MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru...

33
475 MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE (Study of Social Interaction Islam-Hindu Bali) Dr. Kunawi Basyir, M.Ag. Lecture for Antropology of Religion at Islamic University State (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Email: [email protected] Abstract: Indonesia is a country that rich of diversity and differ- ence either ethnics, cultures, tribes, religions, etc. The diver- sity became a key factor for Indonesian independence. How- ever, modernization and democratization process have taken Indonesia in to a new phase, where the political domain is seized by uncontrolled liberalization process that impacts on the uncondusive social order. Since that period, religious experience of the Indonesian multicultural society has been being colored with conflicts and violances. By considering Muslim as a majority in indonesia and Bali as a homeland of Hinduism, this study aims to understand how Hindu and Islam adherents in Bali developing harmonious religious life. The data was collected by using observation and indept in- terview with religious and local leaders and goverment rep- resentatives. The reseach was conducted for about one year in 2014.The study results that multicultural society in Denpasar Bali indicates an ideal collaboration between Muslims and Hindus. The harmonious religious life is basi-

Transcript of MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru...

Page 1: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

475

MULTICULTURAL MOVEMENT BASEDON LOCAL CULTURE

(Study of Social InteractionIslam-Hindu Bali)

Dr. Kunawi Basyir, M.Ag.Lecture for Antropology of Religion at Islamic University

State (UIN) Sunan Ampel Surabaya.Email: [email protected]

Abstract:Indonesia is a country that rich of diversity and differ-

ence either ethnics, cultures, tribes, religions, etc. The diver-sity became a key factor for Indonesian independence. How-ever, modernization and democratization process have takenIndonesia in to a new phase, where the political domain isseized by uncontrolled liberalization process that impactson the uncondusive social order. Since that period, religiousexperience of the Indonesian multicultural society has beenbeing colored with conflicts and violances. By consideringMuslim as a majority in indonesia and Bali as a homelandof Hinduism, this study aims to understand how Hindu andIslam adherents in Bali developing harmonious religious life.The data was collected by using observation and indept in-terview with religious and local leaders and goverment rep-resentatives. The reseach was conducted for about one yearin 2014.The study results that multicultural society inDenpasar Bali indicates an ideal collaboration betweenMuslims and Hindus. The harmonious religious life is basi-

Page 2: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

476

International Seminar on Islamic Civilization

cally based on Balinese local culture (Bali Aga) that is verytolerant to diversity. One of the Balinese cultural values iswahat is called in local term as “menyama braya,” (unity,brotherhood, and social regognition). Together with culturalinstitutions, the local government officials has institutional-ized the values by producing some regulations, includinginserting the values in to school curriculum.

Keywords: Multiculturalism, local culture

A. PendahuluanEra globalisasi dan sistem informasi yang melanda dunia saatini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi negara Indone-sia. Hal tersebut ditengarahi adanya perbedaan-perbedaandalam kehidupan sosial telah mendorong pembentukandefinisi baru tentang berbagai hal dan memunculkan praktikkehidupan social keagamaan yang beragam. Berbagaidimensi kehidupan mengalami redefinisi dan diferensiasi danmenggejala di mana-mana dan saling menunjukkan sifatyang cukup relatif dalam berbudaya dan beragama diikutisikap keberagamaannya. Hal ini terjadi karena budaya danagama mengalami proses kontekstualisasi dan selalu melekat(embedded) pada realitas social, tetapi karena budaya yangmengkontekstualisasikan agama maka menghasilkan tatanilai (agama dan budaya) yang berbeda pula. Fenomenakeberagamaan seperti ini ditandai dengan adanya transfor-masi sistem pengetahuan, sistem nilai, dan sistem tindakankeagamaan.1

1 Irwan Abdullah, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2006), 32.

Page 3: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

477

Dengan berkembangnya sstem informasi dan globalisasiyang disemangati oleh kapitalisme dan liberalismemenyebabkan setiap pemeluk agama bebas mendefinisikanagama sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu, agamatidak lagi menjadi sumber nilai dan norma yang dibagibersama sebagai pedoman perilaku kolektif dalam kehidupansosial dan budaya, melainkan keberagamaan lebih merupa-kan rekognisi agama melalui proses konstruksi, dekonstruksi,rekonstruksi yang lebih bersifat individual dalam penafsirandan pemahaman secara terus-menerus banyak kalanganakademisi menyebut sebagai era kebangkitan pemikirankeagamaan2 yang dibarengi dengan maraknya konflik sosialdi mana-mana. Walaupun agama bukan satu-satunya faktorutama tetapi dalam eskalasinya pemikiran keagamaan tetapmemainkan peranan penting, sebagaimana yang disampai-kan oleh Huston Smith bahwa dunia sekarang sudah mulaimemasuki periode krisis yang berlangsung secara terus-menerus, agama sudah mulai masuk pada wilayah solidaritasprimordial yang merupakan titik lemah dari kehidupanberbangsa dan bernegara. Kesetiaan umat terhadap agama-nya secara negatif cenderung melahirkan ideologi eksklusifyang dapat melahirkan konflik etnis-religious.3

2 Era tersebut ditandai dengan maraknya kehidupan beragama dankecenderungan spiritualisme manusia modern yang melanda duniaBarat. Lihat Huston Smith, Agama-agama Manusia, terj. Safroedin Bahar(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1995), 15. Bandingkan NurcholishMadjid, Islam Doktrin Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang MasalahKeimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan (Jakarta: Paramadina, 1992), 7.

3 Huston Smith, Agama-agama Manusia, terj. Saafroedin Bahar. (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 1995), 5.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 4: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

478

International Seminar on Islamic Civilization

Suasana seperti itu akan mengancam keberadaankeragaman dan perbedaan (diversity) yang ada di Indone-sia, dikatakan demikian karena selama berabad-abad sampaipada dasawarsa terakhir tatanan kehidupan ssial keaga-maannya nampak damai dan tidak ada konflik yamg berarti.Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasikehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolakpolitik dan ekonomi yang berujung pada konflik sosialsemakin menjauhkan Indonesia sebagai negara yang damaidan makmur, sebagai contoh pada tahun 1998, sumbermendasar dari konflik-konflik tampaknya memang memusatpada dua unsur budaya objektif, yakni etnisitas dan agama.4

Melalui keduanya, masyarakat saling mengidentifikasi diridan menjadikan mereka merasa berbeda satu sama lain.Dalam pada itu, garis-garis pemisah antarbudaya (culturalfault lines) menjadi garis-garis pertentangan yang amatmendasar. Dalam relasi kebudayaan yang penuh keteganganitulah agama menjadi salah satu unsur pembeda palingdeterminan.5 Hal demikian bisa kita rasakan semenjak runtuh-4 Fenomena itu seolah menegaskan tesis Huntington bahwa faktor penentu

utama percaturan politik dunia adalah perbedaan budaya dan peradaban,bukan disparitas kepentingan ideologi, negara bangsa dan ekonomi.Salah satu unsur perbedaan paling determinan adalah agama. Ia punberkesimpulan bahwa benturan peradaban yang bakal berlangsungmenonjol adalah Barat-Timur. Lebih lanjut Huntington mengatakanbahwa sebagai suatu etnisitas, budaya atau kebudayaan terbatasi olehanasir objektif, semisal etnis, sejarah, bahasa tradisi, institusi-institusi,adat istiadat dan agama. Di saat yang sama, sebagai imbas logis darianasir objektif, budaya juga dibatasi oleh unsur subjektif, yaitu identifikasidiri dari individu-individu. Pada giliranya, dua hal tersebut membuatdistingsi antarbudaya yang tidak hanya riil, tetapi juga mendasar. LihatSamuel P. Huntington, The Clash of Civilizations and the Remaking of WorldOrder (New York:, 1993), 68..

