Skip to Content

23

Click here to load reader

Transcript of Skip to Content

Page 1: Skip to Content

Skip to content Skip to main navigation Skip to columns

Perpustakaan | UT Home Home Galeri PTJJ

Home - FKIP - PEBI4107 Morfologi Tumbuhan PEBI4107 Morfologi Tumbuhan

 

  PEBI4107 Morfologi Tumbuhan HadisunarsoNina Ratna Djuita 2 sks / modul 1-6: ill.; 21 cm ISBN : 9796897946 DDC : 571.3 Copyright (BMP) © Jakarta: Universitas Terbuka, 2007

Tinjauan Mata Kuliah Mata kuliah Morfologi Tumbuhan ini diberikan kepada peserta didik agar dapat memperluas wawasannya terhadap keanekaragaman tumbuhan berdasarkan ciri-ciri morfologi dan modifikasinya. Berdasarkan pengetahuan tentang ciri morfologi organ tumbuhan dan modifikasinya tersebut, diharapkan Anda dapat mengidentifikasi jenis suatu tumbuhan. Pokok bahasan mata kuliah ini terutama dititikberatkan pada fitografi tumbuhan berbiji. Selain itu juga disinggung sedikit tentang sifat anatomi tumbuhan. Pembahasan mencakup bagian organ vegetatif tumbuhan (akar, batang, daun) dan modifikasinya, serta organ reproduktif tumbuhan (bunga, buah, dan biji).

Mata kuliah ini berbobot 2 sks dan disajikan dalam 6 modul sebagai berikut.

1. Modul 1: Morfologi Daun 2. Modul 2: Morfologi Akar dan Batang 3. Modul 3: Metamorfosis Akar, Batang, dan Daun 4. Modul 4: Morfologi Bunga 5. Modul 5: Morfologi Buah 6. Modul 6: Morfologi Biji

Page 2: Skip to Content

Agar Anda dapat memahami seluruh materi yang tersaji pada mata kuliah ini, Anda diharapkan mempelajari jaringan tumbuhan (Modul l Kegiatan Belajar 1) sebelum mempelajari aspek anatomi tumbuhan di modul berikutnya, mempelajari morfologi daun, akar, dan batang (Modul 1 dan 2) terlebih dahulu sebelum mempelajari metamorfosis akar, batang, dan daun (Modul 3). Dalam mempelajari organ generatif, sebaiknya mempelajari morfologi bunga (Modul 4) terlebih dahulu sebelum mempelajari morfologi buah dan biji (Modul 5 dan 6), sebab buah dan biji berasal dari bakal buah dan bakal biji yang terdapat pada bunga yang telah mengalami proses pembuahan. Selain itu hendaknya Anda diminta belajar secara jujur dan mandiri karena dalam mempelajari modul diperlukan kemandirian dan kejujuran guna mengukur sejauh mana pemahaman Anda terhadap materi dalam modul tersebut.

Petunjuk Belajar!

Dalam mempelajari setiap modul yang ada dalam mata kuliah ini, Anda sebaiknya:

1. membaca dan mengkaji setiap uraian dan contoh dengan teliti, mengerjakan setiap latihan dan kegiatan;

2. mendiskusikan hasil setiap latihan dengan teman Anda, dan mendiskusikannya dengan tutor apabila tersedia;

3. mengadakan kerja kelompok jika memungkinkan, agar setiap anggota kelompok belajar dapat saling melengkapi materi yang akan dibahas dan mendiskusikan permasalahan yang mungkin dihadapi;

4. mengerjakan setiap tes formatif dengan jujur agar Anda yakin tentang keberhasilan Anda dalam memahami setiap modul.

MODUL 1: Morfologi Daun

Kegiatan Belajar 1: Jaringan Tumbuhan dan Susunan Anatomi Daun Rangkuman Jaringan adalah kumpulan beberapa sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Berdasarkan tingkat perkembangannya kita mengenal adanya jaringan meristem dan jaringan dewasa (permanen). Berdasarkan letaknya kita kenal adanya meristem apikal, lateral dan interkalar.

