THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY...

31
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI NASKAH PUBLIKASI THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY AGAINST ACHIEVEMENT MOTIVATION OF STUDENTS AFTER MERAPI ERUPTION Oleh: SRI HARMI NIM : S.300090033 PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Transcript of THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY...

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP MOTIVASI

BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI

NASKAH PUBLIKASI

THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY AGAINST

ACHIEVEMENT MOTIVATION OF STUDENTS AFTER MERAPI

ERUPTION

Oleh:

SRI HARMI

NIM : S.300090033

PROGRAM MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

PENELITIAN

THE RELATIONSHIP OF SOCIAL SUPPORT AND RESILIENCY AGAINST ACHIEVEMENT MOTIVATION OF STUDENTS AFTER MERAPI

ERUPTION

Sri Harmi

ABSTRACT

The object of this research is for knowing the relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption. Hypothesis that is proposed in this research such as : 1) There’s a positive relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; 2) There’s a positive relationship between social support and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; and 3) There’s a positive relationship between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption. Observational method is used in this research is statistic parametric. Data analysis method is used is analysis double regression. Base on observational result can be known such as: (1) Correlation coefficient (r) between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 0,245 with p = 0,000. It means there’s a positive relationship between social support and resiliency against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; (3) Correlation coefficient (p) between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 0,235 with p = 0,000. It means there’s a positive relationship between resiliency and achievement motivation of survivor students after Merapi eruption; (4) Effective contribution of social support and resiliency variables against achievement motivation of survivor students after Merapi eruption is 8,3%. Key word : social support, resiliency, achievement motivation

1

RINGKASAN TESIS

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN RESILIENSI TERHADAP

MOTIVASI BERPRESTASI SISWA PASCA ERUPSI MERAPI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara yang rawan dengan terjadinya erupsi

merapi. Menurut hasil catatan direktorat Vulkanologi dan Bencana Geologi (DVMBG)

Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral menunjukkan ada 28 wilayah di

Indonesia yang rawan gunung berapi, diantaranya (Gunung Bromo, Krakatau, Kerinci),

Sumatra Utara, Sumatera Barat, Jateng dan DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) bagian

selatan, Jatim bagian selatan, NTT, Sulut, Sulteng dan Sulsel, Biak Yapen, dan Fak-Fak

di Papua serta Balikpapan, Kaltim. Fenomena ini dibuktikan dengan terjadinya erupsi

merapi beberapa bulan lalu. Misalnya saja di Klaten, Yogyakarta (DIY) dan Klaten

Jawa Tengah (Muzli, 2006).

Erupsi merapi yang terjadi di Klaten pada tanggal 26 oktober 2010 yang terjadi

pada pukul 05.30 menimbulkan banyak korban dan kerusakan yang cukup besar dan

terjadi secara merata, mulai dari kabupaten Cangkringan Klaten Jawa Tengah,

Yogyakarta, daerah Klaten di provinsi Jawa Tengah. Tercatat sebanyak 40 orang

meninggal dunia dan 810 orang mengalami luka-luka. Selain itu jumlah rumah yang

mengalami kerusakan mencapai 151 rumah dan yang mengalami rusak ringan sebanyak

151.

Di samping bangunan rumah penduduk yang banyak hancur dan rusak parah, sarana

infrastruktur juga mengalami kerusakan berat, seperti sekolah, rumah sakit, dan kantor

2

pemerintahan juga banyak yang rusak. Gedung sarana pendidikan dari pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD), TK, SD, SMP mengalami kerusakan akibat erupsi merapi,

mulai dari kerusakan ringan.Data di SMPN 2 Kemalang kebanyakan orang tua siswa

berprofesi sebagai penambang pasir dan petani. Rumah mereka tegalan dan semua

tanaman rusak kena lahar erupsi merapi.Maka sangat berpengaruh sekali terhadap

pembelajaran siswa. Disamping itu siswa juga biasanya bekerja sepulang sekolah

sebagai penambang pasir untuk membantu orangtua untuk meringankan beban orang

tua,membayar sekolahnya sendiri serta uang sakunya.Sekarang mereka tidak ada lagi

penghasilan.Bahkan dari 181 siswa SMPN 2 Kemalang ada 11 siswa sampai sekarang

belum masuk sekolah khususnya kelas 8 alasannya mereka kehilangan buku pelajaran

serta peralatan belajar lainnya.maka sangat tidak mustahil bila mereka mengalami

penurunan motivasi berprestasinya,karena dilihat dari keadaan lingkungan mereka

sampai sekarang yang belum menghasilkan apa-apa dan orang tua belum punya

penghasilan.

Hal ini ditunjukan dengan siswa malas mengerjakan tugas dari guru,sering

nongkrong (membolos) ketika jam pelajaran berlangsung,pulang sebelum jamnya dan

siswa sering melakukan tes ulang,karena nilai kurang memenuhi standar.Menurut para

guru,penyebabnya adalah kurangnya dukungan dari orang tua.Misal,jika orangtua

mendapat surat panggilan dari pihak sekolah terkait dengan perkembangan prestasi

anaknya,orang tua jarang datang dan kurang menghiraukan panggilan

tersebut.Sementara penyebab secara umum siswa masih mengalami rasa takut,khawatir

dengan datangnya bencana merapi susulan.Terkait dengan dukungan sosial yang

diberikan oleh pihak luar,memang banyak dukungan yang berupa materi,berupa

3

bantuan untuk pembanguna,bantuan alat tulis,bantuan dana belajar. Adapun bantuan

yang non materi tidak lewat sekolah bertujuan untuk mengembalikan pikiran positif

siswa,tetapi tidak ada feed back lagi , sehingga pelatihan-pelatihan tersebut di anggap

kurang maksimal.

Berdasarkan data di atas dan permasalahan di lapangan,maka penulis ingin

meneliti apakah dukungan sosial dan resiliensi mempengaruhi motivasi berprestasi

siswa pasca bencana erupsi merapi

Dari data Barkonas Klaten jumlah korban dan kerusakan yang dapat dilihat

bahwa bencana erupsi merapi tersebut membawa dampak yang cukup besar, baik

secara fisik maupun secara psikis. Diantara dampak kerusakan secara fisik berupa

banyaknya kerusakan sarana dan prasarana yang ditimbulkan, sebanyak 151 jumlah

rumah yang rusak baik mengalami rusak parah ataupun rusak ringan. Secara psikis

berkaitan dengan kondisi kejiwaan korban yang selamat, yakni banyaknya gangguan

psikologis yang dialami oleh para survivor erupsi merapi, diantaranya trauma, depresi,

stress, ketakutan, kecemasan dan lain sebagainya. Menurut hasil laporan, jumlah pasien

di rumah sakit jiwa meningkat drastis hingga 400 persen setelah terjadinya erupsi

merapi. Dari yang biasanya 60-70 orang perhari meningkat menjadi 269 pasien.

