Review Jurnal 1 KapSel Kimia
-
Upload
ingratsusi-marviani -
Category
Documents
-
view
241 -
download
4
description
Transcript of Review Jurnal 1 KapSel Kimia
Review JurnalMata Kuliah Kapita Selekta Kimia
Dosen Pengampu : Dr. Rer. Nat Senam
Ingratsusi Marviani14728251022
PENDIDIKAN KIMIAPROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2015
Johnsen Harta
Recent Advances in Luminescent Carbon DotsOsman Kargbo, Yan Jin and Shou-Nian Ding*
Perkembangan Terbaru Luminesensi Pada Nano Carbon Dots
Pengembangan Carbon-dots saat ini sangat diminati khususnya dalam bidang
luminesensi nanomaterials atau materi yang berukuran nano. Pada umumnya,
carbon-dots ini adalah oksigen yang mengandung carbon yang partikelnya berukuran
nano, dengan bentuk quasi spherical dan berukuran di bawah 10 nm. Carbon-dots
memiliki kelebihan seperti sifatnya yang inert, memiliki toksisitas yang rendah,
resistan terhadap photobleaching, dan disukai karena biokompatibilitasnya. Karena
kelebihan yang dimilikinya sehingga carbon-dots ini menjadi menarik dan berpotensi
dalam aplikasi maupun perkembangan bioanalitikal. Sifatnya yang istimewa dan tidak
beracun menjadikan Carbon-dots sebagai alternatif semikonduktor konvensional.
Manipulasi permukaan fungsional Carbon-dots dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kuantum dan kestabilan yang lebih. Dalam pendekatan ilmiahnya,
melibatkan 2 (dua) prosedur yaitu top-down (sintesis elektrokimia, arc-discharge,
ablasi) dan metode bottom-up (pembakaran, sintesis pendukung, pendekatan
microwave, sintesis ultrasonikasi).
Tabel 1. Ringkasan Prosedur Sintetis, Keuntungan dan Kerugiannya
Metode Sintetis
Rute Sintesis Keuntungan Kerugian
Prosedur Elektrokimia
Tiga elektroda sel yang mengandung elektrolit,sumber karbon sebagai kerja elektroda menggunakan referensi dan counter elektroda. Setelah potensi diterapkan, diperoleh larutan yang akan dimurnikan guna mendapatkan C-dots.
Kendali sintesis partikel ini terbukti dengan pengaturan potensial elektroda dan kepadatan. Keuntungan utama karena murah, efektif, sederhana, dan output yang tinggi.
Sistem perbaikan proses elektrokimiasangat kompleks. Memerlukan proses pemisahan lebih lanjut untuk memperoleh C-dots monodispersi.
Metode Arc-discharge
Dimulai oleh formasi stabil yang bersuspensi, dengan mengoksidasi jelaga dengan HNO3, kemudian ekstrak nanotubes oleh NaOH.Suspensi dimurnikan untuk menghasilkan partikel C-dots dengan berbagai ukuran.
Memiliki kemampuan untuk menghasilkan partikel nano dalam berbagai macam gas.
Ekstrak nanotubes sangat kusut danBerdampingan dengan karbon pengotor. C-dots ini harus dimurnikan lagi.
Metode Ablasi Laser
Karbon dalam cairan diablasi laser untuk
Adaptasi permukaan fungsionalitas
Prosedur ini sangat kompleks.Waktu
menghasilkan partikel karbon nano dari berbagai ukuran. Sampel bebas dipancarkan selama ablasi atau setelahnya, untuk mendapatkan kemampuan pendaran terbaik.
membuatC-dots kompatibel dan berguna dalam aplikasi bioanalitikal.
proses tidak efektif, boros energi, dan membatasi produksi skala besar.
Metode Pembakaran
Diawali dengan pembakaran molekuler C-dots, diikuti oksidatif asam untuk menghasilkan partikel karbon yang heterogen, kemudian dilanjutkan dengan proses pemisahan.
Memiliki kontrol lebih besar atas morfologi dan sifat fisik partikel nano. Pendekatan mengarah ke oksigen yang mengandung C-dots fungsional, dispersibilitasnya menjadi lebih tinggi.
Metode ini tidak efisien.
Rute Pendukung
Pendekatan bottom-up memerlukan sumber karbon pendukung. Oksidasi termalpada suhu yang sangat tinggi untuk bentuk matriks pendukung karbon, kemudian C-dots dirilis dengan larutan asam atau alkali.
Menyediakan lingkungan untuk pertumbuhan C-dots dan mencegah agregasi pada suhu tinggi.
Suhu tinggi menambah kepadatan struktural.
Metode Microwave
Larutan yang mengandung sumber karbon dimicrowave iradiasi pada beberapa menit untuk menghasilkan C-dots.
Metode ini ramah dan ekonomis,menyediakansimultan, homogen dan seragam membentuk ukuran distribusi C-dots.
Kuantum C-dots yang dihasilkan relatif rendah, membutuhkan penambahan pada luas permukaan.
Metode Ultrasonikasi
Sampel diultrasonikasi untuk menghasilkan C-dots.
Bahan baku untuk sintesis murah, tersedia komersial dan mudah diperoleh. operabilitas yang relatif sederhana dan mampu diproduksi pada skala besar.
Pembersihan dan pengeringan C-dots membutuhkan banyak waktu.
Carbon-dots dapat diproduksi secara banyak dari berbagai macam teknik
sintetis, dimana teknik yang dipakai relatif sederhana, mudah dan tidak
membutuhkan peralatan yang berat. Masih diperlukan kontrol yang tepat atas sifat-
sifat C-dot. Proses penyiapan C-dot terdiri dari reaksi kimia yang rumit seperti pirolisis
dan karbonisasi, mengarah pada struktur kompleks yang kurang cocok dalam
karakterisasi menggunakan NMR, IR, maupun yang lain. Sifat optik, kimia dan listrik C-
dots sangat bervariasi pada setiap kasusnya. Ini diakibatkan oleh komposisi yang
berbeda, struktur, dan pengaruh permukaan ligan.
Dewi Apriliani Atmaningsih
Endocrine disruptors in bottled mineral water: Estrogenic activity in the E-Screen
Martin Wagner, Jörg Oehlmann
Pengganggu Endokrin dalam Air Mineral Kemasan Botol dilihat dari Aktivitas Estrogenik
"Sejumlah besar bahan kimia buatan manusia memiliki potensi untuk
mengganggu sistem endokrin hewan, termasuk manusia ". Informasi mengenai
paparan pengganggu endokrin terbatas pada beberapa bahan kimia seperti bisphenol
A atau phthalate plasticizers. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas
endokrin dalam air mineral yang dipasarkan secara luas di negara Perancis, Jerman
dan Italia. Air mineral yang diteliti terdapat dalam tiga jenis kemasan yaitu kemasan
gelas kaca, botol plastik yang terbuat dari PET dan kemasan karton. Hipotesis kami
bahwa plastik merupakan salah satu sumber pengganggu endokrin yang tidak
dikenal dalam air .
Sampel dalam penelitian ini adalah botol air mineral yang dibeli di toko-toko
lokal. Totalnya, sampel air yang dianalisis terdiri 18 produk (dikodekan sebagai
sampel 1 sampai 18) dari 13 perusahaan yang berbeda, termasuk air dari lima botol
yang dikemas dalam gelas dan botol plastik yang terbuat dari PET (Sampel 1 + 2, 3 +
4, 5 + 6, 7 + 8, 9 + 10). Dengan pengecualian satu sampel disebut air tabel (air
keran). Produk-produk ini berasal dari mata air alami dan tidak diproses atau diubah
luar deferrization.
Metode ekstraksi yang digunakan yaitu metode ekstraksi fase padat. Ekstraksi
fase padat dioptimalkan untuk mendeteksi bahan kimia tertentu. Dalam kasus uji
hayati, diterapkan pendekatan berjenjang untuk mengembangkan prosedur preparasi
sampel menggunakan berbagai metode. Penguapan ekstrak sampel untuk
mengurangi volume ekstrak dan pengotor lainnya. Selanjutnya ekstrak air keran dan
air botol air diekstraksi melalui SPE, dikeringkan di bawah aliran nitrogen, dan
dielusidasi dengan aseton sebelum dikeringkan lagi dengan nitrogen. Optimasi hasil
ekstraksi fase padat menggunakan fase silika. Kolom yang dikeringkan pada kondisi
vakum, dielusidasi dengan aseton/metanol yang menghasilkan ekstrak sampel yang
mengandung 100 L DMSO yang terkonsentrasi dibawah nitrogen dan disimpan dalam
botol kaca PTFE pada suhu −20 oC sebelum dianalisis oleh E-screen. Sampel air
kemudian diambil dan langsung dielusidasi dengan aseton dan metanol berturut-
turut. Selanjutnya, aseton dan metanol dipindahkan di bawah aliran lembut nitrogen
untuk menghasilkan ekstrak akhir dalam 50 L DMSO yang selanjutnya akan dianalisis
menggunakan E-Screen. Dalam E-screen, dihitung persentase pengurangan resazurin
secara proporsional. Persentase pengurangan resazurin dinormalisasi melalui kontrol
pelarut (0%) dan respon maksimal oleh estradiol (100%). Efek proliferatif relatif yang
disajikan menunjukkan efek estrogenik ekstrak air dalam percobaan. Selanjutnya
dihitung dosis respon estradiol dengan intepolasi non-linear. Batas kuantifikasi
dihitung dari efek kontrol pelarut ditambah tiga kali kesalahan standar hingga
diperoleh ekstrak yang sesuai. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan
GraphPad Prism 5,03 (GraphPad Software Inc, San Diego, CA) nonparametrik.
