PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM...

14
i NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK Oleh: ROUDLOTUN NI’MAH NIM: S 300 110 015 PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVESRITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Transcript of PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM...

Page 1: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

i

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DAN EMPATI

DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK

Oleh:

ROUDLOTUN NI’MAH

NIM: S 300 110 015

PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVESRITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

ii

Page 3: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

iii

Relationship Religiosity and Empathy

with Altruistik Behavior

Roudlotun Ni’mah

Nim: S 300 110 015

Program Studi Magister Sains Psikologi Program Pascasarjana

Univesritas Muhammadiyah Surakarta

Abstract. This study aims to determine the relathionship between religiosity and

empathy with altruistic behavior. Subjects were students in Al-asy’ari boarding school

totaling 90 students for male sex - men between the ages of 12 to 25 years. Measuring

instruments used are altruistic behavior scale, the scale of empathy and religiosity scale. The

data capture techniques using proportionate stratified random sampling. Methods of data

analysis using multiple regression analysis with SPSS for Windows 16.0 program. the results

showed significant relationship between religiosity and empathy with altruistic behavior.

Also there is a significant positive relationship between religiosity with altruistic behavior,

and there is a significant positive relationship between empathy and altruistic behavior.

Effective contribution of religiosity and empathy to altruistic behavior for 49,2 % indicated

by the coefficient of determinant (R²) 49,2. This means there is 50, 8% of other variables that

affect students’ altruistic behavior.

Keywords: religiosity, empathy, altruistic behavior

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan

empati dengan perilaku altruistik. Subjeknya adalah santri pondok pesantren Al-asy’ari yang

berjumlah 90 santri, yang berjenis kelamin laki – laki dengan usia antara 12 sampai 25 tahun.

Alat ukur yang digunakan adalah skala perilaku altruistik, skala empati dan skala religiusitas.

Adapun teknik pengambilan data dengan menggunakan Proportionate stratified random

sampling. Metode analisis data menggunakan analisis regresi berganda dengan progam SPSS

for windows 16.0. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang positif dan sangat

signifikan antara religiusitas dan empati dengan perilaku altruistik, ada hubungan positif yang

signifikan antara religiusitas dengan perilaku altruistik dan ada hubungan positif yang

signifikan antara empati dengan perilaku altruistik. Sumbangan efektif variabel religiusitas

dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari sebesar 49,2%,

berarti masih ada 50,8% variabel lain yang berpengaruh terhadap perilaku altruistik santri di

pondok pesantren.

Kata kunci : religiusitas, empati , perilaku altruistik

Page 4: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

4

Pendahuluan

Kemajuan zaman yang terjadi saat

ini, semula dipandang akan memudahkan

pekerjaan manusia, kenyataannya

menimbulkan keresahan dan ketakutan,

kesepian dan keterasingan baru, yang

ditandai dengan lunturnya rasa solidaritas,

kebersamaan, silaturrahim dan krisis moral

juga menjadi bagian yang menambah deret

persoalan yang dihadapi bangsa ini. Seperti:

kasus tawuran antar pelajar; mahalnya biaya

masuk sekolah; sampai tentang tragedi

contek massal yang mewarnai momen ujian

nasional, dan lain-lain.

Menurut Azra (2002, dalam Afiatin,

2012) pendidikan nasional telah gagal dalam

membentuk peserta didik yang memiliki

akhlak, moral, dan budi pekerti. Beberapa

yang diduga turut menjadi akar krisis

mentalitas dan moral di lingkungan

pendidikan nasional, diantaranya : lembaga

pendidikan kurang menfasilitasi peserta

didik dalam melatih diri untuk berbuat

sesuatu berdasarkan nilai – nilai moral,

proses pendewasaan diri tidak berlangsung

baik di lingkungan pendidikan, proses

pendidikan sangat membelenggu peserta

didik dan guru/ dosen, beban kurikulum

terlalu berat dan hampir sepenuhnya

diorientasikan pada pengembangan ranah

kognitif belaka.

Salah satu lembaga pendidikan yang

menfasilitafi peserta didik dalam melatih diri

adalah pondok pesantren. Menurut Mukti Ali

(Ismail,2002) mengidentifikasi beberapa

kerakteristik yang menjadi ciri khas pondok

pesantren, sebagai betikut: 1) adanya

hubungan yang akrab antara santri dan kiai,

hal ini karena mereka tinggal di dalam

pondok. 2) tunduknya santri pada kiai. 3).

Hidup hemat dan sederhana. 4). Berjiwa

mandiri. 5). Jiwa tolong menolong dan

suasana persaudaraan sangat mewarnai

pergaulan di pondok pesantren. 6).

Kehidupan disiplin sangat ditekankan. 7).

Berani menderita untuk mencapai suatu

tujuan adalah salah satu pendidikan yang

diperoleh santri di pesantren. 8). Kehidupan

agama yang baik dapat diperoleh santri di

pesantren.

