RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full...

73
RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE BACK PROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT DIABETES MILITUS (Skripsi) Oleh Rizky Fadhlillah JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Transcript of RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full...

Page 1: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE BACK

PROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT

DIABETES MILITUS

(Skripsi)

Oleh

Rizky Fadhlillah

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

i

ABSTRACT

SYSTEM DESIGN OF ELECTRONIC NOSE USING ARTIFICIAL

NEURAL NETWORK WITH BACK PROPAGATION METHOD

TO DETECT DIABETIC MELLITUS DISEASE

By

Rizky Fadhlillah

Electronic nose (e-nose) is a biometic smells system developed on chemistry sensor

principle, based on electronic system design, and data analysis technique. E-nose is

able to analysis Volatile Organic Compound (VOC) from breathing using pattern

recoganition algorithm where there are differences in VOC profiles between

diabetic patient and normal person. That can be used as an alternative for

monitoring patient who do not to check blood sugar using conventional tools that

use invasive technique. therefore, it is necessary to do study of system design that

can classify diabetic mellitus patient with normal person base on breathing gas

profile. This study using metal oxide sensor. The study stages are sensor calibration,

artificial neural network training, collecting data, and result analysis. E-nose system

using artificial neural network with back propagation method able to detect acetone

and ethanol gasses with train error 2.649%, standard deviation value 12.952 ppm

and relative uncertainty value 18.166%. This system also able to classify diabetic

patient and normal person with train error 4.713%, standard deviation value 22.385

ppm and relative uncertainty value 13.151%

keyword : Electronic nose, e-nose, diabetic mellitus, back propagation, Metal

Oxide Sensor

Page 3: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

ii

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE BACK

PROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT

DIABETES MILITUS

Oleh

Rizky Fadhlillah

Electronic nose (e-nose) adalah sistem penciuman biometrik yang dikembangkan

berdasarkan prinsip-prinsip sensor kimia, berbasis perancangan sistem elektronik,

dan teknik analisis data.. E-nose mampu melakukan analisis Volatile Organic

Compound (VOC) pada pernapasan dengan menggunakan algoritma pengenalan

pola dimana terdapat perbedaan pada profil VOC yang dihembuskan oleh penderita

diabetes militus dengan orang sehat. Hal tersebut bisa digunakan sebagai alternatif

untuk melakukan monitoring beberapa pasien yang enggan untuk melakukan

pengecekan gula darah menggunakan alat konvensional yang menggunakan teknik

invasive (melukai). Maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian mengenai

pembuatan rancang bangun sistem yang mampu membedakan penderita penyakit

diabetes militus dengan orang normal berdasarkan profil gas pernapasan. Dalam

penelitian ini jenis sensor gas yang digunakan adalah Metal Oxide Sensor. Tahap

penelitian meliputi pengujian dan kalibrasi sensor, pelatihan jaringan syaraf tiruan,

pengambilan data, dan analisis hasil. Sistem e-nose menggunakan jaringan syaraf

tiruan dengan metode back propagation mampu mendeteksi gas aseton dan etanol

dengan error pelatihan sebesar 2,649%, nilai standar deviasi sebesar 12,952 ppm

dan nilai ketidakpastian relatifnya sebesar 18,166%. Sistem juga mampu

membedakan penderita penyakit diabetes dan orang normal dengan error pelatihan

sebesar 4,713% dengan nilai standar deviasi sebesar 22,385 ppm dan nilai

ketidakpastian relatifnya sebesar 13,151%.

Kata kunci : Electronic nose, e-nose, diabetes militus, back propagation, Metal

Oxide Sensor

Page 4: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

iii

RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN METODE BACK

PROPAGATION UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT

DIABETES MILITUS

Oleh

RIZKY FADHLILLAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2019

Page 5: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

iv

Judul Penelitian : RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC

NOSE MENGGUNAKAN JARINGAN

SYARAF TIRUAN DENGAN METODE BACK

PROPAGATION UNTUK MENDETEKSI

PENYAKIT DIABETES MILITUS

Nama Mahasiswa : Rizky Fadhlillah

Nomor Pokok Mahasiswa : 1317041041

Jurusan : Fisika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Junaidi, S.Si., M.Sc. Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng

NIP. 19820618 200812 1 001 NIP. 19710909 200012 1 001

2. Ketua Jurusan Fisika

Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng

NIP. 19710909 200012 1 001

Page 6: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Junaidi, S.Si., M.Sc. .......................

Sekretaris : Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng. .......................

Penguji

Bukan Pembimbing : Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. .......................

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Drs. Suratman, M.Sc.

NIP. 19640604 199003 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 24 September 2019

Page 7: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

sama persis dengan yang pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan

saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam

daftar pustaka, selain itu saya menyatakan pula bahwa skripsi ini dibuat oleh saya

sendiri.

Apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia dikenakan sanksi sesuai

hukum yang berlaku

Bandarlampung, Oktober 2019

Rizky Fadhlillah

NPM. 1317041041

Page 8: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Rizky Fadhlillah. Penulis

dilahirkan di Telukbetung pada 25 November 1995.

Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara

dari pasangan Mujianto dan Suparti. Penulis

menyelesaikan pendidikan di TK PGRI pada 2001, SDN 5

Metro Timur pada 2007, SMPN 2 Metro pada 2010, dan

SMAN 2 Metro pada 2013. Penulis terdaftar sebagai

mahasiswa di jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN

pada tahun 2013. Penulis pernah aktif dalam kegiatan organisasi seperti menjadi

anggota bidang Komunikasi dan Informasi HIMAFI FMIPA Unila pada tahun 2015

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Badan Tenaga Nuklir

Nasional (BATAN) Serpong, Tangerang Selatan pada tahun 2016 di bagian Pusat

Sains dan Teknologi Bahan Maju dengan judul laporan “Membuat Simulasi Pola

Difraksi Neutron dan Pole Figure pada Difraktometer Neutron Tekstur

(Dn2)”. Penulis juga melaksanakan Kerja Kuliah Nyata (KKN) di desa Srikaton,

kecamatan Anak Tuha, kabupaten Lampung Tengah.

Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Sains Dasar (Fisika), Pemrograman

Komputer, Fisika Eksperimen, dan Fisika Inti.

Page 9: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

viii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohiim…

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

Ku persembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orangtuaku : Mujianto dan Suparti yang selalu menjadi

inspirasi hidup, motivator, dan orangtua paling hebat di dunia.

Saudaraku : Dimas Lutfi Prayoga, Irfan Alfarizi, dan Muhammad Naufal Yasir

atas kasih sayang, dukungan, dan semangat sehingga

saya dapat mencapai semua ini.

Seluruh keluarga yang selalu memberikan motivasi

Almamater tercinta

Universitas Lampung

Page 10: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

ix

MOTTO

Setiap hidup akan berakhir bahagia.

Jika belum bahagia, bersyukurlah. Karena itu berarti

hidupmu belum berakhir.

Page 11: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Sistem Electronic Nose

Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Back Propagation

untuk Mendeteksi Penyakit Diabetes Militus”. Dengan segala kerendahan hati,

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini

bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tapi juga untuk para pembaca.

Bandarlampung, Oktober 2019

Penulis,

Rizky Fadhlillah

Page 12: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xi

SANWACANA

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam yang telah memberikan taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit hambatan dan

kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih

telah membantu penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Dr. Junaidi, S.Si., M.Sc. selaku pembimbing yang selalu membimbing

dan mengarahkan dalam proses peyusunan skripsi ini.

2. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng. selaku ketua jurusan Fisika FMIPA

Universitas Lampung, dan pembimbing skripsi yang selalu membimbing,

menyemangati, dan memberikan ilmu baru dalam proses penyusunan skripsi.

3. Bapak Gurum Ahmad Pauzi, S.Si., M.T. selaku pembahas yang senantiasa

mengarahkan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Suprihatin, S.Si., M.Si. selaku pembimbing akademik yang senantiasa

memberikan bimbingan dan arahan selama masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung yang telah

memberikan banyak ilmu selama kuliah.

Page 13: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xii

6. Aditya Saputra, Azmi Prilly Naisa, Doni Mailana Pangestu, Fauza Ramadhan

Nekola, dan Rio Adhitya Putra yang selalu memberikan motivasi dan bantuan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman - teman Fisika angkatan 2013 yang selalu memberi semangat selama

perkuliahan dan penusunan skripsi ini.

8. Pimpinan dan karyawan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek yang telah membantu

dan menfasilitasi dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas dengan yang lebih baik dan menjadi pemberat amal

di akhirat nanti. Aamiin.

Bandarlampung, Oktober 2019

Penulis,

Rizky Fadhlillah

Page 14: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRACT ............................................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

MENGESAHKAN ................................................................................................ v

PERNYATAAN .................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

MOTTO ................................................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................... x

SANWACANA ..................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 8 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 8 2.2 Teori Dasar ............................................................................................. 13

2.2.1 Diabetes Militus ..................................................................................... 13 2.2.2 Electronic Nose ...................................................................................... 17 2.2.3 Metal Oxide Sensor ................................................................................ 20 2.2.4 Arduino ................................................................................................... 22

Page 15: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xiv

2.2.5 Metode Back Propagation ...................................................................... 23

2.2.6 Software Matlab ..................................................................................... 26 2.2.7 Principal Component Analysis ............................................................... 29 2.2.8 Penurunan Rumus untuk Kalibrasi ......................................................... 33

METODE PENELITIAN ................................................................................... 36

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 36 3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 37 3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................. 38

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 50

5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 50 5.2. Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 52

LAMPIRAN

Page 16: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik hasil tes dari konsentrasi gula darah pada penderita

penyakit diabetes dan orang normal (Ping dkk., 1997) .................................. 9

Gambar 2.2 Hasil test OGTT standar profil gas etanol dan aseton

pada 10 sukarelawan (Galassetti dkk., 2005). ................................................ 10

Gambar 2.3 Grafik hubungan antara konsentrasi aseton dalam air liur

dengan kadar gula darah dari pasien DM setelah berpuasa 12 jam

(Muttaqin dkk., 2012). ................................................................................... 16

Gambar 2.4 Diagram blok cara kerja e-nose dan penciuman mamalia

(Chiu dan Tang, 2013). .................................................................................. 18

Gambar 2.5 Prinsip Kerja sensor logam oksida (Franke dkk., 2006) ........... 21

Gambar 2.6 Tampilan grafik plot distance logger (Nurraharjo, 2015) ........ 27

Gambar 2.7 Screenshoot tampilan IDE Arduino (Nurraharjo, 2015)........... 28

Gambar 2.8 Potongan Listing Matlab (Nurraharjo, 2015)............................ 28

Gambar 3.1 Diagram alir

penelitian ................................................................................ 3

9

Gambar 3.2 Skema Rancangan Electronic Nose .......................................... 40

Gambar 3.3 Desain sistem electronic nose. .................................................. 42

Gambar 3.4 Diagram Blok............................................................................ 43

Gambar 3.5 Rangkaian sensor gas array ...................................................... 44

Gambar 3.6 Setup array sensor .................................................................... 45

Gambar 3.7 Diagram alir perancangan jaringan syaraf tiruan (JST) ............ 47

Page 17: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xvi

Gambar 3.8 Grafik respon sensor array ....................................................... 48

Page 18: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan komposisi air liur pada penderita diabetes militus ... 15

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian.................................................... 36

Tabel 3.2 Jenis sensor gas beserta fungsi yang digunakan ......................... 37

Tabel 3.3 Data Kalibrasi sensor menggunakan gas aseton, etanol, dan CO2 41

Tabel 3.4 Data uji sistem electronic-nose .................................................. 49

Page 19: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

International Diabetic Federation (IDF) menerbitkan sebuah laporan bahwa

terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013.

Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang pada tahun

2035. Dari 382 juta orang yang menderita diabetes, 175 juta diantaranya belum

terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa

disadari dan tanpa pencegahan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

provinsi Lampung oleh tenaga kesehatan Provinsi Lampung pada tahun 2009

terdapat 373 kasus diabetes militus (DM) di Provinsi Lampung (Dinas Kesehatan

Lampung, 2016). Diabetes Militus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak

disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi. Diabetes

militus merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat kelenjar pankreas

tidak memproduksi cukup insulin sehingga tubuh tidak dapat menggunakan insulin

yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur

keseimbangan kadar gula darah pada tubuh manusia. Kekurangan insulin

menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa di dalam darah atau

hiperglikemia (Kemenkes RI, 2014).

Page 20: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

2

Untuk melakukan diagnosa terhadap penyakit diabetes militus dibutuhkan

pemeriksaan kadar gula darah. Pemeriksaan di laboratorium merupakan cara yang

paling akurat dalam melakukan diagnosa. Sampai sejauh ini, pemeriksaan di

laboratorium membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak efisien apabila

pemeriksaan ini ditujukan hanya sebagai monitoring gula darah. Ada beberapa

teknik lain untuk melakukan pengujian kadar gula darah dalam tubuh. Salah

satunya menggunakan teknik invasive (melukai), yaitu darah pasien diambil dengan

menggunakan jarum suntik untuk dianalisa. Akan tetapi teknik ini kurang diminati

beberapa pasien sehingga mereka enggan untuk melakukan pengecekan gula darah

(Hidayanto et al., 2015).

Selain itu, ada teknik non-invasive yang melakukan pengujian kadar gula tanpa

melukai pasien, salah satunya yaitu dengan mengenali pola volatile organic

compound (VOC) yang dikeluarkan dari proses pernapasan manusia. VOC adalah

bahan senyawa organik yang mudah menguap yang dihasilkan dari beberapa bahan

padat atau cair (Maryono, 2012). Pada umumnya, manusia menghirup oksigen (O2)

dan menghembuskan karbon dioksida (CO2). Akan tetapi terkandung begitu banyak

VOC lain didalam senyawa karbon dioksida yang dihembuskan oleh manusia.

Novak dkk. (2007) berhipotesis bahwa terdapat perbedaan pada profil VOC yang

dihembuskan oleh penderita diabetes militus tipe 1 dengan orang sehat dalam tes

toleransi glukosa oral standar melalui analisis VOC. Menurut Yadav dan Manjhi

(2014) pasien penderita diabetes mengeluarkan sejumlah senyawa organik volatil

(aseton, etanol, dan isoprena) bersamaan dengan karbon dioksida saat

menghembuskan napas.

Page 21: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

3

Peningkatan kadar glukosa dalam tubuh penderita diabetes juga meningkatkan

produksi etanol. Etanol tidak dihasilkan langsung oleh tubuh akan tetapi dihasilkan

dari proses fermentasi glukosa oleh bakteri asam laktat yang terjadi di usus (Reddy

et al., 2008). Oleh kerena itu gas etanol bisa digunakan sebagai indikator untuk

mengukur kadar glukosa dalam tubuh manusia. Selain etanol, aseton juga bisa

digunakan sebagai indikator untuk mengukur kadar glukosa pada pasien diabetes.

Hal tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh

Handayani (2005). Kadar aseton di dalam air liur penderita diabetes militus lebih

tinggi bila dibandingkan dengan kadar aseton di dalam air liur individu sehat.

Karena pada penderita diabetes tubuh tidak bisa secara efektif mengolah glukosa

menjadi energi. Maka tubuh secara automatis melakukan pembakaran asam lemak

untuk menghasilkan energi. Peningkatan pembakaran asam lemak berdampak pada

peningkaran kadar asam-asam organik pembentukan badan-badan keton. Asam-

asam ini dapat menurunkan pH darah normal dari 7,4 menjadi 6,8 atau lebih rendah.

Keadaan ini dapat mengakibatkan pembentukan aseton sehingga menimbulkan bau

napas pada penderita diabetes (Handayani, 2005).

Teknologi electronic nose (e-nose) menyediakan alternatif yang hemat biaya untuk

melakukan analisis VOC pada pernapasan. E-nose memanfaatkan susunan sensor

reaktif yang merespon berbagai VOC dengan sangat sensitif dan reversibel dalam

waktu respon yang singkat. E-nose menghasilkan profil molekuler campuran VOC

dalam hembusan napas yang juga disebut breathprints dan memungkinkan analisis

dengan algoritma pengenalan pola (Lazar et al., 2010).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mendiagnosa penyakit diabetes

militus menggunakan array sensor gas antara lain dilakukan oleh Ping dkk. (1997).

Page 22: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

4

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Zhejiang, terhadap 32 relawan, 18 penderita

diabetes, dan 14 orang normal. Mereka menguji gas ekspirasi dari relawan dengan

array sensor bau yang terdiri dari lima penginderaan gas. Pengambilan data

dilakukan sebelum makan, 0,5 jam setelah makan, 1 jam setelah makan dan 2 jam

setelah makan. Selanjutnya Yadav dan Manjhi (2014) juga melakukan penelitian

untuk mendeteksi penyakit diabates secara non-invasif menggunakan sensor gas

oksida logam (metal oxide gas sensors). Pada penelitiannya digunakan ruang uji

berupa silinder yang dilengkapi dengan enam jenis sensor gas yang berbeda, yaitu

TGS-822, TGS-825, TGS-816, TGS-2620, TGS-2610, dan TGS-2611. Hasil

penelitian memungkinkan bahwa sistem mampu membedakan penderita penyakit

diabetes militus dan orang normal berdasarkan profil gas pernapasan. Akan tetapi

alat ini belum sempatan untuk dilakukan tes terhadap manusia.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian

mengenai pembuatan rancang bangun sistem yang mampu membedakan penderita

penyakit diabetes militus dengan orang normal berdasarkan profil gas pernapasan.

Dalam penelitian ini, sensor gas yang digunakan adalah MQ-3, TGS-2600, TGS-

2602, TGS-2611, dan TGS-822. Sensor MQ-3, TGS-2600, dan TGS-2602 akan

digunakan untuk mendeteksi gas etanol. Sedangkan untuk TGS-2611 dan TGS-822

akan digunakan untuk mendeteksi gas aseton yang dihembuskan oleh penderita

penyakit diabetes militus. Sebelum digunakan, semua sensor akan dikalibrasi dan

diuji tingkat sensitifitasnya masing-masing dengan cara memberikan gas yang

mampu dideteksi sensor dengan konsentrasi parts per million (ppm) tertentu. Gas

sampel akan dianalisa di dalam chamber yang terhubung dengan pompa untuk

mengontrol gas yang ada di chamber. E-nose akan dilatih untuk membedakan

Page 23: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

5

penderita penyakit diabetes dengan menganalisa gas ekspirasi pasien penderita

penyakit diabetes yang telah terdiagnosa dan orang normal. Data yang diperoleh

dari proses pelatihan akan diolah menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST).

Metode JST yang digunakan adalah Back Propagation yang dibuat menggunakan

software Matlab 2014. Setelah e-nose berhasil membedakan penderita penyakit

diabetes dengan orang normal, maka akan dilakukan pengambilan data.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka muncul perumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana membuat rancang bangun sistem electronic nose menggunakan

jaringan syaraf tiruan dengan metode back propagation untuk mendeteksi

penyakit diabetes militus;

2. Bagaimana menganalisa proses jaringan syaraf tiruan untuk mengenali penderita

penyakit diabetes militus dengan electronic nose;

3. Bagaimana membuat sistem electronic nose yang mampu membedakan

penderita penyakit diabetes militus dengan orang normal.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 24: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

6

1. Membuat rancang bangun sistem electronic nose menggunakan jaringan

syaraf tiruan dengan metode back propagation untuk mendeteksi penyakit

diabetes militus;

2. Menganalisa proses jaringan syaraf tiruan untuk mengenali penderita penyakit

diabetes militus dengan e-nose;

3. Membuat sistem e-nose yang mampu membedakan penderita penyakit diabetes

militus dengan orang normal.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Terealisasikannya rancang bangun sistem e-nose menggunakan jaringan syaraf

tiruan dengan metode back propagation untuk mendeteksi penyakit diabetes

militus.

2. Sebagai alat alternatif yang mampu membedakan penderita penyakit diabetes

militus dengan orang normal.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Metode jaringan syaraf tiruan yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

back propagation;

2. Sensor gas yang digunakan adalah MQ-3, TGS-2600, TGS-2602, TGS-2611,

dan TGS-822;

Page 25: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

7

3. E-nose dilatih untuk dapat membedakan antara penderita diabetes militus

dengan orang sehat menggunakan jaringan syaraf tiruan berdasarkan profil

ekspirasi pernapasan;

4. E-nose dilatih menggunakan jaringan syaraf tiruan dari 5 penderita diabetes

militus dan 10 orang normal sehat.

Page 26: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian untuk mendiagnosa berbagai penyakit menggunakan array sensor gas

telah banyak dilakukan oleh banyak peneliti, masing-masing mempunyai

karakteristik dan tujuan yang berbeda. Beberapa diantaranya digunakan sebagai

dasar untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Ping dkk. (1997) melakukan verifikasi pemeriksaan kepada relawan penderita

diabetes dan orang normal di Rumah Sakit Zhejiang. 32 relawan, 18 penderita

diabetes dan 14 orang normal. Semua penderita diabetes Telah didiagnosa

menderita diabetes. mereka menguji gas ekspirasi relawan dengan array sensor

yang terdiri dari lima penginderaan gas. Penelitian dilakukan sebelum makan, 0,5

jam setelah makan, 1 jam Setelah makan dan 2 jam setelah makan. Kemudian

mengenali tanggapan untuk setiap deteksi gula darah yang terdeteksi sebagai

pembanding.

Page 27: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

9

Gambar 2.1 Grafik hasil tes dari konsentrasi gula darah pada penderita penyakit

diabetes dan orang normal (Ping et al., 1997).

