RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN...

14
118 RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP FUNGSI TATA AIR: SUATU PENDEKATAN PEMODELAN 1 Desi Ariyadhi Suyamto, Meine van Noordwijk dan Betha Lusiana World Agroforestry Center – ICRAF SE Asia, P.O. Box 161, Bogor 160011 ABSTRACT Coffee may represent the highest total value of all traded agricultural commodities, but it has high volatility in price. This volatility affects farmers' decisions at strategic and tactical level, to adopt and manage coffee-based land use options. Where previous analyses of the profitability of various land use options have focused on long term averages, decision making in practice will follow the ups and downs of farmers expectations of benefits, that depend on their learning style and the information available. The FALLOW Model includes a highly stylized representation of a decision-making process by farmers that is mainly based on an integration of past performance and the most recent experience at landscape/community scale. Based on this model, price volatility substantially increases the time period required for farmers to settle on the mulistrata, mixed production system ('shade coffee') that probably represents the best strategic choice in the long run, for both farmers income and impact on watershed functions. Keywords: coffee, price volatility, farmer’s decision, FALLOW Model, watershed functions. ABSTRAK Kopi merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai perdagangan terbesar di antara komoditas sejenis, namun dengan volatilitas harga yang tinggi. Volatilitas tersebut mempengaruhi keputusan-keputusan petani (baik keputusan strategis maupun keputusan taktis) dalam mengadopsi dan mengelola sistem penggunaan lahan berbasis kopi. Analisis profitabilitas pada berbagai sistem penggunaan lahan yang pernah dilakukan dalam studi ekonomi terdahulu dapat memberikan gambaran nilai profitabilitas rata-rata jangka panjang dari setiap sistem yang dikaji, namun kenyataannya keputusan yang dibuat oleh para petani selalu mengikuti naik-turunnya harapan mereka terhadap nilai manfaat. Hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh dinamika informasi yang mereka peroleh, tetapi juga oleh gaya belajar yang mereka anut. Model FALLOW mencakup proses pengambilan keputusan oleh petani melalui teknik komputasi, yang mengintegrasikan kinerja masa lalu dengan pengalaman termutakhir pada skala lansekap/komunitas. Berdasarkan hasil simulasi model tersebut, diketahui bahwa volatilitas harga memperpanjang jangka waktu yang dibutuhkan oleh petani untuk tetap mengadopsi sistem produksi kopi campuran atau multistrata. Sistem produksi campuran (‘kopi naungan’), mungkin merupakan pilihan strategi terbaik untuk jangka panjang, baik ditinjau dari sisi pendapatan petani maupun dari sisi dampaknya terhadap fungsi tata air. Kata kunci: kopi, volatilitas harga, keputusan petani, model FALLOW, fungsi tata air PENDAHULUAN Latar belakang Alih guna lahan dalam suatu lansekap terjadi sebagai implementasi keputusan para agen manusia, baik berupa keputusan strategis yang menentukan pola penggunaan lahan maupun keputusan taktis yang menentukan intensitas penggunaan lahan (Gambar 1). Dasar pengambilan keputusan tersebut bisa didominasi baik oleh respon endogen agen, faktor- faktor eksogen maupun oleh kombinasi keduanya. Respon endogen agen sangat dipengaruhi oleh kapasitas memori agen dalam menyimpan informasi, bagaimana agen mempelajari informasi baru, dan bagaimana kesadaran agen dalam menerjemahkan suatu informasi. Alih guna lahan yang terjadi bisa secara langsung mempengaruhi respon endogen agen sebagai umpan balik ( feedback), selama konsekuensi dari alih guna lahan tersebut terkait dengan kesejahteraan individu dari agen tersebut. Hal tersebut oleh Slovic (1987) digambarkan sebagai persepsi agen yang berhubungan dengan resiko dari suatu aktivitas, dimana aktivitas tersebut memiliki fatalitas yang tinggi dan disadari oleh agen sebagai aktivitas beresiko tinggi. Pada beberapa hal, konsekuensi alih guna lahan terhadap jasa lingkungan mampu mempengaruhi respon endogen agen jika didukung oleh kapital sosial yang berperan sebagai penerjemah (interpreter) informasi dari ‘kode kesejahteraan sosial’ ke ‘kode kesejahteraan individu’, yang dalam praktek berbentuk aturan-aturan normatif atau kontrol sosial (Ajzen, 1991). Untuk konsekuensi alih guna lahan terhadap kesehatan ekosistem, diperlukan interpreter AGRIVITA VOL. 26 NO.1 MARET 2004 ISSN : 0126 - 0537 1 Makalah ini dikembangkan dari dua makalah lama yang pernah disampaikan sebelumnya dalam International Congress on Modelling and Simulation MODSIM 2003, 14-17 Juli 2003, Townsville, Australia dan International Colloquium on LUCC and Environmental Problems, 19-21 Desember 2003, Bogor, Indonesia. Lihat dari Suyamto et al (2003).

Transcript of RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN...

Page 1: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

118

RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DANKONSEKUENSINYA TERHADAP FUNGSI TATA AIR:

SUATU PENDEKATAN PEMODELAN1

Desi Ariyadhi Suyamto, Meine van Noordwijk dan Betha Lusiana

World Agroforestry Center – ICRAF SE Asia, P.O. Box 161, Bogor 160011

ABSTRACTCoffee may represent the highest total value of all tradedagricultural commodities, but it has high volatility in price.This volatility affects farmers' decisions at strategic andtactical level, to adopt and manage coffee-based land useoptions. Where previous analyses of the profitability ofvarious land use options have focused on long termaverages, decision making in practice will follow the upsand downs of farmers expectations of benefits, that dependon their learning style and the information available. TheFALLOW Model includes a highly stylized representationof a decision-making process by farmers that is mainly basedon an integration of past performance and the most recentexperience at landscape/community scale. Based on thismodel, price volatility substantially increases the timeperiod required for farmers to settle on the mulistrata, mixedproduction system ('shade coffee') that probably representsthe best strategic choice in the long run, for both farmersincome and impact on watershed functions.

Keywords: coffee, price volatility, farmer’s decision,FALLOW Model, watershed functions.