5 Ibid., 56.

Page 5: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

479

nya rezim Orde Baru, anasir interes politik memang terlibat,tetapi konflik umumnya semakin membesar ketika sentimenetnis dan agama turut dimainkan. Khusus pada sentimenkeagamaan, agama memang bukan satu-satunya faktordalam banyak kasus pertikaian atau kekerasan, tetapi konsi-derasi keagamaan senantiasa ada dan sangat menentukan.

Melihat realitas tersebut maka persoalan multikultural-isme menjadi agenda yang sangat penting bagai negarakarena kesadaran akan eksistensi pluralitas keberagamaan(multkulturalisme) perlu dipahami bersama sebagai realitasalamiah. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi logisdalam kehidupan soaial, yakni tuntutan untuk hidup damaiantar-keyakinan kini diuji dan dipertaruhkan dalam lingkupmultireligius di tengah-tengah masyarakat yang multikul-tural, sehingga paradigma yang bersifat inklusif,6 toleran,bahkan pemahaman keagamaan yang moderat menjadisebuah solusi atas persoalan yang dihadapi oleh bangsa In-donesia selama ini. Kondisi seperti ini yang sedang terjadi diDenpasar-Bali.

Komposisi masyarakat Indonesia yang semakin beragam(plural dan multikultural) sebenarnya menjadi modal dasar

6 Paradigma ini meyakini bahwa agama anutan yang memiliki kebenarandan keselamatan yang lebih sempurna dari pada agama lain. Agamalain boleh jadi benar sejauh kebenaran yang diusungnya memiliki kriteriatertentu sebagaimana dimiliki agama anutan. Paham ini berkarakterterbuka sehingga klaim itu tidak dijadikan sebagai alasan untukmenegasikan kebenaran agama atau keyakinan lain. Paham ini selalumerapatkan pencarian common platform di tengah-tengah masyarakatpluralitas. Lihat dalam Fatimah Husein, Muslim-Christian Relations in theNew Order Indonesia: The Exlusivist and Inclusivist Muslims Perspectives(Bandung: Mizan, 2005), 31.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 6: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

480

International Seminar on Islamic Civilization

untuk membangun persatuan yang berangkat dari adanyaperebedaan tersebut sehingga masyarakat Indonesia menjadisebvuah bangunan masyarakat madani yang kuat. Akantetapi realitas sebaliknya justru sejak zaman awal merdekasampai kini bangunan multikulturalisme mengalami pasangsurut dalam arti nilai-nilai pluralisme terjadi pergeseran yangsangat signifikan. Sehingga dengan ini perlu kita pikirkanbagaimana membangun kesadaran dan perbedaan (multikul-turalisme) sehingga menghasilakan bangunan masyarakatmadani yang kuat.

B. Civil Society Sebagai Basis GerakanMultikulturalSalah satu isu yang populer pada dekade 90-an adalah

wacana tentang masyarakat madani, isu ini menarikdiperbincangkan di kalangan akademisi mengingat kondisisosial politik Indonesia tidak menentu sehingga berakibatpada tataran krisis identitas dan krisis peradaban. Istilah“masyarakat madani” menurut Naquib al-Attas semaknadengan istilah “civil society”, yaitu masyarakat yangmenjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.7

Gerakan reformasi Indonesia tahun 1998 berdampakpada tata relasi hubungan kekuasaan yang sentralistik luluhlantak. Orde Baru dengan kekuasaan yang bersifat sentralis-tik hancur dalam tataran simbol kekuasaannya. Kekuasaanakhirnya menyebar dalam institusi-institusi negara di tingkatprovinsi, kabupaten, kelurahan, dan sampai pada tingkat

7 Naquib al-Attas dalam Riswanda Imawan, Masyarakat Madani dan AgendaDemokratisasi (Jakarta: LSAF, 1999), 12.

Page 7: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

481

desa. Sebagai salah satu contoh propinsi di Indonesia adalahpronsi Bali yang bertahun-tahun memegangi local widomnyasebagai modal bangunan masyarakat madani di sana kenadampak yang sangat luar biasa. Bisa kita sebut seperti desapakraman desa Pakraman (desa adat) di kota Denpasar Balipun tertimpa dampak kekuasaan ini. Semangat otonomidaerah sebagai salah satu wadah untuk membangun civilsociety di Denpasar semakin kuat, sehingga desa Pakramanseolah-olah menjadi reinkarnasi dari negara baru bagimasyarakat Bali. Mereka menempatkan desa Pakramansebagai benteng pertahanan terakhir budaya Bali. Beragamgerakan dan program-program melestarikan tradisi darikepunahan. Pemerintah bersama masyarakat Bali mulaimempopulerkan jargonnya “Ajeg Bali”, bahwa Bali haruskembali ke barak, artinya bahwa Bali harus dibangunberdasarkan kultur Bali, dan kultur Bali dibangun bernafasHindu.

Untuk mengambalikan Bali seperti Bali pada masasebelumnya maka pemerintah mulai mengatur perda-perdayang bernuansa syari’at Hindu mulai diberlakukan.8

Walaupun Bali memberlakukan syari’at Hindu, perda-perdatersebut tetap memberikan peluang pada agama-agama lainuntuk hidup berdampingan, karena kultur ini merupakan

8 Perda No. 3 tahun 1991 bahwa secara umum jenis pariwisata yang dalampengembangnya didasarkan kebudayaan Bali yang bernafaskan agamaHindu dengan menjaga keselarasan hubungan antar pariwisata danmasyarakat serta kebudayaanya. Demikian juga berkali-kali GubernurBali I Made Mangku Pastika mengungkapkan bahwa dengan adat, budaya,dan agama yang satu, yaitu agama Hindu adalah modal dasar untukmewujudkan keamanan berlandaskan adat, budaya, dan agama.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 8: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

482

International Seminar on Islamic Civilization

kultur yang telah lama dibangun sejak adanya kerajaan-kerajaan kecil di Bali seperti kerajaan Waturenggong diKlungkung, Kerajaan Badung di Denpasar.9 Pada masakerajaan inilah istilah menyama braya dipopulerkan, akan.tetapi karena adanya modernisasi dan hegemoni politik OrdeBaru tradisi tersebut sedikit demi sedikit tidak menampakkandiri pada masyarakat Bali.

Salah satu agenda Bali yang termuat dalam “ajeg Bali”harus diangkat kembali yaitu berupa tradisi dan budaya“menyama braya” (kita semua adalah satu saudara). Budayatersebut merupakan salah satu budaya yang meneguhkantoleransi antarumat beragama di Kota Denpasar Bali. Konsepkunci yang dipegang teguh oleh umat Hindu sebagaipedoman dalam meneguhkan harmoni sosial keagamaanadalah “Tat Twam Asi” dan “Yama Niyama Brata. Tat TwamAsi” berarti aku adalah engkau. Sedang Yama Niyama Brataberarti engkau adalah aku.

Bagi orang Bali apabila kita menyayangi diri sendiri,mengasihi diri sendiri, maka harus berkata dan berbuatkepada orang lain sebagaimana berbuat pada diri kitasendiri. Jika prinsip-prinsip ini bisa jalankan, maka kedamaianhidup di dunia ini akan bisa diwujudkan. Wujud nyata daripenerapan konsep itu dapat kita temukan dalam kehidupan

9 Pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan Nusantara, kerajaan Badunglagi mengalami konflik dengan kerajaan Mengwi. Kerajaan Badungmemperoleh bantuan keamanan (tentara Muslim dari kerajaan Bugis),dan kerajaan Badung berhasil memukul mundur kerajaan Mengwi.Fenomena inilah salah satu cikal bakal Muslim di Kepaon Kota Denpasar.Simak dalam “ Umat Islam Sudah Datang Ke Bali Semenjak Abad ke 15M, Bali Pos, 2 Desember 2001.

Page 9: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

483

sehari-hari seperti tradisi ngupoin, mapitulu10 mejenukkan11,ngejot,12 dan lain-lain. Semua itu merupakan bentuk jalinankerukunan antarumat beragama di Denpasar Bali.