Terlihat bahwa perbedaan konsentrasi gula darah antara penderita penyakit diabetes

militus dan orang normal terlihat pada saat 1 jam setelah makan. Sedangkan

sebelum makan sebagian besar penderita diabetes hampir tidak terdeteksi. Akan

tetapi beberapa orang normal dikira penderita diabetes. Mereka berasumsi alasan

utama untuk hal itu adalah bahwa kelaparan juga bisa menyebabkan munculnya

konsentrasi aseton. Hal ini ditunjukkan oleh fakta bahwa konsentrasi aseton mereka

kembali menjadi normal 1 jam setelah makan. Di sisi lain konsentrasi aseton

penderita diabetes tetap tinggi setelah makan.

Penelitian yang dilakukakan oleh Galassetti (2005) dengan menggunakan oral

glucose tolerance test (OGTT) atau test analisa glukosa oral menemukan kolerasi

antara peningkatan glukosa terhadap gas etanol dan aseton pada ekspirasi

pernapasan yang disajikan dalam Gambar 2.2.

Page 28: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

10

Gambar 2.2 Hasil test OGTT standar profil gas etanol dan aseton pada 10

sukarelawan (Galassetti et al., 2005).

Penelitian dilakukan di University of California, Irvine General Clinical Research

Center di pagi hari setelah relawan diminta untuk puasa semalam. Sampel darah

dasar diambil pada interval 10 menit untuk menilai kadar glukosa setelah puasa.

Bersamaan dengan setiap pengambilan darah, VOC dikumpulkan dan dianalisis

dengan kromatografi gas atau spektrometri massa. Relawan diminta meminum

75gram glukosa yang diencerkan dalam 296 mL larutan minuman. Setelah itu

dilakukan kembali pengecekan glukosa serta analisa VOC yang dilakukan pada 2,

5, 10, 15, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 menit.

Incalzi dkk. (2012) melakukan penelitian untuk menganalisa breath finger print

terhadap penderita Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau penyakit

paru obstruktif kronik menggunakan e-nose. Tujuan penelitian mereka adalah untuk

mengukur reproduktifitas breath finger print untuk menilai korelasi antara indeks

fungsi pernapasan pada lansia yang sehat dan pasien penderita COPD. Sebanyak 25

Page 29: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

11

pasien umur 65 tahun menjalani studi e-nose melalui tujuh sistem sensor dan tes

fungsi pernapasan pada waktu 0, 7, dan 15 hari. Sistem penciuman buatan yang

digunakan untuk penelitian ini adalah versi terbaru dari array sensor gas yang

dikembangkan dan dibuat di Universitas Roma Tor Vergata. Sensor array yang

digunakan untuk penelitian ini terdiri dari tujuh quartz microbalance (QMB) yang

disusun dengan metalloporphyrins sebagai bahan interaktif kimia: Cu- TPP, Co-

TPP, Zn-TPP, Mn-TPP, Fe-TPP, Sn-TPP, dan Ru- TPP. Penelitian mereka

menyimpulkan bahwa dengan pola VOC, e-nose bisa digunakan untuk menilai

keparahan COPD dan kemungkinan untuk mempelajari variabilitas fenotipik

Dragonieri dkk. (2013) melakukan penelitian terhadap penyakit Sarkoidosis yang

menyerang paru-paru di lebih dari 90% kasus. Mereka berhipotesis bahwa profil

molekuler yang dihembuskan dapat membedakan pasien dengan sarkoidosis

dengan baik. Untuk itu mereka melakukan pengukuran e-nose pada pasien

sarcoidosis yang tidak diobati dan sedang dirawat. Terdapat 31 pasien sarkoidosis,

yaitu 11 pasien dengan sarcoidosis paru yang tidak diobati (usia: 48,4 ± 9,0), 20

pasien dengan sarkoidosis paru yang diobati (usia: 49,7 ± 7,9) dan 25 orang sehat

(usia: 39,6 ± 14,1). Napas yang keluar dikumpulkan dua kali dengan menggunakan

tas Tedlar. Kemudian sampel dianalisa oleh e-nose (Cyranose C320). Didapatkan

hasil breathprints dari pasien dengan sarkoidosis paru yang tidak diobati berhasil

dibedakan terhadap orang sehat (Cross Validated Accuracy atau CVA: 83,3%).

Pasien dengan sarkoidosis yang tidak diobati dan diobati kurang dapat dibedakan

dengan baik (CVA 74,2%), sedangkan kelompok sarkoidosis yang diobati tidak

dapat dibedakan dari orang sehat (CVA 66,7%) (Dragonieri et al., 2013).

Page 30: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

12

Yadav dan Manjhi (2014) melakukan penelitian Pendeteksian penderita penyakit

diabetes yang dilakukan secara non-invasif berdasarkan sensor gas oksida logam

(metal oxide gas sensors). Artificial neural network digunakan sebagai alat untuk

mengidentifikasi gas. Ruang uji mereka adalah tabung silinder yang berisi printed

circuit board (PCB) dimana kita menggunakan enam jenis sensor gas yang berbeda.

Sensor ini adalah TGS 822, TGS 825, TGS 816, TGS 2620, TGS 2610, dan TGS

2611. Sistem ini mencakup satu masukan untuk udara yang berasal dari kompresor

udara yang telah digunakan untuk membersihkan kotak dan sensor gas setiap

setelah tes dilakukan. Dimensi dalam tabung silinder itu panjang 13,3 cm dan

diameter 17 cm sedangkan volume yang efektif adalah 3020,05 cm3. Sistem ini

mampu untuk menghasilkan data pada beberapa sejumlah gas dalam fraksi mililiter.

Akan tetapi alat ini tidak memiliki kesempatan untuk melakukan tes terhadap

manusia. Diperkirakan bahwa sistem akan bekerja untuk mendeteksi penyakit

semacam itu dengan cara yang non-invasif (Yadav and Manjhi, 2014).

Yusuf dkk. (2015) melakukan penelitian untuk mendiaknosa mikroba yang

menginfeksi kaki pasien diabetes. Menurut mereka, keterlambatan dalam

meresepkan antimikroba dapat menyebabkan amputasi atau komplikasi yang

mengancam jiwa pasien. E-nose ini diharapkan akan menyediakan alat diagnostik

yang memungkinkan identifikasi patogen dengan cepat dan akurat. Penelitian ini

menggunakan Cyranose320. Penelitian ini meneliti kinerja teknik e-nose dengan

interpretasi algoritma dan data yang divalidasi oleh Headspace SPME-GC-MS,

untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi kaki diabetes. Penelitian difokuskan

pada mikrobial tunggal dan poliester pada media agar-agar. Teknik yang diterapkan

pada penelitian ini menggunakan pendekatan statistik seperti Support Vector

Page 31: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

13

Machine (SVM), K-Nearest Neighbor (KNN), Linear Discriminant Analysis

(LDA) serta jaringan syaraf tiruan yang disebut Probability Neural Network (PNN).

Sebagian besar pengklasifikasi berhasil mengidentifikasi spesies mikroba dengan

akurasi hingga 90%. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa

e-nose mampu mengidentifikasi dan membedakan antara spesies mikroba dan

mikroba tunggal yang sebanding dengan teknik klinis konvensional (Yusuf et al.,

2015).

2.2 Teori Dasar

2.2.1 Diabetes Militus

2.2.1.1 Definisi Diabetes Militus

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2014) diabetes militus merupakan penyakit

gangguan metabolik menahun akibat kelenjar pankreas tidak memproduksi cukup

insulin sehingga tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara

efektif. Selanjutnya menurut Soelistijo dkk. (2015) diabetes militus merupakan

suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Insulin adalah

hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah pada tubuh manusia.

Kekurangan insulin menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa di

dalam darah atau hiperglikemia (Kemenkes RI, 2014).

Hiperglikemia adalah suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam

darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas

penyakit diabetes militus, meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa

keadaan yang lain. Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya

Page 32: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

14

kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai

penjuru dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan

jumlah penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO

memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di indonesia dari 8,4 juta pada

tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan

adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun

2035. Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksiadanya

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014

menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Penyakit DM sangat berpengaruh terhadap

kualitas sumberdaya manusia dan berdampak pada peningkatan biaya

kesehatanyang cukup besar (Soelistijo et al., 2015).

2.2.1.2 Pembentukan Aseton dan Etanol Pada Penderita Diabetes Militus

Aseton (propylketone) merupakan satu dari sebagian besar senyawa yang berlimpah

dalam pernapasan manusia. Ketone bodies atau badan keton seperti aseton

dioksidasi melalui siklus Krebs dalam jaringan peripheral. Ketone bodies dalam

darah (termasuk acetoacetate dan β-hydroxybutyrate) meningkat dalam subjek

ketonemic ketika puasa atau kelaparan atau selama diet. Konsentrasi aseton dalam

pernapasan meningkat pada pasien diabetes militus yang tak terkontrol (Mitrayana

et al., 2014).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2005) untuk

melakukan pemeriksaan komposisi air liur pada penderita diabetes militus. Tabel

2.1 menunjukan perubahan komposisi air liur pada penderita diabetes militus,

dimana satuan U/ml pada aktivasi amilase merupakan satuan Unit per milimeter .

Page 33: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

15

Tabel 2.1 Perubahan komposisi air liur pada penderita diabetes militus

Komposisi Penderita DM Normal

Protein 2,63 + 0,17 mg/ml 2,24 + 0,15 mg/ml

Aktivitas Amilase 537,0 + 36,3 U/ml 431,2 + 30,8 U/ml

Aseton 5,78+ 0,74 mg/dL 2,95+ 0,88 mg/dL

Aseton dengan rumus molekul (CH3)2CO merupakan senyawa yang tidak berwarna.

Aseton diproduksi secara alami oleh tubuh sebagai salah satu dari zat keton. Zat

keton dihasilkan tubuh jika asam lemak dibakar menjadi energi. Secara normal 80%

energi tubuh dihasilkan dari pembakaran karbohidrat. Tidak terjadinya pembakaran

karbohidrat dapat disebabkan oleh dua hal, pertama tidak adanya karbohidrat yang

masuk ke dalam tubuh dalam bentuk makanan atau yang kedua tidak adanya respon

tubuh terhadap hormon insulin yang dihasilkan tubuh. Hormon insulin berinteraksi

dengan membran sel untuk mendistribusikan glukosa. Selain itu hormon ini juga

berfungsi mengubah gula darah menjadi gula otot (glikogen) untuk disimpan,

sehingga kadar gula darah tetap normal. Ketiadaan hormon insulin atau kurangnya

respon tubuh terhadap hormon ini berakibat kadar glukosa dalam darah menjadi

tinggi. Kondisi tingginya kadar glukosa dalam darah inilah yang disebut dengan

Diabetes Militus (Ophardt dan Charles, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Muttaqin dkk. (2012) untuk menetukan

hubungan antara kadar aseton dalam air liur dengan kadar gula darah pada penderita

diabetes militus (DM) menunjukkan bahwa terdapat korelasi tinggi antara kadar

aseton dalam air liur dengan kadar gula darah dengan koefisien korelasi sebesar

0,985 yang ditunjukkan pada Gambar 2.3

Page 34: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

16

Gambar 2.3 Grafik hubungan antara konsentrasi aseton dalam air liur dengan kadar

gula darah dari pasien DM setelah berpuasa 12 jam (Muttaqin et al.,

2012).

