juga sebaliknya. Sehingga hubungan antara
luas lahan dan faktor penunjang pengembangan sentra pertanian merupakan
hubungan yang positif.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi lahan sesuai padi sawah tersedia untuk pengembangan sentra
pertanian padi sawah berlokasi di 15 desa. Meliputi 4 desa lahan sesuai
padi sawah tersedia dan pengembangannya memenuhi kebutuhan rumah
tangga petani; 7 desa lahan sesuai padi sawah tersedia namun
pengembangannya tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga petani;
dan 4 desa lahan sesuai padi sawah tersedia namun tidak tersedia rumah
tangga petani padi sawah.
2. Usulan prioritas strategi pertama penyediaan prasarana dan sarana
produksi meliputi aksi penyediaan jaringan irigasi, alat mesin pertanian,
kemudian penyediaan benih, pupuk, pestisida. Usulan prioritas stategi
kedua adalah penguatan sumberdaya manusia meliputi penyedian
pelatihan pengelolaan dan pemasaran hasil, pelatihan pengolahan pasca
panen, kemudian pelatihan budidaya. Usulan prioritas staregi ketiga
adalam penguatan kelembagaan petani melalui penyedian modal usaha,
fasilitas akses pasar, kemudian bimbingan teknis
3. Arahan pengembangan sentra pertanian padi sawah di Kabupaten
Halmahera Timur meliputi :Pertama; pemenuhan kebutuhan lahan prioritas
pertama diberikan pada rumah tangga petani berlokasi di Desa Batu Raja,
kedua di Desa Tutuling Jaya, ketiga di Desa Daka Ino, dan keempat di
Desa Cemara Jaya. Kedua; strategi dan aksi prioritas diberikan pada desa
dengan penggunaan lahan sesuai padi sawah terluas ke penggunaan
lahan sesuai padi sawah tersempit yaitu Desa Ino, Cemara Jaya, Bumi Restu,
Mekar Sari, Tutuling Jaya, Batu Raja, Rawa Mangun, Tobo Ino, Woka Jaya, Sido
Mulyo, kemudian Ake Daga.
62
G. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka disarankan sebagai berikut:
1. Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah perlu
mempertimbangkan lokasi lahan padi sawah tersedia dan kebutuhan
petani
2. Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah perlu
mempertimbangkan usulan prioritas petani
3. Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah arahan aspek
penunjanh harus mempertimbangkan luas lahan tersedia.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahmat, Fathoni. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka cipta.
Adriana, A.N. dan Rusli. 2012. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Metode Springate Pada Perusahaan Foods And Beverages Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2010”. JurnalRepository. FE Universitas Riau.
Agus. 2011. “Transparansi Pelayanan Publik”, dalam Agus Dwiyanto, ed. 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Akbar. 2011. Strategi Keberlanjutan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Kasus Kabupaten Karawang.[Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Amien, I. 1997. Karakterisasi dan Analisis Zone Agroekologi. Pusat Penelitian Tanahdan Agroklimat, Bogor
Anwar, A dan E. Rustiadi. 1999. Desentralisasi Spasial Melalui Pembangunan
Agropolitan, dengan Mereplikasi Kota-Kota Menengah-Kecil di Wilayah Perdesaan. Makalah Lokakarya Pendayagunaan SumberdayaPembangunan Wilayah di Propinsi Riau, Pekanbaru.
Anantanyu 2009 Partisipasi Petani Dalam Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan Kelompok PetaniIpb, Bogor.
Arikunto, Suharsimi.(2002).Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baliwati. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Bermanakusuma, R. 1998. agroecological zone report. Penyusunan Indikator Ekonomi pada Peta Zona Agroekologi.agency for Agricultural Research and Development Jakarta.
Djakfar, Z.R, Dartius, Ardi, Suyati, D, Yuliadi, E, Hadiyono, Sjfyan, Y, Aswad,
M, dan Sagiman, S. 1990. Dasar-dasar Agronomi. BKS-B USAID:Palembang.
64
Djaenudin, D., Marwan, H., Subagjo, H., & A, Hidayat.(2011). Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor: Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian.
Esman, Milton J. 1986. “Unsur-unsur dari Pembangunan Lembaga” dalam Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional: dari Konsep ke Aplikasi. Editor J.W. Eaton. UI Press. Jakarta. Hal 21 –46.
Eaton, Joseph W. 1986. “Petunjuk bagi Perumusan Teori Pembangunan” dalam Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional: dari Konsep ke Aplikasi. Editor J.W. Eaton. UI Press. Jakarta. Hal 157 –167.