Lingkungan pesantren secara

keseluruhan adalah lingkungan yang

dirancang untuk kepentingan pendidikan.

Sehingga segala yang didengar, dilihat,

dirasakan, dikerjakan dan dialami para santri,

atau seluruh penghuni pesantren

terkondisikan untuk kepentingan pencapaian

tujuan pendidikan. Demikian pula yang

terjadi di pondok pesantren Al-Asy’ari

Ceweng Dander Bojonegoro.

Dalam membina akhlak santri

terdapat kemudahan karena dapat

berinteraksi dengan santri secara langsung

selama 24 jam, namun kehidupan di

pesantren sebenarnya juga banyak

mengalami problematika, hal ini terbukti

dari hasil jawaban kuesioner peneliti yang

diberikan pada 20 santri, juga hasil

wawancara peneliti pada beberapa santri

yang dilakukan peneliti sebelum

mengadakan penelitian. Dengan

menggunakan kuesioner dan wawancara

peneliti menemukan beberapa masalah,

sebagai berikut: 1) Sebagian santri kurang

peduli terhadap keadaan teman yang kurang

dikenalnya, 2) Sebagian santri akan

memberikan pertolongan apabila ada syarat

tertentu, 3) Sebagian santri sering melakukan

perbuatan yang merugikan orang lain,

seperti: mencuri dan mengambil tanpa seijin

yang memiliki 4) Sebagian santri kurang

peduli dengan lingkungan sekitar. Problem-

problem di atas bersebrangan dengan

Page 5: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

5

karakteristik pesantren yang mengedepankan

solidaritas, kegotong royongan, kebersamaan

dan sikap saling tolong menolong secara

ikhlas, yang dikenal dengan perilaku

Altruistik.

Perilaku altruistik didefinisikan

sebagai suatu tindakan yang memiliki

konsekuensi memberikan beberapa

keuntungan atau meningkatkan kesejahteraan

orang lain (Dovidio dkk, 2006). Menurut

Myers (2012) Altruisme didefinisikan

sebagai hasrat untuk menolong orang lain

tanpa memikirkan kepentingan sendiri.

Menurut Batson (2008) perilaku altruistik

yaitu perilaku yang dimotivasi untuk

meningkatkan kesejahteraan orang lain yang

tidak memetingkan diri sendiri (selfless) dan

bukan hanya memetingkan diri sendiri

(selfish).

Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi altruistik Menurut Myers

(2012) adalah: (1) Faktor yang

mempertimbangkan pengaruh-pengaruh

internal terhadap keputusan untuk menolong,

hal ini juga termasuk menggambarkan situasi

suasana hati, pencapaian reward, empati,

mood seseorang. (2) Faktor eksternal seperti

jenis kelamin, kesamaan karakteristik,

kedekatan hubungan, dan daya tarik antar

penolong dan yang ditolong, jumlah

pengamatan lain, tekanan waktu, kondisi

lingkungan dan antribusi. (3) Faktor personal

yaitu mempertimbangkan sifat dari

penolong, hal ini mencakup sifat – sifat

kepribadian, gender dan religiusitas subyek

(kepercayaan religius).

Menurut Malhotra (2010), religuisitas

pengaruh utama melakukan perilaku

altruistik, karena orang yang religius

berkarakteristik lebih stabil, sehingga

spontanitas untuk beramal lebih tinggi.

Religiusitas menurut Komarudin (2008)

adalah suatu tindakan yang lebih mengarah

pada kualitas penghayatan dan sikap hidup

seseorang berdasarkan nilai – nilai

keagamaan yang diyakini.

Selain religiusitas, empati juga sangat

mempengaruhi perialku altruistik.

Sebagaimana penelitian Batson (2008)

menyatakan bahwa dengan empati dapat

mendorong seseorang untuk melakukan

perilaku altruistik. Mengamati seseorang

yang membutuhkan bantuan dapat

membangkitkan rasa kepedulian /empatik

untuk orang lain, kemudian termotivasi

untuk membantu.

Menurut Eklund (2006), empati adalah

respon afektif dengan menempatkan posisi

diri sendiri terhadap orang lain, melalui

penangkapan atau pemahaman dengan

melibatkan kondisi emosionalnya sehingga

mampu merasakan yang orang rasakan dan

apa yang diharapkan orang lain, orientasinya

untuk merespon orang lain dengan

melibatkan emosional dirinya sebagaimana

yang dirasakan orang lain.

Penelitian tentang perilaku altruistik

(altruism) pernah dilakukan oleh Arif (2010).

Kesimpulan pada penelitian ini adalah ada

hubungan positif antara kecerdasan emosi

dengan itensitas altruisme pada siswa SMA,

semakin tinggi kecerdasan emosi siswa maka

itensitas altruism siswa semakin tinggi,

demikian sebaliknya.

