PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi...

18
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 964 STUDI FASIES VULKANIK PADA FORMASI HALANG DI KECAMATAN SOMAGEDE, KABUPATEN BANYUMAS Agus Hendratno 1* Stella Monica 2 1 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 2 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281 * corresponding author: [email protected] ABSTRAK Batuan vulkanik Formasi Halang di Kecamatan Somagede dan sekitarnya, terbentuk dari hasil aktivitas magmatisme Tersier yang membentuk Gunung Api Neogen Formasi Halang. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan karakteristik batuan vulkanik dan fasies vulkanik pada daerah penelitian. Objek utama penelitian ini adalah batuan vulkanik Formasi Halang. Daerah penelitian mencakup Kecamatan Somagede dan sekitarnya dengan luas area penelitian 47 km 2 . Metode penelitian yang digunakan adalah analisis DEM, pemetaan geologi skala 1:25.000, pengukuran stratigrafi terukur, analisis petrologi, dan analisis geokimia. Batuan vulkanik daerah penelitian dihasilkan dari dua tipe vulkanisme yang bersifat subaqueous eksplosif dan subaerial efusif. Vulkanisme subaqueous eksplosif menghasilkan produk batuan berupa lava dengan struktur bantal dan endapan vulkaniklastik turbidit, sedangkan vulkanisme subaerial efusif menghasilkan produk batuan berupa lava dengan struktur masif. Hasil analisis petrologi dan geokimia, menunjukan karakteristik batuan beku vulkanik Formasi Halang termasuk kedalam jenis batuan mafik hingga intermediet, memiliki seri magma calc alkali hingga high k calc alkali yang mengindikasikan magma hasil zona penunjaman. Hasil analisis morfologi dan asosiasi litologi lava menunjukan daerah penelitian berada pada fasies proksimal hingga distal suatu gunung api purba, sedangkan lingkungan pengendapan purba menunjukkan batuan vulkanik daerah penelitian terbentuk pada bagian platform hingga open water. Fasies proksimal tersusun oleh satuan andesit basaltik augit dan andesit hornblenda, sedangkan fasies distal tersusun oleh satuan breksi vulkanik, satuan batupasir tufan sisipan batulanau tufan dan satuan basalt. Kata kunci: kecamatan somagede, formasi halang, batuan vulkanik, karakteristik geokimia, fasies 1. Pendahuluan Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Banyumas Bagian Timur Laut Skala 1:100.000 (Asikin dkk., 1992) (Gambar 1), lokasi penelitian yang berada di Kecamatan Somagede dan sekitarnya, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah tersusun oleh Anggota Breksi Formasi Halang dan Formasi Halang berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal (N15-N19) (Asikin dkk., 1992). Batuan vulkanik seperti lava basalt dan breksi dengan komponen andesit dan basalt merupakan satuan batuan yang dominan ditemukan pada daerah penelitian. Tersingkapnya batuan vulkanik yang dominan pada daerah penelitian mengindikasikan keberadaan gunung api sebagai sumber keluarnya batuan vulkanik pada daerah penelitian, namun karena telah berumur Neogen dan mengalami proses eksogenik yang intensif, sehingga kenampakan gunung api pada daerah penelitian sulit untuk diidentifikasi. Penelitian mengenai Formasi Halang sejauh ini banyak membahas mengenai endapan turbidit dan stratigrafi Formasi Halang, sedangkan penelitian mengenai karakteristik batuan vulkanik dan fasies vulkanik Formasi Halang belum pernah dilakukan. Studi fasies vulkanik menjadi hal yang menarik untuk dilakukan mengingat daerah vulkanik erat kaitannya dengan proses mineralisasi dan potensi panas bumi, selain itu dapat dipelajari potensi negatif yang mungkin dapat terjadi sebagai bentuk mitigasi bencana geologi. Penelitian mengenai studi

Transcript of PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi...

Page 1: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

964

STUDI FASIES VULKANIK PADA FORMASI HALANG DI KECAMATANSOMAGEDE, KABUPATEN BANYUMAS

Agus Hendratno1*Stella Monica2

1Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah MadaJl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

2Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah MadaJl. Grafika No. 2, Bulaksumur, Yogyakarta 55281*corresponding author: [email protected]