Iqbal, sayful, 2007.Corporate Governance sebagai alat pereda praktek manajemen laba (earnings management).VETURA.
Irawan, Handi. (2004). 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Koswara.dkk. 1999.Garvin tentang Groupwork. Bandung: Kopma STKS.
Lantarsih, R. 2011. System ketahanan pangan nasional; konstribusi ketersediaan dan konsumsi energy serta optimalisasi distribusi beras.Analisis kebijakan pertanian.
Litman, Todd. 2010. Sustainability and Livability: Summary of Definitions, Goals, Objectives and Performance Indicator, VTPI.
Marimin.(2008). Teknik Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.Grasindo.
Mosher, Arthur T. 1991. Getting Agriculture .Frederick A. Praeger, Inc. Publishers. New York.
Moenir., 1992. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:Bumi Aksara.
Mugnisiah, Wahyu Qamara.1995.Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. Rajawali Pers :Jakarta.
Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian.PT. Pustaka LP3ES Indonesia, anggota IKAPI. Jakarta.
Nawawi, Hadari. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif.Cetakan Keempat.Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
65
Pakpahan, Agus. 1989. “Kerangka Analitik Untuk Penelitian Rekayasa Sosial: Perspektif Ekonomi Institusi” dalam Prosiding Patanas Evolusi Kelembagaan Pedesaan. Disunting oleh Effendi Pasandaran dkk. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. Bogor. Hal 1 –18.
Prahasta, Eddy. 2006. Sistem Informasi Geografis ( Membangun Web Based GIS dengan Mapserver). Bandung : CV. Informatika.
Prihatin, S. 1999. Analisis Dampak APBD tingkat I terhadap struktur perekonomian wilayah Sumatera.Tesis S2 Program Pasca Sarjana USU, Medan.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012, tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian, Jakarta.
Prihandono, Didik. (2005). Evaluasi Ketersediaan Air Permukaan Untuk Irigasi Pertanian Kecamatan Prambanan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta.Skripsi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.
Purwanto, Asih. 2008. Pengaruh Kualitas Produk, Promosi dan Desain Terhadap Pembelian Yamaha Mio di Surakarta. Skripsi FE UMS.
Rustiadi E, Sunsun S dan Dyah RP. 2005. Diktat Kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
Saaty. T. L, 1980, The Analytic Hierarchy Process, McGraw Hill International.
Saragih, S., 2013.Empat Kunci Sukses Pengelolaan Lahan Rawa Pasang SurutUntuk Usaha Pertanian Berkelanjutan.
Sanim, B. 1997.Metode Valuasi Sumberdaya Dan Jasa-Jasa Lingkungan. MakalahPelatihan Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu, 25November 1996 – 9 Januari 1997.PKSPL.IPB Bogor.
Sajogyo. 2001.Pembangunan Pertanian dan Pedesaan dalam rangka IndustrialisasiBunga rampai: Industrialisasi Pedesaan, Editor : Sajogyodan Mangara Tambunan. Sekindo Eka Jaya. Jakarta.
Sanusi. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sitorus, Santun. 2004. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito Keberadaan Situ (Studi Kasus Kota Depok). [Tesis].Bogor : IPB.
66
Sjah, Taslim dan M. Zubair.2008.Tidak Banyak Peranan Kredit Bagi Petani Kecil. Seminar Nasional Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.
Soegijoko, Budi Tjahjati S. dan BS Kusbiantoro (ed). 1997. Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia.Bandung : Yayasan Soegijanto Soegijoko.
Solahuddin, S. 2009. Pertanian: Harapan Masa Depan Bangsa. Bogor: InstitutPertanian Bogor Press.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian kuantitatife, Kualitatife, dan R & D. Bandung: ALFABETA
Sudaryanto. 2003. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Suryadi dan Ramdhani, M Ali, 1998, System Pendukung Keputusan: Suatu Wacana Struktural Idealisasi Dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan, PT. RemajaRosdakarya, Bandung.
Tohir, A Kaslan. (1983). Seuntai Pengetahuan Tentang Usahatani
Indonesia.Jakarta : Bina Aksara.
