PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 ·...

27
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 780 Ket: Ab= Albit; Bt=Biotit; Chl= Klorit; Clay= Mineral berukuran lempung; Cst= Kasiterit; Dck= Dickite; Feox= Mineral oksida; Gbs= Gibsit; Goe= Goethit; Hall= Haloisit; Hem= Hematit; Ill= Ilit; K-Fld= K- Feldspar; Kao WX= Kaolinit well crystalline; Kao Px= Kaolinit poor crystalline; Mont= Montmorilonit; Mrg= Margarit; Ms= Muskovit; MS= Material sedimen; Opq= Mineral opak; Or= Ortoklas; Phe=Phengit; Pl= Plagiklas; Plg= Paligorskit; Prl= Pirofilit; Py= Pirit; Qz P= Kuarsa primer; Qz S= Kuarsa sekunder; Ser= Serisit; Sme= Smektit; Tpz= Topas; Tur= Turmalin; subhedral, tekstur umum inekuigranular, tekstur khusur fanero porfiritik. 447 Granit bertekstur sedang Ukuran kristal fenokris (1 - 4 mm) dan massa dasar (< 1 mm), tingkat kristalinitas holokristalin, bentuk dan hubungan antar kristal subhedral, tekstur umum inekuigranular, tekstur khusus porfiritik dan intergrowth. Sme, Kao, Chl Bt, Tpz,Tur, Ms, Ser, Qz, Ill/mica, Hem Qz S, Ser, Opq, Tpz, Ms, Tur, Ep Qz S, Ser, Tpz, Ms, Tur, Cst Qz, Ser, Ms, Tpz, Tur, Cst Greisen 448 Granit bertekstur sedang Ukuran kristal fenokris (1 - 4 mm) dan massa dasar (< 1 mm), tingkat kristalinitas holokristalin, bentuk dan hubungan antar kristal subhedral, tekstur umum inekuigranular, tekstur khusus porfiritik dan intergrowth. Kao, Hall Bt, Tpz, Goe, Ser, Hem Qz P, Or, Bt Feox, Qz S, Ser, Clay, Tpz, Ms, Cst Qz S, Ser, Tpz, Ms, Cst Greisen

Transcript of PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 ·...

Page 1: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

780

Ket: Ab= Albit; Bt=Biotit; Chl= Klorit; Clay= Mineral berukuran lempung; Cst= Kasiterit; Dck= Dickite; Feox= Mineral oksida; Gbs= Gibsit; Goe= Goethit; Hall= Haloisit; Hem= Hematit; Ill= Ilit; K-Fld= K-Feldspar; Kao WX= Kaolinit well crystalline; Kao Px= Kaolinit poor crystalline; Mont= Montmorilonit; Mrg= Margarit; Ms= Muskovit; MS= Material sedimen; Opq= Mineral opak; Or= Ortoklas;Phe=Phengit; Pl= Plagiklas; Plg= Paligorskit; Prl= Pirofilit; Py= Pirit; Qz P= Kuarsa primer; Qz S= Kuarsa sekunder; Ser= Serisit; Sme= Smektit; Tpz= Topas; Tur= Turmalin;

subhedral, tekstur umuminekuigranular, teksturkhusur fanero porfiritik.

447Granit

bertekstursedang

Ukuran kristal fenokris (1 -4 mm) dan massa dasar (< 1mm), tingkat kristalinitasholokristalin, bentuk danhubungan antar kristalsubhedral, tekstur umuminekuigranular, teksturkhusus porfiritik danintergrowth.

Sme, Kao, ChlBt, Tpz,Tur, Ms,Ser, Qz, Ill/mica,

Hem

Qz S, Ser,Opq, Tpz,Ms, Tur,

Ep

Qz S, Ser, Tpz,Ms, Tur, Cst

Qz, Ser, Ms,Tpz, Tur, Cst Greisen

448Granit

bertekstursedang

Ukuran kristal fenokris (1 -4 mm) dan massa dasar (< 1mm), tingkat kristalinitasholokristalin, bentuk danhubungan antar kristalsubhedral, tekstur umuminekuigranular, teksturkhusus porfiritik danintergrowth.

Kao, Hall Bt, Tpz, Goe,Ser, Hem

Qz P, Or,Bt

Feox, Qz S, Ser,Clay, Tpz, Ms,

Cst

Qz S, Ser, Tpz,Ms, Cst Greisen

Page 2: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

781

GEOLOGI DAN PERSEBARAN MINERALISASI TIMAH, UNSUR RADIOAKTIFDAN UNSUR TANAH JARANG DI BLOK LEMBAH JAMBU,KECAMATAN TEMPILANG, KABUPATEN BANGKA BARAT,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Jalu Bias Firdausi1*

Miftah Mukifin Ali2

Sutanto3

Suprapto41*Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta2Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta3Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta4Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

*corresponding author : [email protected]

