Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban...

29
DAFTAR PUSTAKA Adhawati SS. 1997. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pertanian Dataran Tinggi di Desa Parigi (Hulu DAS Malino) Kabupaten Gowa [Tesis]. Makassar: Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin Makassar. Agresti A, B Finlay. 1997. Statistical Methods for the Social Sciences. Edisi ke-3. New Jersey: Prentice Hall. Andwiwinarno N, R Parra. 2006. Payment for Environmental Services. http://www.esp.or.id/ [28 Jan 2009]. Antrop M. 2000. Background concepts for integrated landscape analysis. Elsevier Science B. V. Agriculture Ecosystems Environment 77:17-28. Arifin HS. 2000. Ecological and economic effectiveness of the typical rural pekarangan in Cibakung, West Java, Indonesia. In: BI Setiawan, Y Sato dan Hardjito A, editor. Proceeding of International Seminar on Environment for Sustainable Rural Life. Series of the Studies on Environmental Charges and Sustainable Development. RUBRD-UT/IPB. Vol:2. Arifin HS, K Sakamoto, K Takeuchi. 2001. Study of rural landscape structure based on its different bio-climatic conditions in middle part of Citarum watershed, Cianjur District, West Java, Indonesia. Di dalam: Toward Harmonization Between Development and Environmental Conservation in Biological Production. Proceedings of The 1st Seminar; Tokyo, 21-23 Feb 2001. Tokyo: JSPS DGHE Core University Program in Applied Biosciences. p99-108. Arifin HS, MA Sardjono, L Sundawati, T Djogo, GA Wattimena, Widianto. 2003. Agroforestri di Indonesia. Bahan Latihan. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF). Arifin HS, Suhardi, C Wulandari, Q Pramukanto. 2008. Agroforestry Landscape Analysis in Mendalam River Basin, the Upper Stream of kapuas Watershed, West Kalimantan Province, Indonesia. Final Report of Indonesia Group. Indonesia: Indonesian Network for Agroforestry Education. Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. [Balitbangda] Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim. 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda] Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim. 2002. Studi Penataan dan Konservasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Karang Mumus dengan Budidaya Agroforestri Berbasis Masyarakat Setempat. Samarinda: Proyek Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Regional Provinsi Kaltim.

Transcript of Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban...

Page 1: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

DAFTAR PUSTAKA

Adhawati SS. 1997. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pertanian Dataran Tinggi di Desa Parigi (Hulu DAS Malino) Kabupaten Gowa [Tesis]. Makassar: Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin Makassar.

Agresti A, B Finlay. 1997. Statistical Methods for the Social Sciences. Edisi ke-3. New Jersey: Prentice Hall.

Andwiwinarno N, R Parra. 2006. Payment for Environmental Services. http://www.esp.or.id/ [28 Jan 2009].

Antrop M. 2000. Background concepts for integrated landscape analysis. Elsevier Science B. V. Agriculture Ecosystems Environment 77:17-28.

Arifin HS. 2000. Ecological and economic effectiveness of the typical rural pekarangan in Cibakung, West Java, Indonesia. In: BI Setiawan, Y Sato dan Hardjito A, editor. Proceeding of International Seminar on Environment for Sustainable Rural Life. Series of the Studies on Environmental Charges and Sustainable Development. RUBRD-UT/IPB. Vol:2.

Arifin HS, K Sakamoto, K Takeuchi. 2001. Study of rural landscape structure based on its different bio-climatic conditions in middle part of Citarum watershed, Cianjur District, West Java, Indonesia. Di dalam: Toward Harmonization Between Development and Environmental Conservation in Biological Production. Proceedings of The 1st Seminar; Tokyo, 21-23 Feb 2001. Tokyo: JSPS DGHE Core University Program in Applied Biosciences. p99-108.

Arifin HS, MA Sardjono, L Sundawati, T Djogo, GA Wattimena, Widianto. 2003. Agroforestri di Indonesia. Bahan Latihan. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Arifin HS, Suhardi, C Wulandari, Q Pramukanto. 2008. Agroforestry Landscape Analysis in Mendalam River Basin, the Upper Stream of kapuas Watershed, West Kalimantan Province, Indonesia. Final Report of Indonesia Group. Indonesia: Indonesian Network for Agroforestry Education.

Arsyad. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Asdak C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. [Balitbangda] Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim.

2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim.

[Balitbangda] Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim. 2002. Studi Penataan dan Konservasi Daerah Tangkapan Air (DTA) Karang Mumus dengan Budidaya Agroforestri Berbasis Masyarakat Setempat. Samarinda: Proyek Penelitian dan Pengembangan Pembangunan Regional Provinsi Kaltim.

Page 2: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

101

[BP DAS-MB] Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai Mahakam Berau. 2004. Laporan Monitoring Tata Air SPAS Tahun 2004. Samarinda: Departemen Kehutanan.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. 2001. Statistik Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2001. Kutai Kartanegara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. 2006. Statistik Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2006. Kutai Kartanegara: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai. 1995. Statistik Penduduk Kabupaten Kutai Tahun 1995. Kutai: Kantor Statistik Kabupaten Kutai.

[BPS] Badan Pusat Statistik Samarinda. 1992. Samarinda dalam Angka 1992. Samarinda: Kantor Statistik Kotamadya Samarinda.

[BPS] Badan Pusat Statistik Samarinda. 2001. Samarinda dalam Angka 2001. Samarinda: Badan Pusat Statistik Kota Samarinda.