Paparan bahan kimia mirip estrogen dari air botol. Dari titik pandang kualitatif,
konsumsi air botol terus meningkat, tingginya rasio produk estrogen-positif- pada
studi yang berbeda, dan berbagai sampel termasuk didalamnya, mengarah ke asumsi
bahwa paparan pengganggu endokrin dari air botol merupakan fenomena
transnasional. Berdasarkan konsumsi sehari-hari dari 1-2 L total asupan harian
estrogenik dari air botol dapat diperkirakan berada di kisaran pikogram ke nanogram
estradiol equivalent. Asupan ini dapat mengakibatkan dosis rendah tapi panjang
paparan jangka panjang untuk senyawa mirip estrogen yang mempengaruhi populasi
lebih luas, termasuk sub-populasi yang berpotensial sensitif (bayi, wanita hamil, dan
wanita dengan kanker payudara).
M.A. Yohanita Nirmalasari
Appraisal of Heavy Metal Contents in Commercial Inorganic Fertilizers Blended and Marketed in Nigeria
Ukpabi Chibueze F., Akubugwo E.L., Agbafor Kingsley N., Lebe Nnana A., Nwaulari Nwokocha J., Nneka Ekekwe D.
Pengujian Logam Berat dalam Pupuk Anorganik Komersial yang di Pasarkan di Nigeria
Sifat racun yang ada pada rantai makanan manusia dipengaruhi oleh
penggunaan pupuk anorganik. Sejarah kasus bencana dan munculnya endemik yang
diakibatkan oleh logam berat sangat banyak dalam literatur yang ada. Misalnya
wabah Minamata, wabah Pink, keracunan Bradford, wabah Itai-itai, keracunan merkuri
di Irak, dan keracunan Alexander Litvinenko, dan semua wabah maupun dampak
keracunan yang muncul semua berkaitan dengan logam berat. Logam berat menjadi
beracun ketika mereka tidak dimetabolisme oleh tubuh dan menumpuk pada jaringan
lunak.
Penggunaan pupuk pun menjadi salah satu faktor yang meningkatkan
konsentrasi logam berat pada tanaman pangan. Beberapa studi atau penelitian telah
menunjukkan bahwa sumber utama pupuk - logam berat berasal dalam tanah adalah
pupuk phosphatik, yang diproduksi dari batuan fosfat.
Di Nigeria, Pupuk NPK menjadi pupuk anorganik utama yang digunakan pada
sektor pertanian. Selama bertahun-tahun pupuk komersial digunakan untuk
memastikan bahwa label produk menyediakan informasi yang akurat pada gizi
tanaman penting. Dalam beberapa tahun terakhir, kekhawatiran tentang kualitas
dalam beberapa produk pupuk diperluas dengan adanya potensi zata beracun yang
bukan nutrien seperti logam berat. Adanya unsur-unsur beracun dalam pupuk menjadi
keprihatinan lingkungan dan kesehatan. Terutama untuk pupuk anorganik (N15P15K15,
N20P10K10 dan N27P13K13).
Analisis logam berat menggunakan spektrofotometer serapan atom. Kepadatan
optik diukur menggunakan fotometer digital flame dan spektrofotometer digital.
Persentase logam berat NPK untuk N15P15K15, N20P10K10 dan N27P13K13 dilambangkan
sebagai CF1, CF2 dan CF3. Nilai pH untuk masing-masing pupuk menggunakan pH
meter. Nitrogen total ditentukan menggunakan metode Kjeldahl. Kandungan kalium
dianalisis menggunakan fotometer flame. Pengukuran fosfat didasarkan pada
pembentukan heterofosfomolibdat sedangkan pengukuran sulfat dengan metode
turbidimetrik yang melibatkan pengendapan barium sulfat. Kepadatan optik diukur
dalam spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Dan analisis logam
beratnya menggunakan spektrofotometri serapan atom (SSA). Analisis statistik yang
digunakan adalah analisis varians(ANOVA) menggunakan SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi rata-rata logam berat dari
ketiga jenis pupuk anorganik yang dipasarkan di Nigeria masih dalam batas sedang
kecuali Mo. Penggunaan pupuk ini tidak diharapkan karena dapat menyebabkan efek
merugi yang berkaitan dengan polusi logam berat. Molybdenum (Mo) dengan tingkat
kandungan logam berat tertinggi. Vanadium (V), arsen (As), raksa (Hg) dan perak (Ag)
tidak terdeteksi oleh metode analisis ini. Konsentrasi Mo dalam CF1 (2, 570.0 mg/kg),
CF2 (2,3000.0 mg/kg) dan CF3 (1,340.0 mg/kg). Logam berat lainnya yang terdeteksi
adalah magnesium(Mg), besi(Fe), nikel(Ni), seng(Zn), kadmium(Cd), mangan(Mn),
tembaga(Cu), kobaltt(Co), timbal(Pb), kromium(Cr) dan boron(B). Konsentrasi CD dan
Pb berkisar antara 11.32 mg/kg dan 7.43. Meskipun konsentrasi logam gizi/beracun ini
berada di bawah tingkat yang direkomendasikan, sangat penting untuk mendorong
produsen menyertakan konsentrasi logam pada label untuk setiap produknya.
Anggi Ristiyana
Bifunctional Adsorbent-Catalytic nanoparticles for the Refining of Renewable Feedstocks
Kapil kandel, Conerd Frederickson, Erica A. Smith, Young-Jin Lee, and Igor I. Slowing
Bifungsional Partikel Nano Adsorben Katalitik Untuk Penyulingan Bahan Minyak Mentah
Pembuatan adsorbent-catalytic dengan struktur nano materialnya terdiri dari
grup aminopropil dan nikel yang berukuran nano yang disimpan dalam mesoporous
silica nanoparticles (AP-Ni-MSN) dan digunakan untuk menangkap asam lemak bebas
dan mengubahnya menjadi hidrokarbon disaturasi. Prinsip kerja dari partikel sorbent-
catalytic yaitu sebelumnya telah diuji awal dalam hidrogenasi dari asam oleat.
Penyulingan minyak mentah biodiesel diperlukan untuk memenuhi spesifikasi
bahan bakar transportasi. Asam lemak bebas yang paling menonjol adalah sisa
oksigen dalam bahan baku biodiesel dan tidak diinginkan karena dapat bereaksi
dengan katalis dasar yang digunakan untuk transesterifikasi dalam pembuatan sabun.
Kandungan asam lemak dalam bahan baku harus lebih rendah dari 0,5 wt %.
Aminopropil difungsikan mesoporus silika partikel yang bersifat selektif. Asam lemak
bebas dapat dikonversikan menjadi biodiesel melalui esterifikasi methanol dengan
katalis asam. Selain itu, asam lemak bebas dapat juga dikonversikan menjadi bahan
bakar melalui hidrogenasi, menghasilkan hidrokarbon cair, mirip minyak bumi
berbasis bahan bahan. Hidrogenasi asam lemak bebas dilakukan menggunakan
katalis logam transisi seperti Pd dan Pt. Sementara pemakaian Ni pada hidrogenasi
metil ester asam lemak bebas memiliki selektivitas yang rendah.
Metode ini diawali dengan sintesis mesoporous partikel nano silika, sintesis
pori partikel nano nikel, sintesis mesoporus partikel nano silika dari gugus fungsional,
karakterisasi, dilanjutlkan dengan perlakuan menggunakan prosedur umum untuk
reaksi satu-pot dalam reaktor batch.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada sintesis mesoporous partikel
nano silika menunjukkan pembentukan pori-pori heksagonal yang teratur dan analisis
penyerapan nitrogen mengungkapkan karakteristik bahan mesoporous. Selektivitas
reaksi didefinisikan menurut tiga jenis produk utama hidrokarbon yaitu hydrocracking
(<C17), dekarbonilasi (C17), dan hidrodeoksigenasi (C18). Sifat adsorpsi aminopropil
diubah oleh mesoporus partikel nano nikel yang teramati melalui pengurangan
volume, ukuran dan luas permukaan pori-pori. Penyerapan asam oleat ditunjukkan
melalui perenganang C-H yang tajam pada 2926/cm dan 2850/cm dan karboksilat
simetrik dan asimetrik pada regangan 562/cm dan 1407/cm. Analisis FTIR
menunjukkan bahwa penyerapan asam oleat sebagai ion karboksilat oleh mesoporus
partikel nano nikel.
Katalisasi aminopropil-mesoporus partikel nano Ni menunjukkan penurunan
yang tajam dibandingkan dengan mesoporus partikel nano Ni. Rangkaian proses ini
menunjukkan bahwa asam lemak bebas secara dapat dihilangkan secara selektif dari
minyak dengan menggunakan adsorben amina melalui konversi langsung menjadi
hidrokarbon dan katalisis partikel nano Ni. Kelompok gugus organik cukup
mempengaruhi aktivitas katalisis partikel nano Ni terhadap proses hidrogenasi asam
lemak bebas yang mengarah pada hidrodeoksigenasi. Proses menjenuhkan asam
lemak bebas dengan aminopropil mesoporus partikel nano Ni sebelum proses
hidrogenasi lebih lanjut akan meningkatkan proses secara ekonomis.