ABSTRAKPulau Bangka termasuk kedalam jalur Granit yang membentang sepanjang asia tenggara mulai dariThailand sampai Kepulauan Bangka-Belitung. Kondisi tersebut menyebabkan Pulau Bangka kayaakan sumber daya timah, unsur radioaktif dan unsur tanah jarang. Penelitian ini terletak di daerah IUPPT. Timah Tbk yaitu Blok Lembah Jambu, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi, pola persebaran alterasi dan mineralisasitimah, persebaran unsur radioaktif (Uranium dan Thorium) dan persebaran unsur tanah jarang (Y, La,Ce). Metode yang digunakan adalah pemetaan geologi permukaan dan soil sampling denganmenggunakan bor auger. Analisa yang dilakukan adalah analisa petrografi, analisa mineragrafi, analisaASD (Analytical Spectral Devices), dan Analisa XRF (X-Ray Fluorosence). Berdasarkan hasilpengamatan lapangan dan analisa petrografi didapatkan 4 satuan batuan diantaranya Satuan BatupasirTanjunggenting, Satuan Fine Grain Granit Klabat, Satuan Coarse Grain Granit Klabat dan SatuanEndapan Alluvial. Berdasarkan himpunan mineral yang ditemukan di lapangan dan analisa ASD,terdapat 5 zona alterasi yaitu Turmalin + Klorit, Turmalin + Kaolinit ± Phengit, Kaolinit + Kuarsa ±Illit ± Muskovit, Kaolinit ± Phengit ± Kuarsa dan Kuarsa + Kaolinit ± Palygorskit. Nikai kadar rata-rata berdasarkan data XRF didapatkan nilai kadar rata- rata unsur Timah (Sn) adalah 569.3 ppm,Torium (Th) 56.5 ppm, Uranium (U) 17.8 ppm, Yttrium (Y) 31.2 ppm, Lantanum (La) 110.5 ppm,dan Serium (Ce) 139.5 ppm. Kontrol litologi dan struktur geologi menjadi faktor yang penting dalamproses terbentuknya alterasi, mineralisasi timah, dan keterdapatan unsur radioaktif dan unsur tanahjarang.Kata Kunci : granit klabat, timah, unsur radioaktif, unsur tanah jarang

1. Pendahuluan1.1.Latar BelakangIndonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sumber daya alam salah satunya

berjenis mineral dan batubara. Sumber daya alam mineral umumnya masih ada keterdapatandi daerah-daerah yang belum dieksploitasi, keterdapatannya sangat erat dengan prosesmagmatisme dan hidrotermal oleh karena itu pemetaan geologi berstudi khusus membahasendapan mineral harus dilakukan agar mengetahui potensi-potensi daerah yang belumditambang.

Pulau Bangka terutama Blok Lembah Jambu, Tempilang merupakan salah satu daerahyang membentuk tipe endapan greisen yang kaya akan mineralisasi timah. Produksi timahmerupakan komoditas utama dalam eksplorasi endapan mineral logam di Pulau Bangka yangmembuat Indonesia merupakan salah satu negara penghasil timah terbesar di dunia.

Page 3: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

782

Pembentukan endapan timah yang tersebar di sepanjang Pulau Bangka secara umum berasaldari pembentukan magma asam akibat proses peleburan kerak benua pada proses kolisi.

Persebaran dan konsentrasi dari suatu zona mineralisasi dapat diketahui denganmelakukan pemetaan geologi, mengenali daerah ubahan hidrothermal, dan juga pembuatanzonasi alterasi-mineralisasi pada endapan hidrothermal. Penelitian zonasi dan genesa alterasi-mineralisasi tersebut dapat memberikan informasi mengenai prospektifitas endapanhidrothermal sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan kegiatan pertambanganberikutnya.

1.2. Maksud dan TujuanTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui genetis serta karakteristik alterasi dan

mineralisasi yang terdapat di wilayah eksplorasi PT. Timah Tbk dengan mengacu padarumusan masalah yaitu kondisi geologi, kontrol struktur geologi terhadap alterasi danmineralisasi, tipe alterasi dan mineralisasi timah dan asosiasi mineralnya, serta letakmineralisasi timah primer yang potensial di lokasi penelitian.

2. Metode PenelitianMetodologi yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode analisa Petrografi,

Mineragrafi, ASD (Analitycal Spectral Devices) dan XRF (X-Ray Fluorosence). Metode inidilakukan dengan analisa berbagai sampel yang terdapat pada lokasi penelitian Blok LembahJambu, Kecamatan Tempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka danBelitung (Gambar 1).

3. Data3.1. Stratigrafi Daerah PenelitianBerdasarkan pengambilan data lapangan yang selanjutnya dilakukan analisa laboratorium

pada lokasi penelitian, didapatkan 4 satuan batuan yang menyusun lokasi penelitian. Satuanbatuan yang didapatkan pada lokasi penelitian dari yang berumur tua-muda, yaitu SatuanBatupasir Tanjunggenting (Trias Awal-Tengah), Satuan Fine Grain Granit Klabat (TriasAkhir-Jura Awal), Satuan Coarse Grain Granit Klabat (Trias Akhir-Jura Awal) dan SatuanEndapan Alluvial (Kuater) (Tabel 1). Persebaran litologi penyusun daerah penelitian ditampilkan dalam peta geologi (Gambar 2).

3.1.1. Batupasir TanjunggentingSatuan batuan ini didominasi oleh batupasir yang berukuran pasir halus hingga pasir

kasar yang memiliki warna segar cream dan warna lapuk coklat tua. Satuan ini disusun olehlitologi yang terdiri dari batupasir perselingan dengan lempung dan hornfels. Satuan inididominasi oleh batupasir (Gambar 3).

Pemerian lapangan : warna segar: cream, warna lapuk : abu-abu, ukuran butir : pasirhalus (1/8-1/4 mm)- pasir kasar (1-2 mm), derajat pembundaran : membundar, derajatpemilahan : terpilah baik, kemas : tertutup, komposisi mineral; fragmen ; kuarsa, feldspar,matrik ; mineral berukuran lempung, semen ; oksida, struktur sedimen : perlapisan. (Gambar4).

Berdasarkan analisis petrografi (Gambar 5) dari sampel pada lokasi pengamatan 4(Gambar 6) didapatkan presentasi komponen mineral terdiri dar mineral primer : horblend(10%), kuarsa primer (10%), kalium feldspar (10%), litik (5%), mineral sekunder : mineral

Page 4: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

783

oksida (25%), mineral lempung (20%), kuarsa sekunder (15%), mineral opak (5%). dalamanalisis petrografi bernama Feldspathic Wacke (Berdasarkan Klasifikasi Gilbert, 1954).