Tekanan akibat erupsi merapi juga membuat orang melakukan bunuh diri. “Mayoritas

korban erupsi mengalami gangguan jiwa karena erupsi merapi yang luar biasa”

(Setiawan, 2007).

Terkait dengan korban erupsi merapi, ada beberapa kelompok yang

dikategorikan rentan, diantaranya orang miskin, perempuan, lansia, dan anak. Anak dan

remaja juga mengalami kecemasan, ketegangan seperti yang dirasakan oleh orang

4

dewasa di sekitarnya. Seperti orang dewasa, anak mengalami perasaan yang tidak

berdaya dan tidak dapat mengontrol stress yang ditimbulkan oleh bencana. Tetapi tidak

seperti orang dewasa, anak dan remaja mempunyai pengalaman yang sedikit untuk

membantu mereka meletakkan situasi ke dalam kondisi yang positif (Setiawan, 2007).

Pada umumnya kerentanan anak dan remaja mengalami Post Traumatic Stress

Disorder (PTSD), gangguan emosional, kecemasan, keluhan somatis, cacat, luka, dan

masih banyak lagi. Pernyataan ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Frank dkk (2006) bahwa bencana banyak menimbulkan dampak psikologis, khususnya

terjadi pada anak-anak dan remaja. Gejala yang mereka alami rata-rata trauma,

gangguan emosional, dan depresi. Frank dkk (2006) mengungkapkan bahwa penyebab

dampak yang paling besar dialami oleh anak dan remaja karena mereka belum

mempunyai banyak pengalaman tentang musibah dan kesulitan hidup.

Hasil penelitian Susan dan Becker (2007) menemukan bahwa di India akibat

bencana mengakibatkan banyaknya penduduk yang mengalami gangguan psikologis

yang berupa panik, shock, kecemasan, adanya ketidak percayaan. Kejadian ini akan

berlangsung lama jika masyarakat yang ada di sekitarnya juga mengalami hal yang

sama. Gangguan psikologis post traumatic stress disorder (PTSD) juga banyak terjadi

pada korban bencana, setelah terjadinya bencana banyak gejala psikologis terutama

pada anak. Sekitar 264 anak dan remaja awal yang tinggal di daerah sekitar tempat

bencana, yakni Srilanka, menurut hasil diagnosa korban menderita gangguan post

trumatic stress disorder (PTSD). Gejala yang muncul ini menurut hasil assesmen 14%

sampai 39% berhubungan dengan bencana yang telah terjadi terutama korban yang

5

kehilangan orangtuanya, kehilangan tempat tinggalnya dan terhentinya kegiatan

belajarnya (Frank dkk, 2006).

Selanjutnya, dampak tersebut tidak hanya terkait dengan gangguan psikologis

para survivor bencana, tetapi juga merambah ke masalah pendidikan. Karena anak

ataupun remaja korban bencana yang mengalami gangguan psikologis juga terkait

dalam proses belajar siswa. Di sekolah, siswa lebih merasa ketakutan, mengalami

ketidaktenangan dalam belajar, lebih sulit bersosialisasi, lebih pendiam, dan sulit untuk

berkonsentrasi, sehingga gejala-gejala tersebut berakibat pada motivasi siswa (Donna,

2006).

Rusell dan Brenda (2008) menyatakan kondisi siswa yang belajar di tempat

yang mengalami bencana, penuh dengan konflik dan wilayah yang pernah terkena

bencana mengalami kondisi rasa tidak aman, penuh dengan ketakutan, kehawatiran

serta kurang konsentrasi terhadap materi yang disampaikan, semua gejala tersebut

diprediksikan dapat menyebabkan menurunnya motivasi khususnya motivasi

berprestasi siswa.

Berdasarkan beberapa penelitian dan pendapat para ahli di atas, menunjukkan

bahwa kondisi motivasi berprestasi siswa setelah mengalami bencana erupsi atau

mengalami pengalaman negatif terjadi penurunan, hal ini disebabkan siswa masih

merasa khawatir dan takut jika bencana tersebut terulang kembali.

Berliner dkk (2003) mengungkapkan untuk merespon fenomena tersebut perlu

adanya perhatian secara khusus dan penanganan yang mampu mengembalikan ke

suasana belajar seperti semula. Diantaranya, perlu adanya pemulihan pemikiran positif

terlebih dahulu terhadap anak-anak, remaja dan adanya dukungan dari orang yang ada

6

di sekitarnya, misalnya pendampingan guru, keluarga dan lingkungan sekitar secara

intensif untuk memahami emosi yang dirasakan individu serta untuk meningkatkan

proses pembelajaran siswa kembali.

Dukungan sosial baik dari masyarakat maupun segala bentuk perhatian yang

diberikan oleh orangtua, merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan prestasi

dan mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam proses belajar (Narulita,

2005; Burger, 1997). Selain mampu membantu meningkatkan prestasi belajar dan

motivasi berprestasi dukungan sosial juga mampu mereduksi stress pada individu.

Heejung, David dan Taylor (2008) melaporkan bahwa dukungan sosial merupakan

salah satu faktor penting yang bisa dijadikan sebagai bentuk untuk mereduksi tingkat

stress dan emosi negatif seseorang.

Karena dengan dukungan dari lingkungan yang ada di sekitarnya individu yang

mengalami stress merasa mendapat perhatian serta individu mampu mengurangi

bebannya dengan bercerita terhadap orang yang menolongnya.

Lebih jauh lagi You Huey (2002) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa

individu mampu bangkit dari keterpurukan dan mampu memicu motivasinya kembali

melalui dukungan keluarga yang selalu mendampingi dan menerima keluhan dari

individu. Dukungan tersebut bisa berbentuk: (a) perhatian dan mendengarkan setiap

keluhan individu, (b) mendukung dan membantu setiap permasalahan yang

diungkapkan oleh individu.