Sri Rejeki Dwi Astuti
Synthesis of antibacterial 1,3-diyne Linked Peptoids From an Ugi-4CR/Glaser Coupling Approach
Martin C. N. Braurer, Ricardo A. W. Neves Filho, Bernard Westermann, Ramona Heinke and Ludger A. Wessjohann
Sintesis Antibakterial dari 1,3-Diyne yang Terikat Peptoids dengan Melalui Pendekatan UGI-4CR/Glasser Coupling
Banyak reseptor protein yang berhasil diaktivasi melalui transformasi DNA.
Peptoids adalah senyawa yang mampu meniru struktur peptida. Senyawa ini memiliki
tingkat perlawanan proteolitik enzim. Metode tercepat untuk sintesis peptoids Ugi
empat-komponen reaksi (U-4CR). Untuk sintesis dimer ini diperlukan sejumlah
propargil amin, aldehid, asam karboksilat dan isosianida untuk selanjutnya
direaksikan dalam pelarut etanol pada suhu ruang selama 24 jam (yang kemudian
disebut debagai reaksi Ugi). Produk dari reaksi Ugi ini dimasukkan dalam kromatografi
kolom hingga didapatkan N-propargil peptoids baik tanpa pengotor. Selanjutnya
ditambahkan katalis larutan tembaga (CuCl2) pada N-propargil peptoids (prosedur ini
disebut reaksi Glaser coupling). Reaksi Glaser coupling adalah bersih dan bebas dari
produk yang tidak diinginkan.
Pendekatan ini menghasilkan 10 senyawa homodimer pada keadaan yang baik
dan 6 senyawa 1,3 1,3-diyne-peptoids. Uji aktivitas antibakteria menggunakan bakteri
Bacillus subtilis menunjukkan terhambatnya laju pertumbuhan bakteri tersebut.
Mujadalah
Glyceraldehyde-3-phosphate dehydrogenase is required for efficient repair of cytotoxic DNA lesions in Escherichia coli
Elaine Ferreira1, Rosa Giménez1, María Alexandra Ca˜nas, Laura Aguilera, Juan Aguilar,Josefa Badia, Laura Baldomà∗
Dehidrogenase Gliseraldehid 3-Fosfat Untuk Perbaikan Efisiensi Sitotoksik pada Bakteri E-coli
Dehidrogenase glyceraldehyde-3-fosfat sebagai kunci enzim glikolitik adalah
merupakan protein dengan fungsi tambahan terkait dengan peran metabolik aslinya.
Multifungsi GAPDH adalah secara ekstensif pada sel manusia. Pada bakteri, GAPDH
memiliki fungsi sampingan karena letaknya yang ekstraseluler. Protein ini disekresi
pada permukaan bakteri sehingga memungkinkan patogen untuk membentuk koloni
dan memanipulasi sel-sel inang. Pada bakteri E. coli enteropathogenik dan
enterohemorrhagik GAPDH disekresi dan berinteraksi dengan plasminogen dan
fibrinogen manusia. Kekurangan GAPDH akan mengarah pada peningkatan kepekaan
terhadap perubahan morfologi sel. Rekombinan protein dengan sistem naik turun
menunjukkan interaksi antara GAPDH dan protein, khususnya Endo IV dan UDG (Urasil
DNA glycosylases), juga antara GAPDH dan SSB.
Tahapan yang dilakukan adalah persiapan ekstrak sel, rekombinan DNA,
kloning antisense RNA, pemurnian rekombinan protein, analisis immunoblotting,
penghancuran racun, pengamatan mikroskopik dan aktivitas enzim, kuantifikasi situs
AP dalam genom DNA genom, penentuan frekuensi mutasi, dan kuantifikasi tingkat
ATP selular.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bakteri E.coli berimplikasi terhadap
GAPDH. Beberapa bukti yang mendukung kesimpulan ini adalah peningkatan
kepekaan GAPDH, pertumbuhan sel GAPDH berserabut dan akumulasi perbaikan DNA,
frekuensi mutan yang meningkat, dan interaksi GAPDH dengan protein. Dengan
mekanisme naik turun ditunjukkan bahwa E. coli GAPDH berinteraksi dengan Endo IV
tapi tidak dengan Exo III. Mekanisme perbaikan DNA dimanfaatkan untuk replikasi dan
transkripsi. Studi yang dilakukan menunjukkan kontribusi Endo IV yang lebih besar
daripada Exo III dalam mencegah transmutasi yang disebabkan oleh pembentukan
situs AP.
Nurhidayatullah
Solid-phase cloning for high-throughput assembly of single and multiple DNA parts
Magnus Lundqvist1, Fredrik Edfors1, A° sa Sivertsson1, Bjo¨ rn M. Hallstro¨m1, Elton
P. Hudson2, Hanna Tegel1, Anders Holmberg1, Mathias Uhl´en1,2,3 and Johan Rockberg1,*
Kloning Fase Padat untuk Mendapatkan Jumlah yang Banyak/Tinggi Pada Pemasangan
DNA Tunggal dan Ganda
Di sini dijelaskan bawah kloning fase padat untuk menghasilkan jumlah yang
banyak adalah berdasarkan tanda adanya plasmid. Metode yang dipakai,
memblehkan produk dari PCR untuk dimasukkan secara langsung ke dalam liquid
handler untuk menangkap dan dengan menggunakan butiran streptavidin
paramagnetic untuk memurnikan, dan kemudian diubah menjadi konstruknya dengan
reaksi kloning.
Dengan keberhasilan di atas 80% dan dianggap baik untuk mengoptimaslisasi
kerja laboratorium. Untuk proses kloning fase padat ini menggunakan dua (2) metode
yaitu:
(1) Re-based Solid Phase Cloning (SPC) yang memanfaatkan ekspresi bakteri E.coli
Pada tahap 1 ini melibatkan proses desain primer, amplifikasi, restriksi, ligasi dan
transformasi.
(2) Head to Tail Solid Phase Cloning
Pada tahap 2 ini melibatkan proses amplifikasi bagian DNA, imobilisasi DNA, Elusi,
hibridisasi, ekstension, pelepasan, dan transformasi.
Kedua metode dalam kloning fase padat baik Re-based Solid Phase Cloning
maupun Head to tail Solid Phase Cloning berhasil dan cocok digunakan dalam upaya
mengoptimalisasi fragmen DNA tunggal maupun ganda dengan keberhasilan sebesar
85%.
Andi Maria Ulfah
Characterization of silica-coated silver nanoparticles prepared by a reversemicelle and hydrolysis–condensation process
Nobuhiro Haguraa, W. Widiyastutib, Ferry Iskandara, Kikuo Okuyamaa
Karakterisasi Nanopartikel Perak Berlapis Silika Melalui Proses Reverse MicelleDan Proses Hidrolisiso-Kondensasi
Sudah banyak diketahui kalo nanopartikel dapat menunjukkan perbedaan
secara nyata suatu materi (ukuran nano) dengan materi asalnya (ukuran besar).
Sintesis danopartikel digunakan dalam banyak aplikasi: material mikroelektronik,
kimia dan industri mekanikal, dan farmasi dan produksi biomaterial.
Sintesis nanopartikel perak yang dilapisi silika dengan metode reverse micelle
melibatkan hidrolisis dan kondensasi tetraethoxysilane (TEOS). Nanopartikel dikenal
karena ukurannya yang dapat bertambah besar jika mengalami degradasi
karakteristik yang semakin lama dari hari ke hari. Nanopartikel juga rentan
menggumpal, namun penggumpalan ini dapat dihindari dengan melapisi inti
nanopartikel. Pelapisan inti dimaksudkan untuk mencegah degradasi dan mengontrol
ukuran inti nanopartikel dengan menambah ketebalan inti partikel itu sendiri. Baik
nanopartikel biasa maupun nanopartikel yang dilapisi silika menarik untuk
dikarakterisasi. Sehingga metode ini menjanjikan sintesis dalam skala besar karena
mudah dilakukan pengulangan, murah dan serba guna. Tiga (3) metode yang
digunakan dalam proses ini adalah:
1) Preparasi nanopartikel perak berlapis silica
Membentuk partikel-partikel silika menggunakan metode Stober.
Menggunakan surfaktan non ionik, seperti igepal Co-520 sebagai medium
pendispersi untuk memudahkan dispersi nanopartikel dan pembacaan puncak.
Prosedur preparasi itu sendiri terdiri dari dua (2) prosedur yaitu sintesis
nanopartikel perak dan sintesis nanopartikel perak berlapis silika.
