Analisis Pengaruh Daya Tarik Iklan Dan Efek Komunitas Terhadapa ...
Rumusan Masalah ( Hubungan Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Sikap Siswa Terhadapa Matapelajaran...
-
Upload
kurdiana86 -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
Transcript of Rumusan Masalah ( Hubungan Antara Hasil Belajar Siswa Dengan Sikap Siswa Terhadapa Matapelajaran...
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
1
PENGARUH PENDEKATAN INTELEGENSI INTRAPERSONAL TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS
VIII DI SMP NEGERI 1 SOJOL
Oleh: Abidin, Z1; Muslimin dan Syamsu
2
Abstract
The main logical consequence of teacher professionality is the ability find and apply approach and
appropriate instructional strategy accondance with the presented material characteristics that can increase students
learning outcome. One of the approach that can increase activity and students learning outcome is the instructional
approach of Intrapersonal Intelegence. The research problem is there influence of Intrapersonal Intelegence learning
approach against activity and learning outcome ?. The objective of thar research is to know whether or not the
influence of Intrapersonal Intelegence learning approach against activity and learning outcome. The research method
applied is quasi experiment. The research applied equivalent groups pretest-posttest design. The population of the
research is 113 students of the eigth grade of SMP Negeri I Sojol enrolled in the year 2011/2012 periode. Sample
selention used simple random sampling technique. The sample of the experimental class is 28 students VIII C and that
of the control class is 28 students of VIII D. Technique of data collection used questionnaire, test and observation sheet.
By using statistical test, it is obtained the difference between two means of t-counted value = 3,520 and t-table value =
2,005 on the significant level of α = 0,05 and defree of fredoun = 54 for students learning outcome. The result indicated
that there is a significant influence of Intrapersonal Intelegence learning approach against activity and students
learning outcome. The result of N-gain test indicated that there is increased students learning activity in tht
experimental class is 61,14% and in the controlled class is 13,07%. The increased of students learning outcome in the
experimental class is created 56,39% than that of controlled class 35,4%.
Key words : Learning Activity, Learning Outcome and Intelegence Intrapersonal Learning Approach
Abstrak
Tuntutan profesionalitas guru adalah kemampuan menemukan atau menerapkan pendekatan dan strategi
pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik materi yang disampaikan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah pendekatan
intelegensi intrapersonal. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendekatan intelegensi
intrapersonal terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika kelas VIII di SMP Negeri1 Sojol?.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pendekatan intelegensi intrapersonal terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu. Desain penelitian adalah
equivalent groups pre-test-post-test design. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII SMP N 1 Sojol sebanyak 117
orang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel menggunakan teknik pertimbangan tertentu.
Sampel penelitian adalah kelas VIII C sebagai kelas eksperimen sebanyak 28 orang dan kelas VIII D sebagai kelas
Kontrol sebanyak 28 orang. Instrumen penelitian dengan menggunakan tes dan lembar observasi. Dengan
menggunakan uji statistik perbedaan dua rata-rata diperoleh nilai t hitung = 3,520 dan nilai t tabel = 2,005 pada taraf
signifikan α = 0,05 dan df = 54 untuk hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
pendekatan intelegensi intrapersonal terhadap hasil belajar siswa. Hasil Uji N gain menunjukkan bahwa peningkatan
Aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 61,14%, dan pada kelas kontrol 13,07%. Untuk hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen peningkatan yang terjadi sebesar 56,39% dan pada kelas kontrol sebesar 35, 4%.
Kata kunci: Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Pendekatan Intelegensi Intrapersonal
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
2
Pembelajaran berbasis multiple
intelegensi dengan pendekatan intelegensi
intrapersonal merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka
memaksimalkan potensi yang ada dalam diri
siswa dalam memaksimalkan hasil belajar.
Menurut Gagner pendekatan intelegensi
intrapersonal merupakan pendekatan yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
untuk membuat presepsi yang akurat tentang
diri sendiri dan menggunakan pengetahuan itu
dalam merencanakan peserta didik dan
mengarahkan kehidupan (Gadner dalam
Amstrong, 2004). Menurut Amstrong (2004),
bahwa pengajaran berbasis multiple
intelegensi sangat baik dan penuh gagasan
dalam aplikasi untuk mewujudkan program
pembelajaran yang praktis maupun
pencapaian materi bagi pendidik/pengajar
dalam membantu peserta didik kita pada
proses belajar, sehingga tercapai hasil yang
optimal. Selanjutnya Amstrong (2004)
sesunguhnya peserta didik itu lebih cerdas
dari yang diduga, karena mereka memiliki
sedikitnya delapan jenis kecerdasan yang
salah satu diantaranya adalah kecerdasan
dalam memahami diri sendiri (intrapersonal
intelegence).
Hajhashemi (2011) melakukan
penelitian hubungan antara penggunaan
strategi pembelajaran dikaitkan dengan nilai
skor intelegensi siswa SMA menunjukkan
bahwa ada korelasi, rendah positif antara dua
variabel intelegensi dan strategi pembelajaran,
r = 0,24. Selain itu, menemukan bahwa ada
korelasi, rendah positif antara intelegensi dan
jenis strategi yang berbeda. Korelasi tertinggi
terlihat antara strategi meta-kognitif dan
intelegensi, diikuti dengan kompensasi dan
strategi kognitif. Selain itu, temuan
mengungkapkan bahwa sebagian besar
mahasiswa Iran menggunakan strategi meta-
kognitif diikuti oleh strategi sosial.
Guzel (2010) melakukan penelitian
profil mahasiswa berdasarkan teori multiple
intelligence dan efeknya pada kesuksesan
mereka pada kuliah fisika dasar, hasil yang
didapatkan adalah paling tinggi adalah
kecerdasan Logis-Matematis untuk siswa laki-
laki dan perempuan. Ketika kelompok-
kelompok kecerdasan yang dibentuk dengan
mengambil delapan bidang kecerdasan
berkembang dibandingkan dengan rata-rata
menurut keberhasilan mereka dalam kuliah
fisika, diamati bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan antara kelompok
Fischman (2011) melakukan penelitian
menggunakan teori kecerdasan ganda Gardner
untuk membedakan hasin belajar pada
Sekolah Tinggi Fisika Universitas Bozeman
Montana mendapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa pendekatan ini memiliki
kelebihan, tetapi perlu perbaikan untuk
diterapkan ke dalam kurikulum secara
keseluruhan. Diferensiasi sehubungan dengan
teori kecerdasan ganda tampaknya
menyebabkan peningkatan pemahaman siswa,
baik sikap, aktivitas maupun motivasi.