Berdasarkan fungsinya, jaringan dewasa dapat dibedakan ke dalam

Page 3: Skip to Content

jaringan penutup (epidermis dan periderm), jaringan dasar (parenkima), jaringan penguat (kolenkima dan sklerenkima), jaringan pengangkut (xilem dan floem), dan jaringan sekresi. Helai daun disusun oleh epidermis, mesofil dan tulang daun. Mesofil terdiri dari jaringan klorenkima atau terdiri dari parenkima palisade dan parenkima bunga karang. Tulang daun terdiri dari jaringan xilem dan floem.

Kegiatan Belajar 2: Bagian dan Bentuk Daun Rangkuman Daun merupakan tempat proses fotosintesis sehingga pada umumnya pipih dan melebar. Daun lengkap terdiri dari bagian pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Jika tidak mempunyai salah satu atau kedua bagian tersebut maka disebut daun tidak lengkap. Umumnya tumbuhan berdaun tidak lengkap, dapat berupih, bertangkai atau duduk langsung pada batang.

Bentuk daun beraneka ragam sehingga sering digunakan untuk mengenali jenis tumbuhan. Bentuk umum daun ditentukan berdasarkan letak bagian daun yang terlebar, perbandingan lebar dengan panjang helai daun, dan pertemuan antara helai daun dengan tangkai daun, bentuk pangkal, ujung dan tepi daun.

Keragaman daun juga dapat dilihat pada susunan pertulangan daun, ketebalan helai daun, dan warna serta bagian permukaannya.

Kegiatan Belajar 3: Jenis Daun dan Tata Letak Daun pada Batang

Rangkuman Berdasarkan jumlah helai daun pada setiap tangkai, kita mengenal adanya daun tunggal dan daun majemuk. Daun majemuk dibedakan ke dalam daun majemuk menyirip, daun majemuk menjari, dan daun majemuk campuran, bergantung pada cara penyusunan anak daun pada tangkai daun. Daun majemuk juga dapat dibedakan ke dalam daun majemuk gasal dan daun majemuk genap. Daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi daun majemuk ganda 2, ganda 3, dan seterusnya. bergantung pada letak anak daun pada anak tangkai ordo ke-2, ke-3, dan seterusnya.

Daun melekat pada bagian buku-buku batang. Jumlah daun pada setiap buku dapat terdiri dari satu daun (tersebar), dua daun (berhadapan) atau berkarang (3 daun atau lebih). Meskipun tersebar, letak daun tetap teratur mengikuti rumus tata letak daun yang membentuk deret Fibonacci.

Page 4: Skip to Content

Daftar Pustaka

Benson, L. (1957). Plant Classification. pp: 33-42. Boston D.C.: Heath and Company.

Easu, K. (1977). Anatomy of Seed Plants. 2nd Ed. New York: John Wiley and Sons.

Fahn, A. (1990). Plant Anatomi. 4th Ed. London: Butterwort-Heinemann Ltd.

Foster, A.S. and E.M. Gifford, Jr. (1974). Comparative Morphology of Vascular Plants. 2nd Ed. San Francisco: W.H. Freeman and Company.

Greenaway, T. (1997). Pohon. (Terjemahan: Hadisunarso, 2002). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mauseth, J.D. (1988). Plant Anatomy. California: The Benjamin/Cummings Publ. Co., Inc.

Moore, R., Clark, W.D. and D. S. Vodopich. (1998). Botany. 2nd Edition. McGraw-Hill. USA. p.314--315.

Padua, L.S. de, N. Bunyapraphatsara, and R.H.M.J. Lemmerns (Editors). (1999). Plant Resources of South-East Asia. Prosea, Bogor, Indonesia.

Raven, P.H., R.F. Evert, and S.E. Eichhorn. (1991). Biology of Plants. New York: Wort Publisher.

Sudarnadi, H. (1996).Tumbuhan Monokotil. 133 Hal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tjitrosoepomo, G. (2003). Morfologi Tumbuhan. 266 Hal. Edisi ke-14. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Willmer, C.M. (1983). Stomata. New York: Longman Inc. Wilson, C.L. and W.E. Loomis. (1966). Botany. 3rd edition.

New York: Holt, Rinehart and Winston.