3.1.2. Fine Grain Granit KlabatSatuan batuan ini terdiri oleh intrusi batuan beku plutonik berupa granit dengan ukuran

yang halus (< 1 mm) hingga fanerik sedang (1 - 5 mm). Berdasarkan data dilapangansingkapan dari Satuan Fine Grain Granit Klabat berada pada lokasi bukaan tambang rakyat(pit) yang terletak secara setempat (Gambar 7).

Pemerian lapangan : warna segar : merah muda, warna lapuk : merah kecoklatan, tekstur :masif, derajat kristalisasi : hipokristalin, derajat granularitas : fanerik sedang (1 - 5 mm),bentuk kristal : subhedral, relasi : inequigranular porfiritik, komposisi mineral : kuarsa( 15 % ), feldspar ( 35 % ), mineral lempung ( 10% ), mineral oksida ( 40% ) (Gambar 8).

3.1.3. Coarse Grain Granit KlabatSatuan batuan ini terdiri oleh intrusi batuan beku plutonik berupa granit dengan ukuran

kristal yang sedang hingga kasar yaitu fanerik sedang (1 - 5 mm) – fanerik kasar (5 - 30 mm).Berdasarkan data dilapangan singkapan dari Satuan Coarse Grain Granit Klabat berada padalokasi bukaan tambang rakyat (pit) yang terletak secara luas pada daerah Lembah Jambu(Gambar 9).

Pemerian lapangan : warna segar : merah muda, warna lapuk : merah kecoklatan, tekstur :masif, derajat kristalisasi : hipokristalin, derajat granularitas : fanerik sedang (1 - 5 mm) –fanerik kasar (5 - 30 mm), bentuk kristal : subhedral, relasi : inequigranular porfiritik,komposisi mineral : kuarsa ( 15 % ), feldspar ( 30 % ), mineral lempung ( 20% ), mineraloksida ( 35 % ). (Gambar 10).

Berdasarkan analisis petrografi dari sampel pada lokasi pengamatan 42 (Gambar 11)didapatkan presentasi komponen mineral terdiri dari mineral primer : plagioklas feldspar(35%), kuarsa primer (5%), mineral sekunder : mineral oksida (35%), mineral lempung (20%),mineral opaque (5%), dalam analisis petrografi bernama Granit (Berdasarkan Klasifikasi ClanWilliams, 1954).3.1.4. Endapan AluvialSatuan batuan ini terdiri oleh material lepas dengan ukuran lempung (1/256 mm) hingga

bongkah (256 mm). Berdasarkan data di lapangan singkapan dari Endapan Aluvial beradapada tepian sungai (Gambar 12).

Pemerian lapangan: warna segar : coklat, warna lapuk : coklat tua, tekstur : masif, terdiridari endapan sungai hasil dati tailing tambang tersusun atas bongkah, brangkal, krakal, krikil,pasir, lanau, lempung, batuan beku dan batuan sedimen (Gambar 13).

3.2. Struktur Geologi Daerah PenelitianStruktur geologi yang berkembang pada lokasi penelitian berupa kedudukan perlapisan

batuan, kekar dalam bentuk sheeted vein (kekar berlembar) dan sesar. Mengacu kepada Katili,(1967) di Pulau Bangka terdapat tiga kali deformasi tektonik. Berdasarkan data lapangan sesaryang ada di lokasi penelitian terdiri dari 4 sesar yaitu sesar LP 1, sesar LP 13, sesar LP 14 dansesar LP 41. Data-data sesar yang digunakan untuk melakukan analisa stereografis terdiri daridata shear fracture, gash fracture dan arah breksiasi.3.2.1. Kedudukan Perlapisan BatuanBerdasarkan data lapangan ditemukan kedudukan perlapisan batuan yang berada di

Satuan Batupasir Tanjunggenting yaitu pada litologi batupasir dan batulempung. Kedudukan

Page 5: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

784

perlapisan batuan memiliki kedudukan umum N 029ᴼ E/20ᴼ dengan kemiringan lapisankearah tenggara (Gambar 14).3.2.2. KekarBerdasarkan data di lapangan ditemukan kekar yang berupa sheeted vein (kekar

berlembar). Kekar-kekar tersebut tersebut dijumpai pada Satuan Batupasir Tanjunggenting,Satuan Fine Grain Granit Klabat dan Satuan Coarse Grain Granit Klabat. Setelah dilakukananalisa streografis, kekar pada lokasi penelitian memiliki tegasan utama N 028ᴼ E (Gambar15). Kekar-kekar berlembar di lapangan terisi mineral oksida, kuarsa dan mineral lempung.Kekar-kekar tersebut berperan sebagai celah untuk fluida hidrotermal masuk danmengendapkan mineral kasiterit.

3.2.3. SesarBerdasarkan data lapangan ditemukan dua jenis sesar yaitu sesar mendatar kiri dan sesar

mendatar kanan. Sesar mendatar kiri di lapangan ditemukan pada sesar LP 1 (Gambar 16) dansesar LP 14 (Gambar 17) dengan arah relatif Tenggara – Baratlaut. Sesar mendatar kanan dilapangan ditemukan pada sesar LP 13 (Gambar 18) dan sesar LP 41 (gambar 19) dengan arahrelatif Baratdaya – Timurlaut. Bidang sesar tidak ditemukan di lokasi penelitian karenakondisi batuan yang lapuk kuat. Data-data sesar yang digunakan untuk melakukan analisastreografis terdiri dari data shear fracture, gash fracture dan arah breksiasi.