Sampel terdiri dari dua kelompok, lima orang pasien DM dari RSUP Dr. M. Djamil

Padang. Pengambilan air liur dan pengukuran gula darah dilakukan setelah

berpuasa selama dua belas jam. Semua sampel air liur dispektroskopi dengan

spektrofotometer UV-Vis menggunakan lampu xenon sebagai sumber cahaya.

Peningkatan kadar aseton setelah 12 jam berpuasa ini sebanding dengan

peningkatan gula darah dalam tubuh penderita DM. Ini terjadi karena tubuh

penderita DM tidak dapat merespon dengan baik keberadaan hormon insulin,

sehingga pemecahan glukosa menjadi energi tidak berlangsung sebagaimana

mestinya. Ditambah lagi dalam dua belas jam tanpa makanan, tubuh harus mencari

alternatif sumber energi lain selain glukosa. Salah satu sumber energi alternatif

tersebut adalah asam lemak. Hal inilah yang memicu peningkatan kadar aseton

sebagai hasil dari proses pembakaran asam lemak menjadi sumber energi utama

bagi tubuh penderita DM.

Page 35: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

17

Peningkatan kadar glukosa dalam tubuh penderita diabetes juga meningkatkan

produksi etanol. Etanol tidak dihasilkan langsung oleh tubuh akan tetapi dihasilkan

dari proses fermentasi glukosa oleh bakteri asam laktat yang terjadi di usus. Bakteri

asam laktat didalam tubuh dibagi menjadi 2. Bakteri asam laktat yang menghasilkan

etanol adalah bakteri heterofermentatif. Fermentasi 1 mol glukosa pada bakteri ini

menghasilkan menghasilkan 1 mol asam laktat, 1 mol etanol, dan 1 mol CO2.

Sedangkan bakteri homofermentatif memfermentasi 1 mol glukosa menjadi 2 mol

asam laktat (Reddy et al., 2008).

2.2.2 Electronic Nose

Hidung elektronik atau electronic nose adalah sistem penciuman biomimetik yang

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sensor kimia, berbasis perancangan

sistem elektronik, dan teknik analisis data. Dalam sistem penciuman biologis, ada

sekitar 350 reseptor bau yang berbeda pada manusia dan sekitar 1.000 pada tikus.

Bau yang berbeda dikenali oleh berbagai kombinasi reseptor bau (Tang et al.,

2010). Terinspirasi oleh struktur penciuman mamalia, sistem hidung elektronik

terutama terdiri dari rangkaian sensor, transduser sinyal, dan mesin pengenal pola

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada sistem penciuman mamalia, sel

reseptor penciuman adalah sel sensorik yang penting untuk merasakan bau.

Page 36: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

18

Gambar 2.4 Diagram blok cara kerja e-nose dan penciuman mamalia (Chiu and

Tang, 2013).

Pada rongga hidung manusia, ada 6-10 juta sel reseptor penciuman. Genom

manusia memiliki sekitar 900 gen reseptor penciuman yang berbeda dan genom

tikus mengandung sekitar 1.300. Bila bau masuk ke rongga, sinyal penciuman

diaktivasi di sel reseptor penciuman. Reseptor penciuman kemudian

mengumpulkan dan mengubah sinyal penciuman menjadi sinyal neurologis, dan

kemudian mengirimkan sinyal ini ke otak untuk identifikasi bau. Meskipun banyak

jenis sel reseptor penciuman yang ada, sistem identifikasi bau mamalia tidak

didasarkan pada satu jenis sel reseptor untuk satu bau spesifik. Sistem penciuman

mamalia tidak mendeteksi bau dengan hanya menggunakan satu sensor, namun

aroma terasa dan dikenali menurut sejumlah sel reseptor ganda, dan setiap

kombinasi mewakili sensasi bau berbeda yang mewakili sidik jari bau. Banyak

permutasi dan kombinasi yang ada, memungkinkan mamalia membedakan banyak

bau yang berbeda. Sistem ini diadopsi untuk hidung elektronik. Sensor dipilih

membentuk susunan sensor yang digunakan untuk mendeteksi bau dan

Sinyal

Tranduser

Mesin

Pengenal

pola

Reseptor

Pencium

Sinyal

Pencium Otak

Sensor

Bau

Bau

Electronic Nose

Penciuman mamalia

Page 37: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

19

mengidentifikasi sidik jari bau. Namun jumlah sensor untuk sebagian besar sistem

elektronik terbatas dan dipilih tergantung pada aplikasi (Chiu and Tang, 2013).

Selama empat dekade terakhir banyak penelitian yang bertujuan mengembangkan

sistem elektronik penciuman atau hidung elektronik telah dilakukan. Selama itu,

sistem deteksi bau otomatis telah diterapkan di banyak aplikasi industri, pertanian,

kualitas udara dalam ruangan, pemantauan lingkungan, pengendalian kualitas

produk makanan, diagnosis medis, dan juga banyak lainnya. Di sisi lain, beberapa

perkembangan telah diarahkan pada pembangunan biaya rendah dan hidung

elektronik kompak yang telah menghasilkan sejumlah produk e-nose komersial

(Macías et al., 2014). Tujuan lain dalam pengembangan hidung elektronik adalah

merancang sistem ukuran kecil yang mudah digunakan yang berlaku untuk

pemantauan secara langsung dan maupan secara online. Selain itu, upaya juga telah

dilakukan untuk mengkorelasikan data hidung elektronik dengan hidung manusia

serta dengan kromatografi gas (Aleixandre et al., 2015).

Perangkat e-nose menawarkan banyak kegunaan dan keuntungan untuk berbagai

aplikasi biomedik karena beragam prinsip operasi yang berbeda yang terkait dengan

berbagai jenis dan desain instrumen e-nose. Perangkat jenis ini memiliki setidaknya

empat bagian dengan berbagai fungsi: memastikan kecukupan campuran gas dan

pengambilan sampel, array sensor gas melakukan pendeteksian, bagian elektronik

kontrol didedikasikan untuk pengelolaan susunan sensor dan kecukupan sinyal, dan

akhirnya, sebuah komputer dengan algoritma klasifikasi pola yang sesuai,

mengekstrak fitur karakteristik dari masing-masing aroma dan menyajikan hasilnya

pada antarmuka pengguna (Macías et al., 2014). Kekuatan utama perangkat e-nose

adalah kemampuan serbaguna mereka yang diberikan oleh kemampuan yang dapat

Page 38: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

20

berkembang untuk menghasilkan alat berbiaya rendah sebagai aplikasi tertentu

dengan desain instrumen yang disesuaikan dengan persyaratan penggunaan

tertentu. Sensor mendeteksi keragaman informasi medik yang berguna yang dapat

diperoleh dari pengukuran aroma dan analisis sampel udara langsung dari manusia.

Aplikasi hidung elektronik menawarkan banyak aplikasi terpenting dan berguna

pada bidang kesehatan dan biomedik (Wilson and Baietto, 2011).

2.2.3 Metal Oxide Sensor

Metal Oxide Sensor (MOS) atau sensor gas oksida logam telah banyak digunakan

pada sistem deteksi gas portabel karena kelebihannya seperti biaya rendah, produksi

mudah, dan pengukuran sederhana. Namun, kinerja sensor tersebut sangat

dipengaruhi oleh morfologi dan struktur material penginderanya. Hal tersebut

merupakan hambatan besar untuk sensor gas berbahan dasar lapisan tipis padat

untuk mencapai sifat yang sangat peka. Sensor gas berbahan nanomaterials

dikembangan untuk memperbaiki sifat penginderaan gas dalam sensitivitas,

selektivitas dan kecepatan respons (Sun et al., 2012).

Prinsip pengoperasian sensor oksida logam didasarkan pada perubahan konduktansi

oksida pada interaksi dengan gas dan perubahannya biasanya sebanding dengan

konsentrasi gas. Gambar 2.5 menggambarkan prinsip kerja sensor oksida logam.

Page 39: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

21

Gambar 2.5 Prinsip Kerja sensor logam oksida (Franke et al., 2006)

Ada dua jenis sensor oksida logam yaitu n-oksida (timah dioksida, titanium

dioksida atau besi (III) oksida) yang bereaksi terhadap gas reduksi dan p-type (nikel

oksida, cobalt oksida) yang bereaksi terhadap gas pengoksidasi. Oksigen di udara

bereaksi dengan permukaan sensor tipe-n dan menjebak setiap elektron bebas di

permukaan atau pada batas butir butir oksida. Reaksi ini menghasilkan resistansi

besar di daerah permukaan karena kurangnya elektron pembawa dan menciptakan

penghalang potensial. Namun, jika sensor dimasukkan ke gas pereduksi seperti

hidogen (H2), metana (CH4), karbon monoksida (CO), atau hidrogen sulfida (H2S),

resistansi turun karena gas bereaksi dengan oksigen dan melepaskan elektron. Ini

menurunkan penghalang potensial dan memungkinkan elektron mengalir, sehingga

meningkatkan konduktivitas.

Vaishanv dkk. (2006) menjelaskan reaksi kimia oksida bahan semikonduktor

sensor terhadap gas aseton dan etanol yang ditulis pada Persamaan (2.1) untuk

etanol dan Persamaan (2.2) untuk aseton

2 5 2( ) 2 ( )( ) 6 2 3 6gas gas gasC H OH O CO H O e (2.1)

Page 40: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

22

3 3 3 2 24 4CH COCH O CH COOH CO H O e (2.2)

Telah diketahui bahwa zat pereduksi yang teradsorpsi pada permukaan

semikonduktor oksida, sensor gas menyuntikkan elektron bebas dalam pita

konduksi semikonduktor tipe-n yang menyebabkan resistensi sensor berkurang.

Adsorpsi O− memiliki pengaruh dominan terhadap karakteristik gas yang di deteksi

dengan suhu sensor. Keuntungan utama sensor oksida logam adalah respon cepat

dan waktu pemulihan yang bergantung pada suhu dan tingkat interaksi antara sensor

dan gas. Sensor oksida logam memiliki film tipis berukuran kecil dan relatif murah

serta memiliki konsumsi daya lebih rendah daripada sensor film tebal dan dapat

diintegrasikan langsung ke sirkuit pengukuran (Arshak et al., 2004).

2.2.4 Arduino

Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di

dalamnya terdapat komponen utama, yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis

AVR (automatic voltage regulation) dari perusahaan Atmel. Mikrokontroler itu

sendiri adalah chip atau IC (Integrated Circuit) yang bisa diprogram menggunakan

komputer. Tujuan menanamkan program pada mikrokontroler adalah agar

rangkaian elektronik dapat membaca input, memproses input tersebut dan

kemudian menghasilkan output sesuai yang diinginkan. Secara umum, Arduino

terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Hardware berupa papan input/output (I/O) yang open source.

b. Software Arduino yang juga open source, meliputi software Arduino IDE untuk

menulis program dan driver untuk koneksi dengan komputer (Supardi, 2012).