[BPS] Badan Pusat Statistik Samarinda. 2007. Samarinda dalam Angka 2007. Samarinda: Badan Pusat Statistik Kota Samarinda.

Bellmann K. 2000. Towards to a system analytical and modeling approach for intergration of ecological, hydrological, economical and social components of disturbed region. J. Lanscape Urban Plann. 51:75-87.

Carlson TN, Sanchez-Azofeifa GA. 1999. Satellite remote sensing of land use changes in and around San Jose, Costa Rica. J. Remote Sens. Environ. 70:247-256.

De Foresta H, A Kusworo, G Michon, WA Djatmiko. 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan – Agroforest Khas Indonesia – Sebuah Sumbangan Masyarakat Bagi Pembangunan Berkelanjutan. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

[DPU] Dinas Pekerjaan Umum Kota Samarinda. 2003. Studi Konservasi DAS Karang Mumus. Samarinda.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1976. A Framework for Land Evaluation. FAO Soils Buletin 32. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 1990. Land Evaluation and Farming Systems Analysis for Land Use Planning. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Forman RTT, M Godron. 1986. Landscape Ecology. New York: John Wiley & Sons.

Frick H. 2005. Sepuluh Patokan Rumah Ekologis sebagai Rumah Sehat. Makalah Seminar Sustainable Architecture for Sustainable Living, 30 Apr 2005. Jakarta: Universitas Tarumanegara.

Friday KS, ME Drilling, DP Garrity. 2000. Rehabilitasi Padang Alang-Alang Menggunakan Agroforestri dan Pemeliharaan Permudaan Alam. Widianto, Sunaryo, D Suprayogo, K Hairiah, penerjemah. Bogor:

Page 3: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

102

International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF). Terjemahan dari: Imperata Grassland Rehabilitation using Agroforestry and Assisted Natural Regeneration.

Geist HJ, EF Lambin. 2002. Proximate causes and underlying driving forces of tropical deforestation. Bioscience 52:143–150.

Hairiah K, MA Sardjono, S Sabarnurdin. 2003. Pengantar Agroforestri. Bahan Ajaran Agroforestri 1. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Hairiah K, Widianto, D Suprayogo. 2008. Adaptasi dan mitigasi pemanasan global: bisakah agroforestri mengurangi resiko longsor dan emisi gas rumah kaca?. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Maret. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 286-298.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hardwinarto S. 2000. Prediksi debit limpasan air sungai dan sedimen pada daerah tangkapan air sebelah hulu Bendungan Benanga di sub DAS Karang Mumus, Samarinda. Samarinda: J. Frontir 29:117-127.

Hermanides G, P Nijkamp. 2000. Multicriteria evaluation of sustainable agricultural land use, a case study of lesvos. Di dalam: Euro B, P Nijkamp, editor. Multicriteria Analysis for Land Use Management. London: Kluwer Acad. Publ.

Huxley P. 1999. Tropical Agroforestry. UK: Blackwell Science Ltd. ISBN 0-632-04047-5.

Jalid N. 2004. Sistem Agroforestri Berbasis Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat: Iklim Mikro dan Simulasi Model dengan WaNuLCas [Disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kaswanto. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Agrowisata yang Berwawasan Lingkungan di DAS Ciliwung, Studi Kasus di Kawasan Bogor dan Puncak [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kendle T, JE Rose, J Oikawa. 2000. Sustainable landscape management. Di dalam: Benson JF, MH Roe, editor. Landscape and Sustainability. 1st Edition. London: Spon Press.

Kusumandari A, FI Simorangkir, H Suryatmojo. 2008. Pengaruh bentuk penggunaan lahan terhadap infiltrasi di sub-DAS Ngrancah, Kulon Progo. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Mar 2008. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 128-141.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grasindo.

Page 4: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

103

Manurung GES. 2005. Dampak Dudukuhan Sebagai Sistem Agroforestri terhadap Agrobiodiversitas Jenis Tumbuhan dan Pemanfaatannya, Kasus Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

McNeely JA, SJ Scherr. 2001. Common ground, common future: how ecoagriculture can help feed the world and save wild biodiversity. IUCN and Future Harvest. Di dalam: EW Sandy, A Gillison, M van Noordwijk. Biodiversity: Issues Relevant to Integrated Natural Resource Management in the Humid Tropics. ASB Lecture Note 5. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Miranda JI. 2001. Multicriteria analysis applied to the sustainable agricultural problem. Int. J. Sustain. Dev. World Ecol. 8:67-77.

Mugnisjah WQ, AS Solihin, Tiyar. 2004. Kinerja pertanian terpadu yang menerapkan konsep LEISA: Studi kasus pada usaha tani padi-ikan-itik. Gakuryoku X(2):189-193. http://www.kecubung6.com. [28 Jan 2009].

Mushi MA. 1998. Sistem hutan kerakyatan: inisiatif LSM mempromosikan komuniti forestri. Di dalam: Awang SA, MA Mushi dan Y Nugroho, editor. Menggali Potensi Bersama untuk Memekarkan Community Forestry Menjelang Abad 21. Ujung Pandang: FKKM-PT Inhutani I.

Nair PKR. 1991. State-of-the-art of agroforestry system. J. Forest Ecology Manage. 45:5-29.

Nardini A. 2000. Improving decision-making for land use management, key ideas for an integrated approach based on MCA negotiation forum. Di dalam: Euro B, P Nijkamp, editor. Multicriteria Analysis for Land Use Management. London: Kluwer Acad. Publ.

Nasution M. 2008. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya hutan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan energi serta mencegah global warming. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Mar 2008. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 5-11.