MODUL 2: Morfologi Akar dan Batang

Kegiatan Belajar 1: Morfologi dan Anatomi Batang Rangkuman Batang merupakan organ tumbuhan yang tumbuh ke atas. Fungsi batang, antara lain membentuk daun, mengantarkannya ke arah matahari, mengangkut air dan garam-garam yang terlarut menuju ke daun dan mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke akar, serta dapat berfungsi menyimpan makanan cadangan.

Batang terdiri dari ruas dan buku-buku. Pada buku-buku tersebut terdapat daun. Pada ketiak daun terdapat tunas samping yang dapat tumbuh menjadi cabang vegetatif atau cabang reproduktif. Anatomi

Page 5: Skip to Content

batang dikotil dan Gymnospermae memperlihatkan dari luar terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat. Ikatan pembuluh pada batang dikotil tersusun secara melingkar (teratur), sedangkan pada tumbuhan monokotil ikatan pembuluhnya tersebar sehingga jaringan dasarnya tidak dibedakan ke dalam korteks dan empulur.

Bentuk batang beraneka ragam. Penampang batang berbentuk bulat, persegi atau pipih. Batang dapat tumbuh tak terbatas karena ada meristem apikal. Arah tumbuh batang dapat lurus ke atas, menggantung, berbaring, menjalar, serong ke atas, memanjat, dan membelit.

Percabangan pada batang dapat monopodial, simpodial atau dikotom. Cabang tersebut dapat tumbuh tegak, condong ke atas, mendatar, terkulai atau menggantung.

Kegiatan Belajar 2: Morfologi dan Anatomi Akar Rangkuman Akar merupakan organ tumbuhan yang tumbuh ke dalam tanah. Ada empat fungsi akar, yaitu (a) mengabsorpsi air dan garam yang terlarut, (b) mengantarkan air dan garam tersebut. ke batang, (c) sebagai jangkar dan penopang tajuk, dan (d) menyimpan cadangan makanan. Jaringan akar muda dari luar ke dalam terdiri dari epidermis, korteks, dan silinder pusat.

Akar dapat dibedakan ke dalam bagian leher (pangkal) akar, akar primer, akar cabang akar, rambut akar, ujung akar dan tudung akar.

Kita mengenal 2 sistem perakaran, yaitu sistem perakaran serabut yang terdapat pada tumbuhan monokotil, dan sistem perakaran tunggang yang terdapat pada tumbuhan dikotil dan Gymnospermae.

Daftar Pustaka

Padua, L.S. de, N. Bunyapraphatsara, and R.H.M.J. Lemmerns (Editors). (1999). Plant Resources of South-East Asia. Prosea, Bogor - Indonesia.

Easu, K. (1977). Anatomy of Seed Plants. 2nd Edition. New York: John Wiley and Sons.

Fahn, A. (1990). Plant Anatomi. 4th Ed. London: Butterwort-Heinemann Ltd.

Raven, P.H., R.F. Evert, and S.E. Eichhorn. (1991). Biology of Plants. New York: Wort Publisher.

Sudarnadi, H. (1996). Tumbuhan Monokotil. 133 Hal. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 6: Skip to Content

Tjitrosoepomo, G. (2003). Morfologi Tumbuhan. 266 hal. Edisi ke-14. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Wilson, C.L. and W.E. Loomis. (1966). Botany. 3rd Ed. New York: Holt, Rinehart and Winston.

MODUL 3: Modifikasi Batang, Daun, dan Akar

Kegiatan Belajar 1: Modifikasi Kuncup dan Batang Rangkuman Modifikasi bagian tumbuhan berkaitan erat dengan mekanisme agar tumbuhan tersebut dapat mempertahankan kehidupannya. Bunga dapat dianggap sebagai modifikasi batang dan sekumpulan daun yang telah mengalami metamorfosis sebagai alat untuk reproduksi. Beberapa bagian tumbuhan mengalami modifikasi untuk reproduksi vegetatif secara alami membentuk kuncup liar, rizoma, stolon, tuber (umbi batang), umbi lapis, kormus, dan anakan.