3.3. Alterasi Daerah PenelitianHimpunan mineral di lokasi penelitian dibagi menjadi lima zonasi himpunan mineral

(Lampiran MM 05). Berdasarkan temperatur pembentukan dari temperatur tinggi ke rendah,yaitu Zona Turmalin + Klorit, Zona Turmalin + Kaolinit ± Phengit, Zona Kaolinit + Kuarsa ±Illit ± Muskovit, Zona Kaolinit ± Phengit ± Kuarsa dan Zona Kuarsa + Kaolinit ± Palygorskit.Dijumpai pula alterasi oksida yang merupakan hasil dari proses permukaan pada semuazonasi. Persebaran alterasi daerah penelitian di tampilkan dalam peta alterasi (Gambar 20).

Diperkirakan sumber panas yang membawa fluida hdrotermal berasal dari Bukit Sengiriyang berada dibagian Baratlaut lokasi penelitian. Hal ini dibuktikan dengan adanya alterasiyang kuat pada LP 13, LP 14, LP 42 dan LP 43. Fluida hidrotermal ini keluar melewati zonalemah berupa sesar LP 14 (Sesar Mendatar Kiri), dimana sesar mendatar kiri diperkirakanmemiliki umur yang lebih tua karena terbentuk zona alterasi yang kuat.

3.3.1. Zona Himpunan Turmalin + KloritTahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi pada zona ini memiliki kisaran

temperatur fluida 200˚-300˚C. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sample dari hasilsoil sampling pada lokasi ini secara keseluruhan bewarna kemerahan pada host rock batupasirdengan terdapat mineral Turmalin dan Klorit. Mineral Oksida seperti Hematit hadir secaramelimpah disertai hadirnya Geothit dan Gibbsit yang terjadi akibat proses supergen. Setelahdilakukan perhitungan harga Kx dari analisa ASD fluida yang berperan pada proses ini adalahfluida hidrotermal. Berdasarkan Corbett dan Leach (1998), zona alterasi Turmalin + Kloritmemiliki kisaran pH 3-6 atau asam netral pada saat pembentukanya.

3.3.2. Zona Himpunan Turmalin + Kaolinit ± Phengit

Tahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi pada zona ini sudah mengalamipenurunan temperatur dengan hadirnya mineral kaolinit, dimana kisaran temperatur fluida160˚-300˚C. Berdasarkan hasil pengamatan sample dari hasil soil sampling di lapangan secarakeseluruhan berwarna orange hingga kemerahan pada host rock batupasir dan sebagian granit.Mineral Oksida seperti Hematit hadir melimpah pada zonasi ini. Setelah dilakukanperhitungan harga Kx dari analisa ASD fluida yang berperan pada proses ini adalah fluida

Page 6: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

785

hidrotermal. Berdasarkan Corbett dan Leach (1998), zona alterasi Tourmalin + Kaolinit ±Phengit memiliki kisaran pH 3-4 atau asam - neur netral pada saat pembentukanya.

3.3.3. Zona Himpunan Kaolinit + Kuarsa ± Illit ± Muskovit

Tahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi pada zona ini kembali mengalamipenurunan temperatur, dimana kisaran temperatur fluida 140˚-300˚C. Berdasarkan hasilpengamatan di lapangan secara keseluruhan berwarna orange hingga kemerahan pada hostrock batupasir dan sebagian granit (Gambar 21). Mineral Oksida seperti Hematit hadirmelimpah pada zonasi ini. Setelah dilakukan perhitungan harga Kx dari analisa ASD fluidayang berperan pada proses ini adalah fluida hidrotermal. Berdasarkan Corbett dan Leach(1998), zona alterasi Kaolinit + Kuarsa ± Illit ± Muskovit memiliki kisaran pH 3-4 atauasam- neur netral pada saat pembentukanya.

3.3.4. Zona Himpunan Kaolinit ± Phengit ± Kuarsa

Tahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi pada zona ini sudah mengalamipenurunan temperatur, dimana kisaran temperatur fluida 140˚-300˚C. Berdasarkan hasilpengamatan di lapangan secara keseluruhan berwarna orange hingga kemerahan pada hostrock batupasir. Mineral Oksida seperti Hematit hadir melimpah pada zonasi ini. Setelahdilakukan perhitungan harga Kx dari analisa ASD fluida yang berperan pada proses ini adalahfluida hidrotermal. Berdasarkan Corbett dan Leach (1998), zona alterasi Kaolinit ± Phengit ±Kuarsa memiliki kisaran pH 2-4 atau asam- neur netral pada saat pembentukanya.

3.3.5. Zona Himpunan Kuarsa + Kaolinit ± Palygorskit

Tahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi pada zona ini semakain mengalamipenurunan temperatur, dimana kisaran temperatur fluida 40˚-180˚C. Berdasarkan hasilpengamatan di lapangan secara keseluruhan berwarna orange hingga kemerahan pada hostrock batupasir (Gambar 22). Mineral Oksida seperti Ferrihydrit dan Hematit hadir melimpahserta terdapat sedikit Goethit dan Gibbsit pada zonasi ini. Setelah dilakukan perhitunganharga Kx dari analisa ASD fluida yang berperan pada proses ini adalah fluida hidrotermal.Berdasarkan Corbett dan Leach (1998), zona alterasi Kuarsa + Kaolinit ± Palygorskitmemiliki kisaran pH 2-3 atau asam- neur netral pada saat pembentukanya.

3.3.6. Zona Himpunan Mineral Oksida

Tahap pembentukan dari himpunan mineral alterasi oksida hadir pada setiap zonahimpunan mineral kisaran temperatur fluida 0˚-360˚C (Gambar 23). Mineralisasi oksida initerbentuk pada permukaan dimana proses yang berperan adalah proses pengkayaan supergen.Proses ini terjadi pada saat mineral yang memiliki unsur logam, karena proses pelapukan danpelindian kemudian mineral yang memiliki unsur logam tersebut terlarut menjadi senyawasulfat. Senyawa sulfat yang mengandung unsur logam tersebut kemudian masuk bersamaandengan air meteorik melalui rekahan sampai menembus muka air tanah hingga prosesoksidasi sudah tidak terjadi dan kemudian terendapkan kembali.