[PEMKOT] Pemerintah Kota Samarinda. 2007. Ringkasan Pelaksanaan Program Relokasi Penduduk Tepi Sungai Karang Mumus Kota Samarinda Tahun 2000 – 2007. Samarinda: Dinas Permukiman dan Pengembangan Kota.

Porteous JG. 1996. Environmental Aesthetics: Idea, Politics, and Planning. London: Rutledge.

Prahasta. 2002. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Penerbit Informatika.

Pranoto H, MA Chozin, HS Arifin, E Santosa. 2008. Identifikasi pola tanam pada praktek agroforestri di daerah aliran sungai Cianjur. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Maret. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 246-254.

Page 5: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

104

Purwanti R. 2007. Pendapatan Petani Dataran Tinggi Sub DAS Malino, Studi Kasus: Kelurahan Gantarang, Kabupaten Gowa. Bogor: Jurnal Sosial Ekonomi Kehutanan 4(3):257-269.

Rauf A. 2008. Agroforestri untuk pengentasan kemiskinan sekaligus penyelamat lingkungan. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Maret. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 246-254.

Riyanto, S Riyanto. 1981. Agroforestri dan prospeknya di Kalimantan Timur. Prosiding Seminar Agroforestri dan Perladangan. Jakarta: 20 Mei 1981. hlm 537-544.

Rocchini D, GLW Perry, M Salerno, S Maccherini, A Chiarucci. 2005. Landscape change and the dynamics of open formations in a natural reserve. The Netherlands: Elsevier, J. Lanscape Urban Plann. 77:167-177.

[RTRW] Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. 2007. Rencana Laporan Akhir. Kutai Kartanegara: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

[RTRW] Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Samarinda. 2005. Laporan Rancangan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Samarinda. Samarinda: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.

Saaty TL. 1993. Pengambilan Keputusan bagi Para Pemimpin. Setiyono L, penerjemah; Peniwati K, editor. Jakarta: Pustaka Binaman Presindo. Terjemahan dari: Decision Making for Leaders.

Sabri. 2004. Analisis Alih Fungsi Lahan dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Kesediaan Membayar di Sub DAS Ciliwung Hulu Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sajogjo.1977. Garis Miskin dan Kebutuhan Minimum Pangan. Bogor: Lembaga Penelitian Sosiologi Pedesaan (LPSP), Institut Pertanian Bogor.

Sandy IM. 1973. Pola Penggunaan Lahan sebagai Indikator Tingkat Pencemaran Lingkungan Hidup. Jakarta: Direktorat Tata Guna Tanah, Departemen Dalam Negeri Jakarta.

Santoso EH. 2003. Analisis Potensi Agroforestri untuk Peningkatan Rosot Karbon: Studi kasus di Taman Nasional Meru Betiri Jember, Jawa Timur. Bogor: Jurusan Geofosika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sardjono MA, T Djogo, HS Arifin, N Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Saroinsong FB, 2002. Studi Alokasi Penggunaan Lahan untuk Optimasi Pelestarian Lingkungan dengan Integrasi Penggunaan Model Hidrologi, SIG, dan Penginderaan Jauh [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Page 6: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

105

Sehe S. 2007. Analisis Kesesuaian dan Optimalisasi Penggunaan Lahan Kering Berbasis Agroforestri, Studi Kasus: Lahan Kering Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Bandung Utara [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Simonds JO, BW Starke. 2006. Landscape Architecture, a Manual of Environmental Planning and Design. 4th Edition. New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Soerianegara I, A Indrawan. 2002. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Subroto. 2004. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Samarinda: Fajar Gemilang. Suhardi. 2008. Konservasi air dengan model agroforestri dan hubungannya

dengan ketahanan pangan. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Mar 2008. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 12-17.

Sundawati L. 2008. Pengembangan agroforestri untuk pengentasan kemiskinan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Di dalam: Supriyono, D Purnomo, Parjanto, editor. Pendidikan Agroforestri sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global. Prosiding Seminar INAFE, Surakarta, 4 Mar 2008. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. hlm 219-225.

Suyanto S, N Khususiyah. 2006. Imbalan jasa lingkungan untuk pengentasan kemiskinan. Bogor: Jurnal Agro Ekonomi Kehutanan 24(1):95-113.

Tasa R. 2005. Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS) sebagai Kawasan Pendidikan, Wisata, dan Seni Budaya. Samarinda: Anak Bangsa.

Timpakul. 2007. Pengelolaan DAS Karang Mumus Kota Samarinda. http://timpakul.hijaubiru.org/karangmumus-2/ (10 Sep 2007).

Wardiningsih S. 2005. Rencana Pengelolaan Lanskap Perkampungan Budaya Betawi di Situ Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Jakarta Selatan [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Weng Q. 2001. A remote sensing-gis evaluation of urban expansion and its impact on surface temperature in the Zhujing Delta-China. Int. J. Remote Sensing 22(10):1999-2014.

Widianto, K Hairiah, D Suharjito, MA Sardjono. 2003. Fungsi dan Peran Agroforestri. Bahan Ajaran Agroforestri 3. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).

Wikipedia. 2009. Integrasi Sosial. http://id.wikipedia.org/wiki/Integrasi-sosial [28 Jan 2009].

Zee D van der. 1990. Aspects of Settlement, Infrastructure and Population in Land Evaluation. Nederland: International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences (ITC).

