POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA...

15
32 POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA HUBUNGANNYA DENGAN POLA PERSEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH (THE POPULATION OF AQUATIC SWEED AND AEDES SPP. AND THE DISTRIBUTION PATTERN OF DENGUE FEVER DISEASE) Tien Aminatun, Tutiek Rahayu, dan Victoria Henuhili Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta Jl. Colombo No. 1 Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelimpahan gulma air di Rowo Jombor, (2) populasi nyamuk Aedes spp. yang berhabitat di perairan tempat tumbuhnya gulma air tersebut, dan (3) pola persebaran penyakit demam berdarah (DB) hubungannya dengan populasi gulma air dan nyamuk Aedes spp. Survei lapangan dilakukan setiap bulan sekali selama dua bulan untuk mengambil data gulma, jentik nyamuk, dan kondisi sanitasi lingkungan di dusun-dusun sekitar Rowo Jombor. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan melihat hubungan antara data densitas populasi gulma, data densitas populasi nyamuk Aedes, dan data wawancara yang kemudian dibuat pola distribusinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) densitas gulma air di Rowo Jombor didominasi oleh Eichornia crassipes terutama pada lokasi V yang terletak di dekat bendungan outlet sedangkan lokasi III yang terletak di tengah- tengah rawa tidak ditemukan populasi gulma akuatik; (2) tidak ditemukan populasi jentik nyamuk Aedes spp. yang berhabitat di perairan tempat tumbuhnya gulma air; dan (3) hasil penelitian ini tidak membuktikan hubungan pola persebaran penyakit demam berdarah dengan populasi gulma akuatik di Rowo Jombor sebagai habitat jentik nyamuk Aedes spp. Kata kunci: gulma air, nyamuk Aedes spp., pola persebaran penyakit demam berdarah (DB), Rowo Jombor Abstract The study was aimed at finding out the abundance of aquatic weeds in Rowo Jombor, the population of Aedes spp live in aquatic weed area, and the distribution pattern of dengue fever disease related to the population of aquatic weed and Aedes spp. Field survey was conducted for two months to collect the weed population data, mosquito larvae density, and environmental sanitation condition of the villages around Rowo Jombor. The study used quantitative descriptive analysis to see the correlation among weed density, Aedes spp population. The interview was conducted to make its distribution pattern.The results show that: (1) the density of aquatic weeds in Rowo Jombor was dominated by Eichornia crassipes mainly on Location V near the outlet, while the Location III which was located in the center of the swamp, the

Transcript of POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA...

Page 1: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

32

POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA HUBUNGANNYADENGAN POLA PERSEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

(THE POPULATION OF AQUATIC SWEED AND AEDES SPP.AND THE DISTRIBUTION PATTERN OF DENGUE FEVER DISEASE)

Tien Aminatun, Tutiek Rahayu, dan Victoria Henuhili

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri YogyakartaJl. Colombo No. 1 Yogyakarta

e-mail: [email protected]

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) kelimpahan gulma air di RowoJombor, (2) populasi nyamuk Aedes spp. yang berhabitat di perairan tempattumbuhnya gulma air tersebut, dan (3) pola persebaran penyakit demam berdarah(DB) hubungannya dengan populasi gulma air dan nyamuk Aedes spp. Surveilapangan dilakukan setiap bulan sekali selama dua bulan untuk mengambil datagulma, jentik nyamuk, dan kondisi sanitasi lingkungan di dusun-dusun sekitarRowo Jombor. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptifkuantitatif dengan melihat hubungan antara data densitas populasi gulma, datadensitas populasi nyamuk Aedes, dan data wawancara yang kemudian dibuat poladistribusinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) densitas gulma air diRowo Jombor didominasi oleh Eichornia crassipes terutama pada lokasi V yangterletak di dekat bendungan outlet sedangkan lokasi III yang terletak di tengah-tengah rawa tidak ditemukan populasi gulma akuatik; (2) tidak ditemukan populasijentik nyamuk Aedes spp. yang berhabitat di perairan tempat tumbuhnya gulma air;dan (3) hasil penelitian ini tidak membuktikan hubungan pola persebaran penyakitdemam berdarah dengan populasi gulma akuatik di Rowo Jombor sebagai habitatjentik nyamuk Aedes spp.

Kata kunci: gulma air, nyamuk Aedes spp., pola persebaran penyakit demamberdarah (DB), Rowo Jombor

AbstractThe study was aimed at fi nding out the abundance of aquatic weeds in Rowo Jombor,the population of Aedes spp live in aquatic weed area, and the distribution pattern ofdengue fever disease related to the population of aquatic weed and Aedes spp. Fieldsurvey was conducted for two months to collect the weed population data, mosquitolarvae density, and environmental sanitation condition of the villages around RowoJombor. The study used quantitative descriptive analysis to see the correlationamong weed density, Aedes spp population. The interview was conducted to makeits distribution pattern.The results show that: (1) the density of aquatic weeds inRowo Jombor was dominated by Eichornia crassipes mainly on Location V nearthe outlet, while the Location III which was located in the center of the swamp, the

Page 2: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

33

aquatic weed was not found; (2) the larvae of Aedes spp population which lived inaquatic weed area was not found; and (3) the result could not prove the relationshipbetween the pattern of dengue fever disease distribution and the aquatic weeds inRowo Jombor as the habitat for mosquito larvae of Aedes spp.