Intelegensi intrapersonal
(intrapersonal intelegence) adalah kecerdasan
yang dimiliki seorang peserta didik dalam
memahami diri sendiri, memahami
kemampuannya melalui kepercayaan diri,
bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain, suka
menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya
sendiri, menjunjung tinggi kepercayaan-
kepercayaannya walaupun kepercayaannya
itu tidak populer. Jurnal belajar adalah
sebagai sarana pembelajaran yang dapat
membantu siswa dalam meningkatkan
pemahaman siswa pada konsep-konsep yang
terdapat pada mata pelajaran khususnya IPA
Fisika. Memanfaatkan jurnal belajar
merupakan salah satu alternatif strategi
pembelajaran untuk memberikan kedekatan
teoritis dan praktis bagi pengembangan hasil
belajar siswa secara optimal. Depdiknas
(2009) menyatakan bahwa memanfaatkan
jurnal belajar sebagai sumber belajar
merupakan bentuk pembelajaran yang
berpihak pada pembelajaran melalui
penggalian pengalaman siswa dan penemuan
(experiencing) serta keterkaitan (relating)
antara materi pelajaran dengan konteks
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
3
pengalaman kehidupan nyata melalui
kegiatan proyek (forto folio). Peserta didik
juga dapat mengoptimalkan potensi panca
indranya untuk berkomunikasi dengan
jurnal belajar tersebut.
Berdasarkan uraian di atas penelitian
tentang intelegensi kebanyakan hanya
mengukur tingkat kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah dalam pembelajaran,
dan sangat kurang dalam hal bagaimana suatu
pendekatan yang berdasarkan intelegensi
siswa itu sendiri. Olehnya penulis
memandang perlu dilakukan penelitian
dengan judul ’’Pengaruh pendekatan
inteligensi intrapersonal terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
Fisika kelas VIII di SMP Negeri 1 Sojol”.
Rumusan Masalah
Pendekatan inteligensi intrapersonal
dapat dilakukan dalam pembelajaran
kontektual berkaitan dengan substansi
pelajaran IPA fisika sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai bagian dari upaya
meningkatkan ativitas dan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1) Apakah terdapat pengaruh pendekatan
inteligensi intrapersonal terhadap
aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
IPA Fisika kelas VIII di SMP Negeri 1
Sojol”.2) Apakah terdapat pengaruh
pendekatan inteligensi intrapersonal
terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA Fisika kelas VIII di SMP
Negeri 1 Sojol”.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui data dan informasi tentang:
1) Untuk menjelaskan ada tidaknya
pengaruh pendekatan inteligensi
intrapersonal terhadap aktivitas siswa
pada mata pelajaran IPA Fisika kelas
VIII di SMP negeri 1 Sojol.
2) Untuk menjelaskan ada tidaknya
pengaruh pendekatan inteligensi
intrapersonal terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA fisika
kelas VIII di SMP negeri 1 Sojol.
Kajian Pustaka
Tinjauan Pendekatan Intelegensi
Intrapersonal
Gadner (1983) menyatakan bahwa
intelektual sesorang yang didasarkan pada
pengukuran intelligence quotient (IQ)
mempunyai banyak keterbatasan. Gagner
mengembangkan teori multiple intelegensi
yang dalam bahasa Indonesia disebut
kecerdasan jamak(beragam). Menurut
Gagner ada delapan jenis kecerdasan meliputi
: intelgensi linguistik, intelegensi logic
matematics, intelegensi spatial, intelegensi
kinestic, intelegensi music, intelegensi
Intrapersonal, intelegensi intrapersonal, dan
intelegensi natunalist. Kedelapan jenis
kecerdsan ini ada pada diri seseorang, namun
dalam hal tertentu satu atau dua saja yang
paling menonjol.
Gardner (1983), istilah-istilah yang ia
kemukakan dalam teorinya tentang
kecerdasan itu bukanlah domain bawaan yang
sudah baku dan begitu adanya, melainkan
sebuah "new construct". Artinya, orang akan
memiliki kecerdasan Intrapersonal apabila
potensi yang dikembangan selama ini lebih
banyak mengarah pada terbentuknya
kecerdasan ini. Intelegensi intrapersonal yang
ia miliki adalah bentukan baru (new
construct) dari diri orang itu. Yulaewaty (2009) menjelaskan
bahwa kecerdasan jamak dapat diterapkan
dalam konteks Indonesia. Hal ini harus diberi
penguatan dengan memilih dan menyediakan
pembelajaran yang menarik, menantang,
menyenangkan, dan memungkinkan
terjadinya pembengunan penegetahuan sesuai
dengan kecerdasan jamak Gagner.
Kecerdasan intrapersonal secara luas
diartikan sebagai kecerdasan yang dimiliki
individu untuk mampu memahami dirinya.
Sedangkan, dalam arti sempit ialah
kemampuan anak mengenal dan
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
4
mengindentifikasi emosi, juga keinginannya.
Selain itu anak juga mampu memikirkan
tindakan yang sebaiknya dilakukan dan
memotivasi dirinya sendiri. Anak dengan
karakter ini mampu mengintropeksi dirinya
dan memperbaiki kekurangannya. Setiap anak
dianugerahi kecerdasan ini, namun kadarnya
berbeda-beda (Amstrong, 2004).
Tinggi rendahnya kadar kecerdasan
ini tergantung pada stimulasi yang diberikan
orangtua atau guru. Pendekatan intelegensi
intrapersonal merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang didasarkan pada
pemaksimalan kemapuan diri dalam
merencanakan dan memecahkan masalah.
Kualitas pada diri seseorang terletak pada
motivasi,penekanan, dan etika. Tanpa hal hal
tersebut sulit bagi seseorang untuk
membengkitkan kehidupan yang produktif.
Intelegensi Intrapersonal berkembang dari
sebuah kombinasi keturunan(gen),
lingkungan, dan pengalaman (Campbell, dkk.,
2010).
Peran kerja Intrapersonal siswa
dapat berperan sebagai ahli yang mengamati
keseluruhan proses yang terjadi dalam
kaitannya dengan studi yang mereka jalani
(Fischman, 2011).
Tabel 2.1 Langkah Proses Belajar dalam
Pendekatan Intelegensi Intrapersonal
Materi Identifikasi
Spesifikasi oleh
Guru Membangun
suatu lingkungan
untuk
mengembangkan
pengetahuan diri
Guru melakukan
identifikasi karakteristik
sekolah dalam
mengembangkan
penghargaan terhadap diri
sendiri.