Untuk membangun membangun masyarakat multikul-tural yang kuat sebagaimana pelaksanan “Ajeg Bali” atau“Ajeg Hindu” selalu tetap mengedepankan struktur sosialmasyarakat Bali yang multi-kultural, multi- etnis, dan pluralis-tik. Hal yang demikian tercermin dalam visi yang dicanang-kan oleh Pemerintah Kota Denpasar yaitu “Denpasar KreatifBerwawasan Budaya dalam Keseimbangan Menuju Kehar-monisasian”. Ajeg Hindu sebagai ikon Bali di mata nasionalmaupun internasional, nampaknya sejalan dengan teorimultukultural13 yang digagas oleh George Ritzer, tokoh post-

1 0 Ngupoin, mapitulung adalah membantu tetangga, teman, dan kerabat dalamhal persiapan upacara. Tradisi ini sudah menjadi adat kebiasaanmasyarakat Denpasar seperti ketika akan diadakan upacara-upacara baikpernikahan, upacara adat maupun upacara yang lain umat islam dan Hindusaling membaur untuk membantu mensukseskan acara yang akandilangsungkan, mulai dari keamanan sampai pada masalah perlengkapan.Sedang bedanya ngupoin dengan mapitulung adalah kalau ngupoin biasanyadigunakan dalam hal orang yang punya hajatan. Sedangkan mapitulungdigunakan ketika akan mengadakan upacara keagamaan.

1 1 Majenukan artinya ikut mensukseskan acara, baik acara hajatan maupunacara-acara ritual keagamaan yang ada di Bali.

1 2 Ngejot adalah membagikan makanan (daging) kepada tetangga, kerabatterdekat yang ada di sekitarnya. Tradisi ini biasanya dijalankan menjelanghari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Dan menjelang hari Raya Idul Fitribagi umat Islam..

1 3 Teori ini memiliki tujuh karakter yaitu: Pertama, menolak teori universalistikyang cenderung membela yang kuat. Kedua, mencoba menjadi inklusif danmemberi perhatian atas kelompok-kelompok lemah. Ketiga, teori ini tidakbebas nilai. Keempat, mencoba bersifat terbuka. Kelima, Tidak membedakannarasi besar dan narasi kecil. Keenam, bersiat kritis. Ketujuh, mengakui bahwakarya mereka dibatasi oleh karya tertentu baik dalam bentuk konteks kulturmauoun sosial tertentu. Lihat George Ritzer, Teori Sosial Postmodern, terj.Muhammad Taufiq (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), 322.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 10: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

484

International Seminar on Islamic Civilization

modern ini menekankan pada masalah keterpinggiran dankecenderungan intelektual manusia, artinya bahwa kelom-pok-kelompok minoritas dan kelompok-kelompok yangterpinggirkan diberdayakan untuk menempati posisi yanglebih penting dan diberi signifikasi yang sama dalam duniasosial.

Ajeg Bali sebagai modal untuk mempersatukan masyara-kat multikultural di Bali terutama di Denpasar, merupakanpilihan yang paling tepat untuk mewujudkan Bali sebagaidaerah yang aman, damai, dan sejahtera. Kalau kita simakdari segi sejarah diberlakukanya jargon yang begitufundamentalistik dengan Hindu terebut bukan berartimengakibatkan tertutupnya toleransi umat beragama didaerah setempat tetapi justru memberikan pintu bagiterbukanya keharmonisan dalam kehidupan keberagamaan,karena jargon tersebut dibarengi konsep yang populerdengan istilah “menyama braya”. Diberlakukannya jargon(Ajeg Bali) tersebut, menurut orang Bali bahwa masyarakatkota Denpasar harus mandiri dengan kultur Bali, karenaselama beberapa tahun, terutama pada masa Orde Baru,pemerintah merupakan satu-satunya agency untuk mengelolapariwisata di Bali dengan jargon Sapta Pesona-nya sehinggaBali kehilangan akarnya (jati diri) karena masyarakat Balitelah terhegemoni oleh pemerintah sehingga merekaterpuruk, maka datanglah Bom Bali 2002.14

1 4 Retaknya hubungan umat Islam dengan umat Hindu Bali setelahpengeboman tersebut, menurut pengamat sosial Agung Putri, lantaranfaktor ambruknya kehidupan ekonomi Bali. Pariwisata lumpuh karenacap teror dan tidak aman yang menempel pada Bali. Kebetulan pelakuBom Bali adalah Muslim sehingga muncul sentimen anti Islam. Lihat

Page 11: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

485

Dari fenomena itulah masyarakat Bali mulai sadar bahwaorang Bali harus bangkit dan berdiri di atas kakinya sendiri.Meminjam bahasa A.S Hikam, masyarakat Bali harusmembangun civil society berbasis jati diri. Nampaknyabudaya Hindu (local wisdoom) di Bali sangat dibutuhkanuntuk menginspirasi menuju Bali maksartham jagadhita ya caiti dharma (kesejahteraan lahir batin) seperti yang diimpikanoleh Hindu maupun masyarakat Bali pada umumnya.Benteng dan wacana untuk menguatkan bangunanmasyarakat sipil Bali “Ajeg Bali” bahkan “Ajeg Hindu”selayaknya dipopulerkan dan diangkat kembali agar Balikembali lebih cerah, lebih aman dan juga lebih mempesona,baik budayanya, ekonomi, maupun sosial keagamaannyasebagaimana Bali pada masa-masa pemerintahan kerajaanBali pada masa lampau.15

C. Budaya Menyama Braya Sebagai BasisGerakan MultikulturalKeinginan Bali untuk mengatur perda-perda yang

bernuansa syari’at Hindu mulai diberlakukan.16 Walaupun

“Ngurah Agung Memulihkan Keretakan Hindu-Muslim”, Tempo, 21Agustus, 2013.

1 5 I Gede Mudana, “ Lolakisme dalam Politik Lokal Bali”, dalam I MadeSuastika “ Jelajah Kajian Budaya” (Denpasar: Pusataka larasan Bekerjasamadengan Program Studi Magister dan Doktor Kajian Budaya UnversitasUdhayana, 2012), 59.

1 6 Perda No. 3 tahun 1991 bahwa secara umum jenis pariwisata yang dalampengembangnya didasarkan kebudayaan Bali yang bernafaskan agamaHindu dengan menjaga keselarasan hubungan antar pariwisata danmasyarakat serta kebudayaanya. Demikian juga berkali-kali GubernurBali I Made Mangku Pastika mengungkapkan bahwa dengan adat, budaya,dan agama yang satu, yaitu agama Hindu adalah modal dasar untukmewujudkan keamanan berlandaskan adat, budaya, dan agama.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 12: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

486

International Seminar on Islamic Civilization

berdasarkan syari’at Hindu, perda-perda tersebut tetapmemberikan peluang pada agama-agama lain untuk hidupberdampingan, karena kultur ini merupakan kultur yangtelah lama dibangun sejak adanya kerajaan-kerajaan kecil diBali seperti kerajaan Waturenggong di Klungkung, KerajaanBadung di Denpasar.17 Pada masa kerajaan inilah istilahmenyama braya dipopulerkan, akan tetapi karena adanyamodernisasi dan hegemoni politik Orde Baru tradisi tersebutsedikit demi sedikit tidak menampakkan diri pada masyara-kat Bali.

Dengan demikian salah satu Ajeg Bali yang harusdiangkat kembali adalah “menyama braya”. Budaya tersebutmerupakan salah satu budaya yang meneguhkan kembalitoleransi antarumat beragama di Kota Denpasar Bali. Menurutorang Bali, apabila kita menyayangi diri sendiri, mengasihidiri sendiri, maka harus berkata dan berbuat kepada oranglain sebagaimana berbuat pada diri kita sendiri. Jika prinsip-prinsip ini bisa dijalankan, maka kedamaian hidup di duniaini akan bisa diwujudkan. Wujud nyata dari penerapankonsep itu dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hariseperti tradisi ngupoin, mapitulu18 mejenukkan19, ngejot,20 dan

1 7 Pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan Nusantara, kerajaan Badunglagi mengalami konflik dengan kerajaan Mengwi. Kerajaan Badungmemperoleh bantuan keamanan (tentara Muslim dari kerajaan Bugis),dan kerajaan Badung berhasil memukul mundur kerajaan Mengwi.Fenomena inilah salah satu cikal bakal Muslim di Kepaon Kota Denpasar.Simak dalam “ Umat Islam Sudah Datang Ke Bali Semenjak Abad ke 15M, Bali Pos, 2 Desember 2001.