Keywords: aquatic weeds, Aedesspp, pattern of dengue fever disease distribution,Rowo Jombor

PENDAHULUAN

Di Kabupaten Klaten Jateng terdapat

danau alami, tempat wisata memancing

yang ramai dan khas dengan warung makan

apungnya, disebut Rowo Jombor. Rowo

Jombor merupakan wilayah perairan yang

dikelilingi oleh pedesaan, yang sebagian

besar merupakan wilayah Desa Krakitan dan

sebagian lainnya merupakan wilayah Desa

Jimbung.

Air yang selalu menggenang dan

adanya eutrofi kasi berlebih menyebabkanmeledaknya populasi gulma air di perairan

Rowo Jombor, yang menyebabkan nyamuk

suka bersarang di tempat tersebut. Nyamuk-

nyamuk tersebut menyebabkan penyakit

demam terutama Demam Berdarah (DB)

dan chikungunya yang memicu kasus

wabah pada Tahun 2013 di kedua desa yang

mengitari Rowo Jombor tersebut.

Profi l Desa Krakitan dan laporankesehatan dari Puskesmas Bayat, Klaten,

menyebutkan bahwa Desa Krakitan merupa-

kan daerah endemis penyakit DB, artinya

setiap tahun penduduk di desa ini ada yang

menderita penyakit demam berdarah. Desa

Jimbung Kecamatan Kalikotes Klaten juga

merupakan daerah endemis demam berdarah

yang juga terkena wabah pada Tahun 2013.

Sebagian Desa Jimbung terletak di pinggir

Rowo Jombor. Di Desa Krakitan dan

Jimbung juga dilaporkan terkena wabah

penyakit Chikungunya pada 2013. Penyakit

ini oleh kedua Puskesmas yang melayani

kedua desa tersebut dilaporkan sebagai salah

satu dari 10 besar penyakit yang terjadi di

wilayah kerja Puskesmas, yaitu peringkat

2 di wilayah kerja Puskesmas Bayat dan

peringkat 5 di wilayah kerja Puskesmas

Kalikotes (Anonim, 2013; Staf Puskesmas

Kalikotes, 2013).

Ada dua vektor utama dengue yaituAedes

(Stegomyia)aegypti (Ae.aegypti) dan Aedes

(Stegomyia)albopictus (Ae.albopictus).

Virus dengue ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes dengan efi siensi penularanyang berbeda-beda. Nyamuk Aedes telah

beradaptasi dengan baik pada lingkungan

hidup manusia. Nyamuk ini seringkali

berkembang biak pada air bersih yang

tergenang pada ban bekas atau pada bejana

atau wadah (kontainer) buatan manusia,

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Page 3: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

34

misalnya tempayan yang terbuat dari gerabahatau gentong tempat menyimpan cadanganair minum di dapur. Manusia adalah hospesyang disukai oleh nyamuk ini, yang seringmenggigit leher bagian belakang dan daerahsekitar mata kaki (Soedarto, 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut,maka penelitian ini bertujuan untukmengetahui kemelimpahan gulma air diRowo Jombor, populasi nyamuk Aedesspp. yang berhabitat di perairan tempattumbuhnya gulma air tersebut, dan polapersebaran penyakit DB hubungannyadengan populasi gulma air dan nyamukAedes spp. tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitianobservasi lapangan yang dilakukan di RowoJombor dan desa-desa di sekitarnya, diKecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, JawaTengah. Variabel penelitian adalah densitasgulma air, densitas jentik nyamuk Aedesspp, kondisi sanitasi, dan sebaran penyakitdemam berdarah di desa yang berbatasandan terdekat dengan Rowo Jombor, yaituDesa Krakitan. Data variabel densitas gulmadan jentik nyamuk Aedes spp. diperolehlangsung dengan observasi lapangan (dataprimer) dengan pengambilan data selamadua kali dengan rentang waktu antarpengambilan sampel 1 bulan, sedangkan datavariabel sebaran penyakit demam berdarah

diperoleh dari Puskesmas-puskemas ter-dekat dan Dinas Kesehatan Tingkat II Klaten(data sekunder). Lokasi sampling ditentukansecara purposive sampling, yaitu dipilihlokasi yang dekat dengan permukiman danaktivitas penduduk. Setiap lokasi samplingdilakukan tiga plotting. Lokasi titik-titiksampling tersaji pada Gambar 1.

Sampling gulma air dilakukan denganmeletakkan plot di setiap lokasi yang telahditentukan, kemudian dihitung jumlahindividu dari setiap jenis gulma air yangditemukan di dalam plot. Jumlah plot disetiap lokasi adalah tiga dengan jarakantarplot kurang lebih adalah 3 m.

Sampling jentik nyamuk dilakukan satubulan sekali selama 2 bulan. Penangkapanjentik nyamuk dilakukan siang hari untukmengetahui tingkat kepadatan jentik diperindukan. Pengambilan sampel meng-gunakan gayung dilakukan secara acak/random dalam plot yang dilakukan selama 10kali. Jentik yang terciduk dihitung masing-masing penangkapan kemudian dijumlahkan.Sampling jentik nyamuk dilakukan di RowoJombor (pada plot sampling gulma) dansampling di permukiman sekitar RowoJombor.

Pencarian data sekunder tentangsebaran penyakit demam berdarah (angkakejadian demam berdarah) selama 3 tahunterakhir, dilakukan dengan mengambildata dari puskesmas-puskesmas terdekat

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Page 4: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

35

dan Dinas Kesehatan Tingkat II Klaten.Wawancara juga dilakukan dengan penduduksekitar untuk mengetahui kondisi sanitasilingkungan.