2) Pelapisan menggunakan silika
3) Seleksi modifikasi surfaktan
Ketebalan inti silika diamati melalui efek yang ditimbulkan dari pengaruh
variasi waktu reaktan dan variasi konsentrasi TEOS. Morfologi partikel diamati melalui
Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) dan struktur dalam partikel
diamati melalui mikroskopi transmisi elektron. Nanopartikel film perak berlapis silika
disiapkan dengan ketebalan sebesar 721 nm dan standar deviasi 5.4 %. Sifat optik
partikel dianalisis menggunakan UV-Vis Spectroscopy (UV-3150)
Hasil yang diperoleh adalah makin lama waktu reaksi maka ketebalan inti
nanopartikel juga akan semakin bertambah, namun pertambahan ini tidak signifikan
sehingga ketebalan inti ini tidak bergantung pada lamanya waktu reaksi. Makin tinggi
konsentrasi TEOS-nya maka semakin besar pula ketebalan inti nanopartikel dengan
rata-rata koefisien varian sebesar 10.9 – 11.6 % Partikel yang dihasilkan lebih besar
dari yang diperhitungkan karena konsentrasi ion hidroksil dari NH4OH lebih tinggi
pada konsentrasi TEOS yang rendah. Spektrum puncak absorpsi nanopartikel perak
berlapis silika sebesar 414 nm dan 407 nm. Diameter ini dan ketebalan pelindung inti
sebesar 0.9 sehingga dengan mengabaikan pergeserannya, hasil ini dapat diterima.
Dengan demikian, melalui variasi waktu hidrolisis dan konsentrasi TEOS,
ketebalan inti nanopartikel perak berlapis silika dapat dikontrol. Karakterisasi puncak
absorpsi pada 407-414 nm. Lapisan silika pada nanopartikel sesungguhnya dapat
mempertahankan karakteristik pelindung inti nanopartikel.
Irwanto
Synthesis and Evaluation of Magnetic Nanoparticles for
Biomedical ApplicationsNydeia W. Bolden, Vijaya K. Rangari, Shaik Jeelani, Seyhan Boyoglu, and Shree
R. Singh
Sintesis dan Evaluasi dari Nanopartikel Magnetik untukAplikasi Biomedis
Pada penelitian ini, Nanopartikel oksida besi (iron oxide (IO)) dari beragam
prekusor telah disintesis menggunakan metdoe sonochemical dan dikarakterisasikan
berdasarkan strukturnya dan sifat racunnya. Nanomaterials besi banyak diaplikasikan
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi karena sifat magnetiknya yang unik.
Selain itu, nanomaterial besi dengan ukuran yang kompatibel ini juga digunakan
untuk aplikasi biomedis seperti teknologi MRI, magnetik hipertermia dan pemberian
obat yang ditargetkan. Ukuran skala nano ini dapat mengubah reaktivitas,
meningkatkan luas permukaan, dan mengubah sifat magnetik dari material tertentu.
Nanopartikel besi oksida yang digunakan untuk aplikasi pengiriman obat dapat
disintesis melalui berbagai metode termasuk pengendapan larutan, dekomposisi, USG
kimia dan pemanasan dengan mikrowave. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah Sonochemical dan melibatkan partikel yang bersifat biokompatibel atau
partikel yang dapat menyesuaikan dengan penerima).
Besi oksida atau dalam hal ini partikel nano Fe3O4 baik yang dilapisi maupun
tidak, disiapkan menggunakan proses sintesis sederhana yang melibatkan
pemanasan. Metode untuk menghasilkan partikel nano besi oksida berlapis dan tidak
berlapis dengan ukuran, bentuk, dan kriatalin yang sama yaitu dengan penambahan
polimer. Kehadiran polimer mengurangi potensi kerentanan magnetik. Sehingga
kondisi ini secara nyata menyediakan lingkungan untuk pengangkutan obat. Dari studi
toksisitas, kedua partikel besi oksida ini memiliki toksisitas rendah.
Dwi Patmawati
Water hardness removal by coconut shell activated
carbonCecilia Rolence, Revocatus Lazaro Machunda, Karoli Nicholas Njau*
Penghilangan Kesadahan Air dengan Menggunakan Arang Aktifdari Batok Kelapa
Kesadahan air dapat disebabkan oleh kandungan logam berupa ion Ca2+ dan
Mg2+. Kesadahan air dapat membentuk kerak yang mengakibatkan tersumbatnya air
pada pipa dan mesin uap, sabun menjadi sukar berbusa, juga menghambat kesehatan
rambut dan kulit. Selain itu konsumsi air sadah yang berulang dan sering dapat
mengakibatkan penyakit batu ginjal dan diare. Proses kimia yang digunakan untuk
menurunkan kesadahan air adalah dengan proses pelunakan air sadah dengan
memanfaatkan berbagai adsorben seperti zeolit maupun arang aktif. Pada penelitian
ini digunakan arang aktif dari batok kelapa sebagai adsorben berbasis limbah
pertanian.
Material utama yang digunakan adalah arang aktif batok kelapa dengan
diameter 2, 26 mm dan air sadah sintetik yang disiapkan melalui window on state
goverment. Karakteristik adsorben dianalisis menggunakan Scanning Electron
Microscopy dan FT-IR. Pelunakan air sadah ini menggunakan teknik batch. Faktor
yang diperhatikan dalam pelunakan ini adalah adsorben, pH, waktu kontak, suhu
selama proses adsorpsi dan proses pengambilan sampel air.
Hasil yang diperoleh menunjukkan efisiensi penurunan kesadahan pada sampel
air alam sebesar 60% dan sampel air sintetik sebesar 55%. Pengamatan pada suhu
303-333 K menunjukkan bahwa pelunakan kedua sampel air ini melibatkkan rekasi
endotermik karena efisiensi penurunan kesadahan meningkat dari 40% menjadi 47%
untuk air sadah alami dan 29% menjadi 38% untuk air sadah sintetik. Efisiensi
penurunan kesadahan juga meningkat dengan pada waktu kontak 15 jam dan dosis
adsorben 0, 24 g/cm3. Analisis kesetimbangan isoterm menggunakan model isoterm
Langmuir dan Freundlich secara tepat menjelaskan perilaku adsorpsi ion kesadahan
yang efektif dengan menggunakan adsorben arang aktif batok kelapa.
Hesty Sukmasari
Gene Expression of FADS2 mRNA Linked to Intelligence inExclusively Breast Milk Fed Preterms
Naglaa F. Alhusseini, Amal Idris Ali, Azza M.A. Abul-Fadl, Amira A. Abu-Zied and Sheref M. El-Taher
Ekspresi Gen dari mRNA FADS2 yang dihubungkan dengan
Intelijensi dari Keistimewaan ASI Ekslusif
Ekspresi genetik FADS2 sebagai fungsi kognitif sangat berkaitan dengan model
pemberian makan pada bayi. Gen FADS2 adalah gen yang mempengaruhi
metabolisme tubuh bayi dalam mencerna DHA dan AA yang berperan penting. ASI
memberikan gizi optimal bagi tumbuh dan kembang bayi, karena komposisi dari ASI
yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Susu mengandung cukup mineral dan nutrisi
untuk kehidupan sang bayi pada enam bulan pertama. Perkembangan intelektual
anak-anak terbukti dipengaruhi oleh warisan genetik dan pengalaman lingkungan
sekitarnya. Penelitian ini membandingkan ekspresi gen FADS2 pada bayi prematur
yang diberi ASI dan bayi yang diberi susu formula.
Pengukuran dimensi tubuh (antropometri) yang dilakukan adalah berat badan,
panjang badan, dan lingkar kepala. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan
sampel, ekstraksi RNA total, dilanjutkan dengan kuantifikasi RNA dengan
spektrofotometer dan kuantisasi relatif mRNA dari gen masing-masing melalui teknik
PCR. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistika.
Hasil yang diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan statistik yang signifikan
antara usia rata-rata ibu antara kelompok ASI dan yang bukan ASI, jadi dianggap
bahwa usia ibu homogen. Pengukuran antropometri menunjukkan peningkatan dalam
nilai rata-rata berat badan dari kelompok ASI dibandingkan dengan kelompok non ASI.
Namun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal panjang dan lingkar kepala.
Pengukuran intelijensi dengan biologi molekuler menghubungkan urutan DNA dengan
perbedaan perilaku seperti kecerdasan. Gizi dapat mempengaruhi otak sepanjang
siklus hidup, dengan implikasi yang besar untuk kesehatan mental dan penyakit
degeneratif. Dalam penelitian ini kelompok ASI memiliki tingkat kenaikan signifikan
lebih tinggi pada berat badan di 8 minggu pertama dan Kelompok susu formula tidak
menunjukkan peningkatan kecuali setelah 8 minggu usia. perbedaan pada berat
badan ini sangat jauh antara kelompok ASI dan kelompok Susu formula. Untuk kasus
ini ekspresi FADS2 sangatlah tinggi.
Kartika Wulandari
Crystal Structure of ZnCl3(Methyl-(2-Pyridin-2-yl-Ethyl)-Ammonium)
Mahjouba Ben Nasr, Erwann Jeanneau, Chérif Ben Nasr
STRUKTUR KISTAL ZnCl3 (Metil-(2-Piridin-2-yl-Etil)-Amonium
Senyawa hibrid anorganik-organik menggambarkan pentingnya teknologi
dalam mengelompokkan materi. Kemampuan untuk menggabungkan sifat-sifat
senyawa organik dan anorganik dalam satu skala molekular tunggal membentuk
struktur kristal yang menarik. Dalam materi ini, kemasan kristal dijamin oleh obligasi
hydrogen dan interaksi ikatan π-π. Kekuatan-kekuatan yang lemah ikatan non-kovalen
memainkan peran penting dalam mendefinisikan molekul, ikatan molekul dan reaksi
yang sangat efisien dan spesifik yang terkait dengan supra-molekul kimia. Di daerah
ini, senyawa kompleks logam transisi diketahui efektif terhadap rheumatoid arthritis
dan mereka juga menunjukkan aktivitas anti-ulkus. Senyawa kompleks ini memiliki
geometri molekul yang berbeda-beda, seperti tetrahedral, bujur sangkar, piramida
persegi, bi-pyramidal trigonal dan oktahedral.