4. Hasil dan Pembahasan4.1. Kontrol Struktur terhadap Alterasi

Berdasrkan hasil dari analisa struktur geologi berupa sesar, didapatkan sesar mendatarkiri terdiri dari sesar LP 1 dan sesar LP 14. Kemudian sesar mendatar kanan terdiri dari sesarLP 13 dan sesar LP 41. Berdasarkan Katili, (1967) sesar mendatar kiri terbentuk terlebihdahulu dari pada sesar mendatar kanan. Hal ini di lapangan dapat dibuktikan dengan adanya

Page 7: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

786

alterasi yang kuat dan keterdapatan retas-retas di sepanjang sesar serta pola dari alterasi yangcenderung mengikuti pola sesar. Sesar mendatar kanan yang terbentuk setelah sesar mendatarkiri kemudian membuat sesar mendatar kiri menjadi lebih terbuka dan membuat alterasi lebihyang intens. Dari beberapa hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sesar mendatar kiri dipotongoleh sesar mendatar kanan.

Hasil data yang ditemukan di lapangan menunjukan bahwa penyebaran alterasi mengikutijalur dari zona sesar. Hal ini terjadi dikarenakan dalam bagian zona sesar terdapat bagian yangmengalami extension dan compression (Gambar 24). Pada bagian extension alterasi terjadisecara kuat sedangkan pada bagian compression alterasi tetap terjadi tetapi terjadi secara lebihlemah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa daerah zona sesar khusunya perpotongan dua sesarmerupakan jalur tempat fluida mengalir kemudian mengubah batuan samping yang dilewatioleh fluida tersebut (Gambar 25). Untuk alterasi yang terjadi bisa bervariasi tergantung padakondisi dari pH dan temperaturnya.

4.2. Mineralisasi Daerah Penelitian

Lokasi peneltian merupakan daerah dimana struktur geologi khusunya kekar berkembangsecara kompleks. Kekar-kekar yang kemudian berkembang menjadi urat dengan pengisiberupa kuarsa, mineral lempung dan mineral oksida. Urat-urat ini memiliki tebal antara 2 mm– 2 cm dengan jarak rata-rata 8 cm antar urat yang memiliki orientasi yang sama. Melaluianalisa Mineragrafi, terlihat bahwa kasiterit sebagai mineral pembawa timah selalu ditemukandidalam urat mineral oksida, kuarsa dan mineral lempung (Gambar 26). Berdasarkan haltersebut kasiterit di lokasi penelitian dibawa oleh fluida hidrotermal yang juga mengendapkanmineral oksida, kuarsa dan mineral lempung dalam urat. Dapat dikatakan bahwa di lokasipenelitian berkembang suatu sistem mineralisasi timah primer yang melibatkan proseshidrotermal ditandai dengan adanya alterasi-alterasi yang kuat.

Keberadaan kasiterit pada urat mineral oksida, kuarsa dan mineral lempung jugadiperkuat oleh hasil analisis XRF pada urat-urat di lokasi penelitian. Secara megaskopis urat-urat yang terisi oleh mineral kasiterit berada pada kekar-kekar berlembar (sheeted vein) padalitologi batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting dan Granit Satuan Coarse Grain GranitKlabat (Gambar 27B) dan (Gambar 27C). Selain terdapat pada kekar-kekar berlembarmineralisasi kasiterit selaku pembawa Timah juga terdapat pada lode vein (Gambar 27A).

Berdasarkan sampel lapangan yang kemudian dilakukan analisa XRF (X-RayFluorescence) didapatkan kadar dari Sn yang berbeda-beda pada setiap sampelnya. Satuanyang digunakan dalam satuan kadar Sn adalah ppm (part per million). Berdasarkan kadaryang berbeda dibuat Peta Anomali Sn di darah penelitian. Kadar Mineralisasi Sn terdiri darikadar paling rendah yaitu 0 ppm dan kadar paling tinggi yaitu 28900 ppm. Kadar dengan nilaiSn tertinggi terdapat pada urat didaerah zona sesar mendatar kiri LP 14. Persebaran kadar Sndaerah penelitian ditampilkan dalam peta mineralisasi (Gambar 28).

4.3. Kontrol Litologi Terhadap Mineralisasi

Berdasarkan pengamatan di lapangan, litologi pada daerah penelitian terdiri dari granit,batupasir, batulempung dan hornfels. Berdasarkan beberapa litologi tersebut, dijumpaiperbedaan antara litologi dengan berkembangnya kekar dilapangan, Dimana dalam kasus inikekar yang nantinya berkembang menjadi urat adalah sebagai media pembawa mineralkasiterit. Kekar-kekar tersebut berperan sebagai celah untuk fluida hidrotermal masuk danmengendapkan timah. Batupasir dari Satuan Batupasir Tanjunggenting di lapangan cenderungmemiliki kekar-kekar berlembar (sheeted veins) yang lebih kompleks dibandingkan litologi

Page 8: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

787

lainya (Gambar 29). Hal ini desebabkan karena batupasir memiliki sifat getas yang lebihtinggi dibandingkan dengan litologi lainya apabila mengalami deformasi.

4.4. Karakteristik Tipe EndapanBerdasarkan karakteristik tipe endapanpada (Tabel 2), dapat disimpulkan bahwa tipe endapan pada lokasi penelitian mengacukepada modifikasi Scherba, (1970); dalam Pirajno, (2009) adalah Tipe EndapanGreisen dalam Fase Pengendapan Urat (Gambar 30).