ABSTRAKKopi merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilaiperdagangan terbesar di antara komoditas sejenis, namundengan volatilitas harga yang tinggi. Volatilitas tersebutmempengaruhi keputusan-keputusan petani (baikkeputusan strategis maupun keputusan taktis) dalammengadopsi dan mengelola sistem penggunaan lahanberbasis kopi. Analisis profitabilitas pada berbagai sistempenggunaan lahan yang pernah dilakukan dalam studiekonomi terdahulu dapat memberikan gambaran nilaiprofitabilitas rata-rata jangka panjang dari setiap sistem yangdikaji, namun kenyataannya keputusan yang dibuat olehpara petani selalu mengikuti naik-turunnya harapan merekaterhadap nilai manfaat. Hal tersebut tidak hanyadipengaruhi oleh dinamika informasi yang mereka peroleh,tetapi juga oleh gaya belajar yang mereka anut. ModelFALLOW mencakup proses pengambilan keputusan olehpetani melalui teknik komputasi, yang mengintegrasikankinerja masa lalu dengan pengalaman termutakhir pada skala

lansekap/komunitas. Berdasarkan hasil simulasi modeltersebut, diketahui bahwa volatilitas harga memperpanjangjangka waktu yang dibutuhkan oleh petani untuk tetapmengadopsi sistem produksi kopi campuran atau multistrata.Sistem produksi campuran (‘kopi naungan’), mungkinmerupakan pilihan strategi terbaik untuk jangka panjang,baik ditinjau dari sisi pendapatan petani maupun dari sisidampaknya terhadap fungsi tata air.

Kata kunci: kopi, volatilitas harga, keputusan petani,model FALLOW, fungsi tata air

PENDAHULUANLatar belakangAlih guna lahan dalam suatu lansekap terjadi sebagaiimplementasi keputusan para agen manusia, baikberupa keputusan strategis yang menentukan polapenggunaan lahan maupun keputusan taktis yangmenentukan intensitas penggunaan lahan (Gambar 1).

Dasar pengambilan keputusan tersebut bisadidominasi baik oleh respon endogen agen, faktor-faktor eksogen maupun oleh kombinasi keduanya.Respon endogen agen sangat dipengaruhi olehkapasitas memori agen dalam menyimpan informasi,bagaimana agen mempelajari informasi baru, danbagaimana kesadaran agen dalam menerjemahkansuatu informasi. Alih guna lahan yang terjadi bisasecara langsung mempengaruhi respon endogen agensebagai umpan balik (feedback), selama konsekuensidari alih guna lahan tersebut terkait dengankesejahteraan individu dari agen tersebut. Hal tersebutoleh Slovic (1987) digambarkan sebagai persepsi agenyang berhubungan dengan resiko dari suatu aktivitas,dimana aktivitas tersebut memiliki fatalitas yang tinggidan disadari oleh agen sebagai aktivitas beresiko tinggi.

Pada beberapa hal, konsekuensi alih guna lahanterhadap jasa lingkungan mampu mempengaruhi responendogen agen jika didukung oleh kapital sosial yangberperan sebagai penerjemah (interpreter) informasidari ‘kode kesejahteraan sosial’ ke ‘kodekesejahteraan individu’, yang dalam praktek berbentukaturan-aturan normatif atau kontrol sosial(Ajzen, 1991). Untuk konsekuensi alih guna lahanterhadap kesehatan ekosistem, diperlukan interpreter

AGRIVITA VOL. 26 NO.1 MARET 2004 ISSN : 0126 - 0537

1 Makalah ini dikembangkan dari dua makalah lama yang pernah disampaikan sebelumnya dalam International Congress on Modelling andSimulation MODSIM 2003, 14-17 Juli 2003, Townsville, Australia dan International Colloquium on LUCC and Environmental Problems,19-21 Desember 2003, Bogor, Indonesia. Lihat dari Suyamto et al (2003).

Page 2: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

119Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

pada skala yang lebih luas lagi, yaitu skala global,karena kesehatan ekosistem berpengaruh langsungterhadap kesehatan planet bumi. Tentu saja,pembentukan interpreter dari jenis konsekuensi yangterakhir ini menjadi sangat kompleks, sebagaimanakerumitan yang dihadapi dalam pembicaraan-pembicaraan yang terkait dengan isu-isukeanekaragaman hayati atau cadangan karbon.

Pasar merupakan salah satu faktor eksogen dalamalih guna lahan. Sebagai contoh, kopi adalah komoditaspertanian tropis dengan volatilitas2 harga yang relatiftinggi, baik di pasar internasional maupun di tingkatpetani lokal. Gambar 2 menunjukkan fluktuasi hargakopi bulanan di pasar internasional yang secara umumhampir diikuti oleh pola fluktuasi harga yang dibayarkankepada petani di Indonesia. Jika volatilitasdirepresentasikan sebagai logaritmik rasio perubahanharga, maka pergerakan harga kopi dari bulan ke bulanberkisar dari –0.31 hingga 0.40 di pasar internasional,sedangkan di Indonesia berkisar dari –0.38 hingga 0.55(Gambar 3).

Gejolak harga kopi di pasar internasionaldikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia,Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India. Gambar 4memperlihatkan bahwa selama kurun waktu duadasawarsa terakhir, peningkatan jumlah pasokan kopidunia sejak tahun 1997 disebabkan oleh boomingproduksi kopi di Vietnam dan panen raya di Brasilia,sementara pasokan dari tiga negara lima-besar lainnyatetap berjalan, meskipun dalam jumlah yang hampirtidak berubah. Sayangnya, peningkatan jumlahpasokan tersebut tidak selaras dengan peningkatanjumlah permintaan yang relatif stabil (Perfecto danArmbrecht, 2003), yang akhirnya membuat harga kopidi pasar internasional anjlok sampai ke titik yangterendah. Gejolak produksi kopi tersebut sangatdipengaruhi oleh kondisi alam maupun kondisi politis/ekonomis wilayah tanam kopi. Di Brasilia, bencanaalam, baik kebekuan (frost) maupun kekeringan,merupakan faktor utama yang mempengaruhi gejolakproduksi kopinya. Sedangkan booming di Vietnamdipicu oleh produksi kopi intensif melalui proyek besaryang didanai oleh Bank Dunia dan DanaPembangunan Asia (Perfecto dan Armbrecht, 2003).

Volatilitas harga kopi mempengaruhi keputusan-keputusan petani dalam mengadopsi sistempenggunaan lahan yang paling lukratif. Sebagaicontoh, Lampung merupakan wilayah pemasok kopirobusta terbesar di Indonesia, dengan kontribusi ke

2 Volatilitas harga merupakan indikator fluktuasi harga dari waktuke waktu, yang mengukur besar dan arah perubahan harga, relatifterhadap harga sebelumnya. Volatilitas dapat direpresentasikansebagai bentuk logaritmik perubahan harga relatif, seperti yangdigunakan dalam makalah ini, yaitu ? ?1-tptplog , dimana

tp merupakan harga pada waktu ke-t dan 1-tp merupakan hargasebelumnya.

Gambar 1. Lansekap berubah akibat keputusan-keputusan yang dilakukan oleh para agen manusia, dimana umpan balik dari konsekuensi akibat perubahan tersebut bisa langsung terjadi jika menyangkut kesejahteraan individu, dan memerlukan kapital sosial untuk jenis-jenis konsekuensi lainnya.

