Q-Post Edisi Lii

1
Edisi LII / September 2015 Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Penanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Cholilatun Nabilah, Wahyu Agung P. Editor: Rachmad Imam Tarecha, Latifatun Nasihah. Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang. Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected]. Website: www.uapminovasi.com Twitter: @uapm_inovasi 11 September 2015 Oleh Cholilatun Nabilah Oleh Wahyu Agung P. ke redaksi UAPM INOVASI Anak Muda Menolak Lupa Peringatan 11 Tahun Kematian Munir KORBAN PERS? Gunakan Hak Jawab Puluhan orang sudah berkumpul di bagian selatan Pemakaman Umum Sisir Kota Batu, Selasa (8/9). Tepatnya di sekitar nisan bertuliskan nama seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib. Ia pernah melakukan advokasi terhadap aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus pada rezim Soeharto. Munir dibunuh dengan racun arsenik dalam perjalanannya menuju Belanda pada 7 September 2004. Selasa itu sebelas tahun sudah peristiwa pembunuhan Munir berlalu. Bunga-bunga segar bertaburan diatas makamnya. Orang- orang disekitar makamnya menggunakan topeng wajah Munir, serta kaos putih bertuliskan Munirpad, nama jalan kecil di Den Haag, Belanda. Jalan itu diresmikan 14 April 2015 oleh Walikota Den Haag, Joziaas van Aartsen. Pemberian nama jalan itu sebagai bentuk apresiasi pemerintahan Belanda terhadap penegakan HAM yang dilakukan oleh Munir semasa hidupnya. Selepas dari pemakaman, mereka berjalan menuju alun-alun Kota Batu dengan membawa banner dengan tulisan “Munir Muda Melawan Lupa”. Beberapa pengguna jalan sempat melirik ke arah rombongan yang juga membawa poster-poster perkembangan kasus Munir itu. Sekitar 15 menit kemudian barisan longmarch sudah sampai di Alun-Alun Kota Batu. Akmal Adi Cahya, kepala Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Malang Corruption Watch (MCW), berorasi tentang tema kegiatan hari itu “Anak Muda Menafsir Munir, Melawan Lupa”. Dalam orasinya, Akmal menyuarakan betapa pentingnya generasi muda Indonesia saat ini sebagai generasi penerus bangsa. “Omah Munir percaya, bahwa di tangan anak-anak muda, tuntutan keadilan kasus Munir bukan sekedar menjadi teriakan di ruang hampa, tetapi dapat menjadi energy pembangkit gerakan untuk melawan penguasa yang berpura-pura dungu,” lanjutnya membaca press release oleh Omah Munir. Beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang juga turut merapat. Mereka mengenakan jas almamater, dan menenteng banner dengan tulisan “11 tahun Pembunuhan Munir 2004- 2015.” Terkait tema peringatan kematian Munir tahun ini, Salma Safitri, direktur eksekutif Omah Munir menuturkan bahwa pihaknya mengundang banyak organisasi pemuda dan mahasiswa di Malang Raya. Akmal Adi Cahya juga menambahkan bahwa sasaran dari kegiatan ini adalah para generasi muda. “Anak muda sebaiknya tidak hanya terpaku pada sesuatu yang bernilai akademis, tapi mereka juga harus peduli terhadap kondisi- kondisi sosial di sekitar mereka,” tambah Akmal. “Kalau anak mudanya lupa, bisa-bisa penegakan HAM di Indonesia juga bisa terlupakan dan terbengkalai” kata Akmal. Ia juga menambahkan bahwa dalam memperingati kematian Munir ini telah dibuat kurang lebih dua juta Avatar Munir, “Tidak hanya sekedar avatar , tapi juga ada dua juta orang yang ingat kasus Munir. Bahwa masih ada kasus penegakan HAM yang belum terselesaikan. Dari dua juta itu bisa mengingatkan 200 juta orang Indonesia lain yang aktif di media sosial,” tukasnya. Salah satu pengguna media sosial yang memasang avatar Munir adalah Aris Saiful Anwar. Ia menggunakan avatar Munir itu sebagai display picture akun BlackBerry Messenger –nya. “Ya, sebagai peringatan terhadap kasus Munir. Terus supaya orang yang belum tahu tentang Munir bisa tahu tentang kasus itu,” jelasnya. Berbeda dengan Aris yang mengetahui Munir, Risda Silvia, mahasiswa semester tiga jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), kurang begitu mengetahui kasus yang menimpa sang aktivis. Yang ia ketahui tentang Munir hanya