Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding...

15

Transcript of Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding...

Page 1: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial
Page 2: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Prosiding Seminar dan

Rakernas XIV PABMI

2019

/

Improving the professional existence of oral & maxilofacial surgeons through advanced skills & knowledge

Penyunting : drg. M Ruslin, M.Kes, Ph.D, Sp.BM(K)

drg. Deni Herdiyanto, Sp.BM drg. Weko Adhiyarto, Sp.BM, M.Kes

drg. Verawati Mohan, Sp.BM drg. Syahril Sarnad, Sp.BM

Uwais Inspirasi Indonesia

Page 3: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Prosiding Seminar dan Rakernas XIV

PABMI 2019

Improving the professional existence of oral & maxilofacial surgeons

through advanced skills & knowledge

ISBN: 978-623-227-116-6

15,5 em x 23 em

X + 123 halaman

Cetakan Pertama,

Diterbitkan Oleh:

Uwais Inspirasi Indonesia

Anggota IKAPI Jawa Timur Nomor: 217 /JT1/20 19 tanggal 1 Maret 2019

Redaksi:

Ds. Sidoarjo, Kee. Pulung, Kab. Ponorogo

Email: Penerbituwais@qmail. eom

Website: www. penerbituwais. eom

Telp:0352-571892

WA: 0812-3004-1340/0823-3033-5859

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta. sebagaimana yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang nomor 19 Tahun 2002. bahwa:

Kutipan Pasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal

9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000.00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf c. huruf d. huruf f. dan/atau huruf h, untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 [tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a. huruf b. huruf e. dan/atau huruf g. untuk penggunaan secra komesial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan. dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000.00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..... 1

ISBN PROSIDING……………………………………………………………... ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..... iv

ABSTRAK

Tatalaksana Bedah Kasus Epulis Granulomatosa Ekstensif dan Rekuren

Laporan Kasus dan Pembahasan Komprehensif Aspek Etiopatogenesis

Histopatologis

Andreas Pratama Nugraha, David Buntoro Kamadjaja

1

Faktor Penyebab Keterlambatan Perawatan dari Segi Usia pada Pasien

Celah Bibir di Indonesia

Maria Montessory, Reza AI Fessi, Coen Pramono D

5

Pada Kasus Reseksi Mandibula Evaluasi Penggunaan Ramus Fixator

Laporan Kasus

PrasetioOkky Dion Sandro Satrya, Zefry Zainal Abidin, Andra Rizqiawan,

7

Traumatik Pasca Perawatan Fraktur -Penatalaksanaan Maloklusi Post

Mandibula

Dini Sylvana, Syahril Samad

11

Penatalaksanaan Fraktur Le Fort II Dengan Suspensi Circumzygomatic

Mohammad Gazali 13

Perawatan Reseksi Sebagai Penatalaksanaan Ameloblastoma: Laporan

Kasus

Dera Armedita, Syahril Samad

15

Page 5: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Abses Orbital dan Serebral akibat Infeksi Odontogenik : Laporan Kasus dan Studi

Literatur

Kalia Labitta Yudhasoka, Eka Marwansyah Oli'i, Endang Sjamsudin

18

Reseksi Segmental dan Rekonstruksi Graft Costae Pada Ameloblastoma di Regio

Mandibula : Laporan Kasus

Dani Ginanjar, Melita Sylvyana

22

Plate Expose post Hemimandibulectomy dengan Rekonstruksi Plate AO : Faktor

penyebab (Plate Exposed After Hemimandibulectomy with an AD Plate Reconstruction:

Contributing factors)

Shinta Kartikasari, Eka Marwansyah Oli'i, Indra Hadikrishna- Kiki Achmad Rizki

23

Tahukah Anda Bahwa Cegukan (Hiccup) Sebagai Salah Satu Komplikasi Pasca

General Anestesi?