Page 7: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

LAMPIRAN

Page 8: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

106

Lampiran 1. Batasan istilah

Agroforestri lanskap (landscape agroforestry) adalah ilmu atau bidang keilmuan yang mempelajari tentang lanskap agroforestri.

Agroforestri terintegrasi (integrated agroforestry) adalah peleburan beberapa tipe penutupan dan penggunaan lahan berbasis agroforestri pada suatu bentang lahan (McNeely & Scherr, 2001).

Agroforestri tersegregasi (segregated agroforestry) adalah pemisahan beberapa tipe penutupan dan penggunaan lahan berbasis agroforestri pada suatu bentang lahan (McNeely & Scherr, 2001).

Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama (Asdak, 2007).

Imbal/pembiayaan jasa lingkungan (payments for environmental services) adalah kompensasi untuk penyediaan jasa-jasa lingkungan (Andwiwinarno & Parra, 2006).

Kebutuhan hidup layak (KHL) adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, baik kebutuhan hidup minimum (pangan), biaya pendidikan, biaya kesehatan, sarana dan prasarana kehidupan sehari-hari, biaya kegiatan sosial, dan tabungan (Sajogjo, 1977).

Lanskap agroforestri (agroforestry landscape) adalah suatu bentang lahan dengan aktivitas praktik agroforestri di dalamnya. Lanskap agroforestri dapat dianalogikan seperti istilah lainnya, antara lain, lanskap perdesaan atau lanskap perkotaan.

Penutupan lahan (land cover) diartikan sebagai gambaran penutupan permukaan bumi oleh air, hutan, tanaman lain, batuan terbuka, padang pasir, struktur buatan manusia, dan lain-lain.

Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai pemanfaatan lahan yang terdiri atas beragam penutupan lahan, seperti pertanian, padang penggembalaan, kehutanan, daerah rekreasi, perikanan, permukiman, dan industri (FAO, 1976).

Proses hirarki analitik (analytical hierarchy process) adalah analisis yang digunakan untuk mengambil keputusan yang efektif atas permasalahan yang kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan (Saaty, 1993).

Page 9: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

Lampiran 2. Karakteristik dan kualitas lahan pada sistem lahan DAS Karang Mumus

Karakteristik lahan Mentalat Teweh Teweh Baru Maput Lawangwang Kahayan Kota

Suhu rata-rata (0C) 21-31 22-31 20-31 15-31 23-31 21-31 21-31 Curah hujan (mm/tahun) 1.800-4.400 1.600-4.400 1.800-4.400 1.600-4.000 1.600-4.100 1.600-3.900 1.600-4.000 Kelembaban (%) 77,4-87,9 77,4-87,9 77,4-87,9 77,4-87,9 77,4-87,9 77,4-87,9 77,4-87,9 Drainase tanah Baik-sedang Baik Baik Baik Baik-sedang Terhambat Terhambat Tekstur tanah Halus-sedang Halus-sedang Halus-sedang Halus-sedang Halus-sedang Halus-sedang Halus-sedang Kedalaman tanah (cm) 80-120 80-120 80-120 80-120 80-120 80-120 80-120 pH tanah 4,6-6,0 4,6-5,0 4,0-4,5 4,5-6,0 4,0-4,8 4,5-5,3 4,5-5,3 K tertukar (me/100 gram tanah) 0,3-0,4 <0,1 10-20 10-20 0,1-0,4 0-0,5 0-0,5 K total (ppm) 774 <100 100-200 100-200 <100 201 201 KTK (me/100 gram tanah) <20 <10 5-16 <25 4,3-10,6 22-55 22-55 Kejenuhan Al (%) <10 20-30 30 31-60 >22 <5 <5 Salinitas (mmhos/cm EC) <4 <4 4 <4 0 <4 <4 Kesuburan kimia tanah Sedang Rendah Rendah Rendah Sangat rendah Sedang Sedang Batuan tersingkap (%) 5 0 0 5 0 0 0 Topografi (m) 100-300 0-300 0-300 0-150 0-150 0-10 0-10 Kemiringan lereng (%) 26->40 0-40 0-40 0->40 0-40 0-3 0-3 Indikasi erosi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Tidak ada Tidak ada Banjir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sering

107

Page 10: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

108

Lampiran 3. Cara penilaian tekstur tanah, kesuburan tanah, dan indikasi erosi

Cara penilaian tekstur tanah Kelas Tekstur tanah Kasar Pasir (p), pasir berlempung (pl)

Agak kasar Lempung berpasir (lp) Sedang Lempung (l), lempung berdebu (ld), debu (d)

Agak halus Lempung liat (lli), lempung liat berpasir (llip), lempung liat berdebu (llid), liat berpasir (lip)

Halus Liat berdebu (lid), liat (li) Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Cara penilaian kesuburan tanah Sifat tanah Sangat

rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

K total (ppm) <100 100-200 210-400 410-600 >600 KTK (me/100 gram tanah) <5 5-16 17-24 25-40 >40 K (me/100 gram tanah) <0,2 0,2-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0 Kejenuhan Al (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Cara penilaian indikasi erosi Indikasi Erosi

Tidak ada erosi Tidak ada lapisan atas yang hilang Ringan <25% lapisan atas hilang Sedang 25-75% lapisan atas hilang Berat >75% lapisan atas hilang, <25% lapisan bawah hilang

Sangat berat >25% lapisan bawah hilang Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Page 11: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

109

Lampiran 4. Cara penilaian drainase tanah, banjir, dan batuan tersingkap

Cara penilaian drainase tanah Kelas Klasifikasi

Baik Air mudah meresap ke dalam solum, tetapi massa tanah hanya dalam keadaan lembab, tidak pernah kenyang akan air