1 8 Ngupoin, mapitulung adalah membantu tetangga, teman, dan kerabatdalam hal persiapan upacara. Tradisi ini sudah menjadi adat kebiasaanmasyarakat Denpasar seperti ketika akan diadakan upacara-upacarabaik pernikahan, upacara adat maupun upacara yang lain umat islam

Page 13: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

487

lain-lain. Semua itu merupakan bentuk jalinan kerukunanantarumat beragama di Denpasar Bali.

Bentuk dan proses untuk menuju masyarakat multikul-tural yang kuat sebagaimana pelaksanan “Ajeg Bali” atau“Ajeg Hindu” nampak tetap mengedepankan struktur sosialmasyarakat Bali yang multi-kultur, multi- etnis danpluralistik. Hal yang demikian tercermin dalam visi dan misiyang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Denpasar yaitu“Denpasar Kreatif Berwawasan Budaya dalam KeseimbanganMenuju Keharmonisasian”. Ajeg Hindu sebagai ikon Bali dimata nasional maupun internasional nampaknya sejalandengan teori multukultural21 yang digagas oleh George Ritzer,tokoh postmodern yang menekankan pada masalahketerpinggiran dan kecenderungan intelektual manusia. Pada

dan Hindu saling membaur untuk membantu mensukseskan acara yangakan dilangsungkan, mulai dari keamanan sampai pada masalahperlengkapan. Sedang bedanya ngupoin dengan mapitulung adalah kalaungupoin biasanya digunakan dalam hal orang yang punya hajatan.Sedangkan mapitulung digunakan ketika akan mengadakan upacarakeagamaan.

1 9 Majenukan artinya ikut mensukseskan acara, baik acara hajatan maupunacara-acara ritual keagamaan yang ada di Bali.

2 0 Ngejot adalah membagikan makanan (daging) kepada tetangga, kerabatterdekat yang ada di sekitarnya. Tradisi ini biasanya dijalankan menjelanghari Raya Nyepi bagi umat Hindu. Dan menjelang hari Raya Idul Fitribagi umat Islam..

2 1 Teori ini memiliki tujuh karakter yaitu: Pertama, menolak teori universalistikyang cenderung membela yang kuat. Kedua, mencoba menjadi inklusifdan memberi perhatian atas kelompok-kelompok lemah. Ketiga, teori initidak bebas nilai. Keempat, mencoba bersifat terbuka. Kelima, Tidakmembedakan narasi besar dan narasi kecil. Keenam, bersiat kritis. Ketujuh,mengakui bahwa karya mereka dibatasi oleh karya tertentu baik dalambentuk konteks kultur mauoun sosial tertentu. Lihat George Ritzer, TeoriSosial Postmodern, terj. Muhammad Taufiq (Yogyakarta: Kreasi Wacana,2005), 322.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 14: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

488

International Seminar on Islamic Civilization

intinya teori ini menyatakan bahwa kelompok-kelompokminoritas dan kelompok-kelompok yang terpinggirkandiberdayakan untuk menempati posisi yang lebih penting dandiberi signifikasi yang sama dalam dunia sosial.22

Ajeg Bali sebagai ikon untuk mempersatukan masyara-kat multikultural di Bali terutama di Denpasar merupakanpilihan yang paling tepat untuk mewujudkan Bali sebagaidaerah yang aman, damai dan sejahtera. Kalau kita simakdari segi sejarah diberlakukannya jargon yang begitu funda-mentalistik dengan Hindu, bukan berarti mengakibatkantertutupnya toleransi umat beragama di daerah setempattetapi justru memberikan pintu bagi terbukanya kehar-monisan dalam kehidupan keagamaan, karena jargon terse-but dibarengi konsep yang populer dengan istilah “menyamabraya”. Diberlakukannya jargon (Ajeg Bali) tersebut, menurutorang Bali bahwa masyarakat kota Denpasar harus mandiridengan kultur Bali, karena selama beberapa tahun, terutamapada masa Orde Baru, pemerintah merupakan satu-satunyaagency untuk mengelola pariwisata di Bali dengan jargonSapta Pesona nya sehingga Bali kehilangan akarnya (jati diri)karena masyarakat Bali telah terhegemoni oleh pemerintah.Akibatnya mereka terpuruk dengan datangnya Bom Bali2002.23

2 2 Ibid., 257.2 3 Retaknya hubungan umat Islam dengan Hindu Bali setelah pengeboman

tersebut, menurut pengamat sosial Agung Putri, lantaran faktorambruknya kehidupan ekonomi Bali. Pariwisata lumpuh karena cap terordan tidak aman yang menempel pada Bali. Kebetulan pelaku Bom Baliadalah Muslim sehingga muncul sentimen anti Islam. Lihat “NgurahAgung Memulihkan Keretakan Hindu-Muslim”, Tempo, 21 Agustus, 2013.

Page 15: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

489

Sebagaimana yang disampaikan oleh Antonio Gramscibahwa ada dua level struktur utama dalam pemerintahanyaitu: masyarakat sipil dan masyarakat politik. Kelompokmasyarakat sipil mencakup seluruh aparatur transmisi yangsering disebut swasta, seperti lembaga pendidikan, mediamasa, dan termasuk lembaga-lembaga agama. Sementarakelompok masyarakat politik atau negara mencakup semuainstitusi publik yang memegang kekuasaan untukmelaksanakan pemerintahan. Menurut Gramsci, hegemoniadalah sebuah kelas politik yang berhasil membujuk kelas-kelas lain dalam masyarakat untuk menerima nilai-nilaimoral, politik maupun kulturnya.24

Dari fenomena itulah masyarakat Bali mulai sadar bahwaorang Bali harus bangkit dan berdiri di atas kakinya sendiri,meminjam bahasa A.S Hikam masyarakat Bali harusmembangun civil society berbasis jati diri. Nampaknyabangunan Hindu di Bali sangat dibutuhkan untuk mengin-spirasi menuju Bali maksartham jagadhita ya ca iti dharma(kesejahteraan lahir batin) seperti yang diimpikan olehkomunitas Hindu maupun masyarakat Bali pada umumnya.Benteng dan wacana untuk menguatkan bangunan masyara-kat sipil Bali “Ajeg Bali” bahkan “Ajeg Hindu” selayaknyadipopulerkan dan diangkat kembali agar Bali kembali lebihcerah, lebih aman, dan juga lebih mempesona, baik budaya-nya, ekonomi, maupun sosial keagamaannya sebagaimana

2 4 Antonio Gramsci, Selection From Prison Notebook (New York: InternationalPublisher, 1971), 57.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 16: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

490

International Seminar on Islamic Civilization

Bali pada masa-masa pemerintahan kerajaan Bali pada masalampau.25

Nyama braya merupakan satu-satunya hal yang palingideal dalam “Ajeg Bali atau Ajeg Hndu” karena istilah ini yangtelah mencirikan pulau Dewata (Bali) di mana hidupberdampingan, bertetangga dan bersama-sama merupakanarti dari istilah tersebut. Melalui menyama braya kita belajarbanyak hal seperti: berkomunikasi, berinteraksi untukmembangun persaudaraan yang kuat. Semua orang yangtinggal di Bali adalah saudara tak peduli mereka orang Baliasli atau bukan. Itulah yang membuat mengapa tradisimenyama braya ini sangat pantas dilestarikan. Namun, seiringdengan berjalannya waktu yang mengarah ke modernisasi,pada waktu tertentu menyama braya seolah kehilanganfilosofinya. Banyak perpecahan tak terduga yang akhirnyaterjadi di pulau Bali. Masyarakat Bali seolah lupa bahwa adatradisi yang sudah mengakar dalam kehidupannya yaitumenyama braya.26

Gentha Khrisna, seorang aktifis kajian agama dan budayadi Bali mengungkapkan bahwa adanya keragaman danperbedaan bangsa Indonesia dari segi agama cukup dominanyaitu enam agama besar yang mendiami di Bali antara lainHindu, Islam, Kristen, Katholik, Budha dan Konghuchu.