Yayun Siti Rochmah , Said Sofyan

25

Penatalaksanaan Traumatik Intrusi Pada Gigi Anterior Permanen Maksila Disertai

Temporomandibular Joint Disorder: Sebuah Laporan Kasus Management of

Traumatic Intrusion in Anterior Permanent Maxillary With

Temporomandibular Joint Disorder: a Case Report

Prisilla M.D. Pattisahusiwa, M. Irfan Rasul, Nurul Ramadhanty

27

Ameloblastoma resemble Dentigerous Cyst: a Case Report

William R. Fatah, Vera Julia, Wenny Yulvie 31

Penatalaksanaan A vulsi Gigi Anterior Permanen Pada Anak (2 laporan Kasus)

Management of Permanent Anterior Tooth Avulsion in Children (2 Case reports)

Trio Refliandi

33

,

Page 6: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Efektivitas Ekstrak Daun Sirih Tanah (Piper sarmento sum Roxb.ex Hunter

Terhadap Diameter Luka Dan Jurnlah Makrofag Pada Soket Pasca Pencabutan

Gigi Tikus Wistar

Bhakti, Sinar Yani, Hadi Irawiraman Dzulhiyana Laili Tofarisa, Cicih

Swandari Paramitha

154

Management Of Squamose Cell Carcinoma At Regio Glossus In Oral And Maxillofacial

Surgery In Collaboration With Other Department A Case Report)(

idang Bedah MulutPenatalaksanaan Squamos Cell Carcinoma Lidah Di B

156

Bekerja Sama Dengan Departemen Lain.(Laporan Kasus)

Tri Nurrahman, Seto Adiantoro, Kiki Ahmad Rizki 160

Rekonstruksi bibir dengan abbe flap dan kornmisuroplasti pada defek fasciitis

nekrotikans pasca debridement

Dwi Ariawan, Eky NasuriAstri Hapsar,

162

Preservasi Condyle Kasus Reseksi Ameloblastoma Mandibula Tipe

Campuran Dengan Ekspansi Ramus Menggunakan Teknik Inverted L

Osteotomy: Laporan Kasus

Fajar Eka Saputra, Wenny Yulvie, Benny S. Latief

164

Pada Pasien Ameloblastoma Mandibula Sinistra Reseksi Segmental

Multikistik Tipe Campuran : Laporan Kasus

Ahdadiansyah ,WerinyYulvie, Benny S. Latief

164

Solitary Fibrous Tumor Of The Oral Cavity: A Rare Case

Rumartha Putri Swari, Dwi Ariawan, Arfan Badeges 165

.

Page 7: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Ameloblastoma resemble Dentigerous Cyst: a Case Report

*William R. Fatah, **Vera Julia, ***Wenny Yulvie

* Residen Oral dan Maksilofasial Surgery, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia

** Staf Pengajar Departemen Oral dan Maksilofasial Surgery, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia,

Jakarta, Indonesia

*** Staf Departemen Oral dan Maksilofasial Surgery RSCM, Jakarta, Indonesia

Email : [email protected]

Pasien wanita usia 20 tahun mengeluhkan bengkak pada rahang bawah kanan sejak 2 bulan

yang lalu. Tahun 2016 pasien pernah mengalami pembengkakan seperti ini bengkak semakin

membesar hingga sebesar bola ping pong. Kemudian pasien datang ke poli Bedah Mulut di

RSCM dan didiagnosa sebagai kista dentigerous dan kista serta gigi yang terlibat diangkat.

Tahun 2019 pasien kembali datang ke Poli Bedah Mulut RSCM dengan keluhan

pembengkakan pada rahang bawah kanan sejak 2 bulan yang lalu, dari pemeriksaan klinis dan

radiologis merupakan mengarah ke kista dentigerous, tetapi dari hasil patologi anatomik adalah

ameloblastoma tipe folikuler. Pasien dioperasi dalam bius umum dan dilakukan enaukleasi.