ABSTRAKBatuan vulkanik Formasi Halang di Kecamatan Somagede dan sekitarnya, terbentuk dari hasilaktivitas magmatisme Tersier yang membentuk Gunung Api Neogen Formasi Halang. Penelitian inidilakukan untuk menentukan karakteristik batuan vulkanik dan fasies vulkanik pada daerah penelitian.Objek utama penelitian ini adalah batuan vulkanik Formasi Halang. Daerah penelitian mencakupKecamatan Somagede dan sekitarnya dengan luas area penelitian 47 km2. Metode penelitian yangdigunakan adalah analisis DEM, pemetaan geologi skala 1:25.000, pengukuran stratigrafi terukur,analisis petrologi, dan analisis geokimia. Batuan vulkanik daerah penelitian dihasilkan dari dua tipevulkanisme yang bersifat subaqueous eksplosif dan subaerial efusif. Vulkanisme subaqueouseksplosif menghasilkan produk batuan berupa lava dengan struktur bantal dan endapan vulkaniklastikturbidit, sedangkan vulkanisme subaerial efusif menghasilkan produk batuan berupa lava denganstruktur masif. Hasil analisis petrologi dan geokimia, menunjukan karakteristik batuan beku vulkanikFormasi Halang termasuk kedalam jenis batuan mafik hingga intermediet, memiliki seri magma calcalkali hingga high k calc alkali yang mengindikasikan magma hasil zona penunjaman. Hasil analisismorfologi dan asosiasi litologi lava menunjukan daerah penelitian berada pada fasies proksimal hinggadistal suatu gunung api purba, sedangkan lingkungan pengendapan purba menunjukkan batuanvulkanik daerah penelitian terbentuk pada bagian platform hingga open water. Fasies proksimaltersusun oleh satuan andesit basaltik augit dan andesit hornblenda, sedangkan fasies distal tersusunoleh satuan breksi vulkanik, satuan batupasir tufan sisipan batulanau tufan dan satuan basalt.Kata kunci: kecamatan somagede, formasi halang, batuan vulkanik, karakteristikgeokimia, fasies

1. PendahuluanBerdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Banyumas Bagian Timur Laut Skala

1:100.000 (Asikin dkk., 1992) (Gambar 1), lokasi penelitian yang berada di KecamatanSomagede dan sekitarnya, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah tersusun olehAnggota Breksi Formasi Halang dan Formasi Halang berumur Miosen Akhir – Pliosen Awal(N15-N19) (Asikin dkk., 1992). Batuan vulkanik seperti lava basalt dan breksi dengankomponen andesit dan basalt merupakan satuan batuan yang dominan ditemukan pada daerahpenelitian. Tersingkapnya batuan vulkanik yang dominan pada daerah penelitianmengindikasikan keberadaan gunung api sebagai sumber keluarnya batuan vulkanik padadaerah penelitian, namun karena telah berumur Neogen dan mengalami proses eksogenikyang intensif, sehingga kenampakan gunung api pada daerah penelitian sulit untukdiidentifikasi.

Penelitian mengenai Formasi Halang sejauh ini banyak membahas mengenai endapanturbidit dan stratigrafi Formasi Halang, sedangkan penelitian mengenai karakteristik batuanvulkanik dan fasies vulkanik Formasi Halang belum pernah dilakukan. Studi fasies vulkanikmenjadi hal yang menarik untuk dilakukan mengingat daerah vulkanik erat kaitannya denganproses mineralisasi dan potensi panas bumi, selain itu dapat dipelajari potensi negatif yangmungkin dapat terjadi sebagai bentuk mitigasi bencana geologi. Penelitian mengenai studi

Page 2: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

965

fasies vulkanik nantinya akan memberikan informasi terkait jenis batuan, seri magma hinggatatanan tektonik, yang mana hal ini memiliki manfaat dalam bidang keilmuan geologi.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk mengetahui fasies vulkanik Formasi Halang meliputi:a. Analisis Digital Elevation Model (DEM)

Analisis DEM digunakan untuk menentukan satuan geomorfologi pada daerahpenelitian yang sulit dijangkau, selain itu analisis DEM digunakan untuk interpretasi awallitologi penyusun dan fasies vulkanik yang didasarkan atas tekstur permukaan yangtampak pada DEM.

b. Pemetaan geologi skala 1:25.000Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian

dengan cara mengumpulkan data primer dari daerah penelitian. Data primer yang diambilmeliputi koordinat stasiun pengamatan, sketsa singkapan, pengamatan morfologi,deskripsi singkapan dan litologi, pengukuran jurus dan kemiringan perlapisan batuan,struktur geologi dan pengambilan sampel batuan.

c. Pengamatan sayatan tipisPengamatan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop polarisasi untuk

mengetahui tekstur, kelimpahan mineral dan penamaan batuan.d. Analisis geokimia batuan

Analisis geokimia batuan dilakukan dengan metode X-Ray Flourescence (XRF) danInductively Coupled Plasma- Mass Spectometry (ICP-MS) untuk mengetahui jenis batuan,seri magma, dan tatanan tektonik penghasil magma pada lokasi penelitian, analisisdilakukan di laboratorium Intertek Bandung.

e. Pengukuran stratigrafi terukurMetode pengukuran stratigrafi terukur dilakukan untuk menentukan urut-urutan

stratigrafi daerah penelitian, asosiasi litologi yang hubungannya dengan penentuan fasiesgunung api.