2 5 I Gede Mudana, “ Lolakisme dalam Politik Lokal Bali”, dalam I MadeSuastika “ Jelajah Kajian Budaya” (Denpasar: Pusataka larasan Bekerjasamadengan Program Studi Magister dan Doktor Kajian Budaya UnversitasUdhayana, 2012), 59.

2 6 http://madyapadma-online.com/index.php/kategori-rubrik/opini-semua-konten-tentang, opini/39-juara-2-kording-undiksha-berita-opini, 25Oktober 2013.

Page 17: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

491

Keragaman dan perbedaan yang demikian biasanyamempunyai potensi konflik jika tidak mampu dimenejdengan baik dan tidak memiliki kebijaksanaan yang luas danmantap dalam menumbuhkan dan membina kerukunan.Untuk ini, masyarakat beragama menghadapi tantanganyang begitu besar dalam menghadapi perubahan-perubahanyang terjadi di dunia ini. Bagi setiap agama mempunyaipersoalan yang sala satunya adalah bagaimana menghu-bungkan dirinya sendiri dengan perubahan yang besar danmendesak di zaman ini tidak lain adalah berusaha melenyap-kan kemiskinan, kebodohan dan penghinaan. Perjuanganuntuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik di dunia ini,munculnya struktur masyarakat baru dan datangnyaperubahan yang berkesinambungan, dan bagaimana umatberagama dapat membangun peradaban yang kaya dengannilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai menyama braya.

Persoalan-persoalan kemanusiaan tidak akan selesai jikahanya diselesaikan oleh satu kelompok agama atau satugolongan agama tertentu. Oleh karena itu sebagai umatmanusia yang memiliki iman atas nilai-nilai keagamaansedang menghadapi persoalan yang diakibatkan olehkesalahan menempatkan dan memanfaatkan ilmu pengeta-huan dan teknologi. Di sinilah konsepsi menyama brayamenjadi sangat penting dan berarti bagi kehidupan umatmanusia, sebagaimana dalam kitab Reg Veda yang berbunyi“Sam Gacchadhvan Sam Vadadhvam, Sam Vo ManamsiJanatam, Deva Bhagam Yatha Purvo, Sanjanano Upasate(Berkumpul-kumpullah, bermusyawarahlah satu sama lain,

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 18: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

492

International Seminar on Islamic Civilization

satukanlah semua pikiranmu, Dewa pada jaman duhulusenantiasa dapat bersatu).27

Dari kutipan ayat tersebut dapat digambarkan bahwasemua manusia mendambakan adanya penyesuaian pikirandan tujuan untuk mencapai hidup bersama yang bahagia.Hal tersebut sekaligus untuk mengantisipasi sikap-sikapnegatif (seperti sikap fanatisme) yang sering muncul dalammasyarakat yang majemuk. Menyama braya adalah sebuahkonsep ideal yang bersumber dari sistem nilai budaya masya-rakat Bali yang religious. Sistem nilai budaya merupakantingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adatistiadat Bali. Hal ini disebabkan oleh nilai- nilai budaya itumerupakan konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalamalam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat. Konsep-konsep mengenai apa yang mereka anggap benilai, berharga,penting dan benar yang mesti dilaksanakan dalam hidupsehari-hari, nilai-nilai luhur itu diharapkan dapat berfungsisebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasikepada kehidupan masyarakat Bali.

Menyama braya adalah salah satu kearifan lokal yangmampu mencirikan masyarakat Bali yang gemar menjalinpersaudaraan. Menyama braya adalah salah satu kearifan lokalmilik masyarakat Bali yang tidak kita temukan lagi di manapun. Inilah rumah kita, di sinilah saudara kita, dan bersamamerekalah kita hidup bersama. Jadi, apa lagi yang perlu

2 7 Ida Bagus Dharmika. “Menyama Braya: Hakikat Hubungan Manusia DenganManusia Di Bali”, Makalah disampaikan pada Musyawarah Majelis Agamadalam Forum Komunikasi Antar Umat Beragama Prop. Bali di Hotel Or-ange Denpasar Bali Oktober 2005, 2.

Page 19: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

493

diributkan. Walaupun bentrokan kecil pernah terjadi baikbentrok antarpemuda, antarbanjar, antarkelompok masyara-kat. Tetapi karena tradisi menyama braya telah diwariskansecara turun-temurun maka bentrok itu bisa segera terselesai-kan. Sebagai orang berpijak di atas tanah Bali dituntut untukmampu hidup di tengah masyarakat yang heterogen, karenakonsep nyama braya itu adalah berasal dari kita oleh kita danuntuk kita. Dengan demikian apabila istilah ini diamalkanoleh semua warga Bali maka segala jenis bentrokan akandapat dihindari.

Masyarakat Hindu Bali berpandangan bahwa menyamabraya merupakan simbol atas kemenangan “Dharma”. Olehkarena itu kemenangan Dharma akan menjadi jelas ketikasetiap masyarakat mampu menangkap signal perdamaianyang dipancarkan oleh Mulat Sarira. Jika signal perdamaianbisa ditangkap dengan jernih, maka akan menghasilkangambar “Penyama Brayaan” yang sempurna. Menyama brayayang saling asah-asih dan asuh adalah gambar jernih yangdihasilkan oleh kejernihan gelombang perdamaian yangdipancarkan oleh stasiun pemancar Mulat Sarira “.28

Ida Bagus Dharmika mengungkapkan bahwa salah satukonsep kunci yang dipegang teguh oleh umat Hindu di Balisebagai pedoman di dalam hubungan antara manusia denganmanusia adalah konsep Tat Twam Asi dan Yama NiyamaBrata. Tat Twam Asi yang berarti aku adalah engkau, sedangyama niyama brata yang berarti engkau adalah aku. Apabilakita menyayangi diri sendiri, mengasihi diri sendiri begitulah

2 8 Ida Bagus Dharmika. “Menyama Braya, 8.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 20: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

494

International Seminar on Islamic Civilization

seharusnya kita berpikir, berkata, dan berbuat kepada oranglain. Apabila prinsip-prinsip ini bisa dijalankan makakedamaian hidup di dunia ini akan bisa diwujudkan. Wujudnyata dari penerapan konsep itu dalam kehidupan sehari-hari muncullah beberapa konsep operasional dalam kebuda-yaan Bali seperti ngoopin, mejenukkan, ngejot, mapitulung,dan lain-lain.29

Budaya menyama braya dalam masyarakat Bali merupa-kan salah satu budaya yang meneguhkan kembali hubungankerukunan antarumat beragama. Hal ini tampak ketikamemperingati hari raya, upacara pernikahan, dan juga bilaterjadi kematian. Kita temukan saat hari raya Nyepi (TahunBaru Saka 1935/2013 M) yang baru dirayakan masyarakatHindu di Denpasar. Baik komunitas Muslim, Katolik, Kristenmaupun komunitas Budha berpartisipasi ikut membantuproses pelaksanaan Nyepi di daerah masing-masing, mulaidari perlengkapan sampai pada sistem keamanan. Demikianjuga dalam perayaan keagamaan yang terjadi bagimasyarakat Muslim di Bali, tradisi menyama braya mudahdidapati di dalamnya. Misalnya saat umat Islam mempe-ringati Isro’ Mi’raj di Masjid Darussalam Ubung dan di masjidRaya Suci. Komunitas Hindu memberikan bantuan baikmakanan maupun keamanan. Justru yang memegangkeamanan adalah para pecalang (polisi lokal Hindu Bali) yangberpakaian adat Hindu untuk menjaga keamanan demikelancaran acara berlangsung.