Dalam menghadapi situasi buruk atau ditimpa musibah, individu mempunyai

karakteristik yang berbeda-beda (individual differrences). Ada inidividu yang langsung

merasa sedih, depresi berat, stress, bahkan ada yang melakukan percobaan bunuh diri.

7

Namun ada juga individu yang merasa bahwa dengan pengalaman buruk yang

dialaminya justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai

sesuatu yang positif, dan inilah yang disebut sebagai resiliensi.

Bonanno (2005) menyatakan bahwa resiliensi merupakan kondisi seseorang

yang tabah, memiliki tingkat depresi dan trauma yang rendah ketika mendapatkan

bencana. Artinya resiliensi sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk menghadapi

setiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali setelah

individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang distress. Individu

dengan resiliensi tinggi mampu mengelola emosi secara sehat, meskipun individu

berhak untuk merasa sedih, marah, merasa kehilangan, sakit hati, dan tertekan.

Perbedaanya adalah individu tidak membiarkan perasaan sedih dan negatif itu menetap

dalam waktu lama. Individu mampu melakukan adaptasi secara cepat dari perasaan

negatif, sehingga tumbuh motivasi yang membantunya bangkit menjadi orang yang

lebih kuat.

Berkaitan dengan pendidikan, penelitian yang dilakukan oleh Steinhardt dan

Dolbier (2008) dengan subjek mahasiswa jurusan pilot ditemukan bahwa intervensi

resiliensi terhadap mahasiswa dapat dijadikan sebagai manajemen stress dan strategi

untuk menangani stress yang dialaminya. Semakin tinggi resiliensi yang dimiliki oleh

mahasiswa semakin tinggi pula tingkat kemampuannya dalam melakukan problem

solving dan self-esteem. Dengan demikian mahasiswa dapat termotivasi kembali untuk

melakukan kegiatan yang lebih menantang.

Smith, Vitaliano dan Yi (2005) juga menemukan bahwa resiliensi

sebagai prediktor positif yang mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada atlit

8

wanita mudah ketika meng hadapi perlombaan.Karena dengan sifat resiliensi yang

dimilikinya individu mampu bangkit dari kegagalan yang pernah dialaminya dan

menjadikannya sebagai sumber motivasi untuk meraih kesuksesan selanjutnya.

Landasan Teori

Berbagai kajian teoritis dan beberapa hasil penelitian diperoleh data bahwa

motivasi berprestasi siswa survisor bencana atau siswa yang pernah mengalami

pengalaman negatif dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun

faktor dari luar individu.

Di antara beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi motivasi berprestasi

siswa adalah dukungan sosial dan resiliensi. Motivasi berprestasi itu sendiri dikenal

sebagai istilah motivasi berprestasi instrinsik dan motivasi berprestasi ekstrinsik.

Motivasi berprestasi instrinsik merupakan motivasi, keinginan, harapan dan usaha yang

berasal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan motivasi berprestasi ekstrinsik

adalah tumbuhnya motivasi berprestasi tersebut dipengaruhi oleh dari faktor luar.

Faktor ekstrinsik inilah yang kemudian melibatkan dukungan pihak lain untuk

menumbuhkan motivasi berprestasi siswa. Dukungan sosial yang diberikan keluarga

dan pihak sekolah atau guru dianggap sebagai faktor ekstrinsik yang mampu

meningkatkan motivasi berprestasi siswa.

Dukungan sosial merupakan segala bentuk dukungan yang diberikan oleh orang

lain kepada individu sebagai bentuk interaksi sosial. Dukungan sosial yang diberikan

bisa berupa bantuan materi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh individu, dapat

berbentuk perhatian, ataupun kasih sayang. Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian

yang sudah dilakukan dukungan sosial ini sangat berguna untuk menolong dan

9

mendukung individu yang sedang terpuruk. Karena dengan dukungan sosial yang

diberikan oleh orang lain kepada dirinya maka individu merasa lebih mudah menjalani

kesulitan dan merasa tidak sendiri.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dukungan sosial mampu membantu

siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi dan mampu meningkatkan motivasi

berprestasinya, terutama siswa yang pernah mengalami kejadian traumatis. Misalnya

siswa yang daerahnya terkena erupsi merapi, suasana yang menimbulkan traumatis,

stress, depresi dan suasana yang menakutkan ini menimbulkan siswa mengalami

penurunan prestasi. Pada saat seperti inilah dukungan sosial yang diberikan oleh

keluarga, pihak, sekolah ataupun pihak luar lainnya dibutuhan, untuk membantu

mengembalikan kondisi siswa dalam keadaan semula.

B.Rumusan Masalah

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara internal maupun secara eksternal. Faktor-

faktor yang diasumsikan mempengaruhi motivasi berprestasi siswa survivor bencana

adalah dukungan sosial dan resiliensi. Akan tetapi asumsi ini hanya bersifat hipotetik

dan membutuhkan pembuktian secara empirik. Adapun rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan dukungan sosial dan resiliensi terhadap

motivasi berprestasi pada siswa survivor bencana erupsi merapi.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan dukungan sosial dan

resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa survivorerupsi merapi.

10

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap siswa survivor

erupsi merapi, pihak sekolah, guru dan lingkungan sekitarnya. Terciptanya motivasi

berprestasi yang tinggi dipengaruhi oleh dukungan sosial dan resiliensi. Oleh karena

itu, bagi para guru, orang tua, dan lingkungan sekitar memberikan dukungan sosial

kepada siswa erupsi merapi secara maksimal, agar siswa mampu meningkatkan

motivasi berprestasinya, terutama terhadap siswa yang mengalami cacat akibat erupsi

merapi. Karena secara psikologis, siswa tersebut lebih mengalami dampak negatif yang

lebih mendalam. Begitu juga dengan siswa bisa meningkatkan resiliensinya terhadap

dampak erupsi merapi, karena dengan memiliki resiliensi tinggi siswa bisa adaptasi

secara positif dari bencana erupsi merapi yang menimpanya dan mampu meningkatkan

motivasi berprestasinya.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis mayor

1. Ada hubungan posistif dukungan sosial dengan resiliensi terhadap

motivasi berprestasi siswa erupsi merapi

Hoptesis minor

2. Ada hubungan positif dukungan sosial dengan motivasi brepretasi siswa

erupsi merapi

3. Ada hubungan positif resiliensi dengan motivasi berprestasi siswa

erupsi merapi

11

B. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu metode kuantitatif, dengan menggunakan

pengukuran skala.