3. DataStasiun pengamatan pada lokasi penelitian berjumlah 83 titik (Gambar 2) dengan jumlah

sampel batuan yang diambil untuk analisis laboratorium berjumlah 21 sampel batuan denganuraian sebagai berikut, 20 sampel batuan yang terdiri atas lava, breksi vulkanik, batupasirtufan, batulanau tufan dan batulanau karbonatan untuk analisis petrografi (Tabel 1, Tabel 2dan Tabel 3), 5 sampel batuan terdiri dari lava untuk dianalisis geokimia (Tabel 4 dan Tabel5), dan 4 sampel batuan yang terdiri atas batupasir tufan, batulanau tufan dan batulanaukarbonatan untuk analisis paleontologi. Sampel batuan yang diambil merepresentasikan setiapsatuan batuan pada daerah penelitian dan tiap jalur sungai yang disusuri, hal ini bertujuanuntuk membandingkan antara sampel yang didapatkan dari satu jalur sungai dengan jalursungai lainnya.

Pengukuran stratigrafi terukur atau measured section (MS) dengan skala 1:100 dan skala1:50 dilakukan pada beberapa jalur lintasan yang didasarkan atas variasi litologi penyusun.Jalur lintasan pengukuran stratigrafi terukur pada daerah penelitian meliputi jalur lintasanPiasa Kulon yang diwakili oleh STA 27, STA 28, STA 29, STA 30 dan STA 31, jalur lintasanPiasa Wetan yang diwakili oleh STA 3, STA 5, STA 7, STA 8, dan STA 9, jalur lintasanPenerusan Kulon yang diwakili oleh STA 37, STA 38, dan STA 39, dan jalur lintasanWatuagung yang diwakili oleh STA 54, STA 53, STA 52, dan STA 60 (Gambar 3). Data hasilpengukuran stratigrafi terukur kemudian dibuat kolom litologi untuk selanjutnya digunakansebagai dasar penentuan urut-urutan stratigrafi dan asosiasi litologi untuk penentuan fasiesvulkanik dan lingkungan pengendapan purba (Gambar 4).

Page 3: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

966

Satuan geomorfologi pada daerah penelitian dibagi berdasarkan analisis DEM,pengecekan langsung ke lapangan dan Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (BMB) menurutBrahmantyo dan Bandono (1999). Berdasarkan aspek tersebut, satuan geomorfologi daerahpenelitian dibagi menjadi empat satuan, yaitu: Satuan perbukitan vulkanik berlereng curam,Satuan perbukitan vulkanik berlereng curam dengan puncak datar, Satuan perbukitan vulkanikberlereng sedang-landai, Satuan dataran aluvial (Gambar 5).

Hasil pengukuran stratigrafi terukur menunjukan stratigrafi daerah penelitian dibagimenjadi delapan satuan dengan urutan stratigrafi dari yang tua ke muda adalah satuan breksivulkanik, satuan batupasir tufan sisipan batulanau tufan, satuan lava basalt, satuan andesitbasaltik augit, satuan andesit hornblenda, satuan batulanau karbonatan, endapan kerikil-bongkah, dan satuan lanau pasiran (Gambar 6).

4. Hasil dan Pembahasan4.1. Karakteristik batuan vulkanik daerah penelitian

Karakterisasi batuan vulkanik dilakukan berdasarkan analisis petrologi dan geokimia,karakterisasi dilakukan untuk mengetahui jenis batuan, seri magma, dan tatanan tektonikpenghasil magma daerah penelitian. Analisis petrologi dilakukan terhadap sebelas sampelbatuan yang mewakili tiap satuan batuan beku vulkanik (Tabel 3). Sedangkan analisisgeokimia batuan dilakukan terhadap lima sampel batuan yang mewakili tiap satuan batuanbeku vulkanik pada daerah penelitian, antara lain satuan basalt (SM-64), satuan andesitbasaltik augit (SM-24, SM-67, SM-52), dan satuan andesit hornblenda (SM-32) (Gambar 7).Berdasarkan data XRF, kondisi sampel batuan secara keseluruhan memiliki nilai LOI (Losson Ignition) kurang dari 2% yang menngindikasikan sampel batuan dalam kondisi segar danmemungkinkan untuk dilakukan analisis dengan menggunakan oksida utama.

