Dinamika Kepentingan dan Interaksi Sosial Pedesaan: Studi ...
RISIKO PROGRAM RURAL EMPOWERMENT AND AGRICULTURAL ... · Perbaikan Gizi Pengembangan pertanian dan...
Transcript of RISIKO PROGRAM RURAL EMPOWERMENT AND AGRICULTURAL ... · Perbaikan Gizi Pengembangan pertanian dan...
Oleh Drs. Suyitno, Msi
Auditor Utama Inspektorat I
INSPEKTORAT JENDERAL
KEMENTERIAN PERTANIAN
TA 2020
RISIKO PROGRAM
RURAL EMPOWERMENT AND AGRICULTURAL DEVELOPMENT SCALING UP INITIATIVE (READSI)
TA. 2020
(PENGAWALAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTAN)
Disampaikan dalam Pertemuan Koordinasi Program Readsi
Ciawi Bogor, 18 Februari 2020
Memberdayakan rumah tangga petani di
pedesaan, baik secara individu maupun
secara kelompok, dengan keterampilan,
membangun rasa percaya diri dan
pemanfaatan sumberdaya untuk
meningkatkan pendapatan dari sektor
pertanian dan non-pertanian serta
meningkatkan taraf hidupnya secara
berkelanjutan.
TUJUAN PROGRAM READSI
SASARAN PROGRAM READSI
1. Petani miskin yang aktif dan memiliki sumberdaya (lahan, dll) yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan bantuan program;
2. Petani aktif dan memiliki potensi sebagai "agen perubahan" untuk memotivasi petani lainnya, terutama kelompok miskin, dan memperbaiki penghidupannya;
3. Petani yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan sempit, dan kepala keluarga perempuan yang akan dilibatkan secara langsung dalam usaha pengembangan lahan pekarangan, nonfarm, kegiatan perbaikan gizi, dan kegiatan pengelolaan keuangan.
LOKASI PELAKSANAAN PROGRAM READSI
TOTAL ALOKASI DESA SASARAN SEBANYAK 342 DESA, YAITU:
■ Kelompok pertama di 5 kabupaten eks Program READ di Prov. Sulteng (Buol, Toli-
Toli, Parimo, Poso, Banggai) terdiri dari 50 desa lama + 50 desa baru = 100
desa;
■ Kelompok kedua di 4 kabupaten eks Replikasi Program READ di Prov. NTT
(Kupang, Belu) dan Prov. Kalbar (Sambas, Sanggau), terdiri dari 50 desa lama +
30 desa baru = 80 desa;
■ Kelompok ketiga di 9 kabupaten baru di Prov. Gorontalo (Gorontalo, Pohuwato,
Bone Bolango), Prov. Sultra (Kolaka, Kolaka Utara, Konawe), dan Prov. Sulsel
(Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur), = 162 desa baru.
RISK PENENTAPAN TUJUAN Memberdayakan rumah tangga petani di pedesaan, baik secara individu maupun secara kelompok, dengan keterampilan, membangun rasa percaya diri dan pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan pendapatan dari sektor pertanian dan non-pertanian serta meningkatkan taraf hidupnya secara berkelanjutan.
Tujuan Belum terukur :
. Peningkatan Pendapatan
. Peningkatan Taraf Hidup
Proses Bisnis
Pemberdayaan rumah tangga petani
pedesaan
PP 60 TAHUN
2008
KEGIATAN POKOK PROGRAM READSI BPPSDM
Pengembangan Pertanian dan Matapencaharian di Pedesaan (Village Agriculture and Livelihoods Development) yaitu Mobilisasi Mayarakat, Pengembangan Pertanian dan Peningkatan Mata Pencaharian, Simpan, Pinjam, dan Literasi Keuangan.
Peningkatan Pelayanan Penyuluhan, Penyediaan Sarana Produksi, dan Pemasaran (Services, Input and Market Linkages) yaitu Pelayanan Penyuluhan Pertanian, Pelayanan Keuangan, Sistem Dan Pemasaran Perbenihan, Dukungan Pelayanan dan Pemasaran Bagi Petani Kakao di Sulawesi, dan Pelayanan Produksi, Kesehatan dan Pemasaran Ternak di NTT.
Dukungan Manajemen Program (Project Management) di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten.
