PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

150
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN WONOTUNGGAL KABUPATEN BATANG SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi oleh Heri Setiawan 1550407024 JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Transcript of PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

Page 1: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

i

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING

PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR

DI KECAMATAN WONOTUNGGAL

KABUPATEN BATANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jurusan Psikologi

oleh

Heri Setiawan

1550407024

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

ii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul

Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan

dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan pada

kode etik ilmiah.

Semarang, 20 Agustus 2014

Heri Setiawan

NIM.1550407024

Page 3: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

iii

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Psychological Well-Being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang telah

dipertahankan dalam sidang dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada tanggal 27 Agustus 2014.

Panitia

Ketua Sekretaris

Drs. Budiyono, M.S. Rahmawati Prihastuti, S.Psi., M.Si.

NIP 19631209 198703 1 002 NIP 19790502 200801 2 018

Penguji I Penguji II

Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si. Sugiariyanti, S.Psi.,M.A.

NIP 19720204 200003 2 001 NIP 19780419 200312 2 001

Penguji III/ Pembimbing Utama

Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A

NIP 19581125 198601 2 001

Page 4: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Untuk Benar-Benar Menjadi Besar, Seseorang Harus Berdampingan dengan

Orang Lain, Bukan di Atas Orang Lain. (Charles de Montesquieu)

Esensi Menjadi Manusia Adalah Ketika Seseorang Tidak Mencari Kesempurnaan.

(George Orwell)

PERSEMBAHAN :

Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:

Keluargaku tercinta, bapak, ibu, kakak, dan adik

Seluruh teman-teman Jurusan Psikologi angkatan 2007

Almamater Psikologi UNNES

Page 5: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmatnya sehingga

skripsi yang berjudul “Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang” dapat penulis selesaikan

dengan baik.

Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang.

3. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A, sebagai Dosen Pembimbing Utama

sekaligus sebagai Dosen Wali yang dengan sabar telah membimbing dan

memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

4. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si., sebagai Penguji I skripsi yang telah

memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh

peneliti.

5. Sugiariyanti, S.Psi.,M.A., sebagai Penguji II skripsi yang telah memberikan

masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh peneliti.

Page 6: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

vi

6. Suparno, S.Pd., M.si. selaku Kepala UPTD Disdikpora Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang yang telah memberikan ijin serta membantu

selama penulis melaksanakan proses penelitian.

7. Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

yang telah bersedia menjadi responden selama pelaksanaan penelitian.

8. Bapak Tumarjo, Ibu Rubinem, Bayu Setiaji, Shinta Aji Pratiwi dan seluruh

keluarga yang telah memberikan motivasi, doa, cinta serta kasih sayangnya

kepada penulis.

9. Seluruh staf pengajar Jurusan Psikologi yang telah memberikan ilmu dan

pengalaman selama proses kuliah.

10. Yang tercinta Astikha Lutfiana dan sahabat-sahabat penulis yang telah

memberikan dorongan semangat, dan membantu penulis (Ari

Suryaman/Bolor, Indra Aji, Tyo, Singgih Kemput, Adi, Singgih Agung,

Kulphunk, Budhe Mahardika, Agung, Gosong, Dheri, Cikal, Kak Ucup,

Adam, Kak Cireng, Kak Indra, Latif, Jeje Sport).

11. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2007 terima

kasih atas kebersamaan kita selama ini, tetaplah berjuang kawan.

Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat

Allah SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat.

Semarang, 20 Agustus 2014

Penulis

Page 7: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

vii

ABSTRAK

Setiawan, Heri. 2014. Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Psikologi

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing

Utama Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A

Kata kunci: psychological well-being, guru honorer

Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta,

sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam

pelajaran, tingkatan jawaban, dan tanggung jawab masa depan siswanya.

Rendahnya penghasilan tersebut membuat guru honorer tentunya akan mengalami

beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat

tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk meningkatkan kemampuan,

memuaskan minat, dan memelihara hubungan, dimana hal-hal tersebut dapat

memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis mereka. Pemenuhan

kebutuhan psikologis ini berkaitan dengan Psychological Well-being seseorang,

dimana semakin terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka

Psychological Well-being-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu,

uang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan

akses terhadap sumber-sumber penting dalam memperoleh kesenangan dan

merealisasikan diri (self-realization).

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam

penelitian ini adalah guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal

Kabupaten Batang yang berjumlah 67 orang. Penelitian ini menggunakan total

sampling yang berjumlah 67 guru honorer sekolah dasar. Data penelitian diambil

menggunakan skala psychological well-being, dengan jumlah item 57 yang valid

dengan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya sebesar 0,950. Metode analisis

data yang digunakan adalah analisis data deskriptif dengan metode statistik

deskriptif prosentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 61,2 persen (41

orang) menyatakan dirinya memiliki psychological well-being pada kategori

sedang. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria tinggi hanya sebesar 7,5 persen

persen (5 orang), dan kriteria rendah sebesar 31,3 persen (21 orang). Dari enam

dimensi psychological well-being yang diteliti, yaitu dimensi penerimaan diri,

hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan

hidup, dan pertumbuhan pribadi berada pada kategori yang sedang.

Kesimpulan yang dapat dilihat pada gambaran secara umum di Kecamatan

Wonotunggal, guru honorer sekolah dasar yang berada pada kategori sedang.

Berarti dengan gaji yang rendah dimungkinkan psychological well-being guru

honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang menjadi

rendah juga.

Page 8: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNGESAHAN ........................................................................................... ii

PERNYATAAN ...................................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

BAB

1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 12

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

BAB

2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 14

2.1 Psychological Well-Being .................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Psychological Well-Being .................................................. 14

2.1.2 Teori-Teori Psychological Well-Being ................................................ 17

2.1.3 Dimensi Psychological Well-Being...................................................... 20

Page 9: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

ix

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being .......... 24

2.1.5 Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-

being ..................................................................................................... 26

2.2. Guru Honorer ....................................................................................... 27

2.2.1 Pengertian Guru Honorer ...................................................................... 27

2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer.................................................. ..... 28

2.3 Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang....................................... 29

BAB

3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 32

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 32

3.2 Desain Penelitian ................................................................................. 33

3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 33

3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... ...... 33

3.3.2 Definisi Operasional Variabel........................................................ ...... 33

3.4 Populasi ................................................................................................ 34

3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 35

3.6 Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 40

3.6.1 Validitas .............................................................................................. 40

3.6.2 Reabilitas ............................................................................................ 40

3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 41

Page 10: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

x

BAB

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43

4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................ 43

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 43

4.1.2 Proses Perijinan ................................................................................... 44

4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 44

4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian .......................................................... 44

4.2.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 45

4.2.3 Pelaksanaan Skoring ........................................................................... 46

4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being ...... 46

4.3 Analisis Hasil Penelitian ..................................................................... 49

4.3.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 49

4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang..................... 50

4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang..... 50

4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

Ditinjau dari Tiap Dimensi.............................................................. 52

4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi........................................ ..... 64

4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being Pada

Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal

Kabupaten Batang............................................................................... 67

4.4.1 Faktor Usia......................................................................................... 67

4.4.2 Faktor Jenis Kelamin.......................................................................... 71

Page 11: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

xi

4.5 Pembahasan........................................................................................ 76

4.6 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 83

BAB

5 PENUTUP ......................................................................................... 84

5.1 Simpulan ........................................................................................... 84

5.2 Saran .................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86

LAMPIRAN ..................................................................................................... 89

Page 12: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 : Definisi-definisi Pedoman Teori Psychological Well-Being ................ 37

3.2 : Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologis ....................... 38

3.3 : Blue Print Skala Psychological Well-Being ......................................... 38

4.1 : Skala Psychological Well-Being ........................................................... 47

4.2 : Interpretasi reliabilitas .......................................................................... 49

4.3 : Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ............. 49

4.4 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar ........................................................................ 51

4.5 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri ............................................. 54

4.6 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain .......... 56

4.7 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Otonomi ......................................................... 57

4.8 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ................................ 59

4.9 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup ................................................. 61

4.10 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi ..................................... 63

4.11 : Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi ......... 64

4.12 : Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-

Being ..................................................................................................... 66

4.13 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39............................ 68

Page 13: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

xiii

4.14 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59............................ 70

4.15 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria ......................................... 73

4.16 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita .................................................. 75

Page 14: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being..................... ... 52

4.2 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Penerimaan Diri ........................................................... 54

4.3 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain ........................ 56

4.4 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Otonomi.................................................................... ... 58

4.5 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ............................................ 60

4.6 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Tujuan Hidup ............................................................... 62

4.7 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi ..................................... 64

4.8 : Diagram Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar ....................................................................................... 65

4.9 : Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi

Psychological Well-Being .................................................................... 66

4.10 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-35

Tahun.................................................................... ................................ 69

4.11 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59.......................... 71

4.12 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru

Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria ......................................... 74

4.13 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada

Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita ........................... 76

Page 15: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Instrumen Penelitian .................................................................................... 90

2 Tabulasi Data ............................................................................................... 102

3 Hasil Uji ...................................................................................................... 109

1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being .............................. 110

2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being .......................... 115

4 Analisis Deskriptif............................................................................. .......... 116

1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen............................................ .... 117

2. Distribusi Statistik Frekuensi............................................................ ...... 118

5 Surat Penelitian............................................................................................ 128

Page 16: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

1

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia senantiasa beperilaku dalam rangka memenuhi kebutuhannya.

Namun pencapaian kebutuhan setiap manusia berbeda-beda. Ada yang berhasil

memenuhi kebutuhannya, namun ada pula yang belum bisa memenuhi

kebutuhannya karena berbagai macam faktor penyebab.

Pencapaian kebutuhan tentunya akan membuat manusia menjadi bahagia

dan kegagalan dalam mencapai kebutuhan juga bisa menimbulkan permasalahan

meskipun tidak sedikit orang yang juga berhasil melewati kegagalannya dengan

baik, hal ini terkait dengan kemampuan individu dalam menerima kenyataan.

Aristoteles (dalam Ryff, 1989: 1070) berpendapat bahwa pengertian

bahagia bukanlah diperoleh dengan jalan mengejar kenikmatan dan menghindari

rasa sakit, atau terpenuhinya segala kebutuhan individu, melainkan melalui

tindakan nyata yang mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki individu.

Hal inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab manusia sehingga

merekalah yang menentukan apakah menjadi individu yang merasa bahagia,

merasakan apakah hidupnya bermutu, berhasil, atau gagal.

Teori hirarki kebutuhan Maslow menjadi salah satu tolak ukur yang bisa

digunakan dalam memahami kebutuhan manusia yang sangat beragam. Maslow

menyusun teori kebutuhan dalam bentuk hirarki yang dimulai dari kebutuhan

yang sangat mendasar bagi manusia, seperti kebutuhan makan, minum, dan

Page 17: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

2

2

sebagainya hingga kebutuhan yang dianggap tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi

diri (http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow).

Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara berkelanjutan seperti

makan, minum, dan sebagainya manusia dituntut untuk memiliki pekerjaan yang

layak dan mapan agar dalam memenuhi kebutuhan itu tercukupi.

Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu tidak akan pernah

berhenti sepanjang hidupnya. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup dan

permasalahan yang dihadapi individu tersebut akan membuat individu

mendapatkan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan

ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan

dan ketidakbahagiaan. Kebahagiaan dan tidak kebahagiaan itu juga disebut

kesejahteraan psikologis atau psychological well-being (Halim & Atmoko, 2005).

Menurut Ryff (1989: 1970) tingkat psychological well-being seseorang

berkaitan dengan tingkat pemfungsian positif yang terjadi dalam hidup orang

tersebut. Dengan kata lain, psychological well-being seseorang akan berkaitan

dengan psychological functioning atau kemampuan berfungsi secara psikologis

orang tersebut dalam menjalani hidupnya. Ketika individu memiliki kondisi

psychological well-being yang baik maka ia mampu berfungsi secara psikologis

dengan baik.

Bila hal ini dispesifikasikan dengan dunia pekerjaan, maka tingkat

psychological well-being seseorang akan berguna dalam komitmen individu,

produktivitas kerja individu, target-target dalam pekerjaan hubungan dengan

rekan kerja, serta penguasaan lingkungan kerja (Horn dkk, 2004: 367).

Page 18: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

3

3

Orang dewasa menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bekerja.

Berbagai aktivitas yang terjadi ditempat kerja seperti rutinitas, supervisi, dan

kompleksitas tugas mempengaruhi kemampuan kontrol seseorang sehingga ia

mampu merasakan emosi dan persepsi yang positif mengenai tempat kerjanya.

Penilaian yang positif ini merupakan indikator dari kesejahteraan. Kesejahteraan

psikologis (psychological well-being) dapat diketahui dari ada atau tidaknya

perasaan bahagia. Ketika seseorang menilai lingkungan kerja sebagai lingkungan

yang menarik, menyenangkan, dan penuh dengan tantangan dapat dikatakan

bahwa ia merasa bahagia dan menunjukkan kinerja yang optimal.

Pekerjaan yang banyak diminati oleh sebagian masyarakat Indonesia

adalah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan bekerja sebagai PNS

mereka akan digaji oleh Negara, bahkan sudah pensiun pun masih tetap

mendapatkan gaji. Maka dari itu kebanyakan masyarakat Indonesia memilih

bekerja sebagai PNS karena mereka berpikiran hidupnya akan sejahtera.

Animo masyarakat yang tinggi dalam setiap penerimaan CPNS, baik yang

sudah berstatus Pegawai Honorer sebelumnya ataupun yang baru melamar,

mengindikasikan profesi tersebut masih begitu menjanjikan, sebagai sebuah

asumsinya, menjadi CPNS akan menjadi titik aman, menerima uang pensiunan,

mendapatkan gaji setiap bulan, dengan segala tunjangan keluarga, kesehatan,

transportasi, dan hingga adanya gaji ke-13, dan akan lebih menjanjikan lagi

apabila dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yang meningkatkan gaji dan

kesejahteraan PNS yang hampir setiap tahunnya, pantas saja jika profesi ini akan

semakin banyak diminati. Tidak hanya dampak secara materi semata, namun

Page 19: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

4

4

dampak dalam kehidupan bersosial, menjadi PNS biasanya status sosialnya

meningkat, lebih percaya diri, dan sudah barang tentu lebih dihormati dalam

kehidupan bermasyarakat.

Menurut KORAN SINDO pada hari Kamis, tanggal 24 April 2014,

profesi pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi incaran nomor wahid masyarakat

Indonesia. Tak heran, berjuta-juta pelamar selalu berebut posisi tersebut saat

dibuka rekrutmen calon abdi masyarakat ini. Dari survei yang dilakukan Litbang

KORAN SINDO, sebanyak 15% responden menyatakan mengidamkan menjadi

PNS dalam hidupnya. Survei ini dilakukan terhadap penduduk Indonesia berusia

15-25 tahun. (m.koran-sindo.com/node/384472).

Salah satu pekerjaan PNS yang paling banyak diminati masyarakat

Indonesia adalah bekerja sebagai guru. Dengan bekerja sebagai guru yang sudah

diangkat menjadi PNS hidup mereka akan tercukupi. Apalagi guru yang sudah

mendapatkan sertifikasi, gajinya bisa dikatakan lebih banyak dan bisa untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut hasil survei Media Indonesia hari

Selasa tanggal 9 November 2013, pekerjaan sebagai guru menduduki posisi kedua

terbanyak pekerjaan yang paling diminati masyarakat Indonesia setelah Dokter.

(forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/)

Dengan adanya UU Guru dan Dosen, saat ini profesi guru pun mulai

dilirik orang, karena UU ini menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi para guru

yang profesional, yaitu tunjangan sebesar satu kali gaji pokok dan tambahan

tunjangan fungsional (Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007).

Page 20: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

5

5

Disisi lain di Indonesia terdapat juga guru honorer yang statusnya belum

Pegawai Negeri Sipil. Kebanyakan guru honorer di Indonesia belum memiliki

kesejahteraan karena gajinya bisa dikatakan sangat sedikit yaitu antara RP.