Alih Guna Lahan

Page 3: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

120

3 Resiliensi merepresentasikan kapasitas suatu sistem dalam memelihara seluruh kendali dan fungsi yang dimiliki ketika mengalami gangguan.Untuk lebih detail mengenai konsep resilisensi, baca Holling dan Gunderson (2002).

total produksi nasional sekitar 69% pada tahun 2000(Gambar 5). Sejarah perubahan landsekap di wilayahini terkait erat dengan volatilitas harga kopi (Leimona,2001; Verbist et al., 2002 atau Verbist et al., 2004).Selama puluhan tahun, petani kopi di wilayah inimencoba meredam gejolak pasar dengan carameningkatkan diversitas produk dengan jalan menanam

Gambar 2. Pola pergerakan harga kopi bulanan di pasar internasional (indikator ICO) dan yang dibayarkankepada petani di Indonesia (untuk jenis robusta). (Sumber: International Coffee Organization).

Gambar 3. Volatilitas harga kopi bulanan di pasar internasional dan di Indonesia,direpresentasikan dalambentuklogaritmik rasio. Volatilitas tersebut mengindikasikan fluktuasi harga dari waktu ke waktu,dengan mengukur besar dan arah perubahan harga, relatif terhadap harga sebelumnya.(Hasil olahanpenulis dari data harga kopi bulanan berdasarkan pengamatan International Coffee Organization).

jenis-jenis tanaman ekonomis yang lain dalam lahanyang sama seperti sistem agroforestri, sehinggaresiliensi3 mereka terhadap ketidakpastian pasarmeningkat. Keamanan mengelola lahan (land tenure),merupakan faktor lain yang mempengaruhi adopsipetani terhadap suatu sistem penggunaan lahan. Adopsi

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 4: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

121

Gambar 4.Pasokan kopi ke pasar dunia dari lima besar negara produsen kopi saat ini. (Sumber: InternationalCoffee Organization).

tersebut berdasarkan pada persepsi petani terhadapukuran resiko dan ketidakpastian masa depan.

Karena adanya kompleksitas alih guna lahan yangmelibatkan berbagai faktor penyebab sebagaimanatelah diuraikan di atas, maka dibutuhkan suatupendekatan yang mampu mengintegrasikan dansekaligus menyarikan seluruh proses terkait ke dalamsuatu model simulasi. Dalam memahami alih gunalahan serta konsekuensinya melalui pendekatanpemodelan, terdapat tiga kelompok model berdasarkantingkatan kerangka konseptual yang dimiliki, yaitu:1. model-model yang menggambarkan alih guna

lahan dari peluang transisi penggunaan lahanberdasarkan trayeksi data historis. Selanjutnya

menduga konsekuensi dari adanya perubahantersebut, seperti analisis spasial terhadap alih gunalahan yang dilakukan oleh Wear dan Bolstad(1998);

2. model-model yang mulai mempertimbangkanperan faktor penyebab terjadinya alih guna lahan,Selanjutnya menduga konsekuensi dari perubahantersebut, misalnya model spasial yang melihatperan pembangunan jalan terhadap alih guna lahandan deforestasi yang dilakukan oleh Chomitz danGray (1996) atau model CLUE yang melihat peranfaktor penyebab alih guna lahan di berbagai lokasi(Veldkamp dan Fresco, 1996a; Veldkamp danFresco, 1996b; de Koning et al., 1998; dan deKoning et al., 1999); serta

Gambar 5. Lima Daerah penghasil kopi di Indonesia. (Sumber: AEKI).

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 5: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

122

3. model-model yang melihat bagaimana agenpenyebab alih guna lahan merespon terhadapkonsekuensi adanya alih guna lahan, yangselanjutnya akan mempengaruhi pengambilankeputusan pengubahan lahan di masa mendatangsecara dinamis, sebagaimana disajikan dalamGambar 1.

Makalah ini akan memaparkan aplikasi dari modelsimulasi FALLOW4 yang mencakup dinamika alih gunalahan pada suatu lansekap,. Model ini dibangun padakerangka pemikiran kelompok 3 yang mencakup prosespengambilan keputusan oleh agen manusia sebagairespon terhadap perubahan lingkungannya melaluiproses belajar. Dalam mengadopsi suatu sistempenggunaan lahan, agen manusia di dalam model inimelakukan pengambilan keputusan berdasarkan padapersepsi mereka mengenai beberapa jenis resiko,antara lain resiko terhadap penurunan kesuburantanah, ketahanan pangan, serta ekonomi rumah tangga.Tulisan ini membahas aplikasi model untuk melihatrespon petani dalam mengadopsi suatu jenis sistempenggunaan lahan tertentu berdasarkan persepsimereka mengenai resiko ekonomi rumah tangga akibatketidakpastian harga komoditas pertanian utama.Untuk itu, lansekap Sumberjaya digunakan untukmenguji sensibilitas model yang berhubungan dengandua pertanyaan sebagai berikut:1. Bagaimana petani membuat keputusan yang

berhubungan dengan alih guna lahan sebagairespon terhadap adanya gejolak harga pasar

2. Bagaimana dampak alih guna lahan hutan menjadilahan pertanian terhadap fungsi tata air.

METODOLOGI

FALLOW: Model Dinamika LansekapModel FALLOW dibangun sebagai alat pendugadampak alih guna lahan pada tingkat lansekap, sebagaiupaya mengintegrasikan pemahaman kita yangtermutakhir mengenai interaksi lansekap-mosaik-sumberdaya (van Noordwijk, 2002). Model inimempertimbangkan peran-peran agen manusia (yaitupetani) dalam mentransformasikan lansekap,bagaimana respon biofisik terhadap transformasitersebut dari tingkat plot hingga lansekap melaluikaidah-kaidah penskalaan (scaling rules), sertarespon kognitif maupun afektif para agen terhadapperubahan lansekap yang terjadi, yang menentukantransisi lansekap berikutnya.

Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalamFALLOW (Gambar 6) dapat dijelaskan mulai daribagaimana terjadinya proses dinamis kesuburan tanahpada tingkat plot berdasarkan model sederhana

Trenbath (van Noordwijk, 2002): dimana terjadipenurunan kesuburan tanah selama periodepenanaman (cropping) dan pemulihan selama periodepemberaan (fallow). Kondisi kesuburan tanah suatuplot menentukan produktivitas tanaman pertanian,tergantung dari jenis tanaman serta efek-efek stokastiscuaca, hama dan penyakit. Total produksi tanamanpertanian dari seluruh lansekap, bersama dengan hasilpanen dari sistem-sistem produksi lainnya (misalnyadari agroforestri, kegiatan pemanenan hasil hutan, atausistem perkebunan monokultur) mempunyai kontribusidalam menentukan kecukupan pangan dan tingkatekonomi rumah tangga, melalui proses pencadanganpangan dan aktivitas perdagangan. Para petani,dengan kearifan (knowledge) yang merupakan hasildari proses belajar selama simulasi, akan membuatkeputusan-keputusan strategis yang terkait denganpola pengelolaan lahan dan keputusan-keputusan taktisdalam intensitas pengelolaan lahan, meliputi alokasitenaga kerja untuk melakukan berbagai aktivitasekonomi produktif. Ketika kebutuhan lahan pertaniantelah ditetapkan, para petani akan menerapkannyamelalui proses identifikasi ketersediaan sumberdaya,baik lahan maupun tenaga kerja. Sumberdaya lahandipilih berdasarkan persepsi mereka mengenaikesesuaian lahan, yang direpresentasikan sebagai nilaidaya tarik lahan, yang mengintegrasikan tingkatkesuburan tanah relatif dan aksesibilitas lahan, baikaksesibilitas dari aspek spasial (jarak yangmempengaruhi biaya transportasi) maupun dari aspeklegal (status penguasaan lahan). Pilihan mengenai jenistanaman pertanian dibuat berdasarkan kearifanmereka mengenai respon tanaman terhadap tingkatkesuburan tanah (misalnya, ketika tingkat kesuburantanah relatif rendah, petani telah memiliki pengetahuanuntuk lebih memilih menanam ketela pohondibandingkan padi). Aktivitas yang terkait dengantransformasi lahan tersebut selanjutnya akanmempengaruhi proses-proses biofisik, seperti prosessuksesi alamiah ataupun proses dinamika kesuburantanah.

FALLOW pada awalnya difokuskan untukmemodelkan periode transisi yang terjadi pada sistemperladangan berpindah ke rotasi tanam-bera, denganmemasukkan sistem agroforestri dan seri-seri suksesialamiah (van Noordwijk, 2002). Saat ini, FALLOWtelah mempertimbangkan jenis-jenis lanjutan dari sistempenggunaan lahan dan pemanfaatan sumberdaya alam,merentang dari sistem agroforestri ke sistemperkebunan monokultur. Selanjutnya, FALLOWmenyediakan kotak-piranti (toolbox) untuk melakukanpendugaan dampak alih guna lahan terhadapketahanan pangan, fungsi-fungsi tata air,keanekaragaman hayati dan cadangan karbon. Modelini dibangun dengan menggunakan PCRaster, yaitu alatpemodel spasial, yang memungkinkan model ini

4 Singkatan dari (F)orests, (A)groforests, (L)ow-value-(L)andscape,(O)r, (W)astelands? yang menggambarkan proses dinamis transisilahan dan konsekuensinya pada suatu lansekap

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 6: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

123

diaplikasikan dalam ukuran yang relatif besar denganmenggunakan data spasial.

Kesuburan tanah dan produktivitas tanamanpada tingkat plotModel FALLOW mengadopsi model sederhanaTrenbath (1989), yang mengasumsikan bahwakesuburan tanah menurun secara proporsional selamaperiode penanaman dan membaik selama periodepemberaan, sesuai dengan waktu paruh pemulihankesuburan. Secara operasional, kesuburan tanahdidefinisikan sebagai ‘kemampuan tanah dalammendukung pertumbuhan tanaman’. Pemupukan dapatmempengaruhi kesuburan tanah dengan mereduksi lajupenurunan kesuburan. Produktivitas tanamandipengaruhi oleh kesuburan tanah, sensitivitas tanamanterhadap perubahan cuaca dan serangan hama-penyakit. Pertanian lahan basah dibedakan denganlahan kering berdasarkan pada produktivitas tanamandan dinamika kesuburan lahannya.

Parameterisasi model FALLOW yang berkaitandengan dinamika kesuburan tanah dan produktivitaslahan, bisa dilakukan dengan menggunakan hasilsimulasi dari model-model agroforestri pada tingkatplot (seperti WaNuLCAS) atau melalui surveiagronomis (Gambar 6).

Ekonomi rumah-tanggaBila dibandingkan dengan versi sebelumnya (VanNoordwijk, 2002), model FALLOW versi terbaru telahsecara eksplisit memasukkan ekonomi terbuka denganmemadukan rumah-tangga dan pasar secara utuh.Agen dapat melakukan pertukaran pangan dansumberdaya lainnya (dengan biaya tertentu terkait

dengan proses transaksi) dan dengan adanya kapitalfinansial sebagai bentuk cadangan rumah tanggaalternatif, selain dari lumbung pangan (food store).Pada akhirnya, cadangan moneter yang diperoleh daripemasaran sumberdaya bukan pangan tersebut dapatmenjadi suplemen, bahkan bisa menjadi sumberdominan dari ketahanan pangan. FALLOW jugamempertimbangkan preferensi konservatif petaniyang memprioritaskan aktivitas produksi pangan lokal,dan dalam keputusan taktis pengalokasian tenagakerja.

Pembuatan keputusan strategisKeputusan strategis merefleksikan hal-hal yang telahdipelajari oleh para petani dalam model simulasimengenai kinerja aktual dari sistem-sistem produksidi suatu wilayah. Dalam belajar, petani bisa memilikigaya belajar yang merentang dari gaya belajarkonservatif (didominasi oleh tren jangka panjang) kegaya belajar kreatif (didominasi oleh pengalaman daninformasi terkini). Nilai harapan dari upah (expectedreturn to labor), sebagai hasil proses belajar, tidakhanya mempengaruhi keputusan strategis dalammenentukan pola penggunaan lahan, namun jugakeputusan-keputusan taktis (tahunan) dalam intensitaspenggunaan lahan dan pengalokasian tenaga kerjapada berbagai aktivitas ekonomis produktif. Jika Ma,tmelambangkan memori agen (petani) mengenai nilaiharapan dari upah tenaga kerja dari aktivitasekonomis produktif a sebagai hasil belajar hinggawaktu t, dan Ea,t merupakan pengalaman terkini (padawaktu t) yang didapatkan mengenai nilai tingkat upahtenaga kerja dari aktivitas a, maka perubahan dalamnilai pengharapan yang akan mempengaruhikeputusan pada waktu t+1 dirumuskan sebagaia(Ea,t-Ma,t). Parameter a mengindikasikan gayabelajar dan bervariasi antara 0 hingga 1. Nilai 1 jikaagen mengabaikan semua pengalaman masa lalu (disini, mereka diindikasikan sebagai agen yang‘eksperimental’) dan 0 ketika agen sangat‘konservatif’ dalam menjaga informasi lama (tradisi)namun sebaliknya mengabaikan informasi terkini.