Peningkatan pelayanan
penyuluhan, penyediaan saprodi, dan pemasaran
Pengelolaan Program
2020
1. Paket Sekolah Lapang Komoditas 2. Bantuan Saprodi
Kelompok Tani 3. Perbaikan Gizi
Pengembangan pertanian dan
matapencaharian di pedesaan
2020
Manajemen Pengelolaan
Program
1. Pelatihan Penyuluh 2. Perbenihan Padi
3. Bantuan upgrading perlengkapan BPP
4. Perbanyakan Materi Penyuluhan
RISIKO PELAKSANAAN PUSAT
(Consulting Firm) untuk Pemberdayaan Masyarakat Fasilitator Desa
Pelatihan Agronomi Kakao bagi Petani, Pelatihan Bisnis (Usaha Tani) Kakao bagi Petani dan Widyaiswara, Pelatihan “Adoption Observation” Kakao
Pendukung Manajemen
RISIKO (POTENSI) • Tugas konsultan kurang terukur • Materi pelatihan belum
mendukung KONSTATANI (POTENSI WILAYAH DAN EKSPOR.
• Pelatihan sebatas pemahaman belum mengarah pada perlakuan/metoda peningkatan produksi
• Fasilitator Desa yang ditetapkan kurang kompeten
PENGENDALIAN • Penetepan tugas konsultan
dalam kontrak terukur • Juknis disesuaikan dengan
kebijakan Konstratani • Design pelatihan diarahkan
untuk peningkatan produksi (ditambahkan simulasi perlakuan pemupukan, pemeliharaan dan pasca panen)
• Supervisi pimpinan • Penetapan persyaratan
Fasilitator Desa dalam Juknis
A
PERENCANAAN KEGIATAN
RISIKO:
1. Pelaksanaan Kegiatan
Kurang Terarah dan Tidak
Selaras Antara Pusat,
Provinsi dan Kabupaten
2. Pengalokasian Anggaran
Dalam RKAKL Kurang
Mengakomodir Seluruh
Kegiatan READSI Baik
Pusat, Provinsi dan
Kabupaten
3. Calon Lokasi dan Calon
Petani Peserta Program
READSI Tidak Tepat
Sasaran
PENGENDALIAN RISIKO
1. Setiap Kegiatan dilengkapi dengan
Proposal/TOR/KAK yang lengkap dan menjelaskan
metotologi/proses bisnis serta RAB.
2. Program dilengkapi dengan Petunjuk Teknis yang
operasional.
3. Menyusun Rencana Kerja Tahunan (Annual
Working Plan & Budget/ AWPB).
4. Menetapkan Desa/ Petani program READSI sesuai
dengan Data Base yang ada dalam SIMLUHTAN. 5. Melaksanakan Seleksi akhir calon peserta
program READSI dengan cermat dengan
mengacu data Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
6. Proaktif dalam melakukan Pencairan dana di
provinsi dan kabupaten, agar tidak terlambat
dalam sistem reimbursement 7. Penggunaan anggaran/ standar biaya mengacu
PMK No. 78 Tahun 2019 (SBM Kemenkeu TA.
2020).
KEGIATAN:
1. Perencanaan
Program/Kegiatan
READSI
2. Perencanaan
Anggaran Kegiatan
READSI
3. Penetapan Calon
Lokasi dan Calon
Petani Peserta
Program READSI
PENGADAAN JASA KONSULTAN (KATEGORI BIAYA CONSULTANCIES & NON CONSULTING SERVICE (CN)
Pengadaan Jasa Konsultan Perencana, Keuangan, Teknologi
Informasi, Monev (1Orang Tenaga Ahli
Pemberdayaan/Ketua Tim, 6 Orang Tenaga Ahli Pemberdayaan Provinsi,
18 Orang Ahli Pemberdayaan
Kabupaten, dan 25 Orang Tenaga Administrasi)
1. Tenaga ahli/personil Yang dipilih oleh penyedia jasa konsultasi berisiko kurang cakap karena tidak sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan
2. Minimnya kontribusi masing-masing tenaga ahli/personil karena rangkap jabatan atau
bekerja di Instansi/Perusahaan Lainnya
3. Kelebihan Pembayaran Honor Konsultan Tidak Sesuai Dengan
SPK/Kontrak
1. Seleksi ketat/lakukan reviu terhadap tenaga ahli/personil yang akan dipilih
oleh penyedia jasa sehingga sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan
(Perencana, Keuangan, Teknilogi Informasi, Monitoring dan Evaluasi).