Instrumen yang berupa check listdiadopsi dari Isnaini Fadhilah (2010) dengansedikit modifi kasi. Penghitungan hasilcheck list dilakukan dengan cara memberinilai pada pilihan jawaban, untuk pilihan“ya” bernilai 2, pilihan “tidak” bernilai 1dan pilihan “tidak punya” bernilai 0. Darijawaban tersebut kemudian dijumlahkan,dirata-rata dan dihitung persentasenya peraspek. Dari hasil penghitungan persentase

tersebut terlihat persentase terendah yangmenyebabkan ditemukannya jentik nyamukvektor demam berdarah diwilayah tersebut,semakin banyak responden menjawab“ya” maka menunjukkan bahwa sanitasi dirumahnya semakin baik.

Data yang didapat kemudian dianalisissebagai berikut. Pertama, densitas gulma airdihitung dari jumlah individu setiap spesiesgulma air yang ditemukan dalam seluruh plotdibagi dengan luas seluruh plot sampling,atau dengan menentukan coverage untukgulma yang membentuk rumpun menjalardengan rumus luas coverage dibagi dengan

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 1. Peta Lokasi Sampling di Rowo Jombor

Page 5: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

36

luas seluruh plot. Kedua, penentuan densitasjentik nyamuk. Kepadatan diperhitungkantiap 10 cidukan dan dihitung kepadatanjentiknya dip/cidukan yaitu jumlah jentikyang tertangkap dibagi jumlah cidukanyang dibagi jumlah cidukan yang dilakukan.Ketiga, semua data yang diperoleh kemudiandianalisis secara deskriptif kuantitatif untukmelihat hubungan di antara ketiga variabel.Keempat, langkah terakhir adalah membuatpola persebaran penyakit demam berdarahdi sekitar Rowo Jombor yaitu dengan petadistribusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Gulma Air

Gulma air yang ditemukan terdiriatas empat jenis, yaitu Ipomoea fi stulosa,Ipomoea aquatica, Eichornia crassipes, danNymphaea sp. Peta distribusi gulma akuatikpada bulan ke-1, ke-2 maupun rata-ratanyadisajikan pada Gambar 2. BerdasarkanGambar 2 diketahui bahwa populasi gulmaair yang mendominasi di Rowo Jomboradalah eceng gondok (Eichornia crassipes),terutama di lokasi sampling dekat warungapung dan persawahan. Hal ini menunjukkan

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Gambar 2. Peta Distribusi dan Densitas Gulma di Rowo Jombor pada Bulan ke-1, ke-2dan Rata-ratanya

36

luas seluruh plot. Kedua, penentuan densitasjentik nyamuk. Kepadatan diperhitungkantiap 10 cidukan dan dihitung kepadatanjentiknya dip/cidukan yaitu jumlah jentikyang tertangkap dibagi jumlah cidukanyang dibagi jumlah cidukan yang dilakukan.Ketiga, semua data yang diperoleh kemudiandianalisis secara deskriptif kuantitatif untukmelihat hubungan di antara ketiga variabel.Keempat, langkah terakhir adalah membuatpola persebaran penyakit demam berdarahdi sekitar Rowo Jombor yaitu dengan petadistribusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Gulma Air

Gulma air yang ditemukan terdiriatas empat jenis, yaitu Ipomoea fi stulosa,Ipomoea aquatica, Eichornia crassipes, danNymphaea sp. Peta distribusi gulma akuatikpada bulan ke-1, ke-2 maupun rata-ratanyadisajikan pada Gambar 2. BerdasarkanGambar 2 diketahui bahwa populasi gulmaair yang mendominasi di Rowo Jomboradalah eceng gondok (Eichornia crassipes),terutama di lokasi sampling dekat warungapung dan persawahan. Hal ini menunjukkan

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Gambar 2. Peta Distribusi dan Densitas Gulma di Rowo Jombor pada Bulan ke-1, ke-2dan Rata-ratanya

Page 6: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

37

tingkat eutrofi kasi yang tinggi di lokasitersebut. Berbagai macam limbah pertanian,industri dan lumpur sungai yang berasaldari masyarakat di sekitar aliran sungaiyang menyebabkan gulma eceng gondokdapat berkembang secara cepat (Sulistiyo,2003). Tingginya keberadaan Eichorniacrassipes pada komunitas gulma air di RowoJombor dikarenakan tumbuhan ini terkenalmemiliki sebaran yang luas (kosmopolitan).Di samping itu, sebagai tumbuhan airyang mengapung eceng gondok mudahberpindah dari satu tempat ke tempat lainkarena adanya pengaruh gerakan air akibattiupan angin (Najamuddin, 2010). Morris(1974) juga menjelaskan bahwa Eichorniacrassipes memiliki kemampuan untukmemenangkan suatu kompetisi dengantumbuhan air lainnya. Akibatnya spesieslainnya tersingkir untuk menguasai ruangtumbuh dalam menguasai suatu perairan.

Gulma air ditemukan pada lokasi Ipada bulan ke-1 tetapi tidak pada bulan ke-2. Hal ini karena keadaan rawa pada saatpengamatan ke-2 sedang surut sehinggatidak ada gulma air yang tumbuh di lokasi I,sedangkan hasil pengamatan pada bulan ke-1di lokasi I ini gulma yang banyak ditemukanadalah tipe tumbuhan air apung yaituEicornia crassipes dan Ipomoea aquaticasehingga pada keadaan rawa sedang surutgulma tersebut tidak ditemukan.

Gulma air Pistia sp tidak ditemukandi lokasi II pada bulan ke-1, akan tetapiditemukan pada pengamatan bulan ke-2. Halini dikarenakan lokasi II merupakan areadekat inlet yang memungkinkan Pistia spyang merupakan gulma apung ini hanyutterbawa masuk ke rawa melalui inletbersama sampah-sampah yang akhirnyamengumpul di sekitar inlet. Pada bulanke-2 memang terlihat kumpulan sampahyang lebih banyak daripada bulan ke-1.Melimpahnya sampah dan limbah rumahmakan apung selain memicu pertumbuhangulma air juga memicu munculnya seranggaair yang hidup di sela-sela perakaran gulmaair tersebut.