Kegiatan Belajar 2: Modifikasi Akar, Daun, dan Alat Tambahan Rangkuman Daun dapat mengalami modifikasi membentuk piala, gelembung atau penangkap serangga lainnya yang berfungsi dalam absorbsi air dan nutrisi tambahan. Selain itu dapat membentuk duri untuk pertahanan diri atau sulur sebagai alat panjat. Kokot merupakan sulur yang keras, seperti duri. Akar juga dapat mengalami modifikasi membentuk akar napas atau akar lutut untuk mencukupi kebutuhan O2 akibat tempat tumbuhnya sering tergenang.(daerah mangrove). Alat tambahan berupa trikoma atau emergensia merupakan modifikasi epidermis dan jaringan di bawahnya. Duri trikoma letaknya tersebar tidak teratur dan mudah dilepas.

Daftar Pustaka

Fahn, A. (1990). Plant Anatomi. 4th Ed. London, San Francisco: W.H. Freeman and Company, Butterwort-Heinemann Ltd.

Padua, L.S. de, N. Bunyapraphatsara dan R.H.M.J. Lemmerns (Editors). (1999). Plant Resources of South-East Asia. Prosea Bogor, Indonesia.

Raven, P.H., R.F. Evert and S.E. Eichhorn. (1991). Biology of Plants. New York: Wort Publisher.

Stern, K.R. (2000). Introduction to Plant Biology. 8th Ed. New York: McGraw Hill.

Tjitrosoepomo, G. (2003). Morfologi Tumbuhan. 266 hal. Edisi ke-14. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Page 7: Skip to Content

Wilson, C.L. dan W.E. Loomis. (1966). Botany. 3rd Edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

MODUL 4: Morfologi Bunga

Kegiatan Belajar 1: Bagian dan Macam Bunga Rangkuman Bunga merupakan organ reproduktif pada tumbuhan. Berdasarkan tipenya, bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga majemuk. Pada bunga tunggal, satu tangkai hanya mendukung satu bunga, sedangkan pada bunga majemuk, satu tangkai mendukung banyak bunga.

Bagian-bagian bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga (pedicel), dasar bunga (receptacle), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan putik (pistil). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga (peduncle), daun pelindung (bract), daun tangkai (bracteola), tangkai daun dan bunga.

Bunga majemuk dapat dibedakan menjadi bunga majemuk terbatas dan bunga majemuk tidak terbatas. Contoh bunga majemuk terbatas adalah monochasium yang terdiri atas monochasium tunggal, sekrup, dan bercabang seling; dichasium yang terdiri atas dichasium tunggal dan dichasium majemuk; pleiochasium; bunga kipas dan bunga sabit.

Bunga majemuk tidak terbatas dibedakan menjadi bunga majemuk dengan ibu tangkai tidak bercabang dan bunga majemuk dengan ibu tangkai bercabang. Contoh yang pertama adalah bunga bulir, tongkol, untai, tandan, cawan, payung, bongkol, dan bunga periuk. Contoh yang kedua adalah bunga malai, thyrse, malai rata, bulir majemuk, tongkol majemuk dan payung majemuk

Tipe lain bunga majemuk adalah bunga karangan semu, cyathium, berkas, tukal, dan lembing.

Berdasarkan kelengkapan bagian bunga, bunga dibedakan menjadi bunga lengkap, bunga tidak lengkap, bunga sempurna (biseksual/hermaprodit) dan bunga tidak sempurna (uniseksual). Bunga uniseksual terdiri atas bunga jantan dan bunga betina. Berdasarkan pada kelamin bunga yang terdapat dalam suatu tumbuhan maka tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan berumah satu (monoecious), tumbuhan berumah dua (diecious) dan polygamous.

Kegiatan Belajar 2: Jumlah dan Tata Letak Bunga

Page 8: Skip to Content

Rangkuman Berdasarkan jumlah bunga, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) dan tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Berdasarkan letaknya, bunga dibedakan menjadi bunga terminal bila letaknya di ujung cabang atau ujung batang; dan bunga aksiler apabila bunga terletak di ketiak daun.

Bagian bunga seperti daun kelopak dan daun mahkota berada pada susunan tertentu ketika masih kuncup. Hal ini disebut estivasi, contohnya estivasi valvate, valvate induplicate, valvate reduplicate, imbricate, ascending imbricate, descending imbricate, convolute, plicate, open dan quincuncial.