Alasan peneliti menggunakan skala mengacu pada pendapat Azwar (2007),

yakni:

a. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang keadaan dirinya sendiri.

b. Apa yang dinyatakan oleh subjek kepada penyelidik adalah benar dan dapat

dipercaya.

c. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah

sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Menurut Azwar (2003) skala memiliki karakteristik khusus yang membedakan

dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain. Beberapa karakteristik skala

sebagai berikut:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap

atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator prilaku dari atribut

yang bersangkutan, sehingga jawaban yang diberikan akan sangat tergantung pada

interpretasi subjek dan bersifat proyektif.

b. Skala psikologis selalu berisi banyak butir, karena indikator prilaku diterjemahkan

dalam bentuk butir-butir.

c. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua

jawaban diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh.

Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dukungan sosial,

skala resiliensi dan skala motivasi berprestasi.

12

a. Skala Dukungan Sosial

Skala dukungan sosial dalam penelitian ini yang terdiri dari empat aspek dukungan

sosial, yaitu: (1) dukungan emosional, dukungan ini berkaitan dengan kondisi manusia

yang membutuhkan perhargaan, perhatian dan kepercayaan, pengertian, kasih sayang,

dan keterbukaan, (2) dukungan informasional adalah dukungan yang berupa informasi,

nasihat, pengarahan, atau hanya pemberitahuan semata, (3) dukungan instrumental,

berkaitan dengan bantuan sarana dan prasarana untuk keluar dari permasalahannya,

berupa barang dan jasa seperti tempat tinggal, kebutuhan pangan, uang, transportasi

maupun suasana yang mendukung individu dan (4) dukungan penilaian, berupa

penilaian positif yang akan membantu individu untuk meningkatkan pengembangan

kepribadiannya Biasanya berupa kritik penilaian, pujian dan respon dari keluhan-

keluhan permasalahan yang dihadapinya.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem skala

dukungan sosial, dengan memperhatikan sifat favorable (mendukung) dan unfavorable

(tidak mendukung). Setiap aitem memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat sesuai

(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem

favorable (mendukung) adalah SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sebaliknya skor

untuk aitem unfavorable (tidak mendukung) adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1.

Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-rendahnya tingkat dukungan sosial

subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa dukungan

sosial yang diterima semakin tinggi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor

yang diperoleh subjek menunjukkan rendahnya dukungan sosial yang diterima.

13

Tabel 1

Skala Dukungan Sosial

No. Aspek-aspek

Dukungan Sosial

Favorable Unfavorable Jumlah

1. Dukungan emosional 1, 4, 6, 8, 10, 15, 16,

20, 31, 35, 51

7, 30, 39,

43,49,54,56,58

19

2. Dukungan

informasional

2, 5, 12, 18, 24, 32,

55

34,

36,40,44,50

12

3. Dukungan

instrumental

3, 11, 14,26, 27,

29, 46, 48, 52

19,23,33

38,41,42

15

4. Dukungan penilaian 9, 21, 22, 47, 53, 59

13,17, 25, 28,

37,45, 57

13

Jumlah 32 27 59

b. Skala Resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini. Aspek-aspek yang ukuran adalah: (1) kompetensi

pribadi, yakni standar yang tinggi pada seseorang untuk kuat dan bertahan pada tujuan

yang sudah ditetapkan oleh dirinya, meskipun berbagai rintangan dan kejadian

traumatik dialaminya, (2) kepercayaan seseorang pada naluri, memiliki toleransi pada

pengaruh negatif, yakni memiliki kekuatan diri untuk menghadapi dari pengaruh stress.

Aspek ini lebih memfokuskan pada ketenangan dan ketepatan waktu ketika

menyesuaikan diri dengan stress, (3) penerimaan diri yang positif terhadap perubahan

dan mempunyai hubungan yang baik dengan orang lain, hal ini ditunjukkan dengan

kemampuan adaptasi secara positif terhadap perubahan-perubahan yang ada. Pada

aspek ini, resiliensi seseorang juga melibatkan kemampuannya berhubungan dengan

lingkungan, (4) kemampuan kontrol seseorang pada tujuan untuk mendapatkan

14

dukungan dari orang lain, dan (5) adanya pengaruh spiritual, kepercayaan seseorang

terhadap takdir Tuhan.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem skala resiliensi,

dengan memperhatikan sifat favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak

mendukung). Setiap aitem memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat sesuai (SS),

sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem favorable

adalah SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sebaliknya skor untuk aitem unfavorable

adalah STS = 4, TS = 3, S = 2, SS = 1. Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-

rendahnya tingkat resiliensi subjek. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek

menunjukkan bahwa resiliensi yang dimiliki individu semakin tinggi, demikian juga

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek menunjukkan rendahnya

resiliensi yang dimiliki.

Tabel 2

Skala Resiliensi

No. Aspek-aspek Resiliensi Favorable Unfavorable Jumlah

1. Kompetensi pribadi 1, 8, 10,

11, 12, 15,

30, 32,16, 22,

33

11

2. Kepercayaan nurani, tolerasi

pada pengaruh negatif,

memiliki kekuatan untuk

menghadapi dari pengaruh

stress

5, 7, 14,

20

18, 29 6

3. Penerimaan diri yang positif

terhadap perubahan dan

mempunyai hubungan yang

baik dengan orang lain

2, 4, 6, 21, 25,27 6

4. Kontrol terhadap tujuan dan

usaha memperoleh dukungan

13, 23, 24

17, 19, 28, 35 7

5. Pengaruh spiritual 3, 9, 34

26, 31 5

Jumlah 19 16 35

15

a. Skala Motivasi Berprestasi

Skala motivasi dalam penelitian ini diadaptasi dari Haryu (2004) yang disusun

berdasarkan teori Rohwer (1980), yakni motivasi berprestasi instrinsik dan ekstrinsik.

Aspek instrinsik terdiri dari: (1) dorongan rasa ingin tahu, (2) tingkat aspirasi, (3)

keinginan mencapai keberhasilan secara berkesinambungan, (4) kecemasan dalam

berpestasi. Adapun aspek ekstrinsik adalah: (1) pencapaian tujuan dari faktor luar, (2)

standar hasil ditentukan dari faktor luar dan (3) keinginan untuk mencapai keberhasilan

karena pengaruh orang lain.