Sedang Air mudah meresap ke dalam solum, tetapi massa tanah hanya dalam keadaan lembab, tidak pernah kenyang akan air. Karatan besi/mangan hanya sedikit di lapisan atas

Agak terhambat

Air ditahan oleh massa tanah, penampang sering terlihat basah. Karatan besi/mangan terlihat di seluruh penampang

Terhambat Air terhambat terlepas dari massa tanah, karatan besi atau mangan mulai dari lapisan atas

Sangat terhambat

Karatan besi/mangan sedikit, penampang tanah sama sekali direduksikan oleh air tanah

Diadaptasi dari Pusat Penelitian Tanah, 1969 diacu dalam Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007 Cara penilaian banjir

Klasifikasi Keterangan Tidak pernah Dalam periode satu tahun tanah tidak pernah tertutup banjir untuk waktu lebih

dari 24 jam Jarang Banjir yang menutupi tanah lebih dari 24 jam terjadinya tidak teratur dalam

periode kurang dari satu bulan Kadang-kadang

Selama waktu satu bulan dalam satu tahun tanah secara teratur tertutup banjir untuk jangka waktu lebih dari 24 jam

Sering Selama waktu 2-5 bulan dalam satu tahun tanah secara teratur selalu dilanda banjir yang lamanya lebih dari 24 jam

Sangat sering Selama waktu enam bulan atau lebih tanah selalu dilanda banjir secara teratur yang lamanya lebih dari 24 jam

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007) Cara penilaian batuan tersingkap Klasifikasi Keterangan Tidak ada <2% permukaan tanah tertutup Sedikit 2-10% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman agak

terganggu Sedang 10-50% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman

terganggu Banyak 50-90% permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dan penanaman sangat

terganggu Sangat banyak >90% permukaan tanah tertutup, tanah sama sekali tidak dapat diolah

Sumber: Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)

Page 12: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

110

Lampiran 5. Kuisioner AHP

RENCANA PENGELOLAAN LANSKAP AGROFORESTRI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI KARANG MUMUS,

KALIMANTAN TIMUR

PENNY PUJOWATI

KUISIONER PROSES HIRARKI ANALISIS (AHP)

Besar harapan saya, Bapak/Ibu/Saudara/I dapat berpartisipasi dalam penelitian ini dengan cara menuliskan jawaban untuk menentukan faktor-faktor pendorong yang paling berpengaruh di dalam rencana pengelolaan lanskap agroforestri di DAS Karang Mumus. Atas partisipasinya, diucapkan terima kasih.

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2008

Page 13: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

111

Lampiran 5. Lanjutan KUISIONER

1. Deskripsi Kuisioner

Tujuan kuisioner ini adalah menjaring pendapat para pakar (ahli) pada bidang yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap agroforestri. Pendapat para pakar ditujukan guna menentukan: 1) bobot tingkat pengaruh dari masing-masing faktor pendorong, 2) bobot tingkat pengaruh kriteria dari masing-masing faktor pendorong tersebut, dan 3) bobot tingkat pengaruh alternatif rencana pengelolaan lanskap agroforestri.

Kajian ini disusun berdasarkan metode proses hirarki analisis yang dibagi atas level I sampai level IV, sebagai berikut. Level I: Tujuan Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri di DAS Karang Mumus Level II: Faktor-Faktor Pendorong Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rencana pengelolaan lanskap agroforestri di DAS Karang Mumus, yang terdiri atas: 1. Faktor Biologi-Fisik 2. Faktor Sosial-Ekonomi-Budaya 3. Faktor Kebijakan Level III: Kriteria dari Faktor-Faktor Pendorong 1. Aksesibilitas 2. Perubahan penutupan dan penggunaan lahan 3. Kesesuaian penggunaan lahan 4. Laju pertumbuhan penduduk 5. Kelayakan usaha pertanian 6. Latar belakang budaya masyarakat 7. Relokasi permukiman tepi sungai 8. Reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis Level IV: Alternatif Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri 1. Mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan pengelolaannya 2. Melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan konservasi 3. Mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan konsolidasi

lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis, dan memperindah kawasan) 2. Petunjuk Pengisian 1) Responden hanya menentukan angka antara 1 – 9 dalam membandingkan tiap faktor yang ada,

sesuai intensitas pengaruh satu faktor terhadap faktor yang lain. 2) Intensitas pengaruh tiap angka serta definisi dan penjelasannya dapat dilihat pada tabel 1. 3) Cara membandingkannya adalah faktor yang ada pada kolom paling kiri dari tabel yang telah

disediakan dibandingkan satu persatu dengan faktor yang terdapat pada baris pada tabel yang sama.