200.000,00 sampai Rp. 500.000,00. Banyak guru di Indonesia yang belum

diangkat menjadi PNS. Mereka kebanyakan hanya berperan menjadi Guru

honorer yang digaji sangat sedikit. Hal ini sangat memprihatinkan karena dengan

pendapatan gaji yang sedikit itu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari

keadaan yang terjadi tersebut maka Guru honorer mengharapkan untuk diangkat

menjadi PNS.

Menurut Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Syawal

Gultom kepada harian Kompas pada hari Senin, tanggal 5 Maret 2012, bahwa

jumlah guru honorer di Indonesia tahun 2012 mencapai 904.378 orang.

(http://edukasi.kompas.com/2012/03/06/06420188/Guru.Honorer.Membengkak).

Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta,

sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam

pelajaran, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Banyak diantara mereka

yang bekerja melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain,

insentif atau gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang

mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan

siswanya.

Berbeda kondisi dengan para guru yang telah diangkat statusnya menjadi

Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga

Page 21: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

6

6

memberikan gaji bulan ke-13 bagi PNS dan pensiunan. Bahkan PNS yang

berstatus guru, selain mendapatkan kenaikan gaji setiap tahunnya, mereka juga

mendapatkan tunjangan perbaikan kesejahteraan bagi mereka yang sudah lolos

sertifikasi.

Minimnya kesejahteraan guru honorer telah menyebabkan konsentrasi

guru honorer terpecah menjadi beberapa sisi. Disatu sisi seorang guru harus

menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbaharui dan

berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Disisi lain,

seorang guru honorer dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan

usaha atau kegiatan lain seperti katering, bimbingan belajar, dan lain-lain.

Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang memiliki cukup banyak

guru honorer, khususnya guru honorer Sekolah Dasar, menurut kepala UPTD

Kecamatan Wonotunggal memiliki 67 guru honorer di Sekolah Dasar. Dari hasil

wawancara yang dilakukan pada 4 guru honorer sekolah dasar yang ada di

kecamatan Wonotunggal pada hari Senin tanggal 22 Juli 2013, mereka rata-rata

hanya digaji Rp. 250.000,00 per bulan. Ada juga yang digaji tiap jam pelajaran.

Mereka mengatakan dengan gaji yang rendah tersebut membuat guru honorer

mengalami beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti

makanan dan tempat tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk

meningkatkan kemampuan, memuaskan minat, dan memelihara hubungan,

dimana hal-hal tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan

psikologis mereka.

Page 22: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

7

7

Ryan & deci (2001: 146) mengatakan, pemenuhan kebutuhan psikologis

ini berkaitan dengan psychological well-being seseorang, dimana semakin

terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka psychological well-

being-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, uang dianggap sebagai

sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan akses terhadap sumber-

sumber penting dalam memperoleh kesenangan dan merealisasikan diri (self-

realization). Menurut Ryff dan Singer (dalam Ryan & Deci, 2001:146),

perealisasian diri terhadap potensi yang sebenarnya dimiliki ini merupakan

gambaran untuk mencapai psychological well-being.

Ryff kemudian mengemukakan adanya enam dimensi yang membangun

psychological well-being seseorang. Dimensi yang Petama adalah penerimaan diri

(self-acceptance), yaitu kepemilikan sikap yang positif terhadap diri. Kedua

adalah hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), yaitu

kemampuan seseorang untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Ketiga adalah kemandirian (autonomy), yaitu kemampuan seseorang untuk

mengambil keputusan bagi dirinya sendiri berdasarkan standart pribadi dan tidak

bergantung pada pandangan orang lain. Keempat adalah penguasaan lingkungan

(environmental mastery), yaitu kemampuan seseorang untuk memilih atau

membentuk lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Kelima adalah

tujuan hidup (purpose in life), yaitu kepercayaan yang menimbulkan perasaan

bahwa hidup itu berarti dan memiliki tujuan, dimensi yang terakhir adalah untuk

pertumbuhan pribadi (personal growth), yaitu kemampuan untuk

mengembangkan potensi diri (Ryff, 1989: 1070).

Page 23: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

8

8

Penelitian mengenai psychological well-being dinilai penting untuk

dilakukan karena tidak hanya memberikan manfaat yang bersifat teoritis, tetapi

juga manfaat yang bersifat praktis. Meskipun demikian, penelitian mengenai

psychological well-being pada guru honorer belum banyak dilakukan di

Indonesia. Sebuah penelitian yang dianggap paling mendekati penelitian tersebut

adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumule dan Taganing (2008) mengenai

“Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu

sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam

penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan kondisi dimensi-dimensi psychological well-

being yang beragam terutama dipengaruhi oleh faktor spiritualitas, pengalaman

masa lalu, dan dukungan sosial. Selebihnya peneliti belum menemukan penelitian

psychological well-being lain yang dilakukan terhadap guru honorer atau subjek

lain yang serupa. Padahal, penelitian mengenai psychological well-being pada

guru honorer dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan dunia

pendidikan.

Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154)

menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan

Psychological Well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi

yang rendah cenderung, memiliki Psychological Well-being yang rendah pula,

khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan,

dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri

Page 24: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

9

9

sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak

mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam

menghadapi kelemahan mereka.

Dalam penelitian yang dipaparkan diatas menunjukan adanya pengaruh

spiritualitas, pengalaman masa lalu, dukungan sosial budaya, dan status sosial

ekonomi terhadap psychological well-being. Sayangnya, berbagai penelitian

tersebut juga menunjukan hasil yang berbeda dan penelitian mengenai

psychological well-being guru honorer di Indonesia belum banyak dilakukan.

Namun, penelitian di Barat mengenai psychological well-being dan status social

ekonomi ini menunjukan bahwa semakin rendah status sosial ekonomi seseorang,

maka psychological well-being pun semakin rendah. Hal ini membuat peneliti

tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai psychological well-being pada guru

honorer sekolah dasar.

Penelitian ini difokuskan terhadap guru honorer sekolah dasar karena guru

honorer yang mengajar di Sekolah Dasar dianggap memiliki beban kerja yang

lebih berat daripada guru honorer di Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah

Menengah Atas. Dengan pendapatan yang relatif rendah, guru honorer Sekolah

Dasar dituntut untuk mengerjakan hampir semua mata pelajaran sebagaimana

guru yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Perbedaan beban kerja

dengan jumlah pendapatan yang relatif sama dinilai akan berpengaruh terhadap

psychological well-being guru honorer. Menurut salah satu guru yang ada di

Purwokerto pada harian Pikiran Rakyat hari Sabtu tanggal 23 Agustus 2014:

Page 25: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

10

10

Padahal guru honorer SD juga membutuhkan kesejahteraan. Sebab

honor saya terima hanya dari sekolah. Sebulan yang saya terima

hanya Rp. 300.000,00 saja sementara beban pekerjaan saya lebih

besar dari pada guru SMP atau SMA....(www.pikiran-

rakyat.com/node/127787)

Sementara itu, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dipilih sebagai

lokasi penelitian karena merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Batang

dengan jumlah guru honorer sekolah dasar yang banyak, yaitu mencapai 67 guru

honorer dengan 21 sekolah dasar terdapat rata-rata 2 sampai 3 guru honorer

disetiap sekolah dasar.

Menurut studi pendahuluan awal yang dilakukan, hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa kehidupan yang dialami sebagian besar guru honorer

Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang cukup berat dimana dengan

gaji dibawah RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan

keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang,

merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja

demi menghidupi keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru

yang sudah PNS karena gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa

mencapai apa yang mereka inginkan. Namun ada pula guru honorer yang merasa

sudah cukup bahagia walaupun dengan keadaan serupa. Cara yang mereka pilih

ketika menghadapi masalah atau keadaan tersebut beragam, diantaranya: ada yang

merasa lega setelah bercerita pada teman, minta masukan pada seseorang yang

berpengalaman, dan ada pula yang memilih untuk mendekatkan diri pada Allah.

Selain itu dari hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara kepada

3 kepala sekolah dasar yang ada di kecamatan Wonotunggal, peneliti

Page 26: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

11

11

mendapatkan informasi bagaimana keadaan psychological well-being guru

honorer yang ada di kecamatan Wonotunggal. Dari hasil wawancara tersebut

peneliti mendapatkan informasi kalau sebagian besar guru hororer SD di

kecamatan Wonotunggal belum bisa menerima keadaan dirinya, belum bisa

menerima berbagai aspek baik dan buruk, hal ini menunjukkan kalau dimensi

penerimaan diri masih rendah. Selain itu sebagian guru honorer juga merasa

kurang bisa menggunakan kesempatan secara efektif disekitarnya, belum bisa

menguasai dan mengatur lingkungan tujuan, hal ini menunjukkan dimensi

penguasaan lingkungan masih rendah. Dan yang terakhir sebagian besar guru

honorer masih rendah dalam pertumbuhan pribadi, hal ini ditunjukkan dengan

merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, serta tidak mampu

mengembangkan sikap serta tingkah lakunya, dan tidak bisa mengembangkan

potensi yang dimilikinya.

. Bagi guru honorer yang mampu melewati dan menghadapi masalah yang

dihadapi dan berkompetensi mengatur lingkungan, maka akan mengarah pada

kondisi psikologis yang positif dan terbentuklah kesejahteraan psikologis

(psychological well-being) dalam dirinya. Jiwa yang sejahtera menggambarkan

seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya.

Peneliti psychological well-being, Ryff & Keyes (1995: 721) menyatakan,

seseorang yang jiwanya sejahtera apabila ia tidak sededar bebas dari tekanan atau

masalah mental yang lain. Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif

terhadap dirinya dan mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah hanyut

oleh pengaruh lingkungan.

Page 27: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

12

12

Dari hasil wawancara guru honorer dan beberapa kepala sekolah SD di

Kecamatan Wonotunggal, menunjukkan bahwa sebagian besar guru honorer SD

memiliki psychological well-being yang rendah, sedangkan dari informasi

beberapa kepala sekolah menunjukkan kalau sebagian besar guru honorer di

kecamatan Wonotunggal memiliki psychological well-being rendah juga.

Jika melihat tentang fenomena rendahnya kesejahteraan psikologis guru

honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang seperti

yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai:

“Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan

Wonotunggal, Kabupaten Batang”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah Dasar

di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan

pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada umumnya, dan

keilmuan psikologi pendidikan dan psikologi sosial pada khususnya.

Page 28: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

13

13

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini mengungkap tentang tingkat psychological

well-being pada guru honorer. Dan diharapkan penelitian ini bisa memberikan

kontribusi yang yang nyata pada dunia pendidikan. Khususnya dapat memberikan

masukan yang positif kepada pemerintah di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang untuk lebih memperhatikan nasib dan mensejahterakan guru honorer.

Sehingga kehidupan guru honorer layak dan sejahtera, dan psychological well-

being guru honorer dapat meningkat.

Page 29: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

14

14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psychological Well-Being

2.1.1 Pengertian Psychological Well-Being

Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan

dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Para ahli psikologi mengemukakan

bahwa penelitian mengenai kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dikenal sebagai

psychological well-being. Psychological Well-being sendiri memiliki banyak

definisi dari masing-masing tokoh psikologi.

Menurut Stern (2007: 40) konsep psychological well-being adalah konsep

yang secara kontemporer banyak dikembangkan dari konsep utamanya yakni

“Well-Being”. Secara umum, psychological well-being digunakan sebagai hasil

dalam studi penelitian secara empiris.

Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan psychological well-being

sebagai hasil evaluasi/penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan

evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman

akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang

membuat kesejahteraan psikologis menjadi rendah atau berusaha memperbaiki

keadaan hidupnya yang akan membuat kesejahteraan psikologisnya meningkat.

Ryan & Deci (dalam Stern 2007: 40) mengidentifikasi dua pendekatan

pokok untuk memahami well-being. Pertama difokuskan pada kebahagiaan,

Page 30: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

15

15

dengan memberi batasan dengan “batas-batas pencapaian kebahagiaan dan

mencegah dari kesakitan”. Fokus yang kedua adalah batasan menjadi orang yang

fungsional secara keseluruhan / utuh, termasuk cara berfikir yang baik dan fisik

yang sehat.

Definisi psychological well-being yang berkembang selama ini ada dua.

Definisi pertama berdasarkan pendapat Bradburn (Ryff, 1989: 1069), berdasarkan

penelitian yang dilakukan Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level

makro (perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan, dan

pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristoteles

yang berjudul “Nichomachean Ethics”. Ia menerjemahkan kesejahteraan

psikologis (psychological well-being) menjadi kebahagiaan (happines). Dalam

Nichomachean Ethics dijelaskan bahwa tujuan tertinggi yang ingin diraih individu

adalah kebahagiaan. Kebahagiaan berdasarkan pendapat Bradburn berarti adanya

keseimbangan afek positif dan negatif.

Pendapat Bradburn tersebut ditentang oleh Waterman (Ryff, 1989: 1070).

Waterman merujuk pada kata yang sama dengan yang digunakan Bradburn dalam

buku Nichomachean Ethics, yaitu “Eudaimonia”. Ia menerjemahkan kata tersebut

sebagai usaha individu untuk memberikan arti dan arah dalam kehidupan. Dapat

disimpulkan bahwa eudaimonia adalah realisi potensi-potensi yang ada dalam

individu.

Ryff (1989: 1070) mencoba merumuskan pengertian psychological well-

being bahwa individu berusaha berpikir positif tentang dirinya meskipun sadar

akan keterbatasan-keterbatasan dirinya (penerimaan diri). Individu tersebut juga

Page 31: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

16

16

mencoba mengembangkan dan menjaga kehangatan dan rasa percaya dalam

hubungan interpersonal (hubungan positif dengan orang lain) dan membentuk

lingkungan mereka, sehingga kebutuhan pribadi (personal needs) dan

keinginannya dapat terpenuhi (penguasaan lingkungan). Ketika mempertahankan

individualitas dalam konteks sosial makro, individu juga mengembangkan self

determination dan kewibawaan (otonomi). Upaya yang paling penting adalah

menemukan makna dari tantangan yang telah dilalui dari upaya-upaya yang

dilakukan dalam menghadapinya (tujuan hidup). Terakhir, mengembangkan bakat

dan kemampuan secara optimal (pertumbuhan pribadi) merupakan paling utama

dalam psychological well-being.

Diener (dalam Leddy, 2006: 140) mengemukakan bahwa psychological

well-being adalah evaluasi manusia secara kognitif dan afektif terhadap kehidupan

yang menjadi komponen kualitas hidup seseorang. Persepsi dari kesehatan

dipengaruhi oleh kesejahteraan yang terdiri dari pengaruh positif, pengaruh

negatif, dan kepuasan hidup.

Latipun (2005: 3) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki

psychological well-being yang tinggi juga disebut sebagai orang yang memiliki

mental yang sehat. Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan

sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaanya. World Health Organization

(WHO) dalam bukunya Latipun (2005: 3) merumuskan dalam cakupan yang

sangat luas tentang konsep sehat, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental

maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.

Page 32: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

17

17

Pengertian kesehatan yang dikemukakan WHO merupakan suatu keadaan ideal,

dari sisi biologis, psikologis, sosial.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka peneliti mengambil

kesimpulan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah

suatu keadaan dimana individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu

membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu mengontrol

lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu

mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi.

2.1.2 Teori-Teori Psychological Well-Being

Dalam bagian ini dijelaskan mengenai model psychological well-being

yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu teori Ryff mengenai enam dimensi

psychological well-being, model pendekatan kesejahteraan Oishi mengenai

kebudayaan dan dukungan sosial, serta model kesejahteraan Marcus dan

Kitayama mengenai psikologi kebudayaan. Penjelasan secara lebih rinci akan

dijelaskan sebagai berikut :

2.1.2.1 Model Psychological Well-Being Ryff

Ryff (1989: 1070) menyarankan bahwa keberfungsian psikologis

seharusnya dinilai dalam pola-pola yang terkonsep. Enam dimensi kunci yang

memulai titik konsep untuk instrumen penilaian perkembangan manusia tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan diri. Indikatornya adalah Memiliki perilaku positif pada diri

seperti mengakui dan menerima berbagai aspek diri, termasuk kualitas baik

dan buruk, dan perasaan positif dengan kehidupan yang dijalani.