Pada lokasi I gulma air yang ditemukanadalah Eichornia crassipes, Ipomoeaaquatica, dan Ipomoea fi stulosa. Gulma airyang mendominasi pada lokasi ini adalahEichornia crassipes yang merupakan tipetumbuhan air mengapung dengan rata-ratadensitas 0,3 per m2. Hal ini sesuai denganhasil penelitian inventarisasi tumbuhan airdi Rawa Bukit Pinang dan Danau GundulKalimantan Tengah (Najamuddin, 2010),bahwa tingginya keberadaan Eichorniacrassipes dikarenakan tumbuhan inimemiliki persebaran yang luas karenamerupakan tumbuhan air yang mengapung,yang memudahkan untuk berpindah darisatu tempat ke tempat lain karena pengaruh

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Page 7: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

38

gerakan air akibat tiupan angin. Di lokasiini juga ditemukan gulma air Ipomoeafi stulosa, yang memiliki akar rimpang didalam lumpur sehingga hanya ditemukanpada plot ini karena tidak mudah terbawaarus air dan tumbuh menetap.

Pada lokasi II gulma air yangditemukan adalah Eichornia crassipes,Ipomoea aquatica, dan Pistia sp. Padalokasi ini gulma air yang mendominasiadalah Eichornia crassipes, dan Ipomoeaaquatica dengan rata-rata densitasmasing-masing 0,25; sedangkan Pistia sphanya 0,035.

Lokasi III merupakan lokasi samplingyang tidak ditemukan gulma air. Lokasisampling ini merupakan area di tengahrawa yang jauh dari pemukiman wargadan aktivitas rumah makan apung sehinggadimungkinkan tidak terjadi eutrofi kasiakibat limbah rumah makan apung yangberada di pinggiran rawa. Hal ini dapatmenjadi faktor gulma air tidak tumbuh dilokasi III. Selain itu, kedalaman air jugamempengaruhi jenis tumbuhan akuatikhadir di suatu lokasi, yang berkaitandengan kemampuan adaptasi tumbuhan,seperti sifat perakaran tumbuhan, yaitu adajenis tumbuhan yang mengapung, tetapijuga ada jenis tumbuhan yang mempunyaiakar rimpang di dalam lumpur sehinggalebih menyukai perairan dangkal untukmenancapkan akarnya.

Gulma air banyak ditemukan padalokasi I, II, IV, dan V yang merupakanpinggiran Rowo Jombor dan relatif dangkal.Selain itu, juga terdapat potensi eutrofi kasiyang berasal dari aktivitas rumah makanapung dan karamba jaring apung. Hampirpada setiap lokasi sampling ditemukangulma air Eichornia crassipes dan Ipomoeaaquatica, yang merupakan tipe tumbuhan airmengapung sehingga persebarannya lebihcepat.

Berdasarkan rata-rata densitas terlihatbahwa lokasi sampling yang paling banyakditemukan gulma air adalah lokasi V yangmerupakan lokasi dekat dengan bendunganoutlet sehingga airnya relatif menggenangdengan sedikit aliran atau gerakan air, sertamerupakan area yang di sekitarnya banyakterdapat persawahan yang dapat memicueutrofi kasi. Kondisi itulah yang dapatmenyebabkan populasi gulma air di lokasitersebut paling melimpah dibandingkanlokasi yang lain.

Populasi Jentik Nyamuk, Kondisi Sani-

tasi, dan Kejadian Demam Berdarah (DB)

Berdasarkan hasil sampling jentik diperairan Rowo Jombor yang dilakukan padaplot-plot sampling gulma, ternyata tidakditemukan populasi jentik nyamuk, tetapibanyak ditemukan larva serangga air dariFamilia Gerridae yang merupakan seranggapredator di perairan (Gambar 3).

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Page 8: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

39

Selain banyaknya predator, tidakditemukannya populasi jentik nyamuk diperairan Rowo Jombor ini dimungkinkanjuga karena hasil pengukuran parameterkualitas air dan udara di perairan RowoJombor (Tabel 1) yang menunjukkan bahwakondisi lingkungan abiotik di Rowo Jombortidak mendukung untuk kehidupan nyamuk(perkembangan jentik nyamuk).

Jarak tempuh antarlokasi sampling me-makan waktu cukup lama, karena hanya bisa

Tabel 1. Rata-rata Kondisi Faktor Lingkungan Abiotik pada Plot-plot Sampling

No Lokasi/ PlotSuhuudara(oC)

KelembabanUdara (%)

IntensitasCCayaha

(lux)

Kec.Angin(m/dt)

DO(Mg/L)

Turbiditas(NTU)

pHAir

1 I/a 30 74 100X100 1 2,2 230 6,32 I/b 33 68 480X100 2,8 3,2 220 4,83 I/c 31 74 100X100 2,8 Mis 220 4,9

RATA-RATA: 31,3 72 226,7x100 2,2 2,7 223,3 5,34 II/a 36 63 480x100 0 3,2 230 6,35 II/b 37 69 862x100 0 4,2 230 6,36 II/c 35 69 1030x100 3,6 4,8 230 6,1

RATA-RATA: 36 67 790,7x100 1,2 4,1 230 6,27 III/a 36 59 320x10 1 4,9 200 6,48 III/b 37 65 702x10 1,8 Mis 220 6,29 III/c 35 59 903x100 0 Mis 220 6,3