Tabel 1. Skala perbandingan secara berpasangan dalam proses hirarki analisis

Intensitas Pengaruh Definisi Penjelasan

1 3 5

Kedua faktor sama pengaruhnya Faktor yang satu sedikit lebih berpengaruh dibanding faktor yang lainnya Faktor yang satu sangat berpengaruh dibanding faktor yang lainnya

Dua faktor berpengaruh sama besar terhadap tujuan Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyebabkan satu faktor lebih berpengaruh dibanding yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan sangat menyebabkan satu faktor lebih berpengaruh dibanding yang lainnya

Page 14: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

112

Lampiran 5. Lanjutan Tabel 1. Lanjutan

Intensitas Pengaruh Definisi Penjelasan

7 9

2,4,6,8

1/3-1/9

Satu faktor jelas lebih berpengaruh dari faktor yang lainnya Satu faktor mutlak lebih berpengaruh dibanding faktor yang lainnya Nilai tengah diantara dua pertimbangan yang berdekatan Nilai yang menunjukkan kebalikan dari intensitas pengaruhnya

Satu faktor dengan kuat berpengaruh dan dominasinya telah terlihat dalam praktik Bukti yang mendukung faktor yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Jika untuk faktor i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan faktor j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Contoh cara menjawab: Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara faktor bio-fisik, sosial-ekonomi-budaya, dan kebijakan, faktor mana yang lebih berpengaruh dalam mencapai tujuan yaitu “rencana pengelolaan lanskap agroforestri?” Seberapa besar pengaruhnya? Jawab: Nilai 1: Faktor biologi-fisik sama pengaruhnya dengan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 3: Faktor biologi-fisik sedikit lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 5: Faktor biologi-fisik sangat berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 7: Faktor biologi-fisik jelas lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 9: Faktor biologi-fisik mutlak lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 2: Faktor biologi-fisik antara sama pengaruhnya dengan sedikit lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 4: Faktor biologi-fisik antara sedikit lebih berpengaruh dengan sangat berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 6: Faktor biologi-fisik antara sangat penting dengan jelas lebih penting dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Nilai 8: Faktor biologi-fisik antara jelas lebih berpengaruh dengan mutlak lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya Misal dalam pertanyaan ini Bapak/Ibu/Saudara/i, mempunyai pendapat bahwa faktor biologi fisik jelas lebih berpengaruh dibandingkan faktor sosial-ekonomi-budaya, maka jawabannya memiliki nilai 7 , nilai 7 diisi pada kolom yang tersedia.

Faktor Bio-Fisik Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan

Bio-Fisik 7 Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan

Misal dalam pertanyaan ini bapak/ibu/saudara/i, mempunyai pendapat kebalikannya bahwa faktor sosial-ekonomi-budaya jelas lebih berpengaruh dibandingkan faktor bio-fisik, maka jawabannya memiliki nilai 1/7 , nilai 1/7 diisi pada kolom yang tersedia.

Faktor Bio-Fisik Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan Bio-Fisik 1/7 Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan

Page 15: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

113

Lampiran 5. Lanjutan 3. Daftar Pertanyaan 1. Tabel level 2 (faktor-faktor pendorong) terhadap level 1 (tujuan) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara faktor bio-fisik, sosial-ekonomi-budaya, dan

kebijakan, faktor mana yang lebih berpengaruh dalam mencapai tujuan yaitu “rencana pengelolaan lanskap agroforestri di DAS Karang Mumus”? Seberapa besar pengaruhnya?

Faktor Bio-Fisik Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan

Bio-Fisik Sosial-Ekonomi-Budaya Kebijakan

2. Tabel level 3 (kriteria dari faktor-faktor pendorong) terhadap level 2 (faktor bio-fisik) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara kriteria aksesibilitas, perubahan penutupan dan

penggunaan lahan, dan kesesuaian penggunaan lahan, kriteria mana yang lebih berpengaruh dalam faktor bio-fisik? Seberapa besar pengaruhnya?

Kriteria Aksesibilitas Perubahan Penutupan

dan Penggunaan Lahan Kesesuaian

Penggunaan Lahan Aksesibilitas Perubahan Penutupan dan Penggunaan Lahan

Kesesuaian Penggunaan Lahan

3. Tabel level 3 (kriteria dari faktor-faktor pendorong) terhadap level 2 (faktor sosial-ekonomi-

budaya) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara kriteria laju pertumbuhan penduduk, kelayakan

usaha pertanian, dan latar belakang budaya masyarakat, kriteria mana yang lebih berpengaruh dalam faktor sosial-ekonomi-budaya? Seberapa besar pengaruhnya?

Kriteria Laju Pertumbuhan

Penduduk Kelayakan Usaha

Pertanian Latar Belakang

Budaya Masyarakat

Laju Pertumbuhan Penduduk

Kelayakan Usaha Pertanian

Latar Belakang Budaya Masyarakat

4. Tabel level 3 (kriteria dari faktor-faktor pendorong) terhadap level 2 (faktor kebijakan) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara kriteria relokasi, reboisasi dan rehabilitasi lahan-

lahan kritis, kriteria mana yang lebih berpengaruh dalam faktor kebijakan? Seberapa besar pengaruhnya?

Kriteria Relokasi Permukiman Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan-Lahan

Kritis Relokasi Permukiman Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan-Lahan Kritis

Page 16: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

114

Lampiran 5. Lanjutan 5. Tabel level 4 (alternatif pengelolaan) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria aksesibilitas? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

6. Tabel level 4 (alternatif pengelolaan) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria perubahan penutupan dan penggunaan lahan? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

7. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria kesesuaian penggunaan lahan? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

Page 17: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

115

Lampiran 5. Lanjutan 8. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria laju pertumbuhan penduduk? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

9. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria kelayakan usaha pertanian? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

10. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria latar belakang budaya masyarakat? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

Page 18: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

116

Lampiran 5. Lanjutan 11. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria relokasi permukiman? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

12. Tabel level 4 (alternatif) terhadap level 3 (kriteria faktor pendorong) Menurut Bapak/Ibu/Saudara/i, diantara alternatif berikut ini: 1. mempertahankan penggunaan lahan yang ada dengan mengoptimalkan

pengelolaannya, 2. melakukan konsolidasi lahan dan menambah ruang terbuka hijau terutama kawasan

konservasi, dan 3. mengkombinasikan beberapa tujuan dalam satu kegiatan pengelolaan (relokasi dan

konsolidasi lahan, reboisasi dan rehabilitasi lahan, dan memperindah kawasan), alternatif mana yang lebih berpengaruh dalam kriteria reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis? Seberapa besar pengaruhnya?