Penopang
penghargaaan diri
Guru mengamati
lingkungan
pendukung,pengenalan
individual, dukungan
teman sebaya dari siswa,
dan membuat panduan
untuk meningkatkan
harga diri siswa secara
mandiri.
Penyusunan dan
pencapaian tujuan
Guru mendorong dan
membantu siswa dalam
mengisi instrument yang
berkaitan dengan: survey
keterkaitan siswa, dan
lembar tujuan siswa
secara individual. Guru
membuat pertanyaan
yang menantang
siswa,dan melakuakan
lomba penyusunan tujuan
yang hendak dicapai oleh
siswa dalam
pembelajaran.
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa
dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan,
vsideo, dan model serta
membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan
temannya.
Keterampilan
berpikir
Guru membantu siswa
dalam mengembangkan
metakognisinya dan
pemberian tugas
perencana dan
perenungan yang
berhubungan dengan
materi pembelajaran.
Pendidikan
Intelegensi
emosional dalam
kelas
Guru membantu siswa
dalam mengembangkan
lingkungan yang
mendukung ekspresi
emosi, mengidentifikasi
perasan, inventarisasi
perasaan,
mengekspresikan
perasaan melalui seni.
Disamping itu guru juga
mengidentifikasi sumber
daya tentang dukung
dukungan personal dan
mengajarkan nilai-nilai
kemanusian.
Penulisan jurnal
belajar
Guru membuat format
jurnal belajar siswa,
member saran-saran
untuk penulisan jurnal,
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
5
dan menganjurkan siswa
memelihara sebuah jurnal
untuk pemahaman
personal
Mengetahui diri
sendiri dari orang
lain
Guru dan teman-teman
dari siswa memberi
pemahaman Intrapersonal
melalui siskusi dalam
kelas.
Merefleksikan
ketakjuban dan
tujuan hidup
Guru memmbantu dan
mengarahkan aktivitas-
aktivitas kelas untuk
mengembangkan rasa
penasaran siswa.
Kemudian guru
membimbing siswa dalam
menemukan tujuan siswa
dalam pembelajaran
disekolah maupun tujuan
hidupnya.
Belajar
mengarahkan diri
sendiri
Guru melakukan kontak
pembelajaran
mengarahkan diri,
memberi saran-saran
untuk
mengiplementasikan
belajar mengarahkan didi
sendiri.
Teknologi yang
mempertinggi
Intelegensi
Intrapersonal
Guru menggunakan media
dalam data base setiap
siswa terutama tugas
fortofolio dan guru juga
mencari model-model
yang dapat memvisualkan
hubungan antara ide dan
topic apapun dengan
dukungan tehnologi.
(Sumber: Campbell, dkk. ,2010).
Guzel (2010) Jika siswa memiliki
wilayah kecerdasan dan sifat mereka
diketahui, strategi pendidikan yang sesuai
dengan lingkungan akan disediakan bagi para
siswa dan mereka akan terekploarasi
maksimal di setiap hal dan keberhasilan
mereka dalam hidup dapat diberikan.
Tinjauan Aktivitas belajar
Douglas dalam Hamalik (2011)
mengemukakan tentang the principle of
activity, sebagai berikut. One learns only by
some activities in the neural :
seengs,hearing,smelling,feeling,thinking,physi
cal or motor activity. The leaner must actively
engage in the “learning”, wheather it be of
information a skill, an understanding, a habit,
an ideal, an attitude, an interest, or the nature
of a task.
Hamalik (2011) mengemukakan
bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan
belajar sendiri sambil bekerja dalam
memperoleh pengetahuan, pemehaman, dan
aspek tingkah laku lainnya, serta
mengembangkan keterampilan yang
bermakna untuk hidup di masyarakat.
Untuk melihat adanya aktivitas siswa
dalam pembelajaran, Sudjana (2000)
Menentukan ciri-ciri antara lain ;pemecahan
masalah, bertanya, mencari informasi,
memanfatkan kesempatan, dan dimuat dalam
lembar observasi.
Tinjauan Hasil Belajar Soedijarto (1993) mengatakan bahwa
hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Sedang menurut
Briggs (1979) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah seluruh kecakapan dan segala
hal yang diperoleh melalui proses belajar
mengajar disekolah yang dinyatakan dengan
angka dan diukur dengan menggunakan tes
hasil belajar.
Sudjana (2005) menyatakan bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimilki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar. Sudjana (2000)
menjelaskan bahwa dalam sistem pendidikan
nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional
menggunakan hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
6
dalam tiga ranah yaitu rana kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Berdasarkan pada beberapa pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan aktual yang dapat
diukur dan berwujud. Penguasaan ilmu
pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-
nilai yang dicapai siswa sebagai hasil dari
proses belajar di sekolah.
Kerangka Pemikiran
Kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan untuk mengenali diri sendiri
dengan memiliki konsep diri yang jelas serta
citra diri yang positif. Dari kecerdasan
intrapersonal inilah seseorang sebutlah
seorang anak akan menjadi unik dan otentik,
tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar.
Kecerdasan intrapersonal secara luas diartikan
sebagai kecerdasan yang dimiliki individu
untuk mampu memahami dirinya. Sedangkan,
dalam arti sempit ialah kemampuan anak
mengenal dan mengindentifikasi emosi, juga
keinginannya.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Berdasakan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini maka hipotesis yang dapat
diajukan adalah:
1) Ada pengaruh penerapan pendekatan
intelegensi intrapersonal terhadap
aktivitas siswa pada mata pelajaran fisika
kelas VIII di SMP Negeri 1 Sojol.
2) Ada pengaruh penerapan pendekatan
intelegensi intrapersonal terhadap
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fisika kelas VIII di SMP
Negeri 1 Sojol.
METODE
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriftif
kuantitatif dengan menggunakan metode
quasi eksperimen. Desain penelitian ini
adalah Pretest-postest quasi eksperiment
design with equivalent control group. Desain
ini menggunakan dua kelas, yaitu satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol.
Desain Penelitian
Desain penelitian ditunjukkan pada table
3.1
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelomp
ok
Pretes Perlaku
an
Post
es
E 0 X 0
K 0 - 0
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
0 = Pretes dan postes eksperimen/kontrol
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SMP
Negeri 1 Sojol, dan waktu pelaksanaan
penelitian dari sejak persiapan sampai
pelaporan hasil penelitian adalah bulan
Nopember 2011 sampai Mei 2012.