Kista dentigerous umumnya berhubungan dengan gigi impaksi, odontoma atau supernumerary

teeth. Umumnya kista dentigerous asimptomatik dan berkembang lambat. Ameloblastoma

adalah tumor odontogenik jinak yang umumnya ada di tulang rahang. Tumor berasal dari sisa

epitel benih gigi, epitel dari kista odontogenik yang terstratifikasi epitel skuamosa skuamosa

dan epitel organ email. Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif

dan sebagian besar tumor ini bersifat jinak.

Kata kunci; Ameloblastoma, kista dentigerous,enaukleasi,supernumerary

Page 8: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Pendahuluan

kista dentigerous merupakan kista odontogenik yang berpotensi neoplastik dan diantara semua

kista odontogenik, kista odontogenic keratocyst dan kista dentigerous memiliki transformasi

neoplastik tertinggi. 1 kista dentigerous merupakan jenis kista odontogenik yang paling umum

yang terbentuk oleh akumulasi cairan epitel enamel dan mahkota gigi dan secara klinis terkait

dengan gigi yang tidak erupsi, gigi yang paling sering terkait adalah molar ketiga rahang

bawah, kaninus rahang atas, dan gigi premolar rahang bawah. Gambaran secara radiografi,

radiolusen unilokular dengan margin sklerotik yang jelas mengelilingi mahkota gigi yang tidak

erupsi.2 Sangat sedikit kasus ameloblastoma yang timbul di dinding kista dentigerous

Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang memperlihatkan induksi minimal pada

jaringan ikat mesodermal, hal ini dinyatakan oleh Henry M. Cherrick dan Robert J. Gorlin

(1970)2,4. Merupakan tumor epitelial odontogenik yang paling umum terjadi4,7. Menurut Gorlin

et al (1961), Small dan Wladron (1955), dan Taylor (1968) presentase kejadian ameloblastoma

adalah 1% dari seluruh tumor dan kista rahang2,4,5. White et al (2007) menyebutkan dalam

bukunya yang berjudul Oral Radiology Principles and Interpretation bahwa presentase

ameloblastoma 11% dari seluruh tumor odontogenik11. Caldwell, Separsky, dan Luccbesi

(1970) serta Shatkin dan Hoffmeister (1965) menyatakannya sebagai tumor yang locally

malignant dengan pertumbuhan yang persisten2. Pertumbuhan tumor ini lambat dan

merupakan tumor yang jinak tetapi locally invasive5,7. WHO tahun 1992 juga

mengklasifikasikan ameloblastoma sebagai tumor epitelial odontogenik yang jinak tapi locally

invasive12. Sedikit berbeda dengan peneliti lainnya, Fonseca (2000) berpendapat

ameloblastoma merupakan tumor basaloid yang memiliki tingkat keganasan rendah yang

memiliki kemampuan perubahan tingkat keganasan dari rendah hingga tinggi12. Dari beberapa

definisi yang telah didapatkan penulis menyimpulkan bahwa pengertian ameloblastoma adalah

tumor yang berasal dari jaringan epitel pembentuk gigi, merupakan tumor yang jinak yang

bersifat locally invasive dengan kecenderungan rekurensi tinggi.

Ameloblastoma berpotensinya untuk tumbuh menjadi ukuran yang sangat besar dan

menyebabkan deformitas tulang ya15. Ketika Robinson dan Martinez 'memperkenalkan konsep

Unicystic Ameloblastoma, adalah cystic (intracystic) ameloblastoma, ameloblastoma yang

terkait dengan kista dentigerous, cystogenic ameloblastoma, kista dentigerous yang luas

dengan papilloma intracystic, mural ameloblast, mural ameloblast, mural ameloblast kista

dentigerous dengan proliferasi ameloblastomatosa, dan ameloblastoma berkembang dalam

kista radikular (atau "globulomaxillary"). Istilah unicystic berasal dari penampakan makro dan