4.5. Unsur Radioaktif Daerah Penelitian

Keberadaan unsur radioaktif berupa unsur U (Uranium) dipengaruhi oleh kontrol litologidan struktur geologi, sedangkan keberadaan unsur Th (Torium) lebih dipengaruhi olehstruktur geologi. Pada daerah penelitian berdasarkan grafik (Gambar 31) dibagi beberapakelas penggolongan kadar unsur U dengan kelas tertinggi yaitu 25-50 ppm dan unsur Thdengan kelas tertinggi yaitu 106-232 ppm (Gambar 32). Perebaran unsur U ditampilkan dalampeta (Gambar 33) dan persebaran unsur Th ditampilkan dalam peta (Gambar 34).

4.6. Unsur Tanah Jarang Daerah Penelitian

Keberadaan unsur tanah jarang berupa unsur Y (Yttrium) dipengaruhi oleh kontrollitologi dan struktur geologi, sedangkan keberadaan unsur Ce (Serium) dan unsur La(Lantanum) lebih dipengaruhi oleh struktur geologi. Pada daerah penelitian berdasarkangrafik (Gambar 35) dibagi beberapa kelas penggolongan kadar unsur Y dengan kelas tertinggiyaitu 50-92 ppm dan unsur Ce dengan kelas tertinggi yaitu 135-221 ppm (Gambar 36) sertaunsur La dengan kelas tertinggi 125-151 ppm (Gambar 37). Persebaran unsur Y ditampilkandalam peta (Gambar 38) dan persebaran unsur Ce ditampilkan dalam peta (Gambar 39) sertapersebaran unsur La ditampilkan dalam peta (Gambar 40).

5. KesimpulanBerdasarkan pembahasan geologi hasil dari interpretasi, kemudian dibuktikan dengan

data lapangan dan didukung dengan data laboratorium pada Blok Lembah Jambu, KecamatanTempilang, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dapatdisimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan pengamatan bentuklahan dan didukung oleh data di lapangan, stratigrafipada lokasi penelitian terdiri dari 4 satuan batuan, dari tua – muda yaitu SatuanBatupasir Tanjunggenting (Trias Awal-Tengah), Satuan Fine Grain Granit Klabat(Trias Akhir-Jura Awal), Satuan Coarse Grain Granit Klabat (Trias AkhirJura Awal),dan Endapan Alluvial (Kuater).

2. Berdasarkan data di lapnagan, struktur geologi yang berkembang pada lokasipenelitian terdiri dari kedudukan batuan, kekar dan sesar. Kedudukan perlapisanbatuan memiliki kedudukan umum N 029ᴼ E/20ᴼ SE. Kekar pada lokasi penelitianmemiliki tegasan utama N 028ᴼ E. Kekar-kekar berlembar yang terisi mineral oksida,kuarsa dan mineral lempung. Kekar-kekar tersebut berperan sebagai celah untukfluida hidrotermal masuk dan mengendapkan timah. Sesar pada lokasi penelitian yaitusesar mendatar kiri sesar LP 1 dan sesar LP 14 dengan arah baratlaut – tenggara dansesar mendatar kanan sesar LP 13 dan sesar LP 41 dengan arah timurlaut – baratdaya.Sesar mendatar kiri dengan arah baratlaut – tenggara berperan dalam mengontrolmineralisasi, dimana pada sesar ini dijumpai timah dengan kadar tinggi.

3. Berdasarkan data di lapngan dan didukung dengan analisa ASD, alterasi yangberkembang diindikasikan sebagai alterasi hidrotermal kemudian dibagi menjadi 5himpunan mineral, yaitu Turmalin + Klorit ± Smektit, Turmalin + Kaolinit ± Phengit,Kaolinit + Kuarsa ± Illit ± Muskovit, Kaolinit ± Phengit ± Kuarsa dan Kuarsa +

Page 9: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

788

Kaolinit ± Palygorskit ± Muskovit. Dijumpai pula alterasi oksida yang merupakanhasil proses permukaan.

4. Tipe mineralisasi timah primer adalah berupa pengisiian pada urat-urat berlembar danlode vein. Mineral pembawa timah primer yaitu kasiterit yang terdapat pada urat-uratberlembar berasosiasi dengan urat kuarsa, urat mineral lempung dan urat mineraloksida.

5. Berdasarkan karakteristik tipe endapan pada, dapat disimpulkan bahwa Tipe Endapanpada lokasi penelitian adalah Tipe Endapan Greisen dalam Fase Pengendapan Urat.

6. Keberadaan unsur U (Uranium) dan Y (Yttrium) dipengaruhi oleh kontrol litologi danstruktur geologi, sedangkan keberadaan unsur Th (Torium),Ce (Serium) dan La(Lantanum) lebih dipengaruhi oleh struktur geologi.

AcknowledgementsPaper ini merupakan hasil diskusi dengan Bapak Sutanto dan Bapak Suprapto

(Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta). Terimakasih kami ucapkankepada PT. Timah Tbk. Dan kepada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta atas terselesaikanya penelitian ini.

Daftar PustakaAsikin, Suparka S. (1981). Pemikiran Perkembangan Tektonik Pra Tersier di Sumatera

Bagian Tengah, Riset Geologi dan Pertambangan. Jilid 4 No. 1 1981.Bateman, A. M. (1981). Deposit Mineral 3rd edition. John Wiley and Sons. New York.

Barber, A.J., Crow, M.J. dan De Smet, M.E.M. (2005). Tectonic Evolution In: Barber, A.J.,Crow, M.J., Milsom, J.S. (Eds.), Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution.Geological Society Memoar, 31 pp.54-62.

Bemmelen, R. W. (1949). The Geology of Indonesia. Martinus Nyhof. The Haque.