Selanjutnya, penelitian ini melaporkan sintesis dan karakterisasi dari dua
senyawa kompleks baru Zn (II) dengan ligan monodentat metil (2-piridin-2-il-etil) -
ammonium.
Eksperimen dilakukan dengan melakukan persiapan yaitu Larutan NaCl (0,123
g, 0,90 mmol) dalam air ditambahkan tetes demi tetes ke dalam larutan 2- (2-metil
aminoetil)piridin (0.040 g, 0,30 mmol) dalam etanol (6 mL). Setelah diaduk selama 30
menit, campuran disaring. Kemudian kristal di analisis dengan sinar X-ray, diperoleh
hasil setelah empat hari dengan penguapan lambat pada suhu kamar (hasil = 58%).
Kemudian dianalisis dengan Strukturan Kristal Tunggal X-Ray. Dasri hasil difraksi
sinar-X ditunjukkan bahwa struktur senyawa tersebut ditandai dengan struktur
terisolasi, berdasarkan terprotonasi 2- (2-methylaminoethyl) piridin, metil (2-piridin-2-
il-etil) -ammonium , ligan berikatan dengan atom seng yang kemudian terikat oleh
tiga atom klorin.
Kesimpulannya, Sebuah senyawa kompleks ZnCl (metil (2-piridin-2-il-etil) -
ammonium) telah disintesis pada suhu kamar dan disinari dengan difraksi kristal
tunggal sinar-X. Dalam struktur kristal senyawa tersebut, Zn ion (II) adalah
tetracoordinate satu atom nitrogen dari ligan monodentat kationik dan tiga ligan
klorin. Semua 3 komponen bahan ini saling berhubungan melalui NH ∙∙∙ Cl, CH ∙∙∙ Cl
dan ikatan hidrogen CH ∙∙∙ N untuk membentuk lapisan sejajar dengan (b, c).
Germanus Gleko
Investigation of Heat Transfer Coefficient of EthyleneGlycol/ Graphenenanofluid in Turbulent Flow Regime
A. Ghozatloo, M. Shariaty-Niasar and A.M. Rashidi
Penyelidikan Koefisien Perpindahan Panas dariEthylene Glycol/Graphenenanofluid dalam Aliran Turbulent
Pada penelitian yang dikerjakan ini, grafin (graphene) telah disintesis
menggunakan metode deposisi uap (CVD). Kemudian strukturnya dianalisis dengan X-
Ray Difraksi (XRD) dan mikroskop elektron (TEM). Setelah itu, untuk membuat
struktur graphenehydrophilic digunakan metode campuran asam (H2SO4/ HNO3).
Dalam metode ini, kelompok karboksilat dan hidroksida terkait dengan tepi lembar
graphenenano. Grafin hidrofilik ditambahkan ke dalam etilena glikol (EG) dengan
konsentrasi mulai dari 0.100, 0.125, dan 0.150 wt%, dan campuran disonikasi pada
suhu 60°C selama 3 jam untuk mempersiapkan etilena glikol / cairan grafinnano.
Konduktivitas termal sampel diukur dengan KD2, sedangkan sifat thermofisik
diestimasi menggunakan persamaan teoritis. Kemudian koefisien perpindahan panas
sampel diukur dengan menggunakan pipa lurus di bawah fluks panas konstan dan
aliran turbulen. Menurut hasil yang diperoleh, konduktivitas termal dan koefisien
perpindahan panas meningkat masing-masing sebesar 21,2% dan 42,4%, pada
penambahan 0.15wt% grafin ke dalam etilena glikol. Konduktivitas termal dan
koefisien perpindahan panas ditingkatkan dengan meningkatkan suhu dan
konsentrasi grafin.
Nanofluids (NFs) adalah suspensi yang stabil, yang dihasilkan melalui proses
dispersi partikel nano secara merata dalam cairan. Sebuah lembaran grafin dengan
ketebalan satu atom karbon, dibuat dengan menempatkan atom karbon dalam
struktur kisi-kisi heksagonal. Konduktivitas termal dari grafin adalah 5000 W/mK, jauh
lebih tinggi daripada berlian (1800 W/mK) dan karbon nanotubes (3000W/mK).
Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini antara lain konduktivitas termal,
sifat termofisik, dan koefisien transfer panas dari sampel. Hasil yang diperoleh,
konduktivitas termal dan koefisien transfer panas yang meningkat sebesar 21, 2%
dan 42, 4%, masing-masing, hanya dengan penambahan grafin 0,15 wt % pada untuk
etilena glikol. Konduktivitas termal dan koefisien transfer panas bertambah
sebanding dengan peningkatan suhu dan konsentrasi Grafin.
Ismaya Munaf
A novel preparation method for silicone oil nanoemulsions and its application for coating hair with silicone
Zhenhua Hu, Meiling Liao, Yinghui Chen, Yunpeng Cai, Lele Meng,Yajun Liu, Nan Lv, Zhenguo Liu, Weien Yuan
Studi Awal dari Metode Persiapan untuk Nanoemulsi Minyak Silikondan Pengaplikasiannya untuk Melapisi Rambut dengan Silikon
Sekarang ini kegunaan dari shampoo bukan hanya untuk membersihkan
rambut saja. Akan tetapi shampoo yang diproduksi saat ini sudah dilengkapi dengan
kegunaan dan keistimewaan lain, seperti untuk menjaga/merawat struktur rambut,
menghaluskan permukaan rambut, meningkatkan daya kecocokkannya pada rambut,
dan jumlah busa yang dihasilkan. Namun, saat ini menjadi tantangan bagi produsen
shampoo untuk mengintegrasikan fungsi dari menjaga dan melembutkan dalam satu
produk shampoo, karena adanya minyak silicon.
Minyak silikon merupakan bagian yang paling penting dalam memlihara
kelembaban dan melumaskan rambut. Namun, minyak silikon ini memiliki kelemahan
yaitu berupa peyerapan kedalam permukaan rambut yang sulit dikarenakan sifatnya
yang hidrofobik. Nanoemulsions stabil yang mengandung silikon dapat dijadikan
solusi dikarenakan sistemnya dispersi minyak dalam air yang terdiri dari minyak, air,
dan surfaktan, sering dikombinasikan juga dengan kosurfaktan.
Pada penelitian ini digunakan metode oil-in-water yaitu penyusunan minyak
silikon dalam air dengan menggunkan surfaktan nonionik. Ukuran partikel emulsi dan
penyebarannya dikarakterisasi dengan menggunakan SEM. Stabilitas kinetik sistem
nanoemulsion ini diselidiki dibawah kecepatan tes stabilitas dan penyimpanan dalam
jangka panjang. Sementara ini efek pengendapan minyak silikon pada rambut di
peroleh dari analisis unsur rambut setelah mengalami perlakuan nanoemulsions
minyak silikon.
Penelitian ini menunjukkan bahwa surfaktan ionik dengan jenis span 80 dan
tween 80 merupakan emulsifier yang sangat cocok untuk menghasilkan
nanoemulsions minyak dalam air, dimana keduanya merupakan termodinamika yang
stabil dalam meningkatkan penyerapan minyak silikon pada permukaan rambut.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa nanoemulsions silikon rambut dapat dijadikan
solusi untuk meningkatkan deposisi minyak silikon untuk diaplikasikan dalam
perawatan rambut.
Maria Katharina Longa
The first crystallographically-characterised Cu(II) xanthateAndrew L. Johnson, Michael S. Hill ⁎, Gabriele Kociok-Köhn, Kieran C. Molloy,
Anna L. Sudlow
Karakterisasi Struktur Tembaga (II) Xantate oleh Kristalografi Pertama
Tembaga (II) xanthate Cu(S2COEt)2·TMEDA (TMEDA = N, N-
tetramethylethylenediamine) berhasil disintesis dan struktural pertama xanthate
ditandai sebagai tembaga dalam keadaan oksidasi +2. 1. Xantate merupakan garam
dari asam xantat, dengan rumus kimia ROCS2Na yang digunakan sebagai bahan
pengumpul dalam proses pengapungan mineral sulfida dan logam seperti tembaga,
emas, dll. Tembaga (II) memiliki geometri oktahedral dengan kelat xanthate yang
asimetris. Dekomposisi termal dan pertumbuhan lapisan tipis melalui pengendapan
uap kimia berbantuan aerosol (Aerosol-Assisted Chemical Vapour Deposition)
menggunakan TMEDA sebagai prekursor untuk membentuk Cu2S.
Logam xanthate menjadi prekursor pilihan untuk pembentukan bahan logam
sulfida karena dekomposisinya pada suhu rendah termasuk dekomposisinya oleh sinar
UV yang memungkinkan struktur hierarkis nano logam sulfida menjadi arang pada
suhu kamar. Peran tembaga (I) xanthate penting karena secara kimia berperan
sebagai prekursor tunggal dalam fabrikasi logam sulfida.