ImplementasiImplementasi meliputi pelaksanaan keputusan-keputusan strategis maupun keputusan-keputusantaktis, yang dilakukan setelah melalui identifikasiketersediaan sumberdaya, baik lahan maupun tenagakerja. Kegiatan pembukaan lahan pertanian dilakukanberdasarkan pembandingan dan rangking dari ‘dayatarik lahan’, yang ditentukan oleh nilai kesuburantanah, status penguasaan lahan (dengan preferensiuntuk melakukan privatisasi melalui pemanfaatanlahan tak ‘bertuan’), dan aksesibilitas, serta olehaturan-aturan yang membatasi pembukaan lahan padabeberapa bagian lansekap (misalnya hutan lindung).Modul implementasi dalam FALLOW juga

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Gambar 6. Kerangka konseptual model FALLOW,dan hubungannya dengan model-modelagroforestri pada tingkat plot, sepertiWaNuLCAS.

Kesuburan dan produktivitas

pada tingkat plot

Ekonomi Rumah Tangga pada tingkat

lansekap

Keputusan strategis dalam penggunaan lahan dan alokasi

tenaga kerja

Implementasi Perubahan lahan

Survei agronomis/ output WaNuLCAS

Model FALLOW Dampak lingkungan

Percabangan dan perdagangan

Perubahan biofisik

Page 7: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

124

mempertimbangkan pilihan agen terhadap jenistanaman pertanian, berdasarkan hasil panen yangdiharapkan dari sejumlah pilihan tanaman, yangditentukan oleh nilai kesuburan tanahnya.

Alih guna lahanAlih guna lahan terjadi sebagai akibat transformasilahan yang dilakukan oleh agen, serta dinamika biofisikyang terjadi akibat transformasi tersebut. FALLOWsecara eksplisit mempertimbangkan proses suksesialamiah dari lahan yang diberakan menuju hutan dantahap-tahap pertumbuhan dari sistem pertanianmenahun (agroforestri atau kebun monokultur). Statussuksesional dari setiap plot menentukan kontribusi plottersebut terhadap cadangan karbon, keanekaragamanhayati, maupun fungsi-fungsi tata air.

Konsekuensi terhadap fungsi-fungsi tata airMakalah ini hanya membahas kotak-piranti pendugadampak alih guna lahan terhadap fungsi-fungsi tataair. Kotak piranti penduga untuk jenis konsekuensilainnya akan dibahas di tempat lain.

FALLOW menghitung neraca air sederhana padatingkat plot, dengan alokasi dari hujan, evapotranspirasi,dan infiltrasi. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh kualitasfisik tanah yang bisa membaik atau memburuk,tergantung pada jenis tutupan lahan dan besarnyapasokan pangan (bahan organik) untuk organismatanah. Selain kualitas fisik tanah, infiltrasi jugaditentukan oleh kelerengan lahan (Gambar 7). Surplusdari tahap filtering pertama ini menentukan jumlahlimpasan langsung atau limpasan permukaan(overland flow).

Pada kondisi tanah yang jenuh, air yang terinfiltrasiakan mengalir keluar sebagai limpasan tak langsungatau limpasan dalam tanah (subsurface quick flow),yang bersama-sama dengan limpasan permukaanmenghasilkan limpasan total (storm flow). Air yangmencapai cadangan air tanah (groundwater storage)dilepaskan sebagai aliran dasar (base flow). Limpasanpermukaan dikalikan dengan konsentrasi sedimen rata-rata dari setiap kelas tutupan lahan menentukan erosibruto. FALLOW juga mempertimbangkan fungsisaring (filtering) potensial pada setiap plot - tergantungdari persentasi tutupan seresah (contact cover) - untukmenghitung kehilangan erosi neto dan menentukanjumlah muatan sedimen di dalam sungai. Tahap palingkritis dari proses alih guna lahan ditemukan pada tahappioner, karena efisiensi filtering-nya relatif rendah.Efek filter hanya diperoleh sepanjang jalur limpasanlangsung, yang akhirnya memberikan relevansi spesifikterhadap ‘mintakat saring sempadan’ (riparian filterzone).

Masukan data faktor eksogen harga kopiMengingat tujuan dari uji sensibilitas model ini adalahuntuk mengetahui respon petani terhadap gejolak hargakopi, maka sebagai rujukan digunakan harga kopi yang

stabil, dipatok pada Rp 3000 per kg, yang merupakanharga rata-rata kopi di Sumberjaya selama sekitar satudasawarsa terakhir (Leimona, 2001). Opsi perkebunancengkeh monokultur diperkenalkan dengan hargaasumsi stabil pada Rp 2500 per kg, sebagai tambahandari opsi-opsi agroforestri kopi, perkebunan monokulturkopi dan jenis-jenis rotasi tanam-bera. Tiga jenis dataderet-waktu harga kopi dibangkitkan untuk simulasisensitivitas selama 100 tahun dengan menggunakandata inisial dari kondisi lahan di Sumberjaya pada tahun19855.

Data bangkitan tersebut merepresentasikanskenario keanjlokan sesaat dengan volatilitas sangattajam, yaitu sekitar ±1,79 (Gambar 8A), keanjlokandengan volatilitas sedang (±0,69) namun dengan jangkapemulihan memakan waktu 14 tahun (Gambar 8B),dan gejolak harga dengan volatilitas sedang, namundengan frekuensi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 0.615(Gambar 8C).

Atribut Endogen AgenSimulasi ini menggunakan parameter a = 0,75, sehinggaagen di dalam model cenderung ‘eksperimental’,namun masih berhati-hati dengan tetap menjagasebagian informasi lama.

HASILAlih guna lahanDengan skenario harga stabil (Gambar 9A), hasilsimulasi pada dua dasawarsa pertama menunjukkanpenurunan luas tutupan hutan, dimana petani5 Direklasifikasikan dari peta BPN (Badan Pertanahan Nasional).Sumber data langsung: Hadi DP, Spatial Analysis Unit, the WorldAgrofotrestry Centre, Southeast Asia Regional Office, Bogor,Indonesia.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Gambar 7. Fraksi infiltrasi dari suatu plot tergantungpada kelerengan dan kualitas fisik tanah;kelerengan diklasifikasikan menurut USLE(1: <1%, 2: 1%-3%, 3: 3%-5%, 4: 5%-20%, 5: >20%); dimana kualitas fisik tanahmerepresentasikan stabilitas agregatnya.

Page 8: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

125

bereksperimen dengan sistem monokultur kopi dansistem agroforestri kopi sebelum akhirnya menetappada sistem agroforestri kopi. Sistem agroforestri kopitersebut sebagai bentuk pengusahaan yang lebihmenguntungkan dengan upah tenaga kerja yang lebihtinggi per satuan tenaga kerja yang dialokasikan selamasiklus produksi. Skenario dimana terjadi keanjlokanharga sesaat dengan volatilitas tinggi membuat petanimelakukan diversifikasi usaha dengan sistemperkebunan monokultur cengkeh dan sistemperkebunan monokultur kopi, dengan jangka

eksperimentasi selama kurang lebih 40 tahun sebelummenetap ke agroforestri kopi (Gambar 9B).