2.Memonitor dan Evaluasi secara berkala Pelaksanaan Kegiatan
Konsultan (Tenaga Ahli /Personil) apakah telah sesuai dengan rencana kerja dan keluaran yang diharapkan.
3. Reviu Pembayaran Honorarium Tenaga Ahli Dalam SPK/Kontrak (Jam,
Harian, Mingguan, atau Bulanan).
KEGIATAN RISIKO PENGENDALIAN
Risiko Pelaksanaan Propinsi
Pengendalian
• Peserta kurang kompeten (sebagian besar THL-TB)
• Materi penyuluhan belum mendukung KONSTRATANI (potensi ekspor)
• Benih yang tersedia belum sesuai dengan kebutuhan petani (waktu ketersediaan, varietas, dan volume yang dibutuhkan)
• Harga benih kemahalan
• Rekomendasi belum
operasional (belum ada langkah-langkah konkrit, belum sesuai dengan potensi daerah, belum sesuai
dengan kondisi keluarga miskin)
K1 Perkembangan kajian di seminarkan (persiapan, Kelengkapan data/metodologi, rekomendasi) PPK mereviu dan memantau pelaksanaan kajian K2: • Petunjuk Teknis mengatur tentang
persyaratan peserta dan materi penyuluhan yang mengarah dengan kebjikakan KONSTRATANI
• PPK mengecek persiapan latihan • Spesifikasi dicantumkan dalam KAK dan
kontrak secara jelas • Identifikasi Penangkar Benih (luas tanam
dan waktu panen) • Penetapan HPS dilandasi dengan survai
Kajian kegiatan non farm
dan skema peluang pasar
Pelatihan penyegaran bagi
Penyuluh;
Reviu, Penyempurnaa, dan
Penggandaan Materi
Penyuluhan;
Pengadaan dan Sertifikasi Benih
Padi
B
PELAKSANAAN KABUPATEN
K-1
• Sekolah Lapang (SL);
• Paket saprodi tan. pangan, kakao, hortikultura, pekarangan, ternak kecil,
• Paket saprodi / perlengkapan pasca panen tanaman perkebunan lain;
• perbaikan gizi keluarga
K-2 • Pengadaan Perlengkapan BPP di kecamatan
K-4 • Pendukung Manajemen
C
PENGADAAN PAKET SAPRODI
• Paket saprodi tan. pangan, kakao, hortikultura, pekarangan, ternak kecil,
• Paket saprodi / perlengkapan pasca panen tanaman perkebunan lain;
1. Kelebihan Pembayaran
2. Pemahalan dan/atau
Kemahalan Harga
3. Denda keterlambatan
belum di pungut/diterima
4. Belanja atau pengadaan
fiktif
5. Spesifikasi barang /Jasa
yang diterima tidak sesuai
dengan kontrak
6. Rekanan pengadaan
barang/jasa tidak menyelesaikan pekerjaan
1.Menyusun Standar Operasional Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa sesuai dengan Perpres 16 Tahun 2018 dan Standar IFAD
(perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan)
2. PPK Membentuk, dan mengoptimalkan Peran Tim Pemeriksa Barang
(Konsultan/Tenaga Ahli/Tim Teknis) 3. PjPHP/PPHP cermat dalam
melakukan pemeriksaan administrasi
terhadap barang dan jasa yang akan
diserahterimakan sejak perencanaan
pengadaan sampai serah terima sesuai
dengan permintaan PA/KPA 4. Laporan Kegiatan Pengadaan dan
Pemanfaatannya secara berkala.
KEGIATAN RISIKO PENGENDALIAN
KEGIATAN SEKOLAH LAPANG
Kegiatan Sekolah Lapang 1. Peserta tidak kompeten
2. Waktu yang disediakan tidak sesuai ketentuan/digabung
3. Pembayaran Honorarium Narasumber/ Fasilitator/Instruktur Tidak sesuai SBM
4. Pembayaran Honorarium Panitia Melebihi 10% dari Jumlah Peserta
Penjelasan persyaratan peserta kepada FD
Supervisi ke lapangan
Melakukan Verifikasi Pertanggungjawaban Keuangan Secara Tertib sesuai dengan Ketentuan Pemerintah (SBM 2020, Ketentuan Perjadin) dan ketentuan IFAD