a. Klasifikasi jenis batuanPenentuan jenis batuan dilakukan dengan analisis geokimia menggunakan diagram Zr/Ti

vs Nb/Y (Pearce dan Cann, 1996) dan analisis petrologi dengan sayatan tipis. Hasilpengeplotan pada diagram dengan menggunakan unsur jejak Zr/Ti vs Nb/Y menunjukan satusampel (SM-64) yang mewakili satuan lava basalt termasuk ke dalam jenis batuan basalt(Gambar 8), hal ini sesuai dengan hasil pengamatan sayatan tipis yang menunjukkan bahwasampel ini termasuk ke dalam jenis batuan basalt (Streckeisen, 1978) (Tabel 3). Hasilpengeplotan keempat sampel lainnya (SM-24, SM-32, SM-52, dan SM-67) menunjukkanbahwa sampel-sampel tersebut termasuk ke dalam jenis batuan basaltic andesite (Gambar 8),sedangkan berdasarkan hasil pengamatan sayatan tipis menunjukan sampel SM-32 yangmewakili satuan andesit horblenda secara petrografi termasuk ke dalam jenis batuanhornblende andesite (William et al, 1982 berdasarkan Streckeisen, 2002) dan tiga sampellainnya (SM-24, SM-52 dan SM-67) termasuk ke dalam jenis batuan augite basaltic andesite(William et al, 1982 berdasarkan Streckeisen, 1978). Berdasarkan hasil pengeplotan padadiagram Zr/Ti vs Nb/Y dan analisis petrografi, sampel batuan beku vulkanik daerah penelitiantermasuk kedalam jenis batuan intermediet-mafik.

b. Seri MagmaPenentuan seri magma pada daerah penelitian menggunakan diagram SiO2 dan K2O

(Peccerillo dan Taylor, 1976 dalam Rollinson, 1993). Hasil pengeplotan pada diagram SiO2dan K2O menunjukan satu sampel (SM-64) termasuk ke dalam seri magma Calc-Alkaline dankeempat sampel lainnya (SM-24, SM-32, SM-52 dan SM-67) termasuk ke dalam seri magmaHigh-K Calc-Alkaline (Gambar 9). Berdasarkan seri magma yang bersifat calc-alkaline,daerah penelitian diindikasikan dengan zona penunjaman (Wilson, 1989 dalam Winter, 2014).

Page 4: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

967

c. Tatanan TektonikPenentuan asal tatanan tektonik penghasil magma daerah penelitian didasarkan atas

diagram laba-laba (Spiderdiagram) dari unsur jejak (Pearce dan Cann, 1983 dalam Winter,2014). Hasil plotting pada diagram laba-laba (Spiderdiagram) dengan normalisasi MORBmenurut Pearce dan Cann (1983), menunjukan bahwa nilai LILE (Sr-Ba) > HFSE (Th-Yb)(Gambar 10). Grafik naik pada LILE mengindikasikan adanya pengkayaan selama prosespelelehan sebagian. Pengkayaan LILE dihasilkan dari fluida kaya H2O. Pengkayaan LILEakan menurunkan suhu pelelehan dan menghasilkan magma yang bersifat lebih hydrous(Winter, 2014). Nilai konsentrasi Ba dan Rb yang tinggi mengindikasikan prosesmetasomatisme dan kontaminasi oleh kerak, hal ini terjadi karena LILE sangat mudahterekstrasi dari mantel dan terkonsentrasi pada kerak benua. Penurunan secara tajam terjadipada unsur Nb, rendahnya konsentrasi Nb mengindikasikan pelelehan akibat subduksi(Gambar 10). Grafik kembali mengalami kenaikan yang tidak signifikan dan cenderungmendatar (Ce-Yb) mendekati nilai 1.0 yang mengindikasikan unsur-unsur tersebut memilikikonsentrasi yang identik dengan MORB. Hasil analisis terhadap diagram laba-laba diatas,menunjukan bahwa daerah penelitian erat kaitannya dengan zona penunjumana dan magmayang dihasilkan berasal dari penipisan mantel bagian atas dan bukan dari kerak yangtersubduksi (Winter, 2014).

4.2. Pembagian fasies vulkanik daerah penelitianPembagian fasies vulkanik dilakukan berdasarkan analisis morfologi menggunakan peta

DEM dan peninjauan langsung ke lapangan serta berdasarkan analisis asosiasi litologi.