Page 41: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

23

Arduino bisa menerima masukan dari berbagai sensor dan dapat melakukan

pengendalian sekitarnya dengan menggunakan lampu, motor, aktuator dan lain-

lainnya. Mikrokontroler di modul ini diprogram menggunakan bahasa

pemrograman arduino berdasarkan Wiring dan pengembangan lingkungan arduino

berdasarkan Processing. Proyek arduino dapat berdiri sendiri atau dapat

berkomunikasi dengan perangkat lunak yang berjalan pada komputer misalnya

Flash, Pengolahan, Max MSP (Yuliza, 2016).

2.2.5 Metode Back Propagation

Metode Back Propagation merupakan metode pembelajaran lanjut yang

dikembangkan dari aturan perceptron. Metode Back Propagation ini dikembangkan

oleh Rumelhart, Hinton dan Williams sekitar tahun 1986 yang mengakibatkan

peningkatan kembali minat terhadap jaringan syaraf tiruan. Metode ini terdiri dari

dua tahap, yaitu feed forward dan tahap back propagation error.

Langkah pertama pembuatan jaringan syaraf tiruan dengan metode back

propagation adalah melakukan inisialisai bobot awal. Bobot awal yang dimasukan

adalah nilai acak antara 0 sampai 1. Tahap feed forward dimulai dengan menerima

sinyal masukan dari sensor (Xi, i=1, 2, …, n) dan menjalankan sinyal tersebut dari

setiap neuron pada lapisan masukan ke lapisan selanjutnya (Zj, j=1, 2, …, p).

dilakukan penjumlah bobot dengan sinyal masukannya:

0

1j

n

in j i j

i

Z v x v

(2.3)

Diterapkan fungsi aktivitas untuk menghitung nilai sinyal keluaran

Page 42: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

24

jj inZ f Z (2.4)

Kemudian sinyal ini dikirim ke semua neuron pada lapisan keluaran (Yk, k=1,2,

…,m), dilakukan penjumlahan bobot dengan sinyal masukan:

0

1k

p

in j j k

i

Y w Z w

(2.5)

Fungsi aktivitas diterapkan untuk menghitung nilai sinyal keluaran

kk inY f Y (2.6)

Selanjutnya tahap back propagation of error dimana setiap neuron pada lapisan

keluaran menerima sebuah pola target yang berhubungan dengan pola masukan

pelatihan kemudian menghitung kesalahanya

    'kk k k int y f y (2.7)

Perubahan bobot dihitung yang digunakan untuk mengubah wjk

  . .jk k kw z (2.8)

Perubahan bias dihitung yang digunakan untuk mengubah nilai w0k

0   .k kw (2.9)

Penjumlahan nilai delta masukan dilakukan untuk setiap neuron pada lapisan

tersembunyi pada lapisan diatasnya

1j

m

in k jk

k

w

(2.10)

perkalikan dilakukan dengan turunan aktivitasnya untuk menghitung nilai

kesalahannya.

Page 43: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

25

'j kj in inf Z (2.11)

perubahan bobot dihitung yang akan digunakan untuk menubah nilai vij

  . .ij j iv x (2.12)

Kemudian dihitung perubahan biasnya yang digunakan untuk mengubah nilai v0j

0   .j jv (2.13)

Terakhir adalah melakukan update nilai bobot dan bias dengan mengganti nilai

bobot dan bias pada lapisan keluaran

 

baru lamajk jk jkw w w (2.14)

Dilakukan penggantian nilai bobot dan bias untuk setiap neuron pada lapisan

tersembunyi

 

baru lamaij ij ijv v v (2.15)

Keterangan:

X = input neuron

V = hidden layer

Zin = input hidden layer

Z = output hidden layer

W = output layer

Yin = input output layer

Z = output output layer

= error

t = output targer

w = bobot output layer

v = bobot hidden layer

= learn rate

(Desiani and Arhami, 2006).

Page 44: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

26

2.2.6 Software Matlab

Matlab dikembangkan oleh MathWorks yang awalnya dibuat untuk memberikan

kemudahan mengakses data matriks pada proyek UNPACK dan EISPACK.

Selanjutnya menjadi sebuah aplikasi untuk komputasi matrik. Dalam lingkungan

pendidikan ilmiah, matlab digunakan sebagai alat pemrograman standar bidang

matematika, rekayasa dan keilmuan yang terkait. Matlab menyediakan beberapa

pilihan untuk dipelajari yaitu metode visualisasi dan pemrograman (Yahya and

Melita, 2011).

Matlab merupakan software yang handal menyelesaikan berbagai permasalahan

komputasi numerik. Solusi dari permasalahan yang berhubungan dengan vektor dan

matriks dapat diselesaikan dengan mudah dan sederhana menggunakan software

ini. Bahkan, software ini dapat memecahkan inversi matriks dan Persamaan linier

dengan cepat dan mudah sekali.

Ada beberapa toolbox yang disediakan MATLAB untuk menyelesaikan kasus yang

lebih khusus, antara lain:

a. Image processing menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan dengan

pengolahan citra;

b. Signal processing menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan dengan

pengolahan sinyal;

c. Neural network menyediakan berbagai fungsi yang berhubungan dengan

jaringan syaraf tiruan (Irawan, 2012).

Nurraharjo (2015) melakukan pemrosesan data menggunakan software Matlab

2010b untuk membuat implementasi pemrograman interfacing matlab-arduino.

Page 45: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

27

Proses di atas diawali dengan eksekusi library Matlab-Arduino, dimana proses ini

akan memberitahukan kepada Matlab tentang adanya papan Arduino yang

terkoneksi kepadanya. Proses selanjutnya adalah proses untuk menetapkan status

port komunikasi port serial (USB port). Proses pembacaan data yang dimaksud

adalah pembacaan status data terakhir pada papan Arduino secara realtime.

Sementara proses eksekusi adalah proses untuk memberitahukan kepada papan

Arduino untuk menjalankan perintah eksekusi status portnya.

Pengujian dilakukan dengan membuat suatu tampilan visualisasi data dari sensor

jarak menggunakan sensor ultrasonik yang akan ditampilkan dalam visualisasi data

secara realtime pada sebuah grafik plot. Visualisasi tampilan grafik plot akan

disesuaikan dengan perubahan data pada nilai sensor jarak yang telah dikonversikan

kedalam besaran fisika. Contoh tampilan visualisasi diagram distance logger, yang

ditampilkan berdasarkan data masukan pada terminal yang terhubung dengan

sensor ultrasonik.

Gambar 2.6 Tampilan grafik plot distance logger (Nurraharjo, 2015).

Sumbu Y menyatakan data jarak terkonversi dalam satuan fisis sentimeter, yang

dibatasi pada jarak antara sensor ultrasonik dengan dinding adalah varian antara 0

Page 46: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

28

– 203 cm sehingga periode jarak terdisipasi dalam 10 cm dan range jarak terukur

antara 0 – 220 cm.

Gambar 2.7 Screenshoot tampilan IDE Arduino (Nurraharjo, 2015).

Kode program yang tersedia dalam screenshoot di atas dilanjutkan dengan upload

(penulisan program ke mikrokontroler Arduino). Hal ini akan menugaskan kepada

mikrokontroler Arduino untuk melakukan proses pendeteksian, pengukuran dan

pengiriman data jarak yang diperolehnya.

Gambar 2.8 Potongan Listing Matlab (Nurraharjo, 2015)

Page 47: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

29

Listing program Matlab di atas dimaksudkan untuk memerintahkan Matlab

membaca port/terminal yang terhubung ke sensor ultrasonik, untuk mengambil data

dari mikrokontroler Arduino. Data yang diambil oleh Matlab adalah data yang

sudah terkonversi dalam format fisis yaitu sentimeter, sehingga Matlab hanya

menjembatani penerimaan data sekaligus menampilkan data tersebut dalam mode

grafik (Nurraharjo, 2015).

2.2.7 Principal Component Analysis

Principal component analysis (PCA) adalah teknik statistik yang diaplikasikan

untuk satu kumpulan variabel ketika peneliti tertarik untuk menemukan variabel

mana dalam satu kumpulan tersebut yang berhubungan dengan lainnya. Variabel

berkorelasi satu dengan yang lainnya tetapi independen dengan subset lain yang

merupakan kombinasi variabel-variabei di dalam faktor. Faktor tersebut

mencerminkan proses yang mendasari korelasi antar variabel.

Tujuan PCA adalah untuk menjelaskan bagian dari variasi dalam kumpulan

variabel yang diamati atas dasar beberapa dimensi. Dari variabel yang banyak

tersebut dipersempit sehingga menghasilkan variabel yang lebih sedikit. Tujuan

khusus PCA yaitu:

1. untuk meringkas pola korelasi antar variabel yang diobservasi.

2. mereduksi sejumlah besar variabel menjadi sejumlah kecil faktor,

3. memberikan sebuah definisi operasional (sebuah persamaan regresi) dimensi

pokok penggunaan variabel yang diobservasi

4. menguji teori yang mendasarinya

(Tabachnick and Fidell, 2013)

Page 48: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

30

Prosedur PCA pada dasarnya adalah bertujuan untuk menyederhanakan variabel

yang diamati dengan cara menyusutkan (mereduksi) dimensinya. Hal ini dilakukan

dengan cara menghilangkan korelasi diantara variabel bebas melalui transformasi

variabel bebas asal ke variabel baru yang tidak berkorelasi sama sekali tanpa

menghilangkan informasi penting yang ada di dalamnya atau yang biasa disebut

dengan principal component (Kustian, 2016).

Setelah beberapa komponen hasil PCA yang bebas multikolinearitas diperoleh,

maka komponen-komponen tersebut menjadi variabel bebas baru yang akan

diregresikan atau dianalisis pengaruhnya terhadap variabel tak bebas dengan

menggunakan analisis regresi. Keunggulan metode PCA diantaranya adalah dapat

menghilangkan korelasi secara bersih tanpa harus mengurahi jumlah variabel asal

(Ifadah, 2011).

PCA melakukan pemetaan/transformasi set data dari dimensi lama ke dimensi baru

(yang relatif berdimensi lebih rendah) dengan memanfaatkan teknik dalam aljabar

linear, tanpa memerlukan masukan parameter tertentu dalam memberikan keluaran

hasil pemetaannya.

PCA memerlukan masukan data yang mempunyai sifat zero-mean pada setiap

fiturnya. Sifat zero-mean pada setiap fitur data bisa didapatkan dengan

mengurangkan semua nilai dengan rata-ratanya. Set data X dengan dimensi MxN,

di mana M adalah jumlah data dan N adalah jumlah fitur, akan tampak seperti

berikut

Page 49: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

31

11 12 1

21 22 2

1 2

N

N

M M MN

X X X

X

Untuk fitur ke-j, semua nilai pada kolom tersebut dikurangi dengan rata-ratanya,

diformulasikan dengan

ij ij jX X X (2.16)

i= 1, 2, …. , M dan j adalah kolom ke-j

selanjutnya dilakukan perhitungan matriks kovarian dari matrik X, yaitu Cx.

Formulayang digunakan adalah dot-production pada setiap fitur.

1.XT

xC XM

(2.17)

N adalah jumlah fitur, sedangkan XT adalah matriks transpos dari X.