Bemmelen, R.W. Van. (1949). The Geology of Indonesia. Vol. 1 A. Government PrintingOffice, The Hauge. Amsterdam.

Chappel, B. W. And White, A.J.R. (1974). “Two Contrasting Granite Types”.Pacific Geology.8 p. 173-174, 1974.

Chappel, B.W., White, A.J.R. (2001). ”Two Contrasting Granite Types: 25 yearslater”.Australian Journal of Earth Sciences p. 48, 489–499, 2001.

Cobbing, E.J., Mallick, D.I.J., Pitfield, P.E.J., Dan Teoh, L.H. (1986). ”The Granites of theSoutheast Asian Tin Belt“. Journal of the Geological Society p.143, 537-550, 1986.

Corbett, G.J. (2002). Structural controls to Porphyry Cu-Au and Epithermal Au-Ag depositsin Applied Structural Geology for Mineral Exploration. Australian Institute ofGeoscientists Bulletin 36 p. 32-35.

Daranin, E. A. (1994). Genesa dan Pengenalan Bijih. Departemen Pertambangan dan Energi,Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Penelitian dan PengembanganTeknologi Mineral.

Darman, H. dan Sidi, F. H. (2000). An outline of the geology of Indonesia coal. Indonesianassociation of geologists. Jakarta p. 254.

Page 10: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

789

John M. Guilbert., Charles F. Park Jr.(1986). Ore Deposit.

Katili, J.A. (1967). Structure And Age of The Indonesian Tin Belt With Special Reference toBangka. Tectonophysics Elsevier Publishing Company. Amsterdam.

Katili, J.A. (1980). Geotectonics of Indonesia p. 10.

Lawless, J. V., White, P. J., Bogie, L., Paterson, L. A., Cartwright, A. J. (1998).Hydrothermal Mineral Deposit in the Arc Setting Exploration Based onMineralization Models. Kingston Morrison Ltd.

Lingrend, W. (1933). Mineral Deposit.McGraw-Hill Book Company. Inc. USA.

Mangga, S., Djamal, B. (1994). “Peta Geologi Lembar Bangka Utara dan Bangka Selatan”.Pusat Penelitian Pengembangan Geologi. 1994. Bandung.

Matthews III,William H. (1967). Geolgy Made Simple, Made Simple Book. Doubleday &Company. Inc. Garden City. New York.

Metcalfe, I. (2000). The Bentong-Raub Suture Zone, Jurnal Asian Earth Science, vol. 18 p.691 – 712. 73.

Metcalfe, I. (2011). Tectonic Framework and Phanerozoic Evolution of Sundaland. JurnalGondwana Research, vol. 19 p. 3-21.

Pirajno. (2009). Hydrothermal Processes and Mineral Systems. Springer Science + BussinesMedia B.V.

Pettijohn, F. J. (1957). Sedimentary Rocks. Harper and Brothers.New York.

Schwartz, M.O., Rajah, S.S., Askury, A.K., Putthapiban, P., And Djaswadi, S. (1995). “TheSoutheast Asian Tin Belt”. Earth-Science Reviews p.38, 295-293, 1995.

Sosromihardjo, S. P. C. (1988). Structural analysis of the North Sumatra Basin-with emphasison Synthetic Aperture Radar data. Indonesian Petroleum Association. Proceedings ofthe 17th Annual Convention.Jakarta.

Sutarto. (2001). Buku Petunjuk Praktikum Endapan Mineral Edisi 2. Laboratorium EndapanMineral. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, UniversitasPembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta.

Tania Dina. (2009). Sebaran Endapan Plaser Timah Daerah Laut Cupat Dan Sekitarnya,Perairan Bangka Utara, Kabupaten Bangka Barat, Propinsi Kepulauan BangkaBelitung. Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 2, No. 2.

U. Margono, RJB. Supandjono& E. Partoyo. (1995). Peta Geologi Lembar Bangka Selatan.Pusat Penelitian Pengembangan Geologi. Bandung.

Van Zuidam, R.A. & Van Zuidam-Cancelado, F.I. (1979). Terrain analysis and classificationusing aerial photographs. A geomorphological approach. ITC Textbook of Photo-interpretation. ITC. Enschede.

Verstappen, H.Th. (1983). Applied Geomorphology. Geomorphological Surveys forEnviromental Development. El sevier. New York

Wikarno, U., Suyama, D.A.D. dan Sukardi. (1988). Granitoids of Sumatera and The TinIslands. In: C.S. Hutchison (Editor), Geology of Tin Deposits in Asia and the Pacific;

Page 11: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

790

Mineral Concentrations and Hydrocarbon Accumulations in the ESCAP Region.Springer. New York, NY 3, 571-589, 1988.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Page 12: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

791

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3 Foto Singkapan Kontak antara Batupasir dengan Hornfels dan Intrusi Granit

dengan Arah Kamera N 260O E pada LP 20 (Gambar 3A). Singkapan Perselingan Antara

Batupasir dengan Batulempung dengan Arah Kamera N 040O E pada LP 2 (Gambar 3B) (foto

oleh Syarif).

Gambar 4. Foto Megaskopis Batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting.

Gambar 5. Foto Sayatan Tipis Petrografi LP 4A Daerah Tambang 8.

Page 13: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

792

Gambar 6. Foto Singkapan Hornfels dari Batupasir dengan arah kamera N 240O E pada LP

20.

Gambar 7. Foto Intrusi Granit dari Satuan Fine Grain Granit Klabat dimana Terdapat

Xenolith Berupa Batulempung dengan Arah Kamera N 300O E pada LP 57 (Gambar 7A). Foto

Close Up Xenolith Berupa Batulempung dengan Arah Kamera N 338O E pada LP 57 (Gambar

7B) (foto oleh Syarif).

