Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

download Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

of 29

Transcript of Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    1/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 1

    MUATAN ETIKA DALAM PENGAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN DAN

    DAMPAKNYA TERHADAP PERSEPSI ETIKA MAHASISWA: STUDI

    EKSPERIMEN SEMU

    Wiwik Utami dan Fitri IndriawatiUniversitas Mercu Buana

    Abstract

    Ethics education is more than studying the code of professional conduct, but

    rather a process whereby individuals become more consciously involved in making

    ethical decisions (Langenderfer and Rockness:1989). This study investigates whether

    integrating ethical issues in financial accounting course will improve students ethics

    perception. The research design was quasi experiment, posttest-only control groupdesign, and the subject were students who took intermediate accounting. The

    hypotheses of this research were: (1) loading ethical issues in financial accounting

    course influenced students ethics perception, and (2) interaction between ethical

    issues in financial accounting course and student GPA (Grade Point Average)

    influenced students ethics perception. The research hypotheses were tested using two

    way ANOVA.

    The result show that: (1) loading ethical issues in financial accounting course

    not influenced students ethics perception, (2) interaction between loading ethical

    issues in financial accounting course and student GPA significantly influenced the

    students ethics perception. Considering the current climate of good corporate

    governance, educators can no longer postpone in integrating ethics issues inaccounting curriculum.

    Keywords: ethical perception, ethical issue, financial accounting

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    2/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 2

    1. Latar Belakang Penelitian

    International Federation of Accountants (IFAC) pada tahun 2003 telah

    menerbitkan 7 standar pendidikan internasional ( International Education Standards/

    IES). Dari tujuh standar tersebut, yaitu standar nomer 4 (IES 4) menyebutkan bahwaprogram pendidikan akuntansi sebaiknya memberikan kerangka nilai, etika dan sikap

    profesional untuk melatih judgement profesional calon akuntan sehingga dapat

    bertindak secara etis ditengah kepentingan profesi dan masyarakat.

    Di Indonesia, kode etik yang berlaku saat ini adalah kode etik IAI yang

    disyahkan di Kongres IAI tahun 1998 dan menitik beratkan pada akuntan publik serta

    akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik. Untuk profesi akuntan selain akuntan

    publik sampai saat ini belum ada rumusan kode etiknya. Padahal kenyataannya, tidak

    semua sarjana akuntansi memilih profesi sebagai akuntan publik atau bekerja di kantor

    akuntan publik (lihat Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa hanya sebagian

    kecil (2% - 4%) sarjana akuntansi yang memilih profesi sebagai akuntan publik,

    sedangkan yang terbanyak adalah berprofesi sebagai akuntan manajemen/perbankan.

    Oleh karena itu muncul pertanyaan, bagaimana pembekalan etika untuk mahasiswa

    akuntansi yang tidak berminat mengambil konsentrasi audit?

    Tabel.1. Distribusi Bidang Pekerjaan Sarjana Akuntansi

    No Jenis Pekerjaan Persentase

    1 Akuntan publik 2-4%

    2 Akuntan manajemen/perbankan 45-55%

    3 Akuntan pendidik 20-30%

    4 Akuntan sektor publik 20-35%

    5 Bisnis mandiri/wira usaha 10-20%

    (Sumber:Tjiptohadi Sawarjuwono. 2005)

    Terbongkarnya kasus Enron Corp. (2001) dan kasus-kasus perusahaan besar

    lainnya yang terlibat dalam praktik manajemen laba memberikan kesadaran tentang

    pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang

    cerdas dan bermoral. Prinsip-prinsip good corporate governance juga menyatakan

    bahwa sikap independen, transparan, adil dan akuntabel harus dimiliki oleh semua

    pengelola organisasi, baik swasta maupun pemerintah.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    3/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 3

    Kurikulum akuntansi program sarjana (S1) memberikan muatan moral pada

    mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK), yang pada umumnya mencakup:

    mata kuliah agama, pancasila, kewarganegaraan, dan etika (2 SKS). Muatan etika pada

    kurikulum MKPK tersebut masih dirasakan kurang.

    Kurangnya muatan etika dalam kurikulum akuntansi juga diungkapkan oleh

    Wulandari dan Sularso (2002) yang melakukan penelitian di Surakarta dengan sampel

    mahasiswa dan akuntan pendidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,38% (dari

    192 responden) menyatakan kurikulum program studi akuntansi belum cukup

    memberikan muatan etika untuk bekal mahasiswa terjun ke dunia kerja. Untuk

    responden yang menyatakan tidak cukup muatan etikanya menyarankan agar: (1)

    diperluas dengan mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu (46,9%), (2) diperluas

    dengan mengintegrasikan ke semua mata kuliah (29,01%), dan (3) ditambah sebagai

    mata kuliah tersendiri (18,52%), dan (4) pendapat lain (5,56%). Hasil penelitian

    Ludigdo dan Machfoedz (1999) juga mengungkapkan muatan etika dalam kurikulum

    pendidikan akuntansi belum cukup dan sebagian besar responden menyarankan untuk

    mengintegrasikan ke mata kuliah tertentu.

    Berdasarkan pada hasil riset Wulandari dan Sularso (2002) serta Ludigdo dan

    Machfoedz (1999) tersebut maka peneliti termotivasi untuk mengkaji aspek etika

    yang diintegrasikan dalam materi perkuliahan akuntansi. Mata kuliah yang mempunyai

    peluang besar untuk diberi muatan etika secara lebih mendalam adalah kelompok

    akuntansi keuangan. Pentingnya muatan etika pada kelompok mata kuliah akuntansi

    keuangan tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa masalah kecurangan akuntansi

    (accounting fraud) banyak dilakukan oleh perusahaan, yang merupakan wadah dimana

    sebagian besar para sarjana akuntansi bekerja.

    Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi

    menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi,

    bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. McNair and Milan (1993) juga

    menyatakan bahwa dari 202 profesor yang menjadi respondennya, mayoritas mereka

    cenderung untuk memasukkan materi etika dalam mata kuliah akuntansi pokok. Bahkan

    lebih dari 77% dari mereka telah memasukkan materi etika tersebut dalam mata kuliah

    yang diajarkannya.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    4/29

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    5/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 5

    2. Tinjauan Pustaka dan Hipotesis

    2.1. Etika

    Pengertian moral sering disama artikan dengan etika. Moral berasal dari bahasa

    Latin moralia, kata sifat dari mos (adat istiadat) dan mores (perilaku). Sedangkan etika

    berasal dari kata Yunani ethikos, kata sifat dari ethos (perilaku). Makna kata etika dan

    moral memang sinonim, namun menurut Siagian (1996) antara keduanya mempunyai

    nuansa konsep yang berbeda. Moral atau moralitas biasanya dikaitkan dengan tindakan

    seseorang yang benar atau salah. Sedangkan etika ialah studi tentang tindakan moral

    atau sistem atau kode berprilaku yang mengikutinya. Etika sebagai bidang studi

    menentukan standar untuk membedakan antara karakter yang baik dan tidak baik atau

    dengan kata lain etika adalah merupakan studi normatif tentang berbagai prinsip yang

    mendasari tipe-tipe tindakan manusia.

    Menurut Siagian (1996) menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 alasan mengapa

    mempelajari etika sangat penting: (1) etika memandu manusia dalam memilih berbagai

    keputusan yang dihadapi dalam kehidupan, (2) etika merupakan pola perilaku yang

    didasarkan pada kesepakatan nilai-nilai sehingga kehidupan yang harmonis dapat

    tercapai, (3) dinamika dalam kehidupan manusia menyebabkan perubahan nilai-nilai

    moral sehingga perlu dilakukan analisa dan ditinjau ulang, (4) Etika mendorong

    tumbuhnya naluri moralitas dan mengilhami manusia untuk sama-sama mencari,

    menemukan dan menerapkan nilai-nilai hidup yang hakiki.

    Menurut Rest (1986), proses perilaku etis meliputi tahap sebagai berikut:

    1. The person must be able to identify alternative actions and how those

    alternatives will effect the welfare of interested parties.

    2. The person must be able to judge which course of action ought to be

    undertaken in that situation because it is morally right (or fair or just

    morally good)

    3. The person must intend to do what is morally right by giving priority to

    moral value above other personal values

    4. The person must have sufficient perseverance, ego strenght and

    implementation skills to be able to follow through on his/her intention to

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    6/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 6

    behave morally, to withstand fatigue and flagging will, and to overcome

    obstacles

    Empat hal tersebut berkaitan dengan moral perception, moral judgement, moral

    intention, dan moral action. Moral perception dan moral judgementberkenaan dengan

    bagaimana seseorang memikirkan isu-isu etika dan bagaimana kedua hal tersebut

    menilai pengaruh eksternal dan internal terhadap pengambilan keputusan etis. Dengan

    demikian moral perception dan moral judgement berkaitan erat dengan intelektual

    (akal). Sedangkan dua hal yang terakhir yaitu moral intention dan moral action

    merupakan unsur psikologis dari diri manusia untuk berkehendak berperilaku etis.

    Dengan kata lain, seseorang yang hanya memiliki moral perception dan moral

    judgement saja tidak dijamin untuk mampu berperilaku etis. Oleh karena itu harus

    diikuti oleh moral intention yang kemudian diaktualisasikan menjadi moral action.

    Menurut Herman S. (2001:180183) dalam usaha mencari/menguasai ilmu,

    manusia dikaruniai Tuhan dengan perangkat rasio (akal) dan rasa (kalbu). Kemampuan

    rasio terletak pada membedakan (menyamakan), menggolongkan, menyatakan secara

    secara kuantitatif/kualitatif, menyatakan hubungan-hubungan, dan mendeduksinya (atau

    menginduksinya). Semua kemampuan rasio tersebut didasarkan pada ketentuan yang

    sudah baku dan rinci sehingga rasio tidak akan berdusta. Kemampuan rasa (kalbu)

    terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban karena langsung berhubungan

    dengan Tuhan. Kreativitas inilah yang merupakan awal dari segala bidang nalar, ilmu,

    etika dan estetika. Etika dan estetika seluruhnya terletak pada rasa, sehingga jika

    manusia tidak punya rasa maka tidak ada etika dan estetika.

    Menurut Keraf (2001: 33-35), etika dibagi dalam etika umum dan etika khusus.

    Etika khusus dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu: etika individual, etika lingkungan

    hidup dan etika sosial. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban dan hak, sikap dan

    pola perilaku manusia sebagai makhluk sosial dalam interaksinya dengan sesama.

    Karena etika sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia. Ia

    menyangkut hubungan individual antara orang yang satu dengan orang yang lain, serta

    menyangkut interaksi sosial secara bersama. Etika sosial mencakup etika profesi dan di

    dalamnya terdapat etika bisnis. Etika profesi lebih menekankan kepada tuntutan

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    7/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 7

    terhadap profesi seseorang, dimana tuntutan itu menyangkut tidak saja dalam hal

    keahlian, melainkan juga adanya komitmen moral : tanggung jawab, keseriusan,

    disiplin, dan integritas moral

    2.2. Persepsi

    Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995) adalah tanggapan

    (penerimaan) langsung dari suatu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui

    panca inderanya. Sedangkan Matlin (1998) dalam Sudaryanti (2001) dan diadaptasi

    oleh Frederich dan Lindawati (2004), mendefinisikan persepsi secara lebih luas, yaitu :

    sebagai suatu proses yang melibatkan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya dalam

    memperoleh dan menginterpretasikan kombinasi faktor dunia luar (stimulus visual) dan

    diri kita sendiri (pengetahuan-pengetahuan sebelumnya).

    Berdasarkan definisi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap

    orang atas suatu obyek atau peristiwa bisa berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan

    dua faktor, faktor dalam diri orang tersebut (aspek kognitif) dan faktor dunia luar (aspek

    stimulus visual). Singkatnya, persepsi seseorang dipengaruhi obyek yang diterima

    panca indra orang tersebut dan oleh cara orang tersebut menterjemahkan obyek

    tersebut.

    Secara analitik, kemampuan manusia untuk mengetahui dapat diurai sebagai

    berikut (Herman 2001: 186):

    1. Kemampuan kognitif, ialah kemampuan untuk mengetahui (dalam arti

    mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahuinya.

    Landasan kognitif adalah rasio atau akal.