sebatas seseorang yang mati diracun di atas pesawat. Tapi Risda mengaku bahwa ia sangat setuju terhadap gerakan dua juta avatar Munir. “Ya, kita mahasiswa sebagai agent of change jadi tahu terkait masalah itu. Selain itu juga bisa mengingatkan pemerintah bahwa sudah seharusnya kasus-kasus itu diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengurus hal yang lain,”tambahnya. Masih menurut Akmal, anak-anak muda saat ini kurang bisa memanfaatkan media sosial yang mereka punya untuk hal-hal yang berguna. Padahal seharusnya mereka bisa menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan hal-hal seperti penegakan HAM dan sebagainya. Seperti di instagram, hashtag #11tahunmunir yang berjumlah 459 post, kalah jauh dengan tagar #dubsmash yang berisi video-video lipsynch hingga mencapai 4.557.087 post hingga hari ini (11/9).[] “Omah Munir mengingatkan pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla bahwa kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib, yang dibunuh pada 7 September 11 tahun yang lalu BELUM TUNTAS!” teriak Akmal Adi Cahya, membacakan Press Release dalam aksi peringatan 11 tahun kematian Munir di sebelah timur Alun-Alun Kota Batu (8/9). Aksi ini digelar oleh sekitar 40 pemuda, mulai dari komunitas Omah Munir, aktivis Malang Corruption Watch (MCW), aktivis Kota Batu dan mahasiswa dari Universitas Brawijaya, Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang serta mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang . Sebelum aksi di Alun-Alun Kota Batu, kegiatan peringatan ini diawali dengan berziarah di makam Munir. Kemudian dilanjutkan dengan Long March mulai dari Makam Munir sampai alun-alun Kota Batu. Dalam Press Release dengan tema “Anak Muda Menafsir Munir, Melawan Lupa” yang dipublikasikan oleh Omah Munir (07/09) menjelaskan bahwa Omah Munir menuntut Presiden Joko Widodo agar menuntaskan kasus Munir. Pada alinea kedua dalam Press Release itu tertulis: Atas nama keadilan, Presiden Joko Widodo harus berani menuntaskan pengungkapan pembunuhan Munir, yang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2004 dinyatakan sebagai “tue test of our history”. Sayangnya, selama 10 tahun Presiden SBY memerintah, bangsa ini gagal melewati “ujian sejarah” itu. Omah Munir berharap Presiden Jokowi tidak mengulangi kegagalan yang sama. Omah Munir menegaskan kembali, para pembunuh Munir masih bebas berkeliaran tanpa pertanggungjawaban hukum, bahkan diduga masih menjadi bagian dari 'gerakan' yang berpotensi mengancam masa depan demokrasi dan HAM di Indonesia. Akmal selaku Kepala Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan MCW, berpendapat bahwa penegakan HAM di Indonesia belum terurus dengan baik, “Tidak terungkapnya kasus Munir adalah bukti nyata bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam penegakan hukum di Indonesia” ungkapnya. “Kasus Munir tidak boleh diulang lagi, kasus Munir harus dituntaskan dan kasus pelanggaran HAM lainnya,” tambah Akmal. Seperti yang dilansir bisnis.com, Sekretaris Kabinet Pramono Agung mengatakan bahwa pemerintah akan memberi perhatian yang sama terhadap kasus pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi. Pramono mengakui penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM lainnya menjadi lebih sulit, karena sudah lama terjadi. “Semua pemerintahan, termasuk pemerintahan ini berkewajiban untuk menuntaskan kasus Munir. Kami menolak lupa untuk persoalan seperti ini. Memang persoalan ini menjadi sangat pelik, tetapi apapun itu kami berkewajiban untuk menuntaskan,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/9). Akmal mengakhiri orasinya dengan menyampaikan pesan bahwa perjuangan untuk menuntut pengungkapan kasus pembunuhan Munir adalah proses perjuangan HAM yang tidak akan pernah berhenti. “Omah Munir Percaya, rezim pemerintahan yang tidak dapat menjamin dan membutikan keberpihakannya pada pemenuhan, perlindungan, dan penghormatan Hak Asasi Manusia, adalah Rezim pemerintahan yang sedang menggali lubang kejatuhannya sendiri,” teriaknya dengan lantang.[]