Bagian bunga lainnya, seperti dasar bunga dapat mengalami peninggian. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan peninggian dasar bunga, misalnya anthofor, androfor, ginofor, androginofor dan discus. Bentuk dasar bunga yang biasa dijumpai adalah bentuk rata, kerucut, cawan, dan mangkuk.

Untuk memberikan gambaran tentang bunga dapat digunakan diagram bunga dan rumus bunga. Diagram bunga merupakan gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang. Rumus bunga merupakan gambaran mengenai berbagai sifat bunga dan bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan huruf, angka, serta lambang-lambang tertentu.

Daftar Pustaka

Benson, L. (1957). Plant Classification. Boston: D.C. Heatht and Company.

Dod, B. (ed). (1979). Flowering Plants of the World. Oxford: Oxford University Press.

Keng, H. (1978). Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore. Singapore University Press.

Lawrence, G.H.M. (1951). Taxonomy of Vascular Plants. New York. The Macmillan Company.

Soerjani, M., Kostermans, A.J.G.H., and Tjitrosoepomo, G. (1987). Weeds of Rice in Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Shukla, P and Misra, S.P. (1979). An introduction to Taxonomy of Angiospermae. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD.

Stace, C.A. (1980). Plant Taxonomy and Biosystematics. London: Edward Arnold Ltd.

Tjitrosoepomo, G. (1989). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:

Page 9: Skip to Content

Gadjah Mada University Press.

MODUL 5: Morfologi Buah

Kegiatan Belajar 1: Buah Sejati Rangkuman Buah merupakan hasil perkembangan dari bakal buah atau ovary. Secara umum buah dibagi menjadi buah sejati dan buah semu. Buah sejati terutama berkembang dari bakal buah, apabila ada bagian bunga lain yang turut dalam pembentukan buah maka sifatnya tidak dominan.

Buah sejati dapat dibedakan menjadi buah sejati tunggal kering, buah sejati tunggal berdaging, buah sejati ganda, dan buah sejati majemuk.

Buah sejati tunggal kering terdiri atas buah padi atau kariopsis, kurung atau akenium, keras atau nut, samara, berbelah atau schizocarp, kendaga atau rhegma, dan buah kotak. Buah kotak meliputi buah bumbung atau follicle, polong atau legume, loment, lobak atau silique, lobak pendek atau siliqle dan buah kotak sejati atau capsule.

Buah sejati tunggal berdaging meliputi buah buni atau berry, mentimun atau pepo, jeruk atau hesperidium, batu atau drupe, dan delima.

Buah sejati ganda disebut juga buah agregat, terdiri atas buah buni majemuk, batu majemuk, dan kurung majemuk

Cara membukanya buah dapat bermacam-macam, ada yang melalui pembukaan satu kampuh, seperti pada buah bumbung, pembukaan dua kampuh pada buah polong, buah lobak, dan lobak pendek. Pada buah lain seperti buah kotak sejati, buah dapat membuka dengan katup atau klep, dengan retak atau celah, gigi-gigi, liang atau pori, dan tutup atau operculum.

Tipe buah dapat menjadi ciri khas untuk familia tertentu, misalnya Leguminosae, anggotanya memiliki tipe buah polong atau legume. Familia Cruciferae umumnya mempunyai tipe buah lobak (silique) atau lobak pendek (siliqle).

Kegiatan Belajar 2: Buah Semu Rangkuman Buah semu terjadi dari bakal buah dan bagian-bunga lain. Bagian bunga tersebut bahkan menjadi bagian yang dominan dalam pembentukan buah, sedangkan bakal buahnya sendiri kurang

Page 10: Skip to Content

berkembang. Contoh bagian tersebut, misalnya tangkai bunga, kelopak, tenda bunga, dasar bunga, dan dasar bunga bersama. Bagian tersebut sering kali dapat dimakan.

