Presus Cholelithiasis
Transcript of Presus Cholelithiasis
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
1/14
PRESENTASI KASUS
CHOLELITHIASIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat MengikutiUjian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan
Dokter Pembimbing:
dr. Soetikno, Sp.B
Disusun oleh:
Muhammad Fikri Husein
200903100
SMF ILMU BEDAH RSUD MUNTILAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
2/14
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
CHOLELITHIASIS
Disusun oleh:
Muhammad Fikri Husein
200903100
Telah dipresentasikan dan disahkan pada
Juni 2014
Dokter Pembimbing,
dr. Soetikno, Sp.B
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
3/14
BAB I
KASUS
A. IDENTITASNama : Ny. S
Usia : 53 tahun
No. RM : Diketahui
Alamat : Diketahui
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Masuk RS pada : 4 Juni 2014
Dirawat di : Bangsal Mawar RSUD Muntilan
B. KELUHAN UTAMANyeri perut kanan atas
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGPasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas sejak 1 HSMRS. Nyeri perut hilang
timbul, muncul biasanya saat atau setelah makan dan ketika beraktivitas. Nyeri perut
menjalar ke punggung belakang di bawah tulang scapula. Pasien tidak pusing, tidak mual,
tidak muntah, tidak demam. Nafsu makan menurun. BAB tidak cair. BAK lancar, tidak
nyeri. Warna kencing kuning, jernih, tidak ada darah, frekuensi 4-5 kali per hari.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULURiwayat hipertensi (-) Diabetes mellitus (-) Jantung (-) asma (-)
Riwayat sakit serupa (-)
E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGARiwayat hipertensi (-) diabetes mellitus (-) jantung (-)
Riwayat keluarga dengan sakit serupa (-)
F. RIWAYAT ALERGI OBATRiwayat alergi obat disangkal
G. RIWAYAT PERSONAL SOSIALPasien tidak merokok, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
H. PEMERIKSAAN FISIKKesan Umum : tampak kesakitan sedang
Kesadaran : Sadar penuh
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
4/14
Vital Sign : Tekanan Darah: 131/73
Nadi: 73 x/menit
Suhu: 36 C
Respirasi: 20 x/menit
Kepala: Mesocephal, rambut tumbuh merata, warna hitam, tidak mudah dicabut
Mata: conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), ptosis (-/-), pupil isokor, reflex pupil
(+/+)
Hidung: simetris, epistaksis (-/-), obstruksi (-/-), napas cuping hidung (-/-)
Mulut: simetris, gusi berdarah (-), sianosis (-), karies (-) stomatitis (-)
Telinga: deformitas (-/-), serumen (-)
Leher: pembesaran limfonodi (-), peningkatan JVP (-)
Thorax: I= simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi (-)
P=sonor (+), cardiomegali (-)
P= taktil fremitus (+)
A= ronki basah kasar (-/-) wheezing (-) bising (-) gallop (-) S1 S2 regulerAbdomen: I= supel (+), massa (-), tanda-tanda peradangan (-)
A= Bising usus (+) normal
P= timpani (+)
P= nyeri tekan (+) kuadran kanan atas, hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas: edema (-) akral hangat (+) clubbing finger (-/-) sianosis (-/-)
I. PEMERIKSAAN PENUNJANGUSG Abdomen : Tampak gambaran batu empedu, suspek Cholelithiasis
Laboratorium 4 Juni 2014:
WBC 9,22 x 103/uL
RBC 5,23 x 106/uL
HGB 16,3 g/dL
HCT 47 %
MCV 89,9 fL
MCH 31,2 pg
MCHC 34,7 g/dL
PLT 391 x 103/uL
GDS 183 mg/dL
SGOT 17 u/l
SGPT 17 u/l
Total bilirubin 0,4 mg/dl
Direct Bil 0,23 mg/dl
Indirect Bil 0,20 mg/dl
Clotting time 4 menit
Bleeding time 2,5 menit
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
5/14
Gol darah A
EKG Normal Sinus Rhythm
J. ASSESSMENTCholelithiasis
K. PLANNINGPro Cholecystectomy
Inj ceftriaxone 2x1 gr
Inj ketorolac 3x30 mg
Inj ranitidine 2x1 A
Infuse D5 Mikrolini
Urdafalk 3x1
Antacid 3x1
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
6/14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISIBatu empedu adalah massa inorganic yang terbentuk di dalam kandung empedu, kadang-
kadang di dalam duktus koledokus atau duktus hepatikus. Batu ini dapat menyebabkan nyeri
abdomen dan dyspepsia.