Page 33: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

18

18

2. Hubungan positif dengan orang lain. Indikatornya adalah Mempunyai

hubungan yang hangat dan intim dengan orang lain, dapat dipercaya orang

lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan empati

3. Otonomi (kemandirian). Indikatornya Menentukan diri dan mandiri, mampu

menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri, dan mengevaluasi

diri dengan patokan sendiri.

4. Penguasaan lingkungan. Indikatornya adalah Memiliki perasaan menguasai

dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol kegiatan luar yang kompleks,

menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya.

5. Tujuan hidup. Indikatornya adalah Memiliki tujuan hidup dan arah hidup,

dan merasakan adanya makna dalam hidup masa kini dan masa lampau.

6. Pertumbuhan pribaadi. Indikatornya adalah Merasakan adanya

pengembangan potensi yang berkelanjutan, terbuka pada pengalaman baru,

menyadari potensi diri, dan melihat peningkatan dalam diri dan perilaku dari

waktu ke waktu.

2.1.2.2. Teori Pendekatan Kesejahteraan Oishi

Oishi (dalam Leddy, 2006: 143) beranggapan bahwa menandai

kesejahteraan seperti kemandirian mengubah individu secara tepat bergantung

pada cita-cita dan nilai-nilai.

“values, which are guiding principles in life, are considered higher

order goals. Lower order goals include personal strivings, which are

defined as the activities done in daily life. Oishi assums that markers

of well-being (e.g., autonomy) varu across individuals, depending on

their goals and values” (dalam Leddy, 2006: 143).

Page 34: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

19

19

Nilai-nilai yang menuntun prinsip-prinsip hidup dan menganggap cita-cita

yang diinginkan lebih tinggi. Cita-cita yang diinginkan lebih rendah termasuk

kerja keras pribadi, yang didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Oishi menemukan perbedaan dalam menghubungkan

dengan kesejahteraan. Hasil yang menggambarkan keberfungsian yang baik

individu yang menunjukan beragam sistematika kebudayaan yang

mengindikasikan bahwa perbedaan kebudayaan dan lingkungan sosial memiliki

perbedaan cara-cara tingkah laku, menilai, dan bersikap yang cocok dengan

penyesuaian fakta-fakta dimasyarakat. Ini berarti, teori-teori konteks sosial dari

kesejahteraan perlu untuk dikembangkan yang didasarkan pada pemahaman yang

jelas tentang pola-pola kebudayaan dalam membentuk kesejahteraan perasaan

individu.

2.1.2.3. Model Kesejahteraan Marcus dan Kitayama

Marcus dan Kitayama mengutarakan bahwa ”Based on cultural

psychology, maintains that the nature of “good feelings” differs from culture to

culture, depending on each culture’s view of the self” (dalam Leddy, 2006: 143).

Model keseahteraan Marcus dan Kitayama (dalam Leddy, 2006: 143)

didasarkan pada psikologi kebudayaan, yang mempertahankan bahwa sifat dasar

dari “good feelings” berbeda dari kebudayaan ke kebudayaan, bergantung pada

pandangan masing-masing kebudayaan tentang diri.

Baik model kesejahteraan Marcus dan Kitayama maupun model

pendekatan Oishi memperkirakan ragam kebudayaan dalam menentukan perasaan

Page 35: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

20

20

kesejahteraan. Tetapi ada perbedaan penting masing-masing model pendekatan

dengan pola kebudayaan. Marcus dan Kitayama menyarankan kebudayaan

menentukan penerimaan tingkah laku, dan ketika individu mengikuti tingkah laku

tersebut mereka merasa puas. Model ini tidak menyarankan banyak ragam

individu yang didalamnya ada kebudayaan yang sama. Di lain pihak, model

pendekatan Oishi menyarankan bahwa kebudayaan mempengaruhi cita-cita

individu tersebut dan puas dengan kehidupan yang meningkat karena mereka

bergerak, kearah cita-cita yang meraka inginkan. Model ini juga membolehkan

perbuatan individu dalam sumber-sumber kesejahteraan dalam sebuah

kebudayaan.

2.1.3 Dimensi Psychological Well-Being

Dalam bagian ini diterangkan mengenai dimensi-dimensi psychological

well-being menurut Ryff dalam (Blechman & Brownell 1998: 184) yang terdiri

dari enam dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif

dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian), dimensi penguasaan

lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan pribadi.

2.1.3.1 Penerimaan diri (self-acceptance)

Sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari

psychological well-being. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa

individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima

berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang

kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak

puas dengan diri sendiri, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani,

Page 36: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

21

21

mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang

yang berbeda dari dirinya saat ini.

Dimensi ini dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara

optimal, kedewasaan, dan penerimaan kehidupan yang dilewati. Faktor-faktor

dalam aspek ini mencakup evaluasi diri yang positif, penerimaan diri, dan orang

lain.

2.1.3.2 Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others)

Kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan

orang lain. Seseorang yang memiliki psychological well-being yang baik

digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai empati dan bersahabat. Faktor-

faktor dalam dimensi ini mencakup hubungan yang dekat, hangat, dan intim

dengan orang lain, membangun kepercayaan dalam suatu hubungan, memiliki

rasa empati, dan perhatian kepada orang lain.

Dimensi hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalisasikan

ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang

hangat dengan orang lain. Skor tinggi menunjukkan individu mempunyai

hubungan yang hangat, saling percaya dengan orang lain, memperhatikan

kesejahteraan orang lain, dan mampu melakukan empati yang kuat. Skor rendah

menunjukkan individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling

percaya dengan orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan

memperhatikan orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan

interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri mempertahankan hubungan yang

penting dengan orang lain.

Page 37: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

22

22

2.1.3.3 Otonomi (autonomy)

Kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan

mengatur tingkah laku. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kemandirian,

self determined kemampuan untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, dan

kemampuan untuk mengatur tingkah laku.

Konsep otonomi berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri

sendiri, kemandirian, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Skor tinggi

menunjukkan bahwa individu mampu mengarahkan diri dan mandiri, mampu

menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri

dengan standar pribadi. Skor rendah menunjukkan bahwa individu

memperhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain, bergantung pada penilaian

orang lain dalam membuat keputusan, menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial

dalam berfikir dan bertingkah laku.

2.1.3.4 Penguasaan lingkungan (environmental mastery)

Kemampuan individu untuk memilih atau mengubah lingkungan sehingga

sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup memiliki

kemampuan untuk mengatur dan memilih lingkungan yang kondusif untuk

mencapai tujuan.

Skor tinggi menyatakan bahwa individu mempunyai sense of mastery dan

mampu mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang

kompleks, dan menggunakan kesempatan yang ada secara efektif. Skor rendah

menunjukkan bahwa individu mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar,

Page 38: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

23

23

tidak waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang

mempunyai kontrol terhadap dunia luar.

2.1.3.5 Keyakinan memiliki tujuan hidup (purpose in life)

Kemampuan pemahaman seseorang akan tujuan dan arah hidupnya.

Faktor-faktor dalam Dimensi ini mencakup memiliki makna dan arti hidup, serta

memiliki arah dan tujuan hidup.

Dimensi tujuan hidup dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya

pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menyatakan

bahwa individu mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti / makna

dalam hidup masa kini dan masa lampau. Individu yang berfungsi secara positif

memiliki tujuan, misi, dan arah yang mebuatnya merasa hidup ini memiliki

makna. Skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai arti hidup,

tujuan, arah hidup dan cita-cita yang jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari

kehidupan masa lalu.

2.1.3.6 Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara

berkelanjutan. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kapasitas untuk

bertumbuh dan mengembangkan potensi, perubahan personal atau pribadi

sepanjang hidup yang mencerminkan pengetahuan diri dan efektivitas yang

bertambah, keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru, dapat menerima

kenyataan, mampu membela diri, dan menghargai diri sendiri.

Dimensi pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi

rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara

Page 39: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

24

24

berkelanjutan. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa individu merasakan adanya

pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman-

pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari

waktu ke waktu. Skor yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak merasakan

adanya kemajuan dan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan tidak

tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk mengembangkan

sikap atau tingkah laku baru.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi psycholohgical well-

being meliputi 6 dimensi, yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang

lain, otonomi, penguasaan lingkungan, keyakinan memiliki tujuan hidup, dan

pertumbuhan pribadi.

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

Melalui berbagai penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070)

menemukan bahwa faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status

sosial ekonomi, dan budaya mempengaruhi perkembangan psychological well-

being seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being dapat

dijelaskan sebegai berikut:

2.1.4.1 Usia

Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian

Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring

dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan

hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring

Page 40: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

25

25

dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan

positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.

2.1.4.2 Jenis Kelamin

Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis

kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif

dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan

angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.

2.1.4.3 Status sosial ekonomi

Adanya perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan

memicu terbentuknya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa

baik kondisi psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga

mendukung seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil

penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status

pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta

kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat

pendidikan seseorang.

2.1.4.4 Budaya

Menurut Ryff & Keyes (1995: 720) mengatakan bahwa sistem nilai

individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being

yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam

dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang

menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi

hubungan positif dengan orang lain.

Page 41: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

26

26

2.1.5 Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being

Penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070) menemukan bahwa faktor-

faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan budaya

mempengaruhi perkembangan psychological well-being seseorang.

Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian

Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring

dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan

hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring

dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan

positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.

Adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis kelamin

menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan

orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka

kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.

Perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan memicu

terbentukya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa baik kondisi

psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga mendukung

seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil penelitian

Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status pekerjaan

yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta kesejahteraan

psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang.

Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan seseorang

Page 42: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

27

27

menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman (misalnya: uang, ilmu,

dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah, tekanan dan tantangan.

Sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap

psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki

skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan

budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang

tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.

2.2 GURU HONORER

2.2.1 Pengertian Guru Honorer

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah

orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti

dilembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di lembaga pendidikan nonformal

seperti masjid, surau, dirumah dan sebagainya (Djamarah, 2000: 34).

Sedangkan guru honorer adalah guru tidak tetap yang belum berstatus

minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan digaji per-jam

pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji

minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering

nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam

Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal tersebut sebenarnya sangat

menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta, mereka

berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga

sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur

Page 43: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

28

28

honorer, ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri

Sipil formasi umum. (http://id.wikipedia.org/wiki/Guru)

2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer

Ada beberapa hak yang dapat diterima oleh guru honorer (Mulyasa, 2006:

52) yaitu :

a. Honorarium perbulan

b. Cuti berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan

c. Perlindungan hukum

Ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru

honorer (Mulyasa, 2006: 53), yaitu :

a. Melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing dan unsur pendidikan

lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melaksanakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku

c. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku disekolah tempat tugasnya.

d. Mematuhi ketentuan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK).

Keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2004 guru honorer berhak

mendapatkan gaji. Gaji adalah hak yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk

uang sebagai imbalan dari pemerintah daerah kepada guru honorer. Gaji yang

diberikan sesuai dengan jenis kedudukannya. Guru honorer dapat diberikan

kesejahteraan yang bersifat materiil dan non materiil. Kesejahteraan yang bersifat

materil adalah tunjangan profesi, tunjangan transport dan uang makan, tunjangan

kecelakaan apabila mengalami kecelakaan pada saat melaksanakan tugas, uang

Page 44: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

29

29

duka terhadap keluarga guru yang meninggal dunia dan pakaian dinas.

Kesejahteraan

2.3 Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

Sesuai dengan tugas perkembangannya, seorang individu dewasa harus

memiliki pekerjaan. Pada saat sekarang ini untuk mendapatkan suatu pekerjaan

sangatlah sulit karena jumlah lapangan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan

dengan pencari kerja. Untuk mendapatkan pekerjaan setiap individu harus

berusaha dengan keras karena persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah

ketat. Oleh karena itu diperlukan keterampilan yang baik untuk memenangkan

persaingan tersebut. Sekarang ini masih banyak guru yang hanya menjadi guru

honorer. Guru honorer diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi

kekurangan guru. Fasilitas yang diperoleh oleh guru honorer tidak sama dengan

yang diperoleh oleh guru tetap. Selain itu status kepegawaiannya pun juga belum

jelas karena hanya dikontrak saja. (Anoraga, 2001: 41).

Selain itu gaji yang diterima guru honorer juga terbilang rendah sehingga

menyebabkan guru honorer kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan

orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan.

Kekurangan materi ini membuat orang-orang yang mengalaminya

mendapat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, seperti

kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak, air bersih, rasa

Page 45: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

30

30

aman dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan, dan lain sebagainya (Sahdan,

2005).

Menurut studi pendahuluan awal terlihat kondisi tersebut terlihat pada

guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.

Kehidupan guru honorer terbilang cukup berat sekali dimana dengan gaji dibawah

RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya pas-

pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena

hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi

keluarganya.

Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001: 154)

menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan

psychological well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi

yang rendah cenderung , memiliki psychological well-being yang rendah pula,

khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan,

dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri

sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak

mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam

menghadapi kelemahan mereka.

Hasil penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang

dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang

tinggi, serta kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya

tingkat pendidikan seseorang. Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat

pendidikan seseorang menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman

Page 46: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

31

31

(misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah,

tekanan dan tantangan.

Page 47: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

32

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah masalah yang penting dan syarat utama dalam

pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk atau berusaha menemukan, mengembangkan, dan menguji

kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan metode

tertentu yang sistematik.

Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan

penelitian, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, khususnya untuk

menjawab permasalahan yang diajukan. Bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis,

desain penelitian, variabel penelitian yang meliputi identifikasi variabel, definisi

operasional variabel, subjek yang meliputi populasi, metode pengumpulan data,

validitas, reliabilitas dan metode analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

(2010: 27) penelitian kuantitatif yaitu jenis pendekatan penelitian yang banyak

dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

data tersebut serta penampilan dari hasil. Hasil penelitian dengan pendekatan

kuantitatif menjadi lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar,

atau tampilan lain yang dapat menjelaskan gambaran di lapangan secara ringkas

namun jelas dan mudah dipahami.

Page 48: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

33

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif

prosentase (Azwar, 2012: 7) yang bertujuan untuk menggambarkan secara

sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang

tertentu. Penyajian hasil analisis penelitian deskriptif dalam penelitian ini berupa

frekuensi dan persentase, yaitu dengan menggunakan tabel frekuensi dan grafik

untuk memberikan kejelasan serta pemahaman keadaan data yang disajikan

(Azwar, 2012: 126).

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Identifikasi variabel

merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan

fungsi masing-masing variabel Azwar (2010: 61). Pengidentifikasian membantu

dalam menemukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan.

Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian. Adapun variabel pada penelitian ini adalah

psychological well-being.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati

(Azwar, 2010:74). Definisi operasional variabel digunakan untuk menghindari

salah pengertian terhadap variable-variabel penelitian serta menghindari

Page 49: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

34

ambiguitas arti suatu variabel penelitian dan memudahkan peneliti dalam

pelaksanaan penelitian maupun dalam proses analisisnya.

Psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu mampu

menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan

orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki

tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk

perkembangan pribadi. Dalam penelitian ini, psycholagical well-being akan

diukur menggunakan alat ukur yang berupa skala psychological well-being

melalui beberapa dimensi-dimensi tersebut antara lain penerimaan diri, hubungan

positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan

pertumbuhan pribadi.

3.4 Populasi

Menurut Azwar (2010: 77) populasi adalah sekelompok subjek yang akan

dikenai generalisasi hasil penelitian. Arikunto (2010: 173) mendefinisikan

populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi menunjukan sejumlah

individu-individu yang mempunyai ciri dan karakter yang sama.

Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah guru honorer SD di

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Populasi ini merujuk pada sejumlah

individu yang paling sedikitnya mempunyai sifat atau karakteristik yang sama.

Untuk menentukan populasi, terlebih dahulu perlu ditentukan luas dan

karakteristik populasi serta memberikan batas yang tegas agar tidak terjadi

kesimpangsiuran dan kesalahpahaman generalisasi hasil penelitian.

Page 50: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

35

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode total sampling

dikarenakan jumlah subjek penelitian kurang dari 100, maka keseluruhan populasi

akan digunakan sebagai subjek penelitian menjadi penelitian populasi. (Arikunto,

2006: 134).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi.

Skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur aspek atau atribut afektif. Sebagai

alat ukur, skala memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan alat

ukur yang lain, karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi.

Data akan dikumpulkan melalui skala psikologis. Skala psikologis selalu

mengacu kepada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala terdiri dari daftar

pertanyaan atau pernyataan yang diajukan agar dijawab oleh responden dan

interpretasi jawaban responden dapat merupakan proyeksi dari perasaan

responden.

Alasan peneliti menggunakan skala psikologi sebagai metode

pengumpulan data adalah sebagai berikut:

(1). Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologi yang

menggambarkan kepribadian individu.

(2). Pertanyaan sebagai stimulus tertentu pada indikator perilaku guna memancing

jawaban yang merupakan refleksi keadaan dari diri subjek yang tidak disadari

oleh responden.

(3). Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan

apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut (Azwar , 2005: 5).

Page 51: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

36

Azwar (2005: 3) menyebutkan karakteristik skala sebagai alat ukur

psikologi, yaitu:

(1). Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang

diukur memahami pertanyaan atau pernyataan namun tidak mengetahui arah

jawabannya yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga

jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap

pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa

proyeksi diri perasaan atau kepribadiannya.

(2). Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator

perilaku tetapi indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item,

maka skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subyek terhadap

suatu item baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut

yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat

dicapai bila semua item telah direspons.

(3). Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-

sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda

pula.

Penelitian ini menggunakan try out terpakai dimana hasil uji coba

instrumen sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hal ini dikarenakan

Page 52: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

37

memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan kepraktisan, disamping itu juga

mempertimbangkan jumlah subjek dan waktu penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala psychological well-

being. Skala ini disusun untuk mengungkap psychological well-being yang

dialami guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang. Bagaimana gambaran psychological well-being yang dialami guru

honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, Indikator

dalam skala psychological well-being ini meliputi :

Tabel 3.1 Definisi-definisi Pedoman Teori Dimensi-dimensi psychological

well-being menurut Ryff dan Singer (2002: 543)

No. Dimensi Indikator

1. Penerimaan diri Memiliki sikap positif pada diri, mengakui dan menerima berbagai

aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, perasaan positif

terhadap kehidupan yang dijalani.

2. Hubungan

positif dengan

orang lain

Mempunyai hubungan yang intim dan hangat, dapat dipercaya

orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu

berempati yang kuat.

3. Otonomi

(kemandirian)

Menentukan diri dan mandiri, dapat melawan tekanan sosial,

mengatur tingkah laku dari dirinya, mengevaluasi diri dengan

patokan sendiri.

4. Penguasaan

lingkungan

Memiliki perasaan menguasai dan mampu mengatur lingkungan,

mengontrol kegiatan luar yang kompleks, menggunakan secara

efektif kesempatan disekitarnya.

5. Tujuan hidup Memiliki tujuan hidup dan tujuan hidup, Perasaan akan makna

dimasa sekarang dan dimasa lalu.

6. Pertumbuhan

pribaadi

Mengalami proses-proses perkembangan diri yang berkelanjutan,

terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi diri, melihat

peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu.

Page 53: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

38

Skala psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang ini menggunakan model skala Likert, di mana

terdapat item favourable dan item unfavorable dengan respon jawaban mulai dari

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).

Pemberian skor untuk aitem favorable adalah skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak

Sesuai (STS), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 3 untuk jawaban

Sesuai (S), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS). Sedangkan skor-skor

jawaban untuk aitem unfavorable berlaku sebaliknya, yaitu skor 1 untuk jawaban

Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak

Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tabel 3.2 Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi

No Kriteria Favorable Unfavorabel

1. Sangat Sesuai (SS) 4 1

2. Sesuai (S) 3 2

3. Tidak Sesuai (TS) 2 3

4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Menurut Azwar (2005:26) yang dimaksud dengan pernyataan favorable

adalah pernyataan yang mendukung gagasan, memihak atau menunjukkan ciri

adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau

tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable.

Sedangkan sebaran nomor item pada instrument psychological well-being

terdapat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.3 Blue-print Skala Psychological Well-being

Page 54: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

39

No. Dimensi-dimensi

psychological well-

being

Indikator

Sebaran item

Jumlah

F UF

1. Penerimaan diri a. Memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri.

1, 2 34, 35

12

b. Menerima berbagai aspek diri

termasuk kualitas baik dan

buruk.

3, 4 36, 37

c. Merasa positif dengan

kehidupan yang dijalani

5, 6 38, 39

2. Hubungan positif

dengan orang lain

a. Mempunyai hubungan yang

intim dan hangat.

7, 8 40, 41

13

b. Saling percaya dengan orang

lain.

9, 10 42

c. Memperhatikan

kesejahteraan orang lain.

11, 12 43

d. Empati 13, 14 44

3.

Otonomi

(kemandirian)

a. Mengarahkan diri dan

mandiri

15, 16 45

13

b. Menghadapi tekanan sosial. 17 46, 47

c. Mengatur tingkah laku

sendiri.

18, 19 48, 49

d. Mengevaluasi dengan

standar pribadi.

20 50, 51

4. Penguasaan

lingkungan

a. Menguasai dan mengatur

lingkungan.

21, 22 52, 53

11

b. Mengontrol kegiatan luar

yang kompleks.

23,24 54, 55

c. Menggunakan secara efektif

kesempatan disekitarnya.

25 56, 57

5. Tujuan hidup a. Memiliki tujuan dan arah 26 58, 59

Page 55: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

40

hidup 7

b. Merasakan adanya arti /

makna dalam hidup masa

kini dan masa lampau.

27, 28 60, 61

6. Pertumbuhan

pribaadi

a. Merasakan ada

pengembangan potensi yang

berkelanjutan.

29, 30 62

10

b. Terbuka terhadap

pengalaman baru.

31 63, 64

c. Menyadari potensi diri. 32 65

d. Melihat kemajuan diri dari

waktu ke waktu

33 66

Jumlah Total 20 33 33 66

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Validitas

Azwar (2011: 5) mengatakan bahwa validitas berasal dari kata validity

yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya. Berdasarkan instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Azwar

(2011: 48) menyatakan bahwa validitas konstrak yaitu tipe validitas yang

menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang

hendak diukurnya. Untuk menguji validitas tiap-tiap item dalam instrumen

dugunakan teknik product moment.

Adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:

Page 56: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

41

2222 )(.)(.

))(()(

YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y

X = Jumlah sampel X

Y = Jumlah sampel Y

N = Jumlah responden

Kemudian harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel Product-

Moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rhitung > rtabel, maka butir soal yang

diuji bersifat valid.

3.6.2 Reliabilitas

Azwar (2011: 4) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan

dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang

memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).

Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan,

keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Konsep reliabilitas adalah

sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011: 4). Dalam

penelitian ini reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik analisis reliabilitas

dengan formula alpha dari Cronbach, dengan rumus:

Keterangan:

r n : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya pertanyaan

∑σb2 : Jumlah varian butir

t 2 : Varian total

Page 57: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

42

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0

sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur

yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang

mendekati 0 berarti memiliki reliabilitas alat ukur yang rendah (Azwar, 2010: 83).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data

deskriptif dengan metode statistik deskriptif prosentase. Analisis data deskriptif

bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan

data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak

dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2012: 126).

Adapun rumus statistik deskriptif prosentase adalah sebagai berikut:

n

Presentase Skor = × 100 %

N

Keterangan:

n = Jumlah skor jawaban responden

N = Jumlah skor jawaban ideal

Page 58: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

43

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil

analisis data dan pembahasan. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat

serta pembahasan secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat

tercapai.

Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala

psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang telah

ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan

diuraikan sebagai berikut.

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui kesamaan karakteristik subjek penelitian dengan lokasi

penelitian. Penelitian ini dilaksanakan semua sekolah dasar yang berjumlah 21 di daerah

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Subjek yang digunakan adalah guru-guru

honorer yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

yang berjumlah 67 guru honorer.

Penelitian yang bertempat di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

bertujuan untuk mengetahui tingkat psychological well-being pada guru honorer sekolah

dasar. Pertimbangan melakukan penelitian pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Page 59: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

44

Wonotunggal Kabupaten Batang adalah ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi

syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian sesuai dengan fenomena yang

telah dipaparkan dalam bab satu.

4.1.2 Proses Perijinan

Proses perijinan terhadap pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal yang

paling penting dalam penelitian demi kelancaran sebuah penelitian. Sebelum melakukan

penelitian, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan proses perijinan. Pertama,

peneliti melakukan wawancara atau studi pendahuluan terlebih dahulu sebelum

melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti meminta surat ijin untuk

melaksanakan penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang

No 3183/UN37.1.1/KM/2014 yang ditujukan kepada Kepala UPTD Disdikpora

Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang. Kemudian UPTD Disdikpora Kecamatan

Wonotunggal membuat surat balasan yang menyatakan bahwa peneliti di ijinkan untuk

melakukan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala UPTD Disdikpora kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian

Penelitian membutuhkan suatu alat pengumpulan data yang tepat untuk

mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya. Instrumen yang digunakan untuk

penelitian ini terdiri dari satu skala psikologi yaitu skala psychological well-being.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-

being yang dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi psychological well-being yaitu

Page 60: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

45

penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi (kemandirian), penguasaan

lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.

Berdasarkan pada dimensi psychological well-being tersebut kemudian

dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator perilaku untuk selanjutnya dijadikan

pernyataan-pernyataan. Pernyataan yang disusun sebanyak 66 item pernyataan yang

terdiri dari pernyataan 33 favorable dan 33 pernyataan unfavorable.

4.2.2 Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 sampai selesai pada guru

honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal. Pengumpulan data ini menggunakan

skala psychological well-being yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat

Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai(STS).

Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala, peneliti

datang ke tiap sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal sebagai tempat subjek penelitian

dan peneliti membawa bukti surat ijin penelitian dari kantor UPTD Disdikpora

Kecamatan Wonotunggal untuk diperlihatkan kepada tiap kepala sekolah. Kemudian

peneliti membagikan skala dan menjelaskan kembali mengenai petunjuk cara pengisian

skala tersebut kepada para guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal

Kabupaten Batang untuk menyelesaikan mengisi skala. Setelah guru honorer sekolah

dasar selesai mengisi skala, peneliti langsung mengumpulkan kembali skala-skala yang

sudah diisi.

4.2.3 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi

responden kemudian dilakukan skoring atau penyekoran. Langkah-langkah penyekoran

Page 61: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

46

dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh

responden dengan rentang skor satu sampai dengan empat pada skala psychological well-

being yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah

melakukan pengolahan data yang meliputi pengujian statistik deskriptif.

4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being

4.2.4.1 Validitas Instrumen

Berdasarkan uji validitas yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan

menggunakan skala terpakai (try-out terpakai), skala psychological well-being yang telah

disusun oleh peneliti dengan bantuan program SPSS versi 20 for Windows menunjukkan

bahwa dari 66 item yang diuji validitasnya dengan N = 67, terdapat 57 item yang valid

dan 9 item yang tidak valid, diketahui hasil koefisien validitas skala psychological well-

being memiliki rentang antara 0,248 sampai 0,792, item-item tersebut dikatakan valid

karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari = 0,05 atau = 0,01. Sementara item

yang tidak valid dinyatakan tidak valid karena tingkat signifikansinya lebih besar dari =

0,05 atau = 0,01. Adapun sebaran item yang valid dan yang tidak valid dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Skala Psychological Well-being

No. Dimensi-dimensi

psychological well-

being

Indikator

Sebaran item

Jumlah

F UF

1. Penerimaan diri a. Memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri.

1*, 2 34, 35

12

b. Menerima berbagai aspek diri

termasuk kualitas baik dan

buruk.

3, 4 36, 37*

Page 62: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

47

c. Merasa positif dengan

kehidupan yang dijalani

5, 6 38, 39

2. Hubungan positif

dengan orang lain

a. Mempunyai hubungan yang

intim dan hangat.

7, 8 40*, 41

13

b. Saling percaya dengan orang

lain.

9, 10 42

c. Memperhatikan

kesejahteraan orang lain.

11, 12 43

d. Empati 13, 14* 44

3.

Otonomi

(kemandirian)

a. Mengarahkan diri dan

mandiri

15, 16 45

13

b. Menghadapi tekanan sosial. 17 46, 47

c. Mengatur tingkah laku

sendiri.

18, 19 48, 49

d. Mengevaluasi dengan

standar pribadi.

20* 50*, 51

4. Penguasaan

lingkungan

a. Menguasai dan mengatur

lingkungan.

21, 22 52, 53

11

b. Mengontrol kegiatan luar

yang kompleks.

23,24 54*, 55

c. Menggunakan secara efektif

kesempatan disekitarnya.

25 56, 57

5. Tujuan hidup a. Memiliki tujuan dan arah

hidup

26 58, 59

7 b. Merasakan adanya arti /

makna dalam hidup masa

kini dan masa lampau.

27, 28 60, 61*

6. Pertumbuhan

pribaadi

a. Merasakan ada

pengembangan potensi yang

berkelanjutan.

29, 30 62

10 b. Terbuka terhadap 31 63, 64

Page 63: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

48

pengalaman baru.

c. Menyadari potensi diri. 32 65*

d. Melihat kemajuan diri dari

waktu ke waktu

33 66

Jumlah Total 20 33 33 66

Keterangan: (*) merupakan item yang tidak valid

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total dari item valid yang

ada pada skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang adalah 57 item. Dari 66 item yang ada pada skala,

terdapat 9 item yang tidak valid. Implikasi dari banyaknya item yang tidak valid adalah

dikhawatirkan skala tersebut tidak mampu mengukur dengan baik apa yang seharusnya

diukur, yakni variabel psychological well-being.

Namun, jika dicermati lebih lanjut sebaran item yang valid pada skala tersebut

mampu merepresentasikan dimensi-dimensi yang terdapat pada variabel tersebut.

Artinya, sebaran item yang valid mampu mewakili tiap dimensi yang ada pada variabel

psychological well-being. Dengan tidak adanya dimensi yang tidak terwakili oleh item

yang ada pada psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang, maka validitas konstruk dari variabel tersebut dapat

dipertanggungjawabkan.

4.2.4.2 Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas skala psychological well-being diperoleh koefisien reliabilitas

sebesar 0,950, sehingga instrumen tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas dengan taraf

baik. Interpretasi reliabilitas didasarkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Interpretasi reliabilitas

Page 64: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

49

Besarnya Linear r Interpretasi

0,800-1,00 Tinggi

0,600-0,800 Cukup

0,400-0,600 Agak Rendah

0,200-0,400 Rendah

0,000-0,200 Sangat Rendah

4.3 Analisis Hasil Penelitian

4.3.1 Analisis Deskriptif

Berdasarkan data skala yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk

mengetahui psychological well-being. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang

didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik untuk menganalisis hasil

penelitian. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Teoritik (µ)

dan Standar Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta

skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban.