Pada skenario harga anjlok dengan jangkapemulihan yang lama, harga kopi yang rendah pada‘fase eksperimental’ mendorong petani untuk mencobasistem perkebunan cengkeh monokultur selama kuranglebih 40 tahun. Tindakan tersebut dalam jangka panjangternyata kurang menguntungkan dibandingkan dengansistem agroforestri kopi, sehingga akhirnya petanimengadopsi sistem agroforestri secara stabil (Gambar9C). Pada skenario dengan gejolak harga yang sangatsering, eksperimentasi dengan sistem monokulturcengkeh mencapai waktu lebih lama lagi, yaitu sekitar55 tahun (Gambar 9D).

Konsekuensi terhadap fungsi-fungsi tata airSebagai konsekuensi dari kapasitas adaptif petanidalam melakukan eksperimentasi dan reorganisasi polapenggunaan lahan dalam merespon gejolak harga kopiyang akhirnya mempengaruhi fungsi-fungsi filteringlahan, muatan sedimen di dalam sungai diperkirakanmeningkat hingga 400% (35 Mg.ha-1 tahun-1) dari nilaiyang diperoleh pada kondisi harga stabil (Gambar 10).

Hasil simulasi yang disajikan dalam makalah inimerupakan upaya awal untuk menguji sensitivitasmodel FALLOW terhadap perubahan berbagaiparameter, sebagai bagian dari uji sensibilitas kualitatif(‘masuk akalkah?’). Dengan skenario perubahanharga kopi di atas, model telah terbukti memberikanhasil simulasi alih guna lahan yang ‘masuk akal’, darisisi bagaimana petani di dalam model ini belajar daripengalaman-pengalamannya untuk akhirnya secarastabil mengadopsi sistem agen dengan gaya belajaryang berlawanan terhadap aliran informasi yang sama.Grafik tersebut menjelaskan bahwa jika agenmerupakan ‘eksperimenter’, maka dinamika alih gunalahan cenderung mendekati dinamika informasi aktualmengenai ‘keuntungan’, meskipun faktor-faktor lainyang terkait dengan ketersediaan sumberdaya untukmelakukan pengubahan lahan masih akan menjadipertimbangan selanjutnya dalam implementasi.Sedangkan agen ‘konservatif’ akan mempertahankan‘keyakinan’ lama dalam merespon informasi baru.Sehingga, untuk pengembangan selanjutnya, akandimasukkan heterogenitas penggunaan lahan yangpaling menguntungkan. Namun demikian, konsepmodel yang ada saat ini belum mempertimbangkankeragaman masyarakat yang tinggal di suatu lansekapditinjau dari gaya belajarnya. Dalam simulasi ini,digunakan agen dengan gaya belajar homogen yangcenderung ‘eksperimenter’, dengan asumsi bahwadalam suatu komunitas, keberhasilan ‘eksperimenter’akan secara efektif diikuti oleh mayoritas agen,sehingga pada akhirnya akan tercipta homogenitas.Kenyataannya, efektivitas seorang ‘eksperimenter’pada komunitas manusia dalam mempengaruhi agen

A

B

C

Gambar 8. Gejolak harga kopi yang digunakan dalamsimulasi: (A) keanjlokan sesaat denganvolatilitas tinggi; (B) keanjlokan denganjangka pemulihan lama; dan (C) gejolakberfrekuensi tinggi. Harga stabil rujukanberada pada Rp 3000 per kg.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 9: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

126

1. Stabil

B. Keanjlokan sesaat bervolatilitas tinggi

C. Keanjlokan dengan jangka pemulihan lama

D. Gejolak berfrekuensi tinggi

Gambar 9. Dinamika lansekap sebagai hasil dari respon petani terhadap beberapa skenario harga kopi: (A) stabil; (B) harga anjlok sesaat dengan volatilitas tinggi; (C) harga anjlok dengan jangka pemulihan lama; dan (D) harga bergejolak sangat sering.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Gambar 10. Kehilangan sedimen pada tingkat lansekap akibat eksperimentasi dan reorganisasi pola penggunaanlahan oleh petani dalam merespon gejolak harga kopi. Semua jenis gejolak menunjukkan peningkatankehilangan sedimen yang signifikan, relatif terhadap kondisi harga stabil, berkisar antara 0,6 hingga4 kali lipat.

Page 10: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

127Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

‘konservatif’ masih sangat tergantung oleh faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas informasi(Mulyoutami et al., 2004). Di sisi lain keragaman gayabelajar harus dipertimbangkan (Rieskamp et al., 2003).Gambar 11 memperlihatkan bagaimana persepsi duakomunitas dari gaya belajar yang dimiliki, dimana paraagen akan belajar dari informasi umum (publicgoods) berdasarkan persepsi mereka masing-masing,sehingga akan terjadi proses ‘adopsi dan belajar’ antaragen yang berbeda.

PEMBAHASANSelanjutnya, dari keempat skenario simulasi perubahanharga yang dilakukan, sensibilitas model dalammenduga konsekuensi alih guna lahan terhadap fungsitata air dinilai dari kehilangan sedimen memberikanhasil yang berada dalam kisaran rata-rata kehilangansedimen di Sumatra, yaitu 24 Mg.ha-1.tahun-1 (Millimanet al.,1999) yang didasarkan pada hubungan skala-area dan sedimen. Secara umum, tingkah lakueksperimental para petani terhadap gejolak harga kopidengan mengadopsi sistem monokultur dalam jangkawaktu yang cukup lama mengakibatkan menurunnyafungsi tata air, yang dalam simulasi diindikasikan olehpeningkatan laju kehilangan sedimen (Gambar 10). Haltersebut mengisyaratkan perlunya upaya-upayastabilisasi harga kopi.

Jika upaya tersebut dilakukan berdasarkan‘rasionalitas bisnis’ semata, maka penyanggaan stok(stock buffering) barangkali menjadi pilihan solusiyang paling efektif dalam membatasi pasokan di pasarinternasional. Korelasi sebesar 58% antara volumetotal dengan harga di pasar internasionalmengindikasikan berlakunya kaidah pasokan-permintaan di tingkat pasar tersebut (Gambar 12).