description

 

Transcript of Q-Post Edisi Lii

Page 1: Q-Post Edisi Lii

Edisi LII / September 2015

Koran Tempel ini diterbitkan oleh Unit Aktivitas Pers Mahasiswa (UAPM) INOVASI UIN Maulana Malik Ibrahim MalangPenanggung Jawab: Imam Abu Hanifah. Staf Redaksi: Cholilatun Nabilah, Wahyu Agung P. Editor: Rachmad Imam Tarecha, Latifatun Nasihah. Layouter: Salis Fahrudin. Alamat Redaksi: Gedung Jendral Besar H. Mohammad Soeharto Lt.1 UIN Maliki Malang. Jl. Gajayana 50 Malang (65145). Email: [email protected]. Website: www.uapminovasi.comTwitter: @uapm_inovasi

11 September 2015

Oleh Cholilatun Nabilah

Oleh Wahyu Agung P.

ke redaksi UAPM INOVASI

Anak Muda Menolak Lupa

Peringatan 11 Tahun Kematian Munir

KORBAN PERS?Gunakan Hak Jawab

Puluhan orang sudah berkumpul di bagian selatan Pemakaman Umum Sisir Kota Batu, Selasa (8/9). Tepatnya di sekitar nisan bertuliskan nama seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib. Ia pernah melakukan advokasi terhadap aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus pada rezim Soeharto. Munir dibunuh dengan racun arsenik dalam perjalanannya menuju Belanda pada 7 September 2004.

Selasa itu sebelas tahun sudah peristiwa pembunuhan Munir berlalu. Bunga-bunga segar bertaburan diatas makamnya. Orang-orang disekitar makamnya menggunakan topeng wajah Munir, serta kaos putih bertuliskan Munirpad, nama jalan kecil di Den Haag, Belanda. Jalan itu diresmikan 14

April 2015 oleh Walikota Den Haag, Joziaas van Aartsen. Pemberian nama jalan itu sebagai bentuk apresiasi pemerintahan Belanda terhadap penegakan HAM yang dilakukan oleh Munir semasa hidupnya.

Selepas dari pemakaman, mereka berjalan menuju alun-alun Kota Batu dengan membawa banner dengan tulisan “Munir Muda Melawan Lupa”. Beberapa pengguna jalan sempat melirik ke arah rombongan yang juga membawa poster-poster perkembangan kasus Munir itu. Sekitar 15 menit kemudian barisan longmarch sudah sampai di Alun-Alun Kota Batu.

Akmal Adi Cahya, kepala Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Malang Corruption Watch (MCW), berorasi tentang tema kegiatan hari itu “Anak Muda Menafsir Munir, Melawan Lupa”.

Dalam orasinya, Akmal menyuarakan betapa pentingnya generasi muda Indonesia saat ini sebagai generasi penerus bangsa. “Omah Munir percaya, bahwa di tangan anak-anak muda, tuntutan keadilan kasus Munir bukan sekedar menjadi teriakan di ruang hampa, tetapi dapat menjadi energy pembangkit gerakan untuk melawan penguasa yang berpura-pura dungu,” lanjutnya membaca press release oleh Omah Munir. Beberapa mahasiswa Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Universitas Muhammadiyah Malang juga turut merapat. Mereka mengenakan jas almamater, dan menenteng banner dengan tulisan “11 tahun Pembunuhan Munir 2004- 2015.”

Terkait tema peringatan kematian Munir tahun ini, Salma Safitri, direktur eksekutif Omah Munir menuturkan bahwa pihaknya mengundang banyak organisasi pemuda dan mahasiswa di Malang Raya. Akmal Adi Cahya juga menambahkan bahwa sasaran dari kegiatan ini adalah para generasi muda. “Anak muda sebaiknya tidak hanya terpaku pada sesuatu yang bernilai akademis, tapi mereka juga harus peduli terhadap kondisi-kondisi sosial di sekitar mereka,” tambah Akmal.

“Kalau anak mudanya lupa, bisa-bisa penegakan HAM di Indonesia juga bisa terlupakan dan terbengkalai” kata Akmal. Ia j ug a menambahkan bahwa da l am memperingati kematian Munir ini telah dibuat kurang lebih dua juta Avatar Munir, “Tidak hanya sekedar avatar , tapi juga ada dua juta orang yang ingat kasus Munir. Bahwa masih ada kasus penegakan HAM yang belum terselesaikan. Dari dua juta itu bisa

mengingatkan 200 juta orang Indonesia lain yang aktif di media sosial,” tukasnya.

Salah satu pengguna media sosial yang memasang avatar Munir adalah Aris Saiful Anwar. Ia menggunakan avatar Munir itu sebagai display picture akun BlackBerry Messenger –nya. “Ya, sebagai peringatan terhadap kasus Munir. Terus supaya orang yang belum tahu tentang Munir bisa tahu tentang kasus itu,” jelasnya. Berbeda dengan Aris yang mengetahui Munir, Risda Silvia, mahasiswa semester tiga jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), kurang begitu mengetahui kasus yang menimpa sang aktivis. Yang ia ketahui tentang Munir hanya sebatas seseorang yang mati diracun di atas pesawat. Tapi Risda mengaku bahwa ia sangat setuju terhadap gerakan dua juta avatar Munir. “Ya, kita mahasiswa sebagai agent of change jadi tahu terkait masalah itu. Selain itu juga bisa mengingatkan pemerintah bahwa sudah seharusnya kasus-kasus itu diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengurus hal yang lain,”tambahnya.