67
68
Lampiran 2. Nama dan jabatan responden
No Nama Jabatan
1 Rizky Chairul Rihfat, ST. MT Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Halmahera Timur
2 Din Adjision, SP. MM Kepala Dinas Pertanian Kabupaten
Halmahera Timur
3 Kartono, SP. MM Kepala Dinas Ketahanan Pangan
Kabupaten Halmahera Timur
4 Revolino, ST. MT Kepala Dinas Bina Marga
Kabupaten Halmahera Timur
5 Arif Djalaluddin, ST. MT Kepala Dinas Cipta Karya
Kabupaten Halmahera Timur
6 Senari Ketua Gapoktan Dwi Tunggal
7 Hamidun Ketua Gapoktan Krida Mukti
8 Suliman Ketua Gapoktan Manunggal Jaya
9 Samsi Ketua Gapoktan Mekar Jaya
10 Agus Mulyono Ketua Gapoktan Subur Makmur
11 Arbai Ketua Gapoktan Margo Rukun
12 Paito Ketua Gapoktan Suka Maju
13 Siyam Ketua Gapoktan Mitra Tani
14 Adi Supriadi, SH Ketua Gapoktan Ora Et Labora
15 Fakhri Salasa Ketua Gapoktan Satu Hati
16 Gamiso Ketua Gapoktan Sumber Rezeki
Sumber: Data Observasi 2017
69
70
1
71
72
73
74
Lampiran 5.
Kuesionel Analysis Hierarchy Process (AHP) untuk menganalisis prioritas strategi dan aksi pengembangan sentra pertanian padi sawah cemara jaya di Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Timur Kabupaten Halmahera Timur.
Kuesioner Penelitian Analysis Hierarchy Process (AHP)
Strategi Pengembangan Sentra Pertanian Padi Sawah Cemara Jaya di Kabupaten Halmahera Timur
Identitas Responden
Nama : ……………………………. Tingkat Pendidikan : ……………………………. Instansi/Gapoktan : ……………………………. Tanda Tangan : …………………………….
Abdul Halim Djen Kipu
Pembimbing
Prof.Dr.Ir. Ahmad Munir, M.Eng (Ketua) Ir. Ria Wikantari, M.Arch, Ph.D (Anggota)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR MAKASSAR
2017
75
PENGANTAR
Untuk menyelesaikan Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah di
SekolahPascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar dan memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Magister, dengan ini saya:
Nama : Abdul Halim Djen Kipu
NIM : P0200215001
Program Studi : Perencanaan Pengembangan Wilayah
Melakukan penelitian dengan judul: Strategi Pengembangan Sentra
Pertanian Padi Padi Sawah di Kabupaten Halmahera Timur.
Sehubungan dengan penelitian tersebut, saya menyusun kuesioner
yangbertujuan untuk mengetahui prioritas strategi dan aksi yang dibutuhkan
dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah cemara jaya di Kabupaten
Halmahera Timur.Olehnya itu, saya mohon kepada Bapak untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan jawaban yang benar
dan akurat sesuai dengan pengalaman dan pengamatan Bapak selama ini.
Jawaban dari Bapak nantinya akan diolah dan dianalisis menghasilkan suatu
informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Atas perhatian dan bantuan Bapak, dalam meluangkanwaktu untuk
mengisi kuesioner, saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Abdul Halim Djen Kipu
76
BAGIAN I
Bagan diisi sesuai dengan petunjuk dan skala prioritas
kepentingan.Strategi dan aksidalam pengembangan sentra pertanian padi
sawah cemara jaya.
Susunan level hirarki Analysis Hierarchy Process
Hirarki III Aksi
Hirarki II Strategi
Hirarki I Tujuan
Penyediaan prasarana dan
sarana produksi
Araha strategi
Penguatan sumberdaya
manusia petani
Penguatan kelembagaan
petani
Penyediaan jaringan irigasi
Penyediaan Benih, pupuk,
pestisida
Penyediaan alat mesin pertanian
Penyediaan pelatihan budidaya
Penyediaan pelatihan
penanganan pasca panen
Penyediaan pelatihan
pengelolaan dan pemasaran hasil
Penyediaan modal usaha
Penyediaan bimbingan teknis
Penyediaan fasilitas akses pasar
77
BAGIAN II
Cara Menjawab Kuisioner :
Responden hanya menentukan atau memilih nilai antara 1-9 dan
memberikan tanda silang (X) pada nilai yang dipilih dengan ketentuan
pembobotan masing-masing nilai seperti pada tabel di bawah ini:
Nilai Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang lain
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lain
7 Elemen yang satu jelas lebih penting dari elemen yang lain
9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari elemen yang lain
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Contoh pemberian nilai berdasarkan tingkat kepentingan.Jika faktor Amutlak
lebih penting dari faktor B, maka diisi:
Faktor
A
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Faktor
B
Jika faktor B lebih penting dari Faktor A, maka diisi :
Faktor
A
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Faktor
B
Contoh pemberian urutan berdasarkan tingkat kepentingan.