RATA-RATA: 36 61 641,7x100 0,9 4,9 213,3 6,310 IV/a 32 69 550x10 2,8 3,6 220 6,711 IV/b 33 63 460x100 3,2 4,0 230 6,112 IV/c 33 63 427x100 2,5 3,6 220 6,1

RATA-RATA: 32,7 65 479x100 2,8 3,7 223,3 6,313 V/a 32 68 220x100 7,2 4,6 220 6,214 V/b 32 62 113x100 4 4,2 230 6,215 V/c 31 74 498x100 7,5 4,8 220 6,1

RATA-RATA 31,7 68 277x100 6,2 4,5 223,3 6,2

Sumber: Data primer, 2014

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 3. Larva Serangga Gerridaeyang Banyak DitemukanHidup di Sekitar Gulma diLokasi-Lokasi Sampling(Perbesaran 11,25x)

Page 9: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

40

dijangkau dengan rakit yang didayung secaramanual, sehingga pelaksanaan samplingpada kelima lokasi memakan waktu dari pagisampai sore hari (dari pukul 10.00 sampai16.00 wib). Hal ini menyebabkan kondisiklimatik (suhu udara, kelembaban udara dankecepatan angin) yang bervariasi di antaralokasi sampling, sangat dipengaruhi olehwaktu pengamatan. Kisaran suhu udara padasaat pengamatan adalah antara 30oC-37oC,dengan rata-rata adalah 33,5oC. Munif danImron (2010) menyatakan rata-rata suhuudara optimum untuk pertumbuhan nyamukadalah 25-27oC, pertumbuhan akan terhentisama sekali jika suhu kurang dari 10oC ataulebih dari 40oC. Oleh karena itu, suhu udaradi Rowo Jombor ini kurang mendukunguntuk perkembangbiakan nyamuk. Kelem-baban udara juga mempengaruhi umurnyamuk, pada kelembaban udara <60%umur nyamuk akan menjadi pendek,nyamuk akan cepat kekurangan tenaga,kering dan cepat mati.

Soegijanto (2006) menyatakan ke-cepatan angin juga dapat berpengaruhterhadap jangkauan jelajah nyamuk demamberdarah. Kemampuan jelajah nyamuk betinarata-rata 40-100 meter, tetapi karena faktorangin maka nyamuk dapat terbawa lebihjauh lagi. Berdasarkan hasil pengukuran,maka kecepatan angin pada bulan pertamatermasuk rendah.

Hasil pengukuran kualitas air me-nunjukkan bahwa rata-rata DO adalah 3,98mg/l, rata-rata pH adalah 6,06, dan rata-rataturbiditas adalah 222,64. Effendi (2003)menyatakan bahwa sebagian besar biotaakuatik mempunyai kisaran pH optimumadalah 7-8,5.

Kandungan DO di perairandipengaruhi oleh keberadaan vegetasi yangada di dalam perairan, karena fotosintesisdari vegetasi tersebut menghasilkanoksigen. Kandungan DO rata-rata 3,98mg/l masih memungkinkan biota akuatikpada umumnya untuk bisa hidup denganbaik. Turbiditas rata-rata sebesar 222,64NTU termasuk tinggi bagi kehidupanjentik nyamuk, hal ini sesuai dengan hasilpenelitian Hadi, Sigit, & Agustina (2009),yang menyebutkan bahwa air yang terpolusitanah sehingga mempunyai kekeruhan 17NTU menyebabkan jentik nyamuk Aedesaegypti mati.

Pola penularan DBD dipengaruhi iklimdan kelembaban udara. Kelembaban dansuhu udara yang tinggi membuat nyamukAedes aegypti bertahan hidup lebih lama,sehingga pola waktu terjadinya penyakitmungkin akan berbeda-beda dari satutempat dengan tempat yang lain tergantungdari iklim dan kelembaban udara. Di Jawa,umumnya kasus DBD merebak mulai awalJanuari sampai dengan April-Mei setiap

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Page 10: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

41

tahun (Anonim, 2006). Kemungkinannyamuk demam berdarah bertahan lamadi Rowo Jombor cukup tinggi, hal inidisebabkan iklim dan kelembapan udara diRowo Jombor cukup tinggi. Kisaran rata-rata kelembapan udara yang didapatkan dipengambilan sampel ke 2 sebesar 45,7% danrata-rata suhu 32,68oC.

Berhubung pada sampling pertama initidak ditemukan populasi nyamuk di perairanRowo Jombor, maka dilakukan samplingjentik nyamuk di rumah-rumah pendudukyang terdekat dengan lokasi sampling jentiknyamuk di Rowo Jombor, yang dilakukanpada tanggal 20-21 September 2014. Hal iniuntuk dapat menentukan apakah kejadiandemam berdarah di desa sekitar Rowo Jomborjuga berhubungan dengan populasi gulma airdi Rowo Jombor ataukah hanya berhubungandengan populasi jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk tersebut yang terkaitdengan sanitasi lingkungan rumah tinggal.Oleh karena itu, selain melakukan samplingpopulasi jentik nyamuk di permukiman,dilakukan juga observasi dan wawancarakepada responden tentang kondisi sanitasilingkungan di permukiman sampling. Petasebaran populasi jentik nyamuk di rumah-rumah penduduk sekitar Rowo Jombor dankondisi sanitasi lingkungan disajikan padaGambar 4.

Lokasi sampling jentik nyamuk dipilihpada lokasi permukiman di dekat Rowo

Jombor, dan terletak di lokasi dekat denganlokasi sampling gulma air (±400m daritepi rawa). Dari hasil sampling tersebutdiketahui bahwa pada permukiman yangterdapat kejadian demam berdarah (daerahsuspect) mempunyai angka populasi jentiklebih tinggi dibandingkan pada daerah yangnonsuspect.