Buah semu dapat digolongkan menjadi buah semu tunggal, semu ganda, semu majemuk, sorosis, dan syconous. Buah semu tunggal berasal dari satu bunga yang mempunyai satu bakal buah. Buah semu ganda berkembang dari satu bunga yang mempunyai banyak bakal buah bebas. Buah semu majemuk berasal dari bunga majemuk, kemudian berkembang menjadi buah. Buah tersebut umumnya terlihat sebagai satu buah karena masing-masing buah berkumpul menjadi satu.

Beberapa contoh buah semu, misalnya jambu mete, ciplukan, dan apel. Ketiganya termasuk buah semu tunggal. Contoh buah semu ganda, misalnya strawberi, buah semu majemuk contohnya nangka, sorosis contohnya mengkudu, dan buah syconous contohnya adalah Ficus.

Daftar Pustaka

Ashari, S. (1999). Citrus bergamia Risso & Poiteau. In Oyen, L.P.A & Dung, N.X (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 19. Essential Oil Plants. Bogor: Prosea Foundation.

Benson, L. (1957). Plant Classification. USA D.C.: Heath and Company.

Bold, H. C.; Alexopoulos, C. J.; and Delevoryas, T. (1980). Morphology of Plants and Fungi. New York: Harper & Row, Publishers.

Boonkerd, T. N.; Songkhla, B.; and Thephuttee, W. (1994). Hibiscus sabdariffa L. In Siemonsma, IS and Piluek, K. (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Chung, R.C.K and Purwaningsih. (1999). Aquilaria Malaccensis Lamk. In Oyen, L.P.A & Dung, N.X (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 19. Essential Oil Plants. Bogor: Prosea Foundation.

Coronel, R. E. (1992). Spondias purpurea L. In Verheij, E. W. M and Coronel, R. E (Eds.). Plant Resources of South Asia No 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Coronet, R.E. (1992). Tamarindus indica L. In Verheij, E.W.M and Coronet, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Dod, B. (1979). Flowering Plants of The World. Oxford: Oxford University Press.

Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan. (Terjemahan).

Page 11: Skip to Content

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. George, AT and Nissen, R.J. (1992). Annona cherimola Miller

Annona squamosa L., A. cherimola x A. squamosa. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Gildemacher, B.H. and Jansen, G.J. (1994). Cucumis sativus L. In Siemonsma, IS and Piluek, K (Eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Groenendijk, J.J. (1992). Morinda citrifolia L. In Lemmens, R.H.M.J and Wulijami-Soetjipto (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 3 Dye and tannin producing plants. Bogor: Prosea Foundation.

Grubben, G.J.H. (1994). Vigna unguilata (L.) Walp. Cv. Group Sesquipedalis. In Siemonsma, J.S and Piluek, K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Gruezo, W.S. (1992). Antidesma bunius (L.) Sprengel. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Hayward, H. E. (1938). The Structure of Economic Plants. New York: MacMillan.

Jansen, G.J.; Gildemacher, B.H.; and Phuphathanaphong, L. (1994). Luffa P. Miller. In Siemonsma, J. S.; and Piluek, K. (Eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Keng, H. (1978). Orders and Familie of Malayan Seed Plants. Singapore: Singapore University Press.

Kochhar, S.L. (1981). Economic Botany in The Tropics. New Delhi: Macmillan India Limited.

Lawrence, G. H. M. (1958). Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Company.

Lemmens, R.H.M.J. (1992). Lithocarpus sundaicus (Blume) Rehder. In Lemmens, R.H.M.J and Wulijarni-Soetjipto (Eds). Plant Resources of South East Asia No. 3 Dye and Tannin Producing Plants. Bogor: Prosea Foundation.

Opena, R.T. and van der Vossen. (1994). Lycopersicon esculentum Miller. In Siemonsma, J. S and Piluek, K (Eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Oyen, L.P.A and Jansen, P.C.M. (1999). Citrus aurantium L.cv. group Bouquetier. In Oyen, L.P.A & Dung, N.X (Eds.). Plant Resources of South East Asia

Paje, M.M. and van der Vossen, H.AM. (1994). Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai. In Siemonsma, J.S and Piluek, K (Eds.). Plant Resources of South East Asia 8.

Page 12: Skip to Content

Vegetables. Bogor: Prosea Foundation. Partomihardjo, T. (1992). Nyctanthes arbor-tritis L. In

Lemmens, R.H.M.J and Wulijami-Soetjipto (Eds). Plant Resources of South-East Asia no 3 Dye and tannin producing plants. Bogor: Prosea Foundation.