    2. Kemampuan afektif, ialah kemampuan untuk merasakan tentang apa yang

    diketahuinya, yaitu rasa cinta atau benci, rasa indah atau buruk. Dengan rasa

    inilah manusia menjadi manusiawi atau bermoral. Di sini rasa tidakmempunyai patokan yang pasti seperti rasio.

    3. Kemampuan konatif, ialah kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan

    itu. Konasi adalah will atau karsa (kemauan, keinginan, hasrat) ialah daya

    dorong untuk mencapai (atau menjauhi) apa yang didiktekan oleh rasa.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    8/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 8

    Jika tingkat pengetahuan manusia tersebut dikaitkan dengan konsep moral maka

    kemampuan kognitif setingkat dengan moral perception, kemampuan afektif setingkat

    dengan moral judgementdan kemampuan konatif setingkat dengan moral intention.

    Kemampuan kognitif dan afektif dapat diasah melalui proses pembelajaran,

    sedangkan kemampuan konatif tumbuh dari dirinya sendiri sesuai dengan tingkat

    kesadaran dan kemauannya.

    2.3. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi

    Memasukkan aspek etika langsung pada mata kuliah akuntansi keuangan akan

    sangat membantu mahasiswa untuk mempertajam moral perception dan moral

    judgement dari topik-topik yang dibahas. Banyak contoh kasus etika yang disajikan

    dalam text bookdapat digunakan sebagai bahan diskusi, di samping itu juga dibahas

    kasus dalam konteks Indonesia.

    Loebs (1989) mengungkapkan bahwa sebagian besar jurusan akuntansi

    menyajikan materi pengajaran etika sebagai bagian dari setiap mata kuliah akuntansi,

    bukan sebagai mata kuliah tersendiri atau terpisah. Konsekuensi jika etika digabungkan

    dalam mata kuliah akuntansi maka dosen dituntut untuk menguasai materi akuntansi

    dan sekaligus materi etika.

    Berdasarkan hasil survey Haas (2005) yang dilakukan untuk mengetahui

    pemberian muatan etika pada mata kuliah pengantar akuntansi keuangan pada

    Universitas negeri dan swasta di New York, yang meliputi 44 program studi akuntansi

    mengungkapkan bahwa: (1) rata-rata waktu yang digunakan untuk membahas isu etika

    adalah 3,7 jam per semester untuk 3 jam perkuliahan per minggu, (2) jumlah program

    studi yang sudah memasukkan muatan etika dalam perkuliahan pengantar akuntansi

    sebanyak 66%, (3) beberapa responden memasukkan isu etika pada mata kuliah

    intermediate accounting, auditing, tax, cost accounting, dan advance accounting.

    Masalah teknik pengajaran dihadapkan pada beberapa pilihan yaitu: (1)

    diberikan tutorial dengan sistem satu arah, (2) kasus dan diskusi, dan (3) simulasi/role

    playing. Cara pertama pada umumnya dirasa kurang efektif, teknik yang dianggap

    efektif adalah dengan diskusi dan simulasi. Untuk membahas kasus dengan teknik

    diskusi diperlukan persiapan yang matang, dan pemilihan kasus yang relevan. Beberapa

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    9/29

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    10/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 10

    mahasiswa tentang praktik manajemen laba. Fokus utamanya adalah untuk mengetahui

    kecenderungan mahasiswa apakah lebih mengutamakan pelaporan keuangan untuk

    kepentingan manajemen (intern) atau kepentingan pemakai eksternal. Hasilnya

    menunjukkan bahwa pada mahasiswa baru (yunior), baik akuntansi dan bisnis

    cenderung mengutamakan pelaporan keuangan untuk kepentingan manajemen. Namun

    kemudian setelah mahasiwa yang dijadikan sampel tersebut telah menjadi senior

    ternyata terjadi perubahan, yaitu: (1) untuk mahasiswa akuntansi cenderung untuk

    mengutamakan kepentingan pemakai eksternal, dan (2) untuk mahasiswa bisnis ternyata

    semakin kuat untuk mengutamakan kepentingan manajemen. Mahasiswa akuntansi

    senior menjadi lebih mempertimbangkan kepentingan pihak eksternal adalah

    merupakan cerminan bahwa selama perkuliahan telah terjadi proses sosialisasi etika.

    2.4. Hipotesis

    Berdasarkan masalah yang dirumuskan dan kajian teoritis maka hipotesis

    penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

    H1 : Pemberian muatan etika dalam pengajaran akuntansi keuangan berpengaruh

    terhadap persepsi etika mahasiswa.

    H2 : Terdapat pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa terhadap

    persepsi etika mahasiswa

    3. Metode Penelitian

    Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Alasan

    peneliti menggunakan eksperimen karena tujuan penelitian ini adalah untuk

    mengetahui dampak dari suatu perlakuan (treatment) yaitu pemberian muatan etika

    dalam pengajaran akuntansi pada sekelompok mahasiswa (kelompok treatment)

    dibandingkan dengan sekelompok mahasiswa lain (kelompok kontrol) yang tidak

    memperoleh perlakuan. Dengan eksperimen maka variabel lain, di luar variabel yang

    diamati diasumsikan tidak berubah.

    Eksperimen yang penelilti lakukan dapat dikelompokkan sebagai eksperimen

    kuasi (semu) karena tidak dapat memenuhi salah satu kriteria eksperimen betulan (true

    experiment) yaitu melakukan randomisasi subyek penelitian. Untuk meminimalkan

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    11/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 11

    pengaruh extraneous variable dilakukan metode pair-matching (Jogiyanto 2004: 99).

    Adapun design eksperimen yang digunakan adalah Posttest-only control group design,

    yaitu jenis eksperimen yang dilakukan pada dua kelompok, kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol dan tidak dilakukan tes awal terlebih dahulu.

    3.1. Subyek Penelitian, Populasi dan Sample

    Mata kuliah yang akan diberi muatan etika adalah akuntansi keuangan

    menengah. Oleh karena itu subyek penelitian adalah mahasiswa yang sedang

    menempuh mata kuliah akuntansi keuangan menengah pada semester ganjil tahun

    akademik 2005/2006. Populasi penelitian adalah mahasiswa yang sedang menempuh

    mata kuliah akuntansi keuangan menengah di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu

    Buana. Pada semester ganjil tahun 2005/2006 terdapat 4 kelas yang menempuh

    Akuntansi Keuangan Menengah I. Sampel dipilih berdasarkan cluster, dalam hal ini

    adalah kelas, yaitu seluruh mahasiswa yang menempuh mata kuliah akuntansi keuangan

    pada satu kelas. Ada dua kelas yang dipilih, dimana satu kelas diberi perlakuan dengan

    cara menambahkan muatan etika dalam pengajarannya, sedangkan kelas yang lain tidak

    diberi perlakuan.