2 9 Ida Bagus Dharmika, Kerukunan Antar Umat Beragama di Desa AngantigaPetang Badung (Denpasar: Universitas Hindu Indonesia Bali, 2000), 87.

Page 21: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

495

Tradsi menyama braya sangat dirasakan oleh komunitasMuslim di Denpasar seperti yang diungkapkan oleh.KH.Muhammad Sya’ban bahwa menyama braya adalah sebagaisarana untuk meningkatkan kerukunan antarumat beraga-ma, artinya bahwa semua umat manusia adalah saudara baikIslam maupun Hindu. Dalam hal ini Sya’ban berpegang padaungkapan Raja Pemecutan bahwa Islam di sini adalah saudara,maka umat Islam harus dihargai dan diberikan tempat yanglayak. Masih menurut Sya’ban bahwa ungkapan itu terbukisampai sekarang di mana Raja Gusti Ngurah Manik (DinastiPemecutan sekarang) selalu memberikan pengarahan danmendorong kaum Muslim di Denpasar untuk hidupberdampingan. Kalau kiranya akan ada tanda-tanda gesekanmasalah agama ia terjun langsung untuk komunikasi denganmasyarakat setempat.

Hal yang paling nampak dari kesadaran pluralisme bagiRaja Gusti Ngurah Manik adalah setiap hari besar Islamseperti hari raya Idul Fitri ia mengadakan acara halal bihalaldan mengundang semua komunitas Muslim yang ada didaerah Denpasar. Demikian juga ketika bulan Ramadlan, iamengadakan buka bersama yang dihadiri oleh komunitasMuslim dan Hindu yang bertempat di Puri Pemecutan.Karena antusiasnya mempersatukan Islam dan Hindu diDenpasar dibentuklah Persaudaraan Hindu-Muslim Bali(PHMB) yang disponsori oleh Puri Pemecutan. Hal tersebutmerupakan anjuran dari Gusti Ngurah Manik sendiri. Wadahini sebagai tempat untuk membina kebersamaan Hindu danMuslim di Denpasar.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 22: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

496

International Seminar on Islamic Civilization

Masyarakat Islam Bali memberikan pengertian bahwabudaya menyama braya adalah tali persaudaraan atauhubungan sosial atas dasar kekeluargaan, semangatkebersamaan dan kesatuan seperti layaknya keluarga. Halini dibuktikan dengan sebutan: Nyama Selam, Nyama Kristen,Nyama Cina. Anshari (tokoh komunitas Muslim Denpasar)menambahkan bahwa budaya menyama braya di Bali identikdengan isi perjanjian masyarakat Madinah yang populerdengan “Piagam Madinah”.

Dari beberapa butir isi piagam setidaknya perlu dikem-bangkan untuk memperkaya khazanah budaya menyamabraya di Bali agar Bali tetap Berseri. Dari beberapa fenomenayang terjadi di Bali pada umumnya dan di kota Denpasarpada khususnya kearifan lokal yang dimuat dalam jargonmenyama braya bagi masyarakat Bali telah teruji sebagailandasan moral dalam membangun integrasi dan harmonisosial masyarakat multikultural yang ada.

Budaya menyama braya dapat menjadi progam unggulanbagi masyarakat multikultural di Denpasar karena menyamabraya mempunyai makna yang strategis bagi perkembanganBali di masa yang akan datang. Jargon tersebut menjadiprimadona bagi semua agama yang ada di Bali. Seperti acaradialog yang digelar oleh FKUB Bali pada tahun-tahunterakhir, semua wakil agama menyampaikan pandangannyamengenai konsep menyama braya dan relevansinya denganajaran agama masing-masing. Pandangan dan pengakuandari beberapa tokoh agama dapat digambarkan bahwa jar-gon tersebut (menyama braya) merupakan salah satu sektorpendorong pelaksanaan toleransi interumat beragama

Page 23: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

497

maupun antarumat beragama di Bali, terutama di kotaDenpasar.

Istilah menyama braya bukan hanya populer di kalanganmasyarakat Bali (Hindu) saja tetapi juga populer di kalanganpendatang (Nyama Selam) sehingga perbedaan dalam halagama bukan merupakan tantangan tetapi merupakansebuah solusi bagi kehidupan keagamaan masyarakatmultikultural (Hindu-Islam). Mereka saling mempunyai sifattenggang rasa, saling memahami, saling menghormatiantarsesama, mereka bisa membedakan mana wilayahdoktrin dan mana wilayah sosial.

Untuk menghindari ketersinggungan antarumatberagama di Denpasar, para ‘ulama dan tokoh agama selaluaktif mengingatkan para mubaligh, ustadz, guru ngajimaupun para khotib Masjid di Denpasar agar dalam setiapceramahnya mengangkat tema-tema toleransi umatberagama berdasarkan al-Quran maupun Hadith, dan perlumenghindari tema-tema yang memecah belah bangsa sepertitema tentang “kafir, babi, berhala”. Hal itu perlu dilakukanagar mereka terhindar dari jebakan definisi yang banyakdilontarkan oleh kelompok-kelompok radikalis Islam. Tema-tema tersebut akan berdampak pada ketersinggungan bagikomunitas Hindu.

Menyimak beberapa fenomena tersebut dapat digambar-kan bahwa masih adanya semangat untuk membangunkebersamaan sebagai landasan dalam mewujudkan keru-kunan antar umat beragama, walaupun masih diliputibeberapa hal-hal yang dapat membawa rasa curiga, was-was,rasa aman dan tidak aman satu sama lain. Oleh karena itu,

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 24: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

498

International Seminar on Islamic Civilization

ide multikulturalisme belum sampai menyentuh ke tingkatakar.

D. Nyama Selam dan Nyama Hindu SebagaiKunci Gerakan MultikultualNyama Selam, Nak Jawa, mungkin masih asing di telinga

kita. Dua kalimat pendek tersebut merupakan sebutan bagimereka (Islam) yang sudah mengintroduksikan budaya Balidalam kehidupannya. Dalam bahasa Bali “nyama” berartisaudara dan “selam” berarti Islam. Jadi mereka (Orang Is-lam: Jawa) adalah saudara kita (Orang Bali). Istilah ini sudahdiakui sebagai salah satu etnis yang mendiami pulau seribuPura ini. Sementara mereka (orang Islam: nak Jawa)menyebut orang Bali dengan sebutan “Nyama Bali”.

Dari penggunaan istilah tersebut jelas bahwa sesungguh-nya kita adalah saudara yang mungkin dalam beberapa halmemiliki perbedaan dan juga persamaan akan tetapiperbedaan dalam hal agama bukan sebagai pemicu adanyakonflik akan tetapi justru sebagai alat pemersatu antara Is-lam dan Hindu, karena jargon “menyama braya” sebagai AjegBali (dipatenkan) mampu menjalin kebersamaan, hidupberdampingan, dan kedamaian begitu kental di Bali. Tidakpeduli ras, suku, agama, budaya, maupun etnis yang berbedabukanlah penghalang. Karena itu, tak heran ada yangmenyebutkan orang Bali itu terbuka, mudah bergaul danmenerima hal baru.30

3 0 I Gusti Made Ngurah, Saling Menerima dan Menghargai Perbedaan MelaluiDialog Antarumat Beragama dalam Masyarakat Multikultural (Denpasar:Yayasan Sari Kahyangan Indonesia, 2010), 94.