Rajendran, R. (1992). Bixa orellana L. In Lemmens, R.H.M.J and Wulijami Soetjipto (Eds). Plant Resources of South East Asia No. 3 Dye and Tannin Producing Plants. Bogor: Prosea Foundation.

Reyes, M.E.C., Gildemacher, B.H.; and Jansen, G.J. (1994). Momordica L. In Siemonsma, J. S and Piluek, K. (eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Rifai, M.A. (1992). Eugenia uniflora L. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Rifai, M.A. (1992). Bouea macrophylla Griffith. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Rifai, M.A and Reyes, M.E.C. (1994). Benincasa hispida (Thunberg ex Murray) Cogniaux. In Siemonsma, J.S and Piluek, K (eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Roxas, V.P. (1994). Cucurbita ficifolia Bouche. In Siemonsma, J.S and Piluek, K. (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Sangat-Roemantyo, H. (1994). Hydrocotyle sibthorpioides Lamk. In Siemonsma, J.S and Piluek, K. (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Sastrapradja, et al. (1976). Anggrek Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Shukla, P and Misra, S.P. (1979). An Introduction to Taxonomy of Angiosperms. New Delhi: Vikas Publishing House PVT LTD.

Soepadmo, E. (1992). Artocarpus heterophyllous Lamk. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Subhadrabandhu, S., Schneemann, J.M.P and Verheij, E.W.M. (1992). Durio zibethinus Murray. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Sutarno, H., Danimihardja, S and Grubben, G.J.H. (1994). Solanum melongena L. In Siemonsma, J.S and Piluek, K (eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor:

Page 13: Skip to Content

Prosea Foundation. Tjitrosoepomo, G. (1989). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. van der Vossen, H.A.M and Sambas, E.N. (1994). Daucus

carota L. In Siemonsma, J.S and Piluek, K (eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

van Valkenburg, J.L.C.H and Waluyo, E.B. (1992). Terminalia catappa L. In Lemmens, R.H.M.J and Wulijami-Soetjipto (Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 3 Dye and tannin producing plants. Bogor. Prosea Foundation.

Verheij, E.W.M. (1992). Mangifera indica L. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Verhoeven, G. (1992). Physalis peruviana L. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Wee, Y.C and Thongtham, M.L.C. (1992). Ananas comosus (L.) Merr. In Verheij, E.W.M and Coronel, R.E (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: Prosea Foundation.

Widjaya, E.A and Sukprakam, S. (1994). Cucurbita L. In Siemonsma, IS and Piluek, K (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Widodo, S.H. (1999). Abelmoschus moschatus medikus. In Oyen, L.P.A & Dung, N.X (Eds.). Plant Resources of South-East Asia 19. Essential Oil plants. Bogor: Prosea Foundation.

Wiriadinata, H. (1994). Archidendron jiringa (Jack) Nielson. In Siemonsna, I.S. and Piluek, K. (Eds.). Plant Resources of South East Asia 8. Vegetables. Bogor: Prosea Foundation.

Wulijami-Soetjipto, N and Lemmens, R.H.M.J. (1992). Acacia nilotica (L.) Willd.ex Del. In Lemmens, R.H.M.J and Wulijarni-Soetjipto (Eds). Plant Resources of South East Asia No. 3 Dye and tannin producing plants. Bogor: Prosea Foundation.

MODUL 6: Morfologi Biji

Kegiatan Belajar 1: Kulit, Inti Biji, dan Tali Pusar Rangkuman Biji merupakan struktur yang efisien untuk perkembangbiakan dan perbanyakan. Biji berasal dari bakal biji yang berkembang setelah mengalami pembuahan.

Ada beberapa macam tipe bakal biji, yaitu orthotropous bila mikropil

Page 14: Skip to Content

terletak di bagian atas, sedangkan hilumnya di bagian bawah; amphitropous, yaitu bakal biji yang tangkai bijinya membengkok sehingga ujung bakal biji dan tangkai dasarnya berdekatan satu sama lain. Anatropous, yaitu bakal biji yang mempunyai mikropil membengkok sekitar 180o, dan campylotropous, yaitu bakal biji yang membengkok 90o sehingga tali pusar tampak melekat pada bagian samping bakal biji.