    Kelas yang dipilih sebagai sampel adalah kelas pagi, yaitu jadwal jam 08.00-

    10.30 dan jadwal jam 10.30-13.00. Pertimbangan untuk menggunakan kelas pagi

    adalah: (1) kondisi kedua kelompok tersebut memiliki stamina yang relatif sama

    mengingat bahwa kelas siang dimulai jam 14.00-16.30, (2) kedua kelas tersebut diasuh

    oleh dosen yang sama, sehingga dapat diasumsikan mempunyai kondisi basic akuntansi

    keuangan menengah yang sama.

    Kelas pagi sesi I (jam 08.00-10.30) adalah sebagai kelompok eksperimen dan

    kelompok mahasiswa yang mengambil mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah I

    kelas pagi sesi II (jam 10:30-13.00) adalah sebagai kelompok kontrol, Mengingat

    bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random, maka

    untuk mengatasi dilakukan pair matching. Matching dilakukan berdasarkan nilai

    pengantar akuntansi dua, alasannya adalah penguasaan materi pengantar akuntansi dua

    sangat berperan dalam mendukung penguasaan materi akuntansi keuangan menengah

    satu. Kelompok eksperimen terdiri dari 29 orang dan mempunyai nilai rata-rata

    pengantar akuntansi dua sebesar 2,65 dan standar deviasi 0,82. Kelompok kontrol

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    12/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 12

    sebanyak 45 orang dan setelah dilakukan matching dengan kelompok eksperimen maka

    kelompok kontrol yang akan digunakan hanya 31 orang dengan rata-rata nilai pengantar

    akuntansi sebesar 2,61 dan standar deviasi sebesar 0,77.

    3.2. Definisi Operasional Variabel

    a. Muatan Etika dalam Pengajaran Akuntansi Keuangan

    Muatan etika dalam akuntansi keuangan adalah materi akuntansi keuangan

    menengah, yaitu topik piutang dan persediaan yang di dalamnya diberikan kasus

    situasi atau masalah yang berkaitan dengan isu etika.

    b. Persepsi Etika Mahasiswa

    Persepsi etika mahasiswa merupakan cara pandang mahasiswa terhadap

    suatu proses/kejadian atau tingkah laku manusia serta mempelajarinya

    berdasarkan aturan-aturan moral yang ada dan standar tingkah laku antara yang

    benar dan yang salah, antara yang baik dan yang buruk.

    c. Prestasi Mahasiswa

    Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik yang tercermin dari indeks

    prestasi kumulatif (IPK).

    3.3. Pengukuran Variabel

    a. Muatan Etika

    Muatan etika merupakan variabel treatment yang diberikan kepada

    mahasiswa kelompok eksperimen (experiment group). Treatmentyang diberikan

    berupa kasus isu etika yang terkait langsung dengan materi perkuliahan, yaitu

    Piutang Dagang dan Persediaan, yang diambil dari text bookakuntansi keuangan

    , yang kemudian disederhanakan bahasanya sehingga mudah dimengerti oleh

    mahasiswa. Kasus-kasus bermuatan etika tersebut didiskusikan di kelas selama

    20 menit untuk setiap pertemuan (kasus etika lampiran 1). Jumlah tatap muka

    untuk eksperimen sebanyak 4 kali dengan bobot setiap pertemuan 3 SKS.

    b. Persepsi Etika Mahasiswa

    Agar dapat mengukur variabel ini, responden yaitu kelompok eksperimen

    dan kelompok kontrol diberikan kuesioner yang berisisi isu etika dan diukur

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    13/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 13

    dengan menggunakan skala Likert 5 (Likert Scale), dari skor 1 sangat setuju

    sampai dengan skor 5 sangat tidak setuju.

    Jumlah pertanyaan yang diajukan ke responden sebanyak 20 buah, terdiri

    dari 10 pertanyaan pertama digunakan untuk mengukur persepsi etika bisnis

    mahasiswa dan 10 pertanyaan lainnya, digunakan untuk mengukur persepsi etika

    yang terkait langsung dengan materi perkuliahan, yaitu isu etika yang

    menyangkut piutang (receivables) dan persediaan (inventory).

    c. Prestasi Mahasiswa

    Prestasi mahasiswa adalah prestasi akademik mahasiswa yang diproksi

    dengan indeks prestasi kumulatif (IPK). Pengukuran prestasi dilakukan dengan

    skala nominal. Mahasiswa dengan IPK tiga atau lebih besar dari tiga diberi kode

    kategori satu (1), sedangkan IPK lebih kecil dari 3 diberi kode kategori nol (0).

    3.3. Metode Analisis

    Berdasarkan pada hipotesis yang diajukan maka metode statistik yang

    digunakan adalah two way Anova. Pertimbangan untuk menggunakan two way anova

    adalah: (1) variabel dependen, yaitu persepsi etika diukur dengan skala interval, (2)

    terdapat 2 variabel independen yaitu muatan etika dan prestasi mahasiswa yang diukur

    dengan skala nominal, (3) menguji pengaruh interaksi muatan etika dan prestasi

    mahasiswa terhadap persepsi etika.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Sebelum dilakukan analisis hasil, terlebih dahulu dilakukan evaluasi terhadap

    validitas internal. Beberapa faktor yang dapat menganggu validitas internal adalah

    (Jogiyanto:2004): (1) history, (2) maturation, (3) testing, (4) instrumentation, (5)

    selection, (6) regression, dan (7) experiment mortality. Hasil evaluasi menyimpulkan

    bahwa tidak terdapat masalah yang mengganggu internal validity.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    14/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 14

    4.1. Gambaran umum kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

    Eksperimen dilakukan selama satu bulan, yaitu empat kali tatap muka dengan

    bobot 3 SKS. Pada akhir minggu ke 4 mahasiswa diberi informasi bahwa pada

    minggu berikut (minggu ke 5) akan diadakan kuis sehingga mahasiswa diharapkan

    dapat hadir semua. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak mengetahui

    bahwa mereka sedang menjadi subyek penelitian.