Page 9: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

mikroskopis, lesi pada dasarnya merupakan rongga monokistik besar yang terdefinisi dengan

baik, dengan lapisan, secara fokal tetapi jarang seluruhnya terdiri dari epitel odontogenik

(ameloblastomatosa). Diagnosis Ameloblastoma Unicystic didasarkan pada dua fitur. Pertama,

lesi harus unilocular (lebih jarang multilocular), secara klinis dan radiologis. Kedua, pada

pemeriksaan mikroskopis harus muncul sebagai lesi kistik tunggal dengan lapisan epitel yang

terdiri dari ameloblastoma. Jika lesi kecil, biasanya dilihat sebagai temuan insidental pada

radiografi yang diambil untuk tujuan lain, dalam keadaan ini, beberapa lesi dapat tetap tidak

terdiagnosis pada tahap awal perkembangan mereka. Ameloblastoma Unicystic hampir secara

eksklusif ditemukan tanpa gejala di mandibula posterior, dan keberadaannya di daerah

periradikular yang menyerupai kista dan granuloma tidak dapat diabaikan. Meskipun diagnosis

klinis penyakit periapikal asal endodontik, lesi non endodontik dapat ditemukan. Oleh karena

itu, lesi seperti Ameloblastoma Unicystic yang terletak pada area periapikal gigi dapat

menyebabkan misdiagnosis pulpa-periapikal, dan harus dipertimbangkan dalam diagnosis

banding. Sifat lesi neoplastik menjadi jelas hanya ketika jaringan massa tersedia untuk

pemeriksaan histologis. Makalah ini menggambarkan kasus ameloblastoma unicystic hadir di

daerah mandibular posterior yang secara klinis dan radiografi menyerupai patosis inflamasi,

menekankan pentingnya diagnosis dan perawatan yang tepat.

Case report

Pasien wanita usia 20 tahun dengan keluhan terdapat pembengkakan di rahang bawah

kanan sejak 2 bulan yang lalu. Pembengkakan terasa saat pasien memegang gusi rahang bawah.

Saat itu pembengkakan terasa nyeri. Kemudian pasien berobat ke dokter gigi lalu diberikan

obat nyeri. Bengkak tidak disertai dengan demam. Tidak ada riwayat terbentur atau jatuh pada

daerah yang bengkak. Tahun 2016 pasien pernah memiliki pembengkakan seperti saat ini.

Awalnya bengkak berukuran sebesar kacang tanah, namun saat itu pasien tidak berobat. Setelah

1 tahun bengkak bertambah besar hingga seukuran bola pingpong. Lalu pasien berobat ke

dokter gigi Bedah Mulut di RSCM Kencana dan dinyatakan pembengkakan tersebut adalah

kista dan saat itu dilakukan pengangkatan kista dan pencabutan gigi penyebab. Saat itu

pembengkakan juga tidak disertai demam. Pasien saat ini tidak ada keluhan sulit menelan,

makan minum baik, tidak ada keluhan demam, pusing, mual dan muntah. Pasien juga tidak

merasa ada penurunan berat badan yang signifikan dalam 2 bulan terakhir. Pasien dioperasi

dalam bius umum dan dilakukan enaukleasi dan radikal kuretase

Page 10: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

a

b c

Gambar 1. (a)Foto Rontgen panoramik, (b) Foto intra oral regio kanan, (c)Foto intra oral sisi

oklusal

Pada pemeriksaan intra oral gigi 45-48 missing, tampak pembengkakan di gingiva bagian

bukal-lingual regio 45-48 ukuran 3x2x2 cm, permukaan licin, batas tegas, warna dan suhu sama

dengan sekitar, nyeri tekan ada, tidak mudah berdarah

Page 11: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

a b

c d

e f

Gambar 2 (a)drapping (b)pembukaan flap (c)pengambilan tulang mandibula dan ndentifiksi

massa (d)pengambilan massa (e)pejahitan daerah operasi (f)jaringan massa.