Karakterisasi Cu (II) xanthate hanya dapat diukur dengan menggunakan IR,
spektrum UV dan/atau momen magnetiknya. Spektrum Cu (II) xantate umumnya
distabilkan oleh penggabungannya kedalam matriks Ni(II) xanthate dan bukan untuk
isolasi kompleks tembaga murni. Dalam jurnal ini, dijelaskan sintesis dan karakterisasi
tembaga (II) xantate oleh kristalografi pertama donor TMEDA bidentat untuk
menstabilkan tembaga (II) xantate Cu(S2COEt)2·TMEDA.
Cu(S2COEt)2.TMEDA disintesis dari reaksi CuCl2 dan dua ekivalen KS2COEt
dengan penambahan langsung satu ekuivalen dari TMEDA. Berikut persamaannya:
CuCl2 + 2KS2COEt → Cu(S2COEt)2.TMEDA
Produknya berupa padatan hijau yang dikonfirmasi sebagai Cu (II) xanthate
pertama dengan momen magnetik (1,77 BM) setara dengan satu elektron tak
berpasangan pada tembaga. Penyimpanan terbaik pada suhu −20 °C, dimana jika
disimpan dalam suhu kamar, maka dalam beberapa hari zat tersebut akan terurai
kembali membentuk padatan merah., analisis elemen dan pengukuran EDX
menyarankan campuran dari Cu(S2COEt). TMEDA dan ca. 1/4 S8 [diperoleh
(hitungan:C9H21N2OS4Cu): C 28.3(29.7), H 6.6(5.8), N 7.6(7.7) %; EDX, Cu:S1:4.5].
TMEDA hilang pada suhu 50 oC. Reaksi CuCl2 dengan KS2COR (R= subtitusi group aril)
menghasilkan padatan hijau. TMEDA sqngat penting dalam menstabilkan produk Cu
(II) terhadap penurunan dan oksidasi xanthate menjadi xanthogen.
Komposisi dan struktur tembaga (II) xantate secara jelas dikonfirmasi oleh
kristalografi sinar-X. Geometri pada logam terdistorsi oktahedral. Bagian sudut
xanthate [S(1)-Cu-S(2) 68.127(13)°] juga berarti bahwa trans-S(2)-Cu-S(2′)
menyimpang dari sudut signifikan yang ideal [S(2)-Cu-S(2′) 150.042(19) °], sementara
sisa sudut trans [N-Cu-S(1), N′- Cu-S(1′) 167.97(4) °] agak lebih teratur. Ikatan ligan
xanthate secara nyata anisobidentat [Cu-S(1) 2.3357(4), Cu-S(2) 2.9097(4) Å], yang
juga merupakan ikatan rangkap C-S, yang dengan jelas menunjukkan lokalisasi C-S
[S(1)-C(1) 1.7083(17) Å] dan ikatan C=S [S(2)-C(1) 1.6756(17) Å]. Ini diakibatkan oleh
efek distorsi Jahn-teller yang melekat pada konfigurasi d9. Ikatan Cu-N [Cu-N
2.0876(14) Å], lebih pendek daripada Ni (S2COPri)2 ·TMEDA [Ni-N 2.183(4), 2.189(4) Å]
dan Fe(S2COEt)2· Kompleks TMEDA [Fe-N 2.2457(10) Å], ikatan M-S ini lebih pendek
dan lebih simetris lebih dari kelat iso-bidentat [Ni-S 2.4525(12), 2.4932(12) Å [40]; Fe-
S 2.4832(3), 2.6210(3) Å.
Dekomposisi termal tembaga (II) xantate melalui proses multi-tahap.
Dekomposisi dimulai dengan pemanasan. Pada suhu 110 °C TMEDA yang hilang
sebanyak 33. 1%, (teoritis 27.5%). Berat sisa pada 300 °C adalah 21.1% sementara
pada suhu 450 °C sebanyak 16.4 %.
Maria Yasintha
Sensing Capability of Fluorescent Sodium Salt of Amoxicillin Abdul Hameed, Andaleeb Azam
Kemampuan Fluoresensi Garam Natrium Amoksilin
Kemampuan dari obat antibiotik amoksilin berdasarkan kemampuan
fluorosensinya telah banyak dieksplorasi. Olehnya, penelitian ini menjelaskan tentang
pemanfaatan kemampuan fluoresensi dari amoksilin dalam bentuk garam natriumnya
untuk mendeteksi ion logam berat dalam larutan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Tembaga dan Perak memiliki kecenderungan menurunkan intensitas
fluoresensi dari amoksisilin. Ion-ion Cu2+ terdeteksi dalam larutan hingga 1x10-7 M dan
ion-ion Ag1+ hingga 1x10-6 M. Ion-ion Hg2+ juga dapat dideteksi dalam sampel cair
tetapi dalam konsentrasi yang tinggi.
Ion logam berat berperan penting dalam sejumlah proses biologis dan
lingkungan. Tetapi pada jumlah / konsentrasi yang lebih tinggi, pengendapan ion
logam berat dalam suatu organisme dapat mengakibatkan interaksi yang tidak sehat
dalam proses biokimia dan dapat menghambat aktivitas enzim atau nefrotoksisitas.
Beberapa ion logam berat dan transisi bersifat karsinogenik atau mutagenik dan
sejumlah ion ini mempengaruhi toksisitas molekul organik melalui interaksi dengan
hasil metabolisme enzim-enzim atau pembentukan protein.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: amoxilin, Na2CO3, air
destilat ganda, garam logam (FeSO4, CuSO4, CoCl2, ZnCl2, AgNO3). Prosedur kerja
yang dilakukan adalah: pembuatan natrium amoxilin dalam air destilat, penambahan
Na2CO3, pembuatan logam 0.1 mM (Fe, Co, Ni, Cu, Ag), pengukuran data
menggunakan fluorosensi fotometer, dan pengulangan sebanyak 10 kali dengan
penambahan logam untuk setiap pengulangannya. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa garam amoxilin sangat jelas memberikan fluorosensi melalui emisi berwarna
pada panjang gelombang (λ) 440 nm. Spektrum absorpsi amoxilin ditunjukkan melalui
puncak yang intens pada λ 437 nm. Natrium amoxilin berhasil mendeteksi kandungan
tembaga, perak dan kandungan merkuri dalam sampel air.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan kimia yang telah
tersedia dapat digunakan untuk penentuan logam berat dan bahan kimia. Sensor-
chemo dan sensor logam dapat dihasilkan dengan efisiensi yang sangat baik.
Misalnya penentuan fluoresensi dari amoksilin telah diselidiki dan ditemukan bahwa
logam berat seperti ion Cu2+ dan Ag1+ dalam sampel cair ditentukan sampai pada
konsentrasi nanomolar. Hg2+ juga dideteksi sampai pada konsentrasi 1mM.
Siwi Nugraheni
Meningkatkan Reaktivitas dari 1,2-dipospat dalam reaksi siklo-addisi
Dua pendekatan berbeda telah dilakukan untuk meningkatkan reaktivitas dari
1-aklil-1,2-dipospo – pengenalan kelompok penarik elektron (nukleofil) baik pada atom
P ataupun di posisi para pada cincin aren. Alkilasi dari natrium 1,2-dipospat-3,4,5-
trivenilsiklopentadiena dengan alkil halide HaI-CH2-R (R=Cn,COOEt, OMe, CH2OEt)
menghasilkan 1-alkil-3,4,5-trivenil-1,2-dipospo[alkil – CH2CN (1a), CH2COOEt (1b),
CH2OMe (1c) dan (CH2)2OEt (1d)], yang terjadi secara spontan dalam reaksi sikloadisi
intermolekuler pada suhu ruangan untuk membentuk campuran sikloaduct, 2a-c,
masing-masing. Namun, alkilasi dari sodium 1,2-dipospo-3,4,5-tri(p-
fluorophenil)siklopentadiena dengan etil iodide menyebabkan 1-etil-3,4,5-tris(p-
fluorophenil)-1,2-dispospo (1e) yang membentuk cycloadduct2,3,4,4a,5,6-hexa(p-
fluorophenil)-1-etil-1,7,7a-tripospa-4,7-(etilpospodiena) indene (2e) hanya pada suhu
60°C. Dengan penambahan suhu (pemanasan) hingga 120°C dengan N-
phenilmaleimide, cycloadduct 2a-c dan 2e dibawah reaksi Diels-Alder dan hanya
membentuk satu produk [4+2[ reaksi sikloadisi 3a-c, 3e dengan hasil mencapai 65%.
Singkatnya, penelitian telah menunjukkan prospek peningkatan reaktivitas 1,2-
diphospholes menggunakan dua pendekatan yang berbeda: (a) pengenalan EWGs
pada atom fosfor dan (b) pengenalan EWGs di atom karbon dari substituen aril.
Pengenalan EWGs pada atom fosfor menunjukkan rekativitas yang tinggi
apabila dibandingkan dengan pengenalan EWGs pada karbon dari subtituen aril yang
kurang stabil.