Aspek-aspek tersebut merupakan dasar dalam menyusun aitem-aitem motivasi

berprestasi, dengan memperhatikan sifat favorable dan unfavorable. Setiap aitem

memiliki empat pilihan jawaban yakni sangat setuju (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

dan sangat tidak sesuai (STS). Skor untuk aitem favorable adalah SS = 4, S = 3, TS = 2

dan STS = 1. Sebaliknya skor untuk aitem unfavorable adalah STS = 4, TS = 3, S = 2,

SS = 1. Skor total yang diterima menunjukkan tinggi-rendahnya motivasi berprestasi

siswa. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa motivasi

berprestasi siswa semakin tinggi, demikian juga sebaliknya semakin rendah skor yang

diperoleh subjek menunjukkan rendahnya motivasi berprestasi yang dimiliki.

Tabel 3

Skala Motivasi Berprestasi

Sumber

Motivasi

Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

Intrinsik Dorongan rasa

ingin tahu

1, 9 17, 18 4

Tingkat aspirasi 2, 3, 11,

12, 21, 27

15, 25 8

Keinginan

mencapai

keberhasilan secara

4, 6, 10,

29, 30

7, 31 7

16

berkesinambungan

Kecemasan dalam

berprestasi

20, 28, 36 8, 22 5

Ekstrinsik Pencapaian tujuan

dari faktor luar

5, 23, 37 16 4

Standar hasil

ditentukan oleh

faktor luar

32, 33, 38 19, 26 5

Keinginan untuk

mencapai

keberhasilan karena

pengaruh orang lain

14, 34, 35 13, 24 5

Jumlah 25 13 38

17

C. Hasil Analisis Data Penelitian

a. Deskripsi Data Penelitian

Analisis data deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran secara umum

dari keadaan data penelitian. Deskripsi tersebut dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel. 13

DeskripsiData Penelitian

No Variabel Mean SD

1 Dukungan Sosial 129,9778 9,02632

2 Resiliensi 78,2000 4,68493

3 Motivasi Berprestasi 83,5111 4,11088

Menurut Azwar (2002) terdapat beberapa kategorisasi subjek secara normatif

guna memberikan interpretasi terhadap skor skala, yaitu kategorisasi berdasarkan

distribusi normal, kategorisasi berdasarkan signifikan perbedaan, dan kategorisasi

berdasarkan pertimbangan eror standar dalam pengukuran. Dalam penelitian ini

menggunakan kategorisasi berdasarkan mode distribusi normal, yaitu kategori jenjang.

Distribusi normal terbagi dalam enam bagian deviasi standar, tiga bagian disebelah kiri

adalah mean yang bertanda negatif dan tiga bagian disebelah kanan adalah mean yang

bertanda positif. Pada penelitian ini penggolongan kedalam 3 kategori diagnosis tingkat

dari masing-masing variabel, maka keenam satuan deviasi standar tersebut dibagi

menjadi 3 bagian yaitu:

X <( - 1.0) = rendah

( - 1.0) < X < ( +1.0) = sedang

( + 1.0) < X = tinggi

Dengan perumusan yang dipergunakan tersebut diperoleh kriteria skor dukungan sosial,

Resiliensi dan motivasi berprestasi dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

18

Kriteria yang digunakan dengan rumus tersebut didasarkan pada asumsi bahwa skor

populasi subjek memiliki distribusi normal dan kriteria tersebut adalah acuan untuk

mengelompokkan keadaan subjek penelitian setelah diperoleh data empirik di lapangan

(Azwar, 1999).Deskripsi data yang telah diperoleh tersebut kemudian dibuat suatu

kriteria kategorisasi sehingga dapat diketahui bagaimana tingkat dukungan sosial

subjek penelitian.Kategori dukungan sosial dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut.

Tabel.14

Hasil Kategorisasi Skor Skala Dukungan Sosial

No Kategorisasi Skor Frekuensi Persentase

1 Tinggi X 130 99 55 %

2 Sedang 121<X<130 58 32,2 %

3 Rendah X <121 23 12,8 %

D. Pembahasan

Hasil yang telah dikemukakan di atas, perlu dibahas lebih lanjut.Pembahasan ini

lebih menitikberatkan pada hasil pengujian hipotesis yang merupakan laporan secara

empiris di lapangan dan keterkaitannya dengan teori yang ada.Penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui hubungan antara dukundan sosial dengan motivasi berprestasi.

Secara empiris berdasarkan analisis statistik terbukti bahwa ada hubungan positif antara

dukungan sosial dengan motivasi berprestasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien

korelasi ( r ) = 0,250 dan p = 0,000. Hal ini berarti semakin tinggidukungan sosial maka

semakin tinggi motivasi berprestasi mereka. Sebaliknya semakin rendah dukungan

sosial maka akansemakin rendah pula motivasi berprestasinya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapatNarulita ( 2005) dan Burger

(1997)yang menyatakan bahwa Dukungan sosial baik dari masyarakat maupun segala

19

bentuk perhatian yang diberikan oleh orangtua, merupakan salah satu faktor pendukung

kesuksesan prestasi dan mampu meningkatkan motivasi berprestasi siswa dalam proses

belajar. Dukungan yang diperoleh individu dari seseorang yang mempunyai kelekatan

emosional dan hubungan yang lebih dekat, maka dukungan tersebut sangat berarti.

Johnson dan Johnson (1991) menyatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari

orang-orang dekat dengan kehidupannya sehari-hari akan lebih mudah diterima oleh

individu sebagai bentuk bantuan yang efektif. dukungan sosial yang diberikan oleh

orang-orang yang berarti (significant others) akan lebih berarti dibandingkan dengan

dukungan yang diberikan oleh orang yang tidak berarti bagi individu tersebut.

Significant others menurut Cohen dan Syme (1985) bisa diberikan oleh pasangan,

kerabat, teman dekat, guru, atasan, ataupun tetangga.