11 12 1 11 12 1

21 22 2 21 22 2

1 2 1 2

1

N N

N N

x

M M MN M M MN

X X X X X X

CM

11 12 1

21 22 2

1 2

1

N

N

M M MN

X X X

M

Pada matriks Cx, elemen ke-ij adalah inner-product antara baris matriks XT dengan

kolom matriks X. Sifat-sifat yang dimiliki oleh matirks Cx adalah sebagai berikut.

1. Cx adalah matriks simetri bujur sangkar berukurana NxN.

Page 50: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

32

2. Bagian diagonal utama (dari kiri atas ke kanan bawah) adalah nilai varian

masing-masing fitur sesuai indeks kolomnya.

3. Bagian selain diagonal utama adalah kovarian di antara pasangan dua fitur yang

bersesuaian.

Jadi, matriks Cx menangkap kovarian di antara semua pasangan yang mungkin dari

fitur data set data matriks X. Nilai kovarian merefleksikan noise dan redundansi

pada fitur:

1. Dalam diagonal utama, asumsinya adalah nilai yang tinggi berkolerasi dengan

struktur yang penting.

2. Dalam elemen selain diagonal utama, nilai jarak yang besar menandakan

redundansi yang tinggi.

Tujuan PCA ada dua, yaitu (1) meminimalkan redundansi yang diukur oleh nilai

jarak dan kovarian, dan (2) memaksimalkan nilai keluaran pemetaan, diukur

dengan varian. Jika Y adalah matriks set data hasil pemetaan dan CY adalah matriks

kovarian dari Y, yang diharapkan dalam PCA adalah.

1. Semua elemen diagonal utama CY harus nol. Maka,CY harus matriks diagonal.

Dengan kata lain, Y adalah matriks terdekorelasi.

2. Peletakan dimensi dalam Y dari kiri ke kanan diurutan menurun.

Cara yang umum digunakan untuk mendapatkan CY adlah dengan eigenvalue dan

eigenvector. Eigenvalue dan eigenvector dari matriks X berturut-turut adalah nilai

skala λ dan vektor u yang memenuhi pesaman berikut;

Xu u (2.18)

Page 51: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

33

Dengan mencari matriks ortonormal P di mana Y = PX dan 1

C YY 

T

YM

adalah

matriks diagonal, dan kolom dari P adalah komponen utama (principal component)

dari X, persmaan CY bisa dijabarkan sebagai berukut:

1 T

YC YYM

1

( )( )

1

1

T

T T

T T

PX PXM

PXX PM

P XX PM

Dengan mensubtitusikan Persamaan (2.17), kita mendapatkan matriks CY

berdimensi NxN:

T

Y xC PC P

(2.19)

(Prasetyo, 2012)

2.2.8 Penurunan Rumus untuk Kalibrasi

Untuk menentukan konsentrasi gas sampel, dilakukan perhitungan seperti pada

Persamaan Error! Reference source not found.

6.10s

c

mppm

m (2.20)

dengan:

ppm = konsentrasi gas (ppm)

sm = massa gas sampel (gram)

Page 52: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

34

cm = massa gas di chamber (gram)

dimana besarnya sm

yang dibutuhkan untuk mendapatkan konsentrasi gas tertentu

maka Persamaan Error! Reference source not found. dapat di tulis menjadi:

610

cs

ppm mm

(2.21)

dimana udara pada chamber berasal dari udara luar yang terdiri dari 70% nitrogen

dan 30% oksigen. Sehingga untuk menetukan massa gas digunakan rumus

m V (2.22)

dengan :

= massa jenis gas(g/l)

V = volume gas(L)

Dengan menggunakan Persamaan (2.22) untuk menghitung massa gas sampel maka

Persamaan (2.21) dapat tuliskan menjadi

610

cs

s

ppm mV

(2.23)

dimana sV adalah volume yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai konsentrasi

gas tertentu dan ρs adalah massa jenis gas sampel.

Yadav dan Manjhi, (2014) menggunakan Persamaan (2.24) dan (2.25) untuk

menghitung berapa banyak larutan etanol dan aseton yang dibutuhkan dalam proses

kalibrasi.

P MW

R T

(2.24)

Page 53: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

35

gas liquidMass V V (2.25)

Dengan merupakan massa jenis suatu gas dalam g/L, P merupakan tekanan gas 1

atm, MW merupakan berat molekul gas dalam g/mol, yang dimaksud, R adalah

konstanta gas umum dengan nilai 0,0821 atm/mol.K, dan T merupakan suhu gas

dalam kelvin.

Page 54: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

36

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2018 sampai dengan Maret 2019.

Kegiatan penelitian ini terdiri dari perancangan dan pembuatan alat, pengujian dan

kalibrasi sensor, permrogaman jaringan syaraf tiruan, pelatihan jaringan syaraf

tiruan, pengambilan data, dan analisis hasil.

Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan penelitian

No Program Kerja Bulan

Nov Des Jan Feb Mar

1 Perancangan dan pembuatan alat

2 Pengujian dan kalibrasi sensor

3 Permrogaman jaringan syaraf tiruan

4 Pelatihan jaringan syaraf tiruan

5 Pengambilan data

6 Analisis hasil.

Tahap perancangan dan pembuatan alat dilaksanakan di Laboratorium Elektronika

Dasar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampung. Kemudian untuk pengambilan data pasien penderita penyakit diabetes

militus akan dilaksanakan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek.

Page 55: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

37

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sensor gas digunakan untuk mendeteksi gas sampel. Tabel 3.2. menunjukan

sensor gas yang digunakan untuk menganalisa sampel.

Tabel 3.2. Jenis sensor gas beserta fungsi yang digunakan

No Jenis Sensor Gas Gas yang dideteksi

1 MQ-3 Alkohol dan seditik sensitif pada benzine

2 TGS-2600 hidrogen, karbon monoksida, dan etanol

3 TGS-2602 Gas berbau seperti amonia, etanol dan H2S

4 TGS-822 Metana, Co, benzene dan aseton

5 TGS-2611 Metana, aseton dan gas alam

2. Chamber digunakan sebagai ruang untuk sensor menganalisa gas yang

dimasukkan.

3. Selang kecil digunakan untuk mengalirkan gas yang ingin dianalisa.

4. Pompa digunakan untuk membuang gas yang ada di chamber setelah selesai

melakukan analisis.

5. Tabung gas nitrogen digunakan tempat menyimpan gas nitrogen. Gas nitrogen

disini berfungsi untuk membersihkan chamber dan sensor. Gas nitrogen dipilih

karena sensor tidak bereaksi pada gas nitrogen.

6. Arduino mega digunakan sebagai mikrokontroler yang mengendalikan LCD

dan pompa serta mengolah output dari sensor gas.

7. LCD digunakan untuk menampilkan hasil analisa gas yang dimasukkan

kedalam chamber.

8. PC/Komputer digunakan untuk akuisisi data dan mengelolah sinyal masukan

dari arduino sehingga didapatkan data yang diinginkan.

Page 56: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

38

9. Software Matlab R2014a yang digunakan untuk komputasi, mengelolah dan

menganalisis ciri ekspirasi pernapasan manusia tersebut. Selain itu, software

Matlab ini digunakan untuk merancang jaringan syaraf tiruan (JST) untuk

mengenali penderita penyakit diabetes militus.

3.3 Prosedur Penelitian

Metode yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan antara lain

perancangan dan pembuatan alat, pengujian dan kalibrasi sensor, permrogaman

jaringan syaraf tiruan, pelatihan jaringan syaraf tiruan, pengambilan data, dan

analisis hasil. Untuk secara keseluruhan, pembuatan rancang bangun sistem

electronic nose menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan metode back

propagation untuk mendeteksi penyakit diabetes militus disajikan dalam diagram

alir yang ditunjukkan seperti pada Gambar 3.1.

Page 57: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

39

Mulai

Perancangan sistem

electronic nose

Berhasil

Pemrogaman jaringan syaraf

tiruan

Ya

Tidak

Pelatihan jaringan syaraf

tiruan

Berhasil

Tidak

Pengambilan data profil gas

pernapasan

Analisa hasil

Penulisan laporan

Selesai

Ya

Kalibrasi Sistem

electronic nose

Pengujian dan

kalibrasi sensor

MQ-3

Pengujian dan

kalibrasi sensor

TGS-822

Pengujian dan

kalibrasi sensor

TGS-2600

Pengujian dan

kalibrasi sensor

TGS-2602

Pengujian dan

kalibrasi sensor

TGS-2611

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian

Page 58: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

40

1. Tahap perancangan sistem e-nose dilakukan untuk merancang perangkat

hardware e-nose. Sensor gas yang digunakan terdiri dari MQ-3, TGS-2600,

TGS-2602, TGS-2611, dan TGS-822. Berikut ini merupakan skema rencangan

e-nose yang akan digunakan untuk mendeteksi penyakit diabetes militus yang

diperlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Skema Rancangan Electronic Nose

Sensor gas diletakan di tutup chamber yang berada diatas. Dibuat dua lubang

pada chamber dengan fungsi masing-masing lubang yaitu, untuk memasukkan

gas sampel yang akan dianalisa, memasukkan gas nitrogen untuk

membersihkan chamber, dan untuk mengeluarkan gas yang ada di dalam

chamber. Selanjutnya pada lubang untuk mengeluarkan gas dipasang pompa

yang berfungsi menarik gas keluar chamber yang dikendalikan oleh arduino.

Arduino diletakkan diluar chamber dan dihubungkan ke PC untuk mengolah

keluaran sensor gas yang diterima.

2. Tahap Pengujian dan Kalibrasi dilakukan dengan memberikan gas etanol,

aseton dan CO2 dengan konsentrasi ppm tertentu pada sensor gas yang

Page 59: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

41

digunakan satu per satu. Gas tersebut diberikan dari konsentrasi terkecil yang

mampu dideteksi oleh masing-masing sensor dan kemudian dicatat sebagai

data kalibrasi. Tujuan dari tahap pengujian dan kalibrasi ini adalah untuk

mengetahui sensitivitas masing-masing sensor terhadap gas yang akan

dideteksi. Tabel 3.3 dibawah ini merupakan tabel data kalibrasi alat

menggunakan gas aseton dan etanol.

Tabel 3.3. Data Kalibrasi sensor menggunakan gas aseton dan etanol.

No Konsentrasi

(ppm) Uji ke

Sensor (mV)

MQ-3 TGS-2611 TGS-822 TGS-2600 TGS-2602

1 10

1

2

3

2 50

1

2

3

… …

1

2

3

5 200 1

2

3

3. Tahap pemrograman jaringan syaraf tiruan dilakukan dengan membuat

jaringan syaraf tiruan dengan menggunakan software Matlab R2014a. Jaringan

syaraf tiruan ini yang akan digunakan untuk mengenali profil gas ekspirasi

manusia yang dikeluarkan oleh penderita penyakit diabetes militus. Profil ini

yang akan digunakan sebagai data untuk membedakan penderita penyakit

diabetes militus dengan orang sehat.