Gradien dari korelasi ini menunjukkan elastisitaskopi yang relatif rendah, sehingga 20% penurunanvolume pasokan di pasar internasional bisa memicukenaikan harga sekitar 80%. Artinya, jika penyanggaanstok bisa dilaksanakan atas dasar kesepakatan kuotaantar semua negara eksportir kopi, harga di pasarinternasional bisa dikendalikan pada tingkat yang layak.Namun, pada kenyataannya, solusi semacam inimembutuhkan kontrol sosial dan komitmen yang tinggi

antar peserta yang terlibat. Sebagai contoh, Gambar13 memperlihatkan bagaimana perilaku bisnis‘maladaptif6’ pada skala nasional yang cenderungmeningkatkan volume ekspor ketika harga dunia turun,namun justru meningkatkan permasalahan over-supply di pasar internasional, yang akhirnya akanberimbas balik melalui kejatuhan harga yang makinterpuruk.

Permasalahan lain yang mungkin dihadapi dalampenyanggaan stok adalah kemungkinan munculnyapembonceng (free-rider), yang bisa muncul dari pihaklain yang tidak meratifikasi kesepakatan atau daripeserta kesepekatan sendiri dalam suatu kontrol sosialyang lemah. Di dalam kesepakatan kuota terjadi suatudilema sumberdaya (commons dilemma dalam Nerbet al., 1997 atau prisoner’s dilemma dalam Hales,1998), dimana penurunan jatah pasokan yangdilakukan seseorang akan memberikan keuntunganorang lain melalui kenaikan harga. Tanpa keyakinanakan adanya kemampuan ratifikasi adaptif (adaptiveratifiability, lihat van Rooy, 2002) dalam kelompokkesepakatan dengan peserta yang memiliki perilakuasimetri, diperlukan kontrol sosial yang kuat.

Alternatif lain dalam melakukan stabilisasi hargakopi adalah dengan berpijak tidak hanya pada‘rasionalitas bisnis’, namun juga atas dasarpertimbangan ekologis. Studi Giovanucci (2003), yangmencoba menawarkan beberapa konsep kopi lestari(sustainable coffee), barangkali perlu dijajaki sebagaialternatif solusi terpadu untuk problem lingkungan dansekaligus kesejahteraan petani. Dalam konsep iniditawarkan beberapa alternatif, antara lainperdagangan adil (fair trade), yang mencobamemecahkan perbedaan marjinal yang tidak layakantara roaster dengan petani (lihat Gambar 13 sebagaiilustrasi perbedaan marjinal harga kopi di pasarinternasional dengan harga yang dibayarkan ke petanidi Indonesia). Sedangkan konsep lainnya mencobamenolong sistem produksi kopi yang ramah lingkungan(misalnya organic coffee dan eco-friendly coffee),namun dengan kendali mutu yang memenuhi standarpermintaan pasar internasional. Bersandar kembalipada argumentasi bahwa perilaku petani dalamkonservasi lingkungan hanya akan terwujud jika untukmelakukannya hanya membutuhkan biaya yangrendah, baik dalam pengertian waktu, uang, maupunkenyamanan (lihat Bamberg, 2004), barangkali konsep-konsep ‘kopi lestari’ tersebut merupakan alternatifyang efektif.

Namun, kedua pendekatan alternatif untukstabilisasi harga kopi di atas masih berorientasi ekspor,dengan tujuan utama ke pasar internasional.Barangkali, pemberdayaan pasar lokal perlu digalakkansebagai upaya meredam gejolak pasar dunia. Melaluiproksi desentralisasi dan otonomi daerah, perlu dikajidengan lebih jeli rantai pasar yang menghubungkan

6 Terminologi ‘perilaku maladaptif manusia’ tersebut dipinjamdari Maloney dan Ward (1973), untuk menunjukkan bagaimanaperilaku manusia yang cenderung menganut asas ‘penghematanenergi dan sumberdaya’ secara parsial (pada tingkat individu),yang akhirnya menjerumuskannya pada suatu jebakan bumerang.Motivasi orang yang naik mobil adalah untuk menghematsumberdaya waktu, meskipun di sisi lain memboroskansumberdaya minyak. Atau sebaliknya, orang yang menggunakankertas daur ulang, sebenarnya juga melakukan pemborosan‘sumberdaya’ lainnya dari sisi pengolahan kimiawi yang mahal(Kaiser et al., 2003). Pada kasus tindakan pelipatan volumekopi di saat harga dunia turun sebenarnya ‘rasional’ dari ‘skalabisnis nasional’, namun justru mengakibatkan kejatuhan hargadi pasar internasional.

Page 11: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

128

Gambar 12. Korelasi jumlah pasokan (Mt = mega ton) dengan harga (sen AS per lb; lb = 1 pound ~ 0.5 kg) dipasar internasional. (Hasil olahan penulis dari data ICO 1984-2002).

Gambar 11. Perbedaan persepsi dua agen dengan gaya belajar yang berlawanan terhadap aliran informasi yangsama, sebagaimana disimulasikan oleh model FALLOW dengan memori inisial = 0.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 12: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

129

desa dengan kota, satu pulau dengan pulau lainnya,dan antara si miskin dengan si kaya. Untuk tujuan ini,diperlukan ilmu pengembangan wilayah (lihat misalnyaIsard, 1999).

KESIMPULAN

n Dengan asumsi bahwa 'atribut endogen agen'homogen dan memiliki kecenderungan belajar yang'eksperimental', para agen di dalam model simulasiFALLOW akan melakukan fase eksperimental yangcukup lama, sebelum akhirnya mengadopsi sistemagroforestri secara stabil. Terlepas dari validitasmodel itu sendiri, tindakan-tindakan untukmengendalikan faktor-faktor eksogen yangmempengaruhi alih guna lahan perlu diupayakan,pada berbagai skala waktu dan ruang, denganmempertimbangkan setiap jenis konsekuensi yangterkait.

n Model "tingkat 3" yang memasukkan agen yangbelajar seperti FALLOW merupakan alat bantu yangberguna untuk melakukan pendugaan dampak alihguna lahan berdasarkan skenario, sebagai rujukanperencanaan wilayah.

n Khususnya terkait dengan 'atribut endogen agen',diperlukan upaya paralel, baik dalam pengembangan

konsep yang dianut model FALLOW maupun dalamdisain riset dalam rangka mengukur atribut tersebut.Kemunculan psikologi-eksperimental maupunkehidupan artifisial (artifical life) sebagai paradigmabaru dalam sains barangkali merupakan landasanpendekatan yang tepat dalam upaya mencapai duatujuan tersebut.

Ketersediaan ModelFALLOW dapat didownload dari http://www.worldagroforestrycentre.org/sea/AgroModels/FALLOW/Fallow.htm dalam model STELLA yangdilink dengan EXCEL, atau sebagai model PCRaster

Ucapan Terima KasihTulisan ini dipupuk dengan input-input berharga dariSuseno Budidarsono – ICRAF SEA, Prof. Dr. SMSitompul dan Prof. Dr. Kurniatun Hairiah – Unibrawserta Dr Suyanto - ICRAF SEA. Untuk waktu luangmereka demi memahami tulisan ini, kami mengucapkanbanyak terima kasih.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Gambar 13. Korelasi harga di pasar internasional (sen AS per lb) dengan jumlah pasokan dari Indonesia (Mt).(Hasil olahan penulis dari data ICO 1984-2002 pada harga > 50 sen AS per lb).