4.2.1. Analisis morfologiAnalisis morfologi dilakukan dengan menggunakan peta DEM dan peninjauan langsung

ke lapangan. Analisis menggunakan peta DEM menunjukkan bahwa daerah penelitianmemiliki tekstur permukaan yang dominan kasar dan tekstur permukaan sedang hingga halus.Daerah penelitian yang memiliki tekstur permukaan kasar diintepretasikan sebagai daerahtinggian berupa perbukitan dengan kelerengan sangat curam hingga sedang dan tersusun olehlitologi berupa batuan yang bersifat resisten, seperti batuan beku dan breksi masif, sedangkantekstur permukaan sedang hingga halus diinterpretasikan sebagai daerah dataranbergelombang hingga dataran aluvial dengan kelerengan landai dan tersusun oleh litologiberupa batuan yang bersifat tidak resisten, seperti batuan sedimen dan endapan lepas yangbelum mengalami litifikasi.

Hasil peninjauan langsung ke lapangan menunjukkan bahwa daerah penelitian beradapada lereng atas hingga lereng bawah sebuah gunung api Tersier (Gambar 11). Kenampakanlereng yang terdapat pada daerah penelitian memiliki pola semi konsentris dan lereng yangmelandai kearah barat - barat laut. Williams dan McBirney (1976) menjelaskan mengenaiperkembangan gunung api aktif hingga menjadi gunung api yang tidak aktif dan tererosilanjut. Pada gunung api aktif, kenampakan tubuh gunung api masih dapat diamati denganjelas bagian fasies sentral (SF), fasies proksimal (PF), fasiel medial (MF) dan fasies distal(DF), masing-masing fasies mencirikan asosiasi litologi yang khas (Gambar 12a). Kemudiansetelah tidak lagi aktif, gunung api mengalami erosi tingkat dewasa dan menyisahkan daerahberupa tinggian-tinggian atau perbukitan sisa vulkanik dengan tingkat kelerengan sangatcuram-sedang, pada tahap ini pembagian fasies mulai sulit untuk dilakukan karena bagiankerucut gunung api sudah tidak dapat diidentifikasi lagi dan hanya menyisahkan tinggian-tinggian (Gambar 12b). Identifikasi fasies yang dapat dilakukan umumnya dengan asosiasi

Page 5: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

968

litologi dan analisis morfologi. Selanjutnya gunung api mengalami erosi tingkat lanjutsehingga hanya menyisahkan morfologi berupa dataran vulkanik (Gambar 12c), pada tahapini pembagian fasies gunung api sulit untuk dilakukan karena bagian gunung api telah tererosilanjut, sehingga dalam melakukan pembagian fasies harus dilakukan secara komprehensif.

Berdasarkan uraian diatas, diintepretasikan bahwa daerah penelitian merupakan bagiandari gunung api yang dahulunya aktif namun sekarang telah mengalami erosi tingkat dewasa,sehingga kerucut gunung api tidak dapat diidentifikasi lagi dan hanya menyisahkan morfologiperbukitan dengan tingkat kelerengan sangat curam hingga sedang. Hal ini memungkinkanuntuk terjadi, mengingat vulkanisme pada daerah penelitian terjadi pada kala Eosen Akhir-Miosen Awal dan pengaruh iklim tropis di Indonesia yang menyebabkan proses eksogenikterjadi secara intensif. Menurut fasies model yang dikemukakan William dan McBirney(1979), daerah penelitian termasuk ke dalam fasies proksimal hingga distal suatu gunung apipurba (Gambar 12b).

4.2.2. Asosiasi litologiAsosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun

pengamatan pada daerah penelitian (Gambar 3). Berdasarkan analisis asosiasi litologi,diintepretasikan litologi penyusun daerah penelitian terbentuk dari dua tipe vulkanismeberbeda dan daerah penelitian berada pada fasies proksimal hingga fasies distal dari suatutubuh gunung api Tersier.

a. Vulkanisme eksplosif subaqueous dan vulkanisme efusif subaerialInterpretasi tipe vulkanisme eksplosif subaqueous didasarkan atas produk batuan yang

ditemukan di derah penelitian seperti endapan turbidit vulkaniklastik dan produk lava denganstruktur bantal. Berdasarkan McPhie dkk (1993) produk endapan turbidit vulkaniklastikterbentuk akibat material piroklastik yang masuk ke dalam tubuh air dan bercampur denganmaterial yang telah ada sebelumnya menyebabkan terjadinya perubahan arus di bawahpermukaan air yang awalnya tenang berubah menjadi arus turbidit. Endapan turbiditvulkaniklastik pada daerah penelitian dicirikan dengan perlapisan kerikil yang menyusun padabagian dasar dan semakin keatas berubah menjadi pasir berukuran kasar hingga sedang(Gambar 13). Produk ini terbentuk akibat adanya proses deposisi yang cepat akibat rezimaliran atas yang memiliki energi tinggi dan umumnya terbentuk di bagian lereng bawah suatutubuh gunung api. Selain produk endapan turbidit vulkaniklastik, penciri lain vulkanismesubaqueous adalah struktur bantal pada lava (Gambar 14a). Permukaan lava bantal memilikikenampakan seperti kaca yang mengindikasikan ketika mengalami pendinginan, lava kontakdengan air sehingga pendinginan terjadi secara cepat menyebabkan struktur lubang bekaskeluarnya gas juga sangat halus atau bahkan tidak ada sama sekali.