Kategori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi

berdasarkan model distribusi normal. Menurut Azwar (2009: 108) penggolongan subjek

kedalam tiga kategori adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik

Interval Kategori

X ≤ (µ - 1,0 σ) Rendah

Page 65: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

50

(µ - 1,0 σ) < X ≤ (µ + 1,0 σ) Sedang

(µ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi

Keterangan:

µ : Mean Teoritik

σ : Standar Deviasi

X : Skor

Adapun deskripsi hasil penelitian berdasarkan penggolongan Kategori analisis

tersebut adalah sebagai berikut:

4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-being,

dimana skala tersebut disusun berdasarkan oleh beberapa dimensi yang menyusun

psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Gambaran psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar ini dapat ditinjau baik secara umum maupun

secara spesifik (ditinjau dari tiap dimensi).

Berikut adalah gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer

sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang ditinjau secara umum

maupun spesifik.

4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

Page 66: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

51

Gambaran secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah

dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dapat dilihat dari analisis data

dengan perhitungan statistik. Skala psychological well-being pada guru honorer sekolah

dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang terdiri dari 57 item yang valid

dengan skor tertinggi empat dan skor terendah satu.

Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang:

Jumlah item = 57

Skor tertinggi = 57 x 4 = 228

Skor terendah = 57 x 1 = 57

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 228 + 57 ) : 2

= 142,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 228 – 57 ) : 6

= 28,5

Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas

diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai

berikut :

µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114

Page 67: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

52

µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang sebagai berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 171 ≥ X 5 7,5

Sedang 114 ≤ X < 171 41 61,2

Rendah X < 114 21 31,3

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang yang berada pada kategori tinggi sebanyak 7,5% (5 orang), kategori sedang

sebanyak 61,2% (41 orang), kategori rendah 31,3% (21 orang). Dengan demikian maka

dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological

well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Page 68: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

53

Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar

4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Tiap

Dimensi

Psychological Well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan

diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian),

dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan

pribadi. Gambaran dari masing-masing dimensi psychological well-being dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Dimensi Penerimaan Diri

Gambaran psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi penerimaan diri dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah item = 10

Skor tertinggi = 10 x 4 = 40

Skor terendah = 10 x 1 = 10

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

7,50%

61,20%

31,30%

Page 69: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

54

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 40 + 10 ) : 2

= 25

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 40 – 10 ) : 6

= 5

Perhitungan gambaran dimensi penerimaan diri di atas diperoleh µ = 20 dan σ

= 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20

µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi

penerimaan diri sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Penerimaan Diri

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 30 ≥ X 3 4,5

Sedang 20 ≤ X < 30 47 70,1

Page 70: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

55

Rendah X < 20 17 25,4

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi penerimaan diri yang berada pada kategori tinggi sebanyak

4,5% (3 orang), kategori sedang sebanyak 70,1% (47 orang), kategori rendah 25,4% (17

orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong

memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi

penerimaan diri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.2 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah

dasar dimensi penerimaan b. Dimensi Hubungan positif dengan orang lain

Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi hubungan positif dengan orang lain dijelaskan sebagai

berikut:

Jumlah item = 11

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

4,50%

70,10%

25,40%

Page 71: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

56

Skor tertinggi = 11 x 4 = 44

Skor terendah = 11 x 1 = 11

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 44 + 11 ) : 2

= 27,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 44 – 11 ) : 6

= 5,5

Perhitungan gambaran dimensi hubungan positif dengan orang lain di atas

diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22

µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi hubungan

positif dengan orang lain sebagai berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 33 ≥ X 4 6

Sedang 22 ≤ X < 33 39 58,2

Page 72: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

57

Rendah X < 22 24 35,8

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi hubungan positif dengan orang lain yang berada pada

kategori tinggi sebanyak 6% (4 orang), kategori sedang sebanyak 58,2% (39 orang),

kategori rendah 35,8% (24 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian

besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang

cenderung rendah pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.3 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

dimensi hubungan positif dengan orang lain

b. Dimensi Otonomi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

6,00%

58,20%

35,80%

Page 73: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

58

Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi otonomi dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah item = 11

Skor tertinggi = 11 x 4 = 44

Skor terendah = 11 x 1 = 11

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 44 + 11 ) : 2

= 27,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 44 – 11 ) : 6

= 5,5

Perhitungan gambaran dimensi otonomi di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ =

5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22

µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi otonomi

sebagai berikut:

Page 74: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

59

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Otonomi

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 33 ≥ X 19 28,3

Sedang 22 ≤ X < 33 31 46,3

Rendah X < 22 17 25,4

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi otonomi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3%

(19 orang), kategori sedang sebanyak 46,3% (31 orang), kategori rendah 25,4% (17

orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong

memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi

otonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.4 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah

dasar dimensi otonomi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

28,30%

46,30%

25,40%

Page 75: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

60

d. Dimensi Penguasaan Lingkungan

Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi penguasaan lingkungan dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah item = 10

Skor tertinggi = 10 x 4 = 40

Skor terendah = 10 x 1 = 10

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 40 + 10 ) : 2

= 25

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 40 – 10 ) : 6

= 5

Perhitungan gambaran dimensi penguasaan lingkungan di atas diperoleh µ =

20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20

µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi

penguasaan lingkungan sebagai berikut:

Page 76: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

61

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 30 ≥ X 14 21

Sedang 20 ≤ X < 30 34 50,7

Rendah X < 20 19 28,3

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi penguasaan lingkungan yang berada pada kategori tinggi

sebanyak 21% (14 orang), kategori sedang sebanyak 50,7% (34 orang), kategori rendah

28,3% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada

dimensi penguasaan lingkungan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase

berikut ini:

Gambar 4.5 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

dimensi penguasaan lingkungan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

21,00%

50,70%

28,30%

Page 77: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

62

Page 78: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

63

e. Dimensi Tujuan Hidup

Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi tujuan hidup dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah item = 6

Skor tertinggi = 6 x 4 = 24

Skor terendah = 6 x 1 = 6

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 24 + 6 ) : 2

= 15

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 24 – 6 ) : 6

= 3

Perhitungan gambaran dimensi tujuan hidup di atas diperoleh µ = 15 dan σ =

3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 15 – (1,0 x 3) = 12

µ + 1,0 σ = 15 +(1,0 x 3) = 18

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi tujuan

hidup sebagai berikut:

Page 79: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

64

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Tujuan Hidup

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 18 ≥ X 19 28,3

Sedang 12 ≤ X < 18 30 44,8

Rendah X < 12 18 26,9

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori tinggi sebanyak

28,3% (19 orang), kategori sedang sebanyak 44,8% (30 orang), kategori rendah 26,9%

(18 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada

dimensi tujuan hidup. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

28,30%

44,80%

26,90%

Page 80: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

65

Gambar 4.6 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

dimensi tujuan hidup

Page 81: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

66

f. Dimensi Pertumbuhan Pribadi

Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar

berdasarkan dimensi pertumbuhan pribadi dijelaskan sebagai berikut:

Jumlah item = 9

Skor tertinggi = 9 x 4 = 36

Skor terendah = 9 x 1 = 9

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 36 + 9 ) : 2

= 22,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 36 – 9 ) : 6

= 4,5

Perhitungan gambaran dimensi pertumbuhan pribadi di atas diperoleh µ = 22,5

dan σ = 4,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :

µ - 1,0 σ = 22,5 – (1,0 x 4,5) = 18

µ + 1,0 σ = 15 +(22,5 x 4,5) = 27

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi

pertumbuhan pribadi sebagai berikut:

Page 82: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

67

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 27 ≥ X 13 19,4

Sedang 18 ≤ X < 27 35 52,2

Rendah X < 18 19 28,4

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang ditinjau dari dimensi pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori tinggi

sebanyak 19,4% (13 orang), kategori sedang sebanyak 52,2% (35 orang), kategori rendah

28,4% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada

dimensi pertumbuhan pribadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase

berikut ini:

Gambar 4.7 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

dimensi pertumbuhan pribadi

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

19,40%

52,20%

28,40%

Page 83: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

68

Page 84: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

69

4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah

Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari

Masing-masing Dimensi

Secara keseluruhan, ringkasan hasil perhitungan psychological well-being pada

guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari

masing-masing dimensi lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Ditinjau dari Masing-masing Dimensi

Kelompok

Kategorisasi

Tinggi

(%)

Sedang

(%)

Rendah

(%)

Dimensi Penerimaan Diri 4,5 70,1 25,4

Dimensi Hubungan Positif

dengan Orang lain 6 58,2 35,8

Dimensi Otonomi 28,3 46,3 25,4

Dimensi Penguasaan

Lingkungan 21 50,7 28,3

Dimensi Tujuan Hidup 28,3 44,8 26,9

Dimensi Pertumbuhan Pribadi 19,4 52,2 28,4

Page 85: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

70

Berdasarkan penjelasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being di

atas, secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:

Gambar 4.8 Diagram Analisis Psychological Well-being pada guru Honorer Sekolah

Dasar

Penjelasan kategorisasi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar

di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan

dimensi psychological well-being mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya variabel psychological well-being dapat ditentukan dengan membandingkan

mean empirik tiap dimensi. Untuk menetukan nilai mean empirik dapat dicari dengan

membagi jumlah skor item pada tiap dimensi dengan jumlah subjek, dalam hal ini dibantu

program SPSS (Statistical Product and Service Sollutions) versi 20 for Windows. Adapun

perbandingan mean empirik tiap bentuk dapat dilihat pada tabel berikut :

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

4,50%6,00%

28,30%

21%

28,30%

19,40%

70,10%

58,20%

46,30%50,70%

44,80%

52,20%

25,40%

35,80%

25,40%28,30% 26,90% 28,40%

Tinggi Sedang Rendah

Page 86: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

71

Tabel 4.12 Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-Being

Penerimaan

Diri

Hubungan

Positif

dengan

Orang

Lain

Otonomi Penguasaan

Lingkungan

Tujuan

Hidup

Pertumbuhan

Pribadi

Mean

Empirik 22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dimensi psychological

well-being yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah dimensi Otonomi

dengan mean empirik sebesar 27,78 yang berarti dimensi otonomi mempunyai

pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya psychological well-being

pada guru honorer sekolah dasar. Diagram perbandingan mean empirik dari tiap

dimensi psychological well-being dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-

being

05

101520

22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64

Mean Empirik

Page 87: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

72

4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being

pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang.

Setelah dilakukan penelitian ternyata tidak hanya faktor status sosial ekonomi

saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being, tetapi faktor

usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi.

4.4.1 Faktor Usia

Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff

(1989: 1070) menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian)

seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan

hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan

bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan

orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.

Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 59 guru honorer sekolah dasar yang

mempunyai usia rentang usia antara 25-39 tahun, sementara untuk rentang usia 40-59

terdapat 8 guru honore sekolah dasar, dan untuk usia 60-74 tidak ada.

a. Usia 25-39 Tahun

Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di

lihat dari rentang usia antara 25-39 tahun:

Jumlah item = 57

Page 88: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

73

Skor tertinggi = 57 x 4 = 228

Skor terendah = 57 x 1 = 57

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 228 + 57 ) : 2

= 142,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 228 – 57 ) : 6

= 28,5

Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas

diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai

berikut :

µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114

µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang untuk rentang usia antara 25-39 tahun sebagai berikut:

Tabel 4.13 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39 tahun

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 171 ≥ X 5 8,48

Sedang 114 ≤ X < 171 33 55,93

Page 89: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

74

Rendah X < 114 21 35,59

Jumlah 67 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang rentang usia 25-39 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8,48% (5

orang), kategori sedang sebanyak 55,93% (33 orang), kategori rendah 35,59% (21 orang).

Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara

25-39 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih

jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.10 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 29-35 Tahun

b. Usia 40-59 Tahun

Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di

lihat dari rentang usia antara 40-59 tahun:

Jumlah item = 57

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

8,48%

55,93%

35,59%

Page 90: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

75

Skor tertinggi = 57 x 4 = 228

Skor terendah = 57 x 1 = 57

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 228 + 57 ) : 2

= 142,5

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 228 – 57 ) : 6

= 28,5

Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas

diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai

berikut :

µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114

µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang untuk rentang usia antara 40-59 tahun sebagai berikut:

Tabel 4.14 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 171 ≥ X 0 0

Sedang 114 ≤ X < 171 8 100

Page 91: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

76

Rendah X < 114 0 0

Jumlah 8 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang rentang usia 40-59 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0% (0

orang), kategori sedang sebanyak 100% (8 orang), kategori rendah 0% (0 orang). Dengan

demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 40-59

tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.11 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun

Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer

sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dengan rentang usia antara

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

0,00%

100,00%

0,00%

Page 92: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

77

25-39 tahun memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer

sekolah dasar dengan rentang usia antara 40-59 tahun.

Page 93: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

78

4.4.2 Faktor Jenis Kelamin

Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Menurut Ryff (1989:

1070) faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi

hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita

menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.

Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 25 guru honorer sekolah dasar yang

berjenis kelamin pria, sementara untuk jenis kelamin wanita terdapat 42 guru honorer

sekolah dasar.

a. Jenis Kelamin Pria

Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di

lihat dari jenis kelamin pria:

Jumlah item = 57

Skor tertinggi = 57 x 4 = 228

Skor terendah = 57 x 1 = 57

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 228 + 57 ) : 2

= 142,5

Page 94: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

79

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 228 – 57 ) : 6

= 28,5

Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas

diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai

berikut :

µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114

µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang untuk jenis kelamin pria sebagai berikut:

Tabel 4.15 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 171 ≥ X 1 4

Sedang 114 ≤ X < 171 20 80

Rendah X < 114 4 16

Jumlah 25 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang jenis kelamin pria yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4% (1 orang),

kategori sedang sebanyak 80% (20 orang), kategori rendah 16% (4 orang). Dengan

demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin pria

Page 95: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

80

tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.12 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria

b. Jenis Kelamin Wanita

Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di

lihat dari jenis kelamin wanita:

Jumlah item = 57

Skor tertinggi = 57 x 4 = 228

Skor terendah = 57 x 1 = 57

Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2

= ( 228 + 57 ) : 2

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

4,00%

80,00%

16,00%

Page 96: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

81

= 142,5

Page 97: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

82

Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6

= ( 228 – 57 ) : 6

= 28,5

Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas

diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai

berikut :

µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114

µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten

Batang jenis kelamin wanita sebagai berikut:

Tabel 4.16 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita

Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)

Tinggi 171 ≥ X 4 9,5

Sedang 114 ≤ X < 171 21 50

Rendah X < 114 17 40,5

Jumlah 42 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological

well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten jenis

kelamin wanita yang berada pada kategori tinggi sebanyak 9,5% (4 orang), kategori

sedang sebanyak 50% (21 orang), kategori rendah 40,5% (17 orang). Dengan demikian

maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin wanita

Page 98: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

83

tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram prosentase berikut ini:

Gambar 4.13 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer

Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita

Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer

sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjenis kelamin

wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah

dasar yang berjenis kelamin pria.

4.5 Pembahasan

Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan

kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan

psychological well-being sebagai hasil evaluasi atau penilaian individu terhadap dirinya

yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap

pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Tinggi Sedang Rendah

9,50%

50,00%40,50%

Page 99: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

84

membuat psychological well-being menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan

hidupnya yang akan membuat psychological well-being nya meningkat.

Secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di

Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang berada dalam kategori sedang. Hal ini .dapat

dimungkinkan bahwa dengan pendapatan gaji guru honorer yang rendah dapat

menyebabkan psychological well-being individu berada dalam kategori sedang cenderung

rendah. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154) menunjukan

adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan psychological well-being

seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang sedang, memiliki

psychological well-being pada tingkatan sedang cenderung rendah. Hal ini dapat

dimungkinkan bahwa sebagian dari guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya, sudah

cukup memiliki tujuan hidup, cukup memiliki hubungan yang hangat dan positif dengan

orang lain, cukup memiliki kemandirian, cukup memiliki penguasaan lingkungan, dan

cukup memiliki kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan untuk

perkembangan pribadi.