Page 13: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

130

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 1991. The theory of planned behavior.Organizational Behavior and Human DecisionProcesses 50:179-211.

Bamberg, S. 2003. How does environmental concerninfluence specific environmentally relatedbehaviors? A new answer to an old question.Journal of Environmenatl Psychology 23:21-32.

Giovanucci, D. 2003. A State of Sustainable Coffee:A Study of Twelve Major Markets. InternationalCoffee Organization. Cali-Colombia, Feriva SA.Hal: 38-59.

Chomitz, K.M. and D.A. Gray. 1996. Roads, landuse, and deforestation: a spatial model applied toBelize. The World Bank Economic Review10(3):487-512.

De Koning, G.H.J.; Veldkamp, A. and L.O. Fresco.1998. Land use in Ecuador: a statistical analysisat different aggregation levels. Agriculture,Ecosystems and Environment 70:231-247.

De Koning, G.H.J.; Verburg, P.H.; Veldkamp, A. andL.O. Fresco. 1999. Multi-scale modelling of landuse change dynamics in Ecuador. AgriculturalSystems 61:77-93.

Hales, D. 1998. Stereotyping, groups and culturalevolution: a case study of "second orderemergence"? In Sichman J.S.; Conte R. and N.Gilbert (eds.), Multi-Agent Systems and Agent-Based Simulation. Proceedings of The FirstInternational Workshop MABS'98, Paris, France,July 1998.

Holling, C.S. and L.H. Gunderson. 2002. Resilienceand adaptive cycles. In Gunderson L.H. and C.S.Holling (eds.), Panarchy:UnderstandingTransformations in Human and Natural Systems.Island Press, Washington DC. Hal:25-62.

Isard, W. 1999. Regional science: parallels fromphysics and chemistry. Papers in Regional Science78:5-20.

Kaiser, F.G.; Doka, G.; Hofstetter, P. and M.A.Ranney. 2003. Ecological behavior and itsenvironmental consequences: a life cycleassessment of self-report measure. Journal ofEnvironmental Psychology 23: 11-20.

Leimona, B. 2001. Modelling Land Use Change andIts Driving Factors: a Preliminary DynamicLandscape-based Model of SumberjayaWatershed. Thesis Master. Institut PertanianBogor, Bogor.

Maloney, M.P. and M.P. Ward. 1973. Ecology: let'shear from the people. An objective scale for themeasurement of ecological attitudes andknowledge. American Psychologist 28:583-586.

Milliman, J.D.; Farnsworth, K.L. and C.S. Albertin.1999. Flux and fate of fluvial sediments leavinglarge islands in the East Indies. Journal of SeaResearch 41:97-107.

Mulyoutami,E.; Stefanus, E.; Schalenbourg, S.;Rahayu, S dan L. Joshi. 2004. Pengetahuan lokalpetani dan inovasi ekologi dalam konservasi danpengolahan tanah pada pertanian berbasis kopi diSumberjaya, Lampung Barat. Agrivita 26 (1):

Nerb, J.; Spada, H. and A.M. Ernst. 1997. Acognitive model of agents in commons dilemma.In Mahwah, N.J. (Ed.), Proceedings of theNinetinth Annual Conference of the CognitiveScience Society. Lawrence Erlbaum Associates.Hal:560-565.

Perfecto, I. and I. Armbrecht. 2003. The coffeeagroecosystem in the neotropics: combiningecological and economical goals. In Vandermeer,J.H. (Ed.), Tropical Agroecosystems. CRC Press.Hal: 161.

Rieskamp, J.; Busemeyer, J.R. and T. Laine. 2003.How do people learn to allocate resources?Comparing two learning theories. Joournal ofExperimental Psychology-Learning, Memory, andCognition 29(6):1066-1081.

Slovic, P. 1987. Perception of risk. Science 236:280-285.

Suyamto, D.A.; Van Noordwijk, M.; Hadi, D.P. danB. Lusiana. 2003. FALLOW model: assessmenttool for landscape level impact of farmer land usechoices. In Post DA (Ed.), Proceedings ofInternational Congress on Modelling and SimulationMODSIM 2003, July 14-17 2003, Townsville,Australia.

Trenbath, B.R. 1989. The use of mathematicalmodels in the development of shifting cultivation.In Proctor, J. (Ed.), Mineral Nutrients in TropicalForest and Savanna Ecosystems. Blackwell,Oxford, hal: 353-369.

Van Noordwijk, M. 2002. Scaling trade-offs betweencrop productivity, carbon stocks and biodiversityin shifting cultivation landscape mosaics: theFALLOW model. Ecological Modelling 149:113-126.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar

Page 14: RESPON PETANI KOPI TERHADAP GEJOLAK PASAR DAN ...apps.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/journal/JA0027-04.… · Putaran (loop) dari modul-modul dinamis di dalam FALLOW

131

Van Rooy, R. 2002. Signalling games select hornstrategies. In Katz, G., Reinhard, S. and P. Reuter(Eds.), Sinn und Bedeutung VI, Proceeding of theSixth Annual Meeting of the Gesellschaft fuerSemantik, University of Osnabrueck.

Veldkamp, A. and L.O. Fresco. 1996a. CLUE: aconceptual model to study the conversion of landuse and its effects. Ecological Modelling 85:253-270.

Veldkamp, A. and L.O. Fresco. 1996b. CLUE-CR:an integrated multi-scale model to simulate landuse change scenarios in Costa Rica. EcologicalModelling 91:231-248.

Verbist, B.J.P.; Van Noordwijk, M.; Tameling, A.C.;Schmitz, K.C.L. and S.B.L. Ranieri. 2002. ANegotiation Support Tool for Assessment of Land

Use Change Impacts on Erosion in a PreviouslyForested Watershed in Lampung, Sumatra,Indonesia. In Rizzoli, A.E. and A.J. Jakeman(Eds.), IADS, Proceeding of the 1st BiennialMeeting of IEMSS, Vol. 1.

Verbist, B.; Ekadinata, A.P. dan S. Budidarsono. 2004.Penyebab alih guna lahan dan akibatnya terhadapfungsi daerah aliran sungai (DAS) pada lansekapagroforestri berbasis kopi di Sumatra. Agrivita 26(1):

Wear, D.N. and P. Bolstad. 1998. Land-use changesin southern appalachian landscapes: spatialanalysis and forecast evaluation. Ecosystems1:575-594.

Suyamto et al., Respon Petani Kopi Terhadap Gejolak Pasar