4. Tahap pelatihan jaringan syaraf tiruan akan dilakukan dengan memberikan gas

ekspirasi yang dikeluarkan oleh beberapa pasien penderita penyakit diabetes

militus yang telah terdiagnosa dan orang nornal sehat pada alat. Sehingga

jaringan syaraf tiruan akan dilatih untuk mengenali perbedaan profil dari gas

Page 60: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

42

ekspirasi yang dikeluarkan oleh pasien penderita penyakit diabetes militus dan

orang normal sehat.

5. Tahap pengambilan data profil gas pernapasan akan dilakukan dengan

mengambil gas ekspirasi beberapa orang yang belum terdiagnosa penyakit

diabetes dan orang sehat. Data yang diperoleh akan dianalisa dan dibahas.

3.2.1 Perancangan Alat

Pada penlitian ini dirancang sebuah e-nose yang terdiri dari 5 sensor gas tipe MOS,

arduino, dan komputer. Berikut ini merupakan desain sistem e-nose yang akan

digunakan untuk mendeteksi penyakit diabetes militus yang diperlihatkan pada

Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Desain sistem e-nose.

Keterangan mengenai desain sistem e-nose pada Gambar 3.3 adalah sebagai

berikut:

Page 61: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

43

1. Tabung nitrogen

2. Chamber

3. LCD

4. Arduino

5. Port serial

6. Tombol Power

7. Tombol Start

8. Tombol pompa

9. Tombol switch sensor

10. Pompa

Fungsi dari port serial adalah sebagai port untuk melakukan pengiriman data hasil

deteksi sensor menggunakan komunikasi serial antara arduino dengan PC. Data

hasil deteksi sensor tersebut akan dianalisa menggunakan JST. Disediakan pula

beberapa tombol untuk mengoprasikan e-nose berupa tombol power untuk

menghidupkan e-nose, tombol start untuk memulai melakukan analisa gas, tombol

pompa untuk mengaktifkan pompa untuk menyedot gas yang ada didalam chamber,

dan tombol switch sensor untuk menentukan sensor mana yang ingin digunakan.

Berikut ini adalah diagram blok rancangan alat e-nose yang akan digunakan untuk

mendeteksi penyakit diabetes militus yang diperlihatkan pada Gambar 3.4.

Input GasArray Sensor

GasArduino

Matlab

(PC)

Pompa

LCD

Gambar 3.4 Diagram Blok sistem e-nose

Gas masukan berupa gas ekspirasi pernapasan manusia yang akan dideteksi oleh

sensor gas. Sensor gas yang dipakai adalah MQ-3, TGS-2600, TGS-2602, TGS-

2611, dan TGS-822. Perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor diterima oleh

Page 62: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

44

arduino dan diubah menjadi data berbentuk array. Array data yang diterima oleh

arduino akan dikirim ke PC untuk dianalisa menggunakan JST pada software

Matlab. Arduino juga mengendalikan pompa membuang gas masukan setelah

proses analisa selesai. Setelah analisa selesai, alat akan menampilkan hasil dari

analisa lewat LCD.

3.2.2 Sensor Gas Array

Pada penelitian ini sensor yang digunakan pada adalah sensor MQ-3, TGS-2611,

TGS-822, TGS-2600, TGS-2602. Sensor MQ-3, TGS-2600, dan TGS-2602 akan

digunakan untuk mendeteksi gas etanol . Sedangkan untuk TGS-2611 dan TGS-

822 akan digunakan untuk mendeteksi gas aseton yang dihembuskan oleh penderita

penyakit diabetes militus. Rangkaian sensor gas array yang digunakan pada

penelitian di tampilkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Rangkaian sensor gas array

Pin output masing-masing sensor hubungkan ke pin analog arduino uno. Kemudian

pin Vcc dihubungkan dengan tengangan 5 volt. Sensor gas diletak pada tutup

chamber yang berada diatas. Jika tutup ditegakkan susunan sensor TGS-822 dan

TGS-2611 diletakkan pada bagian atas pojok kiri dan kanan. MQ-3 diletakkan di

Page 63: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

45

tengah sedangkan TGS-2600 dan TGS-2602 diletakkan pada bagian bawah kiri dan

kanan. Susunan array sensor gas dapat dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Setup array sensor

Elemen penginderaan pada sensor TGS tipe TGS-2611, TGS-822, TGS-2600 dan

TGS-2602 terdiri dari sebuah chip penginderaan dengan lapisan semikonduktor

oksida logam yang dibentuk pada substrat alumina dan memiliki heater yang

terintegrasi. Jika diberi gas tertentu, konduktivitas sensor meningkat tergantung

pada konsentrasi gas di udara. Sirkuit elektrik sederhana dapat mengubah

perubahan konduktivitas menjadi sinyal output yang sesuai dengan konsentrasi gas.

TGS-822 memiliki sensitivitas tinggi terhadap uap pelarut organik seperti etanol

dan aseton. Sensor ini juga memiliki kepekaan terhadap berbagai gas yang mudah

terbakar seperti karbon monoksida yang menjadikannya sebagai sensor dengan

pengaplikasian yang luas. TGS-2611 memiliki sensitivitas dan selektivitas yang

tinggi terhadap gas metana. Sensor ini juga memiliki kepekaan terhada aseton

dengan konsentrasi kecil. TGS 2600 memiliki sensitivitas tinggi terhadap

konsentrasi rendah gas seperti hidrogen, karbon monoksida, dan etanol. Sensor ini

Page 64: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

46

bisa mendeteksi gas tersebut pada level beberapa ppm (part per million), sedangkan

TGS-2602 memiliki sensitivitas tinggi terhadap konsentrasi rendah gas berbau

seperti amonia dan H2S yang dihasilkan dari bahan limbah di kantor dan rumah dan

lingkungan. Sensor juga memiliki sensitivitas tinggi terhadap konsentrasi rendah

VOC seperti toluena yang dipancarkan dari produk finishing kayu dan konstruksi.

Selain TGS, pada penelitian ini juga menggunakan sensor gas merek MQ tipe MQ-

3, Struktur sensor gas MQ tersusun oleh tabung keramik mikro Al2O3, lapisan

sensitif Tin Dioxide (SnO2), elektroda pengukuran dan pemanas. MQ-3 memiliki

sensitivitas tinggi terhadap alkohol dan seditik sensitif pada benzine.

3.2.3 Pembuatan Jaringan Syaraf Tiruan

Pada penelitian ini digunakan Matlab R2014a dengan metode Back Propagation

untuk membuat jaringan syaraf tiruan yang akan digunakan untuk menganalisa

profil ekspirasi pernapasan dari penderita penyakit diabetes militus. Metode Back

Propagation merupakan metode pembelajaran lanjut yang dikembangkan dari

aturan perceptron. Metode ini terdiri dari dua tahap, yaitu feedforward dan tahap

back propagation error.

Page 65: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

47

Mulai

Pemroses sinyal input sensor array

Plot grafik sinyal input sensor array

Klasifikasi sinyal input sensor array

dengan JST Backpropagagtion

Selesai

Deteksi gas

sample

Hasil klasifikasi sinyal

input sensor array

Gambar 3.7. Diagram alir perancangan jaringan syaraf tiruan (JST)

Tahap pendeteksian gas sampel merupakan tahap pendeteksian oleh array sensor

untuk mendeteksi gas yang dimasukan kedalam chamber. Sinyal-sinyal yang

didapatkan dari sensor diporses oleh arduino dan dikirimkan ke PC menggunakan

komunikasi serial. Sinyal-sinyal tersebut kemudian disimpan kedalam ekstensi

dengan format “*.mat”.

Tahap pemrosesan sinyal masukan sensor array merupakan proses konversi sinyal-

sinyal analog yang dikirim oleh sensor array ke arduino kedalam bentuk data-data

digital. Konversi analog ke digital menggunakan ADC (Analog to Digital

Page 66: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

48

Converter) pada arduino. Hal ini dilakukan karena sinyal-sinyal yang dikirim oleh

sensor masih berbentuk sinyal analog.

Tahap plot grafik sinyal masukan sensor array merupakan proses plotting data yang

diberikan oleh kelima sensor array. Plotting dilakukan secara real time sehingga

proses pengambilan data dapat langsung diamati. Untuk menampilkan grafik secara

real time digunakan software Matlab Graphic user interface (GUI) sebagai

interface. Gambar 3.8 merupakan grafik respon sensor array.

Gambar 3.8 Grafik respon sensor array

Tahap klasifikasi sinyal masukan sensor array dengan JST Back propagagtion

merupakan proses pengklasifikasian sinyal sensor array yang didapatkan. Proses

ini juga dilakukan untuk melatih JST agar dapat membedakan penderita penyakit

diabetes militus dan orang normal sehat.

Tahap Hasil klasifikasi sinyal masukan sensor array akan menampilkan hasil dari

proses klasifikasi sinyal masukan sensor array. Hasil yang ditampilkan berupa

apakah gas yang dianalisa tergolong gas yang dimiliki penderita penyakit diabetes

militus atau tidak. Selain itu ditampilkan juga persentase kemiripan gas yang

dianalisa serta nilai error.

0

20

40

60

80

100

0 1 2 3 4 5

ppm

detik

MQ-3

TGS-822

TGS-2611

TGS-2600

TGS-2602

Page 67: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

49

4. Pengujian sistem e-nose

Pengujian sistem e-nose ini dilakukan untuk mengetahui jaringan syaraf tiruan

dapat mengenali profil gas dengan baik. Pengujian dari sistem jaringan syaraf

tiruan, yaitu dengan memberikan gas ekspirasi pernapasan pasien penderita

penyakit diabetes militus dan orang normal yang digunakan sebagai data latih dan

gas ekspirasi pernapasan relawan yang digunakan sebagai sampel pada penelitian

ini. Digunakan juga alat pengukur kardar gula darah konvensional yang

menggunakan teknik invasive sebagai kalibrator. Berikut ini merupakan tabel data

hasil pengujian sistem e-nose.

Tabel 3.4 Data uji sistem e-nose

No Relawan Sampel uji

ke

Dikenali sebagai

DM N

1 A

1

2

3

2 B

1

2

3

… …

1

2

3

10 J

1

2

3

DM : Diabetes Militus

N : Normal

Page 68: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang telah dilakukan diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut

1. Rancang bangun sistem e-nose menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan

metode back propagation telah mampu mendeteksi gas VOC pada pernapasan

manusia.

2. Rancang bangun sistem e-nose menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan

metode back propagation mampu mendeteksi gas aseton dan etanol dengan

error pelatihan JST sebesar 2,649%, sedangkan nilai standar deviasi sebesar

12,952 ppm dan nilai ketidakpastian relatifnya sebesar 18,166%.

3. Rancang bangun sistem e-nose menggunakan jaringan syaraf tiruan dengan

metode back propagation mampu membedakan penderita penyakit diabetes

dan orang normal dengan error pelatihan JST sebesar 4,713%, sedangkan nilai

standar deviasi sebesar 22,385 ppm dan nilai ketidakpastian relatifnya sebesar

13,151%.

Page 69: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

51

5.2. Saran

Saran dari penelitian yang dapat dilakukan untuk perkembangan riset selanjutnya

adalah sebagai berikut:

1. Mengkombinasikan fungsi aktivasi yang digunakan JST untuk mengurangi

overfitting terhadap data latih.