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan
Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh kelas VIII SMP Negeri 1 Sojol tahun
ajaran 2011/2012 berjumlah 4 kelas. Dari
populasi tersebut dipilih 2 kelas sebagai
kelompok sampel.
Teknik pengambilan sampel
dilakukan dengan pertimbangan tertentu,
berdasarkan pertimbangan peneliti dengan
Peningkatan Hasil Belajar Melalui
Pendekatan Intelegensi Intrapersonal
Coba Diterapkan di
Kelas VIII C
SMP Negeri ! Sojol
Kelas
Eksperimen
Kelas
Eksperimen
Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
7
mempertimbangkan kemampuan rata-rata
siswa yang relatif sama, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 3.2. Maka penelitian
ini menggunakan kelas VIII C dan VIII D.
Tabel 3.2 Rata-rata nilai Fiska kelas VIII
semester ganjil 2011/2012 No KELAS JUMLAH
SISWA
RATA-
RATA
NILAI SEMISTER
GANJIL 2011/2012
KETERANGAN
1 VIII A 29 70,32 Kelas unggulan
2 VIII B 28 64,24
3 VIII C 28 62,84
4 VIII D 28 62,92
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Variabel dalam penelitian ini berupa
variabel bebas (variable independent),
variabel terikat (variabel dependen). Variabel
bebasnya adalah pendekatan intelegensi
intrapersonal dan pembelajaran konvensional.
Variabel terikatnya adalah hasil belajar dan
aktivitas belajar.
Pendekatan Intelegensi Intrapersonal
Pendekatan intelegensi intrapersonal
merupakan suatu pendekatan yang dilakukan
oleh guru sebelum, dalam proses, dan sesudah
pembelajaran dalam kelas yang didasarkan
pada pemaksimalan kemapuan diri melalui
langkah-langkah dalam rencana pembelajaran.
Guru mengikuti perkembangan siswa dari
jurnal bekelanjutan yang dibuat oleh siswa
maupu melalui pengamatan dalam proses
pembelajaran. Setelah itu guru akan
membimbing siswa sesuai dengan
keinginannya, dimana dalam pembelajaran
untuk memaksimalkan potensi diri siswa,
guru diharapkan untuk tidak pernah menegur
atau menyalahkan perbuatan siswa di depan
kelas ataupun didepan temanya.
Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dalam pembelajaran
secara keseluruhan dalam proses
pembelajaran baik dari strategi siswa dalam
mempergunakan sumber-sumber maupun alat
yang digunakan. Aktivitas siswa juga dapat
dilihat dari kemampuan siswa berpikir kritis
dan kreatif. Yang dimaksud dengan berpikir
kritis adalah suatu cara berpikir memeriksa
hubungan-hubungan serta mengevaluasinya,
kemampuan untuk mengumpulkan informasi,
mengingat serta menganalisanya, kemampuan
untuk membaca serta memahami dan
mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan.
Pengukurannya menggunakan Lembar
Observasi aktivitas.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kecakapan dan
segala hal yang berkaitan dengan kemampuan
kognitif siswa diperoleh melalui proses
belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan
dengan angka dan diukur dengan
menggunakan tes hasil belajar.
Pengukurannya menggunakan Tes hasil
belajar berupa pilihan ganda yang diberikan
pada saat post tes, dengan komposisi yang
sama untuk semua perlakuan.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif yang
diambil dari tes hasil belajar dan data
kualitatif dari lembar observasi aktivitas
siswa, dan lembar observasi pelaksanaan
pendekatan intelegensi intrapersonal oleh
guru.
Teknik Pengambilan dan Pengumpulan
Data
1) Tes
Pengambilan data untuk aktivitas
siswa dilakukan dengan menggunakan
Lembar Observasi aktivitas. Sedangkan
untuk hasil belajar siswa digunakan tes
pilihan ganda. Tes terdiri dari pretest dan
posttest dan sebelum digunakan terlebih
dahulu di uji validitas oleh tim ahli.
Uji validitas instrumen dilakukan
untuk mengetahui tingkat kesesuaian
instrumen penelitian dengan tujuan isi materi
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
8
pembelajaran. Suatu instrumen bias dikatakan
valid apabila instrumen tersebut dapat
mengukur apa yang akan diukur.
Tes hasil belajar dijuji oleh tim
Validator yang terdiri dari 2 tim ahli yang
berbentuk obyektif test.
2) Lembar Observasi
Lembar observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk menilai aktivitas siswa dan
menilai proses yang terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran baik oleh guru
maupun siswa, yang meliputi aktivitas siswa,
aktivitas guru.
Teknik Analisa Data
1) Analisis Statistik
Data akhir hasil belajar yang
ditimbulkan akibat perlakuan dianalisis
dengan menggunakan Analisis uji t dengan
menggunakan SPSS Versi 17.0.Kriteria
pengujian adalah : terima H0 jika t < t1 – 1/2α
di mana t1 – 1/2α dan tolak H0 jika t
mempunyai harga-harga lain. Derajat
kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 +
n2 – 2).
Uji gain faktor (n-gain) dengan rumus seperti
berikut ini
Pretest% adalah rata-rata hasil tes awal
rentang 0-100
Posttest% adalah rata-rata hasil tes akhir
rentang 0-100
Kriteria keberhasilan berdasarkan uji n-gain
dapat ditentukan dengan indikator seperti
Tabel 3.3
Tabel 3.3. Kriteria keberhasilan gain
Nilai gain Kategori
g Rendah
g Sedang
g Tinggi
(Sumber : Arikunto, 2010)
Pada penelitian ini akan dinyatakan
mengalami peningkatan gain yang signifikan
apabila nilai gain yang diperoleh mencapai
minimal kategori sedang. Berarti nilai gain
yang ingin dicapai dari keadaan sebelum
treatment dan sesudahnya baik ativitas
maupun hasil belajar adalah harus lebih besar
dari 0,3.
2) Pengujian hipotesis
Pengujian untuk mengetahui
hubungan linear antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menghilangkan
pengaruh perlakuan.
Kriteria pengujian hipotesis
1) Jika nilai t hit ≥ t tabel maka tidak terdapat
pengaruh penerapan pendekatan
intelegensi intrapersonal terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran fisika
kelas VIII di SMP Negeri 1 Sojol.