Alternatif 1 2 3

1 2 3

4. Biodata Responden Nama : Pekerjaan : Bidang Keahlian : Instansi : Telp./E-mail :

Page 19: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

117

Lampiran 6. Peta kemiringan lereng DAS Karang Mumus

Page 20: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

118

Lampiran 7. Peta geologi DAS Karang Mumus

Page 21: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

Lampiran 8. Deskripsi formasi geologi penyusun kawasan DAS Karang Mumus

No. Formasi geologi Penyusun Fisiografi Kedalaman efektif tanah

Bahan induk tanah Kelas tekstur

1. 2. 3. 4.

Alluvium Kampung Baru Balikpapan Pulau Balang

Pasir lempung endapan pantai Batu pasir, batu lempung lensa, batu gamping, serpih lapisan batu bara Batu pasir sisipan batu gamping, batu lempung, dan serpih lensa batu bara Batu pasir kwarsa dengan sisipan lempung serpih dan batu bara bara coklat

Datar hingga bergelombang dengan rataan kemiringan ± 15 % Datar dengan kemiringan ± 16 % Bergunung dengan kemiringan ± 22 % Datar dengan kemiringan ± 7 %

80 – 120 cm > 120 cm 80 – 120 cm 80-120 cm

Batu pasir dengan sifat drainase yang baik Batu pasir dengan sifat drainase yang baik Batu liat dengan drainase agak baik Batu pasir dengan sifat drainase yang baik

Lempung berpasir, lempung dan lempung liat berpasir sehingga tanah tergolong bertekstur agak kasar hingga agak halus Lempung dan lempung berliat Lempung dan lempung berliat, dengan peningkatan fraksi liat yang seiring dengan bertambahnya kedalaman tanah Lempung dengan kadar liat, debu dan pasir yang memungkinkan air dan udara bergerak bebas di dalamnya.

Sumber: Hartati (1998)

119

Page 22: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

120

Lampiran 9. Peta jenis tanah DAS Karang Mumus

Page 23: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

121

Lampiran 10. Peta hidrologi DAS Karang Mumus

Page 24: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

122

Lampiran 11. Peta sistem lahan DAS Karang Mumus

Page 25: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

123

Lampiran 12. Analisis finansial pertanian lahan basah (padi sawah) dengan luas tanam 1 ha

Komponen Volume Satuan Nilai satuan

(Rp) Total nilai

(Rp) Nilai per item

(Rp) Biaya Produksi Sarana Produksi: 1.430.000 Benih 40 Kg 4.000 160.000 Urea 100 Kg 1.200 120.000 NPK 200 Kg 1.750 350.000 Pestisida 4 Liter 180.000 720.000 Herbisida 2 Liter 40.000 80.000 Tenaga Kerja: 2.340.000 Persemaian 4 Hok 30.000 120.000

Pengolahan tanah 1 Hand traktor 800.000 800.000

Penanaman 10 Hok 30.000 300.000 Pemupukan 4 Hok 30.000 120.000 Pemanenan 1 ha 250.000 250.000 Perontokan 100 Karung 5.000 500.000 Pengangkutan 100 Karung 2.500 250.000 Total Biaya Produksi: 1 x panen 3.770.000 1 tahun (2 x panen) 7.540.000 Produksi Padi: 1 x panen 5000 Kg 2.760 13.800.000 13.800.000 1 tahun (2 x panen) 10000 Kg 2.760 27.600.000 27.600.000 Keuntungan: 1 x panen 10.030.000 1 tahun (2 x panen) 20.060.000 Rasio B/C: 1 x panen 2,66 1 tahun (2 x panen) 2,66

Page 26: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

124

Lampiran 13. Analisis finansial pertanian lahan kering (jagung manis) dengan luas tanam 1 ha

Komponen Volume Satuan Nilai satuan

(Rp) Total nilai

(Rp) Nilai per item

(Rp) Biaya Produksi Sarana Produksi: 794.000 Benih (umum) 2,5 Kg 60.000 150.000 Urea 100 Kg 1.200 120.000 NPK 10 Karung 35.000 350.000 Pestisida 1 Liter 80.000 80.000 Herbisida 2 Liter 47.000 94.000 Tenaga Kerja: 995.000 Pengolahan tanah Penanaman 10 Hok 30.000 300.000 Pemupukan 4 Hok 30.000 120.000 Penyiangan 5 Hok 30.000 150.000 Pemanenan 10 Hok 30.000 300.000 Pengangkutan 50 Karung 2.500 125.000 Total Biaya Produksi: 1 x panen 1.789.000 1 tahun (3 x panen) 5.367.000 Produksi Jagung: 1 x panen 50 Karung 80.000 4.000.000 4.000.000 1 tahun (3 x panen) 150 Karung 80.000 12.000.000 12.000.000 Keuntungan: 1 x panen 2.211.000 1 tahun (3 x panen) 6.633.000 Rasio B/C: 1 x panen 1,24 1 tahun (3 x panen) 1,24

Page 27: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

125

Lampiran 14. Analisis finansial pertanian lahan kering (jagung manis unggul) dengan luas tanam 1 ha