Biji mempunyai bentuk yang bermacam-macam, misalnya menyudut, ginjal, bulat, memanjang, bulat telur dan lain-lain. Bentuk biji yang unik dijumpai pada genjer yang mempunyai biji, seperti ladam, dan senggani yang mempunyai bentuk biji, seperti rumah siput.

Permukaan kulit luar biji bermacam-macam, ada yang halus, kasar, berkutil, berduri dan sebagainya. Ini dapat dijumpai pada tumbuh-tumbuhan yang tergolong gulma.

Bagian-bagian biji terdiri atas kulit biji, inti biji, dan tali pusar. Kulit biji pada tumbuhan ada yang terdiri atas dua lapis, ada juga yang tiga lapis. Inti biji terdiri atas embrio dan cadangan makanan. Tali pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan plasenta.

Pada kulit biji dapat dijumpai bagian-bagian, seperti sayap, bulu, salut biji, pusar biji, liang biji, berkas pembuluh pengangkut, tulang biji, carunle, dan strophiole.

Kegiatan Belajar 2: Lembaga dan Putih Lembaga Rangkuman Lembaga dan putih lembaga merupakan inti biji atau isi biji. Bagian ini terdapat di dalam kulit biji. Lembaga atau embrio terdiri atas akar lembaga (radikula), daun lembaga (kotiledon), dan batang lembaga. Putih lembaga terdiri atas putih lembaga dalam (endosperma) dan putih lembaga luar (perisperma).

Bagian embrio, seperti radikula akan berkembang menjadi akar. Pada tumbuhan Dicotyledoneae, radikula akan berkembang menjadi akar tunggang. Pada Monocotyledoneae, akar tersebut akan berkembang menjadi akar primer, namun masa hidupnya tidak lama karena segera diganti oleh sistem akar sekunder. Kotiledon pada biji dapat berfungsi sebagai tempat penimbunan makanan, alat untuk berfotosintesis sementara, dan sebagai alat untuk menghisap makanan dari putih lembaga. Batang lembaga terdiri atas epikotil dan hipokotil. Epikotil adalah pemanjangan ruas batang di atas kotiledon, sedangkan hipokotil adalah pemanjangan ruas batang di bawah kotiledon. Batang lembaga dan calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang disebut

Page 15: Skip to Content

plumula.

Bagian putih lembaga, seperti endosperma merupakan cadangan makanan pada biji. Berdasarkan pembentukannya, endosperma berasal dari sel induk endosperma yang telah dibuahi oleh sel sperma. Perisperma merupakan putih lembaga luar. Bagian ini berasal dari nuselus atau selaput bakal biji.

Daftar Pustaka

Bold, H.C., Alexopoulos, C.J., and Delevoryas, T. (1980). Morphology of Plants and Fungi. New York: Harper & Row, Publishers.

Chin, H.F. and Yong, H.S. (1980). Malaysian Fruit in Color. Kuala Lumpur: Tropical Press SDN BHD.

Fahn, A. (1991). Anatomi Tumbuhan. Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lawrence, G.H.M. (1958). Taxonomy of Vascular Plants. New York: The Macmillan Company.

Robbins, W.W., Weier, T.E. and Stocking, C.R. (1957). Botany, an Introduction to Plant Science. 2nd Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Soerjani,M. Kostermans, A.J.G.H, and Tjitrosoepomo, G. (1987). Weeds of Rice in Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tjitrosoepomo, G. (1989). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wilson, C.L and Loomis, W.E. (1962). Botany. 3rd Edition. USA: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

  

Menu Utama FEKON FISIP FKIP FMIPA MKDU Pasca Sarjana BMP Rangkuman

Belajar Online

UT Online Learning Web Suplemen

Page 16: Skip to Content

Jadwal Siaran RRI - UT Belajar Mandiri Toko Buku Online Learning Object Guru Pintar Online e-Humaniora BIPA - UT

2005 - 2011 Perpustakaan | UT. Designed by JoomlArt.com