Berdasarkan data yang terkumpul juga dapat diketahui mean empiris yang

menunjukkan rata-rata skor yang berhasil dicapai subjek. Melalui mean empiris ini

dapat diketahui rata-rata tingkat motivasi berprestasi dan dukungan social siswa

survivorerupsi. Berdasarkan hasil kategorisasi skor skala dukungan sosial dapat

diketahui bahwa dari 180 siswa survivorerupsi merapi yang di ambil sampel dalam

penelitian ini terdapat 99 siswa atau 55 % memiliki dukungan sosial dalam kategori

tinggi dan hanya 23 orang siswa yang termasuk dalam kategori rendah. Demikianpula

halnya dengan hasil kategorisasi skor skala motivasi berprestasi terdapat 38 siswa atau

21,1 % memiliki motivasi berprestasi tinggi dan hanya 17 orang siswa yang termasuk

dalah ketegori rendah. Ini berarti walaupun mereka adalah siswa survivorerupsi merapi

yang berada di daerah yang rawan bencana tetapi mereka tetap memiliki motivasi

berprestasi dalam belajar.Hal ini tentu saja di dukung oleh dukungan social yang

20

mereka dapatkan.Para siswa survivorerupsi merapi mendapatkan dukungan social yang

positif dari lingkungan sekitar, yang tentu saja sangat mendukung dalam keberhasilan

belajar siswa. Sehingga dimungkinkan siswa akan sukses dalam melaksanakan proses

pembelajarannya dan mampu meningkatkan prestasi dan motivasi berprestasinya.

E. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis sebagaimana yang telah diuraikan

pada bab 4, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dan

resiliensi dengan motivasi berprestasi siswa pasca erupsi merapi (F= 8,054,

R=0,245, dan p= 0,000). Hal inimenunjukkan bahwa hipotesis pertama yang

berbunyi ada hubungan antara dukungan sosial dan resiliensi dengan motivasi

berprestasi siswa pascaerupsi merapi terbukti kebenarannya.

2. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan

motivasi berprestasisiswa pasca erupsi merapi (r = 0,250 dan p = 0,000). Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis kedua yangberbunyi ada hubunganpositif antara

dukungan sosial dengan motivasi berprestasi siswa pasca erupsi merapi

terbuktikebenarannya.

3. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara resiliensi dan motivasi

berprestasi siswa pascaerupsi merapi (r = 0,235 dan p = 0,000). Hal ini menunjukkan

bahwa hipotesis ketiga yangberbunyi ada hubungan positif antara resiliensi dan

motivasi berprestasi siswa pascaerupsi merapi terbukti kebenarannya.

21

F. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian

ini, penulis mengajukan beberapa saran, sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian menyatakan ada hubungan yang positif antara dukungan sosial dan

resiliensi terhadap motivasi berprestasi siswa survivor erupsi merapi. Oleh karena

itu diharapkan pihak sekolah baik itu guru, kepala sekolah dan karyawan yang ada

di lingkungan sekolah untuk tetap memberikan dukungan sosial kepada siswa

survivor erupsi merapi. Dukungan sosial yang diberikan bisa dalam bentuk

dukungan moril ataupun materil. Sehingga dengan mendapatkan dukungan sosial

dari pihak sekolah siswa survivor erupsi merapi, motivasi berprestasinya tetap ada

walaupun mereka adalah siswa survivor erupsi merapi.

2. Bagi Pihak Keluarga

Dukungan sosial dari pihak keluarga akan sangat membantu menumbuhkan

motivasi berprestasi bagi siswa survivor erupsi merapi. Orangtua, kerabat, tetangga

dapat memberikan dukungan sosial dalam bentuk perhatian, memotivasi anaknya,

kerabatnya, tetangganya agar tetap sekolah walaupun dalam keadaan bencana.

Sehingga dengan demikian siswa tetap bersemangat untuk sekolah, hal itu tentu

saja akan berpengaruh pada motivasiberprestasinya. Walaupun mereka adalah

siswa survivor erupsi merapi mereka tetap memiliki motivasi berprestasi belajar

yang tinggi.

22

3. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat mempertahankan resiliensinya dalam menghadapi bencana.

Sehingga walaupun mereka dalam keadaan bencana mereka tidak larut dalam duka

bencana. Siswa dapat bangkit dari bencana yang menimpanya dan tetap

bersemangat untuk sekolah, sehingga motivasi berprestasi belajar siswa survivor

erupsi merapi tetap tinggi untuk meraih cita-cita yang diimpikan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pelaksanaan penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, pada

peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat menggali lebih banyak lagi variabel-

variabel lainnya yang berhubungan dengan motivasi berprestasi siswa survivor

erupsi merapi, misalnya: pendapatan orang tua, jenis kelamin, nilai raport, cita-cita

mengingat sumbangan efektif dukungan sosial dan resiliensi terhadap motivasi

berprestasi siswa survivor erupsi merapi hanya sebesar 8,3 %. Hal ini berarti masih

ada 91,7 % faktor-faktor lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa

survivor erupsi merapi diluar variabel dukungan sosial dan resiliensi.

23

DAFTAR PUSTAKA

Astuti,R.(2008).Resilien pada Dukuh Pasca Gempa Bumi di Yogyakarta.Skripsi (tidak

diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Atkinson,A.(1974).Motivation in Fantacy Action and Society.Englewood Cliffs New

Jersy : D.Vanostrand.

Azwar,S.(2007). Metode Penelitian (Edisi ke-1,Cetakan I). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Offset.

Azwar,S.(2003). Penyusun Skala Psikologi (Edisi ke-1,Cetakan VI). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Bargeman,C.S.,Bisconti,L.,& Wallace,S. (2006).Psychological Resilience,Positive

Emotion and Succesfull Adaptation Stress in Latter Life.Journal of Personality

and Social Psychology, 91 (4),730-749.

Berliner,L., Hyman, I., Thomas,A.,& Fitzgerald,M.(2003).Children’s Memory for

Trauma and Positive Exprinces.Journal of Traumatic Stress, 16 (3), 229-236.

Beyer,S. (1995).Maternal Employment and Children’s Motivation Avhievement :

Parenting Style as a Mediating Variable.Development Journal, 15,212-153.

Bonanno, G. A. (2004). Loss, Trauma,and Human Resilience: Have We

Underestimated the Human Capcity to Thrive after Extremely Aversive

Events.American Psychologist Association,59 (1),20-28.

Bonanno, G. A. (2005). Resilience in the Face of Potential Trauma. Current Directions

in Psychological Science Journal, 14,135-138.