Arikha Setyowulan
Adsorption kinetics of Rhodamine-B on used black tea leavesMohammad Abul Hossain* and Md Shah Alam
Kinetika Adsorpsi dari Rhodamine-B menggunakan Daun Teh Hitam
Rhodamine B (Rh-B) merupakan polutan yang paling umum mencemari anak
sungai, dimana limbah yang dihasilkan merupakan limbah dari industri tekstil
terutama pada negara-negara berkembang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
kemampuan UBTL (Used Black Tea Leaves) atau dalam bahasa Indonesia disebut
daun teh hitam untuk mengadsorpsi Rhodamin B dari sistem perairan. Setelah
dilakukan penelitian ternyata Adsorpsi rhodamin B pada UBTL paling kuat
hubungannya mengikuti persamaan kinetika adsorpsi modifikasi orde kedua pada
berbagai perbedaan konsentrasi mula-mula. Isoterm Adsorpsi yang dihasilkan dari
percobaan mengikuti persamaan Langmuir dan didapatkan hasil sebesar 53,2 mg/g
pada pH 2. Kesetimbangan jumlah adsorbed (UBTL) dihitung dari plot modifikasi orde
kedua yang meningkat seiring dengan meningkatnya suhu. Nilai entalpi adsorpsi juga
dihitung dan didapatkan hasil sebesar ΔHads = 31,22kJ/mol, hasil ini menunjukkan
bahwa adsorpsi Rhodamin B pada UBTL merupakan reaksi endoterm.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jumlah kesetimbangan adsorbed
meningkat sesuai dengan meningkatnya konsentasi mula-mula dari rhodamin B. Hal
ini dikarenakan meningkatnya gaya serap dari gradien konsentrasi dengan
konsentrasi mula-mula. Hal ini menandakan kesesuai dengan persamaan Langmuir
pada permukaan UBTL yang heterogen seperti dilihatkan pada SEM (Scanning
Electron Microscopic).
Faktor suhu mempengaruhi hasil dari penelitian ini, yaitu semakin tinggi suhu
maka energi aktivasi yang terjadi dari interaksi keduanya juga akan meningkat,hal ini
juga menyebabkan meningkatnya kecepatan laju reaksi. Nilai entalpi adsorpsi dari
persamaan [d lnCe
d (1T
) ]Ɵ =
ΔHadsR
dan didapatkan hubungan garis lurus antara ln Ce vs
1/T. Sesuai persamaan tersebut dihitung dan didapatkan hasil bahwa nilai entalpi
adsorpsinya adalah positif yaitu sebesar ΔHads = 32,22 kJ/mol pada pH 2. Hal ini
menunjukkan bahwa proses endoterm yang terjadi disebabkan fragmentasi Rh-B pada
permukaan UBTL pada suhu yang tinggi.
Nur Asyidah Yusrizal
Synthesis of stilbene analogues by one-pot oxidation-Wittigand oxidation-Wittig–Heck reaction
Akeel S. Saiyed, Krupa N. Patel, Bola V. Kamath, Ashutosh V. Bedekar
Sintesis Analog Stilbene dengan Menggunakan Reaksi Wittig satu-pot dan Reaksi Oksidasi Wittig-Heck
Sintesis simetri maupun non simetri dari turunan senyawa stilbene dapat
dilakukan dengan mengkombinasikan langkah dari jenis reaksi oksidasi Kornblum dari
benzyl halida , simultan dari garam phosphonium dan kemudian mengalami reaksi
Witting. Stilbene merupakan senyawa antioksidan turunan fenol, sementara itu reaksi
Witting adalah reaksi yang digunakan untuk membuat alkena mono-, di- dan
trisubsitusi. Reaksi ini merupakan sintesis umum senyawa alkena dari senyawa
karbonil denngan menggunakan fosfonium ilida (garam fosfonium).
Proses sintesis ini meliputi lebih dari satu langkah yang dilakukan secara
bersamaan sehingga disebut sebagai proses satu pot. Sintesis ini memberikan banyak
keuntungan bagi ahli kimia. terutama pada saat percobaan untuk mengkombinasikan
hasil reaksi. Proses ini hanya membutuhkan bahan-bahan kimia yang sedikit, waktu
reaksi yang relatif rendah. Menghindari pemurnian intermedit yang tidak stabil,
beracun dan sering dianggap sebagai proses sintesis yang ramah lingkungan. Aldehid
dan keton menrupakan bahan awal yang penting dalam menciptakan banyak produk
dari sejumlah reaksi penting.
Dalam penelitian ini, para peneliti menyampaikan hasil penelitian mereka
bahwa untuk mengakses aldehid aromatik dengan oksidasi situ halida benzil dan
mengacu pada reaksi satu pot witting menjadi stilbene. Dalam pendekatan A, molekul
benzil halida yang pertama akan mengalami reaksi oksidasi Kornblum aldehida,
sementara yang kedua akan membentuk garam fosfonium dengan trifenil phosphin.
Keduanya kemudian bergabung untuk menghasilkan senyawa stilbene yang simetris
sebagai produk Witting. Sementara itu pendekatan B akan menghasilkan senyawa
stilbene simetri jika salah satu setara dengan asam fosfonium yang terbentuk dari
benzil halida yang berbeda dalam reaksi.
Pada penelitian ini, peneliti telah mengambangkan tiga varian berbeda dari
reaksi oksidasi Witting satu-pot untuk sintesis stilbene dengan banyak kemungkinan
subsitusi yang mungkin. Beberapa stilben bahkan mungkin disintesis dengan lebih
dari satu pendekatan. Skema dari reaksi Witting umumnya lebih menyukai bentuk
dari isomer Z, sementara reaksi Mizoroki-Heck lebih menyukai bentuk isomer E dari
stilbene. Pendekatan C yang terlibat dalam sintesis in situ stirene menghasilkan
produk dengan sedikit yield. Yield adalah senyawa yang sudah tidak memiliki ikatan
rangkap. Dengan kata lain, pendekatan C cenderung menghasilkan molekul dengan
ikatan rangkap. Hal ini dikarenakan reaksi samping yang tidak diinginkan dari
intermediated bersifat labil.
Isna Rizkia Lukman
Ruthenium-catalyzed C–H activation of thioxanthonesDanny Wagner and Stefan Bräse
Aktivasi C-H Thioxanthones Katalisasi Ruthenium
Senyawa thioxanthones merupakan senyawa yang tergolong dalam kelompok
benzo heretosiklik yang unik. Keberadaannya yang ekstensif dapat dimanfaatkan
dalam aplikasi biomedis (obat-obatan dan senyawa bioaktif) dan dalam ilmu material
sebagai photosensitizers (misalnya, isopropilthioxanthone atau dietilthioxanthone)
atau sebagai ligan.
Gambar 1. Struktur Thioxanthones
Kemudian dilakukan aktivasi C-H yang berguna untuk mempersiapkan rute
fungsional thioxanthones dengan selektivitas yang terkontrol menggunakan
stoikiometri yang berbeda. Proses ini diawali dengan sintesis fungsi thioxantones
dengan metilasi (Me2SO4, K2CO3) dari hidroksi thioxanthones:
Gambar 2. Rute Metoksiarenes
Setelah itu, kemudian selanjutnya dilakukan prosedur aktivasi C-H dalam
tabung Schlenk bertekanan pada suhu 135 °C selama 12 jam. Setelah mengalami
pendinginan, pelarut diuapkan dengan tekanan rendah, lalu dilanjutkan dengan
metode kromatografi kolom silika gel menggunakan eluen sikloheksana. Penggunaan
thioxanthones dalam reaksi alkilasi C-H seperti pada gambar 3.
Gambar 3. Aktivasi Thioxanthones
Perlu dicatat bahwa terdapat toleransi fungsi alkoksi dan silil dalam reaksi
aktivasi C-H:
Gambar 4. Salah satu proses aktivasi C-H lanjutan
Nindi Mediartika
Kandungan Gula dan Mineral Anorganik Pada Minuman Berbasis Air yang diambil pada Musim Semi
Minuman berkarbonasi dan nonkarbonasi diproduksi berdasarkan kandungan
mineral. Produk minuman tersebut telah berkembang dan dikenal sebagai minuman
yang berasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur
kandungan karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis dan memperkirakan
kandungan anion anorganiknya (klorida, nitrat, dan sulfat) pada sampel yang akan
diuji. Penelitian ini diujikan pada 15 jenis minuman berkemasan untuk menganalisis
kandungan fruktosa, glukosa, dan sukrosa dengan menggunakan metode
kromatografi ion.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kromatografi ion.
Sebagai fase geraknya digunakan larutan Na2CO3 yang telah diencerkan dengan laju
alir isokratik1 mL/menit. Suhu kolom diatur pada 30 oC. Deteksi konduktometri
digunakan untuk mengukur temperatur sel pada suhu 35 oC. Penumbuk ASRS-4 mm
digunakan untuk menumbuk/ menekan fase konduksi. Data yang dihasilkan diatur
pada frekuensi 5.0 Hz. Selanjutnya data diproses menggunakan software Chromeleon
6.8. Kestabilan dari sistem kromatograafi dikontrol pada interval yang cukup lama
yaitu 5 jam dengan penginjeksian standar yang mana hasil yang diperoleh sering kali
menunjukkan konsentrasi anion dari sampel yang digunakan. Selain itu, masing-
masing sampel dikontrol melalui standar dari 7 anion yang disediakan untuk
dikonfirmasi melalui tahap identifikasi untuk setiap anion. Kurva kalibrasi diperoleh
dengan memplot konsentrasi terhadap puncak area. Responnya menunjukkan range
berbentuk persamaan garis lurus y = ax + b.