Komponen Volume Satuan Nilai satuan

(Rp) Total nilai

(Rp) Nilai per item

(Rp) Biaya Produksi Sarana Produksi: 994.000 Benih 2,5 Kg 140.000 350.000 Urea 100 Kg 1.200 120.000 NPK 10 Karung 35.000 350.000 Pestisida 1 Liter 80.000 80.000 Herbisida 2 Liter 47.000 94.000 Tenaga Kerja: 995.000 Pengolahan tanah Penanaman 10 Hok 30.000 300.000 Pemupukan 4 Hok 30.000 120.000 Penyiangan 5 Hok 30.000 150.000 Pemanenan 10 Hok 30.000 300.000 Pengangkutan 50 Karung 2.500 125.000 Total Biaya Produksi: 1 x panen 1.989.000 1 tahun (3 x panen) 5.967.000 Produksi Jagung: 1 x panen 50 Karung 150.000 7.500.000 7.500.000 1 tahun (3 x panen) 150 Karung 150.000 22.500.000 22.500.000 Keuntungan: 1 x panen 5.511.000 1 tahun (3 x panen) 16.533.000 Rasio B/C: 1 x panen 2,77 1 tahun (3 x panen) 2,77

Page 28: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

126

Lampiran 15. Analisis finansial pertanian lahan kering (cabai) dengan luas tanam 1 ha

Komponen Volume Satuan Nilai satuan

(Rp) Total nilai

(Rp) Nilai per item

(Rp) Biaya Produksi Sarana Produksi: 21.100.000 Benih 15 Bungkus 85.000 1.275.000 Ajir 20800 Batang 500 10.400.000 Mulsa plastik 3 Gulung 500.000 1.500.000 Kapur 80 Karung 20.000 1.600.000 Pupuk kandang 400 Kg 6.500 2.600.000 NPK dasar 100 Kg 1.750 175.000 NPK Mutiara 1 Karung 550.000 550.000 Zat pengatur tumbuh 3.000.000 Tenaga Kerja: 1.290.000 Pengolahan tanah 10 Hok 30.000 300.000 Penyemaian 4 Hok 30.000 120.000 Penanaman 10 Hok 30.000 300.000 Pemupukan 4 Hok 30.000 120.000 Penyiangan 5 Hok 30.000 150.000 Pemanenan 10 Hok 30.000 300.000 Total Biaya Produksi: 1 x panen 22.390.000 1 tahun (3 x panen) 67.170.000 Produksi Padi: 1 x panen 7000 Kg 14.000 98.000.000 98.000.000 1 tahun (3 x panen) 21000 Kg 14.000 294.000.000 294.000.000 Keuntungan: 1 x panen 75.610.000 1 tahun (3 x panen) 226.830.000 Rasio B/C: 1 x panen 3,38 1 tahun (3 x panen) 3,38

Page 29: Rencana Pengelolaan Lanskap Agroforestri Di Daerah Aliran ... · 2004. Studi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Karang Mumus. Samarinda: Pemerintah Daerah Provinsi Kaltim. [Balitbangda]

127

Lampiran 16. Kebutuhan hidup layak berdasarkan harga barang konsumtif di DAS Karang Mumus (2008)

No. Pos Pengeluaran Rincian Pengeluaran Volume Nilai/Unit/

bulan Nilai Total

1 Beras 5 or*10 kg/or 50 kg Rp. 4.600 Rp. 230.000 2 Lauk-pauk 30 hr 30 hr Rp. 50.000 Rp. 1.500.000 3 Gas 2 tab/bl 2 tab Rp. 100.000 Rp. 200.000 4 Listrik, 900 W 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 5 Air 1 bl Rp. 75.000 Rp. 75.000 6 Telepun 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 7 Transportasi 5or*30hr 180 hr Rp. 5.000 Rp.. 900.000 8 Sosial 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 9 Perayaan Hari

Besar 2events 2 ev Rp. 250.000 Rp. 500.000 10 Kesehatan 5or 5 or Rp. 50.000 Rp. 250.000 11 Pendidikan 3or*Rp 500000/smt 3 or Rp. 250.000 Rp. 250.000 12 Buku, majalah, dll 5or 5 or Rp. 25.000 Rp. 125.000 13 Baju 5or*Rp250000/thn/or 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 14 Sepatu 5or*Rp200000/thn/or 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 15 Sendal 5or*Rp100000/thn/or 1 bl Rp. 50.000 Rp. 50.000 16 Baju muslim 5or*Rp100000/thn/or 1 bl Rp. 50.000 Rp. 50.000 17 Sajadah Rp60000/5thn 1 bl Rp. 1.000 Rp. 1.000 18 Alat Dapur 1 bl Rp. 10.000 Rp. 10.000 19 Bohlam 6 bh Rp. 10.000 Rp. 60.000 20 Surat kabar 1 bl Rp. 50.000 Rp. 50.000 21 Rehabilitasi rumah Rp1.2 juta/5thn 1 bl Rp. 20.000 Rp. 20.000 22 Komputer 1 bl Rp. 50.000 Rp. 50.000 23 Mudik Rp1.2 juta/1thn 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 24 Rekreasi Rp1.2juta/1thn 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 25 Tabungan 1 bl Rp. 100.000 Rp. 100.000 26 Zakat/sumbangan 2.5%*total belanja 1 bl Rp. 125.525 Rp. 125.525

Total Rp. 5.246.525

Total dibulatkan/bulan Rp. 5.250.000

Total belanja/tahun Rp.63.000.000