Penelitian lain tentang perilaku

altruistik dengan religiusitas dilakukan Shah

& Ali (2012), dengan judul: Altruism and

Belief in just world in young adults:

Relationship with Religiosity, penelitian ini

bertujuan untuk meexplorasikan antara

altruism dan kepercayaan pada dunia dengan

religiusitas pada orang dewasa, dan

dihasilkan bahwa religiusitas yang tinggi

berhubungan positif dengan BJW yang tinggi

dan altruism yang tinggi juga.

Page 6: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

6

Berdasarkan kajian teoritis diatas,

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah: Ada hubungan dan kontribusi secara

bersama – sama antara religiusitas dan

empati dengan perilaku altruistik. 2). Ada

hubungan antara religiusitas dan perialku

altruistik. 3) Ada hubungan antara empati

dengan perilaku altruistik.

Metode

Dalam penelitian ini perilaku

altruistik merupakan variabel tergantung dan

diukur dengan skala perilaku alitruistik

berdasarkan komponen yang dikemukakan

Einserberg dan Mussen (Dayakisni &

Hudaniah, 2003) Skala terdiri dari beberapa

komponen, meliputi: 1) Generosity, 2)

Cooperative, 3) Honesty dan 4) Helping.

Skala ini telah terbukti memiliki validitas

dan reliabilitas yang handal ( dengan r

bergerak dari 0,333 sampai 0,625 dan nilai

Alpha Cronbach 0,862). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah empati dan

religiusitas. Empati diungkap dengan

menggunakan skala empati berdasarkan

aspek – aspek yang dikemukakan Ambrosio

(2009) yang diambil dari teori Davis (1980)

pada the Interpersonal Reactivity Index

(IRI). Skala ini telah terbukti memiliki

validitas dan reliabilitas yang handal (

dengan r bergerak dari 0,311 sampai 0,616

dan nilai Alpha Cronbach 0,764).

Religiusitas dalam penelitian ini diungkap

dengan menggunakan skala religiusitas yang

berdasarkan teori dikemukakan oleh Glock

dan Strak (Holdcroft, 2006). Skala ini telah

terbukti memiliki validitas dan reliabilitas

yang handal ( dengan r bergerak dari 0,330

sampai 0,762 dan nilai Alpha Cronbach

0,915).

Metode sampling yang digunakan

penelitian ini adalah proportionate stratified

random sampling, yang diikuti 90 santri

pondok pesantren Al-asy’ari dari tingkat dua,

tiga dan empat. Data analisis menggunakan

analisis regresi berganda dengan bantuan

progam SPSS for Windows 16,0.

Hasil

Hasil analisis data menunjukkan hal –

hal sebagai berikut: Ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara religiusitas dan

empati dengan perilaku altruistik, dengan

nilai koefisien korelasi R = 0,701; F regresi =

38,742, p = 0,000 (p< 0,05). Ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara

religiusitas dan perilaku altruistik santri,

dengan nilai koefisien korelasi (r xly) sebesar

0,525 dengan p = 0,000 (p< 0,01). Ada

hubungan positif yang sangat signifikan

antara empati dengan perilaku altruistik

santri di pesantren, dengan koefisien korelasi

(r xly) sebesar 0,664 dengan p = 0,000 (p <

0,01). Berarti ketiga hipotesis bisa diterima.

Berdasarkan perhitungan tabel analisis

koefisien determinasi di dapat nilai R2 =

0.492 (49,2%), berarti religiusitas dan empati

memberikan kontribusi sebesar 49.2%

terhadap perilaku altruistik. Berdasarkan

hasil analisis diketahui perilaku altruistik

mempunyai nilai rerata empirik sebesar

92,52 lebih besar dari rerata hipotik 60, yang

berarti tingkat altruistik subjek penelitian

berada pada kategori sangat tinggi. Empati

memiliki rerata empirik 79,96 lebih besar

dari rerata hipotetik 57,5 yang berarti tingkat

empati pada subjek penelitian berada pada

kategori sangat tinggi. Religiusitas memiliki

rerata empirik 114,06 lebih besar dari rerata

hepotetik 72,5 yang berarti tingkat

religiusitas pada subjek penelitian berada

pada kategori sangat tinggi.

Bahasan

Page 7: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

7

Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan yang sangat signifikan antara

religiusitas dengan perilaku altruistik,

semakin tinggi nilai religiusitas yang dimiliki

santri maka semakin tinggi pula nilai

perilaku altruistik santri. Temuan ini

didukung oleh pendapat Batson (Zhao, 2011)

yang menyatakan bahwa orang yang religius

lebih terpengaruh untuk beramal atau

berperilaku altruistik. Menurut Shah & Ali

(2012), sebagian besar agama misalnya:

Hindu, Budha dan Islam mendorong adanya

perilaku altruistik. Agama dapat membawa

seseorang untuk berperilaku tanpa pamrih,

berbelas kasih dan bermurah hati, maka

melalui agama dapat menumbuhkan perilaku

altruistik. Penelitian yang sama, dilakukan

oleh Malhotra (2010), religuisitas pengaruh

utama melakukan perilaku altruistik, karena

orang yang religius berkarakteristik lebih

stabil, sehingga spontanitas untuk beramal

lebih tinggi.