2) Jika nilai t hit < t tabel maka terdapat
pengaruh penerapan pendekatan
intelegensi intrapersonal terhadap
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran fisika kelas VII di SMP Negeri 1
Sojol
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
1) Hasil Analisis Data dengan Statistik
Deskriptif
Data yang disajikan berupa data
mentah yang akan diolah menggunakan
teknik statistik deskripsi. Data-data yang
dideskripsikan yaitu aktivitas belajar fisika
dan hasil belajar fisika yang terdiri dari kelas
eksperimen (pembelajaran dengan pendekatan
intelegensi intrapersonal) dan kelas kontrol
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
9
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Aktivitas Belajar Siswa
Kelas N Aktivitas Belajar Awal (%) Aktivitas Belajar Akhir (%)
Terendah Tertinggi Rerata terendah Tertinggi Rerata
Eksperimen 28 58,33 66,67 62,03 63,89 97,22 87,50
Kontrol 28 50,56
61,11 58,33 61,11 75,00 66,19
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Siswa
Kelas N Hasil Belajar Awal (pertest) Hasil Belajar Akhir (postest)
Terendah Tertinggi Rerata terendah Tertinggi Rerata
Eksperimen 28 37.50 52.50 43,30 62.50 80.00 70,54
Kontrol 28 37.50
55.00 43,57 45.00 62.50 53,84
Tabel 4.3 Deskripsi Skor Berdasarkan Tingkat Kesukaran Item Soal
No Kategori Tingkat
Kesukaran soal
Rata-rata Jumlah benar
K Eksperimen
Rata-ra Jumlah benar
K Kontrol
Keterangan
1 C1 34 31 4 item
2 C2 32,1 27,3 23 item
3 C3 27,6 25,8 12 item
4 C3 24 21 1 item
2) Hasil Analisis Data dengan Statistik
Inferensial Analisis data dengan statistik inferensial
menggunakan uji-t, mensyaratkan normalitas data dan
homogenitas varians data variabel penelitian aktivitas
dan hasil belajar fisika.
1) Hasil Uji Normalitas Data
Tabel 4.4 Hasil Belajar Fisika dengan Perhitungan
Uji Normalitas Data (Uji Kolmogorov-Smirnov)
Kolmogo
rov-
Smirnov
Hasil Belajar Fisika
Kelas
Eksperimen
Kelas
Kontrol
Aw
al
Akhir Aw
al
Akhir
N 28 28
28 28
Df 28 28
28 28
Sig. .200 .079 .058 200
Kriteria: Sig. > 0,05 = data berdistribusi normal
Sig. < 0,05 = data tidak berdistribusi normal
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 hasil belajar
siswa diperoleh nilai sig. > 0,05 dapat disimpulkan
bahwa data hasil belajar belajar pada kelas eksperimen
dan kontrol berdistribusi normal.
2) Hasil Uji Homogenitas Varians
Hasil deskripsi data uji homogenitas variabel
penelitian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Data
Variabel Penelitian
Varibel
Penelitian
Levene
Statistik
df1 df2 Sig
.
Hasil Belajar
awal (pretes)
1,130 1 54 .29
2
Hasil Belajar
akhir
(postest)
.253 1 54 .63
0
Kriteria : Sig. > 0,05 = varian data kedua
kelas sama atau homogen
Sig. < 0,05 = Varian data kedua
kelas berbeda atau tidak homogen
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel
4.4 dapat disimpulkan bahwa data hasil
belajar baik diawal dan akhir pembelajaran
pada kelas eksperimen
dan kontrol tidak berbeda nyata atau
homogen karena memiliki nilai sig. > 0,05.
Homogenitas varians data hasil penelitian
output.
3) Uji Hipotesis
Dari hasil pengujian persyaratan
analisis menunjukkan bahwa data yang
diperoleh pada variabel penelitian telah
memenuhi syarat untuk dilakukan pengujian
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
10
statistik lebih lanjut, yaitu pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-
rata.
1. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Kelompok data yang dikenakan uji perbedaan
rata-rata adalah hasil belajar fisika pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
perhitungan statistik uji perbedaan dua rata-
rata Independen Samples T Tes dengan
tingkat signifikansi 0,05.
Tabel 4.6 Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Data Hasil Belajar Fisika
Variabel
t-tes for Equality of Means
T Df Sig. (2-
tailed)
Hasili
belajar
awal fisika
(pretes)
-1.986 54 .053
Hasil
belajar
akhir
fisika
(postest)
3.520 54 .001
Uji t digunakan untuk menguji apakah
rata-rata dari dua sampel sama atau berbeda.
Hal ini dapat dilihat pada bagian Independent
Sampel test pada bagian kolom t-tes.
Kriteria pengujian: H0 diterima apabila nilai
sig. > 0,05 H0 ditolak apabila nilai sig. < 0,05.
Atau H0 diterima apabila t hitung < t tabel,
H0 ditolak apabila t hitung > t tabel. Dari
perhitungan dengan menggunakan SPSS
seperti pada Tabel 4.5 dapat dijelaskan
bahwa:
1) Hasil belajar fisika awal (pretest)
diperoleh nilai sig. = 0,053 dan
nilai t hitung = -1,986. Ini menunjukkan
nilai sig. > 0,05 atau (0,053 > 0,05) dan
untuk nilai t tabel dengan α = 0,05 dan df =
54 diperoleh 2,005 dapat dijelaskan
bahwa nilai t hitung < t tabel ( -1,986 <
2,005). Berdasarkan kriteria pengujian
hipotesis berarti Ho diterima.
Kesimpulannya bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar fisika diawal
penerapan pendekatan pembelajaran pada
kedua kelas yang menjadi sampel
penelitian.
2) Hasil belajar fisika akhir (postest)
dipeoleh nilai sig. = 0,001 dan t hitung =
3,520. Ini menunjukkan nilai sig. < 0,05
atau (0,001 < 0,05) dan untuk nilai t
tabel dengan α = 0,05 dan df = 54
diperoleh 2,005 dijelaskan bahwa nilai t
hitung > t tabel ( 3,520 > 2,005).
Kesimpulannya bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar fisika diakhir penerapan
pendekatan pembelajaran pada kedua
kelas yang menjadi sampel penelitian.
4) Uji Tingkat Gain Ternormalisasi (N-
Gain)
Menghitung tingkat gain ternormalisasi dari
aktivitas belajar dan hasil belajar fisika yang
dikembangkan melalui pembelajaran, baik
pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
dapat dihitung dari skor pretes dan postes
yang dinormalisir dengan rumus g faktor.
g =
Uji N-gain Aktivitas Belajar Fisika
Berdasarkan hasil perhitungan rata-
rata skor aktivitas belajar diawal
pembelajaran pada kelas eksperimen
diperoleh 66,67 dan rata-rata skor diakhir
penerapan pendekatan pembelajaran
Intelegensi Intrapersonal diperoleh 87,05,
dan skor maksimum ideal adalah 100. Uji N
gain diperoleh nilai g = 0,6114 berdasarkan
kategori perolehan skor nilai ini tergolong
sedang. Dapat disimpulkan bahwa
peningkatan aktivitas belajar siswa sebesar
61,14%.