Terlihat dalam studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kehidupan yang

dialami sebagian besar guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang

cukup berat, dimana dengan gaji rendah mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan

keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu

karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi

keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru yang sudah PNS karena

gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa mencapai apa yang mereka inginkan.

Namun ada pula guru honorer yang merasa sudah cukup bahagia walaupun dengan

keadaan serupa. Cara yang mereka pilih ketika menghadapi masalah atau keadaan

Page 100: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

85

tersebut beragam, diantaranya: ada yang merasa lega setelah bercerita pada teman, minta

saran pada seseorang yang berpengalaman, ada pula yang memilih mendekatkan diri pada

Allah.

Dari hasil yang ditemukan dalam studi pendahuluan dimungkinkan bahwa

keadaan psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten batang berada pada kategori sedang cenderung rendah karena

sebagian guru honorer sekolah dasar ada yang belum bisa mencapai psychological well-

being dan ada yang sudah cukup bisa mencapai psychological well-being tersebut. Hal ini

didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruth Priscilla Sumule dan Ni

Made Taganing (2008) mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan

PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam

penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kondisi psychological well-being

dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan

dukungan sosial.

Selain itu dari hasil temuan di lapangan terdapat juga faktor usia dan jenis

kelamin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada guru

honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Untuk rentang usia

25-39 memiliki psychological well-being yang lebih tinggi dari rentang usia antara 40-59.

Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070), menunjukan

akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan

usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan

pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia.

Page 101: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

86

Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan

variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.

Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi tinggi rendahnya psychologigal well-

being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang,

dari hasil temuan di lapangan guru honorer dengan jenis kelamin wanita memiliki

psychological well-being lebih tinggi dari pada guru honorer sekolah dasar dengan jenis

kelamin wanita. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070),

faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan

positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan

angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.

Setelah diuraikan secara umum psychological well-being seperti di atas berikut

pembahasan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari dimensi-dimensi yang ada.

Pada dimensi penerimaan diri sebagian besar subjek penelitian mempunyai

penerimaan diri yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin

disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan

Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa

sebagian besar dari mereka belum bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri,

belum bisa mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya

yang relatif cukup, dan belum memiliki perasaan negatif tentang kehidupan masa lalu,

sehingga dapat menyebabkan dimensi penerimaan diri berada pada kategori sedang

cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).

Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagian besar subjek

penelitian mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori

Page 102: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

87

sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru

honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah

sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai sikap

hangat dan percaya dalam hubungan dengan orang lain, belum memiliki empati, afeksi,

dan keintiman yang kuat, belum memiliki pemahaman mengenai pemberian dan

penerimaan dalam suatu hubungan yang relatif rendah/sedang, sehingga dapat

menyebabkan dimensi hubungan positif dengan orang lain berada pada kategori sedang

cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).

Pada dimensi otonomi sebagian besar subjek penelitian mempunyai otonomi

yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena

gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal

Kabupaten Batang tidak mempengaruhi mereka untuk menjadi mandiri dalam keadaan

apapun sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai

pengharapan, tidak terlalu bergantung pada penilaian orang lain dalam mengambil

keputusan, cukup mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berfikir dan

bertingkah laku, sehingga dapat menyebabkan dimensi otonomi berada pada kategori

sedang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543).

Pada dimensi penguasaan lingkungan sebagian besar subjek penelitian

mempunyai penguasaan lingkungan yang berada pada kategori sedang cenderung rendah.

Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di

kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan

bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai kemampuan dan berkompetensi

mengontrol lingkungan, belum mampu menyusun kontrol yang kompleks terhadap

aktivitas eksternal, belum mampu menggunakan secara efektif kesempatan dalam

lingkungan, dan belum mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan

Page 103: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

88

kebutuhan, sehingga dapat menyebabkan dimensi penguasaan lingkungan berada pada

kategori sedang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).

Pada dimensi tujuan hidup sebagian besar subjek penelitian mempunyai

tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin

disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di

kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang tidak mempengaruhi akan tujuan

hidup dari mereka sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari

mereka mempunyai keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan bahwa

terdapat tujuan dan makna didalam hidupnya, baik masa lalu maupun yang sedang

dijalaninya kini, sehingga dapat menyebabkan dimensi tujuan hidup berada pada

kategori serang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543).

Pada dimensi pertumbuhan pribadi sebagian besar subjek penelitian

mempunyai pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori sedang cenderung

rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer

sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah

sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum

berkeinginan untuk beraktualisasi diri dan belum mampu menyadari bahwa

potensi diri merupakan perspektif utama dari dimensi pertumbuhan pribadi, belum

memiliki keterbukaan akan pengalaman baru, sehingga dapat menyebabkan

dimensi pertumbuhan pribadi berada pada kategori serang cenderung rendah (Ryff

dan Singer, 2002: 543).

Berdasarkan hasil pembahasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological

well-being yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,

Page 104: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

89

otonomi, penguasaan lingkugan, dan pertumbuhan pribadi semuanya berada pada

kategori sedang cenderung rendah. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-

rata guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang

memiliki psychological well-being pada kategori sedang cenderung rendah.

Psychological well-being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru

honorer sekolah dasar belum mampu menerima keadaan dirinya, belum mampu

membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, belum mampu mengontrol

lingkungan, dan belum mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk

perkembangan pribadi.

Hasil berbeda ditunjukkan pada dimensi otonomi dan dimensi tujuan

hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Psychological well-

being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar

sudah memiliki kemandirian dan memiliki tujuan hidup yang positif.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Hal-hal yang dapat menggangu validitas konstruk dari sebuah instrumen

penelitian sekaligus menjadi kekurangan dalam instrumen penelitian dapat

disebabkan antara lain oleh:

1) Pada saat melakukan studi pendahuluan peneliti kurang cermat dalam

menganalisa fenomena yang ada di tempat penelitian, sehingga masih jauh

dari keterpenuhannya terhadap dimensi-dimensi psychological well-being

yang diungkap sehingga hasil studi pendahuluan dan hasil penelitian berbeda.

2) Pada saat mengisi skala mungkin responden sedang tidak berminat sehingga

kurang bisa berkonsentrasi.

Page 105: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

90

Kelemahan dalam penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan

bagi peneliti selanjutnya.

Page 106: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

84

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai

berikut:

1. Gambaran secara umum guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal

Kabupaten Batang mempunyai psychological well-being yang berada pada kategori

sedang.

5.2 Saran

Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran

sebagai berikut:

1. Guru Honorer

Guru honorer disarankan untuk lebih bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya

sendiri, bisa menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, bisa menggunakan

kesempatan secara efektif, mampu mengembangkan diri mereka sehingga

psychological well-being nya meningkat.

2. Pemerintah

Sebaiknya pemerintah di Kecamatan Wonotunggal lebih memperhatikan

kesejahteraan guru honorer, khususnya untuk guru honorer sekolah dasar, karena

dengan tugas yang sama dengan guru PNS mereka kurang diperhatikan.

Page 107: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

85

3. Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya diharapakan mampu menggali lebih dalam mengenai

informasi yang berkaitan dengan psychological well-being pada guru honorer

sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.

Page 108: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

86

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2001. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

___________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi

VI. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

_____________. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

_____________. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

_____________. 2012. Metode Penelitian. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Blechman & Brownell. 1998. Behavioral Medicine & Women: A Comprehensive

Handbook. New York: The Guilford Press

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:

Rineka Cipta

Gregorius Sahdan, 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi

Rakyat dan Kemiskinan, Maret 2005.

Halim, SM & Atmoko W.D. 2005. Hubungan antara kecemasan akan HIV/AIDS

dan psychological well-being pada waria yang menjadi pekerja seks

komersial. Jurnal Psikologi. Volume 15, No. 1. 2005. Universitas

Padjajaran Bandung

Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schteurs, P.J.G. 2004. “The

Structure of Occupational Well-Being: A Study Among Dutch Theachers”.

Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol. 77, 365-

375

Latipun. 2005. Kesehatan Mental. Malang : UMM Press

Leddy, Susan. 2006. Health Promotion : Mobilizing Strengths to Enhance Health,

wellness, and Well-being. Philadelphia : F. A. Davis Company

Page 109: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

87

Mulyasa, H.E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Ryan, R. M., & Deci, E. L. 2001. On Happiness and Human Potentials: A Review

of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annual Review

Psychology.

Ryff, Carol, & Singer, Burton. 2002. From social structure to biology: integrative

science in persuit of human health and well-being. In C. R. Snyder, &

Lopes (Eds.), Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford

University Press.

Ryff, D. Caroll. 1989. “Happines is Everyting, or is it? Exploration on The

Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality Social

Psychology. Vol. 56, No. 6, 1069-1081

Ryff & Keyes. 1995. “The Structure of Psychological Well-Being Revisited”.

Journal of Personality and Social Psychologi. Vol. 69, No. 4, 719-727

Stern, Samantha, 2007. Factor That Impact The Health and Psychological Well-

Being of Older Adults Shortly Following Institutionalization. Case

Western Reserve University

Sumule, R.P & Taganing, N.M. 2008. Psychological Well-Being pada Guru yang

bekerja di Yayasan PESAT Nabire, Papua. Depok: Fakultas Psikologi

Universitas Gunadarma

Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen

Abraham Maslow @http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow (di unduh pada

26 /04/2014)

Guru @(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) (di unduh pada 26/04/2014)

Guru Honorer Membengkak @http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/06/

06420188/Guru.Honorer.Membengkak (di unduh pada 26/04/2014)

Guru Wiyata Bakti Kecewa Batal Diangkat Jadi PNS @(www.pikiran-

rakyat.com/node/127787) (di unduh pada 27/08/2014)

Just for insight @(forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/)

(di unduh pada 27/08/2014)

Page 110: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

88

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

INDONESIA @http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/guru (di unduh

pada 26/04/2014)

PNS Profesi Paling Diidamkan Orang Indonesia @(m.koran-

sindo.com/node/384472) ( di unduh pada 27/08/2014)

Page 111: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

10

LAMPIRAN

Page 112: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

90

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

Page 113: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

91

Skala Psikologis

Ψ

Universitas Negeri Semarang

Fakultas Ilmu Pendidikan

Jurusan Psikologi

2014

Page 114: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

92

PENGANTAR

Dengan hormat,

Perkenankan saya

Nama : Heri Setiawan

Nim / Jurusan : 1550407024 / Psikologi

Memohon bantuan saudara untuk bersedia menjadi responden penelitian

dalam rangka penyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana psikologi. Mengingat pentingnya data tersebut maka saya berharap

saudara dapat mengisi skala psikologi ini sesuai dengan keadaan saudara.

Tidak ada jawaban yang salah dan benar, jawaban yang benar adalah jawaban

yang sesuai dengan keadaan saudara. Dalam penelitian ini kerahasiaan

identitas dan privasi subyek terjamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan

kerja sama saudara, saya ucapkan terima kasih.

Page 115: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

93

Petunjuk Pengisisan :

Berikut ini adalah sejumlah pernyataan mengenai keadaan perasaan yang

mungkin anda alami. Anda diminta menggunakan pernyataan-pernyataan tersebut

untuk melukiskan diri anda sendiri, dengan memberikan tanda centang (√) pada

jawaban yang anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut sebagai berikut:

SS :bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi

anda.

S :bila pernyataan Sesuai dengan kondisi anda.

TS :bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi

STS :bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan

kondisi anda.

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1 Menolong merupakan hal

yang menyenangkan bagi

saya

Identitas subjek

Nama ( Inisial) :

Jenis kelamin :

Umur :

Page 116: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

94

No Pernyataan SS S TS STS

1 Secara umum saya merasa percaya

diri dan positif terhadap diri saya.

2 Ketika saya membandingkan diri

saya dengan teman dan kenalan,

saya merasa bangga.

3 Saya bahagia dengan keadaan

hidup sekarang ini walau hanya

sebagai guru honorer.

4 Sedikit atau banyak upah yang saya

terima tidak jadi masalah bagi saya.

5 Meskipun penghasilan sebagai guru

honorer rendah, tetapi saya bangga

bisa mendapatkan penghasilan

sendiri.

6 Saya bangga terhadap keluarga dan

merasa tidak perlu ada yang disesali

dari perjalanan hidup saya.

7 Saya merasa nyaman mengobrol

dengan siapa saja termasuk dengan

guru/orang yang baru saya kenal.

8 Saya senang cerita dengan anggota

keluarga dan teman-teman.

9 Saya percaya pada teman-teman,

begitu juga sebaliknya mereka

percaya pada saya.

10 Teman, tetangga, dan keluarga

sering menceritakan masalahnya

kepada saya, karena mereka

Page 117: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

95

percaya kepada saya.

11 Meskipun hidup saya pas-pasan,

tapi saya senang membantu jika ada

teman atau orang yang

membutuhkan.

12 Banyak teman menilai saya sebagai

orang yang penyayang, perhatian,

dan pengertian.

13 Saya akan berusaha menghibur

teman apabila sedang ditimpa

musibah.

14 Orang-orang disekitar saya

menganggap saya sebagai

pendengar yang baik dan mau

meluangkan waktu untuk berbagi

cerita dengan mereka.

15 Saya mampu mengambil keputusan

sendiri yang menurut saya benar.

16 Keputusan yang saya ambil pada

umumnya tidak dipengaruhi orang

lain.

17 Saya berani menyampaikan

pendapat saya meski bertentangan

dengan kebanyakan pendapat orang

lain.

18 Saya enggan menanggapi masalah

yang berpengaruh pada pekerjaan

saya.

19 Saya yakin dengan pendapat saya

meskipun bertentangan dengan

Page 118: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

96

pendapat orang pada umumnya.

20 Saya enggan melakukan

kecurangan seandainya ada

kesempatan untuk melakukannya.

21 Sehabis selesai bekerja, saya

berusaha mengajak teman untuk

meluangkan waktu berkumpul atau

sekedar mengobrol.

22 Saat berkumpul dengan guru,

teman, atau tetangga, saya yakin

ucapan saya didengar mereka.

23 Saya mampu mengelola tanggung

jawab dengan baik dalam

kehidupan sehari-hari.

24 Saya mengajak tetangga untuk ikut

aktif dalam kegiatan masyarakat

seperti kerja bakti, dll.

25 Saya mampu mengatur waktu, oleh

karena itu saya bisa menyesuaikan

segala kebutuhan yang harus

dikerjakan.

26 Saya adalah orang yang aktif dalam

merencanakan hidup.

27 Saya senang membuat rencana

untuk masa depan dan berusaha

mewujudkannya.

28 Saya sekarang sebagai guru

honorer, tetapi suatu saat nanti saya

pasti akan diangkat menjadi PNS.

Page 119: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

97

29 Saya merasa bahwa saya telah

berkembang seperti kenbanyakan

orang pada umumnya.

30 Saya berusaha menggali potensi

yang saya miliki agar bisa dijadikan

untuk mencari penghasilan.

31 Saya merasa perlu untuk memiliki

pengalaman baru yang menantang

seperti yang orang lain pikirkan.

32 Saya suka berada pada situasi baru

yang dapat merubah kebiasaan

lama saya dalam melakukan

sesuatu.

33 Saya mencari informasi agar bisa

mengikuti kegiatan seminar untuk

menambah pengalaman dan

keahlian.

34 Sikap saya terhadap diri sendiri

tidak sepositif sikap orang lain

terhadap mereka.

35 Dalam banyak hal, saya kecewa

dengan prestasi dalam hidup saya.

36 Dalam keadaan serba kekurangan

saya sering merasa putus asa.

37 Saya merasa orang-orang yang saya

kenal mempunyai / mendapat

sesuatu yang lebih dibanding

dengan yang saya punya.

38 Saya menganggap sebagai orang

yang penuh kekurangan dan

Page 120: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

98

kelemahan dibandingkan orang

lain.

39 Saya merasa malu karena pekerjaan

saya hanya sebagai guru honorer.

40 Saya tidak memiliki banyak teman

seperti yang dimiliki orang lain.