Page 25: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

499

Hal tersebut dapat kita lihat komunitas Muslim (NyamaSelam) yang tinggal di kota Denpasar, mereka tidakmenghilangkan identitasnya sebagai masyarakat Islam.Dilihat dari segi pakaian dan pergaulan sehari-hari, mulai dariperempuan berjilbab, laki-laki bersarung dan menggunakansongkok putih. Bentuk rumah yang identik denganbangunan rumah di Jawa, sampai penggunaan bahasa puntelah dimodifikasi percampuran antara bahasa Jawa, Maduradan bahasa Bali sehingga perkampungannya dijulukiKampung Jawa (Dusun Wonosari), Kampung Muslim (DusunKepaon dan Dusun Loloan Timur).

Terlihat umat Islam yang disebut sebagai Nyama Selamdan umat Kristen yang disebut sebagai Nyama Kristen dapatdengan mudah beradaptasi dan hidup rukun bersama orangBali yang identik dengan agama Hindu. Kerukunan inimerupakan aplikasi dari konsep menyama braya yang dimilikiBali. Seperti halnya umat Hindu lainnya, umat Islam yanghidup berdampingan dengan umat Hindu itupun turutmebanjar, meseka, bahkan turut ambil alih dalam programsubak mereka jalankan dengan senang hati.31 Tak heran ketikamenyajikan makanan di Banjar akan dibagi menjadi duagolongan, yakni menggunakan daging babi untuk orang Bali3 1 Fenomena tersebut senada tesis Nathan Glazer ketika berbicara masalah

“negara dunia tua dan negara dunia baru”, negara-negara dunia baruyang terdiri atas kelompok imigran yang tersebar, bercampur,terasimilasi dan terintegrasi. Para imigran meninggalkan akarnya sendiridengan harapan memasuki masyarakat bangsa lain, mereka jarangmengajukan tuntutan etnis yang kongkret sebagaimana yang dapat kitalihat pada bangsa-bangsa di mana kelompok etnis membentuk entitasyang labih kompak. Mereka sadar bahwa dirinya sebagai negara duniabaru berada pada negara dunia tua. Nathan Glazer, Ethnic Dilemmas:1964-1982 (Cambridge: Harvard Unuversity Press, 1982), 227.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 26: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

500

International Seminar on Islamic Civilization

(umat Hindu) dan makanan ’penyelam’ yang tanpa dagingbabi tentunya untuk Nyama Selam. Di sini tampak kehidupanberdampingan yang saling menghormati dan memperlihat-kan ciri yang dipakai orang Bali untuk menandakan keislam-an seseorang adalah tidak makan babi. Karena itulah orangyang tidak makan daging babi dan banten yang tanpa dagingbabi disebut sebagai banten selam.32

Hanya saja, pada 12 Oktober 2002, dua bom berkekuat-an amat dahsyat meledak di Legian Bali. Sikap multikulturalorang Bali pun jadi ikut terguncang. Mereka lebih waspadadan curiga terhadap orang pendatang. Padahal, padadasarnya orang Bali itu mudah percaya dan bekerjasamadengan orang lain walaupun berasal dari etnis dan agamayang berbeda. Bom yang meledak di tengah malam itumemberi ketakutan yang sangat mendalam pada orang Bali.Maklum tragedi ini merupakan tragedi pertama di Bali yangpaling terasa dampaknya. Sebab yang merasakan dampak-nya adalah orang Bali sendiri. Mulai dari tewasnya ratusanorang, limbungnya sektor pariwisata Bali yang memilikipengaruh besar bagi perekonomian Bali sehingga orang Baliyang seakan kehilangan akal sehat dan tak tahu harusberbuat apa pasca bom Bali I dan II meledak.

Guncangan akan nilai-nilai multikulturalisme di Bali takberhenti sampai di sana. Pada tanggal 1 Oktober 2005, giliranbom Bali II yang beraksi. Tak banyak yang berbeda dari bom

3 2 Putu Setia, “Menyama Braya”, Bali Pos (12 Oktober 2004), 4. Lihat jugaGede Budarsa,”Lebaran Nyama Selam di Pegayaman”, Media Publikasidan Komunikasi Kekera Ida Bagus Dharmika. “Menyama Braya batanAntropologi (22 Agustus 2012), 32.

Page 27: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

501

Bali I. Orang Bali tetap waspada dan curiga terhadap kebera-daan orang asing bahkan orang Bali menjadi berubah sangatsensitif. Mereka mudah tersinggung dan marah pada orangyang berasal dari etnik dan agama yang sama dengan pelakubom Bali. Secara tak langsung kondisi ini membuat sikapdan perilaku multikultural sebagian orang Bali jadi luntur.Setelah bom Bali hubungan antara Islam dan umat HinduBali menjadi tegang. Akhirnya konflik dan tindak kekerasanmerebak di Bali. Konflik antara orang Bali asli denganpendatang. Tak sedikit orang Bali yang menyalahkan orangluar Bali-lah yang telah merusak Bali. Meski tak sepenuhnyabenar namun inilah fenomena yang terasa ketika itu danhingga kini di Bali.33

Begitu besar dampak peristiwa bom Bali terhadaphubungan multikultural di pulau Dewata. Orang Bali jadisiaga mereka tak lagi terbuka seperti di awal, tak lagi ramahseperti sediakala. Mereka sulit mengubah menjadi seperti duluapalagi orang Bali sulit menerima perubahan, mereka tak sukayang cepat. Baginya lambat asal selamat. Saat itulah istilah“Nyama Selam” atau “Nak Jawa” (sebutan orang Bali padaorang Jawa) menjadi lebih populer di kalangan masyarakatBali terutama pasca bom Bali. Image penduduk pendatang(Nak Jawa/Nyama Selam) semakin terpuruk. Bentuk kebenciandan frustasi orang Bali menghadapi pendatang diwujudkandengan melakukan sweeping penduduk pendatang yangselama ini tinggal di Bali dan menghisap keberuntungan dariBali. Penduduk pendatang yang telah dicap sebagai “peru-

3 3 I Ngurah Suryawan, Sisi Dibalik Bali, 67. Lihat juga I Gusti Made Ngurah,Saling Menerima dan Menghargai Perbedaan, 117.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 28: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

502

International Seminar on Islamic Civilization

sak” dan sarang teroris menjadi alasan umum reaksi spontanuntuk melakukan penertiban ini. Di seluruh kampung-kampung di Bali melakukan penertiban ini dengan memben-tuk Tim Pendataan Penduduk, satuan pecalang untukpengamanan dan meminta bantuan Tramtib (Ketentramandan Ketertiban) kabupaten dan kota di Bali.

Setelah banyak mengalami citra buruk dan selalu menja-di korban dari kecurigaan, kini penduduk pendatang (NakJawa) menjadi primadona yang harus digarap oleh para timsukses Pemilu maupun Pilkada Bali. Hal ini terjadi karenapotensi suara mereka dalam pemilihan sangat besar. Menurutpengamatan di lokasi penelitian berbagai cara terus dilakukanuntuk mendekati para pendatang dan meraup dukungandarinya. Di sinilah terbetik dilema dan kontradiksi dalammasyarakat Bali. Penduduk pendatang menjadi sasaran dankambing hitam pada momen-momen tertentu (pencurian, BomBali dan lain-lain). Posisi mereka tersudut, menjadi sasaranamarah dan razia penduduk setempat. Pokok kecurigaan padapenduduk pendatang dengan rumah-rumah kumuh berderetdi daerah-daerah pinggiran kota Denpasar. Kontradiksi initerjadi saat warga Bali bertetangga dengan pendatang, merekamengadakan sweeping bagi pendatang liar tanpa adanya KTPyang ditampung oleh kos-kosan. Di sinilah terjadi politikkepentingan dan dilematis dari Ajeg Bali.34

Fenomena tersebut berbeda dengan apa yang dirasakanoleh KH. Muhammad Basyir maupun KH. MuhammadSya’ban (keduanya sebagai tokoh agama di Kampung Jawa3 4 I Ngurah Suryawan, Ibid., 71. Kunjungi juga http://miniiminii.blogspot.com/

2011/08/banten-selam-potret-nyata-kehidupan.html. (7 Oktober 2013).