    Berikut gambaran mengenai responden dari hasil kuesioner yang telah diolah :

    a. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

    Tabel 2. Jenis Kelamin Responden

    Kel. Eksperimen Kel. KontrolPenilaian

    Jml % Jml %Laki-laki

    Perempuan

    6

    23

    21

    79

    7

    24

    24

    76

    Jumlah 29 100 31 100

    Sumber : Data diolah (tahun 2006)

    Berdasarkan Tabel 2, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

    mempunyai komposisi jenis kelamin yang relatif sama, yaitu sebagian besar

    adalah perempuan.

    b. Profil Responden Berdasarkan Usia

    Tabel 3. Usia Responden

    Kel. Eksperimen Kel. KontrolUmur

    Jml % Jml %

    < 20 tahun20 21 tahun

    1118

    3862

    1021

    3268

    Jumlah 29 100 31 100

    Sumber : Data diolah (tahun 2006)

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    15/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 15

    Berdasarkan usia, dapat diketahui bahwa kedua kelompok mempunyai

    karakteristik umur yang relatif sama, sebagian besar berumur sekitar 20-21

    tahun.

    c. Profil Responden Berdasarkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)

    Tabel 4. Indeks Prestasi Kumulatif Responden

    Kel. Eksperimen Kel. KontrolIndeks Prestasi

    Kumulatip Jml % Jml %

    < 3,00

    3,00 3,50> 3,50

    17

    93

    59

    3110

    11

    155

    35

    4817

    Jumlah 29 100 31 100

    Berdasarkan Tabel 4 diperoleh gambaran bahwa kelompok kontrol

    mempunyai kecenderungan prestasi (IPK) yang lebih baik dibandingkan

    dengan kelompok eksperimen. Berhubung IPK kedua kelompok relatif

    berbeda maka dalam pengujian pengaruh muatan etika terhadap persepsi

    etika dilakukan interaksi antara muatan etika dan prestasi mahasiswa.

    Tabel 5 berikut menyajikan statistik deskriptif skor persepsi etika kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol. Prestasi subyek penelitian dikelompokkan menjadi

    dua: (1) kelompok kurang berprestasi yaitu mahasiswa dengan IPK dibawah 3, dan (2)

    kelompok mahasiswa berprestasi yaitu mahasiswa dengan IPK 3 atau lebih besar dari 3.

    Tabel 5. Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen dan Kontrol

    SubyekPenelitian

    Prestasi Mean Persepsi etika Standar Deviasi

    Kurang Berprestasi 67,67 4,76Kel. Eksperimen

    Berprestasi 73,50 6,43

    Kurang Berprestasi 70,09 4,11Kel. Kontrol

    Berprestasi 69,87 6,40

    Berdasarkan Tabel 4 dapat diperoleh gambaran sebagai berikut: (1) kelompok

    eksperimen yang berprestasi memiliki skor persepsi etika yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang berprestasi, hal ini menunjukkan bahwa

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    16/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 16

    mereka yang berprestasi memiliki kecenderungan untuk lebih menolak (tidak setuju)

    perilaku yang tidak etis, (2) pada kelompok kontrol menunjukkan kecenderungan

    bahwa tidak ada perbedaan persepsi etika antara mahasiswa yang kurang berprestasi

    dan yang berprestasi, hal ini mengindikasikan bahwa kelompok kontrol kurang sensitif

    terhadap isu etika, dan (3) mean persepsi etika kelompok eksperimen kategori kurang

    berprestasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol kategori kurang

    berprestasi, skor yang lebih rendah mengindikasikan bahwa untuk dapat

    mengidentifikasi kasus etika, mahasiswa perlu memahami standar akuntansi yang

    terkait dengan kasus tersebut.

    Untuk melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk

    ANOVA yaitu: homogeneity of variance. Berdasarkan Levenes Test diperoleh nilai F

    signifikan pada level 0,361 (lihat Lampiran 3), hal ini menunjukkan bahwa kelompok

    kontrol dan kelompok eksperimen mempunyai variance yang sama, dan memenuhi

    asumsi homogeneity of variance.

    Hasil pengujian hipotesis disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut:

    Tabel 6. Hasil Test of Between- Subjects Effect

    Source Mean Square F Sig

    Muatan etika 6.300 0,195 0,660

    Prestasi 108.123 3.354 0,072Muatan Etika* Prestasi 136.633 4,238 0,044

    Dependent variable : persepsi etika

    Berdasarkan Tabel 6 dapat diperoleh penjelasan bahwa muatan etika tidak

    berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa karena nilai signifikan variabel muatan

    etika lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu hipotesis yang menyatakan muatan etika

    berpengaruh terhadap persepsi etika mahasiswa ditolak atau hipotesis satu (H1) ditolak.

    Apabila dilihat pada variabel prestasi, ternyata variabel prestasi berpengaruh

    terhadap persepsi etika dengan tingkat signifikan 0,10. Hal ini bermakna bahwa untuk

    dapat mendeteksi kemungkinan adanya perilaku tidak etis diperlukan pemahaman

    terhadap standar dan teknik akuntansi. Semakin berprestasi, maka tingkat pemahaman

    mahasiswa terhadap standar dan teknik akuntansi semakin baik, dan akibat selanjutnya

    adalah lebih mampu mengidentifikasi perilaku tidak etis.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    17/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 17

    Pada variabel interaksi muatan etika dan prestasi menunjukkan pengaruh yang

    signifikan terhadap persepsi etika, pada tingkat signifikan 0,05. Dengan demikian

    hipotesis dua (H2) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa dampak pemberian muatan

    etika sangat signifikan pada kelompok mahasiswa yang berprestasi dari pada pada

    kelompok mahasiswa yang kurang berprestasi. Kondisi ini dapat diperjelas melalui

    Gambar 1 berikut:

    Estimated Marginal Means of skor persepsi etika

    muatan etika

    tdk ada muatan etikaada muatan etika

    EstimatedMarginalMeans

    74

    73

    72

    71

    70

    69

    68

    67

    prestasi

    kurang berprestasi

    berprestasi

    Gambar 1. Grafik mean score persepsi etika

    Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa mean score persepsi etika kelompok

    mahasiswa yang berprestasi dan diberi muatan etika jauh lebih besar dibandingkan

    dengan kelompok yang tidak diberi muatan etika. Sedangkan pada kelompok

    mahasiswa yang kurang berprestasi menunjukkan skor persepsi etika kelompok kontrol

    justru lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen, hal ini sesuai dengan data

    deskriptif IPK dimana rata-rata IPK kelompok kontrol lebih baik dibandingkan

    kelompok eksperimen.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian muatan etika yang

    diintegrasikan dalam satuan acara perkuliahan (SAP) cukup efektif dalam

    meningkatkan kesadaran etis mahasiswa. Penggunaan waktu 20 menit per tatap muka

    dengan bobot mata kuliah 3 SKS dinilai memadai. Jika perkuliahan dilaksanakan 14

    kali tatap muka per semester, dan mungkin efektif 12 tatap muka setelah

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    18/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 18

    memperhitungkan libur dan halangan dosen, maka jumlah waktu yang digunakan untuk

    membahas isu etika adalah 4 jam per semester. Jumlah waktu 4 jam tersebut hampir

    sama dengan yang diungkapkan oleh Haas (2005), yaitu rata-rata 3,7 jam per semester.

    Secara keseluruhan hasil penelitian ini mendukung temuan Hiltebeitel dan Jones

    (1992), serta Clikeman dan Henning (2000)

    5. Simpulan, Saran dan Implikasi Hasil Penelitian

    5.1. Simpulan

    1). Muatan etika tidak berpengaruh terhadap persepsi etika. Hal ini dikarenakan ada

    faktor lain yang ikut mempengaruhi persepsi etika, yaitu prestasi mahasiswa.

    2). Interaksi muatan etika dan prestasi mahasiswa berpengaruh signifikan terhadap

    persepsi etika. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi prestasi mahasiswa maka

    semakin besar pengaruh pemberian muatan terhadap persepsi etika. Persepsi

    etika pada mahasiswa berprestasi lebih baik karena mahasiswa berprestasi

    mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang standar dan teknik akuntansi,

    sehingga lebih mampu mengidentikasi perilaku etis dan tidak etis.

    3). Pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum dapat

    meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Dampak pemberian

    muatan etika akan semakin efektif jika mahasiswa juga dibekali dengan

    penguasaan standar dan teknik akuntansi.

    5.2. Saran

    Eksperimen yang penulis lakukan hanya empat kali tatap muka dengan bobot 3

    SKS per tatap muka. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk periode

    yang lebih panjang (misal: satu semester) sehingga dapat diketahui efektivitas dampak

    pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum. Pemberian muatan etika

    tidak hanya pada mata kuliah akuntansi keuangan menengah, tapi bisa diterapkan untuk

    semua mata kuliah inti akuntansi.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    19/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 19

    5.3. Implikasi Hasil Penelitian

    Pemberian muatan etika yang diintegrasikan dalam kurikulum akuntansi

    keuangan dapat meningkatkan sensitifitas mahasiswa terhadap isu-isu etika. Oleh

    karena itu sudah waktunya pendidikan akuntansi di Indonesia mengintegrasikan isu

    etika secara eksplisit dalam satuan acara perkuliahan (SAP) pada setiap mata kuliah inti

    akuntansi.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    20/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Bok, D. 1988. Can Higher Education Foster Higher Moral?, Business and Society

    Review, Vol 66. hal 4 12

    Carroll, R. 1998. A Model for Ethical Education in Accounting, dalam C Gowthorpedan J. Blake (eds),Ethical Issues in Accounting (Rouledge, London)

    Clikeman, P.M dan Steven L. Henning.2000. The Socialization of Undergraduate

    Accounting Students, Issues in Accounting Education, February.Vol.15, No.1

    Hass, Amy. 2005. Now is the Time for Ethics in Education, CPA Journal, June,

    Vol.75:66-68

    Herman Soewardi. 2001.Roda Berputar Dunia Bergulir. Bakti Mandiri, Bandung

    Hiltebeitel. Kenneth M., and S. K Jones. 1992. An Assesment of Ethics Instruction inAccounting Education.Journal of Business Ethics 11: 37-46.

    Fuad Masud. 2004. Survey Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi, Badan

    Penerbit Universitas Diponegoro.

    Frederich O.L. dan Lindawati. 2004. Manajemen Laba dalam Persepsi Etis Akuntan di

    Pulau Jawa. Jurnal Widya Manajemen dan Akuntansi,Vol. 4 no.1, Okt : 1-26.

    Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-

    Pengalaman, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta

    Langendefer, H.Q dan Rockness.J.W. 1989.Integrating ethics into accountingcurriculum: Issues, Problem, and Solution.Issues AccountingEducation, hal 58-80

    Loeb, S.E. 1989. Teaching Students Accounting Ethics: Some crucial Issues: Issues Accounting Education,hal 316 329.

    Keraf, Sony. 2001. Etika Bisnis Tuntutan Dan Relevansinya, Cetakan Keempat,

    Kanisius, Yogyakarta.

    Molyneuaux, D. 2004. After Andersen: An Experience of Integrating Ethics into

    Undergraduate Accountancy Education,Journal of Business Ethics 54: 385-398

    Rest, J.R. 1986. Moral Development: Advances in Research and Theory, New York,

    NY: Praegar

    Robert J. Warth, yang dilaporkan dalam CPA Journal, Oktober 2005 ( Ethics inAccounting Profession : A Study )

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    21/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 21

    Satyo,Wening, dan Elly Zarni. 2005. Menghasilkan Akuntan Profesional. Media

    Akuntansi, Edisi 48/tahun XII/Agustus 2005.

    Siagian . SP . 1996. Etika bisnis, Seri manajemen No 177, PT Pustaka BinamanPressindo.

    Suseno, Franz Magnis.1997.Etika Dasar. Penerbit Kanisius, Yogyakarta

    Tjiptohadi Sawarjuwono. 2005. Suatu Proses Antisipasi. Media Akuntansi, Edisi

    49/TahunXII/September 2005.

    Unti Ludigdo dan Masud Machfoedz.. 1999. Persepsi Akuntansi dan Mahasiswa

    tentang Etika Bisnis,Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.2, No 1, hal 1-19.

    Wulandari dan Sularso. 2002. Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi

    terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia : Studi Kasus di Surakarta, Perspektif. Vol.