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI KANDUNG EMPEDU1. ANATOMI
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang panjangnya sekitar 10
cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan
dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk bulat lonjong seperti
buah alpukat tepat di bawah lobus kanan hati. Kandung empedu mempunyai fundus,korpus, dan kolum. Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang
sedikit memanjang di atas tepi hati. Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung
empedu. Kolum adalah bagian yang sempit dari kandung empedu yang terletak antara
korpus dan daerah duktus sistika.
Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang
kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih besar
yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri yang
segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung
dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus.
2. FISIOLOGIFungsi kandung empedu, yaitu:
a. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah
cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.
b. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitaminyang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin
yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi bilirubin (pigmen
utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Kandung empedu mampu menyimpan 40-60 ml empedu. Diluar waktu makan, empedu
disimpan sementara di dalam kandung empedu. Empedu hati tidak dapat segera masuk ke
duodenum, akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus
sistikus dan ke kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan
pembuluh darah mengabsorpsi air dari garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam
kandung empedu kira-kira lima kali lebih pekat dibandingkan empedu hati.
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
7/14
Empedu disimpan dalam kandung empedu selama periode interdigestif dan diantarkan ke
duodenum setelah rangsangan makanan. Pengaliran cairan empedu diatur oleh 3 faktor,
yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu, dan tahanan sfingter
koledokus. Dalam keadaan puasa, empedu yang diproduksi akan dialih-alirkan ke dalam
kandung empedu. Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter relaksasi, dan
empedu mengalir ke duodenum.
Memakan makanan akan menimbulkan pelepasan hormon duodenum, yaitu
kolesistokinin (CCK), yang merupakan stimulus utama bagi pengosongan kandung
empedu, lemak merupakan stimulus yang lebih kuat. Reseptor CCK telah dikenal terletak
dalam otot polos dari dinding kandung empedu. Pengosongan maksimum terjadi dalam
waktu 90-120 menit setelah konsumsi makanan. Empedu secara primer terdiri dari air,
lemak, organik, dan elektrolit, yang normalnya disekresi oleh hepatosit. Zat terlarut
organik adalah garam empedu, kolesterol, dan fosfolipid.
Sebelum makan, garam-garam empedu menumpuk di dalam kandung empedu dan hanya
sedikit empedu yang mengalir dari hati. Makanan di dalam duodenum memicuserangkaian sinyal hormonal dan sinyal saraf sehingga kandung empedu berkontraksi.
Sebagai akibatnya, empedu mengalir ke dalam duodenum dan bercampur dengan
makanan.
Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak, berperan
dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang berasal dari
penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu meningkatkan
kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk membantu proses
penyerapan, garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk membantu
menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu) dibuang ke dalam empedu
sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan, serta obat dan limbah lainnya
dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh.
Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan dialirkan
kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatik. Seluruh
garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak 10-12 kali/hari. Dalam
setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam usus besar (kolon). Di
dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai unsur pokok. Beberapa
dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang bersama tinja. Hanya sekitar
5% dari asam empedu yang disekresikan dalam feses.
C. TIPE BATU EMPEDUAda 3 tipe batu Empedu, yaitu:
1. Batu Empedu KolesterolBatu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan sisanya adalah kalsium
karbonat, kalsium palmitit, dan kalsium bilirubinat. Bentuknya lebih bervariasi
dibandingkan bentuk batu pigmen. Terbentuknya hampir selalu di dalam kandung
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
8/14
empedu, dapat berupa soliter atau multipel. Permukaannya mungkin licin atau
multifaset, bulat, berduri, dan ada yang seperti buah murbei. Batu Kolesterol terjadi
kerena konsentrasi kolesterol di dalam cairan empedu tinggi. Ini akibat dari kolesterol di
dalam darah cukup tinggi. Jika kolesterol dalam kantong empedu tinggi, pengendapan
akan terjadi dan lama kelamaan menjadi batu. Penyebab lain adalah pengosongan cairan
empedu di dalam kantong empedu kurang sempurna, masih adanya sisa-sisa cairan
empedu di dalam kantong setelah proses pemompaan empedu sehingga terjadi
pengendapan.