Page 29: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

503

Denpasar) mengatakan bahwa setiap Pilkada, nak Jawa justrumenjadi rebutan dan sumber pertarungan para tim suksescalon walikota, maupun calon legislatif. Berbagai bujuk rayudan janji-janji ditebarkan bagi pendatang ini. Politikdukungan dengan organisasi massa Muslim menjadi cara lainuntuk mencari pengaruh. Pertemuan-pertemuan para calonlegeslatif maupun calon walikota dengan tokoh-tokoh Mus-lim atau kehadiran mereka dalam acara-acara agama lainperlu dicermati dalam rangka meraup dukungan suaratersebut. Selain itu, dukungan dalam organisasi massa Mus-lim seperti organisasi keagamaan di bawah naunganMuhammadiyah maupun NU menjadi sasaran para calon.Di sinilah para calon mulia berelasi dengan kelompokpenduduk pendatang (Nak Jawa) untuk merangkul suaramereka.

Melihat fenomena tersebut nampaknya suara nak Jawaakan mudah dimainkan kartunya dengan kekuatan-kekuatan serta relasi-relasi seperti diungkapkan KH.Muhammad Basyir di atas. Operasi para tim sukses para calondalam menjalankan jurus-jurusnya mempengaruhi ke manalarinya suara nak Jawa dalam Pilkada maupun pemilu. Setelahlepas dari tudingan teroris, pengganggu Ajeg Bali dan“perusak kebudayaan” Bali, kini mereka (nak Jawa) dijadikanrebutan untuk proses politik menguatkan dan melestarikanAjeg Bali.

E. PenutupBahwa kehidupan masyarakat multikultural yang

dikemas dengan tradisi menyama braya khususnya Islam-

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 30: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

504

International Seminar on Islamic Civilization

Hindu di Bali memiliki karakteristik dan keunikan tersendiridibanding dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang selaludiselimuti konflik dan kekerasan atas nama agama.Masyarakat multikultural di Bali menunjukkan adanyakerjasama yang ideal dalam membangun masyarakatmadani (civil society). Karakteristik ini merupakan bagianyang tak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali.Untuk membangun Bali Bersemi Kembali (Bali Aga) tentumembutuhkan proses dan waktu yang panjang, melaluidialektika teologis, ideologis, dan sosio-kultural. Pemerintahdaerah dan lembaga-lembaga sosial bersama masyarakatbekerja keras menjaga dan melindungi kultur Bali yangbernafaskan Hindu dengan melestarikan tradisi menyamabraya-nya untuk mewujudkan bangunan masyarakat madaniyang kuat dan kokoh sehingga bisa meningkatkanperekonomian melalui industri pariwisata sehingga Bali bisakembali bersemi kembali.

Daftar RujukanAnwar, M. Syafi’i. (2008). “Memetakan Teologi Politik dan

Anatomi Gerakan Salafi Militan di Indonesia”, dalamM. Zaki Mubarak, Genealogi Islam Radikal di Indo-nesia: Gerakan, Pemikiran, dan Prospek Demokrasi.Jakarta: LP3ES.

Artika, I Wayan. (2012). “ Bali Jelek” dalam I NgurahSuryawan. Sisi Dibalik Politik Identitas, Kekerasan,dan Interkoneksi Global. Denpasar: UniversitasUdayana Press.

Page 31: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

505

Azra, Azyumardi.(1996). Pergolakan Politik Islam: DariFundamentalis, Modernis, Hingga Post-Modernisme.Jakarta: Paramadina.

Budarsa, Gede. (22 Agustus 2012).”Lebaran Nyama Selamdi Pegayaman”, Media Publikasi dan KomunikasiKekerabatan Antropologi. Volume V,32.

Couteau, Jean, dan Usadi Wiryatnaya. (1995). Bali diPersimpangan Jalan: Sebuah Bunga Rampai.Denpasar: Nusa Data Indo Budaya Press.

Dharmika, Ida Bagus. (Oktober 2005). “Menyama Braya:Hakikat Hubungan Manusia Dengan Manusia DiBali”, Makalah disampaikan pada MusyawarahMajelis Agama dalam Forum Komunikasi AntarUmat Beragama Prop. Bali.

_________. (200). Kerukunan Antar Umat Beragama di DesaAngantiga Petang Badung. Denpasar: UniversitasHindu Indonesia Bali.

Glazer, Nathan.(1982). Ethnic Dilemmas: 1964-1982. Cam-bridge: Harvard Unuversity Press.

Huntington, Samuel P. (1993). The Clash of Civilizations andthe Remaking of World Order. New York: tp.

Husein, Fatimah. (2005). Muslim-Christian Relations in theNew Order Indonesia: The Exlusivist and InclusivistMuslims Perspectives. Bandung: Mizan.

http://madyapadma-online.com/index.php/kategori-rubrik/opini-semua-konten-tentang, opini/39-juara-2-kording-undiksha-berita-opini, 25 Oktober 2013.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal

Page 32: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

506

International Seminar on Islamic Civilization

http://miniiminii.blogspot.com/2011/08/banten-selam-potret-nyata-kehidupan.html. 7 Oktober 2013\

Kymlicka, Will. (2003). Kewargaan Multikultural. Jakarta:LP3ES.

Madjid, Nurcholish.(1992). Islam Doktrin Peradaban: SebuahTelaah Kritis tentang Masalah Keimanan,Kemanusiaan, dan Kemodernan. Jakarta: Paramadina.

Mudana, I Gede. (2012). “Hindu (di) Bali, Politik, dan PerlunyaMasyarakat Sipil, dalam “ Jelajah KajianBudaya”.Denpasar: Pustaka Larasan bekerjasamadengan Program Studi Magister dan Doktor KajianBudaya Universitas Udayana.

—————.(9 Juli 1997). “Kesenian Sebagai Fokus BudayaBali”, Bali Pos.

Ngurah, I Gusti Made. (2010). Saling Menerima danMenghargai Perbedaan Melalui Dialog AntarumatBeragama dalam Masyarakat Multikultural. Denpasar:Yayasan Sari Kahyangan Indonesia.

Picard, Michel. (1996). Bali: Cultural Tourism and Touristic.Singapore: Archipelago Press.

Santika, Degung. (7 April 2004).”Sweeping”Bali,”Sekala” dan“Niskala” Kompas. 4

Setia, Putu. (12 April 2004).”Menyama Braya”, Bali Pos.

Smith, Huston. (1995). Agama-agama Manusia, terj. SafroedinBahar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Swastha, I Dewa Gede Ngurah. (Jum’at 15 April). “MemahamiFungsi Keagamaan Desa Pakraman”, Bali Pos.

Page 33: MULTICULTURAL MOVEMENT BASED ON LOCAL CULTURE … · Tetapi semenjak Indonesia memasuki babak baru reformasi kehidupan berbangsa dan bernegara, munculnya gejolak ... sejarah, bahasa

507

Sukarma, I Wayan. (2008). “ Pariwisata Bali Pascabom Kute”,dalam Yudhis M. Burhanuddin, Bali yang Hilang:Pendatang, Islam dan Etnisitas di Bali. Yogjakarta:Kanisius.

Suryawan, I Ngurah.(2012). Sisi Dibalik Bali Politik Identitas,Kekerasan, dan Interkoneksi Global. Denpasar: Uni-versitas Udayana Press.

Suparlan, Parsudi. (2009). “Masyarakat Majemuk, Masya-rakat Multikultural, dan Minoritas: Memperjuang-kan Hak-hak Minoritas,” Makalah dipresentasikandalam Triguna, Ida Bagus Gde Yudha.” PerubahanKarakter dan Penurunan Social Capital MasyarakatBali”. Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalis 41 danWisuda 29 Universitas Hindu Indonesia. 9 Juli 1997.

Workshop Yayasan Interseksi. (2004). Hak-Hak MinoritasDalam Landscape Multikultural, Mungkinkah di In-donesia. Denpasar: Wisma PKBI.

Gerakan Multikulturalisme Berbasis pada Budaya Lokal