Menurut Oliner (2008) salah satu

faktor yang mempengaruhi seseorang

berperilaku altruistik adalah adanya agama.

karena agama mengajarkan cinta sesama dan

saling memaafkan. Menurut Denelle dkk

(2005), religiusitas meningkatkan perilaku

altruistik dan empati karena orang yang

religius cenderung tidak agresif, hal ini

merupakan kontribusi melakukan perilaku

altruistik.

Hasil analisis data empati dan

perilaku altruistik menunjukkan koefisien

korelasi (r xly) sebesar 0,664 dengan p =

0,000 (p < 0,01) berarti ada hubungan yang

signifikan antara empati dengan perilaku

altruistik pada santri. Semakin tinggi empati

santri terhadap yang lainnya maka akan

semakin tinggi perilaku altruistik santri dan

sebaliknya semakin rendah empati santri,

akan semakin rendah perilaku altruistik

santri. Temuan ini juga didukung oleh

pendapat Batson (2008) menyatakan bahwa

dengan empati dapat mendorong seseorang

untuk melakukan perilaku altruistik.

Kepedulian empatik dikaitkan dengan afektif

seseorang yang menderita (bukan pada diri

sendiri), dan karena itu mempromosikan

motivasi yang benar-benar tanpa pamrih

untuk memberikan bantuan atau berperilaku

altruistik. (Maner & Gailliot,2006). Pada

Penelitian McMohan dkk (2005)

menganggap empati sebagai prediktor

perilaku pro-sosial, kemampuan untuk

memahami perspektif orang lain penting

dalam pengembangan dan ekspresi perilaku

pro-sosial.

Hipotesis empati-altruisme oleh

Batson (Bierhoff & Rohmann, 2004) adalah

kepedulian empatik benar-benar motivasi

altruistik. Terutama apabila penolong dalam

kondisi mudah baik atau personal distress,

karena munculnya kepribadian altruistik

yaitu tanggung jawab sosial, tanggung jawab

penolakan, dan empati disposisional

(Bierhoff & Rohmann, 2004).

Banyak temuan penelitian

menunjukkan bahwa suasana hati yang baik

dan kebahagiaan dapat memfasilitasi

altruisme. Hipotesis ini adalah bahwa adanya

simpati atau empati bagi yang membutuhkan

adalah Motif untuk kegiatan altruistik

(Habito & Inaba ,2006). Menurut Warneken

& Tomallo (2009), perilaku altruistik

merupakan perilaku yang alamiah,

berhubungan dengan rasa sosial seseorang

yang mampu menciptakan menumbuhkan

jiwa yang altruistik. Menurut Kakavolis

(Leontopoulou, 2010), ciri dari perilaku

altruistik adalah adanya berbagi, membantu,

bekerja sama dan memberikan hiburan .

Menurut teori de Waal bahwa dengan

melihat emosi orang lain secara otomatis

dengan tanpa sadar akan mengaktifkan

Page 8: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

8

asosiasi pribadi seseorang, sehingga akan

mampu untuk bereaksi terhadap pengalaman

orang lain (Preston & de Waal 2002).

Berdasarkan hasil analisis diketahuai

variabel religiusitas memiliki rerata empirik

114,06 lebih besar dari rerata hepotetik 72,5

yang berarti tingkat religiusitas pada subjek

penelitian berada pada kategori sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan sebagian yang besar

subjek telah memiliki tingkat religiusitas

yang baik, adanya pembelajaran diniyah dan

pembiasaan – pembiasaan spiritual dapat

membantu pada kuwalitas religi santri, santri

yang memiliki religi yang tinggi akan sangat

menyadari untuk menjalankan kehidupan di

pesantren dengan ikhlas, tentram dan

nyaman.

Empati memiliki rerata empirik 79,96

lebih besar dari rerata hipotetik 57,5 yang

berarti tingkat empati pada subjek penelitian

berada pada kategori sangat tinggi. Hal ini

menunjukkan sebagian besar santri telah

memiliki nilai empati yang baik. Santri

sudah terbiasa untuk membantu teman yang

mengalmi kesulitan, terjalin kerjasama

antara santri dan saling menghargai antara

satu dengan yang lainnya.

Perilaku altruistik memiliki rerata

empirik 92.52 lebih besar dari rerata hipotik

60, yang berarti tingkat altruistik subjek

penelitian berada pada kategori sangat tinggi.

Hal ini menunjukkan sebagian besar santri

telah memiliki perilaku altruistik yang baik.