KEGIATAN RISIKO PENGENDALIAN
PENGADAAN PERLENGKAPAN BPP
Pengadaan
Perlengkapan BPP
1. Pengadaan Perlengkapan tidak didukung oleh kompetensi pengguna
2. Pemanfaatan Perlengkapan belum sesuai ketentuan
3. Pengamanan Perlengkapan yang telah diadakan
1. Menetapkan penanggungjawab terhadap perlengkapan yang telah diadakan.
2. Mengintruksikan koordinator BPP untuk membuat SOP Pemanfaatan Perlengakapan BPP
3. Koordinator BPP menjamin pengamanan fisik aset BPP
4. Dokumentasi pengadaan secara tertib.
KEGIATAN RISIKO PENGENDALIAN
DUKUNGAN MANAJEMEN
Belanja Untuk Kegiatan Operasional Pendukung Pelaksanaan Program (Biaya Perjalanan Biasa, Pemeliharaan Kendaraan, Biaya Komunikasi, ATK, Penggandaan)
1.Tumpang Tindih Pertanggungjawaban Keuangan Dengan Kegiatan Sejenis
2.Pertanggungjawaban Keuangan Yang Kurang Sesuai Dengan Realisasi Fisik
Melakukan Verifikasi Pertanggungjawaban Keuangan Secara Tertib sesuai dengan Ketentuan Pemerintah (SBM, Ketentuan Perjadin) dan ketentuan IFAD
KEGIATAN RISIKO PENGENDALIAN
ORGANISASI PENGADAAN (Perpres 16 Tahun 2018)
Pejabat/Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PjPHP/PPHP)
Pejabat Pengadaan
dan
Pokja Pemilihan
Pj Pengadaan: • Pengadaan Langsung • Penunjukan langsung Peng.
Barang/Konst./Jasa ≤ Rp200Jt, Jasa Konsultasi ≤ Rp100jt, E-purchasing ≤ Rp200jt
Pokja Pemilihan: • Melaksanakan Persiapan Pemilihan
Pengadaan • Menetapkan Pemenang
Tender/Juksung Peng. Barang/Konst./Jasa ≤ Rp100M, Jasa Konsultasi ≤ Rp10 M
• Beranggotakan 3 orang atau dapat ditambah dengan jumlah gasal
Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa
(UKPBJ)
Merupakan Unit Kerja yang Menjadi Pusat Keunggulan Pengadaan Barang dan Jasa
Pj PHP:
• Memeriksa Administrasi Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/Konstruksi/Jasa Lainnya ≤ Rp200jt, Jasa Konsultasi ≤ Rp100jt
PPHP:
• Memeriksa Administrasi Hasil Pekerjaan Pengadaan Barang/konstruksi/Jasa Lainnya Paling Sedikit diatas Rp200jt, Jasa Konsultasi Paling sedikit diatas Rp100jt.
1. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK)
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Belum Mendukung Kegiatan
Pengadaan Barang/Jasa
b. Spesifikasi teknis belum sesuai
dengan rencana kebutuhan hasil
Identifikasi
c. Materi yang tertuang dalam KAK
belum sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
a.Menetapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang mengacu Pasal 19 Perpres 16
Tahun 2018 dan Pasal 23 Per LKPP No 7 Tahun
2018 meliputi:
• Dibuat berdasarkan kebutuhan
• Memperhatikan penggunaan produk dalam
negeri, SNI, Produk Industri Hijau, Tidak
Mengarah Produk Tertentu Kec Suku Cadang
• Spek teknis dalam KAK berisi Spesifikasi
Mutu, Jumlah, Waktu, dan Pelayanan
• Kompetensi Tenaga Ahli (Konsultansi), dan
• Sumber Pendanaan
b. Melakukan Reviu Terhadap Kerangka Acuan
Kerja (KAK)
c 2. Rencana Umum Pengadaan (RUP)
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Pengumuman RUP Belum dilakukan
secara terbuka di Website masing-
masing K/L, Papan Pengumuman Resmi
Untuk Masyarakat, dan Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE
b. Materi yang tertuang dalam RUP belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Menetapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang mengacu Pasal 22 Perpres 16
Tahun 2018 dan Pasal 28 Per LKPP No 7
Tahun 2018 meliputi:
a. RUP memuat antara lain uraian
pekerjaan, volume, lokasi, sumber dana,
perkiraan biaya, spek teknis/KAK,
Metode pemilihan dan Jadwal
b. Diumumkan setelah penetapan
anggaran, dalam situs web Kementerian,
papan pengumuman resmi untuk
masyarakat, surat kabar, dan atau media
laiinnya.