Pada lokasi V yang merupakan per-mukiman dekat dengan bendungan outlet dariRowo Jombor mempunyai angka populasijentik yang tinggi. Untuk bisa menentukanpenyebab tingginya tingkat populasi jentiknyamuk di lingkungan permukiman, makadilakukan observasi dan wawancara kepadaresponden untuk melihat kondisi sanitasilingkungan di daerah permukiman tersebut.Hasil wawancara dengan responden di-sajikan pada Tabel 2.

Berdasarkan Gambar 4 dapat diamatibahwa pada sampling bulan pertama, jentiknyamuk hanya terlihat pada lokasi II ulangan2, 3, dan 4; lokasi IV ulangan 2, 3, dan 4;serta lokasi V ulangan 1 dan 2. Sementaraitu pada pengambilan bulan kedua jentikhanya ditemukan pada lokasi I ulangan 2dan lokasi II ulangan 2 dan 3. Sementara itujika melihat pada hasil sanitasi lokasi-lokasitersebut keseluruhannya tergolong memilikisanitasi yang baik.

Penggolongan sanitasi ini berdasarkantiga aspek yaitu pengetahuan, pelaksanaandan kontinyuitas. Ketiga aspek tersebut

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Page 11: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

42

saling berkaitan, namun aspek pelaksanaandan aspek kontinyuitas sebenarnya lebihpenting dibandingkan aspek pengetahuan.

Hasil check list menunjukkan bahwapengetahuan masyarakat tentang penang-

gulangan sarang nyamuk penular penyakitdemam berdarah sudah baik, namunpada pelaksanaan dan kontinyuitasnyakurang. Hal inilah yang menyebabkanmasih ditemukannya jentik nyamuk pada

Tabel 2.Status Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Hasil Kuisioner pada Lokasi Sampling

Lokasi I Lokasi II Lokasi IV Lokasi VRataan % pengetahuan 90,275 90,875 93,175 91,425Rataan % pelaksanaan 72,975 74,525 73,425 79,237Rataan % kontinyuitas 75,350 72,000 74,950 77,950Rataan % sanitasi 79,530 79,130 80,520 82,870Kesimpulan kondisi sanitasi secara umum Baik Baik Baik Baik

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Gambar 4. Peta Sebaran Jentik Nyamuk dan Kondisi Sanitasi LingkunganPermukiman di Desa Sekitar Rowo Jombor

42

saling berkaitan, namun aspek pelaksanaandan aspek kontinyuitas sebenarnya lebihpenting dibandingkan aspek pengetahuan.

Hasil check list menunjukkan bahwapengetahuan masyarakat tentang penang-

gulangan sarang nyamuk penular penyakitdemam berdarah sudah baik, namunpada pelaksanaan dan kontinyuitasnyakurang. Hal inilah yang menyebabkanmasih ditemukannya jentik nyamuk pada

Tabel 2.Status Sanitasi Lingkungan Berdasarkan Hasil Kuisioner pada Lokasi Sampling

Lokasi I Lokasi II Lokasi IV Lokasi VRataan % pengetahuan 90,275 90,875 93,175 91,425Rataan % pelaksanaan 72,975 74,525 73,425 79,237Rataan % kontinyuitas 75,350 72,000 74,950 77,950Rataan % sanitasi 79,530 79,130 80,520 82,870Kesimpulan kondisi sanitasi secara umum Baik Baik Baik Baik

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Gambar 4. Peta Sebaran Jentik Nyamuk dan Kondisi Sanitasi LingkunganPermukiman di Desa Sekitar Rowo Jombor

Page 12: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

43

tempat penampungan air. Keadaan di atassesuai dengan hasil penelitian Widayani(2010) yang menunjukkan bahwa frekuensimembersihkan bak penampungan air dankeberadaan jentik sangat terkait. Pembersihanbak penampung merupakan pengendalianvektor nyamuk jenis kultural yaitu membuatlingkungan supaya nyamuk tidak bisaberkembang biak (Soemirat, 2011).

Kondisi lingkungan Desa Krakitanmemungkinkan berkembangnya vektor DB.Aedes aegypti merupakan nyamuk yangmenyukai habitat urban (perkotaan)yangpenduduknya selalu menyediakan tendonair atau bejana untuk menyimpan air. Aedesalbopictus merupakan spesies nyamuk hutanyang telah beradaptasi dengan lingkungan

hidup manusia di daerah rural, sub-urban,dan bahkan di daerah urban (Soedarto, 2012).

Data monografi Desa Krakitan menun-jukkan bahwa 27,8% (222,892 ha) lahanmerupakan permukiman dengan jumlahpenduduk sebanyak 11.144, desa terletakpada ketinggian tanah 154 mdpl (Staf DesaKrakitan. 2013). Hal ini sesuai dengan teoriyang mengatakan bahwa di daerah denganketinggian kurang dari 500 mdpl populasiAedesaegypti sedang sampai tinggi (Soedarmo, 2009;Soedarto, 2012). Kondisi-kondisi tersebutsangat mendukung pertumbuhan populasivektor DB, dengan demikian upaya PSN perludilakukan secara intensif lagi.