Kelas kontrol diperoleh rata-rata skor
angket aktivitas belajar diawal proses
pembelajaran adalah 61,11% dan rata-rata
skor angket aktivitas belajar diakhr proses
pembelajaran adalah 66,19% dengan skor
maksimum ideal 100. Uji N gain diperoleh
nilai g = 0,1307 skor perolehan ini tergolong
kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
11
untuk peningkatan aktivitas belajar pada kelas
kontrol sebesar 13,07%.
1. Uji N- gain Hasil Belajar Fisika
Berdasarkan hasil perhitungan
diperolah rata-rata skor pretes hasil belajar
fisika diawal penerapan pendekatan
pembelajaran pada kelas eksperimen adalah
32,62 dan rata-rata skor postest diakhir
penerapan pendekatan intelegensi
intrapersonal 70,62. Skor maksimum ideal
100. Uji N gain diperoleh nilai g = 0,5639.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan hasil belajar sebesar 56,39% dan
ini berada pada kategori sedang.
Kelas kontrol rata-rata skor pretes dan
posttes adalah 38,31 dan 60,15 dan skor
maksimum ideal 100, diperoleh nilai N
gain g = 0,354. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan hasil belajar
sebesar 35,4% berada pada kategori sedang.
Pembahasan
1) Pengaruh Pendekatan Intelegensi
Intrapersonal terhadap aktivitas
Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan dan hasil analisis untuk
melihat pengaruh pendekatan intelegensi
intrapersonal terhadap aktivitas belajar fisika,
diperoleh bahwa siswa yang diberikan
pembelajaran dengan pendekatan intelegensi
intrapersonal aktivitas belajarnya lebih baik
dari siswa yang belajar dengan pendekatan
pembelajaran konvensional. Hal tersebut
terlihat dari hasil angket aktivitas belajar yang
diberikan diawal pembelajaran. Kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata 66,67 dan
pada kelas kontrol nilai rata-rata hasil
aktivitas belajar 61,11. Setelah dilakukan uji
N gain perbedaan dua rerata hasil kedua
sampel tersebut selisihnya hampir sama. Hal
ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar
kedua sampel tersebut adalah sama diawal
pembelajaran.
Penerapan pendekatan intelegensi
intrapersonal pada kelas eksperimen siswa
kembali diberikan penilaian dalam lembar
observasi oleh observer yang sama, dan
diperoleh nilai aktivitas rata-rata meningkat
menjadi 87,67. Untuk kelas kontrol yang
diberikan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional diperoleh nilai rata-rata 66,19.
Uji N gain ini menunjukkan terdapat
perbedaan pada kedua kelas yang menjadi
sampel, dimana peningkatan aktivitas pada
kelas eksperimen 61,14% sedangkan pada
kelas control hanya 13,07%. Hal ini berarti
bahwa pembelajaran dengan pendekatan
intelegensi intrapersonal berpengaruh
signifikan terhadap aktivitas belajar siswa.
Perbedaan tingkat aktivitas antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol ini
disebabkan perlakuan yang berbeda pada
kedua kelas tersebut. Proses pembelajaran
dengan pendekatan intelegensi intrapersonal
yang diberikan pada kelas eksperimen, secara
langsung terlihat bahwa para siswa sangat
teraktivitas untuk belajar. Pembelajaran
dengan pendekatan ini sengaja dirancang
dengan menggabungkan berbagai potensi
yang dimiliki siswa agar dapat
membangkitkan aktivitas belajar yang tinggi
untuk menemukan konsep secara sistimatis.
Aktivitas belajar pada kedua kelas,
eksperimen dan kontrol diukur dengan lembar
observasi aktivitas yang diberikan kepada
observer. Dari lembar observasi tersebut
tergambar beberapa indikator yang menjadi
tolak ukur aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan indikator tersebut dapat
dijelaskan bahwa untuk aktivitas instrinsik
yang terdiri atas 3 indikator yakni adanya
hasrat dan keinginan berhasil, adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar dan
adanya harapan dan cita-cita masa depan,
diperoleh prosentase pada setiap indikator
rata-rata sebesar 87,05 % ini berada pada
kategori aktivitas yang sangat baik.
Berdasarkan tingkat presentasi
ataupun kategori dapat dikatakan bahwa
tingkat aktivitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa
besar tingkat keinginan, bergairah dan
semangat untuk mengikuti proses
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
12
pembelajaran. Hal ini terjadi karena ada
faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran tersebut, yaitu perasaan senang
sehingga bergairah dan bersemangat. Hal ini
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Winkel dalam Mustapa 2009, yakni hal
yang mempengaruhi proses pembelajaran
yaitu jika peserta didik yang merasa senang
akan bergairah dan bersemangat. Jika suatu
objek dihayati sebagai sesuatu yang berharga,
maka akan timbul perasaan senang (positif)
dan sebaliknya jika suatu objek dipandang
sebagai sesuatu yang tidak berharga atau tidak
bermanfaat, maka akan timbul perasaan tidak
senang (negatif).
2) Pengaruh Pendekatan Pembelajaran
Intelegensi Intrapesonal Terhadap Hasil
Belajar Fisika
Berdasarkan data penelitian pada
kelas eksperimen, hasil belajar siswa diawal
pembelajaran sebelum penerapan pendekatan
intelegensi intrapersonal memiliki nilai rata-
rata 43,57 dan pada kelas kontrol nilai rata-
rata hasil belajar fisika diawal pembelajaran
adalah 43,30. Data hasil belajar awal (pretes)
untuk kedua kelas yang menjadi sampel
penelitian dianalisis uji statistik dengan
tingkat signifikansi 0,05 diperoleh nilai sig. =
0,053 yang berarti nilai sig. > 0,05 (0,053 >
0,05) ini menunjukkan tidak ada perbedaan
pada kedua kelas yang menjadi sampel.
Untuk taraf signifikan α = 0,05 dan derajat
kebebasan (df = 54) diperoleh nilai t hitung =
-1,986 dan nilai t tabel = 2,005, karena nilai t
hitung < dari nilai t tabel ( -1,986 < 2,005) maka
dapat dijelaskan bahwa bahwa tidak terdapat
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa kedua
kelas tersebut memiliki kemampuan awal
yang sama terhadap materi fisika (gaya,
energi dan usaha).