    7, No. 2, hal. 71-87

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    22/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 22

    LAMPIRAN 1.

    KASUS ETIKA YANG DIBAHAS DALAM EKSPERIMEN

    1. PT. Vista adalah perusahaan konsultan design seni grafis. Tuan Harjo adalah

    manajer keuangan, telah menyiapkan neraca akhir tahun fiskal per 31 Maret 2004.

    Neraca ini akan diserahkan bersama-sama dengan surat permohonan pinjaman PT.

    Vista kepada Bank BNI. Tn Harjo menyajikan piutang sebesar Rp. 40.000.000

    kepada Tn. Johny, presiden direktur PT. Vista sebagai piutang dagang. Tn. Johny

    meminjam uang tersebut dari PT. Vista pada bulan Februari 2003 sebagai uang muka

    pembelian rumah. Dia secara lisan menjanjikan kepada Tn. Harjo akan melunasi

    pinjaman tersebut pada tahun mendatang. Pada neraca tahun sebelumnya, jumlah Rp.

    40.000.000 tersebut juga dilaporkan sebagai piutang dagang. Beri pendapat Anda,

    apakah tindakan Tn. Harjo bisa diterima?

    2. PT. Roda merupakan anak perusahaan dari PT. Honda. Kontroler yakin bahwa

    penyisihan tahunan untuk piutang tak tertagih PT. Honda harus sebesar 2% dari

    penjualan kredit bersih. Presiden Direktur PT. Roda khawatir bahwa perusahaan induk

    akan mengarapkan target pertumbuhan 10% terus dipertahankan. Oleh karena itu, ia

    meminta kepada kontroler untuk menaikkan penyisihan piutang tak tertagih menjadi 3%

    per tahun. Direktur PT. Roda berpikir bahwa laba bersih yang lebih rendah, yang

    mencerminkan laju pertumbuhan 6%, akan menjadi laju pertumbuhan yang lebih dapat

    dipertahankan untuk PT. Roda.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    23/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 23

    a. Apakah kontroler harus mempertimbangkan pertumbuhan PT. Roda ketika

    mengestimasi penyisihan piutang tak tertagih?

    b. Apakah permintaan Direktur PT. Roda itu menghadirkan dilema etis bagi

    kontroler?

    3. PT. Bina adalah perusahaan yang menjual sabuk conveyor yang biasa digunakan

    oleh pabrik-pabrik. Penjualan dilakukan dengan syarat FOB shipping point. Perusahaan

    biasanya memperoleh order penjualan satu minggu sebelum barang tersebut dikirim.

    Untuk order penjualan yang diterima pada bulan Desember, kapan keputusan untuk

    mengapalkan panjualan berada di tangan pemilik, yaitu Bily dan Nina. Jika keuntungan

    perusahaan tersebut lumayan tinggi, maka pengapalan order akan ditunda sampai bulan

    Januari tahun berikutnya. Bila keuntungan tahun tersebut tidak memenuhi harapan,

    maka order tersebut akan dikirim pada bulan Desember.

    Setujukah anda dengan keputusan mengenai waktu pengiriman yang

    ditentukan oleh Bily dan Nina ?

    4. Tuan Tora, manajer dari sebuah Department Stores yang berada di Bekasi, bertugas

    untuk mengelola bagian departemen pakaian lelaki. Tugasnya adalah untuk membeli

    barang yang akan diperdagangkan, mencari tenaga penjual, menata toko dan

    menghitung persediaan. Bonus Tahunan Tuan Tora bergantung dari laba operasi

    departemen tersebut. Keluarga Tora merencanakan untuk melakukan libur akhir tahun

    ke Singapura, dan Tuan Tora sangat mengandalkan pembiayaannya dari bonus yang

    bakal ia peroleh. Penjualan tahun 2005 tidak terlalu tinggi dan Tuan Tora meninggikan

    nilai persediaan akhir tahun.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    24/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 24

    Apakah meninggikan nilai persediaan merupakan tindakan yang etis?

    Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan atas tindakan Tuan Tora ini ?

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    25/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 25

    LAMPIRAN 2

    KUESIONER

    Nama :.

    NIM :.

    Jenis Kelamin :.Tanggal Lahir :.

    IPK :.

    Nilai Pengantar Akuntansi II:..

    Anda diminta memberikan pendapat tentang hal-hal yang terkait dengan isu ETIKA.

    Penilaian anda diukur dengan menggunakan SKOR skala lima point sebagai berikut :

    Sangat Tidak Kurang Sangat Tidak

    Setuju Setuju Tahu Setuju Setuju

    1----------------------2--------------------3--------------------4-------------------5

    NO URAIAN SKOR

    1. Menggunakan telepon kantor untuk melakukan percakapandengan keluarga di luar kota

    2. Memberi tahu tentang informasi harga pokok produk per unit

    kepada pihak internal

    3. Memberikan hadiah atau bingkisan agar mendapat perlakuan

    tertentu.

    4. Tidak melaporkan pelanggaran yang dilakukan orang lain

    terhadap peraturan atau kebijakan organisasi.5. Menggunakan barang-barang relatif murah milik perusahaan,

    misalnya alat tulis kantor (ATK) untuk keperluan pribadi.

    6. Perusahaan melakukan kecurangan karena pesaingnya juga

    diketahui melakukan hal yang sama.

    7. Demi melindungi nama baik perusahaan, anda sebagai

    keryawan mungkin perlu berbohong kepada pelanggan

    mengenai alasan keterlambatan pengiriman barang.

    8. Keuntungan lebih diutamakan daripada keamanan produk

    (keselamatan pengguna produk).

    9. Manajer bisnis tidak perlu untuk selalu memperhatikan moral.

    10. Dalam dunia bisnis, kejujuran akan memberikan manfaat dalamjangka panjang.

    11. Untuk keperluan permohonan kredit bank, manajer anda

    meminta anda untuk memasukkan piutang karyawan sebagai

    piutang dagang.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    26/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 26

    12. Saldo akun penyisihan piutang tak tertagih PT. ABC dalam 3

    tahun terakhir mengalami peningkatan, manajemen mengambilkebijakan untuk menurunkan tarif estimasi piutang tak tertagih

    semula 2% menjadi 0,5% dari penjualan kredit.