Interpretasi tipe vulkanisme efusif subaerial didasarkan atas perbedaan struktur pada lavayang ditemukan pada daerah penelitian. Pada tipe vulkanisme subaqueous lava yangdihasilkan memiliki struktur bantal, sedangkan pada tipe vulkanisme subaerial, lava yangdihasilkan memiliki struktur masif (Gambar 14b). Berdasarkan Fasies model yangdikemukakan oleh Nemeth dan Kereszturi (2012), daerah penelitian diintepretasikanterbentuk di daerah platform hingga open water pada suatu tubuh gunung api purba (Gambar15). Hal ini sesuai dengan asosiasi litologi yang ditemukan pada daerah penelitian, antara lainlava masif yang umumnya terbentuk pada daerah platform, sedangkan endapan turbidit danlava bantal terbentuk pada daerah open water.

b. Pembagian fasies dan lingkungan pengendapanBerdasarkan asosiasi litologi, kehadiran endapan turbidit vulkaniklastik, lava dengan

struktur masif hingga struktur bantal mengindikasikan fasies vulkanik yang berbeda. Endapan

Page 6: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

969

turbidit vulkaniklastik umumnya terbentuk pada bagian lereng bawah suatu tubuh gunung apipurba atau diintepretasikan termasuk ke dalam bagian fasies distal suatu tubuh gunung api.Dimroth dkk (1978) dalam McPhie dkk (1993), memberikan model variasi asosiasi produkaliran lava dari fasies proksimal hingga distal. Pada fasies distal lava yang akan dijumpaiumumnya berstruktur bantal, sedangkan ke arah fasies proksimal yang dekat dengan sumberlava yang terbentuk umumnya memiliki struktur masif. Berdasarkan asosiasi litologi lavatersebut, diintepretasikan bahwa daerah penelitian termasuk ke dalam fasies proksimal hinggafasies distal suatu gunung api Tersier (Gambar 16).

5. Kesimpulana. Berdasarkan karakteristik petrologi dan geokimia, batuan vulkanik Neogen Formasi

Halang daerah penelitian termasuk kedalam jenis batuan mafik hingga intermediet danberasal dari sumber magma yang bersifat basaltik hingga intermediet. Magma penghasilbatuan vulkanik tersebut memiliki afinitas kalk alkali- high-K kalk akali dengan tatanantektonik zona subduksi.

b. Batuan vulkanik Formasi Halang daerah penelitian terbentuk dari dua tipe vulkanismeyang berbeda. Tipe vulkanisme yang pertama bersifat eksplosif subaqueous denganasosiasi litologi berupa endapan turbidit vulkaniklastik dan lava dengan struktur bantal.Tipe vulkanisme yang kedua bersifat efusif subaerial dengan asosiasi litologi berupa lavadengan struktur masif, serta lingkungan pengendapan purba berada di platform hinggaopen water pada suatu tubuh gunung api subaqueous.

c. Berdasarkan analisis morfologi dan asosiasi litologi lava, daerah penelitiandikelompokkan kedalam fasies proksimal hingga distal suatu gunung api purba.

AcknowledgementsSumber pendanaan riset berasal dari dana Hibah Penelitian Dosen Departemen Teknik

Geologi Fakultas Teknik UGM tahun 2018. Ucapan terima kasih ditujukan untuk semua pihakyang telah membantu selama penulisan.

Daftar Pustaka

Asikin. S., Handoyo. A., Prastitho. B., Gafoer. S. 1992. Geologi Lembar Banyumas, JawaTengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Skala 1:100.000, 1 lembar.

Brahmantyo, B., Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Lnadfrom) untuk PemetaanGeomorfologi pada skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Bandung:Jurnal Geoaplika (2006) Volume 1, Nomor 2, hal 071-078.

Kereszturi. G., Nemeth. K. 2012. Basaltic Volcanoes: Genetic Classification, Growth,Geomorphology and Degradation, New Advances in Understanding Volcanic Systems,Intech, p.3-52.

LeMaitre. R.W., Streckeisen. A., Zanettin. B. 2002. Igneous Rock A Classification andGlossary of Terms, Cambridge University Press, New York.

Lohonauman. R. R. 2016. Geologi dan Studi Endapan Turbidit Formasi Halang daerahWatuagung dan sekitarnya, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas (Skripsi S1tidak dipublikasikan): Universitas Pakuan.