Berdasarkan grafi k pada Gambar 5diketahui adanya kasus DBD yang menjadi

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 5. Grafi k kejadian DBD di Desa Krakitan selama 10 Tahun Terakhir (DinasKesehatan Klaten, 2014)

43

tempat penampungan air. Keadaan di atassesuai dengan hasil penelitian Widayani(2010) yang menunjukkan bahwa frekuensimembersihkan bak penampungan air dankeberadaan jentik sangat terkait. Pembersihanbak penampung merupakan pengendalianvektor nyamuk jenis kultural yaitu membuatlingkungan supaya nyamuk tidak bisaberkembang biak (Soemirat, 2011).

Kondisi lingkungan Desa Krakitanmemungkinkan berkembangnya vektor DB.Aedes aegypti merupakan nyamuk yangmenyukai habitat urban (perkotaan)yangpenduduknya selalu menyediakan tendonair atau bejana untuk menyimpan air. Aedesalbopictus merupakan spesies nyamuk hutanyang telah beradaptasi dengan lingkungan

hidup manusia di daerah rural, sub-urban,dan bahkan di daerah urban (Soedarto, 2012).

Data monografi Desa Krakitan menun-jukkan bahwa 27,8% (222,892 ha) lahanmerupakan permukiman dengan jumlahpenduduk sebanyak 11.144, desa terletakpada ketinggian tanah 154 mdpl (Staf DesaKrakitan. 2013). Hal ini sesuai dengan teoriyang mengatakan bahwa di daerah denganketinggian kurang dari 500 mdpl populasiAedesaegypti sedang sampai tinggi (Soedarmo, 2009;Soedarto, 2012). Kondisi-kondisi tersebutsangat mendukung pertumbuhan populasivektor DB, dengan demikian upaya PSN perludilakukan secara intensif lagi.

Berdasarkan grafi k pada Gambar 5diketahui adanya kasus DBD yang menjadi

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 5. Grafi k kejadian DBD di Desa Krakitan selama 10 Tahun Terakhir (DinasKesehatan Klaten, 2014)

Page 13: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

44

salah satu titik acuan bagi penelitian ini.Dengan adanya kasus ini, ada kemungkinanyang cukup besar bahwa DBD bisa menjadipenyakit endemik. Berdasarkan wawancaradengan anggota Dinas Kesehatan, PenyakitDemam Berdarah merupakan endemik di DesaKrakitan. Hal ini disebabkan adanya kecocokansuhu, lingkungan, dan perilaku masyarakat diDesa Krakitan untuk kehidupan nyamuk itusendiri.

Desa Jimbung Kecamatan KalikotesKlaten juga merupakan daerah endemikdemam berdarah dan terjadi wabah padaTahun 2013. Desa Jimbung sebagian jugaterletak di pinggir Rowo Jombor. DesaKrakitan dan Jimbung juga melaporkanwabah penyakit Chikungunya pada 2013,bahkan penyakit ini oleh kedua Puskesmasyang melayani kedua desa tersebutdilaporkan sebagai salah satu 10 besarpenyakit yang terjadi di wilayah kerjaPuskesmas, peringkat 2 di wilayah kerjaPuskesmas Bayat dan peringkat 5 di wilayahkerja Puskesmas Kalikotes (Staf PuskesmasBayat, 2013; Staf Puskesmas Kalikotes,2013).

Menurut buku saku Dinas Kesehatan2012, Klaten merupakan tempat terjadinyakasus DBD yang cukup besar (Case FatalityRate). Standar Nasional yang ditetapkanyaitu kurang dari 1%, sedangkan Klaten danJawa Tengah pada umumnya mempunyaiangka case fatality rate 1,52%.

Analisis Keterkaitan antara Populasi

Gulma, Populasi Jentik Nyamuk, Kondisi

Sanitasi dan Kejadian Demam Berdarah

di Desa Sekitar Rowo Jombor

Penentuan lokasi sampling jentik nyamukdan sanitasi lingkungan di per-mukimanditentukan berdasarkan kedekatan denganlokasi sampling gulma akuatik di RowoJombor. Hal ini bertujuan untuk mengetahuikemungkinan hubungan pola persebaranjentik Aedes spp dan kejadian demam ber-darah dengan populasi gulma akuatik yangberpotensi menjadi habitat nyamuk Aedes spp.Dari hasil pembahasan sebelumnya, ternyatatidak ditemukan populasi jentik nyamuk diperairan Rowo Jombor. Hal ini dikarenakankondisi suhu dan kelembaban udara di RowoJombor tidak mendukung bagi kehidupannyamuk, selain itu kondisi turbiditas airjuga tidak mendukung. Oleh karena itu,hasil penelitian ini belum bisa membuktikanhubungan antara populasi gulma air dengandensitas Aedes spp dan kejadian DBD di desasekitar Rowo Jombor. Densitas jentik nyamukdan kejadian DBD (suspect) lebih dipengaruhikondisi sanitasi lingkugan dari aspekpelaksanaan dan kontinuitas pemberantasansarang nyamuk (PSN).

Gambar 6 menyajikan peta yangmenggambarkan distribusi gulma akuatik diRowo Jombor, distribusi jentik nyamuk dankondisi sanitasi lingkungan di lokasi yangberdekatan dengan Rowo Jombor, terutama

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016

Page 14: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

45

yang terdekat dengan area sampling gulmaair. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwapada lokasi V yang mempunyai densitasgulma air tertinggi ditemukan suspect DBDdan densitas jentik nyamuk yang tertinggidibandingkan lokasi yang lain. Oleh karenaitu, masih dimungkinkan bahwa keberadaangulma air di Rowo Jombor mempengaruhipopulasi nyamuk di area permukiman yangmengelilinginya.