3. Penetapan HPS
RISIKO: PENGENDALIAN:
• Perhitungan HPS Belum Disusun
Berdasarkan Hasil Perhitungan Biaya
Harga Satuan (Enginer’s Estimate),
Rancangan Rinci (Detail Engineering
Desaign) yang dilakukan oleh Konsultan
Perencana, dan hasil survey harga
(Pengadaan barang)
• Perhitungan HPS belum
memperhitungkan keuntungan dan biaya
overhead yang wajar (Pek. Konstruksi)
sebesar 15%.
• HPS terlambat ditetapkan
a. Menetapkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang mengacu Pasal 26
Perpres 16 Tahun 2018, dan Lampiran
Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018,
antara lain meliputi:
• Dihitung Secara Keahlian dengan data
yang dapat dipertanggungjawabkan
• Memperhitungkan keuntungan dan
biaya overhead yang wajar (Pek.
Konstruksi) sebesar 15%.
• Ditetapkan 28 hari sebelum
pemasukan penawaran
b. Melakukan Reviu Terhadap Harga
Perkiraan Sendiri
4. Pemilihan Sistem Pengadaan
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Metode pemilihan penyedia belum sesuai
dengan jumlah anggaran yang tersedia
dan kriteria tertentu
b. Metode evaluasi penawaran penyedia
belum memperhitungkan penilaian teknis,
harga, faktor umur ekonomis, biaya
operasional dan nilai sisa dalam jangka
waktu operasi tertentu
Menetapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang mengacu Pasal 38 Perpres 16
Tahun 2018, bahwa:
a. Metode pemilihan penyedia terdiri atas E-
purchasing, pengadaan langsung,
penunjukan langsung, tendercepat, dan
tender sesuai dengan jumlah anggaran
dan kriteria tertentu (mendadak, rahasia,
dll)
b. Metode evaluasi penawaran terdiri dari
Sistem Nilai, Penilaian Biaya selama
umur ekonomis dan harga terendah
5. Penyusunan Dokumen Persiapan Pemilihan Penyedia
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Dokumen persiapan pemilihan penyedia
oleh Pokja pemilihan belum disusun
secara tertib
b. Materi yang tertuang dalam dokumen
persiapan pemilihan belum seluruhnya
disusun sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Penyusunan Dokumen Persiapan Pemilihan yang
mengacu Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018 point III,
mengenai:
a. Dokumen Persiapan Penyedia terdiri dari
• Spesifikasi Teknis/KAK, HPS, Rancangan Kontrak
(Naskah perjanjian, SSUK, SSKK, dll),
DIPA/RKAKL, ID RUP, Waktu Penggunaan
Barang, Analisis Pasar
b. Penetapan Metode Pemilihan, Kualifikasi,
Persyaratan kualifikasi, kemitraan, metode evaluasi,
Metode Penyampaian Dokumen Penawaran,
Penyusunan Tahapan dan jadwal, Penyusunan
Dokumen Pemilihan (Dok Kualifikasi dan Dok
Tender/Juksung) oleh Pokja Pemilihan
c. Melakukan Reviu Terhadap Dokumen Persiapan oleh
Pokja Pemilihan
6. Pelaksanaan Pemilihan
RISIKO: PENGENDALIAN:
Proses pemilihan penyedia tidak
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dan syarat syarat
yang telah ditetapkan dalam
dokumen pemilihan
Menetapkan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang mengacu Pasal 50 Perpres 16
Tahun 2018, dan Peraturan LKPP No. 9
Tahun 2018 point IV bahwa Pelaksanaan
pemilihan meliputi
• Pelaksanaan Kualifikasi
• Pengumuman dan Undangan
• Pendaftaran dan Pengambilan Dokumen
Pemilihan
• Pemberian Penjelasan
• Penyampaian Dokumen Penawaran
• Penetapan dan Pengumuman Pemenang
• Sanggah Banding
7. Pelaksanaan Kontrak
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Pemenang pemilihan/penyedia yang
telah ditetapkan melalui SPPBJ tidak
memiliki kemampuan melaksanakan
kontrak
b. Kontrak tidak sah karena tidak memenuhi
persyaratan yang berlaku
c. Penyedia tidak melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan ketentuan/kesepakatan