Page 12: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

Pembahasan

Sebagian besar peneliti menganggap bahwa asal muasal ameloblastoma bervariasi, tetapi

pemicu terjadinya proses proliferasi neoplastik jaringan epitelialnya belum diketahui2,3,13.

Mereka menyatakan kemungkinan tumor ini berasal dari (1) sisa sel organ enamel, baik sisa

dari dental lamina maupun selubung Hertwig, (2) organ enamel yang sedang berkembang, (3)

sel basal dari permukaan epitel pembentuk rahang, (4) epitel heterotropik dari bagian tubuh

lain terutama kelenjar hipofisis, dan (5) epitel dari kista terutama kista dentigerous2,3.

Menurut drg. Janti Sudiono, dkk (2001) ameloblastoma mungkin berasal dari :

1. Sisa sel organ enamel, sisa dental lamina, sisa selubung Hertwig atau sisa sel epitel

Malassez14.

2. Epitel dari kista terutama kista dentigerous14.

3. Epitel heterotropik dari bagian tubuh lain terutama kelenjar hipofisis14.

4. Sel Basal dari permukaan epitel yang membentuk rahang14.

Penelitian Stanley dan Diehl (1965) pada 641 kasus ameloblastoma melaporkan bahwa 33%

dan 17% dari kasus ameloblastoma berasal dari atau berhubungan dengan kista dentigerous2,3.

Kasus ameloblastoma yang berhubungan dengan kista dentigerous pertama kali dilaporkan

oleh Cahn (1933), selanjutnya beberapa kasus lain yang menunjukkan adanya keterkaitan

antara ameloblastoma dan kista dentigerous dilaporkan oleh antara lain Castner et al (1967),

Dresser dan Segal (1967), Gardner dan Pecak (1980), Hutton (1967), Lee (1970), Quinn dan

Fournet (1969) dan Taylor et al (1971)2 Menurut Cawsons (1991) ameloblastoma dibedakan

menjadi 5 subtipe menurut gambaran histopatologinya6.

1. Follicular type

2. Plexiform type

3. Acanthomatous type

4. Basal cell ameloblastomas

5. Granular cell ameloblastomas

Pada kasus ini memiliki gambaran histologis sesuai dengan ameloblastoma tipe folikuler dan

perawatan yang akan dilakukan harus berdasarkan pertimbangan pertimbangan yaitu sifat dan

potensi tumor, karakteristik pertumbuhan, letak anatomis munculnya tumor, perluasan klinis,

ukuran tumor dan penilaian histopatologis dari lesi spesifik12. Secara umum perawatan

ameloblastoma adalah perawatan konservatif dan perawatan radikal. Perawatan konservatif

cenderung menimbulkan rekurensi dalam waktu singkat sehingga jarang sekali dijadikan

pertimbangan perawatan2. Shatkin dan Hoffmeister (1965), Taylor (1968) dan peneliti lainnya

menyatakan karena ameloblastoma invasive dan secara klinis malignan maka satu-satunya

Page 13: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

perawatan yang rasional yaitu pembuangan secara menyeluruh2. Menurut studi yang dilakukan

Becker dan Pertl perawatan yang dilakukan untuk ameloblastoma dibagi menjadi tiga

kelompok besar yaitu (1) radioterapi, (2) perawatan konservatif dan (3) operasi radikal. Dari

ketiga tindakan tersebut yang paling banyak mengalami rekurensi adalah tindakan konservatif

dengan presentase 59,1% dari 120 pasien, kedua terbanyak adalah radioterapi dengan tingkat

rekurensi 41,6% dengan tingkat kematian pasien 25% dan yang paling sedikit mengalami

rekurensi adalah tindakan ketiga, tingkat rekurensi operasi radikal hanya sebesar 4,5%4.