2. Menggunakan sensor yang lebih selektif terhadap gas aseton dan etanol untuk

meningkatkan sensitifitas e-nose.

3. Memperbanyak sampel data latih untuk meningkatkan performa JST dalam

membedakan pasien penderita penyakit diabetes dan orang normal.

Page 70: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

DAFTAR PUSTAKA

Aleixandre, M., Santos, J. P., Sayago, I., Cabellos, J. M., Arroyo, T. and Horrillo,

M. C. 2015. A wireless and portable electronic nose to differentiate musts of

different ripeness degree and grape varieties, Sensors, 15(4), pp. 8429–8443.

Arshak, K., Moore, E., Lyons, G. M., Harris, J. and Clifford, S. 2004. A review of

gas sensors employed in electronic nose applications, Sensor Review, 24(2),

pp. 181–198.

Chang, P. and Shih, J. 2002. The Application of Back Propagation Neural

Network of Multi-channel Piezoelectric Quartz Crystal Sensor for Mixed

Organic Vapours, Journal of Science and Engineering, 5(4), pp. 209–217.

Chiu, S. W. and Tang, K. T. 2013. Towards a chemiresistive sensor-integrated

electronic nose: A review, Sensors, 13(10), pp. 14214–14247.

Cho, N. H., Whiting, D., Guariguata, L., Montoya, P. A., Nita Forouhi, I. H., Li,

R., Majeed, A., Mbanya, J. claude, Motala, A., Narayan, k. M. V.,

Ramachandran, A., Rathmann, W., Roglic, G., Shaw, J., Silink, M.,

Williams, D. R. R. and Zhang, P. 2013. IDF DIABETES ATLAS. Sixth edit.

Brussels: International Diabetes Federation.

Datasheet. 2013a. Product Information Technical MQ-3 GAS SENSOR. Available

at: https://www.sparkfun.com/datasheets/Sensors/MQ-3.pdf (Accessed: 31

March 2019).

Datasheet. 2013b. Product Information Tgs 2600 - For The Detection Of Air

Contaminants. Available at:

https://www.figaro.co.jp/en/product/docs/tgs2600_product_information_rev0

2.pdf (Accessed: 2 February 2019).

Datasheet. 2013c. Product Information TGS 2602 - for the detection of Air

Contaminants. Available at:

http://www.figarosensor.com/product/docs/TGS2602-B00 (0615).pdf

(Accessed: 2 February 2019).

Datasheet. 2013d. Product Information Tgs 2611 - For The Detection Of Methane

Basic Measuring Circuit. Available at:

http://www.meditronik.com.pl/doc/b0-b9999/tgs2611.pdf (Accessed: 2

February 2019).

Page 71: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

53

Datasheet. 2013e. Product Information Tgs 822 - For The Detection Of Organic

Solvent Vapors Sensitivity Characteristics. Available at:

http://www.eit.lth.se/fileadmin/eit/courses/edi021/datablad/Sensors/tgs822.p

df (Accessed: 2 February 2019).

Desiani, A. and Arhami, M. 2006. Konsep Kecerdasan Buatan. Yogyakarta:

ANDI.

Dragonieri, S., Brinkman, P., Mouw, E., Zwinderman, A. H., Carratú, P., Resta,

O., Sterk, P. J. and Jonkers, R. E. 2013. An electronic nose discriminates

exhaled breath of patients with untreated pulmonary sarcoidosis from

controls, Respiratory Medicine, 107(7), pp. 1073–1078.

Fine, G. F., Cavanagh, L. M., Afonja, A. and Binions, R. 2010. Metal Oxide

Semi-Conductor Gas Sensors in Environmental Monitoring, Sensors, 10(6),

pp. 5469–5502.

Franke, M. E., Koplin, T. J. and Simon, U. 2006. reviews Metal and Metal Oxide

Nanoparticles in Chemiresistors : Does the Nanoscale Matter ?,

Nanoparticles in Sensor Technology Accordingly, 2(1), pp. 36–50.

Galassetti, P. R., Novak., B., Nemet., D., Rose-gottron, C., Cooper, D. M.,

Meinardi, S., Newcomb, R., Zaldivar, F. and Blake, D. R. 2005. Breath

Ethanol and Acetone as Indicators of Serum Glucose Levels: An Initial

Report, Diabetes Technology & Therapeutics, 7(1), pp. 115–123.

Handayani, J. 2005. Pemeriksaan Komposisi Saliva Pada Penderita Diabetes

Mellitus, Skripsi. Universitas Sumatra Utara.

Hidayanto, E., Sutanto, H. and Arifin, Z. 2015. Design of Non-Invasive

Glucometer using Microcontroller, Jurnal Sains dan Matematika, 23(3), pp.

78–83.

Ifadah, A. 2011. Analisi Metode Principal Component Analysis (Komponen

Utama) dan Regresi Ridge Dalam Mengatasi Dampak Multikolinearitas

Dalam Analisis Regresi Linear Berganda, Skripsi. Universitas Negeri

Semarang.

Irawan, F. A. 2012. Buku Pintar Pemrograman Matlab. Yogyakarta: Mediakom.

Kanan, S. M., El-kadri, O. M., Abu-yousef, I. A. and Kanan, M. C. 2009.

Semiconducting Metal Oxide Based Sensors for Selective Gas Pollutant

Detection, Sensors, pp. 8158–8196.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis Diabetes, Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.

Kustian, N. 2016. Principal Component Analysis Untuk Sistem Pengenalan Wajah

Dengan Menggunakan Metode Eigenface, Jurnal String, 1(2), pp. 193–202.

Page 72: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

54

Lazar, Z., Fens, N., van der Maten, J., van der Schee, M. P., Wagener, A. H., de

Nijs, S. B., Dijkers, E. and Sterk, P. J. 2010. Electronic nose breathprints are

independent of acute changes in airway caliber in asthma, Sensors, 10(10),

pp. 9127–9138.

Macías, M. M., Agudo, J. E., Manso, A. G., Orellana, C. J. G., Velasco, H. M. G.

and Caballero, R. G. 2014. Improving short term instability for quantitative

analyses with portable electronic noses, Sensors, 14(6), pp. 10514–10526.

Maryono. 2012. VOC (Volatile Organic Compound). Available at:

http://jualcatonline.blogspot.co.id/2010/12/apa-itu-voc-volatile-organic-

compound.html (Accessed: 1 September 2017).

Mitrayana, Wasono, M. A. J. and Ikhsan, M. R. 2014. Pengukuran Konsentrasi

Gas Aseton (C3H6O) dari Gas Hembus Relawan Berpotensi Penyakit

Diabetes Mellitus dengan Metode Spektroskopi Fotoakustik Laser, Jurnal

Fisika Indonesia, 18, pp. 31–41.

Muttaqin, A., Marsaini, T., Unand, K. and Manis, L. 2012. Penentuan Kadar Gula

Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus (DM) Melalui Uji Spektroskopi

Aseton Dalam Air Liur, Jurnal Ilmu Fisika, 4(1), pp. 8–13.

Nurraharjo, E. 2015. Implementasi Pemrograman Interfacing MATLAB-Arduino,

Jurnal Teknologi Informasi Dinamika, 20(2), pp. 100–105.

Ophardt and Charles E. 2003. Diabetes - Errors of Metabolism, Virtual

Chembook. Available at:

http://chemistry.elmhurst.edu/vchembook/624diabetes.html (Accessed: 29

January 2018).

Ping, W., Yi, T., Haibao, X. and Farong, S. 1997. A novel method for diabetes

diagnosis based on electronic nose1Paper presented at Biosensors ’96,

Bangkock, May 1996.1, Biosensors and Bioelectronics, 12(9–10), pp. 1031–

1036.

Prasetyo, E. 2012. Data Mining: Konsep dan Aplikasi menggunakan MATLAB.

Yogyakarta: ANDI.

Reddy, G., Altaf, M., Naveena, B. J., Venkateshwar, M. and Kumar, E. V. 2008.

Amylolytic bacterial lactic acid fermentation - A review, Biotechnology

Advances, 26(1), pp. 22–34.

Rene, E. R., López, M. E., Kim, J. H. and Park, H. S. 2013. Back Propagation

Neural Network Model for Predicting the Performance of Immobilized Cell

Biofilters Handling Gas-Phase Hydrogen Sulphide and Ammonia, BioMed

Research International, 2013(463401), p. 9.

Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf,

A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,

Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R., Dwipayana, M. P.,

Page 73: RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE …digilib.unila.ac.id › 59894 › 20 › 3. Skripsi Full Tanpa Bab Pembahasan… · ii ABSTRAK RANCANG BANGUN SISTEM ELECTRONIC NOSE MENGGUNAKAN

55

Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K. W. and Zufry, H. 2015.

Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia 2015, Perkeni. Jakarta.

Sun, Y. F., Liu, S. B., Meng, F. L., Liu, J. Y., Jin, Z., Kong, L. T. and Liu, J. H.

2012. Metal Oxide Nanostructures and Their Gas Sensing Properties: A

Review, Sensors, 12(12), pp. 2610–2631.

Supardi, Y. 2012. Sistem Operasi Andal Android. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Tabachnick, B. G. and Fidell, L. S. 2013. Using Multivariate Statistics. 6th edn.

New Jersey: Pearson Education.

Tang, K. T., Lin, Y. S. and Shyu, J. M. 2010. A local weighted nearest neighbor

algorithm and a weighted and constrained least-squared method for mixed

odor analysis by electronic nose systems, Sensors, 10(11), pp. 10467–10483.

Vaishanv, V. S., Patel, P. D. and Patel, N. G. 2006. Materials and Manufacturing

Processes Indium Tin Oxide Thin-Film Sensor for Detection of Volatile

Organic Compounds (VOCs) Indium Tin Oxide Thin-Film Sensor for

Detection of Volatile Organic Compounds (VOCs), Materials and

Manufacturing Processes, 21, pp. 257–261.

Wilson, A. D. and Baietto, M. 2011. Advances in electronic-nose technologies

developed for biomedical applications, Sensors, 11(1), pp. 1105–1176.

Yadav, L. and Manjhi, J. 2014. Non Inavsive biosensor for diabetes monitoring,

Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 7(2), pp. 206–211.

Yahya, K. and Melita, Y. 2011. Aplikasi Kompresi Citra Digital Menggunakan

Teknik Kompresi Jpeg dengan Fungsi GUI pada Matlab, Jurnal Teknika,

3(2), pp. 269–278.

Yuliza, A. 2016. Perancangan Lampu Taman Solarcell Otomatis Untuk

Menggunakan Microcontroller Arduino Uno, Jurnal Tekologi Elekro, 7(1),

pp. 37–44.

Yusuf, N., Zakaria, A., Omar, M. I., Shakaff, A. Y. M., Masnan, M. J.,

Kamarudin, L. M., Abdul Rahim, N., Zakaria, N. Z. I., Abdullah, A. A.,

Othman, A. and Yasin, M. S. 2015. In-vitro diagnosis of single and poly

microbial species targeted for diabetic foot infection using e-nose

technology, BMC Bioinformatics, 16(1), p. 158.