Page 7: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

970

McPhie. J., M. Doyle., R. Allen. 1993. Volcanic Textures; A Guide to the Interpretation oftextures in Volcanic Rocks, University of Tasmania, Australia. 211 p.

Piercey. S., Mortensen. J.K., Murphy. D.C., Paradis, S. 2011. Geochemistry and TectonicSignificance of Alkalic Mafic Magmatism in the Tanana Terrane, Finlayson LakeRegion, Yuko, Canadian Journal of Earth Science, V.39, p. 1729-1743. doi:10.1139/e02-090

Rollinson. H.R. 1993. Using Geochemical Data: evaluation, presentation, interpretation,John Willey & Sons Inc. New York. 380 p.

Williams, H. dan A.R. McBirney. 1979. Volcanology. Freeman, Cooper. San Fransisco.

Winter. J. D. 2014. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Upper SaddleRiver, NJ, Prentice Hall. p.141-164, p.211-231, p.339-368.

Page 8: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

971

Gambar 1. Peta geologi regional daerah penelitian (Asikin dkk., 1992)

Gambar 2. Peta lintasan daerah penelitian

Page 9: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

972

Tabel 1. Variasi komposisi dan persentase mineralogi sayatan tipis batuan vulkaniklastik pada daerah penelitian

No. KodeSampel Nama Batuan

Komposisi (%) Massa dasar(%) Jumlah

(%)Fenokris Mineralubahan Fosil

Pg Ol Cpx Opx Hbl Qz Opq Lit Chl Ser Cly Pg Vit PxSatuan batupasir tufan sisipan batulanau tufan1 SM-14 Crystal vitric tuff 25 1 3 7 2 20 42 1002 SM-22 Vitric crystal tuff 11 1 4 1 36 47 1003 SM-40 Crystal vitric tuff 32 4 8 11 2 43 1004 SM-54 Crystal vitric tuff 38 4 3 5 1 49 100Satuan breksi vulkanik5 SM-2 Crystal lithic tuff 27 2 18 17 36 1006 SM-9 Crystal vitric tuff 27 3 6 8 2 22 32 1007 SM-60 Crystal vitric tuff 29 4 17 6 7 37 1008 SM-30 Crystal vitric tuff 28 1 7 10 16 38 100

Tabel 2. Variasi komposisi dan persentase mineralogi sayatan tipis batuan sedimen pada daerah penelitian

No. KodeSampel

NamaBatuan

Komposisi (%)Jumlah(%)Mikrit Pl Qz Hbl Fosil

Satuan batulanau karbonatan1 SM-53 Wackestone 83 5 3 2 7 100

Page 10: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

973

Tabel 3. Variasi komposisi dan persentase mineralogi sayatan tipis batuan beku vulkanik pada daerah penelitian

No. KodeSampel Nama Batuan

Komposisi (%) Massa dasar(%) Jumlah

(%)Fenokris Mineral ubahanPg Ol Cpx Opx Hbl Opq Chl Ser Kal Cly Pg Vit Px

Satuan andesit hornblende1 SM-3 Augite andesite 13 5 2 11 51 18 1002 SM-32 Hornblende andesite 18 2 1 11 8 25 35 1003 SM-70 Hornblende andesite 21 12 8 35 19 5 100Satuan andesit basaltik augit

4 SM-13 Augite basalticandesite 45 22 7 8 1 17 100

5 SM-20 Augite basalticandesite 12 8 8 7 38 24 3 100

6 SM-24 Augite basalticandesite 50 23 10 2 15 100

7 SM-39 Augite basalticandesite 12 8 8 7 37 22 6 100

8 SM-44 Augite basalticandesite 51 21 2 6 15 5 100

9 SM-52 Augite basalticandesite 52 24 5 3 16 100

10 SM-67 Augite-hornblendebasaltic augite 41 13 2 15 2 11 16 100

Satuan basalt11 SM-64 Basalt 11 6 3 4 13 41 19 3 100

Page 11: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5-6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

974

Tabel 4. Data XRFKodeSampel Al2O3 CaO Cr2O3 Fe2O3 FeO K2O MgO MnO Na2O P2O5 SiO2 TiO2 S LOI TotalSM-3 16.45 7.45 0.03 9.31 8.38 2.45 2.82 0.12 2.83 0.447 54.65 1.25 0.021 1.77 99.6SM-24 16.16 6.21 <0.005 10.19 9.17 2.51 2.42 0.13 3.67 0.426 55.89 1.23 0.018 0.74 99.6SM-52 17.80 8.86 <0.005 10.12 9.11 1.53 3.48 0.13 2.67 0.307 52.20 1.06 0.017 1.32 99.5SM-64 17.47 10.55 <0.005 11.45 10.30 0.88 4.10 0.17 2.51 0.171 51.22 0.91 0.011 0.24 99.7SM-67 16.73 7.19 <0.005 9.45 8.50 2.42 2.83 0.11 2.82 0.412 54.93 1.27 0.019 1.93 100