Santri sudah terbiasa untuk memberikan

pertolongan, berperilaku kejujuran,

memberikan sumbangan dan membantu

teman baik yang mengalami kesulitan

maupun tidak. Mc.Guire & Neisz

(Leontopoulou,2010), menambahkan

karakteristik perilaku altruistik antara lain:

akan lebih suka memberi pertolongan, lebih

murah hati, mudah bersosialisasi, mampu

berinteraksi dengan berbagai karakter orang,

lebih populer diantara teman – temanya dan

menyadari untuk saling membutuhkan.

Adapun menurut menurut Leeds

(Taufik, 2012) menjelaskan kreteria dari

perilaku altruism, antara lain: Beorentasi

untuk memberikan kebaikan terhadap orang

lain atau kesejahteraan yang lainnya.

Pertolongan yang diberikan berproses dari

dari rasa empati dan simpati, kemudian

termotivasi untuk membeikan pertolongan.

Dan hasil akhir dari tindakanya bukan untuk

kepentingan sendiri atau tidak adanya

maksud – maksud lain yang bertujuan hanya

untuk kepentingan si penolong.

Hasil penelitian yang menunjukkan

sumbangan efektif variabel religiusitas dan

empati terhadap perilaku altruistik santri di

pondok pesantren adalah 49.2% yang

ditunjukan oleh koefisien determinasi (R2) =

0,492. Hal ini berarti terdapat 50,8% variabel

lain yang mempengaruhi perilaku altruistik

santri di pondok pesantren, seperti faktor

desakan waktu, daya tarik, bystander,

kemampuan yang dimiliki, adanya model,

suasana hati, jenis kelamin, pola asuh,

kepribadian, gender dan lain - lain.

Sumbangan efektif variabel empati

terhadap perilaku altruistik sebesar 0.440,

maka pengaruh empati terhadap perilaku

altruistik sebesar 44%. Sumbangan efektif

religiusitas terhadap perilaku altruistik

sebesar 0.276, maka pengaruh religiusitas

terhadap perilaku altruistik sebesar 27,6%.

Maka dapat disimpulkan bahwa empati dapat

memberikan kontribusi lebih besar daripada

religiusitas, dan empati memiliki pengaruh

variabel lebih kuat daripada religiusitas.

Temuan ini didukung oleh penelitian Eklund

(2006) bahwa empati dan prespektif taking

targetnya adalah melibatkan kepedulian

terhadap orang lain dan mensejahterakan

orang lain (perilaku altruistik), karena dalam

empati terdapat keprihatinan yang

mendalam. Feshbach (Albiero dkk, 2009),

Page 9: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

9

menganggap empati menjadi penentu

penting transaksi sosial, empati juga

tampaknya memainkan peran kunci dalam

pengembangan pemahaman sosial dan

perilaku sosial yang positif. Pada Penelitian

McMohan dkk (2005) menganggap empati

sebagai prediktor perilaku pro-sosial,

kemampuan untuk memahami perspektif

orang lain penting dalam pengembangan dan

ekspresi perilaku pro-sosial. Dalam

penelitian Batson (2008) menyatakan bahwa

dengan empati dapat mendorong seseorang

untuk melakukan perilaku altruistik.

Pernyataan bahwa religiusitas kurang

memberi kontribusi pada perilaku Altruistik,

kurang sejalan dengan hasil penelitian

Batson (Zhao, 2011) yang menyatakan

bahwa orang yang religius lebih terpengaruh

untuk beramal atau berperilaku altruistik.

Pichan (Zhao, 2011) menambahkan bahwa

semakin seseorang kuat dalam konsep

agamanya maka semakin berperilaku

altruistik.

Menurut Shah & Ali (2012), sebagian

besar agama misalnya: Hindu, Budha dan

Islam mendorong adanya perilaku altruistik.

Agama dapat membawa seseorang untuk

berperilaku tanpa pamrih, berbelas kasih dan

bermurah hati, maka melalui agama dapat

menumbuhkan perilaku altruistik.

Penelitian yang sama, dilakukan oleh

Malhotra (2010), religuisitas pengaruh utama

melakukan perilaku altruistik, karena orang

yang religius berkarakteristik lebih stabil,

sehingga spontanitas untuk beramal lebih

tinggi.

Menurut Oliner (2008) salah satu

faktor yang mempengaruhi seseorang

berperilaku altruistik adalah adanya agama.

karena agama mengajarkan cinta sesama dan

saling memaafkan. Menurut Denelle dkk

(2005), religiusitas meningkatkan perilaku

altruistik dan empati karena orang yang

religius cenderung tidak agresif, hal ini

merupakan kontribusi melakukan perilaku

altruistik.