dalam kontrak wanprestasi
Menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang mengacu Pasal 52 Perpres 16 Tahun 2018,
dan Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018 point VII,
bahwa:
a. Penetapan SPPBJ
b. Penandatanganan Kontrak
c. Pemberian Uang Muka
d. Pembayaran Prestasi Pekerjaan
e. Perubahan Kontrak
f. Penyesuaian harga
g. Penghentian Kontrak atau berakhirnya kontrak
h. Pemutusan Kontrak
i. Penanganan Keadaan Kahar
Melakukan Reviu Terhadap Laporan Hasil Pemilihan
Penyedia sebelum ditetapkan SPPBJ dan melakukan
pemantauan dengan intens terhadap pelaksanaan
kontrak
8. Serah Terima Hasil Pekerjaan
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Pembuatan berita acara penyelesaian
pekerjaan fiktif atau tidak sesuai dengan
realisasi fisik karena untuk keperluan
mencairkan anggaran
b. Penyerahan Barang /Gedung dan
Bangunan Tidak Tepat Waktu, Jumlah,
Volume, dan Spesifikasi Teknis, sasaran
Menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
mengacu Pasal 57 dan 58 Perpres 16 Tahun 2018 dan
Peraturan LKPP No. 9 Tahun 2018 Point 8 , yaitu:
a. Pengajuan serah terima barang dan jasa dari
penyedia kepada PPK
b. PPK (dapat dibantu konsultan pengawas, tim ahli,
dan tim teknis) melakukan pemeriksaan terhadap
barang/jasa yang diserahkan
c. PjPHP/PPHP melakukan pemeriksaan administrasi
terhadap barang dan jasa yang akan
diserahterimakan sejak perencanaan pengadaan
sampai serah terima sesuai dengan permintaan
PA/KPA
d. Jika terdapat ketidak sesuaian PjPHP/PPHP melalui
PA/KPA memerintahkan PPK untuk
memperbaiki/melengkapi dokumen administrasi
9. Pemanfaatan
RISIKO: PENGENDALIAN:
a. Barang/Gedung dan
Bangunan Belum
dimanfaatkan (tidak
menambah nilai pnbp dari
aset).
b. Pemanfaatan
Barang/Gedung dan
bangunan tidak sesuai
peraturan.
Menetapkan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
Pemanfaatan Barang mengacu
pada ketentuan Peraturan
Pemerintah No.27 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah
KEGIATAN SEKOLAH LAPANG (SL)
RISIKO: PENGENDALIAN:
1. Materi SL Tidak up to date, dan
Tidak Sesuai Dengan
Komoditas Yang Dibudidayakan
Peserta SL
2. Kegiatan SL dipadatkan namun
pertanggungjawaban lengkap.
3. Kegiatan SL Tidak Sesuai
Dengan Periode Masa Budidaya
4. Tumpang tindih dengan
pertanggungjawaban (SPJ)
kegiatan SL (APBD)
1. Menetapkan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
Kegiatan SL
2. Melakukan Reviu Terhadap
Kurikulum SL
3. Melakukan Reviu Terhadap
Pertanggungjawaban (SPJ)
Dengan Cermat
KINERJA FASILITATOR DESA (FD)
RISIKO: PENGENDALIAN:
Fasilitator Desa Tidak
Maksimal dalam
Melaksanakan Tugas Tugas
Yang Diberikan
1. Melakukan evaluasi kinerja
Fasilitator Desa secara periodik
2. Memastikan Fasilitator Desa
Menyampaikan Laporan
Bulanan Yang Dilengkapi
Dengan Working Sheet (Lembar
Kerja Harian),
PELAPORAN KEGIATAN
RISIKO: PENGENDALIAN:
Penanggungjawab Masing-masing
Kegiatan Tidak Segera Menyusun
Laporan Setelah Kegiatan Berakhir
(Fisik dan Keuangan)
Penyuluh Pertanian dan Fasilitator
Desa kurang koordinasi dalam
menyusun Laporan Kegiatan dan tidak
menyampaikan ke DPMO sesuai batas
waktu yang telah ditetapkan
Menetapkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pelaporan Kegiatan
Laporan (Fisik dan Keuangan)
disampaikan kepada Nasional Program
Management Office (NPMO) secara
berkala (3 bulan sekali)
Laporan triwulan/tahunan, evaluasi
tengah program/Mid Term Review
(MTR), penyelesaian program
Completion Report (CR) disusun tepat
waktu
TERIMA KASIH
Atas Perhatiannya
INSPEKTORAT I
INSPEKTORAT
JENDERAL
KEMENTAN