    13. Manajemen dengan sengaja tidak melakukan penghapusanpiutang dagang yang telah berumur lebih dari dua tahun,

    alasannya ia belum mendapatkan kepastian bahwa pelanggantelah pailit.

    14. PT. Jaya telah menjual (factoring) piutang dagangnya tanpatanggung renteng, oleh karena itu manajer keuangan PT. Jaya

    meminta bagian akuntansi untuk tetap melaporkan piutang

    factoring tersebut di neraca sebagai piutang dagang.

    15. PT. Sukses menerima pemberitahuan dari pelanggan yang

    menyatakan tidak sanggup melunasi kewajibannya sesuaitermin yang ditetapkan PT. Sukses. Oleh karena itu, pelanggan

    menerbitkan wesel jangka waktu 2 bulan, bunga 10%. Ataswesel tersebut, Boby staf bagian akuntansi diminta untuklangsung mencatat piutang bunga.

    16. Manajer penjualan merasa bahwa target penjualan tahun 2005

    belum tercapai. Oleh karena itu, ia meminta stafnya untuk

    segera mengirimkan barang dagangan ke calon pembelipotensial. Pembeli diberi jaminan bahwa jika tidak puas dengan

    produk, maka boleh di retur pada bulan Januari tahun 2006.

    17. Akhir-akhir ini Indonesia mengalami inflasi yang relatif tinggi.

    Untuk memperbaiki kinerja, maka rapat direksi memutuskan

    untuk mengubah metode penilaian persediaan dari LIFO ke

    FIFO.18. Bagian gudang PT. Putra melaporkan bahwa jumlah persediaan

    per 31 Desember sebesar 1000 unit. Manajer PT. Putra

    memerintahkan anda sebagai staf dept. akuntansi untuk

    mencatat persediaan akhir sebesar 1000 unit. Anda sendiri tahubahwa tgl 30 Desember terdapat pengiriman barang sebanyak

    200 unit dengan syarat f.o.b destination. Padahal untuk barang

    sampai tujuan dibutuhkan waktu 5 hari.

    19. Pada tanggal 8 Oktober, PT. Pesona mengalami kebakaran dan

    menghanguskan semua barang yang ada di gudang. Selama iniPT. Pesona memakai metode pencatatan periodik (fisik).

    Kebetulan penaksir klaim asuransi adalah teman pimpinan PT.Pesona, oleh karena itu anda sebagai staf akuntansi dimintauntuk menyiapkan data-data yang diperlukan agar klaim

    asuransi dapat lebih besar dari yang seharusnya.

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    27/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 27

    20. PT. Candra membeli barang elektronik dari PT. Tehno pada tgl

    10 Agustus 2005 senilai RP. 10 juta dengan termin 3/10, n/30.Pada tanggal 29 Agustus PT. Candra melakukan pembayaran.

    Anda sebagai staf dept. penjualan PT. Tehno tetap memberikan

    diskon sebesar 3% karena manajer PT. Candra adalah pamananda.Sumber: pertanyaan 1 sampai 10 mengacu pada kuesioner etika bisnis dari Fuad Masud (2004)

    Pertanyaan 11 sampai 20 dibuat oleh peneliti, dan sebelumnya telah diujicobakan kepada

    mahasiswa yang tidak masuk dalam sampel penelitian

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    28/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Padang, 23-26 Agustus 2006 28

    LAMPIRAN 3

    HASIL PENGOLAHAN DATA

    Between-Subjects Factors

    ada muatan

    etika29

    tdk ada

    muatan

    etika

    31

    kurang

    berprestasi26

    berprestasi 34

    1.00

    2.00

    muatan

    etika

    .00

    1.00

    prestasi

    Value Label N

    Levene's Test of Equality of Error Variancesa

    Dependent Variable: skor persepsi

    1.090 3 56 .361

    F df1 df2 Sig.

    Tests the null hypothesis that the error variance of the

    dependent variable is equal across groups.

    Design: Intercept+TREATMEN+PRESTASI+TREATMEN

    * PRESTASI

    a.

    Descriptive Statistics

    Dependent Variable: skor persepsi etika

    67.6667 4.7759 15

    73.5000 6.4301 14

    70.4828 6.2771 29

    70.0909 4.1099 11

    69.7500 6.4062 20

    69.8710 5.6258 31

    68.6923 4.5849 26

    71.2941 6.5898 34

    70.1667 5.9065 60

    prestasikurang berprestasi

    berprestasi

    Total

    kurang berprestasi

    berprestasi

    Total

    kurang berprestasi

    berprestasi

    Total

    muatan etikaada muatan etika

    tdk ada muatan etika

    Total

    Mean Std. Deviation N

    K-PEAK 01

  • 8/14/2019 Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang Muatan Etika

    29/29

    SIMPOSIUM NASIONAL AKUNTANSI 9 PADANG

    Tests of Between-Subjects Effects

    Dependent Variable: skor persepsi etika

    252.841a 3 84.280 2.614 .060

    283025.206 1 283025.206 8778.443 .000

    6.300 1 6.300 .195 .660

    108.123 1 108.123 3.354 .072

    136.633 1 136.633 4.238 .044

    1805.492 56 32.241

    297460.000 60

    2058.333 59

    SourceCorrected Model

    Intercept

    ETIKA

    PRESTASI

    ETIKA * PRESTASI

    Error

    Total

    Corrected Total

    Type III Sum

    of Squares df Mean Square F Sig.

    R Squared = .123 (Adjusted R Squared = .076)a.

    1. muatan etika

    Dependent Variable: skor persepsi etika

    70.583 1.055 68.470 72.697

    69.920 1.066 67.786 72.055

    muatan etikaada muatan etika

    tdk ada muatan etika

    Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

    95% Confidence Interval

    2. prestasi

    Dependent Variable: skor persepsi etika

    68.879 1.127 66.621 71.136

    71.625 .989 69.643 73.607

    prestasikurang berprestasi

    berprestasi

    Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound

    95% Confidence Interval

    3. muatan etika * prestasi

    Dependent Variable: skor persepsi etika

    67.667 1.466 64.730 70.604

    73.500 1.518 70.460 76.540

    70.091 1.712 66.661 73.520

    69.750 1.270 67.207 72.293

    prestasikurang berprestasi

    berprestasi

    kurang berprestasi

    berprestasi

    muatan etikaada muatan etika

    tdk ada muatan etika

    Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound95% Confidence Interval