Simpulan dan saran

Hasil penelitian menunjukkan Ada

hubungan positif yang sangat signifikan

antara religiusitas dan empati dengan

perilaku altruistik. Ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara religiusitas dan

perilaku altruistik santri. sehingga semakin

tinggi religiusitas santri maka semakin tinggi

perilaku altruistik santri di pesantren dan

sebaliknya semakin rendah nilai religuisitas

maka semakin rendah nilai perilaku altruistik

santri di pondok pesantren. Ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara empati

dengan perilaku altruistik santri di pesantren.

Sehingga semakin tinggi empati santri

semakin tinggi nilai perilaku altruistik dan

sebaliknya semakin rendah empati santri,

semakin rendah perilaku altruistik santri.

Hasil kategorisasi menunjukkan bahwa

tingkat religiusitas, empati dan perilaku

altruistik subjek tergolong pada kategori

tinggi.

Religiusitas dan empati memberikan

kontribusi sebesar 49.2% terhadap perilaku

altruistik. Hal ini berarti terdapat 50.8%

variabel lain yang mempengaruhi perilaku

altruistik santri di pondok pesantren.

Sumbangan efektif variabel empati terhadap

perilaku altruistik sebesar 0.440, maka

pengaruh empati terhadap perilaku altruistik

sebesar 44%. Sumbangan efektif religiusitas

terhadap perilaku altruistik sebesar 0.276,

maka pengaruh religiusitas terhadap perilaku

altruistik sebesar 27,6%. Maka dapat

disimpulkan bahwa empati dapat

memberikan kontribusi lebih besar daripada

religiusitas, dan empati memiliki pengaruh

variabel lebih kuat daripada religiusitas.

Page 10: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

10

Atas dasar tersebut disarankan Santri

yang menjalani pendidikan di pondok

pesantren (Boarding School) seyogyanya

santri tetap harus dilatih dan ditanamkan

pendidikan karakter, bersosialisasi, tolong

menolong, gotong royongan, bekerja sama

dan berukhuwah islamiyah, sehingga dengan

mudah santri mampu berperilaku untuk

mementingkan orang lain, seperti: memberi

pertolongan pada teman yang sakit,

membantu teman dalam kesusahan, tidak

membeda- bedakan teman dan lain – lain.

Dengan tingginya empati santri maka

perilaku altruistik benar – benar dapat

tertanam, sehingga dapat menumbuh

kembangkan kader bangsa yang mempunyai

jiwa sosial yang tinggi.

Meskipun hasil penelitian ini

menunjukkan nilai religiusitas yang tinggi,

nilai empati tinggi dan nilai altruistik tinggi,

namun tetap saja harus diperhatikan, karena

akan memberikan pengaruh pada kehidupan

santri. Bagi guru pembimbing dan para

satidz dan para pengurus untuk selalu

memberika suri tauladan dalam menumbuh

kembangkan kecerdasan sosial santri dan

religiusitas santri, yang merupakan bekal

bagi santri semasa di pondok maupun di

masyarakat.

Bagi peneliti selanjutnya yang berminat

melanjutkan penelitian terkait perilaku

altruistik santri di pondok pesantren dapat

memperhatikan variabel yang lain selain

variabel religiusitas dan empati, seperti

faktor norma sosial, kemiripan, gender,

mood, tekanan waktu dan lain – lain. Subjek

akan lebih baik apabila diambil dari sampel

yang lebih besar, membedakan nilai perilaku

altruistik dilihat dari jenis kelamin populasi,

sistem pondok pesantren yaitu modern dan

salafi dan lain – lain. Selain itu peneliti

berharap pada peneliti yang selanjutnya

dapat memberikan sumbangan pemikiran

yang lebih baik sehingga dikemudian hari

dapat dihasilkan suatu penelitian yang lebih

sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Afiatin, T., (2012). Pendidikan Karakter

Remaja dalam Keluarga, dalam

Faturochman dkk, (2012).

Psikologi untuk Kesejahteraan

Masyarakat, (Universitas Gadjah

Pustaka Pelajar , Yogyakarta)

Albiero, P., Martricardi, G., Speltri, D., &

Toso, D. (2009). The Assessment

of Empathy in Adolescence: A

contribution to the Italian

validation of the “basic Empathy

Scale”. Journal of Adolescence ,

32: 393-408.

Ali, Z.A., & Shah, S.S.,(2012), Altruism

and Belief just Word in Young

Adults: relationship with

Religiosity, Journal of Clinical

Psychology, Pakistan, 2, 35 – 46

Ancok, J., & Suroso, F.N., (2005).

Psikologi Islami, ( Pustaka Pelajar,

Yogyakarta).

Arif, A., (2010). Hubungan antara

Kecerdasan Emosi dengan

Intense Altruisme pada Siswa

SMAN I Tahunan Jepara, Skipsi

Thesis, UMS. ( tidak diterbitkan).

Arifin, & Syamsul, S.B., (2008). Psikologi

Agama, (Bandung: Pustaka Setia).