Masih menurut Akmal, anak-anak muda saat ini kurang bisa memanfaatkan media sosial yang mereka punya untuk hal-hal yang berguna. Padahal seharusnya mereka bisa menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan hal-hal seperti penegakan HAM dan sebagainya. Seperti di instagram, hashtag #11tahunmunir yang berjumlah 459 post, kalah jauh dengan tagar #dubsmash yang berisi video-video lipsynch hingga mencapai 4.557.087 post hingga hari ini (11/9).[]

“ O m a h M u n i r m e n g i n g a t k a n pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla bahwa kasus pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib, yang dibunuh pada 7 September 11 tahun yang lalu BELUM TUNTAS!” teriak Akmal Adi Cahya, membacakan Press Release dalam aksi peringatan 11 tahun kematian Munir di sebelah timur Alun-Alun Kota Batu (8/9). Aksi ini digelar oleh sekitar 40 pemuda, mulai dari komunitas Omah Munir, aktivis Malang Corruption Watch (MCW), aktivis Kota Batu dan mahasiswa dari Universitas Brawijaya, Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim Malang serta mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang . Sebelum aksi di Alun-Alun Kota Batu, kegiatan peringatan ini diawali dengan berziarah di makam Munir. Kemudian dilanjutkan dengan Long March mulai dari Makam Munir sampai alun-alun Kota Batu.

Dalam Press Release dengan tema “Anak Muda Menafsir Munir, Melawan Lupa” yang dipublikasikan oleh Omah Munir (07/09) menjelaskan bahwa Omah Munir menuntut Presiden Joko Widodo agar menuntaskan kasus Munir. Pada alinea kedua dalam Press Release itu tertulis:

Atas nama keadilan, Presiden Joko Widodo harus berani menuntaskan pengungkapan pembunuhan Munir, yang oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada tahun 2004 dinyatakan sebagai “tue test of our history”. Sayangnya, selama 10 tahun Presiden SBY memerintah, bangsa ini gagal melewati “ujian sejarah” itu. Omah Munir berharap Presiden Jokowi tidak mengulangi kegagalan yang sama. Omah Munir menegaskan kembali, para pembunuh Munir m a s i h b e b a s b e r k e l i a r a n t a n p a pertanggungjawaban hukum, bahkan diduga masih menjadi bagian dari 'gerakan' yang

ber potensi mengancam masa depan demokrasi dan HAM di Indonesia.

Akmal selaku Kepala Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan MCW, berpendapat bahwa penegakan HAM di Indonesia belum terurus dengan baik, “Tidak terungkapnya kasus Munir adalah bukti nyata bahwa masih banyak yang perlu diperbaiki dalam peneg akan hukum d i Indones ia” ungkapnya. “Kasus Munir tidak boleh diulang lagi, kasus Munir harus dituntaskan dan kasus pelanggaran HAM lainnya,” tambah Akmal.

Seperti yang dilansir bisnis.com, Sekretaris Kabinet Pramono Agung mengatakan bahwa pemerintah akan memberi perhatian yang sama terhadap kasus pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi. Pramono mengakui penegakan hukum terhadap kasus pembunuhan Munir dan pelanggaran HAM lainnya menjadi lebih sulit, karena sudah

lama terjadi. “Semua pemerintahan, termasuk pemerintahan ini berkewajiban untuk menuntaskan kasus Munir. Kami menolak lupa untuk persoalan seperti ini. Memang persoalan ini menjadi sangat pelik, tetapi apapun itu kami berkewajiban untuk menuntaskan,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/9).

Akmal mengakhiri orasinya dengan menyampaikan pesan bahwa perjuangan untuk menuntut pengungkapan kasus pembunuhan Munir ada lah proses perjuangan HAM yang tidak akan pernah berhenti. “Omah Munir Percaya, rezim pemerintahan yang tidak dapat menjamin dan membutikan keberpihakannya pada p e m e n u h a n , p e r l i n d u n g a n , d a n penghormatan Hak Asasi Manusia, adalah Rezim pemerintahan yang sedang menggali lubang kejatuhannya sendiri,” teriaknya dengan lantang.[]