Kuretase dan enukleasi tumor ini, baik dilakukan secara terpisah maupun dikombinasi, akan

berujung pada rekurensi. Presentase rekurensi kuretase antara lain (1) 55-100% pada

ameloblastoma solid/multicystic , (2) 18-25% pada ameloblastoma unicystic dan (3) pada lesi

periferal tidak diketahui pasti jumlahnya namun ada rekurensi12. Sehdev et al (1974)

melaporkan ameloblastoma mandibula yang dirawat dengan kuretase.

Menurut Shear, alasan yang paling mungkin adalah ameloblastoma memiliki fitur klinis dan

radiografi yang serupa dengan kista dentigerous dan fitur mikroskopis menyimpulkan bahwa

ameloblastoma timbul dari kista dentigerous. Dan sebaiknya bahwa biopsi yang diambil dari

lokasi perlu diperluas untuk mendapatkan hasil ameloblastoma yang berkembang di lapisan

epitel kista dentigerous.

Kesimpulan

Asal usul ameloblastoma dari kista dentigerous masih kontroversial. Kasus kami sekarang dari

ameloblastoma yang timbul dari kista dentigerous adalah kasus yang langka yang mengungkap

histogenesis ameloblastoma. Kasus ini menyoroti potensi neoplastik kista dentigerous dan

pentingnya pemeriksaan histopatologis yang cermat dari seluruh spesimen dengan beberapa

bagian.

Page 14: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial

DAFTAR REFERENSI

1. Muglali M, Sumer AP. Squamous cell carcinoma arising in a residual cyst: A case

report. J Contemp Dent Pract 2008;9:115‐21.

2. Laskin DM. editor. Oral and maxillofacial surgery. Vol. 2. St. Louis: The CV Mosby

Co; 1985: p. 625-36.

3. Shafer, Hine, Levi. A text book of oral pathology. Philadelphia: W.B. Saunders

Company; 1983: p. 276-85.

4. Gorlin RJ, Goldman HM. Thoma’s oral pathology. 6th ed. Vol. 1. St. Louis: The CV

Mosby Co; 1970: p. 481-9.

5. Soames JV, Southam JC. Oral pathology. 2nd ed. USA: Oxford University Press Inc;

1993: p. 263-6.

6. Cawson RA. Essentials of dental surgery and pathology. 5th ed. USA: Churchill

Livingstone Inc; 1991: p. 247-50.

7. Neville BW, Damm DD, Allen CM, Bouqout JE. Oral & maxillofacial pathology. 2nd

ed. Philadelphia: W.B. Saunders Co; 2002: p. 611-619.

8. Ritchie AC. Boyd’s text book of pathology. 9th ed. UK: Lea & Febiger Ltd; 1990: p.

982-3.

9. Farmer ED, Lawton FE. Stone’s oral and dental diseases. 5th ed. Great Britain: E & S

Livingstone Ltd; 1966: p. 890-905.

10. Bhaskar SM. Synopsis of oral pathology. 6th ed. USA: The CV Mosby Company; 1981:

p. 252-66.

11. Pharoah, White. Oral radiology, principles and interpretation. 5th ed. India: MOSBY;

2000: p. 419-22.

12. Fonseca RJ. Oral and maxillofacial surgery. Vol. 5. Philadephia: Saunders; 2000: p.

334-58.

13. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. Oral pathology, clinical pathologic correlation.

4th ed. USA: W.B. Saunders Co; 2003: p. 267-74, 281, 284-6.

14. Sudiono J, dkk. Penuntun praktikum patologi anatomi. Jakarta: EGC; 2001: p. 66-8.

15. Kahn MA. Ameloblastoma in young persons: A clinicopathologic analysis and

etiologic investigation. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1989;67:706‐15.

Page 15: Prosiding Seminar danstaff.ui.ac.id/system/files/users/vera.julia/publication/... · Prosiding Seminar dan Rakernas XIV PABMI 2019 Improving the professional existence of oral & maxilofacial