Azwar, Saifuddin., (2012). Penyusunan

Skala Psikologi, Edisi ke- 2,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Page 11: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

11

Baron, A.R., Branscombe, R.N., & Byrne,

D.E., (2007), Social Psychology,

University of Kansas.

Barr, J.J., & Alessandro, H.H., (2007).

Adolescent Empathy and

Prosocial Behavior in the

Multidimentional Context of

School Culture, The Journal of

Genetic School. Vol 168. 231-

250

Batson, C.D., & Ahmad, Y.N., (2009).

Using Empathy to Improve

Intergroup Attitudes and

Relations, The Psychology Study

of Social Issues, Vol.3, 141-177.

Batson,C.D., (2008). Empathy-Induced

Altruistic Motivation, Journal of

Department of Psychology,

University of Kansas, 1-30.

Baumeister, R. F., & Bushman, B. J.,

(2008). Social Psychology and

Human Nature. San Francisco,

CA: Wadsworth.

Besel, D.L., & Yuille, J.C., (2010).

Individual Differences in

Empathy: The role of Facial

Expression Recognitio, Journal

of personality and Individual

Differences, 49:107-112.

Bierhoff, W.H., & Rohman, E., (2004).

Alturistic Personality in the

Context of the Empathy-Alturism

Hypothesis.Ruhr- university

Bochum. Germany, European

Journal Personality. Vol.18, 351-

356

Byrne, B., & Baron, A. R., (2003),

Psikologi Sosial. (alih bahasa :

Ratna Djuwita dkk). Jakarta:

Erlangga.

D’Ambrosio, F., Besche, C., Didon, D., &

Olivier, M., (2009). The Basic

Empathy Scale: A French

Validation of a Measure of

Empathy in Youth. Journal of

Personality and Individual

Defferences. 45:160-165.

Davis, H.M., A Multidimensional

Approach to Individual

Differences in Empathy, The

University of Texas at Austin

JSAS Catalog of Selected

Documents in Psychology, 1980,

10, p. 85.

Dayakisni, T., & Hudaniah. 2003.

Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Dernelle, R., Verschueren, M., Trompette,

L., Pichon, I., & Saroglou, V.,

(2005). Prosocial Behavior and

Religion: New Evidence Based

on Projective Measures and Peer

Rating. Journal of Scientific

Study of Religion, 44, 323 – 348.

Dewi, P., (2012). Kontribusi Motivasi

Berprestasi dan Dukungan Sosial

terhadap Kecemasan menghadapi

Tes pada siswa SMPN III Simo

Boyolali, Thesis thesis, UMS.

Dovidio, J.E.,Panner, A.L., Piliavin, A.J.,

& Scroeder, A.D., (2004),

Prosocial Behavior: Multivel

Prespectives,

Annu.Rev.Psychol.56: 14.1-14.28

Elizabeth, S., (2011). Stress & Altruism.

Diakses dari

http/www.strees.about.com/od

/…/altruism.htm

Page 12: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

12

Enklund, H.J., (2006). Empathy and

Viewing the Other of Subject,

Scandinavian Journal of

Psychology, 47, 399-409.

Finn, E.S., (2008). The Many Faces of

Empathy in Experiential, Person-

Centered, Collaborative

Assessment. Journal of

Personality Assessment. Texas,

91:20-23.

Gailliot, T.M., & Maner, K.J., (2007).

Altruism and Egoism: Prosocial

Motivations for Helping depend

on Relationship Context,

European Journal of Social

Psychology, 37:347-358.

Goleman, D., (2003). Emosional

Intelligennce, Edisi-13

(Terjemahan oleh T. Hermaya),

Jakarta: Glamedia Pustaka

Utama.

Habito, R.L.F., & Inaba, K., (2008). The

Practice of Altruism Caring and

Religion in Global Perspetive.

New York: Cambridge Scholar

Publishing.

Hapsari, M.M., (2011). Altruisme pada

Relawan Mahasiswa, Skipsi

Thesis, UMS, (tidak diterbitkan)

Holdcroff, B., (2006). What is Religiosity,

the university of Tolido Louders

College, Catholic education: A

Journal of Inquiry an Practice,

Vol 10, no. 1, 89-103

Ismail., Huda, N., & Kholiq, A., Dinamika

Pesantren dan Madrasah, (Fak. Tarbiyah

IAIN Wali Songo. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta, 2002)

Jahoda, G., (2005). Theodor Lipps and

The Shift from “Sympathy” to

Empathy”. Journal of the

History of Behavioral Sciences,

Vol.41(2), 151- 163.