2. Batu Empedu PigmenPenampilan batu kalsium bilirubinat yang disebut juga batu lumpur atau batu pigmen, tidak
banyak bervariasi. Sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah
banyak, warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk seperti
lumpur atau tanah yang rapuh. Batu pigmen terjadi karena bilirubin tak terkonjugasi di
saluran empedu (yang sukar larut dalam air), pengendapan garam bilirubin kalsium dan
akibat penyakit infeksi.
3. Batu Empedu CampuranBatu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai (80%) dan terdiri atas kolesterol, pigmen
empedu, dan berbagai garam kalsium. Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium
sehingga bersifat radioopaque.
D. PATOGENESISEmpedu adalah satu-satunya jalur yang signifikan untuk mengeluarkan kelebihan kolesterol
dari tubuh, baik sebagai kolesterol bebas maupun sebagai garam empedu. Hati berperan
sebagai metabolisme lemak. Kira-kira 80 persen kolesterol yang disintesis dalam hati diubah
menjadi garam empedu, yang sebaliknya kemudian disekresikan kembali ke dalam empedu;sisanya diangkut dalam lipoprotein, dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
Kolesterol bersifat tidak larut air dan dibuat menjadi larut air melalui agregasi garam
empedu dan lesitin yang dikeluarkan bersama-sama ke dalam empedu. Jika konsentrasi
kolesterol melebihi kapasitas solubilisasi empedu (supersaturasi), kolesterol tidak lagi
mampu berada dalam keadaan terdispersi sehingga menggumpal menjadi kristal-kristal
kolesterol monohidrat yang padat.
Etiologi batu empedu masih belum diketahui sempurna. Sejumlah penyelidikan
menunjukkan bahwa hati penderita batu kolesterol mensekresi empedu yang sangat jenuh
dengan kolesterol. Batu empedu kolesterol dapat terjadi karena tingginya kalori dan
pemasukan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan akan menyebabkan penumpukan di
dalam tubuh sehingga sel-sel hati dipaksa bekerja keras untuk menghasilkan cairan empedu.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu dengan cara yang belum
dimengerti sepenuhnya.
Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada adanya bilirubin tak terkonjugasi di saluran
empedu (yang sukar larut dalam air), dan pengendapan garam bilirubin kalsium. Bilirubin
adalah suatu produk penguraian sel darah merah.
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
9/14
E. FAKTOR RISIKOFaktor risiko untuk kolelitiasis, yaitu:
1. UsiaRisiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang
dengan usia > 40 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan
orang dengan usia yang lebih muda. Di Amerika Serikat, 20 % wanita lebih dari 40
tahun mengidap batu empedu. Semakin meningkat usia, prevalensi batu empedu semakin
tinggi. Hal ini disebabkan:
a. Batu empedu sangat jarang mengalami disolusi spontan.b. Meningkatnya sekresi kolesterol ke dalam empedu sesuai dengan bertambahnya
usia.
c. Empedu menjadi semakin litogenik bila usia semakin bertambah.2. Jenis Kelamin
Wanita mempunyai risiko dua kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan denganpria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen berpengaruh terhadap peningkatan eskresi
kolesterol oleh kandung empedu. Hingga dekade ke-6, 20 % wanita dan 10 % pria
menderita batu empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia,
walaupun umumnya selalu pada wanita.
3. Berat badan (BMI).Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar kolesterol dalam
kandung empedu pun tinggi, dan juga mengurasi garam empedu serta mengurangi
kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
4. Makanan.Konsumsi makanan yang mengandung lemak terutama lemak hewani berisiko untuk
menderita kolelitiasis. Kolesterol merupakan komponen dari lemak. Jika kadar kolesterol
yang terdapat dalam cairan empedu melebihi batas normal, cairan empedu dapat
mengendap dan lama kelamaan menjadi batu. Intake rendah klorida, kehilangan berat
badan yang cepat mengakibatkan gangguan terhadap unsur kimia dari empedu dan dapat
menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
5. Aktifitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resikoterjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit
berkontraksi.