Selanjutnya uji kandungan karbohidrat seperti fruktosa, glukosa, dan sukrosa,
dan campurannya. Kelinieran respon yang ditunjukkan oleh detektor dengan
konsentrasi larutan standar berada pada range 0,5 sampai 30 mg/mL. Kurva kalibrasi
diperoleh dengan memplot konsentrasi terhadap daerah puncak. Hasil yang diperoleh
berupa persamaan garis lurus y = ax + b.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa total kandungan karbohidrat dan gula
tercantum pada 11 tabel minuman yang mengandung karbohidrat dari 12 jenis
minuman yang diujikan. Pada tabelnya menginformasikan kandungan gula, glukosa-
fruktosa, atau cane gula. Namun, ada satu perusahaan yang tidak menyajikan
kandungan gula pada kemasannya. Dari hasil uji diketahui bahwa kandungan fruktosa
sebesar 1,64 gr/100 ml, glukosa 1,66 gr/100 ml, dan sukrosa sebesar 0,73 gr/100 ml.
Perbedaan yang paling mencolok adalah minuman orange-flavoured Zywiec Zdroj
dengan kandungan karbohidratnya melebihi 250 mg dari total kandungan yang
dicantumkan. Total klorida pada tiap minuman bervariasi dari 3,33 sampai 7,47 mg/L,
nitrat bervariasi dari 1,31 sampai 5,1 mg/L, dan sulfat antara 3,26 sampai 23,09 mg/L.
Kesimpulannya, dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan untuk
menghindari gula dan mineral secara berlebih karena dapat merugikan kesehatan
manusia. Hal ini disebabkan oleh kandunganya yang dapat berupa ion-ion anorganik
seperti klorida, nitrat dan sulfat.
Ingratsusi Marviani
Development and applications of spectrophotometric methods for quantitive determination of caroverine in pharmaceutical pure and tablet formulations
Asad Raza*, Tariq Mahmood Ansari
Pengembangan dan Aplikasi Metode Spektrofotometri untuk Penentuan Kuantitatif Caroverine dalam Bentuk Sediaan Murni dan Tablet
Obat-obatan palsu adalah obat yang diproduksi dan dijual dengan maksud
untuk menipu pasaran dengan menampilkannya seperti obat asli. Akan tetapi, obat-
obatan palsu ini mungkin diproses dan mengandung bahan yang berbahaya yang
tidak tercantum pada label obat. Perhatian terhadap kualitas o3bat yang dipasarkan
saat ini sangat menjadi perhatian, baik dalam hal legalitas ataupun keefektifan dari
obat tersebut. Sehingga kemudian berkembang dengan pesat metode-metode analitik
yang dipakai dalam analisis kuantitatif untuk obat-obatan tersebut.
Caroverine 1-(2-diethylaminoethyl)-3-(p-methoxybenzyl)-1,2-dihydro-2-
quinoxalin-2-on-hydrochloride merupakan derivat dari isoquinoline, yang merupakan
struktrur dasar dari papaverin. Caroverine adalah bahan obat yang digunakan untuk
obat kram otot-otot halus, dan untuk sebagian negara digunakan juga sebagai
pelindung dalam telinga. Di Pakistan, caroverine dipasarkan sebagai tablet sparina
20mg untuk obat kram mulut.
Penelitian ini merupakan studi awal untuk penentuan caroverine secara
kuantitatif, hal ini dikarenakan terungkap belum adanya literature yang membahas
tentang penentuan caroverine secara kuantitatif.
Secara eksperimen, penelitian ini menggunakan Spektrofotometer UV/VIS
Hitachi U 1100 dengan tabung silica/kuvet dengan ketebalan 1cm. Sampel murni dari
caroverine dan sparina disuplai dari Bio Fine Pharmaceutical (Pvt.) Ltd. Multan,
Pakistan. Semua reagent dan pelarut yang digunakan merupakan bahan yang
berkualitas tinggi. Sedangkan untuk larutan 7,7,8,8-tetracyanoquinodimethane
(TCNQ) (Fluka, Switzerland) 1.0 mg/mL disiapkan dalam acetonitrile (Merck,
Germany). Larutan standar obatnya disiapkan dengan melarutkan 100 mg sampel
obat murni dalam 100 mL pelarut DMSO (Dimethyl sulfoxide) (sigma-Aldrich,
Germany). Larutan 0.001 M dari caroverine dan TCNQ dibuat dengan melarutkan
0.402 mg sampel obat murni dalam 100 mL DMSO dan TCNQ dalam pelarut
acetonitritle secara berturut-turut.
Ada 2(dua) prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Metode A. Larutan standar caroverine dengan jumlah yang berbeda (0.5 -
18µg/mL) dibuat dalam DMSO. Absorbansi dari larutan-larutan ini adalah
sebesar 304 nm terhadap reagent blankonya. Beragam pelarut yang digunakan
termasuk methanol, ethanol, acetonitrile, acetone, dimethyl formamide (DMF)
dan DMSO diuji secara berturut untuk menentukan pelarut mana yang paling
tepat. Dan berdasarkan pengujian didapatkan bahwa DMSO merupakan pelarut
yang paling baik, dilihat dari tingkat pelarutan dan absorptivitas molarnya.
Metode B. Sebanyak 1 - 35µg/mL caroverine kemudian dipipet ke dalam
tabung-tabung volumetri. Kemudian sebanyak 1 mL larutan TCNQ dimasukkan
ke dalam tiap tabung. Larutan ini kemudian disimpan dalam thermostat dengan
suhu 40oC selama 5 menit dan kemudian didinginkan dengan suhu ruang.
Kemudian menambahkan DMSO sampai batas yang dibuat. Kemudian
absobansi dari kompleks berwarna diukur pada 525nm terhadap reagent
blanko. Interaksi dari TCNQ dengan caroverine dilakukan dalam pelarut yang
berbeda dengan mengubah konstanta dielektriknya. Dari hasil pengujian,
didapatkan bahwa pelarut DMSO yang menunjukkan nilai paling tinggi.
Dasar dari metode A adalah pengujian sederhana dari caroverin dalam pelarut
DMSO dan ini ditentukan dari adanya beragam substansi yang terkandung dalam obat
tersebut. Sedangkan dasar untuk metode B adalah dari reaksi serah-terima. Banyak
obat-obatan dengan mudah dapat ditentukan secara spektrofotometri didasarkan
pada reaksi serah-terima warna dari senyawa kompleks yang terbentuk.
Metode spektrofotometri ini diaplikasikan untuk menentukan caroverine dalam
preparasi komersial. Pengukuran dilakukan sebanyak 3(tiga) kali. Sebagai tambahan,
untuk menguji validitas dari metode yang dipakai/diusulkan, syaratnya adalah dengan
menambahkan caroverine murni ke dalam tablet yang akan dianalisis.
Berdasarkan penelitian, metode penentuan ini adalah metode yang cepat,
sederhana, tepat, dan akurat. Selain itu, semua reagent yang digunakan tidaklah
mahal dan sangat mudah ditemukan dalam laboratorium analitik.
Ita Puspita
Determination of Trace Level Copper(II) in Malaysian Vegetables by Cyclic Voltammetry
Illyas Md Isa, Nur Indah Wardani, Norhayati Hashim, Sazelli A. Ghani
Penentuan Kandungan Tembaga (II) Pada Sayur-sayuran yang ada di MalaysiaMelalui Siklus Voltametri
Logam berat apabila terkontaminasi dapat menjadi sebuah ancaman besar
bagi kesehatan tubuh dan lingkungan. Logam berat yang terkandung dalam makanan
dapat diperoleh secara alami atau sebagai akibat dari aktivitas manusia. Meskipun
dalam konsentrasi yang rendah, namun akumulasi kandungan logam berat dalam
waktu yang lama dapat menganggu kesehatan. Oleh karena itu, penting untuk
memastikan bahwa logam berat terkandung dalam makanan hanya pada jumlah yang
paling rendah yang telah ditetapkan oleh WHO dalam ukuran milligram per milliliter.
Tembaga salah satu logam penting dalam proses metabolisme pada jumlah
yang rendah, akan tetapi tembaga dapat berubah menjadi racun apabila jumlahnya
tinggi. Tembaga yang ada di dalam tubuh dapat berasal dari air polutan, kontaminasi
dengan makanan dan juga oleh sayuran yang kaya akan kandungan tembaga. Logam
tembaga berlebih dapat menyebabkan penyakit haemolitik, penyakit kuning, penyakit
saraf, penyakit Wilson.
Metode voltametri dapat digunakan untuk analisis kandungan logam tembaga
karena kelebihan yang dimilikinya yaitu analisis yang cepat, selektifitas dan
sensitifitasnya yang tinggi. Penelitian ini menggunakan elektroda pasta CNT yang
telah dimodifikasi untuk voltammetry lanjutan guna menentukan kandungan
Tembaga (II) pada sayur-sayuran di Malaysia.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi maksimum dan minimum
dari Cu(II) pada sayuran ditemukan pada 6,88 µg g-1 yaitu pada brokoli dan yang
paling rendah pada kentang 0,04 µg g-1. Variasi konsentrasi tembaga pada macam-
macam sayuran berbeda secara alami tergantung dari lingkungan seperti pH tanah,
kapasitas pertukaran kation, kandungan minyak organik, tekstur tanah, dan interaksi
dari tanah, akar tumbuhan dan mikroba dari spesies sayuran tersebut. Penambahan
dari nutrien mikro pada pupuk dan tembaga sebagai bahan dasar pembasmi jamur
boleh jadi ternyata ikut meningkatkan kadar Cu.