41 Saya jarang mengikuti

perkumpulan guru karena saya

lebih senang menyendiri.

42 Saya tidak mempunyai banyak

teman yang mau mendengarkan

saat saya curhat, karena saya tidak

mudah percaya pada orang lain.

43 Saya memilih cuek ketika ada

teman/tetangga membutuhkan

bantuan.

44 Saya merasa enggan untuk

mengikuti bakti sosial.

45 Kalau teman sekantor saya sesama

guru honorer tidak berangkat

bekerja, saya juga tidak berangkat.

46 Saya sering berubah pikiran tentang

apa yang jadi keputusan saya jika

teman-teman dan keluarga tidak

menyetujuinya.

47 Saya akan menolak jika ada teman

atau guru yang lebih senior

menyuruh yang bukan menjadi

tanggung jawab saya.

Page 121: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

99

48 Sulit bagi saya mengemukakan

pendapat ketika sedang ada diskusi.

49 Banyak sedikitnya hasil yang

didapat tergantung dari hasil kinerja

saya.

50 Saya berangkat ke sekolah jika

ingin mengajar saja.

51 Saya mudah terpengaruh dengan

pendapat orang lain.

52 Ketika berkumpul dengan siapa

saja ketika tidak diminta bicara,

saya lebih baik diam.

53 Saya tidak bisa menyesuaikan diri

dengan orang lain dan lingkungan

di sekitar saya.

54 Saya enggan ditunjuk sebagai

pengurus kegiatan apa saja.

55 Saya sering merasa kewalahan

dengan tanggung jawab yang saya

hadapi.

56 Saya takut memberikan pendapat

ketika mengikuti perkumpulan yang

diadakan sekolah.

57 Saya menolak apabila disuruh jadi

pembina pramuka di sekolah.

58 Aktifitas saya sehari-hari seringkali

nampak biasa saja dan tidak penting

untuk saya.

Page 122: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

100

59 Saya tidak punya tujuan dari apa

yang saya jalani dalam hidup ini.

60 Saya cenderung fokus pada masa

sekarang, karena memikirkan masa

depan selalu membawa saya pada

masa lalu.

61 Melihat kondisi ekonomi saya

sekarang yang rendah, rasanya cita-

cita hidup saya tidak akan tercapai.

62 Ketika saya mencoba hal baru saya

tetap tidak bisa mengembangkan

diri saya.

63 Saya tidak tertarik dengan kegiatan

yang dapat memperluas wawasan

saya.

64 Saya tidak bisa mengubah

kebiasaan - kebiasaan lama dengan

kebiasaan/pengalaman baru.

65 Hidup saya berjalan baik sesuai

dengan apa adanya, oleh karena itu

saya tidak ingin mencoba cara atau

hal baru untuk merubahnya.

66 Saya banyak menghabiskan waktu

luang untuk berkumpul dengan

tetangga dan santai.

-Terima Kasih-

Page 123: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

101

LAMPIRAN 2

TABULASI DATA

Page 124: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

102

No. ITEM PERNYATAAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33

G_1 2 4 2 1 4 3 4 2 3 4 2 2 1 2 3 4 2 4 1 2 4 3 3 4 4 2 2 1 2 4 4 3 4

G_2 3 2 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 4 1 3 4 2 4 4 1 3 3 3 3 4 2 3 4 1 4 3 3 1

G_3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 4 4 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 1

G_4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 3 3 4 1 2 2 3 4 3 3 3 3 1 2 3 4 2 1

G_5 3 4 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 1 1 3 4 2 3 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 2 2 1

G_6 4 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 1 2 4 2 3 3 1 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 2 1 3 2

G_7 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 2 3

G_8 3 3 2 3 4 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1

G_9 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 3 4 3 1 1 4 3 4 3 3 4 2 1 1 3 2 2 3

G_10 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 4 2

G_11 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2

G_12 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 2 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3

G_13 4 2 2 4 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1

G_14 2 3 3 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 4 2 2 2 1 1 4 2 1 1 1 2 2 1 1 4 2 4 3 2

G_15 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 1 3 3 2 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 2 2

G_16 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 2 1 3 3 3 4 3 3 2 2 1 3 3 3 2

G_17 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 4 3 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 1 2 2 3 3 2 1

G_18 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 2 1 2 3 3 3 4 1 2 4 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 1 1

G_19 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 1 1 3 3 3 4 4 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 3 3 2 2

G_20 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1

G_21 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 1 2 3 3 4 4 1 2 4 4 3 3 3 4 2 1 2 3 3 2 2

G_22 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 1 2 2 2 4 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 2 2 2 3 3 2 1

Page 125: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

103

G_23 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2 1 2 4 3 3 3 1 2 4 3 4 4 3 3 2 1 2 3 2 2 1

G_24 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 1 2 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 1 1

G_25 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3 2 1 1 1 3 3 4 3 1 1 2 4 3 3 3 4 1 1 1 3 4 1 1

G_26 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 1 1 2 3 4 4 3 1 2 4 2 3 4 4 4 1 1 2 4 3 2 1

G_27 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 1 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 1 2 3 4 1 1

G_28 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 2 1 1 4 3 4 3 4 1 1 4 3 3 3 4 3 1 1 1 4 3 3 1

G_29 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 3 3 3 1 4 3 4 3 1

G_30 2 4 2 3 3 3 4 2 3 2 1 3 1 2 2 4 2 3 1 2 3 3 3 4 4 2 3 1 2 4 3 3 3

G_31 2 4 4 3 2 4 2 2 3 4 3 4 2 2 3 3 4 3 4 2 3 3 4 2 4 4 3 2 4 3 4 3 3

G_32 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4

G_33 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3

G_34 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 2 4 3 4 3

G_35 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3

G_36 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 2 4 4 2 3 3 2 3 2 2 4 1 2 1

G_37 2 1 2 1 2 1 3 3 2 1 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 1 2 1 3 2 2 3 4 4

G_38 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 3 4 2 3 4 3 1 2 3 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 4 3

G_39 1 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 2 3 2 2 4 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 2 1 2

G_40 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 3 2 1 3 1 3 2 3 2 3 1 3 1 3 2 1 1 3 3 4

G_41 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 2 3

G_42 1 1 4 3 4 3 3 4 2 1 1 3 3 2 1 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 2 3 2 2 4 4 3 3

G_43 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 4 4 1 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 2 3 3 1 2 1

G_44 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 3

G_45 2 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 1 3 4 4 3 3

G_46 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4

Page 126: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

104

G_47 1 4 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 1 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3

G_48 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 2 2 3

G_49 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4

G_50 2 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4

G_51 1 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 3

G_52 1 1 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 1 3 3 3 4 3

G_53 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3

G_54 1 2 4 4 3 3 3 4 2 2 4 3 1 2 1 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3

G_55 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2

G_56 4 3 4 2 4 3 2 1 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4 3

G_57 2 3 3 4 3 3 1 3 4 4 3 4 3 1 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3

G_58 3 4 4 3 3 4 2 1 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3

G_59 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3

G_60 1 4 3 3 2 3 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 1 3 3 4 3 3

G_61 2 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 1 4 3 3 3 3 1 3 3 3

G_62 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 1 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3

G_63 3 4 3 3 3 1 3 4 3 3 1 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 1 2 3 4

G_64 4 3 3 4 4 1 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 1 2 3 4 3 4 1 4 3 3

G_65 3 4 4 4 3 1 3 3 2 2 1 3 2 1 2 3 4 3 3 3 2 4 3 1 4 3 3 3 2 1 2 3 4

G_66 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 4 2 4 2 3 2 2 4 3 2 3 4 1 2 3 4 1 4 1 2 1 2

G_67 3 4 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 1 1 3 4 2 3 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 2 2 1

Page 127: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

105

No. ITEM PERNYATAAN

34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66

G_1 1 3 3 3 3 2 3 4 1 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4

G_2 1 4 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 1 2 2 3 4 3 3 1 3 3 4 2 3 3

G_3 2 3 4 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 4 3 2 4 4 1 3 2 3 1 4 4

G_4 1 3 3 3 2 3 2 1 1 2 4 2 3 4 1 3 3 4 2 1 1 3 3 3 4 3 1 3 4 4 2 4 4

G_5 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 3 3 1 3 3

G_6 2 1 2 1 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 4 3 3 1 3 3

G_7 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 1 4 3

G_8 1 3 4 3 3 2 2 1 1 2 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 4 3 3 4 1 4 4 3 1 4 3

G_9 3 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 3 3

G_10 3 4 4 2 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 2 4 3 4 1 3 4

G_11 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 1 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 1 3 3

G_12 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 1 2 3

G_13 4 1 1 1 2 1 1 1 4 1 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 3 4 2 3 3

G_14 2 3 4 3 3 1 3 2 2 3 4 4 3 4 4 3 2 2 3 3 1 2 3 4 4 4 2 4 3 2 2 4 3

G_15 1 3 3 4 4 2 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4

G_16 2 3 4 4 3 2 1 2 2 1 3 4 3 3 2 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 4 2 3 4 3 3 4 2

G_17 2 3 3 3 4 2 2 1 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 4 2 3 4

G_18 1 3 3 3 3 2 1 1 1 1 3 4 4 3 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 3 2 2 4 3 1 3 3 2

G_19 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2

G_20 2 4 3 3 3 1 2 1 2 2 3 4 4 3 1 2 1 4 1 2 2 2 1 2 1 3 1 3 3 3 2 3 4

G_21 2 3 3 4 3 1 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4

G_22 2 3 4 4 3 1 2 1 2 2 3 3 3 3 4 4 2 1 3 4 3 3 4 3 3 4 1 3 3 2 1 2 1

G_23 3 3 3 3 4 1 2 1 3 2 2 3 3 2 4 3 1 2 4 3 3 4 3 3 4 3 1 4 4 3 3 3 3

Page 128: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

106

G_24 1 4 3 3 4 2 1 1 1 1 3 4 3 3 3 4 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 2

G_25 2 2 3 4 3 2 1 1 2 1 4 4 3 4 3 3 1 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 4 3

G_26 2 4 3 2 4 1 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 2 1 2

G_27 1 3 3 3 4 2 1 1 1 1 4 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 3 2 1 1 1 4 3 3

G_28 4 3 4 4 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 1 4 4 3 3 4 3

G_29 2 3 3 3 3 1 3 1 2 3 4 2 3 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 1 4 4 4 4 3 3

G_30 3 3 4 2 3 3 1 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4

G_31 3 4 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3 4 2 3 3 1 1 3 4 3 4 3 2 4 3 3 1 1 3 4 4 4

G_32 3 1 3 3 3 4 1 3 3 4 3 4 3 3 4 3 1 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4

G_33 4 2 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4

G_34 3 1 4 2 3 4 1 2 2 3 3 3 4 2 3 4 1 1 3 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 3

G_35 4 1 2 2 3 2 1 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4

G_36 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3

G_37 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2

G_38 4 1 3 2 3 4 1 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4

G_39 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 4

G_40 4 2 2 4 3 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4

G_41 4 2 3 2 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 1 1 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4

G_42 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3

G_43 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 3 2 2 3 1 4 3 3 3

G_44 4 2 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3

G_45 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 1 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3

G_46 4 2 3 1 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 4 4 3 4 3 4

G_47 3 1 3 2 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 4 4 3 3 3 1 3 3 3

G_48 3 2 3 3 2 4 1 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3

Page 129: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

107

G_49 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3

G_50 3 1 3 2 4 4 1 4 4 4 3 3 3 4 2 1 1 3 4 2 2 2 1 3 1 3 4 3 3 3 4 4 4

G_51 3 2 3 2 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 1 3 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 G_52 4 1 3 2 3 4 1 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2 1 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 G_53 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 1 1 3 2 3 1 1 2 G_54 3 2 3 1 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 4 G_55 3 2 4 3 3 4 2 4 4 2 3 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 G_56 3 1 3 2 3 4 1 3 3 4 3 2 3 3 4 1 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 2 4 G_57 3 2 4 1 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 1 1 3 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 1 3 G_58 4 1 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 4 1 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 1 4 G_59 3 1 4 3 3 3 1 2 2 3 3 4 4 2 3 1 3 4 3 3 2 4 4 2 4 3 3 3 3 4 2 2 3 G_60 4 1 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 1 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 G_61 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 G_62 4 1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 1 1 3 G_63 3 2 3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 1 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 G_64 3 1 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 1 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 2 2 4 G_65 3 1 3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 1 1 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 2 2 4 G_66 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 3 2 3 2 2 2 1 3 G_67 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 3 3 1 3 3

Page 130: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

108

LAMPIRAN 3

1. HASIL UJI VALIDITAS

2. HASIL UJI RELIABILITAS

Page 131: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

109

1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being

Total VAR00001 Pearson Correlation ,237

Sig. (2-tailed) ,054

N 67

VAR00002 Pearson Correlation ,269*

Sig. (2-tailed) ,027

N 67

VAR00003 Pearson Correlation ,485**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00004 Pearson Correlation ,248*

Sig. (2-tailed) ,043

N 67

VAR00005 Pearson Correlation ,436**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00006 Pearson Correlation ,495**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00007 Pearson Correlation ,590**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00008 Pearson Correlation ,336**

Sig. (2-tailed) ,005

N 67

VAR00009 Pearson Correlation ,501**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00010 Pearson Correlation ,560**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00011 Pearson Correlation ,681**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00012 Pearson Correlation ,660**

Sig. (2-tailed) ,000

Page 132: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

110

N 67

VAR00013 Pearson Correlation ,429**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00014 Pearson Correlation ,198

Sig. (2-tailed) ,109

N 67

VAR00015 Pearson Correlation ,792**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00016 Pearson Correlation ,782**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00017 Pearson Correlation ,707**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00018 Pearson Correlation ,697**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00019 Pearson Correlation ,534**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00020 Pearson Correlation ,218

Sig. (2-tailed) ,076

N 67

VAR00021 Pearson Correlation ,636**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00022 Pearson Correlation ,671**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00023 Pearson Correlation ,298*

Sig. (2-tailed) ,014

N 67

VAR00024 Pearson Correlation ,399**

Sig. (2-tailed) ,001

N 67

VAR00025 Pearson Correlation ,761**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00026 Pearson Correlation ,699**

Sig. (2-tailed) ,000

Page 133: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

111

N 67

VAR00027 Pearson Correlation ,601**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00028 Pearson Correlation ,578**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00029 Pearson Correlation ,294*

Sig. (2-tailed) ,016

N 67

VAR00030 Pearson Correlation ,629**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00031 Pearson Correlation ,578**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00032 Pearson Correlation ,463**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00033 Pearson Correlation ,326**

Sig. (2-tailed) ,007

N 67

VAR00034 Pearson Correlation ,249*

Sig. (2-tailed) ,042

N 67

VAR00035 Pearson Correlation ,466**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00036 Pearson Correlation ,426**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00037 Pearson Correlation ,225

Sig. (2-tailed) ,067

N 67

VAR00038 Pearson Correlation ,474**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00039 Pearson Correlation ,314**

Sig. (2-tailed) ,010

N 67

VAR00040 Pearson Correlation ,236

Page 134: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

112

Sig. (2-tailed) ,054

N 67

VAR00041 Pearson Correlation ,364**

Sig. (2-tailed) ,002

N 67

VAR00042 Pearson Correlation ,462**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00043 Pearson Correlation ,424**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00044 Pearson Correlation ,383**

Sig. (2-tailed) ,001

N 67

VAR00045 Pearson Correlation ,474**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00046 Pearson Correlation ,359**

Sig. (2-tailed) ,003

N 67

VAR00047 Pearson Correlation ,544**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00048 Pearson Correlation ,385**

Sig. (2-tailed) ,001

N 67

VAR00049 Pearson Correlation ,438**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00050 Pearson Correlation ,219

Sig. (2-tailed) ,074

N 67

VAR00051 Pearson Correlation ,331**

Sig. (2-tailed) ,006

N 67

VAR00052 Pearson Correlation ,425**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00053 Pearson Correlation ,463**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