Faktor Urutan
A 3
B 1
C 2
78
BAGIAN III
Daftar Pertanyaan
1. Dalam pengembangan sentra pertanian padi sawah cemara jaya di
Kabupaten Halmahera Timur, terdapat tiga strategi yang perlu
dipertimbangkan seperti yang disajikan pada Gambar susunan level
hirarki. Berdasarkan pemahaman dan pengalaman Bapak selama ini,
bila ditinjau dari tingkat kepentingannya, maka urutannya adalah:
Arahan Urutan
A Penyediaan prasarana dan sarana produksi
B Penguatan sumberdaya manusia petani
C Penguatan kelembagaan petani
Selanjutnya bagaimana pembobotan perbandingan berpasangan dari
masing-masing strategi tersebut?
Prasarana
dan sarana
produksi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumberdaya
mannusia
petani
Prasarana
dan sarana
produksi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelembagaan
petani
Sumberdaya
mannusia
petani
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Prasarana
dan sarana
produksi
Sumberdaya
mannusia
petani
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kelembagaan
petani
Kelembagaan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Prasarana
79
petani dan sarana
produksi
Kelembagaan
petani
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumberdaya
manusia
petani
2. Dalam strategi penyediaan prasarana dan sarana produksi terdapat tiga
aksi yang perlu dipertimbangkan. Berdasarkan pemahaman dan
pengalaman Bapak selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingannya,
maka urutannya adalah:
A Penyediaan prasarana dan sarana produksi Urutan
- Penyediaan jaringan irigasi
- Penyediaan benih, pupuk, pestisida
- Penyediaan alat mesin pertanian
Selanjutnya bagaimana pembobotan perbandingan berpasangan dari masing-
masing aksi tersebut?
Jaringan
irigasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
benih, pupuk,
pestisida
Jaringan
irigasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alat mesin
pertanian
Penyediaan
benih, pupuk,
pestisida
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jaringan
irigasi
Penyediaan
benih, pupuk,
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Alat mesin
pertanian
80
pestisida
Alat mesin
pertanian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jaringan
irigasi
Alat mesin
pertanian
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
benih, pupuk,
pestisida
3. Dalam strategi penguatan sumberdaya manusia petani terdapat tiga
aksi yang perlu dipertimbangkan. Berdasarkan pemahaman dan
pengalaman Bapak selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingannya,
maka urutannya adalah:
A Penguatan sumberdaya manuisa petani Urutan
- Pelatihan budidaya
- Pelatihan penanganan pasca panen
- Pelatihan pengelolaan dan pemasaran hasil
Selanjutnya bagaimana pembobotan perbandingan berpasangan dari
masing-masing aksi tersebut?
Pelatihan
budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
penanganan
pasca panen
Pelatihan
budidaya
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
pengelolaan
dan
pemasaran
hasil
Pelatihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
81
penanganan
pasca panen
budidaya
Pelatihan
penanganan
pasca panen
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
pengelolaan
dan
pemasaran
hasil
Pelatihan
pengelolaan
dan
pemasaran
hasil
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
budidaya
Pelatihan
pengelolaan
dan
pemasaran
hasil
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelatihan
penanganan
pasca panen
4. Dalam strategi penguatan kelembagaan petani terdapat tiga aksi yang
perlu dipertimbangkan. Berdasarkan pemahaman dan pengalaman
Bapak selama ini, bila ditinjau dari tingkat kepentingannya, maka
urutannya adalah:
A Penguatan kelembagaan petani Urutan
- Penyediaan modal usaha
- Penyediaan bimbingan teknis
- Penyediaan fasilitas akses pasar
82
Selanjutnya bagaimana pembobotan perbandingan berpasangan dari
masing-masing aksi tersebut
Penyediaan
modal usaha
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
bimbingan
teknis
Penyediaan
modal usaha
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
fasilitas
akses pasar
Penyediaan
bimbingan
teknis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
modal usaha
Penyediaan
bimbingan
teknis
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
fasilitas
akses pasar
Penyediaan
fasilitas akses
pasar
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
modal usaha
Penyediaan
fasilitas akses
pasar
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Penyediaan
bimbingan
teknis
83
1
84
85
86
87