F. GAMBARAN KLINISBatu empedu tidak menyebabkan keluhan penderita selama batu tidak masuk ke dalam
duktus sistikus atau duktus koledokus. Bilamana batu itu masuk ke dalam ujung duktus
sistikus barulah dapat menyebabkan keluhan penderita. Apabila batu itu kecil, ada
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
10/14
kemungkinan batu dengan mudah dapat melewati duktus koledokus dan masuk ke
duodenum.
Batu empedu mungkin tidak menimbulkan gejala selama berpuluh tahun. Gejalanya
mencolok: nyeri saluran empedu cenderung hebat, baik menetap maupun seperti kolik bilier
(nyeri kolik yang berat pada perut atas bagian kanan) jika ductus sistikus tersumbat oleh
batu, sehingga timbul rasa sakit perut yang berat dan menjalar ke punggung atau bahu. Mual
dan muntah sering kali berkaitan dengan serangan kolik biliaris. Sekali serangan kolik
biliaris dimulai, serangan ini cenderung makin meningkat frekuensi dan intensitasnya.
Gejala yang lain seperti demam, nyeri seluruh permukaan perut, perut terasa melilit, perut
terasa kembung, dan lain-lain.
G. DIAGNOSIS KOLELITIASIS1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis. Keluhan yang
mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran terhadap makananberlemak. Pada yang simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah kolik bilier yang
mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul
tiba-tiba. Lebih kurang seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah
menggunakan antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah
pada waktu menarik nafas dalam.
2. USG atau Pemeriksaan UltrasonografiUSG ini merupakan pemeriksaan standard, yang sangat baik untuk menegakkan
diagnosa Batu Kantong Empedu. Kebenaran dari USG ini dapat mencapai 95% di tangan
Ahli Radiologi.
3. CT ScanningPemeriksaan dengan CT Scanning dilakukan bila batu berada di dalam saluran empedu.
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI)Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan ini apabila ada komplikasi sakit kuning.
5. Pemeriksaan laboratoriumBatu kandung empedu yang asimptomatik, umumnya tidak menunjukkan kelainan
laboratorik. Kenaikan ringan bilirubin serum terjadi akibat penekanan duktus koledokus
oleh batu, dan penjalaran radang ke dinding yang tertekan tersebut.
H. PENATALAKSANAANPenanggulangan non bedah
1. Disolusi Medis
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
11/14
Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi kriteria terapi non operatif diantaranya batu
kolesterol diameternya
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
12/14
mengganggu atau semakin sering atau berat. Indikasi lain adalah yang menandakan
stadium lanjut, atau kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2 cm,
sebab lebih sering menimbulkan kolesistitis akut dibanding dengan batu yang lebih kecil.
Kolesistektomi laparoskopik telah menjadi prosedur baku untuk pengangkatan batu
kandung empedu simtomatik. Kelebihan yang diperoleh pasien dengan teknik ini meliputi
luka operasi kecil (2-10 mm) sehingga nyeri pasca bedah minimal.
I. KOMPLIKASI1. Kolesistisis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu tersumbat
oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu.
2. KolangitisKolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi
terhalang oleh sebuah batu empedu.3. Hidrops
Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat menimbulkan hidrops kandung empedu.
Dalam keadaan ini, tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan dengannya.
Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi
lagi empedu pada kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat kuratif.
4. EmpiemaPada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa
dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
13/14
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENEGAKAN DIAGNOSIS
B. PENATALAKSANAANPro Cholecystectomy
Inj ceftriaxone 2x1 gr
Inj ketorolac 3x30 mgInj ranitidine 2x1 A
Infuse D5 Mikrolini
Urdafalk 3x1
Antacid 3x1
-
5/24/2018 Presus Cholelithiasis
14/14
DAFTAR PUSTAKA