Gambar 8. Foto Megaskopis Granit dari Satuan Fine Grain Granit Klabat pada LP 59.

Page 14: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

793

Gambar 9. Foto Singkapan Granit dari Satuan Coarse Grain Granit Klabat dengan Kondisi

Lapuk, Arah Kamera N 019O E pada LP 13 (Gambar 9A). Foto Close Up Singkapan Granit

dengan Arah Kamera N 032O E pada LP 13 (Gambar 9B), Foto Litologi yang Menunjukan

Mineral Kuarsa dalam Bentuk Menyudut serta Terdapat Urat Oksida dan Kasiterit dengan

Arah Kamera N 351O E pada LP 13 (Gambar 9C) (foto oleh Syarif).

Gambar 10. Foto Megaskopis Granit dari Satuan Coarse Grain Granit Klabat pada LP 33

(Gambar 4.23A) dan LP 42 (Gambar 4.23B).

Gambar 11. Foto Sayatan Tipis Petrografi LP 42 Daerah Lembah Jambu.

Page 15: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

794

Gambar 12. Foto Kenampakan Material Lepas dari Endapan Aluvial, Arah Kamera N 270O E

pada LP 23 (Gambar 12A). Foto Close Up Endapan Aluvial Yang Terdiri Oleh Bongkah,

Krakal, Krikil dan Pasir dengan Arah Kamera N 310O E pada LP 23 (Gambar 12B) (foto oleh

Syarif).

Gambar 13. Foto Kenampakan Material Lepas yaitu Krakal, Krikil dan Pasir dari Endapan

Alluvial dengan Arah Kamera N 265O E pada LP 22

Gambar 14. Kedudukan Perlapisan Batuan Memiliki Kedudukan Umum N 029ᴼ E/20ᴼdengan Kemiringan Lapisan Kearah Tenggara.

Page 16: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

795

Gambar 15. Analisa Streografis Kekar dengan Arah Tegasan Utama N 028ᴼ E.

Gambar 16. Analisa Stereografis Sesar LP 1.

Page 17: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

796

Gambar 17. Analisa Stereografis Sesar LP 14.

Gambar 18. Analisa Stereografis Sesar LP 13.

Page 18: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

797

Gambar 19. Analisa Stereografis Sesar LP 41.

Gambar 20. Peta Alterasi Daerah Penelitian.

Page 19: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

798

Gambar 21. Foto Singkapan Teralterasi Kuat Kaolinit + Kuarsa ± Illit ± Muskovit Pada

Litologi Batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting dengan arah kamera N 210O E LP 1

Gambar 22. Foto Singkapan Teralterasi Kuarsa + Kaolinit ± Palygorskit pada Litologi

Batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting dengan arah kamera N 007O E LP 117

Page 20: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

799

Gambar 23. Foto Singkapan Teralterasi Mineral Oksida pada Litologi Granit Satuan Coarse

Grain Granit Klabat dengan arah kamera N 135O E LP 34

Gambar 24. Dilational Fracture dalam Orthogonal Convergence (Corbett dan Leach 1998).

Gambar 25. Kontrol Struktur Geologi Berupa Sesar Mendatar Kiri pada LP 1 dengan ArahKamera N 210O E dan dengan Arah Kamera N 290O E LP 14.

Page 21: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

800

Gambar 26. Foto Sayatan Mineragrafi yang Menunjukan Mineral Kaisterit dalam Urat padaSampel Core DC 66 (Gambar 25A), Foto Sayatan Mineragrafi yang Menunjukan MineralKaisterit dalam Urat pada Sampel Core DC 69 (Gambar 525B), Foto Sayatan Mineragrafiyang Menunjukan Mineral Kaisterit, Geotite dan Hematit dalam Urat pada Litologi Granit

Satuan Coarse Grain Granit Klabat Sampel LP 20A (Gambar 25C), Foto Sayatan Mineragrafiyang Menunjukan Mineral Kaisterit dan Mangan dalam Urat pada Litologi Granit Satuan

Coarse Grain Granit Klabat Sampel LP 11 (Gambar 25D).

Gambar 27. Foto Lode Vein Sebagai Pembawa Kasiterit dengan Arah Kamera N 290O E(Gambar 27A), Foto Kekar Berlembar (sheeted vein) pada Litologi Granit Satuan CoarseGrain Granit Klabat dengan Arah Kamera N 032O E (Gambar 27B), Foto Kekar Berlembar

(sheeted vein) pada Litologi Batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting dengan Arah KameraN 020O E (Gambar 27C) (foto oleh Syarif).

Page 22: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

801

Gambar 28. Peta Mineralisasi Daerah Penelitian

Gambar 29. Foto Litologi Batupasir Satuan Batupasir Tanjunggenting dengan KekarBerlembar (Sheeted Vein) yang lebih berkembang dengan Arah Kamera N 125O E pada LP 1

Page 23: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

802

Gambar 30. Penampang Skematik dari Sistem Endapan Greisen (Modifikasi Scherba, 1970;dalam Pirajno, 2009).

Gambar 31. Grafik Penggolongan Unsur U

Gambar 32. Grafik Penggolongan Unsur Th

Page 24: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

803

Gambar 33. Peta Persebaran Unsur U

Gambar 34. Peta Persebaran Unsur Th

Page 25: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

804

Gambar 35. Grafik Penggolongan Unsur Y

Gambar 36. Grafik Penggolongan Unsur Ce

Gambar 37. Grafik Penggolongan Unsur La

Page 26: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

805

Gambar 38. Peta Persebaran Unsur Y

Gambar 39. Peta Persebaran Unsur Ce

Page 27: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... DAN... · 2018-12-14 · PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA …

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

806

Gambar 40. Peta Persebaran Unsur La