Bonanno, G. A., Galea, S., & David, V. (2007). What Predicts Psycological Resilience

after Disarter? The Role of Demographics, Resources, and Life Stress. Journal

of consulting and Clinical Psycology, 75 (5), 671-6892.

Bondy, E., Ross, D., Gallingane, C., & Hambacher, E (2007). Creating Environment of

success and Resilience Culturally Responsive Clasroom Management and

More. Education Journal, 42 (4), 326-348.

Brooks, R., & Goldstein, S. (2008) The Mindset of Teachers Capagble of Fostering

resilience in students. Canadian Journal of School Psycology, 23, (1), 114-126.

Burger, J. M. (1997). Personality Improving Achievement. The American School Board

Journal, 186, 34 – 37.

24

Calhoun, F., & Acocella, J. R. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan

kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang: IKIP semarang Press.

Cobb, S. (1979). Social support as a Mediator of Life Stress. Psychosomatic Medicine

Journal, 38, 300 – 314.

Cohen, S., & syme, S.L. (1985). Social Support and Health. London: Academic Press,

Inc.

Dalgard, O.S., & Haheim, L. L. (1998). Psychosocial Risk Factor Andmortality: A

Prospective Study with Spesial Focus on Social Support, Social Participation,

and Locus of Control in Norwa, Journal of Epidemiology and Community

Heath, 52, 476-481.

Dewi, C. M. (2006)Pengaruh Pembelajaran Ekonomi di SMA dengan Metode Jigsaw

terhadap Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Siswa. Tesis (tidak

ditertibkan). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Donna, G.A. (2006). The Aftermath of Disater: Cgildren in Crisis. Journal Of Clinical

Psychology: In Session, 62(8), 1001 – 1016.

Eccles, J. S., & Harold, R. D. (1993). Parent-School Involment during Adolescence:

The Esrly Adolescence Year. Teachers College, 94 (3), 568 – 588.

Everal, D. R., Althrows, J. L., & Paulson, L.B. (2006). Creating a Future: a study of

Resilience in suicidal Female Adolescence. Journal of Counseling &

Develpoment, 84, 461 – 470.

Feldman, L., & Fernald, P. S. (1999). Introduction to Psychology ( Edition). India:

A. I. T. B. S. Publisher & Distributor.

Frank, S., Claudia, C., Martina, R., & Thomas K. (2006). Post-tsunami Stress: A Study

of Psottraumatic Stress disorder in Children Living in Three Severely Affected

Regions in Sri Lanka. Journal of Traumatic Stress, 19 (3), 339 – 347.

Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Goodenow, C. (1994). Clasroom Belonging among Esrly Adolescent Students:

Relationships to Motivation and Achievement. Journal of Early Adolescence,

13, 21 – 29.

Green, C. L., & Walker, J. M. (2007) Parent’ Motivations for Involvement and

childern’s Education: An Empirical Test of a Theritical Model of Parental

Involment. Journal of Educational Psychology, 99, 532 – 544.

25

Grotberg, E. (1995). A Gide to Promoting Resilience in Childern: Strengthening the

Human spirit. London: New Harbinner Publication Inc.

Gunarsa, S. D & Gunarsa, s. D. (1995). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.

Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (1996). Metode Riset (Jilid 2). Yogyakarta: Andi Offset.

Haryu, S. (2004). Hubungan antara Pengasuhan Islami dengan Self – Regulated

Learning, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar. Tesis (tidak diterbitkan).

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hasanah, N. (2008). Dinamika Dukungan Sosial Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II.

Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah

Mada.

Hoge, A. E., Austin, D. E., & Pollack, H. M. (2007). Resilience, Research Evidence

and Conceptual for Postraumatic Stress Disorder. American Educational

Research Journal, 29, 239 – 152.

Hossler, D., & Stage, F. K. (1992). Fa,ily and High school Experience Influence on

Postsecondary Educational Plan of Grade student. American Educational

Research Journal, 29, 425 – 451.

Hurlock, E. B. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Erlangga.

Jonshon, D. W., & Johnson, F.P. (1991). Joining Together; Group Theory and Group

skill. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Kaplan, H. I., Sadock, B. J., & Grebb, J. A. (1997). Sinposis Psikiatri, Ilmu

Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis (Edisi ke-7, Jilid ke-1), Terjemahan.

Jakarta: Binarupa Aksara.

Kobasa, S.C. (1979). Stressfull Life event, personality and Health: An Inquary into

Hardiness. Journal of Personality and social Psychology. 37, 1 – 11.

Layne, C. M., Pynoos, R. S., Saltzman, W. R., Arslanagi, B., Savjak, N., & Popovi, T.

(2001). Trauma/Grief-Focused Group Psychotherapy: School-Based Postwar

Intervention With Traumatize Bosnian Adolescents. Group Dynamics Journal,

5, 277 – 290.

Lundeto, A. (2007). Motivasi Belajar, Motivasi berprestasi siswa. UNM: Jurnal Iqro’.

26

Luthar, S. (1993). Methodological and Conceptual Issues in Researh on Childhoop

Resillience. Journal of Chil psychology and psychiatry. 34 (4), 234 – 244.

Mackay, K., & Iwasaky, Y. (2005). Building Strengths and Resillience: Leisue as a

Stress Survival Strategy. Journal of Guidance & Counselling, 33 (1), 1469 –

2534.

Mancini, A., & Bonanno, G. A. (2006). Resllience in the Face of Potential Trauma:

Clinical Practices an Ilustrations. Journal of Clinical Psychology, 6 (8), 971 –

985.

Marjoribanks, K. (1986). A Longitudinal study of Adolescents’ Aspirations Asassessed

by Seginer’s Model. Merril - Palmer Quarterly Journal, 32, 211 – 229.

Mau, W. C., & Bikos, L. H. (2000). Educational and Vocational Aspirations of

Minority and Female Students: A Longitudinal Study. Journal of counseling

and Development, 78, (2), 186 – 194.

McClelland, D. C. (1987). Human Motivation. New York: The Press Syndicate of The

University of Chambridge.

Miller, G. (2005). The tsunami’s Psycholgyal Aftermath. Science Journal, 309 (37),

1030 – 1033.

Milner, R., & Woolfolk, A. (2002). Respect, Social Support, and Teacher Efficacy: a

Case Study. Education Journal, 3, 26 – 65.