Page 135: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

113

VAR00054 Pearson Correlation ,226

Sig. (2-tailed) ,066

N 67

VAR00055 Pearson Correlation ,514**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00056 Pearson Correlation ,586**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00057 Pearson Correlation ,552**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00058 Pearson Correlation ,520**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00059 Pearson Correlation ,566**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00060 Pearson Correlation ,330**

Sig. (2-tailed) ,006

N 67

VAR00061 Pearson Correlation ,187

Sig. (2-tailed) ,129

N 67

VAR00062 Pearson Correlation ,548**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00063 Pearson Correlation ,535**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00064 Pearson Correlation ,531**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

VAR00065 Pearson Correlation ,208

Sig. (2-tailed) ,091

N 67

VAR00066 Pearson Correlation ,631**

Sig. (2-tailed) ,000

N 67

Page 136: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

114

Total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 67

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 67 100,0

Excludeda 0 0,0

Total 67 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of

Items

,950 57

Page 137: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

115

LAMPIRAN 4

ANALISIS DESKRIPTIF

1. Distribusi Statistik Deskriptif

2. Distribusi Statistik Frekuensi

Page 138: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

116

ANALISIS DESKRIPTIF

1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen

Statistics

Penerimaan Diri

Hubungan

Positif dengan Orang Lain

Otonomi

Penguasaan

Lingkungan

Tujuan

Hidup

Pertumbuhan

Pribadi

Psychology

Well-Being

N Valid 67 67 67 67 67 67 67

Missing

0 0 0 0 0 0 0

Mean 22,2090 24,4179

27,7761

24,7463 14,9552

21,6418 135,7463

Median 22,0000 25,0000

29,0000

27,0000 15,0000

22,0000 145,0000

Mode 24,00 29,00 32,00 17,00 15,00 17,00 98,00

Std. Deviation

4,11773 5,61424

6,65564

5,66045 4,06177

5,12777 27,45815

Variance

16,956 31,520 44,298

32,041 16,498

26,294 753,950

Skewness

,007 ,072 -,388 -,375 -,143 -,210 -,427

Std. Error of Skewness

,293 ,293 ,293 ,293 ,293 ,293 ,293

Kurtosis -,431 -,895 -,964 -1,217 -,886 -1,096 -1,297

Std. Error of Kurtosis

,578 ,578 ,578 ,578 ,578 ,578 ,578

Range 18,00 23,00 26,00 21,00 16,00 19,00 88,00

Minimum

13,00 15,00 14,00 14,00 7,00 11,00 89,00

Maximum

31,00 38,00 40,00 35,00 23,00 30,00 177,00

Percentiles

10 16,0000 17,0000

17,0000

16,8000 9,0000

14,0000 96,0000

20 18,0000 18,0000

20,6000

17,0000 11,0000

17,0000 98,0000

25 19,0000 19,0000

21,0000

19,0000 11,0000

17,0000 99,0000

30 20,0000 20,0000

23,0000

21,0000 12,0000

18,0000 110,8000

40 21,0000 23,2000

28,0000

24,0000 15,0000

20,0000 137,0000

50 22,0000 25,0000

29,0000

27,0000 15,0000

22,0000 145,0000

60 24,0000 26,8000

31,8000

28,0000 16,0000

24,0000 150,8000

70 24,0000 28,0000

32,0000

29,0000 17,0000

25,0000 153,0000

75 24,0000 29,000 33,00 29,0000 18,00 26,0000 157,000

Page 139: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

117

0 00 00 0

80 25,0000 29,0000

34,0000

30,0000 19,0000

26,4000 159,4000

90 28,0000 31,2000

35,0000

31,0000 20,2000

28,2000 166,4000

2. Distribusi Statistik Frekuensi 2.1. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Keseluruhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

89,00 1 1,5 1,5 1,5

94,00 1 1,5 1,5 3,0

96,00 5 7,5 7,5 10,4

97,00 3 4,5 4,5 14,9

98,00 6 9,0 9,0 23,9

99,00 1 1,5 1,5 25,4

101,00 1 1,5 1,5 26,9

102,00 1 1,5 1,5 28,4

110,00 1 1,5 1,5 29,9

112,00 1 1,5 1,5 31,3

132,00 1 1,5 1,5 32,8

133,00 1 1,5 1,5 34,3

135,00 2 3,0 3,0 37,3

136,00 1 1,5 1,5 38,8

137,00 2 3,0 3,0 41,8

140,00 1 1,5 1,5 43,3

141,00 2 3,0 3,0 46,3

143,00 1 1,5 1,5 47,8

144,00 1 1,5 1,5 49,3

145,00 1 1,5 1,5 50,7

146,00 2 3,0 3,0 53,7

147,00 1 1,5 1,5 55,2

149,00 1 1,5 1,5 56,7

150,00 2 3,0 3,0 59,7

151,00 1 1,5 1,5 61,2

152,00 5 7,5 7,5 68,7

Page 140: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

118

153,00 2 3,0 3,0 71,6

156,00 2 3,0 3,0 74,6

157,00 2 3,0 3,0 77,6

158,00 1 1,5 1,5 79,1

159,00 1 1,5 1,5 80,6

160,00 1 1,5 1,5 82,1

162,00 1 1,5 1,5 83,6

163,00 3 4,5 4,5 88,1

164,00 1 1,5 1,5 89,6

166,00 1 1,5 1,5 91,0

168,00 1 1,5 1,5 92,5

172,00 1 1,5 1,5 94,0

173,00 1 1,5 1,5 95,5

175,00 1 1,5 1,5 97,0

176,00 1 1,5 1,5 98,5

177,00 1 1,5 1,5 100,0

Total 67 100,0 100,0

2.2. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Tiap Dimensi

a. Penerimaan Diri

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

13,00 1 1,5 1,5 1,5

15,00 2 3,0 3,0 4,5

16,00 4 6,0 6,0 10,4

17,00 3 4,5 4,5 14,9

18,00 5 7,5 7,5 22,4

19,00 2 3,0 3,0 25,4

20,00 5 7,5 7,5 32,8

21,00 6 9,0 9,0 41,8

22,00 7 10,4 10,4 52,2

23,00 1 1,5 1,5 53,7

24,00 15 22,4 22,4 76,1

25,00 5 7,5 7,5 83,6

Page 141: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

119

27,00 3 4,5 4,5 88,1

28,00 4 6,0 6,0 94,0

29,00 1 1,5 1,5 95,5

30,00 1 1,5 1,5 97,0

31,00 2 3,0 3,0 100,0

Total 67 100,0 100,0

b. Hubungan positif dengan orang lain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

15,00 2 3,0 3,0 3,0

16,00 3 4,5 4,5 7,5

17,00 3 4,5 4,5 11,9

18,00 6 9,0 9,0 20,9

19,00 5 7,5 7,5 28,4

20,00 4 6,0 6,0 34,3

21,00 1 1,5 1,5 35,8

22,00 1 1,5 1,5 37,3

23,00 2 3,0 3,0 40,3

24,00 4 6,0 6,0 46,3

25,00 6 9,0 9,0 55,2

26,00 3 4,5 4,5 59,7

27,00 1 1,5 1,5 61,2

28,00 7 10,4 10,4 71,6

29,00 8 11,9 11,9 83,6

30,00 3 4,5 4,5 88,1

31,00 2 3,0 3,0 91,0

32,00 2 3,0 3,0 94,0

33,00 1 1,5 1,5 95,5

34,00 1 1,5 1,5 97,0

35,00 1 1,5 1,5 98,5

38,00 1 1,5 1,5 100,0

Total 67 100,0 100,0

Page 142: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

120

c. Otonomi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

14,00 1 1,5 1,5 1,5

16,00 2 3,0 3,0 4,5

17,00 4 6,0 6,0 10,4

19,00 5 7,5 7,5 17,9

20,00 1 1,5 1,5 19,4

21,00 4 6,0 6,0 25,4

22,00 2 3,0 3,0 28,4

23,00 2 3,0 3,0 31,3

24,00 2 3,0 3,0 34,3

26,00 1 1,5 1,5 35,8

27,00 2 3,0 3,0 38,8

28,00 2 3,0 3,0 41,8

29,00 6 9,0 9,0 50,7

30,00 3 4,5 4,5 55,2

31,00 3 4,5 4,5 59,7

32,00 8 11,9 11,9 71,6

33,00 5 7,5 7,5 79,1

34,00 7 10,4 10,4 89,6

35,00 4 6,0 6,0 95,5

38,00 1 1,5 1,5 97,0

40,00 2 3,0 3,0 100,0

Total 67 100,0 100,0

d. Penguasaan Lingkungan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

14,00 1 1,5 1,5 1,5

16,00 5 7,5 7,5 9,0

17,00 9 13,4 13,4 22,4

18,00 1 1,5 1,5 23,9

Page 143: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

121

19,00 3 4,5 4,5 28,4

21,00 3 4,5 4,5 32,8

23,00 2 3,0 3,0 35,8

24,00 4 6,0 6,0 41,8

25,00 1 1,5 1,5 43,3

26,00 3 4,5 4,5 47,8

27,00 6 9,0 9,0 56,7

28,00 7 10,4 10,4 67,2

29,00 8 11,9 11,9 79,1

30,00 5 7,5 7,5 86,6

31,00 5 7,5 7,5 94,0

32,00 1 1,5 1,5 95,5

33,00 2 3,0 3,0 98,5

35,00 1 1,5 1,5 100,0

Total 67 100,0 100,0

e. Tujuan Hidup

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

7,00 1 1,5 1,5 1,5

8,00 2 3,0 3,0 4,5

9,00 7 10,4 10,4 14,9

10,00 2 3,0 3,0 17,9

11,00 6 9,0 9,0 26,9

12,00 3 4,5 4,5 31,3

13,00 1 1,5 1,5 32,8

14,00 3 4,5 4,5 37,3

15,00 10 14,9 14,9 52,2

16,00 6 9,0 9,0 61,2

17,00 7 10,4 10,4 71,6

18,00 5 7,5 7,5 79,1

19,00 6 9,0 9,0 88,1

20,00 2 3,0 3,0 91,0

Page 144: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

122

21,00 3 4,5 4,5 95,5

22,00 2 3,0 3,0 98,5

23,00 1 1,5 1,5 100,0

Total 67 100,0 100,0

f. Pertumbuhan pribadi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

11,00 1 1,5 1,5 1,5

13,00 3 4,5 4,5 6,0

14,00 3 4,5 4,5 10,4

15,00 4 6,0 6,0 16,4

16,00 1 1,5 1,5 17,9

17,00 7 10,4 10,4 28,4

18,00 3 4,5 4,5 32,8

19,00 2 3,0 3,0 35,8

20,00 4 6,0 6,0 41,8

21,00 1 1,5 1,5 43,3

22,00 6 9,0 9,0 52,2

23,00 4 6,0 6,0 58,2

24,00 3 4,5 4,5 62,7

25,00 6 9,0 9,0 71,6

26,00 6 9,0 9,0 80,6

27,00 4 6,0 6,0 86,6

28,00 3 4,5 4,5 91,0

29,00 4 6,0 6,0 97,0

30,00 2 3,0 3,0 100,0

Total 67 100,0 100,0

Page 145: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

123

2.3 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Usia

a. Usia25-39

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

89,00 1 1,7 1,7 1,7

94,00 1 1,7 1,7 3,4

96,00 5 8,5 8,5 11,9

97,00 3 5,1 5,1 16,9

98,00 6 10,2 10,2 27,1

99,00 1 1,7 1,7 28,8

101,00 1 1,7 1,7 30,5

102,00 1 1,7 1,7 32,2

110,00 1 1,7 1,7 33,9

112,00 1 1,7 1,7 35,6

132,00 1 1,7 1,7 37,3

133,00 1 1,7 1,7 39,0

135,00 1 1,7 1,7 40,7

137,00 1 1,7 1,7 42,4

140,00 1 1,7 1,7 44,1

141,00 2 3,4 3,4 47,5

143,00 1 1,7 1,7 49,2

144,00 1 1,7 1,7 50,8

145,00 1 1,7 1,7 52,5

146,00 1 1,7 1,7 54,2

147,00 1 1,7 1,7 55,9

149,00 1 1,7 1,7 57,6

150,00 2 3,4 3,4 61,0

151,00 1 1,7 1,7 62,7

152,00 5 8,5 8,5 71,2

153,00 2 3,4 3,4 74,6

156,00 1 1,7 1,7 76,3

157,00 1 1,7 1,7 78,0

158,00 1 1,7 1,7 79,7

159,00 1 1,7 1,7 81,4

Page 146: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

124

160,00 1 1,7 1,7 83,1

162,00 1 1,7 1,7 84,7

163,00 2 3,4 3,4 88,1

164,00 1 1,7 1,7 89,8

166,00 1 1,7 1,7 91,5

172,00 1 1,7 1,7 93,2

173,00 1 1,7 1,7 94,9

175,00 1 1,7 1,7 96,6

176,00 1 1,7 1,7 98,3

177,00 1 1,7 1,7 100,0

Total 59 100,0 100,0

b. Usia 40-59

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

135,00 1 1,7 12,5 12,5

136,00 1 1,7 12,5 25,0

137,00 1 1,7 12,5 37,5

146,00 1 1,7 12,5 50,0

156,00 1 1,7 12,5 62,5

157,00 1 1,7 12,5 75,0

163,00 1 1,7 12,5 87,5

168,00 1 1,7 12,5 100,0

Total 8 13,6 100,0

Missing System 51 86,4

Total 59 100,0

Page 147: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

125

2.4 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Jenis Kelamin

a. Jenis Kelamin Pria

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

89,00 1 2,4 4,0 4,0

94,00 1 2,4 4,0 8,0

97,00 1 2,4 4,0 12,0

101,00 1 2,4 4,0 16,0

133,00 1 2,4 4,0 20,0

135,00 1 2,4 4,0 24,0

136,00 1 2,4 4,0 28,0

137,00 1 2,4 4,0 32,0

140,00 1 2,4 4,0 36,0

146,00 2 4,8 8,0 44,0

149,00 1 2,4 4,0 48,0

152,00 1 2,4 4,0 52,0

153,00 1 2,4 4,0 56,0

156,00 1 2,4 4,0 60,0

157,00 2 4,8 8,0 68,0

158,00 1 2,4 4,0 72,0

160,00 1 2,4 4,0 76,0

163,00 3 7,1 12,0 88,0

164,00 1 2,4 4,0 92,0

168,00 1 2,4 4,0 96,0

173,00 1 2,4 4,0 100,0

Total 25 59,5 100,0

Missing System 17 40,5

Total 42 100,0

Page 148: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

126

b. Jenis Kelamin Wanita

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

96,00 5 11,9 11,9 11,9

97,00 2 4,8 4,8 16,7

98,00 6 14,3 14,3 31,0

99,00 1 2,4 2,4 33,3

102,00 1 2,4 2,4 35,7

110,00 1 2,4 2,4 38,1

112,00 1 2,4 2,4 40,5

132,00 1 2,4 2,4 42,9

135,00 1 2,4 2,4 45,2

137,00 1 2,4 2,4 47,6

141,00 2 4,8 4,8 52,4

143,00 1 2,4 2,4 54,8

144,00 1 2,4 2,4 57,1

145,00 1 2,4 2,4 59,5

147,00 1 2,4 2,4 61,9

150,00 2 4,8 4,8 66,7

151,00 1 2,4 2,4 69,0

152,00 4 9,5 9,5 78,6

153,00 1 2,4 2,4 81,0

156,00 1 2,4 2,4 83,3

159,00 1 2,4 2,4 85,7

162,00 1 2,4 2,4 88,1

166,00 1 2,4 2,4 90,5

172,00 1 2,4 2,4 92,9

175,00 1 2,4 2,4 95,2

176,00 1 2,4 2,4 97,6

177,00 1 2,4 2,4 100,0

Total 42 100,0 100,0

Page 149: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

127

LAMPIRAN 4

SURAT IJIN PENELITIAN

Page 150: PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU HONORER ...

128