Tabel 5. Data ICP-MSKode Sampel Ag As Ba Be Bi Cd Co Cs Ga Ge Hf In Li Mo Nb

SM-3 0.1 9 491 1.3 0.11 0.13 23 6.8 20.4 1.8 4.3 0.07 6.5 2.2 5.5SM-24 0.1 8 509 1.1 0.09 0.07 22 2.8 21.2 2 4.6 0.1 10.8 2.6 6.1SM-52 <0.1 3 189 0.6 0.06 <0.05 33 2 17.8 1.7 1.7 <0.05 6 0.8 2.1SM-64 <0.1 7 395 1 0.09 0.07 29 4.1 20.6 1.4 3.1 0.07 7.3 1.7 4.3SM-67 0.1 9 493 1.1 0.08 0.07 23 6.6 21.7 1.8 4.2 0.06 5.8 2.2 5.7

Kode Sampel Pb Rb Re Sb Se Sn Sr Ta Te Th Tl U W Y ZrSM-3 22 61.6 <0.05 0.7 <1 2.5 323 0.38 <0.1 9.87 0.03 3.27 1.4 34 167SM-24 19 68.4 <0.05 0.5 <1 2.6 305 0.41 0.1 10.6 0.07 2.56 1.6 36.7 179SM-52 8 19.2 <0.05 0.3 <1 1.5 273 0.16 <0.1 2.12 <0.02 0.59 0.5 20.7 62.5SM-64 15 29.4 <0.05 0.3 <1 2.3 357 0.29 <0.1 6.49 <0.02 1.68 0.9 29.6 123SM-67 21 61.9 <0.05 0.6 <1 2.5 326 0.43 <0.1 10.2 <0.02 2.68 1.5 35.2 168

Page 12: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

975

Gambar 3. Peta lokasi pengukuran stratigrafi terukur pada daerah penelitian

Gambar 4. Kolom litologi daerah penelitian

Page 13: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

976

Gambar 5. Peta geomorfologi daerah penelitian

Gambar 6. Peta geologi daerah penelitian

Page 14: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

977

Gambar 7. Peta lokasi sampel geokimia pada daerah penelitian

Gambar 8. Penentuan jenis batuan menggunakan klasifikasi batuan vulkanikberdasarkan konsentrasi unsur jejak Zr/Ti vs Nb/Y (Pearce dan Cann, 1996 dalamPiercey dkk., 2011)

Page 15: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

978

Gambar 9. Penentuan seri magma berdasarkan konsentrasi SiO2 dan K2O (Peccerillo danTaylor,1976 dalam Rollinson, 1993)

Gambar 10. Diagram laba-laba (Spiderdiagram) dari unsur jejak (Pearce dan Cann, 1983dalam Winter, 2014)

Page 16: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

979

Gambar 11. Pembagian fasies vulkanik berdasarkan peninjauan langsung ke lapangan

Gambar 12. Perkembangan gunung api aktif hingga gunung api tererosi tingkat lanjut ataugunung api purba. SF= Fasies Sentra, PF= Fasies Proksimal, MF= Fasies Medial, dan DF=Fasies Distal (dimodifikasi dari Williams dan McBirney, 1976)

Page 17: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

980

Gambar 13. Kenampakan endapan vulkaniklastik turbidit yang memiliki struktur masifbergradasi menghalus keatas (McPhie dkk., 1993)

Gambar 14. Perbedaan struktur lava yang dihasilkan dari 2 tipe vulkanisme (a) lava denganstruktur bantal yang terbentuk pada tipe vulkanisme subaqueous, (b) lava dengan strukturmasif yang terbentuk pada tipe vulkanisme subaerial

Page 18: PERSPEKTIFILMUKEBUMIANDALAMKAJIANBENCANAGEOLOGIDIINDONESIA … FASIES... · 2019-01-02 · Asosiasi litologi dilakukan dengan pengukuran stratigrafi terukur di beberapa stasiun pengamatan

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

981

Gambar 15. Fasies model Gunung Api Neogen Formasi Halang daerah penelitian(dimodifikasi dari Nemeth dan Kereszturi, 2012)

Gambar 16. Variasi produk aliran lava basaltik dan lava basaltik pada fasies proksimalhingga fasies distal (Dimroth dkk., 1978 dalam McPhie dkk., 1993)