Morgan, T., Richard, A., John R., Weissz, J., & Schopler, R. (1986). Introduction to

Psychology. Toronto: Mc Graw-Hill.

Mouton, S., & Hawkins, J. (1996). School Attachment: Perspective of Low- Attached

High school Students. Education Psychology, 16 (3), 297 – 305.

Munauwarah, S. (2008). Tipe Kepribadian Tangguh, Harga diri, Dukungan Sosial dan

Resiliensi Pada remaja Penyintas Bencana Gempa Bumi di Yogyakarta. Tesis

(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Muzli. (2006). Laporan Berita Gempa Bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 dan sekilas

tentang Gempa Bumi. Diunduh dari http://drmunz.com/SMIJG.index-

Dateien/Gempabumi.ppt pada tanggal 27 Januari 2009.

Narulita, M. F. (2005). Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Presepsi

Dukungan Sosial dengan Prestasi Akademik Mahasiswa. Tesis (tidak

diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

27

Nettles, M., Mucherah, S., & Dana, S. (2000). Understanding Resillience: The role of

Social Resources. Journal Of education for Student Placed At Risk, 5 (1&2), 47

– 60.

Niaz, U. (2006). Role of Faith and Resillience in Recovery from Psychotrauma.

Pakistan. Journal of Medical Science, 22, 204 – 207.

Ninawati. (2002). Moyivasi Berprestasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 4 (8), 77 –

78.

Nisa, H. (2008). Pelatihan Manajemen stress untuk Meningkatkan resiliensi Remaja

Penyintas Gempa dan Tsunami di Naggroe Aceh Darussalam. Tesis (tidak

diterbitka). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Parasuraman, S., greenhouse, J. H., & Granrose, S. C. (2002). Role stressor, Social

Support, and well-Being among Two-Career Couples. Journal of organizational

and behavior, 13, 339 – 356.

Quaglia, R. J., & Cobb, C. S. (1996). Toward a Theory of Student Aspirations. Journal

of Research in Rural Education, 12 (3), 127 – 132.

Rahmawati. (1991). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi Belajar pada

siswa Negeri IV Yogyakarta. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas

Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Rinaldi. (2008). Resiliensi pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari jenis kelamin

dan Usia Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Rini, S. (2001). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian dirri pada

Masa Pensiun. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Robin, S. P. (1996). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi, (edisi bahasa

Indonesia). Jakarta: PT. Prenhallindo.

Robbins, T. W. (2005). Controlling Stress. How the Brain Protects it self from

Depression: Nature Neuroscience. Psyciatry Journal, 8, 261 – 262.

Rohwer, W. D. (1980). Educational Psychology. New York: Holt and Witson.

Rola, F. (2006). Hubungan antar Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi Pada

Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: USU.

Rosmalia. (2006). Hubungan antara Persepsi Remaja Mengenai Keterlibatan Ayah

dalam Pengasuhan dengan Motivasi Berprestasi dalam Pelajaran Bahasa

28

Inggris. Ringkasan Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Rusell, W., & brendia, A. (2008). Understanding and Adressing The California Latino

Achievment Gap in Early Ementary School. Journal of Education, 41, 456 –

471.

Saliyo. (2003). Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Prestasi Belajar. Tesis

(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Salovey, P., & Sluyter, D. J. (1997). Emotional Development and Emotional

Intelligence: educational Implications. New York: Basic Books.

Safarino, E. P. (1998). Health Psychology: Biopsychosocial Interraction ( Edition).

New York: John Wiley & Sons, Inc.

Setiawan, B. (2007). Pelajaran dari Yogya dan Aceh. Yogyakarta: Partnership for

Governance Reform.

Sheri, C. L., & Radmaker, S. A. (1992). Healt Psychology: Challenging the Biomedical

Model. Singapore: John Wiley and Sona, Inc.

Shofiah, V. (2002). Hubungan Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi dengan

Prestasi Belajar pada Mahasiswa Universitas Islam Batik Surakarta Tahun

akdemik 2000/2001. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Smith, R. Vitaliano, E., & Yi, J. P. (2005). Stress- Resilience, Illness, and Coping: A

Person-Focused Investigation of Young Women Athetes. Journal of Behavioral

Medicine, 28, 257-265.

Snyder, C. R., & Lopez, C. (2007). Positive Psycyhology in Scientic and Practical

Exploration of Human strength. London: Sage Publication.

Steinhardt, M., & Dolbier, C. (2008). Evaluation of a Resilience Intervention to

Enchance Coping Strategies and Protective Factors and Decrease Symptology.

Journal of American College Health, 56 (4), 214-225.

Sudjiono, A. (2003). Hubungan Kecerdasan emosi, Kebiasaan Belajar dan Motivasi

Berprestasi dengan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 3 SLTP Negeri

Kota Surabaya Tahun. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah

Mada.

Sulaiman, W. (2004). Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus &

Pemecahannya. Yogyakarta: Penerbit Andi.

29

Supriyanto, A. (2003). Hubungan Motivasi Berprestasi dan Peranan Layanan

Bimbingan Konseling dengan Penyesuaian Diri Siswa di SMU Muh. 1 Kota

Magelang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Suryabrata, S. (2000). Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

Rosdakoemar.

Triton, P. B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Tusaie, K., & Dyer, J. (2004). Resilience: A Historical Review of the Construct.

Holistic Nursing Practive Journal, 7, 3-10.

Utamingsih, D. (2002). Hubungan Dukungan Sosial dan Optimisme dengan

Penggunaan Emotional Focused Coping. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Winkel, W. S. (1986). Psikoli Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Wuryani, W. E. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

You Huey, J. (2002). Stress, Health and reciprority and Sufficiency of Social

Psycholoy, 14 (3), 353-370.

Yu, D. F., Lee, D. F., & Woo, J. (2004). Psychometric Testing of the Chinese Version

of the medical Outcomes study social Support Survey (MOS- SSS-C). Research

in Nursing and Health, 27, 135-143.

Yu, X., & Zhang, J. (2007) Factor Analisys and Psychotometrics Evaluation of

Connor-Davidson Resillience Scale (Cd.Risc) with Chinese People. Social

Behavior personality, 35 (1), 19-30.

Zakiyatul, F. (1997). Evektifitas Pelatihan Berpikir Positif untuk Meningkatkan

motivasi berprestasi Siswa SMA. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.