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalahsebagai berikut. (1) Densitas gulma air di

Rowo Jombor didominasi oleh Eichorniacrassipes, terutama pada lokasi V yangterletak di dekat bendungan outlet, sedangkanlokasi III yang terletak di tengah-tengah rawatidak ditemukan populasi gulma akuatik; (2)Tidak ditemukan populasi jentik nyamukAedes spp. yang berhabitat di perairantempat tumbuhnya gulma air, disebabkanbanyaknya predator seperti ikan dan larvaserangga Gerridae, serta lingkungan abiotikyang kurang mendukung, yaitu suhu udara,kelembaban udara dan turbiditas air; dan (3)Hasil penelitian ini belum bisa membuktikanhubungan pola persebaran penyakit demam

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 6. Peta Sebaran Gulma, Jentik Nyamuk Aedes Spp, dan Kondisi SantasiLingkungan Permukiman di Desa Sekitar Rowo Jombor

45

yang terdekat dengan area sampling gulmaair. Berdasarkan Gambar 6 diketahui bahwapada lokasi V yang mempunyai densitasgulma air tertinggi ditemukan suspect DBDdan densitas jentik nyamuk yang tertinggidibandingkan lokasi yang lain. Oleh karenaitu, masih dimungkinkan bahwa keberadaangulma air di Rowo Jombor mempengaruhipopulasi nyamuk di area permukiman yangmengelilinginya.

SIMPULAN

Simpulan dari penelitian ini adalahsebagai berikut. (1) Densitas gulma air di

Rowo Jombor didominasi oleh Eichorniacrassipes, terutama pada lokasi V yangterletak di dekat bendungan outlet, sedangkanlokasi III yang terletak di tengah-tengah rawatidak ditemukan populasi gulma akuatik; (2)Tidak ditemukan populasi jentik nyamukAedes spp. yang berhabitat di perairantempat tumbuhnya gulma air, disebabkanbanyaknya predator seperti ikan dan larvaserangga Gerridae, serta lingkungan abiotikyang kurang mendukung, yaitu suhu udara,kelembaban udara dan turbiditas air; dan (3)Hasil penelitian ini belum bisa membuktikanhubungan pola persebaran penyakit demam

Populasi Gulma Air dan Nyamuk Aedes Spp. (Aminatun, T., dkk.)

Gambar 6. Peta Sebaran Gulma, Jentik Nyamuk Aedes Spp, dan Kondisi SantasiLingkungan Permukiman di Desa Sekitar Rowo Jombor

Page 15: POPULASI GULMA AIR DAN NYAMUK AEDES SPP. SERTA …staffnew.uny.ac.id/upload/132206555/penelitian/Populasi Gulma Air_Saintek.pdf · (D B) hubungannya dengan populasi gulma air dan

46

berdarah dengan populasi gulma akuatik diRowo Jombor sebagai habitat jentik nyamukAedes spp., tetapi dari peta distribusigulma akuatik dan jentik nyamuk diketahuibahwa lokasi yang berdekatan dengan arearawa dengan populasi gulma air tertinggimempunyai populasi jentik nyamukyang tertinggi pula. Sanitasi lingkungandari aspek pelaksanaan dan kontinyuitasPemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)lebih berpengaruh terhadap densitas jentiknyamuk yang ditemukan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Prosedur tetap penang-gulangan KLB dan bencana ProvinsiJawa Tengah. Dinas Kesehatan TingkatI Jateng. Diunduh dari http://perpus.stikeskusumahusada.ac.id/index.php?p=show_detail&id=980.

Anonim. (2012). Buku saku kesehatantahun 2012. Dinas Kesehatan Tingkat IJateng. Semarang. Diunduh dari http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/manajemen_informasi/Buku_ Saku_Kesehatan_Tahun_2012.pdf.

Anonim. (2012). Daftar isi tingkat desadan kelurahan.badan pemberdayaanmasyarakat dan desa propinsi JawaTengah. Semarang.

Anonim. (2013). Buku monografi DesaKrakitan, Kecamatan Bayat, KabupatenKlaten. Pemerintah Desa Krakitan. Klaten.

Hadi, U. K., Sigit, S. H., & Agustina, E.(2009, Agustus). Habitat jentik aedes

aegypti (diptera: culicidae) pada airterpolusi di laboratorium. Makalahdipresentasikan pada Seminar NasionalHari Nyamuk, Bogor.

Morris, T. L. (1974). Water hyacinth(Eichhornia crassipkes (Mart) Solms):Its ability to invadeaquatic ecosystemsat Paynes Prairie Preserve (Thesis).University of Florida, Gainesville.

Munif, A., & Imron, M. (2010). Panduanpengamatan vektor malaria. Jakarta:Sagung Seto.

Najamuddin, A. (2010). Inventarisasitumbuhan air di rawa Bukit Pinangdan danau Gundul Kalimantan Tengah.Journal of Tropical Fisheries, 5(2),511-518.

Soedarmo, S.S.P. (2009). Demam berdarah(Dengue) pada anak. Jakarta: UI Press.

Soedarto. (2012). Demam berdarah dengue/dengue haemorrhagic fever. Jakarta:Sugeng Seto.

Soemirat, J. (2011). Kesehatan lingkungan.Yogyakarta: Gama Press.

Sulistiyo, I., Dewi, M. Y., & Kurniasari.(2013). Perbedaan kemampuan dayatolak minyak atsiri bunga melati(jasminum sambac) daun selasih(osiminum basilica) sebagai repelannyamuk aedes aegypti. Gema KesehatanLingkungan, 10(1), 31-39.

Widayani, P. (2010). Pemodelan spasialepidemiologi demam berdarah denguemenggunakan sistem informasi geografidi Kecamatan Depok KabupatenSleman Yogyakarta. Jurnal Gea, 10(2).

Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 21, Nomor 1, April 2016