Penerapan pendekatan pembelajaran
intelegensi intrapersonal untuk kelas
eksperimen hasil belajar siswa pada materi
gaya, usaha, dan energi memiliki nilai rata-
rata 70,62. Untuk kelas kontrol yang
diberikan pendekatan pembelajaran
konvensional hasil belajar siswa pada materi
yang sama memiliki nilai rata-rata 60,15.
Adanya perbedaan nilai rata-rata ini dapat
dibuktikan dengan dilakukan analisis lewat
uji statistik dengan tingkat signifikansi 0,05
diperoleh nilai sig. = 0,001 yang berarti nilai
sig. < 0.05 (0,000 < 0,05) hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan pada kedua
kelas yang menjadi sampel. Untuk taraf
signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan (df
= 54) diperoleh nilai t hitung = 3,520 dan nilai t
tabel = 2,005, karena nilai t hitung > nilai t tabel (
3,520 > 2,005) maka dapat dijelaskan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Ini
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan
penggunaan pendekatan intelegensi
intrapersonal terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh tersebut terjadi karena
proses pembelajaran dengan pendekatan
intelegensi intrapersonal memuat unsur-unsur
belajar yaitu partisipasi dalam penyeleksian
masukan dan wawancara keluar, pengeditan
tulisan, penghargaan, sketsa autobiografi,
memori, penentuan pencapaian target,
pengelolaan proyek mandiri. Semua unsur
yang terdapat dalam pendekatan intelegensi
intrapersonal ini telah tersirat ketika guru
melakukan proses kegiatan belajar mengajar
di kelas. Perlu disadari bahwa unsur-unsur
tersebut merupakan hal yang penting untuk
dapat melakukan inovasi dalam pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner dalam
Mustapa (2009), menyatakan bahwa
pengetahuan yang diperoleh siswa dengan
belajar penemuan memiliki beberapa
kebaikan salah satunya hasil belajar
penemuan memiliki efek transfer yang lebih
baik dibandingkan hasil belajar lainnya.
Peningkatan hasil belajar siswa pada
kelas eksperimen dengan pembelajaran
pendekatan intelegensi intrapersonal
didukung oleh respon siswa yang positif yang
diperoleh dari angket minat siswa yang
disebarkan setelah mereka mendapatkan
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
13
pembelajaran, yakni siswa merasa senang dan
tertarik untuk belajar, karena pelajarannya
menyenangkan menyangkut kehidupan
sehari-hari, menantang serta tidak
membosankan. Perbandingan pendekatan
pembelajaran intelegensi intrapersonal dengan
konvensional, keuntungan yang dirasakan
dengan penerapan pendekatan intelegensi
intrapersonal dan kendala yang dirasakan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran
melalui pendekatan intelegensi intrapersonal,
serta keinginan siswa dalam upaya
meningkatkan pemahaman dan penguasaan
kompetensi dasar sebaiknya menggunakan
model pembelajaran yang diharapkan siswa.
Berdasarkan hasil survei minat siswa
dapat disimpulkan bahwa siswa menyatakan
senang dengan model pembelajaran
intelegensi ntrapersonal daripada
pembelajaran dengan pendekatan
konvensional. Dengan pendekatan intelegensi
intrapersonal siswa merasa belajar tanpa
tertekan, rileks/santai, rekreasi dan
meningkatkan daya hayal, gairah belajar
meningkat. Sedangkan mengenai kendala
yang dirasakan oleh siswa tanggapannya
adalah mereka tidak merasa mendapatkan
kendala. Siswa memberikan saran dan
keinginan dalam hal meningkatkan
pemahaman materi agar guru dapat
berkesinambungan menggunakan pendekatan
intelegensi intrapersonal.
3) Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil
Belajar Fisika
Berdasarkan hasil perhitungan
dengan menggunakan uji tingkat gain
ternormalisasi (N gain) dapat dilihat bahwa
peningkatan aktivitas belajar siswa dan hasil
belajar siswa berada pada kategori sedang
(61,14% untuk aktivitas belajar dan 48%
untuk hasil belajar fisika). Kondisi ini
menunjukkan bahwa penerapan pendekatan
pembelajaran intelegensi intrapersonal
merupakan hal yang baru baik bagi guru
maupun siswa, telah memberikan pengaruh
dalam hal peningkatan hasil belajar walaupun
masih dalam kategori sedang. Jika guru secara
berkesinambungan menggunakan pendekatan
ini dengan melihat karakteristik materi yang
cocok maka hasil belajar siswa akan lebih
meningkat lagi.
Perbedaan tingkat aktivitas dan hasil
belajar kelas eksperimen dalam persentase
pada uji N-gain, walaupun pada kategori yang
sama penulis dapat melihatnya sebagai
dinamika yang berkembang dalam proses
pembelajaran dimana kepercayaan diri siswa
lebih menonjol daripada unsure kognitifnya.
Hal ini dapat dipahami sebagai eksprin
potensi diri belum beriringan dengan hasil
belajanya sendiri, sehingga perlu dibuatkan
variasi dalam pendekatan intelegensi
intrapersonal dengan memperhatikan
indikator-indikator yang ada.
Kelas kontrol terlihat peningkatan
aktivitas belajar siswa berada pada kategori
rendah (meningkat sebesar 13%). Sedangkan
untuk hasil belajar siswa berada pada kategori
sedang (meningkat sebesar 18,2%). Ini
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa
sedikit sekali dipengaruhi oleh metode
pembelajaran yang konvensional. Metode
pembelajaran yang menarik dapat
membangkitkan aktivitas ekstrinsik siswa,
jika siswa memperoleh sesuatu yang menarik
dalam pembelajaran maka akan
membangkitkan gairah untuk belajar dan akan
berpengaruh dalam peningkatan hasil
belajarnya.
Aktivitas siswa pada kelas eksperimen
dengan uji N-gain 61,14 % sangat jauh
peningkatannya disbanding dengan kelas
kontol yang hanya 13 %. Ini berarti dengan
pendekatan intelegensi intrapersonal siswa
sngat teraktivitas dalam proses
pembelajarannya, hal ini disebabkan karena
rasa percaya diri maupun penghargaan atas
karya merupakan indikator utama dalam
pendekatan yang dilakukan oleh guru.