Jalaluddin, R., (2005). Psikologi agama :

Sebuah Pengantar, Mizan, Bandung

Kurniawan, S.,(2012). Pentingnya

Pendidikan Karakter, Catatan

harian syamsul, diakses dari

http/www/catatansyamsul.com

Knafo, A., Waxler, Z. C., Davido, M.,

Hulle, V. C., Robinson J.l., &

Rhee, S.H., : Empathy in Early

Childhood : Genetic,

Enviromental, and affective,

(2009). vol. 103 – 104

Koesoema, D., (2009). Pendidikan

Karakter di Zaman Keblinger:

Mengembangkan Visi Guru

sebagai Pelaku Perubahan&

pendidikan karakter, Grasindo:

Jakarta.

Kohler, B.D., (2004). Empathy,

Compassion and Cruelty, and

How They Connect, Presentation

at Einstein Forum.

Hidayat, K., (2008). Psikologi Beragama,

(Hikmah : Jakarta)

Laren, M.L., (2012). The Art of

Empathy, diakses dari

http/www/karlamclaren.com/six-

essential-aspects-of-empathy.

Laventhal, H. D., (2009). Altruism and

Volunteeris: The Perception of

Altruism in four Disciplines and

Their Impacton the Study of

Volunteerism, Journal for the

Page 13: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

13

theory of Social Behavior. 39:3,

0021-8308

Leontopoulou, S., (2010). An Exploratory

Study of Alturism in Gr eek

Children: Relations with

Empathy, Resilience and

Classroom Climate, Scientific

Research. Vol 1. 377-385

Malhotra, D., (2010), When are Religious

People Nicer? Religious Salience

and The “Sunday Effect” on Pro-

social behavior, Judgment and

Decision Making. Vol 5, 138-

143.

McMahon, D.S., Wernsman, J., & Parnes,

L.A., (2005), Adolescent Health

Brief: Understanding Prosocial

Behavior: The Impact of

Empathy and Gender among

African, American Adolescent,

Journal of Adolescent Health,

DePaul University, Chicago, Vol

39. 135-137.

Mus, Gus., (2009). Satu Rumah Seribu

Pintu, Pelangi Aksara.

Myears, G. David., (2012). Psikologi

Sosial, Salemba Humanika, Jakarta.

Pilliavin, A.J., (2008). Alturism and

Helping: The Evolution of a

Field: The 2008 Cooley-Mead

Presentation, European Journal.

209-222

Preston D. S., & Frans, D.W., (2002).

Empathy: Its ultimate and

Proximate Base, Behavioral and

Brain Scinces 25,1-72 , Printed in

the states of America, Cambidge

University Press.

Rahman, A.A. (2013). Psikologi Sosial,

(Rajagrafindo Persada, Jakarta).

Rohmah, F.R., (2010). Tingkat Empati

dan Tingkat Altruistik pada

Perawat Rumah Sakit Umum

dengan Rumah Sakit Jiwa, Skipsi

Thesis, UMS. ( tidak diterbitkan).

Rahmat, J., (2003), Psikologi Agama:

Sebuah Pengantar, (Mizan Pustaka,

Bandung).

Ruston,J.P., Chrisiohn, D.R. , & Fekken,

G.C., (1981). The Altruistic

Personality and the Self-report

Altruism Scale. Department of

Psyhology, Faculty of Social

Cience, The university of western

on tario, Canada vol. 2.

Sarwono, S., (2006). Psikologi Sosial:

Psikologi Kelompok & Psikologi

Terapan, (Jakarta: Raja

Grafindo).

Sarwono, W.S.,& Meinarno, A.E., (2011),

Psikologi Sosial, (Salemba

Humanika, Jakarta).

Sugiono, (2013), Statistik untuk

Penelitian, (Alfabeta, Bandung).

Smith, T.W., Altruism and Empathy in

America: Trends and Correlates,

National Opinion Research

Center/University of Chicago For

February 9, (2006).

Taufik., (2012) Empati Pendekatan

Psikologi Sosial, (Raja Grasindo Persada,

Jakarta).

Theurer, K., & Andrew, W., Altruistic

Behavior and Social Capital as

Predictors of Well-being among

Olders Canadians, Ageng &

Page 14: PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM ...eprints.ums.ac.id/31527/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf · dan empati terhadap perilaku altruistik santri di pondok pesantren Al-asy’ari

14

Society 30, 2010, 157 -181,

Cambridge University Press

(2009).

Tomasello, M. & Warneken,F. (2009),

The Roots of Altruism, British

Journal of Psychology, 100,

(455-471)

Zhao, lu., (2011) Exploring Religiosity’s

effects on Altruistic Behaviour,

social research Report,

Department of Psychology, Vol

1.

اإلتجاه نحو اإللتسام الديني (2006)بركات, ز.,

وعالقة بالتكيف النفسي واإلجتواعي

/ لدى طلبة جاهعة القدش الوفتوحة

. فلسطين هنطقة طوى لكرم التعليوية

(65)ص –, ب

,حقيقة التدين وهظاهره, .ناصر بن,عبد ,الكرين2013-02-24www.islamweb.net .