Hasil belajar siswa hanya meningkat
56,39 % pada kelas eksperimen, artinya ada
perbedaan peningkatan dengan aktivitas
61,14 % pada kelas yang sama. Perbedaan ini
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
14
dapat dijelaskan karena adanya tingkat
kebebasan siswa dalam beraktivitas dalam
pendekatan intelegensi intrapersonal tinggi,
sedangkan faktor pendukung hasil belajar
(buku sumber) masih sangat terbatas,
sehingga hal ini turut mempengaruhi adanya
perbedan tersebut.
Hasil dari kemampuan siswa dalam
mengerjakan soal per item pada tabel 4.3,
terlihat adanya perbedaan antara kelas
Kontrol dan kelas eksperimen. Soal dengan
kategori C1 sebanyak 4 nomor terlihat lebih
banyak dipahami (dikerjakan dengan benar)
oleh kelas eksperimen (rata-rata 34 orang),
sedangkan untuk soal C2 kelas eksperimen
juga lebih banyak siswa yang benar kecuali
pada soal no 26 sama. Soal no 28. dan 35
kategori C2 kelas kontrol lebih banyak benar
Soal dengan kategori C2 pada nomr 28
dan 35 siswa pada kelas kontrol lebih banyak
benar dari kelas eksperimen, hal ini dapat
dipahami pada pertemuan itu (pertemuan ke-
lima) siswa di kelas eksperimen banyak yang
tidak hadir dikarenakan kondisi cuaca (hujan).
Siswa yang benar pada kelas ekperimen soal
kategori C4 lebih banyak dari kelas control
(24 banding 23). Ini berarti tingkat
pemahaman kelas eksperimen lebih baik dari
kelas kontrol yang disebabkan oleh adanya
pembelajaran dengan pendekatan intelegensi
intrapersonal.
Melihat fakta yang ada di atas, maka
dapat dikatakan bahawa pendekatan
intelegensi intrapersonal berpengaruh lebih
baik pada pemahaman siswa dalam
mengerjakan soal berdasarkan tingkat
kesukarannya. Dalam kondisi tertentu siswa
dapat saja mendapatkan hasil kurang, tetapi
hal ini banyak dipengaruhi oleh kehadiran
siswa itu sendiri. Hasil selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran deskripsi soal per-item.
KESIMPULAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab
4, maka dapat dikemukakan kesimpulan
sebagai berikut :
1) Data yang diperoleh setelah perlakuan,
dengan menggunakan uji N-gain
menunjukan untuk aktivitas belajar
siswa meningkat sebesar 61,14 %
untuk kelas eksperimen dan 13 %
untuk kelas kontrol. Melihat hasil uji
N-gain hasil yang diperoleh dimana
pada kelas eksperimen pada kategori
sedang dan untuk kelas control
kategori kurang. Dengan demikian
Terdapat pengaruh pendekatan
terhadap aktivitas belajar fisika pada
siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Sojol.
2) Hasil uji statistik dengan tingkat
signifikansi 0,05 diperoleh nilai sig.
= 0,001 yang berarti nilai sig. < 0.05
(0,000 < 0,05) derajat kebebasan (df =
54) diperoleh nilai t hitung = 3,520 dan
nilai t tabel = 2,005, karena nilai t hitung
> nilai t tabel ( 3,520 > 2,005).
Kemudian hasil uji N-gain juga
menunjukkan hasil yang diperoleh
berbeda antar kelas eksperimen 56,39
% dan kelas kontrol sebesar 35,4 %,
maka dapat dijelaskan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar siswa di kelas
eksperimen dan kelas Kontrol.
Dengan demikian Terdapat pengaruh
pendekatan Intelegensi intrapersonal
terhadap hasil belajar fisika pada
siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Sojol.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, G. P. 2009. Meningkatkan kualitas
aktivitas belajar,keterampilan berpikir
kritis dan pemahaman konsep Biologi
siswa Kela X-5 SMA negeri 1 Banjar
melalui penerapan model pembelajaran
berbasis masalah. Melalui
< http://www.bloger.com> [10/5/2011]
Amstrong, T. (2004). Kamu itu lebih cerdas
daripada yang kamu duga (You’re
smarter than you think). Batam Centre:
Interaksara.
MITRA SAINS ISSN: 2302-2027
15
Ardhana, W. 2005. Konstruktivisme dan
Penerapannya dalam Pembelajaran.
Makalah disampaikan pada Seminar
dan Lokakarya Pembelajaran berbasis
Konstruktivis: 22 Juni 2005. Malang:
Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Malang.
Arends, R. 2007.Learning to Teach (Belajar
Untuk Mengajar) Edisi ketujuh.
Terjemahan Buku Dua., Soetjipto, H.P
dan Soetjipto, S. Mi. 2008. Yogyakarta:
Pustaka Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi
Pendidikan. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Bumi aksara.
Ari Fischman, L . 2011. Using Gadner’s
Multiple Intelegence Theory To
Differentate High High School Physics
Instruction. Montana State University
Bozeman.
Campbell, L. Campbell, B. Dickison, D.
2004. Teori Praktis Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelegensi. Depok
Jakarta. Intuisi Press.
Dabutar, J. 2008. Pengaruh Media
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar
Pengelasan Pada Siswa Yang
Berprestasi Tinggi dan Rendah Di SMK
Swasta I Trisakti Laguboti Kabupaten
Toba Samosir.Melalui
<http://3.bp.bogspot.com> [25/5/2010]
Gardner, H. 1983. Frames of Mind : The
Theory of Multiple Intelegences.
NewYork: Basic Books.
Guzel, Hatice. 2010. Profiles of
University Students Based on
Multiple Intelligence Theory
and its Effect on Their Success
in Physics Lecture World Applied
Sciences Journal 10 (6): 665-67 4,
2010 ISSN 1818-4952 © IDOSI
Publications, 2010
Hamalik, 2011 Proses Belajar Mengajar,
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hajhashemi , 2011 The Relationship between
Iranian EFL High School Students’
Multiple Intelligence Scores and their
Use of Learning Strategies. Faculty of
Foreign Languages and Literature
Science and Research Branch, Islamic
Azad University (SRBIAU), Hesarak,
Tehran, IranE-mail:
Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran
Langsung. Surabaya: University Press.
Munandar, S. C. U. 2003. Kreativitas dan
keberbakatan, strategi mewujudkan
potensi kreatif & bakat.Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Slavin, R .E. 2000. Educational Psychology,
Theory and Practice. sixth Edition.
Boston : Allyn and Baccon.
Sudjana, H. D. 2005. Strategi Pembelajaran
Pendidikan Luar Sekolah. Bandung:
Falah Production.